KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

42
LAPORAN PENELITIAN KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR KOMUNITAS BIOLOGI LAUT DI PERAIRAN TELUK BENOA DI PROVINSI BALI OLEH I WAYAN RESTU PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2016

Transcript of KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Page 1: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR KOMUNITAS BIOLOGI LAUT DI

PERAIRAN TELUK BENOA DI PROVINSI BALI

OLEH

I WAYAN RESTU

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2016

Page 2: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan anugerah-Nya sehingga “Laporan Penelitian ” yang berjudul

“Kajian Evaluasi Dampak Pembangunan Pada Struktur Komunitas Biologi

Laut di Perairan Teluk Benoa Provinsi Bali” dapat terselesaikan. Laporan ini ini

merupakan hasil penelitian, dan pendapat/keterangan ahli (profesional judment),

tentang kondisi struktur komunitas flora dan fauna air sebagai komponen biologi

laut di perairan teluk Benoa. Laporan Penelitian ini berisikan data dan informasi

tentang komunitas mangrove, komunitas ikan (nekton), makrozoobenthos sebagai

penghuni dasar perairan dan komunitas plankton yang digunakan sebagai inikator

untuk melakukan evaluasi dampak pembangunan dan permasalahan yang terjadi

terkait sumberdaya tersebut.

Informasi dalam tulisan singkat ini diharapkan bisa berguna bagi semua

pihak, khususnya dalam upaya pemulihan dan konservasi kawasan teluk Benoa

Bali dalam kerangka perbaikan manajemen sumberdaya pesisir dan laut menuju

pembangunan berkelanjutan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari penulisan laporan penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran

yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat.

Bukit Jimbaran, Agustus 2016

Penulis.

i

Page 3: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iii I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar belakang.................................................................................. 1 1.2 Tujuan ............................................................................................. 2 II. METODOLOGI PENELITIAN..................................................................... 3 2.1 Tempat dan Waktu.............................................................................. 3 2.2 Metode Pengambilan Contoh............................................................. 4 2.2.1 Flora............................................................................................... 4 2.2.2 Flora dan Fauna Air ...................................................................... 5 2.2 Analisis Data ................................................................................... 6 III. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 8 3.1 Komponen Flora Air........................................................................... 8 3.1.1 Komunitas Mangrove .................................................................... 8 3.1.2 Komunitas Padang Lamun dan rumput........................................... 15 3.2 Fauna Air ......................................................................................... 16 3.2.1 Komunitas Ikan .............................................................................. 16 3.2.2 Komunitas Makrozoobenthos.......................................................... 19 3.3.3 Komunitas Plankton........................................................................ 27 IV. PENUTUP...................................... ........................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ..................................... ............................................. 37

ii

Page 4: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1 Nilai tolok ukur indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi ....................................................................................................

7

3.1 Kekayaan jenis (species richness) mangrove di Tahura Ngurah Rai. 8

3.2 Kekayaan Jenis komunitas ikan di perairan Teluk Benoa Bali ........... 16

3.3 Hasil Analisis Struktur Komunitas Ikan di perairan Teluk Benoa ....... 17

3.4 Keragaman Jenis Makrozoobenthos dan Karakteristiknya............... 19

3.5 Hasil Analisis Struktur Komunitas Makrozoobenthos di perairan hutan mangrove Perairan Teluk Benoa............................................

23

3.6 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Plankton di Stasiun I : Perairan sekitar Pelabuhan Benoa....................................................................

29

3.7 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Plankton di Stasiun II : Perairan Teluk Benoa Bagian Selatan dekat dengan muara Tukad Bualu Nusa Dua.............................................................................................

31

3.8 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Plankton di Stasiun III : Perairan Pelabuhan Benoa Bagian Utara..........................................................

33

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

3.1 Kondisi mangrove dan utilitas di kawasan sekitar patung Ngurah Rai Tuban............................................................................

11

3.2 Kondisi mangrove dan utilitas di kawasan Mumbul Nusa Dua... 14

3.3 Beberapa contoh makrozoobenthos yang hidup di Perairan Teluk Benoa Bali

22

iii

Page 5: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan (archipelagous state) terbesar di

dunia terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, dan

luas laut sekitar 3,1 juta km2 (0,3 juta km2 perairan teritorial dan 2,8 juta km2

perairan nusantara) serta diberi hak berdaulat memanfaatkan ZEE seluas 2,7

juta km2 yang menyangkut ekplorasi, ekploitasi, dan pengelolaan sumberdaya

hayati dan non hayati, penelitian dan juridiksi mendirikan instalasi atau pulau

buatan.

Wilayah perairan Indonesia terletak di jalur pertemuan pergerakan 3

(tiga) lempeng utama dunia yang paling aktif, yaitu : lempeng Indo-Australia,

lempeng Samudera Pasifik dan lempeng Benua Eurasia. Kondisi ini memberikan

keuntungan bagi Indonesia karena sangat potensial sumberdaya energi

khususnya minyak dan gas bumi (77,32 milliar barel minyak dan 332,7 triliun

kaki kubik gas bumi), mineral logam : nikel, kromit dan mangan serta endapan

sulfida hidrotermal.

Letak Indonesia di daerah katulistiwa dengan karanteriktik geologi,

geografi dan lingkungan membentuknya sebagai wilayah yang bukan hanya

merupakan daerah dengan keanekaragaman hayati paling tinggi (megadiversity)

di dunia, namun juga dikenal memiliki keanekaragaman geologi (geological

diversity) serta keanekaragaman budaya (culture diversity).

Ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal eaquatic

ecosystem) secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu :

Ekosistem perairan payau/estuaria (brakhiswater/estuarine ecosystem),

meliputi : laguna pantai, muara sungai dan ekositem mangrove

Ekosistem perairan asin/laut (saltwater/marine ecosystem), yaitu :

perairan pantai (inshore) dan lepas pantai (offshore).

Keberadaan ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal

eaquatic ecosystem) tersebut sangatlah penting artinya dalam menunjang

kehidupan umat manusia. Hal ini didasarkan pada dimensi strategis fungsional

Page 6: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 2

ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal ecosystem ) yang

meliputi :

1. Ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal ecosystem )

sebagai penyedia sumberdaya alam (natural resources supplies), artinya :

ekosistem perairan menyediakan berbagai sumberdaya alam yang

produktif, baik sumberdaya hayati seperti : sumberdaya perikanan dalam

arti luas, terumbu karang, rumput laut & padang lamun, mangrove, dan

biota air lainnya; sumberdaya non hayati, meliputi : sumberdaya mineral,

minyak bumi, gas alam dan sebagainya.

2. Ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal aquatic

ecosystem) sebagai penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan (Life

support system), artinya ekosistem perairan merupakan medium/ruang

bagi kegiatan pertanian, budidaya, industri dan sebagainya.

3. Ekosistem perairan pesisir dan lautan (marine and coastal aquatic

ecosystem) sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan (amenity services),

artinya ekosistem muara sungai, estuaria dan laut merupakan tempat

yang indah, sejuk dan mempunyai nilai (entity) untuk dijadikan tempat

bersantai, rekreasi dan wisata sehingga mampu menciptakan

ketentraman, kenyamanan batin.

4. Yang antagonis bahwasanya ekosistem perairan pesisir dan lautan

(marine and coastal aquatic ecosystem), banyak dimanfaatkan sebagai

tempat pembuangan dan penampungan limbah (padat & cair).

.2 Tujuan

Kegiatan penelitian dengan tema “Kajian Evaluasi Dampak

Pembangunan Pada Struktur Komunitas Biologi Laut di Perairan Teluk

Benoa Bali” ini bertujuan untuk :

Mengetahui dan mendapatkan data tentang struktur komunitas

komponen biologi di Perairan Teluk Benoa.

Melakukan evaluasi dampak dari berbagai kegiatan pembangunan, serta

menganalisis permasalahan di Perairan Teluk Be.

Page 7: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 3

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

Teknik pengambilan contoh (sampling techniques) merupakan unsur

utama dalam keabsahan (validasi) suatu studi, karena teknik pengambilan

contoh yang digunakan akan mempengaruhi representasi suatu contoh yang

dijadikan dasar dalam suatu analisis, yakni dalam rangka mendapatkan

informasi maksimum untuk menjawab permasalahan (hipotesa) yang diajukan.

Oleh karena itu aspek strategis pengmabilan contoh perlu perlu didefinisikan

dan diperhatikan dengan baik (Bengen, 2000).

Teknik pengambilan contoh menjadi semakin penting dengan

tersedianya metode analisis data yang semakin beragam. Sebelum pada

strategi pengmabilan contoh, kita harus berangkat dari penentuan tujuan yang

ingin dicapai. Tujuan ini dapat bersiat teoritis (pengertian/pemahaman suatu

sistem/fungsi ekologis), atau bersifat praktis (pengelolaan sumberdaya alam

yang dapat pulih). Tujuan yang jelas akan mengarahkan kita pada penentuan

indikator-indikator masalah yang muncul dan jawaban seperti apa yang

diharapkan, serta terukur secara ilmiah. Problematika ini akan menuntun kita

kepada pemilihan : Variabel-variabel biofisik yang akan dipelajari untuk dapat

menjawab permasalahan yang diajukan; skala observasi dalam skala ruang dan

waktu, dan metoda-metoda analisis data yang tepat yang didasarkan

batasan-batasan sebagai berikut : batasan-batasan alami : berhubungan

dengan keragaman skala yang dipilih; batasan-batasan teknik : kemampuan dan

ketepatan alat yang digunakan, khususnya dalam skala ruang dan waktu, dan

batasan-batasan matematik : berkenaan denganstruktur data dan kualitasnya.

2.1 Tempat dan Waktu

Kegiatan penelitian bertemakan : Kajian Evaluasi Dampak

Pembangunan Pada Struktur Komunitas Biologi Laut di Perairan Teluk

Benoa Bali” dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2015 sampai

dengan Januari 2016 yang berlokasi di kawasan perairan Teluk Benoa

Bali. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga zona yaitu zona utara, tengah

dan selatan.

Page 8: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 4

2.2 Metode Pengambilan Contoh

2.2.1 Flora

Komponen flora air yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: tipe-tipe

vegetasi umum dan sifat-sifat kerawanannya; jenis-jenis flora yang dilindungi

undang-undang yang berada di wilayah studi dan keunikan vegetasi / ekosistem

di kawasan Teluk Benoa.

