KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA...

115
KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA SKRIPSI MIRA HOTRI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Transcript of KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA...

Page 1: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA

PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA

PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA

SKRIPSI

MIRA HOTRI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 2: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

2

RINGKASAN

MIRA HOTRI. D14204085. 2008. Kajian Awal Penerapan Hazards Analitical

Critical Control Point (HACCP) pada Unit Usaha Pengolahan Kefir Pertapaan

Bunda Pemersatu Gedono di Salatiga. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil

Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA

Pembimbing Anggota : Ir. Afton Atabany, M. Si

Susu merupakan produk hasil ternak yang bersifat perishable atau mudah

rusak sehingga perlu penanganan secara khusus untuk mencegah proses kerusakan

dan adanya bahaya. Pengolahan secara fermentasi merupakan suatu cara untuk

meningkatkan nilai gizi dan nilai fungsi dari susu serta mengontrol bahaya fisik,

kimia dan biologi. Kefir adalah salah satu produk susu fermentasi yang mempunyai

potensiuntuk dikembangkan karena mempunyai manfaat teurapetik. Tata cara

pengolahan yang baik dan benar serat aplikasi sanitasi pada setiap tahap proses

pengolahan merupakan kunci utama dalam menghasilkan produk olahan yang

terjamin keamanannya.

Tuntutan konsumen pada industri pangan produk susu adalah agar

menghasilkan produk dengan tingkat keamanan pangan yang tinggi. Aspek-aspek

keamanan pangan dalam unit pengolahan perlu dikaji sebagai kajian awal penerapan

HACCP. HACCP dilakukan untuk mencegah dan mengurangi bahaya yang timbul

berdasarkan kesadaran bahwa bahaya dapat timbul pada setiap titik atau tahapan

produksi. Sistem HACCP dibangun atas landasan yang kokoh untuk melaksanakan

dan tertibnya Good Manufacturing Practices (GMP) dan penerapan Standard

Sanitation Operating Procedure (SSOP), merupakan program pre-requisite dalam

sistem keamanan pangan.

Kegiatan magang penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada unit usaha

pengolahan kefir Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di Salatiga, Jawa Tengah,

selama bulan Juli sampai Agustus 2007. Pengujian sampel produk kefir dilakukan di

Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan

Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB. Pengujian sampel dilaksanakan

pada bulan September sampai Oktober 2007. Magang penelitian bertujuan untuk

memperoleh pengalaman bekerja pada suatu unit pengolahan pangan hasil ternak,

mengaplikasikan ilmu yang diperoleh untuk observasi, analisis dan pencarian

alternatif solusi masalah yang ditemui dalam unit pengolahan kefir. Tujuan kegiatan

magang ini adalah mempelajari proses produksi, penerapan GMP dan SSOP serta

mengkaji kesiapan penerapan HACCP pada unit usaha pengolahan kefir Gedono.

Aplikasi dan data kajian, digunakan untuk perolehan Makanan Dalam (MD) dari

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) .

Kajian terhadap aspek GMP antara lain lokasi dan lingkungan pabrik,

bangunan dan ruangan pengolahan, fasilitas sanitasi, peralatan produksi, produk

akhir dan pemeriksaan, kesehatan dan kebersihan karyawan, wadah kemasan,

penyimpanan, dan transportasi. Kajian terhadap aspek SSOP meliputi delapan kunci

persyaratan sanitasi yaitu keamanan air; kondisi dan kebersihan permukaan yang

kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi silang; menjaga fasilitas

pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-bahan kontaminan; pelabelan,

Page 3: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

3

penyimpanan, dan penggunaan bahan toksin yang benar; pengawasan kondisi

kesehatan personil; menghilangkan pest dari unit pengolahan.

Hasil analisis GMP pada unit usaha pengolahan kefir Gedono secara umum

telah sesuai dengan standar GMP untuk skala unit usaha. Tetapi perlu perbaikan pada

bangunan dan sistem produksi satu alur produksi belum tersedia, sehingga terjadi

penumpukan aktivitas pada ruang produksi. Penerapan SSOP sudah terjaga tetapi

kelengkapan personel kurang pada pengunaan masker dan foot bath. Secara umum

unit usaha pengolahan kefir Gedono telah siap untuk menerapkan sistem HACCP,

dengan syarat harus dilakukan perbaikan dan peningkatan dalam penerapan pre-

requisite program yaitu GMP dan SSOP. Beberapa CCP yang ditemukan dalam

proses produksi yaitu pada penerimaan bahan baku, pengujian, separasi, inokulasi,

pengemasan dan distribusi. Pengujian produk kefir Gedono secara organoleptik, uji

mikrobiologi dan kuisioner preferensi konsumen dilakukan untuk melihat efektivitas

penerapan sanitasi terhadap mutu produk yang dihasilkan. Berdasarkan hasil

pengujian, kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi produk kefir Gedono tetap baik

pada minggu ketiga penyimpanan.

Kata kunci: keamanan pangan, GMP, SSOP, kefir, CCP

Page 4: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

4

ABSTRACT

Preliminasy Study of Hazard Analysis Critical Control Point in Kefir

Manufacture at Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Salatiga

Hotri, M., R.R. A. Maheswari, A. Atabany

Food safety assurance is an assurance that quarantee the food, so will not harm the

consumers health. Food safety related with the presence of hazards in food. Food

hazards may contamine at many stages of food processing chain, so controlling

system is very necessary to maintain the food quality. The aim of this study was to

observe process and the implementation of HACCP (Hazards Analisys Critical

Control Point) in kefir manufacture at Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Salatiga.

HACCP pre- requisite programs was divided into Good Manufacturing Practices

(GMP) and Sanitation Standard Operational Procedure (SSOP) based on official

guidelines issued by the Indonesian Government and Food and Drugs Association

(FDA). The standard was compared with the implementation of GMP and SSOP in

Gedono as a new producer. Kefir is a fermented milk product that should seriously

handled in whole processing. The effective sanitation assurance requires monitoring

system which include verification at every step production. In fact, several Critical

Control Points (CPP) have been identified in kefir production there are milk

receiving, milk analysed, filtration, pre-heat treatment, starter inoculation, and

product distribution.

Key words : Food Safety, GMP, SSOP, Kefir, CCP

Page 5: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

5

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA

PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA

PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA

SKRIPSI

MIRA HOTRI

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 6: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

6

KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA

PENGOLAHAN KEFIR PERTAPAAN BUNDA

PEMERSATU GEDONO DI SALATIGA

Oleh

MIRA HOTRI

D14204067

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan

Komisi Ujian Lisan pada tanggal 22 Agustus 2008

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA

NIP. 131 671 595

Pembimbing Anggota

Ir. Afton Atabany, M.Si

NIP. 131 133 961

Dekan Fakultas Peternakan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr

NIP. 131 955 531

Page 7: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

7

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 07 Mei 1986 di Wonosari, Yogyakarta.

Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara, Abrena Hotri dan Atlas Gilbertnan

Hotri, dari pasangan bapak Ngadiran dan Ibu Khodijah.

Penulis menyeleselaikan pendidikan tingkat dasar pada tahun 1998 di SDN

060 Tenggarong. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan tahun 2001 di

SLTP Negeri 3 Tenggarong dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan

tahun 2004 di SMU Negeri 1 Tenggarong.

Tahun 2004 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program studi

Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

seleksi Bea Siswa Utusan Daerah (BUD) dari Kabupaten Kutai Kartanegara. Selama

mengikuti pendidikan, penulis aktif di HIMPRO (Himpunan Profesi Mahasiswa Ilmu

Produksi Ternak), menjabat ketua Teater Kandang Periode 2005-2006 serta aktif di

beberapa kepanitiaan. Penulis juga pernah menjadi koordinator asisten praktikum

mata kuliah Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu di Bagian IPT Perah tahun ajaran

2007 – 2008.

Page 8: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, atas segala kasih dan berkat-Nya yang

diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan. Syukur kepada ALLAH

atas hikmat-Nya yang diberikan kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Magang penelitian di salah satu unit usaha pengolahan kefir di Salatiga ini

penulis lakukan untuk mempelajari proses pengolahan kefir serta mempelajari

penerapan cara pengolahan makan yang baik dan standar sanitasi di unit pengolahan

tersebut. Skripsi yang berjudul “Kajian Awal Penerapan HACCP pada Unit Usaha

Pengolahan Kefir di Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di Salatiga” ini disusun

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas

Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat banyak kekurangan dalam

memyampaikan materi dan informasi. Penulis berharap semoga tulisan sederhana ini

dapat bermanfaat bagi praktisi, akademisi serta pihak-pihak yang berkepentingan

dalam pembangunan peternakan dan civitas akademika IPB.

Bogor, September 2008

Penulis

Page 9: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

9

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .............................................................................................. i

ABSTRACT ................................................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi

PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

Latar Belakang........................................... ........................................ 1

Tujuan .............................................................................................. 2

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3

Susu .................................................................................................. 3

Susu Fermentasi Kefir............................. ........................................... 3

Mikroflora Kefir ............................................................................... 4

Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP) .......................... 7

Good Manufacturing Practices (GMP)................ .............................. 9

Sanitation Standard Operational Procedures (SSOP) ....................... 11

Verifikasi .......................................................................................... 14

Good Handling Practices (GHP)................ ...................................... 14

Good Transporting Paractices (GTP) .............................................. 15

Preferensi Konsumen ........................................................................ 16

METODE ..................................................................................................... 18

Lokasi dan Waktu ............................................................................. 18

Materi ............................................................................................... 18

Prosedur ........................................................................................... 18

Pengujian Produk .................................................................. 19

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 23

Keadaan Umum Lokasi ..................................................................... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 25

Sarana Produksi............................. .................................................... 25

Bahan Baku Pembuatan Kefir ............................. .................. 25

Bahan Baku Utama................................................................ 25

Bahan Baku Penunjang.......................................................... 26

Bahan Pengemas ................................................................... 25

Peralatan Produksi ......................... ........................................ 26

Page 10: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

10

Proses Pengolahan Susu .................................................................... 26

Proses Penerimaan Susu ........................................................ 26

Proses Separasi Susu ............................................................. 27

Penambahan Skim Milk ........................................................ 27

Pemanasan Susu .................................................................... 28

Pendinginan .......................................................................... 29

Inkulasi Starter........................... ............................................ 29

Inkubasi Kefir ....................................................................... 30

Penyimpanan Dingin ........................... ................................. 30

Penambahan Rasa.................................................................. 31

Pembotolan ........................................................................... 31

Penyimpanan ......................................................................... 32

Distribusi Poduk Akhir ........................... ............................... 32

Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP)............................. 33

Lokasi dan Lingkungan Pabrik............................. .................. 33

Bangunan dan Ruangan Pengolahan ...................................... 41

Fasilitas Sanitasi .................................................................... 42

Peralatan Produksi ................................................................. 42

Kesehatan dan Kebersihan Karyawan............................. ........ 43

Penyimpanan ......................................................................... 44

Mutu Produk akhir ................................................................ 44

Laboratorium dan Pemeriksaan ............................................. 44

Kemasan............................. ................................................... 44

Keterangan Produk (Labeling) ............................................... 45

Alat Transportasi ................................................................... 46

Manajemen dan Pengawasan ................................................. 46

Penerapan Sanitation Standard Operational Procedures (SSOP) ...... 48

Keamanan Air............................. ........................................... 48

Pencegahan Kontaminasi Silang ............................................ 48

Permukaan yang Kontak Pangan ........................................... 51

Pemeliharaan Fasilitas Sanitasi ........................................... 51

Proteksi dari Bahan-bahan Kontaminan............................. ..... 51

Sistem Pelabelan dan Penyimpanan Produk ........................... 52

Kontrol Kesehatan Pegawai ................................................... 52

Pencegahan Hama Pabrik ...................................................... 52

Deskripsi Produk .............................................................................. 52

Diagram Alir..................................................................................... 53

Proses Pembuatan Kefir .................................................................... 54

Proses Pembuatan Starter .................................................................. 55

Proses Pembuatan Selai Buah ........................................................... 56

Analisis Bahaya ................................................................................ 56

Penetapan Critical Control Point ...................................................... 61

Batas Kritis ....................................................................................... 62

Good Handling Practices .................................................................. 63

Good Transporting Practices ............................................................ 64

Verifikasi GMP dan SSOP ................................................................ 65

Analisis Sanitasi Pekerja ................................................................... 66

Analisis Ruang Pengolahan ............................................................... 66

Page 11: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

11

Analis Peralatan ................................................................................ 67

Pengujian Produk Kefir ..................................................................... 67

Uji Organoleptik ............................................................................... 72

Preferensi Konsumen............................. ............................................ 74

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 77

Kesimpulan....................................................................................... 77

Saran ................................................................................................ 77

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................ 78

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 79

LAMPIRAN ................................................................................................. 82

Page 12: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992) ...................................... 3

2. Empat Genus Berbagai Mikroflora dalam Kefir Grain................... 6

3. Hasil Analisis terhadap GMP ........................................................ 34

4. Penilaian Aspek GMP ................................................................... 47

5. Hasil Analisis terhadap Aspek SSOP ............................................. 50

6. Deskripsi Produk Kefir .................................................................. 54

7. Analisis Critical Control Point ...................................................... 58

8. Penilaian Terhadap Aspek SSOP ....................................................... 66

9. Hasil Uji Laboratorium Kefir selama Penyimpanan ....................... 69

10. Penilaian Aspek GMP ................................................................... 70

11. Komposisi Susu Fermentasi .......................................................... 71

12. Jumlah Bakteri Kefir selama Penyimpanan ................................... 72

13. Hasil Rataan Preferensi Konsumen terhadap Kefir Gedono ........... 76

14. Kefir Gedono yang Paling Disukai ................................................ 76

15. Kekecewaan Pelanggan terhadap Produk Gedono ......................... 77

Page 13: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

13

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pemanasan Susu hingga Suhu 35°C dan Proses Separasi Susu ................... 27

2. Batch Pasteurizer dan Kontrol Panel Suhu ................................................. 28

3. Proses Inokulasi Kultur Starter Kefir kedalam Susu Skim .......................... 29

4. Plastik dan Tempat Penyimpanan Berupa Show Case ................................. 30

5. Kemasan Kefir Botol PETE dan Pembotolan dalam Ruang Steril ................ 32

6. Pintu dan Bangunan .................................................................................... 42

7. Kemasan Kefir Botol bersih dan Pembotolan dalam Ruang Steril .... 45

8. Alat Transportasi Berupa Kendaraan Roda Empat dan Cool Box ..... 46

9. Diagram Alir Pembuatan Kefir ......................................................... 54

10. Diagram Alir Pembuatan Biji Kefir.................................................. 55

11. Diagram Alir Pembuatan Selai ......................................................... 56

Page 14: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

14

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Standar Kualitas Air Minum (DepKes RI)..................................... 83

2. Kuisioner Kepuasan Konsumen ..................................................... 84

3. Kuisioner Uji Hedonik ................................................................... 85

4. Peta Lokasi Gedono ....................................................................... 86

5. Decision Tree Bahan Mentah ......................................................... 87

6. Decision Tree Proses Pengolahan................................................... 88

7. Penentuan CCP .............................................................................. 89

8. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Warna

Produk Kefir .................................................................................. 91

9. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Bau

Produk Kefir ................................................................................ 91

10. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Rasa

Produk Kefir .................................................................................. 91

11. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Tekstur

Produk Kefir .................................................................................. 91

12. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Kekentalan

Produk Kefir .................................................................................. 92

13. Checklist SSOP Harian Personel.................................................... 93

14. Checklist SSOP Harian Pemerikasaan Ruang Produksi .................. 94

15. Checklist SSOP Harian Pemeriksaan Peralatan .............................. 95

15. Contoh Checklist Kesesuaian GMP ............................................... 97

Page 15: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

15

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi susu yang masih rendah di Indonesia, dibanding dengan negara

lain di Asia seperti Malaysia, memacu pemerintah dan swasta berusaha untuk

meningkatkan ketersediaan susu dalam negeri diantaranya melalui import sapi perah.

Tidak semua penduduk Indonesia dapat mentolerir untuk mengkonsumsi dalam

bentuk susu cair misalnya susu pasteurisasi atau susu cair. Diversifikasi produk

olahan susu menjadi susu fermentasi, khususnya yogurt mulai banyak dikenal.

Potensi ini banyak dimanfaatkan oleh unit pengolahan susu terkait dengan fungsinya

untuk kesehatan, khususnya untuk skala rumah tangga atau Usaha Kecil Menengah

(UKM) untuk memproduksi susu fermentasi.

Produk susu fermentasi yang sudah umum atau sudah mulai banyak dikenal

adalah yogurt dan kefir. Kefir merupakan produk susu fermentasi yang dikenalkan

di Indonesia oleh orang-orang Belanda, khususnya di wilayah Jawa Barat dan Jawa

Tengah. Salah satu biara di Yogyakarta terbukti masih menyimpan „biang‟ untuk

pembuatan kefir yaitu berupa „biji‟ kefir yang kemudian dikembangkan produksinya

oleh para biarawati unit pengolahan kefir Gedono dan produknya sangat diminati

oleh konsumen di wilayah Salatiga, Semarang, Solo hingga Jakarta.

Kesadaran atau tuntutan konsumen untuk memperoleh produk pangan asal

susu dengan keamanan tinggi perlu mendapatkan perhatian khusus dari unit-unit

pengolahan susu skala kecil. Unit-unit pengolahan susu skala kecil masih banyak

yang belum menerapkan tata cara pengolahan yang baik dan benar sesuai dengan

pedoman Good Manufacturing Practices (GMP) dan Standard Sanitation

Operational Procedures (SSOP). Unit pengolahan kefir Gedono berusaha untuk

memenuhi dan memberikan jaminan keamanan produknya melalui perolehan

Makanan Dalam (MD) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Unit pengolahan kefir Gedono masih tergolong UKM, namun sangat berkeinginan

untuk berkembang dan memperoleh sertifikasi, sehingga produknya dapat diterima

oleh konsumen secara lebih luas.

FDA (1995) menyatakan, GMP merupakan pedoman cara memproduksi

makanan yang baik pada seluruh rantai makanan, dimulai dari produksi primer

hingga ke konsumen akhir dengan menekankan higiene pada setiap proses. Secara

Page 16: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

16

umum perbedaan GMP dan SSOP yaitu GMP berakibat pada banyak aspek, baik

aspek operasi pelaksanaan tugas yang terjadi di dalam pabrik maupun operasi

personel. SSOP merupakan prosedur atau data yang digunakan oleh unit pengolahan

untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran keseluruhan yang diharapkan GMP

dalam memproduksi makanan yang bermutu tinggi, aman dan tertib.

Sistem yang telah dikenal dan telah diterapkan oleh beberapa perusahaan di

Indonesia untuk mengontrol bahaya pangan adalah Hazard Analitical Critical Contol

Point (HACCP). HACCP dilakukan untuk mencegah dan mengurangi bahaya yang

timbul berdasarkan kesadaran bahwa bahaya dapat timbul pada setiap titik atauau

tahapan produksi. Winarno dan Surono (2002) menyatakan, sistem HACCP harus

dibangun atas landasan yang kokoh yaitu tertibnya pelaksanaan GMP dan penerapan

SSOP. Penanganan dari awal penerimaan bahan baku hingga distribusi produk harus

diawasi untuk mendapatkan mutu kefir sesuai dengan standar yang berlaku. Kajian

awal HACCP melalui penerapan GMP dan SSOP diperlukan untuk meningkatkan

dan mempertahankan kualitas kefir yang dihasilkan.

Tujuan

Umum

Magang penelitian secara umum bertujuan untuk memperoleh pengalaman

bekerja pada suatu industri pengolahan pangan hasil ternak, menerapkan ilmu

pengetahuan yang didapatkan melalui praktek secara nyata sebagai bekal dalam

menghadapi dunia kerja, memperoleh pengalaman kerja sesuai dengan bidang

profesi yang ditekuni, meningkatkan wawasan dan keterampilan. Aplikasi ilmu yang

diperoleh untuk melakukan observasi, analisis dan pemecahan masalah yang terjadi

dalam industri.

Khusus

Tujuan secara khusus magang penelitian ini adalah mempelajari proses

produksi, penerapan GMP dan SSOP serta mengkaji kesiapan penerapan HACCP

pada unit usaha pengolahan kefir Gedono. Aplikasi kajian tersebut akan digunakan

untuk mendapatkan Makanan Dalam (MD) dari Badan POM serta meningkatkan

kemajuan perusahaan.

Page 17: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

17

TINJAUAN PUSTAKA

Susu

Definisi susu segar seperti yang tercantum dalam SNI-01-3141-1998, adalah

cairan yang berasal dari ambing sapi sehat yang diperah dengan cara pemerahan yang

benar, tidak mengalami penambahan atau pengurangan komponen apapun dan tidak

mengalami pemanasan (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Komposisi dari susu

yang terbesar adalah air dan sisanya terdiri atas lemak, dan bahan kering tanpa

lemak. Komponen lemak terdiri atas trigliserida dan komponen yang terlarut dalam

lemak. Bahan kering tanpa lemak terdiri atas substansi nitrogen, laktosa dan mineral

serta vitamin B dan C. Protein susu dibedakan atas kasein, protein whey dan nitrogen

non protein (Tamime dan Robinson, 1999). Kasein tersusun dari empat protein yaitu

alpha (α), betha (β), gamma (γ) dan kappa kasein (ķ) (Brown, 1998). Standar susu

segar menurut SNI 01-3141-1992 dapat dilihat pada Tabel. 1.

Tabel 1. Standar Susu Segar (SNI 01-3141-1992)

Sifat susu Nilai

Berat jenis 1.026-1.028 g/cm3

Kadar lemak minimum 3.0%

Kadar bahan kering tanpa lemak minimum 8.0%

Kadar protein minimum 2.7%

Warna, bau, rasa dan konsistensi normal

Tingkat keasaman 4.5-7oSH

Uji alkohol (70%) Negatif

E.coli maksimum 10 APM/ml

Salmonella Negatif

Kotoran dan benda asing Negatif

Titik beku -0.520oC s.d -0.560

oC

Uji pemalsuan Negatif

TPC maksimum 1x106 CFU

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, SNI 01-3141-1992

Susu Fermentasi Kefir

Kefir berasal dari pegunungan Kaukasus sebelah Utara atau Timur Laut

Mongolia, telah diproduksi ratusan tahun dalam skala rumah tangga secara

Page 18: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

18

tradisional dalam kantung kulit, atau dalam tembikar, terbuat dari bahan baku susu

sapi atau susu kambing. Susu fermentasi ini diproduksi di negara-negara Rusia, dan

hanya sedikit di negara Eropa (Irigoyen et al., 2006).

Kefir adalah minuman susu fermentasi berkarbonasi dan beralkohol,

konsistensi seperti krim asam dengan citarasa yang enak. Flavor kefir adalah asam

dengan kombinasi CO2 dan alkohol, menghasilkan buih yang membentuk karakter

mendesis. Minuman fermentasi yang berbuih dan mengandung gas ini sangat

terkenal di Eropa Timur, namun sangat terbatas distribusinya karena harus disimpan

pada suhu rendah agar khamir tidak menghasilkan alkohol dan gas CO2 yang

berlebihan selama penyimpanan (Surono, 2004).

Mikroflora Kefir

Komposisi kimia mikroflora kefir dipengaruhi oleh asal dan komposisi „biji‟

kefir sebagai kultur starter serta bahan-bahan tanbahan yang digunakan. Tiga

komponen berpengaruh terhadap mikroflora kefir yaitu lemak, asam laktat dan

alkohol. Beberapa hal lain yang juga mempengaruhi komposisi kimia kefir adalah

jenis mikroflora kultur starter, lama fermentasi, suhu inkubasi, zat-zat nutrisi dalam

media tumbuh mikroflora starter kefir. Hal-hal tersebut juga berpengaruh terhadap

aktivitas starter dan kualitas dari starter (Koroleva, 1991).

Menurut Standar Identitas no. 149 A: (1997) dari International Dairy

Federation (IDF), mikroflora butir-butir kefir (kefir grains) berisi berbagai spesies

bakteri asam laktat dan khamir. Bakteri asam laktat dan khamir bekerjasama secara

mutualisme. Asam laktat berlebih yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dapat

menghambat pertumbuhannya, sehingga selanjutnya asam laktat tersebut akan

digunakan oleh khamir, sedikit H2O2 yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat akan

disingkirkan oleh katalase yang dihasilkan oleh khamir. Khamir selanjutnya akan

menghasilkan senyawa yang menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat (Surono,

1989).

Kefir mengandung 0,5-1% alkohol dan 0,9-1,1% asam laktat yang dihasilkan

oleh mikroflora dalam biji kefir. Komposisi kadar nutrisi biji kefir adalah air

sebanyak 89,5%, lemak 1,5%, protein 3,5%, abu 0,6%, laktosa 4,5%, dengan nilai

pH 4,6 (Rahman et al., 1992). Biji kefir berwarna putih kekuningan, konsistensinya

elastis serta berdiameter 1-6 mm, namun demikian saat dipanen dari susu dan dicuci

Page 19: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

19

dengan air, diameter biji kefir menjadi 0,5-3,5cm, bentuknya tidak beraturan dan

berlekuk-lekuk, menyerupai kembang kol (cauli flower), elastis berwarna krem atau

kuning gading. Biji kefir yang telah dicuci dan dikeringkan dalam larutan garam

dapat disimpan selama satu bulan pada suhu dingin.

Biji kefir mempunyai kadar air 80-90%, berat kering karbohidrat 57%,

protein 33%, lemak 4% dan abu 6%, merupakan sejumlah 30 spesies bakteri dan

khamir, yang didominasi bakteri asam laktat homofermentatif. Kandungan utamanya

biji kefir adalah kefiran yaitu suatu polisakarida kapsular yang dihasilkan oleh

Lactobacillus kefiranofaciens, merupakan suatu polisakarida bercabang yang terdiri

atas glukosa dan galaktosa dalam jumlah yang sama. Kefiran dalam larutan hanya

sedikit meningkatkan kekentalan larutan (Surono, 1989).

Suhu inkubasi selama proses fermentasi kefir adalah 18-220C dan setelah 20

jam akan dihasilkan kefir yang mengandung 0,8% etanol dan 1,0% CO2. Setelah

proses fermentasi kefir selesai produk kefir didiamkan selama beberapa jam agar

konsistensi dan stabilitas koagulan meningkat. Kefir menghasilkan senyawa

eksopolisakarida yang disebut sebagi kefiran yang terdiri atas glukosa dan galaktosa

dengan perbandingan yaitu 1 : 1 dengan ukuran molekul 1000-4000 kDa. Kefiran

berfungsi sebagai pengental atau emulsifier makanan, sebagai pelembab untuk

kosmetik, dan dapat menstimulir sistem imun dan anti tumor (Surono, 1989).

