Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

36
BALE BANJAR BUN BALE BANJAR BUN BAB I DESKRIPSI OBJEK 1.1 Lokasi Banjar Bun terletak di Jalan Ceroring, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Jumlah KK pada banjar ini 186 KK pada tahun 2010, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai pegawai swasta maupun PNS. Batas batas Banjar dapat ditunjukkan pada gambar. Gambar 1, Lokasi Banjar Bun Banjar Bun memiliki 4 orang Kelian Adat dan 1 Kelian Dinas. Kelian Adat dibagai menjadi beberapa tugas yakni, sebagai 2 orang Kelian Gede, Kelian Penyarikan, dan Bendahara. FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1 1

Transcript of Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

Page 1: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

BAB I

DESKRIPSI OBJEK

1.1 Lokasi

Banjar Bun terletak di Jalan Ceroring, Kecamatan Denpasar

Barat, Kota Denpasar. Jumlah KK pada banjar ini 186 KK pada

tahun 2010, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai

pegawai swasta maupun PNS. Batas batas Banjar dapat

ditunjukkan pada gambar.

Gambar 1, Lokasi Banjar Bun

Banjar Bun memiliki 4 orang Kelian Adat dan 1 Kelian Dinas.

Kelian Adat dibagai menjadi beberapa tugas yakni, sebagai 2

orang Kelian Gede, Kelian Penyarikan, dan Bendahara.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 11

Page 2: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Banjar Bun

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 22

Page 3: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 2, Tampak Depan

1.2 Pengertian nama Banjar

Bale Banjar dibangun kira kira pada tahun 1950, Istilah Bun

pada penggunaan kata Bun, dalam bahasa Bali berasal dari kata

makebunan yang berarti kebersamaan atau saling berbagi.

Namun istilah Bun juga memiliki makna lain yakni Bun yang

dalam bahasa Balinya adalah tanaman merambat yang terkait

antara satu dan lainnya, dimana dapat dijadikan lambang bahwa

masyarakat di Banjar Bun memiliki sifat yang seperti tanaman

merambat tersebut. Yakni saling terikat atau saling memiliki

persatuan yang tinggi antara masyarakatnya. Filosofi tersebut

digunakan sebagai nama dari banjar ini. Hal ini terbukti dari

adanya gotong royong dari masyarakatnya pada jaman dahulu

sangat tinggi pada saat adanya kegiatan sosial antara krama

banjar.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 33

Page 4: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

1.3 Sejarah

Pada masa lalu ketika pembangunan Bale banjar yang

pertama kali pernah diadakan pengerukan tanah di sebelah

utara bale banjar yang dulunya posisi dari tanah bale banjar

berada di level yang lebih di bawah dari tempat diadakannya

pengerukan. Pengerukan tersebut bertujuan mengurug bale

banjar agar lebih tinggi dari sebelumnya.

a. Bentuk Bale Banjar

Bale banjar dulunya berbentuk seperti bale banjar

umumnya pada masa lalu. Yaitu dengan mencerminkan bentuk

bale wantilan namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Umumnya

material yang digunakan adalah kayu khususnya pada tiang atau

sakanya. Sedangkan lambang dari bale sendiri materialnya

adalah seseh atau kayu kelapa. Atap terbuat dari genteng. Serta

lantai dari tanah. Bentuk bale banjar yang lama ini dibangun

pada tahun 1950an. Kira kira saat mulai berdirinya banjar ini.

Setelah mengalami renovasi pada tahun 1970an bentuk

dari Banjar Bun lebih mirip seperti gedung serbaguna. Dimana

telah menggunakan gaya gaya dari arsitektur modern. Terlihat

dari penambahan lantai dimana dulunya hanya 1 lantai dan

sekarang menjadi 2 lantai. Penggunaan tembok dari bata

dibeberapa bagian. Tiang tiangnya dibuat dari beton. Serta

menggunakan rolling door sehingga bentuk bangunan menjadi

semi terbuka berbeda dengan Bale banjar dahulu yang terbuka.

Selain itu bentuk seperti gedung serbaguna terlihat juga

dari fasilitas pendukung fungsi samping berupa TK, dan lapangan

Bulutangkis. Misalnya lampu penerangan untuk lapangan bulu

tangkis, tiang tiang besi untuk net, garis lapangan, partisi

pembatas untuk TK, peralatan untuk fasilitas TK dan kantor TK.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 44

Page 5: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Sedangkan pada lantai 2 terdapat ruangan berupa ruang

untuk STT, dan terdapat pula ruangan untuk menyimpan alat

alat yang digunakan oleh STT pada saat kegiatan tertentu.

