KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESA …

139
i KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESA SAMBAK KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh Munawaroh 082160243 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2012

Transcript of KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA JAWA DI DESA …

i

KAJIAN FONOLOGI DAN LEKSIKOLOGI BAHASA

JAWA DI DESA SAMBAK KECAMATAN KAJORAN

KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Munawaroh

082160243

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2012

ii

iii

iv

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto:

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al Insyiroh: 7).

2. Katakan pada diri sendiri, saya adalah pribadi yang akan berhasil, ada atau

tidak ada persetujuan orang lain. Karena keberhasilan yang cantik itu adalah

kita berhasil mencapai yang tadinya diragukan orang lain (Mario Teguh).

3. Kesuksesan adalah hasil usaha keras, ketekunan, kesabaran, kebenaran dalam

bertindak dan berfikir. Akhirnya menyerahkan segala sesuatu kepada Yang

Maha Kuasa (R.A. Kartini).

4. Keberhasilan dapat dicapai bukanlah karena harta dan kekayaan semata,

tetapi dari jiwa yang pantang menyerah dan selalu mengharapkan

kemenangan (Jerry. H).

Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk

1. Kedua orang tuaku (Janatun dan Isrowiyah)

yang telah memberikan kasih sayang, motivasi

serta doa tiada henti.

2. Adikku tercinta.

3. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Bahasa

dan Sastra Jawa, khususnya kelas A `08.

4. Almamaterku.

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dalam menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang” dapat berjalan dengan lancar. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa

dan Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. H. Supriyono, M. Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang telah memberikan kesempatan penulis menimba ilmu di

Universitas Muhammadiyah Purworejo sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini untuk mendapat gelar sarjana;

2. Drs. H. Hartono, M.M., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberi izin dan rekomendasi kepada penulis

mengadakan penelitian dan pengumpulan data untuk penyusunan skripsi;

3. Yuli Widiyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa

Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan bekal ilmu

serta perhatian dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini;

4. Drs. H. Bagiya, M.Hum, selaku dosen pembimbing I dan Ibu Herlina

Setyowati, S.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

penuh kesabaran dalam memberi petunjuk, arahan, masukan serta motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

5. Kedua orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang, motivasi serta doa

tiada henti;

vii

viii

ABSTRAK

Munawaroh. 2012. “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”. Pendidikan Bahasa dan

Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan variasi fonologi bahasa Jawa

di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dan mendeskripsikan

variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang.

Subjek Penelitian ini adalah warga Desa Sambak Kecamatan Kajoran

kabupaten Magelang. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode

pupuan lapangan yang telah dilengkapi dengan instrumen. Instrumen tersebut

berupa daftar pertanyaan data Swadesh sebanyak 717 pertanyaan yang tediri dari

kosa kata dan kata dasar berupa kata bilangan, waktu dan musim, ukuran, bagian

tubuh manusia, kata ganti orang, istilah kekerabatan, pakaian dan perhiasan,

binatang, jabatan pemerintah desa, bagian tubuh binatang, tumbuhan, bagian-

bagian buah, dan hasil olahannya, alam, rumah dan bagian-bagiannya, alat,

penyakit dan obat, arah dan mata angin, aktivitas, sifat, warna, bau dan rasa.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode pupuan lapangan, yaitu

pencatatan langsung dan perekaman. Penulis melakukan wawancara langsung

kepada informan yang sesuai dengan kriteria dan merekamnya. Teknik analisis

data menggunakan metode distribusional, dengan teknik oposisi pasangan

minimal. Selanjutnya, teknik penyajian data menggunakan metode formal dan

informal.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bahasa Jawa di Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ada persamaan dan perbedaan

dengan bahasa Jawa standar. Dari aspek fonologi terdapat sedikit perbedaan yaitu

pengucapan fonem /i/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang banyak direalisasikan /I/ dan fonem /u/ umumnya ucapkan

/U/. Dari aspek leksikon dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang terdapat kosa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa

standar, seperti kata: enthol- enthol [enTOl- enTOl] yang dalam bahasa Indonesia

berarti betis, biasanya dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol

[kempOl], benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,

sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ], trayek

[trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek, sedangkan dalam bahasa

Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?], gajik [gaji?] yang dalam bahasa

Indonesia artinya dari, dalam bahasa Jawa standar disebut dengan seka [sȇkↄ],

mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras ( sifat), dalam

bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel [mrEŋkEl]. pukul [pUkUl] dalam

bahasa Indonesia berarti palu, dalam bahasa Jawa standar disebut martil [martIl].

Kata kunci: Fonologi bahasa Jawa, leksikologi

ix

ABSTRAK

Munawaroh. 2012. “Kajian Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”. Pendidikan Bahasa dan

Sastra Jawa. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Purworejo.

Ancas panaliten menika kangge ngandharake variasi fonologi bahasa Jawa

wonten Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang kaliyan

nggambaraken variasi leksikon bahasa Jawa wonten Desa Sambak kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang.

Subjek panaliten menika warga Desa Sambak Kecamatan Kajoran

kabupaten Magelang. Metode panaliten ingkang dipunginaaken inggih menika

metode pupuan lapangan ingkang sampun dipunjangkepi kaliyan instrumen.

Instrumen kasebat arupi daftar pitakenan data Swadesh cacahipun 717 pitakenan

inggih menika saking tembung-tembung kaliyan tembung lingga arupi tembung

wilangan, wekdal dan musim, ukuran, bagian tubuh manungsa, tembung sesulih,

istilah kekerabatan, busana kaliyan perhiasan, kewan, jabatan pemerintah desa,

bagian kewan, tetaneman, bagian-bagian buah, kaliyan asil olahanipun, alam,

griya kaliyan bagian-bagianipun, alat, penyakit kaliyan obat, arah kaliyan mata

angin, aktivitas, kahanan, warni, ambu kaliyan raos. Salajengipun panyerat

ginaaken metode pupuan lapangan, inggih menika dipuncatat langsung kaliyan

dipunrekamr. Panyerat nindakake wawancara langsung dhumateng informan

ingkang sesuai kaliyan kriteria sinambi dipunrekam. Teknik analisis data

ngginaaken metode distribusional, kaliyan teknik oposisi pasangan minimal.

Salajengipun, teknik penyajian data ngginaaken metode formal kaliyan informal.

Adhedasar asil panaliten, saged dipun pundhut dhudutan, menawi bahasa

Jawa wonten Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang wonten

saminipun lan bentenipun kaliyan bahasa Jawa standar. saking aspek fonologi

sekedhik bentenipun inggih menika ucapan fonem /i/ wonten Bahasa Jaw Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang kathah dipunrealisasiaken /I/

dan fonem /u/ umumipun dipunucapaken /U/. saking aspek leksikon, bahasa Jawa

Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang wonten tembung

ingkang benten kaliyan bahasa Jawa standar, kados tembung : enthol- enthol

[enTOl- enTOl] wonten bahasa Indonesia maknanipun betis, biasanipun wonten

bahasa Jawa standar kasebut kaliyan kempol [kempOl], benthok [bȇnTo?] wonten

bahasa Indonesia maknanipun babi hutan, menawi wonten bahasa Jawa standar

kasebut celeng [cElEŋ], trayek [trayE?] wonten bahasa Indonesia maknanipun

tukang ojek, menawi wonten bahasa Jawa standar kasebut kaliyan ojek [ojE?],

gajik [gaji?] wonten bahasa bahasa Indonesia maknanipun dari, wonten bahasa

Jawa standar kasebut kaliyan seka [sȇkↄ], mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] wonten

bahasa Indonesia maknanipun keras (sifat), wonten bahasa Jawa standar kasebut

kaliyan mrengkel [mrEŋkEl]. pukul [pUkUl] wonten bahasa Indonesia

maknanipun palu, wonten bahasa Jawa standar kasebut kaliyan martil [martIl].

Tembung Wigati: Fonologi bahasa Jawa, leksikologi

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ..................................................................................................... viii

ABSTRAK ....................................................................................................... ix

DAFTAR ISI. ................................................................................................... x

DAFTAR LAMBANG .................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Penegasan Istilah ..................................................................... 5

C. Identifikasi Masalah ................................................................ 6

D. Batasan Masalah ..................................................................... 6

E. Rumusan Masalah ................................................................... 7

F. Tujuan Penelitian .................................................................... 7

G. Manfaat Penelitian .................................................................. 7

H. Sistematika Skripsi. .................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI ....................... 9

A. Tinjauan Pustaka .................................................................... 9

B. Kajian Teori ............................................................................ 11

1. Pengertian Dialek ................................................................. 11

xi

2. Ciri-ciri Dialek ................................................................... 12

3. Ragam-ragam Dialek ......................................................... 13

4. Fonologi .............................................................................. 15

5. fonotaktik ............................................................................ 23

6. Leksikon ............................................................................. 23

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 26

A. Jenis Penelitian ....................................................................... 26

B. Sumber Data ............................................................................ 27

C. Tempat Penelitian .................................................................... 27

D. Subjek Penelitian ...................................................................... 27

E. Objek Penelitian .............................................................................. 28

F. Instrumen Penelitian ............................................................... 28

G. Teknik Pengumpulan data ....................................................... 35

H. Teknik Analisis data ................................................................. 29

I. Teknik Penyajian Data ............................................................. 30

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ............................. 31

A. Penyajian Data ........................................................................ 31

B. Pembahasan Data ..................................................................... 54

1. Fonologi . ........................................................................... 54

a. Fonem Vokal .................................................................. 54

b. Fonem Konsonan ........................................................... 61

c. Gabungan Konsonan ...................................................... 71

d. Fonotaktik ...................................................................... 75

2. Leksikon ............................................................................ 77

BAB V PENUTUP .................................................................................... 79

A. Kesimpulan ............................................................................. 79

B. Saran ....................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii

DAFTAR LAMBANG

BJSt : Bahasa Jawa Standar

BJDS : Bahasa Jawa Desa Sambak

/…/ : fonem

[…] : morfem

ↄ : vokal /a/ rendah

I : vokal /i/ rendah

U : vokal /u/ rendah

E : variasi vokal /e/

ȇ : variasi vokal /e

ŋ : konsonan /ng/

η : konsonan /ny/

T : konsonan /th/

D : konsonan /dh/

V : fonem vokal

K : fonem konsonan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Kaidah Perwujudan Vokal Bahasa Jawa .......................................... 18

Tabel 2 : Contoh pemakaian Vokal di dalam Kata .......................................... 19

Tabel 3 : Konsonan Bahasa Jawa ..................................................................... 20

Tabel 4 : Contoh Pemakaian Huruf Konsonan Bahasa Jawa .......................... 21

Tabel 5 : Contoh Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan dalam kata ............. 22

Tabel 6 : Contoh Leksikon Bahasa Jawa Standar ............................................ 24

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing I

Lampiran 2. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing II

Lampiran 3. Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Lampiran 4. Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 5. Daftar kata Swadesh

Lampiran 6. Data informan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa pada hakikatnya adalah bunyi yang dipergunakan oleh manusia

sebagai sarana komunikasi. Bahasa dipandang sebagai sarana komunikasi yang

khas dan unik oleh penggunanya. Penggunaan suatu bahasa untuk berinteraksi

antarwarganya bila diperhatikan dengan seksama bahasa yang digunakan warga

satu dengan yang lain agak berbeda dengan bahasa yang dipergunakan oleh warga

lainnya. Perbedaan bentuk penggunaan bahasa tersebut terdapat pada bunyi atau

lafal, pilihan kata, bahkan pada struktur kalimatnya.

Tuturan bahasa terdiri atas bunyi. Bukan sembarang bunyi saja, melainkan

bunyi tertentu, yang agak berbeda- beda menurut bahasa tertentu (Verhaar, 2010:

10). Bentuk penggunaan bahasa yang menunjukkan perbedaan kecil maupun

besar, baik berupa perbedaan- perbedaan satuan bunyi fonem sampai pada

pengungkapan kalimatnya, itulah yang disebut variasi bahasa. Tidak ada satu

bahasapun di dunia ini yang tidak mempunyai variasi.

Variasi bahasa dapat berwujud perbedaan ucapan seseorang dari waktu ke

waktu yang lain dan perbedaan suatu tempat ke tempat yang lain dengan

memperhatikan lafal, intonasi atau perbedaan kata yang diucapkan oleh para

penuturnya. Jadi, variasi bahasa yang ada sangatlah banyak jumlahnya.

Banyaknya variasi bahasa ini tidak lain disebabkan karena setiap pemakai bahasa

memiliki cara dan ragam berbahasa secara khusus, yaitu antara pemakai bahasa

1

2

yang satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan. Ragam perkembangan cara

inilah yang disebut idiolek. Tiap orang merupakan pembentuk idiolek yang

mempunyai ciri khas bahasa sendiri- sendiri. Jadi, idiolek adalah ciri-ciri

keseluruhan cara berbahasa seseorang sejauh mulai berbicara sampai tua.

Menurut Uhlenbeck, bahasa Jawa mempunyai 4 dialek dan 13 subdialek

(Sutikno, 2003: 1). Dialek- dialek tersebut antara lain: dialek Banyumas, dialek

Pesisir, Surakarta, dan Jawa Timur. Adapun subdialek tersebut antara lain

meliputi: Purwokerto, Kebumen, Pemalang, Banten Utara, Tegal, Semarang,

Madiun, Rembang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Banyuwangi. Sering

kita jumpai bahwa setiap daerah memiliki dialek bahasa Jawa yang berbeda- beda

baik dari segi pelafalan maupun pemerolehan katanya.

Para penutur dalam suatu dialek, meskipun mereka mempunyai idiolek

berbeda, namun memiliki kesamaan ciri yang menunjukkan bahwa mereka berada

dalam suatu dialek. Misalnya, dialek Surabaya memiliki ciri yang berbeda dengan

dialek Tegal atau Banyumas. Variasi bahasa yang ada menunjukkan bahwa bahasa

itu beragam walaupun variasi tersebut secara umum memiliki kaidah kebahasaan

yang sama, masing- masing bahasa mempunyai kekhasan sendiri- sendiri.

Bahasa merupakan salah satu bagian dala kebudayaan yang ada pada

semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai

bagian dari kebudayaan, bahasa juga turut ambil bagian dalam peran manusia

karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus berkembang sesuai dengan

perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Karena bagian dari budaya dan

peranannya terhadap manusia inilah, maka bahasa perlu dilestarikan, terutama

3

yang berkenaan dengan pemakaian bahasa daerah, karena merupakan lambang

identitas suatu daerah, masyarakat, keluarga dan lingkungan.

Kedudukan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah di Indonesia dijamin

keberadaannya berdasarkan UUD 1945 Bab XV pasal 36. Dalam pasal ini

dinyatakan bahwa bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat

perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakaiannya dihargai dan

dipelihara oleh Negara. Dengan demikian bahasa-bahasa itu adalah bagian dari

kebudayaan Indonesia yang hidup. Bahasa daerah mempunyai tugas sebagai: (1)

lambang kebanggan daerah, (2) lambang identitas daerah, sarana berhubungan di

dalam keluarga dan masyarakat daerah, (3) sarana pengembangan serta

pendukung kebudayaan daerah (Chaer, 1995: 297).

Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan pada masyarakat

yang berada di pulau Jawa. Bahasa Jawa juga dipakai di luar pulau Jawa. Penutur

bahasa Jawa tersebar hampir meliputi seluruh pulau Jawa. Dewasa ini bahkan

dijumpai pemakaian Jawa di propinsi lain di Indonesia yang ada pemukiman

orang Jawanya, misalnya di DKI Jakarta, di daerah transmigrasi Lampung,

Sumatra, kalimantan bahkan di luar Indonesia, misalnya di Suriname. Hal ini

menunjukkan bahwa Bahasa Jawa memiliki area pemakaian yang cukup luas dan

penutur yang besar jumlahnya. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa mempunyai

keseluruhan sistem yang bersifat khas, mengatur, dan memperlihatkan variasi,

baik variasi sosial maupun variasi geografis. Adapun variasi geografis terlihat

dalam dialek-dialek. Maka dari itu, peneliti ingin mengkaji tentang bahasa Jawa di

4

Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang menunjukkan

variasi bahasa terlihat dalam dialek, di bidang fonologi.

Fonologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk- beluk bunyi bahasa.

Bunyi bahasa yang membedakan makna yakni fonem. Masing- masing bahasa

mempunyai sistem fonem yang berbeda dengan bahasa yang lainnya. Demikian

juga Bahasa Jawa mempunyai sistem fonem yang khas, baik fonem vokal maupun

fonem konsonan. Misalnya, dalam Bahasa Jawa ditemui kata wedhi “pasir” dan

wedi “ takut”, keduanya merupakan kata yang berbeda maknanya. Perbedaan

makna itu disebabkan karena adanya perbedaan bunyi pada suku kata kedua [D]

dan [d] dari masing- masing kata tersebut.

Desa Sambak merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang yang terdiri dari 10 dusun, meliputi: Sambak I,

Sambak II, Sambak III, Punduhan, Jarakan, Miriombo, Sindon, Sigaung,

Kebonlegi dan Sedan. Sebagian besar penduduk Sambak bermata pencaharian

sebagai petani, selain petani penduduknya bekerja sebagai pedagang, buruh,

tukang batu, wiraswasta dan lain sebagainya. Melihat luasnya wilayah dan

beragamnya pekerjaan yang terdapat di desa tersebut ternyata bahasa yang dipakai

tidak jauh berbeda antara dusun yang satu dengan yang lain, bahkan secara

deskriptif bahasanya sama yaitu pada kesehariannya masyarakatnya menggunakan

bahasa Jawa karena 99% adalah masyarakat Jawa asli.

