KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR...

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) Penulisan Hukum ( Skripsi ) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Oleh : FARAH FAUZIAH MAULANA NIM. E0008003 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Transcript of KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR...

Page 1: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

MENJADI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI

PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)

Penulisan Hukum

( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1

Dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Oleh :

FARAH FAUZIAH MAULANA

NIM. E0008003

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

FARAH FAUZIAH MAULANA, E0008033. 2012. KAJIAN EMPIRIS

TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA

DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI PENANGANAN KASUS DI

KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)

Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan

banyak terjadi, salah satunya dalam kasus penggelapan. Penulis mengambil

contoh kasus yang telah ditangani oleh Kepolisian Resor Sragen, yaitu: tindak

pidana penggelapan uang hasil usaha YAKSSI Gemolong Sragen di RSUI

YAKSSI Gemolong. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,

penulis dapat menarik rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

Apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka

dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen sudah sesuai dengan

KUHAP? Bagaimana implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi

tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen?

Adapun tujuan dari penelitian dirumuskan secara deklaratif, dan

merupakan pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian

tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris dengan tipe

deskriptif. Pendekatan masalahnya adalah pendekatan kualitatif dan analisis data

dilakukan dengan metode kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dasar hukum dalam meningkatkan

status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan adalah Pasal 184 ayat (1)

KUHAP, minimal penyidik membutuhkan dua orang saksi dan satu alat bukti lain

yang telah diatur dalam Pasal tersebut. Implikasi yuridis atas peningkatan status

saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan adalah mendorong seseorang

memberikan kesaksian palsu dalam proses pemeriksaan, selain itu pada proses

pemeriksaan apabila melanggar hak tersangka, maka pemeriksaan dianggap tidak

sah dan batal demi hukum.

Kata Kunci: Saksi, Tersangka, Penyidikan

Page 6: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

FARAH FAUZIAH MAULANA, E0008033. 2012. AN EMPIRICAL STUDY

ON STATUS RAISE FROM WITNESS TO SUSPECT IN

INVESTIGATION PROCESS (A STUDY ON CASE HANDLING IN

SRAGEN RESORT POLICE OFFICE)

The status raise from witness to suspect in investigation process occurs

widely, one of which is fraud case. The writer the cases the Sragen Resort Police

Office had coped with, as the example: money blackout crime of YAKSSI

Gemolong Sragen‟s business result in RSUI YAKSSI Gemolong. Based on the

background explained above, the writer can formulate the following problem

statements: What hsve the investigation officer in increasing status of witness to

be suspect in investigation process in Sragen Resort Police Office been

appropriated to KUHAP? What is the juridical implication of status raise from

witness to suspect in investigation process in Sragen Resort Police Office?

The objective of research was formulated declaratively, and constituted the

statement about what to be achieved in the study. This study was an empirical law

research that was descriptive in nature. The problem approach used was

qualitative one and the data analysis was conducted using qualitative method.

The result of research showed that the legal rationale in raising the status

from witness to suspect in investigation process was Article 184 clause (1) of

KUHAP (Code of Criminal Procedure), the investigator required at least two

witnesses and on other evidence that had been governed in the article. The

juridical implication of status raise from witness to suspect in investigation

process was to encourage someone to give false testimony in hearing process; in

addition, in hearing process, when the right of the suspect was violated, the

hearing was considered as illegal or void for the sake of law.

Keywords: Witness, Suspect, Investigation

Page 7: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Tiada hal yang lebih berarti dari kasih sayang, kepercayaan dan doa restu”

(Farah Fauziah Maulana)

“When haters were busy talkin’, I was busy making it happen. When they were

busy mocking, I was busy walking. When they were busy laughing, I was busy

running. And they’re STILL wondering why they’re left behind.. And I’ve only

just begun.. ” (Agnes Monica)

“Tanpa orang lain, kita bukanlah siapa-siapa” (No Name)

“Life is adventure” (Nutrilon Royal Gold)

Page 8: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Perjalanan hidup ibarat panggung sandiwara, semua diawali dengan proses

dan diakhiri dengan pementasan. Dengan doa dan usaha baik dari penulis sendiri

maupun dari orang-orang terkasih yang mendukung penulis dalam menentukan

jalan hidup dan kesuksesan hidup. Oleh sebab itu dengan terwujudnya skripsi ini

dan perihal yang akan datang, penulis persembahkan skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tuaku tersayang dan

tercinta: Maulana Marnadi (Alm) dan

RA. Dyah Pujowati atas segala doa,

keikhlasan, ketulusan, didikan dan kasih

sayang yang tak terhingga. Hasil

perjuangan yang telah dan akan Penulis

lalui, senantiasa akan Penulis

dedikasikan untuk Bapak dan Mamah;

2. Kedua kakak ku tersayang: Naufal

Akbar Maulana dan Zulfikar Akbar

Maulana, SE dan juga untuk adik ku

tersayang Jasmine Fahira Maulana

atas segala dukungan, doa, perhatian dan

motivasinya kepada Penulis;

3. Keluarga besar ku tersayang yang

tidak dapat Penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih atas kasih sayang,

dukungan dan kepercayaannya;

4. Ponxi Yoga Wiguna, SH., M.Kn atas

semangat, motivasi dan kesabaran yang

telah diberikan kepada Penulis selama

ini;

5. Laboratorium Seni Teater Delik atas

persahabatan, kebahagiaan dan

Page 9: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

pengalaman yang telah Penulis dapatkan,

yang mungkin akan berguna dikemudian

hari;

6. Saudara-saudara perempuanku di Kos

Putri Srikandi (Tiara, Cecil, Ata, Fafa,

Arin, Canra, Inyong, Mbak Pety, Mbak

Desta, Chuni, Vani, dll) atas

persahabatan, keceriaan, kegembiraan

dan kepeduliannya sejak awal kuliah;

7. Seluruh keluarga besar Fakultas

Hukum UNS 2008 yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Page 10: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat, Hidayah dan Innayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan

dengan baik.

Skripsi ini yang berjudul “KAJIAN EMPIRIS TERHADAP

PENINGKATAN STATUS SAKSI MENJADI TERSANGKA DALAM

PROSES PENYIDIKAN (STUDI PENANGANAN KASUS DI

KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)” diajukan sebagai salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penulisan skripsi ini dapat terwujud atas bantuan dan kerjasama berbagai

pihak, untuk itu penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang

sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Ibu Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret;

2. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara yang

telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Bambang Santoso, S.H., M.Hum., selaku pembimbing penulisan

skripsi ini yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan

bimbingannya serta terima kasih untuk segala arahan dan masukan bagi

tersusunnya skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Suraji, S.H., M.Hum., selaku pembimbing akademis, atas

bimbingannya selama penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum UNS.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum UNS yang telah memberikan

bimbingan dan ilmu pengetahuan serta membuat penulis menjadi mengerti

mengenai seluk beluk ilmu hukum.

6. Bapak Abdul Basir, S.H., M.H., selaku Penyidik Pembantu Kepolisian Resor

Sragen yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

Page 11: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

7. Para pihak yang telah membantu dan mengarahkan penulis selama proses

pembuatan skripsi ini hingga selesai, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu.

Penulis sangat menyadari dalam skripsi ini masih jauh dari bentuk

sempurna, baik dari sudut ilmiah, kelengkapan maupun pengungkapan tata

bahasa. Dengan segala kerendahan hati, sangat diharapkan saran dan kritikan yang

konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhirnya dengan segala doa, cita dan cinta serta harapan, semoga Allah

SWT memberikan balasan yang lebih dari segala apa yang telah mereka

persembahkan terhadap diri penulis selama ini. Semoga skripsi ini tidak hanya

sekedar dapat memberikan sumbangan pikiran bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu hukum pada khususnya, tetapi juga bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkannya.

Surakarta, 11 Juli 2012

Penulis

Farah Fauziah Maulana

Page 12: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................... vi

MOTTO ......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xiv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 6

E. Metode Penelitian .................................................................. 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori ...................................................................... 11

1. Tinjauan Tentang Saksi .................................................... 11

a. Pengertian Saksi ......................................................... 11

b. Syarat Sah Saksi Menurut Hukum ............................. 12

c. Fungsi Saksi ............................................................... 13

d. Perlindungan Saksi .................................................... 13

2. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan ............. 14

a. Pengertian Penyelidikan ............................................ 14

b. Pejabat Penyelidik ..................................................... 15

c. Tugas dan Wewenang Penyelidik ............................. 15

Page 13: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

d. Pengertian Penyidik .................................................. 16

e. Fungsi Penyidik ........................................................ 17

f. Pejabat Penyidik ........................................................ 17

g. Tugas dan Wewenang Penyidik ................................ 18

h. Syarat Penyidik ......................................................... 20

i. Tata Cara Pemeriksaan Penyidikan ........................... 21

3. Tinjauan Tentang Tersangka ............................................ 21

a. Pengertian Tersangka ................................................. 21

b. Hak-hak Tersangka .................................................... 22

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 25

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Peningkatan Status Saksi Menjadi Tersangka

Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen

dengan Ketentuan KUHAP .................................................... 27

1. Deskripsi Kasus .............................................................. 27

2. Identitas Tersangka ........................................................ 30

3. Pasal yang Disangkakan .................................................. 30

4. Diketahuinya Adanya Tindak Pidana ............................. 30

5. Langkah Penyidikan ....................................................... 31

6. Pembahasan .................................................................... 53

B. Implikasi Yuridis Atas Peningkatan Status saksi Menjadi

Tersangka Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor

Sragen .................................................................................... 60

BAB IV. PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................ 63

B. Saran ...................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skematik Kerangka Pemikiran ..................................................... 25

Page 15: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dengan tegas tertuang di

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1

ayat (3). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

menegaskan bahwa Indonesia berdasarkan atas Hukum (Rechtstaat), tidak hanya

berdasarkan kekuasaan belaka (Machtstaat). Hal ini memiliki konsekuensi

terhadap sikap dan perilaku masyarakat serta alat-alat perlengkapan Negara yang

ada haruslah berpegang pada ketentuan-ketentuan hukum yang telah disepakati

dan ketentuan ini bersifat mengikat.

Sebagai Negara hukum, Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menjunjung

tinggi hak asasi manusia dan memberikan perlindungan terhadap warga

negaranya. Manusia dimata hukum memiliki kedudukan yang sama, baik itu

pejabat maupun rakyat kecil, semua memiliki hak dan kedudukan yang sama

untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil. Siapa saja yang melakukan

tindakan yang melanggar hukum akan mendapat penindakan tegas berdasarkan

hukum.

Untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil dalam suatu perkara,

maka dilakukan pemeriksaan di dalam proses peradilan. Pihak yang melakukan

usaha untuk memperoleh keadilan dan kebenaran materiil dalam suatu

penyelesaian perkara adalah aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum

melakukan berbagai cara dalam usaha untuk memperoleh bukti-bukti yang cukup

dan tepat untuk mengungkap perkara baik pada tahap pemeriksaan pendahuluan

yaitu penyidikan serta penuntutan maupun pada tahap persidangan.

Para penegak hukum melakukan usaha untuk memperoleh keadilan dan

kebenaran materiil dalam suatu tindakan penyelesaian perkara dengan maksud

untuk menghindari adanya kesalahan atau kekeliruan dalam menjatuhkan sanksi

pidana terhadap diri seseorang, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 ayat 2

1

Page 16: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, yang

menyatakan bahwa, “Tiada seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila

pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-undang, mendapat

keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah

bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.

Berdasarkan aturan perundang-undangan yang telah disebutkan di atas,

maka dapat dijelaskan bahwa di dalam suatu proses penyelesaian perkara pidana,

para aparat penegak hukum diharuskan untuk dapat mengusahakan pengumpulan

keterangan dan bukti yang nyata dan selengkap mungkin tentang perkara pidana

yang sedang ditangani. Alat-alat bukti yang sah dan sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan di dalam menyelesaikan perkara pidana diatur di dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana) yang

menyebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah :

1. Keterangan saksi

2. Keterangan ahli

3. Surat

4. Petunjuk

5. Keterangan terdakwa

Menurut KUHAP, bukti permulaan merupakan bagian yang dianggap

sangat penting karena sebagai dasar untuk menjatuhkan sanksi pidana terhadap

pihak yang diduga melakukan tindak pidana. Adapun alat bukti yang digunakan

haruslah memenuhi syarat-syarat dalam bukti permulaan yang cukup agar

pemeriksaan dapat dilanjutkan pada tahap penyidikan. Maka pada tahap

penyidikan, penyidik tidak dapat dengan mudah menangkap ataupun menahan

seseorang tanpa mengumpulkan alat bukti yang memenuhi syarat bukti permulaan

yang cukup. Pada tahap awal pemeriksaan, aparat penegak hukum yang dalam hal

ini disebut sebagai penyidik melakukan proses penyidikan atas perkara yang

diduga sebagai suatu tindak pidana dengan usaha mengumpulkan bukti

permulaan. Pada tahap ini, menjadi tahapan dasar pemeriksaan dari keseluruhan

proses peradilan pidana.

Page 17: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Aparat penegak hukum yang terdiri atas pihak Kepolisian atau pun pihak

lain dalam hal ini diberi kewenangan bertindak sebagai penyidik berdasarkan

Undang-undang. Para penyidik melakukan proses penyidikan dengan tujuan untuk

mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang dapat memudahkan untuk

dilakukannya proses pemeriksaan selanjutnya. Menurut ketentuan hukum acara

pidana di Indonesia, mengenai permintaan keterangan saksi diatur dan disebutkan

di dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Kedudukan

saksi di dalam proses penyidikan menjadi bagian terpenting, sebagaimana

tertuang di dalam Pasal 184 KUHAP.

Saksi menjadi sumber utama dalam proses peradilan pidana dari awal

hingga akhir pemeriksaan. Keterangan dari saksi akan selalu dibutuhkan dalam

usaha untuk menemukan titik terang bagi pihak penyidik dalam proses

penyidikan. Saksi memiliki peran yang sangat penting di dalam proses

penyidikan. Hal tersebut terbukti dari keterangan saksi di dalam proses

penyidikan akan selalu dijadikan acuan dalam menemukan bukti-bukti lain yang

akan menguatkan, juga sebagai acuan dalam menjatuhkan putusan perkara pidana.

Kasus-kasus tindak pidana seperti penggelapan, pencurian, penganiayaan,

pembunuhan dan perkosaan merupakan contoh kasus di mana penyidik sangat

membutuhkan keterangan dari saksi, untuk memberikan keterangan yang

diketahui oleh saksi tentang tindak pidana yang terjadi.

