Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 · pengembangan stabilitas sistem...

64

Transcript of Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 · pengembangan stabilitas sistem...

Kajian Ekonomi Regional

Provinsi Gorontalo

Triwulan III 2009

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil”

Misi Bank Indonesia :

“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang Negara Indonesia

yang berkesinambungan”

Tugas Bank Indonesia :

1. Menentapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

3. Mengatur dan mengawasi bank.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada

Redaksi :

Kelompok Kajian dan Survey

Bank Indonesia Gorontalo

Jl. D.I. Panjaitan No 35 Gorontalo – 96115

Telp : +62 435 824444

Fax : +62 435 827993

Web : www.bi.go.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga

penyusunan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Gorontalo dapat diselesaikan dengan

baik.

Kajian periode triwulan III-2009 ini merupakan pengejawantahan dari peranan KBI

Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and research unit’ yang diharapkan mampu

memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini

sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di daerah dan di pusat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang

amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa di usia

yang masih sangat muda ini, KBI Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai

pihak untuk meningkatkan kualitas produk dan peranan kami di masa yang akan datang.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan

perekonomian Provinsi Gorontalo.

Gorontalo, 4 November 2009

BANK INDONESIA GORONTALO

Benny Siswanto

Pemimpin

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1. PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

1.1. Sisi Permintaan 8 1.1.1. Konsumsi 9 1.1.2. Investasi 12 1.1.3. Ekspor-Impor 12

1.2. Sisi Penawaran 13 1.2.1. Sektor Pertanian 14 1.2.2. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 16 1.2.4. Sektor Bangunan 17 1.2.5. Sektor Industri Pengolahan 18 1.2.6. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa 18 1.2.7. Sektor Lainnya 19

1.3. Box KER I 20 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

2.1. Inflasi Gorontalo Triwulan III-2009 23 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang/Jasa 25

2.2.1. Inflasi Tahunan (yoy) 25 2.2.2. Inflasi Triwulanan (qtq) 26

2.3. Box KER II 28

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 3.1. Fungsi Intermediasi 29

3.1.1. Perkembangan Bank 29 3.1.2. Respon Perbankan Gorontalo Terhadap Kebijakan Moneter 29 3.1.3. Penyerapan Dana Masyarakat 30 3.1.4. Penyaluran Kredit 31

3.2. Stabilitas Perbankan 33 3.2.1. Risiko Kredit 33 3.2.2. Risiko Likuiditas 34 3.2.3. Risiko Pasar 36

3.3. Box KER III 37

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1. Pendapatan Daerah 38 4.2. Belanja Daerah 39 4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar 43

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal 42 5.2. Perkembangan Kliring Non BI di Gorontalo 42

BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1. Pengangguran 44 6.2. Kemiskinan 45 6.3 Rasio Gini 46 6.4 IPM 46

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

7.1. Outlook Makro Ekonomi Regional 48 7.2. Outlook Inflasi 49 7.3 Prospek Perbankan 50

LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 8

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 9

Tabel 1.3 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri 12

Tabel 1.4 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Gorontalo 13

Tabel 1.5 Pertumubuhan Ekonomi Sisi Penawaran 13

Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (yoy) 25

Tabel 2.2 Inflasi Sub Kelompok Bahan Makanan (yoy) 25

Tabel 2.3 Inflasi Sub Kelompok Transpor, Komunikasi, Jasa Keuangan (yoy) 26

Tabel 2.4 Inflasi Sub Kelompok Barang dan Jasa (qtq) 37

Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo 38

Tabel 4.2 Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo dalam (%) 39

Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 39

Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo 40

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap sektor Riil 40

Tabel 4.7 Dampak APBD terhadap Uang Beredar 41

Tabel 6.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan 44

Tabel 6.2 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja 45

Tabel 6.3 Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) 45

Tabel 6.4 Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kab/Kodya tahun 2007 46

Tabel 6.5 Rasio Gini Provinsi Gorontalo 47

Tabel 6.6 IPM Provinsi Gorontalo 47

Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia per Kab/Kodya Tahun 2006-2007 47

Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 48

Tabel 7.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 48

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo 8

Grafik 1.2 Perkembangan Deposito & Tabungan 10

Grafik 1.3 Index Nilai Tukar Petani 10

Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 10

Grafik 1.5 Konsumsi BBM Rumah Tangga 10

Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi 10

Grafik 1.7 Index Keyakinan Konsumen 11

Grafik 1.8 Realisasi Belanja Non Modal 11

Grafik 1.9 Realisasi Semen 12

Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Non Modal 12

Grafik 1.11 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo 12

Grafik 1.12 Volume Ekspor 12

Grafik 1.13 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung 14

Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Jagung 14

Grafik 1.15 Luas Lahan Panen & Produktivitas Padi 15

Grafik 1.16 Perkembangan Produksi Padi 15

Grafik 1.17 Luas Lahan Panen & Produktivitas Kedelai 15

Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Kedelai 15

Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Pesawat 15

Grafik 1.20 Perkembangan Penumpang Kapal Laut 15

Grafik 1.21 Konssmsi Premium untuk Transportasi 16

Grafik 1.22 Jumlah Penerbangan Pesawat 16

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Perdagangan 16

Grafik 1.24 Konsumsi Listrik Bisnis 16

Grafik 1.25 Tingkat Penghunian Hotel 17

Grafik 1.26 Realisasi Belanja Modal APBD 17

Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen 17

Grafik 1.28 Penggunaan BBM Industri 18

Grafik 1.29 Volume Barang Industri 18

Grafik 1.30 NIM Perbankan 18

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo 23

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 24

Grafik 2.3 Survey Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Ayam (Rp/Kg) 27

Grafik 2.4 Survey Pemantauan Harga Mingguan Komoditas Cabai dan Bawang (Rp/Kg) 27

Grafik 3.1 Rata-rata suku bunga Deposito Perbankan Gorontalo 30

Grafik 3.2 Rata-rata suku bunga kredit Perbankan Gorontalo 30

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK (yoy) 31

Grafik 3.4 Komposisi DPK 31

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis penggunaan (yoy) 31

Grafik 3.6 Komposisi berdasarkan jenis pengunaaan 31

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Sektoral (yoy) 32

Grafik 3.8 Komposisi Kredit sektor produktif 32

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM 33

Grafik 3.10 Komposisi Kredit UMKM 33

Grafik 3.11 Non Performing Loan 33

Grafik 3.12 NPL Kredit Penggunaan (%) 34

Grafik 3.13 NPL Kredit Sektoral (%) 34

Grafik 3.14 Pertumbuhan Jenis DPK 35

Grafik 3.15 Simpanan Berdasarkan Nasabah 35

Grafik 3.16 Posisi LDR Perbankan Gorontalo 35

Grafik 3.17 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate 36

Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo 42

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow 42

Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 43

Grafik 5.4 Rata-rata Perputaran Kliring Per Hari 43

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI Gorontalo 43

Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) 49

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Perekonomian Gorontalo

pada triwulan III-2009

melambat 7.60% (y.o.y).

Pada triwulan III-2009, perekonomian Gorontalo diperkirakan

melambat 7.60% (yoy) dibandingkan triwulan III-2008 sebesar

9.00% (yoy). Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dalam

range proyeksi Bank Indonesia Gorontalo pada triwulan lalu.

Di sisi permintaan,

perlambatan ekonomi

Gorontalo didorong oleh

melemahnya kinerja

ekspor dan konsumsi

pemerintah

Disisi permintaan, melambatnya kinerja ekspor ditunjukkan oleh

nilai realisasi ekspor antar pulau yang menurun secara signifikan.

Menurunnya produksi pertanian berdampak langsung pada

kinerja ekspor secara keseluruhan, sementara realisasi belanja

non modal tidak secerah triwulan III-2008. Melambatnya sisi

permintaan sedikit diredam oleh membaiknya kinerja investasi

daerah. Upaya pemerintah meningkatkan anggaran belanja

modal merupakan langkah yang tepat untuk mendorong kinerja

ekonomi lebih baik. Sementara itu, musim lebaran cukup

memberikan pengaruh positif bagi konsumsi masyarakat selama

triwulan III-2009.

Di sisi penawaran,

perlambatan didorong

oleh menurunnya kinerja

sektor pertanian dan

sektor jasa-jasa lainnya

Disisi sektoral, kinerja sektor pertanian masih dilanda pesimisme.

Musim kering berkepanjangan menurunkan kinerja pertanian

selama triwulan III-2009. Melambatnya kinerja sektor tersebut

memberikan tekanan yang cukup signifikan bagi pertumbuhan

ekonomi secara total mengingat kontribusi sektor pertanian

sebesar 30% terhadap PDRB. Disisi lain, kinerja empat sektor

unggulan lainnya diperkirakan mampu sedikit meredam

perlambatan yang terjadi. Sektor perdagangan dan angkutan

menunjukkan perkembangan yang positif selama musim lebaran

demikian juga kinerja sektor bangunan menunjukkan optimisme.

Seiring pertumbuhan ekonomi daerah, kegiatan konstruksi

khususnya di wilayah kota Gorontalo menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Proyek pembangunan

Gorontalo Business Center dan Pelabuhan Dermaga III masuk

dalam tahap penyelesaian sementara pembangunan Gorontalo

Business Park (mall) masih terus berlangsung hingga saat ini.

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi triwulan III-2009

sebesar 3,97% (yoy) lebih

rendah dibandingkan

triwulan III-2008 sebesar

12,26% (yoy)

Tendensi menurunnya inflasi tahunan mewarnai perkembangan

harga komoditas di Provinsi Gorontalo pada triwulan-III 2009.

Inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy).

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 2

Sementara itu, inflasi triwulan III-2009 naik sebesar 0,83% (qtq)

dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 0,59% (qtq). Penurunan

inflasi tahunan sejalan dengan inflasi nasional serta didukung

oleh kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya

tekanan harga dari kelompok barang-barang yang diatur

Pemerintah (administered price). Sementara itu, kenaikan inflasi

triwulanan didorong tingginya permintaan barang dan jasa

terkait ibadah puasa dan perayaan hari besar Idul Fitri.

Tendensi Penurunan

inflasi selama triwulan

III-2009 disebabkan oleh

minimnya shock inflasi

kebijakan.

Kecenderungan adanya

oligopoly pada tata

niaga beras serta

gangguan pada distribusi

barang menjadi

permasalahan utama

persistensi inflasi

Gorontalo

Tanda-tanda tren penurunan inflasi Gorontalo mulai muncul

sejak kebijakan penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008.

Menurunnya harga komoditas minyak internasional mengurangi

beban Pos Subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan

penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi

menciptakan situasi ekonomi dan bisnis yang kondusif. Tendensi

penurunan tren inflasi Gorontalo kemudian diperkuat dengan

adanya musim panen sehingga pasokan kebutuhan masyarakat

terutama untuk komoditas pertanian terjaga.

Walaupun mengalami tren penurunan, permasalahan persistensi

inflasi masih muncul tercermin dari nilai inflasi tahunan

Gorontalo yang terus berada di atas inflasi nasional selama tahun

2009. Kecenderungan adanya gangguan pada tata niaga beras

serta terhambatnya distribusi barang menjadi permasalahan

utama persistensi inflasi Gorontalo. Tata niaga beras di Provinsi

Gorontalo dikuasai oleh beberapa pengijon besar yang berperan

sebagai petani, pengumpul, dan distributor sekaligus. Hal ini

memberi dampak kepada perilaku pembentukan harga beras di

Provinsi Gorontalo yang seringkali tidak patuh pada mekanisme

pasar. Sementara itu, distribusi barang dan jasa seringkali

terganggu karena terjadi penumpukan antrian kapal di

Pelabuhan Gorontalo. Padahal terdapat alternatif Pelabuhan

Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya

yang lebih jauh.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan III-2009

kinerja perbankan di

Provinsi Gorontalo

menunjukkan

perkembangan yang

menurun, diikuti dengan

stabilitas sistem

Pada triwulan III-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo

menunjukkan perkembangan yang menurun, diikuti dengan

stabilitas sistem perbankan yang relatif terkendali. Intermediasi

perbankan ditandai oleh pertumbuhan asset perbankan dan

pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas

perbankan Gorontalo tetap terjaga, tergambar dari indikator-

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 3

perbankan yang relatif

terkendali indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif terkendali.

Namun, potensi peningkatan risiko kredit patut mendapat

perhatian karena nilai NPL menunjukkan trend kenaikan.

Sedangkan risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR sudah

berada pada taraf tidak wajar yang mencapai angka 130%

sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.

Pada triwulan laporan,

suku bunga deposito dan

suku bunga kredit

merespon dengan cukup

signifikan terhadap

kebijakan moneter Bank

Indonesia

Pada triwulan laporan, kebijakan BI-rate untuk menurunkan suku

bunga perbankan sudah mulai direspon oleh perbankan di

Gorontalo. Berbagai kebijakan yang dilakukan oleh Bank

Indonesia dalam usaha menggerakkan sektor rill mulai

membuahkan hasil. Kebijakan ekspansif yang dilakukan melalui

penurunan BI-rate, pengaturan Giro Wajib Minimum (GWM),

dan moral suasion mulai direspon dengan baik oleh perbankan.

Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan dan 3 bulan turun

mencapai kisaran 125 bps dibandingkan awal tahun 2009,

sementara suku bunga giro dan tabungan relatif tidak beranjak.

Suku bunga kredit konsumsi merespon dengan penurunan yang

cukup dalam sebesar 300 bps. Pada awal tahun 2009 rata-rata

suku bunga kredit konsumsi berkisar 14% kemudian turun hingga

kisaran 11% pada triwulan-III 2009. Sementara itu, rata-rata

suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi turun sebesar

150 bps, pada awal tahun 2009 berkisar 16,5% menjadi 15%

pada triwulan-III 2009.

Pada posisi akhir

triwulan III-2009 dana

yang dihimpun

meningkat menunjukkan

peningkatan

Pada posisi akhir triwulan III-2009 dana yang dihimpun tercatat

sebesar Rp1,87 triliun, meningkat 14,96% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 9.65% (yoy).

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada simpanan giro sebesar

29,08% (yoy), diikuti oleh tabungan sebesar 15,17% (yoy) dan

deposito sebesar 8,51% (yoy). Dari komposisinya, tabungan

memiliki pangsa tertinggi (53.19%), diikuti deposito (30.91%) dan

giro (15.90%). Tingginya pertumbuhan giro didorong oleh

pertumbuhan giro swasta sebesar 61,73% (yoy) jauh lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

-3.5% (yoy). Pertumbuhan giro swasta ini sejalan dengan kinerja

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami

perbaikan.

Pertumbuhan kredit

mengalami perlambatan

dibandingkan periode

yang sama tahun

sebelumnya

Sejalan dengan perlambatan ekonomi Gorontalo pada triwulan

laporan, kredit yang disalurkan tumbuh 30,28%. (yoy) lebih

lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 38.44% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya,

pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 4

mencapai 37.30% (yoy) namun masih lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.83% (yoy).

