KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi...

120
MEI 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718

-----

Keterangan Cover:

Hasil Tangkapan Ikan di TPI Kendari

Fotografer: Harisuddin

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

i

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan

ridha- Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara Mei

ini disusun setiap triwulan dan merupakan asesmen

terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem

keuangan dan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang,

ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat, serta prospek perekonomian ke depan.

Kajian ekonomi daerah ini disamping bertujuan untuk memberikan masukan bagi Kantor

Pusat Bank Indonesia dalam merumuskan kebijakan moneter, makroprudensial maupun

sistem pembayaran, juga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi para

stakeholders di daerah dalam membuat keputusan. Keberadaan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia di daerah diharapkan dapat semakin berperan sebagai strategic partner bagi

stakeholder di wilayah kerjanya.

Dalam penyusunan laporan ini, data dan informasi selain dari internal Bank Indonesia, juga

bersumber dari berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dan

dinas-dinas terkait, BPS Sulawesi Tenggara, BULOG Divre Sultra, Kanwil Ditjen

Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Tenggara, PLN, berbagai perusahaan, perbankan, asosiasi

dan akademisi. Sehubungan dengan hal tersebut, perkenankanlah kami menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang membantu penyusunan buku ini.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran serta

masukan dari para pengguna sangat kami harapkan untuk menghasilkan kajian yang lebih

baik ke depan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan

menerangi setiap langkah kita.

Kendari, 23 Mei 2017

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

Minot Purwahono

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

ii

VISI BANK INDONESIA Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan

terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai

strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

rencah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga

efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara

efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap

gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat

berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien,

dan lancar yang berkontribusi terhadap

perekonomian, stabilitas moneter, dan stabilitas

sistem keuangan dengan memperhatikan aspek

perluasan akses dan kepentingan nasional

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM

Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai

strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

melaksanakan tugas yang diamanatkan Undang-

Undang

NILAI-NILAI STRATEGIS Merupakan nilai-nilai yang menjadi dasar Bank

Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak

dan atau berperilaku, yang terdiri atas:

Trust and Integity – Professionalism – Excellence –

Public Interest – Coordination and Teamwork

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Visi Misi Bank Indonesia ii

Daftar Isi iii

Daftar Grafik v

Daftar Tabel viii

Tabel Indikator Terpilih Ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH 5

1.1. KONDISI UMUM 7

1.2. SISI PERMINTAAN 8

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga 9

1.2.2. Konsumsi Pemerintah 10

1.2.3. Investasi 11

1.2.4. Ekspor dan Impor 13

1.2. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA 16

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 17

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian 19

1.3.3. Industri Pengolahan 21

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran 22

1.3.5. Konstruksi 24

BOKS 1. Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 27

BAB II KONDISI FISKAL DAERAH 31

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN 2017 33

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD PROVINSI 33

2.2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan 33

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja 35

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBN DI PROVINSI 37

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN 38

2.4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan 38

2.4.2. Realisasi Anggaran Belanja 39

BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 41

3.1. KONDISI UMUM 43

3.1.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (year on year) 43

3.1.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (month to month) 45

3.2. DISAGREGASI INFLASI 46

3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 48

BOKS 2. Pola Inflasi Pasa Saat Idul Fitri 51

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

iv

BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH 55

4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA 57

4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga 57

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga 59

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di Perbankan 62

4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah Tangga 63

4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI 67

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi 67

4.2.2. Kinerja Korporasi 67

4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi 70

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN (PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA 73

4.3.1. Aset Bank Umum 73

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 73

4.3.3. Penyaluran Kredit 76

4.3.4. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi Tenggara 79

4.3.5. Perbankan Syariah 79

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat 81

4.4. AKSES KEUANGAN 82

4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM 82

4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk 83

BAB V SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 85

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 87

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring 87

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS 87

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI 88

5.2.1. Aliran Uang Kartal 88

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar 89

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak Asli 89

BAB VI KONDISI TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN 91

6.1. KETENAGAKERJAAN 93

6.2. KESEJAHTERAAN 94

BAB VII PROSPEK EKONOMI DAERAH 97

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI 99

7.1.1. Triwulan III 2017 99

7.1.1. Tahun 2017 101

7.1. PROSPEK INFLASI 101

7.2.1. Triwulan III 2017 101

7.2.1. Tahun 2017 102

Daftar Istilah

Tim Penyusun

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 7

Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan IV 2016 7

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan Kebutuhan Rumah Tangga 9

Grafik 1.4 Indeks Pengeluaran Saat Ini 9

Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tenggara 10

Grafik 1.6 Konsumsi Semen Di Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.7 Pertumbuhan Kerdit Investasi Di Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA Di Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN Di Sulawesi Tenggara 12

Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekspor 13

Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara 13

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara 14

Grafik 1.14 Arus Muat Barang 14

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara 15

Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang Dipelabuhan 15

Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian 17

Grafik 1.18 Luas Panen Padi Di Sulawesi Tenggara 18

Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan Di Kota Kendari 18

Grafik 1.20 Kredit Pertanian Sulawesi Tenggara 19

Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel 20

Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara 20

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara 21

Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Manufaktur Mikro Dan Kecil 21

Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara 22

Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri 22

Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat Pelabuhan Kendari 23

Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara 23

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara 24

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara 25

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara 33

Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara 33

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

35

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelasaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi Dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggar

35

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

vi

Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara 43

Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahun Provinsi Di Sulawesi 43

Grafik 3.3 Pergerakan Inflasi Tahunan Sultra Berdasarkan Kelompok 43

Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari Dan Kota BauBau Berdasarkan Kelompok

44

Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada Tri Wulan I 2017 Dan Tracking April 2017

44

Grafik 3.6 Peergerakan Dan Pola Inflasi Bulanan Sulawesi Tenggara 45

Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari Dan Kota BauBau Tri Wulan I 2017 45

Grafik 3.8 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang 48

Grafik 3.9 Indeks Harga 48

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap PDRB Sulawesi Tenggara 57

Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT Se-Sulawesi 57

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumsi Sulawesi Tenggara 58

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga 58

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini Di Bandingkan 6 Bulan Yang Lalu 58

Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan 6 bulan Mendatang 58

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 59

Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga Berdasarkan Pengeluaran/Bulan 59

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi Tenggara 60

Grafik 4.10 Kecukupan Pendapan RT Debitur Bank Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

60

Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang Debitur Bank 60

Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga 60

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa Tabungan/Deposito/Cash 61

Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah Tangga Terhadap Pendapatannya 61

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan 62

Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan 62

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara 62

Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara 62

Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan Sulawesi Tenggara 63

Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK perseorangan Tiap Jenis Penempatan 63

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 63

Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan Di Sulawesi Tenggara 63

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT 64

Grafik 4.24 MPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT 64

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR Dan Pangsa KPR Tiap Tipe 65

Grafik 4.26 NPL Dan Suku Bunga KPR 65

Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB Dan Pangsa Tiap Jenis 65

Grafik 4.28 MPL dan Suku Bunga 65

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna Dan Pangsa Berdasarkan Besaran Kredit 66

Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna 66

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional 67

Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor 67

Grafik 4.33 Skala liker Kondisi Korporasi Hasil Liaison 68

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

vii

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Di Sulawesi Tenggara 69

Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi Berdasarkan Sektoral 69

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapat Korporasi 6 Bulan Mendatang 70

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 71

Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi 71

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi Sektor Dominan 71

Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi 71

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi Sektor Dominan 72

Grafik 4.42 Pergerakan MPL Kredit Investasi Korporasi 72

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara 72

Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank 72

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara 73

Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan 73

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara 75

Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan DPK di Sulawesi 75

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio Sulawesi Tenggara 78

Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi Tenggara 78

Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum 79

Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum 79

Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah 80

Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset Syariah se-Sulawesi 80

Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah 80

Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah 80

Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR 81

Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara 81

Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM 81

Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM 81

Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM 82

Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM 82

Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral 83

Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan 83

Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi Tenggara 83

Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi Tenggara 83

Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja 84

Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja 84

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 87

Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi Sulawesi Tenggara 87

Grafik 5.3 Perputaran kliring harian di Sulawesi Tenggara 87

Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong) 87

Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 88

Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi Tenggara 88

Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di Sulawesi Tenggara 88

Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank Sentral Sulawesi Tenggara 88

Grafik 5.9 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar 89

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

viii

Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan 89

Grafik 6.1 Kondisi Penduduk Bekerja Sulawesi Tenggara 93

Grafik 6.2 Kondisi Penduduk Menganggur 93

Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Konsumen 94

Grafik 6.6 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara 94

Grafik 6.7 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara. 95

Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi Konsumen 99

Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi 99

Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Dunia 101

Grafik 7.4 Proyeksi Harga Komoditas Internasional 101

Grafik 7.5 Perkiraan Penghasilan dan Konsumsi RT 101

Grafik 7.6 Perkiraan Inflasi dari Sisi Konsumen 101

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Kawasan Selawesi 7

Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8

Tabel 1.3 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 17

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d TW 1

34

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara 36

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja APBN 37

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa 38

Tabel 2.5 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Dan Belanja 9 Kota/Kabupaten 39

Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya 74

Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya 74

Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Tri Wulan IV 2016 74

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya 75

Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya 75

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2016 76

Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan I 2017 77

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 100

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 100

Tabel 7.3 Faktor Risiko Inflasi Tahun 2017 103

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

x

TABEL INDIKATOR

PDRB DAN IHK

2017

I II III IV I

Indeks Harga Konsumen

- Kendari 120.18 120.72 121.65 121.68 123.06

- Baubau 126.94 128.20 129.58 128.87 129.29

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy)

- Sulawesi Tenggara 4.75 3.49 3.28 2.69 2.25

PDRB Penawaran - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,433 4,508 4,580 4,749 4,738

2. Pertambangan dan Penggalian 3,415 3,948 3,867 4,188 4,006

3. Industri Pengolahan 1,161 1,189 1,241 1,244 1,247

4. Pengadaan Listrik, Gas 10 10 10 10 11

5. Pengadaan Air 39 38 40 39 39

6. Konstruksi 2,144 2,480 2,719 2,930 2,349

7. Perdagangan Besar & Eceran, 2,191 2,394 2,632 2,564 2,321

8. Transportasi dan Pergudangan 825 880 956 936 906

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum106 113 115 119 114

10. Informasi dan Komunikasi 447 450 468 485 489

11. Jasa Keuangan 437 456 459 473 458

12. Real Estate 303 314 300 327 308

13. Jasa Perusahaan 40 42 42 43 42

14. Adm Pemerintahan, 964 1,077 1,033 1,035 967

15. Jasa Pendidikan 932 941 975 945 949

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 191 188 195 193 194

17. Jasa Lainnya 279 292 290 299 285

PDRB Permintaan - Harga Konstan (Rp miliar)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 8,989 9,167 9,419 9,483 9,516

2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 189 194 203 211 212

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 2,308 2,926 2,817 2,941 2,462

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 7,227 7,892 8,195 8,936 8,314

5. Perubahan Inventori (16) 127 161 116 328

6. Eksport Luar Negeri 431 656 691 1,165 925

7. Import Luar Negeri 764 1,210 1,040 1,598 1,957

8. Net Eksport Antar Daerah (445) (431) (524) (675) (379)

Total PDRB (Rp Miliar) ##### ##### ##### 20,580 19,421

Pertumbuhan PDRB (%, yoy) 5.5 6.8 6.0 7.6 8.4

Indikator2016

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

xi

PERBANKAN & SISTEM PEMBAYARAN

2017

I II III IV I

Total Asset (Rp miliar) 22,003 22,895 22,906 23,347 23,194

- Bank Umum (Konvensional & Syariah) 21,732 22,603 22,632 23,038 22,900

- BPR 271 292 274 309 294

Dana Pihak Ketiga Bank Umum (Rp miliar) 15,367 15,690 15,442 14,872 15,882

- Giro 4,211 4,030 3,790 2,545 4,016

- Tabungan 7,245 7,665 7,717 8,627 7,635

- Deposito 3,912 3,995 3,934 3,700 4,230

Kredit Bank Umum* (Rp miliar) 16,915 17,910 18,119 18,266 18,813

- Modal Kerja 4,669 5,002 5,061 5,071 5,155

- Investasi 1,823 1,962 1,920 1,920 1,968

- Konsumsi 10,423 10,946 11,140 11,275 11,690

NPL Bank Umum(%) 2.61 2.48 2.79 2.69 3.23

LDR (%) 110 114 117 123 118

- Inflow 1,279 579 1,140 492 1,243

- Outflow 282 1,612 1,044 1,550 403

- Net (Inflow - Outflow) 997 (1,033) 96 (1,058) 840

- Volume (transaksi) 2,084 2,437 2,172 2,404 2,000

- Nominal (Rp miliar) 58 64 56 62 55

- Volume (transaksi) 481 529 478 539 525

- Nominal (Rp miliar) 848 874 689 801 587

*Lokasi Bank

2016

RTGS dari Perbankan Sultra

Indikator

Kas (Rp miliar)

Perbankan

Kliring

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

xii

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Mei

2017

RINGKASAN

Senja di Teluk Kendari

Foto: Daniel AP

EKSEKUTIF Pada Triwulan I 2017 ekonomi

Sulawesi Tenggara (Sultra)

tumbuh sebesar 8,4% (yoy)

mengalami akselerasi

dibandingkan triwulan

sebelumnya. Akselerasi tersebut

didorong oleh akselerasi laju

pertumbuhan yang terjadi pada

pertumbuhan investasi, konsumsi

rumah tangga dan konsumsi

pemerintah pada sisi permintaan.

Sementara itu, inflasi di Sulawesi

Tenggara mencapai 2,25% (yoy),

lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,69% (yoy).

Penurunan inflasi tersebut

terutama bersumber dari

berkurangnya tekanan inflasi

komponen volatile food dan inflasi

inti.

Di sisi lain, stabilitas keuangan

daerah masih terjaga terutama

dari ketahanan sktor rumah

tangga. Sementara dari sisi sektor

korporasi mulai membaik.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

2

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Akselerasi laju

pertumbuhan

investasi, konsumsi

rumah tangga dan

konsumsi

pemerintah

menyebabkan terjadi

akselerasi

perekonomian Sultra

Tekanan inflasi Sultra

mengalami

penurunan akibat

adanya deflasi yang

terjadi kelompok

bahan pangan dan

penurunan tekanan

harga kelompok

makanan jadi

Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Pertumbuhan Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar

8,4%(yoy), mengalami akselerasi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,6%(yoy). Akselerasi tersebut

disebabkan oleh akselerasi yang terjadi pada pertumbuhan investasi,

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah pada sisi permintaan.

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja lapangan pertambangan dan

penggalian serta lapangan usaha konstruksi merupakan penyebab utama

terjadinya percepatan laju pertumbuhan.

Sementara itu, pada triwulan II 2017 perekonomian Sulawesi Tenggara

diperkirakan akan masih mengalami akselerasi yang didorong oleh

percepatan yang terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan

perikanan, lapangan usaha industri pengolahan, lapagan usaha konstruksi

serta lapangan usaha perdagangan besar dan eceran.

Inflasi Daerah

Inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 mengalami penurunan dari

2,69% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 2,25% (yoy). Penurunan laju

inflasi Sulawesi Tenggara tersebut disebabkan oleh penurunan inflasi

yang terjadi di Kota Kendari. Sementara untuk Kota Baubau tercatat

mengalami peningkatan sehingga menahan laju penurunan inflasi di

Sulawesi Tenggara. Sumber utama penurunan inflasi tersebut adalah

deflasi yang terjadi kelompok bahan pangan dan penurunan tekanan

harga kelompok makanan jadi.

Upaya pengendalian inflasi difokuskan untuk meningkatkan koordinasi

dan komunikasi seluruh TPID Kota/Kabupaten dan TPID Provinsi. Selain itu,

dilakukan pula upaya untuk menjaga ekspektasi masyarakat terhadap

harga kebutuhan strategis di pasar.

Namun demikian, tekanan inflasi pada triwulan II 2017 diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut utamanya masih

disebabkan oleh peningkatan kelompok kelompok volatile food dan

kelompok administered prices akibat adanya peningkatan permintaan

masyarakat akan komoditas bahan makanan dan angkutan udara pada

saat Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

3

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Stabilitas keuangan

daerah masih terjaga

terutama dari

ketahanan rumah

tangga

Realisasi Pendapatan

dan Belanja APBD

Provinsi Sulawesi

Tenggara mengalami

penurunan

dibandingkan

dengan tahun

sebelumnya, namun

untuk realisasi

belanja APBN

mengalami

peningkatan

Stabilitas Keuangan Daerah

Stabilitas keuangan daerah masih terjaga, terutama dari ketahanan sektor

rumah tangga. Tingkat konsumsi masyarakat yang masih terjaga, perilaku

berutang yang masih normal, dan risiko kredit yang masih terjaga

berdampak minimal pada stabilitas sistem keuangan.

Dari sisi sektor korporasi, kinerja korporasi utama sudah mulai membaik

seiring dengan membaiknya ekonomi global dan mampu menopang

ketahanan sistem keuangan di Sulawesi Tenggara.

Perekonomian yang masih terkonsolidasi mempengaruhi kinerja institusi

keuangan, khususnya perbankan di Sulawesi Tenggara. Kinerja

penghimpunan dana pihak ketiga sudah mulai menunjukkan peningkatan

meskipun masih rendah, sementara itu penyaluran kredit kembali

mengalami perlambatan. Meskipun demikian, risiko kredit masih terjaga.

Keuangan Pemerintah

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi

Tenggara pada tahun 2017 mengalami peningkatan jika dibandingkan

dengan anggaran tahun 2016.

Pada triwulan I 2017, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara mencapai sebesar 24,4%, menurun dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 29,4%.

Sejalan dengan kondisi tersebut, realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi

Tenggara juga mengalami penurunan dari 13,0% di tahun 2016 menjadi

7,4% di periode laporan.

Namun demikian untuk realisasi belanja APBN Provinsi pada triwulan I

tahun 2017 mampu terealisasi sebesar 15,0%, jauh lebih tinggi jika

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya tercatat

sebesar 11,6%.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

4

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Sistem pembayaran

non tunai melalu

RTGS mengalami

peningkatan. Namun

sistem pembayaran

melalui kliring

mengalami

penurunan.

Sementara untuk

transaksi tunai

terjadi net inflow

Berbeda dengan

akselerasi yang

terjadi, kondisi

ketenagakerjaan dan

kesejahteraan

mengalami

penurunan.

Pertumbuhan

ekonomi Sultra pada

triwulan III 2017

diperkirakan akan

menurun disertai

dengan peningkatan

tekanan inflasi

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang

Pada triwulan I 2017, aktivitas sistem pembayaran non tunai melalui RTGS

di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan baik secara nominal

maupun jumlah transaksi jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Namun demikian, pembayaran non tunai melalui sistem kliring tercatat

mengalami penurunan.

Di sisi sistem pembayaran tunai, pada triwulan I 2017 terjadi net inflow

uang kartal sesuai dengan pola musimannya. Selain itu, KPw Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga terus melakukan peningkatan

kelayakedaran dari uang kartal dan meminimalkan peredaran uang palsu.

Kondisi Tenaga Kerja dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan

walaupun terjadi akslerasi kinerja perekonomian pada periode laporan.

Kondisi tersebut terlihat dari peningkatan jumlah penggangguran.

Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan

masyarakat terutama pada masyarakat pedesaan juga mengalami

penurunan. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar Pertani (NTP) yang

menurun di periode laporan.

Prospek Perekonomian

Pada triwulan III 2017, perekonomian Sulawesi Tenggara diperkirakan

mengalami penurunan dan tumbuh pada kisaran 7,8% - 8,2% (yoy). Hal

ini mendorong perekonomian Sultra selama tahun 2017 diperkirakan

dapat tumbuh sebesar 8,3% - 8,7%.

Perlambatan tersebut disebabkan oleh perlambatan kinerja lapangan

usaha pertanian serta lapangan usaha perdagangan eceran dari sisi

penawaran. Sementara dari sisi permintaan adanya perlambatan pada

konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah merupakan faktor

penyebab perlambatan ekonomi yang diperkirakan akan terjadi di

triwulan III 2017.

Di sisi lain, perkembangan inflasi Sultra pada triwulan III 2017 perkirakan

dominan dipengaruhi oleh penurunan harga pada kelompok volatile food

dan administered prices.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

1

EKONOMI MAKRO REGIONAL

Panen Padi di Konawe

Foto: Suharjono

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

7

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

1.1. KONDISI UMUM

Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan

I 2017 mampu tumbuh sebesar 8,4% (yoy), jauh

mengalami akselerasi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh

sebesar 7,6% (yoy) (Grafik 1.1). Dari sisi

permintaan, akselerasi tersebut disebabkan oleh

adanya meningkatnya pertumbuhan investasi,

konsumsi rumah tangga, dan konsumsi

pemerintah. Sementara itu dari sisi penawaran,

akselerasi pada kinerja lapangan usaha

pertambangan dan penggalian dan lapangan

usaha konstruksi menjadi sumber utama

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara di

periode tersebut.

Meskipun memiliki arah pertumbuhan yang

sama dengan perekonomian nasional, namun

pertumbuhan perekonomian Sulawesi Tenggara

masih lebih besar. Pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada periode yang sama hanya

tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan

perekonomian Sulawesi Tenggara sebagian

besar dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan

juga global.

Berdasarkan spasial kawasan Sulawesi,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang

tercatat tumbuh sebesar 8,4% (yoy) di triwulan I

2017 seperti pada triwulan sebelumnya masih

merupakan pertumbuhan yang tertinggi di

kawasan. Pada periode triwulan I 2017,

perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara

menyumbang 13,7% terhadap perekonomian

Kawasan Sulawesi. Nilai tersebut mengalami

penurunan dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang memberikan andil sebesar

14,2% terhadap perekonomian di kawasan

Sulawesi. Perekonomian Kawasan Sulawesi

secara dominan disumbang oleh Provinsi

Sulawesi Selatan (48,0%), diikuti oleh Provinsi

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Sulawesi

Sumber: BPS , ADHK, diolah

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: BPS, ADHB, diolah

Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi

Sulawesi Tenggara Grafik 1.2 Pangsa Sektor Dominan Perekonomian

Sulawesi Tenggara Triwulan IV 2016

Keterangan Tw IV 2016 Tw I 2017

Sulawesi Utara 6,5 6,4

Sulawesi Tengah 3,8 3,9

Sulawesi Selatan 7,6 7,5

Sulawesi Tenggara 7,6 8,4

Gorontalo 7,0 7,3

Sulawesi Barat 7,5 7,4

Sulawesi 6,8 6,9

7.6%8.4%

4.9% 5.0%

3.0%

4.0%

5.0%

6.0%

7.0%

8.0%

9.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Ekonomi Sultra Pertumbuhan Ekonomi Nasional

%, yoy

Sultra2014=6,3%

Sultra2015=6,9% Sultra

2016=6,5% 24,420,66,4

12,112,0

Pertanian

PertambanganIndustri

Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan

Lainnya

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

8

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Sulawesi Tengah (16,3%) dan provinsi Sulawesi

Tenggara (13,7%).

Memasuki triwulan II 2017, perkembangan

beberapa indikator ekonomi di Sulawesi

Tenggara mengindikasikan arah pertumbuhan

dengan tren meningkat dan diperkirakan

mampu tumbuh pada kisaran 8,5% - 8,9%

(yoy). Hasil survei yang dilakukan oleh KPw Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara dan

pendalaman informasi yang dilakukan melalui

liaison juga mengindikasikan akan terjadi

percepatan pertumbuhan ekonomi. Sektor

ekonomi yang diperkirakan akan mengalami

percepatan pertumbuhan yaitu lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan

usaha industri pengolahan, lapangan usaha

konstruksi serta lapangan usaha perdaganan

besar dan eceran. Namun demikian, lapangan

usaha pertambangan dan penggalian

diperkirakan akan mengalami perlambatan

sehingga menahan laju akselerasi ekonomi yang

terjadi. Sementara dari sisi permintaan,

percepatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Tenggara diperkirakan berasal dari adanya

peningkatan konsumsi rumah tangga , konsumsi

pemerintah, investasi serta ekspor.

1.2. SISI PERMINTAAN

Realisasi Triwulan I 2017

Dari sisi permintaan (dilihat dari komponen

pengeluaran pada PDRB), akselerasi laju

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan I 2017 disebabkan oleh akselerasi

pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga

dan konsumsi pemerintah. Akselerasi yang

terjadi pada konsumsi rumah tangga disebabkan

oleh peningkatan daya beli maupun kualitas

konsumsi masyarakat Sulawesi Tenggara.

Sementara untuk akselerasi konsumsi

pemerintah didorong peningkatan realisasi

belanja pemerintah pasca adanya penundaan

transfer DAU oleh pemerintah pusat di akhir

tahun 2016. Selain itu, kinerja ekspor Sulawesi

Tenggara yang mengalami perbaikan akibat

adanya peningkatan ekspor komoditas

perikanan juga turut menyebabkan akselerasi

Tabel 1.2 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

Dalam % (yoy) Rasio = perbandingan terhadap total PDRB PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto (investasi); p= proyeksi KPw BI Sultra LNPRT= Lembaga Non Profit melayani Rumah Tangga

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Rasio

I II III IV I II III IV I IIP Tw I 2017

Konsumsi Rumah Tangga 4,5 5,0 5,3 5,6 6,7 6,8 6,0 5,1 5,9 6.7 - 7.1 49,00

Konsumsi LNPRT -11,0 -9,0 5,1 5,5 6,6 7,2 3,2 1,5 12,1 12.9 - 13.3 1,09

Konsumsi Pemerintah 2,5 3,9 6,8 4,3 4,8 11,4 1,2 -6,9 6,7 11.4 - 11.8 12,68

PMTB 2,2 10,3 2,8 2,5 11,5 10,9 7,0 2,6 15,0 15.1 - 15.4 42,81

Perubahan Inventori -275,0 -71,3 -79,2 -81,6 -110,5 -16,5 44,3 -230,1 -2145,6 -23 - -25 1,69

Eksport Luar Negeri -40,3 27,8 -21,9 -27,9 -49,7 -29,7 -3,0 63,2 114,5 150 - 153 4,76

Import Luar Negeri -5,6 -15,0 -39,1 -24,6 -22,7 28,0 4,0 6,3 156,0 70 - 72 (10,08)

Net Eksport Antar Daerah -67,3 -10,3 -40,3 10,3 36,9 -22,8 -4,3 -38,8 -14,8 144 - 146 (1,95)

PDRB 5,8 7,2 7,0 7,5 5,5 6,8 6,0 7,6 8,4 8.5 - 8.9 100,0%

Keterangan:

Meningkat

Melambat

2016 2017Komponen Pengeluaran

2015

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

9

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

yang terjadi di periode triwulan pertama tahun

2017.

Disisi lain, adanya peningkatan impor di periode

triwulan I 2017 menahan laju akselerasi

perekonomian Sulawesi Tenggara. Peningkatan

tersebut terjadi akibat adanya impor mesin dan

peralatan dalam rangka pembangunan smelter.

Dari sisi rasio komponen pengeluaran terhadap

total PDRB, konsumsi rumah tangga masih

mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara

dengan pangsa sebesar 49,0% diikuti oleh

pengeluaran untuk kegiatan investasi sebesar

42,8%. Selain itu, konsumsi pemerintah juga

masih memiliki peran yang cukup besar dengan

pangsa mencapai 12,7% sehingga realisasinya

perlu mendapat perhatian agar dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang

optimal dan berkelanjutan. Sementara itu,

ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara hanya

memberikan kontribusi sebesar 4,8% jika

dibandingkan dengan keseluruhan PDRB. (Tabel

1.2).

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 yang sedang berjalan

diperkirakan akan kembali terjadi percepatan

pertumbuhan ekonomi yang masih didorong

oleh peningkatan konsumsi rumah tangga,

konsumsi pemerintah serta stabilnya kegiatan

investasi di Sulawesi Tenggara. Masuknya Bulan

Ramadhan dan Idul Fitri di periode laporan

menyebabkan adanya peningkatan konsumsi

rumah tangga dan konsumsi pemerintah seiring

adanya peningkatan daya beli masyarakat dan

pembayaran THR kepada PNS. Sementara itu,

masih berlansungnya pembangunan smelter di

beberapa daerah juga diperkirakan akan

mengakibatkan akselerasi pertumbuhan

ekonomi yang akan terjadi.

1.2.1. Konsumsi Rumah Tangga

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017 konsumsi rumah tangga

tercatat mampu tumbuh sebesar 5,9% (yoy),

mengalami percepatan laju pertumbuhan jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 5,1% (yoy). Akselerasi laju

pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut

sebagai akibat dari adanya peningkatan daya

beli serta kualitas konsumsi masyarakat.

Berdasarkan jenis pengeluaran konsumsinya,

pengeluaran rumah tangga yang mengalami

Sumber: BPS, ADHK, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 1.3 Pertumbuhan Konsumsi Berdasarkan

Kebutuhan Rumah Tangga Grafik 1.4 Indeks Pengeluaran Saat ini

0123456789

Ma

kan

an d

an

Min

um

an,

se

lain

Resto

ran

Pa

kaia

n d

an

Ala

sK

aki

Pe

rum

ah

an

da

nP

erle

ngka

pan

Ru

mah

Ta

ngg

a

Ke

seh

ata

n d

an

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

rta

si d

an

Ko

mun

ikasi

Resto

ran

dan

Ho

tel

Ko

nsu

msi la

innya

Tw IV 2016 Tw I 2017

%, yoy

145

120

125

130

135

140

145

150

155

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

SBT

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

10

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

peningkatan pada periode tersebut terjadi pada

konsumsi perumahan dan perlengkapan,

transportasi dan komunikasi, restoran dan hotel

serta konsumsi lainnya. Semantara untuk

konsumsi makanan dan minuman tercatat

tumbuh stabil sebesar 6,2% (yoy) (Grafik 1.3).

Konsumsi rumah tangga Sulawesi Tenggara

masih didominasi oleh konsumsi makanan dan

minuman sebesar 46,7%, diikuti oleh konsumsi

untuk transportasi dan komunikasi sebesar

20,1%. Sementara itu konsumsi perumahan dan

peralatan rumah tangga berada pada posisi ke-

3 dengan pangsa sebesar 12,5%.

Percepatan laju pertumbuhan konsumsi rumah

tangga tersebut sejalan dengan adanya

peningkatan UMP tahun 2017. Pada tahun

2017, UMP Provinsi Sulawesi Tenggara

ditetapkan sebesar Rp2.002.625, naik sebesar

8,25% dari UMP tahun sebelumnya. Hal ini

terlihat juga hasil Survei Konsumen (SK) yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi

Tenggara. Berdasarkan hasil survei tersebut

terdapat peningkatan Indeks Pengeluaran dari

143 di triwulan IV 2016 menjadi 145 di triwulan

I 2017 (Grafik 1.4).

Meskipun konsumsi masyarakat meningkat,

namun hal tersebut tidak diikuti oleh

peningkatan kredit konsumsi. Pertumbuhan

kredit konsumsi pada periode tersebut

mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2017,

kredit konsumsi di Sulawesi Tenggara tercatat

sebesar Rp12,6 triliun atau tumbuh sebesar

12,6% (yoy), sedangkan pada triwulan

sebelumnya tumbuh sebesar 13,3% (yoy) (Grafik

1.5).

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan II 2017, perkembangan

berbagai indikator terkini mengindikasikan

pertumbuhan konsumsi rumah tangga akan

terakselerasi pada kisaran 6,7% - 7,1% (yoy).

Adanya rencana pembayaran THR bagi pegawai

baik swasta maupun negeri seiring masuknya

Bulan Ramadhan dan Idul Fitri diperkirakan akan

meningkatkan konsumsi masyarakat terutama

untuk komoditas bahan makanan dan

transportasi. Selain itu, adanya perbaikan harga

nikel olahan masih diperkirakan turut

meningkatkan daya beli masyarakat seiring

adanya peningkatan pengeluaran terutama

untuk bahan makanan dan makanan jadi. Hal ini

tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) yang

menunjukkan indeks perkiraan pengeluaran 3

bulan mendatang dibanding saat ini yang

mengalami peningkatan dari 167 di periode

sebelumnya menjadi 182 di periode triwulan II

2017 mendatang.

1.2.2. Konsumsi Pemerintah

Realisasi Triwulan I 2017

Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja

pemerintah pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 6,7% (yoy), jauh meningkat jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 6,9% (yoy). Adanya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Grafik 1.5 Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Sulawesi

Tenggara

12.62

12.6%

10%

11%

12%

13%

14%

15%

16%

17%

18%

19%

-

2

4

6

8

10

12

14

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (sb. Kanan)

Rp Triliun yoy

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

11

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

penghematan anggaran pemerintah dan

penundaan transfer DAU dari pemerintah pusat

di periode sebelumnya menyebabkan rendahnya

konsumsi pemerintah daerah di periode

sebelumnya. Kondisi tersebut juga

mengakibatkan adanya komitmen pemerintah

daerah untuk segera merealisasikan anggaran

pada tahun 2017.

Hal tersebut tercermin dari realisasi anggaran

belanja pemerintah yang berasal dari APBN pada

triwulan I 2017 telah mencapai Rp895,8 miliar

atau mampu tumbuh positif sebesar 14,4%

(yoy) jika di bandingkan dengan periode yang

sama pada tahun lalu. Akselerasi pertumbuhan

konsumsi pemerintah tersebut disebabkan oleh

akselerasi pertumbuhan konsumsi kolektif1 dan

konsumsi individual pemerintah2. Pada periode

tersebut konsumsi kolektif pemerintah tumbuh

sebesar 6,7%(yoy), setelah pada periode

sebelumnya tercatat mengalami pertumbuhan

yang negatif sebesar 6,9% (yoy). Sedangkan

untuk konsumsi individual pemerintah mampu

tumbuh sebesar 6,9% (yoy) setelah sebelumnya

terkontraksi.

