Kajian Geometrik Jalan

72
1 Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010 Universitas Pendidikan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan merupakan sarana transportasi utama yang dapat meningkatkan taraf kehidupan di bidang ekonomi. Dasar manusia yang ingin selalu berkomunikasi membuat kita terdorong untuk membuat sebuah sarana transportasi yang dapat memudahkan dalam melakukan interaksi yaitu jalan. Sejak dahulu jalan sudah ada, dengan adanya fakta tersebut menyatakan bahwa jalan berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi. Sejarah perkembangan jalan di Indonesia adalah dengan adanya pembangunan jalan Daendles pada zaman penjajajahan Belanda, dengan system kerja rodi yang dibangun dari Anyer (Banten) hingga Panarukan (Banyuwangi, Jawa Timur). Dengan perkiraan mencapai panjang 1000 Km. Pembangunan jalan ini bertujuan untuk kepentingan strategi dan di masa tanam paksa untuk memudahkan pengangukatan hasil bumi. Jalan Daendels ini belum direncanakan secara teknis baik geometric maupun perkerasaannya. Konstruksi perkerasan berkembang pesat pada zaman kejayaan Romawi. Namun pada abad 18 seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi. Di abad 18 juga para ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan bentuk perkerasan yang sampai saat ini banyak diaplikasikan

description

geometrik jalan raya

Transcript of Kajian Geometrik Jalan

Page 1: Kajian Geometrik Jalan

1Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jalan merupakan sarana transportasi utama yang dapat meningkatkan taraf

kehidupan di bidang ekonomi. Dasar manusia yang ingin selalu berkomunikasi

membuat kita terdorong untuk membuat sebuah sarana transportasi yang dapat

memudahkan dalam melakukan interaksi yaitu jalan. Sejak dahulu jalan sudah

ada, dengan adanya fakta tersebut menyatakan bahwa jalan berkembang sesuai

dengan perkembangan teknologi.

Sejarah perkembangan jalan di Indonesia adalah dengan adanya

pembangunan jalan Daendles pada zaman penjajajahan Belanda, dengan system

kerja rodi yang dibangun dari Anyer (Banten) hingga Panarukan (Banyuwangi,

Jawa Timur). Dengan perkiraan mencapai panjang 1000 Km. Pembangunan jalan

ini bertujuan untuk kepentingan strategi dan di masa tanam paksa untuk

memudahkan pengangukatan hasil bumi. Jalan Daendels ini belum direncanakan

secara teknis baik geometric maupun perkerasaannya.

Konstruksi perkerasan berkembang pesat pada zaman kejayaan Romawi.

Namun pada abad 18 seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi. Di

abad 18 juga para ahli dari Perancis, Skotlandia menemukan bentuk perkerasan

yang sampai saat ini banyak diaplikasikan dan secara umum digunakan di

Indonesia. Di antaranya : konstruksi perkerasan batu belah (Telford) diciptakan

oleh Thomas Telford (1757-1834) dan perkerasan Macadam diciptakan seorang

berkebangsaan Skotlandia Londer Macadam (1756-1836).

Pada tahun 625 SM di kota Babylon pertama kali ditemukannya

perkerasan jalan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat, akan tetapi

perkerasan jenis ini tidak berkembang hingga ditemukannya kendaraan bermotor

oleh Gofflieb Daimler dank Karl Benz pada tahun 1880. Dan mulai tahun 1920

sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan aspal sebagai bahan

pengikat maju pesat.

Di Indonesia perkembangan perkerasan aspal dimulai pada tahap awal

yang berupa konstruksi Telford dan Macadam yang kemudian diberi lapisan aus

Page 2: Kajian Geometrik Jalan

2Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar yang

kemudian berkembang menjadi lapisan penetrasi (Lapisan, Brutu, Burda, Buras).

Tahun 1980 diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas

terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya. Sejak tahun 1990 adanya

penyempurnaan melalui teknologi beton mastic dan tahun 1975 berkembangnya

konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix), disusul dengan

jenis aspal beton, dan lain-lain.

Tahun 1982 di London ditemukan perkersan menggunakan semen, tetapi

baru berkembang awal tahun 1900. Awal tahun 1970 di jalan tol Prof. Sediyatmo

konstruksi perkerasan dengan menggunakan semen (concrete pavement)

digunakan di Indonesia.

Sejak tahun 1970 di Indonesia mulai berkembang konstruksi perkerasan

jalan dengan dimulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan sesuai

dengan fungsinya. Perkembangan geometric jalan mulai dikenal sekitar

pertengahan tahun 1960 dan berkembang pesat sejak tahun 1980. Sebagai

pengetahuan bahwa jalan raya pertama yang dibuat di Indonesia berada di Jakarta

yaitu Jalan yang menghubungkan Cililitan dengan Tanjung Priok.

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Makalah

Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Geometrik Jalan.

2. Supaya mampu memahami konsep mengenai klasifikasi dan

spesifikasi jalan dan kendaraan serta keselamatan berlalu lintas.

Page 3: Kajian Geometrik Jalan

3Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II

KLASIFIKASI DAN SPESIFIKASI JALAN

2.1 Pendahuluan

Pengklasifikasian dan spesifikasi jalan dari tahun ke tahun terjadi

perubahan. Perubahan ini dibuat untuk meningkatkan kualitas jalan raya. Jalan

raya diklasifikasikan dari berbagai perspektif supaya mudah dalam pengaturan

dan penentuan kebijakan. Menurut saya, klasifikasi jalan raya membuat semua

pihak lebih mudah dalam tata kelola jalan raya dari hal perencanaan, pembuatan,

dan perawatan. Sedangkan dalam hal spesifikasi jalan, menurut saya tiap tahun

mengalami perubahan dan menunjukan sebuah kemajuan demi tercapainya jalan

yang aman, nyaman, dan ekonomis.

2.2 Pengertian Jalan Raya

Sebagai sarana / prasarana di darat jalan raya berfungsi untuk melayani

kelancaran arus lalu lintas. Di mana jalan raya merupakan lajur tanah yang

disediakan khusus, sedangkan lalu lintas didefinisikan sebagai semua gerakan

jenis pemakai jalan yang terdiri dari manusia pejalan kaki, dan semua alat

pengangkut yang digerakan oleh manusia dan hewan.

Page 4: Kajian Geometrik Jalan

4Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Adapun dalam undang-undang jalan raya no. 131 tahun 1980 bahwa jalan

adalah :

1. Suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala

bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang

diperuntukan bagi lalu lintas.

2. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukan bagi lalu lintas umum.

3. Jalan khusus adalah jalan selain daripada yang termasuk di atas.

4. Jalan tol adalah jakan umum yang kepada para pemakainya dikenakan

kewajiban membayar tol.

Lebar jalan dan jumlah jalur yang menjadi tolok ukur dari kempampuan

pelayanan yang dapat diberikan oleh setiap bagian jalan raya dan merupakan

faktor penentu dari kelancaran lalu lintas di jalan raya.

Agar terdapat kesesuaian antara kepadatan lalu lintas dengan tingkat

pelayanan jalan maka ditetapkan klasifikasi dan spesifikasi suatu jalan raya. Hal

ini berfungsi untuk memberikan informasi dan kejelasan dari kepadatan lalu

lintas yang perlu dilayani oleh setiap bagian-bagian jalan.

2.3 Elemen Perencanaan Jalan Raya

Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan yang

dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi

dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas

dan sebagai akses ke rumah-rumah. Di dalam perencanaan geometrik tidak

termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, meski dimensi dari perkerasan

adalah bagian dari perencanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan jalan

seutuhnya. Begitu juga pada drainase jalan.

Sebagai dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran

kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya, dan

karakteristik arus lalu lintas. Maka hal-hal ini yang harus dipertimbangkan dalam

perencanaan geometrik dan akan dihasilkan bentuk dan ukuran jalan serta ruang

gerak kendaraan yang mememnuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang

diharapkan.

Adapun elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah sebagai berikut :

Page 5: Kajian Geometrik Jalan

5Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

1. Alinyemen horizontal / trase jala, terutama di titik beraratkan pada

perencanaan sumbu jalan.

Sumbu jalan terdiri dari serangkaian garis lurus, lengkung

berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk garis lurus ke

bentuk busur lingkaran. Dalam perencanaan geometric jalanterfokus pada

pemilihan letak dan panjang dari bagian-bagian ini, sesuai denagan kondisi

medan yanga ada sehingga dapat terpenuhi kebutuhan akan pengoperasian

lalu lintas, keamanan (ditinjau dari jarak pandangan dan sifat

mengemudiakn kendaraan di tikungan).

2. Alinyemen vertical / penampang memanjang jalan.

Pada perencanaan ini dipertimabangkan bagaimana meletakan

sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan memperhatikan sifat operasi

kendaraan,keamanan, jarak pandangan dan fungsi jalan. Ini berakitan

dengan pekerjaaan tanah yang mungkin timbul akibat adanya galian dan

timbunan yang haru dilakukan.

3. Penampang melintang jalan

Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada atau

tidaknya median,drainase permukaan,kelandaian lereng tebing galian dan

timbunan, serta bangunan pelengkap lainnya.

2.4 Klasifikasi Jalan Raya

Berkembangnya angkutan darat, terutama kendaraan bermotor yang

meliputi jenis ukuran dan jumlah maka timbul masalah kelancaraan lalu lintas

keamanan, kenyamanan, dan daya dukung dari perkerasan jalan harus menjadi

perhatian oleh karena itu perlu adanya pembatasan-pembatasan.

Menurut P.P. No. 26 : jalan-jalan di lingkungan perkotaan terbagi dalam

jaringan primer dan jalan sekunder.

Jalan-jalan sekunder dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kepada

lalu lintas dalam kota, jadi perencanaan dari jalan-jalan sekunder harus

disesuaikan dengan rencana induk tata ruang kota yang bersangkutan. Ditinjau

dari sudut pandang yang lain, seluruh jalan di perkotaan mempunyai kesamaan

dalam satu hal yaitu kurangnya lahan untuk pengembanagan jalan tersebut. Dan

dampak terhadap lingkungan di sekitarnya harus diperhatikan dan diingat bahwa

Page 6: Kajian Geometrik Jalan

6Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

jalan kota itu sendiri harus melayani berbagai kepentingan umum seperti taman-

taman perkotaan.

Klasifisikasi jalan berdasarkan Peraturan Dirjen Bina Marga No. 13 Tahun

1970 :

a. Kelas jalan menurut fungsi

1. Jalan Primer (Utama atau Arteri), berperan sebagai urat nadi

perekonomian bangsa.

Yaitu jalan-jalan yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-

kota penting, Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk

dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut;

Dilalui oleh kendaraan berat > 10 ton, 10 ton adalah beban

ganda.

Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan tinggi (PR) > 80

km/jam.

Pelayanan jalan primer pada tingkat Nasioanal karena

menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi penting meliputi :

a. Jalan raya dalam satu kota satuan wilayah pengembangan yang

menghubungkan secara menerus Ibu Kota Propinsi, Ibu Kota

Kabupaten / Kota, Kota-Kota Kecamatan, dan Kota-Kota yang

lebih kecil pada jenjang bawahnya.

b. Menghubungkan antar Ibu Kota Propinsi yang satu dengan Ibu

Kota yang lainnya.

2. Jalan Sekunder (Kolektor atau Pemabagi), dengan peranan pelayanan

jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota.

Yaitu jalan-jalan yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi

anatara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani

daerah-daerah di sekitarnya. Adapun cirinya sebagai berikut;

Kendaraan yang melaluinya yaitu kendaraan ringan 10 ton

Dilalui oleh kendaraan dengan kecepatan sedang (40-80

km/jam)

3. Jalan Penghubung

Page 7: Kajian Geometrik Jalan

7Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Yaitu jalan-jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang juda

dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang

sama atau berlainan.

b. Kelas jalan menurut pengelola

1. Jalan Arteri

Yaitu jalan-jalan yang terletak di luar pusat perdaganagan (out

lying business district), terdiri dari :

a. Jalan Arteri Primer, yaitu jalan yang menghubungkan antar Ibu

Koyta Propinsi atau menghubungkan Ibu Kota Propinsi dengan Ibu

Kota kabupaten/ Kota.

b. Jalan Arteri sekunder, yaitu jalan yang menghubungkan antara

daerah/kawasan primer dengan daerah/kawasan sekunder, dapat

pula menghubungkan antara sesame daerah/kawasan sekunder atau

daerah/kawasan sekunder dengan kawasan persil di bawahnya.

2. Jalan Kolektor

Yaitu jalan-jalan yang terletak di pusat perdagangan (central

business district), terdiri dari :

a. Kolektor Primer : yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antar

kota, Kabupaten/Kota atau menghubungkan kota Kabupaten

dengan kota Kecamatan.

b. Kolektor Sekunder : yaitu jalan yangmenghubungkan antara

kawasan sekunder ke I, atau jalan yang menghubungkan antara

kawasan sekunder ke II dengan kawasan sekunder ke II.

3. Jalan Lokal

Yaitu jalan-jalan yang terletak di daerah perumahan, terdiri

dari :

a. Jalan Lokal Primer : yaitu jalan yang menghubungkan antara

kota Kecamatan, antar kota Kecamatan dengan kota pada

jenjang bawahnya sampai persil.

b. Jalan Lokal Sekunder :yaitu jalan-jalan yang menghubungkan

antara kawasansekunder I, kawasan sekunder ke II dan ke III

masing-masing dengan kawasan pemukiman/perumahan.

Page 8: Kajian Geometrik Jalan

8Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

c. Kelas jalan menurut tekanan gandar

Menurut tekanan gandar kelas jalan dibagi menjadi beberapa kelas,sebagai

berikut :

Kelas Jalan Tekanan Gandar

I

II

III A

III B

IV

7,00 ton

5,00 ton

3,50 ton

2,75 ton

1,50 ton

d. Kelas jalan menurut besarnya volume dan sifat-sifat lalu lintas

1. Jalan Kelas I

Jalan ini mencakup semua jalan utama yang melayani lalu lintas

cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tidak terdapat kendaraan

yang tidak bermuatan . Jalan-jalan ini kelas ini mempunyai jalur yang

banyak.

2. Jalan Kelas II

Jalan ini mencakup semua jalan Sekunder walau komposisi lalu

lintasnya terdapat lalu lintas lambat. Jalan kelas II ini berdasarkan

komposisi dan sifat lalu lintas.

Kelas jalan ini, selanjutnya berdasarkan komposisi dan sifat lalu

lintasnya, dibagi dalam tiga kelas, yaitu : IIA, IIB dan IIC.

• Kelas IIA

Adalah jalan-jalan raya sekuder dua jalur atau lebih dengan

konlstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hot mix) atau yang

setaraf, di mana dalam komposisi lalu lihtasnya terdapat kendaraan

Page 9: Kajian Geometrik Jalan

9Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

lambat tapi, tanpa kendaraan tanpa kendaraan yang tak bermotor.

Untuk lalu lintas lambat, harus disediakan jalur tcrsendiri.

• Kelas IIB

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi

permukaan jalan dari penetrasi berganda atau yang setaraf di mana

dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tapi tanpa

kendaraan yang tak bermotor.

• Kelas IIC

Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi

permukaan jalan dari jenis penetrasi tunggal di mana dalam komposisi

lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat dari kendaraan tak bermotor.

3. Jalam Kelas III

Jalan ini mencakup jalan-jalan penghubung dan merupakan konstruksi

jalan berjalur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan ynag

paling tinggi adalah penebaran dengan aspal.

2.5 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi/Peranan Menurut PP Republik

Indonesia Tahun 2006

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No: 34 tahun 2006

tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi menjadi empat jalan

yaitu:

1. Jalan Arteri

Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

utama dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata tinggi,

danjumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdaya guna.

2. Jalan Kolektor

Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah

jalan masuk dibatasi.

3. Jalan Lokal

Page 10: Kajian Geometrik Jalan

10Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah, dan

jalan masuk tidak dibatasi.

4. Jalan Lingkungan.

Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani

angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata

rendah, dan jalan masuk dibatasi.

A. Sistem Jaringan Jalan

Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang

terdiridari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang

terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu

pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan keterhubungan

antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan pedesaan.

(Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

1. Sistem Jaringan Jalan Primer

Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun

berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk

pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua

simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:

a. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan

wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan;

b. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

(i) Jalan Arteri Primer

Jalan arteri primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antara

pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

wilayah. ( Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan )

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 60 km/jam.

b. Lebar badan jalan paling rendah 11 meter.

c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.

Page 11: Kajian Geometrik Jalan

11Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

d. Lalu lintas jarak jauh tidak terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu lintas

lokal dan kegiatan lokal.

e. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien (jarak antar jalan masuk/akses

langsung minimum 500 meter), agar kecepatan dan kapasitas dapat terpenuhi.

f. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu, sehingga tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

g. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan.

(ii) Jalan Kolektor Primer

Jalan kolektor primer adalah jalan yang secara efisien

menghubungkanantara pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat

kegiatan wilayah

dengan pusat kegiatan lokal. ( Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006

Tentang Jalan )

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 40 km/jam.

b. Lebar badan jalan paling rendah 9 meter.

c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.

d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga tidak mengurangi

kecepatan rencana dan kapasitas jalan (jarak antar jalan masuk/akses langsung

minimum 400 meter).

e. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu, sehingga tidak

mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

f. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

pengembangan perkotaan.

g. Persyaratan teknis jalan masuk dan persimpangan ditetapkan oleh Menteri.

(iii) Jalan Lokal Primer

Jalan lokal primer adalah jalan menghubungkan pusat kegiatan

nasionaldengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat

kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan

Page 12: Kajian Geometrik Jalan

12Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan. ( Peraturan

Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan )

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam.

b. Lebar badan jalan paling rendah 7,5 meter.

c. Tidak terputus walaupun memasuki desa.

(iv) Jalan Lingkungan Primer

Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan

di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

(Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 15 km/jam.

b. Lebar badan jalan paling rendah 6,5 meter.

c. Bila tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih,

lebar badan jalan paling rendah 3,5 meter.

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata

ruangwilayah kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk

masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus

kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder

kedua, fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. ( Peraturan

Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ). Sistem jaringan jalan sekunder

terdiri atas jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder, dan jalan lokal sekunder.

(i). Jalan Arteri Sekunder

Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan antara

kawasanprimer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan

sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan

sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. ( Peraturan Pemerintah RI

No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

Page 13: Kajian Geometrik Jalan

13Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 30 km/jam dengan lebar badan jalan

minimal 11 meter.

b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

(ii). Jalan Kolektor Sekunder

Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan

kawasansekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan

kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. ( Peraturan Pemerintah

RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

Persyaratan minimum untuk desain :

a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan jalan

minimal 9 meter.

b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

(iii). Jalan Lokal Sekunder

Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan

sekunderkesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,

kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan

minimum untuk desain yaitu kecepatan rencana (Vr) paling rendah 10 km/jam

dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter. ( Peraturan Pemerintah RI No.34

Tahun 2006 Tentang Jalan ).

(iv) Jalan Lingkungan Sekunder

Jalan lingkungan sekunder adalah jalan menghubungkan antarpersil dalam

kawasan perkotaan. Persyaratan minimum untuk desain yaitu kecepatan rencana

(Vr) paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter.

( Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

B. Klasifikasi Jalan Menurut Status Jalan

Page 14: Kajian Geometrik Jalan

14Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Jaringan jalan menurut status jalan dikelompokan menjadi jalan nasional,

jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa. ( Peraturan Pemerintah

RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

1. Jalan Nasional

Jalan Nasional terdiri atas :

a. Jalan arteri primer,

b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan anar ibukota provinsi,

c. Jalan tol,

d. Jalan strategis nasional.

2. Jalan Provinsi

Jalan provinsi terdiri atas:

a. Jalan kolektor primer yang mengubungkan ibukota provinsi dengan ibu

kota kabupaten atau kota,

b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten dan kota

c. Jalan strategis provinsi,

3. Jalan Kabupaten

Jalan kabupaten terdiri atas :

a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi,

b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota

kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota kecamatan,

ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa,

c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder

dalam kota,

d. Jalan strategis kabupaten.

4. Jalan Kota

Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekuder di dalam kota.

5. Jalan Desa

Page 15: Kajian Geometrik Jalan

15Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak

termasuk jalan kabupaten, dan merupakan jalan umum yang

menghubungkankawasan dan/atau antarpemukiman di dalam desa.

2.6 Klasifikasi Kelas Jalan Berdasarkan Spesifikasi Penyediaan

Prasarana Jalan

Klasifikasi kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan jalan dan

kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi penyediaan prasarana

jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana

jalandikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang, dan

jalankecil. .( Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan ).

1. Jalan Bebas Hambatan ( Freeway )

Spesifikasi untuk jalan bebas hambatan ( freeway ) sebagaimana dimakasud dalam

PP RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,

b. Pengendalian jalan masuk secara penuh,

c. Tidak ada persimpangan sebidang,

d. Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median,

e. Paling sedikit mempunyai 2(dua) lajur setiap arah,

f. Lebar paling sedikit 3,5 meter.

2. Jalan Raya ( Highway )

Spesifikasi untuk jalan raya ( highway )sebagaimana dimakasud dalam PP RI

No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas secara menerus

b. Pengendalian jalan masuk secara terbatas,

c. Dilengkapi dengan median,

d. Paling sedikit 2(dua) lajur setiap arah,

e. Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.

3. Jalan Sedang ( Road )

Page 16: Kajian Geometrik Jalan

16Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Spesifikasi untuk jalan sedang ( road )sebagaimana dimakasud dalam PP RI

No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,

b. Untuk lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak

dibatasi, paling sedikit 2(dua) lajur untuk 2(dua) arah,

c. Lebar jalur paling sedikit 7 meter.

4. Jalan Kecil ( Street )

Spesifikasi untuk jalan kecil ( street )sebagaimana dimakasud dalam PP RI No.34

Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:

a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas setempat,

b. Paling sedikit 2(dua) lajur untuk 2(dua) arah,

c. Lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.

C. Klasifikasi Perencanaan

   Berdasarkan jenis hambatannya jalan-jalan perkotaan dibagi dalam dua

tipe, dengan dasar klasifikasi perencanaan sebagai berikut :

Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh

Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk

Tipe I, kelas 1 : Adalah jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas

cepat antar regional atau antar kota dengan pengaturan jalanmasuk secara penuh.

Tipe I, kelas 2 : Adalah jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas

cepat antar regional atau di dalam kota-kota metropolitan dengan sebagian atau

tanpa pengaturan jalan masuk.

Tipe II, kelas 1 : Adalah standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 lajur atau

lebih, memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota bagi

angkutan antar kota atau dalam kota, dengan kontrol.

Page 17: Kajian Geometrik Jalan

17Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Tipe II, kelas 2 : Adalah standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 2 atau 4 lajur

dalam melayani angkutan cepat antar kota dan dalam kota, terutama untuk

persimpangan tanpa lampu lalu lintas.

Tipe II, kelas 3 : Adalah standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk

melayani angkutan dalam distrik dengan kecepatan sedang,

untuk persimpanngan tanpa lampu lalu lintas.

Tipe II, kelas 4 : Adalah standar terendah bagi jalan satu arah yang melayani

hubungan dengan jalan-jalan lingkungan.

Pada peraturan pemerintah tahun 2006 ini, klasifikasi jalan dibuat lebih

detail, agar semakin ekonomis dan tepat guna dalam mendasain jalan raya, banyak

perbaikan yang di tambahkan pada peraturan pemerintah yang mengatur mengenai

klasifikasi jalan raya pada PP tahun 2006 ini.

Page 18: Kajian Geometrik Jalan

18Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

2.5 Spesifikasi Jalan Raya

Spesifikasi jalan raya di Indonesia ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan

spesifikasi jalan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI ini

merupakan pedoman bagi seorang insinyur untuk merancang jalan raya.

Penentuan SNI ini didapatkan berdasarkan penelitian yang berkelanjutan,

sehingga jalan yang dibuat bisa memenuhi standar kenyamanan dan keamanan.

1. [ SNI 03-2416-1991 ] Metode Pengujian Lendutan Perkerasan Lentur

dengan Alat Benkelman Beam

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data lapangan yang akan

digunakan dalam penilaian struktur perkerasan, peramalan perwujudan

perkerasan, perencanaan teknik perkerasan atau lapis tambahan di atas

perkerasan 

2. [ SNI 03-4427-1997 ] Metode Pengujian Kekesatan Permukaan

Perkerasan Jalan dengan Alat Pendulum Judul direvisi menjadi : Cara Uji

Kekesatan Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat British Pendulum

Tester (BPT)

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Revisi

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini digunakan untuk memperoleh besaran atau angka

kekesatan permukaan perkerasan beraspal atau perkerasan beton semen

yang sudah dipadatkan. Standar ini menetapkan prosedur untuk mengukur

kekesatan permukaan perkerasan menggunakan alat British Pendulum

Page 19: Kajian Geometrik Jalan

19Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Skid Resistance Tester (BPT), termasuk prosedur untuk mengkalibrasi alat

uji 

3. [ SNI 03-6748-2002 ] Metode pengujian kekesatan permukaan jalan

dengan MU-meter Judul direvisi menjadi : Cara Uji Kekesatan Pada

Permukaan Perkerasan Menggunakan Alat MU-meter

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Revisi

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini meliputi ketentuan teknik peralatan, dan cara pengujian

perkerasan jalan beraspal, baik campuran panas atau dingin, dan

perkerasan beton semen dalam keadaan basah. Standar ini menetapkan

cara pengukuran kekesatan (the side force friction) permukaan perkerasan

menggunakan alat yang biasanya disebut Mu-meter

4. [ SNI 03-6752-2002 ] Metode Pengujian Kadar Air Dan Kadar Fraksi

Ringan Dalam Campuran Perkerasan Beraspal.

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini membahas ketentuan persiapan dan tata cara pengujian

kadar air dan kadar fraksi ringan dalam campuran perkerasan beraspal.

5. [ SNI 03-6753-2002 ] Metode Pengujian Pengaruh Air Terhadap Kuat

Tekan Campuran Beraspal Yang Dipadatkan Judul direvisi menjadi : Cara

Uji Ketahanan Campuran Beraspal Terhadap Kerusakan Akibat Rendaman

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Revisi

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Page 20: Kajian Geometrik Jalan

20Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Metode ini berisi cara pengukuran penurunan kuat tekan yang

disebabkan oleh penurunan kohesi karena pengaruh air pada campuran

beraspal yang telah dipadatkan

6. [ SNI 03-6754-2002 ] Metode Pengujian Rongga Udara Dalam Campuran

Perkerasan Beraspal Gradasi Rapat Dan Terbuka Yang Dipadatkan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini meliputi metode pengukuran penurunan kuat tekan

yang disebabkan oleh penurunan kohesi karena pengaruh air pada

campuran beraspal yang telah dipadatkan

7. [ SNI 03-6755-2002 ] Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran

Beraspal Yang Dipadatkan Dengan Menggunakan Benda Uji Berlapiskan

Parafin

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode ini meliputi penentuan berat jenis nyata campuran beraspal

yang dipadatkan dan harus digunakan untuk benda uji yang mempunyai

rongga udara terbuka atau saling berhubungan, atau mempunyai

penyerapan air lebih dari 2 % terhadap isi. Berat jenis nyata dari campuran

beraspal yang dipadatkan mungkin digunakan untuk menghitung satuan

berat dari campuran itu

8. [ SNI 03-6756-2002 ] Metode Pengujian untuk Menentukan Tingkat

Kepadatan Perkerasan Beraspal

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Page 21: Kajian Geometrik Jalan

21Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode pengujian ini untuk menentukan tingkat kepadatan

perkerasan beraspal yang dibandingkan terhadap benda uji standar dari

material yang sama dan berada dalam toleransi perencanaan campuran

9. [ SNI 03-6757-2002 ] Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran

Beraspal di Padatkan Menggunakan Benda Uji Kering Permukaan Jenuh

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode pengujian ini meliputi penentuan berat jenis nyata

campuran beraspal dipadatkan, prosedur dan untuk digunakan dalam

menghitung berat volume campuran

10. [ SNI 03-6758-2002 ] Metode Pengujian Kuat Tekan Campuran Beraspal

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan

campuran aspal panas yang digunakan untuk Lapis permukaan dan lapis

Pondasi Jalan

11. [ SNI 03-6884-2002 ] Metode pengujian analisis saringan bahan pengisi

untuk perkerasan jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Page 22: Kajian Geometrik Jalan

22Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Metode ini meliputi ketentuan-ketentuan, cara uji dan laporan hasil

uji dari analisis saringan bahan pengisi untuk perkerasan jalan. Lingkup

pengujian mencakup : 1) persiapan benda uji, 2) persiapan peralatan, 3)

cara uji, dan 4) pelaporan

12. [ SNI 03-4814-1998 ] Spesifikasi Bahan Penutup Sambungan Beton Tipe

Elastis Tuang Panas

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Spesifikasi ini digunakan sebagai bahan penutup sambungan beton

tipe elastis tuang panas yang digunakan untuk menutup celah sambungan

pada jalan beton, jembatan, dan bangunan lainnya

13. [ SNI 03-4815-1998 ] Spesifikasi Pengisi Siar Muai Siap Pakai Untuk

Perkerasan Dan Bangunan Beton

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Spesifikasi ini membahas bahan pengisi siap pakai, ukuran dan

toleransi, dan sifat fisik.

14. [ SNI 03-6751-2002 ] Spesifikasi Bahan Lapis Penetrasi Makadam

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Revisi

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Spesifikasi ini digunakan dalam menilai mutu aspal dan mutu

agregat yang akan digunakan yang bertujuan untuk menjamin

keseragaman kekuatan dan keawetan lapis penetrasi makadam.

Page 23: Kajian Geometrik Jalan

23Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

15. [ SNI 03-1732-1989 ] Tata Cara Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Jalan Raya dengan Analisa Metode Komponen

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata Cara ini merupakan dasar dalam menentukan tebal perkerasan

lentur yang dibutuhkan untuk suatu jalan raya

16. [ SNI 03-2403-1991 ] Tata Cara Pemasangan Blok Beton Terkunci untuk

Permukaan Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini bertujuan untuk menda-patkan hasil lapis perkerasan

blok beton terkunci yang memenuhi syarat sebagai lapis perkerasan

17. [ SNI 03-3425-1994 ] Tata Cara Pelaksanaan Lapis Tipis Beton Aspal

untuk Jalan Raya

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini bertujuan menyeragamkan cara pelaksanaan Lataston

serta menghemat waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan

18. [ SNI 03-3426-1994 ] Tata Cara Survai Kerataan Permukaan Perkerasan

Jalan dengan Alat Ukur Kerataan NAASRA

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Page 24: Kajian Geometrik Jalan

24Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini digunakan untuk pelaksanaan survai permukaan

perkerasan jalan dengan alat ukur NAASRA untuk mendapatkan

keseragaman nilai kerataan

19. [ SNI 03-3437-1994 ] Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah

dengan Kapur untuk Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata Cara ini digunakan dalam pembuatan rencana komposisi dan

mutu stabilisasi tanah dengan kapur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

20. [ SNI 03-3438-1994 ] Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah

dengan Semen Portland

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini digunakan dalam pembuatan rencana komposisi dan

mutu stabilisasi tanah dengan semen sesuai dengan ketentuan yang berlaku

21. [ SNI 03-3439-1994 ] Tata Cara Pelaksanaan Stabilisasi Tanah dengan

kapur untuk Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Page 25: Kajian Geometrik Jalan

25Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan

stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan yang sesuai dengan

perencanaan

22. [ SNI 03-3440-1994 ] Tata Cara Pelaksanaan Stabili-sasi Tanah dengan

Semen Portland untuk Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan

stabilisasi tanah dengan semen di lapangan yang sesuai dengan

perencanaan

23. [ SNI 03-3978-1995 ] Tata Cara Pelaksanaan Beton Aspal Campuran

Dingin dengan Aspal Emulsi untuk Perkerasan Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini digunakan untuk menyeragamkan cara pelaksanaan

campuran dingin dengan aspal emulsi agar diperoleh lapis perkerasan yang

memenuhi persyaratan dan ketentuan serta dapat menghemat waktu

pelaksanaan dan pemakaian bahan

24. [ SNI 03-3979-1995 ] Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Satu Lapis

(Burtu) untuk Permukaan Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Page 26: Kajian Geometrik Jalan

26Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Tata Cara ini digunakan untuk meyeragamkan pelaksanaan

pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspal Satu Lapis agar diperoleh

hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan serta untuk menghemat

waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan.

25. SNI 03-3980-1995 ] Tata Cara Pelaksanaan Laburan Aspal Dua Lapis

(Burda) untuk Permukaan Jalan

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata Cara ini digunakan untuk meyeragam-kan pelaksanaan

pelapisan perkerasan jalan dengan laburan aspal Dua Lapis agar diperoleh

hasil yang memenuhi persyaratan dan ketentuan serta untuk menghemat

waktu pelaksanaan dan pemakaian bahan.

26. [ SNI03-2853-1992 ] Tata Cara Pelaksanaan Lapis Pondasi Jalan dengan

Batu Pecah

Jenis : Standar,

tipe : Metode Uji.

Status : Tetap

Bidang : Jalan Dan Jembatan,

sub bidang : Perkerasan Jalan

Tata cara ini digunakan untuk menda-patkan lapis pondasi jalan

menggunakan batu pecah yang memenuhi syarat sebagai lapis pondasi.

2.6 Komentar dan Kajian

Berdasarkan perbandingan yang telah dijelaskan diatas, pada dasarnya

pembagian klasifikasi jalan tidaklah berbeda. Namun, pembaruan yang dilakukan

disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan penggunaan jalan. Klasifikasi

jalan yang baru semakin jelas dan lebih spesifik sehingga lebih jelas dari

pengklasifikasian sebelumnya.

Page 27: Kajian Geometrik Jalan

27Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB III

KLASIFIKASI DAN SPESIFIKASI KENDARAAN

3.1 Pendahuluan

Klasifikasi dan spesifikasi kendaraan ditujukan untuk memudahkan

pengelompokan kendaraan dan pengaturan kendaraan. Tujuannya adalah supaya

menyeimbangkan dengan jalan raya. Dengan adanya spesifikasi dan klasifikasi

kendaraan, maka hubungan antara jalan raya dan kendaraan akan

berkesinambungan. Dengan begitu, muaranya akan ada efisiensi yang maksimal

dari penggunaan jalan raya.

Menurut saya, kaitannya dengan pengklasifikasian kendaraan sangatlah

penting. Meskipun dari tahun ke tahun ada perubahan mengenai peraturan

pengklasifikasian, namun itu semua dibuat demi memudahkan pengaturan

kendaraan yang bisa berkesinambungan dengan pembangunan jalan raya.

Perubahan ini sangatlah penting menurut saya. Dengan adanya perubahan ini,

maka pengklasifikasian kendaraan menjadi lebih spesifik dan efeknya adalah

fungsi jalan menjadi optimal.

3.2 Pengertian Kendaraan

Kendaraan merupakan salah satu pengguna jalan. Kendaraan adalah

sebuah alat/teknologi yang dapat memudahkan pekerjaan manusia. Ada berbagai

Page 28: Kajian Geometrik Jalan

28Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

jenis kendaraan yang ada di Indonesia, mulai dari kendaraan roda dua sampai

kendaraan roda empat. Sejak dimulai dengan adanya kendaraan, perekonomian

menjadi meningkat dan waktu yang ditempuh semakin cepat. Sesuai dengan

perkembangan zaman, teknologi kendaraan semakin maju. Semakin modern

kendaraan meningkat dalam hal kecepatan, kenyamanan, dan keamanan.

3.3 Klasifikasi Kendaraan

Kendaraan yang ada di Indonesia sangatlah banyak. Namun, jika kita

kategorikan dari berbagai perspektif yang berbeda-beda, pengelompokannya

makin mengerucut.

Kendaraan Darat

Kendaraan darat adalah alat transportasi yang berada di darat dan hanya bisa

digunakan di darat. Kendaraan darat ini paling banyak digunakan, hampir semua

orang dapat menggunaan kendaraan darat. Contoh kendaraan darat adalah mobil

dan motor.

Kendaraan Laut

Kendaraan laut adalah alat transportasi yang berada di air (khususnya

laut). Kendaraan ini mampu mengangkut penumpang sangat banyak

karena biasanya digunakan sebagai sarana transportasi antar pulau. Tak

sembarang orang bisa menggunakan kendaraan ini, butuh keahlian khusus

untuk menggunakannya. Contoh kendaraan laut adalah kapal laut.

Kendaraan Udara

Kendaraan udara adalah alat transportasi yang berada di udara. Kendaraan

ini sangat terbatas dalam hal mengangkut penumpang karena jika

berlebihan akan membahayakan pengguna. Kendaraan ini membutuhkan

keahlian khusus dalam hal pengemudi (pilot). Contoh kendaraan udara

adalah pesawat terbang.

Page 29: Kajian Geometrik Jalan

29Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam kaitannya dengan mata kuliah Geometrik Jalan Raya adalah

pengembangan jalan yang digunakan oleh alat transpportasi darat. Oleh karena

itu, pembahasan kendaraan transportasi darat yang akan diutamakan.

Berdasarkan Bahan Bakar Yang Digunakannya

Kendaraan dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe tenaga penggerak sebagai

berikut :

• Kendaraan mesin bensin

Kendaraan tipe ini berjalan dengan mesin berbahan bakar bensin. Karena

mesin bensin menghasilkan tenaga tinggi dengan ukuran mesin yang kecil,

maka mesin berbahan bakar bensin umum digunakan pada kendaraan

penumpang. Mesin yang serupa juga digunakan pada mesin CNG, mesin

LPG dan mesin alkohol, yang menggunakan bahan bakar dengan tipe

berbeda.

CNG: Compressed Natural Gas

LPG: Liquefied Petroleum Gas

• Kendaraan mesin diesel

Kendaraan tipe ini berjalan dengan mesin berbahan bakar diesel. Karena

mesin diesel menghasilkan torsi yang besar dan menawarkan keekonomisan

bahan bakar, maka mesin tersebut umum digunakan untuk truk dan SUV

(Sports Utility Vehicle)

• Kendaraan hybrid

Kendaraan tipe ini dilengkapi dengan tenaga penggerak yang memiliki tipe

yang berbeda, seperti mesin bensin dan motor listrik. Karena mesin bensin

membangkitkan listrik, kendaraan tipe ini tidak memerlukan sumber luar

untuk mengisi ulang baterai. Sistem penggerak roda menggunakan tegangan

270V, dan arus listrik 12V.

Page 30: Kajian Geometrik Jalan

30Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Sebagai contoh: selama start, kendaraan tersebut menggunakan motor listrik

yang menghasilkan tenaga tinggi meskipun kecepatannya rendah. Saat

kecepatan kendaraan naik, maka akan mengoperasikan mesin bensin yang

lebih efisien sifatnya pada kecepatan yang lebih tinggi. Dengan cara

menggunakan sebaik-baiknya ke dua tipe tenaga penggerak ini, maka gas

buang dapat dikurangi dan bahan bakar dapat lebih ekonomis.

• Kendaraan listrik

Kendaraan ini menggunakan tenaga baterai untuk mengoperasikan motor

listrik. Tidak seperti bahan bakar, baterai memerlukan pengisian ulang.

Kendaraan tersebut menawarkan banyak manfaat, termasuk tidak adanya

gas buang dan suara yang rendah selama pengoperasian. Sistem penggerak

rodanya menggunakan tegangan 290V, sedangkan arus listrik 12V.

• Kendaraan berbahan bakar cell hybrid (Fuel cell hybrid vehicle)

Kendaraan listrik ini menggunakan energi listrik yang diciptakan saat bahan

bakar hidrogen bereaksi dengan oksigen di udara untuk membentuk air.

Karena hanya mengeluarkan air, maka kendaraan ini dianggap sebagai

kendaraan dengan tingkat polusi yang paling rendah, dan diperkirakan akan

menjadi tenaga penggerak bagi generasi di masa datang.

Jenis Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI

Jenis Kendaraan bermotor menurut PERATURAN PEMERINTAH

REPUBLIK INDONESIA Nomor 44 Tahun 1993 tentang KENDARAAN DAN

PENGEMUDI Tanggal 14 Juli 1993 yang merupakan turunan dari Undang-

undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan :

1. Sepeda Motor

2. Mobil Penumpang (termasuk juga dari jenis Mobil Keluarga Ideal Terbaik

Indonesia)

3. Mobil Bus

Page 31: Kajian Geometrik Jalan

31Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

4. Mobil Barang

5. Kendaraan Khusus.

Golongan jenis kendaraan bermotor pada jalan tol berdasarkan keputusan

Presiden Republik Indonesia nomor : 36 tahun 2003, tanggal : 10 juni 2003

1. Golongan I : Sedan, Jip, Pick Up, Bus Kecil, Truk Kecil (3/4), dan Bus

Sedang. Umumnya termasuk jenis Mobil Keluarga Ideal Terbaik Indonesia

2. Golongan I Umum : Bus Kecil dan Bus Sedang.

3. Golongan IIA : Truk Besar dan Bus Besar, dengan 2 (dua) gandar.

4. Golongan IIA Umum : Bus Besar dengan 2 (dua) gandar.

5. Golongan IIB : Truk Besar dan Bus Besar, dengan 3 (tiga) gandar atau

lebih.

Keterangan :

Gandar = Sumbu atau As Roda

Penggolongan / Pengklasifikasian Kendaraan berdasarkan SNI 09-1825-

2002 sebagai revisi Penggolongan / Pengklasifikasian Kendaraan SNI 09-1825-

1990. Penggolongan / Pengklasifikasian Kendaraan disusun oleh Panitia Teknik

Kendaraan Bermotor, Pusat Standardisasi dan Akreditasi Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, dan ditulis sesuai pedoman BSN No.8 Tahun

20AO penulisan SNl mengacu kepada ECE RE-3 TRANSA//

P.29l79lREV.1/AMEND.2, Tanggal 16 April 1999, Consolidated Resolution on

The Construction of Vehicles (R.E.3)

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L yaitu kendaraan beroda kurang

dari empat. Kendaraan kategori L dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

Page 32: Kajian Geometrik Jalan

32Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

1. Kategori L1 yaitu kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas

silinder mesin tidak lebih dari 50 cm' dan dengan desain kecepatan

maksimum tidak lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya

2. Kategori L2 yaitu kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda

sembarang dengan kapasitas silinder mesin tidak lebih dari 50 cm3 dan

dengan desain kecepatan maksimum tidak lebih dari 50 km/jam apapun

jenis tenaga penggeraknya

3. Kategori L3 yaitu kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas

silinder lebih dari 50 cm3 atau dengan desain kecepatan maksimum lebih

dari 50 km/jam apapun jenis tenaga penggeraknya

4. Kategori L4 yaitu kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda

simetris dengan kapasitas silinder mesin lebih dari 50 cm3 atau dengan

desain kecepatan maksimum lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga

penggeraknya (sepeda motor dengan kereta)

5. Kategori L5 yaitu kendaraan bermotor beroda tiga dengan susunan roda

simetris dengan kapasitas silinder mesin lebih dari 50 cm3 atau dengan

desain kecepatan maksimum lebih dari 50 km/jam apapun jenis tenaga

penggeraknya.

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M yaitu kendaraan bermotor

beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan orang. Kendaraan kategori

M dibagi menjadi beberapa bagian lagi, yaitu :

1. Mategori M1 yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan

orang dan mempunyai tidak lebih dari delapan tempat duduk tidak

termasuk tempat duduk pengemudi

2. Kategori M2 yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan

orang dan mempunyai lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk

tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang

diperbolehkan (GVW) sampai dengan 5 ton

Page 33: Kajian Geometrik Jalan

33Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

3. Kategori M3 yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan

orang dan mempunyai lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk

tempat duduk pengemudi dan mempunyai jumlah berat yang

diperbolehkan (GV\Af lebih dari 5 ton

Kategori M2 dan M3 dibagi atas :

1. Kelas I yaitu kendaraan bermotor yang dikonstruksi untuk penumpang

berdiri dan bergerak bebas

2. Kelas ll yaitu kendaraan bermotor yang pada prinsipnya dikonstruksi

membawa penumpang duduk dan di desain untuk membawa penumpang

berdiri di gang dan atau di daerah yang sudah disediakan tetapi luasnya

tidak boleh lebih dari dua baris tempat duduk untuk dua orang

3. Kelas lll yaitu kendaraan bermotor yang di desain khusus untuk membawa

penumpang duduk

4. Kelas A yaitu kendaraan bermotor di desain untuk membawa penumpang

berdiri, kendaraan pada kelas ini memiliki tempat duduk dan

memungkinkan penumpang berdiri

5. Kelas B yaitu kendaraan bermotor tidak di desain untuk membawa

penumpang berdiri, kendaraan pada kelas ini tidak diijinkan adanya

penumpang berdiri

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI N yaitu kendaraan bermotor beroda

empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan barang. Kendaraan kategori N

dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Kategori N1 yaitu kendaraan bermotor untuk angkutan barang dan

mempunyai jumrah berat yang diperbolehkan (GVW) sampai dengan 3,5

ton.

Page 34: Kajian Geometrik Jalan

34Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

2. Kategori N2 yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan

barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) lebih

dari 3,5 ton tetapi tidak lebih dari 12 ton.

3. Kategori N3 yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan

barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan (GVW) tebih

dari 12 ton.

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI O yaitu kendaraan bermotor

penarik untuk gandengan atau tempel. Kendaraan kategori O dibagi laagi menjadi

beberapa kategori, diantaranya :

1. Kategori O1 yaitu kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat

kombinasi yang diperbolehkan (GVW) tidak lebih dari 0,75 ton

2. Kategori O2 yaitu kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat

kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 0,75 ton tetapi tidak

lebih dari 3,5 ton

3. Kategori O3 yaitu kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat

kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 3,5 ton tetapi tidak tebih

dari 10 ton

4. Kategori 04 yaitu kendaraan bermotor penarik dengan jumlah berat

kombinasi yang diperbolehkan (GVW) lebih dari 10 ton

Kendaraan bermotor penarik untuk kategori 02, 03 dan dibedakan menjadi tiga

tipe sebagai berikut :

1. Tempelan (semi trailer) yaitu kendaraan bermotor yang ditarik dengan

sumbu roda (dapat lebih dari satu) terletak dibelakang pusat gravitasi

kendaraan (terbebani merata) dan dilengkapi dengan alat penghubung yang

meneruskan tenaga horisontal dan vertikal yari dibebankan ke kendaraan

penarik. Satu atau lebih dari sumbu roda digerakkan oleh kendaraan

penarik

Page 35: Kajian Geometrik Jalan

35Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

2. Gandengan (full trailer) yaitu kendaraan bermotor yang ditarik yang

mempunyai sedikitnya dua sumbu roda dan dilengkapi dengan alat penarik

yang dapat bergerak vertikal (terhadap kereta gandengan) dan mengontrol

arah sumbu roda depan gandengan tetapi tidak membebani kendaraan

penarik

3. Gandengan sumbu tengah (Centre-exle trailer) yaitu kendaraan bermotor

yang ditarik yang dilengkapi dengan alat penarik yang tidak dapat

bergerak vertikal (terhadap kereta gandengan) dan sumbu roda (dapat lebih

dari satu) terletak dekat dengan pusat gravitasi kendaraan (terbebani

merata), beban vertikal statis kecil, tidak lebih dari 10% berat maksimum

kereta gandengan, atau beban tidak lebih dari 10.000 N dibebankan pada

kendaraan penarik. Satu atau lebih dari sumbu roda digerakkan oleh

kendaraan penarik

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI KHUSUS yaitu kendaraan

bermotor khusus dari pengembangan atau modifikasi kategori kendaraan bermotor

kategori M, N atau O untuk angkutan penumpang atau barang dan diperlukan

pembuatan bodi khusus dan / atau perlengkapannya untuk menunjang fungsi

khusus tersebut.

1. Kendaraan bermotor karavan yaitu kendaraan bermotor khusus kategori

M1 dengan ruangan akomodasi yang sekurang-kurangnya terdapat

perlengkapan :

- meja dan kursi,

- tempat tidur, yang terbentuk dari susunan kursi,

- peralatan memasak,

- fasilitas penyimpanan.

Perlengkapan ini seharusnya terpasang tetap pada kompartemen tinggal,

walaupun demikian mejanya dapat dilipat atau dipindahkan.

Page 36: Kajian Geometrik Jalan

36Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

2. Kendaraan lapis baja yaitu kendaraan bermotor untuk perlindungan, untuk

mengangkut penumpang dan / atau barang dan dilengkapi dengan pelat

lapis baja anti peluru

3. Ambulan yaitu kendaraan bermotor kategori M yang digunakan untuk

mengangkut orang sakit atau kecelakaan dan mempunyai perlengkapan

khusus untuk tujuan tersebut

4. Kendaraan jenazah yaitu kendaraan bermotor yang digunakan untuk

mengangkut orang meninggal dan mempunyai perlengkapan khusus untuk

tujuan tersebut

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI T yaitu kendaraan bermotor baik

beroda maupun menggunakan roda rantai mempunyai paling sedikit dua sumbu

roda, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tenaga penarik, yaitu untuk menarik,

menekan atau menggerakkan peralatan khusus, mesin atau gandengan untuk

keperluan pertanian atau kehutanan.

KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI G yaitu kendaraan bermotor off

road merupakan pengembangan atau modifikasi kendaraan yang termasuk dalam

kategori M dan N yang memenuhi persyaratan tertentu.

Jika diperhatikan dengan seksama, maka penggolongan atau

pengklasifikasian atau pengketagorian jenis kendaraan bermotor di Indonesia

dikeluarkan oleh 3 instansi terkait yang semuanya berbeda-beda yaitu Kepolisian

(Samsat), Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta Departemen

Perhubungan.

3.4 Spesifikasi Kendaraan

Spesifikasi kendaraan tidak dapat dijelaskan secara rinci karena banyaknya

jenis/tipe kendaraan yang beredar di Indonesia. Maing-masing memiliki

kualifikasi dan spesifikasi yang berbeda-beda tergantung pabrikan yang

memproduksinya. Bahkan dalam satu produk kendaraan, setiap tipe mempunyai

spesifikasi yang berbeda-beda.

Page 37: Kajian Geometrik Jalan

37Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Secara umum dapat dijelaskan bahwa spesifikasi kendaraan yang baik

harus memenuhi standar kendaraan untuk diproduksi. Dalam hal ini pemerintah

harus membuat peraturan standar dalam pembuatan kendaraan pabrikan dengan

mengatur SNI-nya. Tetapi, dalam kenyataannya setiap pabrikan kendaraan

mempunyai standar masing-masing dan pada beberapa merk tertentu sudah

memiliki standar yang diatas rata-rata, artinya standar yang digunakan lebih baik

dari standar yang biasa.

Kendaraan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Memenuhi syarat kenyamanan

Memenuhi syarat keamanan bagi pengguna

Kedua syarat tersebut menjadi penentu apakah layak atau tidak kendaraan tersebut

diproduksi. Tentunya dengan adanya syarat tersebut, maka akan muncul

spesifikasi yang lebih khusus untuk masing-masing jenis kendaraan.

3.5 Komentar dan Kajian

Pengklasifikasian kendaraan yang terbaru semakin jelas. Dengan

perkembangan teknologi tentunya mempengaruhi klasifikasi kendaraan yang ada.

Klasifikasi ini penting untuk kepentingan berbagai pihak. Kendaraan jika

diklasifikasikan secara jelas dan lebih spesifik akan memudahkan dalam

penggolongan kendaraan. Pembagian kelas jalan akan lebih efektif karena

kendaraan yang diklasifikasikan semakin jelas.

Page 38: Kajian Geometrik Jalan

38Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB IV

KESELAMATAN LALU LINTAS

4.1 Pendahuluan

Keselamatan lalu lintas menjadi penting karena akhir-akhir ini banyak

terjadi kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar diakibatkan oleh kelalaian

pengemudi yang mengendarai kendaraan. Dalam kecelakaan lalu lintas ada tiga

pihak yang bertanggung jawab diantaranya adalah Pihak Pekerjaan Umum dalam

hal perencana jalan, pihak Jasa Marga atau Departemen Perhubungan yang

kaitannya dengan pemberian izin dan tata kelola penggunaan jalan, serta pihak

kepolisian yang bertanggung jawab atas keamanan dan pengaturan prilaku

pengguna kendaraan.

Menurut saya, ketiga pihak tersebut sudah berupaya maksimal dalam

peningkatan keselamatan lalu lintas. namun pada kenyataannya ada beberapa

oknum yang “mempolitisasi” kebijakan yang mengatasnamakan keselamatan lalu

lintas. Ada beberapa kebijakan dalam hal keselamatan lalu lintas yang kurang

saya setujui, diantaranya adalah pengguna kendaraan roda dua (motor) wajib

menyalakan lampu setiap saat. Menurut saya, kebijakan tersebut kurang “pas”

digunakan di Indonesia. Saran yang saya berikan adalah lebih baik meningkatkan

kinerja dalam ketegasan seperti contoh : pihak kepolisian dengan tegas menilang

kendaraan yang melanggar rambu lalu lintas tanpa pandang bulu. Dengan begitu

akan ada efek jera bagi masyarakat yang pernah ditilang tersebut.

Meskipun kebijakan ini kurang populer, tapi kita wajib mendukung

kebijakan tersebut supaya kita tahu dan merasakan manfaat dari kebijakan

tersebut. Dengan begitu jika sudah dicoba dan kebijakan tersebut kurang tepat,

maka kebijakan tersebut bisa ditinjau ulang.

Menurut saya, faktor utama untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas

adalah dengan membangun budaya berkendara yang santun. Setiap orang saling

menghargai dengan pengendara yang lain dan tidak saling egois. Dengan begitu

lalu lintas akan menjadi lebih tertib dan nyaman untuk dilalui.

Page 39: Kajian Geometrik Jalan

39Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

4.2 Pengertian Keselamatan Lalu Lintas

Masalah keselamatan lalu lintas dewasa ini menjadi salah satu isu utama

dalam perencanaan transportasi. Ketidak-efektifan pengoprasian lalu lintas dapat

dilihat dari seberapa jauh tingkat kongesi dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi di

suatu sistem jaringan yang ada.

Keselamatan lalu lintas muncul karena tidak tertibnya pengendara

kendaraan bermotor dan meningkatnya kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan terjadi

pada dasarnya merupakan resultan dari pengemudi, kendaraan, dan lingkungan

jalan. Elemen-elemen tersebut baik secara individual maupun kombinasi dapat

menyebabkan kecelakaan.

4.3 Peraturan Keselamatan Lalu Lintas

Menurut buku Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992

Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Beserta Peraturan Pelaksanaannya PP

Nomor 41, 42, 43 dan 44 Tahun 1993 (dikutip dari halaman 174 pada Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tentang Prasarana Lalu Lintas),

kecelakaan lalu lintas adalah : Suatu peristiwa di jalan yang tidak ada disangka-

Page 40: Kajian Geometrik Jalan

40Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

sangka dan tidak disengaja melibatkan kendaraaan atau pemakai jalan lainnya,

mengakibatkan korban jiwa atau kerugian lainnya.

Di dalam buku tersebut, korban kecelakaan lalu lintas dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu :

1. Korban meninggal

Korban meninggal adalah korban yang sudah dipastikan meninggal sebagai

akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama tiga hari setelah

kecelakaan tersebut.

2. Korban luka berat

Korban luka berat adalah korban yang karena luka-lukanya menderita cacat

tetap atau dirawat dalam jangka waktu lebih dari tiga puluh hari sejak terjadinya

kecelakaan.

3. Korban luka ringan

Korban luka ringan adalah korban yang tidak termasuk dalam pengertian

korban meninggal dan korban luka berat.

A. Jenis dan Bentuk Kecelakaan

Kecelakaan Lalu lintas dapat digolongkan atas tiga jenis menurut akibat

dari kecelakaan tersebut, yaitu :

1. Kecelakaan dengan korban meninggal

2. Kecelakaan dengan korban luka-luka

3. Kecelakaan dengan kerugian dan kerusakan kendaraan

Sedangkan pelanggaran antara kendaraan bermotor dapat diklasifikasikan

menurut bentuk kejadian kecelakaannya, yaitu :

1. Tabrakan depan yaitu dua kendaraan yang tabrakan dengan berlawanan arah.

2. Tabrakan sudut atau samping yaitu tabrakan antara dua kendaraan yang

bergerak dalam dua arah yang berbeda dan bukan berlawanan.

3. Tabrakan depanbelakang yaitu tabrakan yang terjadi pada dua buah

kendaraan yang sedang berjalan pada arah yang sama.

4. Tabrakan sisi yaitu sebuah kendaraan yang dilanggar oleh kendaraan lain dari

samping pada waktu bejalan di jalan yang sama atau berlawanan, biasanya

terjadi pada jalur yang berbeda.

Page 41: Kajian Geometrik Jalan

41Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

5. Tabrakan belakang yaitu kendaraan yang mundur sehingga menabrak

kendaraan yang ada di belakangnya.

B. Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Pada umumnya kecelakaan lalu lintas diakibatkan oleh kombinasi

beberapa faktor pendukung antara lain, yaitu :

1. Faktor Manusia

Pelanggaran atau tindakan yang berbahaya oleh pengemudi, seperti ugal-

ugalan, pengemudi dalam kondisi tidak sadar atau terpengaruh alkohol, karena

pejalan kaki, seperti menyeberang jalan tidak hati-hat i.

2. Faktor Kendaraan

Kendaraan yang digunakan tidak memenuhi standar kendaraan yang baik

seperti tanpa rem yang baik, tanpa lampu penerangan, tanpa lampu tangan

tanda berbahaya.

3. Faktor Jalan

Jalan yang dilalui kendaraan kurang baik seperti kurangnya lebar badan

jalan sehingga kendaraan melewati jalur lawan, jalan licin.

4. Faktor cuaca

Cuaca yang buruk seperti hujan, kabut dan angin kencang.

Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa kecelakaan lalu-lintas

merupakan wujud kegagalan dalam interaksi perjalanan dari pengemudi, pejalan

kaki, kendaraan, jalan dan cuaca.

C. Kewajiban yang Harus Ditaati oleh Pengemudi Kendaraan Bermotor

Kewjiban yang harus ditaati oleh pengemudi kendaraan bermotor antara

lain :

1. Penggemudi kendaraan bermotor yang terlibat peristiwa kecelakaan lalu lintas

wajib :

a. Menghentikan kendaraannya,

b. Menolong orang yang menjadi korban kecelakaan dan

c. Melaporkan kecelakaan tersebut kepada Pejabat Polisi Negara Republik

Page 42: Kajian Geometrik Jalan

42Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Indonesia terdekat.

2. Apabila pengemudi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada no.1

oleh karena keadaan memaksa tidak dapat melaksanakan ketentuan sebagaimana

dimaksudkan pada no.1 huruf a dan b, kepadanya tetap diwajibkan segera

melaporkan diri kepada Pejabat Polisi Republik Indonesia terdekat.

3. Pengemudi kendaraan bermotor bertanggung jawab atas kerugian yang diderita

oleh penumpang atau pemilik barang atau pihak ketiga, yang timbul karena

kelalaian atas kesalahan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor,

(dikutip dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahu 1992 Tentang

Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan Beserta Peraturan Pelaksanaannya PP No.41,

42,43 dan 44 tahun 1993 halaman 10-11).

4.4 Metode Penanggulangan Kecelakaan

Metode penanggulangan keselamatan secara garis besar meliputi :

a) Metode pre-emptif (penangkalan),

b) Metode preventif (pencegahan), dan

c) Metode represif (penanggulangan)

Pengelompokan 3 jenis metode tersebut merupakan kerangka pola

penanggulangan keselamatan yang didasarkan kepada pokok pemikiran bahwa

setiap kecelakaan yang terjadi (dalam bentuk apa pun), pada hakikatnya

merupakan resultan dari adanya korelasi antara berbagai faktor-faktor

penyebabnya, secara ekskalasi mulai dari tingkatan yang paling dini sampai

dengan faktor penyebab terjadinya peristiwa kecelakaan. Terhadap ketiga faktor

penyebab kecelakaan tersebut, maka metode penanggulangannya secara singkat

adalah sebagai berikut :

a) Metode pre-emptif, diarahkan untuk mengeliminasi FKK agar tidak

berkembang menjadi PH atau bahkan AF

b) Metode preventif, diarahkan untuk mengamankan kondisi PH (yang sudah

sangat rawan/potensial terhadap terjadinya gangguan)

c) Metode represif, berupa penindakan terhadap setiap bentuk yang terjadi.

Page 43: Kajian Geometrik Jalan

43Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

Metode Pre-Emptif

Metode pre-emptif sebagai upaya penangkalan di dalam menanggulangi

kecelakaan lalu lintas, pada dasarnya meliputi perekayasaan berbagai bidang yang

berkaitan dengan masalah transportasi, yang dilaksanakan melalui koordinasi

yang baik antar instansi terkait, maka kita akan lebih mampu mengantisipasi dan

mengeliminasi secara dini dampak-dampak negatif yang mungkin akan timbul.

Metode pre-emptif dalam menanggulangi kecelakan lalu lintas secara arbitrasi

dapat diimplementasikan melalui tindakan terpadu di dalam :

1) Perencanaan pengembangan kota.

2) Perencanaan tata guna lahan.

3) Perencanaan pengembangan transportasi.

4) Perencanaan pengembangan angkitan umum, yang meliputi:

• Perencanaan jenis, ukuran, kapasitas kendaraan-kendaraan bermotor yang sesuai

dan serasi dengan tingkat kebutuhan masyarakat, kondisi daerah-daerah yang akan

dilayani, jaringan jalan, serta perencanaan proyeksi kebutuhan transportasi di

masa mendatang.

• Perencanaan pengembangan angkutan umum yang berorientasi kepada

pemakaian ruas jalan dengan mempertimbangkan dampak sosial, dampak

lingkungan dan tingkat keselamatannya.

• Perencanaan pengembangan industri kendaraan bermotor yang layak untuk

menunjang perencanaan angkutan umum secara lebih efisien dan efektif.

5) Perencanaan yang menyangkut komponen-komponen sistem lalu lintas.

Metode Preventif

Metode preventif adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk mencegah

terjadinya kecelakaan lalu lintas, yang dalam bentuk konkretnya berupa kegiatan-

kegiatan pengaturan lalu lintas, penjagaan tempat-tempat rawan, patroli,

pengawalan dan lain sebagainya.

Mengingat bahwa kecelakaan lalu lintas itu dapat terjadi karena faktor

jalan, faktor manusia, dan faktor lingkungan secara simultan (dalam satu sistem,

yaitu sistem lalu lintas) maka upaya-upaya pencegahannya pun dapat ditujukan

Page 44: Kajian Geometrik Jalan

44Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

kepada pengaturan komponen-komponen lalu lintas tersebut serta sistem lalu

lintasnya sendiri.

Secara garis besar, upaya-upaya tersebut diuraikan sebagai berikut :

1) Upaya pengaturan faktor jalan

a) Karakteristik prasarana jalan akan mempengaruhi intensitas dan kualitas

kecelakaan lalu lintas, maka dalam pembangunan setiap jaringan jalan harus

disesuaikan dengan pola tingkah laku dan kebiasaan pemakai jalannya.

b) Lebar jalan yang cukup, permukaan yang nyaman dan aman, rancangan yang

tepat untuk persimpangan dengan jarak pandang yang cukup aman, dilengkapi

dengan rambu-rambu, marka jalan dan tanda jalan yang cukup banyak dan cukup

jelas dapat dilihat (informatif), lampu penerangan jalan yang baik, serta koefisien

gesekan permukaan jalan yang sesuai dengan standar geometrik.

2) Upaya pengaturan faktor kendaraan

a) Faktor karakteristik kendaraan juga sering membawa dampak tingginya

intensitas dan kualitas kecelakaan lalu lintas, kendaraan harus dirancang,

dilengkapi dan dirawat sebaik-baiknya. Kecelakaan lalu lintas dapat dihindari

apabila kondisi kendaraan prima, stabil.

b) Kepakeman rem dan berfungsinya lampu-lampu adalah erat kaitannya dengan

perawatan. Karena itu perlu pemeriksaan rutin melalui pengujian berkala yang

dilaksanakan tanpa ada toleransi.

3) Upaya pengaturan faktor manusia

a) Faktor pemakai jalan merupakan elemen yang paling kritis dalam sistem lalu

lintas, karena kesalahan pejalan itu sendiri yang pada umumnya lengah,

ketidakpatuhan pada peraturan, dan mengabaikan sopan santun berlalu lintas.

b) Metode yang diterapkan dalam meningkatkan unjuk kerja pengemudi adalah

dengan tes kesehatan fisik dan psikis, dengan pendidikan dan latihan.

c) Pendidikan dan latihan harus mencakup pelajaran tentang sopan santun berlalu

lintas. Penelitian tentang penyebab kecelakaan adalah mereka yang berpendidikan

Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas. Fakta ini menunjukan

adanya hubungan yang erat antara usia dan tingkat pendidikan dengan kecelakaan

lalu lintas di jalan.

Page 45: Kajian Geometrik Jalan

45Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

d) Informasi tentang situasi lalu lintas dan keselamatan lalu lintas melalui bentuk

kegiatan olah raga, eksibisi maupun melalui media massa.

e) Penegakan hukum, pengawasan dan pemberian sanksi hukuman harus tetap

terapkan seefektif mungkin agar pemakai jalan selalu menaati peraturan.

4) Upaya pengaturan lingkungan

a) Peningkatan pajak kendaraan, retribusi parkir mungkin akan dapat mengurangi

beroperasinya kendaraan pribadi dan akan menggiring untuk memakai saranan

transportasi umum.

b) Kecelakaan lalu lintas dapat ditekan apabila tata guna tanah dikontrol dan

dikendalikan dengan memperpendek jarak perjalanan serat mempromosikan

sarana transportasi umum yang aman.

c) Pembangunan daerah pemukiman akan dapat mengurangi perjalanan

perorangan, sehingga akan dapat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

5) Upaya pengaturan sistem lalu lintas

Tujuan dibuatnya peraturan lalu lintas adalah untuk kepentingan pengendalian

umum kepada pemakai jalan, kendaraan dan prasarana jalan serta interaksinya di

dalam sistem lalu lintas. Sebagaimana yang diatur di dalam UU No 14/1992

adalah masalah prasarana, kendaraan, pengemudi dan pejalan kaki serta tata cara

berlalu lintas.

6) Upaya pengaturan pertolongan pertama pada gawat darurat

Peningkatan pelayanan gawat darurat melalui penataan organisasi, penyediaan

fasilitas, kemudahan kontak serta tersedianya tenaga para medis, akan sangat

berperan dalam upaya penanggulangan kecelakaan lalu lintas.

Metode Represif

Tindakan represif dilakukan terhadap setiap jenis pelanggaran lalu lintas atau

bentuk penanganan kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Penegakan hukum

yang dilakukan secara efektif dan intensif, pada hakekatnya bukan semata-mata

ditujukan untuk memberikan pelajaran secara paksa atau untuk menghukum

kepada setiap pelanggar yang bertindak, namun juga dimaksudkan untuk

menimbulkan kejeraan bagi yang bersangkutan agar tidak mengulangi

perbuatannya lagi.

Page 46: Kajian Geometrik Jalan

46Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

4.5 Tugas dan Peran Instansi Terkait

Tugas dan kewajiban masing-masing instansi dapat diuraikan sebagai

berikut :

a. Instansi Pembina LLAJ

Sebagai koordinator, instansi ini berkewajiban untuk :

1) Melakukan identifikasi, diagnosis, dan analisis

2) Menyampaikan hasil kegiatan butir 1) terkait yaitu kepada POLRI dan instansi

yang bertanggung jawab dalam pembinaan jalan.

3) Membahas alternatif-alternatif upaya penanggulangan dengan POLRI dan

instansi yang bertanggung jawab dalam bidang pembinaan jalan dan usulan

program penanggulangan terpadu.

4) Melakukan evaluasi bersama atas pelaksanaan program penanggulangan

kecelakaan lalu lintas.

b. POLRI

Dalam rangka koordinasi penanggulangan kecelakaan lalu lintas, POLRI

berkewajiban :

1) Mengisi laporan kecelakaan lalu lintas dan menghimpun laporan kecelakaan

lalu lintas yang diisi oleh instansi pembina LLAJ dan instansi pembina jalan.

2) Merekam data laporan kecelakaan lalu lintas dalam media yang disepakati dan

menyampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab dalam bidang LLAJ.

3) Menyampaikan data pelanggaran lalu lintas dan pelaksanaan penegakan hukum

kepada instansi yang bertanggung jawab dalam bidang LLAJ.

c. Instansi Pembina Jalan

Dalam rangka koordinasi penanggulangan kecelakaan lalu lintas, instansi pembina

jalan berkewajiban :

1) menyampaikan laporan hasil penelitian kecelakaan yang menjadi tanggung

jawabnya kepada POLRI.

2) menyampaikan data keadaan jaringan jalan dan lingkungannya kepada Instansi

pembina LLAJ

Page 47: Kajian Geometrik Jalan

47Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

4.6 Komentar dan Kajian

Berdasarkan penjelasan diatas, secara hukum keselamatan berlalulintas

belum bisa menjamin pengemudi akan selamat dalam berkendara. Kondisi budaya

berkendara yang buruk menyebabkan banyaknya kecelakaan yang terjadi di

Indonesia. Dilihat dari asuransi pun masih murah. “Harga” nyawa di Indonesia

masih murah, terbukti jika ada kecelakaan santunan yang diberikan oleh pihak

pemerintah masih kecil.

Peraturan Keselamatan lalu lintas harus dibuat secara jelas dan setiap

warga negara harus mengetahui aturan tersebut. Kerjasama antara Instansi yang

berkaitan harus dipererat. Sebagai contoh pihak kepolisian harus mampu

mengendalikan kebiasaan buruk berkendara masyarakat Indonesia.

Tapi, dalam beberapa kebijakan menurut saya ada yang patut diperbaharui.

Contoh kebijakan yang menurut saya tidak populer yaitu kendaraan roda dua

(motor) yang harus menyalakan lampu utama setiap saat. Kebijakan tersebut

tentunya bertentangan dengan aspek lingkungan. Dengan dinyalakannya lampu

utama pada siang hari, maka suhu udara makin meningkat.

Sejauh ini, aturan yang dibuat pemerintah kurang efektif dikarenakan

kurang adanya tindakan yang tegas mengenai pelanggaran rambu-rambu lalu

lintas. Saya berharap semoga permasalah dalam keselamatan dapat cepat

diselesaikan dan tentunya semua orang harus mendukung program pemerintah

tentang keselamatan lalu lintas.

Page 48: Kajian Geometrik Jalan

48Geometrik Jalan | Teknik Sipil 2010

Universitas Pendidikan Indonesia

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Klasifikasi dan Spesifikasi jalan raya dan kendaraan, serta keselmatan

berlalu lintas mempunyai hubungan yang sangat erat satu dengan yang lainnya.

Jalan yang dibuat harus digunakan oleh kendaraan tertentu yang layak untuk

menggunakan sesuai dengan klasifikasi jalan dan kendaraan. Setelah itu terpenuhi,

maka harus ada peraturan yang mengatur supaya pengendara kendaraan dan jalan

raya tidak seenaknya menggunakan jalan, ini dilakukan demi adanya keselamatan

dalam berlalu lintas. Ketiga elemen tersebut harus di dukung oleh masyarakat.

Masyarakat harus mempunyai rasa tanggung jawab dalam menggunakan jalan,

harus santun dalam berkendara supaya keselamatan lalu lintas dapat terealisasi.

Keselamatan berlalu lintas merupakan akibat dari baiknya sistem

pengklasifikasian dan spesifikasi jalan dan kendaraan, yang banyak menyebabkan

kecelakaan lalu lintas sebagian besar adalah faktor “human error”.

5.2 Saran

Dalam perkembangan ilmu rekayasa sipil khususnya di bidang transportasi

membuat banyak kemajuan dalam keselamatan lalu lintas. Tentunya semua pihak

harus mendukung perkembangan ilmu ini dengan cara mentaati peraturan yang

dibuat supaya penggunaan jalan menjadi optimal.