KAITAN ANTARA SRTUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN
-
Upload
nrangwesthi -
Category
Documents
-
view
654 -
download
1
description
Transcript of KAITAN ANTARA SRTUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM
KAITAN ANTARA STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN
Disusun Oleh :
NRANGWESTHI WIDYANINGRUM
12308144019
PROGRAM STUDI BIOLOGI SWADANA
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
A. Judul : Kaitan antara Struktur dan Fungsi Jaringan
B. Tujuan :
1. Mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis dan atau anatomis) pada
individu yang hidup di lingkungan tertentu.
2. Mengetahui adanya hubungan struktur-struktur spesifik tersebut dengan
kegunaan / fungsi tertentu bagi organisme yang bersangkutan.
C. Latar Belakang
Pemahaman seorang mahasiswa tentang kaitan antara struktur dan fungsi
jaringan belum tentu semuanya paham. Kemungkinan hanya beberapa anak saja yang
mengerti. Dengan ini, disini dilakukan pengamatan dan percobaan dengan
menggunakan tanaman eceng gondok dan daun waru. Dengan tujuan agar mahasiswa
mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis dan atau anatomis) pada individu
yang hidup di lingkungan tertentu. Serta agar mahasiswa mengetahui adanya
hubungan struktur-struktur spesifik tersebut dengan kegunaan / fungsi tertentu bagi
organisme yang bersangkutan.
Selain itu kesulitan yang menonjol adalah pada pembuatan preparat dan
kurangnya pemahaman tentang jaringan tumbuhan. Kesulitan ini kemungkinan
dirasakan sulit karena kurangnya bekal tentang bagaimana pembuatan preparat. Dan
juga dengan adanya percobaan ini diharapkan dapat lebih mengembangkan para
mahasiswa dalam bereksprimen.
D. Dasar Teori
Persoalan struktur dan fungsi jaringan pada tumbuhan didekati dengan
mengamati gejala struktur pada beberapa organ dengan fungsi –fungsi khusus seperti
pada :
1. Alat pengapung pada Euchornia crasipes
2. Penyimpan makanan pada wortel dan ubi jalar
3. Sebaran stomata pada tumbuhan air dan darat
(Paidi, 2012: 25)
Satuan terkecil pada tumbuhan adalah sel, suatu wadah kecil berisi substansi
hidup, yaitu protoplasma, diselubungi oleh dinding sel. Dalam setiap sel hidup
berlangsung proses metabolisme. Dinding sel melekat pada yang lain dengan adanya
perekat antar sel. Pengelompokkan sel seperti itu, yang berbeda struktur atau
fungsinya atau atau keduanya dari kelompok sel lain, disebut jaringan. Jaringan yang
secara umum terdiri dari sel-sel yang sama bentuk serta fungsinya disebut jaringan
sederhana. Jaringan yang terdiri atas lebih dari satu macam sel namun asalnya sama
disebut jaringan kompleks atau majemuk (Estiti, 1995:6 ).
Di tahun 1875, Sachs membagi jaringan dalam tiga sistem berdasakan
kesinambungan topografi, yakni sistem dermal, sistem jaringan pembuluh, dan sistem
jaringan dasar. Sistem dermal meliputi epidermis dan periderm. (Estiti, 1995: 7).
Epidermis merupakan jaringan penyusun tubuh tumbuhan paling luar dan
umumnya terdiri dari selapis sel saja. Fungsi dari epidermis untuk melindungi bagian
dalam organ tumbuhan terhadap penguapan, kerusakan-kerusakan mekanik, perubahn
temperatur dan sebagainya. Epidermis mempunyai sel-sel silika dan sel-sel gabus.
Sifat dari sel epidermis adalah selnya hidup, letaknya rapat satu sama lain tanpa ruang
antar sel, dinding luar yang berbatasan dengan udara relatif lebih tebal dibanding
dengan dinding sebelah dalam, plastida umumnya berupa leukoplas (Ratnawati, dkk.
2012: 27)
Periderm terdiri dari jaringan gabus / felem , kambium gabus / felogen, dan
feloderm, yakni sel hidup yang dibentuk oleh felogen ke arah dalam. Felogen
membentuk felem ke arah luar, dan feloderm membentuk felem kearah dalam (Estiti,
1995: 8).