Kredit modal kerja tumbuh sebesar 22,59% (yoy) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

33.19% (yoy). Sementara itu berdasarkan sektoral, kredit sektor

perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perbaikan yaitu

tumbuh sebesar 27,98% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,40% (yoy).

Stabilitas sistem

perbankan di Gorontalo

relatif terkendali dilihat

dari aspek risiko kredit

dan risiko pasar, namun

risiko likiuiditas patut

menjadi catatan

Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di

Gorontalo meliputi aspek risiko kredit dan risiko pasar relatif

terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat perhatian.

Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai

dibawah batas ketentuan BI, namun kecenderungan peningkatan

NPL dibandingkan triwulan sebelumnya menunjukkan terdapat

potensi risiko kredit. Sementara itu, aspek penyerapan dana

masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan Deposit Ratio

(LDR) berada di ambang ‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 130%

sehingga dapat mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD

Provinsi Gorontalo

triwulan III-2009 sebesar

57.85%, hampir sama

dibandingkan realisasi

triwulan III-2008 sebesar

56.12%.

Pengaruh realisasi fiskal

pemerintah provinsi

terhadap uang beredar

selama triwulan III-2008

cenderung kontraktif.

Realisasi belanja terhadap target APBD Pemerintah Provinsi

Gorontalo triwulan III-2009 hampir sama dibandingkan triwulan

III-2008. Peningkatan terjadi disisi realisasi belanja modal,

sementara realisasi belanja pegawai dan belanja barang/jasa

lebih rendah dibandingkan periode lalu. Upaya positif

pemerintah provinsi untuk mendorong kinerja investasi daerah

selama triwulan III-2008 layak diapresiasi, kondisi tersebut

sebagai cerminan nyata upaya pemerintah provinsi dalam

menciptakan multiplier effect bagi ekonomi daerah di tengah

perlambatan yang terjadi.

Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi fiskal

pemerintah provinsi selama triwulan III-2009 cenderung bersifat

kontraktif, hal ini tercermin dari surplus pendapatan sebesar Rp

18 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30

September 2009. Dengan pertimbangan perlambatan ekonomi

daerah, Kebijakan ekspansif fiskal melalui percepatan realisasi

anggaran belanja APBD dinilai lebih tepat untuk diterapkan saat

ini dibanding kebijakan fiskal kontraktif. Ekspansi fiskal dari

pemerintah daerah diharapkan mampu mendorong kinerja

sektor riil di daerah untuk lebih berkembang.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 5

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Kas titipan di Gorontalo

sepanjang triwulan III-

2009 berada pada

kondisi net inflow

disertai dengan

peningkatan rasio

jumlah Cek/BG kosong

terhadap total

keseluruhan warkat yang

dikliringkan.

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2009

mencatat net inflow sebesar Rp79.725 miliar yang berarti aliran

uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih

besar dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah.

Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan tanda-

tanda berkurangnya kegiatan transaksi masyarakat. Pada periode

yang sama tahun sebelumnya menunjukkan terjadi aliran

outflow, namun pada triwulan laporan menunjukkan terjadi

inflow. Sementara itu, rasio jumlah Cek/BG kosong terhadap

total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga tercatat

mengalami peningkatan dari 0,40% pada triwulan II-2009

menjadi 0,70% pada triwulan III-2009. Peningkatan rasio

penolakan jumlah cek/BG kosong mencerminkan bahwa

kelesuan ekonomi Provinsi Gorontalo mulai terasa pada triwulan

laporan. Berkurangnya pendapatan para pelaku usaha

diperkirakan memperlemah posisi likuiditas mereka, sehingga

menghambat kelancaran pembayaran transaksi melalui kliring.

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tingkat kesejahteraan

sedikit mengalamai

penurunan.

Jumlah pengangguran di

Gorontalo pada Februari

2009 menurun.

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit

menurun. Tingkat pengangguran berkurang, dan IPM meningkat

namun tingkat kemiskinan meningkat. Indeks Gini sebagai

indikator kesenjangan masih belum menunjukkan tanda

membaik.

Pada Februari 2009, jumlah angkatan kerja mencapai 462.899

orang naik 7,80% dibandingkan keadaan Agustus 2008 atau

9,33% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh sebesar

11,66% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Selama periode 1 tahun, tingkat pengangguran terbuka

menunjukkan arah yang menurun, yaitu dari 7,04 % pada

Februari 2008 menjadi 5,06% pada Februari 2009.

Persentase penduduk

miskin di Maret 2009

meningkat.

Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis

kemiskinan (data bulan Maret 2009) di Provinsi Gorontalo

sebesar 25,01% atau mengalami peningkatan dibandingkan

periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Jumlah ini

tersebar di wilayah Gorontalo dengan persentase penduduk

miskin tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo

Utara, kemudian disusul berturut-turut oleh Kabupaten

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 6

Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%),

Kabupaten Pahuwato (29,74%), Kabupaten Boalemo (29,21%),

dan yang terkecil di Kota Gorontalo (8,11%)

Pada Tahun 2007 indeks

gini tercatat 0,39

mengalami kenaikan

dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang

tercatat sebesar 0,36

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun

terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini

tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini

Tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian

berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati

oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin

meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Sementara itu, Index

Pembangunan Manusia (IPM) sampai tahun 2007 adalah tercatat

68,98 meningkat dibanding IPM 2006 yang sebesar 68,01.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi

Provinsi Gorontalo

triwulan-III tahun 2009

diperkirakan pada

kisaran 6.9% - 7.4%

(yoy).

Perekonomian Gorontalo triwulan IV-2009 diperkirakan

melambat, berada pada kisaran 6.91 – 7.41% (yoy). Sementara

itu pertumbuhan keseluruhan tahun 2009 diperkirakan pada

kisaran 7.15 – 7.55% (yoy), melambat dibandingkan

pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 7.76% (yoy). Disisi

permintaan, kinerja ekspor diperkirakan masih belum pulih

terkait produksi pertanian Gorontalo yang terus menurun.

Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009

diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada

periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain meningkatnya

pagu anggaran Belanja Modal dalam APBD-P 2009 diharapkan

menjadi tumpuan peningkatan kinerja investasi di Gorontalo.

Perlambatan sisi sektoral

pada triwulan IV tahun

2009 diperkirakan

didorong pelemahan

produksi sektor

pertanian

Sisi penawaran, pelemahan masih didorong oleh sektor

pertanian. Sementara itu kinerja sektor angkutan dan sektor

perdagangan diperkirakan tidak setinggi triwulan IV-2008 terkait

pergeseran musim lebaran dari triwulan IV-2008 menjadi

triwulan III-2009. Disisi lain sektor bangunan dan sektor

pertambangan/penggalian diharapkan mampu meredam

perlambatan terkait penambahan pagu anggaran belanja modal

yang cukup besar mencapai Rp 196 Miliar.

Diperkirakan inflasi

tahunan Provinsi

Gorontalo pada triwulan

IV- 2009 berkisar antara

3.5 – 5.5% (yoy)

Mulai bergairahnya perekonomian daerah yang didukung oleh

peningkatan permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan

IV-2009 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.

Diperkirakan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-

2009 berkisar antara 3.5 – 5.5% (yoy). Lewatnya musim panen

diperkirakan mengurangi kecukupan pasokan barang dan jasa

pada triwulan IV-2009. Tekanan inflasi pada kelompok bahan

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 7

makanan patut menjadi perhatian mengingat pasokan hasil

pertanian sudah mulai berkurang. Sementara itu, ekspektasi

konsumen diperkirakan masih dalam level yang cukup tinggi

untuk mendorong pertumbuhan inflasi pada triwulan IV-2009.

Kebijakan penurunan BI

Rate diperkirakan sudah

mulai direspon oleh

perbankan Gorontalo

pada triwulan IV-2009..

Kebijakan penurunan BI-rate diperkirakan sudah mulai direspon

oleh perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2009. Diperkirakan

suku bunga deposito akan cepat merespon terhadap kebijakan

moneter ekspansif, kemudian suku bunga kredit akan

menyesuaikan dengan penurunan suku bunga. Hal ini sejalan

dengan hasil Survei Konsumen oleh Bank Indonesia yang

menunjukkan penurunan ekspektasi suku bunga dan ekspektasi

perkiraan pinjaman kepada bank. Sementara itu disisi daya tahan

industri perbankan Gorontalo kedepan diperkirakan masih cukup

memadai. Namun diperkirakan risiko likuiditas masih perlu

mendapat perhatian terkait dengan komposisi struktur

pendanaan dan keketatan likuiditas akibat nilai LDR yang sangat

tinggi.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 8

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Perekonomian Gorontalo triwulan III-2009 diperkirakan melambat 7.60% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 9.00% (yoy).

Melemahnya kinerja ekonomi didorong oleh penurunan ekspor dan konsumsi pemerintah

selama triwulan laporan, namun konsumsi swasta selama musim lebaran diperkirakan

sedikit meredam perlambatan yang terjadi.

Sementara itu di sisi penawaran, melambatnya ekonomi Gorontalo didorong oleh

melemahnya sektor pertanian dan jasa-jasa, namun kinerja sektor utama lainnya seperti

perdagangan, dan angkutan diperkirakan masih tumbuh optimis.

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

*) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Menurunnya produksi pertanian selama triwulan III-2009 berdampak cukup

signifikan bagi perekonomian Gorontalo. Kondisi ini lebih rendah daripada yang telah

diperkirakan sebelumnya. Pengaruh cuaca dan musim kering berkepanjangan menyebabkan

produksi pertanian jagung turun. Hal ini tentu saja berdampak pada kinerja ekspor secara

keseluruhan karena pertanian merupakan komoditas ekspor utama Gorontalo.

1. 1 SISI PERMINTAAN

Di sisi permintaan, ekonomi Provinsi Gorontalo triwulan III-2009 diperkirakan

melambat. Kondisi tersebut didorong melemahnya kinerja ekspor dan konsumsi

pemerintah. Sementara itu meningkatnya kegiatan konsumsi swasta dan investasi

diperkirakan sedikit meredam perlambatan yang terjadi.

Perkembangan ekspor antar pulau diperkirakan menurun, penurunan produksi pertanian

membawa dampak yang kurang baik bagi kinerja ekspor selama triwulan III-2009. Sementara

itu, konsumsi pemerintah melalui belanja non modal yang menjadi penopang pertumbuhan

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 9

ekonomi daerah menunjukkan tingkat realisasi yang menurun dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Disisi lain kegiatan konsumsi masyarakat selama bulan puasa dan

lebaran diperkirakan mampu memberikan dorongan positif bagi perekonomian Gorontalo

ditengah perlambatan yang terjadi.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan (yoy)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**) Proyeksi Bank Indonesia

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 18.66% (yoy)

dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 17.26%(yoy). Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh

21.53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar

9,08% (yoy). Sementara konsumsi pemerintah tumbuh 21,23% (yoy), melambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 28,99% (yoy).

Musim lebaran diperkirakan mendorong kegiatan konsumsi masyarakat lebih

tinggi. Peningkatan pola konsumtif selama lebaran dikonfirmasi oleh beberapa prompt

indikator seperti melambatnya pertumbuhan tabungan/deposito masyarakat, meningkatnya

konsumsi BBM kelompok rumah tangga, meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga serta

meningkatnya impor barang konsumsi.

Melemahnya kinerja produksi pertanian yang dikhawatirkan berdampak pada tingkat

pendapatan masyarakat rupanya tidak menyurutkan kegiatan konsumsi selama lebaran.

Melemahnya NTP selama triwulan III-2009 ternyata belum mempengaruhi kinerja konsumsi

secara umum. Masyarakat diperkirakan menggunakan dana simpanannya untuk memenuhi

kegiatan konsumsi selama lebaran. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan

tabungan masyarakat yang melambat 15.17% (yoy), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 19.91% (yoy).

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3**

Konsumsi Swasta 4,99 7,25 10,81 18,32 10,05 7,96 9,08 4,34 15,71 19,07 21,53

Konsumsi Pemerintah 17,50 5,61 18,44 12,09 11,56 21,25 28,99 26,70 26,89 43,89 21,23

Investasi 2,70 6,32 9,86 20,05 2,28 9,06 25,53 25,01 29,24 33,90 29,50

Ekspor 16,87 23,12 25,99 25,85 23,19 13,68 -5,90 6,05 -6,18 -1,29 -7,50

Impor 14,47 18,21 26,09 46,46 24,56 16,98 35,27 17,81 23,81 42,34 40,11

Pertumbuhan Ekonomi 6,09 8,32 8,30 7,25 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60

2009KOMPONEN

2007 2008

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 10

Grafik 1.2 Perkembangan Deposito & Tabungan Grafik 1.3 Index Nilai Tukar Petani

Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Realisasi penggunaan BBM rumah tangga tumbuh selama triwulan III-2009 sebesar 11.94% lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar -4.39%. Signifikannya peningkatan konsumsi BBM rumah tangga selama lebaran terkait budaya tumbilotohe (malam pasang lampu untuk perayaan lebaran) di Gorontalo. Sementara itu konsumsi listrik rumah tangga selama triwulan III-2009 yang tumbuh sebesar 23.88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 3.09% (yoy). Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.5 Konsumsi Bahan Bakar Rumah Tangga

Sumber : PLN Gorontalo Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Grafik 1.6 Impor Barang Konsumsi

Sumber : Administrator Pelabuhan Gorontalo

Meningkatnya kegiatan konsumsi dikonfirmasi pula oleh meningkatnya arus masuk barang konsumsi yang masuk melalui pelabuhan Gorontalo selama triwulan III-2009

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 11

Hasil survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Gorontalo menunjukkan

bahwa optimisme konsumsi masyarakat selama triwulan III-2009 masih cukup baik. Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2009 berada pada level optimis dengan saldo

bersih tertimbang sebesar 131,35. Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat meyakini

kondisi saat ini masih tepat melakukan konsumsi. Sementara itu optimisme keyakinan

konsumen dibangun oleh sentimen positif pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini sebesar

119,04.

Grafik 1.7 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.8 Realisasi Belanja Non Modal

Sumber : Survey Konsumen, BI Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

Sementara itu konsumsi pemerintah diperkirakan sedikit melambat. Hal ini

tercermin dari realisasi belanja non modal terhadap anggaran yang melambat. Realisasi

belanja non modal triwulan III-2009 terhadap anggaran sebesar 67.06%, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 68.31%. Melambatnya realisasi

belanja barang dan jasa pemerintah menjadi pendorong melambatnya realisasi belanja non

modal pemerintah daerah secara keseluruhan.

1.1.2 Investasi

Kinerja investasi di Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh

33.90 % (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

25,52% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong meningkatnya persentase realisasi belanja

modal pemerintah daerah terhadap target anggaran sebesar 35.31%, lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30.73% . Belanja Modal

pemerintah daerah merupakan pendorong utama kinerja investasi di Gorontalo.

Sementara itu realisasi investasi bangunan diperkirakan meningkat. Kondisi ini

terlihat dari pergerakan konsumsi semen di Gorontalo, selama triwulan III-2009 tumbuh

28.67% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008. Namun meningkatnya kinerja

investasi sektor konstruksi kurang direspon dengan baik oleh pembiayaan perbankan.

