KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … · Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI … · Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan...
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-III
2011
ii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
iiiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Kata Pengantar Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang
tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala. Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) disusun dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh. Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya. Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami mengharapkan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, November 2011 BANK INDONESIA MAKASSAR
ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin
iv Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
vKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ ix
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI KER Trw. III-2011 ~5
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 7
1.1. Permintaan Daerah ~ 7
1.1.1. Investasi ~ 8
1.1.2. Konsumsi ~ 10
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor) ~ 12
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 15
1.2.1. Sektor Pertanian ~ 16
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 17
1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19
1.2.4. Sektor Industri Pengolahan ~ 20
1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21
1.2.6. Sektor Konstruksi ~ 22
1.2.7. Sektor Jasa-jasa ~ 23
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air ~ 23
1.2.9. Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 24
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 27
2.1. Perkembangan Inflasi ~ 27
2.1.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ~ 27
2.1.2 Inflasi Berdasarkan Kota ~ 39
2.2 Disagregasi Inflasi ~ 41
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI~ 43
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 45
A. Perbankan~ 45
3.1. Kondisi Umum ~ 45
vi Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
3.1.1. Perkembangan Kelembagaan ~ 45
3.1.2. Perkembangan Aset Perbankan ~ 46
3.2. Intermediasi Perbankan ~ 46
3.2.1. Perkembangan Dana Masyarakat ~ 46
3.2.2. Penyaluran Kredit ~ 47
3.2.3. Kredit UMKM ~ 50
3.3. Perbankan Syariah ~ 51
3.4. Perbankan BPR ~ 52
B. Sistem Pembayaran~ 53
3.5. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 53
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 54
3.7. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 55
3.7.1. Perkembangan RTGS ~ 55
3.7.2. Perkembangan Kliring ~ 56
BOKS I DAMPAK PERLAMBATAN PEREKONOMIAN NEGARA MAJU
TERHADAP KINERJA EKSPOR SULAMPUA ~ 57
BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 59
4.1. Pendapatan Daerah ~ 59
4.2. Belanja Daerah dan Transfer ~ 59
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 61
5.1. Ketenagakerjaan ~ 61
5.2. Kesejahteraan ~ 62
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 62
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin ~ 64
5.3. Survei ~ 65
BOKS II PERKEMBANGAN GADAI EMAS SYARIAH DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KINERJA PERBANKAN SYARIAH SULAMPUA ~ 67
BAB 6 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 69
6.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 69
6.2. Outlook Inflasi ~ 72
6.3. Prospek Perbankan ~ 74
LAMPIRAN ~ 75
viiKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 7 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi ~ 9 Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 10 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor ~ 12 Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor ~ 14 Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian~ 17 Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel Restauran~ 18 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan ~ 19 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Industri Pengolahan ~ 20 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Sektor Angkutan-Komunikasi ~ 21 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 23 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 24 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan~ 25 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 27 Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 28 Grafik 2.3. Perkembangan Harga Internasioanal: Komoditas Emas~ 28 Grafik 2.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Pakaian dan Perlengkapan~ 28 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang (%;qtq)~ 29 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 30 Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.Bahan Kimia~ 30 Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan (%;qtq)~ 30 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 31 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau (%;
qtq)~ 31 Grafik 2.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil
SPH di Makassar ~ 32 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan ~ 33 Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar~ 33 Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar (%; qtq)~
34 Grafik 2.15. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi ~ 34 Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 35 Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~35 Grafik 2.18. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 35 Grafik 2.19. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini DIbandingkan 6 b.y.l~ 35 Grafik 2.20. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis ~36 Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan ~36 Grafik 2.22. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Bahan Makanan-
Rokok SPH di Makassar~ 37 Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan (%;qtq) ~37 Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 38 Grafik 2.25. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan ~ 39 Grafik 2.26. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel. Kendaraan & Suku Cadang ~39 Grafik 2.27. Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 40 Grafik 2.28. Sumbangan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 42 Grafik 2.29. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered, dan Volatile ~ 42
viii Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 48 Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Penghasilan 6 bln y.a.d ~ 48 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. III-2011 ~
48 Grafik 3.3. Pangsa Kredit/Pembayaran Bank Umum Per Jenis Sektor Tw. III-2011 ~ 48 Grafik 3.5. NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan III-2011~ 50 Grafik 3.6. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi Tw. III-
2011~ 50 Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S~ 52 Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S~ 52 Grafik 3.9. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)~ 54 Grafik 3.10. Aliran Uang Kartal Keluar(Outflow)~ 54 Grafik 3.11. Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar(Net Inflow)~ 54 Grafik 3.12.Pemberian Tanda Tidak berharga dan Inflow ~ 54 Grafik 3.13.Transakai RTGS-Total Transaksi ~ 55 Grafik 3.14. Transakai RTGS-Incoming ~ 55 Grafik 3.15. Transakai RTGS-Outgoing~ 55 Grafik 5.1. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama ~ 62 Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani ~ 63 Grafik 5.3. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Diterima Petani ~ 63 Grafik 5.4. Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani ~ 63 Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Selatan ~ 64 Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskin se-Sulampua per Maret 2010 ~ 65 Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 65 Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat ini Dibandingkan 6 Yang Lalu ~ 65 Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 70 Grafik 6.2. Indeks PDRB SUlsel (yoy) dan Proyeksinya~ 70 Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6 bulan y.a.d ~ 70 Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen 6 bulan y.a.d ~ 70 Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 bulan y.a.d ~ 71 Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 71 Grafik 6.7. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods ~ 71 Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Sulsel dan Proyeksinya ~ 73 Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 73 Grafik 6.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ~ 73 Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ~ 73
ixKajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (yoy) ~ 8 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (yoy) ~ 16
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy) ~ 27 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 30 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 31 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 33 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 35 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga~ 36 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 38 Tabel 2.9. Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulawesi Selatan ~ 41 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan ~ 45 Tabel 3.2. Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank ~ 46 Tabel 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum ~ 47 Tabel 3.4. Penyaluran Kredit /Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan~ 47 Tabel 3.5. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 49 Tabel 3.6. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum ~ 49 Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank
Umum (y.o.y) ~ 51 Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah ~ 51 Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 56 Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan
Semester II-2010~ 60 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 61
x Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
1Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Ringkasan Eksekutif
Asesmen Ekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) menunjukan kinerja yang baik.
Perekonomian Sulsel pada triwulan III-2011 tumbuh cukup tinggi sebesar 8,35%
(y.o.y), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 (7,39%) dan sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,63% (sumber: Badan Pusat
Statistik Sulawesi Selatan). Perekonomian Sulsel pada triwulan III-2011 masih tumbuh di atas
pertumbuhan nasional yang sebesar 6,5% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh
kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), sektor utama
yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian, sektor
perdagangan-hotel-restauran, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan sektor
industri pengolahan.
Asesmen Inflasi Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan III-2011, masih sejalan dengan arah
proyeksi inflasi yang diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi
pada triwulan III-2011 sebesar 3,37% (y.o.y), melambat dibandingkan triwulan III-2010
sebesar 6,58% (y.o.y) dan triwulan I-2011 sebesar 6,37% (y.o.y). Dengan kondisi demikian,
inflasi tahunan Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 4,61%
(y.o.y. Secara tahunan, terdapat 3 (tiga) kelompok komoditas yang memiliki laju inflasi
tertinggi yaitu kelompok sandang, kelompok kesehatan dan kelompok makanan jadi.
Asesmen Perbankan dan Sistem Pembayaran
Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-2011 masih tumbuh
pada level yang lebih tinggi dari kinerja perbankan nasional, yang tercermin dari
indikator perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dibandingkan
triwulan sebelumnya, total aset perbankan tumbuh sebesar 23,54% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 22,02%. Peningkatan pertumbuhan total aset
2 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
tersebut sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan DPK namun disisi lain pertumbuhan
kredit lebih tinggi sehingga mendorong peningkatan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar
130% dari sebelumnya 127,9%. Sedangkan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada
triwulan laporan secara gross tercatat sebesar 3,22%, masih berada dibawah batas aman
5,00%.
Kemudian, dari sisi sistem pembayaran, diperkirakan didorong oleh transaksi
perekonomian yang bernominal besar, sementara adanya tekanan pertumbuhan
ekonomi tercermin dari meningkatnya net inflow dan menurunnya nilai kliring pada triwulan
laporan. Kondisi tersebut relatif sejalan dengan melambatnya pertumbuhan perekonomian
Sulsel pada triwulan laporan.
Pada triwulan II-2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan
net inflow sebesar Rp0,19 triliun. Di sisi lain, jumlah uang kartal dengan kondisi tidak layak
edar yang telah dibukukan sebagai PTTB tercatat sebesar Rp0,72 triliun, relatif menurun
apabila dibandingkan PTTB pada triwulan I-2011. Sedangkan Jumlah temuan uang palsu
di KBI Makassar selama triwulan laporan tercatat sebanyak 217 lembar dengan nilai nominal
sebesar Rp14,07 juta, mengalami penurunan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya
Dari sisi transaksi non-tunai, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan
III-2011 meningkat menjadi Rp47,0 triliun atau tumbuh sebesar 29,9% (y.o.y) dibandingkan
triwulan sebelumnya Pada sisi lain, pertumbuhan kliring pada triwulan III-2011
menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 9,58% pada triwulan
II-2011 menjadi 8,86%.
Asesmen Keuangan Daerah Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan III-2011 berada
pada posisi yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Pada sisi
penerimaan, realisasi jumlah pendapatan mencapai 79,12% pada triwulan III-2011, namun
demikian jika dilihat dari sisi belanja daerah realisasi masih belum optimal (63,54%). Kondisi
tersebut relatif sejalan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2011
tumbuh relatif kecil, yaitu sebesar 1,15% (y.o.y).
Asesmen Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel hingga Februari 2011
terhadap angkatan kerja cukup baik, sebagaimana terlihat dari naiknya Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2011 (65,0%) apabila dibandingkan tahun sebelumnya
(62,2%). Sejalan dengan itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami
3Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
penurunan sebesar 1,3%, dari 8,0% pada Februari 2010 menjadi 6,7% pada Februari 2011.
Selanjutnya di sisi lain pertumbuhan ekonomi Sulsel juga memberikan kontribusi positif
dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP), yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Rata-rata
pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh meningkat sebesar 7,01%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh
6,33% (yoy).
Prospek Ekonomi Triwulan IV-2011
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan
masih tumbuh cukup tinggi atau diproyeksikan tumbuh 8,58% +0,5% (yoy). Pada sisi
permintaan, pertumbuhan pada triwulan IV-2011 akan dipengaruhi oleh pertumbuhan
konsumsi rumah tangga, swasta maupun pemerintah yang masih tinggi. Selanjutnya untuk
investasi, pada triwulan IV-2011 juga diperkirakan masih tumbuh tinggi sejalan dengan
masih derasnya penanaman modal di Sulsel yang terlihat sejak awal tahun 2011 dan
didukung akselerasi penyelesaian proyek-proyek pembangunan fisik menjelang akhir tahun.
Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel diperkirakan akan meningkat. Pada sisi
penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan berasal dari kinerja sektor perdagangan-
hotel-restauran (PHR), sektor konstruksi, sektor angkutan-komunikasi, sektor industri
pengolahan dan sektor pertambangan-penggalian yang masih tumbuh baik.
Pada triwulan IV-2011 mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan masih akan
melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan III-2011, yaitu berada
pada kisaran 3,02% ± 0.5%(yoy). Tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan
masih bersumber dari peningkatan inflasi volatile food dan inflasi inti.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan tumbuh lebih
baik daripada triwulan III-2011. Intermediasi perbankan diprediksi masih akan tumbuh cukup
signifikan sampai dengan akhir tahun, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran
kredit. Kondisi perekonomian Indonesia yang cukup stabil dan juga perekonomian Sulsel
yang tumbuh dengan baik, diiringi oleh laju inflasi yang cukup terjaga menciptakan kondisi
yang kondusif bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan usaha.
4 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
5Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
1 2 3 4 1 2 3
MAKRO
- S ulawes i S elatan 120.11 120.79 125.64 126.75 127.70 128.50 129.87 - S ulawes i Utara 118.72 118.96 123.49 125.27 126.91 125.09 125.03 - Gorontalo 120.20 119.90 126.65 127.11 127.14 128.43 130.79 - P apua 119.07 120.30 121.94 122.80 123.97 125.03 125.38 - Irian J aya Barat 134.75 137.15 143.69 143.34 141.35 143.74 144.65 - Maluku 121.22 121.54 127.25 128.22 126.62 133.69 132.65 - S ulawes i Tengah 120.19 122.19 128.22 128.70 131.90 130.99 132.18 - S ulawes i Tenggara 122.60 123.46 128.12 127.61 130.61 132.76 138.21 - S ulawes i Barat 122.39 123.13 125.07 127.59 129.63 130.74 132.64 - Maluku Utara 122.53 120.99 124.11 126.78 127.41 129.17 130.62
- S ulawes i S elatan 3.46 5.00 6.58 6.57 6.33 6.38 3.37 - S ulawes i Utara 1.84 4.21 7.38 6.28 6.90 5.15 1.25 - Gorontalo 3.59 2.73 7.60 7.43 5.77 7.11 3.27 - P apua 3.31 4.75 4.56 4.48 4.12 3.93 2.82 - Irian J aya Barat 3.23 4.57 8.65 7.41 4.90 4.80 0.66 - Maluku 7.08 10.04 13.15 8.78 4.45 10.00 4.24 - S ulawes i Tengah 3.21 5.31 6.92 6.40 9.74 7.20 3.09 - S ulawes i Tenggara 1.35 2.41 3.99 3.87 6.53 7.53 7.88 - S ulawes i Barat 3.00 3.56 3.69 5.12 5.92 6.18 6.05 - Maluku Utara 4.43 3.40 4.69 5.32 3.98 6.76 5.25
1. P ertanian 3,265.68 3,615.33 3,780.29 3,218.25 3,582.10 3,946.20 4,019.30 2. P ertambangan dan P enggalian 1,157.58 1,101.71 1,087.69 1,143.21 1,005.80 1,126.00 1,093.60 3. Indus tri P engolahan 1,648.87 1,748.89 1,738.57 1,733.02 1,700.00 1,805.70 1,876.90 4. L is trik, Gas , dan Air Bers ih 123.69 136.38 139.20 130.32 128.70 139.30 147.60 5. Kons truks i/Bangunan 694.20 709.11 733.65 763.20 753.10 789.60 825.50 6. P erdagangan, Hotel dan R es toran 2,043.86 2,102.33 2,220.16 2,332.84 2,279.30 2,369.20 2,434.00 7. Angkutan dan Komunikas i 1,061.81 1,123.81 1,181.41 1,253.06 1,201.00 1,239.10 1,312.10 9. Keuangan, P ersewaan dan J asa 929.37 930.77 903.17 978.82 1,010.00 1,059.10 1,089.20 10. J asa-jasa 1,348.10 1,366.30 1,390.83 1,430.40 1,439.80 1,467.60 1,477.10
7.96 9.22 7.48 8.93 7.34 8.63 8.35 *
478.48 477.22 592.28 466.81 448.01 632.12 433.23 194.26 166.57 271.79 241.98 222.94 281.98 160.79 122.67 102.04 256.08 178.49 174.14 183.41 135.27 254.08 305.13 201.77 233.87 225.88 351.82 238.61
Catt : Per Trw.II-2008, penghitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2007
2010 2011
Indeks Haga Konsumen
*) S ementara
Volume Impor Non Migas (R ibu Ton)Nilai Impor Non Migas (US D J uta)
Nilai E kspor Non Migas (US D J uta)Volume E kspor Non Migas (R ibu Ton)
Laju Inflas i Tahunan (y.o.y;%)
P DR B - Harga Konstan (Miliar R p)
Pertumbuhan PDRB (y.o.y;%)
INDIKATOR
6 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
1 2 3 4 1 2 3
Total Aset (R p. Miliar) 42,063 46,117 48,938 52,865 53,491 57,590 60,460
30,175.34 32,752.57 33,958.94 37,298.83 37,461.05 39,159.37 41,077.42 Giro 5,148.85 5,731.33 5,947.53 5,627.99 6,515.71 6,714.94 6,835.08 Tabungan 14,676.24 16,737.24 18,273.54 20,864.60 19,647.54 20,907.44 21,923.44 Depos ito 10,350.25 10,283.99 9,737.87 10,806.24 11,297.80 11,536.99 12,318.91
37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 50,084.59 53,400.54 - Modal Kerja 13,853.82 14,873.23 15,424.31 16,609.73 17,246.85 18,799.07 20,119.73 - Inves tas i 7,705.26 8,143.12 7,975.95 8,960.67 9,147.97 10,027.45 10,683.02 - Konsums i 15,482.34 16,867.42 17,720.21 17,454.80 20,125.05 21,258.07 22,597.79
122.75% 121.77% 121.09% 115.35% 124.18% 127.90% 130.00%
37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 50,084.59 53,400.54 - P ertanian 513.85 448.33 412.95 468.23 498.92 691.61 782.15 - P ertambangan 263.03 259.60 263.17 331.22 339.16 417.55 478.44 - Industri pengolahan 2,921.77 3,277.68 3,366.74 3,884.30 3,700.81 3,971.28 4,056.51 - L is trik,Gas dan Air 339.47 299.16 417.94 440.60 419.63 283.72 374.41 - Konstruks i 1,934.70 2,319.01 2,529.77 2,678.57 2,869.88 2,915.15 3,123.11 - P erdagangan 9,057.40 9,853.48 11,435.18 12,677.98 11,994.85 13,682.69 14,257.13 - P engangkutan 1,175.62 1,284.72 1,020.97 1,005.47 1,040.09 1,267.20 1,425.98 - J asa Dunia Usaha 1,100.71 899.49 986.38 1,577.55 1,932.32 2,295.68 2,722.41 - J asa S os ial Masyarakat 1,515.69 1,678.92 1,461.84 1,640.52 1,684.90 1,591.33 1,650.43 - Lain-lain 18,219.20 19,563.37 19,225.53 18,320.78 22,039.30 22,968.38 24,529.98
17,563.20 20,207.56 13,412.15 13,198.51 15,199.94 15,753.23 16,713.45
3,901.54 4,608.93 1,702.46 1,189.31 2,279.30 2,830.81 3,117.38 - Modal Kerja 1,223.68 1,458.37 1,335.60 845.46 1,965.22 2,467.18 2,768.45 - Inves tas i 369.88 450.21 366.87 343.85 314.08 363.64 348.93 - Konsums i 2,307.99 2,700.34 - - - - -
10,342.59 10,926.40 7,066.34 6,654.87 7,834.56 8,338.30 8,295.29 - Modal Kerja 3,765.82 4,271.83 5,016.06 4,588.83 5,122.02 5,282.13 5,149.41 - Inves tas i 1,564.84 1,786.43 1,949.52 1,961.89 2,482.85 3,056.17 3,145.87 - Konsums i 5,011.93 4,868.15 100.76 104.15 229.69 - -
3,319.07 4,672.24 4,643.34 5,354.33 5,086.08 4,584.12 5,300.78 - Modal Kerja 2,343.29 3,372.92 3,540.80 4,038.91 4,000.27 3,696.88 4,278.79 - Inves tas i 832.52 1,123.67 1,102.54 1,315.41 1,085.81 887.24 1,021.99 - Konsums i 143.26 175.65 - - - - -
3.47% 2.95% 3.06% 2.94% 3.25% 3.36% 3.22%
2.99% 3.01% 3.75% 3.94% 4.82% 5.43% 4.96%
BANK UMUM SYARIAH1,465.95 1,525.11 1,575.50 1,978.89 1,994.61 2,379.65 2,927.33
884.32 900.65 952.41 1,192.44 1,253.51 1,289.01 1,398.57 Giro 79.86 92.94 130.68 208.60 162.30 153.40 165.40 Tabungan 377.86 395.69 414.33 479.01 544.78 569.44 648.90 Depos ito 426.60 412.01 407.40 504.83 546.43 566.17 584.27
1,699.14 1,650.08 1,954.48 2,020.19 2,357.99 2,656.38 2,876.48 - Modal Kerja 585.30 578.31 660.86 662.12 790.24 762.31 692.88 - Inves tas i 165.20 388.05 376.63 346.89 353.25 352.14 404.19 - Konsums i 948.65 683.72 916.99 1,011.17 1,214.50 1,541.93 1,779.40
192.14% 183.21% 205.21% 169.42% 188.11% 206.10% 205.67%
Catt.* (<R p. 50 J uta)** (R p. 50 < X < R p. 500 J uta)*** (R p. 500 J uta < X < R p. 5 M)**** Data S ementara
FDR
Total Aset (Rp. Miliar)
D P K (Rp. Miliar)
Pembiayaan - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Mi
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
INDIKATOR
BANK UMUM :
20112010
NPL UMKM gross (%)
Kredit UMKM (Rp. Miliar)
Kredit Mikro* (Rp. Miliar)
Kredit Kecil ** (Rp. Miliar)
Kredit Menengah *** (Rp. Miliar)
NPL Total gross (%)
D P K (Rp. Miliar)
L D R
Kredit - dsr. Lokasi Proyek (Rp. Miliar)
7Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) menunjukan kinerja yang baik. Perekonomian
Sulsel pada triwulan III-2011 tumbuh cukup tinggi sebesar 8,35% (y.o.y), atau lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2010 (7,39%) dan sedikit melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 8,63% (sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan).