Alasan melakukan penelitian di Desa Sambak karena di daerah tersebut

belum pernah dijadikan sebagai penelitian. Selain itu, di Desa Sambak dalam

aspek fonologis terdapat perbedaan dalam merealisasikan fonem. Dari aspek

5

leksikon pada bahasa Jawa Desa sambak terdapat kata yang berbeda dengan

bahasa Jawa standar. Misalnya kata aku dalam bahasa Jawa standar sedangkan

dalam bahasa Jawa di Desa Sambak diucapkan dengan nyong [ηↄŋ], betis dalam

bahasa Jawa di desa Sambak dinamai enthol-enthol [enTOl-enTOl] sedangkan

dalam bahasa Jawa standar adalah kempol [ kempOl].

B. Penegasan Istilah

Berkaitan dengan skripsi yang berjudul “ Kajian Fonologi dan Leksikologi

Bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang”, perlu

dijelaskan beberapa istilah agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkannya.

Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah fonologi, leksikon, bahasa Jawa, Desa

Sambak.

1. Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan

membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa (Chaer, 2007: 102). Dalam hal

ini adalah fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak.

2. Leksikon adalah komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang

makna dan pemakaian kata dalam bahasa (Kridalaksana, 2008: 142).

3. Bahasa Jawa adalah ragam dari bahasa daerah yang ada di Indonesia,

dipergunakan oleh masyarakat Jawa.

4. Desa Sambak

Desa yaitu kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang

mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala

desa). Setelah mengetahui pengertian desa, jadi definisi Desa Sambak

6

adalah sekelompok manusia yang tinggal disebuah desa yang bernama

Desa Sambak. Desa Sambak termasuk Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat Desa Sambak sebagian besar

menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan-

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. bagaimana variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang;

2. bagaimana variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang;

3. ada berapa fonem vokal dan fonem konsonan dalam bahasa Jawa di Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang;

4. bagaimana penggunaan bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang.

D. Batasan Masalah

Dari uraian di atas masalah yang telah diidentifikasi ruang lingkupnya

sangat luas, penulis akan membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1. bagaimana variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang;

7

2. bagaimana variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah

yang dipaparkan di bawah ini.

1. Bagaimanakah variasi fonologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang?

2. Bagaimanakah variasi leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan

Kajoran, Kabupaten Magelang?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Menentukan dan mendeskripsikan variasi fonologi bahasa Jawa di Desa

Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

2. Menentukan dan mendeskripsikan variasi leksikon bahasa Jawa di Desa

Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.

G. Manfaat Penelitian

a. Secara teoretis

Penelitian ini dapat menambah khasanah penelitian bahasa Jawa

dalam bidang bahasa, terutama tentang fonologi dan dialek bahasa Jawa.

8

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan kondisi objektif bahasa Jawa di

Desa Sambak, Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, dapat

memberikan gambaran tentang dialek-dialek bahasa Jawa. Selain itu,

penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbandingan antara bahasa Jawa

standar dengan bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika ini ditujukan untuk memberikan gambaran skripsi yang

disusun. Skripsi ini disajikan dalam lima bab yang masing-masing mencakup

subbab. Adapun sistematikanya dipaparkan di bawah ini.

Bab 1 Pendahuluan terdiri dari delapan subbab yaitu (1) Latar

Belakang, (2), Penegasan Istilah, (3) Identifikasi Masalah (4), Batasan Masalah

(Rumusan Masalah) (5), Tujuan Penelitian (6), Manfaat Penelitian dan (7)

Sistematika Skripsi. Bab II Landasan teori terdiri dari dua subbab yaitu (1)

Tinjauan Pustaka dan (2) Kajian Teoretis. Bab III berisi Metode Penelitian yang

terdiri dari (1) Jenis Penelitian, (2) Sumber Data, (3) Tempat Penelitian, (4)

Subjek Penelitian, (5) Objek Penelitian, (6) Instrumen Penelitian, (7) Teknik

Pengumpulan Data, (8) Teknik Analisis Data, (9) Teknik Penyajian Hasil

Analisis Data. Bab IV adalah penyajian dan pembahasan data yang berisi

tentang penyajian dan pembahasan hasil penelitian. Adapun bab V merupakan

penutup yang berisi simpulan dan saran.

9

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Pustaka yang mendasari penelitian ini meliputi karya-karya yang bersifat

teoretis dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di

berbagai daerah khususnya Jawa Tengah. Beberapa penelitian tentang bahasa

Jawa yang pernah dilakukan antara lain: “Kajian Fonologi dan Leksikon Dialek

Bahasa Jawa di Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen” oleh

Muh. Nurul Huda (2010). Dalam penelitian ini, Huda membahas tentang fonologi

dan leksikon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembahasan pemakaian

bahasa Jawa di Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen dari

aspek fonologi mempunyai persamaan dengan bahasa Jawa Yogyakarta yang

membedakan hanya logatnya saja. Selain itu, leksikon bahasa Jawa di Desa

Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen juga terdapat persamaan dan

perbedaan dengan bahasa Jawa standar.

Persamaan antara penelitian Huda dengan penulis lakukan yakni sama-

sama membahas fonologi dan leksikologi. Perbedaannya dengan penelitian yang

penulis lakukan adalah terletak pada lokasi penelitian. Objek penelitian Huda di

Desa mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, sedangkan penulis

melakukan penelitian di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

Perbedaan selanjutnya ditunjukkan pada tahun penelitian. Huda melakukan

9

11

penelitian tahun 2010, sedangkan penulis pada tahun 2012. Dalam pembahasan

terdapat perbedaan, yakni penulis membahas tentang fonotaktik (urutan fonem)

sedangkan Huda tidak membahas hal itu.

Penelitian tentang bahasa Jawa juga dilakukan oleh Atik Fadhilatun (2011)

yang berjudul “Analisis Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di Desa Brunorejo

Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo”. Penelitian yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa dari aspek fonologis bahasa Jawa di desa Brunorejo terdapat

sedikit perbedaan dengan bahasa Jawa standar, sedangkan dari aspek leksikon,

pada bahasa Jawa di Desa Brunorejo terdapat kata yang berbeda dengan bahasa

Jawa standar.

Fadhilatun membahas tentang fonologi dan leksikon di Desa Brunorejo

Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Dari penelitian tersebut, terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan.

Persamaannya adalah sama-sama meneliti dialek bahasa Jawa dalam aspek

fonologi dan leksikologi, sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi dan tahun

penelitian serta dalam pembahasannya. Fadhilatun melakukan penelitian di Desa

Brunorejo Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo pada tahun 2011, sedangkan

penulis mengadakan penelitian di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang pada tahun 2012. Selain itu, dalam pembahasan juga terdapat

perbedaan yaitu penulis membahas tentang fonotaktik (urutan fonem), sedangkan

fadhilatun tidak mengungkapkan hal tersebut.

Antara daerah yang satu dengan daerah yang lain di Jawa Tengah memiliki

ciri khas bahasa tersendiri. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ciri

12

khas bahasa Jawa yang ada di Desa sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang.

B. Kajian Teori

1. Pengertian Dialek

Istilah dialek berasal dari kata Yunani dialektos yang merupakan padan

kata logat. Menurut Weijnen, dialek adalah sebagai sistem kebahasaan yang

dipergunakan oleh suatu masyarakat lain yang bertetangga yang mempergunakan

sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya (Ayatrohaedi, 1983: 1).

Dialek merupakan suatu kajian dalam ilmu bahasa. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, dialek adalah (1) ujaran yang khas dimiliki oleh suatu daerah

atau kelompok; (2) bahasa yang dipakai disuatu tempat atau daerah yang agak

berbeda dengan bahasa umum; logat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

1993: 204). Menurut Kridalaksana (2008: 48), dialek adalah variasi bahasa yang

berbeda-beda menurut pemakaian kelompok, atau golongan tertentu atau

kelompok bahasanya yang hidup dalam waktu tertentu.

Berdasarkan pengertian dialek di atas, dapat disimpulkan bahwa dialek

adalah ragam bahasa yang dimiliki suatu daerah tertentu atas letak geografis, yang

digunakan oleh masyarakat untuk membedakan dengan daerah lain. Dialek

merupakan ciri yang khas dari suatu penduduk yang menempati wilayah tertentu

serta juga menjadi sebuah identitas dari daerah tertentu. Suatu masyarakat dari

bahasa tertentu dapat saling berkomunikasi dengan masyarakat lain, walaupun di

dalamnya terdapat perbedaan- perbedaan sedikit, tetapi hal tersebut tidak sampai

13

menyebabkan mereka merasa mempunyai bahasa yang berbeda, dikarenakan

mereka tetap memiliki bahasa yang sama.

2. Ciri- ciri Dialek

Menurut Meillet, ciri utama dialek adalah perbedaan dalam kesatuan, dan

kesatuan dalam perbedaan (Ayatrohaedi, 1979: 30). Dua ciri lain dari dialek yaitu

(1) dialek adalah perangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda, yang memiliki

ciri umum dan masing- masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan

bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, (2) dialek tidak harus mengambil semua

bentuk ujaran dari sebuah bahasa. Jadi, menurut pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa suatu dialek dapat muncul atau ada dalam suatu daerah yang

berbeda- beda tetapi masih dipengaruhi oleh ciri satuan bahasa yang sama.

Dialek tidak harus muncul pada suatu daerah yang berdekatan tetapi juga

dapat muncul karena dalam suatu daerah itu dihuni oleh orang banyak yang

mempunyai bahasa yang sama. Saat ini dialek bahasa Jawa tidak hanya terdapat

dalam tiga propinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa

Yogyakarta tetapi juga terdapat di propinsi lain di Indonesia yang ada pemukiman

orang Jawanya, seperti daerah-daerah transmigrasi Lampung, Sumatra Selatan,

Kalimantan. Selain itu bahasa Jawa juga dipakai di luar negeri yaitu Suriname.

Luasnya wilayah pemakaian bahasa Jawa menimbulkan dialek-dialek yang

tentunya tidak jauh berbeda dengan dialek bahasa baku. Misalnya, penutur bahasa

Jawa Banyumas akan dapat memahami penutur bahasa Jawa Yogyakarta ataupun

sebaliknya, penutur bahasa Jawa Yogyakarta dapat memahami dan mengerti

penutur bahasa Jawa Banyumas walaupun cara penuturannya berbeda.

14

Pemahaman ini muncul karena adanya kesamaan sistem dan subsistem yaitu

fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon dan semantik ( Chaer, 1995: 250).

3. Ragam- ragam Dialek

Menurut Kridalaksana, ragam- ragam dialek atau bahasa ditentukan oleh

faktor waktu, tempat, sosio-budaya, situasi, dan sarana pengungkapan

(Ayatrohaedi, 1983: 13). Dalam kenyataannya, faktor- faktor tersebut tidak dapat

berdiri sendiri, tetapi saling melengkapi. Faktor waktu, misalnya mengakibatkan

bahasa yang sama, pada masa lampau dan sekarang. Perubahan perkembangan

dialek terus berjalan hingga sekarang dan muncul apa yang disebut dialek

regional, yang sebenarnya pengaruh dari faktor waktu dan tempat yang

berkembang bersama- sama. Berdasarkan hal- hal tersebut, pada umumnya dialek

digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) dialek regional (2) dialek sosial (3)

dialek temporal.

a. Dialek Regional

Warnant mengatakan bahwa dialek regional adalah bahasa yang dipergunakan

di luar daerah pemakainya (Ayatrohaedi, 1983: 13).

b. Dialek Sosial

Menurut Kridalaksana, dialek sosial adalah ragam bahasa yang dipergunakan

oleh kelompok tertentu yang dapat membedakan antara kelompok yang satu

dengan kelompok yang lainnya (Ayatrohaedi, 1983: 13).

15

c. Dialek Temporal

Dialek temporal adalah dialek dari bahasa- bahasa yang berbeda dari waktu

ke waktu. Dialek temporal mempelajari bahasa dalam kurun waktu tertentu,

misalnya bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa baru, dan bahasa Jawa modern

merupakan dialek temporal dari bahasa Jawa ( Kridalaksana, 2008:48).

Warnant menyatakan bahwa dialek 1 atau yang disebut dialecte 1, yaitu

dialek yang berbeda-beda karena keadaan alam sekitar tempat dialek tersebut

digunakan sepanjang perkembangannya (Ayatrohaedi,1983: 13). Dialek ini

dihasilkan karena adanya dua faktor yang saling melengkapi, yaitu faktor waktu

dan faktor tempat. Dialek 2 disebut juga dialecte 2, regiolecte, atau dialekte

regional yaitu bahasa yang dipergunakan di luar daerah pemakainya

((Ayatrohaedi, 1983: 13). Menurut Kridalaksana, dialek sosial atau sosiolecte

ialah ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu, yang dengan

demikian membedakannya dari kelompok masyarakat lainnya. Kelompok ini

terdiri atas kelompok pekerja, usia, kegiatan, kelamin, pendidikan dan sebagainya

(Ayatrohaedi, 1983: 14 ).

Menurut ketiga dialek di atas, dapat disimpulkan bahwa dialek merupakan

ciri- ciri khas suatu daerah, bahasa yang berbeda dari waktu ke waktu, serta

bahasa yang dipergunakan oleh kelompok sosial tertentu. Untuk itu, agar

penelitian dapat berhasil dengan baik seorang peneliti harus mengamati secara

seksama dan dapat memahami bahasa pemakaiannya untuk dapat mempersiapkan

daftar pertanyaan yang benar- benar terarah, sehingga dapat memperoleh jawaban

yang baik dari informan yang dapat dipilih di lapangan.

16

Penelitian ini mengacu pada dialek geografi yaitu dialek 1. Lebih tepatnya

geografi dialek yaitu meneliti bahasa dengan bertumpu pada satuan ruang atau

tempat terwujudnya ragam tersebut. Adapun ruang atau tempat penelitian ini

adalah di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

4. Fonologi

Secara etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi dan logi

yang artinya ilmu. Selanjutnya, fonologi adalah bidang linguistik yang

mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa

(Chaer, 2007: 102).

Fonologi dalam bahasa Jawa disebut juga widyaswara. Widya berasal dari

bahasa Jawa kuna yang artinya ilmu dan swara berarti suara. Fonologi adalah

ilmu yang menyelidiki dan mempelajari bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya

(Satriya, 2008: 1).

Tembung widyaswara kadadosan saking tembung widya lan swara.

Tembung widya asalipun saking basa jawi kina ingkang tegesipun ilmu, wondene

tembung swara tegesipun uni utawi suwanten. Suwanten ingkang karembag

inggih menika suwanten ingkang tumata lan wonten tegesipun, sanes suwanten

inking boten tumata lan tanpa teges (Sutardjo, 2008: 41). Widyaswara (fonologi)

berasal dari kata widya dan swara. Kata widya berasal dari bahasa Jawa kuna

yang artinya ilmu dan swara berarti suara. Suara yang dimaksud adalah suara yang

mengandung makna bukan suara yang tidak memiliki makna”. Fonetik dan

fonemik sama-sama mempelajari bunyi-bunyi bahasa, hanya fonetik tanpa

17

memperhatikan fungsi bunyi bahasa sebagai pembeda makna sedangkan fonemik

memperhatikan fungsi bahasa sebagai pembeda makna (Chaer, 2007: 102).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fonologi adalah cabang

linguistik yang mempelajari seluk beluk bunyi bahasa yang mampu membedakan

arti. Fonologi mencakup bidang fonetik dan fonemik. Penelitian fonologi

bertujuan menentukan fonem- fonem suatu bahasa, baik fonem segmental maupun

fonem suprasegmental. Fonem segmental adalah fonem yang memiliki tempat di

dalam urutan sintakmatik yang berupa fona vokoid ( vokal) dan fona kontoid

(konsonan). Selanjutnya, fonem suprasegmental tidak mempunyai tempat di

dalam urutan sintakmatik. Fonem segmental disebut juga fonem prosodi yang

terdiri atas; stress ( tekanan), pitch ( nada), jeda ( persendian) ( Chaer, 2007: 120-

122). Alasan tersebutlah yang menjadikan dasar, sehingga penulis hanya akan

membahas tentang fonem segmental. Dalam hal ini penulis juga akan mengkaji

fonem vokal dan fonem konsonan bahasa Jawa yang ada di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Salah satu cara untuk membuktikan

identitas suatu fonem dalam suatu bahasa diperlukan adanya pasangan minimal.

Pasangan minimal adalah pasangan yang berupa kata tunggal ( monomorfemis)

atau akar yang memiliki arti berbeda pada sebuah bunyi bahasa yang beroperasi

atau dengan kata lain pasangan minimal adalah dua kata yang hanya mempunyai

satu perbedaan bunyi dan kedua kata itu mempunyai makna yang berbeda. Dasar

bukti identitas fonem adalah apa yang dapat kita sebut “fungsi pembeda” sebagai

sifat khas fonem itu (Verhaar, 2010: 68)

18

Menurut Subroto dkk (1991: 13-15), fonem bahasa Jawa terdiri atas huruf

vokal, huruf konsonan dan gabungan huruf konsonan.

a. Huruf Vokal

Vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan

pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apapun pada tempat

pengartikulasian manapun (Verhaar, 2010: 33). Vokal inggih menika

suwanten ingkang saged utawi gadhah uni, utawi suwanten ingkang

mungel jalaran medalipun angin saking salebetipun tutuk kanthi tanpa

pepalang (Sutardjo, 2008: 42). “vokal adalah suara yang dapat atau

mempunyai bunyi, atau suara yang keluar karena keluarnya angin dari

paru-paru kemudian dikeluarkan dari mulut tanpa hambatan”.

