Kajian Akademik Qanun Rsia

21
1 KAJIAN AKADEMIK ATAS RANCANGAN QANUN PROVINSI ACEH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional. Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya

description

Kajian Akademik Qanun RSIA

Transcript of Kajian Akademik Qanun Rsia

Page 1: Kajian Akademik Qanun Rsia

1

KAJIAN AKADEMIK ATAS RANCANGAN QANUN PROVINSI ACEHTENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT

IBU DAN ANAK

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum harus diwujudkan melalui berbagai upaya kesehatan dalam

rangkaian pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu

yang didukung oleh suatu sistem kesehatan nasional.

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa

setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian

dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung jawab atas

penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan

umum yang layak. Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan

kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang

sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya

kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.

Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuannya

Page 2: Kajian Akademik Qanun Rsia

2

masing-masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan

teknologi kedokteran yang berkembang sangat pesat yang harus

diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan

yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam

Rumah Sakit.

Pada hakekatnya Rumah Sakit berfungsi sebagai tempat

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dan fungsi

dimaksud memiliki makna tanggung jawab yang seyogyanya

merupakan tanggung jawab pemerintah dalam meningkatkan taraf

kesejahteraan masyarakat.

Dari aspek pembiayaan bahwa Rumah Sakit memerlukan biaya

operasional dan investasi yang besar dalam pelaksanaan kegiatannya,

sehingga perlu didukung dengan ketersediaan pendanaan yang cukup

dan berkesinambungan. Antisipasi dampak globalisasi perlu didukung

dengan peraturan perundang-undangan yang memadai.

Dalam rangka mendanai berbagai kegiatan di rumah sakit,

maka diperlukan anggaran yang cukup memadai sehingga pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat diharapkan akan lebih maksimal.

Salah satu kewenangan Pemerintahan Kabupaten/Kota

berdasarkan Undang_undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66

Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah adalah memungut retribusi atas

pelayanan kesehatan di rumah sakit ibu dan anak. Oleh karena itu,

Pemerintah Aceh berupaya untuk melaksanakan kewenangan tersebut

dengan menyusun Rancangan Qanun Aceh tentang retribusi

Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Ibu dan anak. Rancangan ini

telah disiapkan oleh Pemerintah Aceh.

Page 3: Kajian Akademik Qanun Rsia

3

Salah satu tahapan dan ini merupakan suatu kewajiban dalam

rangka penyusunan rancangan Qanun Aceh adalah melakukan

penuyusunan naskah akademik/kajian akademik. Kewajiban ini

ditegaskan di dalam Pasal 12 ayat (1) Qanun Aceh Nomor 3 Tahun

2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun, bahwa suatu

rancangan qanun Aceh dan Rancangan Qanun Kabupaten/Kota harus

disertai dengan Naskah akademik/kajian akademik, oleh sebab itu

kajian akademik merupakan tahapan dalam proses pembentukan dari

rancangan Qanun Aceh.

Berdasarkan hal ini, maka kajian akademik merupakan

bahagian yang tidak terpisahkan dari naskah rancangan qanun.

Dengan demikian, pembahasan rancangan qanun di legislatif akan

mengacu pula kepada kajian akademik. Oleh sebab itu kajian

akademik ini menjadi penting dan mempunyai nilai yuiridis.

B. Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai

Kajian akademis dilakukan untuk mengkaji atas rancangan

qanun Aceh berkenaan dengan retribuísi pelayanan kesehatan dari

sudut pandang akademik baik ditinjau dari segi filosofis, yuridis, dan

sosiologis. Dengan adanya kajian akademik ini diharapkan dapat

memberikan masukan dan arahan untuk menciptakan harmonisasi dan

sinkronisasi rancangan qanun ini dengan peraturan perundang-

undangan lainnya yang berlaku di Aceh.

Page 4: Kajian Akademik Qanun Rsia

4

C. Metode Pendekatan

Untuk penyusunan kajian akademik rancangan Qanun Aceh ini

dilakukan penelusuran berbagai aturan hukum dan telaah kebutuhan,

yaitu dengan melakukan telaah dokumentasi peraturan perundang-

undangan. Selain itu juga dilakukan beberapa diskusi dengan para

pakar atau akademisi, yang dimaksudkan untuk mendapatkan

masukan dan aspirasi dari segi akademis atas rancangan qanun ini.