Biji kefir mengandung 45% kefiran, yang diproduksi di pusat biji oleh

bakteri homofermentatif. Kefiran mengandung komponen utama berupa protein yang

tidak larut dalam air dan mukhopolisakarida netral. Biji kefir dalam bentuk kering

dan beku (freeze dried) dengan kadar air 3,5%, terdiri atas 4,4% lemak, 12,1% abu,

45,7% mukopolisakarida, total protein 34,4% yang berupa protein tidak larut dalam

air, protein larut dalam air sebesar 1,6% dan asam amino bebas 5,65, serta sejumlah

kecil senyawa yang tidak diketahui (Surono, 1989). Biji kefir apabila dikeringkan

dan diangin-anginkan, tahan disimpan selama 12 sampai 18 bulan.

Berbagai spesies mikroba telah diisolasi dan diidentifikasi dalam biji kefir,

yang merupakan empat kelompok genus BAL yaitu Lactobacillus, Streptoccocus,

Lactococcus, Acetobacter dan khamir (Tabel 2). Mikroba dan khamir dapat hidup

secara simbiosis, yaitu bertahan dan memperbanyak diri dengan memanfaatkan

produk sampingan atau senyawa metabolitnya sebagai sumber energi yang

Page 20: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

20

digunakan untuk pertumbuhannya (Macrae et al., 1993). Mikroflora dalam kefir

grain terdiri atas Bacilli baik berupa sel tunggal, berpasangan maupun rantai, 16%

(62-69%) dan khamir sel tunggal 18% (16-20%) (Molska et al., 1980).

Table 2. Empat Genus Berbagai Mikroflora dalam Kefir Grain

Sumber : Macrae, R., Robinson. R. K., and Sadler. M. J (1993)

*International Journal of Systematic Bacteriologi (1994). 44 (3) 435 – 439 **Loretana, T., mosterta. J. F, and, B. C. (2003)

Berdasarkan tipe fermentasi asam laktat, BAL (bakteri asam laktat)

dikelompokkan menjadi homofermentatif dan heterofermentatif. Homofermentatif

memfermentasi glukosa menjadi asam laktat sebagai produk utama. Spesies yang

termasuk homofermentatif yaitu Streptococcus, Pediococcus, dan beberapa

Lactobacillus (Schlegel dan Schmidt, 1994). Bakteri heterofermentatif akan

Lactobacilli Streptococci/ Lactococci

Acetobacter Khamir

Lb. acidophilus

Lb. brevis

Lb. casei

Lb.casei subp.

rhamnosus

Lb.casei subsp. pseudoplantarum

Lb.paracasei subsp.

paracasei

Lb. cellobiosus

Lb.delbrueckii subsp.

bulgaricus

Lb.delbruckii subsp. lactis

Lb. hillgardii

Lb. kefiri

Lb. kefiranofaciens

Lb. kefirgranum

subsp. nov*

Lb. parakefir subsp. nov

*

Lb. lactis

Lb. plantarum

Lactococci lactis

subsp. Lactis

Lc.lactis var. diacetylactis

Lc. Lactis subsp.

cremoris

Streptococci

thermophilus

S. lactis

Enterococcus durans

Leuconostoc

cremoris

Leu.mesenteroides

Acetobacter aceti

A.rasens

Candida kefir

C.pseudotropicalis

C. rasens

C. tenuis

Kluyveromyces

lactis

Kluyveromyces

marxianus var

marxianus

K. bulgaricus

K. ragilus

/marxianus

Saccharomyces subsp.tlopsis holmii

Saccharomyces

lactis

S. carlsbergenesis

S.unisporus

Debaryomyces

hansenii**

Zygosaccharomyces

rouxii**

Page 21: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

21

memecah glukosa menjadi asam laktat menjadi senyawa lain, seperti asam asetat,

CO2 dan etanol. Bakteri yang termasuk heterofermentatif adalah Leuconostoc dan

beberapa Lactobacillus. BAL didefinisikan sebagai bakteri Gram positif, berbentuk

batang atau bulat (Rahman et al., 1992). Menurut Wood dan Holzapvel (1995), BAL

terdiri atas dua famili yaitu Lactobacillaceae dan Streptococaeae dengan 8 genus

yaitu Lactobacillus, Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Bifidobacterium,

Lactococcus, Cornybacterium dan Enterococcus. BAL di dalam saluran pencernaan

memproduksi asam laktat, hidrogen peroksida dan bakteriosin yang bersifat

antimikroba (Jenie dan Rini, 1995), serta berbagai enzim seperti laktase yang mampu

membantu lactose intolerance dan bile salt hidrolase yang mampu membantu

menurunkan kolesterol (Waspodo, 2001).

Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP)

Sistem Hazard Analitical Critical Control Point (HACCP) didasarkan pada

ilmu pengetahuan dan sistematika, mengidentifikasi bahaya dan tindakan

pengendaliannya bahaya untuk menjamin keamanan pangan. HACCP adalah suatu

piranti untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang

memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar pada

pengujian produk akhir (SNI, 1998). Jaminan keamanan pangan dikaji dalam kajian

awal penerapan HACCP. Sistem HACCP telah diakui oleh dunia international

sebagai salah satu tindakan sistematis yang mampu memastikan keamanan produk

pangan yang dihasilkan oleh industri pangan secara global. Seluruh kegiatan HACCP

dilakukan untuk mencegah dan mengurangi bahaya yang timbul berdasarkan

kesadaran bahwa bahaya dapat timbul pada setiap titik atau tahapan produksi.

Winarno dan Surono (2002) menyatakan, agar sistem HACCP dapat berfungsi

dengan baik dan efektif, perlu diawali dengan program pre-requisite, yang berfungsi

melandasi kondisi lingkungan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan lain dalam suatu

pabrik atau industri.

Sistem HACCP harus dibangun atas landasan yang kokoh untuk

melaksanakan dan tertibnya Good Manufacturing Practices (GMP) dan penerapan

Standard Sanitation Operating Procedure (SSOP). GMP dan SSOP merupakan pre-

requisite program dalam sistem keamanan pangan berdasarkan HACCP.

Page 22: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

22

Prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) yang merupakan

hasil adopsi dari SNI 01-4852-1998 dan telah disesuaikan dengan Codex terdiri atas

tujuh tahapan:

1. analisis bahaya dan penetapan kategori bahaya;

Kegiatan yang dilakukan yaitu mendata semua bahaya potensial yang terkait

dengan setiap tahap, mulai dari penerimaan bahan baku, selama proses,

hingga didistribusi ke tangan konsumen. Menganalisis bahaya untuk

mengidentifikasikan jenis bahaya yang memerlukan penghilangan atau

pengurangan, setelah itu tim menetapkan jenis tindakan untuk menghilangkan

atau mengurangi bahaya.

2. penetapan titik kendali kritis (CCP);

Pada proses pengolahan suatu produk pangan, produk tersebut mengalami

banyak perlakuan hingga terkirim ke konsumen. Pada beberapa perlakuan

tersebut terdapat titik-titik yang sering disebut sebagai Critical Control Point

(Titik Kendali Kritis). Penentuan titik kritis tersebut menggunakan pohon

pengambilan keputusan (decision tree) yang menyatakan pendekatan dan

pemikiran yang logis.

3. penetapan batas kritis yang harus dipenuhi bagi setiap CCP yang ditentukan;

Batas kritis merupakan satu atau lebih toleransi menjamin bahwa CCP secara

efektif telah mengendalikan bahaya (kimia, fisik, mikrobiologi).

4. dokumentasi prosedur untuk memantau batas kritis CCP;

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu mengendalikan proses, menentukan

bila terjadi hilang kendali dan penyimpangan CCP serta menyediakan

dokumentasi tertulis yang dapat digunakan untuk klarifikasi lima aspek

penting dalam menetapkan prosedur pemantauan titik kendali kritis (CCP).

5. penetapan tindakan koreksi yang harus dilakukan bila terjadi penyimpangan

selama pemantauan CCP. Kegiatan ini dilakukan jika ketika monitoring

ditemukan adanya penyimpangan. Tindakan koreksi didasarkan pada data

hasil monitoring, disesuaikan dengan karakteristik proses yang ada.

6. penetapan prosedur verifikasi untuk membuktikan bahwa sistem HACCP

telah berhasil; dan

Page 23: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

23

7. penetapan dokumentasi mengenai seluruh prosedur catatan yang sesuai

dengan prinsip-prinsip dan penerapannya.

Good Manufacturing Practices (GMP)

Good Manufacturing Practices (GMP) adalah persyaratan minimum sanitasi

dan pengolahannya yang diperlukan untuk memastikan diproduksinya pangan yang

aman dan sehat. GMP juga menjadi salah satu pre-requisite program atau program

persyaratan dasar dalam penerapan sistem HACCP, yang menjamin praktek

pencegahan terhadap kontaminasi yang menyebabkan produk menjadi tidak aman.

Di Indonesia GMP bukanlah sistem mutu yang baru dikenal, karena Departemen

Kesehatan RI sejak tahun 1978 telah memperkenalkan GMP melalui Surat

Keputusan Menteri RI No. 23/MenKes/SK/1978 tanggal 24 Januari 1978 tentang

Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan.

Pedoman penerapan Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) seperti yang

dikeluarkan badan POM RI pada tahun 1996, yang berisi bahwa industri pangan

harus memperhatikan syarat-syarat berproduksi yang baik seperti dalam hal produksi

primer dan pengadaan bahan baku, desain dan fasilitas pabrik, proses pengolahan,

bahan pengemas, mutu produk akhir, keterangan produk, higien dan kesehatan

karyawan, pemeliharaan dan program sanitasi, penyimpanan, laboratorium dan

pemeriksaan, manajemen dan pengawasan, dokumentasi dan transportasi, penarikan

produk, serta pelatihan dan pembinaan. GMP mencakup seluruh prinsip dasar dan

persyaratan-persyaratan penting yang harus dipenuhi dalam memproduksi suatu

pangan.

Pedoman GMP menurut Peraturan Pemerintah RI No. 23/MEN. Kes/1978 sebagai

berikut:

1. Higiene dan Kesehatan Karyawan

Higien dan kesehatan karyawan yang baik dapat memberikan jaminan bahwa

pekerja yang mengalami kontak secara langsung maupun tidak langsung

dengan makanan tidak akan mencemari produk yang diolah. Karyawan yang

bekerja dalam proses produksi harus dalam keadaan sehat serta diperiksa dan

diamati kesehatan secara berkala.

Page 24: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

24

2. Pelatihan dan Pembinaan

Program pelatihan dan pembinaan yang diberikan meliputi pelatihan dasar

tentang higien pribadi dan makanan, prinsip dasar faktor-faktor penyebab

penurunan mutu, pelatihan cara produksi pangan yang baik, teknik

penggunaan bahan kimia berbahaya bagi petugas pembersih, serta prinsip

dasar pembersihan dan sanitasi perusahaan dan fasilitas.

3. Lokasi dan Lingkungan Pabrik

Pabrik makanan berada di lokasi yang bebas dari pencemaran dan jauh dari

daerah yang membahayakan kesehatan, memiliki kemudahan akses jalan dan

prasarana jalan yang memadai. Lingkungan pabrik harus bersih dan tidak

menimbulkan cemaran pada makanan yang diproduksi.

4. Bangunan dan Ruangan

Bangunan dan ruangan dibuat berdasarkan perancangan yang memenuhi

persyaratan teknis dan higien sesuai dengan jenis makan yang diproduksi

serta urutan proses produksi pangan sehingga mudah dibersihkan. Bahan

baku berasal dari bahan yang mudah dibersihkan, dipelihara dan disanitasi

serta tidak bersifat toksik.

5. Pemeliharan dan Program Sanitasi

Pabrik, fasilitas dan peralatan selalu dijaga dalam keadaan terawat dengan

baik. Peralatan yang berhubungan langsung dengan makanan dibersihkan dan

dikenakan tindakan sanitasi secara teratur, sedangkan peralatan yang tidak

berhubungan dengan makanan harus selalu dalam keadaan bersih.

6. Fasilitas dan Kegiatan Sanitasi

Bangunan pabrik dilengkapi dengan fasilitas sanitasi yang dibuat berdasarkan

perencanaan yang memenuhi persyaratan teknik dan higien. Fasilitas sanitasi

yang perlu ada antara lain sarana penyediaan air, sarana pembuangan air dan

limbah, sarana pembersihan dan pencucian, sarana toilet dan sarana higien

karyawan.

7. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus sesuai dengan proses

produksi, terbuat dari bahan yang tahan lama, tidak beracun, mudah

dipindahkan, permukaan yang kontak dengan makanan halus, tidak berlubang

Page 25: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

25

atau bercelah, tidak mengelupas, tidak menyerap air, dan tidak berkarat, tidak

mencemari, mudah dibersihkan, didesinfeksi, serta dipelihara.

8. Bahan

Bahan baku yang digunakan harus memiliki mutu yang baik untuk menjamin

produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan

dan diizinkan oleh perundangan. Penggunaan dari gudang penyimpanan harus

mengikuti sistem First In First Out (FIFO).

9. Proses Pengolahan

Pengawasan proses pengolahan dilakukan dengan cara menetapkan

persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan mengenai bahan yang

digunakan, komposisi, pengolahan, ditribusi penyimpanan, dan penggunaan

oleh konsumen. Tiap jenis makan yang diproduksi harus ada petunjuk

mengenai jenis dan jumlah bahan, tahap proses pengolahan yang terperinci,

dan faktor yang penting (suhu, waktu, kelembapan, tekanan dan lain-lain).

10. Bahan Pengemas

Bahan pengemas yang digunakan tidak boleh beracun, serta tidak

menimbulkan reaksi terhadap produk didalamnya. Bahan harus tahan

terhadap perlakuan dan jenis produk, pengangkutan dan peredaran.

11. Mutu Produk Akhir

Produk akhir yang dihasilkan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan

diantaranya mutu mikribiologi, kimia dan fisik, serta tidak boleh

membahayakan konsumen.

12. Keterangan Produk

Keterangan produk dapat berupa label dan lot atau batch produksi yang

mencantumkan informasi mengenai isi produk sehingga konsumen dapat

menangani, menyimpan, mengkonsumsi, atau mengolah produk dengan cara

yang benar.

13. Transportasi

Transportasi produk makanan harus menjaga makanan agar terhindar dari

sumber pencemaran, kerusakan, mencegah pertumbuhan patogen, perusak

dan penghasil racun. Wadah dan alat transportasi didesain agar tidak

Page 26: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

26

mencemari makanan, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, melindungi dari

kontaminasi, serta mempertahankan dan mempermudah pengecekan.

14. Dokumentasi dan Pencatatan

Dokumen yang diperlukan mencakup tahapan proses pengolahan, jumlah dan

tanggal produksi, serta distribusi yang meliputi tujuan, jumlah dan lain-lain.

15. Penarikan Produk

Tindakan yang diperlukan dalam penarikan produk diantaranya yaitu

menyiapkan prosedur penarikan produk, semua produk dengan kondisi sama

harus ditarik dari pasaran, memberikan peringatan pada masyarakat dan

melakukan pengawasan.

16. Laboratorium dan Pemeriksaan

Setiap pemeriksaan harus disediakan pedoman pemeriksaan, tanggal

produksi, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan

yang dilakukan, kesimpulan, nama pemeriksa, dan hal lain yang dianggap

perlu.

17. Manajemen dan Pengawasan

Beberapa persyaratan yang diperlukan yaitu pimpinan dan pengawas harus

mempunyai pengetahuan yang baik tentang prinsip dan praktek pengolahan

makanan yang higienis. Industri makanan harus mempunyai catatan atau

dokumentasi yang lengkap tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses

pengolahan termasuk tanggal dan jumlah produksi, distribusi dan penarikan

produk karena sudah kadaluarsa.

Sanitation Operationing Procedure (SSOP)

Sanitation Operationing Procedure (SSOP), adalah prosedur baku sanitasi

tertulis atau dokumen serupa yang spesifik untuk setiap lokasi tempat makanan

diproduksi sehingga harus dimiliki setiap perusahaan (Lukman, 2002). SSOP atau

SOP sanitasi mengandung uraian prosedur yang akan dilakukan dalam unit

pengolahan berkaitan dengan kegiatan pre-operasi dan operasi sanitasi untuk

mencegah kontaminasi produk secara langsung. SSOP dapat menunjang keberhasilan

dan efektifitas HACCP, menggambarkan prosedur pabrik yang terkait dengan

pengamanan makanan secara saniter dan keberhasilan lingkungan pabrik serta

kegiatan yang dilakukan agar tercapai. SSOP setiap pabrik akan berbeda, dan SSOP

Page 27: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

27

harus disusun secara tertulis dan setidaknya mengandung prosedur untuk mencegah

terjadinya kontaminasi sebelum dan selama proses.

Menurut Winarno dan Surono (2004), berdasarkan asal usul, SSOP dibagi

menjadi dua yaitu (1) berasal dari US FDA dan (2) berasal dari US Departement of

Agriculture Food Safety and Inspection Service (FIS). SSOP yang berasal dari FDA

meliputi beberapa hal berikut:

1) Pemeliharaan umum berupa bangunan atau fasilitas fisik harus dijaga dengan

cara-cara perbaikan, pembersihan dan sanitasi yang memadai;

2) Bahan yang digunakan untuk pembersihan/sanitasi, penyimpanan dan

penyimpanan bahan berbahaya dan toksik secara tertib. Komponen pembersih

atau bahan sanitasi yang digunakan dalam pembersihan dan prosedur sanitasi

harus bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, harus aman dan

cukup dalam kondisi penyimpanannya;

3) Pest Control (pengendalian hama) merupakan cara pengendalian hama yang

efektif. Penggunaan insektisida dan rodentisida yang diijinkan dilakukan

dengan cara yang sangat hati-hati agar tidak mengkontaminasi makanan,

permukaan yang kontak dan bahan pengemas;

4) Sanitasi permukaan dan peralatan yang berkontak langsung dengan makanan

harus dalam keadaan bersih dan secara regular dibersihkan, disanitasi dan

dikeringkan sesudahnya. Barang-barang untuk sekali pakai (cup atau gelas

kertas, tisu toilet) harus disimpan di tempat yang sesuai dan ditangani,

disimpan, digunakan dan dibuang dengan cara yang baik;

5) Bahan sanitasi harus cukup dan aman dibawah kondisi penggunaannya.

Beberapa fasilitas atau prosedur yang cocok untuk pembersihan dan sanitasi

peralatan dan perlengkapan jika sudah ditentukan harus rutin dilakukan untuk

pembersihan; dan

6) Penyimpanan dan penanganan peralatan harus disimpan dalam lokasi dan

bebas dari rekontaminasi ulang atau kontaminasi silang. Setiap pabrik harus

dilengkapi dengan peralatan sanitasi meliputi:

Sumber air

Air merupakan komoditi yang esensial dalam persiapan dan pengolahan

pangan. Air digunakan langsung menjadi bagian produk cair, maupun

Page 28: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

28

yang digunakan untuk membersihkan peralatan, baik sebelum atau

sesudah persiapan dan pengolahan (Winarno dan Surono, 2004). Air

mempunyai sifat pelarut yang baik, umumnya mengandung berbagai

unsur kimia, seperti zat besi, zat kapur, garam mineral, dan kuman.

Secara garis besar untuk menilai air terdapat tiga kriteria utama yang

harus diperhatikan. Ketiga kriteria itu adalah kriteria fisik, kimia dan

mikrobiologi. Kriteria fisik meliputi bau, rasa, warna, adanya endapan,

adanya kekeruhan dan lainnya yang dapat diamati secara organoleptik.

Kriteria secara kimia yaitu tingkat kesadahan air, kandungan zat besi,

kandungan zat mangan dan adanya zat organik, amoniak dan nitrit dalam

jumlah yang cukup. Kriteria secara mikrobilogis yaitu adanya cemaran

bakteri yang dapat berbahaya. Bakteri yang mungkin terdapat dalam air

yaitu Pseudomonas, Chromobacterium, Proteus, Achromobacter,

Micrococcus, Bacillus, Seratia, Streptococcus, Clostridium, Enterobacter

dan Eschrichia. Setiap bakteri akan memberikan efek bagi kesehatan

yang berbeda. Secara umum standar air minum terdapat dalam peraturan

No. 1/BIRHUKMAS/1/1975 pada Lampiran 1. Saluran air harus memiliki

ukuran dan desain yang cukup dan terpasang untuk membawa sejumlah

air untuk industri, membawa kotoran dan limbah, menghindari masuknya

sumber pencemar dan menghindari adanya aliran silang atau aliran balik.

Pembuangan sampah harus terbuat dari sistem pembuangan yang cukup

untuk membuang kotoran melalui alat-alat lain yang cukup.

Fasilitas toilet dan fasilitas pencuci tangan yang disediakan industri harus

cukup untuk pekerja dengan pemenuhan kebutuhan memelihara fasilitas

saniter dan menyediakan pintu otomatis. Penyediaan bahan pembersih

dan alat sanitasi yang efektif, penyediaan alat pengering, dan memasang

tanda yang dapat dimengerti pekerja.

Tempat pembuangan harus dilakukan secara tertutup agar tidak

menghasilkan bau yang busuk, yang mengkontaminasi udara dan kamar

kerja. Sampah dan kotoran/limbah harus dialirkan, disimpan, dan dibuang

untuk mengurangi bau, potensi menjadi bahan pencemar dan tempat

berkembang biaknya hama (FDA, 1995).

Page 29: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

29

Verifikasi

Jaminan bahwa sanitasi berjalan efektif memerlukan sistem monitoring

meliputi langkah-langkah termasuk verifikasi dan validasi. Proses verifikasi dan

validasi sanitasi sangat berbeda, dalam verifikasi digunakan penentuan secara

langsung bahwa sanitasi telah efektif pada proses utama. Pada validasi efektifitas

ditentukan pada proses periode tertentu (Cramer, 2006). Tidak ada sistem verifikasi

yang lengkap sehingga harus menyertakan validasi terhadap efektivitas. Verifikasi

dikerjakan dalam beberapa cara, mulai dari cara yang sederhana, relatif mahal hingga

yang lebih kompleks.

Implementasi cara yang mahal dan lebih mudah adalah penilaian atau uji

organoleptik dari post sanitasi dan pre-operasi. Inspeksi pre-operasi organoleptik

membutuhkan bagian SSOP industri. Verifikasi organoleptik dilakukan terhadap

aspek sanitasi seperti sanitasi karyawan, peralatan, pengolahan dan ruang

pengolahan. Pengukuran ATP/biolumenesen sangat efektif, cara yang relatif mahal

pada banyak indutri makanan untuk timbal balik yang cepat dari sanitasi. Prinsip

kerja biolumenesen berdasarkan adanya ATP yang merupakan hasil metabolisme

sel. Uji mikrobiologi telah digunakan oleh banyak perusahaan seperti verifikasi dan

validasi. Uji secara mikrobiologi dilakukan untuk memperoleh nilai sesungguhnya

dari monitoring yang telah dilakukan terhadap kondisi alat dan lingkungan yang telah

bersih (Cramer, 2006).

Good Handling Practices (GHP)

Menurut Murdhiati, (2006) titik awal rantai penyediaan pangan asal ternak

adalah kandang atau peternakan. Manajemen atau tatalaksana peternakan akan

menentukan kualitas produk ternak yang dihasilkan seperti susu, telur, dan daging.

Lingkungan di sekitar peternakan seperti air, tanah, tanaman serta keberadaan dan

keadaan hewan lain di sekitar peternakan akan mempengaruhi kualitas dan keamanan

produk ternak yang dihasilkan. Tujuan dari penanganan susu adalah memperbaiki

cara penangan dan transpotasi susu dari peternakan dan memastikan kualitas dan

higien dari produk (ASEAN Food Handling Bureau, 1990). Penanganan dilakukan

sebelum pemerahan dan setelah pemerahan secara higienis.

Cemaran bahan kimia atau cemaran biologi dari lingkungan, kelembaban

yang cukup tinggi di Indonesia yang menyebabkan jamur dan kapang dapat tumbuh

Page 30: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

30

di peternakan akan terbawa dalam produk ternak yang dihasilkan. Keamanan pangan

asal ternak juga berkaitan dengan kualitas pakan yang diberikan pada ternak. Residu

pestisida, residu obat hewan terutama antibiotik merupakan masalah dalam

keamanan produk ternak. Selain itu perlu diwaspadai pula penyakit zoonosis yang

dapat menular dari hewan ke manusia melalui pangan asal ternak, baik zoonosis

bakteri, virus, parasit maupun zoonosis (Direktorat Bina Kesehatan Hewan, 2002).

Good Transporting Practices (GTP)

Transportasi merupakan salah satu titik penting dalam rantai penyediaan

bahan pangan asal ternak, baik transportasi dari peternakan ke tempat pemotongan,

dari peternakan ke koperasi, dari rumah pemotongan ke distributor dan industri,

maupun dari distributor ke pengecer atau konsumen (Murdhiati, 2006). Menurut

BPOM RI (1996), transportasi produk makanan harus menjaga makanan agar

terhindar dari sumber pencemaran, kerusakan, mencegah pertumbuhan bakteri atau

mikroorganisme patogen, perusak dan penghasil racun. Wadah dan alat transportasi

didesain agar tidak mencemari makanan, mudah dibersihkan dan didesinfeksi,

melindungi dari kontaminasi, serta mempertahankan dan mempermudah pengecekan.

Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh

seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Preferensi

konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada

(Kotler, 2000). Ada tiga komponen preferensi yang mempengaruhi konsumen

pangan dimana semua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan satu

sama lain yaitu :

1. Karakteristik individu meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan dan pengetahuan gizi.

2. Karakterisktik produk meliputi rasa, warna, aroma, kemasan, tekstur

dan harga.

3. Karakteristik lingkungan meliputi jumlah keluarga, tinggkat sosial,

musim dan mobilitas.

Kotler (2000) menyatakan bahwa preferensi terhadap pangan bersifat

sementara pada orang yang berusia muda dan besifat permanen bagi mereka yang

Page 31: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

31

sudah berumur dan akhirnya dapat menjadi gaya hidup. Pilihan jenis makanan dan

minuman dalam jumlah yang beragam dapat mempengaruhi preferensi setiap

individu. Karakteristik tersebut dapat pula dilihat dari sifat organoleptik makanan

dan minuman serta daya terima dan ketersediaannya. Selain dari jumlah pilihan

preferensi juga dapat ditimbulkan dari kombinasi dan variasi rasa, warna, aroma dan

bentuk makanan yang akan mempengaruhi nafsu makan dan minum seseorang.

Page 32: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

32

METODE

Lokasi dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan selama dua bulan di Unit Pengolahan Kefir

Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Salatiga dari bulan Juli sampai Agustus 2007.

Pelaksanaan magang dilaksanakan lima hari kerja dari hari Senin hingga Jumat.

Pengujian sampel produk kefir dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak

Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

IPB. Pengujian sampel dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2007.

Materi

Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengujian produk antara lain kefir rasa

strowberi, melon, dan leci. Bahan uji kualitas kimia kefir yaitu Phenolptalien 1%,

kalium oksalat jenuh, formalin 40%, aquades, air hangat, larutan buffer pH 7, larutan

buffer pH 4, H2SO4 91-92%, sedangkan media yang digunakan untuk uji

mikrobiologi kefir yaitu Plate Count Agar (PCA), Buffer Peptone Water (BPW),

Potato Dextrose Agar (PDA), deMan Rogose Sharp Agar (MRSA) dan Violet Red

Bile gar (VRBA).