Kebijakan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam penyaluran kreditnya mendorong

pertumbuhan kredit konstruksi lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun

sebelumnya

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 12

Grafik 1.9 Realisasi Semen Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Modal

Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo

1.1.3 Ekspor dan Impor

Kinerja ekspor selama triwulan III-2009 secara keseluruhan diperkirakan masih

melambat, perlambatan ini didorong oleh penurunan produksi pertanian jagung sebagai

komoditas utama. Ekspor keseluruhan komoditas barang tercatat 250.004 ton, lebih rendah

dibandingkan capaian ekspor triwulan III-2008 sebesar 476.380 ton. Sementara itu

perlambatan ekspor juga ditunjukkan oleh menurunnya arus muat barang dipelabuhan laut.

Di pelabuhan laut, volume barang yang dimuat terkontraksi 43.68 % dibandingkan triwulan

IIII-2008 yang tumbuh 6.62%.

Grafik 1.11 Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo Grafik 1.12 Volume Ekspor

Sumber : BPS Prov. Gorontalo Sumber : Bea Cukai

Tabel 1.3 Perkembangan Negara Tujuan Ekspor Luar Negeri

JAN-SEP 2007 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2008 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2009 (USD) % KOMPOSISI

Negara Tujuan

Jepang 143.060 1,09% 412.813 2,9% 49.247 0,5%

China 9.686.913 73,52% 2.944.655 20,3% 38.580 0,4%

Singapura 26.121 0,20% 74.481 0,5% 151.663 1,5%

Hongkong 6.000 0,05% 8.000 0,1% 526.400 5,1%

Switzerland 15.651 0,12% - 0,0% - 0,0%

Taiwan - 0,00% 19.292 0,1% 60.330 0,6%

Malaysia 451.000 3,42% 5.507.300 38,1% 1.634.000 15,8%

Philipina 2.011.242 15,27% 2.762.000 19,1% 5.796.431 56,0%

India 453.925 3,45% 1.029.173 7,1% 1.062.375 10,3%

Rep. Korea 381.123 2,89% 142.818 1,0% 76.434 0,7%

Vietnam - 0,00% 1.571.863 10,9% 953.134 9,2%

Total 13.175.035 100,00% 14.472.395 100,0% 10.348.594 100,0%

EXPORT2008 20092007

- 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000

Jepang

China

Singapura

Hongkong

Switzerland

Taiwan

Malaysia

Philipina

India

Rep. Korea

Vietnam

Jepang China Singapura Hongkong Switzerland Taiwan Malaysia Philipina India

2009 0,5% 0,4% 1,5% 5,1% 0,0% 0,6% 15,8% 56,0% 10,3%

Series3 49.247 38.580 151.663 526.400 - 60.330 1.634.000 5.796.431 1.062.375

Komposisi Ekspor Luar Negeri berdasarkan Negara Tujuan

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 13

Tabel 1.4 Perkembangan Komoditas Ekspor Luar Negeri Gorontalo

BPS Prov Gorontalo, KPBC Gorontalo

Sementara itu, berdasarkan perkembangan ekspor kumulatif sampai dengan

September 2009, penurunan signifikan terjadi untuk negara tujuan China dan Malaysia

sementara ekspor ke Philipina mengalami peningkatan. Disisi komoditas, hampir semuanya

mengalami penurunan kecuali komoditas gula dan kembang gula.

Sebaliknya, kinerja impor mengalami pertumbuhan terkait dengan peningkatan konsumsi

swasta. Impor Provinsi Gorontalo pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh 40.11% (yoy)

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu 35.27% (yoy).

1.2 SISI PENAWARAN

Selama triwulan III-2009, perlambatan ekonomi Gorontalo didorong sektor

pertanian, dan jasa - jasa. Penurunan produksi pertanian selama triwulan III-2009

berdampak serius terhadap kinerja perekonomian secara umum. Pertanian yang mempunyai

pangsa 30% terhadap PDRB Gorontalo belum juga menunjukkan tanda-tanda membaik sejak

triwulan I-2009. Menurunnya produksi pertanian selama triwulan III-2009 terkait musim

kering berkepanjangan sebagai dampak angin musim timur. Disisi lain kinerja sektor

perdagangan dan angkutan selama musim lebaran diperkirakan mampu meredam

perlambatan yang terjadi.

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran (yoy)

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**) Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

JAN-SEP 2007 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2008 (USD) % KOMPOSISI JAN-SEP 2009 (USD) % KOMPOSISI

Jenis Barang

Ikan dan Udang/Kepiting 19.706 0,15% 8.000 0,1% - 0,0%

Jagung 2.471.902 18,76% 8.269.300 57,1% 7.430.431 71,8%

Kayu, Barang dari Kayu 407.990 3,10% 211.421 1,5% 111.688 1,1%

Bungkil Kopra 10.140.838 76,97% 1.029.173 7,1% 847.400 8,2%

Rotan Poles 12.415 0,09% 151.061 1,0% 250.573 2,4%

Lemak&Minyak Hewan/nabati - 0,00% 4.227.067 29,2% 1.062.375 10,3%

Gula & Kembang Gula - 0,00% 576.373 4,0% 632.134 6,1%

Mutiara & batu permata 122.184 0,93% - 0,0% 13.993 0,1%

Binatang Hidup - 0,00% - 0,0% - 0,0%

Tembakau - 0,00% - 0,0% - 0,0%

Total 13.175.035 100,00% 14.472.395 100% 10.348.594 100,0%

EXPORT2007 2008 2009

- 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000

Jepang

China

Singapura

Hongkong

Switzerland

Taiwan

Malaysia

Philipina

India

Rep. Korea

Vietnam

Jepang China Singapura Hongkong Switzerland Taiwan Malaysia Philipina India

2009 0,5% 0,4% 1,5% 5,1% 0,0% 0,6% 15,8% 56,0% 10,3%

Series3 49.247 38.580 151.663 526.400 - 60.330 1.634.000 5.796.431 1.062.375

Komposisi Ekspor Luar Negeri berdasarkan Negara Tujuan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3**

1.PERTANIAN 7,98 6,04 4,41 7,35 7,74 5,42 1,75

2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,98 9,44 11,55 14,24 9,23 12,91 12,70

3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,06 2,01 8,10

4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH -2,64 -2,70 -2,76 2,71 7,51 6,53 6,22

5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 11,98

6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,03 6,26 15,45 6,65 7,60 8,20 15,97

7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,98 9,22 13,67 6,78 8,56 9,82 14,05

8.KEU.,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 9,11 11,26 7,98

9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,78 6,35 6,14 5,84 5,11

Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 14

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2009 diperkirakan melambat. Pada

triwulan ini sektor pertanian diperkirakan tumbuh sebesar 1.75% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan III-2008 sebesar 4.41% (yoy). Dampak kekeringan

menurunkan produksi pertanian di Gorontalo cukup signifikan terutama produksi jagung.

Hampir seluruh lahan pertanian yang tidak menggunakan pola irigasi teknis mengalami

penurunan produksi.

Produksi pertanian jagung sebagai komoditas andalan perekonomian Gorontalo

diperkirakan menurun. Sesuai ARAM III-2009, produksi jagung diperkirakan terkontraksi

20.47% dibandingkan produksi tahun 2008. Menurunnya produksi didorong pula

menurunnya luas lahan panen dari 156.436 ha di tahun 2008 menjadi 128.786 ha di tahun

2009. Sementara itu, produktivitasnya turut mengalami penurunan dari 48.17 Qu/Ha di

tahun 2008 menjadi 46.54 Qu/Ha di tahun 2009.

Grafik 1.13 Luas Lahan Panen & Produktivitas Jagung Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Jagung

Sumber: BPS Prov. Gorontalo, Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo

Pertumbuhan produksi padi turut melambat, produksi padi tumbuh 7.94% lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan produksi tahun 2008 sebesar 18.69%. Di tengah musim kering

yang berkepanjangan di Gorontalo, pertanian padi masih tumbuh terkait pemanfaatan

teknologi irigasi teknis.

Kondisi optimis tampak pada pertanian pertanian kedelai, sesuai ARAM III-2009, produksi

kedelai meningkat sebesar 5.821 ton atau tumbuh lebih 2x lipat dibandingkan produksi

2008 sebesar 2.514 ton. Namun meningkatnya produksi ternyata tidak diikuti produktivitas

yang meningkat. Produktivitas kedelai menurun dari 13.42 Qu/ha di tahun 2008 menjadi

11.82 Qu/ha di tahun 2009.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 15

Grafik 1.15 Luas Panen & Produktivitas Pertanian Padi Grafik 1.16 Perkembangan Produksi Padi

Grafik 1.17 Luas Panen & Produktivitas Pertanian Kedelai Grafik 1.18 Perkembangan Produksi Kedelai

Sumber: Dinas Pertanian & Ketahanan Pangan Prov. Gorontalo

1.2.2 SEKTOR ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Sektor angkutan diperkirakan tumbuh lebih tinggi yaitu dari 14.05% (yoy) pada

triwulan III-2008 menjadi 13.67% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini diperkirakan

sebagai dampak arus mudik/balik selama lebaran. Meningkatnya jumlah penumpang

transportasi udara dan laut menggambarkan tumbuhnya kinerja di sektor ini. Secara

keseluruhan jumlah penumpang tumbuh 28.04% lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008

sebesar -0.071%. Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara tumbuh 25.6% (yoy),

lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -5.9% (yoy). Jumlah

penumpang angkutan laut tumbuh 18.8% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun

lalu sebesar -5.9%(yoy).

Grafik 1.19 Perkembangan Penumpang Pesawat Grafik 1.20 Perkembangan Penumpang Kapal Laut

Sumber : Bandara Jalaluddin, Gorontalo Sumber : Kantor Pelabuhan se-Provinsi Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 16

Meningkatnya kinerja sektor angkutan dikonfirmasi pula oleh peningkatan

penjualan premium kelompok transportasi dan jumlah penerbangan yang masuk/keluar

Gorontalo. Data penjualan BBM menunjukkan peningkatan, selama triwulan III-2009

tercatat 18.378 kiloliter premium terjual. Volume penjualan ini tumbuh 15.60% (yoy) lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5.07% (yoy)

Grafik 1.21 Konsumsi Premium untuk Transportasi Grafik 1.22 Jumlah Penerbangan Pesawat

Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Bandara Jalaluddin Gorontalo

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan III-2009 diperkirakan

tumbuh moderat 15.97% (yoy), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 15.45% (yoy). Meningkatnya kinerja perdagangan selama triwulan III-2008 didorong

meningkatnya kegiatan konsumsi masyarakat menjelang hari raya.

Tumbuhnya sub sektor perdagangan dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator

antara lain peningkatan kredit perdagangan, realisasi konsumsi BBM transportasi, realisasi

listrik industri serta tingkat hunian hotel. Kredit perdagangan di Gorontalo tumbuh lebih

tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2009, tercacat

kredit yang disalurkan ke sektor perdagangan sebesar Rp 748 Miliar atau tumbuh 27.98%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25.40% (yoy).

Grafik 1.23 Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 1.24 Konsumsi Listrik Bisnis

Sumber : Bank Indonesia Sumber : PLN Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 17

Grafik 1.25 Tingkat Penghunian Hotel

Sementara itu kinerja sub sektor perhotelan

dikonfirmasi pula oleh meningkatnya tingkat

hunian hotel di Gorontalo sebesar 32.41%

lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008.

Hal ini juga didukung oleh peningkatan

konsumsi listrik untuk kelas bisnis yang

meningkat 24.03% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 6.76% (yoy). Sumber : BPS Prov. Gorontalo

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Kinerja Sektor Bangunan diperkirakan tumbuh lebih baik. Sektor ini tumbuh

12.54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2008 sebesar dari 10.83% (yoy).

Meningkatnya kinerja sektor ini seiring dengan meningkatnya realisasi anggaran Belanja

Modal dalam APBD-P 2009.

Grafik 1.26 Realisasi Belanja Modal APBD Grafik 1.27 Realisasi Penjualan Semen

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Asosiasi Pengusaha Semen

Tumbuhnya kinerja sektor ini dikonfirmasi oleh beberapa prompt indikator.

Pertumbuhan penjualan semen selama triwulan III-2009 menunjukkan peningkatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III-2009 penjualan semen

tumbuh 28.67% (yoy) dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 23.29% (yoy). Pembangunan

sarana fisik di kawasan kota dan kabupaten terus diintensifkan menjelang akhir tahun,

Gorontalo Business Center dan proyek pembangunan dermaga III di Pelabuhan merupakan 2

proyek besar yang hampir diselesaikan. Disisi lain seiring dengan pertumbuhan ekonomi

daerah, berbagai ruko mulai gencar dibangun disekitar kawasan protokol kota, disamping

pembangunan rumah dan pemukiman didaerah kabupaten maupun kota yang dibiayai oleh

PT Gorontalo Fitrah Mandiri maupun Bank BTN.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 18

Sementara itu, peningkatan anggaran belanja modal pemerintah daerah dari Rp 99

Miliar menjadi Rp 196 Miliar dalam APBD-P 2009 diharapkan mampu menggairahkan kinerja

sektor konstruksi di Gorontalo. Optimisme sektor konstruksi di Gorontalo dikonfirmasi pula

oleh PT Semen Tonasa yang berencana membuka unit instalasi pengantongan semen

tambahan di Gorontalo.

1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh

8.10 % (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar

7.54%. Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh peningkatan

penggunaan bahan bakar minyak (BBM) industri serta volume barang yang keluar dari

Provinsi Gorontalo yang melalui Jembatan Timbang.

Grafik 1.28 Penggunaan BBM Industri Grafik 1.29 Volume Barang Industri

Sumber : PERTAMINA Depot Gorontalo UPMS VII Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Gorontalo

Meningkatnya kinerja sektor industri pengolahan seiring dengan meningkatnya

perdagangan di Gorontalo. Masih optimisnya sektor industri dikonfirmasi tumbuhnya

konsumsi BBM kelompok industri sebesar 20.8%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III-

2008 sebesar 12.8% (yoy). Sementara itu peningkatan sektor industri juga ditunjukkan oleh

volume barang industri yang keluar melalui jalur darat yang meningkat dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya.

1.2.6 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Sektor keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan pada triwulan II-2009

diperkirakan tumbuh moderat 7.98% (yoy)

dibandingkan triwulan III-2008 sebesar

7.48%. Net Interest Margin Perbankan

tumbuh moderat sebesar 29.61% (yoy) hampir

sama dengan pertumbuhan triwulan III-2008

sebesar 29.79% (yoy).

Grafik 1.30 NIM Perbankan

Sumber : Bank Indonesia

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 19

Sementara itu, disisi jasa keuangan non bank diperkirakan mengalami peningkatan.

Leasing sebagai sumber pembiayaan alternatif bagi masyarakat menunjukkan trend yang

meningkat yang tercermin dalam hasil survei SKDU Bank Indonesia yang mencatat saldo

bersih tertimbang sebesar 102% untuk kenaikan volume produksi saat ini.