1.4 Struktur Organisasi Banjar

SUSUNAN KEPENGURUSAN BANJAR BUN

STRUKTUR PKK BANJAR BUN

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 55

Kelian gede

Wakil kelian gede

penyarikan

ANGGOTA

bendahara

KETUA

WAKIL KETUA I

SEKRETARIS

ANGGOTA

WAKIL BENDAHARA

BENDAHARA

WAKIL SEKRETARIS

Page 6: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

SUSUNAN KEPENGURUSAN YOWANA BIJJA CITTA

SUSUNAN KEPENGURUSAN SEKAA GONG

Kepengurusan organisasi banjar pada Banjar Bun

merupakan kepengurusan yang terbentuk sedikit demi sedikit

karena keberadaan sekehe sekehe yang dinaungi oleh banjar

tersebut tidak langsung terbentuk pada saat banjar terbentuk.

Namun, sekehe yang ada terebntuk pada kurun waktu tertentu.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 66

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

ANGGOTA

WAKIL BENDAHARA

BENDAHARA

WAKIL SEKRETARIS

KETUA

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

ANGGOTA

BENDAHARAPENGAJAR

Page 7: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

1.5 Hubungan dengan Desa Dinas dan Banjar Lain

Pada umumnya tidak ada hubungan yang mengkhusus

antara Banjar Bun dengan banjar lain yang ada di sekitar Banjar

Bun. Namun hubungan kekerabatan antar banjar yang paling

dekat yang disebutkan ádalah adanya Pura paibon yang ada di

Depan banjar dimana penyungsung dari Pura tersebut sebagian

besar berasal dari krama banjar Kayumas kaja.

Kayumas kaja

Bun

1.6 Aspek Arsitektural Bale Banjar

a. Dapur

Pada dapur peralatan yang terdapat berupa peralatan serta

perlengkapan yang digunakan dalam kegiatan meebat

seperti, sumur, lesung, cangkem paon, jambang (panci besar

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 77

Page 8: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

bahan dari tembaga), penggorengan, serta peralatan lain

yang digunakan pada saat Meebat.

Gambar 3, Gambar LesungPada saat ini fungsi dapur tersebut dihapus dan digantikan

oleh fungsi gudang. Sumur pada dapur tersebut ditutup dan

digantikan oleh keberadaan air PDAM. Peralihan fungsi

tersebut dikarenakan jarangnya banjar tersebut melakukan

kegiatan meebat seperti pada masa lalu. Peralihan fungsi ini

mulai terjadi pada tahun 1965an.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 88

Page 9: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 4, Bekas Sumur yang tidak difungsikan

b. Bale Gede

Fungsi bale gede pada awalnya digunakan sebagai tempat

berkumpul dan berdiskusi. Namun seiring dengan adanya

renovasi dari banjar Bun maka, bentuk Bale Gede ini diganti

oleh ruangan yang fungsinya beralih menjadi kantor Taman

Kanak Kanak.

c. Merajan

Keberadaan merajan pada banjar Bun, merupakan tempat

dari berstananya Ratu Penyarikan. Merajan sendiri telah

mengalami renovasi dari awalnya menggunakan material

berupa bata gosok digantikan dengan batu lahar hitam.

Renovasi ini berlangsung kira kira pada tahun 2002.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 99

Page 10: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 5, Gambar Merajan Banjar

d. Bale Kulkul

Bale kulkul pada banjar Bun dulunya terletak di bawah tepat

di depan posisi Bale banjar Bun. Dengan material berupa kayu

untuk saka dan lambangnya. Penutup atap dipergunakan

alang alang. Pada masa sekarang bale Kulkul tersebut

dipindahkan ke lantai 2 dengan alasan efisiensi tempat

dengan material yang sama, namun perbedaannya terletak

pada material penutup atap berupa genteng. Serta

penambahan ornamen ornamen ukiran modern.

Pada bale Kulkul terdapat 3 buah kulkul dan 1 nengneng.