Sistem jaringan pembuluh terdiri dari xilem dan floem. Xilem dan floem
disebut jaringan pengangkut. Jaringan xilem berfungsi sebagai pengangkut air dan
zat-zat hara dari akar ke bagian tubuh lain. Floem berfungsi sebagai pengangkut hasil
asimilasi dari daun ke tempat-tempat penyimpanan makanan dan bagian tubuh lain.
(Ratnawati dkk, 2012: 33)
Sistem jaringan dasar mencakup jaringan yang membentuk dasar bagi
tumbuhan, namum sekaligus juga dapat menunjukkan spesialisasi. Jaringan dasar
utama adalah parenkim dengan semua ragamnya, kolenkim yakni jaringan yang
berdinding tebal dan sel tetap hidup, sklerenkim, yakni jaringan yang berdinding tebal
dan seringkali berkayu sehingga keras dengan sel yang biasanya mati. (Estiti, 1995:
8).
Trikoma yaitu tonjolan epidermis yang terdiri dari satu atau lebih sel. Sel-sel
trikoma dapat mengadakan penebalan sekunder, ada yang kehilangan protoplasmanya.
Trikoma dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu trikoma non glandular
(bukan rambut kelenjar) dan trikoma glandular (rambut kelenjar) (Wibisono, 1987).
Stoma (Stomata) merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel
epidermis yang khusus yakni sel penutup. Dengan mengubah bentuknya, sel penutup
mengatur pelebaran-pelebaran dan penyempitan celah. Sel yang mengelilingi stomata
dapat berbentuk sama atau atau berbeda dengan sel epidermis lainnya. Sel yang
berebeda bentuk itu dinamakan sel tetangga, yang kadang-kadang berbeda juga isinya.
Sel tetangga berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel
penutup yang mengatur lebar celah (Estiti, 1995: 68).
E. Alat Bahan
1. Silet
2. Mikroskop
3. Gelas objek dan penutup
4. Lem alteco
5. Kamera
6. Alat tulis
7. Tanaman eceng gondok
8. Hand counter
F. Cara Kerja
Menyiapkan semua bahan dan alat yang diperlukan
Mengamati struktur morfologis tangkai daun eceng gondok
Mengamati preparat awetan penampang melintang daun pinus dan jagung. mengamati letak/posisi stomata
membuat irisan melintang tangkai daun eceng gondok dan mengamatinya di bwah mikroskop
G. Data Pengamatan
Tabel. Hasil pengamatan tentang kaitan antara struktur dan fungsi jaringan
Preparat : Permukaan bawah penampang daun waru
Perbesaran : 400x
Gambar Keterangan
Jumlah Stomata : 70
1. Sel penjaga
2. Mulut stomata
Preparat : Permukaan atas penampang daun waru
Perbesaran : 400x
Gambar Keterangan
Trikoma berbentuk bintang
Jumlah stomata : tidak ada
Jumlah trikoma 1
Preparat : Permukaan atas penampang daun eceng gondok
Perbesaran : 400x
Gambar Keterangan
1. Sel penjaga
2. Mulut stomata
Jumlah stomata : 22
Preparat : Permukaan bawah penampang daun eceng gondok
Perbesaran : 400x
Gambar Keterangan
1. Sel penjaga
2. Mulut stomata
3. Trikoma
Jumlah stomata : 33
H. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang kaitan antara struktur dan fungsi
jaringan yang betrujuan untuk mengetahui struktur-struktur spesifik (morfologis dan
atau anatomis) pada individu yang hidup di lingkungan tertentu serta untuk
mengetahui adanya hubungan struktur-struktur spesifik tersebut dengan kegunaan
atau fungsi tertentu bagi organisme yang bersangkutan. Alat-alat yang digunakan pada
praktikum kali ini antara lain, mikroskop, gelas penutup, gelas objek, alat penhitung,
silet dan lem alteco.