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Selama triwulan laporan, sektor jasa-jasa diperkirakan melambat 5.11% (yoy),

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10.78% (yoy).

Berdasarkan komponen pembentuknya, pertumbuhan sektor ini terutama disumbangkan

oleh subsektor pemerintahan umum. Menurunnya kinerja di sektor ini seiring dengan

menurunnya realisasi belanja barang/jasa pemerintah.

Secara tahunan, sektor pertambangan dan penggalian dalam triwulan-III tahun 2009

diperkirakan tumbuh sebesar 12,70 (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 11,55% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian memiliki kontribusi

sebesar 0,04% terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo. Pertambangan di

Gorontalo banyak menghasilkan barang tambang galian C untuk mendukung kinerja sektor

konstruksi. Berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian ini lebih banyak dilakukan

oleh pertambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala besar.

Secara tahunan, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan-II 2009 diperkirakan

tumbuh sebesar 6.22% (yoy) sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan-II 2008 yang

mengalami kontraksi sebesar -2,70% (yoy). Berdasarkan analisis pemerintah daerah,

ketersediaan pasokan listrik melalui pembangunan PLTU Anggrek hanya mampu mencukupi

kebutuhan listrik Gorontalo selama 5 tahun kedepan. Sehingga dibutuhkan pembangkit baru

seiring dengan pertumbuhan ekonomi Gorontalo yang cukup tinggi. PLTU Molotabu berdaya

2x10MW rencana akan dibangun di Kabupaten Bone Bolango.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 20

BOX I : UJI KORELASI PROMPT INDIKATOR PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO

Dalam rangka memperkuat Kajian Ekonomi Regional, Bank Indonesia Gorontalo telah

melakukan analisa korelasi prompt indikator untuk mengetahui kekuatan hubungan antara

prompt indikator dengan variabel utama pertumbuhan ekonomi Gorontalo. Analisa korelasi

dilakukan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 4.0 mencakup prompt indikator untuk

tracking pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo disisi penawaran dan permintaan.

1. Konsumsi

Prompt Konsumsi Periode Korelasi

UMP Tahunan 0.999518

Pajak Bermotor dan Bahan bakar Triwulanan 0.888320

Pengeluaran Pemerintah Non Belanja Modal Triwulanan 0.798186

Kredit Konsumsi Bulanan 0.910995

NTP Bulanan 0.688523

Listrik Rumah Tangga Bulanan 0.890572

Prompt indikator yang dimiliki untuk konsumsi adalah data Upah Minimum Provinsi

(UMP), pajak bermotor dan bahan bakar, pengeluaran pemerintah non-belanja modal, kredit

konsumsi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan listrik rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan

bahwa UMP dan kredit konsumsi memiliki korelasi tertinggi terhadap konsumsi Provinsi

Gorontalo. Peningkatan kemampuan daya beli masyarakat karena adanya kenaikan UMP

atau tambahan kredit konsumsi menjadi alasan mengapa hubungan variabel tersebut sangat

kuat terhadap konsumsi.

2. Investasi

Prompt Investasi Periode Korelasi

Belanja Modal Pemerintah daerah Triwulanan 0.760431

Kredit Investasi dan Modal Kerja Bulanan 0.785800

Prompt indikator yang dimiliki untuk investasi adalah belanja modal pemerintah

daerah dan kredit investasi & modal kerja. Hasil analisis menunjukkan bahwa kedua

indikator tersebut memiliki kekuatan korelasi yang cukup baik terhadap investasi. Belanja

modal pemerintah daerah memiliki korelasi sebesar 0.76, sedangkan kredit investasi &

modal kerja memilki korelasi sebesar 0.79. Peran pengeluaran pemerintah dan kredit

perbankan masih menjadi sumber pendanaan utama investasi di Provinsi Gorontalo

sehingga hubungan kedua variabel tersebut terhadap investasi cukup dekat.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 21

3. Sektor Pertanian

Prompt Sektor Pertanian Periode Korelasi

Produksi Jagung Tahunan 0.963695

Produksi Padi Tahunan 0.979662

Produksi Kedelai Tahunan -0.430350

Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor pertanian adalah data produksi jagung,

padi dan kedelai dalam satuan ton dengan periode tahunan. Hasil analisis menunjukkan

bahwa produksi jagung dan produksi padi memiliki korelasi yang tinggi terhadap PDRB

sektor pertanian, masing-masing sebesar 0.96 dan 0.98. Sementara itu, produksi kedelai

justru memilki korelasi negatif dengan PDRB sektor pertanian. Hal ini dimungkinkan karena

terjadi pengalihan penggunaan lahan dari kedelai menjadi jagung, padi, atau tanaman bahan

makanan lainnya.

4. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR)

Prompt Sektor PHR Periode Korelasi

Jumlah bongkar-muat barang Bulanan 0.25666700

Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bulanan 0.42906179

Kredit sektor PHR Bulanan 0.96619385

Listrik kegiatan bisnis Bulanan 0.84644976

Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor PHR adalah jumlah bongkar-muat barang,

tingkat penghunian kamar hotel, kredit sektor PHR, dan listrik kegiatan bisnis. Prompt

dengan kekuatan korelasi tertinggi adalah kredit sektor PHR yaitu sebesar 0.97, selanjutnya

diikuti oleh listrik kegiatan bisnis sebesar 0.85. Kredit perbankan masih menjadi pendanaan

yang utama di sektor PHR sehingga hubungan antara kedua variabel tersebut cukup erat.

Sedangkan kegiatan niaga yang digerakkan oleh energi listrik turut membangun kedekatan

yang baik antara variabel listrik kegiatan bisnis dengan sektor PHR. Sementara itu, jumlah

bongkar-muat barang dan tingkat penghunian kamar hotel memiliki korelasi yang tidak

terlalu tinggi karena hanya menggambarkan salah satu subsektor saja dalam sektor PHR.

Jumlah bongkar-muat barang hanya mampu menjelaskan subsektor perdagangan (orientasi

ekspor-impor), sedangkan tingkat penghunian kamar hotel hanya menjelaskan subsektor

perhotelan.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 22

5. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Prompt Pengangkutan dan Komunikasi Periode Korelasi

Jumlah penumpang angkutan udara Bulanan 0.446509

Jumlah penumpang angkutan laut Bulanan 0.176318

Perkembangan Jumlah Bagasi, Cargo,dan Pos/Paket Bulanan 0.493306

Perkembangan Bongkar-Muat Barang Angkutan Laut Bulanan 0.354284

Kredit sektor angkutan & komunikasi Bulanan 0.771527

Prompt indikator yang dimiliki untuk sektor pengangkutan & komunikasi adalah

jumlah penumpang angkutan udara, jumlah penumpang angkutan laut, perkembangan

jumlah bagasi, cargo, dan pos/paket, perkembangan bongkar-muat barang angkutan laut,

dan kredit sektor angkutan & komunikasi. Prompt dengan korelasi tertinggi adalah kredit

sektor angkutan & komunikasi sebesar 0.77. Hal ini karena kredit perbankan men-support

pendanaan dalam sektor ini.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 23

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Tendensi menurunya inflasi tahunan mewarnai perkembangan harga komoditas di

Provinsi Gorontalo pada triwulan-III 2009. Inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97%

(yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Sementara itu,

inflasi triwulan III-2009 naik sebesar 0,83% (qtq) dibandingkan triwulan II-2009 sebesar

0,59% (qtq). Penurunan inflasi tahunan sejalan dengan inflasi nasional serta didukung oleh

kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya tekanan harga dari kelompok

barang-barang yang diatur Pemerintah (administered price). Sementara itu, kenaikan inflasi

triwulanan didorong tingginya permintaan barang dan jasa terkait ibadah puasa dan

perayaan hari besar Idul Fitri.

2.1 INFLASI GORONTALO TRIWULAN III-2009

Pada triwulan III-2009, inflasi tahunan Gorontalo melambat seiring dengan tren

penurunan rata-rata inflasi nasional. Pengaruh eksternal memberi pengaruh positif

terhadap perkembangan harga di Provinsi Gorontalo. Melemahnya tekanan harga-harga

kebutuhan masyarakat yang banyak dipenuhi oleh barang impor (antar provinsi) menjadi

salah satu pemicu penurunan inflasi Gorontalo. Sementara itu terjaganya pasokan serta efek

penurunan administered price turut menguatkan tren pelemahan tekanan inflasi Gorontalo.

Grafik 2.1

Perkembangan Inflasi Nasional dan Gorontalo

Sejak awal tahun 2009 hingga triwulan III-2009 inflasi Gorontalo secara persisten

berada diatas tingkat inflasi nasional. Hal ini merupakan indikasi terdapat permasalahan

struktural yang mengakibatkan inflasi Provinsi Gorontalo tidak patuh pada mekanisme

permintaan dan penawaran pasar. Keberadaan ‘Tim Pengendalian Inflasi dan Pemberdayaan

Ekonomi Daerah (TPIPED) menjadi penting mengingat perannya dalam memperkokoh dan

memadukan program kebijakan dalam koordinasi yang lebih baik dalam rangka menjaga nilai

inflasi daerah yang rendah dan stabil.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 24

Kecenderungan adanya gangguan pada tata niaga beras serta hambatan pada

distribusi barang menjadi permasalahan utama persistensi inflasi Gorontalo. Tata niaga

beras di Provinsi Gorontalo dikuasai oleh beberapa pengijon besar yang berperan sebagai

petani, pengumpul, dan distributor sekaligus. Hal ini memberi dampak kepada perilaku

pembentukan harga beras di Provinsi Gorontalo yang seringkali tidak patuh pada mekanisme

pasar. Sementara itu, distribusi barang dan jasa seringkali terganggu karena terjadi

penumpukan antrian kapal di Pelabuhan Gorontalo. Padahal terdapat alternatif Pelabuhan

Anggrek namun kurang diminati oleh pedagang karena jaraknya yang lebih jauh. PEMDA

telah membangun dermaga III di Pelabuhan Gorontalo sebagai salah satu solusi

permasalahan tersebut yang diperkirakan selesai pada tahun 2010

Grafik 2.2

Perkembangan Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo

Tanda-tanda tren penurunan inflasi Gorontalo mulai muncul sejak kebijakan

penurunan harga BBM pada akhir tahun 2008. Menurunnya harga komoditas minyak

internasional mengurangi beban pos subsidi BBM dalam APBN, sehingga kebijakan

penurunan BBM secara nasional dapat dilakukan demi menciptakan situasi ekonomi dan

bisnis yang kondusif. Tendensi penurunan tren inflasi Gorontalo kemudian diperkuat dengan

adanya musim panen sehingga pasokan kebutuhan masyarakat terutama untuk komoditas

pertanian terjaga.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 25

2.2 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA

2.2.1 INFLASI TAHUNAN (YOY)

Secara tahunan, inflasi Gorontalo triwulan III-2009 sebesar 3,97% (yoy) lebih

rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 12,26% (yoy). Tendensi penurunan harga

terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi, dan

jasa keuangan.

Tabel 2.1

Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Pada triwulan-III 2009, Inflasi kelompok bahan makanan sebesar 5,50% (yoy) lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,69% (yoy).

Pelemahan tekanan inflasi secara tahunan pada kelompok bahan makanan didorong oleh

berkurangnya harga-harga terutama pada subsektor ikan bumbu-bumbuan, dan daging.

Kecukupan pasokan pada barang-barang tercakup dalam subsektor tersebut menjadi

penyebab utama terjadinya penurunan inflasi. Perkembangan cuaca yang membaik

menyebabkan produksi terutama komoditas ikan dan bumbu-bumbuan mampu memenuhi

permintaan masyarakat dengan baik. Tabel 2.2

Inflasi Sub kelompok Bahan Makanan tahun 2009 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Secara tahunan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami

deflasi tertinggi dibandingkan kelompok barang dan jasa lainnya. Pada triwulan-III 2009,

kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -5,35% (yoy) lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya mengalami inflasi sebesar 6,14%

(yoy).

I II III IV I II III IV I II III

Umum 3.55 5.07 5.97 7.02 8.33 9.58 12.26 9.20 10.54 7.22 3.97

1 Bahan makanan 5.09 10.34 10.62 13.09 13.25 18.05 21.69 8.56 21.05 14.59 5.50

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 9.10 5.69 8.41 6.41 5.47 5.79 9.36 14.51 21.08 12.39 12.03

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.07 1.03 1.36 1.70 6.85 4.50 12.43 14.02 14.74 5.57 3.38

4 Sandang 2.41 2.11 2.16 4.63 6.81 4.29 3.40 2.63 6.36 2.53 2.80

5 Kesehatan 3.34 3.80 1.90 4.65 6.35 7.10 4.66 3.95 3.42 3.41 8.59

6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.29 0.30 8.84 9.11 9.39 10.65 4.52 4.34 4.27 4.24 0.44

7 Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.21 0.91 0.97 0.95 1.39 3.37 6.14 3.48 (0.37) (5.15) (5.35)

2009No Kelompok 2007 2008

Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

BAHAN MAKANAN 2.83 2.87 0.99 -1.15 1.41 0.62 0.57 1.05 -2.26

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 7.43 5.38 -0.29 -0.55 -1.67 -2.46 0.58 0.61 0.07

Daging dan Hasil-hasilnya 2.01 -1.99 -2.10 -1.47 1.19 0.47 0.70 -1.16 -1.20

Ikan Segar 6.68 4.47 -3.12 3.98 4.08 -0.46 -3.42 6.51 -8.36

Ikan Diawetkan -3.64 -7.38 -1.33 -2.37 0.82 0.88 5.36 -0.03 1.66

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 1.24 -3.01 0.03 2.06 0.38 -2.31 -1.18 2.64 1.37

Sayur-sayuran 4.82 -20.85 -10.16 10.10 13.23 28.06 6.80 -22.54 8.47

Kacang - kacangan 1.83 -0.48 3.94 1.83 -2.33 -2.25 -0.87 1.16 4.46

Buah - buahan -0.53 14.26 9.66 -10.21 -0.16 -0.59 7.24 -1.77 12.39

Bumbu - bumbuan -17.74 16.27 27.06 -21.49 -3.57 1.57 9.42 3.78 -8.84

Lemak dan Minyak 0.22 0.76 0.61 -0.09 0.49 -1.94 -0.01 2.78 1.60

Bahan Makanan Lainnya 1.01 -1.96 2.65 1.34 0.00 0.00 0.00 0.00 1.03

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 26

Tabel 2.3

Inflasi Sub kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan tahun 2009 (yoy)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Bila diuraikan lebih dalam, subkelompok transportasi merupakan penyumbang

terbesar terjadinya deflasi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

Subkelompok transportasi mengalami deflasi sebesar -7.31% (yoy) jauh lebih rendah

dibandingkan subkelompok lainnya dalam kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan yang pergerakan harganya relatif stabil. Kebijakan pemerintah untuk menurunkan

harga BBM bersubsidi pada awal Desember 2008 masih memberikan second round effect

pada triwulan-II 2009 berupa penurunan tariff angkutan transportasi.

2.2.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)

Secara triwulanan, inflasi Gorontalo pada triwulan III-2009 sebesar 0.85% (qtq)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.59% (qtq). Dorongan peningkatan

harga terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; kelompok

perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; kelompok sandang; dan kelompok kesehatan.

Tekanan Inflasi pada triwulan III-2009 didorong oleh tingginya permintaan masyarakat

terkait dengan ibadah puasa dan perayaan hari besar idul Fitri. Sementara itu, kelompok

bahan makanan menunjukkan deflasi sebesar -0.67%. Ketersediaan pasokan merupakan

faktor utama terjadinya deflasi pada kelompok bahan makanan. Tabel 2.4

Kelompok Barang dan Jasa (qtq)

Tendensi deflasi kelompok bahan makanan terlihat dari hasil Survei Pemantauan

Harga yang menunjukkan penurunan harga pada beberapa komoditas utama. Hasil Survei

Pemantauan harga menunjukkan bahwa beberapa komoditas utama dalam kelompok bahan

makanan yaitu beras, minyak goreng, telur ayam kampung, garam, kacang kedelai, dan cabe

menunjukkan penurunan harga.

Kelompok / Sub kelompok JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AUG SEPT

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.52 -0.36 -0.37 2.39 0.80 -5.15 -5.16 -5.27 -5.35

Transpor 5.11 3.79 3.77 3.26 0.98 -7.36 -7.37 -7.39 -7.31

Komunikasi dan Pengiriman -12.80 -12.80 -12.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -0.69

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Jasa Keuangan 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 2.74 0.34 0.34

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Umum -1.24 0.46 1.66 2.96 -0.04 3.83 4.01 0.16 2.33 0.59 0.85

Bahan makanan -4.86 0.19 2.10 10.48 -4.72 4.73 7.89 -1.44 6.83 0.88 -0.67

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 2.86 0.24 2.77 -0.24 1.96 4.01 2.32 4.46 3.15 1.93 2.00

Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.13 0.73 0.88 -0.07 5.20 1.36 4.40 1.34 -0.14 -0.07 2.23

Sandang 0.24 0.90 0.41 1.90 2.33 -0.67 -0.04 1.14 2.52 -1.08 0.22

Kesehatan 0.12 0.90 0.26 1.11 1.74 1.34 0.56 0.42 0.62 1.77 5.59

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.12 7.44 0.05 0.26 0.47 3.98 -0.12 0.17 0.20 0.19

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 0.16 0.74 0.11 -0.59 0.60 8.37 0.13 -3.09 -2.39 0.14 -0.08

Kelompok 2007 2008 2009

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 27

Grafik 2.3 Survei Pemantauan Harga Mingguan

Komoditas Ayam (Rp/Kg)

Grafik 2.4 Survei Pemantauan Harga Mingguan

Komoditas Cabai dan Bawang (Rp/Kg)

Hasil survei pemantauan harga menunjukkan bahwa beras sebagai komoditas

utama penyumbang inflasi mengalami penurunan. Harga beras jenis Super Win pada

minggu-II Juni 2009 sebesar Rp7000/kg turun menjadi Rp6.500/kg pada minggu-IV

September 2009. Sementara itu, harga tepung terigu merek Segitiga Biru pada minggu-II Juni

2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada minggu-IV September 2009. Harga

kacang kedelai pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp12000/kg turun menjadi Rp10.000/kg

pada minggu-IV September 2009. Sedangkan harga garam beryodium pada minggu-II Juni

2009 sebesar Rp1.750/250gr turun menjadi Rp1.000/250gr pada minggu-IV September

2009.

Cabe keriting sebagai komoditas dengan tingkat volatilitas tinggi mengalami

penurunan. Harga cabe keriting pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp11.000/kg turun

menjadi Rp10.000/kg pada minggu-IV September 2009. Sementara itu, harga minyak goreng

merek Bimoli pada minggu-II Juni 2009 sebesar Rp8000/kg turun menjadi Rp7.000/kg pada

minggu-IV September 2009. Sedangkan harga telur ayam kampung pada minggu-II Juni 2009

sebesar Rp30.000/250gr turun menjadi Rp26.500/250gr pada minggu-IV September 2009.

Sumber data : Diskoperindag Prov. Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 28

BOX II : IDENTIFIKASI 20 KOMODITAS UTAMA PENYUMBANG INFLASI GORONTALO

Identifikasi komoditas penyumbang inflasi menjadi penting mengingat perannya

dalam perumusan kebijakan dalam usaha untuk menjaga tingkat inflasi yang rendah dan

stabil. Hasil analisa Bank Indonesia Gorontalo, menunjukkan bahwa komoditas beras, minyak

tanah, malalugis, rokok kretek filter, bensin, gula pasir, angkutan dalam kota, cabe merah,

tarif listrik, pasir, semen, kangkung, daging sapi, pisang, minyak goreng, cakalang, seng,

kembung, SLTA, dan tude merupakan 20 besar komoditas penyumbang inflasi terbesar

selama Januari 2003 hingga Mei 2008. Sementara itu, cabe merah memiliki tingkat volatilitas

tertinggi dalam kelompok 20 besar komoditas tersebut.

Sembilan komoditas dalam inflasi kelompok bahan makanan termasuk dalam 20

komoditas penyumbang inflasi tertinggi. Tak heran jika inflasi kelompok bahan makanan

sangat signifikan dalam mempengaruhi pergerakan inflasi IHK di Provinsi Gorontalo. Beras

merupakan komoditas yang memiliki sumbangan tertinggi terhadap inflasi Gorontalo. Oleh

karena itu kebijakan mendukung peningkatan produksi pertanian, kelancaran pasokan, tata

niaga, dan distribusi barang menjadi hal yang penting untuk mencapai tingkat inflasi

Gorontalo yang rendah dan stabil.

No. Komoditas Rata-rata Sumbangan rata-rata Std. Dev/volatilitas

1 0.885752746

2 0.557126075

3 0.488850031

4 0.476399434

5 0.377362671

6 0.330765087

7 0.264983482

8 0.240909269

9 0.23243239

10 0.231367058

11 0.201027296

12 0.198850731

13 0.185850523

14 0.182215004

15 0.16597175

16 0.163937414

17 0.127407223

18 0.115663738

19 0.104095085

20 0.103799352

5.634766358Total

Inflasi Gorontalo Periode 2003 - 2008

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 29

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan III-2009 kinerja perbankan di Provinsi Gorontalo menunjukkan

perkembangan yang menurun, diikuti dengan stabilitas sistem perbankan yang relatif

terkendali. Intermediasi perbankan ditandai oleh pertumbuhan asset perbankan dan

pertumbuhan kredit yang melambat. Sementara itu stabilitas perbankan Gorontalo tetap

terjaga, tergambar dari indikator-indikator risiko kredit dan risiko pasar yang relatif

terkendali. Namun, potensi peningkatan risiko kredit patut mendapat perhatian karena nilai

NPL menunjukkan trend kenaikan. Sedangkan risiko likuiditas perlu diwaspadai karena LDR

berada dalam taraf tidak wajar, tercatat sebesar 130% yang dikhawatirkan dapat

mengancam ketersediaan likuiditas perbankan.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Perkembangan fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan menunjukkan

kinerja yang kurang memuaskan. Pertumbuhan kredit mengalami perlambatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kualitas penyaluran

kredit belum optimal tercermin dari pangsa kredit konsumtif yang terus mengalami

peningkatan. Sedangkan penyerapan dana pihak ketiga menunjukkan kinerja yang cukup

baik ditunjukkan oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya.

3.1.1 Perkembangan Bank

Kegiatan perbankan di Provinsi Gorontalo saat ini dilayani oleh 9 Bank Umum

Konvensional, 1 Bank Umum Syariah 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Jaringan kantor

Bank Umum baik yang konvensional maupun syariah di Provinsi Gorontalo terdiri dari 12

kantor cabang, 18 kantor cabang pembantu, 9 kantor kas serta 21 kantor unit. Sementara

itu, jaringan kantor BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 2 kantor cabang dan 2 kantor kas.

Total asset pada triwulan-III 2009 tumbuh lebih rendah dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Total asset seluruh bank pada bulan September 2009 mencapai

Rp2,84 triliun, tumbuh 24,11% (yoy) lebih lambat dibanding bulan September tahun

sebelumnya sebesar 28,29% (yoy). Sementara itu, Net Interest Margin (NIM) pada

September 2009 sebesar Rp.227,32 milyar atau tumbuh 29,61% (yoy) sedikit lebih lambat

dibandingkan September 2008 sebesar 29,79% (yoy). Perlambatan total asset diakibatkan

oleh sikap kehati-hatian bank dalam menyalurkan kredit terkait krisis keuangan global.

3.1.2 Respon Perbankan Gorontalo terhadap Kebijakan Moneter

Berdasarkan data yang diperoleh, kebijakan BI-rate untuk menurunkan suku bunga

perbankan sudah mulai direspon oleh perbankan di Gorontalo. Berbagai kebijakan yang

dilakukan oleh Bank Indonesia dalam usaha menggerakkan sektor rill mulai membuahkan

hasil. Kebijakan ekspansif yang dilakukan melalui penurunan BI-rate, pengaturan Giro Wajib

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 30

Minimum (GWM), dan moral suasion mulai direspon dengan penurunan suku bunga

deposito dan suku bunga kredit. Diharapkan penurunan suku bunga mampu mendorong

penyaluran kredit kepada sektor rill guna mengakselerasi gerak roda perekonomian.

Grafik 3.1 Rata-Rata Suku Bunga Deposito

Perbankan Gorontalo

Grafik 3.2 Rata-Rata Suku Bunga Kredit Perbankan

Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Suku bunga deposito dan suku bunga kredit merespon dengan cukup signifikan

terhadap kebijakan moneter Bank Indonesia. Rata-rata suku bunga deposito 1 bulan dan 3

bulan turun mencapai kisaran 125 bps dibandingkan awal tahun 2009, sementara suku

bunga giro dan tabungan relatif tidak beranjak. Suku bunga kredit konsumsi merespon

dengan penurunan yang cukup dalam sebesar 300 bps. Pada awal tahun 2009 rata-rata suku

bunga kredit konsumsi berkisar 14% kemudian turun hingga kisaran 11% pada triwulan-III

2009. Sementara itu,rata-rata suku bunga kredit modal kerja dan kredit investasi turun

sebesar 150 bps, pada awal tahun 2009 berkisar 16,5% menjadi 15% pada triwulan-III 2009.

3.1.3 Penyerapan dana masyarakat

Pada posisi akhir triwulan III-2009 dana yang dihimpun tercatat sebesar Rp1,87

triliun, meningkat 14,96% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar

9.65% (yoy). Peningkatan tertinggi terjadi pada simpanan giro sebesar 29,08% (yoy), diikuti

oleh tabungan sebesar 15,17% (yoy) dan deposito sebesar 8,51% (yoy). Tingginya

pertumbuhan giro didorong oleh pertumbuhan giro swasta sebesar 61,73% (yoy) jauh lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -3.5% (yoy).

Pertumbuhan giro swasta ini sejalan dengan kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran

yang mengalami perbaikan.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 31

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK (yoy)

Grafik 3.4 Komposisi DPK

Sumber : Bank Indonesia

3.1.4 Penyaluran kredit

Pada posisi akhir triwulan laporan, kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp2,46

triliun, tumbuh 30,28%. (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 38.44% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit

tertinggi terjadi pada kredit konsumsi yang mencapai 37.30% (yoy) namun masih lebih

rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44.83% (yoy). Kredit

modal kerja tumbuh sebesar 22,59% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 33.19% (yoy). Sementara itu, kredit investasi tumbuh 15,95%

(yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21.39%

(yoy).

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit berdasarkan jenis

Penggunaan (yoy)

Grafik 3.6 Komposisi Kredit Berdasarkan Jenis

Penggunaan

Sumber : Bank Indonesia

Seluruh kredit menurut jenis penggunaan mengalami trend perlambatan

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sikap kehati-hatian perbankan

terhadap risiko usaha menjadi salah satu faktor utama melambatnya penyaluran kredit

modal kerja dan investasi. Ditengah ancaman krisis keuangan global, perbankan menerapkan

kebijakan selektif dalam menyalurkan kredit untuk menjaga tingkat kesehatan perbankan.

Sementara itu walaupun cenderung melambat, namun kredit konsumtif masih menunjukkan

pertumbuhan yang relatif tinggi. Hal ini terjadi karena perbankan menganggap bahwa kredit

konsumtif di Gorontalo relatif minim risiko.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 32

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Sektoral (yoy)

Grafik 3.8 Komposisi Kredit Sektor Produktif

Sumber : Bank Indonesia

Pertumbuhan kredit sektor produktif pada triwulan laporan diwarnai oleh

perlambatan. Kredit konsumsi mengalami perlambatan yang paling dalam, pada triwulan

laporan tumbuh 36,33% (yoy) jauh lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya tumbuh mencapai 103,84% (yoy). Sementara itu, kredit sektor pertanian

tumbuh sebesar 22,28% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 43,14% (yoy). Optimisme terjadi pada sektor perdagangan, hotel,

dan restoran yang tumbuh sebesar 27,98% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 25,40% (yoy).

Kualitas penyaluran kredit pada triwulan laporan mengalami penurunan.

Sementara itu pangsa kredit konsumtif terus mengalami peningkatan hingga mencapai

59,2% pada triwulan laporan. Penyaluran kredit yang didominasi oleh kredit konsumtif

kurang berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas.

Penyaluran kredit layaknya didorong oleh kredit produktif agar mampu menciptakan

lapangan kerja mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan redistribusi

pendapatan. Sementara itu pada sektor produktif, tercatat hanya Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran yang menerima pembiayaan yang cukup besar yaitu Rp748,8 miliar

atau 30,46% dari total kredit yang disalurkan perbankan. Sedangkan, sektor produktif lain

seperti pertanian, konstruksi dan perindustrian hanya mendapatkan porsi kucuran kredit

masing-masing sebesar 4,10%, 3,50% dan 1,15%.

Pada triwulan laporan, kredit UMKM tercatat tumbuh 17,50% (yoy) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 44,18% (yoy). Kredit yang

dikucurkan perbankan Gorontalo kepada usaha skala mikro, kecil dan menengah

mencapai Rp1,522 triliun, atau 61,91% dari keseluruhan kredit perbankan. Jika dilihat per

segmen, kredit mikro tumbuh sebesar 7.79% (yoy) lebih lambat dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,08% (yoy), kredit kecil tumbuh sebesar 13,60%

(yoy) lebih lambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 42,54%

(yoy), sementara kredit menengah tumbuh sebesar 20,83% (yoy) lebih lambat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 46,81% (yoy). Kredit

menengah memiliki komposisi terbesar dalam struktur kredit UMKM di Gorontalo sebesar

60,47% yang diikuti kredit kecil sebesar 34,04% dan kredit mikro sebesar 5,49%.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 33

Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit UMKM

Grafik 3.10 Komposisi Kredit UMKM

Sumber : Bank Indonesia

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Selama triwulan laporan, stabilitas sistem perbankan di Gorontalo meliputi aspek

risiko kredit dan risiko pasar relatif terkendali, namun risiko likuiditas perlu mendapat

perhatian. Non performing loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas

ketentuan BI, namun kecenderungan peningkatan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya

menunjukkan terdapat potensi risiko kredit. Sementara itu, aspek penyerapan dana

masyarakat perlu menjadi perhatian karena Loan to Deposit Ratio (LDR) berada dalam taraf

‘tidak wajar’ mencapai lebih dari 130% sehingga mengkhawatirkan ketersediaan likuiditas

perbankan.

