KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN...

21
KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN AGAMA ISLAM Oleh : Drs. H. Rasyidul Basri, MA Widyaiswara Balai Diklat Kegamaan Padang A. Abstrak Tulisan ini berjudul “ Strategi dan Metode Penyuluhan Agama Islam” sebuah Kajian Pada Diklat Penyuluh Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan kompetensi para Penyuluh Agama dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bagaimana Strategi dan metode apa yang digunakan para penyuluh agama sebaiknya dalam menghadapi jamaah nya. Pembahasan ini mengemukakan tentang potensi yang harus dibangun dan dikembangkan dalam bagi penyuluhan agama seperti potensi fisik, potensi mental spritual, potensi intelektual, dan potensi emosional. Penyuluh agama merupakan tenaga yang dapat melakukan perubahan dalam masyarakat, sehingga mereka perlu dibekali dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi jamaah khusus dan masyarakat secara umumnya. Strategi yang harus dikembangkan para penyuluh agama diantaranya penyusunan program, pengembangan jaringan kerja, komunikasi yang efektif dan menyejukkan. Dengan strategi yang tepat akan dapat melakukan penyuluhan secara sistematis dan komunikatif. Begitu pula dengan metode yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat, para penyuluh agama akan mampu memberikan penyuluhan secara efektif dan efesien dalam membangun keberagamaan masyarakat dan ikut serta dalam pembanguna nasional umumnya. Key word : Strategi dan Metode, Penyuluhan Agama. B. Latar Belakang Membekali para penyuluh agama Islam dengan strategi penyuluhan agama merupakan bagian dari fungsi Diklat. Sehingga program diklat mewujudkan SDM yang handal yang melakukan perubahan dalam masyarakat menjadi bagian dari pembinaan tenaga yang profesional di jajaran Kementerian Agama. Perubahan telah menjadi bagian dari konteks masyarakat pada umumnya. Perubahan itu sendiri mensyaratkan salah satunya ialah adanya ikon perubahan yang menjadi inspirator dan sekaligus motor penggerak menuju situasi yang lebih diinginkan pada setiap hal. Untuk menciptakan

Transcript of KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN...

Page 1: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

KAJIAN DIKLAT TERHADAP

STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN AGAMA ISLAM

Oleh : Drs. H. Rasyidul Basri, MA

Widyaiswara Balai Diklat Kegamaan Padang

A. Abstrak

Tulisan ini berjudul “ Strategi dan Metode Penyuluhan Agama Islam” sebuah

Kajian Pada Diklat Penyuluh Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan kompetensi

para Penyuluh Agama dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bagaimana Strategi dan

metode apa yang digunakan para penyuluh agama sebaiknya dalam menghadapi jamaah

nya.

Pembahasan ini mengemukakan tentang potensi yang harus dibangun dan

dikembangkan dalam bagi penyuluhan agama seperti potensi fisik, potensi mental

spritual, potensi intelektual, dan potensi emosional. Penyuluh agama merupakan tenaga

yang dapat melakukan perubahan dalam masyarakat, sehingga mereka perlu dibekali

dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi jamaah khusus dan masyarakat

secara umumnya.

Strategi yang harus dikembangkan para penyuluh agama diantaranya penyusunan

program, pengembangan jaringan kerja, komunikasi yang efektif dan menyejukkan.

Dengan strategi yang tepat akan dapat melakukan penyuluhan secara sistematis dan

komunikatif. Begitu pula dengan metode yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan

masyarakat, para penyuluh agama akan mampu memberikan penyuluhan secara efektif

dan efesien dalam membangun keberagamaan masyarakat dan ikut serta dalam

pembanguna nasional umumnya.

Key word : Strategi dan Metode, Penyuluhan Agama.

B. Latar Belakang

Membekali para penyuluh agama Islam dengan strategi penyuluhan agama

merupakan bagian dari fungsi Diklat. Sehingga program diklat mewujudkan SDM yang

handal yang melakukan perubahan dalam masyarakat menjadi bagian dari pembinaan

tenaga yang profesional di jajaran Kementerian Agama. Perubahan telah menjadi bagian

dari konteks masyarakat pada umumnya. Perubahan itu sendiri mensyaratkan salah

satunya ialah adanya ikon perubahan yang menjadi inspirator dan sekaligus motor

penggerak menuju situasi yang lebih diinginkan pada setiap hal. Untuk menciptakan

Page 2: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

Salah satu penggerak perubahan pada masyarakat ialah para tenaga penyuluh agama.

Dalam kerjanya tentu berhadapan dengan segudang problematika sebagaimana

problematika masyarakat itu sendiri. Para penyuluh agama menjadi agent of change

masyarakat menuju kehidupan yang lebih religius, dimana menempatkan nilai-nilai

agama sebagai basis perubahan menuju kehidupan yang lebih harmonis, aman tentram

dan sejahtera lahir maupun batin.

Tantangan yang dihadapi penyuluh agama sebagai inspirator dan motor penggerak

perubahan ini diantaranya ialah dari aspek sosio ekonomi masyarakat yang beragam,

keragaman budaya, keragaman jenjang pendidikan dan pengetahuan masyarakat binanya

yang berarti pula beragam tingkat pemahaman dan wawasan masyarakatnya. Tantangan

ini baru bersifat internal kemasyarakatan. Belum lagi jika ditambahkan dengan tantangan-

tantangan eksternal kemasyarakatan yang muncul dari kepentingan-kepentingan golongan

tertentu yang mengancam harmonisasi interaksi di dalamnya.