Pengumpulan data:

Inventarisasi flora dilakukan pada wilayah hutan mangrove Tahura

Ngurah Rai, yang dilakukan dengan pengambilan sample dalam plot kuadrat

berukuran 20 m x 20 m untuk pohon, 5 m x 5 m untuk semak serta 1 m x 1m

untuk herba/terna. Masing–masing tipe habitat diambil 3 sampai 4 plot sample

untuk habitus yang sama secara purposif. Untuk jenis tumbuhan lain dilakukan

inventarisasi jenis dengan cara menjelajahi wilayah studi atau dalam jalur line

transek. Pada masing masing habitat yang telah disebutkan di atas, dilakukan

pengamatan pada pohon, semak, dan herba/terna, dimana: (1) pohon adalah

tumbuhan yang memiliki ketinggian lebih dari 5 m, diameter batang dapat

mencapai lebih dari 35 cm; (2) semak, adalah tumbuhan yang mempunyai tinggi

maksimum 5 m dan percabangan biasanya mulai dari permukaan tanah; (3)

herba adalah tumbuhan dengan batang berair, biasanya merupakan penutup

permukaan tanah, sedangkan terna adalah sejenis herba berbatang keras

(dimodifikasi dari Wyatt-Smith, 1963 dalam Soerianegara dan Indrawan, 1978;

Burgin, 1995).

Analisis:

Hasil inventarisasi dan pengukuran populasi masing –masing plot kemudian

dianalisis untuk mengetahui Nilai Penting (INP) dan Indeks Diversitas (H).

Adapun perhitungan adalah sebagai berikut (Cox, 1969):

Frequensi: Jumlah plot dijumpai suatu species dibagi dengan jumlah semua plot pengamatan.

Kerapatan: Jumlah suatu jenis ditemukan dibagi dengan wilayah suatu jenis ditemukan.

Dominansi: Total basal area/luas tajuk suatu jenis dibagi dengan luas area sample atau cuplikan.

Frekuensi relative (FR): frekuensi suatu jenis dibagi frekuensi seluruh jenis x 100%.

Page 9: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 5

Kerapatan relative (KR): kerapatan suatu jenis dibagi kerapatan seluruh jenis x 100%

Dominansi relative (DR): dominansi suatu jenis dibagi dominansi seluruh jenis x 100%.

Nilai Penting atau Indkes Nilai penting (INP) = FR + KR + DR

Penghitungan indeks diversitas menggunakan formula Metode Shannon,

sebagai berikut : Indeks Diversitas (H) = - ∑ (ni/N) x (ln ni/N), dimana ni adalah

nilai penting suatu jenis species ke i sedangkan N adalah jumlah nilai penting

seluruh jenis.

Selain melakukan inventarisasi serta perhitungan populasi, juga

dilakukan penentuan status dari flora tersebut apakah dilindungi atau tidak

dengan mengacu pada PP (Peraturan Pemerintah) No. 7 tahun 1999.

2.2.2 Flora dan Fauna Air

1. Komunitas Plankton

Pengambilan sampel plankton di perairan laut Teluk Benoa dilakukan

dengan metode sampling (cuplikan), yaitu dengan melakukan penyaringan air

laut sebanyak 500 liter dengan menggunakan jaring plankton (plankton net)

dengan ukuran mata jaring 40 m. Sampel plankton sebanyak 50 ml diawetkan

dengan larutan alkohol 25 % atau formalin 4 % . Selanjutnya dilakukan uji

laboratorium di Laboratorium Universitas Udayana.

Perhitungan kelimpahan plankton :

Keterangan :

N : Kelimpahan organisme plankton per liter Q1 : Luas cover glass (400 mm2) Q2 : Luas lapang pandang (1,7663mm2) V1 : Volume air sampel (50 ml) V2 : Volume air yang diamati di bawah mikroskop (0,15 ml) P : Jumlah lapang pandang (25 kali) A : Volume air yang tersaring (500 liter) N : jumlah individu plankton yang diamati

nx A

1x

P

1x

V

Vx

Q

QN

2

1

2

1

Page 10: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 6

2. Komunitas Benthos

Komunitas benthos adalah komunitas organisme air yang menempati

habitat dasar perairan terutama yang tergolong fauna. Dalam studi ini

difokuskan hanya pada kelompok makrozoobenthos yaitu yang tersaring oleh

saringan dengan mata jaring berdiameter 1 mm2. Pengambilan sampel benthos

dilakukan dengan menggali substrat dasar perairan dengan ukuran kuadrat 25 x

25 cm2 dan kedalaman 25 cm menggunakan sekop, kemudian subtrat tersebut

diayak dengan mata saring 0,5 mm2. Benthos yang tertangkap diawetkan

didalam alkohol 70 % atau spritus, kemudian dibawa ke laboratorium Perikanan

FKP Universitas Udayana untuk diidentifikasi dan dihitung kelimpahannya.

Identifikasi didasarkan pada acuan-acuan seperti : Dharma (1988 dan 1990);

Abbot (1991); Sakai (1976); Crane (1976); Romimohtarto (2001); Nybakken

(1993); George and Diana (1982); Mother and Bennet (1984); dan Lovet (1981).

3. Komunitas Nekton (Ikan)

Pengambilan sampel komunitas nekton dilakukan pada perairan laut

Teluk Benoa. Pengambilan sampel dengan metode sapuan menggunakan alat

jala lempar dan jaring insang pasif. Untuk melengkapi informasi tentang jenis-

jenis ikan dilakukan observasi terhadap hasil tangkapan nelayan dan

masyarakat di sekitar kawasan Teluk Benoa.

2.3 Metode Analisis

Analisis Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominan

Analisis struktur komunitas plankton, makrozoobenthos, dan nekton/ikan

dengan pendekatan analisis indeks seperti indeks keanekaragaman jenis dari

Shannon-Wiener, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Perhitungan

indeks keragaman Shannon-Wiener dilakukan dengan formulasi i berikut :

H = 3,3219 [log N - N

nilogni i

]

Dimana :

H : Indeks Keragaman Jenis (Shannon-Wiener) N : Jumlah total individu seluruh jenis ni : Jumlah individu species/jenis ke i

Page 11: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa Bali 7

Indeks keseragaman jenis (equitability) sebagai pendekatan yang

menggambarkan penyebaran species yang berbeda dalam suatu komunitas

yang dihitung dengan rumus :

E = H / H max

Dimana : E : Indeks kesamaan (0-1) H : Indeks keragaman Hmax : Indeks keragaman maksimum S : Jumlah jenis

Perhitungan indeks dominasi jenis dilakukan dengan formulasi sebagai

berikut :

Id = (Pi)2

Dimana : Id : Indeks dominan jenis (0-1) Pi : Proporsi individu jenis ke i

Untuk melakukan analisis indeks dan menarik kesimpulan, digunakan

nilai tolok ukur (thres shold) sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1 .

Tabel 2.1. Nilai tolok ukur indeks keanekaragaman, keseragaman

dan dominansi.

Nilai Tolak Ukur Keterangan

Indeks Keanekaragaman (H)

H < 1,0 Keragaman jenis tergolong rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem yang tidak stabil.

1.0 < H < 3,322 Keragaman jenis tergolong sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang.

H > 3,322 Keragaman sangat tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis.

Indeks Keseragaman (E)

E < 0,5 Keseragaman jenis tergolong rendah, artinya distribusi individu masing-masing jenis di dalam komunitas tidak seimbang dan ekosistem labil.

0,5 < E < 0,75 Keseragaman jenis tergolong sedang, artinya distribusi individu masing-masing jenis cukup seimbang dan ekosistem agak stabil.

E > 0,75 Keseragaman jenis tergolong tinggi, artinya distribusi individu masing-masing jenis di dalam komunitas sangat seimbang dan ekosistem sangat stabil.

Indeks Dominansi (Id)

Id < 0,4 Tidak adanya dominansi, perkembangan jenis seimbang. 0,4 < Id < 0,8 Ada dominasi yang ringan, tekanan ekologis ringan-sedang.

Id > 0,8 Nyata adanya dominansi, kondisi perairan tercemar berat.

Page 12: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 8

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Komponen Flora Air

3.1.1 Komunitas Mangrove

Komunitas Mangrove merupakan komponen lingkungan hidup yang sangat

strategis dan merupakan landmark kawasan Teluk Benoa. Kawasan Hutan Mangrove

Teluk Benoa (Prapat Benoa) merupakan kawasan konservasi yang dikelola dalam

manajemen Taman Hutan Raya, sehingga dikenal Taman Hutan Raya (TAHURA)

Ngurah Rai (Surat Keputuasan Menteri Kehutanan Nomor : 544/Kpts-II/1993).

TAHURA Ngurah Rai mempunyai luas 1.373,50 hektar yang terbagi atas hutan alam

seluas 358,50 Ha., dan hutan tanaman seluas 1.015,00 Ha.

Di kawasan Tahura Ngurah Rai ditemukan kekayaan jenis (species richness)

mangrove sebanyak 16 jenis (Tabel 3.1) yang merupakan komponen utama (mayor

mangrove), meluputi :

Tabel 3.1 Kekayaan jenis (species richness) mangrove di Tahura Ngurah Rai

Nomor Nama Daerah Nama Ilmiah

1. Prapat Sonneratia alba 2. Bakau putih Rhizophora apiculata 3. Bakau gandul Rhizophora mucronata 4. Bakau kurap Rhizophora conjugata/stylosa 5. Api-api Avicennia marina 6. Dugun agung/teruntun Aegisceras corniculatum 7. Sia-sia Bruguiera parviflora 8. Tancang merah Bruguiera gymnorhyza 9. Teruntun putih Lummitzera racemosa 10. Lindur Ceriops tagal 11. Banang-banang/Nyirih Xylocarpus granatum 12. Buta-buta Excocaria agalloca 13. Nipah Nipa fruticans 14. Waru Hibiscus tiliaceus 15. Jeruju Acanthus ilicifolius 16. Akar tuba Derris heterophylia

Hasil investigasi dan analisis komunitas mangrove di wilayah studi, khususnya

di dua lokasi yang diperkirakan mendapat dampak negatip besar dan penting yaitu

Page 13: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 9

wilayah Tuban (kawasan simpang Ngurah Rai) dan wilayah Mumbul Nusa Dua.