Hal ini dilakukan untuk memenuhi harapan Pasal 12 ayat 4) Qanun

Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan Qanun.

D. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang PerbendaharaanNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4355);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2003 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara4389);

4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang PraktekKedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4431);

5. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang

Page 5: Kajian Akademik Qanun Rsia

5

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang PerimbanganKeuangan antara Pemerintah Pusat & Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4439);

5. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang PemerintahanAceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah (Lermbaran Negara Republik Indonesia Tahun2000 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 385);

7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);

8. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5072);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 Tentang PenyerahanSebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan KepadaDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor9 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang TenagaKesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang OrganisasiPerangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741 );

11. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang PengelolaanKeuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 48 Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4502 );

Page 6: Kajian Akademik Qanun Rsia

6

BAB IILANDASAN PENGATURAN

Terhadap materi/substansi dari rancangan qanun Aceh tentang

Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah sakit Ibu dan Anak yang akan

disusun sesuai dengan kajian secara ilmiah mengacu kepada landasan

filosofis, yuridis, dan sosiologis. Kesemua landasan tersebut sebagai beriku:

A. Landasan Filosofis

Tugas Negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk

menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai dan

menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan biaya-biaya yang cukup

besar. Oleh karena itu Negara harus tampil kedepan dan turut campur tangan

di bidang kehidupan masyarakat, terutama dibidang perekonomian guna

tercapainya kesejahteraan umat manusia.1

Secara konstitusional tanggung jawab Negara republic Indonesia

terhadap rakyatnya yang universal adalah “….melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia….”.2 tanggung jawab tersebut

kemudian dijabarkan kembali dalam batang tubuh yaitu BAB XA tentnag Hak

Asasi MAnusia sebanyak sepuluh pasal. Sebagai konsekuensinya setiap

bentuk Hak Asasi Manusia selalu didiringi dengan kewajiban atau tanggung

jawab Negara dalam tiga level, yaitu level menghormati (to respect),

melindungi (to protect), dan memenuhinya ( to fulfill).3

Untuk memenuhi tanggung jawab daerah kepada masyarakat, maka

pemerintah daerah memerlukan keuangan daerah. Ciri utama yang

menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu terletak pada

kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki

1 Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Raja Grafindo, Jakarta, 2001,hal.352 Alinea keempat UUD 19453 Irawan Saptono, Menggugat Tanggung Jawab Negara, ELSAM Edisi Maret-April 2002.http://elsam.or.id.

Page 7: Kajian Akademik Qanun Rsia

7

kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan

sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya.4

Sumber keuangan daerah tersebut dapat dipungut melalui retribusi.

Pengertian retribusi menurut munawir 5ialah iuran kepada pemerintah yang

dapat dipaksakan dan dapat jasa balik secara langsung dapat ditunjuk.

Paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa

balik dari pemerintah, tidak dikenakan iuran, misalnya retribusi pasar dan

retribusi air minum. Sedangkan Muhammad Djafar Saidi memberikan

pengertian retribusi adalah pungutan oleh pejabat retribusi kepada waib

retribusi yang bersifat memaksa dengan tegenprestasi secara langsung dan

dapat dipaksakan penagihannya. Sarana hukum yang digunakan untuk

memaksakan penagihan retribusi tidak berbeda dengan penagihan pajak,

berupa sanksi administrasi maupun kepidanaan.6

Pemasukan daerah yang bersumber dari retribusi pada prinsipnya

akan dikembalikan pada masyarakat dalam bentuk pelayanan. Hal ini diatur

dalam pasal 1 angka 64 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang

pajak daerah dan retribusi daerah, bahwa retribusi adalah pungutan daerah

sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

orang pribadi atau badan. Dilihat dari segi fungsinya retribusi hanya memilki

fungsi anggaran (fungsi budgeter) hal ini berarti bahwa retribusi tidak dapat

digunakan untuk mengendalikan kehidupan masyarakat. Retribusi hanya

semata-mata untuk mengisi kas Negara maupun daerah sebagai

penggantian yang telah dikeluarkan dalam upaya penyediaan sarana

pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian pemerintah dilarang

4 Andrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam Kerangka OtonomiDaerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.160.5 Munawir, Pokok-Pokok Perpajakan, Liberti,Yogyakarta, 1985, hal.3.6 Muhammad Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum Pajak, Raja Grafindo,Jakarta,2007, hal.27