B. KONSEPSI STRATEGI PENYULUHAN AGAMA

a. Pengertian Strategi

Strategi secara semantik berasal dari bahasa Yunani yang terhimpun dari dua

suku kata yaitu stratos dan agein. Startos artinya pasukan, sedangkan agein artinya

memimpin. Jadi yang dimaksud dengan strategi berarti memimpin pasukan. Memimpin

pasukan untuk apa? Tentu untuk memenangkan perang. Dalam hal ini sang pemimpin

bertanggungjawab besar untuk mampu mempimpin dalam arti memilih pasukan yang

benar-benar siap tempur, terampil, memilih persenjataan yang tepat, memilih medan

yang menguntungkan atau secara ekstrimnya harus mampu mengambil keputusan yang

tepat dalam situasi yang serba tidak terkirakan berdasarkan perhitungan-perhitungannya

agar memenangkan perang dengan meminimalkan korban dipihaknya.

Pengertian strategi yang demikian, menunjukan bahwa pada dasarnya istilah ini

merupakan istilah para panglima perang. Akan tetapi kemudian, strategi telah menjadi

istilah umum yang dapat dilekatkan dengan segala situasi. Dalam makna ini maka

strategi sering diartikan sebagai pola umum yang biasa dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Disebut pola umum, karena pada akhirnya tahapan-

tahapan untuk mencapai tujuan ini secara general memiliki kemiripan baik itu untuk

memenangkan pertempuran sebagai tujuan, atau untuk memperoeh keuntungan yang

maksimum misalnya dalam suatu usaha.

Page 3: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

b. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan kata dasarnya adalah suluh yang berarti penerang. Dalam pengertian

ini maka penyuluhan berarti kegiatan memberikan penerangan. Kepada siapa? Yaitu

kepada sasaran binanya, baik itu individu, kelompok terbatas atau bahkan masyarakat

luas dengan segala karakteristiknya yang khas.

Penyuluhan dapat juga diartikan sebagai kegiatan pemberian bimbingan atau

pimpinan kepada objek penyuluhan agar objek tersebut mampu menemukan solusi-

solusi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapinya. Dalam pengertian ini

maka penyuluh tidak berkompeten untuk memberikan jawaban langsung mengenai

persoalan yang dihadapi oleh binaannya. Melainkan ia dibimbing untuk menemukan

sendiri jawaban tersebut sebab hanya ia sendiri yang tahu persis persoalan-

persoalannya.

c. Agama

Agama dalam beberapa pendapat diartikan sebagai berikut:

1) Agama berasal dari gabungan kata a dan gam yang berasal dari bahasa Sanskerta. A

artinya tidak dan gam artinya berubah. Jadi agama berarti sesuatau yang tidak berubah,

maksudnya adalah sebagai hasil pewarisan generasi pertama ke generasi berikutnya

secara konstan dan terus menerus. Kemudian juga disebutkan berasal dari kata a dan

gama yang berarti tidak kacau. Hal ini memang jika dilihat pada aspek ajaran, agama

bertujuan untuk memelihara ketentraman bagi pemeluknya serta keseimbangan pola

interaksi dengan yang lainnya.

2) Agama juga dianggap padanan dari kata din dalam Bahasa Arab. Din secara semantik

memiliki kisaran makna, undang-undang, utang, sesuatu yang harus ditunaikan dari

sesuatu yang berposisi lebih rendah kepada yang lebih tinggi. Semua makna ini

menunjukan hal pokok yang mesti dilakukan untuk menuju keteraturan. Hal ini relevan

dengan karakter agama yang menuntut umatnya untuk menunaikan ketentuan-ketentuan

tertentu yang terdapat dalam ajarannya.

Dari penjelasan-penjelasan konsep tersebut, kita sampai pada pertanyaan awal, apa

strategi penyuluhan agama? Yaitu kemampuan seorang penyuluh dalam

memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk memberikan penerangan,

bimbingan nilai-nilai agama kepada masyarakat binanya, sehingga masyarakat

Page 4: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

binannya tersebut memiliki pengetahuan yang memadai yang ditunjukan dengan

kesalehan individual dan sosial berdasarkan nilai-nilai agama.

2. Potensi-Potensi Yang Harus Dikembangkan

Potensi-potensi yang harus dikembangkan dalam strategi penyuluhan agama ini

diantaranya sebagaimana yang diungkapkan oleh M. Yusuf Yunan adalah sebagai

berikut:

a. Potensi Fisik

Potensi fisik atau potensi materil ini bukan hanya yang dimiliki oleh seorang

penyuluh saja, melainkan juga yang dimiliki oleh masyarakat binanya. Hal in

dimaksudkan agar terjalin kesetaraan kepentingan yaitu suatu tujuan bersama

yang ingin dicapai antara penyuluh dengan masyarakat binanya.

Potensi fisik atau potensi material masyarakat tersebut boleh jadi

merupakan fasilitas-fasilitas umumkeagamaan, misalnya mesjid bagi umat islam,

gereja bagi kristiani atau rumah ibadat lainnya, biaya, sarana pendidikan umum

maupun agama serta aspek-aspek lainnya yang bersifat material.

b. Potensi Intelektual

Potensi Intelektual adalah kemampuan yang dimiliki seorang penyuluh dimana

secara rasional ia mampu mencerna dan menjelaskan persoalan-persoalan yang

ada di tengah masyarakat untuk dicarikan solusinya.

Sementara itu masyarakat pun mesti memiliki potensi ini untuk kemudian

dikembangkan bersama agar mampu mengimbangi laju pertumbuhan dan

dinamika masyarakat sehingga ia tidak memiliki kekhawatiran ketika berhadapan

dengan pesoalan-persoalan kehidupan. Potensi nalar inilah yang kemudian secara

bersama-sama di pimpin oleh penyuluh di kembangkan untuk menemukan solusi-

solusi atas problematika kemasyarakatan.

c. Potensi Spiritual

Potensi spiritual bagi penyuluh ialah kesadaran keberagamaan yang tinggi yang

ditunjukan dengan perilaku yang mengejawantahkan ajaran agamanya sehingga ia

mampu menjadi model individu yang saleh baik secara personal maupun kolektif

bagi masyarakat binanya.