Kedudukan saksi yang memiliki peran sangat penting seringkali

disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Banyak kasus yang

menyalahgunakan kedudukan saksi untuk dijadikan alibi pada suatu tindak

pidana. Tidak jarang banyak terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang

melakukan tindak pidana dengan mempertahankan status saksi agar statusnya

tidak meningkat menjadi tersangka. Karena pada proses pemeriksaan, seluruh

pihak yang ada pada saat kejadian perkara akan dijadikan saksi terlebih dahulu

untuk menemukan pelaku sesungguhnya. Keterangan saksi menjadi dasar dari

acara pemeriksaan yang dilakukan oleh penyidik untuk menemukan tersangka

sesungguhnya.

Page 18: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Keterangan seorang saksi seringkali tidak sesuai dengan kenyataan yang

ada. Maka di dalam memberi kesaksian akan dilakukan sumpah terlebih dahulu

karena seringkali keterangan yang diberikan merupakan keterangan palsu dan

dibuat-buat. Saksi melakukan hal tersebut untuk menyelamatkan diri sendiri.

Tidak jarang hal tersebut juga dilakukan sebagai usaha lepas tangan atas tindak

pidana yang dilakukannya sendiri.

Dalam proses penyidikan dilakukan usaha yang cermat dan pasti untuk

mendapatkan kebenaran materiil. Seluruh pihak yang mengetahui kejadian

perkara pidana yang terkait, baik dari awal kejadian atau pun sebagian kejadian

akan langsung dijadikan saksi terlebih dahulu untuk dimintai keterangan

selengkap mungkin tentang kejadian perkara yang diketahui. Hal tersebut tentu

akan sangat berpengaruh pada proses pemeriksaan selanjutnya. Pada

kenyataannya tidak sedikit pihak Kepolisian mendapatkan keterangan yang

menyebutkan bahwa telah terjadi peningkatan status dari saksi menjadi tersangka.

Tidak terkecuali di Kepolisian Resor Sragen yang juga banyak mendapatkan

keterangan tentang peningkatan status dari saksi menjadi tersangka.

Penggelapan adalah salah satu tindak pidana yang kerap terjadi. Di dalam

peningkatan status saksi menjadi tersangka memang diakui banyak terjadi dalam

penanganan kasus penggelapan, yang mana seorang tersangka merupakan salah

satu dari saksi yang ada. Dalam hal ini penulis mengambil contoh kasus yang

akan dijadikan sampel dalam penanganan kasus di Kepolisian Resor Sragen.

Contoh kasus yang diangkat adalah pada kasus penggelapan. Tindak pidana yang

terjadi adalah tindak pidana penggelapan uang hasil usaha YAKSSI Gemolong

Sragen di RSUI YAKSSI Gemolong. Kejadiannya adalah terlapor (penanggung

jawab Operasional RSUI/Sekretaris YAKSSI Gemolong) telah memiliki uang

hasil usaha YAKSSI sebesar Rp 4.427.953.804 (empat milyar empat ratus dua

puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh tiga ribu delapan ratus empat rupiah)

sesuai dengan hasil audit operasional RSUI YAKSSI oleh Bawasda Sragen dan

terlapor tidak membuat laporan pertanggungjawaban keuangan kepada YAKSSI,

sehingga YAKSSI mengalami kerugian

Page 19: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Berdasarkan kenyataan mengenai pentingnya proses penyidikan dalam

usaha menyelesaikan perkara pidana yang ada, Penulis tertarik untuk melakukan

suatu penelitian empiris terhadap peningkatan status saksi menjadi tersangka

dalam proses penyidikan dengan studi penanganan kasus di Kepolisian Resor

Sragen. Untuk itu Penulis termotivasi untuk menulis penulisan hukum dengan

judul, “KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

MENJADI TERSANGKA DALAM PROSES PENYIDIKAN (STUDI

PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang penulis

rumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka

dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen sudah sesuai dengan

KUHAP?

2. Bagaimana implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi tersangka

dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Setelah merumuskan masalah di atas, maka langkah-langkah selanjutnya

adalah merumuskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Tujuan penelitian

dirumuskan secara deklaratif, dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa

yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut (Soerjono Soekanto, 2010: 118-

119).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberi arah dalam melangkah

sesuai dengan maksud penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis

dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui apakah tindakan penyidik dalam meningkatkan status

saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor

Sragen sudah sesuai dengan KUHAP.

Page 20: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Untuk mengetahui kedudukan hukum pada perubahan saksi menjadi

tersangka dalam proses penyidikan.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang hukum Acara

Pidana menyangkut masalah perubahan kedudukan saksi menjadi

tersangka dalam proses penyidikan studi kasus Polres Sragen.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh atau meraih

gelar S1 dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penulisan

Sebuah penelitian hukum dapat dikatakan bernilai apabila memiliki

manfaat yang berguna bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan bagi

ilmu pengetahuan bidang penelitian yang diambil pada khususnya. Adapun

manfaat yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan landasan teoritis bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan

ilmu Hukum Acara Pidana pada khususnya.

b. Diharapkan penulisan hukum ini dapat menambah referensi ilmiah

dibidang hukum tentang saksi khususnya pada perubahan kedudukan saksi

menjadi tersangka dalam proses penyidikan.

c. Sebagai salah satu sarana untuk menambah referansi dan literatur yang

dapat digunakan untuk melakukan kajian hukum dan penulisan ilmiah

bidang hukum selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis guna mengembangkan penalaran,

membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

Page 21: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Menjadi sebuah wahana bagi penulis guna mengembangkan penalaran,

membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan

penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

c. Hasil dari penelitian dan penulisan hukum ini diharapkan dapat membantu

memberi masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dan menjawab

permasalahan yang sedang diteliti.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian hukum empiris. Pada penelitian hukum sosiologis atau empiris,

yang akan diteliti pada awalnya adalah data sekunder, unruk kemudian

dilanjutkan dengan data primer di lokasi penelitian atau terhadap masyarakat

(Soerjono Soekanto, 2010: 52). Penelitian ini mengkaji mengenai peningkatan

status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan.

2. Sifat Penelitian

Menurut bidangnya, penelitian hukum ini termasuk penelitian yang

memiliki 2 (dua) ciri pokok. Pertama, memusatkan perhatian pada masalah-

masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah-

masalah yang bersifat actual. Kedua, menggambarkan fakta-fakta tentang

masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi

rasional (Soejono dan H. Abdurrahmah, 2005: 40).

3. Pendekatan Penelitian

Penelitian hukum ini menggunakan jenis pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang digunakan oleh peneliti dengan mendasarkan pada data-data

yang dinyatakan responden secara lisan atau tulisan dan juga perilakunya yang

nyata, diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto,

2010: 250).

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Kantor Kepolisian Resor Sragen.

5. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Page 22: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber-sumber data untuk tujuan penelitian yang dilakukan dan

mendapat hasil yang sebenarnya pada obyek yang diteliti. Data ini

diperoleh dari Studi Penanganan kasus di Kantor Kepolisian Resor

Sragen.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung dan menunjang

kelengkapan data primer melalui bahan kepustakaan, majalah, buku-

buku ilmiah dan lain sebagainya.

b. Sumber Data

1) Sumber Data Primer

Responden atau informan dalam hal ini pihak-pihak yang terlibat

dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen.

2) Sumber Data Sekunder

Jenis data yang secara langsung mendukung sumber primer yang

diperoleh dari literatur, peraturan perundangan-undangan dan

dokumen-dokumen yang dalam hal ini berhubungan dengan obyek

penelitian.

6. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan

data yaitu; studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi dan

wawancara atau interview (Soerjono Soekanto, 2010: 21).

a. Studi Dokumen atau bahan pustaka

Penulis mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen, buku-buku,

peraturan perundangan, majalah, dan bahan pustaka lainnya berbentuk

data tertulis yang diperoleh di lokasi penelitian atau di tempat lain.

b. Wawancara

Page 23: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Metode ini merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dengan cara

mengadakan komunikasi secara langsung guna memperoleh data, baik

lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan dan data yang diperlukan.

7. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis kualitatif,

adalah merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu

apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan, dan perilaku

nyata yang diteliti dan dipelajari ialah obyek penelitian secara utuh, sepanjang

hal itu mengenai manusia. Dengan demikian, maka dengan menggunakan

metode kualitatif, seorang peneliti terutama bertujuan untuk mengerti dan

memahami gejala yang ditelitinya (Soerjono Soekanto, 2010: 32).

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu dengan

mengumpulkan data yang diperoleh, mengidentifikasikan, mengklarifikasikan,

menghubungkan dengan teori literature yang mendukung masalah kemudian

menarik kesimpulan dengan analisis kualitatif. “Komponen-komponen

analisis data (yang mencakup reduksi, penyajian data dan penarikan

kesimpulan) secara interaktif saling berhubungan selama dan sesudah

pengumpulan data. Karakter yang demikian menjadikan analisis data kualitatif

disebut pula sebagai model interaktif” (Agus Salim, 2006: 22).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika laporan penulisan hukum yang disusun oleh penulis

adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan hukum (skripsi).

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini memuat kerangka teori dan kerangka

pemikiran. Kerangka teori terdiri dari beberapa sub bab

Page 24: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

yaitu Tinjauan Umum Mengenai Saksi yang meliputi

pengertian, syarat sah menurut hukum, fungsi,

perlindungan, Tinjauan Umum Mengenai Penyelidik dan

Penyidik yang meliputi pengertian, pejabat, tugas dan

wewenang, fungsi, syarat serta tata cara pemeriksaan,

Tinjauan Umum Mengenai Tersangka yang meliputi

pengertian dan hak-hak

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan tentang hasil dan pembahasan

dari penelitian yang telah dilakukan. Sesuai dengan

rumusan masalah dari penelitian ini, penulis membahas

mengenai dasar hukum penyidik dapat meningkatkan

status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di

Kepolisian Resor Sragen dan mengenai implikasi yuridis

atas peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam

proses penyidikan di Kepolisian Resor Sragen.

BAB IV : PENUTUP

Dalam bab penutup ini, dikemukakan mengenai

kesimpulan yang telah diperoleh dari penelitian yang telah

dilakukan, serta dikemukakan saran dari penulis yang

relevan terhadap permasalahan yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 25: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Saksi

a. Pengertian saksi

Menurut Ignatius Ridwan Widyadharma, sebelum sampai pada

soal keterangan saksi harus terlebih dahulu dipahami siapa yang dapat

dijadikan saksi. Seorang saksi adalah orang yang mengetahui, melihat dan

mendengar sendiri atas kejadian tindak pidana tersebut. Maka karena itu

suatu pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran saja

bukanlah merupakan keterangan kesaksian (Pasal 185 ayat 5 KUHAP).

Sedangkan dalam KUHAP pun telah dipertegas tentang saksi dan

keterangan saksi dalam Pasal 1 butir 26 dan 27 (Ignatius Ridwan

Widyadharma, 2000:174).

Menurut KUHAP berdasarkan Pasal 1 butir 26 dan 27 dijelaskan

bahwa; Pada Pasal 1 butir 26 KUHAP : “ Saksi adalah orang yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan

peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat

sendiri dan ia alami ” dan pada Pasal 2 butir 27 KUHAP : “ Keterangan

saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa

keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar

sendiri, ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu”.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 1 angka 1 juga

menyatakan bahwa, “Saksi adalah orang yang dapat memberikan

keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri”.

PP Nomor 2 Tahun 2002 memberikan pengertian yang hampir sama,

dinyatakan bahwa “Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan

11

Page 26: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang perkara pelanggaran hak asasi

manusia yang berat yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri,

yang memerlukan perlindungan fisik dan mental dari ancaman, gangguan,

teror, dan kekerasan dari pihak manapun”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas

utama seorang saksi adalah memberikan keterangan yang dapat berguna

bagi kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau

pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu tindak pidana yang ia

dengar sendiri, lihat sendiri, dan alami sendiri. Kedudukan awal korban di

dalam proses pemeriksaan perkara pidana dijadikan sebagai saksi terlebih

dahulu, karena berdasarkan pada Pasal 2 ayat 1 UU PSK dijelaskan

bahwa, “korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,

mental, dan / atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak

pidana”.

b. Syarat sah saksi menurut hukum

Agar keterangan saksi sah menurut hukum harus memenuhi syarat-

syarat sebagai berikut:

a) Pasal 160 ayat (3) KUHAP saksi harus mengucapkan sumpah atau

janji (sebelum memberikan keterangan)

b) Keterangan saksi harus mengenai peristiwa pidana yang saksi lihat,

dengar dan alami sendiri dengan menyebutkan alasan pengetahuannya

(testimonium de auditu – keterangan yang diperoleh dari orang lain

tidak mempunyai nilai pembuktian)

c) Keterangan saksi harus diberikan di muka sidang pengadilan (kecuali

yang ditentukan pada Pasal 162 KUHAP)

d) Pasal 185 ayat (2) keterangan seorang saksi saja tidak cukup

membuktikan kesalahan terdakwa (unus testis nullus testis)

e) Kalau ada beberapa saksi terhadap beberapa perbuatan, kesaksian itu

sah menjadi alat bukti dan apabila saksi satu dengan yang lain terhadap

Page 27: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

perbuatan itu bersangkut paut dan bersesuaian, untuk nilainya

diserahkan hakim.

Menurut H. Rusli Muhammad, keterangan saksi yang memenuhi

syarat-syarat tersebut di atas dapat diterima sebagai alat bukti yang sah

dan mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Penilaian terhadap keterangan

saksi bergantung kepada hakim di mana hakim bebas, tetapi bertanggung

jawab menilai kekuatan pembuktian keterangan saksi untuk mewujudkan

kebenaran hakiki (H. Rusli Muhammad, 2007:193).

c. Fungsi saksi

Fungsi saksi sebagaimana tugas dari saksi itu sendiri, yaitu:

memberikan keterangan yang dapat berguna bagi kepentingan

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atau pemeriksaan di sidang

pengadilan tentang suatu tindak pidana yang ia dengar sendiri, lihat

sendiri, dan alami sendiri.

d. Perlindungan saksi

Saksi adalah orang yang berperan penting di dalam mengungkap

kebenaran materiil pada proses penyidikan suatu perkara pidana. Sebagai

orang yang berperan penting, seorang saksi memiliki hak yang harus

dilindungi. Perlindungan terhadap saksi diatur dalam Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban. Pada Pasal 2 UU nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa,

“Undang-undang ini memberikan perlindungan pada saksi dan korban

dalam semua tahap proses peradilan pidana dalam lingkungan peradilan.”

