Kajian Epidemiologi Penyakit Avian Influenza

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri peternakan ayam di Indonesia telah menjadi suatu lading bisnis yang sangat maju dan diminati.Bahkan telah merambah hampir ke seluruh golongan masyarakat sebagai bisnis pribadi atau bisnis kemitraan dari beberapa perusahaan ternak ayam besar di Indonesia.Luasnya perkembangan bisnis ini membuktikan bahwa usaha ini merupakan satu bentuk usaha yang menjanjikan. Namun dibalik semuanya itu, terdapat banyak bahaya besar yang juga mengancam manusia yang mau tidak mau akan selalu memiliki kontak dengan unggas. Dan salah satunya adalah ancaman dari salah satu virus dari penyakit unggas yang mematikan “Avian Influenza”.Virus Avian Influenza pada ayam kini telah bereplikasi sehingga memungkinkan untuk turut menginvasi sel tubuh manusia dan menimbulkan keadaan patologis yang dapat saja membunuh manusia.Perlu penanganan yang baik dan khusus berkaitan dengan keberadaan dan mencegahan dari virus tersebut, yang tentunya memerlukan peran dan semua pihak terkait, mulai dari pemerintah hingga peternak ayam terkecil sekalipun. Melihat permasalahan ini maka penulis mengengkat topic “Perkembangan Penyakit Avian Influenza di Indonesia” sebagai makalah dalam tugas mata kuliah Ilmu Penyakit Zoonosis.Untuk dapat memperkenalkan kepada pembaca sekalian, bagaimana virus ini dapat berkembang di Indonesia dan bagaimana perkembangannya sejauh ini. 1.2 Tujuan Penulisan

Transcript of Kajian Epidemiologi Penyakit Avian Influenza

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIndustri peternakan ayam di Indonesia telah menjadi suatu lading bisnis yang sangat maju dan diminati.Bahkan telah merambah hampir ke seluruh golongan masyarakat sebagai bisnis pribadi atau bisnis kemitraan dari beberapa perusahaan ternak ayam besar di Indonesia.Luasnya perkembangan bisnis ini membuktikan bahwa usaha ini merupakan satu bentuk usaha yang menjanjikan. Namun dibalik semuanya itu, terdapat banyak bahaya besar yang juga mengancam manusia yang mau tidak mau akan selalu memiliki kontak dengan unggas. Dan salah satunya adalah ancaman dari salah satu virus dari penyakit unggas yang mematikan Avian Influenza.Virus Avian Influenza pada ayam kini telah bereplikasi sehingga memungkinkan untuk turut menginvasi sel tubuh manusia dan menimbulkan keadaan patologis yang dapat saja membunuh manusia.Perlu penanganan yang baik dan khusus berkaitan dengan keberadaan dan mencegahan dari virus tersebut, yang tentunya memerlukan peran dan semua pihak terkait, mulai dari pemerintah hingga peternak ayam terkecil sekalipun.Melihat permasalahan ini maka penulis mengengkat topic Perkembangan Penyakit Avian Influenza di Indonesia sebagai makalah dalam tugas mata kuliah Ilmu Penyakit Zoonosis.Untuk dapat memperkenalkan kepada pembaca sekalian, bagaimana virus ini dapat berkembang di Indonesia dan bagaimana perkembangannya sejauh ini.

1.2 Tujuan PenulisanMakalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca terkait dengan perkembangan penyakit Avian Influenza atau flu burung di Indonesia.