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, pertumbuhan konsumsi

pemerintah diperkirakan masih akan mengalami

perbaikan. Pada triwulan mendatang konsumsi

pemerintah diperkirakan akan kembali

meningkat dan tumbuh sebesar 11,4% - 11,8%

1 Konsumsi kolektif pemerintah merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan (umum) dan semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat dari jasa seperti ini. Jasa kolektif yang diberikan oeh pemerintah antara lain keamanan dan pertahanan, peraturan-peraturan yang menyangkut kemasyarakatan, pemeliharaan undang-undang dan peraturan, perlindungan lingkungan, penelitian dan pengembangan, infrastruktur dan pembangunan ekonomi.

2 Konsumsi individu merupakan pengeluaran pemerintah untuk kepentingan rumah tangga individu antara lain: Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, olah raga dan rekreasi, dan kebudayaan

(yoy). Akselerasi tersebut disebabkan oleh

adanya tindakan percepatan realisasi proyek-

proyek pemerintah sehingga diharapkan pada

semester pertama telah mulai terealisasi

seluruhnya serta adanya pembayaran THR oleh

pemerintah untuk PNS/ASN dan TNI/Polri.

1.2.3. Investasi

Realisasi Triwulan I 2017

Komponen investasi di Sulawesi Tenggara pada

triwulan I 2017 tercatat terakselerasi jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Aktivitas investasi Sulawesi Tenggara di triwulan

I 2017 tercatat mampu tumbuh cukup tinggi

hingga mencapai 15,0% (yoy), setelah di

periode sebelumnya hanya mampu tumbuh

sebesar 2,6% (yoy). Akselerasi yang terjadi

dipengaruhi oleh mulai kembalinya investasi

bangunan setelah sempat stagnan di periode

sebelumnya. Hal tersebut juga tercermin dari

data konsumsi semen yang tercatat mengalami

perbaikan. Konsumsi semen pada periode

tersebut tercatat sebesar 170,5 ton atau tumbuh

negatif sebesar 0,7%, setelah di periode

sebelumnya terkontraksi cukup dalam mencapai

4,9% (yoy) (Grafik 1.6). Selain itu, investasi non

bangunan juga tercatat mengalami akselerasi

dari 7,8% (yoy) menjadi sebesar 24,8% (yoy) di

triwulan I 2017.

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

12

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Berdasarkan status penanaman modalnya,

Penamanam Modal Dalam Negeri (PMDN)

maupun Penamanam Modal Asing (PMA)

merupakan sumber akselerasi investasi di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I 2017, jumlah

PMDN adalah sebanyak 25 proyek dengan total

investasi mencapai Rp1,41triliun atau tumbuh

hingga mencapai 1.181% (yoy), jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi sebesar 60,0%. Sedangkan untuk

Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat

mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I 2017

jumlah PMA adalah sebanyak 38 proyek dengan

nilai investasi sebesar US$ 272,2 ribu, meningkat

dibandingkan dengan periode triwulan III 2016

yang tercatat sebanyak 55 proyek namun hanya

senilai US$ 246,1 ribu. Investasi yang sedang

berjalan pada periode triwulan I 2017 antara lain

pembangunan Jembatan Teluk Kendari,

Revitalisasi Teluk Kendari, Pembangunan Mesjid

Al Alam, Pembangunan Bendungan Ladongi dan

Bendungan Pelosika, Pembangunan akses jalan

menuju Kawasan Industri Konawe untuk

investasi pemerintah, sementara untuk investasi

swasta asing masih didominasi oleh

pembangunan smelter.

Sejalan dengan akselerasi yang terjadi,

penyaluran kredit investasi untuk proyek-proyek

yang ada di Sulawesi Tenggara yang masih

dapat tumbuh tinggi sebesar 35,6% (yoy).

Sumber: BKPM, diolah Sumber: BKPM, diolah

Grafik 1.8 Realisasi Investasi PMA di Sulawesi Tenggara Grafik 1.9 Realisasi Investasi PMDN di Sulawesi Tenggara

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.6 Konsumsi Semen di Sulawesi Tenggara Grafik 1.7 Pertumbuhan Kredit Investasi di Sulawesi Tenggara

272

1273%

-100%

100%

300%

500%

700%

900%

1100%

1300%

1500%

-

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Nilai PMA Pertumbuhan(sb. Kanan)

US $ Jutayoy

1,406

1181%

-1000%

-500%

0%

500%

1000%

1500%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Nilai PMDN Pertumbuhan(sb. Kanan)

Rp milliaryoy

170

-0.73%-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Konsumsi semen Pertumbuhan Kons Semen (sb.kanan)

Ton yoy

4,872.84

35.6%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Investasi g Kredit Investasi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

13

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Sampai dengan periode tersebut, jumlah

outstanding kredit investasi adalah sebesar

Rp4,87 triliun. Kondisi tersebut meningkat jika

dibandingkan dengan triwulan IV 2016 yang

tumbuh sebesar 34,5%(yoy) (Grafik 1.7) .

Tracking Triwulan II 2017

Di triwulan berjalan kegiatan investasi di Sultra

diperkirakan akan mengalami akselerasi jika

dibandingkan dengan triwulan I 2017. Pada

triwulan berjalan kegiatan investasi diperkirakan

akan tumbuh sebesar 15,1% - 15,5% (yoy).

Kondisi tersebut didorong oleh adanya

peningkatan investasi baik dari belanja modal

pemerintah maupun swasta. Investasi swasta

diperkirakan akan tumbuh disebabkan oleh

masih berjalannya pembangunan smelter nikel

seiring dengan adanya trend perbaikan harga

nikel olahan. Sedangkan realisasi belanja modal

pemerintah juga diperkirakan akan mengalami

peningkatan di triwulan II 2017 mendatang

akibat kembali berjalannya proyek-proyek

pemeritah yang sempat tertunda seiring adanya

pembayaran DAU oleh pemerintah pusat di akhir

tahun 2016.

1.2.4. Ekspor dan Impor

Realisasi Ekspor Triwulan I 2017

Komponen ekspor luar negeri Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2017 tercatat

mengalami akselerasi yang tinggi. Pada periode

tersebut ekspor Sulawesi Tenggara tercatat

mampu tumbuh positif tinggi hingga mencapai

114,5% (yoy), setelah pada periode sebelumnya

tumbuh sebesar 63,2% (yoy) (Tabel 1.2).

Perbaikan yang terjadi pada ekspor luar negeri

tersebut dipengaruhi oleh akselerasi ekspor

barang dan ekspor jasa. Ekspor Sulawesi

Tenggara pada periode tersebut masih

didominasi oleh ekspor barang yang mencapai

94,6% sedangkan sisanya merupakan ekspor

jasa.

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.10 Nilai Ekspor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.11 Pangsa Komoditas Ekpsor

Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.12 Nilai Ekspor Feronikel Sulawesi Tenggara

39.17

31.5%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Nilai (Juta US$) yoy

Feronikel

64% Perikanan16%

Aspal1%

Kakao2% Mete

6%

Lainnya11%

25.08

-7%-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

-

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Ekspor feronikel g Ekspor feronikel (sb. Kanan)

Nilai (Juta US$) yoy

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

14

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Berdasarkan nilai ekspor barang secara riil dari

data Bea Cukai, ekspor Sulawesi Tenggara pada

periode laporan mencapai USD39,2 juta atau

mampu tumbuh positif sebesar 31,5% (yoy) jika

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya (Grafik 1.12). Perbaikan kinerja

ekspor tersebut secara dominan didorong oleh

peningkatan ekspor komoditas utama Sulawesi

Tenggara seperti ikan, aspal, kakao dan mente.

Ekspor komoditas perikanan pada periode

laporan menunjukkan adanya peningkatan

sehingga turut menjadi faktor utama pendorong

ekselerasi pertumbuhan ekspor Sulawesi

Tenggara. Pada triwulan I 2017, ekspor

komoditas perikanan tercatat senilai USD6,4 juta

atau mengalami pertumbuhan yang tinggi

mencapai 121,9% (yoy), meningkat sebesar

USD1,5 juta jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Peningkatan tersebut utamanya

disebabkan oleh peningkatan pengiriman ekspor

gurita senilai USD 1,2 juta dan udang senilai

USD1,3 juta (Grafik 1.13). Berdasarkan hasil

liaison diketahui bahwa peningkatan ekspor

komoditas perikanan tersebut lebih disebabkan

oleh bertambahnya hasil tangkapan akibat

peningkatan jumlah dan kualitas alat

penangkapan. Selain itu, akselerasi ekspor

Sulawesi Tenggara dipengaruhi juga oleh

peningkatan eskpor aspal, kakao dan mente

yang masing-masing tercatat senilai USD386,6

ribu, USD597,5 ribu, dan USD1,97 juta pada

triwulan I 2017

Sementara untuk ekspor komoditas nikel

olahan tercatat mengalami penurunan seiring

dengan adanya penurunan produksi. Komoditas

ekspor Sultra secara dominan diwakili oleh

komoditas nikel olahan dengan pangsa sebesar

64,0% dari total ekspor atau senilai USD25,1

juta (Grafik 1.12). Kondisi tersebut menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mencapai 86,6% dari total ekspor Sulawesi

Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa

ketergantungan kinerja ekspor di Sulawesi

Tenggara terhadap komoditas feronikel

mengalami penurunan.

Penurunan kinerja ekspor feronikel tersebut

sejalan dengan kondisi industri pengolahan nikel

di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil liaison,

korporasi-korporasi tersebut mengkonfirmasi

bahwa pada triwulan I 2017 melakukan ekspor

nikel olahan sebanyak 2.562,4 WMT atau

terkontraksi sebesar 2,4% (yoy), jauh menurun

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.13 Nilai Ekspor Perikanan Sulawesi Tenggara Grafik 1.14 Arus Muat Barang

294

14

234

816 836

263

58

1,378

1,206

Ikan Hidup Tuna Rajungan Udang Gurita

Tw IV 2016 Tw I 2017

(ribu USD)

88,470

-2.3%-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Arus muat g Arus muat (sb. Kanan)

Volume (T/M3) yoy

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

15

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat

melakukan ekspor feronikel sebanyak 8.792,5

WMT. Penurunan ekspor feronikel tersebut

terjadi seiring dengan adanya penurunan

produksi akibat adanya kendala teknis di awal

tahun 2017.

Mitra dagang utama Sulawesi Tenggara untuk

ekspor mengalami sedikit perubahan

dibandingkan periode sebelumnya. Pangsa

terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi

Tenggara pada awal tahun 2017 adalah Korea

Selatan yang mencapai 37,1%, lalu dikuti oleh

dengan pengiriman ke India (13,8%) dan ke

Tiongkok (10,3%).

Sementara pada periode sebelumnya pangsa

terbesar negara tujuan ekspor Sulawesi

Tenggara adalah Tiongkok yang mencapai

35,0%, lalu diikuti ke India (22,5%) dan Korea

(20,8%). Perubahan tersebut disebabkan oleh

adanya penurunan ekspor komoditas nikel

olahan ke Tiongkok.

Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor juga

tercermin dari arus muat barang di pelabuhan

peti kemas yang pada periode laporan tercatat

berjumlah 88,5 ribu MT atau tumbuh sebesar -

2,3%(yoy). Kondisi tersebut membaik jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

terkontraksi cukup dalam mencapai 24,2%(yoy)

(Grafik 1.14).

Realisasi Impor Triwulan I 2017

Sejalan dengan akselerasi ekspor, aktivitas impor

luar negeri di Sulawesi Tenggara tercatat

mengalami peningkatan pada periode laporan.

Peningkatan tersebut disebabkan oleh masih

berlangsungnya pembangunan smelter di

Sulawesi Tenggara. Selama triwulan I 2017,

aktivitas impor tumbuh sebesar 156,0% (yoy),

meningkat jauh dibandingkan triwulan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,3%

(yoy). Impor luar negeri Sulawesi Tenggara

didominasi oleh impor barang (97,9%) yang

pada periode laporan mengalami peningkatan

dan mampu tumbuh sebesar 6,3% (yoy).

Sementara untuk impor jasa juga tumbuh positif

sebesar 4,0% (yoy), setelah periode sebelumnya

tercatat tumbuh negatif (-2,0%-yoy).

Dilihat berdasarkan nilai impor barang secara riil

dari data Bea Cukai, impor Sulawesi Tenggara

pada periode laporan adalah sebesar USD167,9

juta atau mampu tumbuh sebesar 798,3% (yoy),

jauh meningkat dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar USD71,9 juta

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Pelindo IV Kendari, diolah

Grafik 1.15 Nilai Impor Luar Negeri Sulawesi Tenggara Grafik 1.16 Arus Bongkar Barang di Pelabuhan

167.9

798%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

-

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Import Sultra g Import Sultra (sb. Kanan)

Juta US$ yoy

305,209

-27.5%-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Arus bongkar g Arus bongkar (sb. Kanan)

Volume (T/M3) yoy

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

16

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

atau hanya tumbuh sebesar 21,3% (yoy) (Grafik

1.13). Impor Sultra pada periode laporan masih

didominasi oleh barang modal yang mencapai

78,5% lalu diikuti oleh barang antara 21,4%

dan barang konsumsi hanya 0,1%. Pada

triwulan I 2017 impor Sultra tersebut berasal dari

Tiongkok (96,5%) dan sisanya berasal dari Rusia.

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan II 2017, kinerja ekspor luar

negeri diperkirakan masih akan membaik. Pada

triwulan mendatang ekspor Sulawesi Tenggara

diperkirakan akan tumbuh sebesar 151% -

153% (yoy). Hal ini selain disebabkan oleh

adanya peningkatan ekspor komoditas nikel

olahan seiring dengan mulai adanya

peningkatan harga komoditas nikel olahan

dunia serta sudah mulai beroperasinya smelter

baru di Sulawesi Tenggara. Selain itu, adanya

relaksasi ekspor nikel mentah kadar rendah oleh

pemerintah pusat menyebabkan akselerasi

pertumbuhan kinerja ekspor Sulawesi Tenggara.

Adanya faktor base effect juga turut

memberikan pengaruh yang kuat pada

akselerasi ekspor di triwulan mendatang. Pada

tahun sebelumnya, ekspor Sulawesi Tenggara

mengalami penurunan akibat rendahnya harga

komoditas nikel dunia pada saat itu.

Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa pada

periode triwulan II mendatang sudah terdapat

perusahaan tambang yang memiliki izin ekspor

nikel kadar rendah dan akan segera lakukan

ekspor di triwulan II mendatang. Namun

demikian, ekspor komoditas perikanan

diperkirakan akan mengalami perlambatan

seiring dengan faktor musimam yang

mengakibatkan adanya penurunan produksi

ikan pada periode mendatang.

Sedangkan impor Sulawesi Tenggara pada

triwulan berjalan diperkirakan masih akan

mengalami peningkatan. Pada periode tersebut

impor diperkirakan akan tumbuh sebesar 70% -

73% (yoy). Peningkatan tersebut terutama

terjadi pada impor barang modal seiring

terjadinya akselerasi pada kegiatan investasi

pembangunan smelter pengolahan nikel. Selain

itu, adanya faktor base effect memberikan

pengaruh yang kuat pada peningkatan impor

ekspor di triwulan mendatang. Pada tahun

sebelumnya, impor Sulawesi Tenggara

mengalami penurunan akibat masih

terhambatnya pembangunan smelter periode

saat itu, terutama karena harga nikel yang masih

rendah.

1.3. SISI PENAWARAN: LAPANGAN USAHA

UTAMA

Realisasi Triwulan I 2017

Dari sisi penawaran, akselerasi pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan I

2017 disebabkan oleh akselerasi yang terjadi

pada kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian serta lapangan usaha konstruksi di

periode laporan. Namun akselerasi tersebut

sedikit tertahan oleh adanya perlambatan pada

kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan

dan perkinan, lapangan usaha industri

pengolahan serta lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran.

Percepatan pertumbuhan yang terjadi pada

lapangan usaha pertambangan dan penggalian

disebabkan oleh peningkatan jumlah produksi

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

17

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

ore nikel seiring dengan kebijakan pemerintah

pusat terkait relaksasi ekspor nikel kadar rendah

(kurang dari 1,7%). Sedangkan untuk lapangan

usaha konstruksi dipicu oleh tingginya realisasi

pembangunan terutama yang dilakukan oleh

pemerintah dan pembangunan smelter.

Tracking Triwulan II 2017

Sementara itu, pada triwulan II yang sedang

berjalan diperkirakan akan terjadi percepatan

pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh

percepatan yang terjadi pada lapangan usaha

pertanian, kehutanan dan perikanan, lapangan

usaha industri pengolahan, lapangan usaha

konstruksi serta lapangan usaha perdaganan

besar dan eceran. Namun demikan, adanya

perlambatan pertumbuhan pada lapangan

usaha pertambangan dan penggalian seiring

dengan tingginya pertumbuhan di triwulan I

2017 diperkirakan memberikan andil yang

negatif sehingga mampu menahan percepatan

laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara

di periode tersebut.

1.3.1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017, lapangan usaha pertanian,

kehutanan dan perikanan (selanjutnya disebut

usaha pertanian) mengalami perlambatan

pertumbuhan. Kinerja lapangan usaha tersebut

hanya tumbuh sebesar 6,9% (yoy), setelah pada

periode sebelumnya mampu tumbuh sebesar

9,0% (yoy). Jika diperhatikan dari sub lapangan

usahanya, maka usaha pertanian, peternakan,

perburuan dan jasa pertanian serta usaha

kehutanan merupakan penyebab utama

perlambatan yang terjadi di periode triwulan I

2017. Sementara untuk sub lapangan usaha

penebangan kayu dan akselerasi pada sub

Tabel 1.3 Perkembangan Petumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Dalam % (yoy); p= proyeksi KPw BI Sultra

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Sumber: BPS, diolah Grafik 1.17 Pangsa Lapangan Usaha Pertanian

Pangsa %

I II III IV I II III IV I IIP Tw I 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.29) (1.76) (3.79) 6.48 11.02 5.71 5.49 8.96 6.89 7.6 - 8.0 24.4

Pertambangan dan Penggalian 9.34 10.55 16.05 4.17 (7.37) 3.74 (6.01) 10.21 17.31 10.8 - 11.2 20.6

Industri Pengolahan 18.18 11.05 3.53 0.41 8.61 5.38 13.68 8.08 7.38 8 3 - 8.7 6.4

Pengadaan Listrik, Gas 9.95 10.27 5.87 4.47 11.64 7.88 12.26 (6.51) 3.33 7.0 - 7.4 0.1

Pengadaan Air 2.96 8.08 0.17 0.25 8.80 2.96 14.26 9.79 0.04 12.1 - 12.5 0.2

Konstruksi 0.02 13.39 17.17 23.04 9.77 8.27 8.75 4.90 9.56 9.7 - 10.1 12.1

Perdagangan Besar dan Eceran 7.20 11.59 7.61 8.51 6.05 6.24 16.32 11.12 5.94 11.9 - 12.3 12.0

Transportasi dan Pergudangan 7.65 6.85 9.29 6.82 9.49 12.50 16.01 8.46 9.85 10.0 - 10.4 4.7

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.79 6.44 7.68 10.52 7.70 8.34 7.67 4.94 7.10 9.4 - 9.8 0.6

Informasi dan Komunikasi 6.54 6.47 7.73 7.60 13.19 9.17 8.24 8.74 9.40 12.2 -12.6 2.5

Jasa Keuangan 8.34 2.08 8.77 11.55 14.45 21.60 13.97 11.06 4.90 4.9 - 5.3 2.4

Real Estate 4.01 5.50 6.91 2.80 0.40 1.23 (4.62) 6.65 1.46 1.7 - 2.1 1.6

Jasa Perusahaan 7.68 10.71 10.97 11.60 9.96 8.10 7.71 7.05 3.87 5.1 - 5.5 0.2

Administrasi Pemerintahan 7.63 9.91 1.97 1.70 2.72 8.18 1.00 (2.89) 0.34 1.0 - 1.4 5.0

Jasa Pendidikan 13.02 10.45 5.91 0.82 11.91 12.82 14.47 1.49 1.78 1.9 - 2.3 4.9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.77 7.09 8.66 3.25 9.20 4.49 8.30 3.20 1.29 3.7 - 4.1 1.0

Jasa Lainnya 5.53 5.95 8.45 8.29 8.46 9.37 6.13 6.08 1.97 7.3 - 77 1.5

PDRB 5.75 7.18 7.00 7.50 5.50 6.81 5.96 7.65 8.39 8.5 - 8.9 100.0

2016 2017Lapangan Usaha

2015

55,8

41,5

2,7

Pertanian

Perikanan

Kehutanan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

18

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

lapangan usaha perikanan mampu memberikan

andil positif sehingga menahan laju perlambatan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Dilihat dari komposisinya, pangsa terbesar sub

lapangan usaha ini adalah usaha pertanian,

peternakan, perburuan dan jasa pertanian

(50,3%), diikuti oleh usaha perikanan (47,0%)

dan usaha kehutanan dan penebangan kayu

(2,7%) (Grafik 1.17).

Pada triwulan I 2017, sub lapangan usaha

pertanian, peternakan, perburuan dan jasa

pertanian tumbuh sebesar 2,8% (yoy),

melambat jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 9,9%

(yoy). Penyebab utama dari perlambatan

pertumbuhan yang terjadi adalah penurunan

produksi tanaman bahan makanan akibat belum

masuknya musim panen di periode tersebut.

Selain itu, upaya pemerintah pusat maupun

daerah guna meningkatkan produksi melalui

perluasan lahan pertanian, pemberian bibit

unggul dan penyediaan sarana prasarana

pertanian juga belum terealisasi turut

menyebabkan perlambatan pertumbuhan yang

terjadi. Hal tersebut tercermin juga dari luas

panen padi yang mengalami penurunan. Pada

triwulan I 2107 jumlah luas panen padi hanya

mencapai 20,2 ribu Ha atau tumbuh negatif

sebesar 38,5% (yoy), jauh menurun

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 96,5% (yoy). Selain itu,

belum masuknya panen komoditas buah-

buahan juga turut menyebabkan adanya

perlambatan laju pertumbuhan. Namun

demikian, jumlah luas panen jagung mengalami

peningkatan dari periode sebelumnya tumbuh

sebesar 7,0% (yoy) menjadi mampu tumbuh

tinggi sebesar 74,2% (yoy) atau seluas 5,4 ribu

Ha sehingga mampu memberikan andil positif

terhadap pertumbuhan sub lapangan usaha

tersebut.

Sementara itu, akselerasi sub lapangan usaha

perikanan yang tercatat tumbuh dari 9,2% (yoy)

di triwulan sebelumnya menjadi sebesar 11,9%

(yoy) mampu menahan laju perlambatan yang

terjadi pada lapangan usaha pertanian.

Penyebab utama dari akselerasi tersebut adalah

peningkatan hasil tangkapan ikan. Pada triwulan

I 2017, cuaca yang kondusif serta upaya

pemerintah pusat maupun daerah guna

meningkatkan tangkapan ikan melalui

pemberian bantuan kapal kepada 8

Sumber: Dinas Pertaniani, diolah Sumber: PPS Samudra Kendari, diolah

Grafik 1.18 Luas Panen Padi di Sulawesi Tenggara Grafik 1.19 Jumlah Pendaratan Ikan di Kota Kendari

20.2

-38.5%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha)yoy

10.13 58.0%

-100%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Pendaratan Ikan Pertumbuhan(sb. Kanan)

Jumlah (ribu ton)yoy

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

19

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Kota/Kabupaten seperti Kota Kendari, Kab

Kolaka Utara, Kab Buton Selatan, Kab Buton

Utara, Kab Konawe Utara, Kab Muna, Kab

Buton dan Kab Muna. Pada triwulan I 2107

jumlah tangkapan ikan di Kota Kendari

mencapai 10,1 ribu ton atau mampu tumbuh

sebesar 58,0% (yoy), meningkat dibandingkan

dengan periode sebelumnya yang hanya mampu

tumbuh sebesar 51,3% (yoy).

Berbeda dengan pertumbuhan lapangan usaha

pertanian, penyaluran kredit pada lapangan

usaha tersebut tercatat mengalami akselerasi

dengan tercatat tumbuh sebesar 61,8% (yoy),

setelah di periode sebelumnya tercatat tumbuh

sebesar 60,3% (yoy). Jumlah penyaluran kredit

pada lapangan usaha tersebut tercatat sebesar

Rp679,1 milliar (Grafik 1.19).

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II mendatang, lapangan usaha

pertanian diperkirakan akan mengalami tren

peningkatan. Pada periode mendatang

lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh

sebesar 7,6% - 8,0% (yoy). Penyebab utama

peningkatan disebabkan oleh adanya

peningkatan hasil produksi komoditas tabama.

Selain itu, mulai masuknya panen pada

komoditas perkebunan seperti komoditas kakao

di akhir triwulan II juga diperkirakan turut

memberikan andil positif pada pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara. Sementara untuk

komoditas perikanan diperkirakan akan

mengalami penurun sesuai dengan pola

musimannya sehingga menahan laju

pertumbuhan. Kondisi curah hujan yang tinggi

pada triwulan mendatang juga menjadi resiko

penurunan kinerja lapangan usaha pertanian.

1.3.2. Pertambangan dan Penggalian

Realisasi Triwulan I 2017

Kinerja lapangan usaha pertambangan dan

penggalian pada periode triwulan I 2017

kembali tercatat mengalami pertumbuhan yang

tinggi dan mengakibatkan terjadinya akselerasi

ekonomi di Sulawesi Tenggara. Pada triwulan I

2017 kinerja lapangan usaha ini tercatat

mengalami akselerasi sebesar 17,3% (yoy), jauh

meningkat dibandingkan periode sebelumnya

yang tercatat hanya tumbuh sebesar 10,2%

(yoy).

Berlanjutnya trend perbaikan harga nikel olahan

dunia menyebabkan peningkatan kebutuhan

akan nikel mentah di Sulawesi Tenggara.

Peningkatan kebutuhan bahan baku nikel

olahan tersebut selain berasal dari dalam

Sulawesi Tenggara juga berasal dari luar provinsi

(Sulawesi Tengah dan Banten). Terjadinya

peningkatan harga nikel olahan dunia tersebut

terjadi seiring adanya penurunan produksi nikel

mentah maupun nikel olahan di Filipina sebagai

produsen penghasil biji nikel terbesar di dunia.

Filipina menyumbang sekitar 25% produksi nikel

global. Lebih lanjut, adanya kebijakan

pemerintah yang tertuang dalam Permen ESDM

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Grafik 1.20 Kredit Pertanian di Sulawesi Tenggara

20.2

-38.5%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Thousands

Luas Panen Padi Pertumbuhan(sb. Kanan)

Luas (ribu Ha)yoy

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

20

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

no.6 tahun 2017 terkait relaksasi penjualan

ekspor nikel kadar rendah <1,7% (kadar rendah)

juga turut mengakibatkan adanya peningkatan

aktivitas penambangan komoditas nikel di

Sulawesi Tenggara.

Selain itu, faktor base effect juga turut

memberikan pengaruh yang kuat pada

akselerasi lapangan usaha pertambangan yang

terjadi di triwulan I 2017. Pada tahun

sebelumnya, produksi nikel mentah Sulawesi

Tenggara mengalami penurunan akibat salah

satu perusahaan pertambangan terbesar di

Sulawesi Tenggara tercatat tidak melakukan

produksi seiring dengan stock pile untuk

kebutuhan pembuatan nikel olahan.

Berdasarkan hasil liaison pada beberapa

perusahaan tambang di Sulawesi Tenggara,

pada awal tahun 2017 mampu memproduksi

sekitar 232,1 ribu MWT. Sementara di periode

yang sama pada tahun sebelumnya minim

produksi akibat masih banyaknya stok di akhir

tahun 2015. Sedangkan produksi pada periode

sebelumnya hanya sekitar sebesar 220,7 ribu

MWT. Peningkatan tersebut disebabkan oleh

adanya peningkatan untuk kebutuhan

pembuatan nikel olahan dan persiapan ekspor

nikel kadar rendah.

Namun demikian, berdasarkan hasil liaison

diketahui bahwa terjadi penurunan penjualan

komoditas aspal yang disebabkan oleh masih

minimnya permintaan yang berasal dari proyek

pemerintah. Kondisi ini memberikan andil yang

negatif terhadap percepatan pertumbuhan yang

terjadi di lapangan usaha pertambangan dan

penggalian.

Penyaluran kredit pada lapangan usaha tersebut

walaupun masih tercatat tumbuh tinggi namun

mengalami trend yang melambat. Pada triwulan

I 2017, kredit sektor pertambangan dan

penggalian di Sulawesi Tenggara tumbuh

sebesar 76,6% (yoy), sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar 78,6% (yoy) (Grafik

1.22).

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan I 2017, kinerja lapangan

usaha ini diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan positif pada kisaran sebesar

10,8%-11,2% (yoy). Kondisi tersebut

mengalami perlambatan jika dibandingkan

dengan periode triwulan sebelumnya yang

Sumber: Produsen Nikel Sultra, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.21 Indeks Produksi Ore Nikel Grafik 1.22 Kredit Pertambangan Sulawesi Tenggara

205.9

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Indeks

2,339.7876.6%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Pertambangan

Rp Miliar yoy

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

21

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

disebabkan oleh tingginya pertumbuhan di

triwulan I 2017 akibat based effect. Namun

demikian adanya relaksasi pemerintah serta

membaiknya harga nikel olahan dunia

diperkirakan masih mampu menyebabkan

pertumbuhan yang tinggi pada lapangan usaha

pertambangan.

1.3.3. Industri Pengolahan

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017 kinerja lapangan usaha

industri pengolahan mengalami perlambatan

sehingga menahan laju pertumbuhan

perekonomian Sulawesi Tenggara. Kinerja

lapangan usaha industri pengolahan tumbuh

sebesar 7,4%(yoy), mengalami perlambatan

dibandingkan periode sebelumnya yang mampu

tumbuh sebesar 8,1%(yoy). Perlambatan

tersebut berdasarkan data BPS Prov Sultra terjadi

akibat penurunan produksi industri manufaktur

besar dan sedang dari 6,45% (yoy) menjadi

5,72% (yoy). Namun demikian produksi industri

manufaktur mikro dan kecil mengalami

peningkatan dari 12,60% (yoy) menjadi 13,86%

(yoy).

Penurunan produksi industri besar dan sedang

tersebut disebabkan oleh adanya penurunan

produksi feronikel di Sulawesi Tenggara akibat

masih terganggunnya proses produksi akibat

adanya kendala teknis pada tungku produksi

salah satu industri pengolahan nikel terbesar di

Sulawesi Tenggara. Dari hasil liaison, produksi

nikel olahan di Sulawesi Tenggara mengalami

penurunan. Pada periode laporan, produksi

feronikel di Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh

negatif sebesar 32,7%(yoy), jauh lebih rendah

daripada periode sebelumnya yang tercatat

tumbuh positif mencapai 34,9% (yoy).

Sementara untuk industri manufaktur mikro dan

kecil, berdasarkan hasil liaison salah satu industri

yang tercatat mengalami peningkatan adalah

industri makanan dan minuman terutama pada

pembekuan ikan seiring adanya peningkatan

produksi ikan di periode laporan. Selain itu,

stabilnya konsumsi bahan makanan diperiode

triwulan I 2017 juga turut menyebabkan adanya

peningkatan industri makanan dan minuman.

Sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada

lapangan usaha tersebut, penyaluran kredit

lapangan usaha industri pengolahan mengalami

perlambatan yang cukup dalam. Pada triwulan I

2017, outstanding kredit ke lapangan usaha

industri pengolahan mencapai Rp447,5 miliar

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.23 Kredit Industri Sulawesi Tenggara Grafik 1.24 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil

447.46

111.1%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Industri g Kredit Industri (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

5.7

13.86

(10)

(5)

-

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Industri Manufaktur Besar danSedang

% (yoy)

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

22

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

atau tumbuh sebesar 111,1% (yoy), menurun

jika dibandingkan dengan periode sebelumnya

yang tumbuh sebesar 115,6% (Grafik 1.23).

Tracking Triwulan II 2017

Pada periode mendatang, kondisi lapangan

usaha industri pengolahan diperkirakan masih

akan tumbuh tinggi dengan kecenderungan

yang meningkat. Pertumbuhan pada lapangan

usaha tersebut pada triwulan I 2017

diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 8,3% -

8,7% (yoy). Tingginya pertumbuhan tersebut

utamanya disebabkan oleh tingginya realisasi

produksi feronikel pada triwulan II mendatang

seiring dengan telah berfungsinya tungku baru

serta telah selesainya perbaikan tungku produksi

yang sempat menggangu proses produksi di

triwulan I 2017 pada salah satu industri

pengolahan nikel di Sulawesi Tenggara. Selain

itu, telah selesainya pembangunan salah satu

smelter di Sulawesi Tenggara juga diperkirakan

akan mengakibatkan peningkatan produksi nikel

olahan.

Untuk industri manufaktur mikro dan kecil

diperkirakan juga akan mengalami akselerasi laju

pertumbuhan seiring adanya akselerasi

konsumsi rumah tangga akibat adanya bulan

Ramadhan dan Idul Fitri di akhir semester I

mendatang.

1.3.4. Perdagangan Besar dan Eceran

Realisasi Triwulan I 2017

Kinerja lapangan usaha perdagangan besar dan

eceran pada triwulan I 2017 tercatat mengalami

perlambatan. Pada triwulan tersebut lapangan

usaha perdagangan besar dan eceran hanya

mampu tumbuh sebesar 5,9% (yoy), melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh sebesar 11,1% (yoy).