Page 8: Kajian Akademik Qanun Rsia

8

memungut retribusi kepada masyarakat tatkala tidak memanfaatkan saranan

pelayanan yang disediakan.7

B. LANDASAN YURIDIS

Pemerintah dan pemerintah daerah baik provinsi maupun

kabupaten/kota berupaya memenuhi hak rakyat untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan sebagaimana diamanahkan oleh konstitusi sebagai hak

asasai manusia termasuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan bagi

masyarakat. Disisi lain upaya pemenuhan tersebut membutuhkan biaya yang

besar. Sementara pemerintah punya keterbatasan anggaran. Untuk itu perlu

melibatkan kontribusi masyarakat untuk menutupi sebagian atau seluruhnya

biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat.

Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas

pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber

penerimaan yang dapat diandalkan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah telah memberikan kewenangan

kepada Provinsi untuk memungut retribusi pelayanan kesehatan. Dengan

demikian UU ini telah mengatur dengan jelas bahwa untuk dapat dipungut

pada suatu daerah, setiap jenis retribusi daerah harus ditetapkan dengan

Peraturan Daerah. Hal ini berarti untuk dapat diterapkan dan dipungut pada

suatu daerah provinsi harus terlebih dahulu ditetapkan dengan peraturan

daerah atau qanun.

Qanun tentang retribusi daerah termasuk retribusi pelayanan

kesehatan di rumah sakit ibu dan anak sekurang-kurangnya mengatur

ketentuan mengenai hal berikut ini:

7 Ibid, hal.33.

Page 9: Kajian Akademik Qanun Rsia

9

a. nama, objek, dan subjek retribusi.

b. Golongan retribusi.

c. Cara mengukur tingkat pengunaan jasa yang bersangkutan.

d. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif

retribusi.

e. Struktur dan besarnya tarif retribusi.

f. Tata cara pemungutan.

g. Sanksi administrasi.

h. Tata cara pembayaran retribusi.

i. Tanggal mulai berlakunya retribusi.

Pasal 108 ayat (1) UU Nomor 28 Tahun 2009 membagi retribusi ke

dalam tiga jenis, yaitu (1) retribusi jasa umum (2) retribusi jasa usaha, dan (3)

retribusi perizinan tertentu.

Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta

dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan jasa usaha,

adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut

prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh

sektor swasta. Sementara perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau

badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya

alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis-jenis retribusi jasa umum diatur dalam Pasal 110 ayat (1)

Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah, , yaitu:

a. retribusi pelayanan kesehatan;

b. retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;

Page 10: Kajian Akademik Qanun Rsia

10

c. retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta

catatan sipil;

d. retribusi pelayanan pemakaman;

e. retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum;

f. retribusi pelayanan pasar;

g. retribusi pengujian kendaraan bermotor;

h. retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran;

i. retribusi penggantian biaya cetak peta;

j. retribusi pengujian kapal perikanan.

Sementara itu dalam pasal 111 ayat (1) ditentukan bahwa:

“Obyek retribusi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 110 ayat (1) huruf a adalah pelayanan kesehatan di puskesmas,

puskesmas keliling, puskesmas pembantu, balai pengobatan, rumah

sakit umum daerah, dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang

sejenis yang dimiliki dan/atau dikelola oleh pemerintah daerah, kecuali

pelayanan pendaftaran”.

Pada masa otonomi daerah, kewenangan kabupaten/kota dalam

bidang ini ditegaskan dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi Sebagai Daerah Otonom yang kemudian dicabut dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

Tarif retribusi ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan

mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan

masyarakat, dan aspek keadilan. Penetapan tarif retribusi pada dasarnya

disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai

jenis-jenis retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional. Di

Page 11: Kajian Akademik Qanun Rsia

11

samping itu, tetap memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan

masyarakat.

