KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar...

86
BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA TRIWULAN I 2015

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI

REGIONAL

PROVINSI MALUKU UTARA

TRIWULAN I 2015

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

i

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

KATA PENGANTAR

Tugas Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, meng.atur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank. Pelaksanaan tugas pokok tersebut ditujukan untuk

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Sejalan dengan undang-undang tersebut, keberadaan Kantor Bank Indonesia di

daerah merupakan bagian dari jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia yang berperan

sebagai pelaksana kebijakan Bank Indonesia dan tugas-tugas pendukung lainnya di daerah.

Sebagai jaringan kerja Kantor Pusat Bank Indonesia di bidang ekonomi dan moneter,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara berperan memberikan masukan

dengan menyusun dan menerbitkan suatu produk yaitu Kajian Ekonomi Regional yang pokok

bahasannya terdiri atas Perkembangan Ekonomi, Perkembangan Inflasi Regional, Kinerja

Perbankan dan Sistem Pembayaran Provinsi Maluku Utara dan Prospek Ekonomi. Kajian ini

diolah berdasarkan data dan informasi di daerah untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan

kebijakan moneter Bank Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi

bagi penentu kebijakan di daerah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih menemui beberapa

kendala. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami senantiasa mengharapkan

kritik dan saran serta kerjasama dari semua pihak agar kualitas dan manfaat laporan ini

menjadi lebih baik di waktu yang akan datang.

Akhirnya, kepada pihak-pihak yang membantu tersusunnya laporan ini, kami

sampaikan penghargaan dan ucapkan terima kasih.

Ternate, 20 Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI MALUKU UTARA

Budiyono Kepala Perwakilan

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

ii

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK iv INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN PROVINSI MALUKU UTARA iv RINGKASAN UMUM xi BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 1 1.1 Kondisi Umum 1 1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan 2 1.3 Perkembangan Ekonomi dari Sisi Penawaran 9 BOKS I MENDIAGNOSA PERTUMBUHAN EKONOMI DI MALUKU UTARA 17 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH 23 2.1 Kondisi Umum 23 2.2 Struktur APBD 25 2.3 Realisasi Pendapatan APBD 25 2.4 Realisasi Belanja APBD 26 2.5 Keuangan Pemerintah 28 BAB III INFLASI DAERAH 30 3.1 Kondisi Umum 30 3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate 31 3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi 32 3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara 38 BOKS II

DAMPAK PENYESUAIAN BERBAGAI KEBIJAKAN ADMINISTERED PRICES

31

BAB IV KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 43 4.1 Kinerja Perbankan 43 4.2 Stabilitas Sistem Keuangan 50 4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran 52 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 59 5.1 Kondisi Umum 59 5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan 60 5.3 Nilai Tukar Petani (NTP) 62 5.4 Persepsi Tingkat Kesejahteraan 62 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN 64 6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 64 6.2 Outlook Inflasi Daerah 54

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

iv

DAFTAR TABEL

1 Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Andil Struktur PDRB Sisi Permintaan 2 Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran 9 Tabel 1.3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil 13

2 Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I

2015 17

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 27

3 Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan

Jasa 31

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya 32 Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa 32 Tabel 3.4 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota

Ternate 33

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (qtq) Kota Ternate 35 Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate 38

4 Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan II 2014 54 Tabel 4.2 Perkembangan Cek/BG Kosong 56 Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara 57

5 Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara 59 Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua 62

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

DAFTAR GRAFIK

1 Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan 2 Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 3 Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT) 4 Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek 4 Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton/M3) 4 Grafik 1.6 Volume Bongkar Barang Konsumsi lainnya (Ton/M3) 4 Grafik 1.7 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) 5 Grafik 1.8 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit) 5 Grafik 1.9 Konsumsi KwH Rumah Tangga 5 Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara 6 Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara 6 Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) 6 Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen 6 Grafik 1.14 Perkembangan Giro Pemerintah 7 Grafik 1.15 Perkembangan Volume Ekspor 8 Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor 8 Grafik 1.17 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate 8

Grafik 1.18 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

8

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor 9 Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor 9 Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Penawaran 10 Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ikan Tangkap 11 Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ikan Tangkap 11 Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertanian 11 Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Perdagangan 12 Grafik 1.26 Perkembangan TPK 12 Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan 13 Grafik 1.28 Kapasitas Listrik Terpakai Untuk Industri 14 Grafik I.1 Kerangka Diagnosis Penyebab Rendahnya Investasi 18 Grafik I.2 Faktor Rendahnya Investasi di Maluku Utara 18 Grafik I.3 Most Binding Constraint Bagi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara 20

2 Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015 24 Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015 24 Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan

Triwulan I 2015 26

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

27

Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah) 28

3 Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 30 Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional 34 Grafik 3.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika 35

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

vi

Grafik 3.4 Pergerakan Harga Emas Internasional 36 Grafik 3.5 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap 37 Grafik 3.6 Perkembangan Harga Ikan Tangkap 37 Grafik 3.7 Pergerakan harga Premium dan Solar 38

4 Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah) 43 Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah) 44 Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah) 46 Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara 47 Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah 48 Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs 49 Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan 50 Grafik 4.8 Perkembangan KUR 53 Grafik 4.9 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Prov. Malut 54

Grafik 4.10 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) 54 Grafik 4.11 Perkembangan Kliring Maluku Utara 55

5

Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara 60 Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara 61 Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara 62

6 Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Proyeksinya 64

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

112.16 114.28 117.01 122.30 121.04

8.8 9.75 5.4 9.34 7.92

5,687.9 5,873.0 6,157.1 6,335.5 5687.9

1,483.7 1,551.8 1,590.6 1,560.3 1483.7

574.9 529.2 566.3 575.4 574.9

305.0 304.2 316.3 330.7 305

2.7 3.0 3.4 3.9 2.7

4.8 4.9 5.2 5.3 4.8

343.0 364.9 371.5 403.0 343

919.2 959.2 1,031.3 1,072.8 919.2

332.9 349.3 371.1 385.5 332.9

26.2 26.7 27.8 28.3 26.2

207.8 218.3 233.2 235.5 207.8

165.0 173.3 168.7 198.8 165

6.2 6.5 6.8 6.9 6.2

18.2 18.4 19.5 19.7 18.2

950.8 1,001.9 1,059.1 1,117.1 950.8

188.5 195.0 208.4 210.0 188.5

117.4 123.4 131.7 135.6 117.4

41.4 43.0 46.1 46.8 41.4

193.79 176.34 147.13 202.49 22.14

4619.50 1358.44 3928.56 6384.18 647.56

0.25 1.98 2.33 0.84 1.18

0.02 4.32 3.02 1.01 0.31

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

viii

5,906.5 5,959.3 6,262.2 6,602.5 6,461.5 6,650.5 6,783.5 7,147.6 7,105.4

4,792.5 4,743.5 4,923.3 4,830.8 5,080.1 5,355.7 5,571.7 5,216.8 5,743.1

2,513.8 2,598.4 2,786.2 3,170.7 2,942.7 2,821.0 2,956.6 3,270.2 3,001.2

1,390.6 1,282.5 1,290.5 779.2 1,183.2 1,509.2 1,528.5 839.1 1,485.5

888.2 862.6 846.6 880.9 954.2 1,025.5 1,086.6 1,107.5 1,256.4

4,025.0 4,375.9 4,508.4 4,631.5 4,712.9 4,819.2 4,937.6 5,066.9 5,202.9

1,185.2 1,279.0 1,278.5 1,295.9 1,279.7 1,263.1 1,311.3 1,328.6 1,370.4

2,469.4 2,623.3 479.1 483.5 2,950.5 3,069.6 3,150.4 465.2 462.8

370.5 473.5 479.1 483.5 482.7 486.5 475.9 3,273.1 3,369.7

84.0 92.2 91.6 95.9 92.8 90.0 88.6 97.1 90.6

2,923.8 1,432.3 1,417.3 1,452.4 1,351.2 1,405.9 1,390.2 1,398.9 1,427.7

235.7 256.0 249.1 266.4 272.0 336.7 300.5 345.0 355.4

790.4 840.6 820.5 830.0 740.4 726.5 744.4 729.3 728.3

282.5 335.8 347.7 355.9 338.8 342.7 345.3 324.6 344.0

2.5 2.8 3.2 2.8 3.1 3.0 2.9 2.3 2.5

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Ringkasan Umum

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar

harga konstan tahun dasar 2010 pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp

4.930,5 miliar, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 5,27%

(yoy), meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 5,21% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi

dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari

sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) serta membaiknya kondisi

ekspor. Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi faktor

penghambat pertumbuhan tahunan pada triwulan laporan. Dari sisi lapangan

usaha atau penawaran, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara triwulan laporan

terutama bersumber dari peningkatan kinerja sektor pertanian, sektor

perdagangan besar dan eceran yang masih tumbuh tinggi, serta faktor baseline

effect pada sektor pertambangan.

KEUANGAN PEMERINTAH

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015

mengalami peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari

APBD 2014. Namun demikian, karena adanya keterlambatan pengesahan

APBD, realisasi belanja APBD Provinsi Maluku Utara hingga akhir triwulan I-2015

baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 25,43% (yoy). Kondisi tersebut

menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi Maluku

Utara mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy).

INFLASI DAERAH

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku

Utara yang direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan I 2015

tercatat sebesar 7,92% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

x

sebelumnya sebesar 9,34% (yoy). Penurunan tekanan inflasi pada triwulan

laporan disebabkan oleh penyesuaian harga premium dan solar pada awal

triwulan. Penurunan tersebut kemudian diikuti dengan penyesuaian sejumlah

tarif moda angkutan sehinga mengurangi tekanan inflasi administered prices dari

21,01% (yoy) menjadi 12,35% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, kenaikan

tekanan terjadi pada inflasi inti yang tercatat 5,91% (yoy) lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 3,41% (yoy) yang salah satunya disebabkan oleh

pelemahan nilai tukar yang berdampak pada kenaikan harga beberapa barang

konsumsi. Kenaikan juga terjadi pada inflasi volatile food pada triwulan laporan

yang sebesar 9,69% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2014 yang mencapai

6,29% (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, daging ayam

ras, dan ikan segar pada akhir triwulan laporan.

KINERJA PERBANKAN DAN PERKEMBANGAN SISTEM

PEMBAYARAN

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, secara umum kinerja perbankan di

Maluku Utara pada triwulan I-2015 masih menunjukkan kinerja yang positif. Total

aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2015 tercatat

sebesar Rp7,11 triliun, atau tumbuh 9,97% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan IV-2014 yang tumbuh 8,26% (yoy).

Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK mencapai 13,05% (yoy),

meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2014 yang

pertumbuhannya hanya sebesar 7,99% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dan deposito.

Dari sisi penyaluran dana, kredit tumbuh 10,40% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 9,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan

terutama dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor utama selama triwulan

laporan. Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang

diukur melalui tingkat LDR masih berada di level yang sangat tinggi yakni

90,59%.

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Adapun risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL pada triwulan laporan masih

berada di level yang rendah. NPL tercatat hanya sebesar 2,53% walaupun

sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29%.

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow. Sementara itu, terjadi

penurunan nilai transaksi non tunai baik yang melalui fasilitas kliring maupun

RTGS. Transaksi melalui kiring turun 20,55% (yoy) sementara itu RTGS

turun 0,09% (yoy). Namun demikian, dari sisi kualitas transaksi masih sangat

terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek dan BG

kosong pada triwulan laporan. Selama triwulan laporan terdapat 5,29 juta lembar

UTLE yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara,

meningkat 12,08% (qtq) dan secara tahunan naik 15,75% (yoy).

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan beberapa sektor lainnya

menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja

sebesar 3,23% (yoy). Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan

menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) bulan Februari 2015 turun

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun

demikian, pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan perkembangan periode

yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,49% (yoy). Sementara itu terkait

kemiskinan, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September 2014

turun 0,92% (yoy) menjadi 84,79 ribu jiwa.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Malut pada triwulan II 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi

dari triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,83% - 6,33% (yoy) dengan

kecenderungan bias ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga

masih menjadi penggerak utama ekonomi Malut diperkirakan meningkat cukup

signfikan. Sementara itu, ekspor baik luar negeri maupun antar daerah diprediksi

tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi penawaran, sektor industri

pengolahan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul melimpahnya produksi

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

xii

bahan baku pada triwulan laporan. Masuknya bulan suci Ramadhan dan tahun

ajaran baru pada triwulan depan menjadi pendorong sektor perdagangan besar

dan eceran.

Laju inflasi pada triwulan II 2015 secara umum berpotensi untuk bergerak

naik yaitu pada kisaran 8,92%±1 (yoy), dari triwulan I 2015 yang sebesar

7,92% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi terutama diperkirakan berasal dari

kelompok core inflation dan volatile food. Meningkatnya tekanan permintaan

yang belum dapat diimbangi dengan kelancaran pasokan bahan pangan strategis

di kota Ternate akan mewarnai tekanan inflasi pada triwulan mendatang. Faktor

pendorong inflasi juga akan bertambah dari penyesuaian tarif angkutan menyusul

kenaikan premium dan solar pada 28 Maret 2015 yang lalu.

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

1

1.1 Kondisi Umum

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga

konstan tahun dasar 2010 pada triwulan I 2015 tercatat sebesar Rp 4.930,5 miliar. Secara

triwulanan, perekonomian Maluku Utara tercatat tumbuh secara perlahan sebesar 0,10%

(qtq) kembali melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,38%

(qtq). Sementara itu, secara tahunan perekonomian Malut tumbuh sebesar 5,27% (yoy),

meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,21%

(yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang

sebesar 4,71% (yoy).

Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

pembentukan modal tetap domestik bruto (investasi) serta membaiknya kondisi ekspor.

Sementara itu, pengeluaran konsumsi pemerintah menjadi faktor penghambat pertumbuhan

tahunan pada triwulan laporan. Dari sisi lapangan usaha atau penawaran, pertumbuhan

ekonomi Maluku Utara triwulan laporan terutama bersumber dari peningkatan kinerja sektor

pertanian, sektor perdagangan besar dan eceran yang masih tumbuh tinggi, serta faktor

base effect pada sektor pertambangan.