Perlambatan yang terjadi pada triwulan tersebut

disebabkan oleh penurunan perdagangan

domestik. Sementara untuk kinerja ekspor

mengalami akselerasi sehingga menyumbang

pertumbuhan yang tinggi pada lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

Kondisi penurunan perdagangan domestik

tersebut tercermin dari menurunnya aktivitas

bongkar yang mendominasi kegiatan di

pelabuhan Kendari. Dari data PT. Pelindo IV,

diketahui bahwa pada triwulan I 2017

pertumbuhan arus bongkar barang tercatat

mengalami kontraksi sebesar 27,5% (yoy), jauh

menurun dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang terkontraksi hanya sebesar

7,1% (yoy). Berbeda dengan aktivitas bongkar,

Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah

Grafik 1.25 Volume Ekspor Sulawesi Tenggara Grafik 1.26 Transaksi Perdagangan Luar Negeri

18.65

26.5%

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

20

40

60

80

100

120

140

II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Ekspor Sultra g Ekspor Sultra (sb. Kanan)

Volume (ribu ton) yoy

39

168

-

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Nilai Eksport Nilai Import

Juta USD

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

23

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

aktivitas muat barang juga tercatat mengalami

perbaikan dari terkontraksi sebesar 24,2% (yoy)

menjadi hanya sebesar 2,3% (yoy) di periode

laporan (Grafik 1.27).

Secara total, aktivitas di pelabuhan Kendari

sebagai salah satu sentra aktivitas bongkar-muat

di Sulawesi Tenggara tercatat tumbuh negatif

sebesar 23,0% (yoy), jauh lebih rendah

dibandingkan kinerja di triwulan sebelumnya

yang tumbuh negatif sebesar 11,3% (yoy).

Sementara itu, kinerja perdagangan ekspor luar

negeri pada periode laporan mengalami

akselerasi sehingga menahan laju perlambatan

pertumbuhan lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran. Pada triwulan I 2017, total

ekspor provinsi Sulawesi Tenggara tercatat

sebesar 18.653 ton atau masih mampu tumbuh

cukup tinggi mencapai 26,5% (yoy) (Grafik 1.22).

Pada triwulan tersebut, komoditas utama yang

menyebabkan akselerasi pertumbuhan pada

perdagangan luar negeri adalah komoditas

perikanan. Perdagangan ekspor komoditas ikan

tercatat sebesar 1.030,4 ton atau mampu

tumbuh sebesar 101,4% (yoy). Kondisi tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang hanya sebesar 741,9 ton atau

hanya tumbuh sebesar 7,7% (yoy). Sedangkan

untuk komoditas nikel olahan menurun dari

sebelumnya tercatat sebesar 29,1 ribu ton di

triwulan IV 2016 menjadi hanya sebesar 11,7

ribu ton di triwulan I 2017.

Sejalan dengan perlambatan pada lapangan

usaha perdagangan, laju pertumbuhan

penyaluran kredit ke lapangan usaha tersebut

juga mengalami penurunan. Pada periode

laporan total penyaluran kredit pada lapangan

usaha tersebut tercatat sebesar Rp4,93 triliun

atau tumbuh sebesar 7,1% (yoy), melambat

dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 13,2% (yoy) (Grafik 1.28).

Tracking Triwulan II 2017

Memasuki triwulan II, kinerja usaha

perdagangan besar dan eceran diperkirakan

akan tumbuh cukup tinggi pada kisaran 11,9%

- 12,3% (yoy). Akselerasi kinerja usaha tersebut

dipengaruhi oleh perdagangan domestik

maupun dengan luar negeri. Perdagangan

domestic pada triwulan II mendatang akan

terakselerasi akibat adanya peningkatan daya

beli masyarakat seiring dengan masuknya bulan

Sumber: PT Pelindo, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.27 Pertumbuhan Aktivitas Bongkar Muat

Pelabuhan Kendari Grafik 1.28 Kredit Perdagangan Sulawesi Tenggara

-7.1%

-2.3%

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Arus bongkar Arus muat

%, yoy

4,932.73

7.1%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Perdagangan g Kredit Perdagangan (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

24

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, adanya

peningkatan produksi nikel olahan akibat sudah

mulai beroperasinya salah satu smelter dan

adanya relaksasi ekspor nikel mentah kadar

rendah diperkirakan akan menyebabkan

akselerasi pertumbuhan di lapangan usaha

perdagangan besar dan eceran.

1.3.5. Konstruksi

Realisasi Triwulan I 2017

Pada triwulan I 2017, kinerja lapangan usaha

konstruksi tercatat mengalami akselerasi

sehingga turut menyumbang laju pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara di periode laporan.

Pada periode tersebut, pertumbuhan usaha

konstruksi mampu mencapai 9,6% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan kinerja periode sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 4,9% (yoy). Kondisi

tersebut terjadi karena adanya peningkatan

realisasi pembangunan oleh pemerintah daerah

maupun pembangunan yang dilakukan oleh

swasta.

Dari sisi realisasi pembangunan pemerintah,

tingginya realisasi proyek pembangunan di

periode laporan disebabkan oleh adanya

komitmen pemerintah daerah untuk melakukan

percepatan realisasi pada anggaran

pembangunan terutama pada proyek jalan dan

irigasi. Selain itu, percepatan juga disebabkan

adanya penundaan transfer DAU dari

pemerintah pusat di periode sebelumnya

sehingga realisasi pembangunan proyek- proyek

pemerintah menjadi terhambat.

Dari sisi realisasi pembangunan proyek swasta,

berdasarkan hasil liaison diperoleh informasi

bahwa membaiknya harga nikel olahan juga

berdampak pada dimulai kembali beberapa

realisasi proyek pembangunan smelter yang

sempat dihentikan pada semester I 2016.

Percepatan laju pertumbuhan lapangan usaha

konstruksi tersebut juga tercermin dari konsumsi

semen di Sulawesi Tenggara yang mengalami

perbaikan. Pada triwulan I 2017 konsumsi

semen di Sulawesi Tenggara sebanyak 170,5 ton

atau hanya terkontraksi sebesar 0,8% (yoy),

membaik jika dibandingkan periode sebelumnya

yang terkontraksi mencapai 4,9%(yoy).

Berbeda dengan dengan percepatan laju

pertumbuhan ekonomi, penyaluran kredit pada

lapangan usaha tersebut mengalami

perlambatan. Pada triwulan I 2017, outstanding

kredit ke lapangan usaha konstruksi mencapai

Rp918,3 milliar atau hanya mengalami

pertumbuhan sebesar 21,4% (yoy). Kondisi

tersebut melambat dibandingkan dengan

periode sebelumnya yang tumbuh sebesar

32,9% (yoy).

Tracking Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017, lapangan usaha kontruksi

diperkirakan akan mampu tumbuh cukup tinggi

dengan kecenderungan meningkat seiring

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 1.29 Kredit Konstruksi Sulawesi Tenggara

918.33

21.4%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Kredit Konstruksi g Kredit Konstruksi (sb. Kanan)

Rp Miliar yoy

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

25

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

adanya peningkatan kegiatan investasi di

Sulawesi Tenggara. Pada triwulan mendatang

lapangan usaha tersebut diperkirakan mampu

tumbuh sebesar 9,7% - 10,1% (yoy).

Peningkatan tersebut terutama bersumber dari

pembangunan proyek pemerintah akibat adanya

percepatan pembangunan proyek-proyek

pemerintah. Sementara itu, investasi swasta juga

diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi.

Kondisi ini disebakan oleh diperkirakan masih

berlangsungnya pembangunan smelter seiring

harga nikel dunia yang cenderung membaik di

tahun 2017 dan adanya kebijakan pemerintah

pusat untuk relaksasi ekspor nikel lowgrade

yang masih mewajibkan adanya pembangunan

smelter diperkirakan akan menyebabkan

investor melakukan aktivitas pembangunan

smelternya.

1.4. PERTUMBUHAN EKONOMI TANPA

LAPANGAN USAHA PERTAMBANGAN

Realisasi Triwulan I 2017

Di tengah akselerasasi pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara di periode triwulan I 2017,

pertumbuhan ekonomi non pertambangan

mengalami perlambatan. Pada triwulan I 2017

pertumbuhan ekonomi non pertambangan

tercatat tumbuh sebesar 6,3% (yoy), menurun

dibandingkan periode sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,0% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa

lapangan usaha pertambangan di periode

laporan merupakan penyebab utama terjadinya

akselerasi pertumbuhan.

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi sektor

non pertambangan tersebut utamanya

disebabkan oleh adanya perlambatan pada

lapangan usaha pertanian seiring belum

masuknya musim panen dan lapangan usaha

perdagangan akibat adanya penurunan

perdagangan domestik. Namun demikian

lapangan usaha konstruksi yang mengalami

akselarasi mampu menahan laju perlambatan

yang terjadi.

Dari sisi rasio komponen lapangan usaha

terhadap total PDRB non pertambangan,

lapangan usaha pertanian masih mendominasi

perekonomian Sulawesi Tenggara dengan rasio

sebesar 30,7% diikuti oleh lapangan usaha

konstruksi sebesar 15,2%. Selain itu, lapangan

usaha perdagangan juga masih memiliki peran

Sumber: BPS, ADHK, diolah

Grafik 1.30 Perkembangan Ekonomi Non Pertambangan Sulawesi Tenggara

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 2016 . 2014 2015 2016 2017

Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan Sultra Pertumbuhan Ekonomi non Tambang Sultra Pertumbuhan Ekonomi Sultra

% yoy

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Ekonomi Makro Regional

26

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

yang cukup besar dengan rasio mencapai

15,1%.

Realisasi Triwulan II 2017

Pada triwulan II 2017 mendatang lapangan

usaha non pertambangan diperkirakan akan

mampu tumbuh terakselerasi berada di kisaran

7,9% - 8,4%(yoy). Akselerasi tersebut terjadi

akibat adanya akselerasi lapagan usaha

pertanian dan lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran. Lapangan usaha pertanian

diperkirakan akan mengalami akselerasi akibat

akan masuknya musim panen komoditas

tabama. Sementara untuk lapangan usaha

perdagangan disebabkan oleh adanya

peningkatan perdagangan domestik maupun

luar negeri.

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

27

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

BOKS 1 TANTANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

Hambatan Utama Provinsi Sultra

Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan Growth Diagnostic Tree di dalam penelitian

Hausmann, Rodrik dan Velasco (2015), terdapat beberapa kendala kritikal utama yang dapat

menghambat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sultra yakni konektivitas antar daerah. Hal ini

disebabkan oleh kondisi geografis Provinsi Sultra yang berbentuk kepulauan sehingga

menyebabkan tantangan tersendiri untuk menghubungkan daerah-daerah yang berada di dalam

Sultra maupun dengan provinsi lain. Dalam menghubungkan daerah-daerah tersebut

dibutuhkan konektivitas antar wilayah yang memadai baik melalui angkutan laut maupun melalui

angkutan darat. Namun demikian sarana infrastruktur penghubung tersebut masih sangat

terbatas sehinga mengakibatkan permasalahan konektivitas berpotensi untuk menghambat

investasi yang ada di Sultra. Temuan ini sejalan dengan temuan Loon (2009) dalam studinya di

Penang yang menyebutkan bahwa transportasi laut sangat berpengaruh pada pembangunan

ekonomi di Malaysia. Hal tersebut disebabkan karena pembangunan transportasi laut dapat

meningkatkan perdagangan di daerah tersebut. Sementara menurut Banerjee (2012)

menyatakan bahwa pembangunan transportasi dapat berdampak pada peningkatan GDP

perkapita, pemerataan pendapatan, dan peningkatan pendapatan pelaku usaha.

Masalah lain yang dihadapi oleh pertumbuhan ekonomi Sultra adalah rendahnya kualitas

infrastruktur khususnya listrik. Pembangunan infrastruktur listrik yang masih kurang di Provinsi

Sulawesi Tengggara dapat menjadi hambatan bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Rasio

elektrifikasi Sultra masih sangat rendah dan kondisi pembangkit listrik masih tidak terhubung,

sehingga apabila terdapat gangguan di salah satu pembangkit, pembangkit yang lain tidak dapat

menyalurkan. Temuan adanya binding constrain berupa kekurangan kapasitas listrik tersebut

sejalan dengan hasil temuan Commonwealth Development Corporation (CDC) (2016 yang

menyatakan bahwa penggunaan energi memiliki hubungan yang positif dengan pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja dikarenakan peningkatan pengunaan energi mendorong

peningkatan penggunaan fasilitas-fasilitas serta infrastruktur dasar.

Disamping itu rendahnya kualitas sumber daya manusia. Masalah kualitas dan

ketidakmeratanya antar kota dan kabupaten sumber daya manusia merupakan hambatan

investasi dan pertumbuhan yang ada Sultra. Hal ini tercermin dari Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) yang rendah dan timpang antar kabupatan/kota. Selain itu, dalam bidang

ketenaga kerjaan di Sultra terjadi Mismatch labor akibat adanya gap antara kebutuhan tenaga

kerja dengan keterampilan khusus dengan ketersediaan tenaga kerja yang berpendidikan

umum. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Anugrah (2015) yang menjelaskan peningkatan

rata-rata lama sekolah akan mendorong produktivitas pekerja, terutama kepada golongan

unskilled labor. Selain itu, Lazarov dan Peterski (2016) dalam penelitiannya mendapatkan hasil

bahwa hambatan pertumbuhan ekonomi di Macedonia adalah sumber daya manusia dan tingkat

pendidikan di suatu negara berpengaruh positif dengan rate of return yang lebih tinggi.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

28

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Masalah terakhir yang dihadapi adalah diversifikasi produk yang masih rendah. Provinsi Sultra

tergantung pada sumber daya alam, tercermin pada struktur perekonomian yang utama adalah

pertanian. Namun demikian, terjadi pergeseran dalam beberapa tahun terakhir menjadi sektor

pertambangan dengan komoditas utama yakni nikel. Namun demikian komoditas nikel yang

dihasilkan masih mentah akibat masih sedikit hilirisasi komoditas nikel.

Hasil temuan hambatan utama perlunya diversifikasi produk tersebut sejalan dengan hasil

temuan Hamed (2014) yang menyebutkan bahwa adanya diversifikasi produk merupakan hal

yang penting dalam melakukan pembangunan di negara berkembang karena dapat menghindari

ketidak stabilan harga ekspor. Selain itu Vinesh (2012) dalam studi kasus di Mauritus

menyatakan bahwa diversifikasi eksport dibutuhkan untuk menciptakan pembangunan

berkelanjutan di suatu negara.

Berkaitan dengan binding constraint tersebut, pemerintah pusat maupun daerah serta pelaku

usaha memiliki program kegiatan maupun kebijakan yang diperkirakan mampu menanggulangi

atau meminimalisir permasalahan tersebut. Program kebijakan tersebut tertuang dalam rencana

pembangunan maupun investasi pihak terkait. Implementasi berbagai program kebijakan

tersebut diperlukan dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan perekonomian yang ada di

Sultra. Untuk mengukur potensi dampak dari program kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan

ekonomi, investasi maupun ketenagakerjaan, pada bab ini akan akan dilakukan analisis CGE

yaitu:

Tabel 1. Binding Constrain Sultra

Simulasi Kebijakan

Untuk mengatasi kendala rendahnya konektivitas antar daerah khusunya jalur laut, pemerintah

berupaya untuk membangun pelabuhan baru yakni pelabuhan Bungkutoko. Pelabuhan tersebut

nantinya akan menggantikan Pelabuhan Nusantara Kendari. Pembanguan pelabuhan

Bungkutoko mampu memberikan tambahan terhadap pertumbuhan baseline sebesar 0,50% dan

penambahan pertumbuhan employment 0,34%. Pada sisi manufaktur sektor yang mengalami

pertumbuhan utama Sultra yakni sektor pertanian, perikanan, pertambangan, serta industri

pengolahan. Hal ini disebabkan karena dengan adanya penambahan kapasitas pelabuhan yang

mencapai empat kali lipat sehingga jalur distribusi perdagangan menjadi lebih lancar sehingga

dapat memenuhi permintaan yang ada. Sedangkan untuk sisi jasa selain perdagangan,

pembangunan tersebut juga turut memberikan dampak yang positif pada jasa konstruksi dan

angkutan laut.

Binding Constraint Permasalahan

GeographyMerupakan Provinsi Kepulauan sehingga dibutuhkan konektivitas antar

daerah. Namun infrastruktur pendukung masih sangat terbatas.

Human Capital

- IPM rendah

- Produktifitas yang rendah

- Pengangguran dengan tingkat pendidikan di atas SMA tinggi

- Ketersediaan Sekolah yang terbatas

Infrastruture

- Indeks Infrastruktur Daerah yang Rendah

- Persentase jalan rusak dan rusak berat yang tinggi

- Tingkat elektrifikasi Sulawesi Tenggara yang rendah

Macro Risk

- Indeks Iklim Investasi yang rendah

- Daya Saing yang rendah

- Inflasi Sulawesi Tenggara yang lebih ttinggi

Micro Risk - Indeks Korupsi yang tinggi

Market RiskDivessifikasi produk ekspor Sulawesi Tenggara masih rendah karena

didominasi oleh komoditas nikel.

Pem

bia

yaan

Cost of Finance Local Finance

- Pangsa kredit Produktif yang maih rendah dibandingkan kredit Konsumsi

- LDR yang masih rendah daripada Sulawesi Selatan

- Suku bunga kredit investasi yang tinggi

Sosial Returns

Appropriability

Pen

gem

bal

ian

Eko

no

mi

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

29

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa saat ini para pelaku usaha apabila melakukan eksport

tidak melalui Pelabuhan Nusantara Kendari yang ada saat ini dikarenakan bukan merupakan

pelabuhan eskport sehingga para pelaku usaha tersebut dalam melakukan ekspor tidak

langsung melalui Sultra melainkan Sulawesi Selatan atau Jawa Timur.

Sementara itu, untuk mengatasi kendala rendahnya konektivitas jalur darat, pemerintah

berupaya untuk membangun jalan dari Kota Kendari menuju Kab Kolaka Utara. Jalan tersebut

akan melewati tiga kabupaten yang lain yakni Kab Konawe, kab Kolaka Timur dan Kab Kolaka

serta akan menimbulkan efisiensi waktu tempuh selama 2 jam. Ekonomi Sultra secara

keseluruhan mengalami peningkatan pertumbuhan mencapai 0.19% per tahun di atas baseline

no-policy. Pembangunan jalan tersebut mampu mendorong peningkatan sektor pertanian,

perikanan dan pertambangan karena menghubungkan antara daerah-daerah penghasil dengan

Kota Kendari yang merupakan pintu perdagangan antara provinsi maupun ekspor. Penyerapan

tenaga kerja juga mengalami peningkatan sebesar 0.04% di atas baseline no-policy Pada sisi

manufaktur sektor yang mengalami pertumbuhan adalah sektor pertanian, perikanan dan

pertambangan. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang dilalui oleh jalan tersebut

merupakan daerah sentra penghasil padi, ikan serta nikel. Sedangkan untuk sisi jasa

pembangunan jalan tersebut berpengaruh pada sektor jasa utama Sultra yakni perdagangan

karena menghubungkan daerah penghasil komoditas dengan Kota Kendari yang merupakan

pintu masuk dan pintu keluar perdagangan antara provinsi maupun ekspor Sulawesi Tenggara.

Selain itu, peningkatan akses jalan tersebut juga memberikan dampak positif pada sektor jasa

angkutan darat.

Selain itu, sarana infrastruktur dasar berupa ketersediaan listrik merupakan salah satu binding

constraint masuknya investasi ke Sultra. Tindak lanjut permasalahan kelistrikan tersebut,

pemerintah telah merencanakan peningkatan suplai listrik melalui pembangunan pembangkit

pada tahun 2015 – 2019. Untuk di Sultra terdapat pembangunan dua pembangkit yakni di Kota

Kendari dan Kota Baubau. Ekonomi secara keseluruhan mengalami peningkatan sebagai

dampak dari peningkatan suplai listrik tersebut dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0.17% di

atas baseline no-policy. Terpenuhinya suplai listrik mampu mendorong peningkatan aktivitas

ekonomi khususnya yang menggunakan input listrik cukup besar pada produksinya.

Pertumbuhan tersebut juga mampu menyerap tenaga kerja sebesar 0.09% di atas baseline no-

policy.

Sementara itu untuk mengatasi kendala kualitas pendidikan, pemerintah berupaya untuk

meningkatkan rata-rata lama sekolah penduduk Indonesia. Berdasarkan perencanaan

Pembangunan Sultra dalam periode 2015-2021 Rata-rata lama sekolah di Sultra akan

mengalami peningkatan dari 9,92 tahun menjadi 10,32 tahun. Peningkatan rata – rata lama

sekolah mampu memberikan tambahan terhadap pertumbuhan baseline sebesar 0,46% dan

penambahan pertumbuhan employment 0,88%. Perbaikan kualitas pendidikan diharapkan pula

dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, yaitu dengan peningkatan produktivitas

tenaga kerja yang masih terperangkap dalam kegiatan ekonomi berproduktivitas rendah atau

sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian,

disparitas ekonomi antar warganya pun semakin mengecil. Hal ini sejalan dengan studi Penda

(2012) yang menjelaskan mengenai pentingnya melakukan investasi sumber daya manusia agar

dapat berkontribusi tinggi bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang sustain.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

30

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Pembangunan KSPN Wakatobi dan sekitarnya diharapkan dapat mengurangi ketergantungan

ekspor Sultra akan komoditas nikel mentah. Target kunjungan wisatawan mancanegara pada

tahun 2019 adalah sebanyak 50.000 jiwa. Hasil dari simulasi ini menunjukkan adanya potensi

penambahan pertumbuhan terhadap baseline sebesar 0,41% dan penambahan pertumbuhan

penyerapan tenaga kerja sebesar 0,41%. Hasil perkembangan sektoral menunjukkan bahwa

dengan adanya pembangunan KSPN Wakatobi, sektor yang paling terkena dampak adalah

sektor jasa seperti Restoran dan Hotel serta sektor jasa transportasi air. Sektor tersebut

merupakan sektor utama yang akan dilakukan pembangunan untuk mengimbangi adanya

peningkatan wisatawan asing. Sejalan dengan pembangunan tersebut sektor konstruksi juga

mengalami peningkatan. Sementara untuk sektor non jasa, sektor yang akan mengalami

peningkatan adalah sektor pertanian akibat adanya peningkatan permintaan akan bahan

makanan. Temuan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Fossati, A. dan Panella, G., (2000)

yang menyebutkan bahwa tingginya pertumbuhan sektor pariwisata dapat meningkatkan

pendapatan nasional dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, untuk mengatasi masalah diversifikasi produk yang masih rendah akan dilakukan

pembangunan kawasan industri pengolahan nikel menjadi feronikel di Kabupaten Konawe. Nilai

Investasi untuk pembangunan kawasan tersebut adalah sebesar Rp 28,7 Triliun. Berdasarkan

hasil simulasi menunjukkan bahwa PDRB Sultra mampu mengalami pertumbuhan yang relatif

besar yakni mencapai 1.23% di atas baseline no-policy. Sedangkan untuk menyerap tenaga

kerja akan meningkat sebesar 0.67% diatas baseline no-policy. Peningkatan pertumbuhan

disebabkan karena komoditas nikel olahan dunia diperkirakan akan mengalami peningkatan

harga pada tahun-tahun mendatang karena permintaan dunia mengalami peningkatan seiring

dengan peningkatan produksi stainless steel china sementara untuk suplai menurun akibat

berkurangnya pasokan dari Filipina selaku eksportir terbesar dunia.

Hasil temuan penelitian mampu menjelaskan bahwa adanya Kawasan Industri berbasis nikel

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap serta mengubah struktur

perekonomian ke arah yang lebih baik, dan lebih seimbang. Temuan penelitian ini searah

dengan hasil penelitian Henderson, dkk (2002) yang menjelaskan bahwa pengembangan

Kawasan Industri mendorong peningkatan produktivitas melalui tranformasi penggunaan

teknologi.

Tabel 2. Hasil Simulasi Kebijakan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja

PDRB Tenaga Kerja PDRB

Top GainersTop Gainers

Manufaktur

Top Gainers Sektor

Jasa

1 Hilirisasi Komoditas TambangPembangunan Kawasan Industri

Pengolahan Nikel1.23 0.67

Metal 181.14

Construc 21.32

Gov Serv. 6.19

Metal 180.96

Animals 1.87

Crops 0.95

Gov Serv. 2.94

Construc 10.09

Trade 2.57

2Peningkatan Konektivitas Jalur

LautPembangunan Pelabuhan Bungkutoko 0.50 0.34

Construc. 8.39

Gov. Serv 3.12

Trade 2.60

Animal 1.04

Metal 3.77

Crops 0.31

Gov Serv 2.94

Constr. 10.09

Trade 2.57

3Peningkatan Rata-rata Lama

Sekolah

Peningkatan rata-rata lama sekolah

dari yang semula selama 9,92 tahun

menjadi 10,32 tahun.

0.46 0.88

Finance 8.79

Comm. 5.84

Trans Svc. 15.21

OthMining 4.62

Paddy 7.30

Seafish 2.62

Finance 28.45

Comm. 22.95

Trans Svc. 0.45

4 Pengembangan Pariwisata Pembangunan KSPN Wakatobi 0.41 0.41

Construc. 10.44

Gov Serv. 3.66

RstrnHotel 5.97

Animals 1.30

Crops 0.22

Gov Serv. 0.66

Construc. 14.80

Trade 2.30

5Peningkatan Konektivitas Jalur

Darat

Pembangunan Jalan dari Kota Kendari

menuju Kab Kolaka Utara0.19 0.04

EstateCrops.1.10

Crops 1.91

Paddy 1.44

EstateCrops. 0.89

Paddy 1.24

Crops 0.87

Finance 1.66

RoadTrans. 0.71

RstrnHotel 1.05

6 Peningkatan Kapasitas ListrikPeningkatan Kapasitas Listrik

meningkat sebesar 50% 0.17 0.09

Metal 1.65

Construc. 2.01

Gov. Serv 0.86

OthMining 2.13

Paddy 0.30

Crops 0.36

Gov Serv. 0.75

Trade 0.66

RestrnHotel 0.77

2.96 2.43Total

ASUMSI

Dampak Makro Ekonomi Pertumbuhan

Tenaga Kerja

KebijakanNo.

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

2

KONDISI FISKAL DAERAH

Pembangunan Masjid Al Alam Kendari

Foto: Daniel AP

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

33

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

2.1. STRUKTUR ANGGARAN APBD TAHUN

2017

Anggaran pendapatan dan belanja pada APBD

2017 meningkat dibandingkan dengan

anggaran APBD Perubahan tahun 2016.

Anggaran pendapatan meningkat menjadi Rp

3,55 triliun atau naik cukup tinggi sebesar

43.3% dibanding tahun 2016. Begitu pula

dengan anggaran belanja yang meningkat

menjadi Rp 3,50 triliun atau naik sebesar 17,0%.

Dari sisi pendapatan, peningkatan anggaran

pendapatan tersebut terjadi pada anggaran

Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta pendapatan

transfer. PAD Sulawesi Tenggara pada tahun

2017 ditargetkan mencapai Rp743,9 miliar atau

meningkat 33,2% jika dibandingkan tahun

sebelumnya. Sementara untuk pendapatan

transfer pada tahun 2017 ditargetkan mencapai

Rp2,8 triliun atau meningkat 35,2% dari tahun

sebelumnya.

Sementara itu dari sisi belanja, peningkatan

anggaran belanja pada tahun 2017 didorong

hanya oleh meningkatnya anggaran belanja

operasi. Sementara untuk anggaran belanja

modal mengalami penurunan. Pada tahun 2017

anggaran belanja operasi mencapai Rp2,4

triliun atau meningkat sebesar 41,3%. Kondisi

berbeda terjadi pada anggaran belanja modal

yang hanya mencapai RP 774,6 miliar atau

menurun sebesar 3,5% jika dibandingkan

dengan periode tahun sebelumnya.

Secara historis, APBD Provinsi Sulawesi Tenggara

selalu mencatatkan defisit sejak tahun 2010.

Namun demikian pada APBD tahun 2017, defisit

anggaran tercatat jauh lebih rendah jika

dibandingkan tahun sebelumnya. Defisit APBD

tahun 2017 adalah sebesar Rp 51,96 miliar atau

menurun sebanyak Rp 297,47 miliar

dibandingkan dengan periode sebelumnya yang

tercatat sebesar Rp349,43.

2.2. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBD PROVINSI

2.2.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017 relatif

lebih rendah jika dibandingkan realisasi

pendapatan pemerintah daerah di periode yang

sama tahun sebelumnya. Pendapatan

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara di awal

tahun 2017 hanya terealisasi senilai Rp862,9

miliar atau hanya sebesar 24,4% dari target

Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah Sumber: BPKAD Prov. Sultra, diolah

Grafik 2.1 Perkembangan Tahunan Anggaran

Pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik 2.2 Perkembangan Tahunan Anggaran Belanja

Provinsi Sulawesi Tenggara

3.545

43,3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pendapatan Growth Pendapatan

(miliar)

3.497

17,0

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Belanja Growth Belanja

Miliar % yoy

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Fiskal Daerah

34

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

total pendapatan dalam APBD 2017. Angka

serapan tersebut tercatat lebih rendah jika

dibandingkan dengan realisasi pada periode

yang sama pada tahun 2016 yang tercatat

sebesar 29,4% dari target dalam APBD tahun

2016 atau sebesar Rp775,4 miliar. Realisasi

pendapatan pada tahun 2017 tersebut juga

lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata

realisasi pendapatan selama lima tahun terakhir

yaitu sebesar 22,5%. Penurunan realisasi

tersebut disebabkan oleh adanya peningkatan

target pendapatan dalam APBD 2017.

Sumber pendapatan daerah Sulawesi Tenggara

berasal dari pos Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dan Dana Perimbangan (Daper). Pangsa PAD

Sulawesi Tenggara tercatat stabil dari

sebelumnya 21,1% pada tahun 2016 menjadi

21,0% pada tahun 2017. Kondisi ini

mengindikasikan belum adanya perbaikan

kemandirian fiskal pemerintah provinsi.

Sementara itu, pangsa Daper meningkat

menjadi 78,96% pada tahun 2017 dari tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 78,4%.

Realisasi Dana Perimbangan pada tahun

triwulan I 2017 tercatat hanya mampu

mencapai 26,1% dari total target dalam APBD

tahun 2017 atau sebesar Rp731,98 miliar.

Padahal pada periode yang sama tahun 2016,

realisasi pendapatan mampu mencapai 30,3%

dari total target pendapatan transfer tahun

2016 atau senilai Rp627,3 miliar. Berdasarkan

komponennya, sumber pendapatan utama

pemerintah Sulawesi Tenggara adalah berasal

dari transfer pemerintah pusat seperti Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi

Khusus/DAK.

Sementara untuk realisasi PAD Sulawesi

Tenggara pada triwulan I tahun 2017 tercatat

hanya sebesar Rp130,9 miliar atau mencapai

17,6%, menurun dibandingkan dengan realisasi

tahun sebelumnya yang mampu mencapai

26,5%. Sumber utama PAD Sulawesi Tenggara

Tabel 2.1 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan Pemprov Sulawesi Tenggara pada Triwulan I

Keterangan: Anggaran dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran RealisasiSerap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)

PENDAPATAN 2.342,79 71,93 3,07 2.641,12 775,38 29,36 3.535,20 862,85 24,41

PENDAPATAN ASLI DAERAH 539,90 71,93 13,32 558,39 148,12 26,53 743,89 130,87 17,59

Pendapatan Pajak Daerah 415,49 64,12 15,43 455,62 107,88 23,68 628,12 105,35 16,77

Hasil Retribusi Daerah 16,67 0,84 5,05 10,07 2,72 27,06 11,97 2,73 22,84

Hasil Pengelolaan yang Dipisahkan 23,45 - - 23,45 23,38 99,69 23,45 - -

Lain-lain PAD 84,30 6,97 8,26 69,26 14,13 20,41 80,35 22,78 28,36

PENDAPATAN TRANSFER 1.785,51 - - 2.071,73 627,26 30,28 2.801,31 731,98 26,13

Transfer Pemerintah Pusat 1.383,88 - - 1.498,36 485,17 32,38 2.748,76 705,71 25,67

Dana Bagi Hasil Pajak 66,42 - - 62,45 12,50 20,02 - - -

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 54,64 - - 44,36 15,07 33,97 - - -

Dana Alokasi Umum 1.176,42 - - 1.200,63 400,21 33,33 - - -

Dana Alokasi Khusus 86,40 - - 190,92 57,39 30,06 - - -

Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 401,63 - - 573,36 142,09 24,78 52,55 26,28 50,00

Dana Otonomi Khusus - - - - - - - - -

Dana Penyesuaian 401,63 - - 573,36 142,09 24,78 - - -

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 17,38 - - 11,00 - - - - -

Pendapatan Lainnya - - - - - - - - -

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2016 APBD 2017

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

35

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

berasal dari komponen pajak daerah, dengan

peran 84,4% dari total PAD, diikuti oleh lain-lain

PAD yang sah (10,8%), hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan (3,2%) dan

sisanya bersumber dari retribusi daerah (1,2%).

Adapun pajak daerah yang dipungut oleh

provinsi diantaranya adalah pajak kendaraan

bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor,

pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak

air permukaan dan pajak rokok. Sampai dengan

triwulan I 2017, pendapatan pajak daerah

tersebut hanya mampu terealisasi 16,8% dari

total anggaran. Kondisi tersebut mengalami

penurunan jika dibandingakan dengan periode

tahun sebelumnya yang mampu mencapai

23,7% dari total anggaran.

Lebih lanjut, komponen Lain-Lain Pendapatan

Daerah yang Sah tercatat mengalami

peningkatan. Pada awal tahun 2017, realisasi

pos ini tercatat sebesar 28,4%, meningkat

dibandingkan dengan periode yang sama pada

tahun sebelumnya yang hanya tercatat sebesar

20,4%. Keseluruhan pendapatan tersebut

berasal dari pos hibah. Sementara untuk realisasi

hasil pengeloaan yang dipisahkan pada tahun

2017 tidak dianggarkan.