Page 5: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

Pemodelan ini amat penting, terutama bagi kalangan tradisional, sebab

suatu perubahan tanpa ikon yang jelas pertanggungjawabannya cukup sulit untuk

mampu menggerakan masyarakat yang memiliki keragaman konsep mengenai arah

perubahan itu seharusnya dilakukan. Kemampuan seorang penyuluh untuk menjadi

model hidup suatu protitipe kesalehan personal dan sosial akan menjadi teladan

bagi masyarakt binanya.

C. IMPLIKASI STRATEGI TERHADAP PENYULUHAN AGAMA

Implikasi strategi dalam kegiatan penyuluhan agama sangat penting. Sebagaimana

diungkapkan oleh Sukriyadi Sambas, bahwa strategi penyuluhan akan memberikan arah

rancangan program sebagai persiapan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan

memanfaatkan segenap potensi yang dimiliki menuju keberhasilan pencapaian tujuan

penyuluhan itu sendiri.

a. Penyusunan Program

Penyusunan program penyuluhan adalah persiapan awal untuk melaksanakan

kegiatan penyuluhan agama yang di dalamnya terkandung unsur pencandraan

terhadap kondisi masyarakat bina dengan segala problematikanya, pemilihan metode

yang tepat, pemilihan materi yang tepat serta sistem evaluasi untuk mengukur tingkat

keberhasilan kegiatan tersebut.

Program yang baik ialah program yang mampu menggambarkan keseluruhan

kegiatan yang akan dilaksanakan, termasuk di dalamnya aspek pembiayaan, alokasi

waktu serta para pelaksana yang akan terlibat di dalamnya. Ragam program yang

disusun mewakili aspek-aspek tujuan yang ditargetkan baik tujuan jangka pendek,

menengah maupun tujuan jangka panjang.

1) Bagaimana suatu program disusun

Suatu program disusun berdasarkan data-data yang akurat mengenai kondisi

masyarakat binanya. Untuk itu maka penting melakukan identifikasi masalah yang

dihadapi masyarakat. Bagaimana identifikasi masalah ini dilakukan, pertama bisa

melalui pengamatan langsung, kedua jika diperlukan melalui wawancara dengan

tokoh-tokoh agama atau tokoh-tokoh masyarakat yang ada, kedua melalui isian

kuisioner kepada masyarakat langsung mengenai harapan-harapannya hal-hal yang

belum dipahami dalam aspek-aspek keagamaan yang dianutnya. Data-data inilah yang

kemudian diolah dan menjadi dasar penyusunan program tersebut.

Page 6: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

Program dibuat berdasarkan rencana-rencana yang telah disusun sebelumnya.

Dalam suatu program harus tergambar alokasi waktu kegiatan yag akan dilaksankan,

sumber dana dan pertanggungjawabannya, para tenaga pelaksana disertai hirarki

tanggungjawab masing-masing personil dan yang lebih penting ialah muatan materi

yang akan disampaikan relevan dengan permasalahan masyarakat bina yang

sesungguhnya. Sehingga kegiatan tersebut memiliki makna yang relatif penting dan

membumi. Tidak kalah pentingnya ialah tergambar pula feed back apa yang

dihgarapkan dari masyarakat bina terhadap penyuluh dari program yang disusun

tersebut sebagai bahan penyusunan program selanjutnya.

2) Program apa yang akan disusun

Program yang disusun adalah program yang mewakili kebutahan masyarakat

mengenai apek-aspek keberagamaannya. Jika masyarakat belum mengetahui

mengenai sistem teologi secara mendalam, maka program penyuluhan berkenaan

dengan teologi inilah yang dikembangkan, tentu saja dengan memperhatikan aspek

pembiayaan dan metode yang dianggap tepat untuk melaksanakan penerangan

mengenai teologi ini. Demikian pula jika masyarakat bina belum paham mengenai

kedudukan hukum agama secara tepat maka program inilah yang disusun.

Alangkah baiknya jika program ini disusun secara berkala dalam setiap tahun

kalender kerja yang menjadi tugas para penyuluh. Sehingga ada kontinuitas transfer

pengetahuan kepada masyarakat yang akhirnya mudah untuk dilakukan evaluasi per

periodenya.

Contoh Format Desain Program:

PROGRAM PENYULUHAN

PENINGKATAN WAWASAN KEIMANAN

1 Nama kegiatan

2 Tema

3 Tujuan

4 Sasaran

5 Pelaksanaan

6 Tempat

7 Muatan materi

8 Metode dan Media

9 Penanggung jawab

10 Tim pelaksana

Page 7: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

11 Pembiayaan

12 Evaluasi

Di samping program yang sifatnya berkala dan berkesinambungan, terdapat pula

program-program yang sifatnya temporal, terutama ketika berkenaan dengan hari-hari

besar keagamaan. Program yang sifat temporal ini beda lagi pengelolaannya.

b. Pengembangan Jaringan Kerja

Pelaksanaan kegiatan penyuluhan bukanlah pekerjaan sederhana yang mampu

ditangani oleh petugas penyuluh sendirian. Melainkan di dalamnya perlu keterlibatan

semua pihak terkait untuk mengsukseskan kegiatan penyuluhan tersebut sehingga

tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pihak-pihak yang semestinya jadi bagian penting sebagai mitra kerja penyuluh

adalah unsur-unsur pemerintahan yang ada di daerah selain para tokoh masyarakat dan

tokoh keagamaan setempat termasuk petugas penyuluh yang jenjangnya berada di

bawahnya atau lebih tinggi darinya. Pengembangan jaringan kerja ini penting dilakukan

selain memang untuk memudahkan menyelesaikan program secara sukses, juga

menunjukan bahwa sejatinya tanggungjawab masyarakat adalah tanggung jawab bersama

tentu saja dengan memperhatikan aspek-aspek pendekatan siapa berperan di mana.