Deskripsi mangrove pada masing-masing lokasi adalah sebagai berikut :

A. Kondisi Mangrove di Sekitar Patung Ngurah Rai Tuban.

Di wilayah Tuban (sekitar patung Ngurah Rai) ditemukan hanya beberapa

species mangove yang membentuk tegakan hutan mangrove dan mendukung

keanekaragaman ekosistem mangrove (Gambar 3.1). Berdasarkan analisis

didapatkan kondisi tegakan hutan sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) mangrove di kawasan ini didukung oleh 7 (tujuh)

species seperti : prapat (Sonneratia alba,Sam) dan bakau gandul (Rhizophora

mucronata, Lam) sebagai pendukung utama tegakan pohon. Sedangkan jenis

lainnya yang ditemukan secara sporadis adalah bakau kurap (Rhizophora

konjugata/stylosa), bakau putih (Rhizophora apiculata, Blume) yang membentuk

rumpun, tanjang merah/lindur (Bruguiera gymnorrhiza, Lam), dan saman-

sigi/truntun (Lumnitzera racemosa (Willd) serta Api-api (Avicennia marina).

Nilai kuantitatif tegakan Mangrove dalam 6 (enam) flot sampling sebagai berikut :

- Total jumlah pohon (kategori pohon) sebanyak 453 batang pohon dengan tinggi

berkisar antara 400-2350 cm yang didukung oleh: 286 batang pohon dari jenis

Prapat (Sonneratia alba,J.Sam) dengan volume tegakan 153.536.096,4 cm3

(153,5 M3), dan 164 batang pohon dari jenis bakau gandul (Rhizophora

mucronata, Lam) dan bakau kurap (Rhizophora stylosa) dengan volume tegakan

sebesar 18.251.506,63 Cm3 (18,3 M3), serta 3 batang pohon tanjang

merah/lindur (Bruguiera gymnorrhiza, Lam) dengan volume tegakan 416.449,10

Cm3 (0,42 M3).

- Kategori pancang/tiang ditemukan sebanyak 358 batang pancang dengan tinggi

berkisar antara 150-350 cm, dengan rincian : 172 batang pancang dari jenis

bakau gandul (Rhizophora mucronata, Lam), 101 batang dari jenis bakau kurap

(Rhizophora stylosa) dan bakau putih (Rhizophora apiculata) termasuk 29 dalam

bentuk rumpun, 77 batang pancang jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam), serta 3

batang dari api-api (Avicennia marina) dan 5 dari jenis Lindur (Bruguiera

Page 14: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 10

gymnorrhiza, Lam). Secara kualitatif kondisi pancang pertumbuhannya kurang

baik atau kurang subur karena ternaungi oleh tegakan pohon yang cukup rapat.

Kategori anakan/semai ditemukan sebanyak 526 batang anakan dengan tinggi

berkisar antara 40-150 cm, dengan rincian : 287 batang pancang dari jenis bakau

gandul (Rhizophora mucronata, Lam), 202 batang dari jenis bakau kurap

(Rhizophora stylosa) dan bakau putih (Rhizophora apiculata) termasuk 29 dalam

bentuk rumpun, 26 batang pancang jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam), dan 11

Lindur (Bruguiera gymnorrhiza, Lam). Secara kualitatif kondisi anakan

pertumbuhannya relatif kurang baik karena ternaungi oleh tegakan pohon

Secara umum kondisi komunitas mangrove di kawasan Tuban (simpang Ngurah Rai

termasuk baik, tegakan pohon cukup banyak dan tergolong subur dan tetap terjaga.

Pada zone ini ditemukan beberapa utilitas sebagai berikut : (i) jalur pipanisasi

penyaluran BBM dari Pesanggaran menuju Bandara Ngurah Rai, (ii) merupakan

muara pembuangan/draenase Bandara Ngurah Rai jalur Timur, (iii) tempat tambat

belasan jukung masyarakat Tuban dan pemeliharaan kepiting bakau (Scylla

seratta), dan di sebelah utara merupakan tempat melastik, nganyut, serta kegiatan

lainnya.

Page 15: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 11

Gambar 3.1 Kondisi mangrove dan utilitas di kawasan sekitar patung Ngurah Rai Tuban.

B. Kondisi Mangrove di Kawasan Nusa Dua

Di wilayah Mumbul Nusa Dua (simpang Nusa Dua) ditemukan tegakan hutan

mangrove yang relatif berbeda dengan di kawasan Tuban. Pormasi dan zonasi

mangrove di kawasan ini berbeda karena species mangove yang membentuk tegakan

hutan mangrove dan mendukung keanekaragaman ekosistem mangrove sangat

didominasi oleh kategori pancang yang cukup rapat sehingga cukup sulit masuk dan

melakukan pengukuran. Disamping itu kondisi subtrat dasar perairan terdiri dari

lumpur dan liat dan merupakan rawa dengan kedalaman sampai 120 cm sehingga

sangat sulit berjalan (Gambar 3.2). Berdasarkan analisis didapatkan

karakteristik/kondisi tegakan hutan sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) mangrove di kawasan ini adalah 6 (lima)

species seperti : prapat (Sonneratia alba,J.Sam) dan bakau gandul (Rhizophora

mucronata, Lam) sebagai pendukung utama tegakan pohon. Sedangkan jenis

teruntun/kacangan (Aegiceras corniculatum (l.) Blanco, ditemukan dengan

tutupan yang sangat rapat (dalam satu meter persegi 24-35 batang) dalam

bentuk pancang. Secara sporadis adalah bakau putih (Rhizophora apiculata,

Blume) membentuk rumpun, tanjang merah/lindur (Bruguiera gymnorrhiza, Lam),

Page 16: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 12

dan saman-sigi/truntun (Lumnitzera racemosa (Willd), serta Api-api (Avicenni

marina).

Nilai kuantitatif tegakan Mangrove dalam satu garis transex sampling sebagai

berikut :

- Tegakan pohon (kategori pohon) ditemukan sebanyak 453 batang pohon

dengan tinggi berkisar antara 400-2350 cm dengan rincian sebagai berikut :

o Zone I (0-50 meter) tidak ditemukan tegakan pohon karena selalu dipotong

oleh PLN yang berada dibawah jalur SUTT. Jenis yang ditemukan bakau

putih (Rhizophora apiculata, Blume), tanjang merah/lindur (Bruguiera

gymnorrhiza, Lam), dan saman-sigi/truntun (Lumnitzera racemosa (Willd),

dan tengah (Ceriops tagal C.B. Rob.).

o Zone II (51-100) ditemukan tegakan pohon dari satu jenis Prapat

(Sonneratia alba,J.Sam) sebanyak 12 batang pohon dengan diameter

antara 8,29-36,62 cm dan tinggi berkisar antara 5-15 meter). Selain itu

pada canopy bawah ditumbuhi oleh bakau putih (Rhizophora apiculata,

Blume), membentuk rumpun dengan perakaran sangat rapat dan

teruntun/kacangan (Aegiceras corniculatum (l.) Blanco membentuk tegakan

sangat rapat.

o Zone III (101-150 meter) ditemukan tegakan pohon dari jenis yang sama

yaitu prapat (Sonneratia alba,J.Sam) sebanyak 11 batang pohon dengan

diameter antara 12,74-30,57 cm dan tinggi berkisar antara 11,5-14,5

meter). Kondisi pada strata bawah hampir sama dengan zona II.

o Zone IV (150-200 meter) ditemukan kondisi nyang sama, tegakan pohon

dari jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam) sebanyak 15 batang pohon

dengan diameter antara 22,61-38,23 cm dan tinggi berkisar antara 11,5-

16,5 meter).

o Zone V (201-250 meter), dominasi hampir sama dengan 9 batang pohon

jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam) dengan diameter antara 9,24-35,03

cm dan tinggi berkisar antara 6,0-15,5 meter).

o Zone VI (250- 285 meter) merupakan zone terdepan berbatasan dengan

laut teluk Benoa. Kondisi tegakan pohon hampir sama yaitu 14 batang

Page 17: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 13

prapat dengan total dominasi prapat. Tidak ada jenis yang lainnya mampu

tumbuh pada zone ini. Diameter pohon berkisar antara 17,52-33,44 cm

dengan tinggi berkisar antara 8,5-115,0 meter).

Berdasarkan data skunder kondisi tegakan mangrove di sekitar rencana Simpang

Nusa Dua adalah dengan keragaman jenis yang tinggi terdiri dari Api-api

(Avicennia marina), tengah (Ceriops tagal), bakau (Rhizophora apiculata dan

Rhizophora stylosa) dan jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam) dengan sebaran

yang merata. Jenis prapat (Sonneratia alba,J.Sam) merupakan jenis yang

dominan pada struktur pertumbuhan tingkat tiang dan pohon (Dinas Kehutanan

Bali, 2007). Disamping itu secara kuantitatif hasil analisis vegetasi mangrove di

wilayah studi didominansi oleh jenis Prapat (Sonneratia alba), yang ditunjukkan

oleh nilai dominansi relatif sebesar 100 % dan INP sebesar 300 % untuk

tingkat pohon. Sedangkan pada tingkat tiang ditempati jenis bakau merah

(Rhizophora apiculata), Bakau kurap (Rhizophora stylosa) dan Lindur (Bruguiera

gumnorrhiza). Sedangkan untuk tingkat pancang dan anakan didominansi oleh

jenis Bakau (Rhizophora apiculata dan R. stylosa), Lindur (Bruguiera

gumnorrhiza ), dan (dengan nilai INP sebesar 300 %. Keragaman jenis vegetasi

hutan mangrove di wilayah studi tergolong rendah untuk semua tingkat

pertumbuhan mangrove. Untuk tingkat pohon terjadi dominansi mutlat (100 %)

oleh jenis Prapat (Sonneratia alba). Pada tingkat tiang, pancang dan keragaman

jenis juga sangat kecil yaitu antara 0,00 – 1,087. (Anonimous, 2009)

Secara umum kondisi komunitas mangrove di kawasan Mumbul (simpang Nusa

Dua) termasuk baik, tegakan pohon relatif jarang kecuali zone terdepan dan

dominasi tingkat pertumbuhan pancang dari jenis teruntun/kacangan (Aegiceras

corniculatum (l.) Blanco tergolong subur dan tetap terjaga. Pada zone ini

ditemukan beberapa utilitas sebagai berikut : (i) jalur listrik SUTT PLN (ii)

merupakan daerah pemukiman dan kawasan pemulung, (iii) tempat tambat

belasan jukung masyarakat dan daerah penangkapan ikan, kepiting dan udang.

