KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi...

54
i KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI UTARA NOVEMBER 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur Lukman Hakim : Kepala Tim Pengelolaan Uang Rupiah dan Operasional Sistem Pembayaran / Asisten Direktur Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Donny Pratama : Analis / Asisten Manajer Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Jl. 17 Agustus No. 56 Manado 95117 T: 0431 868102 / 868103 F: 0431 866933 Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/ atau Silahkan mengirimkan surel ke: [email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulut” serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

i

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

NOVEMBER 2016

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur

A.Yusnang : Divisi SP, PUR, Layanan dan Administrasi / Deputi Direktur

Gunawan : Kepala Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan / Asisten Direktur

Lukman Hakim : Kepala Tim Pengelolaan Uang Rupiah dan Operasional Sistem

Pembayaran / Asisten Direktur

Zulham Effendi : Analis Ekonomi / Manajer

Rivo Mandey : Analis Ekonomi / Asisten Manajer

Donny Pratama : Analis / Asisten Manajer

Iona Rombot : Analis / Asisten Manajer

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

Jl. 17 Agustus No. 56

Manado 95117

T: 0431 868102 / 868103

F: 0431 866933

Salinan elektronis publikasi ini dapat diperoleh di website Bank Indonesia dengan alamat:

http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulut/

atau

Silahkan mengirimkan surel ke:

[email protected] dengan subyek “Publikasi KEKR Sulut”

serta mencantumkan nama, instansi, dan jabatan

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi

Utara Periode November 2016 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank

Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Utara diterbitkan secara periodik

setiap triwulan sebagai wujud peranan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara

dalam memberikan informasi kepada stakeholders tentang perkembangan ekonomi Sulawesi Utara

terkini serta prospeknya. Kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu

referensi atau acuan dalam proses diskusi atau proses pengambilan kebijakan berbagai pihak terkait.

Dalam proses penyusunan kajian ini, kami menggunakan data yang diperoleh dari berbagai

pihak, yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Badan Pusat Statistik, pelaku

usaha, laporan perbankan serta data hasil analisis intern Bank Indonesia dan sumber-sumber lain yang

tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu kepada para pihak tersebut, kami mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat

ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami juga menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan kajian ini ataupun

terdapat penyajian data yang kurang tepat, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan kritikan

dan masukan membangun demi penyempurnaan di masa yang akan datang.

Akhirnya besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi

semua kalangan dalam memahami perekonomian Sulawesi Utara. Terima Kasih.

Manado, November 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA

Peter Jacobs

Direktur

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

iii

Daftar Isi

KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA iv RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH 3 PDRB – Komponen Pengeluaran 4

Konsumsi 4 Investasi (PMTB) 5

Ekspor-Impor 6 PDRB – Kinerja Lapangan Usaha 6

Pertanian 7 Konstruksi 7

Perdagangan 8 Industri Pengolahan 9

Transportasi 10 Lapangan Usaha Lainnya 11

Box I. Peningkatan Signifikan Kunjungan Wisman 12 BAB II - KEUANGAN PEMERINTAH 13

Struktur Anggaran 13 Realisasi APBN di Sulut 13

APBD Sulut 14 APBD Kabupaten/Kota di Sulut 14

BAB III - PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 16 Perkembangan Inflasi 17

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi 20 Upaya Pengendalian Inflasi 24

Box II. Keberhasilan Stabilisasi Harga Cabai Rawit 25 BAB IV - STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 26

Ketahanan Sektor Korporasi 26 Asesmen Sektor Rumah Tangga 29

Asesmen Institusi Keuangan (Perbankan) 32 Akses Keuangan dan UMKM 34

BAB V - PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 37 Penyelenggaraan Layanan Sistem Pembayaran Nontunai 37

Pengelolaan Uang Tunai 38 BAB VI - KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN 40

Ketenagakerjaan 40 Kesejahteraan 41

BAB VII - PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 44 Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi 44

Prakiraan Inflasi 46 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 48

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

iv

Indikator Ekonomi dan Perbankan

INDIKATORI. MAKRO NASIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A PDB Nasional (yoy) 4.71 4.67 4.73 5.04 4.79 4.92 5.18 5.02

B Inflasi Nasional (yoy) 6.38 7.26 6.83 3.35 3.35 4.45 3.45 3.07

II. MAKRO REGIONAL TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A 1. Laju Inflasi (ytd) % (0.40) 2.14 2.23 5.56 5.56 (1.02) (0.71) (0.93) 2. Laju Inflasi (yoy) % 7.99 8.73 9.34 5.56 5.56 4.91 3.67 2.28 3. Laju Inflasi (mtm) % 0.50 0.49 0.62 1.74 1.74 (0.03) 1.06 (0.68) 4. Inflasi Bahan Makanan (mtm) % 0.59 1.21 2.37 5.93 5.93 (2.51) 3.62 (3.56) 4. Inflasi Makanan Jadi (mtm) % 0.07 0.07 0.67 0.79 0.79 0.11 0.47 0.09 5. Inflasi Perumahan (mtm) % 0.44 0.05 0.08 0.40 0.40 (0.18) 0.42 0.17 6. Inflasi Sandang (mtm) % (0.12) 0.36 0.07 0.38 0.38 0.14 0.32 0.03 7. Inflasi Kesehatan (mtm) % 0.27 0.17 0.13 0.30 0.30 - 0.41 0.26 8. Inflasi Pendidikan (mtm) % 0.31 0.27 - 0.35 0.35 0.05 0.03 0.05 9. Inflasi Transportasi (mtm) % 1.28 0.94 (0.28) 0.29 0.29 (1.50) (0.18) 0.57

B PDRB Penggunaan 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01 - Konsumsi Rumah Tangga 6.26 6.06 6.72 6.69 6.44 6.82 6.93 5.84 - Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga (11.86) (1.55) 5.65 9.75 0.25 5.57 5.45 5.60 - Konsumsi Pemerintah 7.19 7.80 10.96 13.00 9.94 8.94 11.37 (1.50) - Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.56 6.61 12.86 12.37 9.08 9.96 9.86 6.34 - Perubahan Persediaan (72.36) (77.23) (62.90) 22.94 (63.28) (136.10) (35.44) (34.43) - Ekspor Luar Negeri (3.15) (13.86) (9.52) (21.34) (11.70) (20.07) (12.86) (2.80) - Impor Luar Negeri 1.64 (25.08) 3.54 16.45 (0.88) 16.01 126.75 18.79 - Net Ekspor Antardaerah (8.21) (9.23) 8.49 7.27 (1.38) (9.44) (16.26) (11.50)

C PDRB Sektoral 6.40 6.27 6.31 5.57 6.12 5.96 6.14 6.01

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.27 4.43 2.83 0.66 2.95 0.90 2.11 4.08

Pertambangan dan Penggalian 12.40 8.35 7.48 5.30 8.17 3.56 0.81 0.81

Industri Pengolahan 4.57 3.67 0.83 1.80 2.65 2.68 (1.23) 1.82

Pengadaan Listrik dan Gas 31.93 4.35 2.99 (5.05) 6.76 8.10 30.18 27.07

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 8.15 8.29 (0.87) (4.90) 2.42 0.17 1.44 6.31

Konstruksi 7.12 7.53 11.25 11.48 9.49 9.88 9.86 6.23

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 6.09 5.49 5.44 6.65 5.93 6.53 7.91 7.23

Transportasi dan Pergudangan 8.78 7.99 7.06 5.47 7.25 7.83 8.47 9.94

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.62 7.50 9.10 11.35 8.52 11.56 8.49 17.80

Informasi dan Komunikasi 8.20 9.23 8.75 9.52 8.95 8.24 8.94 9.86

Jasa Keuangan dan Asuransi 6.79 2.58 10.26 (3.32) 3.91 12.41 21.09 14.82

Real Estate 7.56 7.14 7.21 7.76 7.42 7.00 6.90 7.31

Jasa Perusahaan 8.14 8.26 8.40 6.29 7.73 6.36 6.36 6.86

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8.37 9.24 8.74 9.47 8.99 8.07 8.76 1.47

Jasa Pendidikan 2.62 5.81 9.69 9.98 7.08 7.98 7.48 1.34

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4.46 9.35 9.16 8.36 7.88 7.10 6.82 9.89

Jasa lainnya 6.17 7.42 8.77 7.75 7.56 7.34 7.87 9.94

II. MONETER TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

Policy Rate (%)* 7.50 7.50 7.50 7.50 7.50 6.75 6.50 4.75

Kurs (Rp/USD - posisi akhir) 13,084 13,313 13,854 13,726 13,494 13,527 13,317 12,998

III. PERDAGANGAN LUAR NEGERI TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

1. Ekspor (ribu USD) 274,100 291,030 242,920 213,920 1,021,970 246,130 285,240 223,140

2. Impor (ribu USD) 18,790 12,040 12,080 29,210 72,120 37,270 52,870 23,900

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

A. Jumlah Bank 46 46 46 46 46 46 46 47

1. Bank Umum 24 24 24 24 24 28 28 29

1.1. Bank Pemerintah 6 6 6 6 6 6 6 6

1.2. Bank Swasta (non Syariah) 18 18 18 18 18 18 18 19

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 18 18 18 18 18 18 18 18

3. Bank Syariah 4 4 4 4 4 4 4 4

B. Jaringan Kantor (Termasuk Unit) 347 350 345 342 342 340 340 341

1. Bank Umum 292 295 290 289 289 285 285 286

1.1. Konvensional 276 279 275 275 275 272 273 274

1.2. Syariah 16 16 15 14 14 13 12 12

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 55 55 55 55 55 55 55 55

2.1. Konvensional 55 55 55 55 55 55 55 55

2.2. Syariah - - - - - - - -

C. Total Asset (Rp miliar) 35,839 37,037 38,383 37,195 37,195 39,637 40,521 40,593

1. Bank Umum (non syariah) 34,381 35,566 36,932 35,721 35,721 38,135 39,033 39,085

2. BPR 973 977 983 1,004 1,004 1,069 1,058 1,100

3. Bank Syariah 485 494 468 470 470 433 430 408

Keterangan :

* Menggunakan BI-7 day (Reverse) Repo Rate

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

v

Indikator Ekonomi dan Perbankan

INDIKATOR

IV. PERBANKAN** TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

D. Indikator Kinerja Bank Umum

1. Dana Pihak Ketiga (DPK) (Rp miliar) 20,368 21,096 21,848 21,482 21,482 21,537 21,860 21,229

1.1. Giro 3,855 4,292 4,485 4,436 4,436 5,017 4,049 4,017

1.2. Deposito 7,752 8,022 8,242 6,485 6,485 7,071 7,352 7,011

1.3. Tabungan 8,762 8,782 9,121 10,562 10,562 9,448 10,458 10,201

2. Kredit (Rp miliar) 27,079 28,652 30,036 30,273 30,273 29,630 30,714 30,824

2.1. Berdasarkan Jenis Penggunaan

- Modal Kerja 7,309 7,538 7,546 7,564 7,564 7,704 8,156 8,111

- Investasi 3,022 3,743 4,542 4,265 4,265 4,143 4,380 4,342

- Konsumsi 16,067 16,209 17,248 17,739 17,739 17,782 18,178 18,371

2.2. Berdasarkan Sektor Ekonomi -

Pertanian, Kehutanan & Perikanan 480 506 510 545 545 539 569 561

Pertambangan & Penggalian 38 733 1,594 1,317 1,317 1,222 1,360 1,280

Industri Pengolahan 763 795 720 733 733 714 717 701

Pengadaan Listrik, Gas & Produksi Es 2 4 9 12 12 17 19 22

Pengelolaan Air, Sampah, Limbah & Daur Ulang 5 5 5 5 5 5 7 8

Konstruksi 724 839 900 807 807 751 975 1,086

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda Motor 6,075 6,230 6,228 6,549 6,549 6,708 6,956 6,937

Transportasi & Pergudangan 303 329 279 350 350 346 342 345

Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 417 457 473 430 430 448 544 560

Informasi & Komunikasi 4 6 5 4 4 4 4 1

Jasa Keuangan & Asuransi 78 85 74 57 57 53 42 38

Real Estate 340 342 345 355 355 356 340 330

Jasa Perusahaan 235 228 223 225 225 276 275 206

Administrasi Pemerintah, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 3 3 2 3 3 3 3 3

Jasa Pendidikan 42 39 37 35 35 39 36 33

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 35 37 35 39 39 37 36 35

Jasa Lainnya 579 643 463 420 420 330 311 306

Lain-lain 15,808 16,209 16,988 18,386 18,386 17,782 18,178 18,373

2.3. Kredit untuk Debitur UMKM 7,472 7,446 7,228 7,430 7,430 7,612 7,828 8,079

2.4. Loan to Deposit Ratio (LDR) % 128.12 131.00 132.73 135.73 135.73 137.57 140.50 145.20

2.5. Non Performing Loan (NPL)

- Nominal (Rp miliar) 894 988 996 984 984 1,072 1,142 1,186

- Rasio (%) 3.39 3.45 3.32 3.33 3.33 3.62 3.72 3.85

V. SISTEM PEMBAYARAN TW I TW II TW III TW IV TOTAL TW I TW II TW III

1. Kas (Rp miliar)

- Inflow 2,303 1,077 1,814 1,099 6,293 2,500 1,025 2,451

- Outflow 670 1,391 2,375 2,772 7,208 707 2,464 1,791

2. Kliring

- Volume Kliring (Lembar) 90,235 91,718 92,357 99,513 373,823 102,698 100,895 82,472

- Nominal Kliring (Rp Miliar) 2,668 2,345 2,447 2,817 10,277 2,973 2,609 2,242

- Rata2 Volume Kliring/hari (Lembar) 1,477 1,558 1,490 1,659 1,546 1,679 1,576 1,375

- Rata2 Nominal Kliring/hari (Rp Miliar) 44 40 39 47 43 49 41 37

- Rata2 Lembar Tolakan Kliring/hari (%) 2.10 2.37 2.65 2.86 2.49 3.15 2.47 2.74

- Rata2 Nominal Tolakan Kliring/hari (%) 1.87 2.59 2.91 3.48 2.71 3.08 2.87 2.52

Keterangan :

** Berdasarkan Lokasi Bank Pelapor

20162015

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

1

Ringkasan Eksekutif

Perkembangan Ekonomi Makro

Ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II

2016. Ekonomi tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2016 yang sebesar 6,14%

(yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara disebabkan oleh kontraksi konsumsi

pemerintah, perlambatan kinerja lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Pada

triwulan IV 2016, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan tumbuh 6,43% (yoy). Meningkatnya kinerja

perekonomian di Sulawesi Utara tersebut didorong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga, lapangan

usaha konstruksi, serta penyediaan akomodasi makan dan minum. Melihat perkembangan terkini,

perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2016 diperkirakan tumbuh meningkat dibandingkan

tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016 diperkirakan berada pada kisaran

5,95-6,35% (yoy). Peningkatan pertumbuhan didukung oleh sisi internal dan eksternal.

Keuangan Pemerintah

Total anggaran belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016 mencapai Rp23,75 triliun yang terdiri dari

belanja APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara spasial, anggaran belanja APBD

kabupaten/kota tertinggi diraup oleh Kota Manado yang mencapai Rp1,86 triliun. Sedangkan,

Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki anggaran belanja APBD kabupaten/kota terendah yaitu

sebesar Rp220 miliar. Ketiga sumber belanja fiskal mengalami peningkatan realisasi pada triwulan III

2016. Realisasi APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota mengalami perbaikan. Ke depan, terdapat

berbagai tantangan dan risiko pada realisasi belanja anggaran di Sulawesi Utara, khususnya masalah

anggaran dan pembebasan lahan.

Perkembangan Inflasi Daerah

Memasuki triwulan III, tekanan inflasi tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh inflasi Kota

Manado mengalami penurunan signifikan sehingga berada di bawah level Nasional dan terendah di

Kawasan Timur Indonesia (KTI). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut dibanding triwulan

sebelumnya dipengaruhi oleh melandainya inflasi volatile food, seiring pasokan yang relatif terjaga.

Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Sulut diperkirakan meningkat sesuai dengan pola musimannya,

yang disebabkan oleh tekanan permintaan jelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2017 serta kondisi

cuaca yang kurang mendukung. Untuk menjaga tingkat inflasi, beberapa rapat koordinasi mulai tingkat

Kab/Kota, Provinsi, Regional (KTI) telah dilaksanakan untuk menindaklanjuti arahan Presiden pada

Rakornas VII TPID 2016. Fokus pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 di Sulawesi Utara adalah

untuk mengantisipasi lonjakan harga di akhir tahun serta memastikan ketersediaan barang-barang

strategis. Gerakan Rica Rumah sebagai program unggulan TPID 2016. Adapun arah pengendalian

inflasi Sulawesi Utara senantiasa mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut 2016-2019,

yang telah disepakati dan ditandatangani oleh Pembina TPID Provinsi (Gubernur Sulawesi Utara) dan

Ketua TPID Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara) pada Oktober 2016.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga.

Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan lapangan usaha

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

2

pertanian khususnya sub lapangan usaha perkebunan sebagai input utama industri pengolahan

mendorong meningkatnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan. Di sisi lain, kondisi sektor

rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen masih berada pada level

yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya. Sementara itu, perlambatan

pertumbuhan DPK masih terus berlanjut pada periode laporan hingga mencatat pertumbuhan negatif,

melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya. Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat

mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal yang

berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan peningkatan

pada periode laporan. Perkembangan sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa bulan terakhir

mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan III 2016, transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan

penurunan. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan

penurunan seiring dengan switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS. Sementara itu,

kebutuhan uang kartal di Sulawesi Utara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya konsumsi

masyarakat. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun

nontunai, Bank Indonesia melakukan berbagai upaya di Sulawesi Utara seperti kas titipan, kas keliling,

pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE), pemberantasan uang palsu, Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT), Layanan Keuangan Digital (LKD), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR).

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan. Hal tersebut

tercermin dari peningkatan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka,

khususnya pada lapangan usaha pertanian dan perdagangan serta penyediaan akomodasi dan makan

minum. Di sisi kesejahteraan, peningkatan tercermin dari perbaikan tingkat pendapatan per-kapita,

tingkat kemiskinan, IPM, dan tingkat upah serta rasio gini dan NTP tahun 2016. Program pengentasan

kemiskinan Pemerintah Daerah “ODSK (Operasi Desa Selesaikan Kemiskinan)” menjadi salah satu

pendorong upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan berada pada kisaran 5,54-

5,94% (yoy). Proyeksi perlambatan pada awal tahun terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja

konsumsi rumah tangga dan aktivitas perdagangan, konsumsi pemerintah, usaha konstruksi dan

investasi. Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan

meningkat dibandingkan tahun 2016 pada kisaran 6,19-6,59% (yoy). Proyeksi peningkatan

pertumbuhan didorong oleh berbagai faktor. Di tengah proyeksi peningkatan tersebut, beberapa

faktor risiko baik dari sisi eksternal maupun internal tetap perlu mendapat perhatian. Pada triwulan

pertama 2017, sebagaimana pola historisnya, tekanan inflasi Sulut diperkirakan mereda khususnya

secara bulanan, seiring dengan normalisasi permintaan pasca lonjakan di akhir tahun. Di sisi suplai,

produksi tabama yang diproyeksikan meningkat pada Desember akan memberi dampak positif pada

koreksi harga terutama pada Januari dan Februari 2017. Secara tahunan, Inflasi Sulut pada triwulan I

2017 diperkirakan sebesar 1,82±1% (yoy). Setelah mengalami level inflasi yang cukup rendah pada

tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara pada tahun 2017 diperkirakan relatif terkendali yaitu dalam rentang

3±1% (yoy) meskipun cenderung lebih tinggi dibanding 2016.

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

3

Bab I.

Perkembangan Ekonomi Makro

Ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan II

2016. Ekonomi tumbuh sebesar 6,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan II 2016 yang sebesar 6,14%

(yoy). Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara disebabkan oleh kontraksi konsumsi

pemerintah akibat penundaan penyaluran anggaran dari pusat pada triwulan III 2016. Sejalan dengan

itu, kinerja lapangan usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan mengalami perlambatan.

Namun demikian, perekonomian Sulawesi Utara masih tercatat tumbuh lebih tinggi dari

perekonomian nasional. Kemudian apabila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sulawesi,

pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara juga relatif cukup baik.

Grafik I.1. Ekonomi Tw III 2016 (% yoy)

Sumber: BPS

Perkembangan berbagai indikator dan hasil liaison mengindikasikan adanya perbaikan ekonomi

Sulawesi Utara pada triwulan IV 2016. Pada periode tersebut, ekonomi Sulawesi Utara diperkirakan

tumbuh 6,43% (yoy). Meningkatnya kinerja perekonomian di Sulawesi Utara tersebut didorong oleh

kuatnya konsumsi rumah tangga pada perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru, kebijakan

pelonggaran Loan To Value dan Paket Ekonomi Jilid XIII penurunan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) yang mendukung lapangan usaha konstruksi, serta masih tingginya kunjungan

wisatawan mancanegara di Sulawesi Utara.