Alat

Alat yang digunakan adalah labu Erlenmeyer, alat titrasi buret, centrifuge,

waterbath, pH meter, gelas piala, rotational viscometer, pipet, tabung Babcock,

cawan Petri, inkubator, autoklave, oven, pemanas bunsen, tabung reaksi dan gelas

ukur.

Prosedur

Prosedur pengkajian penerapan HACCP dilakukan dengan berpartisipasi

aktif dan langsung dalam proses produksi, observasi kegiatan lapang, wawancara.

Pengumpulan data primer yang terkait dengan uji kesukaan yang dilakukan selama

magang berlangsung pada bulan Juli-Agustus 2007. Analisis data dan sampel

disertai dengan studi literatur untuk kemudahan dalam interpretasi data. Data yang

digunakan adalah data utama dan data pendukung. Data utama berupa hasil analisis

Page 33: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

33

terhadap GMP dan SSOP, sedangkan data pendukung berupa uji kualitas kimia,

fisika, mikrobiologi, uji organoleptik serta preferensi konsumen.

Pedoman tahapan penerapan HACCP (BSN, 1998) yang diamati adalah

kajian pelaksanaan pre-requisites yaitu SSOP dan GMP dengan cara melakukan

inspeksi langsung saat proses produksi berlangsung. Standar yang digunakan untuk

GMP adalah FDA (1995) dan SK MENKES No. 23/MEN KES/I/1978 tentang cara

produksi makanan yang baik (CPMB). Analisis yang dilakukan dengan

membandingkan kedua standar tersebut dengan kondisi di lapangan. Analisis

terhadap penerapan GMP antara lain lokasi dan lingkungan pabrik, bangunan dan

ruangan pengolahan, fasilitas sanitasi, peralatan produksi, produk akhir dan

pemeriksaan, kesehatan dan kebersihan karyawan, wadah kemasan, penyimpanan,

dan transportasi. Penilaian kelayakan terhadap GMP melalui scoring pada setiap

aspek. Standar penilaian yang digunakan adalah: diberikan nilai 3 bila sesuai dengan

standar; diberikan nilai 2 bila masih sesuai dengan standar tetapi memerlukan sedikit

perbaikan; diberikan nilai 1 bila tidak dilakukan sesuai standar tetapi dapat langsung

diperbaiki; diberikan nilai 0 bila tidak dilakukan sesuai standard dan harus

diperbaiki.

Sanitation Standard Operational Procedures (SSOP) dari FDA (1995)

digunakan untuk membandingkan proses sanitasi yang diterapkan oleh perusahaan

meliputi delapan kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air; kondisi dan

kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi

silang; menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-

bahan kontaminan; pelabelan, penyimpanan dan penggunaan bahan toksin yang

benar; pengawasan kondisi kesehatan personil; menghilangkan pest dari unit

pengolahan. Penilaian kelayakan SSOP juga melalui scoring terhadap semua aspek.

Standar penilaian yang digunakan dibedakan menjadi empat kelompok yaitu :

1) Kelayakan SSOP adalah 0 – 25% berarti sangat buruk;

2) Kelayakan SSOP adalah 25 – 50% berarti cukup baik;

3) Kelayakan SSOP adalah 50 – 75% berarti baik;

4) Kelayakan SSOP adalah 75 – 100% berarti sangat baik.

Pengujian mutu kefir dilakukan setiap tujuh hari untuk masing–masing

parameter pengujian, selama 28 hari penyimpanan. Kefir berasal dari tiga batch

Page 34: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

34

produksi, disimpan pada suhu refrigerator (4-7oC), pengujian terhadap sifat fisik

meliputi viskositas (AOAC, 1984), sifat kimia meliputi TAT, kadar protein, kadar

lemak dan pH (AOAC, 1984) dan kualitas mikrobiologis berdasarkan SNI tentang

(1992) diantaranya Total Plate Count (TPC), jumlah Bakteri Asam Laktat (BAL),

kapang/khamir dan kolliform. Hasil pengujian terhadap sampel kefir dibahas secara

deskriptif mengacu pada ketentuan mutu yogurt berdasarkan standar SNI 01-2981-

1992 tentang yogurt sebagai acuan produk fermentasi dan literatur internasional.

Metode pengujian produk untuk mengetahui sifat kimia, nilai viskositas dan

mikrobiologi produk selama penyimpanan sebagai berikut:

Pengujian Kadar Protein dengan Titrasi Formol (AOAC, 1984). Sebanyak 10 ml

(kefir) dimasukkan ke labu Erlenmeyer. Phenolptalien 1% sebanyak 2-3 tetes dan 0,4

ml kalium oksalat jenuh ditambahkan kedalamnya, kemudian dititrasi dengan larutan

NaOH 0,1 N hingga timbul warna merah muda. Banyaknya NaOH yang digunakan

pada titrasi pertama tidak perlu dicatat. Sebanyak 2ml formalin 40% ditambahkan,

kemudian dihomogenkan hingga warna merah muda hilang. Sampel dititrasi kembali

dengan NaOH 0,1 N, dan dicatat banyaknya NaOH yang terpakai (p ml). Titrasi

blanko dibuat dengan cara mencampur 10 ml aquades, 0,4 ml kalium oksalat jenuh,

2ml formalin 40%, serta 2-3 tetes phenolptalien 1%. Campuran tersebut kemudian

dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna merah muda terbentuk dan dicatat

banyaknya NaOH 0,1 N yang terpakai (q ml).

Kadar protein kefir dapat dihitung dengan rumus:

% kadar protein = (p-q) ml x 1,7

Keterangan: 1,7 sebagai faktor formol susu sapi.

Uji Kadar Lemak Metode Babcock. Sebanyak 17,6 ml kefir dimasukkan dalam

tabung Babcock dan ditambahkan H2SO4 91-92% sebanyak 17,5 ml. Tabung

Babcock dimasukkan kedalam sentrifuge selama 1 menit (1200 rpm) dengan suhu

60-70oC, kemudian disentrifuge kembali selama 3 menit (1200 rpm). Setelah

waktunya tercapai, air hangat ditambahkan pada tabung hingga angka 6, lalu

sentrifuge dilanjutkan selama 1 menit. Setelah disentrifuge, tabung dimasukkan ke

dalam waterbath selama 5 menit dengan suhu 60-70oC. Nilai kadar lemak kefir

sudah dapat dibaca pada skala yang terdapat ditabung Babcock.

Page 35: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

35

Pengukuran pH (Dewan Standardisasi Nasional, 1992). Nilai pH ditentukan

dengan menggunakan pH meter. Sebelum digunakan pada sampel, alat pH meter

yang telah dinyalakan dan distabilkan distandardisasikan terlebih dahulu dengan

larutan buffer pH 4 dan 7 (karena pH kefir berada pada kisaran 3,0-4,0). Elektroda

yang telah dibersihkan dengan aquadestilata dicelupkan kedalam sampel. Angka pH

pada skala meter menunjukkan nilai pH sampel.

Total Asam Tertitrasi (AOAC, 1984). Sebanyak 10 ml sampel dimasukkan

kedalam labu Erlenmeyer, indikator phenolpthalien 1% sebanyak 2-3 tetes

ditambahkan kedalamnya. Sampel kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Titrasi

dihentikan jika terjadi perubahan warna merah muda pertama tidak hilang saat

sampel dihomogenkan. Banyaknya NaOH yang digunakan dicatat.

% Asam Laktat = ml NaOH x 0,009 x N NaOH x 100

bobot sampel

Pengukuran Viskositas (Dewan Standardisasi Nasional, 1992). Pengukuran

viskositas menggunakan rotational viscometer (Rion Viscotester VT-04F) dengan

cara memasukkan tangki pemutar dari viskometer kedalam sejumlah sampel yaitu

sebanyak 100 ml. Tangki dibiarkan berputar beberapa saat sampai jarum skala

penunjuk berhenti pada skala tertentu. Skala yang terbaca menunjukkan viskositas

dari sampel yang diperiksa dengan satuan desi Pascal Second (dPa.S).

Penghitungan ALTB (Dewan Standardisasi Nasional, 1992). Uji total

mikroorganisme dilakukan dengan metode hitungan cawan atau Total Plate Count

(TPC). Setiap pengenceran yang dikehendaki (P-4

-P-6

) dipipet secara duplo sebanyak

1ml ke dalam cawan Petri steril. Sebanyak 12-15ml media Plate Count Agar (PCA)

dituang kedalam cawan Petri steril tersebut, lalu dihomogenkan dengan cara

digerakkan membentuk angka delapan. Cawan diinkubasi dengan posisi terbalik

pada suhu 38oC selama 24 jam setelah media agar memadat. Koloni yang tumbuh

dihitung sesuai dengan ketentuan Standard Plate Count (SPC).

Penghitungan Jumlah Bakteri Asam Laktat (Dewan Standardisasi Nasional,

1992). Sebanyak satu ml dari setiap pengenceran yang dikehendaki. Pipet secara

duplo ke dalam cawan Petri steril. Sebanyak 12-15 ml MRSA dituang kedalam

cawan Petri steril tersebut, lalu dihomogenkan dengan cara menggerakkan

membentuk angka delapan. Cawan diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 38oC

Page 36: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

36

selama 24 jam setelah media agar memadat. Jumlah mikroorganisme ditentukan

dengan metode hitungan cawan dan koloni yang tumbuh dihitung sesuai dengan

ketentuan Standard Plate Count (SPC).

Penghitungan Koloni Kapang dan Khamir (Dewan Standardisasi Nasional,

1992). Pemupukan dilakukan dengan menggunakan media Potato Dextrose Agar

(PDA). Sapel sebanyak 1ml dari setiap pengenceran dipipet secara duplo ke dalam

cawan Petri steril. Sebanyak 12-15 ml PDA dituang kedalam cawan Petri steril,

cawan dihomogenkan dengan cara digerakkan membentuk angka delapan. Cawan

diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu 25oC selama 24-48 jam setelah media

agar memadat. Koloni yang tumbuh dihitung sesuai dengan ketentuan Standard Plate

Count (SPC).

Penghitungan Jumlah Koliform (Fardiaz, 1992). Uji total koliform dilakukan

dengan metode hitungan cawan TPC dengan metode tuang. Sampel sebanyak satu ml

dari setiap pengenceran yang dikehendaki (P-1

-P-3

) dipupukkan secara duplo ke

dalam cawan Petri steril. Sebanyak 10 ml VRBA cair dituang ke dalamnya, lalu

dihomogenkan dengan cara menggerakkan cawan membentuk angka delapan. Media

agar dibiarkan hingga memadat. Setelah media agar memadat sebanyak 5 ml VRBA

cair dituang kembali ke atas permukaan agar yang telah memadat dan diratakan ke

seluruh permukaannya untuk membentuk double layer. Cawan diinkubasi dengan

posisi terbalik pada suhu 38oC selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dihitung sesuai

dengan ketentuan SPC. Koloni koliform yang tumbuh pada media VRBA memiliki

karakteristik, berwarna merah tua dengan diameter 0,5 mm atau lebih dikelilingi

areal yang menunjukkan pengendapan garam bile.

Uji Organoleptik. Uji organoleptik berupa uji preferensi terhadap produk dengan

reponden konsumen kefir Gedono 86 orang. Data yang diperoleh dari kuisioner

dianalisis dengan metode non parametrik Kruskall Walis. Form uji preferensi

terdapat pada Lampiran 13. Parameter yang duji yaitu rasa, bau, warna, tekstur dan

kekentalan. Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka

oleh seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi.

Page 37: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

37

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum Lokasi

Unit usaha pengolahan susu Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di Salatiga

menghasilkan produk berupa kefir yang diberi nama Gedono. Unit pengolahan ini

didirikan pada tahun 2004, dikelola oleh lembaga keagamaan Katholik yaitu biara

wanita Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono. Lokasi unit pengolahan terletak di kaki

gunung Merbabu pada ketinggian 1300m di atas permukaan laut dengan topografi

wilayah pegunungan, ± 12 km dari pusat kota Salatiga. Lokasi wilayah unit

pengolahan Gedono dapat dilihat pada Lampiran 2.

Usaha pengolahan tergolong dalam usaha berskala kecil. Wilayah pemasaran

masih terbatas yaitu Salatiga, Solo, Semarang dan sekitarnya. Produk yang

dihasilkan telah cukup dikenal khususnya oleh masyarakat Salatiga. Berdasarkan

jumlah pekerja yang digunakan, BPS (2000) mengelompokkan industri menjadi

empat kelompok yaitu industri besar, menengah, kecil dan rumah tangga. Industri

besar memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri menengah memilki pekerja

20-99 orang, industri yang mempunyai 5-19 orang merupakan industri kecil dan

indutri yang memiliki pekerja kurang dari lima orang maka disebut industri rumah

tangga. Menurut Departemen Koperasi dan PKK (1995), usaha kecil adalah kegiatan

ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 juta, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha;

2) memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak satu miliar rupiah;

3) milik warga Indonesia;

4) berdiri sendiri, bukan merupakan cabang atau anak periusahaan; dan

5) berbentuk usaha perseorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau usaha

berbadan hokum termasuk koperasi.

Unit usaha pengolahan kefir Gedono termasuk dalam kriteria industri kecil

yaitu memilki pekerja enam orang, kekayaan bersih lebih dari 200 juta berupa sarana

produksi tidak termasuk tanah dan bangunan, hasil penjualan di bawah 500 juta

rupiah dalam satu tahun, milik warga negara Indonesia dan tidak berbadan hukum.

Pekerja utama dalam proses pengolahan kefir adalah para biarawati sendiri

berjumlah enam orang dan akan ditambah jika pesanan meningkat. Unit pengolahan

Page 38: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

38

kefir Gedono merupakan satu-satunya unit pengolahan susu di Salatiga yang

bergerak di bidang pengolahan susu fermentasi kefir. Pengelolaan unit usaha di

bawah lembaga keagamaan tidak menjadikan kendala bagi Unit pengolahan kefir

Gedono untuk berkembang. Pengembangan menuntut adanya perbaikan sarana dan

prasarana yang digunakan dalam rangka peningkatan kualitas produk.

Unit usaha pengolahan kefir Gedono berkeinginan untuk mengembangkan

pemasaran produk lebih luas. Pada saat ini dilakukan usaha untuk memperoleh

sertifikasi dari Departemen Perindustrian agar produk yang dihasilkan dapat diterima

oleh konsumen umum. Proses untuk memperoleh sertifikasi memerlukan perbaikan

dari semua aspek pengolahan meliputi pekerja, sistem sanitasi, proses produksi,

peralatan, ruang pengolahan dan sarana yang dimiliki. Kajian awal HACCP melalui

penerapan GMP dan SSOP sangat diperlukan untuk tujuan memperoleh perolehan

sertifikasi berupa nomor Makanan Dalam (MD) bagi kefir.

Page 39: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sarana Produksi

Bahan Baku Pembuatan Kefir

Bahan baku pembuatan kefir mencakup bahan utama, bahan penunjang dan

bahan pengemas. Bahan utama yang diperlukan adalah susu segar dan kultur starter

berupa kefir grain, yang merupakan koleksi unit pengolahan kefir Gedono,

sedangkan bahan penunjang berupa gula, selai buah, pewarna makanan dan essens

buah. Botol plastik berukuran 600 ml dan 1000 ml digunakan sebagai bahan

pengemas dan terbuat dari bahan Polyethylene Terephthalate (PETE).

Bahan Baku Utama. Bahan utama yang digunakan adalah susu segar dan starter

kefir. Kebutuhan susu segar sebagian besar dipenuhi dari KUD Andini, 5 peternak

binaan di sekitar Gedono dan dari pertapaan Gedono. Penerimaan susu dilakukan

pada pukul 07.30. Susu yang berasal dari KUD merupakan chilled milk (susu dingin)

yang bersuhu 5°C.

Susu yang berasal dari peternak dan Gedono bersuhu 25°C. Suhu susu

diturunkan hingga mencapai sekitar 4°C. Pengujian sebelum proses produksi

meliputi pengujian secara organoleptik, uji berat jenis, pH dan uji alkohol. Jika

memenuhi standar yang ditetapkan Gedono maka susu digunakan sebagai bahan

baku utama pembuatan kefir. Kultur starter merupakan bahan baku utama kedua

yang diperbanyak oleh pihak Gedono, yang berupa biji kefir.

Bahan Baku Penunjang. Gula, fruit jam dan essens buah merupakan jenis bahan

baku penunjang yang digunakan. Fruit jam atau selai buah diolah sendiri oleh pihak

Gedono dan sudah mendapatkan nomor MD untuk industri rumah tangga yaitu PIRT

108332201014. Gula, pewarna dan essens buah yang digunakan telah tersertifikasi

food grade dan sesuai dengan standar SNI.

Bahan Pengemas. Kemasan berfungsi untuk mengemas makanan dengan tujuan

untuk melindungi produk, membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,

melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik

seperti gesekan, benturan dan getaran. Bahan pengemas botol yang digunakan

merupakan kemasan primer terbuat dari bahan Polyethylene Terephthalate (PETE)

bersifat semi fleksibel, tahan uap atau gas, ringan, tidah mudah sobek atau pecah saat

Page 40: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

40

distribusi dan food grade. Kemasan disterilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan

dengan alkohol. Bahan pengemas steril disimpan dalam ruang pembotolan sedang

bahan yang belum steril ditempatkan pada ruang penyimpanan.

Peralatan Produksi. Peralatan pengolahan yang dimiliki unit pengolahan Gedono

tergolong masih sederhana dan 50% dari proses produksi dilakukan secara manual,

diantaranya adalah cara pengemasan produk. Peralatan produksi yang dimiliki yaitu

milk can, pasteurizer, freezer, refrigerator, dan panci pengolahan. Sarana sanitasi

yang di milki yaitu sumber air yang telah teruji dan air panas. Milk can terbuat dari

logam aluminium berkapasitas 40 liter sebanyak tiga buah. Pasteurizer terbuat dari

bahan stainless steel, berkapasitas 150 liter, berbentuk silinder dengan diameter 98

cm dan tinggi 150 cm (LUNAR, NEW ZEALAND).

Proses Pengolahan Kefir

Proses Penerimaan Susu

Unit pengolahan kefir Gedono mensyaratkan susu sapi sebagai bahan baku

pembuatan kefir bila memenuhi kriteria uji alkohol negatif dan pH 6-7 dan lolos uji

BJ (1,024-1,030). Susu yang tidak sesuai atau tidak lolos uji tersebut akan ditolak,

dengan konsekuensi pihak unit pengolahan kefir Gedono tidak membayar susu

tersebut. Hal ini telah menjadi kesepakatan awal antara pihak unit pengolahan kefir

Gedono dan supplier yaitu, koperasi Andini di Salatiga dan peternak yang bertujuan

untuk menjaga kualitas bahan baku utama.

Koperasi Andini melakukan pengujian terhadap kualitas susu asal peternak

meliputi uji alkohol, uji berat jenis, dan analisis komposisi susu yaitu kadar air,

lemak, protein, SNF, laktosa, titik beku menggunakan Lactoscan. Susu yang telah

diterima koperasi langsung didinginkan dalam cooling pada suhu 4°C atau sesuai

dengan SOP yang berlaku. Susu segar dari koperasi diterima unit pengolahan kefir

Gedono pada suhu 5-9°C dalam milk can dengan harga Rp 3.600 per liter. Unit

pengolahan kefir Gedono melakukan pengujian kualitas susu yang berasal dari

peternak dan milik sendiri meliputi uji sensori, penyaringan, uji alkohol, uji BJ dan

dilakukan pendinginan pada suhu 4-5°C. Unit pengolahan kefir Gedono membeli

susu dari peternak dengan harga Rp 2.300-Rp 2.700 per liter atau sesuai dengan

kualitas susu tersebut. Apabila susu yang diterima telah lolos uji dan sesuai dengan

Page 41: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

41

standar yang diinginkan, maka peternak akan mendapatkan harga susu sesuai dengan

perjanjian yang telah disepakati.

Meskipun usaha yang dijalankan masih tergolong skala usaha kecil dan

sarana uji kualitas susu masih sederhana, tetapi pihak unit pengolahan kefir Gedono

mempunyai komitmen untuk menggunakan bahan-bahan yang berkualitas.

Kebutuhan susu segar unit pengolahan setiap hari yaitu 80-100 liter susu dari

koperasi Andini, 30-50 liter susu dari peternak dan milik Gedono.

Proses Separasi

Tujuan separasi adalah untuk memisahkan lemak dan skim susu. Susu yang

telah lolos uji dipanaskan dalam panci berkapasitas 10-15 liter hingga suhu mencapai

40-45°C sebelum dilakukan proses separasi. Tujuan pemanasan awal sebelum

separasi lemak adalah inaktivasi enzim lipase penyebab ketengikan. Separator yang

digunakan terbuat dari stainless steel, kapasitas separator adalah 10 liter per separasi

dengan kepekaan lemak 0,6%. Susu skim yang dihasilkan masih memenuhi

ketentuan sesuai Codex Alimentarius Comition (2003) yaitu dengan kandungan

lemak dibawah 10% . Sterilisasi alat separator dilakukan sebelum dan sesudah

proses separasi untuk menjaga kebersihan dan mengurangi kontaminasi ke dalam

susu. Proses separasi untuk memeperoleh susu skim dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar. 1. Pemanasan Susu hingga Suhu 35°C (A) dan Proses

Separasi Susu (B)

Penambahan Skim Milk

Penambahan skim milk bubuk dilakukan sebelum pemanasan dengan

persentase 2,5% dari volume susu. Penambahan skim milk ini dimaksudkan untuk

peningkatan jumlah padatan dalam susu. Skim milk merupakan produk susu baik cair

maupun padat yang telah dihilangkan lemaknya atau mengandung lemak maksimal

A B

Page 42: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

42

0,1% (Buckle et al., 1987). Skim milk powder yang digunakan berasal dari New

Zealand yang telah mengalami pengemasan ulang di Semarang dengan merk

Indoprima skim milk.

Pemanasan

Pemanasan susu skim pada suhu 85-90°C selama 30 menit menggunakan alat

pasteurizer yang terbuat dari bahan stainless steel dilengkapi dengan agitator. Proses

pemanasan mengacu pada Buckle et al (1987) yaitu pada suhu 90°C selama 15-30

menit. Alat pasteurizer ini menggunakan sistem double wall, dengan cara kerja air

yang berada di antara dua bejana stainless steel dipanaskan oleh kumparan yang

berada di bagian bawah alat. Pemanasan terhadap susu skim dilakukan secara tidak

langsung oleh panas air yang dihasilkan. Kontrol panel diatur pada suhu 85°C selama

30 menit. Bila suhu dan waktu untuk pemanasan yang ditentukan telah tercapai maka

susu skim segera didinginkan. Selama pemanasan atau pendinginan berlangsung,

agitator atau pengaduk tetap digerakkan agar suhu susu lebih homogen dan panas

lebih cepat merata, sebaliknya pada saat pendinginan dan penurunan suhu cepat

tercapai.

Pemanasan susu dengan metode pasteurisasi bertujuan mematikan bakteri

patogen maupun bakteri perusak sehingga akan mencegah penularan penyakit dan

kerusakan produk secara biologis. Kondisi pasteurisasi berguna untuk memberikan

perlindungan kepada konsumen terhadap penyakit yang dibawa melalui susu, dengan

mengurangi seminimum mungkin kehilangan zat gizi serta mempertahankan

semaksimal mungkin rupa dan citarasa susu mentah segar (Buckle et al., 1987). Alat

pasteurizer dan kontrol panel suhu di ruang produksi unit pengolahan kefir Gedono

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Batch Pasteurizer (A) dan Kontrol Panel Suhu (B)

A B

Page 43: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

43

Pendinginan Susu

Penurunan suhu susu skim dilakukan selama satu jam yaitu hingga mencapai

26°C atau sama dengan suhu ruangan. Pendinginan dilakukan dengan cara

mengeluarkan air panas diantara bejana dan menggantikannya dengan air dingin

yang terus dialirkan hingga tercapai suhu 26°C. Kran yang terhubung dengan air

panas pada alat pasteurizer ditutup dan diganti dengan pembukaan kran air dingin

untuk mempercepat proses pendinginan. Proses ini menggunakan aliran air kran

tertutup dengan vacum pump (pompa vakum) agar terjadi pergantian air diantara

kedua bagian stainless steel pasteurizer. Selama proses penurunan suhu susu, agitator

atau pengaduk tetap digerakkan dengan kondisi shock thermique pada susu segera

dicapai. Air panas yang diganti ditampung pada drum yang diletakkan di luar

ruangan produksi untuk digunakan kemudian dalam pencucian alat pasteurizer.

Inokulasi Kultur Starter Kefir

Penambahan starter dilakukan setelah suhu susu dalam pasteurizer mencapai

26±1°C. Jumlah kultur starter kefir yang digunakan adalah 5% dari volume susu atau

sebanyak 7,5 liter untuk volume produksi sebesar 150 liter. Menurut Irigoyen et al.

(2004), jumlah pemberian kultur starter akan mempengaruhi khamir dan asam laktat

yang dihasilkan, pH dan viskositas. Jumlah penggunaan kultur starter yang

disarankan adalah 1% dan 5% (Irigoyen et al. 2004) atau sebanyak 3-5% (Surono,

1989). Penambahan kultur starter ini dilakukan pada ruang produksi dengan cara

membuka penutup alat pasteurizer (Gambar 3), sehingga kontaminasi melalui udara

dapat masuk ke dalam susu atau kultur starter. Kultur starter kefir yang digunakan

berupa kultur kerja. Kultur kerja diperoleh dengan cara penumbuhan biji kefir

sebanyak 5% dalam susu skim steril. Kultur kerja yang siap digunakan diperoleh

dengan cara menyaring biji kefir yang telah ditumbuhkan dalam susu skim steril.

Gambar 3. Proses Inokulasi Kultur Starter Kefir dalam Susu Skim (A dan B)

A B

B

Page 44: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

44

Inkubasi Kefir

Inkubasi dilakukan pada suhu ruang yaitu sekitar 22±1°C selama 18-24 jam.

Berbeda dengan yogurt yang memerlukan suhu inkubasi 37°C, kefir memerlukan

suhu ruang karena karakteristik bakteri penyusun biji kefir optimum tumbuh pada

suhu tersebut. Menurut Surono (1989) suhu inkubasi selama proses fermentasi kefir

adalah 18-22°C, dan setelah 20 jam akan dihasilkan kefir yang mengandung 0,8%

etanol dan 1,0% CO2. Tujuan dari proses inkubasi adalah menyediakan suhu

optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam kultur starter kefir yang akan

memfermentasi laktosa. Proses inkubasi dilakukan dalam pasteurizer, sehingga tidak

terjadi perpindahan massa susu skim selama proses pasteurisasi, pendinginan,

pemberian starter dan inkubasi.