Kulkul yang paling besar berfungsi untuk kegiatan banjar

seperti sangkep, kegiatan adat. Selain itu digunakan juga

sebagai kulkul bulus sebagai penanda bahaya (kebakaran

ataupun bencana alam lainnya). Namun cara memukulnya

berbeda sehingga menghasilkan suara yang berbeda

misalnya dipukul dengan satu panggul dan dua panggul

terkadang tempo pukulan yang berbeda, letak pemukulan

pada kulkul (tergantung kebutuhan). Maka dari itu

masyarakat dapat membedakannya.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1010

Page 11: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Kulkul yang lebih kecil (menegah) berfungsi sebagai kulkul

untuk kematian. Kulkul yang paling kecil diperuntukkan

kepada sekehe angklung agar turun ke banjar. Nengneng

dipergunakan untuk pemberitahu adanya rapat kepada muda

mudi (STT).

Gambar 6, Bale Kulkul

e. Bale Banjar

Perubahan yang mendasar yang terdapat pada bale banjar

yaitu dengan adanya perubahan pada ukuran banjar yakni

dengan berubahnya tiang tiang kayu menjadi tiang beton

karena dibutuhkan ruang yang lebih besar. Selain itu

perubahan dengan adanya panggung/ stage yang dulunya

tidak ada dalam struktur banjar tersebut. Kini panggung

tersebut digunakan sebagai kelas pada Taman Kanak Kanak.

Perubahan akibat kabutuhan ruang juga tampak pada

kenaikan lantai menjadi lantai 2.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1111

Page 12: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 7, Zoning Area pada masa lalu

f. Orientasi

Orientasi banjar ini didasarkan pada catus patha. Dimana

konsep catus patha atau pempatan ini sudah tidak begitu

kelihatan pada saat ini. Dikarenakan jalan utama pada empat

pada jalan ini, dua jalan yang menuju timur dan ke barat

menyempit yakni menjadi gang.

U

T

S

Keterangan:

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1212

Page 13: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

A: Rumah penduduk C: Bale Banjar

B: Rumah Penduduk D: Rumah Penduduk

1.7 Fungsi Bale Banjar

Pada Bale Banjar Bun, fungsi utama tidak mengalami

perubahan yang mendasar yakni tetap sebagai tempat

mengadakan pesamuan atau rapat krama banjar. Namun

terjadi perubahan yang cukup signifikan terhadap fungsi

sampingannya yang merubah tatanan ruang dari Banjar ini.

Perubahan fungsi tersebut antara lain pada saat dahulu

digunakan untuk meebat yakni masak bersama di bale banjar.

Namun kini tradisi tersebut telah hilang. Fungsi lain yang muncul

pada saat ini adalah adanya fasilitas berupa lapangan Bulu

tangkis dan fasilitas berupa TK di dalam Bale Banjar.

a. Fungsi Rapat

Fungsi rapat atau sangkep dilaksanakan 6 bulan sekali yakni

pada hari minggu sebelum hari raya Galungan. Pada masa

lalu sangkep atau rapat banjar ini dilaksanakan bersamaan

dengan hari raya Galungan. Namun dengan berkembangnya

jumlah krama banjar serta banyaknya kegiatan saat hari

tersebut maka dengan kebijaksanaan kelian banjar

dipindahkan pada hari minggu sebelum hari raya Galungan.

o Skema Rapat

Posisi duduk pada saat rapat tidak terlalu banyak

mengalami perubahan. Dimana pada masa lalu

masyarakat duduk di atas taban (tempat duduk

berukuran besar menyerupai bale bale). Dengan jarak

yang berdekatan dan jumlah warga pada masa itu

sedikit sekitar 50 KK sehingga pada saat rapat tidak

diperlukan adanya pengeras suara. Dimana prajuru

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1313

Page 14: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

banjar menghadap ke timur dan anggota/ krama banjar

menghadap ke barat.

Pada saat ini posisi duduk pada saat rapat hampir sama.

Hanya yang membedakan adalah semua krama banjar

termasuk prajuru duduk dibawah. Dimana prajuru

menghadap ke timur dan krama banjar menghadap ke

barat. Dengan di batasi oleh meja yang terdapat di

depan prajuru. Penambahan jumlah warga banjar

berakibat pada hilangnya tradisi rapat duduk di atas

taban. Dan mulai menggunakan pengeras suara karena

lebih banyak jumlah masyarakat yang mengikuti

sangkep.

o Pakaian pada saat Sangkep

Pakaian pada saat sangkep tidak mengalami

perubahan. Yakni tetap menggunakan pakaian adat

ringan.

b. Fungsi Maebat

Pada masa lalu masyarakat masih menggunakan Bale Banjar

sebagai tempat untuk Maebat. Namun karena perkembangan

jaman dan kesibukan masyarakat cenderung untuk membeli

masakan yang sudah jadi sehingga fungsi bale Banjar sebagai

tempat maebat mulai ditinggalkan. Fungsi ini kira kira telah

ditinggalkan sejak tahun 1965an. Dimana fungsi dapur sudah

dihilangkan, sumur ditutup, dan lesung sudah tidak digunakan

lagi.

c.Fungsi TK

Taman Kanak kanak terletak di dalam Bale Banjar, khususnya

terletak pada daerah panggung atau stage dari Bale Banjar.