Uhlenbeck yang didukung oleh Ras mengatakan bahwa bahasa

Jawa mempunyai enam vokal yaitu /a/, /o/, /u/, /e/, /i/, /ȇ/ (Subroto, 1991:

13). Sasangka menyatakan vokal bahasa Jawa ada tujuh, berdasarkan

penelitianya vokal bahasa Jawa adalah /i/, /e/, /a/, /ə/, /E/, /u/, /o/, /ↄ/

(Mulyani, 2008: 47).

Perbedaan pendapat di atas terletak pada vokal /ↄ/. Menurut

Sasangka, fonem /ↄ/ merupakan huruf vokal yang berdiri sendiri,

sedangkan Uhlenbeck berpendapat huruf vokal /ↄ/ merupakan alofon dari

huruf vokal /o/ (Subroto, 1991: 13). Dalam penelitian ini, penulis ingin

meneliti banyaknya huruf vokal beserta alofon-alofonnya dalam bahasa

Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

19

Menurut Subroto dkk (1991: 24), secara umum kaidah yang

menentukan perwujudan fonem-fonem vokal bahasa Jawa dapat

ditunjukkan dalam sebuah bagan sebagai berikut.

Tabel 1. Kaidah Perwujudan Vokal Bahasa Jawa

No

Vokal

Suku Ultima Suku Paenultima/ antepaenultima

Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup

1.

2.

3.

4.

5.

6.

/i/

/e/

/u/

/o/

/a/

/ȇ/

[i]

[e ]

[u ]

[ o]

[a]

-

[I]

[E ]

[U ]

[O ]

[A ]

[ȇ ]

[i]

[e], [ E]

[u]

[o ], [O]

[a ] [A ]

[ȇ ]

[i], [I]

[e ], [ E]

[ u], [U ]

[o ], [ O ]

[ a], [A ]

[ ȇ]

20

Tabel 2. Contoh Pemakaian Vokal di dalam Kata

Huruf Vokal

Contoh pemakaian vokal di dalam kata

Posisi vokal dalam kata

Awal Tengah Akhir

a

e

ȇ

i

u

o

[awu] „abu‟

[ↄmbↄ] „luas‟

[edan] „gila‟

[ȇnȇm] „enam‟

[iso] „bisa‟

[urip] „hidup‟

[omah] „rumah‟

[wulan] „bulan‟

[rↄtↄ] „rata‟

[tela] „ketela‟

[ulȇr] „ulat‟

[limↄ] „lima‟

[gulↄ] „gula‟

[dolan] „bermain‟

[ora] „tidak‟

[ulↄ] „ular‟

-

-

[wani] „berani‟

[madu] „madu]

[kebo] „kerbau]

b. Huruf Konsonan

Kridalaksana menyatakan bahwa konsonan adalah bunyi

bahasa yang dihasilkan dengan adanya proses artikulasi, yakni dengan

dihambatnya aliran udara yang keluar masuk paru-paru pada salah satu

tempat di saluran udara di atas glottis atau disalah satu alat ucap

manusia (Nurhayati, 2006: 47).

Konsonan adalah bunyi bahasa yang dalam perjalanannya

keluar melalui rongga mulut atau rongga hidung mengalami hambatan

atau penyempitan terusan bicara di sana-sini (Subroto, 1991: 17).

Fonem konsonan bahasa Jawa berdasarkan peran alat bicara yang

21

membentuknya dapat dikelompokkan menjadi sepuluh, yaitu: (1)

konsonan bilabial yang meliputi /p/, /b/, dan / m/, (2) konsonan labio-

dental, terdiri dari konsonan /f/, dan /w/, (3) konsonan apiko- dental,

meliputi fonem /t/ dan /d/, (4) konsonan apiko- alveolar terdiri dari

fonem /I/,/ n/ dan /r/, (5) konsonan apiko- palatal, meliputi fonem / ṭ/

dan / ḍ/, ( 6) konsonan lamino- alveolar meliputi fonem /s/ dan /z/, (7)

konsonan medio- palatal terdiri dari fonem /c/, /j/, /n/ dan /y/, (8)

konsonan dorso-velar, meliputi fonem /k/,/g/,/n/, (9) konsonan laringal

berupa fonem /h/ (10) konsonan glottal stop, yaitu fonem/ ?/ (Mulyani,

2008: 53).

Suharno berpendapat bahwa bahasa itu mempunyai 21 konsonan

(Subroto, 1991: 17). Kedua puluh satu konsonan tersebut dapat

ditunjukkan dalam sebuah bagan sebagai berikut.

Tabel 3. Konsonan Bahasa Jawa

Konsonan hambat

(Plosif)

Sibilan/

Frikatif

Lateral Getar Semi-

vokal

Labial

Dental/

Alveolar

Retrofleks

Inten-

sif

Takin-

tensif

Na-

sal

w P B m

ṭ D n 5. L R

T D

C J n y

22

Palatal

Velar

Glotal

K G ŋ

? h

Konsonan hambat intensif ialah konsonan hambat yang pada waktu

terjadinya memerlukan tenaga lebih sehingga otot menjadi tegang,

sedangkan konsonan retrofleks (T,D) terjadi karena ujung lidah

sebagai artikulator menekan kuat-kuat (seperti ditekuk) pada palatum

bagian depan (Subroto, 1991: 17)

Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa telah disebutkan contoh

pemakaian huruf konsonan dalam bahasa Jawa (Sudaryanto, 1991:

203). Hal itu dapat terlihat di bawah ini.

Tabel 4. Contoh Pemakaian Huruf Konsonan Bahasa Jawa

Huruf

Konsonan

Contoh Pemakaian di dalam kata

Pada awal Di tengah Pada akhir

B

c

d

f

g

h

j

k

l

m

n

p

q

r

s

t

v

basa „bahasa‟

cangkem „mulut‟

dara „merpati‟

fakir „fakir‟

gajah „gajah‟

hawa „hawa‟

jogan „lantai‟

kudu „harus‟

larang „mahal‟

mripat „mata‟

nila „nila‟

pasa „puasa

Quran „Quran‟

rosa „kuat‟

sapa „siapa‟

tapa „bertapa‟

vitamin „vitamin‟

aba „aba‟

ancas „maksud‟

kudu „harus‟

kafan „kafan‟

sega „nasi‟

tahu „tahu‟

pojok „sudut‟

siksa „siksa‟

alus „halus‟

ama „hama‟

ana „ada‟

apa „apa‟

Furqon „Furqon‟

Piring „piring‟

Isih „masih‟

Atos „keras‟

Revolusi „revolusi‟

bab „bab‟

-

Tekad „tekad‟

Wakaf „wakaf‟

Grobag „gerobak‟

Adoh „jauh‟

-

Watak „watak‟

Sikil „kaki‟

Marem „puas‟

Awan „siang‟

Urip „hidup‟

-

Nalar „akal‟

Adus „mandi‟

Obat „obat‟

-

23

w

y

z

wani „berani‟

yuta „juta‟

zakat „zakat‟

Sawah „sawah‟

Ayu „cantik‟

Mukjizat „mukjizat‟

-

-

-

c. Gabungan Huruf Konsonan

Dalam bahasa Jawa terdapat enam gabungan huruf yang

melambangkan konsonan, yaitu dh, kh, ng, ny, sy, dan th (Sudaryanto,

1991: 204).

Tabel 5.Contoh Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan di dalam Kata .

Huruf

Konsonan

Contoh Pemakaian di dalam kata

Posisi bunyi huruf konsonan dalam kata

Awal Tengah Akhir

Dh

kh

ng

ny

sy

th

[dhudhuk]‟gali‟

[khusuk]‟khusu‟

[ŋombe]„minum‟

[ηata] „nyata‟

[syarat] „syarat‟

[thutuk] „pukul‟

[kandhang]‟kandang‟

[akhir] „akhir‟

[naŋis] „nangis‟

[miηak] „minyak‟

[masyarakat]‟masyarakat

[bathaŋ] „bangkai‟

-

[tarikh] „tarikh‟

[jaguŋ] „jagung‟

-

Arasy‟arasy‟

-

24

5. Fonotaktik

Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam suatu

bahasa, deskripsi tentang urutan tersebut, gramatika stratifikasi,dan sistem

pengaturan dalam stratum fonemik (Kridalaksana 1993: 58). Fonotaktik bahasa

Jawa mencakup: (1) jumlah suku kata morfem akar, kata tunggal, dan morfem

afiks (2) pola persukuan dilihat dari susunan konsonan dan vokal serta

kombinasinya. (3) morfem akar atau kata-kata tunggal yang favorit dilihat dari

jumlah suku dan/ atau alternasiberaturan konsonan-vokal (Subroto, 1991: 27).

Uhlenbeck menjelaskan tentang contoh fonotaktik yaitu, morfem akar dua

suku yang berwujud KV KVK (tipe dalan “jalan”, pakan “bahan makanan”),

selanjutnya berturut-turut pola KVK KVK (tipe tendhang „sepak‟,

bongkar‟bongkar), pola KKV KVK (krentek „niat hati‟), pola KV KV (tȇka

„datang‟), pola VK VK (adus „mandi‟), pola VK KVK (undang „undang), pola

KVKKV (langka „mustahil‟) (Subroto, 1991: 30). Selain itu pada morfem akar

bebas satu suku, pola KVK (rak „kan‟, loh „dasar‟) dan kata tiga suku, pola KVK

VK VK ( kaliyan (kr) „dengan‟).

6. Leksikon

Leksikon adalah (1) Komponen bahasa yang memuat semua informasi

tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) Kekayaan kata yang

dimiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa, kosa kata,

perbendaharaan kata, (3) Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan

penjelasan yang singkat dan praktis ( Kridalaksana, 2008: 142).

25

Dalam setiap bahasa kosa kata adalah hal yang paling dominan. Setiap

kosa kata dalam suatu bahasa tersebut pasti mempunyai suatu standar kebakuan

bahasa yang dijadikan sebagai pedoman, begitu juga dengan bahasa Jawa.

Diantara sekian banyaknya dialek dalam bahasa Jawa yang dijadikan sebagai

pedoman bahasa Jawa standar adalah dialek Surakarta.

Jika dilihat berdasarkan bentuknya, kosa kata (leksikon) bahasa Jawa

terdiri atas leksikon netral, ngoko, madya, krama, krama inggil, dan krama

andhap, sedangkan unggah-ungguh bahasa Jawa terdiri atas bentuk ngoko dan

krama (Sasangka, 2004: 172). Penulis akan menuliskan kosa kata yang dikutip

dari buku Linguistik Bahasa Jawa (Nurhayati, 2006: 161-194) meliputi kosa kata

Jawa ngoko, krama dan krama inggil beserta artinya dalam bahasa Indonesia.

Tabel 6. Contoh Leksikon Bahasa Jawa Standar

Ngoko Krama Madya Krama Inggil Arti

aba [ↄbↄ]

abang [abaŋ]

abot [abↄt]

adang [adaŋ]

adus [adUs]

balung [balUŋ]

banjir [banjIr]

bata [bↄtↄ]

cilik [cilI?]

cukur [cukUr]

dhisik [DisE?]

durung [duruŋ]

eling [eliŋ]

gaman [gaman]

geni [gəni]

irung [irUŋ]

jawa [jↄwↄ]

jeneng [jɘnɘŋ]

kathok [kaTↄ?]

lawang [lawaŋ]

aba [ↄbↄ]

abrit [abrIt]

awrat [awrat]

bethak [bəta?]

adus [adUs]

balung [balUη]

bena [bənↄ]

banon [banↄn]

alit [alit]

cukur [cukUr]

rumiyin [rumiyIn]

dereng [dErEη]

emut [Emut]

dedamel [dədaməl]

latu [latu]

irung [irUη]

jawi [jawi]

nama [nↄmↄ]

sruwal [aruwal]

konten [kↄntən]

dhawuh [DhawUh]

abrit [abrIt]

awrat [awrat]

bethak [bəTa?]

siram [siram]

tosan [tosan]

bena [bənↄ]

banon [banↄn]

alit [alit]

paras [paras]

rumiyin [rumiyIn]

dereng [dErEη]

emut [emut]

dedamel [dədaməl]

grama [grama]

grana [grana]

jawi [jawi]

asma [asmↄ]

lancingan [lanciηan]

konten [kↄntən]

perintah

merah

berat

menanak nasi

mandi

tulang

banjir

batu bata

kecil

cukur

dahulu

belum

ingat

alat

api

hidung

jawa

nama

celana

pintu

26

maling [malIŋ]

nesu [nəsu]

segara [səgↄrↄ]

urip [urIp]

wahing [wahIη]

wedang [wEdaη]

yekti [yəkti]

pandung [pandUη]

srengen [srəηEn]

seganten [səgantən]

gesang [gəsaη]

wahing [wahiη]

benteran [bəntEran]

yektos [yektↄs]

pandung [ pandUη]

duka [dukↄ]

seganten [səgantən]

sugeng [sugəη]

sigra [sigra]

unjukan [unju?an

yektos [yəktↄs]

pencuri

marah

laut

hidup

bersin

minuman

betul

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang

secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan masyarakat tersebut melalui bahasanya, serta

peristilahannya (Djajasudarma, 1993: 11).

Dalam penelitian kualitatif prosedur yang menghasilkan data deskriptif

berupa data tertulis atau lisan di masyarakat bahasa. Dengan demikian, penulis

tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data serta dalam pembahasan

dan memberikran penafsiran terhadap hasilnya. Namun demikian, tidak berarti

dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan

menggunakan angka ( Arikunta, 1997: 10).

Pendekatan kualitatif yang melibatkan bahasa ini diarahkan pada latar dan

individu yang bersangkutan secara holistik (utuh), dilihat dari satu kesatuan yang

utuh. Oleh karena itu, di dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak

ditentukan, sebab seorang informan bisa dianggap sebagai makrokosmos dari

masyarakat bahasanya. Sesuai dengan tujuannya, informan dapat ditentukan

jumlahnya sesuai dengan keperluan peneliti.

26

28

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa data (jawaban lisan) yang

menggunakan data Swadesh yang diperoleh dari informan (Mahsun, 2005: 326-

348). Informan tersebut adalah masyarakat Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang yang telah ditunjuk dan dipilih penulis yang telah

memenuhi syarat tertentu. Penulis melakukan wawancara langsung dengan

informan dan merekamnya kemudian hasil wawancara tersebut penulis catat.

C. Tempat penelitian

Dalam pengelompokan penelitian, tempat (lokasi) penelitian merupakan

ciri khas penelitian (Djajasudarma, 1993: 7). Penelitian ini dapat dilakukan di

lapangan, perpustakaan dan laboratorium. Namun, dalam penelitian ini penulis

memilih tempat di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang.

D. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menentukan informan yang benar- benar

tinggal menetap di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang

hingga sekarang. Penulis menunjuk tiga orang sebagai informan, sekaligus

sebagai kunci dalam pemerolehan informasi. Informan yang ditunjuk oleh penulis

merupakan pemakai dialek bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang. Agar pemerolehan informasi bahasa Jawa dapat berhasil

dengan baik, maka informan harus memenuhi kriteria/ persyaratan tertentu.

Persyaratan-persyaratan yang dimaksud adalah

29

a) berjenis kelamin pria atau wanita;

b) berusia antara 25- 65 tahun (tidak pikun);

c) orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta

jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya;

d) berstatus sosial menengah (tidak rendah atau tidak tinggi) dengan harapan

tidak terlalu tinggi mobilitasnya;

e) pekerjaaannya bertani atau buruh

f) memiliki kebanggaan terhadap isolek dan masyarakat isoleknya;

g) dapat berbahasa Indonesia, dan

h) sehat jasmani dan rohani (Mahsun, 1995: 106).

E. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah penggunaaan bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang meliputi analisis fonologi dan leksikon

yang ada di daerah tersebut.

F. Instrumen penelitian

Hal utama yang perlu dipersiapkan dalam penelitian yaitu persiapan

instrumen. Instrumen adalah alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data

(Arikunta, 1992: 185). Instrumen atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian

ini adalah berupa daftar pertanyaan dari data Swadesh dan alat perekam.

30

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metode pupuan

lapangan. Metode pupuan lapangan adalah metode yang dipergunakan untuk

penelitian geografis bahasa Jawa karena dianggap jauh lebih tinggi nilainya

(Ayatrohaedi, 1983: 34).

Metode pupuan mengenal dua cara, yaitu pencatatan langsung dan

perekaman (Ayatrohaedi, 1983: 34). Dalam penelitian ini penulis langsung

memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada informan dan merekamnya,

kemudian penulis mencatat pada ruang daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

H. Teknik Analisis Data

Pada tahap ini penulis berupaya menangani langsung masalah yang

terkandung dalam data. Analisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode distribusional. Metode distribusional menganalisis sistem bahasa atau

keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku

atau ciri- ciri khas kebahasaan satuan- satuan lingual tertentu ( Subroto, 1992: 64-

65). Dengan demikian, penganalisisannya memberikan keabsahan secara

linguistik. Teknik- teknik analisis yang tercakup dalam metode distribusional

yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah teknik oposisi pasangan

minimal. Penulis menganggap bahwa teknik tersebut yang sesuai dengan

penelitian ini.

31

I. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data penelitian ini, disajikan secara deskriptif meliputi

deskriptif unsur fonologi dan unsur leksikal. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode informal dan formal. Metode informal adalah perumusan

dengan kata-kata biasa, sedangkan metode formal adalah perumusan dengan

tanda-tanda dan lambang (Sudaryanto, 1993: 145).