Perekonomian Sulsel pada triwulan III-2011 masih tumbuh di atas pertumbuhan nasional
yang sebesar 6,5% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Sulsel terutama masih didukung oleh
kinerja investasi dan konsumsi. Sementara dari sisi penawaran (sektoral), sektor utama yang
menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian, sektor perdagangan-
hotel-restauran, sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan sektor industri
pengolahan.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
1.1 Permintaan Daerah
Pada triwulan III-2011, secara umum seluruh komponen permintaan mengalami
pertumbuhan positif, meskipun jika ditinjau lebih lanjut net ekspor tumbuh negatif. Kegiatan
investasi masih menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel. Peran
konsumsi yang sejak awal 2009 lebih dominan dalam memberikan sumbangan terhadap
pertumbuhan perekonomian Sulsel, mulai digeser perannya oleh kinerja investasi sejak
triwulan I-2011. Pertumbuhan investasi pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 27,66%
(y.o.y), sehingga memberikan sumbangan sebesar 5,46%. Selain itu, konsumsi tumbuh
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
y.o.y Sulsel
y.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
8 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
cukup baik pada triwulan laporan menjadi sebesar 4,61% (y.o.y) atau lebih besar apabila
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,09% (y.o.y). Namun demikian,
konsumsi masih memberikan sumbangan yang cukup baik yaitu sebesar 3,12%. Kegiatan
perdagangan eksternal perlu sedikit mendapatkan perhatian karena pertumbuhan ekspor
yang relatif tinggi, dilampaui oleh pertumbuhan impor. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
net ekspor terkontraksi 1,82% (yoy) pada triwulan III-2011 dan memberikan sumbangan
yang negatif terhadap pertumbuhan sebesar 0,23%.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y)
1.1.1. Investasi
Investasi menjadi penyumbang terbesar pada sisi permintaan yaitu 5,46% dari total
pertumbuhan Sulsel pada periode laporan 8,35%. Kinerja investasi pada triwulan laporan
yang masih tumbuh cukup signifikan yaitu sebesar 27,66% (y.o.y). Pertumbuhan dimaksud
jauh lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 18,58% (y.o.y), maupun
dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 7,03% (y.o.y). Pertumbuhan investasi di Sulsel pada
triwulan ini masih didorong oleh realisasi proyek-proyek infrastruktur swasta. Penanaman
Modal Asing (PMA) diperkirakan masih akan mendominasi investasi di Provinsi Sulsel pada
2011. Sejumlah investasi yang direalisasikan pada 2011 merupakan realisasi dari komitmen
investor yang disepakati sepanjang 2010, seperti investasi pembangkit listrik1. Ditambah lagi
dengan percepatan realisasi investasi di sektor pemerintah menjelang akhir tahun, yang
tercermin pada realisasi belanja modal Pemda baru mencapai 48,89% pada triwulan III-2011
(lihat Bab Keuangan Daerah).
1 Seputar Sulawesi, 8 Maret 2011, PMA Dominasi Investasi Sulsel 2011, http://seputarsulawesi.com/news-1319-pmadominasiinvestasisulsel2011.html.
Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL Kons Inv Eks Imp Net Eksim TOTAL1 4.75% 32.03% ‐44.04% ‐40.98% ‐55.43% 4.09% 3.34% 6.29% ‐20.79% ‐15.25% ‐5.54% 4.09%2 6.17% 11.09% ‐30.04% ‐36.22% ‐5.13% 6.19% 4.31% 2.34% ‐13.62% ‐13.16% ‐0.46% 6.19%3 6.30% 1.04% ‐29.27% ‐46.39% 38.34% 8.04% 4.41% 0.22% ‐12.87% ‐16.28% 3.41% 8.04%4 7.23% 22.80% 26.29% 43.77% ‐33.40% 6.53% 5.17% 4.43% 10.65% 13.71% ‐3.06% 6.53%1 6.19% 2.75% 90.54% 98.08% 53.35% 7.35% 4.38% 0.69% 22.98% 20.70% 2.28% 7.35%2 6.48% 9.64% 57.06% 67.22% 29.55% 9.04% 4.53% 2.13% 17.04% 14.66% 2.38% 9.04%3 5.63% 7.03% 62.70% 91.46% 18.68% 7.39% 3.88% 1.39% 18.05% 15.93% 2.13% 7.39%4 5.78% 6.62% 18.27% 12.97% 57.38% 8.93% 4.16% 1.48% 8.77% 5.48% 3.29% 8.93%1 4.65% 28.44% 5.90% 13.77% ‐44.24% 7.34% 3.26% 6.78% 2.66% 5.36% ‐2.70% 7.34%2 4.09% 18.58% 23.20% 24.72% 17.88% 8.63% 2.79% 4.13% 9.98% 8.27% 1.71% 8.63%3 4.61% 27.66% 27.82% 39.83% ‐1.82% 8.35% 3.12% 5.46% 12.14% 12.37% ‐0.23% 8.35%4
Sumber : BPS & Proyeksi BI
Note: Investasi merupakan penggabungan antara PMTB dan perubahan inventori
* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
PERTUMBUHAN (yoy) SUMBANGAN (yoy)PERIODE
2011
**20
0920
10*
9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Perkembangan investasi yang sangat tinggi, tercermin dari hasil survei penjualan
eceran untuk kelompok bahan konstruksi dimana indeks penjualannya masih tinggi pada
triwulan laporan (grafik 1.2.1). Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi, juga ditandai
dengan masih tingginya volume impor capital goods (grafik 1.2.2) dan realisasi pengadaan
semen (grafik 1.2.3.).
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Investasi
Grafik 1.2.1.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Grafik 1.2.2. Volume Impor Capital Goods
Grafik 1.2.3.
Realisasi Pengadaan Semen Grafik 1.2.4.
Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
Grafik 1.2.5.
Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kons
Smb : SPE
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011Juta Kg
Capital GoodsCapital Goods Series2
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
10 30 50 70 90 110 130 150 170 190
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3**
2009 2010 2011
Juta GWH
Bisnis y.o.y Sbr : PLN Divre VII* Sementara
0%
5%
10%
15%
20%
25%
‐
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3**
2009 2010 2011
Juta GWH
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
1.1.2. Konsumsi
Konsumsi memberikan sumbangan terbesar kedua yaitu sebesar 3,12% dari total
pertumbuhan Sulsel pada periode laporan. Kinerja konsumsi pada triwulan laporan masih
cukup baik yaitu tercatat sebesar 4,61% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II-
2011 sebesar 4,09% (y.o.y), meskipun sedikit melambat apabila dibandingkan dengan
triwulan III-2010 sebesar 5,63 % (y.o.y). Pertumbuhan konsumsi yang meningkat tersebut
terutama dipengaruhi oleh aktivitas peran swasta. Sejalan dengan itu, konsumsi rumah
tangga juga tumbuh cukup baik karena masih tingginya permintaan yang didukung dengan
daya beli yang semakin baik. Dari sisi pemerintah, realisasi anggaran pemerintah yang pada
triwulan III-2011 sudah menunjukkan peningkatan cukup baik meski belum optimal dengan
realisasi belanja sebesar 63,54% dari total anggaran Rp2,97 triliun (lihat Bab Keuangan
Daerah).
Pertumbuhan konsumsi yang cukup baik tersebut, didukung pula oleh hasil survei
konsumen Bank Indonesia Makassar yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
akan optimisme Indeks Keyakinan Konsumen pada triwulan laporan dibandingkan triwulan II-
2011 (grafik 1.3.1).
Grafik 1.3. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Grafik 1.3.1. Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.3.2. Konsumsi Listrik Sektor RT
Grafik 1.3.3. Konsumsi Listrik Sektor Sosial
Grafik 1.3.4. Volume Impor Consumers Goods
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
95
100
105
110
115
120
125
130
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Keyakinan Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
0%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
100
150
200
250
300
350
400
450
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011Juta GWH
Rumah Tanggay.o.y
Sbr : PLN Divre VII
0%
5%
10%
15%
20%
25%
‐
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011
Juta GWH
Sosial y.o.y Sbr : PLN Divre VII
‐100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
‐
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011Juta Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐ BI
11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.3.5. Indeks Penj. Eceran Kel. Kend. & Sk Cadang
Grafik 1.3.7.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Makanan dan Tembakau
Grafik 1.3.6. Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Bakar
Grafik 1.3.8.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Perlatan Tulis
Grafik 1.3.9.
Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani
Grafik 1.3.10. Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapan
Prompt indikator yang juga menunjukkan peningkatan konsumsi adalah
tingginya volume impor consumer goods (grafik 1.3.4), dan meningkatnya indeks
Nilai Tukar Petani (grafik 1.3.9). Selain itu, perkembangan indeks penjualan eceran
untuk kelompok kendaraan-suku cadang, peralatan tulis (grafik 1.3.5. dan 1.3.8.)
juga tumbuh meningkat apabila dibandingkan triwulan II-2011. Beberapa indikator
lain yang masih menunjukan baiknya kinerja konsumsi Sulsel, antara lain tercermin
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
01020304050607080
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Bkr yoy
Smb : SPE
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
‐2%
‐1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
NTP y.o.y
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
dari pertumbuhan konsumsi listrik sektor rumah tangga (grafik 1.3.2) dan sektor
sosial (grafik 1.3.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Di sisi lain,
perkembangan indeks penjualan eceran untuk beberapa kelompok seperti kelompok
makanan-tembakau dan pakaian-perlengkapan (grafik 1.3.7 dan 1.3.8) menunjukan
indeks penjualan yang masih cukup tinggi, namun melambat jika dibandingkan
triwulan II-2011. Kemudian perkembangan indeks penjualan eceran kelompok bahan
bakar (grafik 1.3.6) menunjukan pergerakan yang relatif stabil.
1.1.3. Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Dari sisi perdagangan eksternal, kinerja net ekspor-impor Sulsel pada triwulan laporan
mengalami kontraksi sebesar 1,82% (y.o.y) apabila dibandingkan triwulan II-2011 yang
tumbuh 17,88% (y.o.y). Pertumbuhan negatif net ekspor-impor pada triwulan laporan,
terutama disebabkan oleh pertumbuhan volume impor luar negeri, khususnya intermediate
goods dan juga impor antar pulau yang meningkat cukup tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya (grafik 1.5.4). Kenaikan kinerja impor Sulsel melebihi ekspor, menyebabkan net
ekspor Sulsel terkontraksi pada periode laporan.
Peningkatan pertumbuhan ekspor terutama didorong komoditas-komoditas ekspor
unggulan Sulsel, seperti kakao, ikan-udang-kepiting, biji-bijian berminyak dan kayu olahan
(grafik 1.4.4, grafik 1.4.5 dan grafik 1.4.7) pada Agustus 20112. Penerapan bea keluar bagi
biji kakao disinyalir membawa dampak bagi peningkatan ekspor kakao olahan. Peningkatan
ekspor juga sejalan dengan prompt yang menunjukkan tingginya volume muat luar negeri via
pelabuhan (grafik 1.4.3).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor
Grafik 1.4.1. Volume Ekspor Luar Negeri Non Migas Total
Grafik 1.4.2. Volume Muat Dalam Neg. via Pelabuhan
2 Sumber BPS: BRS Perkembangan Ekspor dan Impor Sulawesi Selatan Agustus 2011
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Ribu Ton
EKSPOR NON MIGAS TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara 14.45%
‐60%
‐50%
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
MUAT AP
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.4.3. Volume Muat Luar Negeri
via Pelabuhan
Grafik 1.4.4. Volume Ekspor Luar Negeri
Ikan, Udang, Kerang dan lain-lain
Grafik 1.4.5.
Volume Ekspor Luar Negeri Kopi, Teh, Kakao dan Sejenisnya
Grafik 1.4.6. Volume Ekspor Luar Negeri
Komoditas Nikel
Grafik 1.4.7.
Volume Ekspor Luar Negeri Kayu Olahan
Kemudian, pertumbuhan ekspor Sulsel pada triwulan laporan juga didorong oleh
kinerja perdagangan antar pulau (ekspor antar pulau), yang tercermin dari peningkatan
aktivitas muat dalam negeri via pelabuhan (grafik 1.4.2). Kegiatan ekspor antar pulau
diperkirakan dominan komoditas primer mengingat Sulsel merupakan provinsi berbasis
pertanian yang produksinya cukup baik.
Sementara, meningkatnya kinerja impor terutama terjadi karena menguatnya
permintaan terhadap barang-barang intermediate goods (grafik 1.5.1), yang terindikasi dari
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
MUAT LN
Series2
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%
‐
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Ribu Ton
IKAN, UDANG, KERANG, DLL TOTAL y.o.y
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐100%‐80%‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
‐10 20 30 40 50 60 70 80 90
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Ribu Ton
KOPI, TEH, KAKAO & SEJENISNYA
TOTAL y.o.ySmb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐400%
‐200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
Volume EksporGrowth (%; yoy)
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
‐2 4 6 8 10 12 14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Ribu Ton
BARANG2 KAYU & GABUS
TOTAL y.o.ySmb : Cognos ‐BI* Sementara
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
meningkatnya aktivitas bongkar luar negeri via pelabuhan dari dalam negeri maupun luar
negeri (grafik 1.5.5 dan 1.5.6). Selain itu, pertumbuhan impor volume beberapa komoditas
juga cukup tinggi, seperti impor capital goods (grafik 1.5.1) dan consumer goods (grafik
1.5.3). Peningkatan impor tersebut diduga berkaitan dengan masih menguatnya nilai tukar
Rupiah terhadap USD (grafik 1.5.7) pada periode laporan yang didukung pula aktivitas
perekonomian di Sulsel yang masih tumbuh tinggi pada periode laporan.
Grafik 1.5. Prompt Indikator Kinerja Impor
Grafik 1.5.1. Volume Impor Luar Negeri Capital Goods
Grafik 1.5.2. Indeks Penghasilan Saat Ini dibandingkan 6
bln yg lalu
Grafik 1.5.3. Volume Impor Luar Negeri Consumer Goods
Grafik 1.5.4. Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
Grafik 1.5.5. Volume Bongkar Dalam Negeri via Pelabuhan
Grafik 1.5.6. Volume Bongkar Luar Negeri via Pelabuhan
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
700%
800%
900%
‐
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011Juta Kg
Capital GoodsCapital Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
‐100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
600%
‐
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011Juta Kg
Consumer Goods
Consumer Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐ BI
‐1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
BONGKAR APyoy
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0.0
0.1
0.1
0.2
0.2
0.3
0.3
0.4
0.4
0.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
BONGKAR LN
yoySumber : Pelindo IV* : Sementara
15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.5.7. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
Grafik 1.5.8. Indeks Penjualan Eceran
Kel. Kendaraan dan Suku Cadang
Grafik 1.5.9.
Indeks Penjualan Eceran Kel. Peralatan Tulis
Grafik 1.5.10. Indeks Penjualan Eceran
Kel. Bahan Kimia
Tingginya aktivitas perekonomian tercermin juga dari hasil Survei Konsumen (SK)
Bank Indonesia, yang menunjukan peningkatan indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6
bulan yang lalu. Selain itu Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia juga menunjukan
pergerakan yang searah, terutama pada kelompok kendaraan-suku cadang, peralatan tulis
dan bahan kimia (grafik 1.5.8, 1.5.9 dan 1.5.10).
Pertumbuhan net ekspor-impor pada periode laporan terkontraksi apabila
dibandingkan triwulan III-2010 yang tumbuh cukup tinggi sebesar 18,68% (yoy). Terjadinya
kontraksi net-ekspor pada triwulan laporan lebih disebabkan oleh pertumbuhan impor
utamanya barang modal maupun consumer goods.
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran (sektoral), secara tahunan (y.o.y) seluruh sektor mengalami
pertumbuhan positif. Beberapa sektor menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi
pada triwulan laporan yaitu pertanian, perdagangan-hotel-restauran, keuangan-persewaan-
jasa perusahaan dan industri pengolahan. Dibandingkan triwulan II-2011, secara umum
sektor-sektor perekonomian di Sulsel mengalami peningkatan pertumbuhan pada triwulan
‐15.0%
‐10.0%
‐5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Rata‐rata Kurs Tengah
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
laporan kecuali 4 (empat) sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan-penggalian,
perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa yang pertumbuhannya melambat pada level yang
moderat. Sektor keuangan-persewaan-jasa perusahaan merupakan sektor yang mengalami
pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011, yaitu hingga mencapai 20,60% (yoy).
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor keuangan-jasa perusahaan, diikuti
berturut-turut oleh sektor konstruksi, angkutan-komunikasi, perdagangan-hotel-restoran,
industri pengolahan, pertanian, jasa-jasa, listrik-gas-air bersih dan pertumbuhan terendah
tercatat pada sektor pertambangan-penggalian.
Berikut ini adalah ulasan masing-masing sektor berdasarkan tingkat sumbangannya
terhadap pertumbuhan Sulsel dari yang terbesar sampai dengan yang terkecil.
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y)
1.2.1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan laporan masih tumbuh relatif tinggi. Pada triwulan III-
2011, sektor pertanian masih mencatat pertumbuhan sebesar 6,32%, sedikit melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai sebesar 9,15% (y.o.y). Hal
tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi perkebunan dan juga masa panen raya
Tani Tambang Industri LGA Komstr PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 7.22% ‐13.99% ‐5.80% 9.25% 15.78% 10.93% 4.77% 5.94% 7.65% 4.09%2 4.12% ‐4.51% 6.69% 9.86% 11.74% 10.55% 8.67% 9.16% 6.80% 6.19%3 6.43% ‐4.31% 11.78% 13.62% 14.64% 10.28% 10.75% 11.41% 6.71% 8.04%4 0.84% 5.73% 1.72% 2.47% 14.34% 11.33% 15.99% 18.24% 3.39% 6.53%1 ‐6.98% 25.52% 14.12% 5.08% 11.83% 8.99% 17.56% 25.16% 3.25% 7.35%2 7.68% 17.85% 3.56% 12.58% 9.07% 9.67% 15.44% 15.88% 3.13% 9.04%3 6.42% 12.52% ‐0.16% 6.31% 7.33% 10.51% 13.38% 11.82% 4.21% 7.39%4 1.09% 11.20% 8.74% 8.20% 8.68% 17.15% 13.39% 15.07% 6.44% 8.93%1 12.08% ‐13.16% 3.10% 4.05% 8.48% 11.52% 13.11% 8.67% 6.80% 7.34%2 9.15% 2.19% 3.25% 2.08% 11.35% 12.70% 10.27% 13.80% 7.42% 8.63%3 6.32% 0.52% 7.96% 5.97% 12.52% 9.64% 11.07% 20.60% 6.21% 8.35%4
2009
2010
*20
11**
PERIODEPERTUMBUHAN (yoy)
Tani Tambang Industri LGA Konst PHR Angkom Keu Jasa TOTAL1 2.12% ‐1.37% ‐0.81% 0.09% 0.77% 1.69% 0.38% 0.38% 0.85% 4.09%2 1.20% ‐0.40% 0.95% 0.10% 0.62% 1.65% 0.70% 0.61% 0.76% 6.19%3 1.89% ‐0.38% 1.62% 0.14% 0.77% 1.65% 0.89% 0.73% 0.74% 8.04%4 0.24% 0.50% 0.24% 0.03% 0.79% 1.81% 1.36% 1.17% 0.39% 6.53%1 ‐2.11% 2.07% 1.79% 0.05% 0.65% 1.48% 1.39% 1.64% 0.37% 7.35%2 2.19% 1.42% 0.51% 0.13% 0.50% 1.57% 1.28% 1.08% 0.35% 9.04%3 1.86% 0.99% ‐0.02% 0.07% 0.41% 1.72% 1.14% 0.78% 0.46% 7.39%4 0.29% 0.97% 1.17% 0.08% 0.51% 2.87% 1.24% 1.08% 0.73% 8.93%1 3.16% ‐1.25% 0.42% 0.04% 0.48% 1.93% 1.14% 0.66% 0.75% 7.34%2 2.58% 0.19% 0.44% 0.02% 0.63% 2.08% 0.90% 1.00% 0.79% 8.63%3 1.81% 0.04% 1.05% 0.06% 0.70% 1.62% 0.99% 1.41% 0.66% 8.35%4
Sumber : BPS & Proyeksi BI
* Angka Sementara & ** Angka Sangat Sementara
2009*
2010*
2011**
PERIODESUMBANGAN (yoy)
17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
kedua pada triwulan III-2011 dengan pertumbuhan produksi tidak lebih baik daripada masa
panen raya tahap pertama tahun ini.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertanian
Grafik 1.6.1. Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 1.6.2. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani
Perlambatan pertumbuhan sektor pertanian dimaksud, juga dicerminkan oleh
menurunnya pertumbuhan indeks yang diterima petani yang juga relatif menurun
dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.6.1 dan 1.6.2) yang mencerminkan pertumbuhan
hasil panen yang relatif belum optimal. Secara keseluruhan, kesejahteraan petani masih baik
yang tercermin pada Indeks Nilai Tukar Petani yang meningkat karena penurunan
pertumbuhan indeks yang dibayarkan petani lebih besar daripada yang diterima petani.
Dibandingkan triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 6,42% (y.o.y), pertumbuhan
kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat sedikit lebih kecil. Pada triwulan III-
2011, kinerja sektor perkebunan tidak optimal.
1.2.2. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR)
Pertumbuhan sektor ini juga cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan sebesar
9,64% (y.o.y). Meskipun pertumbuhan pada triwulan laporan cenderung melambat apabila
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 12,70% (y.o.y). Kondisi melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini juga tercermin dari beberapa prompt indikator seperti rata-rata
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) berbintang (grafik 1.7.2) dan hasil survei penjualan eceran
kelompok makanan-tembakau dan kelompok pakaian perlengkapan (grafik 1.7.3 dan 1.7.4).