Langkah pertama yang dilakukan setelah mempersiapkan alat-alat yang
digunakan serta bahan-bahannya adalah mengambil tanaman daun waru dan eceng
gondok. Sebelum dilakukan pengamatan semuanya dilakukan sayatan setipis mungkin
pada bagian epidermis tubuh yaitu daun. Lalu pada penutup gelas objek diberi lem
alteco secukupnya dan jangan terlalu banyak. Kemudian ditunggu hingga agak
mengering, epidermis tadi yang telah diambil diletakkan di penutup tersebut, langsung
ditutup lagi menggunakan penutup gelas objek. Diingat mana yang bagian atas atau
bagian bawah dari daun tersebut. Setelah cukup kering, lalu penutup gelas objek
tersebut dilepaskan dan diamati di bawah mikroskop. Lalu dihitung berapa stomata
yang nampak pada area pengamatan. Ini dilakukan pada pengamatan stomata baik
pada tumbuhan air atau pada tumbuhan darat.
Sebagai wakil dari tumbuhan darat digunakan daun waru (Eichornia
crassipes) dari familia Butomaceae. Sedangkan wakil dari tumbuhan air digunakan
tumbuhan eceng gondok (Hibiscus tiliaceus) dari famili Malvaceae. Berikut
klasifikasinya :
1. Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Butomaceae
Genus : Eichornia
Spesies : Eichornia crassipes (Mart.) Solms
2. Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus tiliaceus L.
Setelah dilakukan sayatan, dan diambil stomatanya, dilakukan pengamatan
dengan menggunakan mikroskop. Dengan menggunakan hand counter dihitung
berapa stomata yang nampak dalam satu bidang penglihatan. Pada preparat pertama
atau peraparat bagian bawah permukaan daun waru, ditemukan stomata sebanyak 70
buah. Selain itu stomata yang terlihat berbentuk seperti ginjal. Nampak mulut
stomatanya dan sel penjaganya. Pada preparat dua atau preparat permukaan atas
penampang daun waru nampak sebuah trikoma berbentuk bintang. Jumlah stomata
tidak terlihat. Pada preparat tiga atau preparat permukaan atas penampang daun eceng
gondok nampak mulut stomata dan sel penjaga yang berbentuk ginjal. Dengan jumlah
stomata 22. Pada preparat terakhir atau preparat permukaan bawah penampang daun
eceng gondok terlihat stomata berbentuk ginjal yang berjumlah 33, dan terlihat
trikoma berbentuk bintang.
Baik pada daun waru maupun daun eceng gondok terlihat perbedaan yang
signifikan antara jumlah stomata pada bagian atas dan pada bagian bawah daun. Ini
disebabkan karena merupakan adaptasi tumbuhan untuk meminimalisasi hilangnya air
dari daun. Celah stomata terbentuk apabila sepasang sel penjaga stoma mengkerut. Sel
penjaga ini mengatur ukuran stomata, berperan penting dalam pertukaran gas (CO2
dan O2) yang terdapat di dalam daun dengan lingkungan luar, selain itu juga berperan
dalam pengaturan hilangnya air dari tumbuhan.
Selain diamati stomatanya (anatomisnya), dilihat juga struktur morfologisnya.
Pada daun waru terasa kasar pada permukaannya, ini disebabkan karena oleh adanya
trikoma atau rambut daun. Sedangkan pada daun eceng gondok dipegang teras licin
mungkin disebabkan karena tidak adanya trikoma.
I. Diskusi
1. Struktur morfologis tangkai daun pada eceng gondok : Mempunyai tangkai daun
yang menggelembung atau berongga dan pangkal tangkai daun menggelembung,
ujung dan pangkalnya meruncing. Sedangkan pada daun waru : batang lurus
seperti batang-batang pada umumnya, pangkalnya datar.
2. Struktur sel pada bagian dalam tangkai daun ececng gondok : Pada tangkai daun
enceng gondok terlihat adanya sel-sel yang bercabang-cabang. Dan diantara sel-
sel tersebut terdapat rongga-rongga yang merupakan ruang udara yang cukup
besar, sehingga banyaknya rongga udara yang terbentuk menyebabkan tanaman
ini dapat mengapung di permukaan air. Parenkim dengan ruang atau rongga udara
yang besar ini disebut aerenkim. Dan selain parenkim dapat terlihat dengan jelas
juga trikosklereida yaitu berupa sel yang bentuknya memanjang seperti rambut
dan agak bergelombang, dan biasanya keras. Sedangkan pada tangkai daun waru :
ditemukan trikoma berbentuk bintang yang terdiri atas banyak sel dan mempunyai
dua bagian yaitu kepala dan batang. Juluran pada trikoma ini berjumlah 8,
berwarna transparan.