3.2.1 Risiko Kredit

Dari indikator kredit non-lancar dan konsentrasi kredit di sektor tertentu, terlihat

bahwa risiko kredit tetap terkendali pada level yang rendah. Kredit Non-Lancar atau Non

Performing Loans (NPLs) untuk kredit secara keseluruhan tetap terjaga pada level 3.22%.

Nilai ini tergolong ‘baik’ karena masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan oleh

Bank Indonesia yaitu 5%.

Namun, perbankan sepatutnya tetap

waspada terhadap potensi ancaman

peningkatan risiko kredit karena terdapat

peningkatan nilai NPL dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 3.17%. Oleh

karena itu prudential banking hendaknya

tetap ditingkatkan demi menjaga

kelangsungan stabilitas perbankan.

Grafik 3.11 Non Performing Loan

Sumber : Bank Indonesia

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 34

Berdasarkan jenis penggunaan dan sektoral, risiko kredit terendah pada triwulan

laporan dialami oleh kredit konsumsi dan sektor pertanian. Pangsa kredit konsumsi yang

besar, memiliki NPLs yang rendah dan relatif stabil di level 1.5%. Sementara itu, NPLs kredit

modal kerja mengalami kenaikan menjadi sebesar 4.72% dibandingkan triwulan sebelumnya

sebesar 4,13%. Sedangkan kredit investasi memiliki NPLs tertinggi yaitu sebesar 11.31%.

Meskipun kredit investasi memiliki NPLs yang tinggi dibandingkan kredit modal kerja dan kredit

konsumsi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi NPLs secara keseluruhan karena pangsanya

yang kecil. Secara sektoral, sektor penerima pangsa kredit terbesar yaitu sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran (PHR), memiliki NPLs sebesar 5.42% lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 4,83%. Sementara, NPLs sektor pertanian relatif rendah sebesar 3.73%.

Sedangkan NPL pada sektor industri perlu mendapat perhatian mencapai 16.11%.

Grafik 3.11 NPL Kredit Penggunaan (%)

Grafik 3.12 NPL Kredit Sektoral (%)

Sumber : Bank Indonesia

Konsentrasi kredit di sektor tertentu. Selain NPLs, risiko kredit yang stabil-rendah

disebabkan pula oleh komposisi kredit yang disalurkan, dimana kredit konsumsi memiliki

pangsa yang dominan. Selain itu, pangsa terbesar kredit produktif dikucurkan ke sektor PHR.

Sektor-sektor produktif lain yang dianggap lebih tinggi tingkat risikonya memiliki pangsa

kucuran kredit yang relatif kecil.

3.2.2 Risiko Likuiditas

Indikator risiko likuiditas yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan

konsentrasi sumber dana pada deposan inti menunjukkan risiko likuiditas pada triwulan

laporan patut mendapat perhatian. Hal tersebut terlihat dari komposisi dana jangka

menengah panjang yang lebih kecil dari dana jangka pendek. Menurunnya porsi dana

pemerintah yang mengalami pergeseran dari total dana pihak ketiga perbankan juga dinilai

dapat menambah risiko likuiditas karena dana pemerintah relatif mudah diprediksi sifat

keluar masuk dananya. Sementara itu nilai LDR yang berada pada posisi ‘kurang normal’

hingga mencapai 131.63% menyebabkan likuiditas perbankan sangat ketat sehingga

membahayakan perbankan bisa sewaktu-waktu nasabah ingin menarik dananya dalam

jumlah besar.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 35

Grafik 3.13 Pergerakan Komposisi DPK

Grafik 3.14 Simpanan Berdasarkan Nasabah

Konsentrasi jangka waktu sumber dana. Sebagian besar dana yang simpanan di bank

masih merupakan dana jangka pendek, Sementara terdapat kecenderungan pergeseran

proporsi dari simpanan jangka panjang khususnya deposito ke simpanan jangka menengah

pendek yaitu giro dan tabungan. Pergeseran tersebut disebabkan tingginya permintaan dana

untuk melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat terutama pada periode

laporan.

Konsentrasi sumber dana pada deposan inti. Sedikit terdapat perubahan komposisi

kepemilikan sumber dana. Dana milik pemerintah memiliki pangsa yang cenderung menurun

di struktur dana pihak ketiga. Hal tersebut dipandang negatif dari sisi kestabilan likuiditas

karena arus keluar masuk dana milik pemerintah lebih dapat diprediksi dibandingkan dana

milik swasta

Posisi LDR pada triwulan laporan sebesar 131.63% menunjukkan bahwa likuiditas

Perbankan Gorontalo sangat ketat. Tingginya LDR menunjukkan bahwa jumlah kredit yang

disalurkan jauh melebihi jumlah dana yang dihimpun oleh perbankan. Tentunya hal ini patut

mendapat perhatian mengingat bila sewaktu-waktu nasabah mengambil dananya dalam

jumlah besar dapat mengakibatkan ketidakstabilan pada kesehatan perbankan. Sementara

itu, perbankan Gorontalo harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam menghimpun

dana dari masyarakat untuk mengimbangi jumlah kredit yang digelontorkan menuju tingkat

LDR yang diniliai optimal berada pada kisaran tidak jauh dari 100%.

Grafik 3.15 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 36

3.2.3 Risiko Pasar

Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan dapat dilihat dari kestabilan volatilitas

suku bunga dan kurs. Kebijakan ekspansif bank Indonesia melalui penurunan BI-Rate

disinyalir sudah mulai direspon oleh suku bunga perbankan. Diharapkan penyaluran kredit

semakin meningkat seiring dengan menurunnya biaya bunga untuk melakukan pinjaman

kepada bank. Sementara itu, volatilitas kurs diyakini tidak akan berdampak besar terhadap

kinerja perbankan Gorontalo, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak

tinggi.

Grafik 3.16 Perkembangan Kurs USD dan BI Rate

Sumber: Bank Indonesia

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 37

BOX III : SURVEI PERSEPSI UMKM TERHADAP DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL

Dalam rangka memperoleh informasi mengenai persepsi UMKM terhadap dampak

krisis keuangan global terhadap kinerja UMKM di Provinsi Gorontalo, telah dilakukan survei

untuk memperoleh data primer dengan metode purposive random sampling. Responden

diambil berdasarkan sektor unggulan dalam struktur PDRB UMKM dengan proporsi 5 (lima)

responden di sektor pertanian, 1 (satu) responden di sektor industri pengolahan, 2 (dua)

responden di sektor perdagangan, hotel & restoran, dan 2 (dua) responden di sektor

pengangkutan & komunikasi.

Berdasarkan hasil survei dapat diketahui bahwa sebanyak 80% dari responden

mengetahui bahwa saat ini terdapat krisis ekonomi global. 30% dari responden

memperkirakan bahwa krisis ekonomi global yang terjadi saat ini berlangsung lebih dari

setahun yang lalu, hanya 10% yang memperkirakan bahwa krisis ekonomi global terjadi pada

4-6 bulan yang lalu. Separuh dari responden memiliki persepsi bahwa krisis global saat ini

memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan krisis tahun 1997, namun hanya 10% dari

responden yang memperkirakan bahwa krisis global akan berlangsung lama atau lebih dari

dua tahun ke depan.

Sebanyak 50% dari responden tidak merasa terkena dampak krisis keuangan global

karena permintaan konsumen terhadap produk mereka tidak berubah bahkan bertambah.

Sedangkan 50% sisanya merasa terpengaruh dampak krisis dengan pengaruh yang relatif

sedang terhadap kinerja usaha mereka. Bila ditelusuri lebih dalam, ternyata hanya 10% dari

seluruh responden yang saat ini mengalami penurunan omzet lebih dari 20% sedangkan

sisanya mengalami penurunan omset kurang dari 40% atau tidak mengalami perubahan

omzet karena merasa tidak terpengaruh dampak negatif krisis keuangan global.

Modal sendiri masih menjadi tumpuan utama pembiayaan usaha oleh 90%

responden, sedangkan pinjaman perbankan rata-rata digunakan untuk menambah modal

guna memperluas usaha. Sebanyak 60% dari responden merasa bahwa akses pinjaman dari

bank tetap walaupun terdapat isu krisis keuangan global, bahkan 20% lainnya merasa akses

pinjaman lebih mudah. Kesulitan dalam pelunasan pinjaman bank tidak dirasakan oleh 80%

responden dan 70% dari responden merasa bahwa arus kas harian tetap.

Melakukan efisiensi, mencari pasar baru, dan diversikasi usaha menjadi kebijakan

perusahaan dalam mensiasati kondisi ekonomi saat ini. Sementara itu, semangat optimisme

terhadap pemulihan ekonomi merebak dikalangan responden ditunjukkan dengan rencana

investasi kedepan oleh seluruh responden. Optimisme ini didasari oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi diantaranya adalah kebijakan pemerintah yang lebih baik dan suku bunga

kredit yang cenderung menurun.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 38

BAB 4 : PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi belanja APBD Provinsi Gorontalo triwulan III-2009 mencapai 57.85%,

hampir sama dibandingkan realisasi triwulan III-2008 sebesar 56.12%, sementara itu

realisasi pendapatan menurun 74.33%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai 81.83%.

4.1 Pendapatan Daerah

Realisasi pendapatan Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2009 menurun

dibandingkan triwulan III-2008. Secara nominal, realisasi triwulan III-2009 sebesar Rp

410,01 Miliar dengan capaian 74.43% dari anggaran APBD-P 2009, capaian ini menurun

secara persentase realisasi dibandingkan triwulan III-2008 yang sebesar 81.83%.

Menurunnya kinerja pendapatan daerah terutama disebabkan menurunnya capaian disisi

Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun realisasi pendapatan Dana Perimbangan Pusat.

Tabel 4.1

Anggaran Induk dan Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo

Sampai dengan triwulan III-2009, provinsi Gorontalo membukukan PAD sebesar Rp.

70,57 Miliar hampir sama dibandingkan triwulan III-2008 sebesar Rp 70.37 Miliar.

Menurunnya realisasi PAD pada triwulan III-2009 karena target realisasi anggaran yang

ditetapkan meningkat 35% sementara realisasi pajak daerah yang dipungut sampai dengan

bulan September 2009 sama dengan periode tahun lalu. Kenaikan target pajak kendaraan

bermotor yang ditetapkan oleh pemerintah dalam APBD-P 2009 perlu diupayakan melalui

peningkatan kesadaran wajib pajak.

Sisi dana perimbangan mengalami penurunan realisasi terhadap target anggaran yang

ditetapkan. Posisi dana perimbangan yang terealisasi sampai dengan akhir triwulan III-2009

sebesar Rp 399,45 Miliar dengan persentase realisasi 73.96% dari anggaran induk, hal

tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp

329.47 Miliar dengan persentase realisasi 78.43%. Menurunnya realisasi dana perimbangan

pada triwulan III-2009 lebih didorong oleh penurunan realisasi dana alokasi umum.

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Pendapatan Asli Daerah 68,570,862,138 70,373,497,983.43 102.63 92,678,000,000 70,566,138,368 76.14

Pajak daerah 61,440,448,763 62,180,481,670.00 101.20 83,313,210,857 60,073,298,096 72.11

Pajak Kendaraan Bermotor 20,766,112,824 17,465,656,200.00 84.11 29,350,472,100 19,347,032,450 65.92

Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 20,965,195,240 28,279,820,900.00 134.89 29,606,754,069 24,564,390,000 82.97

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 19,534,140,699 16,346,289,204.00 83.68 24,180,984,688 16,086,070,792 66.52

Pajak Air Permukaan 108,000,000 74,214,300.00 68.72 120,000,000 65,348,260 54.46

Pajak Air Bawah Tanah 27,000,000 14,501,066.00 53.71 15,000,000 10,456,594 69.71

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 925,000,000 91,617,990.00 9.90 500,000,000 - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6,205,413,375 8,101,398,323.43 130.55 8,864,789,143 10,492,840,272 118.37

Dana Perimbangan 420,092,121,350 329,477,800,512 78.43 458,934,916,658 339,445,701,979 73.96

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17,136,015,350 11,089,626,512.00 64.72 19,263,660,658 9,692,259,979 50.31

Dana Alokasi Umum 368,637,996,000 307,198,330,000.00 83.33 388,325,256,000 291,243,942,000 75.00

Dana Alokasi Khusus 25,374,000,000 7,612,200,000.00 30.00 51,346,000,000 38,509,500,000 75.00

Dana Penyesuaian 8,944,110,000 3,577,644,000.00 40.00 - - -

Jumlah Pendapatan 488,662,983,488 399,851,298,495 81.83 551,612,916,658 410,011,840,347 74.33

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009

III-2008 III-2009APBD 2008Pendapatan Daerah APBD-P 2009

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 39

Seperti umumnya daerah hasil pemekaran, ketergantungan terhadap dana

perimbangan masih cukup besar, walaupun kinerja Pemerintah Provinsi untuk

menghimpun pendapatan asli daerah harus diakui sudah cukup baik secara nominal

namun belum signifikan apabila dilihat rasionya terhadap keseluruhan pendapatan

Provinsi. Apabila disimak dalam tabel dibawah ini, nampak komposisi pendapatan

provinsi belum banyak mengalami perubahan dibandingkan periode lalu. Sampai dengan

triwulan III-2009, dana perimbangan masih mendominasi dengan kontribusi 82.79% lebih

tinggi dibandingkan kontribusinya di triwuan III-2008 sebesar 82.40% Sedangkan

kemandirian fiskal yang tercermin dari penghimpunan PAD kontribusinya menurun

sebesar 17.21%, lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008 sebesar 17.60%.

Tabel 4.2

Komposisi Pendapatan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %)

4.2 Belanja Daerah

Realisasi belanja Provinsi Gorontalo pada triwulan III-2009 sedikit lebih baik

dibandingkan triwulan III-2008. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 391,16 Miliar dana APBD

telah dibelanjakan dengan persentase realisasi mencapai 57.85%, kondisi ini lebih baik

dibandingkan triwulan III-2008 dimana pencapaian realisasi sebesar Rp 346,48 Miliar dengan

persentase realisasi mencapai 56.12%. Kondisi ini terutama didorong oleh pos belanja modal

sementara pos belanja pegawai dan barang/jasa relatif sama. Pada APBD-P 2009,

pemerintah meningkatkan anggaran belanja modal dari Rp 99 Miliar menjadi Rp 196 Miliar.