Gambar kondisi mangrove dan utilitas yang ada di kawasan Mumbul simpang Nusa Dua tersebut.

Page 18: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 14

Gambar 3.2 Kondisi mangrove dan utilitas di kawasan Mumbul Nusa Dua

3.1.2. Komunitas Padang Lamun (sea grass) dan rumput laut (Sea weed)

Kajian terhadap padang lamun dilakukan dengan observasi secara kualitatif di

kawasan Teluk Benoa. Hasil pengamatan didapatkan bahwa potensi padang lamun di

perairan Teluk Benoa relatif kurang dengan kondisi yang jelek , hanya ada spot-spot

kecil secara sporadic pada kanal-kanal utama. Beberapa jenis yang mendukung

kekayaan jenis adalah jenis lamun tropik (Enhalus acoroides) dengan daun seperti pita

Page 19: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 15

dengan panjang 75-100 cm (permukaan daun kusam tertutup sedimen lumpur, lamun

serabut (Halodule uninervis), dan lamun ujung bulat (Cymodocea rotundata).

Disamping itu terdapat assosiasi ganggang laut (rumput laut) dari bulung sayur

(Caulerpa serrulata. Caulerpa testulariodes), bulung sangu (Gracilaria lichenoides,

Gracilaria coronofolia, dan Gracilaria arcunata) dan lainnya seperti : Dityota dentata,

Hormophysa triquetra dan Turbinaria conoides.

Sumberdaya hayati padang lamun dan rumput laut sudah dimanfaatkan oleh

masyarakat setempat, sebagai bahan pangan (sayur, jajan dan lainnya) dan dipanen

untuk makanan penyu yang ditangkarkan sebagai atraksi wisata.

3.2 Komponen Fauna Air

Dalam studi mengenai biota perairan difokuskan pada komunitas yang

mempunyai potensi yang strategis dan secara nyata berinter-relasi dan diperkirakan

akan menerima dampak signifikan dari kegiatan rencana pembangunan. Komunitas

yang penting tersebut adalah komunitas ikan (fishes community), komunitas

makrozoobenthos (macrozoobenthic community), dan komunitas Plankton (Planktonic

Community).

3.2.1 Komunitas Ikan

Berdasarkan analisis secara kualitatif dan kuantitatif, (hasil tangkapan

langsung/survei, tangkapan nelayan setempat dan data skunder) didapatkan potensi

komunitas ikan cukup tingg. Ikan-ikan yang ditemukan umumnya berukuran relatif

kecil, hanya beberapa jenis yang besar dan frekuensi cukup tinggi, yaitu ikan Belanak

(Mugil cephalus dan Valamugil seheli), Keting (Arius sagor), Kerongan (Terapon

theraps), Beboso (Acentrogobius sp.) dan Belodok (Periophthalmus sp.) serta Mujair

(Oreochromis mossambicus). Jenis-jenis ikan yang mendukung komunitas ikan di

wilayah perairan Teluk Benoa dan sekitarnya sebagai wilayah sebaran dampak

rencana proyek secara rinci disajikan pada Tabel 3.2.

Page 20: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 16

Tabel 3.2. Kekayaan Jenis komunitas ikan di perairan Teluk Benoa Bali

No Familia Nama Ilmiah (Scientific Name)

Nama Umum (Common Name)

Nama Daerah (Local Name)

1. Ambassidae Ambassis commersoni Glass Fish Kaca /Serinding Ambassis gymnocephalus Cardinal /Glassfish Serinding Putih

2. Ariidae Arius sagor Sagor Catfish Lundu/Keting Hemipimelodus borneensis Sea Catfish Lundu/Keting

3 Plotosidae Plotosus lineatus Striped Catfish Sembilang Plotosus anguillaris Eel-tailed Catfish Gemang

4. Bagridae Macrones gulio Bagrid Catfish Baung / Lele 5. Cynoglossidae Cynoglossus borneensis Tonguefish Lendra/Lidah Cynoglossus lingua Tonguefish Lendra/Lidah

6. Muraenidae Gymnothorax pseudothyrsoides Moray Eels Murai G. richardsoni Moray Eels Murai

7 Megalopsidae Megalops cyprinoides Tarpon Bandeng Lelaki 8 Chanidae Chanos chanos Milkfish/White Mullet Bandeng 9 Belonidae Strongylura strongylura Garfish/Needlefish Tepu/Kacangan Strongylura leiura Garfish/Needlefish Tepu/Kacangan

10 Hemiramphidae Acantognathus sp Halfbaekfish Julung-julung 11 Synanceidae Dendrochirus zebra Fire / Scorpion fish Lepu, Nyepuh Pterois russelli Russell/Turkey fish Lepu, Nyepuh Synanceia horrida Stonefishes Lepu, Nyepuh

12 Teraponidae Terapon theraps Croaker/Grunter fish Kerongan 13 Sillaginidae Sillago sihama Smelt/Silver Sillago Bebulus/Bunjur 14 Gerridae Gerres oyena Common Sylverbiddy Kapasan Gerres acinaces Mojarra Kapasan/lontong

15 Chaetodontidae Parachaetodon ocellatus Four–banded Butterfly Betok payau 16 Lutjanidae Lates calcarifer (jv). Barramundi Kakap/Tandaan Lutjanus fuscescens (jv.) Snapper/snook Kakap

17 Mugilidae Aplocheilus javanicus Mullet Belanak/Gadoh Mugil cephalus Mangrove Mullet Belanak Bakau Valamugil seheli Blue Spot Grey Mullet Belanak/Jerejet

18 Anguillidae Anguilla sp Eel Sidat 19 Carangidae Caranx sp Jack-fish/Scad. Selar/Kuweh Caranx sem (jv.) Black-tip trevally Selar/Angara

20 Eleotridae Eleotrides muralis Gudgeonfish Bakutut/Belosoh Eleotrides melanostigma Sleeperfish Bakutut/Belosoh

21 Gobiidae Acentrogobius omatus Goby Boso-boso Glossogobius giuris Goby Puntang/boso Oxyurichthys longimanus Goby Gobi/beboso Periophthalmus chrysopilos Mud Skipper Belodok/Gelodok Periophthalmus minutus Mud Skipper Belodok/Gelodok

22 Siganidae Siganus javus Rabbit Fish Baronang Siganus canaliculatus White-spotted pinefoot Baronang

23 Acanthuridae Acanthurus guttatus Surgeon Fish Bambangan 24 Balistidae Balistoides viridescens Goby Pogotan/Pagotan 26 Tetraodontidae Arothron reticularis Yellow-eyed Puffer Buntal kelapa Arothron stellatus Pufferfish Buntal

27 Cichlidae Oreochromis mossambicus Cichlid Mujair

Page 21: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 17

Hasil analisis indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi jenis

sebagai deskripsi struktur komunitas ikan di perairan Teluk Benoa disajikan pada

Tabel 3.3 berikut

Tabel 3.3 Hasil Analisis Struktur Komunitas Ikan di perairan Teluk Benoa

No FAMILIA Nama Species Ikan Analisis Struktur Komunitas Ikan (ni) Log ni Ni Log ni ni/N (ni/N)

1. Ambassidae Ambassis commersoni 16 1.20412 19.26592 0.04040 0.00163 2. Ariidae Arius sagor 10 1.00000 10.00000 0.02525 0.00064 Hemipimelodus

borneensis 3

0.47712 1.43136 0.00758 0.00006 3 Plotosidae Plotosus lineatus 14 1.14613 16.04579 0.03535 0.00125 Plotosus anguillaris 4 0.60206 2.40824 0.01010 0.00010 4. Cynoglossidae Cynoglossus borneensis 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 Cynoglossus lingua 4 0.60206 2.40824 0.01010 0.00010 5. Muraenidae Gymnothorax

pseudothyrsoides 20

1.30103 26.02060 0.05051 0.00255 6 Megalopsidae Megalops cyprinoides 29 1.46240 42.40954 0.07323 0.00536 7 Chanidae Chanos chanos 44 1.64345 72.31192 0.11111 0.01235 8 Belonidae Strongylura strongylura 4 0.60206 2.40824 0.01010 0.00010 9 Hemiraphidae Acantognathus sp. 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 10 Scorpaenidae Dendrochirus zebra 3 0.47712 1.43136 0.00758 0.00006 Pterois russelli 13 1.11394 14.48126 0.03283 0.00108 11 Teraponidae Terapon theraps 8 0.90309 7.22472 0.02020 0.00041 12 Sillaginidae Sillago sihama 19 1.27875 24.29632 0.04798 0.00230 13 Gerridae Gerres oyena 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 Gerres acinaces 5 0.69897 3.49485 0.01263 0.00016 14 Chaetodontda Parachaetodon ocellatus 32 1.50515 48.16480 0.08081 0.00653 15 Pomacentridae Amphiprion ocellaris 8 0.90309 7.22472 0.02020 0.00041 16 Lutjanidae Lates calcarifer (jv). 12 1.07918 12.95017 0.03030 0.00092 Lutjanus fuscescens (jv.) 20 1.30103 26.02060 0.05051 0.00255 17 Mugilidae Mugil cephalus 22 1.34242 29.53330 0.05556 0.00309 18 Anguillidae Anguilla celebesesis 8 0.90309 7.22472 0.02020 0.00041 19 Carangidae Caranx sp. 5 0.69897 3.49485 0.01263 0.00016 Caranx sem (jv) 14 1.14613 16.04579 0.03535 0.00125 20 Gobiidae Acentrogobius omatus 4 0.60206 2.40824 0.01010 0.00010 Glossogobius giuris 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 Oxyurichthys longimanus 9 0.95424 8.58818 0.02273 0.00052 21 Siganidae Siganus javus 4 0.60206 2.40824 0.01010 0.00010 Siganus canaliculatus 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 22 Acanthuridae Acanthurus guttatus 20 1.30103 26.02060 0.05051 0.00255 Pseudobalistes fuscus 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 23 Tetraodontidae Arothron reticularis 14 1.14613 16.04579 0.03535 0.00125 Arothron immaculatus 2 0.30103 0.60206 0.00505 0.00003 24 Cichlidae Oreochromis

mossambicus 6

0.77815 4.66891 0.01515 0.00023 N Jumlah Total Individu ikan) 396 S Jumlah Total Species Ikan yang tertangkap 37 H Indeks Keragaman Jenis 4.70458

E Indeks Keserasian 0.93262 Id. Indeks Dominansi Jenis; 0.04888

Page 22: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 18

Berdasarkan nilai-nilai pada tabel tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa

tingkat keanekaragaman jenis ikan di perairan tersebut tergong tinggi dengan nilai

sebesar 4,70458 bit, nilai keseragaman jenis 0,93262 termasuk kategori sangat baik

dan nilai dominansi jenis sebesar 0,04888, tergolong dominasi sangat kecil, Secara

keseluruhan dapat disimpulkan bahwa saat ini prikehidupan komunitas ikan dapat

berkembang secara lamiah, belum ada indikasi tekanan ekologis yang berarti sehingga

dapat mengganggu sistem yang telah terbangun.