Penyuluh adalah yang bertanggungjawab untuk membangun masyarakat bina melalui

pendekatan bahasa agama. Demikian pula halnya anggota masyarakat lainnya memiliki

peran yang sama dalam porsi yang berbeda.

c. Gaya Komunikasi

Implikasi strategi selanjutnya ialah berpengaruh dalam pemilihan gaya komunikasi

antara penyuluh dengan masyarakat binaannya. Tidak dipungkiri bahwa kegagalan

dalam pencapaian tujuan atau kesepahaman bersama (mutual understanding) adalah

buah dari kegagalan dalam memilih gaya komunikasi.

Proses komunikasi yang tepat, yang memenuhi syarat keberhasilan pencapaian

tujuan komunikasi relatif lebih memberikan harapan bahwa setiap isi pesan dapat

diterima, diolah dan menjadi suatu pemahaman baru bagi penerima pesan yang relatif

sama dengan yang dimaksudkan oleh pemberi pesan. Demikian pula dalam proses

penyuluhan, penyuluh penting sekali memahami latar belakang masyarakat binanya agar

Page 8: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

ia dengan tepat mampu memilih gaya komunikasi yang tepat dengan masyarakat binanya

agar terjadi mutual understanding dalam pesan keagamaan.

a. Ragam Komunikasi

1) Komunikasi simbolistik

Komunikasi simbolistik ini biasa dilakukan oleh para priyayi atau kalangan elit

feodal. Simbolistik disini lebih mengacu pada makna bahwa penyampai pesan tidak

secara langsung mengutarakan maksud-maksud yang dikandung dari tuturannya

melainkan memerlukan proses lebih lanjut bagi komunikan untuk sampai memahami

maksud pesan yang disampaikan.

Model komunikasi ini amat sulit diterapkan pada masyarakat yang lebih

berbudaya lugas. Pada prinsipnya komunikasi simbolistik amat dipengaruhi oleh

sistem kesepakatan bersama atau etika yang mengikat komunitas tertentu. Maka

memahami pola kultural masyarakat bina menjadi bagian penting untuk memilih pola

komunikasi yang digunakan.

2) Komunikasi lugas

Sebagaimana komunikasi simbolistik yang dipengaruhi oleh etika komunitas,

demikian pula dengan komunikasi model ini, yang lebih menunjukan keterusterangan

yang boleh jadi menurut penganut model komunikasi simbolistik terlalu apa adanya.

Kembali ke masalah penerimaan model komunikasi, maka sesungguhnya semua model

akan relevan dengan kondisi masyarakat bina bila seorang penyuluh memiliki latar

wawasan yang luas mengenai sistim etika yang berlaku di masyarakt tersebut.

b. Komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif lebih mengacu kepada proses komunikasi yang secara tepat

dilakukan antara pembawa berita (komunikator) dengan penerima pesan (komunikan)

melalui media yang tepat pula. Komunikasi efektif akan terwujud bila terdapat

kesetaraan antara penyampai berita dengan penerima berita. Kesetaraan ini ialah dalam

penggunaan media yang sama-sama dimungkinkan untuk diterima atau dipahami, baik

itu bahasa, atau simbol lainnya. kemudian sang penyampai pesan memiliki latar

kultural yang relatif seimbang dengan penerima pesan, sehingga setiap pesan tidak

mengalami hambatan kultural dalam proses penafsiran pesan oleh komunikan.

Page 9: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi
Page 10: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

D. PELAKSANAAN PENYULUHAN PADA SASARAN BINA

Pelaksanaan penyuluhan agama akan melibatkan kepada keragaman karakteristik sasaran

bina, diantaranya yaitu berupa individu atau kelompok masyarakat.

1. Penyuluhan Agama Pada Individu

Persoalan setiap individu mengenai kehidupannya baik aspek keagamaan,

maupun non keagamaan tentu berbeda satu sama lainnya. meskipun boleh jadi dari

sekian masalah yang dihadapinya dapat di generalisasikan sebagai masalah komunal

bagi suatu komunitas. Namun demikian titik tekannya pasti memiliki perbedaan.

Masalah-masalah individual ini tetap merupakan bagian dari tugas penyuluh

untuk mampu memberikan penerangan secara privat mengenai masalah individu

tersebut dengan cara yang tepat. Bila persoalan yang sifatnya privat ini tidak dikelola

secara benar, besar kemungkinan akan menjadi masalah yang lebih besar lagi yang

melibatkan seluruh anggota masyarakat yang ada di lingkaran komunitas individu

tersebut berada.

2. Penyuluhan Agama Kepada Kelompok Masyarakat Bina

Masyarakat adalah komunitas yang mendiami suatu wilayah tetentu yang terikat oleh

aturan-aturan dalam komunitas itu sendiri yang menyepakati untuk hidup bersama dan

saling memajukan, dalam pencapaian tujuan bersama. Kesepakatan tersebut boleh jadi

berupa budaya, atau bahkan agama yang berikutnya menjadi identitas khas bagi

mereka.

Dalam konteks kepenyuluhan, masyarakat yang menjadi sasaran bina

penyuluhan agama adalah mereka kelompok masyarakat yang diidentifikasikan atas

keberagamaannya yang khas. Misal masyarakat islam, atau masyarakat kristen.