Penyimpanan Dingin

Segera setelah proses fermentasi selesai, kefir dituang ke dalam wadah

plastik dengan kapasitas 15-25 liter dan dilakukan penyimpanan dingin selama satu

hari (24 jam) agar konsistensi dan stabilitas koagulannya meningkat. Selain itu

penyimpanan dingin akan menghentikan proses fermentasi dan mengendalikan

proses pembentukan alkohol dan gas CO2 selama penyimpanan (Surono, 1989).

Sebelum kefir ditempatkan pada wadah plastik terlebih dahulu alat-alat yang

digunakan disterilkan dengan air panas dan alkohol. Proses ini dilakukan dalam

ruang produksi. Suhu penyimpanan yang terukur adalah 4°C dengan menggunakan

alat pendingin atau refrigerator dalam bentuk show case, sehingga cahaya akan dapat

mengenai langsung pada produk. Penyimpanan produk dan kultur dilakukan pada

tempat yang sama yaitu alat pendingin show case (Gambar 4).

Gambar 4. Plastik (A) dan Tempat Penyimpanan Berupa Show Case (B)

Proses Penambahan Rasa

A B

Page 45: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

45

Setelah pendinginan dianggap cukup, kefir dikeluarkan dari pendingin

menuju ruang pembotolan steril untuk diproses lanjut berupa penambahan rasa untuk

diversifikasi rasa kefir. Produk kefir dibedakan menjadi empat macam rasa yaitu

kefir plain, rasa leci, strowberi dan melon. Penambahan rasa dilakukan melalui

tahapan sebagai berikut :

1) Pengurangan lemak dilakukan terhadap lemak yang terdapat diatas

permukaan kefir. Lemak ini dapat mudah dikenali karena warnanya lebih

kuning berada pada permukaan kefir karena BJ lebih rendah, ketebalan

bervariasi antara 1-2,5 cm.

2) Penyaringan bertujuan untuk menghaluskan tekstur kefir yang awalnya

mempunyai koagulan berupa gumpalan-gumpalan besar, sehingga

memudahkan proses homogenisasi dengan bahan yang lain yang

ditambahkan. Penyaringan dilakukan secara manual menggunakan penyaring

diameter 0,05 mm yang telah disterilkan dan terbuat dari bahan plastik.

3) Penambahan gula sebanyak 30%, pewarna sebanyak 0,06%, flavor dan sirup

gula (sukrosa : air = 2:1). Penambahan gula dilakukan dengan perbandingan

600 ml gula untuk 5 liter kefir. Perisa yang digunakan adalah selai stowberi,

melon dan leci yang diolah sendiri oleh unit pengolahan kefir Gedono.

Pembotolan

Proses pengemasan kefir menggunakan botol plastik Polyetilen Tereptalat

(PETE) yang bersifat tahan gas dan uap air, sensitif terhadap UV dan transparan.

Proses pengemasan bertujuan memperlambat proses penyimpangan suatu produk

dari mutu awalnya, yaitu dengan mempertahankan stabilitas, kesegaran dan

penerimaan konsumen dari produk atau untuk memperpanjang umur simpan. Proses

pembotolan kefir dapat dilihat pada Gambar 6.

Pengemasan di unit pengolahan Gedono masih dilakukan secara manual

dengan distribusi produk kedalam botol kemasan menggunakan gelas ukur. Volume

kemasan botol produk yang digunakan yaitu 600 ml dan 1000 ml. Pekerja di bagian

pengemasan harus memakai apron atau celemek dan masker serta tangan harus

menggunakan sanitizer alkohol 70% untuk mencuci tangan. Selama pengemasan,

suhu dan kebersihan harus tetap dijaga. Ruang pengemasan yang terpisah dan dapat

disterilkan juga digunakan sebagai tempat untuk penyaringan kultur starter.

Page 46: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

46

Gambar 6. Pengemasan Kefir Botol PETE dalam Ruang Steril

Penyimpanan Suhu Rendah

Produk segera disimpan setelah pengemasan dalam botol pada suhu 5°C atau

dalam refrigerator. Lama penyimpanan produk tidak lebih dari 24 jam sebelum

dijual. Para pelanggan dengan wilayah domisili di sekitar Salatiga

mentransportasikan produk dalam kondisi dingin, sedangkan pelanggan yang berasal

dari atau lokasi domisili jauh, maka produk akan ditransportasikan dalam bentuk

beku. Pengujian produk akhir secara laboratorium tidak dilakukan, karena

keterbatasan sarana laboratorium. Penanganan mutu produk akhir dilakukan secara

visual yaitu melalui pengamatan terhadap pembentukan gas dan whey.

Distribusi Produk Akhir

Distribusi merupakan sebagian dari proses pemasaran dengan beberapa

ketentuan yang harus dipenuhi dalam menjaga keamanan pangan. Penggunaan

kendaraan berpendingin berfungsi untuk mempertahankan suhu produk dan

menghindari kerusakan produk. Wadah dan alat transportasi didesain agar tidak

terjadi pencemaran makanan, memudahkan pembersihan dan melakukan desinfeksi,

melindungi dari kontaminasi, serta mempertahankan dan mempermudah pengecekan

(MenKes, 1978).

Proses distribusi produk kefir Gedono menggunakan kendaraan roda empat

berupa mobil ber-AC tetapi tidak memiliki box dengan suhu yang dapat diatur.

Sarana transportasi produk ini tidak memenuhi syarat Menkes (1978) tentang

kendaraan transportasi karena tidak dilengkapi dengan pendingin atau blower.

Produk hanya disimpan dalam kotak pendingin yang didalamnya diletakkan ice

block untuk mempertahankan suhu awal produk. Sistem penjualan kefir Gedono

dilakukan secara retail atau melalui pemesanan langsung. Produksi yang masih

Page 47: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

47

terbatas menyebabkan tidak semua pelanggan mendapatkan produk dalam waktu

yang sama tetapi melalui pengaturan yang disepakati dengan pihak Gedono.

Good Manufacturing Practices (GMP)

GMP atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) merupakan pedoman

yang menjelaskan cara memproduksi makanan agar bermutu, aman dan layak untuk

dikonsumsi. Data yang diperoleh terhadap GMP Unit Usaha Pengolahan Kefir

Gedono dikaji berdasarkan standar RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan FDA (1995),

sebagai dasar atau pre-requisite program dari HACCP. Hasil yang diperoleh pada

kegiatan magang untuk selanjutnya akan digunakan sebagai data awal untuk

mendapatkan nomor ijin Makanan Dalam (MD) dari Badan POM. Penerapan yang

benar dari pihak pengolahan akan mempermudah proses perolehan MD tersebut.

Analisis terhadap penerapan GMP meliputi lokasi dan lingkungan pabrik, bangunan

dan ruangan pengolahan, fasilitas sanitasi, peralatan produksi, produk akhir dan

pemeriksaan, kesehatan dan kebersihan karyawan, wadah kemasan, penyimpanan,

dan transportasi.

Penerapan GMP oleh unit pengolahan kefir Gedono secara umum telah sesuai

dengan standar. Keseriusan pihak unit pengolahan menuju arah perbaikan dan

peningkatan mutu layak untuk dihargai. Pihak unit pengolahan kefir Gedono telah

menjalin kerjasama dengan kalangan akademisi IPB untuk pendampingan aktivitas,

mengikuti pelatihan tentang pengolahan kefir dan pengadaan peralatan produksi

untuk pemenuhan terhadap persyaratan yang berlaku. Hasil kajian GMP dapat

dilihat pada Tabel 3.

Lokasi dan Lingkungan Industri

Pemilihan lokasi dan lingkungan yang tepat akan mengurangi resiko

pencemaran terhadap pangan. Unit pengolahan terletak di daerah pegunungan

dengan ketinggian sekitar 1300 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata

harian 24°C. Lokasi unit pengolahan pengolahan kefir jauh dari pemukiman padat

dan terpolusi, bebas daerah banjir serta bukan daerah pembuangan limbah, terdapat

Page 48: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

48

Table 3. Hasil Analisis Terhadap GMP

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA)

Kondisi Unit Pengolahan

Higien dan Kesehatan

karyawan

Karyawan dalam keadaan sehat serta diawasi dan diperiksa

kesehatannya secara berkala

Menjaga kebersihan badan, mengenakan pakaian kerja,

perlengkapan yang benar dan hanya ditempat kerja serta

menutup luka kecil

Tidak boleh melakukan kebiasaan buruk selama bekerja

seperti mengunyah makanan, minum, merokok, meludah, bersin, batuk, mengenakan perhiasan dan lain-lain.

Pemeriksaan dilakukan secara berkala oleh

dokter

Mempunyai pakaian khusus untuk beberja dan

aktivitas lainnya

Tidak ditemukan kegiatan mengunyah

makanan, makan, minum, merokok, meludah, bersin, batuk dan mengenakan perhiasan

Lokasi dan

lingkungan

industri

Jauh dari daerah industri yang berpolusi, tidak ada

genangan air (daerah banjir), bebas dari sarang hama, jauh

dari tempat pembuangan sampah/limbah, jauh dari

pemukiman penduduk yang padat/kumuh, jauh dari daerah penumpukan barang bekas, terpisah dari rumah/tempat

tinggal,

Sarana jalan yang telah diaspal/disemen (dikeraskan),

dibuat saluran pembuangan air

Lokasi industri pengolahan kefir jauh dari

pemukiman padat dan terpolusi, bebas daerah

banjir serta bukan daerah pembuangan limbah

Bangunan terdapat dalam kompleks biarawati

tetapi terpisah dari bangunan lain

Sarana jalan yang telah diaspal dan terdapat

saluran pembuangan air

Bangunan dan

ruangan

pengolahan

Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang

memenuhi persyaratan teknik dan higien sesuai dengan

jenis makanan yang diproduksi

Ruangan pokok dan ruangan pelengkap, ruangan pokok

luas sesuai peralatan, jenis kapasitas produksi dan jumlah

karyawan serta tata letak sesuai urutan proses

Konstruksi lantai, rapat/kedap air, tahan terhadap air,

garam, basa, asam dan bahan kimia lainnya, halus, tidak

licin dan mudah dibersihkan, memudahkam pengaliran air,

ada lubang pembuangan, penahan bau, pertemuan lantai dan dinding tidak membentuk sudut siku-siku dan tidak

Bangunan unit produksi Gedono terdiri atas

ruangan pokok dan ruangan pelengkap

Ruang pokok yaitu ruangan produksi dan

pengemasan, ruangan pelengkap yaitu ruangan

penyimpanan bahan dan alat

Tata letak ruangan belum sesuai dengan urutan

proses, sehingga dapat menyebabkan kontaminasi silang produk.

Lantai yang digunakan pada ruang produksi

Gedono adalah keramik yang bersifat tahan

terhadap air, garam, basa ataupun bahan kimia

Page 49: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

49

menyerap air

Konstruksi dinding/pemisah ruangan terbuat dari bahan

tidak beracun, bukan kayu, tidak menyerap air minimal 2 m dari lantai tidak bereaksi, permukaan bagian dalam

halus, rata, tahan lama, tidak mudah mengelupas & mudah

dibersihkan, pertemuan dinding dengan dinding tidak siku-

siku, tidak menyerap air, mudah dibersihkan

Konstruksi atap, dari bahan yang tahan lama, tahan air,

tidak bocor, tidak larut air dan tidak mudah pecah

Konstruksi langit-langit, tidak mudah terkelupas, tidak

berlubang, tidak retak, tahan lama, mudah dibersihkan,

tinggi minimal 3 m, permukaan halus, warna terang, diatas pasteurizer tidak menyerap air, dilapis cat tahan panas

Konstruksi pintu, dari bahan yang tahan lama, kuat, dan

tidak mudah pecah, permukaan halus, rata, warna, terang,

mudah dibersihkan, untuk toilet tidak mudah menyerap air, untuk ruang pengolahan pintu membuka keluar

Konstruksi jendela, bahan tahan lama, kuat dan tidak

mudah pecah, permukaan halus, warna terang, tinggi

minimal 1 m, mudah dibuka/tutup, tidak terlalu rendah,

tidak terlalu banyak & tidak terlalu lebar, mudah dibersihkan, dilengkapi kasa pencegah serangga yang

mudah dilepas & dibersihkan

Penerangan, dari lampu berpenutup atau cahaya matahari

cukup menerangi seluruh ruangan, tidak remang-remang

Ventilasi dan pengatur suhu, menjamin peredaran udara

dengan baik dan dapat menghilangkan uap, gas, asap, bau,

lainnya

Sudut antara dinding dengan dinding dan

dinding dengan lantai serta pertemuan keduanya masih berbentuk siku-siku dan tidak

melengkung

Terdapat pengelupasan pada permukaan dinding

di atas pasteurizer dan di atas kompor listrik

Konstruksi atap dan langait-langit tidak mudah

mengelupas, tahan lama, tidak mudah bocor dan tidak larut air.

Pintu dan jendela tidak halus atau rata, tidak

terang dan membuka keluar

Lubang ventilasi tidak dilengkapi dengan alat

yang dapat mencegah masuknya kotoran ke dalam ruangan

Penerangan berupa cahaya lampu tidak

berpenutup pada ruang pengemasan dan

produksi dan cahaya matahari pada ruang pelengkap dan produksi

Permukaan kerja pada ruang pokok dan

pelengkap terang sesuai dengan syarat

kesehatan.

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA) Kondisi Unit Pengolahan

Page 50: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

50

debu, dan panas yang dapat merugikan kesehatan, dapat

mengatur suhu yang diperlukan, tidak mudah mencemari hasil produksi melalui udara yang dialirkan, lubang

ventilasi harus dilengkapi dengan alat yang dapat

mencegah masuknya kotoran ke dalam ruangan serta mudah dibersihkan

Permukaan kerja dalam ruangan pokok dan pelengkap

harus terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan

kesehatan

Fasilitas sanitasi

Sarana penyediaan air, sumber air, pipa pengaliran,

penampungan, water treatment dalam kondisi baik, air

untuk pengolahan memenuhi kualitas air bersih, air tidak

untuk konsumsi dan tidak kontak dengan makanan

mempunyai sistem terpisah dengan air minum

Sarana pembuangan air dan limbah, saluran dan tempat,

pembuangan bahan buangan cair, tempat buangan padat,

konstruksi harus mencegah kontaminasi silang

Sarana toilet, letaknya tidak terbuka langsung ke ruang

proses pengolahan, dilengkapi dengan bak cuci tangan, diberi tanda pemberitahuan, bahwa setiap karyawan harus

mencuci tangan dengan sabun atau detergen sesudah

menggunakan toilet, disediakan dalam jumlah yang cukup

sesuai jumlah karyawan

Sarana higiene karyawan, sarana cuci tangan, ditempatkan

di tempat-tempat yang diperlukan, misalnya di tempat

pintu masuk ruangan pokok, dilengkapi dengan air

mengalir, sabun atau detergen, handuk atau alat lain untuk

Sumber air yang digunakan adalah mata air

pegunungan yang telah dilakukan pengujian

setiap enam bulan sekali oleh badan swasta

yang terakreditasi (Sucofindo)

Kualitas air sama dengan kualitas air minum

Terdapat suplai air panas dan air dingin

Sarana pembuangan limbah cair atau pada

terpisah

Sarana toilet terpisah dari bangunan produksi

atau pelengkap dan mencukupi untuk jumlah

pekerja

Sarana pencuci tangan terdapat di dalam

ruangan pengemasan dan produksi

Tidak terdapat sarana pembilas sepatu

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA) Kondisi Unit Pengolahan

Page 51: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

51

mengeringkan tangan dan tempat sampah tertutup,

disediakan dalam jumlah yang cukup,

Sarana pembilas sepatu di depan ruang pengolahan,

fasilitas ganti pakaian, jumlah disesuaikan

Peralatan

produksi Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk proses

produksi harus memenuhi persyaratan higienis dan teknik

Peralatan sesuai dengan jenis produksi, permukaan yang

kontak harus halus, tidak berlubang atau bercelah, tidak

mengelupas, tidak tidak menyerap air dan tidak berkarat

Tidak mencemari hasil produksi dan mudah dibersihkan

tahan lama, tidak beracun, mudah dipindahkan/dilepaskan,

tata letak peralatan, mudah dalam perawatan, pembersihan,

diletakkan sesuai urutan proses

Wadah untuk sampah dan bahan berbahaya, diberi tanda

(untuk sampah dan bahan berbahaya), ditutup dan terpisah

Peralatan yang digunakan umumnya tergolong

aman dan memenuhi syarat higienis

permukaan yang kontak dengan produk terbuat

dari stainless steel sehingga mudah dibersihkan

permukaan yang kontak dengan makanan halus,

tidak berlubang atau bercelah, tidak mengelupas dan tidak berkarat

pengaduk saat pemanasan terbuat dari kayu

sehingga mudah menyerap air.

Penyimpanan Penyimpanan bahan baku, bahan tambahan dan produk

akhir disimpan terpisah dalam ruang yang bersih, bebas

hama, cukup penerangan, terjamin aliran udara dan suhu

yang sesuai

Bahan tambahan disimpan sesuai label, penyimpanan

bahan mentah sebaiknya tidak langsung menyentuh lantai,

tidak menempel pada dinding, jauh dari langit – langit

untuk mencegah sarang hama, bahan baku, bahan

tambahan dan produk akhir diberi tanda dan ditempatkan

Penyimpanan bahan pangan dan non pangan

terpisah

Penyimpanan bahan baku, bahan tambahan dan

alat terpisah, ruang bersih, cukup penerangan

dan liran udara terjamin

Tata letak peralatan dibuat sesuai dengan

golongannya dalam lemari tertutup

Sistem penyimpanan yaitu first in first Out

( FIFO)

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA) Kondisi Unit Pengolahan

Page 52: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

52

Sistem FIFO baik untuk bahan mentah maupun produk

akhir

Bahan-bahan produksi dan produk akhir sebaiknya

disimpan dengan sistem kartu, dengan isi nama bahan,

tanggal terima, asal bahan, jumlah penerimaan di gudang, tanggal keluar dari gudang, sisa akhir, dalam kemasan,

tanggal pemeriksaan, hasil pemeriksaan

Penyimpanan bahan berbahaya, disimpan terpisah dan

diawasi agar tidak mencemari bahan produksi, produk akhir serta tidak membahyakan karyawan

Penyimpanan peralatan produksi, peralatan yang sudah

dibersihkan dan disanitasi disimpan sedemikian rupa agar

terlindungi dari debu, kotoran, atau pencemaran lainnya

Pencatatan secara teratur sudah dilakukan untuk

bahan baku, bahan tambahan, bahan kimia dan

peralatan serta sanitizer

Penyimpanan label sesuai dengan FIFO

Mutu produk

akhir Produk akhir harus memenuhi standar mutu atau

persyaratan yang ditetapkan menteri dan tidak boleh

merugikan atau membahyakan kesehatan

Produk akhir sebelum diedarkan harus dilakukan

pemeriksaan secara organoleptik, fisika, kimia,

mikrobiologi dan atau biologi

Pemeriksaan produk akhir hanya secara visual

dengan melihat ada tidaknya whey dan sensori

Belum ada keluhan dari konsumen mengenai

mutu produk kahir

Laboratorium

dan pemeriksaan Untuk setiap pemeriksaan bahan baku, bahan tambahan,

bahan penolong dan produk akhir seharusnya disediakan

pedoman pemeriksaan yang menyebutkan :nama makanan,

tanggal pembuatan, tanggal pengambilan contoh, jumlah, contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan

yang dilakukan, kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa,

hal lain yang dianggap perlu

Bagi perusahaan yang belum memiliki laboratorium

Industri ini belum memiliki laboratorium

pengujian produk akhir

Secara berkala enam bulan sekali pihak Gedono

memerikasakan produk akhir melalui lembaga

swasta (Sucofindo)

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA)

Kondisi Unit Pengolahan

Page 53: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

53

dianjurkan untuk memeriksakan produknya di laboratorium

lain di luar perusahaan

Kemasan Wadah dan pembungkus makanan harus memenuhi syarat

dapat melindungi dan mempertahankan mutu dan isinya

terhadap pengaruh dari luar, tidak berpengaruh terhadap isi,

dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur

yang dapat mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan, tahan terhadap perlakuan selama

pengolahan, pengangkutan, dan peredaran, tidak boleh

merugikan atau membahayakan konsumen

Sebelum digunakan wadah harus, dibersihkan dan

dikenakan tindak sanitasi, steril bagi jenis produk yang

akan diisi secara aseptic

Jenis pengemas yang digunakan adalah plastik

polietilen

Kemasan steril pada saat digunakan dan tidak

berbahaya bagi kesehatan

Keterangan produk/lebeling

Memenuhi ketentuan Permenkes RI No. 79/Menkes

/Per/III/1978 tentang label dan periklanan makanan

Dibuat dengan ukuran, kombinasi warna dan bentuk yang

berbeda untuk setiap jenis makanan (memudahkan

pembedaan), identifikasi lot, setiap wadah diberi tanda

nama produsen dan nomor lot

Produk belum memiliki izin atau Makanan

Dalam (MD) dari Deparartemen Perindustrian

Instruksi pelabelan sudah sesuai dengan

ketentuan Keterangan label memuat nama

produk, komposisi, tanggal kadaluarsa, berat

bersih dan nama dan alamat industry

Alat transportasi Produk selalu dalam keadaan terlindungi selama transportasi

jenis wadah dan alat transportasi yang digunakan tergantung

dari jenis makanan dan kondisi yang dikehendaki selama

transportasi

Persyaratan wadah dan alat transport di desain agar :

Tidak mencemari makanan, mudah dibersihkan jika perlu

didesinfeksi, memisahkan makanan dari bahan-bahan non

pangan, melindungi makanan dari kontaminasi seperti debu dan kotoran, dapat mempertahankan suhu, RH & kondisi

lainnya sehingga dapat melindungi makanan

Transportasi menggunakan mobil dan wadah

cool box tanpa alat pengatur suhu.

Cool box selalu dalam keadaan bersih sebelum

digunakan dan dilakukan desinfeksi dengan

alkohol

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA)

Kondisi Unit Pengolahan

Page 54: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

54

dari pertumbuhan mikroorganisme pathogen dan perusak,

memudahkan pengecekan suhu, RH dan kondisi lainnya

Wadah dan alat transport untuk makanan selalu dijaga dalam

keadaan bersih, baik dan terawat, jika digunakan untuk bahan

makanan dan non pangan maka diantara penggunaannya perlu dibersihkan/didesinfeksi, jika menggunakan wadah dan

alat pengangkutan jumlahnya besar didesain agar tidak

bercampur antara bahan makanan dan non pangan serta pemeliharaan peralatan

Manajemen dan pengawasan

Pengawasan terhadap industri dan proses produksi

hendaknya dilakukan secara berkala

Industri harus memiliki penanggung jawab produksi dan

pengawasan mutu yang terpisah dan memiliki kualifikasi

yang spesifik

Pengawasan sudah dilakukan secara berkala

terutama jika terjadi penyimpangan

Penanggung jawab belum memiliki kualifikasi

bidang dairy food

Aspek GMP Pedoman GMP menurut Peraturan

(Pemerintah RI No. 23/MEN. KES/SK/1978 dan US FDA) Kondisi Unit Pengolahan

Page 55: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

55

dalam komplek biarawati yang terpisah dari tempat tinggal. Sarana jalan telah

diaspal dan terdapat saluran pembuangan air.

Bangunan dan Ruang Pengolahan

Bangunan pada unit pengolahan belum memiliki kelayakan dan ukuran

bangunan yang tidak besar. Bangunan dengan luas 9x28 meter memiliki konstruksi

memanjang dengan empat ruangan. Lantai yang digunakan pada ruang produksi

terbuat keramik yang bersifat tahan terhadap air, garam, basa atau bahan kimia

lainnya yang mudah dibersihkan. Sudut antara dinding dengan dinding dan dinding

dengan lantai serta pertemuan keduanya masih berbentuk siku-siku dan tidak

melengkung. Terdapat pengelupasan cat pada permukaan dinding diatas tank

pasteurizer, di atas kompor listrik dan di bawah Air Conditioning (AC). Konstruksi

atap dan langit-langit tidak mudah mengelupas, tahan lama, tidak mudah bocor dan

tidak larut air.

Pintu dan jendela tidak halus atau rata, tidak terang dan membuka keluar

tetapi tidak menyulitkan dalam pembersihan. Lubang ventilasi tidak dilengkapi

dengan alat yang dapat mencegah masuknya kotoran ke dalam ruangan. Penerangan

berupa cahaya lampu tidak berpenutup pada ruang pengemasan dan produksi serta

cahaya matahari pada ruang pelengkap dan produksi. Permukaan kerja pada ruang

pokok dan pelengkap terang sesuai dengan syarat kesehatan.

Secara umum urutan ruang belum sesuai dengan alur proses dan masih

simpang siur. Ruang pengolahan digunakan untuk proses pasteurisasi, inokulasi,

inkubasi, pencucian peralatan dan sterilisasi, sedangkan ruang pengemasan hanya

khusus untuk pengemasan dan penyimpanan produk sementara. Adanya berbagai

proses dalam satu ruang akan meningkatkan resiko pencemaran terhadap produk.

Pencemaran menyebabkan kegagalan produk kefir misalnya sineresis kefir yang

berlebihan atau bau tengik setelah proses fermentasi. Desain ruangan yang sesuai

untuk jumlah pekerja dan alur produksi akan mempermudah pekerja dalam

beroperasi dan sanitasi ruangan. Tata ruang yang tidak mendukung higienis proses

produksi ini telah disiasati oleh unit pengolahan kefir Gedono dengan pembersihan

secara berkala. Bentuk pintu dan bangunan dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 56: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

56

Gambar 7. Pintu dan Bangunan

Fasilitas Sanitasi

Sumber air yang digunakan adalah mata air pegunungan yang telah dilakukan

pengujian secara berkala oleh badan swasta yang terakreditasi (Sucofindo). Kualitas

air pengolahan dan pembersihan atau sanitasi sama dengan kualitas air minum.

Ruangan pengolahan dilengkapi dengan suplai air panas dan air dingin. Es batu yang

digunakan juga berasal dari sumber yang sama.

Sarana pembuangan limbah cair atau padat terpisah. Limbah cair akan

langsung dialirkan menuju bak penampungan untuk diendapkan dan dialirkan

kembali kedalam tanah. Daerah di sekitar unit pengolahan kefir Gedono tidak

terdapat sungai, sehingga dibuat sarana penyerapan limbah cair. Limbah cair berasal

dari limbah proses pencucian peralatan dan sanitasi ruangan, produk gagal dan susu

sisa pengujian. Limbah padat organik akan dibuat menjadi kompos dan limbah padat

non organik akan dibuang ke pembuangan atau didaur ulang (kertas, tisu). Sarana

toilet terpisah dari bangunan produksi atau pelengkap dan mencukupi untuk jumlah

pekerja, sehingga dapat mengurangi kontaminasi. Sarana pencuci tangan terdapat di

dalam ruangan pengemasan dan ruang produksi tetapi pada saat masuk ruang

produksi tidak terdapat sarana pembilas sepatu atau foot bath.

Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan umumnya tergolong aman dan memenuhi syarat

higienis. Pada ruang produksi terdapat kompor listrik, pasteurizer berkapasitas 150

liter, bak pendingin, keran air panas dan air dingin serta separator dengan kapasitas

10 liter. Ruangan pengemasan hanya berisi box untuk menyimpan botol steril, freezer

dan refrigerator. Ruang penyimpanan alat digunakan untuk penyimpanan peralatan

yang digunakan dalam ruang produksi atau pengemasan diantaranya milk can, wadah

Page 57: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

57

plastik untuk kefir, botol, pengaduk, panci stainless steel, cool box, gelas liter dan

lain-lain.

Peralatan produksi selalu dibersihkan, dicuci, didesinfeksi dan ditata setiap

hari. Pencucian peralatan plastik atau logam, dibilas dengan air panas dari keran air

panas dan dikeringkan. Sebelum digunakan, peralatan disterilisasi kembali dengan

cara merebus dalam air mendidih. Aktivitas ini bertujuan untuk menjamin terjaganya

sanitasi pada peralatan sehingga tidak akan mengkontaminasi produk. Menurut

Winarno dan Surono (2004) beberapa tahap sanitasi peralatan yaitu pre-rinse atau

langkah awal, pembersihan, pembilasan, pengecekan visual, penggunaan

desinfektan, pembersihan akhir dan drain dry atau pembilasan kering yang

merupakan final rinse.

Kebersihan dan Kesehatan Pekerja

Para pekerja pada proses produksi adalah para biarawati dari pertapaan

Bunda Pemersatu Gedono yang berjumlah tujuh orang dan akan ditambah saat

pesanan pelanggan meningkat. Para biarawati ini tidak memiliki disiplin ilmu

pengolahan susu sehingga mengikuti pelatihan-pelatihan yang terkait dengan

penentuan kualitas, cara pembuatan, penanganan produk dan proses pembuatan kefir.

Selama proses produksi pekerja menggunakan seragam atau pakai khusus

dilengkapi dengan hairnet, apron anti air atau kain, sandal dan masker yang

berfungsi untuk mencegah kontaminasi terhadap produk. Apron digunakan saat

pengemasan atau pencucian peralatan. Alas kaki berupa sandal digunakan pekerja

pada semua proses, sehingga tidak ada alas kaki khusus untuk masing-masing

pengolahan. Loker pakaian terletak terpisah dari bangunan utama. Pemeriksaan

kesehatan pekerja dilakukan secara berkala, sehingga penularan penyakit melalui

produk yang dihasilkan dapat dihindari. Hal ini untuk menjamin kualitas sanitasi dan

kerja selama proses produksi. Pekerja yang sakit tidak diperbolehkan untuk bekerja,

kecuali luka kecil yang ditutup dengan plaster. Masih ditemukan pekerja yang

kurang disiplin tidak menggunakan masker atau apron dengan alasan waktu bekerja

sangat pendek. Kegiatan makan tidak diperbolehkan selama bekerja, sedangkan

minum diperbolehkan. Jam kerja efektif unit pengolahan kefir Gedono dimulai pukul

8.30-12.00 dan dilanjutkan pukul 13.30-15.45. Waktu yang tersedia untuk

Page 58: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

58

melakukan aktivitas pengolahan sangat terbatas karena kewajiban biarawati untuk

beribadah pada jam tersebut.

Penyimpanan

Penyimpanan bahan baku, bahan penunjang dan produk akhir kadang-kadang

tidak dipisahkan, karena kekurangan tempat penyimpanan produk akhir. Bahan kimia

dan toksik ditempatkan di bangunan lain untuk menghindari kontaminasi bahaya

kimiawi. Bahan baku berupa susu disimpan dalam ruang pengolahan, sedangkan

bahan penunjang seperti gula, essen, alkohol, pewarna disimpan di ruang berbeda.

Bahan pengemas berupa botol diletakkan pada ruang akhir bersama peralatan yang

lain. Kebersihan ruangan penyimpanan terjaga karena dilakukan pembersihan setiap

hari. Masih ditemukan penempatan bahan dalam ruang yang sama walaupun berbeda

tempat penyimpanan misalnya label dan berkas pembukuan terdapat dalam ruang

yang sama dengan essens, pewarna dan alkohol walaupun berbeda lemari. Ruang

pengolahan tidak menjadi tempat penyimpanan bahan berbahaya. Bahan masuk dan

keluar dicatat secara rinci. Sistem penyimpanan dan penggunaan bahan baku, bahan

penunjang dan produk akhir dilakukan secara First In First Out (FIFO).

Mutu Produk Akhir

Kualitas mutu produk ditentukan dari awal proses pembuatan dan aspek

penunjang sanitasi. Pemeriksaan mutu produk akhir tidak dilakukan uji laboratorium,

tetapi hanya dilakukan uji secara organoleptik dan secara visual dengan melihat

adanya pembentukan whey pada produk. Mutu produk secara berkala telah diuji pada

laboratorium yang terakreditasi.

Laboratorium dan Pemeriksaan

Unit pengolahan kefir Gedono belum memiliki laboratorium internal untuk

melakukan pengujian baik produk akhir atau uji kualitas susu. Uji laboratorium

dilakukan melalui Sucofindo oleh unit pengolahan secara berkala untuk mengetahui

kualitas kefir secara mikrobiologi dan kimia.

Kemasan

Kefir Gedono dikemas dalam dua macam botol yaitu 600 ml dan 1000 ml.

Botol yang digunakan berbahan plastik Polietilen Tereptalat yang tahan terhadap

Page 59: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

59

asam, uap air dan gas, berwarna transparan, sensitif terhadap sinar UV. Plastik ini

dibuat dari proses kondensasi monomer dari Etilen Glikol dan asam Tereptalat.

Penggunaan botol plastik PETE sebenarnya kurang baik sebagai bahan pengemas

untuk produk asam karena warnanya cenderung transparan, sedangkan produk asam

perlu dilindungi dari cahaya. Sinar akan mengakibatkan oksidasi asam lemak

sehingga akan menimbulkan ketengikan pada produk. Pengemas yang disarankan

yaitu PP (Polypropilene) yang tahan terhadap asam dan tidak transparan.

Kemasan yang digunakan telah diberi label atau etiket dan disterilisasi. Tahap

sterilisasi botol menggunakan alkohol 70% dengan cara membersihkan permukaan

dalam botol yang kontak dengan produk. Botol diisi alkohol sebanyak ¼ volume

botol lalu dikocok atau diguncang agar kotoran dan debu hilang dari permukaan

dalam. Kemasan yang telah steril ditempatkan pada wadah berupa keranjang lalu

ditutup menggunakan kain agar kering serta debu dan serangga tidak masuk ke

dalam botol. Botol yang telah kering dan bersih kemudian diletakkan di ruang steril.

Masa kadaluarsa botol steril adalah tiga hari. Perlakuan ini juga sama dengan tutup

botol yang digunakan. Proses sterilisasi botol dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Pengemasan Kefir Botol Bersih (A) dan Pembotolan dalam

Ruang Steril (B)

Keterangan Produk

Label yang digunakan telah sesuai dengan ketentuan yaitu mencantumkan

nama produk, bahan baku, suhu penyimpanan, tanggal berlaku produk, rasa yang

dibuat yaitu melon, leci dan strowberi, dan alamat. Label belum mencantumkan

nomor MD dan label halal dari LPPOM-MUI. Warna label yang digunakan mewakili

rasa kefir buah, misalnya warna hijau mewakili rasa melon dan merah muda atau

pink mewakili rasa strowberi.

A B

Page 60: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

60

Alat Transportasi

Alat transportasi yang digunakan adalah kendaraan roda empat yang tidak

dilengkapi pengatur suhu. Wadah yang digunakan adalah cool box dan sterofoam.

Sering terjadi selama distribusi produk yaitu guncangan dan es batu atau ice block

yang cepat mencair. Hal ini tidak menjamin produk tetap dalam keadaan dingin atau

pada suhu 4-7OC

saat sampai pada konsumen. Cool box yang telah digunakan akan

dicuci dan dikeringkan untuk digunakan kembali, sedangkan mobil segera

dibersihkan setelah digunakan. Penggunaan mobil seringkali bercampur dengan

bahan lain selain produk kefir. Alat transportasi dan jenis wadah yang digunakan

untuk kefir selama perjalanan dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Alat Transportasi Kendaraan Roda Empat (A) dan Cool Box (B)

Manajemen dan Pengawasan

Pengawasan, pemeliharaan dan sanitasi dilakukan setiap hari, khususnya

sanitasi. Pembersihan seluruh ruangan dilakukan tiga hari sekali, sedangkan

pencucian peralatan dilakukan setiap hari setelah digunakan. Penanggung jawab

pengolahan belum memiliki kualifikasi dalam bidang dairy food tetapi kegiatan

pengawasan terus dilakukan secara berkala.

Penentuan kesesuaian penerapan GMP pada unit pengolahan kefir Gedono

dinilai semua aspek GMP, tetapi lebih dipersempit lingkup pembahasannya. Tabel 4

menyajikan nilai rata-rata aspek GMP yang dibandingkan dengan standar penilaian.

Data check list penilaian GMP dapat dilihat pada Lampiran 13.

A B

Page 61: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

61

Tabel 4. Penilaian Aspek GMP

No

Aspek Penilaian

GMP

Hasil

Penilaian

Rata-Rata

Keterangan

1 Higien Personal 2,2 Higien personal dikategorikan masih sesuai dengan

standar tetapi perlu dilakukan perbaikan khususnya

penggunaan masker dan foot bath sebelum melakukan

pekerjaan

2 Ruang Produksi 2 Ruang produksi memerlukan perbaikan pada sistem

penataan ruang, pengadaan foot bath, produk yang berceceran dilantai segera dibersihkan dan tidak ada

lagi aktivitas lain pada ruang produksi.

3 Fasiltas Sanitasi 2,18 Fasilitas santasi sudah memenuhi standar untuk skala unit pengolahan tetapi memerlukan perbaikan pada

fasilitas mesin pengering tangan dan foot bath

4 Bangunan dan

Ruangan

1,81 Bangunan dan ruangan unit pengolahan cukup

memenuhi standar untuk GMP tetapi harus dilakukan

banyak perbaikan pada penanganan dinding dan lantai yang masih memebentuk siku-siku, cat mangelupas

dibeberapa tempat, ventilasi tidak dibuat di atas

jendela tetapi ditempat lain, lampu harus berpenutup serta alur proses yang harus diperbaiki

5 Wadah dan

Transportasi

2 Transportasi pengangkutan belum memenuhi standar

untuk pengawasan suhu sehingga perlu perbaikan sarana pengontrol suhu, wadah yang digunakan

didesain untuk mempertahankan suhu dan dalam

keadaan terawatt

6 Ruang Penyimpanan

3 Prinsip penyimpanan sesuai dengan sistem FIFO yaitu sudah ada pemisahan bahan berbahaya, bahan

baku dan bahan penunjang

7 Pemeliharaan dan

Pengawasan

2,71 Pengawasan masih kurang pada distribusi produk akhir ke konsumen sehingga perlu peningkatan

kewaspadaan terhadap kenaikan suhu dengan

pengawasan secara efektif

Total keseluruhan 15,9

Rata – rata 2,27 Nilai rata-rata kesesuaian GMP pada unit usaha

pengolahan kefir telah memenuhi standar GMP untuk skala pengolahan industri kecil tetapi harus dilakukan

perbaikan beberapa aspek khususnya ruangan dan

banguan, sarana transportasi dan perbaikan ruang

produksi dari pihak Gedono

Standar Penilaian

3 : Sesuai dengan standar

2 : Masih sesuai dengan standar tetapi memerlukan sedikit perbaikan.

1 : Tidak dilakukan sesuai standar tetapi dapat langsung diperbaiki

0 : Tidak dilakukan sesuai standard an harus diperbaiki

Page 62: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

62

Standard Sanitation Operational Procedures

Standard Sanitation Operational Procedures (SSOP) dari FDA digunakan untuk

membandingkan proses sanitasi yang diterapkan oleh unit pengolahan kefir Gedono

meliputi delapan kunci persyaratan sanitasi yaitu keamanan air; kondisi dan

kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan; pencegahan kontaminasi

silang; menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet; proteksi dari bahan-

bahan kontaminan; pelabelan, penyimpanan, dan penggunaan bahan toxin yang

benar; pengawasan kondisi kesehatan personil; menghilangkan pest dari unit

pengolahan. Analisis SSOP dapat dilihat pada Tabel 5.

SSOP merupakan pedoman secara manual mengenai prosedur yang dilakukan

untuk menjaga setiap proses produksi tetap higienis. Hasil kajian terhadap penerapan

SSOP secara umum sudah berjalan dengan baik karena pihak unit pengolahan kefir

Gedono sangat disiplin pada tata tertib yang berlaku, kebersihan dan keseriusan

kerja. Berikut hasil analisis terhadap delapan aspek SSOP yang dibandingkan dengan

standar menurut FDA.

Keamanan Air

Sumber air yang digunakan adalah mata air pegunungan yang telah diuji

laboratorium secara berkala oleh lembaga swasta, sehingga kualitas air yang

digunakan untuk pengolahan adalah kualitas air minum.

Pencegahan Kontaminasi Silang

Pekerja unit pengolahan kefir Gedono menjaga kebersihan badan,

mengenakan pakaian kerja dan perlengkapan yang benar ditempat kerja (hairnet, ikat

kepala, topi, penutup janggut, dan penahan rambut) dan apron digunakan saat

pengemasan agar mengurangi jumlah cemaran didalam ruang steril. Bahan baku,

bahan penunjang dan bahan toksik diempatkan terpisah. Bahan-bahan yang

berbahaya tidak terdapat dalam ruang produksi atau keempat ruang yang ada tetapi

terpisah dari bangunan utama. Desain ruangan belum berfungsi untuk mengurangi

kontaminasi silang bahan, karena masih terdapat kegiatan yang dilakukan pada

ruangan yang sama. Pihak unit pengolahan kefir Gedono harus lebih memperhatikan

hal ini karena akan menyebabkan timbulnya kontaminasi silang antara bahan baku

dan produk akhir atau bahan berbahaya.

Page 63: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

63

Tabel 5. Hasil Analisis Terhadap Aspek SSOP

Aspek SSOP Pedoman SSOP menurut (FDA)

Kondisi Industri

Keamanan air Sarana penyediaan air dan sumber air dalam kondisi baik

air untuk pengolahan memenuhi kualitas air bersih, air tidak

untuk konsumsi dan tidak kontak dengan makanan mempunyai sistem terpisah dengan air minum

Air yang digunakan adalah mata iar pegunungan

yang telah lolos uji laboratorium yang secara berkala diuji setiap enam bulan sekali

Kualitas air untuk pengolahan sama dengan

kualitas air minum

Kebersihan

permukaan yang

kontak dengan

produk

Permukaan yang kontak dengan makanan yang digunakan

untuk produksi dan menahan produk pangan dengan

kelembaban rendah harus dalam keadaan kering, kondisi

sanitizer saat digunakan, saat permukaan dibersihkan dalam

kondisi basah harus disanitasi dan dikeringkan

Semua peralatan dan perlengkapan terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan, tidak toksik dan tidak mudah karat, inert

(tidak bereaksi) dan tidak menyerap

Barang sekali pakai harus disimpan ditempat yang sesuai

Bahan sanitasi harus aman dan cukup dibawah kondisi

penggunaannya

Secara umum peralatan yang digunakan terbuat

dari stainless steel

Peralatan telah disterilisasi saat digunakan

Belum ada standar baku penggunaan sanitizer pada

permukaan yang kontak dengan produk

Pencegahan

kontaminasi silang Penyimpanan bahan baku, bahan penunjang dan bahan

berbahaya hendaknya terpisah

Perancangan tata letak pabrik harus mencegah kontaminasi

silang

Menjaga kebersihan badan, mengenakan pakaian kerja,

perlengkapan yang benar dan hanya ditempat kerja (hairnet, ikat kepala, topi, penutup janggut, dan penahan rambut

Penggunaan pakaian khusus saat bekerja, apron

digunakan saat pengemasan agar mengurangi

jumlah cemaran dalam ruang steril

Penempatan bahan baku, bahan penunjang dan

bahan tokdik sudah terpisah

Page 64: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

64

Fasilitas sanitasi

Penyediaan air harus cukup untuk operasi yang diharapkan dan

diperoleh dari sumber yang cukup

Pembuangan kotoran harus terbuat dari system pembuangan

yang cukup untuk membuang kotoran melalui alat lain

Menyediakan toilet yang cukup untuk pekerja

Penyediaan fasilitas pencuci tangan, alat pengering, bahan

pembersih dan sanitasi yang efektif

Lokasi toilet tidak terdapat pada bangunan pokok

dan pelengkap.

Wastafel terdapat pada ruang produksi dan

pengemasan

Sumber air dianggap berlebih

Perlindungan dari Kontaminan

Ventilasi yang cukup atau peralatan lain (kipas angin, blower)

untuk mengurangi uap air dan bau yang dapat mencemari produk atau bahan

Terdapat kasa penyaring untuk mencegah masuknya hama

Penyimpanan bahan dan alat menggunakan system

palet, sehingga tidak bersinggungan dengan lantai

Setiap bahan dan alat diletakkan terpisah dan

tertutup

Pelabelan dan

Penyimpanan Komponen toksik, bahan sanitasi, dan bahan kimia pertisida

harus dapat dikenali, dikendalikan dan disimpan dengan cara

diberi label agar dapat terlindung dari kontaminasi terhadap

produk, permukaan yang kontak dengan produk dan bahan pengemas dan diberi petunjuk pemakaian

Proses pengisian, perakitan, pengemasan dan operasi lainnya

harus berjalan sedemikian rupa sehingga melindungi produk

dari kontaminasi

Penyimpanan bahan sudah dilakukan dengan

pendaftaran bahan dan label sesuai dengan suplier

Sedikit terdapat bahan berbahaya sebagai

kontaminan

Kontrol Kesehatan

pekerja Setiap pekerja harus menjalani tes kesehatan atau pemerikasaan

yang menunjukkan adanya penyakit, luka yang terbuka, infeksi,

dan bentuk abnormal lain yang dapat menyebabkan

kontaminasi mokrobiologi

Tes kesehatan dilakukan secara berkala setiap tiga

bulan sekali

Jika ada pekerja yang sakit (kecuali flu) atau

terluka maka pekerja akan diliburkan

Pencegahan Hama Tidak diperbolahkan ada hama disemua area industri mencakup

prosedur pencegahan, pemusnahan, serta penggunaan bahan kimia untuk mengendalikan hama

Memasang insect dan mouse trap

Memasang kawat kasa pada ventilasi

Aspek SSOP Pedoman SSOP menurut (FDA) Kondisi Industri

Page 65: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

65

Permukaan yang Kontak dengan Pangan

Secara umum peralatan yang digunakan terbuat dari stainless steel dan plastik

yang food grade sehingga lebih aman dan mudah dalam pembersihan. Sebelum

digunakan, peralatan disterilisasi sehingga aman dan higienis saat digunakan.

Penggunaan sanitizer dan air panas pada permukaan yang kontak akan memberikan

shock thermal terhadap bakteri patogen.

Belum ada standar baku penggunaan sanitizer pada permukaan yang kontak

dengan produk, hal ini akan berbahaya mengingat sifat dari produk susu mudah rusak

dan mudah menyerap bau. Bahan pengemas yang digunakan terlebih dahulu

disterilisasi dengan alkohol 70% lalu dikeringkan dalam ruang steril, hal yang sama

berlaku untuk tutup botol. Masa berlaku botol dan tutup botol adalah tiga hari setelah

sterilisasi, jika lewat dari masa yang ditentukan akan dilakukan sterilisasi ulang.

Botol disimpan dalam kotak plastik yang telah diberi alkohol (steril).

Fasilitas Sanitasi

Sanitasi yang berkaitan dengan toilet terjaga, karena terpisah dari area produk

yang terletak di area tempat tinggal para pekerja. Lokasi toilet tidak terdapat pada

bangunan pokok dan pelengkap sehingga dapat mengurangi sumber kontaminan.

Wastafel yang terdapat dalam ruang produksi dan pengemasan dilengkapi dengan

bahan sanitizer, lap pengering dan tempat sampah yang terletak di luar ruangan

produksi atau pengemasan. Sumber air untuk sanitasi dianggap cukup dengan adanya

water treatment pada unit pengolahan.

Proteksi dari Bahan Kontaminan

Sumber kontaminasi dapat berupa kontaminan fisik, kimia dan mikrobiologi.

Secara fisik misalnya kayu, serpihan plastik, daun, tanah dan batu. Ventilasi yang

cukup atau peralatan lain (kipas angin, blower) dapat mengurangi uap air dan bau

yang dapat mencemari produk atau bahan. Harus terdapat kasa penyaring untuk

mencegah hama masuk ke dalam ruang produksi. Setelah proses produksi, ruangan

akan dibersihkan dan dilap hingga kering agar tidak terjadi genangan air yang dapat

menjadi sumber kontaminan. Pencemaran tersebut akan mengurangi keamanan

pangan produk akhir jika tidak dicegah terlebih dahulu.

Page 66: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

66

Pelabelan dan Penyimpanan

Bahan baku, bahan penunjang, bahan pengemas, dan peralatan yang masuk

dan keluar dilakukan pendataan dengan sistem pelabelan sehingga lebih mudah

dikontrol. Penyimpanan bahan baku dan peralatan menggunakan sistem palet,

sehingga tidak bersinggungan dengan lantai. Setiap bahan dan alat diletakkan

terpisah dan tertutup.

Menurut Peleg (1995) sistem palet yang digunakan pada unit usaha ini adalah

palet dua arah dengan satu tumpukan kayu dan satu balok. Palet akan efektif jika

digunakan untuk bahan yang tidak terlalu berat dan penyimpanan yang tidak lama.

Kesehatan Pegawai

Secara berkala dilakukan pemeriksaan kesehatan pekerja oleh unit

pengolahan. Kegiatan ini merupakan kebutuhan untuk menjamin proses produksi

berlangsung higienis dan menghasilkan waktu kerja yang efektif. Pekerja yang sakit

tidak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas produksi karena dianggap akan

mengganggu dan mengkontaminasi produk. Jika terjadi luka yang tidak berbahaya

akan ditutup dengan plester anti bakteri.

Pencegahan Hama atau Pest Control

Pencegahan hama yang dilakukan unit pengolahan kefir Gedono adalah

memasang insect dan mouse trap serta memasang kawat kasa pada ventilasi untuk

menghalangi serangga masuk ke dalam ruangan. Unit pengolahan kefir Gedono

merupakan daerah pegunungan yang masih terdapat hutan budidaya sehingga

amcaman hama merupakan faktor penting yang harus diperhatikan.

Deskripsi Produk

Pemenuhan persyaratan HACCP adalah deskripsi produk. Informasi ini

mencakup perincian informasi lengkap mengenai produk: komposisi, sifat fisik

kimia, pengemasan, penyimpanan, daya tahan, cara distribusi, produsen, batch

produksi, tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa. Deskripsi produk Kefir Gedono

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 67: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

67

Table 6. Deskripsi Produk Kefir

Berdasarkan deskripsi produk, kefir Gedono telah memenuhi syarat untuk

dipasarkan. Produk telah lolos uji oleh instansi swasta dan sesuai dengan standar

yang ditentukan untuk produk fermentasi berdasarkan CAC (2003). Kelemahan label

pada produk adalah belum terdaftar dalam instansi resmi pemerintah yang

menangani masalah registrasi produk makanan. Hal ini perlu upaya dan syarat-

syarat tertentu untuk mendapatkan Makanan Dalam (MD). Kefir Gedono merupakan

produk asal susu yang memerlukan penangan serius dalam pengolahan untuk

mendapatkan ijin resmi. Standar resmi pemerintah, dalam hal ini adalah SNI untuk

kefir belum diterbitkan, oleh karena itu standar yang digunakan mengacu pada

standar Codex Alimentarius Commite (CAC 2003).

Diagram Alir

Kegiatan pengolahan harus terstruktur atau terdapat manual Standard

Operational Procedure (SOP) dengan kegiatan pengawasan yang yang berkala.

Tahap ini adalah tahap penyusunan diagram alir proses produksi. Proses pengolahan

di unit usaha pengolahan kefir Gedono dapat dilihat dalam diagram alir pada Gambar

9-11.

Terdapat tiga diagram alir dalam unit pengolahan kefir Gedono yaitu diagram

alir pembuatan kefir, diagram alir pembuatan biji kefir dan diagram alir pembuatan

selai. Ketiga diagram alir ini ditemukan pada saat proses produksi dengan waktu

Keterangan Spesifikasi

Nama dagang/produk Kefir Gedono

Alamat Weru RT. 19 / 08 Jetak Getasan – Kab.Semarang

Komposisi Susu sapi, gula, essens, starter kefir, selai buah asli, pewarna

makanan

Instruksi pelabelan Sesuai badan POM

Tipe pengemasan Botol

Tgl kadaluarsa (suhu penyimpanan)

4 minggu setelah produksi (suhu penyimpanan di refrigerator (4-7 °C)

Model penjualan Retail dan pemesanan

Cara distribusi Disimpan dalam Cool box dan diberi es batu agar suhu tetap di

bawah 7°C

Standar SNI SNI yoghurt 01-2981-1992 dan literatur

Persyaratan pelanggan Umum (kecuali balita)

Page 68: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

68

yang berbeda untuk setiap proses. Setiap tahap dalam diagram alir dilakukan pada

ruangan yang sama kecuali pada tahap pengemasan. Proses yang memerlukan

inspeksi dan membuat keputusan adalah tahap yang harus diperhatikan dengan serius

oleh unit pengolahan karena akan mempengaruhi kualitas produk yang akan

dihasilkan. Berikut proses pembuatan kefir dapat dilihat pada Gambar 10.

Proses Pembuatan Kefir

Gambar 10. Diagram Alir Pembuatan Kefir

Penerimaan Susu segar

Uji Kualitas

Pasteurisasi suhu 90°C (30 menit)

Penambahan Skim milk 2,5%

Penurunan suhu ( ±26°C)

Inokulasi starter 5%

Inkubasi suhu ruang ±26°C (18 - 24 jam)

Pengemasan aseptis

Penyimpanan dingin 5°C

Distribusi

Pemanasan awal 35°C dan separasi

Penambahan flavour

Penyimpanan dingin 5°C

Inspeksi

Memerlukan

keputusan

Proses

Proses

Proses

Proses,inspeksi

Proses,inspeksi

Bahan masuk

Proses,inspeksi

Penyimpanan

Penyimpanan

Transpotasi

Page 69: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

69

Proses pengolahan kefir pada diagram alir sesuai dengan acuan pengolahan

menurut Rahman et al. (1992). Penambahan susu skim dilakukan pada awal proses

pasteurisasi, hal ini sesuai menurut Buckle et al. (1985), dimana penambahan susu

pasteurisasi pada produk fermentasi dapat dilakukan diawal atau diakhir pasteurisasi

sebanyak 3-5%. Menurut Irigoyen et al. (2006) persentase penggunaan starter untuk

fermentasi kefir adalah 1-5%. Jumlah starter yang digunakan akan mempengaruhi

viskositas, jumlah kapang dan khamir serta pH.