Kawasan perairan di wilayah ini lebih dominan dipengaruhi oleh dinamika

perairan laut Teluk Benoa, dan juga di pengaruhi oleh adanya input air sungai,

terutama Tukad Mati dan Tukad Badung dan sungai intermitten di daerah kawasan

Bukit. Limpasan air sungai (rivers run off) khususnya musim penghujan sangat besar

pengaruhnya pada dinamikan sistem di perairan Teluk Benoa.. Situasi dan kondisi

perairan relatif sama dengan perairan laut, sehingga di wilayah ini lebih banyak

dijumpai jenis-jenis ikan laut yang sementara (stadia larva-juvenil) hidup di kawasan

ini. Jenis-jenis ikan yang banyak tertangkap adalah Kaca-kaca (Ambassis

commersoni), Murai (Gymnothorax pseudothyrsoides), Bulan-bulan (Megalops

cyprinoides), Bandeng (Chanos chanos), Betok (Parachaetodon ocellatus), Belanak

(Mugil cephalus) dan Bambangan (Acanthurus guttatus). Rendahnya produktivitas

primer dan sekunder di perairan ini, berdampak pada struktur komunitas ikan di

wilayah hutan, dimana hanya didukung oleh 37 species dengan kelimpahan 396 ekor

per area sampling.

Masyarakat lokal yang menggantungkan hidupnya di kawasan Teluk Benoa

melakukan berbagai upaya untuk mampu memanfaatkan potensi dan memanen

sumberdaya ikan secara optimal.

3.2.1 Komunitas Makrozoobenthos

Komunitas makrozoobenthos di wilayah perairan Teluk Benoa berdasarkan

relung habitat dapat dikelompokan menjadi tiga dengan beberapa specimen seperti

Gambar 3.3 yaitu :

1. Kelompok makrozoobenthos strata atas yaitu makrozoobenthos yang menempel

atau merayap pada akar, batang dan daun mangrove seperti kepiting (Sesarma

Page 23: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 19

bidens dan Grapsus albolineatus), siput (Littorina scabra, Nerita planospira dan

Oliva reticulata).

2. Kelompok makrozoobenthos strata menengah yaitu makrozoobenthos yang

hidup di permukaan dasar/substrat perairan, meliputi : udang-udangan

(Gonodactylus viridis, Alpheus, Portunus pelagicus, Thalamita); siput rawa

(Cerithidea, Telescopiun, Terebralia, Cerithium) dan kepiting canggah (Uca).

3. Kelompok makrozoobenthos strata bawah yaitu makrozoobenthos yang

sebagian atau totalitas hidupnya di dalam substrat dasar perairan

(meliang/membuat lubang/terbenam di lumpur). Jenis ini adalah cacing

polychaeta (Eunice afra, Marphysa sp, Nereis, Siphonosoma sp), Balanus,

Thalassina anomala, Upogebia sp, marga Uca, dan bivalvia (Anadara antiquata

dan Saccostrea).

Dengan analisis komprehensif menggunakan data primer dan data skunder

bahwa organisme makrozoobenthos dengan kekayaan jenis yang tinggi. Kekayaan

jenis dan karakteristiknya disajikan pada Tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Keragaman Jenis Makrozoobenthos dan Karakteristiknya

No Filum dan Famili Nama Jenis Karakteristik

1. Platyhelminthes Cacing yang bentuknya agak pipih membuat liang di substrat dasar. Turbellaria Turbellaria sp

2. Annelida Cacing dengan tubuh beruas-ruas (segmented worms), seluruh tubuhnya dipenuhi chaete. Hidupnya meliang di dalam substrat, tidak nampak di permukaan. Potensi pendidikan dan penelitian. Potensi cacing ini dalam pengembangan wisata memancing (fishing game), cukup potensial, disamping udang gelondongan untuki umpan hidup (life bite) atau ditebar untuk mengumpulkan ikan.

Polychaeta Eunice afra Marphysa sp Lumbrineridae Lumbrineris sp Nereidae Nereis sp Ceratonereis sp

3. Sipuncula

Sipunculidae Siphonosoma sp Cacing yang berbentuk seperti kacang (peanut worms). Hidupnya meliang.

4. Crustacea Balanidae Balanus cilliatus

Kelompok Krustacea yang menempel (sessile), cangkang/carapace dengan pondasi kapur (barnacles). Di Bali disebut “tritip”. Organisme / koloni ini sangat berbahaya, apabila berjalan kaki di lumpur, karena cangkangnya sangat tajam.

Balanus terebratus

Balanus sp

Page 24: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 20

Gonodactylidae Gonodactylus viridis Dikenal dengan udang pletok/Udang Belalang (Mantis Shrimps), ditemukan lebih banyak di alur-alur sungai dan zona depan (front), dengan substrat lebih keras (pasir/pecahan karang).

Squillidae Cloridopsis scorpio

Penaeidae Metapenaeopsis sp Jenis-jenis udang yang sudah umum dikenal dengan udang kresek/baring, windu dan manis. Potensi untuk budidaya tambak “Sistem Wanamina Pola Empang Parit (Sylvofishery).

Metapenaeus sp Penaeus monodon Penaeus merguensis Alpheidae Alpheus rapas Jenis-jenis udang ini banyak dijumpai pada

bagian depan kawasan mangrove, para nelayan dengan menggunakan serok yang dipasang di alur-alur sungai utama (dengan umpan) banyak menangkap jenis ini. Ukurannya relatif kecil.

Alphus serenei Palaemonidae Palaemonella

vestigialis

Upogebidae Thalassina anomala Upogebia sp

Jenis ini mempunyai ciri khas yaitu bentuknya peralihan kepiting dan udang (abdomen mirip udang, tetapi carapace/kepala besar mirip kepiting), sehingga disebut “Lobster Mangrove

Grapsidae Grapsus albolineatus Kepiting pemalu, jenis ini bisa diamati langsung sepanjang penjelajahan dan tracking, karena umumnya berada berlimpah di akar dan batang mangrove serta pada substrat keras di kawasan seperti : tiang beton, tiang jembatan kayu dan sebagainya.

Metopograpsus sp Pachygrapsus sp Sesarma bidens Sesarma picta

Ocypodidae Macrophthalmus bascii

Keberadaannya berlimpah, keragaman jenisnya paling tinggi, warnanya sangat variatif dan mampu mengha-silkan suara-suara sangat khas di hutan Mangrove, serta mampu membangun ribuan ruang ke dalam substrat mangrove. Kelompok ini dikenal dengan kepiting Canggah atau Kepiting Biola atau Kepiting Kertah (The Fiddler Crabs).

M. convexus M. telescopicus Uca coarctata Uca crassipes Uca dussumieri Uca forcipata Uca lactea annulipes Uca rosea Uca aff. Rosea Uca tetragonon Uca vocans vocans Portunidae Portunus pelagicus Kelompok kepiting ini mempunyai ukuran besar

dan sudah umum dimanfaatkan sebagai makanan (kepiting rebus, goreng dan soup kepiting atau asparagus). Kepiting Hijau : Scylla serata (Blue Crabs) yang paling terkenal.

Scylla serrata Thalamita crenata Thalamita gracilipes

5 Moluska Gastropoda

Neritidae Nerita chamaeleon Keong mangrove yang hidupnya menempel dan merayap pada akar, batang dan daun mangrove. Keong ini berukuran kecil, mungil dengan warna putih, abu-abu, kehijauan , hitam dan mengkilap. Bentuk cangkang cukup menarik

Nerita planospira Nerita undata Littorinidae Littorina scabra L. melanostoma

Potamididae Cerithidea sp Siput mangrove, jenis-jenis siput ini menempati habitat dasar perairan mangrove, tersebar di atas permukaan dasar hutan mangrove.

Cerithidea cingulata Telescopium telescopium

Page 25: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 21

Terebralia sulcata Bentuknya bervariasi, jenis Telescopium telescopium mem-punyai ukuran paling besar. Hanya dapat dilihat pada saat air surut. Siput terbesar ini, daging-nya bisa dimakan. Masyarakat biasanya mengolah menjadi sate siput. Cangkangnya bisa dipakai sebagai bahan dasar kerajinan kerang (souvenier).

Terebralia palustris Cerithidae Cerithium kobelti Ceratium rugosum Rhinoclavis sinensis Rhinoclavis vertagus Clypeomorus coralium Siput mangrove yang menempati habitat dasar

perairan mangrove, tersebar di atas permukaan, terutama pada zona substrat pasir dan pecahan karang. Bentuknya bervariasi, jenis Cypraea mempunyai bentuk yang paling menarik Potensi sumberdaya ini lebih sebagai material pendidikan dan penelitian, sebagai potensi wisata juga menarik. Cangkangnya bisa dipakai sebagai bahan dasar kerajinan kerang

Strombidae Strombus labiatus Naticidae Natica gualtieriana Polinices tumidus Cypraeidae Cypraea moneta Cypreae errones Muricidae Chicoreus capucinus

Morula margariticola Morula fusca

Potensi sumberdaya ini juga lebih sebagai material pendidikan dan penelitian sebagai potensi wisata juga menarik. Cangkangnya juga bisa dipakai sebagai bahan dasar kerajinan. Peranan siput yaitu sebagai mesin penghancur serasah kasar yang ada di hutan mangrove. Dengan menggunakan gigi /radulanya siput ini mampu menghancurkan bahan organik dan debris yang bisa dimanfaatkan oleh detrivore.