Adapun dari aspek lainnya, dalam masyarakat beragama ini boleh jadi dapat pula

didentifikasikan ke dalam beberapa karakteristik, antara lain:

a. Ditinjau Dari Jumlah.

Dari aspek ini, dapat dibedakan ke dalam kelompk masyarakat terbatas atau

tertutup dengan masyarakat luas pada umumnya.

1) Kelompok Masyarakat Tertutup Atau Terbatas

Seperti apakah kelompok masyarakat tertutup itu? Kelompok masyarakat

tertutup ini lebih dapat dipahami sebagai kelompok terbatas dalam arti boleh

jadi mereka terbatas oleh sistem keorganisasian, atau sistem keyakinan

Page 11: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

terhadap suatu golongan. Namun bukan berarti menutup diri dari pergaulan

luas. Meskipun dalam praktiknya boleh jadi ada sempalan tertentu yang

terindikasikan demikian. Namun, sebagaimana hukum sosial bahwa manusia

sebagai makhluk yang perlu dan senantiasa berhubungan dengan lainnya maka

amat kecil kemungkinan terdapat karakter masyarakat yang demikian.

Adapun kelompok tertutup ini biasanya hanya cendrung lebih sering

berinteraksi dengan anggota kelompoknya sendiri dan relatif membatasi diri

untuk bergaul dengan anggota masyarakat lainnya dengan alasan tertentu.

Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi tenaga penyuluh

untuk mampu melakukan pendekatan yang baik sehingga mampu menembus

batas-batas kekakuan interaksi antar anggota kelompok tersebut dengan

anggota masyarakat lainnya. keadaan ini, pada satu segi bisa menjadi

permasalahan tersendiri, juga bisa menjadi potensi untuk memajukan pola

hubungan yang saling dibangun oleh rasa toleransi mengedepankan persamaan

dengan menegggang perbedaan.

2) Kelompok Masyarakat Umum

Masyatakat umum ialah mereka yang terkatagorikan secara lebih luas lagi

tanpa memerhatikan sekat-sekat budaya, sosio ekonomi maupun politik yang

tumbuh kembang di dalamnya.

Dalam pengkatagorian seperti ini, maka masyarakat ditempatkan

sebagai bagian sasaran bina yang dinamis dan dewasa untuk menemukan pola-

pola komunikasi antaranya, sehingga membangun sikap-sikap yang terbuka

dan moderat untuk menerima keragaman diantara merke itu sendiri.

b. Dari Aspek Budaya

1) Masyarakat Tradisional

Kelompok masyarakat tradisional ialah sekelompok masyarakat bina yang

secara geografis dan teritorial umumnya berada di wilayah pedesaan. Wilayah

pedesaan yang dimaksud dalam konteks ini bukan pedesaan dalam arti

administratif pemerintahan, melainkan mengacu pada kondisi masyarakat

yang secara sosiologis bercirikan antara lain:

a) Relatif homogen dalam budaya.

b) Memiliki sistem kekerabatan yang kuat.

Page 12: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

c) Mata pencaharian lebih di dominasi oleh pertanian.

d) Keterikatan yang kuat terhadap aktor pemimpin.

e) Cendrung kaku terhadap perubahan.

c. Masyarakat modern

Masyarakat modern ialah mereka yang secara boleh jadi banyak tinggal di

perkotaan lengkap dengan ciri sebagai berikut:

1) Relatif heterogen dalam budaya.

2) Keterhubungan sosial lebih karena kepentingan.

3) Cendrung individualis atau privat sentris

4) Secara ekonomi kebanyakan pelaku industri.

5) Penguatan pada aspek struktur kemasyarakatan.

6) Terbuka terhadap perubahan.

7) Mobilitas tinggi

d. Dari Aspek Teritorial

Dari aspek ini dapat dibedakan sedikitnya menjadi:

1) Masyarakat pedesaan, (rural society),

Jika penjelasan mengenai konsep masyarakat desa sebelumnya mengacu pada

konsep budaya, maka yang dimaksud dengan konsep masyarakat pedesaan

disini ialah suatu komunitas penduduk yang secara territorial tinggal di desa-

desa.

2) Masyarakat transisi (transition society),

Komunitas masyarakat yang tinggal di daerah transisi, yaitu suatu konsep

yang bias juga disebut kelas pinggiran memiliki karakteristik yang khas

sebagai sebuah sasaran binaan penyuluhan. Mayarakat seperti ini biasanya

secara cultural telah banyak terkontaminasi olah budaya hidup gaya kota,

tetapi belum terimbangi seluruhnya menjadi masyarakat modern karena

tantangan lingkungan hidup.

3) Masyarakat kota (urban society).

Masyarakt kota adalah mereka yang tinggal di kota-kota. Namun apakah

mereka penduduk tetap atau musiman itu hal yang berbeda. Sevagai penduduk

Page 13: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

kota mereka berbeda dengan masyarakat pedesaan. Sementara itu bagi

sebagaian yang berstatus sebagai pendduk musiman, maka mereka akan enjadi

bagian penting yang membawa kultur dan peradaban masyarakat kota ke

masyarakat desa atau pinggiran.

e. Dari Aspek Ekonomi

1) Masyarakat maju

2) Masyarakat terbelakang

f. Dari Aspek Pendidikan

1) Masyarakat buta aksara

2) Pelajar, mahasiswa

3) Akademisi

4) Ilmuwan (ulama), Sarjana

g. Dari Aspek Pekerjaan

1) Petani

2) Pedagang

3) Buruh

4) TNI POLRI

5) PNS

6) Eksekutif perusahaan

7) Jasa

h. Ditinjau Dari Aspek Usia

1) Anak-anak,

2) Remaja

3) Dewasa

4. Pemilihan Materi Penyuluhan Agama

Strategi Pemilihan meteri yang tepat sesuai dengan kebutuhan sasaran bina

besar kemungkinan menjadi sebuah jaminan keberhasilanya kegiatan penyuluhan

tersebut. Maka dari itu sebagaimana dikembangkan dalam topik pembelejaran

sebelumnya, penting sekali untuk merumuskan suatu perencanaan suatu program

kegiatan yang sistematis dan terukur keberhasilannya.