Dimana indikator-indikator tersebut menunjukan masih tingginya indeks penjualan
komoditas dimaksud, meski dari sisi pertumbuhan mengalami perlambatan.
Di sisi lain, faktor pendorong pertumbuhan diperkirakan berasal dari peningkatan
konsumsi masyarakat terhadap produk-produk perawatan kecantikan dan juga peralatan
tulis, yang secara langsung maupun tidak langsung juga berkontribusi terhadap
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
‐
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
‐2%
‐1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
NTP y.o.y
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
pertumbuhan sub-sektor perdagangan dan restauran pada triwulan laporan. Kondisi sektor
tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya indeks penjualan eceran untuk kelompok
komoditas peralatan tulis (grafik 1.7.5) serta kelompok komoditas bahan kimia (grafik 1.7.6).
Selain itu, peningkatan volume dan pertumbuhan aktivitas bongkar muat luar negeri dan
juga anatar pulau yang meningkat cukup besar (grafik 1.7.1 dan grafik 1.7.7).
Grafik 1.7. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Grafik 1.7.1. Volume Bongkar Muat Luar Negeri
Via Pelabuhan
Grafik 1.7.2. Rata-rata Tingkat Penghunian Kamar
Hotel Berbintang
Grafik 1.7.3. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Makanan dan Tembakau
Grafik 1.7.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Pakaian dan Perlengkapan
Grafik 1.7.5. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Tulis
Grafik 1.7.6. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Bahan Kimia
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
BONGKAR LN
MUAT LN
Series3
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
‐
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011
Ss yoy
Sumber: BPS
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.7.7. Vol. Bongkar Muat LN Via Pelabuhan
1.2.3. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Pertumbuhan sektor ini paling tinggi selama dua triwulan terakhir, apabila
dibandingkan 9 (sembilan) sektor perekonomian lainnya. Pada triwulan III-2011, sektor
dimaksud tumbuh sangat tinggi yaitu sebesar 20,60% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan II-2011 yang sebesar 13,80% (y.o.y) dan juga lebih tinggi
dibandingkan triwulan III-2010 yang sebesar 11,82% (y.o.y). Tingginya pertumbuhan sektor
keuangan-persewaan-jasa perusahaan pada triwulan III-2011, diperkirakan terutama
didorong oleh sub sektor keuangan yaitu dari tingginya aktivitas perbankan dan juga non-
keuangan di Sulsel pada tahun 2011. Selain itu, peningkatan sektor dimaksud diperkirakan
pengaruh dari relatif besarnya aliran investasi asing atau peran swasta di Sulsel pada 2011.
Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan pembiayaan lembaga keuangan non
bank, Nilai Tambah Bruto (NTB) Bank Umum dan perkembangan kredit bank umum (grafik
1.8.1, 1.8.2 dan 1.8.3) yang cukup tinggi pada triwulan III-2011.
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan
Grafik 1.8.1. Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
Grafik 1.8.2. Nilai Tambah Bruto Bank Umum
‐60%‐50%
‐40%
‐30%
‐20%‐10%
0%
10%
20%30%
40%
50%
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribu Ton
BONGKAR AP
MUAT AP
Series3
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011
Millions
Sbr : Kanwil Pegadaian Mks* Sementara
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Trilyun Rp
NTB SULSEL
Sbr : LBU ‐ BI
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 1.8.3. Perkembangan Kredit Bank Umum
1.2.4. Sektor Industri Pengolahan
Pada triwulan III-2011, sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi apabila
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari tumbuh dari sebesar 3,25% (y.o.y) menjadi
sebesar 7,96% pada triwulan laporan. Peningkatan pertumbuhan tersebut diperkirakan
didorong oleh industri semen Sulsel, yang tercermin pada meningkatnya produksi semen
pada triwulan laporan apabila dibandingkan periode sebelumnya (grafik 1.9.2). Hal ini
diperkirakan masih akan meningkat sejalan dengan pengerjaan proyek-proyek swasta,
termasuk pelaku bisnis (investor) asing yang cukup besar pada tahun 2011. Sejalan dengan
hal tersebut impor intermediate goods pada triwulan III-2011 juga meningkat cukup
signifikan (grafik 1.9.3).
Di sisi lain, pertumbuhan sektor industri pengolahan masih tertahan karena
pertumbuhan industri tepung terigu cenderung melambat meskipun jika ditinjau dari sisi
produksinya masih cukup tinggi.
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Grafik 1.9.1. Realisasi Produksi Tepung Terigu
Grafik 1.9.2. Realisasi Pengadaan Semen
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
0
10
20
30
40
50
60
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011
Millions
Nominal
Growth (yoy)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribuan Ton
Produksi‐axis kiriyoy‐axis kanan
Sumber : EFM Mks
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.9.3. Volume Impor Intermediate Goods
1.2.5. Sektor Angkutan-Komunikasi
Sektor angkutan-komunikasi masih mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi
dibandingkan sektor lainnya pada triwulan III-2011. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat
tumbuh sebesar 11,07% (y.o.y), lebih tinggi apabila dibandingkan triwulan II-2011 sebesar
10,27% (y.o.y).
Diperkirakan pertumbuhan pada sub sektor angkutan didorong oleh aktivitas
angkutan darat, dimana hal tersebut sejalan dengan prompt hasil survei penjualan eceran
kelompok kendaraan dan suku cadang, didukung oleh indeks penjualan kelompok bahan
bakar yang cukup tinggi, meski pertumbuhannya cenderung stabil (grafik 1.10.4). Di sisi lain,
kinerja angkutan udara dan laut masih cukup tinggi dilihat dari sisi jumlahnya namun
pertumbuhannya relatif stabil apabila dibandingkan dengan periode sebelumnya (grafik
1.10.1, 1.10.2 dan 1.10.3). 3
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Grafik 1.10.1. Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara
Grafik 1.10.2. Lalu Lintas Pesawat
Angkutan Udara
‐1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Ribu Org
DEP ARRLalu Lintas Penumpang
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
‐2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000 20,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
DEPARRy.o.y
Lalu Lintas Pesawat
Smb : Bandara S. Hasanuddin* : Sementara
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 1.10.3. Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Laut
Grafik 1.10.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Bahan Bakar
Grafik 1.10.5. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Kendaraan dan Suku Cadang
Selain itu, dorongan pertumbuhan yang cukup besar diperkirakan berasal dari sub
sektor komunikasi, sejalan dengan makin tingginya peran telekomunikasi dan juga semakin
lengkap dan terjangkaunya sarana dan prasana telekomunikasi bagi masyarakat di Sulsel.
1.2.6. Sektor Konstruksi
Sektor yang juga mencatat pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan laporan adalah
sektor konstruksi, yang tercatat tumbuh sebesar 12,52% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 11,35%. Peningkatan pertumbuhan sektor
bangunan/konstruksi, diperkirakan terjadi karena akselerasi proyek-proyek pembangunan
swasta dan pemerintah menuju akhir tahun tahun 2011. Hal ini tercemin dari meningkatnya
realisasi pengadaan semen (grafik 1.11.1) dan juga tingginya indeks penjualan eceran untuk
kelompok bahan konstruksi (grafik 1.11.2). Tingginya pertumbuhan sektor dimaksud sejalan
dengan tingginya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan (27,66%). Meskipun
demikian, jika ditinjau dari realisasi proyek-proyek pemerintah menunjukkan bahwa realisasi
belanja modal, sampai dengan triwulan III-2011 baru mencapai sebesar 48,89% belum
optimal mendorong pertumbuhan sektor ini.
‐
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Embarkasi (keluar)
Debarkasi (masuk)
Sumber : Pelindo IV* : Sementara
ribu
org
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
01020304050607080
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Bkr yoy
Smb : SPE
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Grafik 1.11.1 Realisasi Pengadaan Semen
Grafik 1.11.2 Indeks Penjualan Eceran Kel. Bahan Konstruksi
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan III-2010 (7,33%), pertumbuhan sektor
bangunan pada triwulan ini tercatat jauh lebih tinggi. Hal ini menunjukkan perkembangan
sektor ini sangat pesat, seiring dengan meningkatnya pembangunan sarana perkantoran,
jalan jembatan maupun properti residensial.
1.2.7. Sektor Jasa-jasa
Pertumbuhan sektor jasa-jasa menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi sejak
akhir 2010. Pada triwulan laporan, sektor jasa-jasa mengalami sedikit perlambatan apabila
dibandingkan triwulan II-2011 dari tumbuh sebesar 7,42% menjadi sebesar 6,21% (y.o.y).
Pertumbuhan yang masih cukup tinggi ini diperkirakan karena masih tingginya
kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan seperti lembaga pendidikan dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi, bimbingan belajar dan berbagai lembaga kursus lainnya di bidang
seni. Hal ini sejalan dengan permintaan masyarakat yang semakin meningkat akan layanan
jasa-jasa dimaksud.
1.2.8. Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Pertumbuhan sektor listrik-gas-air bersih masih cukup baik pada periode laporan.
Kinerja sektor listrik-gas-air pada triwulan laporan cenderung mengalami pertumbuhan lebih
tinggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan sektor ini tercatat
tumbuh sebesar 5,97% (y.o.y), sementara pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 2,08%.
Peningkatan pertumbuhan tersebut diduga bersumber dari meningkatnya kinerja sub sektor
listrik di Sulsel (grafik 12.1) yang menyumbang positif bagi pertumbuhan sektor listrik-gas
dan air secara keseluruhan.
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ribuan Ton
Sulsel y.o.ySumber : ASI* : Sementara
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kons
Smb : SPE
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Grafik 1.12.1. Penjualan Listrik (Juta Kwh)
Sementara secara tahunan, apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2010
sebesar 7,33% (y.o.y), pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan tercatat melambat.
Perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan terganggunya pasokan air bersih yang
disuplai ke warga di wilayah utara dan timur Makassar berkurang hingga 70%. Hal tersebut
karena Bendungan Leko Pancing, Kabupaten Maros, yang merupakan salah satu sumber air
baku bagi PDAM Kota Makassar, mengalami kekeringan akibat musim kemarau
berkepanjangan3.
1.2.9. Sektor Pertambangan - Penggalian
Pada triwulan laporan sektor ini mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari
2,19% pada triwulan II-2011, melambat menjadi 0,52% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Perlambatan kinerja sektor dimaksud disebabkan oleh mekanisme teknis pada proses
produksi yang dilakukan PT. Inco, yaitu pengujian steam turbine generator yang baru selesai
di perbaiki pada triwulan I-20114 dan juga memasuki ujicoba tahap awal Pembangkit Listrik
Tenaga Air Karebbe untuk menggantikan sebagian kebutuhan daya dari pembangit
termalnya. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan ekspor nikel yang belum optimal (grafik
1.13.2).
Selanjutnya apabila dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2010 yang sebesar
12,52% (y.o.y), maka pertumbuhan pada triwulan ini tercatat jauh lebih rendah karena pada
Maret 2011, Jepang selaku negara tujuan ekspor utama Indonesia terkena tsunami dan
hingga saat ini perekonomiannya belum pulih apabila dibandingkan tahun 2010. Meski di sisi
lain, harga nikel internasional masih cukup baik.
3 Media Indonesia, Separuh Pelanggan PDAM Makassar Mulai Kehabisan Air, http://www.mediaindonesia.com/read/2011/09/18/260429/290/101/Separuh-Pelanggan-PDAM-Makassar-mulai-Kehabisan-Air-Bersih, 18 September 2011. 4 PT. Inco, Siaran Pers, http://pt-inco.co.id/pdf/2011-10-31_PT_Inco_3Q11_Results_Final_Bahasa.pdf, 31 Oktober 2011.
‐100 200 300 400 500 600 700 800 900
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011Juta KWH
Total Pemakaian Listrik Sbr : PLN Divre VII
25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Grafik 1.13.1. Volume Ekspor Luar Negeri Nikel
Grafik 1.13.2 Volume Produksi Nikel
.
‐400%
‐200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
1200%
1400%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
Volume EksporGrowth (%; yoy)
Smb : Cognos ‐ BI* Sementara
‐25%‐20%‐15%‐10%‐5%0%5%10%15%20%25%
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Produksi nikel dlm mattey.o.y
* SementaraSbr.: Press Release PT. Inco
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Halam ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Bab 2
Perkembangan Inflasi
2.1. Perkembangan Inflasi
Laju inflasi tahunan Sulsel pada triwulan III-2011, masih sejalan dengan arah proyeksi
inflasi yang diperkirakan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan
III-2011 sebesar 3,37% (y.o.y), melambat dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 6,58%
(y.o.y) dan triwulan I-2011 sebesar 6,37% (y.o.y). Dengan kondisi demikian, inflasi tahunan
Sulsel tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional sebesar 4,61% (y.o.y)1.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
2.1.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa
Secara tahunan, inflasi Sulsel pada triwulan III-2011 berdasarkan kelompok barang
dan jasa , dari yang tertinggi sampai dengan yang terendah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, yoy)
1 Sumber : BPS
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
y.o.y ‐ Nasy.o.y ‐ Ssy.t.d ‐ Ss
Sumber : BPS diolah
%
Sumber : BPS diolah
%
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor UMUM
1 13.17 11.97 9.34 11.12 10.21 3.55 1.77 9.01 2 4.14 10.63 4.66 7.65 6.51 3.46 (5.01) 3.80 3 3.38 6.74 3.26 6.92 3.89 4.66 (4.72) 2.70 4 3.60 6.23 3.55 7.31 2.86 6.91 (2.32) 3.39 1 2.68 6.22 3.48 2.16 2.98 7.08 1.18 3.45 2 7.64 5.23 4.11 7.56 2.73 7.08 1.06 5.00 3 13.43 6.21 4.13 7.65 2.92 4.07 1.76 6.58 4 14.27 5.90 4.14 7.35 3.06 1.80 1.75 6.56 1 13.96 4.47 4.16 8.30 3.08 1.48 1.84 6.32 2 12.10 5.27 4.57 8.83 6.41 2.43 2.08 6.37 3 1.43 4.40 3.70 10.96 7.60 3.00 0.77 3.37 4 - - - - - - - -
Sumber : BPS, diolah
Ket : Sejak Tahun 2008 menggunakan tahun dasar 2007
2011
2009
2010
TAHUN
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Kelompok Sandang, inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan III-2011 sebesar 10,96%
(y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 sebesar 7,65% (y.o.y) atau meningkat
sebesar 3,31%. Peningkatan tersebut bersumber dari kenaikan inflasi pada sub-kelompok
barang pribadi dan sandang lain, terutama pada komoditas emas yang mengalami kenaikan
harga cukup signifikan sejak tahun 2010 (grafik 2.2). Meskipun demikian, ketika harga emas
sempat menurun sebagai akibat pengaruh mata uang dolar Amerika Serikat yang menguat
terhadap Euro, terdapat peningkatan permintaan perhiasan emas di Makassar2. Selain itu,
kenaikan inflasi juga terjadi pada sub-kelompok sandang laki-laki dan anak-anak.
Peningkatan inflasi pada kelompok sandang sejalan dengan indeks penjualan eceran untuk
kelompok pakaian dan perlengkapan pada triwulan III-2011 yang tumbuh lebih tinggi apabila
dibandingkan triwulan II-2011 (grafik 2.4).
Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kel. Sandang
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kel. Sandang
Grafik 2.3. Perkembangan Harga Internasional:
Komoditas Emas
Grafik 2.4. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel.Pakaian dan Perlengkapan
2 Harga emas turun dari Rp530 ribu per gram menjadi Rp510, http://makassar.tribunnews.com/2011/09/30/warga-makassar-ramai-ramai-beli-emas, 30 September 2011.
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
3 1 2 3SANDANG 7.65% 8.30% 8.83% 10.96%
1 Sandang Laki‐laki 3.29% 3.46% 4.42% 5.03%2 Sandang Wanita 2.80% 2.38% 4.24% 3.90%3 Sandang Anak‐anak 7.76% 8.50% 8.01% 8.66%4 Brg Pribadi & Sandang Lain 15.89% 17.51% 16.64% 22.81%
2011KeteranganNo
2010
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
$/troy oz
‐80%
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Pakn & Perlgkyoy
Smb : SPE
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang Sulawesi Selatan (%; qtq)
Selanjutnya, secara triwulanan (q.t.q), inflasi pada triwulan laporan cenderung lebih
tinggi apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 2,72% (q.t.q) meningkat
menjadi 3,69% (q.t.q) - grafik 2.5. Kenaikan inflasi pada kelompok dimaksud, disebabkan
faktor musiman dari peningkatan permintaan pada saat Bulan Ramadhan/ Idul Fitri. Hal ini
sejalan dengan hasil survei penjualan eceran Bank Indonesia Makassar yang menunjukan
terjadi peningkatan penjualan kelompok pakaian dan perlengkapan pada periode laporan
(grafik 2.4).
Kelompok Kesehatan, inflasi periode laporan apabila dibandingkan tahun
sebelumnya meningkat dari 2,92% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 7,60% (y.o.y)
pada triwulan III-2011 (grafik 2.6). Semua sub-kelompok mengalami kenaikan harga, yang
terbesar adalah pada sub-kelompok jasa kesehatan. Tekanan inflasi pada sub-kelompok
obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku obat sekitar 5%-8% sejak awal
tahun 2011 sehingga mendorong kenaikan harga obat sekitar 10 persen sejak triwulan II-
2011. Faktor-faktor tersebut menyebabkan inflasi pada sub-kelompok obat-obatan pada
triwulan ini meningkat apabila dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selanjutnya berdasarkan perkembangan triwulanan (q.t.q), inflasi kelompok
kesehatan menurun dari laju inflasi sebesar 3,46% (q.t.q) pada triwulan II-2011 menjadi
1,60% (q.t.q) pada triwulan III-2011 (grafik 2.6). Penurunan laju inflasi pada triwulan laporan
ini disebabkan karena tidak adanya pengaruh kebijakan yang dapat menyebabkan kenaikan
harga sub-kelompok obat-obatan seperti yang terjadi pada triwulan sebelumnya dimana
terjadi perubahan tarif bea masuk yang berlaku sejak 18 April 20113 atas 190 produk (pos
tarif).
3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.011/2011 tentang tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.01 0/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor.
‐4
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
Grafik 2.7. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel.Bahan Kimia
Grafik 2.8.
Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan Sulawesi Selatan (%; qtq)
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, apabila dibandingkan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan III-2011
mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, inflasi kelompok ini tercatat sebesar 4,40%
(y.o.y), lebih kecil apabila dibandingkan triwulan III-2010 yang sebesar 6,21% (y.o.y) (tabel
2.4). Terjadi penurunan laju inflasi pada sub kelompok makanan jadi yang cukup signifikan
pada periode laporan.
‐
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah 3 1 2 3KESEHATAN 2.92% 3.08% 6.41% 7.60%
1 Jasa Kesehatan 6.36% 5.68% 12.17% 16.54%2 Obat‐obatan 2.25% 3.32% 4.95% 4.92%3 Js Prwtn Jas. 6.71% 3.92% 8.81% 8.87%4 Prwtn Jas. & Kos. 0.52% 1.30% 3.10% 3.07%
2011KeteranganNo
2010
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
0
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kimia yoy
‐
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Tabel 2.4 Inflasi Per-Sub Kel. Makanan Jadi-
Minuman-Rokok-Tembakau
Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Beberapa komoditas yang mewakili sub kelompok ini antara lain adalah ayam
goreng, mie, kue basah dan nasi yang menunjukan kecenderungan penurunan harga. Hal
dimaksud searah dengan hasil Survei Pemantauan Harga yang dilakukan oleh KBI Makassar
(grafik 2.11). Selain itu, inflasi pada sub-kelompok minuman tidak beralkohol juga cenderung
menurun (tabel 2.4), hal tersebut didukung oleh stabilnya harga gula pasir dan air kemasan.
Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), laju inflasi kelompok
dimaksud meningkat dari 1,01% pada triwulan II-2011 menjadi 1,39% pada triwulan
laporan (grafik 2.10). Peningkatan inflasi tersebut didorong oleh kenaikan laju inflasi sub-
kelompok minuman yang tidak beralkohol, terutama oleh naiknya harga kopi. Tingginya
kenaikan harga bahan baku kopi dan plastik kemasan memicu harga jual minuman berbahan
baku kopi akan naik berkisar 10%-25. Selain itu, kenaikan harga tarif cukai rokok sebesar
12,2% yang ditetapkan oleh pemerintah menyebabkan komponen turunan produk rokok
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
3 1 2 3MKNN JADI, M, R & T. 6.21% 4.47% 5.27% 4.40%
1 Makanan Jadi 6.38% 4.11% 4.33% 3.49%2 Min. yg tdk Beralkohol 5.76% 3.78% 8.58% 5.03%3 Temb. & Min. Beralkohol 6.42% 5.90% 5.56% 6.45%
2011KeteranganNo
2010
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
dan tembakau meningkat. Hal tersebut mempengaruhi kenaikan inflasi pada sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol4 (grafik 2.10).