Melihat perkembangan terkini, perekonomian Sulawesi Utara sepanjang tahun 2016 diperkirakan

tumbuh meningkat dibandingkan tahun 2015. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016

diperkirakan berada pada kisaran 5,95-6,35% (yoy). Dari sisi internal, ekonomi 2016 ditopang oleh

perbaikan produksi lapangan usaha pertanian seiring perbaikan cuaca, lapangan usaha perdagangan

seiring meningkatnya daya beli masyarakat, dan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara seiring dengan pembukaan flight route baru. Sementara itu, dari sisi eksternal,

perbaikan harga komoditas dunia menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun 2016.

7.58

6.986.82

6.01 5.97 5.95

5.02

Sulteng Gorontalo Sulsel Sulut Sulbar Sultra Nasional

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

4

1.1. PDRB - KOMPONEN PENGELUARAN

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara di triwulan III 2016 terutama

disebabkan oleh penurunan konsumsi

pemerintah. Selain itu, perlambatan investasi

dan melemahnya konsumsi rumah tangga,

turut mendeselerasi perekonomian Sulawesi

Utara. Sebagai informasi, PDRB berdasarkan

sisi pengeluaran atau penggunaan didominasi

oleh komponen konsumsi rumah tangga. Oleh

karena itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi

Utara relatif bergantung pada konsumsi

masyarakat, sehingga penting untuk menjaga

sumber pendapatan masyarakat serta tingkat

inflasi barang dan jasa.

Tabel I.1. PDRB – Komponen Penggunaan

Sumber: BPS

1.1.1. Konsumsi

Melambatnya ekonomi Sulawesi Utara

dipengaruhi oleh kontraksi konsumsi

pemerintah dan pelemahan konsumsi rumah

tangga. Kontraksi konsumsi pemerintah

terutama disebabkan oleh penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah.

Penundaan tersebut merupakan dampak dari

proyeksi penerimaan perpajakan dalam APBNP

2016 diperkirakan lebih rendah dari yang

ditargetkan. Hal ini menyebabkan persentase

realisasi belanja terhadap pendapatan APBD

khusus triwulan III 2016 (bukan agregat

kumulatif) lebih rendah dibandingkan dengan

triwulan III 2015. Selain itu, terdapat 18 paket

proyek infrastruktur yang gagal dilelang akibat

penundaan penyaluran anggaran tersebut.

Sementara itu, melemahnya konsumsi rumah

tangga terutama disebabkan oleh faktor base

effect pergeseran perayaan hari raya Idul Fitri.

Pada tahun 2015, penyaluran THR dan

perayaan Idul Fitri ditetapkan pada

pertengahan bulan Juli sehingga konsumsi

kebutuhan masyarakat meningkat pada awal

bulan Juli atau masih triwulan III 2015.

Sedangkan pada tahun 2016, perayaan Idul

Fitri ditetapkan pada awal bulan Juli sehingga

konsumsi kebutuhan masyarakat meningkat

pada bulan Juni atau triwulan II 2016. Selain

itu, penyaluran THR juga dilakukan pada bulan

Juni atau triwulan II 2016. Hal ini menyebabkan

konsumsi rumah tangga triwulan III 2016 lebih

rendah dari triwulan III 2015. Perlambatan

konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari

perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi di

Sulawesi Utara.

Grafik I.2. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Sumber: Bank Indonesia

Memasuki triwulan IV 2016, pengeluaran

konsumsi diperkirakan meningkat baik

konsumsi rumah tangga maupun konsumsi

pemerintah. Peningkatan konsumsi rumah

tangga akan didorong oleh kegiatan

perdagangan jelang perayaan Natal dan Tahun

Baru serta penerimaan tunjangan hari raya.

Beberapa faktor pendorong lainnya yaitu

terkendalinya laju inflasi dan terjaganya

tingkat pendapatan masyarakat oleh

perbaikan produksi perkebunan. Selain itu,

kinerja pariwisata Sulawesi Utara berupa

peningkatan kunjungan wisman dan maraknya

penyelenggaraan kegiatan MICE dan festival

hiburan budaya turut mendorong peningkatan

konsumsi. Kegiatan MICE pada triwulan IV

2016 antara lain Festival Internasional Pesona

Selat Lembeh dan Apresiasi Film Indonesia

pada bulan Oktober dan ada juga Christmas

Festival pada bulan Desember 2016.

II 2016 III 2016

Konsumsi Rumah Tangga 47.37 6.93 5.84

Konsumsi Lembaga Nonprofit Rumah Tangga 1.99 5.45 5.60

Konsumsi Pemerintah 16.75 11.37 (1.50)

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 36.94 9.86 6.34

Perubahan Inventori 0.02 (35.44) (34.43)

Ekspor Luar Negeri 14.30 (12.86) (2.80)

Impor Luar Negeri 2.90 126.75 18.79

Net Ekspor Antarprovinsi (14.47) (16.26) (11.50)

PDRB 6.14 6.01

PERTUMBUHAN (% YOY)KOMPONEN PENGGUNAAN

PANGSA

(%)

0%

5%

10%

15%

20%

25%

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

16,000,000

18,000,000

20,000,000

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Kredit Konsumsi (Rp Juta) Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

5

Optimisme tersebut tercermin dari keyakinan

konsumen yang masih tinggi dan cenderung

meningkat. Sementara itu, meskipun ada

penundaan penyaluran anggaran, konsumsi

pemerintah pada triwulan IV 2016 akan

meningkat sebagaimana pola seasonalnya

pada akhir tahun seiring dengan percepatan

pembangunan dan penyelesaian proyek

infrastruktur. Hal tersebut didukung oleh

koordinasi antar satuan kerja, evaluasi dan

pengawasan realisasi anggaran di daerah.

Pencairan dana desa tahap II (40% dari total)

yang telah dilakukan pada triwulan III 2016

juga akan menjadi menambah konsumsi

pemerintah pada akhir tahun. Adapun

tantangan yang perlu diperhatikan yaitu

masalah pembebasan lahan yang sering terjadi

yang dapat memperlambat proses

pembangunan dan penyelesaian infrastruktur.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi yaitu

relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah yang

terealisasi hingga triwulan III 2016.

Sepanjang tahun 2016, konsumsi rumah

tangga tumbuh meningkat dibandingkan

tahun 2015, sedangkan konsumsi pemerintah

diperkirakan tumbuh melambat

dibandingkan tahun 2015. Peningkatan

konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh

meningkatnya daya beli yang didorong oleh

kenaikan UMP pada tahun 2016 menjadi Rp2,4

juta per bulan (dari Rp2,150 juta). Di sisi lain,

tingkat inflasi yang relatif terkendali dan

adanya penurunan harga BBM pada tahun

2016 menjadi penopang peningkatan

konsumsi rumah tangga. Sementara itu,

konsumsi pemerintah mengalami perlambatan

pertumbuhan seiring dengan penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah.

1.1.2. Investasi (PMTB)

Melemahnya kinerja investasi terutama

disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan

investasi bangunan. Perlambatan tersebut

terjadi pada sisi swasta dan pemerintah. Di sisi

swasta, faktor base effect menjadi penyebab

utama perlambatan. Pada triwulan III 2015,

realisasi investasi pembangunan salah satu

gedung pusat perbelanjaan di Sulawesi Utara

memasuki tahap akhir, sementara pada

triwulan III 2016 investasi relatif normal. Di sisi

pemerintah, realisasi belanja modal anggaran

APBD Sulawesi Utara pada triwulan III 2016

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan investasi juga tercermin dari

pengadaan semen di Sulawesi Utara yang

menurun pada triwulan III 2016 dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Tabel I.2. Realisasi Belanja Modal APBD Sulut

Sumber: BPKBMD Sulut, diolah

Grafik I.4. Penjualan Semen di Sulut

Sumber: Kemenperin dan Kemendag, diolah

Investasi diperkirakan tumbuh meningkat

pada triwulan IV 2016. Meningkatnya kinerja

investasi terutama akan didorong oleh belanja

modal dari APBD yang diperkirakan semakin

meningkat pada akhir tahun. Realisasi belanja

dimaksud terutama untuk mendukung

pembangunan infrastruktur di Sulawesi Utara.

Adapun tantangan pada akhir tahun 2016 yaitu

penundaan penyaluran anggaran pusat ke

daerah, namun demikian dengan komitmen

pemerintah daerah untuk terus melakukan

pembangunan infrastruktur, diperkirakan

penundaan anggaran tersebut tidak akan

terlalu berdampak negatif. Di sisi lain,

pemerintah juga terus berupaya melakukan

perbaikan iklim investasi khususnya terkait

dengan perizinan usaha. Sementara itu,

terdapat indikasi peningkatan investasi swasta

seiring dengan turunnya tingkat suku bunga

kredit. Di lapangan usaha properti juga

APBD Sulawesi Utara I-2016 II-2016 III-2016 Satuan

Realisasi Belanja Modal Akumulatif 68,349 279,485 481,066 Rp Juta

Realisasi Belanja Modal Triwulanan 68,349 211,136 201,582 Rp Juta

Rencana atau Pagu Belanja Modal 744,468 744,468 744,468 Rp Juta

% Realisasi Triwulanan terhadap Pagu 9.2% 28.4% 27.1%

-0.2

-0.1

0

0.1

0.2

0.3

0.4

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Penjualan Semen (Ton) % Penjualan Semen

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

6

diperkirakan meningkat seiring dengan adanya

pelonggaran kebijakan makroprudensial

terkait down payment pembayaran rumah

atau LTV. Peningkatan investasi oleh pelaku

usaha tersebut terindikasi oleh hasil liaison

Bank Indonesia.

Melihat perkembangan terkini, pertumbuhan

investasi tahun 2016 diperkirakan melambat

dibandingkan tahun 2015. Perlambatan

investasi terutama disebabkan oleh

perlambatan konsumsi pemerintah akibat

penundaan penyaluran anggaran pusat ke

daerah. Selain itu, investasi swasta secara

keseluruhan tahun 2016 juga belum mampu

menandingi nilai investasi swasta tahun 2015

dimana terdapat investasi yang cukup besar

untuk pembangunan gedung perbelanjaan

terbesar di Sulawesi Utara.

1.1.3. Ekspor-Impor

Membaiknya kinerja ekspor Sulawesi Utara

menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

pada triwulan III 2016. Perbaikan harga

komoditas Coconut Oil yang merupakan

komoditas ekspor utama Sulawesi Utara

menjadi faktor pendukung perbaikan ekspor.

Di samping itu, perbaikan ekspor juga ditopang

oleh meningkatnya kinerja industri pengolahan

seiring dengan peningkatan produksi kelapa.

Nilai ekspor Sulawesi Utara nonmigas pada

triwulan III 2016 sebesar USD 223,14 juta

dengan pangsa terbesar didominasi oleh lemak

& minyak hewan/nabati sebesar 65%.

Grafik I.X. Perkembangan Harga CNO

Sumber: World Bank, diolah

Sementara itu, kinerja impor Sulawesi Utara

mengalami perlambatan pada triwulan III

2016. Perlambatan impor disebabkan oleh

turunnya impor barang modal khususnya

mesin-mesin. Hal tersebut sejalan dengan

perlambatan investasi Sulawesi Utara. Adapun

nilai impor Sulawesi Utara pada triwulan III

2016 sebesar USD 23,9 juta.

Hasil liaison Bank Indonesia menunjukkan

bahwa kinerja ekspor Sulawesi Utara pada

triwulan IV 2016 diperkirakan menurun.

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh

masih lemahnya pertumbuhan industri

Sulawesi Utara. Guna mendorong ekspor, baik

pemerintah maupun Bank Indonesia terus

mendorong peningkatan industrialisasi dan

hilirisasi di Sulawesi Utara melalui penelitian

dan kajian serta pembentukan klaster yang

berorientasi pada pengolahan komoditas

pertanian. Selain itu, Pemerintah Daerah

melakukan misi dagang ke beberapa negara

untuk perluasan ekspor. Namun, tantangan

perolehan bahan baku SDA perlu menjadi

perhatian utama sebelum masuk ke jenjang

industrialisasi dan hilirisasi.

Kegiatan ekspor Sulawesi Utara pada tahun

2016 diperkirakan membaik dibandingkan

tahun 2015. Perbaikan ekspor didukung oleh

sisi internal dan eksternal. Dari sisi internal,

perbaikan ekspor didorong oleh peningkatan

produksi komoditas perkebunan sehingga

pasokan bahan baku industri juga meningkat.

Dari sisi eksternal, perbaikan ekspor didorong

oleh membaiknya harga komoditas dunia

khususnya harga CNO yang merupakan

komoditas ekspor utama Sulawesi Utara.

1.2. PDRB - KINERJA LAPANGAN USAHA

Di sisi permintaan, melambatnya ekonomi

Sulawesi Utara dipengaruhi oleh perlambatan

lapangan usaha administrasi pemerintahan

dan konstruksi. Sebagai informasi, ekonomi di

Sulawesi Utara didominasi oleh lapangan

usaha pertanian dan lapangan usaha besar

lainnya yaitu konstruksi dan perdagangan.

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Harga CNO (USD/MT) Pertumbuhan Harga CNO

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

7

Tabel I.X. PDRB – Kinerja Lapangan Usaha

Sumber: BPS

1.2.1. Pertanian

Di tengah perlambatan ekonomi pada

triwulan III 2016, lapangan usaha pertanian

menjadi penopang pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Utara. Akselerasi pertumbuhan

kinerja lapangan usaha pertanian terutama

didorong oleh peningkatan usaha perkebunan

dengan komoditas utama kelapa, pala dan

cengkih didukung oleh perbaikan kondisi cuaca

pada tahun 2016 pasca El Nino tahun 2015.

Khusus cengkih, pada triwulan III 2016,

komoditas tersebut mengalami musim panen

raya. Selain usaha perkebunan, peningkatan

kinerja lapangan usaha pertanian juga

didukung oleh membaiknya produksi tanaman

pangan dan tanaman holtikultura pada tahun

2016, khususnya tanaman pangan seperti

beras mengalami musim panen pada triwulan

III 2016. Peningkatan pertumbuhan lapangan

usaha pertanian tersebut selanjutnya

mendorong peningkatan kinerja lapangan

usaha industri pengolahan dan perbaikan

kinerja ekspor Sulawesi Utara.

Grafik I.X. Perkembangan Produksi Kelapa

Sumber: Dinas Perkebunan Sulut, diolah

Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia,

lapangan usaha pertanian diperkirakan akan

kembali terakselerasi pada triwulan IV 2016.

Pendorong utama akselerasi lapangan usaha

pertanian masih dari lapangan usaha

perkebunan yang didukung oleh perbaikan

kondisi cuaca. Pemerintah Daerah dan Bank

Indonesia terus melakukan berbagai program

dalam rangka mendukung produksi

perkebunan yaitu melalui peremajaan dan

bantuan penyaluran bibit di berbagai

kabupaten-kota di Sulawesi Utara. Selain

lapangan usaha perkebunan, lapangan usaha

perikanan diperkirakan juga turut mendorong

meningkatnya lapangan usaha pertanian

seiring dengan membaiknya ketersediaan

bahan baku ikan. Hal tersebut didukung oleh

upaya Pemerintah Daerah dalam bidang

perikanan antara lain pemberian bantuan

pengadaan kapal, perbaikan dan

pengembangan pelabuhan, serta pelatihan

dan bantuan saran prasarana. Namun

demikian, terdapat risiko dan tantangan yang

berpotensi menghambat kinerja pertanian

seperti potensi La Nina, alih fungsi lahan dan

kendala perolehan izin pelabuhan bagi kapal

penangkap ikan.

Sepanjang tahun 2016, lapangan usaha

pertanian diperkirakan tumbuh meningkat

dibandingkan tahun 2015. Peningkatan

terutama didorong oleh perbaikan cuaca pasca

El Nino tahun 2015. Perbaikan cuaca

mendorong peningkatan produksi pertanian

dan perkebunan. Adapun pada tahun 2015

pertanian tanaman pangan dan perkebunan

banyak yang mengalami gagal panen akibat El

Nino.

1.2.2. Konstruksi

Pada triwulan III 2016, lapangan usaha

konstruksi tumbuh melambat dibandingkan

dengan triwulan II 2016. Hal tersebut sejalan

dengan penurunan realisasi belanja modal dari

APBD sebagai dampak penundaan penyaluran

anggaran dari pusat ke daerah. Sementara itu,

sektor swasta juga masih bersikap wait and see

dalam melakukan pembangunan atau investasi

II 2016 III 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 20.89 2.11 4.08

Pertambangan dan Penggalian 4.65 0.81 0.81

Industri Pengolahan 9.74 (1.23) 1.82

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es 0.11 30.18 27.07

Air, Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.13 1.44 6.31

Konstruksi 13.12 9.86 6.23

Perdagangan 12.80 7.91 7.23

Transportasi dan Pergudangan 8.75 8.47 9.94

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.46 8.49 17.80

Informasi dan Komunikasi 4.72 8.94 9.86

Jasa Keuangan dan Asuransi 3.91 21.09 14.82

Real Estate 3.72 6.90 7.31

Jasa Perusahaan 0.08 6.36 6.86

Administrasi Pemerintahan 6.92 8.76 1.47

Jasa Pendidikan 2.54 7.48 1.34

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 3.84 6.82 9.89

Jasa lainnya 1.61 7.87 9.94

PDRB 6.14 6.01

KOMPONEN PENGGUNAANPANGSA

(%)

PERTUMBUHAN (% YOY)

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Produksi Kelapa (Ton) % Pertumbuhan Produksi

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

8

atau ekspansi usaha. Perlambatan lapangan

usaha konstruksi terkonfirmasi dari penurunan

impor barang material konstruksi dan

penjualan semen di Sulawesi Utara.

Selanjutnya, perlambatan kinerja konstruksi

tersebut berpengaruh pada perlambatan

investasi di Sulawesi Utara.

Grafik I.X. Impor Barang Material Konstruksi

Sumber: BPS, diolah

Memasuki triwulan IV 2016, kinerja lapangan

usaha konstruksi diperkirakan akan

meningkat. Optimisme tersebut ditopang oleh

realisasi belanja modal Pemerintah Daerah

yang semakin intensif memasuki akhir tahun.

Realisasi anggaran tersebut khususnya untuk

pembangunan proyek infrastruktur strategis

seperti jalan tol Manado-Bitung, kawasan

ekonomi khusus Bitung, pengembangan

pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan hub,

pembangunan infrastruktur kelistrikan,

bendungan dan jalan-jalan strategis serta

proyek lainnya. Di sektor swasta, pelonggaran

kebijakan makroprudensial yaitu aturan down

payment atau LTV kredit kepemilikan rumah

akan menopang pertumbuhan kinerja

konstruksi. Paket Ekonomi Jilid XIII tentang

penurunan BPHTB dari 5% menjadi 2,5%

diperkirakan juga mendorong kinerja

konstruksi. Selain itu, tren penurunan suku

bunga juga diperkirakan turut mendorong

kinerja konstruksi. Hal-hal tersebut terindikasi

oleh Indeks Penjualan Riil Barang Konstruksi

oleh Bank Indonesia. Selanjutnya, peningkatan

kinerja lapangan usaha konstruksi akan

mendorong meningkatnya investasi di

Sulawesi Utara. Guna mencapai pertumbuhan

tersebut, masalah pembebasan lahan yang

sering menjadi kendala dalam pembangunan

perlu mendapat perhatian dari Pemerintah

Daerah dan pemangku kepentingan terkait.

Pada tahun 2016, kinerja lapangan usaha

konstruksi diperkirakan melambat

dibandingkan tahun 2015. Perlambatan

tersebut terjadi seiring dengan perlambatan

pada konsumsi pemerintah dan investasi

akibat penundaan penyaluran anggaran dari

pusat ke daerah. Konstruksi swasta juga

tumbuh melambat yang dipengaruhi oleh base

effect adanya pembangunan gedung

perbelanjaan pada tahun 2015.

1.2.3. Perdagangan

Lapangan usaha perdagangan merupakan

salah satu lapangan usaha yang juga tumbuh

melambat pada triwulan III 2016.

Perlambatan tersebut sejalan dengan

melambatnya konsumsi rumah tangga yang

disebabkan oleh faktor base effect pergeseran

perayaan hari raya Idul Fitri. Selain itu,

penurunan harga BBM dan tarif angkutan

umum pada awal triwulan II 2016 menjadi

faktor base effect perlambatan konsumsi pada

triwulan III 2016. Perlambatan konsumsi

tercermin dari perlambatan pertumbuhan

jumlah kendaraan bermotor di Sulawesi Utara.

Grafik I.X. Jumlah Kendaraan Bermotor

Sumber: UPTD Samsat Manado, diolah

Pada triwulan IV 2016, lapangan usaha

perdagangan diperkirakan akan mengalami

peningkatan. Peningkatan terutama akan

didorong oleh meningkatnya konsumsi

masyarakat menjelang perayaan Natal dan

Tahun Baru. Terjaganya tingkat pendapatan

masyarakat di tengah inflasi yang terkendali

didukung oleh lapangan usaha primer

-0.5

0

0.5

1

1.5

2

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Nilai Impor Barang Material Konstruksi (USD Juta)

% Pertumbuhan

7.40%

7.60%

7.80%

8.00%

8.20%

8.40%

8.60%

246,000 248,000 250,000 252,000 254,000 256,000 258,000 260,000 262,000 264,000 266,000 268,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep

2016

Jumlah Kendaraan Bermotor Pertumbuhan

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

9

khususnya pertanian, juga diperkirakan turut

mendorong peningkatan kinerja perdagangan.

Selain itu, peningkatan juga didorong oleh tren

penurunan suku bunga dan meningkatnya

jumlah kunjungan wisatawan.

Grafik I.X. Perkembangan Lapangan Usaha

Perdagangan (Saldo Bersih Tertimbang)

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank

Indonesia

Kinerja lapangan usaha perdagangan

diperkirakan meningkat pada tahun 2016

dibandingkan tahun 2015. Peningkatan kinerja

didorong oleh berbagai faktor. Terjaganya

sumber pendapatan seiring dengan

peningkatan kinerja lapangan usaha pertanian

dan terkendalinya tingkat inflasi menjadi

faktor pendorong kinerja lapangan usaha.

Pada tahun 2016, UMP Sulawesi Utara juga

meningkat cukup signifikan dari Rp2,150 juta

menjadi Rp2,4 juta per bulan. Selain itu, tren

penurunan suku bunga juga menjadi faktor lain

pendorong kinerja perdagangan.

1.2.4. Industri Pengolahan

Pada triwulan III 2016, lapangan usaha

industri pengolahan tumbuh positif setelah

mengalami kontraksi pada triwulan II 2016.

Sejalan dengan perbaikan ekspor,

pertumbuhan positif kinerja industri didorong

oleh sisi internal maupun eksternal. Dari sisi

internal, pendorong utama yaitu

meningkatnya produksi kelapa sebagai bahan

baku industri. Sementara dari sisi eksternal,

pendorong utamanya adalah peningkatan

harga komoditas Coconut Oil (CNO) dunia. Hal

tersebut terkonfirmasi dari peningkatan

jumlah produksi industri di Sulawesi Utara baik

besar, sedang, kecil maupun mikro, serta

informasi dari pelaku usaha industri

pengolahan CNO bahwa produksinya membaik

pada triwulan III 2016. Di sisi pembiayaan,

peningkatan kinerja industri juga tercermin

pada membaiknya kredit industri pengolahan.

Industri di Sulawesi Utara tersebut didominasi

oleh industri makanan dan minuman dengan

pangsa dalam PDRB sebesar 84%, yang

didominasi oleh pengolahan kelapa.

Grafik I.X. Pertumbuhan Produksi Industri

Besar dan Sedang (%)

Sumber: BPS

Grafik I.X. Produksi CNO & Kredit Industri

Sumber: Pelaku Usaha dan Bank Indonesia, diolah

Memasuki triwulan IV 2016, kinerja industri

pengolahan diperkirakan akan mengalami

sedikit peningkatan. Selain didorong oleh

peningkatan ketersediaan bahan baku kelapa

serta berlanjutnya perbaikan harga jual

komoditas dunia, kinerja lapangan usaha

industri pengolahan juga akan didorong oleh

peningkatan konsumsi masyarakat menjelang

perayaan Natal dan Tahun Baru. Hasil liaison

Bank Indonesia mengkonfirmasi bahwa kinerja

industri pengolahan akan meningkat pada

triwulan IV 2016. Di sisi lain, Pemerintah

Daerah dan Bank Indonesia terus berupaya

mendorong pertumbuhan lapangan usaha ini.

Upaya tersebut antara lain melalui upaya

peremajaan kelapa dan cengkih, penjajakan

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV

I II III

IV P

roye

ksi

2013 2014 2015 2016

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

-4

-2

0

2

4

6

8

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang (%)

Pertumbuhan Kredit Industri Pengolahan (%)

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Produksi CNO (MT) Pertumbuhan Produksi CNO

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

10

ekspansi pasar dunia, pembangunan

infrastruktur, pengembangan UMKM dan

penyusunan riset serta penelitian-penelitian

terkait industri.

Namun demikian, keseluruhan tahun 2016,

lapangan usaha industri pengolahan

diperkirakan mengalami perlambatan kinerja

dibandingkan tahun 2015. Perlambatan

terutama disebabkan oleh belum membaiknya

suplai pasokan bahan baku perikanan tangkap.

Berdasarkan informasi anekdotal, lapangan

usaha perikanan masih kesulitan memenuhi

kebutuhan bahan baku dimana rata-rata

pasokan bahan baku ikan tahun 2016 hanya

sebanyak 90 ton/hari, sedangkan pada tahun

2015 sebanyak 250 ton/hari. Hal itu

berdampak pada penurunan jumlah unit

pengolahan ikan (UPI) dan aktivitas

operasional UPI hanya pada hari Senin dan

Kamis. Adaptasi usaha perikanan tangkap di

Sulawesi Utara terhadap aturan

pemberantasan ilegal fishing relatif lambat

sehingga berpengaruh pada jumlah tangkapan

ikan yang menjadi bahan baku bagi industri

pengolahan.

1.2.5. Transportasi

Lapangan usaha transportasi tumbuh

meningkat pada triwulan III 2016.

Peningkatan tersebut terutama didorong oleh

meningkatnya kinerja angkutan udara seiring

dengan peningkatan kunjungan wisatawan

mancanegara yang datang ke Sulawesi Utara.

Hal tersebut tercermin dari peningkatan arus

kedatangan penumpang di bandara Sam

Ratulangi Manado. Di samping itu,

peningkatan didorong juga oleh kinerja

angkutan laut dan darat. Sebagai informasi,

lapangan usaha transportasi di Sulawesi Utara

didominasi oleh angkutan darat dengan

pangsa sebesar 55,23% dalam PDRB, kemudian

diikuti oleh angkutan udara (25,97%) dan

angkutan laut (15,43%).

Grafik I.X. Arus Penumpang di Bandara

Sumber: PT Angkasa Pura I (Persero), diolah

Hasil liaison menunjukkan bahwa kinerja

lapangan usaha transportasi diperkirakan

akan meningkat pada triwulan IV 2016.

Peningkatan kinerja tersebut terutama akan

didorong oleh berlanjutnya kedatangan

wisatawan mancanegara khususnya dari

Tiongkok ke Sulawesi Utara seiring dengan

penambahan jumlah flight. Bandara Sam

Ratulangi sendiri juga telah diizinkan untuk

beroperasi selama 24 jam sehari. Bandara

Miangas yang baru selesai dibangun dan mulai

beroperasi pada triwulan IV 2016 juga akan

menjadi pendorong lapangan usaha

transportasi. Selain itu, mobilitas masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan perayaan hari

raya Natal dan Tahun Baru turut mendorong

peningkatan kinerja transportasi. Hal tersebut

juga sejalan dengan prakiraan peningkatan

kinerja perdagangan pada triwulan IV 2016.

Adapun lapangan usaha transportasi ke depan

akan sangat terbantu dengan berbagai

pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah

Daerah seperti jalan tol Manado-Bitung, jalan

strategis lainnya, pengembangan pelabuhan

Bitung sebagai hub, dan pembangunan

bandara di berbagai daerah.

Kinerja lapangan usaha transportasi pada

tahun 2016 tumbuh meningkat cukup tinggi

dibandingkan tahun 2015. Peningkatan

tersebut terutama didorong oleh program

Pemerintah Daerah dalam peningkatan jumlah

wisatawan mancanegara. Untuk mendorong

hal tersebut, Pemerintah Daerah membuka

penerbangan internasional langsung dari

beberapa kota di Tiongkok ke Sulawesi Utara.

Selain itu, adanya pembukaan layanan oleh

maskapai baru pada akhir tahun 2015 yang

menyebabkan peningkatan pada tahun 2016

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Penumpang Datang (orang) Penumpang Berangkat (orang)

Pertumbuhan Penumpang Datang Pertumbuhan Penumpang Berangkat

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

11

menjadi pendorong pertumbuhan kinerja

lapangan usaha transportasi.

1.2.6. Lapangan Usaha Lainnya

Pada triwulan III 2016, kinerja 12 lapangan

usaha lainnya bervariasi. Terdapat 4 lapangan

usaha tumbuh melambat, sementara 8

lapangan usaha lainnya tumbuh meningkat.

Perlambatan 4 lapangan usaha tertinggi

dialami lapangan usaha administrasi

pemerintahan. Melambatnya lapangan usaha

tersebut merupakan dampak penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah sehingga

realisasi belanja mengalami penurunan.

Sementara itu, dari 8 lapangan usaha yang

tumbuh meningkat, lapangan usaha

penyediaan akomodasi dan makan minum

menjadi penahan laju perlambatan ekonomi

triwulan III 2016. Kinerja penyediaan

akomodasi dan makan minum meningkat

seiring dengan peningkatan kunjungan

wisatawan mancanegara ke Sulawesi Utara.

Pada triwulan IV 2016, kinerja administrasi

pemerintahan dan penyediaan akomodasi

dan makan minum diperkirakan akan tumbuh

meningkat. Peningkatan kinerja administrasi

pemerintahan didorong oleh realisasi belanja

Pemerintah yang semakin intensif pada akhir

tahun. Sementara itu, program Pemerintah

Daerah yang terus menggenjot pariwisata akan

mendorong kedatangan wisatawan

mancanegara yang signifikan pada triwulan IV

2016. Upaya mendorong pariwisata Sulawesi

Utara telah dilakukan Pemerintah Daerah

melalui program peningkatan wisman dengan

penyelenggaraan berbagai kegiatan atau

festival pariwisata (pada bulan Oktober telah

diselenggarakan Apresiasi Film Indonesia dan

Festival Selat Lembeh di Manado) dan

pembukaan penerbangan internasional

langsung dari Tiongkok.

Grafik I.X. Jumlah Kunjungan Wisman

Sumber: BPS, diolah

Pada tahun 2016, kinerja administrasi

pemerintahan diperkirakan melambat

dibandingkan tahun 2015, sedangkan kinerja

lapangan usaha penyediaan akomodasi

makan dan minum diperkirakan tumbuh

meningkat. Perlambatan kinerja administrasi

pemerintahan seiring dengan penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah.

Sementara itu, peningkatan kinerja

penyediaan akomodasi makan dan minum

didorong oleh peningkatan kunjungan

wisatawan mancanegara yang signifikan.

Prakiraan jumlah wisman yang berkunjung ke

Sulawesi Utara pada tahun 2016 sebanyak

30.000 orang, meningkat signifikan

dibandingkan tahun 2015 yang tercatat hanya

sebanyak 19.465 orang. Adapun hingga

September 2016, jumlah wisman tercatat

sebanyak 28.743 orang. Selain itu, peningkatan

juga didorong oleh maraknya perayaan MICE,

festival budaya dan kegiatan lainnya di

Sulawesi Utara pada tahun 2016.

-100

-

100

200

300

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Jumlah Wisman (org) % Pertumbuhan

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

12

Box I.

Peningkatan Signifikan Kunjungan Wisman

Di tengah lemahnya perekonomian baik global maupun nasional, Pemerintah Sulawesi Utara mendorong pariwisata

sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Pariwisata dianggap dapat menjadi lokomotif utama penggerak ekonomi di

tengah harga komoditas yang tak menentu, pasar keuangan yang cenderung tidak pasti, penerimaan negara yang terbatas

dan tentunya pelemahan ekonomi global seiring lambatnya permintaan. Langkah pemerintah daerah untuk mendorong

pariwisata tidak terlepas dari potensi yang dimiliki oleh Sulawesi Utara. Sulawesi Utara memiliki banyak dan beragam lokasi

wisata baik wisata bahari, wisata alam pegunungan maupun wisata buatan. Lebih dari 50 lokasi wisata yang tersebar di

seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Utara.

Langkah Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mendorong pariwisata terbukti berhasil. Pada tahun 2016, jumlah

kunjungan wisatawan mancanegara meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun 2015. Jumlah wisman yang berkunjung

ke Sulawesi Utara sepanjang Januari hingga September 2016 tercatat sebanyak 28.743 orang, bertambah sebanyak 13.142

orang atau naik 84,24% (yoy) dari jumlah kunjungan wisman pada Januari hingga September 2015 yang tercatat sebanyak

15.601 orang. Jumlah kunjungan wisman tersebut masih akan bertambah hingga 30.000 orang sebagaimana target

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk mendatangkan jumlah wisman sebanyak angka tersebut.

Wisatawan asal China mendominasi kunjungan wisman ke

Sulawesi Utara. Dari total kunjungan wisman sebanyak 28.743

orang, wisman asal China menyumbang sebesar 65% atau

18.807 orang. Setelah China, Singapura menjadi negara kedua

penyumbang wisman yaitu sebanyak 1.712 orang atau sebesar

6%. Tingginya jumlah wisman asal China didorong oleh program

pemerintah daerah yang membuka penerbangan langsung

internasional berupa charter flight dari China ke Sulawesi Utara

dan sebaliknya. Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara telah berhasil membuat Bandara Internasional Sam

Ratulangi menjadi bandara tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) dengan bebas visa 169 negara pada triwulan II 2016.

Dalam pengembangannya, sektor pariwisata di Sulawesi Utara masih dihadapi dengan berbagai tantangan dan kendala.

Salah satu kendala utama yaitu ketidakmampuan tour guide dan masyarakat di Sulawesi Utara dalam berbahasa China. Di

sisi dampak ekonominya, peningkatan kunjungan wisman belum dapat dihitung dengan akurat. Belum tersedia suatu

indikator atau alat ukur yang tepat seperti PDRB satellite sektor pariwisata. Saat ini, diperkirakan kunjungan wisman ke

Sulawesi Utara menyumbang sekitar Rp280 miliar atau tiap 1 wisman menghabiskan sekitar Rp10 juta selama berada di

Sulawesi Utara. Namun, jumlah tersebut tidak memperhitungkan multiplier effect ke berbagai lapangan usaha ekonomi

lainnya.

Namun demikian, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Bank Indonesia dan seluruh stakeholders lainnya terus berupaya

mendorong perbaikan pada sektor pariwisata. Pemerintah daerah terus menggenjot penyelenggaraan kegiatan MICE

(meeting, incentive, convention & exhibition) di Sulawesi Utara. Pada akhir tahun 2016, perayaan Christmas Festival menjadi

salah satu kegiatan besar yang akan diselenggarakan di Sulawesi Utara. Selain itu, alokasi anggaran untuk sektor pariwisata

semakin ditingkatkan oleh pemerintah. Dari sektor swasta, para stakeholders juga giat menggali ide pengembangan

pariwisata melalui berbagai rapat koordinasi dan focus group discussion. Khusus perbankan, berbagai bentuk corporate social

responsibility (CSR) ditujukan pada lokasi-

lokasi pariwisata di Sulawesi Utara.

Sementara itu, Bank Indonesia sebagai

inisiator pendorong sektor pariwisata

melalui kegiatan bersih-bersih Pulau

Bunaken dan bantuan pemberian kapal

sampah ke Pulau Bunaken, juga terus

melakukan penelitian dan kajian dalam

rangka mendorong pariwisata.

Daerah Maskapai Penerbangan Keterangan Penumpang

Chengdu Citilink 4 Charter Flight 327

Chongqing Lion Air 11 Charter Flight 2.071

Guangzhou Lion Air 10 Charter Flight 3.211

Sriwijaya 9 Charter Flight

Hong Kong Citilink 12 Charter Flight 1.366

Nanchang Sriwijaya 6 Charter Flight 985

Wuhan Lion Air 11 Charter Flight 2.068

Changsha Lion Air 11 Charter Flight 1.504

Macau Lion Air 29 Charter Flight 5.194

Singapura Silk Air 48 Reguler Flight 5.279

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

13

Bab II.

Keuangan Pemerintah

Total anggaran belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016 mencapai Rp23,75 triliun yang terbagi pada

APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota. Secara spasial, anggaran belanja APBD kabupaten/kota

tertinggi diraup oleh Kota Manado. Sedangkan, Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki anggaran

belanja APBD kabupaten/kota terendah.

Ketiga sumber belanja fiskal mengalami peningkatan realisasi pada triwulan III 2016. Pada triwulan

III 2016, realisasi APBN sebesar 57,2%, meningkat dari realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai

34,4%. Realisasi APBD Provinsi tercatat sebesar 61,82% pada triwulan III 2016, lebih tinggi

dibandingkan triwulan III tahun lalu yang tercatat sebesar 54,85%. Sementara itu, realisasi APBD

kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 51,65%, meningkat dari

realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai 34,89%.

Ke depan, terdapat berbagai tantangan dan risiko pada realisasi belanja anggaran di Sulawesi Utara.

Dari sisi eksternal, penundaan penyaluran anggaran pusat ke daerah merupakan salah satu risiko yang

dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam pembangunan infrastruktur. Sementara itu,

masalah pembebasan lahan juga menjadi tantangan tersendiri yang menyebabkan realisasi belanja

tanah relatif rendah khususnya pembebasan lahan jalan tol Manado-Bitung.

2.1. STRUKTUR ANGGARAN

Komponen keuangan pemerintah daerah di

Sulawesi Utara terdiri dari tiga unsur, yaitu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN) yang dialokasikan di Sulawesi Utara,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Pemerintah Provinsi, dan APBD

Pemerintah Kabupaten/Kota. Total anggaran

belanja fiskal Sulawesi Utara tahun 2016

mencapai Rp23,75 triliun yang terdiri dari

belanja APBD kab/kota sebesar Rp13,06 triliun

(pangsa 54,1%), belanja APBN sebesar Rp8,02

triliun (pangsa 33,2%) dan belanja APBD

Provinsi Sulawesi Utara sebesar Rp3,06 triliun

(pangsa 12,7%). Secara spasial, anggaran

belanja APBD kabupaten/kota tertinggi diraup

oleh Kota Manado yang mencapai Rp1,86

triliun. Sedangkan, Kabupaten Kepulauan

Talaud memiliki anggaran belanja APBD

kabupaten/kota terendah yaitu sebesar Rp220

miliar.

Ke depan, terdapat berbagai tantangan dan

risiko pada realisasi belanja anggaran di

Sulawesi Utara. Dari sisi eksternal, penundaan

penyaluran anggaran pusat ke daerah

merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam

pembangunan infrastruktur. Sementara itu,

masalah pembebasan lahan juga menjadi

tantangan tersendiri yang menyebabkan

realisasi belanja tanah relatif rendah

khususnya pembebasan lahan jalan tol

Manado-Bitung.

2.2. REALISASI APBN DI SULUT

Realisasi belanja APBN Sulawesi Utara sampai

dengan triwulan III 2016 lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pada triwulan III 2016, realisasi APBN sebesar

57,2%, meningkat dari realisasi triwulan

sebelumnya yang mencapai 34,4%. Sampai

dengan triwulan III 2016, realisasi tertinggi

dicapai oleh belanja pegawai dengan realisasi

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

14

sebesar 73,3% yang didorong oleh

pembayaran gaji ke-13 dan ke-14. Adapun

berdasarkan struktur anggarannya, belanja

barang memiliki pangsa paling tinggi yaitu

sebesar 39% dari total pagu anggaran belanja.

Tabel II.1. Pagu dan Realisasi APBN Sulut

Sumber: DJPBN Sulut, diolah

2.3. REALISASI APBD SULUT

Anggaran belanja APBD Sulawesi Utara tahun

2016 mengalami peningkatan sebesar 5,31%

(yoy) dibandingkan tahun 2015. Peningkatan

terutama didorong oleh naiknya belanja

operasional dan transfer sebesar 8,99% (yoy).

Sedangkan, anggaran belanja modal

mengalami penurunan sebesar -5,72% (yoy)

dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan

jumlah anggaran belanja modal menunjukkan

bahwa masih terdapat ruang perbaikan lebih

baik dalam rangka pembangunan infrastruktur

di Sulawesi Utara.

Penyerapan belanja APBD Provinsi Sulawesi

Utara sampai dengan triwulan III 2016

mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan III 2015. Realisasi APBD tercatat

sebesar 61,82% pada triwulan III 2016, lebih

tinggi dibandingkan triwulan III tahun lalu yang

tercatat sebesar 54,85%. Realisasi belanja

hingga triwulan III 2016 tercatat sebesar

Rp1,89 triliun dari total anggaran belanja

sebesar Rp3,06 triliun. Peningkatan realisasi

belanja APBD terutama didorong oleh

peningkatan realisasi belanja modal. Belanja

modal mencatat realisasi sebesar 64,62% pada

triwulan III 2016, lebih tinggi dari realisasi

triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 49,34%.

Peningkatan tersebut menunjukkan komitmen

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam

pembangunan infrastruktur di Sulut. Berbagai

infrastruktur strategis atau mega proyek yang

dibangun di Sulawesi Utara yaitu jalan tol

Manado-Bitung, Kawasan Ekonomi Khusus

Bitung, bendungan Kuwil dan Lolak,

pengembangan pelabuhan Bitung sebagai hub

port dan infrastruktur lainnya. Selain itu,

percepatan pelaksanaan lelang proyek dan

monitoring pencapaian target realisasi secara

menjadi pendorong peningkatan realisasi

belanja modal. Sementara itu, belanja

operasional dan transfer tercatat realisasi

sebesar 61,17%, lebih tinggi dari triwulan III

2015 yang tercatat sebesar 56,91%. Dari

realisasi tersebut, terdapat sisa atau surplus

anggaran belanja sampai dengan triwulan III

2016 sebesar Rp1,16 triliun.

Grafik II.1. Realisasi Belanja Triwulan III

Sumber: BPKBMD Sulut, diolah

2.4. APBD KABUPATEN/KOTA DI SULUT

Realisasi belanja APBD Kabupaten/Kota

Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III

2016 lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2016,

realisasi APBD sebesar 51,65%, meningkat dari

realisasi triwulan sebelumnya yang mencapai

34,89%. Secara spasial, realisasi tertinggi

disumbang oleh Kota Bitung yang tercatat

sebesar 78,88%. Tingginya realisasi Kota Bitung

didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi dan

jaringan yang tercatat signifikan sebesar

164,61% sehingga belanja modal mencatat

realisasi sebesar 122,75%. Belanja tersebut

terutama digunakan untuk pembebasan lahan

dan pembangunan jalan tol Manado-Bitung

khususnya, ruas II di wilayah Bitung.

Sementara itu, Kabupaten Minahasa Tenggara

mencatat realisasi belanja terendah yaitu

sebesar 7,56%.

Data Pagu Realisasi % Realisasi

Belanja Pegawai 2,328,774,253,000 1,707,629,814,363 73.3%

Belanja Barang 3,128,539,890,000 1,762,131,960,942 56.3%

Belanja Modal 2,557,601,198,000 1,120,334,019,336 43.8%

Belanja Bantuan Sosial 14,718,110,000 6,553,291,400 44.5%

Total 8,029,633,451,000 4,596,649,086,041 57.2%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

III 2013 III 2014 III 2015 III 2016

Total Belanja Belanja Operasional + Transfer Belanja Modal

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

15

Tabel II.2. Realisasi Belanja Triwulan III 2016

Sumber: BPKBMD Sulut, diolah

Operasi Modal TOTAL

Kota Manado 87.3 12.7 50.9

Kota Bitung 75.7 24.3 78.9

Kota Tomohon 80.9 19.1 57.5

Kota Kotamobagu 79.2 20.8 49.6

Kab. Minahasa 83.6 16.4 56.8

Kab. Minahasa Selatan 78.1 21.9 57.3

Kab. Minahasa Tenggara 43.1 56.6 7.6

Kab. Minahasa Utara 82.8 17.2 53.0

Kab. Bolaang Mongondow 87.5 12.4 60.1

Kab. Bolmong Utara 77.3 22.6 52.9

Kab. Bolmong Selatan 72.5 27.4 52.5

Kab. Bolmong Timur 79.7 20.3 44.7

Kab. Kep. Sitaro 73.7 26.2 59.6

Kab. Kep. Sangihe 91.8 8.2 48.5

Kab. Kep. Talaud 83.0 17.0 58.3

TOTAL 81.5 18.5 51.7

Realisasi BelanjaKab/Kota

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

16

Bab III.

Perkembangan Inflasi Daerah

Memasuki triwulan III, tekanan inflasi

tahunan Sulawesi Utara yang diwakili oleh

inflasi Kota Manado mengalami penurunan

signifikan sehingga berada di bawah level

Nasional dan terendah di Kawasan Timur

Indonesia (KTI). Inflasi Sulut pada triwulan III

2016 tercatat sebesar 2,28% (yoy) lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan II 2016

yang tercatat sebesar 3,67% (yoy). Inflasi

Sulut pada triwulan laporan berhasil berada

pada level yang lebih rendah dibanding inflasi

Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang tercatat

sebesar 3,21% (yoy), maupun inflasi Nasional

yang sebesar 3,07% (yoy). Level inflasi triwulan

laporan juga tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dimana inflasi

Sulut mencapai 9,35% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi tahunan Sulut dibanding triwulan

sebelumnya dipengaruhi oleh melandainya inflasi volatile food, seiring pasokan yang relatif terjaga

dan masuknya periode panen raya beras di akhir triwulan II 2016 sehingga pasokan melimpah hingga

triwulan III 2016. Sementara, inflasi administered prices tercatat sedikit meningkat dibanding triwulan

lalu akibat pengaruh peningkatan harga listrik dan angkutan udara. Di sisi lain, inflasi inti tercatat

relatif stabil.

Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Sulut diperkirakan meningkat sesuai dengan pola musimannya,

terutama pada periode November dan Desember. Tekanan permintaan jelang hari raya Natal dan

Tahun Baru 2017 serta kondisi cuaca yang kurang mendukung diperkirakan menjadi faktor pendorong

laju inflasi secara bulanan. Namun demikian, inflasi tahunan Sulut pada akhir 2016 diperkirakan akan

berada pada level yang jauh lebih rendah dibanding 2015, mengingat rendahnya tekanan

administered prices dan relatif stabilnya harga komoditas bumbu-bumbuan di sepanjang tahun.

Koordinasi pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 terus diperkuat. Beberapa rapat koordinasi

mulai tingkat Kab/Kota, Provinsi, Regional (KTI) telah dilaksanakan untuk menindaklanjuti arahan

Presiden pada Rakornas VII TPID 2016. Fokus pengendalian inflasi pada triwulan III 2016 di Sulawesi

Utara adalah untuk mengantisipasi lonjakan harga di akhir tahun serta memastikan ketersediaan

barang-barang strategis. Gerakan Rica Rumah sebagai program unggulan TPID 2016 dan

pengembangan cluster cabai rawit juga terus digalakan melalui pembagian 15 ribu bibit cabai kepada

rumah tangga di Kota Manado, Kab. Minahasa dan Kab. Kepulauan Sitaro. Arah pengendalian inflasi

Sulawesi Utara senantiasa mengacu kepada Roadmap Pengendalian Inflasi Sulut 2016-2019, yang

telah disepakati dan ditandatangani oleh Pembina TPID Provinsi (Gubernur Sulawesi Utara) dan Ketua

TPID Provinsi (Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara) pada Oktober 2016.

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

17

3.1. PERKEMBANGAN INFLASI

3.1.1. Inflasi Tahunan

Sampai dengan triwulan III 2016, sumbangan

terbesar pada inflasi tahunan Sulut masih

disumbang oleh kelompok Bahan Makanan.

Namun, relatif stabilnya harga komoditas

bumbu-bumbuan seiring dengan lancarnya

pasokan membuat besaran kontribusi inflasi

bahan makanan mengalami penurunan

dibanding triwulan sebelumnya. Sementara

itu, kelompok lain relatif mengalami inflasi

yang cukup rendah.

Inflasi kelompok bahan makanan cukup

terkendali pada triwulan laporan dan

mengalami penurunan dibandingkan triwulan

yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan III

2016, inflasi kelompok tersebut tercatat

sebesar 5,81% (yoy) sehingga memberikan

kontribusi 1,31% terhadap tingkat inflasi

tahunan Sulut. Angka tersebut jauh lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya

dimana inflasi bahan makanan tercatat

sebesar 13,43% (yoy). Melandainya inflasi

dipengaruhi oleh masuknya masa panen raya

di tengah normalisasi permintaan pasca Idul

Fitri di awal triwulan. Cukup lancarnya pasokan

kebutuhan pokok terutama bumbu-bumbuan

seiring mendukungnya kondisi cuaca, juga

menyebabkan inflasi kelompok ini mengalami

penurunan.

Kelompok lain yang tercatat memberi

sumbangan cukup besar pada inflasi tahunan

Sulut pada triwulan laporan adalah kelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Kelompok ini mencatat inflasi sebesar 2,65%

(yoy) sehingga memberi sumbangan sebesar

0,43% pada inflasi tahunan Sulut. Namun, level

inflasi tersebut sedikit lebih rendah dibanding

triwulan sebelumnya dipengaruhi koreksi

harga gula pasir, sejalan dengan

perkembangan harga internasional maupun

pergerakan kurs. Di sisi lain, beberapa

kelompok seperti perumahan, air, listrik, gas &

bahan bakar dan transportasi, komunikasi &

jasa keuangan tercatat mengalami

peningkatan angka inflasi tahunan meskipun

tidak signifikan. Hal ini besar dipengaruhi

pergerakan harga listrik, bahan bakar rumah

tangga dan angkutan udara yang memiliki

kecenderungan meningkat di sepanjang

triwulan III 2016.

Jika dilihat dari komoditasnya, sumbangan

terbesar pada inflasi tahunan Sulut tercatat

berasal dari komoditas bawang merah, tomat

sayur dan beras. Harga bawang merah tercatat

mengalami peningkatan yang cukup signifikan

dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan

hasil FGD dan Liaison yang dilakukan KPw BI

Sulut, penyebab kenaikkan harga bawang

merah pada 2016 lebih dipengaruhi

permasalahan tata niaga yang juga terjadi pada

level Nasional. Selain itu, terdapat pula

masalah curah hujan yang tinggi pada 2016

sehingga menyebabkan kendala produksi pada

daerah penghasil di luar Sulut. Sulut sendiri

memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap

pasokan daerah lain untuk komoditas bawang

merah (Bima, Enrekang dan Brebes), sehingga

risiko peningkatan harga menjadi semakin

besar karena terpapar risiko di sisi distribusi

barang.

Memasuki triwulan IV 2016, inflasi Oktober

yang cukup stabil membuat tingkat inflasi

tahunan Sulut kembali mengalami penurunan

sehingga berada di level 0,78% (yoy).

Penurunan tersebut lebih disebabkan base

effect tingginya inflasi pada Oktober 2015 lalu.

Dengan memperhatikan perkembangan

terkini, inflasi tahunan Sulut pada tahun 2016

diperkirakan berada pada level cukup rendah

dan lebih baik dibandingkan tahun 2015. Hal ini

dipengaruhi oleh menurunnya harga-harga

komoditas yang diatur pemerintah seperti

BBM dan tarif angkutan seiring rendahnya

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan 0.86 2.00 0.61 2.58 2.46 2.39 3.16 3.17 2.93 2.98 1.31

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.45 0.39 0.58 0.77 0.86 0.88 0.90 0.81 0.55 0.62 0.43

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 2.28 2.24 1.97 3.13 2.48 2.38 1.98 0.64 -0.02 0.02 0.21

4 Sandang 0.16 0.22 0.13 0.14 0.12 0.14 0.16 0.12 0.14 0.11 0.11

5 Kesehatan 0.11 0.12 0.14 0.17 0.19 0.19 0.16 0.12 0.09 0.07 0.11

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.12 0.16 0.16 0.17 0.17 0.15 0.30 0.24 0.23 0.21 0.06

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.71 1.13 0.42 2.72 1.71 2.60 2.68 0.46 0.97 -0.32 0.05

5.67 6.26 4.00 9.67 7.99 8.73 9.34 5.56 4.90 3.67 2.28

No Kelompok

Umum

2014 2015 2016

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

18

harga minyak dunia. Di sisi lain, komoditas

bahan makanan khususnya bumbu-bumbuan

juga tercatat lebih stabil di sepanjang tahun

2016. Hal ini juga tidak terlepas dari semakin

baiknya sinergitas dalam pengendalian inflasi

di daerah.

Tabel III.2. Komoditas Penyumbang Inflasi

Tahunan Kota Manado Triwulan III 2016

Sumber: BPS, diolah

Grafik III.2. Inflasi dan Sumbangan per

Kelompok September 2016

Sumber: BPS, diolah

3.1.2. Inflasi Triwulanan (qtq)

Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Sulut juga

menunjukkan penurunan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada

triwulan laporan tercatat sebesar -0,23% (qtq)

atau mengalami deflasi, lebih rendah

dibanding triwulan sebelumnya yang

mengalami inflasi 0,31% (qtq). Terjadinya

deflasi secara triwulanan besar dipengaruhi

oleh kelompok Bahan Makanan. Pengaruh

normalisasi harga bahan makanan pasca

tingginya permintaan jelang hari raya idul fitri

dan pengucapan di tengah masuknya masa

panen raya membuat kelompok ini mengalami

deflasi yang cukup dalam. Normalisasi

permintaan juga mempengaruhi penurunan

inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau.

Tabel III.3. Inflasi Triwulanan Kota Manado

Menurut Kelompok Barang dan Jasa (% qtq)

Sumber: BPS, diolah

Di sisi lain, kelompok transport, komunikasi &

jasa keuangan menjadi faktor penahan laju

deflasi lebih dalam. Peningkatan harga

komoditas angkutan udara yang didorong

tingginya permintaan seiring cukup banyaknya

periode libur pada triwulan III menjadi

penyebab naiknya inflasi kelompok tersebut.

3.1.3. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, inflasi Sulut yang diwakili Kota

Manado tecatat tinggi di awal triwulan namun

selanjutnya mengalami koreksi yang cukup

dalam. Angka inflasi selama triwulan III 2016

tersebut juga tercatat lebih rendah dibanding

historisnya selama lima tahun terakhir (2011-

2015). Tingginya inflasi awal triwulan

dipengaruhi oleh tekanan permintaan seiring

periode hari raya Idul Fitri dan pengucapan,

serta libur sekolah yang mendorong naiknya

harga beberapa komoditas seperti angkutan

udara dan bahan makanan. Selanjutnya,

memasuki bulan Agustus dan September,

tekanan inflasi kembali mereda ditandai

dengan terjadinya deflasi. Memasuki triwulan

IV 2016, inflasi bulanan diperkirakan

meningkat. Meskipun inflasi Oktober relatif

rendah, periode November dan Desember

diperkirakan akan mengalami inflasi yang

cukup tinggi.

• Juli 2016

Pada Juli 2016, inflasi tercatat cukup tinggi

dipengaruhi perayaan hari Idul Fitri,

KOMODITAS Inflasi/Deflasi (%) Andil (%)

BAWANG MERAH 119.49 0.60

TOMAT SAYUR 68.49 0.49

BERAS 5.96 0.31

ANGKUTAN UDARA 22.63 0.25

DAUN BAWANG 67.00 0.17

KANGKUNG 36.49 0.17

BAWANG PUTIH 69.78 0.16

GULA PASIR 17.46 0.15

TARIP PULSA PONSEL 9.34 0.14

MINUMAN RINGAN 21.29 0.13

SAWI HIJAU -35.18 -0.04

DAGING AYAM RAS -6.76 -0.04

SENG -5.49 -0.05

CAKALANG/SISIK -3.25 -0.05

ANGKUTAN DALAM KOTA -1.32 -0.07

EKOR KUNING -36.09 -0.09

BIJI NANGKA / KUNIRAN -30.41 -0.12

TINDARUNG -19.17 -0.19

BENSIN -11.79 -0.28

CABAI RAWIT -29.61 -0.31

Inflasi

Deflasi

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1 Bahan Makanan -2.19 1.28 -0.51 13.15 -2.31 0.92 2.80 12.39 -2.98 1.19 -4.12

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.21 0.26 1.41 1.62 1.73 0.42 1.48 1.32 0.14 0.86 0.31

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 4.22 0.31 1.43 4.64 1.83 0.05 0.11 0.23 -0.43 0.15 0.80

4 Sandang 0.97 0.90 -0.03 0.65 0.64 1.07 0.43 0.03 1.07 0.44 0.45

5 Kesehatan 0.56 1.23 1.28 1.03 1.03 1.17 0.46 0.43 0.12 0.61 1.53

6 Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.31 0.66 0.38 1.07 0.37 0.36 2.54 0.48 0.10 0.08 0.19

7 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.82 1.69 -0.37 15.10 -4.72 6.84 0.17 0.78 -1.60 -1.28 2.47

1.15 0.82 0.56 6.95 -0.40 1.51 1.13 3.25 -1.02 0.31 -0.23

2014

Umum

2015No Kelompok

2016

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

19

pengucapan dan libur sekolah yang

mempengaruhi tingkat permintaan. Inflasi

pada Juli tercatat sebesar 0,84% (mtm) atau

hanya sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi

Juni yang sebesar 1,06% (mtm).

Grafik 3.3. Laju Inflasi Kota Manado (mtm

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Kota Manado

Bulan Juli 2016 Menurut Kelompok Barang

dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

Inflasi pada Juli 2016 lebih disebabkan oleh

peningkatan harga administered prices

khususnya tarif listrik dan bahan bakar rumah

tangga, sementara tekanan volatile food

cenderung melambat seiring meredanya

tekanan permintaan pasca hari raya yang jatuh

pada awal bulan. Periode libur sekolah dan hari

raya lebaran mendorong naiknya permintaan

pada komoditas angkutan udara yang pada

akhirnya berpengaruh pada kenaikkan harga.

Sementara itu, melambatnya inflasi volatile

food dibanding bulan sebelumnya dipengaruhi

oleh menurunnya harga beberapa komoditas

strategis seperti cabai rawit dan beras,

meskipun pada Juli inflasi volatile food

tersebut tercatat masih cukup tinggi akibat

naiknya harga komoditi lain, seperti bawang

merah, tomat sayur dan cakalang.

Secara kelompok, sebagaimana

perkembangan dari sisi komoditas, inflasi pada

Juli terutama dipengaruhi oleh peningkatan

indeks harga pada kelompok transportasi dan

bahan makanan yang masing-masing memberi

andil 0,30% dan 0,34% pada tingkat inflasi

Sulut. Sementara itu, kelompok lain tercatat

mengalami pergerakan harga yang relatif

minimal.

• Agustus 2016

Normalisasi tingkat permintaan dan cukup

lancarnya pasokan bahan makanan

mendorong terjadinya koreksi harga pada

Agustus 2016. Pada bulan ini, Sulut tercatat

mengalami inflasi sebesar -0,38% (mtm) atau

mengalami deflasi. Deflasi pada Agustus

terutama bersumber dari penurunan inflasi

volatile food. Di sisi lain, tekanan pada inflasi

administered prices dan kelompok inti juga

relatif mereda.

Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Kota Manado

Agustus 2016 Menurut Kelompok Barang dan

Jasa

Sumber: BPS, diolah

Secara kelompok, penurunan harga pada

Agustus besar dipengaruhi oleh koreksi pada

kelompok bahan makanan maupun makanan

jadi. Kondisi ini dipengaruhi kembali

normalnya harga-harga pasca hari raya dan

melimpahnya pasokan beberapa komoditas

seperti tomat sayur, cakalang dan beras

sejalan dengan membaiknya kondisi cuaca

pada periode akhir Juli hingga Agustus 2016,

dimana tomat sayur tercatat sebagai

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

20

komoditas utama penyumbang deflasi pada

bulan laporan. Di sisi lain, mulai masuknya

masa panen tanaman bahan makanan pada

bulan laporan juga turut mendorong terjadinya

koreksi harga pada komditas beras meskipun

pada level yang relatif terbatas. Beberapa

harga komoditas ikan juga turut mengalami

koreksi harga seiring pasokan yang cukup

melimpah pasca relaksasi regulasi.

Di sisi lain, kelompok transpor, komunikasi dan

jasa keuangan juga mencatat deflasi meskipun

relatif terbatas. Hal ini dipengaruhi oleh

koreksi harga angkutan antar kota dan

angkutan udara seiring meredanya tekanan

permintaan. Namun demikian, naiknya tarif

listrik dan tarif pulsa ponsel pada waktu yang

sama, menjadi faktor penahan terjadinya

deflasi lebih dalam pada kelompok ini.

• September 2016

Memasuki akhir triwulan III 2016, Kota

Manado kembali mengalami deflasi dibanding

bulan sebelumnya, dipengaruhi koreksi

kelompok bahan makanan. Pada September

2016, inflasi Kota Manado tercatat sebesar -

0,68% (mtm) atau mengalami deflasi.

Terjadinya deflasi didorong oleh koreksi harga

pada beberapa komoditas strategis terutama

tomat sayur yang mengalami penurunan harga

cukup signifikan dibandingkan bulan

sebelumnya. Kondisi cuaca yang mendukung

peningkatan produksi di tengah stabilnya

tingkat permintaan, membuat pasokan tomat

sayur tercatat cukup besar sehingga

berpengaruh pada penurunan harga. Di sisi

lain, beberapa komoditas strategis lain juga

mengalami penurunan harga seperti cakalang,

cabai rawit, bawang putih dan daging ayam

ras. Sementara itu, faktor penahan laju deflasi

yang lebih dalam muncul dari komoditas core

non traded seperti tarip pulsa ponsel, jeruk

nipis dan roti manis yang mengalami

peningkatan harga, meskipiun dengan besaran

yang terbatas.

Grafik 3.6. Inflasi dan Andil Kota Manado

September 2016 Menurut Kelompok Barang

dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

Deflasi yang didorong oleh koreksi harga

kelompok bahan makanan, signifikan

dipengaruhi oleh penurunan harga tomat

sayur. Setelah mengalami peningkatan harga

secara garadual pada Mei hingga Juli, harga

tomat sayur kembali melanjutkan tren

penurunan harga yang telah terjadi sejak

Agustus menuju harga normalnya. Hal ini tidak

terlepas dari meningkatnya produksi tomat

dari daerah penghasil seperti Boltim dan

Minahasa seiring kondisi cuaca yang

mendukung. Berdasarkan hasil wawancara

kepada petani, tingginya harga tomat sayur

pada beberapa waktu yang lalu juga menjadi

insentif tersendiri bagi petani untuk

meningkatkan produksinya. Di sisi lain, harga

komoditas strategis lainnya seperti cakalang,

cabai rawit, daging ayam ras dan bawang putih

juga mengalami penurunan harga meski pada

level yang terbatas. Sementara itu, perayaan

hari Idul Adha pada September tercatat hanya

memberi dampak minimal mengingat

tingginya diversifikasi pangan, khususnya

untuk komoditas daging-dagingan pada

masyarakat Sulawesi Utara.

3.2. FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI INFLASI

Berdasarkan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, level inflasi tahunan Kota

Manado yang lebih rendah pada triwulan III

2016, dipengaruhi oleh belum kuatnya

tekanan permintaan di tengah produksi bahan

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

21

makanan strategis yang relatif meningkat serta

cukup lancarnya distribusi dan pasokan.