Dengan ketentuan ini, daerah mempunyai kewenangan untuk

menciptakan prinsip dan sasaran yang dicapai dalam menetapkan tarif,

seperti menutup sebagian atau sama dengan biaya penyediaan jasa yang

bersangkutan dan membantu golongan masyarakat kurang mampu sesuai

dengan jenis pelayanan yang diberikan. Pinsip dan sasaran dalam penetapan

tarif retribusi jasa umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa

yang bersangkutan dan golongan penguna jasa. Sebagai contoh, tarif

retribusi parkir di tepai jalan umum yang rawan kemacetan dapat ditetapkan

lebih tinggi daripada di tepai jalan umum yang kurang rawan kemacetan

dengan sasaran mengendalikan tingkat penggunaan jasa parkir sehingga

tidak menghalangi kelancaran lalu lintas. Sedangkan penetapan tarif retribusi

jasa usaha harus memperhitungkan pada aspek komersial dari penyediaan

jasa oleh pemerintah daerah.

Sedangkan Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi

pelayanan kesehatan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau

seluruh biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

C. Landasan Sosiologis.

Persoalan gangguan kesehatan merupakan persoalan umum

kemasyarakatan, dialami oleh banyak orang, oleh karena Pemerintah harus

menyediakan berbagai fasilitas kesehatan. Kesehatan sebagai hak asasi

manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya

kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan

pembangunan kesehatan yang berkulitas dan terjangkau oleh masyarakat.

Dalam konteks persoalan kesehatan masyarakat setidaknya terdapat

sepuluh issu kesehatan utama, yakni:

Page 12: Kajian Akademik Qanun Rsia

12

1. Kesehatan Ibu dan Anak

2. Status Gizi

3. Malaria

4. TBC

5. Disre

6. Ispa dan pneumonia

7. Demam berdarah

8. inpeksi kulit

9. Lepra\

10. Kesehatan jiwa.

Salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan adalah

ketidakpastian pelaksanaan kebijakan yang mengatur akses layanan dasar

pada kelompok rentan (wanita, anak-anak, dan penduduk miskin dan lain-

lain) 8.

Dalam rangka memberikan pelayanan terhadap kelompok rentan

tersebut, Pemerintah Aceh telah mendirikan Rumah Sakit Khusus Ibu dan

Anak. Fasilitas Rumah sakit ini selama ini dimanfaatkan oleh banyak

masyarakat Aceh, khususnya yang berdomisili di Banda Aceh dan sekitarnya.

Dalam penyelenggaran operasional rumah sakit ibu dan anak

membutuhkan biaya operasional yang memadai untuk penyediaan fasilitas

pendukung, obat-obatan, honorarium dan operasional lainnya.

Rumah sakit ibu dan anak memiki fasilitas antara lain Instalasi Gawat

Darurat, Ruang Rawat Inap, Ruang Operasi, Radiologi termasuk Radiologi

khusus (mamografi), poli pelayanan kesehatan seperti poli KB, poli gigi, dll.

Peleyanan kesehatan ditangani oleh dokter spesialis, dokter umum dan para

medis, sebagian tenaga medis yang bekerja di rumah sakit ibu dan anak

dibayar berdasarkan kontrak.

8 Draft naskah akademik rancangan Qanun Kesehatan Aceh,2010, hal.12.

Page 13: Kajian Akademik Qanun Rsia

13

Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dana yang memadai untuk

efektifitas operasional pelayanan kesehatan. Pemerintah Aceh harus

menganggarkan dana dalam APBA. Untuk itu sewajarnyalah dipungut

retribusi dalam pelayanan kesehatan rumah sakit ibu dan anak sebagai

sumber pendapatan asli daerah yang nantinya akan digunakan untuk

menutupi sebagian dari biaya operasional yang digunakan.

Dalam pemungutan retribusi pelayanan kesehatan khususnya rumah

sakit secara nasional sudah ada pola tarif yang merupakan pedoman dasar

yang berlaku secara nasional dalam pengaturan dan perhitungan untuk

menetapkan besaran tarif rumah sakit yang berdasarkan komponen biaya

satuan (unit cost). Unit cost yang dimaksud adalaah hasil perhitungan total

biaya operasional pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Penyelenggaraan Rumah Sakit harus memenuhi rasa keadilan, yaitu

mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang

dengan biaya yang terjangkau serta dengan pelayanan yang bermutu.

