KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan...

30
KAJIAN FISKAL REGIONAL KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Provinsi Sumatera Barat Penyusun : Penanggung Jawab : Ade Rohman | Ketua Tim : Abdul Lui | Editor : Dody Prihardi | Suryadi| Desain Grafis : Alfian| Anggota : Cholid | Eka | Lisna Wahida |Yulianis | Elva Anita | Gusniwa Triwulan I 2020

Transcript of KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan...

Page 1: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

KAJIANFISKAL

REGIONAL

KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Provinsi Sumatera Barat

Penyusun :Penanggung Jawab : Ade Rohman | Ketua Tim : Abdul Lu�i | Editor : Dody Prihardi | Suryadi|

Desain Grafis : Alfian| Anggota : Cholid | Eka | Lisna Wahida |Yulianis | Elva

Anita | Gusniwa�

Triwulan I

2020

Page 2: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

i

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan yangMaha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapatmenyelesaikan flash report Kajian Fiskal Regional (KFR)Provinsi Sumatera Barat Triwulan I Tahun 2020 dengan baik,dengan harapan KFR ini dapat menjadi sarana untukmembangun komunikasi dua arah dalam bentuk pertukarandata dan informasi antara Kementerian Keuangan dengan parapemangku kepentingan (stakeholders). Kajian ini jugadiharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi PemerintahDaerah di Sumatera Barat dalam merumuskan kebijakanpengembangan ekonomi bagi pembangunan daerah serta

peningkatan kesejahteraan masyarakat.Flash report KFR Triwulan I tahun 2020 merupakan output Kantor Wilayah Direktorat JenderalPerbendaharaan Provinsi Sumatera Barat dalam rangka pelaksanaan tugas BidangPembinaan Pelaksanaan Anggaran II yang merupakan representasi Kementerian Keuangan didaerah sebagai pengelola fiskal.Selain itu, flash report KFR Triwulan I Tahun 2020 disusun untuk mengetahui sekilasimplementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinyaterhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan demikian, para pemangkukepentingan seperti penyusun kebijakan, pelaksana kebijakan, masyarakat, dan investor dapatmemperoleh informasi yang strategis untuk merumuskan dan merencanakan kegiatan di masayang akan datang dengan lebih baik. Hal ini diharapkan memberikan manfaat demipembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.Perlu disampaikan bahwa beberapa aspek kajian yang menjadi titik bahasan utama dalam flashreport KFR Triwulan I Tahun 2020 meliputi perkembangan indikator ekonomi regional,perkembangan dan analisis pendapatan Pemda se-Sumatera Barat, perkembangan dananalisis belanja Pemda se-Sumatera Barat, dan perkembangan Badan Layanan Umum, sertakondisi fiskal regional terkini. Selain itu, secara tematik, membahas tentang berita fiskal regionalyang terpilih.Kami sungguh menyadari bahwa kajian yang kami sampaikan masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dalam meningkatkan kualitaspenyusunan laporan kajian fiskal regional ini.

Kepala Kanwil DJPbProvinsi Sumatera Barat

Ade RohmanNIP 19620711198201001

Page 3: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

ii

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR IDAFTAR ISI IiDAFTAR TABEL iiiDAFTAR GRAFIK ivI. PERKEMBANGAN DAN

ANALISIS EKONOMI REGIONALA. Produk Domestik Regional

Bruto1

B. Inflasi 2C. Indikator Kesejahteraan 3

II PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBN

A. Pendapatan Negara 5B. Belanja Negara 8

III PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAAN APBN

A. Pendapatan Daerah 14B. Belanja Daerah 15C. Prognosis Realisasi APBD

Triwulan III dan AkhirTahun 2018

16

IV PERKEMBANGAN DANANALISIS PELAKSANAANANGGARAN KONSOLIDASIAN

A. Laporan KeuanganPemerintah Konsolidasian

18

B. Pendapatan Konsolidasian 18C. Belanja Konsolidasian 19D. Analisis Kontribusi

Pemerintah dalam PDRB20

V BERITA / ISU REGIONALTERPILIH

A. Anggaran PenanggulanganCovid-19 Sumbar MestiDitambah

21

B. Penanggulangan corona,Padang siapkan anggaranRp82 miliar

22

Page 4: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

iii

DAFTAR TABELI.1 PDRB Sumatera Barat Triwulan

I Berdasarkan Lapangan Usaha(triliun rupiah)

1

I.2 PDRB Sumatera Barat TriwulanI Berdasarkan Lapangan Usaha(triliun rupiah)

2

I.3 10 Komoditas yang DominanMendorong dan MenghambatInflasi Maret 2020

3

I.4 Perubahan Nilai Tukar PetaniPer Sektor Feb-Maret 2020

4

II.1 Target dan RealisasiPendapatan Negara Triwulan I2020 (dalam jutaan rupiah)

5

II.2 Target dan RealisasiPendapatan Pajak DalamNegeri Triwulan I 2020

6

II.3 Target dan RealisasiPendapatan Negara BukanPajak Triwulan I 2020(dalam jutaan rupiah)

7

II.4 Alokasi dan Realisasi TKDDTriwulan I 2020 (dalam jutaanrupiah)

10

II.5 Pagu dan Realisasi AnggaranBLU Triwulan I Tahun 2020

11

II.6 Realisasi Penyaluran KreditProgram Per Sektor padaTriwulan I 2020

12

III.1 Realisasi Pendapatan Daerahse- Sumatera Barat Triwulan I2020

14

III.2 Realisasi Belanja DaerahProvinsi Sumatera BaratTriwulan I 2020

16

III.3 Proyeksi Pendapatan DaerahPada Akhir Tahun 2018

18

III.4 Proyeksi Belanja Daerah PadaAkhir Tahun 2018

17

IV.1 Laporan Keuangan PemerintahKonsolidasian (LKPK) Triwulan ITahun 2020 (miliaran rupiah)

18

IV.2 Laporan Operasional Triwulan Itahun 2019, diolah (miliaranrupiah)Sumatera BaratTriwulan II-2018 dan Triwulan II2019 (miliaran rupiah)

20

Page 5: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

iv

DAFTAR GRAFIKI.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar

2018-20201

I.2 Jumlah dan PersentasePenduduk Miskin

4

II.1 Komposisi RealisasiPenerimaan PerpajakanTriwulan I 2020 (persentase)

6

II.2 Realisasi PBNP Triwulan I 2017– 2020 (dalam miliaran rupiah)

7

II.3 Penyerapan Anggaran TriwulanI Tahun 2018 - 2020 diSumatera Barat (dalampersentase)

8

II.4 Alokasi Anggaran PerjenisBelanja Tahun 2018 - 2020 diSumatera Barat (dalam miliaranrupiah)

9

III.1 Komposisi PAD Sumatera Barat 14IV.1 Komposisi Realisasi Belanja

Pemerintah Konsolidasian19

Page 6: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

A. Produk Domestik Regional BrutoEkonomi Sumatera Barat tumbuh 3,92 persen (y-on-y) pada triwulan I 2020. Lebih tinggi

dibandingkan dengan ekonomi nasional yang tumbuh hanya 2,97 persen (y-on-y).