2.2.2. Realisasi Anggaran Belanja

Sejalan dengan kinerja di sisi pendapatan,

penyerapan anggaran belanja APBD Provinsi

Sulawesi Tenggara pada awal 2017 juga tercatat

lebih rendah dibandingkan dengan realisasi

anggaran tahun 2016. Realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada

periode laporan hanya mencapai 7,35% atau

sebesar Rp264,4 miliar, lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang mampu merealisasikan

anggaran sebesar 12,99%. Menurunnya

persentase realisasi ini terutama didorong oleh

masih berhati-hatinya pemerintah daerah dalam

merealisasikan anggaran seiring adanya

pengetatan fiskal oleh pemerintah pusat.

Penurunan tersebut terjadi baik pada realisasi

belanja operasional maupun belanja modal.

Realisasi belanja operasional hanya mencapai

10,9% atau sebesar Rp262 miliar. Rendahnya

pencapaian tersebut disebabkan oleh belum

optimalnya realisasi belanja pegawai yang hanya

mencapai 15,4%, belanja barang yang

mencapai 11,7% dan belanja hibah yang hanya

1,5%.

Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah Sumber: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa , diolah

Grafik 2.3 Perkembangan Kondisi Keuangan Antara

Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi

Tenggara

Grafik 2.4 Perkembangan Penyelesaian Fisik Pengadaan Antara Realisasi dan Target Bulanan APBD Sulawesi Tenggara

24,2%

25,70%

11,8%8,61%

0%

25%

50%

75%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2016 2017Target Realisasi

16,4% 23,7%

6,0%13,5%

0%

25%

50%

75%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2016 2017

Target Realisasi

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Fiskal Daerah

36

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Sedangkan, realisasi belanja modal pada periode

laporan juga menunjukkan kinerja yang kurang

maksimal dengan tingkat realisasi sebesar

0,31% atau senilai Rp774,6 miliar. Kondisi

tersebut jauh menurun dibandingkan dengan

periode yang sama pada tahun sebelumnya

yang dapat mencapai 3,9%. Penurunan

tersebut disebabkan oleh rendahnya seluruh

komponen belanja modal seperti realisasi

belanja peralatan dan mesin yang hanya

mencapai 1,40%, realisasi belanja bangunan

dan gedung yang hanya mencapai 0,22% dan

juga belanja jalan, irigasi dan jaringan yang

hanya sebesar 0,1%. Berdasarkan

sumbangannya, pangsa belanja modal terbesar

adalah pembangunan jalan, irigasi dan jaringan

yang mencapai 46,3%, diikuti oleh belanja

bangunan dan gedung sebesar 38,6% dan

belanja peralatan dan mesin 13,0%

Berdasarkan data Lembaga Kebijakan

Pengadaan Barang/Jasa Daerah (LKPP), kinerja

keuangan per bulan untuk Provinsi Sulawesi

Tenggara selama triwulan I 2017 relatif rendah

dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

Pada triwulan I 2017, kondisi realisasi keuangan

Pemprov Sultra baru mencapai 8,6% di bawah

target 25,7% bahkan lebih rendah

dibandingkan pencapaian pada tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 11,8%.

Sementara itu kondisi penyelesaian fisik baru

mencapai 13,5%, di bawah target untuk selesai

sebesar 15,0%. Namun pencapaian tersebut

lebih tinggi jika dibandingkan periode tahun

sebelumnya yang hanya mencapai 6,0%.

Sementara untuk proses pengadaan barang dan

jasa, hingga akhir triwulan pertama tahun 2017

tercatat bahwa dari total aktivitas strategis yang

terdiri dari 1.175 paket atau senilai

Rp823,04miliar, belum terdapat proyek yang

berstatus provisional hand over (PHO) atau telah

di lakukan serah terima. Sedangkan yang

sedang dalam tahap kontrak mencapai 2,3%

atau 27 proyek. Sementara proyek yang dalam

tahap pemilihan/pelaksanaan adalah sebanyak

5,1% atau 60 proyek dengan 20 proyek sudah

memiliki hasil pemilihan.

Tabel 2.2 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Belanja Pemprov Sulawesi Tenggara Pada Triwulan I

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Anggaran RealisasiSerap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)Anggaran Realisasi

Serap

(%)

BELANJA 2.300,96 286,36 12,45 2.768,76 359,70 12,99 3.597,16 264,43 7,35

BELANJA OPERASI 1.445,49 231,36 16,01 1.699,15 327,12 19,25 2.400,67 262,02 10,91

Belanja Pegawai 593,62 101,60 17,12 622,06 127,69 20,53 1.360,28 208,90 15,36

Belanja Barang 313,54 20,85 6,65 385,93 38,69 10,02 321,14 37,62 11,72

Belanja Bunga 24,16 7,64 31,63 18,55 7,35 39,64 12,23 5,25 42,90

Belanja Hibah 412,99 101,27 24,52 584,66 153,39 26,23 707,03 10,25 1,45

Belanja Bantuan Keuangan 101,18 - - 87,95 - - - - -

BELANJA MODAL 592,53 10,61 1,79 802,24 31,32 3,90 774,55 2,41 0,31

Belanja Tanah 21,81 - - 11,00 - - 12,50 - -

Belanja Peralatan dan Mesin 51,72 0,80 1,55 55,42 2,48 4,48 100,45 1,41 1,40

Belanja Bangunan dan Gedung 185,48 0,04 0,02 275,72 24,26 8,80 298,86 0,66 0,22

Belanja Jalan, irigasi & Jaringan 331,64 9,76 2,94 459,06 4,57 0,99 358,54 0,35 0,10

Belanja Aset Tetap Lainnya 1,89 0,00 0,05 1,04 - - 4,20 - -

BELANJA TIDAK TERDUGA 38,03 - - 25,25 - - 10,46 - -

Belanja Tak Terduga 38,03 - - 25,25 - - 10,46 - -

TRANSFER 224,91 44,39 19,74 242,12 1,27 0,52 411,47 - -

U R A I A N

APBD 2015 APBD 2016 APBD 2017

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

37

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

2.3. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBN DI PROVINSI

Penghematan anggaran yang terjadi pada APBN

tahun 2017 menyebabkan alokasi Anggaran

APBN Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun

2017 juga mengalami penurunan. Kebijakan ini

dilakukan untuk menekan defisit anggaran yang

terjadi pada tahun 2017. Tercatat, terjadi

penurunan anggaran APBN sebesar 11,9% dari

sebelumnya Rp6,77 triliun pada tahun 2016

menjadi Rp5,95 triliun di tahun 2017.

Berdasarkan jenisnya, belanja barang

dianggarakan sebesar Rp2,15 triliun atau

sebesar 36,1% dari total APBN Provinsi Sulawesi

Tenggara 2017, diikuti oleh belanja modal

sebesar Rp2,01 triliun (33,7%), belanja pegawai

sebesar Rp1,78 triliun (29,9%) dan belanja

bantuan sosial Rp15,97 miliar (0,3%). Komposisi

tersebut tidak mengalami perubahan jika

dibandingkan periode tahun 2016.

Lebih jauh, realisasi APBN secara keseluruhan

mengalami perbaikan. Pada triwulan pertama di

tahun 2017, realisasi APBN tercatat sebesar

Rp895,8 miliar atau sebesar 15,02%, meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun 2016

yang tercatat sebesar Rp783,1 miliar atau

11,57% dari APBN provinsi Sulawesi Tenggara

2016. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja

pada tahun 2016 terutama didorong dari

belanja pegawai yakni sebesar 40,8% dari total

belanja. Sementara itu, belanja modal memiliki

peran 34,7% dari total realisasi belanja, diikuti

oleh belanja barang (24,5%) dan belanja

bantuan sosial (0,3%). Peningkatan serapan

APBN pada tahun 2017 dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya terjadi pada

seluruh jenis belanja. Jenis belanja yang

mengalami peningkatan terbesar terjadi pada

belanja modal.

Realisasi belanja pegawai tercatat sebesar

Rp365,7 miliar atau sebesar 20,52%, meningkat

jika dibandingkan periode tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp342,3 miliar atau

17,9%.

Realisasi belanja barang pada tahun 2017

sebesar Rp219,1 miliar atau 10,2% dari total

yang dianggarkan dalam APBN 2017. Angka

tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi

tahun 2016 yang mencapai Rp.232,9 miliar

meskipun secara prosentase lebih tinggi

dibandingkan tahun 2016 yang tercatat sebesar

8,47% dari total anggaran belanja barang

dalam APBN 2016.

Sementara itu, realisasi belanja modal pada

tahun 2017 tercatat sebesar Rp310,9 atau

15,6% dari total anggaran, lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama pada tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp208 miliar

Tabel 2.3 Perbandingan Pencapaian Penyerapan Pendapatan dan Belanja APBN Pada Triwulan I

Keterangan: Pagu dan Realisasi dalam Miliar Rupiah

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Pagu Realisasi%

RealisasiPagu Realisasi

%

RealisasiPagu Realisasi

%

Realisasi

Belanja Pegawai 1.591,5 283,9 17,84 1.907,1 342,3 17,95 1.782,2 365,7 20,52

Belanja Barang 2.614,5 106,2 4,06 2.749,9 232,9 8,47 2.154,3 219,1 10,17

Belanja Modal 3.804,3 76,2 2,00 2.091,0 208,0 9,95 2.010,0 310,9 15,47

Belanja Bantuan Sosial 424,4 41,0 9,67 18,1 - - 16,0 0,04 0,23

Total 8.434,6 507,4 6,02 6.766,1 783,1 11,57 5.962,4 895,8 15,02

Jenis

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Fiskal Daerah

38

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

atau 9,95%. Peningkatan tersebut juga

disebabkan oleh adanya pengerjaan beberapa

proyek infrastruktur yang sempat tertunda pada

akhir tahun 2016 akibat adanya penundaan

transfer DAU oleh pemerintah pusat.

Sedangkan untuk belanja bantuan sosial pada

awal tahun 2017 tercatat sebesar Rp 36,1 juta

atau 0,2%. Persentase tersebut lebih baik

dibandingkan tahun 2016 yang belum

terealisasi pada periode yang sama.

Dana Desa

Sesuai data dari Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Provinsi Sulawesi Tenggara, sampai dengan

bulan Mei 2017, telah dilakukan realisasi tahap

I Dana Desa sebesar Rp680,50 miliar. Dengan

demikian, besaran Dana Desa yang telah

direalisasikan adalah sebesar 45,8% dari total

pagu Dana Desa Sulawesi Tenggara sebesar

Rp1,48 triliun.

Meskipun demikian, terdapat beberapa

kabupaten yang belum mendapatkan

rekomendasi pencairan Dana Desa Tahap I,

seperti di Kabupaten Buton, Kabupaten Buton

Selatan, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten

Muna dan Kabupaten Muna Barat. Selain itu

beberapa kabupaten juga tidak mencapai

realisasi sebesar 60%, karena sesuai Peraturan

Menteri Keuangan realisasi Dana Desa Tahap I

adalah sebesar 60% dan Tahap II sebesar 40%.

Beberapa kendala dalam pencairan antara lain:

1) adanya kendala transfer dari kas daerah ke

kas desa karena perbedaan perhitungan pagu

anggaran, 2) belum ada Laporan

Pertanggungjawaban (LPJ) Dana Desa tahun

2016 oleh desa, 3) adanya penjabaran program

penggunaan Dana Desa yang tidak sesuai

dengan program pada RPJMDes, RKPDes dan

APBDes.

2.4. PERKEMBANGAN REALISASI

ANGGARAN APBD KOTA/KABUPATEN

2.4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari realisasi

17 (tujuh belas) Kota/Kabupaten di Sulawesi

Tenggara, realisasi APBD di daerah tersebut

Tabel 2.4 Realisasi Dana Desa

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/Kota Pagu (Rp Miliar) Realisasi Tahap I (Rp Miliar) % Realisasi

Bombana 94,3 55,57 58,9%

Konawe 222,0 132,38 59,6%

Konawe Kepulauan 69,7 41,25 59,2%

Konawe Selatan 252,3 148,57 58,9%

Konawe Utara 120,8 72,49 60,0%

Buton 65,7 0,00 0,0%

Buton Selatan 49,5 0,00 0,0%

Buton Tengah 54,0 32,42 60,0%

Buton Utara 62,2 0,00 0,0%

Wakatobi 60,7 35,68 58,8%

Kolaka 78,4 47,04 60,0%

Kolaka Utara 99,2 59,49 60,0%

Kolaka Timur 91,0 54,61 60,0%

Muna 97,8 0,00 0,0%

Muna Barat 64,4 0,00 0,0%

Sulawesi Tenggara 1.482,0 680 45,8%

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

39

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

lebih rendah daripada capaian realisasi

pendapatan provinsi. Dari keseluruhan daerah

tidak terdapat Kota/Kabupaten yang realisasi

pendapatan melebihi realisasi anggarannya

melebihi provinsi.

Kabupaten dengan capaian realisasi anggaran

tertinggi adalah Kabupaten Wakatobi yang

mencapai 24.3%. Capaian tinggi tersebut

disebabkan oleh capaian realisasi anggaran

pendapatan transfer yang mencapai 24,8%.

Sementara kabupaten dengan capaian realisasi

anggaran terendah adalah Kabupaten Buton

Selatan (9,9%), rendahnya capaian tersebut

disebabkan oleh rendahnya capaian pendapatan

transfer yang hanya sebesar 18,4%.

2.4.2. Realisasi Anggaran Belanja

Berbeda dengan rendahnya realisasi anggaran

pendapatan, realisasi anggaran belanja 17

(tujuh belas) Kota/Kabupaten relatif lebih baik.

Hal ini terlihat dari terdapat 11 (sebelas) daerah

yang realisasi belanja di atas realisasi provinsi.

Capaian realisasi pada triwulan I 2017 yang

tertinggi adalah Kabupaten Kolaka Utara yang

mencapai 14,1%. Tingginya capaian realisasi

anggaran belanja tersebut disebabkan oleh

tingginya realisasi belanja modal (17,9%).

Sementara daerah dengan capaian realisasi

terendah adalah Kabupaten Bombana yang

hanya mencapai 3,2%. Rendahnya capaian

tersebut terjadi akibat rendahnya realisasi

belanja operasi (4,1%) dan belum

terealisasikannya belanja modal.

Tabel 2.5 Pencapaian Pendapatan dan Belanja Kota/Kabupaten

Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah

Kabupaten/Kota PendapatanPendapatan

Asli Daerah

Pendapatan

TransferBelanja

Belanja

Operasi

Belanja

Modal

Sulawesi Tenggara 24,4 17,6 26,1 7,4 10,9 0,3

Kendari 23,5 8,2 29,5 11,6 12,7 8,6

Baubau 16,9 7,2 17,7 7,8 10,6 0,4

Kolaka 20,6 6,1 25,0 14,1 12,8 18,0

Kolaka Utara 23,9 7,3 28,4 12,1 15,3 7,7

Kolaka Timur 16,2 6,6 19,3 11,0 14,0 5,9

Konawe 20,2 1,1 32,1 9,6 13,4 1,1

Konawe Kepulauan 15,3 9,6 15,7 6,6 13,9 0,9

Konawe Selatan 14,2 7,3 14,5 9,5 16,4 2,6

Konawe Utara 16,8 1,6 20,7 12,7 11,3 14,3

Bombana 22,8 2,1 23,9 3,2 4,1 0,0

Buton 21,4 6,3 23,8 8,8 12,4 3,9

Buton Tengah 23,2 19,6 23,2 6,0 8,1 0,2

Buton Utara 17,5 6,3 19,9 5,6 10,7 1,3

Buton Selatan 9,9 19,2 17,9 10,1 13,9 1,5

Muna 15,7 1,8 18,4 7,7 12,4 1,0

Muna Barat 16,3 42,6 16,0 5,0 10,1 0,0

Wakatobi 24,3 11,5 24,8 8,5 12,0 1,0

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Fiskal Daerah

40

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

3

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Cabai Merah di Pasar Mandonga Kendari

Foto: Jojon

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

43

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

3.1. KONDISI UMUM INFLASI

3.1.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (year

on year)

Realisasi Triwulan I 2017

Tingkat inflasi IHK provinsi Sulawesi

Tenggara1 pada Triwulan I 2017 tercatat

sebesar 2,25% (yoy), menurun dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang mencapai

2,69%(yoy) (Grafik 3.1). Sumber utama

menurunnya tekanan inflasi berasal dari deflasi

kelompok bahan makanan dan penurunan

harga kelompok makanan jadi. Deflasi yang

terjadi pada bahan makanan tersebut

disebabkan oleh deflasi yang terjadi pada

komoditas beras, ikan segar seperti ikan

bandeng, ikan baronang, ikan cakalang dan

ikan layang serta komoditas sayur-sayuran

seperti bayam, jantung pisang dan terong

panjang. Kondisi tersebut terjadi seiring adanya

peningkatan pasokan di pasar akibat mulai

masuknya musim panen dan kondisi cuaca yang

kondusif. Sementara penurunan harga pada

kelompok makanan jadi merupakan dampak

lanjutan dari adanya deflasi yang terjadi pada

kelompok bahan makanan. Sebaliknya,

1Angka inflasi Sulawesi Tenggara merupakan perhitungan agregasi oleh KPw BI Sulawesi Tenggara berdasarkan data IHK (indeks harga konsumen) Kota Kendari dan Kota Baubau yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.

kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan

bakar serta kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan tercatat mengalami

peningkatan seiring adanya peningkatan tarif

tenaga listrik dan angkutan udara di periode

laporan. Adapun kelompok yang lain tercatat

relatif stabil (Grafik 3.3). Hal tersebut membuat

inflasi tahunan Sulawesi Tenggara pada periode

laporan berada di bawah tingkat inflasi nasional

yang sebesar 3,61% (yoy).

Secara spasial di wilayah Sulawesi, inflasi

tahunan Provinsi Sulawesi Tenggara pada

periode laporan merupakan yang terendah, jauh

di bawah inflasi Pulau Sulawesi yang tercatat

sebesar 3,39% (yoy) (Grafik 3.2).

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1 Pergerakan Inflasi Tahunan Sulawesi Tenggara

Grafik 3.3 Pergerakan Inflasi Tahunan Sultra Berdasarkan Kelompok

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.2 Pergerakan Inflasi Tahun Provinsi di Sulawesi

2.25%

3.61%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

8%

9%

10%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Sultra Nasional

-5.00

0.00

5.00

10.00

Ba

ha

n M

akan

an

Ma

kan

an J

ad

i

Pe

rum

ah

an

Sa

nd

ang

Ke

seh

ata

n

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

r

Tw IV 2016 Tw I 2017

-0.01

0.64 0.74

0.12 0.200.40 0.45

-0.50

0.00

0.50

1.00

2.25%

3.39%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Sulsel Sulbar Sultra

Sulteng Gorontalo Sulut

Sulawesi

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

44

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Dilihat dari kota yang menjadi daerah

perhitungan inflasi nasional, penurunan inflasi

tahunan Sulawesi Tenggara disebabkan oleh

penurunan yang terjadi di Kota Kendari.

Sementara untuk Kota Baubau tercatat

mengalami peningkatan. Inflasi di Kota Kendari

jauh menurun dari 3,07% (yoy) pada triwulan IV

2016 menjadi 2,40% (yoy) pada Triwulan I

2017. Sementara untuk inflasi di Kota Baubau

mengalami peningkatan dari 1,71% (yoy)

menjadi 1,85% (yoy).

Seperti halnya inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara, penurunan inflasi tahunan Kota

Kendari juga disebabkan oleh penurunan

tekanan kelompok bahan makanan dan

makanan jadi. Inflasi pada kelompok bahan

makanan menurun dari 3,54% (yoy) menjadi

0,02% (yoy) akibat deflasi komoditas beras, ikan

segar dan saayur-sayuran. Sementara untuk

kelompok makanan jadi menurun dari 7,85%

(yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 5,72%

(yoy) di triwulan I 2017. Penurunan tersebut

merupakan dampak lanjutan dari adanya

penurunan harga bahan makanan.

Hal berbeda terjadi di Kota Baubau yang

mengalami peningkatan inflasi akibat adanya

kenaikan pada kelompok perumahan air, listrik,

gas dan bahan bakar serta kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Inflasi kelompok perumahan air, listrik, gas dan

bahan bakar tercatat meningkat dari 0,40%

(yoy) di triwulan IV 2016 menjadi 2,15% (yoy) di

triwulan I 2017 akibat adanya pencabutan

subsidi listrik pada golongan 900 VA. Sementara

untuk kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan meningkat dari deflasi

3,51%(yoy) menjadi inflasi 1,43% (yoy) akibat

peningkatan tarif pulsa ponsel dan biaya

perpanjangan STNK. Namun demikian,

peningkatan tekanan inflasi yang terjadi pada

periode tersebut tertahan oleh deflasi pada

bahan makan makanan dari 2,14% (yoy) di

periode sebelumnya menjadi -0,42% (yoy) di

triwulan I 2017 akibat deflasi pada komoditas

beras dan bumbu-bumbuan (bawang merah

dan cabai rawit) (Grafik 3.4).

Tracking Triwulan II 2017

Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan tekanan inflasi menjelang

akhir semester I 2017. Inflasi pada bulan April

meningkat dan berada pada level 2,64% (yoy)

(Grafik 3.5). Peningkatan tersebut terutama

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.4 Pergerakan Inflasi Tahunan Kota Kendari dan

Kota Baubau Berdasarkan Kelompok Grafik 3.5 Perbandingan Kinerja Inflasi Tahunan Pada

Triwulan I 2017 dan Tracking April 2017

0.00

5.00

10.00

Kendari%

yo

y

-5.00

0.00

5.00

10.00

Ba

ha

n M

akan

an

Ma

kan

an J

ad

i

Pe

rum

ah

an

Sa

nd

ang

Ke

seh

ata

n

Pe

nd

idik

an

Tra

nspo

r

Tw IV 2016 Tw I 2017

Baubau

% y

oy

2.40

1.85

2.25 2.25

4.59

2.91

1.92

2.64 2.64

4.74

Kendari Baubau Sultra Nasional KawasanTimur

Tw I 2017 Apr-17

% (yoy)

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

45

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

disebabkan oleh meningkatnya kelompok

perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

seiring adanya peningkatan tarif tenaga listrik.

Selain itu, terdapat peningkatan inflasi pada

kelompok transportasi, komunikasi dan jasa

keuangan akibat based effect tahun sebelumya

setelah pada bulan April 2016 terjadi penurunan

harga premium dan solar sebesar Rp500,-.

Sedangkan untuk kelompok bahan makanan

walaupun masih tercatat deflasi namun

menunjukkan adanya tren peningkatan dari

deflasi 0,11% (yoy) menjadi deflasi 0,03% (yoy)

akibat adanya peningkatan tekanan inflasi di

komoditas ikan segar.

Dengan kondisi tersebut, inflasi tahunan pada

akhir triwulan II 2017 diperkirakan lebih tinggi

daripada inflasi di Triwulan I 2017. Salah satu

risiko yang dapat menyebabkan inflasi akhir

triwulan II 2017 menjadi lebih tinggi adalah

peningkatan permintaan masyarakat pada saat

bulan Ramadhan maupun Hari Raya Idul Fitri.

Selain itu, tingginya curah hujan di periode

triwulan II 2017 diperkirakan dapat

mengganggu proses produksi serta distribusi.

Namun demikian mulai masuknya panen raya

pada komoditas tabama diperkirakan akan

mampu menahan laju peningkatan yang terjadi.

3.1.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (month

to month)

Realisasi Triwulan I 2017

Secara bulanan, pergerakan inflasi Sulawesi

Tenggara selama Triwulan I 2017 mengalami

tren penurunan. Dimulai dengan kondisi inflasi

sebesar 0,76% (mtm) pada bulan Januari, diikuti

dengan terjadinya penurunan tekanan inflasi

menjadi sebesar 0,31% (mtm) pada bulan

Februari dan kembali terjadi penurunan inflasi

pada bulan Maret dengan tercatat deflasi cukup

dalam yakni sebesar 0,17% (mtm) (Grafik 3.6).

Apabila dibandingkan dengan pola bulanannya

selama tahun 2014-2016, inflasi yang terjadi

pada awal tahun 2017 tersebut relatif lebih

rendah.

Penyebab utama terjadinya inflasi yang cukup

tinggi pada bulan Januari dipengaruhi oleh

peningkatan harga kelompok bahan makanan,

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan

bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan. Peningkatan harga bahan

makanan disebabkan oleh meningkatnya harga

komoditas ikan segar dan sayur-sayuran seiring

adanya penurunan pasokan akibat faktor cuaca.

Sementara untuk kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar disebabkan oleh

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.6 Pergerakan dan Pola Inflasi Bulanan

Sulawesi Tenggara Grafik 3.7 Pergerakan Inflasi Bulanan Kota Kendari dan

Kota Baubau Triwulan I 2017

0.76

0.31

-0.17

-1.50

-1.00

-0.50

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2014 2015 2016 2017

%, mtm

TW I0.88

0.450.49

-0.15-0.24

0.02

-0.40

-0.20

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

Kendari Baubau

Jan-16 Feb-16 Mar-16

%, mtm

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

46

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

peningkatan tarif tenaga listrik akibat kebijakan

pemerintah mencabut subsidi pada golongan

900 VA. Sedangkan untuk kelompok

transportasi, komunikasi dan jasa keuangan

dipicu oleh peningkatan tarif pulsa ponsel dan

biaya perpanjangan STNK.

Selanjutnya terjadi penurunan inflasi pada bulan

Februari disebabkan oleh penurunan harga pada

kelompok bahan makanan yakni pada

komoditas ikan segar, sayur-sayuran dan

komoditas beras serta pada kelompok

transportasi dan komunikasi yakni pada

komoditas angkutan dalam kota dan tarif pulsa

telepon seluler. Namun demikan, masih

berlanjutnya kenaikan tarif tenaga listrik

menahan laju penurunan inflasi di periode

tersebut.

Sementara deflasi cukup dalam yang terjadi di

bulan Maret disebabkan oleh adanya koreksi

harga bahan makanan akibat deflasi yang terjadi

pada komoditas beras dan ikan segar serta

penurunan tekanan pada komoditas sayur-

sayuran. Selain itu deflasi yang terjadi pada tarif

telepon selular dan tarif angkutan udara juga

turut menyebabkan penurunan tekanan yang

cukup dalam pada periode tersebut.

Kondisi tersebut sejalan dengan pergerakan laju

inflasi yang terjadi di Kota Kendari selama

Triwulan I 2017. Kota Kendari tercatat

mengalami inflasi sebesar 0,88% (mtm) di bulan

Januari, lalu menurun menjadi 0,49% (mtm) di

Februari dan di bulan Maret mengalami deflasi

cukup dalam yang mencapai 0,24% (mtm)

(Grafik 3.7).

Kondisi yang sedikit berbeda terjadi di Kota

Baubau, pada awal tahun, Kota Baubau

mengalami inflasi sebesar 0,45% (mtm), lalu

menurun cukup tajam dengan tercatat deflasi

sebesar 0,15% (mtm) di bulan Februari dan

kembali mengalami meningkat di bulan Maret

dengan mencatat inflasi sebesar 0,02% (mtm).

Tracking Triwulan II 2017

Mengawali triwulan II 2017, inflasi Sulawesi

Tenggara pada April 2017 tercatat kembali

menurun dengan mengalami deflasi sebesar

0,27% (mtm). Namun demikian, deflasi tersebut

berada di atas rata-rata pola bulanannya selama

tahun 2014-2016 (-0,57%, mtm). Adapun

sumber penurunan tekanan inflasi didorong

oleh penurunan harga pada kelompok bahan

makanan yakni pada komoditas beras,

komoditas sayur-sayuran dan komoditas

bumbu-bumbuan serta tarif angkutan udara.

Namun adanya kenaikan tarif tenaga listrik

menahan laju penurunan inflasi di bulan April

tersebut.

Melihat pola inflasi bulanan pada bulan Mei dan

Juni, diperkirakan akan terjadi peningkatan laju

inflasi di akhir triwulan II 2017. Peningkatan

tekanan inflasi yang akan terjadi pada bulan Mei

dan Juni tersebut disebabkan oleh peningkatan

komoditas bahan makanan serta angkutan

udara akibat datangnya Bulan Ramadhan dan

Idul Fitri di periode mendatang.

3.2. DISAGREGASI INFLASI

Realisasi Triwulan I 2017

Penurunan tekanan inflasi tahunan Sulawesi

Tenggara pada Triwulan I 2017 disebabkan

oleh penurunan harga pada komponen

volatile food dan inflasi inti. Penurunan

kelompok volatile food terutama didorong oleh

deflasi yang terjadi pada komoditas beras dan

ikan segar. Berdasarkan hasil liaison diketahui

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

47

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

penurunan harga komoditas beras tersebut

disebabkan oleh mulai masuknya panen raya di

akhir triwulan I 2017 di beberapa sentra

produksi di Sulawesi Tenggara seperti Kab

Konawe Selatan, Kab konawe Selatan, Kab

Bombana dan Kab Kolaka Timur.

Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei

Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh

KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara di Kota

Kendari. Komoditas beras dan ikan tongkol

menunjukkan adanya penurunan harga. Harga

komoditas beras kualitas medium di Pasar Kota

pada triwulan I mengalami penurunan sekitar

Rp400,-/kg jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Sedangkan harga komoditas ikan

tongkol di Pasar Mandonga pada akhir Triwulan

I adalah Rp16.000,-/kg menurun jika

dibandingkan pada triwulan IV yang tercatat

sebesar Rp19.000,-/kg. Kondisi tersebut juga

sesuai dengan hasil Survei Konsumen (SK) yang

dilakukan oleh KPwBI Provinsi Sulawesi

Tenggara yang menunjukkan bahwa bahwa

perkiraaan masyarakat akan harga kebutuhan

bahan makanan akan mengalami penurunan di

triwulan I 2017. Hal tersebut tercermin dari

menurunnya indeks perubahan harga bahan

makanan dari 187,3 di triwulan sebelumnya

menjadi 186,6 di triwulan I 2017.

Sejalan dengan komponen volatile food,

perkembangan komponen inflasi inti (core

inflation) di Sulawesi Tenggara juga mengalami

penurunan. Komoditas inti yang mengalami

penurunan adalah komoditas makanan jadi dan

sandang yang terjadi di Kota Kendari maupun

Kota Baubau. Komoditas makanan jadi

menurun dari 8,08% (yoy) di triwulan

sebelumnya menjadi 6,39%(yoy) di triwulan I

2017. Penurunan tersebut merupakan dampak

dari adanya penurunan harga komoditas

kelompok bahan makanan. Selain itu, harga

komoditas sandang mengalami penurunan dari

4,18% (yoy) di triwulan IV menjadi 2,51% (yoy)

di Triwulan I seiring berkurangnya permintaan

masyakarat pada awal tahun 2017.

Sementara untuk komponen administered

prices tercatat mengalami peningkatan inflasi

sehingga menahan laju penurunan yang terjadi.

Peningkatan tersebut terjadi di Kota Kendari dan

Kota Baubau terutama disumbang oleh

kenaikan tarif tenaga listrik dan biaya

perpanjangan STNK. Pada akhir triwulan I, tarif

tenaga listrik mengalami inflasi sebesar 11,29%

(yoy) sedangkan biaya perpanjangan STNK naik

sebesar 107,01% (yoy). Namun dengan adanya

deflasi pada tarif angkutan udara sebesar

7,86% (yoy) di periode tersebut mampu

menahan laju peningkatan yang terjadi di

kelompok administered prices.

Tracking Triwulan II 2017

Mengawali triwulan II 2017, inflasi tahunan

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan

akibat adanya peningkatan pada komponen

administered prices. Sementara untuk kelompok

volatile food tercatat mengalami deflasi

sedangkan pada komponen inflasi inti

cenderung mengalami penurunan tekanan di

bulan April 2017.

Peningkatan kelompok administered prices

terjadi akibat Inflasi yang terjadi pada tarif listrik

seiring adanya penyesuaian tarif tenaga listrik

tahap dua untuk pelanggan daya 900 VA.

Kenaikan tersebut baru dirasakan penuh pada

bulan April dikarenakan sebagian besar

masyarakat merupakan pelanggan pasca bayar.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

48

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Namun kenaikan tersebut tertahan oleh adanya

penurunan tarif angkutan udara di Kota Kendari

maupun Kota Baubau yang masing-masing

tercatat mengalami deflasi sebesar 0,08%

(mtm) dan 8,09% (mtm).

Deflasi pada kelompok volatile food terjadi

terutama disumbang oleh deflasi pada

komoditas beras dan sayur-sayuran, ikan segar

(bandeng, baronang, cakalang dan layang),

sayur sayuran (bayam, sawi hijau, jantung

pisang dan kangkung) akibat terjaganya

pasokan komoditas tersebut di pasar.

Sementara untuk tekanan kelompok inflasi inti

cenderung menurun seiring penurunan tekanan

komoditas sandang akibat penurunan

permintaan masyarakat yang cenderung

menahan pengeluaran menjelang Bulan

Ramadhan.

Melihat perkembangan yang ada dan hasil

liaison, laju inflasi tahunan Sulawesi Tenggara

pada triwulan II 2017 diperkirakan akan

mengalami peningkatan tekanan. Peningkatan

tersebut utamanya masih disebabkan oleh

peningkatan kelompok kelompok volatile food

dan kelompok administered prices akibat

adanya peningkatan permintaan masyarakat

akan komoditas bahan makanan dan angkutan

udara pada saat Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Peningkatan tekanan inflasi pada periode

mendatang juga terindikasi dari hasil Survei

Konsumen (SK) yang dilakukan oleh KPwBI

Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan hasil

SK diperoleh informasi bahwa indeks

pengeluaran konsumen di 3 bulan mendatang

meningkat dari 167,0 di Triwulan I 2017 menjadi

182,0 di triwulan II 2017. Sejalan dengan

kondisi tersebut indeks harga pada 3 bulan

mendatang juga meningkat menjadi 196,0 di

triwulan II 2017 setelah pada triwulan I tercatat

sebesar 172,0. Peningkatan tersebut disebabkan

oleh peningkatan pengeluaran kelompok bahan

makanan (175 di Triwulan I 2017 menjadi 198,9

di triwulan II 2017).

