KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global...

112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA November 2016

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

November 2016

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

VISI DAN MISI

i

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas

sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran

untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang

inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

VISI DAN MISI

ii

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KATA PENGANTAR

iii

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumatera Utara pada Triwulan III 2016 yang meliputi perkembangan makroekonomi, inflasi, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan dan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 melambat dari 5,5% (yoy) pada

triwulan lalu menjadi 5,3% (yoy). Perlambatan kinerja perekonomian ini senada dengan perlambatan perekonomian di level nasional dari 5,2% menjadi 5,0% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disebabkan konsumsi pemerintah dan investasi. Sementara itu, kinerja sektor eksternal menurun yang didorong oleh perlambatan ekspor yang dibarengi peningkatan impor. Namun demikian, konsumsi swasta justru meningkat yang disertai oleh meningkatnya impor. Konsumsi swasta terus membaik terutama sejak awal 2015, sementara impor barang konsumsi melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan permintaan masyarakat yang masih kuat. Dari sisi penawaran, melambatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 terutama ditekan oleh melambatnya kinerja kategori pertanian sesuai pola musimannya dan kategori industri pengolahan.

Memasuki triwulan IV 2016, perekonomian Sumatera Utara diperkirakan membaik.

Perbaikan tersebut didukung oleh masih kuatnya daya beli masyarakat yang didorong oleh kenaikan harga komoditas. Kinerja perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik yang disertai dengan kinerja neraca perdagangan yang terus membaik. Adanya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan realisasi belanja langsung maupun infrastruktur pemerintah diperkirakan mampu memperkuat permintaan domestik pada triwulan IV. Masuknya periode puncak panen raya komoditas CPO yang disertai dengan indikasi perbaikan permintaan dari mitra dagang utama merupakan faktor yang mendukung kuatnya keyakinan akan mulai membaiknya kinerja sektor eksternal pada triwulan IV 2016. Dengan mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan masih cukup baik dan berada pada rentang 5,2% (yoy) – 5,6% (yoy).

Momentum perbaikan ekonomi yang masih terlihat dengan kuatnya konsumsi

swasta/masyarakat yang merupakan komponen terbesar dalam struktur ekonomi Sumatera Utara perlu terus dijaga. Kegiatan investasi khususnya pembangunan infrastruktur strategis juga perlu didukung dengan sinergitas kebijakan Pemerintah Daerah. Upaya menjaga stabilitas permintaan domestik tersebut diharapkan dapat terus endorong perbaikan ekonomi Sumatera Utara ditengah perbaikan ekonomi global yang masih lambat. Berkenaan dengan hal tersebut, kami memgambil tema "Mengawal Stabilitas Perekonomian Sumatera Utara" sebagai tema buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional edisi November 2016.

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KATA PENGANTAR

iv

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, November 2016

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA

Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KATA PENGANTAR

v

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI

Sum

ut

Nas

iona

l

5,3

Konsumsi

5,4 2,7% 0,3% 1,5% 0,6%

1,3% 1,0% 0,9% 0,7% 1,4%

Rumah Tangga Konsumsi

-3,5 Pemerintah Investasi

4,4 Net Ekspor

10,8

Pertanian

4,7

%, yoy

Melema nya permintaan domes lk serta merosotnya kinerja tanaman pangan menekan kinerja perekonomian pada tri ulan

%, yoy

Industri

1,4 PBE

7,5 Konstruksi

5,5

KOMODITAS UNGGULAN

Tw II’16 Tw III’16

8.605

Rp/kg

8.717 Tw II’16 Tw III’16

650

USD/Metric ton

647

Tw II’16 Tw III’16

17.624

Rp/kg

16.728 Tw II’16 Tw III’16

183

USD cents/kg

174

CPO KARET

Tw II’16 Tw III’16

51.993

Rp/kg

56.048 Tw II’16 Tw III’16

471

USD cents/Pound

493

KOPI ARABIKA PURCHASING MANAGER

Index

Tw II’16 Tw III’16

AS 51 52

Tiongkok 49 50

India 51 52

Jepang 48 49

Harga CPO dan kopi menunjukkan perbaikan, terutama di pasar domestik seiring dengan efektifnya program mandatori biodiesel. Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra utama

%, yoy Perlambatan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 diwarnai

dengan melonjaknya tekanan inflasi. Menipisnya pasokan pangan dan hortikultura seiring dengan bergesernya musim tanam dan meluasnya wabah OPT ditengah belum stabilnya Gunung Sinabung mendorong inflasi.

INFLASI

Tw-I I’16

3,5

INFLASI UMUM

Nasional

Tw-I II’16

3,1

4,3 Sumut 6,0

4,5 Medan 6,1

3,7 P.Siantar 5,3

2,7 P.Sidempuan 4,8

2,8 Sibolga 7,5

%, yoy SSK

Stabilitas keuangan di Provinsi Sumatera Utara pada triwulan III 2016 relatif terjaga. Pertumbuhan aset, DPK dan kredit mengalami penurunan namun masih diiringi dengan kualitas penyaluran kredit yang baik, yang tercermin dari NPL yang masih berada dibawah level indikatifnya. Sementara itu, peran intermediasi perbankan juga masih baik yang tercermin dari LDR yang relatif stabil.

Tw II’16 Tw III’16

7,1 3,3

ASET

Tw II’16 Tw III’16

7,5 4,8

DPK

Tw II’16 Tw III’16

7,8 7,5

KREDIT

Tw IV’15 Tw I’16

92,4 93,0

LDR

Tw IV’15 Tw I’16

3,1 3,1

NPL

Tw II’16 Tw III’16

5,4 6,7

KREDIT KORPORASI

Tw IV’15 Tw I’16

2,5 0,6

KREDIT UMKM

KEUANGAN DAERAH

AP

BD

A

PB

N

OUTLOOK TRIWULAN I 2017

Pro

vSU

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,5 5,3

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,2 5,0

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

Tw -II I

2016

Tw-II

2016

Tw-IV

2016

5,5 5,3 5,2

5,6 esimis

p mis

PROYEKSI PDRB SUMUT Tw I 2017

Tw-I

2017

5,1

5,5 esimis

p mis

3,5± 0,5% Tw-I 2017

PROYEKSI INFLASI

AP

BD

K

ab

/K

ota

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KATA PENGANTAR

vi

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISI

vii

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ........................................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. III

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. VII

DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................................................... IX

DAFTAR TABEL ...................................................................................................................................... XII

TABEL INDIKATOR ................................................................................................................................ XIII

RINGKASAN UMUM .............................................................................................................................. XV

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ......................................................................... 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ................................................................. 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ....................................................................................... 3

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA ............................................................................... 12

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH ....................................................................................................... 27

2.1 GAMBARAN UMUM .......................................................................................................................... 28

2.2 APBD PROVINSI SUMATERA UTARA .................................................................................................... 28

2.2.1 ANGGARAN PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA ...................................................................... 29

2.2.2 REALISASI PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III 2016 ............................................. 29

2.2.3 ANGGARAN BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA ............................................................................. 31

2.2.4 REALISASI BELANJA PROVINSI SUMATERA UTARA ................................................................................ 31

2.3 APBD 33 KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA ............................................................................... 33

2.3.1 ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN APBD KABUPATEN/KOTA ...................................................... 33

2.3.2 ANGGARAN DAN REALISASI BELANJA APBD KABUPATEN/KOTA .............................................................. 34

2.4 REALISASI APBN DI SUMATERA UTARA TRIWULAN III 2016 .................................................................... 36

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ......................................................................................... 39

3.1 KONDISI UMUM ............................................................................................................................... 40

3.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL...................................................................................... 42

3.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL ............................................................................................. 44

3.4 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA ................................................................................. 46

3.4.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ......................................................................................................... 46

3.4.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 47

3.4.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 47

3.4.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 48

3.4.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 48

3.4.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 49

3.5 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA ............................................................... 49

3.6 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI .......................................................................................................... 50

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM .......... 51

4.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN SUMATERA UTARA .................................................................................. 52

4.2 ASESMEN INTERMEDIASI PERBANKAN .................................................................................................. 52

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISI

viii

4.3 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ................................................................................ 53

4.4 STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAERAH............................................................................................... 55

4.4.1 ASESMEN KETAHANAN KORPORASI ................................................................................................... 55

4.4.2 ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA ............................................................................................ 59

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH ................. 61

5.1 PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................................... 62

5.1.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ............................................................ 62

5.1.2 PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH .................................................................................. 63

5.2 UPAYA MENJAGA KELANCARAN SISTEM PEMBAYARAN ........................................................................... 64

5.3 PERKEMBANGAN LAYANAN KEUANGAN DIGITAL (LKD)........................................................................... 66

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ............................................................................ 69

6.1 KETENAGAKERJAAN ........................................................................................................................... 70

6.2 KESEJAHTERAAN ............................................................................................................................... 72

6.3 NILAI TUKAR PETANI ......................................................................................................................... 73

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................................... 75

7.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI .................................................................................................... 76

7.2 PROSPEK INFLASI .............................................................................................................................. 80

7.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH ...................................................................................... 82

LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 88

DAFTAR ISTILAH .................................................................................................................................... 90

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR GRAFIK

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................. 3

Grafik 1.2 Survei Konsumen .................................................................................................................... 4

Grafik 1.3 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................ 4

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................... 4

Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................... 4

Grafik 1.6 Perkembangan KPR ................................................................................................................ 5

Grafik 1.7 Konsumsi Listrik ...................................................................................................................... 5

Grafik 1.8 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................... 5

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................ 5

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III di Sumatera Utara .................................................. 6

Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja APBD Pemprov Sumatera Utara Triwulan III.......................... 6

Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda ......................................................................................... 6

Grafik 1.13 Pembelian Barang Tahan Lama ............................................................................................ 7

Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi ................................................................................................ 7

Grafik 1.15 Impor Barang Modal ............................................................................................................ 8

Grafik 1.16 Penjualan Semen .................................................................................................................. 9

Grafik 1.17 Kredit Investasi ..................................................................................................................... 9

Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................... 9

Grafik 1.19 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama ................................................................................ 10

Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO dan Karet ................................................................................. 10

Grafik 1.21 Ekspor CPO ......................................................................................................................... 10

Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama ...................................................................................... 10

Grafik 1.23 Ekspor Karet ....................................................................................................................... 11

Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................. 12

Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ........................................................................ 12

Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............................................................................................. 14

Grafik 1.27 Realisasi NTP Sumatera Utara ............................................................................................ 14

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Pertanian .............................................................................................. 15

Grafik 1.29 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ................................................................ 15

Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Perkebunan .......................................................................................... 16

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................... 17

Grafik 1.32 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................... 17

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi ............................................................................... 19

Grafik 1.34 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara .............................................................. 19

Grafik 1.35 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................. 19

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori PBE ......................................................................................... 20

Grafik 1.37 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................... 20

Grafik 1.38 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................... 20

Grafik 1.39 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................. 21

Grafik 1.40 Pangsa Industri Terhadap PDRB ......................................................................................... 22

Grafik 1.41 Pemetaan Profil Industri di Sumatera ................................................................................ 22

Grafik 1.42 Pemetaan Profil Industri Sedang-Besar di Sumatera ......................................................... 23

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR GRAFIK

x

Grafik 1.43 Pangsa Industri Terhadap PDRB ......................................................................................... 23

Grafik 1.44 Kondisi Jalan ....................................................................................................................... 23

Grafik 1.45 Persepsi Kebijakan Infrastruktur Daerah ........................................................................... 23

Grafik 1.46 Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan ............................................................................... 24

Grafik 1.47 Perbandingan UMP ............................................................................................................ 24

Grafik 1.48 Jumlah Tindak Pidana ........................................................................................................ 24

Grafik 1.49 Risiko Penduduk Terkena Tindak Pidana (Per 100.000 Penduduk).................................... 24

Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara ................................................................... 29

Grafik 2.2 Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara ................................... 30

Grafik 2.3 Persentase Realisasi Anggaran Belanja dan Transfer Daerah Provinsi Sumatera Utara ...... 32

Grafik 2.4 Perkembangan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ................................................. 33

Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Pendapatan Spasial Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ...................... 33

Grafik 2.6 Proporsi Komponen Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ..... 33

Grafik 2.7 Realisasi Anggaran Pendapatan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016...... 34

Grafik 2.8 Anggaran Pendapatan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 2016 ....................................... 35

Grafik 2.9 Realisasi Belanja APBD 25 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016 ............... 35

Grafik 2.10 Persentase Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Belanja Per

Triwulan ................................................................................................................................................ 37

Grafik 2.11 Persentase Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Berdasarkan Fungsi ......................... 37

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................... 40

Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera ..................................................... 40

Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera................................................. 42

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut...................................................................................................... 42

Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut ................................................................................. 43

Grafik 3.6 Stok Beras BULOG ................................................................................................................ 44

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi .................................................................................................................. 45

Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial ........................................................................................ 45

Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ......................................................................... 45

Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera

Utara ..................................................................................................................................................... 46

Grafik 4.1 Perkembangan DPK di Sumatera Utara................................................................................ 52

Grafik 4.2 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan di Sumatera Utara .......................................... 53

Grafik 4.3 Perbandingan Kredit UMKM dengan PDRB Sumut .............................................................. 53

Grafik 4.4 Risiko Kredit UMKM ............................................................................................................. 55

Grafik 4.5 Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha ................................................................................. 56

Grafik 4.6 Kapasitas Produksi ................................................................................................................ 56

Grafik 4.7 Debt Service Ratio dan Interest Coverage Ratio Korporasi Sumatera Utara ........................ 56

Grafik 4.8 Likert Scale Permintaan Permintaan ................................................................................... 57

Grafik 4.9 Likert Scale Investasi dan Kapasitas Utilisasi ....................................................................... 57

Grafik 4.10 Likert Scale Harga Jual dan Margin .................................................................................... 57

Grafik 4.11 Perkembangan harga komoditas dunia ............................................................................. 57

Grafik 4.12 Perbandingan Kredit Korporasi dengan PDRB Sumut ........................................................ 58

Grafik 4.13 Indeks Keyakinan Konsumen .............................................................................................. 59

Grafik 4.14 Rata-rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga ........................................................... 59

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga .................................................................................. 60

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR GRAFIK

xi

Grafik 4.16 Risiko Kredit Rumah Tangga ............................................................................................... 60

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS ............................................................................................ 62

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring .......................................................................................... 63

Grafik 5.3 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut .................................................................................. 64

Grafik 6.1 Perbandingan TPAK dengan TPT Sumatera Utara ............................................................... 70

Grafik 6.2 Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan .............................................................. 71

Grafik 6.3 Indeks Keyakinan Masyarakat terhadap Ketersediaan Tenaga Kerja ................................. 71

Grafik 6.4 Indeks Keyakinan Masyarakat terhadap Penghasilan ......................................................... 72

Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen ........................................................................................................ 72

Grafik 6.6 Perbandingan Gini Ratio Sumatera Utara dan Nasional ..................................................... 73

Grafik 6.7 Perbandingan NTP Sumut dengan Nasional ........................................................................ 73

Grafik 7.1 Survei Konsumen .................................................................................................................. 76

Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen ............................................................................. 77

Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................. 77

Grafik 7.4 Purchasing Manager Index ................................................................................................... 78

Grafik 7.5 Stock Beras BULOG .............................................................................................................. 80

Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga ..................................... 81

Grafik 7.7 Term Structure ...................................................................................................................... 86

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan .................................................................... 3

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................. 8

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama .......................................................................................... 10

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ................................................................... 13

Tabel 1.5 Kondisi Jalan Mantap Kawasan Sumatera ............................................................................. 23

Tabel 2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 2015 dan 2016 ............................. 29

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2016 ........... 30

Tabel 2.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2016 ................................ 31

Tabel 2.4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2016 .............................. 32

Tabel 2.5 Perkembangan Proses Pengadaan Barang dan Jasa APBD Provinsi Sumatera Utara tahun

2016 ...................................................................................................................................................... 32

Tabel 2.6 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016 35

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara................................................................................ 37

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera

Utara ..................................................................................................................................................... 41

Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................... 46

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................ 46

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ..................................... 47

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ......................................... 48

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................... 48

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................. 48

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga ............................................................. 49

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan .......................................... 49

Tabel 4.1 Indikator Perbankan Provinsi Sumatera Utara ..................................................................... 52

Tabel 4.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral di Provinsi Sumatera Utara (yoy) ......................................... 54

Tabel 4.3 Risiko Kredit per Sektor Ekonomi di Sumatera Utara .......................................................... 54

Tabel 4.4 Tabel Eksposur Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha .............................................. 55

Tabel 4.5 Debt Service Ratio dan Interest Coverage Ratio Korporasi Sumatera utara ........................ 56

Tabel 4.6 Indikator Kredit Korporasi Triwulan III Tahun 2016 ............................................................. 58

Tabel 4.7 Pangsa Kredit Rumah Tangga ............................................................................................... 60

Tabel 5.1 Transaksi RTGS ...................................................................................................................... 62

Tabel 5.2 Perputaran Kliring ................................................................................................................. 62

Tabel 6.1 Struktur Ketenagakerjaan berdasarkan jumlah penduduk usia bekerja .............................. 70

Tabel 6.2 Penduduk Bekerja Berdasarkan Pekerjaan Utama ............................................................... 70

Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Berdasarkan Pekerjaan Utama ............................................................... 71

Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani .................................................................................................................. 74

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................. 77

Tabel 7.2 Perbandingan Antara Kebijakan Operasi Moneter Lama dan Baru ...................................... 84

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

TABEL INDIKATOR

xiii

TABEL INDIKATOR

IV Total I II III IV Total I II III IVP Totalp IP

PDRB (%,yoy) 4.74 5.23 4.84 5.13 5.09 5.32 5.10 4.66 5.50 5.28 5.2 - 5.6 5 - 5.4 5.1 - 5.5

Konsumsi 4.98 4.97 4.75 4.11 4.44 4.06 4.34 4.62 5.09 4.29 5.1 - 5.5 4.6 - 5 4.9 - 5.3

Konsumsi Swasta 5.26 5.26 4.81 4.45 4.63 4.49 4.60 4.66 5.18 5.35 5.3 - 5.7 5 - 5.4 5.1 - 5.5

Konsumsi Pemerintah 3.26 2.90 4.28 1.54 3.05 1.39 2.45 4.31 4.46 -3.53 3.9 - 4.3 2.1 - 2.5 3.3 - 3.7

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3.03 3.08 3.27 3.07 4.90 4.55 3.96 5.23 5.57 4.36 4.9 - 5.3 4.9 - 5.3 4.6 - 5

Ekspor 1.51 7.90 -4.25 -1.82 -2.47 2.36 -1.56 7.37 10.60 9.31 9.6 - 10 9.1 - 9.5 7.8 - 8.2

Impor 1.44 8.33 -5.50 -6.57 -5.73 1.41 -4.07 1.43 7.61 8.83 8.8 - 9.2 6.5 - 6.9 7.4 - 7.8

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.17 4.39 6.07 5.57 3.83 6.98 5.60 5.04 7.38 4.70 5.6 - 6 5.5 - 5.9 6.1 - 6.5

Pertambangan dan Penggalian 4.14 5.14 12.41 6.08 3.66 3.81 6.40 1.36 6.72 8.36 8.8 - 9.2 6.1 - 6.5 4 - 4.4

Industri Pengolahan 0.32 2.97 0.30 3.09 5.01 5.52 3.52 6.16 1.65 1.36 2 - 2.4 2.6 - 3 2.3 - 2.7

Pengadaan Listrik, Gas 2.91 3.21 -8.50 -5.56 4.73 4.54 -1.30 -0.24 7.38 1.59 2.8 - 3.2 2.7 - 3.1 3.9 - 4.3

Pengadaan Air 6.84 6.04 9.70 8.62 4.34 3.40 6.44 4.56 5.13 10.26 5.4 - 5.8 6.2 - 6.6 5.1 - 5.5

Konstruksi 8.53 6.79 8.29 6.58 5.56 2.01 5.52 3.47 5.50 5.48 5.4 - 5.8 4.8 - 5.2 4.8 - 5.2

Perdagangan Besar dan Eceran, dan

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor5.46 6.94 4.54 5.43 4.24 3.27 4.36 2.49 5.24 7.53 6.2 - 6.6 5.2 - 5.6 5.4 - 5.8

Transportasi dan Pergudangan 6.35 5.71 5.11 5.12 6.00 5.70 5.49 4.17 6.22 8.03 7.9 - 8.3 6.5 - 6.9 7.9 - 8.3

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.50 6.48 9.21 6.86 6.18 5.66 6.95 4.25 5.70 8.47 6 - 6.4 6 - 6.4 4.9 - 5.3

Informasi dan Komunikasi 4.74 7.23 5.81 7.07 8.10 7.43 7.11 5.78 6.89 8.95 9.2 - 9.6 7.6 - 8 5.8 - 6.2

Jasa Keuangan 4.76 2.62 4.24 4.73 8.49 11.14 7.17 7.54 6.17 3.69 3 - 3.4 4.9 - 5.3 6.8 - 7.2

Real Estate 7.93 6.59 4.94 5.62 6.10 6.34 5.76 4.55 5.25 6.79 5.8 - 6.2 5.5 - 5.9 4.4 - 4.8

Jasa Perusahaan 7.46 6.76 7.24 6.84 5.01 4.49 5.86 5.46 5.49 4.92 4.2 - 4.6 4.8 - 5.2 6 - 6.4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib5.19 6.92 5.32 6.31 7.04 4.67 5.83 5.51 11.97 11.90 10.4 - 10.8 9.8 - 10.2 7.2 - 7.6

Jasa Pendidikan 0.00 6.37 2.45 -0.25 8.14 9.79 5.03 7.39 7.00 2.88 3.5 - 3.9 5 - 5.4 6.6 - 7

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.56 7.00 6.37 7.90 8.85 4.71 6.93 7.92 5.24 4.83 4.8 - 5.2 5.5 - 5.9 6.7 - 7.1

Jasa lainnya 6.08 7.04 6.15 6.91 5.61 8.06 6.69 6.96 6.30 6.42 7 - 7.4 6.5 - 6.9 6.6 - 7

Inflasi IHK (%,yoy) 8.17 8.17 6.14 7.82 6.61 3.24 3.24 7.15 4.31 6.02

Inti 3.97 3.97 4.35 4.82 4.71 4.39 4.39 4.39 5.69 5.80

Volatile Foods 7.52 7.52 3.76 8.13 4.61 4.50 4.50 4.50 5.62 11.21

Administered Prices 14.02 14.02 9.40 10.45 9.36 1.00 1.00 1.00 1.28 1.59

Ekspor Luar Negeri (Juta USD) 2223.05 9162.05 1803.72 1953.32 1964.57 1925.71 7647.33 1690.09 1852.97 1929.34

Ekspor CPO 840.13 3340.57 570.03 694.36 716.95 696.10 2677.44 498.89 613.88 699.48

Ekspor Karet 193.05 1001.61 189.13 198.13 191.15 159.77 738.18 138.83 161.51 155.71

Ekspor Kopi 96.46 369.05 98.13 114.27 84.99 83.28 380.68 89.39 92.54 67.86

Impor Luar Negeri (Juta USD) 870.50 3546.27 803.91 788.99 730.27 929.33 3252.51 699.99 832.19 808.72

Berbagai sumber, diolah

p : angka proyeksi

#N/A

6.5±0.5 6.5±0.5

2017

4.0±1

#N/A

Sisi Produksi

Sisi Permintaan

#N/A

Indikator Makro20152014 2016

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

TABEL INDIKATOR

xiv

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

RINGKASAN UMUM

xv

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL Senada dengan perekonomian Nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 melambat dari 5,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,3% (yoy). Perlambatan tersebut terutama didorong konsumsi pemerintah dan investasi. Kinerja ekspor juga melambat meski masih tumbuh cukup tinggi. Namun demikian, konsumsi swasta justru meningkat yang disertai oleh meningkatnya impor. Konsumsi swasta terus membaik terutama sejak awal 2015, sementara impor barang konsumsi melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan permintaan masyarakat yang masih kuat. Dari sisi penawaran, melambatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 terutama ditekan oleh melambatnya kinerja kategori pertanian dan kategori industri pengolahan. Di kategori pertanian, kondisi tersebut tidak terlepas dari merosotnya produksi tanaman pangan dan hortikultura. Sementara itu, tren peningkatan harga komoditas belum diikuti oleh membaiknya kinerja kategori industri pengolahan yang diperkirakan terkait dengan perbaikan ekonomi yang secara fundamental masih terbatas. Namun demikian, kinerja kategori perdagangan meningkat cukup signifikan yang disertai oleh kategori konstruksi yang tumbuh stabil. Dengan kondisi tersebut, memasuki triwulan IV 2016, indikasi perbaikan perekonomian tetap terlihat. Kinerja perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik yang kuat dan disertai kinerja neraca perdagangan yang terus membaik. Masuknya periode puncak panen raya CPO dan perbaikan permintaan dari mitra dagang utama mendukung perbaikan tersebut. Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan meningkat dan berada pada rentang 5,2% (yoy) – 5,6% (yoy).

ASESMEN KEUANGAN DAERAH Sampai dengan triwulan III 2016, realisasi belanja fiskal baik untuk APBD Provinsi, APBD Kabupaten / Kota dan APBN di Provinsi Sumatera Utara cukup baik tercermin dari adanya peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBD Provinsi Sumatera Utara tercatat sebesar 61,6% dari total anggaran, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (58,1%). Realisasi belanja 25 dari 33 APBD Kabupaten/Kota mencapai 45,9%, sedikit lebih rendah dari realisasi tahun 2015. Sementara belanja APBN Pemerintah di Sumatera Utara mencapai 56,2% dari total anggaran sebesar Rp18,562 triliun. Realisasi ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 46,3%. ASESMEN INFLASI Perlambatan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 turut disertai dengan melambungnya tekanan inflasi melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada triwulan III 2016 tercatat 6,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya yang sebesar 4,3% (yoy). Lebih lanjut, realisasi inflasi ini berada jauh di atas inflasi nasional yang hanya mencapai 3,1% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 4,3% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non fundamental, yaitu kenaikan tekanan inflasi Volatile Foods seiring dengan adanya gangguan produksi domestik yang menghambat pasokan pangan di pasaran. Sementara itu, kenaikan tekanan inflasi inti masih berada dalam level yang terjaga. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan inflasi Sumatera Utara tak kunjung mereda. Kondisi cuaca pada bulan Oktober b k k f b kt v t t b hk h k b ‘b t k’-nya Gunung Sinabung. Dengan demikian, faktor risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 diperkirakan masih tinggi. Mencermati tingginya risiko inflasi tersebut, TPID se-Provinsi Sumatera Utara terus meningkatkan komitmennya untuk mendukung capaian inflasi yang

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

RINGKASAN UMUM

xvi

rendah dan stabil. Dengan demikian, tekanan inflasi diperkirakan masih terkendali meski berpotensi tinggi melebihi sasaran yang telah ditetapkan, yaitu 4±1%. ASESMEN STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM Kinerja perbankan belum menjadi pendorong tren perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016, kinerja perbankan Sumatera Utara juga menunjukkan perlambatan yang diindikasikan oleh indikator utama yaitu asset, dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Namun demikian, stabilitas keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara masih terjaga. Hal ini tercermin dari kinerja korporasi dan rumah tangga yang masih meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan risiko yang masih berada di bawah level indikatif.

ASESMEN PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Sesuai dengan polanya, Sumatera Utara kembali mencatatkan net inflow sebesar Rp5.527 miliar pada triwulan III 2016. Kondisi ini didorong oleh normalisasi kebutuhan transaksi tunai pasca perayaan hari besar lebaran. Dalam rangka clean money policy Bank Indonesia juga telah mengedarkan uang hasil cetak sempurna sebesar Rp364,95 miliar baik melalui perbankan maupun kas keliling. Transaksi non tunai melalui BI-RTGS mengalami peningkatan 15,7% dari sisi nilai berbanding terbalik dengan transaksi kliring melalui SKNBI yang mengalami penurunan 15,74%. Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan beberapa kebijakan terkait upaya peningkatan kelancaran sistem pembayaran tunai melalui program Aplikasi Biasa Hasil Luar Biasa (ASALUSA) dan Gerakan Peduli Koin serta non tunai melalui Gerakan Nasional Non Tunai dan Perluasan Agen Layanan Keuangan Digital (LKD).

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Ditengah perlambatan ekonomi pada triwulan III tahun 2016, kondisi ketenagakerjaan Sumatera Utara relatif membaik. Hal tersebut diindikasikan oleh penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan peningkatan jumlah tenaga kerja terutama pada kategori Pertanian dan kategori Industri Pengolahan. Namun, kondisi tersebut belum tercermin pada perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara umum, tingkat kesejahteraan dapat dikatakan belum mengalami perubahan yang signifikan. Persepsi pendapatan masyarakat menunjukkan peningkatan namun diiringi dengan ketimpangan yang semakin melebar. Selain itu, daya beli masyarakat pertanian menurun dengan rataan nilai tukar petani (NTP) pada triwulan III 2016 berada dibawah 100. Kurang kondusifnya cuaca mendorong kurang optimalnya produksi tanaman pangan dan hortikultura sehingga menekan kinerja NTP secara agregat.

PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian pada triwulan I 2017 diperkirakan masih cukup baik di kisaran 5,1-5,5% (yoy). Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih bersumber dari kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal masih relatif terbatas. Perekonomian mendatang juga diperkirakan masih ditunjang dengan tekanan inflasi yang menurun seiring dengan mulai masuknya periode panen tanaman pangan yang lazimnya terjadi setiap triwulan I. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2017 masih diperkirakan membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada kisaran 5,2%-5,6%,yang disebabkan oleh perbaikan permintaan domestik yang semakin semakin solid serta kinerja net ekspor yang semakin membaik. Perbaikan perekonomian pada tahun 2017 disertai dengan perkiraan akan kembali terjangkarnya inflasi yang diperkirakan akan berada pada kisaran 4,0 ± 1% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016. Rendahnya tekanan inflasi pada tahun 2017 ditopang oleh pasokan pangan yang mulai kembali normal pada awal tahun 2017.

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI

MAKRO DAERAH

Senada dengan perekonomian Nasional, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016

melambat dari 5,5% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,3% (yoy). Perlambatan tersebut

terutama terjadi pada konsumsi pemerintah dan investasi. Namun demikian, konsumsi swasta justru

meningkat yang disertai oleh meningkatnya impor. Konsumsi swasta terus membaik terutama sejak

awal 2015, sementara impor barang konsumsi melonjak tajam dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi

ini mengindikasikan permintaan masyarakat yang masih kuat. Dari sisi penawaran, melambatnya

perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 terutama ditekan oleh melambatnya kinerja

kategori pertanian dan industri pengolahan. Di kategori pertanian, kondisi tersebut tidak terlepas dari

merosotnya produksi tanaman pangan dan hortikultura. Sementara itu, tren peningkatan harga

komoditas belum diikuti oleh membaiknya kinerja kategori industri pengolahan yang diperkirakan

terkait dengan perbaikan ekonomi yang secara fundamental masih terbatas. Namun demikian, kinerja

kategori perdagangan meningkat cukup signifikan yang disertai oleh kategori konstruksi yang tumbuh

stabil. Dengan kondisi tersebut, memasuki triwulan IV 2016, indikasi perbaikan perekonomian tetap

terlihat. Kinerja perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang oleh permintaan

domestik yang kuat dan disertai kinerja neraca perdagangan yang terus membaik. Masuknya periode

puncak panen raya CPO dan perbaikan permintaan dari mitra dagang utama mendukung perbaikan

tersebut. Dengan demikian, perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan

meningkat dan berada pada rentang 5,2% (yoy) – 5,6% (yoy).

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

2

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,5 5,3

Sumut

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,2 5,0

Nasional

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Senada dengan perekonomian Nasional, perekonomian Sumatera

Utara pada triwulan III 2016 relatif melambat dari 5,5% (yoy)

pada triwulan lalu menjadi 5,3% (yoy). Capaian ini diatas kinerja

perekonomian nasional yang juga mengalami perlambatan

menjadi 5,0% (yoy). Perlambatan ini didorong oleh adanya

penurunan baik dari sisi domestik maupun eksternal. Penurunan permintaan domestik terutama dari

sisi konsumsi pemerintah dan investasi, sementara konsumsi rumah tangga masih tumbuh baik. Hal

ini diperkirakan disebabkan oleh adanya penantian kepastian realokasi anggaran pasca penundaan

Dana Alokasi Umum (DAU) maupun Dana Alokasi Khusus (DAK). Dengan demikian, realisasi belanja

pemerintah baik dalam bentuk belanja langsung maupun infrastruktur relatif tertahan. Sementara

itu, momentum perbaikan harga komoditas perkebunan belum dapat memberikan dampak yang

cukup baik bagi kinerja perdagangan Sumatera Utara. Hal tersebut tercermin dari kinerja ekspor

yang melambat.

Dari sisi penawaran, melambatnya perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 terutama

ditekan oleh terpuruknya kinerja kategori pertanian dan industri pengolahan. Sementara itu, kinerja

kategori konstruksi relatif stabil dan kinerja kategori perdagangan membaik. Anjloknya kinerja

kategori pertanian tidak terlepas dari merosotnya produksi tanaman pangan dan hortikultura. Panen

raya kedua pada triwulan III 2016 tercatat lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Perbaikan

harga komoditas perkebunan yang terjadi belum mampu menahan penurunan kinerja kategori ini

lebih lanjut. Perbaikan harga komoditas juga belum dapat memberikan dampak yang optimal pada

kinerja industri pengolahan. Adanya pengaturan kebijakan fiskal yang memukul kinerja konsumsi

pemerintah dan investasi juga turut menyebabkan kurang maksimalnya kinerja kategori konstruksi

yang pada umumnya akseleratif pada triwulan III 2016. Sementara itu, semarak perayaan hari raya

kemerdekaan dan Festival Danau Toba pada akhir triwulan mendorong kinerja kategori

perdagangan.

Memasuki triwulan IV 2016, indikasi perbaikan perekonomian masih cukup kuat. Kinerja

perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik

yang kuat yang disertai dengan kinerja neraca perdagangan yang terus membaik. Adanya perayaan

Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan realisasi belanja langsung maupun infrastruktur

pemerintah seiring dengan proses realokasi anggaran pasca kebijakan manajemen fiskal dari

pemerintah yang telah rampung dilakukan oleh pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota

diperkirakan mampu memperkuat permintaan domestik pada triwulan IV. Masuknya periode puncak

panen raya komoditas CPO yang disertai dengan indikasi perbaikan permintaan dari mitra dagang

utama yang mendukung kuatnya keyakinan akan mulai membaiknya kinerja sektor eksternal pada

triwulan IV 2016. Dengan mencermati perkembangan beberapa indikator terkini, perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan IV 2016 diperkirakan masih cukup baik dan berada pada rentang 5,2%

(yoy) – 5,6% (yoy). Meskipun demikian, masih terdapat beberapa faktor risiko yang mewarnai

perekonomian kedepan yang perlu diantisipasi lebih lanjut. Salah satunya terkait dengan

ketidakpastian ekonomi global yang masih cukup tinggi yang dapat menahan perbaikan harga

komoditas.

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

3

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penggunaan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi

Penggunaan

Perlambatan perekonomian Sumatera Utara

pada triwulan III 2016 ditopang oleh

melemahnya perekonomian dari sisi domestik

maupun eksternal. Pelemahan ekonomi

domestik terutama disumbang dari sisi

pemerintah sementara kinerja swasta relatif

masih cukup kokoh dalam menahan

perlambatan perekonomian yang lebih dalam.

Sementara itu, perbaikan harga komoditas yang

disertai dengan indikasi mulai membaiknya

aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama

belum mampu mendongkrak kinerja ekonomi

Sumatera Utara.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

Seiring dengan adanya perayaan HBKN dan

tahun ajaran baru, konsumsi rumah tangga pada

triwulan III 2016 kembali terakselerasi dari 5,2%

(yoy) pada triwulan II 2016 menjadi 5,4% (yoy).

Akselerasi konsumsi rumah tangga juga turut

didukung oleh meningkatnya daya beli

masyarakat seiring dengan harga komoditas

yang membaik.

Antusiasme masyarakat dalam merayakan hari

raya Idul Fitri mendorong peningkatan konsumsi

masyarakat terutama dari sisi konsumsi

makanan dan minuman, pakaian, dan alas kaki

serta transportasi dan komunikasi. Sementara

itu, dimulainya tahun ajaran baru juga turut

meningkatkan konsumsi masyarakat atas

kesehatan dan pendidikan.

Perayaan hari raya Idul Fitri yang identik dengan

penganan khas tertentu mendorong

peningkatan konsumsi masyarakat atas

makanan dan minuman. Tingginya konsumsi

atas penganan khas sejalan dengan cukup

panjangnya libur dan cuti bersama Idul Fitri yang

mencapai 9 hari, jauh lebih panjang

dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya

mencapai 6 hari. Dengan perkembangan

tersebut, konsumsi makanan dan minuman

meningkat dari 6,3% (yoy) menjadi 6,5% (yoy).

IV Total I II III IV Total I II III Arah

PDRB (%,yoy) 4.7 5.2 4.8 5.1 5.1 5.3 5.1 4.7 5.5 5.3

Konsumsi 5.0 5.0 4.8 4.1 4.4 4.1 4.3 4.6 5.1 4.3

Konsumsi Swasta 5.3 5.3 4.8 4.5 4.6 4.5 4.6 4.7 5.2 5.4

Konsumsi Pemerintah 3.3 2.9 4.3 1.5 3.0 1.4 2.4 4.3 4.5 -3.5

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3.0 3.1 3.3 3.1 4.9 4.5 4.0 5.2 5.6 4.4

Ekspor 1.5 7.9 -4.3 -1.8 -2.5 2.4 -1.6 7.4 10.6 9.3

Impor 1.4 8.3 -5.5 -6.6 -5.7 1.4 -4.1 1.4 7.6 8.8

Sisi Permintaan

Indikator Makro20152014 2016

Konsumsi Rumah Tangga;

2.7%Konsumsi Pemerintah

; 0.3%

PMTB; 1.5%

Net Ekspor; 0.6%

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,2 5,4

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

4

Panjangnya periode libur dan cuti bersama Idul

Fitri juga turut meningkatkan konsumsi

masyarakat atas transportasi dan komunikasi

untuk kepentingan mudik baik dengan moda

transportasi darat, laut maupun udara.

Sementara itu, panjangnya periode libur

tersebut juga dijadikan ajang liburan bagi

masyarakat yang tidak merayakannya. Konsumsi

atas transportasi dan komunikasi meningkat dari

4,2% (yoy) menjadi 4,3% (yoy). Optimisnya

perilaku konsumen dalam melakukan aktivitas

konsumsinya pada Lebaran kali ini juga turut

terbukti dari hasil Survei Konsumen yang

menunjukkan peningkatan pada triwulan III

2016.

Grafik 1.2 Survei Konsumen

Masih dalam menyambut meriahnya Idul Fitri

2016, kebutuhan masyarakat akan pakaian baru

pun semakin tinggi. Hal tersebut juga

terkonfirmasi dari hasil liaison kepada

perusahaan ritel yang menyatakan peningkatan

permintaan akan sandang yang meningkat tajam

pada periode Ramadhan-Lebaran yang

bertepatan dengan end season sale. Hal

tersebut tercermin dari indeks penjualan eceran

yang meningkat dari 6,0% (yoy) menjadi 11,4%

(yoy). Tingginya permintaan sandang ini mampu

mendorong akselerasi konsumsi akan pakaian

dan alas kaki dari 5,4% (yoy) menjadi 5,7% (yoy).

Tingginya permintaan masyarakat juga tidak

terlepas dari masih baiknya daya beli

masyarakat. Struktur tenaga kerja di Sumatera

Utara yang didominasi oleh tenaga kerja yang

berkaitan dengan sektor pertanian mendorong

tingginya pengaruh pergerakan harga komoditas

terhadap pendapatan masyarakat. Pada triwulan

III 2016, harga komoditas perkebunan mulai

menunjukkan perkembangan yang

menggembirakan. Pembukuan harga komoditas

karet dan kelapa sawit menunjukkan pergerakan

yang cukup gemilang (lebih lanjut baca bagian

ekspor). Dengan demikian, pergerakan harga

komoditas yang cukup baik ini mendukung

perbaikan kinerja konsumsi masyarakat.

Grafik 1.3 Indeks Penjualan Eceran

Grafik 1.4 Perkembangan Nilai Tukar

Stabilitas nilai tukar yang terus diupayakan oleh

Bank Indonesia diperkirakan dapat menjaga

level psikologis masyarakat dalam melakukan

aktivitas konsumsinya. Nilai tukar Rupiah ini

secara konsisten mengalami penguatan sejak

awal tahun 2016 dan terus berlanjut memasuki

triwulan IV 2016.

Grafik 1.5 Impor Barang Konsumsi

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ES

IMIS

94

.2

96

.7

13

0.2

14

2.9

15

0.8

14

9.9

17

1.5

17

6.8

18

4.1

18

0.3

20

0.0

20

2.9

19

1.8

19

7.4

19

6.1

18

5.3

17

6.0

17

5.7

1

78

.7

17

6.1

17

9.4

18

6.2

19

9.1

19

1.4

6.0%

11.4% 8.7%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

50

100

150

200

250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Indeks SPE Growth (yoy)

8,9

04

8,5

90

8,6

10

9,0

00

9,1

00

9,3

06

9,5

08

9,6

24

9,6

94

9,7

89

10

,66

4

11

,68

9

11

,84

7

11

,61

8

11

,76

2

12

,24

7

12

,79

9

13

,13

4

13

,63

9

13

,57

8

13

,53

3

13

,31

8

13

,13

4

13

,08

4 -3.9%

-5.8%

-4.3%

0.9%

2.2%

8.3%

10.4%

6.9%

6.5%

5.2%

12.2%

21.5%

22.2%

18.7%

10.3%

4.8%

8.0%

13.0%

16.0%

10.9%

3.0%

-2.4%

-3.3%-3.3%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyUSD/Rp

RptoUS Growth

114.

0

73.9

83.1

85.6

62.8

110.

4

72.6

65.3

74.9

86.7

73.3

119.

9

62.2

70.0

48.6

120.

7

117.

3

78.4

84.4

11.9%

73.5%

-80%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

5

Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat

turut tercermin dari impor barang konsumsi

yang meningkat tajam pada triwulan III 2016.

Impor barang konsumsi pada triwulan III 2016

tercatat membaik dari 11,9% (yoy) menjadi

73,5% (yoy). Lonjakan impor barang konsumsi

ini terutama terjadi pada kelompok makanan

dan minuman, baik dalam bentuk bahan mentah

maupun olahan. Peningkatan impor makanan

dan minuman ini juga diperkirakan didorong

untuk memenuhi persediaan dalam menyambut

konsumsi yang biasanya kembali melonjak pada

akhir tahun.

Grafik 1.6 Perkembangan KPR

Meskipun demikian, kegiatan konsumsi ini

diindikasikan belum optimal. Disamping itu,

beberapa indikator menunjukkan

perkembangan yang kurang menggembirakan.

Adanya kebijakan pelonggaran ketentuan Loan

to Value (LTV) untuk kepemilikan properti belum

mendapatkan respons positif yang tercermin

dari penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)

yang masih melambat. Meskipun demikian,

tingginya kebutuhan akan rumah huni masih

menyebabkan terakselerasinya konsumsi

masyarakat atas perumahan dan perlengkapan

rumah tangga yang meningkat dari 4,1% (yoy)

menjadi 4,7% (yoy).

Konsumsi listrik rumah tangga menunjukkan

penurunan pada triwulan III 2016. Di sisi lain,

pasokan listrik sudah relatif memadai memasuki

tahun 2016.

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.7 Konsumsi Listrik

Perbaikan harga komoditas perkebunan yang

terjadi pada triwulan III belum kuat. Kondisi

tersebut diperkirakan belum cukup kuat untuk

memperluas kesempatan kerja yang tercermin

pada persepsi masyarakat atas ketersediaan

tenaga kerja yang relatif stabil. Sementara itu,

persepsi akan penghasilan masyarakat relatif

menurun.

Grafik 1.8 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan

Lapangan Kerja

Perbaikan konsumsi rumah tangga diperkirakan

masih terus berlanjut pada triwulan IV 2016.

Geliat penyaluran kredit konsumsi yang mulai

meningkat pada triwulan III 2016 diharapkan

dapat mendorong kinerja konsumsi pada

triwulan berjalan. Peningkatan aktivitas

konsumsi juga berkaitan dengan adanya

perayaan natal dan libur akhir tahun.

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

-

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

YoYRp MiliarKPR Growth KPR

-25%

-20%

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoymilyar kWh Bisnis Industri

Rumah Tangga G Rumah

G Bisnis G Industri

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Persepsi Penghasilan Persepsi Lapangan Kerja

24,7

81

26,2

99

27,8

03

29,3

71

30,2

19

31,2

39

32,8

80

34,5

48

35,0

72

35,4

21

36,9

43

37,6

81

37,8

21

38,6

15

39,7

52

40,9

68

40,9

65

41,7

62

42,4

14

42,7

9442

,907

43,6

07

44,3

24

4.4% 4.5%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal Growth (yoy)

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

6

Kebijakan manajemen fiskal berupa penundaan

Dana Alokasi Umum (DAU)1 maupun Dana

Alokasi Khusus (DAK) menekan kinerja

konsumsi pemerintah yang terkoreksi cukup

dalam sebesar -3,5% (yoy), dibandingkan

realisasi triwulan lalu yang mencapai 4,5% (yoy).

Berkaitan dengan hal tersebut, proses realokasi

anggaran dengan tetap memprioritaskan

program strategis tidak berjalan mudah,

terutama bagi pemerintah daerah yang telah

melakukan pengesahan APBD-P. Kondisi politik

yang belum stabil juga turut berkontribusi dalam

rendahnya kinerja belanja pemerintah pada

triwulan III 2016.

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,

diolah

Grafik 1.10 Persentase Realisasi APBN Triwulan III di

Sumatera Utara

Anjloknya realisasi konsumsi pemerintah turut

disebabkan oleh adanya pergeseran periode

pencairan gaji ke-13 dan 14 yang cair lebih awal

mengikuti bulan Ramadhan yang bergeser ke

triwulan II. Penggelontoran dana yang biasanya

dilaksanakan pada triwulan III telah

direalisasikan pada triwulan sebelumnya.

Dengan demikian realisasi anggaran secara

akumulatif masih relatif lebih baik dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun-tahun

sebelumnya.

Hingga triwulan III 2016, realisasi anggaran

belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara telah

mencapai 56,2% dari pagunya. Capaian ini lebih

baik dibandingkan dengan realisasi triwulan III

dalam 7 tahun terakhir yang rata-rata baru

mencapai 50,3% dari pagunya. Peningkatan

belanja APBN ini didorong oleh tingginya

capaian realisasi belanja pegawai yang telah

mencapai 77,4% dari pagunya dan belanja

barang yang telah mencapai 51,4% dari

pagunya.

Sumber: DJPK dan Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Grafik 1.11 Persentase Realisasi Belanja APBD Pemprov

Sumatera Utara Triwulan III

Masih baiknya akumulasi konsumsi pemerintah

daerah juga tercermin dari realisasi belanja

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang

mencapai 61,6% dari pagunya. Sama halnya

dengan realisasi APBN, realisasi APBD ini juga

lebih baik dari historisnya dalam 2 tahun

terakhir. Derasnya belanja pemerintah ini juga

tercermin dari rekening pemda di perbankan

yang terkoreksi hingga -6,7% (yoy) dari posisi

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,5% (yoy).

Grafik 1.12 Perkembangan Rekening Pemda

55.0 54.6 47.8 48.2 47.2 52.8 46.2 56.20.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%

50.7

%

59.7

%

23.4

%

50.6

%

58.1

%

55.0

%

0.0%

48.5

%

61.6

%

61.1

%

19.8

%

82.5

%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Transfer

TW III 2014 TW III 2015 TW III 2016

8.8%

16.0%20.8%

-1.4%

27.1%

22.0%

19.5%

-19.6%

-0.3%

0.6%

9.1%

11.7%

2.4%

24.8%

18.7%

41.8% 42.8%

27.3%

29.1%32.9%

14.7%

5.5%

-6.7%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kredit (Rp Miliar) G (yoy)

Tw-II 2016 Tw-III 2016

4,5 -3,5

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

7

Mencermati perkembangan tersebut serta

penetapan strategi realokasi dalam

mengantisipasi penundaan Dana Alokasi Umum

(DAU) maupun Dana Alokasi Khusus (DAK),

konsumsi pemerintah pada triwulan IV

diperkirakan kembali menggeliat. Dampak dari

kebijakan tersebut diperkirakan tidak akan

menjalar pada realisasi konsumsi pemerintah

pada triwulan IV seiring dengan masih

memadainya kapasitas fiskal pemerintah,

sehingga keyakinan perbaikan kinerja konsumsi

pemerintah masih kuat. Hal tersebut juga

tercermin dari rekening pemda di perbankan

yang relatif menurun.

Belum optimalnya realisasi belanja pemerintah

daerah terkait dengan proses realokasi

anggaran menyebabkan menurunnya kinerja

investasi pada triwulan III 2016, dari 5,6% (yoy)

menjadi 4,4% (yoy). Penurunan kinerja investasi

ini diperkirakan didorong oleh tertekannya

realisasi investasi pemerintah daerah,

sementara realisasi investasi swasta

diperkirakan membaik. Hal tersebut terbukti

dari penyaluran kredit investasi kepada sektor

pemerintah yang semakin terkoreksi dari -10,8%

(yoy) menjadi -20,7% (yoy). Penurunan investasi

juga diduga terjadi pada level rumah tangga

yang tercermin dari menurunnya indeks

pembelian barang tahan lama.

Grafik 1.13 Pembelian Barang Tahan Lama

Tertahannya realisasi belanja modal pemerintah

seiring dengan penantian kepastian proses

realokasi anggaran dalam merespon penundaan

DAU menyebabkan perkembangan investasi

bangunan yang tertahan. Hal tersebut tercermin

dari penjualan barang konstruksi yang melambat

dari 2,9% (yoy) menjadi 1,0% (yoy). Meskipun

demikian, masih terus berjalannya proyek

infrastruktur strategis nasional serta kembali

normalnya aktivitas investasi pemerintah yang

tetap memprioritaskan investasi strategis dalam

realokasi anggaran pasca penundaan DAU

diperkirakan mampu menopang kegiatan

investasi ke depan.

Grafik 1.14 Penjualan Barang Konstruksi

Sementara itu, aktivitas investasi dari sektor non

pemerintah diperkirakan membaik. Hal tersebut

tercermin dari penyaluran kredit kepada sektor

non pemerintah justru membaik signifikan dari -

1,5% (yoy) menjadi 41,7% (yoy).

Dalam meningkatkan kapabilitas perekonomian

untuk merespon penguatan ekonomi domestik

yang diperkirakan akan terjadi kedepan,

investasi non bangunan pada triwulan III 2016

juga turut membaik yang terindikasi dari

peningkatan impor barang modal dari 19,0%

(yoy) menjadi 21,8% (yoy). Peningkatan impor

barang modal ini terkonfirmasi dari hasil liaison

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sumatera Utara kepada pelaku usaha yang

masih menunjukkan optimismenya terhadap

iklim usaha terutama untuk pasar domestik.

Optimisme ini masih cukup kuat meski

mayoritas kapasitas terpasang perusahaan di

90.0

95.0

100.0

105.0

110.0

115.0

120.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016

2,9

78

3,1

46

3,6

68

3,9

99

3,9

97

3,7

38

3,9

63

3,9

89

4,1

52

4,2

78

4,1

99

4,1

77

4,8

90

4,8

63

4,7

73

4,7

76

4,9

67

4,9

83

4,8

22

1,6

50

2.5% 1.0%5.3%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Indeks Penjualan Barang Konstruksi GrowthTw-II 2016 Tw-III 2016

5,6 4,4

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

8

Sumatera Utara dapat dikatakan belum

maksimal, baru mencapai 74%.

Grafik 1.15 Impor Barang Modal

Terus berlanjutnya perbaikan iklim investasi

yang disertai dengan perkembangan indikator

makro yang cenderung membaik mendorong

mulai pulihnya tingkat kepercayaan investor

untuk terus berinvestasi di wilayah Sumatera

Utara. Selain itu, upaya pemerintah untuk

mendukung peningkatan investasi melalui paket

kebijakan juga turut berkontribusi pada

menariknya iklim investasi di Sumatera Utara.

Dengan demikian, pada triwulan II 2016, PMDN

menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan

setelah turun cukup signifikan pada triwulan

lalu.

Realisasi PMDN di Sumatera Utara pada triwulan

III 2016 kembali meningkat tajam. Nilai investasi

PMDN pada triwulan III 2016 mencapai

Rp1.129,5 miliar, meningkat dari realisasi pada

triwulan sebelumnya yang hanya mencapai

Rp888,2 miliar. Peningkatan PMDN terutama

terjadi pada kategori konstruksi serta industri

kimia dasar, barang kimia, dan farmasi. Iklim

investasi yang kondusif serta tingginya atensi

pemerintah untuk menyempurkanakn kualitas

infrastruktur perhubungan diperkirakan mampu

mendorong daya tarik investor terutama sejalan

dengan Tol Trans Sumatera dan Pelabuhan Kuala

Tanjung yang diperkirakan selesai pada 2017

mendatang.

Optimisme investor domestik belum diikuti oleh

investor luar negeri. Seiring dengan gonjang-

ganjing politik global serta ekspektasi akan

dinaikannya suku bunga acuan Amerika Serikat

mendorong keragu-raguan investor asing dalam

merealisasi investasinya di Indonesia. Realisasi

PMA pada triwulan III 2016 mencapai USD283,1

juta, menurun dari triwulan lalu yang hanya

mencapai USD320,0 juta. Penurunan PMA

tertinggi terjadi pada industri kimia dasar,

barang kimia dan farmasi serta listrik, gas dan

air. Adanya kebijakan pemerintah untuk

menghapus atau meningkatkan porsi Daftar

Negatif Investasi (DNI) untuk beberapa sektor

diindikasikan belum terlihat pada

perkembangan PMA. Hal ini mencerminkan

perlu upaya untuk terus membangun persepsi

positif investor akan iklim investasi di Sumatera

Utara.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode PMA PMDN

Proyek I (juta USD)

Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,4 15 559,5

II 117 156,3 49 2.985,8

III 74 200,3 20 428,5

IV 180 71,8 73 250,1

2015 I 123 308,1 53 905,1

II 107 323,6 59 2.110,1

III 101 308,2 24 82,8

IV 107 306,1 33 1.189,5

2016 I 39 18,1 12 161,3

II 223 320,0 87 888,2

III 149 283,1 37 1.129,5

P: jumlah proyek; I: Nilai Investasi

Sumber: BKPM, diolah

Kinerja investasi pada triwulan IV 2016

diperkirakan kembali meningkat seiring dengan

realisasi proyek infrastruktur strategis nasional

yang terus digalakkan. Hal tersebut tercermin

dari masih baiknya realisasi penjualan semen

pada awal triwulan IV 2016. Hal ini semakin

diperkuat dengan potensi investasi pemerintah

daerah yang masih besar mengingat belanja

modal pemerintah daerah baru mencapai 19,8%

dari pagunya.

36

.7

37

.3

31

.0

13

5.8

55

.1

42

.5

45

.1

33

.6

28

.2

96

.6

30

.3

32

.8

30

.3

28

.8

24

.8

31

.0

24

.9

34

.2

30

.2

19.0%

21.8%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

9

Grafik 1.16 Penjualan Semen

Sementara itu, masuknya periode puncak

produksi yang masih harus diimbangi dengan

peningkatan belanja modal untuk memenuhi

kebutuhan produksi kedepan. Perbaikan kinerja

investasi ini juga semakin ditunjang oleh

penyaluran kredit investasi yang membaik dari

11,3% (yoy) menjadi 11,6% (yoy). Adanya

pelonggaran kebijakan moneter yang diikuti

dengan penurunan tingkat suku bunga

diperkirakan mendorong permintaan akan

kredit.

Grafik 1.17 Kredit Investasi

Dukungan perbaikan perekonomian dari sisi

eksternal juga masih sangat minim. Kinerja

ekspor kembali menurun dari 10,6% (yoy)

menjadi 9,3% (yoy). Penurunan kinerja ekspor

ini diduga lebih banyak disebabkan oleh

penurunan kinerja ekspor antar daerah

dibandingkan dengan ekspor luar negeri.

Penurunan kinerja ekspor antar daerah diduga

disebabkan oleh menurunnya permintaan

nasional akibat telah melakukan stock untuk

memenuhi permintaan masyarakat yang pada

umumnya meningkat pada periode lebaran.

Dengan demikian, permintaan akan komoditas

unggulan Sumut pada triwulan III relatif

menurun. Tidak optimalnya capaian kinerja

ekspor juga masih terkait dengan

proteksionisme di negara tujuan utama serta

semakin berkembangnya industri peternakan di

Tiongkok yang menjadikan komodits kedelai

lebih atraktif dibandingkan dengan kelapa sawit.

Sementara itu, kinerja ekspor luar negeri yang

menunjukkan perbaikan meski masih

terkontraksi. Ekspor luar negeri tercatat

membaik dari -5,1% (yoy) menjadi -1,8% (yoy).

Perbaikan kinerja ekspor luar negeri ini tidak

terlepas dari perbaikan harga komoditas

perkebunan yang mencapai kinerja tertingginya

sepanjang tahun 2016 yang disertai dengan

mulai menggeliatnya industri manufaktur negara

tujuan ekspor utama Sumatera Utara.

Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara2

Ekspor luar negeri Sumatera Utara masih

didominasi oleh ekspor kelapa sawit dengan

pangsa sebesar 36,3% dari total nilai ekspor,

disusul oleh komoditas karet dengan pangsa

8,1% dan kopi 3,5%. Tingginya dominasi produk

ekstraktif dalam komoditas ekspor

menyebabkan tingginya pengaruh pasar

Data Cognos Bank Indonesia, terdapat perbedaaan pencatatan ekspor luar negeri oleh BPS dan Bank Indonesia

75

8

84

4

67

0

74

0

68

9

78

1

70

6

75

1

78

2

79

3

63

4

77

1

75

3

67

6

59

2

72

4

72

5

68

0

61

2

86

8

82

3

70

9

79

0

35

7

20.9%

49.1%

77.8%

25.4%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Ribu Ton Volume Growth

16,6

51

17,4

94

18,1

17

22,3

43

24,6

26

25,3

57

25,8

73

29,5

24

30,1

94

35,9

73

37,2

57

40,1

90

39,9

10

39,9

95

39,0

54

38,6

60

39,5

47

39,7

27

40,1

50

42,6

0242

,649

44,2

25

44,8

15

11.3% 11.6%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal

Tw-II 2016 Tw-III 2016

10,6 9,3

2.6

2.4

2.6

2.5

2.4

2.3

2.3

2.4

2.3

2.3

2.3

2.2

1.8

2.0

2.0

1.9

1.7

1.9

1.9

2.0

1.7

2.3

2.4

2.2

2.2

2.2

2.3

2.1

2.0

2.3

2.3

1.9

2.2

2.4

2.5

2.0

2.0

2.1

-5.1%

-1.8%

-9.6% -10.6%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

3.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

10

komoditas terhadap kinerja ekspor Sumatera

Utara.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 36,3% Karet 8,1% Kopi 3,5% Lainnya 52,2%

Kinerja ekspor Sumatera Utara masih

bergantung pada kinerja perekonomian

beberapa mitra dagang utama seperti Amerika

Serikat, Tiongkok, India dan Euro Area. Ekspor ke

empat negara tersebut mencapai sekitar 39,2%,

menurun dibanding triwulan sebelumnya yang

sebesar 39,9% terhadap total ekspor Sumatera

Utara.

Grafik 1.19 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Perbaikan kinerja ekspor luar negeri Sumatera

Utara terjadi pada komoditas unggulan CPO

seiring dengan harga di pasar internasional yang

mulai membaik. Harga CPO baik di pasar lokal

maupun internasional menunjukkan kinerja

terbaiknya sejak 2015. Harga CPO di pasar lokal

membaik hingga 30,2% (yoy), lebih baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

mencapai 23,0% (yoy). Begitu juga dengan harga

CPO di pasar internasional yang membaik dari

27,6% (yoy) menjadi 28,3% (yoy). Hal tersebut

mampu mendorong kinerja ekspor CPO

merangkak naik dari -11,6% (yoy) menjadi -2,4%

(yoy).

Perbaikan kinerja CPO juga turut didorong oleh

peningkatan permintaan dari negara mitra

dagang utama yang ditandai dengan mulai

membaiknya geliat industri manufaktur negara

mitra dagang utama. PMI dari seluruh negara

mitra dagang utama menunjukkan perbaikan

yang cukup signifikan, baik Amerika Serikat,

Tiongkok maupun India. Lebih lanjut, pada

triwulan III 2016 perbaikan PMI Tiongkok

mampu melewati fase kontraksi.

Sumber: Bloomberg dan Bappebti, diolah

Grafik 1.20 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Grafik 1.21 Ekspor CPO

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com,

diolah

Grafik 1.22 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Tingginya permintaan dari negara mitra dagang

utama terjadi seiring dengan perayaan Mid-

Autumn Festival di Tiongkok yang menjadi

tradisi etnis Tionghoa dan suku Vietnam di

berbagai penjuru dunia. Tingginya kebutuhan

akan minyak nabati untuk konsumsi makanan

maupun minuman ditengah terjadinya

penurunan stock dunia pasca El Nino 2015

Tiongkok10%

USA12%

Europa8%

India10%

Lainnya60%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014 2015 2016

CPO Lokal CPO Intl Karet Lokal Karet Intl

0.9

0.7

1.0

0.9

0.8

0.8

0.8

0.9

0.8

0.8

0.9

0.8

0.6

0.7

0.7

0.7

0.5

0.6

0.7

0.9

0.6

1.1

1.1

1.1

1.1

1.0

1.1

1.0

0.9

1.2

1.2

0.9

1.1

1.2

1.3

0.9

0.9

1.1

-11.6% -2.4%

-15.7%-13.2%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

-

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

45

47

49

51

53

55

57

59

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

US China India Jepang Batas

EKSP

AN

SIK

ON

TRA

KSI

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

11

meningkatkan kinerja ekspor CPO Sumatera

Utara. Gemilangnya kinerja CPO Sumut pada

triwulan III 2016 juga didukung oleh tingginya

serapan domestik seiring dengan kontrak

pembelian CPO untuk kepentingan biodiesel.

Lain halnya dengan kinerja ekspor karet yang

justru relatif stabil di kisaran -18,5% (yoy).

Kecenderungan perbaikan harga komoditas

masih belum mendapatkan respon positif dari

neraca perdagangan karet. Masih lemahnya

permintaan akan produk karet alam terkait

dengan masih rendahnya harga produk

subtitutif berbasis minyak mentah

menyebabkan daya tarik akan karet alam yang

masih rendah. Berlanjutnya kesepakatan

pembatasan volume ekspor anggota

International Tripartite Rubber Council (ITRC)

sebagai langkah perbaikan harga diharapkan

dapat memberikan dampak positif bagi kinerja

perkebunan karet kedepan.

Menjelang puncak produksi CPO, kinerja ekspor

diperkirakan membaik pada triwulan IV 2016.

Mulai kondusifnya cuaca yang ditandai dengan

kembali tingginya curah hujan diharapkan

mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas

rendemen CPO sehingga bisa meningkatkan

produktivitas CPO. Selain itu, adanya perayaan

Festival Diwali bagi masyarakat etnis India serta

telah ditandatanganinya kontrak pembelian CPO

untuk BBN biodiesel juga meningkatkan

permintaan akan CPO pada periode mendatang.

Grafik 1.23 Ekspor Karet

Sementara itu, indikasi perbaikan pada triwulan

IV dari sisi komoditas karet masih lemah.

Tingginya curah hujan memasuki semester II

2016 dapat mengancam kualitas karet.

Meskipun demikian, adanya upaya untuk

mengurangi sistem kontrak jangka panjang

diharapkan dapat mendorong perbaikan harga

pada periode mendatang.

Ke depan, faktor risiko masih cukup kuat

membayangi kinerja ekspor. Masih cukup

kuatnya pergeseran penggunaan minyak nabati

dari CPO ke kedelai seiring dengan pesatnya

perkembangan industri peternakan di Tiongkok

mendorong penurunan permintaan agregat dari

negara ini. Sementara itu, produksi negara

eksportir lainnya diperkirakan kembali pulih dari

dampak El Nino pada tahun 2015 lalu.

Seiring dengan peningkatan aktivitas konsumsi

rumah tangga, impor juga cenderung meningkat

dari 7,6% (yoy) menjadi 8,8% (yoy). Perbaikan

kinerja impor diduga didorong oleh peningkatan

impor antar daerah maupun impor luar negeri.

Peningkatan impor antar daerah terjadi seiring

dengan minimnya produksi pangan di sepanjang

triwulan III 2016 akibat anomali cuaca. Adanya

peningkatan konsumsi dalam menyemarakkan

hari raya Idul Fitri mendorong adanya penjualan

bahan pangan dari sentra produksi lain. Adanya

kerja sama antara Pemerintah Daerah Provinsi

Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Tengah memasuki semester II 2016 juga

turut meningkatkan impor antar daerah untuk

komoditas bawang merah. Dengan demikian,

impor antar daerah maningkat dari 11,1% (yoy)

menjadi 15,0% (yoy).

0.5

0.5

0.4

0.4

0.5

0.4

0.4

0.4

0.3

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.2

0.1

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.2

0.1

0.2

0.2

0.2

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

0.1

-18.5%

-18.5%

-12.3%-9.7%

-60%

-50%

-40%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

Milyar Nilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Tw-II 2016 Tw-III 2016

7,6 8,8

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

12

Grafik 1.24 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Senada dengan impor antar daerah, impor luar

negeri juga menunjukkan pertumbuhan yang

menggembirakan, yaitu dari 5,5% (yoy) menjadi

10,7% (yoy). Peningkatan impor luar negeri

terutama untuk kelompok barang konsumsi.

Tren penguatan nilai tukar yang terus berlanjut

mendorong harga barang impor yang lebih

murah sehingga mampu menunjang kinerja

impor.

Grafik 1.25 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut

Berdasarkan kategorinya, kelompok barang

konsumsi dan bahan baku mengalami

peningkatan sementara impor barang modal

justru menurun. Impor barang konsumsi

mengalami lonjakan paling tajam, yaitu dari

17,4% (yoy) menjadi 62,1% (yoy). Peningkatan

impor barang konsumsi ini terjadi terutama

untuk kelompok bahan makanan yang pada

umumnya meningkat pada hari raya Idul Fitri.

Impor bahan baku juga turut meningkat dari -

3,7% (yoy) menjadi 1,4% (yoy). Peningkatan

impor bahan baku meningkatkan ekspektasi

akan membaiknya kinerja industri pengolahan

pada triwulan IV 2016. Sementara itu, seiring

dengan penurunan kinerja investasi, impor

barang modal turut merosot.

Laju impor pada triwulan IV 2016 kembali

meningkat seiring dengan kembali membaiknya

permintaan domestik. Selain itu, masuknya

puncak produksi CPO mendorong kebutuhan

akan barang modal dalam mendukung aktivitas

industri pada triwulan mendatang.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi

Lapangan Usaha

Dari sisi penawaran, melambatnya

perekonomian Sumatera Utara pada triwulan

III 2016 terutama ditekan oleh menurunnya

kinerja kategori pertanian dan kategori industri

pengolahan. Sementara itu, kinerja kategori

konstruksi relatif stabil. Perbaikan kinerja

kategori perdagangan serta transportasi

pergudangan mampu menahan perlambatan

perekonomian yang lebih dalam. Kelima kategori

tersebut menyumbang lebih dari 75% PDRB

Sumatera Utara.

Kinerja kategori pertanian yang menurun tidak

terlepas dari merosotnya produksi tanaman

pangan dan hortikultura periode panen raya

kedua yang terjadi pada triwulan III. Perbaikan

harga komoditas perkebunan yang terjadi belum

mampu menahan penurunan kinerja kategori ini

lebih lanjut. Sementara itu, kecenderungan

perbaikan harga komoditas ini juga belum dapat

memberikan dampak yang optimal pada kinerja

industri pengolahan.

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Bahan Baku Barang Konsumsi Barang Modal Total

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

13

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Merosotnya produksi tanaman pangan dan

hortikultura terkait dengan kurang kondusifnya

musim tanam maupun panen menekan kinerja

kategori pertanian. Secara kuartalan,

pertumbuhan kategori pertanian hanya

mencapai 2,5% (qtq), jauh lebih rendah

dibandingkan dengan rataan historisnya dalam 6

tahun terakhir yang mencapai 6,7% (qtq).

Dengan demikian, kinerja pertanian turun tajam

dari 7,4% (yoy) menjadi 4,7% (yoy).

Periode panen raya kedua yang pada umumnya

terjadi pada triwulan III setiap tahunnya

terkendala faktor cuaca sehingga capaian panen

tidak optimal. Periode tanam padi yang biasanya

terjadi pada triwulan II tidak berjalan lancar

dikarenakan terlalu keringnya cuaca akibat

kondisi sawah di Sumut yang masih didominasi

oleh sawah tadah hujan. Mulai membaiknya

curah hujan pada triwulan III menyebabkan

pergeseran periode tanam yang baru terjadi

pada triwulan tersebut. Dengan demikian,

capaian produksi padi pada triwulan III hanya

mencapai -0,2% (yoy), jauh lebih rendah

dibandingkan dengan capaian triwulan lalu yang

mencapai 35,7% (yoy).

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.1 Realisasi Sifat Curah Hujan Juli 2016

Mulai kondusifnya curah hujan pada awal

triwulan III 2016 memberikan dampak positif

bagi pertanian. Namun, curah hujan yang terlalu

tinggi memasuki September 2016 terutama di

sentra produksi memengaruhi secara signifikan

produktivitas pertanian. Beberapa lahan

pertanian dilaporkan puso terkait dengan

bencana banjir. Kondisi tersebut diperparah

dengan luasnya paparan gangguan Organisme

IV Total I II III IV Total I II III Arah

PDRB (%,yoy) 4.7 5.2 4.8 5.1 5.1 5.3 5.1 4.7 5.5 5.3

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.2 4.4 6.1 5.6 3.8 7.0 5.6 5.0 7.4 4.7

Pertambangan dan Penggalian 4.1 5.1 12.4 6.1 3.7 3.8 6.4 1.4 6.7 8.4

Industri Pengolahan 0.3 3.0 0.3 3.1 5.0 5.5 3.5 6.2 1.7 1.4

Pengadaan Listrik, Gas 2.9 3.2 -8.5 -5.6 4.7 4.5 -1.3 -0.2 7.4 1.6

Pengadaan Air 6.8 6.0 9.7 8.6 4.3 3.4 6.4 4.6 5.1 10.3

Konstruksi 8.5 6.8 8.3 6.6 5.6 2.0 5.5 3.5 5.5 5.5

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor5.5 6.9 4.5 5.4 4.2 3.3 4.4 2.5 5.2 7.5

Transportasi dan Pergudangan 6.3 5.7 5.1 5.1 6.0 5.7 5.5 4.2 6.2 8.0

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.5 6.5 9.2 6.9 6.2 5.7 7.0 4.3 5.7 8.5

Informasi dan Komunikasi 4.7 7.2 5.8 7.1 8.1 7.4 7.1 5.8 6.9 9.0

Jasa Keuangan 4.8 2.6 4.2 4.7 8.5 11.1 7.2 7.5 6.2 3.7

Real Estate 7.9 6.6 4.9 5.6 6.1 6.3 5.8 4.6 5.2 6.8

Jasa Perusahaan 7.5 6.8 7.2 6.8 5.0 4.5 5.9 5.5 5.5 4.9

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib5.2 6.9 5.3 6.3 7.0 4.7 5.8 5.5 12.0 11.9

Jasa Pendidikan 0.0 6.4 2.5 -0.2 8.1 9.8 5.0 7.4 7.0 2.9

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.6 7.0 6.4 7.9 8.8 4.7 6.9 7.9 5.2 4.8

Jasa lainnya 6.1 7.0 6.2 6.9 5.6 8.1 6.7 7.0 6.3 6.4

Sisi Produksi

Indikator Makro20152014 2016

Tw-II 2016 Tw-III 2016

7,4 4,7

Padi

0 Cabai Besar

-42 Bawang Merah

-6

Produksi Triwulan III 2016 (%, yoy)

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

14

Penggangu Tanaman (OPT) komoditas cabai

merah. Tahun 2016 menjadi tahun anomali

produksi dengan tingginya luas lahan yang

terjangkit virus keriting dan virus kuning hingga

mencapai ±1.300 Ha lahan dalam kurun Januari

hingga September 20163. Dengan demikian,

produksi cabai merah di Sumatera Utara juga

turut terkoreksi dalam dari -18,5% (yoy) menjadi

-42,2% (yoy).

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.2 Realisasi Sifat Curah Hujan Agustus 2016

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.3 Distribusi Sifat Curah Hujan September 2016

Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan

normalisasi area Gunung Sinabung yang

membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada

triwulan III 2016 Gunung Sinabung kembali

terlihat meluncurkan awan panas dan belum

menunjukkan gejala akan berakhirnya aktivitas

vulkanik di area tersebut. Dengan demikian,

produksi hortikultura dan sayur mayur Sumatera

Utara turut terganggu mengingat sentra

produksi yang cukup terkonsentrasi di area

Gunung Sinabung. Proses relokasi lahan

pertanian masih terus diupayakan namun belum

dapat dirampungkan dalam tempo yang cepat

mengingat cukup terbatasnya ketersediaan

lahan pengganti dengan karakteristik dan tingkat

kesuburan yang mendekati areal Gunung

Sinabung.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.26 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.27 Realisasi NTP Sumatera Utara

Penurunan kinerja pertanian juga turut

berimbas pada daya beli masyarakat petani.

Rataan NTP pada triwulan III cenderung

menurun dari 100,6 pada triwulan lalu menjadi

99,7. Penurunan NTP ini terutama didorong oleh

kembali menurunnya NTP tanaman pangan, NTP

hortikultura dan NTP perkebunan rakyat.

Sementara itu NTP peternakan, perikanan

maupun perikanan tangkap relatif membaik.

16

.7%

38

.4%

57

.8%

83

.2%

21

.5%

48

.4%

71

.9%

10

0.8

%

18

.9%

43

.9%

66

.0%

90

.4%

22

.9%

48

.2%

67

.4%

94

.4%

20

.9%

41

.9%

65

.2%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

Realisasi Sisa Kebutuhan Growth Realisasi

92

94

96

98

100

102

104

106

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

Indeks NTP NTPR NTPH NTPP

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

15

Tingginya risiko usaha yang dimiliki oleh kategori

ini memengaruhi penyaluran kredit perbankan.

Penyaluran kredit pertanian relatif melambat

dari 25,7% (yoy) menjadi 20,5% (yoy). Meski

kinerja kategori ini relatif melambat, kualitas

penyaluran kredit yang diberikan, yang

tercermin dari nilai NPL, justru menurun dari

2,2% menjadi 2,1%.

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Pertanian

Dengan mencermati fakta tersebut, pemerintah

daerah tidak lantas berdiam diri. Peningkatan

produksi tanaman pangan tetap diupayakan

apalagi mengingat adanya penurunan kualitas

benih yang digunakan oleh petani pada awal

tahun 2016. Dengan demikian, pemerintah

meningkatkan penyaluran pupuk bersubsidi,

yang bahkan secara tahunan menunjukkan

jumlah penyaluran yang jauh lebih tinggi dari

historisnya. Jumlah pupuk subsidi yang telah

disalurkan pada triwulan III 2016 telah mencapai

21,9% (yoy), jauh meningkat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang hanya

mencapai -2,0% (yoy). Pemenuhan kebutuhan

pupuk juga diindikasikan membaik yang

tercermin pada volume impor pupuk yang

membaik dari -1,4% (yoy) menjadi 15,8% (yoy).

Grafik 1.29 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera

Utara

Mulai membaiknya kinerja kategori perkebunan

diperkirakan mampu menahan semakin

dalamnya penurunan kinerja pertanian pada

triwulan III 2016. Hal tersebut tercermin dari

harga komoditas perkebunan yang membaik

secara signifikan. Perbaikan harga komoditas ini

juga turut ditunjang dengan mulai membaiknya

permintaan mitra dagang utama secara perlahan

yang ditunjukkan dengan Purchasing Manager

Index yang meningkat. Permintaan dari sisi

domestik juga cukup kuat yang tercermin dari

realisasi komitmen kontrak pengadaan biodiesel

yang disalurkan pada bulan Mei-Oktober 20164.

Perbaikan harga komoditas perkebunan di pasar

global terjadi seiring dengan menurunnya

pasokan CPO di pasar global. Dampak El Nino di

2015 yang cukup signifikan masih memukul

produktivitas CPO di 2016. Kondisi tersebut

menyebabkan harga CPO membaik. Namun,

dampak El Nino tersebut relatif minimal bagi

Sumatera Utara sehingga produksi kelapa sawit

tidak terganggu secara signifikan dibandingkan

dengan pesaing utama lainnya seperti Malaysia.

Meskipun demikian, dorongan perbaikan harga

yang bersifat non fundamental masih belum

cukup kuat dalam mendorong perbankan untuk

menyalurkan kredit pada perkebunan sawit.

Masih didorong kesepakatan pembatasan

ekspor oleh International Tripartite Rubber

Council (ITRC) serta perbaikan minyak dunia

yang terus berlanjut, harga karet baik di pasar

lokal maupun internasional turut meningkat.

Perbaikan harga ini memberikan angin segar

bagi petani karet yang sudah beberapa tahun

terakhir terhimpit faktor harga yang terlalu

rendah. Meskipun demikian, tanpa adanya

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.

258/K/12/DJE/2016 mengenai penetapan Badan Usaha

Bahan Bakar Nabati (BBN) dan Alokasi Besaran Volume

Untuk Pengadaan BBN Jenis Biodiesel di PT Pertamina dan

PT AKR Corporindo Periode Mei-Oktober 2016

9,70

3 9,

671

11,5

50

13,9

53

13,9

80

14,9

36

15,5

01

18,3

58

18,3

96

18,8

34

19,1

83

22,0

36

22,2

91

23,6

29

23,5

65

25,0

07

24,1

96

25,0

95

26,2

86

28,6

2329

,473

31,5

45

31,6

7825.7%

20.5%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal Growth (yoy)

18

1.6

31

3.9

20

3.9

14

1.8

92

.3

18

1.9

20

2.4

19

3.4

16

6.6

31

0.8

21

4.8

16

6.8

26

1.9

18

8.2

17

4.9

20

6.3

16

5.2

18

5.6

20

2.6

-1.4%

15.8%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

jutaVolume (ton) Growth (yoy)

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

16

pembatasan ekspor pun pada dasarnya pasokan

karet sudah mulai menurun akibat hilangnya

minat t k t k t t k ‘ ’

getah karet akibat terlalu rendahnya harga.

Sejalan dengan kondisi tersebut, penyaluran

kredit perbankan ke perkebunan karet

melambat dari -19,1% (yoy) menjadi -21,5%

(yoy).

Grafik 1.30 Penyaluran Kredit Perkebunan

Meskipun demikian, capaian perkebunan juga

belum optimal mengingat faktor risiko yang

cukup besar dalam menghambat aktivitas

perdagangan. Animo pelaku industri pakan

ternak Tiongkok akan pesatnya industri

peternakan di negara tersebut mendorong

tingginya switching penggunaan kedelai sebagai

alternatif kelapa sawit.

Kedelai dinilai lebih menguntungkan dari kelapa

sawit terkait dengan penggunaan ampas yang

dapat digunakan sebagai pakan ternak meski

harga kedelai cenderung lebih tinggi.

Perkembangan industri ternak maupun pakan

ternak ini terus membaik meski perekonomian

Tiongkok cenderung lesu, terutama untuk

komoditas daging babi. Sementara itu, kinerja

ekspor kopi juga semakin menurun yang

tercermin dari kinerja ekspor kopi yang kembali

terkoreksi dari -19,0% (yoy) menjadi -20,2%

(yoy) seiring dengan belum pulihnya ekonomi

global.

Memasuki awal triwulan IV 2016, indikasi

perbaikan kinerja pertanian masih cukup kuat.

Hal tersebut tidak terlepas dari adanya periode

puncak produksi CPO yang diiringi dengan mulai

baiknya pasokan air yang tercermin dari curah

hujan yang mulai meningkat. Adanya pergeseran

periode panen tanaman pangan seiring dengan

periode tanam yang baru dilaksanakan pada

triwulan III juga mendorong masih kuatnya

kinerja pertanian pada triwulan IV 2016.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.4 Perkiraan Sifat Curah Hujan Oktober 2016

Namun demikian, terdapat beberapa faktor

risiko perbaikan kinerja kategori pertanian pada

periode mendatang. Curah hujan yang kembali

tinggi terutama pada bulan Oktober berpotensi

menurunkan kuantitas dan kualitas karet alam

dan kopi. Selain itu, adanya prakiraan kembali

menurunnya harga pada triwulan IV 2016

diperkirakan juga akan membatasi perbaikan

kinerja pertanian pada periode mendatang.

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.5 Perkiraan Sifat Curah Hujan November 2016

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Rp Triliun Kebun Karet Kebun SawitG. P Karet G P Sawit

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

17

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 1.6 Perkiraan Sifat Curah Hujan Desember 2016

Perbaikan harga komoditas perkebunan yang

tengah terjadi belum diikuti respons positif

kinerja industri pengolahan yang justru

melambat dari 1,7% (yoy) menjadi 1,4% (yoy).

Kebutuhan untuk meningkatkan persediaan

sebelum hari raya Lebaran pada triwulan II lalu

mendorong menurunnya permintaan pada

triwulan III dari sisi domestik sementara dari sisi

eksternal masih cukup kuat.

Pengembangan industri juga dihadapkan pada

kendala infrastruktur pendukung yang masih

terbatas. Diantaranya adalah pengadaan listrik

dan gas yang menurun secara signifikan. Kinerja

pengadaan listrik dan gas tercatat melambat

dari 7,4% (yoy) menjadi 1,6% (yoy). Hal tersebut

juga terkonfirmasi dari konsumsi listrik pada

golongan industri yang melambat dari 2,9%

(yoy) menjadi 1,5% (yoy). Penyesuaian tarif

listrik yang dilaksanakan secara berkala turut

meningkatkan biaya operasional industri.

Pamor kelapa sawit di Tiongkok juga semakin

menurun dibandingkan dengan kedelai yang

menjadi komoditas yang cukup menjanjikan

dalam menopang industri peternakan yang

sedang berkembang pesat. Dengan demikian,

permintaan akan kelapa sawit dari Tiongkok

relatif menurun meski indikator manufaktur

menunjukkan perbaikan.

Penurunan kinerja industri pengolahan ini juga

turut disertai dengan penyaluran kredit ke

kategori dimaksud yang masih menurun, yaitu

dari -2,8% (yoy) menjadi -1,6% (yoy). Perbaikan

harga komoditas yang terjadi pada beberapa

periode lalu belum cukup kuat untuk

meningkatkan minat perbankan dalam

menyalurkan kredit pada sektor ini. Hal tersebut

dikarenakan perbaikan harga yang terjadi pada

triwulan lalu masih bersifat sementara,

sementara itu perbaikan harga dari faktor

fundamentalnya belum menunjukkan

pergerakan yang berarti.

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori Industri

Pengolahan

Meski konsumen utama Sumut yaitu Tiongkok

mulai melakukan switching, namun kinerja

industri di pasar global masih sangat baik.

Sehingga secara keseluruhan, kinerja ekspor

manufaktur Sumatera Utara terkaselerasi.

Grafik 1.32 Perkembangan Ekspor Manufaktur

Ke depan, perkembangan kinerja industri

pengolahan masih dihadang pada sejumlah

tantangan. Keterbatasan pasokan bahan baku

masih belum mampu mengimbangi laju produksi

sehingga harga komoditas yang sedang

Tw-II 2016 Tw-III 2016

1,7 1,4

17

,67

0

18

,22

6

18

,45

5

21

,66

6

20

,74

1

23

,12

0

23

,68

9

26

,14

0

25

,94

2

26

,89

9

29

,86

7

31

,88

3

31

,21

1

33

,20

7

33

,38

0

33

,03

0

35

,07

3

37

,80

3

38

,84

6

36

,36

9

35

,42

5

36

,73

1

38

,21

3

-2.8%-1.6%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

40.0%

45.0%

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

1.9

1.7

2.1

2.0

1.8

1.8

1.8

1.9

1.8

1.8

1.9

1.8

1.4

1.5

1.6

1.6

1.4

1.5

1.6

1.8

1.5

2.1

2.2

2.0

2.0

1.9

2.1

1.9

1.8

2.1

2.1

1.7

1.9

2.2

2.3

1.8

1.7

1.9

-2.5%

1.1%

-9.3% -10.8%

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2012 2013 2014 2015 2016

MilyarNilai (USD) Volume (ton) G Nilai G Volume

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

18

membaik tidak dapat dimanfaatkan secara

optimal. Permasalahan minimnya bahan baku

masih menjadi dilema bagi industri pengolahan

karet, dimana kekurangan bahan baku untuk

industri domestik saja mencapai 40%.

Infrastruktur pendukung yang masih dinilai

belum optimal juga turut menyebabkan capaian

kinerja industri pengolahan yang belum

maksimal. Kembali disesuaikannya tarif listrik

ditengah kehandalan industri yang masih perlu

ditingkatkan semakin menghimpit industri

terutama karet yang terjepit marjin yang cukup

rendah. Harga gas di Sumatera Utara juga dinilai

masih belum kompetitif dalam menopang

kinerja industri pengolahan ke depan. Harga gas

industri di Sumatera Utara mencapai

US$11,22/MMBTU, jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan harga gas industri di

daerah lain yang hanya mencapai US$6-

8/MMBTU.

Sementara itu, prakiraan akan membaiknya

kondisi pasokan komoditas terutama CPO pada

akhir tahun menyebabkan turunnya harga

komoditas di pasar internasional. Di sisi lain,

perbaikan harga komoditas belum terbantu oleh

perbaikan kinerja manufaktur negara mitra

dagang yang tercermin dari PMI yang cenderung

meningkat.

Meskipun demikian, tingginya serapan domestik

terutama terkait dengan program mandatori

biodiesel diperkirakan mampu memperkuat

kinerja industri pengolahan kedepan. Adanya

perayaan Diwali di India serta lanjutan dari Mid-

Autumn festival bagi etnis Tionghoa diharapkan

mampu meningkatkan permintaan atas CPO

pada periode mendatang. Penjualan dengan

sistem kontrak juga turut menjaga kinerja

industri pengolahan. Dengan demikian, kinerja

industri pada triwulan IV 2016 diperkirakan

masih membaik.

Kinerja kategori konstruksi masih terbatas,

tumbuh stabil di kisaran 5,5% (yoy). Proses

pengadaan yang baru rampung memasuki

triwulan III 2016 juga turut menyebabkan belum

optimalnya realisasi belanja infrastruktur

pemerintah daerah. Dengan demikian, kinerja

investasi bangunan dari pemerintah daerah

diperkirakan menahan perbaikan kinerja

kategori ini lebih lanjut.

Lain halnya dengan investasi bangunan

pemerintah pusat di Sumatera Utara yang

diduga masih sangat baik terkait dengan masih

realisasi infrastruktur strategis di Sumatera

Utara yang on track seperti pembangunan

Pelabuhan Belawan, Terminal Multi purpose

Pelabuhan Kuala Tanjung dan Tol Trans

Sumatera. Dorongan pemerintah pusat untuk

melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur strategis turut berkontribusi dalam

tingginya realisasi proyek-proyek tersebut.

Masih baiknya konstruksi dari sisi swasta juga

tercermin dari konsumsi semen dan penjualan

barang konstruksi yang cenderung membaik.

Meksi kinerjanya masih tertahan, penyaluran

kredit oleh perbankan masih cukup baik bahkan

meningkat. Hal tersebut tercermin dari

pertumbuhan kredit konstruksi yang tercatat

membaik dari 7,9% (yoy) menjadi 9,5% (yoy).

Kinerja kategori konstruksi yang relatif stagnan

diyakini hanya bersifat sementara yang didasari

dengan keyakinan fokus pemerintah yang tetap

memprioritaskan infrastruktur strategis dalam

alokasi anggaran pasca penundaan penyaluran

DAU dan DAK.

Proses pengadaan yang baru rampung

memasuki triwulan III 2016 juga semakin

menguatkan keyakinan akan semakin

meningkatnya realisasi belanja infrastruktur

pada periode mendatang. Meningkatnya

permintaan akan hunian seiring dengan

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,5 5,5

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

19

kebijakan relaksasi LTV juga diharapkan

mendorong konsumsi properti. Dengan

demikian, geliat pembangunan diperkirakan

akan kembali membaik pada triwulan

mendatang.

Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Aktivitas konsumsi yang tinggi dalam semarak

perayaan hari raya idul fitri mendorong

aktivitas perdagangan meningkat dari 5,2%

(yoy) menjadi 7,5% (yoy). Membaiknya

konsumsi ini tercermin dari hasil survei

konsumen dan indeks penjualan eceran yang

cenderung meningkat pada triwulan III 2016.

Aktivitas mudik yang menuntut kondisi moda

angkuran dalam kondisi prima sehingga

permintaan akan maintenance dan suku cadang

kendaraan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Penjualan suku cadang tercatat

melejit lebih tinggi dari 50,8% (yoy) menjadi

62,2% (yoy). Peningkatan penjualan suku cadang

ini juga turut ditopang oleh penguatan nilai

tukar yang terus berlanjut hingga triwulan III

2016. Dengan demikian, harga sparepart, suku

cadang dan aksesoris kendaraan relatif

menurun.

Grafik 1.34 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera

Utara

Peningkatan kinerja pariwisata tercermin dari

occupancy rate hotel/penginapan dan

kunjungan wisatawan mancanegara yang

meningkat. Meriahnya perayaan Festival

Kemerdekaan dan Festival Danau Toba mampu

meningkatkan daya tarik wisata Sumatera Utara.

Kondisi tersebut mendorong adanya

peningkatan aktivitas perdagangan di Sumatera

Utara.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.35 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

dan Occupancy Rate

Sementara itu, dari sisi pemerintah, adanya

kebijakan penundaan DAU dan DAK menjadi

faktor penahan kinerja perdagangan pada

triwulan III 2016. Dalam menanti proses

realokasi terkait kepastian hukum dalam

melaksanakan realisasi belanja, pemerintah

cenderung menunda pengadaan barang non

strategis, dengan demikian permintaan dari

sektor ini diprakirakan cenderung menurun. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa capaian kinerja

sektor perdagangan yang belum optimal.

2,7

02

2,6

87

3,1

90

3,1

56

2,9

35

3,2

97

3,8

35

3,9

53

3,7

76

4,4

07

5,2

79

5,1

14

4,9

04

4,9

07

5,3

57

5,3

94

5,0

27

5,1

81

5,2

97

5,2

70

4,9

22

5,5

92

5,8

02

7.9% 9.5%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Tw-II 2016 Tw-III 2016

5,2 7,5 5

32

.8

54

8.4

58

6.7

58

0.5

64

0.8

55

5.4

46

9.0

37

6.6

37

1.9

42

6.6

48

7.3

47

2.8

45

0.1

41

8.0

45

9.1

48

4.6

55

8.1

63

0.2

74

4.9

25

5.0

50.8%

62.2%

61.9%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014 2015 2016

Rp Juta Penjualan Suku Cadang Growth

-

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

-40.0%

-30.0%

-20.0%

-10.0%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

Wisman Occupancy Rate (RHS)

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

20

Adanya HBKN dan libur akhir tahun yang disertai

dengan masuknya puncak produksi CPO

mendorong peningkatan kinerja kategori

perdagangan besar dan eceran (PBE). Seriusnya

pemerintah dalam mengembangan kawasan

Danau Toba mendorong penyaluran kredit

perbankan pada sektor ini meningkat dari 3,0%

(yoy) menjadi 4,0% (yoy).

Grafik 1.36 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Semaraknya budaya mudik serta perbaikan

harga komoditas mendorong terdongkraknya

kinerja Transportasi dan Pergudangan hingga

tumbuh 8,0% (yoy). Adanya perbaikan harga

komoditas juga mendorong tingginya arus

transportasi dan pergudangan barang sehingga

membutuhkan kapasitas pergudangan yang

memadai. Meningkatnya aktivitas impor

meningkatkan kebutuhan akan pergudangan.

Aktivitas muat di Sumatera Utara meningkat

tajam dari 42,1% (yoy) menjadi 126,8% (yoy).

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.37 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan

Belawan

Hari raya Idul Fitri diiringi dengan arus mudik

yang cukup tinggi serta libur sekolah mendorong

peningkatan kebutuhan akan moda transportasi

baik untuk darat, laut dan udara. Adanya

kebutuhan yang tinggi ini direspon dengan

adanya penambahan kapasitas angkut baik

melalui jumlah moda transportasi yang lebih

banyak maupun frekuensi angkut yang lebih

tinggi. Arus mudik terlihat masih cukup ramai

mendekati Idul Fitri yang berlangsung pada awal

triwulan III 2016. Hal tersebut tercermin dari

pertumbuhan arus penumpang udara maupun

laut yang melonjak secara signifikan pada

triwulan III 2016.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.38 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara

Memasuki awal triwulan IV 2016, kinerja

transportasi dan pergudangan diperkirakan

masih tinggi. Perkiraan akan kembali

membaiknya aktivitas konsumsi masyarakat

terkait perayaan HBKN dan libur akhir tahun

diperkirakan mampu meningkatkan kinerja

subkategori transportasi.

Masuknya periode puncak produksi yang

disertai dengan aktivitas manufaktur negara

mitra dagang utama yang mulai membaik akan

mendorong produktivitas industri. Dengan

demikian, kebutuhan akan pergudangan juga

diekspektasikan akan meningkat sehingga

mendorong kinerja subkategori pergudangan.

Hal tersebut juga semakin didorong oleh masih

berjalan dengan baiknya kontrak pembelian CPO

untuk biodiesel periode Mei-Oktober 2016.

18

,43

1

19

,19

3

20

,64

3

21

,70

9

22

,78

4

24

,89

7

24

,52

5

26

,53

1

27

,06

6

32

,02

8

32

,14

4

33

,87

3

34

,49

6

36

,20

0

36

,73

5

38

,96

8

42

,19

5

42

,95

2

44

,01

1

44

,59

84

0,9

41

44

,22

9

45

,77

1

3.0% 4.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

30.0%

35.0%

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp MiliarNominal Growth (yoy)

Tw-II 2016 Tw-III 2016

6,2 8,0

8.8%

-33.0%

42.1%

126.8%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta Ton

Bongkar Muat G Bongkar G Muat

-49.1%

89.8%

9.9%

16.1%

-60.0%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

-

1

1

2

2

3

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

juta orang Penumpang Udara Penumpang Laut

G Penumpang Udara G Penumpang Laut

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

21

Meskipun demikian, perbankan masih

cenderung berhati-hati dalam memberikan

pembiayaan kepada sektor ini. Kinerja yang

diperkirakan masih akan terus membaik

tersebut belum direspon oleh penyaluran kredit

yang lebih agresif. Hal tersebut tercermin dari

penyaluran kredit yang kembali menurun pada

triwulan III 2016. Kredit kategori transportasi

dan pergudagan terkoreksi semakin dalam pada

triwulan III 2016 dari -3,2% (yoy) menjadi -9,6%

(yoy).

Grafik 1.39 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan

Pergudangan

1,5

68

1,9

43

2,2

33

2,4

85

2,5

98

2,8

75

2,9

95

3,3

10

3,3

97

3,5

88

3,7

04

3,6

83

3,5

70

5,1

61

4,6

55

3,9

25

3,8

07

3,5

98

3,6

05

3,4

78

3,3

60

3,4

82

3,2

59

-3.2% -9.6%

-40.0%

-20.0%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyRp Miliar

Nominal Growth (yoy)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

22

Mempercepat Transformasi Industri Terintegrasi

Rata-rata pangsa industri bagi perekonomian Sumatera Utara dalam 5 tahun terakhir mencapai

19,5% dari total PDRB dan terus menunjukkan tren yang menurun. Hingga triwulan III 2016, pangsa

industri di Sumatera utara mencapai 19,0%, lebih rendah dibandingkan dengan pangsa pada tahun

2012 yang mencapai 20,5%.

Penurunan pangsa industri terutama terjadi pasca commodity boom, dimana tren pangsa industri

maupun pertumbuhan dari industri pengolahan terus menurun. Bila dibandingkan dengan provinsi

lain di Sumatera yang turut mengandalkan produk ekstraktif sebagai komoditas unggulannya,

Sumatera Utara konsisten berada di zona yang perlu di dorong atau bahkan menurun bersama

dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Sumatera Barat. Namun, pergerakan

industri di kedua provinsi lainnya telah menunjukkan tren perbaikan yang tercermin dari tren pangsa

maupun pertumbuhan yang relatif membaik meski trennya masih cukup rendah. Hal ini perlu

mendapatkan perhatian lebih lanjut mengingat pengembangan sektor sekunder yang rendah dapat

menimbulkan kerentanan sustainabilitas perekonomian jangka panjang.

*tahun 2016 menggunakan data kumulatif hingga triwulan III 2016

*Bubble size mengindikasikan pangsa industri terhadap perekonomian

Grafik 1.40 Pangsa Industri Terhadap PDRB Grafik 1.41 Pemetaan Profil Industri di Sumatera

Industri di Sumatera Utara didominasi oleh industri makanan, minuman dan tembakau dengan

pangsa 46%, disusul oleh industri kimia, batu bara, karet dan plastik dengan pangsa 19% serta

industri kayu dan perabot rumah tangga dengan pangsa 12%. Tingginya dominasi industri makanan

minuman tidak terlepas dari potensi lokal Sumatera Utara yang kaya akan komoditas kelapa sawit

sehingga cukup menunjang aktivitas industri makanan dan minuman.

Berdasarkan jumlahnya, pada tahun 2014 industri di Sumatera Utara masih didominasi oleh industri

mikro dengan pangsa sebesar 87,6% dari total industri, disusul oleh industri kecil dengan pangsa

11,3%. Sementara itu, industri sedang dan besar hanya mencapai 1,1%. Kondisi ini tidak banyak

berubah sejak tahun 2016 dimana pangsa industri sedang dan besar juga masih berada di kisaran

1%. Hal ini mengindikasikan pengembangan ekonomi yang bukan hanya fokus pada penciptaan

wirausaha baru, namun juga pendampingan agar skala industrinya dapat lebih berkembang sehingga

bisa masuk ke dalam kategori industri besar maupun sedang.

20.5

20.2

19.8

19.5

19.0

79.5

79.8

80.2

80.5

81.0

0% 20% 40% 60% 80% 100%

2012

2013

2014

2015

2016*

Industri Non Industri

Boks 1

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

23

*tahun 2006 pada kategori mikro merupakan penjumlahan dari kategori mikro dan kecil

Grafik 1.42 Pemetaan Profil Industri Sedang-Besar di Sumatera

Grafik 1.43 Pangsa Industri Terhadap PDRB

Lalu apa yang menjadi kendala dalam pengembangan industri di Sumatera Utara sehingga relatif

tertinggal dari provinsi lain? Banyak faktor yang menyebabkan kurang atraktifnya industri di

Sumatera Utara, terutama terkait dengan infrastruktur dan sumber daya manusia. Masalah kurang

baiknya infrastruktur utama maupun pendukung masih perlu mendapatkan lebih lanjut. Hasil

survei yang menunjukkan bahwa Sumut memegang posisi terendah dalam persepsi kebijakan

infrastruktur daerah. Provinsi ini memiliki jalan rusak berat terpanjang di Pulau Sumatera, terutama

di daerah kawasan pantai barat. Meskipun demikian, Sumut justru menunjukkan progres perbaikan

jalan yang lebih rendah dibandingkan dengan Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi

Kepulauan Riau. Kondisi jalan yang kurang baik ini menghambat kelancaran transportasi dan

distribusi baik antar kota dalam provinsi maupun antar provinsi. Akibatnya, biaya logistik di

Sumatera Utara sangat tinggi. Sementara itu, meski kebutuhan listrik sudah mulai terpenuhi sejak

awal 2016 lalu, namun keandalan listrik yang ada masih perlu disempurnakan.

Grafik 1.44 Kondisi Jalan

Sumber: BPS Grafik 1.45 Persepsi Kebijakan Infrastruktur Daerah

Sumber: KPPOD, 2007 Tabel 1.5 Kondisi Jalan Mantap Kawasan Sumatera

Sumber: Departemen Regional I Sumatera

0% 20% 40% 60% 80% 100%

2011

2012

2013

2014

Mamin dan Tembakau Tekstil Kayu

Kertas Kimia Barang Galian Bukan Logam

Logam Dasar Barang dari Logam Lainnya

2006

2013

2014

Mikro Kecil Sedang dan Besar

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

24

Dalam upaya perbaikan kualitas infrastruktur, pemerintah juga turut menemui beberapa kendala.

Kondisi topologi dan geografis Sumatera Utara yang pada umumnya rawan bencana longsor

terutama pada kawasan dataran tinggi dan pantai barat menyebabkan proses pembangunan

maupun perbaikan jalan yang tidak kunjung rampung. Bencana alam maupun aktivitas tektonik yang

tidak dapat diduga mendorong kerusakan jalan yang tidak dapat dihindari. Selain itu, proses ganti

rugi lahan yang relatif sulit serta keterbatasan anggaran dalam juga turut menyebabkan

terhambatnya proses perbaikan jalan di Sumatera Utara.

Sumber: BPS

Grafik 1.46 Tenaga Kerja Berdasarkan Pendidikan

Sumber: Sakernas, BPS

Grafik 1.47 Perbandingan UMP

Sementara itu, kualitas tenaga kerja di Sumatera Utara masih perlu ditingkatkan. Tenaga kerja di

Sumatera Utara masih didominasi oleh tenaga kerja dengan pendidikan rendah. Meskipun demikian,

nilai Upah Minimum Provinsi (UMP) di Sumatera Utara jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa

Barat dan Jawa Timur. Peningkatan UMP yang belum diiriing dengan peningkatan produktivitas yang

berarti menurunkan daya tarik Sumatera Utara bagi investor. Dengan kualitas tenaga kerja yang

belum memadai, penyerapan teknologi dalam mendorong kinerja industri juga masih relatif

terbatas.

Sumber: BPS

Sumber: BPS

Grafik 1.48 Jumlah Tindak Pidana Grafik 1.49 Risiko Penduduk Terkena Tindak Pidana (Per 100.000 Penduduk)

Rendahnya kualitas tenaga kerja juga menekan peluang masyarakat untuk meningkatkan

kesejahteraan. Dengan demikian, tingkat kejahatan juga menjadi mengkhawatirkan. Sumatera

Utara merupakan provinsi dengan tindak kejahatan tertinggi kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta.5

Jumlah tindak pidana di Sumatera Utara mencapai 12% dari total Nasional. Jumlah ini tentu jauh

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

25

lebih tinggi dibandingkan dengan provinsi peers lain seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera

Selatan dan Riau. Pada tahun 2010 tingkat kejahatan di Provinsi Jawa Timur masih dapat dikatakan

cukup tinggi, namun terus mengalami penurunan yang cukup signifikan dalam 4 tahun terakhir.

Begitu juga dengan Provinsi Riau yang pertumbuhan tingkat kejahatannya terus teredam. Peluang

penduduk Sumut terkena tindak pidana adalah 0,31%, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata Nasional

yang hanya sebesar 0,14%.

Fenomena kriminalitas ini juga terjadi pada level korporasi. Berdasarkan Enterprise Survei (2015),

6,6% pelaku usaha di Sumatera Utara mengalami kerugian akibat pencurian maupun vandalisme,

lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi pada tataran nasional yang sebesar 4,0%. Sementara

itu, biaya kejahatan yang ditanggung oleh pelaku usaha di Sumatera Utara telah mencapai 0,6% dari

penjualan tahunan, lebih tinggi dibandingkan dengan level nasional yang mencapai 0,3% dari

penjualan tahunan.

Mencermati hal tersebut, dalam menciptakan iklim yang kondusif dalam mendorong industri yang

berkelanjutan diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Penyelesaian masalah dimaksud juga

memerlukan solusi jangka panjang dan berkesinambungan yang disertai dengan koordinasi yang

intensif antar lembaga maupun institusi, baik di level pusat maupun daerah. Dengan demikian,

strategi kebijakan yang dirumuskan dapat memberikan hasil yang optimal.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

26

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KEUANGAN PEMERINTAH

27

BAB 2 KEUANGAN PEMERINTAH

Sampai dengan triwulan III 2016, realisasi belanja fiskal baik untuk APBD Provinsi, APBD

Kabupaten / Kota dan APBN di Provinsi Sumatera Utara cukup baik tercermin dari adanya

peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi APBD Provinsi

Sumatera Utara tercatat sebesar 61,6% dari total anggaran, lebih tinggi dari periode yang

sama tahun lalu (58,05%). Realisasi belanja 25 dari 33 APBD Kabupaten/Kota mencapai

45,9%, sedikit lebih rendah dari realisasi tahun 2015. Sementara belanja APBN Pemerintah

di Sumatera Utara mencapai 56,2% dari total anggaran sebesar Rp18,562 triliun. Realisasi ini

lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 46,3%.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

28

2.1 Gambaran Umum

Anggaran belanja fiskal di Sumatera Utara tahun

2016 sebesar Rp71,7 triliun, dengan pangsa

terbesar pada belanja APBD Kabupaten/Kota

yang mencapai Rp43,2 triliun. Demikian pula

anggaran pendapatan sebesar Rp60,1 triliun,

sebagian besar juga ditopang oleh APBD

Kabupaten/Kota dengan dengan nilai mencapai

Rp42,9 triliun.

Total anggaran belanja fiskal Sumatera Utara

tahun 2016 mencapai Rp71,7 triliun, meliputi

belanja APBD Provinsi Sumatera Utara sebesar

Rp10,0 triliun (pangsa 13,9%), belanja APBD

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara sebesar

Rp43,2 triliun (pangsa 60,2%) dan belanja APBN

sebesar Rp18,6 triliun (pangsa 25,9%). Secara

spasial, anggaran belanja APBD Kabupaten/Kota

tertinggi dicatat oleh Kota Medan yang

mencapai Rp5,4 triliun dan terendah Kabupaten

Pakpak Bharat sebesar Rp551,1 miliar.

Sampai dengan triwulan III 2016, realisasi

belanja untuk ketiga anggaran belanja tersebut

relatif baik tercermin dari adanya peningkatan

dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya. Realisasi belanja APBD Provinsi

Sumatera Utara mencapai 61,6% dari rencana

anggaran belanja tahun 2016, dengan realisasi

terbesar pada belanja operasional. Capaian ini

lebih tinggi dari realisasi triwulan III 2015 yang

tercatat sebesar 58,1%. Anggaran belanja 256

dari 33 APBD Kabupaten/Kota terealisasi 45,9%,

dengan Kabupaten Labuhanbatu Selatan

menjadi kabupaten/kota dengan realisasi

belanja terbesar yaitu sebesar 80,7%, seiring

dengan tingginya realisasi belanja operasi.

Sementara itu, belanja APBN terealisasi sebesar

56,2% dari pagunya, lebih tinggi dibandingkan

realisasi triwulan III 2015 sebesar 46,3%.

Dari sisi pendapatan, total anggaran tahun 2016

sebesar Rp52,8 triliun, terdiri dari APBD Provinsi

Sumatera Utara sebesar Rp10,0 triliun (pangsa

18,9%) dan APBD Kabupaten/Kota sebesar

Rp42,9 triliun (pangsa 81,1%). Realisasi

pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara

sampai dengan triwulan III 2016 mencapai

72,7% dari target, didorong oleh pendapatan

transfer dan PAD. Realisasi ini sedikit lebih

rendah dari capaian triwulan III 2015 yang

sebesar 73,2%. Sementara itu realisasi

pendapatan 117 dari 33 kabupaten/kota di

Sumatera Utara mencapai 65,0%, didorong oleh

pendapatan transfer.

2.2 APBD Provinsi Sumatera Utara

Anggaran pendapatan Provinsi Sumatera Utara

tahun 2016 tercatat sebesar Rp9,97 triliun,

meningkat 18% (yoy) dibanding tahun

sebelumnya, didorong oleh bertambahnya

pendapatan transfer. Sementara itu anggaran

belanja sebesar Rp10,0 triliun, meningkat 17,9%

(yoy) terutama didorong oleh belanja modal.

Pendapatan

Pengeluaran

2016

2015

2016

2015

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

29

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara dan situs DJPK, diolah Grafik 2.1 Perkembangan APBD Provinsi Sumatera Utara

2.2.1 Anggaran Pendapatan Provinsi

Sumatera Utara

Peningkatan anggaran pendapatan Provinsi

Sumatera Utara terutama bersumber dari

pendapatan transfer yang naik 40,0% (Rp1,5

triliun), sedangkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) hanya tumbuh 0,2% (naik Rp6,8 miliar).

Pendapatan transfer merupakan semua

pengeluaran negara yang dialokasikan kepada

daerah untuk membiayai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Pendapatan transfer akan digunakan untuk

pelaksanaan desentralisasi di tingkat provinsi

dan sebagian diteruskan kepada pemerintah

kabupaten/kota.

Tabel 2.1 Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara 2015 dan 2016

Rasio derajat otonomi fiskal (DOF) Sumatera

Utara masih cukup baik, tercermin dari 46,4%

anggaran pendapatan merupakan Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Pajak daerah masih menjadi

komponen terbesar PAD (pangsa 90,4% dari

total PAD). Pertumbuhan PAD masih menurun

namun hanya -0,3% (yoy) setelah pada tahun

2015 turun 7,8% (yoy). Penurunan target

penerimaan pajak antara lain pada target pajak

kendaraan bermotor. Hal ini sejalan dengan

upaya pemerintah menstimulus aktivitas

perekonomian masyarakat yang mayoritas

didominasi oleh konsumsi rumah tangga.

2.2.2 Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera

Utara Triwulan III 2016

Hingga triwulan III 2016, realisasi pendapatan

APBD Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp7,3

triliun atau 72,7% dari target pendapatan tahun

2016 sebesar Rp10,0 triliun. Realisasi ini

secara persentase lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya (73,2%)

namun secara nominal lebih tinggi. Hal tersebut

didorong oleh realisasi pendapatan transfer

yang hanya sebesar 71,9%, lebih rendah

7,3

33

8,4

82

8,4

89

8,4

52

9,9

74

7,6

78

8,8

67

8,5

26

8,4

43

9,9

51

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

2012 2013 2014 2015 2016

Pendapatan

Belanja

2015 2016

Juta Rp Juta Rp

TOTAL PENDAPATAN DAERAH 8,452,311 9,973,989 18.0%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 4,623,637 4,630,468 0.1%

PAJAK DAERAH 4,180,783 4,168,615 -0.3%

RETRIBUSI DAERAH 31,130 31,965 2.7%

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 255,651 261,614 2.3%

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 156,074 168,275 7.8%

PENDAPATAN TRANSFER 3,793,635 5,309,372 40.0%

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN 1,712,731 2,272,746 32.7%

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA 2,080,904 3,036,627 45.9%

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH - LAINNYA 0 0

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 35,039 34,148 -2.5%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

APBD PROVINSI SUMATERA UTARA

%

PerubahanURAIAN

Pendapatan

Tw III—2016

Tw III—2015

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

30

dibandingkan triwulan III 2015 yang mencapai

74,7%.

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Grafik 2.2 Persentase Realisasi Pendapatan Daerah

Provinsi Sumatera Utara

Pendapatan Asli Daerah

PAD terealisasi 73,8%, lebih tinggi dari triwulan

III 2015 yang sebesar 72,3%, didorong oleh

stabilnya realisasi pajak daerah dan meningkat

tajamnya realisasi lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah. Pajak daerah yang merupakan

komponen terbesar PAD (pangsa 90,4%)

mencatat realisasi sebesar 71,9%, sedikit lebih

tinggi dibandingkan tahun lalu yang terealisasi

71,6%. Sementara lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah pada triwulan ini terealisasi

90,1%, jauh lebih tinggi dari periode yang sama

di tahun sebelumnya (56,4%). Stabilnya realisasi

penerimaan pajak daerah sejalan dengan upaya

Pemerintah Sumatera Utara untuk

meningkatkan wajib pajak serta upaya

penegakan hukum terkait perpajakan.

Tabel 2.2 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara Triwulan III 2016

Pendapatan Transfer

Secara nominal, pendapatan transfer meningkat

menjadi Rp3,8 triliun dari periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar Rp2,8 triliun.

Peningkatan yang cukup signifikan secara

nominal tersebut merupakan realisasi dana

operasional sekolah untuk pelaksanaan Ujian

Nasional tingkat SD, SMP, dan SMU yang

berlangsung pada bulan April dan Mei 2016 dan

realisasi dana desa. Namun secara persentase,

realisasi pendapatan transfer mencapai 71,9%,

sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

74,7%. Dalam kaitan ini, Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi

yang terkena kebijakan penundaan penyaluran

DAU8. Pada triwulan III 2016, penundaan DAU

Provinsi Sumatera Utara mencapai Rp72,6 miliar

setiap bulannya (sejak September) dan

kebijakan tersebut direncanakan dilaksanakan

hingga akhir tahun. Besarnya penundaan untuk

masing-masing daerah didasari oleh perkiraan

kapasitas fiskal, kebutuhan belanja dan posisi

saldo kas di daerah pada akhir 2016. Penundaan

ini diperkirakan terkait dengan penerimaan

67

.3%

62

.6%

73

.4%

10

9.0

%

73

.2%

72

.3%

74

.7%

20

.2%

72

.7%

73

.8%

71

.9%

53

.2%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Total PendapatanDaerah

Pendapatan AsliDaerah

PendapatanTransfer

Lain-lainPendapatan Yang

Sah

Tw III 2014 Tw III 2015 Tw III 2016

Pagu Pagu

Juta Rp Juta Rp % Juta Rp Juta Rp %

TOTAL PENDAPATAN DAERAH 8,452,311 6,185,176 73.18% 9,973,989 7,253,133 72.7%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 4,623,637 3,344,121 72.33% 4,630,468 3,415,684 73.8%

PAJAK DAERAH 4,180,783 2,994,388 71.62% 4,168,615 2,995,467 71.9%

RETRIBUSI DAERAH 31,130 24,231 77.84% 31,965 24,212 75.7%

HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 255,651 237,503 92.90% 261,614 244,330 93.4%

LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 156,074 87,998 56.38% 168,275 151,676 90.1%

PENDAPATAN TRANSFER 3,793,635 2,833,990 74.70% 5,309,372 3,819,297 71.9%

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN 1,712,731 1,276,086 74.51% 2,272,746 1,585,484 69.8%

TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA 2,080,904 1,547,376 74.36% 3,036,627 2,233,812 73.6%

TRANSFER PEMERINTAH DAERAH - LAINNYA 0 10,528 - 0

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 35,039 7,066 20.17% 34,148 18,153 53.2%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

Realisasi Tw III Realisasi Tw III URAIAN

2015 2016

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

31

negara tahun 2016 yang belum stabil. Sampai

dengan triwulan III 2016, realisasi penerimaan

pajak nasional baru mencapai Rp896,1 triliun,

atau 58,2% dari target APBN-P 2016 yang

sebesar Rp1.539,2 triliun.

2.2.3 Anggaran Belanja Provinsi Sumatera

Utara

Anggaran belanja Provinsi Sumatera Utara

terdiri dari anggaran belanja dan anggaran

transfer. Pada anggaran tahun 2016, anggaran

belanja Provinsi Sumatera Utara mencapai

Rp10,2 triliun atau naik 17,9% dibandingkan

anggaran APBD-P tahun 2015 yang sebesar

Rp8,4 triliun. Peningkatan terjadi pada anggaran

belanja operasi dan belanja modal sementara

belanja transfer mengalami penurunan.

Anggaran belanja operasi sebesar Rp6,0 triliun

atau meningkat 18,9% dibandingkan tahun

2015, dengan kenaikan terbesar pada belanja

hibah (41,8%) disusul oleh belanja barang

(26,1%) dan belanja pegawai (16,8%). Tingginya

belanja hibah sejalan dengan peningkatan dana

BOS (bantuan operasional sekolah) untuk

menunjang pembangunan SDM.

Tabel 2.3 Anggaran Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2016

Demikian pula halnya dengan anggaran belanja

modal yang meningkat dari Rp1,0 triliun pada

tahun 2015 menjadi Rp1,2 triliun (naik 21,5%).

Hal ini sejalan dengan meningkatnya

pelaksanaan perbaikan jalan, irigasi dan

jaringan.

2.2.4 Realisasi Belanja Provinsi Sumatera

Utara

Hingga triwulan III 2016 realisasi belanja dan

transfer APBD Provinsi Sumatera Utara telah

mencapai Rp6,1 triliun atau 61,6% dari total

anggaran, lebih tinggi dibandingkan realisasi

tahun sebelumnya. Lebih tingginya realisasi

didorong oleh tingginya realisasi transfer.

Realisasi transfer di triwulan ini tercatat sebesar

82,5%, sedangkan periode yang sama tahun lalu

sebesar 48,5%. Demikian juga dengan realisasi

belanja operasi dan belanja modal triwulan ini

lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,

masing-masing sebesar 61,1% dan 19,8%.

Juta Rp Juta Rp

TOTAL BELANJA 8,442,940 9,950,844 17.9%

BELANJA OPERASI 4,623,742 6,042,607 30.7%

BELANJA PEGAWAI 1,324,369 1,547,265 16.8%

BELANJA BARANG 1,168,022 1,472,526 26.1%

BELANJA BUNGA 0 0

BELANJA SUBSIDI 0 0

BELANJA HIBAH 2,131,351 3,022,816 41.8%

BELANJA BANTUAN SOSIAL 0 0

BELANJA MODAL 1,023,316 1,243,297 21.5%

BELANJA TAK TERDUGA 7,500 7,500 0.0%

TRANSFER 2,788,382 2,657,440 -4.7%

TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN / KOTA 2,330,828 2,478,630 6.3%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN KE PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 457,554 178,810 -60.9%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara

%

PerubahanURAIAN

2015 2016

Pengeluaran

Tw III—2016

Tw III—2015

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

32

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara Belanja Operasi

Grafik 2.3 Persentase Realisasi Anggaran Belanja dan Transfer Daerah Provinsi Sumatera Utara

Realisasi belanja operasi pada triwulan III 2016

mencapai 61,1%, lebih tinggi dari triwulan III

2015 (55,0%). Realisasi tertinggi terjadi pada

belanja hibah (72,9%) dan belanja pegawai

(61,0%). Sementara, realisasi terendah terjadi

pada belanja barang (36,9%). Tingginya realisasi

belanja pegawai pada periode ini didorong oleh

pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) dan gaji

ke 13 seiring dengan berlangsungnya Ramadhan

dan Lebaran di triwulan II dan III 2016.

Tabel 2.4 Realisasi Anggaran Belanja Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015-2016

Belanja Modal

Realisasi belanja modal hingga triwulan III 2016

mencapai 19,8%, lebih tinggi dari realisasi

periode yang sama tahun sebelumnya. Setelah

terkendala oleh revisi Rencana Anggaran Biaya

(RAB) pengadaan karena adanya penurunan

harga BBM, pengadaan proses pelelangan

proyek-proyek pembangunan maupun

peningkatan jalan dan jembatan telah dimulai

pada bulan Mei 2016. Penandatanganan kontrak

sebagian telah terlaksana pada bulan Juli 2016.

Dari 741 rencana paket pengadaan aktivitas

strategis yang menggunakan APBD Pemprov

Sumut dengan total nilai sebesar Rp1,53 triliun

pada tahun 2016, hingga triwulan III 2016 telah

diproses pengadaannya sebanyak 80,7% (598

paket pengadaan). Dari jumlah tersebut, 72,7%

(539 paket) telah memasuki tahap pelaksanaan

dan 28,1% (207 paket) telah selesai.

Peningkatan kinerja belanja modal juga

tercermin dari realisasi komponen Penerimaan

Modal Tetap Bruto (PMTB) pada PDRB sisi

permintaan yang pada triwulan III 2016 ini

tumbuh 4,4% (yoy).

Tabel 2.5 Perkembangan Proses Pengadaan Barang dan Jasa APBD Provinsi Sumatera Utara tahun 2016

50.7

%

59.7

%

23.4

%

50.6

%

58.1

%

55.0

%

0.0%

48.5

%

61.6

%

61.1

%

19.8

%

82.5

%

0.0%

10.0%

20.0%

30.0%

40.0%

50.0%

60.0%

70.0%

80.0%

90.0%

Total Belanja Belanja Operasi Belanja Modal Transfer

TW III 2014 TW III 2015 TW III 2016

Pagu Pagu

Juta Rp Juta Rp % Juta Rp Juta Rp %

BELANJA 8,442,940,440,715 4,901,154,298,442 58.05% 9,950,844,445,530 6,130,519,867,581 61.6%

BELANJA OPERASI 4,623,742,394,784 2,543,280,937,841 55.0% 6,042,607,300,068 3,690,336,244,107 61.1%

BELANJA PEGAWAI 1,324,368,936,734 840,987,700,046 63.5% 1,547,265,423,565 943,028,640,461 60.9%

BELANJA BARANG 1,168,022,051,400 0 0.0% 1,472,525,876,503 543,279,003,646 36.9%

BELANJA BUNGA 0 0 - 0

BELANJA SUBSIDI 0 0 - 0

BELANJA HIBAH 2,131,351,406,650 1,702,293,237,795 3,022,816,000,000 2,204,028,600,000 72.9%

BELANJA BANTUAN SOSIAL 0 0 - 0

BELANJA MODAL 1,023,315,937,852 0 0.0% 1,243,297,180,210 246,592,743,026 19.8%

BELANJA TAK TERDUGA 7,500,000,000 1,006,289,264,025 13417.2% 7,500,000,000 1,876,198,000 25.0%

TRANSFER 2,788,382,108,079 1,351,584,096,576 48.5% 2,657,439,965,252 2,191,714,682,448 82.5%

TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN / KOTA 2,330,828,370,083 1,351,584,096,576 58.0% 2,478,630,055,595 2,111,878,234,239 85.2%

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN KE PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 457,553,737,996 0 178,809,909,657 79,836,448,209 44.6%

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Utara 0

Realisasi Tw III Realisasi Tw III URAIAN

2015 2016

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt

Proses Pengadaan 0.5% 1.4% 7.3% 8.5% 39.3% 59.5% 64.1% 72.2% 80.7% 88.0%

Tanda Tangan Kontrak 0.3% 0.7% 1.6% 3.1% 3.6% 22.3% 51.3% 60.7% 73.1% 81.0%

Pelaksanaan 0.3% 0.7% 1.5% 2.8% 3.6% 21.9% 49.9% 59.9% 72.7% 80.4%

PHO 0.0% 0.0% 0.0% 0.4% 1.1% 2.6% 6.5% 14.0% 28.1% 40.0%

Sumber : situs TEPRA http://monev.lkpp.go.id/

Total Aktivitas Strategis: 741 paket / Rp. 1.539,97 MPelaksanaan Kegiatan

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

33

Pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara

terus berupaya untuk mempercepat proses

pengadaan belanja modal serta barang dan jasa

yang akuntabel dan transparan, antara lain

dengan menerapkan e-procurement melalui satu

pintu. Ke depan, realisasi belanja modal perlu

senantiasa dicermati agar lebih optimal, karena

belanja modal yang efektif dapat memberikan

multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara yang lebih tinggi.

2.3 APBD 33 Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara

Anggaran pendapatan 33 kabupaten/kota di

Sumatera Utara pada tahun 2016 meningkat

21,7% dari Rp35,2 triliun pada tahun 2015

menjadi Rp42,9 triliun. Sementara anggaran

belanja juga mengalami peningkatan, dari

Rp36,6 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp43,2

triliun (naik 17,9%).

Sumber : Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan

BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.4 Perkembangan APBD Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara

2.3.1 Anggaran dan Realisasi Pendapatan APBD

Kabupaten/Kota

Dari total anggaran pendapatan yang mencapai

Rp42,9 triliun, anggaran terbesar berada di Kota

Medan (Rp5,3 triliun dengan share 12,5%),

diikuti oleh Kabupaten Deli Serdang (Rp3,5

triliun; 8,1%), Kabupaten Simalungun (Rp2,4

triliun; 5,5%) dan Kabupaten Langkat (Rp1,8

triliun; 4,3%). Sementara yang terkecil di

Kabupaten Nias Barat (Rp600,0miliar; 1,4%) dan

Kabupaten Pakpak Bharat (Rp551,1 miliar;

1,3%).

Secara kumulatif, sumber pendapatan terbesar

anggaran pendapatan 33 kabupaten/kota di

Sumatera Utara adalah pendapatan transfer,

yang mencapai 85,3% dari total anggaran.

Tingginya komposisi pendapatan transfer

menunjukkan ketergantungan daerah yang

masih tinggi terhadap Pemerintah Pusat.

Sumber : Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan

BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.5 Proporsi Anggaran Pendapatan Spasial

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Sumber : Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan

BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.6 Proporsi Komponen Anggaran Pendapatan

APBD Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

mencerminkan kemandirian fiskal hanya

mencapai 10,6%. Secara spasial, rasio

desentralisasi fiskal tertinggi berada di Kota

Medan yang mencapai 34,2% dan terendah di

Kabupaten Nias Selatan (1,3%). Tingginya

aktivitas ekonomi Kota Medan sebagai ibukota

Provinsi dan merupakan salah satu hub di

kawasan Indonesia Bagian Barat diindikasikan

mendorong tingginya PAD. Sementara

rendahnya desentralisasi fiskal Kabupaten Nias

Selatan karena rendahnya komponen pajak

31.3 32.4 35.2 36.6 42.9 43.2 0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Pendapatan Daerah Belanja Daerah

Rp Triliun 2014 2015 2016

Medan12.5%

Deli Serdang8.1%

Simalungun5.5%Langkat

4.3%Pakpak Bharat1.3%

Lainnya68.4%

PENDAPATAN ASLI DAERAH RP

4,5T; 10.6%

PENDAPATAN TRANSFER RP 36,5T; 84.4%

LAIN-LAIN PENDAPATAN

YANG SAH 1,8T; 5.0%

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

34

daerah terhadap PAD yang hanya mencapai

27,9%.

Sampai dengan triwulan III 2016, realisasi

pendapatan 11 kabupaten/kota9 yang ada di

Sumatera Utara terealisasi sebesar 65,0% dari

total anggaran, lebih rendah dibandingkan

realisasi periode yang sama tahun 2015 (79,5%).

Realisasi terbesar adalah pendapatan transfer

(72,2%) yang meliputi transfer dana dari

pemerintah pusat maupun provinsi, diikuti oleh

PAD (54,7%) dan lain-lain pendapatan yang sah

(22,0%). Hal ini diperkirakan sejalan dengan

belum tercapainya target pendapatan pajak

nasional dan penundaan penyaluran DAU

kabupaten / kota.

Secara spasial, realisasi pendapatan tertinggi

terjadi di Kota Pematangsiantar yaitu 77,5% dari

target pendapatan, didorong oleh realisasi PAD

yang mencapai 68,6% dan transfer yang

terealisasi 77,1%. Realisasi ini sedikit lebih

rendah dari capaian tahun sebelumnya yang

sebesar 80,6%.

Grafik 2.7 Realisasi Anggaran Pendapatan

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016

Sumber : LRA Kabupaten/Kota BAKK Provinsi Sumatera

Utara, diolah

2.3.2 Anggaran dan Realisasi Belanja APBD

Kabupaten/Kota

Anggaran belanja 33 kabupaten/kota di

Sumatera Utara pada tahun 2016 tercatat

sebesar Rp43,2 triliun, meningkat 17,9%

dibandingkan tahun 2015. Sebesar 69,4% atau

Rp30,0 triliun merupakan belanja operasi,

sedangkan belanja modal mencapai proporsi

20,5% dengan anggaran sebesar Rp8,8 triliun.

Secara spasial, anggaran belanja terbesar

dimiliki oleh Kota Medan sebesar Rp5,5 triliun

atau 12,9% dari total anggaran belanja 33

kabupaten/kota di Sumatera Utara. Sementara

Kabupaten Pakpak Bharat mencatat anggaran

belanja terendah sebesar Rp596,1 miliar dengan

pangsa 1,4%.

Rasio belanja modal tertinggi dimiliki oleh

Kabupaten Nias Barat dan Nias Utara, masing-

masing sebesar 37,0 % (Rp235,0 miliar) dan

36,3% (Rp291,4 miliar). Sementara itu rasio

belanja modal terendah berada di Kabupaten

Simalungun yaitu 6,7% atau Rp148,3 miliar.

Hingga triwulan III 2016, realisasi belanja APBD

dari 2510 kabupaten/kota di Sumatera Utara

mencapai 45,9% dari total anggaran. Realisasi

terendah dialami Kabupaten Nias Selatan

(29,3%) sementara realisasi tertinggi dicapai

oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan (80,9%).

Secara nominal, realisasi belanja tertinggi

dicapai oleh Kota Medan dengan realisasi

sebesar Rp1,7 triliun sementara nilai realisasi

terendah dialami oleh Kabupaten Pakpak Bharat

sebesar Rp248,6 miliar.

73

.1%

71

.8%

68

.6%

44

.7%

62

.9%

72

.8%

77

.1%

65

.7%

77

.4%

26

.6%

66

.3%

48

.8%

66

.8%

73

.9%

88

.8%

77

.2%

65

.4%

46

.7%

81

.6%

68

.6%

18

.1%

19

.4%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Asa

han

Dai

ri

Hu

mb

ahas

Lab

ura

Nia

s Se

lata

n

Pal

uta

Tap

sel

Tob

asa

Pe

mat

ang

Sian

tar

Sib

olg

a

Tan

jun

g B

alai

% Realisasi Pendapatan % Realisasi PAD

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

35

Grafik 2.8 Anggaran Pendapatan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara 2016

Sumber : Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Tabel 2.6 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016

Sumber : LRA Kabupaten/Kota BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.9 Realisasi Belanja APBD 25 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Triwulan III 2016

Sumber: Situs TEPRA dan LRA Kabupaten/Kota BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

1,108

5,336

1.27%

34.24%

0%5%10%15%20%25%30%35%40%

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000As

ahan

Batu

Bar

a

Dairi

Deli

Serd

ang

Hum

baha

s

Labu

han

Batu

Labu

sel

Labu

ra

Lang

kat

Mad

ina

Nia

s

Nia

s Bar

at

Nia

s Sel

atan

Nia

s Uta

ra

Pada

ng L

awas

Palu

ta

Pakp

ak B

hara

t

Sam

osir

Serg

ai

Sim

alun

gun

Karo

Taps

el

Tapt

eng

Tapu

t

Toba

sa

Binj

ai

Gun

ung

Sito

li

Med

an

Pada

ng S

idem

puan

Pem

atan

g Si

anta

r

Sibo

lga

Tanj

ung

Bala

i

Tebi

ng T

ingg

i

Anggaran Pendapatan

Derajat Desentralisasi Fiskal (Sisi Kanan)

Rp

Pagu Pagu

Juta Rp Juta Rp % Juta Rp Juta Rp %

PENDAPATAN DAERAH 9.314.260 7.401.553 79,46% 12.101.088 7.869.176 65,03%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 631.893 426.450 67,49% 665.496 364.264 54,74%

PENDAPATAN TRANSFER 8.287.202 6.652.437 80,27% 9.935.119 7.175.561 72,22%

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 395.165 322.666 81,65% 1.500.473 329.350 21,95%

URAIAN

2015 2016

Realisasi Tw III Realisasi Tw III

87

1.3

63

4.8

53

4.8

1,0

01

.6

43

7.7

38

8.5

71

8.4

50

2.1

89

6.3

35

7.9

47

9.4

61

5.4

24

8.6

91

4.2

85

0.6

81

7.6

44

7.2

55

4.4

46

5.1

61

4.1

1,7

48

.4

55

6.0

59

2.4

34

6.6

36

7.9

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500

1,000

1,500

2,000

Asa

han

Bat

u B

ara

Dai

ri

De

li Se

rdan

g

Hu

mb

ahas

Lab

uh

an B

atu

Lab

use

l

Lab

ura

Lan

gkat

Nia

s Se

lata

n

Pad

ang

Law

as

Pal

uta

Pak

pak

Bh

arat

Serg

ai

Kar

o

Tap

sel

Tap

ten

g

Tap

ut

Tob

asa

Bin

jai

Me

dan

Pe

mat

ang

Sian

tar

Sib

olg

a

Tan

jun

g B

alai

Teb

ing

Tin

ggi

Nominal Realisasi Belanja % Realisasi Belanja s.d Tw III 2016Miliar Rp

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

36

2.4 Realisasi APBN di Sumatera

Utara Triwulan III 2016

Realisasi belanja APBN pada triwulan III 2016

sebesar 56,2%11, lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2015 yang hanya sebesar 46,3% dari

pagunya (Tabel 2.3). Berdasarkan jenisnya,

belanja pegawai yang merupakan belanja rutin

mencatat realisasi terbesar yaitu 77,4%12 dari

pagunya.

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

peningkatan realisasi terjadi pada belanja

pegawai, belanja modal dan belanja barang. Hal

tersebut sejalan dengan pencairan Tunjangan

Hari Raya (THR), gaji ke 13, dan intensifnya

pembangunan infrastruktur di Sumatera Utara

(antara lain pembangunan kelistrikan bandara,

pembangunan jalan tol, dan pembangunan

pelabuhan).

Belanja modal berupa pembangunan jalan,

irigasi dan jaringan yang merupakan bagian

terbesar dari belanja modal (pangsa 77%),

mencatat realisasi tertinggi sebesar 36,8% dari

pagunya. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan

triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 29,1%.

Hal ini tercermin dari realisasi pembangunan

Jalan Tol Mebidangro, Trans Sumatera dan

pengembangan Pelabuhan Belawan dan

Pelabuhan Kuala Tanjung yang terus dikebut

pembangunannya.

Analisis yang digunakan adalah persentase realisasi

anggaran terhadap total anggaran belanja APBN

Analisis per jenis belanja maupun fungsi menggunakan

persentase realisasi dari anggaran masing-masing per jenis

belanja maupun fungsi, bukan dari total belanja APBN

Meningkatnya kinerja realisasi belanja modal

tercermin dari tingginya pertumbuhan investasi

(PMTB) pada struktur PDRB Sumatera Utara.

Investasi Sumatera Utara pada triwulan III 2016

tumbuh 4,4% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

yang sama tahun sebelumnya (3,2%, yoy).

Berdasarkan fungsinya, realisasi belanja APBN

terbesar dicapai oleh fungsi ketertiban dan

keamanan (73,7% dari pagunya) dan fungsi

pertahanan (72,6% dari pagunya), yang

merupakan pengeluaran rutin untuk menjaga

keamanan dan ketertiban di masyarakat. Namun

secara nominal realisasi terbesar terjadi pada

sektor ekonomi senilai Rp2.508 miliar (39,7%

dari pagunya). Bentuk penyaluran belanja fungsi

ekonomi antara lain berupa pembangunan jalan,

irigasi, dan jaringan untuk mendukung program

peningkatan kualitas pengkarantinaan pertanian

dan pengawasan keamanan hayati, diversifikasi,

dan ketahanan pangan masyarakat.

Dibandingkan pola historisnya, belanja untuk

fungsi pendidikan di triwulan III 2016 ini

mengalami peningkatan realisasi yang signifikan,

yaitu mencapai 63,6%. Realisasi tersebut lebih

besar dibandingkan triwulan III 2015 (realisasi

51,7%). Bentuk penyaluran belanja fungsi

pendidikan antara lain penyaluran dana Bantuan

Operasional Sekolah dan penyelenggaraan

Ujian Nasional SD, SLTP dan SLTA.

Tw III 2015 Tw III 2016

Rp9.702M

(46,3%)

Rp10.425M

(56,2%)

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

37

Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara

Grafik 2.10 Persentase Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Belanja Per Triwulan

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 2.11 Persentase Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara Berdasarkan Fungsi

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara, diolah

Pagu Pagu

(Miliar Rp) (Miliar Rp) % Pagu (Miliar Rp) (Miliar Rp) % Pagu

BERDASARKAN JENIS BELANJA

Belanja Pegawai 7.113 5.056 71,1% 6.985 5.408 77,4%

Belanja Barang 5.894 2.344 39,8% 5.853 3.008 51,4%

Belanja Modal 7.173 1.972 27,5% 5.661 1.993 35,2%

Belanja Bantuan Sosial 774 330 42,7% 64 16 24,5%

BERDASARKAN FUNGSI

Agama 260 123 47,3% 358 215 60,1%

Ekonomi 7.760 2.457 31,7% 6.312 2.508 39,7%

Kesehatan 850 382 44,9% 1.226 584 47,6%

Ketertiban dan Keamanan 1.469 915 62,3% 2.911 2.144 73,7%

Lingkungan Hidup 373 122 32,8% 343 158 46,2%

Pariwisata dan Budaya 50 15 29,9% 4 2 56,8%

Pelayanan Umum 3.650 1.999 54,8% 1.059 692 65,3%

Pendidikan 3.944 2.040 51,7% 3.585 2.281 63,6%

Perlindungan Sosial 73 26 36,5% 47 17 36,3%

Pertahanan 2.029 1.412 69,6% 2.103 1.526 72,6%

Perumahan dan Fasilitas Umum 496 211 42,5% 616 297 48,3%

TOTAL 20.953 9.702 46,3% 18.563 10.425 56,2%

Sumber : Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara

Realisasi Tw IIIUraian

2015 2016

Realisasi Tw III1

9%

39

%

67

%

95

%

7%

28

%

50

%

89

%

6%

19

%

38

%

79

%

1%

24

%

44

%

95

%

10

%

30

%

53

%

90

%

18

%

40

%

71

%

10

0%

4%

19

%

40

%

86

%

0%

6%

27

%

85

%

4%

5%

43

%

93

%

8%

22

%

46

%

91

%

20

%

53

%

77

%

9%

32

%

51

%

5%

22

%

35

%

2%

14

%

25

%

12

%

36

%

56

%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bansos Total Belanja

2014 2015 2016

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Agama Ekonomi Kesehatan Ketertibandan

Keamanan

LingkunganHidup

Pariwisatadan Budaya

PelayananUmum

Pendidikan PerlindunganSosial

Pertahanan Perumahandan Fasilitas

Umum

2014 2015 2016

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

38

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

39

BAB 3 PERKEMBANGAN INFLASI

DAERAH

Perlambatan perekonomian Sumatera Utara pada triwulan III 2016 turut disertai dengan

melambungnya tekanan inflasi melebihi sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi Sumatera Utara pada

triwulan III 2016 tercatat 6,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan realisasi triwulan

sebelumnya yang sebesar 4,3% (yoy). Lebih lanjut, realisasi inflasi ini berada jauh di atas inflasi

nasional yang hanya mencapai 3,1% (yoy), maupun inflasi kawasan Sumatera yang mencapai 4,3%

(yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non

fundamental, yaitu kenaikan tekanan inflasi Volatile Foods seiring dengan adanya gangguan

produksi domestik yang menghambat pasokan pangan di pasaran. Sementara itu, kenaikan tekanan

inflasi inti masih berada dalam level yang terjaga. Memasuki triwulan IV 2016, tekanan inflasi

Sumatera Utara tak kunjung mereda. Kondisi cuaca pada bulan Oktober belum cukup kondusif bagi

kt v t t b hk h k b ‘b t k’-nya Gunung Sinabung. Dengan

demikian, faktor risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 diperkirakan masih tinggi. Mencermati

tingginya risiko inflasi tersebut, TPID se-Provinsi Sumatera Utara terus meningkatkan komitmennya

untuk mendukung capaian inflasi yang rendah dan stabil. Dengan demikian, tekanan inflasi

diperkirakan masih terkendali meski berpotensi tinggi melebihi sasaran yang telah ditetapkan, yaitu

4±1%.

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

40

Tw-II 2016 Tw-III 2016

4,3 6,0

Sumu

t

Tw-II 2016 Tw-III 2016

3,5 3,1

Nasional

3.1 Kondisi Umum

Perlambatan perekonomian

Sumatera Utara pada triwulan III

2016 turut disertai dengan melambungnya

tekanan inflasi. Inflasi Sumatera Utara pada

triwulan III 2016 tercatat 6,0% (yoy), meningkat

dibandingkan dengan triwulan lalu yang

mencapai 4,3% (yoy). Lebih lanjut, realisasi

inflasi ini berada jauh di atas inflasi nasional

yang hanya mencapai 3,1% (yoy), maupun inflasi

kawasan Sumatera yang mencapai 4,3% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.1 Inflasi Sumut dan Nasional

Pada triwulan III 2016, peningkatan tekanan

inflasi terutama didorong oleh faktor non-

fundamental, khususnya kelompok Volatile

Foods. Minimnya pasokan pangan di pasaran

akibat penurunan produksi domestik komoditas

pangan terutama cabai merah mendorong

lonjakan inflasi pada triwulan III 2016. Adanya

penyesuaian tarif beberapa komoditas yang

harganya diatur oleh pemerintah juga turut

berkontribusi meningkatkan tekanan inflasi dari

kelompok Administered Prices. Sementara itu,

tekanan kelompok inflasi inti pada triwulan III

2016 relatif stabil dengan indikasi adanya

kenaikan permintaan masyarakat.

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

2016 terjadi pada seluruh kota Survei Biaya

Hidup (SBH) di Provinsi Sumatera Utara, bahkan

menjadi salah satu kota dengan realisasi inflasi

tertinggi secara nasional. Laju peningkatan

inflasi tertinggi terjadi di Kota Sibolga, yang

meningkat tajam dari 2,8% (yoy) pada triwulan

lalu menjadi 7,5% (yoy) pada triwulan III 2016.

Kota Sibolga juga menjadi kota

dengan realisasi inflasi diatas

sasaran yang ditetapkan disamping

Kota Medan yang mencapai 6,1%

(yoy). Disparitas realisasi inflasi antar kota yang

lebar juga masih turut mewarnai realisasi inflasi

pada triwulan ini. Di sisi lain, inflasi di Kota

Padangsidempuan dan Kota Pematangsiantar

relatif lebih rendah yang masing-masing

mencapai 4,8% (yoy) dan 5,3% (yoy).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 3.2 Inflasi Triwulan II 2016 di seluruh Provinsi se-Sumatera

Dalam kurun waktu 3 bulan, Sumatera Utara

kembali menduduki posisi inflasi tahunan

tertinggi se-kawasan Sumatera. Realisasi inflasi

Sumatera Utara yang mencapai 6,0% (yoy) ini

jauh lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi

inflasi Provinsi Lampung yang hanya macapai

2,5% (yoy), atau bahkan Provinsi Riau dan Aceh

yang berbatasan langsung dengan Sumatera

Utara.

INFLASI BULANAN (% mtm) JULI 2016 AGUSTUS 2016 SEPTEMBER 2016

0,2% 0,7% 1,2%

Dengan mencermati dinamika inflasi bulanan,

stabilitas inflasi Sumatera Utara masih perlu

mendapatkan perhatian lebih lanjut. Pada bulan

Juli 2016, realisasi inflasi Sumatera Utara hanya

mencapai 0,2% (mtm) ditengah berlangsungnya

semarak hari raya Idul Fitri. Lebih lanjut, realisasi

inflasi ini merupakan realisasi inflasi bulan Juli

terendah dalam 14 tahun terakhir.

4.0

4.5

4.3

4.3

5.9

5.9

8.4

8.4

7.3

6.7

4.5

8.4

6.4

7.3

6.8

3.4

4.5

3.5

3.1

3.3

3.9

5.5

2.93.9

5.86.6

9.410.2

7.7

6.2

4.4

8.2

6.1

7.86.6

3.2

7.2

4.3

6.0

7.4

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Okt

2012 2013 2014 2015 2016

(% yoy)

NasionalSumut

6.0 5.1 4.6 4.4 4.3 3.9 3.7 3.3 3.0 2.5

3.1

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

Sum

ut

Sum

bar

Ben

gku

lu

Sum

sel

Bab

el

Jam

bi

Ace

h

Ria

u

Kep

ri

Lam

pu

ng

%, YoYSumut Nasional

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

41

Rendahnya realisasi inflasi pada bulan Juli 2016

tidak lepas dari intensifnya program kerja TPID

Provinsi Sumatera Utara dalam mengendalikan

inflasi yang biasanya cukup tinggi pada perayaan

HBKN. Perilaku konsumsi masyarakat yang

cenderung meningkatkan persediaan sebelum

periode lebaran mendorong menurunnya

tekanan inflasi pada bulan Juli 2016. Penurunan

tekanan inflasi terutama disebabkan oleh

komoditas cabai merah yang mengalami

penurunan yang cukup signifikan sehingga

menyumbang deflasi sebesar -0,2% (mtm).

Operasi pasar yang dilakukan oleh TPID

diperkirakan dapat menahan tekanan

meroketnya harga kebutuhan pokok masyarakat

pada periode HBKN selama bulan Juli 2016.

Sementara itu, kerjasama dengan Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi

pasokan bawang merah selama periode

Ramadhan-Idul Fitri juga ditengarai dapat

menurunkan harga bawang merah.

Tabel 3.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

sepanjang Triwulan II 2016 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Meskipun demikian, rendahnya tekanan inflasi

ini tidak berlangsung lama. Tekanan inflasi

kemudian merangkak naik yang pada bulan

Agustus tercatat 0,7% (mtm) dan September

yang tercatat 1,2% (mtm).

Pasca lebaran, inflasi pada bulan Agustus 2016

tersebut terkait dengan terbatasnya pasokan

pangan di pasaran akibat gangguan produksi

yang terus berlanjut terutama pada komoditas

cabai merah. Kendala cuaca yang kurang

memadai seperti curah hujan yang tinggi dan

belum stabilnya erupsi Gunung Sinabung

menyebabkan menurunnya aktivitas panen dan

melaut. Hal tersebut terlihat dari dinamika harga

pangan yang melonjak tajam memasuki minggu

ketiga bulan Agustus 2016. Hal ini juga didorong

oleh peningkatan tekanan inflasi terkait dengan

daya beli masyarakat yang mulai membaik serta

adanya pelaksanaan tahun ajaran baru.

Gangguan produksi tanaman pangan dan

hortikultura yang belum dapat diatasi pada

bulan Agustus juga turut memberikan dampak

pada kembali meroketnya tekanan inflasi pada

bulan September 2016. Peningkatan tekanan

inflasi terutama didorong oleh kenaikan tekanan

inflasi Cabai Merah seiring dengan dampak

erupsi Gunung Sinabung yang masih terasa dan

diiringi oleh ekstensifnya dampak Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT) akibat curah hujan

yang terus meningkat sepanjang bulan

September. Dari bulan Januari hingga

September 2016 tercatat ±1.300 Ha lahan cabai

merah di Sumatera Utara terkena virus kuning

dan virus keriting yang menyebabkan anjloknya

pasokan di pasaran. Kinerja produksi cabai

merah triwulan III 2016 terpuruk hingga -42,2%

(yoy) yang merupakan titik terendahnya

sepanjang tahun 2016.

Memasuki triwulan IV 2016, tekanan inflasi

Sumatera Utara tak kunjung mereda. Kondisi

cuaca pada bulan Oktober belum cukup kondusif

bagi aktivitas pertanian, bahkan masih diwarnai

k b ‘b t k’ G b .

Inflasi pada bulan Oktober tercatat sebesar

1,04% (mtm). Tekanan inflasi dari faktor yang

bersifat non-fundamental terutama dari

kelompok volatile food masih mewarnai inflasi,

terutama dari komoditas hortikultura dan sayur-

sayuran. Kondisi pasokan masih tertekan seiring

dengan bergesernya musim panen raya ke dua

yang biasanya mulai terjadi pada Agustus-

September. Hal tersebut disebabkan oleh

kekeringan diatas normal memasuki musim

tanam kedua yang biasanya terjadi pada April

2016 lalu. Kondisi tersebut belum dapat

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Angkutan Udara 27.61 0.21 1 Cabai Merah -15.51 -0.31

2 Kontrak Rumah 6.50 0.32 2 Kacang Panjang -22.02 -0.04

3 Gula Pasir 31.28 0.28 3 Dencis -19.19 -0.18

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Cabai Merah 7.75 0.06 1 Angkutan Udara -17.12 -0.17

2 Sekolah Menengah Pertama19.59 0.18 2 Bawang Merah 20.92 0.14

3 Dencis -10.34 -0.10 3 Gula Pasir 26.88 0.24

No. Komoditas (%, yoy)Kontribusi

(%, yoy)No. Komoditas (%, yoy)

Kontribusi

(%, yoy)

1 Cabai Merah 147.78 1.52 1 Daging Ayam Ras -3.39 -0.03

2 Nasi dengan Lauk 14.48 0.21 2 Gula Pasir 21.09 0.19

3 Dencis -3.36 -0.03 3 Sawi Hijau 19.16 0.02

Jul-16

Sep-16

Agu-16

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

42

diantisipasi dengan kapasitas irigasi yang

memadai sehingga menekan produksi tanaman

pangan.

Tekanan inflasi juga bersumber dari komoditas

daging ayam ras. Adanya kenaikan harga day old

chick (DOC) pada Agustus lalu mendorong

adanya kenaikan harga daging ayam ras. Selain

itu, adanya penyesuaian tarif listrik dan cukai

rokok13 juga kontributif dalam peningkatan

tekanan inflasi pada September 2016.

Faktor risiko inflasi hingga akhir tahun 2016

diperkirakan masih tinggi, terutama dari

pasokan pangan dan penyesuaian harga

beberapa komoditas yang diatur oleh

pemerintah. Adanya risiko kembali

meningkatnya permintaan masyarakat akibat

kembali membaiknya daya beli seiring dengan

perbaikan harga serta panen raya komoditas

perkebunan juga turut meningkatkan risiko

tekanan inflasi pada periode mendatang.

Mencermati tingginya risiko inflasi tersebut,

TPID se-Provinsi Sumatera Utara terus

meningkatkan komitmennya untuk mendukung

capaian inflasi yang rendah dan stabil.

Koordinasi terus ditingkatkan baik di level pusat

maupun daerah yang disertai dengan gencarnya

realisasi program-program pengendalian inflasi

sesuai dengan roadmap yang telah disusun.

Dengan demikian, stabilitas inflasi diharapkan

dapat tetap terjaga meski inflasi sampai dengan

akhir tahun berpotensi diatas sasaran inflasi

nasional sebesar 4±1%. Dapat ditambahkan

bahwa inflasi kumulatif Sumatera Utara sampai

dengan Oktober 2016 mencapai 5,3% (ytd).

Sumber: BPS, diolah Grafik 3.3 Inflasi Kumulatif Juli 2016 di seluruh Provinsi se-

Sumatera

3.2 Perkembangan Inflasi Non

Fundamental

Peningkatan tekanan inflasi Sumatera Utara

pada triwulan III 2016 lebih banyak diwarnai

oleh dinamika faktor inflasi yang bersifat non

fundamental. Tekanan inflasi berasal dari faktor

non fundamental--yang bersifat sementara--

menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya, terutama inflasi Volatile

Food. Inflasi Administered Prices juga meningkat

meski masih berada pada level yang rendah.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 3.4 Disagregasi Inflasi Sumut

Seiring dengan penyesuaian beberapa

komoditas yang diatur oleh pemerintah,

tekanan inflasi Administered Prices meningkat

dari 1,3% (yoy) menjadi 1,6% (yoy).

5.3 4.8 4.5 3.7 3.5 2.6 2.4 2.4 2.4 1.7

2.1

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

Sum

ut

Ben

gku

lu

Bab

el

Sum

bar

Jam

bi

Ace

h

Ria

u

Sum

sel

Kep

ri

Lam

pu

ng

%, YoYSumut Nasional

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2013 2014 2015 2016

% (yoy)Inflasi IHK

Core

Volatile Foods

Administered Prices

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

43

Peningkatan tekanan inflasi terutama didorong

oleh penyesuaian tarif listrik dan cukai rokok.

Sepanjang triwulan III 2016, pemerintah kembali

melakukan penyesuaian tarif listrik secara

berkala untuk beberapa golongan rumah tangga

dan industri, baik untuk pelanggan pra bayar

maupun pasca bayar. Penyesuaian tarif listrik

terjadi menyusul dengan tren pergerakan harga

minyak dunia yang mulai pulih meski berjalan

lambat. Dengan demikian, inflasi komoditas tarif

listrik secara tahunan mengalami peningkatan

dari -2,8% menjadi -0,1%.

Peningkatan tekanan inflasi Administered Prices

juga didukung dengan adanya penyesuaian tarif

cukai rokok. Memasuki akhir tahun 2016,

pemerintah mengeluarkan kebijakan

penyesuaian tarif cukai melalui Peraturan

Menteri Keuangan No.147/PMK.010/2016.

Dengan demikian, hampir seluruh komoditas

rokok mengalami peningkatan tekanan inflasi.

Rokok kretek mengalami peningkatan tekanan

inflasi tertinggi dengan realisasi sebesar 23,8%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

lalu yang mencapai 19,7% (yoy). Disusul oleh

rokok putih yang meningkat dari 20,6% (yoy)

menjadi 24,4% (yoy) dan rokok kretek filter yang

meningkat dari 18,1% (yoy) menjadi 20,3% (yoy).

Memasuki triwulan IV 2016, tekanan kelompok

inflasi Administered Prices pada bulan Oktober

2016 kembali meningkat dari 1,6% (yoy) menjadi

2,2% (yoy). Kembali meningkatnya tekanan

inflasi Administered Prices tidak terlepas dari

dampak lanjutan kenaikan tarif cukai rokok dan

kembali disesuaikannya tarif listrik oleh

pemerintah. Meskipun demikian, tingginya

dampak kenaikan cukai rokok dan tarif listrik

masih mampu diimbangi oleh penurunan tarif

angkutan udara pasca perayaan HBKN pada Juli

dan September.

Dengan mencermati rendahnya gejolak harga

komoditas pada kelompok disagregasi, tekanan

inflasi kelompok Administered Prices pada

triwulan IV 2016 diyakini akan mereda. Kembali

rendahnya risiko kenaikan harga minyak dunia

menyebabkan potensi kenaikan tekanan inflasi

pada kelompok ini relatif minimal. Meskipun

demikian, masih terdapat stimulan inflasi pada

triwulan IV dari kelompok ini, seperti tarif listrik

yang kembali disesuaikan pada bulan Oktober

2016.

Terbatasnya pasokan pangan di pasaran

mendorong kembali meroketnya tekanan

inflasi Volatile Foods Sumatera Utara. Pada

bulan Oktober 2016, tekanan inflasi kelompok

Volatile Foods kembali melonjak tajam dari 5,6%

(yoy) pada triwulan lalu menjadi 11,2% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi kelompok Volatile

Foods pada triwulan III didominasi oleh

komoditas cabai merah yang kembali melonjak

tajam setelah sempat mereda pada triwulan

sebelumnya. Turunnya produksi cabai merah

Sumatera Utara hingga titik terendahnya pada

tahun 2016 menyebabkan tak terelakkannya

kenaikan harga cabai merah yang cukup ekstrim.

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 3.5 Dinamika Inflasi Volatile Foods Sumut

Terpuruknya kinerja produksi cabai merah

didorong oleh tidak kondusifnya kondisi cuaca

dalam mendukung produksi yang disertai

dengan bencana erupsi Gunung Sinabung yang

berkepanjangan. Seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, pasokan cabai merah yang semakin

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

3.9

11.4

3.4

14.8

13.6

3.8

10.3

0.91.4

7.8

-0.8

1.7

9.810.1

12.813.4

5.04.05.1

7.5

3.8

8.1

4.64.5

13.7

5.6

11.2

17.2

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

14.0

16.0

18.0

20.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III 10

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoy

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

44

menurun dipengaruhi oleh serangan Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Ekstrimnya,

gangguan OPT cabai merah di Sumut menjalar

hingga seluas ±1.300 ha dalam kurun waktu 9

bulan dalam bentuk virus kuning dan virus

keriting. Hal tersebut diperparah dengan

tingginya curah hujan di Sumatera Utara.

Pasokan cabai merah kian tertekan dengan

normalisasi dampak Gunung Sinabung yang

berjalan sangat lambat. Memasuki pertengahan

semester II 2016, Gunung Sinabung yang

notabene merupakan sentra produksi tanaman

hortikultura dan sayur-mayur kembali

mengalami erupsi. Dengan demikian,

produktivitas tanaman kembali menurun dan

mengganggu pasokan pangan di pasaran.

Gangguan cuaca juga turut mengganggu

pasokan ikan segar di pasaran. Hal tersebut

disebabkan oleh tingginya gelombang di lautan

yang menyebabkan nelayan enggan melaut.

Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi

ikan segar juga turut meningkat.

Seiring dengan kondisi pasokan pangan yang

belum membaik, inflasi kelompok Volatile Foods

kembali melonjak pada bulan Oktober 2016, dari

11,2% (yoy) menjadi 17,2% (yoy). Peningkatan

tekanan inflasi ini masih didominasi oleh

kenaikan harga cabai merah. Tekanan inflasi

kelompok ini semakin bertambah dengan mulai

terasanya dampak kenaikan harga days old chick

(DOC) pada Agustus lalu terhadap

perkembangan harga daging ayam ras di

Sumatera Utara.

Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah

Grafik 3.6 Stok Beras BULOG

Pasokan cabai merah yang masih terbatas

hingga akhir tahun menyebabkan risiko kenaikan

tekanan inflasi yang masih tinggi. Untuk

mengatasi hal tersebut, TPID se-Sumatera Utara

terus meningkatkan koordinasi untuk

menghadapi risiko kenaikan tekanan inflasi.

Kesiapan TPID Provinsi Sumatera Utara dalam

menangkal tingginya inflasi pada akhir tahun

tercermin dari stok beras BULOG yang

diperkirakan mencukupi hingga akhir tahun

2016. Dengan kondisi tersebut, tekanan inflasi

Volatile Foods pada periode mendatang

diperkirakan membaik. Adanya susulan panen

raya kedua yang bergeser akibat pergeseran

pola tanam imbas anomali cuaca pada beberapa

periode lalu juga meningkatkan keyakinan akan

kembali meredanya tekanan inflasi kelompok ini

pada periode mendatang.

3.3 Perkembangan Inflasi

Fundamental

Daya beli masyarakat yang membaik terkait

dengan perbaikan harga komoditas

perkebunan mendorong peningkatan tekanan

inflasi inti pada level yang masih terjaga. Harga

CPO mencatatkan harga terbaiknya dalam

setahun terakhir pada bulan Agustus hingga

September 2016 lalu. Meskipun demikian, hal ini

tidak cukup kuat untuk mendorong peningkatan

tekanan inflasi inti seiring dengan ekspektasi

inflasi yang terkelola dengan cukup baik.

Peningkatan tekanan inflasi yang terjadi pada

level pedagang tidak diiringi dengan

peningkatan tekanan inflasi pada level

konsumen. Penguatan nilai tukar rupiah yang

48

1

04

6

6

42

3

4

18

1

7

13

3

5

26

2

2

31

5

0

24

2

2

30

2

8

16

3

1

17

2

9

24

2

0

0.6%

49.4%

-35.0%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyjuta ton

Volume Growth

INFLASI

year on year (%, YoY)

-

-

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

45

terus berlanjut menekan berkembangnya

ekspektasi peningkatan inflasi di masyarakat.

Grafik 3.7 Ekspektasi Inflasi

Komoditas yang berkontribusi dalam stabilnya

tekanan inflasi inti pada periode laporan adalah

gula pasir. Berakhirnya periode puncak

permintaan gula pasir akibat bulan Ramadhan--

yang umumnya diramaikan dengan makanan

khas sarat gula--menyebabkan menurunnya

tekanan inflasi pada triwulan III 2016. Selain itu,

pasokan gula pasir yang membaik seiring dengan

kondusifnya aktivitas panen dan giling gula pasir

di beberapa sentra produksi menyebabkan

normalisasi harga gula pasir yang berjalan cepat.

Grafik 3.8 Survei Harga Properti Residensial

Sementara itu, peningkatan harga emas turut

mengerek kenaikan harga emas perhiasan meski

penguatan nilai tukar rupiah terus berlanjut.

Komoditas yang pada triwulan lalu menjadi

pendorong utama seperti komoditas sewa

rumah dan kontrak rumah juga masih kontributif

dalam meningkatkan tekanan inflasi inti.

Kenaikan tarif sewa tersebut menunjukkan

penyesuaian tarif terkait dengan ekspektasi

inflasi ditengah penurunan harga properti

sebagaimana pada triwulan III 2016

sebagaimana tercermin dari hasil Survei Properti

Residensial. Adanya semarak perayaan hari raya

idul fitri juga turut mendorong tekanan inflasi

dari kelompok komoditas sandang.

Grafik 3.9 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Memasuki awal triwulan IV 2016 tekanan inflasi

inti Sumatera Utara justru menurun dari 5,8%

(yoy) menjadi 5,3% (yoy). Penguatan nilai tukar

yang terus berlanjut ditengah ekspektasi inflasi

yang semakin terkelola dengan baik mendukung

penurunan tekanan inflasi ini.

Kembali menurunnya harga komoditas

perkebunan baik di pasar lokal dan global juga

turut membayangi daya beli masyarakat. Hasil

survei konsumen yang menunjukkan kembali

menurunnya ekspektasi inflasi yang menurun

juga mengindikasikan demand pull inflation yang

masih relatif lemah.

Penurunan tekanan inflasi inti pada bulan

Oktober 2016 didorong oleh koreksi harga emas

perhiasan dan gula pasir. Menurunnya

permintaan masyarakat pasca berakhirnya

periode HBKN ditengah cukup baiknya pasokan

menyebabkan terjadinya normalisasi harga gula

pasir dipasaran. Sementara itu, memasuki bulan

Oktober 2016, harga emas di pasar global

kembali menurun yang diiringi dengan

penguatan nilai tukar yang terus berlanjut.

Sehingga, harga emas perhiasan di pasar

domestik juga turut menurun.

Dengan mencermati dinamika inflasi tersebut,

tekanan inflasi inti pada periode mendatang

diperkirakan terkendali. Beberapa indikator

pendukung juga mengindikasikan risiko tekanan

90.0

110.0

130.0

150.0

170.0

190.0

210.0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

SK (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad)

SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)

19

5.0

19

9.9

20

4.1

20

5.3

20

5.9

20

6.5

21

1.4

21

2.2

21

3.9

21

6.0

21

7.2

22

4.2

22

9.3

23

2.1

23

2.1

13.3%

16.3%16.0%

11.4%

5.6%

3.3% 3.6% 3.4% 3.9%4.6%

2.8%

5.7%7.2%

7.4%

6.8%

0.0%

2.0%

4.0%

6.0%

8.0%

10.0%

12.0%

14.0%

16.0%

18.0%

170.0

180.0

190.0

200.0

210.0

220.0

230.0

240.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

SHPR Growth

8,9

04

8,5

90

8,6

10

9,0

00

9,1

00

9,3

06

9,5

08

9,6

24

9,6

94

9,7

89

10

,66

4

11

,68

9

11

,84

7

11

,61

8

11

,76

2

12

,24

7

12

,79

9

13

,13

4

13

,63

9

13

,57

8

13

,53

3

13

,31

8

13

,13

4 -3.9%

-5.8%

-4.3%

0.9%

2.2%

8.3%

10.4%

6.9%

6.5%

5.2%

12.2%

21.5%

22.2%

18.7%

10.3%

4.8%

8.0%

13.0%

16.0%

10.9%

3.0%

-2.4%-3.3%

-10.0%

-5.0%

0.0%

5.0%

10.0%

15.0%

20.0%

25.0%

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%, yoyUSD/Rp

RptoUS Growth

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

46

inflasi yang minimal. Kembali melemahnya nilai

tukar, harga komoditas perkebunan yang

kembali merosot serta kenaikan ekspektasi

inflasi di tingkat pedagang yang tidak disertai

dengan kenaikan ekspektasi inflasi di level

konsumen semakin mengkonfirmasi akan

terkendalinya realisasi inflasi inti pada triwulan

IV 2016.

3.4 Inflasi Menurut Kelompok

Barang dan Jasa

Dinamika inflasi Sumatera Utara dipengaruhi

oleh kelompok bahan makanan, makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau, perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar, serta

kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan. Keempat kelompok tersebut memiliki

bobot 83% terhadap pembentukan inflasi di

Sumatera Utara.

Grafik 3.10 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara

Peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

2016 didorong oleh peningkatan tekanan inflasi

komoditas pada kelompok Bahan Makanan,

kelompok Makanan Jadi, kelompok Minuman,

Rokok dan Tembakau serta kelompok Sandang.

Sementara itu, kelompok komoditas lain relatif

stabil bahkan turun. Kelompok komoditas

dengan lonjakan inflasi tertinggi adalah

kelompok Bahan Makanan yang mencapai 12,5%

(yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan

dengan triwulan II 2016 yang hanya mencapai

5,4% (yoy).

Tabel 3.2 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

3.4.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan merupakan

kelompok dengan peningkatan tekanan inflasi

tertinggi pada triwulan III 2016, yaitu dari 5,4%

(yoy) menjadi 12,5% (yoy). Lonjakan tekanan

inflasi dari kelompok bahan makanan terutama

didorong oleh subkelompok bumbu-bumbuan

yang meningkat dari 8,8% (yoy) menjadi 83,5%

(yoy). Lebih spesifik, peningkatan tekanan inflasi

ini terutama didorong oleh kenaikan harga cabai

merah.

Tabel 3.3 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,

pasokan cabai merah pada triwulan III 2016

menurun tajam ditengah masih cukup baiknya

permintaan masyarakat dalam menyemarakkan

hari raya idul fitri.

Subkelompok ikan segar juga turut berkontribusi

dalam peningkatan tekanan inflasi dari -0,9%

(yoy) menjadi 3,0% (yoy). Peningkatan tekanan

inflasi pada subkelompok ini tidak lepas dari

kondisi cuaca yang kurang kondusif terhadap

aktivitas perlayaran sehingga pasokan ikan segar

di pasaran menurun.

24.17

16.23

24.34

6.84

4.04

6.12

18.26

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok&Tembakau

Perumahan, Air, listrik, Gas & BB

Sandang

Kesehatan

Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan

IV I II III Arah

Bahan Makanan 4.4 14.8 5.4 12.5

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6.2 10.8 11.9 13.5

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 4.0 3.0 1.6 1.9

Sandang 4.0 4.8 6.3 7.2

Kesehatan 6.0 4.9 4.7 4.5

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 5.9 6.0 6.5 4.5

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -2.8 1.8 -1.1 -2.0

Umum 3.3 7.2 4.3 6.0

2016Kelompok

2015

2015

IV I II III

BAHAN MAKANAN 4.2 14.8 5.4 12.5 2.9

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.3 7.7 6.3 1.7 0.1

Daging dan Hasil-hasilnya 10.7 12.4 9.8 -0.5 0.0

Ikan Segar 1.5 0.3 -0.9 3.0 0.2

Ikan Diawetkan 4.3 2.5 0.6 0.7 0.0

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 7.5 7.9 4.6 3.1 0.1

Sayur-sayuran 1.5 10.6 15.0 17.6 0.4

Kacang-kacangan 3.6 8.3 11.2 8.9 0.0

Buah-buahan 7.6 4.9 1.8 -0.8 0.0

Bumbu-bumbuan -5.3 101.2 8.8 83.5 2.0

Lemak dan Minyak -2.3 -2.3 -1.5 5.0 0.1

Bahan Makanan Lainnya 4.3 6.5 9.5 9.9 0.0

Arah Andil

(yoy)Kelompok

2016

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

47

Selanjutnya, subkelompok sayur-sayuran

menjadi subkelompok dengan peningkatan

tekanan inflasi ketiga tertinggi di Sumatera

Utara, yaitu dari 15,0% (yoy) menjadi 17,6%

(yoy). Dampak dari erupsi Gunung Sinabung juga

turut mengancam ketersediaan pasokan sayur

mayur yang banyak diproduksi di lereng Gunung

Sinabung. Stabilisasi yang berjalan lambat

ditengah relokasi lahan produksi yang belum

rampung menyebabkan tidak terelakkannya

penurunan produksi sehingga mendorong

peningkatan tekanan inflasi pada triwulan III

2016.

Menjelang akhir tahun 2016, tekanan inflasi

cabai merah tak kunjung mereda. Pada bulan

Oktober 2016, tekanan inflasi kelompok bahan

makanan kembali meningkat dari 12,5% (yoy)

menjadi 18,9% (yoy). Peningkatan tekanan

inflasi pada bulan Oktober kembali disebabkan

oleh masih berlanjutnya kenaikan harga

komoditas cabai merah seiring dengan masih

belum membaiknya kondisi pasokan cabai

merah di pasaran. Meskipun demikian, TPID

baik di level Provinsi maupun Kab/Kota untuk

memperbaiki ketersediaan pasokan dan

kelancaran distribusi diperkirakan akan

memberikan andil yang cukup besar dalam

menurunnya inflasi kelompok bahan makanan.

Dengan demikian, diharapkan tekanan inflasi

bahan makanan pada triwulan IV 2016 dapat

lebih terkendali.

3.4.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman,

Rokok dan Tembakau

Tidak berbeda dengan kelompok bahan

makanan, tekanan inflasi kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau juga turut

meningkat dari 11,9% (yoy) menjadi 13,5%

(yoy). Subkelompok dengan peningkatan

tekanan inflasi tertinggi adalah subkelompok

Tembakau dan Minuman Beralkohol yang

meningkat dari 18,6% (yoy) menjadi 21,5% (yoy).

Lonjakan yang tajam ini terutama disebabkan

oleh adanya kebijakan pemerintah untuk

meningkatkan tarif cukai rokok (lebih lanjut baca

Perkembangan Inflasi Non Fundamental –

Administered Prices).

Selain itu, subkelompok makanan jadi juga

menunjukkan peningkatan tekanan inflasi, dari

7,9% (yoy) menjadi 9,4% (yoy). Peningkatan

tekanan inflasi subkelompok ini disebabkan oleh

masih tingginya permintaan masyarakat terkait

dengan pelaksanaan hari raya Idul Fitri yang

diiringi dengan perbaikan harga komoditas

perkebunan.

Tabel 3.4 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

Memasuki triwulan IV 2016, di Oktober tekanan

inflasi masih stabil pada level yang tinggi di

kisaran 13,5% (yoy). Masih terus berlanjutnya

dampak lanjutan dari kenaikan tarif cukai rokok

memberikan tekanan inflasi pada kelompok ini.

3.4.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas

dan Bahan Bakar

Peningkatan tekanan inflasi juga terlihat pada

kelompok perumahan, air, listrik, gas dan

bahan bakar yang meningkat dari 1,6% (yoy)

menjadi 1,9% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi

pada kelompok ini terutama didorong oleh

peningkatan tekanan inflasi subkelompok bahan

bakar, penerangan dan air serta subkelompok

perlengkapan rumah tangga.

Tekanan inflasi subkelompok bahan bakar,

penerangan dan air meningkat dari -3,7% (yoy)

menjadi -2,1% (yoy) yang terutama didorong

oleh adanya kebijakan pemerintah untuk

kembali melakukan penyesuaian tarif listrik baik

untuk golongan rumah tangga maupun industri

pada triwulan III 2016. Penyesuaian tarif ini

terjadi seiring dengan mulai kembali

membaiknya harga minyak dunia.

2015

IV I II III

MAKANAN JADI 6.4 10.7 11.9 13.5 2.1

Makanan Jadi 3.2 7.1 7.9 9.4 0.8

Minuman yang Tidak Beralkohol 8.9 8.8 12.8 12.1 0.3

Tembakau dan Minuman Beralkohol 10.8 18.7 18.6 21.5 1.0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

48

Tabel 3.5 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Sementara itu, peningkatan tekanan inflasi

subkelompok perlengkapan rumah tangga pada

umumnya terjadi pada komoditas barang

elektronik ditengah penguatan nilai tukar terus

berlanjut. Kembali disesuaikannya harga atas

barang elektronik terkait dengan persiapan

pelaku usaha menyusul penyesuaian Upah

Minimum Provinsi (UMP) yang pada umumnya

dilakukan pada akhir tahun.

Pada bulan Oktober 2016, tekanan inflasi

kelompok ini kembali meningkat menjadi 2,0%

(yoy). Kembali disesuaikannya tarif listrik

menyebabkan tekanan inflasi pada kelompok ini

kembali meningkat.

3.4.4 Kelompok Sandang

Antusiasme masyarakat dalam menyambut

lebaran yang identik dengan pakaian baru dan

segala upaya untuk mempercantik diri masih

mendorong peningkatan tekanan inflasi

sandang dari 6,3% (yoy) menjadi 7,2% (yoy).

Inflasi kelompok ini utamanya didorong oleh

peningkatan inflasi subkelompok sandang laki-

laki, sandang anak dan subkelompok barang

pribadi dan sandang lain.

Tabel 3.6 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

Komoditas dengan peningkatan tekanan inflasi

tertinggi diantaranya adalah celana panjang laki-

laki dan anak, kemeja laki-laki serta emas

perhiasan. Tingginya kebutuhan masyarakat

untuk berhias selama Lebaran yang disertai

dengan masih tingginya animo masyarakat

untuk menjadikan emas perhiasan sebagai

instrumen investasi dan lonjakan harga emas

internasional mendorong kenaikan tekanan

inflasi emas perhiasan (lebih lanjut baca

Perkembangan Inflasi Fundamental).

Seiring dengan selesainya Lebaran dan tahun

ajaran baru, tekanan inflasi kelompok sandang

pada Oktober 2016 menurun dari 7,2% (yoy)

menjadi 6,0% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

ini terjadi pada seluruh subkelompok sandang.

3.4.5 Kelompok Kesehatan

Lain halnya dengan empat kelompok inflasi

sebelumnya, kelompok kesehatan justru relatif

stabil dari 4,7% (yoy) menjadi 4,5% (yoy). Harga

obat-obatan dan jasa perawatan jasmani relatif

stabil sementara jasa kesehatan cenderung

meningkat. Peningkatan jasa kesehatan ini

mampu diimbangi dengan penurunan tekanan

inflasi pada subkelompok perawatan jasmani

dan kosmetika. Komoditas dengan peningkatan

tekanan inflasi terbesar pada kelompok ini

diantaranya adalah ongkos bidan, tarif dokter

gigi dan minyak rambut.

Tabel 3.7 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

Pada bulan Oktober 2016, tekanan inflasi

kelompok kesehatan masih relatif stabil yang

mencapai 4,5% (yoy). Peningkatan tekanan

inflasi subkelompok obat-obatan yang terjadi

pada bulan Oktober masih mampu diimbangi

dengan penurunan tekanan inflasi subkelompok

jasa kesehatan. Sementara itu, subkelompok

jasa perawatan jasmani serta subkelompok

perawatan jasmani dan kosmetika masih relatif

stabil.

2015

IV I II III

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BB 4.1 3.0 1.6 1.9 0.5

Biaya Tempat Tinggal 3.8 4.3 3.5 3.2 0.4

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 5.2 -0.6 -3.7 -2.1 -0.1

Perlengkapan Rumah Tangga 3.5 6.3 8.4 8.7 0.1

Penyelenggaraan Rumah Tangga 3.7 3.9 2.3 2.4 0.1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II III

SANDANG 4.0 4.8 6.3 7.2 0.4

Sandang Laki-Laki 3.9 2.7 2.4 4.3 0.1

Sandang Wanita 6.8 10.1 11.0 8.8 0.1

Sandang Anak-Anak 3.3 3.5 5.1 5.5 0.1

Barang Pribadi dan Sandang Lain 2.1 3.4 7.3 10.4 0.2

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II III

KESEHATAN 6.1 4.9 4.7 4.5 0.2

Jasa Kesehatan 1.7 0.9 3.1 5.4 0.1

Obat-obatan 1.4 2.1 2.8 2.6 0.0

Jasa Perawatan Jasmani 8.8 2.4 6.0 6.2 0.0

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10.4 9.4 6.1 4.1 0.1

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

49

3.4.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan

Olah Raga

Berlawanan dengan kelompok komoditas

lainnya, tekanan inflasi kelompok pendidikan,

rekreasi dan olah raga justru melandai. Secara

tahunan, tekanan inflasi kelompok ini menurun

dari 6,5% (yoy) menjadi 4,5% (yoy). Penurunan

tekanan inflasi terjadi pada hampir seluruh

subkelompok kecuali subkelompok olahraga.

Tabel 3.8 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sumber: BPS, diolah

Komoditas yang mengalami penurunan tekanan

inflasi terbesar pada kelompok ini diantaranya

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas

(SMA). Penurunan tekanan inflasi ini terjadi

seiring dengan siklus pendaftaran murid tahun

ajaran baru yang terjadi pada pertengahan

tahun.

Penurunan tekanan inflasi kelompok ini terus

berlanjut hingga bulan Oktober 2016. Tekanan

inflasi kelompok ini pada awal triwulan IV 2016

tercatat menurun menjadi 4,2% (yoy). Dengan

demikian, pada akhir tahun 2016 tekanan inflasi

kelompok ini diperkirakan cukup rendah.

2.3.2 Kelompok Transportasi, Komunikasi

dan Jasa Keuangan

Penurunan tekanan inflasi kelompok

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

terus berlanjut hingga triwulan III 2016. Pada

triwulan III, tekanan inflasi kelompok ini kembali

tercatat deflasi -2,0% (yoy), lebih rendah

dibandingkan dengan capaian triwulan lalu yang

mencapai -1,1% (yoy). Penurunan tekanan inflasi

ini terutama terjadi pada subkelompok transpor

yang menurun dari -2,0% (yoy) menjadi -3,4%

(yoy).

Komoditas dengan penurunan tekanan inflasi

terdalam pada kelompok ini adalah angkutan

udara. Perilaku konsumen yang cenderung

melakukan pembelian tiket mudik untuk

menyemarakkan hari raya idul fitri jauh hari

menyebabkan tekanan inflasi pada periode

HBKN relatif mereda.

Tabel 3.9 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

Pada bulan Oktober 2016, tekanan inflasi

kelompok ini relatif stabil dikisaran -2,0%.

Hampir seluruh subkelompok mencatatkan

tekanan inflasi yang stabil pada awal triwulan IV

2016. Dengan demikian, pada akhir tahun 2016

diperkirakan kelompok transportasi, komunikasi

dan jasa keuangan tidak akan memberikan

kontribusi terhadap peningkatan tekanan inflasi

umum yang signifikan.

3.5 Perbandingan Inflasi Antar

Provinsi/Kota di Sumatera

Secara agregat, laju inflasi tahunan Pulau

Sumatera pada triwulan III 2016 tercatat sebesar

4,3% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar

3,1% (yoy). Inflasi Sumatera pada triwulan III

meningkat bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (3,7%, yoy).

Lima dari sepuluh provinsi di Kawasan Sumatera

mencatatkan peningkatan tekanan inflasi pada

triwulan III 2016. Provinsi Bangka Belitung yang

mencatatkan inflasi tertinggi pada triwulan lalu

justru tercatat mereda pada triwulan II 2016.

Dengan demikian, pada triwulan III 2016 Provinsi

Sumatera Utara merupakan provinsi dengan

tekanan inflasi tertinggi di Sumatera.

2015

IV I II III

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 6.2 6.0 6.5 4.5 0.3

Pendidikan 9.3 9.2 10.1 7.0 0.3

Kursus-Kursus / Pelatihan 0.6 0.6 0.7 0.4 0.0

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 3.9 4.3 4.2 1.6 0.0

Rekreasi 2.3 1.6 2.1 1.4 0.0

Olahraga 3.3 0.7 0.8 0.9 0.0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

2015

IV I II III

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -2.8 1.8 -1.1 -2.0 -0.4

Transpor -4.5 2.0 -2.0 -3.4 -0.5

Komunikasi dan Pengiriman 0.1 0.1 0.1 0.6 0.0

Sarana dan Penunjang Transpor 7.9 3.5 3.8 4.1 0.1

Jasa Keuangan 0.0 1.5 1.6 1.6 0.0

Kelompok Arah Andil

(yoy)

2016

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

50

Sumber: BPS, diolah Gambar 3.1 Sebaran Inflasi Sumatera

3.6 Upaya Pengendalian Inflasi

Menghadapi risiko peningkatan tekanan inflasi

yang ada, TPID Provinsi Sumatera Utara telah

melakukan berbagai hal untuk menjangkar

inflasi 2016. Beberapa program yang telah

disiapkan diantaranya adalah:

a. Mengintensifkan aktivitas perdagangan antar

wilayah, diantaranya melalui kerja sama

dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa

Tengah serta melakukan pembelian langsung

ke beberapa sentra produksi lain untuk

menjamin ketersediaan pasokan bahan

pangan.

b. Optimalisasi peran Toko Tani sebagai

perpanjangan tangan TPID di level retail

untuk mengatasi inflasi

c. Relokasi lahan petani yang terpapar erupsi

Gunung Sinabung serta langkah kuratif dalam

mengatasi permasalahan lahan cabai yang

terkena OPT.

d. Pembenahan tata niaga yang terus

disempurnakan untuk mengantisipasi praktik

penimbunan serta pengembangan pasar

lelang komoditas pertanian melalui

pembentukan task force sesuai dengan

instruksi Presiden. Gudang-gudang

penyimpanan barang pokok terus dimonitor

secara intensif serta dilakukan pencatatan

harga pada level distributor untuk

memonitor sumber kenaikan harga.

e. Melakukan operasi pasar dan pasar murah

untuk menjamin akses masyarakat dalam

memperoleh bahan pangan yang berkualitas

dan terjangkau.

f. Meningkatkan arus informasi terkait cuaca

seperti prakiraan curah dan sifat hujan, hari

tanpa hujan, daerah rawan banjir dan peta

ketersediaan air tanah untuk mendukung

pertanian dan perikanan Sumatera Utara.

Terkait dengan hal tersebut, TPID juga

menyiapkan program antisipasi bencana

terkait dengan situasi cuaca yang kurang

menentu.

g. Penjajakan pembentukan BUMD Pangan

dalam mendukung kondisi pasokan yang

prima dalam memenuhi kebutuhan konsumsi

masyarakat.

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

51

BAB 4 STABILITAS KEUANGAN DAERAH,

PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

DAN UMKM

Kinerja perbankan belum menjadi pendorong tren perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2016, kinerja perbankan Sumatera Utara

juga menunjukkan perlambatan yang diindikasikan oleh indikator utama yaitu asset, dana pihak

ketiga (DPK) dan kredit. Namun demikian, stabilitas keuangan daerah di Provinsi Sumatera Utara

masih terjaga. Hal ini tercermin dari kinerja korporasi dan rumah tangga yang masih meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan risiko yang masih berada di bawah level indikatif.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

52

Tabel 4.1 Indikator Perbankan Provinsi Sumatera Utara

4.1 Perkembangan Perbankan

Sumatera Utara

Kinerja perbankan belum menjadi pendorong

tren perbaikan ekonomi Sumatera Utara. Sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi

triwulan III 2016, kinerja perbankan Sumatera

Utara juga menunjukkan perlambatan yang

diindikasikan oleh indikator utama yaitu asset,

dana pihak ketiga (DPK) dan kredit. Pada

triwulan laporan, aset dan DPK mengalami

perlambatan yang signifikan dibanding triwulan

sebelumnya, sementara kredit masih tumbuh

cukup baik. Aset perbankan tumbuh melambat

dari 7,1% (yoy) pada triwulan II 2016 menjadi

3,3% (yoy). Perlambatan ini sejalan dengan

perlambatan DPK maupun kredit.

DPK perbankan di Sumatera Utara mengalami

perlambatan menjadi 3,2% (yoy) dari 6,2% (yoy)

triwulan sebelumnya. Sama seperti aset,

perlambatan DPK juga disebabkan oleh

rendahnya pertumbuhan DPK perbankan

konvensional (hanya tumbuh 2,4%, yoy). Namun

demikian, DPK hingga triwulan III 2016 tumbuh

7,8% (ytd), lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

pertumbuhan DPK tahun 2016 akan lebih baik

dari tahun sebelumnya.

Dilihat dari komponennya, perlambatan DPK

terutama terjadi karena terkontraksinya giro

yang diperkirakan terkait dengan realisasi

pembiayaan proyek menjelang akhir tahun. Giro

terkontraksi dari 0,6% (yoy) menjadi -2,7% (yoy).

Sementara itu, tabungan dan deposito masih

tumbuh melambat dibanding triwulan

sebelumnya. Tabungan melambat dari 13,4%

(yoy) menjadi 11,7% (yoy) dan deposito

melambat dari 5,7% (yoy) menjadi 2,5% (yoy).

Perlambatan DPK ini diperkirakan dipengaruhi

oleh penurunan suku bunga.

Sumber : LBU

Grafik 4.1 Perkembangan DPK di Sumatera Utara

4.2 Asesmen Intermediasi

Perbankan

Intermediasi perbankan mengalami

perlambatan meski pertumbuhan kredit masih

lebih tinggi dibanding pertumbuhan DPK. Selain

itu, dilihat dari komponennya, kredit investasi

justru meningkat dan tumbuh signifikan. Hal ini

mengindikasikan masih adanya ekspektasi

perbaikan ekonomi ke depan.

Sejalan dengan perlambatan aset dan DPK,

kredit perbankan di Sumatera Utara pada

triwulan III 2016 juga melambat14.

Aset Triliun Rp 215,0 221,7 228,5 232,0 233,1 239,9 254,3 245,2 242,4 256,9 262,6

Pertumbuhan (yoy) % (yoy) 17,6% 16,9% 13,4% 8,4% 8,4% 8,2% 11,3% 5,7% 4,0% 7,1% 3,3%

Dana Pihak Ketiga Triliun Rp 156,3 165,0 172,8 177,9 176,6 181,4 188,6 183,3 156,3 156,3 156,3

Pertumbuhan (yoy) % (yoy) 14,8% 19,7% 17,6% 15,1% 13,0% 9,9% 9,2% 3,1% 3,7% 7,5% 4,8%

Kredit Triliun Rp 148,0 153,7 155,9 161,7 162,4 167,2 171,1 172,7 168,2 180,2 184,0

Pertumbuhan (yoy) % (yoy) 15,5% 13,7% 10,8% 9,0% 9,7% 8,8% 9,7% 6,8% 3,6% 7,8% 7,5%

Kredit Non Lancar Triliun Rp 3,76 4,11 4,39 4,14 4,53 5,20 5,55 5,26 5,31 5,53 5,69

NPL (Gross) % 2,4% 2,6% 2,8% 2,5% 2,7% 3,0% 3,1% 3,0% 3,1% 3,1% 3,1%

Loan to Deposit Ratio % 94,7% 93,1% 90,2% 90,9% 92,0% 92,2% 90,7% 94,2% 91,9% 92,4% 93,0%

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

0.0

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

IV I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

% (yoy)Milyar Rp DPK Konvensional (nominal) DPK Syariah (nominal)

g DPK Konvensional g DPK Syariah

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

53

Pertumbuhan kredit perbankan Provinsi

Sumatera Utara pada triwulan III 2016

melambat dari 7,8% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 7,5% (yoy). Perlambatan pertumbuhan

kredit khususnya dikontribusikan oleh kredit

modal kerja yang melambat dari 2,2% (yoy)

menjadi 0,5% (yoy). Kredit konsumsi relatif

stabil, masih terkontraksi sebesar -4,3% (yoy).

Sementara kredit investasi meningkat, dari

32,6% (yoy) menjadi 35,6% (yoy).

Grafik 4.2 Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan di

Sumatera Utara

Berdasarkan kategori, perlambatan kredit terjadi

pada ketiga kategori utama ekonomi Sumatera

Utara yaitu kategori pertanian, kategori industri

pengolahan dan kategori perdagangan besar

dan eceran (PBE). Sementara kredit konstruksi

menunjukkan perbaikan seiring dengan

optimisme pelaku usaha akan realisasi

infrastruktur strategis pada periode mendatang.

Hal ini juga sejalan dengan relaksasi ketentuan

LTV khususnya yang terkait dengan kredit

pemilikan rumah/properti.

Kredit hingga triwulan III 2016 baru tumbuh

sebesar 6,5% (ytd), lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya (5,8%).

Hal ini menunjukkan pertumbuhan kredit tahun

2016 diperkirakan membaik dibanding tahun

sebelumnya yang sejalan dengan perbaikan

ekonomi.

Di tengah perlambatan kredit, risiko kredit

perbankan Sumatera Utara pada triwulan III

2016 masih terjaga. Hal ini tercermin dari Non

Performing Loan (NPL) gross yang stabil sebesar

3,1%. Secara sektoral, risiko kredit yang perlu

mendapat perhatian terutama berasal dari

kategori Konstruksi dan kategori PBE. NPL

kategori Industri Pengolahan juga menunjukkan

peningkatan dan tercatat 2,8% di akhir triwulan

dan masih di bawah level indikatif.

Sementara itu, NPL kategori lainnya diluar

kategori utama ekonomi Sumatera Utara yang

meningkat cukup tinggi adalah untuk kategori

administrasi pemerintahan.

4.3 Pengembangan Akses

Keuangan dan UMKM

Sumber : LBU (Kredit berdasarkan lokasi proyek) Grafik 4.3 Perbandingan Kredit UMKM dengan PDRB

Sumut

Pada triwulan III 2016, pertumbuhan kredit

UMKM di Provinsi Sumatera Utara relatif sangat

rendah, melambat menjadi 0,6% (yoy) dengan

tingkat risiko sedikit menurun (NPL 6,0%).

Pangsa kredit UMKM mencapai 26,4% pada

triwulan III tahun 2016 lebih rendah dari

triwulan sebelumnya yang mencapai 27,0%.

Kredit UMKM tumbuh 0,6% (yoy) melambat dari

triwulan sebelumnya yang masih tumbuh

sebesar 2,5% (yoy). Pelemahan terjadi hampir di

keseluruhan lapangan usaha kecuali industri

pengolahan yang tumbuh 2% (yoy) atau tumbuh

-5%

5%

15%

25%

35%

45%

55%

65%

75%

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

YoYOutstanding Kredit (RHS) KMK KI

KK Pertumbuhan Kredit (yoy) KMK

Rp Triliun

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

54

lebih baik setelah terkontraksi pada triwulan

sebelumnya.

Berdasarkan golongan kredit yang disalurkan,

kredit menengah dan kredit kecil mengalami

kontraksi yang cukup dalam masing-masing

sebesar -6,2% (yoy) dan -1,5% (yoy). Sedangkan

kredit mikro tumbuh cukup baik, sedikit

melambat dari 18,7% (yoy) menjadi 18,2% (yoy).

Sejalan dengan perlambatan kredit UMKM,

risiko kredit UMKM menunjukkan penurunan

dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 6,2% pada

triwulan II 2016 menjadi 6,0% pada triwulan

laporan. Namun, NPL kredit UMKM tersebut

masih di atas level indikatif (5%). Dari

keseluruhan kategori kredit, kredit mikro dan

menengah telah berada pada batas bawah rasio

NPL sedangkan NPL kredit kecil yang di atas level

indikatifnya (6,94%).

Tabel 4.2 Pertumbuhan Kredit Sektoral di Provinsi Sumatera Utara (yoy)

Tabel 4.3 Risiko Kredit per Sektor Ekonomi di Sumatera Utara

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 2015 2016 Share

Pertanian 17,5% 20,7% 24,2% 16,1% 4,0% 20,9% 18,8% 34,1 40,5 39,4%

Pertambangan dan Penggalian 19,7% -4,6% -3,4% -5,8% 3,8% -30,3% -42,9% 0,4 0,3 0,2%

Industri Pengolahan 2,1% 5,5% 15,7% 10,9% -21,5% -1,9% -8,2% 42,4 38,9 37,9%

Pengadaan Listrik Air dan Gas -22,2% -22,5% -21,6% -8,9% 3,3% -14,9% -16,3% 0,9 0,7 0,7%

Konstruksi 9,7% 10,8% 2,8% 3,4% -14,7% 9,4% 9,9% 6,2 6,8 6,6%

Perdagangan Besar dan Eceran 9,1% 7,9% 16,2% 13,5% 2,6% 5,1% 4,7% 50,0 52,4 51,0%

Penyedia Akomodasi 5,5% 2,1% 16,1% 24,8% -1,2% 6,1% 5,6% 2,3 2,4 2,3%

Transportasi dan Pergudangan 4,0% -8,5% -5,2% -2,7% 9,8% 1,5% -2,8% 3,9 3,8 3,7%

Jasa Keuangan 89,7% -16,6% -1,5% -1,1% -0,5% 1,7% 0,7% 1,6 1,6 1,5%

Real Estate -36,7% -7,1% 0,6% 16,7% -7,2% 15,4% 0,9% 4,4 4,5 4,4%

Administrasi Pemerintahan -32,7% -73,0% -67,6% -63,0% 17,1% -16,4% 1,0% 0,0 0,0 0,0%

Jasa Pendidikan 15,7% 16,3% 18,6% 23,8% -46,0% 43,4% 35,8% 0,3 0,5 0,5%

Jasa Kesehatan 45,6% 35,4% 25,2% 15,0% 15,7% 9,1% 11,5% 1,0 1,1 1,1%

Jasa Kemasyarakatan -1,8% 2,4% -24,3% -61,5% 9,7% -4,1% -1,4% 2,0 2,0 2,0%

Jasa Lainnya -11,4% -69,8% -43,2% -51,7% -11,7% -7,2% -30,5% 0,3 0,2 0,2%

PROVINSI SUMATERA UTARA2015 2016 Nominal Kredit Sept (RpT)

I II III IV I II III

Pertanian 2,3 2,2 1,8

Pertambangan 2,7 1,8 1,4

Industri Pengolahan 2,2 2,5 2,8

Pengadaan Listrik Gas 0,3 0,1 0,5

Pengadaan Air 1,8 0,4 3,4

Konstruksi 10,2 9,1 8,1

PBE 4,4 4,0 4

Transportasi 1,6 1,5 2,8

Akomodasi dan Mamin 4,5 5,3 4,8

Informasi dan Komunikasi 4,5 5,3 1,5

Perantara Keuangan 1,7 1,5 0,9

Real Estate 4,8 2,4 2,8

Jasa Perusahaan 6,3 5,2 4,5

Adm Pemerintahan 4,3 6,6 18,3

Jasa Pendidikan 1,8 2,6 0,7

Jasa Kesehatan 2,5 4,1 4,4

2015NPL (%)

2016

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

55

Tabel 4.4 Tabel Eksposur Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan lapangan usaha, pangsa penyaluran

kredit UMKM terbesar terdapat pada

Perdagangan Besar dan Eceran (55%) dan

Pertanian (18,7%). Kredit PBE paling besar

terdapat pada kredit kecil sedangkan pertanian

paling besar pada kredit mikro.

Meskipun lebih rendah dari triwulan

sebelumnya, kredit kecil untuk pertambangan

masih mencatatkan pertumbuhan tertinggi

berdasarkan lapangan usaha. Sedangkan Jasa

Dunia Usaha menjadi lapangan usaha yang

terkontraksi paling dalam.

Sumber : LBU

Grafik 4.4 Risiko Kredit UMKM

4.4 Stabilitas Sistem Keuangan

Daerah

4.4.1 Asesmen Ketahanan Korporasi

Kinerja Korporasi

Di tengah perlambatan ekonomi pada triwulan III

2016, kinerja korporasi Sumatera Utara

diindikasikan menunjukkan perbaikan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini

tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) Bank Indonesia yang mencatat

peningkatan saldo bersih tertimbang (SBT)

kegiatan usaha sebesar 16,1%, meningkat

dibandingkan posisi akhir triwulan II 2016

sebesar 11,2%. Peningkatan SBT terlihat pada

semua kategori usaha kecuali kategori Industri

Pengolahan. Perbaikan tertinggi dicatat oleh

kategori pertambangan dan sektor jasa lainnya.

Namun demikian, peningkatan kegiatan dunia

usaha belum diikuti oleh peningkatan kapasitas

produksi. Kapasitas produksi sedikit turun dari

78% menjadi 77%. Hal ini diperkirakan terkait

dengan kondisi permintaan yang belum

meningkat secara fundamental.

Pangsa Growth

(yoy)Pangsa

Growth

(yoy)Pangsa

Growth

(yoy)Pangsa

Growth

(yoy)

Pertanian 18,7% 0,6% 34,0% 10,1% 20,1% -12,4% 8,6% 6,4%

Pertambangan dan Penggalian 0,1% 7,6% 0,1% -12,3% 0,2% 24,9% 0,1% 0,3%

Industri Pengolahan 8,4% 2,0% 2,1% -12,6% 4,2% 5,8% 15,1% 2,6%

Pengadaan Listrik Air dan Gas 0,2% 0,1% 0,1% -5,6% 0,1% -10,9% 0,2% 5,8%

Konstruksi 6,0% -2,0% 1,8% 52,8% 3,4% -19,0% 10,4% -0,6%

Perdagangan Besar dan Eceran 55,5% 2,8% 52,4% 26,2% 61,6% 3,5% 53,0% -7,6%

Penyedia Akomodasi 2,7% -15,3% 1,2% 37,4% 1,6% -0,7% 4,4% -22,9%

Jasa Dunia Usaha 3,3% -21,0% 1,2% -4,4% 3,7% 1,8% 4,3% -32,3%

Jasa Sosial Masyarakat 5,0% 5,9% 7,0% 12,8% 5,1% -4,5% 3,8% 10,2%

Lainnya 0,0% -20,0% 0,1% 0,0% 0,0% -3,6% 0,0% -62,6%

Mikro Kecil Menengah

Lapangan Usaha

UMKM

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

56

Grafik 4.5 Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha

Grafik 4.6 Kapasitas Produksi

Perbaikan kinerja korporasi tersebut juga

tercermin pada menurunnya Debt Service Ratio

(DSR) dan Interest Coverage Ratio (ICR) yang

relatif stabil. DSR turun dari 1,02 pada triwulan

III tahun sebelumnya menjadi 1,00 yang

mengindikasikan kemampuan membayar hutang

korporasi Sumatera Utara membaik. Sementara

itu, kemampuan perusahaan untuk membayar

bunga hutang juga masih terjaga yang tercermin

pada ICR yang stabil sebesar 4,9.

Sumber : LBU Grafik 4.7 Debt Service Ratio dan Interest Coverage Ratio

Korporasi Sumatera Utara

Indikator Return on Equity (ROE) juga membaik

sejalan dengan perbaikan kinerja korporasi.

Berdasarkan lapangan usaha, perbaikan

terutama terjadi pada kategori perkebunan dan

kategori perdagangan, masing-masing dengan

ROE 0,20 dan 0,15.

Sementara itu, indikator Current Ratio (CR)

menunjukkan perkembangan yang bervariasi.

Kategori Perkebunan, kategori Infrastruktur, dan

kategori Perdagangan menunjukkan perbaikan

yang signifikan khususnya di kategori

Perkebunan. Sementara beberapa kategori

lainnya menunjukkan penurunan terutama

kategori pertambangan, yaitu dari 0,7 pada

tahun sebelumnya menjadi 0,5.

Sejalan dengan perbaikan kinerja korporasi, Debt

Equity Ratio (DER) menunjukkan penurunan.

Kenaikan DER hanya terjadi pada kategori

Pertambangan, yaitu dari 5,01 pada tahun

sebelumnya menjadi 6,10. Kondisi tersebut

terkait dengan harga komoditas pertambangan

yang anjlok.

Tabel 4.5 Debt Service Ratio dan Interest Coverage Ratio

Korporasi Sumatera utara

Sumber : LBU (Kredit berdasarkan lokasi proyek)

Penilaian Risiko Korporasi

Hasil liaison Sumatera Utara juga menunjukkan

kinerja korporasi yang tumbuh secara terbatas.

Permintaan domestik melambat sedangkan

permintaan ekspor tumbuh terbatas, diikuti

penurunan kapasitas utilisasi perusahaan.

Namun demikian, optimisme terhadap

peningkatan konsumsi pada triwulan mendatang

mendorong korporasi untuk melakukan

investasi. Beban biaya khususnya biaya tenaga

kerja turut meningkat seiring dengan dampak

kenaikan UMK yang disikapi dengan menaikkan

harga jual. Dengan kondisi tersebut, margin

korporasi mengalami kenaikan, meski tidak

signifikan.

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

57

Grafik 4.8 Likert Scale Permintaan Permintaan

Grafik 4.9 Likert Scale Investasi dan Kapasitas Utilisasi

Grafik 4.10 Likert Scale Harga Jual dan Margin

Sumber-sumber Kerentanan Korporasi

Salah satu sumber kerentanan sektor Korporasi

Sumatera Utara adalah harga komoditas

internasional. Hal ini dikarenakan ekonomi

Sumatera Utara masih sangat bergantung pada

ekspor komoditas utamanya, yaitu CPO selain

karet dan kopi. Ketiga komoditas tersebut

memiliki pangsa sekitar 40% ekspor Sumatera

Utara.

Pada triwulan III 2016, harga komoditas

internasional dalam tren perbaikan meski

perbaikan harga komoditas terlihat masih

terbatas. Perbaikan harga tersebut juga

diperkirakan belum sustainable dikarenakan

belum adanya perbaikan dari sisi permintaan

khususnya ekspor. Ditengah kondisi permintaan

ekspor yang masih terbatas, permintaan

domestik membaik khususnya CPO untuk bahan

biodiesel. Hal tersebut tercermin dari Likert Scale

Permintaan (hasil liaison Bank Indonesia kepada

pelaku usaha).

Sumber : Bloomberg dan BAPPEBTI Grafik 4.11 Perkembangan harga komoditas dunia

Sumber kerentanan lainnya adalah anomali

cuaca dan iklim. Hal ini berpengaruh pada

korporasi khususnya yang produknya berkaitan

dengan tanaman bahan makanan dan

perkebunan. Anomali cuaca tersebut

berpengaruh pada bergesernya musim tanam

dan terganggunya produktivitas/hasil panen.

Eksposur Lembaga Keuangan pada Sektor

Korporasi

Denyut perbaikan pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara sudah direspon meski belum

diserap secara optimal oleh perbankan.

Penurunan pertumbuhan kredit sektor korporasi

justru terus terjadi sejak triwulan ketiga tahun

2013 dan mencapai pertumbuhan terendah pada

triwulan I tahun 2016. Namun demikian, kredit

perbankan mulai menunjukkan peningkatan

pada triwulan kedua 2016 meski masih tumbuh

terbatas pada triwulan III 2016.

-0.2

0.10.2

1.11.0

0.3

1.1

0.40.4

-0.16

-0.4

0.10.0

0.21

0.6

-0.3

0.1

-0.5

0.5

0.2

-0.5

0.3

-0.3-0.4

-0.72

-1.2

-0.4

-0.6-0.48

-0.4

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Harga Jual Margin per OutputLikert Scale

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

58

Sumber : LBU (Kredit berdasarkan lokasi proyek)

Grafik 4.12 Perbandingan Kredit Korporasi dengan PDRB Sumut

Kredit sektor korporasi pada triwulan III tahun

2016 terakselerasi menjadi 10,3% (yoy) dari

triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 5,7%

(yoy). Peningkatan ini terutama terjadi pada

penyaluran jenis kredit investasi yang mengalami

peningkatan sehingga tumbuh 35,5% (yoy).

Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit

konsumsi terkontraksi masing-masing sebesar -

0,9% (yoy) dan -4,3% (yoy).

Berdasarkan 3 lapangan usaha utama yang

memiliki pangsa terbesar dalam ekonomi

Sumatera Utara, kategori Pertanian menjadi

primadona pada triwulan III tahun 2016. Kategori

Pertanian masih menjadi kategori atau sektor

yang menarik sehingga mendukung kenaikan

penyaluran kredit. Pangsa kredit perbankan ke

kategori Pertanian mencapai 26,2 persen dari

total kredit perbankan ke korporasi. Kenaikan

kredit tersebut masih didukung oleh NPL yang

terjaga dan merupakan yang terendah dan suku

bunga yang moderat.

Sementara kategori PBE merupakan lapangan

usaha dengan pangsa kredit perbankan yang

tertinggi. Meski suku bunga ke kategori ini relatif

tinggi, NPL-nya masih bisa dijaga di bawah level

indikatif. Dalam pada itu, kategori Industri

Pengolahan dengan pangsa kredit perbankan

terbesar ketiga merupakan lapangan usaha

dengan risiko yang moderat dibawah level

indikatif. Pertumbuhan kreditnya pada triwulan

laporan mengalami penurunan.

Kategori Pertanian, kategori Perantara Keuangan

dan kategori Jasa Perusahaanmengalami

peningkatan pertumbuhan kredit tertinggi

masing-masing sebesar 45,3% (yoy), 31,3% (yoy)

dan 17,3% (yoy). Sementara kategori ekonomi

yang mengalami perlambatan cukup signifikan

antara lain Pertambangan (-14,8%), Pengadaan

listrik gas (-24,1%) dan Real Estate (-10,3%).

Sektor Industri pengolahan juga terkontraksi -

4,2% (yoy) seiring dengan peningkatan risiko

kredit pada sektor ini. NPL industri pengolahan

meningkat 0,3% dari triwulan sebelumnya

meskipun masih terjaga pada kisaran dibawah

5%.

Tabel 4.6 Indikator Kredit Korporasi Triwulan III Tahun 2016

Sumber : LBU (kredit berdasarkan lokasi proyek)

Perekonomian Sumatera Utara masih ditopang

oleh kategori Pertanian dengan komoditas

utama kelapa sawit dan karet. Perbaikan harga

komoditas CPO meski dalam level yang terbatas

mendorong peningkatan pembiayaan pada

perkebunan kelapa sawit yang membaik cukup

signifikan, tumbuh 56% (yoy) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang hanya meningkat

28,2% (yoy). Hal ini merupakan akumulasi dari

perbaikan harga komoditas yang diikuti dengan

persiapan memasuki musim panen kelapa sawit

pada bulan November sampai dengan

Desember. Sementara kredit untuk perkebunan

karet masih lesu dan mengalami penurunan.

Pertanian 38,2 26,2% 45,3 1,8

Pertambangan 0,2 0,2% (14,8) 1,4

Industri Pengolahan 37,2 25,5% (4,2) 2,8

Pengadaan Listrik Gas 0,5 0,4% (24,1) 0,5

Pengadaan Air 0,0 0,0% 16,9 3,4

Konstruksi 6,0 4,1% 13,7 8,1

PBE 48,7 33,4% 10,6 4,0

Transportasi 3,6 2,5% 0,2 2,8

Akomodasi dan Mamin 2,2 1,5% (0,1) 4,8

Informasi dan Komunikasi 0,1 0,0% 10,3 1,5

Perantara Keuangan 1,5 1,1% 31,3 0,9

Real Estate 2,2 1,5% (10,3) 2,8

Jasa Perusahaan 2,1 1,4% 17,3 4,5

Adm Pemerintahan 0,0 0,0% 3,1 18,3

Jasa Pendidikan 0,3 0,2% (0,5) 0,7

Jasa Kesehatan 1,0 0,7% (5,7) 4,4

Jasa Lainnya 1,8 1,2% (6,1) 5,5

PROVINSI SUMATERA UTARA NPL (%)yoy (%)PangsaRp T

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

59

4.4.2 Asesmen Ketahanan Rumah Tangga

Kinerja Rumah Tangga

Di tengah perlambatan ekonomi pada triwulan III

2016, konsumsi swasta atau rumah tangga

menunjukkan peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut

diperkirakan masih akan berlanjut, tercermin

dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari

Survei Konsumen Bank Indonesia yang mencapai

level 112,28, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 107,41. Level indeks

tersebut menunjukkan bahwa sektor rumah

tangga memiliki optimisme yang cukup tinggi.

Peningkatan IEK dipengaruhi peningkatan

ekspektasi penghasilan, ketersediaan lapangan

kerja, dan kegiatan usaha 6 bulan yang akan

datang.

Selanjutnya, Survei Konsumen Bank Indonesia

mencatat bahwa mayoritas pendapatan di sektor

rumah tangga digunakan untuk konsumsi

(66,1%). Sisanya digunakan untuk tabungan

(23,8%) dan pembayaran cicilan pinjaman

(10,0%). Hal ini mencerminkan bahwa repayment

capacity konsumen di Sumatera Utara masih

cukup baik, mengingat masih ada bagian dari

pendapatan yang ditabung.

Grafik 4.13 Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen

Grafik 4.14 Rata-rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga

Sumber-sumber Kerentanan Rumah Tangga

Kondisi sektor Rumah Tangga di Sumatera Utara

dipengaruhi oleh perkembangan harga

komoditas dan tekanan inflasi. Perbaikan harga

komoditas diperkirakan berdampak pada

optimisme rumah tangga akan kondisi ekonomi.

Ekspektasi kenaikan pendapatan terkait dengan

kenaikan upah minimum provinsi (UMP)

diperkirakan dapat mendorong kemampuan

membayar rumah tangga. Di sisi lain, inflasi

mengalami peningkatan yang utamanya

didorong oleh kenaikan harga komoditas bahan

pangan. Kondisi ini mempengaruhi daya beli

masyarakat yang dapat meningkatkan

kerentanan sektor rumah tangga.

Sumber kerentanan rumah tangga lainnya adalah

berkaitan dengan kondisi cuaca dan iklim yang

masih diliputi oleh ketidakpastian. Sumber

kerentanan ini sama seperti yang dihadapi oleh

sektor korporasi. Hal ini diperkirakan akan

berdampak pada pendapatan masyarakat yang

didominasi bekerja di sektor pertanian (hingga

42,5% pada tahun 2014). Namun demikian,

perbaikan kesejahteraan petani yang tercermin

dari NTP yang mulai di atas 100 menunjukkan

ketahanan sektor rumah tangga relatif membaik.

Eksposur Perbankan pada Sektor Rumah

Tangga

Kredit yang disalurkan kepada sektor rumah

tangga pada triwulan III 2016 tercatat sebesar

Rp40,6 triliun, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp39,9 triliun.

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ES

IMIS

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM

60

Kredit ke sektor rumah tangga masih

terkontraksi -4,3% (yoy), stabil sebagaimana

pada triwulan II 2016 yang juga terkontraksi -

4,3% (yoy).

Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Tabel 4.7 Pangsa Kredit Rumah Tangga

Kredit Rumah Tangga memiliki pangsa 22,1%

dari keseluruhan kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Sumatera Utara. Porsi terbesar

dari penyaluran kredit rumah tangga pada

triwulan III tahun 2016 didominasi oleh kredit

multiguna dengan pangsa 49,5% dari total kredit.

Kredit multiguna tumbuh 4,6% (yoy), tertinggi

dibandingkan jenis kredit ke sektor rumah

tangga lainnya, meskipun melambat dari

triwulan sebelumnya (4,2%).

Kredit Perumahan merupakan pangsa kedua

terbesar dengan suku bunga paling rendah untuk

kredit jenis ini, akan tetapi memiliki risiko kredit

yang cukup tinggi. Sedangkan kredit kendaraan

bermotor terkontraksi cukup dalam pada

triwulan III tahun 2016. Kondisi ekonomi yang

belum pulih ditengah kenaikan harga bahan

pokok diperkirakan menyebabkan alokasi untuk

pembayaran kredit kendaraan bermotor pada

peringkat terakhir. Meskipun begitu, risiko kredit

kendaraan bermotor membaik dari triwulan

sebelumnya.

Sumber : LBU (Kredit berdasarkan lokasi proyek)

Grafik 4.16 Risiko Kredit Rumah Tangga

Risiko kredit rumah tangga pada triwulan III 2016

membaik. Hal ini tercermin dari level Non

Performing Loan (NPL) kredit sektor Rumah

Tangga membaik pada hampir keseluruhan jenis

kredit. Kredit perumahan rakyat (KPR) untuk flat

atau apartemen s.d tipe 21 mengalami

penurunan tingkat risiko sehingga mencapai

1,5%. Sedangkan kredit KPR untuk rumah tinggal

tipe 21 masih memiliki risiko kredit yang cukup

tinggi mendekati level indikatif 5%.

Jenis Kredit Pangsa Growth (yoy) NPL gross SBT

Kredit Rumah Tangga 22,1% -4,3% 2,7% 12,5%

KPR 34,8% 0,4% 4,5% 12,0%

KKB 7,7% -40,0% 1,8% 12,9%

Kredit Multiguna 49,5% 4,6% 1,1% 12,7%

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

61

BAB 5 PENYELENGGARAAN SISTEM

PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN

UANG RUPIAH

Sesuai dengan polanya, Sumatera Utara kembali mencatatkan net inflow sebesar Rp5.527

Miliar pada triwulan III 2016. Kondisi ini didorong oleh normalisasi kebutuhan transaksi

tunai pasca perayaan hari besar lebaran. Dalam rangka clean money policy Bank Indonesia

juga telah mengedarkan uang hasil cetak sempurna sebesar Rp364,95 Miliar baik melalui

perbankan maupun kas keliling.

Transaksi non tunai melalui BI-RTGS mengalami peningkatan 15,7% dari sisi nilai

berbanding terbalik dengan transaksi kliring melalui SKNBI yang mengalami penurunan

15,7%.

Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan beberapa kebijakan terkait upaya peningkatan

kelancaran sistem pembayaran tunai melalui program Aplikasi Biasa Hasil Luar Biasa

(ASALUSA) dan Gerakan Peduli Koin serta non tunai melalui Gerakan Nasional Non Tunai

dan Perluasan Agen Layanan Keuangan Digital (LKD).

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

62

Tabel 5.1 Transaksi RTGS

Tabel 5.2 Perputaran Kliring

5.1 Penyelenggaraan Sistem

Pembayaran

5.1.1 Perkembangan Transaksi Sistem

Pembayaran Non Tunai

Pada triwulan III 2016, transaksi yang

dilakukan melalui Sistem BI-RTGS (Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement)

mencapai 126,7 ribu transaksi dengan nilai

sebesar Rp294,1 triliun (Grafik 5.1). Volume

transaksi mengalami penurunan sebesar 7,4%

dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat

sebanyak 136,8 ribu transaksi. Sementara itu

nilai transaksi mengalami peningkatan sebesar

15,7% dari triwulan sebelumnya sebesar

Rp254,1 triliun.

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi RTGS

Rata-rata transaksi harian BI-RTGS tercatat

mencapai 1.980 transaksi dengan nilai Rp4,6

triliun per hari. Penurunan volume RTGS sejalan

dengan menurunnya aktivitas transaksi pasca

Hari Besar Keagamaan Nasional dan tahun

ajaran baru pada triwulan lalu.

I II III IV I II III IV I II III

Perputaran Kliring :

Nominal (Rp. Miliar) 35.402 36.366 40.082 40.984 40.120 27.949 40.909 46.651 55.173 59.679 47.398

Volume (lembar warkat) 622.456 964.606 1.080.514 1.751.227 1.094.426 758.664 1.080.942 1.102.953 1.135.315 1.247.493 1.100.949

Rata-rata Perputaran Kliring per Hari :

Nominal (Rp Miliar) 590 606 607 621 627 458 639 740 904 963 803,35

Volume (lembar warkat) 10.374 16.077 16.371 26.534 17.100 12.437 16.890 17.507 18.612 20.121 18.660

Pertumbuhan Perputaran Kliring :

Nominal (qtq, %) 5,59 2,72 10,22 2,25 (2,11) (30,34) 1,97 14,04 18,27 8,17 (20,58)

Volume (qtq, %) (22,10) 54,97 12,02 62,07 (37,51) (30,68) (1,23) 2,04 2,93 9,88 (11,75)

Nominal (yoy %) (7,10) (6,29) 20,90 22,24 13,33 (23,14) 12,49 13,83 37,52 113,53 15,86

Volume (yoy, %) (44,22) (12,18) 29,03 119,18 75,82 (21,35) 12,06 (37,02) 3,74 64,4% 1,85

2014 2015 2016URAIAN

I II III IV I II III III I II III

Jumlah Transaksi RTGS :

Nominal (Triliun Rp) 201,67 233,92 212,06 239,68 176,35 223,80 196,13 216,7 203,4 254,1 294,1

Volume (ribu lembar warkat) 219,57 239,93 204,13 199,58 126,98 128,75 120,51 198,7 120,9 136,8 126,7

Rata-rata Transaksi RTGS per hari :

Rata2 harian (Triliun Rp) 3,36 3,90 3,21 3,69 2,76 3,67 3,06 3,39 3,18 3,97 4,60

Rata2 harian (ribu lembar warkat) 3,66 4,00 3,09 3,07 1,98 2,11 1,88 3,10 1,89 2,14 1,98

Pertumbuhan RTGS

Pertumbuhan nominal (qtq, %) -11,99 15,99 -9,35 13,02 -26,42 26,91 -12,36 10,49 -6,14 24,93 15,74

Pertumbuhan volume (qtq, %) -7,81 9,27 -14,92 -2,23 -36,38 1,39 -6,40 64,89 -39,15 13,15 -7,38

Pertumbuhan nominal (yoy, %) 2,84 10,61 4,30 4,59 -12,56 -4,33 -7,51 -9,59 15,34 13,54 49,95

Pertumbuhan volume (yoy, %) -8,76 -3,42 -10,50 -16,20 -42,17 -46,34 -40,97 -0,44 -4,79 6,26 5,14

20162014 2015URAIAN

19

6.1

0

21

1.4

8

20

3.3

1

22

9.1

6

20

1.6

7

23

3.9

2

21

2.0

6

23

9.6

8

17

6.3

5

22

3.8

0

19

6.1

3

21

6.7

20

3.4

25

4.1

29

4.1

24

0.6

7

24

8.4

3

22

8.0

7

23

8.1

8

21

9.5

7

23

9.9

3

20

4.1

3

19

9.5

8

12

6.9

8

12

8.7

5

12

0.5

1

19

8.7

12

0.9

13

6.8

12

6.7

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

50

100

150

200

250

300

350

I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Nominal (Triliun Rp, skala kiri) Volume (ribu lembar warkat, skala kiri)

Pertumbuhan nominal (yoy, %, skala kanan) Pertumbuhan volume (yoy, %, skala kanan)

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

63

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring

SKNBI merupakan sarana transfer dana non

tunai secara ritel selain RTGS dengan nominal

transaksi yang lebih kecil. Di Sumatera Utara,

penyelenggaraan kegiatan kliring dilaksanakan

di 3 (tiga) tempat Kantor Perwakilan Bank

Indonesia yaitu di Medan, Pematang Siantar dan

Sibolga. Untuk meningkatkan pelayanan

transaksi kliring kepada masyarakat, Bank

Indonesia juga membuka kesempatan bagi

institusi yang ingin menjadi Penyelenggara

Kliring Lokal (PKL). Saat ini di Sumatera Utara

memiliki 1 PKL di Kota Tebing Tinggi.

Pada triwulan III 2016, transaksi kliring melalui

SKNBI15 volumenya tercatat sebanyak

1.100.949 warkat dengan nilai nominal

transaksi sebesar Rp47,4 triliun. Volume

tersebut menunjukkan penurunan sebesar

11,8% dibandingkan volume transaksi SKNBI

pada triwulan II 2016 yang tercatat sebanyak

1.247.493 warkat. Penurunan volume transaksi

juga diikuti oleh penurunan nilai transaksi

sebesar 20,6% dari sebelumnya sebesar Rp59,7

triliun menjadi Rp47,4 triliun. Rata-rata harian

transaksi SKNBI di Sumatera Utara pada

triwulan III 2016 tercatat 18.660 warkat dengan

nilai sebesar Rp803,4 miliar per hari.

Sebagaimana halnya dengan RTGS, penurunan

transaksi kliring ini juga sejalan dengan

15SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda

dengan BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk

transaksi bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta). Data

periode ini berbeda dengan triwu

perlambatan transaksi pasca HBKN sebagaimana

disebutkan sebelumnya.

5.1.2 Perkembangan Pengelolaan Uang Rupiah

Sesuai dengan polanya, pada triwulan laporan

penarikan uang kartal menurun secara

signifikan disertai peningkatan penyetoran

seiring dengan menurunnya kebutuhan uang

tunai pasca Lebaran dan tahun ajaran baru

pada triwulan II 2016. Dengan demikian

transaksi uang kartal di Sumatera Utara

mencatat net cash inflow16. Penurunan

kebutuhan uang tunai ini sejalan dengan

menurunnya aktivitas konsumsi, sebagaimana

tercermin pada penurunan pertumbuhan

konsumsi pada PDRB Sumatera Utara triwulan

III 2016 (dari 5,1% menjadi 4,3%).

Secara keseluruhan, aliran uang kartal di

Provinsi Sumatera Utara mencatat net cash

inflow sebesar Rp5.527 miliar. Berbeda dengan

kondisi triwulan sebelumnya yang tercatat net

cash outflow sebesar Rp5.114 miliar. Secara

spasial, net cash inflow terjadi di Medan sebesar

Rp6.616 miliar, sementara Sibolga dan

Pematang Siantar mencatat net cash outflow

sebagaimana polanya masing-masing sebesar

Rp586 miliar dan Rp503 miliar.

Penyetoran uang kartal dari perbankan di

Provinsi Sumatera Utara ke Bank Indonesia17

pada triwulan III 2016 tercatat sebesar

Rp11.356 miliar,atau tumbuh meningkat dari

Net cash inflow mencerminkan jumlah penarikan (outflow) dari Bank Indonesia lebih rendah dibanding jumlah penyetoran (inflow) ke Bank Indonesia. Perhitungan inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.

Terdapat 3 Kantor Perwakilan Bank Indonesia di

Sumatera Utara yaitu di Medan, Pematang Siantar dan

Sibolga

35

.40

36

.37

40

.08

40

.98

40

.12

27

.95

40

.91

46

.65

55

.17

59

.68

47

.40

6.2

2

9.6

5

10

.81

17

.51

10

.94

7.5

9

10

.81

11

.03

11

.35

12

.47

11

.01

-100

-50

0

50

100

150

200

0

10

20

30

40

50

60

70

I II III IV I II III IV I II III

2014 2015 2016

Nominal (Triliun Rp, skala kiri) Volume (ratus ribu lembar warkat, skala kiri)

Nominal (yoy, %, skala kanan) Volume (yoy, %, skala kanan)

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

64

triwulan sebelumnya yang sebesar 10,0% (yoy)

menjadi 18,4% (yoy). Sedangkan penarikan

uang kartal oleh perbankan dari Bank Indonesia

mencapai Rp5.828 miliar, atau menurun

signifikan dari 72,6% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi -27,9% (yoy). Hal ini sesuai dengan

polanya seiring dengan telah selesainya

kebutuhan uang kartal untuk transaksi HBKN

yang bergeser ke triwulan II 2016.

Ditengah penyetoran uang kartal yang

meningkat, jumlah uang rupiah tidak layak

edar (UTLE) yang dimusnahkan pada triwulan

laporan menurun 11,7%. Penurunan dari

Rp4.602 miliar pada triwulan lalu menjadi

Rp4.064 miliar pada triwulan III 2016. Uang

tidak layak edar yang dimusnahkan tersebut

tercatat sebesar 35,8% dari penyetoran uang

kartal ke Bank Indonesia di Sumatera Utara

pada triwulan laporan, menurun tajam

dibandingkan triwulan sebelumnya (65,3% dari

penyetoran). Menurunnya UTLE diperkirakan

didorong oleh meningkatnya kondisi uang layak

edar di masyarakat seiring dengan terus

digencarkannya clean money policy.

Pada triwulan III 2016 Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga

mengeluarkan uang hasil cetak sempurna

senilai Rp365,0 miliar yang diedarkan ke

masyarakat di Sumatera Utara. Uang hasil

cetak sempurna yang dikeluarkan tersebut

mencapai 14% dari penarikan uang kartal oleh

perbankan. Jumlah ini menurun tajam

dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

Rp2.279 miliar (32,3% dari penarikan).

Penurunan ini sejalan dengan menurunnya UTLE

yang dimusnahkan dan normalisasi transaksi

pasca Lebaran sebagaimana dijelaskan

sebelumnya.

Tabel 5.3 Indikator Pengedaran Uang di Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 5.3 Temuan Uang Rupiah Palsu di Sumut

Selama triwulan III 2016, jumlah temuan uang

rupiah palsu yang dilaporkan oleh perbankan

dan masyarakat ke Bank Indonesia tercatat

sebesar 1.170 lembar (Grafik 5.3). Jumlah ini

meningkat dibandingkan triwulan II 2016 yang

sebesar 825 lembar. Komposisi uang pecahan

palsu tertinggi adalah pecahan Rp100 ribu dan

Rp50 ribu masing-masing sebesar 401 lembar

(pangsa 34,2%) dan 740 lembar (pangsa 63,2%).

5.2 Upaya Menjaga Kelancaran

Sistem Pembayaran

Dalam menjaga kelancaran sistem pembayaran

di Sumatera Utara, Bank Indonesia senantiasa

berupaya melakukan berbagai tindakan yang

bersifat preventif maupun represif, agar sistem

pembayaran berjalan lancar, aman, efektif dan

efisien.

5.2.1. Penanganan Uang Palsu

Bank Indonesia terus berupaya mengantisipasi

penggunaan dan peredaran uang Rupiah palsu.

Upaya yang dilakukan berupa perencanaan

desain dan bahan pengaman uang, koordinasi

yang intensif dengan berbagai pihak (termasuk

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III

Penarikan (Rp juta) 3.726.494 7.048.068 8.090.061 9.012.489 4.492.860 12.161.924 5.828.976

Penyetoran (Rp juta) 8.313.765 6.378.689 9.592.420 5.968.705 9.616.263 7.047.916 11.356.269

Net Penarikan/ Penyetoran (Rp juta) (4.587.271) 669.378 (1.502.360) 3.043.783 (5.123.403) 5.114.008 (5.527.293)

Pemusnahan (Rp juta) 3.244.569 2.628.846 3.840.162 3.213.975 2.930.718 4.602.216 4.064.590

% Pemusnahan terhadap penyetoran 39,03% 41,21% 40,03% 53,85% 30,48% 65,30% 35,79%

Uang Palsu (lembar) 1.227 944 1.066 1.446 1.496 825 1.170

2015 2016Periode

2,09

4

722

817

461

1,37

3

615

298

1,22

7

944

1,06

6

1,44

6

1,49

6

825

1,17

0

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

II III IV I II III IV I II III IV I II III

2013 2014 2015 2016

Lembar

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

65

Kepolisian), dan sosialisasi Ciri-ciri Keaslian Uang

Rupiah (CiKUR) ke berbagai lapisan masyarakat

baik melalui media maupun secara langsung.

Hingga bulan Oktober 2016, Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara telah

melakukan sosialisasi CIKUR sebanyak 55 kali.

Sosialisasi dilakukan kepada mahasiswa, pelajar,

masyarakat umum dan perbankan. Sementara

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Pematang

Siantar telah melakukan sosialisasi CIKUR dan

Kewajiban Penggunaan Uang Rupiah Di Wilayah

NKRI sebanyak 2 kali masing-masing ke pelajar

SMA dan ke petani bawang merah di Kabupaten

Baturabara.

5.2.2. Penyediaan Uang Rupiah

Bank Indonesia merupakan satu-satunya

lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan

dan mengedarkan uang Rupiah serta

mencabut, menarik dan memusnahkan uang

dari peredaran. Terkait dengan peran Bank

Indonesia dalam mengeluarkan dan

mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa

berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan

uang kartal di masyarakat dalam nominal yang

cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu,

dan layak edar (clean money policy). Untuk

mewujudkan kebijakan clean money policy,

pengelolaan pengedaran uang yang

dilaksanakan oleh Bank Indonesia melakukan

pengeluaran uang, pengedaran uang,

pencabutan dan penarikan uang sampai dengan

pemusnahan uang.

Dalam rangka memastikan ketersediaan Uang

Layak Edar (ULE) di masyarakat, Bank

Indonesia di Sumatera Utara melakukan

pelayanan baik secara langsung maupun

melalui perbankan. Pelayanan secara langsung

dilakukan dalam bentuk kas keliling, program

peduli uang lusuh, penukaran uang lusuh di

Bank Indonesia secara berkala, dan gerakan

Peduli Koin. (Tabel 5.4). Selain itu, Bank

Indonesia juga melakukan kerjasama dengan

perbankan, dalam bentuk Kas Titipan yang

berada di Kota Tebing Tinggi, pelayanan

penukaran uang pecahan kecil melalui Card to

Cash, dan penukaran bersama di titik-titik

tertentu menjelang Hari Besar Keagamaan

Nasional.

Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara juga

mengembangkan Aplikasi Biasa Hasil Luar

Biasa (ASALUSA) berbasis android untuk

penukaran uang. Sementara ini aplikasi

tersebut hanya digunakan pada saat

pelaksanaan penukaran uang pecahan kecil

jelang HBKN, namun ke depan akan terus

dikembangkan agar dapat digunakan untuk

transaksi harian melalui kas keliling. Dengan

aplikasi ini, diharapkan masyarakat dapat

terlayani dengan cepat (tidak perlu antri lama)

dan penyediaan modal kas sesuai dengan

permintaan.

5.2.3. Program Elektronifikasi

Elektronifikasi secara umum didefinisikan

sebagai upaya untuk mengubah transaksi

masyarakat yang semula dilakukan secara

manual menjadi elektronik, dari metode

pembayaran secara tunai menjadi non tunai,

serta pelaku transaksi keuangan yang

sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif.

Dalam kaitan dengan keuangan inklusif,

elektronifikasi membuka akses masyarakat

untuk terhubung dengan layanan keuangan

serta mendekatkan lembaga keuangan kepada

masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote

area).

Sebagai otoritas di bidang sistem pembayaran,

Bank Indonesia memiliki tugas dan peran yang

esensial dalam penggunaan layanan keuangan

non tunai. Upaya peningkatan layanan

keuangan non tunai dituangkan dalam

Pencanangan Gerakan Nasional Non Tunai

(GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014. Bank

Indonesia telah menetapkan roadmap

elektronifikasi tahun 2014-2024 melalui 4

strategi utama yaitu (1) upaya perubahan

perilaku masyarakat, (2) upaya perubahan

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

66

perilaku industri sistem pembayaran ritel, (3)

perluasan penerimaan instrumen dan layanan

non tunai serta (4) koordinasi kelembagaan dan

regulasi untuk tujuan elektronifikasi. Strategi ini

dilakukan untuk mencapai target 2024 antara

lain peningkatan masyarakat banked dari 36%

menjadi 75%, peningkatan transaksi retail dari

1,68 kali GDP menjadi 4 kali GDP serta

peningkatan transaksi G2P dengan LKD dari

0,07% menjadi 50%.

Peningkatan implementasi elektronifikasi

tahun 2016 dilakukan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara melalui

perluasan program elektronifikasi transaksi

penerimaan dan pembayaran Pemerintah di

daerah. Selain itu, dilakukan juga perluasan

pelaksanaan edukasi terkait elektronifikasi dan

keuangan inklusif kepada masyarakat. Untuk

perluasan transaksi penerimaan dan

pembayaran pemerintah, telah dilakukan

penandatanganan nota kesepahaman kerjasama

dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara dan

koordinasi dengan Pemda untuk mendorong

implementasi Kartu Pegawai Elektronik (KPE)

dalam pembayaran gaji pegawai.

Hingga bulan Juli 2016, realisasi KPE untuk

pegawai Pemda sebanyak 10.285 pegawai atau

sebesar 53%. Sementara edukasi terkait

elektronifikasi dan keuangan inklusif telah

dilaksanakan di USU, Tanjung Pura, Langkat,

Pangkalan Susu, IAIN Langsa, SMAN 6 Binjai dan

SMA Syafiatul Medan.

5.3 Perkembangan Layanan

Keuangan Digital (LKD)

Layanan Keuangan Digital adalah kegiatan

layanan jasa sistem pembayaran dan keuangan

yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak

ketiga serta menggunakan sarana dan perangkat

teknologi berbasis mobile/web dalam rangka

keuangan inklusif.18 LKD memberikan

kesempatan kepada masyarakat yang tidak

terjangkau oleh layanan resmi perbankan

seperti kantor cabang bank atau ATM

(unbanked) untuk mendapatkan layanan

keuangan yang mudah, murah, terjangkau,

nyaman, aman, terpercaya serta proporsional.

Penyelenggaraan LKD dapat dilakukan bank

dengan agen LKD badan hukum maupun agen

LKD individu. Khusus untuk implementasi LKD

menggunakan agen LKD individu, saat ini hanya

diperuntukkan bagi bank BUKU 4. Sampai saat

ini, baru 3 bank yang memperoleh izin dari Bank

Indonesia yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank

Mandiri (keduanya telah memiliki izin sejak

tahun 2014) disusul Bank Central Asia.

Jumlah Agen LKD di Sumatera Utara terus

meningkat dan mencapai angka 6.007 agen

pada September 2016 atau tumbuh 9,5% (qtq).

Pertumbuhan jumlah agen ini diiringi

pertumbuhan positif jumlah pemegang uang

elektronik (U-Nik) yang telah mencapai 34.716

pemegang, tumbuh 9,5% (qtq). Sementara itu,

jumlah U-Nik tercatat sebanyak 34.767 pada

September 2016 dengan nominal mencapai Rp

2,3 miliar (Grafik 5.4).

Grafik 5.4 Jumlah Agen LKD dan Pemegang Uang

Elektronik di Sumatera Utara

Peraturan Bank Indonesia No. 16/8/PBI/2014 perihal Uang Elektronik (Electronic Money)

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

67

Daerah dengan agen terbanyak berada di

Medan sebanyak 1.522 agen, sementara

daerah dengan agen terendah berada di

Padang Lawas Utara sebanyak 1 agen. Di

Kabupaten Gunung Sitoli, Nias Barat dan Nias

Utara masih belum terdapat agen. Jumlah

pemegang U-Nik terbanyak terdapat di

Kabupaten Karo dan Kota Pematangsiantar

masing-masing sebanyak 21.064 dan 11.921,

sementara 17 dari 33 Kabupaten/Kota belum

ada pemegang U-Nik. Transaksi LKD terdiri atas

pengisian ulang (top up), tarik tunai,

pembayaran atas tagihan rutin/berkala,

fasilitator registrasi pemegang, transfer person

to person serta transfer person to account.

Berdasarkan frekuensi dan nominal, transaksi

yang paling banyak dilakukan oleh pemegang U-

Nik adalah top up sebanyak 4.164 pada triwulan

III 2016 (turun 64,6% qtq) dengan nominal

mencapai Rp255,8 juta (turun 1,07%, qtq).

Upaya pengembangan LKD terus dilakukan oleh

Bank Indonesia. Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara secara aktif

melakukan sosialisasi bersama dengan bank

penyelenggara LKD (BRI dan Bank Mandiri)

untuk memastikan masyarakat memahami

program LKD. Pada bulan September 2016 juga

telah dilakukan Focus Group Discussion (FGD)

dengan perusahaan telekomunikasi dan bank

penyelenggara LKD untuk mencari solusi

jaringan telekomunikasi yang belum merata dan

menjadi kendala dalam proses transaksi LKD.

Sosialisasi kepada pada agen dan calon agen

juga tetap dilakukan untuk meningkatkan jumlah

dan kapasitas agen baru khususnya di daerah

dengan tingkat penggunaan LKD yang masih

rendah.

Tabel 5.4 Jumlah Agen LKD dan Pemegang Uang Elektronik di Sumatera Utara

Frekuensi Nominal (Rp) Frekuensi Nominal (Rp) Frekuensi Nominal (Rp)

Top Up 3.938 189.071.514 11.762 258.588.036 4.164 255.817.108

Tarik Tunai 244 83.060.300 249 108.352.000 170 122.874.000

Pembayaran Tagihan 222 6.526.660 206 7.508.955 133 6.696.400

Transfer P2P 207 18.498.100 1.486 87.500.510 623 42.924.281

Transfer P2A 86 62.270.000 118 71.173.425 83 71.984.587

Registrasi 55 1.820.000 240 4.343.000 38 2.398.000

Tw. I 2016 Tw.II 2016 Tw.III 2016Jenis Transaksi

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

68

Gerakan Peduli Koin Provinsi Sumatera Utara

I. Gerakan Peduli Koin

Bertepatan dengan Hari Uang Republik Indonesia ke-70 yang jatuh pada tanggal 30 Oktober 2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara melakukan aksi peduli koin bertempat di Lapangan Benteng, Kelurahan Petisah Tengah Kota Medan. Rangkaian acara telah b b k “j t k ” k k b sekolah baik negeri maupun swasta pada berbagai jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atas. Sebelumnya, pada sekolah tersebut dilakukan Sosialisasi Ciri-ciri keaslian uang rupiah dan diinfokan bahwa akan dilakukan penukaran uang logam. Melalui aksi tersebut terkumpul uang logam sejumlah Rp. 244.866.125,-. Kegiatan peduli koin berlangsung mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB dan terkumpul uang logam senilai Rp. 112.003.150,-. Akumulasi jumlah logam yang terkumpul mencapai Rp. 362.869.275,- dan merupakan jumlah terbesar secara nasional. Pada saat kegiatan juga dilakukan penukaran uang lusuh sebagai salah satu langka mensukseskan green money policy.

II. Integrasi Lembaga Keuangan dengan Dunia Usaha

Pada saat kegiatan berlangsung, dilakukan juga penandatanganan kerjasama antara Perbankan

yang diwakili oleh ASKAMED (Asosiasi Kasir Medan) dengan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk. dan

PT. Indomarco Prismatama, Tbk. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah kemudahan akses

penukaran uang logam melalui perbankan bagi pelaku usaha terutama Alfamart dan Indomaret

sebagai waralaba dengan 400 cabang dengan kebutuhan uang pecahan kecil logam yang tinggi.

Boks 2

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

69

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Ditengah perlambatan ekonomi pada triwulan III tahun 2016, kondisi ketenagakerjaan

Sumatera Utara relatif membaik. Hal tersebut diindikasikan oleh penurunan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) dan peningkatan jumlah tenaga kerja terutama pada

kategori Pertanian dan kategori Industri Pengolahan. Namun, kondisi tersebut belum

tercermin pada perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat. Secara umum, tingkat

kesejahteraan dapat dikatakan belum mengalami perubahan yang signifikan. Persepsi

pendapatan masyarakat menunjukkan peningkatan namun diiringi dengan ketimpangan

yang semakin melebar. Selain itu, daya beli masyarakat pertanian menurun dengan

rataan nilai tukar petani (NTP) pada triwulan III 2016 berada dibawah 100. Kurang

kondusifnya cuaca mendorong kurang optimalnya produksi tanaman pangan dan

hortikultura sehingga menekan kinerja NTP secara agregat.

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

70

6.1 Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Utara

masih cukup baik ditengah perlambatan kinerja

perekonomian. Kondisi ini tercermin dari

penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT),

sementara Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) sedikit menurun. Terjaganya persepsi

masyarakat terhadap ketersediaan lapangan

kerja di masa yang akan datang juga masih

menopang baiknya ketenagakerjaan.

Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) menurun dari 6,71% menjadi 5,84%

(Grafik 6.1). Penurunan Tingkat Pengangguran

Terbuka ditengarai disebabkan oleh masih

optimisnya pelaku usaha terhadap

perekonomian ke depan sehingga kesempatan

kerja masih terbuka. Meskipun demikian,

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) relatif

menurun dari 67,28% menjadi 65,90%.

Penurunan TPAK terjadi karena kenaikan jumlah

penduduk berusia 15 tahun keatas yang

termasuk bukan angkatan kerja. Penurunan

TPAK disebabkan oleh penduduk usia kerja yang

sebelumnya mencari pekerjaan beralih dengan

hanya menjadi mengurus rumah tangga atau

lainnya dikarenakan berbagai alasan (Tabel 6.1).

Hal ini terkonfirmasi dari kenaikan tenaga kerja

pada sektor rumah tangga.

Sumber: BPS Sumut

Grafik 6.1 Perbandingan TPAK dengan TPT Sumatera Utara

Tabel 6.1 Struktur Ketenagakerjaan berdasarkan jumlah penduduk usia bekerja

Sumber: BPS Sumut

Tabel 6.2 Penduduk Bekerja Berdasarkan Pekerjaan Utama

Sumber: BPS Sumut

Tenaga Kerja Aug 2016 (%)

TPAK

TPT

67,3 65,9

6,7 5,8

5,912 5,752 6,081 5,881 5,962 5,990

402

380

419

391429 372

6.75.8

6.76.6

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

5,200

5,400

5,600

5,800

6,000

6,200

6,400

6,600

2011 2012 2013 2014 2015 2016

%Ribu Orang Bekerja Pengangguran TPK (%) TPAK (%)

Sumatera Utara 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Penduduk 15 tahun ke atas (ribu) 8.759 8.835 9.205 9.351 9.499 9.642

Total Angkatan Kerja (ribu) 6.314 6.132 6.501 6.272 6.391 6.363

Bekerja 5.912 5.752 6.081 5.881 5.962 5.991

Pengangguran 402 380 420 391 429 372

Bukan Angkatan Kerja (ribu) 2.445 2.703 2.704 3.079 3.108 3.279

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 72,1% 69,4% 70,6% 67,07% 67,28% 65,99%

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,4% 6,2% 6,5% 6,23% 6,71% 5,84%

Jumlah

(000)Persen

Jumlah

(ribu)Persen

Jumlah

(ribu)Persen

Pertanian 2.483 40,2% 2.462 41,3% 2.666 44,5%Perdagangan, rumah makan dan

akomodasi1.352 21,9% 1.271 21,3% 1.152 19,2%

Jasa kemasyarakatan, sosial, dan

perorangan897 14,5% 922 15,5% 906 15,1%

Industri 528 8,6% 450 7,5% 456 7,6%

Lainnya 912 14,8% 857 14,4% 811 13,5%

JUMLAH 6.171 100,0% 5.962 100,0% 5.991 100,0%

LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Agustus 2014 Agustus 2015 Agustus 2016

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

71

Masih cukup optimisnya pelaku usaha

terhadap perekonomian ke depan diperkirakan

terjadi pada sektor Pertanian dan Industri

Pengolahan. Hal tersebut tercermin dari

kenaikan jumlah tenaga kerja yang terjadi pada

kedua sektor ini setelah sempat menurun pada

2015 lalu akibat pukulan harga yang rendah.

Tenaga kerja pada kategori Pertanian

mengalami kenaikan jumlah pekerja sebesar

4,3% (Tabel 6.2). Kenaikan ini sejalan dengan

musim tanam padi yang terjadi sepanjang bulan

September sampai dengan Desember. Selain itu,

di bulan Oktober, November, dan Desember

juga merupakan musim panen sawit dan

bawang merah. Aktivitas tanam dan panen turut

mempengaruhi kenaikan jumlah pekerja

kategori Pertanian yang memang merupakan

pangsa terbesar tenaga kerja yang mencapai

31,7% dari total pekerja di Sumatera Utara.

Berdasarkan pekerjaan utamanya, jumlah

pekerja keluarga meningkat hingga 15,7%.

Sementara itu, tenaga kerja yang berusaha

dibantu buruh baik yang sifatnya tetap maupun

tidak tetap juga relatif meningkat. Sementara

itu, pekerja yang berusaha sendiri, jumlah butuh

maupun pekerja bebas justru relatif menurun.

Tabel 6.3 Penduduk Bekerja Berdasarkan Pekerjaan Utama

Sumber : BPS

Sumber : BPS

Grafik 6.2 Penduduk Bekerja Berdasarkan Sektor Pekerjaan

Peningkatan jumlah pekerja pada kategori

Industri berdampak pada peningkatan jumlah

pekerja formal sebesar 1,9%. Peningkatan

tenaga kerja di kategori Industri dikonfirmasi

oleh Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkiraan

jumlah karyawan total hasil Survei Kegiatan

Dunia Usaha yang tercatat meningkat dari -

1.0% pada triwulan sebelumnya menjadi 0,7%

pada triwulan laporan. Pergeseran jumlah

tenaga kerja informal menjadi formal didorong

daya dukung industri lainnya seperti KEK Sei

Mangkei dan Pelabuhan Kuala Tanjung yang

menguatkan optimisme akan perbaikan

ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2017.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia. Grafik 6.3 Indeks Keyakinan Masyarakat terhadap Ketersediaan

Tenaga Kerja

Positifnya perkembangan kondisi

ketenagakerjaan juga ditopang oleh optimisme

masyarakat akan ketersediaan lapangan

pekerjaan. Hasil survei konsumen menunjukkan

pergerakan keyakinan indeks ketersediaan

lapangan pekerjaan pada 6 bulan yang akan

datang pada triwulan III 2016 yang meningkat

Jumlah

(000)Persen

Jumlah

(000)Persen

Berusaha sendiri 1.124 18,2% 946 15,8% -15,8%Berusaha dibantu buruh tidak

tetap982 15,9% 995 16,6% 1,3%

Berusaha dibantu buruh tetap 165 2,7% 225 3,8% 36,4%

Buruh/Karyawan/Pegawai 2.310 37,4% 2.173 36,3% -5,9%

Pekerja bebas 534 8,7% 429 7,2% -19,7%

Pekerja keluarga 1.057 17,1% 1.223 20,4% 15,7%

JUMLAH 6.171 100,0% 5.991 100,0% -2,9%

%

Kenaikan/

Penurunan

PEKERJAAN UTAMA

Agu-15 Agu-16

81.1 81.2 81.9

94.4

97.0

95.9

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini

Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan YAD

Garis Batas

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

72

dari 94,4 menjadi 97,0. Keyakinan ini ditunjang

dengan mulai masuknya puncak produksi kelapa

sawit, peningkatan permintaan domestik

menjelang akhir tahun, dan ekspektasi

penurunan inflasi pada awal tahun 2017.

6.2 Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi

Sumatera Utara dilihat dari beberapa indikator

antara lain persepsi pendapatan dan

ketimpangan pendapatan masyarakat. Secara

umum, tingkat kesejahteraan dapat dikatakan

stabil, yang tercermin dari persepsi pendapatan

masyarakat yang meningkat namun dengan

ketimpangan yang semakin melebar.

Sejalan dengan kenaikan persepsi positif

masyarakat terhadap ketersediaan tenaga

kerja, keyakinan masyarakat terhadap kondisi

penghasilan saat ini maupun 6 bulan yang akan

datang juga meningkat. Hasil Survei Konsumen

Bank Indonesia menunjukkan keyakinan

masyarakat terhadap penghasilan saat ini

meningkat dari 114,2 menjadi 121,1. Hal ini

merupakan dampak dari penetapan persentase

kenaikan Upah Minimum Pekerja (UMP) 2017

oleh Kementerian Tenaga Kerja untuk 34

provinsi sebesar 8,25%. Dengan demikian, UMP

2017 Sumatera Utara naik dari Rp1.811.875

menjadi Rp1.961.354,-.

Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia.

Grafik 6.4 Indeks Keyakinan Masyarakat terhadap Penghasilan

Selain ditopang oleh kenaikan Upah Minimum

Provinsi, perbaikan persepsi penghasilan pada

triwulan III juga didorong oleh perbaikan harga

komoditas yang terjadi pada triwulan III 2016,

bahkan untuk komoditas CPO berhasil

mencatatkan level harga tertingginya sejak

tahun 2016. Adanya peningkatan permintaan

dari sisi global seiring dengan penurunan

pasokan global akibat El Nino di negara

produsen lain serta meningkatnya serapan

domestik seiring dengan program mandatori

biodiesel mendorong meningkatnya persepsi

masyarakat akan penghasilan. Dengan kondisi

tersebut, masyarakat cenderung optimis dalam

melaksanakan aktivitas konsumsinya.

Grafik 6.5 Hasil Survei Konsumen

Masih terjaganya keyakinan masyarakat di level

optimis tercermin dari perkembangan Indeks

Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Ekspektasi

Konsumen (IEK), dan Indeks Kondisi Ekonomi

(IKE). Hal ini mengindikasikan bahwa secara

umum masyarakat masih optimis dengan kondisi

perekonomian, meski tidak sekuat pada periode

sebelumnya. Optimisme masyarakat tersebut

seiring dengan penguatan nilai tukar yang terus

berlanjut hingga akhir triwulan yang disertai

dengan penguatan kapabilitas perekonomian

domestik kedepannya seiring dengan

pembangunan infrastruktur strategis yang masih

on track.

Berdasarkan ketimpangan distribusi

pendapatan yang dilihat melalui gini ratio,

Sumatera Utara masih berada di bawah

Nasional. Sumatera Utara memiliki indeks gini

ratio 0,3 lebih rendah dari Nasional yang

mencapai 0,4 (Grafik 6.2.4). Hal ini berarti

SUMATERA UTARA KESEJAHTERAAN

IKE IKK IEK Gini

0,34 0,35 Ratio

114.2

121.3

117.9

124.3

126.5

123.3

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

I II III IV I II III IV I II III IV

2014 2015 2016

Penghasilan Saat Ini Ekspektasi Penghasilan Garis Batas

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ES

IMIS

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

73

ketimpangan pendapatan antar kelompok

masyarakat di Sumatera Utara lebih rendah

dibandingkan Nasional.

Sumber: BPS Sumut (diolah)

Grafik 6.6 Perbandingan Gini Ratio Sumatera Utara dan

Nasional

Secara spasial, pada umumnya ketimpangan

pendapatan di daerah kota lebih lebar

dibandingkan kabupaten. 4 dari 8 kota yang

berada di Sumatera Utara menduduki posisi kota

dengan indeks gini tertinggi. Kota dengan

ketimpangan pendapatan tertinggi adalah Kota

Tebing Tinggi dengan rasio gini sebesar 0,40.

Capaian ini lebih buruk dibandingkan dengan

rasio gini pada tahun 2015 yang hanya mencapai

0,31. Sementara itu, kabupaten dengan rasio

gini tertinggi adalah Kabupaten Tapanuli Tengah

yang tercatat 0,36.

Sebaran rasio gini antara satu kota/kabupaten di

Sumatera Utara dapat disimpulkan lebar.

Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan daerah

dengan rasio gini terendah sebesar 0,23.

Capaian ini jauh lebih rendah dibandingkan

dengan rasio gini tertinggi di Sumatera Utara

yang mencapai 0,40 maupun Kabupaten

Tapanuli Tengah sebagai daerah yang

berbatasan langsung dengan nilai rasio gini 0,36.

6.3 Nilai Tukar Petani

Meski harga komoditas mengalami perbaikan,

namun hal tersebut belum berimbas pada daya

beli masyarakat pertanian secara agregat. Nilai

rataan Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatera Utara

kembali menurun ke 99,7, lebih rendah

dibandingkan dengan capaian pada triwulan

sebelumnya yang tercatat 100,6. Bahkan,

capaian pada triwulan ini kembali lebih rendah

dari level indikatifnya, yaitu 100. Penurunan NTP

ini berlawanan arah dengan realisasi NTP

nasional yang tercatat stabil di kisaran 101.

Sumber : BPS

Grafik 6.7 Perbandingan NTP Sumut dengan Nasional

Kembali menurunnya NTP Sumatera Utara

terutama didorong oleh penurunan NTP

Perkebunan Rakyat, NTP Tanaman Pangan, dan

NTP Hortikultura, sementara itu NTP pada sektor

lainnya justru tercatat membaik.

Penurunan NTP perkebunan rakyat terjadi

ditengah lonjakan harga komoditas perkebunan.

Tanaman perkebunan di Sumatera Utara yang

sudah relatif tua menyebabkan kualitas dan

kuantitas Tandan Buah Segar (TBS) maupun

karet rendah. Cuaca yang cenderung kering

memasuki triwulan II hingga triwulan III 2016

berpotensi menekan kualitas rendemen kelapa

sawit. Selain itu, didorong efisiensi yang

dilakukan pada 2015, kurangnya pemupukan

pada tanaman perkebunan menyebabkan hasil

panen yang tidak optimal. Dengan demikian,

lonjakan perbaikan harga komoditas ini tidak

berpengaruh signifikan dalam mendorong daya

beli masyarakat perkebunan.

Seiring dengan kondisi iklim yang kurang

kondusif, NTP petani tanaman pangan dan

hortikultura juga turut tertekan. Rataan NTP

petani tanaman pangan kembali menurun dari

98,2 menjadi 97,5. Hal serupa juga terjadi pada

NTP petani hortikultura yang menurun dari 98,0

menjadi 97,3.

Kondisi cuaca yang kurang kondusif sepanjang

triwulan III 2016 menyebabkan merosotnya

0.340.35

0.41

0.4

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

1996 1999 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumatera Utara Nasional

98.5 98.6

97.7 98.1

99.3

100.6 99.7

101.9

100.2

101.5

102.7102.0

101.4101.7

95.0

96.0

97.0

98.0

99.0

100.0

101.0

102.0

103.0

104.0

I II III IV I II III

2015 2016

Sumatera Utara Nasional

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

74

produksi tanaman pangan dan hortikultura.

Selain itu, kondisi Gunung Sinabung sebagai

sentra hortikultura dan sayur-mayur yang tak

kunjung stabil juga menyebabkan pemulihan

kinerja produksi yang berjalan lambat

(selanjutnya baca Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Makro Daerah). Kondisi tersebut menyebabkan

daya beli masyarakat pertanian tanaman pangan

dan hortikultura terus tertekan.

Sementara itu, NTP kategori Peternakan,

Perikanan dan Perikanan budi daya justru

membaik. Bahkan, NTP subkategori Peternakan

dan subkategori Perikanan telah berada diatas

level indikatif sebesar 100. Peningkatan

pendapatan NTP subkategori Peternakan terjadi

seiring dengan meningkatnya permintaan

masyarakat akan daging-dagingan seiring

dengan adanya perayaan idul fitri dan idul adha

sepanjang triwulan III 2016.

Sementara itu, peningkatan NTP subkategori

Perikanan didorong oleh kembali naiknya harga

komoditas perikanan yang disebabkan oleh

kembali minimnya pasokan ikan segar di

pasaran. Kondisi cuaca yang kurang kondusif

juga terjadi di lautan sehingga berdampak pada

indeks harga yang diterima oleh petani. Selain

itu, animo masyarakat untuk mengkonsumsi

ikan segar juga masih tinggi sehingga masih

menjaga tingkat permintaan masyarakat.

Tabel 6.4 Nilai Tukar Petani

Sumber : BPS

I II III IV I II III

Tanaman Pangan 96.0 96.2 96.0 96.8 98.4 98.2 97.5

Hortikultura 99.0 98.3 92.7 96.5 97.4 98.0 97.3

Tanaman Perkebunan Rakyat 95.0 95.9 92.7 93.1 95.3 98.1 95.3

Peternakan 108.3 107.5 109.7 110.5 109.4 110.5 112.9

Perikanan 103.4 100.7 100.5 100.0 101.4 102.4 104.4

Perikanan Budidaya 93.0 92.4 92.7 94.3 95.7 95.3 95.8

NTP 98.5 98.6 97.7 98.1 99.3 100.6 99.7

20162015Nilai Tukar Petani

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

75

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Perekonomian pada triwulan I 2017 diperkirakan masih cukup baik di kisaran 5,1-5,5% (yoy).

Sumber utama pertumbuhan perekonomian pada triwulan mendatang diperkirakan masih

bersumber dari kuatnya permintaan domestik sementara perbaikan dari sisi eksternal masih

relatif terbatas. Perekonomian mendatang juga diperkirakan masih ditunjang dengan tekanan

inflasi yang menurun seiring dengan mulai masuknya periode panen tanaman pangan yang

lazimnya terjadi setiap triwulan I.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2017 masih diperkirakan

membaik dibandingkan tahun sebelumnya dan berada pada kisaran 5,2%-5,6%,yang disebabkan

oleh perbaikan permintaan domestik yang semakin semakin solid serta kinerja net ekspor yang

semakin membaik. Perbaikan perekonomian pada tahun 2017 disertai dengan perkiraan akan

kembali terjangkarnya inflasi yang diperkirakan akan berada pada kisaran 4,0 ± 1% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan tahun 2016. Rendahnya tekanan inflasi pada tahun 2017 ditopang

oleh pasokan pangan yang mulai kembali normal pada awal tahun 2017.

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

76

Tw-II I

2016

Tw-II

2016

Tw-IV

2016

5,5 5,3 5,2

5,6 esimis

p mis

PROYEKSI PDRB SUMUT Tw I 2017

Tw-I

2017

5,1

5,5 esimis

p mis

7.1 Prospek Pertumbuhan

Ekonomi

Mencermati perkembangan indikator

terkini, perekonomian Sumatera

Utara tahun 2016 masih diperkirakan

membaik meski dengan magnitude

yang lebih rendah dari perkiraan semula19.

Perekonomian Sumatera Utara pada tahun 2016

diperkirakan berada pada rentang 5,0-5,4%

(yoy). Hal ini terutama didorong oleh adanya

kebijakan pemerintah untuk melakukan efisiensi

fiskal yang menyebabkan lebih rendahnya

performa konsumsi pemerintah dari perkiraan

semula, meski masih relatif lebih baik

dibandingkan tahun 2015 lalu.

Masih kuatnya kinerja swasta serta mulai

membaiknya sektor eksternal masih menopang

akselerasi perekonomian pada tahun 2016. Daya

beli masyarakat yang mulai pulih seiring dengan

perbaikan harga komoditas dan permintaan

akan komoditas perkebunan yang membaik

mendorong masih kuatnya konsumsi rumah

tangga. Dengan demikian, kokohnya konsumsi

rumah tangga masih menjadi penyumbang

utama akselerasi perekonomain pada tahun

2016.

Meski sempat terkendala proses realokasi

anggaran pasca efektifnya program efisiensi

fiskal dari pemerintah pusat, namun komitmen

pemerintah yang tinggi dalam memprioritaskan

program infrastruktur strategis mendorong

keyakinan akan masih tingginya realisasi

investasi pada tahun 2016. Pembangunan

proyek infrastruktur strategis di Sumatera Utara

masih tercatat on track tanpa diwarnai

hambatan yang signifikan.

Realisasi proyek infrastruktur yang

tepat waktu menciptakan persepsi

positif akan iklim investasi di

Sumatera Utara. Beberapa paket

kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah sepanjang tahun

2015-2016 juga semakin

mendorong persepsi positif terhadap investor.

Hal tersebut juga diakomodasi oleh reformasi

birokrasi yang terus diupayakan oleh

pemerintah. Pembiayaan yang memadai juga

menunjang realisasi investasi pada periode

mendatang.

Kinerja ekspor pada tahun 2016 juga turut

diperkirakan membaik seiring dengan perbaikan

harga komoditas perkebunan baik di pasar

domestik maupun internasional. Perbaikan

harga komoditas ini juga didukung dengan

peningkatan permintaan terutama dari sisi

domestik seiring dengan efektifnya program

mandatori biodiesel. Dengan demikian, kinerja

impor juga turut meningkat.

Memasuki tahun 2017, perekonomian pada

triwulan I 2017 diperkirakan masih cukup baik

di kisaran 5,1-5,5% (yoy). Sumber utama

pertumbuhan perekonomian pada triwulan

mendatang diperkirakan masih bersumber dari

kuatnya permintaan domestik sementara

perbaikan dari sisi eksternal masih relatif

terbatas.

Grafik 7.1 Survei Konsumen

Relaksasi perekonomian Sumatera Utara pada

triwulan I 2017 diperkirakan masih terjadi sesuai

dengan historisnya. Puncak periode panen CPO

yang terjadi pada triwulan IV disertai dengan

harga komoditas perkebunan yang ditaksir akan

kembali menurun memasuki awal tahun 2017

75

85

95

105

115

125

135

145

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

IEK IKK IKE Batas

OP

TIM

ISP

ESIM

IS

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

77

diperkirakan menekan daya beli masyarakat

sehingga konsumsi diperkirakan kembali

menurun. Dengan demikian, keyakinan

konsumen dalam melakukan aktivitas

konsumsinya juga cenderung tertahan. Hal

tersebut tercermin dari hasil survei konsumen

yang kembali menurun. Melandainya ekspektasi

konsumen terutama dididorong oleh penurunan

ekspektasi penghasilan maupun kondisi

ekonomi.

Grafik 7.2 Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen

Ekspektasi akan penurunan kinerja konsumsi

masyarakat juga terjadi pada level pedagang.

Berdasarkan hasil Survei Perdagangan Eceran

(SPE) ekspektasi penjualan dalam 6 bulan ke

depan dipekirakan stabil.

Grafik 7.3 Indeks Perkiraan Penjualan

Sejalan dengan polanya, kinerja konsumsi

pemerintah diperkirakan menurun. Pada awal

tahun, seiring dengan realisasi anggaran

pemerintah yang belum optimal, maka konsumsi

pemerintah juga relatif terhambat. Meskipun

demikian, monitoring realisasi anggaran yang

terus dilaksanakan secara intensif diperkirakan

dapat menjaga realisasi konsumsi pemerintah.

Belum optimalnya realisasi belanja pemerintah

juga turut menekan kinerja investasi

pemerintah. Proses pengadaan yang pada

umumnya tidak terjadi di awal tahun, bahkan

acap kali molor hingga ke triwulan III

menyebabkan tidak optimalnya capaian

investasi pemerintah pada periode mendatang.

Kendati demikian, realisasi belanja infrastruktur

strategis yang terus dilakukan seiring dengan

komitmen pemerintah untuk terus

menyempurnakan kualitas infrastruktur yang

ada diperkirakan mampu menahan penurunan

kinerja investasi lebih lanjut.

Ekspektasi peningkatan investasi dari sisi swasta

juga masih cukup kuat, tercermin dari beberapa

kontak liaison yang menyatakan rencananya

untuk merealisasikan investasi berupa barang

modal pada periode mendatang, antara lain

upaya peningkatan luas lahan beserta

produktivitasnya serta pengadaan mesin meski

perkiraan perbaikan harga tidak seoptimis

perkiraan.

Sementara itu, realisasi investasi rumah tangga

juga diperkirakan mampu menahan lebih

dalamnya koreksi kinerja investasi. Hal ini

didukung dengan telah terlaluinya periode tax

amnesty yang mendorong sikap wait and see

investor pada beberapa periode lalu. Begitu juga

dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter

serta relaksasi Loan to Value (LTV) yang

dilakukan Bank Indonesia pada beberapa

periode lalu diperkirakan dapat menstimulus

investasi rumah tangga.

Tabel 7.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan

Komoditas Harga Tw IV 2016 (%, yoy, proyeksi)

Harga Tw I 2017 (%, yoy, proyeksi)

Kelapa Sawit 25 8

Karet 24 19

Kopi 12 14

Sumber: IMF Edisi Agustus 2016, diolah

Selesainya periode puncak panen yang terjadi

pada triwulan IV lalu menyebabkan kinerja

ekspor diperkirakan tertahan. Hal ini juga

semakin diperkokoh dengan prakiraan akan

kembali menurunnya harga komoditas

perkebunan unggulan Sumatera Utara seiring

dengan asumsi akan kembali membaiknya

pasokan di pasar global. Perbaikan pasokan CPO

di pasar global terjadi seiring dengan normalisasi

produksi CPO dunia pasca El Nino tahun 2015

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

110.0

120.0

130.0

140.0

150.0

160.0

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Penghasilan 6 bulan yad Lapangan kerja 6 bulan yad

Ekonomi 6 bulan yad Batas

-

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0

120.0

140.0

160.0

180.0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

Penjualan 3 bulan kedepan Penjualan 6 bulan kedepan

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

78

lalu yang memukul produksi negara eksportir

utama. Kondisi cuaca di awal tahun yang

cenderung basah juga mengancam kualitas

produksi karet dan kopi yang merupakan

komoditas unggulan Sumatera Utara.

Preferensi Tiongkok untuk menggunakan minyak

kedelai seiring dengan majunya industri

peternakan di Tiongkok. Hingga triwulan III 2016

pembukuan nilai ekspor CPO ke Tiongkok

kembali merosot dari -7,8% (yoy) menjadi

-13,6% (yoy).

Meski dari sisi harga diperkirakan akan kembali

menurun, namun pada dasarnya permintaan

akan komoditas unggulan Sumatera Utara masih

cukup tinggi. Perayaan Imlek yang terjadi

serentak di seluruh dunia akan meningkatkan

kebutuhan CPO sebagai bahan baku maupun

komplemen dari produk makanan, baik dari sisi

domestik maupun internasional. Sementara itu,

dari sisi domestik peningkatan permintaan CPO

juga turut ditopang dengan ditetapkannya

pengadaan biodiesel periode November 2016-

April 2017 berjumlah 1,53 juta Kl20.

Momentum mulai membaiknya aktivitas industri

manufaktur negara mitra dagang utama juga

diperkirakan memberikan dampak yang baik

bagi perekonomian. Perkembangan nilai

Purchasing Manager Index pada triwulan IV

menunjukkan pergerakan yang cukup

menggembirakan.

20Keputusan ESDM bernomor 637 K/12/DJE/2016

Tentang Penetapan Badan Usaha Bahan Bakar Nabati

Jenis Biodiesel dan Alokasi Besaran Volumenya Untuk

Pengadaan Bahan Bakar Nabati Jenis Biodiesel Pada

PT Pertamina dan PT AKR Corporindo Tbk periode

November 2016-April 2017

Grafik 7.4 Purchasing Manager Index

Meski harga karet di pasar internasional

diperkirakan kembali menurun, namun harapan

akan perbaikan kinerja karet masih terlihat.

Meski adanya kesepakatan antara International

Tripartite Rubber Council (ITRC) belum cukup

kuat dalam mendorong perbaikan harga karet di

pasar global maupun domestik, adanya wacana

penyerapan karet dalam produk infrastruktur

hingga 15-20% untuk aspal pada tahun 2017

mendatang akan mendorong kinerja karet. Lebih

lanjut, mulai dihentikannya penjualan karet

dengan kontrak jangka panjang diharapkan

dapat mendongkrak harga yang sudah

terjerembab pada beberapa periode lalu.

Pasokan karet di pasar global juga diperkirakan

turut menurun seiring dengan terjadinya La Nina

dan pergeseran musim gugur di bagian selatan

Indonesia21. Dengan berkurangnya stok karet

secara global maka diharapkan harga perlahan-

lahan akan kembali membaik.

Dari sisi penawaran, perekonomian pada

triwulan mendatang diperkirakan didukung oleh

masih baiknya kinerja kategori pertanian dan

industri pengolahan. Sementara itu, kinerja

konstruksi dan perdagangan diperkirakan

menurun.

Masuknya periode puncak panen raya tanaman

pangan dan hortikultura ditengah selesainya

periode puncak panen kelapa sawit mendorong

45

47

49

51

53

55

57

59

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2013 2014 2015 2016

US China India Jepang Batas

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

79

kinerja kategori pertanian. Tingginya intensi

pemerintah untuk meningkatkan kapasitas

produksi pada 2015 lalu yang ditandai dengan

tingginya pendampingan maupun penyaluran

bantuan dalam bentuk alat atau benih

diharapkan mampu meningkatkan produksi

pangan pada triwulan I 2017. Sementara itu,

kinerja subkategori perkebunan diperkirakan

menurun seiring dengan selesainya puncak

produksi CPO dan kembali menurunnya harga

komoditas di pasar internasional.

Ekspektasi akan meningkatnya permintaan,

terutama dari sisi domestik meningkatkan

kinerja kategori industri pengolahan.

Meningkatnya kapabilitas industri pendukung

seperti listrik dan gas mampu menunjang

aktivitas industri. Telah ditetapkannya kontrak

penjualan Bahan Bakar Nabati jenis biodiesel

untuk periode November 2016-April 2017 juga

turut meningkatkan permintaan domestik.

Peningkatan aktivitas industri juga dilakukan

untuk meningkatkan stok dalam rangka

menyambut Ramadhan dan hari raya Idul Fitri

yang jatuh pada triwulan II 2017.

Belum optimalnya realisasi belanja infrastruktur

pemerintah juga turut menekan kinerja kategori

konstruksi. Proses pengadaan proyek

infrastruktur yang biasanya molor menyebabkan

realisasi investasi bangunan sulit untuk

dilaksanakan. Meskipun demikian, masih

berlanjutnya proyek infrastruktur strategis

diharapkan mampu menahan semakin dalamnya

penurunan kinerja konstruksi.

Sementara itu, selesainya puncak aktivitas

konsumsi seiring dengan perayaan Natal dan

tahun baru juga turut menekan kinerja kategori

Perdagangan Besar dan Eceran (PBE). Meskipun

demikian, nilai tukar yang diperkirakan masih

dapat menguat diharapkan mampu menahan

penurunan kinerja PBE lebih lanjut.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian

Sumatera Utara pada tahun 2017 masih

diperkirakan membaik dibandingkan tahun

sebelumnya dan berada pada kisaran 5,2%-

5,6%, yang disebabkan oleh perbaikan

permintaan domestik yang semakin semakin

solid serta kinerja net ekspor yang semakin

membaik. Konsumsi rumah tangga yang kuat

masih menjadi penyumbang utama akselerasi

perekonomian pada tahun 2017.

Upaya Pemerintah untuk memperbaiki kualitas

infrastruktur yang memadai juga memberikan

dukungan terhadap potensi tetap kuatnya

permintaan domestik dari sisi investasi. Realisasi

proyek infrastruktur yang tepat waktu

menciptakan persepsi positif akan iklim investasi

di Sumatera Utara. Beberapa paket kebijakan

yang dikeluarkan oleh Pemerintah sepanjang

tahun 2015-2016 juga semakin mendorong

persepsi positif investor. Hal tersebut juga

diakomodasi oleh reformasi birokrasi yang terus

diupayakan oleh pemerintah. Pembiayaan yang

memadai juga menunjang realisasi investasi

pada periode mendatang.

Sementara itu, dari sisi perdagangan, kinerja

ekspor Sumatera Utara juga turut diperkirakan

membaik yang terutama didorong oleh

peningkatan ekspor antar daerah, sementara

perkembangan kinerja perdagangan luar negeri

diperkirakan masih belum terlalu

menggembirakan. Peningkatan kinerja

perdagangan antar daerah terutama disebakan

oleh tingginya serapan biodiesel domestik

seiring dengan program mandatori BBN seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. Sementara

itu, adanya rencana pemanfaatan karet dalam

proyek infrastruktur perhubungan nasional juga

diharapkan mampu meningkatkan serapan karet

domestik sehingga kinerja karet dapat kembali

bangkit.

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

80

7.2 Prospek Inflasi

Tingginya risiko tekanan inflasi mendorong

perkiraan tekanan inflasi 2016 yang lebih tinggi

dari perkiraan. Masifnya penurunan

produktivitas tanaman pangan dan hortikultura

memasuki semester II 2016 mendorong

langkanya pasokan sehingga menyebabkan

kembali meningkatnya tekanan inflasi.

Perbaikan harga komoditas perkebunan yang

terjadi memasuki semester II 2016 juga turut

menopang daya beli masyarakat sehingga

meningkatkan tekanan inflasi pada tahun 2016.

Seiring dengan masuknya musim panen

tanaman pangan yang lazimnya terjadi pada

triwulan I 2017, tekanan inflasi Sumatera Utara

turut menurun hingga kembali terjangkar pada

kisaran 3,5 ± 0,5% (yoy). Tekanan inflasi yang

melandai pada triwulan I 2016 diperkirakan

didorong oleh meredanya tekanan inflasi dari

kelompok Volatile Foods dan inflasi inti.

Meredupnya tekanan inflasi ini juga ditunjang

dengan koordinasi pengendalian inflasi antara

Bank Indonesia dengan Pemerintah melalui

forum TPI/TPID yang telah berjalan dengan baik

dan terus ditingkatkan sehingga mampu

menjaga stabilitas inflasi.

Pasokan pangan dan hortikultura yang

diperkirakan kembali prima pada triwulan I 2017

mampu menunjang penurunan tekanan inflasi

kelompok Volatile Foods. Kondisi cuaca yang

kondusif dalam menopang aktivitas pertanaman

mendorong cukup optimalnya produktivitas

pertanian pada triwulan mendatang. Tingginya

penyaluran bantuan benih padi, jagung dan

kedelai (pajale) pada tahun 2016 terutama di

beberapa sentra produksi padi, jagung dan

kedelai juga semakin memperkuat basis

produksi pangan di Sumatera Utara.

Tingginya komitmen Pemerintah untuk

mewujudkan swasembada pangan juga menjadi

pemacu suksesnya kegiatan panen pada periode

mendatang. Komitmen tersebut dilakukan

dalam bentuk pendampingan maupun

penyaluran pupuk bersubsidi yang lebih deras.

Hal tersebut tercermin dari realisasi penyaluran

pupuk bersubsidi pada triwulan III 2016 yang

tercatat cukup tinggi.

Kendati risiko peningkatan tekanan inflasi pada

triwulan I 2017 dapat disimpulkan cukup

rendah, TPID Provinsi Sumatera Utara terus

meningkatkan koordinasi dan merealisasikan

program yang telah disusun dalam roadmap

pengendalian inflasi yang telah disusun

sebelumnya. Melalui BULOG, persediaan beras

untuk meredam tekanan inflasi dapat dinilai

memadai.

Sumber: BULOG Divisi Regional Sumatera Utara, diolah

Grafik 7.5 Stock Beras BULOG

Memasuki awal tahun 2017, kondisi cuaca di

Sumatera Utara diperkirakan kembali normal.

Dengan demikian, aktivitas produksi maupun

distribusi pada triwulan I 2017 diharapkan dapat

kontributif dalam penurunan tekanan inflasi.

Sementara itu, tingginya intensi pemerintah

untuk terus mengupayakan penyempurnaan

konektivitas perhubungan diperkirakan mampu

menjaga tekanan inflasi dari sisi distribusi.

3,5± 0,5% Tw-I 2017

PROYEKSI INFLASI

48

1

04

6

6

42

3

4

18

1

7

13

3

5

26

2

2

31

5

0

24

2

2

30

2

8

16

3

1

17

2

9

24

2

0

0.6%

49.4%

-35.0%

-100.0%

-50.0%

0.0%

50.0%

100.0%

150.0%

200.0%

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013 2014 2015 2016

yoyjuta ton

Volume Growth

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

81

Sumber: BMKG Stasiun Klimatologi Sampali-Medan

Gambar 7.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Januari 2016

Meskipun demikian, masih terdapat beberapa

faktor risiko yang berpengaruh pada

perkembangan inflasi kelompok Volatile Foods.

Masih belum stabilnya Gunung Sinabung pasca

erupsi berkepanjangan yang disertai dengan

belum rampungnya proses relokasi lahan

produksi sayur mayur dan hortikultura

menimbulkan risiko tersendiri. Selain itu,

kenaikan harga Days Old Chicken (DOC) sejak

akhir Juli 2016 juga turut mewarnai risiko

tekanan inflasi pada awal tahun 2017.

Penurunan tekanan inflasi juga turut didorong

oleh penurunan tekanan inflasi inti. Stabilitas

nilai tukar diperkirakan masih dapat dijaga

ditengah situasi ekonomi politik global masih

terus berkembang. Dengan demikian,

perkembangan harga produk konsumsi berbasis

impor diperkirakan masih relatif stabil.

Komunikasi yang terus digencarkan oleh TPID

Provinsi Sumatera Utara juga mampu

menciptakan ekspektasi inflasi yang terkelola

dengan baik. Hal tersebut tercermin dari

ekspektasi peningkatan inflasi di level konsumen

yang justru menurun meski ekspektasi

peningkatan inflasi pada level pedagang

cenderung meningkat. Hal ini mengindikasikan

risiko demand pull inflation yang relatif rendah.

Grafik 7.6 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap

Perubahan Harga

Rendahnya demand pull inflation tersebut

ditopang oleh prakiraan akan kembali

menurunnya harga komoditas perkebunan

terutama kelapa sawit dan karet22. Struktur

tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara yang

masih didominasi oleh tenaga kerja di bidang

terkait kelapa sawit dan karet menyebabkan

cukup tingginya pengaruh perkembangan harga

komoditas perkebunan terhadap daya beli

masyarakat secara umum. Hal tersebut juga

turut semakin ditunjang dengan selesainya

periode puncak produksi CPO yang pada

umumnya terjadi pada akhir tahun seiring

dengan tingginya curah hujan.

Konsumsi semen yang biasanya cukup rendah

pada awal tahun juga turut memperkuat

keyakinan akan kembali rendahnya tekanan

inflasi inti. Hal tersebut terutama didorong oleh

belum gencarnya investasi pemerintah maupun

swasta sesuai dengan pola belanjanya.

Risiko peningkatan tekanan inflasi inti juga

masih perlu diantisipasi. Pergerakan harga emas

internasional menyusul ketidakpastian situasi

ekonomi politik global juga perlu dicermati lebih

jauh. Hal ini disebabkan oleh kondisi pasar

keuangan yang belum stabil serta harga minyak

bumi yang masih rendah sehingga mendorong

berpalingnya investor pada komoditas emas

sebagai instrumen investasi alternatif.

90.0

110.0

130.0

150.0

170.0

190.0

210.0

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017

SK (Perub Hrg 3 bln yad) SK (Perub Hrg 6 bln yad)

SPE (Perub Hrg 3 bln yad) SPE (Perub Hrg 6 bln yad)

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

82

Berbeda dengan kedua kelompok disagregasi

lainnya, tekanan inflasi kelompok Administered

Prices diperkirakan meningkat. Adanya rencana

pemerintah untuk mulai melakukan migrasi

pelanggan listrik secara bertahap untuk

golongan rumah tangga 900 VA yang sempat

tertunda pada tahun 2016 meningkatkan

potensi peningkatan tekanan inflasi pada

triwulan I 2017. Selain itu, pergerakan harga

minyak dunia yang mulai menunjukkan pola

perbaikan meski berjalan lambat juga

menimbulkan potensi peningkatan tekanan

inflasi dari sisi tarif listrik.

Meski magnitude perbaikan harga minyak dunia

masih relatif rendah, namun potensi

penyesuaian harga BBM pada awal tahun 2017

masih perlu diwaspadai. Hal tersebut

disebabkan oleh tidak adanya penyesuaian

harga BBM bersubdisi pada Oktober 2016 lalu

menyebabkan diskrepansi harga minyak mentah

dunia yang sudah cukup lebar bila dibandingkan

dengan April 2016 (periode terakhir pemerintah

melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi).

Delta harga minyak dunia pada bulan April dan

November 2016 telah mencapai 14,1%. Dampak

lanjutan dari penyesuaian tarif cukai rokok juga

diperkirakan masih menambah tekanan inflasi

pada triwulan mendatang.

Secara keseluruhan tahun, tekanan inflasi

Sumatera Utara tahun 2017 diperkirakan 4,0 ±

1% (yoy), sama dengan tahun 2016. Rendahnya

tekanan inflasi pada tahun 2017 ditopang oleh

pasokan pangan yang mulai kembali normal

pada awal tahun 2017. Dengan demikian,

tekanan inflasi kelompok Volatile Foods

diperkirkaan mereda. Sementara itu, tekanan

inflasi dua kelompok disagregasi lainnya

diperkirakan meningkat.

Risiko peningkatan tekanan inflasi kelompok

Administered Prices pada tahun 2017 masih

cukup tinggi. Tertundanya rencana pemerintah

untuk melakukan migrasi pelanggan listrik

subsidi menimbulkan tekanan inflasi tersendiri.

Sementara itu, pergerakan harga minyak dunia

yang kembali merangkak direspon pemerintah

dengan adanya penyesuaian tarif listrik dalam

beberapa bulan terakhir. Hal tersebut juga

meningkatkan risiko kembali disesuaikannya

tarif BBM bersubsidi mengingat penundaan

kenaikan tarif tersebut telah dilakukan pada

bulan Oktober 2016 lalu.

Sementara itu, peningkatan tekanan inflasi inti

terjadi seiring dengan relatif membaiknya daya

beli masyarakat pada tahun 2017 seiring dengan

prakiraan perbaikan harga komoditas

perkebunan. Situasi global yang masih

dirundung ketidakpastian juga masih menekan

nilai tukar. Meskipun demikian, peningkatan

tekanan inflasi inti ini diperkirakan masih berada

dalam level yang terkendali sehingga inflasi

secara umum masih mampu terjangkar pada

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

7.3 Rekomendasi kepada

Pemerintah Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Indikasi perbaikan perekonomian yang terus

berlanjut masih dibayangi oleh beberapa faktor

risiko terutama dari sisi eksternal yang belum

menunjukkan perbaikan secara fundamental.

Dengan demikian, diperlukan penguatan

perekonomian dari sisi domestik yang dapat

didorong oleh Pemerintah Daerah. Beberapa

langkah dan rekomendasi di antaranya adalah:

a. Mengintensifkan monitoring realisasi APBD

dan APBN se-Provinsi Sumatera Utara,

terutama pasca dilakukannya pemotongan

DAU dan DBH, sehingga realisasi dana APBD

dapat optimal dan tepat guna

b. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam

rangka penguatan permintaan domestik

melalui aktivitas konsumsi seperti event

pariwisata melalui media pemasaran yang

massive dan terpusat serta penciptaan

budaya masyarakat pariwisata.

c. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim

investasi di Sumatera Utara kepada investor

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

83

dan masyarakat luas melalui publikasi

perkembangan kemajuan pembangunan

infrastruktur melalui media komunikasi yang

lebih luas dan terpusat dengan kredibilitas

informasi yang lebih tinggi (Regional Investor

Relation Unit/RIRU).

d. Mempercepat penyediaan infrastruktur

pendukung yang memadai seperti listrik dan

gas sehingga proses industrialisasi dan daya

tarik investasi di Sumatera Utara dapat

meningkat.

e. Melakukan penyempurnaan infrastruktur

perhubungan untuk mendukung aktivitas

perekonomian ke depan.

Pengendalian Inflasi

Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk

pengendalian inflasi tetap terkendali,

diantaranya:

a. Meningkatkan program pendampingan dan

pembinaan kelompok petani terkait

optimalisasi produktivitas tanaman serta

t “ k” k t

periode tanam/panen tertentu.

b. Melanjutkan program peningkatan produksi

pangan maupun diversifikasi konsumsi

masyarakat melalui komunikasi yang lebih

intensif.

c. Melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur perhubungan untuk mendukung

kelancaran distribusi barang. Hal tersebut

dapat dilakukan melalui kemudahan

perizinan, pengadaan lahan maupun

penguatan komunikasi dengan masyarakat.

d. Mengintensifkan kerja sama perdagangan

antar wilayah terutama mengingat dominasi

Kota Medan dalam penentuan inflasi di

Sumatera Utara meski Kota Medan bukan

merupakan sentra produksi pangan di

Sumatera Utara. Dukungan kota/kabupaten

lain sebagai daerah buffer bagi daerah lain.

e. Optimalisasi peran Toko Tani dalam

pengendalian inflasi di tingkat ritel

f. Perluasan atau diversifikasi areal pertanaman

maupun sentra produksi baru di daerah yang

tidak rentan bencana untuk menghindari

ketergantungan pasokan dari satu daerah

tertentu.

g. Sosialisasi yang lebih intensif kepada petani

untuk meningkatkan tindakan tepat waktu

dalam mengantisipasi paparan wabah

penyakit maupun hama.

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

84

Penguatan Kerangka Operasi Moneter23 dan Respons Kebijakan

Moneter Bank Indonesia November 2016

III. Fitur Kerangka Operasi Moneter Baru (BI 7-Day Reverse Repo Rate dan Koridor Suku Bunga)

BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru sebagai

pengganti BI Rate berlaku efektif pada 19 Agustus 2016. Implementasi BI 7-day RR Rate ini diikuti

dengan normalisasi koridor suku bunga. Lending Facility (LF) dan Deposit Facility (DF) tetap berperan

sebagai koridor atas dan bawah suku bunga. LF dan DF berjarak simetris dari BI 7-day RR Rate,

masing-masing sebesar 75bps. Pada kerangka operasi moneter sebelumnya, LF berjarak lebih dekat

dari suku bunga kebijakan (BI Rate) dibandingkan DF sehingga membentuk koridor yang tidak

simetris.

Gambar 7.2 Pegerakan Koridor Suku Bunga Kebijakan Bank Indonesia

Tabel 7.2 Perbandingan Antara Kebijakan Operasi Moneter Lama dan Baru

Kerangka Operasi Moneter Kerangka Operasi Moneter

LAMA BARU

Sk. Bunga Kebijakan BI Rate BI 7-day RR Rate

Tercermin pd Tenor OM 12 bulan 1 Minggu

Standing Facilities LF (Ceiling), DF (Floor) LF (Ceiling), DF (Floor)

Koridor Asimetris (50 bps + 200 bps) Simetris (75bps + 75bps)

Boks 3

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

85

Pemilihan 7-day RR Rate sebagai suku bunga kebijakan baru didasari oleh sejumlah

pertimbangan, yaitu:

1) 7-day RR mengacu pada instrumen Operasi Moneter yang aktif ditransaksikan antara Bank

Indonesia dan perbankan (transaksional).

2) Instrumen Operasi Moneter 7-day Reverse Repo memiliki pasar yang relatif dalam.

3) 7-day RR Rate memiliki hubungan yang kuat dengan suku bunga sasaran operasional kebijakan

moneter, yaitu suku bunga PUAB O/N.

Sementara itu, pilihan koridor suku bunga yang simetris memberikan sinyal bahwa bank sentral

memiliki preferensi yang netral terhadap likuiditas perbankan dan mendorong perbankan melakukan

manajemen likuiditas yang optimal sesuai dengan dinamika ekonomi/kebutuhan. Disamping itu,

pembentukan koridor yang simetris melalui penurunan LF dapat memperkuat posisi instrumen LF

sebagai liquidity support bagi bank yang membutuhkan likuiditas jangka pendek. Penurunan cost of

being illiquid diharapkan dapat memberi ruang bagi bank untuk melakukan penempatan pada tenor

yang lebih panjang di pasar keuangan, sehingga mendukung pendalaman pasar uang.

II. Tujuan Penguatan Kerangka Operasi Moneter

Penguatan kerangka Operasi Moneter memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

1) Memperkuat sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga BI 7-day RR Rate sebagai acuan

utama di pasar keuangan. Dengan demikian, pelaku pasar dapat menggunakan BI 7-day RR Rate

sebagai acuan utama dalam menentukan suku bunga lainnya di pasar keuangan.

2) Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan

suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.

3) Mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku

bunga di pasar uang antarbank (PUAB) untuk tenor 3 bulan hingga 12 bulan. Untuk itu,

penguatan Operasi Moneter akan disertai dengan langkah-langkah untuk percepatan

pendalaman pasar uang.

III. Struktur Suku Bunga (Term Structure) Operasi Moneter dan Stance Kebijakan Moneter

Perubahan suku bunga kebijakan dari BI Rate menjadi BI 7-Day Repo Rate dilakukan sebagai upaya

penguatan operasi moneter. Penguatan ini tidak mengubah stance kebijakan moneter yang tengah

diterapkan mengingat peralihan dari BI Rate menjadi BI 7-Day Repo Rate terjadi masih dalam

struktur suku bunga atau term structure Operasi Moneter yang sama. Suku bunga kebijakan hanya

berganti dari BI Rate, ekuivalen dengan suku bunga Operasi Moneter bertenor 12 bulan, menjadi BI

7-day RR Rate yang bertenor 7 hari.

Term structure baru akan bergeser apabila Bank Indonesia mengubah stance kebijakan moneter,

contohnya pada bulan Januari, Februari, Maret dan Juni 2016. Sebaliknya, pada bulan-bulan lain saat

tidak terjadi perubahan stance kebijakan moneter, term structure akan tetap (lihat grafik).

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

86

Grafik 7.7 Term Structure

Sejalan dengan mulai digunakannya BI 7-day RR Rate sebagai suku bunga kebijakan baru pada RDG

Agustus 2016, term structure Operasi Moneter akan tetap dipublikasikan di laman BI. Untuk

sementara waktu, guna terus memperkuat guidance suku bunga ke pasar, pelaksanaan operasi

moneter akan dilakukan dengan menerapkan metode Fixed Rate Tender (FRT) dalam lelang semua

tenor instrumen moneter. Secara bertahap, penggunaan FRT akan semakin dikurangi dan digantikan

dengan Variable Rate Tender (VRT).

IV. Operasi Moneter Pasca Implementasi BI 7-day RR Rate

Untuk mengendalikan pergerakan suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) tenor overnight (O/N) di

tengah kondisi surplus likuiditas harian di sistem perbankan, Bank Indonesia, salah satunya, akan

melakukan lelang Reverse Repo dengan underlying SBN pada tenor 1 minggu yang merupakan bagian

dari instrumen Operasi Pasar Terbuka (OPT). Melalui transaksi tersebut, Bank Indonesia dapat

menjaga pergerakan suku bunga PUAB O/N bergerak di sekitar BI 7-day RR Rate tanpa memengaruhi

harga surat berharga secara signifikan. Hal ini merupakan salah satu kelebihan penggunaan

instrumen OPT yang bersifat repurchase agreement (repo) dibandingkan dengan penggunaan

transaksi pembelian atau penjualan surat berharga secara outright.

Bank Indonesia akan secara rutin melakukan lelang Reverse Repo SBN 1 minggu untuk memperkuat

stance kebijakan moneter. Oleh karena itu, metode lelang terutama akan menggunakan Fixed Rate

Tender (FRT). Pelaksanaan lelang Reverse Repo SBN 1 minggu membuat suku bunga kebijakan (BI 7-

day RR Rate) langsung ditransaksikan dengan peserta OPT, dalam hal ini perbankan domestik, dan

diharapkan ditransmisikan ke suku bunga pada tenor yang lebih panjang. Suku bunga kebijakan yang

bersifat transaksional tersebut diharapkan dapat memperkuat transmisi kebijakan moneter.

V. Respons Kebijakan Moneter Bank Indonesia November 2016

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 November 2016 memutuskan untuk

mempertahankan BI 7-day RR Rate tetap sebesar 4,75%, dengan suku bunga Deposit Facility tetap

sebesar 4,00% dan Lending Facility tetap sebesar 5,50%. Kebijakan tersebut sejalan dengan kehati-

hatian Bank Indonesia dalam merespons meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global

pasca pemilihan umum (Pemilu) di AS, di tengah stabilitas makroekonomi dalam negeri yang tetap

terjaga sebagaimana tercermin pada inflasi yang rendah dan defisit transaksi berjalan yang

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

87

terkendali. Bank Indonesia akan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai

fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar. Bank Indonesia juga

memandang pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah dilakukan sebelumnya

dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. Bank Indonesia akan terus

memperkuat koordinasi kebijakan bersama Pemerintah untuk menjaga kecukupan likuiditas,

memperkuat stimulus pertumbuhan, dan memastikan pelaksanaan reformasi struktural berjalan

dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

LAMPIRAN

88

LAMPIRAN

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

LAMPIRAN

89

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISTILAH

90

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISTILAH

91

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet. Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah.

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISTILAH

92

Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISTILAH

93

Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Sementara itu, indikasi perbaikan pasar global juga semakin kuat seiring dengan mulai membaiknya aktivitas manufaktur negara mitra

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara November 2016

DAFTAR ISTILAH

94

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu

Nur Fikriyah Dzakiyah

Fika Habbina

Tim Data dan SEKDA: Rizky Satya Pradhana

Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760