Dampak pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) yang melanda perekonomian

global sejak akhir tahun 2019 lalu, mulai terasa terhadap perekonomian nasional dan

regional tergambar dari laju pertumbuhan yang terkontraksi bila dibandingkan periode

tahun sebelumnya.Grafik I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar 2018-2020

Sumber: BPSPDRB Sumbar triwulan I 2020 ADHB mencapai Rp61,91 triliun atau Rp43,08 triliun

ADHK. Struktur PDRB Sumbar tidak mengalami perubahan dari tahun-tahun

sebelumnya masih didominasi oleh sektor pertanian (21,96 persen).Tabel I.1 PDRB Sumatera Barat Triwulan I Berdasarkan Lapangan Usaha (triliun rupiah)

Lapangan UsahaADHB TW I Konstan TW I persen

SumberStruktur

2019 2020 2019 2020 Pertumbuhan PDRBpersen

PKP 13,36 13,59 9,20 9,43 0.56 21.96Pertambangan &Penggalian 2,49 2,61 1,68 1,78 0.23 4.21Industri Pegolahan 4,96 5,02 3,90 3,87 -0.08 8.12Konstruksi 5,89 6,31 3,89 4,07 0.42 10.20Perdagangan Besar & eceran 8,98 9,79 6,54 6,97 1.03 15.81Transportasi &Pergudangan 7,40 7,35 5,04 4,98 -0,14 11.87Informasi dan Komunikasi 3,44 3,88 3,09 3,22 0.81 6.27Administrasi Permerintahan,pertahanan, & jamsos 3,56 3,87 2,36 2,50 0.33 6,33

Lapangan Usaha lainnya 7.64 8.36 5.29 5.59 0.76 15,23TOTAL 58,82 61,91 41,45 43,08 3.92 100.00Sumber: BPS

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor informasi dan

komunikasi, jasa Kesehatan dan kegiatan sosial, dan sektor jasa Pendidikan baik secara

y-on-y maupun q-to-q. Hal ini didorong oleh kebijakan Work From Home (WFH) dan

School From Home (SFH) yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencegah

penyebaran COVID-19. Sedangkan dilihat dari kontribusi terhadap pertumbuhan

ekonomi sektor informasi dan komunikasi masih menjadi salah satu yang tertinggi

dengan kontribusi sebesar 0,81 persen tepat berada dibawah sektor perdagangan besar

5.06 5.07

2.97

4.73 4.85

3.92

0

2

4

6

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

2018 2019 2020

Nasional Sumatera Barat

Page 7: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

2 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

dan eceran dengan kontribusi sebesar 1,03 persen. Tingginya kontribusi sektor

perdagangan dipicu oleh beberapa faktor diantaranya kenaikan pejualan mobil dan

sepeda motor, serta meningkatnya nilai ekspor Sumbar pada triwulan I 2020. Sedangkan

sektor yang paling merasakan dampak dari pandemi COVID-19 adalah sektor

transportasi yang tumbuh negatif 1,14 persen akibat kebijakan pembatasan penumpang

angkutan udara di Bandara Internasional Minangkabau.Tabel I.2 PDRB Sumatera Barat Triwulan I berdasarkan Pengeluaran (triliun rupiah)

Komponen PengeluaranADHB TW I Konstan TW I

persenSumber

Struktur

2019 2020 2019 2020 Pertumbuhan PDRB persenPengeluaran Konsumsi RT 31,62 34,18 21,37 22,28 2,21 55,22Pengeluaran KonsumsiLNPRT

0.68 0.68 0.49 0.49 -0,01 1,10

Konsumsi Pemerintah 5,19 5,69 3,30 3,47 0,40 9,20PMTDB 17,58 18,26 11,99 12,35 0,87 29,49Perubahan Inventori 0,05 0,01 0,03 0,01 - 0,02Ekspor Luar Negeri 5,87 5,22 4,41 4,62 0,51 8,43Dikurangi Impor LuarNegeri

1,84 1,20 1,54 1,01 -1,27 1,94

Net Ekspor Antar Daerah -0,33 -0,94 1,40 0,87 - -1,51TOTAL 58,82 61,91 41,45 44,24 3,92 100.00Sumber: BPS

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi tumpuan sebear 55,22

persen dengan kontribusi terhadap pertumbuhan sebesar 2,21 persen. Konsumsi rumah

tangga pada triwulan I 2020 didorong oleh bantuan sosial pemerintah yang tumbuh tinggi

dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan peningkatan penyaluran kredit konsumsi.

PMTB mengalami pertumbuhan sebesar 3 persen didorong oleh realisasi pengadaan

semen yang meningkat 15,81 persen dan peningkatan Penanaman Modal Asing

sebesar 30,02 persen dibandingkan triwulan I 2019. Konsumsi pemerintah tumbuh 5

persen karena peningkatan belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan sosial.

Sedangkan ekspor tumbuh 4,84 persen karena peningkatan volume ekspor beberapa

komoditi seperti kopi, the, sari bahan sama, dan karet dan barang dari karet. Impor

terkontraksi -34,40 persen karena menurunnya volume impor BBM sebesar 51,43

persen dibandingkna periode yang sama tahun sebelumnya.

B. InflasiPerkembangan harga pada triwulan I 2020 di Sumbar secara umum berfluktuasi. Di Kota

Padang pada Bulan Maret 2020 mengalami deflasi 0,02 persen. Laju inflasi Kota Padang

sepanjang tahun 2020 adalah sebesar 0,34 persen, sedangkan laju inflasi y-on-y

sebesar 2,01 persen. Kota Bukittinggi mengalami inflasi sebear 0,07 persen pada Maret

2020, dengan laju inflasi tahun kalender hingga bulan Maret 2020 sebesar 0,77 persen.

Sedangkan laju inflasi tahunan adalah sebesar 2,76 persen.

Page 8: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

3 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Deflasi di Kota Padang pada Maret 2020 terjadi karena adanya penurunan harga pada

3 (tiga) kelompok pengeluaran yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau

sebesar 0,55 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar serta kelompok

informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang masing-masing sebesar 0,01 persen.

Sedangkan di Bukittinggi terjadi pada 6 kelompok pengeluaran. Deflasi yang terjadi

didorong oleh kebijakan subsidi pemerintah terhadap pengguna layanan listrik dan air.

Adapun komoditi yang menjadi pendorong inflasi terbesar adalah emas perhiasan

dengan andil 0,08 persen, gula pasir 0,03 persen, dan ikan cakalang/ikan sisik 0,02

persen. Sedangkan komoditi penghambat inflasi adalah cabai merah -0,19 persen,

bawang putting -0,03 persen, dan ayam hidup -0,02 persen.Tabel I.3 10 Komoditas yang Dominan Mendorong dan Menghambat Inflasi Maret 2020

Pendorong Inflasi Penghambat InflasiKomoditas Kontribusi Komoditas Kontribusi

Emas Perhiasan 0,08 Cabai Merah -0,19Gula Pasir 0,03 Bawang Putih -0,03Ikan Cakalang 0,02 Ayam Hidup -0,02Angkutan Udara 0,02 Ikan Tuna -0,01Cabai Hijau 0,02 Bayam -0,01Air Kemasan 0,01 Minyak Goreng -0,01Jeruk 0,01 Tomat -0,01Kelapa 0,01 Ikan Nila -0,01Nangka Muda 0,01 Buncis -0,01Rokok Kretek Filter 0,01 Kentang -0,01

Sumber: BPS

Komoditas cabai merah yang selalu menjadi pendorong inflasi di Sumbar, selama

triwulan I 2020 justru menjadi komoditas yang menjadi penghambat inflasi. Hal ini

disebabkan karena aktivitas jual beli di pasar tradisional yang berkurang karena pandemi

COVID-19 yang membuat masyarakat enggan untuk keluar rumah.

C. Indikator Kesejahteraan

Perkembangan ketimpangan pengeluaran Sumbar per September 2019 adalah

sebesar 0,307, naik sebesar 0,001 poin jika dibandingkan dengan posisi Maret 2019.

Gini Ratio di daerah perkotaan mengalami peningkatan sebesar 0,011 poin bila

dibandingkan dengan posisi September 2018 atau tercatat sebesar 0,319. Sedangkan

di daerah perdesaan gini ratio tercatat mengalami penurunan sebesar 0,003 poin.