3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan oleh

pemerintah daerah bersama Bank Indonesia

selama Triwulan II 2017 difokuskan untuk

melaksanakan pemantauan harga kebutuhan

strategis di pasar serta menjaga ekspektasi

masyarakat terhadap harga kebutuhan strategis

terutama di awal tahun. Secara ringkas langkah-

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 3.8 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 bulan

Mendatang Grafik 3.9 Indeks Harga

182

120

130

140

150

160

170

180

190

II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

196

199

145

155

165

175

185

195

II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Indeks Harga Indeks Harga Bahan Makanan

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

49

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

langkah pengendalian inflasi yang ditempuh

adalah sebagai berikut:

1. Penguatan Kelembagaan dan Koordinasi

antar TPID.

Pada 23 Januari 2017 diselenggarakan

Rapat TPID Kabupaten Wakatobi dengan

membahas beberapa pokok permasalahan

diantaranya menyangkut tingginya

biaya/upah bongkar barang di pelabuhan,

harga dan ketersediaan BBM, evaluasi

pemanfaatan tol laut, tingginya

ketergantungan Wakatobi terhadap daerah

lain sehingga rawan terjadi gangguan

pasokan. Menyikapi permasalahan tersebut

forum merekomendasikan beberapa hal

diantaranya :

- Menyampaikan surat klarifikasi kepada

Pertamina mengenai kuota/jumlah

pasokan BBM di wilayah Wakatobi dan

jika diperlukan, TPID dapat memanggil

Pertamina untuk memberikan penjelasan

kepada pemerintah daerah.

- Keberadaan tol laut perlu disampaikan

secara luas kepada masyarakat agar

memberikan manfaat yang optimal

termasuk untuk mendukung kelancaran

pasokan barang dari luar daerah.

- Mendorong peran BUMD sebagai

pelaksana kerjasama antar daerah untuk

menjaga pasokan barang.

Sementara itu dalam rapat TPID Kota

Baubau yang diselenggarakan pada tanggal

26 Januari 2017 telah dihasilkan beberapa

rekomendasi dalam rangka menjaga

stabilitas harga diantaranya :

- Meningkatkan koordinasi dan

kerjasama antar pihak untuk

memastikan kelancaran pasokan dan

ketersediaan barang termasuk dengan

distributor/ pedagang besar.

- Mendorong peningkatan produktivitas

tanaman bahan makanan.

Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 2017 telah

dilakukan Rapat High Level Meeting (HLM) TPID

Provinsi Sulawesi Tenggara yang bertujuan

untuk melakukan evaluasi TPID di tahun 2016,

sekaligus penyampaian arahan dari Gubernur

Sulawesi Tenggara terkait program

pengendalian inflasi daerah Sulawesi Tenggara

tahun 2017. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Bpk

Dr. H. Nur Alam. SE, M.Si (Gubernur Sulawesi

Tenggara), Bpk H. Abdurrahman Saleh SH. M.Si

(Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara), Bpk

Dr. H. Lukman Abunawas SH. M.Si (Sekretaris

Daerah Sulawesi Tenggara / Ketua TPID Provinsi

Sulawesi Tenggara) dan Bpk Minot Purwahono

(Wakil Ketua TPID Provinsi Sulawesi Tenggara),

Ketua TPID Kota/Kabupaten, Ketua TPID Provinsi

Sulawesi Tenggara) dan instansi vertikal terkait.

Adapun rekomendasi yang dihasilkan adalah

sebagai berikut:

- Meningkatkan sinergi dan koordinasi

dalam rangka pengendalian inflasi daerah

yang pada tahun 2017 diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Fokus

pengendalian inflasi akan ditekankan

pada upaya pengendalian inflasi

khususnya komoditas bahan pangan yang

ditempuh melalui peningkatan produksi

komoditas pangan strategis utamanya

beras, cabai, ikan, sayur-sayuran dan

bawang merah.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

50

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

- TPID perlu melaporkan kepada legislatif

terkait kegiatan yang dilakukan dalam

melaksanakan tugas pengendalian inflasi

untuk memperoleh dukungan dan

mencari solusi pemecahan atas

permasalahan yang dihadapi.

- TPID Provinsi akan mendorong TPID

Kota/Kabupaten untuk melakukan

kerjasama antar daerah sebagai salah satu

cara mengatasi gangguan pasokan

khususnya di daerah yang masih defisit. Di

sisi lain TPID Provinsi juga akan

menjembatani permasalahan yang

dihadapi oleh TPID Kota/Kabupaten

dengan pihak terkait sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi.

- Dalam rangka peningkatan produksi

pangan strategis, dibutuhkan adanya

ketersediaan sarana produksi baik untuk

petani maupun nelayan. Selain itu juga

dibutuhkan dukungan infrastruktur yang

memadai baik yang terkait dengan aspek

produksi maupun distribusi.

- Sehubungan dengan adanya pergantian

pejabat SKPD baik di tingkat Provinsi

maupun Kota/kabupaten, maka

dipandang perlu untuk dilakukan

Capacity Building dan studi banding antar

TPID dalam rangka meningkatkan

pemahaman anggota TPID. Selain itu TPID

Provinsi akan mengupayakan untuk hadir

(minimal 1x) dalam pertemuan TPID di

tingkat Kota/Kabupaten.

2. Mengelola Ekspektasi Masyarakat

Upaya untuk menekan inflasi oleh TPID juga

dilakukan dengan mengarahkan ekspektasi

masyarakat. Beberapa upaya yang dilakukan

TPID untuk mengarahkan ekspektasi

konsumen yakni dengan meningkatkan arus

informasi melalui media massa. Informasi

mengenai kecukupan stok barang dan

aktivitas sidak pasar disebarluaskan melalui

media massa untuk mencegah terjadinya

panic buying yang menyebabkan terjadinya

pembelian berlebihan yang menyebabkan

berkurangnya ketersediaan barang di pasar.

Pada Triwulan I 2017 telah dilakukan sidak

kebeberapa pasar tradisional maupun pasar

modern dan kunjungan ke gudang Bulog

serta distributor kebutuhan pokok untuk

memastikan kestabilan harga dan

ketersediaan stok komoditas strategis di

pasar. Selain itu Tim Pengendalian Daerah

(TPID) Provinsi Sultra bekerjasama dengan

PT. Pertamina senantiasa melakukan

pemantauan terhadap komoditas BBM

maupun LPG 3 kg mengantipasi adanya

peningkatan permintaan terutama pada

saat hari libur panjang.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

51

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

BOKS 2 POLA INFLASI PADA SAAT IDUL FITRI

Inflasi bulanan (mtm) di Sulawesi Tenggara pada bulan dimana terdapat hari raya Idul Fitri selalu

merupakan puncak dari inflasi selama periode 2 bulan sebelum Idul Fitri sampai dengan 2 bulan

setelah Idul Fitri. Rata-rata inflasi pada saat Idul Fitri adalah 1,10% (mtm) dan paling tinggi

pernah mencapai 1,75% (mtm) pada tahun 2014.

Grafik 1. Pola Inflasi Bulanan Sultra Pada Saat Idul Fitri

Grafik 2. Pola Inflasi Bulanan Di Kendari dan Baubau Pada Saat Idul Fitri

0,530,69

1,10

0,01 0,05

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

2012 2014 2015 2016 avg

IDUL FITRI%, mtm

SULAWESI TENGGARA

Tahun Tgl. Idul Fitri

2012 19-20 Agustus

2014 28-29 Juli

2015 17-18 Juli

2016 6-7 Juli

2017 25-26 Juni

IDUL FITRI

0,390,65

1,20

-0,050,10

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

2012 2014 2015 2016 avg

1,01

0,64

1,44

0,10-0,14

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

2014 2015 2016 avg

%, mtm %, mtmKENDARI BAUBAU

IDUL FITRI

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

52

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Sumber tekanan inflasi pada masa Ramadhan-Idul Fitri berasal dari kelompok Volatile Foods

terutama karena tekanan permintaan (demand push inflation) dan ekspektasi inflasi. Pada tahun

2016, tekanan inflasi volatile foods (VF) terjadi pada bulan t-1 karena ¾ bulan Ramadhan terjadi

pada bulan tersebut. Peningkatan tekanan pada VF diikuti pula dengan peningkatan tekanan

Core Inflation baik pada bulan t maupun terdapat lag t+1.

Grafik 3. Pola Inflasi Bulanan Sultra Pada Saat Idul Fitri

PERGERAKAN INFLASI BAHAN POKOK

Komoditas gula pasir dan telor ayam ras relatif mengalami peningkatan harga pada bulan t-1

sebelum Idul Fitri karena dipergunakan untuk pembuatan makanan jadi pada industri kecil.

Sementara itu daging ayam dan daging sapi juga mengalami peningkatan harga karena

peningkatan permintaan. Di sisi lain, harga beras relatif stabil pada masa Idul Fitri karena stok

terjaga setelah panen raya.

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

(inf_t-2)(inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1)(inf_t+2) (inf_t-2)(inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1)(inf_t+2) (inf_t-2)(inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1)(inf_t+2) (inf_t-2)(inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1)(inf_t+2)

2012 2014 2015 2016

UMUM CORE VF AP

andil mtm (%) SULAWESI TENGGARAIDUL FITRI

IDUL FITRI

IDUL FITRI

IDUL FITRI

-1,87

-0,44 -0,35

0,310,47

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Beras

2012 2014 20152016 avg

0,27

8,24

1,75

-3,27-2,25

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Telor Ayam Ras

-0,54

0,28

1,20

0,18 0,39

-2,00

-1,50

-1,00

-0,50

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Tepung Terigu

1,99

6,27

2,28

-0,79 -1,10

-6,00-4,00-2,000,002,004,006,008,00

10,0012,0014,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Gula Pasir

-0,03

2,51 2,14

0,06

2,36

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Daging Ayam Ras

0,03 0,42

1,72

-0,35

0,89

-3,00

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Daging Sapi

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

53

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

PERGERAKAN INFLASI HASIL PERIKANAN

Komoditas perikanan pada masa Ramadhan dan Idul Fitri relatif mengalami kenaikan harga

karena bersamaan dengan masa angin timur yang menyebabkan penurunan hasil tangkapan,

selain itu terdapat pula masa nelayan tidak melaut karena kembali ke daerah asalnya (seperti

nelayan pendatang dari Sulsel).

PERGERAKAN INFLASI BUMBU DAN MINYAK

Komoditas bumbu-bumbuan terutama bawang putih, cabai merah dan cabai rawit relatif

mengalami peningkatan pada bulan t-1 maupun bulan t Idul Fitri karena peningkatan

permintaan. Sementara itu komoditas bawang merah mengalami penurunan harga karena

bertepatan dengan masa panen bawang merah di daerah produsen. Di sisi lain, komoditas

minyak goreng dan kelapa juga mengalami peningkatan harga seiring peningkatan permintaan

konsumen.

11,99

3,26

11,23

-7,62

-2,01

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Ikan Cakalang

2012 2014 20152016 avg

2,404,87

2,30

-3,050,10

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Ikan Layang

4,06

-0,39

5,22

1,33

-1,13

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Ikan Bandeng

1,58 0,66

4,67

-2,52 -3,25

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Ikan Tongkol

3,59 3,972,85

0,32

-1,75

-8,00-6,00-4,00-2,000,002,004,006,008,00

10,0012,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Udang Basah

2,15

11,2215,88

-3,00-4,06

-20,00-15,00-10,00

-5,000,005,00

10,0015,0020,0025,0030,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Cumi Cumi

8,82

-1,46 -4,01 -3,07 -6,39

-30,00

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Bawang Merah

2012 2014 2015

2016 avg

2,23

6,77

3,48

-0,62 -0,40-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Bawang Putih

-0,83

14,84

5,77

-4,49-0,65

-30,00

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Cabai Merah

5,20 8,5818,13

-4,03

11,65

-30,00

-20,00

-10,00

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Cabai Rawit

1,08 1,140,51

1,040,72

-2,00

-1,00

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Minyak Goreng

0,39

4,857,14

-2,50

1,87

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

(inf_t-2) (inf_t-1) (inf_t) (inf_t+1) (inf_t+2)

Kelapa

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Perkembangan Inflasi Daerah

54

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

4

STABILITAS KEUANGAN

DAERAH

Perkebunan Kakao di Kolaka Utara

Foto: Asman Hadianto

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

57

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

4.1. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.1.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor

Rumah Tangga

Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi

keuangan rumah tangga adalah tingkat

pendapatan, ketersediaan lapangan pekerjaan,

tingkat konsumsi, dan kondisi

pembiayaan/kredit oleh rumah tangga. Secara

umum, tingkat pendapatan dan ketersediaan

lapangan pekerjaan dipengaruhi oleh kinerja

perekonomian.

Pada triwulan I 2017, kondisi perekonomian

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan

(lihat Bab 1). Peningkatan tersebut didorong oleh

membaiknya kinerja ekspor luar negeri,

pengeluaran pemerintah dan investasi dan pada

akhirnya turut mendorong peningkatan aktivitas

konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah

tangga pada periode tersebut tercatat tumbuh

sebesar 5,9% (yoy), lebih tinggi daripada

periode sebelumnya yang hanya tumbuh

sebesar 5,1% (yoy) (Grafik 4.1). Peningkatan

tersebut juga menyebabkan kenaikan kontribusi

rumah tangga terhadap perekonomian Sulawesi

Tenggara dengan pangsa sebesar 49,0%.

Apabila dibandingkan dengan provinsi lainnya di

Pulau Sulawesi, peningkatan pertumbuhan

konsumsi rumah tangga relatif cukup tinggi dan

telah berada di atas pertumbuhan rata-rata

konsumsi se-Sulawesi (Grafik 4.2).

Peningkatan aktivitas konsumsi rumah tangga

selama triwulan I 2017 tersebut turut

meningkatkan optimisme rumah tangga dalam

melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat

dari rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

selama triwulan I 2017 yang mencapai 139,1

dan terus bergerak dalam tren yang meningkat

(Grafik 4.2).

Faktor yang menyebabkan optimisme

konsumen masih tinggi pada triwulan tersebut

adalah adanya ekspektasi kondisi ekonomi ke

depan yang relatif meningkat. Hal tersebut

didorong oleh perkiraan rumah tangga

mendapatkan peningkatan pendapatan/

penghasilan pada rentang 6 bulan ke depan.

Selain itu, ekspektasi bahwa lapangan kerja

yang tersedia semakin banyak juga memperkecil

kerentanan sektor rumah tangga dalam sektor

keuangan di Sulawesi Tenggara (Grafik 4.4).

Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang

dilakukan oleh KPw BI Sulawesi Tenggara,

peningkatan penghasilan rumah tangga pada

triwulan I 2017 dialami oleh 51% responden,

sementara hanya 14% saja yang mengalami

penurunan penghasilan dan sisanya masih

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga Terhadap

PDRB Sulawesi Tenggara Grafik 4.2 Perbandingan Kontribusi Konsumsi RT se-

Sulawesi

46,1

49,05,1

5,9

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

40,0

45,0

50,0

55,0

60,0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Pangsa gKonsumsi RT (sb.kanan)

Pangsa thd PDRB (%) %, yoy

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

40,0 45,0 50,0 55,0 60,0 65,0

TwIV-16 TwI-17

Gorontalo

Sulsel

SULAWESI

Sulbar

SultengSultra

Sulut

%, yoy

%

Pe

rtu

mb

uh

an

Ko

nsu

msi R

T

Pangsa Konsumsi RT dalam PDRB

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

58

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

mendapatkan penghasilan yang sama

dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Berdasarkan

sektornya, hampir seluruh sektor usaha

mengalami peningkatan penghasilan, kecuali

sektor pertambangan. Bahkan tidak ada

penurunan penghasilan pada responden rumah

tangga yang bekerja pada sektor konstruksi, jasa

keuangan, real estate dan jasa profesional

(Grafik 4.5).

Sumber kerentanan yang berasal dari sisi

penghasilan rumah tangga diperkirakan masih

dapat terjaga pada periode mendatang. Hasil

dari Survey Konsumen juga menunjukkan

bahwa responden masih memperkirakan

terjadinya peningkatan penghasilan di 6 bulan

berikutnya. Responden yang memperkirakan

kenaikan penghasilan yang berasal dari

kenaikan omzet sebanyak 28%, sementara yang

berasal dari kenaikan gaji mencapai 26% (Grafik

4.6).

Sumber kerentanan keuangan rumah tangga

lainnya adalah terkait dengan adanya potensi

tekanan harga. Namun pada triwulan I 2017,

sumber kerentanan ini masih dalam level yang

terjaga karena inflasi Sulawesi Tenggara pada

periode tersebut masih berada pada target

sasaran inflasi nasional 4%+1% (lihat Bab 3).

Sumber utama menurunnya tekanan inflasi

berasal dari penurunan harga kelompok bahan

makanan.

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.3 Indeks Keyakinan Konsumen Sulawesi Tenggara

Grafik 4.4 Ekspektasi Konsumen Rumah Tangga

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.5 Perubahan Penghasilan Saat Ini

dibandingkan 6 Bulan yang lalu Grafik 4.6 Alasan Peningkatan/Penurunan Penghasilan

6 Bulan Mendatang

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

180,0

200,0

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4

2015 2016 2017Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi

Indeks Ekspektasi Konsumen

Poly. (Indeks Keyakinan Konsumen)

indeks

optim

ispesim

is

147

129

147

164

143

157151

144 148

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

160,0

180,0

EkspektasiPenghasilan

EkspektasiLap.Kerja

EkspektasiUsaha

Est. Jul 17 Est. Agst 17 Est. Sep 17

indeks

optim

ispesim

is

50%

25%25%33%35%

25%56%

33%88%

67%70%

48%38%33%

57%60%

30%48%

10%

11%

5%2%

3%

3%-12%

-17%

-3%

-9%

-2%

-100% -50% 0% 50% 100%

PertanianPertambangan

IndustriAir

KonstruksiPerdaganganTransportasi

Hotel RestoranInfokom

Jasa KeuanganReal Estate

Jasa ProfesionalPersewaan

PemerintahanPendidikanKesehatan

KebudayaanLainnya

SULTRASedikit Meningkat Meningkat Sedikit Menurun Menurun

TETAP

26%28%

23%

-1% -2% -3%Gaji Omzet Pendapatan Lain

pangsa responden

naik

turun

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

59

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

4.1.2. Kinerja Keuangan Rumah Tangga

Secara umum, penggunaan keuangan rumah

tangga lebih banyak ditujukan untuk keperluan

konsumsi. Pada triwulan I 2017, pengeluaran

untuk konsumsi mengambil porsi sebesar

44,5%, lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya (Grafik 4.7). Hal tersebut

dilakukan untuk menambah dana rumah tangga

yang ditabung dari 23,9% menjadi 33,7% dari

keseluruhan penggunaan dana rumah tangga.

Pada periode tersebut pangsa dana rumah

tangga yang disisihkan untuk membayar cicilan

hutang sebesar 21,8%, relatif meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Apabila dilihat berdasarkan pendapatannya

(menggunakan pendekatan pengeluaran),

tingkat pengeluaran konsumsi yang tertinggi

dilakukan oleh kelompok rumah tangga

berpendapatan tinggi (dengan total

pengeluaran sebesar Rp7,1-Rp8,0 juta).

Meskipun demikian, tingkat konsumsi terendah

adalah pada kelompok rumah tangga dengan

tingkat pendapatan tertinggi (dengan total

pengeluaran di atas Rp8,0 juta). Hal tersebut

juga menyebabkan tingkat dana yang

dikeluarkan untuk tabungan/simpanan paling

besar dilakukan oleh kelompok rumah tangga

tersebut (Grafik 4.8).

Debt Service Ratio

Sementara itu jika dilihat dari perilaku

berhutang, maka risiko kredit masih relatif

terjaga karena secara agregat jumlah rumah

tangga yang memiliki debt service ratio lebih

dari 30% (DSR>30%) masih lebih rendah

daripada rumah tangga dengan DSR di bawah

30%. Pada triwulan I 2017, jumlah rumah

tangga dengan DSR>30% mencapai 38,1%

(Grafik 4.9). Meskipun demikian, perlu

diperhatikan bahwa pada rumah tangga dengan

tingkat pengeluaran per bulan mencapai Rp4,1

juta-Rp5 juta memiliki pangsa DSR>30% yang

terbesar, yaitu mencapai 81,8%. Institusi

keuangan menilai bahwa rumah tangga dengan

DSR>30% memiliki risiko yang tinggi dan dapat

menjadi penyebab NPL (non performing loan).

Dari sisi rumah tangga yang merupakan debitur

bank, salah satu hasil Survei Konsumen juga

menunjukkan kondisi keuangan rumah tangga

masih berada dalam batas yang aman. Sebanyak

70% responden menyatakan bahwa

pendapatan yang diterima masih cukup untuk

memenuhi kebutuhan dan membayar cicilan,

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.7 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga

Sulawesi Tenggara Grafik 4.8 Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga

Berdasarkan Pengeluaran/Bulan

56,0

20,1

23,9

44,5

21,8

33,7

Konsumsi Cicilan/Pinjaman Tabungan

Tw IV 2016

Tw I 2017

47,8

44,9

45,3

46,7

39,4

50,0

56,7

33,1

27,5

18,6

21,4

30,0

23,8

20,0

11,7

27,5

24,7

36,5

33,3

23,3

36,9

30,0

31,7

39,4

0 50 100

Rp1,0-2 juta

Rp2,1-3 juta

Rp3,1-4 juta

Rp4,1-5 juta

Rp5,1-6 juta

Rp6,1-7 juta

Rp7,1-8 juta

>Rp8 juta

Konsumsi Cicilan Tabungan

Pen

gelu

aran

a/b

ula

n

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

60

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

bahkan masih terdapat sisa untuk ditabung

guna pemenuhan kebutuhan kesehatan dan

pendidikan. Bahkan terdapat 12,4% responden

yang menyatakan bahwa pendapatan yang

diterima dalam kategori sangat cukup yaitu

terdapat dana lebih untuk investasi dan rekreasi

dan sebanyak 4,1% responden yang

menyatakan lebih dari cukup karena

Kecukupan Keuangan RT Debitur Bank

pendapatannya sebagian besar dialokasikan

untuk investasi, berlibur, dan membeli

kebutuhan tersier seperti mobil dan perabotan

mewah lainnya. Sebaliknya, terdapat 11,8%

responden yang menyatakan dalam kondisi pas-

pasan dan hanya sebesar 1,8% responden

dengan kondisi keuangan yang tidak mencukupi

untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangga

dan membayar pinjaman/cicilan (Grafik 4.10).

Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan Mendatang

Kondisi keuangan rumah tangga diperkirakan

juga akan semakin membaik karena beban

cicilan/pinjaman yang diperkirakan akan

semakin ringan. Rumah tangga yang

memperkirakan bahwa posisi pinjaman mereka

pada 6 bulan mendatang akan berkurang

sebanyak 52,4%. Pengurangan tersebut

sebagian besar karena sesuai dengan jadwal

pembayaran cicilan dan hanya sebagian kecil

yang karena adanya percepatan pelunasan

(Grafik 4.11). Sementara itu rumah tangga yang

memperkirakan posisi pinjaman akan sama

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.9 Komposisi DSR Rumah Tangga Sulawesi

Tenggara Grafik 4.10 Kecukupan Pendapatan RT Debitur Bank

Untuk Memenuhi Kebutuhan dan Membayar Cicilan

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.11 Perkiraan Posisi Pinjaman 6 Bulan

Mendatang Debitur Bank Grafik 4.12 Saving Ratio Rumah Tangga

-34,5

-26,9

-17,4

-81,8

-54,5

-50,0

-27,3

-30,8

-6,9

-5,8

-6,5

-18,2

-25,0

-18,2

-7,3

58,6

67,3

76,1

18,2

27,3

100,025,0

54,5

61,9

-100% -50% 0% 50% 100%

Rp1,0-2 juta

Rp2,1-3 juta

Rp3,1-4 juta

Rp4,1-5 juta

Rp5,1-6 juta

Rp6,1-7 juta

Rp7,1-8 juta

>Rp8 juta

SULTRA

DSR 30% - 49% DSR>50% DSR<30%

DSR<30%DSR>30%

pangsa

peng

elu

ara

n/b

ula

n

5,9

15,1

15,2

10,0

9,1

50,0

12,4

2,7

3,0

18,2

50,0

33,3

4,1

-8,8

-16,4

-9,1

-10,0

-25,0

-11,8

-2,9

-1,4

-10,0

-1,8

-40 -20 0 20 40 60 80 100

Rp1,0-2 juta

Rp2,1-3 juta

Rp3,1-4 juta

Rp4,1-5 juta

Rp5,1-6 juta

Rp6,1-7 juta

Rp7,1-8 juta

>Rp8 juta

SULTRA

Sangat Cukup Lebih Dari Cukup Pas-pasan Tidak Cukup

pangsa %

pengelu

ara

n/b

ula

n

cukup

-38,2

-49,3

-51,5

-50,0

-36,4

-100,0

-25,0

-45,9

-5,9

-4,1

-12,1

-10,0

-9,1

-6,5

8,8

6,8

9,1

25,0

33,3

6,5

-100 -80 -60 -40 -20 0 20 40

Rp1,0-2 juta

Rp2,1-3 juta

Rp3,1-4 juta

Rp4,1-5 juta

Rp5,1-6 juta

Rp6,1-7 juta

Rp7,1-8 juta

>Rp8 juta

SULTRA

Berkurang Sangat Berkurang Bertambah Sangat Bertambah

pangsa %

pe

ng

elu

ara

n/b

ula

n

tetap

-3,9

-3,1

-9,1

-33,3

-3,3

15,6

16,5

9,4

9,1

15,4

18,2

14,3

28,6

18,9

37,7

45,5

30,8

16,7

27,3

26,3

51,9

59,1

50,9

27,3

53,8

100,0

50,0

54,5

54,3

-50% 0% 50% 100%

Rp1,0-2 juta

Rp2,1-3 juta

Rp3,1-4 juta

Rp4,1-5 juta

Rp5,1-6 juta

Rp6,1-7 juta

Rp7,1-8 juta

>Rp8 juta

SULTRA

No Saving Saving Ratio >0-10% 10%-20% 20%-30% >30%

pangsa

pengelu

ara

n/b

ula

n

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

61

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

sebanyak 40,6%, bahkan yang memperikirakan

akan bertambah hanya sebanyak 7,1%.

Saving Ratio

Dari sisi rasio tabungan terhadap pengeluaran

rumah tangga, sebagian besar rumah tangga di

Sulawesi Tenggara yang menjadi responden

Survei Konsumen telah memiliki tabungan dan

hanya sebesar 3,3% dari keseluruhan

responden yang tidak memiliki tabungan (Grafik

4.12). Bahkan pada triwulan I 2017, jumlah

rumah tangga yang memiliki saving ratio > 30%

mencapai 54,3%. Kondisi ini menunjukkan

bahwa rumah tangga di Sulawesi Tenggara

memiliki ketahanan keuangan yang relatif baik.

Meskipun demikian, terdapat 33,3% dari

kelompok rumah tangga dengan tingkat

pengeluaran sebesar Rp7,1 juta-Rp8 juta yang

tidak memiliki tabungan pada triwulan tersebut.

Rumah tangga yang tidak dapat menabung

berisiko pada stabilitas sistem keuangan karena

dapat mengganggu likuiditas institusi keuangan

dari sisi sumber dana.

Dana Cadangan

Dilihat dari ketahanan rumah tangga dalam

antisipasi kejadian tak terduga, rumah tangga di

Sulawesi Tenggara relatif memiliki ketahanan

yang relatif baik. Hal ini terlihat dari kepemilikan

dana cadangan berupa tabungan, deposito

maupun uang tunai yang dimiliki oleh sebanyak

90,3% responden (Grafik 4.13). Dana cadangan

yang dimiliki oleh 32,7% rumah tangga adalah

sebesar 1 bulan pendapatannya dan sebesar

16,5% rumah tangga yang memiliki dana

cadangan sebesar 1-3 bulan pendapatannya

(Grafik 4.14).

Kepemilikan Produk Perbankan

Rumah tangga di Sulawesi Tenggara yang

menjadi responden Survei Konsumen relatif

telah memiliki produk-produk perbankan.

Sebanyak 95,7% responden rumah tangga

telah memiliki tabungan di bank dan sebanyak

73,3% telah memiliki kartu debit yang

merupakan fasilitas standar tabungan

perbankan (Grafik 4.15). Sementara itu dari sisi

kredit, rumah tangga paling banyak memiliki

kredit kendaraan dengan pangsa 27,3% dan

kepemilikan kartu kredit sebanyak 26,3%.

Selain itu, dari sisi kepemilikan uang elektronik,

hanya sebanyak 2% dari responden rumah

tangga di Sulawesi Tenggara yang memilikinya.

Dengan demikian perlu adanya upaya lebih

banyak dalam memasyarakatkan GNNT

(Gerakan Nasional Non Tunai).

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.13 Kepemilikan Dana Cadangan Berupa

Tabungan/Deposito/Cash Grafik 4.14 Besaran Jumlah Dana Cadangan Rumah

Tangga Terhadap Pendapatannya

9,3

90,7

Tidak Memiliki Memiliki

32,7

16,5

19,9

11,4

6,3

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

<1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan

6-12 bulan >1tahun Tdk Jawabpangsa

pengeluaran/bulan

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

62

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Dalam memilih simpanan di bank, rumah

tangga memiliki preferensi yang berbeda-beda.

Secara agregat, rumah tangga memilih

berdasarkan faktor keamanan (25%) seperti

adanya jaminan pemerintah atau Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS). Faktor kedua adalah

pelayanan berupa keramahan dan kemudahan

dalam melakukan transaksi. Faktor ketiga utama

adalah lokasi bank yaitu dari sisi jarak tempuh

dan aksesibilitas (Grafik 4.16).

4.1.3. Dana Pihak Ketiga Perseorangan Di

Perbankan

Sektor rumah tangga masih mendominasi dana

pihak ketiga (DPK) yang berada di perbankan

Sulawesi Tenggara. Hal ini tercermin dari pangsa

DPK perseorangan yang mencapai 69,3% dari

keseluruhan DPK di Sulawesi Tenggara dengan

nominal mencapai Rp11,0 triliun (Grafik 4.17).

Selain itu, DPK perseorangan juga dapat

tumbuh relatif tinggi sebesar 13,15% (yoy),

lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh 10,7% (yoy) (Grafik 4.18).

Preferensi rumah tangga dalam melakukan

penempatan masih didominasi oleh fasilitas

tabungan dan deposito. Bahkan porsi tabungan

perseorangan pada perbankan Sulawesi

Tenggara mencapai 67,3% dibandingkan

dengan total keseluruhan DPK perseorangan.

Sementara itu porsi DPK dalam bentuk deposito

juga masih dominan dilakukan oleh nasabah

perseorangan dengan porsi mencapai 28,2%

dan sisanya merupakan nasabah pemegang

rekening giro (Grafik 4.19).

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 4.15 Kepemilikan Produk Perbankan Grafik 4.16 Faktor Dalam Memilih Simpanan Perbankan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.17 Komposisi DPK Sulawesi Tenggara Grafik 4.18 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perseorangan Sulawesi Tenggara

95,7

4,711,7

27,3 26,3

6,3

73,3

2,00,0

10,020,030,040,050,060,070,080,090,0

100,0

pangsa %

Keamanan25%

Pelayanan24%

Lokasi Bank21%

Suku Bunga

14%

Kepemilikan Bank16%

76,4 73,3

16,3 12,4

96,7 97,077,9 69,3

23,6 26,7 83,7 87,6 3,3 3,0 22,1 30,7

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw IV2016

Tw I2017

Tw IV2016

Tw I2017

Tw IV2016

Tw I2017

Tw IV2016

Tw I2017

Deposito Giro Tabungan Total

Perseorangan Bukan Perseorangan

pangsa

3,20

13,15

-13,88

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

DPK Total Perseorangan Bukan Perseorangan

%, yoy

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

63

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Dari sisi pertumbuhannya, peningkatan DPK

perseorangan didorong oleh adanya

peningkatan pada pemegang rekening deposito

dan rekening giro. Pada triwulan I 2017,

deposito milik perseorangan tumbuh sebesar

36,2% (yoy), lebih tinggi daripada sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 32,7% (yoy).

Kondisi ini sejalan dengan preferensi rumah

tangga untuk dapat memiliki dana cadangan

yang lebih besar dari 1 bulan pendapatan.

Sebaliknya, pertumbuhan DPK perseorangan

dalam bentuk fasilitas tabungan hanya tumbuh

sebesar 5,3% (yoy), lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh

sebesar 6,4% (yoy) (Grafik 4.20).

4.1.4. Kredit Perbankan Pada Sektor Rumah

Tangga

Dari sisi kredit perbankan, rumah tangga di

Sulawesi Tenggara mendominasi realisasi

penyaluran kredit. Hal ini terlihat dari pangsa

kredit untuk perseorangan pada triwulan IV

2016 yang mencapai 78,87% dibandingkan

keseluruhan kredit yang direalisasikan untuk

daerah ini (Grafik 4.21). Dari sisi penggunaannya,

sebagian besar kredit perseorangan tersebut

digunakan untuk konsumsi yaitu sebesar

68,7%, sedangkan sisanya digunakan untuk

kegiatan produktif seperti untuk modal kerja

dan investasi dengan pangsa masing-masing

sebesar 23,2% dan 8,1% (Grafik 4.22).