Disamping itu fungsi sosial rumah sakit merupakan hal yang penting karena

merupakan bagian dari tanggung jawab yang melekat pada setiap rumah

sakit yang merupakan ikatan moral dan etik dari rumah sakit dalam

membantu pasien khususnya yang kurang/tidak mampu untuk memenuhi

kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

Page 14: Kajian Akademik Qanun Rsia

14

BAB IIIANALISIS ATAS RANCANGAN QANUN DAN REKOMENDASINYA

Terhadap Rancangan Qanun tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak dapat dianalisa mengenai

beberapa hal.

A. Kewenangan untuk membuat Qanun.

Menurut Pasal 110 ayat (1) dan Pasal 111 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dearah dan Retribusi

Daerah, Pelayanan Kesehatan pada rumah sakit yang dikelola oleh

Pemerintah Daerah dapat dijadikan objek Retribusi. Namun kalau

dirujuk pada Pasal 110 ayat (2) undang-undang tersebut, Pemerintah

Daerah dapat saja tidak memungut Retribusi kalau potensi

penerimaannya kecil atau ingin memberikan pelayanan kesehatan

secara cuma-cuma kepada masyarakat. Mendasari pada ketentuan ini,

maka Pemerintah Aceh secara hukum dapat membuat Qanun untuk

memungut retribusi terhadap Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit

Ibu dan Anak, kecuali menurut pertimbangan bahwa menurut hitungan

ekonomis potensi penerimaannya kecil dan karena itu Pemerintah Aceh

tidak memungut retribusi. Untuk tidak memungut retribusi diperlukan

hitungan ekonomis terlebih dahulu.

B. Substansi Qanun

Terhadap judul dan materi Rancangan Qanun perlu diperhatikan

dan dilakukan beberapa perubahan

1. Judul Qanun bukan Qanun Pemerintah Aceh, tetapi Qanun Aceh

(sesuai dengan Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007)

Page 15: Kajian Akademik Qanun Rsia

15

2. Nama Qanun Cukup dibuat “Qanun tentang Retribusi Pelayanan

Kesehatan Pada Rumah Sakit Ibu dan Anak” , tidak perlu ditambah

Pemerintah Aceh

3. Konsideran Menimbang perlu diperkaya untuk memuta unsur

Filosofis dan yuridis. Sehingga menjadi:

a. bahwa Pemerintah Aceh perlu memberikan pelayanankesehatan yang optimal kepada masyarakat

b. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatanperlu dilakukan penyempurnaan terhadap tarif retribusipelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak

c. bahwa unutk maksud tersebut pada huruf a, huruf b perlu diaturdengan suatu Qanun tentang Retribusi Pelayanan Kesehatanpada Rumah Sakit Ibu dan Anak.

4. Konsideran Mengingat

Dalam konsideran mengingat menurut Undang-Undang nomor 10

Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undanngan,

dalam konsideran mengingat dimuat aturan-aturan yang menjadi dasar

pembentukan dan dasar-dasar hukum yang berkaitan dengan substansi

aturan yang akan dibuat.

Mendasari pada ketentuan tersebut maka beberapa Peraturan

Perundang-undangan dalam konsideran mengingat Rancangan qanun

ini harus dihilangkan, karena tidak relefan dengan substansi pengaturan

tentang retribusi pelayanan kesehatan dan ada beberapa peraturan

perundang-undangan yang sudah tidak berlaku lagi, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Tahun1981 Nomor 76 , tambahanLembaran Negara Nomor 3209);

b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1963 tentang tenaga Kesehatan(Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan LembaranNegara Nomor 2576);

c. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum AcaraPidana (Lembaran Negara Tahun1981 Nomor 76 , tambahanLembaran Negara Nomor 3209);

Page 16: Kajian Akademik Qanun Rsia

16

d. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang PerubahanUndang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah (Lermbaran Negara Tahun 2000 Nomor 41,Tambahan Lenbaran Negara Nomor 385);

e. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 TentangPelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 TetangHukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);

Selain dihilangkan beberapa dasar hukum tersebut di atas, dalam

konsideran mengingat perlu ditambah beberapa dasar hukum lagi yakni:

a. Undang_undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah.

b. Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara

Pembentukan Qanun (Lembaran Daerah Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2007 Nomor 03).