Fungsi TK ini diwadahi oleh fasilitas berupa ruang yang

disekat dengan partisi dengan material triplek. Dimana triplek

ini dapat dipindah pindah. Dengan tujuan agar lebih mudah

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1414

Page 15: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

digunakan sebagai ruang terbuka jika terdapat acara

kesenian dan kepemudaan. Adapun fungsi TK beraktivitas

sekitar jam 08.00 hingga jam 10.00.

Gambar 8, Ruangan TK

d. Fungsi Olah raga

Arena bulu tangkis pada banjar ini dipakai pada saat sore hari

sehingga tidak mengganggu kegiatan TK pada pagi harinya.

Namun jika ada acara atau ada sangkep dari banjar maka

secara otomatis kegiatan olah raga tersebut dihentikan.

Tentunya dengan koordinasi terlebih dahulu antara prajuru

banjar dengan pengurus lapangan bulu tangkis.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1515

Page 16: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 9, Kegiatan Olah Raga Bulu Tangkis

Table AktivitasJenis

aktivitasWaktu Civitas Peralatan Kapasitas

Sangkep

Setiap

seminggu

sebelum

galungan

Masyarakat

adat

Sound

system180 Org

Sekaa

gongTidak tentu

Angoota

skaa gong,

pengajar

Gong

Angklung26 Org

Sekaa

santi

Tidak

Tentu

Anggota

sekaa

santi,

pengajar

Meja

Buku

kidung

15 Org

Belajar TK

08.30-

10.00

TK besar,

TK kecil,

Alat-alat

belajar

(meja,

kursi, dll)

86 Org

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1616

Page 17: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Bermain

Bulu

tangkis

Sore hariMasyarakat

sekitar

Alat-alat

olahraga10 orang

OdalanTumpek

Wariga

Masyarakat

adat

Alat-alat

upacara

adat

300 Org

Pembuatan

ogoh-ogoh

Setahun

sekali

Truna-truni

desa adat- Tdk tentu

Pembuatan

layangan

Setahun

Sekali

Truna-truni

desa adat- Tdk tentu

Posyandu Tdk tentu Masyarakat - Tdk tentu

Pemilu5 Tahun

sekali

Masyarakat

adat- Tdk tentu

e. Perubahan Ruang yang terjadi

o Kegiatan pada masa lalu

Kegiatan kegiatan yang terjadi pada masa lalu saat

awal terbentuknya banjar ini pada umumnya

merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan pertanian serta pengembangan seni dan

budaya. Misalnya kegiatan sangkep, kegiatan odalan,

adanya kegiatan ritual Sang Hyang Jaran, ritual med

medan. Selain itu kegiatan Meebat serta kegiatan

Tajen juga merupakan bagian dari kegiatan pada

masa lalu. Selain itu kegiatan melayangan telah

menjadi tradisi yang mengakar kuat pada banjar ini.

o Kegiatan pada masa Sekarang

Pada masa kini kegiatan pada banjar sudah

mengalami perkembangan akibat dari

perekembangan jaman serta tuntutan akan

kebutuhan masyarakat. Sehingga banjar dijadikan

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1717

Page 18: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

sebagai sentral dari kegiatan yang bersumber dari

kegiatan kedinasan yang bersifat kependudukan

maupun kegiatan yang bersifat adat misalnya agama

dan seni budaya. Sehingga rincian kegaiatn yang

terjadi pada msa sekarang adalah:

Masih dipertahankan kegiatan sangkep

Adanya kegiatan odalan berupa puja wali di

merajan banjar serta adanya kegiatan Sang

Hyang Jaran.

Pusat dari kegiatan seni dan budaya seperti

kegiatan latihan megambel, latihan sekaa

santhi, serta kegiatan bazzar dari sekehe

truna truni. Kegiatan ogoh ogoh serta

kegiatan melayangan.