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik 4.19 Komposisi DPK Perseorangan di Sulawesi

Tenggara Grafik 4.20 Pertumbuhan DPK Perseorangan Tiap Jenis

Penempatan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, loaksi proyek, diolah

Grafik 4.21 Komposisi Kredit Perseorangan di Sulawesi

Tenggara Grafik 4.22 Komposisi Penggunaan Kredit Perseorangan

di Sulawesi Tenggara

4,5

67,3

28,2

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Giro Tabungan Deposito

pangsa

20,0

5,3

36,2

5,9

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

5,5

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

120,0

140,0

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Giro Tabungan

Deposito Sk.Bg Deposito (sb.kanan)

%, yoy %

78,87

21,13

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Persorangan Bukan Perseorangan

pangsa

Lokasi Proyek Konsumsi Modal Kerja Investasi

68,723,28,1

Multiguna KPR KKB Alat RT

73,819,0

6,01,2

*Lokasi Proyek

Tw I 2017

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

64

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Kredit konsumsi oleh perseorangan digunakan

untuk berbagai keperluan. Paling besar adalah

dalam bentuk kredit multiguna yang mencapai

pangsa sebesar 73,8% dari keseluruhan kredit

konsumsi perseorangan. Penggunaan kedua

terbesar adalah kredit kepemilikan rumah (KPR)

yang mencapai pangsa 19,0%. Sementara itu

kredit kepemilikan kendaraan bermotor (KKB)

dan kredit peralatan rumah tangga masih relatif

kecil dengan pangsa masing-masing sebesar

6,0% dan 1,2% (Grafik 4.20).

Dari sisi pertumbuhan kreditnya, kredit

konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 12,9%

(yoy) pada triwulan I 2017, lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang mencapai

13,6% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan

oleh melambatnya kredit multiguna dan kredit

kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara

itu, kredit kepemilikan rumah (KPR) melanjutkan

tren perbaikan sehingga dapat menahan

perlambatan yang terjadi(Grafik 4.23).

Dilihat dari sisi suku bunganya, suku bunga

kredit konsumsi rumah tangga menunjukkan

arah yang lebih rendah. Pada triwulan I 2016,

suku bunga tertimbang kredit perseorangan di

Sulawesi Tenggara mencapai 12,95% per

tahun, sedikit lebih rendah daripada periode

sebelumnya yang mencapai 13,00% (Grafik

4.24). Sementara itu, dari sisi risiko kredit, kredit

konsumsi rumah tangga masih menunjukkan

tekanan yang minimal. Hal ini tercermin dari NPL

kredit perseorangan yang berada pada level

1,39%.

Kredit Kepemilikan Rumah

Pada triwulan I 2017, KPR di Sulawesi Tenggara

kembali menunjukkan adanya peningkatan dan

tumbuh sebesar 4,5% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang hanya tumbuh sebesar 2,1% (yoy) (Grafik

4.25). Peningkatan tersebut juga relatif menjadi

daya pendorong kinerja usaha konstruksi

perumahan. Hal tersebut tercermin dari

peningkatan kinerja sektor konstruksi pada

PDRB dari tumbuh sebesar 4,90% (yoy) menjadi

tumbuh sebesar 9,56%(yoy) pada triwulan I

2017.

Peningkatan yang terjadi pada KPR tersebut

terutama didorong oleh peningkatan realisasi

kredit untuk pembelian rumah tipe kecil (KPR s.d

tipe 21) dan tipe sedang (KPR tipe 21 s.d 70).

Pertumbuhan KPR tipe kecil dapat tumbuh

sampai 19,1% (yoy), sementara tipe sedang

tumbuh sebesar 12,0% (yoy) pada triwulan IV

2016. Hal ini juga dipengaruhi oleh kebijakan

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.23 Pertumbuhan Kredit Konsumsi RT Grafik 4.24 NPL dan Suku Bunga Kredit Konsumsi RT

12,9

4,489,13

16,29

-20,0

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Kredit Konsumsi RT KPR/KPA

KKB Multiguna

%, yoy

12,95

1,39

0,0

0,5

1,0

1,5

2,0

2,5

3,0

3,5

4,0

4,5

5,0

11,8

12,0

12,2

12,4

12,6

12,8

13,0

13,2

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

SB.Kredit Kons RT NPL Kredit Kons RT (sb.kanan)

%, tertimbang %, NPL

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

65

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

program subsidi perumahan rakyat (KPR

bersubsidi). Sebaliknya, penyaluran KPR untuk

tipe besar (>T.70) dan KP Ruko masih

melanjutkan kontraksi.

Dari sisi risiko kredit KPR, perilaku rumah tangga

dalam melakukan pembayaran cicilan

pembayaran kredit rumah masih terjaga

meskipun memiliki tekanan lebih tinggi daripada

triwulan sebelumnya. Pada triwulan I 2017, NPL

gross KPR mencapai 4,55%, lebih tinggi dari

sebelumnya yang hanya sebesar 3,40% (Grafik

4.27). Risiko kredit yang perlu mendapatkan

perhatian dari institusi keuangan adalah pada

penyaluran KP Ruko yang kembali meningkat

dan berada di atas threshold 5%. Risiko lainnya

berasal dari kredit rumah tipe kecil yang pada

triwulan I 2017 mulai memiliki NPL di atas

threshold 5%.

Kredit Kepemilikan Kendaraan Bermotor

Kredit kendaraan bermotor (KKB) di Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar

8,0% (yoy), menunjukkan perlambatan setelah

pada periode sebelumnya dapat tumbuh

sebesar 9,4% (yoy). Perlambatan tersebut

disebabkan oleh terkontraksinya kredit untuk

pembelian kendaraan roda 2 (sepeda motor)

sebesar 2,9% (yoy) melanjutkan tren kontraksi

sejak triwulan IV 2016. Sementara itu kredit

untuk pembelian kendaraan roda 4 (mobil)

masih melanjutkan tren meningkat dan dapat

tumbuh sebesar 18,4% (yoy), lebih tinggi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.25 Pertumbuhan KPR dan Pangsa KPR Tiap Tipe Grafik 4.26 NPL dan Suku Bunga KPR

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.27 Pertumbuhan KKB dan Pangsa Tiap Jenis Grafik 4.28 NPL dan Suku Bunga KKB

4,5

19,1

12,0

-14,4

-6,0

-20,0-15,0-10,0

-5,00,05,0

10,015,020,025,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017KPR/KPA Tipe sd 21 Tipe >21-70Tipe >70 Ruko

%, yoy

pangsa

<T.21 >T.21 - T.70 >T.70 Ruko

8,0 60,5 14,2 17,2

5,31

3,68

3,10

8,36

4,55

11,48

10,0

10,5

11,0

11,5

12,0

0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

TIpe sd 21 Tipe >21-70Tipe >70 RukoKPR/KPA Sk.Bunga KPR (sb.kanan)

NPL % sk. bunga %

18,4

-2,9

8,0

-30

-15

0

15

30

45

60

75

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Mobil Sepeda Motor KKB

%, yoy

pangsa%

Mobil Sepeda Motor

83,8 13,91

1,99

2,34

12,06

10

11

12

13

14

0,0

2,5

5,0

7,5

10,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Mobil Sepeda MotorKKB Sk.Bunga KKB (sb.kanan)

NPL % sk. bunga %

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

66

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 14,4% (yoy) (Grafik 4.27).

Dari sisi risiko kredit, NPL gross KKB masih

terjaga pada level 2,34% pada triwulan I 2017

(Grafik 4.28). Hal ini ditopang oleh terjaganya

risiko kredit kepemilikan mobil dengan NPL

sebesar 1,98% dan kredit kepemilikan sepeda

motor dengan NPL sebesar 1,99%.

Kredit Multiguna

Besarnya penggunaan kredit konsumsi

perseorangan secara multiguna menunjukkan

bahwa kebutuhan pembiayaan rumah tangga

lainnya masih cukup besar, di luar kebutuhan

untuk memiliki rumah, kendaraan bermotor

maupun peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi

karena pengajuan kredit multiguna relatif

mudah dengan menggunakan jaminan/agunan

yang dimiliki oleh rumah tangga. Selain itu

penggunaan dana yang diterima dapat secara

leluasa digunakan oleh rumah tangga dalam

melakukan aktivitas konsumsi seperti

merenovasi rumah, biaya pernikahan, biaya

pendidikan, biaya pengobatan, maupun

pembelian barang berharga/elektronik, dan

bahkan dapat digunakan untuk modal usaha.

Pada triwulan I 2017, kredit multiguna tumbuh

sebesar 15,4% (yoy), lebih rendah daripada

periode sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar

16,8% (yoy) (Grafik 4.23). Perlambatan tersebut

disebabkan oleh melambatnya kredit multiguna

dengan pangsa terbesar yaitu pinjaman >Rp100

juta s.d Rp500 juta, yang tumbuh sebesar

30,2% (yoy). Sementara itu kredit multiguna

dengan nominal kredit di bawah Rp100 juta

masih terkontraksi.

Dari sisi risiko kredit, kredit rumah tangga untuk

fasilitas multiguna berada dalam kondisi risiko

yang rendah. Pada triwulan I 2017, NPL kredit

multiguna hanya sebesar 0,48% dan NPL pada

pinjaman >Rp100 juta s.d Rp500 juta hanya

sebesar 0,27% (Grafik 4.30). Adapun kredit

multiguna dengan risiko kredit terbesar berada

pada pembiayaan dengan nominal di atas

Rp500 juta namun NPL-nya masih dibawah

threshold 5%. Kondisi ini menunjukkan bahwa

eksposur keuangan rumah tangga masih

berdampak minimal pada institusi keuangan

maupun pada sistem keuangan di Sulawesi

Tenggara.

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.29 Pertumbuhan Multiguna dan Pangsa

Berdasarkan Besaran Kredit Grafik 4.30 NPL dan Suku Bunga Multiguna

-10,8-18,1

30,2

7,0

-30-15

01530456075

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

<Rp50jt >Rp50jt - Rp100 jt

>Rp100jt - Rp500jt >Rp500jt

%, yoy

pangsa%

<Rp50jt Rp50jt-Rp100jt Rp100jt-Rp500jt >Rp500jt

4…

17,5 76,2

1,7

1

0,48

13,33

11

12

13

14

0,0

2,5

5,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017Multiguna <Rp50jt>Rp50jt - Rp100 jt >Rp100jt - Rp500jt>Rp500jt Sk.Bunga

NPL % sk. bunga %

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

67

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

4.2. ASESMEN SEKTOR KORPORASI

4.2.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Peningkatan perekonomian Sulawesi Tenggara

pada triwulan I 2017 bersumber dari

peningkatan kinerja usaha pertambangan dan

penggalian dan usaha konstruksi. Kondisi ini

dapat menurunkan kerentanan sistem

keuangan di Sulawesi Tenggara yang berasal

dari sektor korporasi.

Meskipun demikian, sektor dominan lainnya di

Sulawesi Tenggara yaitu usaha pertanian, usaha

perdagangan dan industri pengolahan

mengalami perlambatan. Beberapa sektor

dominan yang mengalami perlambatan tersebut

dapat menjadi sumber kerentanan sistem

keuangan dari sektor korporasi di Sulawesi

Tenggara.

Di sisi lain, pada triwulan I 2017,

ketergantungan ekspor Sulawesi Tenggara pada

feronikel semakin berkurang. Pangsa ekspor

komoditas tersebut hanya sebesar 64% dari

keseluruhan nilai ekspor Sulawesi Tenggara,

lebih rendah daripada triwulan sebelumnya

yang mencapai 86,6%. Kondisi ini didorong

oleh peningkatan ekspor komoditas perikanan

yang pangsanya meningkat dari 6,4% menjadi

16% (Grafik 3.32).

Harga nikel yang sudah mengalami rebound

menunjukkan peningkatan permintaan dari

negara tujuan ekspor terhadap produk olahan

nikel. Harga nikel pada triwulan I 2017 secara

rata-rata sebesar USD10.265/metric ton, atau

meningkat sebesar 20,7% (yoy) (Grafik 4.31).

Dengan meningkatnya permintaan olahan nikel

(feronikel dan nikcel pig iron/ NPI) dunia dan

harga nikel yang mulai membaik, maka akan

mengurangi risiko lanjutan pada korporasi

pertambangan nikel, korporasi penyedia jasa

peralatan berat pertambangan, dan korporasi

penyedia jasa pengangkutan hasil olahan. Selain

berpengaruh kepada korporasi lainnya,

peningkatan pada permintaan nikel olahan juga

berdampak pada potensi perbaikan kondisi

ketenagakerjaan dan peningkatan tingkat

penghasilan pekerja di korporasi yang berkaitan

secara langsung maupun tidak langsung.

4.2.2. Kinerja Korporasi

Omzet Penjualan

Dari hasil liaison kepada pelaku usaha korporasi

di Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017,

terdapat penurunan omzet penjualan domestik

pada korporasi pertanian, industri, dan

perdagangan besar dan eceran. Peningkatan

omzet domestik hanya dirasakan oleh korporasi

Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.31 Harga Nikel Internasional Grafik 4.32 Pangsa Komoditas Ekspor

10.265

20,7

-60,0

-40,0

-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

0

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

20.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Harga Nikel Perubahan yoy (sb.kanan)

USD/metric ton %, yoy

Feronikel

64% Perikanan16%

Aspal1%

Kakao2% Mete

6%

Lainnya11%

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

68

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

akomodasi (perhotelan). Penurunan omzet

paling besar dirasakan oleh korporasi pertanian

dan industri dengan skala likert sebesar -3,0

(penurunan berada di atas rata-rata normalnya)

(Grafik 4.33). Penurunan yang dirasakan pada

korporasi pertanian (penggilingan padi) terjadi

karena efek musim panen di Sulawesi Tenggara

yang relatif bergeser ke triwulan II 2017

sementara daerah lain sudah mengalami panen.

Dengan demikian pembeli dari Sulawesi Selatan

maupun Jawa Timur mengurangi permintaan

dari beras yang diproduksi korporasi tersebut.

Penurunan juga terjadi pada korporasi

perdagangan otomotif, terutama pada

penjualan kendaraan roda 4 (mobil). Penjualan

pada triwulan I 2017 lebih rendah daripada

tahun sebelumnya karena relatif berkurangnya

hasil pertanian dan perkebunan pada akhir

tahun 2016 yang lalu.

Sementara itu dari sisi penjualan ekspor,

korporasi industri pengolahan nikel mengalami

penurunan penjualan meskipun hanya pada

skala likert -1,00. Penurunan tersebut oleh

korporasi masih berada pada tingkat kewajaran

atau berada di bawah penurunan normal yang

pernah dialami. Kondisi tersebut terjadi karena

terdapat kendala teknis produksi sehingga

menurunkan output produksi yang dapat dijual.

Korporasi tersebut mengungkapkan bahwa

permintaan nikel olahan khususnya dari

Tiongkok masih menunjukkan arah yang positif.

Sebaliknya, peningkatan penjualan hanya

dialami oleh korporasi akomodasi dengan skala

likert +1,5. Kenaikan tersebut masih berada di

dalam batas normalnya atau sesuai dengan pola

yang pernah dialami oleh korporasi tersebut.

Salah satu korporasi mengalami peningkatan

Tingkat Pemenuhan Kamar (TPK) dari 40%-50%

pada tahun 2016 menjadi 58% pada awal

2017. Hal tersebut sejalan dengan mulai

pulihnya kondisi ekonomi dan daya beli

masyarakat ditambah dengan adanya perbaikan

pelayanan dan adanya paket liburan ke salah

satu obyek wisata.

Biaya

Pada triwulan I 2017, korporasi yang bergerak

dalam usaha pertanian dan industri mengalami

penurunan biaya meskipun tidak signifikan.

Namun untuk korporasi yang bergerak dalam

usaha perdagangan dan akomodasi mengalami

peningkatan biaya produksi sesuai dengan pola

normalnya.

Keterangan Skala Likert:

+/- 4,00 = Kenaikan/Penurunan Signifikan Di Luar Rata-rata/Pola Normal Korporasi

+/- 3,00 = Kenaikan/Penurunan Di Atas Rata-rata Pola Normal

+/- 2,00 = Kenaikan/Penurunan Sesuai Pola Normalnya

+/- 1,00 = Kenaikan/Penurunan Di Bawah Pola Normalnya

Sumber: Liaison KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Grafik 4.33 Skala Likert Kondisi Korporasi Hasil Liaison

(4,00)

(3,00)

(2,00)

(1,00)

-

1,00

2,00

3,00

4,00

PenjualanDomestik

PenjualanEkspor

KapasitasUtilisasi

Persediaan Investasi Biaya Harga Jual Marjin

Pertanian Industri-Nikel Industri PBE-Ritel PBE-Otomotif Akomodasi

Skala Likert

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

69

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Penurunan biaya yang terjadi pada korporasi

pertanian dan industri terjadi karena adanya

penurunan biaya pembelian bahan baku. Seperti

yang terjadi pada korporasi pertanian yang

mengalami penurunan harga beli gabah dari

petani dari sebelumnya sebesar Rp4.700 per kg

menjadi Rp3.900 per kg. Sementara itu

komponen biaya energi maupun biaya tenaga

kerja relatif stabil jika dibandingkan kondisi di

tahun sebelumnya.

Sementara itu korporasi perdagangan dan

akomodasi mengungkapkan adanya kenaikan

biaya terutama berasal dari biaya HPP (harga

pokok pembelian) dan kenaikan pajak daerah

seperti Biaya Balik Nama (BBN) kendaraan.

Selain itu biaya yang naik juga berkaitan dengan

biaya operasional akomodasi seperti untuk biaya

pembelian Food and Baverage di perhotelan

yang naik seiring dengan peningkatan harga

komoditas bahan pangan. Meskipun demikian,

korporasi-korporasi tersebut juga melakukan

upaya efisiensi untuk menekan biaya terutama

dari sisi biaya energi.

Marjin Keuntungan

Kinerja korporasi dari sisi perolehan laba atau

margin keuntungan secara umum relatif stabil

karena penurunan maupun peningkatan yang

terjadi masih berada di batas pola normalnya.

Pada triwulan I 2017, peningkatan margin

dialami oleh korporasi industri nikel,

perdagangan otomotif dan akomodasi dengan

skala likert maksimal +1,00. Sementara itu pada

korporasi pertanian dan perdagangan ritel

mengalami penurunan marjin (skala likert -

1,00).

Relatif stabilnya pergerakan marjin keuntungan

korporasi di Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh

kebijakan-kebijakan korporasi tersebut dalam

melakukan upaya efisiensi biaya dan perubahan

harga jual. Sebagian besar korporasi melakukan

adjustment pada harga jualnya seperti pada

industri nikel, perdagangan ritel, perdagangan

otomotif dan akomodasi.

Kondisi likuiditas keuangan korporasi

Secara umum, dari hasil SKDU, likuiditas

keuangan korporasi menunjukkan posisi yang

cukup. Pada triwulan I 2017, pangsa korporasi

yang memiliki kondisi likuiditas baik hanya

sebesar mencapai 47,7%, berkurang daripada

triwulan sebelumnya yang mencapai 65,9% dari

total responden korporasi di Sulawesi Tenggara

(Grafik 4.34).

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.34 Perkembangan Kondisi Likuiditas Keuangan

Korporasi di Sulawesi Tenggara Grafik 4.35 Kondisi Likuiditas Keuangan Korporasi

Berdasarkan Sektoral

Tw I 2017Tw IV 2016

47,7%

50,0%2,3%

Baik Cukup Buruk

65,9%

33,5%0,6%

15,4

20,0

33,3

36,4

50,0

56,0

62,5

87,5

92,3

100,0

33,3

66,7

46,9

32,0

25,0

37,5

16,7

3,0

4,0

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Industri

Konstruksi

Transportasi

Perdagangan

Jasa jasa

Hotel Resto

Tambang

Pertanian

Baik Cukup Buruk

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

70

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Sebagian besar responden, sebanyak 50,0%

menyatakan memiliki likuiditas yang cukup

untuk melangsungkan kegiatan usahanya. Di sisi

lain, terdapat 2,3% responden korporasi yang

mengalami kondisi likuiditas yang buruk dan

dapat berisiko pada pembayaran angsuran

kredit maupun aktivitas investasi yang sedang

dilakukan.

Jika dilihat secara sektoral, korporasi yang

berada pada kondisi likuiditas yang baik adalah

korporasi yang bergerak di sektor pertanian.

Jumlah korporasi yang memiliki likuiditas

keuangan yang baik di sektor tersebut mencapai

87,5%. Sementara itu, korporasi pada sektor

industri memiliki kondisi likuiditas baik yang

paling rendah, yaitu hanya sebesar 15,4% dari

keseluruhan responden pada sektor tersebut.

Pada triwulan tersebut hanya korporasi sektor

hotel resto (akomodasi), perdagangan dan

transportasi yang memiliki kondisi likuiditas

yang buruk (Grafik 4.35).

Beban Angsuran Hutang Korporasi

Dari sisi kemampuan membayar hutang,

korporasi di Sulawesi Tenggara secara umum

masih memiliki risiko yang relatif terjaga. Kondisi

ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) pada triwulan I 2017 yang

menunjukkan bahwa terdapat 70,9%

responden korporasi yang merasakan bahwa

beban angsuran perbankan tetap seperti

periode sebelumnya. Bahkan terdapat 14,5%

korporasi yang sedang memiliki kredit

perbankan menyatakan bahwa beban angsuran

kredit ke depan akan semakin ringan terhadap

pendapatan perusahaan. Jumlah responden

SKDU sebagai debitur perbankan bertambah

dari 27,65% menjadi 31,61% dari keseluruhan

responden (Grafik 4.36).

4.2.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Untuk menjaga stabilitas sistem keuangan di

daerah, kerentanan yang terjadi pada sektor

korporasi tetap perlu diwaspadai meskipun

eskposur kredit perbankan pada sektor ini hanya

sebesar 21,13% dari total kredit di Sulawesi

Tenggara (berdasarkan lokasi proyek). Faktor

tersebut terjadi karena kondisi keuangan sektor

rumah tangga yang menjadi eksposur dominan

kredit perbankan di Sulawesi Tenggara juga

dipengaruhi oleh kinerja sektor korporasi,

terutama dari sisi penghasilan dan penyerapan

tenaga kerja.

Sumber: SKDU KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 4.36 Perkiraan Beban Angsuran Terhadap Pendapatan Korporasi 6 Bulan Mendatang

-50,0

-6,7

-10,0

-50,0

-30,0

-16,4

100,0

13,3

20,0

20,0

14,5

-100,0 -50,0 0,0 50,0 100,0

Pertanian

Pertambangan

Industri

Konstruksi

Perdagangan

Hotel Restoran

Angkutan

Jasa

Total

Tambah Berat Tambah Ringan

Pangsa %

TETAP

17,02

28,57

13,33

33,33

42,86

43,48

60,00

32,26

31,61

Responden Sebagai Debitur Bank (%)

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

71

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Kredit perbankan pada sektor korporasi di

Sulawesi Tenggara pada triwulan I 2017

mencapai Rp4,89 triliun, tumbuh sebesar

37,4% (yoy), lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 40,6% (yoy)

(Grafik 4.38). Namun pertumbuhan kredit

korporasi tersebut lebih tinggi daripada

pertumbuhan kredit rumah tangga

(perseorangan) yang hanya tumbuh sebesar

12,9% (yoy).

Perlambatan yang terjadi pada kredit korporasi

tersebut bersumber dari melambatnya kredit

modal kerja yang hanya tumbuh sebesar 7,5%

(yoy), lebih rendah daripada triwulan

sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 19,0%

(yoy). Karena pangsa kredit modal kerja hanya

sebesar 30% dari keseluruhan kredit korporasi,

maka perlambatan yang terjadi tersebut masih

relatif tertahan oleh peningkatan kredit investasi

yang mendominasi kredit korporasi sebesar

69,6%. Pada triwulan tersebut, kredit investasi

korporasi dapat tumbuh sebesar 59,0% (yoy),

sedikit lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya yang tumbuh 55,4% (yoy).

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi kredit modal kerja korporasi pada triwulan

I 2017 mencapai Rp1,48 triliun, tumbuh

melambat sebesar 7,5% (yoy). Perlambatan

yang terjadi disebabkan karena perlambatan

penyaluran kredit pada sektor konstruksi,

perdagangan dan pertambangan yang

merupakan sektor dominan penyaluran kredit

modal kerja korporasi di Sulawesi Tenggara.

Kredit modal kerja pada sektor konstruksi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.37 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.38 Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.39 Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Korporasi

Sektor Dominan Grafik 4.40 Pergerakan NPL Kredit Modal Kerja Korporasi

30,0%

69,6%0,4%

Kredit Modal Kerja

Kredit Investasi

Kredit Konsumsi

37,4

7,5

59,0

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Kredit Korporasi Kredit Modal Kerja Kredit Investasi

%, yoy

13,719,8

53,1

4,810,2 12,8

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

50,0

60,0

Konstruksi Perdagangan Pertambangan

TwIV 16 Tw I17

%, yoy

pan

gsa

(%) lainnya

41,1 36,1 12,7

0%

5%

10%

15%

20%

Konstruksi Perdagangan Pertambangan Modal KerjaKorporasi

TwIV 16 Tw I17

%, NPL

risiko meningkat

risiko terkendali

risiko terkendali

threshold

risiko meningkat

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

72

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

tumbuh sebesar 4,8% (yoy) (Grafik 4.39). Dari sisi

pangsanya, kredit modal kerja didominasi oleh

kredit kepada sektor konstruksi (pangsa 41,4%)

dan sektor perdagangan (pangsa 36,1%).

Sementara itu, pangsa sektor pertambangan

menempati posisi ke-3 dengan pangsa sebesar

12,7%.

Dari sisi risiko kredit, terjadi peningkatan

tekanan dari sisi kredit modal kerja. Hal ini

terlihat dari NPL yang meningkat dari 5,29%

pada triwulan IV 2016 menjadi 6,39% pada

periode laporan (Grafik 4.40). Peningkatan

tekanan risiko kredit tersebut berasal dari

peningkatan risiko pada sektor perdagangan.

Sebaliknya kredit modal kerja pada sektor

pertambangan memiliki risiko yang rendah

dengan NPL sebesar 0%.

Kredit Investasi Korporasi

Posisi kredit investasi korporasi pada triwulan I

2017 mencapai Rp3,38 triliun, tumbuh sebesar

59,0% (yoy). Berbeda dengan kredit modal

kerja, pangsa terbesar kredit investasi korporasi

berada pada sektor pertambangan dan

penggalian (pangsa 62,6%). Diikuti oleh

penyaluran kredit ke sektor pertanian (pangsa

9,0%) dan sektor perhotelan (pangsa 7,7%)

(Grafik 4.41).

Peningkatan kredit investasi korporasi

dipengaruhi oleh peningkatan kredit ke sektor

pertambangan dan sektor pertanian. Pada

triwulan I 2017, baki debet kredit di sektor

pertambangan tumbuh sebesar 87,0% (yoy),

lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 82,9% (yoy). Sementara itu

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi proyek, diolah

Grafik 4.41 Pertumbuhan Kredit Investasi Korporasi

Sektor Dominan Grafik 4.42 Pergerakan NPL Kredit Investasi Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.43 Aset Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.44 Pangsa Aset Berdasarkan Pemilik Bank

82,6

63,0

-1,4

87,0 88,1

-4,1-20,0

0,0

20,0

40,0

60,0

80,0

100,0

Pertambangan Pertanian Perhotelan

TwIV 16

Tw I 17

%, yoy

pangsa (%)

lainnya

62,6 9,0 7,7

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

Tambang Pertanian Perhotelan InvestasiKorporasi

TwIV 16 Tw I 17

%, NPL

risiko terjaga

risiko terjaga

risiko terjaga

risiko terjaga

threshold

22,90

5,43,9

18

19

20

21

22

23

24

25

-15,0

-10,0

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Aset Bank (sb.kanan) gAset Bank Pemerintah

gAset Total gAset Bank Swasta

%, yoy Rp triliun

83,1%

16,9%

Aset Bank Pemerintah

Aset Bank Swasta

Rp19,03triliun

Rp3,86triliun

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

73

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

kredit investasi korporasi ke sektor pertanian

dapat tumbuh sebesar 88,1% (yoy), meningkat

setelah triwulan lalu hanya tumbuh sebesar

63,0% (yoy) (Grafik 4.41).

Sementara itu dari sisi risiko kredit, kredit

investasi korporasi masih memiliki risiko yang

terjaga di bawah threshold 5%. Pada triwulan I

2017, NPL kredit ini hanya sebesar 1,45% (Grafik

4.40). Dengan kondisi tersebut, NPL kredit

korporasi secara keseluruhan hanya sebesar

2,94% pada triwulan tersebut dan secara umum

masih memiliki risiko kredit yang terjaga dan

relatif aman dalam mendukung stabilitas

keuangan di daerah.

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN) DI SULAWESI TENGGARA

4.3.1. Aset Bank Umum

Aset bank umum yang berada di Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2017 mencapai

Rp22,90 triliun, atau tumbuh sebesar 5,4%

(yoy). Pertumbuhan aset bank umum tersebut

lebih rendah daripada periode sebelumnya yang

mencapai 13,1% (yoy) (Grafik 4.43). Perlambatan

tersebut terjadi karena adanya perlambatan

penambahan aset bank pemerintah dan bank

swasta nasional. Secara umum berdasarkan

pangsanya, bank pemerintah masih

mendominasi industri perbankan di Sulawesi

Tenggara dengan porsi aset mencapai 83,1%,

sedangkan total bank swasta nasional hanya

sebesar 16,9% dari total aset bank umum di

Sulawesi Tenggara (Grafik 4.44).

4.3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun

oleh bank umum yang berkantor di Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2017 masih tumbuh

pada level yang rendah yaitu sebesar 3,3% (yoy).

Meskipun demikian, pertumbuhan DPK tersebut

relatif meningkat dari triwulan sebelumnya yang

hanya dapat tumbuh 2,4% (yoy) (Grafik 4.45).

Dengan demikian, total DPK di Sulawesi

Tenggara pada akhir tahun 2016 mencapai

Rp15,88 triliun.

Sebagian besar DPK yang dihimpun oleh bank

umum di Sulawesi Tenggara ditempatkan pada

fasilitas tabungan dengan pangsa 48,1%, diikuti

dengan penempatan pada deposito 26,6% dan

giro dengan pangsa 25,3%. Pada triwulan I

2017, peningkatan DPK didorong oleh

peningkatan penghimpunan deposito yang

tumbuh sebesar 8,1% (yoy), lebih tinggi

daripada sebelumnya yang hanya tumbuh 4,0%

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.45 DPK Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.46 Pertumbuhan DPK Per Penempatan

15,88

3,3

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

30,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

DPK (sb.kanan) gDPK

%, yoy Rp triliun

25,3% 48,1% 26,6%

-4,6

8,15,4

-20,0-10,0

0,010,020,030,040,050,060,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

gDPK GirogDPK DepositogDPK Tabungan

%, yoy

pangsa thd total DPK

GIRO TABUNGAN DEPOSITO

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

74

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

(yoy). Selain itu penempatan pada giro juga

relatif membaik meskipun masih terkontraksi.

Sementara itu tabungan mengalami

perlambatan dan tumbuh sebesar 5,4% (yoy)

dari sebelumnya tumbuh 6,1% (yoy) (Grafik

4.46).

Secara spasial, penghimpunan DPK di Sulawesi

Tenggara masih terkonsentrasi di Kota Kendari,

Kota Baubau dan Kab. Kolaka. Ketiga daerah

tersebut merupakan pusat aktivitas bisnis dan

keuangan di Sulawesi Tenggara. DPK di Kota

Kendari yang memiliki pangsa sebesar 49,0%

dapat tumbuh sebesar 5,0% (yoy). Adapun

pertumbuhan DPK tertinggi berada di Kab.

Konawe Selatan dengan DPK yang dapat

tumbuh 27,5% (yoy), diikuti oleh Kab. Buton

(13,3%, yoy) dan Kab. Wakatobi (13,0%, yoy).

Hal ini menunjukkan aktivitas perekonomian

sudah semakin merata dan perbankan juga

sudah aktif menjangkau daerah kabupaten

(Tabel 4.3).