Kondisi tersebut menyebabkan inflasi

kelompok volatile food mengalami penurunan

cukup dalam di tengah tekanan inflasi

administered prices dan inflasi inti yang relatif

minim. Selain itu,terdapat pula faktor base

effect tingginya inflasi tahun 2015 yang lalu.

3.2.1. Faktor Fundamental

Sejalan dengan melambatnya perekonomian

Sulawesi Utara pada triwulan III 2016, tekanan

permintaan cenderung lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi ini

tercermin dari pertumbuhan konsumsi rumah

tangga pada PDRB Sulut yang mengalami

perlambatan pertumbuhan. Di sisi supply,

permintaan yang cenderung melemah

tersebut diikuti dengan produksi yang

meningkat utamanya pada lapangan usaha

pertanian. PDRB Pertanian tercatat mengalami

akselerasi pertumbuhan pada triwulan laporan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara

umum, kondisi tersebut menyebabkan harga-

harga terutama bahan makanan cenderung

terkoreksi pada triwulan laporan.

• Interaksi Permintaan dan Penawaran

Secara umum, tekanan permintaan pada

triwulan III 2016 relatif melambat. Selain

perlambatan pada pertumbuhan PDRB

konsumsi rumah tangga, kondisi tersebut

tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) yang menurun dari 140,83 pada triwulan

sebelumnya menjadi 120,41 pada triwulan

laporan. Sementara, meski mengalami

peningkatan terbatas dari 205,27 pada

triwulan lalu menjadi 216,93 pada triwulan

laporan, Indeks Penjualan Riil tercatat

mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar

18,9% (yoy). Di sisi lain, lickert scale penjualan

domestik yang merupakan hasil dari liaison

Bank Indonesia kepada beberapa perusahaan

besar di Sulawesi Utara tercatat relatif stagnan

atau hanya mengalami perubahan minor pada

triwulan laporan. Di sisi supply, peningkatan

kinerja lapangan usaha pertanian

terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Bank Indonesia di Sulawesi

Utara. SBT (Saldo Bersih Tertimbang) realisasi

kegiatan usaha secara umum pada triwulan III

2016 tercatat meningkat cukup signifikan dari

-10,04 pada triwulan lalu menjadi 19,07 pada

triwulan laporan, didorong oleh peningkatan

pada lapangan usaha pertanian.

Permintaan yang cenderung melemah

tersebut dipengaruhi oleh terfokusnya belanja

masyarakat pada akhir triwulan II (Juni)

mengingat hari raya Lebaran yang jatuh pada

minggu pertama Juli. Pada dasarnya tingkat

permintaan Juli masih cukup kuat, namun pada

dua bulan selanjutnya tingkat permintaan

relatif melemah seiring belum adanya faktor

pendorong belanja masyarakat yang signifikan.

Memasuki triwulan IV 2016, tekanan

permintaan diperkirakan meningkat terutama

pada bulan November dan Desember,

sebagaimana pola historisnya dipengaruhi

perayaan Natal dan Tahun Baru 2017. Di sisi

lain, produksi bahan makanan utamanya ikan

dan bumbu-bumbuan diperkirakan mengalami

kendala akibat kondisi curah hujan yang tinggi

pada akhir tahun. Namun, secara tahunan,

inflasi Sulut pada akhir tahun 2016

diperkirakan relatif menurun sehingga berada

di kisaran 0,84±1% (yoy). Kondisi tersebut

besar dipengaruhi oleh base effect tingginya

inflasi tahun lalu, minimnya tekanan kelompok

administered prices, serta lebih terkendalinya

harga komoditas strategis khususnya bumbu-

bumbuan di sepanjang tahun 2016.

Grafik 3.7. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen &

Indeks Penjualan Riil

Sumber: SK & SPE, Bank Indonesia

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

22

Grafik 3.8. Perkembangan Realisasi Kegiatan

Usaha &

Lickert Penjualan Domestik

Sumber: SKDU & Liaison, Bank Indonesia

• Ekspektasi Inflasi

Grafik 3.9. Perkembangan Indeks Ekspektasi

Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di

Kota Manado

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik 3.10. Perkembangan Indeks Ekspektasi

PedagangTerhadap Harga Barang dan Jasa di

Kota Manado

Sumber: Survei Penjualan Eceran, Bank Indonesia

Berdasarkan hasil Survei Konsumen dan Survei

Penjualan Eceran di Kota Manado, ekspektasi

masyarakat maupun pedagang terhadap

tingkat inflasi menunjukkan arah yang

meningkat memasuki akhir tahun 2016.

Kondisi tersebut relatif sesuai dengan pola

historisnya didorong perayaan hari besar

keagamaan dan tahun baru 2017. Tekanan

harga di Sulawesi Utara memang pada

umumnya meningkat pada akhir tahun seiring

lonjakan permintaan masyarakat baik

terhadap komoditas pangan maupun non

pangan. Untuk mengatasi kondisi tersebut,

upaya komunikasi kepada masyarakat terus

dilakukan melalui himbauan agar

mengkonsumsi barang sesuai kebutuhan, serta

menginformasikan kondisi stok bahan pangan

yang senantiasa terjaga hingga akhir tahun.

3.2.2. Non Fundamental

Grafik 3.11. Sumbangan Inflasi Tahunan

Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.12. Pergerakan Inflasi Bulanan

Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Sumber: BPS, diolah

• Volatile Food

Tekanan inflasi kelompok volatile food tercatat

melandai pada triwulan III 2016. Tingkat inflasi

kelompok volatile food tercatat sebesar 5,48%

(yoy) pada triwulan laporan atau jauh lebih

rendah dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 13,48% (yoy). Angka inflasi triwulan

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

23

laporan juga tercatat masih lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya dimana inflasi volatile food

berada di level 14,65% (yoy). Secara bulanan,

inflasi kelompok ini tercatat cukup tinggi di

awal triwulan namun kemudian mengalami

koreksi harga yang cukup dalam pada dua

bulan selanjutnya. Kondisi tersebut relatif

sejalan dengan yang terjadi pada kelompok

bahan makanan. Hal tersebut besar

dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas

tomat sayur, cabai rawit dan beras seiring

peningkatan produksi dan lancarnya distribusi.

Memasuki triwulan IV 2016, tekanan pada

kelompok volatile food diperkirakan

meningkat terutama jelang perayaan Natal dan

tahun baru 2017. Kondisi ini disebabkan oleh

lonjakan permintaan ditengah produksi bahan

makanan yang terkendala masalah cuaca.

Beberapa komoditas bumbu-bumbuan seperti

cabai rawit, bawang merah dan tomat sayur

tercatat mulai menunjukan tren peningkatan

harga pada minggu pertama November 2016.

Di sisi lain, produksi tabama juga diproyeksikan

baru akan meningkat pada Desember 2016.

Meski demikian, stok beras Sulawesi Utara

khususnya di Kota Manado masih relatif aman

hingga akhir tahun dengan tingkat ketahanan

rata-rata pada periode triwulan IV adalah

sebesar 6,2 bulan.

Grafik 3.13. Proyeksi Produksi Beras Bulanan

Sulawesi Utara 2016

Sumber: Dinas Pertanian Sulut, diolah

Grafik 3.14. Perkembangan Stok Beras Kota

Manado

Sumber: Bulog Divre Sulut & Gorontalo, diolah

• Administered Prices

Pada triwulan III 2016, inflasi tahunan

kelompok Administered Prices tercatat

mengalami penningkatan meskipun hanya

pada level terbatas. Inflasi kelompok ini

tercatat sebesar 0,50% (yoy) pada triwulan

laporan atau lebih tinggi dibanding triwulan

sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar

0,92% (yoy). Peningkatan inflasi kelompok ini

pada triwulan laporan besar dipengaruhi oleh

kenaikan harga komoditas angkutan udara dan

tarif listrik. Cukup banyaknya long weekend

pada triwulan III, masuknya musim libur

sekolah di awal triwulan dan cukup maraknya

pelaksanaan MICE di Sulut menjadi beberapa

pendorong kenaikan harga angkutan udara.

Memasuki triwulan IV 2016, tekanan inflasi

pada kelompok diperkirakan kembali

meningkat. Pada Oktober, inflasi administered

prices tercatat mengalami peningkatan

menjadi 0,79% (yoy) dipengaruhi naiknya tarif

listrik dan angkutan udara. Pada November

dan Desember, harga komoditas angkutan

udara diperkirakan masih akan berada pada

level tinggi didorong libur akhir tahun,

pelaksanaan MICE dan meningkatnya kinerja

pariwisata Sulut.

• Core Inflation

Secara tahunan, laju inflasi kelompok inti pada

triwulan III 2016 tercatat sedikit melambat

sejalan dengan melemahnya pertumbuhan

ekonomi. Kelompok inti tercatat mengalami

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

24

inflasi sebesar 1.55% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 1,55% (yoy). Penurunan pada

kelompok inti dipengaruhi oleh penurunan

harga gula pasir seiring cukup lancarnya

pasokan pasca mengalami kelangkaan pada

triwulan sebelumnya. Selain itu, komoditas inti

non traded seperti sayuran juga mengalami

penurunan harga seiring peningkatan produksi

yang didukung oleh kondisi cuaca. Memasuki

triwulan IV 2016, tekanan pada kelompok inti

diperkirakan meningkat meskipun dalam

besaran yang terbatas. Pengaruh

ketidakpastian global pasca pemilu Amerika

dapat mempengaruhi naiknya harga emas

internasional. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar

dan peningkatan permintaan di akhir tahun

juga dapat mempengaruhi pergerakan inflasi

kelompok inti ke arah yang lebih tinggi

dibandingkan triwulan III 2016.

3.3. UPAYA PENGENDALIAN INFLASI

Pada triwulan laporan, upaya pengendalian

inflasi terus ditingkatkan dengan agenda

utama pengendalian harga di akhir tahun.

Berbagai forum koordinasi pengendalian inflasi

daerah juga dilakukan di sepanjang triwulan

laporan untuk membahas rencana tindak

lanjut atas hasil arahan Presiden RI pada

Rakornas VII TPID. Beberapa rekomendasi

yang dihasilkan pada Rakorwil dan Rakorpusda

TPID KTI pada akhir triwulan III 2016 adalah

memperkuat koordinasi dengan APH,

penyusunan pedoman operasi pasar yang

mengacu pada ekspektasi inflasi, dukungan

anggaran (APBD) sangat dibutuhkan dalam

upaya stabilisasi harga, peningkatan peran

Bulog sebagai buffer stock, peningkatan

infrastruktur konektvitas dan peninjauan

kembali penetapan batas atas dan batas

bawah bagi angkutan udara. Di sisi lain, TPID

Sulut baik di tingkat Provinsi maupun Kab/Kota

terus memfokuskan upaya pengendalian harga

jelang akhir tahun melalui komunikasi

ekspektasi, mendorong suksesnya Gerakan

Rica Rumah, serta terus mendorong

terealisasinya Toko TPID dan pembangunan

Pasar Provinsi yang dikelola oleh BUMD.

Langkah nyata yang telah dilakukan TPID

dalam upayanya untuk meredam gejolak harga

akhir tahun adalah dengan membagikan

sekitar 15 ribu bibit cabai rawit untuk

mensukseskan Gerakan Rica Rumah. Bibit

dibagikan kepada rumah tangga di

Kab.Minahasa, Kab.Sitaro dan Kota Manado

pada periode Agustus-September sehingga

dapat dipanen pada akhir tahun. Hal tersebut

diharapkan dapat meningkatkan pasokan cabai

rawit sehingga lonjakan harga komoditas

tersebut yang hampir selalu terjadi pada akhir

tahun dapat diantisipasi.

Memasuki triwulan IV 2016, TPID Sulut

bersama dengan TPID Kab/Kota telah

melaksanakan rapat koordinasi tingkat

Provinsi, serta menyepakati Roadmap

Pengendalian Inflasi Sulawesi Utara periode

2016-2019. Roadmap Pengendalian Inflasi

Sulawesi Utara disusun untuk menjadi acuan

upaya pengendalian inflasi di wilayah Provinsi

Sulawesi Utara, sekaligus mensinergikan

berbagai kebijakan dalam mengawal

pencapaian sasaran inflasi Sulawesi Utara

maupun Nasional. Roadmap Pengendalian

Inflasi ini diharapkan dapat membuahkan hasil

yang positif, disertai dengan langkah-langkah

nyata, koordinatif dan berkesinambungan,

baik di ruang lingkup Provinsi maupun

Kabupaten/Kota.

Upaya pengendalian inflasi sampai dengan

periode laporan dinilai telah berjalan dengan

baik. Hal ini tercermin dari relatif stabilnya

harga-harga komoditas strategis seperti beras,

daging, cabai rawit maupun bawang merah,

serta rendahnya angka inflasi tahunan Sulut

sampai dengan Oktober 2016. Kondisi ini tidak

terlepas dari semakin baiknya sinergitas antar

instansi dalam upaya pengendalian harga

khususnya dalam forum TPID baik di level

Provinsi maupun Kab/Kota.

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

25

Box II.

Keberhasilan Stabilisasi Harga Cabai Rawit

Pada Tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara yang rendah cukup besar dipengaruhi oleh stabilnya harga kelompok

volatile food. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari terkendalinya pergerakan harga komoditas bumbu-

bumbuan, khususnya cabai rawit yang telah menjadi komoditas utama penyumbang inflasi Sulut sejak beberapa

tahun terakhir.

Upaya dan strategi pengen dalian harga cabai rawit

yang dilakukan oleh TPID melalui Gerakan Rica

Rumah (GRR) baik di tingkat Provinsi maupun

Kab/Kota dinilai telah berhasil menjaga stabilitas

harga cabai rawit di tahun 2016. Sebagaimana

tergambar pada grafik di bawah, simpangan (titik

tertingggi dibanding titik terendah) inflasi bulanan

cabai rawit di tahun 2016 cenderung lebih stabil

dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal

tersebut menggambarkan relatif stabilnya

pergerakan harga cabai rawit di tahun laporan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pencanangan Gerakan Rica Rumah sejatinya telah dimulai di awal tahun 2016, melalui berbagai kegiatan

komunikasi kepada masyarakat bekerjasama dengan berbagai media baik cetak maupun elektronik di Sulawesi

Utara. Selanjutnya, pada periode Juni-Juli, Gerakan Rica Rumah memasuki tahap sosialisasi bekerjasama dengan

TPID Kab/Kota, dengan agenda memberikan materi dan informasi kepada masyarakat mengenai tata cara

menanam cabai rawit di dalam polybag. Pada Agustus-Oktober, Gerakan Rica Rumah memasuki tahapan

implementasi dengan pembagian sekitar 15 ribu bibit cabai rawit kepada rumah tangga di Kota Manado, Kab.

Minahasa dan Kab. Kepulauan Sitaro. Pembagian bibit yang dilaksanakan pada periode Agustus-Oktober

tersebut ditujukan agar panen dapat dilaksanakan pada periode

Desember, saat tingkat permintaan terhadap komoditas cabai rawit

tengah berada di titik tertingginya.

Meskipun pembagian bibit cabai baru dilaksanakan pada triwulan III

2016, dampak dari Gerakan Rica Ruma sendiri telah terasa sejak awal

tahun. Berdasarkan informasi yang diterima oleh Bank Indonesia, telah

banyak rumah tangga khususnya di Kota Manado yang telah melakukan

penanaman cabai rawit di pekarangan rumah secara mandiri. Hal ini

tentunya berdampak positif bagi tambahan pasokan antar waktu,

sehingga berpengaruh positif pada pergerakan harga cabai rawit di

sepanjang tahun 2016. Gerakan Rica Rumah perlu terus dikembangkan

mengingat masih besarnya ketergantungan Sulut terhadap pasokan

cabai rawit luar daerah.

Ke depan, Bank Indonesia bersama TPID baik di tingkat Provinsi maupun

Kab/Kota akan terus mendorong suksesnya Gerakan Rica Rumah.

Terbuka pula peluang untuk mengembangkan gerakan menanam untuk

komoditas lain seperti tomat sayur di tahun mendatang. Hal ini

mengingat tingginya konsumsi tomat sayur di Sulawesi Utara, dan masih

belum stabilnya pasokan antar waktu sehingga volatilitas harga menjadi

sangat tinggi.

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

26

Bab IV.

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

Kondisi Stabilitas Keuangan Daerah di Sulawesi Utara pada triwulan III 2016 relatif masih terjaga.

Ketahanan sektor korporasi dan rumah tangga masih relatif baik seiring dengan berkurangnya tekanan

dan potensi risiko pada kedua sektor tersebut.

Ketahanan sektor korporasi masih relatif terjaga yang didorong oleh perbaikan lapangan usaha

pertanian khususnya sub lapangan usaha perkebunan sebagai input utama industri pengolahan

mendorong meningkatnya kinerja lapangan usaha industri pengolahan. Hal tersebut mengurangi

tekanan akan kerentanan sektor korporasi, melihat pangsa ekspor Sulawesi Utara yang didominasi

hasil olahan industri pengolahan.

Disisi lain, kondisi sektor rumah tangga yang salah satunya tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen

masih berada pada level yang optimis (diatas 100) meski menurun dari periode sebelumnya.

Melambatnya konsumsi pemerintah dampak dari penundaan transfer DAU yang diprakirakan akan

memengaruhi kondisi perekonomian kedepan membuat optimisme rumah tangga tidak setinggi

periode sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan DPK masih terus berlanjut pada periode laporan hingga mencatat

pertumbuhan negatif, melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan negatif DPK

terutama disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi komponen Giro dan komponen Deposito.

Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dilihat dari peruntukannya, penyaluran pembiayaan di

Sulawesi Utara masih ditujukan ke sektor konsumtif, yang tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang

mencapai 59,6% dari total kredit yang disalurkan di Sulawesi Utara.

Hal yang berbeda ditunjukkan oleh penyaluran pembiayaan di sektor UMKM, yang menunjukkan

peningkatan pada periode laporan. Perkembangan sektor pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa

bulan terakhir mendorong peningkatan penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk dua lapangan

usaha yang mendominasi kredit UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan (pangsa 65%) dan

lapangan usaha akomodasi dan makan minum (pangsa 5%) yang erat kaitannya dengan sektor

pariwisata.

4.1. KETAHANAN SEKTOR KORPORASI

4.1.1. Sumber Kerentanan Sektor Korporasi

Meski mengalami perlambatan, beberapa

lapangan usaha utama pendorong

perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III

2016 masih mencatatkan adanya

pertumbuhan. Lapangan usaha Industri

pengolahan yang mendominasi pangsa ekspor

Sulawesi Utara pada triwulan laporan

mencatatkan pertumbuhan positif (pada

triwulan sebelumnya mencatatkan kontraksi),

seiring dengan pertumbuhan lapangan usaha

pertanian sebagai input utama lapangan usaha

industri pengolahan. Pertumbuhan positif

lapangan usaha pertanian tersebut merupakan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

27

progress yang menggembirakan mengingat

lapangan usaha ini sebelumnya menjadi

sumber utama kerentanan korporasi lapangan

usaha industri pengolahan.

Berdasarkan hasil diskusi dengan para pelaku

bisnis di Industri Pengolahan (liaison)

sublapangan usaha industri makanan dan

minuman, yakni pengolahan kelapa dan ikan,

menyatakan bahwa peningkatan kinerja

perusahaan pada triwulan III 2016 terutama

disebabkan oleh mulai meningkatnya pasokan

bahan baku, meskipun masih berada dibawah

level normal. Pelaku industri pengolahan ikan

mengemukakan bahwa sejak adanya relaksasi

kebijakan transhipment oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan, kondisi pasokan

bahan baku mulai menunjukkan peningkatan

dibandingkan kondisi pada periode

sebelumnya, meski peningkatannya masih

dalam level yang relatif terbatas. Dengan

adanya relaksasi melalui penerbitan Peraturan

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap No.

1/2016 tentang Penangkapan Ikan dalam Satu

Kesatuan Operasi tersebut, diperkirakan akan

ada 350 unit kapal sebagai supporting fishing

yang dapat kembali beroprasi sebagai

pemasok bahan baku bagi industri pengolahan

ikan.

Grafik IV.1. Komposisi Ekspor Sulawesi Utara

Sumber: SITC, diolah

Di sisi lain, Minyak (termasuk CPO) dan Lemak

Nabati sebagai komoditas yang mendominasi

kinerja ekspor Sulawesi Utara, masih

mencatatkan adanya pertumbuhan meskipun

pada level yang masih relatif terbatas. Hasil

liaison dengan Industri Pengolahan Minyak

diperoleh informasi mengenai permasalahan

ketersediaan bahan baku kelapa, masih

menjadi salah satu kendala utama yang

menahan pertumbuhan industri pengolahan

minyak kelapa. Fenomena El Nino pada tahun

2015 masih berdampak pada kualitas dan

kuantitas kelapa hingga triwulan laporan

meskipun mulai menunjukkan perbaikan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Diprediksikan produksi kelapa secara agregat

baru akan membaik pada awal tahun 2017.

Disamping itu, isu mengenai supplier

lokal/kelompok tani kelapa yang lebih memilih

mengekspor langsung buah kelapa utuh hasil

panennya daripada menjual ke industri

pengolahan Sulawesi Utara, turut menjadi

permasalahan tersendiri. Ekspor langsung

buah kelapa tersebut lebih diminati supplier

lokal/kelompok tani selain karena harga

jualnya relatif lebih tinggi juga relatif lebih

murah dari segi biaya dan upaya lebih minim

karena tidak membutuhkan tenaga kerja untuk

membersihkan kelapa (apabila dipasok ke

industri harus dipisahkan dari sabutnya) serta

prosesnya relatif cepat. Dengan demikian

supplier lokal/petani dapat memperoleh dana

hasil penjualan tersebut lebih cepat.