Materi yang disesuaikan dengan kadar kondisi sasaran bina relatif lebih mudah

dipahami dan siap untuk dikelola bersama secara aktif antara penyuluh dengan

sasaran bina. Materi-materi dalam hal keagamaan sedikitnya dapat dipilahkan ke

Page 14: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

dalam tiga besaran, yakni ranah teologis (keyakinan), ranah aplikatif (ritual formal

dan tata hubungan komunal) serta ranah hukum bidang agama. Semua ranah

keagamaan tersebut integral sifatnya, jadi tidak bisa ranah yang satu dijelaskan tanpa

melibatknan ranah yang lain. Hal ini ditujukan untuk mecapai pemahaman keagamaan

yang universal dan integral dalam setiap pribadi sasaran bina.

5. Pendekatan Yang Digunakan

Penyuluhan agama merupakan upaya membangun masyarakat berdasarkan nilai-nilai

keagamaan dengan menumbuhkan kualitas keberagamaannya. Dalam pelaksanaannya

hal ini dapat dilakukan melalui dua pendekatan utama, yaitu pertama dengan

merepleksikan nilai-nilai keberagamaan ke dalam tatanan masyarakat sebagaimana

yang diinspirasikan oleh agama, dan kedua, membangun nilai-nilai luhur dalam kultur

lokal yang relevan dengan nilai-nilai agama. Kedua pendekatan ini disebut dengan

pendekatan normatif dan pendekatan kultural.

a. Pendekatan Normatif

Pendekatan formal sebagaimana dimaksud dalam penjelasan diatas lebih berupa

mengejawantahkan pesan-pesan agama sebagai mana adanya terhadap

masyarakat, jadi bisa dikatakan memasyarakatkan nilai-nilai agama. Pendekatan

ini cendrung mengabaikan nilai-nilai budaya lokal yang sudah terlebih dahulu

tumbuh dan berkembang dalam masyarakat lokal.

Pendekatan ini dilakukan untuk memperoleh kepastian hukum bahwa

suatu komunitas masyarakat telah masuk ke dalam sistem ajaran agama.

Penerapannya, boleh jadi mendapatkan berbagai tantangan, terutama ketika

penerjemahan kondisi ideal tersebut bertentangan dengan semangat lokal. Jika

tidak disikapi dengan bijaksana, maka yang terjadi kemudian bukanlah melahirkan

prototipe masyarakat ideal yang diharapkan melainkan kondisi masyarakat yang

kehilangan identitas.

b. Pendekatan Kultural

Pendekatan atau strategi kultural menerapkan konsep universal agama.

Maksudnya dalam sisi-sisi ajarannya yang memiliki semangat modernitas dalam

setiap dimensi waktu dan tempat, maka berarti juga memiliki kesanggupan untuk

berdialog dengan kultur lokal. Indonesia merupakan Negara dengan wilayah yang

kaya dengan budaya. Di satu sisi, mungkin ini akan menjadi tantangan tersendiri

Page 15: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

untuk mengkomunikasikan esensi ajaran agama. Di sisi lain, boleh jadi ini

merupakan suatu kondisi yang positif untuk menambah wawasan dan wacana

keberagamaan yang penuh dengan semangat tasamuh dan egaliter.

Untuk mewujudkan pendekatan kultural ini, maka dibutuhkan perangkat

wawasan yang luas dan mendalam mengenai hakikat ajaran agama itu sendiri di

samping pemahamannya yang matang mengenai kultur lokal. Sehingga seorang

penyuluh memiliki kemampuan untuk mendialogkan esensi ajaran agama dengan

semangat kultur lokal.

Tentu saja, keadaan ini bukanlah menjadikan adanya sinkretisme ajaran,

sebagaimana ditegaskan dalam semangat keberagamaan itu sendiri dalam tataran

keyakinan sudah tegas batasannya. Artinya kondisi-kondisi kemasyarakatan

dengan segala keadanya, diupayakan mencari rujukannya kepada sumber otoritas

ajaran agama, dengan demikian maka semangat jaman tidak kehilangan

relevansinya dengan semangat agama.

6. Metode Penyuluhan

Langkah selanjutnya setelah melakukan studi objektif dan pemilihan pendekatan

yang dianggap relevan dengan kondisi masyarakat bina ialah menentukan langkah-

langkah operasional dalam rangka kegiatan penyuluhan. Penyuluhan terhadap

individu lebih tepat dikatakan dengan proses bimbingan. Bimbingan ini bagi klien

adalah diberikan penguatan mental agar secara kejiwaan positif dia lebih siap dulu

untuk menghadapi problem tersebut. Berikutnya ialah dibimbing melalui instruksi-

instruksi logis dan formal berdasarkan data-data akurat mengenai langkah-langkah

menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Hal penting untuk dimiliki penyuluh adalah gambaran umum mengenai

permasalahan individu, yaitu secara besarannya harus diketahui apakah persoalan

hukum, persoalan teologis atau persoalan etik. Meskipun demikian kepaduan dalam

penjelasan keagamaan amat penting agar klien memiliki pemahaman yang

komprehensif dan integral mengenai wawasan keberagamaannya, tanpa tersekat oleh

keragaman paham yang sifatnya sekunder.