1.2 Perkembangan PDRB dari Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan (penggunaan), faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada

triwulan laporan disumbang oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB). Laju

pertumbuhan PMTB sebesar 8,02% (yoy) terakselerasi signifikan dibandingkan laju

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,56% (yoy).

Sementara itu, komponen konsumsi rumah tangga, walaupun melambat dari

triwulan sebelumnya, konsumsi rumah tangga tetap memberikan andil terbesar pada

pertumbuhan ekonomi malut triwulan laporan dengan andil sebesar 2,13%. Di lain sisi,

komponen konsumsi pemerintah menjadi penahan laju pertumbuhan karena mengalami

penyusutan sebesar 1,66% (yoy) dengan andil sebesar -0,50%.

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

2

Sementara itu, ekspor mencatat peningkatan pertumbuhan karena peningkatan

produksi pertanian dan faktor base effect ekspor pertambangan. Di lain sisi, masih tingginya

ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan

pertumbuhan impor juga meningkat sehingga neraca perdagangan Maluku Utara masih

mengalami net impor.

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara dari sisi

permintaan (penggunaan) pada triwulan I 2014 masih didominasi oleh konsumsi, khususnya

konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa sebesar 59,32%. Sementara konsumsi

pemerintah memiliki pangsa 26,71% atau mengalami penurunan pangsa yang signifikan

dibandingkan triwulan sebelumnya, di sisi lain pangsa investasi (PMTB) mengalami sedikit

peningkatan sebesar 0,87% menjadi sebesar 28,78% Di lain sisi, masih tingginya

ketergantungan Maluku Utara terhadap pasokan dari luar provinsi menyebabkan terjadinya

net impor sehingga menjadi pangsa negatif bagi struktur perekonomian Maluku Utara .

Grafik 1.1 Struktur PDRB Sisi Penggunaan

3.52%

2.31%

-1.66%

8.02%

-115.97%

30.75%

25.17%

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

3

1.2.1 Konsumsi Masyakat dan LNPRT

Konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan tercatat tumbuh 3,52% (yoy) tumbuh

sedikit melambat dari triwulan sebelumnya sebesar 4,03%. Kondisi yang sama juga terjadi

pada konsumsi lembaga non profit yang pada triwulan ini tumbuh 2,31% (yoy) dimana pada

triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan 4,84%. Namun demikian, konsumsi

masyarakat masih memberikan andil kedua terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Maluku

Utara pada triwulan laporan yakni 2,13%.

Grafik 1.2 Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Tendensi melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan

terkonfirmasi dari indeks tendensi konsumen (ITK) pada triwulan IV 2014 yang hanya

sebesar 103,19 turun dari triwulan IV 2014 yang mencapai 103,28. Penurunan kondisi

ekonomi konsumen ini didorong oleh perlambatan indeks penerimaan rumah tangga (IPRT)

yang tumbuh sebesar -11,88% (yoy) terkoreksi lebih dalam dari triwulan sebelumnya

sebesar -10,53%. Kenaikan UMP 2015 yang tidak setinggi tahun 2014 di tengah efek

tingginya inflasi tahun 2014 serta masih simpang siurnya kondisi perekonomian ke depan

menyebabkan masyarakat mengurangi intensitas konsumsinya pada triwulan laporan.

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

4

Grafik 1.3 Indeks Pendapatan Rumah Tangga (IPRT)

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumtif Lokasi Proyek

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : LBU, diolah

Intensi melambatnya konsumsi masyarakat juga disebabkan oleh pergeseran

preferensi masyarakat dari konsumsi menjadi menabung. Hal ini ditandai dengan

melambatnya kredit konsumtif menurut lokasi proyek dari 16,28% (yoy) pada triwulan III

2014 menjadi 15,69% (yoy) pada triwulan IV 2014. Di lain sisi, terjadi peningkatan pada

DPK masyarakat yang tumbuh sebesar 13,05%, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 7,99%. Kondisi ini terkait dengan masih tingginya suku bunga

simpanan khususnya deposito.

Grafik 1.5 Volume Bongkar Bahan Pokok (Ton) Grafik 1.6 Volume Barang konsumsi lainnya (Ton)

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

Melambatnya intensitas konsumsi masyarakat di Maluku Utara juga terlihat dari

pergerakan kegiatan bongkar muat selama awal tahun 2015 di Pelabuhan Ahmad Yani

Ternate pada sebagian besar komoditas, terutama kegiatan bongkar barang konsumsi

lainnya yang dikirim dari luar daerah seperti Surabaya, Makassar dan Bitung (Manado).

Volume bongkar bahan pokok pada triwulan laporan tumbuh 123,3% (yoy) lebih rendah dari

triwulan sebelumnya 282,0% (yoy).

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

5

Grafik 1.7 Jumlah Kendaraan Roda 4 Baru (unit) Grafik 1.8 Jumlah Kendaraan Roda 2 Baru (unit)

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset

Daerah

Sumber : Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset

Daerah

Grafik 1.9 Konsumsi KwH Rumah Tangga

Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

1.2.2 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pertumbuhan investasi atau modal tetap domestik bruto (PMTB) pada triwulan I

2015 tercatat sebesar 8,02% (yoy) dan memberikan andil pertumbuhan terbesar pada

triwulan ini yaitu sebesar 2,2% terhadap pertumbuhan PDRB Maluku Utara sisi permintaan.

PMTB tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 8,02% (yoy).

Kondisi ini ditengarai meningkat oleh faktor pembangunan infrastruktur dan peningkatan

kapasitas produksi dari beberapa perusahaan swasta.

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

6

Grafik 1.10 Perkembangan PMA di Maluku Utara

Grafik 1.11 Perkembangan PMDN di Maluku Utara

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Meningkatnya perkembangan PMTB salah satunya terindikasi dari foreign direct

investment (FDI) dan domestic direct investment (DDI) pada triwulan laporan tercatat

sebesar Rp 390 miliar (asumsi rerata kurs rupiah terhadap USD sebesar Rp.12.000/USD)

meningkat dua kali lipat dibandingkan triwulan sebelumnya. mengalami pertumbuhan -8,5%

(yoy) lebih baik dari triwulan sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya

yang tumbuh sebesar -67,6% dan -39,6%.

Meningkatnya perkembangan kegiatan investasi juga terindikasi dari total volume

pengadaan semen di Maluku Utara yang naik sebesar 29,36% (yoy) jika dibandingkan

dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,9%. Adapun peningkatan

konsumsi semen ini juga disebabkan oleh realisasi proyek pemerintah atas pengeluaran

sektor publik yang cukup besar pada triwulan sebelumnya.

Grafik 1.12 Volume Barang Bahan Strategis (Ton) Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (ASI)

Salah satu bentuk investasi yang cukup terlihat adalah reklamasi dan perluasan

dermaga Pelabuhan Ahmad Yani seluas 6160 m2 oleh PT Pelindo IV Cabang Ternate.

Pembangunan tersebut saat ini sedang berlangsung dan diperkirakan menghabiskan dan

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

7

investasi sebesar Rp70 Miliar. Apabila pembangunan ini selesai, kapasitas bongkar muat

Pelabuhan Ahmad Yani akan meningkat serta pemasangan peralatan bongkar muat modern

seperti container crane dan reach staker baru dapat dilaksanakan.

1.2.3 Pengeluaran Pemerintah

Secara tahunan, pengeluaran konsumsi pemerintah pada triwulan I 2015 menyusut

1,66%, jauh berbeda dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,43%.

Secara triwulanan, konsumsi pemerintah menyusut -16,91% (qtq). Penyusutan ini

disebabkan oleh terlambatnya penetapan APBD Provinsi Maluku Utara 2015 yang baru

disahkan perdanya pada akhir Februari 2015. Hal ini tentu saja berdampak lanjutan pada

terlambatnya dropping dana ke Pemkab dan Pemkot di Maluku Utara.

Hal ini terkonfirmasi dengan perkembangan saldo giro pemerintah. Pada akhir

triwulan I 2015 giro pemerintah tercatat sebesar Rp 566,39 miliar. Jumlah ini tumbuh

meningkat dari 40,76% (yoy) pada triwulan IV-2014 menjadi 52,10% (yoy). Di tengah

turunnya pendapatan pemerintah, meningkatnya giro milik pemerintah menjadi indikator

rendahnya realisasi belanja pada triwulan laporan.

Grafik 1.14 Perkembangan Giro Pemerintah

Sumber : LBU, diolah

1.2.4 Kegiatan Ekspor – Impor

Neraca perdagangan Maluku Utara secara keseluruhan (antar daerah dan luar

negeri) pada triwulan laporan menunjukkan net impor sebesar Rp859,62 miliar atau tumbuh

3,51% (yoy). Walaupun ekspor sudah menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan

sebesar 30,75% (yoy) dengan adanya peningkatan ekspor antar daerah khususnya

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

8

komoditas kopra, kelapa, dan rempah-rempah, di sisi lain impor juga mengalami

pertumbuhan sebersar 25,17% (yoy).

Grafik 1.15 Perkembangan Volume Ekspor

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Ekspor luar negeri masih mengalami penurunan akibat terhentinya kegiatan ekspor

biji nikel yang memiliki pangsa ±98% terhadap total ekspor Maluku Utara setiap bulannya.

Penurunan ini diprediksi akan bertahan hingga adanya kegiatan produksi di sektor

pertambangan melalui pembangunan smelter dan sarana penunjang lainnya seperti

pembangkit listrik dan pelabuhan. Volume ekspor luar negeri turun sebesar 99,61% (yoy)

Sementara itu nilai ekspor turun 94,12% (yoy).

Grafik 1.17 Perkembangan Volume Muat Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Grafik 1.18 Perkembangan Volume Bongkar Barang di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate

Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate Sumber : PT. Pelindo Cabang Ternate

Perkembangan impor Maluku Utara secara total terpantau tumbuh sebesar 25,17%

(yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya Berdasarkan data BPS, volume

sekaligus nilai impor luar negeri Maluku Utara mengalami kenaikan signifikan yaitu

4442,55% (yoy) dan 1664,06% (yoy). Kenaikan volume impor ini dikarenakan adanya impor

-150.0%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

I II II IV I II II IV I II II IV I

2012 2013 2014 2015

(00

0)

to

n

Volume ekspor g_yoy (RHS)

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

9

mesin yang merupakan bentuk investasi perusahaan swasta dalam meningkatkan kapasitas

produksinya.

Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penawaran

Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi triwulan laporan terutama

didukung oleh perbaikan kinerja pada sektor pertanian, pertambangan, dan informasi.

Sementara itu, walaupun tumbuh melambat, sektor perdagangan besar dan eceran masih

tumbuh sangat tinggi sehingga kembali memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan

ekonomi triwulan laporan yakni sebesar 1,78%. Adapun sektor pertanian memberikan andil

kedua terbesar yakni 0,68%.

Tabel 1.2 Perkembangan Sektoral PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sektor Pertumbuhan (yoy,%) Andil (%)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2.75 0.68

Pertambangan dan Penggalian 0.46 0.05

Industri Pengolahan 5.67 0.31

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 27.46 0.02

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.75 0.01

Konstruksi 6.45 0.40

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor10.37 1.78

Transportasi dan Pergudangan 7.28 0.40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0.56 0.00

Informasi dan Komunikasi 11.72 0.48

Jasa Keuangan dan Asuransi 16.81 0.47

Real Estate 7.51 0.01

Jasa Perusahaan 3.66 0.01

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib2.05 0.33

Jasa Pendidikan 3.72 0.13

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.91 0.13

Jasa lainnya 8.73 0.07

PDRB 5.27 5.27

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

10

Dengan perkembangan tersebut, struktur perekonomian Maluku Utara di triwulan I

2015 masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang

25,63% dari total PDRB. Kemudian pada triwulan ini menyusul di peringkat kedua yaitu

sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar

17,26% menggeser di posisi sebelumnya yaitu administrasi pemerintahan, pertahanan dan

jaminan sosial wajib yang kini menjadi penyumbang terbesar ketiga dengan pangsa sebesar

15,96%. Sementara itu, sektor lainnya memiliki pangsa dibawah 10%.

Grafik 1.21 Struktur PDRB Sisi Penawaran

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

1.3.1 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pada triwulan I 2015, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar

2,75% (yoy) tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 1,19%.

Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan produksi komoditas tabama, hortikultura, dan

perkebunan khususnya kelapa dan rempah-rempah yang signifikan. Kenaikan produksi

komoditas kelapa terindikasi dari turunnya harga komoditas hasil bumi tersebut di pasar

lokal pada kisaran 5%-10% akibat melimpahnya produksi.

Menurut hasil liaison dengan pelaku usaha pengolahan minyak kelapa terdapat

kecenderungan kemunduran puncak musim panen kelapa yang seharusnya akhir tahun

2014 menjadi pada triwulan ini. Hal ini menyebabkan produksi kelapa pada triwulan laporan

meningkat drastis

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

11

Dari subsektor tabama dan hortikultura, program ketahanan pangan yang dijalankan

pemerintah daerah melalui berbagai metode nampaknya mulai membuahkan hasil. Hal ini

terlihat dari stabilnya harga komoditas aneka cabai dan aneka bawang seiring panen raya

yang terjadi di berbagai sentra produksi di Pulau Halmahera. Kondisi yang sama juga terjadi

pada komoditas padi.

Pertumbuhan sektor pertanian sedikit terhambat oleh performa subsektor

perikanan. Pada triwulan laporan, data volume tangkap ikan tercatat turun 32,32% (yoy).

Penurunan ini ditengarai merupakan efek lanjutan dari el nino. Selain itu, kebijakan terkait

pelarangan dropping solar subsidi untuk kapal dengan kapasitas tertentu juga menyebabkan

penurunan pada aktivitas nelayan. Di lain sisi, implementasi Permen No. 56/PERMEN-

KP/2014 mengenai Moratorium Perizinan Usaha Ikan Tangkap tidak terlalu berdampak pada

keseluruhan aktivitas perikanan di Maluku Utara yang mayoritas berupa kapal dan nelayan

kecil lokal.

