KAJIAN DISTRIBUSI SUHU DAN ALIRAN UDARA PADA ALAT ...
Transcript of KAJIAN DISTRIBUSI SUHU DAN ALIRAN UDARA PADA ALAT ...
iii
KAJIAN DISTRIBUSI SUHU DAN ALIRAN UDARA PADA ALAT
PENGERING CHIPS TEMULAWAK TIPE RAK MENGGUNAKAN
SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
SKRIPSI
OLEH :
CHAIRIL ANWAR
140308020/KETEKNIKAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
iv
KAJIAN DISTRIBUSI SUHU DAN ALIRAN UDARA PADA ALAT
PENGERING CHIPS TEMULAWAK TIPE RAK MENGGUNAKAN
SIMULASI COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)
SKRIPSI
OLEH :
CHAIRIL ANWAR
140308020/KETEKNIKAN PERTANIAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana
di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
(Sulastri Panggabean, STP, M.Si)
NIP. 198504172017062001
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
CHAIRIL ANWAR : Kajian Distribusi Suhu dan Aliran Udara Pada Alat Pengering
Chips Temulawak Tipe Rak Menggunakan Simulasi Computational Fluid Dynamics
(CFD). Dibimbing oleh SULASTRI PANGGABEAN
Keberhasilan dalam meningkatkan produksi pertanian harus diikuti dengan
pengembangan teknologi proses dalam bidang pasca panen, khususnya proses
pengeringan. Limbah panas kondensor kulkas dapat dimanfaatkan untuk proses
pengeringan temulawak. Pengeringan temulawak dilakukan untuk mengawetkan
temulawak sehingga temulawak dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-obatan.
Computational Fluid Dynamics (CFD) dapat dimanfaatkan untuk melihat pola distribusi
suhu dan aliran udara panas pada ruang pengering secara visual sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efesiensi alat pengering tipe rak. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis distribusi suhu dan aliran udara pada ruang pengering dari alat
pengering tipe rak yang memanfaatkan limbah panas kondensor kulkas menggunakan
CFD dan dilanjutkan dengan validasi. Parameter dalam penelitian ini adalah suhu dan
aliran udara pada proses pengeringan temulawak untuk waktu 8 jam. Validasi suhu yang
dilakukan menunjukkan hasil yang valid yang ditandai dengan nilai error 1,06% pada
kondisi kosong dan 2,62% pada kondisi berisi. Sedangkan pada kecepatan nilai error
sebesar 9,58% pada kondisi kosong dan 9,47% pada kondisi berisi. Perhitungan simulasi
CFD adalah valid karena nilai rata-rata error validasi <10 %.
Kata kunci : suhu, aliran udara, pengering tipe rak, CFD, validasi
ABSTRACT
CHAIRIL ANWAR : Study of Temperature and Air Flow Distribution of Rack Type
Chips Wild Ginger (Curcuma xanthoriza Roxb) Drying Using Computational Fluid
Dynamics (CFD) Simulation. Supervised by SULASTRI PANGGABEAN
The success in increasing agricultural production must be followed by the
development of process technology in the post harvest field, especially the drying process.
Waste heat from the refrigerator condenser can be used for the drying process of wild
ginger. Drying wild ginger is done to preserve wild ginger so that wild ginger can be
used as raw material for medicines. Computational Fluid Dynamics (CFD) can be used
to see the pattern of temperature distribution and flow of hot air in the drying chamber
visually so that it can increase the effectiveness and efficiency of rack type dryers. The
purpose of this study was to analyze, the temperature distribution and air flow in the
drying chamber of a rack type dryer that utilizes waste heat from the refrigerator
condenser using CFD and continued with validation. The parameters in this study are
temperature and air flow in the drying process of wild ginger for 8 hours. The
temperature validation performed shows valid results which are indicated by an error
value of 1,05 % in the empty condition and 2,62 % in the condition filled. While the speed
of error value is 9,58 % in the empty condition and 9,47 % in the condition of filling.
CFD simulation calculations was valid because of the average value of the validation
error <10%.
Keywords : temperature, airflow, tray dryer, CFD, validation
Universitas Sumatera Utara
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Medan pada tanggal 05 November 1996, anak dari bapak
Doni Irvansyah dan ibu Khoiriah. Penulis merupakan anak kedua dari lima
bersaudara.
Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 11 Medan dan pada tahun
yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan lulus pada
pilihan pertama di Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa
Teknik Pertanian (IMATETA), dan organisasi BKM Al-Mukhlisin FP USU.
Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PKS Rambutan PTPN III
Tebing tinggi, Sumatera Utara pada tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018
mengadakan penelitian skripsi dengan judul “Kajian Distribusi Suhu dan Aliran
Udara Pada Alat Pengering Chips Temulawak Tipe Rak Menggunakan Simulasi
Computational Fluid Dynamics (CFD)” di Medan
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan draft dengan
judul “ Kajian Distribusi Suhu dan Aliran Udara Pada Alat Pengering Chips
Temulawak Tipe Rak Menggunakan Simulasi Computational Fluid Dynamics
(CFD)” yang merupakan syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
orang tua penulis yang telah mendukung secara moril dan meteril. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada 1) Ibu Sulastri Panggabean, STP., M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan berbagai
masukan, saran, dan kritik yang bermanfaat bagi penulis, 2) kedua orang tua
penulis yang telah mendidik dan membiayai penulis selama kuliah.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.
Medan, Desember 2018
Penulis
Universitas Sumatera Utara
iv
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ............................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Batasan penelitian ............................................................................................ 4
Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 5
Temulawak (Curcuma xanthorrihza Roxb.) ................................................. 5 Teori Dasar Pengeringan .................................................................................. 7
Pengeringan Tipe Rak (Tray Dryer) ................................................................ 8
Metode Computational Fluid Dynamic(CFD) ................................................. 9
Teknik Simulasi CFD .................................................................................... 11
Analisis teknik ............................................................................................... 15
Validasi Model Simulasi ................................................................................ 19
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 20
Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 20
Bahan dan Alat ............................................................................................... 20
Metode Penelitian .......................................................................................... 20
Prosedur Penelitian ........................................................................................ 23
Titik Pengukuran ............................................................................................ 24
Parameter penelitian ....................................................................................... 24
Asumsi dalam Simulasi CFD ......................................................................... 25
Kondisi awal dalam simulasi CFD ................................................................ 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 26
Distribusi suhu ruang pengering dalam kondisi kosong ....................................... 26 Pengukuran langsung ...................................................................................... 26
Simulasi CFD .................................................................................................. 26
Validasi suhu ................................................................................................... 28
Distribusi kecepatan aliran udara dalam kondisi kosong ...................................... 30
Pengukuran langsung ...................................................................................... 30
Simulasi CFD .................................................................................................. 31
Validasi suhu ................................................................................................... 32
Distribusi suhu ruang pengering dalam kondisi berisi .......................................... 33
Pengukuran langsung ...................................................................................... 33
Simulasi CFD .................................................................................................. 34
Validasi suhu ................................................................................................... 35
Universitas Sumatera Utara
v
Distribusi kecepatan aliran udara dalam kondisi berisi......................................... 38
Pengukuran langsung ...................................................................................... 38
Simulasi CFD .................................................................................................. 39
Validasi suhu ................................................................................................... 40
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 42
Kesimpulan .................................................................................................... 42
Saran .............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Rimpang temulawak ............................................................................................ 5
2. Posisi sensor pada ruang pengering................................................................... 21
3. Geometri skenario alat pengering ...................................................................... 22
4. Kontur suhu simulasi ruang pengering dalam kondisi kosong .......................... 27
5. Validasi suhu ruang pengering kondisi kosong ................................................. 30
6. Vektor kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering kondisi kosong........ 31
7. Kontur suhu simulasi ruang pengering dalam kondisi berisi ............................ 34
8. Validasi suhu ruang pengering kondisi ............................................................ 37
9. Vektor kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering kondisi berisi .......... 39
10. Tampilan menu software Ansys 18 .................................................................... 67
11. Geometri rak kosong ......................................................................................... 68
12. Geometri rak berisi ............................................................................................ 68
13. Proses meshing .................................................................................................. 69
14. Toolbar menu general ....................................................................................... 70
15. Toolbar menu models ........................................................................................ 70
16. Toolbar menu materials .................................................................................... 71
17. Toolbar menu velocity inlet ............................................................................... 72
18. Toolbar menu initialization ............................................................................... 72
19. Toolbar menu run calculation ........................................................................... 73
20. Proses iterasi dalam bentuk grafik residual ....................................................... 73
Universitas Sumatera Utara
vii
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Karakteristik mutu simplisia temulawak.......................................................... 6
2. Spesifikasi ruang pengering ........................................................................... 20
3. Hasil rata - rata suhu pengukuran, simulasi dan validasi kondisi kosong...... 29
4. Rata - rata pengukuran kecepatan aliran udara simulasi dan validasi............ 33
5. Hasil rata - rata suhu pengukuran, simulasi dan validasi kondisi berisi ........ 36
6. Rata - rata pengukuran kecepatan aliran udara simulasi dan validasi............ 40
Universitas Sumatera Utara
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Flowchart penelitian ....................................................................................46
2. Perhitungan nilai koefisien pindah panas ........................................................ 47
3. Perhitungan nilai heat flux ...........................................................................58
4. Data input properti CFD ..............................................................................59
5. Hasil Meshing ..............................................................................................60
6. Hasil Iterasi ..................................................................................................61
7. Distribusi suhu dan aliran udara kondisi kosong 3D ...................................62
8. Distribusi suhu dan aliran udara kondisi berisi 3D ......................................63
9. Rata - rata suhu pengukuran langsung kondisi kosong ................................64
10. Rata - rata suhu pengukuran langsung kondisi berisi ..................................65
11. Data aliran udara pengukuran langsung .......................................................66
12. Tahapan penggunaan ANSYS Fluent untuk simulasi ...................................67
13. Gambar Alat dan Bahan Penelitian ..............................................................75
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakan salah satu tanaman
simplisia yang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan baik sebagai
tanaman obat sekaligus sebagai pewarna alami pada makanan karena masyarakat
cenderung mengkonsumsi bahan yang bersifat alami. Temulawak ternyata tidak
hanya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, tetapi temulawak juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku olahan pangan, di mana komponen penyusun
terbesar dari temulawak adalah pati. Pati temulawak dapat diekstrak dan dijadikan
produk alternatif untuk bahan olahan pangan sehat.
Pengembangan industri pengolahan temulawak sebagai bahan baku obat,
berupa tablet dan kapsul. Pengolahan dalam bentuk kapsul maupun tablet,
memerlukan pengolahan dengan tahap awal yaitu pengirisan, pengeringan dan
penggilingan. Pengeringan temulawak merupakan salah satu proses yang
bertujuan untuk menurunkan kadar air bahan temulawak sampai tingkat yang
aman untuk penyimpanan atau digunakan pada proses lainnya.
Proses pengeringan produk pertanian yang banyak dilakukan oleh petani
Indonesia adalah dengan cara penjemuran (cara alami) yaitu dengan menjemur
temulawak di bawah sinar matahari di tempat terbuka. Cara ini memiliki banyak
kelemahan antara lain membutuhkan lahan yang luas, pengeringan dengan cara
penjemuran juga membutuhkan waktu yang lama dan kurang terjamin
kehigenisannya.
Universitas Sumatera Utara
2
Selain pengeringan dengan cara penjemuran, pengeringan temulawak juga
dapat dilakukan dengan cara menggunakan peralatan pengering seperti
pengeringan mekanis tipe rak (tray dyer). Pengeringan ini digunakan selain dapat
mempercepat proses pengeringan juga dapat menghemat lahan dan lebih terjamin
kehigenisannya.
Pengeringan mekanis memerlukan sumber energi panas yang biasanya
berasal dari udara panas, biomasa, dan energi fosil. Selain itu, ada juga energi
alternatif dengan memanfaatkan panas buang. Pemanfaatan panas buang ini dapat
menguntugkan dan menghemat energi fosil, juga dapat mengurangi suhu udara
sebelum terbuang langsung ke lingkungan. Salah satu yang dapat menghasilkan
panas buang adalah sistem pendinginan seperti AC dan kulkas. Pemanfaatan
panas buang kondensor dari mesin kulkas ini memiliki potensi panas yang dapat
dimanfaatkan untuk mengeringkan temulawak.