Pada Pasal 5 ayat (1) UU Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan bahwa,

Seorang Saksi dan Korban berhak:

1) memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta

bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian

yang akan, sedang, atau telah diberikannya;

2) ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan

dan dukungan keamanan;

3) memberikan keterangan tanpa tekanan;

Page 28: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

4) mendapat penerjemah;

5) bebas dari pertanyaan yang menjerat;

6) mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;

7) mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;

8) mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;

9) mendapat identitas baru;

10) mendapatkan tempat kediaman baru;

11) memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;

12) mendapat nasihat hukum; dan/atau

13) memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu

perlindungan berakhir.

Pada Pasal 5 ayat (2) UU Nomor 13 Tahun 2006 (2) juga dijelaskan

bahwa “Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi

dan/atau Korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan

keputusan LPSK” (UU Nomor 13 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,

2006: 2).

2. Tinjauan Tentang Penyelidikan dan Penyidikan

a. Pengertian Penyelidikan

Berdasarkan pada Pasal 1 angka 5 KUHAP, pengertian

penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari

dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana

guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut

cara yang diatur dalam Undang-undang ini.

Menurut M. Yahya Harahap penyelidikan merupakan tindakan

tahap pertama permulaan penyelidikan. Akan tetapi harus diingat,

penyelidik (penyelidikan, penulis) bukanlah suatu tindakan atau fungsi

yang berdiri sendiri terpisah dari fungsi penyidikan (M. Yahya

Harahap, 1988: 99).

Page 29: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Pejabat Penyelidik

Menurut Pasal 1 butir 4 KUHAP, dijelaskan bahwa penyelidik

adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh Undang-Undang Hukum Acara Pidana untuk

melakukan penyelidikan lebih lanjut. Pada Pasal 4 KUHAP juga

dijelaskan bahwa penyelidik adalah setiap pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia.

Pejabat Polri sebagai Pejabat Penyelidik dijelaskan sesuai dengan

Pasal 1 angka 4 dan angka 5 KUHAP, yaitu:

1) Dalam Pasal 1 angka 4 KUHAP, dirumuskan bahwa penyelidik

adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi

wewenang oleh undang-undang ini untuk melakukan penyelidikan.

2) Dalam Pasal 1 angka 5 KUHAP, ditegaskan pula bahwa yang

dimaksudkan dengan penyelidikan adalah serangkaian tindakan

penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang

diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya

dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-

undang ini.

Dari perumusan Pasal 1 angka 4 dan 5 KUHAP di atas, dapat

ditarik pengertian bahwa setiap pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia adalah pejabat yang berstatus sebagai pejabat penyelidik dan

berwenang melaksanakan penyelidikan (Harun M. Husein, 1991: 55).

c. Tugas dan Wewenang Penyelidik

Berdasarkan pengertian penyelidik di atas maka dapat

disimpulkan bahwa tugas dari penyelidik adalah melaksanakan

penyelidikan terhadap suatu tindak pidana guna menentukan dapat atau

tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang telah diatur di

dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.

Wewenang penyelidik diatur di dalam Pasal 5 KUHAP yang

isinya sebagai berikut:

1) Penyelidik sebagaimana diatur pada Pasal 4:

Page 30: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Karena kewajibannya mempunyai wewenang:

(1) Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang

adanya tindak pidana;

(2) Mencari keterangan dan barang bukti;

(3) Menyuruh berhenti seorang yang dicurigai dan menanyakan

serta memeriksa tanda pengenal diri;

(4) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang

bertanggung jawab.

b) Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

(1) Penangkapan, larangan meninggalkan tempat,

penggeledahan dan penyitaan;

(2) Pemeriksaan dan penyitaan surat;

(3) Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

(4) Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan

tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b

kepada penyidik.

d. Pengertian Penyidikan

Menurut Rusli Muhammad, Penyidikan sepertinya mirip

dengan penyelidikan, tetapi kedua istilah tersebut sungguh berbeda.

Perbedaan dapat dilihat dari sudut pejabat yang melaksanakannya.

Penyelidik pejabat yang melaksanakannya adalah penyelidik yang

terdiri atas pejabat Polri saja tanpa ada pejabat lainnya. Penyidikan

dilakukan oleh penyidik yang terdiri atas pejabat Polri dan pajabat

pegawai negeri sipil tertentu ( Rusli Muhammad, 2007: 58).

Penyidikan berasal dari kata "sidik" yang artinya terang. Jadi

panyidikan artinya membuat terang atau jelas. Penyidikan suatu istilah

yang dimaksudkan sejajar dengan pengertian opsporing (Belanda) dan

investigation (Inggris) atau penyiasatan atau siasat (Malaysia).

Namun pada dasarnya, istilah dan pengertian penyidikan

terbagi menjadi dua yaitu :

Page 31: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1) Istilah dan pengertian secara gramatikal.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai

Pustaka cetakan kedua Tahun 1989 halaman 837 dikemukakan

bahwa yang dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian

tindakan penyidik yang diatur oleh undang-undang untuk mencari

dan mengumpulkan bukti pelaku tindak pidana. Asal kata

penyidikan adalah sidik yang berarti periksa, menyidik, menyelidik

atau mengamat-amati.

2) Istilah dan pengertian secara yuridis.

Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP dinyatakan bahwa “yang

dimaksud dengan penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik

dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

untuk mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang

tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.

Berdasarkan pengertian dan rumusan yuridis di atas, dapat

disimpulkan bahwa tugas utama penyidik adalah mencari serta

mengumpulkan bukti agar tindak pidana yang ditemukan dapat

menjadi terang juga agar dapat diketahui dan ditemukan pelaku tindak

pidana tersebut.

e. Fungsi Penyidikan

Fungsi dari penyidikan adalah sama dengan tujuan dari

penyidikan itu sendiri. Mencari kebenaran materiil adalah tujuan dari

penyidikan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari

penyidikan adalah agar dapat diperoleh kebenaran materiil atau

kebenaran yang sesuai menurut fakta sesungguhnya.

f. Pejabat Penyidik

Pejabat yang berwenang untuk melakukan proses penyidikan,

diatur di dalam Pasal 1 butir 1 KUHAP yang menyatakan bahwa :

“Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau

pejabat negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang untuk melakukan penyidikan”. Penjelasan lebih lanjut

Page 32: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

diatur pada Pasal 6 ayat (1) KUHAP yang juga menentukan bahwa

penyidik adalah:

1) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;

2) Pejabat PNS tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-

undang.

Pasal 6 ayat (2) KUHAP menjelaskan tentang syarat

kepangkatan pejabat penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam ayat

1 yang kemudian diatur dan dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang

Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, pada bab II

Pasal 2 ditentukan syarat kepangkatan Penyidik adalah sebagai berikut:

1) Penyidik adalah:

a) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang

sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi;

b) Dengan berdasar Surat Keputusan No. Pol : SKep/82/VI/2000

tentang Penetapan Berlakunya Kembali Penggunaan Pakaian

Dinas Harian di Lingkungan POLRI. Pangkat ini berubah

menjadi Inspektur Polisi II (AIPDA POL);

c) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang sekurang-

kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan

II/b) atau yang disamakan dengan itu.

2) Dalam hal di suatu sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan

Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di bawah Pembantu

Letnan Dua Polisi karena jabatannya adalah Penyidik.

Kepangkatan ini sekarang telah berubah menjadi Inspektur Polisi

II.

g. Tugas dan Kewenangan Penyidik

Pengertian penyidikan secara yuridis di dalam undang-undang

secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa tugas penyidikan

adalah mencari serta mengumpulkan bukti agar tindak pidana yang

Page 33: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ditemukan dapat menjadi terang juga agar dapat diketahui dan

ditemukan pelaku tindak pidana tersebut.

Wewenang penyidik dalam melaksanakan tugasnya, diatur di

dalam Pasal 7 ayat (1) KUHAP yang menjelaskan sebagai berikut:

1) menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

tindak pidana;

2) melakukan tindakan pertama pada saat kejadian;

3) menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda

pengenal tersangka;

4) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan

penyitaan;

5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6) mengambil sidik jari dan memotret seorang;

7) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

8) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

9) mengadakan penghentian penyidikan;

10) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

Yang dimaksud dengan “tindakan lain” adalah tindakan dari

penyelidik untuk kepentingan penyelidikan dengan syarat :

1) tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum ;

2) selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan

dilakukannya tindakan jabatan;

3) tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam

lingkungan jabatan;

4) atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan memaksa;

5) menghormati hak asasi manusia

Pada Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 16 ayat (1)

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebutkan bahwa

Page 34: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dalam rangka menyelenggarakan tugasnya di bidang penegakan

hukum pidana, Kepolisian Negara RI mempunyai wewenang untuk

melakukan beberapa hal:

1) melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan

penyitaan;

2) melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat

kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;

3) membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam

rangka penyidikan;

4) menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

5) melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

6) memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

7) mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

dengan pemeriksaan perkara;

8) mengadakan penghentian penyidikan;

9) menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;

10) mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi

dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau

menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;

11) memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik

pegawai negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik

pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan

12) mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung

jawab.

h. Syarat Penyidikan

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 16 ayat (1) tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyatakan bahwa tindakan

penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan haruslah bertanggung

Page 35: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

jawab. Penyelidikan dan penyidikan dianggap bertanggung jawab jika

telah memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;

2) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan

tersebut dilakukan;

3) Harus patut, masuk akal dan termasuk dalam lingkungan

jabatannya;

4) Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan

5) Menghormati hak asasi manusia.

i. Tata Cara Pemeriksaan Penyidikan

Menurut M. Yahya Harahap, pada pemeriksaan tindak pidana,

tidak selamanya hanya tersangka saja yang harus diperiksa. Ada

kalanya diperlukan pemeriksaan saksi atau ahli, demi untuk terang dan

jelasnya peristiwa pidana yang disangkakan. Namun, sedangkan

kepada tersangka harus ditegakkan perlindungan harkat martabat dan

hak-hak asasi, kepada saksi dan ahli, harus juga diperlakukan dengan

cara yang berperikemanusiaan dan beradab (M. Yahya Harahap,

2001:134).

3. Tinjauan Tentang Tersangka

a. Pengertian Tersangka

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (UU No 8

Tahun 1981) dibedakan mengenai pengertian istilah “tersangka” dan

“terdakwa”. Perbedaan tersebut dapat ditemukan pada ketentuan Bab I

tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 14 dan 15 KUHAP yang

menyatakan bahwa:

“Terdakwa adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana”

dan “Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan

diadili di sidang pengadilan.”

Page 36: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Hak-hak Tersangka

Menurut Lilik Mulyadi, “KUHAP memberikan jaminan terhadap

hak-hak tersangka atau terdakwa, yaitu:

1) Hak untuk dengan segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik,

diajukan ke penuntut umum, dan perkaranya dilimpahkan ke

pengadilan untuk diadili (Pasal 50 ayat (1), (2), dan (3) KUHAP).

2) Hak agar diberitahukan secara jelas dengan bahasa yang dimengerti

olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya dan didakwakan

pada waktu pemeriksaan (Pasal 51 butir (a) dan (b) KUHAP).

3) Hak untuk memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik dan

kepada hakim pada waktu tingkat penyidikan dan pengadilan (Pasal 52

KUHAP).

4) Hak untuk mendapatkan juru bahasa (Pasal 53 ayat (1) KUHAP).

5) Hak untuk mendapatkan bantuan hukum guna kepentingan pembelaan

selama dan waktu dan setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54 KUHAP).

6) Hak untuk memillih penasehat hukumnya sendiri (Pasal 55 KUHAP)

serta dalam hal tidak mampu berhak didampingi penasehat hukum

secara cuma-cuma/prodeo sebagaimana dimaksudkan ketentuan Pasal

56 ayat (1) dan (2) KUHAP.

7) Hak tersangka apabila ditahan untuk dapat menghubungi penasihat

hukum setiap saat diperlukan dan hak tersangka/terdakwa warga

negara asing untuk menghubungi dan berbicara dengan perwakilan

negaranya (Pasal 57 ayat (1) dan (2) KUHAP).

8) Hak tersangka atau terdakwa apabila ditahan untuk menghubungi dan

menerima kunjungan dokter pribadinya (Pasal 58 KUHAP).

9) Hak agar diberitahukan kepada keluarganya atau orang lain yang

serumah dengan tersangka/terdakwa apabila ditahan untuk

memperoleh bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan

hak berhubungan dengan keluarga sesuai maksud di atas (Pasal 59 dan

Pasal 60 KUHAP).

Page 37: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

10) Hak tersangka atau terdakwa secara langsung atau dengan perantaraan

penasihat hukumnya menerima kunjungan sanak keluarganya guna

kepentingan pekerjaan atau kekeluargaan (Pasal 61 KUHAP)

11) Hak tersangka atau terdakwa mengirim dan menerima surat dengan

penasihat hukumnya (Pasal 62 KUHAP).

12) Hak tersangka atau terdakwa menghubungi dan menerima kunjungan

rohaniwan (Pasal 63 KUHAP).

13) Hak agar terdakwa diadili di sidang pengadilan secara terbuka untuk

umum (Pasal 64 KUHAP).

14) Hak tersangka atau terdakwa untuk mengajukan saksi dan ahli yang a

de charge (Pasal 65 KUHAP).

15) Hak tersangka atau terdakwa agar tidak dibebani kewajiban

pembuktian (Pasal 66 KUHAP).

16) Hak tersangka atau terdakwa mendapatkan ganti kerugian dan

rehabilitasi (Pasal 68 jo. Pasal 95 ayat (1) jo. Pasal 97 ayat (1)

KUHAP).

17) Hak terdakwa mengajukan keberatan tentang tidak berwenang

mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau surat

dakwaan harus dibatalkan (Pasal 156 ayat (1) KUHAP).

18) Hak terdakwa untuk mengajukan banding, kasasi, dan melakukan

peninjauan kembali (Pasal 67 jo. Pasal 233, Pasal 244, dan Pasal 263

ayat (1) KUHAP).” (Lilik Mulyadi, 2007: 50).

Menurut Ignatius Ridwan Widyadharma, ada suatu hak terdakwa

yang sangat prinsipil sekali guna suatu pemeriksaan perkara di

persidangan pengadilan yang tidak diatur dalam KUHAP, tetapi diatur

dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kekuasaan Kehakiman Pasal 28 ayat 1 yang bunyinya sebagai berikut :

“Pihak yang mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili

perkaranya. Hak ingkar ialah hak seseorang yang diadili untuk

mengajukan keberatan-keberatan yang disertai dengan alasan-alasan

terhadap seorang hakim yang akan mengadili perkaranya. Putusan

Page 38: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

mengenai hal tersebut dilakukan oleh pengadilan.” (Ignatius Ridwan

Widyadharma, 2000: 77).