Morula sp Thais sp Nassariidae Nassarius coronatus Nassarius olivaceus Nassarius pullus Nassarius margaritifer Olivadae Oliva reticulata Siput ini mempunyai bentuk sangat mulus dan

warna putih-keabuan mengkilat sangat menarik. Menempel di batang, daun dan cepat dikenali.

Costellariidae Vexillum rugosum

Bivalvia Kerang ini banyak dijumpai di zona depan muara sungai, tidak ada bentuk yang unik. Jenis-jenis kerang ini sudah biasa diketahui oleh umum. Untuk bahan penerangan (interpretation), keberadaan kerang ini merupakan bahan yang cukup menarik diungkapkan, baik mengenai bio-ekologinya maupun manfaat ekonominya. Penyajian makanan dari olahan kerang adalah potensi kawasan yang cukup menjanjikan.

. Arcidae Anadara antiquata Mytilidae Brachidontes sp Ostreidae Saccostrea

malabonensis Saccostrea sp Tellinidae Tellina capsoides Tellina palatum

Di kawasan perairan hutan mangrove perairan Teluk Benoa ditemukan 66 jenis

makrozoobenthos dengan kelimpahan 719 ekor per area sapuan. Hasil analisis

didapatkan nilai indeks keanekaragaman jenis tergolong tinggi yaitu sebesar 3,88503

dan nilai indeks equitabilitas mendekati satu (0.92367). Nilai indeks dominansi

sebesar 0.2618, tergolong rendah dan bermakna bahwa tidak ada dominansi jenis

dalam komunitas tersebut. Hasil perhitungan dan analisis struktur komunitas

makrozoobenthos di wilayah studi disajikan pada Tabel 3.5 dibawah ini.

Page 26: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 22

Gambar 3.3 Beberapa contoh makrozoobenthos yang hidup di Perairan Teluk Benoa Bali.

Page 27: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 23

Tabel 3.5 Hasil Analisis Struktur Komunitas Makrozoobenthos di perairan hutan mangrove an Perairan Teluk Benoa

No

FILUM /KLAS

FAMILI

NAMA SPECIES

Analisis Struktur Komunitas Makrozoobenthos

1 2 3 (ni) pi = (ni/N) Ln pi pi Ln pi

1. Platyhelminthes Turbellaria - Turbellaria sp. 2 - - 2 0.00277 -5.887492 -0.01633 2. Annelida Polychaeta Eunicidae Eunice afra 8 4 - 12 0.01664 -4.095730 -0.06817 Marphysa sp. -- - 6 6 0.00832 -4.788879 -0.03985 Lumbrineridae Lumbrineris sp. - 1 2 3 0.00416 -5.482027 -0.02281 Nereidae Nereis sp. 12 - 8 20 0.02773 -3.584907 -0.09944 Ceratonereis sp. 8 6 - 14 0.01941 -3.941581 -0.07654 3. Sipuncula Sipunculidae Siphonosoma sp 4 6 6 16 0.02219 -3.808050 -0.08451 4. Crustacea Cirripedia Balanidae Balanus cilliatus - 2 1 3 0.00416 -5.482026 -0.02281 Balanus terebratus - - 4 4 0.05548 -5.194344 -0.02882 Balanus sp. - 6 - 6 0.00832 -4.788880 -0.03985 Malacostraca Stomatopoda Gonodactylidae Gonodactylus viridis 6 - 4 10 0.01387 -4.278054 -0.05934 Squillidae Cloridopsis scorpio - - 2 2 0.00277 -5.887492 -0.01633 Decapoda Penaeidea Penaeidae Metapenaeopsis sp - 3 - 3 0.00416 -5.482026 -0.02281 Metapenaeus sp 2 - 7 9 0.01248 -4.383414 -0.05472 Caridea Alpheidae Alphus serenei 1 - - 1 0.00138 -6.580639 -0.00913 Palaemonidae Palaemonella

vestigialis 5 - - 5 0.00693 -4.971201 -0.03447

Thalassinidea Upogebidae Thalassina anomala - 3 2 5 0.00693 -4.971201 -0.03447 Upogebia sp - - 2 2 0.00277 -5.887492 -0.01633 Grapsidae Grapsus albolineatus 3 - - 3 0.00416 -5.482029 -0.02281 Sesarma bidens 8 12 7 27 0.03744 -3.284802 -0.12301 Sesarma picta 12 - - 12 0.01664 -4.095732 -0.06817 Ocypodidae Macrophthalmus

bascii 2 6 4 12 0.016644 -4.0957325 -0.06817

Page 28: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 24

M. convexus - 3 4 7 0.009709 -4.6347289 -0.04500

M. telescopicus 3 9 2 14 0.019417 -3.941582 -0.07654

Uca crassipes 6 15 14 35 0.048544 -3.0252911 -0.14686

Uca dussumieri 12 - 2 14 0.019417 -3.9415818 -0.07654

Uca forcipata 8 7 12 27 0.037448 -3.284022 -0.12301 Uca lactea annulipes - 3 - 3 0.004161 -5.482026 -0.02281 Uca rosea 9 11 12 32 0.044383 -3.114903 -0.13825 Uca aff. rosea 13 3 - 16 0.022191 -3.808050 -0.08451 Uca tetragonon - 2 - 2 0.002774 -5.887492 -0.01633 Uca vocans vocans 13 7 - 20 0.027739 -3.584906 -0.09944 Portunidae Portunus pelagicus 2 - 2 4 0.005548 -5.194344 -0.02882 Scylla serrata 2 - 4 6 0.008322 -4.788880 -0.03985 Thalamita crenata - 4 - 4 0.005548 -5.194344 -0.02882 Thalamita gracilipes 4 6 2 12 0.016644 -4.095732 -0.06817 5 Moluska Gastropoda Prosobranchia Neritidae Nerita chamaeleon 2 12 16 30 0.041609 -3.179442 -0.13229 N. planospira 8 9 9 26 0.036061 -3.322254 -0.11981 N. undata - 5 4 9 0.012483 -4.383414 -0.05472 Littorinidae Littorina scabra - 1 8 9 0.012483 -4.383414 -0.05472 L. melanostoma 6 - 12 18 0.024965 -3.690267 -0.09213 Potamididae Cerithidea sp 10 4 17 31 0.042996 -3.146652 -0.13529 C. cingulata 11 2 - 13 0.018031 -4.015689 -0.07240 Telescopium

telescopium - 15 9 24 0.033287 -3.402585 -0.11326

Terebralia sulcata 22 13 9 44 0.061026 -2.796449 -0.17066 T. palustris 4 - - 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 Cerithidae Cerithium kobelti - 12 2 14 0.019427 -3.941581 -0.07654 Cerithium rugosum 5 - - 5 0.006935 -4.971201 -0.03447 Rhinoclavis sinensis 2 6 - 8 0.011096 -4.501198 -0.04994 Rhinoclavis vertagus - 5 8 13 0.018031 -4.015689 -0.07240 1 2 3 (ni) pi = (ni/N) Ln pi pi Ln pi Strombidae Strombus labiatus 1 5 - 6 0.008322 -4.788880 -0.03985 Naticidae Natica gualtieriana - - 8 8 0.011096 -4.501198 -0.04994 Polinices tumidus - - 2 2 0.002774 -5.887492 -0.01633 Cypraeidae Cypreaea moneta - - 1 1 0.001387 -6.580639 -0.00913 C. errones - - 4 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 Muricidae Chicoreus capucinus - 4 - 4 0.005548 -5.194345 -0.02882

Page 29: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Studi Biologi Laut di Kawasan Mumbul dan Tuban Perairan Teluk Benoa 25

Morula fusca 7 2 4 13 0.018031 -4.015689 -0.07240 M. margariticola - 3 1 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 Morula sp. 2 - 4 6 0.008322 -4.788880 -0.033985 Thais sp. - - 8 8 0.008322 -4.501198 -0.04994 Nassariidae N. olivaceus - - 4 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 N pullus - - 4 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 Olivadae Oliva reticulata - 4 2 6 0.008322 -4.788880 -0.03985 Costellariidae Vexillum rugosum - - 2 2 0.002774 -5.887492 -0.01633 . Bivalvia Arcidae Anadara antiquata 2 5 - 7 0.009709 -4.634728 -0.04500 Saccostrea sp. - 11 - 11 0.018031 -4.015689 -0.07240 Tellinidae Tellina capsoides - 4 - 4 0.005548 -5.194345 -0.02882 T. palatum - - 4 4 0.005548 -5.194345 -0.02882

N = ni : Jumlah Total Individu di Jimbaran dan Nusa Dua 719 Ekor S ; Jumlah Species (Taxa) 66 Jenis

Indeks Keanekaragaman Jenis (H = - pi Ln pi ).

0.2618

3.88503

Indeks Keseragaman Jenis (E = H/ Ln S). 0.92367

Indeks Dominansi Jenis (Id = (pi)2

Page 30: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …
Page 31: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 27

3.3.3 Komunitas Plankton

Komunitas plankton merupakan terminologi yang diberikan untuk

kumpulan beberapa jenis organisma air yang berukuran mikroskopis, yangmana

keberadaannya melayang-layang (nonmoving) di dalam kolom air, yang terdiri

dari plankton nabati (phytoplankton) dan hewani (zooplankton). Keberadaan

plankton sebagai salah satu indikator dan komponen penting untuk menilai

kesuburan, atau pencemaran suatu perairan. Hasil investigasi komunitas

plankton di perairan pantai Perairan Teluk Benoa disajikan pada Tabel 3.6 s/d

Tabel 3.8 dengan bahasan sebagai berikut :

Kekayaan jenis (species richness) komunitas plankton, yaitu 25-30 jenis

dalam satu satuan komunitas. Nilai ini termasuk katagori miskin jenis planton

(kurang dari 50 jenis)

Kelimpahan jenis (aboundance) plankton juga tergolong rendah yaitu hanya

berkisar antara 1107-1395 individu per liter. Hasil-hasil penelitian di perairan

laut Bali mendapatkan kelimpahan plankton umumnya, dengan kelimpahan

jenis plankton kurang dari 2000 individu per liter.