Kabupaten Kepulauan Mentawai masih menjadi daerah dengan gini ratio tertinggi

sebesar 0,34 meningkat 0,03 poin dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 0,31.

Page 9: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

4 | Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional

Pada September 2019, jumlah

penduduk miskin di Sumbar

mencapai 343,09 ribu orang (6,29

persen), berkurang sebesar 5,13 ribu

orang dibandingkan dengan kondisi

Maret 2019 sebesar 348,22 ribu

orang (6,42 persen). Persentase

penduduk miskin di daerah

perkotaan pada Maret 2019 sebesar

4,76 persen turun menjadi 4,71

persen pada September 2019.

Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2019 sebesar

7,88 persen turun menjadi 7,69 persen pada September 2019.

Selain faktor jumlah pengeluaran perkapita dan faktor ketimpangan kemiskinan, faktor

lain dalam melihat kesejahteraan juga mengacu pada Nilai Tukar Petani Sumbar,

mengacu pada struktur ekonomi Sumbar yang distribusi PDRB nya lebih besar dari

sektor pertanian.

Tabel I.4 Perubahan Nilai Tukar Petani Per Sektor Feb-Maret 2020

Sub Sektor Feb Mar Perubahan (%)Tanaman Pangan 102,28 102,50 0,22Holtikultura 101,05 98,34 -2,68Tanaman Perkebunan Rakyat 104,59 102.64 -1,87Peternakan 100,03 100,32 0,29Perikanan 95,16 95,37 0,23Nilai Tukar Petani (NTP) 102,63 101,74 -0,87Sumber: BPS, diolah

NTP Maret 2020 mengalami penurunan 0,87 persen bila dibandingkan dengan NTP

Februari 2020. Subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura

turun sebesar -2,68 persen dan tanaman perkebunan rakyat yang turun sebesar -1,87

persen. Turunnya harga komoditi cabai merah sepanjang triwulan I 2020 mendorong

turunnya NTP pada subsektor holtikultura.

Grafik I.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS, diolah

Page 10: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

A. Pendapatan Negara

Pendapatan Negara di Sumatera Barat sampai dengan triwulan I 2020 mencapai

Rp1.178,53 miliar atau 15,27 persen dari target Rp7.716 miliar. Realisasi triwulan I

2020 ini meningkat sekitar Rp82,54 miliar dibanding realisasi triwulan I 2019 yang

mencapai Rp1.095,99. Komposisi pendapatan tersebut meliputi Penerimaan

Perpajakan yang mencapai Rp801,16 miliar (67,98 persen) dan Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp377,37 miliar (32,02 persen). Realisasi Penerimaan

Perpajakan tersebut mencapai 13,65 persen dari target Rp5.869,34 miliar dan realisasi

PNBP mencapai 20,44 persen dari target Rp1.846,66 miliar.

Tabel II.1 Target dan Realisasi Pendapatan Negara Triwulan I 2020 (dalam jutaan rupiah)

Jenis Pendapatan Negara Target Realisasi % Realisasi TWI 2019

Penerimaan Dalam Negeri 7.716.000 1.178.533 15,27 1,095,9911. Penerimaan Perpajakan 5.869.340 801.158 13,65 710,803

a. Pajak Dalam Negeri 5.791.426 764.488 13,20 694,632i. Pajak Penghasilan 3.642.388 521.849 14,33 515,866

ii. Pajak Pertambahan Nilai 2.005.453 224.741 11,21 157,810iii. Pajak Bumi dan Bangunan 46.870 823 1,76 2,146vi. Pajak Lainnya 96.715 17.074 17,65 18,810

b. Pajak Perdagangan Internasional 77.914 36.670 47,07 16,171i. Bea Masuk 25.899 3.688 14,24 5,037

ii. Bea Keluar/Pungutan Ekspor 52.015 32.982 63,41 11,1342. Penerimaan Negara Bukan Pajak 1.846.660 377.374 20,44 385,188

c. PNBP Lainnya 223.063 122.040 54,71 113,773d. Pendapatan Badan Layanan Umum 1.623.597 255.334 15,73 271,415

Sumber : OMSPAN, Kanwil Pajak Sumbar Jambi & KPBC, data diolah

Secara umum, target Pendapatan Negara di Sumatera Barat tahun 2020 meningkat

5,87 persen dibanding tahun 2019. Peningkatan tersebut terjadi pada PNBP sebesar

42,92 persen, sedangkan target Penerimaan Perpajakan malah turun sekitar 3,38

persen. Adanya peningkatan Pendapatan Negara pada triwulan I 2020 ini

menunjukkan bahwa efek dari covid-19 belum berpengaruh terhadap perekonomian di

Sumatera Barat. Ini karena kasus positif covid-19 di Sumatera Barat baru terjadi di

pertengahan bulan Maret 2020.

1. Pendapatan Pajak Dalam NegeriSampai dengan triwulan I 2020 Pendapatan Pajak Dalam Negeri telah mencapai

Rp764,49 miliar 13,20 persen. Walaupun realisasi ini lebih tinggi dibanding triwulan I

Page 11: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

6 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Sumber : Kanwil Pajak, KPBC, OMSPAN, data diolah

Grafik II.1 Komposisi Realisasi PenerimaanPerpajakan Triwulan I 2020 (persentase)

68.26

29.40

0.11

2.23

PPh PPN PBB Pajak lainnya

2019, namun target sampai akhir tahun 2020 disinyalir tidak akan tercapai. Pelemahan

ekonomi Sumatera Barat akibat covid-19 baru akan terasa mulai triwulan II 2020.

Menteri Keuangan menyatakan pertumbuhan ekonomi domestik berpotensi melambat

jadi 4,7 persen pada tahun ini, sedangkan target dalam APBN 2020 sebesar 5,3

persen. Melihat kondisi ini tidak mustahil target Penerimaan Pajak Dalam Negeri akan

dilakukan penyesuaian.

Tabel II.2 Target dan Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri Triwulan I 2020

No. Pendapatan Pajak Dalam Negeri Target Realisasi Triwulan III %1 Pajak Penghasilan 3.642.388 521.849 14,332 Pajak Pertambahan Nilai 2.005.453 224.741 11,213 Pajak Bumi dan Bangunan 46.870 823 1,764 Pajak Lainnya 96.715 17.074 17,65

Total 5.791.426 764.488 13,20Sumber : Kanwil Pajak, GFS Sumbar, data diolah

Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri pada triwulan I ini mirip dengan periode

sebelumnya, dimana komposisi terbesar merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yaitu

68,26 persen dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 29,40 persen. Selebihnya

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) hanya 0,11 persen dan Pajak lainnya sebesar 2,23

persen.

Ini memperlihatkan bahwa sumber utama Penerimaan Dalam Negeri di Sumatera

Barat berasal dari PPh. Penyumbang PPh

tersebut di Sumatera Barat adalah PPh

Perorangan Pasal 21. Ini karena di

Sumatera Barat tidak banyak memiliki

perusahan-perusahaan besar. Hanya PT.

Semen Padang yang menjadi andalan

sedangkan PT.Bukit Asam yang dahulu

beroperasi di Sawahlunto, saat ini sejak

tahun 1992 sudah menghentikan

operasionalnya. Sehingga sumber PPh

utama berasal dari pegawai negeri,

perbankan, serta perusahan kecil menengah lainnya.

Page 12: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 7

Grafik II.2 Realisasi PBNP Triwulan I 2017 – 2020(dalam miliaran rupiah)

Sumber : OMSPAN, data diolah

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

PNBP Lainnya Pendapatan BLU

97,972

134,3

283,9

113,8

271,4

122

255,3

2017 2018 2019 2020

2. Pajak Perdagangan InternasionalPendapatan dari sektor Bea Masuk dan Bea Keluar pada triwulan I 2020 telah

mencapai Rp36,67 miliar atau 47,07 persen dari target Rp77,91 miliar. Angka ini

meningkat 226 persen dibanding realisasi triwulan I 2019. Peningkatan ini dipicu

dengan mulai membaiknya harga komoditas ekspor Sumatera Barat yaitu Minyak

Sawit (CPO), walaupun dalam diakhir triwulan I kembali mengalami penurunan.