Grafik 1.22 Perkembangan Volume Ikan Tangkap

Grafik 1.23 Perkembangan Nilai Ikan Tangkap

Sumber : PPN Kota Ternate Sumber : PPN Kota Ternate

Grafik 1.24 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Sektor Pertanian

Sumber : LBU, diolah

-11.1%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV

2014

ton

Nilai Tangkap g_yoy

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

12

Perkembangan sektor pertanian juga tercermin dari peningkatan kredit yang

dikucurkan oleh perbankan. Total kredit yang disalurkan selama triwulan laporan adalah

Rp25,47 miliar, tumbuh 12,43% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya maupun periode yang sama tahun sebelumnya.

1.3.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor masih

tumbuh tinggi sebesar 10,37% (yoy) sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan

triwulan sebelumnya yang sebesar 11,44% (yoy). Perlambatan tersebut seiring dengan

perlambatan konsumsi masyarakat. Selain itu, beberapa jenis usaha pada sektor

perdagangan yang mengandalkan impor seperti barang elektronik terkena dampak

pelemahan rupiah, sehingga penjualan sempat mengalami penurunan.

Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Perdagangan

Grafik 1.26 Perkembangan TPK

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Menurut hasil liaison dengan pasar modern di Maluku Utara, jumlah penjualan

selama triwulan laporan masih tetap tinggi. Tercatat terdapat peningkatan 10-15% untuk

produk makanan dan minuman. Namun demikian, responden liaison menyatakan ada

sedikit penurunan pada penjualan produk-produk elektronik dan sandang.

Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan pada sektor ini masih mengalami akselerasi, kenaikan yang hingga akhir triwulan

laporan tercatat sebesar Rp1.350 miliar atau meningkat 7,12% lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya sebesar 4,35%. Dengan demikian, kinerja sektor ini pada triwulan

mendatang diperkirakan masih cukup tinggi.

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

13

1.3.3 Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,67% (yoy),

melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,47% (yoy). Secara triwulanan,

sektor ini tumbuh 0,66% (qtq). Selain baseline effect karena tingginya pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya, pertumbuhan melambat karena turunnya produksi industri olahan hasil

laut seiring turunnya hasil tangkapan ikan.

Di lain sisi, pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan ditopang oleh industri

pengolahan kopra dan minyak kelapa. Berdasarkan hasil liaison dengan beberapa pelaku

usaha dari industri tersebut, produksi pada awal tahun 2015 diperkirakan meningkat 15-20%

dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Perlambatan pada sektor ini juga terlihat dari pertumbuhan outstanding kredit yang

dikucurkan perbankan yang tumbuh terkoreksi sebesar -3,66%, dimana pada triwulan

sebelumnya tumbuh positif sebesar 3,80% (yoy). Di samping itu perlambatan juga tercermin

dari menurunnya konsumsi energi industri yang direpresentasikan oleh data jumlah KwH

listrik PLN penggunaan industri.

Grafik 1.27 Perkembangan Kredit Sektor Industri Pengolahan

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

14

Grafik 1.28 Kapasitas Listrik Terpakai Untuk Industri

Sumber : PLN Provinsi Maluku Utara

Dari sisi skala industri manufaktur, perlambatan terutama terjadi pada industri

manufaktur skala mikro dan kecil. pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil

pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 6,41% (yoy), melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,37% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan produksi

industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan laporan justru meningkat dari 13,87%

(yoy) 15,53% (yoy).

Tabel 1.3 Pertumbuhan Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Melambatnya pertumbuhan industri skala mikro dan kecil terutama terjadi pada

industri makanan yang tumbuh melambat dari 12,88% (yoy) menjadi 8,75% (yoy).

Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), industri pengolahan ikan

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

15

dan hasil tangkapan laut lainnya masuk ke dalam klasifikasi ini. Adanya kesulitan bahan

baku akibat berkurangnya hasil tangkapan mempengaruhi produksi industri ini.

1.3.4 Sektor Pertambangan

Berbeda dengan triwulan sebelumnya di mana sektor pertambangan mengalami

kontraksi sebesar 13,47% (yoy), pada triwulan laporan sektor ini tumbuh positif sebesar

0,46% (yoy), dan memberikan andil sebesar 0,05%. Pertumbuhan ini terjadi karena adanya

baseline effect akibat kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada periode yang sama tahun

sebelumnya pasca diberlakukannya UU Minerba yang menyebabkan terhentinya aktivitas

eskpor bijih nikel. Saat ini, tambang nikel milik beberapa perusahaan besar tetap beroperasi

secara terbatas. Hasil produksi bijih nikel dikirimkan untuk diolah lebih lanjut ke smelter

terdekat seperti smelter milik PT Antam di Pomalaa Sulawesi Tenggara.

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

16

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

17

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu indikator penting untuk mengetahui kemajuan suatu

daerah. Beberapa daerah pertumbuhan ekonominya cenderung stagnan bahkan rendah

walaupun sudah diterapkan berbagai kebijakan dan program oleh pemerintah. Oleh karena itu,

sebuah perangkat analisa dibutuhkan untuk mendiagnosa mengapa suatu perekonomian tidak

tumbuh optimal dengan mempertimbangkan berbagai permasalahan ekonomi. Dari hasil

analisa tersebut barulah pemerintah daerah dapat membuat paket kebijakan yang tepat dalam

rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.

Perekonomian Maluku Utara dalam satu dasawarsa ini telah meningkat lebih dari dua

kali lipat pada tahun 2013, dengan pertumbuhan rata-rata 5,85% per tahun. Namun demikian,

untuk sebuah provinsi baru, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara cenderung rendah dan

seringkali berada di bawah nasional. Oleh karena itu, diperlukan diagnosa untuk mengetahui

mengapa pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara belum optimal.

Untuk mendorong pertumbuhan yang optimal, maka diperlukan adanya peningkatan

investasi yang masuk ke daerah (Worldbank, 2010). Sementara itu, indikator investasi yang

diukur dari pangsa investasi swasta (PMTB) Maluku Utara terhadap PDRB terhitung sangat

rendah, jauh di bawah nasional maupun Sulawesi Selatan sebagai pusat perekonomian

Sulawesi. Maluku Utara juga tidak menjadi preferensi investasi para investor, terlihat dari

pangsa PMDN dan PMA ke Maluku Utara yang hanya sebesar 0,5% dan 0,7% dari total

investasi nasional.

Investasi sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pengembalian

ekonomi, pendanaan, biaya sosial, kegagalan pasar, dan kualitas sumber daya manusia.

Diagnosis pertumbuhan di Maluku Utara akan berfokus pada bagaimana mengidentifikasi

hambatan utama pada pertumbuhan ekonomi Maluku Utara sehingga kemudian dapat

dihasilkan sebuah paket reformasi prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang

inklusif dan berkesinambungan.

Adapun analisa lingkungan bisnis akan mengikuti kerangka diagnosis pertumbuhan

pengembangan dari Hausmann, Rodrik, dan Velasco (HRV, 2005) yang diringkas dalam

diagram sebagai berikut :

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

18

Grafik I.1 Kerangka Diagnosis Penyebab Rendahnya Investasi

Sumber: World Bank

Berdasarkan teori yang dikembangkan HRV tersebut, melalui analisa, justifikasi, serta

perbandingan terhadap berbagai data Maluku Utara dan provinsi lainnya (Nasional, Maluku,

Sulsel) 0.dari beragam sumber, maka dihasilkan klasifikasi hambatan yang terdapat di Maluku

Utara dalam menarik investasi dan mencapai pertumbuhan yang berlanjut. Disajikan dalam

bentuk constraints matrix yang juga menunjukkan kondisi berbagai aspek :

Grafik I.2 Faktor Rendahnya Investasi di Maluku Utara

Coordinatio

n

Market fail

TPT dan TPAK

Kualitas Jalan

&

konektivitas

Inflasi

Iklim investasi

(kriminal, Indeks

Persepsi Korupsi,

kepengurusan

ijin)

HHI

Pendidikan

(APM, APK,

TPS)

Elektrifikasi,

air, sanitasi

Anggaran

pemerintah

Akses

mendapatka

n lahan

Keragaman

struktur

Perkonomian

Ketersediaan

Sekolah

Geografis, indeks

bencana & Biaya

Logistik

Kesehatan &

fasilitasnya

Kinerja

tenaga listrik

Tingkat

pengangguran

& UMP

= dalam kondisi baik

= binding constraint

= the most binding constraint

Low growth and investment

Binding social returns

Binding finance Lack of complementary

factors

Low appropriability

Government failures

Low aggregate saving

& Bad financeHuman

Capital

Infrastructure

& public

goods

Ex ante Ex post

Tax

LDR

Ex ante risk

Low

property &

rights,

corruption

Low R&D ,

Low Self disc

NPL

Rasio kredit/PDRB

Rasio tabungan/PDRB

Distribusi Penyaluran

kredit

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Terlihat pada matriks tersebut, bahwa hambatan pengikat terbesar (the most binding

constraint) dari investasi pendorong pertumbuhan di Provinsi Maluku Utara adalah

permasalahan terkait :

a) Infrastruktur dan fasilitas publik, yang terdiri atas :

Kualitas jalan dan konektivitas sebagai hambatan utama, yang diukur dari ;

- Panjang jalan per luas daratan;

- Panjang jalan dengan kondisi rusak per total panjang jalan;

- Jumlah kendaraan/km panjang jalan.

Elektrifikasi, air, dan sanitasi sebagai hambatan utama, yang diukur dari ;

Rasio elektrifikasi/jumlah rumah tangga;

Rasio air minum layak/jumlah rumah tangga;

Rasio sanitasi layak/jumlah rumah tangga.

Kondisi geografis sebagai hambatan utama, yang diukur dari ;

Indeks bencana;

Betuk geografis (persebaran daratan dan penghunian pulau);

Biaya logistik/pengiriman.

b) Low property, rights, and corruption, yang ditunjukkan oleh :

Kondisi iklim investasi sebagai hambatan utama, yang diukur dari ;

- Indeks iklim investasi;

- Tingkat Kriminal/konflik

- Indeks persepsi korupsi

- Tingkat kesulitan kepengurusan ijin usaha

c) Low R&D, and self-discovery, yang ditunjukkan oleh :

Indeks Herfindahl-Hirschman Index atau indeks yang mengukur distribusi/konsentrasi

keragaman (dalam hal ini) pasar ekspor di suatu daerah.

Selain itu, faktor yang juga dapat berisiko menjadi penghambat pertumbuhan di Maluku Utara

adalah :

a) Masalah pembiayaan : Distribusi penyaluran kredit

b) Sumberdaya manusia : Ketersediaan sekolah dan tenaga pengajar yang layak serta

fasilitas kesehatan yang memadai

c) Ex ante risk: Inflasi dan Anggaran pemerintah

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

20

d) Low property : Akses mendapatkan lahan

e) Low self discovery : Keragaman struktur perekonomian

Grafik I.3 Most Binding Constraint Bagi Pertumbuhan Ekonomi Maluku Utara

Berdasarkan diagnosa tersebut, penyebab rendahnya investasi di Maluku Utara paling

banyak bermuara pada kondisi infrastruktur yang buruk. Kualitas jalan di Maluku Utara

sebagian besar kondisinya tidak baik serta infrastruktur kelistrikan di Maluku Utara belum

memadai dibandingkan provinsi lainnya. Selain itu, sebagai daerah kepulauan di timur

Indonesia yang memiliki gunung api aktif, investor di Maluku Utara berhadapan dengan

mahalnya biaya logistik dan tingginya probabilitas bencana alam. Situasi ini diperburuk dengan

iklim investasi di Malut baik dari sisi kenyamanan berusaha maupun tata kelola pemerintah

relatif lebih rendah dibandingkan daerah lainnya.

Kendati memiliki beragam faktor penghambat, berdasarkan data yang diperoleh kualitas

sumberdaya manusia Maluku Utara yang dilihat dari angka partisipasi pendidikan yang lebih

baik dibandingkan beberapa provinsi lain di Indonesia Timur. Sayangnya kondisi tersebut masih

belum dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Maluku Utara. Ada faktor

budaya dan kesesuaian pendidikan yang belum bisa diungkapkan dengan data yang ada.

Penyebab Faktor Ukuran Malut PengukuranPanjang jalan/luas daratan 7,50 Nasional 26,4 % km jalan/km2 daratan

Rasio jalan rusak 34.8 Nasional 17.6 % km jalan rusak/km jalan

Kepadatan kendaraan 12 Nasional 205 kendaraan/km jalan

Rasio elektrifikasi 63.82 Nasional 78.06 % jumlah rumah tangga

Rasio air minum layak 59.65 Nasional 67.73 % jumlah rumah tangga

Rasio sanitasi layak 54.76 Nasional 57.82 % jumlah rumah tangga

Tingkat bencana Tinggi/175/5 Jakarta Sedang/54/33 Risko/Indeks/Ranking

Bentuk geografis Kepulauan-1.474 Maluku Kepulauan -1000 Bentuk-jumlah pulau

Biaya logistik-pengiriman 17,5 Sulsel 7.4 Dari Jakarta (Rp. Juta)

Indeks iklim investasi 53.05/25 Sulsel 63.29/5 Indeks/Ranking

Kesulitan kepengurusan ijin 25,9 Nasional 10,9 % pengusaha keberatan

Property Akses Lahan Usaha 62.7/16 Sulsel 59.95/18 indeks/ranking

Tingkat kriminal/konflik 19.48 Maluku 17.46 % desa dengan konfik

Indeks persepsi korupsi 39/4.42 Sulsel 47/3.97 Ranking/indeks korupsi

Low R%D and

self-discovery

Keragaman

pasar eksporIndeks HHI 0.8 Sulsel 0,40 Indeks (konsentrasi)

Daerah lain

Most binding constraint

Infrastruktur

dan

fasiitas publik

Low property,

rights,

and corruption

Iklim

investasi

Korupsi

Kualitas jalan

dan

konektivitas

Elektrifikasi,

air dan

sanitasi

Kondisi

geografis

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Maka dengan beragam permasalahan dan hambatan yang ada, Maluku Utara

diharapkan untuk lebih memperhatikan permasalahan infrastruktur dasar serta tata kelola dalam

kemudahan berinvestasi. Dengan adanya ketersediaan infrastuktur maka akan memberikan

dampak langsung maupun tidak langsung seperti :

Peningkatan perputaran ekonomi dengan nilai dari proyek infrastruktur itu sendiri

Kelancaran faktor produksi yaitu tenaga kerja & bahan modal

Peningkatan pengembalian nilai ekonomi investor sehingga investor meningkatkan nilai

investasinya

Peningkatan minat investor karena kelengkapan dan kemudahan infrastruktur yang

dapat mendukung kelancaran aktivitas bisnis sehingga menarik jumlah investor yang

semakin besar

Melalui hal-hal tersebut maka investasi dapat meningkat secara stimultan sehingga pada

gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Dengan pertumbuhan

ekonomi yang inklusif maka dapat meningkatkan pendapatan perkapita dan berujung pada

kesejahteraan rakyat.