Permasalahan industri pengolahan mengenai

keterbatasan pasokan tersebut menjadi

semakin berat, dengan adanya peningkatan

harga bahan baku dan penurunan harga

komoditas di pasar dunia. Permasalahan

terkait bahan baku kelapa tersebut jika terus

berlanjut dapat menjadi sumber risiko

korporasi Sulawesi Utara, mengingat

dominannya pangsa industri ini terhadap

ekspor Sulawesi Utara.

4.1.2. Kinerja Korporasi

Kegiatan Usaha

Kinerja korporasi berdasarkan hasil liaison

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulawesi Utara dengan perusahaan pada

lapangan usaha utama Sulawesi Utara,

mengindikasikan adanya perbaikan kegiatan

usaha pada triwulan III 2016. Hal tersebut

tercermin dari Lickert Scale (LS) penjualan

domestik maupun ekspor yang menunjukkan

perbaikan pada triwulan laporan. LS penjualan

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

28

domestik mencatatkan angka positif 0,37 dan

LS ekspor yang sebelumnya tercatat -1,3

membaik ke angka -1 yang menunjukkan

meredanya tekanan terhadap kinerja ekspor

Sulut.

Grafik IV.2. Lickert Scale Kegiatan Usaha

Sumber: Liaison, Bank Indonesia

Disisi lain, prospek kinerja korporasi yang

tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov.

Sulawesi Utara menunjukkan prospek positif,

dimana kegiatan usaha pada triwulan

mendatang diprakirakan akan meningkat

dengan SBT sebesar 15,7%. Peningkatan

tersebut dipekrirakan akan disumbangkan oleh

peningkatan kinerja lapangan usaha

Perdagangan, Hotel dan restoran sejalan

dengan meningkatnya kinerja pariwisata

Sulawesi Utara, pasca pembukaan rute

internasional, Manado-Tiongkok pada awal Juli

2016 lalu.

Biaya-biaya

Sebagaimana triwulan sebelumnya, secara

umum komponen biaya pada triwulan laporan

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut

terutama didorong oleh kenaikan biaya bahan

baku, ditengah minimnya ketersediaan bahan

baku baik dari sektor pertanian subsektor

perkebunan sebagai imbas dari fenomena El

Nino. Biaya bahan baku dari sektor perikanan

untuk industri pengolahan ikan juga

mengalami kenaikan ditengah relatif

terbatasnya pasokan bahan baku. Disisi lain,

kenaikan UMP yang menempatkan Sulut

sebagai daerah dengan UMP tertinggi ketiga di

Indonesia setelah DKI Jakarta dan Papua, juga

masih menjadi faktor naiknya biaya untuk

biaya tenaga kerja. Hal tersebut sebagaimana

dikemukakan oleh 75% kontak bahwa

kenaikan komponen biaya tenaga kerja

terutama untuk industri pengolahan, dimana

sebagian besar tenaga kerjanya merupakan

tenaga kerja borongan. Disamping itu kontak

yang merupakan eksportir sebagian besar

mengeluhkan peningkatan biaya freight dan

pengurusan dokumen ekspor.

4.1.3. Eksposure Perbankan Pada Sektor

Korporasi

Meski eksposure kredit perbankan pada sektor

korporasi hanya sebesar 17,3% dari total kredit

di Sulawesi Utara, kerentanan yang terjadi

pada sektor ini perlu tetap diwaspadai untuk

menjaga stabilitas sistem keuangan secara

keseluruhan mengingat eratnya keterkaitan

antar sektor. Keterkaitan tersebut terutama

terhadap sektor rumah tangga, dengan

penghasilan dan penyerapan tenaga kerja

dipengaruhi oleh kinerja korporasi merupakan

eksposur terbesar kredit perbankan Sulawesi

Utara.

Grafik IV.3. Pangsa Penggunaan Kredit

Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

29

Grafik IV.4. Pertumbuhan Kredit Korporasi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Kredit perbankan pada sektor korporasi di

Sulawesi Utara pada triwulan III 2016

mencapai Rp 5,32 Trilliun, hanya tumbuh

sebesar 1,53% (yoy) melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya (22,73% yoy).

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit

korporasi terutama disalurkan dalam bentuk

kredit modal kerja (49,7%) dan investasi

(48,36%), dan hanya sebagian kecil

dipergunakan untuk konsumsi (1,94%).

Perlambatan pertumbuhan kredit korporasi

terutama disebabkan oleh terjadinya kontraksi

kredit investasi. KI yang pada triwulan

sebelumnya tumbuh sebesar 34,5% (yoy) pada

triwulan laporan mencatat pertumbuhan

negatif sebesar -6,6% (yoy) sebagai dampak

sikap wait and see para pelaku usaha yang

cenderung melakukan investasi pada awal dan

pertengahan tahun untuk memastikan kondisi

dunia usaha. Disisi lain kredit modal kerja

mencatatkan pertumbuhan yang relatif stabil

pada level 14,3% (yoy).

Kredit Modal Kerja Korporasi

Posisi kredit modal kerja (KMK) Tw III 2016

mencapai Rp2,6 Triliun hanya meningkat

sebesar Rp79 Miliar secara nominal, jika

dibandingkan dengan baki debet pada triwulan

sebelumnya. Peningkatan kredit modal kerja

korporasi tersebut didorong oleh peningkatan

kredit lapangan usaha yang mendominasi

penyaluran kredit modal kerja korporasi, yaitu

lapangan usaha konstruksi (pangsa 23%)

tercatat tumbuh menjadi sebesar 25% (yoy)

pada triwulan laporan, lebih tinggi

dibandingkan periode sebelumnya yang hanya

sebesar 5,15% (yoy). Disisi lain, tekanan pada

lapangan usaha industri pengolahan (pangsa

11%) mulai meredam seiring dengan

membaiknya kinerja PDRB lapangan usaha

industri pengolahan. Pertumbuhan KMK

lapangan usaha tersebut menunjukkan

perbaikan, dimana KMK lapangan usaha

industri pengolahan sebelumnya mencatatkan

kontraksi -30% saat ini tercatat tumbuh

sebesar -12,5%. Disisi lain, lapangan usaha

perdagangan sebagai lapangan usaha terbesar

penerima pembiayaan modal kerja pada sektor

korporasi (pangsa 54%) masih mencatat

perlambatan pertumbuhan (23,5% yoy) lebih

rendah dari triwulan sebelumnya (30% yoy).

Grafik IV.5. Pertumbuhan Kredit Modal Kerja

Korporasi Lapangan Usaha Dominan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

4.2. ASESMEN SEKTOR RUMAH TANGGA

4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi

Sektor Rumah Tangga

Rumah tangga dalam sistem keuangan

memiliki 2 (dua) fungsi yaitu sebagai penyedia

dana dan sebagai penerima pendanaan dari

institusi keuangan. Beberapa faktor yang

memengaruhi kondisi rumah tangga adalah

tingkat pendapatan, tingkat pengangguran,

tingkat konsumsi dan kondisi

pembiayaan/kredit rumah tangga.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

30

Grafik IV.6. Kontribusi Konsumsi Rumah

Tangga terhadap PDRB Sulawesi Utara

Sumber: BPS, diolah

Pada triwulan III 2016, perlambatan kinerja

perekonomian Sulawesi Utara salah satunya

disebabkan oleh melambatnya konsumsi

rumah tangga. Konsumsi rumah tangga

tercatat tumbuh 5,84% (yoy) melambat dari

6,93% (yoy) pada periode sebelumnya. Namun

demikian, pada periode laporan pangsa

konsumsi rumah tangga terhadap

perekonomian Sulawesi Utara mengalami

peningkatan dan kini mendominasi dengan

pangsa sebesar 71,65%. Peningkatan share

tersebut disebabkan oleh perayaan hari raya

Idul Fitri dan pengucapan di sejumlah daerah

di Sulawesi Utara pada awal triwulan laporan,

ditengah menurunnya konsumsi pemerintah

sebagai dampak dari penundaan transfer DAU

dari pemerintah pusat.

Grafik IV.7. Indeks Keyakinan Konsumen

Rumah Tangga Sulawesi Utara

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Perlambatan konsumsi rumah tangga tersebut

sejalan dengan menurunnya tingkat

optimisme rumah tangga dalam melakukan

kegiatan konsumsi. Hal ini terlihat dari Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK) selama triwulan III

2016 yang hanya berada pada level 118,9,

menurun dibandingkan periode sebelumnya

yang berada pada level 134,1.

Grafik IV.8. Persepsi Rumah Tangga Sulut

terhadap Ekonomi saat ini

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik IV.9. Persepsi Rumah Tangga Sulut

terhadap Ekonomi 6 bulan

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Rumah tangga Sulawesi Utara pada triwulan III

2016 masih memiliki optimisme baik terhadap

kondisi penghasilan, pembelian barang tahan

lama dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini

tercermin dari indeks pembentuk IKE,

sepanjang Juli-September 2016 menujukkan

tren peningkatan meski lebih rendah

dibandingkan periode sebelumnya. Sejalan

dengan melambatnya kondisi perekonomian,

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga

menunjukkan penurunan pada triwulan

laporan yang diikuti dengan penurunan Indeks

Penghasilan Saat Ini.

Kondisi tersebut diperkirakan akan terus

berlangsung di masa yang akan datang,

sebagaimana tercermin dari rata-rata

ekspektasi rumah tangga terhadap lapangan

pekerjaan 6 bulan mendatang yang akan relatif

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

31

lebih rendah dibandingkan rata-rata periode

sebelumnya. Menurunnya optimisme

masyarakat akan kondisi ekonomi kedepan

terutama didorong oleh kekhawatiran akan

menurunnya belanja pemerintah sebagai

dampak penundaan DAU. Ke depan, sektor RT

masih memperkirakan adanya risiko yang

berasal dari kenaikan harga yang terindikasi

dari peningkatan Indeks Ekspektasi Harga (IEH)

3 bulan mendatang. Sementara itu, pada

triwulan IV 2016, rumah tangga akan

dihadapkan pada perayaan Natal danTahun

Baru, dimana secara historis tekanan harga

bahan pangan dan makanan pada bulan

tersebut relatif tinggi jika pemerintah tidak

melakukan intervensi.

4.2.2. Dana Pihak Ketiga Perseorangan di

Perbankan

Pada triwulan III 2016 pertumbuhan dana

pihak ketiga (DPK) perseorangan mengalami

peningkatan, sebesar 14,22% (yoy), tumbuh

lebih baik dibandingkan periode sebelumnya

yang hanya mampu tumbuh sebesar 11,08%

(yoy). Dilihat dari porsinya, sektor rumah

tangga tercatat masih mendominasi DPK

perbankan Sulawesi Utara, dengan pangsa

yang mencapai 83,4% dari keseluruhan DPK di

Sulawesi Utara. Porsi DPK perseorangan

tersebut mengalami kenaikan dibandingkan

triwulan sebelumnya (76,3%), demikian pula

jika dibandingkan dengan periode yang sama

di 2015 dengan pangsanya hanya sebesar

68,5%.

Grafik IV.10. Komposisi DPK Perseorangan di

Sulawesi Utara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik IV.11. Komposisi DPK Sulawesi Utara

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Preferensi rumah tangga pada triwulan III

dalam melakukan penempatan dana masih

didominasi pada tabungan dan deposito,

masing-masing dengan porsi sebesar 95,3%

dan 84,6%. Pertumbuhan DPK dalam bentuk

tabungan (12,28% yoy) melambat dibanding

triwulan sebelumnya 16,9% (yoy) namun lebih

tinggi dari periode yang sama tahun (3,17%

yoy). Perlambatan juga terjadi pada komponen

deposito tercatat hanya tumbuh sebesar

0,17% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya

mampu tumbuh sebesar 4,48% (yoy).

Penyesuaian suku bunga acuan BI 7 Days-

Reverse Repo Rate oleh perbankan yang turun

sejak awal tahun 2016 berdampak pada

beralihnya preferensi masyarakat untuk

menginvestasikan dananya ke instrumen lain,

baik keuangan (saham maupun obligasi)

maupun non-keuangan (investasi fisik) yang

dirasa dapat memberikan margin keuntungan

lebih tinggi dibandingkan suku bunga deposito.

Grafik IV.12. Pertumbuhan DPK Perseorangan

Tiap Jenis Penempatan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

32

4.2.3. Kredit Perbankan Sektor Rumah

Tangga

Kredit rumah tangga (konsumsi) pada triwulan

III 2016 mencapai Rp18,3 triliun, tumbuh

6,51% (yoy), lebih rendah dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 10,27% (yoy). Sementara itu pangsa

kredit rumah tangga terhadap total kredit yang

disalurkan masih dominasi yaitu sebesar 59,6%

sedikit meningkat dibandingkan periode

sebelumnya yang mencapai 59,2%. Realisasi

tebusantax Amnesty membuat masyarakat

menarik dananya dan cenderung menahan

penambahan kewajiban dalam bentuk kredit.

Grafik IV.13. Komposisi Kredit Konsumsi

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi penggunaan, pangsa kredit rumah

tangga masih didominasi oleh Multiguna

(76,05%), diikuti KPR (21,97%), KKB (1,26%)

dan Perlengkapan (0,72%). Perlambatan

pertumbuhan terjadi di seluruh jenis

penggunaan kredit meski pertumbuhannya

secara keseluruhan masih positif. Kredit

perlengkapan mencatat pertumbuhan

tertinggi sebesar 161,48% (yoy), melambat

dibandingkan periode sebelumnya yang

mampu tumbuh 226,86% (yoy). KKB tumbuh

relatif stabil meski sedikit melambat , menjadi

sebesar 5,77% (yoy), yang sebelumnya tumbuh

sebesar 5,90% (yoy). KPR tumbuh melambat

7,98% (yoy) dari 9,06% (yoy) pada triwulan

sebelumnya. Adapun perlambatan kredit

multiguna terus terjadi sejak awal tahun 2015

menjadi 5,51% (yoy) dari sebelumnya dapat

tumbuh 10,05% (yoy).

Grafik IV.14. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Dari sisi risiko kredit, kualitas kredit rumah

tangga pada triwulan laporan menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya

sebagaimana tercermin dari peningkatan rasio

maupun nominal NPL. Rasio NPL periode

sebelumnya 2,72% meningkat menjadi 2,74%

pada triwulan laporan, sementara nominal NPL

meningkat dari Rp495 Milyar menjadi Rp504

Milyar. Penurunan kualitas kredit terjadi pada

seluruh jenis kredit Rumah Tangga kecuali KKB.

Namun demikian, tekanan tersebut masih

relatif rendah, dimana NPL konsumsi secara

agregat masih dibawah threshold 5%.

Meskipun NPL RT masih jauh di bawah

threshold namun tetap perlu dicermati

mengingat masih rentannya kondisi

perekonomian domestik yang dapat

mempengaruhi kemampuan membayar

sektor RT atas semua kewajibannya,

terutama pada perbankan.

4.3. ASESMEN INSTITUSI KEUANGAN

(PERBANKAN)

4.3.1. Jaringan Kantor dan Aset

Pada triwulan III 2016, terdapat pembukaan 1

(satu) kantor bank umum konvensional yang

beroprasi di wilayah Sulawesi Utara, sehingga

total bank umum menjadi 29 dengan 287

jaringan kantor sedangkan BPR masih sama

dengan periode sebelumnya yaitu sebanyak 18

dengan 55 jaringan kantor.

Total Aset perbankan di Sulawesi Utara pada

triwulan III 2016 tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perlambatan pertumbuhan aset terjadi pada

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

33

kelompok Bank Persero menjadi sebesar 8,7%

(yoy) dari sebelumnya tumbuh 17,8%,

kelompok bank swasta nasional yang juga

melambat menjadi 1,3% (yoy) dari sebelumnya

tumbuh 6,2% (yoy) serta terkontraksi semakin

dalamnya pertumbuhan aset Bank Asing &

Campuran menjadi -20,9% (yoy). Disisi lain,

pertumbuhan aset Bank Perintah Daerah

meningkat menjadi sebesar 5,42% (yoy) dari

sebelumnya hanya tumbuh sebesar 1,45%

(yoy). Namun demikian, pertumbuhan aset

Bank Pemerintah Daerah tersebut belum

mampu menopang pertumbuhan aset

perbankan Sulut secara keseluruhan ditengah

perlambatan aset kelompok bank lainnya.

Grafik IV.15. Pertumbuhan Aset Perbankan

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

4.3.2. Intermediasi Perbankan

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Perlambatan pertumbuhan DPK masih terus

berlanjut pada periode laporan hingga

mencatat pertumbuhan negatif sebesar -

2,83% (yoy), melanjutkan kontraksi triwulan

sebelumnya sebesar -1,02% (yoy).

Pertumbuhan negatif DPK terutama

disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi

komponen Giro dan komponen Deposito. Disisi

lain, tabungan sebagai komponen utama

pembentuk DPK, juga mencatatkan

perlambatan pertumbuhan meskipun masih

tumbuh positif.

Giro yang pada bulan sebelumnya terkontraksi

sebesar -2,06% (yoy), pada bulan September

2016 terkontraksi semakin dalam menjadi

sebesar -10,44% (yoy). Penurunan giro perlu

dicermati karena menjadi cerminan kinerja

sektor swasta, utamanya korporasi. Suku

bunga modal kerja yang cenderung masih

diatas 10% dianggap pihak swasta masih cukup

tinggi (hasil liaison). Hal ini mendorong

preferensi pelaku usaha untuk menarik dana

gironya untuk dijadikan modal kerja. Deposito

kini terkontraksi sebesar -14,93% (yoy),

dimana bulan sebelumnya tumbuh negatif

sebesar -12,90% (yoy). Penarikan simpanan

dalam bentuk deposito salah satunya

dimanfaatkan sektor korporasi untuk

membayar tebusan tax Amnesty, juga

dipengaruhi oleh semakin kompetitifnya imbal

hasil yang ditawarkan instrumen investasi lain,

salah satunya obligasi pemerintah

dibandingkan suku bunga deposito yang

cenderung menunjukkan tren penurunan.

Pertumbuhan positif masih terjadi pada

komponen tabungan yaitu sebesar 11,84%

(yoy), melambat dibandingkan bulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,77%

(yoy). Berdasarkan komponen pembentuknya,

DPK masih didominasi oleh tabungan dengan

pangsa 48%, diikuti oleh deposito dan giro

yang masing-masing 33% dan 19%.

Grafik IV.16. Perkembangan indikator Utama

Bank Umum

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Kredit

Dari sisi penyaluran pembiayaan, kredit

tercatat mengalami perlambatan dengan

pertumbuhan sebesar 5,06% (yoy), menurun

jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 7,20% (yoy). Secara umum,

penyaluran pembiayaan di Sulawesi Utara

masih ditujukan ke sektor konsumtif, yang

tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang

mencapai 59,6% dari total kredit yang

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

34

disalurkan di Sulawesi Utara. Sementara itu,

kredit produktif yakni modal kerja dan

investasi tercatat sebesar 26,31% dan 14,09%.

Berdasarkan penggunaannya, peningkatan

kredit disumbang oleh pertumbuhan positif

Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar 7,47% (yoy),

sementara bulan sebelumnya hanya tumbuh

sebesar 5,56% (yoy). Peningkatan KMK

terutama dipicu oleh perkembangan

pariwisata Sulut yang tumbuh signifikan

beberapa waktu terakhir. Hal ini ditandai

dengan tumbuhnya KMK untuk lapangan

usaha penyediaan akomodasi dan makan

minum (8,03% yoy) serta perdagangan (11,2%

yoy) yang merupakan sektor yang erat

terafiliasi dengan sektor pariwisata.Penyaluran

kredit produktif lainnya yaitu Kredit Investasi

(KI) juga mulai menunjukkan perbaikan yang

tercermin dari meredanya tekanan

pertumbuhan negatif KI, yang pada bulan

sebelumnya terkontraksi hingga -15,57% (yoy),

kini hanya kontraksi sebesar -4,41% (yoy).

Disisi lain, Kredit Konsumsi (KK) mengalami

perlambatan, yaitu hanya tumbuh sebesar

6,5% (yoy) dari sebelumnya 8,67% (yoy).

Perlambatan ini terutama disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan kredit jenis

multiguna sebagai komponen terbesar

pembentuk kredit konsumsi. Kredit Pemilikan

Rumah (KPR) juga tercatat masih melambat,

sementara dampak relaksasi kebijakan terkait

Rasio Loan To Value (LTV) yang dilakukan sejak

akhir Agustus 2016 masih belum terlihat.

Loan to Deposit Ratio (LDR) & Non Performing

Loan (NPL)

Pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan

yang tercermin dari indikator LDR

menunjukkan peningkatan pada bulan

Triwulan III 2016 menjadi 145,2% dari 140,5%

pada triwulan sebelumnya dipicu oleh

meningkatnya penyaluran kredit ditengah

pertumbuhan negatif DPK. Di sisi kualitas

kredit, yang tercermin dari indikator rasio NPL

menunjukkan peningkatan menjadi 3,85% dari

sebelumnya 3,72% yang mencerminkan

menurunnya kualitas kredit pada periode

laporan. Meski rasio tersebut masih dibawah

threshold 5%, namun peningkatan rasio NPL

perlu terus menjadi perhatian.