3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)Pendapatan negara yang bersumber dari PNBP di Sumatera Barat pada tahun 2020

ditargetkan sebesar Rp1.623,60 miliar atau meningkat 42,92 persen dibanding tahun

2019 yang hanya sebesar 1.292,06 miliar. Sampai dengan triwulan I 2020 realisasi

PNBP telah mencapai Rp377,37 miliar atau sebesar 20,44 persen. Angka ini lebih

rendah dibanding triwulan I 2019 yang mencapai Rp385,19 miliar atau sebesar 29,81

persen.Tabel II.3 Target dan Realisasi Pendapatan Negara Bukan Pajak Triwulan I 2020

(dalam jutaan rupiah)

Penerimaan Negara Bukan Pajak Target Realisasi % Realisasi TWI 2019

PNBP Lainnya 223.063 122.040 54,71 113,773Pendapatan Badan Layanan Umum 1.623.597 255.334 15,73 271,415TOTAL 1.846.660 377.374 20,44 385.188

Sumber : OMSPAN, data diolah

Realisasi Pendapatan BLU mencapai 15,73 persen dan PNBP lainnya mencapai 54,71

persen. Dalam 3 tahun terakhir, ada kecendrungan penurunan realisasi PNBP di

triwulan I walaupun pada akhir target PNBP selalu tercapai. Hal ini tentu perlu

dilakukan penyesuaian terhadap target PNBP.

Dibanding realisasi PNBP triwulan I

2019, triwulan I 2020 PNBP Lainnya

mengalami peningkatan dari

Rp113,77 miliar menjadi Rp122,04

miliar. Sedangkan Pendapatan BLU

menurun dari Rp271,41 miliar menjadi

Rp255,33 miliar.

untuk pengelolaan aset pada BLU

masih mempedomani PMK Nomor

136/PMK.05/2016 tentang

Page 13: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

8 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Pengelolaan Aset Pada BLU.

B. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah PusatAlokasi belanja APBN tahun 2020 untuk wilayah Sumatera Barat sebesar Rp10,99

triliun Rp12,37 triliun atau turun sekitar Rp1,38 triliun dibanding tahun 2019. Tingginya

alokasi di tahun 2019 tersebut salah satu sebabnya adalah adanya kenaikan alokasi

anggaran untuk Komisi Pemilihan Umum terkait kegiatan Pemilu Legislatif dan Pemilu

Presiden yang dilaksanakan pada 17 April 2019.

Namun demikian, dilihat dari realisasi belanja terjadi peningkatan terutama pada

belanja modal yang mencapai 10 persen. Pada triwulan I 2019 realisasi belanja modal

hanya sebesar 4,63 persen. Hal ini menunjukkan mulai efektifnya penyerapan

anggaran pada satuan kerja kementerian/lembaga terutama dalam percepatan

penyerapan belanja modal.Grafik II.3 Penyerapan Anggaran Triwulan I Tahun 2018 - 2020 di Sumatera Barat

(dalam persentase)

Sumber : OMSPAN, diolah

Setelah beberapa tahun realisasi anggaran tidak pernah mencapai target nasional

sebesar 15 persen, baru tahun 2020 realisasi anggaran menyentuh 15,05 persen. Hal

ini terutama didorong dengan membaiknya realisasi belanja barang dan belanja modal

yang berada di atas 10 persen. Rendahnya penyerapan belanja barang dan modal

selama ini menjadi penyebab rendahnya penyerapan belanja APBN di Sumatera Barat.

Kecenderungan keterlambatan pelaksanaan kegiatan selalu terjadi dari tahun ke tahun

menjadi penyebab utamanya. Padahal belanja modal merupakan salah satu elemen

penting belanja pemerintah yang mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di

daerah.

19.07%

13.4%10% 10.33%

15.05%

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos Total

Tw I 2018 Tw I 2019 Tw I 2020

Page 14: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 9

Sumber: OMSPAN, diolah

Sumber : OMSPAN, data diolah4,051

5,141

3,150

26

4,5024,311

2,145

26 -

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

B. Pegawai B. Barang B. Modal B. Bansos

2017

2018

2019'

2020

Memang sudah seharusnya pada triwulan I, semua kontrak pengadaan barang dan

jasa sudah ditandatangani dan kegiatan dapat dimulai atau dilaksanakan. Sehingga

uang muka yang nilainya 20 sampai 30 persen sudah dapat dicairkan. Tentunya ini

secara langsung akan mendorong penyerapan anggaran pemerintah. Terutama ini

telah didukung dengan peraturan yang membolehkan kontrak dapat ditandatangani

sebelum tanggal 1 Januari walaupun pelaksanaan kegiatan tetap dimulai 1 Januari.

Dilihat dari jenis belanja, terdapat peningkatan pada alokasi belanja barang yang

cukup signifikan dari tahun 2017 sampai 2019. Hal ini terjadi karena peningkatan

alokasi belanja barang pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas

Pemilu (Bawaslu). Pada tahun 2018 dilaksanakan kegiatan Pilkada serentak di 4

(empat) kabupaten/kota, dan pada tahun 2019 dilaksanakan Pemilu Legistatif dan

Pemilu Presiden/Wakil Presiden. Sehingga pada tahun 2020 terjadi penurunan alokasi

belnaja barang di Sumatera Barat.

Grafik II.4 Alokasi Anggaran Perjenis Belanja Tahun 2018 - 2020 di Sumatera Barat(dalam miliaran rupiah)

Sementara itu, terkait menurunnya alokasi belanja modal di tahun 2020, ini terjadi

karena di akhir tahun anggaran Kementerian PUPR melakukan revisi anggaran

terhadap sisa-sisa tender yang berakibat terjadinya peningkatan yang cukup signifikan

terhadap alokasi belanja modal di Sumatera Barat. Jadi ada kemungkinan nanti di

pertengahan tahun terdapat penambahan alokasi belanja modal, namun untuk tahun

2020 kemungkinan tidak terjadi. Hal ini terkait adanya pemotongan anggaran dan

refocusing anggaran sebagai dampak covid-19.

Sumber : OMSPAN, data diolah

Page 15: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

10 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

2. Transfer ke Daerah dan Dana DesaAlokasi anggaran dana Transfer Ke daerah dan Dana Desa (TKDD) pada tahun 2020

di Sumatera Barat sebesar Rp21,78 triliun atau turun sekitar Rp300 miliar dibanding

tahun 2019 yang mencapai Rp22,08 triliun. Tren alokasi TKDD yang selalu naik dari

tahun 2016 sampai 2019 tidak terlepas dari peningkatan APBN dari tahun ke tahun,

dimana TKDD dialokasikan dengan formula tertentu dari APBN.Tabel II.4 Alokasi dan Realisasi TKDD Triwulan I 2020 (dalam jutaan rupiah)

No. TKDD Alokasi Realisasi % Alokasi 20191 Dana Bagi Hasil 444,944,615 36,714,777 8.25 516,563,2402 Dana Alokasi Khusus 12,588,963,802 4,442,564,597 35.29 13,953,759,1703 DAK Fisik 2,334,832,215 802,043 0.03 2,333,463,9004 DID 393,617,987 - - 615,637,5505 DAK Non Fisik 2,071,336,083 534,846,980 25.82 3,736,844,4806 Dana Desa 951,106,506 242,470,175 25.49 932,325,520