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

22

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

23

2.1 Kondisi Umum

Anggaran pendapatan dan belanja dalam APBD Provinsi Maluku Utara 2015 mengalami

peningkatan sebesar masing-masing 12,86% dan 16,42% dari APBD 2014. Namun demikian,

karena adanya keterlambatan pengesahan APBD, realisasi belanja APBD Provinsi Maluku

Utara hingga akhir triwulan I-2015 baru mencapai 10,51% dan secara nominal turun 25,43%

(yoy). Kondisi tersebut menyebabkan komponen konsumsi pemerintah pada PDRB Provinsi

Maluku Utara mengalami penurunan sebesar 1,66% (yoy) .

2.2 Struktur APBD

Anggaran pendapatan Pemprov Maluku Utara dalam APBD 2015 adalah sebesar

Rp1,83 triliun atau meningkat 12,86% dari anggaran pendapatan pada APBD 2014.Sementara

itu, anggaran belanja pada APBD 2015 tercatat sebesar Rp1,82 triliun atau meningkat 16,42%

dari anggaran belanja tahun sebelumnya.

Pada anggaran pendapatan, kenaikan anggaran terutama bersumber dari pendapatan

transfer sebesar 34,8% (yoy). Pendapatan transfer adalah pendapatan yang didapatkan dari

pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Secara struktur

pendapatan transfer ini masih menjadi sumber pendapatan terbesar pemerintah Maluku Utara

yaitu sebesar 82,6% pada APBD 2015, dikarenakan pendapatan asli daerah belum dapat

menjadi tonggak utama keuangan daerah mengingat belum optimalnya penyerapan pajak,

masih rendahnya pendapatan perusahaan daerah, serta dampak penerapan UU Minerba pada

sektor pertambangan nikel di Maluku Utara. Sementara itu, meningkatnya pendapatan transfer

dipengaruhi oleh pengalihan subsidi energi pada APBN 2015 pada dana untuk pembangunan

daerah serta fokus pembangunan pemerintah pusat terhadap daerah di kawasan Indonesia

Timur.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

24

Grafik 2.1 Perubahan Struktur APBD Akun Pendapatan Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Kenaikan juga terjadi pada anggaran belanja seiring adanya kenaikan pada anggaran

pendapatan. Kenaikan terbesar terdapat pada belanja modal yaitu sebesar 16,0% (yoy).

Kenaikan pada nominal belanja modal tersebut menjadi harapan meningkatnya pembangunan

sarana publik/infrasruktur pada triwylan mendatang. Secara struktural, pangsa dari anggaran

belanja tidak mengalami banyak perubahan. Meskipun mengalami penurunan, belanja

operasional masih mendominasi struktur belanja dengan pangsa sebesar 67,6%.

Grafik 2.2 Perubahan Struktur APBD Akun Belanja Tahun 2014 dan 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

2.3 Realisasi Pendapatan APBD

Jumlah total realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Maluku Utara, hingga

triwulan I 2015 mencapai Rp 411,31 miliar, mencapai 22,50% dari total target anggaran

pendapatan 2015 yang sebesar Rp1.827,93 miliar, atau masih di bawah target per triwulan

sebesar 25%. Nominal realisasi tersebut menurun apabila dibandingkan realisasi pendapatan

periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,34% (yoy).

Realisasi seluruh komponen pendapatan pada triwulan I tahun 2015, baik Pendapatan

Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan/Transfer, maupun Pendapatan Lain-lain mengalami

penurunan apabila dibandingkan dengan setiap komponen pendapatan di triwulan I tahun 2014.

Kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah ditunjukkan oleh pendapatan lain-lain

(hibah) dimana pada tahun sebelumnya dapat mencapai >25% pada triwulan pertama,

sementara realisasi pada tahun ini hanya sebesar 13,5%.

Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Apabila melihat kinerja masing-masing pos pendapatan, kondisi tersebut ditengarai

disebabkan oleh masih rendahnya PAD yang dipengaruhi oleh berhentinya aktivitas sejumlah

perusahaan tambang yang selama ini menjadi lumbung PAD Maluku Utara. Selain itu

berkurangnya pendapatan masyarakat akibat melambatnya perekonomian dan kenaikan harga

berimbas pada realisasi pendapatan pajak dan retribusi yang masih jauh dari target.

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

26

Berdasarkan komponen pembentuknya, realisasi tertinggi pendapatan pemerintah

Provinsi Maluku Utara berasal dari komponen transfer pemerintah pusat-dana penyesuaian

sebesar 40,57%, diikuti dana alokasi khusus yang memiliki pangsa siginifikan dengan realisasi

sebesar 32,62%. Dengan demikian, pendapatan Pemprov, Pemerintah kabupaten dan kota di

Maluku Utara sebagian besar bukan berasal dari pendapatan dari daerah itu sendiri, melainkan

bergantung pada dana perimbangan. Dan dalam pelaksanaannya, transfer dari pemerintah

pusat terbilang tepat waktu.

Grafik 2.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

2.4 Realisasi Belanja APBD

Total realisasi belanja daerah sampai dengan akhir triwulan I 2015 mencapai Rp 191,71

miliar atau sebesar 10,51% dari anggaran sebesar 1.824,43 miliar. Jumlah realisasi tersebut

lebih rendah dibandingkan realisasi belanja pada triwulan I tahun 2014 sebesar 17,94%.

Realisasi seluruh komponen belanja pada triwulan I tahun 2015, baik Belanja

Operasional maupun Belanja Modal mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kedua

komponen belanja di triwulan I tahun 2014. Kinerja penerapan anggaran pendapatan terendah

ditunjukkan oleh belanja modal dimana pada tahun sebelumnya dapat mencapai 19,0% pada

triwulan pertama, sementara realisasi pada tahun ini hanya sebesar 0,02%.

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Grafik 2.4 Perbandingan Sisi Realisasi APBD Triwulan I 2014 dan Triwulan I 2015

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015

Rendahnya realisasi pada triwulan ini dipengaruhi oleh terlambatnya pengesahan APBD

2015 yang baru terlaksana pada Akhir Februari 2015. Kondisi ini berdampak lanjutan pada

terlambatnya dropping dana ke SKPD-SKPD dan kabupaten kota serta mundurnya proses

lelang beberapa kegiatan strategis daerah. Dengan keterlambatan tersebut, belanja modal yang

hanya mencatat realisasi sebesar Rp 93,4 juta dari total anggaran Rp 497,10 miliar.

Tabel 2.2 Realisasi Belanja APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan I 2015 (dalam rupiah)

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

28

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Maluku Utara 2015 Rendahnya realisasi juga dialami oleh komponen belanja lainnya. Belanja barang yang

juga memerlukan proses pengadaan hanya mencatat realisasi belanja sebesar 3,12%.

Sementara itu, walaupun tetap lebih rendah, realisasi belanja pegawai yang sifatnya rutin

mencapai 15,88% dari pagu APBD 2015.

Dari sisi komponen pembentuknya, tingkat realisasi tertinggi belanja daerah terjadi pada

komponen belanja hibah sebesar 33,91% dengan pangsa sebesar 45,16% terhadap total

realisasi triwulan I 2015. Kemudian disusul dengan belanja transfer bagi hasil sebesar 24,19%

dengan pangsa 11,66% dari keseluruhan realisasi belanja triwulan I-2015.

2.5 Keuangan Pemerintah

Dana pemerintah yang tersimpan di perbankan hingga akhir triwulan I 2015 tercatat

sebesar Rp. 876,32 miliar, nominal tersebut merupakan nominal dana pemerintah tertinggi

selama lebih dari tiga tahun terakhir. Jumlah ini tumbuh signifikan sebesar 60,33% (yoy)

terakselerasi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 42,62% (yoy)

maupun periode yang sama tahun sebelumnya sebesar -26,50% (yoy).

Grafik 2.5 Perkembangan APBD Maluku Utara (dalam juta rupiah)

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Sumber : Data Perbankan

Akselerasi terjadi pada simpanan deposito. Deposito pemda tumbuh 130,24% (yoy) jauh

lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif 13,94% (yoy). Naiknya dana yang

dimiliki pemerintah ini menandakan minimnya penyerapan anggaran belanja pemerintah,

sementara pemerintah daerah mengalihkan dananya ke jenis simpanan yang kurang likuid.

Kendati demikian jumlah deposito yang dimiliki pemerintah atas kenaikan tersebut hanya

mencapai 11,34% dari keseluruhan dana yang dimiliki pemerintah.

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

30

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

30

3.1 Kondisi Umum

Laju kenaikan harga barang dan jasa secara tahunan di Provinsi Maluku Utara yang

direpresentasikan oleh Kota Ternate pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 7,92% (yoy), lebih

rendah dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 9,34% (yoy). Namun demikian, angka

inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka Nasional 6,38% (yoy). Kota Ternate

sebagai representasi kota pengukuran inflasi menempati urutan ke 6 dari 18 kota dengan inflasi

tertinggi di Sulampua.

Secara bulanan, Provinsi Maluku Utara mengalami dua kali deflasi yaitu sebesar 0,55%

(mtm) dan 0,83% (mtm) pada bulan Januari dan Februari 2015. Kemudian menutup triwulan I

dengan inflasi bulanan sebesar 0,83%. Dengan demikian, hingga akhir triwulan I-2015, Maluku

Utara masih mengalami deflasi sebesar 1,03% (mtm).

Grafik 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate & Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan laporan disebabkan oleh penyesuaian harga

premium dan solar pada awal triwulan. Penurunan tersebut kemudian diikuti dengan

penyesuaian sejumlah tarif moda angkutan sehinga mengurangi tekanan inflasi administered

prices dari 21,01% (yoy) menjadi 12,35% (yoy) pada triwulan ini. Sementara itu, kenaikan

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

tekanan terjadi pada inflasi inti yang tercatat 5,91% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

sebesar 3,41% (yoy) yang salah satunya disebabkan oleh pelemahan nilai tukar yang

berdampak pada kenaikan harga beberapa barang konsumsi. Kenaikan juga terjadi pada inflasi

volatile food pada triwulan laporan yang sebesar 9,69% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2014

yang mencapai 6,29% (yoy). Kenaikan ini dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, daging ayam

ras, dan ikan segar pada akhir triwulan laporan.

3.2 Perkembangan Inflasi Kota Ternate

3.2.1 Inflasi Tahunan (yoy)

Inflasi tahunan Provinsi Maluku Utara pada triwulan laporan menurun dari 9,34% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi 7,92% (yoy). Penurunan terutama terjadi pada kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yang pada triwulan laporan hanya mengalami inflasi

sebesar 7,52% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai 18.58% (yoy). Kebijakan

pemerintahan Jokowi yang menurunkan harga premium dan solar sebanyak 2 kali selama bulan

Januari yang disusul dengan instruksi penyesuaian tarif angkutan di semua daerah efektif

menurunkan tekanan inflasi pada triwulan laporan.

Tabel 3.1 Laju Inflasi Tahunan (yoy) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Sementara itu, tekanan inflasi selama triwulan laporan terutama disumbang oleh

kelompok bahan makanan yang mengalami inflasi sebesar 9,00% (yoy) dengan andil kedua

tertinggi yaitu sebesar 1,86%. Peningkatan disebabkan kenaikan harga beras yang mengikuti

kenaikan harga beras di Pulau Jawa seiring mundurnya masa panen di wilayah tersebut.

Penyebab kenaikan lainnya adalah daging ayam ras yang harganya naik akibat kenaikan harga

pakan ternak tersebut menyusul pelemahan nilai Rupiah.

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

32

Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Kota Ternate dan Andilnya

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

3.2.2 Inflasi Triwulanan (qtq)

Inflasi triwulan laporan menunjukkan deflasi sebesar 1,03%(qtq) jauh lebih rendah dari

inflasi triwulan IV-2014 sebesar 4,52%(qtq). Tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding rata-rata

inflasi triwulanan Kota Ternate selama satu dekade terakhir yang sebesar 1,30% (qtq).

Penyebab deflasi berasal dari kelompok transpor, kelompok pendidikan, dan kelompok bahan

makanan.

Deflasi terbesar terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

sebesar 8,54% (qtq). Hal ini dipicu oleh dampak kebijakan pemerintah yang telah menurunkan

harga BBM bersubsidi sebesar 22,35% untuk premium dan 14,67% untuk solar. Penurunan ini

direspons dengan baik oleh pemkot Ternate yang menurunkan tarif angkutan dalam kota pada

kisaran 15%.

Tabel 3.3 Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Tabel 3.4 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Triwulanan (qtq) Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Kondisi ketersediaan bahan makanan selama triwulan laporan sebetulnya lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari kelompok bahan makanan yang

mengalami deflasi sebesar 1,19% (qtq). Tangkapan ikan cakalang yang relatif melimpah serta

panen cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah pada sentra-sentra produksi di Pulau

Halmahera selama triwulan laporan menyebabkan harga komoditas-komoditas tersebut turun

selama triwulan laporan dan menahan laju inflasi.

Sementara itu, tekanan inflasi berasal dari kelompok sandang merupakan kelompok

dengan tingkat inflasi sekaligus sumbangan inflasi triwulanan tertinggi yaitu 7,15% dengan andil

sebesar 0,38%. Hal ini dipicu oleh siklus pergantian stok barang sandang di awal tahun dengan

harga baru (setelah penghabisan stok di akhir tahun) serta adanya dampak pelemahan nilai

tukar rupiah yang memengaruhi harga sandang impor.