Proses Pembuatan Starter

Gambar 11. Diagram Alir Pembuatan Biji Kefir

Starter kefir yang telah dibiakkan dalam media susu steril kemudian dituang

di atas saringan plastik. Aquades yang telah disiapkan kemudian dituang sedikit demi

sedikit untuk menghilangkan larutan susu dan memisahkan biji kefir. Bila sudah

terbentuk bulir-bulir, maka dapat dibalik menggunakan sendok plastik steril.

Susu segar

Separasi

Pasteurisasi vakum ±5 menit pada suhu 100°C

Pendinginan hingga suhu±26°C

Penambahan biji kefir

Inkubasi pada suhu ruang ±26°C

Penyimpanan dingin 4°C

Penyaringan dan pemisahan biji kefir

Penyimpanan dingin 4°C

Inspeksi

Memerlukan

keputusan Proses

Proses

Penyimpanan

Inspeksi, proses

Inspeksi,

Mengambil

keputusan

Penyimpanan

Proses

Penyimpanan

Page 70: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

70

Aquades tetap disiramkan agar larutan susu dan biji kefir memisah sempurna. Biji

kefir yang tersaring dapat disimpan dalam botol selai steril didalam refrigerator.

Proses pengolahan biji kefir ini sesuai menurut Surono (2004). Proses pengolahan

biji kefir dapar dilihat pada Gambar 11.

Proses Pembuatan Selai Buah

Gambar 12. Diagram Alir Pembuatan Selai

Menurut SNI (1995) selai buah adalah produk makanan semi basah, dibuat

dari pengolahan bubur buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahan

tambahan makanan yang diizinkan. Proses pengolahan selai buah telah mengacu

pada SNI yaitu telah mendapat nomor MD dari Departemen Kesehatan yaitu PIRT

108332201014, untuk industri rumah tangga. Proses pembuatan selai dapat dilihat

pada Gambar 12.

Analisis Bahaya

Kegiatan analisis bahaya yang dilakukan yaitu mendata semua bahaya

potensial yang terkait dengan setiap tahap tahapan proses, mulai dari penerimaan

bahan baku, selama proses, hingga distribusi ke tangan konsumen. Kemungkinan

bahaya yang ditimbulkan yaitu bahaya kimia, fisik dan mikrobiologi. Menganalisis

bahaya untuk mengidentifikasikan jenis bahaya yang memerlukan penghilangan atau

pengurangan dan menetapkan jenis tindakan untuk menghilangkan atau mengurangi

bahaya. Analisis bahaya proses pengolahan kefir dapat dilihat pada Lampiran 1.

Buah segar

Dihaluskan dengan Food Processor

Penambahan gula 1 : 2 (buah : gula)

Pemasakan pada suhu 80°C hingga tidak

berbuih dan meluap

Pendinginan dan penyimpanan

Proses, inspeksi

Proses

Bahan masuk

Penyimpanan

Proses, inspeksi

Page 71: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

71

Tabel 7. Analisis Critical Control Point

TAHAPAN

PROSES

BAHAYA SUMBER BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENCEGAHAN

Kaparahan Peluang Faktor

Resiko

1. Penerimaan

bahan baku utama, bahan

penunjang dan

bahan

pengemas kefir

Susu segar

Biologi (mikroorganisme : E.

colli, S. aureus,

B. cereus, Salmonella sp,

Enteropathoge-nic

Fisik : kotoran sapi, bulu,

kayu, debu, tanah, logam, batu

Kimia : antibiotik, aflatoxin dan

pestisida.

Kontaminasi pada saat pemerahan, penanganan susu

pasca pemerahan, pekerja,

udara, saat pengujian sampel dan alat

Kontaminasi pada saat

pemerahan

Pemberian antibiotik, hormon

pertumbuhan obat-obatan

dan pakan

T

R

S

S

S

T

T

R

T

Penyimpanan pada suhu

rendah, mempercepat proses pengujian sampel

Penyaringan,

mempercepat pengujian

sampel

Melakukan pengujian

kimia

Gula Biologi berupa:

mikroorganisme pembentuk

spora (Bacillus cereus,

Clostridium perfringens), serangga

Fisik : benang, rambut, bangkai

serangga, logam (timbal, timah,

tembaga )

Kontaminasi dari supplier,

handling pekerja dan

penyimpanan

Kontaminasi dari supplier, handling pekerja dan

S

R

R

T

R

S

Jaminan supplier dan

pemilihan supplier

Jaminan supplier dan

pemilihan supplier dan

pengujian kandungan

Page 72: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

72

Penyimpanan

logam

Selai buah Biologi berupa mikroorganisme

(kapang, khamir dan koliform)

Fisik berupa: tangkai buah,

kayu, logam dan kerak

Kimia berupa cemaran logam

(timbal, tembaga, seng dan timah),pewarna, pengawet dan

pemanis buatan

Kontaminasi saat pengolahan

selai

Kontaminasi saat pengolahan selai

Kontaminasi saat pengolahan

R

R

R

R

R

R

R

S

R

Pengolahan yang sesuai

dan memperhatikan

aspek sanitasi serta

alternatif supplier lain dan pengujian

mikroorganisme

Flavor Biologi berupa mikroorganisme

Fisik berupa logam

Kontaminasi dari supplier

R

T S Adanya jaminan dari

supplier serta alternatif

supplier lain, pengujian kandungan logam

Bahan

pengemasan

Biologi berupa

mikroorganisme berspora

(Bacillus, Clostridium, kapang dan khamir)

Kontaminasi dari supplier,

tempat penyimpanan dan pekerja

S R R Menjaga kondisi

penyimpanan tetap kering, menerima kemasan yang

masih tersegel.

2. Separasi Biologi berupa mikroorganisme

(thermodurik, kapang dan

khamir)

Fisik berupa debu, serangga,

daun dan kayu

Suhu saat pemanasan awal,

waktu, kondisi ruangan

S

S

S

S

T

T

Pengawasan terhadap suhu,

waktu, sterilisasi ruangan

dan peralatan serta menggunakan penutup saat

pemanasan awal atau

separasi 3. Penambahan

susu skim

Biologi : mikroorganisme

pembentuk spora (Bacillus

cereus, Clostridium perfringens,

koliform, kapang dan khamir)

Fisik : rambut, guntingan

plastik

Kontaminasi dari supplier,

alat dan pekerja

Kontaminasi dari

penyimpanan, pekerja saat

pengolahan

S

S

R

S

S

T

Penerapan SSOP dengan

benar, jaminan supplier dan

pemilihan supplier

Pengawasan saat bekerja

dan pakaian kerja yang

benar

TAHAPAN

PROSES

BAHAYA SUMBER BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENCEGAHAN

Kaparahan Peluang Faktor

Resiko

Page 73: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

73

4. Pasteurisasi

85oC,

30 menit

Biologi : mikroorganisme

patogen (Salmonella,

Enteropathoge-nic E. coli)

Suhu dan waktu pemanasan

yang tidak tepat.

R

T

S

Pengawasan kecukupan

waktu dan suhu, kalibrasi alat pengukur suhu,

pengawasan kinerja alat

pemanas.

5. Penurunan suhu 26

OC

Biologi berupa:bakteri

pembentuk spora, kapang dan khamir, mikroorganisme

thermodurik

Waktu penurunan suhu yang terlalu lama dan spora bakteri

yang telah bergerminasi

T R S Mempercepat proses pendinginan

6. Inokulasi

starter Biologi berupa:

mikroorganisme kapang dan

khamir, Bacillus sp, Clostridium sp. Staphylococcus

aureus, koliform, dan

salmonella sp

Kondisi ruangan yang

terbuka, kontaminasi alat dan pekerja

T T T Menerapkan SSOP dengan

benar, pengawasan pekerja, tidak menutup pintu dan

jendela

7. Inkubasi pada

suhu ruang

±26°C (18 - 24 jam)

Biologis : mikroorganisme

kapang dan khamir, Bacillus sp,

Clostridium sp. Staphylococcus

aureus, koliform, dan salmonella sp

Suhu dan waktu yang kurang

tepat

R T S Mengontrol suhu dan waktu

8. Penyimpanan

dingin Biologi berupa:

mikroorganisme kapang dan

khamir, Staphylococcus aureus

Fisika berupa: debu, rambut,

kayu

Kontaminasi saat

mengeluarkan kefir, alat dan

pekerja dan lingkungan

Kontaminasi dari alat dan

pekerja

S

S

R

T

R

S

Menerapkan SSOP dengan

benar khususnya sanitasi

pekerja

Menerapkan SSOP dengan

benar memperbaiki cara pemindahan

9. Penambahan

flavor Biologi berupa:

mikroorganisme kapang dan

khamir, Staphylococcus aureus

Fisika berupa: debu, rambut, logam

Kontaminasi dari alat dan

pekerja.

Kontaminasi dari alat dan

pekerja

S

S

R

R

R

R

Menerapkan SSOP dengan

benar

Menerapkan SSOP dengan

benar

Kelengkapan seragam

TAHAPAN

PROSES

BAHAYA SUMBER BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENCEGAHAN

Kaparahan Peluang Faktor

Resiko

Page 74: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

74

pekerja 10. Pengemasan Biologis : mikroorganisme

kapang dan khamir,

Staphylococcus aureus,

Clostridium sp dan Bacillus sp

Fisika : debu, rambut.

Kimia :

Alkohol

Kontaminasi dari kemasan

yang kurang steril, alat,

pekerja dan lingkungan.

Kontaminasi dari kemasan yang kurang steril, alat,

pekerja dan lingkungan serta

kemungkinan residu dari alcohol

T

S

T

R

R

S

S

R

S

Menerapkan SSOP dengan

benar

Menerapkan SSOP dengan benar

Khususnya kelengkapan

seragam Menggunakan cara

sterilisasi yang lain

11. Penyimpanan

dingin Biologi berupa:

mikroorganisme

kapang,khamir, Staphylococcus aureus, Clostridium sp dan

Bacillus sp

Fluktuasi suhu refrigerator R R R Pengawasan suhu

refrigerator, serta kestabilan aliran listrik.

12. Distribusi dingin dan

retail

Biologi : microorganisme

kapang dan khamir, Staphylococcus aureus,

Clostridium sp dan Bacillus sp

Kondisi kendaraan yang digunakan, fluktuasi suhu,

kontaminasi dari wadah

S R R Pengawasan terhadap suhu kendaraan, kemasan

tertutup rapat dan SSOP

untuk wadah dan alat

transportasi

TAHAPAN

PROSES

BAHAYA SUMBER BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENCEGAHAN

Kaparahan Peluang Faktor

Resiko

Page 75: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

82

Penetapan Critical Control Point

Diagram alir pembuatan kefir dapat dianalisa untuk mengetahui Critical

Control Point (CCP) sebagai data untuk mengetahui penerapan GMP dan SSOP.

Titik kendali kritis atau CCP adalah suatu langkah pengendalian suatu titik, tahapan

atau prosedur dari suatu proses yang dapat dilakukan dan perlu sekali diterapkan

untuk mencegah atau meniadakan bahaya keamanan pangan atau mengurainya

sampai pada tingkat yang dapat diterima (SNI, 1998). Penetapan CCP dapat dilihat

pada Lampiran 3. Analisis CCP bertujuan untuk mengetahui proses yang potensial

yang menimbulkan bahaya fisik, kimia dan biologi berdasarkan peluang timbulnya

bahaya tersebut serta tingkat keparahan yang ditimbulkan dari bahaya tersebut.

Beberapa CCP dan ditemukan pada proses pengolahan kefir yaitu pada

penerimaan bahan baku, penyaringan, inokulasi dan distribusi. Penentuan CCP

tersebut menggunakan Decision Tree terdapat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

1. Uji kualitas dinyatakan sebagai CCP karena pada tahap ini tidak dilakukan uji

residu dan mikrobiologi, hanya dilakukan uji BJ, pH, organoleptik dan alkohol,

karena belum tersedia sarana laboratorium untuk pengujian. Kualitas yang

kurang baik karena mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Penerimaan bahan baku harus sesuai dengan standar yang berlaku untuk

menjamin keamanan dan mutu produk.

2. Pemanasan awal dikategorikan sebagai CCP karena dilakukan diruangan

terbuka menggunakan panci yang tidak ditutup. Kontaminasi mikroorganisme

yang mungkin terjadi adalah dari udara dan perlakuan pemanasan yang terus

menerus tanpa mengganti panci. Kontaminasi silang dapat terjadi antara susu

dan peralatan sanitasi yang terletak tidak jauh dari tempat pemanasan.

3. Separasi dilakukan diruangan produksi secara terbuka dan tidak ada perlakukan

untuk mengurangi bahaya. Hal ini akan mengakibatkan kualitas produk

menurun dan terjadi kerusakan produk setelah pasteurisasi. Separasi

digolongkan sebagai CCP. Tujuan dari separasi adalah untuk mengurangi

kandungan lemak, tetapi membahayakan komponen lain seperti protein dan

asam lemak yang diinginkan. Kontaminasi utama yang terjadi pencemaran

udara karena ruangan terbuka sehingga terjadi kontaminasi.

Page 76: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

83

4. Inokulasi teridentifikasi sebagai CCP karena kegiatan dilakukan didalam ruang

produksi terbuka tanpa ada perlakukan pencegahan kontaminasi. Kontaminasi

yang terjadi adalah mikrobiologi dari udara karena pintu dalam keadaan

terbuka. Setelah penurunan suhu, susu tidak dipindahkan ketempat lain tetapi

tetap di dalam perteurizer.

5. Pengemasan termasuk didalamnya adalah penambahan flavor dinyatakan

sebagai CCP karena masih dilakukan secara manual walaupun ruangan yang

digunakan dalam kondisi steril tetapi terdapat kegiatan pekerja yang keluar

masuk ruangan yang tidak terkontrol serta kontaminasi silang antara produk

dan penyaringan biji kefir secara bersamaan. Saat pengemasan tutup botol yang

digunakan merupakan CCP karena tutup tersebut mempunyai ruang-ruang kecil

yang sulit dijangkau oleh tangan sehingga tidak tersanitasi dengan sempurna.

6. Proses distribusi dikategorikan sebagai CCP karena selama perjalanan produk

hanya menggunakan cooler box dengan penambahan ice block agar kefir tetap

dingin. Pengelola tidak melakukan pengecekan suhu dalam cool box. CCP yang

teridentifikasi merupakan akibat dari kurangnya sarana yang memadai untuk

proses produksi dan poses pengolahan.

Batas Kritis

Batas kritis merupakan batas toleransi yang harus dipenuhi atau dicapai untuk

menjamin bahwa CCP yang ditetapkan dapat mengendalikan bahaya yang mungkin

terjadi secara efektif. Batas kritis untuk susu segar adalah TPC 106 cfu/ml,

Salmonella negatif, E. coli negatif, colifom 20/ml, Streptococcus negatif,

Staphylococcus aureus 102

cfu/ml, warna, bau, rasa dan kekentalan tidak berubah.

Batas kritis kimia susu segar adalah BJ pada suhu 27,5°C minimal 1,028, kadar

lemak minimal 3%, kadar SNF minimal 8%, kadar protein minimal 2,7%, derajat

asam 6-70 SH, uji alkohol 70% negatif, uji katalase maksimal 3 cc, angka refraksi 36-

38, angka reduktase 2-5 (jam) dan tidak ada residu (SNI, 1992). Tahap penyaringan

dan inokulasi harus ditempat steril dan tidak boleh kontak terlalu lama dengan udara.

Proses distribusi harus mempertahankan suhu 4-7 °C dengan keadaan kemasan

tersegel. Toleransi yang diijinkan adalah SOP yang digunakan harus sesuai keadaan

lapangan sehingga kontaminasi dapat di kurangi.

Page 77: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

84

Monitoring batas kritis bertujuan membantu dan mengendalikan proses,

menentukan apakah terjadi hilang kendali dan penyimpangan CCP serta

menyediakan dokumentasi tertulis yang dapat digunakan untuk klarifikasi dalam

menetapkan prosedur pemantauan CCP. Monitoring dilakukan secara visual dengan

pencacatan berkala. Proses monitoring pada penerimaan susu segar yaitu pengecekan

suhu dan uji alkohol, pemeriksaan BJ dan lemak. Tahap inokulasi dilakukan

monitoring pada pengecekan persentase starter yang digunakan dengan tujuan

pengendalian fermentasi. Tindakan koreksi dilakukan jika pada tahap monitoring

ditemukan adanya penyimpangan. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah menolak

susu segar yang rusak, sterilisasi ruang pengemasan atau menghentikan proses

produksi. Pihak Gedono akan menolak susu segar yang rusak, melakukan sterilisasi

pada ruang pengemasan dan menghentikan proses produksi jika ditemui

penyimpangan.

Good Handling Practices (GHP)

Penanganan bahan mentah, bahan penunjang, bahan pengemas dan produk

kefir dilakukan secara teratur di bawah pengawasan penanggungjawab produksi.

Proses penerimaan bahan mentah merupakan tahap handling yang harus diperhatikan

karena seringkali suhu susu yang diterima mencapai 9°C, sehingga diperlukan proses

penanganan secara cepat. Susu yang diterima langsung disimpan dalam refrigerator

agar suhu bahan mentah kembali rendah. Sanitasi alat pendingin dan milk can

dilakukan setiap hari dengan menggunakan desinfektan atau alkohol.

Bahan penunjang yang diterima diidentifikasi tanggal kadaluarsa. Tanggal

masuk dan penyimpanan sesuai sistem FIFO. Bahan penunjang disimpan dalam

ruang bahan makanan dan label. Identifikasi juga dilakukan pada bahan pengemas

dan disimpan dalam ruang penyimpanan perlatan plastik. Ruang penyimpanan

dilengkapi dengan ventilasi dan penerangan. Frekuensi pembersihan dan penataan

ulang dilakukan pada saat bahan masuk. Pengawasan dilakukan setiap hari untuk

mengetahui kerusakan atau masuknya hama serangga.

Produk akhir disimpan dalam refrigerator sebelum distribusi. Penanganan

yang dilakukan adalah kontrol suhu (4°C) dan penyimpangan kefir (terbentuknya

whey). Pembersihan alat pendingin dilakukan setelah produk dikeluarkan untuk

didistribusi.

Page 78: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

85

Good Transporting Practices (GTP)

Good Transporting Practices pada unit pengolahan kefir Gedono tidak

mencakup transportasi bahan mentah karena para pemasok langsung mengantar susu

ke unit pengolahan. Transportasi yang dimaksud adalah transportasi untuk distribusi

produk kefir ke tangan pelanggan. Proses distribusi ini perlu dikaji ulang karena

belum memenuhi syarat-syarat pendistribusian produk yang benar. Syarat wadah dan

alat transportasi untuk produk pangan sesuai dengan FDA (1997) yaitu:

1. Kondisi wadah dan alat transportasi

Kendaraan tidak mencemari produk, mudah dibersihkan, dan melindungi

produk dari kontaminasi. Kendaraan tidak dilengkapi AC, peralatan

pengecekan suhu dan kelembaban.

Cool box yang digunakan harus dalam keadaan baik yaitu dapat tertutup

dengan rapat, tidak berbau, bersih, mudah dalam pengangkutan dan

dilengkapi ice block yang berfungsi mempertahankan suhu yang

diinginkan hingga produk sampai ke tujuan.

2. Pemeliharaan wadah dan alat transportsi

Pemeriksaan dilakukan secara berkala oleh penanggung jawab

Pembersihan kendaraan dilakukan secara rutin setiap hari pada bagian

dalam kendaraan bebas dari debu, sampah dan kotoran lain. Kegiatan

pembersihan yang dilakukan yaitu pencucian bagian dalam kendaraan

dengan deterjen meliputi bagian alas, dinding dan kaca kendaraan, bagian

dalam kendaraan harus dipastikan kering tidak ada genangan air setelah

pencucian serta frekuensi pembersihan kendaraan dilakukan setiap hari

setelah melakukan kegiatan distribusi

Pembersihan cool box sebagai wadah transportasi dilakukan secara rutin

setiap hari setelah digunakan terutama bagian dalam cool box yang harus

bebas dari debu, kotoran, mikroorganisme dan bau

Kegiatan pembersihan yang dilakukan pencucian bagian dalam dan luar

cool box dengan kain basah dan deterjen, air panas, alkohol dan lap

kering. Penyimpanan cool box bersama peralatan yang lain

Frekuensi pembersihan cool box dilakukan setiap hari setelah cool box

digunakan. Perawatan kendaraan tansportasi dilakukan oleh karyawan

Page 79: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

86

distribusi dan perbaikannya dilakukan oleh bagian perbengkelan.

Perawatan yang dilakukan meliputi perawatan mesin, perawatan bagian

kendaraan seperti pintu, kaca jendela dan alas kendaraan agar tidak

terdapat lubang.

Verifikasi SSOP dan GMP

Verifikasi merupakan cara untuk mengetahui efektivitas penerapan GMP dan

SSOP pada suatu pengolahan industri makanan. Pelaksanaan sanitasi dapat diinpeksi

secara langsung pada saat proses pengolahan berlangsung maupun setelah proses

produksi. Verifikasi sanitasi meliputi sanitasi pekerja, ruang pengolahan dan

peralatan. Pengujian secara organoleptik, ATP Bioluminesen, dan uji mikrobiologi

dilakukan untuk melihat efektivitas penerapan sanitasi terhadap mutu produk yang

dihasilkan. Persentase penilaian terhadap aspek SSOP yang didata setiap hari pada

unit usaha dapat dilihat pada Table 8, sedangkan check list harian sanitasi SSOP

dapat dilihat pada Lampiran 5.

Table 8. Penilaian terhadap Aspek SSOP

No Aspek SSOP Persentase Keterangan

1 Higien personel atau karyawan

72,17% Sanitasi untuk higien personel yang dilakukan sebesar 72,17%, maka

dikatergorikan dalam keadaan baik dalam

penerapannya. Perbaikan kualitas sanitasi terutama pada penggunaan masker, foot

bath, tidak menggunakan jam tangan serta

tidak melakukan aktivitas minum.

2 Sanitasi ruang produksi

61,17% Sanitasi ruang prduksi yang tidak terjaga karena selama kegiatan magang ditemukan

produk akhir atau bahan baku yang sering

berceceran dilantai, adanya aktvitas selain produksi, pintu dalam keadaan terbuka

selama proses produksi, pernah ditemukan

lalat serta tempat sampah yang tidak berpenutup. Sanitasi ruang produksi

dikategorikan baik dengan persentase

61,1%

3 Sanitasi peralatan 100% Sanitasi perlatan dikategorikan sangat baik karena pihak unit usaha mengusahakan

kondisi peralatan tetap steril.

Keterangan : 0 – 25% : sangat buruk, : 25 – 50% : cukup baik,

: 50 – 75% : baik,

: 75 – 100% : sangat baik

Page 80: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

87

Analisis Sanitasi Pekerja

Pekerja yang menangani produk dalam unit usaha pangan merupakan sumber

kontaminan penting, karena kandungan mikroba pathogen pada manusia dapat

menimbulkan penyakit yang ditularkan lewat produk (Jenie, 1987). Selama proses

produksi pekerja mempunyai seragam atau pakai khusus dilangkap dengan hairnet,

apron anti air atau kain, sandal dan masker yang berfungsi untuk mencegah

kontaminasi terhadap produk. Pekerja mempunyai dua jenis seragam kerja yang

digunakan secara bergantian. Apron digunakan saat pengemasan atau pencucian

perlatan sedangakan alas kaki berupa sandal digunakan untuk semua proses,

sehingga tidak ada alas kaki khusus untuk pengolahan. Loker pakaian terletak

terpisah dari bangunan utama. Pemeriksaan kesehatan pekerja dilakukan berkala. Hal

ini untuk menjamin kualitas sanitasi selama proses produksi. Pekerja yang sakit tidak

diperbolehkan untuk bekerja, kecuali luka kecil yang ditutup dengan plaster.

Masih ditemukan pekerja yang tidak menggunakan masker atau apron jika

pekerjaan yang dilakukan mempunyai sedikit waktu. Kegiatan makan tidak

diperbolehkan selama bekerja, sedangkan minum diperbolehkan. Ketidakdisiplinan

penggunaan masker dan apron karena pekerja tidak mengetahui cara pengolahan

makanan yang baik. Unit pengolahan kefir Gedono berupaya untuk meningkatkan

keterampilan dan pengetahuan tentang cara mengolah makanan yang baik melalui

konsultasi dengan pihak luar atau mengikuti pelatihan-pelatihan.

Analisis Ruang Pengolahan

Ruang pengolahan merupakan ruang utama yang digunakan hanya untuk

aktivitas penting yaitu pengolahan, namun banyak kegiatan yang dilakukan pada

ruang pengolahan. Terdapat satu bangunan utama dan empat ruangan utama yang

digunakan dalam memproduksi kefir. Secara umum urutan ruangan belum sesuai

dengan alur proses dan masih simpang siur. Ruang pengolahan digunakan untuk

proses pasteurisasi, inokulasi, inkubasi, pencucian peralatan dan sterilisasi,

sedangkan ruang pengemasan hanya khusus untuk pengemasan dan penyimpanan

produk sementara. Adanya berbagai proses dalam satu ruang akan meningkatkan

resiko pencemaran dan kontaminasi silang terhadap produk. Sering terjadi adanya

kegagalan produk kefir misalnya sineresis kefir yang berlebihan atau bau tengik

setelah proses fermentasi. Desain ruangan belum sesuai untuk jumlah pekerja.

Page 81: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

88

Analisis Peralatan

Peralatan yang digunakan selama proses produksi dilakukan pembersihan,

pencucian, sanitasi dan penataan peralatan setiap hari. Pencucian peralatan bahan

plastik atau logam dibilas dengan air panas dari keran air panas dan dikeringkan.

Sebelum digunakan alat-alat tersebut disterilisasi dengan cara merebus peralatan

didalam air mendidih. Penyimpanan perlatan juga dibedakan berdasarkan sifat dang

penggunaannya. Ruang penyimpanan alat digunakan untuk menyimpan peralatan

yang digunakan selama proses produksi, untuk menjamin terjaganya sanitasi pada

peralatan sehingga tidak mengkontaminasi produk. Peralatan yang digunakan

tergolong aman dan memenuhi syarat higienis yaitu bahan plastik tahan panas dan

asam dan stainless steel.

Pengujian Produk Kefir

Pengujian sampel dilakukan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan SSOP

melalui pengujian kualitas berdasarkan batas kadaluarsa yang diklaim oleh unit

pengolahan. Hal ini akan memberikan hasil berupa kualitas produk yang sesuai

dengan sistem pengolahan yang sederhana dan penerapan SSOP di unit pengolahan.