Tabel 4.3

Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%)

Pendapatan Asli Daerah 1.54 17.78 17.60 17.78 16.79 17.21

Pajak daerah - 15.56 15.55 15.17 14.32 14.65

Pajak Kendaraan Bermotor - 4.52 4.37 5.21 4.72 4.72

Pajak Kendaraan di Air - - - - - -

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor - 7.02 7.07 6.76 5.86 5.99

Bea Balik Nama Kendaraan Di Air - - - - - -

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor - 4.00 4.09 3.17 3.73 3.92

Pajak Air Permukaan - 0.02 0.02 0.02 0.01 0.02

Pajak Air Bawah Tanah - 0.01 0.00 0.00 0.00 0.00

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 0.03 0.02 0.02 - - -

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.51 2.20 2.03 2.61 2.48 2.56

Dana Perimbangan 98 82 82.40 82.22 83.21 82.79

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 0.93 2.47 2.77 0.87 0.76 2.36

Dana Alokasi Umum 0.07 75.18 76.83 0.01 68.80 71.03

Dana Alokasi Khusus 97.46 3.10 1.90 81.34 13.65 9.39

Dana Penyesuaian - 1.46 0.89 - - -

Jumlah Pendapatan 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009

III-2008II-2008 I - 2009 III-2009II-2009I-2008Pendapatan Daerah

Nominal Pencapaian (%) Nominal Pencapaian (%)

Belanja Tidak Langsung 202,565,556,389 125,638,107,120.00 62.02 232,835,353,600 145,189,884,749 62.36

Belanja Pegawai 125,800,860,941 90,737,163,442.00 72.13 150,952,011,350 101,096,056,474 66.97

Belanja Subsidi 2,652,000,000 1,762,560,000.00 66.46 14,278,912,250 3,311,715,000 23.19

Belanja Hibah 16,935,500,000 10,651,000,000.00 62.89 15,649,405,000 8,301,000,000 53.04

Belanja Bantuan Sosial 6,168,160,000 4,507,930,000.00 73.08 3,326,025,000 2,263,400,000 68.05

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,854,783,450 14,337,999,478.00 36.90 39,539,000,000 22,492,915,875 56.89

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,996,000,000 3,591,454,200.00 39.92 8,840,000,000 7,724,797,400 87.38

Belanja Tidak Terduga 3,158,251,998 50,000,000.00 1.58 250,000,000 - -

Belanja Langsung 414,887,043,019 220,849,276,381.26 53.23 443,353,139,430 245,975,960,329 55.48

Belanja Pegawai 31,580,999,574 16,833,457,238.64 53.30 27,600,364,078 14,567,856,573 52.78

Belanja Barang dan Jasa 182,879,029,592 104,202,080,110.00 56.98 219,564,551,400 123,281,040,667 56.15

Belanja Modal 200,427,013,853 99,813,739,032.62 49.80 196,188,223,952 108,127,063,089 55.11

Jumlah Belanja 617,452,599,408 346,487,383,501.26 56.12 676,188,493,030 391,165,845,078 57.85

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009

III-2008 III-2009Belanja Daerah APBD 2008 APBD 2009

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 40

Dilihat dari komposisi realisasi triwulan III-2009, pengeluaran APBD masih didominasi

oleh pos belanja pegawai dan pos belanja barang. Diharapkan dengan anggaran yang

meningkat di pos belanja modal dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin sehingga investasi

di Gorontalo dapat tumbuh lebih baik.

Tabel 4.4

Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo

4.3. Kontribusi Realisasi APBD Gorontalo Terhadap Sektor Riil dan

Uang Beredar

Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 16.36% terhadap

nilai tambah kegiatan di sektor riil, kondisi ini lebih rendah dibandingkan triwulan III-2008.

Belanja modal memberikan pangsa 6.25% terhadap nilai tambah kegiatan sektor riil, lebih

rendah dibandingkan triwulan III-2008. Menurunnya pangsa anggaran konsumsi pemerintah

terhadap kegiatan sektor riil terutama didorong oleh menurunnya pangsa belanja pegawai

dan belanja barang masing-masing sebesar 6.69% dan 6.25%, lebih rendah dibandingkan

triwulan III- 2008 sebesar 7.49% dan 6.95%.

Tabel 4.5

Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%) Komposisi (%)

Belanja Tidak Langsung 43.90 39.98 36.26 46.55 41.10 37.12

Belanja Pegawai 29.73 27.04 26.19 31.32 28.63 25.84

Belanja Subsidi 1.01 0.77 0.51 0.64 1.00 0.85

Belanja Hibah 2.86 3.73 3.07 2.90 2.38 2.12

Belanja Bantuan Sosial 1.80 1.09 1.30 1.33 0.79 0.58

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.94 6.21 4.14 7.85 6.41 5.75

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1.56 1.12 1.04 2.52 1.90 1.97

Belanja Tidak Terduga - 0.02 0.01 - - -

Belanja Langsung 56.10 60.02 63.74 53.45 58.90 62.88

Belanja Pegawai 3.09 3.89 4.86 2.84 3.38 3.72

Belanja Barang dan Jasa 18.36 26.09 30.07 22.07 28.55 31.52

Belanja Modal 34.65 30.05 28.81 28.53 26.96 27.64

Jumlah Belanja 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009

III-2008 III-2009Belanja Daerah

II-2009I-2008 II-2008 I - 2009

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 417,025,585,555 246,673,644,469 17.18 480,000,269,078 283,038,781,989 16.36

Belanja Pegawai 157,381,860,515 107,570,620,681 7.49 178,552,375,428 115,663,913,047 6.69

Belanja Subsidi 2,652,000,000 1,762,560,000 0.12 14,278,912,250 3,311,715,000 0.19

Belanja Hibah 16,935,500,000 10,651,000,000 0.74 15,649,405,000 8,301,000,000 0.48

Belanja Bantuan Sosial 6,168,160,000 4,507,930,000 0.31 3,326,025,000 2,263,400,000 0.13

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38,854,783,450 14,337,999,478 1.00 39,539,000,000 22,492,915,875 1.30

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8,996,000,000 3,591,454,200 0.25 8,840,000,000 7,724,797,400 0.45

Belanja Tidak Terduga 3,158,251,998 50,000,000 0.00 250,000,000 - -

Belanja Barang dan Jasa 182,879,029,592 104,202,080,110 7.26 219,564,551,400 123,281,040,667 7.13

Pembentukan Modal Tetap Bruto 200,427,013,853 99,813,739,033 6.95 196,188,223,952 108,127,063,089 6.25

Belanja Modal 200,427,013,853 99,813,739,033 6.95 196,188,223,952 108,127,063,089 6.25

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo, disesuaikan dengan APBD Perubahan Tahun 2009

*) PDRB Q3-2009 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Belanja Daerah APBD 2008 APBD-P 2009Realisasi Q2-2008 Realisasi Q3-2009*

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 41

Disisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo

sampai dengan akhir triwulan III-2009 menunjukkan kontraksi. Hal ini tercermin dari

surplus pendapatan sebesar Rp 18 Miliar pada realisasi anggaran APBD sampai dengan 30

September 2009. Dengan pertimbangan perlambatan ekonomi daerah, Kebijakan ekspansif

fiskal melalui percepatan realisasi anggaran belanja APBD dinilai lebih tepat untuk

diterapkan saat ini dibanding kebijakan fiskal kontraktif. Ekspansi fiskal dari pemerintah

daerah diharapkan mampu mendorong kinerja sektor riil di daerah untuk lebih berkembang.

Tabel 4.6

Dampak APBD terhadap Uang Beredar

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Pendapatan 488.662.983.488,00 399.851.298.495,43 27,84 551.612.916.658,00 410.011.840.346,64 23,70

Pendapatan Asli Daerah 68.570.862.138,00 70.373.497.983,43 4,90 92.678.000.000,00 70.566.138.367,64 4,08

Dana Perimbangan 420.092.121.350,00 329.477.800.512,00 22,94 458.934.916.658,00 339.445.701.979,00 19,62

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 17.136.015.350,00 11.089.626.512,00 0,77 19.263.660.658,00 9.692.259.979,00 0,56

Dana Alokasi Umum 368.637.996.000,00 307.198.330.000,00 21,39 388.325.256.000,00 291.243.942.000,00 16,84

Dana Alokasi Khusus 25.374.000.000,00 7.612.200.000,00 0,53 51.346.000.000,00 38.509.500.000,00 2,23

Dana Penyesuaian 8.944.110.000,00 3.577.644.000,00 0,25 - - -

Belanja 617.452.599.408,00 346.487.383.501,26 24,13 676.188.493.030,00 391.165.845.078,00 22,61

Belanja Pegawai 157.381.860.515,00 107.570.620.680,64 7,49 178.552.375.428,00 115.663.913.047,00 6,69

Belanja Subsidi 2.652.000.000,00 1.762.560.000,00 0,12 14.278.912.250,00 3.311.715.000,00 0,19

Belanja Hibah 16.935.500.000,00 10.651.000.000,00 0,74 15.649.405.000,00 8.301.000.000,00 0,48

Belanja Bantuan Sosial 6.168.160.000,00 4.507.930.000,00 0,31 3.326.025.000,00 2.263.400.000,00 0,13

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 38.854.783.450,00 14.337.999.478,00 1,00 39.539.000.000,00 22.492.915.875,00 1,30

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 8.996.000.000,00 3.591.454.200,00 0,25 8.840.000.000,00 7.724.797.400,00 0,45

Belanja Tidak Terduga 3.158.251.998,00 50.000.000,00 0,00 250.000.000,00 - -

Belanja Barang dan Jasa 182.879.029.592,00 104.202.080.110,00 7,26 219.564.551.400,00 123.281.040.667,00 7,13

Belanja Modal 200.427.013.853 99.813.739.033 6,95 196.188.223.952 108.127.063.089 6,25

Surplus/Defisit (128.789.615.920) 53.363.914.994 3,72 (124.575.576.372) 18.845.995.269 1,09

Pembiayaan Netto (128.789.615.920) - - (124.575.576.372) - -

DAMPAK RUPIAH - 53.363.914.994 3,72 - 18.845.995.269 1,09

Realisasi Q3-2009*APBD-P 2009APBD APBD 2008

Realisasi Q3-2008

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 42

BAB 5 : PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Transaksi sistem pembayaran nasional di Gorontalo dicerminkan oleh pergeseran

transaksi tunai pada kas titipan dari net outflow menjadi net inflow serta meningkatnya

transaksi kliring pada triwulan III-2009.

5.1 PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KARTAL

Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2009 mencatat net inflow

sebesar Rp79.725 miliar. yang berarti aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas

titipan lebih besar dibandingkan dengan aliran uang keluar dari khasanah.

Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow

Sumber : Bank Indonesia

Kondisi net inflow pada triwulan laporan menunjukkan tanda-tanda berkurangnya

kegiatan transaksi masyarakat. Pada periode yang sama tahun sebelumnya menunjukkan

terjadi aliran outflow, namun pada triwulan laporan menunjukkan terjadi inflow. Sementara

itu, tingginya permintaan masyarakat terhadap uang kartal dalam rangka memperingati hari

raya Idul Fitri tercermin dari outflow pda bulan September 2009 sebesar Rp227.535 miliar

lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2009 sebesar Rp195.818 miliar dan Juli 2009

sebesar Rp201.901 miliar.

5.2 PERKEMBANGAN KLIRING NON BI DI GORONTALO

Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan

laporan menunjukkan tren meningkat, tumbuh sebesar 46,86% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai nominal perputaran warkat triwulan III-2009

sebesar Rp314,16 miliar dengan jumlah warkat sebanyak 11.876 lembar, meningkat

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp213,92 miliar dengan

jumlah warkat sebanyak 8.155 lembar.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 43

Grafik 5.3 Perputaran kliring di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari

Rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan III-2009 tumbuh

53,49% dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2008 yaitu dari Rp3,36 miliar

menjadi sebesar Rp5,15 miliar. Peningkatan juga terjadi pada rata-rata jumlah warkat

yang dikliringkan, yaitu sebesar 52,34%, dari 128 lembar per hari pada triwulan II-2008

menjadi 194 lembar per hari pada triwulan laporan. Adanya peningkatan rata-rata jumlah

warkat dan nominal kliring menunjukkan bahwa cukup banyak terjadi transaksi

perdagangan pada periode laporan di Gorontalo.

Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Rasio penolakan jumlah nominal Cek/BG kosong terhadap jumlah nominal warkat

kliring mengalami peningkatan yaitu dari 0,43% pada triwulan II-2008 menjadi 0,57% pada

triwulan laporan. Sementara itu, rasio jumlah Cek/BG kosong terhadap total keseluruhan

warkat yang dikliringkan juga tercatat mengalami peningkatan dari 0,40% pada triwulan II-

2009 menjadi 0,70% pada triwulan laporan. Peningkatan rasio penolakan jumlah cek/BG

kosong mencerminkan bahwa kelesuan ekonomi Provinsi Gorontalo mulai terasa pada

triwulan laporan. Berkurangnya pendapatan para pelaku usaha diperkirakan memperlemah

posisi likuiditas mereka, sehingga menghambat kelancaran pembayaran transaksi melalui

kliring.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 44

BAB 6 : KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo sedikit menurun.

Walaupun tingkat pengangguran berkurang, dan IPM meningkat. Namun demikian,

tingkat kemiskinan bertambah serta indeks gini sebagai indikator kesenjangan masih

belum menunjukkan tanda membaik

6.1. Pengangguran

Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo relatif meningkat

dari tahun ke tahun. Pada bulan Februari 2009, jumlah angkatan-kerja mencapai 462.899

orang naik 7,80% dibandingkan keadaan Agustus 2008 atau 9,33% dibandingkan bulan yang

sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja tumbuh

sebesar 11,66% dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Selama periode 1

tahun, tingkat pengangguran terbuka menunjukkan arah yang menurun, yaitu dari 7,04 %

pada Februari 2008 menjadi 5,06% pada Februari 2009.

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan

Kegiatan Utama 2008 2009

Februari Agustus Februari

Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 677.430 688.081 697.073

Angkatan Kerja 423.376 429.384 462.889

Bekerja 393.567 405.126 439.460

Tidak Bekerja 29.809 24.258 23.429

Bukan Angkatan Kerja 254.054 258.697 234.265

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 62,50 62,40 66,40

Tingkat Pengangguran Terbuka 7,04 5,65 5,06 Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Apabila dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor

pertanian merupakan lapangan usaha yang banyak digeluti penduduk Provinsi Gorontalo

yaitu 208.636 orang (Februari 2009) atau 47.47 % dari total penduduk yang bekerja.

Jumlah tersebut menurun 2.18% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini disebabkan

semakin berkembangnya sektor perdagangan di Provinsi Gorontalo, sehingga semakin

banyak jumlah tenaga kerja yang beralih ke sektor tersebut. Sektor lainnya dengan pangsa

pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan (16,47%)

dan sektor perdagangan sebesar 16,36%. Kedua sektor ini mengalami pertumbuhan jumlah

tenaga kerja masing-masing sebesar 21,47% dan 59,11% dibandingkan bulan Februari 2008.