3.2.3 Inflasi Bulanan (mtm)

Laju inflasi bulanan (mtm) kota Ternate pada triwulan I 2015 cenderung berfluktuatif

dengan tren yang meningkat dimana pada dua bulan di awal triwulan kota Ternate mengalami

dua kali deflasi berturut-turut dan kemudian mengalami inflasi di akhir triwulan.

Selama tiga bulan berturut-turut Kota Ternate memiliki inflasi bulanan yang lebih rendah

dibandingkan kondisi inflasi di level Nasional (grafik 3.2). Pada Januari 2015, Kota Ternate

mengalami deflasi sebesar 0,55% (mtm), kemudian pada bulan Februari 2015 kembali terjadi

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

34

deflasi sebesar 0,83% (mtm). Kemudian inflasi terjadi di bulan Maret 2014 sebesar 0,17%

(mtm)

Grafik 3.2 Laju Inflasi Bulanan (mtm) Kota Ternate, Sulampua & Nasional

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

Pada bulan Januari 2015, deflasi terjadi pada komoditas inflasi inti, volatile foods,

maupun administered prices. Penurunan harga BBM diikuti dengan penurunan harga komoditas

lainnya. Komoditas bahan makanan strategis seperti beras, bumbu-bumbuan, ikan segar dan

sayur mayur juga cukup melimpah.

Sama halnya dengan bulan Januari, pada bulan Februari, deflasi terutama didorong oleh

melimpahnya ketersediaan bahan makanan. Panen raya cabai dan bawang merah pada awal

tahun menyebabkan tingginya ketersediaan komoditas ini sehingga menurunkan harga. Selain

itu, turunnya tarif angkutan dalam kota yang dipengaruhi oleh turunnya harga bahan bakar

bersubsidi di awal tahun turut menjadi penyumbang deflasi selama dua bulan berturut-turut.

Pada bulan Maret 2015, inflasi terutama disebabkan oleh kenaikan harga beras seiring

kenaikan harga komoditas tersebut di Pulau Jawa akibat mundurnya masa panen. Kenaikan

juga terjadi pada komoditas bayam dan sayur mayur lainnya yang ditengarai akibat adanya

kendala distribusi dari Manado dan Surabaya. Kenaikan juga terjadi pada tarif angkutan udara,

yang meningkat seiring kenaikan harga avtur akibat pelemahan nilai Rupiah serta berkurangnya

jumlah maskapai penerbangan ke Ternate.

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Tabel 3.5 Komoditas Pendorong & Penahan Laju Inflasi Bulanan (MTM) Kota Ternate

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara , diolah

3.3 Faktor-Faktor Penggerak Inflasi

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan inflasi secara tahunan

dipengaruhi oleh gejolak harga yang terjadi pada tiga kelompok pengeluaran. Namun demikian

kelompok volatile foods dan administered prices mengalami gejolak yang lebih signifikan

dibandingkan core inflation.

3.3.1 Faktor Fundamental

Tekanan inflasi inti (core inflation) tahunan pada triwulan I 2015 meningkat dari 3,41%

(yoy) menjadi 5,91% (yoy). Pergerakan inflasi inti terutama disebabkan oleh penyesuaian harga

produk manufaktur akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan peningkatan tarif listrik. Sesuai

dengan hasil survei di awal tahun bahwa para pelaku manufaktur akan menyesuaikan harga

produknya terkait peningkatan TDL. Beberapa komoditas produk manufaktur tercatat

mengalami peningkatan inflasi seperti peralatan rumah tangga, beberapa jenis komoditas

sandang, dan bahan bangunan.

Grafik 3.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Sumber: Bank Indonesia

Komoditas

Malalugis/Sohiri -0.44%

Cabai Merah -0.37%

Cabai Rawit -0.21%

Angkutan Dalam Kota -0.18%

Angkutan Udara -0.15%

Komoditas

Cabai Merah

Cabai Rawit

Angkutan Dalam Kota

Angkutan Udara

Bensin

Komoditas

0.17%

0.13%

0.08%

0.07%

0.04%

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

36

Pelemahan nilai rupiah juga mulai meningkatkan harga komoditas impor seperti barang-

barang elektronik. Selama triwulan laporan, Rupiah terus melemah terhadap Dollar Amerika.

Pada tw I-2015, Nilai Rupiah terhadap Dolar Amerika tercatat sebesar Rp.13.019 melemah

5,18% (yoy) dibandingkan rata-rata pada periode yang sama.

Faktor pendorong inflasi inti lainnya adalah harga emas perhiasan di tengah deflasinya

nilai Rupiah. Menurut data harga emas aneka tambang (Antam), harga pembelian emas pada

akhir tahun 2014 adalah Rp.498.000/gr, atau meningkat 3,75% (yoy) dan 5,51% (qtq).

Sementara itu pertumbuhan tahunan harga emas internasional juga menunjukkan penurunan

yang lebih rendah dibandingkan penurunan tahun lalu.

Grafik 3.4 Pergerakan Harga Emas Internasional

Sumber : World Bank

3.3.2 Non Fundamental

Volatile Foods

Tekanan inflasi yang dialami kelompok volatile foods pada triwulan laporan naik dari

6,29% (yoy) menjadi 9,69% (yoy). Penyebab meningkatnya tekanan inflasi beberapa komoditas

volatile food adalah terganggunya pasokan beberapa jenis sayur-sayuran dan beberapa jenis

ikan segar pada bulan Maret 2015. Sementara itu, seiring dengan meningkatnya harga beras di

Pulau Jawa, harga beras di pasar-pasar Ternate ikut mengalami kenaikan.

Berdasarkan data BMKG, gelombang laut pada akhir triwulan I 2015 cukup tinggi yang

berkisar pada ketinggian 1,5 m – 3 m. Kondisi gelombang ini biasanya sudah terjadi pada bulan

Januari namun pada tahun ini baru terjadi di bulan Maret. Hal ini berakibat pada berkurangnya

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

hasil tangkapan ikan tertentu seperti ikan tongkol dan ikan lolosi. Berdasarkan data PIPP, hasil

tangkapan ikan dilaporkan mencapai 342,73 ton atau turun 13,84% dari bulan sebelumnya.

Secara triwulanan, hasil tangkap ikan juga menurun 6,02% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Ketinggian gelombang laut yang berfluktuasi ini juga menyebabkan terganggunya pasokan

komoditas pangan lainnya yang berasal dari Manado seperti sayur-sayuran.

Grafik 3.5 Volume Tangkap dan Nilai Ikan Tangkap

Grafik 3.6 Perkembangan Harga Ikan Tangkap

Sumber: PPN Kota Ternate, diolah Sumber: PPN Kota Ternate, diolah

Subkelompok penyusun volatile food yang bergerak naik diakhir triwulan laporan adalah

subkelompok ikan segar 22,99% (yoy), subkelompok buah-buahan 10,24% (yoy), subkelompok

daging dan hasil-hasilnya 10,19% (yoy), subkelompok kacang-kacangan 9,94% (yoy)

subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya 8,56% (yoy). Sedangkan subkelompok yang

menahan pergerakan gejolak volatile food lebih jauh lagi adalah subkelompok bumbu-bumbuan

deflasi 6,59% (yoy).

Administered Prices

Inflasi yang dialami oleh kelompok administered prices pada akhir triwulan I 2015

terpantau menurun drastis dari 21,01% (yoy) menjadi 12,35% (yoy). Turunnya tekanan inflasi

kelompok ini didorong oleh menurunnya tekanan inflasi akibat penyesuaian harga BBM

bersubsidi. Dengan penurunan harga premium dan solar sebanyak 2 kali pada bulan Januari

2015, inflasi komoditas bensin pada akhir triwulan I-2015 tercatat mengalami penurunan dari

30,77% (yoy) menjadi 6,28% (yoy). Sementara itu inflasi komoditas solar turun dari 36,36%

(yoy) menjadi 17,54% (yoy).

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

38

Grafik 3.7 Pergerakan harga Premium dan Solar

Sumber: Pertamina, diolah

3.4 Koordinasi Pengendalian Inflasi di Maluku Utara

Selama triwulan I 2015, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Maluku Utara

dan TPID Kota Ternate telah melakukan 2 kali rapat koordinasi (high level meeting) dengan

seluruh anggota dan pihak terkait dalam rangka memperkuat koordinasi sehingga diharapkan

mampu menurunkan laju inflasi Maluku Utara pada tahun 2015. Selain itu, terdapat beberapa

program strategis 2015 yang telah dilaksanakan.

Tabel 3.6 Kegiatan TPID Provinsi Maluku Utara dan TPID Kota Ternate

No TPID Kegiatan

1 Provinsi Maluku Utara High Level Meeting – Perencanaan Program Kerja 2015 (Road

Map TPID), Koordinasi Pembentukan TPID Kabupaten-Kota

2 Kota Ternate High Level Meeting – Perencanaan Program Kerja 2015 (Road

Map TPID), Integrasi data harga Provinsi Maluku Utara pada

sistem aplikasi PIHPS Nasional, Rencana Roadshow

Koordinasi Ke Kabupaten Sentra Produksi

3 Kota Ternate Peresmian Pasar Bahari Berkesan – Siaran Pers Kondisi Stok

Pangan

4 Kota Ternate +

Kabupaten

Road Show ke Kabupaten Halbar, Halut, dan Halteng untuk

mengkoordinasikan pasokan antar daerah sekaligus

mempertemukan para petani di sentra produksi dan pedagang

Ternate

5 Provinsi Maluku Utara Sosialisasi TPID ke Kabupaten Halbar dan Haltim

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

< 17 nov 2014 17-Nov-14 1-Jan-15 19-Jan-15

Premium

Solar

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

6 Provinsi Maluku Utara Seminar Kemaritiman: Maluku Utara sebagai Lumbung Ikan

Nasional

7 Provinsi Maluku Utara Program Panen Raya Padi di Halmahera Timur bersama

Mentan, Gubernur Maluku Utara dan Pangdam Patimura

Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi Maluku Utara telah memperbaharui SK TPID

terkait pembentukan TPID serta menyiapkan anggaran untuk program kerja forum tersebut.

Adapun langkah strategis jangka panjang yang dilakukan untuk mengendalikan gejolak harga

kebutuhan pokok adalah meningkatkan koordinasi antar kabupaten kota dalam mengelola dan

mendistribusikan produksi bahan pangan strategis sehingga dapat mengurangi ketergantungan

Maluku Utara akan komoditas impor dari provinsi lain.

Langkah awal dari strategi ini telah ditempuh dengan kegiatan roadshow TPID Kota

Ternate ke Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara, dan Halmahera Tengah. Pada

kegiatan ini selain sosialisasi dan koordinasi antar pemda juga sekaligus mempertemukan

petani dari sentra produksi dengan pedagang dari Ternate. Sementara itu, TPID Provinsi

Maluku Utara melalui Disperindagprov juga mulai mensosialisasikan pentingnya TPID ke

beberapa Kabupaten. Strategi tersebut sudah membuahkan hasil. Saat ini, TPID Halmahera

Timur sedang dalam proses pembentukan.

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

40

Menilik pergerakan harga komoditas dalam beberapa bulan terakhir, seiring dilepasnya

harga BBM bersubsidi (premium dan solar) mengikuti perkembangan harga minyak dunia,

terlihat adanya pengaruh terhadap pergerakan harga yang dinamis pada kelompok Transpor,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan dalam IHK Provinsi Maluku Utara. Sejak pertama kali

dinaikkan pada bulan November 2014, kemudian turun pada awal tahun 2015 dan kembali

meningkat di penghujung triwulan I-2015, andil inflasi dari kelompok tersebut mendominasi

pergerakan inflasi di Maluku Utara.

Di samping kendaraan pribadi, moda transportasi umum yang lazim digunakan

masyarakat Maluku Utara, khususnya Kota Ternate, adalah angkutan dalam kota (sejenis

mikrolet), ojek, dan angkutan penyeberangan (speedboat kecil dan sejenisnya). Dengan

demikian, bobot inflasi komoditas angkutan tersebut menjadi sangat besar di dalam keranjang

inflasi Maluku Utara. Tentunya kenaikan atau penurunan harga premium atau solar selain

berdampak pada komoditas bensin juga langsung mempengaruhi inflasi moda transportasi

tersebut.

Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Perubahan harga bensin bersubsidi yang beberapa kali terjadi sejak November 2014

sampai Maret 2015 mempengaruhi tarif angkutan dalam kota dan tarif sewa motor dengan

bobot yang cukup besar di Kota Ternate. Perubahan ini diawali ketika kenaikan harga BBM

bersubsidi pada 18 November 2014 yang berkontribusi pada inflasi bulan Desember 2014

sehingga mencapai 3,11%, angka tersebut merupakan inflasi tertinggi semenjak bulan Oktober

2013. Andil Kelompok Transportasi, Komunikasi, & Jasa Keuangan pada bulan tersebut

mencapai 1,093%, dengan andil subkelompok transportasi yang mencapai 1,043%.

Tabel II.1 Perkembangan Harga BBM

Berlaku Harga (Rupiah per liter)

Tahun Tanggal Premium Solar Minyak Tanah

2009 15 Januari Rp4,500 Rp4,500 Rp2,500

2013 22 Juni Rp6,500 Rp5,500 Rp2,500

2014 18 November Rp8,500 Rp7,500 Rp2,500

2015

1 Januari Rp7,600 Rp7,250 Rp2,500

19 Januari Rp6,700 Rp6,400 Rp2,500

1 Maret Rp6,800 Rp6,400 Rp2,500

28 Maret Rp7,300 Rp6,900 Rp2,500

Sumber: Pertamina, diolah

Penurunan harga premium dan solar pada bulan Januari 2015 yang menyebabkan

deflasi pada bulan Januari dan Februari 2015. Seharusnya, penurunan ini diikuti dengan level

penurunan yang sama untuk tarif angkutan maupun produk-produk bahan makanan. Namun

harga komoditas inelastis ke bawah. Penurunan tarif angkutan dalam kota yang ditetapkan

secara resmi oleh pemerintah juga belum sebesar penurunan harga BBM tersebut. Kondisi ini

menyebabkan laju inflasi di Maluku Utara pada triwulan pertama tahun 2015 ini masih berada di

atas 3 tahun terakhir.