Page 39: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Tindak pidana yang terjadi jika dilakukan pengaduan kepada pihak

Kepolisian Resor Sragen (penyidik) maka akan diadakan proses hukum

pemeriksaan terhadap tindak pidana tersebut. Pengumpulan alat-alat bukti yang

dilakukan dimaksudkan untuk membuat jelas pemeriksaan selanjutnya, yang

mana alat bukti tersebut merupakan keterangan awal sebagai proses penyelidikan.

Pada proses selanjutnya maka akan dilakukan proses penyidikan oleh pihak

Laporan/Pengaduan tindak pidana

Penahanan

Penyidikan

Penyelidikan

Tindak pidana

Polisi

(Kepolisian Resor Sragen)

Keterangan (saksi)

Tersangka

Page 40: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Kepolisian Resor Sragen terhadap alat bukti terkait. Tahap selanjutnya adalah

penyidikan yang dilakukan terhadap saksi. Peranan saksi adalah sebagai bukti

nyata dan hidup yang tahu atau terkait dengan tindak pidana tersebut. Dalam

proses penyidikan, bukti dari saksi diperlukan untuk memperjelas keterangan

tindak pidana yang terjadi. Proses penyidikan dilakukan untuk menemukan pelaku

atau tersangka tindak pidana. Keterangan dari saksi di dalam proses penyidikan

terkadang malah merupakan suatu kejelasan bahwa tersangka yang dicari adalah

saksi itu sendiri. Kejadian tersebut merupakan peningkatan status dari saksi

menjadi tersangka. Setelah ditemukan tersangka tindak pidana tersebut, maka

akan dilakukan penahanan terhadap tersangka.

Page 41: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Peningkatan Status Saksi Menjadi Tersangka Dalam Proses

Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen dengan Ketentuan KUHAP

1. Deskripsi Kasus

Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan saksi dan barang bukti yang

ditemukan serta fakta-fakta yang ditemukan pada tanggal 13 Oktober

2004, 24 Februari 2005, 13 April 2005, 09 Juli 2005. (sesuai dengan

pembukuan kasir RSUI YAKSSI). Sdr SUDARMAN, SE Bin PAWIRO

SEMITO (alm) (Jabatan sebagai PENGAWAS DI YAYASAN,

PENGELOLA RSUI YAKSSI, WADIR ADMINISTRASI DAN

KEUANGAN DI RSUI YAKSSI) di RSUI YAKSSI Gemolong yang

beralamat di Jln Raya Solo-Purwodadi km. 20 Kec. Gemolong Kab.

Sragen, sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) telah

memerintahkan (Sdr. WILIS WULANDARI, Sdri SARI ASTUTI, SE)

jabatan sebagai kasir untuk memberikan uang honor atau akomodasi dan

THR (Tunjangan Hari Raya) kepada Sdr SLAMET SUKARDI

ALBARQY dan Sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri. NURHAYATI) sebesar

uang honor Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) dan uang THR Rp.

1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Uang honor atau

akomodasi dan THR yang diberikan kepada sdr SLAMET SUKARDI

ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri. NURHAYATI) tersebut,

diambil dari kasir (uang kas milik RSUI YAKSSI). Setelah menerima

perintah dari Sdr SUDARMAN, kasir yang piket saat itu mengambilkan

uang sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) beserta kwitansi

yang kemudian disampaikan kepada Sdr SUMARDI, ST (sudah

mengetahui dan sudah dihubungi oleh Sdr SUDARMAN untuk

menyampaikan uang honor atau Akomodasi dan THR kepada sdr

SLAMET SUKARDI ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri

NURHAYATI) untuk diberikan kepada sdr SLAMET SUKARDI

27

Page 42: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ALBARQY dan sdri Ny. MUFLIKUN (Sdri NURHAYATI) sesuai

dengan perintah sdr SUDARMAN Bin SEMITO (alm) ). Kemudian oleh

sdr SUMARDI ST, setelah uang diserahkan kepada sdr SLAMET

SUKARDI ALBARQY dan kwitansi sudah bertanda tangan atas nama

SLAMET SUKARDI ALBARQY, kwitansi tersebut dikembalikan lagi

oleh sdr SUMARDI, ST kepada kasir yang piket saat itu.

Atau, Pada tahun 1999 s/d 2007 di RSUI YAKSSI GEMOLONG,

Jl. Solo-Purwodadi km 20 Gemolong Sragen, diduga telah terjadi Tindak

Pidana penggelapan uang hasil usaha RSUI YAKSSI sebesar Rp.

4.472.953.804,00 (empat milyar empat ratus tujuh puluh dua juta

Sembilan ratus lima puluh tiga ribu delapan ratus empat rupiah) sesuai

dengan hasil audit dari Bawasda kab. Sragen, selaku team auditor yang

ditunjuk oleh sdr. KH. SLAMET AL BARQY selaku ketua yayasan

YAKSSI Gemolong yang diduga dilakukan oleh sdr. Drs. SUDARMAN

Bin PAWIRO SEMITO (alm) selaku (Pengawas yayasan, pengelola RSUI

YAKSSI Gemolong dan Wadir Administrasi dan Keuangan RSUI

YAKSSI Gemolong), Kab. Sragen. Namun berdasarkan hasil rekonsiliasi

antara Bawasda Sragen dan RSI YAKSSI melalui auditor HLB HADORI

& Rekan terhadap kas atau bank ternyata terdapat kesalahan atau

kekurangan input data yang berasal dari rekening bank yang menyebabkan

Bawasda kurang mencatat penerimaan dan pengeluaran di RSUI YAKSSI.

Sehingga RSUI YAKSSI masih memiliki keuntungan.

a. Berdasarkan perhitungan laba rugi atau ekuitas RSUI YAKSSI

memiliki kekayaan Rp. 3.016.171.564,00 (Tiga milyar enam belas juta

seratus tujuh puluh satu ribu lima ratus enam puluh empat rupiah).

Kekayaan tersebut yang merupakan ;

1) Saldo laba akhir Rp. 2.154.420.633,00 (Dua milyar seratus lima

puluh empat juta empat ratus dua puluh ribu enam ratus tiga puluh

tiga rupiah)

Page 43: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2) Kewajiban lancar Rp. 825.995.929,00 (Delapan ratus dua puluh

lima juta sembilan ratus sembilan puluh lima ribu sembilan ratus

dua puluh Sembilan rupiah)

3) Jumlah modal Rp. 35.755.000,00 (Tiga puluh lima juta tujuh ratus

lima puluh lima ribu rupiah)

b. Berdasarkan perhitungan AKTIVA RSUI YAKSSI memiliki kekayaan

Rp. 3.016.171.564,00 (Tiga milyar enam belas juta seratus tujuh puluh

satu ribu lima ratus enam puluh empat rupiah).

1) Kekayaan tersebut yang dapat diwujudkan dengan uang sebesar

Rp. 394.621.030,00 (Tiga ratus sembilan puluh empat juta enam

ratus dua puluh satu ribu tiga puluh rupiah)

a) Disimpan di brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp.

34.125.672,00 (Tiga puluh empat juta seratus dua puluh lima

ribu enam ratus tujuh puluh dua rupiah)

b) Disimpan di Bank BPD Jateng dengan No. Rek. 1.063.00044.1

sejumlah Rp. 290.592.128,00 (Dua ratus sembilan puluh juta

lima ratus sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh delapan

rupiah)

c) Disimpan di Bank BPD Jateng dengan No. Rek. 3.063.05609.7

sejumlah Rp. 69.903.230,00 (Enam puluh sembilan juta

sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah)

2) Sedangkan untuk sisanya atau jumlah aktiva tetap berwujud Rp.

2.136.853.737,00 (Dua milyar seratus tiga puluh enam juta delapan

ratus lima puluh tiga ribu tujuh ratus tiga puluh tujuh rupiah)

berwujud harta tak gerak, persediaan, piutang dan harta lain-lain

contoh bangunan yang belum jadi atau proses pembangunan.

Tetapi penyimpanan di bank tersebut atas nama sdr SUDARMAN

Bin PAWIRO SEMITO (alm), karena menurut sdr SUDARMAN

Bin PAWIRO SEMITO (alm), RSUI YAKSSI tersebut adalah

miliknya sehingga uang hasil dari RSUI YAKSSI juga miliknya

dan sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) tidak pernah

Page 44: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

melaporkan semua kegiatan dan hasil daripada usaha RSUI

YAKSSI baik dalam segi kebijakan dan penggunaan keuangan

maupun kegiatan operasional RSUI YAKSSI dilakukan tanpa

seijin oleh Ketua Yayasan yaitu sdr SLAMET SUKARDI

ALBARQY.

2. Identitas Tersangka

a. Nama : Drs. Sudarman Bin Pawiro Semito (Alm)

b. Tempat, tanggal lahir : Sragen, 15 Januari 1961

c. Agama : Islam

d. Pekerjaan : Swasta

(Pengelola RSUI YAKSSI Gemolong)

e. Pendidikan terakhir : S1

f. Alamat : Dusun Sidomulyo Rt/Rw. 01/01, Ds.

Ngembat padas, Kec. Gemolong, Kab.

Sragen

3. Pasal yang Disangkakan

a. Pasal 374 KUHP Subsider Pasal 372 KUHP

b. Pasal 5 ayat (1) jo Pasal 70 ayat (1) UU RI Nomor 16 Tahun 2001

tentang YAYASAN sebagimana diubah dalam UU RI Nomor 28

Tahun 2004 tentang perubahan atas UU RI Nomor 16 Tahun 2001

Tentang YAYASAN

4. Diketahuinya adanya tindak pidana

Berawal atas dasar Laporan Hasil Audit RSUI YAKSSI Gemolong

Sragen dari Bawasda Sragen No. 790/344/29/2008, tanggal 05 Maret 2008

yang kemudian oleh Slamet Sukardi AL Barqy dilaporkan kepada polisi,

kemudia polisi membuat Laporan Polisi tertanggal 08 September 2008

dengan No. Pol. : LP/165/IX/2008/Reskrim.

Page 45: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

5. Langkah Penyidikan

a. Penanganan TKP

Tidak dilakukan penanganan TKP.

b. Pemanggilan

1) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 409 / IX / 2008 /

Reskrim tanggal 04 September 2008 dan Surat panggilan Nomor

Surat : S.pgl / 750 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember

2011, telah di panggil saksi Sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY

dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 08

September 2008, tanggal 22 Desember 2011, tanggal 27 Januari

2012 dan tanggal 17 Februari 2012.

2) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 475 / IX / 2008 /

Reskrim tanggal 19 September 2008 dan Surat panggilan Nomor

Surat : S.pgl / 584 / XII / 2008 / Reskrim tanggal 10 Desember

2008, dan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 06 / I / 2010 /

Reskrim tanggal 06 Januari 2010 telah di panggil saksi Sdr. AGUS

SUBROTO NUGROHO, SE dan yang bersangkutan datang dan

telah diperiksa tanggal 19 September 2008, 15 Desember 2008 dan

tanggal 12 Januari 2010.

3) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 474 / IX / 2008 /

Reskrim tanggal 19 September 2008 dan Surat panggilan Nomor

Surat : S.pgl / 583 / XII / 2008 / Reskrim tanggal 10 Desember

2008, dan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 07 / I / 2010 /

Reskrim tanggal 06 Januari 2010 telah di panggil saksi Sdr.

JAUHAR ANWARI, SE, Akt dan yang bersangkutan datang dan

telah diperiksa tanggal 19 September 2008, 15 Desember 2008,

tanggal 12 Januari 2010 dan 17 Februari 2012.

4) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 476 / IX / 2008 /

Reskrim tanggal 20 September 2008 dan Surat panggilan Nomor

Surat : S.pgl / 754 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember

2011, telah di panggil saksi Sdr. MARYADI dan yang

Page 46: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 23 September

2008 dan tanggal 27 Desember 2011 serta tanggal 17 Februari

2012.

5) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 477 / IX / 2008 /

Reskrim tanggal 20 September 2008 dan Surat panggilan Nomor

Surat : S.pgl / 751 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember

2011, telah di panggil saksi Sdri. NURHAYATI dan yang

bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 23 September

2008 dan tanggal 22 Desember 2011 serta tanggal 17 Februari

2012

6) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 753 / XII / 2011 /

Reskrim tanggal 19 Desember 2011, telah di panggil saksi Sdr.

ACHMARULHADI dan yang bersaogkutan datang dan telah

diperiksa tanggal 23 Desember 2011

7) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 755 / XII / 2011 /

Reskrim tanggal 19 Desember 2011, telah di panggil saksi Sdr. H.

WIDODO dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa

tanggal 26 Desember 2011

8) Tanpa surat panggilan dan Dengan surat panggilan nomor surat :

S.pgl / 784 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 19 Desember 2011 ,

telah di panggil saksi Sdri. SARI ASTUTI, SE dan yang

bersangkutan datang dan telah diperiksa tanggal 28 Oktober 2008

dan tanggal 31 Desember 2011

9) Dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 405 / X / 2008 /

Reskrim tanggal 28 Oktober 2008, dengan surat panggilan nomor

surat : S.pgl / 785 / XII / 2011 / Reskrim tanggal 29 Desember

2011, dan dengan surat panggilan nomor surat : S.pgl / 44 / I / 2012

/ Reskrim tanggal 25 Januari 2012 telah di panggil saksi Sdri.

WILIS WULANDARI, dan yang bersangkutan datang dan telah

diperiksa tanggal 28 Oktober 2008, tanggal 31 Desember 2011 dan

28 Januari 2012

Page 47: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

10) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 43 / I / 2012 /

Reskrim tanggal 25 Januari 2012, telah di panggil saksi Sdr. ATIK

RUSIANTINI dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa

tanggal 28 Januari 2012

11) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 04 / XII / 2008 /

Reskrim tanggal 1 Desember 2008, telah di panggil saksi Sdr.

SUNAR, SH dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa

tanggal 08 Januari 2009

12) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 11 / I / 2012 /

Reskrim tanggal 06 Januari 2012, telah di panggil saksi Sdr.