Keanekaragaman jenis plankton yang ditunjukkan dari Nilai indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener untuk semua stasiun pemantauan,

nilainya tergolong tinggi yaitu 4,6032-4,8126 bit (lebih besar dari nilai 3,0

bit). Hal ini mencerminkan bahwa keanekaragaman jenis komunitas plankton

cukup tinggi artiny perairan Teluk Benoa masih layak mendukung

prikehidupan komunitas ini.

Nilai indeks keserasian untuk semua stasiun lebih besar dari 0,75 poin, yaitu

0,9808-0,9912 yang berarti komunitas plankton mempunyai keseimbangan

dengan keseragaman jenis yang tinggi.

dan nilai dominansi yang sangat rendah yaitu dengan nilai lebih kecil dari 0,1

poin, yaitu 0,0380-0,0422 yang berarti bahwa tidak adanya dominansi.

Page 32: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 28

Berdasarkan analisis kuantitatif dan kualitatif menggunakan pendekatan

indeks seperti di atas, dapat disimpulkan struktur komunitas plankton di perairan

perairan Teluk Benoa sebagai indikator biologi, dalam kondisi yang baik belum

terpantau adanya dampak yang nyata pada komunitas plankton.

Pengamatan secara visual dan pendekatan kuantitatif dengan indikator

indeks biologis, khususnya nilai-nilai struktur komunitas plankton seperti di atas;

tidak muncul pengaruh yang nyata dari dampak yang tergolong besar dan

penting karena perairan Teluk Benoa agak terbuka sehingga siskulasi air dan

pelimpasan (plushing) juga berlangsung secara kontinyu

Evaluasi kecendrungan (trend didapatkan bahwa struktur komunitas

plankton, baik kelimpahan, kekayaan jenis (biodiversitas), keseragaman

(equitability) dan dominanasi jenis; tidak nampak adanya kecendrungan (trend)

dengan perubahan menjolok, baik peningkatan (increase) maupun penurunan

(decrease) yang kemungkinan disebabkan pesatnya laju pembangunan di

kawasan tersebut.

Tidak ditemukan adanya indikasi blooming plankton dan/atau kematian

massal komunitas plankton dan tidak terdeteksi adalah dampak yang sifatnya

akumulatif yang menyebabkan gangguan dan kematian massal komunitas

plankton.

Page 33: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 29

Tabel 3.6 Komposisi dan Kelimpahan Jenis Plankton di Stasiun I : Perairan sekitar Pelabuhan Benoa

No Species Plankton Ulangan Lapang Pandang Pengamatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ind. Ind./ L

A Phytoplankton

1 Asterionella striatum - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 4 36

2 Asterionella formosa - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - - 1 5 45

3 Rhizosolenia acuminata - - 1 - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 - 1 - - - - 5 45

4 Coscinodiscus lineatus 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - - 5 45

5 Melosira sp - 1 - - 1 - - - - - - 1 - - 1 - - - - - - 1 - 1 - 6 54

6 Hyalodiscus stelliger - 1 - 1 - - - 1 - 1 - 1 - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - - 9 81

7 Cyclotella striata - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - - - - 1 - - - - 3 27

8 Thalassiosira rotula - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 4 36

9 Leucosolenia sp - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 4 36

10 Synchaeta stylata - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - - 1 5 45

11 Bacillaria - - 1 - - - - - 2 - - - 1 - - - - - 2 - - - - - - 6 54

12 Fragilaria intermedia 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 2 - - 6 54

13 Amphiphora gigantea - 1 - - 2 - - - - - - 1 - - 2 - - - - - - 1 - 1 - 8 72

14 Navicula sp - 1 - 1 - - - 1 - 1 - 1 - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - - 9 81

15 Planktonella sp - - - - - 2 - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - 4 36

16 Hemiaulus indicus - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 4 36

17 Dithylium sp 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 2 - - 6 54

18 Bacilaria paradoza - 1 - - 2 - - - - - - 1 - - 2 - - - - - - 1 - 1 - 8 72

19 Climacosphenia sp - 1 - 1 - - - 1 - 1 - 1 - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - - 9 81

20 Nitzschia seriata - - - - - 2 - - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - 4 36

21 Skeletonema costatum - - 1 - - - - - 2 - - - 1 - - - - - 2 - - - - - - 6 54

22 Lauderia sp 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - - 5 45

Page 34: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 30

B. Zooplankton

23 Sagitta bipunctata - 1 - - - - - 1 - - 1 - - - - - 1 - 1 - 1 - - - - 6 54

24 Nereid larvae - - - - - 2 - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - 4 36

25 Podon leucarti - - - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 1 4 36

26 Eucalanus crassus 1 - - - - 1 - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 5 45

27 Favella sp - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - - - - 1 - - 2 - 5 45

28 Acanrthometra sp - 1 - 1 - - - 1 - - 1 - 1 - - - 1 - - - - - - - - 6 54

Jumlah Total Species (Taxa) : 28

Jumlah Total Individu organisme plankton (individu per liter) : 1.395

Indeks Keanekargaman Jenis Plankton : 4,7460

Indeks keseragaman jenis Plankton : 0,9872

Indeks Dominansi Jenis Plankton : 0,0389

Page 35: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 31

Tabel 3.7 Komposisi dan Kelimpahan jenis Plankton di Stasiun II : Perairan Teluk Benoa Bagian Selatan dekat dengan muara Tukad Bualu Nusa Dua

No Species Plankton Ulangan Lapang Pandang Pengamatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ind. Ind./ L A Phytoplankton

1 Asterionella striatum - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - 3 27 2 Asterionella formosa 1 - - - - - - - 1 1 - - - - - - 1 - - - - - - - 1 5 45 3 Bacteriocentrum sp - 1 - 1 - - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - - - - - - - - - 6 54 4 Biddulphia mobilensis - - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - 3 27 5 Rhizosolenia acuminata - - 1 - 1 - - - - - - 1 - 1 - - - - 1 - 1 - - - - 6 54 6 Coscinodiscus lineatus - - - - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - 3 27 7 Melosira sp - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - 1 - 5 45 8 Hyalodiscus stelliger - 1 - 1 - - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - 1 - 1 - - 1 - - 9 81 9 Cyclotella striata - - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - 3 27 10 Thalassiosira rotula - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - 3 27 11 Leucosolenia sp - - - 1 - - - 1 - - - - - - - - - - - 1 - - - 1 - 4 36 12 Synchaeta stylata 1 - - - - - - - 1 1 - - - - - - 1 - - - - - - - 1 5 45 13 Chaetoceros sp - - - - 1 - 1 - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - 5 45 14 Fragilaria intermedia 1 - 1 - - 1 - - - 1 1 - 1 - - 1 - - - 1 - - - - - 8 72 15 Amphiphora gigantea - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - 1 - 5 45 16 Navicula sp - 1 - 1 - - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - 1 - 1 - - 1 - - 9 81 17 Planktonella sp - - - - - - - - - - - - - 2 - - - - 2 - - - - - - 4 36 18 Hemiaulus indicus - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - 3 27 19 Dithylium sp - - - - - - 2 - - - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - 4 45 20 Bacilaria paradoza - - - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - 1 - 5 45 21 Climacosphenia sp - 1 - 1 - - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - 1 - 1 - - 1 - - 9 81 22 Nitzschia seriata - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - - - - 3 27 23 Skeletonema costatum - - 1 - - - - - 2 - - - 1 - - - - - 2 - - - - - - 6 54 24 Lauderia sp 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - - 5 45

Page 36: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 32

B. Zooplankton

25 Tintinnopsis sp - 1 - - - - - 1 - - 1 - - - - - 1 - 1 - 1 - - - - 6 54 26 Nereid larvae - - - - - 2 - - - - - - - - 2 - - - - - - - - - - 4 36 27 Podon leucarti - - - - - 1 - - - - - - - - 1 - - - 1 - - - - - 3 27 28 Eucalanus crassus - - - - - 1 - - - 1 - - - - 1 - - - - 1 - - - - - 4 36 29 Balanus (Portunus) - 1 - - - - - - - - 1 - - - - 1 - - - - - - - - - 3 27 30 Fontella cristata - - - - 1 - - 1 - - - - 1 - - - 1 - - - - - - 1 - 5 45

Jumlah Total Species (Taxa) : 30

Jumlah Total Individu organisme plankton (individu per liter) : 1.323 Indeks Keanekargaman Jenis Plankton : 4,8126

Indeks keseragaman jenis Plankton : 0,9808 Indeks Dominansi Jenis Plankton : 0,0380

Page 37: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 33

Tabel 3.8 Komposisi dan Kelimpahan jenis Plankton di Stasiun III (Perairan Teluk Benoa Bagian Utara)

o Species Plankton Ulangan Lapang Pandang Pengamatan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Ind. Ind./ L A Phytoplankton

1 Asterionella striatum - - - - 1 - - - - 2 - - - - - - - - 1 - - - - 1 - 5 45 2 Asterionella formosa 1 - - - - - - - 1 - - 1 - - 1 - - 1 - - - - 1 - - 6 54 3 Bacteriocentrum sp - - 1 - 1 - - 1 - - - - - 1 - - 1 - 1 - - 1 - - - 7 63 4 Biddulphia mobilensis - - - - - 1 - - - - - - - - - 2 - - - 1 - - - - - 4 36 5 Rhizosolenia acuminata - - - 1 - 1 - - - - 1 - - - - - - 1 - 1 - - - - 1 6 54 6 Coscinodiscus lineatus - - - - - - - 1 - - - - 2 - - - - - - - - 1 - - - 4 36 7 Melosira sp 1 - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - 3 27 8 Hyalodiscus stelliger - - 1 - - - - 1 - 1 - - - 1 - - - - 1 - - 1 - - - 6 54 9 Cyclotella striata - - - - - 1 - - - - - - - - - - 2 - - 1 - - - - - 4 36 10 Thalassiosira rotula - - - - 1 - - - - - - 2 - - - - - - 1 - - - - 1 - 5 45 11 Leucosolenia sp - - - 2 - - - - - - - - - - - - - 2 - - - - - - 1 5 45 12 Synchaeta stylata 1 - - - - - - - 1 - - - 1 - - 1 - - - - - - 1 - - 5 45 13 Chaetoceros sp - - - - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - 4 36 14 Fragilaria intermedia - 1 - - 1 - - 1 - - - - 1 - - - 1 - 1 - - 1 - - - 7 63 15 Bacilaria paradoza - - - 1 - - 1 - - - - - - - - - - - - - 1 - - - - 3 27 16 Climacosphenia sp - - 1 - 1 - - 1 - 1 - - - 1 - - - - 1 - - 1 - - - 7 63 17 Nitzschia seriata - 1 - - - - - - 1 - - - 1 - - 1 - - - - - - 1 - - 5 45 18 Skeletonema costatum 2 - - - 1 - - - - - - - - - 2 - - - 1 - - - - - - 6 54 19 Guinardia sp - - 1 - - - - 1 - - - - - 1 - - 1 - - - - 1 - - - 5 45