4.4. AKSES KEUANGAN DAN UMKM

4.4.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM

Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

memiliki peran penting dalam perekonomian

Sulawesi Utara, sebagaimana tercermin dari

pangsa unit usaha yang mendominasi dari total

unit usaha serta sebagai sektor yang

berkontribusi besar terhadap penyerapan

tenaga kerja. Namun demikian, sebagai salah

satu aktor yang cukup penting dalam

perekonomian domestik maupun nasional,

UMKM sering kali masih terkendala dalam

memperoleh pembiayaan.

Grafik IV.17. Perkembangan Kinerja Kredit

UMKM

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Pada triwulan III 2016, laju pertumbuhan

kredit UMKM di Sulawesi Utara tercatat

mengalami peningkatan, dari yang semula

tumbuh sebesar 2,93% (yoy) pada triwulan

sebelumnya, menjadi sebesar 9,18% (yoy)

pada triwulan laporan. Perkembangan sektor

pariwisata Sulawesi Utara pada beberapa

bulan terakhir mendorong peningkatan

penyaluran kredit UMKM, khususnya untuk

dua lapangan usaha yang mendominasi kredit

UMKM yaitu lapangan usaha perdagangan

(pangsa 65%) dan lapangan usaha akomodasi

dan makan minum (pangsa 5%) yang erat

kaitannya dengan sektor pariwisata.

Peningkatan kredit UMKM sayangnya tidak

disertai dengan perbaikan ketahanan UMKM,

yang tercermin dari penurunan kualitas kredit

UMKM. Rasio NPL kredit UMKM meningkat

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

35

menjadi 6,10%, dibanding periode sebelumnya

yang hanya sebesar 6,07%.

Grafik IV.18. Pangsa Kredit UMKM terhadap

Total Kredit

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik IV.19. Pangsa Kredit UMKM Spasial

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Pangsa kredit UMKM di periode laporan

tercatat mengalami peningkatan, yakni

menjadi sebesar 26,2%, jika dibandingkan

pangsa pada periode sebelumnya (25,4%).

Berdasarkan wilayahnya, konsentrasi

penyaluran kredit UMKM terbesar berada di

Kota Manado sebesar 63,8%, diikuti Kota

Bitung sebesar 9,6% dan Kota Bitung sebesar

9,6%. Meski demikian, dari sisi kerentanan

terhadap risiko kredit bermasalah, Kota

Manado perlu menjadi perhatian. Sebagai

daerah dengan realisasi kredit UMKM

terbesar, rasio NPL kredit UMKMnya telah

melewati threshold yaitu sebesar 6,3% pada

triwulan laporan meningkat dari triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,35%. DIsamping

itu, Kab. Bolaang Mongondow mencatatkan

NPL tertinggi dibandinkan 15 kab/kota lainnya

untuk kategori kredit UMKM, rasio kredit

bermasalah kab. Minahasa Tenggara tercatat

mencapai 40,9% pada periode laporan yang

perlu menjadi perhatian bersama.

4.4.2. Akses Keuangan Penduduk

Indikator akses keuangan Sulawesi Utara

terutama dari sisi penghimpunan dana

sebagaimana halnya dengan sisi kredit

mengalami peningkatan. Rasio jumlah

rekening DPK terhadap penduduk angkatan

kerja di Sulawesi Utara masih menunjukkan

tren meningkat, dimana pada data terakhir

yaitu periode Februari 2016 rasio tersebut

tercatat sesar 93,42%. Rasio yang belum

mencapai 100% menunjukkan belum seluruh

angkatan kerja Sulawesi Utara memiliki

rekening simpanan di Bank.

Grafik IV.20. Rasio Rekening DPK per

Penduduk Bekerja

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Grafik IV.21. Rasio Rekening Kredit per

Penduduk Bekerja

Sumber: LBU Bank Indonesia, diolah

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

36

Sementara itu, rasio jumlah rekening kredit

terhadap jumlah penduduk angkatan kerja di

Sulawesi Utara menunjukkan sedikit

peningkatan menjadi 16,04% di bulan Februari

2016. Masih sangat rendahnya rasio rekening

kredit menunjukkan bahwa fasilitas

pembiayaan belum banyak dimanfaatkan oleh

masyarakat Sulawesi Utara, baik karena alasan

belum membutuhkan maupun secara

administratif dan non-administratif belum

dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan

untuk dapat memanfaatkan fasilitas

pembiayaan. Masih minimnya rasio tersebut

juga menunjukkan masih terdapat ruang

untuk meningkatkan penyaluran kredit di masa

mendatang.

4.4.3. Upaya Peningkatan Akses Keuangan

Sebagai upaya agar lembaga

keuangan/pembiayaan dapat diakses seluruh

lapisan masyarakat Sulawesi Utara yang

kemudian diharapkan dapat turut

pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

sekaligus mengatasi kemiskinan, dalam

beberapa kurun waktu terakhir Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulawesi

Utara telah melakukan berbagai bentuk

langkah dan upaya, diantaranya adalah sebagai

berikut :

• Kerjasama bersama lembaga

keagamaan di Sulut dalam rangka

perluasan Akses Keuangan yakni

Keuskupan, Sinode GMIM,

Muhammadiyah, Nahadatul Ulama,

GMIMB dan Gereja Pentakosta dan

Bethel serta Persatuan Pedagang

Muslim (Parmusi).Kerjasama ini

dilakukan dalam sistem sharing risk

antara lembaga keagamaan yang

merekomendasikan jemaatnya

dengan lembaga pembiayaan.

• Penyediaan informasi berupa Kajian

Identifikasi Potensi implementasi

Layanan Keuangan Digital di Sulawesi

Utara yang dilakukan di 3 Kabupaten

Kepulauan yakni Kab. Kep. Sitaro, Kab.

Kep. Sangihe dan Kab. Kep. Talaud.

• Penyelenggaraan edukasi keuangan

yang dilakukan secara berkelanjutan

setiap triwulan. Pada triwulan II 2016,

edukasi keuangan telah sebanyak 2

(dua) kali pada bulan Agustus dan

September 2016 yang diadakan di Kota

Manado dan Kota Kotamobagu,

dengan target peserta kasir

perbankan, SPBU dan supermarket

serta masyarakat umum dan pelaku

usaha

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

37

Bab V.

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan

Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan III 2016, transaksi pembayaran baik nontunai maupun tunai menunjukkan

penurunan. Transaksi kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) menunjukkan

penurunan seiring dengan switching referensi masyarakat untuk menggunakan RTGS dalam

bertransaksi akibat perubahan batas bawah nilai transaksi RTGS. Sementara itu, kebutuhan uang

kartal di Sulawesi Utara mengalami penurunan seiring dengan menurunnya konsumsi masyarakat.

Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun nontunai,

Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan dan menyempurnakan kebijakan dan kegiatan

penyelenggaraan sistem pembayaran nontunai serta pengelolaan uang tunai Rupiah. Bank Indonesia

melakukan berbagai upaya di Sulawesi Utara seperti kas titipan, kas keliling, pemusnahan Uang Tidak

Layak Edar (UTLE), pemberantasan uang palsu, Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), Layanan

Keuangan Digital (LKD), sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR).

5.1. PENYELENGGARAAN LAYANAN

SISTEM PEMBAYARAN NONTUNAI

Pada triwulan III 2016, transaksi kliring

melalui Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI) di Sulawesi Utara

menunjukkan penurunan. Penurunan ini

terlihat baik dari sisi nilai maupun volume

transaksinya. Penurunan tersebut sejalan

dengan perlambatan ekonomi Sulawesi Utara

pada triwulan III 2016 dibandingkan triwulan

sebelumnya. Di samping itu, penurunan juga

dipengaruhi oleh perubahan batas bawah nilai

transaksi Real-time Gross Settlement Systems

(RTGS) yang semula Rp500 juta menjadi Rp100

juta per 1 Juli 2016 yang menyebabkan

switching preferensi masyarakat untuk

menggunakan RTGS sebagai media

bertransaksi. Pada triwulan III 2016, total

nominal transaksi SKNBI di Sulawesi Utara

tercatat sebesar Rp2,242 Triliun atau menurun

23,79% (yoy).

Grafik V.1. Perkembangan Transaksi Kliring

Sumber: SKNBI, Bank Indonesia

Bank Indonesia terus melakukan upaya

menjaga kelancaran transaksi pembayaran

nontunai. Upaya yang dilakukan antara lain

melalui implementasi SKNBI Generasi II sejak 5

Juni 2015, mendorong Gerakan Nasional Non

Tunai (GNNT) melalui Layanan Keuangan

Digital (LKD) dan elektronifikasi serta

melakukan pemantauan pada Koordinator

Pertukaran Warkat Debit (KPWD).

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Nilai Transaksi (Rp Triliun) Pertumbuhan

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

38

Guna meningkatkan penggunaan LKD di

Sulawesi Utara, Bank Indonesia berupaya

memperluas implementasi LKD melalui

dorongan kepada BRI dan Bank Mandiri, yang

merupakan bank penyelenggara LKD di

Sulawesi Utara, untuk memperbanyak agen

LKD di tiap-tiap daerah. Untuk mendukung

upaya tersebut, Bank Indonesia juga

melakukan mediasi perbankan dan pihak

penyedia jaringan. Selain itu, Bank Indonesia

juga melakukan monitoring beberapa agen

LKD di Manado, dimana sepanjang tahun 2016,

telah dilakukan monitoring kepada 4 agen LKD

guna melihat progres perkembangannya.

Sejalan dengan upaya-upaya tersebut, jumlah

agen LKD di Sulawesi Utara mengalami

perkembangan signifikan per Agustus 2016

terdapat sebanyak 1.179 agen, meningkat

sebesar 196% dari 395 agen pada Agustus

2015.

Selanjutnya, dalam rangka mendorong

elektronifikasi, Bank Indonesia memfasilitasi

Perjanjian Kerja Sama (PKS) implementasi

transaksi pembayaran dan penerimaan Pemda

melalui aplikasi kasda online yang

diintegrasikan dengan simda online antara 6

Pemda yaitu Pemkab Minahasa Utara,

Minahasa Selatan, Bolaang Mongondow,

Bolaang Mongondow Utara, dan Kepulauan

Talaud dengan Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) serta PT Bank

SulutGo. Penandatangan PKS tersebut

dilakukan pada 14 November 2016.

Sebelumnya, Bank Indonesia juga telah

memfasilitasi penandatanganan Nota

Kesepahaman dalam rangka mendukung

Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) antara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sulawesi Utara dengan Pemerintah Provinsi

Sulawesi Utara, Pemerintah Kota Manado, dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi

Sulawesi Utara pada tanggal 23 Juni 2015.

Rencana elektronifikasi pada tahun 2017

kedepan yaitu implementasi pembayaran gaji

pegawai melalui kasda online di Kab.

Minahasa, pembayaran pajak seperti Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) dan samsat secara

online.

Berbagai sosialisasi dan edukasi GNNT terus

dilakukan oleh Bank Indonesia pada berbagai

kesempatan dan kepada beragam

stakeholders. Sepanjang tahun 2016, telah

dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada

Pemda Kab/Kota, kasir perbankan, Stasiun

Pengisian Bahan Bakar (SPBU), department

store, pelaku usaha dan masyarakat. Khusus

triwulan III 2016, Bank Indonesia

menyelenggarakan sosialisasi GNNT kepada

pelaku usaha, nasabah perbankan dan

masyarakat di Kotamobagu pada September

2016. Adapun pada triwulan IV 2016, telah

dilakukan sosialisasi GNNT kepada masyarakat

dan pelaku usaha di Gorontalo.

Di sisi dukungan pada kelancaran sistem

kliring, Bank Indonesia melakukan

pemantauan kepatuhan KPWD melalui analisis

laporan berkala setiap bulan. Selain itu, ada

juga pemantauan langsung onsite visit kepada

KPWD selain Bank Indonesia. Sepanjang

semester I 2016, telah dilakukan onsite visit

KPWD di Tahuna. Sementara pada triwulan III

2016, dilakukan onsite visit pada KPWD di

Kotamobagu dan pada triwulan IV 2016, telah

dilakukan onsite visit pada KPWD di Bitung

serta akan dilakukan pada KPWD di Gorontalo.

Di Sulawesi Utara, terdapat 5 penyelenggara

kliring yaitu Bank Indonesia di Manado, dan 4

KPWD yang terdiri dari Bank Mandiri di

Gorontalo, BNI di Kotamobagu, Bank Mandiri

di Kep. Sangihe, dan BNI di Bitung.

5.2. PENGELOLAAN UANG TUNAI

Kebutuhan uang kartal pada triwulan III 2016

mengalami penurunan dibandingkan triwulan

II 2016. Penurunan kebutuhan uang kartal

tercermin dari aktivitas setoran-bayaran uang

tunai yang berada pada posisi net inflow (lebih

besar uang kartal yang masuk ke Bank

Indonesia) sebesar Rp0,66 Triliun,

berkebalikan dengan dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat net outflow (lebih

besar uang kartal yang keluar dari Bank

Indonesia) Rp1,44 Triliun. Penurunan

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

39

kebutuhan uang kartal tersebut sejalan dengan

melambatnya konsumsi rumah tangga yang

disebabkan oleh faktor base effect perayaan

hari raya Idul Fitri, dimana konsumsi

kebutuhan Idul Fitri pada tahun ini banyak

dilakukan pada akhir triwulan II 2016

(perayaan Idul Fitri pada minggu I triwulan III).

Grafik V.2. Perkembangan Aliran Uang Kartal

(Rp Triliun)

Sumber: Bank Indonesia

Seiring dengan kebijakan clean money policy,

kegiatan pemusnahan uang tidak layak edar

(UTLE) terus dilakukan oleh Bank Indonesia.

Pada triwulan III 2016, jumlah UTLE yang

dimusnahkan mencapai Rp0,66 Triliun dengan

rasio terhadap inflow sebesar 27%.

Pemusnahan UTLE dilakukan sejalan dengan

komitmen Bank Indonesia untuk secara

konsisten memastikan ketersediaan uang layak

edar bagi masyarakat melalui kas keliling dan

kas titipan.

Tercatat selama periode triwulan III 2016,

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi

Utara telah melakukan kegiatan penukaran

dan kas keliling total sebanyak 59 kali, yang

terdiri dari 20 kali pada bulan Juli, 20 kali pada

bulan Agustus dan 19 kali pada bulan

September. Berdasarkan lokasinya, sebanyak

50 kali di dalam Manado dan 9 kali di luar

Manado (Airmadidi 3 kali, Amurang 2 kali,

Gorontalo, Bitung, Tondano, dan Siau). Jumlah

kegiatan kas keliling pada triwulan III 2016

meningkat dari 38 kali pada triwulan II 2016.

Adapun total modal kerja yang digunakan

dalam kas keliling triwulan III 2016 tersebut

sebanyak Rp30,9 Milyar dengan tingkat

serapan sebesar 82% yaitu Rp25,5 Milyar.

Bank Indonesia juga menyelenggarakan

pelayanan jasa kas titipan dalam rangka

penyediaan kebutuhan uang kartal. Pada

triwulan III 2016, dilakukan sebanyak 6 kali kas

titipan, yang terdiri dari 2 kali di Tahuna (Bank

Mandiri), 3 kali di Gorontalo (Bank Mandiri)

dan 1 kali di Kotamobagu (Bank SulutGo).

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara dan

Gorontalo pada triwulan III 2016 sebanyak 93

lembar, lebih banyak dari triwulan II 2016

yang tercatat sebanyak 18 lembar.

Berdasarkan pecahannya, sepanjang triwulan

III 2016, temuan tersebut terdiri dari 40 lembar

pecahan Rp100 ribu, 51 lembar pecahan Rp50

ribu, 1 lembar Rp20 ribu dan 1 lembar Rp2 ribu.

Pemberantasan uang palsu terus dilakukan

Bank Indonesia antara lain melalui penguatan

koordinasi bersama aparat penegak hukum

melalui penandatanganan Pokok-Pokok

Kesepahaman dalam rangka Mendukung

Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia dengan

Kepolisian Daerah Sulawesi Utara pada tanggal

23 Juni 2015. Selain itu, untuk meningkatkan

kehati-hatian masyarakat, Bank Indonesia

menggiatkan berbagai kegiatan sosialisasi dan

edukasi sepanjang triwulan III 2016, antara lain

sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah (CIKUR)

kepada masyarakat, pelaku usaha, nasabah

perbankan, dan kasir perbankan. Sepanjang

triwulan III 2016, telah dilakukan 3 kali

sosialisasi kepada masyarakat yang

diselenggarakan di Manado dan Kotamobagu.

Di samping itu, Bank Indonesia juga terus

memperkuat strategi komunikasi terkait

kewajiban penggunaan Uang Rupiah dalam

bertransaksi di wilayah NKRI.

Grafik V.3. Perkembangan Temuan Uang

Palsu (lembar)

Sumber: Bank Indonesia

-1.44

0.66

(3)

(2)

(1)

-

1

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Inflow Outflow Netflow

69 64

34

67

149

124

219 214

7967

58

84

205

18

93

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

40

Bab VI.

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara menunjukkan perbaikan. Hal tersebut tercermin dari

peningkatan jumlah angkatan kerja dan penurunan tingkat pengangguran terbuka, yang merupakan

dampak perbaikan lapangan usaha pertanian dan peningkatan permintaan seiring meningkatnya

kunjungan wisatawan mancanegara.

Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga menunjukkan peningkatan.

Hal tersebut tercermin dari perbaikan tingkat pendapatan per-kapita, tingkat kemiskinan, IPM, dan

tingkat upah serta rasio gini dan NTP tahun 2016. Program pengentasan kemiskinan Pemerintah

Daerah “ODSK” menjadi salah satu pendorong upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Sulawesi

Utara.

6.1. KETENAGAKERJAAN

Tabel VI.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

Menurut Jenis Kegiatan Utama

Sumber: BPS, diolah

Membaiknya ketenagakerjaan di Sulawesi

Utara, salah satunya tercermin dari

peningkatan jumlah angkatan kerja.

Menigkatnya jumlah angkatan kerja tersebut

sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk

15 tahun ke atas. Angkatan kerja yang

meningkat dimaksud terindikasi lebih

produktif dan siap untuk bekerja, karena

pertumbuhan jumlah angkatan kerja pada

Agustus 2016 (7,71%) jauh lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan penduduk 15

tahun ke atas pada posisi yang sama (1,37%).

Kondisi tersebut juga terkonfirmasi oleh angka

pertumbuhan jumlah orang bekerja (11,05%),

yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan

jumlah angkatan kerja.

Lapangan usaha pertanian masih

mendominasi penyediaan lapangan

pekerjaan di Sulawesi Utara, bahkan pada

Agustus 2016 tercatat pertumbuhan jumlah

tenaga kerja pada usaha pertanian paling

tinggi dibandingkan lapangan usaha lainnya.

Peningkatan jumlah tenaga kerja pada

lapangan usaha pertanian didorong oleh

perbaikan produksi tanaman bahan makanan

khususnya beras, perbaikan produksi kelapa

dan panen raya cengkih. Kondisi cuaca yang

membaik serta program Pemerintah Daerah

dalam peningkatan luas lahan, bantuan bibit

dan alsintan juga menjadi faktor pendorong

perbaikan produksi pertanian dan peningkatan

jumlah pekerja pada lapangan usaha ini.

Sementara itu, lapangan usaha perdagangan

dan jasa kemasyarakatan, yang merupakan

lapangan pekerjaan terbesar ke-2 dan ke-3 di

Sulawesi Utara, juga menunjukkan

peningkatan pertumbuhan tenaga kerja.

Peningkatan tersebut didorong oleh

peningkatan permintaan seiring peningkatan

wisatawan mancanegera. Di sisi lain,

penurunan jumlah tenaga kerja terjadi pada

lapangan usaha konstruksi akibat penundaan

penyaluran anggaran sejalan dengan

penurunan konsumsi pemerintah. Sementara

itu, masih lemahnya kondisi industri

pengolahan ikan menyebabkan terjadinya

Ags Ags

Penduduk 15 thn ke atas (ribu jiwa) 1,793 1,818 1.37%

Angkatan kerja (ribu jiwa) 1,099 1,184 7.71%

Bekerja 1,000 1,111 11.05%

Pengangguran 99 73 -26.06%

TPAK (%) 61.28 65.11 6.25%

TPT (%) 9.03 6.18 -31.56%

Pertumbuhan

(yoy)

2015 2016Jumlah Bekerja

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

41

penurunan tenaga kerja di lapangan usaha

industri.

Tabel VI.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan statusnya, pekerjaan informal

menunjukkan peningkatan jumlah tenaga

kerja secara signifikan dan masih

mendominasi penyediaan lapangan

pekerjaan di Sulawesi Utara. Peningkatan

jumlah tenaga kerja di sektor informal sejalan

dengan peningkatan kinerja dan jumlah tenaga

kerja di lapangan usaha pertanian. Tenaga

kerja pada lapangan usaha pertanian

merupakan pekerja yang berusaha sendiri dan

pekerja keluarga/tak dibayar. Hal tersebut juga

terkonfirmasi dari peningkatan tenaga kerja

dengan jumlah jam kerja 1-7 jam per minggu.