Kondisi lain yang mempengaruhi faktor inelastisitas harga ini adalah kebiasaan

masyarakat Maluku Utara dalam bertransaksi. Masyakat cenderung hanya mau menggunakan

uang kertas dibandingkan dengan uang logam. Hal tersebut berpengaruh ketika penetapan tarif

angkutan umum yang dinaikkan dari nominal Rp4.000 menjadi Rp5.600 pada awal tahun 2015.

Masyarakat segera berekspetasi bahwa harga riil dari tarif angkutan umum cenderung ke atas

menjadi Rp6.000, mengingat tidak dimungkinkan adanya transaksi kembalian yang berupa

uang receh.

Membangun provinsi yang masih terbilang muda ini memang akan dihadapkan pada

berbagai tantangan, tetapi melalui koordinasi dan kerjasama antar institusi yang solid, niscaya

pembangunan masyarakat Provinsi Maluku Utara yang berkesinambungan dapat tercapai.

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

42

Dalam rangka mengendalikan inflasi terkait dengan dampak naik turunnya harga BBM ini, Tim

Pengendalian Ekonomi dan Inflasi Daerah (TPID) perlu terus berkoordinasi untuk menyusun

berbagai langkah strategis diantaranya:

a. Menerapkan HET secara ketat bagi penjual BBM eceran sehingga dampak kenaikan BBM

dapat dibatasi sesuai dengan besaran kenaikan dari pemerintah. Pemberlakuan sanksi

secara tegas serta monitoring berkala perlu dilakukan untuk memastikan efektifitas dari

kebijakan ini;

b. Merespons setiap perubahan harga BBM dengan aturan resmi terkait perubahan tarif

angkutan darat dan laut;

c. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya kestabilan harga dan

manfaat uang receh/kecil;

d. dan Menambah armada dan frekuensi angkutan penyeberangan skala besar sehingga

biaya transportasi antar pulau dapat ditekan.

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari
Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

43

BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah

4.1 Kinerja Perbankan

Secara umum kinerja perbankan di Maluku Utara pada triwulan I-2015 masih menunjukkan

kinerja yang positif. Fungsi intermediasi perbankan juga masih berada pada level yang tinggi.

Dari sisi stabilitas sistem keuangan, ketahanan sektor korporasi maupun rumah tangga masih

relatif baik yang terindikasi dari rasio NPL yang masih berada pada level yang rendah pada

kedua kelompok tersebut.

4.1.1 Perkembangan Aset Perbankan

Total aset bank umum di Provinsi Maluku Utara pada triwulan I-2015 tercatat

sebesar Rp7,11 triliun, turun 0,59% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan, aset

perbankan tumbuh 9,97% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan IV-2014 yang

tumbuh 8,26% (yoy). Kondisi ini seiring meningkatnya perekonomian sehingga meningkatkan

aktivitas penghimpunan dan penyaluran dana oleh perbankan di Maluku Utara.

Grafik 4.1 Perkembangan Aset Bank Umum di Maluku Utara (miliar rupiah)

Sumber: LBU, diolah

Dari segi kepemilikan, bank milik pemerintah mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan tahun sebelumnya dengan pencapaian sebesar 11,19% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,11% (yoy). Di lain pihak, bank milik

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

44

swasta masih tumbuh melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan bank milik

swasta pada triwulan I-2015 tercatat sebesar 3,41% (yoy), sedikit menurun dari 3,79% (yoy) di

triwulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis operasinya, volume usaha perbankan konvensional dan syariah

sama-sama menunjukan peningkatan kinerja. Aset perbankan konvensional tercatat tumbuh

meningkat dari 8,24% (yoy) menjadi 9,97% (yoy). Sementara itu, perbankan syariah tumbuh

9,91% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,48% (yoy).

4.1.2 Intermediasi Perbankan

Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun oleh perbankan di Maluku Utara

pada triwulan I-2015 mencapai Rp 5,74 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar

10,09% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan DPK mencapai 13,05% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2014 yang pertumbuhannya sebesar 7,99%

(yoy).

Grafik 4.2 Perkembangan DPK (miliar rupiah)

Sumber: LBU, diolah

Simpanan giro pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,485 triliun, tumbuh

meningkat dari 7,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 25,55% (yoy). Pada triwulan

laporan, meningkatnya pertumbuhan giro lebih dipengaruhi oleh rendahnya realisasi anggaran

pemda akibat terlambatnya pengesahan APBD Provinsi 2015. Kondisi ini terkonfirmasi dari

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

simpanan giro Pemerintah Daerah pada triwulan I-2015 tumbuh meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dari 40,76% (yoy) menjadi 52,10% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan juga terjadi pada simpanan dalam bentuk deposito. Jumlah

deposito yang dihimpun sampai akhir triwulan laporan mencapai Rp1,256 triliun, meningkat

sebanyak 13,45% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito tercatat

sebesar 31,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang pertumbuhannya

mencapai 25,72% (yoy). Kenaikan jumlah deposito salah satunya dipengaruhi oleh shifting

preferensi simpanan masyarakat dari tabungan menjadi deposito seiring bunga deposito yang

masih cukup menarik. Selain itu, meningkatnya pertumbuhan deposito juga disumbang oleh

peningkatan deposito milik Pemerintah Daerah yang meningkat dari -13,94% (yoy) menjadi

130,24% (yoy). Dalam beberapa waktu terakhir, penempatan dana pemerintah ke dalam

deposito dinilai dapat memberikan tambahan pendapatan bagi pemerintah daerah sehingga

terjadi peningkatan alokasi dana pemerintah daerah yang disimpan dalam bentuk deposito.

Percepatan terjadi pada seluruh jenis simpanan kecuali tabungan. Pada triwulan

laporan, jumlah simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp3 triliun atau tumbuh

melambat dari 3,14% (yoy) menjadi 1,99% (yoy). Melambatnya pertumbuhan tabungan salah

satunya dipengaruhi oleh efek tingginya inflasi sepanjang tahun 2014 sehingga porsi

penghasilan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi meningkat dan tentunya porsi untuk

simpanan menurun. Di samping itu, masyarakat tertarik dengan suku bunga deposito yang

cukup tinggi yakni sebesar 7,78% sehingga mengalihkan sebagian simpanannya dari tabungan

ke deposito. Dari sisi penyaluran dana, jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan

di Maluku Utara pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp5,20 triliun atau meningkat

2,68% (qtq). Secara tahunan, penyaluran kredit tumbuh 10,40% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 9,40% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terutama

dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor utama selama triwulan laporan.

Diturunkannya BI Rate pada bulan Februari 2015 dari 7,75% menjadi 7,50% turut

mendukung percepatan pertumbuhan kredit pada triwulan laporan. Dampak penurunan BI Rate

ini dapat dilihat dari menurunnya suku bunga tertimbang pada kredit perbankan di Maluku Utara

dari 15,35% di triwulan IV-2014 menjadi 15,28% di triwulan I-2015.

Peningkatan penyaluran kredit terutama terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh

meningkat dari 2,52% (yoy) pada triwulan VI-2014 menjadi 7,09% (yoy) pada triwulan I-2015.

Peningkatan terutama terjadi kredit untuk sektor perdagangan besar dan eceran seiring masih

tingginya pertumbuhan sektor tersebut. Munculnya beberapa pasar baru serta semakin

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

46

bertambahnya saluran perdagangan di Maluku Utara memicu kenaikan kebutuhan modal para

pelaku sektor pedagangan di Maluku Utara. Sektor perdagangan besar dan eceran yang

menguasai 70,32% kredit produktif perbankan Maluku Utara, tercatat tumbuh 6,96% (yoy) pada

triwulan I-2015 setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 4,02% (yoy).

Grafik 4.3 Perkembangan Kredit di Maluku Utara (miliar rupiah)

Sumber: LBU, diolah

Sementara itu, kredit produktif lainnya yakni kredit investasi pada triwulan laporan

mengalami penurunan yang lebih dalam yakni sebesar 4,12% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya juga menurun sebesar 3,78% (yoy). Turunnya kredit investasi diperkirakan karena

para pelaku usaha masih menunggu kepastian pergerakan ekonomi ke depan. Lambatnya

pemulihan kinerja sektor pertambangan dan terkendalanya aktivitas perikanan menyebabkan

pelaku usaha lokal belum berani mengambil kredit investasi baru.

Di lain sisi, kredit konsumsi yang menguasai 64,76% dari total keseluruhan kredit,

tercatat tumbuh 14,21% (yoy) pada triwulan laporan, sedikit melambat dari pertumbuhan pada

triwulan sebelumnya yang mencapai 14,76% (yoy). Kondisi ini seiring dengan melambatnya

konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. Di samping suku bunga kredit konsumsi yang

dinilai sebagian masyarakat masih tinggi, turunnya pendapatan riil masyarakat akibat tingginya

inflasi tahun 2014 lalu menyebabkan kredit untuk kepemilikan rumah, kendaraan bermotor,

serta kredit pembelian furniture dan elektronik tercatat mengalami perlambatan.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Dengan perkembangan tersebut, peran intermediasi perbankan yang diukur

melalui tingkat LDR (Loans to Deposit Ratio) masih berada di level yang sangat tinggi

yakni 90,59%. Tingkat LDR tersebut sedikit mengalami penurunan dari triwulan IV-2014 yang

mencapai 97,13%.

Grafik 4.4 Perkembangan LDR Bank Umum di Maluku Utara

Sumber: LBU, diolah

4.1.3 Perkembangan Bank Syariah

Perbankan syariah secara umum memiliki share aset sebesar 5,11% dari seluruh

perbankan umum di Maluku Utara pada triwulan laporan. Kecilnya jumlah ini ditengarai karena

masih kecilnya perubahan preferensi masyarakat untuk menggunakan layanan bank syariah,

meski menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, hanya terdapat

3 bank yang yang beroperasi secara syariah di Maluku Utara.

Seiring dengan kinerja perbankan secara umum yang mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya, perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif

diiringi dengan terakselerasinya pertumbuhan di beberapa aspek. Aset perbankan syariah di

Maluku Utara pada triwulan I-2015 tercatat sebesar Rp362,75 miliar. Secara tahunan, volume

usaha perbankan syariah pada triwulan laporan tumbuh 10,03% (yoy), lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,48% (yoy) seiring meningkatnya kegiatan penyaluran dan

pengumpulan dana kelompok bank tersebut. Meningkatnya pertumbuhan aset perbankan

syariah juga mengindikasikan adanya peningkatan minat masyarakat kepada perbankan

dengan jenis kegiatan tersebut.

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

48

Penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan syariah pada triwulan I-2015

tercatat Rp305,75 miliar atau menurun 4,57% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Namun

demikian, DPK perbankan syariah secara tahunan tumbuh 16,40% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulanan sebelumnya yang mencapai 11,53% (yoy). Percepatan

pertumbuhan didorong oleh meningkatnya pertumbuhan seluruh bentuk simpanan.

Pada triwulan laporan, tabungan syariah tumbuh 14,79% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan IV-2014 yang tumbuh 12,45% (yoy). Giro syariah juga menunjukkan

pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, meningkat dari 24,10%

(yoy) menjadi 81,94%. Sama halnya dengan giro secara umum, meningkatnya pertumbuhan

giro syariah masih terkait dengan belum optimalnya realisasi belanja anggaran Pemerintah

Daerah pada triwulan laporan. Deposito syariah juga tercatat mengalami pertumbuhan yang

meningkat dari 5,85% (yoy) menjadi 11,88% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito

syariah ditengarai dipicu oleh tingginya rate bagi hasil pada simpanan jenis ini.

Grafik 4.5 Perkembangan Bank Syariah

Sumber: LBU, diolah

Penyaluran pembiayaan oleh bank syariah di Maluku Utara pada triwulan I-2015

tercatat sebesar Rp197,00 miliar, menurun 2,25% (qtq). Pembiayaan syariah hanya tumbuh

0,64% (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,04% (yoy). Perlambatan

terutama dipengaruhi oleh pembiayaan konsumtif yang mengalami kontraksi sebesar 12,25%

(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun sebesar 6,85% (yoy). Penyusutan

pembiayaan syariah ini masih dipengaruhi oleh menurunnya penyaluran pembiayaan untuk

kepemilikan rumah.

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Sementara itu, pembiayaan produktif masih tumbuh positif sebesar 25,31% (yoy)

walaupun sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,66% (yoy).

Perlambatan disebabkan karena menurunnya pembiayaan modal kerja sebesar 5,80% (yoy)

akibat meningkatnya penggunaan modal sendiri dari para pelaku usaha Maluku Utara. Di lain

sisi, walaupun secara nominal masih sangat kecil, pembiayaan Investasi dengan skim syariah

menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi yakni mencapai 95,26% (yoy), meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 89,33% (yoy).

Rendahnya pertumbuhan pembiayaan menyebabkan peran intermediasi bank syariah

yang tercermin dari angka FDR (financing to deposit ratio) mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan I-2014

angka FDR sebesar 74,52%, maka pada triwulan laporan angka FDR turun ke level 64,43%.

Dari sisi risiko pembiayaan, non performing finances (NPF’s) mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya dari 3,31% menjadi 4,97% pada triwulan laporan.

Peningkatan NPF ini didorong oleh turunnya kualitas pembiayaan pada sektor pengangkutan

dan sektor perdagangan besar dan eceran.

4.1.4 Bank Perkreditan Rakyat

Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

di Maluku Utara pada triwulan I-2015 menunjukkan kinerja positif yang tercermin dari

pertumbuhan Aset dan Kredit/Pembiayaan dibandingkan dengan tahun lalu. Aset BPR/S

secara tahunan tumbuh 42,78% (yoy) sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya

sebesar 51,76% (yoy) seiring melambatnya pertumbuhan penghimpunan dana BPR/BPRS di

Maluku Utara.

Grafik 4.6 Perkembangan BPR/BPRs

Sumber: LBBPR, diolah

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

50

DPK pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 25,20 miliar atau tumbuh 24,93% (yoy),

lebih rendah daripada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan deposito dan tabungan pada triwulan

laporan masing-masing mencapai 49,81% (yoy) dan 5,09% (yoy) melambat dibandingkan pada

triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 82,95% (yoy) dan 8,39% (yoy).

Melambatnya pertumbuhan deposito ditengarai karena ekspansi bank umum dengan skala

yang lebih besar juga menawarkan suku bunga yang menarik.