Bale banjar juga dijadikan sebagai sentra dari

kegiatan yang bersumber dari kegiatan

kedinasan misalnya pemilu, posyandu, serta

kegiatan yang berasal dari pemerintah.

Bale banjar juga dijadikan sebagai tempat

kegiatan olah raga yakni kegiatan olah raga

bulutangkis.

Sebagai pengembangan kegiatan anak anak

pada usia dini, dengan adanya TK serta

Adanya kegiatan adat seperti kegiatan

metektekan pada saat kematian.

o Kegiatan baru yang terjadi pada masa kini

Adanya kegiatan TK

Adanya kegiatan Pemilu, Posyandu serta

kegiatan yang bersifat kedinasan lainnya.

Adanya kegiatan olahraga berupa olahraga

badminton.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1818

Page 19: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

o Kegiatan yang Hilang pada Bale Banjar

Kegiatan yang hilang pada bale banjar,

kegiatan medmedan yakni kegiatan tarik

tambang yang digelar menjelang nyepi.

Kegiatan meebat pada banjar yang

dihapuskan karena sudah tidak sesuai

dengan tuntutan jaman.

Kegiatan sosial seperti tajen.

Serta kegiatan yang berhubungan dengan

kegiatan pertanian seperti ngayahan tanah

sawah banjar.

o Kegiatan yang Prosesi serta kegiatannya berubah

Kegiatan meebat/ ngelawar telah mengalami

perubahan digantikan dengan membeli lawar.

Kegiatan sangkep yang dulunya dilakukan

secara rutin 3 bulan kini dilakukan setiap 6

bulan sekali, yakni pada saat minggu

sebelum galungan.

f. Kegiatan Budaya

Pada tahun 1960an terdapat budaya med medan

dimana kegiatan ini lebih mirip seperti tarik tambang, bukan

seperti kegatan med medan yang ada di daerah sesetan.

Namun dengan mulai diaspalnya jalan yang berada di depan

banjar maka kegiatan ini berangsur angsur berkurang dan

hilang pada saat ini.

Pada tahun 1950an di banjar Bun masih mengenal

budaya dedosan pada saat adanya kegiatan banjar. Budaya

dedosan tersebut berupa pembayaran denda kepada

masyarakat banjar yang tidak mengikuti kegiatan banjar. Dulu

alasan masyarakat yang tidak mengikuti kegiatan banjar

adalah karena adanya kegiatan berupa bertani. Namun

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 1919

Page 20: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

seiring perkembangan jaman dan kesibukan budaya dedosan

sudah dihapuskan hanya ada pembayaran iuran Rp. 10.000

kepada banjar setiap sangkep.

Dikenal juga budaya numbas ayah, yakni budaya

pembayaran sejumlah Rp. 250.000 kepada banjar. Numbas

ayah ini hanya diperbolehkan dilakukan oleh krama banjar

yang sedang menjalankan tugas negara yang dilakukan di

luar daerah.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2020

Page 21: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 10, Site Plan Banjar Bun Masa Kini

Penancapan penjor pada masa lalu dilakukan tepat di depan

banjar. Namun kini penjor tersebut ditancapkan pada posisi tepat

di depan merajan karena ditempat tersebut masih terdapat

tanah yang bisa di gali sebagai lubang penancapan penjor.

Pemindahan posisi penancapan di karenankan di depan banja

telah dialkukan pemavingan beton. Sehingga paving tersebut

sayang untuk dibongkar untuk penancapan penjor.

g. Peralatan Modern

Peralatan modern yang terdapat pada masa sekarang antara

lain :

a. Telepon Umum

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2121

Page 22: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Telepon umum ini terdapat pada depan banjar sebagai akses

komunikasi bagi warga banjar sebelum mulai

memasyarakatnya ponsel/ hp.

Gambar 11, Peralatan modern sekitar banjar

b. Rolling Door

Rolling door pada banjar ini berfungsi sebagai pembatas

sekaligus penutup akses masuk ke dalam ruangan banjar.

Pada pagi hari rolling door ini di buka saat mulai kegiatan TK,

kemudian ditutup kembali pada saat digunakan sebagai

lapangan bulu tangkis. Rolling door juga dibuka saat diadakan

sangkep banjar.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2222

Page 23: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 12, Rolling door penutup bale banjar

c. Pagar Besi

Pagar besi terdapat pada lantai dua sebagai railing dari lantai

dua.

h. Ritual

Ritual pada Banjar Bun berupa kegiatan odalan yang jatuh

tepat pada rahinan tumpek bubuh/ tumpek wariga. Pada

kegiatan ini diadakan persembahan kepada yang melinggih pada

merajan di banjar. Persembahan berupa banten yang di buat

oleh masyarakat banjar Bun secara gotong royong. Ritual ini juga

terdapat kegiatan persembahyangan bersama yang

dilaksanakan oleh krama banjar.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2323

Page 24: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Gambar 13, Ritual sang hyang JaranRitual lain adalah berupa ritual Sang Hyang Jaran. Ritual Sang

Hyang Jaran ini sama seperti ritual Sang Hyang Jaran yang

dilakukan masyarakat di Bali lainnya. Penari dari Sang Hyang

Jaran ini sebagian besar berasal dari penari yang berdomisili di

Banjar Bun sendiri. Ritual Sang Hyang Jaran berupa tarian

dimana penarinya tidak sadarkan diri dengan menginjak injak

bara yang berisi api panas.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2424

Page 25: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

NARASUMBER:

1. I Nyoman Puguh (77 tahun)

2. I Made Redi (66 tahun)

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2525

Page 26: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

3. I Wayan Sadya (78 tahun)

BAB II2.1 Keseimbangan Kosmologi (Tri Hita Karana)

Pada pengertiannya Tri Hita Karana memiliki makna Tri berarti tiga, Hita berati kemakmuran, baik, gembira, senang, dan lestari, sedangkan Karana berarti sebab, sumber(penyebab).

ParahyanganPada pengertiannya Parahyangan berarti hubungan harmonis

antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengaplikasiannya pada bale banjar yaitu di setiap kawasan bale banjar pasti terdapat merajan bale banjar. Dimana pada stiap merajan bale banjar biasanya terdapat pelinggih Bhagawan Penyarikan. Kalu dilihat dari aspek kegiatan yang terjadi di bale banjar. Dimana pada bale banjar terdapat kegiatan berupa piodalan pada kawasan bale banjar. Pada kawasan bale banjar bun terdapat ritual tarian Sang Hyang Jaran yang dimana tarian tersebut di tarikan di depan bale banjar dan biasanya penarinya dari masyarakat sekitar. Dimana ritual tersebut masih bertahan sampai sekarang.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2626

Page 27: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

PawonganPada pengertiannya pawongan merupakan hubungan harmonis

antara manusia dengan manusia. Dalam pengaplikasiannya pada kawasan bale banjar yaitu terlihat pada bangunan bale banjarnya. pada bangunan bale banja, masyarakat melakukan aktifitas pesamuan (rapat) dimana masyarakat saling berdiskusi tentang kegiatan – kegiatan banjar ataupun masalah – masalah yang terjadi di banjar. Baik pada kalangan warga banjar yang utama(kepala keluarga) ataupun muda – mudi(STT). Pada masa lalu di bale banjar bun gterdapat kegiatan mebat. Diman warga bergotong royong saling bantu – membantu melaksakan kegiatan memasak di bale banjar baik dalam rangka kegiatan banjar ataupun kegiatan pribadi masyarakat. Namun budaya mebat ini telah memudar karena masyarakat cenderung membeli masakan untuk kegiatan – kegiatan tersebut. Yang masih bertahan adalah kegiatan bergotong royong mejejaitan oleh ibu – ibu yang masih dilaksakan di bale banjar. Pada masa sekarang terdapat kegiatan Taman kanak – kanak dan olah raga bulu tangkis yang menunjukan juga konsep Pawongan pada bangunan bale banjar. Kemudian pada kawasan bale banjar jga digunakan sebagai tempat hanya untuk sekedar bercengkrama atar warga pada sore hari.

Pelemahan Pada pengertiannya Palemahan diartikan sebagai hubungan

harmonis antara manusia dengan lingkungan sekitar. Pada pengaplikasiannya pada bangunan di kawasan bale banjar terliahat pada bangunan Bale kul – kul. Dimana bale kul – kul berfungsi sebagai pemberi isyarat bagi masya rakat sekitar apabila ada kegiatan bale banjar, kematian dan apabila terjadi bencana alam. Selain itu pada bale banjar bun terdapat got yang dibuat pada tahun 1970an saat jalan diaspal. Jelinjingan ataupun got ini di buat demi keasrian lingkungan yang berhubungan dengan aliran air kotor agar tidak mengganggu kelangsungan hidu masyarakat berupa kebersihan lingkungan dari limbah. Walaupun pada bale banjar ini tidak terdapat vegetasi besar yang mencolok namun terdapat sedikit taman kecil di depan merajan banjar yang memperlihatkan usaha masyarakat untuk tetap menjaga keasrian tampilan bale banjar.