SUMARDI, ST dan yang bersangkutan datang dan telah diperiksa

tanggal 07 Januari 2012

13) Tanpa surat panggilan telah di periksa seorang saksi sdr ABDUL

SALAM dan yang bersangkutan telah diperiksa pada tanggal 17

Februari 2012

14) Tanpa surat Panggilan telah di periksa seorang saksi sdr ERET

HARTANTO, SH.SPN dan yang bersangkutan telah di periksa

pada tanggal 07 Februari 2012 dan 18 Februari 2012

15) Tanpa surat panggilan telah di periksa seorang saksi sdr AGUS

SUBARKAT dan yang bersangkutan telah di periksa pada tanggal

9 Februari 2012

16) Tanpa surat panggilan telah di periksa ahli sdri Hj. NUNIK

ISDIWATI dan yang bersangkutan telah di periksa tanggal 1

Oktober 2008 dan tanggal 04 Februari 2012.

17) Tanpa surat panggilan telah di periksa ahli sdr WIBAWA, BSc dan

yang bersangkutan telah di periksa tanggal 1 Oktober 2008 dan

tanggal 03 Februari 2012.

18) Dengan Surat panggilan Nomor Surat : S.pgl / 78 / II / 2012 /

Reskrim tanggal 06 Februari 2012,di panggil Tersangka Sdr. Drs.

SUDARMAN, SE dan yang bersangkutan datang dan telah

diperiksa tanggal 09 Februari 2012.

Page 48: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

c. Penangkapan

Tidak dilakukan penangkapan.

d. Penahanan

Tidak di lakukan penahanan.

e. Penggeledahan

Tidak dilakukan Penggeledahan.

f. Penyitaan

1) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 151 / IX /

2009 / Reskrim, tanggal 15 September 2008 Telah dilakukan

penyitaaan terhadap barang bukti berupa :

1 ( satu ) lembar surat Penunjukan Drs. SUDARMAN sebagai

diraktur administrasi dan Keuangan RS. Islam YAKSSI

Gemolong ( Penanggung jawab Operasional RS Islam

Gemolong, Sragen ) Tanggal 25 Oktober 1999.

Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan.

2) Dengan surat perintah penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / I / 2012 /

Reskrim, Tanggal 10 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan

terhadap barang bukti berupa :

1 ( Satu ) kwitansi uang muka pembelian kendaraan, tertanggal 11

Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp. SUDARMAN

senilai Rp 3.000.000,- ( Tiga juta rupiah).

1 ( Satu ) kwitansi tambahan uang muka pembelian kendaraan,

tertanggal 12 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp.

SUDARMAN senilai Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus lima puluh

ribu rupiah ).

6 ( Enam ) tanda terima cicilan sepeda motor Suzuki RC 100 dari

Drs. SUDARMAN.

5 ( Lima ) Buku kas harian masuk – keluar RSUI YAKSSI

Gemolong terdiri dari :

(1) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 23 Sep 2004 s / d

14 Des 2004,

Page 49: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

(2) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 14 Des 2004 s / d

14 Mar 2005,

(3) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 15 Mar 2005 s / d

09 Jun 2005,

(4) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 10 Jun 2005 s / d

23 Okt 2005,

(5) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 24 Okt 2005 s / d

31 Des 2005.

Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan

3) Dengan surat perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / VI / 2008

/ Reskrim, tanggal 24 Juni 2008, telah dilakukan penyitaan

terhadap barang bukti berupa :

a) 1 ( satu ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.

SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 10 Oktober 2005.

b) 2 ( dua ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.

SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 01 Nopember 2005.

Dan telah di buatkan berita acara penyitaan.

Untuk barang bukti pada point ( C ) melekat pada berkas perkara

Nomor : BP / 300 / XII / 2011 / reskrim, tanggal 25 Desember

2011 dengan tersangka atas nama SUMARDI, ST Bin

SISWODIHARJO.

4) Dengan Surat Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 10 / I / 2012 / Reskrim,

tanggal 27 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan terhadap barang

berupa :

1 ( Satu ) Unit Sepeda Motor Warna Hijau, Merek Suzuki,

Type Tornado-GX/RC100 S, tahun 1999 dengan No Rangka

MHDRC100NXJ245796, DAN Nomor Mesin :

E108ID245692. dengan Plat nomor AD-3763-DP. Atas nama

pemilik Untung Triyanto yang ber alamat Kramat Rt.03/05,

Kemiri,KBK Kramat Karangayar. Berikut STNK dan BPKB

dengan Nomor 8886265

Page 50: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

5) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp.Sita / 14 / II / 2012 /

Reskrim tanggal 04 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

a) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31

Desember 2000 dan 1999 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

b) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31

Desember 2001 dan 2000 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

c) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31

Desember 2002 dan 2001 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

d) 1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31

Desember 2003 dan 2002 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan.

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

6) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan

berupa :

a) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2004 dan 2003 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 036 / HR – 4100 / LP / IX / 2005

tanggal 28 September 2005 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

b) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2005 dan 2004 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 034 / HR – 4100 / LP / VIII / 2007

Page 51: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

tanggal 24 Agustus 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

c) 1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2006 dan 2005 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 035 / HR – 4100 / LP / IX / 2007

tanggal 17 September 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan

7) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15.a / II /

2012 / Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. dan Surat perintah

penyitaan Nomor : Sp. Sita / 20 / II / 2012 / Reskrim, tanggal 04

Februari 2012 telah di lakukan Penyitaan berupa :

a) 3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas

Laporan Keuangan Yayasan Kesehatan dan Sosial Syarekat

Islam (YAKSSI) tahun 2004 dan Pendampingan Penyusunan

Laporan Keuangan Tahun Buku 2000, 2001, 2002 dan 2003,

dengan Nomor : 019 / HR – 4100 / SPK / V / 2005, tertanggal

18 Mei 2005.

b) 3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas

Laporan Keuangan Rumah sakit Islam (YAKSSI) Gemolong

Sragen Tahun Buku 2005 dan 2006, dengan Nomor : 016.A /

HR – 4100 / SPK / VII / 2007, tertanggal 2 Juli 2007.

Dan telah di bautkan Berita Acara Penyitaan

8) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 16 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 06 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan

berupa :

a) 1 (satu) bendel Foto copy Akta Notaris Nomor 002 tanggal 17

Juli 1999 yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta H.

ANWAR DJONONUROGO, SH, yang sudah di legallisir.

Page 52: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

b) 1 (satu) bendel Akta Notaris Nomor 05 / 2007 tanggal 05

Maret 2007 yang diterbitkan oleh Notaris & PPAT ERET

HARTANTO, SH kota Surakarta.

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

9) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 25 / II / 2012 /

Reskrim, Tanggal 17 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

a) 12 ( dua belas ) lembar uang pecahan Rp. 50.000,00 ( lima

puluh ribu ) dengan nomor seri GBB610753, PAJ344173,

CAA509210, CAG174127, PAR655014, EAP995258,

QBU866354, BCO254356, GAP864997, HAC768512,

LAE677821, HAL998167

b) 1 ( satu ) lembar Kwitansi warna putih bertuliskan Rumah Sakit

Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong tertanggal ; Gemolong,

16 Mar 2007 dengan tulisan nominal uang sebesar Rp.

600.000,00 ( enam ratus ribu rupaiah ) guna membayar

akomodasi yayasan.

c) 1 ( satu ) buah amplop warna coklat dengan tulisan kop Rumah

Sakit Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong

d) 1 ( satu ) bendel Laporan Operasional AuditRumah Sakit

Umum Islam YAKSSI Gemolong Sragen mulai agustus tahun

1999 sampai dengan Desember tahun 2007 oleh Badan

Pengawas Daerah Kabupaten Sragen dengan Nomor :

790/344/29/2008, tertanggal 05 Maret 2008

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan

10) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 28 / II / 2012 /

Reskrim, Tanggal 21 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

2 ( dua ) bendel Pendirian Operasional dan Permasalahan RSI

YAKSSI Gemolong.

Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan.

Page 53: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

11) Dengan surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 29 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 23 Februari 2012 telah di lakukan penyitaan

berupa :

a) 1 ( satu ) buah buku ber warna coklat yang bertuliskan gaji

tukang bulan juni 1999

b) 1 ( satu ) buah buku ber warna Batik biru yang bertuliskan B.G

Tukang 1999

c) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan

Modal dasar Buku Transaksi 1999

d) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan

Pemasukan 1 Nop 99 s/d 24/AP 00

e) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna coklat yang bertuliskan

Buku I Agustus 09 s/d Desember 09

f) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu

bertuliskan masuk /keluar 1 jan 00 s/d 24/Apr 00

g) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu yang

bertuliskan kas masuk & Keluar 24 april 2000 s/d 17 Nop 2000

h) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Hijau motif Hitam bertuliskan

buku kas masuk / keluar RSI YAKSSI 17-11-00 s/d 12-09-01.

i) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Biru Batik bertuliskan kas

masuk keluar 13-09-2001 s/d 30-06-2002

j) 1 ( satu ) buah buku masuk – keluar RSI YAKSSI 1 Juli 2002

s/d 16 Nop 2002 warna batik merah putih.

k) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah

bertuliskan buku masuk keluar RSI YAKSSI 17 Nov 2002 - 23

maret 2003

l) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah

bertuliskan kas Masuk keluar 24 maret 2003 s/d 31 – 07-03

m) 1 ( satu ) buah buku Folio warna kuning bertuliskan kas masuk

/keluar 1 Agts 03 s/d 9 -03 04

Page 54: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

n) 1 ( satu ) buah buku Folio warna hijau bertuliskan kas Masuk /

Keluar Kasir 10 maret 04 s/d 22 – 09 - 04

Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan

g. Keterangan Saksi (Resume)

1) Saksi KH. SLAMET AL BARQY Bin DARMO SEMITO (alm)

memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah

Ketua Badan Pembina YAKSSI. Saksi menerangkan bahwa pada

tahun 1999 sampai dengan 2007 di RSUI YAKSSI Gemolong,

yang beralamat di Jln Raya Solo-Purwodadi Km 20 Gemolong,

Sragen. Drs SUDARMAN telah melakukan penggelapan uang

hasil usaha Yakssi Gemolong sebesar Rp. 4.427.953.804,00 (empat

milyar empat ratus dua puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh

tiga ribu delapan ratus empat rupiah), atas dasar laporan hasil audit

RSUI YAKSSI Gemolong Sragen dari Bawasda Sragen No.

790/344/29/2008, tanggal 05 Maret 2008.

2) Saksi AGUS BROTO NUGROHO, SE memberikan kesaksian di

bawah sumpah dimana saksi adalah Pegawai Bawasda Kab. Sragen

bahwa pada saat melakukan audit, saksi menerangkan bahwa ada

perbedaan anatara pembukuan RSUI YAKSSI dengan hasil audit

baik saldo kas maupun saldo bank sebesar Rp. 4.427.953.804,00,

bentuk perbedaannya adalah antara saldo akhir secara akumulasi

dari tahun 1999 sampai dengan 2007 oleh RSUI YAKSSI

Gemolong dengan hasil akhir audit Bawasda Sragen yang

dilakukan saksi terhadap keuangan RSUI YAKSSI Gemolong

Sragen dari tahun 1999 sampai dengan 2007.

3) Saksi JAUHAR ANWARI, SE, Akt memberikan kesaksian di

bawah sumpah dimana saksi adalah Pegawai Kontrak Bawasda

Kab. Sragen bahwa yang melakukan perbuatan sehingga RSUI

YAKSSI Gemolong dirugikan adalah Pengelola RSUI YAKSSI

Gemolong Sragen yang pada waktu itu dijabat oleh Sdr

SUDARMAN.dan perbuatan tersebut dilakukan dengan cara sdr

Page 55: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI tidak melakukan

beberapa aspek diantaranya :

a) Aspek legal/hukum atas pengelolaan RSUI YAKSSI

b) Aspek komunikasi management atas pengelolaan RSUI

YAKSSI

c) Aspek pengendalian management atas peengelolaan RSUI

YAKSSI

d) Pengungkapan atas audit operasional RSUI YAKSSI

Gemolong

4) Saksi MARYADI Bin MUHAMMAD memberikan kesaksian di

bawah sumpah dimana saksi adalah pembantu umum pada tahun

2007 dan pada 2008 menjabat sebagai Bendahara Yayasan RSUI

YAKSSI Gemolong, saksi menerangkan bahwa selain dilakukan

audit oleh Bawasda, Drs. SUDARMAN menunjuk Auditor

Independent HADORI DAN REKAN dan laporan ditanda tangani

oleh Drs. SUGIARTO M.Acc, MBA, Akt. Melakukan audit atas

RSUI YAKSSI Gemolong. Saksi juga menerangkan bahwa selaku

bendahara Yayasan tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan

keputusan pengelolaan RSUI YAKSSI Gemolong yaitu dalam hal

penentuan upah atau gaji pegawai atau tenaga tidak tetap atau

kotrak, Tunjangn keluarga, Tunjangan fungsional tenaga kesehatan

dan Tunjangan Struktural di Lingkungan RSUI YAKSSI.

5) Saksi NURHAYATI, BA Binti DJAMHURI memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah Anggota PemBina

Yayasan Yakssi bahwa audit dari Bawasda Kab. Sragen dilakukan

setelah ketua PemBina KH. SLAMET SUKARDI AL BARQY

bertemu dengan Drs. SUDARMAN dihadapan Bupati Sragen

dengan disaksikan oleh Camat Gemolong dan saksi menerangkan

bahwa Drs. SUDARMAN pernah menunjuk tim audit Independent

HADORI DAN REKAN untuk melakukan audit di RSUI YAKSSI

Gemolong dan Laporan audit tersebut ditanda tangani oleh Drs.

Page 56: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

SUGIYARTO M.Acc, MBA. Akt. Saksi juga mengetahui bahwa

Sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY menyerahkan amplop

tertutup berwarna coklat kepada sdr MARYADI (selaku bendahara

yayasan) yang kemudian saksi ketahui berisi uang sebesar Rp

600.000,00 (enam ratus ribu rupiah).

6) Saksi ACHMARULHADI Bin MUH BASRI (Alm) memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah Sekretaris Yakssi

bahwa saksi selaku sekretaris pengurus tidak mengetahui berapa

besar uang kas RSUI YAKSSI karena tidak pernah ada laporan

pertanggung jawaban dari pengelola RSUI YAKSSI.

7) Saksi H. WIDODO Bin DARMO SUKARTO (alm) memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah wakil bendahara

Yayasan Yakssi dan untuk tugas tanggung jawab, saksi tidak

mengetahuinya karena saksi tidak pernah diajak musyawarah

maupun rapat mengenai perkembangan Yakssi, saksi juga

mengetahui yang mengelola Bidang Usaha Yayasan yaitu RSUI

YAKSSI adalah sdr SUDARMAN tetapi saksi tidak mengetahui

berapa besar kas yang dimiliki oleh RSUI YAKSSI. Karena saksi

tidak pernah diajak musyawarah oleh bendahara maupun pihak

RSUI YAKSSI dan saksi tidak pernah ada laporan pertanggung

jawaban keuangan dari RSUI YAKSSI.