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kelompok Makanan Jadi-rokok
Hasil SPH di Makassar
Ayam Goreng Mie
Kue Basah Air Kemasan
Gula Nasi
4 Bisnis Indoensia, http://www.bisnis.com/articles/inflasi-2012-tergantung-kenaikan-harga-rokok, 3 Oktober 2011.
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
‐30.00%
‐20.00%
‐10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Ayam Goreng
Growth (yoy)
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
‐25.00%
‐20.00%
‐15.00%
‐10.00%
‐5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Mie
Growth (yoy)
3,600
3,800
4,000
4,200
4,400
4,600
4,800
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Kue Basah
Growth (yoy)
1,500
1,550
1,600
1,650
1,700
1,750
‐4.00%
‐3.00%
‐2.00%
‐1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Air Kemasan
Growth (yoy)
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Gula Pasir
Growth (yoy)
‐
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
‐20.00%
‐15.00%
‐10.00%
‐5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Nasi
Growth (yoy)
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Makanan dan Tembakau
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, apabila dibandingkan
periode yang sama tahun lalu, inflasi pada triwulan III-2011 relatif lebih rendah dari 4,13%
menjadi 3,70% (y.o.y). Penurunan laju inflasi tahunan tersebut didorong oleh menurunnya
inflasi pada sub-kelompok bahan bakar-penerangan-air dan sub-kelompok penyelenggaraan
rumah tangga (tabel 2.5). Adapun penurunan laju inflasi pada sub-kelompok bahan bakar-
penerangan-air disebabkan oleh hilangnya pengaruh kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) di
bulan Juli 2010. Selanjutnya apabila dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), inflasi pada triwulan
laporan cenderung stabil, meskipun terdapat sedikit peningkatan. Inflasi pada triwulan II-
2011 tercatat sebesar 0,82% (q.t.q), sementara pada triwulan III-2011 tercatat sebesar
1,10% (q.t.q), atau hanya meningkat sebesar 0,27% (grafik 2.14). Hal ini diduga karena ada
kenaikan harga pada beberapa komoditas bahan bangunan sebagai akibat dari
meningkatnya permintaan, sejalan dengan tingginya pertumbuhan sektor bangunan. Namun
demikian, kenaikan inflasi tersebut masih pada tingkat yang relatif terkendali.
Grafik 2.13. Perkembangan Inflasi Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kel.
Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
‐60%‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Mknn & Temb yoy
Smb : SPE
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
%
y.t.d
y.o.ySumber : BPS diolah
3 1 2 3PERUMAHAN,A, L,G & BB 4.13% 4.16% 4.57% 3.70%
1 Biaya Tempat Tinggal 3.28% 3.79% 4.46% 4.89%2 BB, Penerangan & Air 7.30% 6.36% 6.35% 2.35%3 Perlengkapan RT 2.41% 2.59% 3.99% 3.76%4 Penyelenggaraan RT 2.17% 2.41% 1.69% 1.47%
2011KeteranganNo
2010
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Grafik 2.14. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Grafik 2.15. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran Kel.
Bhn Konstruksi
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, apabila dibandingkan dengan tahun
sebelumnya maka inflasi periode triwulan III-2011 mengalami perlambatan. Inflasi triwulan III-
2010 tercatat sebesar 4,07% turun menjadi sebesar 3,00% (y.o.y) pada triwulan III-2011.
Perlambatan tersebut terjadi pada hampir seluruh sub-kelompok, kecuali pada sub-kelompok
kursus/pelatihan dan olahraga. Besarnya perlambatan inflasi pada sub kelompok pendidikan
disebabkan karena menghilangnya efek tekanan inflasi karena kenaikan biaya pendidikan
pada tahun 2010, sehingga inflasi pada sub-kelompok pendidikan pada triwulan II-2010
mencapai 12,96% (y.o.y). Selain itu, sub-kelompok rekreasi juga mengalami perlambatan
inflasi namun masih pada level yang moderat. Melambatnya inflasi sub kelompok ini pada
triwulan laporan diperkirakan karena beberapa faktor, yaitu masih maraknya pesta diskon
barang-barang elektronik seperti TV berwarna, kamera dan handycam, di berbagai pusat
perbelanjaan yang didukung oleh meningkatnya daya beli masyarakat dan ditambah lagi
dengan pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap USD yang cenderung menguat hingga periode
laporan (grafik 2.18 dan grafik 2.19).
(2)
‐
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
‐40%‐20%0%20%40%60%80%100%120%
0
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Bhn Kons
yoy
Smb : SPE
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Grafik 2.17. Perkembangan Inflasi Kel. Pendidikan
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kel. Pendidikan-Rekreasi-
Olahraga
Selanjutnya, apabila dibandingkan triwulan sebelumnya, tekanan inflasi kelompok ini
mengalami peningkatan, yaitu dari sebesar 1,04% (q.t.q) pada triwulan II-2011 menjadi
1,38% (q.t.q) pada triwulan laporan (grafik 2.16). Peningkatan laju inflasi tersebut terutama
terjadi pada pertengahan bulan September memasuki periode ujian anak sekolah. Hal ini
sejalan dengan hasil Indeks Penjualan Eceran kelompok peralatan tulis yang menunjukkan
peningkatan pada periode laporan sehingga menimbulkan tekanan inflasi.
Grafik 2.18. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap
USD
Grafik 2.19. Perkembangan Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu
(1)
‐
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.yq.t.q
Sumber : BPS diolah
‐
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.t.dy.o.y
Sumber : BPS diolah3 1 2 3
PENDIDIKAN, R & OR 4.07% 1.48% 2.43% 3.00%1 Pendidikan 6.67% 2.03% 2.50% 4.18%2 Kursus/Pelatihan 1.91% 2.08% 15.32% 13.61%3 Prlngkpn/Prltn Pendd. 1.70% 1.59% 1.16% 0.47%4 Rekreasi 1.63% 0.28% 0.58% 0.57%5 Olahraga 2.13% 1.59% 4.74% 4.83%
2011KeteranganNo
2010
‐15.0%
‐10.0%
‐5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Rata‐rata Kurs Tengah
yoy
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Grafik 2.20. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Peralatan Tulis
Kelompok Bahan Makanan, laju inflasi tahunan (y.o.y) pada triwulan laporan
menurun cukup signifikan menjadi sebesar 1,43%, dibandingkan triwulan yang sama tahun
2010 sebesar 13,43% (tabel 2.7). Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh
menurunnya laju inflasi pada sub-kelompok daging dan hasilnya, sub-kelompok sayur-
sayuran, dan sub-kelompok bumbu-bumbuan dengan laju inflasi masing-masing secara
berurutan tercatat sebesar 1,48%; -15,57%; dan -27,27% (tabel 2.7).
Teredamnya inflasi pada sub-kelompok daging dan hasilnya, sub-kelompok sayur-
sayuran, sub-kelompok bumbu-bumbuan tersebut disebabkan karena masih terjaganya
pasokan komoditas pada sub kelompok tersebut di masyarakat. Khusus untuk kebutuhan
pokok, Forum Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Sulsel memprakarsai
untuk menyelenggarakan kegiatan pasar murah menjelang Idul Fitri, dengan tujuan
mengurangi ekpektasi kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Idul Fitri 2011.
Grafik 2.21. Perkembangan Inflasi Kel. Bahan Makanan
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kel. Bahan Makanan
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
0
50
100
150
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Prltn Tls yoy
Smb : SPE
‐5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
3 1 2 3BAHAN MAKANAN 13.43% 13.96% 12.10% 1.43%
1 Padi‐padian 11.51% 6.47% 6.65% 7.74%2 Daging & Hasilnya 6.19% 0.55% 8.08% 1.48%3 Ikan Segar 6.11% 22.91% 25.11% 5.17%4 Ikan Diawetkan 4.61% 13.21% 16.71% 18.90%5 Telur, Susu & Hasilnya 0.98% 6.02% 7.39% 8.18%6 Sayur‐sayuran 52.99% 8.31% 3.32% ‐15.57%7 Kacang‐kacangan 4.05% 6.63% 9.26% 3.91%8 Buah‐buahan 17.65% ‐5.17% 3.37% 5.97%9 Bumbu‐bumbuan 60.96% 76.59% 17.83% ‐27.27%10 Lemak & Minyak 1.26% 14.44% 17.75% 9.48%11 Bhn Makanan Lainnya 4.40% 3.85% 6.60% 8.96%
2011Keterangan
No2010
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Demikian pula, faktor cuaca yang masih kondusif di perairan Sulawesi mendorong
pasokan ikan cukup baik. Kemudian produksi sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan juga
berlimpah karena curah hujan yang masih relatif rendah di bulan ini, sehingga
perkembangan harga kedua kelompok komoditas tersebut mengalami deflasi.
Grafik 2.22. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi dalam Kel. Bahan Makanan Hasil SPH di Makassar
Cakalang dan Tongkol Minyak Goreng
Daging Ayam Ras
Daging Sapi
Grafik 2.23. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Sulawesi Selatan (%; qtq)
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Tongkol
Cakalang
Layang
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
‐20.00%
‐15.00%
‐10.00%
‐5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Minyak Goreng
Growth (yoy)
‐
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
‐15.00%
‐10.00%
‐5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Daging Ayam Ras
Series1
67,000 68,000 69,000 70,000 71,000 72,000 73,000 74,000 75,000 76,000 77,000 78,000
‐4.00%‐2.00%0.00%2.00%4.00%6.00%8.00%10.00%12.00%14.00%16.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Daging Sapi
Growth (yoy)
‐10
‐5
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Dibandingkan triwulan sebelumnya (q.t.q), kelompok bahan makanan mengalami
inflasi 0,43% (qtq) pada triwulan laporan, dan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II-
2011 yang mengalami deflasi 0,74% (qtq). Penyebab utama inflasi kelompok bahan
makanan terutama berasal dari sub kelompok padi-padian, dimana pada triwulan III-2011
Sulsel belum memasuki puncak panen raya tahap kedua.
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, apabila dibandingkan tahun
sebelumnya, inflasi pada triwulan III-2011 sedikit mengalami penurunan, dari 1,76% menjadi
sebesar 0,77% (y.o.y) (grafik 2.24). Kontribusi yang mendorong laju inflasi pada kelompok
ini terutama berasal dari sub-kelompok sarana dan penunjang transpor, meskipun jauh
menurun dibandingkan laju inflasi pada triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai
22,19%. Hal ini disebabkan oleh hilangnya dampak kebijakan pemerintah dalam menaikkan
biaya pengurusan jasa Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) dan biaya perpanjangan,
pembuatan surat izin mengemudi (SIM) pada awal Juli 20105.
Grafik 2.24. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kel.
Transpor-Komunikasi-Jasa Keuangan
Namun di sisi lain, inflasi pada sub-kelompok transpor mengalami kenaikan apabila
dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun relatif rendah. Hal ini diperkirakan karena biaya
transpor relatif terkendali meskipun terdapat kenaikan permintaan pada hari raya.
Selanjutnya apabila dibandingkan secara triwulanan (q.t.q), inflasi kelompok
transportasi-komunikasi-jasa keuangan pada triwulan III-2011 cenderung menurun, yaitu dari
0,38% pada triwulan II-2011 menjadi 0,13% (grafik 2.25). Penurunan laju inflasi pada
kelompok dimaksud terutama dipengaruhi oleh penurunan inflasi pada sub-kelompok sarana
dan penunjang transpor. Hal tersebut antara lain disebabkan karena relatif menurunnya
harga minyak dunia pada periode laporan sebagai akibat dari melambatnya pertumbuhan
5 Kenaikan Biaya Perpanjangan STNK Sumbang Inflasi Sulsel, Tribun Timur.com, http://202.146.4.121/read/artikel/121399/sitemap.html.
(8)
(6)
(4)
(2)
‐
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.t.d
y.o.y
Sumber : BPS diolah
3 1 2 3TRANSPOR, KOM. & JK 1.76% 1.84% 2.08% 0.77%
1 Transpor 0.65% 0.63% 0.80% 0.79%2 Kom. & Pengiriman ‐1.27% ‐0.36% ‐0.13% ‐0.08%3 Srn & Penunjang Transpor 22.19% 20.50% 21.35% 2.84%4 Js Keuangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2011KeteranganNo
2010
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Amerika pada triwulan II-2011, yang kemudian berdampak pada penurunan harga Avtur
sepanjang periode triwulan III-20116. Dampak dari penurunan harga avtur langsung
dirasakan oleh penumpang rute internasional yang tidak harus membayar biaya tambahan
bahan bakar (fuel surcharge) dalam tiket. Sedangkan untuk penumpang domestik bisa
mendapatkan harga yang relatif lebih rendah, apabila sebelumnya menanggung harga tiket
yang maksimal sesuai tarif batas atas yang ditetapkan pemerintah.
Grafik 2.25. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
Sulawesi Selatan (%; qtq)
Grafik 2.26. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran
Kel. Kendaraan & Suku Cadang
2.1.2. Inflasi Berdasarkan Kota
Dari pergerakan data mengenai pertumbuhan inflasi 4 (empat) kota di Sulsel yang
masuk dalam perhitungan inflasi yaitu Makassar, Pare-pare, Palopo dan Bone nampak
bahwa perkembangan laju inflasi mempunyai arah yang relatif sama meskipun pada level
atau besaran yang berbeda.
6 Ipotnews, Harga Avtur Sepanjang Kuartal III Turun, http://www.ipotnews.com/index.php?jdl=Harga_Avtur_Sepanjang_Kuartal_III_Turun&level2=newsandopinion&level3=&level4=oilgas&news_id=319264&group_news=CLIPPING&taging_subtype=BANKING&popular=&search=y&q=, 20 September 2011.
(8)
(6)
(4)
(2)
‐
2
4
6
8
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011%
y.o.y
q.t.q
Sumber : BPS diolah
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Kend & Sk Cd
yoy
Smb : SPE
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Berdasarkan perbandingan tingkat laju inflasi dengan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya, maka kota/daerah yang menunjukkan perlambatan inflasi yang paling besar
adalah Watampone dari 7,70% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 3,87% (yoy) pada
triwulan III-2011, atau turun cukup signifikan sebesar 3,83%. Kota Palopo juga menurun dari
tingkat inflasi 4,99% (yoy) pada triwulan III-2010 menjadi 3,77% (yoy) pada triwulan III-
2011. Selanjutnya, kota Makassar mencatat inflasi 3,38% (yoy), yang menurun cukup besar
dibandingkan triwulan III-2010 yang tercatat sebesar 6,85% (yoy). Kota terakhir yaitu Pare-
pare dengan tingkat inflasi sebesar 2,39% (yoy), menurun dibandingkan inflasi triwulan III-
2010 sebesar 4,12% (yoy) (grafik 2.27).
Apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya (qtq), maka seluruh
kota juga mengalami penurunan inflasi. Kota yang mengalami penurunan inflasi terbesar
adalah Makassar dengan tingkat inflasi pada triwulan III-2011 sebesar 3,38%, sementara
tingkat inflasi pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 6,58%. Kota yang mencatat penurunan
inflasi terbesar kedua adalah Watampone dengan tingkat inflasi sebesar 3,87% pada
triwulan III-2011, lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011 yang sebesar 6,80%.
Kemudian, kota yang tercatat pada urutan ke-3 dalam penurunan inflasi adalah Pare-pare
dengan tingkat inflasi sebesar 2,39% pada triwulan III-2011, turun dibandingkan triwulan II-
2011 yang sebesar 4,84%. Selanjutnya kota yang mencatat penurunan tingkat inflasi paling
kecil adalah Palopo dengan tingkat inflasi sebesar 3,77% pada triwulan III-2011, turun
dibandingkan triwulan I-2011 yang tercatat sebesar 5,11%.
Grafik 2.27.Perkembangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Hal yang menarik dicermati dari data maupun grafik yang disampaikan adalah
pergerakan pertumbuhan semua kota yang ada di Sulsel terlihat relatif searah dan secara
garis tren menunjukkan indikasi bahwa pergerakan pertumbuhan inflasi yang relatif stabil
sejak akhir 2010 dan cenderung melambat pada pertengahan 2011. Pergerakan inflasi
Palopo mengalami penurunan yang sangat signifikan apabila dibandingkan kota-kota
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2008 2009 2010 2011
Grow
th (y.o.y)
MakasarPalopoPare‐pareWatampone
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
lainnya, dimana sebelum triwulan I-2010 tingkat inflasinya berada diatas inflasi Sulsel.
Namun setelah triwulan I-2010 berada di bawah inflasi Sulsel bahkan sejak triwulan IV-2010
tingkat inflasinya secara rata-rata paling rendah apabila dibandingkan dengan 3 (tiga kota)
lainnya, yaitu Makasar, Watampone dan Pare-pare. Demikian pula, pada periode laporan
inflasi Pare-pare tercatat paling rendah dibandingkan 3 kota lainnya.
Berdasarkan bobot inflasi masing-masing kota di Sulsel, Makassar memiliki bobot
inflasi terbesar baik terhadap nasional maupun terhadap Sulsel, yang bobot inflasinya
masing-masing sebesar 2,56% dan 81,27%. Kota kedua yang memiliki bobot inflasi cukup
besar adalah Palopo, yaitu sebesar 0,22% terhadap nasional, sedangkan terhadap Sulsel
sebesar 5,98%. Kota yang terendah bobot inflasinya adalah Watampone dimana bobot
inflasinya terhadap nasional dan terhadap Sulsel berturut-turut sebesar 0,18% dan 5,71%.
Tabel 2.9.
Sumbangan Inflasi 4 (Empat) Kota di Sulsel
Kota yang memberikan sumbangan inflasi terbesar untuk Sulsel pada triwulan III-
2011 masih diduduki oleh Makassar sebagai kota dengan bobot inflasi terbesar di Sulsel,
yaitu sebesar 2,87%. Nilai tersebut lebih kecil apabila dibandingkan triwulan yang sama pada
tahun 2010 sebesar 5,53%. Sumbangan inflasi kota Makassar pada periode laporan juga
cenderung lebih rendah apabila dibandingkan pada triwulan II-2011 sebesar 5,35%.
Kemudian hal yang serupa terjadi pada 3 (tiga) kota lainnya. Palopo yang menyumbangkan
inflasi 0,19% di triwulan III-2011, atau menurun apabila dibandingkan triwulan III-2010
sebesar 0,37%. Sumbangan inflasi Palopo pada triwulan laporan cenderung lebih kecil
apabila dibandingkan periode sebelumnya sebesar 0,35% (tabel 2.8).
2.2. Disagregasi Inflasi
Selain analisa inflasi berdasarkan pengelompokan inflasi yang diukur dengan IHK di
Indonesia ke dalam 7 kelompok pengeluaran berdasarkan Classification of Individual
Consumption According to Purpose (COICOP), inflasi juga dianalisa dengan metode
disagregasi inflasi yang membagi inflasi menjadi inflasi inti (core inflation) dan inflasi non-inti
(volatile foods dan administered inflation). Hal ini dilakukan untuk menghasilkan indikator
1 2 3 4 1 2 3
Watampone 0.17% 0.17% 0.32% 0.32% 0.30% 0.32% 0.17%
Makassar 2.90% 2.91% 5.53% 5.51% 5.32% 5.35% 2.87%
Palopo 0.19% 0.19% 0.37% 0.36% 0.35% 0.35% 0.19%
Pare‐pare 0.19% 0.19% 0.36% 0.36% 0.34% 0.35% 0.18%
Sulawasi Selatan 3.45% 3.46% 6.58% 6.56% 6.32% 6.37% 3.37%
Keterangan 20112010
Sumbangan Inflasi Kota
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat fundamental, dimana
inflasi dapat bersumber dari adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari sisi
permintaan (demand pull inflation), dan ekspektasi inflasi.
Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent
component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti
interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi
internasional, inflasi mitra dagang, serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
Kemudian inflasi non inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi volatilitasnya karena
dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen inflasi non-inti terdiri dari inflasi
komponen bergejolak (volatile foods) yang biasa dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam
kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan
internasional. Terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur Pemerintah (administered
price), dimana inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan
harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Sumbangan inflasi Sulsel, sejak triwulan II-2010 sampai dengan triwulan I-2011
didominasi oleh komponen bergerak (volatile inflation), kemudian pada urutan kedua adalah
inti dan yang terakhir adalah inflasi komponen harga yang diatur pemerintah (administered
inflation). Namun sejak triwulan III-2011, sumbangan inflasi terbesar berasal dari inflasi inti
(2,85%) kemudian diikuti dengan administered inflation (0,47%) dan yang terakhir
disumbang oleh volatile inflation (0,05%), lihat grafik 2.28.
Grafik 2.28. Sumbangan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
Grafik 2.29. Pertumbuhan Inflasi Inti, Administered dan
Volatile
Dominasi sumbangan inflasi inti dalam inflasi di Sulsel triwulan III-2011 disebabkan
karena tekanan inflasi dari eksternal seperti bersumber dari kenaikan harga komoditas emas
sejak akhir tahun 2010 yang berdampak pada peningkatan inflasi inti. Namun penguatan
rupiah menjadi faktor peredam kenaikan harga tersebut sehingga pertumbuhan inflasi inti
masih terkendali.
‐1.00%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Administered Inflation
Core Inflation
Volatile Inflation
‐5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Administered Inflation Core Inflation
Volatile Inflation Total
Sumber: BPS Diolah
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Apabila dilihat dari sisi pergerakan pertumbuhannya, maka pada triwulan III-2011
core inflation tercatat paling tinggi yaitu sebesar 6,14% (y.o.y), meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,49% (y.o.y), dan juga meningkat apabila dibandingkan
triwulan II-2011 sebesar 6,04% (y.o.y), lihat grafik 2.31.