Metode pelaksanaan penyuluhan terhadap individu ini pada umumnya berupa

dialog, dalam hal ini penyuluh memerankan dirinya sebagai konselor, atau konsultan

bagi sasaran binanya. Dengan dialog, diharapkan tumbuh kedekatan personal

antaranya sehingga tidak ada batas-batas sosial atau lainnya yang menjadi sekat dalam

Page 16: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

interaksi antara penyuluh dengan objek bina. Dengan keterbukaan tersebut, di mana

penyuluh menerapkan pendekatan empati, maka permasalahan sesungguhnya dapat

dijelaskan secara logis dan mudah menentukan alternatif penyelesaiannya.

Sedangkan penyuluhan yang melibatkan banyak peserta maka selayaknya

dilakukan secara terencana dan terprogram dengan melibatkan banyak aspek.

Termasuk pemilihan metode yang tepat ialah dengan mempertimbangkan kondisi

sasaran bina. Dalam kondisi yang banyak tersebut, metode ceramah atau pelibatan

secara aktif bagi para peserta penyuluhan sangat dianjurkan. Pelibatan secara aktif ini

akan meningkatkan rasa kepercayaan diri mereka bahwa sejatinya persoalan tersebut

jawabanya sudah mereka miliki, maka dalam hal ini penyuluh agama hanya

menunjukan arah belaka berdasarkan pengetahuannya mengnai prinsip-prinsip agama

dan keberagamaan.

E. METODE-METODE PENYULUHAN AGAMA

b. Macam-Macam Metode Penyuluhan Agama

1. Pengertian Metode Penyuluhan Agama

Istilah metode pada dasarnya merupakan adopsi dari konsep bahasa inggris, method,

konsep ini sering diterjemahkan sebagai cara. Pengalih bahasaan ini sebetulnya sudah

cukup memadai untuk kemudian memahami konsep metode penyuluhan agama.

Maka hal ini dapat kita pahami sebagai cara untuk melakukan penyuluhan agama.

Cara disini tentunya bersyarat, yaitu mudah dan memudahkan, murah, tepat, cepat

dapat diterima sasaran.

2. Signifikansi Metode dalam Penyuluhan Agama

Mengapa metode ini penting dalam penyuluhan agama? Sesungguhnya menentukan

strategi penyuluhan pada intinya berarti menentukan metode paling tepat yang pilih

untuk menyampaikan materi penyuluhan.

Sebagai ilustrasi, jika kita hendak memberikan sesuatu kepada orang lain

dengan tidak mengindahkan tata krama, meskipun yang kita berikan mungkin suatu

hal yang diperlukan olehnya, tentu ia akan tersinggung dan menolak secara terang-

terangan. Akan tetapi biarpun yang kita berikan mungkin sudah ia miliki, namun cara

menyampaikannya oleh kita dengan baik, niscaya hal itu menjadi penghargaan

tersendiri bagi penerima.

Page 17: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

Memperhatikan itu, maka tidak kalah pentingnya untuk menyampaikan materi

penyuluhan supaya dapat diterima oleh masyarakat bina secara positif dan penuh

pemahaman, maka metode penyampaian menjadi bagian penting yang tidak

terpisahkan. Metode penyuluhan yang tepat, selain menarik simpati sasaran bina, juga

akan mendukung untuk pencapaian tujuan penyuluhan secara lebih optimal dibanding

tidak menggunakan metode yang jelas.

3. Ragam Metode Penyuluhan Agama dan Teknis Penggunaannya

Beberapa ragam metode yang biasa dapat dipergunakan dalam proses penyampaian

materi, kita dapat merujuk pada beberapa konsep metode penyampaian materi secara

umum. Diantaranya yaitu :

a. Metode Ceramah

Metode ini efektif untuk jumlah sasaran dengan jumlah relatif banyak, dan tidak

memerlukan umpan balik dari peserta penyuluhan secara langsung atau interaktif.

Dalam konsep Islam, metode ini mirip dengan istilah tabligh atau khutbah.

Namun masing-masing tetap memiliki ke khas-an tersendiri. Terutama khutbah,

cara ini hanya berlaku dalam ibadah formal (Ibadah Jumat, nikah, haji dan Idain)

dan sasaran hanya berperan pasif. Dari dua konsep ini, tabligh lebih dapat

dikatakan ceramah.

Keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ini ialah

sifatnya yang murah, memungkinkan untuk eksplorasi materi seluas-luasnya

sehingga sasaran mengerti. Namun demikian terdapat juga beberapa syarat untuk

memaksimalkan metode ini, antara lain diperlukan kecakapan penyuluh dalam

mengolah materi dan menyajikannya sehingga sasaran bina tidak jenuh. Karena

jumlah sasaran banyak, maka perlu alat bantu. Selain itu kelemahannya adalah

sedikit memberikan peluang bagi sasaran untuk aktif bertanya mengenai hal-hal

yang mungkin masih belum jelas baginya. Dimungkinkan bersifat mendoktrin.

Untuk meminimalkan kendala tersebut, kembali kepada syarat di atas,

penyuluh dituntut kepiawaiannya dalam mengolah materi, menggunakan media,

dan tidak menjadi hakim untuk suatu hal yang memang diperdebatkan dan multi

interpretasi, melainkan hanya menyajikan penjelasan-penjelasan secara

komprehensif bagi sasaran bina, sehingga sifat mendoktrin dapat dikurangi.

Page 18: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

b. Wisata religi

Metode ini bagi umat Islam Indonesia biasa dikenal dengan wisata ziarah, yaitu

dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah dari masa lalu. Selain itu juga

sebetulnya dapat dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap telah lebih baik

kehidupan keberagamaannya sehingga menjadi komparasi yang memadai untuk

meningkatkan gairah keberagamaan sasaran bina.