8) Saksi SARI ASTUTI, SE memberikan kesaksian di bawah sumpah

dimana saksi adalah karyawan RSUI YAKSSI bahwa hasil catatan

dan pembukuan laporan keuangan RSUI YAKSSI Gemolong dari

tahun 2003 sampai dengan 2006 laba pendapatan RSUI YAKSSI

sebesar Rp 2.154.420.633,00 (dua milyar seratus lima puluh empat

juta empat ratus dua puluh enam ratus tiga puluh tiga rupiah)

selaku kasir apabila setiap pengeluaran uang harus mendapat

persetujuan Drs. SUDARMAN, termasuk segala pengeluaran yang

bersifat operasional dari RSUI YAKSSI harus ada persetujuan Drs.

SUDARMAN dengan cara setiap dari pengeluaran dicatat dan

Page 57: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

dilaporkan seluruh laporan adalah tanggung jawab Drs.

SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI Gemolong. Saksi

juga membenarkan bahwa hasil audit dari HLB HADORI &

REKAN diketahui bahwa laba akhir tahun 1999 sampai dengan

2006 sebesar Rp 2.154.420.633,00 (Dua milyar seratus lima puluh

empat juta empat ratus dua puluh enam ratus tiga puluh tiga

rupiah) dan hasil dari Bawasda Sragen jumlah kas dari tahun 1999

sampai dengan 2006 sebesar Rp 4.427.953.804,00 (empat milyar

empat ratus dua puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh tiga

ribu delapan ratus empat rupiah).

9) Saksi WILIS WULANDARI Binti JUMADI memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah kasir RSUI

YAKSSI bahwa saksi pernah mambuat, menulis dan mengeluarkan

honor beserta kwitansinya kepada Sdr. KH. SLAMET SUKARDI

ALBARQY sebesar Rp. 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) yang

dititipkan kepada Sdr. SUMARDI dibagian umum dan DUL

SALAM dibagian cleaning service dan saksi yang menerima

pengembalian kwitansi honor yang diberikan kepada Sdr.

SLAMET SUKARDI ALBARQY yang sudah ditandatangani KH.

SLAMET SUKARDI ALBARQY. Dimana uang yang diberikan

kepada Sdr. SLamet ALBARQY tersebut diambilkan dari uang kas

RSUI YAKSSI atas perintah Sdr. SUDARMAN selaku Wakil

direktur administrasi.

10) Saksi ATIK RUSIANTINI Binti JOKO SANTOSO memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI

YAKSSI Gemolong dibagian kasir, saksi menerangkan bahwa

yang mempunyai kewenangan terhadap keuangan RSUI YAKSSI

adalah Sdr SUDARAMAN. Saksi juga menjelaskan bahwa sakasi

pernah mengeluarkan uang honor untuk sdr SLAMET SUKARDI

ALBAQRY, pengeluaran uang angsuran untuk sepeda motor

dengan mengeluarkan bukti kwitansi sebanyak 7 kwitansi. Snilai

Page 58: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Rp 7.837.100,00 (Tujuh juta delapan ratus tiga puluh tujuh ribu

seratus rupiah) namun saksi hanya mengeluarkan kwitansi

tertanggal 11 Agustus 2000 dan 12 Agustus 2000 sebanyak Rp

3.750.000,00 (Tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) dan

untuk sisanya petuga piket yang terakhir saat itu dan yang

memerintah saksi adalah sdr SUDARMAN (dalam bentuk perintah

lesan) dan untuk setiap pengeluaran uang pasti dibuatkan kwitansi.

11) Saksi SUNAR, SE memberikan kesaksian di bawah sumpah

dimana saksi adalah Kepala Bawasda Sragen. Saksi menerangkan

bahwa kesimpulan dari operasional audit yang dilakukan oleh

Bawasda Sragen adalah adanya penyimpangan managemen dan

bentuk penyimpangannya adalah sebagai berikut: tidak adanya

pertanggung jawaban keuangan dari tahun 1999 sampai dengan

2007, lemahnya pengendalian internal, ttidak pernah dilakukan

pencocokan dalam buku kas dengan kas secara fisik, kontrol kas

juga lemah artinya saldo fisik kas tidak pernah dilakukan

pencocokan dengan buku kas umum dan adanya transaksi internal

yang tidak independent.

12) Saksi SUMARDI, ST Bin SISWODIHARJO memberikan

kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI

YAKSSI. Saksi menerangkan bahwa saksi pernah mendapatkan

perintah dari Sdr SUDARMAN selaku pengelola RSUI YAKSSI

untuk mengantarkan atau memberikan uang honor kepada Sdr

SLAMET SUKADI ALBARQY dengan bukti penerimaan adalah

kwitansi.

13) Saksi ABDUL SALAM als KUNCUNG Bin SUTRISNO

memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah

karyawan RSUI YAKSSI (cleaning service). Saksi menerangkan

bahwa saksi langsung mengambil amplop tersebut dari kasir dan

saksi langsung mengantarkannya kepada saudara SLAMET

Page 59: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

SUKARDI ALBARQY , akan tetapi pada saat itu ada tamu

sehingga diserahkan amplop itu malam harinya.

14) Saksi ERET HARTANTO, SH. Spn Bin CIPTO PRANOTO (alm)

memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah

Notaris. Saksi menerangkan bahwa saksi pernah melagalisir atau

mengesahkan Foto Copy 1 (satu) bendel Akta Notaris yang

diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta tanah H. ANWAR

DJONONUROGO, SH dengan Nomor 002 tanggal 15 juli 1999

pada tanggal 07 Februari 2012.

15) Saksi AGUS SUBARKAT Bin SUPARDI memberikan kesaksian

di bawah sumpah dimana saksi adalah karyawan RSUI YAKSSI.

Saksi menerangkan bahwa semua karyawan RSUI YAKSSI

mendapatkan gaji dari RSUI YAKSSI melalui rekening bank BPD

sedangkan yang mempunyai wewenang untuk mengesahkan atau

penanggung jawabnya adalah Sdr SUDARMAN selaku Wadir

Administrasi dan Keuangan dan Sdr SUDARMAN juga

mendapatkan gaji namun saksi tidak mengetahui berapa besarnya.

h. Keterangan Ahli (Resume)

1) Keterangan Saksi Ahli Hj. Nunik ISDIWADI, SE Binti ISMADI

(alm) memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi

adalah Akuntan Publik di HLB HADORI & REKAN Jogjakarta.

Saksi menerangkan bahwa RSUI YAKSSI Gemolong dalam

pengeluaran dana atau masuknya dana dari hasil usaha mestinya

tidak dilakukan oleh Sdr SUDARMAN selaku pengelola dan

harusnya melalui mekanisme Pengurus dan mayoritas dalam

pembelian barang-barang kebutuhan Rumah Sakit termasuk alat

kesehatan dari pihak luar, dan cara pembeliannya dengan cara

berhutang dan kontan. Saksi juga menerangkan bahwa pada akhir

tahun 2006 RSUI YAKSSI memiliki keuntungan yang berujud

uang Rp 394.621.030,00 (tiga ratus sembilan puluh juta enam ratus

dua puluh satu ribu tiga puluh rupiah). Uang tersebut disimpan di:

Page 60: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp 34.125.672,00 (tiga

puluh empat juta seratus dua puluh lima ribu enam ratus tujuh

puluh dua rupiah), di Bank BPD Jateng dengan no. Rek

1.063.00044.1 sejumlah Rp 290.592.128,00 (dua ratus Sembilan

puluh juta lima ratus Sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh

delapan rupiah), dan di Bank BPD Jateng dengan no. Rek

3.063.05609.7 sejumlah Rp 69.903.230,00 (enam puluh Sembilan

juta Sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah).

2) Keterangan saksi ahli WIRABA, BSc Bin MUKHOROBIN

memberikan kesaksian di bawah sumpah dimana saksi adalah

Akuntan Publik di HLB HADORI & REKAN Jogjakarta. Saksi

menerangkan bahwa RSUI YAKSSI Gemolong dalam pengeluaran

dana atau masuknya dana dari hasil usaha mestinya tidak dilakukan

oleh Sdr SUDARMAN selaku pengelola dan harusnya melalui

mekanisme Pengurus dan mayoritas dalam pembelian barang-

barang kebutuhan Rumah Sakit termasuk alat kesehatan dari pihak

luar, dan cara pembeliannya dengan cara berhutang dan kontan.

Saksi juga menerangkan bahwa pada akhir tahun 2006 RSUI

YAKSSI memiliki keuntungan yang berujud uang Rp

394.621.030,00 (tiga ratus sembilan puluh juta enam ratus dua

puluh satu ribu tiga puluh rupiah). Uang tersebut disimpan di:

brangkas kas RSUI YAKSSI sejumlah Rp 34.125.672,00 (tiga

puluh empat juta seratus dua puluh lima ribu enam ratus tujuh

puluh dua rupiah), di Bank BPD Jateng dengan no. Rek

1.063.00044.1 sejumlah Rp 290.592.128,00 (dua ratus sembilan

puluh juta lima ratus Sembilan puluh dua ribu seratus dua puluh

delapan rupiah), dan di Bank BPD Jateng dengan no. Rek

3.063.05609.7 sejumlah Rp 69.903.230,00 (enam puluh Sembilan

juta sembilan ratus tiga ribu dua ratus tiga puluh rupiah).

Page 61: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

i. Keterangan Tersangka (Resume)

1) Tersangka Drs. SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (Alm)

tetapi sebelumnya telah diperiksa sebagai saksi pada tanggal 09

September 2008, memberikan kesaksian di bawah sumpah bahwa

saksi mengakui bahwa pemilik RSUI YAKSSI secara Administrasi

adalah milik Yayasan tetapi di lapangan adalah milik saksi. Saksi

membenarkan bahwa telah memberikan honor dan THR kepada

sdr. SLAMET SUKARDI ALBARQY dan Ny. MUFLIKUN (sdri.

NURHAYATI) sejak tahun 2001 sampai 2007 dengan total sebesar

Rp. 64.050.000,00 (enam puluh empat juta lima puluh ribu rupiah),

dan uang itu diambil dari uang kas RSUI YAKSSI yang terdapat di

kasir. Saksi juga membenarkan bahwa juga memberikan sepeda

motor RC 100 tahun 1999 warna hijau dengan No. Rangka:

RC100N-245796, No. Mesin: E109ID-245692 kepada sdr

SLAMET SUKARDI ALBARQY. Pada intinya saksi mengakui

telah menggunakan uang kas RSUI YAKSSI untuk pemberian

honor, THR dan juga sepeda motor, namun saksi tidak merasa

melakukan penggelapan terhadap kas RSUI YAKSSI karena

tersangka mengaku sebagai pemilik dari RSUI YAKSSI dan

merasa bahwa sejumlah uang yang telah digunakan merupakan

uangnya.

j. Barang Bukti

1) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 151 / IX /

2009 / Reskrim, tanggal 15 September 2008 Telah dilakukan

penyitaaan terhadap barang bukti berupa :

1 ( satu ) lembar surat Penunjukan Drs. SUDARMAN Bin

PAWIRO SEMITO ( alm ) sebagai diraktur administrasi dan

Keuangan RS. Islam YAKSSI Gemolong ( Penanggung jawab

Operasional RS Islam Gemolong, Sragen ) Tanggal 25

Oktober 1999.

Dan telah dibuatkan berita acara penyitaan.

Page 62: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

2) Dengan surat perintah penyitaan Nomor : Sp. Sita / 04 / I / 2012 /

Reskrim, Tanggal 10 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan

terhadap barang bukti berupa :

a) 1 ( Satu ) kwitansi uang muka pembelian kendaraan, tertanggal

11 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp. SUDARMAN

senilai Rp 3.000.000,- ( Tiga juta rupiah).

b) 1 ( Satu ) kwitansi tambahan uang muka pembelian kendaraan,

tertanggal 12 Agustus 2000 yang tertera tanda tangan Bp.

SUDARMAN senilai Rp. 750.000,- ( Tujuh ratus lima puluh

ribu rupiah ).

c) 6 ( Enam ) tanda terima cicilan sepeda motor Suzuki RC 100

dari Drs. SUDARMAN.

d) 5 ( Lima ) Buku kas harian masuk – keluar RSUI YAKSSI

Gemolong terdiri dari :

(1) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 23 Sep 2004 s / d

14 Des 2004,

(2) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 14 Des 2004 s / d

14 Mar 2005,

(3) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 15 Mar 2005 s / d

09 Jun 2005,

(4) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 10 Jun 2005 s / d

23 Okt 2005,

(5) Buku kas harian Masuk – Keluar tanggal 24 Okt 2005 s / d

31 Des 2005.

Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan

3) Dengan surat perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / VI / 2008

/ Reskrim, tanggal 24 Juni 2008, telah dilakukan penyitaan

terhadap barang bukti berupa :

a) 1 ( satu ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.

SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 10 Oktober 2005.

Page 63: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

b) 2 ( dua ) lembar Kwitansi penerimaan uang atas nama KH.

SLAMET SUKARDI ALBARQY tanggal 01 Nopember 2005.

Dan telah di buatkan berita acara penyitaan.

Untuk barang bukti pada point ( C ) melekat pada berkas perkara

Nomor : BP / 300 / XII / 2011 / reskrim, tanggal 25 Desember

2011 dengan tersangka atas nama SUMARDI, ST Bin

SISWODIHARJO.

4) Dengan Surat Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 118 / I / 2012 /

Reskrim, tanggal 27 Januari 2012. telah dilakukan penyitaan

terhadap barang berupa :

1 ( Satu ) Unit Sepeda Motor Warna Hijau, Merek Suzuki,

Type Tornado-GX/RC100 S, tahun 1999 dengan No Rangka

MHDRC100NXJ245796, DAN Nomor Mesin :

E108ID245692. dengan Plat nomor AD-3763-DP. Atas nama

pemilik Untung Triyanto yang ber alamat Kramat Rt.03/05,

Kemiri,KBK Kramat Karangayar. Berikut STNK dan BPKB

dengan Nomor 8886265

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

5) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp.Sita / 14 / II / 2012 /

Reskrim tanggal 04 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember

2000 dan 1999 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &

Rekan,

1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember

2001 dan 2000 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &

Rekan,

1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember

2002 dan 2001 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &

Rekan,

Page 64: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1 (satu) lembar Neraca RSI YAKSSI Sragen tanggal 31 Desember

2003 dan 2002 yang dibuat Akuntan Publik HLB Hadori &

Rekan.

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

6) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan

berupa :

1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2004 dan 2003 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 036 / HR – 4100 / LP / IX / 2005

tanggal 28 September 2005 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2005 dan 2004 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 034 / HR – 4100 / LP / VIII / 2007

tanggal 24 Agustus 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

1 (satu) bendel Laporan Auditor Independen atas Laporan

Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31

Desember 2006 dan 2005 Rumah Sakit Islam YAKSSI

Gemolong Sragen Nomor : 035 / HR – 4100 / LP / IX / 2007

tanggal 17 September 2007 yang dibuat Akuntan Publik HLB

Hadori & Rekan,

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan

7) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 15.a / II /

2012 / Reskrim, tanggal 04 Februari 2012. telah di lakukan

Penyitaan berupa :

3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas Laporan

Keuangan Yayasan Kesehatan dan Sosial Syarekat Islam

Page 65: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

(YAKSSI) tahun 2004 dan Pendampingan Penyusunan

Laporan Keuangan Tahun Buku 2000, 2001, 2002 dan 2003,

dengan Nomor : 019 / HR – 4100 / SPK / V / 2005, tertanggal

18 Mei 2005.

3 (tiga) lembar Surat Perjanjian Kerja tentang Audit Atas Laporan

Keuangan Rumah sakit Islam (YAKSSI) Gemolong Sragen

Tahun Buku 2005 dan 2006, dengan Nomor : 016.A / HR –

4100 / SPK / VII / 2007, tertanggal 2 Juli 2007.

Dan telah di bautkan Berita Acara Penyitaan

8) Dengan Surat Perintah Penyitaan Nomor : Sp. Sita / 16 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 06 Februari 2012. telah di lakukan Penyitaan

berupa :

a) 1 (satu) bendel foto Copy Akta Notaris Nomor 002 tanggal 17

Juli 1999 yang diterbitkan oleh Pejabat Pembuat Akta H.

ANWAR DJONONUROGO, SH,yang telah di legallisir

b) 1 (satu) bendel Akta Notaris Nomor 05 / 2007 tanggal 05

Maret 2007 yang diterbitkan oleh Notaris & PPAT ERET

HARTANTO, SH kota Surakarta.

Dan telah di buatkan Berita Acara Penyitaan.

9) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 25 / II / 2012 /

Reskrim, Tanggal 17 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

a) 12 ( dua belas ) lembar uang pecahan Rp. 50.000,00 ( lima

puluh ribu ) dengan nomor seri GBB610753, PAJ344173,

CAA509210, CAG174127, PAR655014, EAP995258,

QBU866354, BCO254356, GAP864997, HAC768512,

LAE677821, HAL998167

b) 1 ( satu ) lembar Kwitansi warna putih bertuliskan Rumah Sakit

Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong tertanggal ; Gemolong,

16 Mar 2007 dengan tulisan nominal uang sebesar Rp.

Page 66: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

600.000,00 ( enam ratus ribu rupaiah ) guna membayar

akomodasi yayasan.

c) 1 ( satu ) buah amplop warna coklat dengan tulisan kop Rumah

Sakit Umum Islam “ YAKSSI “ Gemolong

d) 1 ( satu ) bendel Laporan Operasional AuditRumah Sakit

Umum Islam YAKSSI Gemolong Sragen mulai agustus tahun

1999 sampai dengan Desember tahun 2007 oleh Badan

Pengawas Daerah Kabupaten Sragen dengan Nomor :

790/344/29/2008, tertanggal 05 Maret 2008

Dan telah dibuatkan Berita Acara Peyitaan

10) Dengan Surat Perintah penyitaan Nomor : SP. Sita / 28 / II / 2012 /

Reskrim, Tanggal 21 Februari 2012. telah dilakukan penyitaan

berupa :

- 2 ( dua ) bendel Pendirian Operasional dan Permasalahan RSI

YAKSSI Gemolong.

Dan telah dibuatkan Berita Acara Penyitaan

11) Dengan surat Perintah Penyitaan Nomor : SP. Sita / 29 / II / 2012 /

Reskrim, tanggal 23 Februari 2012 telah di lakukan penyitaan

berupa :

a) 1 ( satu ) buah buku ber warna coklat yang bertuliskan gaji

tukang bulan juni 1999

b) 1 ( satu ) buah buku ber warna Batik biru yang bertuliskan B.G

Tukang 1999

c) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan

Modal dasar Buku Transaksi 1999

d) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna Biru yang bertuliskan

Pemasukan 1 Nop 99 s/d 24/AP 00

e) 1 ( satu ) buah buku Folio ber warna coklat yang bertuliskan

Buku I Agustus 09 s/d Desember 09

f) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu

bertuliskan masuk /keluar 1 jan 00 s/d 24/Apr 00

Page 67: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

g) 1 ( satu ) buah Foto kopi buku sampul plastik warna Ungu yang

bertuliskan kas masuk & Keluar 24 april 2000 s/d 17 Nop 2000

h) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Hijau motif Hitam bertuliskan

buku kas masuk / keluar RSI YAKSSI 17-11-00 s/d 12-09-01.

i) 1 ( satu ) buah buku Folio warna Biru Batik bertuliskan kas

masuk keluar 13-09-2001 s/d 30-06-2002

j) 1 ( satu ) buah buku masuk – keluar RSI YAKSSI 1 Juli 2002

s/d 16 Nop 2002 warna batik merah putih.

k) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah

bertuliskan buku masuk keluar RSI YAKSSI 17 Nov 2002 - 23

maret 2003

l) 1 ( satu ) buah buku Folio warna batik biru kuning merah

bertuliskan kas Masuk keluar 24 maret 2003 s/d 31 – 07-03

m) 1 ( satu ) buah buku Folio warna kuning bertuliskan kas masuk

/keluar 1 Agts 03 s/d 9 -03 04

n) 1 ( satu ) buah buku Folio warna hijau bertuliskan kas Masuk /

Keluar Kasir 10 maret 04 s/d 22 – 09 - 04

6. Pembahasan

Penyidikan adalah suatu bentuk usaha untuk membuat jadi terang

atau membuat jelas suatu perkara pidana yang telah terjadi. Usaha ini

dilakukan untuk memperoleh kebenaran materiil atau kebenaran yang

sesuai dengan fakta sesungguhnya. Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1)

KUHAP, penyidikan dapat dilakukan oleh Pejabat Polisi Negara Republik

Indonesia maupun oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang diberi

wewenang khusus oleh undang-undang. Menurut Moeljatno, adanya

perbuatan (manusia), yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini

merupakan syarat fomil) dan bersifat melawan hukum (ini merupakan

syarat materiil) (Sudarto, 1990: 43). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

suatu tindakan dapat dikatakan sebagai tindak pidana apabila tindakan

tersebut termasuk tindakan yang melawan hukum.

Page 68: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Peningkatan status dari saksi menjadi tersangka memang kadang

terjadi di dalam proses penyidikan. Hal tersebut terjadi karena keyakinan

penyidik menjadi kuat berdasarkan keterangan yang ada dan keterangan

tersebut mendukung. Wewenang dalam menentukan seseorang menjadi

saksi maupun tersangka adalah oleh penyidik baik itu atas petunjuk dari

penuntut umum maupun atas hasil penyidikan itu sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Abdul

Basir, SH. MH., pada tanggal 2 Mei 2012 meskipun sdr SUDARMAN Bin

PAWIRO SEMITO (alm) sebagai terlapor, penyidik tetap memanggilnya

sebagai saksi, dengan alasan belum ada bukti-bukti yang mengarahkan

saksi sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) sebagai tersangka.

Hal ini dilakukan karena aparat kepolisian tidak melakukan penyelidikan

terlebih dahulu untuk menetapkan apakah sdr SUDARMAN Bin PAWIRO

SEMITO (alm) akan dijadikan tersangka atau saksi.

Penggambaran peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam

kasus tersebut akhirnya ditemukan titik terang, di mana akhirnya diketahui

yang melakukan tindak pidana penggelapan adalah saksi sdr

SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm), dengan terpenuhinya unsur-

unsur dalam Pasal 374 KUHP, yaitu:

„Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya

terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena

pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu‟

Setelah unsur-unsur tindak pidana penggelapan oleh saksi sdr

SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) dipenuhi, maka terhadap

saksi sdr SUDARMAN Bin PAWIRO SEMITO (alm) ditetapkan sebagai

tersangka dan dilakukan pemeriksaan lagi sebagai tersangka. Setelah

unsur-unsur tindak pidana penggelapan oleh „saksi‟ telah dipenuhi, maka

„saksi‟ tersebut mengalami peningkatan status menjadi tersangka dan

dilakukan pemeriksaan ulang sebagai tersangka.Untuk mengungkap secara

hukum tentang benarkah telah terjadi tindak pidana dalam contoh kasus

Page 69: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

pencurian, penggelapan, penipuan dan sejenisnya tentunya pihak penyidik

tidak akan kesulitan mengidentifikasikan barang bukti yang salah satunya

atau beberapa dapat dijadikan alat bukti yang selanjutnya akan diperiksa di

sidang, pengadilan (Hotman Siahaan, 2010: 2).

Dari hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Abdul Basir, SH.

MH., pada tanggal 2 Mei 2012, dapat disimpulkan bahwa peningkatan

status saksi menjadi tersangka dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Diterimanya laporan tentang adanya suatu tindak pidana yang telah

terjadi;

b. Mengumpulkan alat bukti yang sesuai dengan uraian dari Pasal 184

KUHAP;

c. Pemeriksaan terhadap saksi-saksi oleh penyidik;

d. Pemeriksaan yang dilakukan dengan status masih sebagai saksi,

kemudian berdasarkan keterangan yang diperoleh dalam pemeriksaan,

ia mengalami peningkatan status menjadi tersangka;

e. Seseorang yang oleh penyidik dijadikan sebagai seorang saksi, tetapi

kemudian diberi petunjuk oleh penuntut umum untuk dijadikan sebagai

seorang tersangka;

f. Tersangka tersebut kemudian akan dijadikan saksi lagi untuk tersangka

lainnya.

Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses

penyidikan yang mana seorang tersangka dipanggil dahulu sebagai

seorang saksi memang diakui oleh penyidik seringkali dilakukan terutama

pada kasus-kasus penggelapan atau penipuan. Keterangan dari saksi

adalah tindak pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri atau ia alami

sendiri. Adapun syarat alat bukti keterangan saksi adalah sebagai berikut :

a. Dinyatakan di sidang pengadilan;

b. Sebelum memberi keterangan wajib bersumpah atau berjanji;

c. Tentang yang ia lihat, dengar atau alami sendiri;

d. Dalam bahasa Indonesia;

e. Jawaban diberikan dalam keadaan bebas/pernyataan tidak menjerat.

Page 70: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Menjadi seorang saksi adalah kewajiban hukum karena sesuai

dengan Pasal 224 KUHAP dikatakan bahwa, “menolak menjadi saksi di

Pengadilan Negeri tanpa alasan yang sah dapat dituntut pidana”. Orang

yang dipanggil untuk didengar keterangannya sebagai saksi wajib datang

dan apabila ia tidak datang, penyidik memanggil sekali lagi dengan

perintah kepada petugas atau penyelidik “untuk dibawa” kepadanya,

sesuai dengan Pasal 112 ayat (2) KUHAP. Apabila seorang saksi tidak

dapat datang dengan alasan yang patut dan wajar, penyidik akan datang ke

tempat kediamannya. Menurut Pasal 117 ayat (1) KUHAP, keterangan

dari tersangka ataupun saksi yang diberikan kepada penyidik harus

diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.

Karena tersangka dan atau saksi wajib memperoleh perlindungan hak

asasi.

Satu saksi bukan saksi (Unus Testis Nullus Testis) yaitu

keterangan seorang saksi saja tidak cukup membuktikan terdakwa bersalah

terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Seorang saksi adalah

bukti hidup yang sangat membantu dalam proses penyidikan. Nilai dari

keterangan saksi sebagai alat bukti adalah sebagai berikut:

Alat Bukti Keterangan Saksi

a. Apabila keterangan saksi memenuhi semua persyaratan Undang-

undang.

b. Alat Bukti Petunjuk

1) Saksi memberikan keterangan di sidang pengadilan tidak disumpah

atau berjanji (karena alasan yang sah), keterangannya bersesuaian

dengan keterangan saksi yang disumpah atau diberjanji.

2) Saksi tidak hadir di sidang pengadilan, keterangannya dalam BAP

penyidikan diberikan tidak di bawah sumpah atau janji, dibacakan

di sidang pengadilan bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain.

Page 71: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

c. Nilainya Sama Dengan Keterangan Saksi

Saksi tidak hadir di sidang pengadilan, keterangannya dalam BAP

telah diberikan di bawah sumpah atau janji, dibacakan di sidang

pengadilan.

d. Sekedar Menambah Keyakinan Hakim (Bukan Alat Bukti)

Saksi memberikan keterangan di sidang pengadilan tidak mau

bersumpah atau berjanji sekalipun telah disandera di Rumah Tahanan,

namun keterangannya bersesuaian dengan alat buktu yang lain.

e. Tidak Mempunyai Nilai Pembuktian

1) Keterangan sakasi yang diperoleh dari pengetahuan orang lain

(Testimonium De Audito).

2) BAP saksi diberikan tidak di bawah sumpah atau janji dan tidak

bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain.

Keterangan beberapa orang saksi yang berdiri sendiri-sendiri

tentang suatu kejadian dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah

(petunjuk) apabila keterangan saksi tersebut ada hubungan satu dengan

yang lain, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian tertentu,

keterangan ini disebut dengan keterangan berangkai (Ketting Bewijs).

Cara menilai kebenaran keterangan saksi adalah dengan cara sebagai

berikut:

a. Bersesuaian dengan keterangan saksi yang lain;

b. Bersesuaian dengan alat bukti sah yang lain;

c. Alasan saksi untuk memberikan keterangan;

d. Cara hidup dan kesusilaan saksi.

Biasanya setelah adanya Laporan Polisi, terlapor dipanggil dahulu

sebagai seorang saksi dan kemudian dilihat apakah benar dia melakukan

tindak pidana seperti yang dilaporkan tersebut atau tidak, baru setelah

ditemukan kecocokan dengan Laporan Polisi tersebut dan telah memenuhi

Pasal 184 ayat (1) KUHAP, minimal 2 orang saksi serta 1 alat bukti lain,

maka saksi tersebut akan dipanggil lagi sebagai tersangka. Cara tersebut

dilakukan adalah agar para penyidik bisa mendapatkan keterangan

Page 72: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tersangka yang sebenar-benarnya. Sesuai dengan Pasal 160 ayat (3)

Undang-undang Nomor 8 tahun 1981, di mana saksi wajib mengucapkan

sumpah atau janji menurut cara agamanya masing-masing , bahwa ia akan

memberikan keterangan yang sebenarnya dan tiada lain dari yang

sebenarnya. Karena apabila tersangka tersebut dipanggil langsung sebagai

seorang tersangka, biasanya ia akan cenderung memberikan keterangan

yang berbelit-belit dan tidak sebenarnya. Lain halnya apabila tersangka

tersebut dipanggil dahulu sebagai seorang saksi, biasanya ia akan

memberikan keterangan yang sejujurnya, apa adanya dan tidak berbelit-

belit, kemudian keterangan tersebut akan dijadikan sebagai titik terang

dalam proses penyelesaian perkara.