Hasil pengujian akan dibandingkan dengan standar, sehingga dapat dinilai mutu

produk kefir tersebut.

Pengujian sampel kefir selama empat minggu atau 28 hari penyimpanan

dengan tiga varian rasa dari produk kefir. Pengujian kualitas kefir yang dilakukan

adalah untuk melihat persentase Total Asam Tertitrasi (TAT), protein, lemak, nilai

viskositas dan pH. Kualitas mikrobiologi yang diuji yaitu TPC, khamir, koliform dan

BAL. Uji organoleptik untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis yaitu konsumen.

Hasil pengujian dianalisis secara deskriftif untuk melihat perubahan yang terjadi dan

dibandingan dengan standar yang berlaku. Hasil uji fisik dan kimia kefir dapat dilihat

pada Tabel 9. Menurut CAC faktor komposisi dan kualitas kefir dipengaruhi oleh

bahan mentah berupa susu dan starter yang digunakan, penambahan bahan yang

diijinkan, komposisi yang digunakan dan proses pengolahan yang higienis dan

aseptik.

Page 82: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

89

Tabel 9. Hasil Uji Laboratorium Kefir Selama Penyimpanan

Rasa Minggu % TAT % Protein % Lemak Viskositas pH

Melon 1 1,01 3,59 2,00 4,0 4,4

2 1,98 3,40 2,04 3,8 4,4

3 1,12 3,10 2,60 3,8 4,6

4 1,06 2,89 3,00 3,5 4,3

Leci 1 0,86 2,90 2,25 3,58 4,4

2 1,06 2,60 2,30 3,5 4,5

3 1,06 2,10 2,30 3,3 4,5

4 0,89 1,98 2,80 3,1 4,3

Strowberi 1 1,00 3,91 1,36 4,0 4,3

2 1,00 3,06 1,87 3,8 4,5

3 1,02 3,10 2,90 3,5 4,6

4 0,98 2,89 2,70 3,5 4,4

Menurut Codex Alementarius Comission, kefir mempunyai komposisi protein

minimal 2,8%, lemak minimal kurang dari 10%, total asam tertitrasi minimal 0,6%,

mikroorganisme starter kultur minimal 107 cfu/ml dan khamir minimal 10

4 cfu/ml

(Codex., 2003). Pengukuran TAT berdasarkan jumlah hidrogen total dalam bentuk

terdisosiasi atau tidak terdisosiasi sehingga semua asam yang dihasilkan dalam

produk akan terukur. Metode ini dilakukan secara titrasi dengan menggunakan basa

standar. Nilai TAT yang terukur selama penyimpanan berkisar 0,86-1,98 yang

meningkat pada penyimpanan minggu kedua dan terus menurun hingga minggu

keempat. Ketentuan nilai berdasarkan CAC (2003) adalah minimal 0,6% sehingga

produk ini sesuai standar susu fermentasi.

Kandungan awal susu yang digunakan akan mempengaruhi kadar lemak yang

dihasilkan dalam produk. Susu yang digunakan dapat berupa susu penuh, susu skim

dan susu low fat. Semakin baik kadar protein yang digunakan atau ditambahkan

maka nilai kadar ptotein juga akan semakin baik sehingga mempengaruhi nilai gizi

kefir. Kadar lemak kefir yang terukur yaitu 1,36 % - 3,00% dan produk yang baru

memiliki kadar lemak 1,4% - 2,3%. Standar kadar lemak dari CAC (2003) yang

berlaku untuk kefir yaitu dibawah 10% sehingga produk telah sesuai dalam standar.

Kefir dengan kadar lemak 1,36 % - 3,00% lebih disukai oleh konsumen dan

unit pengolahan tetap mempertahankan komposisi tersebut. Selama penyimpanan,

lemak mengalami peningkatan kadar lemak karena adanya aktivitas enzim lipolitik

yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Lemak susu dapat dipecah oleh berbagai

bakteri, khamir dan kapang. Perubahan yang mungkin terjadi pada lemak susu

Page 83: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

90

misalnya oksidasi asam lemak, diikuti dengan dekomposisi selanjutnya

menghasilkan aldehida, asam dan keton, sehingga menghasilkan perubahan rasa dan

bau. Reaksi ini juga dirangsang oleh adanya logam, sinar dan mikroba (Rahman et

al, 1992).

Nilai kadar protein yang terukur yaitu 2,00-4,00% menurun selama

penyimpanan. Produk kefir baru memiliki kadar protein yang tinggi berkisar 3,0-

4,0% . Susu yang digunakan memiliki kadar protein yang baik serta adanya

penambahan susu skim sebanyak 3%. Standar yang berlaku yaitu minimal kefir

mengandung 2,8% protein sehingga jika dibandingkan produk kefir memiliki kadar

protein yang cukup tinggi.

Nilai pH merupakan salah satu faktor penting dalam produk pangan

fermentasi yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme (Buckle et al, 1985).

Nilai pH menunjukkan konsentrasi nyata H+

atau sama dengan negatif nilai

logaritmik dari konsentrasi H+ dan tidak selalu berbanding terbalik dengan TAT.

Berdasarkan standar CAC (2003) nilai pH untuk kefir yaitu 2,3 - 4,6. Produk kefir ini

mempunyai nilai pH 4,4-4,6 selama penyimpanan mengalami peningkatan pada

minggu ketiga dan rendah pada minggu pertama yaitu 4,3-4,4. Jika dibandingkan

dengan standar CAC maka produk kefir mendekati nilai standar.

Nilai viskositas selama penyimpanan yaitu 3,1-4 dPa.S dengan rata-rata nilai

tertinggi pada awal fermentasi dan terus menurun selama penyimpanan. Nilai

viskositas pada kefir dipengaruhi oleh pemanasan dan persentase starter yang

digunakan. Pengggunaan biji kefir sebanyak 5% akan berpengaruh pada tingginya

jumlah yeast, bakteri asam asetat dan viskositas. Berbeda dengan yogurt yang

viskositasnya makin meningkat selama penyimpanan, viskositas kefir justru

menurun selama penyimpanan.

Viskositas merupakan daya aliran molekul dalam sistem larutan. Pengukuran

dengan viskometer berdasarkan ketahanan terhadap rotasi pengaduk atau silinder

yang dicelupkan dalam bahan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi viskositas

diantaranya pemanasan susu yang menyebabkan denaturasi protein hingga nantinya

akan meningkatkan viskositas produk, jumlah laktosa susu dan protein dalam susu

yang akan diubah menjadi asam laktat oleh bakteri (Rahman, 1985, Tamime dan

Page 84: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

91

Robinson, 1989). Berikut komposisi susu fermentasi berdasarkan CAC (2003) pada

Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi Susu Fermentasi

Pengujian produk secara mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui jumlah

bakteri secara keseluruhan, bakteri asam laktat, kapang/khamir dan koliform yang

terdapat dalam produk. Metode yang digunakan yaitu hitungan cawan, karena

menurut Fardiaz (1992) metode ini paling sensitif untuk menentukan jumlah jasad

renik dengan alasan:

1) hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.

2) beberapa jasad renik yang dapat dihitung

3) dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni

yang terbentuk mungkin berasal dari suatu jasad renik yang mempunyai

penampakan pertumbuhan yang spesifik.

Prinsip dari metode hitungan cawan adalah jika sel jasad renik yang masih

hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel tersebut dapat berkembang biak dan

membentuk koloni. Bahan pangan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel

mikroorganisme per ml , dilakukan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan

dalam media agar cawan petri. Setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan

dengan jumlah yang dapat dihitung dimana jumlah terbaik adalah 30-300 sel koloni

(Fardiaz, 1992).

Cara pemupukan yang digunakan adalah metode pour plate atau metode

tuang. Fermentasi susu secara umum melibatkan metabolisme laktosa, disakarida

Komponen Jumlah

Bahan kering

Protein

Lemak

Laktosa Asam laktat

Karbohidrat

Nilai pH Derajat Keasaman (

OSH)

Kandungan Alkohol

dalam Kefir

dalam Koumiss

(dalam kedua produk terkandung CO2)

14-18%

4- 6%

0,1-10%

2-3% 0,6-1,3%

5-25%

3,8-4,6 40-70

0,5-2% 2-3%

Page 85: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

92

dalam susu menjadi asam laktat, oleh bakteri asam laktat terutama Lactococci dan

Lactobacilli menjasi asam laktat. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk

menghasilkan susu fermentasi yang baik, yaitu susu segar bermutu tinggi, rendah

kandungan bakterinya, dipasteurisasi secara tepat, menggunakan kultur starter yang

aktif dan tepat, pendinginan yang cepat dan sanitasi proses yang baik. Penanganan

kultur starter yang tepat dan ditambahkan kedalam susu yang bermutu, dibarengi

dengan teknologi produksi yang tepat akan menghasilkan produk susu fermentasi

yang stabil (Rahman, 1985).

Menurut CAC (2003) jumlah TPC pada kefir minimal 107 cfu/ml sedangkan

hasil uji pada produk yaitu 107-10

9 cfu/ml maka kualitas mikrobiologi produk cukup

tinggi. Penggunaan biji kefir sebesar 5% akan mempengaruhi jumlah mikroba dalam

produk karena konsentrasi awal yang tinggi akan membentuk koloni pertumbuhan

bakteri yang tinggi pula. Jumlah bakteri yang diuji selama 28 hari dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah Bakteri Kefir Selama Penyimpanan

Rasa Minggu

TPC BAL Kapang/Yeast Coliform

(--------------------------------log cfu/ml--------------------------------)

Melon m1 7,38 7,71 4,33 <1

m2 6,74 6,67 6,21 0,048

m3 6,84 6,64 4,15 0,48

m4 5,46 6,34 4,32 <1

Leci m1 8,27 7,73 5,13 <1

m2 7,00 6,43 6,44 <1

m3 6,33 6,65 4,12 <1

m4 6,54 6,44 4,25 <1

Strowberi m1 9,36 8,46 4,28 <1

m2 8,16 7,20 6,05 <1

m3 6,74 6,12 6,79 <1

m4 5,22 6,03 4,12 <1

Bakteri dalam produk kefir bersifat heterofermentatif yang akan

menghasilkan alkohol dan CO2 . Kapang merupakan salah satu mikroflora alami

yang terdapat dalam biji kefir dan produk kefir yang dihasilkan. Kapang hidup pada

pH rendah dengan aktivitas air tinggi dan kontaminan pada semua produk

fermentasi. Jumlah kapang berdasarkan CAC minimal 104 cfu/ml. Hasil pengujian

menunjukkan jumlah kapang dan khamir berkisar 104-10

7 cfu/ml. Tingginya jumlah

khamir karena adanya tambahan khamir dari selai buah yang ditambahkan dalam

Page 86: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

93

produk yaitu 103 cfu/gram (SNI, 1995). Pertambahan jumlah khamir ini akan

mempercepat proses pembentukan alkohol dan CO2. Produk yang baru terbentuk

belum menghasilkan alkohol dan CO2 tetapi setelah penyimpanan. Bakteri asam

laktat dan khamir bekerjasama secara mutualisme, dimana asam laktat yang

dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri

asam laktat lebih lanjut, akan dimanfaatkan oleh khamir . H2O2 yang dihasilkan oleh

bakteri asam laktat akan disingkirkan oleh khamir. Selanjutnya khamir akan

menghasilkan senyawa yang menstimulir pertumbuhan bakteri asam laktat. Khamir

yang dihasilkan dari kultur yang dibiakkan dalam susu sapi lebih tinggi dua log

dibanding dari sumber lain (Farnworth, 2005).

Bakteri asam laktat yang terhitung dalam produk ini yaitu 106-10

8 cfu/ml dan

tetap tinggi pada minggu keempat pengujian. Jumlah ini dipengaruhi oleh

konsentrasi biji kefir yang ditambahkan dan ketersediaan laktosa pada produk. Kultur

campuran dari bakteri asam laktat tidak hanya sebagai penghasil asam laktat tetapi

juga pembentuk citarasa. Sumber komponen tersebut terutama diasetil dan asam

volatil yang berasal dari asam sitrat dalam susu.

Pengujian koliform juga dilakukan untuk melihat keefektifan sanitasi unit

pengolahan yang telah dijalankan. Koliform merupakan bakteri yang menjadi

indikator sanitasi. Kontaminasi silang dari bahan atau alat lain dan cara pengolahan

yang tidak higienis akan meningkatkan jumlah bakteri koliform dalam produk.

Bakteri ini tidak tahan pada pH dan aktivitas air rendah serta dapat menggunakan

sitrat sebagai sumber karbon. Koliform yang memproduksi gas lebih banyak akan

menyebabkan kerusakan pada susu dengan memfermentasi gula menjadi asam laktat,

etanol, asam asetat dan suksinat, CO2 dan H2.

Uji Organoleptik

Sifat organoleptik pada penelitian ini menggunakan uji afektif atau uji

konsumen dianalisa menggunakan uji nonparametrik Kruskal Wallis karena

digunakan sebagai data pendukung untuk melihat tingkat kesukaan konsumen.

Manfaat dari Consummen Sensory Testing (CST) ini adalah untuk memuaskan

kebutuhan konsumen dengan menilai respon personal terhadap produk. Pendekatan

CST adalah untuk mengukur acceptance atau preferensi baik secara keseluruhan atau

salah satu atribut sensori. Jumlah panelis konsumen yang menjadi responden

Page 87: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

94

sebanyak 86 panelis yang dilakukan pada ruang terbuka dengan pencahayaan yang

cukup. Atribut organoleptik yang digunakan yaitu warna, bau, rasa, tekstur dan

kekentalan.

Hasil uji organoleptik dengan analisis non parametrik Kruskal Wallis dapat

dilihat pada Lampiran 5-9. Nilai p pada atribut warna hasil uji yaitu 0,003 atau lebih

kecil dari 0,01, maka parameter warna sangat berpengaruh terhadap tingkat kesukaan

panelis. Warna yang disajikan tidak terlalu terang atau terlalu kuat yaitu merah

muda, putih krem dan hijau muda. Warna yang paling disukai yaitu merah muda dan

putih krem.

Atribut bau atau aroma tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan panelis

dimana nilai p 0,225 atau lebih besar dari 0,05. Konsumen umumnya menyukai

ketiga formula bau yang disajikan oleh kefir Gedono, karena penambahan esens

tidak terlalu berlebihan. Bau ditimbulkan oleh senyawa diasetil yang dihasilkan oleh

semua genus bakteri asam laktat yang melakukan fermentasi sitrat dan senyawa

diasetil memberi aroma butter atau mentega. Senyawa ini menghambat pertumbuhan

bakteri gram negatif seperti spesies Bacillus dan strain dari Lactobacillus,

Leuconostoc, Pediococcus dan Streptococcus menghasilkan diasetil, suatu senyawa

komponen citarasa, memberikan rasa manis dan cita rasa mentega dan juga

mempunyai daya antimikroba.

Rasa merupakan atribut yang menentukan penerimaan konsumen terhadap

produk sehingga rasa akan mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen. Nilai p dari

hasil uji Kruskall Wallis 0,00 atau lebih kecil dari 0,001 maka diartikan rasa sangat

berpengaruh terhadap tingkat kesukaan konsumen. Rasa khas kefir disebabkan

karena asam laktat dan sisa-sisa asetildehida, diasetil, asam asetat dan bahan yang

mudah menguap yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri asam laktat strai

Lactobacillus. Rasa yang paling disukai yaitu rasa strowberi dan leci.

Atribut tekstur tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan konsumen terhadap

produk. Hal ini dikarenakan tekstur yang disajikan tidak dipengaruhi oleh

penambahan selai atau yang lainnya. Hasil uji Kruskal Wallis nilai p untuk tekstur

adalah 0,290 atau lebih besar dari 0,05, maka tekstur tidak mempengaruhi tingkat

kesukaan konsumen terhadap kertiga produk kefir rasa. Kekentalan juga tidak

berpengaruh nyata pada tingkat kesukaan konsumen terhadap produk. Nilai p 0,997

Page 88: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

95

dapat diartikan bahwa tingkat kesukaan produk tidak dipengaruhi oleh tingkat

kekentalan produk kefir yang dihasilkan.

Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh

seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Preferensi

konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada

(Kotler, 2000). Ada tiga komponen preferensi yang mempengaruhi konsumen

pangan dimana semua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berkaitan satu

sama lain yaitu :

1. Karakteristik individu meliputi : usia, jenis kelamin, pendidikan,

pendapatan dan pengetahuan gizi.

2. Karakterisktik produk meliputi rasa, warna, aroma, kemasan, tekstur

dan harga.

3. Karakteristik lingkungan meliputi jumlah keluarga, tinggkat sosial,

musim dan mobilitas.

Kotler (2000) menyatakan pilihan jenis makanan dan minuman dalam jumlah

yang beragam dapat mempengaruhi preferensi setiap individu. Karakteristik tersebut

dapat pula dilihat dari sifat organoleptik makanan dan minuman serta daya terima

dan ketersediaannya. Selain dari jumlah pilihan preferensi juga dapat ditimbulkan

dari kombinasi dan variasi rasa, warna, aroma dan bentuk makanan yang akan

mempengaruhi nafsu makan dan minum seseorang.

Responden berjumlah 76 orang, berasal dari berbagai daerah di Salatiga,

Solo, Semarang dan sekitarnya. Responden yang digunakan untuk kepuasan

pelanggan adalah konsumen yang benar-benar berlangganan atau mengkonsumsi

kefir Gedono secara rutin, agar data yang diperoleh dapat mewakili kepuasan

pelanggan secara umum. Nilai terhadap kepuasan pelanggan didapat dari hasil rata-

rata nilai yang diberikan panelis. Atribut yang digunakan adalah rasa, warna,

kemasan, dan harga. Rataan kepuasan pelanggan dapat dilihat pada Tabel 13.

Hasil kuisioner konsumen terhadap atribut rasa sangat memuaskan yaitu 1,

973684 mendekati nilai dua maka dapat dinyatakan konsumen sangat puas terhadap

rasa yang disajikan oleh unit pengolahan. Konsumen biasanya menyukai rasa yang

Page 89: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

96

tidak terlalu manis atau terlalu asam serta adanya penambahan potongan buah segar

dari selai sangat disukai oleh konsumen.

Tabel 13. Rataan Preferensi Konsumen terhadap Kefir Gedono

Jenis Produk Peubah

Rasa Warna Kemasan Harga

Kefir Rasa 1,973684 2,065789 2,986842 2,355263

Keterangan : 1. Sangat puas, 2. Puas, 3. Agak Puas, 4. Tidak puas, 5. Sangat tidak puas

Atribut warna oleh pelanggan termasuk kategori yang disukai karena tidak

terlalu kuat atau menyala. Nilai rata-rata untuk peubah warna yaitu 2,065789, dapat

diartikan konsumen menyukai komposisi warna kefir Gedono.

Kemasan yang digunakan berbahan PETE yang berwarna terang atau

transparan sehingga warna produk dapat terlihat jelas. Hal ini akan berbahaya bagi

produk karena akan mengakibatkan oksidasi. Nilai rata-rata untuk kemasan yaitu

2.986842 dapat diartikan bahwa konsumen kurang menyukai bentuk kemasan seperti

kemasan air mineral. Saran yang diberikan umumnya adalah perbaikan kemasan.

Harga yang ditetapkan oleh Gendono tidak berpengaruh untuk sebagian besar

pelanggan. Nilai rata-rata untuk peubah harga yaitu 2,355263 maka dapat diartikan

bahwa pelanggan agak menyukai harga yang ditawarkan. Harga masing-masing rasa

kefir berbeda karena penggunaan bahan tambahan berupa selai dari buah segar.

Harga untuk satu liter kefir rasa stowberi Rp 25.000, kefir rasa leci Rp 21.000 dan

kefir rasa melon Rp 19.000.

Tabel 14. Kefir Gedono yang Paling Disukai

Tabel 14 menyajikan kesukaan konsumen terhadap rasa kefir Gedono. Kefir

rasa yang banyak disukai oleh konsumen adalah rasa stroberi dan leci, sedangkan

melon sedikit yang menyukai. Rasa strowberi dan leci yang ditimbulkan tidak terlalu

manis atau terlalu asam sehingga sesuai dengan keinginan konsumen. Rasa khas ini

karena adanya penambahan selai dari buah asli. Rasa melon sedikit lebih asam

Kefir Rasa Jumlah pelanggan

Stroberi 38

Melon

Leci

5

33

Page 90: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

97

dibanding rasa leci atau strowberi, sehingga hanya sebagian kecil konsumen yang

menyukai rasa ini.

Sedikit konsumen yang kecewa terhadap produk kefir Gedono. Tabel 15

menyajikan jumlah responden yang kecewa terhadap produk atau pelayan yang

diberikan. Responden sebanyak 76 pelanggan, 74 pelanggan tidak kecewa dan dua

pelanggan yang kecewa terhadap produk kefir Gedono. Kekecewaan konsumen

berupa pengaduan terhadap kerusakan produk pada saat pertama mengkonsumsi

kefir. Konsumen kurang memperhatikan informasi tentang cara penyimpanan yang

baik. Saat produk kefir sampai dirumah konsumen, tidak dalam keadaan dingin

karena perjalanan yang jauh dan tidak dilengkapi tempat pendingin atau cool box.

Tabel 15. Kekecewaan Pelanggan Produk Gedono

Kecewa Jumlah pelanggan

Ya 2

Tidak 74

Pengaduan kekecewaan dari pelanggan akan diteliti lebih dulu oleh pihak unit

pengolahan. Jika terjadi kerusakan produk pada saat diterima, maka pihak unit

pengolahan akan segera mengganti barang yang telah rusak tersebut dan konsumen

tidak perlu membayar lagi. Kerusakan produk telah diantisipasi dengan cara

pengecekan secara visual oleh unit pengolahan sebelum dipasarkan.

Page 91: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

98

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Proses pengolahan susu di unit usaha pengolahan kefir Gedono secara umum

telah sesuai dengan GMP dan SSOP. Verifikasi GMP dan SSOP harus diawasi dan

dilakukan oleh penanggung jawab. Sistem produksi satu alur belum tersedia,

sehingga terjadi penumpukan aktivitas pada ruang produksi. Efektivitas penerapan

sanitasi belum maksimal karena masih ditemukannya beberapa CCP dalam proses

produksi yaitu pada penerimaan bahan baku, pengujian, separasi, inokulasi,

pengemasan dan distribusi. Secara umum unit usaha pengolahan kefir Gedono telah

siap untuk menerapkan sistem HACCP, dengan syarat harus dilakukan perbaikan dan

peningkatan dalam penerapan pre-requisite program yaitu GMP dan SSOP.

Saran

Unit Pengolahan Kefir Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono, Salatiga, diharapkan

dapat menerapkan GMP dan SSOP secara maksimal yang merupakan syarat

pemenuhan untuk untuk mendapatkan sertifikasi.

Pemahaman mengenai sanitasi dan higien produksi harus diberikan kepada

pekerja untuk menjamin keamanan pangan yang dihasilkan.

Tim HACCP yang akan dibentuk harus mempunyai disiplin ilmu yang sesuai.

Monitoring yang berkala terhadap CCP yang teridentifikasi dan mengurangi

penyebab potensial dan adanya recording yang terstruktur.

Pembenahan bangunan dan sistem satu alur.

Keamanan produk ditinjau dari kemasan yang digunakan harus diperbaharui dari

segi bahan dan desain yang sesuai dengan peruntukan produk fermentasi.

Pengujian produk menunjukkan hasil yang baik, jika untuk arah pengembangan

akan sangat baik.

Gedono perlu memberikan pengarahan terhadap konsumen tentang cara

penyimpanan yang baik untuk kefir

Page 92: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

99

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah Bapa yang telah memberikan Putra

dan Roh Kudus-Nya sebagai penyelamat dan penghibur manusia. Kasih, berkat serta

pertolongan-Nya tak pernah berkurang bagi penulis sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Terimkasih untuk kesetiaan Mu pada manusia lemah ini.

Terimakasih kepada Dr. Ir. Rarah Ratih A. M., DEA. dan Ir. Afton Atabany

M. Si., selaku pembimbing utama dan pembimbing anggota skripsi, yang telah rela

meluangkan waktu, pikiran dan kesabaran untuk membimbing penulis

menyelesaikan skripsi ini. Termikasih kepada Dr. Ir. Cece Sumantri selaku

pembimbing akademik yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan

di Fakultas Peternakan IPB. Terimakasi kepada Ir. Lucia Cyrilla, E.N.S.D., MSi dan

Dr.Ir. Yuli Retnani, MSc sebagai penguji ujian sidang penulis.

Terimakasih yang tak terhingga untuk bapak dan ibu, untuk segala kesabaran,

doa, pengertian serta dukungan yang tulus untuk mengatasi segala kekerasan hati

penulis. Adik-adik terkasih (Abrena Hotri dan Atlas. G. Hotri) untuk keceriaan yang

selalu dinanti.

Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak unit

pengolahan Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono yang telah mengijinkan penulis

untuk melakukan magang penelitian. Kepada Suster Kepala, Suster. Chatrin, para

Suster Gedono dan Bapak Mulyanto serta keluarga, terimakasih untuk cinta,

keramahan dan kesediaan untuk menerima penulis selama melakukan magang.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ita, Fanny, Rindu, Etik, Anti, Dip

dan Pebe atas persahabatan dan dukungannya. Terimakasih untuk sahabat-sahabat

dari Program Studi THT angkatan 41, SPMB, C8, WBB, BUD, POPK dan Diaspora

atas persahabatan, kesedihan, perjuangan, dukungan, doa, keberanian, ketulusan,

kekompakan, keceriaan serta kenangan yang tidak akan hilang yang diberikan pada

penulis selama menjalani perkuliahan. Terimakasih untuk Fakultas Peternakan dan

IPB, bapak dan ibu dosen, staf Laboratorium bagian Ilmu Ternak Perah, pegawai

AJMP serta civitas akademika IPB. Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat

dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Bogor, September 2008

Penulis

Page 93: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

100

DAFTAR PUSTAKA

Arpah. 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk Pangan. Program

Studi Ilmu Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methode of Analysis. 16th

Edition. AOAC. Inc., Virginia.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2003. SK Menkes Nomor 23/Men-

kes/SK/I/1978 tentang Pedoman Cara Produksi yang Baik untuk Makanan.

BPOM, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Industri. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-4852-1998. Sistem Analisis Bahaya dan

Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis Critical Control Point-HACCP)

serta Pedoman Penerapannya. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.

Badan Standarisasi Nasional. 1995. Selai Buah. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

Bottazzi, V. 1983. Other fermented dairy product. In: Red, G. (Editor).

Biotechnology: A Comprehensive Trestise In 8 Volumes, volume 5. Verlag

Chemi. Weinheim.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wooton. 1987. Ilmu Pangan.

Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Ui Press, Jakarta.

Codex Alimentarius Comitte. 2003. Codex Standard For Fermented Milk. Codex

STAN 243-2003.