1.3 Manfaat PenulisanAdapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah memberikan dan membuka wawasan dari para pembaca tentang virus AI, perkembangannya serta upaya pengendalian yang patut dilakukan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 HostAvian influenza diakibatkan karena virus Avian Influenza dari family Orthomyxoviridae.Merupakan virus RNA dengan polaritas negative, beramplop dan memiliki genom yang bersegmen. Segmen-segmen dari virus ini terdiri atas 10 protein, yaitu :1. Polymerasi component 2 (PB2)2. Polymerasi component 1 (PB1)3. Polymerasi component (PA) 4. Hemaglutinin (HA)5. Nucleocapsid (NP)6. Neuraminidase (NA)7. Matrix Protein 1 (M1)8. Matrix Protein 2 (M2)9. Non Structural protein 1 (NS1)10. Non Structural Protein 2 (NS2) Berdasarkan perbedaan nukleotida dan protein antigen matriksnya, virus ini diklasifikasikan ke dalam 3 tipe yaitu tipe A, B dan type C. Virus Avian Influenza diklasifikasikan ke dalam type A yang kemudian menurut kemampuan pathogeniknya, diklasifikasikan kembali menjadi Highl Pathogenic Avian Influenza dan Low Pathogenic Avian Infuenza. Virus Influenza type A dapat menyerang berbagai jenis unggas, mamalia termasuk manusia. Kombinasi dari 2 protein permukaan yaitu Hemaglutinin dan Neuraminidase, menciptakan berbagai varian subtype yang dapat menginfeksi berbagai species hewan. Strain ini masih akan terus memiliki kesempatan untuk berkombinasi dan menciptakan kombinasi subtype baru dengan kekuatan virulensi yang juga bervariasi. Antigen permukaan dari virus influenza (HA dan NA) memiliki kemampuan untuk berubah secara periodik yang mana kemampuan ini kemudian dikenal sebagai antigenic drift dan antigenic shift .Antigenic driftMerupakan perubahan secara periodic yang terjadi sebagai akibat dari adanya mutasi genetic dari struktur HA dan NA.hal ini memungkinkan antibody yang telah terbentuk sebelumnya tidak dapat mengenali keberadaan virus tersebut.Antigenic shiftMerupakan perubahan genetic melalui reassortment, yang memungkinkan virus untuk memunculkan virus baru dengan kemampuan untuk menginfeksi secara lintas species.Virus Avian Influenza tergolong ke dalam virus Influenza type A dengan subtype H5N1 dengan kemampuan virulensi dangat ganas. Virus ini dapat bertahan hidup di air selama 4 hari pada suhu 22C dan lebih dari 30 hari pada suhu 0C.virus akan mati dengan pemanasan selama 30 menit pada suhu pemanasan 60C atau pada suhu 56C selama 3 jam. Virus juga akan mati dengan detergen dan desinfektan seperti formalin serta iodine.

2.2 InangUnggas air adalah reservoir dari virus AI. Sehingga unggas air adalah species terkuat dan yang paling memungkinkan untuk mengombinasikan protein permukaan (HA dan NA) dari virus AI.Penularan virus AI yang utama adalah melalui udara, namun juga memungkinkan virus ini untuk menular malalui pakaian dan peralatan petugas yang menangani kasus avian influenza.Pathogenitas AI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti species, umur, keadaan imun, faktor lignkungan, infeksi sekunder dan dosis infeksi.Sejauh ini belum dilaporkan adanya penularan virus AI dari manusia ke manusia.Pada dasarnya, virus AI tidak dapat dengan mudah menginfeksi manusia karena manusia tidak memiliki reseptor (2,3) sialyllactoseuntuk perlekatan virus AI. Proses rekombinasi virus yang terjadi di dalam tubuh unggas memungkinkan virus ini untuk membentuk strain baru atau meningkatkan kemampuan virulensinya.

3.3 LingkunganKasus penularan penyakit dari hewan ke manusia biasnya terjadi melalui kontak langsung antara manusia dengan hewan. Itik adalah salah satu jenis unggas air yang mungkin untuk merekombinasi virus AI di dalam tubuhnya. Masyarakat Indonesia umum untuk memelihara dan menjadikan itik sebagai hewan ternak yang menjanjikan.Keadaan dan kondisi keseharian yang mendekatkan manusia dan itik memungkinkan manusia untuk terinfeksi virus ini.Beberapa hal perlu diwaspadai terkait dengan kemungkinan virus ini untuk menginfeksi manusia. Pelaksanaan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan melaksanakan 9 langkah penanggulangan avian influenza yang terdiri atas :1. Peningkatan keamanan dari penularan2. Vaksinasi lengkap 3 kali dalam setahun3. Pemusnahan terbatas di daerah tertular4. Pengendalian lalu lintas unggas, produk unggas, dan limbah peternakan unggas5. Surveilans dan penelusuran6. Pengisian kandang kembali7. Pemusnahan menyeluruh di daerah tertular8. Peningkatan kesadaran masyarakat9. Monitoring dan evaluasi