2.2 Desa Kala PatraPada pengertiannya desa kala patra berarti perbedaan dresta

pada masing – masing desa adat yang melahirkan pola – pola ritual dan adat istiadat yang berbeda. Dimana Desa berarti tempat, kala berarti waktu dan patra berarti keadaan.

Pada bale banjar bun terdapat ritual Sang Hyang Jaran yang dimana dilakukan di depan bale banjar. Dimana ritual ini

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2727

Page 28: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

menyesuakan dengan adat istiadat dari masyarakat banjar bun yang berbeda dengan masyarakat lain di sekitar banjar bun dan telah menjadi ritual turun - temurun. Kalau dilihat dari aspek budaya, pada panjar Bun terdapat tradisi med medan yang juga sama menyesuakan dengan masyarakat banjar bun walaupun tradisi ini telah mengghilang. Selain itu terdapat juga tradisi numbas ayah dimana tradisi ini disesuakan dengan keadaan masyarat banjar Bun yang dimana terdapat masyarakat banjar Bun yang bekerja di luar daerah yang tidak sempat mengikuti kegiatan – kegiatan banjar.

2.3 Panca Maha Bhuta

2.4 Tri AnggaPada pengertiannya Tri Angga memiliki arti, Tri berarti tiga dan

Angga berarti badan. Dimana menekankan pada tiga aspek fisik yaitu Utama Angga(kepala), Madya Angga(badan) dan Nista Angga(kaki).

Utama AnggaPada bangunan bale banjar, teraplikasikan pada atap bangunan

sebagai perlambangan dari kepala pada bangunan. Terletak diatas bangunan dimana atap bersifat utama. Atap juga memberikan fungsi sebagai perlindunagan aktifitas yang terjadi di bawahnya.

Madya AnggaTeraplikasikan pada tembok bangunan bale banjar. Dimana

tembok dilambangkan sebagai badan dari bangunan yang berfungsi menopang atap bangunan. Selain itu memberikan kesan layaknya badan dimana memberikan kesan pada tampak bangunan. Selain itu tembok juga berfungsi sebagai pemberi wadah pada aktifitas yang terjadi di dalamnya. Sifat ruang yang di timbulkan adalah semi prifat. Dimana kegiatan yang terjadi di dalamnya tidak boleh sembarangan orang yang memasukinya tergantung pada waktu dan kegiatan yang terjadi pada ruangan tersebut.

Nista AnggaNista Angga teraplikasikan pada lantai bangunan bale banjar.

Dimana tambok dilambangkan sebagai kaki bangnan. Yang dimana segala kegiatan yang ada terjadi dan bergerak diatasnya dan menyesuakan dengan fungsi yang ada. Misalnya pada fungsi olah raga bulu tangkis, lantai bale banjar di beri garis yang sesuai dengan fungsi. Selain itu karena sudah mulai hilangnya penggunaan taban pada bale banjar, maka di gunakanlah semen agar padasaat rapat atau samua, msyarakat nyaman dalam menjalaninya.

2.5 Ulu Teben dan Sangamandala

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2828

Page 29: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Konsep Sanga Mandala merupakan pembagian wilayah bale banjar menjadi 9 daerah, yang merupakan pengembangan dari konsep Tri Mandala yaitu Utama, Madya, Dan Nista.

Konsep Hulu-Teben pada Sanga Mandala ini kemudian mempunyai beberapa orientasi-orientasi, antara lain :- Orientasi dengan konsep sumbu ritual Kangin-Kauh

Kangin (matahari terbit)-luan, nilai utamaKauh (matahari terbenam)-teba, nilai nista

- Orientasi dengan konsep sumbu bumi/natural Kaja-Kelod Kaja (ke arah gunung)-luan, nilai utamaKelod (ke arah laut)-teba, nilai nista

2.6 Sakral,Sekuler, dan Profan2.7 Rwa Bhineda (Sekala dan Niskala)

Rwa Bhineda merupakan konsep dua hal yang saling bertolak belakang namun saling keterkaitan satu sama lainnya dalam mencapai keseimbangan. Pada pembahasan ini kosep Rwa Bhineda di khususkan pada Sekala dan Niskala. Pada pengertiannnya Sekala merupakan hal yang bersifat nyata, dapat digambarkan, dapat dilihat dan bersifat fisik. Sedangkan Niskala lebih cendrung bersifat imaginer/ tidak nyata, dan lebih di lambangkan pada hal magis.