Manfaat yang diperoleh dari metode ini ialah sasaran bina diajak untuk

berinteraksi dengan kelompok masyarakat lain juga menilai dan menghargai

artefak-artefak peninggalan masa lalu yang berpengaruh terhadap kehidupan

keberagamaan masa kini. Dengan memperoleh kesan langsung diharapkan

menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas keberagamaannya. Hal yang dapat

dipetik, ialah meningkatnya wawasan sasaran bina mengenai keragaman budaya

dalam keberagamaan.

c. Tanya Jawab

Metode ini sesungguhnya dapat digunakan bersamaan dengan metode ceramah.

Ciri khas dari metode ini ialah keterlibatan aktif sasaran bina untuk

mengungkapkan hal-hal yang masih belum difahami olehnya, atau menjadi

persoalan bersama. Manfaat yang diperoleh ialah tergalinya informasi-informasi

sesungguhnya mengenai hal apa yang sesungguhnya menjadi persoalan sasaran

bina, sehingga materi yang disajikan tepat sasaran.

d. Halaqoh Diskusi

Metode ini mirip dengan tanya jawab pada aspek keterlibatan sasaran bina. Yang

membedakannya, metode ini efektif bagi sasaran bina yang berpotensi

pengetahuan memadai. Bersama-sama penyuluh dan anggota kelompok diskusi

lainnya menuntaskan suatu pokok kajian. Manfaat yang diperoleh ialah kedalaman

pengkajian dan pemahaman yang diperoleh oleh sasaran bina. Penyuluhan model

ini cocok digunakan pada kelompok masyarakat terpelajar, dengan jumlah terbatas

dan waktu khusus.

e. Demonstrasi

Metode ini efektif untuk menyampaikan hal-hal yang sifatnya praktis dan

memerlukan penjelasan secara demonstratif. Metode ini memerlukan model yang

Page 19: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

tepat agar materi dapat dipahami sasaran bina. Dalam Islam, terdapat hal-hal yang

memerlukan penjelasan secara demontratif, misalnya praktik wudlu, sholat, atau

manasik haji. Maka untuk memperjelas penyuluhan bidang ini, penyuluh agama

perlu menggunaka metode ini tentunya dengan ketersediaan sarana dan model

yang memadai.

f. Konseling

Konsep ini sesungguhnya juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai

penyuluhan itu sendiri. Namun dalam hal ini menjadi metode tertentu dalam

penyuluhan agama. Metode ini dilakukan sasaran bina selaku individu yang

memerlukan penjelasan-penjelasan mengenai hal-hal yang mungkin mejadi

permasalahan baginya. Maka penyuluh agama dalam hal ini menjadi konselor

spiritual.

Penyuluhan model ini lebih bersifat konsulatatif, atau terapi bagi klien—

sasaran bina. Jika pada metode-metode sebelumnya (ceramah, diskusi, wisata

religi, dan demontratif) penyuluh memerankan fungsi edukatif, maka pada metode

ini penyuluh memerankan fungsi konsultatif.

F. PENUTUP

Melaksanakan penyuluhan memerlukan persiapan-persiapan yang matang, dan

itulah yang kemudian disebut dengan strategi. Konsep strategi itu sendiri bermula dari

istilah militer yaitu suatu upaya untuk memenangkan pertempuran dengan hasil yang

efektif dan efesien. Demikian pula halnya dengan penyuluhan, dimana problematika

umat menuntut kesiapan penyuluh untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

disertaii wawasan yang baik mengenai kondisi masyarakat bina. Pada akhirnya akan

melahirkan konsep strategi yang dianggap relevan untuk menyampaikan pesan agama

maupun pemerintahan dalam bahasa agama. Memilih strategi itu sendiri berarti pada

dasarnya menentukan metode yang dianggap paling relevan untuk menyampaikan

penyuluhan. Sehingga terwujud masyarakat beragama yang taat, harmonis dan penuh

toleransi sebagai dasar pembangunan nasional.

Padang, 10 September 2013

Page 20: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Mubarok, Al-Irsyad Al-Nafsy Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta: Bina

Rena Pariwara, 2000.

Ahmad Subandi, Syukriadi Sambas, Dasar-Dasar Bimbingan (al-Irsyad) dalam Dakwah

Islam, Bandung: KP HADID, 1999.

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jogjakarta: LPPAI, UII Press,

2001.

Bleeker C.J. Prof., Dr., Pertemuan Agama-agama, Sumur Bandung, 1964

Hallen A, M.Pd., Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002.

Hassan Langgulung.1990. Kaunseling dalam Masyarakat Islam. Kertas kerja Seminar

Kaunseling dalam Masyarakat Islam. Yayasan Dakwah Islamiah Malaysia, Kuala

Lumpur, 25-26 September.

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Agama, Bandung: Mizan, 2003.

M. Yunan Yusuf, Strategi Penyuluhan Agama, Makalah dalam Pelatihan Fasilitator Penyuluh

Agama se-Indonesia 2006

Page 21: KAJIAN DIKLAT TERHADAP STRATEGI DAN METODE PENYULUHAN ...sumbar.kemenag.go.id/file/file/ArtikelWidyaiswara/qgdj1384839462.pdf · dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan menghadapi

Muhammad Husaini Behesyti, Mencari Hakikat Agama, Bandung: Arasy Mizan, 2003.

Muhd Mansur & S. Nordinar. Proses Kaunseling. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka. 1988.

Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam: dari

Ideologi, strategi sampai tradisi, Bandung: Rosdakarya, 2001.

1.