2.3 Pemantauan Inflasi oleh KBI
Pada tanggal 15 September 2011, dilakukan rapat teknis Forum Koordinasi
Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI). Adapun butir-butir hasil pertemuan tersebut
adalah sebagai berikut:
A. Penanan Beras Dalam Pembentukan Inflasi Sulsel
Stabilisasi harga beras perlu menjadi perhatian karena
• Beras merupakan komoditas dengan bobot inflasi tertinggi di Sulsel, yaitu sebesar
5,5%. Pergerakan harga beras sangat mempengaruhi inflasi.
• Sekitar 54% dari tenaga kerja Sulsel bekerja di sektor pertanian, sehingga harga
beras di tingkat petani mempengaruhi kesejahteraan banyak orang
• Beras merupakan kebutuhan pokok yang dikonsumsi oleh hampir seluruh lapisan
masyarakat
• Sulsel merupakan salah satu lumbung beras nasional
Menurut keterangan dari BPS Sulsel dan Dinas Pertanian Sulsel, beras hampir tidak
pernah mengalami penurunan harga kecuali saat panen raya. Pada akhir tahun, harga
beras naik terutama di bulan Oktober s.d Januari tahun berikutnya, yaitu setelah
panen raya.
B. Stabilisasi Harga Beras Sulawesi Selatan
Usaha lembaga selain BULOG untuk pengendalian harga beras :
• Badan Ketahanan Pangan malaksanakan Program Diversifikasi Pangan sebagai
usaha untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras.
• Badan Karantina mengusulkan untuk melakukan pemantauan terhadap
inflow/outflow beras dan bahan pangan lainnya di pelabuhan, yaitu di Makassar,
Paotere, Jeneponto, Bone, Sinjai, Selayar, dan Pare-Pare.
Berdasarkan Instruksi Presiden No.8 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengamanan
Cadangan Beras Yang Dikelola Pemerintah Dalam Menghadapi Kondisi Iklim Ekstrem:
• Pelaksanaan pengadaan cadangan beras yang dikelola Pemerintah dilaksanakan
oleh Perum BULOG dengan memperhatikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
• Dalam hal harga gabah/beras lebih tinggi dari HPP, pembelian gabah/beras dapat
dilakukan oleh Perum BULOG pada harga yang lebih tinggi dari HPP dengan
memperhatikan harga pasar yang dicatat oleh BPS
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III – 2011
Pengadaan BULOG tahun 2011 :
• Realisasi pengadaan Bulog tahun 2011 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
• Stok BULOG Sulsel sampai dengan bulan September 2011 adalah sebesar 80.000
ton, stok tersebut mencukupi hingga bulan Juni 2012.
• Prognosa pengadaan BULOG Sulsel tahun 2011 adalah sebesar 370 ribu ton.
Mekanisme pengadaan beras BULOG :
• Sebesar 90% pengadaan dalam bentuk beras yang diperoleh dari Mitra Bulog
yang merupakan penggilingan beras.
• Selama tahun 2011 BULOG Sulsel telah menaikkan HPP sebanyak 4 kali, namun
kenaikan tersebut selalu diikuti kenaikan harga beras di tingkat pedagang
pengecer. Sementara harga di tingkat petani tidak berubah
• Saat ini sedang diusahakan pengadaan melalui Gapoktan. Dari 101 Gapoktan di
Sulsel, baru 5 Gapoktan telah menjadi sumber pengadaan BULOG.
Masalah dan tantangan pengadaan beras BULOG Sulsel:
• Pesaing terbesar BULOG adalah pedagang antar pulau yang rata-rata memasang
harga pembelian yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari HPP. Hal ini disebabkan
oleh harga beras di luar Sulsel yang memiliki harga pasar lebih tinggi dari harga di
Sulsel.
• BULOG Sulsel mengusulkan untuk dilakukan monitoring terhadap perdagangan
beras Sulsel.
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Tabel 3.1 Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
1 2 3 4 1 2 3
Jumlah Bank 66 67 69 69 68 69 70
39 40 40 40 41 42 43
Konvensional 30 30 30 30 31 32 32Syariah 4 5 5 5 5 5 6UUS 5 5 5 5 5 5 5
27 27 27 27 27 27 27
694 700 701 707 709 714 715
2010 2011
Bank Umum
BPR
Jumlah Kantor Bank
Kelembagaan
Bab 3
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
A. Perbankan
Secara umum, kinerja perbankan Sulsel pada triwulan III-2011 masih tumbuh pada
level yang lebih tinggi dari kinerja perbankan nasional, yang tercermin dari indikator
perbankan seperti total aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dibandingkan triwulan
sebelumnya, total aset perbankan tumbuh sebesar 23,54% (yoy), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 22,02%. Peningkatan pertumbuhan total aset tersebut sejalan
dengan meningkatnya pertumbuhan DPK namun disisi lain pertumbuhan kredit lebih tinggi
sehingga mendorong peningkatan LDR perbankan Sulsel menjadi sebesar 130% dari
sebelumnya 127,9%. Sedangkan Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum pada triwulan
laporan secara gross tercatat sebesar 3,22%, masih berada dibawah batas aman 5,00%.
Perbankan Syariah Sulsel pada triwulan III-2011 juga menunjukkan pertumbuhan
yang sangat tinggi melebihi pertumbuhan bank umum konvensional Sulsel baik pada sisi
pembiayaan maupun DPK. Peningkatan penyaluran pembiayaan tercermin juga dari level
Finance to Deposit Ratio (FDR) yaitu sebesar 205,7% sedikit menurun dari 206,1% pada
triwulan sebelumnya. Selain itu, perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) juga
cenderung membaik, terindikasi dari tingginya pertumbuhan DPK dan kredit/pembiayaan.
3.1. Kondisi Umum
3.1.1 Perkembangan Kelembagaan
Dari sisi kelembagaan, pada triwulan III-2011, jumlah bank di Sulsel bertambah 1
(satu) bank yaitu Bank Syariah Bukopin. Komposisi Bank umum konvensional meningkat
menjadi 43 bank, sementara jumlah BPR tidak mengalami perubahan pada triwulan laporan
yaitu sebanyak 27,
sehingga jumlah jumlah
kantor bank keseluruhan
menjadi 715 kantor
(tabel 3.1).
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
3.1.2 Perkembangan Aset Perbankan
Total aset Bank Umum pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh sebesar 23,54%
menjadi Rp60,46 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011 yang tumbuh sebesar
22,02% (tabel 3.2). Pertumbuhan aset perbankan pada periode laporan didorong oleh
peningkatan pertumbuhan aset bank swasta nasional yang tumbuh dari 22,06% (y.o.y) pada
triwulan sebelumnya menjadi sebesar 27,72% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sementara
pertumbuhan tahunan aset bank swasta asing dan campuran menurun dari 72,66% (y.o.y)
pada triwulan II-2011 menjadi 2,95% (y.o.y) pada triwulan III-201. Peningkatan aset bank
swasta nasional tersebut terutama didorong oleh peningkatan pertumbuhan kredit yang
mencapai 31,63% (y.o.y) sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 28,52%
(y.o.y).
Tabel 3.2Aset Bank Umum Berdasarkan Kelompok Bank
3.2. Intermediasi Perbankan
Kinerja intermediasi perbankan tercermin dari perkembangan pergerakan LDR, yang
meningkat menjadi 130% pada triwulan III-2011 dibandingkan triwulan II-2011 yang tercatat
sebesar 127,9%. Peningkatan LDR tersebut terutama karena terjadinya peningkatan
pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih tinggi daripada DPK.
3.2.1 Perkembangan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan III-2011
mencapai Rp41,08 triliun, mengalami peningkatan pertumbuhan dari 19,56% (y.o.y) pada
triwulan II-2011 menjadi 20,96% (y.o.y) – tabel 3.3. Pertumbuhan DPK ini terutama didorong
oleh peningkatan pertumbuhan deposito, yaitu dari 12,18% pada triwulan II-2011 menjadi
26,51% (y.o.y). Sementara tabungan dan giro masih mengalami perlambatan dari triwulan
sebelumnya, yaitu masing-masing dari 24,92% dan 17,16% pada triwulan II-2011 menjadi
19,97% dan 14,92% pada triwulan laporan. Suku bunga deposito yang meningkat lebih
tinggi dari giro dan menurunnya suku bunga tabungan diduga merupakan penyebab dari
III IV I II III III IV I II III
21,17% 20,84% 27,17% 22,02% 23,54% 48.938,0 52.864,7 53.129,6 56.271,1 60.460,4
14,25% 14,56% 23,08% 21,18% 21,23% 29.703,9 32.233,4 31.509,2 34.079,0 36.010,7
38,85% 37,64% 34,19% 22,06% 27,72% 18.765,3 20.188,5 20.868,6 21.418,0 23.967,1
‐46,40% ‐52,98% 19,80% 72,66% 2,95% 468,8 442,8 751,8 774,0 482,6
Total Aset
‐ Bank Pemerintah
‐ Bank Swasta Nasional
‐ Bank Asing dan Campuran
KOMPONEN 2010 2010 2011
Nominal (Rp Miliar)
2011
Pertumbuhan (y.o.y)
47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
peningkatan pertumbuhan deposito. Suku bunga deposito pada triwulan laporan sebesar
6,36% meningkat dibanding triwulan II-2011, yaitu 6,31%.
ain itu, nasabah diperirakan juga an. Tabel 3.3
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
3.2.2 Penyaluran Kredit
Pada triwulan III-2011, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di Sulsel
meningkat dari 25,58% pada periode sebelumnya menjadi 29,86% (y.o.y) - tabel 3.4. Level
pertumbuhan kredit perbankan Sulsel tersebut melebihi pertumbuhan kredit perbankan
nasional yang tercatat sebesar 25,25% pada triwulan laporan. Dari sisi penggunaannya, baik
kredit produktif (modal kerja dan investasi) maupun konsumsi mengalami peningkatan
pertumbuhan, terutama pada kredit investasi yang tercatat tumbuh sebesar 33,94% lebih
tinggi dibandingkan laporan periode sebelumnya (23,14%).
Tabel 3.4 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
Salah satu faktor utama penyebab meningkatnya penyaluran kredit investasi di Sulsel
karena suku bunga kredit atau pinjaman perbankan relatif rendah dibandingkan jenis
penggunaan lainnya pada triwulan laporan, di sisi lain kondisi perekonomian Sulsel masih
kondusif untuk melakukan aktivitas usaha/bisnis. Kedepan, kenaikan pertumbuhan kredit
produktif diperkirakan masih akan terus berlanjut. Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada
September 2011, tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian daerah yang
tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen, tercatat mengalami peningkatan (grafik 3.1).
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat ekspektasi penghasilan yang akan datang juga
mengalami peningkatan (grafik 3.2). Kondisi ini relatif akan mempengaruhi peningkatan
pertumbuhan kredit konsumsi.
III IV I II III III IV I II III15,31% 11,00% 24,14% 19,56% 20,96% 33.959 37.299 37.461 39.159 41.077
a. Giro 20,41% 12,69% 26,55% 17,16% 14,92% 5.948 5.628 6.516 6.715 6.835 b. Tabungan 22,10% 13,02% 33,87% 24,92% 19,97% 18.274 20.865 19.648 20.907 21.923 c. Deposito 2,01% 6,50% 9,15% 12,18% 26,51% 9.738 10.806 11.298 11.537 12.319
21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 29,86% 41.120 43.025 46.520 50.085 53.401 121,09% 115,35% 124,18% 127,90% 130,00%
3,06% 2,94% 3,25% 3,36% 3,22%
Nominal (Rp Milyar)2010 2011
1. DPK
2. Kredit3. LDR (%)4. NPLs Gross (%)
KOMPONENPertumbuhan (y.o.y)
2010 2011
III IV I II III III IV I II III21,40% 18,10% 25,59% 25,58% 29,86% 41.120 43.026 46.520 50.084 53.401
‐ Modal Kerja 13,56% 13,21% 24,49% 26,40% 30,44% 15.424 16.610 17.247 18.799 20.12026,60% 32,36% 18,72% 23,14% 33,94% 7.976 8.961 9.148 10.027 10.68326,66% 16,45% 29,99% 26,03% 27,53% 17.720 17.455 20.125 21.258 22.598
Nominal (Rp Milyar)
‐ Investasi‐ Konsumsi
KOMPONEN
Kredit (lokasi proyek)
Pertumbuhan (y.o.y)2010 2011 2010 2011
48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 3.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi
Konsumen
Grafik 3.2. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan
6 bln y.a.d
Grafik 3.3
Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Tw. III-2011
Grafik 3.4 Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum
Per Sektor Ekonomi Tw. III-2011
Meski pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi pada triwulan III-2011 tercatat
mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan pada periode sebelumnya, namun
kondisi tersebut masih belum dapat merubah struktur kredit Sulsel, dimana share kredit
konsumsi masih menempati posisi pertama paling besar yaitu Rp22,36 triliun (44,78%),
diikuti kredit modal kerja Rp18,83 triliun (37,70%) dan kredit investasi Rp8,75 triliun
(17,52%) - grafik 3.3. Proporsi kredit konsumsi dan modal kerja tersebut meningkat masing-
masing sebesar 1,78% dan 0,70%, sementara itu proporsi kredit investasi turun 2,48% dari
triwulan II-2011.
Secara sektoral, penyaluran kredit pada triwulan III-2011 masih tetap didominasi 3
(tiga) sektor utama yaitu sektor lain-lain (konsumsi), sektor perdagangan dan sektor industri
pengolahan masing-masing sebesar 48,01%, 28,12% dan 5,88% (grafik 3.4). Sementara 3
(tiga) sektor ekonomi yang mengalami peningkatan pertumbuhan yang cukup signifikan,
dibandingkan triwulan II-2011, yaitu sektor pengangkutan, pertanian dan tambang.
Peningkatan pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan, yaitu dari
tumbuh negatif 1,36% (y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 39,67% (y.o.y). Peningkatan
pertumbuhan kredit pada sektor angkutan tersebut berasal dari peningkatan kredit pada
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumen y.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
115
120
125
130
135
140
145
150
155
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg
growth
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
Modal Kerja38%
Investasi17%
Konsumsi45%
Pertanian2%
Pertambangan1%
Industri Pengolahan6%
Listrik, Gas, Air0%
Konstruksi4%
Perdagangan28%
Angkutan3%
Jasa Dunia Usaha5%
Jasa Sosial Masyarakat
3%
Lain‐lain48%
49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
subsektor angkutan jalan yang diduga peningkatan permintaan angkutan terutama terkait
dengan Ramadhan/Idul Fitri yang terjadi peningkatan mobilitas masyarakat. Kredit di sektor
pertanian, tumbuh dari 54,26% pada triwulan lalu menjadi 89,41% pada triwulan III-2011.
Peningkatan kredit sektor pertanian tersebut bersumber pada subsektor pertanian jagung
yang meningkat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal demikian selaras
dengan masa tanam jagung Sulsel yang berada pada triwulan laporan yang menyebabkan
kredit kepada petani jagung semakin meningkat. Selain itu, tingkat harga jagung juga
tercatat masih pada level yang cukup tinggi, sehingga dipandang masih cukup potensial. Di
sektor pertambangan, terjadi peningkatan kredit yang cukup signifikan yaitu dari 60,84%
(y.o.y) menjadi 81,80% (y.o.y) - tabel 3.5. Peningkatan kredit pada sektor pertambangan
tersebut berasal dari peningkatan kredit di subsektor pertambangan bijih nikel.
Tabel 3.5
Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
Dari sisi aspek pengelolaan manajemen risiko, perbankan Sulsel pada triwulan III-
2011 juga menunjukkan kondisi yang cenderung membaik, tercermin dari rasio kredit macet
atau Non Performing Loans (NPLs) Bank Umum yang tetap terjaga pada level yang aman
(dibawah 5%), yaitu sebesar 3,22%, lebih rendah dari periode sebelumnya yaitu sebesar
3,36% (tabel 3.6).
Tabel 3.6 Perkembangan NPLs Gross Bank Umum
Secara sektoral, NPL tertinggi terjadi pada sektor pertanian yang mencapai 11,14%
(grafik 3.5), diikuti oleh sektor Industri pengolahan dan jasa dunia usaha yang masing-masing
sebesar 6,42% dan 4,61%. Rasio NPL yang sangat tinggi di sektor pertanian diduga terjadi
karena produktivitas sektor tersebut memiliki ketergantungan yang cukup besar pada faktor
alam seperti cuaca esktrim yang berakibat pada produksi saat masa panen tiba, dimana hal
III IV I II III III IV I II IIIKredit 21,16% 21,40% 18,10% 25,59% 29,86% 41.120 43.025 46.520 50.085 53.401 Pertanian ‐58,15% ‐52,69% ‐2,90% 54,26% 89,41% 413 468 499 692 782 Pertambangan 20,56% 64,37% 28,95% 60,84% 81,80% 263 331 339 418 478 Industri Pengolahan 6,52% 23,36% 26,66% 21,16% 20,49% 3.367 3.884 3.701 3.971 4.057 Listrik, Gas, Air 146,80% 73,72% 23,61% ‐5,16% ‐10,42% 418 441 420 284 374 Konstruksi 12,53% 20,40% 48,34% 25,71% 23,45% 2.530 2.679 2.870 2.915 3.123 Perdagangan 16,62% 14,16% 32,43% 38,86% 24,68% 11.435 12.678 11.995 13.683 14.257 Pengangkutan ‐3,73% ‐14,66% ‐11,53% ‐1,36% 39,67% 1.021 1.005 1.040 1.267 1.426 Jasa Dunia Usaha ‐46,50% ‐19,70% 75,55% 155,22% 176,00% 986 1.578 1.932 2.296 2.722 Jasa Sosial Masyarakat 275,10% 337,69% 11,16% ‐5,22% 12,90% 1.462 1.641 1.685 1.591 1.650 Lain‐lain 37,42% 22,23% 20,97% 17,41% 27,59% 19.226 18.321 22.039 22.968 24.530
Nominal (Rp. Milyar)20112010
Pertumbuhan (y.o.y)KOMPONEN 2010 2011
I II III IV I II III IV I II III3,82% 3,05% 4,08% 3,08% 3,47% 2,95% 3,06% 2,94% 3,25% 3,36% 3,22%
KOMPONEN2009 2010
NPL Gross
2011
50 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
tersebut mempengaruhi pendapatan atau kemampuan para petani untuk membayar
kreditnya. Namun begitu, kondisi cuaca pada tahun 2011 cenderung membaik dari tahun
sebelumnya sehingga mendukung pola kegiatan tani yaitu masa tanam dan panen yang lebih
terencana. Hal demikian berpengaruh pada kemampuan petani untuk membayar
kewajibannya sehingga NPL pertanian pada triwulan laporan menurun dari 12,79% pada
triwulan II-2011.
Grafik 3.5
NPLs Per Sektor Ekonomi Triwulan III-2011
3.2.3 Kredit UMKM
Berdasarkan segmentasi skala usaha
debitur, sebagian besar kredit/pembiayaan
Bank Umum Sulsel diklasifikasikan sebagai
kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan
Menengah (MKM). Pangsa kredit/
pembiayaan MKM per sektor ekonomi per
September 2011 sebagian besar masih
didominasi oleh sektor perdagangan 52%,
diikuti oleh sektor lain-lain dan sektor jasa
sosial masyarakat yang masing-masing
memiliki proprosi sebesar 9% dan 8%
(grafik 3.6).
11,14%6,42%
4,61%4,13%4,02%
2,89%2,63%
1,79%1,28%
0,10%
0% 2% 4% 6% 8% 10% 12%
PertanianIndustri Pengolahan
Jasa Dunia UsahaPerdaganganKonstruksi
Jasa Sosial MasyarakatPengangkutan
Lain‐lainPertambanganListrik, Gas, Air
Grafik 3.6 Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum
Per Sektor Ekonomi Tw. III-2011
Pertanian4%
Pertambangan1%
Industri Pengolahan
5%
Listrik, Gas, Air1%
Konstruksi8%
Perdagangan52%
Angkutan5%
Jasa Dunia Usaha7%
Jasa Sosial Masyarakat
8%
Lain‐lain9%
0%
51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Tabel 3.7. Pertumbuhan Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum (y.o.y)
Penyaluran kredit/pembiayaan MKM secara tahunan pada triwulan laporan
menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang sama dibandingkan triwulan II-2011, yaitu
tetap berada 26% (y.o.y) - tabel 3.7. Beberapa sektor yang mengalami peningkatan dari
yang terbesar adalah sektor lain-lain, sektor listrik, gas dan air, dan pengangkutan.
Sementara sektor yang tumbuh melambat adalah pertambangan, pertanian, perdagangan
dan industri pengolahan. Selanjutnya pada triwulan laporan tidak ada sektor yang
mengalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan kredit MKM tidak setinggi pertumbuhan
total kredit bank umum disebabkan karena meningkatnya kredit investasi yang bernilai besar
(non MKM) pada triwulan laporan.
3.3. Perbankan Syariah
Pada triwulan laporan, jumlah perbankan syariah mengalami perubahan
dibandingkan triwulan II-2011, yakni sebanyak 11 Bank Syariah yang terdiri dari 6 (lima) Bank
Umum Syariah dan 5 (lima) Unit Usaha Syariah.