Terkadang pemanggilan tersangka sebagai saksi terlebih dahulu

dalam proses penyidikan dilakukan apabila alat bukti yang mendukung

kurang dan agar si tersangka tidak melarikan diri. Dalam hal ini penyidik

memandang bahwa pemanggilan terhadap seseorang sebagai saksi terlebih

dahulu adalah sah dan boleh dilakukan, karena tidak ada pelarangan pada

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 ataupun pada aturan pelaksanaan

lainnya.

Sebenarnya dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka

dapat dilakukan pada saat proses penyelidikan, tetapi hal itu jarang

dilakukan karena anggaran yang dikeluarkan untuk memaksimalkan

proses penyelidikan pasti akan banyak. Sehingga dalam meningkatkan

status saksi menjadi tersangka dengan memanggil tersangka sebagai saksi

terlebih dahulu seringkali dilakukan pada saat proses penyidikan, guna

memperkecil anggaran penyelidikan.

Adapun alasan penyidik menjadikan tersangka tersebut sebagai

saksi terlebih dahulu baru kemudian mengalami peningkatan status

menjadi tersangka adalah karena sebagai berikut:

a. Masih adanya keragu-raguan dari penyidik terhadap kedudukan saksi

tersebut dalam tindak pidana yang terjadi;

Page 73: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

b. Agar tersangka yang sesungguhnya dapat terpancing untuk bersedia

memberikan keterangan sejujurnya dan tidak berbelit-belit;

c. Agar tersangka tidak melarikan diri dalam proses pemeriksaan;

d. Menghindari adanya penghentian proses penyidikan karena bukti dari

tersangka tidak mencukupi dan tersangka dianggap tidak bersalah.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa alasan dari penyidik

menjadikan seorang tersangka menjadi saksi terlebih dahulu adalah

sebagai berikut:

a. Untuk mempermudah dalam proses pembuktian;

b. Merupakan petunjuk dari penuntut umum;

c. Adanya penafsiran bahwa saksi harus ada lebih dari satu.

Penyidik adalah pihak yang diberi wewenang khusus oleh undang-

undang untuk melakukan penyidikan. Penyidik memiliki wewenang untuk

menaikkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka jika ia telah

menemukan bukti-bukti yang cukup sesuai dengan Pasal 184 ayat (1)

KUHAP. Police are the “gatekeepers” into the criminal justice system: if

police do not arrest, it is unlikely that an offender will enter the system

and proceed to the courts, yang artinya adalah Polisi merupakan “penjaga

gerbang” menuju ke sistem peradilan pidana: jika Polisi tidak

menahannya, sepertinya tidak mungkin bagi pelanggarnya untuk masuk ke

dalam sistem dan melanjutkan persidangan, intinya adalah Polisi adalah

pihak yang memiliki wewenang untuk tetap melanjutkan atau tidak

melanjutkan suatu proses pemerikaan dengan alasan yang dimilikinya

(Jennifer L. Hartman and Joanne Belknap, 2003: 350).

Dalam meningkatkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka

tidak boleh hanya atas dasar keyakinan pribadi dari penyidik, namun harus

didasarkan dari temuan alat bukti yang ada dan mengarahkan, dalam hal

ini penyidik membutuhkan dua orang saksi dan satu alat bukti lain yang

telah diatur pada Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Jika hal tersebut telah

terpenuhi, maka penyidik dapat meningkatkan status dari saksi menjadi

tersangka. Kesimpulan dari hasil penelitian penulis mengenai kesesuaian

Page 74: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di

Kepolisian Resor Sragen dengan ketentuan KUHAP adalah telah terbukti

sesuai, yaitu dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

B. Implikasi Yuridis Atas Peningkatan Status saksi Menjadi Tersangka

Dalam Proses Penyidikan di Kepolisian Resor Sragen

Peningkatan status saksi menjadi tersangka merupakan suatu bentuk

masalah. Pada saat berstatus saksi, ia harus memberikan keterangan sejujurnya

dan sebenar-benarnya dan juga ia tidak ada perasaan takut untuk dianggap

bersalah. Namun pada saat ia terbukti bersalah dan status telah meningkat

menjadi tersangka, maka trademark penjahat akan melekat padanya. Dengan

adanya peningkatan status saksi menjadi tersangka menimbulkan ketakutan

yang besar pada penahanan yang akan dialaminya, yang sebelumnya tidak

terpikirkan karena awalnya menjadi seorang saksi dan kemudian harus ditahan

karena peningkatan status yang dialaminya dari saksi menjadi tersangka.

Keterangan yang diberikan oleh tersangka bersumber pada kehendak

bebas, sehingga baik hakim maupun penyidik tidak diperkenankan untuk

mencari keterangan yang tidak diberikan secara bebas. Apabila persyaratan

tersebut tidak dapat dipenuhi maka akan berdampak pada timbulnya suatu

pembuktian yang diperoleh secara tidak sah. Hal lainnya adalah adanya

dorongan dari seorang saksi untuk memberikan sumpah palsu, karena apabila

seorang tersangka menolak suatu kesaksian yang telah diberikannnya pada

saat si tersangka tersebut masih menjadi saksi (di bawah sumpah) bagi

tersangka lainnya, maka ia akan dikenai kesaksian palsu.

Asas perlindungan human dignity tersangka atau terdakwa harus

selalu dikaitkan dengan memperhatikan kepentingan dan ketertiban

masyarakat sesuai dengan pembahasan dan pengkajian tentang HAM pada

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981. Walaupun begitu, dijelaskannya

tentang hak tersangka dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tidaklah

menjamin bahwa hak-hak tersangka tersebut dapat berjalan dengan baik.

Karena dalam pelaksanaannya, banyak pejabat penyidik yang melakukan

Page 75: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

penyimpangan dalam proses penyidikan. Tindakan „penyimpangan‟ yang

terjadi pada proses penyidikan tidak jarang ditemukan. Namun sebaliknya, hal

tersebut malah dianggap „wajar‟ bagi penyidik. Padahal tindakan

penyimpangan yang terjadi akan menimbulkan masalah bagi perlindungan

terhadap tersangka.

Peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan

biasanya ditemukan pada saat awal proses penyidikan dalam usaha

menemukan bukti yang kemudian secara sah digunakan sebagai alat bukti di

pengadilan. Penyimpangan dalam proses peyidikan yang terjadi merupakan

cara kerja sistem kepolisian yang dirusak. Hal tersebut akan berdampak

terhadap subsistem cara kerja Polisi yang akan mengakibatkan kegagalan

dalam mencapai tujuan sesuai sistem peradilan pidana, misalnya menjadi tidak

tercapainya penyelesaian terhadap tindak pidana yang terjadi. Hal tersebut

tentu saja akan berdampak pada lainnya, karena tersangka yang sesungguhnya

tidak dapat dipidanakan atas tindak pidana yang dilakukan.

Maka dari itu diantara subsistem yang ada haruslah memiliki

kesamaan tujuan dalam melaksanakan pencegahan terhadap tindak pidana.

Seorang polisi, penuntut umum dan jaksa tentunya memiliki cara sendiri-

sendiri dalam mencegah, ataupun menangani seorang tersangka. Perpaduan

antara polisi, penuntut umum dan jaksa inilah yang disebut dengan perpaduan

antara subsistem aparat penegak hukum. Kejaksaan memiliki hak untuk

memberikan penilaian terhadap kerja kepolisian dalam proses penyidikan

dalam usaha meningkatkan status saksi menjadi tersangka. Jika terjadi

penyimpangan, dakwaan jaksa oleh pengadilan dapat dibatalkan.

Undang-undang telah memuat tentang hak-hak tersangka, namun

apabila hak-hak tersangka tersebut tidak dapat dilaksanakan sesuai aturan

yang ada karena adanya tindakan yang menyimpang dari penyidik, maka

perkara tersebut kemungkinan akan dibatalkan, walaupun tindakan yang

dilakukan memang menjurus terhadap kesalahan tersangka. Masyarakat

menuntut agar pelaku tindak pidana mendapatkan hukuman dan tidak dapat

melarikan diri dari hukuman tersebut. Hal ini menjadi tanggung jawab

Page 76: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Kepolisian dan kejaksaan yang dalam pelaksanaannya secara jelas telah diatur

di dalam Undang-undang. Ketika penyidik melimpahkan berkas perkara

seseorang yang seharusnya menjadi tersangka tetapi oleh penyidik hanya

dijadikan saksi, maka penuntut umum tidak dapat memberikan petunjuk

kepada penyidik untuk menjadikan saksi tersebut menjadi tersangka, karena

hal tersebut dapat melanggar hak-hak tersangka dan penyidikan menjadi tidak

sah dan batal demi hukum. Oleh sebab itu, untuk menghindari proses

penyidikan menjadi batal demi hukum maka perlu adanya suatu koordinasi

yang dilakukan oleh pihak penyidik dengan pihak penuntut umum, agar tidak

terjadi petunjuk dari penuntut umum dalam hal peningkatan status saksi

menjadi tersangka yang menyebabkan terlanggarnya hak non self

incrimination.

Penyidikan seharusnya dapat dinyatakan tidak sah dan menjadi batal

demi hukum apabila seorang penyidik melakukan pelanggaran terhadap hak

tersangka dalam memberikan keterangan secara bebas ketika terjadi

peningkatan status saksi menjadi tersangka. Karena secara khusus pada saksi

perlu ditegakkan larangan self incrimination.

Page 77: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

BAB IV

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan apa yang diuraikan dalam bab hasil penelitian dan

pembahasan, maka dapat dibuat simpulan sebagai berikut :

1. Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai kesesuaian peningkatan status

saksi menjadi tersangka dalam proses penyidikan di Kepolisian Resor

Sragen dengan ketentuan KUHAP adalah telah terbukti sesuai, yaitu

dengan Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Jika hal tersebut telah terpenuhi, maka

penyidik dapat meningkatkan status dari saksi menjadi tersangka. Karena

dalam usaha meningkatkan status seseorang dari saksi menjadi tersangka

tidak boleh hanya atas dasar keyakinan pribadi dari penyidik, namun harus

didasarkan dari temuan alat bukti yang ada dan mengarahkan, dalam hal

ini penyidik membutuhkan minimal dua orang saksi dan satu alat bukti

lain yang telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

2. Implikasi yuridis atas peningkatan status saksi menjadi tersangka dalam

proses penyidikan adalah mendorong seseorang memberikan kesaksian

palsu dalam proses pemeriksaan. Selain itu, pada proses pemeriksaan

apabila tidak sesuai dengan Undang-undang maka pemeriksaan dianggap

tidak sah dan batal demi hukum karena aparat penegak hukum telah

melanggar hak dari tersangka.

B. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Pemeriksaan dalam proses penyidikan dimana status saksi mengalami

peningkatan menjadi tersangka, menurut penulis kemampuan dalam

mengungkap fakta dari penyidik perlu ditingkatkan lagi, agar kualifikasi

tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka menjadi sepadan.

63

Page 78: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2. Mengungkap fakta dengan memaksimalkan proses penyelidikan dapat

dilakukan oleh penyidik, agar keterangan yang diperoleh untuk

meningkatkan status saksi menjadi tersangka menjadi maksimal.

3. Adanya koordinasi yang baik dan jelas antara penyidik dan penuntut

umum dalam meningkatkan status saksi menjadi tersangka agar tidak

terjadi kesalahan yang menyebabkan pemeriksaan batal demi hukum.

Page 79: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku

Adami Chazawi, 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1: Stelsel Pidana,

Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum

Pidana. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Agus Salim, 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara

Wacana

Andi Hamzah, 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Revisi. Jakarta: Sinar

Grafika

, 2002. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

, 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika

Bambang Waluyo, 2000. Pidana & Pemidanaan. Jakarta: Sinar Grafika

Hartono, 2010. Penyidikan Penegakan Hukum Pidana: Melalui Pendekatan

Hukum Progresif. Jakarta: Sinar Grafika

Harun M. Husein, 1991. Penyidikan dan Penuntutan dalam Proses Pidana.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Ignatius Ridwan Widyadharma, 2000. Hukum Acara Pidana Di Indonesia. Edisi

Revisi. Semarang: Mimbar

Lilik Mulyadi, 2007. Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Khusus Terhadap:

Surat Dakwaan, Eksepsi, dan Putusan Pengadilan. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti

Page 80: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Luhut M.P. Pangaribuan, 2006. Hukum Acara Pidana:Suatu Kompilasi

Ketentuan-ketentuan KUHAP dan Hukum Internasional yang Relevan.

Jakarta: Djambatan

M. Karyadi dan R. Soesilo, 1988. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

dengan Penjelasan Resmi dan Komentar. Bogor: Politeia

M. Yahya Harahap, 2001. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:

Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika

Moch. Faisal Salam, 2001. Hukum Acara Pidana dalam Teori dan Praktek.

Bandung: Mandar Maju

Rusli Muhammad, 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti

Soejono dan H. Abdurrahmah, 2005. Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan

Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta

Soenarto Soedibroto, 2003. KUHP& KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hoge Raad. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soerjono Soekanto, 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia

Sudarto, 1990: Hukum Pidana I . Semarang: Yayasan Sudarto, Cetakan Kedua

Dari Jurnal

Hotman Siahaan, 2010. Analisis Visum Et Repertum Psychiatricum Terhadap

Pertimbangan Hakim dalam Memutus Suatu Perkara Pidana. Majalah

Fakultas Hukum Universitas Palembang: Vol. 16

Page 81: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Jennifer L. Hartman and Joanne Belknap, 2003. Beyond The Gatekeepers: Court

Professional’ Self Reported Attitude About and Experiences with

Misdemeanor Domestic Violence Cases. Criminal Justice and Behaviour:

Vol. 30

Dari Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia

Page 82: KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI …/Kajian...PENANGANAN KASUS DI KEPOLISIAN RESOR SRAGEN) SURAKARTA commit to user i KAJIAN EMPIRIS TERHADAP PENINGKATAN STATUS SAKSI

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68