Cramer, M. M. 2006. Food Plant Sanitation: design, maintance, and good

manufacturing practices. CRC Press, Boca Raton.

Dewan Standarisasi Nasional. 1992. SNI 01-3141. Susu Segar. Dewan Standardisasi

Nasional, Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Higiene dan Sanitasi Sarana

Pengolahan Pangan. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Peraturan Perundang-undangan

diBidang Keamanan Pangan. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan

Makanan, Jakarta.

DepKop dan PKK. 1995. Undang-Undang RI Nomor 9 Tahun 1995, tentang Usaha

Kecil dan Pembinaan Usaka Kecil, Jakarta.

Direktorat Bina Kesehatan Hewan. 2002. SK Menteri Pertanian No 45/Kpts/TN.540/

7/2002, 15 Juli 2002 tentang pelarangan pemasukan ternak ruminansia dan

produknya dari negara tertular penyakit Bovine Spongioform Encephalopathy

(BSE). Manual Kesmavet No. 52.

Fardiaz, S. 1996. Prinsip HACCP dalam Industri Pangan. PAU Pangan dan Gisi.

IPB, Bogor.

Farnmorth, E. R. 2005. Kefir a Complex Probiotik. Food Sci and Technol. Bulletin:

functional food. IFIS Publishing. (1): 1 – 17.

Page 94: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

101

FDA. 1995. Sanitation, sanitary regulation and voluntary programs. In: G Mariot,

Norman (Editors). Principles of Food Sanitation, Hal 7, 3rd

Edition. Chapman

and Hall, New York.

Hirota, T. 1987. Microbiological studies on kefir grain. Report of Research

Laboratory, Snow Brand Milk Product. 84: (67-128).

Irigoyen A., Arana. I., Castiella M., Torre P. dan Ibanez F. C. 2004. Microbiological,

phisicocheical, and sensory characterisctics of kefir during storage. J. Food

Chemist., 90: ( 613 – 620).

Jenie, B. S. L dan Rini S. E. 1995. Aktifitas antimikroba dari beberapa mikroba

patogen dan perusak makanan. Bul teknol Industri Pangan 6: (2).

Jenie, B. S. L. 1987. Sanitasi dalam Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

Kadarisman, D., dan Tjahja M. 2006. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. IPB

Press, Bogor.

Kanbe, M. 1992. Traditional fermented milk of the world. In: Nakazawa, Y., N. A.

Hosono (Editors). Function Of Fermented Milk: Chalanges of The Health

Science. Elsevier Science Publisher, England.

Kon, S. K. 1992. Milk and Milk Product In Human Nutrition. Food of Agriculture

Organization of United Nations, Rome.

Koroleva, N. S. 1991. Product prepared with lactic acid bacteria and yeast. In: R. K

Robinson (Editor). Theraupeutic Properties of Fermented Milk. Elsevier

Science Piblisher, England.

Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran Edisi Milenium Jilid 1 & 2. Pt Prenhallindo,

Jakarta

Lukman, D.W. 2001. Good Manufacturing Practicess (GMP). Pelatihan untuk

Pelatih (Training of Trainers/TQT). Penerapan Hazard Analysis Critical

Control Point. Kerjasama Fakultas Kedokteran Hewan IPB dengan Dirjen Bina

Produksi Peternakan Departemen Pertanian. Bogor [27-31 Agustus 2001].

Marriot dan G. Norman. 1985. Principles of Food Sanitation. Van Nostrand

Reinhold, New York.

Marriot dan G. Norman. 1992. Principles of Food Sanitation. Third Edition.

Chapman and Hall, New York.

Mitsuoka, T. 1989. Microbes in The Intestine: Our Life Long Partners. Yakult Honza

Co. Ltd, Jepang.

Murdhiati, T. B. 2006. Jaminan Pangan Asal Ternak : dari kandang hingga piring

konsumen. J. Litbang Pertanian 9: (172 – 180)

Nakazawa, Y. dan A. Hosono. 1992. Function of Fermented Milk for Chalanges The

Health Science. Elsevier Science Publisher, London, New York.

Peleg, K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. The AVI Publishing

Company, INC. Connecticut.

Page 95: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

102

Rahman, A., S. Fardiaz, W. P. Rahayu, Suliantari dan C. C. Nurwitri. 1992. Bahan

Pengajaran : Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan

Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rose, A. H. 1982. Economic Microbiolgy Fermented Foods. Academic Press Inc;

London.

Scglegel, H. G dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Terjemahan. Gajah

Mada University Press, Yogyakarta.

Surono, I. S. 2004. Probiotik: susu fermentasi dan kesehatan. PT Tri Cipta Karya,

Jakarta

Tamime, A. Y. dan R. K. Robinson. 1989. Yoghurt Science and Technology.

Pergamon Press, Oxford.

Thaheer, H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Bumi Aksara, Jakarta.

Tjiptono, F., dan Diana. A. 1997. Prinsip dan Dinamika Pemasaran. J dan J Laerning,

Yogyakarta

Walstra, P., T.J. Geurts, A, Noomen, A. Jellema, and M. A. J. S. Van Boekel. 1999.

Dairy Technology. Marcel Decker, Inc, New York.

Winarno, F. G. dan Surono. 2004. GMP. Cara Pengolahan Pangan yang Baik. M-

Brio, Bogor.

Wood, B. J. B. dan H. Holzapvel. 1995. The Genera of Lactic Acid Bacteria. Blakie

Academic Professional. Chapman and Hall, London.

Yuguchi, H., T. Goto. N. and S. Okonogi. 1992. Fermented milks, lactic drinks and

intestinal microfloral. In: Y. Nakazawa and A, Hosono (Editors). Function of

Fermented Milk: Chalenges For Health Science. Elsevier Science Publisher,

London.

Page 96: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

103

LAMPIRAN

Page 97: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

104

Lampiran1. Standar Kualitas Air Minum (DepKes RI)

Kriteria

STANDAR

Minimum

yang

dibolehkan

Maksimum

yang

dianjurkan

Maksimum

yang

diperbolehkan

Satuan

Kriteria Fisik

1. Suhu

2. Warna

3. Kekeruhan

4. Bau

5. Rasa

Kriteria Kimia

6. pH

7. Zat padat

8. Zat Organik

9. Karbon

dioksida bebas

10. Alkalinitas

11. Total kesadahan

12. kesadahan

kalsium

13. kesadahan

magnesium

14. Besi

15. Mangan

16. Sulfat

17. Pospat

18. Amonium

19. Nitrit

20. Klorida

Radioaktivitas

21. Sinar Alfa

22. Sinar Beta

Mikrobiologik

23. Kuman

penyakit

24. Kuman

pathogen

25. Perkiraan

terdekat

Jumlah bakteri

golongan coli dalam

100 ml contoh air

-

-

-

-

-

6.5

-

-

-

-

5

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5

5

-

-

500

-

-

-

-

-

75

30

-

0.1

0.05

200

-

-

-

200

-

-

-

-

-

Suhu udara

50

25

Tak berbau

Tak berasa

9.2

1500

10

0.0

10

-

-

-

1.0

0.5

400

-

0.0

0.0

600

109

108

0.0

0.0

0.0

0C

ppm Pt- Co

Skala silica

ppm

ppm

KMN04

ppm CO2

ppm CaCO3

ppm Ca

ppm Mg

ppm Fe

ppm Mn

ppm S04

ppm PO4

ppm NH4

ppm NH4

ppm Cl

uc/ml

uc/ml

Page 98: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

105

Lampiran 2. Kuisioner Kepuasan Konsumen

KUISIONER

Pengantar

Sehubungan dengan penelitian penulis tentang “ Kajian Awal Penerapan HACCP

pada Unit Usaha Pengolahan Kefir Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono di Salatiga”

penulis memohon kesediaan konsumen untuk menjawab pertanyaan dibawah ini

dengan sesunguhnya. Hal ini terkait dengan kepuasan konsumen yang digunakan

sebagai data pendukung dalam penulisan tugas akhir. Data atau jawaban dari

konsumen hanya untuk kepentingan ilmiah.

Nama :

Jenis kelamian :

Umur :

Jenis produk :

Petunjuk Pengisian

Bacalah setiap pertanyaan dengan baik, kemudian silakan jawab sesuai

dengan pendapat anda

1. Apakah anda pelanggan tetap pada produk tersebut?

Ya Tidak

2. Nyatakan penilaian anda dengan memberikan nomor sesuai dengan penilaian

anda

Jenis produk Parameter

Kefir rasa

buah

Rasa Warna Bau Harga Kemasan

Keterangan :

1. Sangat suka

2. Suka

3. Agak tidak suka

4. Tidak suka

5. Sangat tidak suka

3. Pernahkah anda kecewa dengan produk tersebut?

Ya Tidak

Jika ya

sebutkan………………………………………………………………………..

4. Berikan saran anda pada produk tersebut

Saran

saya…………………………………………………………………………….

Atas segala kesediaannya saya ucapkan terimakasih

Page 99: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

106

Lampiran 3. Kuisioner Uji Hedonik

Kuisioner

Nama :

Tanggal :

Produk :

Instruksi : Berilah nilai pada kotak berdasarkan penilaian anda

Parameter

Kode

Produk

Penilaian

Sangat

suka

Suka Agak

suka

Agak tidak

suka

Tidak

suka

Warna

777

123

789

Rasa

777

123

789

Bau

777

123

789

Kekentalan

777

123

789

Tekstur

777

123

789

Keterangan :

1. Sangat suka

2. Suka

3. Agak tidak suka

4. Tidak suka

5. Sangat tidak suka

Page 100: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

82

Lampiran 4. Peta Lokasi Gedono

Page 101: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

82

Lampiran 5. CCP Decision Tree untuk Bahan Mentah

P2

P2

P3

* Lanjutkan pada bahan mentah selanjutnya

** Bahan mentah harus ditetapakn sebagai CCP (bahan mentah peka diperlukan

pengendalian ketat)

Adakah bahaya yang terkait dengan bahan mentah ini?

Apakah anda atau konsumen akan mengilangkan bahaya dari produk

Apakah ada resiko kontaminasi silang terhadap fasilitas atau produk alin yang tidak dapat dikendalikan

Ya

Tidak

Ya

Tidak Lanjutan *

Tidak

Ya

CCP **

CCP **

Lanjutkan

Page 102: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

83

Lampiran 6. CCP Decision Tree untuk Proses Pengolahan

P1

P2

P3

P4

Adakah tindakan pencegahan

Tidak

Berhenti

Akankah ada tahapan berikutnya yang dapat menghilangkan bahaya atau mengurangi tingkat kemungkinn terjadinya sampai pada tingkatan yang dapat diterima

Dapatkah kontaminasi dengan bahaya yang diidentifikasi terjadi melebihi tingkatan yang dapat diterima atau dapat melebihi sampai tingkatan yang dapat diterima

Apakah ada tahapan untuk menghilangkan / mengurangi bahaya yang mungkin terjadi sampai tingkatan yang dapat diterima

Adakah pengendalian pada tahap ini perlu pengamanan?

Lakukan modifikasi dalam proses atau produk

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak Bukan TKK

Berhenti Bukan TKK Tidak

Bukan TKK

TITIK KENDALI KRITIS (CCP)

Tidak Ya

Berhenti

Ya

Page 103: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

84

Lampiran 7. Penentuan CCP

Tahap Proses Bahaya Tindakan Pencegahan P1 P2 P3 P4 CCP

Penerimaan bahan baku

Kontaminasi

mikroorganisme,

Penerapan SOP yang tepat dan sterilisasi

alat harus dilakukan setiap saat

Ya Ya - - CCP

Pemeriksaan kualitas

Kontaminasi

mikroorganisme

Pekerja harus menerapkan SOP yang telah

ditentukan

Ya Ya - - CCP

Penyaringan Kontaminasi dari

mikroorganisme

Pekerja harus menerapkan SSOP yang

telah ditentukan, sterilisais alat saat

digunakan, pengkondisian ruangan

Pemanasan awal Kontaminasi dari

mikroorganisme

Sterilisasi alat sebelum dan sesudah

penggunaan, pengecakan suhu sevara

berkala

Ya Ya - - CCP

Separasi Kontaminasi dari

mikroorganisme

Sterilisasi alat sebelum dan sesudah

penggunaan, kelengkapan seragam pekerja

Tidak - - - -

Penambahan Skim Milk Kontaminasi dari

mikroorganisme

Penggunaan alat yang telah disterilisasi dan

rungan yang bersih

Tidak - - - -

Pasteurisasi 85 oC selama

30 menit

Kontaminasi

mikroorganisme

akibat suhu yang

kurang sesuai

Pengecekan suhu secara berkala Ya Tidak Tidak - CCP

Penurunan suhu

Rekontaminasi

mikroorganisme

Pengecekan suhu secara berkala dan

mempercepar proses pendingianan

Ya Tidak Tidak - -

Inokulasi starter Kontaminasi dari

mikroorganisme

Sterilisasi peralatan saat digunakan,

pengkondisian ruangan, pengawasan

terhadap pekerja

Ya Ya - - CCP

Inkubasi pada suhu ruang

±26°C (18 - 24 jam) Kontaminasi

mikroorganisme

Pengecekan suhu secara berkala Ya Tidak Tidak

Page 104: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

85

karena suhu yang

tidak tepat Penyimpanan dingin Kontaminasi

mikroornagisme

karena fluktuasi suhu

Pengecekan suhu secara berkala Ya Ya - - -

Penambahan flavor Kontaminasi

mikroorganisme,

rambut

Proses standar operasi dilakukan dengan

penerapan konsep 85ygiene karyawan

Ya Ya - - CCP

Pengemasan Kontaminasi

mikroorganisme

Proses standar operasi dilakukan dengan

penerapan konsep higiene karyawan

Ya Ya - - CCP

Penyimpanan dingin Mikroorganisme

karena fluktuasi suhu

Pengecekan suhu secara berkala Ya Tidak Tidak - -

Distribusi dingin dan retail Produk rusak atau

pecah karena adanya

goncangan dalam

perjalanan dan terjadi

fluktuasi suhu selama

perjalanan

Penggunaan alat transportasi yang baik

untuk menghindari goncangan dan

penggunaan mobil boks pendingin yang

dilengkapi thermometer

Ya Ya - - CCP

Page 105: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

86

Lampiran 8. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Warna

Produk Kefir

H = 11,89 DF = 2 P = 0,003

Lampiran 9. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Bau

Produk Kefir

H = 2,98 DF = 2 P = 0,225

Lampiran 10. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Rasa

Produk Kefir

H = 23,71 DF = 2 P = 0,000

Lampiran 11. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap Tekstur

Produk Kefir

H = 2,48 DF = 2 P = 0,290

Kode Sampel N Median Ave Rank Z

123 86 2,000 150,9 3,26

777 86 3,000 118,3 -1,71

789 86 2,000 119,3 -1,55

Total 86 129,5

Kode Sampel N Median Ave Rank Z

123 86 3,000 125,6 -0,59

777 86 3,000 140,1 1,61

789 86 3,000 122,8 -1,02

Total 86 1295

Kode Sampel N Median Ave Rank Z

123 86 2,000 135,9 0,97

777 86 3,000 151,2 3,30

789 86 2,000 101,4 -4,27

Total 86 129,5

Kode Sampel N Median Ave Rank Z

123 86 2,000 136,4 1,05

777 86 2,000 129,7 0,04

789 86 2,000 122,4 -1,08

Total 86 129,5

Page 106: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

87

Lampiran 12. Analisis Uji Kruskall Wallis Organoleptik terhadap

Kekentalan Produk Kefir

H = 0.01 DF = 2 P = 0.997

Kode Sampel N Median Ave Rank Z

123 86 3,000 129,4 -0.02

777 86 3,000 129,1 -0.06

789 86 3,000 130,0 0.07

Total 86 129,5

Page 107: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

88

Lampiran 13. Ckeck List SSOP Harian Personel

No. Pemeriksaan Tanggal Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24 25 26

1. Kesehatan karyawan baik. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 92%

2. Memakai seragam bersih dan

lengkap.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

3. Memakai hairnet (pelindung

rambut.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

4. Memakai masker 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13% 5. Memakai alas kaki 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

6. Menggunakan sarung tangan

lengkap dan bersih.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%

7. Tidak ada yang memakai jam tangan/perhiasaan (kalung,

gelang, antng-anting dan

tindik)

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 54%

8. Menggunakan apron saat

pengemasan atau proses

produksi

9 Kuku pendek dan tidak memakai cat kuku.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

10 Apabila terdapat luka harus

ditutup.

0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 0%

11. Tidak terdapat barang pribadi

disekitar areal produk.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

12. Bersin dan batuk disekitar areal produk.

1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13%

13. Kegiatan makan dan minum

di areal produksi.

1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 58%

14. Tidak ditemukan yang menyentuh muka dan hidung.

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 42%

15. Tidak ada yang meludah di 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0%

Page 108: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

89

area produksi.

16. Setiap karyawan yang masuk

diwajibkan cuci tangan

dengan benar.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 85%

17. Karyawan mecuci tangan

setelah melakukan produksi.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

18. Menggunakan alkohol sebelum proses produksi.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

Total 1057

Rata - rata 62.17

Lampiran 14. Ckeck List SSOP Harian Pemerikasaan Ruang Produksi

No. Pemeriksaan Tanggal Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

1. Ruang dibersihkan

dengan desinfektan setelah proses

produksi.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

2. Pembersihan ruang produksi secara

keseluruhan

0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 35%

3. Lantai bersih dan

kering.

1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54%

4. Tidak ada serangga

dan hama.

1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 73%

5. Fasilitas pencuci tangan berfungsi

baik.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

6. Penerangan baik. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100% 7. Fasilitas cuci tangan

lengkap berfungsi

baik dan lancar.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

Page 109: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

90

8. Tempat sampah

tersedia dan tertutup.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9. Pintu dan jendela

tertutup dengan baik.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10. Tidak terdapat finish

produk dan raw

material di lantai.

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

11. Tidak terdapat benda

asing, tidak terdapat

peralatan asing,

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12. Permukaan peralatan

bersih dari bahan

komtaminan.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

13. Sarana penyedia air panas berfungsi

dengan baik.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

14. Penemuan penyimpangan.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

Total 864

Rata - rata 61.57

Lampiran 15. Ckeck List SSOP Harian Pemeriksaan Peralatan No. Pemeriksaan Tanggal Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1. Sterilisasi peralatan

sebelum pemakaian.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

2. Sterilisasi peralatan setelah pemakaian.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

3. Penggunaan

sanitaiser secara benar.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

4. Kerusakan

pearlatan,misalnya

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Page 110: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

91

patah, melengkung,

meleleh.

5. Permukaan yang

kontak dengan bahan panagan halus, tidak

menyerap air, tidak

berbahan kayu, dan tidak beracun.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

6. Penggunaan

desinfektan sesuai dengan aturan.

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100%

Total 500

Rata - rata 100%

Page 111: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

92

Lampiran 16. Contoh Checklist Kesesuaian GMP

Pengecekan Harian Pelaksanaan GMP

Ruang Produksi Unit Pengolahan Kefir Gedono

Tanggal: Produk :

Personal Skor Komentar/Tindakan Perbaikan

Waktu Inspeksi

1. Kesehatan karyawan baik. 3 2. Memakai seragam bersih dan

lengkap.

3

3. Memakai hairnet (pelindung rambut. 3 4. Memakai masker 1

5. Memakai sepatu boot putih dan

bersih.

0

6. Menggunakan sarung tangan lengkap dan bersih.

0

7. Tidak ada yang memakai jam

tangan/perhiasaan (kalung, gelang, antng-anting dan tindik)

3

8. Kuku pendek dan tidak memakai cat

kuku.

3

9. Apabila terdapat luka harus ditutup. 3 10. Tidak terdapat barang pribadi

disekitar areal produk.

3

11. Tidak ditemukan bersin dan batuk disekitar areal produk.

2

12. Tidak ada kegiatan makan dan

minum di areal produksi.

1

13. Tidak ditemukan yang menyentuh

muka dan hidung.

2

14. Tidak ada yang meludah di area

produksi.

3

15. Setiap karyawan yang masuk

diwajibkan cuci tangan dengan

benar.

3

Total 33

Rata - rata 2.2

Ruang Produksi Skor Komentar/ Tindakan Perbaikan

Waktu Inspeksi

1. Lantai bersih dan kering. 2

2. Pintu dan jendela tertutup dengan

baik.

1

Standar Penilaian

3 : Sesuai dengan standar

2 : masih sesuia dengan standar tetapi memerlukan sedikit perbaikan.

1 : tidak dilakukan sesuai standar tetapi dapat langsung diperbaiki

0 : Tidak dilakukan sesuai standar

Page 112: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

93

3. Fasilitas cuci tangan tersedia

dengan lengkap.

3

4. Air pada foot bath diganti secara

teratur.

0

5. Permukaan peralatan bersih dari

bahan selain komponen produk.

2

6. Permukaan meja dan conveyor

bersih.

2

7. Tidak terdapat benda asing. 3 8. Sampah dibuang pada tempatnya. 2

9. Tidak terdapat serangga dan tikus. 2

10. Tempat sampah tersedia dan tertutup.

2

11. Produk edible dan inedible

ditempatkan dipisah.

3

12. Tidak terdapat finish produk di lantai.

1

13. Hanya krat merah, hijau atau pallet

yang langsung menyentuh lantai.

3

14. Saluran air lancar, baik, tidak

berbau dan terdapat saringan

sampah.

2

15. Tidak terdapat tempat yang berbau tidak sedap.

3

16. Kemasan disimpan di area yang

bersih dan kering.

2

Total 33

Rata - rata 2.06

Fasiltas Sanitasi Skor Komentar/ Tindakan

Perbaikan Waktu Inspeksi I

1. Sumber air, pipa penagiran,

penampungan, water treatment dalam kondisi baik.

3

2. Air untuk pengolahan memenuhi

kualitas air bersih.

3

3. Air tidak untuk dikonsumsi dan tidak kontak dengan makanan mempunyai

sistem terpisah dengan air minum.

2

4. Saluran dan tempat pembuangan bahan pembuangan bahan buangan

cair.

2

5. Tempat buangan padat. 2 6. Konstruksi harus mencegah

kontaminasi silang.

2

7. Toilet letaknya tidak terbuka

langsung ke ruang produksi.

3

8. Toilet dilengkapi dengan bak pencuci

tangan, sanitizer dan alat pengering

denga jumlah yang mencukupi.

3

9. Sarana cuci tangan ditempatkan

ditempat-tempat yang diperlukan.

2

Page 113: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

94

10. Sarana pencuci tangan jumlahnya

cukup untuk jumlah pekerja.

2

11. Sarana pembilas sepatu di depan

ruang pengolahan.

0

Total 24

Rata - rata 2.18

Bangunan dan Ruangan Skor Komentar/Tindakan Perbaikan

Waktu Inspeksi I

1. Ruang pokok dan ruang pelengkap

terpisah.

2

2. Ruang pokok memiliki tata letak sesuai urutan proses,sesuai jenis

peralatan, jenis kapasitas produksi

dan jumlah karyawan.

1

3. Ruang pelengkap memiliki tata letak sesuai dengan tata letak

kegiatan dan cukup untuk

karyawan.

2

4. Lantai kedap air,tahan terhadap air,

belerang, garam, basa, dan asam

serta bahan kimia lainnya.

3

5. Lantai halus tidak licin, dan mudah

dibersihakan.

3

6. Lantai memudahkan pengaliran air. 2

7. Ada lubang pembuangan dan penahan bau.

2

8. Pertemuan lantai dan dinding,

dinding dan langit-langit dan sudut antar dinding tidak membentuk

siku-siku.

0

9. Dinding terbuat dari bahan tidak

beracun dan bukan kayu.

3

10. Lantai tidak menyerap air, minimal

2 meter dari lantai, dan tidak

bereaksi terhadap zat-zat tertentu.

3

11. Permukaan dinding bagian dalam

halus, rata, tahan lama dan tidak

mudah mengelupas.

2

12. Langit-langit tidak mudah

terkelupas tidak berlubang, tidak

retak.

2

13. Langit-langit harus tahan lama, mudah dibersihkan, tinggi minimal

3 meter, halus dan terang.

2

14. Langit-kangit di atas pasteurizer tidak menyerap air.

0

15. Pintu dan jendela terbuat dari bahan

yang tahan lama, kuat dan tidak mudah pecah.

3

16. Permukaan pintu dan jendela halus, 2

Page 114: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

95

rata, terang, mudah dibersihkan.

17. Jendela dilengkapi dengan kasa pencegah serangga dan mudah

dibersihkan.

0

18. Lampu berpenutup. 0

19. Penerangan lampu atau cahaya matahari cukup untuk menerangi

ruangan.

3

20. Ventulasi dapat mengatur suhu yang diperlukan.

2

21. Ventilasi mudah mencemari hasil

produksi melalui udara yang dialirkan.

2

22. Menjamin peredaran udara dengan

baik, dan dapat menghilangkan uap,

asap, debu dan panas.

2

Total 40

Rata - rata 1.81

Wadah dan Transportasi Skor Komentar/ Tindakan Perbaikan

Waktu Inspeksi I

1. Tidak mencemari makanan, tidak

berpengaruh terhadap isi, terbuat dari bahan yang tidak mengganggu

kesehatan.

2

2. Memudahkan pengecekan suhu

dan kondisi lainnya.

2

3. Selalu dijaga dalam keadaan bersih

dan terawatt.

2

Total 6 Rata- rata 2

Ruang Penyimpanan Skor Komentar/T indakan

Perbaikan

Waktu Inspeksi I

1. Penyimpanan bahan berbahaya,

bahan baku, bahan penunjang,

peralatan produksi, dan wadah harus terpisah.

3

2. Penyimpanan bahan baku dan

bahan penunjang di tempat yang

bersih dan terlindung dari pencemaran.

3

3. Penyimpanaan bahan dan peralatan

secara FIFO (first n first out).

3

Total 9

Rata - rata 3

Pemeliharaan dan Pengawasan Skor Komentar/ Tindakan

Perbaikan Waktu Inspeksi I

1. Bangunan dan bagian-bagiannya

harus dipelihara dan dilakukan tindakan sanitasi secara teratur dan

3

Page 115: KAJIAN AWAL PENERAPAN HACCP PADA UNIT USAHA …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10574/D08mho.pdf · pencuci tangan, sanitasi dan toilet; ... Kesehatan dan Kebersihan

96

berkala.

2. Dilakukan pencegahan hama. 3 3. Buangan padat harus dikumpulkan

untuk dikubur, dibakar, atau diolah

sehingga aman.

3

4. Buangan air harus diolah terkebih dahulu.

3

5. Alat dan perlengakapan yang

berhubungan langsung dengan makanan harus dibersihkan dan

dikenakan tindakan sanitasi secara

teratur.

3

6. Alat pengangkut dan pemindah

barang harus bersih, tidak merusak

barang.

2

7. Alat pengangkut untuk mengedarkan produk akhir harus

bersih, dapat melindungi produk

sampai tempat tujuan.

2

Total 19

Rata - rata 2.71