Tabel 3.8. Perkembangan Bank Umum Syariah
Kinerja perbankan Syariah Sulsel pada triwulan III-2011 cukup baik dibandingkan
triwulan II-2011, yang tercermin dari pertumbuhan DPK, pembiayaan dan Finance to Deposit
Ratio (FDR) - (tabel 3.8.). Pertumbuhan pembiayaan dan DPK pada triwulan laporan cukup
III IV I II III III IV I II IIIKredit ‐46% ‐51% ‐13% 26% 26% 13.311 13.094 14.970 15.753 16.713 Pertanian ‐47% ‐53% 106% 170% 95% 314 272 346 520 612 Pertambangan 40% 281% 240% 461% 245% 48 75 105 172 166 Industri Pengolahan 62% 59% 128% 19% 9% 781 835 830 833 849 Listrik, Gas, Air 149% 160% 900% ‐4% 72% 40 30 29 28 69 Konstruksi 30% 20% 182% 8% 13% 1.245 1.201 1.207 1.212 1.410 Perdagangan 8% ‐1% 65% 47% 14% 7.588 7.748 7.972 8.530 8.671 Pengangkutan 69% 45% 69% 91% 140% 342 371 418 660 821 Jasa Dunia Usaha ‐43% ‐50% 20% 49% 72% 677 677 902 1.072 1.167 Jasa Sosial Masyarakat 279% 336% 10% ‐5% 8% 1.288 1.377 1.480 1.320 1.386 Lain‐lain ‐92% ‐96% ‐80% ‐34% 58% 989 509 1.681 1.406 1.562
KOMPONENPertumbuhan (y.o.y) Nominal (Rp. Milyar)
2010 2011 2010 2011
III IV I II III III IV I II III10,53% 32,69% 41,75% 43,12% 46,85% 952.409 1.192.436 1.253.507 1.289.007 1.398.572
a. Giro ‐10,36% 46,32% 103,24% 65,04% 26,57% 130.683 208.597 162.304 153.395 165.399 b. Tabungan 24,79% 32,78% 44,17% 43,91% 56,62% 414.327 479.013 544.776 569.442 648.903 c. Deposito 6,13% 27,69% 28,09% 37,42% 43,41% 407.399 504.826 546.427 566.170 584.270
37,44% 41,08% 58,88% 72,94% 47,17% 1.954.476 2.020.185 2.357.987 2.656.380 2.876.4783. FDR (%) 205,2% 169,4% 188,1% 206,10% 205,67%4. NPFs Gross (%) 3,9% 3,0% 2,5% 2,5% 2,6%
KOMPONEN
2. Pembiayaan
2011Pertumbuhan (y.o.y)
2011Nominal (Rp Juta)
2010 2010
1. DPK
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
seimbang yaitu masing-masing 46,85% dan 47,17%. Bertambahnya bank syariah pada
triwulan laporan menandakan bahwa masyarakat Sulsel mulai membutuhkan jasa layanan
perbankan yang kompetitif selain perbankan konvensional. Meskipun pembiayaan memiliki
porsi yang lebih besar dari DPK yang tercermin dari FDR 205,7%, kualitas pembiayaan juga
cukup baik dan tetap terjaga pada level yang aman. Hal ini tercermin dari nilai Non
Performing Loans (NPLs) secara gross di 2,6% (dibawah 5%) meningkat hanya 0,1%
dibandungkan triwulan II-2011.
3.4. Perbankan BPR
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi pada triwulan III-
2011 (per September 2011), tidak mengalami perubahan sehingga jumlahnya tetap 56
kantor.
Pada triwulan III-2011, total aset perbankan kelompok BPR/S tercatat tumbuh sebesar
30,8% (y.o.y) menjadi Rp603,5 milyar meskipun posisi ini lebih rendah apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 56,2% (y.o.y) atau sebesar Rp667,2 milyar (grafik 3.7).
Perlambatan pertumbuhan aset BPR/S tersebut disebabkan oleh menurunnya kredit pada
triwulan laporan yaitu Rp405,3 Milyar dari Rp447,9 Milyar pada triwulan II-2011.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR/S mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu
menjadi sebesar 62,5% (y.o.y) pada triwulan III-2011, dimana pada triwulan sebelumnya
tumbuh 61,62% (y.o.y). Sementara di sisi lain, kredit/pembiayaan yang berhasil disalurkan
oleh BPR/S tumbuh 35,61% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
53,68% (grafik 3.8.).
Grafik 3.7. Perkembangan Aset BPR/S
Grafik 3.8. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S
Rasio perbandingan kredit/pembiayaan dengan Dana Pihak Ketiga BPR/S pada
triwulan laporan tercatat sebesar 127,6%, lebih rendah dibandingkan LDR pada triwulan
II-2011 yang sebesar 153,8%. Penurunan LDR ini terutama karena peningkatan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
‐
100
200
300
400
500
600
700
800
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2009 2010 2011Rp M
ilyar
Asety.o.y
Smb : LB‐BPR/S* Sementara
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
160%
180%
200%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3*
2008 2009 2010 2011
Milyar Rp
DPK
Kredit
LDR
Smb : LB‐BPR/S* Sementara
53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
pertumbuhan kredit/pembiayaan yang lebih kecil dibandingkan peningkatan pertumbuhan
DPK pada triwulan II-2011.
B. Sistem Pembayaran
Kegiatan perekonomian Sulsel pada triwulan laporan, dari sisi sistem pembayaran,
diperkirakan didorong oleh transaksi perekonomian yang bernominal besar, sementara
adanya tekanan pertumbuhan ekonomi tercermin dari meningkatnya net inflow dan
menurunnya nilai kliring pada triwulan laporan. Kondisi tersebut relatif sejalan dengan
melambatnya pertumbuhan perekonomian Sulsel pada triwulan laporan.
3.5. Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Pada triwulan III-2011, perkembangan aliran uang kartal di Sulsel menunjukkan net
inflow sebesar Rp0,46 triliun, dimana aliran uang masuk ke dalam Bank Indonesia (inflow)
melebihi aliran uang keluar Bank Indonesia (outflow). Perkembangan aliran uang kartal
tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2011, yang menunjukkan net inflow sebesar
Rp0,19 triliun (grafik 3.11). Peningkatan net inflow pada triwulan laporan karena faktor
musiman pasca tahun ajaran baru, liburan sekolah dan Ramadhan/Idul Fitri, dimana
kebutuhan uang kartal relatif menurun. Meningkatnya net inflow tersebut juga relatif
mencerminkan transaksi ekonomi yang terjadi di Sulsel selama triwulan laporan relatif
berkurang dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini relatif dicerminkan oleh pertumbuhan
ekonomi Sulsel yang lebih rendah dibandingkan triwulan II-2011.
Pada triwulan III-2011, aliran uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp3,71 triliun atau
meningkat dibandingkan triwulan II-2011 yang sebesar Rp2,10 triliun (grafik 3.9).
Peningkatan aliran uang masuk (inflow) tersebut diduga berhubungan dengan menurunnya
tingkat konsumsi masyarakat pasca tahun ajaran baru, liburan anak sekolah dan
Ramadhan/Idul Fitri. Sebaliknya pada triwulan laporan terjadi peningkatan aliran uang keluar
(outflow) menjadi Rp3,25 triliun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp1,91 triliun (grafik 3.10).
Peningkatan aliran keluar (outflow) pada triwulan laporan ini mencerminkan adanya
peningkatan transaksi ekonomi yang diduga berhubungan dengan pembiayaan proyek-
proyek pemerintah dan swasta yang mulai terealisasi pada pertengahan tahun. Namun
karena aliran masuk lebih tinggi dibanding aliran keluar maka dorongan peningkatan
kegiatan perekonomian relatif sedikit tertahan.
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 3.9 Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow)
Grafik 3.11
Selisih Aliran Uang Kartal Masuk-Keluar (Net Inflow)
Grafik 3.10 Aliran Uang Kartal Keluar (Outflow)
3.6. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Penerapkan kebijakan clean money polic, melalui kegiatan pemusnahan uang tidak
layak edar (UTLE) dengan terlebih dahulu melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga
(PTTB), pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,68 triliun. Nominal tersebut diperoleh dari
kegiatan penukaran uang dan kas keliling yang menjangkau seluruh daerah di Sulsel.
Nominal PTTB tersebut tercatat menurun apabila dibandingkan PTTB pada triwulan II-2011
yang sebesar Rp1,75 triliun (grafik 3.12).
Grafik 3.12 Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
‐60%
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
‐
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Inflow
Y.O.Y
Triliun Rp
(1.00)
(0.50)
‐
0.50
1.00
1.50
2.00
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Net Flow
Triliun Rp
‐100%
‐50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
‐
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2010 2011
Outflow
Y.O.Y
Triliun Rp
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
3.5
4.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2008 2009 2010 2011
PTTB
/ Inflo
w
Inflo
w & PTTB (Triliun Rp
)
InflowPTTBPTTB/Inflow
55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Penurunan nilai PTTB tersebut sejalan dengan berkurangnya transaksi ekonomi secara
tunai di masyarakat. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya Rasio PTTB terhadap inflow
pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 83,3% pada triwulan II-
2011 menjadi 45,3%.
3.7. Perkembangan Transaksi RTGS dan Kliring
3.7.1. Perkembangan RTGS
Secara total, nilai transaksi BI-RTGS Sulsel hingga akhir triwulan III-2011 meningkat
menjadi Rp47,0 triliun atau tumbuh sebesar 29,9% (y.o.y) dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp38,2 triliun yang tumbuh sebesar 9,1% (y.o.y), lihat grafik 3.13.
Transaksi BI-RTGS dalam periode laporan masih didominasi oleh aliran dana yang masuk
(incoming) ke perbankan Sulsel dengan nilai sebesar Rp33,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan
aliran yang keluar (outgoing) dari perbankan Sulsel yang tercatat sebesar Rp13,1 triliun.
Pada triwulan III-2011, pertumbuhan aliran dana yang masuk (incoming) ke
perbankan Sulsel via RTGS menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya,
yaitu dari 16,1% menjadi 38,6% (y.o.y) - grafik 3.14, terutama karena semakin
meningkatnya realisasi pembayaran untuk keperluan proyek-proyek pemerintah pada
triwulan laporan. Hal yang serupa terjadi pada pertumbuhan aliran dana yang keluar via
RTGS (outgoing) pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan apabila dibandingkan
triwulan II-2011, yaitu dari negatif 3,4% tumbuh menjadi 11,8% (yoy), lihat grafik 3.15.
Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh faktor musiman Ramadhan/Idul Fitri
sehingga aktivitas transaksi masyarakat mengalami peningkatan. Selain itu, untuk
pemenuhan kebutuhan pembangunan Sulsel yang sebagian besar harus didatangkan dari
luar Sulsel, seperti mesin-mesin dan bahan baku industri makanan-minuman.
Grafik 3.13. Transaksi RTGS – Total Transaksi
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
‐
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Total
Y.O.Y
Triliun
Rp
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 3.14. Transaksi RTGS – Incoming
Grafik 3.15. Transaksi RTGS – Outgoing
3.7.2. Perkembangan Kliring
Pertumbuhan kliring pada triwulan III-2011 menunjukkan penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari 9,58% pada triwulan II-2011 menjadi 8,86%. Dari sisi rata-
rata harian, nilai perputaran kliring tercatat mengalami penurunan. Rata-rata harian nilai
nominal perputaran kliring pada triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp130 miliar, mengalami
penurunan apabila dibandingkan triwulan II-2011 yang sebesar Rp135 miliar. Selain itu, rasio
rata-rata harian penolakan warkat (Cek/BG) kosong pada triwulan laporan, secara nominal
dan lembar mengalami peningkatan. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak
meningkat dari sebesar 2,05% pada triwulan II-2011 menjadi sebesar 2,46% pada triwulan
laporan. Sementara dari jumlah lembar, rasio rata-rata harian warkat meningkat pada
triwulan laporan yaitu 3,28% dari 2,24% pada triwulan sebelumnya, lihat tabel 3.9.
Perlambatan pertumbuhan kliring ini mencerminkan menurunnya kegiatan transaksi
nominal kecil (di bawah Rp100 juta), yang relatif mempengaruhi peningkatan kegiatan
ekonomi Sulsel pada triwulan laporan. Hal tersebut relatif sejalan dengan perlambatan
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III-2011.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
‐
5
10
15
20
25
30
35
40
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Incoming
Y.O.Y
Triliun
Rp
‐40%
‐20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
‐
2
4
6
8
10
12
14
16
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Outgoing
Y.O.Y
Triliun Rp
Tabel 3.9. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Total Perputaran Kliring
‐ Nominal (triliun rupiah) 6,5 6,9 7,4 7,5 7,2 7,3 7,9 8,3 8,2 8,0 8,6
‐ Lembar (ribuan) 242,2 258,4 262,3 263,6 253,5 259,8 261,6 267,9 265,0 270,6 202,2
Rata‐rata Harian Perputaran Kliring
‐ Nominal (triliun rupiah) 0,111 0,111 0,121 0,118 0,113 0,113 0,120 0,126 0,128 0,135 0,130
‐ Lembar (ribuan) 4,10 4,17 4,30 4,18 3,96 4,00 3,96 4,06 4,14 4,44 3,06
Nisbah Rata‐rata Penolakan Cek/ BG Kosong
‐ Nominal (%) 1,67 2,01 1,66 2,19 1,73 2,10 2,30 1,90 2,40 2,05 2,46
‐ Lembar (%) 1,76 1,62 1,75 1,74 1,78 1,86 2,17 2,10 2,10 2,24 3,28 Sumber : Bank Indonesia
URAIAN 2009 2010 2011
57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
BOKS I
Dampak Perlambatan Perekonomian Negara Maju Terhadap Kinerja Ekspor Sulampua*
Kinerja ekspor wilayah Sulampua sampai dengan bulan Juli 2011 menunjukkan
kinerja yang relatif baik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya. Akumulasi volume penjualan dan nominal penjualan dari bulan Januari s.d Juli
2011 masing-masing mengalami peningkatan sebesar 82,06% dan 26,65% bila dibandingkan
periode yang sama tahun 2010. Akumulasi volume ekspor Sulampua pada Januari-Juli 2011
tercatat sebesar 20,96 juta ton dengan akumulasi nominal mencapai USD 5,77 miliar.
Perlambatan ekonomi global yang saat ini terjadi di negara maju khususnya Amerika
dan Eropa diperkirakan memiliki dampak yang relatif minimal terhadap kinerja ekspor
Sulampua. Hal ini disebabkan karena komoditi utama ekspor Sulampua lebih banyak dipasarkan
ke negara-negara Asia. seperti Jepang, Cina, India, dan Korea Selatan. Sementara share ekspor
dengan negara tujuan Amerika dan Eropa hanya sekitar 17,2% dari total ekspor Sulampua.
Negara Tujuan Utama Ekspor Sulampua 2011
Empat komoditi ekspor utama Sulampua ke negara Amerika adalah CPO, ikan-ikanan,
kakao, dan karet. Terlihat bahwa CPO memiliki persentase terbesar, yaitu mencapai 46% dari
total ekspor Sulampua ke Amerika. Bila ditinjau dari nilainya, CPO yang diekspor ke Amerika
memiliki share sebesar 28% dari total ekspor CPO Sulampua
Komoditas Ekspor Utama Sulampua ke AS
Komoditas Ekspor Utama Sulampua ke Eropa
*Sulampua : Sulawesi – Maluku - Papua
Afrika0.1%
Amerika3.5%
Asia81.4%
Australia1.4%
Eropa13.7%
CPO46%
Ikan‐ikanan19%
Kakao17%
Karet9%
Lainnya9%
Tembaga50%
Bijih Besi16%
CPO14%
Nikel5%
Ikan‐Ikanan4%
Lainnya11%
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Sementara untuk pasar Amerika, komoditi utama yang diekspor ke Eropa adalah
tembaga, bijih besi, CPO, nikel, dan ikan-ikanan. Tembaga menjadi komoditas dominan bila
ditinjau dari pangsa nilai ekspornya ke Eropa, yaitu hingga 50% dari total ekspor Sulampua ke
Eropa. Secara keseluruhan ekspor tembaga Sulampua ke Eropa memiliki pangsa 15,3% dari
total ekspor tembaga Sulampua. Sisanya sebesar 84,7% diekspor ke negara-negara di Asia.
Share Ekspor CPO dan Tembaga Sulampua
Perkembangan Ekspor CPO
Ekspor CPO Sulampua belum terpengaruh oleh perlambatan perekonomian
negara Amerika dan Eropa. Ekspor CPO Sulampua hingga bulan Juli 2011 tumbuh 45,3%
(yoy). Bila ditinjau lebih dalam lagi, ekspor CPO Sulampua ke Amerika dan Eropa masing-masing
tumbuh 66,6% dan 354%. Berdasarkan hasil liaison kepada industri CPO di Sulut (penghasil
utama CPO Sulampua), responden tidak merasakan penurunan permintaan dari Amerika
maupun Eropa. Selain itu, bila terdapat pengurangan permintaan ekspor, pasar domestik dinilai
masih dapat menyerap hasil produksi.
Perkembangan Ekspor Tembaga
Ekspor Tembaga Sulampua belum terpengaruh oleh perlambatan perekonomian
negara Amerika dan Eropa. Ekspor tembaga Sulampua hingga bulan Juli 2011 tumbuh
26,9% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2010 (11,8%). Ekspor tembaga ke Eropa juga
menunjukkan pertumbuhan 33,9%. Berdasarkan hasil liaison kepada PT. Freeport (penghasil
utama tembaga Sulampua), responden belum merasakan penurunan permintaan dari Eropa. Bila
terjadi pengurangan permintaan ekspor, pasar asia yang memiliki pangsa besar dapat menyerap
hasil produksi perusahaan
Eropa Amerika Asia LainnyaCPO 5.7% 33.3% 28.0% 38.7% 0.0%Tembaga 45.0% 15.3% 0.0% 84.7% 0.0%
KomoditasShare Ekspor
Negara Tujuan Ekspor
59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III- 2011
Bab 4
Keuangan Daerah
Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan III-2011 berada
pada posisi yang lebih baik apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Pada sisi
penerimaan, realisasi jumlah pendapatan mencapai 79,12% pada triwulan III-2011, namun
demikian jika dilihat dari sisi belanja daerah realisasi masih belum optimal (63,54%). Kondisi
tersebut relatif sejalan dengan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan III-2011
tumbuh relatif kecil, yaitu sebesar 1,15% (y.o.y).
4.1. Pendapatan Daerah
Realisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III-2011 tercatat
mencapai Rp2,27 triliun atau 79,12% dari total target pendapatan sebesar Rp2,87 triliun.
Pencapaian realisasi pendapatan tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan realisasi
pendapatan pada triwulan III-2010 yang tercatat sebesar Rp1,91 triliun. Diperkirakan realisasi
pendapatan akan diakselarasi pada triwulan IV-2011.
Dari komponen pendapatan, realisasi Dana Perimbangan mencapai 76,16%,
terutama didorong oleh sub komponen Dana Alokasi Umum (DAU) yang sebesar 83,33%.
Sementara realisasi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp1,43 triliun atau
sebesar 80,43%. Sumber penerimaan PAD yang terbesar berasal dari Pendapatan Pajak
Daerah yang mencapai Rp1,26 triliun atau sebesar 88,1% dari total PAD. Secara persentase,
realisasi sub komponen Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan sub
komponen Pendapatan Pajak Daerah merupakan yang terbesar masing-masing telah
mencapai 97,78% dan 81,43%. Realisasi pada sub-komponen Pendapatan Pajak Daerah
tersebut relatif menggambarkan cukup baiknya kinerja konsumsi rumah tangga (PDRB)
Sulsel.
4.2. Belanja Daerah dan Transfer
Dari sisi anggaran belanja daerah, sampai dengan triwulan III-2011, realisasinya baru
mencapai sebesar Rp1,89 triliun atau 63,54% dari target yang ditetapkan sebesar Rp2,97
triliun. Oleh karena itu, apabila realisasi belanja daerah tersebut dibandingkan dengan
realisasi pendapatan maka terdapat surplus sebesar Rp384 miliar. Sedangkan apabila
dibandingkan realisasi triwulan III-2010 yaitu sebesar Rp0,41 triliun, maka kinerja realisasi
belanja triwulan III-2011 tersebut meningkat cukup signifikan.
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Realisasi belanja daerah yang terbesar terjadi pada pos Belanja Pegawai yang
mencapai 72.34%, diikuti oleh pos Belanja Hibah (66,46%). Realisasi pos Belanja Tidak
Langsung pada triwulan laporan sebesar 67,03% (Rp 1,24 Triliun), relatif lebih tinggi apabila
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar RP 0,81 Triliun.
Realisasi Belanja Langsung lebih banyak dipergunakan untuk Belanja Barang & Jasa
dengan realisasi sebesar 63,18%. Sementara untuk realisasi terkecil terdapat pada Belanja
Modal, yaitu sebesar 48,89%. Hal ini sejalan dengan relatif kecilnya pertumbuhan konsumsi
permerintah (PDRB) secara tahunan pada triwulan laporan, yang tumbuh 1,15% (yoy) atau
jauh lebih kecil daripada triwulan III-2010 yang tumbuh sebesar 5,48%.