3.4 Sejarah kasus Avian Influenza di IndonesiaKasus AI pernah begitu mewabah di Indonesia sekitar tahun 2003 yang lalu. Dari berbagai sumber diketahui bahwadalam catatan Deparment Pertanian, gejala patologis pada ayam telah mulai diketahui pada Agustus 2003, namun pemerintah menegaskan bahwa unggas-unggas tersebut mati karena terserang tetelo atau Newcastle Disease yang pada saat itu memang sering mewabah. K2P2UN Kelompok Kerja Penyidik Penyakit Unggas pun mempertegas pernyataan tersebut dan memaparkan hasil investigasi diagnostic yang menyatakan bahwa kematian unggas-unggas tersebut adalah karena virus ND velogenik penyakit tetelo ganas dan fatal yang menyerang sistem pencernaan unggas.Namun disisi lain K2P2UN juga telah mencurigai bahwa kematian dari unggas-unggas tersebut adalah karena virus Avian Influenza. Namun hal ini ditutupi oleh pemerintah. Kasus ini kemudian mewabah pada November 2003 dan baru pada januari 2004, Department Pertanian mengumunkan bahwa kematian unggas adalah karena infeksi dari virus AI meskipun pada saat ini belum diketahui subtipenya.Hasil mengenai subtype dari virus AI baru diketahui pada 31 januari 2004 setelah didatangkan serum dari Inggris, dan diketahui bahwa subtype dari virus AI di Indonesia adalah H5N1, subtype pathogen hasil dari mutasi subtype virus AI yang pernah mewabah di Hongkong, China, Thailand dan Vietnam yang kini telah mampu menginvasi sel tubuh manusia dan membunuh manusia. WHO, FAO dan EOI kemudian menganjurkan untuk melakukan stamping out untuk menghentikan penyebaran virus, akan tetapi anjuran ini tidak diindahkan oleh pemerintah sementara pemerintah hanya memilih untuk memberikan vaksin terhadap unggas. Vaksin tersebut didatangkan dari China dan ternyata juga dapat memproteksi terhadap subtype H5N1.Hingga kini virus AI terus bereplikasi dan menciptakan subtype baru dengan tingkat virulensi yang dapat saja semakin meningkat. Dan hingga kini kasus AI tetap ditemukan di Indonesia meskipun kejadiannya sudah semakin menipis sehubungan dengan berbagai tindakan pencegahan dan pengendalian yang disarankan oleh pemerintah

3.5 Perkembangan Kasus AI di IndonesiaPerkembangan kasus AI di Indonesia sangat fluktuatif.Banyak kasus kematian pada unggas terjadi setiap tahunnya akibat terinfeksi virus AI.Namun tidak dilaporkan adanya kasus AI pada manusia pada tahun 2013Berikut adalah beberapa data yang dapat menggambarkan perkembangan kasus AI di Indonesia :

Perkembangan Kasus AI tahun 2007 hingga 2012

Pada tahun 2007 terdapat 2751 kasus AI pada unggasPada tahun 2008, jumlah kasus menurun menjadi 1.413 kasusPada tahun 2009, terjadi kenaikan jumlah kasus menjadi 2.293 kasusPada tahun 2010 hingga 2012, jumlah kasus AI semakin menurun, yaitu 1.502 kasus pada tahun 2010, 1.390 kasus pada tahun 2011 dan 523 kasus pada tahun 2012

Perkembangan Kasus AI perpropinsi di Indonesia tahun 2012

Perkembangan kasus AI di Indonesia bulan Maret 2013

Rekapitulasi jumlah kematian itik akibat kasus AI bulan Oktober 2012 s/d 31 Maret 2013

NoProvinsiJumlah kematian

1Jawa tengah149.091

2Jawata timur75.115

3Jawa barat29.573

4Sulawesi selatan15.366

5DIY9.360

6Banten8.331

7Lampung7.847

8Sulawesi tenggara6.798

9Bali4.848

10Sumatera barat3.100

11Riau2.038

12Sulawesi barat1.819

13Bengkulu748

14Kalimantan timur8

15Sumatera utara500

16Papua barat35

*sumber data : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Republik IndonesiaBerdasarkan laporan dari Dinas Peternakan Provinsi dan BBV/BPPV