Tabungan

Perlambatan penyerapan DPK yang terjadi di

Sulawesi Tenggara disebabkan oleh

perlambatan pertumbuhan tabungan. Pada

triwulan I 2017, tabungan hanya dapat tumbuh

sebesar 5,4% (yoy), lebih rendah daripada

triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh

sebesar 6,1% (yoy). Jumlah tabungan

masyarakat di Sulawesi Tenggara sampai

dengan waktu tersebut adalah sebesar Rp7,63

triliun. Adapun pangsa terbesar pemegang

rekening tabungan adalah nasabah

perseorangan sebesar 97,2%, diikuti oleh

korporasi sebesar 2,60% dan sisanya adalah

nasabah pemerintah. Preferensi penempatan

Tabel 4.3 DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2016

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, gDPK = pertumbuhan DPK (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Tabel 4.1 Tabungan Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.2 Tabungan Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Nominal Rekening %Nominal %Rekening Giro Tabungan Deposito

Kab. Buton 1.074,8 136.609 6,8% 8,0% 13,3% 34,7% 51,6% 13,7%

Kab. Muna 1.378,6 160.802 8,7% 9,4% 0,5% 28,3% 50,3% 21,4%

Kab. Kolaka 1.987,3 264.878 12,5% 15,6% 0,0% 25,9% 51,8% 22,2%

Kab. Wakatobi 285,5 40.018 1,8% 2,3% 13,0% 6,1% 62,0% 31,9%

Kab. Konawe 427,1 88.387 2,7% 5,2% -16,1% 30,0% 59,9% 10,0%

Kab. Konawe Selatan 132,1 40.508 0,8% 2,4% 27,5% 0,9% 79,5% 19,6%

Kab. Bombana 207,3 52.946 1,3% 3,1% -1,1% 0,4% 87,0% 12,6%

Kab. Kolaka Utara 135,3 36.358 0,9% 2,1% 3,1% 0,4% 93,7% 6,0%

Kab. Konawe Utara 8,6 1.053 0,1% 0,1% - 83,0% 14,3% 2,7%

Kota Baubau 2.458,5 210.556 15,5% 12,4% -0,1% 31,5% 50,1% 18,4%

Kota Kendari 7.786,0 670.789 49,0% 39,4% 5,0% 23,2% 42,2% 34,6%

Sulawesi Tenggara 15.881,6 1.703.272 100,0% 100,0% 3,2% 25,3% 48,1% 26,6%

Kota/KabupatenDPK Pangsa thd Sultra

gDPKPangsa

Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda

Pemerintah 0,02% 0,00% 1,45%

Pemda 0,07% 0,00% 0,04%

Korporasi 1,67% 0,98% 11,26%

Perseorangan 98,24% 99,02% 87,26%

TabunganNominal

(Rp miliar)Rekening

%

Nominal

%

Rekening

0-100 Jt 4.202 1.652.267 55,0% 99,14%

100Jt-500Jt 2.382 13.533 31,2% 0,81%

500Jt -1 M 282 424 3,7% 0,03%

> 1 M 768 383 10,1% 0,02%

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

75

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

oleh pemilik dana tabungan relatif bervariasi

pada perbankan terutama untuk nasabah

pemerintah. Hal yang cukup menarik adalah

penempatan dana dari pemerintah pusat yang

lebih banyak ditempatkan pada bank pemda,

namun sebaliknya dana tabungan pemda

ditempatkan pada bank persero.

Berdasarkan nilai tabungannya, sebagian besar

penabung di Sulawesi Tenggara memiliki

tabungan di bawah Rp100 juta dengan jumlah

penabung mencapai 99,14% dari keseluruhan

rekening tabungan. Sementara itu penabung

dengan nilai di atas Rp1 miliar masih sedikit

(pangsa 0,02%), namun nominalnya relatif

besar mencapai 10,1% dari total nominal

tabungan di Sulawesi Tenggara (Tabel 4.2).

Deposito

Peningkatan penghimpunan deposito turut

menahan perlambatan DPK yang terjadi pada

triwulan I 2017 lebih dalam. Pada periode

tersebut deposito tumbuh sebesar 8,1% (yoy),

lebih tinggi daripada sebelumnya yang hanya

tumbuh 4,0% (yoy). Jumlah penghimpunan

deposito sampai periode tersebut mencapai

Rp4,2 triliun.

Ketergantungan perbankan Sulawesi Tenggara

terhadap deposan besar pada triwulan laporan

tercatat cukup tinggi. Dari hasil pengelompokan

deposito berdasarkan nilainya, terlihat bahwa

rekening dengan nilai deposito di atas Rp1 miliar

mencapai 55,9% dari total deposito perbankan

di Sulawesi Tenggara (Tabel 4.5). Sementara itu

berdasarkan jangka waktu penempatan

deposito, terdapat variasi yang kecil pada

penempatan 1 bulan, 3 bulan dan 1 tahun atau

lebih. Kondisi ini relatif aman bagi perbankan

karena penempatan deposito tidak

terkonsentrasi pada salah satu tenor tertentu.

Giro

Sementara itu, giro masih terkontraksi sebesar

4,6% (yoy). Terkontraksinya giro disebabkan

karena penurunan giro yang dimiliki oleh

Tabel 4.4 Deposito Berdasarkan Pemiliknya Tabel 4.5 Deposito Berdasarkan Nilainya

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.47 Kredit Bank Umum Sulawesi Tenggara Grafik 4.48 Perbandingan Pertumbuhan DPK di Sulawesi

Bank Persero Bank Swasta Bank Pemda

Pemerintah 8,28% 0,00% 1,45%

Pemda 14,34% 0,00% 0,04%

Korporasi 3,44% 0,98% 11,26%

Perseorangan 73,94% 99,02% 87,26%

Tenor 0-100 Jt100Jt-

500Jt

500Jt -1

M> 1 M Total

1 bulan 3,3% 7,0% 2,7% 16,7% 29,6%

3 bulan 4,8% 9,8% 4,6% 11,9% 31,2%

6 bulan 1,2% 2,1% 1,4% 2,7% 7,4%

>1 thn 1,5% 3,3% 2,5% 24,5% 31,8%

Total 10,8% 22,2% 11,2% 55,9% 100,0%

18,8

11,2

0

5

10

15

20

25

0,02,04,06,08,0

10,012,014,016,018,020,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Kredit (sb.kanan) Pertumbuhan Kredit

%, yoy Rp triliun

10,4

7,9

12,2

-5,0

0,0

5,0

10,0

15,0

20,0

25,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Modal Kerja Investasi Konsumsi

%, yoy Rp triliun

pangsa kredit (%) 27,4% 10,5% 62,1%

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

76

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

pemerintah sebesar 10,5% (yoy) pada triwulan I

2017, dari sebelumnya yang dapat tumbuh

positif sebesar 1,0% (yoy). Sementara itu giro

yang dimiliki oleh korporasi sudah dapat

tumbuh positif sebesar 6,8% (yoy), setelah

sebelumnya mengalami penurunan sebesar

19,2% (yoy). Begitu pula dengan giro milik

perseorangan yang juga dapat tumbuh positif

sebesar 20,0% (yoy), setelah sebelumnya

mengalami penurunan sebesar 15,4% (yoy).

Dari sisi kepemilikan, pangsa terbesar pemilik

giro adalah nasabah pemerintah sebesar 75,4%,

nasabah korporasi sebesar 12,1% dan

perseorangan sebesar 12,5%.

4.3.3. Penyaluran Kredit

Seiring dengan kinerja penghimpunan dana

yang mengalami perlambatan, fungsi

penyaluran kredit perbankan oleh bank umum

yang berkantor di Sulawesi Tenggara secara

keseluruhan juga mengalami perlambatan. Pada

triwulan I 2017, kredit perbankan tumbuh

sebesar 11,2% (yoy) lebih rendah dibandingkan

dengan kinerja periode sebelumnya yang

tumbuh sebesar 13,5% (yoy). Secara nominal,

kredit perbankan yang disalurkan sampai

dengan triwulan I 2017 mencapai Rp18,8 triliun

(Grafik 4.47).

Kredit Berdasarkan Lokasi Bank

Secara spasial, penyaluran kredit masih

terkonsentrasi di Kota Kendari, dengan pangsa

sebesar 59,8% dari seluruh penyaluran kredit

yang dilakukan oleh perbankan di Sulawesi

Tenggara. Meskipun demikian, pertumbuhan

kredit di Kota Kendari hanya sebesar 10,1%

(yoy) berada di bawah rata-rata pertumbuhan

kredit Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan kredit

tertinggi berada di Kabupaten Buton Utara

sebesar 27,8% (yoy), diikuti oleh penyaluran di

Kab. Bombana yang tumbuh sebesar 23,0%

(yoy) (Tabel 4.6).

Sementara itu, terdapat perbankan di tingkat

kabupaten yang tidak menyalurkan kredit

investasi seperti di Kab. Buton dan Kab.

Wakatobi. Hal tersebut terjadi karena kredit

investasi ke daerah tersebut berasal dari

perbankan di daerah lain. Hal ini menunjukkan

Tabel 4.6 Kredit Berdasarkan Kota/Kabupaten Posisi Triwulan IV 2016

Ket: Nominal dalam miliar Rupiah, K.MK = Kredit Modal Kerja, K.INV = Kredit Investasi, K.KONS = Kredit Konsumsi gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy) Daftar Kabupaten/Kota masih menggunakan daftar daerah otonomi tahun 2005

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Nominal Rekening %Nominal %Rekening K.MK K.INV K.KONS

Kab. Buton 110 1.159 0,6% 0,5% 22,6% 6,5% 0,0% 93,5%

Kab. Muna 1.342 25.066 7,1% 11,0% 16,3% 27,0% 3,6% 69,4%

Kab. Kolaka 2.545 37.725 13,5% 16,5% 16,8% 37,6% 5,7% 56,7%

Kab. Wakatobi 156 1.916 0,8% 0,8% 18,2% 3,3% 0,0% 96,7%

Kab. Konawe 486 3.474 2,6% 1,5% 2,5% 0,5% 0,4% 99,1%

Kab. Konawe Selatan 418 3.154 2,2% 1,4% -2,1% 2,0% 0,3% 97,7%

Kab. Bombana 233 2.055 1,2% 0,9% 23,0% 1,0% 0,6% 98,4%

Kab. Kolaka Utara 228 1.997 1,2% 0,9% 24,9% 2,7% 0,4% 96,9%

Kab. Buton Utara 121 1.299 0,6% 0,6% 27,8% 3,3% 1,6% 95,1%

Kab. Konawe Utara 221 1.579 1,2% 0,7% -18,1% 1,3% 0,5% 98,2%

Kota Baubau 1.701 26.606 9,0% 11,7% 13,0% 28,6% 7,2% 64,2%

Kota Kendari 11.251 122.180 59,8% 53,5% 10,1% 29,8% 14,6% 55,6%

Sulawesi Tenggara 18.813 228.210 100,0% 100,0% 11,2% 27,8% 10,5% 61,7%

Kota/KabupatenKredit Pangsa thd Sultra

gKreditPangsa

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

77

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

bahwa potensi investasi di suatu daerah belum

sepenuhnya didukung oleh perbankan di daerah

tersebut. Dengan demikian perlu adanya

penambahan kewenangan bagi kantor cabang

di daerah dalam melakukan penyaluran kredit

investasi di daerah yang sedang berkembang.

Berdasarkan sebaran jenis penggunaannya,

sebagian besar kabupaten masih mengandalkan

penyaluran pada kredit konsumsi. Terdapat 8

kabupaten dari 12 kabupaten/kota (masih

menggunakan daftar daerah otonomi tahun

2005) yang memiliki pangsa kredit konsumsi di

atas 90%. Sebaliknya hanya terdapat 4 daerah

yang memiliki pangsa kredit modal kerja di atas

20%, yaitu Kota Kendari, Kota Baubau, Kab.

Kolaka dan Kab. Muna.

Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Dari sisi jenis penggunaan, perlambatan

penyaluran kredit yang terjadi pada triwulan I

2017 disebabkan oleh melambatnya penyaluran

kredit konsumsi dan kredit modal kerja yang

mendominasi kredit di Sulawesi Tenggara.

Pangsa kredit konsumsi mencapai 62,1% dari

total penyaluran kredit pada triwulan I 2017.

Pada periode tersebut, kredit konsumsi hanya

tumbuh sebesar 12,2% (yoy) setelah pada

periode sebelumnya tumbuh sebesar 12,6%

(yoy). Selain itu, kredit modal kerja yang memiliki

pangsa 27,4% hanya tumbuh sebesar 10,4%

(yoy), melambat dari periode sebelumnya yang

dapat tumbuh sebesar 18,3% (yoy). Sedangkan

untuk kredit investasi mencapai sebesar Rp1,96

triliun dan tumbuh sebesar 7,9% (yoy), lebih

tinggi dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 7,2%

(yoy) (Grafik 4.48).

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

Berdasarkan penyaluran kredit pada sektor

ekonomi, perlambatan kredit yang terjadi

terutama disebabkan karena melambatnya

penyaluran kredit ke sektor perdagangan yang

merupakan penyaluran kredit produktif (kredit

modal kerja dan kredit investasi) dengan pangsa

terbesar. Pada triwulan I 2017, kredit ke sektor

Tabel 4.7 Kredit Produktif Berdasarkan Sektor Ekonomi Posisi Triwulan I 2017

Ket: gKredit = pertumbuhan Kredit (%, yoy), Kredit Produktif = Kredit Modal Kerja + Kredit Investasi NPL = Non Performance Loans

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Tw IV 2016 Tw I 2017

Pertanian 4.121 5,8% 62,8 73,3 1,8

Pertambangan 387 0,5% -24,0 -6,9 3,9

Industri Pengolahan 3.303 4,6% 73,4 68,9 3,3

Listrik Gas 53 0,1% 162,8 108,3 0,0

Air 29 0,0% -1,3 0,6 3,9

Konstruksi 4.474 6,3% 3,9 -6,5 10,9

Perdagangan 48.471 68,0% 13,9 7,2 6,6

Transportasi-Pergudangan 1.199 1,7% 22,7 18,4 7,4

Akomodasi Makan Minum 4.564 6,4% 4,6 0,6 5,8

Informasi Komunikasi 29 0,0% -24,8 -23,5 0,3

Jasa Keuangan 60 0,1% 16,6 0,9 0,0

Real Estate 912 1,3% -0,4 -3,5 3,5

Jasa Perusahaan 930 1,3% 35,9 25,4 5,4

Adm Pemerintahan 3 0,0% -84,0 -88,0 0,0

Jasa Pendidikan 219 0,3% -7,8 -9,3 4,3

Jasa Kesehatan Sosial 218 0,3% -4,5 -9,8 0,2

Jasa Lainnya 2.262 3,2% -2,8 -1,2 7,9

Kredit Produktif 71.235 100% 13,5 13,5 6,4

gKredit (%, yoy)Sektor Ekonomi

Nominal

(Rp miliar)NPL (%)% Nominal

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

78

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di

Sulawesi Tenggara hanya tumbuh sebesar 7,2%

(yoy), lebih rendah dari sebelumnya yang

tumbuh sebesar 13,9% (yoy). Kredit produktif

yang melambat juga dialami oleh sektor

akomodasi makan minum yang hanya tumbuh

sebesar 0,6% (yoy). Meskipun demikian, kredit

ke sektor pertanian masih dapat tumbuh tinggi

sebesar 73,3% (yoy) (Tabel 4.7).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Kondisi intermediasi perbankan yang

diindikasikan dengan indikator Loan to Deposit

Ratio (LDR) menunjukkan peningkatan. Pada

triwulan I 2017 LDR bank umum di Sulawesi

Tenggara mencapai 118,5%, lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 122,9% (Grafik 4.49). Hal tersebut terjadi

karena terdapat peningkatan DPK sementara

kredit tumbuh melambat. Nilai LDR yang lebih

dari 100 juga menunjukkan bahwa kapasitas

pembiayaan perekonomian di Sulawesi

Tenggara memerlukan dana dari daerah lain.

Kondisi ini terlihat dari adanya peningkatan

kewajiban antar kantor (penerimaan dari kantor

bank yang sama di daerah lain) sebesar 10,9%

(qtq) pada triwulan I 2017.

Non Performing Loans (NPL)

Dari sisi risiko kredit, penyaluran kredit oleh

bank umum yang ada di Sulawesi Tenggara

masih berada pada batas yang aman. Hal ini

terlihat dari indikator Non Performance Loans

(NPL) Gross pada triwulan I 2017 yang hanya

sebesar 2,61%, lebih rendah daripada periode

sebelumnya yang mencapai 2,93% (Grafik 4.50).

Pada periode tersebut penyaluran kredit

investasi memiliki risiko kredit terbesar yaitu

dengan NPL sebesar 6,96%. Sementara itu

kredit modal kerja juga masih memiliki NPL

relatif tinggi meskipun masih berada dalam

batas threshold 5%, yaitu sebesar 4,71%. Di sisi

lain, penyaluran kredit konsumsi masih memiliki

risiko kredit terendah dengan NPL hanya sebesar

0,96%.

Dari sisi NPL sektoral, NPL pada sektor

perdagangan yang memiliki pangsa penyaluran

kredit terbesar mencapai 6,6% dan berada di

atas threshold 5%. Sementara itu, NPL pada

kredit konstruksi juga mencapai 10,9%. Hal

tersebut menyebabkan NPL kredit produktif

masih berada di atas threshold 5%. Meskipun

demikian, NPL pada sektor lainnya seperti sektor

pertanian dan industri pengolahan masih relatif

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.49 Perkembangan Loan To Deposit Rasio

Sulawesi Tenggara Grafik 4.50 Perkembangan NPL Bank Umum Sulawesi

Tenggara

114,7111,0105,1110,9110,1114,1117,3

122,8118,5

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

95

100

105

110

115

120

125

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

DPK (sb.kanan) LDR Kredit (sb.kanan)

LDR (%) Rp triliun

2,61

4,71

6,96

0,960,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

NPL NPL K.MK NPL K.Inv NPL K.Kons

%, NPL

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

79

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

rendah dan dapat menurunkan tekanan risiko

kredit dari perbankan di Sulawesi Tenggara.

4.3.4. Rentabilitas Bank Umum Sulawesi

Tenggara

Rentabilitas suatu bank umum dipengaruhi dari

kemampuan mendapatkan pendapatan dari

aset yang dimiliki dan kemampuan untuk

melakukan efisiensi biaya. Pada triwulan I 2017,

kondisi rentabilitas bank umum di Sulawesi

Tenggara relatif berada dalam kondisi yang baik

meskipun ada tekanan menurun. Hal ini

diindikasikan dengan tingkat Net Interest

Margin (NIM) yang relatif tinggi pada level

8,82% (Grafik 4.51). Meskipun demikian, NIM

perbankan pada periode tersebut lebih rendah

daripada triwulan sebelumnya. Penurunan NIM

tersebut terjadi karena terdapat penurunan

pendapatan bunga sebesar 2,5% (yoy),

sementara beban bunga juga turun sebesar

12,4% (yoy). Kondisi tersebut juga terjadi

karena spread suku bunga (selisih antara bunga

kredit dengan bunga DPK) di Sulawesi Tenggara

relatif mengecil dari sebelumnya pada kisaran

10,20% menjadi 9,76% (Grafik 4.52).

Selain itu, dari sisi efisiensi terjadi penurunan.

Kondisi ini tercermin dari rasio BOPO (Biaya

Operasional per Pendapatan Operasional) yang

relatif meningkat. Pada triwulan I 2017, BOPO

perbankan di Sulawesi Tenggara sebesar

73,49%, sedikit lebih tinggi daripada periode

sebelumnya yang mencapai 61,87% (Grafik

4.51). Apabila rasio BOPO semakin rendah maka

rentabilitas bank semakin baik karena bank

dapat meningkatkan efisiensi operasionalnya.

Sebaliknya jika rasio BOPO semakin tinggi, maka

bank semakin tidak efisien dalam menjalankan

kegiatan operasionalnya.

4.3.5. Perbankan Syariah

Pangsa perbankan syariah di Sulawesi Tenggara

masih relatif kecil di tengah kondisi masyarakat

yang religius. Dari sisi aset, perbankan syariah

hanya memiliki aset sebesar Rp1,05 triliun, atau

sebesar 4,4% dari keseluruhan aset bank umum

di Sulawesi Tenggara (Grafik 4.53). Kondisi yang

sama juga terjadi pada penghimpunan dana dan

penyaluran pembiayaan. Pada triwulan I 2017,

pangsa pembiayaan hanya mencapai 4,8% dari

total realisasi kredit oleh bank umum.

Sedangkan penghimpunan DPK bank syariah

hanya sebesar 4,3% dari seluruh DPK se

Sulawesi Tenggara.

Apabila dibandingkan dengan kinerja

perbankan syariah di Pulau Sulawesi, maka

perkembangan aset bank syariah di Sulawesi

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.51 Perkembangan BOPO dan NIM Bank Umum Grafik 4.52 Spread Suku Bunga Bank Umum

73,49%8,82%

5,00%

6,00%

7,00%

8,00%

9,00%

10,00%

11,00%

12,00%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

BOPO Net Interest Margin (Sb. Kanan)

% %

9,76

4,004,254,504,755,005,255,505,756,006,256,506,757,007,257,507,758,00

8

8,5

9

9,5

10

10,5

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Spread Suku Bunga BI Rate (sb.kanan)BI 7 DRR (sb.kanan)

% %

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

80

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Tenggara menunjukkan arah yang lebih baik.

Pertumbuhan aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara mencapai 13,1% (yoy), lebih tinggi

daripada rata-rata pertumbuhan aset bank

syariah se-Sulawesi yang terkontraksi sebesar

1,7% (yoy) pada triwulan I 2017. Sementara itu,

pangsa aset bank syariah di Sulawesi Tenggara

yang mencapai 4,4% sudah berada di atas rata-

rata pangsa aset bank syariah di Sulawesi

Tenggara yang hanya sebesar 4,1%. Meskipun

demikian, pangsa aset bank syariah yang

terbesar berada di Provinsi Sulawesi Selatan

yang mencapai 5,1% terhadap keseluruhan aset

perbankan di provinsi tersebut (Grafik 4.54).

Sampai dengan triwulan I 2017, penyaluran

pembiayaan syariah kembali meningkat. Pada

periode tersebut pembiayaan syariah tumbuh

sebesar 10,1% (yoy) dengan baki debet sebesar

Rp906,16 miliar (Grafik 4.56). Sama dengan

penyaluran perbankan umum, penyaluran

pembiayaan syariah juga paling banyak

dilakukan untuk penggunaan konsumsi

sebanyak 67,6% dan tumbuh sebesar 14,7%

(yoy). Sementara itu, penyaluran pembiayaan

untuk modal usaha dengan pangsa sebanyak

20,2% mengalami perlambatan dan hanya

tumbuh sebesar 7,1% (yoy).

Seiring dengan kinerja penyaluran

pembiayaannya, penghimpunan DPK perbankan

syariah juga menunjukkan peningkatan. Pada

periode tersebut jumlah DPK bank syariah

mencapai Rp657,1 miliar, tumbuh sebesar

10,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 5,4%

(yoy). Peningkatan tersebut disebabkan karena

terjadi pelambatan pada penempatan DPK

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.55 Perkembangan DPK Syariah Grafik 4.56 Perkembangan Pembiayaan Syariah

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.53 Pangsa Perbankan Syariah Grafik 4.54 Perbandingan Pangsa & Pertumbuhan Aset

Syariah se-Sulawesi

-9,0

13,0

9,7

10,2

-30,0

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017gGiro gTabungan gDeposito gDPK

%, yoy

pangsa DPK 5,9% 57,9% 36,2%

7,1%

-6,4%

14,7%

10,1%

-30,0%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017gMdl.Kerja gInv gKonsumsi gPembiayaan

%, yoy

pangsa pembiayaan

20,2% 12,1% 67,6%

4,4%Aset

4,8%PembiayaanRp1,05

triliunRp906,2miliar

4,3%DPK

Rp684,0miliar

Bank Konvensional Bank Syariah

13,10

1,80

-4,49

0,80

-5,28

8,34

-1,70

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0

Tw IV 16

Tw I 17

%, yoy

Pangsa Aset Syariah Thd Total Aset Perbankan

SULTRA

Sulut

Gorontalo

Sulbar

SULAWESI

Sulsel

Sulteng

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

81

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

fasilitas serupa deposito yang tumbuh sebesar

9,7% (yoy) dan tabungan sebesar 13,0% (yoy).

Dari sisi risiko pembiayaan, tekanan pada risiko

kredit kembali meningkat. Hal ini terlihat dari

NPF (Non Performance Financing) yang mulai

meningkat dari 4,96% menjadi 5,29%.

4.3.6. Bank Perkreditan Rakyat

Di triwulan I 2016, kinerja BPR relatif melambat

terutama dalam hal penambahan aset,

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan

penyaluran kredit. Aset BPR tumbuh sebesar

8,4% (yoy), lebih rendah dari periode

sebelumnya yang dapat tumbuh sebesar 18,4%

(yoy) sehingga secara nominal asetnya mencapai

Rp293,7 miliar (Grafik 4.57).

Sementara itu, penghimpunan dana dari

masyarakat masih mengalami kontraksi.

Penghimpunan DPK turun 9,1% (yoy) atau

tercatat sebesar Rp108,8 miliar, melanjutkan

kinerja triwulan sebelumnya yang juga

terkontraksi sebesar 3,1% (yoy).

Terkontraksinya DPK disebabkan adanya

penurunan penghimpunan dana pada fasilitas

deposito dan tabungan (Grafik 4.58).

Selain itu, kinerja penyaluran kredit BPR

menunjukkan adanya perlambatan dan hanya

dapat tumbuh sebesar 28,9% (yoy) dengan

nominal sebesar Rp241,0 miliar (Grafik 4.59).

Perlambatan tersebut terjadi pada seluruh jenis

penggunaan, termasuk kredit modal kerja yang

memiliki pangsa paling besar. Kredit BPR di

Sulawesi Tenggara pada triwulan tersebut

Sumber: LBU Bank Indonesia, lokasi bank, diolah Sumber: LBBPR Bank Indonesia, lokasi bank, diolah

Grafik 4.57 Perkembangan Aset BPR Grafik 4.58 Perkembangan DPK BPR di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.59 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.60 Pertumbuhan Kredit UMKM

293,7

8,4%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

70,0%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Aset BPR gAset (sb.kanan)

Aset (Rp miliar) %, yoy

-10,5%

-7,9%

-9,1%

-20,0%

-10,0%

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017gDeposito gTabungan gDPK

%, yoy

pangsa DPK 43,8% 56,2%

20,2%

58,9%

56,2%

28,9%

-20,0%0,0%

20,0%40,0%60,0%80,0%

100,0%120,0%140,0%

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

gMdl.Kerja gInvestasi gKonsumsi gKredit

%, yoy

pangsa kredit 71,1% 2,5% 26,4%

Pertanian9,9% Tambang

1,0%Industri

2,6%LGA0,1%Konstruksi

9,7%

PHR40,9%Tansport

1,2%

Jasa-Jasa8,1%

Lainnya26,4%

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

82

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

banyak disalurkan pada sektor perdagangan

hotel dan restoran (PHR) (Grafik 4.60).

Dengan kondisi tersebut, LDR BPR pada triwulan

I 2017 mencapai 221,5 yang berarti kredit yang

disalurkan oleh BPR menggunakan dana dari

institusi keuangan lainnya. Dengan demikian

risiko yang terjadi pada BPR dapat menyebabkan

risiko pada institusi keuangan lainnya.

Sementara itu, risiko kredit pada BPR masih

relatif tinggi yaitu sebesar 15,7%, di atas

threshold 5%.

4.4. AKSES KEUANGAN

4.4.1. Akses Keuangan Kepada UMKM

Pada triwulan I 2017, kredit yang diterima oleh

UMKM di Sulawesi Tenggara (berdasarkan

lokasi proyek) mencapai Rp6,15 triliun. Secara

pangsa mencapai 26,5% dibandingkan total

kredit di Sulawesi Tenggara. Kredit kepada

UMKM1 tersebut, sebagian besar diberikan

kepada usaha kecil sebesar 45,0% dan usaha

mikro dengan pangsa sebesar 30,1%.

Sedangkan untuk usaha menengah memiliki

1 Penentuan UMKM dilakukan berdasarkan kriteria dalam UU No. tahun 2008. Usaha mikro merupakan usaha

dengan asset maksimal Rp50 juta dan omzet maksimal Rp300 juta. Usaha kecil merupakan usaha dengan aset antara Rp50 juta s.d Rp500 juta dan omzet antara Rp300 juta s.d Rp2,5 miliar. Usaha menengah merupakan usaha dengan aset antara Rp500 juta s.d Rp10 miliar dan omzet antara Rp2,5 miliar s.d Rp50 miliar.

pangsa sebesar 24,9% dari total kredit UMKM

(Grafik 4.61).

Seiring dengan kredit perbankan secara umum

yang mengalami perlambatan, laju

pertumbuhan kredit UMKM juga mengalami

perlambatan dari 10,3% (yoy) menjadi 6,1%

(yoy) pada triwulan I 2017. Hal ini terjadi karena

terdapat perlambatan pada kredit usaha kecil

sebesar 10,3% (yoy) dan usaha mikro yang

hanya tumbuh sebesar 2,5% (yoy), sementara

itu kredit usaha menengah menunjukkan

adanya perbaikan (Grafik 4.62).

Secara sektoral, perlambatan kredit UMKM

tersebut dipengaruhi oleh penurunan kredit

UMKM pada sektor perdagangan yang

merupakan kontributor terbesar dengan pangsa

69,2%. Pada triwulan I 2017, kredit UMKM

sektor perdagangan terkontraksi sebesar 1,6%

(yoy). Selain itu sektor lainnya juga

menunjukkan adanya perlambatan penyaluran

kredit, bahkan untuk sektor konstruksi juga

masih mengalami kontraksi (Grafik 4.63).

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.61 Pangsa Kredit UMKM Grafik 4.62 Pertumbuhan Kredit UMKM

Non UMKM73,5%

UMKM26,5%Rp6,14triliun

UsahaMenengah

UsahaKecil

UsahaMikro

24,9%

45,0%

30,1%

22,23

2,5

10,3

3,3

6,1

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Mikro Kecil Menengah UMKM

%, yoy

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

83

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Dari sisi risiko kreditnya, secara umum kredit

UMKM masih berada sedikit di atas threshold

5%. Pada triwulan I 2017 NPL kredit UMKM

mencapai 5,88%, mengalami peningkatan dari

sebelumnya yang tercatat sebesar 5,36%.

Kondisi tersebut dipengaruhi oleh peningkatan

tingkat risiko kredit pada sektor perdagangan

dan sektor konstruksi (Grafik 4.64).

Seiring dengan adanya perubahan kebijakan

KUR (Kredit Usaha Rakyat) pada tahun 2017,

terdapat peningkatan penyaluran kredit

tersebut kepada UMKM. Sampai dengan

triwulan I 2016, baki debet KUR di Sulawesi

Tenggara mencapai Rp1,09 triliun dengan

jumlah debitur aktif mencapai 58.724 usaha

(Grafik 4.65). Salah satu kebijakan yang

mendorong peningkatan adalah penurunan

suku bunga dari 12% efektif per tahun menjadi

9% efektif dan tambahan beberapa bank

swasta dan BPD Sultra sebagai bank penyalur

KUR. Penyaluran KUR di Sulawesi Tenggara

masih terkonsentrasi pada usaha di sektor

perdagangan mencapai 67,8%. Sementara itu

penyaluran pada produksi primer seperti ke

pertanian dan perikanan sudah menunjukkan

adanya peningkatan.

4.4.2. Akses Keuangan Kepada Penduduk

Indikator akses keuangan di Sulawesi Tenggara

terutama dari sisi penghimpunan dana

mengalami peningkatan, begitu juga dari sisi

kredit. Rasio jumlah rekening DPK terhadap

penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi bank

Grafik 4.65 Pergerakan Baki Debet KUR Sulawesi

Tenggara Grafik 4.66 Pangsa Baki Debet Penyaluran KUR Sulawesi

Tenggara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah, lokasi proyek

Grafik 4.63 Pertumbuhan Kredit UMKM Sektoral Grafik 4.64 NPL Kredit UMKM Sektor Dominan

1.092,2

58.724

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

0

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

KUR Rekening (sb.kanan)

Baki Debet (Rp miliar)

Nasabah

Perdagangan; 67,8%

Akomodasi Mamin; 3,0%

Industri Pengolahan;

5,0%Jasa

masyarakat; 4,1%Pertanian;

14,2%

Perikanan; 3,4%

Transportasi; 1,6%

Jasa usaha; 1,3%

Lainnya; -0,3%

69,2%6,9%

5,8%4,2%

3,6%

6,3

-7,5

37,2

22,1

6,0

-1,6-9,1

22,4

9,4

4,8

-20,0

-10,0

0,0

10,0

20,0

30,0

40,0

Tw IV 16

Tw I 17

%, yoy

pangsa

0,0

5,0

10,0

15,0

Pe

rda

ga

ng

an

Ko

nstr

uksi

Pe

rtan

ian

Indu

str

i

Tra

nspo

rta

si

Tw IV 16 Tw I 17

%, NPL

theshold

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Stabilitas Keuangan Daerah

84

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

tetap menunjukkan tren peningkatan, dimana

pada triwulan I 2017 rasio tersebut tercatat

sebesar 135,2% (Grafik 4.67). Rasio yang lebih

besar dari 100% menunjukkan bahwa terdapat

penduduk angkatan kerja di Sulawesi Tenggara

yang memiliki rekening simpanan lebih dari

satu. Selain itu rasio lebih dari 100% juga

mengindikasikan adanya penduduk bukan

angkatan kerja yang juga memiliki rekening

seperti siswa sekolah maupun mahasiswa.

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit

terhadap penduduk angkatan kerja di Sulawesi

Tenggara masih stabil pada kisaran 18,1%

(Grafik 4.68). Meskipun demikian, rasio tersebut

masih rendah karena pada awal tahun 2017

rasio dapat mencapai 21,0. Masih rendahnya

rasio rekening kredit menunjukkan bahwa

fasilitas pembiayaan masih sedikit digunakan

oleh masyarakat di provinsi ini dan masih

terdapat ruang untuk meningkatkan penyaluran

kredit di masa yang akan datang.

Upaya pengembangan akses keuangan memiliki

peran penting dalam menjaga stabilitas sistem

keuangan dan mendorong pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Selatan. Oleh karena itu, KPw

BI Provinsi Sulawesi Tenggara berupaya

memberikan dan memfasilitasi berbagai

kegiatan edukasi keuangan yang bertujuan

untuk memberikan informasi mengenai produk

dan jasa keuangan serta untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat pada umumnya untuk

menabung dan melakukan pengelolaan

keuangan.

Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah Sumber: LBU Bank Indonesia, BPS, diolah

Grafik 4.67 Rasio Rekening DPK per Penduduk Bekerja Grafik 4.68 Rasio Rekening Kredit per Penduduk Bekerja

1.641 1.703

115,5118,0

125,1

133,7

126,9

130,6

133,1

134,6135,2

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

100

110

120

130

140

150

160

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Rekening DPK (sb. Kanan) Rasio DPK

% nasabah (ribu)

224228

19,7 20,021,3 22,0 21,0 22,0

18,1 18,4 18,1

200

210

220

230

240

250

260

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017

Rekening Kredit (sb. Kanan) Rasio Kredit

% nasabah (ribu)

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

5

SISTEM PEMBAYARAN

&

Perkebunan Kakao di Kolaka Utara

Foto: Asman Hadianto

PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

87

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM

PEMBAYARAN NON TUNAI

5.1.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Berbeda dengan akselerasi pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tenggara, transaksi

pembayaran non-tunai melalui Sistem Kliring

Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada

triwulan I 2017 mengalami penurunan, baik

dari sisi volume maupun nominalnya. Nominal

transaksi kliring tercatat sebesar Rp2,0 triliun

atau tumbuh -4,0% (yoy) (Grafik 5.1), lebih

rendah jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,4 triliun.