Dengan metode formal, penyajian hasil analisis fonologi bahasa Jawa di

Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan lambang fonetik.

Selanjutnya, dengan metode informal penyajian hasil analisis fonologi dan

leksikologi bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang disajikan dengan kata-kata biasa.

32

BAB IV

PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

A. Penyajian Data

Data-data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung terhadap tiga

informan yang ditunjuk penulis, telah memenuhi persyaratan sebagai informan.

Dalam penyajian data di bawah ini, penulis akan menyajikan data-data bahasa

Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Data-data akan

disajikan dalam bentuk tabel dan penjelasan singkat.

1. Fonologi

Cakupan fonologi adalah satuan kata yang terdiri atas beberapa fonem

(Sudaryanto, 1991: 7). Satuan bunyi bahasa yang disebut fonem dalam dunia

ilmu bahasa secara teknis ditulis antara dua garis miring /…/ (Subroto, 1991: 11).

Satuan fonetis ditunjukkan dengan tanda kurung siku […] (Mahsun, 2005: 124).

Sudaryanto mengatakan bahwa „…‟ tanda petik tunggal menyatakan yang diapit

adalah makna atau gloss satuan lingual (Sudaryanto, 1991: XVII-XVIII).

Dengan teori di atas, peneliti akan menyajikan fonem bahasa Jawa di

Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang yang terdiri dari vokal,

konsonan, gugus konsonan serta leksikon dengan dengan menggunakan panduan

para ahli dalam penulisan lambang-lambang fonetis, fonemis maupun gloss.

Penulis akan menyajikan fonem bahasa Jawa yang terdiri dari fonem vokal,

fonem konsonan dan gabungan konsonan.

31

33

a. Vokal

1. Bahasa Jawa di Desa Sambak memiliki 7 vokal yaitu /a/, /i/, /u/, /e/,

/o/, /ȇ/, /E/. fonem /a/ dapat direalisasikan menjadi /a/ dan /ↄ/, fonem

/i/ dapat direalisasikan menjadi /i/dan /I/, fonem /u/ direalisasikan

menjadi /U/. Fonem vokal dalam BJDS tersebut tercermin dalam

rincian data yang dipasangminimalkan berikut ini.

Huruf

Vokal

Pasangan Minimal

/a/ [malIh] „berubah‟ >< [mIlIh] „pilih‟

[alas] „hutan >< [alIs] „alis‟

/i/ [pari] „padi >< [pare] „pare‟

[niki] „ini‟ >< [niku] „itu‟

/u/ [sukȇt] „rumput‟ >< [sEkȇt] „limapuluh‟

[pupu] „paha‟ >< [pipi] „pipi‟

/e/ [esU?] „pagi‟ >< [UsU?] „

[naŋkene] „di sini‟ >< [naŋkↄnↄ] „di sana

/o/ [loro] „dua >< [lↄrↄ] „sakit

/ȇ/ [kȇmbaŋ] „bunga‟ >< [kUmbaŋ] „

/E/ [gȇnDEŋ] „genting‟ >< [gȇnDȇŋ] „gila‟

34

Distribusi Pemakaian Vokal dalam Bahasa Jawa di Desa Sambak.

vokal Posisi Awal Posisi Tengah Posisi akhir

/a/ [awan] „siang‟

[alIs] „alis‟

[ati]‟ hati‟

[arEn] „aren‟

[ad0h] „jauh‟

[aŋȇt] „hangat‟

[abOt] „berat‟

[aηȇs] „dingin‟

[aηȇb] „hambar‟

[amis]‟bau ikan/

daging‟

[abaŋ] „merah‟

[ayu] „cantik‟

[papat] „empat‟

[balUŋ] „tulang‟

[rai] „muka‟

[kaŋ] „kakak laki-laki‟

[sa?] „saku‟

[sandal] „sandal‟

[iwa?] „ikan‟

[pari] „padi‟

[payↄn] „atap‟

[mari] „sembuh‟

[waras] „sehat‟

[bali] „pulang‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/i/ [iwa?] „ikan‟

[ipe] „suami atau

istri saudara‟

[idu] „berludah‟

[ijↄl] „tukar‟

[ijↄ] „hijau‟

[irȇŋ] „hitam‟

[limↄ] „lima‟

[pitu] „tujuh‟

[picȇ?] „buta‟

[kiye] „ini‟

[niku] „itu‟

[amis]„bau

[wȇsi] „besi‟

[taŋi] „bangun‟

[waŋi] „harum‟

[rai] „muka‟

[driji] „jari‟

[sapi] „sapi‟

35

[isi] „biji‟

ikan/daging

-

[mari] „sembuh‟

/u/ [untu] „gigi‟

[uyah] „garam‟

[ulↄ] „ular‟

[ulȇr] „ulat‟

[uraŋ] „udang‟

[wudȇl] „pusar‟

[lurah] „lurah‟

[wudↄ] „telanjang‟

[tumↄ] „kutu‟

[tuwↄ] „tua‟

[hiyu] „hiu‟

[jalu] „jalu‟

[ranDu]„pohon

kapuk‟

[baηu] „air‟

[watu] „batu‟

/e/ [ena?] „enak‟

[ecO] „enak‟

[esU?] „pagi‟

[enTOl-enTOl]

„betis‟

[edan] „gila‟

[besan] „orang tua istri

atau suami anak‟

[terOŋ] „terong‟

[sampeyan] „kamu‟

-

-

[ipe] „suami atau

istri dari saudara‟

[sore] „sore‟

[kiye] „ini‟

[pare] „pare‟

[kae] „itu‟

/o/ [obat] „obat‟

[olEh]„memperoleh‟

[owah] „berubah‟

[sopIr] „supir‟

[mbongkar] „bongkar‟

[tomat] „tomat‟

[kȇbo] „kerbau‟

[kȇnDo] „kendor‟

[ijo] „hijau‟

/ↄ/ [ↄlↄ] „jelek‟

[ↄnↄ] „ada‟

[ↄmbↄ] „luas‟

[rↄsↄ] „rasa‟

[mↄtↄ] „mata‟

[rↄnDↄ] „janda‟

[limↄ] „lima‟

[sȇdinↄ] „satu

hari‟

36

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[dↄrↄ] „merpati‟

[sȇmↄŋkↄ] „semangka‟

[sȇgↄrↄ] „laut‟

[lↄrↄ] „sakit‟

[naŋ kↄnↄ] „di sana‟

[sȇdↄyↄ] „semua‟

[ŋgↄwↄ] „membawa‟

[dↄwↄ] „panjang‟

-

-

-

[ulↄ] „ular‟

[sȇgↄ] „nasi‟

[wutↄ] „buta‟

[luŋↄ] „pergi‟

[tuwↄ] „tua‟

[mricↄ] „lada‟

[kiwↄ] „kiri‟

[mbȇtↄ]

„membawa‟

[tȇkↄ] „datang‟

[wↄnↄ] „hutan‟

[grↄnↄ] „hidung‟

/I/ [IrUŋ] „hidung‟

[ImbUh] „tambah‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[kalIh] „dua‟

[alIs] „alis‟

[kUpIŋ] „telinga‟

[sIkUt] „siku‟

[jȇnTIk] „kelingking‟

[sIkIl] „kaki‟

[baTIk] „batik‟

[cacIŋ] „cacing‟

[tIkUs] „tikus‟

[bajIŋ] „tupai‟

[jaŋkrIk] „jangkrik‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

37

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[tImUn] „ketimun‟

[wIt] „pohon‟

[prIŋ] „bambu‟

[arIt] „sabit‟

[pȇrIh] „pedih‟

[kIdUl] „selatan‟

[cIyUt] „sempit‟

[tIpIs] „tipis‟

[aŋIn] „angin‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/U/ [UsUs] „usus‟

[UsU?] „

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[baTU?] „dahi‟

[IrUŋ] „hidung‟

[kUpIŋ] „telinga‟

[dȇŋkUl] „lutut‟

[jantUŋ] „jantung‟

[balUη] „tulang‟

[kUlIt]‟ kulit‟

[bUyUt] „anak dari

cucu‟

[kUDUŋ] „kerudung‟

[tUDUŋ] „caping‟

[sarUη] „sarung‟

[gȇlUŋ] „sanggul‟

[manU?] „burung‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

38

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[wȇDUs] „kambing‟

[wȇlUt] „belut‟

[DUkUn] „dukun‟

[bUrUh] „buruh‟

[bakUl] „penjual‟

[bUntUt] „ekor‟

[kUnIr] „kunyit‟

[walUh] „labu‟

[ganDUl] „pepaya‟

[gUnUŋ] „gunung‟

[pȇDUt] „kabut‟

[abUh] „bengkak‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/ȇ/ [ȇnȇm] „enam‟

[ȇnTUŋ]

„kepompong‟

-

-

-

-

-

-

-

-

[sȇdↄsↄ] „sepuluh‟

[sȇdinↄ] „satu hari‟

[sȇsasi] „satu bulan‟

[sȇtaUn] „satu tahun]

[sȇkilan] „sejengkal‟

[sȇlȇŋȇn‟] „sehasta‟

[lȇmUd] „nyamuk‟

[ulȇr] „ulat

[bujȇl] „tumpul‟

[jȇjȇg] „lurus‟

[mȇri] „itik jantan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

39

-

-

muda‟

[cȇmpe] „anak

kambing‟

-

-

/E/ [EpE?-EpE?]

„telapak tangan

[Esȇ?] „parau

suaranya‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

[sEkȇt] „lima puluh‟

[kElE?] „ketiak‟

[warEŋ] „kakek dari

kakek

[bancEt] „anak katak‟

[pȇDEt] „anak sapi‟

[gudEl] „anak kerbau‟

[bEbE?] „bebek‟

[kȇTE?] „kera‟

[durEn] „duren‟

[arEn] „aren‟

[kabEh] „semua‟

[mElu] „ikut‟

[ambEn] „tempat

tidur‟

[sEwu] „seribu‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/O/ [ObOr] „obor‟

[OtOt] „urat‟

-

[bOyO] „buaya‟

[tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟

[ȇnDOg] „telur‟

-

-

-

40

-

-

-

-

-

[antOb] „sendawa‟

[siŋsOt] „bersiul‟

[ŋȇDOt] „menghisap‟

[ŋOsO?k]‟menggosok‟

[nOm] „muda‟

-

-

-

-

-

b. Konsonan

Bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang mempunyai konsonan 20 yaitu /p, m, b, t, T, k,w, d, g, l, y, j, ŋ,

η, n, h, r, s, c/. pasangan minimal fonem konsonan bahasa Jawa di

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang terlihat di bawah ini.

konsonan Pasangan Minimal

/p/ [paŋ] „ranting‟ >< [kaŋ] „kakak laki-laki

[pȇtȇŋ] „gelap‟ >< [wȇtȇŋ] „perut‟

/b/ [obah] „bergerak‟ >< [owah] „berubah‟

[bali] „pulang‟ >< [kali] „sungai‟

/m/ [mangsuli] „mengulangi‟ >< [nangsuli] „mengikat‟

[amIs] „bau ikan/daging >< [alIs] „alis‟

/w/ [waŋi] „wangi‟ >< [taŋi] „bangun‟

[wOs] „beras‟ >< [rOs] „ruas‟

[wani] „berani‟ >< [tani] „petani‟

/t/ [tatu] „bekas luka‟ >< [watu] „batu‟

41

[alit] „kecil‟ >< [alIs] „alis‟

/d/ [sȇdantȇn] „semua‟ >< [sȇgantȇn] „laut‟

/n/ [ↄnↄ] „ada‟ >< [ↄlↄ] „jelek‟

/l/ [tali] „tali‟ >< [tani] „petani‟

/r/ [guru] „guru‟ >< [gulu] „leher‟

/D/ [wȇDi] „pasir‟ >< [wȇdi] „takut‟

/s/ [sare] „tidur >< [pare] „pare‟

/c/ [pace] „mengkudu‟ >< [pare] „pare‟

[kUcIŋ] „kucing‟ >< [kUpIŋ] „telinga‟

/k/ [kae] „itu‟ >< [sae] „baik‟

[kȇmu] „cuci mulut‟ >< [lȇmu] „gemuk‟

/g/ [gȇlUt] „berkelahi‟ >< [wȇlUt] „belut‟

/ŋ/ [kUnIŋ] „kuning‟ >< [kunIr] „kunyit‟

Distribusi konsonan bahasa Jawa di Desa sambak Kecamatan

kabupaten Magelang dalam kata sebagai berikut.

konsonan Posisi awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/p/ [pitu] „tujuh‟

[pȇca? pisan]

„pertama‟

[pasuryan] „muka‟

[palarapan] „dahi‟

[kUpIŋ] „kuping

[kȇponakan] „anak

dari saudara muda

[jȇmpOl]„jempol‟

[bapak] „ayah‟

[sȇkȇDap]„sebentar‟

[teŋ ŋandap] „di

bawah‟

[idȇp] „bulu mata‟

rayap] „rayap‟

42

punDa?] „bahu‟

[punDa?] „bahu‟

[pȇnunjUk„telunjuk‟

[pȇnuŋgUl] „jari

tengah‟

[pȇnuŋgUl] „jari

tengah‟

[plunan] „anak dari

saudara tua‟

[putu] „anak dari

anak‟

[pȇksi] „burung‟

[pItI?] „ayam‟

[pȇDEt] „anak sapi‟

[pȇŋulu] „pengulu‟

[pamOŋ] „pamong‟

[pupu] „paha‟

[pare] „pare‟

[pȇte] „petai‟

[ipe] „suami atau

istri dari saudara‟

[kUplU?]„kopiyah‟

[kupu] „kupu-kupu‟

[sȇpatu] „sepatu‟

[sapi] „sapi‟

[klↄpↄ] „kelapa‟

[apE?]‟ petik‟

[apIk] „baik‟

[apȇ?] „apek‟

-

-

-

-

-

-

[raUp] „cuci muka‟

[anDap] „rendah‟

[srȇgȇp] „keras

(kerja)‟

[UrIp] „hidup‟

[kȇdEp]

„mengedipkan mata‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/b/ baTU?] „dahi‟

[balUŋ] „tulang‟

sa?Ubin]„satu ubin‟

[mbUn-mbUn]

[antOb] „sendawa‟

[jilbab] „kerudung‟

43

[bOkOŋ] „pantat‟

[bapa?] „bapak‟

[bojo] „pasangan

suami istri‟

[bUyUt] „anak dari

cucu‟

[besan] „orang tua

istri atau suami

anak‟

[batI?] „batik‟

[bUlUs] „kura-kura‟

[bancEt] „anak

katak‟

[bajIŋ] „tupai‟

[baηa?] „angsa‟

[boyo] „buaya‟

[bEbE?] „bebek‟

[baηu] „air‟

[bolah] „benang‟

[bali] „pulang‟

[bagUs] „tampan‟

„ubun-ubun‟

[kȇbo] „kerbau‟

[lↄmbↄ?] „cabe‟

[kȇmbaŋ] „bunga‟

[jambe] „pinang‟

[krambIl] „kelapa‟

[tȇbu] „tebu‟

[ambEn] „tempat

tidur‟

[ObOr] „obor‟

[abUh] bengkak‟

[mabU?] „mabuk‟

[obat] „obat‟

[kabeh] „semua‟

[ImbUh] „tambah‟

[sȇbar] „tabur‟

[obah] „bergerak‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

44

/m/ [mbȇŋi] „malam‟

[mripat] „mata‟

[menDↄ] „kambing‟

[macan] „harimau‟

[mayId] „bangkai

manusia‟

[mbayuŋ] „daun

kacang panjang‟

[mlanDIŋ] „petai

cina‟

[mari] „sembuh‟

[mȇtȇŋ] „hamil‟

[limↄ] „lima‟

[lambe] „bibir‟

[lȇmUd] „nyamuk‟

[tumↄ] „kutu‟

[jambe] „pinang‟

[tImUn] „ketimun‟

[tomat] „tomat‟

[nȇmbaŋ]

„menyanyi‟

[kȇmu] „cuci mulut‟

[ȇnȇm]‟enam‟

[caŋkȇm] „mulut‟

[ijȇm] „hijau‟

[dOm] „jarum‟

[sarȇm] „garam‟

[maem] „makan‟

-

-

-

/w/ [wudȇl] „puser‟

[wudↄ] „telanjang‟

[wO lanaŋ] „kakak

laki-laki dari bapak‟

[wȇlUt] „belut‟

[wȇDi] „pasir‟

[waras] „sehat‟

[wȇsi] „besi‟

[DUwUr] „tinggi‟

[awan] „siang‟

[mȇrtuwↄ] „orang

tua dari suami atau

istri‟

[kewan] „hewan‟

[tawOn] „lebah‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/t/ [tIkUs] „tikus‟ [ati] „hati‟ [papat] „empat‟

45

[taŋan] „tangan‟

[tumↄ] „kutu‟

[turu] „tidur‟

[taŋi] „bangun‟

[jantUŋ] „jantung‟

[pitI?] „ayam‟

[gȇtIh] „darah‟

[putu] „anak dari

anak‟

[sEkȇt] „lima puluh

[sIkUt] „siku‟

[kulIt] „kulit‟

[jeŋgOt] „jenggot‟

[bUyut] „anak dari

cucu‟

/d/ [dↄrↄ] „merpati‟

[damEn] „jerami‟

[dↄwↄ] „panjang‟

[dↄm] „jarum‟

[bundȇr] „bulat‟

[padu]„berkelahi

(kata)‟

[idu] „berludah‟

[wudȇl] „pusar‟

-

-

-

-

/n/ [njaIt] „menjahit‟

[ndamu] „meniup‟

[nugȇl] „potong‟

[njaŋan] „memasak‟

[ndulaŋ] „menyuapi‟

-

-

[mȇntah] „mentah‟

[bȇnIŋ] „bening‟

[kUnIŋ] „kuning‟

[kȇnDo] „kendor‟

[kUnIr] „kunyit‟

[bUntUt] „ekor‟

[manUk] „burung‟

[awan] „siang‟

[IsIn] „malu‟

[sikatan]