Tabel 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan III-2011
Nominal % REALISASI Nominal % REALISASI % (y.o.y)1. PENDAPATAN
1.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 1,430.08 1,132.70 79.21% 1,782.15 1,433.43 80.43% 26.55%‐ Pendapatan Pajak Daerah 1,222.80 972.62 79.54% 1,549.18 1,261.54 81.43% 29.70%‐ Pendapatan Retribusi Daerah 113.55 73.17 64.44% 110.17 69.88 63.43% ‐4.50%‐ Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 59.61 51.05 85.64% 63.58 61.87 97.31% 21.19%‐ Lain‐lain PAD yang Sah 34.12 35.86 105.09% 59.22 40.14 67.78% 11.95%
1.2. DANA PERIMBANGAN 954.63 774.75 81.16% 1,090.32 830.41 76.16% 7.18%‐ Dana Bagi Hasil Pjk dan Bukan Pjk 219.12 165.87 75.70% 231.61 137.21 59.24% ‐17.28%‐ DAU 706.28 588.56 83.33% 816.76 680.63 83.33% 15.64%‐ DAK 29.24 8.81 30.13% 41.95 12.57 29.95% 42.64%Transfer Pemerintah Pusat‐Lainnya ‐ 11.51 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐100.00%
1.3. Lain‐lain Pendapatan yang Sah 58.97 ‐ 0.00% ‐ 8.91 ‐ ‐JUMLAH PENDAPATAN 2,443.68 1,907.45 78.06% 2,872.47 2,272.75 79.12% 19.15%
2. BELANJA
2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 1,199.32 806.59 67.25% 1,847.64 1,238.41 67.03% 53.54%‐ Belanja Pegawai 665.32 456.16 68.56% 627.71 454.08 72.34% ‐0.46%‐ Belanja Bunga 0.40 0.15 36.51% 0.15 0.07 43.47% ‐55.35%‐ Belanja Hibah 70.00 32.51 46.44% 87.47 58.13 66.46% 78.84%‐ Belanja Bantuan Sosial 27.03 15.65 57.88% 22.10 9.69 43.85% ‐38.07%‐ Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota&Pemerintahan Desa ‐ ‐ ‐ 634.95 410.13 64.59% ‐‐ Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota&Pemerintahan De 421.57 300.99 71.40% 460.28 305.42 66.36% 1.47%‐ Belanja Tidak Terduga 15.00 1.15 7.63% 15.00 0.90 6.00% ‐21.40%
2.2. BELANJA LANGSUNG 751.80 412.52 54.87% 1,124.60 650.06 57.80% 57.58%‐ Belanja Pegawai ‐ ‐ ‐ 141.77 84.23 59.42% ‐‐ Belanja Barang & Jasa 477.70 310.18 64.93% 597.02 377.22 63.18% 21.61%‐ Belanja Modal 274.10 102.34 37.34% 385.82 188.62 48.89% 84.31%JUMLAH BELANJA 1,951.12 1,219.11 62.48% 2,972.25 1,888.47 63.54% 54.91%
SURPLUS / (DEFISIT) (61.83) 541.81 ‐876.23% (99.78) 384.27 ‐385.13% ‐29.08%
3. PEMBIAYAAN
3.1. PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 63.53 230.66 363.05% 111.51 290.31 260.35% ‐ 3.2. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 1.70 0.35 20.58% 11.70 0.70 5.98% 100.00%
JUMLAH PEMBIAYAAN 61.83 230.31 372.47% 99.81 289.61 290.17% 25.75%/ /Sumber : Biro Keuangan Sulsel (Data Belanja) & Dinas Pendapatan Daerah (Data Pendapatan)Ket : Angka Sementara (APBD Provinsi Sulawesi Selatan)RAPBD‐P (Rencana Anggara Pendapatan Belanja Daerah‐Perubahan)
ANGGARAN 2011ANGGARAN 2010 Realisasi s/d TRIWULAN III‐2010
(Milyar Rupiah)
Realisasi s/d TRIWULAN III‐2011NO. U R A I A N
61Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan UtamaFebruari Februari
2010 2011Penduduk Us ia 15 Tahun ke Atas 5,721,682 5,590,797 Angkatan Kerja 3,560,893 3,634,355
a. Bekerja 3,276,523 3,391,334 b. Pengangguran 284,370 243,021
Bukan Angkatan Kerja 2,160,789 1,956,442 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62.2% 65.0%Tingkat Pengangguran Terbuka 8.0% 6.7%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Daya serap perekonomian Sulsel hingga Februari 2011 terhadap angkatan kerja
cukup baik, sebagaimana terlihat dari naiknya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada
Februari 2011 (65,0%) apabila dibandingkan tahun sebelumnya (62,2%). Sejalan dengan itu,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan sebesar 1,3%,
dari 8,0% pada Februari 2010 menjadi 6,7% pada Februari 2011. Selanjutnya di sisi lain
pertumbuhan ekonomi Sulsel juga memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan
tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang menunjukkan
peningkatan pertumbuhan pada triwulan laporan. Rata-rata pertumbuhan NTP Sulsel pada
triwulan III-2011 tercatat tumbuh meningkat sebesar 7,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,33% (yoy).
5.1. Ketenagakerjaan
Perkembangan ketenagakerjaan Sulsel hingga Februari 2011 menunjukkan
kecenderungan lebih baik apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari
meningkatnya jumlah
angkatan kerja sebesar
2,06% dari 3,56 juta orang
pada Februari 2010,
sehingga menjadi 3,63 juta
orang pada Februari 2011
(Tabel 5.1). Meskipun di sisi
lain terdapat penurunan
Penduduk Usia 15 Tahun ke atas sebesar 2,29%, dimana pada Februari 2010 sebesar
5.721.682 orang menjadi 5.590.797 orang per Februari 2011. Kondisi ini menyebabkan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) meningkat dari 62,2% pada Februari 2010 menjadi
65,0% pada Februari 2011. Sedangkan di sisi lain, menurunnya jumlah pengangguran dari
284.370 orang per Februari 2010 menjadi 243.021 orang per Februari 2011 mengakibatkan
penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 1,3% sehingga menjadi 6,7% pada
Februari 2011. Menurunnya TPT Sulsel tersebut mengindikasikan bahwa kenaikkan
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan IV-2009 sebesar 6,53% apabila dibandingkan
triwulan IV-2010 sebesar 8,93% berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja.
Dari sisi lapangan pekerjaan utama, untuk periode Februari 2010 dan Februari 2011
komposisi tenaga kerja di sektor pertanian cenderung mengecil, sebaliknya komposisi tenaga
kerja di sektor non pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa. Pangsa jumlah
tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian pada Februari 2011 tercatat sebesar 47%,
turun dibandingkan Februari 2010 tercatat sebesar 50%. Kondisi ini menunjukkan terjadinya
pergeseran struktur perekonomian yang ditandai dengan mulai beralihnya jumlah tenaga
kerja dari sektor pertanian selaku sektor utama di Sulsel ke sektor lainnya. Hal tersebut
dimungkinkan karena tingkat pendapatan sektor pertanian yang bersifat musiman dan
pengaruh tingkat harga produk hasil pertanian yang relatif kurang menguntungkan.
Di sisi lain, pangsa jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor jasa meningkat dari
12% pada Februari 2010, menjadi sebesar 18% Februari 2011. Selain itu meski terjadi
penurunan pangsa jumlah tenaga kerja di sektor perdagangan pada Februari 2011 apabila
dibandingkan tahun sebelumnya, namun share tenaga kerja untuk masing-masing sektor
masih cukup besar apabila dibandingkan sektor lainnya yaitu 18%.
Grafik 5.1. Persentase Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Februari 2010
Februari 2011
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Pertumbuhan daya beli masyarakat yang bekerja di sektor pertanian relatif meningkat
pada triwulan laporan, tercermin dari meningkatnya pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sulsel pada triwulan laporan.
Tingkat kesejahteraan petani Sulsel pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan
pertumbuhan. Pertumbuhan NTP Sulsel pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh 7,01% (yoy),
Pertanian50%
Industri6%
Konstruksi6%
Perdagangan19%
Angkutan/Komunikasi
5%
Jasa12%
Lainnya *)2%
Pertanian47%
Industri6%
Konstruksi5%
Perdagangan18%
Angkutan/Komunikasi
5%
Jasa18%
Lainnya *)2%
63Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,33%
% (yoy) – (lihat grafik 5.2). NTP yang lebih tinggi pada triwulan II-2011, menunjukan indeks
harga hasil produksi pertanian lebih besar dibandingkan dengan kenaikan indeks harga
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi
pertanian sehingga semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat
kemampuan/daya beli petani.
Perkembangan pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya, relatif mengalami penurunan yang relatif kecil yaitu dari sebesar
10,79% (yoy) menjadi sebesar 9,16% pada triwulan laporan (grafik 5.3). Secara rata-rata
pertumbuhan ‘Indeks yang Diterima Petani’ menurun karena pada triwulan III-2011 terutama
karena kinerja sub sektor perkebunan komoditas kakao yang semakin menurun karena gagal
panen.
Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata
Nilai Tukar Petani
Grafik 5.3 Perkembangan Rata-rata
Indeks Yang Diterima Petani
Grafik 5.4
Perkembangan Rata-rata Indeks Yang Dibayar Petani
Selain itu, ‘Indeks yang Dibayar Petani’ juga menunjukkan penurunan pertumbuhan
yaitu dari 4,20% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 2,01% pada triwulan laporan (grafik
5.4). Menurunnya pertumbuhan “Indeks yang Dibayar Petani” sejalan dengan pertumbuhan
‐2%
‐1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
92
94
96
98
100
102
104
106
108
110
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
NTP y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
‐
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Yang Diterima Petani y.o.y
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
114 116 118 120 122 124 126 128 130 132 134
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks Yang Dibayar Petani y.o.y
64 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Grafik 5.5. Jumlah Penduduk Miskin Sulsel
152.8 150.8 150.8 124.5 119.2 137
930.3
880.9
880.9
839.1
794.2
695.9
14.57%14.11% 13.34%12.31%
11.60% 10.29%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
12.0%
14.0%
16.0%
0
200
400
600
800
1000
1200
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Desa Kota % Total Penduduk Miskin
Sumber : BPS
laju inflasi Sulsel yang terus menurun pada triwulan III-2011 apabila dibandingkan triwulan
sebelumnya. Meski di sisi lain, terjadi kenaikan Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk yang
mengacu pada Peraturan Gubernur Sulsel No 26/2011, yang terbit Mei 20111.
Hal tersebut tentu saja menyebabkan tekanan harga terhadap konsumsi petani, karena
merupakan salah satu faktor yang meringankan biaya produksi para petani.
5.2.2. Jumlah Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin di Sulsel per Maret 2011 tercatat sebanyak 832,9 ribu orang
atau sebesar 10,29% dari jumlah
penduduk (grafik 5.5). Dari jumlah
tersebut, 16,45% berada di daerah
perkotaan sedangkan sisanya berada
di daerah pedesaan. Persentase
pangsa jumlah penduduk miskin di
perkotaan tersebut relatif tetap
dibanding Maret 2010 yang tercatat
sebesar 13,05% dari jumlah
penduduk miskin pada tahun tersebut.
Dari sisi jumlah, jumlah penduduk miskin di Sulsel mengalami penurunan, dari 913,4
ribu per Maret 2010 menjadi 832,9 ribu pada Maret 2011, atau menurun 8,81%, sementara
pada tahun 2010 turun sebesar 5,21%. Penurunan jumlah penduduk miskin tertinggi terjadi
di pedesaan sebesar 12,38%, dari 794,2 ribu orang pada Maret 2010 menjadi 695,9 ribu
orang. Jumlah tersebut relatif masih cukup besar, yaitu sekitar 8,60% dari total penduduk
Sulsel. Disisi lain terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di perkotaan yang tercatat
naik sebesar 14,93%, dari 119,2 ribu orang menjadi 137,0 ribu orang. Jumlah penduduk
miskin perkotaan tersebut tercatat sebesar 1,69% dari total penduduk Sulsel.
Terkonsentrasinya jumlah penduduk miskin di pedesaan tersebut perlu mendapatkan
perhatian tersendiri, mengingat sektor unggulan ekonomi Sulsel masih terletak pada sektor
pertanian, dimana sebagian besar mata pencarian penduduk pedesaan adalah petani.
Apabila dibandingkan dengan provinsi se-Sulampua, persentase jumlah penduduk
miskin di Sulsel masih berada pada urutan ketiga terendah (11,6%) setelah Provinsi Sulawesi
Utara (9,1%) dan Maluku Utara (9,4%). Urutan Provinsi Sulut dan Malut tersebut juga tidak
mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada Maret 2009. Sedangkan persentase
jumlah penduduk miskin tertinggi di Sulampua tercatat sebesar 36,8% masih terdapat di
Provinsi Papua. Jumlah penduduk miskin se-Sulampua tersebut tercatat sebesar 1,65% dari
1 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/417355/
65Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
total penduduk Indonesia, sementara pada Maret 2009 tercatat sebesar 1,73% dari total
penduduk Indonesia.
Grafik 5.6. Persentase Jumlah Penduduk Miskinse-Sulampua per Maret 2011
5.3. Survei
Hasil Survei Konsumen, pada triwulan laporan rata-rata ‘Indeks Ketersediaan
Lapangan Kerja Saat Ini’ (IKLK) relatif menunjukan peningkatan yang cukup tinggi. Rata-rata
IKLK pada triwulan laporan tercatat tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 22,61% (yoy),
sementara pada triwulan II-2011 tumbuh sebesar 9,11% (grafik 5.7). Meningkatnya
pertumbuhan indeks ini sejalan dengan masih tingginya aktivitas perekonomian Sulsel pada
triwulan III-2011, terutama yang berasal dari sektor swasta, mengingat dari sisi pemerintah
realisasi anggaran hingga triwulan III-2011 relatif belum optimal yaitu sebesar 63,54%.
Kondisi tersebut relatif menggambarkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja pada Agustus
2011 akan mengalami peningkatan dibandingkan Februari 2011.
Grafik 5.7. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Saat Ini
Grafik 5.8. Indeks Penghasilan Saat Ini
Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
36.95
11.41
13.05
6.03 8.50
23.86
9.60
8.39
3.33
3.71
63.05
88.59
86.95
94.46
91.50
76.14
90.40
91.61
96.26
96.56
9.10
18.07
11.60
17.05
23.18
13.58
27.74
9.42
34.88 36.80
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gor Sulbar Maluku Malut Irjabar Papua
Desa Kota % Total Penddk Miskin
Sumb
er : B
PS, d
iolah
%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Indeks ketersediaan lapangan kerja saat iniy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
‐25%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yg laluy.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
66 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Selain itu, perkembangan rata-rata ‘Indeks Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 bulan
lalu’ (IPD6) juga mengalami pertumbuhan yang lebih baik. Hal tersebut tercermin dari
pergerakan pertumbuhan IPD6 yang pada triwulan II-2011 sebesar tumbuh 8,42%,
meningkat cukup signifikan menjadi tumbuh sebesar 25,04% pada triwulan laporan (grafik
5.8).
Kondisi tersebut searah dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada
triwulan III-2011 yang tercatat sebesar 8,35% (yoy). Tingginya pertumbuhan tersebut
diperkirakan memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat Sulsel pada triwulan
laporan, dimana hal tersebut terindikasikan oleh hasil Survey Konsumen yang menunjukan
peningkatan pertumbuhan “Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini” dan “Indeks
Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu”. Hal ini juga sejalan dengan
peningkatan pertumbuhan NTP dan “Indeks Yang Diterima Petani” Sulsel yang
mencerminkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting sebagai
acuan pergerakan kesejahteraan masyarakat Sulsel. Peningkatan kesejahteraan dimaksud
diperkirakan sebagai dampak positif dari relatif terkendalinya laju inflasi Sulsel pada triwulan
III-2011, yang menunjukan kecenderungan penurunan yang signifikan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
67Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
BOKS II
Perkembangan Gadai Emas Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Perbankan Syariah Sulampua*
Produk perbankan yang menggunakan emas sebagai agunan semakin marak
dalam 2 tahun terakhir. Terbukti dengan meningkatnya nominal pembiayaan dan jumlah
emas yang terlibat terutama pada tahun 2011. Pada akhir tahun 2009 nominal pembiayaan
hanya sebesar Rp5,6 M dengan 15,62 kg emas. Angka ini meningkat menjadi Rp72,40 M
dengan 52,84 kg emas pada bulan Agustus 2011. Secara tahunan, produk gadai emas tumbuh
314% (yoy) di akhir Agustus 2011.
Sebagian besar gadai emas bersifat konsumtif (99,7%). Ditinjau dari provinsi, Sulawesi
Selatan dan Maluku merupakan provinsi yang paling banyak terdapat produk gadai emas
dengan nilai pembiayaan Rp72,40 M atau 96,78% dan Rp1,89 M (2,54%).
Perkembangan Pembiayaan Emas
Produk gadai emas masih memiliki share yang kecil terhadap total pembiayaan
syariah, tetapi diperkirakan akan terus meningkat. Di bulan Agustus 2011, share gadai
emas baru mencapai 2,25% dari total pembiayaan syariah Sulampua. Bila dibandingkan dengan
pembiayaan konsumtif, share gadai emas adalah sebesar 3,50%. Namun dengan pertumbuhan
yang sangat pesat, pangsa tersebut akan terus membesar dan dikhawatirkan akan mengurangi
kinerja pembiayaan syariah produktif.
Terdapat indikasi bahwa gadai syariah menjadi produk utama dalam pembiayaan
konsumtif di beberapa bank syariah. Terhadap total pembiayaan, gadai syariah memiliki pangsa
8%. Hal ini dapat mengurangi usaha perbankan tersebut untuk menyalurkan pembiayaan yang
produktif, mengingat gadai emas tersebut cukup menguntungkan bagi bank karena memberi
penghasilan setara bunga hingga 15% per tahun.
*Sulampua : Sulawesi – Maluku - Papua
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2009 2010 2011
Nasabah (orang) Nominal Pembiayaan (Rp Juta) Emas (gram)
Gadai Emas
68 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Sementara untuk pasar Amerika, komoditi utama yang diekspor ke Eropa adalah
tembaga, bijih besi, CPO, nikel, dan ikan-ikanan. Tembaga menjadi komoditas dominan bila
ditinjau dari pangsa nilai ekspornya ke Eropa, yaitu hingga 50% dari total ekspor Sulampua ke
Eropa. Secara keseluruhan ekspor tembaga Sulampua ke Eropa memiliki pangsa 15,3% dari
total ekspor tembaga Sulampua. Sisanya sebesar 84,7% diekspor ke negara-negara di Asia.
Share Ekspor CPO dan Tembaga Sulampua
Perkembangan Ekspor CPO
Ekspor CPO Sulampua belum terpengaruh oleh perlambatan perekonomian
negara Amerika dan Eropa. Ekspor CPO Sulampua hingga bulan Juli 2011 tumbuh 45,3%
(yoy). Bila ditinjau lebih dalam lagi, ekspor CPO Sulampua ke Amerika dan Eropa masing-masing
tumbuh 66,6% dan 354%. Berdasarkan hasil liaison kepada industri CPO di Sulut (penghasil
utama CPO Sulampua), responden tidak merasakan penurunan permintaan dari Amerika
maupun Eropa. Selain itu, bila terdapat pengurangan permintaan ekspor, pasar domestik dinilai
masih dapat menyerap hasil produksi.
Perkembangan Ekspor Tembaga
Ekspor Tembaga Sulampua belum terpengaruh oleh perlambatan perekonomian
negara Amerika dan Eropa. Ekspor tembaga Sulampua hingga bulan Juli 2011 tumbuh
26,9% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2010 (11,8%). Ekspor tembaga ke Eropa juga
menunjukkan pertumbuhan 33,9%. Berdasarkan hasil liaison kepada PT. Freeport (penghasil
utama tembaga Sulampua), responden belum merasakan penurunan permintaan dari Eropa. Bila
terjadi pengurangan permintaan ekspor, pasar asia yang memiliki pangsa besar dapat menyerap
hasil produksi perusahaan
Eropa Amerika Asia LainnyaCPO 5.7% 33.3% 28.0% 38.7% 0.0%Tembaga 45.0% 15.3% 0.0% 84.7% 0.0%
KomoditasShare Ekspor
Negara Tujuan Ekspor
69Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
Bab 6
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2011 diperkirakan
masih tumbuh cukup tinggi. Pada sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan IV-2011
akan dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga, swasta maupun pemerintah
yang masih tinggi. Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan IV-2011 juga diperkirakan
masih tumbuh tinggi sejalan dengan masih derasnya penanaman modal di Sulsel yang
terlihat sejak awal tahun 2011 dan didukung akselerasi penyelesaian proyek-proyek
pembangunan fisik menjelang akhir tahun. Pada sisi ekspor-impor, kinerja net ekspor Sulsel
diperkirakan akan meningkat. Pada sisi penawaran, dorongan pertumbuhan diperkirakan
berasal dari kinerja sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR), sektor konstruksi, sektor
angkutan-komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan-penggalian yang
masih tumbuh baik.
Pada triwulan IV-2011 mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan masih akan
melambat pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan III-2011. Tekanan inflasi
pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih bersumber dari peningkatan inflasi volatile food
dan inflasi inti.
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan tumbuh lebih
baik daripada triwulan III-2011. Intermediasi perbankan diprediksi masih akan tumbuh cukup
signifikan sampai dengan akhir tahun, baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran
kredit. Kondisi perekonomian Indonesia yang cukup stabil dan juga perekonomian Sulsel
yang tumbuh dengan baik, diiringi oleh laju inflasi yang cukup terjaga menciptakan kondisi
yang kondusif bagi perbankan untuk meningkatkan pembiayaan usaha.