Pemanfaataan limbah panas dari kondensor kulkas cocok diaplikasikan
untuk mengeringkan temulawak, karena untuk mengeringkan temulawak tidak
membutuhkan suhu yang tinggi. Meski memiliki keunggulan dari hasil
pengeringan dan suhu yang optimal, namun permasalahan mengenai distribusi
udara masih menjadi masalah utama dalam teknologi pengeringan buatan
khususnya tray dryer. Simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) menjadi
salah satu metode yang sering dilakukan untuk memprediksi distribusi suhu udara
pada suatu model. Secara definisi, CFD adalah ilmu yang mempelajari cara
memprediksi aliran fluida, perpindahan panas, reaksi kimia dan fenomena lainnya
dengan menyelesaikan persamaan-persamaan matematika (model matematika)
Universitas Sumatera Utara
3
(Tuakia, 2008). Dengan demikian penggunaan CFD dapat mengetahui sebaran
suhu pada ruang pengering dan besarnya suhu setiap rak dengan menggunakan
simulasi CFD, sehingga simulasi CFD dianggap penting dalam pemecahan
masalah distribusi suhu udara pada suatu model. Hal tersebut mengacu kepada
keunggulan simulasi CFD, salah satunya adalah mempermudah dalam
mengevaluasi performa alat atau hasil modifikasi alat dengan sedikit waktu dan
biaya.
Pengujian yang dilakukan oleh Tzempelikos dkk., (2012) menunjukkan
masih terdapat permasalahan dalam bentuk geometri dari ruang pengering yang
mempengaruhi kualitas dan kesegeraman bahan yang dikeringkan. Oleh sebab
itu, pada penelitian ini akan dilakukan suatu simulasi CFD untuk menganalisis
distribusi suhu udara pada ruang pengering tray dryer untuk mengeringkan
temulawak dengan desain bentuk persegi panjang yang didalamya berisi tiga buah
rak.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui distribusi suhu udara pada tray dryer dalam kondisi kosong
(tanpa temulawak) dan kondisi berisi temulawak dengan menggunakan
simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD).
2. Mengetahui aliran udara pada tray dryer dalam kondisi kosong dan berisi
menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD).
3. Mengetahui validasi model Computational Fluid Dynamics (CFD).
Universitas Sumatera Utara
4
Batasan Penelitian
Batasan dari penelitian ini adalah mensimulasikan distribusi suhu dan
aliran udara dan dalam ruang pengering tipe rak (tray dyer).
Kegunaan Penelitian.
1. Sebagai syarat untuk dapat menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai input informasi yang dapat berguna bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
3. Sebagai referensi bagi pihak yang membutuhkan, terutama untuk pengusaha
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb).
Universitas Sumatera Utara
5
TINJAUAN PUSTAKA
Temulawak
Temulawak merupakan tumbuhan suku temu-temuan dengan klasifikasi
sebagai berikut:
Klasifikasi : Temulawak
Divisi : spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Zingiberales
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB.
Gambar 1. Rimpang Temulawak
Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) merupakan tanaman obat asli
Indonesia, disebut juga Curcuma javanica. Tanaman temulawak termasuk famili
Zingiberaceae, berbatang semu, dengan bagian yang dimanfaatkan adalah
rimpang. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5 hingga 1500 m dpl,
tetapi untuk budidaya yang optimal disarankan pada ketinggian tempat
Universitas Sumatera Utara
6
100 – 600 m dpl. Terdapat perbandingan terbalik antara kandungan xanthorrizol
dan kurkuminoid pada temulawak dengan ketinggian tempat lokasi
pengembangan. Pengembangan temulawak di dataran tinggi (800 m dpl)
cenderung semakin tinggi kandungan xanthorrizolnya, dan semakin rendah
kandungan kurkuminoidnya. Sedangkan pengembangan temulawak di dataran
rendah (200 m dpl) kandungan xanthorrizol semakin rendah dan semakin tinggi
kandungan kurkuminoidnya (Rahardjo, 2010).
Rimpang temulawak telah digunakan secara luas dalam rumah tangga dan
industri. Penggunaan rimpang temulawak dalam bidang industri antara lain
industri makanan, minuman, obat obatan, tekstil dan kosmetik. Peningkatan
penggunaan temulawak dalam industri obat-obatan memerlukan teknik
pengolahan yang baik sehingga mutunya dapat meningkat (Bagem et al., 2006).
Tabel 1. Karakteristik mutu simplisia temulawak
Karakteristik Standar Mutu (%)
Kadar air <12
Kadar abu 3-7
Kadar sari alkohol >5
Kadar minyak atsiri min 5
Kadar kurkumin 0,02-2
Sumber: Sembiring dkk., 2006.
Rimpang temulawak segar terdiri atas minyak atsiri, lemak, zat warna,
protein, resin, selulosa, pati, mineral dan air. Rimpang keringnya mengandung
7-30% minyak atsiri, 30-40% pati dan 0,02-2,0% kurkuminoid yang terdiri atas
58-71% kurkumin (C21H20O6) dan 29-42% desmetoksikurkumin (C20H18O5)
(Manalu dkk., 2012).
Temulawak berpeluang dikembangkan sebagai pangan fungsional karena
selain budi dayanya mudah, juga mempunyai manfaat untuk kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
7
Temulawak mengandung kurkumin, pati, dan minyak atsiri yang dibutuhkan oleh
tubuh. Dalam industri pangan, temulawak digunakan sebagai pewarna alami untuk
menggeser penggunaan pewarna berbahaya yang berdampak buruk bagi
kesehatan. Temulawak dapat dikembangkan menjadi berbagai produk olahan
pangan, antara lain simplisia, minuman, pati, tepung (Khamidah dkk., 2017).
Kandungan kimia yang terbesar dari temulawak adalah pati. Selain pati
masih terdapat beberapa jenis zat lainnya yaitu protein, lemak, serat kasar dan
beberapa jenis mineral. Kadar atau komposisi kimia beberapa zat yang terdapat
dalam rimpang temulawak. Pati temulawak berupa serbuk berwarna putih
kekuningan.Warna kekuningan ditimbulkan karena masih adanya kurkumin yang
bercampur. Pati temulawak ini juga mempunyai sifat mudah dicerna. Keberadaan
kandungan kurkumin dan sifatnya yang mudah dicerna menjadikan pati
temulawak dapat dijadikan bahan olahan pangan seperti campuran makanan bayi
dan pengental sirup (Agustina, 2013).
Teori Dasar Pengeringan
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Secara umum keuntungan dari
pengawetan ini adalah bahan menjadi awet dengan volume bahan menjadi kecil
sehingga memudahkan dalam penggilingan. Tujuan dari pengeringan adalah
mengurangi kadar air bahan sampai batas dimana mikroorganisme dan kegiatan
enzim yang dapat menyebabkan pembusukan akan terhenti, dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
8
bahan yang dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama
(Riansyah dkk., 2013).
Dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara
pengering karena adanya perbedaan kandungan uap air pada udara pengering
dengan kandungan uap air pada bahan yang akan dikeringkan. Dalam hal ini
kandungan uap air udara pengering lebih sedikit atau dengan kata lain udara
mempunyai kelembaban nisbi (RH) yang rendah sehingga terjadi penguapan
(Taib dkk., 1988).
Pengeringan produk atau hasil pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan aliran udara serta kadar
air. Ukuran bahan juga mempengaruhi cepat lambatnya pengeringan. Selain itu
jenis alat pengering juga mempengaruhi proses pengeringan (Taib dkk., 1988).
Pengeringan Tray Dryer
Tray dryer atau alat pengering berbentuk rak, mempunyai bentuk persegi
dan di dalamnya berisi rak-rak, yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan
dikeringkan. Bahan diletakkan di atas rak (tray) yang terbuat dari aluminium
dengan alas yang berlubang-lubang. Kegunaan dari lubang-lubang ini untuk
mengalirkan udara panas dan uap air. Prinsip kerja alat pengering ini adalah udara
panas disalurkan melalui saluran udara masuk ke ruang pengering. Kemudian uap
air dibawa keluar menuju lingkungan luar melalui saluran udara keluar
(Taib dkk., 1988).
Universitas Sumatera Utara
9
Pengering tipe rak banyak digunakan untuk pengeringan, karena disain
yang sederhana dan mempunyai daya tampung yang besar. Kelemahan terbesar
dari pengering tipe rak adalah tidak meratanya sebaran suhu pada ruang pengering
(Misha dkk., 2013).
Metode Computational Fluid Dynamic (CFD)
Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan suatu analisis sistem
yang meliputi aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena lain seperti reaksi
kimia yang menggunakan simulasi berbasis komputer. Analisis aliran fluida
dalam suatu sistem dengan CFD merupakan analisis numerik dengan kontrol
volume sebagai elemen dari integrasi persamaan-persamaan, yang terdiri dari
persamaan keseimbangan massa, momentum dan energi
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Mirade dan Daudin (2000) menggunakan metode CFD untuk mempelajari
aliran udara dalam pengering sosis modern sebagai upaya dalam memperoleh
informasi mengenai sirkulasi udara pada pengering yang diperlihatkan CFD. Hasil
simulasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pengaruh dari tingkat udara
yang terkandung dalam suatu pola aliran udara serta mengidentifikasi kesalahan
pengukuran aliran udara horizontal dalam ruang pengering.
Pola aliran udara dalam pengering perlu diketahui dengan melakukan
simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD). Salah satu keunggulan analisis
CFD antara lain, memberikan pemahaman rinci tentang distribusi aliran pindah
panas dan massa, dan memungkinkan untuk mengevaluasi perubahan geometrik
(Xia dan Sun, 2002).
Universitas Sumatera Utara
10
Prosedur pendekatan program simulasi CFD menurut Tuakia (2008) antara
lain :
1. Pembuatan geometri dari model atau masalah yang ada.
2. Bidang atau volume yang diisi oleh fluida dibagi menjadi sel-sel kecil
(meshing).
3. Pendefinisian model fisiknya, misalnya: persamaan-persamaan gerak +
entalphi + konveksi spesies (zat-zat yang akan didefinisikan, biasanya berupa
komponen dari suatu reaktan).
4. Pendefinisian kondisi-kondisi batas (boundary condition), termasuk di
dalamnya sifat-sifat dan perilaku dari batas-batas model atau problem. Untuk
kasus transient, kondisi awal juga dikondisikan.
5. Persamaan-persamaan matematika yang membangun CFD diselesaikan secara
iteratif, bisa dalam kondisi tunak (steady state) atau transien.
6. Analisa dan visualisasi dari solusi CFD.
Tiga tahapan yang harus dilakukan dalam simulasi CFD yaitu :
1. Preprocessing
Preprocessing merupakan langkah pertama dalam membangun dan
menganalisis sebuah model CFD. Teknisnya adalah membuat model dalam paket
CAD (Computer Aided Design), membuat bidang atau volume yang diisi oleh
fluida dibagi menjadi sel-sel kecil (meshing) yang sesuai, kemudian menerapkan
kondisi batas dan sifat-sifat fluidanya.
Universitas Sumatera Utara
11
2. Solving
Solvers (program inti pencari solusi) CFD menghitung kondisi-kondisi
yang diterapkan pada saat preprocessing.
3. Postprocessing
Postprocessing adalah langkah terakhir dalam analisis CFD. Hal yang
dilakukan pada langkah ini adalah mengorganisasi dan menginterpretasi data hasil
simulasi CFD yang bisa berupa gambar, kurva dan animasi.
Sedangkan hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan menyelesaikan
suatu kasus dengan menggunakan fluent, yaitu :
1. Menentukan tujuan pemodelan
2. Pemilihan model komputasional
3. Pemilihan model fisik
4. Penentuan prosedur
Teknik Simulasi CFD
Analisis aliran fluida dalam suatu sistem dapat menggunakan simulasi
berbasis komputer, dimana teknik tersebut biasa disebut dengan CFD
(Computational Fluid Dynamics). Persamaan yang digunakan untuk pengaturan
aliran fluida adalah persamaan differensial parsial. Persamaan tersebut harus
dikonversikan terlebih dahulu ke persamaan-persamaan aljabar, karena komputer
tidak dapat langsung digunakan dengan persamaan tersebut.
Menurut Tuakia (2008) persamaan differensial tersebut harus
ditransformasikan ke persamaan aljabar yang sederhana dengan metode
diskritisasi. Metode yang dipilih umumnya menentukan kestabilan dari program
Universitas Sumatera Utara
12
numerik CFD yang digunakan atau program software yang ada. Oleh karena itu,
diperlukan kehati-hatian dalam cara mendiskripsikan model yang digunakan,
khususnya cara mengatasi bagian yang kosong. Beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu :
a. Metode beda hingga (finite difference methode)
b. Metode elemen hingga (finite element methode)
c. Metode volume hingga (finite volume methode)
d. Metode skema resolusi tinggi (high resolution schema methode)
Software pendukung yang digunakan dalam CFD antara lain :
1. Gambit (geometry and mesh building intelegent toolkit)
Gambit dapat menyediakan berbagai macam aplikasi permodelan dan
dapat mengimpor dari berbagai format seperti ACIS, STEP, Parasolid, IGES dan
lain-lain, sehingga pemodelan yang akan dibuat dapat lebih flesksibel.