Dari sisi penyaluran dana, pada triwulan laporan BPR/BPRS di Maluku Utara berhasil

mencatatkan kredit sebesar Rp39,45 miliar atau tumbuh 42,60% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh 38,34% (yoy). Sama halnya dengan bank umum, peningkatan kredit

terutama terjadi untuk debitur yang beroperasi di sektor perdagangan besar dan eceran

4.2 Stabilitas Sistem Keuangan

4.2.1 Ketahanan Sektor Korporasi Daerah dan Sektor Rumah Tangga

Secara umum, ketahanan sektor korporasi daerah dan sektor rumah tangga

masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Risiko kredit yang dicerminkan dengan

perkembangan Non Performing Loan (NPL) pada triwulan laporan masih berada di dalam batas

aman. Hal ini juga menjadi indikasi bahwa kondisi keuangan debitur di Maluku Utara masih

relatif stabil meski sedikit memburuk. Adapun rasio NPL pada triwulan laporan tercatat hanya

sebesar 2,53%, sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,29%.

Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan

Sumber: LBU, diolah

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Risiko kredit sektor korporasi meningkat dari 5,25% pada triwulan sebelumnya

menjadi 5,73% pada triwulan laporan. Meski kredit yang masuk kolektibilitas macet pada

triwulan I-2015 menurun, kredit kurang lancar dan kredit diragukan menunjukkan peningkatan.

Sektor perdagangan masih mendominasi 63,57% kredit yang kualitasnya kurang baik di Maluku

Utara. NPL pada sektor ini tercatat sebesar 5,18%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang

mencapai 4,55%. Dampak inflasi pada akhir tahun 2014, volatilitas harga premium dan solar,

serta pelemahan rupiah berpengaruh pada kinerja penjualan para pedagang di Maluku Utara.

Di sisi lain, ketahanan sektor rumah tangga terindikasi berada pada level yang sangat

baik. Rasio NPL untuk kredit yang disalurkan pada penggunaan konsumtif pada triwulan

laporan sangat rendah yakni pada level 0,79%, sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya

0,67%. Peningkatan NPL terjadi pada jenis kredit multiguna dan KPR. Kredit multiguna yang

menguasai 50,34% dari total NPL kredit konsumtif, rasio NPLnya meningkat dari 0,76% pada

triwulan sebelumnya menjadi 0,90%. Sementara itu rasio NPL KPR meningkat 1,23% pada

triwulan IV-2014 menjadi 1,56%. Peningkatan tersebut adalah salah satu dampak dari turunnya

pendapatan riil masyarakat akibat lonjakan inflasi selama tahun 2014.

4.2.2 Pengembangan Akses Keuangan

Kredit UMKM yang disalurkan perbankan Malut pada triwulan laporan tercatat Rp

1,43 triliun. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 5,66% (yoy) pada triwulan I-

2015 setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penyusutan sebesar 3,68% (yoy).

Peningkatan ini salah satunya dipicu oleh kebijakan perbankan yang meningkatkan target

penyaluran kredit bagi debitur UMKM di tahun 2015. Kondisi tersebut tercermin dari

meningkatnya debitur UMKM yang pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 20.357 19190

orang atau tumbuh sebesar 6,08% (yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, baik kredit modal kerja maupun kredit investasi

mengalami peningkatan. Kredit modal kerja yang diterima debitur UMKM pada triwulan I-2015

mengalami peningkatan sebesar 6,91% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang turun

sebesar 5,20% (yoy). Hal yang sama juga terjadi pada kredit investasi yang tumbuh meningkat

dari 0,34% di triwulan sebelumnya menjadi 2,62% (yoy) pada triwulan laporan.

Pertumbuhan kredit modal kerja pada debitur UMKM didominasi oleh Sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memiliki pangsa sebesar 83,09% di triwulan laporan.

Sektor tersebut tumbuh sebesar 9,03% (yoy), jauh di atas triwulan sebelumnya yang

mengalami penurunan sebesar 1,11% (yoy). Kredit modal kerja juga mengalami peningkatan di

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

52

sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan dari yang sebelumnya turun sebesar 21,46% (yoy) pada

triwulan IV-2014 tumbuh meningkat menjadi 41,25% (yoy). Adapun pertumbuhan subsektor

Perikanan lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, yakni 32,65% (yoy) setelah sebelumnya

tumbuh sebesar 15,65% (yoy).

Pertumbuhan kredit investasi yang diterima oleh debitur UMKM mengalami

peningkatan didorong oleh sektor Transportasi dan Komunikasi yang tumbuh dari 11,37% (yoy)

menjadi 11,43% (yoy) serta sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan dari 21,38% (yoy) menjadi

25,23% (yoy). Meningkatnya kredit investasi pada sektor transportasi ini adalah imbas positif

dari meningkatnya kinerja subsektor perkebunan.

Dari sisi kualitas kredit, risiko kredit untuk debitur UMKM pada triwulan laporan

tergolong tinggi yakni sebesar 6,51%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 6,00%. Peningkatan terutama terjadi untuk kredit UMKM yang disalurkan ke nelayan

dan pedagang eceran. Berkurangnya aktivitas nelayan akibat kebijakan pembatasan

penyaluran solar bersubsidi menyebabkan penurunan tingkat ketepatan pembayaran kredit

para nelayan.

Tingginya NPL kredit untuk debitur UMKM menjadi indikasi bahwa pemerintah perlu

untuk membuat program-program pendampingan UMKM unggulan daerah sehingga jumlah

UMKM yang bankable dan feasible semakin banyak. Adanya Konsultan Keuangan Mitra Bank

(KKMB) yang dibiayai oleh pemda juga bisa menjadi salah satu solusi dalam menciptakan

UMKM berkualitas dan layak mendapat akses pembiayaan bank yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Malut secara umum.`

4.3 Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada triwulan laporan, transaksi tunai yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Maluku Utara mengalami net inflow. Sementara itu, terjadi penurunan nilai transaksi

non tunai baik yang melalui fasilitas kliring maupun RTGS. Transaksi melalui kiring turun

20,55% (yoy) sementara itu RTGS turun 0,09% (yoy). Namun demikian, dari sisi kualitas

transaksi masih sangat terjaga dengan sedikitnya temuan uang palsu dan rendahnya rasio cek

dan BG kosong pada triwulan laporan

4.3.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Aliran uang kartal pada triwulan I-2015 di Maluku Utara menunjukkan net inflow (uang

yang masuk lebih besar daripada jumlah uang yang keluar dari khasanah Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara). Pada triwulan laporan, aliran uang masuk (inflow)

tercatat sebesar Rp331,98 miliar, sementara aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp209,80

miliar sehingga menghasilkan net inflow sebesar Rp122,18 miliar.

Grafik 4.8 Perkembangan Transaksi Tunai di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Malut

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Jumlah uang masuk (inflow) tumbuh 2,18% (yoy), lebih rendah dari triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,73% (yoy). Sementara itu, jumlah uang keluar (outflow)

turun 0,002% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh sebesar 1,27% (yoy) pada triwulan IV-2014.

Adapun net inflow pada triwulan I-2015 tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,16% (yoy).

Agar uang tunai yang layak edar selalu diperoleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara mengimplementasikan kebijakan Clean Money Policy secara

rutin melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Proses

pemusnahan tersebut selalu dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap

tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan dalam rangka menjamin ketersediaan uang

layak edar (ULE) di masyarakat.

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

54

Grafik 4.9 Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Selama triwulan laporan terdapat 5,29 juta lembar UTLE yang masuk ke Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara, meningkat 12,08% (qtq) dan secara tahunan

naik 15,75% (yoy). Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya uang rupiah,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara melakukan sosialisasi agar

masyarakat mampu memperlakukan uang rupiah dengan lebih baik lagi sehingga usia edar

uang lebih panjang dan pada akhirnya dapat menekan biaya pembuatan.

Tabel 4.1 Kegiatan Kas Keliling Triwulan I-2015

Sumber: Unit Operasional Kas KPw BI Maluku Utara

Untuk menyediakan uang rupiah dalam kondisi yang masih relatif baru dan layak edar,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Utara (KPw BI Provinsi Malut) juga

melakukan kegiatan kas keliling secara rutin ke berbagai kabupaten/kota di wilayah Provinsi

Maluku Utara. Selama triwulan I-2015 Unit Operasional Kas KPw BI Provinsi Malut telah

melaksanakan 7 kali kas keliling ke luar Kota Ternate.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Pada triwulan I-2015, ditemukan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Maluku Utara sebanyak 11 lembar, jumlah ini menurun dibandingkan

triwulan IV-2014 dimana terdapat temuan sebanyak 26 lembar. Uang palsu yang beredar

mayoritas masih berupa pecahan Rp50.000 sebanyak 9 lembar. Sisanya berupa 1 lembar

pecahan Rp100.000 dan 1 lembar Rp5.000.

Dalam rangka melindungi masyarakat dari tindak kriminial pemalsuan uang, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Maluku Utara secara periodik melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian

uang rupiah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keaslian uang rupiah dan

meminimalisir temuan uang palsu. Sosialisasi dilakukan di pusat-pusat perbelanjaan seperti

pasar (baik modern maupun tradisional), pusat pendidikan seperti universitas dan sekolah atau

kepada Pemerintah Daerah. Selain kegiatan sosialisasi secara langsung, Bank Indonesia juga

melakukan publikasi tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah melalui media massa baik cetak

maupun elektronik.

4.3.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai

Pemulihan sektor pertambangan Maluku Utara yang berjalan lambat terindikasi dengan

penyusutan yang terjadi pada transaksi nontunai baik kliring maupun RTGS. Secara tahunan,

keduanya mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 24,71% (yoy) dan 0,09% (yoy).

4.3.2.1 Perkembangan Kegiatan Kliring

Transaksi nontunai melalui fasilitas kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar

Rp229,78 miliar, atau turun 24,71%(yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami

penurunan sebesar 24,52% (yoy).

Grafik 4.10 Perkembangan Kliring Maluku Utara

Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

56

Sementara itu, di tengah melambatnya kondisi perekonomian, rasio cek dan bilyet giro

(BG) kosong masih terjaga di level yang sangat rendah. Pada triwulan laporan, jumlah cek dan

bilyet giro kosong tercatat sebesar 46 lembar atau tumbuh 24,32% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,06% (yoy). Dengan perkembangan tersebut,

jumlah rasio lembaran cek BG kosong terhadap cek BG yang diserahkan pada triwulan I-2015

adalah sebesar 0,90%, lebih rendah dari rasio triwulan IV-2014 sebesar 1,22%.

Tabel 4.2 Perkembangan Cek BG Kosong

Sumber: ULNKP2SP KPw BI Maluku Utara

Sebagai penjelasan tambahan, penolakan kliring dapat terjadi karena bank tertagih tidak

bersedia membayar tagihan karena beberapa sebab sebagai berikut:

1. Kesalahan administratif seperti warkat yang sudah kadaluarsa (untuk bilyet giro, terjadi

apabila warkat tersebut sudah melebihi tanggal jatuh temponya), belum waktunya ditarik,

endorsement tidak menuruti peraturan, bea materai belum dipenuhi, tanda tangan tidak

sama dengan spesimenatau meragukan, perbaikan atau coretan tidak ditandatangani oleh

penarik, salah pengisian pada kolom-kolom yang tersedia, dan data nomor dan nama

pemegang rekening tidak sesuai,

2. Kesalahan pencatatan seperti penulisan angka untuk jumlah tidak sama dengan penulisan

jumlah dalam huruf,

3. Terjadi pemblokiran oleh pihak-pihak yang berwenang,

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

4. Saldo rekening nasabah yang tidak cukup (bila terjadi saldo nasabah tidak cukup, bank

akan memberikan peringatan kepada nasabahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

dengan memberikan tembusan kepada Bank Indonesia, dan sekiranya kejadian kembali

berulang, maka nama nasabah tersebut akan masuk dalam daftar hitam bank-bank peserta

kliring sampai permasalahan tersebut diselesaikan menurut peraturan yang berlaku).

4.3.2 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Selaras dengan perkembangan kliring, pertumbuhan transaksi non tunai nilai besar dengan

menggunakan fasilitas RTGS juga menunjukkan penurunan. Total transaksi RTGS pada

triwulan I-2015 tercatat sebesar Rp1,775 triliun atau turun 0,09% (yoy) setelah pada triwulan

sebelumnya turun 13,157% (yoy). Perekonomian di Maluku Utara belum berada pada titik balik

sejak melemah karena diberlakukannya UU Minerba pada tahun 2014.

Tabel 4.3 Perkembangan RTGS Maluku Utara (Rp Miliar)

Sumber: Website Bank Indonesia, diolah

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

58

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

5.1 Kondisi Umum

Membaiknya kinerja perekonomian pada triwulan laporan menyebabkan Tingkat Pengangguran

Terbuka (TPT) bulan Februari 2015 turun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Sementara itu, turunnya laju inflasi pada triwulan laporan serta perbaikan kinerja

pada sektor pertanian menyebabkan persepsi masyarakat mengenai kesejahteraan dirinya

meningkat.

5.2 Perkembangan Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2015 tercatat sebesar 519 ribu jiwa atau

meningkat 2,77% (yoy). Perbaikan kinerja pada sektor pertanian dan beberapa sektor

lainnya menyebabkan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja yang bekerja sebesar

3,23% (yoy). Namun demikian, pertumbuhan ini melambat dibandingkan perkembangan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,49% (yoy). Sektor pertambangan yang

belum pulih semenjak pemberlakuan undang-undang minerba berdampak pada lambatnya

perkembangan beberapa sektor pendukung. Hal ini menyebabkan penyerapan tenaga kerja di

Maluku Utara menjadi tidak optimal. Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara yang bekerja pada

akhir Februari 2015 tercatat mencapai 490.2 ribu jiwa.

Tabel 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan di Maluku Utara

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Jumlah pengangguran masih mengalami peningkatan seiring pemulihan ekonomi

Maluku Utara yang berjalan lambat. Selain masih dirumahkannya karyawan dari beberapa

perusahaan tambang, penambahan pengangguran berasal dari sektor penyediaan akomodasi.