TOTAL 18,784,801,208 5,257,398,572 27.99 22,088,593,860

Namun di tahun 2020 mengalami penurunan yang mencapai 3,2 triliun. Ada

beberapa faktor penyebab turunya alokasi TKDD tersebut yaitu:

a) Penurunan DBHPenurunan pada pos DBH merupakan hasil penyesuaian dengan realisasi DBH

Sumatera Barat dari tahun-tahun sbelumnya yang selalu di bawah 100 persen

(tidak tercapai). Terjadi penurunan target penerimaan dari bagi hasil pajak

penghasilan dan cukai hasil tembakau (CHT). Namun demikian, alokasi DBH ini

merupakan target saja, sedangkan untuk penyaluran DBH sesuai dengan

realisasi penerimaan dari bagi hasil tersebut sampai dengan akhir tahun

anggaran.

b) Penurunan DAK Non FisikPenurunan pada pos Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik salah satunya

disebabkan oleh penurunan alokasi untuk dana tambahan penghasilan guru

PNS daerah. Penurunan alokasi tersebut bisa disebabkan berkurangnya jumlah

guru PNS Daerah (jumlah yang pensiun lebih besar dari penerimaan guru baru).

c) Penurunan DIDDID diberikan bertujuan untuk memberi penghargaan (reward) kepada Pemda

yang mempunyai kinerja baik dalam tata kelola keuangan daerah; pelayanan

dasar publik; pelayanan umum pemerintahan; serta dalam rangka peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang dialokasikan berdasarkan kriteria utama dan

Sumber : Simtrada, OMSPAN, data diolah

Page 16: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 11

kategori kinerja. Penurunan alokasi DID di Sumatera Barat, salah satu

penyebab adalah adanya 2 Pemda yang tidak menerima DID, sedangkan tahun

2019 seluruh Pemda (20 Pemda menerima DID). Selain itu sebagian besar DID

yang diterima Pemda lebih kecil dibanding tahun 2019. Hanya 6 Pemda yang

mengalami peningkatan DID.

Sampai dengan triwulan I 2020 DAK Fisik hanya mencapai 0,03 persen. Hal ini

terjadi karena ketidaksiapan daerah terutama dengan adanya kebijakan baru berupa

reviu inspektorat daerah terhadap capaian output DAK Fisik tahun sebelumnya.

Sampai akhir triwulan I pengelola DAK Fisik masih menyelesaikan administrasi

penyaluran DAK Fisik Tahap I.

Untuk penyaluran Dana Desa, sampai dengan triwulan I terealisasi sebesar 25,49

persen. Artinya Dana Desa Tahap I belum seluruhnya tersalurkan sebab penyaluran

tahap I sebesar 40 persen. Permasalahan utamanya adalah belum ditetapkannya

Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Belum

adanya kesepakatan antara Badan Musyawarah Desa dengan Kepala Desa menjadi

penyebabkan. Mudah-mudahan hal ini tidak terus terjadi karena pada akhirnya hanya

akan menghambat proses pembangunan di desa.

3. Badan Layanan Umum (BLU)Alokasi anggaran untuk satker BLU se-Sumatera Barat pada triwulan I 2020 sebesar

Rp2,09 triliun dengan rata-rata realisasi anggaran sebesar 15,15 persen. Realisasi

jauh lebih baik dari triwulan I 2019 yang hanya 11,37 persen. Realisasi tertinggi adalah

BLU RSUP M. Jamil Padang yang mencapai 22,66 persen meningkat dari triwulan I

2019 yang mencapai 15,20 persen, sedangkan yang terendah adalah BLU Rumah

Sakit Bhayangkara yang masih 7,49 persen lebih baik dari triwulan I 2019 sebesar

6,35 persen. Rendahnya penyerapan di BLU Rumah Sakit Bhayangkara bisa jadi

disebabkan karena baru dibentuknya BLU ini di akhir tahun 2018 sehingga masih

memerlukan beberapa penyesuaian baik dalam administasi maupun dalam pola

pengelolaan anggaran.Tabel II.5 Pagu dan Realisasi Anggaran BLU Triwulan I Tahun 2020

No. Badang Layanan Umum Pagu Realisasi % % TW I2019

1 RSUP M. Jamil Padang 646.731.133.000 146.551.335.091 22,66 15.202 IAIN Imam Bonjol 351.376.950.000 64.103.178.841 18,24 6.81

3 RS Stroke NasionalBukittinggi 125.610.680.000 13.833.675.382 11,01 12.79

4 Universitas Andalas Padang 543.798.153.000 53.526.545.107 9,84 9.65

Page 17: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

12 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

5 Universitas Negeri Padang 392.626.009.000 36.127.669.917 9,20 10.44

6 Rumkit BhayangkaraPadang 27.336.524.000 2.047.671.127 7,49 6.35

Total 2.087.479.449.000 316.190.075.465 15,15 11.37Sumber : OMSPAN, data diolah

Salah satu indikator yang lazim digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian BLU

adalah tingkat ketergantungan terhadap alokasi Rupiah Murni (RM) dan seberapa

besar kontribusi pendapatan BLU terhadap belanja BLU.

4. Investasi Pusat/Kredit ProgramBentuk kredit program yang ada di Sumatera Barat adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR)

dan Ultra Mikro (UMi). Sejak diluncurkan di akhir tahun 2017, UMi mendapat respon

positif dari masyarat. Saat ini penyaluran UMi oleh PT. Pergadaian (Persero) dan PT.

PNM, namun penyaluran yang dilakukan PT. Pergadaian kurang optimal karena

adanya persyaratan tambahan berupa agunan tambahan.

Sampai dengan triwulan I 2020, penyaluran KUR di Sumatera Barat mencapai Rp1,47

triliun dengan 35.036 debitur.Tabel II.6 Realisasi Penyaluran Kredit Program Per Sektor pada Triwulan I 2020

No. Sektor Penyaluran KUR Jumlah Debitur

1 Perdagangan Besar dan Eceran 726,498,476,173 16,0402 Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan 442,771,719,053 11,9073 Industri Pengolahan 125,198,240,000 3,2724 Jasa Kemasyarakatan, Hiburan dan lain 65,718,300,000 1,6885 Penyediaan Akomodasi, Makan Minum 49,555,000,000 1,1506 Perikanan 24,103,490,000 6127 Transportasi, Pergudangan, Komunikasi 12,326,000,000 1108 Real Estate, Usaha Persewaan 11,384,530,000 1809 Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,759,000,000 43

10 Jasa Pendidikan 620,000,000 2111 Konstruksi 500,000,000 13

TOTAL 1,463,434,755,226 35,036Sumber : SIKP, data diolah

Penyaluran KUR pada triwulan I tahun 2020 masih didominasi oleh sektor

Perdagangan Besar dan Eceran, sektor Pertanian, Perburuan, dan Kehutanan, dan

sektor Industri Pengolahan yang meliputi 88,45 persen dari total penyaluran KUR. Hal

ini tidak terlepas dari struktur ekonomi di Sumatera Barat yang ditopang oleh

perdangan dan pertanian. Sektor Perdagangan dan Pertanian merupakan sektor

utama pembentuk PDRB Sumatera Barat.

Page 18: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN | 13

Dari hasil monitoring dan evaluasi penyaluran kredit program, permasalahan

penyaluran dari triwulan-triwulan sebelumnya relatif sama yaitu:

a. Peran Pemerintah Daerah dalam menjaring dan memfasilitasi debitur potiensial

dinilai masih kurang. Kendala pendanaan di Pemda menjadi alasan klasiknya.

Padahal dengan adanya kredit program, memacu perkembangan UMKM yang

pada gilirannya akan memacu pertumbuhan ekonomi daerah dan memperkecil gini

ratio.

b. Perlunya sektor-sektor ekonomi baru mendapatkan fasilitas kredit program lebih

diutamakan dibanding sektor-sektor jenuh seperti sektor perdagangan besar dan

kecil dengan realisasi terbesar padahal sektor ini sudah sangat sulit untuk

dikembangkan. Sektor pariwisata yang saat ini cukup berkembangan, merupakan

salah satu sektor potensial untuk dikembangkan.

Page 19: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

14 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong

Page 20: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 14

A. Pendapatan DaerahRealisasi pendapatan daerah Sumbar pada triwulan I 2020 sebesar Rp5,55 triliun yang

terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp912,76 miliar, Pendapatan

Transfer sebesar Rp4,63 triliun, dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar Rp3,24

miliar. Komposisi pendapatan transfer masih sangat tinggi yaitu 83,49 persen dari total

pendapatan daerah, yang menggambarkan ketergantungan pemda di Sumbar terhadap

dana transfer pemerintah pusat.Tabel III.1 Realisasi Pendapatan Daerah se- Sumatera Barat Triwulan I 2020

Uraian RealisasiPENDAPATAN PEMERINTAH DAERAH 5,547,639,557,932I. PENDAPATAN ASLI DAERAH 912,760,757,179

Pajak Daerah 533,177,163,645Retribusi Daerah 35,235,073,314Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 2,122,316,329Lain-lain Pendapatan yang sah 342,226,203,891

II. PENDAPATAN TRANSFER 4,631,633,815,725Dana Bagi Hasil Pajak 24,113,892,888Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/SDA 12,032,505,200Dana Alokasi Umum 4,404,752,730,054Dana Alokasi Khusus 120,499,771,583Dana Insentif Daerah -Dana Desa 70,234,916,000

III. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 3,244,985,028Hibah 3,223,595,028Pendapatan Lain-lain 21,390,000

Sumber : GFS Sumbar, data diolah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)Realisasi PAD Sumbar pada triwulan I 2020

mencapai Rp912,76 miliar, meningkat

sebesar Rp176,16 miliar atau 23,91 persen

jika dibandingkan dengan realisasi PAD

triwulan I tahun sebelumnya.

Realisasi pajak daerah mencapai Rp533,18

miliar atau sebesar 58,41 persen dari total

PAD, sedangkan realisasi retribusi daerah

sebesar Rp35,23 miliar (3,86 persen). Hal ini

menunjukkan bahwa sumber utama PAD Sumbar adalah dari Pajak Daerah.

Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah

Grafik III.1 Komposisi PAD Sumatera Barat

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Pengelolaan Kekayaan yangDipisahkan

Lain-lain Pendapatan yangsah

Page 21: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

15 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

Komposisi realisasi lain-lain pendapatan yang sah di Sumbar cukup tinggi mencapai

Rp342,23 miliar (37,49 persen dari total PAD). Sebagian besar dari pendapatan lain

yang sah bersumber dari pendapatan BLUD yang mencapai Rp250,21 miliar.

2. Pendapatan TransferSampai dengan triwulan I 2020, Pendapatan Transfer pemerintah daerah se-Sumatera

Barat telah mencapai Rp4,63 triliun. Tidak terlalu jauh berbeda jika dibandingkan dengan

realisasi Pendapatan transfer triwulan I tahun 2019 yang mencapai Rp4,62 triliun.

Hingga akhir triwulan I 2020 hanya Dana Insentif Daerah (DID) yang belum tersalurkan.

Dalam penyaluran dana transfer daerah pada tahun 2020 terjadi beberapa kendala

terutama akibat pandemi COVID-19. Untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

penyaluran difokuskan pada bidang-bidang tertentu. Sedangkan untuk dana desa,

penyaluran dana desa terkendala penyaluran langsung ke rekening desa dan perubahan

APBDes untuk penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT).

3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang SahPendapatan Daerah Yang Sah terdiri dari:

a. Pendapatan Hibah, berupa hibah dari pemerintah pusat, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga swasta, atau dari kelompok masyarakat;

b. Pendapatan dari Dana Darurat; dan

c. Pendapatan Lainnya.

Realisasi lain-lain pendapatan yang sah triwulan I 2020 mencapai Rp3,24 miliar,

meningkat bila dibandingkan dengan realisasi triwulan I 2019 yang hanya Rp1,1 miliar.

Realisasi tersebut terdiri dari realisasi hibah sebesar Rp3,22 miliar dan pendapatan lain-

lain sebesar Rp21,39 juta. Realisasi pendapatan hibah terdiri dari hibah pemerintah

daerah lainnya sebesar Rp2,23 miliar dan hibah dari badan/lembaga/organisasi swasta

dalam negeri sebesar Rp994,63 juta.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2020 ini tidak ada realisasi hibah dari

pemerintah pusat. Padahal, pada tahun 2017 dan 2018 hibah dari pemerintah pusat

merupakan sumber utama pendapatan lain-lain yang sah.

B. Belanja DaerahRealisasi belanja pemerintah daerah hingga triwulan I 2020 mencapai Rp2,98 triliun,yang terdiri dari realisasi belanja operasi sebesar Rp2,82 triliun, belanja modal sebesarRp139,60 miliar, dan belanja tak terduga sebesar Rp15,23 miliar. Realisasi belanja padatriwulan I 2020 masih didominasi oleh belanja pegawai sebesar Rp1,74 triliun atau lebihdari 50 persen realisasi belanja daerah di triwulan I 2020. Pada triwulan I 2020 ini

Page 22: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD | 16

memang masih belum banyak kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintahdaerah terutama karena refocusing anggaran untuk penanggulangan COVID-19 diSumbar. Pengalokasian kembali anggaran untuk penanggulangan COVID-19diperkirakan akan terealisasi pada triwulan II 2020.

Tabel III.2 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sumatera Barat Triwulan I 2020

Uraian RealisasiBELANJA PEMERINTAH DAERAH 2,978,349,161,700BELANJA OPERASI 2,823,519,138,150Belanja Pegawai 1,745,172,847,816Belanja Barang dan Jasa 744,238,732,695Belanja Bunga 765,676,975Belanja Subsidi -Belanja Hibah 332,986,980,664Belanja Bansos 354,900,000BELANJA MODAL 139,597,470,061BELANJA TAK TERDUGA 15,232,553,489

Sumber : GFS Sumbar, data diolah

Realisasi belanja pada triwulan I 2020 meningkat dibandingkan triwulan I 2019 yangmencapai Rp2,63 triliun. Komponen belanja lainnya juga mengalami peningkatan biladibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, harus dianalisislebih mendalam apakah belanja yang dilakukan pada triwulan I 2020 lebih efektifdibandingkan dengan periode sebelumnyaC. Prognosis APBD Sampai dengan Akhir Tahun 2018

1. Proyeksi Pendapatan DaerahUntuk memproyeksikan

Pendapatan Daerah

pada akhir tahun

digunakan rumusan

sederhana melalui

perhitungan kenaikan

rata-rata realisasi dari

triwulan I sampai

dengan akhir tahun dalam periode 2 (dua) tahun terakhir.

Setelah dilakukan perhitungan sebagaimana tabel di atas, maka diprediksi sampai

dengan akhir tahun 2020 realisasi Pendapatan Daerah di Sumatera Barat mencapai ±

Rp29,63 triliun dengan rincian PAD sebesar Rp5,88 triliun, pendapatan transfer sebesar

Rp22,60 triliun dan pendapatan lain-lain diperkirakan terealisasi sebesar Rp1,15 triliun

pada akhir tahun 2020.

Tabel III.3 Proyeksi Pendapatan Daerah Pada Akhir Tahun 2018

PendapatanDaerah

Kenaikan dari TW Isampai akhir Tahun (%)

Rata-rataKenaikan

sampai akhirtahun (%)

Realisasi TWI 2020(dalam

miliaranrupiah

ProyeksiAkhir Tahun

20182018 2019

PAD 619.46 669.52 644.49 912,76 5,882.66Pendapatantransfer

478.18 497.66 487.92 4.631,63 22,598.77

Lain-lain PDyang Sah

70696.19 209.15 35452.67 3,24 1,148.67

Total Realisasi 5.547,64 29.630,09Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah

Page 23: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

17 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD

2. Proyeksi Belanja DaerahUntuk memproyeksikan

Belanja Daerah pada akhir

tahun digunakan rumusan

yang sama dengan

proyeksi Pendapatan

Daerah melalui

perhitungan kenaikan rata-

rata realisasi dari triwulan I sampai dengan akhir tahun dalam periode 2 (dua) tahun

terakhir.

Setelah dilakukan perhitungan sebagaimana tabel di atas, maka diprediksi sampai

dengan akhir tahun 2020 realisasi Belanja Daerah di Sumatera Barat mencapai ±

Rp21,77 triliun.

Tabel III.5 Proyeksi Belanja Daerah Pada Akhir Tahun 2018

Jenis Belanja

Kenaikan dari TW Isampai akhir Tahun

(%)

Rata-rataKenaikan

sampai akhirtahun (%)

RealisasiTW I 2020

(miliarRupiah)

ProyeksiAkhir

Tahun 20202018 2019

Belanja Operasi 142,07 178,78 160,42 2.823,52 20.161,14

Belanja Modal 6,63 71,06 38,85 139,60 1.163,92

Belanja Takterduga

487,75 1.986,64 1237,20 15,23 24,77

Total Realisasi 8.581,77 21.349,83Sumber: BKAD/BKD, GFS Sumbar, data diolah

Page 24: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | 18

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Realisasi Pendapatan Pemerintah Konsolidasian pada triwulan I 2020 mencapai Rp2,09

triliun, meningkat 12,20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya. Sedangkan realisasi belanja pemerintah konsolidasian mencapai Rp5,43

triliun atau meningkat 23,75 persen. Kenaikan realisasi belanja konsolidasian tersebut

didorong oleh realisasi belanja bantuan sosial oleh pemerintah yang meningkat cukup

signifikan dalam rangka penanggulangan COVID-19.

Defisit anggaran konsolidasian triwulan I 2020 adalah sebesar Rp3,33 triliun atau

meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan I 2019. Hal ini menunjukkan

bahwa belanja pemerintah yang meningkat tidak dibarengi dengan peningkatan

kemampuan pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan. Sedangkan realisasi

pembiayaan pada triwulan I 2020 mencapai Rp501,77 miliar sehingga Sisa kurang

pembiayaan anggaran konsolidasian pada triwulan I 2020 mencapai Rp2,02 triliun.

Tabel IV.1 Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) Triwulan ITahun 2020 (miliaran rupiah)

Uraian s.d Triwulan I 2020 Kenaikan (%) Triwulan I 2019

Pusat (2) Daerah (6) Konsolidasi Konsolidasi

Pendapatan 1.178,53 5.547,66 2.094.55 12,20 1.866,67

1 Pendapatan Perpajakan 801,16 533,18 1.334,33 2,22 1.305,33

2 Pendapatan Bukan Pajak 377,37 5.014,48 760,22 -7.67 823,40

3 Hibah - 3.42 3.42 - 1.05

4 Transfer - - - - -

Belanja Negara 6.895,50 3.165,94 5.429,8 23,75 4.387,38

5 Belanja Pemerintah 1.653,63 2.978,35 4.631,98 16,43 3.978

6 Transfer 5.241,87 187,59 797,82 - -

Surplus (Defisit) (5.716,97) 2.381,72 (3.335,25) 32,31 (2.520,71)

Pembiayaan - 501,77 501,77 - 501,77

7 Penerimaan Pembiayaan Daerah 733,51 733,51 40,79 520,98

8 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 36,11 36,11 87,97 19,21

Sisa Lebih (Kurang) PembiayaanAnggaran

(5.716,97) 3.079,13 (2.637,84) -30,65 (2.018,94)

Sumber: LKPK Sumbar

B. Pendapatan Konsolidasian

Dari total realisasi pendapatan pemerintah konsolidasian pada triwulan I 2020,

pendapatan perpajakan terealisasi sebesar Rp1,33 triliun atau meningkat 2,2 persen

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan realisasi pendapatan bukan pajak

konsolidasian turun 7,67 persen atau sebesar Rp760,22 miliar bila dibandingkan dengan

realisasi pendapatan bukan pajak triwulan I tahun 2020 sebesar Rp823,40 miliar.

Page 25: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

19 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Pemerintah diperkirakan akan kesulitan dalam mencapai target penerimaan pada tahun

2020. Hal ini dikarenakan banyaknya sektor-sektor usaha yang mengurangi aktivitasnya

sebagai dampak diberlakukannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

untuk mencegah penyebaran COVID-19. Disamping itu pemerintah pusat juga

memberikan stimulus kebijakan, terutama terkait pajak, untuk menyelamatkan

perekonomian masyarakat.

C. Belanja Konsolidasian

Realisasi belanja pegawai masih mendominasi belanja pemerintah konsolidasian pada

triwulan I 2020. Belanja Pegawai terealisasi sebesar Rp2,60 triliun atau 56,21 persen

dari total realisasi belanja pemerintah konsolidasian. Sedangkan realisasi belanja

barang sebesar Rp1,32 triliun (28,54 persen dari total belanja) dan realisasi belanja

modal tercatat sebesar Rp354,08 miliar atau hanya sebesar 7,64 persen dari total

realisasi belanja konsolidasian.

Grafik IV.1 Komposisi Realisasi Belanja Pemerintah Konsolidasian

Sumber: LKPK Sumbar

Pada triwulan II tahun 2020 diperkiraan terjadi peningkatan realisasi belanja pegawai

seiring dengan kebijakan pemerintah untuk tetap mencairkan THR bagi Aparat Sipil

Negara (ASN) meskipun tidak sebesar tahun sebelumnya dan tidak semua ASN

menerima. Demikian pula dengan realisasi belanja bantuan sosial, kebijakan pemerintah

untuk memberikan BLT bagi masyarakat miskin pada Bulan Mei hingga Juli 2020

diperkirakan akan meningkatkan realisasi belanja pemerintah. Sedangkan untuk

56%29%

8%

0% 0%

7%

0% 0% 0%

1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal

4. Belanja Pembayaran Bunga Utang 5. Belanja Subsidi 6. Belanja Hibah

7. Belanja Bantuan Sosial 8. Belanja Tak Derduga 9. Belanja Lain-lain

Page 26: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian | 20

realisasi belanja barang dan modal tidak akan meningkat terlalu signifikan jika kebijakan

PSBB berlangsung cukup lama.