2. Auto Cad
Untuk mempermudah penggambaran, perancangan geometri dan
pemberian dimensi dapat digunakan software desain auto cad yang merupakan
Computer Aided Design (CAD).
3. Fluent
Dengan menggunakan program fluent, dapat diketahui parameter-
parameter aliran dan perpindahan panas yang diinginkan. Fluent menyediakan
fleksibilitas mesh yang lengkap, sehingga aliran fluida dengan bentuk mesh
tertentu dapat terselesaikan dengan cara yang lebih mudah. Fluent adalah salah
satu jenis program CFD yang menggunakan metode volume hingga. Ada beberapa
Universitas Sumatera Utara
13
elemen utama pada CFD jika menggunakan software fluent untuk analisa pola
aliran udara dan suhu yaitu :
1. Pre-prosesor
Pre-prosesor terdapat input masalah aliran ke dalam bentuk yang sesuai
dengan pemecahan solver di dalam program CFD dengan memakai interface yang
memudahkan operator. Tahap ini merupakan langkah pertama yang membangun
dan menganalisa suatu model CFD.
Hal-hal yang harus dilakukan pada tahap ini meliputi :
- Membuat geometri sistem yang akan dianalisis.
- Mendefenisikan grid (mesh).
- Pemilihan fenomena kimia dan fisik yang diperlukan.
- Menentukan sifat-sifat fluida (konduktivitas, viskositas, massa jenis, panas
jenis dan sebagainya).
- Menentukan kondisi batas yang sesuai dengan keperluan (dinding, inlet, outlet,
kecepatan, tekanan dan variabel turbulensi).
Ketelitian dan ketepatan hasil tergantung dari jumlah sel di dalam grid (mesh)
yang dibangun. Semakin besar jumlah sel, ketepatan atau ketelitian dari hasil
pemecahan semakin baik. Mesh optimal tidak harus seragam.
2. Solver
Proses solver biasanya menggunakan batas volume. Algoritma numerik
metode ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
- Aproksimasi variabel aliran yang tidak diketahui menggunakan fungsi
sederhana.
Universitas Sumatera Utara
14
- Diskritisasi dengan mensubtitusi hasil aproksimasi ke dalam persamaan aliran
dan manipulasi matematis.
- Menyelesaikan persamaan aljabar (Tuakia, 2008).
Persamaan aliran fluida menggunakan hukum kekebalan fisika dalam
bentuk matematis, yaitu terdiri dari persamaan-persamaan :
- Hukum kekekalan massa steady state :
Keseimbangan massa (kontinuitas) untuk elemen fluida dinyatakan sebagai
berikut: laju kenaikan massa dalam elemen fluida = laju netto aliran massa ke
dalam elemen terbatas. Semua elemen fluida merupakan fungsi dari ruang dan
waktu, maka massa jenis fluida ρ ditulis dalam bentuk ρ (x, y, z, t) dan komponen
kecepatan fluida ditulis sebagai dx/dt=u, dy/dt=v, dan dz/dt=w (Mustafa, 2004).
Adapun bentuk matematis dapat ditulis :
( u)
x
( v)
y
( w)
z= 0 ........................................................................................... (1)
Di mana, komponen kecepatan arah x, y dan z adalah u,v dan w. Dimensi dx, dy
dan dz, adalah massa jenis (kg/m3). Persamaan 1, disebut sebagai persamaan
kontinuitas untuk fluida yang mempunyai sifat fluida yang tidak berubah terhadap
waktu atau / t = 0
- Persamaan momentum steady state
Persamaan momentum merupakan persamaan Navier-Stokes dalam
bentuk-bentuk yang sesuai dengan metode finite volume (Bird dkk., 1966).
Momentum arah x :
*
+
µ[
].............................................................................. (2)
Universitas Sumatera Utara
15
Momentum arah y :
*
+
µ[
2v
x2
2v
y2
2v
z2].................................................... (3)
Momentum arah z :
*
+
µ[
2w
x2
2w
y2
2w
z2] ................................................. (4)
Komponen kecepatan arah x, y dan z adalah u,v dan w. Dimensi dx, dy
dan dz, adalah massa jenis (kg/m3), µ adalah viskositas fluida-sebuah konstanta
proporsionalitas.
- Persamaan energi dalam kondisi steady state
Persamaan energi diturunkan dari persamaan termodinamika yang
menyatakan bahwa laju perubahan energi partikel fluida = laju penambahan
panas ke dalam partikel fluida ditambahkan dengan laju kerja yang diberikan pada
pertikel (Pitts dan Leighton, 2011)
ρ*
+ *
+ K [
2u
x2
2v
y2
2w
z2] .............. (5)
di mana komponen kecepatan arah x, y dan z adalah u,v dan w. adalah massa
jenis, K adalah kondiktivitas termal (W/m oC).
Analisis Teknik
Pengumpulan data teknik dilakukan sebagai langkah awal sebelum
melakukan simulasi. Pencarian sejumlah data dari berbagai sumber dilakukan
sebagai kebutuhan database dalam Ansys. Data yang dicari meliputi nilai
parameter dari fluida udara kering, material penyusun ruang pengering. Nilai
parameter yang dibutuhkan adalah densitas (kg/m3), specific heat ratio (cp/cv),
panas jenis (J/kgK), viskositas dinamik (Pas), dan konduktivitas termal (W/mK).
Universitas Sumatera Utara
16
Perpindahan panas yang terjadi pada temulawak di dalam ruang pengering
bersifat konduksi. Hal ini terjadi karena adanya kontak langsung dengan dinding
aluminum. Persamaan dasar dari konsep perpindahan panas konduksi adalah
hukum Fourier yang dinyatakan dengan Persamaan 8 :
(
)..................................................................................(6)
Dimana :
T : suhu
x : panjang dinding (m)
A : luas dinding (m2)
k : konduktivitas termal (W/m )
: laju perpindahan panas per satuan luas (heat flux) (W/m
2)
Proses pemanasan yang terjadi dalam pengeringan temulawak juga bersifat
konveksi maka, energi panas yang dihasilkan oleh panas kondensor kulkas dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 6 :
................................................................................(7)
Dimana:
h : koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2.K)
A : luasan (m2 )
T1 : suhu didalam ruang pengering (⁰C).
T2 : suhu pada saluran masuk (⁰C)
h = u .k
.......................................................................................... (8)
Universitas Sumatera Utara
17
Dimana :
h : koefisien pindah panas (W/m2. K)
Nu : bilangan Nusslet
k : konduktivitas termal (W/m K)
L : panjang rak ruang pengering (m)
Konveksi Paksa
Perpindahan kalor konveksi bergantung pada angka Reynold (Re) dan
Prandtl (Pr). Bentuk paling sederhana koefisien perpindahan kalor konveksi paksa
dapat dinyatakan dalam bentuk berikut:
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
..................................................... (9)
Dimana :
Nu : bilangan Nusslet
Ra : bilangan Rayleigh number
Ra = Gr x Pr ......................................................................................... (10)
Dimana :
Gr : bilangan Grasfhoff
Pr : bilangan Prandtls
Perhitungan nilai Reynold yang digunakan sebagai input data profil aliran
fluida dalam dilakukan dengan menggunakan persamaan 10:
........................................................................................... (11)
Universitas Sumatera Utara
18
Dimana:
Re : bilangan reynold
: massa jenis udara (kg/m3)
V : kecepatan aliran udara (m/s)
D : diameter kipas (m)
µ : viskositas dinamis udara (kg/ms)
(Holman, 2010).
Menurut Holman (2010) konveksi natural pergerakan fluida terjadi secara
natural atau yang biasa disebut dengan buoyancy. Densitas merupakan fungsi dari
temperatur, variasi dari densitas pada tekanan konstan dapat dinyatakan dalam
koefisien volume ekspansi β. ada gas ideal β dapat dihitung dengan
Persamaan 12 dengan T adalah suhu Kelvin (K).
..................................................................................................................(12)
Dengan nilai Grashof dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 13:
Gr = g β 3
2 .........................................................................................................(13)
Dimana:
Gr : Grashof number
: koefisien volume ekspansi (1/K)
: perbedaan suhu dinding dan suhu lingkungan (K)
v : viskositas kinematik (m2/s)
g : percepatan gravitasi (m2/s)
(Holman, 2010).
Universitas Sumatera Utara
19
Validasi Model Simulasi
Validas model simulasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil
simulasi suhu dan kecepatan udara pada titik tertentu yang diinginkan dengan
hasil pengukuran yang dinyatakan dalam persentase kesalahan atau error.
Perhitungan nilai error menggunakan persamaan error mutlak. Persamaan untuk
mendapatkan nilai error adalah :
Erorr = ( ) ( )
uhu ( )x 100 % .............................. (14)
Universitas Sumatera Utara
20
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan September 2018
di Laboratorium Energi dan Elektrifikasi, Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Bahan yang akan digunakan untuk pengujian dalam kondisi berisi ini
adalah temulawak dengan ketebalan 3 mm. Alat yang dalam penelitian ini adalah
Alat pengering tipe rak, sensor suhu Dht22, data logger, hand anemometer,
personal computer (PC), timbangan digital, stopwatch.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, bangunan alat sistem pengering berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 128 cm x 40 cm x 40 cm dengan jumlah rak 3, dinding
dan aluminium setebal 3 mm, bagian inlet yang sekaligus tempat kipas berbentuk
trapesium segi empat dimensi 40 cm x 40 cm yang terbuat dari kayu. Bagian
saluran udara keluar dengan dimensi 40 cm x 40 cm yang terbuat dari kawat
parabola. Spesifikasi pada ruang pengering ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi ruang pengering
Spesifikasi Ukuran Satuan (cm)
Panjang 128 cm
Lebar 40 cm
Tinggi 40 cm
Jarak antar rak 10 cm
Tebal rak 0,3 cm
Universitas Sumatera Utara
21
Untuk mendapatkan data dari pengujian yang dilakukan, metode yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode eksperimentatif
Metode eksperimentatif yaitu dengan melakukan pengamatan 24 titik
penyebaran suhu dalam ruang pengering dimana 19 titik sensor di dalam ruang
pengering, 1 titik di dalam inlet dan 4 titik di dalam outlet. Masing-masing
sembilan belas titik tersebut antara lain: enam di rak I (tengah depan, tengah
tengah, tengah belakang, pinggir depan, pinggir tengah, pinggir belakang), enam
di rak II (tengah depan, tengah tengah, tengah belakang, pinggir depan, pinggir
tengah, pinggir belakang), enam di rak III (tengah depan, tengah tengah, tengah
belakang, pinggir depan, pinggir tengah, pinggir belakang), dan 1 di bawah rak III
(Tengah tengah), 1 buah sensor diletakkan di bagian inlet, dan 4 sensor lainnya
diletakkan di bagian outlet. Waktu pengukuran suhu dilakukan selama 8 jam.
P
T
P P
T T
P Iiii
T
P
Gambar 2. Posisi sensor pada ruang rak pengering
Keterangan: P : Pinggir
T : Tengah
Universitas Sumatera Utara
22
2. Metode Simulasi CFD
Simulasi pada alat pengering tipe rak dilakukan dengan sebuah skenario
yaitu dilakukan dengan mengkondisikan letak inlet bahan yang akan dikeringkan
dan outlet. Masukkan data input untuk setiap suhu simulasi. Contoh geometri
skenario inlet dan outlet alat pengering tipe rak dapat dilihat pada
Gambar 3. Sedangkan untuk tahapan penggunaan ANSYS Fluent untuk simulasi
dapat dilihat pada Lampiran 12.
Inlet
Outlet
Gambar 3. Geometri skenario inlet dan outlet alat pengering
3. Metode validasi
Validasi dilakukan untuk membandingkan hasil dari simulasi CFD dengan
hasil pengukuran langsung di laboratorium. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa akurat hasil perhitungan menggunakan program CFD dibandingkan
dengan pengukuran langsung. Untuk mengetahui error mutlak dapat
menggunakan Persamaan 14.
Universitas Sumatera Utara
23
Prosedur Penelitian
- Pengukuran langsung
1. Memanfaatkan sumber energi panas dari kondensor kulkas.
2. Memasukkan chips temulawak ke dalam ruang rak pengering.
3. Melakukan pengukuran kecepatan aliran udara, suhu secara langsung di
kondisi suhu ruang.