5. Materi Pokok dalam Batang tubuh dari Qanun

Rancangan Qanun ini dimaksudkan untuk mengatur tentang

Reteribusi atas pelayanan kesehatan yang diberikan, oleh kaerena itu

materi pokok Qanun ini harus hanya mengandung kaedah hukum yang

berkaitan dengan retribusi, tidak bercampur dengan persoalan regulasi

tenatng pelalayanan kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak. Hal-hal

yang berkaitan dengan bagaimana pelayanan kesehatan di Rumah

Sakita Ibu dan Anak harus diatur dalam parturan tersendiri, baik itu

dalam Qanun Kesehatan ataupun dalam Peraturan Gubernur tentang

pelayanan kesehatan di Ruamah sakit Ibu dan Anak. Oleh karena itu

materi yang berkaitan dengan rugalasi pelayanan perizinan, seperti

termuat dalam Pasal 6,7, 12,44, 46 dqn 48) sebaiknya dihilangkan

Page 17: Kajian Akademik Qanun Rsia

17

6. Struktur Qanun/Ruang Lingkup Pengaturan

Dalam Qanun tentang retribusi harus memuat kaedah-kaedah

hukum yang akan mengatur kewenangan dan segala sesuatu yang

berkaitan dengan pemungutan retribusi. Untuk itu struktur Qanun

Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Ibu dan Anak

sebaiknya memuat Bab-Bab yang bisa menampung hal-hal yang diperlu

diatur untuk sebuah Qanun Retribusi. Struktur bab dimaksud paling tidak

memuat:

1. Ketentuan Umum

Pada bagian ini akan memuat pengertian-pengertian dari berbagai

istilah yang akan dipergunakan lebih dari satu kali dalam pasal-

pasal dari batang tubuh Rancagan Qanun.

2. Objek dan Subjek Retribusii

Pada bagian ini akan diatur tentang nama Retribusi, objeknya apa

Saja dan siapa yang menjadi subjek retribusi.

3. Golongan Retribusi

Golongan retribusi perlu disebutkan dalam pasal dari Rancangan

Qanun untuk membedakan dengan golongan retribusi lainnya. Pada

dasarnya menurut Undang-Undang tentang Pajak dan retribusi

Daerah hanya ada tiga golongan retribusi, yaitu Retribusi Jasa

Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu.

Retribusi Pelayanan Kesehatan termasuk dalam golongan Retribusi

Jasa Umum

4. Cara Mengukur Tingkat Penggtunaan Jasa

Pada bagian ini perlu diatur tentang bagaimana mengukur jasa yang

dimanfaatkan oleh masyarakat. Cara mengukur ini diperlukan untuk

menentukan besaran retribusi yang dipungut.

5. Prinsip dan Sasaran dalam penetapan Struktur dan besarnya Tarif

Page 18: Kajian Akademik Qanun Rsia

18

Dalam bab ini perlu diatur tentang prinsip yang menjadi

pertimbangan dalam menyusun struktur dan besarnya retribusi.

Prinsip yang menjadi dasar pertimbangan dimaksud untuk qanun ini

adalah prinsip untuk menutupi sebagian atau selurunya biaya yang

diperlukan untuk pelayanan kesehatan. Prinsip ini dijadikan dasar

pertimbangan karena retribusi ini termasuk dalam golongan retribusi

jasa umum.

6. Jenis Pelayanan yang dipungut Retribusi

Dalam Bab ini perlu diatur tentang jenis-jenis pelayanan kesehatan

yang diberikan di Rumah Sakit Ibu dan Anak. Penentuan jenis

pelyanan ini penting untuk menjadi dasar dalam pengkalsifikasian

pengukuran untuk penetapan besaran tarif retribusi.

7. Struktur dan Besarnya tarif (Bab ini dibagi dalam Bagian yang

berisikan besaran tarif retrubusi menurut jenis pelayanan

kesehatan yang diberikan)

Struktur dan besarnya tarif harus secara jelas diatur dalam

Rancangan Qanun ini. Struktur tarif akan didasarkan pada jenis

pelayanan, kesehatan yang diberikan. Besarnya tarif akan

dipertimbangkan unsur biaya per-satuan penyediaan jasa atau per

real unit cost.

Mengingat struktur yang digunakan untuk menetapkan besaran tarif

retribusi terdiri dari berbagai jenis pelayanan maka besaran tarif

retribusi bisa dibuat dalam lampiran yang merupakan bagian tidak

teroisahkan dari Qanun, yang memuat struktur dan besaran tarif.