Tenaga kerja yang bekerja dengan jumlah jam

tersebut meningkat 218% dari 7.000 jiwa

menjadi 22.000 jiwa.

Tabel VI.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: BPS, diolah

Berdasarkan tingkat pendidikan, tenaga kerja

dengan pendidikan SD ke bawah masih

mendominasi. Hal tersebut sesuai dengan

pangsa lapangan usaha pertanian yang

mendominasi perekonomian dan pekerjaan di

Sulawesi Utara. Sementara itu, peningkatan

jumlah tenaga kerja tertinggi pada Agustus

2016 disumbang oleh tenaga kerja dengan

pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

sejalan dengan peningkatan tenaga kerja di

lapangan usaha jasa kemasyarakatan.

Tabel VI.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas

yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (ribu orang)

Sumber: BPS, diolah

Meningkatnya potensi dan ketersediaan

ketenagakerjaan di Sulawesi Utara, diimbangi

dengan peningkatan kualitas tenaga kerja.

Peningkatan kualitas tenaga kerja di Sulawesi

Utara tercermin dari penurunan tajam angka

tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada

Agustus 2016 menjadi 6,18% dari 9,03% pada

Agustus 2015. Penurunan TPT tersebut terjadi

di seluruh jenjang pendidikan yang

ditamatkan. Penurunan TPT tertinggi terjadi

pada kelompok Sekolah Menengah Kejuruan

seiring dengan peningkatan wisatawan

mancanegara dan pertumbuhan UMKM di

Sulawesi Utara dan merupakan dampak dari

program pemerintah dalam menyambut

kunjungan wisatawan mancanegara yaitu

memberikan pelatihan khususnya bahasa asing

kepada tenaga kerja di Sulawesi Utara.

Tabel VI.5. Tingkat Pengangguran Terbuka

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: BPS

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara

secara umum mengalami peningkatan. Hal

tersebut tercermin dari peningkatan

pendapatan per kapita, perbaikan tingkat

kemiskinan, peningkatan Indeks

2015 2016

Ags Ags

Pertanian 319 398 24.54% 36%

Industri 68 64 -5.47% 6%

Konstruksi 85 80 -5.72% 7%

Perdagangan 207 223 7.45% 20%

Transportasi 83 75 -10.08% 7%

Keuangan 26 27 1.29% 2%

Jasa Kemasyarakatan 189 223 17.65% 20%

Lainnya* 22 22 -1.59% 2%

*Lapangan Usaha Pertambangan, Listrik, Gas dan Air

Lapangan Pekerjaan Utama PangsaPertumbuhan

(yoy)

2015 2016

Ags Ags

Formal 405 430 6.20% 39%

Informal 596 681 14.34% 61%

Status Pekerjaan

Utama

Pertumbuhan

(yoy)Pangsa

2015 2016

Ags Ags

SD Ke bawah 347 409 17.78% 37%

Sekolah Menengah Pertama 206 209 1.12% 19%

Sekolah Menengah Atas 229 226 -1.53% 20%

Sekolah Menengah Kejuruan 90 125 37.82% 11%

Diploma I/II/III 24 27 11.79% 2%

Universitas 104 116 11.62% 10%

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

Pertumbuhan

(yoy)Pangsa

2015 2016

Ags Ags

SD Ke bawah 3.74 2.80

Sekolah Menengah Pertama 6.80 5.11

Sekolah Menengah Atas 13.92 10.88

Sekolah Menengah Kejuruan 19.18 10.29

Diploma I/II/III 7.85 2.31

Universitas 8.94 6.20

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

42

Pembangunan Manusia (IPM), tingkat upah

yang cukup tinggi, dan perbaikan rasio gini,

serta perbaikan Nilai Tukar Petani selama

tahun 2016.

Peningkatan kesejahteraan khususnya

standar hidup masyarakat di Sulawesi Utara

tercermin dari membaiknya beberapa

indikator utama yakni pendapatan per kapita,

tingkat upah dan IPM. Ketiga indikator

tersebut menunjukkan perkembangan yang

positif pada tahun 2015 dibandingkan tahun

sebelumnya. Peningkatan pendapatan per

kapita di tengah perlambatan ekonomi

menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi

Utara cukup kuat. Sementara itu, tingkat upah

di Sulawesi Utara juga mendukung perbaikan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Upah

Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun 2016

sebesar Rp2.400.000 yang merupakan

tertinggi ke-tiga secara Nasional (di bawah

Jakarta dan Papua). Di sisi lain, IPM Sulawesi

Utara juga meningkat pada tahun 2015

menjadi kategori tinggi (70,39) dari kategori

sedang (69,96) pada tahun 2014. Peningkatan

tersebut ditopang oleh meningkatnya ke-

empat indikator pembentuk IPM yaitu Angka

Harapan Hidup saat lahir (AHH) dari 70,94

menjadi 70,99 tahun, Harapan Lama Sekolah

(HLS) dari 12,16 menjadi 12,43 tahun, Rata-

rata Lama Sekolah (RLS) dari 8,86 menjadi 8,88

tahun, dan pengeluaran per kapita dari

Rp9.628.000 menjadi Rp9.729.000.

Peningkatan IMP menunjukkan bahwa

program pembangunan infrastruktur dan

peningkatan kesejahteraan oleh Pemerintah

berjalan dengan baik.

Grafik VI.1. Pendapatan per-Kapita

Sumber: BPS, diolah

Sementara itu, tingkat kemiskinan dan

kesenjangan/ketidakmerataan di Sulawesi

Utara mengalami penurunan. Posisi bulan

Maret 2016 dibandingkan Maret tahun 2015,

terlihat adanya penurunan kemiskinan di kota

dan desa, meskipun dihadapi dengan

peningkatan garis kemiskinan baik di kota

maupun desa. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pendapatan masyarakat di kota

dan desa khususnya penduduk miskin

transient (penduduk miskin yang berada di

dekat garis kemiskinan) mengalami

peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan

kenaikan garis kemiskinan. Adapun perbaikan

tersebut didukung oleh terjaganya sumber

pendapatan masyarakat khususnya dari

pertanian, inflasi harga bahan pangan dan non

pangan yang terkendali dan program

Pemerintah Daerah “ODSK” Operasi Daerah

Selesaikan Kemiskinan yang terbuktif efektif

dalam mengurangi kemiskinan. Adapun

sebesar 70% penduduk miskin berada di

pedesaan. Di sisi lain, kesenjangan atau

ketidakmerataan pendapatan yang tercermin

dari rasio gini mengalami penurunan. Rasio gini

tahun 2015 tercatat 0,37, lebih rendah dari

tahun 2014 sebesar 0,42. Hal ini tidak terlepas

dari program pengentasan kemiskinan oleh

Pemerintah Daerah melalui program “ODSK”.

Tabel VI.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan

Persentase Penduduk Miskin Menurut Kota

dan Desa

Sumber: BPS

Nilai Tukar Petani (NTP) pada tahun 2016

membaik dibandingkan tahun 2015, namun

NTP pada triwulan III 2016 cenderung

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.

NTP merupakan indikator yang mencerminkan

kesejahteraan masyarakat di lapangan usaha

pertanian. Rata-rata NTP Sulawesi Utara pada

tahun 2016 (Jan-Sep) meningkat menjadi 96,94

dari 96,48 pada tahun 2015. Peningkatan

tersebut didorong oleh perbaikan tingkat

inflasi pada tahun 2016. Namun secara

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

0

5

10

15

20

25

30

35

40

2011 2012 2013 2014 2015

Pendapatan per-Kapita (Rp Juta) Pertumbuhan Pendapatan per-Kapita

Kota Desa Total Kota Desa Total

Jumlah Penduduk Miskin (ribu) 61 148 209 61 142 203

Tingkat Kemiskinan (%) 5.52 11.27 8.65 5.34 10.97 8.34

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) 290,820 299,177 295,365 312,328 321,985 317,478

Maret 2015 Maret 2016Deskripsi

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

43

triwulanan, rata-rata NTP Sulawesi Utara pada

triwulan III 2016 mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata

NTP Sulawesi Utara turun dari 96,92 menjadi

96,56. Hal tersebut diperkirakan karena

turunnya harga sektor tanaman pangan dan

perkebunan pada bulan Juli dan Agustus akibat

meningkatnya jumlah produksi. Secara umum,

NTP Sulawesi Utara masih di bawah 100 yang

mencerminkan bahwa masyarakat atau

pekerja di lapangan usaha pertanian masih

belum sejahtera. Berdasarkan sub lapangan

usahanya sepanjang tahun 2016, NTP tanaman

pangan, perkebunan dan perikanan masih

berada di bawah batas sejahtera, sementara

itu NTP holtikultura dan peternakan sudah

berada di atas batas sejahtera. Oleh karena itu,

untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di lapangan usaha pertanian,

Pemerintah Daerah perlu terus membangun

atau memperbaiki infrastruktur jalan

khususnya ke pedesaan agar distribusi barang

menjadi lebih mudah dan murah.

Grafik VI.2. Rata-rata Nilai Tukar Petani Tahun

2016 (Jan-Sep)

Sumber: BPS, diolah

96.94 96.55

103.21

90.82

101.59

99.65

NTP NTP Pangan NTPHoltikultura

NTPPerkebunan

NTPPeternakan

NTP Perikanan

100: Batas Sejahtera

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

44

Bab VII.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I 2017 diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara diprakirakan berada pada kisaran 5,54-

5,94% (yoy). Proyeksi perlambatan pada awal tahun terutama disebabkan oleh kembali normalnya

aktivitas konsumsi swasta pasca peningkatan yang cukup tinggi pada triwulan IV 2016 seiring dengan

perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain itu, perlambatan juga dirasakan pada kinerja konsumsi

pemerintah, lapangan usaha konstruksi dan investasi sesuai dengan pola seasonalnya yang menurun

pada awal tahun seiring belum dimulainya proyek pembangunan infrastruktur baru.

Sementara itu, untuk keseluruhan tahun 2017, perekonomian Sulawesi Utara diperkirakan

meningkat dibandingkan tahun 2016 pada kisaran 6,19-6,59% (yoy). Proyeksi peningkatan

pertumbuhan didorong oleh berbagai faktor. Di tengah proyeksi peningkatan tersebut, beberapa

faktor risiko baik dari sisi eksternal maupun internal tetap perlu mendapat perhatian.

Pada triwulan pertama 2017, sebagaimana pola historisnya, tekanan inflasi Sulut diperkirakan mereda

khususnya secara bulanan, seiring dengan normalisasi permintaan pasca lonjakan di akhir tahun. Di

sisi suplai, produksi tabama yang diproyeksikan meningkat pada Desember akan memberi dampak

positif pada koreksi harga terutama pada Januari dan Februari 2017. Secara tahunan, Inflasi Sulut pada

triwulan I 2017 diperkirakan sebesar 1,82±1% (yoy).

Setelah mengalami level inflasi yang cukup rendah pada tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara pada tahun

2017 diperkirakan relatif terkendali meskipun cenderung lebih tinggi dibanding 2016. Inflasi Sulut

pada 2017 diperkirakan berada dalam rentang 3±1% (yoy). Sumber tekanan inflasi 2017 terutama

berasal dari kelompok administered prices seiring rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi

listrik. Di sisi lain, tekanan pada kelompok volatile food dan kelompok inti diperkirakan relatif

moderat.

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI

Perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan I

2017 diprakirakan tumbuh melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara

diprakirakan berada pada kisaran 5,54-5,94%

(yoy). Proyeksi perlambatan pada awal tahun

terutama disebabkan oleh pelemahan

konsumsi swasta pasca peningkatan yang

cukup tinggi pada triwulan IV 2016 seiring

dengan perayaan Natal dan Tahun Baru. Hal itu

terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank

Indonesia yang menunjukkan penurunan

ekspektasi konsumen 6 bulan yang akan

datang pada Juli, Agustus dan September,

dibandingkan dengan April, Mei dan Juni.

Selain itu, perlambatan juga disebabkan oleh

melambatnya pertumbuhan konsumsi

pemerintah, lapangan usaha konstruksi dan

investasi sebagaimana pola seasonalnya yang

cenderung melambat pada awal tahun seiring

dengan belum dimulainya proyek infrastruktur

yang baru.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

45

Grafik VII.1. Indeks Ekspektasi Konsumen 6

Bulan yang Akan Datang

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Sementara itu, sepanjang keseluruhan tahun

2017, perekonomian Sulawesi Utara

diprakirakan tumbuh meningkat

dibandingkan tahun 2016. Ekonomi Sulawesi

Utara diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,19-

6,59% (yoy). Proyeksi peningkatan

pertumbuhan didorong oleh berbagai faktor.

Salah satunya yaitu penguatan daya beli

konsumen dan kegiatan perdagangan yang

didorong oleh kenaikan UMP, masih

terkendalinya tingkat inflasi seiring

peningkatan program TPID, dan tren

penurunan suku bunga kredit. Berlanjutnya

program peningkatan kunjungan wisatawan

mancanegara seiring dengan peningkatan

penyelenggaraan kegiatan MICE dan juga

rencana pembukaan rute penerbangan baru

seperti Manado-Raja Ampat dan Manado-

Morotai serta beberapa penerbangan

internasional. Dari sisi pertanian,

perekonomian akan ditopang oleh sub

lapangan usaha perkebunan, tanaman pangan

dan juga perikanan. Program Pemerintah

Daerah dalam peremajaan tanaman kelapa,

cengkih dan pala mulai terasa dampak

positifnya pada perkebunan. Program

Pemerintah Daerah dalam pencetakan sawah

baru akan berdampak pada peningkatan

produksi. Aturan pemberantasan ilegal fishing

akan mulai memberikan dampak positif bagi

usaha perikanan yang juga ditopang oleh

penyaluran bantuan kapal dari Pemerintah

Daerah ke kabupaten/kota di Sulawesi Utara.

Berkaitan dengan pertanian, sisi eksternal

yaitu harga komoditas yang membaik juga

turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Daerah juga terus menggenjot

ekspor dengan melakukan perluasan akses

pasar di Amerikan dan Eropa. Selain itu,

optimisme target penerimaan pajak yang

membaik melalui tax amnesty akan

mendorong penyaluran anggaran dari pusat ke

daerah, sehingga konsumsi pemerintah akan

meningkat. Faktor pendorong lainnya yaitu

pelonggaran LTV kredit kepemilikan rumah

dan penurunan BPHTB menjadi 2,5%. Hal

tersebut akan mendorong peningkatan

lapangan usaha dan juga investasi di Sulawesi

Utara. Untuk mendukung peningkatan

investasi, Pemerintah Daerah terus berupaya

mempersiapkan Perizinan Terpadu Satu Pintu

(PTSP), penyusunan Rencana Umum

Penanaman Modal (RUPM), dan juga bekerja

sama dengan Bank Indonesia dalam

pengembangan Regional Investor Relation Unit

(RIRU) serta pembangunan infrastruktur

strategis.

Di tengah proyeksi peningkatan tersebut,

beberapa faktor risiko baik dari sisi eksternal

maupun internal tetap perlu mendapat

perhatian. Dari sisi eksternal yaitu terbatasnya

pemulihan ekonomi dunia sehingga dapat

menyebabkan permintaan ekspor Sulawesi

Utara ikut tumbuh terbatas. Selain itu, potensi

kuat meningkatnya suku bunga Fed Fund Rate

(FFR) yang dapat berpengaruh pada jumlah

Foreign Direct Investment yang masuk ke

Sulawesi Utara. Dari sisi internal, beberapa

risiko dimaksud antara lain kondisi cuaca yang

semakin tidak pasti atau potensi terjadinya La

Nina pada akhir tahun 2016, potensi

penerimaan pajak atau sumber pendapatan

negara yang rendah, masalah pembebasan

lahan yang sering terjadi pada lokasi

pembangunan infrastruktur, dan

meningkatnya kegiatan ekspor buah kelapa

utuh. Risiko terhangat yang muncul

belakangan ini yaitu tidak tersedianya lokasi

pembuangan limbah sisa olahan industri di

Bitung. Kondisi tersebut dapat membuat

pelaku usaha olahan di Bitung “angkat kaki”

dari Sulawesi Utara dan menjadi entry barrier

bagi pelaku usaha yang ingin berinvestasi di

120.00

153.33 150.50

128.00 129.50 124.83

Apr Mei Jun Jul Agu Sep

Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan

Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

46

Sulawesi Utara. Risiko lainnya yang dapat

mempengaruhi perekonomian di Sulawesi

Utara yaitu mutasi golongan listrik bersubsidi

dan kenaikan cukai rokok yang diprakirakan

mempengaruhi tingkat konsumsi atau daya

beli masyarakat.

7.2. INFLASI

Pada triwulan pertama 2017, sebagaimana

pola historisnya, tekanan inflasi Suut

diperkirakan mereda khususnya secara

bulanan, seiring dengan normalisasi

permintaan pasca lonjakan di akhir tahun. Di

sisi supply, produksi tabama yang

diproyeksikan meningkat pada Desember akan

memberi dampak positif pada koreksi harga

terutama pada Januari dan Februari 2017.

Secara tahunan, Inflasi Sulut pada triwulan I

2017 diperkirakan sebesar 0,82±1% (yoy).

Setelah mengalami level inflasi yang cukup

rendah pada tahun 2016, inflasi Sulawesi Utara

pada tahun 2017 diperkirakan relatif

terkendali meskipun cenderung lebih tinggi

dibanding 2016. Inflasi Sulut pada 2017

diperkirakan berada dalam rentang 3±1%

(yoy). Sumber tekanan inflasi 2017 terutama

berasal dari kelompok administered prices

seiring rencana pemerintah untuk mengurangi

subsidi listrik. Di sisi lain, tekanan pada

kelompok volatile food dan kelompok inti

diperkirakan relatif moderat.

Terdapat beberapa faktor risiko inflasi lainnya

yang harus diwaspadai pada 2017 antara lain:

(i) Dampak perbaikan ekonomi pada

peningkatan permintaan yang tidak

sepenuhnya dapat direspon; (ii) Potensi

tekanan imported inflation seiring

meningkatnya ketidakpastian global yang

memberi pengaruh pada pergerakan kurs; (iii)

Kondisi cuaca yang tidak menentu; (iv) Dampak

negatif alih fungsi lahan terhadap produksi

pertanian; dan (v) Tidak optimalnya upaya

penguatan infrastruktur pangan.

Grafik VII.2. Prakiraan Inflasi Sulut

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Grafik VII.3. Ekspektasi Harga Konsumen

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

7.2.1. Volatile Foods

Tekanan inflasi kelompok volatile food

diperkirakan mereda di awal tahun 2017

sebagaimana pola historisnya seiring

peningkatan produksi tabama yang

diperkirakan terjadi di akhir 2016. Secara

keseluruhan tahun 2017, inflasi kelompok ini

diperkirakan relatif moderat. Risiko masih

membayangi khususnya untuk komoditas

bumbu-bumbuan seiring kondisi cuaca yang

tidak menentu. Di sisi lain, produksi perikanan

yang merupakan salah satu bahan makanan

utama di Sulut, diperkirakan meningkat seiring

relaksasi regulasi. Hal tersebut akan membawa

dampak positif pada pergerakan inflasi volatile

food di tahun mendatang.

7.2.2. Administered Prices

Kelompok Administered Prices diperkirakan

menjadi sumber utama penyumbang inflasi di

tahun 2017. Kondisi ini dipengaruhi oleh

rencana pemerintah dalam mengurangi

subsidi listrik, yang akan berdampak pada

peningkatan harga tarif listrik rumah tangga

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

47

900 VA. Di sisi lain, Potensi tekanan

diperkirakan juga muncul dari komoditas

angkutan udara. Program pemerintah Provinsi

untuk menjadikan Sulut sebagai hub pariwisata

KTI, yang diikuti dengan pembukaan beberapa

rute penerbangan internasional dapat

menambah tekanan pada tingkat permintaan

tiket domestik yang pada akhirnya berdampak

pada tingginya harga. Kondisi tersebut perlu

dicermati bersama, khususnya pada tataran

pemerintahan maupun badan usaha, dengan

mencermati angka okupansi penerbangan

sebagai dasar pertimbangan perlu atau

tidaknya dilakukan penambahan rute baru

ataupun peningkatan frekuensi penerbangan

domestik. Di sisi lain, risko peningkatan harga

BBM di tahun 2017 diperkirakan masih relatif

kecil. Belum solidnya perbaikan ekonomi

global menyebabkan harga minyak dunia di

tahun mendatang diperkirakan masih akan

berada di level bawah.

7.2.3. Core Inflation

Pada kelompok inti, risiko tekanan inflasi di

tahun mendatang diperkirakan relatif

moderat. Sumber risiko tekanan diperkirakan

muncul dari faktor eksternal peningkatan

ketidakpastian global, yang akan

mempengaruhi pergerakan harga emas,

ekspektasi inflasi, maupun pergerakan kurs. Di

sisi lain, perbaikan perekonomian Sulawesi

Utara dan peningkatan UMP Sulut 2017 juga

diperkirakan memberi pengaruh pada

peningkatan tingkat permintaan di tahun

mendatang.

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

48

Daftar Istilah dan Singkatan

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu

mtm month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.

qtq quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.

yoy year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Foods Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Peter Jacobs : Kepala Perwakilan / Direktur A.Yusnang : Divisi SP, PUR,

49

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indikator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 juta s/d Rp5 miliar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow dan inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.