4. Mencatat masing-masing hasil pengukuran.
- Metode simulasi
1. Menggambar geometri alat pengering tipe rak dibuat menggunakan Ansys
fluent versi 18.1.
2. Menentukan inlet dan outlet udara pada alat pengering.
3. Menentukan kondisi batasan dan domain model pengering, kemudian
dilakukan proses grid (meshing) dengan interval tertentu.
4. Setelah itu geometri yang sudah dibuat diekspor ke program fluent untuk
dilakukan analisa lebih lanjut. Proses yang dilakukan pada program fluent
antara lain :
a. Mendefenisikan model, dimana ditentukan solver dan pemakaian energi
b. Menentukan jenis fluida dan material penyusun bangunan alat pengering
yang digunakan serta sifat termofisiknya.
c. Menentukan kondisi operasi (operating condition) yang terlibat.
d. Memasukkan nilai kondisi-kondisi batas (boundary condition) terhadap
domain yang sudah dibuat dengan program Ansys fluent 18.1.
e. Melakukan proses inisialisasi.
Universitas Sumatera Utara
24
f. Melakukan proses iterasi.
g. Melihat tampilan hasil simulasi dalam bentuk grid, kontur (suhu, dan
kecepatan), vektor (suhu, kecepatan).
- Metode validasi
a. Membandingkan hasil dari simulasi CFD dengan hasil pengukuran langsung
di laboratorium dengan menggunakan Persamaan 14.
Titik Pengukuran
Koordinat titik-titik pengukuran di dalam ruang rak pengering adalah sama
untuk setiap waktu simulasi. Hasil pengukuran dari titik-titik yang telah
ditentukan kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi CFD dan dilakukan
validasi.
Parameter Penelitian
1. Suhu
Pengukuran suhu menggunakan sensor suhu dan data logger untuk membaca
hasil pengukuran suhu dari sensor suhu yang digunakan. Pengukuran dilakukan
pada beberapa titik di dalam ruang pengering. Pengambilan data dilakukan
selama 8 jam.
2. Kecepatan aliran udara
Pengukuran kecepatan aliran udara dilakukan dengan menggunakan
anemometer pada saluran inlet.
Universitas Sumatera Utara
25
Asumsi dalam Simulasi CFD
Asumsi yang digunakan dalam simulasi suhu, aliran udara yaitu :
1. Udara bergerak dalam kondisi steady.
2. Aliran udara dianggap turbulen. Aliran turbulen jika Re > 4000
(Holman, 2010). Nilai dan perhitungan aliran turbulen pada ruang pengering
ditunjukkan pada Lampiran 2.
3. Udara tidak tertekan (incompresible), konstan.
4. Panas jenis, konduktifitas dan viskositas udara konstan.
5. Udara lingkungan pada Laboratorium Energi dan Elektrifikasi dianggap
konstan selama simulasi.
6. Pada kondisi berisi temulawak dianggap terisi penuh dan model rak dianggap
rata.
Kondisi Awal Dalam Simulasi CFD
Untuk semua simulasi dilakukan pada kondisi awal sebagai berikut :
1. Kecepatan udara awal baik pada koordinat X, Y dan Z adalah 0 m/s
2. Permukaan suhu dinding luar = suhu lingkungan
3. Tekanan udara adalah 1 atm (101,325 kPa)
Universitas Sumatera Utara
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi Suhu Ruang Pengering Dalam Kondisi Kosong
1. Pengukuran Langsung
Pada pengukuran langsung suhu dalam kondisi kosong, ruang pengering
diukur secara langsung tanpa menggunakan bahan temulawak. Pengukuran
langsung menggunakan 24 titik penyebaran suhu dengan sebaran suhu rata-rata 3
rak adalah pada setiap rak (dimulai dari rak paling atas) 37,44 oC, 38,26
oC, dan
37,93 oC. Rata-rata dari inlet ruang pengering adalah 39,48
oC, dan untuk
rata-rata outlet dari gabungan 3 rak adalah 36,53 oC. Dari data ini bahwa suhu
tertinggi berada di rak II dengan suhu rata-rata 38,26 oC dan yang terendah pada
rak I dengan suhu rata-rata 37,44 oC. Hasil rata-rata data suhu pengukuran
langsung dalam kondisi kosong dapat dilihat pada Lampiran 9.
2. Simulasi CFD
Simulasi CFD pengering tray dryer bertujuan untuk mengetahui pola dan
sebaran suhu yang terjadi pada ruang pengering. Pembuatan simulasi diawali
dengan pengumpulan data input CFD, dan diakhiri dengan penyajian hasil
simulasi berupa plot kontur. Pada Lampiran 4 telah disajikan parameter yang
dibutuhkan untuk simulasi. Suhu yang digunakan sebagai input simulasi CFD
adalah suhu rata-rata dari inlet ruang pengering dalam kondisi kosong yaitu
39,48 oC. Kontur suhu hasil simulasi CFD pada ruang pengering dalam kondisi
kosong dapat dilihat Gambar 4
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 4. Kontur suhu simulasi ruang pengering dalam kondisi kosong.
Distribusi suhu yang diperlihatkan oleh kontur suhu pada Gambar 4
menunjukkan bahwa distribusi suhu dalam ruang pengering belum cukup baik.
Bagian rak atas yaitu pada rak I dalam pengering cenderung memiliki suhu yang
rendah sedangkan pada rak II yang sejajar dengan poros kipas dan rak III
pengering memiliki suhu tinggi yang ditandai dengan warna merah berkombinasi
dengan warna oranye. Hasil simulasi ini juga memiliki kecerendungan yang sama
dengan kondisi yang sebenarnya, di mana suhu pada rak atas memiliki suhu yang
paling rendah, sedangkan suhu tertingi berada pada rak II. Suhu pada setiap rak
tidak rata dikarenakan diameter daun kipas yang kecil, sehingga panas tidak
secara optimal dapat dihisap kipas dan mengalirkannya ke ruang pengering.
Selain itu, Mujumdar dan Devahastin (2001) menyatakan bahwa distribusi aliran
panas dalam ruang pengering belum merata khususnya pengeringan yang
menggunakan tipe rak.
Kontur suhu yang disajikan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil
simulasi memiliki nilai suhu udara dalam ruang pengering dengan rata-rata
38.13 oC. Suhu rata-rata di rak I, II, III masing-masing sebesar 37,85
oC, 38,63
oC
Universitas Sumatera Utara
28
dan 38,21 oC. Pada rak I, II, dan III suhu yang cukup tinggi berada pada bagian
depan dan tengah sedangkan pada bagian belakang suhu tidak terlalu tinggi. Hal
ini dikarenakan pada bagian belakang rak jauh dari sumber panas dan dekat
dengan udara luar.
Warna merah pada kontur suhu menunjukkan suhu yang tinggi yaitu
berkisar 39,6 oC – 38,9
oC, sedangkan warna biru pada kontur suhu menunjukkan
suhu yang rendah. Bagian depan rak pengering memiliki dominasi warna oranye
dengan kombinasi warna merah dan kuning. Warna tersebut menunjukkan bahwa
terdapat udara dengan nilai suhu yang berbeda yaitu udara yang terpanaskan oleh
dinding alat dengan menggunakan aluminium dan udara panas yang berasal dari
lubang inlet.
3. Validasi Suhu
Validasi merupakan tahap pembuktian untuk menunjukkan ketepatan antar
hasil simulasi dengan pengukuran. Data yang digunakan untuk validasi adalah
data suhu di dalam ruang pengering. Terdapat 24 titik yang ditempatkan pada
ruang pengering, di mana pada tiap rak terdiri dari enam titik ukur, empat di outlet
dan satu di inlet. Hasil rata-rata suhu pengukuran, suhu simulasi dan validasi
ruang pengering dalam kondisi kosong dapat dilihat pada Tabel 3.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 3. Hasil rata-rata suhu pengukuran, simulasi dan validasi kondisi kosong
Ruang Titik Suhu oC Error (%)
pengering pengukuran Pengukuran langsung Simulasi
Rak I T1 38,92 39,6 1,74
T2 37,11 37,4 0,76
T3 36,2 36,7 1,38
T4 38,88 39,2 0,80
T5 37,8 38,2 1,06
T6 35,74 36 0,72
Rak II T7 39,01 39,20 0,48
T8 38,18 38,9 1,86
T9 37,52 38,2 1,79
T10 39,02 39,2 0,44
T11 38,52 38,9 0,96
T12 37,26 37,4 0,36
Rak III T13 38,39 38,9 1,32
T14 37,60 38,2 1,58
T15 37,24 37,4 0,41
T16 38,91 39,2 0,74
T17 38,59 38,90 0,81
T18 37,55 38,2 1,72
T19 37,27 37,4 0,33
Outlet T20 35,75 36 0,67
T21 36,87 37,40 1,42
T22 37,37 38,2 2,22
T23 36,09 36,7 1,68
Inlet T24 39,48 39,6 0,28
Rata-rata 1,06
Dari Tabel 3 dapat dilihat perbedaan nilai error pada masing-masing titik
pengukuran. Nilai error terbesar terletak di titik T22 yang berada di outlet dengan
nilai 2,22%, sedangkan nilai error terkecil terletak di titik T24 yang berada di
inlet dengan nilai 0,28%. Nilai rata-rata error yang diperoleh sebesar 1,06 %.
sehingga data yang diperoleh dari hasil perhitungan simulasi CFD dikatakan valid
karena nilai error yang diperoleh <10%, sebagaimana dinyatakan oleh
Universitas Sumatera Utara
30
Widodo dkk., (2009) bahwa model dikatakan cukup valid apabila simpangan dan
error mutlak <10%, sedangkan nilai perbandingan suhu simulasi dengan suhu
pengukuran langsung dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Validasi suhu ruang pengering kondisi kosong
Pada Gambar 5 memperlihatkan parbandingan antara nilai-nilai suhu yang
diperoleh pada simulasi CFD dan data suhu pengukuran langsung. Dari Gambar 5
terlihat pola sebaran suhu simulasi secara umum sudah mengikuti suhu hasil
pengukuran. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 96 %. Berdasarkan angka
tersebut dapat dikatakan pemodelan yang telah dibangun dapat memprediksi suhu
cukup valid.
Distribusi Kecepatan Aliran Udara Kondisi Kosong
1. Pengukuran Langsung
Kecepatan aliran udara ruang pengering diukur dengan menggunakan
anemometer dengan rentang waktu 30 menit setiap pengukurannya selama 8 jam.
Pengukuran dilakukan di tepi Rak I, II, dan III. Hasil rata-rata kecepatan aliran
udara ruang pengering dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil data yang
y = 0,974x + 1,357
R² = 0,960
35,5
36
36,5
37
37,5
38
38,5
39
39,5
40
40,5
35 36 37 38 39 40
Suhiu
pen
gukura
n o
C
Suhu simulasi oC
Universitas Sumatera Utara
31
didapat menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan aliran udara yang dimulai dari
rak I, II, dan III adalah 0,71 m/s , 0,78 m/s, dan 0,75 m/s. Kecepatan aliran udara
tertingi terjadi di rak II dengan rata-rata kecepatan aliran udara sebesar 0,78 m/s,
sedangkan kecepatan aliran udara terendah terjadi di rak I dengan rata rata
kecepatan aliran udara sebesar 0,71 m/s.
2. Simulasi CFD
Aliran udara dalam ruang pengering berasal dari lubang inlet yang
dilengkapi dengan kipas (fan). Data input yang digunakan untuk simulasi
kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering adalah kecepatan aliran udara
pada bagian inlet yang berada di dekat kipas yaitu sebesar 1,8 m/s. Vektor
pengukuran kecepatan aliran udara dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Vektor kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering kondisi kosong
Aliran udara panas dalam ruang pengering seperti yang diperlihatkan
Gambar 6 memperlihatkan udara panas masuk dan mengalir ke dalam, kemudian
terjadi pergerakan turbulensi akibat adanya hambatan berupa plat dudukan rak.
Aliran tersebut berpengaruh terhadap penyebaran atau distribusi aliran udara
panas yang menyebabkan udara panas berputar di bagian depan rak. Hasil
Universitas Sumatera Utara
32
simulasi CFD kecepatan aliran udara dalam ruang pengering pada rak I, II, dan III
masing-masing sebesar 0,74 m/s, 0,92 m/s, dan 0,82 m/s. Kecepatan aliran udara
tertinggi terdapat di bagian lubang inlet, yaitu pada kisaran 1,82 m/s yang
ditunjukkan oleh warna merah sedangkan warna biru tua menunjukkan bahwa
kecepatan aliran udara dalam ruang pengering rendah.