D. Analisis Kontribusi Pemerintah dalam PDRB

Tabel IV.2 Laporan Operasional Triwulan I tahun 2019, diolah (miliaran rupiah)

Uraian Jumlah Uraian (Lanjutan…..) Jumlah

PENDAPATAN 1.564,80 TRANSAKSI ASET NON

KEUANGAN

-

Pajak 801,16 Akuisisi Aset Non Keuangan

Neto

143.76

Kontribusi Sosial - Aset Tetap 137.05

Hibah 3,42 Perubahan Persediaan -

Pendapatan Lainnya 760,22 Barang Berharga -

BEBAN 1.827,42 Aset Non Produksi 6.71

Kompensasi Pegawai 908,23 Saldo Peminjaman/Pinjaman

Netto

(2,028.22)

Penggunaan Barang dan Jasa 910.50 TRANSAKSI ASET KEUANGAN

DAN KEWAJIBAN

(PEMBIAYAAN):

-

Konsumsi Aset Tetap - Akuisisi Netto Aset Keuangan (2,488.98)

Bunga - Dalam Negeri (2,488.98)

Subsidi - Luar Negeri -

Hibah -

Manfaat Sosial 3,05 Keterjadiaan Kewajiban Netto 15.53

Beban Lainnya 5,64 Dalam Negeri 15.53

Saldo Operasi Bruto 262,62 Luar Negeri -

Saldo Operasi Netto 1-2+NOBz) 262,62 SILPA Konsolidasian 1.921,87

Sumber: Laporan Stastik Keuangan Pemerintah Sumbar triwulan I 2020, diolah

Besaran belanja pemerintah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi masyarakat, baik

yang bersifat jangka pendek maupun yang bersifat jangka panjang. Dari total belanja

konsolidasi pemerintah s.d triwulan I 2020 yang mencapai Rp5,43 triliun tersebut,

distribusi belanja pemerintah terhadap PDRB Sumbar mencapai 7,16 % terhadap PDRB

Sumbar. Namun demikian, multiplier effect dari belanja pemerintah sangat tergantung

pada jenis belanja dan respon pasar terhadap belanja yang disalurkan.

Page 27: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

21 | Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan Anggaran Konsolidasian

Halaman ini sengaja dibiarkan kosong

Page 28: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

A. Anggaran Penanggulangan Covid-19 Sumbar Mesti Ditambah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar),

memberikan sejumlah rekomendasi untuk pemerintah provinsi (Pemprov). Rekomendasi

tersebut, diharapkan efektif dalam upaya menanggulangi wabah virus korona (Covid-

19). Pada rapat koordinasi yang digelar Selasa (25/3) Anggota DPRD Sumbar Fraksi

Gerindra Hidayat mengatakan, Pemprov hendaknya menambah relokasi anggaran

untuk penanggulangan Covid-19. Saat ini, Pemprov alokasikan Rp 25 miliar Alokasi

tersebut, katanya, didapatkan dari peralihan anggaran pada komposisi APBD, angka Rp

25 miliar masih belum cukup mestinya langkah efisiensi terus dilakukan.

Menurutnya, dari pemotongan perjalanan dinas maupun kegiatan yang tidak bersifat

prioritas, bisa mendapatkan anggaran lebih, yaitu 100 miliar. Alokasi tersebut diharapkan

efektif untuk penaggulangan Covid-19. “Selain memprioritaskan peralatan dan

kebutuhan medis, ekonomi masyarakat juga harus diperhatikan. Terutama mereka yang

berpenghasilan bulanan,” katanya.

Dia mengatakan semenjak pemerintah mengajurkan untuk melakukan aktivitas di

rumah. Banyak pangaduan masuk, karena dampak yang ditimbulkan. Tidak semua

masyarkat yang memiliki penghasilan tetap per bulan. “Pemerintah Provinsi mesti

mencarikan solusi, cotohnya mereka yang berpropesi sebagai pengendara ojek online,

atau mereka yang bergerak pada UMKM,” katanya.

Dikatakannya, DPRD mengaapresiasi langkah tanggap Pemprov dalam mencegah

penyebaran Covid-19. Namun pemerintah juga melakukan langkah strategi untuk

menyelamatkan ekonomi masyrakat.

Anggaran Rp 100 miliar bisa alokasikan dalam bentuk bantuan tunai langsung. Sehingga

butuh langkah pemetaan terlebih dahulu, jika bantuan bisa dirasakan kerisauan terhadap

dampak ekonomi bisa diminimalisir.

Sementara itu, Anggota DPRD Sumbar Fraksi Demoktrat Arkadiu Datuak Intan Bano

mengatakan, Pemprov mesti memikirkan produksi pertanian Sumbar di tengah ancaman

Covid-19. Seperti diketahui, Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri akan masuk.

Jangan sampai masyarakat kesulitan untuk memenuhi kosumsi bahan pokok. “Kita mesti

memikirkan produksi pertanian, agar ketersediaan sembilan bahan pokok terpenuhi,”

katanya. Sementara itu, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan, untuk ekonomi

masyrakat Pemprov besasama tim Gugus Penanggulanagn Korona telah melakukan

pendataan UMKM. Dan nantinya akan dibantu.

Tidak hanya itu, Pemprov telah memiliki langkah strategis untuk penguatan ekonomi

masyarakat. Pemprov mengalokasikan Rp 25 miliar untuk penanggulangan korona.

Page 29: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

24 | Berita / Isu Fiskal Terpilih

Sebanyak Rp 400 juta telah digelontorkan untuk pengutan fasilitas penanggulangan

virus korona. “Optimalisi penganggaran butuh sinergi dengan DPRD Sumbar,” katanya.

Dalam upaya penanganan Pemprov telah melakukan koordinasi dengan Universitas

Andalas untuk melengkapi laboratorium. Penguatan labor yang dimaksud menambahan

alat untuk pendeteksi virus korona dalam pasien yang masuk PDP.

*Humas.(dprd.sumbarprov.go.id)

B. Penanggulangan corona, Padang siapkan anggaran Rp82 miliar

Pemerintah Kota Padang, SumateraBarat menyiapkan anggaran sebesar Rp82 miliar

untuk penanganan wabah Corona Virus Disease (COVID-19). "Anggaran tersebut

diambil setelah dilakukan pergeseran sejumlah mata anggaran sebesar Rp78 miliar dan

Rp4 miliar dari dana cadangan kebencanaan," kata Wali Kota Padang Mahyeldi di

Padang, Jumat usai video konferensi bersama kepala daerah di Sumbar bersama

gubernur.

Ia menyebutkan dengan jumlah penduduk satu juta orang Padang membutuhkan

anggaran yang cukup besar apalagi saat ini sudah ditemukan dua kasus

positif."Alhamdulillah untuk pengalokasian anggaran yang akan digunakan kami sudah

mulai membahas dengan DPRD setempat," ujarnya.

Ia menyebutkan akan ada sekitar 300 ribu warga yang terdampak secara ekonomi dan

mengalami kerentanan yang perlu dibantu. Untuk Jaring Pengaman Sosial (JPS)

pihaknya sudah mempersiapkan kelembagaan sosial yang ada seperti Baznas dan

Lembaga Amil Zakat (LAZ) untuk menghimpun dana dari donatur yang akan diberikan

kepada penerima dampak secara tepat sasaran.

Terkait dengan keamanan pangan saat ini Pemkot Padang juga sudah menyiapkan stok

beras sebanyak 400 ton. Kemudian untuk penanganan pihaknya juga menyiapkan

Rumah Sakit Umum Daerah dr.Rasidin sebagai salah satu tempat isolasi.

Lebih lanjut ia juga fokus melakukan pengendalian terhadap warga yang masuk ke Kota

Padang dengan melakukan pemeriksaan di pintu masuk kota Padang. Ia meminta

kepada siapa pun yang berstatus orang dalam pengawasan atau berasal dari daerah

terjangkit untuk tidak bepergian sementara waktu.

Terkait dengan upaya meminimalkan keramaian Pemkot Padang telah mengeluarkan

instruksi penutupan sementara tempat wisata, hiburan dan rekreasi. Selain itu juga telah

dikeluarkan imbauan peniadaan shalat jumat dan shalat berjamaah hingga dua pekan

ke depan.

Page 30: KAJIAN FISKAL REGIONAL · 2020. 10. 19. · implementasi kebijakan fiskal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta implikasinya terhadap perkembangan makroekonomi regional. Dengan

KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAANPROVINSI SUMATERA BARAT

Jl. Kha�b Sulaiman No.3, Padang 25138Telp. (0751) 7054731, 7051253; Fax. (0751) 7051020 Website : www.djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/sumbar