6.1. Outlook Kondisi Makroregional
Pertumbuhan ekonomi Sulsel di triwulan IV-2011 diperkirakan masih tumbuh cukup
tinggi. Pada sisi permintaan, pendorong pertumbuhan pada triwulan IV-2011 berasal dari
peningkatan konsumsi, investasi dan membaiknya net-ekspor.
Konsumsi rumah tangga akan mengalami peningkatan sejalan dengan aktivitas
liburan anak sekolah dan perayaan Natal dan Tahun baru. Peningkatan daya beli masyarakat
seiring dengan membaiknya perekonomian daerah juga mendukung kegiatan konsumsi.
70 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Realisasi belanja pemerintah yang masih belum optimal pada triwulan III-2011 diperkirakan
akan terakselerasi pada triwulan mendatang.
Proyeksi pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan IV-2011 yang masih
tinggi, didukung pula oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Makassar, yang menunjukan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada triwulan IV-2011 masih
optimis. Indeks Ekspektasi Konsumen merupakan gabungan dari indeks ekspektasi
masyarakat akan kondisi perekonomian, ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan
kerja (grafik 6.1, grafik 6.3, grafik 6.4 dan grafik 6.5), dimana perkembangan indeks
dimaksud menunjukan tingkat optimisme yang cukup tinggi.
Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.2. Perkembangan PDRB Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Kondisi Ekonomi 6
Bulan Yang Akan Datang
Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Penghasilan
6 Bulan Yang Akan Datang
Selanjutnya untuk investasi, pada triwulan IV-2011 diprediksi masih tumbuh tinggi
sejalan dengan masih derasnya penanaman modal di Sulsel yang terlihat sejak awal tahun
2011 dan akselerasi penyelesaian proyek baik infrastruktur, properti maupun perluasan
pabrik hingga akhir tahun. Indikator yang mendukung kinerja investasi adalah meningkatnya
impor barang modal terutama mesin-mesin. Kinerja investasi yang masih tumbuh tinggi juga
sejalan dengan ekspektasi masyarakat sesuai hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia yang
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
100
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
8.58%
8.08%
9.08%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
9%
10%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3** 4***
2009 2010 2011
y.o.y Sulsely.o.y Nas
Sumber : BPS, diolah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Kondisi ekonomi 6 bln yg akan datang
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Indeks ekspektasi penghasilan 6 bln yg akan dtg
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
71Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
menunjukkan indeks ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang cukup
tinggi dan cenderung meningkat (grafik 6.5).
Pada sisi ekspor-impor, diperkirakan kinerja net ekspor Sulsel akan cenderung
meningkat baik ekspor ke luar negeri maupun perdagangan antar pulau. Membaiknya
ekspor ke luar negeri diperkirakan akan didorong oleh ekspor nikel ke Jepang. Peningkatan
ekspor nikel sejalan dengan pulihnya kondisi perekonomian Jepang pasca tsunami Pada
Maret 2011. Hal ini didukung oleh analisa OECD composite leading indicators yang
menunjukkan pergerakan business cycle perekonomian Jepang menuju posisi puncak. Kemudian diperkuat oleh laju inflasi Jepang pada bulan September relatif tetap jika
dibandingkan bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran Jepang juga menurun pada bulan
September jika dibandingkan bulan sebelumnya1. Sementara dari sisi impor, dorongan impor
cukup potensial dengan mempertimbangkan pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar
yang cenderung menguat.
Grafik 6.5. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan y.a.d
Grafik 6.6. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
Grafik 6.7
Vol. Impor Luar Negeri Intermediate Goods
1 Trading Economist, Japan News, http://www.tradingeconomics.com/japan/gdp-growth, 28 Oktober 2011.
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bln yg akan dtg
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
‐15.0%
‐10.0%
‐5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Rata‐rata Kurs Tengah
‐1000%
0%
1000%
2000%
3000%
4000%
5000%
‐
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2* 3**
2009 2010 2011
Juta Kg
Intermediate GoodsIntermediate Goods y.o.y
* SementaraSmb : Cognos ‐BI
72 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Pada sisi penawaran, pertumbuhan sektor PHR terutama didorong oleh
meningkatnya aktivitas pada sub sektor perdagangan yang diperkirakan akan tumbuh cukup
tinggi sejalan dengan tingginya aktivitas Meetings, Incentives, Conferencing and Exhibition
(MICE) di Sulsel baik bertaraf nasional maupun internasional dan juga aktivitas liburan anak
sekolah menjelang akhir tahun.
Selain itu, sektor angkutan-komunikasi diperkirakaan akan tumbuh cukup baik,
sebagai pendukung kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) maupun
mendukung aktivitas bisnis dengan dibukanya rute-rute penerbangan yang baru melalui
Makassar. Hal tersebut berjalan searah dengan pertumbuhan Sulsel yang cukup tinggi dari
tahun ke tahun, dan meningkatnya kunjungan wisata di Kawasan Timur Indonesia. Di sisi
lain, dampak penurunan harga avtur sejak triwulan II-2011 menyebabkan harga tiket
angkutan udara tidak bergejolak sehingga menjadi incentive meningkatnya kinerja sub-sektor
angkutan.
Kemudian sektor kontruksi dan industri pengolahan diperkirakan bergerak beriringan,
karena aktivitas ekonomi dalam penyelesaian proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan
ekpansi produksi di Sulsel masih cukup tinggi. Pada sektor pertambangan, produski nikel
diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan pulihnya aktivitas produksi.
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, maka perekonomian Sulsel pada
triwulan mendatang diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi yaitu sebesar 8,58% +0,5%
(yoy).
6.2. Outlook Inflasi
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan masih akan melambat
pada level yang moderat apabila dibandingkan triwulan III-2011. Hal ini sejalan dengan hasil
Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana perkembangan Indeks Ekspektasi Terhadap harga-
harga dalam 3 bulan y.a.d masih menunjukan pertumbuhan yang negatif (grafik 6.9).
Tekanan inflasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih bersumber dari peningkatan inflasi
volatile food dan inflasi inti.
Faktor yang dapat mengurangi tekanan inflasi volatile food yaitu masih terjaganya
pasokan komoditas pangan lokal sebagai hasil masa panen raya beras tahap dua pada
Agustus-September 2011 dan juga relatif terkendalinya rantai distribusi bahan makanan
pokok di Sulsel sehubungan dengan aktivitas pengendalian inflasi daerah yang dilakukan
oleh Forum Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (FKPPI) Provinsi Sulsel. Meski
demikian, inflasi volatile food diperkirakan masih mendapat tekanan pada tingkat moderat
dari faktor eksternal. Kelompok volatile food diperkirakan mengalami tekanan sejalan
dengan berlalunya masa panen beras diperkirakan akan meningkatkan harga beras. Tekanan
73Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
harga beras juga dipengaruhi oleh ketidakmampuan Thailand memenuhi kontrak ekspor
beras ke Indonesia akibat banjir besar yang melanda negara tersebut. Selain itu, masuknya
musim hujan yang diperkirakan dimulai pada bulan Oktober 2011 dapat menjadi kendala
pada produksi pertanian, bila terjadi curah hujan dengan intensitas tinggi. Komoditas pangan
perishable seperti cabe, bawang, dan tomat akan cepat membusuk bila kondisi cuaca sangat
lembab.
Laju inflasi administered price diperkirakan meningkat kenaikan tarif air bersih
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM yang seyogyanya sebesar 25 persen dan diberlakukan
Juni 2011 disinyalir tingkat kenaikannya lebih besar dari 25 persen sehingga diperkirakan
memberi tekanan pada inflasi administered price. Meski demikian, turunnya harga minyak
dunia yang telah berdampak kepada penurunan harga avtur sepanjang triwulan III-20112
diproyeksikan masih akan berlanjut sehingga dapat menekan harga tiket angkutan udara
menuju penghujung tahun dan masa liburan sekolah.
2 Finanace Today, Harga Avtur Sepanjang Kwartal III Turun, http://www.indonesiafinancetoday.com/read/14672/Harga-Avtur-Sepanjang-Kuartal-III-Turun, 20 September 2011.
Grafik 6.8. Perkembangan Laju Inflasi Sulsel (y.o.y) dan
Proyeksinya
Grafik 6.9. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga
dalam 3 bulan y.a.d
Grafik 6.10.
Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap USD
4.61
3.37 2.52
3.02
3.52
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2008 2009 2010 2011
y.o.y ‐ Ssy.o.y ‐ Nas
Sumber : BPS diolah
%
‐20%
‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
Growth (%; yoy)
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
100
105
110
115
120
125
130
135
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2009 2010 2011
Indeks Ekspektasi Konsumeny.o.y
Smb : Survei Konsumen KBI Mks
‐15.0%
‐10.0%
‐5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
6,000
6,500
7,000
7,500
8,000
8,500
9,000
9,500
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2009 2010 2011
Rata‐rata Kurs Tengah
74 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
Laju inflasi inti di triwulan laporan diperkirakan akan mendapat tekanan sehubungan
dengan harga emas yang masih cenderung meningkat setelah sempat menurun pada
Oktober 2011. Namun tekanan tersebut diperkirakan dapat sedikit terendam sejalan dengan
pola penguatan nilai tukar rupiah yang diperkirakan akan berlanjut pada triwulan
mendatang.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut di atas, maka pada triwulan IV-
2011 diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan sedikit melambat apabila dibandingkan
triwulan sebelumnya (3,37%), yaitu pada kisaran 3,02% ± 0.5%(yoy) (grafik 6.8).
Kecenderungan tersebut searah dengan rata-rata hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan
oleh Bank Indonesia, dimana rata-rata Indeks Ekspektasi terhadap harga-harga dalam 3 bulan
yang akan datang (triwulan IV-2011), yaitu sebesar 180.83 poin yang mengindikasikan
bahwa persepsi responden SK tentang harga masih menunjukan kecenderungan terjadinya
inflasi meski arahnya diperkirakan cenderung melambat pada triwulan mendatang.
6.3. Prospek Perbankan
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan tumbuh lebih
baik daripada triwulan III-2011. Intermediasi perbankan diprediksi masih akan tumbuh cukup
baik. Meski ditengah ancaman krisis global, namun memasuki kuartal akhir 2011 kinerja
perbankan Sulsel diperkirakan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, baik dari sisi
kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) mapun Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kondisi perekonomian Indonesia yang cukup stabil dan juga perekonomian Sulsel
yang tumbuh dengan baik, diiringi oleh laju inflasi yang cukup terjaga sehingga menciptakan
kondisi yang kondusif bagi perbankan untuk menyalurkan dananya. Ditambah lagi dengan
trend suku bunga kredit yang cenderung menurun, meski penurunannya tidak signifikan,
namun di masa mendatang suku bunga perbankan yang masih memiliki ruang untuk
bergerak turun mendekati suku bunga acuan atau BI Rate.
75Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
LAMPIRAN
1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi
Tabel 2.a
Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 31. Pertanian 3,435.21 3,337.76 3,542.10 3,183.40 3,196.08 3,615.40 3,780.29 3,218.03 3,582.10 3,946.20 4,019.30 2. Pertambangan & Penggalian 922.85 934.94 966.80 1,028.11 1,158.26 1,101.85 1,087.89 1,143.34 1,005.80 1,126.00 1,093.60 3. Industri Pengolahan 1,444.88 1,688.66 1,741.35 1,593.77 1,648.87 1,748.86 1,738.59 1,733.11 1,700.00 1,805.70 1,876.90 4. Listrik,Gas & Air Bersih 117.72 121.21 131.01 120.44 123.69 136.46 139.28 130.39 128.70 139.30 147.60 5. Bangunan 620.76 650.18 683.60 702.24 694.24 709.14 733.67 763.21 753.10 789.60 825.50 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,875.18 1,916.95 2,008.80 1,991.29 2,043.84 2,102.29 2,219.99 2,332.69 2,279.30 2,369.20 2,434.00 7. Angkutan & Komunikasi 903.20 973.51 1,042.00 1,105.05 1,061.80 1,123.74 1,181.33 1,253.06 1,201.00 1,239.10 1,312.10 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 742.58 803.20 807.65 850.64 929.40 930.70 903.16 978.83 1,010.00 1,059.10 1,089.20 9. Jasa ‐ jasa 1,305.67 1,324.66 1,334.54 1,343.90 1,348.12 1,366.22 1,390.77 1,430.44 1,439.80 1,467.60 1,477.10
PDRB 11,368.05 11,751.04 12,257.85 11,918.84 12,204.28 12,834.65 13,174.98 12,983.12 13,099.80 13,941.80 14,275.30 Sumber : BPS
2009SEKTORAL
2010 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3Konsumsi 8,049.61 8,222.00 8,440.76 8,568.47 8,547.98 8,755.17 8,916.26 9,063.98 8,945.89 9,113.01 9,327.18 Investasi 2,832.07 2,580.84 2,421.01 2,666.96 2,910.26 2,851.03 2,601.89 2,843.62 3,737.88 3,380.71 3,321.47 Ekspor 2,885.49 3,516.10 3,532.63 5,721.74 5,498.22 5,522.39 5,747.49 6,767.34 5,822.81 6,803.61 7,346.63 Dikurangi Impor 2,399.12 2,567.90 2,136.55 5,038.33 4,752.18 4,293.94 4,090.65 5,691.82 5,406.78 5,355.53 5,719.98
PDRB 11,368.05 11,751.04 12,257.85 11,918.84 12,204.28 12,834.65 13,174.98 12,983.12 13,099.80 13,941.80 14,275.30 Sumber : BPS
PENGGUNAAN2009 2010 2011
KELOMPOKPENGELUARAN Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept m.t.m y.t.d y.o.y
Umum 128.39 128.12 127.70 127.61 127.81 128.49 129.41 130.68 129.87 ‐0.6% 2.5% 3.4%Bahan Makanan 155.29 153.50 150.26 148.40 147.91 149.15 152.49 154.91 149.78 ‐3.3% 0.7% 1.4%Makanan Jadi, Mnman, Rkk & Tembakau 132.24 132.88 133.21 133.76 133.85 134.56 134.91 135.96 136.43 0.3% 3.4% 4.4%Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 122.23 122.34 123.07 123.33 123.75 124.08 124.14 124.27 125.45 0.9% 2.8% 3.7%Sandang 136.03 135.85 136.56 137.58 138.99 140.28 140.78 145.60 145.46 ‐0.1% 7.1% 11.0%Kesehatan 120.15 120.51 120.77 122.18 124.11 124.95 125.80 125.89 126.95 0.8% 6.5% 7.6%Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 116.87 116.91 116.89 117.29 117.17 118.11 118.20 119.13 119.73 0.5% 2.5% 3.0%Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 104.79 104.84 105.01 105.16 105.30 105.41 105.41 105.93 105.56 ‐0.3% 0.8% 0.8%Sumber : BPS
GrowthIHK (2011)
76 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan III - 2011
3. Data Perbankan
Tabel 3.a. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana
Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan
Bank Umum (Rp Miliar)
1 28,625.67 31,563.21 110.26%2 29,520.99 32,919.44 111.51%3 29,450.83 33,872.77 115.01%4 33,601.07 36,430.30 108.42%1 29,843.83 37,041.42 124.12%2 32,401.02 39,883.76 123.09%3 33,596.66 41,120.47 122.39%4 37,298.83 43,025.20 115.35%1 37,461.05 46,519.87 124.18%2 39,159.37 50,084.59 127.90%3* 41,077.42 53,400.54 130.00%4
* Angka S ementara
2011
2010
2009
THN TRW LDRDPK KREDIT
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* Giro 5,109 5,062 4,939 4,994 5,149 5,731 5,948 5,628 6,516 6,715 6,835 Tabungan 14,136 15,169 14,966 18,460 14,676 16,737 18,274 20,865 19,648 20,907 21,923 Deposito 9,381 9,289 9,546 10,147 10,350 10,284 9,738 10,806 11,298 11,537 12,319
TOTAL 28,626 29,521 29,451 33,601 30,175 32,753 33,959 37,299 37,461 39,159 41,077 GROWTH 18.43% 13.76% 11.41% 16.90% 5.41% 10.95% 15.31% 11.00% 24.14% 19.56% 20.96%
S umber : Bank Indones ia (LBU Cognos diolah)
2009JENIS PENGGUNAAN
2010 2011
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3* Modal Kerja 12,195.55 13,239.15 13,582.62 14,671.89 13,853.82 14,873.23 15,424.31 16,609.73 17,246.85 18,799.07 20,119.73 Investasi 6,398.84 6,230.54 6,299.91 6,769.70 7,705.26 8,143.12 7,975.95 8,960.67 9,147.97 10,027.45 10,683.02 Konsumsi 12,968.81 13,449.75 13,990.23 14,988.71 15,482.34 16,867.42 17,720.21 17,454.80 20,125.05 21,258.07 22,597.79
TOTAL 31,563.21 32,919.44 33,872.77 36,430.30 37,041.42 39,883.76 41,120.47 43,025.20 46,519.87 50,084.59 53,400.54 GROWTH 48.74% 42.46% 39.39% 41.91% 17.36% 21.16% 21.40% 18.10% 25.59% 25.58% 29.86%
S umber : Cognos
JENIS PENGGUNAAN
2009 2010 2011
77Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan III - 2011
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar (Rp Triliun)
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)
Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow Inflow Outflow Net Flow1 2.23 0.24 2.00 ‐4.3% ‐60.0% 14.7% 2.2% ‐84.2% 196.7%2 0.87 0.86 0.01 ‐20.7% ‐52.7% 100.8% ‐61.2% 259.7% ‐99.7%3 0.91 0.78 0.13 ‐36.8% ‐58.5% 129.0% 4.5% ‐9.6% 2028.9%4 1.65 0.70 0.95 ‐24.8% ‐53.8% 40.6% 81.8% ‐10.0% 639.8%1 1.84 0.28 1.56 ‐17.4% 17.5% ‐21.6% 12.1% ‐59.8% 65.4%2 0.61 1.26 (0.65) ‐30.0% 45.9% 10904.2% ‐67.1% 346.6% ‐141.5%3 1.29 1.53 (0.24) 42.4% 96.2% 285.2% 112.6% 21.5% ‐63.5%4 1.20 1.35 (0.15) ‐26.9% 93.0% 115.6% ‐6.7% ‐11.5% ‐37.6%1 2.33 1.25 1.08 26.3% 344.8% ‐30.9% 93.7% ‐7.4% ‐830.9%2 2.10 1.91 0.19 246.3% 52.0% 129.6% ‐9.9% 52.7% ‐82.2%3 3.71 3.25 0.46 187.8% 113.3% 292.3% 76.7% 70.6% 137.3%4
Sumber : Bank Indonesia Makassar
2011
2010
2009
Y.O.YJUMLAH Q.T.QThn Trw
Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow Inflow PTTB PTTB/Inflow
1 2.23 0.25 11.2% ‐4.3% ‐81.1% ‐80.3% 2.2% ‐38.7% ‐40.0%2 0.87 0.09 10.4% ‐20.7% ‐87.5% ‐84.2% ‐61.2% ‐64.0% ‐7.1%3 0.91 0.32 35.5% ‐36.8% ‐40.9% ‐6.5% 4.5% 256.7% 241.3%4 1.65 1.19 72.5% ‐24.8% 192.5% 288.8% 81.8% 271.6% 104.4%1 1.84 1.04 56.2% ‐17.4% 315.1% 402.8% 12.1% ‐13.0% ‐22.4%2 0.61 0.69 113.6% ‐30.0% 665.6% 993.6% ‐67.1% ‐33.6% 102.0%3 1.29 0.98 75.9% 42.4% 204.9% 114.1% 112.6% 42.1% ‐33.2%4 1.20 0.99 82.7% ‐26.9% ‐16.6% 14.1% ‐6.7% 1.6% 8.9%1 2.33 1.22 52.4% 26.3% 17.6% ‐6.9% 93.7% 22.7% ‐36.7%2 2.10 1.75 83.3% 246.3% 154.0% ‐26.7% ‐9.9% 43.4% 59.2%3 3.71 1.68 45.3% 187.8% 71.6% ‐40.4% 76.7% ‐4.0% ‐45.7%4
S umber : Bank Indones ia Makassar
Thn Trw
2010
2009
2011
Y.O.Y Q.T.QJUMLAH
Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total Incoming Outgoing Total1 17.8 11.9 29.7 56.5% 66.5% 60.4% 22.1% 29.2% 24.8%2 18.5 11.6 30.1 51.8% 46.7% 49.7% 3.7% ‐2.8% 1.1%3 18.7 14.3 32.9 81.4% 83.1% 82.1% 1.1% 23.0% 9.5%4 21.5 15.1 36.6 47.4% 63.0% 53.5% 15.2% 5.5% 11.0%1 17.8 11.9 29.7 0.0% 0.0% 0.0% ‐17.2% ‐20.8% ‐18.7%2 22.4 12.6 35.0 21.4% 8.6% 16.5% 25.9% 5.6% 17.8%3 24.5 11.7 36.2 30.9% ‐17.8% 9.8% 9.0% ‐6.9% 3.3%4 28.5 13.7 42.2 32.3% ‐9.0% 15.3% 16.4% 16.8% 16.6%1 20.1 9.8 29.8 12.6% ‐18.2% 0.3% ‐29.5% ‐28.7% ‐29.3%2 26.1 12.2 38.2 16.1% ‐3.4% 9.1% 29.8% 24.7% 28.1%3 33.9 13.1 47.0 38.6% 11.8% 29.9% 30.1% 7.6% 23.0%4
S umber : Bank Indones ia Makassar
2011
2009
Thn TrwJUMLAH Y.O.Y Q.T.Q
2010