Garis-garis lintasan yang diperlihatkan dari hasil simulasi CFD
menunjukkan udara yang mengalir di dalam ruang pengering. Aliran udara di
dalam ruang pengering seperti yang dihasilkan menunjukkan bahwa udara yang
mengalir di dalam ruang pengering cenderung berada di bagian rak II dan
rak III, dibandingkan di bagian rak I, dikarenakan udara yang akan mengalir pada
rak I terhambat plat dudukan rak, sehingga udara tidak mudah mengalir karena
benturan dudukan rak, sedangkan rak II dan III berada pada masuknya udara yang
berdekatan dengan posisi kipas sehingga udara yang masuk dari ruang pengering
inlet akan lebih mudah tersebar dan mudah mengalir di bagian rak II menuju
outlet ruang pengering. Syaiful (2007) menyatakan bahwa semakin bertambah
jarak panjang rak pengering maka kecepatan udara di atas rak akan menurun, hal
ini disebabkan oleh perbedaan jarak terhadap kipas pendistribusian aliran udara.
3. Validasi Kecepatan Aliran Udara
Data hasil rata-rata validasi kecepatan aliran udara dapat dilihat pada
Tabel 4. Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata error dari tiga rak
sebesar 9,58%, yang artinya nilai error tersebut masih berada di bawah batas nilai
error toleransi, sehingga perhitungan simulasi CFD dikatakan valid karena nilai
error yang diperoleh <10%.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 4. Rata-rata pengukuran kecepatan aliran udara, simulasi dan validasi Ruang pengering Kec. Udara (m/s) Error (%)
Pengukuran langsung Simulasi
Rak I 0,71 0,74 3,97
Rak II 0,78 0,92 16,72
Rak III 0,75 0,82 8,06
Rata-rata 9,58
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata error pada rak II
memiliki nilai error yang cukup tinggi yaitu sebesar 16,72% . Error yang terjadi
antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada simulasi disebabkan karena
data input yang diperlukan untuk simulasi ke dalam Fluent berupa data yang
cukup sederhana, sedangkan yang terjadi di alam atau kondisi sesungguhnya
adalah kondisi yang kompleks dan rumit. Misalkan untuk data di dalam Fluent
hanya dimasukkan satu buah data kecepatan dan bersifat konstan, sedangkan
kondisi sesungguhnya pada ruang pengering sangatlah kompleks dan
berubah-ubah. Error yang terjadi juga disebabkan ketika pengambilan data aliran
pengukuran langsung, di mana pintu ruang pengering pada bagian tengah tepatnya
pada rak II sedikit terbuka membuat udara sebagian keluar, sehingga terdapat
selisih pengukuran antara pengukuran langsung dan pengukuran CFD.
Distribusi Suhu Ruang Pengering Dalam Kondisi Berisi
1. Pengukuran Langsung
Pada pengukuran langsung dalam kondisi berisi, ruang pengering diukur
secara langsung menggunakan bahan komoditi yaitu temulawak. Titik pengukuran
penyebaran suhu dalam kondisi berisi sama dengan pada kondisi kosong yaitu
menggunakan 24 titik penyebaran suhu. Hasil pengukuran suhu dalam kondisi
berisi dengan sebaran suhu rata-rata 3 rak adalah pada setiap rak (dimulai dari rak
Universitas Sumatera Utara
34
paling atas) 31,54 oC, 34,64
oC, dan 33,90
oC. Rata-rata dari inlet ruang pengering
adalah 37,35 oC, dan untuk rata - rata outlet dari gabungan 3 rak adalah 31,94
oC.
Dari data ini diketahui bahwa suhu tertinggi berada di rak II dan yang terendah
pada rak I. Hasil rata-rata data suhu pengukuran langsung dalam kondisi berisi
dapat dilihat pada Lampiran 10.
2. Simulasi CFD
Simulasi CFD pada kondisi berisi yaitu mensimulasikan pola sebaran suhu
di ruang pengering. Pembuatan simulasi diawali dengan pengumpulan data input
CFD, dan diakhiri dengan penyajian hasil simulasi berupa plot kontur. Pada
Lampiran 4 telah disajiakan parameter yang dibutuhkan untuk simulasi kondisi
berisi temulawak. Suhu yang digunakan sebagai input simulasi CFD dalam
kondisi berisi yaitu suhu inlet sebesar 37,35 oC. Kontur suhu simulasi ruang
pengering dalam kondisi berisi dapat dilihat Gambar 7.
Gambar 7 . Kontur suhu simulasi ruang pengering dalam kondisi berisi
Kontur suhu pada Gambar 7 memperlihatkan suhu pada rak I, II, dan III
bagian depan pengering memiliki panas yang paling tinggi, lalu menurun menuju
rak bagian belakang ruang pengering. Hal ini dikarenakan suhu di dalam ruang
Universitas Sumatera Utara
35
pengering lebih banyak terjebak di bagian depan yang dipengaruhi oleh aliran
udara yang lebih sulit melewati celah antara temulawak karena asumsi yang
dipakai saat simulasi yaitu temulawak dianggap terisi penuh, sehingga panas di
bagian belakang rak tidak tersebar meluas di dalam ruang pengering dibandingkan
bagian depan rak yang lebih banyak dilewati aliran aliran udara.
Delele dkk., (2013) menyatakan bahwa uap air bahan, terutama pada daerah
permukaan bahan akan naik sejalan dengan arah udara dan kenaikan suhunya.
Pada saat itu terjadi perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk uap air.
Kontur suhu yang disajikan Gambar 4 menunjukkan bahwa hasil simulasi
memiliki nilai suhu udara dalam ruang pengering dengan rata-rata 33,70 oC. Suhu
rata-rata di rak I, II, III masing-masing sebesar 32,06 oC, 35,35
oC dan 33,41
oC.
Warna merah pada kontur suhu menunjukkan suhu yang tinggi yaitu berkisar
37,5 oC – 36,8
oC. Pada Bagian depan rak pengering memiliki warna dengan
kombinasi warna kuning dan hijau. Warna tersebut menunjukkan bahwa terdapat
udara dengan nilai suhu yang berbeda, perbedaan warna tersebut dikarenakan
adanya penurunan suhu, hal ini terlihat udara yang lebih panas atau kontur suhu
yang berwarna kuning tidak dapat menjangkau sampai ke seluruh ruang
pengering.
3. Validasi Suhu
Validasi diperlukan untuk mengetahui tingkat error yang terjadi pada hasil
simulasi terhadap hasil pengukuran. Data yang digunakan untuk validasi adalah
data suhu di dalam ruang pengering. Terdapat 24 titik yang ditempatkan pada
ruang pengering, dimana pada tiap rak terdiri dari enam titik ukur, empat di outlet
Universitas Sumatera Utara
36
dan satu di inlet. Hasil rata-rata suhu pengukuran, suhu simulasi dan validasi
ruang pengering dalam kondisi berisi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil rata-rata suhu pengukuran, simulasi dan validasi kondisi berisi
Ruang Titik Suhu oC Error (%)
pengering pengukuran Pengukuran langsung Simulasi
Rak I T1 34,26 34,5 0,69
T2 30,25 31,6 4,43
T3 29,24 30,8 5,33
T4 34,41 32,3 6,15
T5 32,05 33,1 3,25
T6 29,03 30,1 3,67
Rak II T7 35,88 36,40 1,46
T8 34,37 35,5 3,29
T9 33,51 34,3 2,35
T10 36,18 36,8 1,72
T11 34,60 35,3 2,02
T12 33,32 33,8 1,43
Rak III T13 34,14 34,5 1,03
T14 31,26 31,6 1,07
T15 31,27 31,6 1,05
T16 34,77 35,3 1,52
T17 33,56 33,8 0,70
T18 31,7 32,3 1,89
T19 33,62 34,8 3,50
Outlet T20 32,11 33,5 4,30
T21 32,42 33,8 4,23
T22 33,56 33,9 1,00
T23 29,66 31,6 6,52
Inlet T24 37,35 37,5 0,38
Rata-rata 2,62
Dari Tabel 5 dapat dilihat perbedaan nilai error pada masing-masing titik
pengukuran. Nilai error terbesar terletak di titik T23 yang berada di outlet dengan
nilai 6,52%, sedangkan nilai error terkecil terletak di titik T24 yang berada di
inlet dengan nilai 0,38%. Nilai rata-rata error yang diperoleh sebesar 2,62 % dan
Universitas Sumatera Utara
37
nilai ini dibawah 10%, sehingga data yang diperoleh dari hasil perhitungan
simulasi CFD dikatakan valid karena nilai error yang diperoleh <10%,
sebagaimana dinyatakan Triwahyudi dkk., (2009) bahwa model dikatakan cukup
valid apabila simpangan mutlak <10%. Sedangkan nilai perbandingan suhu
simulasi dengan suhu pengukuran langsung dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Validasi suhu ruang pengering kondisi berisi
Pada Gambar 8 memperlihatkan perbandingan antara nilai-nilai suhu yang
diperoleh pada simulasi CFD dan data suhu pengukuran langsung. Dari Gambar 8
terlihat pola sebaran suhu simulasi secara umum sudah mengikuti suhu hasil
pengukuran. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 87,8 %. Berdasarkan angka
tersebut dapat dikatakan model yang dibangun cukup valid untuk memprediksi
suhu.
Error yang terjadi antara hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada
simulasi disebabkan karena data input atau boundary condition yang diperlukan
untuk simulasi ke dalam Fluent berupa data yang cukup sederhana, sedangkan
yang terjadi di alam atau kondisi sesungguhnya adalah kondisi yang kompleks
dan rumit. Misalkan untuk data di dalam Fluent hanya dimasukkan satu buah data
y = 0,8308x + 6,259
R² = 0,8786
25
27
29
31
33
35
37
39
27 29 31 33 35 37 39
Suhu p
engukura
n o
C
Suhu simulasi oC
Universitas Sumatera Utara
38
suhu dan bersifat konstan, sedangkan kondisi suhu sesungguhnya pada ruang
pengering sangatlah kompleks dan berubah - ubah. Menurut Widodo dkk., (2009)
error yang terjadi pada sebuah simulasi CFD dapat diakibatkan karena kondisi
lingkungan yang berubah seperti iradiasi matahari, kecepatan udara masuk, suhu
lingkungan dan kelembaban udara lingkungan. Sementara itu, nilai input pada
CFD sudah diatur pada kondisi suhu, kecepatan udara masuk dalam ruang
pengering pada kondisi tertentu. Kondisi tersebut tidak berubah selama
pengukuran CFD.
Distribusi Kecepatan Aliran Udara Kondisi Berisi
1. Pengukuran Langsung
Kecepatan aliran udara ruang pengering pada kondisi berisi diukur dengan
menggunakan anemometer dengan rentang waktu 30 menit setiap pengukurannya
selama 8 jam. Pengukuran dilakukan sama dengan pengukuran pada saat kondisi
kosong yaitu di tepi rak I, II, dan III. Hasil rata-rata kecepatan aliran udara ruang
pengering dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil data yang didapat
menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan aliran udara yang dimulai dari rak I, II,
dan III adalah 0,7 m/s , 0,78 m/s, dan 0,75 m/s. Kecepatan aliran udara tertingi
terjadi di rak II dengan rata rata kecepatan aliran udara sebesar 0,78 m/s,
sedangkan kecepatan aliran udara terendah terjadi di rak I dengan rata rata
kecepatan aliran udara sebesar 0,71 m/s. Besarnya kecepatan aliran udara di dalam
ruang pengering akan mempengaruhi kecepatan udara yang akan masuk dan suhu
di dalam ruang pengering.
Universitas Sumatera Utara
39
2. Simulasi CFD
Data input yang digunakan untuk simulasi kecepatan aliran udara di dalam
ruang pengering yaitu pada bagian inlet yang berada di dekat kipas yaitu 1,8 m/s.
Vektor pengukuran kecepatan aliran udara dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Vektor kecepatan aliran udara di dalam ruang pengering kondisi berisi
Berdasarkan Gambar 9, vektor kecepatan aliran udara pada ruang
pengering terjadi turbulensi pada saat aliran masuk dari inlet membentur plat dari
dudukan rak. Akibat adanya hambatan berupa plat dudukan rak, arah aliran
kemudian berputar ke arah sisi bagian atas dan bawah. Untuk kecepatan aliran
udara yang searah inlet aliran kecepatan udara dapat menjangkau sampai menuju
outlet ruang pengering, sedangkan bagian atap dan lantai bawah, arah vektor
aliran kecepatan udara sedikit tidak tersebar meluas di dalam ruang pengering.
Hal itu ditandai dengan sedikitnya udara yang melewati ruang pengering.
Hasil simulasi CFD kecepatan aliran udara dalam ruang pengering pada
rak I, II, dan III masing -masing sebesar 0,72 m/s, 0,91 m/s, dan 0,82 m/s.
Kecepatan aliran udara tertinggi terdapat di bagian lubang inlet, yaitu pada kisaran
1,81 m/s yang ditunjukkan oleh warna merah sedangkan warna biru tua
Universitas Sumatera Utara
40
menunjukkan bahwa kecepatan aliran udara dalam ruang pengering rendah.
perubahan warna tersebut menandai penurunan kecepatan.
Udara yang melewati inlet memiliki kecepatan aliran udara yang lebih
besar dibandingkan dengan kecepatan aliran udara yang berada di dalam ruang
pengering rak. Hal ini dikarenakan udara yang melewati lubang inlet akan
menekan udara sekitarnya masuk kedalam ruang pengering. Hal ini diasumsikan
sama dengan fluida yang melewati penampang pipa yang lebih kecil. Sesuai
dengan pernyataan Young dan Freedman (2002) yang mengatakan bahwa
kecepatan aliran fluida di penampang besar (v1) lebih kecil dari pada kecepatan
aliran fluida pada pipa berpenampang kecil (v2).
3. Validasi Kecepatan Aliran Udara
Data hasil rata-rata validasi kecepatan aliran udara dapat dilihat pada
Tabel 6. Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata error dari tiga rak
sebesar 9,47%, yang artinya nilai error tersebut masih berada di bawah batas nilai
error toleransi, sehingga perhitungan simulasi CFD dikatakan cukup valid karena
nilai error yang diperoleh <10%.
Tabel 6. Rata-rata pengukuran kecepatan aliran udara, simulasi dan validasi Ruang pengering Kec. Udara (m/s) Error (%)
Pengukuran langsgung Simulasi
Rak I 0,7 0,72 2,85
Rak II 0,78 0,91 16,66
Rak III 0,75 0,82 8,90
Rata-rata 9,47
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata error terbesar pada
rak II yaitu sebesar 16,66% . Error yang terjadi pada sebuah simulasi dapat
diakibatkan karena kondisi lingkungan dan kecepatan udara masuk. Sementara itu
Universitas Sumatera Utara
41
nilai input pada CFD sudah diatur pada kondisi kecepatan udara masuk ruang
pengering pada kondisi tertentu. Error yang terjadi juga disebabkan ketika waktu
pengambilan data aliran pengukuran langsung, di mana pintu ruang pengering
pada bagian tengah tepatnya pada rak II sedikit terbuka membuat udara sebagian
keluar, sehingga terdapat selisih pengukuran antara pengukuran langsung dan
pengukuran CFD.
Berdasarkan hasil yang didapat pada simulasi suhu kondisi kosong dan
berisi memperlihatkan suhu yang tertinggi berada pada bagian rak II dan yang
terendah pada rak I. Kontur suhu yang diperlihatkan pada kondisi kosong maupun
berisi menunjukkan bahwa pada bagian depan rak pengering suhu lebih panas lalu
menurun menuju bagian belakang. Pola sebaran suhu pada simulasi kondisi
kosong dan berisi memiliki pola sebaran suhu yang berbeda kareana adanya bahan
yang diletakkan pada kondisi berisi. Sedangkan untuk simulasi aliran udara pada
kondisi kosong dan berisi memiliki vektor kecepatan aliran udara yang hampir
sama, di mana ketika udara panas masuk dan mengalir ke dalam terjadi
pergerakan turbulensi akibat adanya hambatan plat dudukan rak. Garis-garis
lintasan hasil simulasi kondisi kosong dan berisi juga menunjukkan udara
cenderung paling banyak berada di bagian rak II dan rak III.
Universitas Sumatera Utara
42
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil
pengukuran langsung dan simulasi pada kondisi kosong memiliki suhu
rata-rata 37,73 o
C dan 38,13 o
C, serta dengan nilai rata-rata error validasi
suhu sebesar 1,06%, sedangkan pada kondisi berisi memiliki suhu
rata-rata pengukuran langsung dan simulasi sebesar 33,03 oC dan
33,70 oC, serta nilai rata-rata error validasi suhu sebesar 2,62%, sehingga
perhitungan simulasi CFD dikatakan valid.
2. Hasil validasi menunjukkan bahwa simulasi CFD pada kondisi kosong
memiliki nilai error terkecil sebesar 0,28% dan memiliki nilai error
terbesar 2,22%, sedangkan pada kondisi berisi memiliki nilai error terkecil
0,38% dan memiliki error terbesar 6,52%.
3. Kecepatan aliran udara pada kondisi kosong memiliki nilai rata-rata
pengukuran langsung dan simulasi sebesar 0,71 m/s, 078 m/s, 0,75 m/s
dan 0,74 m/s, 0,92 m/s, 0,82 m/s serta dengan nilai rata-rata error sebesar
9,58 %, sedangkan kecepatan aliran udara pada kondisi berisi nilai
rata-rata pengukuran langsung dan simulasi sebesar 0,7 m/s, 078 m/s,
0,75 m/s dan 0,72 m/s, 0,91 m/s, 0,82 m/s serta nilai rata-rata error
sebesar 9,47%, yang artinya perhitungan simulasi CFD dikatakan valid.
Universitas Sumatera Utara
43
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengeringan dengan
komoditi yang berbeda.
2. Pada penelitian ini sebaran suhu pada ruang pengering belum merata yang
merupakan pengaruh dari posisi kipas untuk menyebarkan suhu pada
ruang pengering, untuk itu penentuan kipas sangat berpengaruh terhadap
sebaran suhu di ruang pengering dimana perlu penambahan kipas di
bagian outlet.
Universitas Sumatera Utara
44
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W. 2013. Produksi Pati Temulawak Sebagai Alternatif Pemanfaatan
Temulawak Untuk Bahan Baku Produk Olahan Pangan: Studi Kasus Didesa
Pabuaran, Kec. Salem Kab. Brebes, Jawa Tengah. Seminar Nasional &
Workshop : Peningkatan Inovasi Dalam Menanggulangi Kemiskinan. LIPI
2013. 244-250.
Sembiring, B., Ma’mun, dan E. I Ginting. 2006. Pengaruh Kehalusan Bahan dan
Lama Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak (Curcuma Xantrorriza
ROXB). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2 : 53-58.
Bird, R.B., W.E. Stewart, dan E.N. Lightfoot. 1966. Transport Phenomena.
JhonWiley and Sons, Inc. Newyork.
Cengel, Y.A. 2003. Heat Transfer a Practical Approach. 2nd ed. McGraw-Hill
Companies Inc. New York (US).
Delele, M.A., M.E.K. Ngcobo., S.T. Getahun., L. Chen., J. Mellmann., U.L.
Opara. 2013. Studying Airflow and Heat Transfer Characteristics Of A
Horticulturalproduce Packaging System Using A 3-D CFD Model. Part I: Modeldevelopment And Validation. Journal Postharvest Biology and
Technology, 86: 536–545
Holman, J.P, 2010. Heat Transfer, 10th
Edition. Department of Mechanical
Engineering Southern Methodist University (US). McGraw-Hill
Khamidah, A., S. S. Antarlina dan T. Sudaryono.2017. Ragam Produk Olahan
Temulawak Untuk mendukung Keanekaragaman Pangan. Jurnal Litbang
Pertanian. 9: 1-12.
Manalu, P.L., H. Armansyah., Tambunan, dan L.O., Nelwan. 2012. Penentuan
Kondisi Proses Pengeringan Temulawak Untuk Menghasilkan Simplisia
Standar. Jurnal Dinamika Penelitian Industri. 23: 99-106.
Mirade, P.S. dan Daudin, J.D. 2000. A Numerical Study of The Airflow Patterns
In a Sausage Dryer. Journal Drying Technology. 18: 81-97.
Misha, S., M. Sohif., M, H. Ruslan., K. Sopian., and E. Salleh. 2013. The
Prediction of Drying Uniformity in Tray Dryer System using CFD
Simulation. International Journal of Machine Learning and Computing
3: 419-423.
Mujumdar, A.S., and S., Devahastin. 2001 Prinsip Dasar Pengeringan, Panduan
Praktis Mujumdar untuk Pengeringan lndustrial, Bogor: IPB Press.
Universitas Sumatera Utara
45
Mustafa, B. 2004. Dasar Termodinamika Teknik. Universitas Trisakti. Jakarta.
Pitts, D. R., dan E.S. Leighton. 2011. Dasar Dasar Termodinamika. Jakarta:
Erlangga.
Rahardjo, M. 2010. Penerapan SOP Budidaya Untuk Mendukung Temulawak
Sebagai Bahan Baku Obat Potensial. Jurnal Perspektif 9: 78 – 93.
Riansyah, A., A. Supriadi dan R. Nopianti. 2013. Pengaruh perbedaan Suhu dan
Waktu Pengeringan Terhadap Karakteristik Ikan Asin Sepat Siam
(Trichogaster pectrorallis) dengan menggunakan Oven. Journal Fishtech,
1: 53-68.
Syaiful, M. 2007. Perpindahan Masa, Momentum dan Energi Secara Simultan Pada
Sistem Pengering. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Taib, G.,S, dan S. Wiraatmadja. 1988. Operasi Pengeringan Pada Pengolahan Hasil
Pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.
Triwahyudi, S., B. S., B. Rahardjo, L. O. Nelwan. 2016. Pemodelan Matematik
Kinerja Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK)- Hibrid Menggunakan
Rak Berputar Secara Vertikal. Jurnal Agritech. 36: 353-361.
Tuakia, F. 2008. Dasar-Dasar CFD Menggunakan Fluent. Informatika Bandung,
Bandung.
Tzempelikos, D.A., A.P. Vouros., A.V. Bardakas., A.E. Filios., D.P. Margaris.
2012. Analysis of air velocity distribution in a laboratory batch-type tray air
dryer by computational fluid dynamics. International journal of
mathematics and computers in simulation. 5: 413-421.
Versteeg, H.K. and W. Malalasekera, 1995, An Introduction to Computational
Fluid Dynamics The Finite Volume Method, Longman Sc & Technical,
Malaysia.
Widodo, P., D. Wulandani, dan Y. A. Purwanto. 2009. Kajian Pola Sebaran
Aliran Udara Panas Pada Model Pengering Efek Rumah Kaca Hibrid Tipe
Rak Berputar Menggunakan Computational Fluid Dynamics. Journal
Engineering Pertanian. 7: 105-113.
Xia, B., D.W. Sun. 2002. Applications of computational fluid dynamics (CFD) in
the food industry: a review. Journal Computers and Electronics in
Agriculture. 34: 5-24.
Young., H dan R.A. Freedman.2002. Fisika Universitas (Terjemahan). Erlangga,
Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
46
Lampiran 1. Flow Chart penelitian
Mulai
Pembuatan geometri
(meshing dan boundary
condition)
Simulasi suhu
konvergen
Analisis
Simulasi
Pengukuran
langsung
Validasi data simulasi
dengan pengukuran
langsung
Selesai
Parameter:
- Suhu
- Aliran
udara
Tidak
Ya
Universitas Sumatera Utara
47
Lampiran 2 . Perhitungan nilai koefisien pindah panas pada kondisi kosong
a. Aliran udara ruang pengering
Suhu inlet : 39,48 ⁰C (312,48 ⁰K)
Suhu outlet : 36,53 ⁰C (309,53 ⁰K)
Suhu fluida operasi = 39,48 36,53
2 = 38 ⁰C = 311 ⁰K
Untuk mencari nilai Re, dapat dilihat Persamaan (11).
Re = v i
Re = 1,009
kgm3⁄ . 1,8 m s . 0,17 m⁄
19,348 x 10-6
Re = 15,957.928
b. Heat transfer coefficient (h)
Rak 1
Suhu dinding : 37,47 ⁰C (310, 47 ⁰K)
Suhu lingkungan : 28,21 ⁰C (301, 21⁰K)
Suhu fluida operasi = 37, 47 28, 21
2 = 32, 84 ⁰C = 305, 84 ⁰K
Suhu
(⁰C)
Diameter
kipas
Di (m)
Massa
jenis
udara
(kg/m3)
Panas jenis
udara Cp
(Kj/kg.K)
Konduktivitas
panas udara k
(W/m.C⁰)
Viscositas
dinamis
udara
(N s/m2 )
Viscositas
kinematik
udara
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
38 0,17 1,009 1,0138 0,02636 19,348 x 10-6
17,396 x 10-6
0,71
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
32, 84 1, 28 1, 117 0, 0259 16, 86 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
48
Untuk mencari nilai Gr, kita harus memenuhi persamaan (13).
Gr = g β 3
2
Gr = 9,81 m
2s⁄ . (
1
305,84 K )(310,47 K - 301, 21 K) (1,28 m)
3
(16, 86 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,269 x 10-3 K (9,26 K) (2,097 m3)⁄
284, 2596 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 21907807
Ra = Gr x Pr
Ra = 21907807 x 0,71
Ra = 15554542
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Nu =
(
0,825
0,387 (15554542)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Nu = (0,825 6,107653339
1,192897242)
1
2
Universitas Sumatera Utara
49
Nu = (5,9450)1
2
Nu = 2,438
h = u x k
h = 2,438 x 0,02636 m. K⁄
1,28 m
h = 0,050 W/m2 K
Rak 2
Suhu dinding : 38,27 ⁰C (311,27 ⁰K)
Suhu lingkungan : 28,21 ⁰C (301, 21⁰K)
Suhu fluida operasi = 38,27 28,21
2 = 33,24 ⁰C = 306,24 ⁰K
Gr = g β 3
2
Gr =
9,81 m2s⁄ . (
1
306,24 K )(311,27 K - 301,21 K) (1,28 m)
3
(16,91 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,265 x 10-3 K (10,06 K) (2,097 m3)⁄
285,9481 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 2363099992
Ra = Gr x Pr
Ra = 2363099992 x 0,71
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
33,24 1,28 1,115 0,0260 16,91 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
50
Ra = 1677800994
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Nu =
(
0,825
0,387 (1677800994)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Nu = (0,825 13,32148756
1,192897242)
1
2
Nu = (12,817)1
2
Nu = 3,580
h = u x k
h = 3,580 x 0,02636 m. K⁄
1,28 m
h = 0,073 W/m2 oK
Rak 3
Suhu dinding : 38,35 ⁰C (311,35 ⁰K)
Suhu lingkungan : 28,21 ⁰C (301, 21⁰K)
Suhu fluida operasi = 38,35 28
2 = 33,28 ⁰C = 306,28 ⁰K
Universitas Sumatera Utara
51
Gr = g β 3
2
Gr =
9,81 m2s⁄ . (
1
306,28 K )(311,35 K - 301 K) (1,28 m)
3
(16,91 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,264 x 10-3 K (10,14 K) (2,097 m3)⁄
285,9481 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 2381048972
Ra = Gr x Pr
Ra = 2381048972 x 0,71
Ra = 1690544477
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Nu =
(
0,825
0,387 (1690544477)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Nu = (0,825 13,33829127
1,192897242)
1
2
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
33,28 1,28 1,115 0,0260 16,91 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
52
Nu = (12,006)1
2
Nu = 3,465
h = u x k
h = 3,465 x 0,02636 m. K⁄
1,28 m
h = 0,071 W/m2 K
Perhitungan nilai koefisien pindah panas pada kondisi berisi
a. Aliran udara ruang pengering
Suhu inlet : 37,35 ⁰C (310,35 ⁰K)
Suhu outlet : 31, 94 ⁰C (304,94 ⁰K)
Suhu fluida operasi = 37,35 31,94
2 = 34,64 ⁰C = 307,64 ⁰K
Re = v i
Re = 1,110
kgm3⁄ . 1,8 m s . 0,17 m⁄
18,886 x 10-6
Re = 17,984.750
b. Heat transfer coefficient (h)
Rak 1
Suhu dinding : 31,83 ⁰C (304, 83 ⁰K)
Suhu lingkungan : 29,79 ⁰C (302, 79 ⁰K)
Suhu
(⁰C)
Diameter
kipas
Di (m)
Massa
jenis
udara
(kg/m3)
Panas jenis
udara Cp
(Kj/kg.K)
Konduktivitas
panas udara k
(W/m.C⁰)
Viscositas
dinamis
udara
(N s/m2)
Viscositas
kinematik
udara
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
34,64 0,17 1,110 1,0134 0,02612 18,886 x 10-6
17,053 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
53
Suhu fluida operasi = 31,83 29, 79
2 = 30, 81⁰C = 303, 81 ⁰K
Gr = g β 3
2
Gr = 9,81 m
2s⁄ . (
1
303,81 K )(304,83 K - 302, 79 K) (1,28 m)
3
(16, 66 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,291 x 10-3 K (2,04 K) (2,097 m3)⁄
277,555 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 49759554864
Ra = Gr x Pr
Ra = 49759554864 x 0,71
Ra = 35329279
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Nu =
(
0,825
0,387 (35329279)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
30,81 1, 28 1, 124 0, 0258 16, 66 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
54
Nu = (0,825 7,002130789
1,192897242)
1
2
Nu = (6,694)1
2
Nu = 2,587
h = u x k
h = 2,587 x 0,02612 m. K⁄
1,28 m
h = 0,052 W/m2 K
Rak 2
Suhu dinding : 34,70 ⁰C (307,7 ⁰K)
Suhu lingkungan : 29,79 ⁰C (302, 79 ⁰K)
Suhu fluida operasi = 34,70 29,79
2 = 32,24 ⁰C = 305,24 ⁰K
Gr = g β 3
2
Gr =
9,81 m2s⁄ . (
1
305,24 K )(307,7 K - 305,24 K) (1,28 m)
3
(16,80 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,276 x 10-3 K (2,46 K) (2,097 m3)⁄
282,24 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 5873917934
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
32,24 1,28 1,119 0,0259 16,80 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
55
Ra = Gr x Pr
Ra = 5873917934 x 0,71
Ra = 4170481733
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Nu =
(
0,825
0,387 (4170481733)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Nu = (0,825 15,50365123
1,192897242)
1
2
Nu = (13,82)1
2
Nu = 3,717
h = u x k
h = 3,717 x 0,02612 m. K⁄
1,28 m
h = 0,075 W/m2 oK
Universitas Sumatera Utara
56
Rak 3
Suhu dinding : 33,34 ⁰C (306,34 ⁰K)
Suhu lingkungan : 29,79 ⁰C (302, 79 ⁰K)
Suhu fluida operasi = 33,34 29,71
2 = 31,52 ⁰C = 304,52 ⁰K
Gr = g β 3
2
Gr =
9,81 m2s⁄ . (
1
304,52 K )(306,34 K - 302 K) (1,28 m)
3
(16,92 m2s⁄ )
2
Gr =
9,81 m2
s 3,283 x 10-3 K (3,55 K) (2,097 m3)⁄
286,2864 x 10-12 m
4
s2⁄
Gr = 8374636319
Ra = Gr x Pr
Ra = 8374636319 x 0,71
Ra = 5945991786
Nu =
(
0,825
0,387 a16
[1 (0,492
r)
916]
827
)
1
2
Suhu
(⁰C)
Panjang
L
(m)
Massa
jenis
(kg/m3)
Konduktivitas
panas k
(W/m.C⁰)
Viscositas
kinematik
(m2/s)
Bilangan
Prandtls
(Pr)
33,34 1,28 1,115 0,0260 16,92 x 10-6
0,71
Universitas Sumatera Utara
57
Nu =
(
0,825
0,387 (5945991786)16
[1 (0,492
0,71)
916]
827
)
1
2
Nu = (0,825 3542392945
1,192897242)
1
2
Nu = (30,52)1
2
Nu = 5,524
h = u x k
h = 5,542 x 0,02636 m. K⁄
1,28 m
h = 0,113 W/m2 K
Universitas Sumatera Utara
58
Lampiran 3 . Perhitungan Nilai Heat flux
Heat flux = q
q = k .
(T1 –T2)
Kondisi kosong
q = 0,02636 /m K x 51,2 m2
1 (312,48
K – 309,53 K)
= 0,02636 /m oK x 51,2 m2
1,28 (2,95 K)
= 3,1104 W
q
=
3,1104
51,2 m2 = 0,060 W/m2
Heat flux = 0,060 W/m2
Kondisi berisi
q = 0,02612 /m K x 51,2 m2
1 (310,35
K – 307,64 K)
= 0,02612 /m oK x 51,2 m2
1,28 (2,71 K)
= 2,8314 W
q
=
2,8314
51,2 m2 = 0,055 W/m2
Universitas Sumatera Utara
59
Lampiran 4. Data input properti CFD
Data properti aluminium
Jenis parameter Nilai
Panas jenis (J/kgK) 903 J/kgK
Densitas (kg/m3) 2.702 kg/m
3
Kondutivitas termal (W/mk) 237 W/mk
Sumber: Cengel 2003
Data Properti Temulawak
Jenis parameter Nilai
Panas jenis (J/kgK) 2835 J/kgK
Densitas (kg/m3) 1.057 kg/m
3
Kondutivitas termal (W/mk) 0,2797 W/mk
Universitas Sumatera Utara
60
Lampiran 5. Hasil Meshing
Universitas Sumatera Utara
61
Lampiran 6. Hasil Iterasi
Universitas Sumatera Utara
62
Lampiran 7. Distribusi suhu dan aliran udara ruang pengering kondisi kosong 3D
(a) Distribusi suhu
(b) Pola aliran udara
Universitas Sumatera Utara
63
Lampiran 8. Distribusi suhu dan aliran udara ruang pengering kondisi berisi 3D
Distribusi suhu
Pola aliran udara
Universitas Sumatera Utara
64
Lampiran 9. Data suhu pengukuran langsung dalam kondisi kosong
Ruang Titik Waktu (menit) Rata-rata
Pengering Pengukuran 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480
Rak I Tengah Depan 38,6 39,9 40,5 39,9 35,6 32,8 37,2 39,5 40,4 40,4 41,1 41,1 39,8 39,9 40,5 39,6 34,9 38,92
Tengah Tengah 35,8 37 38,7 38,1 36,1 33,6 34,6 36,9 38 37,8 39,1 39,2 37,1 37,5 38,5 37,3 35,7 37,11
Tengah Belakang 34,6 35,5 37,6 37,2 35,6 33,4 34,2 35,9 36,6 36,8 37,9 38 36,2 36,4 37,5 36,6 35,4 36,2
Pinggir Depan 39,2 39,9 40,4 39,8 35,6 32,7 37,1 39,4 40,4 40,3 40,9 41 39,7 39,8 40,4 39,9 34,6 38,88
Pinggir Tengah 36,7 38,3 39,3 38,9 36,1 33,4 35,4 37,9 38,8 38,8 39,9 39,9 38,2 38,4 39,3 37,5 35,8 37,8
Pinggir Belakang 34,2 35 37,1 36,7 35,3 33,2 33,6 35,4 36,3 36,3 37,4 37,6 35,7 35,9 36,9 36 35 35,74
Rata-rata rak I 37,44
Rak II Tengah Depan 39,40 40,00 40,40 39,90 35,10 32,50 37,60 39,80 40,60 40,50 41,00 41,10 40,10 40,10 40,50 40,30 34,30 39,01
Tengah Tengah 38,3 38,5 39,5 39 35,6 33,1 36,2 38,4 39,5 39,4 40,1 40,2 38,8 38,8 39,6 39,1 35,1 38,18
Tengah Belakang 38,3 37,6 38,8 38,3 35,5 33 35,4 37,5 38,6 38,5 39,3 39,4 37,8 38 38,8 38,2 35 37,52
Pinggir Depan 39,6 40,2 40,4 39,8 34,9 32,4 37,8 39,8 40,6 40,6 41,1 41,2 40,1 40 40,5 40,4 34,1 39,02
Pinggir Tengah 38,7 39 39,9 39,3 35,8 33,2 36,7 38,8 39,8 39,8 40,5 40,5 39,1 39,2 40 39,6 35,1 38,52
Pinggir Belakang 37,3 37,5 38,5 38 35,1 32,7 35,4 37,3 38,4 38,4 39,1 39,1 37,7 37,8 38,5 38,1 34,6 37,26
Rata-rata rak II 38,26
Rak III Tengah Depan 38,1 39,2 39,9 39,4 35,5 32,7 36,4 38,8 39,8 39,7 40,4 40,5 39,2 39,2 39,9 39,2 34,8 38,39
Tengah Tengah 37,1 37,6 39,2 38,6 36,3 33,7 35,1 37,3 38,6 38,4 39,6 39,7 37,6 37,9 38,9 37,9 35,8 37,60
Tengah Belakang 36,6 37 38,7 38,1 36 33,5 34,9 37 38,2 38 39,2 39,3 37,3 37,6 38,6 37,7 35,5 37,24
Pinggir Depan 39,3 40 40,3 39,8 35,3 32,5 37,3 39,5 40,5 40,4 41 41 39,9 39,8 40,4 40,1 34,4 38,91
Pinggir Tengah 38,70 39,30 40,00 39,50 36,00 33,10 36,50 38,80 39,90 39,80 40,60 40,60 39,20 39,30 40,10 39,40 35,20 38,59
Pinggir Belakang 37 37,8 39 38,5 35,9 33,2 35,3 37,5 38,7 38,6 39,4 39,5 37,9 38 38,9 37,9 35,3 37,55
Tengah Bawah 36 37,3 36,8 38,4 35,7 33,1 35,4 37,5 38,3 38,4 39,4 39,4 37,9 38,1 38,9 38,1 35 37,27
Rata-rata rak III 37,93
Outlet Outlet D 33,5 35,4 37,40 36,5 34,4 32,3 34,4 35,9 36,3 36,7 37,4 37,4 36,2 36,3 37 36,6 34,2 35,75
Outlet C 36,4 36,6 38,1 37,8 35,8 33,3 34,6 36,8 37,3 37,7 38,7 38,8 37,1 37,3 38,2 37 35,4 36,87
Outlet B 37,1 37,5 38,6 38,1 35,2 32,9 35,6 37,6 38,5 38,4 39,1 39,2 37,9 37,9 38,6 38,3 34,8 37,37
0utlet A 34,10 35,60 37,40 37,10 35,20 33,10 34,40 36,00 36,40 36,90 37,70 37,90 36,20 36,50 37,50 36,50 35,10 36,09
Inlet Inlet A 40,5 41 40,9 39,9 33,6 31,8 39,3 40,6 41,4 41,4 41,7 41,6 41,1 40,7 41,1 41,4 33,3 39,48
Rata-rata 37,73
Universitas Sumatera Utara
65
Lampiran 10. Data suhu pengukuran langsung dalam kondisi berisi
Ruang Titik Waktu (menit) Rata-rata
Pengering Pengukuran 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480
Rak I Tengah Depan 31,5 32 28,8 28,8 33,8 34,4 34,7 34,9 35,6 35,7 35,9 35,5 35,4 38,9 32 37,8 36,8 34,26
Tengah Tengah 28,4 28,9 28,2 28 30,4 30,8 30,7 30,7 31,1 30,6 30,7 30,2 30 32,8 28,8 32,4 31,7 30,25
Tengah Belakang 27,7 28,1 27,7 27,7 30,9 29,6 29,4 29,2 29,6 29,2 29,2 28,8 28,5 31,3 28 31,1 31,1 29,24
Pinggir Depan 31,8 32,3 28,7 28,6 33,9 34,4 34,7 35,2 35,6 35,5 36,1 35,8 35,4 39,1 32,1 38,1 37,8 34,41
Pinggir Tengah 30,9 31,5 28,8 28,7 32 32,4 32,5 32,4 33 32,7 32,7 32,2 32,1 35,1 30 34,7 33,3 32,05
Pinggir Belakang 27,4 27,9 27,5 27,4 28,7 29,1 29,1 28,8 29,1 28,8 28,7 30,4 30,5 30,9 27,9 30,8 30,6 29,03
Rata-rata rak I 31,54
Rak II Tengah Depan 34,20 34,60 29,30 29,30 35,60 35,80 36,50 36,80 37,20 37,30 37,70 37,40 36,80 40,40 33,20 38,90 38,90 35,88
Tengah Tengah 32,3 32,7 29,2 29,1 34 34,4 34,9 35,2 35,4 35,5 35,8 35,5 34,8 38,6 32 37,3 37,6 34,37
Tengah Belakang 31,6 31,9 29,2 29,1 33,1 33,7 34 34,1 34,4 34,5 34,8 34,3 33,7 37,3 31,2 36,3 36,5 33,51
Pinggir Depan 34,7 35,1 29,4 29,3 36 36 36,7 37,2 37,6 37,6 38,1 37,6 37,1 40,7 33,4 39,3 39,2 36,17
Pinggir Tengah 33,2 33,5 29,6 29,5 34,4 34,7 34,9 35,2 35,7 35,5 35,9 35,4 34,9 38,5 32,1 37,6 37,6 34,6
Pinggir Belakang 31,7 32 29 28,9 33 33,4 33,7 33,9 34,3 34,2 34,5 34 33,6 37 31,1 36 36,2 33,32
Rata-rata rak II 34,64
Rak III Tengah Depan 33,5 33,7 28,2 28 32,1 34,4 34,7 34,9 35,2 35,5 35,7 35,5 35,9 35,4 34,9 36,2 36,7 34,14
Tengah Tengah 28,6 29,1 27,8 27,8 30,4 31,3 31,5 31,5 31,8 31,9 32,2 31,9 31,3 35,1 29,6 34,6 35,1 31,26
Tengah Belakang 29,2 29,6 28 27,9 31 31,5 31,7 31,7 32 31,9 32,1 31,7 31,3 34,6 29,5 34,1 33,8 31,27
Pinggir Depan 31,9 32,5 28,6 28,6 34 34,4 35,1 35,6 36,1 36,1 36,6 36,4 35,9 39,7 32,5 38,5 38,6 34,77
Pinggir Tengah 31,40 31,90 28,50 28,40 33,30 33,50 34,00 34,20 34,60 34,60 35,00 34,60 34,20 37,70 31,40 36,90 36,40 33,56
Pinggir Belakang 29,9 30,3 28,4 28,2 31,5 32 32,1 32,2 32,5 32,4 32,7 32,2 31,8 35,1 29,7 34,6 33,3 31,7
Tengah Bawah 31,8 32,3 29,3 29,2 33,6 34 34,4 34,4 34,7 34,8 34,9 34,2 33,9 37,1 31,3 36,2 35,5 33,62
Rata-rata rak III 32,90
Outlet Outlet D 29,2 29,6 28,2 28,1 32,5 32,9 33,5 33,7 33,9 33,5 33,3 32,9 32,5 34,5 30,1 34 33,6 32,11
Outlet C 31,4 31,8 29 28,9 32,8 33 33,2 33,3 33,6 33,3 33 32,7 32,5 34,8 30,4 34,1 33,5 32,42
Outlet B 32 32,3 29,4 29,3 33,7 34,1 34,6 34,7 35 35,1 35,4 35 34,4 30 31,9 36,8 36,9 33,56
0utlet A 28,20 28,60 28,00 27,90 29,70 30,10 29,90 30,00 30,30 29,90 29,80 29,50 29,20 31,80 28,20 31,60 31,60 29,66
Inlet Inlet A 36,4 36,7 29,3 29,6 37,6 36,5 38,2 38,7 39,1 39,1 39,4 39,1 38,6 41,7 35,6 39,4 40,1 37,35
Rata-rata 33,03
Universitas Sumatera Utara
66
Lampiran 11. Data aliran udara pengukuran langsung
Aliran udara dalam kondisi kosong
Rak Waktu (menit) Rata-
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 Rata
Rak I 0,7 0,7 0,5 0,7 0,7 0,9 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,9 0,7 0,7 0,7 0,7 0,71
Rak II 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,9 0,9 0,7 0,7 0,9 0,7 0,7 0,9 1,2 0,9 0,7 0,7 0,78
Rak III 0,7 0,7 0,7 0,7 0,9 0,7 0,7 0,7 0,9 0,9 0,7 0,9 0,9 0,7 0,7 0,7 0,7 0,75
Rata-rata 0,75
Aliran udara dalam kondisi berisi
Rak WAKTU (menit) Rata-
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 Rata
Rak I 0,5 0,7 0,7 0,7 0,5 0,7 0,7 0,5 0,7 0,7 0,9 0,9 0,7 0,9 0,7 0,7 0,7 0,7
Rak II 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,9 0,9 0,7 0.7 1,1 0,7 0,9 0,9 0.7 0,7 0,7 0,78
Rak III 0,5 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,9 1,2 0,9 0,7 0,9 0,7 0,7 0,75
Rata-rata 0,74
Universitas Sumatera Utara
67
Lampiran 12. Tahapan penggunaan ANSYS Fluent untuk simulasi.
Menjalankan ANSYS Fluent
Menjalankan program Fluent, dengan cara memilih ikon Fluent pada
komputer. Memilih 3D Dimension, lalu mencentang seluruh pilihan yang ada di
Display Option dan memilih Serial Processing.
Gambar 10. Tampilan menu software Ansys 18.1
Universitas Sumatera Utara
68
Sebelum dilakukan simulasi menggunakan software Ansys Fluent, maka
terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah pemodelan geometri dan
pendiskripsian kondisi. Kemudian dilanjutkan dengan membentuk mesh,
menentukan parameter dan kondisi batas (setup and solution). Setelah selesai
maka hasil simulasi dapat terlihat dalam bentuk grafik, gambar dan animasi.
1. Pemodelan geometri
Tahap awal sebelum membuat simulasi ialah membentuk geometri pada
Ansys fluent.
Gambar 11. Geometri rak kosong.
Gambar 12. Geometri rak berisi
Universitas Sumatera Utara
69
2. Membentuk mesh
Mesh merupakan pembagian objek menjadi bagian bagian yang lebih
kecil. Semakin kecil meshing yang dibuat maka hasil perhitungan akan semakin
teliti namun membutuhkan daya komputasi yang besar. Selain melakukan
meshing, pada tahap ini juga akan dilakukan “pemberian nama” atau name
selection pada model yang akan disimulasi.
Gambar 13. Proses meshing.
3. Setup dan Solution
Pada tahap solution ada banyak hal yang harus dilakukan kaitannya
dengan penentuan kondisi batas dalam sebuah simulasi CFD. Proses ini
merupakan proses sangat penting karena hampir semua parameter penelitian
diprosesdalam tahapan ini. Adapun tahapan pada solution adalah general, models,
materials, cell zone conditions, boundary conditions dan iterations.
a. General
Pada menu General terdapat pilihan yaitu type solver, time (steady)
gravity dan units (satuan).
Universitas Sumatera Utara
70
Gambar 14. Toolbar menu general.
a. Models
Pemilihan model memiliki beberapa jenis, tergantung pada proses atau
aliran. Model energy dipilih, karena model yang akan disimulasikan
memerlukan analisis tentang temperatur dan perpindahan panas.
Gambar 15. Toolbar menu models.
Universitas Sumatera Utara
71
b. Materials
Pada menu Materials terdapat pilihan jenis material yang akan digunakan
pada simulasi. Jenis material terbagi kedalam dua jenis, yaitu solid dan fluid.
Material solid terdiri dari alumunium, temulawak. Sedangkan material fluid terdiri
air.
Gambar 16. Toolbar menu materials.
c. Boundary conditions (kondisi batas)
Pada tahap ini merupakan proses untuk memberikan kondisi batas berupa
data yang dibutuhkan pada simulasi. Kondisi batas yang terdapat pada model
pengering tray dryer ini adalah temperature dan velocity inlet.
Universitas Sumatera Utara
72
Gambar 17. Toolbars menu velocity inlet.
d. Initialization (Inisialisasi)
Proses inisialisasi menentukan prediksi awal sebelum calculate (Iterasi).
Inisialisasi (tebakan awal) dihitung dari semua kondisi batas (all zones) dengan
nilai awal sesuai dengan nilai yang dimasukkan pada kondisi batas tersebut.
Gambar 18. Toolbars menu Initialization.
Universitas Sumatera Utara
73
e. Run Calculation ( Proses Perhitungan )
Tahapan dimana perhitungan semua persamaan, batas-batas kondisi dari
model yang sudah ditentukan dan berhenti sesuai jumlah iterasi yang diinginkan
atau setelah mencapai kondisi konvergen.
Gambar 19. Toolbars menu Run Calculation.
f. Convergence (Konvergensi)
Pada proses ini akan dilakukan iterasi atau perhitungan oleh program
hingga terjadi convergence atau konvergensi. Indikator bahwa konvergensi telah
tercapai ialah terlihat pada grafik “Residual” menunjukkan penurunan.
Gambar 20. Proses iterasi dalam bentuk grafik Residuals.
Universitas Sumatera Utara
74
3. Results (hasil)
Tahap akhir merupakan tahap postprocessor dimana hasil perhitungan
ditampilkan ke dalam gambar, grafik bahkan animasi dengan pola-pola warna
tertentu.
Universitas Sumatera Utara
75
Lampiran13. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Alat pengering tipe rak
Sensor suhu dan data loger
Universitas Sumatera Utara
76
Proses pengukuran suhu dalam kondisi kosong
Proses pengukuran suhu dalam kondisi berisi
Universitas Sumatera Utara