3. Keseluruhan organ tanaman padi terdiri dari dua kelompok, yaitu organ vegetatif
dan organ generatif. Bagian-bagian vegetatif meliputi akar, batang dan daun
sedangkan bagian generatif terdiri dari malai, gabah, dan bunga. Sejak
berkecambah sampai panen tanaman padi memerlukan waktu 3-6 bulan, yang
keseluruhannya terdiri dari dua fase pertumbuhan yaitu vegetatif dan generatif.
Sedangkan pada tanaman darat batang ada dua jenis, dikotil dan monokotil.
Batang tumbuhan dikotil dan tumbuhan monokotil memiliki kekhasan susunan
anatominya masing-masing. Pada tumbuhan dikotil, batang terdiri atas bagian
kayu dan kulit yang dapat dipisahkan. Diantara keduanya terdapat lapisan
cambium. Cambium tersusun dari sel-sel yang selalu membelah, seperti meristem
pucuk. Letak cambium di bagian tepi batang sehingga jaringan meristem itu
disebut meristem lateral. Daerah ujung batang merupakan pusat pertumbuhan
karena sel-sel penyusun jaringannya selalu membelah yang disebut meristem
pucuk. Pada tumbuhan monokotil, daerah pangkal ruas batang menjadi titik
tumbuhnya. Hal itu terjadi karena pada daerah tersebut terdapat jaringan yang
selalu membelah, disebut meristem interkalar. Oleh karena itu, ruas batang dapat
bertambah panjang. Contohnya adalah pada bambu, tebu,jagung dan rumput-
rumputan.
4. Panjang kaki belakang katak air lebih panjang daripada katak darat. Hal ini juga
berkaitan dengan cara hidup berdasarkan tempat hidupnya. Pada katak air, ukuran
kaki yang lebih panjang memudahkan ketika berenang, sedangkan kaki pada katak
darat lebih pendek memudahkan untuk melompat. Selaput jari antar jari kaki pada
katak berfungsi untuk memudahkan dalam berenang ataupun melompat.
5. Kulit tubuh pada katak air licin dan lembut sedangkan kulit tubuh pada katak darat
kasar. Kulit tubuh katak air licin, hal ini memudahkan katak air untuk berenang
dalam air. Pada katak darat kulitnya kasar, tidak berlendir, dan ada tonjolan di
kulit, ini sesuai dengan keadan habitatnya yaitu darat yang cukup menantang. Jika
katak darat mempunyai kulit licin dan berlendir seperti halnya pada katak air,
kemungkinan besar kulitnya akan mudah terluka oleh benda-benda disekitarnya.
J. Kesimpulan
Struktur-struktur spesifik yang teramati dalam praktikum ini menekankan pada
jumlah stomata baik pada permukaan atas maupun permukaan bawah daun. Selain itu
juga diamati ada atau tidaknya trikoma danb berbentuk seperti apa trikoma tersebut.
Baik pada tumbuhan air atau darat semua bagian atas jumlah stomaatnya lebih sedikit
dibandingkan dengan permukaan bagian bawah yang lebih banyak mengandung
stomata. Pada bagian atas juga tidak menunjukkan adanya trikoma. Trikoma terlihat
pada bagian bawah daun yang berbentuk bintang.
Jumlah stomata yang teramati baik tumbuhan air ataupun darat lebih banyak
permukaan bawah daripada permukaan atas. Hal ini merupakan adaptasi dari
tumbuhan tersebut untuk meminimalisasi hilangnya air dari daun.
K. Daftar Pustaka
Hidayat B, Estiti. 1995. Anatomi tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB
Paidi. 2012. Buku Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta.
Pelangilova B, Annisa. http://blog.student.uny.ac.id/pelangilova /2010/10/11/katak-
darat-vs-katak-air/ diunduh tanggal 19 November pada jam 04.05.
Ratnawati, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Anatomi dan Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.