Page 38: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 34

B. Zooplankton 20 Tintinnopsis sp - - - - 1 - - - - - 2 - - - - - - - 1 - - - - - - 4 36 21 Nereid larvae - - - - - 2 - - - - - - - - - - - - - - 2 - - - 1 5 45 22 Dictyocysta sp - 1 - - - - - - 1 - - 1 - - 1 - - - - - - - 1 - - 5 45 23 Leptomedusa larvae - - - - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - 4 36 24 Balanus (Portunus) - 1 - - 1 - - 1 - - - - - - - - - - 1 - - 1 - - - 5 45 25 Uphausiacea (Crustacea) - - - - - - 1 - - - - - 1 - - - - - - - 1 - - - - 3 27

Jumlah Total Species (Taxa) : 25 Jumlah Total Individu organisme plankton (individu per liter) : 1.107

Indeks Keanekargaman Jenis Plankton : 4,6032 Indeks keseragaman jenis Plankton : 0,9912

Indeks Dominansi Jenis Plankton : 0,0422

Page 39: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 35

BAB IV EVALUASI DAMPAK TERHADAP STRUKTUR KOMUNITAS BIOLOGI

Terjadinya gangguan dan kematian pada komponen flora - fauna air di perairan Teluk

Benoa meliputi : komunitas plankton, benthos dan nekton. Kegiatan-kegiatan pembangunan

dievaluasi berpotensi menimbulkan dampak terhadap kehidupan komponen flora-fauna air laut

berupa :

1. Dampak primer dan langsung (primary and derect impact) yaitu berkurang/hilangnya sebagian

populasi dari komponen flora dan fauna air. Pada saat kegiatan konstruksi dann operasional

pembangunan di kawasan tersebut, sejumlah tertentu flora dan fauna air baik di perairan laut

maupun kawasan mangrove terganggu dan akan mati. Kepadatan populasi dari beberapa

komunitas, khususnya komunitas dasar (benthos) akan berkurang terutama yang berada pada

radius dampak.

2. Dampak tidak langsung adalah dampak skunder dari menurunnya kualitas air (meningkatnya

kekeruhan, dan sedimen pada zone–zone tertentu) akan mengganggu respirasi, tingkah laku

(migrasi/ruaya, pemijahan), dan dapat menyebabkan kematian anak-anakan (larva) dari bota

air yang ada.

3. Mengacu pada kriteria dampak penting (Kep. Kepala Bapedal No.056 tahun 2006) dampak

yang terjadi pada komponen flora dan fauna air sebagai berikut :

Dampak pada komponen flora dan fauna air diperkirakan tidak banyak mempengaruhi

kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari

keberadaan biota air (sebagai nelayan), karena kegiatan pembangunan diperkirakan tidak

mengganggu alur lalu lintas nelayan.

Dampak yang terjadi diperkirakan tidak menyebar di kawasan perairan Teluk Benoa,

menimbulkan kekeruhan dann gangguan biota air. Dibandingkan dengan luas perairan yang

ada di wilayah studi, maka luas persebaran dampak sangat kecil < 1,10 %.

Intensitas dampak juga tergolong sedang, hal ini didasarkan bahwa dampak yang terjadi

tidak berpengaruh nyata pada kelimpahan, kekayaan jenis (species richness), dan

keanekaragaman (species diversity) dari komponen flora dan fauna air yang ada, karena di

ekosistem perairan di luar tapak proyek potensi flora dan fauna air masih cukup tinggi.

Disamping itu hasil kajian komunitas plankton, benthos dan nekton (rona lingkungan awal)

tidak ditemukan komponen flora dan fauna yang tergolong langka, dan atau dilindungi

pemerintah (Peraturan Pemerintah Nomor 7 dan 8 tahun 1999), sehingga dari aspek

legal/formal intensitas dampak tergolong nilai rendah.

Walapun ekosistem perairan Teluk Benoa dan ekosistem hutan Mangrove merupakan

daerah mencari makan (feeding ground) dan daerah asuhan (nursery ground) biota laut.

Karena sangat kecilnya habitat yang yang terkena dampak, maka dampak yang terjadi

Page 40: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 36

diperkirakan tidak menimbulkan dampak skunder dan tersier yang penting, bagi

keberlanjutan sistem perikanan di wilayah sekitar proyek.

Dampak yang terjadi pada komponen flora dan fauna air di wilayah dampak diperkirakan

tidak mempengaruhi komponen lingkungan hidup lainnya.

Dampak yang terjadi tidak komulatif dan bersifat berbalik, Hal ini didasarkan bahwa karena

potensi flora dan fauna air cukup tinggi, kemampuan berbiaknya (fekunditas) cukup tinggi,

pertumbuhannya cepat, dan daya dukung lingkungan (ekosistem perairan) masih baik (tidak

tercemar), akan memberikan peluang untuk proses pemulihan/recovery bagi populasi yang

hilang dapat cepat berbalik.

Ditinjau secara agregat bahwa kondisi (status) komponen flora dan fauna air di wilayah studi

dalam kondisi tanpa adanya proyek pembangunan dibandingkan dengan adanya proyek

tidak berbeda secara nyata (significant). Dampak yang diperkirakan bersifat sementara dan

tidak mempengaruhi profil, peta biologi air dan struktur komunitas di wilayah studi, Oleh

karena itu dampak ini tergolong negatif penting (-P).

Page 41: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 37

DAFTAR PUSATAKA

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. 2009. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Bali

Tahun 2009. Denpasar.

Baker, I. and P. Kaeoniam. 1986. Manual of Coastal Development Planning and Management for

Thailand. The Unesco MAP and COMAR Programmes. Bangkok-Jakarta.

Barnes, R.S.K. and Hughes. 1990. An Introduction to Marine Ecology. Blackwell Scientific Publisher. London.

Bengen, D.G. 2000. Tehnik Pengembilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya pesisir.

Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. Jakarta.

Cesar, H.S.J. 2000. Coral Reefs: Their Fuctions, Threats and Economic Value. In Cesar, H.S.J.

(ed.). Collection Essays on The Economics of Coral Reef. CORDIO, Dept. of Biology and

Environmental Sciences, Kalmar University Kalmar, Sweden.

Clark, J.R. 1992. Integrated Management of Coastal Zones. FAO. 167 pp.

Clark, J.R. 1995. Coastal Zone Management Handbook. Lewis Publishers. Boca Raton, New York, London, Tokyo.

Choat, J.H. 1991. The Biology of Herbivorous Fishes on Coral Reefs. In : Sale, P.T. (ed.). The Ecological of Fishes on Coral Reefs. Academic Press. New York.

Davis, R. 1990. Oceanography. W.C. Brown Publisher. Florida.

Ditlev, H. 1980. A Field-guide to the Reef-building Coral of the Indo-Pacific. Scandinavian Science Press Ltd. Klampenborg.

Effendi, F. 1997. Bahan Pecemar (Kimia ) dan Metoda Analisisnya pada Kawasan Pesisir dan Laut Secara Terpadu, Surabaya

English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Australian Institute of Marine Science. Townsvile.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Jones, O.A. and R. Endean. 1973. Biology and Geology of Coral Reefs. Vol I: Geology 1. Academic Press. New York.

Jones, O.A. and R. Endean. 1977. Biology and Geology of Coral Reefs. Vol IV: Geology 2. Academic Press. New York.

Kenchington, R.A. and B.E.T. Hudson. 1988. Coral Reef Management Handbook. Unesco Regional Office for Science and Technology for South-East Asia. Jakarta.

Page 42: KAJIAN EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN PADA STRUKTUR …

Kajian Biologi Laut di Kawasan Perairan Teluk Benoa 38

Lovelock, C. 1993. Field Guide to The Mangrove of Queensland. Australian Instutute of Marine Science. Townsville.

Menteri Lingkungan Hidup. 2001. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 tahun 2001,

tentang Standar Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup. Jakarta. Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Pusat Pengelolaan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup. 2013. Profil Ekosistem Terumbu Karang Di Provinsi Bali. Denpasar.

Puslitbang Perikanan - Balitbang Pertanian Departement Pertanian. 1996. Peningkatan Visi Sumberdaya Manusia Penelitian Perikanan Menyongsong Globalisasi IPTEK. Prosiding Rapat Kerja Tenis Puslitbang Perikanan, Serpong 19-20 November 1996.

Salm, B.V. and J.R. Clark. 1989. Marine and Coastal Protected Areas. IUCN and Natural Resources Gland, Switzerland.

Sudiarta, I K. 2002. Status dan Profil Terumbu Karang di Wilayah Pesisir Bali. Lokakarya; Pembuatan Zonasi Wilayah Pesisir dan Lautan Bali Selatan. Bappedalda. Bali Denpasar

Suharsono dan Sukarno. 1992. Coral Assemblages Around Pulau Genteng Besar. Seribu Island Indonesia. Third ASEAN Science and Technoligy. Marine Science : Living Coastal resources.

Suharsono. 1998. Condition of Coraf Reef resources in Indonesia. Journal Pesisir & Lautan, Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources (D.G. Veron, J.E.N. 1986. Coral of Australian and the Indo-Pacific. University of Hawaii Press. Honolulu.

Warner, G.F. 1984. Diving and Marine Biology, The Ecology of the Sublitroral. Cambridge University Press. Cambridge.

Westmacott, S., K. Teleki, S. Wells dan J. West. 2000. Pengelolaan Terumbu Karang yang Telah Memutih dan Rusak Kritis. IUCN, Gland, Swiss, dan Cambridge.