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Seiring dengan penerapan kebijakan efisiensi dimana institusi pemerintah dibatasi dalam

penyelenggaraan kegiatan di hotel, beberapa pelaku usaha perhotelan di Maluku Utara

terpaksa merumahkan beberapa karyawannya karena penurunan omset yang signifikan.

Jumlah pengangguran tercatat 28,8 ribu jiwa atau meningkat 3,23% (yoy). Berkat kinerja sektor

pertanian yang membaik, peningkatan jumlah pengangguran tersebut masih lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya di mana pengangguran meningkat 4,49%

(yoy)

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, perkembangan jumlah tenaga kerja yang

bekerja masih lebih tinggi dibandingkan perkembangan pengangguran. Dengan perkembangan

tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka turun dari 5,7% menjadi 5,56%

Berdasarkan struktur sebarannya, sektor pertanian masih menjadi penyerap

tenaga kerja terbesar di Maluku Utara. Data per Februari 2015 menunjukkan bahwa 50%

atau sebanyak 245 ribu orang penduduk Maluku Utara berkecimpung di sektor yang memiliki

pangsa terbesar di dalam PDRB Maluku Utara ini. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor

pertanian meningkat 10,06% (yoy). Meningkatnya kinerja komoditas perkebunan khususnya

selama triwulan laporan menjadi faktor pendorong peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor

ini. Sedangkan posisi kedua dan ketiga diisi oleh sektor jasa kemasyarakatan (termasuk PNS)

dan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yang masing-masing berhasil

menyerap tenaga kerja sebanyak 17,92% dan 14,87%.

Grafik 5.1 Sebaran Tenaga Kerja di Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

5.3 Nilai Tukar Petani (NTP)

Pada akhir triwulan I 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Maluku Utara tercatat sebesar 102,59,

meningkat 0,5% (yoy). Secara tahunan, kenaikan indeks yang diterima petani lebih tinggi

Pertanian50%

Pertambangan3%

Industri2%

LGA0%

Konstruksi5%

PHR15%

Transportasi5%

Lembaga Keuangan & Sewa

2%

Jasa kemasyarakatan

18%

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

daripada indeks yang dibayar petani sehingga terjadi peningkatan NTP pada akhir triwulan

laporan. Kenaikan NTP ini mengindikasikan adanya peningkatan kesejahteraan pada para

petani walaupun perkembangan tersebut sedikit melambat 1 akibat harga kelapa, rempah-

rempah, dan aneka cabai yang sempat turun akibat panen raya pada triwulan laporan.

Grafik 5.2 Perkembangan NTP Maluku Utara

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

Meningkatnya NTP Malut didorong oleh subsektor tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan rakyat, dan perikanan. Program pemerintah untuk meningkatkan produksi petani

tanaman bahan makanan (tabama), hortikultura, dan nelayan melalui penyaluran bantuan

saprodi dan sarana pertanian secara efektif mengendalikan laju indeks yang dibayar petani.

Sementara itu, di tengah pemulihan harga kopra dan kelapa yang relatif lambat, indeks harga

yang diterima petani perkebunan rakyat masih mengalami peningkatan seiring tingginya

permintaan komoditas tersebut dari pabrik minyak goreng di dalam negeri. Di lain sisi, nilai tukar

petani untuk peternak turun 1,65% akibat pengaruh meningkatnya harga pakan ternak yang

mengikuti nilai dolar sehingga meningkatkan indeks yang harus dibayar petani.

NTP Maluku Utara memiliki nilai lebih tinggi daripada NTP Nasional. NTP tersebut berada

pada peringkat ketiga di wilayah Sulampua (Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan

Papua Barat). Pada Maret 2015, dari 10 provinsi di wilayah Sulampua, lima provinsi mengalami

peningkatan kesejahteraan petani yang ditandai dengan NTP di atas 100. Sedangkan lima

provinsi lain yaitu Sulawesi Tenggara, Papua Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan

1 NTP triwulan IV-2014 tumbuh 1,81% (yoy) lebih tinggi dari NTP triwulan laporan yang tumbuh 0,50% (yoy)

-2.0%

-1.0%

0.0%

1.0%

2.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

95.00

96.00

97.00

98.00

99.00

100.00

101.00

102.00

103.00

104.00

105.00

106.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2013 2014 2015

NTP

Growth NTP (yoy, axis kanan)

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Papua terindikasi mengalami penurunan kesejahteraan petani dengan NTP yang lebih kecil dari

100.

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Wilayah Sulampua

Sumber: BPS Provinsi Maluku Utara, diolah

5.4 Persepsi Tingkat Kesejahteraan

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk miskin di Maluku Utara pada September

2014 turun 0,92% (yoy) menjadi 84,79 ribu jiwa. Dengan perkembangan ini, persentase

penduduk miskin turun dari 7,64%pada September 2013 menjadi 7,41% pada September 2014.

Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya penduduk miskin di daerah pedesaan sebesar

1,36% (yoy) seiring dengan kenaikan harga hasil panen yang diterima para petani. Dengan

demikian, persentase penduduk miskin di Maluku Utara selama enam tahun terakhir (2009-

2014) secara umum terus mengalami penurunan.

Grafik 5.3 Perkembangan Persepsi Kesejahteraan Masyarakat Maluku Utara

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Maluku Utara, diolah

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Berdasarkan hasil survei konsumen yang dilaksanakan Kantor Perwakilan BI Provinsi

Maluku Utara, persepsi masyarakat terhadap kesejahteraan dirinya selama triwulan laporan

terindikasi meningkat baik dari sisi penghasilan saat ini maupun ketersediaan lapangan kerja.

Berdasarkan survei tersebut, indeks penghasilan saat ini pada triwulan I-2015 mencapai 134

jauh lebih tinggi dari posisi triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 119. Sementara itu,

indeks ketersediaan lapangan kerja juga tercatat meningkat dari 104 menjadi 115. Selain

membaiknya penghasilan masyarakat, peningkatan persepsi kesejahteraan ini juga berasal dari

turunnya inflasi selama triwulan laporan. Masyarakat menilai peningkatan pengeluarannya lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercermin dari indeks pengeluaran saat ini yang

turun dari 175,5 menjadi 173.

.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari
Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

6.1 Prospek Pertumbuhan ekonomi

Perekonomian Malut pada triwulan II 2015 diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari

triwulan laporan dan berada pada kisaran 5,83% - 6,33% (yoy) dengan kecenderungan

bias ke bawah. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama

ekonomi Malut diperkirakan meningkat cukup signfikan. Sementara itu, ekspor baik luar negeri

maupun antar daerah diprediksi tumbuh positif karena faktor baseline effect. Dari sisi

penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi akan tumbuh meningkat menyusul

melimpahnya produksi bahan baku pada triwulan laporan. Masuknya bulan suci Ramadhan

dan tahun ajaran baru pada triwulan depan menjadi pendorong sektor perdagangan besar dan

eceran.

Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Malut dan Nasional Serta Proyeksinya

Sumber : BPS Prov. Malut, diolah

6.1.1 Sisi Permintaan

Pada triwulan II 2015, komponen sisi permintaan diproyeksikan tumbuh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan II 2014. Peningkatan terjadi pada komponen konsumsi,

khususnya konsumsi masyarakat.

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Meskipun di tengah perlambatan ekonomi nasional, kinerja komponen konsumsi

masyarakat diperkirakan meningkat pada triwulan I 2015 sebesar 5,50%-6,00% (yoy) didorong

oleh permintaan yang meningkat akibat berlangsungnya awal musim liburan sekolah dan bulan

Ramadhan yang kali ini jatuh bersamaan. Sementara itu, peningkatan hasil produksi pertanian

pada triwulan laporan yang disertai dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Malut

sebesar 9,5% diperkirakan menjadi faktor pendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat pada

triwulan mendatang.

Faktor pendorong pertumbuhan juga berasal dari konsumsi pemerintah. Pertumbuhan

konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang diperkirakan cukup tinggi setelah mengalami

penurunan pada triwulan laporan. Untuk mengejar target realisasi APBD 2015, berbagai

realisasi yang seharusnya terlaksana pada triwulan I dan II 2015 akan dikejar seluruhnya pada

triwulan II-2015 sehingga meningkatkan realisasi belanja pemda secara signifikan.

Sementara itu, net import yang terjadi pada neraca perdagangan Maluku Utara

diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor baik antar daerah

maupun luar negeri diperkirakan masih tumbuh tinggi karena adanya peningkatan kebutuhan

untuk konsumsi masyarakat dan investasi. Melambatnya net impor lebih disebabkan karena

meningkatnya kinerja ekspor maluku utara. Ekspor luar negeri diperkirakan tumbuh positif

akibat faktor baseline effect (tingkat ekspor pada periode sama tahun sebelumnya sudah

mengalami penurunan yang sangat signifikan). Ekspor antar daerah juga diperkirakan

meningkat seiring meningkatnya hasil produksi kopra, komoditas olahan perikanan, dan

perkebunan.

Di lain sisi, komponen pembentukan modal tetap bruto pada triwulan II 2015 akan

menjadi faktor penghambat pertumbuhan. Komponen ini akan tumbuh melambat karena

berbagai kegiatan konstruksi dan investasi lainnya akan berkurang atau berhenti pada bulan

puasa yang kali ini jatuh di bulan Juni 2015.

6.1.2 Sisi Penawaran

Pada triwulan II 2015, pertumbuhan akan didorong oleh sektor industri pengolahan,

sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor administrasi pemerintah. Sementara itu,

sektor yang diperkirakan tumbuh melambat yakni sektor pertanian, sektor informasi dan

komunikasi, dan sektor konstruksi.

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

66

Pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi kendaraan

diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan II 2015 sebagai dampak akselerasi konsumsi

masyarakat pada triwulan mendatang seiring masuknya musim liburan sekolah dan bulan suci

Ramadhan. Sementara itu, efek bertambahnya rute transportasi laut dan udara juga berpotensi

memacu aktivitas perdagangan dan kinerja sektor perhubungan.

Kinerja positif juga diperkirakan datang dari sektor industri pengolahan yang

terakselerasi pertumbuhannya pada triwulan mendatang. Sektor industri pengolahan yang

sebagian besar merupakan industri pengolahan kelapa diperkirakan meningkat produksinya

dengan memanfaatkan melimpahnya hasil produksi pada triwulan laporan. Di samping itu,

kinerja industri pengolahan makanan skala mikro dan kecil diperkirakan meningkat seiring

meningkatnya permintaan pada triwulan II-2015.

Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan diperkirakan akan tumbuh positif pada

triwulan II-2015 namun melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan

disebabkan oleh hampir semua sentra produksi padi di Maluku Utara sudah kembali memasuki

masa tanam. Sementara itu panen tanaman hortikulktura dan perkebunan yang telah

berlangsung sejak bulan Februari 2015 berangsur selesai. Subsektor perikanan juga

diperkirakan belum mengalami pemulihan yang berarti terkait dengan impelementasi kebijakan

pemberian solar bersubsidi pada kapal nelayan jenis tertentu.

6.2 Outlook Inflasi Daerah

Laju inflasi pada triwulan II 2015 secara umum berpotensi untuk bergerak naik

yaitu pada kisaran 8,92%±1 (yoy), dari triwulan I 2015 yang sebesar 7,92% (yoy). Inflasi

tersebut diperkirakan lebih tinggi dibandingkan kisaran target nasional. Di sisi lain, perkiraan ini

lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang

sebesar 9,75% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi terutama diperkirakan berasal dari kelompok core inflation

dan volatile food. Meningkatnya tekanan permintaan yang belum dapat diimbangi dengan

kelancaran pasokan bahan pangan strategis di kota Ternate akan mewarnai tekanan inflasi

pada triwulan mendatang. Faktor pendorong inflasi juga akan bertambah dari penyesuaian tarif

angkutan menyusul kenaikan premium dan solar pada 28 Maret 2015 yang lalu.

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

Dari kelompok inflasi inti kenaikan tekanan inflasi diperkirakan datang dari tekanan

permintaan khususnya pada bulan Juni 2015. Meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat

pada awal liburan sekolah dan bulan Ramadhan yang jatuh pada bulan tersebut diperkirakan

meningkatkan harga berbagai komoditas sandang dan makanan jadi.

Dari faktor ekspektasi, masyarakat kota Ternate mempersepsikan bahwa pengeluaran

mereka akan meningkat pada 3 bulan yang akan datang. Hal ini terkonfirmasi dari hasil survei

konsumen yang menunjukan peningkatan indeks pengeluaran 3 bulan yang akan datang dari

160,8 menjadi 164. Peningkatan terutama terjadi untuk komoditas pada kelompok bahan

makanan, kelompok makanan jadi, dan kelompok sandang.

Kemudian dari inflasi volatile food, risiko inflasi diperkirakan muncul dari komoditas ikan

segar akibat penurunan hasil tangkapan ikan sebagai imbas jangka pendek beberapa kebijakan

pemerintah pusat. Pasokan aneka cabai dan aneka bawang juga diperkirakan berkurang seiring

berakhirnya masa panen raya komoditas tersebut di sentra-sentra lokal. Dengan demikian,

harga komoditas-komoditas ini diperkirakan meningkat khususnya pada bulan Juni 2015.

Sementara itu, imbas pelemahan nilai Rupiah diperkirakan dapat menyebabkan naiknya pakan

ternak, pestisida, dan pupuk yang bahan bakunya masih mengandung unsur impor. Hal ini akan

memicu kenaikan harga komoditas daging, sayur-mayur, dan buah-buahan.

Tekanan juga diperkirakan datang dari inflasi administered price. Kenaikan BBM pada

28 Maret 2015 langsung direspons dengan kenaikan tarif angkutan dalam kota serta ojek.

Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas elpiji 12 kg per 1 April 2015 namun demikian

pengaruh lanjutannya pada komoditas lainnya di Maluku Utara diperkirakan minimal karena

masyarakat lebih banyak menggunakan minyak tanah dalam aktivitas sehari-hari. Sementara

itu, tekanan inflasi administered price juga dibayang-bayangi potensi kenaikan harga minyak

dunia yang dapat berdampak pada kenaikan harga premium dan solar di periode mendatang.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

68

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - Bank Indonesia · dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 4,71% (yoy). Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi bersumber dari

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN