KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik...

71
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV 2015

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SUMATERA UTARA

TRIWULAN IV 2015

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi
Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

VISI DAN MISI

i

VISI DAN MISI

Visi Bank Indonesia:

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di Regional melalui penguatan

nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang

stabil”

Misi Bank Indonesia:

1. Mencapai stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Nilai-nilai Strategis:

Trust and Integrity- Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and

Teamwork

Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

“Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan

kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional”

Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara:

Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, stabilitas

sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran

untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang

inklusif dan berkesinambungan.

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KATA PENGANTAR

ii

KATA PENGANTAR

Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Sumatera Utara. Edisi periode ini mengulas dinamika ekonomi di Sumut pada Triwulan IV 2015 yang tercermin dari perkembangan makroekonomi regional, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, stabilitas sistem keuangan, keuangan daerah, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, prospek ekonomi Sumatera Utara ke depan, serta rekomendasi kepada instansi terkait. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan bulanan bank umum dan BPR, data statistik dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data realisasi investasi dari Badan Penanaman Modal dan Promosi Sumatera Utara, data realisasi APBN dari Dirjen Perbendaharaan Negara Wilayah Sumatera Utara, data realisasi APBD dari Biro Keuangan Sumatera Utara, dan data dari instansi/lembaga terkait lainnya serta informasi dari para pelaku ekonomi utama di Sumatera Utara.

Perekonomian Sumatera Utara triwulan IV 2015 membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,3% (yoy) yang ditopang oleh membaiknya konsumsi non profit dan ekspor. Peningkatan perekonomian Sumatera Utara didukung oleh membaiknya kinerja konsumsi lembaga non profit dan ekspor dari sisi penggunaan, serta akselerasi kinerja kategori Industri Pengolahan danpertanian dari sisi penawaran. Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara melambat dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy). Perbaikan perekonomian ini disertai dengan capaian inflasi yang terjangkar pada sasarannya, yaitu 3,2% (yoy).

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan I 2016 diperkirakan akan membaik terutama ditopang oleh kuatnya permintaan domestik sementara sisi eksternal masih mengalami penyesuaian akibat berlanjutnya penyesuaian harga serta permintaan yang masih cenderung stagnan. Dari sisi penawaran, perbaikan perekonomian diharapkan ditopang oleh meningkatnya kinerja kategori pertanian, konstruksi dan PBE, sementara kategori Industri Pengolahan diperkirakan stabil. Seiring dengan membaiknya permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Peningkatan tekanan inflasi diperkirakan terjadi pada kelompok Volatile Foods dan inflasi inti sementara tekanan Administered Prices justru diperkirakan menurun.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang diperlukan dalam penulisan buku ini. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari semua pihak yang berkepentingan dengan buku ini, serta mengharapkan kiranya kerjasama yang sangat baik dengan berbagai pihak selama ini dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang.

Akhir kata, kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Februari 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA

Difi A. Johansyah Direktur Eksekutif

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR ISI

VISI DAN MISI ............................................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... II

DAFTAR ISI .................................................................................................................................. III

DAFTAR GRAFIK ........................................................................................................................... V

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... VII

TABEL INDIKATOR ..................................................................................................................... VIII

RINGKASAN UMUM .................................................................................................................... IX

BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL .......................................................................................... 1

1.1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL SECARA UMUM ......................................................... 2

1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI PENGGUNAAN ............................................................................... 3

1.3 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI LAPANGAN USAHA/KATEGORI .......................................................... 9

BAB 2 INFLASI ......................................................................................................................... 15

2.1 KONDISI UMUM .................................................................................................................... 16

2.2 DISAGREGASI INFLASI ............................................................................................................. 17

2.3 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA......................................................................... 18

2.3.1 KELOMPOK BAHAN MAKANAN ............................................................................................................ 18

2.3.2 KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU ......................................................... 19

2.3.3 KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR .......................................................... 19

2.3.4 KELOMPOK SANDANG .................................................................................................................... 20

2.3.5 KELOMPOK KESEHATAN .................................................................................................................. 20

2.3.6 KELOMPOK PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA .......................................................................... 20

2.3.7 KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN ........................................................... 20

2.4 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI ................................................................................................. 20

BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ..................... 25

3.1 RINGKASAN UMUM ............................................................................................................... 26

3.2 ANALISIS PERBANKAN DAERAH ................................................................................................. 26

3.3 KETAHANAN SEKTOR KORPORASI DAN UMKM ............................................................................. 28

3.4 KETAHANAN SEKTOR RUMAH TANGGA ....................................................................................... 29

3.5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ...................................................................................... 30

3.5.1 SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI ...................................................................................................... 30

3.5.2 KINERJA SISTEM PEMBAYARAN TUNAI .................................................................................................. 31

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH .............................................................................................. 33

4.1 GAMBARAN UMUM ............................................................................................................... 34

4.2 ANGGARAN PENDAPATAN DAN REALISASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2015 ... 34

4.3 REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA UTARA TAHUN

2015 35

4.4 REKENING PEMERINTAH DAERAH DI BANK ................................................................................... 37

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN .................................................................... 41

5.1 KETENAGAKERJAAN ................................................................................................................ 42

5.2 KESEJAHTERAAN .................................................................................................................... 42

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISI

iv

5.2.1 TINGKAT PENGHASILAN MASYARAKAT .................................................................................................. 42

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI ............................................................. 45

6.1 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI ........................................................................................... 46

6.2 PROSPEK INFLASI ................................................................................................................... 48

6.3 REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH DAERAH .............................................................................. 49

LAMPIRAN ................................................................................................................................. 51

DAFTAR ISTILAH ......................................................................................................................... 54

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR GRAFIK

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan ............................................................................................. 3

Grafik 1.2 Survei Konsumen ................................................................................................................................... 3

Grafik 1.3 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan Lapangan Kerja ..................................................................... 3

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi ............................................................................................................ 4

Grafik 1.5 Konsumsi Listrik ..................................................................................................................................... 4

Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran ........................................................................................................................ 4

Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar ..................................................................................................................... 4

Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi ......................................................................................................................... 4

Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara 2015 .............................................................................. 5

Grafik 1.10 Kredit Investasi ..................................................................................................................................... 5

Grafik 1.11 Penjualan Semen.................................................................................................................................. 6

Grafik 1.12 Penjualan Barang Konstruksi................................................................................................................ 6

Grafik 1.13 Impor Barang Modal ............................................................................................................................ 6

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera Utara ........................................................................... 7

Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama .................................................................................................. 7

Grafik 1.16 PMI Negara Mitra Dagang Utama ........................................................................................................ 7

Grafik 1.17 Perkembangan Harga CPO dan Karet .................................................................................................. 7

Grafik 1.18 Ekspor CPO ........................................................................................................................................... 8

Grafik 1.19 Ekspor Karet ......................................................................................................................................... 8

Grafik 1.20 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut .................................................................................... 9

Grafik 1.21 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut ......................................................................................... 9

Grafik 1.22 Penyaluran Kredit Perkebunan .......................................................................................................... 10

Grafik 1.23 Penyaluran Pupuk Bersubsidi ............................................................................................................. 10

Grafik 1.24 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera Utara ................................................................................ 10

Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Pertanian .............................................................................................................. 11

Grafik 1.26 Realisasi NTP Sumatera Utara ............................................................................................................ 11

Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Manufaktur ................................................................................................... 11

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Kategori Industri Pengolahan ............................................................................... 12

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi .............................................................................................. 12

Grafik 1.30 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Occupancy Rate .................................................. 12

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori PBE ......................................................................................................... 13

Grafik 1.32 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera Utara .............................................................................. 13

Grafik 1.33 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan Belawan ....................................................................... 13

Grafik 1.34 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara ..................................................................................... 13

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan Pergudangan .............................................................. 14

Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional ................................................................................................................... 16

Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut ............................................................................................................................ 16

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut....................................................................................................................... 16

Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut ..................................................................................................................... 17

Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika ........................................................................................ 17

Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial ........................................................................................................ 18

Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara .......... 18

Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas) ........................................................................................ 18

Grafik 2.9 Margin per Kota/Kabupaten ................................................................................................................ 23

Grafik 2.10 Permasalahan Pemasaran .................................................................................................................. 24

Grafik 2.11 Permasalahan Logistik........................................................................................................................ 24

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR GRAFIK

vi

Grafik 2.12 Perbandingan Indeks Konektivitas dibandingkan dengan Rata-rata Volatilitas Inflasi Bahan Makanan

.............................................................................................................................................................................. 24

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ........................................................................................................... 26

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................................. 26

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK ........................................................................................................... 26

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK .......................................................................................................... 27

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 27

Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional ........................................................................................ 27

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit .......................................................................................................................... 27

Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit ....................................................................................................... 28

Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan .............................................................................................. 28

Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF) .......................................................................................... 28

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut ......................................................................................... 28

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi ................................................................................................. 28

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut ............................................................................................. 29

Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM ..................................................................................................... 29

Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut ........................................................................................ 29

Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga ................................................................................................ 30

Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga ......................................................................................... 30

Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi Kliring ........................................................................................................ 30

Grafik 3.19 Perkembangan Uang Kartal di Sumut ................................................................................................ 31

Grafik 3.20 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut ................................................................................... 31

Grafik 3.21 Dukungan Masyarakat terhadap Elektronifikasi ................................................................................ 32

Grafik 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Sumut ............................................................................................... 34

Grafik 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Sumut ...................................................................................................... 35

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ......................................... 36

Grafik 4.4 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara .......................................................................................... 37

Grafik 4.5 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera Utara 2016 Menurut Jenis Belanja .................................. 40

Grafik 4.6 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera Utara 2016 Menurut Fungsi ............................................ 40

Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ................................................................................................... 42

Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total ......................................................................................................... 42

Grafik 5.3 Penduduk Miskin di Sumatera Utara ................................................................................................... 43

Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta .................................................. 43

Grafik 5.5 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara ........................................................ 43

Grafik 5.6 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut ...................................................................................... 43

Grafik 5.7 Nilai Tukar Petani ................................................................................................................................. 44

Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Konsumen ............................................................................................................. 44

Grafik 6.1 Survei Konsumen ................................................................................................................................. 46

Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan .................................................................................................................. 47

Grafik 6.3 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap Perubahan Harga ..................................................... 49

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan ..................................................................................... 2

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara ............................................................................................. 6

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama ........................................................................................................... 7

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran ..................................................................................... 9

Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Sepanjang Tahun 2015 di Sumatera Utara ............................ 16

Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan sepanjang Triwulan IV 2015 di Sumatera Utara ...... 17

Tabel 2.3 Perubahan Harga BBM Bersubsidi pada .............................................................................................. 17

Tabel 2.4 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa ......................................................................................... 18

Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan ........................................................................................................ 18

Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau ..................................................... 19

Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ......................................................... 19

Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Sandang .................................................................................................................... 20

Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Kesehatan ................................................................................................................. 20

Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ...................................................................... 20

Tabel 2.11 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ........................................................ 20

Tabel 2.12 Margin per Kategori Pedagang ........................................................................................................... 22

Tabel 2.13 Perbandingan Biaya Transportasi Antar Kota ..................................................................................... 23

Tabel 2.14 Kondisi Jalan di Provinsi Sumatera Utara ............................................................................................ 24

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ................. 36

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara ........................ 37

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara .............................................................................................. 38

Tabel 4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemprovsu Tahun 2016 ................................................................ 39

Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan .................................................................................................. 46

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

TABEL INDIKATOR

viii

TABEL INDIKATOR

I II III IV Total I II III IV Total IP Totalp

PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1 5,2-5,6 5,1-5,5

Sisi Permintaan

Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3 4,1-4,5 4,4-4,8

Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6 4,4-4,8 4,6-5,0

Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4 2,1-2,5 3,1-3,5

Pembentukan Modal Tetap Bruto* 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0 3,9-4,3 4,3-4,7

Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6 8,6-9,0 6,3-6,7

Impor -18,3 -6,8 64,0 -0,2 0,8 5,8 6,1 12,3 9,6 13,5 4,0-4,4 4,4-4,8

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6 7,0-7,4 5,6-6,0

Pertambangan dan Penggalian 6,0 5,2 5,3 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4 5,7-6,1 6,1-6,5

Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5 4,9-5,3 3,7-4,1

Pengadaan Listrik, Gas 9,0 -0,4 1,3 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3 1,5-1,9 2,0-2,4

Pengadaan Air 4,4 6,8 6,1 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4 5,3-5,7 6,7-7,1

Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5 2,5-2,9 5,4-5,8Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4 3,4-3,8 4,3-4,7

Transportasi dan Pergudangan 5,1 6,1 5,3 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5 5,4-5,8 5,4-5,8

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,5 8,1 5,9 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0 5,7-6,1 6,7-7,1

Informasi dan Komunikasi 10,0 8,8 5,7 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1 6,5-6,9 7,1-7,5

Jasa Keuangan 4,7 0,9 0,3 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2 7,1-7,5 6,2-6,6

Real Estate 6,5 7,9 4,2 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8 6,1-6,5 5,8-6,2

Jasa Perusahaan 6,9 6,3 6,3 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9 5,0-5,4 6,0-6,4

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib7,5 8,7 6,5 5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8 4,5-4,9 6,1-6,5

Jasa Pendidikan 9,3 11,0 5,8 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0 8,2-8,6 5,6-6,0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,8 7,6 4,1 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9 4,4-4,8 7,8-8,2

Jasa lainnya 7,6 7,6 6,9 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7 8,3-8,7 5,8-6,2

Inflasi IHK (%,yoy) 7,7 6,2 4,4 8,2 8,2 6,1 7,8 6,6 3,3 3,3 5.0±1.0 4.0±1.0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

p : angka proyeksi

Sisi Produksi

2016Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

20152014

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

RINGKASAN UMUM

ix

RINGKASAN UMUM

ASESMEN MAKRO EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 menunjukan perkembangan yang menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 5,3% (yoy) mengkonfirmasi tren perbaikan yang telah berlangsung sejak awal tahun 2015. Kinerja ekspor mulai menunjukkan perbaikan sejalan dengan adanya panen raya CPO pada triwulan laporan. Perbaikan ekonomi tersebut juga ditopang oleh membaiknya konsumsi lembaga non profit terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut dirasakan belum kuat karena konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih terbatas. Dari sisi penggunaan, produksi tanaman perkebunan masih cukup baik ditengah tren penurunan harga komoditas. Kondisi tersebut menyebabkan perbaikan yang signifikan kategori Pertanian. Kategori utama ekonomi Sumatera Utara, yaitu Industri Pengolahan juga menjadi pendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera Utara hanya sedikit melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy).

ASESMEN INFLASI

Inflasi Sumatera Utara tahun 2015 dapat dikendalikan pada level yang rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi 4±1%. Keberhasilan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam mengelola harga komoditas strategis (administered prices) khususnya harga BBM. Pasokan bahan pangan juga dapat dijaga dengan baik. Ditengah gejolak yang sempat muncul, komitmen Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Utara untuk mengelola pasokan melalui berbagai program jangka pendek dan menengah, tingkat inflasi volatile foods berada dibawah historisnya. Kondisi tersebut mendorong terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara permintaan yang diindikasikan meningkat menyebabkan kenaikan inflasi inti. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara tercatat sebesar 3,24%, jauh lebih rendah dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17%.

ASSESMEN PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Dukungan perbankan terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan IV 2015 terlihat pada peningkatan kredit. Kinerja kredit ke sektor korporasi masih meningkat, sementara kredit UMKM dan kredit rumah tangga melambat. Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut tidak diikuti oleh kenaikan pertumbuhan asset dan DPK terkait dengan kondisi ekonomi yang belum pulih. Risiko masih terjaga dibawah level indikatif. Kondisi tersebut juga tercermin pada aktivitas transaksi masyarakat, baik secara tunai maupun non tunai.

ASESMEN KEUANGAN DAERAH

Memasuki triwulan IV 2015 realisasi belanja Pemerintah Daerah meningkat cukup tajam sehingga secara keseluruhan tahun tercatat cukup baik. Di sisi lain, kondisi tersebut menunjukkan bahwa realisasi belanja Pemerintah masih terkonsentrasi di akhir tahun. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di tahun 2015 mencapai 94,1% dari yang dianggarkan. Sementara untuk APBD 17 (dari 33) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi 95,7%. Namun, realisasi belanja langsung Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang didalamnya termasuk belanja modal hanya sebesar 86,9% dari pagunya. Hal ini sejalan dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan yang masih terbatas.

ASESMEN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Indikasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara belum tercermin pada kondisi ketenagakerjaaan dan kesejahteraan masyarakat. Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan masih menurun. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut terlihat pada ekspektasi ketersediaan lapangan kerja yang membaik pada periode mendatang. Sementara itu, tingkat kesejahteraan

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

RINGKASAN UMUM

x

masyarakat juga belum mengindikasikan perbaikan. Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan daya beli masyarakat. Kemiskinan meningkat terutama di masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut tercermin pada Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang memburuk.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Indikasi perbaikan perekonomian Sumatera Utara semakin terlihat di triwulan I 2016. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dibanding triwulan IV 2015 dengan tingkat inflasi yang masih terjaga. Perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang oleh permintaan domestik. Konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan membaik sejalan dengan terjaganya daya beli dan realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Sementara itu, perbaikan ekspor diperkirakan masih terbatas seiring dengan penyesuaian harga serta permintaan global yang masih cenderung stagnan. Di sisi sektoral, perbaikan ekonomi terlihat di kategori Pertanian, kategori perdagangan, dan kategori konstruksi, sementara kategori industri pengolahan relatif stabil terkait kondisi ekonomi global tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi masih relatif terjaga, dengan kenaikan inflasi pada kelompok volatile foods. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, tingkat inflasi juga meningkat.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

RINGKASAN UMUM

xi

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

1

BAB 1 EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perekonomian Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 menunjukan perkembangan yang

menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi yang membaik dari 5,1% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi 5,3% (yoy) mengkonfirmasi tren perbaikan yang telah berlangsung sejak awal tahun 2015.

Kinerja ekspor mulai menunjukkan perbaikan sejalan dengan adanya panen raya CPO pada triwulan

laporan. Perbaikan ekonomi tersebut juga ditopang oleh membaiknya konsumsi lembaga non profit

terkait dengan pelaksanaan pilkada serentak. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut

dirasakan belum kuat karena konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih terbatas. Dari sisi

penggunaan, produksi tanaman perkebunan masih cukup baik ditengah tren penurunan harga

komoditas. Kondisi tersebut menyebabkan perbaikan yang signifikan kategori Pertanian. Kategori

utama ekonomi Sumatera Utara, yaitu Industri Pengolahan juga menjadi pendorong kenaikan

pertumbuhan ekonomi tersebut. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan tahun,

perekonomian Sumatera Utara hanya sedikit melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) menjadi 5,1% (yoy).

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

2

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Tabel 1.1 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Permintaan

Pertumbuhan Ekonomi (Permintaan) 2014 2015

I II III IV Total I II III IV Total

PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1

Konsumsi 5,3 4,8 4,9 5,0 5,0 4,8 4,1 4,4 4,1 4,3

Konsumsi Swasta 5,3 5,2 5,3 5,3 5,3 4,8 4,5 4,6 4,5 4,6

Konsumsi Pemerintah 5,3 1,5 1,9 3,3 2,9 4,3 1,5 3,0 1,4 2,4

Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,0 3,3 3,0 3,0 3,1 3,3 3,1 4,9 4,5 4,0

Ekspor 10,4 4,9 15,5 1,5 7,9 -4,3 -1,8 -2,5 2,4 -1,6

Impor -18,3 -6,8 64,0 -0,2 0,8 5,8 6,1 12,3 9,6 13,5

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Perekonomian Sumut pada triwulan IV 2015

membaik, dari 5,1% (yoy) menjadi 5,3% (yoy).

Secara agregat, output riil PDRB Provinsi Sumatera

Utara periode laporan tercatat Rp112,1 triliun1.

Perbaikan ini selaras dengan arah pertumbuhan

ekonomi nasional yang membaik dari 4,7% (yoy)

menjadi 5,0% (yoy).

Membaiknya perekonomian tidak terlepas dari

menguatnya konsumsi lembaga non profit serta

membaiknya ekspor. Perbaikan ekspor terjadi setelah

3 triwulan berturut-turut mencatatkan angka

pertumbuhan negatif. Perbaikan konsumsi lembaga

non profit terkait dampak pelaksanaan Pilkada

serentak pada Desember lalu. Sementara itu,

konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta

investasi belum menunjukkan perbaikan bahkan

melambat.

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan perekonomian

ditopang oleh kategori Pertanian dan kategori

Industri Pengolahan. Panen raya sawit yang disertai

dengan baiknya produksi tanaman pangan

menyebabkan pertumbuhan kinerja pertanian yang

jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Memadainya pasokan bahan baku juga meningkatkan

kinerja industri pengolahan. Meningkatnya kinerja

industri pengolahan ini terjadi di tengah belum

pulihnya harga komoditas serta permintaan yang

masih stagnan. Namun perbaikan perekonomian

Atas Dasar Harga Konstan, tahun dasar 2010

pada periode laporan tidak didukung oleh kinerja

kategori konstruksi serta kategori perdagangan besar

dan eceran yang tumbuh melambat.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera

Utara sedikit melambat, yaitu dari 5,2% (yoy) pada

tahun 2014 menjadi 5,1% (yoy). Perlambatan ini

disebabkan penurunan baik pada sisi domestik

maupun eksternal. Penurunan daya beli

menyebabkan tertekannya konsumsi masyarakat.

Selain itu, adanya gejolak politik yang terjadi pada

pertengahan tahun 2015 menjadi penyebab utama

menurunnya konsumsi pemerintah. Ekspor juga turut

mengalami tekanan seiring dengan melemahnya

permintaan dunia dan anjloknya harga komoditas.

Dari sisi penawaran, penurunan kinerja

perekonomian di tahun 2015 lebih disebabkan oleh

penurunan kinerja kategori tersier dan konstruksi.

Tahun 2015 yang merupakan tahun wajib pajak serta

kondisi politik yang belum stabil di wilayah Sumatera

Utara menyebabkan sikap pelaku swasta yang

cenderung wait and see dalam melakukan investasi

bangunannya. Hal ini juga terkonfirmasi dari liaison

yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara kepada pelaku

usaha di bidang properti, real estate dan perbankan

yang menyatakan terjadi penurunan permintaan

bangunan baik di level rumah tangga maupun bisnis.

Sementara itu, kategori tersier menurun seiring

dengan menurunnya aktivitas konsumsi masyarakat.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

3

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perekonomian Sumatera Utara

ditopang oleh masih kuatnya permintaan domestik,

terutama konsumsi lembaga non profit serta mulai

membaiknya kinerja ekspor. Pada triwulan IV 2015,

konsumsi swasta memberikan andil sebesar 2,8%

(yoy) disusul oleh PMTB dengan andil sebesar 1,6%

(yoy) (Grafik 1.1).

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.1 Andil Perekonomian dari Sisi Penggunaan

Secara agregat, aktivitas konsumsi masih melambat

dari 4,4% menjadi 4,1%. Hal ini terjadi akibat adanya

perlambatan konsumsi rumah tangga dan

pemerintah, sementara konsumsi lembaga non profit

justru terakselerasi.

Adanya faktor musiman seperti perayaan Natal dan

libur sekolah belum mampu mendorong akselerasi

realisasi konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah

tangga justru melambat dari 4,6% (yoy) menjadi 4,5%

(yoy). Perlambatan ini terjadi setelah selesainya

puncak aktivitas konsumsi yang memang terjadi pada

triwulan III.

Daya beli masyarakat yang didukung oleh rendahnya

tekanan inflasi belum cukup kuat untuk

meningkatkan realisasi konsumsi masyarakat. Kondisi

ekonomi yang masih lemah menyebabkan ekspektasi

masyarakat terhadap penghasilan masih dalam tren

menurun. Hal tersebut tercermin dari hasil Survei

Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan (KPw)

Bank Indonesia Sumatera Utara. Indeks Keyakinan

Konsumen (IKK) masih menunjukkan penurunan.

Komponen IKK yang menurun secara signifikan

adalah persepsi penghasilan saat ini dibandingkan

dengan 6 bulan yang lalu serta persepsi ketersediaan

lapangan pekerjaan.

Grafik 1.2 Survei Konsumen

Penurunan persepsi penghasilan ini disebabkan oleh

kembali rendahnya harga komoditas global yang

menekan daya beli masyarakat. Harga CPO pada

triwulan laporan turun menjadi 504 USD/metric ton

dari 509 USD/metric ton2. Harga karet dan kopi juga

turut mengalami tekanan.

Grafik 1.3 Persepsi Penghasilan serta Ketersediaan

Lapangan Kerja

Berbagai kebijakan yang ditujukan untuk mendorong

konsumsi seperti kebijakan pelonggaran ketentuan

Loan to Value (LTV) dari 30% menjadi 20% per 18 Juni

2015 baik untuk kendaraan bermotor maupun

properti dan pembebasan visa 45 negara untuk

menarik wisatawan mancanegera, belum

menunjukkan dampak yang signifikan terhadap

kenaikan kegiatan konsumsi. Demikian pula dengan

pencairan sertifikasi guru serta pelaksanaan event

Festival Danau Toba.

Bloomberg

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

4

Grafik 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi

Indikator kredit juga mengkonfirmasi adanya

perlambatan konsumsi. Kredit konsumsi melambat

dari 6,7% (yoy) menjadi 4,5% (yoy). Begitu juga

dengan konsumsi listrik golongan rumah tangga yang

stagnan.

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.5 Konsumsi Listrik

Namun demikian, beberapa indikator menunjukkan

penurunan aktivitas konsumsi yang masih kuat. Hal

ini tercermin dari perkembangan beberapa indikator

yang menunjukkan perbaikan. Indeks penjualan

eceran meskipun masih negatif, membaik dari -8,9%

(yoy) menjadi -6,1% (yoy).

Grafik 1.6 Indeks Penjualan Eceran

Begitu juga dengan impor barang konsumsi yang

membaik dan bahkan mulai mencetak angka positif

setelah 3 triwulan terakhir terkontraksi, meski terjadi

peningkatan bea masuk3 atas barang konsumsi impor

rata-rata 5%. Impor barang konsumsi membaik dari -

33,6% (yoy) menjadi 0,7% (yoy). Perbaikan ini

diperkirakan terjadi akibat mulai meredanya tekanan

nilai tukar.

Sumber: Bank For International Settlements, diolah

Grafik 1.7 Perkembangan Nilai Tukar

Grafik 1.8 Impor Barang Konsumsi

Secara keseluruhan tahun, konsumsi rumah tangga

turun dari 5,3% (yoy) menjadi 4,6% (yoy). Adanya

penurunan daya beli akibat penurunan harga

komoditas diduga menjadi penyebab utama

penurunan kinerja kategori ini.

Pelaksanaan Pilkada serentak pada Desember 2015

lalu mendorong kinerja kategori konsumsi lembaga

non profit secara signifikan. Adanya Pilkada yang

diikuti oleh 23 kota/kabupaten di Provinsi Sumatera

Utara mendorong kinerja konsumsi lembaga non

profit dari 4,9% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Pilkada ini

diharapkan menjadi momentum stabilisasi iklim

politik di Sumatera Utara, sehingga kinerja konsumsi

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

132/PMK.010/2015 tentang Penetapan Sistem

Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk

Atas Barang Impor

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

5

pemerintah yang tertekan dalam 3 triwulan terakhir,

dapat meningkat kembali. Sumbangan dari konsumsi

lembaga non profit yang hanya muncul signifikan

pada saat pelaksanaan pesta demokrasi

menyebabkan secara keseluruhan tahun melambat

dari dari 4,7% (yoy) menjadi -0,4% (yoy).

Berbeda dengan polanya, realisasi konsumsi

pemerintah justru melambat dari 3,1% (yoy) menjadi

1,4% (yoy) pada triwulan laporan. Gejolak politik

yang terjadi memasuki semester II 2015

menyebabkan alotnya proses pengesahan P-APBD

2015 yang baru dilakukan pada akhir tahun. Hal ini

juga berdampak pada realisasikan anggaran yang

lebih lambat. Kondisi tersebut tercermin dari jumlah

rekening pemda di perbankan yang meningkat (lihat

lihat Bab 4 Keuangan Daerah). Begitu juga dengan

realisasi anggaran pemerintah (lihat Bab 4 Keuangan

Daerah). Secara keseluruhan tahun konsumsi

pemerintah turun dari 2,9% (yoy) menjadi 2,5% (yoy).

Dari sisi belanja APBN, prosentase realisasi APBN di

Sumatera Utara mengalami sedikit peningkatan.

Realisasi APBN hingga bulan Desember 2015 sudah

mencapai 90,7% dari pagu, lebih baik dibandingkan

dengan serapan periode sebelumnya yang hanya

mencapai 84,2% (2013) dan 89,5% (2014).

Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Sumatera Utara,

diolah

Grafik 1.9 Persentase Realisasi APBN di Sumatera Utara

2015

Gejolak politik juga turut menekan kinerja investasi4

yang melambat dari 4,9% (yoy) menjadi 4,6% (yoy).

Gejolak politik ditengarai menghambat realisasi

investasi infrastruktur pemerintah daerah. Dari sisi

swasta, investasi bangunan juga relatif tertahan

seiring dengan permasalahan kepatuhan pajak.

Tertahannya investasi terkonfirmasi dari kontak

liaison yang menyatakan terjadi penurunan

pengajuan KPR baru serta penurunan penjualan

properti yang berlanjut sejak tahun 2014 lalu. Hal ini

juga terkait dengan perekonomian yang relatif belum

stabil sehingga pelaku usaha juga cenderung wait

and see. Menurunnya pasokan bahan baku juga

menyebabkan penundaan rencana investasi yang

dilakukan5.

Grafik 1.10 Kredit Investasi

Sementara itu, indikator lainnya seperti kredit

investasi, penjualan semen, dan penjualan barang

konstruksi menunjukkan bahwa tertahannya

perlambatan investasi bangunan. Kredit investasi

meningkat dari 2,8% (yoy) menjadi 10,2% (yoy).

Penjualan semen tumbuh meningkat dari 3,3% (yoy)

menjadi 20% (yoy), sementara penjualan barang

konstruksi meningkat dari 13,7% (yoy) menjadi 14,2%

(yoy). Perbaikan ketiga indikator ini diduga terkait

dengan konstruksi beberapa mega proyek yang

dimulai pada akhir tahun yang masih memanfaatkan

pembiayaan dari perbankan.

Pembentukan Modal Tetap Bruto 5 Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sumatera Utara

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

6

Grafik 1.11 Penjualan Semen

Grafik 1.12 Penjualan Barang Konstruksi

Investasi non bangunan juga mampu menahan

perlambatan kinerja investasi secara agregat. Hal ini

tercermin dari impor barang modal yang membaik

dari -18,3% (yoy) menjadi -5,4% (yoy). Optimisme

akan perbaikan perekonomian, yang secara polanya

meningkat pada semester II mendorong kenaikan

impor barang modal. Ekspektasi positif (optimis)

terhadap perekonomian mendatang, memberikan

dampak positif bagi perkembangan investasi non

bangunan. Hal tersebut juga tercermin dari hasil

liaison yang menyatakan adanya peningkatan

investasi dan kapasitas utilisasi pada periode laporan.

Grafik 1.13 Impor Barang Modal

Iklim investasi yang terus dibenahi dalam beberapa

periode ke belakang terutama perizinan telah

berhasil meningkatkan realisasi PMA dan PMDN6

secara signifikan. Peningkatan PMA sangat signifikan

terjadi pada klasifikasi pertambangan, industri

mineral non logam, serta perdagangan dan reparasi.

Sementara itu, peningkatan PMDN segara signifikan

terjadi pada klasifikasi industri kimia dasar, barang

kimia, dan farmasi serta industri makanan.

Tabel 1.2 Realisasi PMA dan PMDN Sumatera Utara

Periode PMA PMDN

Proyek I (juta USD)

Proyek I (Rp miliar)

2014 I 65 122,40 15 559,50

II 117 156,34 49 2985,77

III 74 200,30 20 428,51

IV 180 71,76 73 250,09

Total 436 550,80 157 4223,86

2015 I 123 308,10 53 905,10

II 107 323,60 59 2110,10

III 101 308,20 24 82,80

IV 107 306,13 33 1.189,49

P: jumlah proyek

Sumber: BKPM, diolah

Secara keseluruhan tahun, investasi meningkat dari

3,1% (yoy) menjadi 4,0% (yoy). Perbaikan kinerja ini

dapat dikatakan wajar mengingat tahun 2014

merupakan tahun politik sehingga pelaku usaha lebih

resisten dalam melakukan realisasi investasinya.

Di sisi eksternal, setelah 3 triwulan berturut-turut

mencatat pertumbuhan negatif, kinerja ekspor mulai

membaik, dari -2,5% (yoy) menjadi 2,4% (yoy).

Perbaikan kinerja ekspor ini terjadi baik untuk ekspor

luar negeri maupun antar daerah. Ditengah masih

tertekannya harga komoditas, ekspor luar negeri7

membaik dari -16,1% (yoy) menjadi -13,4% (yoy).

Peningkatan produksi CPO mendorong ekspor luar

negeri. Selain itu, adanya pemberlakuan efektif

pelarangan trans fat dalam produk makanan oleh

Data BKPM triwulan III 2015

Data Bank Indonesia, terdapat perbedaan pencatatan

ekspor luar negeri Bank Indonesia dan BPS, data BI berasal

dari bea cukai sementara data BPS diperoleh dari PEB. Data

ekspor luar negeri BPS juga membaik dari 0,5% (yoy)

menjadi 1,1% (yoy).

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

7

Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat

mengakibatkan meningkatnya permintaan produk

olahan kelapa sawit dan CPO. Begitu juga dengan

ekspor antar daerah yang meningkat dari -5,2% (yoy)

menjadi 3,7% akibat peningkatan aktivitas konsumsi

akibat pola musiman di daerah lain.

Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Luar Negeri Sumatera

Utara

Meskipun sudah membaik, realisasi ekspor ini belum

optimal, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan

realisasi pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan

oleh pemulihan permintaan mitra dagang utama

seperti Amerika Serikat, Tiongkok, India dan Euro

Area yang belum merata.

Grafik 1.15 Pangsa Ekspor Negara Tujuan Utama

Perbaikan ekspor komoditas utama berjalan lambat,

mengikuti perkembangan harga komoditas yang

masih relatif rendah. Kemerosotan harga CPO dan

karet terus berlanjut baik di pasar lokal maupun

global. Adanya panen raya CPO di beberapa negara

produsen utama di tengah permintaan yang masih

relatif stagnan menyebabkan lambatnya perbaikan

harga. Hal tersebut diperparah dengan adanya

bencana kabut asap yang menghambat aktivitas

ekspor.

Tabel 1.3 Pangsa Komoditas Ekspor Utama

Komoditas Pangsa

Kelapa Sawit 35,0% Karet 9,7% Kopi 5,0% Lainnya 50,3%

Sumber: ieconomics.com dan tradingeconomics.com,

diolah

Grafik 1.16 PMI Negara Mitra Dagang Utama

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.17 Perkembangan Harga CPO dan Karet

Produk CPO yang belum dapat diterima baik oleh

Eropa, terkait dengan intensi perlindungan industri

minyak nabati lokal, turut menyebabkan

tersendatnya normalisasi ekspor CPO. Ekspor luar

negeri CPO sedikit membaik meski masih di level

negatif dari -18,4% (yoy) menjadi -17,1% (yoy).

Adanya kebijakan pemerintah Prancis untuk

meningkatkan pajak progresif CPO mulai 2017

mendatang mendatangkan risiko tersendiri.8

8 Rencana penetapan pajak progresif tersebut terdapat

dalam rancangan amandemen Undang-undang No.367

tentang Keanekaragaman Hayati yang diputuskan oleh

Senat Prancis pada 21 Januari 2016.

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

8

Pajak progresif CPO di Prancis akan mencapai 300

euro/ton pada 2017, 500 euro/ton pada 2018, 700

euro/ton pada 2019, dan 900 euro/ton pada 2020.

Jauh lebih tinggi dari pajak impor CPO di Prancis saat

ini yang hanya mencapai 103 euro/ton. Bahkan

khusus untuk minyak kelapa sawit yang digunakan

untuk produk makanan akan dikenakan tambahan

bea masuk sebesar 3,8%.

Fenomena perlindungan industri lokal juga terjadi di

beberapa negara lain seperti Tiongkok yang

melindungi industri lokal minyak kedelai dan

rapeseed yang merupakan produk substitusi CPO.

Penurunan permintaan ini menyebabkan penurunan

harga CPO yang mencapai -22,7% (yoy).

Grafik 1.18 Ekspor CPO

Tidak jauh berbeda dengan CPO, kinerja ekspor karet

juga belum membaik sepenuhnya akibat pengaruh

harga yang masih relatif rendah. Ekspor karet sedikit

membaik dari -17,8% (yoy) pada triwulan lalu

menjadi -17,2% (yoy). Pemberlakuan kebijakan

compound Rubber di Tiongkok dengan campuran

maksimal 88% per 1 Juli 2015 dan tidak sesuainya

spesifikasi permesinan yang dimiliki oleh industri di

Tiongkok menyebabkan menurunnya permintaan

karet. Hal ini mendorong Tiongkok menurunkan porsi

impor karet alamnya. Selain itu, masih berlimpahnya

ketersediaan karet dunia turut menekan harga karet

dari -18,2% (yoy) pada triwulan lalu menjadi -19,2%

(yoy).

Grafik 1.19 Ekspor Karet

Permasalahan rendahnya harga yang berpengaruh

terhadap kinerja ekspor juga terjadi pada komoditas

kopi. Harga kopi di pasar internasional menurun dari

5,5% (yoy) menjadi 2,2% (yoy). Penurunan harga kopi

di pasar domestik lebih dalam, yaitu dari -1,0% (yoy)

menjadi -13,5% (yoy). Adanya kebijakan pemerintah

Kolumbia untuk mengizinkan ekspor dalam kualitas

rendah menyebabkan melimpahnya pasokan kopi di

pasaran sehingga menekan harga. Dengan demikian,

ekspor kopi melambat dari -1,9% (yoy) menjadi -

13,7% (yoy). Melambatnya kinerja ekspor Sumatera

Utara juga tercermin dari kontraksi aktivitas muat

barang di Pelabuhan Belawan yang semakin dalam

dari -50,8% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -

68,88% (yoy).

Secara keseluruhan tahun, ekspor Sumatera Utara

terkontraksi dari 7,9% (yoy) pada 2014 menjadi -

1,6% (yoy). Penurunan kinerja ekspor terjadi baik

pada ekspor luar negeri maupun ekspor antar

daerah.

Serupa dengan kinerja ekspor, impor Sumatera Utara

pada triwulan IV 2015 juga turut membaik dari -5,7%

(yoy) menjadi 1,4% (yoy). Perbaikan impor lebih

disebabkan oleh peningkatan impor antar daerah

sementara impor luar negeri hanya sedikit membaik.

Berdasarkan klasifikasi barangnya, peningkatan

impor tertinggi terjadi pada kelompok barang

konsumsi yang tumbuh dari -33,6% (yoy) menjadi

0,7% (yoy). Sementara itu, impor kelompok bahan

baku tumbuh dari -10,7% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).

Begitu juga dengan kelompok barang modal yang

membaik dari -18,3% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

9

Grafik 1.20 Pergerakan Volume Impor Luar Negeri Sumut

Peningkatan impor barang konsumsi terjadi seiring

dengan perkiraan peningkatan aktivitas konsumsi

sesuai dengan polanya. Begitu juga dengan impor

barang modal yang meningkat seiring dengan

akselerasi belanja modal, khususnya belanja modal

pemerintah. Pemberlakuan bea impor barang

konsumsi juga diperkirakan belum memberikan

dampak yang signifikan pada kinerja impor Sumatera

Utara.

Secara keseluruhan tahun, impor menurun dari 8,3%

(yoy) pada tahun 2014 menjadi -4,1% (yoy).

Perbaikan impor yang terjadi pada triwulan IV belum

mampu mengkompensasi kontraksi yang terjadi pada

3 triwulan sebelumnya.

Grafik 1.21 Pergerakan Nilai Impor Luar Negeri Sumut

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Lapangan

Usaha/Kategori

Akselerasi perekonomian triwulan laporan ditopang

oleh membaiknya kategori Pertanian dan kategori

Industri pengolahan, sementara tiga kategori utama

lainnya melambat. Kelima kategori tersebut

menyumbang lebih dari 75% PDRB Sumatera Utara.

Tabel 1.4 Perekonomian Sumatera Utara Sisi Penawaran

Pertumbuhan Ekonomi (Penawaran) 2014 2015

I II III IV Total I II III IV Total

PDRB (%,yoy) 5,3 5,5 5,4 4,7 5,2 4,8 5,1 5,1 5,3 5,1

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,4 5,0 4,1 5,2 4,4 6,1 5,6 3,8 7,0 5,6

Pertambangan dan Penggalian 6,0 5,2 5,3 4,1 5,1 12,4 6,1 3,7 3,8 6,4

Industri Pengolahan 3,5 4,1 4,1 0,3 3,0 0,3 3,1 5,0 5,5 3,5

Pengadaan Listrik, Gas 9,0 -0,4 1,3 2,9 3,2 -8,5 -5,6 4,7 4,5 -1,3

Pengadaan Air 4,4 6,8 6,1 6,8 6,0 9,7 8,6 4,3 3,4 6,4

Konstruksi 5,9 4,9 7,7 8,5 6,8 8,3 6,6 5,6 2,0 5,5

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

7,7 6,3 8,3 5,5 6,9 4,5 5,4 4,2 3,3 4,4

Transportasi dan Pergudangan 5,1 6,1 5,3 6,3 5,7 5,1 5,1 6,0 5,7 5,5

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,5 8,1 5,9 6,5 6,5 9,2 6,9 6,2 5,7 7,0

Informasi dan Komunikasi 10,0 8,8 5,7 4,7 7,2 5,8 7,1 8,1 7,4 7,1

Jasa Keuangan 4,7 0,9 0,3 4,8 2,6 4,2 4,7 8,5 11,1 7,2

Real Estate 6,5 7,9 4,2 7,9 6,6 4,9 5,6 6,1 6,3 5,8

Jasa Perusahaan 6,9 6,3 6,3 7,5 6,8 7,2 6,8 5,0 4,5 5,9

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

7,5 8,7 6,5 5,2 6,9 5,3 6,3 7,0 4,7 5,8

Jasa Pendidikan 9,3 11,0 5,8 0,0 6,4 2,5 -0,2 8,1 9,8 5,0

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,8 7,6 4,1 8,6 7,0 6,4 7,9 8,8 4,7 6,9

Jasa lainnya 7,6 7,6 6,9 6,1 7,0 6,2 6,9 5,6 8,1 6,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

10

Masuknya masa panen CPO yang disertai dengan

baiknya produksi tanaman pangan pada triwulan

laporan mendorong kinerja Kategori Pertanian lebih

baik dari historisnya. Kategori ini tumbuh signifikan,

dari 3,8% (yoy) ke 7,0% (yoy), meski tekanan harga

komoditas berlanjut serta pemulihan permintaan

global berjalan lambat.

Pertumbuhan kinerja pertanian dari subkategori

perkebunan diperkirakan ditopang oleh perbaikan

kinerja CPO, sementara kinerja komoditas karet dan

kopi diperkirakan masih relatif rendah. Hal tersebut

tercermin dari nilai ekspor luar negeri komoditas CPO

yang sudah mulai membaik sementara komoditas

unggulan lain masih stabil atau justru menurun (lihat

bagian ekspor). Indikator kredit perkebunan kelapa

sawit juga sudah menunjukkan adanya perbaikan

meski belum cukup signifikan (Grafik 1.22), namun

relatif lebih baik dibandingkan dengan tren

perkebunan karet yang menurun.

Diperolehnya Sertifikat Indikasi Geografis (IG)

Simalungun untuk komoditas kopi belum mampu

mendongkrak adanya perbaikan kinerja ekspor luar

negeri untuk komoditas ini. Ekspor luar negeri kopi

justru menunjukkan perlambatan yang cukup

signifikan dari -1,9% (yoy) pada periode lalu menjadi -

13,7% (yoy). Begitu juga dengan komoditas karet

yang masih relatif lemah yang diperparah dengan

banyaknya petani yang mulai alih profesi.

Grafik 1.22 Penyaluran Kredit Perkebunan

Tanaman pangan ditengarai menjadi salah satu faktor

membaiknya kinerja kategori Pertanian pada triwulan

IV 2015. Beberapa program pemerintah baik level

pusat maupun daerah menyebabkan sangat

kondusifnya aktivitas pertanian tanaman pangan

pada triwulan laporan, di antaranya adalah

penanaman dengan teknologi tinggi, renovasi sarana

pendukung pertanian serta pemberian bantuan alat

pendukung pertanian dalam mendukung program

ketahanan pangan dan swasembada beras.

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.23 Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Penyaluran pupuk subsidi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya (Grafik 1.23) mendorong peningkatan

kinerja tanaman pangan dan hortikultura. Penyaluran

pupuk bersubsidi tumbuh signifikan dari -16,5% (yoy)

pada triwulan lalu menjadi 5,6% (yoy). Begitu juga

dengan impor pupuk yang menunjukkan perbaikan

signifikan dari -18,6% (yoy) menjadi 23,37% (yoy).

Grafik 1.24 Realisasi Impor Pupuk Provinsi Sumatera

Utara

Perbaikan kategori pertanian diharapkan berlanjut

pada periode mendatang. Indikasi perbaikan pada

periode mendatang tercermin dari meningkatnya

penyaluran kredit pertanian dari 11,5% (yoy) menjadi

14,5% (yoy).

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

11

Grafik 1.25 Penyaluran Kredit Pertanian

Meskipun demikian, perbaikan kinerja kategori

pertanian tidak tercermin nilai tukar petani (NTP)

yang stabil. Nilai Tukar Petani (NTP) tumbuh dari

97,7 menjadi 98,1, di bawah level optimis 100.

Perbaikan NTP justru dirasakan oleh petani tanaman

pangan dan hortikultura, sementara masyarakat

perkebunan belum merasakan nilai tambah yang

cukup signifikan, yang tercermin dari NTP yang masih

stabil (Grafik 1.26). Harga komoditas yang terus

mengalami penurunan menyebabkan cukup tingginya

alih profesi buruh perkebunan.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.26 Realisasi NTP Sumatera Utara

Meskipun demikian, pertumbuhan subkategori

tersebut dapat dikatakan belum optimal.

Perkembangan harga komoditas masih belum

menunjukkan perbaikan yang cukup berarti. Seluruh

harga komoditas unggulan masih menunjukkan

penurunan harga baik di pasar domestik maupun

pasar internasional seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Secara keseluruhan tahun, kategori Pertanian

tumbuh secara signifikan dibandingkan tahun 2014,

yaitu dari 4,4% (yoy) menjadi 5,6% (yoy). Mulai

meredanya dampak erupsi Gunung Sinabung yang

memukul kinerja pertanian pada tahun 2014 lalu

turut mendorong perbaikan kinerja pertanian,

terutama tanaman pangan dan hortikultura.

Perbaikan Hal ini tercermin dari realisasi penyerapan

pupuk subsidi pada akhir tahun 2015 mencapai

94,4% dari kebutuhannya, lebih tinggi dibandingkan

dengan tahun 2014 yang mencapai 90,4%.

Sementara itu, kinerja dari subkategori perkebunan

diperkirakan masih mengalami penyesuaian seiring

dengan tekanan harga serta permintaan yang belum

pulih sepenuhnya. Produksi yang melimpah secara

global terutama untuk komoditas CPO dan Karet

menyebabkan terjadinya tekanan harga. Begitu juga

dengan produksi CPO Sumatera Utara yang

diperkirakan meningkat, yang tercermin dari angka

ramalan9 rata-rata produksi per hektar yang

meningkat dari 4.123kg/ha pada 2014 menjadi 4.145

kg/ha. Begitu juga dengan produksi per hektar karet

yang meningkat dari 0,93 ton/hektare pada 2014

menjadi 0,94 ton/hektare. Rendahnya dampak El

Nino menyebabkan produksi perkebunan relatif tidak

terganggu, tidak seperti wilayah lain.

Seiring dengan melimpahnya bahan baku akibat

aktivitas panen CPO, kategori Industri Pengolahan

membaik dari 5,0% (yoy) menjadi 5,5% (yoy). Masih

terkoreksinya harga komoditas internasional serta

permintaan yang belum merata, dapat dikompensasi

oleh permintaan domestik yang cukup kuat. Hal ini

tercermin dari ekspor manufaktur yang masih

membaik meski masih pada level negatif.

Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Manufaktur

Peningkatan kinerja kategori ini tidak lepas dari

meningkatnya ketersediaan fasilitas pendukung,

seperti listrik yang tercermin dari meningkatnya

jumlah Industri yang tersambung pada akses listrik

dari 3.695 pelanggan pada periode lalu menjadi 3.715

pelanggan. Begitu juga dengan adanya kebijakan

Statistik Perkebunan Kelapa Sawit, BPS

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

12

pemerintah untuk menurunkan BBM juga mampu

menekan biaya energi sesuai dengan hasil liaison

yang telah dilakukan. Perbaikan kategori ini

diharapkan dapat berlanjut mengingat cukup

memadainya penyaluran kredit pada kategori ini.

Grafik 1.28 Penyaluran Kredit Kategori Industri

Pengolahan

Secara keseluruhan tahun, kinerja industri

pengolahan membaik secara signifikan dari dari 3,0%

(yoy) pada tahun 2014 menjadi 3,5% (yoy).

Peningkatan yang cukup signifikan ini terjadi sebagai

bentuk normalisasi distribusi bahan baku pasca

adanya bencana erupsi Gunung Sinabung pada tahun

2014 lalu. Selain itu, El Nino yang terjadi pada negara

mitra dagang menyebabkan produksi dalam negeri

yang kurang memadai.

Di luar perkiraan, kategori konstruksi kembali

melambat. Perlambatan ini telah terjadi secara

konsisten sejak awal tahun 2015. Hal ini diduga

terjadi baik pada sektor swasta maupun pemerintah.

Dari sisi pemerintah, adanya perlambatan realisasi

investasi bangunan terkait dengan gejolak politik

seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (lihat

konsumsi pemerintah dan PMTB). Sementara itu,

adanya permasalahan penyelesaian pajak menahan

realisasi investasi bangunan. Pesimisme akan kondisi

perekonomian serta pelaksanaan pilkada serentak

juga turut menyebabkan perilaku pelaku usaha yang

cenderung wait and see. Hal ini juga tercermin dari

penyaluran kredit konstruksi yang masih

menunjukkan tren perlambatan. Secara keseluruhan

tahun, kinerja kategori konstruksi melambat secara

signifikan dari 6,8% (yoy) menjadi 5,5% (yoy).

Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Kategori Konstruksi

Adanya event musiman seperti perayaan Natal dan

libur sekolah belum mampu meningkatkan kinerja

kategori Perdagangan Besar dan Eceran (PBE) yang

justru melambat dari 4,2% (yoy) menjadi 3,3% (yoy).

Penurunan kinerja kategori ini terjadi seiring dengan

penurunan realisasi konsumsi rumah tangga.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.30 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara

dan Occupancy Rate

Jumlah wisatawan mancanegara yang melambat

secara signifikan turut berkontribusi pada penurunan

kinerja kategori ini (Grafik 1.30). Penurunan jumlah

wisatawan ini terjadi di tengah faktor musiman

seperti Natal, libur sekolah serta penyelenggaraan

beberapa event nasional seperti Festival Danau Toba

yang dilaksanakan pada akhir triwulan IV 2015 lalu.

Rendahnya daya beli masyarakat berpengaruh besar

terhadap penurunan kinerja kategori ini.

Perlambatan kategori PBE juga tercermin dari

penyaluran kredit PBE dari 19,8% (yoy) menjadi

14,4% (yoy).

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

13

Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Kategori PBE

Meredanya tekanan nilai tukar menahan

perlambatan yang lebih dalam. Hal tersebut mampu

mendorong peningkatan penjualan suku cadang dari

-5,8% menjadi 0,4% (yoy). Selain itu, kebijakan

pelonggaran LTV untuk kepemilikan kendaraan

bermotor mulai berdampak pada permintaan, meski

masih dibayangi oleh rendahnya daya beli.

Grafik 1.32 Penjualan Suku Cadang Provinsi Sumatera

Utara

Secara keseluruhan tahun, kategori PBE melambat

dari 6,9% (yoy) menjadi 4,4% (yoy). Perlambatan ini

terjadi meski sudah terjadi normalisasi dampak

erupsi Gunung Sinabung, pembebasan visa beberapa

negara serta penurunan harga BBM. Pelemahan nilai

tukar yang memang terjadi secara signifikan pada

tahun 2015 akibat gejolak perekonomian global turut

menekan kinerja kategori ini.

Penurunan perdagangan juga turut menekan

kategori Transportasi dan Pergudangan. Hal ini

terkonfirmasi dari arus bongkar muat di Pelabuhan

Belawan yang menurun. Penurunan arus bongkar

muat lebih dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi

dibandingkan dengan kapasitas pelabuhan yang

terbatas. Penerapan tarif progresif untuk

meningkatkan arus barang, terutama impor belum

berdampak pada peningkatan subsektor

pergudangan sebagaimana mestinya. Berdasarkan

liaison yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Indonesia kepada pelaku usaha di bidang

pergudangan, penurunan jumlah permintaan ini juga

turut dipengaruhi oleh ketakutan pemeriksaan pajak,

seperti yang terjadi pada kategori konstruksi.

Ekstrimnya, tidak ada lahan baru di kawasan

pergudangan yang berhasil dijual pada tahun 2015

ini, lebih parah dibandingkan dengan penjualan

tahun 2014 di mana target penjualan masih

terpenuhi hingga 20%.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.33 Perkembangan Bongkar Muat di Pelabuhan

Belawan

Jumlah penumpang laut yang menurun turut

menekan subkategori transportasi. Meskipun

demikian, jumlah penumpang angkutan udara yang

meningkat secara signifikan di tengah bencana kabut

asap dapat menahan perlambatan lebih dalam.

Peningkatan jumlah angkutan udara ditengarai lebih

disebabkan oleh peningkatan wisatawan domestik

dikarenakan jumlah wisatawan asing justru sedang

menurun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 1.34 Perkembangan Penumpang Laut dan Udara

Penyaluran kredit kategori transportasi dan

pergudangan yang meningkat diharapkan dapat

mendorong perbaikan kinerja kategori ini pada

triwulan mendatang. Meski masih tumbuh negatif,

kredit kategori transportasi dan pergudangan

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

EKONOMI MAKRO REGIONAL

14

membaik dari -22,5% (yoy) menjadi -11,4% (yoy).

Selain itu, berlanjutnya beberapa program

peningkatan kapasitas infrastruktur perhubungan

yang telah dimulai pada akhir tahun 2015 lalu

diharapkan dapat mendukung kinerja kategori ini di

masa mendatang.

Grafik 1.35 Penyaluran Kredit Kategori Transportasi dan

Pergudangan

Secara keseluruhan tahun, kategori transportasi dan

pergudangan melambat dari 5,7% (yoy) menjadi 5,5%

(yoy). Hal ini ditengarai tidak lepas dari penurunan

aktivitas perekonomian, sebagai dampak dari

melambatnya perekonomian Sumatera Utara.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

15

BAB 2 INFLASI

Inflasi Sumatera Utara tahun 2015 dapat dikendalikan pada level yang rendah dan berada pada

kisaran sasaran inflasi 4±1%. Keberhasilan tersebut terkait dengan kebijakan Pemerintah dalam

mengelola harga komoditas strategis (administered prices) khususnya harga BBM. Pasokan bahan pangan

juga dapat dijaga dengan baik. Ditengah gejolak yang sempat muncul, komitmen Tim Pengendalian Inflasi

Daerah (TPID) Sumatera Utara untuk mengelola pasokan melalui berbagai program jangka pendek dan

menengah, tingkat inflasi volatile foods berada dibawah historisnya. Kondisi tersebut mendorong terjaganya

ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara permintaan yang diindikasikan meningkat menyebabkan kenaikan

inflasi inti. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Sumatera Utara tercatat sebesar 3,24%, jauh lebih rendah

dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17%.

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

16

2.1 Kondisi Umum

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.1 Inflasi Sumut dan Nasional

Inflasi Provinsi Sumatera Utara pada penghujung

2015 menurun jauh dibanding tahun sebelumnya.

Inflasi 2015 adalah sebesar 3,24%, jauh lebih rendah

dibanding tahun 2014 yang mencapai 8,17% (Grafik

2.1). Angka tersebut juga sedikit dibawah angka

nasional yang mencapai 3,35% (yoy).

Jika kita cermati, inflasi tahunan (yoy) Sumatera

Utara cenderung menurun sejak triwulan II 2015.

Secara triwulanan, inflasi tercatat menurun dari

7,82% pada triwulan II, 6,62% pada triwulan III,

menjadi 3,24% di akhir tahun. (Grafik 2.1). Penurunan

inflasi pada akhir tahun 2015 terjadi di semua kota

penghitungan IHK di Sumatera Utara (Grafik 2.2).

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.2 Inflasi Kota di Sumut

Rendahnya realisasi inflasi 2015 tersebut

menegaskan bahwa Sumatera Utara mampu

mencapai realisasi inflasi yang sesuai dengan target

yang ditetapkan Pemerintah pada 2015, yakni 4±1%.

Faktor utama yang mempengaruhi rendahnya

realisasi inflasi 2015 dibanding 2014 adalah

kebijakan penetapan harga BBM oleh pemerintah

serta semakin tingginya komitmen TPID Sumut untuk

menjaga pasokan pangan melalui berbagai program

jangka pendek dan menengah. Ekspektasi inflasi

masyarakat menjadi lebih terjaga dengan stabilnya

inflasi administered prices dan volatile foods

tersebut.

Tabel 2.1 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi

Sepanjang Tahun 2015 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Komoditas utama yang menyumbang inflasi dan

deflasi di sepanjang tahun 2015 tersaji dalam Tabel

2.1. Berbagai komoditas tersebut muncul sebagai

inflatoir maupun deflatoir karena berbagai kondisi

diantaranya siklus pasokan yang tergantung masa

tanam/panen komoditas dan faktor cuaca, serta

kebijakan penetapan harga BBM dan listrik oleh

pemerintah. Di sisi permintaan, faktor musiman

terkait perayaan hari besar dan tahun ajaran baru

juga mendorong kenaikan harga barang tertentu.

Selain itu, berbagai langkah non-konvensional untuk

mengurangi pasokan seperti pengafkiran bibit ayam

serta faktor eksternal terkait nilai tukar juga

mempengaruhi naik/turunnya harga barang dan jasa

di sepanjang tahun 2015.

Sumber: BPS, diolah

Grafik 2.3 Inflasi Bulanan di Sumut

Inflasi bulanan (mtm) di sepanjang triwulan IV 2015

cenderung meningkat. Inflasi bulanan (mtm)

Oktober, November dan Desember 2015 berturut-

turut sebesar -0,23%, 0,51%, dan 1,43% (Grafik 2.3).

Deflasi pada Oktober, inflasi moderat pada

November dan inflasi tinggi pada Desember tersebut

terutama digerakkan oleh komoditas cabai merah

(Tabel 2.2). Hal tersebut sejalan dengan adanya

panen cabai merah pada Juli-September yang

menekan harga kebawah, normalisasi harga pada

Rank KomoditasAndil

(%, qtq)Komoditas

Andil

(%, qtq)

1 Beras 0,46 Bensin -0,79

2 Rokok Kretek Filter 0,29 Cabai Merah -0,46

3 Kontrak Rumah 0,25 Angkutan Dalam Kota -0,26

4 Angkutan Udara 0,23 Tongkol/Ambu-ambu -0,04

5 Bawang Merah 0,20 Kangkung -0,04

6 Bahan Bakar RT 0,17 Minyak Goreng -0,03

7 Sekolah Dasar 0,16 Cabe Hijau -0,03

8 Tarip Listrik 0,13 Cabai Rawit -0,03

9 Daging Ayam Ras 0,12 Angkutan Antar Kota -0,02

10 Rokok Kretek 0,12 Sabun Detergen Bubuk/Cair-0,01

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

17

November, serta lonjakan harga pada Desember

seiring telah selesainya masa panen.

Tabel 2.2 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan

sepanjang Triwulan IV 2015 di Sumatera Utara

Sumber: BPS, diolah

Selain itu, pasca program pengafkiran bibit ayam

(parent stock) pada tengah September 2015, harga

daging ayam ras terus naik sejak November 2015

karena berkurangnya pasokan. Kenaikan tersebut

mencapai puncaknya pada Desember 2015. Program

tersebut dijalankan berdasarkan pertemuan antara

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dan 13

perusahaan pembibitan ayam pada 18 September

2015 yang memutuskan dilakukannya pemusnahan/

pengafkiran 6 juta bibit ayam karena harga daging

ayam ras yang tidak menutupi biaya produksinya.

2.2 Disagregasi Inflasi

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan subkelompok)

Grafik 2.4 Disagregasi Inflasi Sumut

Penurunan inflasi tahun 2015 terutama dipengaruhi

menurunnya tekanan inflasi administered prices.

Inflasi volatile foods juga menurun dan dapat dijaga

pada level yang rendah. Sementara itu, inflasi inti

sedikit naik. (Grafik 2.4)

Penurunan inflasi tahunan (yoy) terdalam terjadi

pada inflasi administered prices, yaitu dari 14%

menjadi 1%. Hal tersebut sejalan dengan efek basis

(base effect) hilangnya dampak kenaikan harga BBM

di akhir tahun sebelumnya. Selain itu, di sepanjang

2015, Pemerintah hanya melakukan 4 kali

penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan netting

lebih kepada penurunan harga (Tabel 2.3).

Tabel 2.3 Perubahan Harga BBM Bersubsidi pada

Tahun 2015 di Sumatera Utara

Tanggal Bensin

Premium Minyak Solar

Minyak Tanah

1 Januari 7.800 (-11,8%) 7.250 (-3,4%) 2.500

19 Januari 6.700 (-14,1%) 6.400 (-11,7%) 2.500

1 Maret 6.800 (1,5%) 6.400 (-5,8%) 2.500

28 Maret 7.300 (7,4%) 6.900 (7,8%) 2.500

Sejalan dengan itu, inflasi volatile foods tahun 2015

juga menurun dibanding tahun lalu. Penurunan

tersebut dipengaruhi membaiknya pasokan

subkelompok bumbu-bumbuan terutama cabai

merah. Hal tersebut tak lepas dari peran TPID Sumut

untuk menjaga kestabilan pasokan cabai merah pasca

musim panen berakhir. Berbagai program terkait

untuk menyukseskan hal tersebut diantaranya: (a)

optimalisasi penggunaan cold storage, (b) program

tanam cabai di lahan pertanian dan pekarangan, (c)

pengolahan cabe dalam kemasan bermerk “Cabe

Kita” sekaligus (d) sosialisasi penggunaan cabe

kemasan untuk menjaga keseimbangan antara

pasokan dan permintaan.

Grafik 2.5 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) justru

mengalami kenaikan dibanding tahun 2014. Kenaikan

tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikan

permintaan masyarakat. Disamping itu, pelemahan

nilai tukar Rupiah (Grafik 2.5), yang berdampak

terhadap kenaikan harga barang yang diimpor meski

dampaknya secara keseluruhan tidak signifikan.

Kenaikan inflasi inti juga dipengaruhi harga properti

yang terus menjulang seiring permintaan masyarakat

yang terus meningkat akan hunian (Grafik 2.6).

Adanya kenaikan biaya sekolah dasar dan menengah

juga turut menyumbang tekanan inflasi inti pada

tahun 2015.

KomoditasAndil

(%, mtm)Komoditas

Andil

(%, mtm)

Tomat Buah 0,13 Cabai Merah -0,16

Kontrak Rumah 0,04 Daging Ayam Ras -0,12

Sewa Rumah 0,03 Dencis -0,07

Beras 0,12 Dencis -0,02

Rokok Kretek Filter 0,09 Daging Sapi -0,02

Cabai Merah 0,08 Emas Perhiasan -0,02

Cabai Merah 0,47 Bensin -0,02

Bawang Merah 0,22 Seng -0,02

Daging Ayam Ras 0,11 Tomat Buah -0,02

Oktober

November

Desember

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

18

Grafik 2.6 Survei Harga Properti Residensial

2.3 Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Grafik 2.7 Porsi Kelompok Komoditas dalam Penghitungan

Indeks Harga Konsumen di Sumatera Utara

Penurunan inflasi tahun 2015 terjadi di hampir semua kelompok komoditas. Dua kelompok yang justru mengalami peningkatan adalah kelompok sandang dan kelompok kesehatan (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Inflasi menurut Kelompok Barang dan Jasa

Sumber: BPS, diolah

2.3.1 Kelompok Bahan Makanan

Kelompok Bahan Makanan mengalami penurunan

inflasi (yoy), dari 7,48% menjadi 4,41%.

Subkelompok utama yang menyumbang penurunan

tersebut adalah bumbu-bumbuan (khususnya

komoditas cabai merah) serta lemak dan minyak

(komoditas minyak goreng).

Penurunan cabai merah, sebagaimana telah

dijelaskan, tak lepas dari peran TPID Sumut untuk

menjaga ketersediaan pasokan. Beberapa program

yang berhasil diantaranya optimalisasi penggunaan

cold storage, penanaman cabai merah di kebun dan

pekarangan, pengolahan produk cabe kemasan serta

sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak hanya

mengkonsumsi cabai merah segar, tapi juga cabai

merah dalam kemasan. Peran Bulog dalam menyerap

hasil panen petani cabai merah di Batubara juga turut

berperan dalam menjaga kestabilan harga.

Sementara itu, penurunan harga komoditas minyak

goreng diduga karena masih melemahnya harga

kelapa sawit sebagai bahan baku sehingga biaya

bahan baku cenderung menurun.

Tabel 2.5 Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS, diolah

Di sisi lain, moderasi inflasi kelompok bahan makanan

didorong oleh kenaikan inflasi subkelompok padi-

padian, umbi-umbian dan hasilnya (terutama

komoditas beras) serta daging dan hasil-hasilnya

(khususnya komoditas daging ayam ras dan daging

sapi). Harga beras untuk semua kualitas terus

meningkat sejak awal tahun 2015, dengan rata-rata

kenaikan 0,85% per bulan. Angka tersebut

sebenarnya tidak terlalu tinggi, namun karena

sumbangan komoditas beras yang cukup besar (24%

terhadap kelompok bahan makanan) sehingga cukup

signifikan mendorong tekanan inflasi.

Sumber: Survei Pemantauan Harga, KPw BI Sumut

Grafik 2.8 Pergerakan Harga Beras (Berbagai Kualitas)

Di sisi lain, kenaikan harga komoditas daging sapi

disebabkan oleh pengurangan impor sapi terutama

pasca Lebaran. Hal tersebut sempat membuat

Andil (yoy)

2014 2015 2015

Bahan Makanan 7,48 4,41 ↓ 0,98

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 6,54 6,23 ↓ 0,99

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bhn Bakar 6,02 4,03 ↓ 0,94

Sandang 2,60 4,02 ↑ 0,25

Kesehatan 4,65 6,05 ↑ 0,23

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 6,58 5,94 ↓ 0,43

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 15,52 -2,76 ↓ -0,56

INFLASI TOTAL 8,17 3,25 ↓ 3,25

ArahKELOMPOK KOMODITASInflasi (yoy)

2014 2015

BAHAN MAKANAN 7,48 4,41 ↓ 0,98

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 3,76 10,32 ↑ 0,48

Daging dan Hasil-hasilnya 4,20 10,16 ↑ 0,22

Ikan Segar 14,36 1,83 ↓ 0,06

Ikan Diawetkan 3,47 4,10 ↑ 0,04

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 8,61 7,06 ↓ 0,16

Sayur-sayuran 7,04 1,44 ↓ 0,04

Kacang - kacangan 2,01 3,61 ↑ 0,02

Buah - buahan 3,80 5,83 ↑ 0,17

Bumbu - bumbuan 11,42 -4,26 ↓ -0,18

Lemak dan Minyak 8,28 -2,41 ↓ -0,04

Bahan Makanan Lainnya 7,76 4,08 ↓ 0,00

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

19

keriuhan di kalangan pedagang daging sapi. Mereka

cenderung enggan menjual karena jika harga tidak

dinaikkan, mereka rugi, namun jika dinaikkan,

konsumen tidak sanggup membeli. Keriuhan itu

akhirnya menimbulkan adanya aksi mogok nasional

pedagang sapi pada tanggal 9-12 Agustus lalu.

Seiring melonjaknya harga daging, konsumen

cenderung beralih mengkonsumsi daging ayam ras

yang membuat harganya ikut terkerek naik. Selain

itu, kenaikan harga daging ayam ras juga didorong

meningkatnya harga pakan. Meski demikian,

kenaikan harga pakan yang lebih tinggi dari kenaikan

harga daging ayam ras membuat Komisi Pengawasan

Persaingan Usaha (KPPU) bersama 13 perusahaan

pembibitan ayam memutuskan untuk melakukan

pengafkiran 6 juta bibit ayam secara bertahap mulai

Oktober 2015. Hal tersebut yang membuat harga

daging ayam ras di penghujung 2015 mengalami

peningkatan yang signifikan.

2.3.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok

dan Tembakau

Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok,

dan Tembakau pada 2015 yang meski sedikit

menurun dibanding tahun lalu, namun masih tinggi.

Inflasi (yoy) kelompok ini turun dari 6,54% menjadi

6,23%. Penurunan tersebut terjadi pada

subkelompok makanan jadi serta tembakau dan

minuman beralkohol. Namun, jika ditelaah lebih jauh,

seluruh komoditas dalam kelompok ini mengalami

inflasi. Hal itulah yang menyebabkan inflasi dalam

kelompok ini masih tinggi.

Tabel 2.6 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Sumber: BPS, diolah

Komoditas dengan sumbangan inflasi (yoy) tertinggi

adalah berbagai varian rokok. Secara berurut dari

andil inflasi tertinggi adalah rokok kretek filter, rokok

kretek, dan rokok putih. Kenaikan tersebut diduga

sebagai upaya yang dilakukan pelaku usaha untuk

mengantisipasi rencana kenaikan cukai rokok10 rata-

rata sebesar 11,19% yang akan diberlakukan efektif

per 1 Januari 2016 oleh Pemerintah. Penyesuaian

harga rokok tersebut dilakukan secara bertahap.

2.3.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan

Bahan Bakar

Kelompok Bahan Makanan mencatatkan inflasi

(yoy) moderat sebesar 4,03%, lebih rendah

dibanding tahun 2014 yang mencapai 6,02%.

Subkelompok yang mengalami penurunan inflasi

adalah bahan bakar, penerangan, dan air serta

perlengkapan rumah tangga. Meski demikian,

moderasi inflasi kelompok ini didorong oleh tekanan

inflasi di hampir semua komoditas dalam kelompok

ini. Komoditas yang menjadi penyumbang inflasi

utama secara berurutan adalah kontrak rumah,

bahan bakar rumah tangga serta tarif listrik.

Tabel 2.7 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Sumber: BPS, diolah

Meningkatnya harga komoditas kontrak rumah

beriringan dengan makin mahalnya biaya properti di

tengah masih tingginya permintaan masyarakat akan

hunian. Selain itu, kenaikan bahan bangunan dengan

impor content (antara lain keramik, granit dan

gypsum) seiring dengan pelemahan nilai tukar,

kenaikan upah buruh bangunan terkait kenaikan

UMP, serta kenaikan harga lahan terkait semakin

terbatasnya lahan pemukiman di area perkotaan

diperkirakan menjadi faktor peningkatan biaya

properti.

Terkait inflasi komoditas bahan bakar rumah tangga,

Pemerintah sempat menaikkan secara signifikan

harga LPG 12 kg pada awal April 2015. Meski sempat

diturunkan kembali pada tengah September, namun

secara netting harga LPG 12 kg telah mengalami

kenaikan 12,5% dibanding harga pada akhir tahun

2014.

2014 2015

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU6,54 6,23 ↓ 0,99

Makanan Jadi 5,79 3,41 ↓ 0,26

Minuman yang Tidak Beralkohol 2,03 8,91 ↑ 0,22

Tembakau dan Minuman Beralkohol 12,01 10,88 ↓ 0,50

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

2014 2015

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 6,02 4,03 ↓ 0,94

Biaya Tempat Tinggal 3,06 3,86 ↑ 0,43

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 16,10 5,11 ↓ 0,30

Perlengkapan Rumahtangga 4,31 3,56 ↓ 0,05

Penyelenggaraan Rumahtangga 2,87 3,64 ↑ 0,16

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

20

Di sisi lain, sesuai Peraturan Menteri (Permen) Energi

dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 31/2014

sebagaimana telah diubah dengan Permen ESDM No

09/2015 maka penyesuaian tarif listrik diberlakukan

setiap bulan dengan mempertimbangkan perubahan

nilai tukar mata uang Dollar Amerika terhadap mata

uang Rupiah, harga minyak dan inflasi bulanan.

Sehingga, sepanjang tahun 2015, tarif listrik rata-rata

naik 0,33% tiap bulan.

2.3.4 Kelompok Sandang

Inflasi kelompok Sandang meningkat dibanding

tahun lalu, dari 2,60% menjadi 4,02%. Sebagian

besar harga komoditas dalam kelompok ini

cenderung stabil. Komoditas penyumbang inflasi

utama dalam kelompok ini diantaranya celana

panjang jeans dan baju muslim wanita. Jika dilihat

inflasi bulanannya (mtm), komoditas tersebut naik

signifikan hanya pada Juli terkait Lebaran serta

Desember terkait perayaan Natal dan tahun baru.

Tabel 2.8 Inflasi Kelompok Sandang

Sumber: BPS, diolah

2.3.5 Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami peningkatan inflasi

(yoy) dari 4,65% menjadi 6,05%. Subkelompok yang

meningkat signifikan adalah perawatan jasmani dan

kosmetika, khususnya komoditas pasta gigi.

Komoditas tersebut naik tinggi pada Juni 2015, yang

diduga terkait tingginya permintaan masyarakat

menjelang bulan puasa Ramadhan.

Tabel 2.9 Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS, diolah

2.3.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah

Raga meski sedikit menurun, namun masih cukup

tinggi. Inflasi tahunan (yoy) kelompok ini sedikit

menurun dari 6,58% menjadi 5,94%. Tingginya inflasi

kelompok ini terutama disumbang oleh subkelompok

pendidikan. Komoditas penyumbang inflasi utama

secara berurut dari yang tertinggi adalah sekolah

dasar, sekolah menengah atas, dan sekolah

menengah pertama. Kenaikan tersebut seiring

dengan naiknya uang pangkal sekolah untuk siswa

baru pada musim tahun ajaran baru 2015/2016.

Tabel 2.10 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga

Sumber: BPS, diolah

2.3.7 Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa

Keuangan

Pada akhir tahun 2015, Kelompok Transportasi,

Komunikasi, dan Jasa Keuangan mengalami deflasi

sebesar -2,76%. Deflasi yang cukup dalam terjadi

pada subkelompok transpor, yang disumbang oleh

deflasi komoditas bensin dan angkutan dalam kota.

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Tabel 2.3,

Pemerintah menurunkan harga bensin sebanyak dua

kali pada Januari, dan menaikkan harga bensin

sebanyak dua kali pada Maret 2015. Harga terakhir

bensin pada 2014 adalah Rp8.500, sementara harga

terakhir hingga penghujung 2015 adalah Rp7.300

atau turun 14,1%. Deflasi bensin ini secara langsung

juga diikuti dengan deflasi tarif angkutan dalam kota,

meski tidak sedalam deflasi bensin.

Tabel 2.11 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

Sumber: BPS, diolah

2.4 Upaya Pengendalian Inflasi

Pencapaian inflasi yang rendah dan terkendali hingga

akhir 2015 tak lepas dari peran Tim Pengendalian

Inflasi Daerah (TPID) se-Sumatera Utara. Berbagai

program jangka menengah TPID Sumut diantaranya:

1. Mengoptimalkan dukungan alokasi APBD dan

APBN untuk kegiatan pengendalian inflasi.

Langkah awal melalui penyusunan Standard

2014 2015

SANDANG 2,60 4,02 ↑ 0,25

Sandang Laki-laki 3,37 3,71 ↑ 0,07

Sandang Wanita 3,72 6,91 ↑ 0,10

Sandang Anak-anak 3,61 3,36 ↓ 0,05

Barang Pribadi dan Sandang Lain 0,66 2,05 ↑ 0,03

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

2014 2015

KESEHATAN 4,65 6,05 ↑ 0,23

Jasa Kesehatan 1,57 1,65 ↑ 0,02

Obat-obatan 2,50 1,44 ↓ 0,01

Jasa Perawatan Jasmani 9,04 8,51 ↓ 0,03

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 6,97 10,35 ↑ 0,17

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

2014 2015

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 6,58 5,94 ↓ 0,43

Pendidikan 8,47 9,30 ↑ 0,36

Kursus-kursus / Pelatihan 0,31 0,70 ↑ 0,00

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,98 3,71 ↑ 0,03

Rekreasi 8,16 2,48 ↓ 0,03

Olahraga 2,61 4,07 ↑ 0,00

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

2014 2015

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEU. 15,52 -2,76 ↓ -0,56

Transpor 13,62 -4,47 ↓ -0,68

Komunikasi Dan Pengiriman 0,04 0,14 ↑ 0,00

Sarana dan Penunjang Transpor 7,23 7,86 ↑ 0,11

Jasa Keuangan 3,56 0,00 ↓ 0,00

Andil

(yoy) 2015

Inflasi (yoy)ArahKELOMPOK

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

21

Operating Procedure (SOP) pencairan dana untuk

operasi pasar pemerintah daerah.

2. Mendukung percepatan pembangunan

infrastruktur melalui kemudahan perizinan,

pengadaan lahan (pencetakan sawah baru) dan

penguatan komunikasi dengan masyarakat,

percepatan pembangunan infrastruktur

(perbaikan maupun penambahan) baik irigasi,

jalan, jembatan, lumbung pangan, maupun pabrik

es untuk hasil tangkap ikan laut dsb.

3. Membenahi tata niaga melalui optimalisasi pasar

induk Tuntungan guna meminimalkan upaya-

upaya spekulasi di daerah sekaligus membuka

ruang kerjasama antar daerah.

4. Meningkatkan pengawasan secara intensif

terhadap distribusi sarana produksi pertanian,

seperti pupuk, alat mesin pertanian, dan sarana

pertanian lainnya guna mendukung peningkatan

kapasitas produksi pangan daerah.

5. Meningkatkan produksi maupun produktivitas

tanaman pangan melalui program penanaman

cabai dan bawang merah perkotaan serta

program perluasan areal persawahan yang

melibatkan lintas instansi, yaitu Bulog,

Kementerian Pertanian dan TNI AD.

6. Meningkatkan aksesabilitas perbankan melalui

program pemberdayaan petani.

7. Melanjutkan kerjasama TPID dengan KPPU untuk

mengantisipasi terjadinya praktek monopoli.

Selain itu, untuk mengantisipasi berbagai tantangan

dalam pengendalian inflasi daerah pada tahun 2016,

Rakorprov TPID pada November 2015 menghasilkan

beberapa kesepakatan sebagai berikut:

1. Menjadikan Roadmap Pengendalian Inflasi

Sumatera Utara periode 2015-2018 sebagai

acuan TPID Provinsi Sumatera Utara dan TPID

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dalam

melakukan pengendalian inflasi sesuai dengan

tupoksi dan kewenangan masing-masing.

2. Melaksanakan program-program yang telah

disepakati dalam Roadmap Pengendalian Inflasi

Sumatera Utara periode 2015-2018 dengan cara

menyusun action plan tahunan sesuai dengan

tupoksi dan kewenangan masing-masing.

3. Melakukan penguatan kerjasama perdagangan

antar daerah untuk mengatasi permasalahan

ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga

melalui implementasi program Toko Tani

Indonesia.

4. Memberikan sosialisasi tentang maksud, tujuan

dan manfaat kegiatan Toko Tani Indonesia

kepada petani dan pedagang.

5. Memfasilitasi pedagang dan petani khususnya

untuk komoditas utama penyumbang inflasi agar

dapat berpartisipasi dalam program Toko Tani

Indonesia.

6. Meminta komitmen petani untuk memasok hasil

produk pertaniannya kepada BULOG/Mitra

BULOG, serta komitmen pedagang untuk

menjual sesuai dengan harga eceran tertinggi.

7. Menyusun rencana kegiatan Toko Tani Indonesia

terkait penyediaan sarana pendukung kegiatan

Toko Tani Indonesia di berbagai kabupaten/kota.

8. Meningkatkan kemampuan manajerial pedagang

Toko Tani Indonesia dan kemampuan teknis

sesuai kebutuhan tentang peningkatan

produktivitas pertanian.

9. Melakukan pengembangan jejaring kemitraan

usaha dagang Toko Tani Indonesia dalam rangka

stabilitas harga pangan.

10. Memperkuat dan mengembangkan kelembagaan

baik kelompok tani, koperasi pertanian maupun

asosiasi pedagang di daerah masing-masing

sebagai prasyarat melakukan kerjasama dalam

Toko Tani Indonesia.

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

22

Perdagangan Komoditas Pangan Strategis

Provinsi Sumatera Utara

Harga pada dasarnya dibentuk atas mekanisme penawaran dan permintaan di pasaran. Permintaan

akan dipengaruhi oleh preferensi masyarakat, pertumbuhan populasi, dan pertumbuhan pendapatan riil.

Kenaikan permintaan tanpa disertai oleh respon penawaran barang dapat menyebabkan terjadinya persistensi

kenaikan harga (inflasi). Beberapa faktor lain yang dapat berpengaruh

terhadap persistensi harga komoditas pangan, di antaranya adalah

faktor produksi, faktor kelembagaan, dan faktor pemasaran. Faktor

pemasaran atau distribusi sangat terkait dengan konektivitas dan sistem

logistik yang sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi sehingga

pada akhirnya harga jual komoditas pangan dapat meningkat.

Dari sisi produksi, pada dasarnya Sumatera Utara merupakan

salah satu sentra produksi tanaman pangan terutama untuk beras dan

cabai merah. Rata-rata produksi beras di Sumatera Utara adalah 3,5 juta

ton/tahun, dengan lokasi produksi yang cukup tersebar. Sementara,

jumlah konsumsi beras hanya mencapai 1,7 juta ton/tahun. Demikian

juga dengan komoditas cabai merah yang memiliki jumlah produksi yang

cukup memadai dan sebaran lokasi produksi di beberapa kabupaten.

Meski produksi untuk beberapa komoditas pangan relatif memadai, inflasi Sumut masih diwarnai oleh

fluktuasi inflasi komoditas pangan. Seperti yang dilihat pada bab 2 Inflasi, inflasi komoditas pangan yang

bergejolak (volatile foods) memiliki fluktuasi yang cukup tinggi, terutama untuk komoditas cabai merah dan

bawang merah. Untuk mengantisipasi fluktuasi yang cukup tinggi, umumnya pedagang mengambil mardin

yang cukup besar untuk komoditas tersebut. Margin penjualan pedagang besar relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan pedagang grosir. Dalam meredam fluktuasi ini perlu dilakukan kerja sama antar daerah

sehingga distribusi pasokan dan permintaan dapat lebih merata.

Tabel 2.12 Margin per Kategori Pedagang

Jika dilihat dari pola perdagangannya, pada dasarnya perdagangan komoditas pangan strategis di

Sumatera Utara masih didominasi oleh perdagangan intra wilayah. Hanya sebagian kecil daerah yang menjadi

mitra dagang perdagangan antar wilayah untuk komoditas pangan strategis, seperti Provinsi Aceh, Provinsi

Riau, Provinsi Kepulauan Riau, dan Provinsi Jawa Tengah. Kota Medan masih menjadi kota distributor utama

untuk komoditas pangan meski bukan merupakan daerah sentra produksi. Meski distribusi komoditas pangan

masih relatif terkonsentrasi di kota Medan, pola penentuan harga di Sumatera Utara masih relatif terdispersi

Kategori

Pedagang

Margin Beras Bawang Merah Cabe Merah Daging Sapi

Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev

Umum Mark Up Rate 11,51 7,22 16,68 7,99 18,65 15,61 9,60 5,63

Profit Rate 8,84 7,52 14,05 7,17 15,81 15,36 7,70 5,49

Trade Cost 2,30 4,03 2,63 2,28 2,84 2,27 1,73 2,52

Pedagang

Besar

Mark Up Rate 14,58 9,78 17,17 6,98 21,53 13,66 7,80 3,35

Profit Rate 12,27 10,27 14,42 6,45 18,52 13,53 5,75 2,15

Trade Cost 1,58 6,33 2,75 2,35 3,02 2,72 2,05 2,20

Pedagang

Grosir

Mark Up Rate 10,06 5,16 15,57 10,04 16,40 16,85 9,92 5,90

Profit Rate 7,17 5,10 13,21 8,75 13,70 16,56 8,03 5,83

Trade Cost 2,65 2,22 2,36 2,16 2,70 1,88 1,68 2,59

Gambar 2.1 Peta Surplus Defisit Beras

Provinsi Sumatera Utara

Suplemen 1

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

23

yang tercermin dari Moorans Index11 yang relatif rendah. Dengan demikian, penentuan harga komoditas suatu

kota tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga daerah tetangganya. Preferensi pedagang dalam menentukan

supplier maupun pembeli yang lebih didasarkan pada faktor kepercayaan dibandingkan dengan faktor harga

menjadi salah satu penyebab terjadinya fenomena ini.

Secara spasial, pedagang di Kota Medan memiliki margin perdagangan yang relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan kota/kabupaten lain meski bukan merupakan sentra produksi komoditas pangan.

Tingginya kapasitas permodalan yang dimiliki oleh pedagang di kota ini dapat menyokong pedagang untuk

memperoleh harga yang lebih rendah dibandingkan dengan kota lainnya. Selain itu, aksesibilitas yang lebih

baik seperti kualitas jalan serta fasilitas pelabuhan yang memang berada di Kota Medan mampu menurunkan

biaya operasional pedagang sehingga margin keuntungan yang dihasilkan lebih tinggi.

Grafik 2.9 Margin per Kota/Kabupaten

Dari sisi biaya perdagangan, pada dasarnya trade cost komoditas pangan strategis relatif rendah. Hasil

survei perdagangan antar wilayah Sumatera Utara menunjukkan bahwa biaya perdagangan Sumatera Utara

hanya 2,9% dari harga penjualan. Biaya tersebut bahkan lebih rendah dari rata-rata biaya perdagangan pada

level nasional. Relatif rendahnya biaya perdagangan tersebut disebabkan cukup terjangkaunya daerah

penjualan mengingat relatif tersebarnya sentra produksi pertanian. Namun, hal yang perlu mendapatkan

perhatian adalah besarnya biaya lainnya dalam komponen biaya perdagangan. Jika dilihat dari komponennya,

biaya perdagangan terdiri atas biaya transportasi sebesar 66,5%, biaya bongkar muat sebesar 15,4%, biaya

administrasi sebesar 4,0%, dan biaya lainnya sebesar 14,1%. Tingginya biaya lainnya tidak lepas dari adanya

pungutan liar di jalan, terutama untuk komoditas daging sapi di Kota Pematangsiantar.

Tabel 2.13 Perbandingan Biaya Transportasi Antar Kota

Kota Biaya (% dari harga jual)

Transportasi Bongkar Muat Administrasi Lainnya

Sibolga 1,45 0,41 0,13 0,12

Pematangsiantar 2,51 0,24 0,05 0,28

Medan 1,35 0,33 0,15 0,15

Padangsidimpuan 1,96 0,54 0,12 0,16

Umum 1,72 0,37 0,12 0,17

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

INFLASI

24

Perdagangan komoditas strategis di Sumatera Utara tidak terlepas dari beberapa kendala, baik dari

sisi pemasaran maupun distribusi. Dalam hal pemasaran, sebagian besar pedagang merasakan adanya

keterbatasan informasi dalam penentuan harga. Meskipun dipublikasikan dalam harga di level konsumen

akhir, namun data harga komoditas yang berada di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS,

www.hargasumut.org) seharusnya bisa dijadikan pendekatan bagi pedagang dalam menentukan harga. Dari

sisi logistik, pemasalahan distribusi barang terutama disebabkan oleh gangguan cuaca serta gangguan

keamanan di jalan. Oleh karena itu, TPID se-Sumatera Utara terus mengupayakan penguatan koordinasi untuk

mengurangi dampak dari gangguan cuaca dan keamanan baik dalam proses produksi maupun distribusi.

Kualitas dan kuantitas infrastruktur perhubungan juga terus ditingkatkan untuk meningkatkan konektivitas

antar kota/kabupaten di Sumatera Utara, mengingat semakin tinggi konektivitas, maka rata-rata volatilitas

inflasi bahan makanan juga akan semakin tinggi (Grafik 2.21). Tingginya intensi pemerintah untuk

meningkatkan kualitas infrastruktur perhubungan tercermin dari target persentase kemantapan jalan yang

meningkat baik untuk jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.

Grafik 2.10 Permasalahan Pemasaran Grafik 2.11 Permasalahan Logistik

Sumber: Departemen Regional I Sumatera

Grafik 2.12 Perbandingan Indeks Konektivitas dibandingkan dengan Rata-rata Volatilitas Inflasi Bahan Makanan

Tabel 2.14 Kondisi Jalan di Provinsi Sumatera Utara

No. Status Panjang

(km) Mantap (km, %) Tidak Mantap (km, %)

% Kemantapan

2015 2016

1. Jalan Nasional 2.249,60 1.806,3 (80,29%) 443,2 (19,7%) 84,2 93,65

2. Jalan Provinsi 3.048,50 2.268,7 (74,4%) 779,7 (25,6%) 76,5 82,0

3. Jalan Kab/Kota 33.452,90 19.336,8 (57,8%) 14.116,07 (42,2%) 62,5 67,0

Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara

Infrastruktur Transportasi yang

tidak memadai/rusak

5%

Moda Transportasi

terbatas1%

Banyaknya pungutan tidak

resmi9%

Gangguan cuaca11%

Gangguan keamanan di jalan

8%

kemacetan66%

Indeks Konektivitas

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

25

BAB 3 PERBANKAN, STABILITAS SISTEM

KEUANGAN DAN SISTEM

PEMBAYARAN

Dukungan perbankan terhadap perbaikan ekonomi Sumatera Utara pada Triwulan IV 2015

terlihat pada peningkatan kredit. Kinerja kredit ke sektor korporasi masih meningkat, sementara kredit

UMKM dan kredit rumah tangga melambat. Namun demikian, pertumbuhan kredit tersebut tidak diikuti oleh

kenaikan pertumbuhan asset dan DPK terkait dengan kondisi ekonomi yang belum pulih. Risiko masih

terjaga dibawah level indikatif. Kondisi tersebut juga tercermin pada aktivitas transaksi masyarakat, baik

secara tunai maupun non tunai.

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

26

3.1 Ringkasan Umum

Dibanding tahun 2014, kinerja perbankan Sumatera

Utara di penghujung 2015 membaik, khususnya

kredit. Pertumbuhan kredit mengalami peningkatan

ditengah aset dan DPK yang cenderung melambat.

Dengan kondisi tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR)

meningkat dengan Non Performing Loan (NPL) masih

dibawah level indikatif 5 persen meski cenderung

meningkat sejak awal 2015.

Kinerja kredit ke sektor korporasi dan UMKM

meningkat, sementara kredit rumah tangga

melambat. Pertumbuhan kredit yang cukup baik

terjadi di ketiga sektor utama. Sementara itu,

akselerasi kredit UMKM ditopang performa kredit ke

kategori perdagangan yang meningkat, di tengah

tertekannya kredit ke kategori pertanian. Di sisi lain,

tekanan kinerja terjadi di semua jenis kredit Rumah

Tangga, baik KPR, KKB maupun kredit multiguna. Hal

tersebut sejalan dengan Konsumsi masyarakat yang

melambat dibanding tahun sebelumnya.

Terbatasnya kinerja perbankan juga tercermin pada

pertumbuhan transaksi tunai maupun non tunai. Hal

tersebut terutama tercermin dari meningkatnya

transaksi kliring secara nominal namun menurun

secara volume dan penurunan perputaran uang

(inflow-outflow) di masyarakat ditengah mulai

membaiknya kinerja perekonomian Sumut.

3.2 Analisis Perbankan Daerah

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan

Di tengah melambatnya ekonomi 2015 dibanding

tahun lalu, kinerja aset perbankan juga cenderung

melambat. Aset total perbankan Sumatera Utara

tercatat melambat dari 8,43% pada 2014 menjadi

5,68% pada akhir 2015 (Grafik 3.1). Ekspektasi pelaku

ekonomi akan melambatnya perekonomian di

sepanjang 2015 turut mempengaruhi keputusan

menajemen perbankan untuk tidak terlalu ekspansif.

Kondisi tersebut membuat aset perbankan di

Sumatera Utara masih melanjutkan tren perlambatan

sejak akhir 2011. Pertumbuhan (yoy) aset pada akhir

2011-2013 secara berturut-turut adalah 19,7%,

16,0%, dan 15,7%.

Di sisi lain, setelah mengalami perlambatan aset yang

cukup dramatis selama 4 tahun terakhir, aset

perbankan syariah pada akhir 2015 justru

mencatatkan pertumbuhan yang meningkat

dibanding tahun lalu. Membaiknya pertumbuhan aset

perbankan syariah Sumatera Utara tersebut didorong

oleh adanya penambahan modal yang siginifikan oleh

2 pemain utama perbankan syariah seiring rencana

konsolidasi kedua bank tersebut.

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sejalan dengan perlambatan aset, Dana Pihak Ketiga

(DPK) juga tumbuh melambat. Hingga akhir tahun

2015, posisi DPK di Perbankan Sumatera Utara

tercatat sebesar Rp185,6 triliun, tumbuh 3,4% (Grafik

3.2). Perlambatan pertumbuhan DPK terjadi baik di

perbankan konvensional maupun syariah.

Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK

Perlambatan DPK terutama dipengaruhi oleh

melambatnya giro dan deposito. Di tengah ekpektasi

masyarakat yang tidak terlalu optimis seiring dengan

menurunnya daya beli, preferensi masyarakat

cenderung memilih produk simpanan tak berjangka

yang bisa diambil sewaktu-waktu. Hal ini terbukti

dengan terakselerasinya produk Tabungan seiring

melambatnya pertumbuhan deposito. Selain itu,

menurunnya suku bunga deposito juga menekan

minat masyarakat untuk berinvestasi dalam bentuk

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

27

deposito. Sementara itu, perlambatan yang cukup

dalam untuk giro dipengaruhi penempatan oleh

Lembaga Keuangan Non Bank yang tidak lagi tertarik

menempatkan dananya dalam bentuk giro karena

suku bunga yang terus menurun.

Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga DPK

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit

Posisi kredit12 di akhir tahun 2015 justru

menunjukkan sedikit peningkatan dibanding tahun

sebelumnya. Kredit perbankan tumbuh 7,44%, sedikit

lebih tinggi dibanding tahun 2014 yang tumbuh 6,97%.

Hal tersebut dikarenakan secara umum perbankan

dalam menyalurkan kredit cenderung prosiklikal

mengikuti siklus ekonomi. Ekspektasi perlambatan

ekonomi biasanya diikuti dengan perlambatan

penyaluran kredit, dan sebaliknya. Stabilnya

penyaluran kredit juga terjadi pada level nasional

(Grafik 3.6).

12 Konsep penyaluran KREDIT dibagi menjadi dua: (1) lokasi bank

dan (2) lokasi proyek. Poin (1) mengacu pada data penyaluran

kredit oleh Bank yang ada di Sumut sementara poin (2) mengacu

pada kredit yang tersalur dari Bank daerah manapun untuk

proyek/usaha yang berlokasi di Sumut. Dalam buku ini, poin (1)

digunakan untuk mengases kinerja perbankan, sementara poin (2)

untuk mengases PDRB serta ketahanan korporasi, UMKM dan

rumah tangga. Angka nominal kredit antara dua konsep tersebut

jumlahnya sangat mungkin berbeda.

Grafik 3.6 Perkembangan Perbankan Sumut-Nasional

Akselerasi pertumbuhan kredit terjadi pada kredit

investasi dan modal kerja, sementara kredit konsumsi

justru melambat. Dengan porsi hingga 50% dari total

kredit, kredit modal kerja pada akhir 2015 tumbuh

mencapai 9,46% (yoy). Senada dengan hal itu, kredit

investasi juga tumbuh meningkat seiring

terakselerasinya Investasi dalam PDRB Sumatera

Utara. Meski demikian, perlambatan yang cukup

dalam pada Konsumsi dalam PDRB Sumatera Utara

turut mempengaruhi perlambatan penyaluran kredit

Konsumsi pada posisi akhir 2015.

Grafik 3.7 Perkembangan Kredit

Peningkatan pertumbuhan kredit didukung dengan

turunnya suku bunga kredit, meski masih terbatas.

Seiring menurunnya cost of funds berupa penurunan

suku bunga deposito, suku bunga kredit juga

mengalami penurunan. Namun penurunan suku

bunga kredit masih terbatas dan hanya terjadi di

kredit modal kerja, sementara suku bunga kredit

investasi relatif stabil dengan kecenderungan

meningkat. Sebaliknya, suku bunga kredit konsumsi

justru melonjak tajam, yang berdampak pada

perlambatan kredit konsumsi di akhir tahun 2015

(Grafik 3.8).

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

28

Grafik 3.8 Perkembangan Suku Bunga Kredit

Akselerasi kredit di tengah tekanan DPK

menyebabkan meningkatnya level intermediasi

perbankan di tahun 2015. Hal tersebut tercermin dari

Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sumatera

Utara yang meningkat dari 93,01% menjadi 96,61%

terutama terjadi pada Perbankan konvensional

(Grafik 3.9). Namun, pertumbuhan DPK yang lebih

tinggi dibanding pembiayaan di perbankan syariah

menyebabkan Financing to Deposit Ratio (FDR) turun

dari 104,99% menjadi 97,85%.

Grafik 3.9 Perkembangan Intermediasi Perbankan

Grafik 3.10 Perkembangan Risiko Kredit (NPL & NPF)

Peningkatan intermedasi perbankan senantiasa

perlu diiringi dengan peningkatan kewaspadaan

terhadap risiko kredit. Hal ini mengingat Non

Performing Loans (NPL) yang meski masih dibawah

batas aman 5%, namun cenderung meningkat.

Sementara itu, Non Performing Financing (NPF)

perbankan syariah juga masih tinggi diatas 8%, meski

mulai ada indikasi perbaikan (Grafik 3.10).

3.3 Ketahanan Sektor Korporasi dan UMKM

Kredit perbankan yang tersalur untuk sektor

korporasi13 di Sumatera Utara pada akhir 2015

sebesar Rp173,6 triliun. Kredit korporasi di Sumut

tumbuh akseleratif dari 9,89% (yoy) pada akhir 2014

menjadi 12,95% (yoy) (Grafik 3.11). Hal tersebut

sejalan dengan masih stabilnya pertumbuhan kredit

secara nasional.

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit Korporasi di Sumut

Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi terjadi di

ketiga sektor utama di Sumatera Utara. Kredit

korporasi di Sumut sebagian besar (84%) tersalur ke

tiga kategori utama, yaitu Perdagangan Besar dan

Eceran (PBE, 34%), industri pengolahan (30%), dan

pertanian (20%). Akselerasi kredit perbankan kepada

industri pengolahan sejalan dengan peningkatan

pertumbuhan PDRB sektor tersebut. Sementara itu,

di tengah melambatnya pertumbuhan sektor

perdagangan, kredit kepada sektor tersebut justru

tumbuh meningkat. Hal tersebut diperkirakan akan

meningkatkan kinerja sektor tersebut pada triwulan

mendatang. Hal sebaliknya justru terjadi pada kredit

ke sektor pertanian yang relatif tertekan di saat

pertumbuhannya terakselerasi cukup signifikan.

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Kredit Korporasi

13 Merupakan kredit modal kerja atau investasi untuk pelaku usaha

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

29

Meski demikian, perlu diwaspadai adanya tren

kenaikan NPL sejak awal 2015, meski cenderung

menurun di akhir 2015. Kenaikan NPL14 dibanding

akhir 2014 terjadi di ketiga sektor utama Sumut

(Grafik 3.12). Meski demikian, angka NPL masih

dibawah batas aman 5%.

Sementara itu, kredit pada usaha berskala UMKM

relatif melambat. Kredit UMKM tumbuh 9,56% (yoy),

melambat dibanding tahun sebelumnya yang

mencapai 15,62% (yoy). Deselerasi tersebut terjadi

pada semua level, baik mikro, kecil maupun

menengah (Grafik 3.13).

Grafik 3.13 Perkembangan Kredit UMKM di Sumut

Deselerasi kredit perdagangan, yang menguasai 53%

dari total kredit kepada UMKM, mempengaruhi

perlambatan kredit UMKM. Kredit perdagangan

tumbuh 11,04% (yoy), melambat dibanding tahun lalu

yang mencapai 13,01% (yoy). Perlambatan tersebut

terjadi terutama untuk level usaha kecil dan

menengah. Sejalan dengan itu, sektor pertanian yang

menguasai 19% dari total kredit UMKM, juga

melambat, dari 27,57% menjadi 10,34%. Perlambatan

kredit kepada pelaku UMKM perlu dicermati, agar

tidak berlanjut dan menggerus pangsa kredit kepada

UMKM.

Kualitas kredit UMKM masih perlu diperbaiki. Hal ini

tercermin dari NPL yang masih diatas 5%, dengan

kecenderungan meningkat dibanding tahun 2014.

Kenaikan NPL kredit UMKM tersebut terjadi di ketiga

sektor utama serta di semua jenis UMKM, kecuali

kredit mikro yang relatif membaik (Grafik 3.14).

14 NPL dalam laporan ini adalah NPL gross, yang menunjukkan

persentase kredit kolektibilitas 3 (kurang lancar), 4 (diragukan) dan

5 (macet) terhadap total outstanding kredit

Grafik 3.14 Perkembangan NPL Kredit UMKM

3.4 Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan IV 2-15, rumah tangga di Sumut

cenderung meningkatkan porsi konsumsi.

Sementara itu, alokasi penghasilan untuk pinjaman

dan tabungan menurun. Hal ini tercermin dari hasil

Survei Konsumen15 di akhir periode triwulan III dan IV

2015 (Grafik 3.15). Meningkatnya konsumsi sesuai

dengan polanya berkenaan dengan hari Natal dan

Tahun Baru.

Grafik 3.15 Alokasi Penghasilan Rumah Tangga Sumut

Posisi kredit perbankan kepada sektor rumah tangga

di Sumut hingga akhir tahun 2015 tercatat sebesar

Rp42,8 triliun. Kredit tersebut didominasi oleh kredit

multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), serta kredit

kendaraan bermotor (KKB) dengan porsi masing-

masing sebesar 45%, 33%, dan 12%. Kredit sektor

rumah tangga tumbuh 4,46% (yoy), melambat

dibanding tahun lalu yang mencapai 8,72% (yoy)

(Grafik 3.17). Perlambatan tersebut terjadi sejalan

dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi baik

nasional maupun Sumatera Utara.

15 Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilakukan oleh

KPw BI Sumut untuk melihat keyakinan & ekspektasi konsumen

terhadap perekonomian.

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

30

Grafik 3.16 Perkembangan Kredit Rumah Tangga

Semua jenis kredit konsumsi mengalami tekanan

pertumbuhan. Kredit multiguna melambat cukup

dalam. Sementara itu kredit perumahan rakyat (KPR)

melambat terbatas. Di sisi lain, kredit kendaraan

bermotor (KKB) posisi akhir tahun 2015 justru

terkontraksi.

Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan LTV untuk

mengelola pertumbuhan kredit konsumsi yang lebih

sehat. Di tahun 2015, Bank Indonesia mengeluarkan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.17/10/PBI/2015

tentang Rasio Loan to Value atau Rasio Financing to

Value untuk Kredit atau Pembiayaan Properti dan

Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan

Bermotor. Aturan baru tersebut meliputi kenaikan

10% rasio LTV untuk kredit properti semua tipe

rumah serta penurunan 5% uang muka kredit

kendaraan bermotor.

Relaksasi kebijakan LTV tersebut belum memberikan

dampak yang signifikan, khususnya dampak

penurunan 5% uang muka kredit kendaraan

bermotor terhadap pertumbuhan KKB hingga

penghujung 2015. Hal ini diduga seiring dengan

dampak depresiasi nilai tukar terhadap harga

kendaraan bermotor yang mengakibatkan

menurunnya penjualan ritel kendaraan bermotor

domestik.

Grafik 3.17 Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

Perlambatan kredit konsumsi diiringi dengan

kenaikan risiko kredit. Hal ini tercermin dari NPL,

yang meski masih dibawah batas aman 5%, namun

cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terjadi

baik di KKB maupun KPR, sementara NPL kredit

multiguna relatif stabil. Hal ini diduga terkait dengan

masih berlanjutnya penurunan harga komoditas yang

berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.

3.5 Perkembangan Sistem Pembayaran

3.5.1 Sistem Pembayaran Non Tunai

Di sisi lain, transaksi kliring melalui SKNBI16

nominalnya tercatat sebesar Rp46,65 triliun atau

meningkat 13,83% (yoy), lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya. Namun secara volume, transaksi kliring

hanya mencapai 1,1 juta lembar atau melambat

-37,02% (yoy), terkontraksi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat tumbuh 12,06% (yoy)

(Grafik 3.20). Secara kuartalan, nominal maupun

volume kliring meningkat, masing-masing 14,04%

(qtq) dan 2,04% (qtq). Kondisi tersebut sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 yang

mulai membaik, namun secara keseluruhan tahun

melambat dibandingkan tahun 2014.

Grafik 3.18 Perkembangan Transaksi Kliring

16 SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia), berbeda dengan

BI RTGS, setelmennya periodik (netting) serta untuk transaksi

bernilai kecil (maksimal Rp.500 juta)

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

31

3.5.2 Kinerja Sistem Pembayaran Tunai

Perkembangan aliran uang kartal di

Sumatera Utara pada triwulan IV 2015 mengalami

net outflow17 sebesar Rp2,5 triliun (Grafik 3.21),

berbeda dibanding triwulan sebelumnya dengan

posisi net inflow Rp1,5 triliun. Posisi net outflow

tersebut terjadi di wilayah kerja KPw BI Pematang

Siantar dan KPw BI Sibolga, masing-masing sebesar

Rp1,8 triliun dan Rp1,4 triliun. Di sisi lain, net inflow

justru terjadi di wilayah kerja KPw BI Sumut yang

berkedudukan di Medan sebesar Rp793 miliar.

Grafik 3.19 Perkembangan Uang Kartal di Sumut

Fenomena tingginya aliran masuk dari wilayah sekitar

menuju Medan tersebut diduga karena meningkatnya

aktivitas penukaran uang menjelang hari Natal dan

Tahun Baru.

17 Net outflow mencerminkan jumlah uang masuk (inflow) lebih

banyak dibanding uang keluar (outflow) ke kantor BI. Perhitungan

inflow/outflow uang kartal dilakukan berdasarkan pelaporan bank

di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang berada di

Sumatera Utara yaitu KPw BI Provinsi Sumatera Utara, KPw BI

Sibolga, dan KPw BI Pematangsiantar.

Grafik 3.20 Perkembangan Temuan Uang Palsu di Sumut

Di tengah total uang beredar18 yang menurun dari

Rp17,9 triliun menjadi Rp14,7 triliun, temuan uang

rupiah tidak asli juga menurun, dari 1.002 lembar

pada triwulan sebelumnya menjadi 999 lembar

(Grafik 3.22). Bank Indonesia terus meningkatkan

koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk

Kepolisian, dan senantiasa melakukan sosialisasi Ciri-

ciri Keaslian Uang Rupiah (CiKUR) guna

mengantisipasi penggunaan dan peredaran uang

Rupiah palsu.

Penjumlahan inflow dan outflow

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PERBANKAN, STABILITAS SISTEM KEUANGAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

32

Elektronifikasi Demi Transaksi Keuangan yang Lebih Efisien

Dalam era digital, elektronifikasi menjadi pilihan yang harus diambil untuk meningkatkan efisiensi

transaksi keuangan. Elektronifikasi adalah berbagai upaya yang dilakukan untuk mengubah transaksi keuangan

dari bentuk tunai ke bentuk non tunai. Beberapa contoh kegiatan

elektronifikasi antara lain penggunaan e-money dalam transaksi pembelian

tiket kereta api Medan – Kualanamu atau pembayaran biaya tol. Termasuk di

dalamnya adalah kegiatan Lembaga Keuangan Digital (LKD) yang sedang

digalakan untuk dikembangkan di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh

layanan perbankan. Dengan layanan LKD tersebut masyarakat dapat

melakukan transaksi perbankan di agen LKD yang biasanya merupakan

tempat usaha penjualan kelontong.

Berdasarkan hasil survei19 secara terbatas mengenai Akseptabilitas

Elektronifikasi di Provinsi Sumatera Utara, elektronifikasi mendapatkan

dukungan yang sangat besar dari elemen masyarakat. Survei dilakukan

secara terbatas terhadap 150 responden dan dilakukan Kota Medan yang merupakan pusat pemerintahan

Provinsi Sumatera Utara dan menjadi magnet perkembangan di Sumut. Survei tersebut menunjukkan bahwa

sebagaian besar (95%) masyarakat di Kota Medan mendukung adanya elektronifikasi. Hal ini disebabkan

responden menyakini lebih efisiennya transaksi keuangan bila dibandingkan dengan transaksi menggunakan

uang tunai. Dukungan ini justru terutama diperoleh dari masyarakat di lingkungan pemerintahan. Di sisi lain,

fasilitas yang terbatas menyebabkan 5% masyarakat responden resisten dalam menggunakan transaksi

elektronik.

Pada dasarnya masyarakat menyambut baik adanya elektronifikasi ini. Terdapat 3 variabel yang

digunakan untuk mengukur akseptabilitas masayarkat terhadap elektronifikasi, diantaranya adalah efisiensi,

keamanan, dan infrastruktur. Dari ketiga variabel ini, variabel yang paling berpengaruh terhadap keinginan

responden untuk menggunakan uang elektronik adalah faktor efisiensi, disusul dengan keamanan dan

infrastruktur. Menurut hasil survei, penyebab dari terkendalanya realisasi elektronifikasi adalah rendahnya

tingkat sosialisasi elektronifikasi ke masyarakat umum, infrastruktur yang belum siap, serta belum jelasnya

regulasi.

Langkah awal penjajakan elektronifikasi di Sumatera Utara dilakukan di lingkungan Universitas pada

tahun 2014. Langkah tersebut dilanjutkan kepada Pemerintah Daerah di tahun 2015. Urgensi untuk

meningkatkan elektronifikasi pada level pemerintah semakin penting dikarenakan berdasarkan hasil Focus

Group Discussion (FGD) KPw BI Sumut dengan pemerintah menunjukkan bahwa hanya 9 dari 34 satuan kerja

pemerintah daerah Provinsi Sumatera Utara yang telah menggunakan media elektronifikasi dalam proses

penggajiannya. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia telah menginisiasi beberapa kerja sama dengan

pemerintah maupun universitas yaitu Nota Kesepahaman dengan USU pada tahun 2014 mengenai

elektronifikasi di lingkungan kampus serta Nota Kesepahaman dengan Polda Sumut, Pemprovsu dan Ditjen

Perbendaharaan Sumatera Utara mengenai peningkatan implementasi transaksi elektronik di lingkungan

pemerintah terutama dalam penggajian.

Ke depan, elektronifikasi perlu diperluas ke berbagai bentuk transaksi keuangan. Hal ini didasarkan

pada pemahaman pentingnya elektronifikasi dalam mendukung efisiensi ekonomi yang diperlukan agar

ekonomi Sumatera Utara dapat tumbuh lebih cepat lagi.

Riset Akseptabilitas Elektronifikasi di Provinsi Sumatera Utara, penelitian bersama STIM Sukma

Grafik 3.21 Dukungan Masyarakat

terhadap Elektronifikasi

Suplemen 2

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KEUANGAN PEMERINTAH

33

BAB 4 KEUANGAN PEMERINTAH

Memasuki triwulan IV 2015 realisasi belanja Pemerintah Daerah meningkat cukup tajam

sehingga secara keseluruhan tahun tercatat cukup baik. Di sisi lain, kondisi tersebut menunjukkan

bahwa realisasi belanja Pemerintah masih terkonsentrasi di akhir tahun. Realisasi belanja Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara di tahun 2015 mencapai 94,1% dari yang dianggarkan. Sementara untuk APBD 17

(dari 33) Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terealisasi 95,7%. Namun, realisasi belanja langsung

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang didalamnya termasuk belanja modal hanya sebesar 86,9% dari

pagunya. Hal ini sejalan dengan sumbangan konsumsi Pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di

triwulan laporan yang masih terbatas.

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

34

4.1 Gambaran Umum

Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2013, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan

rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah

dan disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD). Dalam penyusunannya, keterkaitan antara

kebijakan perencanaan dengan penganggaran oleh

Pemerintah Daerah, serta sinkronisasi dengan

berbagai kebijakan Pemerintah Pusat dalam

perencanaan dan penganggaran negara tentunya

perlu diperhatikan.

Pada triwulan IV-2015, terdapat perubahan anggaran

pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi

(Pemprov) Sumatera Utara, dengan koreksi menurun

baik pada anggaran pendapatan maupun anggaran

belanja. Dengan adanya perubahan APBD tersebut,

anggaran belanja Provinsi Sumatera Utara terealisasi

Rp7,9 triliun atau 94,1%, lebih baik dari pencapaian

tahun 2014 yang sebesar 91,2%. Anggaran belanja

APBD 17 dari 33 Kabupaten/Kota20 di Sumatera Utara

terealisasi 95,7% dari pagunya, dengan Kabupaten

Langkat sebagai Kabupaten dengan realisasi belanja

tertinggi sebesar 117,7% dan Kabupaten Nias Barat

terendah sebesar 65,5%. Sementara itu, sejalan

dengan akselerasi pertumbuhan konsumsi

Pemerintah Pusat, terdapat juga lonjakan realisasi

anggaran belanja APBN, yang mencapai 90,7%

sampai dengan triwulan ini.

Walaupun menunjukkan perbaikan, pencapaian

realisasi belanja baik Pemprov, Pemerintah

Kabupaten/Kota (Pemkab/Pemko), maupun

Pemerintah Pusat (anggaran APBN) di Sumatera

Utara masih belum optimal akibat kendala-kendala

realisasi anggaran di awal 2015 (perubahan

nomenklatur kementerian) maupun di akhir tahun

(perubahan APBD).

4.2 Anggaran Pendapatan dan Realisasi

Belanja Daerah Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2015

Pada triwulan IV 2015, terdapat perubahan APBD

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. P-APBD

pendapatan Pemprov Sumatera Utara turun Rp222,5

miliar menjadi sebesar Rp8,45 triliun atau lebih

rendah 2,6% dari rencana semula yang sebesar

Rp8,67 triliun. Anggaran pendapatan P-APBD 2015

juga lebih rendah -0,4% (yoy) dari APBD 2014 yang

mencapai Rp8,48 triliun. Penurunan PAD bersumber

dari koreksi pendapatan pajak daerah sebesar -7,8%

dan retribusi daerah -63%. Dengan perubahan

tersebut, pangsa pendapatan Pemprov Sumatera

Utara berubah dari semula Pendapatan Asli Daerah

(PAD) 60,6% dan Pendapatan Transfer 39%, menjadi

masing-masing 54,7% dan 44,9%. Sementara

komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

masih tetap pangsanya 0,4% dari total pendapatan.

Sumber: Biro Keuangan Provsu

Grafik 4.1 Anggaran Pendapatan Pemprov Sumut

Sejalan dengan penurunan pendapatan dimaksud, P-

APBD anggaran belanja Pemprov Sumatera Utara

juga menurun sebesar Rp237 miliar menjadi Rp8,44

triliun atau lebih rendah 1% dari anggaran semula

yang sebesar Rp8,67 triliun, bahkan juga lebih rendah

-1% (yoy) dari APBD 2014 yang sebesar Rp8,52 triliun.

Koreksi penurunan anggaran belanja terbesar

terdapat pada anggaran belanja modal yang

terkoreksi -27,6% dan belanja barang dan jasa

terkoreksi -8,7%. Sementara anggaran belanja yang

meningkat adalah belanja pegawai dan belanja

bansos dan hibah, masing-masing naik 5% dan 52%

dari anggaran semula. Dengan koreksi ke bawah

tersebut, pangsa komponen belanja pegawai menjadi

15,7%, belanja hibah dan bansos 25,2%, belanja

barang dan jasa 13,8%, dan belanja modal 12,1% dari

total anggaran belanja.

Dari P-APBD tersebut, sampai dengan akhir tahun

2015, realisasi belanja Pemprov Sumatera Utara

mencapai 94,1% atau Rp7,9 triliun. Realisasi

tersebut lebih tinggi dibanding realisasi tahun 2014

yang mencapai Rp7,7 triliun atau 91,2% dari

anggaran.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

35

Sumber: Biro Keuangan Provsu

Grafik 4.2 Anggaran Belanja Pemprov Sumut

Realisasi belanja pada tahun 2015 meliputi belanja

tidak langsung sebesar Rp5,88 triliun atau 69,7% dari

anggaran, sementara belanja langsung sebesar

Rp2,05 triliun atau 24,4% dari anggaran. Realisasi

belanja langsung yang di dalamnya terdapat belanja

modal, hanya 86,9% dari pagunya yang sebesar

Rp2,36 triliun. Tidak optimalnya realisasi belanja

modal diperkirakan dipengaruhi oleh lambatnya

persetujuan P-APBD yang baru terlaksana pada akhir

tahun. Penurunan anggaran belanja modal dan

realisasi yang di bawah pagunya, berdampak pada

melambatnya kinerja konsumsi pemerintah pada

triwulan laporan sehingga berbeda dengan polanya,

bahkan dengan angka pertumbuhan yang jauh di

bawah rata-rata historisnya. Ke depan, realisasi

belanja modal perlu dicermati agar lebih optimal,

karena belanja modal yang efektif dapat memberikan

multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara yang lebih tinggi.

4.3 Realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara Tahun 2015

Realisasi pendapatan pemerintah daerah (Pemda) 17

dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara hingga

triwulan IV 2015 mencapai Rp16,6 triliun atau 96,1%

dari anggaran pendapatan 2015. Realisasi tersebut

secara nominal lebih tinggi dari capaian 2014 yang

tercatat sebesar Rp16,2 triliun. Namun secara

prosentase, realisasi pendapatan ke 17

kabupaten/kota tersebut masih lebih rendah dari

capaian 2014 yang mencapai 108% dari target

anggaran pendapatan (Tabel 4.1).

Peningkatan pendapatan secara nominal terjadi pada

komponen PAD dan Transfer, sementara komponen

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah menurun. Hal

ini menunjukkan perbaikan rasio kemandirian fiskal

Pemda 17 Kabupaten/Kota tersebut, dari 3,3% tahun

2014 menjadi 3,9%, meskipun masih rendah. Rasio

kemandirian fiskal merupakan rasio antara

Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Total

Pendapatan. Rendahnya rasio kemandirian fiskal ini

mencerminkan masih besarnya ketergantungan

Pemda Kabupaten/Kota di Sumatera Utara terhadap

dana transfer dari Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Provinsi. Rasio kemandirian fiskal

tertinggi dicatat oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar

28,5%, sedangkan terendah adalah Kabupaten

Labuhan Batu Utara sebesar 3,6%. Tingginya rasio

kemandirian Kabupaten Deli Serdang disebabkan

oleh tingginya pendapatan Kabupaten Deli Serdang

yang bersumber dari pajak industri pengolahan yang

banyak terdapat di wilayah tersebut, salah satunya

adalah Kawasan Industri KIM Star di Tanjung

Morawa.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

36

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah 17 dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Komposisi realisasi pendapatan tahun 2015 masih

tidak berubah banyak dari periode yang sama tahun

lalu, yaitu 81% ditopang oleh Transfer terutama

berupa dana perimbangan; 8,8% didapat dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta sisanya (10,2%)

berupa Lain-lain Pendapatan yang Sah (Grafik 4.4).

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Grafik 4.3 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemda

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Realisasi PAD 17 dari 33 Pemkab/Pemko di

Sumatera Utara pada tahun 2015 mencapai Rp1,4

triliun atau hanya 89% dari targetnya. Realisasi PAD

tertinggi dicapai oleh Pemda Kabupaten Tapanuli

Utara sebesar 137% dari target (Rp98 miliar dari

target Rp71 miliar), sementara terendah dicapai

Pemda Kabupaten Asahan sebesar 46% dari

targetnya (Rp33 miliar dari target Rp71 miliar).

Beberapa kabupaten yang mencatatkan pencapaian

di atas 100% dari target PAD-nya adalah Kabupaten

Labuhan Batu Utara (114%), Kabupaten Langkat

(110%), Tapanuli Selatan (114%), Tapanuli Utara

(137%), Padang Sidempuan (121%) dan Tanjung Balai

(104%).

Pencapaian realisasi PAD tersebut tidak lepas dari

realisasi penerimaan pajak. Secara nominal,

realisasi pajak 17 dari 33 Pemda Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara cenderung naik. Hingga triwulan IV

2015, penerimaan pajak terealisasi Rp640 miliar,

lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang

sebesar Rp537 miliar. Penerimaan pajak tersebut

hanya mencapai 85% dari yang ditargetkan pada

tahun 2015, namun lebih tinggi dari capaian 2014

yang hanya tercapai 80% dari target penerimaan

pajak.

Realisasi penerimaan pajak tertinggi secara nominal

diraih oleh Kabupaten Deli Serdang sebesar Rp368

miliar (80% dari target sebesar Rp463 miliar). Namun

secara prosentase, penerimaan pajak tertinggi

dicatat oleh Pemda Kabupaten Tapanuli Selatan

dengan pencapaian 198% dari target (Rp48,2 miliar

dari Rp24,3 miliar yang ditargetkan). Sementara

penerimaan terendah baik secara nominal maupun

dari targetnya dicapai oleh Kabupaten Nias Barat

yang hanya memperoleh Rp 1 miliar (13% dari target

sebesar Rp7,59 miliar).

Pendapatan PADPajak

Daerah Pendapatan PAD

Pajak

daerah Pendapatan PAD

Penerimaan

pajak

1 Kab. Asahan 1.341 71 31 1.244 33 5,69 92,8% 46% 18%

2 Kab. Batu Bara 864 43 22 858 37 27,98 99,3% 86% 129%

3 Kab. Deli Serdang 2.209 631 463 3.255 523 368,96 147,3% 83% 80%

4 Kab. Humbang Hasundutan 747 28 4 745 26 2,52 99,8% 95% 64%

5 Kab. Labuhanbatu Utara 855 30 15 795 35 15,62 93,0% 114% 105%

6 Kab. Langkat 2.020 111 42 1.578 122 42,29 78,1% 110% 100%

7 Kab. Mandailing Natal 1.200 66 19 1.118 48 12,79 93,2% 73% 66%

8 Kab. Nias 511 63 4 561 49 1,39 109,8% 77% 33%

9 Kab. Nias Barat 247 20 8 441 4 1,00 178,3% 22% 13%

10 Kab. Tapanuli Selatan 1.074 98 24 1.023 112 48,24 95,3% 114% 198%

11 Kab. Tapanuli Utara 1.074 71 8 1.093 98 9,39 101,8% 137% 115%

12 Kab. Toba Samosir 854 34 12 789 25 6,70 92,3% 73% 57%

13 Kota Binjai 844 89 28 904 78 30,88 107,1% 88% 111%

14 Kota Padang Sidempuan 773 56 12 758 68 11,47 98,1% 121% 99%

15 Kota Pematang Siantar 887 121 34 940 91 26,10 106,0% 76% 77%

16 Kota Tanjung Balai 503 51 9 580 53 9,26 115,4% 104% 108%

17 Kota Tebing Tinggi 629 67 16 622 60 20,64 98,9% 90% 126%

Total 16.631 1.651 750,71 17.303 1.464 640,93 104,0% 89% 85%

APBD 2015 (Rp miliar) Realisasi 2015 (Rp miliar)

No. Kabupaten/Kota

% Realisasi

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

37

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 17 dari 33

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Dari sisi belanja daerah, 17 dari 33 Kabupaten/Kota di

Sumatera Utara telah membelanjakan Rp17,1 triliun

atau 95,7% dari anggaran belanja 2015. Sebagaimana

pendapatannya, realisasi belanja tersebut secara

nominal juga lebih tinggi dari tahun 2014 yang

tercatat sebesar Rp15,2 triliun. Namun secara

prosentase masih di bawah realisasi 2014 yang

mencapai 97,1% dari plafon. Rendahnya prosentase

realisasi belanja 2015 tidak terlepas dari kondisi

politik terkait pelaksanaan Pilkada serentak dan

terlambatnya persetujuan P-APBD 2015. Komponen

belanja yang terbesar adalah belanja pegawai yang

mencapai Rp9 triliun (52,7% dari anggaran), belanja

modal sebesar Rp3,6 triliun (21,5% dari anggaran),

dan belanja barang dan jasa sebesar Rp2,8 triliun

(16,8% dari anggaran).

Sejalan dengan penerimaan pajaknya, secara nominal

Kabupaten Deli Serdang memiliki realisasi anggaran

belanja tertinggi hingga akhir tahun 2015 sebesar

Rp2,66 triliun (81,8% dari pagu). Sementara itu,

dengan adanya dukungan penerimaan pajak yang

melampaui target, realisasi belanja terbesar secara

pagu dicatat oleh Kabupaten Langkat dengan nilai

sebesar Rp1,9 triliun (117,7% dari pagu). Realisasi

anggaran yang konsisten tinggi baik dari pendapatan

pajak maupun belanja menunjukkan kedisiplinan

Pemkab Langkat dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya.

4.4 Rekening Pemerintah Daerah di Bank

Grafik 4.4 Posisi Rekening Pemda di Sumatera Utara

Sebagaimana polanya, posisi simpanan Pemda

(gabungan Pemprov dan 33 Pemkab/Pemko) di

Sumatera Utara yang ditempatkan pada perbankan

pada akhir triwulan IV 2015 menurun tajam -65.9%

(qtq). Simpanan dimaksud menurun dari Rp12,4

triliun menjadi Rp4,2 triliun. Posisi simpanan tersebut

masih lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama

tahun lalu, yakni tumbuh sebesar 32,8% (yoy). (Grafik

4.4). Kenaikan tersebut mencerminkan realisasi

pendapatan yang masih baik ditengah lambatnya

realisasi belanja, dan sejalan dengan realisasi

konsumsi pemerintah yang melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya.

No. Kabupaten/Kota APBD 2015 Realisasi 2015 % Realisasi

1 Kab. Asahan 1.242 1.336 107,6%

2 Kab. Batu Bara 881 897 101,8%

3 Kab. Deli Serdang 3.260 2.668 81,8%

4 Kab. Humbang Hasundutan 754 714 94,7%

5 Kab. Labuhanbatu Utara 804 863 107,3%

6 Kab. Langkat 1.615 1.901 117,7%

7 Kab. Mandailing Natal 1.145 1.224 106,9%

8 Kab. Nias 602 494 82,0%

9 Kab. Nias Barat 485 318 65,5%

10 Kab. Tapanuli Selatan 1.094 1.117 102,1%

11 Kab. Tapanuli Utara 1.224 1.096 89,5%

12 Kab. Toba Samosir 806 835 103,6%

13 Kota Binjai 942 885 94,0%

14 Kota Padang Sidempuan 782 773 98,8%

15 Kota Pematang Siantar 1.006 855 85,0%

16 Kota Tanjung Balai 609 554 91,0%

17 Kota Tebing Tinggi 651 612,96 94,1%

Total Pemkab 17.903 17.142 95,7%

Miliar Rp

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

38

4.5. Realisasi Belanja APBN di Sumatera Utara tahun 2015

Tabel 4.3 Realisasi Belanja APBN Sumatera Utara

Sumber: Ditjen Pembendaharaan Provinsi Sumatera Utara

Anggaran belanja APBN di Provinsi Sumatera Utara

tahun 2015 mencapai Rp21,4 triliun, meningkat

31,6% (yoy) dibandingkan tahun 2014 yang sebesar

Rp16,26 triliun. Dari Rp21,4 triliun tersebut,

terealisasi 90,7% atau Rp18,99 triliun sampai dengan

akhir tahun 2015. Capaian tersebut lebih tinggi dari

tahun 2014 yang tercatat hanya mencapai 89,5%

atau Rp14,5 triliun. Kondisi ini seiring dengan

akselerasi pertumbuhan Konsumsi Pemerintah pada

Produk Domestik Bruto Indonesia. Belum

maksimalnya realisasi anggaran belanja

APBN tahun 2015 tidak lepas dari berbagai kendala,

terutama adanya perubahan nomenklatur di

beberapa kementerian dan proses pengadaan/

pelelangan yang memerlukan waktu.

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja APBN

tertinggi pada tahun 2015 adalah realisasi belanja

pegawai sebesar 33,1% atau Rp7,09 triliun, diikuti

oleh realisasi belanja modal 29,8% (Rp6,38 triliun),

belanja barang 23,8% (Rp5,08 triliun), dan bantuan

sosial 3,45 (Rp 732 miliar). Belanja pegawai

digunakan untuk membiayai gaji pegawai

Kementerian atau instansi Pemerintah Pusat yang

berada di Sumatera Utara, sedangkan belanja modal

digunakan untuk membiayai proyek-proyek

infrastruktur strategis yang dicanangkan oleh

Pemerintah Pusat.

Pola realisasi belanja APBN dari triwulan ke triwulan

relatif sama dengan tahun 2014, rendah di awal

tahun dan meningkat sampai ke akhir tahun. Hal ini

karena realisasi belanja (khususnya belanja modal)

APBN mayoritas memerlukan proses pengadaan

dengan termin penyelesaian secara bertahap dan

selesai di akhir tahun. Realisasi belanja modal

meningkat signifikan dari tahun 2014 sebesar 3,05

triliun menjadi Rp6,38 triliun. Hal ini mencerminkan

komitmen Pemerintah Pusat untuk memperbaiki

infrastruktur terutama untuk transportasi.

Berdasarkan fungsinya, realisasi belanja APBN

tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh fungsi

pertahanan dan keamanan yang mencapai 98,2% dari

pagunya, dengan yang terendah adalah fungsi

pariwisata dan budaya yang hanya mencapai 79,1%

dari pagunya. Namun secara nominal, realisasi

terbesar pada fungsi ekonomi dan pendidikan

Miliar Rp

Anggaran Realisasi % Realisasi Anggaran Realisasi % Realisasi

I Berdasarkan Jenis Belanja

1. Belanja Pegawai 5.957 5.678 34,9% 7.102 7.090 33,1%

2. Belanja Barang 4.977 4.428 27,2% 5.888 5.088 23,8%

3. Belanja Modal 3.848 3.050 18,8% 7.637 6.382 29,8%

4. Belanja Bantuan Sosial 1.481 1.406 8,6% 774 732 3,4%

II Berdasarkan Fungsi

1. Pelayanan Umum 4.438 4.086 28,1% 3.650 3.428 16,4%

2. Pertahanan 1.412 1.384 8,5% 2.023 1.934 9,2%

3. Ketertiban dan Keamanan 1.048 1.019 6,3% 1.460 1.433 6,8%

4. Ekonomi 3.415 2.689 16,5% 7.760 6.720 32,1%

5. Lingkungan Hidup 319 262 1,6% 373 320 1,5%

6. Perumahan dan Fasilitas Umum 970 941 5,8% 496 473 2,3%

7. Kesehatan 242 192 1,2% 850 696 3,3%

8. Pariwisata dan Budaya 9 9 0,1% 50 40 0,2%

9. Agama 227 218 1,3% 260 211 1,0%

10. Pendidikan 4.145 3.726 22,9% 3.943 3.668 17,5%

11. Perlindungan Sosial 39 38 0,2% 73 70 0,3%

No UraianTahun Anggaran 2014 Tahun Anggaran 2015

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

39

masing-masing sebesar Rp6,7 triliun (32,1% dari total

anggaran) dan Rp3,6 triliun (17,5% dari total

anggaran). Komitmen Pemerintah Pusat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera

Utara melalui peningkatan mutu pendidikan dan

pelayanan umum dibuktikan dengan besarnya alokasi

anggaran untuk kedua sektor tersebut.

4.6. APBD Pemerintah Provinsi Sumatera Utara

tahun 2016

Pada APBD 2016, target pendapatan Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara meningkat sebesar 18%

dibandingkan P-APBD 2015. Pendapatan Asli Daerah

(PAD) naik tipis 0,1%, sementara Lain-lain

Pendapatan yang Sah justru turun -0,4%. Namun

terjadi peningkatan yang signifikan pada pendapatan

Transfer, yang meningkat 116% dibandingkan tahun

2015.

Selain penerimaan pajak yang menurun -0,3%,

seluruh komponen PAD lainnya meningkat, masing-

masing Retribusi Daerah naik 2,7%, Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang Dipisahkan naik 2,3%, dan

Lain-lain PAD yang Sah naik 7,8%. Sementara itu,

kenaikan Transfer terutama disumbang oleh

kenaikan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

yang meningkat 97,1% menjadi Rp3,03 triliun dari

sebelumnya sebesar Rp1,54 triliun pada tahun 2015.

Berdasarkan pangsanya, pada tahun 2016 PAD

masih merupakan sumber pendapatan utama

Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara,

meskipun kecenderungannya menurun. Pangsa PAD

terhadap total pendapatan hanya mencapai 46,4%,

menurun dibandingkan tahun 2015 yang sebesar

54,7%. Sementara pangsa pendapatan Transfer

terhadap total pendapatan meningkat menjadi

sebesar 53,2%, dari sebelumnya sebesar 44,9% pada

tahun 2015. Peningkatan pendapatan Transfer

terutama terjadi pada dana penyesuaian dan

otonomi khusus berupa bantuan operasional sekolah

(dana BOS) negeri, swasta maupun madrasah aliyah

di Sumatera Utara. Hal ini mencerminkan komitmen

Pemerintah Pusat untuk meningkatkan pemerataan

kesempatan pendidikan dan kualitas SDM di

Sumatera Utara.

Tabel 4.4 Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemprovsu

Tahun 2016

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara, diolah

Anggaran belanja TA 2016 Pemprov Sumatera Utara

tercatat sebesar Rp9,95 triliun, naik 17,9% (yoy)

dibanding P-APBD TA 2015 yang sebesar Rp8,44

triliun. Angka kenaikan tersebut jauh lebih tinggi

dibanding kenaikan pada APBD 2015 terhadap APBD

2014 yang hanya sebesar 1,8% (yoy). Komponen yang

mengalami kenaikan adalah belanja pegawai (naik

16,8%), belanja modal (naik 21,5%), belanja barang

dan jasa (naik 26,1%), dan hibah (naik 41,8%).

Peningkatan anggaran belanja barang dan jasa telah

memperhitungkan penganggaran upah tenaga kerja

dan tenaga lainnya yang terkait dengan jasa

pemeliharaan atau jasa konsultansi baik yang

dilakukan secara swakelola maupun dengan pihak

ketiga. Dalam menetapkan jumlah anggaran untuk

belanja barang habis pakai, Pemda di Sumatera Utara

juga telah menyesuaikan kebutuhan riil setelah

mengurangi sisa persediaan barang TA 2015 lalu.

Peningkatan belanja modal juga sejalan dengan

program pemerintahan yang memfokuskan pada

pembangunan infrastruktur yang berpotensi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sumatera

Utara di masa yang akan datang.

Uraian 2015 2016%

Perubahan

1 Pendapatan 8.452 9.974 18,0%

1.1 PAD 4.624 4.630 0,1%

1.1.1 Pajak daerah 4.181 4.169 -0,3%

1.1.2 Retribusi daerah 31 32 2,7%

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan 256 262 2,3%

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156 168 7,8%

1.2 Transfer 3.794 5.309 40,0%

1.2.1 DAPER 1.713 2.273 32,7%

1.2.1.1 DBH 487 516 6,0%

1.2.1.2 DAU 1.139 1.605 40,8%

1.2.1.3 DAK 87 152 75,5%

1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.081 3.037 45,9%

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 35 34 -2,5%

1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat -

1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Hibah 35 34 -2,5%

2 Belanja 8.443 9.951 17,9%

2.1 Belanja Pegawai 1.324 1.547 16,8%

2.2 Belanja Barang & Jasa 1.168 1.473 26,1%

2.3 Belanja Modal 1.023 1.243 21,5%

2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2.589 5.680 119,4%

2.5 Transfer 2.331 -100,0%

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

40

4.7. APBN di Sumatera Utara tahun 2016

Target belanja APBN di Sumatera Utara pada tahun

2016 menurun dibandingkan tahun 2015 (Grafik

4.5). Target belanja tahun 2016 sebesar Rp19,04

triliun atau menurun -11% (yoy).

Penurunan belanja APBN di Sumatera Utara pada

tahun 2016 terjadi pada pangsa belanja modal yang

menurun dari 35,7% menjadi 31,8% dan belanja

bantuan sosial dari 3,6% menjadi 0,3% dari total

anggaran. Sementara itu untuk komponen dengan

peningkatan pangsa tertinggi terjadi pada belanja

pegawai (naik menjadi 37,1%), diikuti oleh belanja

barang (naik menjadi 30,7%).

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Sumatera Utara

Grafik 4.5 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera

Utara 2016 Menurut Jenis Belanja

Berdasarkan fungsi, anggaran terbesar masih

dialokasikan pada fungsi ekonomi (36%), diikuti oleh

fungsi pendidikan (19%), serta ketertiban dan

keamanan (14%). Sedangkan alokasi anggaran

belanja terendah ada pada fungsi pariwisata dan

budaya (0,02%). Alokasi anggaran terbesar pada

fungsi ekonomi sejalan dengan program Pemerintah

yang fokus pada pengembangan infrastruktur,

penguatan sumber daya manusia, dan ketahanan

pangan.

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Sumatera Utara

Grafik 4.6 Pangsa Anggaran Belanja APBN Sumatera

Utara 2016 Menurut Fungsi

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

41

BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN

Indikasi perbaikan ekonomi Sumatera Utara belum tercermin pada kondisi ketenagakerjaaan

dan kesejahteraan masyarakat. Ekspektasi ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan masih

menurun. Namun demikian, perbaikan ekonomi tersebut terlihat pada ekspektasi ketersediaan lapangan

kerja yang membaik pada periode mendatang. Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat juga

belum mengindikasikan perbaikan. Nilai Tukar Petani (NTP) masih tertekan sehingga menahan perbaikan

daya beli masyarakat. Kemiskinan meningkat terutama di masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut

tercermin pada Indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan yang memburuk.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

42

5.1 Ketenagakerjaan

Kondisi perekonomian yang mengindikasikan

adanya perbaikan belum tercermin pada

membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Survei

Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi

Sumut memperlihatkan pesimisme ketersediaan

lapangan usaha. Kondisi tersebut tercermin dari

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini yang

kembali menurun (Grafik 5.1).

Namun demikian, ekspektasi ketersediaan

lapangan kerja menunjukkan perbaikan yang

siginifikan meski masih pada level pesimis. Hal ini

diperkirakan sejalan dengan indikasi perbaikan

ekonomi yang masih berlangsung. Ekspektasi

tersebut diperkirakan akan terus membaik seiring

dengan semakin kuatnya perbaikan ekonomi

Sumatera Utara. Kondisi tersebut diharapkan

tercermin pada Keadaan Ketenagakerjaan yang

akan dipublikasikan oleh BPS pada Februari 2016.

Dapat ditambahkan bahwa jumlah penduduk yang

bekerja pada Agustus 2015 mengalami

peningkatan dibanding periode yang sama tahun

sebelumnya.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

Sementara itu, Indikator Jumlah Karyawan Total

berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi

Sumut pada triwulan IV 2015 menunjukkan

sedikit penurunan dan diekspektasikan semakin

membaik pada periode selanjutnya. Penurunan

jumlah karyawan total dari sisi pelaku usaha

terjadi sebagai salah satu bentuk efisiensi biaya

operasional akibat kondisi ekonomi yang belum

pulih sepenuhnya. Sebagai provinsi yang banyak

mengandalkan ekspor komoditas, kondisi

ekonomi yang belum pulih terkait dengan masih

rendahnya harga komoditas internasional serta

permintaan yang relatif menurun. Kategori

dengan penurunan jumlah tenaga kerja terdalam

adalah kategori pertanian dan industri

pengolahan.

Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KPw BI Sumut

Grafik 5.2 Indikator Jumlah Karyawan Total

Belum kuatnya sinyal perbaikan harga komoditas

serta permintaan tidak menyurutkan perbaikan

persepsi konsumen terhadap ketersediaan

lapangan kerja di periode mendatang, meski

masih berada dalam level pesimis. Hal serupa juga

terjadi dari sudut pandang pelaku usaha yang

turut berkeyakinan bahwa akan terdapat kenaikan

jumlah karyawan pada periode mendatang.

Berlanjutnya realisasi mega proyek infrastruktur

pemerintah serta indikasi penguatan

perekonomian domestik menjadi pemicu

meningkatnya keyakinan konsumen maupun

pelaku usaha akan kondisi ketenagakerjaan.

5.2 Kesejahteraan

5.2.1 Tingkat Penghasilan Masyarakat

Seiring dengan kondisi nasional, jumlah penduduk

miskin di Sumatera Utara mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah

penduduk miskin di Sumatera Utara mencapai 1,5

juta jiwa atau 10,8% dari total penduduk. Jumlah

ini meningkat secara signifikan bila dibandingkan

dengan tahun 2014 yang hanya mencapai 1,4 juta

jiwa atau 9,9% dari total penduduk.

Dalam waktu 6 bulan, jumlah penduduk miskin di

Sumatera Utara mengalami peningkatan 44.000

jiwa penduduk miskin. Peningkatan jumlah

penduduk miskin ini terjadi terkait menurunnya

tingkat pendapatan meski daya beli relatif terjaga.

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

43

Sumber: BPS

Grafik 5.3 Penduduk Miskin di Sumatera Utara

Secara spasial, Sumut masuk ke dalam 5 besar

provinsi dengan penambahan persentase

penduduk miskin terbesar di Indonesia, bersama

dengan Provinsi Riau, Nusa Tenggara Timur,

Sulawesi Tenggara, dan Maluku. Secara nasional,

Sumatera Utara masih menduduki peringkat 17

nasional berasarkan urutan jumlah persentase

penduduk miskin terbesar. Tingkat kemiskinan

yang semakin melebar ini tidak lepas dari

karakteristik Sumatera Utara yang memang sangat

menggantungkan aktivitas ekonominya pada

perkebunan. Tahun 2015 memang memberikan

pukulan yang cukup berat akibat perkembangan

harga dan permintaan yang kurang

menggembirakan seperti yang telah dijelaskan

pada bab 1.

Sumber: BPS

Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi se-Sumatera dan DKI Jakarta

Peningkatan persentase dan jumlah penduduk

miskin diiringi oleh peningkatan Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2). Hal ini

mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran

penduduk miskin cenderung semakin menjauhi

garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran

antar penduduk miskin juga semakin tinggi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

penduduk miskin di Sumatera Utara semakin

miskin.

Sumber: BPS

Grafik 5.5 Indeks Kedalaman & Keparahan Kemiskinan di Sumatera Utara

Sumber: BPS

Grafik 5.6 Penduduk Miskin di Desa dan Kota di Sumut

Selama periode September 2014 s.d. September

2015, persentase kemiskinan meningkat tajam di

pedesaan. Penduduk miskin di daerah perdesaan

di Sumatera Utara bertambah 87.280 orang

menjadi 11,06% dari total penduduk desa.

Sementara itu, penduduk miskin di daerah

perkotaan bertambah 60.290 orang menjadi

10,51% dari total penduduk kota (Grafik 5.8).

Secara historis, persentase penduduk miskin di

desa memang selalu lebih tinggi dibandingkan di

kota. Meskipun telah mengalami penurunan yang

signifikan sejak beberapa tahun terakhir, namun

tingkat kemiskinan di desa kembali meningkat

signifikan pada September 2015.

Meningkatnya kemiskinan di pedesaan diduga

karena daya beli masyarakat desa yang masih

terbatas. Hal tersebut tercermin dari Nilai Tukar

Petani yang masih berada di bawah 10021, jauh

lebih rendah bila dibandingkan tahun 2014 (Grafik

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

44

5.9). Hal ini terjadi baik untuk tanaman pangan,

perkebunan, maupun hortikultura. Hal tersebut

terutama dipengaruhi normalisasi harga

komoditas yang berjalan lambat.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik 5.7 Nilai Tukar Petani

Meningkatnya tingkat kemiskinan ini juga

tercermin dari penurunan ekspektasi

penghasilan masyarakat hingga akhir 2015. Hal

ini tercermin dari Indeks Penghasilan Konsumen

yang menurun dari 117,0 menjadi 97,3. Ekspektasi

ke depan diperkirakan meningkat tercermin dari

naiknya indeks tersebut di angka 135,6 (grafik

5.8). Kenaikan ekspektasi penghasilan tersebut

diduga dipengaruhi akan membaiknya daya beli

masyarakat akibat terjaganya ekspektasi terkait

tidak adanya kenaikan harga BBM bersubsidi.

Selain itu, ekspektasi akan mulai membaiknya

perekonomian turut meningkatnya persepsi

masyarakat akan pendapatan triwulan

mendatang.

Upah Minimum Provinsi (UMP) Provinsi Sumatera

Utara yang meningkat 11,5% dibandingkan tahun

2015 atau menjadi Rp1.811.875 berdasarkan

berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor

188.44/544/KPTS/2015 per 9 November 2015

turut mendorong peningkatan ekspektasi

pendapatan ini.

Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Sumut

Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Konsumen

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

45

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN DAN

REKOMENDASI

Indikasi perbaikan perekonomian Sumatera Utara semakin terlihat di triwulan I 2016.

Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat dibanding triwulan IV 2015 dengan tingkat inflasi yang

masih terjaga. Perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan ditopang oleh permintaan domestik.

Konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan membaik sejalan dengan terjaganya daya beli dan

realisasi proyek infrastruktur Pemerintah. Sementara itu, perbaikan ekspor diperkirakan masih terbatas

seiring dengan penyesuaian harga serta permintaan global yang masih cenderung stagnan. Di sisi sektoral,

perbaikan ekonomi terlihat di kategori Pertanian, kategori perdagangan, dan kategori konstruksi,

sementara kategori industri pengolahan relatif stabil terkait kondisi ekonomi global tersebut. Sementara

itu, tekanan inflasi masih relatif terjaga, dengan kenaikan inflasi pada kelompok volatile foods. Secara

keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun

sebelumnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, tingkat inflasi juga meningkat.

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

46

6.1 Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Triwulan I 2016 perekonomian Sumatera Utara

ditengarai membaik, berada di kisaran 5,2%-5,6%

(yoy) yang ditopang oleh membaiknya permintaan

domestik, sementara perbaikan di sisi eksternal

diperkirakan masih terbatas. Kegiatan ekonomi yang

lebih baik juga terkait dengan minimalnya dampak

bencana erupsi Gunung Sinabung yang sempat

terjadi di 2014 dan 2015.

Dari sisi domestik, kegiatan investasi diperkirakan

membaik sejalan dengan komitmen Pemerintah

untuk membangun infrastruktur meski belum

dibarengi oleh investasi swasta yang signifikan.

Sementara kegiatan konsumsi diperkirakan membaik

terbatas seiring dengan membaiknya daya beli

masyrakat.

Dari sisi belanja pemerintah, kegiatan investasi

diperkirakan akan didorong berlanjutnya realisasi

beberapa proyek infrastruktur besar seperti

revitalisasi Pelabuhan Belawan, pengembangan

Pelabuhan Kuala Tanjung serta pembangunan jalan

tol termasuk jalan lintas Sumatera. Namun, realisasi

belanja pemerintah daerah diperkirakan belum

optimal, tidak jauh berbeda dengan pola-pola awal

tahun sebelumnya. Hal tersebut terkait dengan

kondisi politik yang belum stabil, yang juga

mendorong pelaku usaha cenderung wait and see

untuk melakukan kegiatan investasi.

Indikasi investasi yang masih terbatas terlihat dari

kapasitas utilisasi yang mengalami penurunan

merespon melemahnya permintaan dan menurunnya

pasokan bahan baku22. Program kepatuhan pajak

yang belum mendapatkan respons yang cukup positif

dari swasta pada 2015 lalu diperkirakan masih

menahan investasi bangunan pada triwulan

mendatang.

Sementara dari sisi konsumsi, optimisnya konsumen

dalam merealisasikan aktivitas konsumsinya

tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (Grafik

6.1) yang menunjukan perbaikan. Kondisi tersebut

juga terlihat dari membaiknya ekspektasi penjualan 6

bulan ke depan. Membaiknya konsumsi masyarakat

tersebut diperkirakan terkait dengan kelas menengah

Liaison Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi

Sumatera Utara

dan adanya pola musiman terkait pelaksanaan tahun

baru, imlek serta beberapa HBKN.

Grafik 6.1 Survei Konsumen

Di sisi eksternal, kinerja ekspor khususnya ekspor luar

negeri diperkirakan masih terbatas terkait dengan

kondisi ekonomi global yang masih mengalami

penyesuaian. Berlanjutnya penyesuaian

perekonomian dari sisi eksternal tidak lepas dari

masih berlangsungnya kemerosotan harga komoditas

dan permintaan dunia yang cenderung stagnan, yang

tercermin dari aktivitas manufaktur negara mitra

dagang yang kembali stagnan. Selain itu, harga

produk substitusi yang mayoritas berbahan baku

minyak dunia juga kembali rendah sehingga

menurunkan daya saing produk unggulan, termasuk

kelapa sawit.

Tabel 6.1 Perkiraan Harga Komoditas Unggulan

Komoditas Harga Triwulan IV

2015 (%, yoy)

Harga Triwulan I 2016

(%, yoy)

Kelapa Sawit -21 -12

Karet 2 -3

Kopi -29 -29

Sumber: IMF

Stagnasi permintaan diperkirakan masih berlanjut

seiring dengan terbatasnya geliat industri manufaktur

negara mitra dagang utama yang tercermin dari

Purchasing Manager Index (PMI) yang masih

menunjukkan penurunan hingga akhir triwulan IV

2015. Permasalahan banjirnya persediaan juga masih

berlanjut sehingga kembali menekan harga

komoditas. Adanya kebijakan pemerintah Columbia

untuk mengizinkan ekspor kopi kualitas rendah

berdampak pada pasokan kopi murah yang

membanjiri pasar internasional. Baniirnya pasokan

kopi di pasar global juga didorong oleh masih

tingginya produksi. Kondisi serupa juga terjadi pada

komoditas kelapa sawit dan karet.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

47

Dari sisi penawaran, peningkatan kinerja

perekonomian terutama disokong oleh membaiknya

kinerja kategori Pertanian kategori Perdagangan

Besar dan Eceran, serta kategori Konstruksi.

Sementara itu, kinerja kategori industri pengolahan

diperkirakan menahan optimalnya perbaikan

perekonomian pada periode mendatang.

Mulai masuknya masa panen tanaman bahan

makanan yang biasanya terjadi pada triwulan I

diperkirakan menjadi faktor utama membaiknya

kinerja kategori Pertanian pada periode mendatang.

Cukup kondusifnya periode tanam yang ditandai

dengan cuaca yang memadai, sarana pendukung

pertanian yang memadai, serta penyaluran pupuk

yang meningkat diharapkan mampu mendorong

peningkatan produksi pangan yang lebih baik dari

tahun lalu. Sementara itu, kinerja subsektor tanaman

perkebunan diperkirakan belum memberikan

kontribusi yang signifikan akibat tingginya risiko

berlanjutnya perlemahan harga komoditas.

Peningkatan aktivitas konsumsi swasta pada periode

mendatang turut mendorong kinerja kategori

perdagangan besar dan eceran (PBE). Hal ini juga

tercermin dari persepsi pedagang akan adanya

peningkatan penjualan23 pada triwulan mendatang

(Grafik 6.2). Adanya beberapa pola musiman seperti

perayaan tahun baru serta beberapa HBKN.

Grafik 6.2 Indeks Perkiraan Penjualan

Seiring dengan belum cukup kuatnya sinyal perbaikan

harga komoditas, kinerja industri pengolahan juga

diperkirakan turut tertekan. Dapat ditambahkan

bahwa industri pengolahan di Sumatera Utara

sebagian besar terkait dengan pengolahan CPO dan

Survey Penjualan Eceran Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Sumatera Utara

karet yang merupakan produk utama ekspor

Sumatera Utara. Sehingga, pergerakan harga

komoditas tersebut banyak memengaruhi kinerja

industri pengolahan.

Adanya perbaikan harga komoditas seperti yang

sudah diperkirakan oleh beberapa institusi global

memang terjadi pada pada awal tahun. Namun,

masih tingginya faktor risiko sehingga perkiraan

perbaikan harga masih belum cukup kuat.

Berlanjutnya pembangunan beberapa mega proyek

infrastruktur pemerintah maupun swasta seperti

pembangunan Jalan Tol Mebidangro, revitalisasi

Pelabuhan Belawan, pembangunan Terminal

Multipurpose Pelabuhan Kuala Tanjung serta

beberapa investasi lain diperkirakan menjadi

pendorong meningkatkan kinerja konstruksi. Namun

demikian, kegiatan investasi swasta diperkirakan

masih tertahan terkait dengan kondisi politik yang

belum pulih dan kondisi perpajakan yang belum

direspon secara baik oleh pelaku usaha. Diharapkan,

amnesti pajak mampu mendorong realisasi investasi

swasta yang lebih baik dibandingkan dengan tahun

2015.

Di kategori Industri Pengolahan, masih melimpahnya

pasokan di pasaran, kembali turunnya harga minyak

mentah sebagai produk subtitusi, menurunnya

pasokan bahan baku, serta aktivitas manufaktur

negara mitra dagang utama seperti Tiongkok,

Amerika, Jepang, dan India yang justru mengalami

penurunan ditengarai menjadi penahan yang cukup

signifikan. Masih berlangsungnya isu Black Campign

CPO yang menyeruak di dataran Eropa selaku salah

satu daerah tujuan utama ekspor juga menahan

kinerja dari sisi permintaan. Langkah anti CPO juga

semakin kuat dengan dikeluarkannya rancangan

amandemen Undang-Undang NO. 367 tentang

Keanekargaaman Hayati Prancis yang mengatur pajak

progresif kelapa sawit yang mulai berlaku 2017.

Meskipun demikian, adanya sistem kontrak penjualan

mampu menahan koreksi kinerja Industri Pengolahan

yang lebih dalam. Pemerintah juga telah mengambil

langkah kuratif dengan adanya pengurangan tarif gas

industri yang pada awalnya diusung sebagai tarif gas

termahal di dunia. Hal ini diharapkan menjadi insentif

bagi industri dalam efisiensi biaya produksi.

Secara keseluruhan tahun, perekonomian Sumatera

Utara pada tahun 2016 diperkirakan membaik pada

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

48

kisaran 5,1%-5,5% yang disebabkan oleh perbaikan

permintaan domestik yang semakin semakin solid

serta kinerja net ekspor yang semakin membaik

khususnya memasuki semester II 2016. Konsumsi

rumah tangga yang kuat masih menjadi penyumbang

utama akselerasi perekonomian pada periode

mendatang.

Tingginya intensi pemerintah pada kualitas

infrastruktur yang memadai juga memberikan sinyal

kokohnya permintaan domestik dari sisi investasi.

Reformasi birokrasi yang terus diupayakan oleh

pemerintah juga mampu meningkatkan iklim

investasi yang lebih kondusif oleh pihak swasta.

Pembiayaan yang memadai juga menunjang realisasi

investasi pada periode mendatang.

Optimisme akan adanya perbaikan kinerja net ekspor

tidak lepas dari perkiraan akan mulai membaiknya

harga komoditas internasional terutama memasuki

semester kedua tahun 2016.

6.2 Prospek Inflasi

Seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi

Sumatera Utara, daya beli masyarakat yang membaik

diperkirakan akan mendorong kenaikan permintaan

akan barang dan jasa. Sementara itu, pasokan barang

khususnya bahan pangan diperkirakan masih

memadai. Tekanan inflasi dari penyesuaian harga

komoditas yang diatur Pemerintah juga relatif

terkendali. Dengan kondisi tersebut, inflasi pada

triwulan mendatang diperkirakan masih berada

dalam kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan, yaitu

4±1%.

Sesuai pola musimannya, pasokan tanaman pangan

diperkirakan melimpah khususnya pada triwulan I

2016. Produksi padi diperkirakan cukup baik dan

meningkat dibanding tahun sebelumnya. Target

produksi padi Sumatera Utara tahun 2016 mencapai

4,6 juta ton. Prognosa panen padi pada triwulan

mendatang diperkirakan mencapai 228.710 hektare

dengan produksi 1.183.519 juta ton24.

Beberapa komoditas masih memberikan risiko

tekanan inflasi. Risiko tekanan inflasi kelompok

volatile foods pada triwulan I 2016 diperkirakan

terkait dengan kenaikan harga daging ayam ras.

Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

Mulai langkanya kondisi pasokan daging ayam ras

akibat adanya pengafkiran parent stok pada

September lalu berakibat pada menurunnya ayam

siap potong pada awal periode laporan.

Melambungnya harga pakan ayam turut turut

berkontribusi dalam peningkatan harga daging ayam

ras. Hal ini telah disikapi dengan langkah preventif

melalui monitoring ketersediaan yang ketat oleh TPID

setempat.

Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara

Gambar 6.1 Perkiraan Sifat Curah Hujan Januari 2016

Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara

Gambar 6.2 Perkiraan Sifat Curah Hujan Februari 2016

Sumber: BMKG Provinsi Sumatera Utara

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

49

Gambar 6.3 Perkiraan Sifat Curah Hujan Maret 2016

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan kembali

tertekan meski risiko eksternal terkait nilai tukar

mulai mereda. Peningkatan tekanan inflasi ini terjadi

akibat peningkatan ekspektasi inflasi baik di level

konsumen maupun pedagang. Dengan demikian,

langkah aktif terus dilakukan untuk mengelola

ekspektasi agar inflasi berada pada level yang stabil

dan rendah.

Grafik 6.3 Pandangan Konsumen dan Pedagang Terhadap

Perubahan Harga

Tekanan inflasi kelompok Administered Prices

diperkirakan kembali menurun seiring dengan adanya

kebijakan pemerintah untuk menurunkan beberapa

harga komoditas dalam kelompok ini seperti BBM

dan LPG 12 kg.

Secara keseluruhan tahun, inflasi tahun 2016

diperkirakan meningkat dibandingkan dengan tahun

2015 namun masih berada pada kisaran 4±1%.

Meningkatnya tekanan inflasi ini terutama

disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi

kelompok Administred Prices yang lebih disebabkan

oleh faktor baseline akibat perubahan skema subsidi

BBM pada tahun 2014. Masih rendahnya risiko

kenaikan harga BBM menyusul masih cukup

rendahnya harga minyak mentah di pasar global

meningkatkan keyakinan akan kembali tercapainya

inflasi pada sasaran yang telah ditetapkan. Produksi

minyak yang terus digenjot meski pasokan sudah

cukup melimpah menyebabkan risiko kenaikan harga

yang relatif minim.

Koordinasi pengendalian inflasi antara Bank

Indonesia dengan Pemerintah melalui forum

TPI/TPID yang telah berjalan dengan baik dan terus

ditingkatkan diperkirakan akan dapat menjaga

stabilitas inflasi.

6.3 Rekomendasi kepada Pemerintah Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian yang terus menunjukkan pemulihan

masih dibayangi oleh beberapa faktor risiko terutama

dari sisi eksternal yang belum menunjukkan

perbaikan secara fundamental. Dengan demikian,

diperlukan penguatan perekonomian dari sisi

domestik yang dapat didorong oleh Pemerintah

Daerah. Beberapa langkah dan rekomendasi di

antaranya adalah:

a. Mendorong realisasi APBD tepat waktu.

b. Melakukan percepatan finalisasi RTRW

berkoordinasi dengan stakeholders terkait.

c. Mendorong berbagai kegiatan MICE dalam rangka

penguatan permintaan domestik melalui aktivitas

konsumsi seperti event pariwisata melalui media

pemasaran yang massive dan terpusat serta

penciptaan budaya masyarakat pariwisata.

d. Menciptakan persepsi positif terhadap iklim

investasi di Sumatera Utara kepada investor dan

masyarakat luas melalui publikasi perkembangan

kemajuan pembangunan infrastruktur melalui

media komunikasi yang lebih luas dan terpusat

dengan kredibilitas informasi yang lebih tinggi

(Regional Investor Relation Unit/RIRU).

Pengendalian Inflasi

Beberapa langkah yang perlu dilakukan untuk

pengendalian inflasi terkendali, diantaranya:

a. Meningkatkan koordinasi TPID dalam

mengendalikan fluktuasi harga komoditas pangan

yang bergejolak.

b. Melanjutkan program peningkatan produksi

pangan maupun diversifikasi konsumsi

masyarakat melalui komunikasi yang lebih

intensif.

c. Melakukan percepatan pembangunan

infrastruktur perhubungan untuk mendukung

kelancaran distribusi barang. Hal tersebut dapat

dilakukan melalui kemudahan perizinan,

pengadaan lahan maupun penguatan komunikasi

dengan masyarakat. Hal ini juga penting untuk

meningkatkan perdagangan antar wilayah.

d. Mendukung peningkatan kapabilitas UMKM yang

bergerak dalam industri pangan untuk meredam

fluktuasi harga akibat panen.

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN REKOMENDASI

50

e. Sosialisasi yang lebih intensif mengenai program

sertifikasi lahan pertanian dan skema pembiayaan

petani untuk meningkatkan akses pembiayaan.

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

LAMPIRAN

51

LAMPIRAN

STRUKTUR APBD PEMERINTAH DAERAH DI SUMATERA UTARA

Uraian 2015 2016

1 Pendapatan 8.452 9.974

1.1 PAD 4.624 4.630

1.1.1 Pajak daerah 4.181 4.169

1.1.2 Retribusi daerah 31 32

1.1.3 Hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan 256 262

1.1.4 Lain-lain PAD yang sah 156 168

1.2 Transfer 3.794 5.309

1.2.1 DAPER 1.713 2.273

1.2.1.1 DBH 487 516

1.2.1.2 DAU 1.139 1.605

1.2.1.3 DAK 87 152

1.2.2 Otsus dan Penyesuaian 2.081 3.037

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 35 34

1.3.1 Transfer antar Pemda/Pusat -

1.3.2 Dana Darurat

1.3.3 Hibah 35 34

2 Belanja 8.443 9.951

2.1 Belanja Pegawai 1.324 1.547

2.2 Belanja Barang & Jasa 1.168 1.473

2.3 Belanja Modal 1.023 1.243

2.4 Belanja Bansos dan Hibah 2.589 5.680

2.5 Transfer 2.331

2.6 Belanja Lainnya 8 8

Surplus/ Defisit 9 23

(9.370.374.916) (23.144.326.639)

3 Pembiayaan Netto (9.370.374.916) (23.144.326.639)

3.1 Penerimaan 14.897.905.723 1.123.954.000

3.1.1 SiLPA TA sebelumnya 14.897.905.723 1.123.954.000

3.2 Pengeluaran 24.268.280.639 24.268.280.639

3.2.2 Penyertaan Modal (Investasi) Daerah 24.268.280.639 24.268.280.639

SILPA (9.370.374.907) (4.034.748)

Sumber: DJPK dan BAKK Provinsi Sumatera Utara-diolah Keterangan: Pemerintah Daerah di Sumatera Utara adalah Gabungan 17 Pemerintah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

LAMPIRAN

52

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA

(dalam Triliun Rupiah)

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

LAMPIRAN

53

INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam Triliun Rupiah)

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH

54

DAFTAR ISTILAH

Administered Price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya bahan bakar, penerangan, dan air serta transportasi ataupun harga barang/jasa yang dipengaruhi oleh ketentuan pemerintah misalnya tembakau dan minuman beralkohol. Base Effect Efek kenaikan/penurunannilai pertumbuhan yang cukup tinggi sebagai akibat dari nilai level variabel yang dijadikan dasar perhitungan/perbandingan mempunyai nilai yang cukup rendah/tinggi. BEC Pengklasifikasian kode barang dengan 3 digit angka yang dikelompokkan berdasarkan kegunaan utama barang berdasarkan daya angkut komoditi tersebut. Barang Modal (Capital Goods) Barang-barang yang digunakan untuk keperluan investasi, biasanya bernilai guna lebih dari 1 tahun. Bahan Baku (Raw Material) Barang-barang mentah atau setengah jadi yang akan diproses kembali oleh sektor industri. BI Rate Suku bunga referensi yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulannya dan diumumkan kepada publik. BI-RTGS Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan proses penyelesaian akhir transaksi (settlement)

pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat real time

(electronically processed), di mana rekening peserta dapat didebit/ dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai

dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran. Ceteris paribus Semua variabel di luar sistem/model dianggap konstan. CPO (Crude Palm Oil) Minyak nabati yang dihasilkan oleh buah-buahan dari kelapa sawit. Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan berjangka (deposito). Disposable income Sejumlah uang yang dapat dapat dibelanjakan dan ditabung setelah dikurangi dengan pajak penghasilan. Ekspor dan Impor Dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah. Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional. Harga Minyak WTI Harga minyak mentah dunia yang mengacu pada sebuah ukuran kualitas bernama West Texas Intermediate atau Texas light sweet.

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH

55

Indeks Penjualan Barang Konstruksi Indeks yang merepresentasikan nilai penjualan dari barang-barang konstruksi. Indeks Keyakinan Konsumen Indeks yang dihasilkan oleh Survei Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian, baik saat ini maupun masa mendatang. Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu indeks pembentuk Indeks Keyakinan Konsumen Bank Indonesia yang menggambarkan persepsi konsumen akan kondisi perekonomian pada saat ini. Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas. Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices. Inflow Aliran masuk uang kartal ke Kantor Bank Indonesia. Kredit Penyediaan uang atau tagihan yang sejenis berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit Investasi Kredit jangka menengah dan panjang untuk investasi barang modal seperti pembangunan pabrik dan pembelian mesin. Kredit Modal Kerja Kredit jangka pendek atau menengah yang diberikan untuk pembiayaan/pembelian bahan baku produksi. Kredit Konsumsi Kredit bagi perorangan untuk pembiayaan barang-barang pribadi seperti rumah (KPR-Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan (KKB-Kredit Kendaraan Bermotor), dan lain-lain seperti Kredit tanpa agunan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit yang diberikan oleh perbankan kepada UMKM memiliki prospek bisnis yang baik (feasible) tapi belum memiliki kemampuan mengembalikan (bankable). Dana KUR berasal dari bank pelaksana, namun dijamin sebagian besarnya oleh Pemerintah. Leading Indicators Indikator yang digunakan untuk memprediksi pergerakan atau titik balik dari suatu siklus bisnis. Liaison Suatu kegiatan pengumpulan data statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku usaha mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha. Loan to Value (LTV) Sebuah dasar atau metode yang digunakan untuk menentukan seberapa besar pinjaman yang dapat diberikan kepada debitur berdasarkan aset yang dijadikan jaminan. Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) Persentase kredit/pembiayaan yang masuk dalam kategori kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Terminologi NPL untuk bank konvensional sementara NPF untuk bank syariah

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH

56

NTP (Nilai Tukar Petani) Rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Outflow Aliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia. Passthrough effect Efek dari perubahan kondisi ekonomi terhadap ongkos produksi yang pada akhirnya akan berdampak pada harga retail suatu produk. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) Perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja (yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Quarter on Quarter (qtq) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi triwulan tertentu terhadap posisi triwulan sebelumnya. PDRB Riil Produk Domestik Bruto Regional yang nilainya menggunakan harga konstan. Hal ini untuk menghilangkan pengaruh inflasi dalam mengukur pertumbuhan antar waktu. Seasonal event Kejadian yang terjadi secara musiman yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dan cenderung terjadi berulang antar tahun. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) SKNBI adalah sistem transfer dana elektronik yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan secara nasional. Sejak dioperasikan oleh Bank Indonesia pada tahun 2005, SKNBI berperan penting dalam pemrosesan aktivitas transaksi pembayaran, khususnya untuk memproses transaksi pembayaran yang termasuk Retail Value Payment System (RVPS) atau transaksi bernilai kecil (retail) yaitu transaksi di bawah Rp100 juta. SurveI Konsumen Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang dilakukan secara bulanan untuk mengetahui persepsi atau tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian. Survei Penjualan Eceran Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk merefleksikan pergerakan dari penjualan eceran dan dilakukan secara bulanan. Uang Kartal Alat pembayaran yang sah yang dikeluarkan dan dijamin oleh Bank Indonesia, baik berupa kertas maupun logam. Volatile Foods Komoditas yang termasuk kelompok bahan makanan, kecuali subkelompok ikan diawetkan dan bahan makanan lainnya, yang pergerakan naik turunnya harga cukup besar (volatile). Year on year (yoy) Ukuran pertumbuhan yang membandingkan posisi satu titik waktu (misal bulan atau triwulan) terhadap posisi satu titik waktu yang sama tahun sebelumnya. Pembandingan ini dilakukan untuk menghilangkan efek seasonal yang biasanya terjadi di titik waktu tertentu (misal bulan Ramadhan, tahun ajaran baru, dsb).

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH

57

Editor

Departemen Regional 1

Divisi Asesmen dan Advisory: Budi Trisnanto

Kontributor

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory: Demina R. Sitepu

Bambang Irwanto

Nur Fikriyah Dzakiyah

Ragil Misas Fuadi

Tim Data dan SEKDA: Fransiska Sihaloho

Elian Ciptono

Fadli Putra

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara

Tim Asesmen dan Advisory

Telp. 061-4150500

Fax. 061-4534760

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI VISI DAN ... Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan ... Grafik 5.4 Persentase Penduduk Miskin Provinsi

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan IV 2015

DAFTAR ISTILAH

58