Areal SekalaDalam areal bale banjar areal Sekala terlihat pada bangunan Bale

banjarnya. Dimana secara fisik bangunan bale banjar dapat dilihat, bgitu juga aktivitas yang di wadahinya dimana interaksi antara warga banjar terlihat pula secara nyata.

Areal NiakalaAreal Sekala tedapat pada merajan bale banjar, dimana kegiatan

yang diwadahinya merupakan aktifitas interaksi atau hubungan manusia dalam menjalani kegiatan agama (mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa) dimana kegiatan yang terjadi tidak dapat digambarkan secara fisik dan cenderung bersifat magis.

2.8 Bapa Akasa Ibu PertiwiKonsep Akasa-Pertiwi, Atas-Bawah

Alam Atas-Akasa, Purusa(pemilik/pemberi), dalam bentuk fisik berupa tanah/bumi.

Alam Bawah-Pertiwi, Pradana(pembawa/penerima), dalam bentuk fisik berupa angin/langit.

Konsep Akasa-Pertiwi ini diterapkan dalam pola ruang kosong (open space) dalam perumahan atau lingkungan di Bali dikenal dengan natah.

Konsep ini hanya terlihat pada tata peletakan bangunan pada areal bale banjar Bun pada masa lalu dimana pada saat itu masih

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 2929

Page 30: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

terdapat natah. Sedangkan pada arel bale banjar Bun masa sekarang sudah tidalk lagi terlihat adanya natah.

2.9 Menyama BrayaHubungan menyama beraya pada bale banjar Bun tidak terlihat.

Karena kalau dilihat dari latar belakang ter bentuknya banjar Bun yang penduduknya adalah kumpulan dara berbagai banjar di seputaran denpasar, bale banjar Bun tidak memiliki hubungan Menyama Braya dengan banjar lain.

2.10 Catur AsramaDalam ajaran agama hindu mengenal adanya empat macam

sistem kehidupan yang disebut dengan Catur Asrama. Catur asrama yaitu empat macam tingkatan hidup dalam hubungannya mencapai tujuan agama. Catur asrama dapat dibagi menjadi 4, yaitu :

1. BrahmacariBrahmacari adalah suatu tingkatan berguru untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini pengetahuan bersumber dari Weda. Yang menjadi pokok dalam tingkat Brahmacari adalah menuntut ilmu pengetahuan dan mendidik diri untuk mencapai kesempurnaan rohani. Seperti slogan yang disebutkan pada kitab Dharmasastra yaitu “Takitakining sewaka guna widya” yang artinya seorang siswa wajib menuntut ilmu pengetahuan semasa muda.

2. GrehasthaMerupakan tingkatan hidup pada masa berumah tangga. Grehasta berasal dari kata greha dan sta. Greha artinya rumah tangga, sta artunya membina. Jadi grehasta artinya masa membina rumah tangga yang pada tingkat hidup Grehasta inu tujuan hidup yang diprioritaskan yaitu untuk mendapatkan artha dan memenuhi kama. Kewajiban–kewajiban yang harus dilakukan untuk seorang grehastin adalah bekerja mencari harta, menjadi pemimpin rumah tangga. Dan menjadi anggota masyarakat yang baik.

3. Wanaprasta Dari arti katanya, wanaprasta berarti mengasingkan diri ke dalam hutan dengan mendirikan suatu pertapaan. Kalau dibandingkan dengan masa sekarang, masa wanaprasta dapat disamakan dengan masa pensiun. Ia akan mengurangi keterlibatannya dalam kegiatan masyarakat dan tinggal di tempat yang tenang. Secara umum, wanaprasta merupakan tingkat hidup manusia pada masa persiapan untuk melepas diri dari ikatan keduniawian.

4. Bhiksuka/sanyasin

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 3030

Page 31: Kajian Filsafat Bale Banjar Bun

BALE BANJAR BUNBALE BANJAR BUN

Merupakan masa hidup melepaskan diri dari ikatan kduniawian dengan mengabdi hanya kepada Sang Hyang Widhi untuk mencapai kesempurnaan hidup.

FILSAFAT ARSITEKTUR FILSAFAT ARSITEKTUR 3131