Pada Prinsipnya besaran tarif retriubusi harus ditetapkan dengan

Qanun karena setiap kutipan yang membebani rakyat landasan

hukumnya harus dengan ketentuan yang disetujui oleh rakyat

(qanun), tetapi pasal-pasal qanun dapat mendelegasikan

kewenangan ini kepada Gubernur untuk menetapkan besaran

Page 19: Kajian Akademik Qanun Rsia

19

retribusi melalui Peraturan Gubernur terhadap tarif retribusi tertentu

yang perlu penyesuaian dalam waktu yang singkat karena

perubahan yang cepat sehingga kalau harus dengan qanun

membutuhkan waktu yang lama. Untuk retribusi ini hal ini perlu

diperhatikan untuk tidak terjadi pendelegaisanny kepada pejabat di

bawah Gubernur.

8. Tatacara Pemungutan

Dalam bagian ini perlu diatur tata cara pemungutan dan tatacara

pembayaran retribusi.

9. Sanksi Administrasi

Dalam bagian ini akan diatur tentang bentuk sanksi administrasi

dalam hal wajib retribusi membayar tidak tepat waktu atau kurang

membayar.

10. Pengembalian kelebihan pembayaran

Dalam Rancangan Qanun ini akan diatur tentang ketentuan hak dari

wajib retribusi dan tata cara pengajuan pengembalian dalam hal

terjadinya kelebihan pembayaran retribusi.

11. Pengurangan, Keringanan, dan Pembebasan Retribusi.

Dalam Rancangan Qanun ini akan diatur kemungkinan diberikanya

pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi oleh

Gubernur dalam hal ada alasan untuk itu, dengan memperhatikan

kemampuan wajib retribusi.

12. Ketentuan Penutup

Dalam ketentuan penutup akan diatur tentang konsekwensi

berlakunya qanun baru ini terhadap ketentuan yang lama tentang

Retribusi Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak

Page 20: Kajian Akademik Qanun Rsia

20

BAB IVPENUTUP

Rancangan qanun Aceh tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan

pada Rumah Sakit Ibu dan Anak, dilihat dari kewenangannya adalah

wewenang Pemerintah Aceh, sehingga rancangan qanun ini dapat

dipertimbangkan untuk diproses lebih lanjut untuk menjadi suatu Qanun

Aceh tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Ibu

dan Anak. Tetapi dari segi struktur suatu qanun yang baik termasuk

substansi yang diatur masih memerlukan kajian dan diskusi lebih lanjut

dengan instansi pemrakarsa.

Draf Qanun ini belum memiliki penjelasan, baik penjelasan umum

maupun penjelasan pasal demi pasal. Seharusnya komponen struktur

ini harus lengkap sebelum diajukan kepada legislatif. Demikian juga

mengenai pengaturan tentang lampiran merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari qanun harus disebutkan dalam pasal qanun, dan harus

ada pasal yang mengatur mengenai masa peninjauan terhadap tarif

yang ada dalam lampiran qanun ini.

Demikianlah kajian akademik ini dibuat, semoga dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam proses selanjutnya. Terima kasih.

Page 21: Kajian Akademik Qanun Rsia

21

Daftar Pustaka

Andrian Sutedi, Implikasi Hukum Atas Sumber Pembiayaan Daerah Dalam

Kerangka Otonomi Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Anis Ibrahim, Legislasi dan Demokrasi, Interaksi dan Konfigurasi Politik

Hukum Dalam Pembentukan Hukum di Daerah, In-TRANS Publising Malang,

2008

Bohari, Pengantar Hukum Pajak, Raja Grafindo, Jakarta, 2001.

I Gde Pantja Astawa, Saprin Na’a, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang-

undangan di Indonesia, PT. Alumni Bandung, 2008

Hermin Hadiati Koeswadji, Hukum Untuk Perumahsakitan, PT. Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2002

Irawan Saptono, Menggugat Tanggung Jawab Negara, ELSAM, Jakarta,

2002.

Munawir, Pokok-Pokok Perpajakan, Liberti,Yogyakarta, 1985.

Muhammad Djafar Saidi, Pembaharuan Hukum Pajak, Raja

Grafindo,Jakarta,200