„menggosok gigi‟

[turOn] „berbaring‟

[takOn] „bertanya‟

[payↄn] „atap‟

[arEn] „aren‟

/l/ [lȇgi] „manis‟

[laŋu] „bau ular‟

[lanDȇp] „tajam‟

[luηu] „licin

[ElE?] „jelek‟

[cIlI?] „kecil‟

[malȇs] „membalas‟

[mili] „mengalir‟

[bujȇl] „tumpul‟

[kandȇl] „tebal‟

[ijOl] „tukar‟

[gigOl] „jatuh

46

[lȇmu] „gemuk‟

[lOr] „utara‟

[lↄrↄ] „sakit‟

[lumpaŋ] „lesung‟

[laↄs] „lengkuas‟

[mElu] „ikut‟

[bali] „pulang‟

[bolah] „benang‟

[waluh] „labu‟

[ulↄ] „ular‟

(buah)‟

[kidUl] „selatan‟

[jeŋkol] „jengkol‟

[sIkIl] „kaki‟

-

-

/r/ [rai] „muka‟

[rayap] „rayap‟

[rOs] „ruas‟

[rȇnDȇŋ] „musim

hujan‟

[rↄsↄ] „rasa‟

-

-

[loro] „dua‟

[sore] „sore‟

[jEbrEs] „kumis‟

[sarUŋ] „sarung‟

[uraŋ] „udang‟

[terOŋ] „terong‟

-

[lalȇr] „lalat‟

[ulȇr] „ulat‟

[sopIr] „sopir‟

[mȇnIr] „beras kecil‟

[cIpIr] „kecipir‟

[kOnDUr] „pulang‟

[aηar] „baru‟

/D/ [DUwUr] „tinggi‟

[DUkUn] „dukun‟

[Dere] „ ayam betina

muda‟

[Dudↄ] „duda‟

[DȇŋkUl] „lutut‟

[Dada] „dada‟

-

[pȇDȇs] „pedas‟

[paDaŋ] „terang‟

[lanDȇp] „tajam‟

[kȇnDo] „kendor‟

[maDaŋ] „makan‟

[ganDUl] „pepaya‟

[gȇDaŋ]‟ pisang‟

-

-

-

-

-

-

-

/s/ [siji] „satu‟ [mbȇsisi?] „kulit [gUpIs] „gigi rusak

47

[sↄŋↄ] „sembilan‟

[sore] „sore‟

[sirah] „kepala‟

[sIkUt] „sikut‟

[sa?] „saku‟

[sapi] „sapi‟

[suŋu] „tanduk‟

[sȇgↄ] „nasi‟

-

kering‟

[UsUs] „usus‟

[asu] „ajing‟

[mesↄ] „kerbau‟

[gasIr] „orong-

orong‟

[polisi] „polisi‟

[asȇm] „asam‟

[kluŋsu] „biji asam‟

[UsU?] „usuk‟

berwarna hitam‟

[alIs] „alis‟

[tIkUs] „tikus‟

[bUlUs] „kura-kura‟

[bȇras] „beras‟

[wOs] „beras‟

[laOs] „laos‟

[waras] „sehat‟

[pȇDȇs] „pedas‟

-

/c/ [caŋkȇm] „mulut‟

[cȇmEŋ] „anak

kuing‟

[cacIŋ] „cacing‟

[cȇmpȇ] „cempe‟

[coro] „ kecoa‟

[carIk] „carik‟

[cIyUt] „sempit‟

[cakar] „cakar‟

[cȇcȇ?] „cecak‟

[racikan] „jari‟

[bancEt] „anak

katak‟

[kUcIŋ] „kucing‟

[mricↄ] „lada‟

[pace] „mengkudu‟

[picȇ?] „buta‟

[pacUl] „cangkul‟

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

/k/ [kUnIŋ] „kuning‟

[kȇnDo] „kendor‟

[konDaŋ] „terkenal‟

[beŋkOŋ]„bengkok‟

[mlaku] „berjalan‟

[ηokOt]„menggigit‟

[apȇk] „apek‟

[buTȇk] „keruh‟

[apIk] „bagus‟

48

[kanDȇl] „tebal‟

[kramas] „keramas‟

[kEliŋan] „ingat‟

[kruŋu] „mendengar‟

[kiye] „ini‟

[kiwↄ] „kiri‟

[bȇŋkUk]„bungkuk‟

[cakar] „cakar‟

[takOn] „bertanya‟

-

-

-

[cIlIk] „kecil‟

[bOsOk] „busuk‟

[cȇDȇk] „dekat‟

[cinDȇk] „pendek‟

[riyak] „dahak‟

-

/g/ [gaŋsal] „lima‟

[gUpIs] „gigi rusak

berwarna hitam‟

[giTOk] „tengkuk‟

[gȇlaŋ] „gelang‟

[gOgOr] „anak

harimau‟

[gajah] „gajah‟

[gasIr] „orong-

orong‟

[gOri] „nangka‟

[jago] „ayam jantan

dewasa‟

[pagȇr] „dinding‟

[nugȇl] „potong

(kaki)‟

[ŋigar] „membelah‟

[srȇgȇp] „keras

(kerja)‟

[rȇgȇd] „kotor‟

-

-

[ȇnDOg] „telur‟

[ŋgODOg]

„merebus‟

[godeg] „jampang‟

-

-

-

-

-

/ŋ/ [ŋambUŋ]„mencium

[ŋObOŋ]„membakar

[Ŋambaŋ]„terapung‟

[ŋumbahi] „mencuci

[mbȇŋi] „malam‟

[lȇŋȇn] „lengan‟

[taŋan] „tangan‟

[bȇŋkUk]

[IrUŋ] „hidung‟

[kUpIŋ] „telinga‟

[wȇtȇŋ] „perut‟

[jantUŋ] „jantung‟

49

pakaian‟

[ŋȇDUk] „menggali‟

[ŋItUŋ]„menghitung‟

[ŋȇntUt] „kentut‟

[ŋȇlIh] „lapar‟

-

„bungkuk‟

[tȇŋȇn] „kanan‟

[kOŋkOn]

„menyuruh‟

[beŋkOŋ]„bengkok‟

[aŋIn] „angin‟

[walaŋ] „belalang‟

[uraŋ] „udang‟

[mubȇŋ] „putar‟

[garIŋ] „kering‟

-

/h/ -

-

-

-

-

[kadOhȇn] „terlalu

jauh‟

-

-

-

[gUrIh] „gurih‟

[mȇntah] „mentah‟

[okEh] „banyak‟

[gagah] „gagah‟

c. Gabungan Konsonan dalam Bahasa Jawa di Desa Sambak

Dalam bahasa Jawa di Desa Sambak Kajoran kabupaten Magelang

ditemukan gabungan konsonan, dapat dilihat di bawah ini.

a. Gabungan konsonan yang mengandung /l/

Gabungan

Konsonan

Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/kl/ [klↄpↄ] „kelapa‟

[kluŋsu] „biji asam‟

[klȇntI?] „minyak

kelapa‟

-

-

-

-

-

-

-

-

50

[klisi?-klisi?] „ berbisik‟

/ml/ [mlanDIŋ] „petai cina‟

[mlaku] „ berjalan‟

[mlaTO?] „membelah‟

-

-

-

-

-

-

/bl/ -

-

[njȇblUg] „meletus‟

[gȇmblUŋ] „gila‟

-

-

/gl/ [glȇpUŋ] „tepung‟

[glugu] „pohon kelapa‟

-

-

-

-

/pl/ -

-

[cȇmplaŋ]„hambar‟

[kUplU?] „kopyah‟

-

-

/tl/ [tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟

[tlUtUh] „getah‟

-

-

-

-

b. Gabungan konsonan yang mengandung /r/

Gabungan

Konsonan

Posisis awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/br/ [brambaŋ] „bawang

merah‟

[abrIt] „merah‟ -

/gr/ - [ηȇgra?] „bau cabe

digoreng‟

-

51

/jr/ - [ajrIh] „takut‟ -

/kr/ [krItIŋ] „rambut ikal‟

[krambIl] „kelapa‟

[kranjaŋ] „keranjang‟

[kramas] „keramas‟

[jangkrIk] „jangkrik‟

-

-

-

-

-

-

-

/mr/ [mripat] „mata‟

[mricↄ] „lada‟

-

-

-

-

-

-

-

/sr/ [srȇgȇp] „keras (kerja)‟ - -

/tr/ [trȇŋgIlIŋ] „trenggiling‟

- -

/wr/ - [awrat] „berat‟ -

/dr/ [driji] „jari‟

c. Gabungan konsonan yang mengandung /w/

Konsonan

Gabungan

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/sw/ [swↄrↄ] „suara

[swiwi] „sayap‟

-

-

-

-

52

d. Gabungan konsonan yang mengandung /y/

Gabungan

Konsonan

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/ky/ [kyai] „kyai‟ - -

Selain gabungan konsonan, dalam bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang juga ditemukan deret konsonan.

Seperti terlihat di bawah ini.

Deret

Konsonan

Kata Arti

/mb/ [mbayUŋ]

[lOmbOk]

[ambȇkan]

aun kacang panjang

cabe

bernafas

/nd/ [ndalu] malam

/ŋg/ [ŋgODOg] merebus

/nD/ [ȇnDEk] pendek

/nt/ [santȇn] santan

/nT/ [ȇnTUŋ] kepompong

/mp/ [cȇmplaŋ] hambar

/nj/ [njaIt] menjahit

53

4. Fonotaktik

Fonotaktik dalam bahasa Jawa di Desa Sambak tercermin dalam

leksikal berikut, yang meliputi unsur leksikal terdiri dari:

1) satu suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[sa?] „saku‟ KVK KVK

[wIt] „pohon‟ KVK

[dOm] „jarum‟ KVK

[lOr] „utara‟ KVK

[wOh] „buah‟ KVK

2) dua suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[ka-yu] „kayu KV-KV

[a-wan] „siang‟ V-KVK

[so-re] „sore‟ KV-KV

[a-lIs] „alis „ V-KVK

[kU-pIŋ] „telinga‟ KV-KVK

[sa-man] „kamu‟ KV-KVK

[Du-Dↄ] „duda‟ KV-KV

[u-lȇr] „ulat‟ V-KVK

54

3) tiga suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[sȇ-pu-lUh] „sepuluh‟ KV-KV-KVK

[pȇ-ŋu-lu] „pengulu‟ KV-KV-KV

[sȇ-TI-TI?] „sedikit‟ KV-KV-KVK

[sam-pe-yan] „kamu‟ KVK-KV-KV

2. Leksikon

Leksikon atau kosa kata bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang yang akan penulis sajikan adalah sebagai

berikut.

BJD Sambak Bahasa Indonesia

[bȇnTok] babi hutan

[enTOl-enTOl] betis

[pUkUl] Palu

[trayEk] tukang ojek

[ηOŋ] aku, saya

[gaji?] Dari

[mrȇŋkEyE?] keras (sifat)

55

B. Pembahasan Data

1. Fonologi

Setelah melihat distribusi fonem vokal yang telah disajikan di atas, di Desa

Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang terdapat tujuh vokal antara

lain:

a. Vokal

1.1 Fonem /a/ direalisasikan /a/ dan /ↄ/

a) Fonem /a/ direalisasikan menjadi /a/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[ati] [ati] Hati

[abOt] [abOt] Berat

[sa?] [sa?] Saku

[balUŋ] [balUŋ] Tulang

Fonem /a/ direalisasikan menjadi /a/ tidak ada perbedaan antara

bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

b) Fonem /a/ direalisasikan menjadi /ↄ/

contoh

BJSt BJDS Makna

[ↄmbↄ] [ↄmbↄ] Luas

[ↄnↄ] [ↄnↄ] Ada

56

[lↄrↄ] [lↄrↄ] sakit

[luŋↄ] [luŋↄ] Pergi

[sȇgↄ] [sȇgↄ] Nasi

Fonem /a/ direalisasikan menjadi /ↄ/ antara bahasa Jawa di Desa

Sambak dengan bahasa Jawa standar, tidak terdapat perbedaan.

1.2 Fonem /i/ direalisasikan /i/ dan /I/

a) Fonem /i/ direalisasikan /i/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[isi] [isi] Biji

[pitu] [pitu] Tujuh

[driji] [driji] Jari

[waŋi] [waŋi] Harum

[mari] [mari] Sembuh

Fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /i/ antara bahasa Jawa di

Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan, bunyi

fonem diucapkan sama.

57

b) Fonem /i/ direalisasikan /I/

Contoh

BJSt BJST Makna

[irUŋ] [IrUŋ] Hidung

[imbUh] [ImbUh] Tambah

[sikUt] [sIkUt] Siku

[tikus] [tIkUs] Tikus

[kidUl] [kIdUl] Selatan

[ciyut] [cIyUt] Sempit

Fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /I/ antara bahasa Jawa di

Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar terdapat perbedaan, yaitu jika

dalam bahasa Jawa di Desa sambak untuk fonem /i/ pada umumnya

diucapkan dengan fonem /I/, sedangkan bahasa Jawa standar diucapkan

dengan fonem /i/.

1.3 Fonem /u/ direalisasikan menjadi /u/ dan /U/

a) Fonem /u/ direalisasikan /u/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[untu] [untu] Gigi

[uyah] [uyah] garam

58

[ulȇr] [ulȇr] Ulat

[watu] [watu] Batu

[baηu] [baηu] Air

Perealisasian fonem/u/ menjadi /u/ antara bahasa Jawa di Desa

Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan, pengucapannya

sama.

b) Fonem /u/ direalisasikan /U/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[usUs] [UsUs] Usus

[kupIŋ] [kUpIŋ] Telinga

[kunIr] [kUnIr] Kunyit

[gunUŋ] [gUnUŋ] Gunung

[burUh] [bUrUh] Buruh

Dalam perealisasisan fonem /u/ menjadi /U/ antara bahasa Jawa di

Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar ada perbedaannya, yaitu jika

dalam bahasa jawa di Desa sambak fonem /u/ umumnya diucapkan dengan

fonem /U/, sedangkan bahasa Jawa standar tetap diucapkn fonem /u/.

59

1.4 Fonem /e/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[esUk] [esUk] Pagi

[ena?] [ena?] Enak

[sore] [sore] Sore

[pare] [pare] Pare

Fonem vokal /e/ antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan

bahasa Jawa standar tidak ada perbedaannya.

1.5 Fonem vokal /ȇ/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[ȇnȇm] [ȇnȇm] Enam

[lȇmUd] [lȇmUd] Nyamuk

[cȇmpe] [cȇmpe] anak kambing

[jȇjȇg] [jȇjȇg] Lurus

Dari contoh di atas, fonem /ȇ/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak

dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat pebedaan.

60

1.6 Fonem /E/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[sEkȇt] [sEkȇt] lima puluh

[gudEl] [gudEl] anak kerbau

[durEn] [durEn] Durian

[sEwu] [sEwu] Seribu

Fonem vokal /E/ antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan

bahasa Jawa standar tidak ada perbedaan.

1.7 Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/ dan /O/

a) Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[olEh] [oleh] Memperoleh

[tomat] [tomat] Tomat

[kȇbo] [kȇbo] Kerbau

[ijo] [ijo] Hijau

Fonem /o/ direalisasikan menjadi /o/ pada bahasa Jawa di Desa

Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat perbedaan.

61

b) Fonem /o/ direalisasikan menjadi /O/

Contoh

BJSt BJDS Makna

[OtOt] [OtOt] Urat

[bOyO] [bOyO] Buaya

[siŋsOt] [siŋsOt] Bersiul

Dari contoh tersebut, terlihat bahwa fonem /o/ yang direalisasikan

menjadi /O/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar

tidak terdapat perbedaan.

Berdasarkan keterangan-keterangan tentang realisasi fonem vokal di atas,

dapat diketahui bahwa pada bahasa Jawa di Desa sambak dengan bahasa Jawa

standar terdapat persamaan dan perbedaan dalam perealisasian fonem. Perbedaan

itu yang disebut dengan variasi. Variasi fonologi bahasa Jawa yang terjadi di

Desa Sambak yaitu pada fonem /i/ direalisasikan menjadi /I/ dan fonem /u/ yang

direalisasikan /U/. hal tersebut dapat terlihat di bawah ini.

BJSt BJDS Makna

[irUŋ] [Iruŋ] Hidung

[imbUh] [ImbUh] Tambah

[sikUt] [sIkUt] Siku

[sikil] [sIkIl] Kaki

62

[tikUs] [tIkUs] tikus

[kidUl] [kIdUl] Selatan

[ciyUt] [cIyUt] Sempit

[tipIs] [tIpIs] Tipis

[usUs] [UsUs] Usus

[kupIŋ] [kUpIŋ] Kuping

[usU?] [UsU?] Usuk

[kulIt] [kUlIt] Kulit

[buyUt] [bUyUt] anak dari cucu

[kuDUŋ] [kUDUŋ] Kerudung

[bUntUt] [bUntUt] Ekor

[kunIr] [kUnIr] Kunyit

[gunUŋ] [gUnUŋ] Gunung

[burUh] [bUrUh] Buruh

b. Konsonan

Bahasa Jawa di Desa Sambak terdapat 20 konsonan, yaitu /p, m, b, t,

T, k,w, d, g, l, y, j, ŋ, η, n, h, r, s, c/. Pada penyajian data di atas telah

dijelaskan tentang pasangan minimal konsonan.