Sektor perdagangan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam

jumlah tenaga kerja.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 45

Tabel 6.2.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2008-Februari 2008

Kegiatan Utama 2008 2009

Februari Agustus Februari

Pertanian 213.275 184.148 208.636

Industri 28.340 34.268 32.462

Perdagangan 45.195 59.610 71.911

Angkutan 26.177 32.214 31.227

Jasa Kemasyarakatan 59.540 63.720 72.325

Lainnya 21.040 31.166 22.899

Total 393.567 405.126 439.460 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

6.2. Kemiskinan

Persentase penduduk miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan pada

tahun 2009 (data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 25,01% atau mengalami

peningkatan dibandingkan periode Maret 2008 yang tercatat sebesar 24,88%. Namun

begitu persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo masih jauh diatas persentase

nasional yang berada di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi

Gorontalo pada bulan Maret 2009 sebesar Rp162.189 per kapita per bulan atau mengalami

kenaikan sebesar Rp15.035 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2007

yang tercatat sebesar Rp147.154 perkapita per bulan.

Tabel 6.3.

Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)

Wilayah 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gorontalo 32.12 29.25 29.01 29.05 29.13 27.35 24.88 25.01

Nasional 18.20 17.42 16.66 16.69 17.75 16.58 15.42 14.15 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2007, persentase penduduk miskin di

provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah Kabupaten. Persentase penduduk miskin

tertinggi sebesar 33,18% berada di Kabupaten Gorontalo Utara, kemudian disusul berturut-

turut oleh Kabupaten Gorontalo (32,07%), Kabupaten Bone Bolango (30,6%), Kabupaten

Pahuwato (29,74%), dan Kabupaten Boalemo (29,21%). Jumlah penduduk miskin terkecil

berada di Kota Gorontalo yaitu sebesar 11.965 orang dengan persentase sebesar 8,11%.

Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal,

penerimaan fiskal yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran

pendidikan dan kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 46

Tabel 6.4.

Persentase Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

Tahun 2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

6.3. Rasio Gini

Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami

peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan

indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Namun demikian berdasarkan

strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan

tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Faktor yang

mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM yang

menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena yang

menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke

40% ke bawah dan 20% teratas.

6.4. IPM (Index Pembangunan Manusia)

Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah

sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini

ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,

kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil

dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah

satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 47

Tabel 6.5.

Rasio Gini Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas

Tabel 6.6.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini

disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,

kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun

2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,

sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.

Tabel 6.7.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota

Tahun 2006-2007

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 48

BAB 7 : PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perlambatan perekonomian Gorontalo masih akan terus berlangsung dalam

triwulan kedepan. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2009 diperkirakan berada pada

kisaran 6.91 – 7.41% (yoy). Sementara itu pertumbuhan keseluruhan tahun 2009

diperkirakan pada kisaran 7.15 – 7.55% (yoy). Disisi permintaan, kinerja ekspor diperkirakan

belum pulih terkait produksi pertanian Gorontalo yang diproyeksikan masih terus mengalami

penurunan. Sementara itu pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009 tidak

setinggi pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi masyarakat diperkirakan tetap tumbuh namun ekspansif pertumbuhannya tidak

segencar periode sebelumnya, turunnya produksi pertanian yang merupakan sektor

penyerap tenaga kerja terbesar di Gorontalo dikhawatirkan akan berdampak pada tingkat

pendapatan petani sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat secara umum.

Tabel 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Tabel 7.2 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

**/***) Angka Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Meningkatnya anggaran Belanja Modal dalam APBD-P 2009 menjadi tumpuan

meningkatkan kinerja investasi di Gorontalo. Sektor bangunan diperkirakan masih tumbuh

dengan diikuti pertumbuhan disektor pertambangan dan penggalian. Sementara itu kinerja

sektor angkutan dan sektor perdagangan diperkirakan tidak setinggi triwulan IV-2008,

karena pada triwulan IV-2008 bertepatan dengan moment lebaran tahun lalu.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*

Konsumsi Swasta 10,05 7,96 9,08 4,34 15,71 19,07 21,53 4,76 - 5,26

Konsumsi Pemerintah 11,56 21,25 28,99 26,70 26,89 43,89 21,23 23,17 - 23,67

Investasi 2,28 9,06 25,53 25,01 29,24 33,90 29,50 27,15 - 27,65

Ekspor 23,19 13,68 -5,90 6,05 -6,18 -1,29 -7,50 -1,05 - -0,55

Impor 24,56 16,98 35,27 17,81 23,81 42,34 40,11 18,56 - 19,06

Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60 6,91 7,41

Q4**

2009KOMPONEN

2008

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3*

1.PERTANIAN 7,98 6,04 4,41 7,35 7,74 5,42 1,75 4,88 - 5,38

2.PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 4,98 9,44 11,55 14,24 9,23 12,91 12,70 14,88 - 15,38

3.INDUSTRI PENGOLAHAN 1,44 3,86 7,54 8,72 6,06 2,01 8,10 8,75 - 9,25

4.LISTRIK,GAS & AIR BERSIH -2,64 -2,70 -2,76 2,71 7,51 6,53 6,22 5,87 - 6,37

5.BANGUNAN 6,95 9,48 10,83 13,13 9,78 12,86 11,98 14,85 - 15,35

6.PERDAGANGAN,HOTEL & RESTORAN 8,03 6,26 15,45 6,65 7,60 8,20 15,97 5,75 - 6,25

7.PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 12,98 9,22 13,67 6,78 8,56 9,82 14,05 5,90 - 6,40

8.KEU.,PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN 6,75 7,58 7,48 6,99 9,11 11,26 7,98 6,97 - 7,47

9.JASA - JASA 6,86 9,64 10,78 6,35 6,14 5,84 5,11 6,20 - 6,70

Pertumbuhan Ekonomi 7,02 7,26 9,00 7,55 7,66 7,22 7,60 6,91 - 7,41

Q4**

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 49

7.2 OUTLOOK INFLASI

Mulai bergairahnya perekonomian daerah yang didukung oleh peningkatan

permintaan masyarakat membawa inflasi triwulan IV-2009 lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya. Diperkirakan inflasi tahunan Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-

2009 berkisar antara 3.5 – 5.5% (yoy).

Grafik 7.1 Proyeksi Inflasi Tahunan (yoy) Provinsi Gorontalo (%)

Lewatnya musim panen diperkirakan mengurangi kecukupan pasokan barang dan

jasa pada triwulan IV-2009. Tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan patut menjadi

perhatian mengingat pasokan hasil pertanian sudah mulai berkurang. Sementara pengaruh

kebijakan penurunan harga BBM pada awal tahun 2009 diperkirakan masih memberi

pengaruh pada perkembangan harga-harga. Kebijakan penurunan harga BBM menahan

inflasi kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan karena menurunnya

production cost dari jasa transportasi. Sementara itu, tekanan permintaan diperkirakan akan

meningkat sejalan dengan pergerakan ekonomi daerah yang kembali bergairah.

Ekspektasi konsumen diperkirakan masih dalam level yang cukup tinggi untuk

mendorong pertumbuhan inflasi pada triwulan IV-2009. Survei Konsumen menunjukkan

bahwa Ekspektasi konsumen ke depan menunjukkan optimisme yang tercermin dari IEK

sebesar 143,65. Ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang berada pada level optimis

dengan nilai indeks sebesar 144,55, sementara indeks ketersediaan lapangan kerja 6 bulan

yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 133,91. Sedangkan indeks kondisi

ekonomi 6 bulan yang akan datang berada pada posisi optimis sebesar 152,50. 1

1 Indeks = 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga akan tetap/stabil, indeks > 100 menunjukkan responden

mengekspektasikan harga akan meningkat, dan indeks < 100 menunjukkan responden mengekspektasikan harga menurun

.02

.04

.06

.08

.10

.12

.14

07:01 07:07 08:01 08:07 09:01 09:07

INFLASI_YOY

Sumber: Proyeksi KBI Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 50

7.3 PROSPEK PERBANKAN

Kebijakan penurunan BI-Rate diperkirakan sudah mulai direspon oleh perbankan

Gorontalo pada triwulan IV-2009. Diperkirakan suku bunga deposito akan cepat merespon

terhadap kebijakan moneter ekspansif, kemudian suku bunga kredit akan menyesuaikan

dengan penurunan suku bunga. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen oleh Bank

Indonesia yang menunjukkan penurunan ekspektasi suku bunga dan ekspektasi perkiraan

pinjaman kepada bank. Sementara itu disisi daya tahan industri perbankan Gorontalo

kedepan diperkirakan masih cukup memadai. Namun diperkirakan risiko likuiditas masih

perlu mendapat perhatian terkait dengan komposisi struktur pendanaan dan keketatan

likuiditas akibat nilai LDR yang sangat tinggi.

Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Suku Bunga (Perbankan)

Tabungan dan Ekspektasi Tabungan 6 Bulan Kedepan

Grafik 7.4 Indeks Perkiraan Pinjaman Kepada bank dan

Beban Angsuran 6 Bulan Kedepan

Grafik 7.2: Indeks Ekspektasi Konsumen Provinsi Gorontalo

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Gorontalo

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 51

LAMPIRAN 1

PDRB PROVINSI GORONTALO ADHK 2000

Komponen 2008

2008 2009

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

SISI PERMINTAAN

Konsumsi Rumahtangga 425.635 432.622 459.091 472.214 1.789.563 492.724 507.634

- Makanan 306.088 310.339 328.131 339.085 1.283.644 353.859 363.736

- Non Makanan 119.547 122.283 130.961 133.129 505.919 138.865 143.898

Konsumsi Pemerintah 347.536 334.253 378.718 452.732 1.513.238 440.976 480.966

Pembentukan Modal Tetap Bruto 228.725 242.415 284.063 313.338 1.068.540 295.604 324.585

Perubahan Stok (253.727) (261.503) (248.662) (416.874) (1.180.767) (367.893) (427.860)

Ekspor 107.285 107.447 94.707 108.427 417.866 100.658 106.066

a. Antar Negara/Luar Negeri 45.965 44.196 36.083 43.031 169.275 40.759 43.836

b. Antar Pulau Luar Propinsi 61.320 63.251 58.624 65.396 248.591 59.899 62.230

Impor 254.365 225.495 293.541 314.366 1.087.767 314.934 320.974

a. Antar Negara/Luar Negeri 9.099 11.173 10.971 10.043 41.286 10.458 11.216

b. Antar Pulau Luar Propinsi 245.267 214.322 282.570 304.323 1.046.482 304.476 309.758

PDRB Total 603.482 630.792 675.586 615.131 2.524.991 647.134 675.180

SISI PENAWARAN

Pertanian 186.414 198.879 227.104 163.796 776.194 199.867 208.964

Pertambangan & Penggalian 6.041 6.378 6.720 7.056 26.194 6.598 7.201

Industri Pengolahan 46.570 49.080 52.164 53.879 201.693 49.392 50.068

Listrik, Gas & Air Bersih 3.415 3.489 3.585 3.685 14.174 3.671 3.717

Konstruksi 47.133 49.448 52.100 54.552 203.232 51.742 55.807

Perdagangan, Hotel & Restoran 82.739 84.487 87.556 89.134 343.916 89.093 91.504

Pengangkutan & Komunikasi 62.656 64.273 66.391 67.792 261.111 66.345 70.067

Keuangan, Persewaan & Jasa 52.480 53.309 54.393 54.948 215.129 57.262 59.311

Jasa-Jasa 116.036 121.450 125.572 120.290 483.348 123.164 128.541

PDRB Total 603.482 630.792 675.586 615.131 2.524.991 647.134 675.180

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO (yoy)

Komponen 2008

2008 2009

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

SISI PERMINTAAN

Konsumsi Rumah Tangga 10,05 7,96 9,08 3,16 7,41 15,76 17,34

Konsumsi Pemerintah 40,57 21,25 28,99 26,70 28,91 26,89 43,89

Pembentukan Modal Tetap Bruto 17,62 14,51 25,53 25,01 21,00 29,24 33,90

Perubahan Stok 39,03 29,61 20,18 26,49 28,24 45,00 63,62

Ekspor 23,19 13,68 -5,90 6,05 8,68 -6,18 -1,29

Impor 48,41 16,98 35,27 17,99 28,33 23,81 42,34

Pertumbuhan Ekonomi Total 7,45 7,26 9,41 7,55 7,76 7,66 7,22

SISI PENAWARAN

Pertanian 7,98 6,04 11,55 7,52 8,39 7,74 5,42

Pertambangan & Penggalian 4,98 9,44 11,55 14,24 10,14 9,23 12,91

Industri Pengolahan 1,44 3,86 7,54 8,72 5,47 6,06 2,01

Listrik, Gas & Air Bersih -2,64 -2,70 -2,76 -0,71 -2,19 7,51 6,53

Konstruksi 6,95 9,48 10,83 13,13 10,17 9,78 12,86

Perdagangan, Hotel & Restoran 8,03 6,26 6,44 6,65 6,83 7,60 8,20

Pengangkutan & Komunikasi 12,98 9,22 6,48 6,05 8,54 8,56 9,82

Keuangan, Persewaan & Jasa 6,75 7,58 7,48 6,99 7,20 9,11 11,26

Jasa-Jasa 6,86 9,64 10,66 6,35 8,39 6,14 5,84

Pertumbuhan Ekonomi Total 7,45 7,26 9,41 7,55 7,76 7,66 7,22

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 52

LAMPIRAN 2

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI GORONTALO

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 53

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum

dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur

dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada

perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor

penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran

maupun dari permintaan.

Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis barang-

barang makanan.

Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok

barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah,

seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.

Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori barang

yang dapat diperdagangkan secara international.

Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan

yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi bulanan),

dan sering disingkat (m-t-m)

Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisba) perubahan harga indeks konsumen bulan

bersangkutan dibandingkan akhir bulan pada tahun sebelumnya,

sehingga merupakan angka total dan disingkat (y-t-d)

Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisbah) perubahan harga indeks konsumen bulan

bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun

sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)

Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur perbandingan

harga (nisbah)/perubahan indeks harga konsumen pada akhir

triwulan yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya, atau sering disebut (q-t-q)

PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah

(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional bruto)

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit),

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 54

terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,

merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari

uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito

baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban

otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang

kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo

giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang

kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo

yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah

pada sistem moneter.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit

bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4)

dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Kredit Skala Mikro Kecil

Menengah

Kredit dengan pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

Risiko Kredit Risiko Kegagalan atau ketidakmampuan debitur mengembalikan

jumlah pinjaman yang diterima beserta bunganya sesuai dengan

jangka waktu yang telah ditentukan.

Risiko Likuiditas Risiko pihak bank tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada

pihak ketiga pada suatu waktu tertentu.

Risiko Pasar Risiko terkait dengan pergerakan-pergerakan faktor pasar yang

dapat berdampak bagi nilai aset dan kewajiban yang dimiliki

bank.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang

berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas

bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang

dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang

Bank Indonesia | Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III-2009 55

tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui

BI.

Netflow

PMTB

Selisih antara outflow and inflow.

Pembentukan Modal Tetap Bruto

PTTB

Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan

untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang

yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak

dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.