3.5 Delapan Strategi Pengendalian AI8 Strategi Pengendalian AI sesuai Standar Operational Procedures (SOP) merupakan suatu cara mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus AI, yang terdiri atas delapan point cara pengendalian, yaitu :1. BiosekuritiMeningkatkan kegiatan biosekuriti praktis untuk mencegah masuknya penyakit peternakan meliputi : Isolasi terhadap pagar kandnag, itik yang sakit, kandang bibit atau anakan itik baru Lalu intas terhadap pekerja dan kendaraan Pembersihan dan desinfeksi terhadap kendang dan peralatan kandang2. DepopulasiCara ini merupakan cara yang paling efektif untuk encegah serta menekan seminimal mungkin sirkulasi virus AI di lapangan agar tidak menyebar ke daerah lain. Dilakukan dengan pemusnahan terbatas (focal culling) terhadap itik atau unggas yang sakit akan sekandang atau kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus AI. Selanjutnya dilakukan pembakaran dan penguburan bangkai unggas.Proteksi diri sangat diperlukan dalam menjalankan program ini, karena AI bersifat zoonosis dan setiap orang yang melakuka kontak langsung dengan hewan sakit akan memiliki potensi untuk ikut terinfeksi.Walaupun cara ini merupakan cara yang paling efektif, namun cara ini masih sangat sulit untuk diterapkan karena banyaknya penolakan dari peternak apabila tidak disertai dengan dana kompensasi.3. VaksinasiStrategi vaksinasi AI belum dianjurkan secara luas.Hanya sebagian besar peternak komersial yang rutin melaksanakan program vaksinasi ini.4. Pengawasan Lalu LintasPengawasan lalu lintas unggas dan produknya dilakukan oleh Dinas Peterakan setempat.Sedangkan Karantina Hewan bertanggung jawab pada pemasukan dan pengeluaran distribusi unggas.Itik yang dilalu lintas atau didistribusikan harus memiliki hasil laboratorium uji PCR dengan hasil negative terhadap virus AI sesuai dengan SE Dirjen PKH 6 Desember 2012.Produksi bibit anakan unggas dari peternakan yang tertular AI sangat dilarang untuk diperdagangkan dan di lalulintaskan kecuali apabila telah terbukti negative dari virus AI.5. SurveilansAdalah deteksi dini, lapor dini dan respon dini.6. Restruksi PerunggasanAdalah menataan kawasan peternakan perunggasan (Pembibitan Aym Ras dan Itik) yang harus cukup jauh dari pemukiman dan peternakan budidaya. Dilakukan pula penataan rantai pemasaran unggas yang dapat memenuhi persyaratan hygiene dan sanitasi minimal.7. Public AwarenessMerupakan penyuluhan kepada masyarakat umum agar tidak panic dan tidak khawatir untuk mengkonsumsi daging dan telur itik sepanjang produk tersebut dimasak terlebih dahulu. Sewaktu menangani unggas, pastikan untuk menggunakan masker dan memcuci tangan dengan sabun setelahnya.8. Peraturan PerundanganMencakup peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur segala hal tentang unggas dan kemungkinannya untuk terinfeksi virus AI.Peraturan tersebut dapat dalam bentuk PERDA, PERGUB, PERBUB/WALIKOTA yang tetap mengacu pada UU 18/2009, PP dan PERMENTAN dari pusat.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KesimpulanAvian influenza diakibatkan karena virus Avian Influenza dari family Orthomyxoviridae. Merupakan virus RNA dengan polaritas negative, beramplop dan memiliki genom yang bersegmen. Virus Avian Influenza tergolong ke dalam virus Influenza type A dengan subtype H5N1 dengan kemampuan virulensi sangat ganas. Unggas air adalah reservoir dari virus AI. Sehingga unggas air adalah species terkuat dan yang paling memungkinkan untuk mengombinasikan protein permukaan (HA dan NA) dari virus AI.Penularan virus AI yang utama adalah melalui udara, namun juga memungkinkan virus ini untuk menular malalui pakaian dan peralatan petugas yang menangani kasus avian influenza.Pathogenitas AI dipengaruhi oleh banyak faktor seperti species, umur, keadaan imun, faktor lingkungan, infeksi sekunder dan dosis infeksi.Sejauh ini belum dilaporkan adanya penularan virus AI dari manusia ke manusia.Kasus penularan penyakit dari hewan ke manusia biasnya terjadi melalui kontak langsung antara manusia dengan hewan. Itik adalah salah satu jenis unggas air yang mungkin untuk merekombinasi virus AI di dalam tubuhnya. Masyarakat Indonesia umum untuk memelihara dan menjadikan itik sebagai hewan ternak yang menjanjikan.Keadaan dan kondisi keseharian yang mendekatkan manusia dan itik memungkinkan manusia untuk terinfeksi virus ini.Perkembangan kasus AI di Indonesia sangat fluktuatif.Banyak kasus kematian pada unggas terjadi setiap tahunnya akibat terinfeksi virus AI. Namun tidak dilaporkan adanya kasus AI pada manusia pada tahun 2013

3.2 SaranMasyarakat semakin waspada terhadap virus AI yang sangat memungkinkan untuk menulari manusia dan bahkan membentuk subtype dbaru dengan tingkat virulensi baru. Kewaspadaan tersebut dapat dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta turut melaksanakan dan menerapkan delapan strategi pengendalian AI dan Sembilan langkah penanggulangan Avian Influenza.

2