Di bawah ini akan dibahas mengenai distribusi konsonan bahasa Jawa

di Desa Sambak.

63

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/p/

[pasuryan] „muka‟ [jȇmpOl]„jempol‟ [idȇp] „bulu mata‟

[palarapan] „dahi‟ [bapak] „ayah‟ [rayap] „rayap‟

[pitu] „tujuh‟

[sȇpatu] „sepatu‟

[raUp] „cuci

muka‟

[pItI?] „ayam‟ [sapi] „sapi‟ [anDap]„rendah‟

[pȇDEt] „anak sapi‟ [klↄpↄ] „kelapa‟ -

[pȇksi] „burung‟ [apE?]‟ petik‟ -

[pitu] „tujuh‟ [apIk] „baik‟

Fonem konsonan /p/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada posisi awal, tengah dan di akhir kata. Hal ini tidak terdapat

perbedaan dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/b/ [baTU?] „dahi‟ [ImbUh]„tambah‟ [antOb]„sendawa‟

[balUŋ] „tulang‟ [sȇbar] „tabur‟ [jilbab]„kerudung‟

[bOkOŋ] „pantat‟ [obah] „bergerak‟ -

[bapa?] „bapak‟ [kȇbo] „kerbau‟ -

[bancEt] „anak

katak‟

[lↄmbↄ?] „cabe‟

-

-

64

Fonem konsonan /b/ pada bahasa Jawa di Desa sambak dapat menempati

semua posisi, baik posisi awal, tengah dan akhir. Dalam hal ini tidak ada

perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/m/ [mari] „sembuh‟ limↄ] „lima‟ [dOm] „jarum‟

[mȇtȇŋ] „hamil‟ [lambe] „bibir‟ [sarȇm]„garam‟

[menDↄ]„kambing‟ [lȇmUd]„nyamuk‟ [maem]„makan‟

[macan] „harimau‟ [tumↄ] „kutu‟ [ȇnȇm]‟enam‟

[mbȇŋi] „malam‟ [jambe] „pinang‟ -

[menDↄ]„kambing‟ [kȇmu] „cuci mulut‟ -

Fonem konsonan /m/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Hal tersebut tidak ada

perbedaan dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/w/ [wudȇl] „puser‟ [DUwUr]„tinggi‟ -

[wudↄ]„telanjang‟ [awan] „siang‟ -

[waras] „sehat‟ [tawOn] „lebah‟ -

[wȇsi] „besi‟ - -

65

Fonem konsonan /w/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

menempati posisi pada awal dan tengah kata. Konsonan /w/ tidak ditemukan

dalam posisi akhir kata. Hal ini, tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di

Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/t/ [tumↄ] „kutu‟ [ati] „hati‟ [kulIt] „kulit‟

[turu] „tidur‟ [jantUŋ]„jantung‟ [jeŋgOt]„jenggot‟

[tIkUs] „tikus‟ [pitI?] „ayam‟ [sIkUt] „siku‟

[taŋi] „bangun‟ [gȇtIh] „darah‟ [papat] „empat‟

Dari contoh di atas, dapat terlihat bahwa fonem konsonan /t/ dalam

bahasa Jawa di Desa Sambak dapat berdistribusi pada awal, tengah dan akhir

kata. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak

dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/d/

[dↄrↄ] „merpati‟ [idu] „berludah‟ [UdUd] „merokok‟

[damEn] „jerami‟ [wudȇl] „pusar‟ -

[dↄwↄ] „panjang‟ [bundȇr] „bulat‟ -

Fonem konsonan /d/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Konsonan /d/ yang berada

66

diposisi akhir kata jarang ditemui. Pendistribusian konsonan /d/ dalam bahasa

jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar tidak terdapat perbedaan.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/n/ [njaIt] „menjahit‟ [kUnIŋ] „kuning‟ [turOn]„berbaring‟

[ndamu]„meniup‟ [kȇnDo] „kendor‟ [takOn] „bertanya‟

[nugȇl] „potong‟ [kUnIr] „kunyit‟ [payOn] „atap‟

[njaŋan]„memasak‟ [manUk]„burung‟ [arEn] „aren‟

[ndulaŋ] „menyuapi‟ [bȇnIŋ] „bening‟ [IsIn] „malu‟

Fonem konsonan /n/ pada bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Dalam hal ini tidak ada

perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/l/ [luηu] „licin [ElE?] „jelek‟ [ijOl] „tukar‟

[lȇmu] „gemuk‟ [cIlI?] „kecil‟ [gigOl] „jatuh (buah)‟

[lOr] „utara‟ [ElE?] „jelek‟ [kidUl] „selatan‟

[lↄrↄ] „sakit [ulↄ] „ular‟ [kandȇl] „tebal‟

67

Berdasarkan tabel di atas, Konsonan /l/ dalam bahasa Jawa di Desa

Sambak dapat menempati pada posisi awal, tengah dan akhir kata. Hal ini tidak

terdapat perbedaan dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/r/ [rai] „muka‟ [loro] „dua‟ [cIpIr] „kecipir‟

[rayap] „rayap‟ [sore] „sore‟ [kOnDUr] „pulang‟

[rOs] „ruas‟ [jEbrEs] „kumis‟ [aηar] „baru‟

[rↄsↄ] „rasa‟ [sarUŋ] „sarung‟ [lalȇr] „lalat‟

Fonem konsonan /r/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Dalam hal ini tidak terdapat

perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/T/ [TUkUl] [pȇTa?] „putih‟ -

„tumbuh‟ [nUTU?] „memukul‟ -

- [buTȇk] „keruh‟ -

-

68

Fonem konsonan /T/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak jarang ditemui

dan hanya dapat berdistribusi pada posisi awal dan tengah. Pendistribusian

fonem /T/ bahasa Jawa di Desa Sambak tidak ada perbedaan dengan bahasa

Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/D/ [DuDↄ] „duda‟ [maDaŋ] „makan‟ -

[DȇŋkUl] „lutut‟ [ganDUl] „pepaya‟ -

[Dada] „dada‟ [gȇDaŋ]‟ pisang‟ -

[DUwUr] „tinggi‟ [lanDȇp] „tajam‟ -

Fonem konsonan /D/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak hanya dapat

menempati pada posisi awal dan tengah. Dalam hal ini tidak ada perbedaaan

antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/s/ [sirah] „kepala‟ [UsUs] „usus‟ [alIs] „alis‟

[sIkUt] „sikut‟ [asu] „ajing‟ [tIkUs] „tikus‟

[sa?] „saku‟ [gasIr] „orong-orong‟ [wOs] „beras‟

[sapi] „sapi‟ [asȇm] „asam‟ [waras] „sehat‟

69

Fonem konsonan /s/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada semua posisi, baik awal, tengah dan akhir. Dalam hal ini

tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa

Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/c/ [caŋkȇm] „mulut‟ [pace]„mengkudu‟ -

[cȇcȇ?] „cecak‟ [picȇ?] „buta‟ -

[cacIŋ] „cacing‟ [pacUl] „cangkul‟ -

[cIyUt] „sempit‟ [racikan] „jari‟ -

Fonem konsonan /c/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal dan tengah kata. Pada posisi akhir, tidak ditemukan

konsonan /c/. Hal ini tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa

Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/k/ [konDaŋ] „terkenal‟ [beŋkOŋ] „bengkok‟ [ŋȇlak] „haus‟

[kEliŋan] „ingat‟ [mlaku] „berjalan‟ [apȇk] „apek‟

[kruŋu] „mendengar‟ [ambȇkan] „bernafas‟ [buTȇk] „keruh

70

Fonem konsonan /k/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

menempati pada posisi awal, tengah dan akhir. Hal ini tidak ada perbedaan

antara bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/g/ [gUpIs] „gigi rusak

berwarna hitam‟

[jago] „ayam

jantan dewasa‟

[ȇnDOg] „telur‟

[gaŋsal] „lima‟ [pagȇr] „dinding‟ [ŋgODOg]„merebus

[giTOk] „tengkuk‟ [ŋigar]„membelah‟ [goDEg] „jampang‟

[gȇlaŋ] „gelang‟ [rȇgȇd] „kotor‟ -

[gOri] „nangka‟ [nugȇl] „potong -

Fonem konsonan /g/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

berdistribusi pada awal, tengah dan akhir kata. Pada posisi akhir kata fonem /g/

hanya terbatas dan jarang ditemui. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara

bahasa Jawa di Desa Sambak dengan bahasa Jawa standar.

Konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/ŋ/ [ŋambaŋ]„terapung‟ [mbȇŋi] „malam‟ [wȇtȇŋ] „perut‟

[ŋambUŋ]„mencium‟ [lȇŋȇn] „lengan‟ [jantUŋ] „jantung‟

[ŋObOŋ]„membakar‟ [taŋan] „tangan‟ [walaŋ] „belalang‟

[ŋȇDUk] „menggali‟ [bȇŋkUk]„bungkuk‟ [uraŋ] „udang‟

71

Fonem konsonan /ŋ/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak dapat

menempati pada semua posisi, baik posisi awal, tengah maupun akhir kata.

Dalam hal ini tidak terdapat perbedaan antara bahasa Jawa di Desa Sambak

dengan bahasa Jawa standar.

konsonan Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/h/ [hiyu] „ikan hiu‟

[kadOhȇn] „terlalu

jauh‟

[gUrIh] „gurih‟

- [dahar] „makan‟ [mȇntah] „mentah‟

- - [gagah] „gagah‟

- - [wUtUh] „utuh‟

Fonem konsonan /h/ dalam bahasa Jawa di Desa Sambak kecamatan

Kajoran kabupaten Magelang dapat berdistribusi pada awal, tengah dan akhir

kata. Meskipun dalam posisi awal kata tidak sering ditemui.

Berdasarkan pembahasan tentang distribusi fonem konsonan bahasa Jawa di Desa

Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten Magelang, dapat disimpulkan hal-hal

sebagai berikut:

1.semua fonem konsonan dapat berdistribusi pada posisi awal;

2. semua fonem konsonan dapat berditribusi pada posisi tengah;

72

3. Semua fonem konsonan dapat berdistribusi pada posisi akhir, kecuali

konsonan /c/, /w/, /D/.

c. Gabungan Konsonan

Selain konsonan, dalam bahasa Jawa di desa Sambak Kecamatan

Kajoran Kabupaten Magelang juga terdapat gabungan konsonan. Gabungan

konsonan adalah kumpulan dua atau lebih konsonan yang berlainan dalam

satu suku kata tanpa vokal yang menyelanya (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1998: 27). Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa

jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang adalah

sebagai berikut.

1. Gabungan konsonan yang mengandung /l/

Gabungan

Konsonan

Posisi awal Posisi tengah Posisi akhir

/kl/ [klↄpↄ] „kelapa‟

[kluŋsu] „biji asam‟

[klȇntI?] „minyak kelapa‟

[klisi?-klisi?] „ berbisik‟

-

-

-

-

-

-

-

-

/ml/ [mlanDIŋ] „petai cina‟

[mlaku] „ berjalan‟

[mlaTO?] „membelah‟

-

-

-

-

-

-

/bl/ - [njȇblUg] „meletus‟ -

73

- [gȇmblUŋ] „gila‟ -

/gl/ [glȇpUŋ] „tepung‟

[glugu] „pohon kelapa‟

-

-

-

-

/pl/ [cȇmplaŋ] „hambar‟

[kUplU?] „kopyah‟

/tl/ [tlȇpOŋ] „kotoran sapi‟

[tlUtUh] „getah‟

2. Gabungan konsonan yang mengandung /r/

Gabungan

Konsonan

Posisis awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/br/ [brambaŋ] „bawang

merah‟

[abrIt] „merah‟ -

/gr/ - [ηȇgra?] „bau cabe

digoreng‟

-

/jr/ - [ajrIh] „takut‟ -

/kr/ [krItIŋ] „rambut ikal‟

[krambIl] „kelapa‟

[kranjaŋ] „keranjang‟

[kramas] „keramas‟

[jangkrIk] „jangkrik‟

-

74

/mr/ [mripat] „mata‟

[mricↄ] „lada‟

-

-

-

-

-

-

-

/sr/ [srȇgȇp] „keras (kerja)‟ - -

/tr/ [trȇŋgIlIŋ] „trenggiling‟

- -

/wr/ - [awrat] „berat‟ -

/dr/ [driji] „jari‟

3. Gabungan konsonan yang mengandung /w/

Konsonan

Gabungan

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/sw/ [swↄrↄ] „suara

[swiwi] „sayap‟

-

-

-

-

4. Gabungan konsonan yang mengandung /y/

Gabungan

Konsonan

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

/ky/ [kyai] „kyai‟ - -

75

Berdasarkan data-data gabungan konsonan di atas, dapat disimpulkan hal-hal

berikut ini.

1. Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa Jawa di desa Sambak

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang antara lain: /kl, ml, bl, gl,pl, tl,

br, gr, jr, kr, mn, sr, tr, wr, dr, sw/.

2. Gabungan konsonan yang ditemukan dalam bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran kabupaten Magelang dapat menempati pada posisi

awal, kecuali gabungan konsonan /bl, pl, gr, jr, wr/.

3. Gabungan konsonan yang ditemukan dalam bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dapat menempati posisi tengah,

kecuali gabungan konsonan /bl, pl, gr, jr, wr/.

4. Gabungan konsonan yang terdapat dalam bahasa Jawa di Desa Sambak

Kecamatan kajoran Kabupaten magelang tidak ada yang menempati pada

posisi akhir.

Selain gabungan konsonan yang telah dijelaskan di atas, dalam bahasa Jawa di

Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang ditemukan pula deret

konsonan, seperti terlihat di bawah ini.

Deret Konsonan Kata Arti

/mb/ [mbayUŋ]

[lOmbOk]

[ambȇkan]

daun kacang panjang

cabe

bernafas

/nd/ [ndalu] Malam

76

/ŋn/ [ŋgODOg] Merebus

/nD/ [ȇnDEk] Rendah

/nt/ [santȇn] Santan

/nT/ [ȇnTUŋ] Kepompong

/mp/ [cȇmplaŋ] Hambar

/nj/ [njaIt] Menjahit

d. Fonotaktik

Fonotaktik merupakan urutan fonem yang dimungkinkan dalam

suatu bahasa, deskripsi tentang urutan tersebut, gramatika stratifikasi,dan

sistem pengaturan dalam stratum fonemik (Kridalaksana 1993: 58).

Fonotaktik dalam bahasa Jawa di Desa Sambak tercermin dalam leksikal

berikut, yang meliputi unsur leksikal terdiri dari:

1) satu suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[sa?] „saku‟ KVK KVK

[wIt] „pohon‟ KVK

[dOm] „jarum‟ KVK

[lOr] „utara‟ KVK

[wOh] „buah‟ KVK

77

2) dua suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[ka-yu] „kayu KV-KV

[a-wan] „siang‟ V-KVK

[so-re] „sore‟ KV-KV

[a-lIs] „alis „ V-KVK

[kU-pIŋ] „telinga‟ KV-KVK

[sa-man] „kamu‟ KV-KVK

[Du-Dↄ] „duda‟ KV-KV

[u-lȇr] „ulat‟ V-KVK

3) tiga suku kata, misalnya:

Kata Urutan Fonem (Fonotaktik)

[sȇ-pu-lUh] „sepuluh‟ KV-KV-KVK

[pȇ-ŋu-lu] „pengulu‟ KV-KV-KV

[sȇ-TI-TI?] „sedikit‟ KV-KV-KVK

[sam-pe-yan] „kamu‟ KVK-KV-KV

Setelah mengamati pembahasan tentang fonotaktik yang terjadi dalam

bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, maka

dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

78

1. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten

Magelang yang terdiri dari satu suku kata mempunyai urutan fonem

(fonotaktik) dengan pola KVK;

2. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten

Magelang yang terdiri dari dua suku kata mempunyai urutan fonem

(fonotaktik) dengan pola KV- KV, V- KVK dan KV- KVK;

3. leksikal bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan kajoran Kabupaten

Magelang yang terdiri dari dua suku kata mempunyai urutan fonem

(fonotaktik) dengan pola KV-KV-KVK, KV-KV-KV dan KVK-KV-

KVK.

2. Leksikon

Leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis,

atau suatu bahasa, kosa kata, perbendaharaan kata ( Kridalaksana, 2008: 142).

Dalam setiap bahasa kosa kata adalah hal yang paling dominan. Setiap kosa kata

dalam suatu bahasa tersebut pasti mempunyai suatu standar kebakuan bahasa

yang dijadikan sebagai pedoman, begitu juga dengan bahasa Jawa. Diantara

sekian banyaknya dialek dalam bahasa Jawa yang dijadikan sebagai pedoman

bahasa Jawa standar adalah dialek Surakarta.

Leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang ada beberapa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa standar, seperti

disebutkan di bawah ini.

1. Enthol-enthol [enTOl-enTOl] yang dalam bahasa Indonesia artinya betis,

dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol [kempOl].

79

2. Nyong [ηOŋ] dalam bahasa Indonesia yang artinya aku, saya, dalam

bahasa Jawa standar kata aku disebut dengan aku [aku].

3. Benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,

sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ].

4. Trayek [trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek, sedangkan

dalam bahasa Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?].

5. Gajik [gaji?] yang dalam bahasa Indonesia artinya dari, dalam bahasa Jawa

standar di sebut dengan seka [sȇkↄ].

6. Mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras ( sifat),

dalam bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel [mrEŋkEl].

7. Pukul [pUkUl] dalam bahasa Indonesia artinya palu, sedangkan dalam

bahasa Jawa standar disebut gandhi [ganDi] atau martil [martIl].

80

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang fonologi dan leksikon bahasa Jawa

di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Dalam bidang fonologi, bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran

Kabupaten Magelang memiliki perbedaan dengan bahasa Jawa standar.

Perbedaan ini terletak pada fonem /i/ yang direalisasikan menjadi /I/, jika

dalam bahasa Jawa di Desa sambak untuk fonem /i/ pada umumnya

diucapkan dengan fonem /I/, sedangkan bahasa Jawa standar diucapkan

dengan fonem /i/. Selanjutnya, fonem /u/ yang direalisasikan /U/, jika

dalam bahasa jawa di Desa sambak fonem /u/ umumnya diucapkan dengan

fonem /U/, sedangkan bahasa Jawa standar tetap diucapkan fonem /u/.

2. Leksikon bahasa Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten

Magelang terdapat beberapa kata yang berbeda dengan bahasa Jawa

standar, yaitu kata-kata di bawah ini.

a. Enthol-enthol [enTOl-enTOl] yang dalam bahasa Indonesia artinya

betis, dalam bahasa Jawa standar disebut dengan kempol [kempOl].

b. Nyong [ηOŋ] dalam bahasa Indonesia yang artinya aku, saya, dalam

bahasa Jawa standar kata aku disebut dengan aku [aku].

80

81

c. Benthok [bȇnTo?] yang dalam bahasa Indonesia artinya babi hutan,

sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan celeng [cElEŋ].

d. Trayek [trayE?] dalam bahasa Indonesia artinya tukang ojek,

sedangkan dalam bahasa Jawa standar disebut dengan ojek [ojE?].

e. Gajik [gaji?] yang dalam bahasa Indonesia artinya dari, dalam bahasa

Jawa standar di sebut dengan seka [sȇkↄ].

f. Mrengkeyek [mrȇŋkEyE?] dalam bahasa Indonesia artinya keras

(sifat), dalam bahasa Jawa standar disebut dengan mrengkel

[mrEŋkEl].

g. Pukul [pUkUl] dalam bahasa Indonesia artinya palu, sedangkan dalam

bahasa Jawa standar disebut gandhi [ganDi] atau martil [martIl].

B. Saran

Penelitian ini menitikberatkan pada fonologi dan leksikologi bahasa

Jawa di Desa Sambak Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang. Bagi

peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti tentang morfologi yang terjadi

pada bahasa Jawa di Desa sambak, serta aspek sintaksis. Peneliti harus teliti

dalam mendiskripsikan data sehingga mendapatkan hasil yang baik.

82

Daftar Pustaka

Abdullah Wakit. 2008. Bahasa Jawa Orang Samin di Kabupaten Blora.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ayatrohaedi, 1983.Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pembinaan

dan pengembangan.

Chaer Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Chaer Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metodelinguistik. Bandung: Rafika Aditama.

Fadhilatun, Atik R. 2011. Analisis Fonologi dan Leksikologi Bahasa Jawa di

Desa Brunorejo Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

KBBI, Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Bahasa.

Kridalaksana, Harimurti.1993. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia.

Mahsun.1995.Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Marsono. 1999. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyani, Siti. 2008. Fonologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Nababan.P.W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Nurul, Muh H. 2010. Kajian Fonologi dan Leksikon Dialek Bahasa Jawa di

Desa Mangunranan Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.

83

Sasangka Wisnu. 2007. Unggah-Ungguh Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan

Paramalingua.

Satriya Sri. 2008. Paramasastra Gagrag Anyar Basa Jawa. Jakarta: Yayasan

Paramalingua.

Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa.Yogyakarta: Duta Wacana

University Press.

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Sudaryanto. 1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

Duta Wacana University Press.

Subroto Edi dkk. 1991. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sutardjo Imam. 2008. Kawruh Basa Saha Kasusastran Jawi. Surakarta: Jurusan

Sastra Daerah Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Verhaar. J.W. M. 2007. Asas- Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

84

85

86

87

88

Daftar kata Swadesh

a. Kata Bilangan

No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

1 Satu [siji], [sȇtuŋgal]

2 Dua [loro], [kalIh]

3 Tiga [tȇlu], [tigↄ]

4 Empat [papat], [sȇkawan]

5 Lima [limↄ], [gaŋsal]

6 Enam [ȇnȇm]

7 Tujuh [pitu]

8 Delapan [wOlu]

9 Sembilan [sↄŋↄ]

10 Sepuluh [sȇpulUh], [sȇdↄsↄ]

11 Sebelas [sȇwȇlas]

12 tiga belas [tȇlulas], [tigↄ wȇlas]

13 lima belas [limↄlas] [gaŋsal welas],

14 dua puluh [rOη pulUh], [kalIh dↄsↄ]

15 lima puluh [sEkȇt]

16 lima puluh lima [sEkȇt limↄ], [sEkȇt gaŋsal]

17 tujuh puluh [pitUŋ pulUh], [pitUŋ dↄsↄ]

18 tujuh puluh lima [pitUŋ pulUh limↄ], [pitUŋ dↄsↄ

gaŋsal],

89

19 sembilan puluh [saŋaŋ pulUh]

20 Seratus [satUs]

21 seratus sepuluh [satUs sȇpulUh]

22 seratus dua puluh lima [satUs sȇlawe]

23 lima ratus [lima ŋatus], [gaŋsal atUs]

24 Seribu [sEwu]

25 Pertama [pȇcak pisan]

26 Kedua [kȇloro]

27 Ketiga [kȇtȇlu]

28 Keempat [kȇpapat]

29 Kelima [kȇlimↄ]

30 Keenam [kȇȇnȇm]

31 Tujuh [kapIŋ pitu]

32 Kedelapan [kapIŋ wOlu]

33 Kesembilan [kapIŋ sↄŋↄ]

34 Kesepuluh [kapIŋ sȇpulUh], [kapIη sȇdↄsↄ]

35 Terakhir [kEri pisan]

b. Waktu dan Musim

No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

36 sembilan tahun yang

lalu

[saŋaŋ taUn sIŋ biyEn]

90

37 Malam [mbȇŋi], [ndalu]

38 Siang [awan], [siyaŋ]

39 Sore [sore]

40 Pagi [esUk]

41 musim kering [mↄηsↄ kȇtigↄ]

42 musim hujan [renDȇŋ], [mↄŋsↄ udan]

43 tadi pagi [mau esUk]

44 tadi siang [mau awan]

45 besok pagi [sesuk esUk]

46 nanti malam [ȇngko mbȇŋi]

47 tengah malam [tȇηah wȇηi]

48 tengah hari [awan-awane]

49 kemarin saya

kemalaman

[wiŋi ηOŋ kȇwȇŋEn], [wiŋi kulↄ

kȇdalOn]

50 Dulu [winganane]

51 Besuk [sesuke mȇnEh]

52 besuk malam [sesUk bȇngi]

53 dua hari yang lalu [rOŋ dinↄ kȇpuŋkUr]

54 minggu depan [miηgu ngarȇp]

55 tiga hari [tȇlUŋ ndinↄ]

56 dua bulan [rOŋ sasi]

57 Satu hari [sȇdinↄ]

91

58 sehari semalam [sȇdinↄ sȇwȇŋi]

59 satu minggu [sȇmiŋgu]

60 satu bulan [sȇsasi]

61 satu tahun [sȇtaUn]

63 Sebentar [sȇDelↄ]

64 satu bulan lagi [sȇsasi mȇnEh]

65 dua puluh lima tahun [sȇlawe taUn]

66 salah musim [salah mↄŋsↄ]

67 musim hujan [rȇnDȇŋ], [mↄŋsↄ jawↄh]

68 musim kemarau [ketiga]

69 musim panen [mↄŋsↄ panEn]

c. Ukuran

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

70 Sejengkal [sȇkilan]

71 Sehasta [sȇlȇŋȇn]

72 satu meter [sȇmEtȇr]

73 satu kilogram [sȇkilo]

74 lima kilo meter [limaŋ kilo mEtȇr]

75 satu ubin [sak ubIn]

76 lima ons [limaŋ On]

92

a. Bagian Tubuh Manusia

No Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

77 Kepala [sirah]

78 ubun-ubun [mbUn-mbUn]

79 Pelipis [alIs]

80 Muka [rai]

81 Dahi [baTUk]

82 Mata [mↄtↄ],[mripat]

83 pelupuk mata [tlapukan mↄtↄ]

84 Hidung [IrUη], [grↄnↄ]

85 Telinga [kUpIη]

86 lubang telinga pada

wanita

[tInDIk]

87 Mulut [caŋkȇm]

88 Bibir [lambe]

89 Gigi [untu]

90 gigi taring [gaDIŋ]

91 gigi rusakberwarna hitam [gUpIs]

92 Pipi [pipi]

93 lesung pipi [TȇkIk]

94 Leher [gulu]

95 kerongkongan [kȇrOŋkOŋan]

93

96 Tengkuk [giTOk]

97 Punggung [gȇgȇr]

98 Bahu [punDak]

99 Dada [DↄDↄ]

100 Pusar [wudȇl]

101 Perut [wȇtȇŋ]

102 Ketiak [kElEk]

103 Lengan [lȇŋȇn]

104 Sikut [sIkUt]

105 Tangan [taŋan]

106 Jari [driji]

107 Jempol [jȇmpOl]

108 Telunjuk [pȇnunjUk]

109 jari tengah [pȇnunggul]

110 jari manis [jȇnTIk manIs]

111 Klingking [jȇnTIk]

112 Kuku [kuku]

113 telapak tangan [EpEk-EpEk]

114 Kaki [sIkIl]

115 mata kaki [pOlOk]

116 Lutut [dȇŋkUl]

117 Paha [pupu]

94

118 Pantat [bOkOng]

119 Betis [enthOl-enthOl]

120 Tumit [tuηkak]

121 Jantung [jantUŋ]

122 Hati [ati]

123 Usus [UsUs]

124 Urat [OtOt]

125 Tulang [balUŋ]

126 isi tulang [sUηsUm]

127 Darah [gȇtIh]

128 Alis [alIs]

129 bulu mata [idȇp]

130 Jenggot [jeηgↄt]

131 Kumis [jEbrEs]

132 Jampang [gODEg]

133 bulu ketiak [wulu kElEk]

134 bulu tangan [wulu taηan]

135 bulu kaki [wulu sIkIl]

136 rambut ikal [krItIη]

137 rambut lurus [rambUt lurus]

138 tahi lalat [anDȇη-anDȇη]

139 Kulit [kUlIt]

95

140 kulit kering [mbȇsisik]

b. Kata Ganti Orang

no Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

141 Saya [ηↄη]

142 Kamu [saman][rai]

143 dia [kaE]

144 Kami [əηəη pↄDↄ]

145 Kita [əηəη kaE pↄDↄ]

146 kamu sekalian [sampeyan kabEh]

147 mereka sekalian [wↄη-wↄη paDa]

148 Beliau [panjȇnȇηanipun]

c. Istilah Kekerabatan

no Bahasa indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

149 Ayah [bapak]

150 iIbu [mbOk]

151 Istri [bojo wedOk]

152 Suami [bojo lanaη]

153 Janda [rↄnDↄ]

154 Duda [DuDↄ]

96

155 Anak [anak]

156 anak tertua [anak mbarȇp]

157 anak kandung [anak asli]

158 anak termuda [ragIl]

159 kakak laki-laki [kang]

160 kakak perempuan [yu]

161 adik perempuan [wedOk]

162 adik laki-laki [aDi lanaη]

163 kakak laki-laki dari bapak [wO lanang]

164 kakak laki-laki dari ibu [wO lanang]

165 istri kakak laki-laki dari

ayah

[wO wedOk]

166 istri kakak laki-laki dari

ibu

[wO]

177 adik laki-laki dari ayah [lek]

178 adik laki-laki dari ibu [lek]

179 istri adik laki-laki dari

ayah

[llllk wadↄn]

180 istri adik laki-laki dari ibu [llllk wadↄn]

181 kakak perempuan dari

ayah

[wO wedOk]

182 kakak perempuan dari ibu [wo WedOk], [bu De]

97

183 suami kakak perempuan

dari ayah

[wO lanaŋ], [pak De]

184 suami kakak perempuan

dari ibu

[wO lanaŋ], [pak De]

185 anak dari saudara ayah [kaŋ], [mas]

186 anak dari saudara tua [plunan]

187 anak dari saudara muda [kȇponakan]

188 ayah dari orang tua [mbah lanaŋ, [mbah kakUŋ]

189 ibu dari orang tua [mbah wedOk], [mbah putri]

190 ayah dari kakek [mbah bUyUt lanaŋ], [mbah bUyUt

kakuŋ]

191 ibu dari kakek [mbah bUyUt wedOk], [mbah bUyUt

putri]

192 anak dari anak [putu], [wayah]

193 anak dari cucu [bUyUt]

194 cucu dari saudara kakek [misan]

195 cucu dari cucu [caŋgah]

196 kakek dari kakek [warEŋ]

197 pasangan suami istri [bojo]

198 suami istri dari anak [mantu]

199 orang tua dari suami atau

istri

[mȇrtuwↄ]

98

200 suami atau istri dari

saudara

[ipe]

201 orang tua istri atau suami

anak

[besan]

202 nenek moyang yang sudah

mati

[pↄrↄ lUhUr]

203 orang laki-laki [wOŋ lanang]

204 orang perempuan [wOŋ wedOk]

205 ibu tiri [mbok kuwalOn]

206 ayah tiri [bapak kuwalOn]

207 anak tiri [anak kuwalOn]

d. Pakaian dan Perhiasan

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

208 Giwang [suwȇŋ]

209 Tongkat [pȇnTUŋ], [tȇkȇn]

210 Cincin [ali-ali]

211 Caping [tUDUŋ]

212 Krudung [kUDUŋ

213 Gelang [gȇlaŋ]

214 Anting [antIŋ]

215 Saku [sak]

99

216 Kalung [kalUŋ]

217 Kebaya [kȇbayak]

218 Sandal [srandal]

219 Sepatu [sȇpatu]

220 Kain [bakal]

221 Sarung [sarUŋ]

222 Kopiyah [kUplU?]

223 Sanggul [gȇlUŋ]

224 Batik [batik]

e. Binatang

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

225 Binatang [kewan]

226 Lalat [lalȇr]

227 Kutu [tumↄ]

228 Nyamuk [lȇmUd]

229 Lebah [tawOn]

230 kunang-kunang [kunaŋ]

231 Belalang [walaŋ]

232 Cacing [cacIŋ]

233 lintah [lintah]

234 Ular [ulↄ]

100

235 Rayap [rayap]

236 Cecak [cȇcȇk]

237 Kadal [kaDal]

238 kupu-kupu [kupu]

239 Tikus [tikUs]

240 kura-kura [bUlUs]

241 Udang [uraŋ]

242 Hiu [hiyu]

243 Ikan [iwa?], [ulam]

244 ikan asin [rese]

245 Yuyu [yuyu]

246 Kelelawar [lↄwↄ]

247 Keluang [kalUŋ]

248 Burung [manUk], [pȇksi]

249 Kuntul [kUntUl]

250 Gagak [gagak]

251 elang ayam [biDo]

252 itik jantan muda [mȇri]

253 itik betina muda [mȇri]

254 itik jantan dewasa [bEbEk bajag]

255 itik betina dewasa [bEbEk]

256 ayam jantan muda [jEηgEr]

101

257 ayam betina muda [dere]

258 ayam jantan dewasa [jago]

259 ayam betina dewasa [babOn]

260 Merpati [dↄrↄ]

261 anak dara [peyek]

262 Angsa [baηak]

263 anak angsa [blȇŋor]

264 Ayam [pItIk]

265 anak ayam [pIyIk]

266 Katak [kODOk]

267 anak katak [bancEt]

268 Tupai [bajIŋ]

269 Trenggiling [trȇŋgIlIŋ]

270 Tenggalung [gaŋkraŋan]

271 Sapi [sapi]

272 anak sapi [pȇDEt]

273 Kambing [wȇDUs]

274 Kerbau [kȇbo]

275 anak kambing [cȇmpe]

276 Anjing [kirIk]

277 anak anjing [kIrIk]

278 Kucing [kUcIŋ]

102

279 anak kucing [cȇmEŋ]

280 kijang [kidaŋ]

281 anak kerbau [gudEl]

282 Babi [bȇnTok]

283 Ular [ulↄ]

284 Buaya [bOyO]

285 babi hutan [bȇnTok], [cElEŋ]

286 Harimau [macan]

287 Kera [kȇTE?], [rewↄndↄ]

288 Kepompong [ȇnTUŋ]

289 Jangkrik [jangkrIk]

290 Kecoa [coro]

291 Gajah [gajah]

292 Kadal [kaDal]

293 Bebek [bEbEk]

294 Kinjeng [kinjȇŋ]

295 Kucing [kUcIŋ]

296 orong-orong [gasIr]

297 Lebah [tawOn]

298 Belut [wȇlUt]

299 Kutu [tumↄ]

103

f. Jabatan Pemerintah Desa

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

300 Lurah [lurah]

301 sekretaris desa [carI?]

302 Pengulu [pȇŋulu]

303 Kyai [kyai]

304 Dukun [dUkUn]

305 dukun sunat [dUkUn sȇpIt]

306 dukun bayi [dUkUn bayi]

307 pegawai pemerintah [pȇgawe]

308 Guru [guru]

309 Buruh [bUrUh]

310 Pamong [pamOŋ]

311 Pedagang [bakUl]

312 Juragan [juragan]

313 Tengkulak [bakUl gȇDe]

314 tukang kayu [tukaŋ kayu]

315 tukang pahat [tukaŋ ukIr]

316 Penjual [bakUl]

317 Mandor [manDOr]

318 Kondektur [kȇnEk]

319 Petani [tani]

104

320 buruh tani [bUrUh tani]

321 tukang ojek [trayEk]

322 Supir [sopir]

323 Kusir [kosir]

324 tukang becak [tukang becak]

325 Camat [camat]

326 Carik [carIk]

327 Polisi [pOlisi]

328 penjahit baju [pȇnjaIt]

329 penjahit sepatu [sↄl sepatu]

330 Nelayan [nȇlayan]

g. Bagian tubuh Binatang

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

331 kepala ayam [nDas pItIk]

332 Telur [ȇnDOg]

333 Cakar [cakar]

334 Jalu [jalu]

335 Sayap [swiwi]

336 bulu sayap [wulu swiwi]

337 Ekor [bUntUt]

338 Taring [sIUŋ]

105

339 Tanduk [suŋu]

340 Ingsang [iŋsaŋ]

341 Sisik [sIsI?]

342 bangkai binatang [baTaŋ]

343 bangkai manusia [mayId]

345 Belulang [lulaŋ]

346 kotoran sapi [tlȇpOŋ]

347 kotoran kambing [mȇnDIl]

348 paha sapi [pupu]

349 usus ayam [UsUs]

350 dada ayam [DↄDↄ mȇnTOk]

351 pantat ayam [brutu]

h. Tumbuhan, bagian-bagian, buah dan hasil olahannya.

Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

352 Santan [santȇn]

353 minyak kelapa [klȇntIk], [lisah klȇntIk]

354 Padi [pari], [pantUn]

355 Beras [bȇras], [wOs]

356 beras kecil [mȇnIr]

357 Nasi [sȇgↄ], [sȇkUl]

358 Ketan [kȇtan]

106

359 Jerami [damEn]

360 Gabah [gabah]

361 Pare [pare]

362 Jahe [jae]

363 Kunyit [kUnIr]

364 Lengkuas [laOs]

365 bawang putih [bawang]

366 bawang merah [brambaŋ

367 Labu [walUh]

368 Terong [terOŋ]

369 Lada [mricↄ]

370 Jagung [jagUŋ]

371 Petai [pȇte]

372 petai cina [mlanDIŋ]

373 Ketimun [tImUn]

374 daun kacang panjang [mbayUŋ]

375 daun papaya [gODoŋ ganDUl], [rOn ganDUl]

376 daun ketela [gODOŋ telↄ]

377 daun keladi [gODOŋ lumbu]

378 Kangkung [kaŋkUŋ]

379 Tepung [glȇpUŋ]

380 Tapai [tape]

107

381 bekas selipan padi [mȇraŋ]

382 dedak selipan padi [DȇDȇk]

383 Cabe [lOmbOk]

384 cabe merah [lOmbOk abaŋ], [lOmbOk abrIt]

385 cabe hijau [lOmbOk ijO]

386 cabe kecil [lOmbOk rawIt]

387 Rumput [sukȇt]

388 Pohon [wIt]

389 anak dahan [paŋ]

390 Kayu [kayu]

391 Getah [tlUtUh]

392 Daun [gODOŋ], [rOn]

393 Bunga [kȇmbaŋ], [sȇkar]

394 Buah [wOh]

395 buah-buahan [wOh-wOhan]

396 Sagu [sagu]

397 air sayur [dUdUh]

398 Akar [OyOd]

399 Durian [durEn]

400 Pinang [jambe]

401 Ruas [rOs]

402 Bamboo [prIŋ]

108

403 bambu yang mash

muda

[bUŋ]

404 sisir pisang [liraŋ]

405 Setandan [sȇtUnDUn]

406 Aren [arEn]

407 Kelapa [krambIl], [klↄpↄ]

408 pohon kelapa [glugu]

409 Sabut [tȇpȇs]

410 Tempurung [baTOk]

411 Rotan [pȇnjalIn]

412 Tebu [tȇbu]

413 Beringin [rIŋIn]

414 Pandan [panDan]

415 pohon kapuk [ranDu]

416 Jengkol [jengkOl]

417 Asam [asȇm]

418 biji asam [kluŋsu]

419 Biji [isi], [wiji]

420 Papaya [ganDUl]

421 alang-alang [alaŋ-alaŋ]

422 Jagung [jagUŋ]

423 Bayam [bayȇm]

109

424 Tomat [tomat]

425 Kecipir [cIpIr]

426 Mengkudu [pace]

427 Semangka [sȇmↄŋkↄ]

428 Nangka [gOri]

i. Alam

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

429 Air [baηu], [toyↄ]

430 air tawar [baηu mȇntah]

431 air laut [baηu sȇgↄrↄ]

432 air sungai [baηu kali]

433 Laut [sȇgↄrↄ], [sȇgantȇn]

434 Angin [angIn]

435 angin rebut [lIsUs]

436 Gunung [gUnUng]

437 Bara [wOwO]

438 gunung meletus [gUnUŋ njȇblUg]

439 Lahar [kawah]

440 Hutan [alas], [wↄnↄ]

441 Pasir [wȇDi]

442 Batu [watu], [selↄ]

110

443 batu api [watu gȇni]

444 Sungai [kali], [lEpEn]

445 sungai besar [kali gȇDe]

446 sungai kecil [kalEn]

447 Garam [uyah], [sarȇm]

448 jalan lebar [dalan gȇDe]

449 Kabut [pȇDUt]

j. Rumah dan bagian-bagiannya

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

450 Lantai [jↄgan]

451 Atap [payↄn]

452 Genting [gȇnDEŋ]

453 Kasan [UsUk]

454 lobang angin [angIn-angIn]

455 Tangga [ↄnDↄ]

456 Dinding [pagȇr]

457 dinding tembok [tembOk]

458 dinding papan [pagȇr blabak]

459 dinding bambu [gȇDEk]

460 Pintu [lawaŋ]

461 Jendelo [cȇndelO]

111

462 Kamar [kamar]

463 kamar mandi [kamar mandi]

464 Wc [kakUs]

465 bak mandi [kUlah]

466 Dapur [pawOn]

467 Serambi [ngarȇpan]

468 tempat tidur [ambEn]

469 tempat grabah [rak]

470 alas tidur [klↄsↄ]

k. Alat

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

471 Parut [parUd]

472 Jarum [jarUm]

473 Tenun [tȇnUn]

474 Lesung [lumpaŋ]

475 Benang [bolah]

476 Obor [ObOr]

477 Besi [wȇsi]

478 Karat [taiyEŋȇn]

479 Dayung [dayUŋ]

480 Palu [pUkUl]

112

481 Tali [tambaŋ], [taŋsUl]

482 Cangkul [pacUl]

483 Golok [bȇnDo]

484 Arit [arIt]

485 Kranjang [kranjaŋ]

486 Pikulan [pikulan]

l. Penyakit dan obat

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

487 Sakit [lↄrↄ], [gȇrah]

488 sakit demam [panas]

489 Bengkak [abUh]

490 Buta [picȇk], [wutↄ]

491 Hamil [mȇtȇŋ]

492 Mabuk [mabUk]

493 Luka [tatu]

494 bekas luka [korEŋ]

495 Bungkuk [bȇŋkUk]

496 Sehat [waras]

497 Sembuh [mari], [mantUn]

498 Pedih [pȇrIh]

499 Letih [kȇsȇl]

113

500 Obat [obat]

501 parau suaranya [Esȇk]

502 penyakit menular [pȇηakIt nular]

503 rasa mau muntah [jȇlEh]

504 Mual [jȇlEh]

505 Gila [edan], [gȇnDȇŋ], [kȇnTIr]

m. Arah dan mata angin

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

506 Kanan [tȇŋȇn]

507 Kiri [kiwↄ]

508 Utara [lOr]

509 Timur [wetan]

510 Selatan [kIdUl]

511 Barat [kulOn]

512 timur laut [wetan lOr]

513 Tenggara [kIdUl wetan]

514 barat daya [kulOn kIdUl]

515 barat laut [kulOn lOr]

516 Begini [kↄyↄ kiye]

517 Begitu [kↄyↄ kuwe]

518 di sini [naŋ kene]

114

519 di sana [naŋ kↄnↄ]

520 di samping [naŋ pIŋgir]

521 di atas [naŋ nDUwUr]

522 di bawah [naŋ ŋisOr]

523 Dari [gajik]

524 Ini [kiye]

525 Itu [kae]

526 Semua [kabEh], [sȇdↄyↄ], [sȇdantȇn]

n. Aktivitas

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

527 Membawa [ŋgↄwↄ], [mbetↄ], [ŋastↄ]

528 membersihkan [ŋrȇsiki]

529 Mengulangi [mbalEni], [mangsuli]

530 Berubah [malIh]

531 Tumbuh [TUkUl]

532 meniru, meneladani [marai]

533 Bertanya [takOn], [takEn]

534 Tambah [ImbUh]

535 Menakutkan [mȇdEni]

536 Tabor [sȇbar]

537 Menyusu [nusu]

115

538 Bersiul [siŋsOt]

539 Sendawa [antOb]

540 tersedu-sedu [misȇg-misȇg]

541 Merumput [ŋarIt]

542 Menyiangi [matUn]

543 Pulang [bali], [wangsUl], [kOndUr]

544 Pergi [luŋↄ]

545 menebas pohon [nȇgOr]

546 Pilih [mIlIh]

547 memejamkan mata [mȇrȇm]

548 mengedipkan mata [kȇDEp]

549 Memperoleh [olEh], [aŋsal]

550 Menyanyi [nȇmbaŋ]

551 sudah masak [matȇŋ]

552 Memasak [njaŋan]

553 Makan [maDaŋ], [maȇm], [Dahar]

554 Melihat [ndȇlOk], [mriksani]

555 Menggigit [ηOkOt]

556 Mendengar [kruŋu]

557 Mencium [ŋambUŋ]

558 Bernafas [ambȇkan]

559 Berludah [idu]

116

560 Dahak [riyak]

561 Duduk [njagOŋ], [leŋgah]

562 Berjongkok [nDODOk]

563 Berbaring [turOn]

564 berkelahi (tangan) [gȇlUt]

565 berkelahi (kata) [padu]

566 Bermain [dolanan]

567 Medorong [ηUrUŋ]

568 Menarik [ηEnEŋ]

569 Melempar [mbalaŋ]

570 potong (kaki) [nugȇl]

571 Membelah [ηigar]

572 megelupas kulit [ŋȇcEi]

573 Mengikat [nalEni], [nangsuli]

574 Memegang [ηȇkȇl]

575 Putar [mubȇŋ]

576 menikam dari atas [nublȇs]

577 menikam dari bawah [ηOgOk]

578 Membunuh [matEni]

579 Membakar [ŋObOŋ]

580 Mengisap [ηȇDOt]

581 Meniup [ndamu]

117

582 Memeras [mȇrȇs]

583 Menggosok [ŋgOsOk]

584 menggosok gigi [sikatan]

585 Mengusap [ŋusap]

586 Berbicara [ŋOmOŋ], [ŋȇndikↄ]

587 Berbisik [klisik-klisik]

588 Tertawa [ŋguyu]

589 Dating [tȇkↄ], [rawUh]

590 Kembali [mbalIk]

591 Berjalan [mlaku]

592 Ikut [mElu]

593 Bergerak [obah]

594 Menginjak [midȇk]

595 Berenang [ŋlaŋi]

596 Terbang [mabUr]

597 Mengapung [ŋambaŋ]

598 Mengalir [mili]

599 Memburu [ŋoyak]

600 Menggali [ŋȇDUk]

601 Menghitung [ŋItUŋ]

602 Member [ŋȇwEhi]

603 cuci pakaian [ŋumbahi]

118

604 cuci tangan/ kaki [wIsUh]

605 cuci piring [ŋasahi]

606 cuci mulut [kȇmu]

607 cuci muka [raUp]

608 cuci rambut [kramas]

609 Menjemur [meme]

610 Membalas [mbalȇs]

611 Kencing [ŋUyUh], [pipis]

612 bekerja [ηambut gawe]

613 menguburkan [mȇnDȇm]

614 Ganti [ganti], [gatOs]

615 Bangun [taŋi], [wuŋu]

616 Tidur [turu], [sare]

617 jatuh (orang) [tibↄ]

618 Bertemu [kȇtȇmu], [kȇpaŋgIh]

619 jatuh (buah) [gigOl]

620 Kentut [ŋȇntUt]

621 Bongkar [mboŋkar]

622 Ingat [kEliŋan], [kEmutan]

623 Menyembur [ηȇmbUr]

624 Tukar [ijOl]

625 Menyuruh [prentah], [kOŋkOn]

119

626 Petik [apEk]

627 Menjahit [njaIt]

628 Menganyam [ŋaηam]

629 Minum [ŋombe], [ŋunjUk]

630 Merebus [ŋODOg]

o. Sifat dan sapaan

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

631 Tua [tuwↄ], [sȇpUh]

632 Muda [nOm]

633 Baru [aηar], [eŋgal]

634 Lama [suwe], [dangu]

635 Utuh [wUtUh]

636 Bersih [rȇsIk]

637 Tinggi [DUwUr]

638 Rendah [ȇnDEk]

639 Besar [gȇDe], [agȇŋ]

640 Kecil [cIlIk], [alit]

641 Luas [ↄmbↄ]

641 Sempit [cIyUt]

643 Panjang [dↄwↄ

644 Pendek [cinDȇk]

120

645 Tebal [kandȇl]

646 Tipis [tIpIs]

647 Jauh [adOh]

648 Dekat [cȇDȇk]

649 Busuk [bOsOk]

650 Keras [atOs]

651 keras (kerja) [srȇgȇp]

652 keras (suara) [sȇru]

653 keras (sifat) [mrȇŋkEyEk]

654 Gagah [gagah]

655 Kurus [kuru]

656 Gemuk [lȇmu]

657 Cantik [ayu]

658 Tampan [bagUs]

659 Kendor [kȇnDo]

660 telanjang [wudↄ]

661 terlalu jauh [kadOhȇn]

662 kotor [rȇgȇd]

663 kosong [sUwUŋ]

664 bagus [apIk]

665 jelek [ↄlↄ], [ElEk]

666 berani [wani], [wanton]

121

667 basah [tȇlȇs]

668 kering [garIŋ

669 setengah kering [alUm]

670 dingin [adȇm], [aηȇs]

671 sejuk (malam hari) [sȇgȇr]

672 hangat [aŋȇt]

673 malu [IsIn]

674 terkenal [konDaŋ]

675 baik [apIk]

676 bau [mambu]

677 mati [mati]

678 hidup [UrIp]

679 ada [ↄnↄ]

680 tidak ada [ora ↄnↄ]

681 sedikit [sȇTITIk]

682 banyak [okEh]

683 penakut [jȇrIh]

684 tajam [lanDȇp]

685 tumpul [bujȇl]

686 licin [luηu]

687 lurus [jȇjȇg]

688 bengkok [beŋkOŋ]

122

689 berat [abOt]

690 bulat [bundȇr]

p. Warna

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

691 Putih [pUtIh], [pȇTak]

692 Merah [abaŋ], [abrIt]

693 Hijau [ijo], [ijȇm]

694 Kuning [kUnIŋ]

695 Keruh [buTȇk]

696 Jernih [bȇnIŋ]

697 Gelap [pȇtȇŋ]

698 Terang [paDaŋ]

q. Bau

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

699 Apek [apȇk]

700 Anyir [amIs]

701 bau ular [laŋu]

702 bau kencing [pȇsIŋ]

703 bau ikan/ daging [amis]

123

704 bau cabe digoreng [ηȇgrak]

705 Harum [waŋi]

r. Rasa

No Bahasa Indonesia Bahasa Jawa Desa Sambak

706 rasa [rↄsↄ]

707 manis [lȇgi]

708 pahit [paIt]

709 asam [kȇcUt]

710 getir [gȇtIr]

711 mentah [mȇntah]

712 hambar (tidak ada

rasanya)

[aηȇb], [cȇmplaŋ]

713 pedas [pȇDȇs]

714 enak [enak], [eco]

715 gurih [gUrIh]

716 haus [ŋȇlak]

717 lapar [ŋȇlIh]

124

Data informan

1. Nama lengkap : Mintaryatun

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : Magelang, 20 Oktober 1970

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008

Sambak, Kajoran, Magelang

Pekerjaan : Petani

Mobilitas bepergian : Jarang

Bahasa yang dikuasai

Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia

Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang

Asal suami/ istri : Punduhan, Sambak, Kajoran, Magelang

2. Nama lengkap : Teguh

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat dan tanggal lahir : 31 Desember 1963

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SD

Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008

Sambak, Kajoran, Magelang

Pekerjaan : Petani

125

Mobilitas bepergian : Jarang

Bahasa yang dikuasai

Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia

Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang

Asal suami/ istri : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang

3. Nama lengkap : Slamet Ichwan

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tempat dan tanggal lahir : 4 Juni 1960

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SLTP

Alamat : Sigaung, RT/RW: 021/008

Sambak, Kajoran, Magelang

Pekerjaan : Petani

Mobilitas bepergian : Jarang

Bahasa yang dikuasai

Selain bahasa ibu : Bahasa Indonesia

Asal orang tua : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang

Asal suami/ istri : Sigaung, Sambak, Kajoran, Magelang