Sementara itu, dari sisi jumlah transaksi juga

mengalami penurunan dari semula tercatat

sebanyak 62,1 ribu transaksi menjadi sebesar

54,7 ribu transaksi (Grafik 5.2). Pada triwulan I

2017, perputaran kliring mencapai Rp32

miliar/hari dengan jumlah transaksi mencapai

883 transaksi/hari (Grafik 5.3).

Sedangkan untuk tingkat kepatuhan juga

menunjukkan adanya pernurunan. Hal ini

diindikasikan dari meningkatnya jumlah

penarikan cek dan BG kosong. Pada periode

tersebut jumlah penarikan cek dan BG kosong

meningkat dari 803 ribu lembar menjadi 924

lembar (Grafik 5.4). Hal ini menunjukkan perlu

adanya peningkatan pemahaman dan

kesadaran masyarakat dalam penggunaan cek

maupun BG.

5.1.2. Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi pembayaran non-tunai nominal

besar melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.1 Nilai Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi

Sulawesi Tenggara Grafik 5.2 Volume Transaksi Kliring (SKNBI) Provinsi

Sulawesi Tenggara

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.3 Perputaran kliring harian di Sulawesi

Tenggara Grafik 5.4 Penolakan Kliring (Cek/BG Kosong)

2.000

(4) -20

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Nominal (Rp miliar) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

%, yoyRp miliar

55

(6)

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Lembar (ribu) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)

%, yoyTransaksi

32

883

0

200

400

600

800

1.000

1.200

-

5

10

15

20

25

30

35

40

45

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Nominal/hari Transaksi/hari(sb.kanan)

TransaksiRp miliar

23

924

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

-

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017Nominal/hari Transaksi/hari(sb.kanan)

TransaksiRp miliar

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah

88

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I 2017

mengalami peningkatan pertumbuhan

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

baik dari nilai transaksi maupun volume

transaksi. Perningkatan pertumbuhan transaksi

pembayaran BI-RTGS tersebut sejalan dengan

adanya akselerasi ekonomi yang terjadi pada

periode laporan. Selain itu, adanya kebijakan

baru dari Bank Indonesia yang menurunkan

batas minimal transaksi juga turut menyebabkan

peningkatan transaksi.

Pada triwulan I 2017, nilai traksaksi BI-RTGS dari

perbankan Sulawesi Tenggara tercatat sebesar

Rp586,9 miliar (Grafik 5.5). Sementara untuk

volume transaksi, pada triwulan I 2017 tercatat

mencapai 525 transaksi (Grafik 5.6).

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

5.2.1. Aliran Uang Kartal

Transaksi pembayaran tunai pada triwulan I

2017 memiliki pola yang sama dengan periode

tahun-tahun sebelumnya yang terjadi net-

inflow. Net-inflow berarti suatu kondisi dimana

lebih banyak uang yang masuk dibandingkan

dengan uang yang keluar. Pada triwulan I 2017

terdapat aliran inflow atau masuk ke KPwBI

Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai Rp 1,24

triliun, jauh meningkat dibandingkan periode

sebelumnya yang mencapai Rp 492,2 miliar.

Sementara itu untuk aliran outflow atau keluar

dari KPwBI Provinsi Sulawesi Tenggara pada

periode tersebut hanya mencapai Rp403,2

miliar, jauh menurun dibandingkan periode

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.5 Nilai Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi

Tenggara Grafik 5.6 Volume Transaksi RTGS Provinsi Sulawesi

Tenggara

Sumber: KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 5.7 Aliran Uang Kartal Dari Bank Sentral di

Sulawesi Tenggara Grafik 5.8 Posisi Selisih Inflow dan Outflow Di Bank

Sentral Sulawesi Tenggara

848 874

689 801

587

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1.000

I II III IV I

2016 2017

Rp Miliar

481

529

478

539

525

440

450

460

470

480

490

500

510

520

530

540

550

I II III IV I

2016 2017

Transaksi

(3)

43

(100)

(50)

-

50

100

150

200

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2013 2014 2015 2016 2017

Inflow Outflowg Inflow (sb. Kanan) g Outflow (sb. Kanan)

%, yoyRp Miliar

(1,058)

840

(2,000)

(1,500)

(1,000)

(500)

-

500

1,000

1,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rp Miliar

net inflow

net outflow

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

89

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

sebelumnya yang mencapai Rp1,55 triliun.

Karena jumlah inflow masih lebih besar daripada

outflow-nya maka pada triwulan I 2017 terjadi

net-inflow sebesar Rp840,1 miliar (Grafik 5.8).

Kondisi net-inflow yang terjadi tersebut

disebabkan karena pada awal tahun 2017

merupakan arus balik kepada KPwBI Provinsi

Sulawesi Tenggara.

5.2.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Bank Indonesia secara berkala terus menjaga

ketersediaan uang layak edar (ULE) di

masyarakat. Terhitung mulai bulan Maret 2015,

Bank Indonesia memperluas jaringan pelayanan

terhadap kebutuhan masyarakat atas uang layak

edar dengan mengajak perbankan yang ada di

Sulawesi Tenggara untuk menerima penukaran

uang lusuh/rusak dari masyarakat. Sementara

itu Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Tenggara juga tetap berupaya secara

langsung menyediakan uang layak edar melalui

pelayanan langsung terhadap masyarakat pada

hari kerja tertentu (Rabu) dan melalui

pelaksanaan kas keliling. Kas keliling tersebut

dilakukan di dalam kota Kendari maupun di luar

Kota Kendari hingga wilayah terpencil yang sulit

dijangkau. Selama bulan Januari hingga Maret

2017, kegiatan kas keliling telah dilakukan

sebanyak 15 (lima belas) kali, dengan rincian 8

(delapan) kali di luar Kota Kendari dan 7 (tujuh)

kali di dalam Kota Kendari. Kas keliling di luar

Kota Kendari tersebut dilakukan di Kabupaten

Wakatobi, Kabupaten Kolaka Utara, Kabupaten

Kolaka, Kabupaten Muna, Kabupaten Muna

Barat, Kabupaten Buton, Kabupaten Buton

Selatan, Kabupaten Buton Tengah, Kabupaten

Bombana dan Kabupaten Konawe.

Di samping itu, Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara juga

melakukan distribusi uang ke daerah Kota

Baubau dan sekitarnya serta Kabupaten Kolaka

dan sekitarnya melalui pengelolaan kas titipan

bekerjasama dengan salah satu bank umum

yang ada di daerah tersebut. Di sisi lain, demi

menjaga agar kualitas uang yang diterima

masyarakat dalam kondisi yang baik, Bank

Indonesia juga secara berkala melakukan

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE).

5.2.3. Perkembangan Temuan Uang Tidak

Asli

Pecahan besar masih mendominasi peredaran

uang tidak asli yang ditemukan pada triwulan

I 2017. Selama triwulan I 2017, telah ditemukan

uang tidak asli sebanyak 82 lembar, menurun

Sumber: KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah

Grafik 5.9 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Grafik 5.10 Komposisi Pecahan Uang Palsu Yang Ditemukan

291

19.8

(150)

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

300

0

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Nominal UTLE g Nominal UTLE (sb.Kanan)

Rp, Miliar %, yoy

74,4

25,6

Pecahan 100.000 Pecahan 50.000

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Sistem Pembayaran & Pengelolaan Uang Rupiah

90

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

dibandingkan dengan penemuan pada triwulan

IV sebanyak 83 lembar. Temuan uang tidak asli

selama triwulan I 2017 didominasi oleh pecahan

uang Rp100.000,- sebanyak 61 lembar dan

sisanya pecahan uang Rp50.000,- sebanyak 21

lembar.

Sebagai upaya untuk mengantisipasi peredaran

uang palsu sekaligus memberikan edukasi bagi

masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang

rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sulawesi Tenggara juga telah senantiasa

melakukan kegiatan sosialisi ciri-ciri keaslian

uang rupiah.

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

6

KONDISI TENAGA KERJA

&

Petani di Konawe

Foto: Jojon

KESEJAHTERAAN

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

93

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

6.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi

Tenggara pada triwulan I 2017 diindikasikan

mengalami penurunan, walaupun terjadi

akselerasi ekonomi pada periode tersebut.

Hal ini tercermin dari data BPS Sulawesi

Tenggara yang menunjukkan adanya

peningkatan jumlah penggangguran terbuka

walaupun terjadi penambahan jumlah

penduduk yang bekerja.

Jumlah pengangguran terbuka pada periode

laporan mengalami peningkatan. Dari Agustus

2016 hingga Februari 2017, jumlah

pengangguran terbuka bertambah sebanyak 5,5

ribu orang atau meningkat sebesar 16,1%.

Dengan adanya peningkatan tersebut, jumlah

penduduk yang menganggur di Bulan Februari

2017 tercatat sebanyak 39,6 ribu orang. Jika

diperhatikan dari pendidikan tertinggi yang

ditamatkan, masih banyak terdapat tenaga kerja

yang berpendidikan yang menganggur.

Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi

Tenggara diketahui bahwa sebanyak 5,9% dari

total penduduk berusia 15 tahun ke atas yang

menganggur berpendidikan sarjana, sementara

untuk yang berpendidikan Diploma I/II/III

sebanyak 9,8%.

Terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang

menganggur yang lebih besar dibandingkan

peningkatan jumlah penduduk bekerja,

membuat Tingkat Pengganguran Terbuka (TPT)

di Sulawesi Tenggara meningkat dari 2,72%

(Agustus 2016) menjadi 3,14% (Februari 2017)

serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang

menurun dari 73,5% menjadi sebesar 73,0%.

Pada bulan Februari 2017, jumlah penduduk

bekerja tercatat sebanyak 1,26 juta jiwa atau

meningkat sebesar 2,4 ribu jika dibandingkan

dengan periode Agustus 2016. Peningkatan

jumlah tenaga kerja tersebut utamanya berasal

dari peningkatan jumlah tenaga kerja yang

berkerja di lapangan usaha pertanian, lapangan

usaha pertambangan, lapangan usaha industri

dan lapangan listrik, gas dan air minum. Struktur

lapangan pekerjaan pada periode laporan tidak

mengalami perubahan, pada bulan Februari

2017 lapangan usaha pertanian masih menjadi

penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja

di Sulawesi Tenggara di ikuti oleh lapangan

usaha perdagangan dan rumah makan dan

lapangan usaha jasa. Pada Februari 2017,

lapangan usaha pertanian menyerap tenaga

kerja sebesar 483,7 ribu jiwa.

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.1 Kondisi Penduduk Bekerja Sulawesi Tenggara Grafik 6.2 Kondisi Penduduk Menganggur

1,112

1,037

1,126

1,075

1,166

1,220 1,222

900

950

1,000

1,050

1,100

1,150

1,200

1,250

Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb

2014 2015 2016 2017

orang (ribu)

24

48 42

63

46

34 40

-

10

20

30

40

50

60

70

Feb Aug Feb Aug Feb Aug Feb

2014 2015 2016 2017

orang (ribu)

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan

94

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

6.2. KESEJAHTERAAN

Penghasilan Petani (NTP)

Berbeda dengan kondisi perekonomian yang

mengalami akselerasi, kondisi kesejahteraan

Sulawesi Tenggara terindikasi mengalami

penurunan pada triwulan I 2017. Hal ini terlihat

dari penurunan indeks penghasilan masyarakat

dan Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode

tersebut jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya. NTP merupakan suatu indikator

kemampuan tukar produk pertanian untuk

keperluan memproduksi produk pertanian. Oleh

karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk

tingkat kesejahteraan masyarakat khususnya

yang bekerja di sektor pertanian.

Pada triwulan I 2017, NTP Sulawesi Tenggara

tercatat lebih rendah dari 100 yaitu sebesar 97,0

atau menurun dibandingkan dengan triwulan IV

2016 yang sebesar 98,9 (Grafik 6.4). Penurunan

tersebut terutama disebabkan oleh penurunan

NTP yang terjadi pada seluruh subsektor kecuali

pada perikanan dan sub sektor holtikutura. NTP

sub sektor tanaman pangan mengalami

penurunan dari 92,1 pada triwulan IV 2016

menjadi 91,9 pada triwulan I 2017 seiring

dengan masih belum masuknya musim panen

sub sektor tersebut. NTP sub sektor tanaman

perkebunan rakyat menurun dari 99,9 pada

triwulan IV 2016 menjadi 98,1 di triwulan I 2017

seiring dengan belum masuknya musim panen

pada tanaman buah tahunan. Selain kedua

subsektor tersebut, masih terdapat subsektor

dengan NTP di bawah 100 yaitu subsektor

holtikultura. Hal ini menunjukkan bahwa total

pendapatan yang diterima oleh para petani

pada subsektor tersebut lebih rendah

dibandingkan dengan total pengeluaran untuk

memproduksi hasil usahanya.

Penghasilan Umum

Namun demikian, untuk tingkat konsumen

terdapat indikasi peningkatan kesejahteraan

yang tercermin dari peningkatan penghasilan

masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi

Sulawesi Tenggara yang menunjukkan

peningkatan Indeks Penghasilan Konsumen (IPK)

dari 130,7 pada triwulan III 2016 menjadi 140,0

pada triwulan IV 2016 (Grafik 6.3).

Kemiskinan

Di sisi lain, berdasarkan data BPS Provinsi

Sulawesi Tenggara diketahui bahwa penduduk

miskin pada bulan September 2016 (rilis bulan

Januari 2017) tercatat sebanyak 327,3 ribu jiwa

atau sebesar 12,8% dari total penduduk

Sulawesi Tenggara (Grafik 6.5). Jumlah tersebut

Sumber: SK KPw BI Sultra, diolah Sumber: BPS Prov Sultra, diolah

Grafik 6.3 Indeks Penghasilan Konsumen Grafik 6.4 Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara

120

125

130

135

140

145

150

155

I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016Indeks Penghasilan Konsumen

indeks

98.9

92.1

88.9

99.9

104.6

111.1

97.0

91.9

89.5

98.1

104.4

111.4

- 50.0 100.0 150.0

Total

Tanaman Pangan

Hortikultura

Perkebunan Rakyat

Peternakan

Perikanan

NTP Tw I 2017 NTP Tw IV 2016

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

95

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

menurun jika dibandingkan dengan data pada

bulan Maret 2016 yang tercatat sebanyak

12,9% dari total penduduk Sulawesi Tenggara.

Perbaikan tersebut terjadi pada daerah

pedesaan. Sedangkan untuk daerah perkotaan

mengalami penurunan. Perbaikan kondisi

kemiskinan tersebut terjadi walaupun garis

kemiskinan juga mengalami peningkatan karena

inflasi. Garis kemiskinan meningkat dari

Rp277.288/kapita/bulan di bulan Maret 2016

menjadi Rp282.161/kapita/bulan di bulan

September 2016.

Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 83,8%

atau 274,1 ribu jiwa berada di daerah pedesaan

sedangkan sisanya sebesar 16,2% atau 53,2

ribu jiwa berada di daerah perkotaan.

Konsentrasi jumlah penduduk miskin di

pedesaan menjadi tantangan pembangunan

ekonomi dan wilayah oleh pemangku

kepentingan khususnya pemerintah daerah,

mengingat potensi sumber daya alam Sulawesi

Tenggara yang dominan berada di daerah

pedesaan khususnya di sektor primer yaitu

sektor pertanian namun hasilnya belum secara

optimal mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di pedesaan secara lebih luas.

Ketimpangan Pengeluaran Penduduk

Ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi

Tenggara mengalami perbaikan. Hal tersebut

tercermin dari adanya penurunan gini ratio dari

0,402 di bulan Maret 2016 menjadi 0,388 di

bulan September. Semakin rendah nilai gini ratio

menunjukkan ketimpangan suatu daerah yang

semikin rendah.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, penurunan

tersebut disebabkan oleh penurunan di daerah

perkotaan maupun daerah pedesaan. Untuk

daerah perkotaan pada bulan September 2016

tercatat sebesar 0,395 ssetelah pada periode

Maret 2016 adalah sebesar 0,407. Sementara

untuk daerah pedesaan menurun dari 0,367 di

bulan Maret 2016 menjadi 0,352 di bulan

September.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Miskin Sulawesi

Tenggara.

53,18

274

13

12

12

13

13

14

14

15

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Mar-13 Sep-13 Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16

Penduduk Miskin Desa

Penduduk Miskin Kota

Persentase Penduduk Miskin (sb.Kanan)

ribu jiwa %

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Kondisi Tenaga Kerja & Kesejahteraan

96

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

7

PROSPEK PEREKONOMIAN

Senja di Teluk Kendari

Foto: Daniel AP

DAERAH

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,
Page 113: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

99

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

7.1.1. Triwulan III 2017

Dengan didasarkan pada beberapa indikator

pendukung, hasil survei dan liaison,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada

triwulan III 2017 diprakirakan berada pada

kisaran 7,8% - 8,2% (yoy), mengalami

perlambatan jika dibandingkan periode triwulan

II 2017 yang diperkirakan akan mengalami

pertumbuhan sebesar 8,5% - 8,9% (yoy).

Perkiraan perlambatan yang terjadi pada

triwulan III 2017 tersebut sesuai dengan arah

perkiraan kegiatan usaha yang diungkapkan

oleh para pelaku perekonomian terutama dari

sisi konsumen dan dari sisi pelaku usaha (Grafik

7.1). Dari sisi konsumen berdasarkan hasil Survei

Konsumen yang dilakukan, Indeks Perkiraan

Kegiatan Usaha tercatat mengalami penurunan

dari 174,0 di triwulan II 2017 menjadi 155,7 di

triwulan III 2017. Namun demikian dari sisi

pelaku usaha masih memiliki masih

memperkirakan akan mengalami percepatan

pertumbuhan. Sementara itu berdasarkan hasil

liaison kepada pelaku usaha diperkirakan

bahwa tidak terdapat peningkatan omzet

penjualan pada triwulan tersebut(Grafik 7.2).

Perlambatan kinerja yang terjadi pada lapangan

usaha pertanian disebabkan oleh adanya

penurunan produksi komoditas tabama

terutama padi seiring dengan telah berlalunya

musim panen komoditas tersebut di periode

triwulan II. Namun demikian, akan terjadinya

panen untuk komoditas kakao dan membaiknya

produksi ikan sesuai dengan pola musimannya

diperkirakan akan mampu menahan laju

perlambatan yang terjadi pada lapangan usaha

tersebut.

Penurunan pada lapangan usaha perdagangan

besar dan eceran diperkirakan akan terjadi pada

triwulan III 2017 disebabkan oleh penurunan

perdagangan domestik seiring dengan telah

kembali normalnya konsumsi rumah tangga

pasca peningkatan di periode triwulan II 2017

akibat adanya Bulan Ramadhan dan Idul Fitri.

Namun demikian, perdagangan luar negeri

diperkirakan masih mampu tumbuh cukup

tinggi untuk dapat menahan laju perlambatan.

Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan

produksi komoditas ekspor di periode triwulan

III mendatang serta adanya kebijakan relaksasi

ekspor nikel mentah kadar rendah. Komoditas

ekspor yang diperkirakan akan mengalami

Sumber: SK KPw BI Sulawesi Tenggara, diolah Sumber: Liaison KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.1 Perkiraan Kegiatan Usaha dari Sisi

Konsumen Grafik 7.2 Perkiraan Omzet Penjualan Korporasi

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Perkiraan Kegiatan Usaha g PDRB (Sb. Kanan)

SBT % yoy

(1.5)

(1.0)

(0.5)

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

LS Penj. Domestik LS Penj. Ekspor LS Ekspektasi Penjualan

Page 114: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Prospek Ekonomi Daerah

100

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

peningkatan adalah komoditas ikan segar dan

nikel olahan.

Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan

perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan

III 2017 disumbangkan oleh melambatnya

aktivitas konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah.

Perlambatan konsumsi rumah tangga pada

periode tersebut sejalan dengan perkiraan

penghasilan yang diperkirakan menurun oleh

para responden Survei Konsumen (Grafik 7.7).

Berdasarkan hasil survei tersebut indeks

penghasilan konsumen pada triwulan III 2017

akan menurun dari 167,5 menjadi 161,3.

Penurunan tersebut diperikirakan disebabkan

oleh adanya tambahan penghasilan konsumen

berupa THR di periode triwulan II 2017.

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada

triwulan III 2017 diperkirakan menurun seiring

dengan tingginya akselerasi pertumbuhan yang

diperkirakan akan terjadi pada periode triwulan

II 2017 akibat adanya pembayaran THR bagi

PNS/ASN dan TNI/POLRI.

Tabel 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Tabel 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

I IIP IIIP

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6.89 7.6 - 8.0 5.7 - 6.1 7.7 6.5 - 6.9

Pertambangan dan Penggalian 17.31 10.8 - 11.2 11.5 - 11.9 0.1 12.7 - 13.1

Industri Pengolahan 7.38 8 3 - 8.7 9.8 10.2 8.9 9.1 -9.5

Pengadaan Listrik, Gas 3.33 7.0 - 7.4 2.8 - 3.2 5.7 5.4 -5.8

Pengadaan Air 0.04 12.1 - 12.5 6.2 - 6.6 8.9 7.9 - 8.2

Konstruksi 9.56 9.7 - 10.1 10.1 - 10.5 7.7 10.2 - 10.4

Perdagangan Besar dan Eceran 5.94 11.9 - 12.3 7.3 - 7.7 10.0 8.5 - 8.9

Transportasi dan Pergudangan 9.85 10.0 - 10.4 9.7 - 10.1 11.6 10.4 - 10.8

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7.10 9.4 - 9.8 3.7 - 4.1 7.1 7.3 - 7.7

Informasi dan Komunikasi 9.40 12.2 -12.6 4.4 - 4.8 9.8 8.8 - 9.2

Jasa Keuangan 4.90 4.9 - 5.3 1.1 - 1.5 15.1 3.9 - 4.3

Real Estate 1.46 1.7 - 2.1 13.1 -13.5 0.9 4.5 - 4.9

Jasa Perusahaan 3.87 5.1 - 5.5 3.6 - 4.0 8.2 4.3 - 4.7

Administrasi Pemerintahan 0.34 1.0 - 1.4 5.9 - 6.3 2.1 3.2 - 3.6

Jasa Pendidikan 1.78 1.9 - 2.3 1.3 - 1.7 9.9 1.5 - 1.9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.29 3.7 - 4.1 6.9 - 7.3 6.2 4.8 - 5.2

Jasa Lainnya 1.97 7.3 - 77 3.3 - 3.7 7.5 4.0 - 4.4

PDRB 8.39 8.5 - 8.9 7,8 - 8,2 6.5 8.3 - 8,7

2016 2017P2017

Lapangan Usaha

I IIP IIP

Konsumsi Rumah Tangga 5.9 6.7 - 7.1 5.8 - 6.2 6.1 6.1 - 6,5

Konsumsi LNPRT 12.1 12.9 - 13.3 8.3 - 8.7 4.5 9.9 - 10.3

Konsumsi Pemerintah 6.7 11.4 - 11.8 7.0 - 7.4 2.0 8,5 - 8,9

PMTB 15.0 15.1 - 15.4 15.7 - 16,1 7.6 15,5 - 15,9

Perubahan Inventori -2145.6 -23 - -25 -31 - -34 18.1 -107 - -110

Eksport Luar Negeri 114.5 150 - 153 -155 - -158 -8.5 133 -135

Import Luar Negeri 156.0 70 - 72 128 - 130 3.9 95 - 97

Net Eksport Antar Daerah -14.8 144 - 146 32 - 34 -18.1 41 - 44

PDRB 8.4 8.5 - 8.9 7,8 - 8,2 6.5 8.3 - 8,7

Komponen Pengeluaran2017

2016 2017P

Page 115: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

101

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

7.1.2. Tahun 2017

Berdasarkan beberapa indikator pendukung,

hasil survei dan liaison, pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tenggara pada tahun 2017

diprakirakan berada pada kisaran 8,3% - 8,7%

(yoy) mengalami akselerasi yang cukup tinggi

jika dibandingkan pertumbuhan pada periode

2016 yang tumbuh sebesar 6,5% (yoy).

Perkembangan perekonomian di Sultra tersebut

searah dengan prakiraan perekonomian

Indonesia dan dunia yang juga diperkirakan

mengalami peningkatan. Kinerja lapangan

usaha pertambangan, industri pengolahan dan

konstruksi yang masih mendominasi

perekonomian Sultra secara signifikan

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global.

Beberapa asumsi yang menjadi pendorong

perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2017

adalah (1) peningkatan kinerja lapangan usaha

utama, (2) peningkatan konsumsi rumah

tangga, (3) peningkatan realisasi investasi, dan

(4) Peningkatan ekspor komoditas utama akibat

adanya peningkatan produksi maupun adanya

kebijakan pemerintah pusat untuk merelaksasi

ekspor nikel mentah kadar rendah.

7.2. PROSPEK INFLASI

7.2.1. Triwulan III 2017

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada triwulan

III 2017 mendatang diperkirakan akan berada

pada tekanan yang lebih rendah dibandingkan

dengan perkiraan inflasi pada akhir triwulan II

Sumber: OECD (June 2016), diolah Sumber: World Bank Commodity Forecast Price Oct 2016, diolah

Grafik 7.9 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

dan Dunia Grafik 7.10 Proyeksi Harga Komoditas Internasional

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sultra, diolah

Grafik 7.11 Perkiraan Penghasilan dan Konsumsi RT Grafik 7.12 Perkiraan Inflasi dari Sisi Konsumen

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

2013 2014 2015 2016 2017

Sultra Indonesia (OECD) Dunia (OECD)

%, yoy

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

Nickel Kakao (sb.kanan)

US$/mt US$/kg

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

170.0

180.0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Perkiraan Penghasilan g Konsumsi PDRB (Sb. Kanan)

SBT % yoy

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

200.0

220.0

I II III IV I II III IV I II III

2015 2016 2017

Perkiraan Harga 3 Bulan Perkiraan Harga 6 Bulan Inflasi (Sb. Kanan)

SBT % yoy

Page 116: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Prospek Ekonomi Daerah

102

KA

NTO

R P

ERW

AKIL

AN

BA

NK IN

DO

NESIA

P

rovi

nsi Sul

aw

esi T

eng

gara

2017. Inflasi pada triwulan III 2017 diperkirakan

berada pada kisaran 1,9% s.d 2,3% (yoy).

Kondisi ini juga searah dengan perkiraan

konsumen sesuai dengan hasil Survei Konsumen

yang dilakukan oleh KPwBI Sultra. Konsumen

memperkirakan akan terjadi penurunan harga

pada triwulan III 2017, lebih rendah daripada

periode sebelumnya (Grafik 7.11). Hal ini didorong

oleh kembali normalnya konsumsi masyarakat

terhadap kelompok volatile food dan

administered prices pasca bulan Ramadhan dan

hari raya Idul Fitri 1438 H.

7.2.2. Tahun 2017

Tekanan inflasi Sulawesi Tenggara pada tahun

2017 mendatang diperkirakan akan meningkat

namun masih berada pada sasaran inflasi

nasional yang sebesar 4% + 1%. Meskipun

demikian, kondisi supply demand yang terjadi di

Sulawesi Tenggara mendorong inflasi lebih

tinggi dan berada pada kisaran batas atas

sasaran tersebut. Peningkatan tekanan inflasi

pada tahun tersebut didorong oleh peningkatan

tekanan administered prices terkait dengan

kebijakan energi.

1. Tekanan inflasi volatile foods menurun

Kinerja produksi bahan pangan di Sultra

pada tahun 2017 diperkirakan akan

meningkat dan membantu tersedianya

pasokan bahan makanan baik serelia

maupun dari komoditi ikan dan unggas.

Program kerja peningkatan bahan pangan

sebagai salah satu program Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sultra

diperkirakan turut mendorong peningkatan

kinerja tersebut. Di sisi lain, dengan

terbentuknya TPID di seluruh

Kota/Kabupaten maka kerjasama/koordinasi

antar daerah dalam rangka penyediaan

pasokan dan distribusi bahan pangan

diperkirakan akan semakin lancar. Selain itu,

terbangunnya jalan dan pelabuhan yang

memadai diperkirakan akan meningkatkan

jumlah dan memperlancar arus barang di

Sultra.

2. Tekanan inflasi administered price

meningkat.

Peningkatan kelompok administered price di

Sultra banyak dipengaruhi oleh pengaturan

subsidi, terutama pada listrik dan BBM. Hal

ini untuk lebih meningkatkan kapasitas

keuangan negara.

3. Tekanan inflasi inti relatif meningkat

Perkembangan inflasi inti dipengaruhi oleh

faktor domestik dan faktor eksternal.

Permintaan domestik diperkirakan masih

tinggi seiring dengan peningkatan

penghasilan masyarakat. Mulai aktifnya

pertambangan dan harga nikel dunia yang

sudah berangsur membaik menyebabkan

tingkat penghasilan masyarakat juga akan

meningkat. Kondisi tersebut akan

mendorong terciptanya lapangan kerja baru

dan adanya migrasi tenaga kerja dari daerah

maupun negara lain.

Page 117: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

103

KA

JIAN

EKO

NO

MI &

KEU

AN

GA

N R

EGIO

NA

L PRO

VIN

SI S

ULA

WES

I TENG

GA

RA

M

ei 2

01

7

Tabel 7.3 Faktor Risiko Inflasi Tahun 2017

Faktor Risiko PotensiDampak thdpInflasi IHK

Volatile Food

a. Pasokan:

• Tingginya curah hujan di beberapa daerah di Sulawesi Tenggara dapat berpotensi mengganggu produksi bahan makanan

• Gelombang laut juga berpotensi menggangu pasokan komoditas ikan segar baik di Kota Kendari maupun Kota Baubau.

• Peningkatan pasokan komoditas aneka cabai akibat mulai masuknya panen.

LOW

b. Distribusi:

• Faktor cuaca juga dapat berpotensi menggangu aktivitas pelayaran, sehingga dapat menghambat distribusi barang di Sulawesi Tenggara.

• Pengaturan perdagangan yang tidak memperhatikan kecukupan lokal seringkali menyebabkan terjadinya inflasi karena pedagang menjual ke daerah lain dengan harga yang lebih tinggi.

Adm.Prices

• Penyesuaian tarif BBM yang tidak diikuti oleh penurunan tarif angkutan baik di Kota Kendari maupun di Kota Baubau.

• Penyesuaian TTL sesuai harga keekonomian (faktor penentu: harga minyak, nilai tukar, dan inflasi) masih menjadi risiko sepanjang tahun karena bergantung pada keputusan pemerintah.

• Adanya peningkatan permintaan angkutan udara, terutama di Kota Baubau.

Medium

Core • Pergerakan nilai tukar yang masih dalam tren depresiasi terhadap US$ menambah tekanan dari sisi imported inflation, khususnya untuk komoditas pangan berbahan baku impor, kosmetika, dan obat.

• Dampak second-round dari kebijakan harga pemerintah.

• Harga emas global mengalami kecenderungan yang menurun dalam beberapa pekan terakhir.

LOW

Page 118: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

DAFTAR ISTILAH

Administered

price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok

barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.

APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat

inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat

konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.

Dana

Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan

pemberian otonomi daerah.

Dana Pihak

Ketiga (DPK)

Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di

suatu bank.

Faktor

Fundamental

Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat

dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-

penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat

Faktor Non

Fundamental

Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di

luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi

bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan

oleh pemerintah (administered price)

Feronikel Hasil olahan nikel mentah (ore nickel) dengan kadar antara 20-30% Ni

dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan baja dan stainless steel

Imported

inflation

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh

perkembangan harga di luar negeri (eksternal)

Indeks Ekspektasi

Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang,

dengan skala 1---100.

Indeks Harga

Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga

barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode

tertentu.

Indeks Kondisi

Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan

konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1---100.

Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi

ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang,

dengan skala 1---100.

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui

peningkatan modal.

Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental

Page 119: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif

dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara

langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah

kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan

dalam bentuk laporan

Loan to Deposit

Ratio (LDR)

Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang

disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu

tertentu.

Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup

industri minyak dan gas.

Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan

sebelumnya.

NPI Nikcel Pig Iron. Hasil olahan ore nickel dengan kandungan 5-10% Ni.

Non Performing

Loan (NPL)

Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan

total keseluruhan kreditnya

Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang

mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah

tertentu.

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti

hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan

hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian

sebuah negara

Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan

triwulan sebelumnya.

Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah respondenyang memberikan jawaban

meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan

jawaban menurun danmengabaikan jawaban sama .

SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo

bersih sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot

sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.

Sektor ekonomi

dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga

mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara

keseluruhan.

Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan

harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

West Texas

Intermediate

Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan

minyak dunia.

Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun

sebelumnya.

Page 120: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · terhadap perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangan dan pengembangan akses keuangan,

TIM PENYUSUN

PENANGGUNG JAWAB

Minot Purwahono

([email protected])

KOORDINATOR PENYUSUN

Harisuddin

([email protected])

TIM PENULIS

Daniel Agus Prasetyo

([email protected])

Argo Hadianto

([email protected])

KONTRIBUTOR

Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan

Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM

Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan

Unit Pengelolaan Uang Rupiah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA SULAWESI TENGGARA Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans

Jl. Sultan Hasanudin No. 150 Kendari

No. Telp. (0401) 3121655; No. Fax.(0401)3122718