Kaidah Dasar Moral
Transcript of Kaidah Dasar Moral
Etik
• Merupakan bagian dari filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang yang baik, dan menginginkan hal yang baik dalam hidup.
• Mengandung permusyawaratan dan argumen explisit untuk membenarkan tindakan tertentu (etika praktis)
• Membahas asas-asas yang mengatur karakter manusia ideal atau kode etik profesi tertentu (etika normatif)
Moralitas
• Adalah pandangan tentang kebaikan/kebenaran dalam masyarakat
• Merujuk pada perilaku yang sesuai dengan “kebiasaan atau perjanjian rakyat yang telah diterima” sesuai dengan nilai dan pandangan hidup sejak masa kanak-kanak, tanpa permusyawaratan.
Ciri khusus moralitas1. Norma sangat penting (prinsipil, kekuatan “lebih bernilai”
mengatasi segala pertimbangan). Esensiil bagi kebahagiaan masyarakat, esensiil bagi tradisi budaya.
2. Hukum universal (coca cola, dimana saja, kapan saja, siapa saja). Mengikat (ada kata-kata: “harus”). Terjadi harus terjadi dan dapat diaplikasikan secara universal
3. Normal rasional (ada alasan masuk akal) dan objektif (kebenaran melingkupi seluruh masyarakat). Dasarnya adalah penalaran, tidak memihak, merupakan kebijakan akhir, prinsipnya benar
4. Menyangkut (kebahagiaan) orang lain misalnya golden rule hukum Talmud orang Ibrani “apa yang menyakitkan bagi kamu, jangan lakukan terhadap sesamamu”. Memberi perhatian pada orang lain (alturisme), kasih/simpati, harapan timbal balik, perhatian berdasar maksud baik terhadap orang lain dan tindakan penghasil kebaikan orang lain.
Karena tanpa permusyawaratan, maka semua orang mempunyai moralitas. Contoh moralitas:
• Norma agama non samawi. Norma yang ada pada “kepercayaan” dan atau “agama kuno” seperti Hindu, Budha, Kong Hu Chu, kejawen. Isinya ajaran agar manusia menjadi bijaksana atau mengerti (etika kebijaksanaan). Ini sama dengan etis. Disini belum ada “kewajiban”.
• Norma yang ada pada agama samawi. Orang harus berbuat baik dan adil, bukan buruk dan zalim, sesuai dengan perintah Allah (etika teonom). Disini sudah ada unsur kewajiban.
• Etika merupakan refleksi atas moralitas.• Tidak semua orang beretika• Etika adalah refleksi filosofis yang sesungguhnya• Dimunculkan oleh para filsuf dan berlaku
universal karena tidak memandang masyarakat tertentu saja.
• Dokter yang datang tidak tepat waktu maka ia tidak etik, tetapi meracuni pasien maka ia tidak bermoral.
Bioetika
• Menurut F. Abel: adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala makro maupun mikro, termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta sistem nilainya, kini dan masa datang.
Unsur etika
1. Nilai• Pra moral: tidak/belum
merujuk pada suatu norma konkrit perilaku manusia, misalnya : kesehatan, kehidupan, integritas fisik, seksualitas
• Moral: mengharuskan manusia melakukan/merujuk sesuatu tindakan konkrit pada suatu norma konkrit, misalnya kesetiaan yakni menepati janji, keadilan yakni kesediaan menghargai hak orang lain.
2. Norma • Proporsi (“dalil”) pemindah
nilai ke tingkat kehidupan konkrit, baik fungsi positif atau negatif
• Ungkapan teknis pengalaman etis manusia
• Generalisasi relevan tentang apa yang secara moral relevan.
Pembagian teori etik, ditinjau dari segi inti
1. Etika kebijaksanaan• Dasar agama/kepercayaan:
moralitas agama non samawi
• Dasar filsafat: etika kebahagiaan: etika kebahagiaan (Yunani)
2. Etika kewajiban• Dasar agama: moralitas
agama samawi (etika teonom)
• Dasar filsafat: Immanuel Kant (etika otonom)
Ditinjau dari segi metodologisnya:
1. Etika substantif• Dasarnya etik kebijaksanaan
atau etika kewajiban
2. Etika prosedural• Dasar keadilan: contoh John
Rawls• Dasar komunikasi: Contoh
Juergen Habermas
Ditinjau dari subjek pelaksanaannya
1. Etika maksim• Prinsip subjektif bertindak,
sikap dasar hati nurani ketika bersikap-tindak-perilaku-konkrit)
• Misalnya etika kebijaksanaan. Bisa dilihat konteksnya, keterarahan pada maksim tertentu yang merangkai dalam satu jalinan makna (seperti tanggung jawab) dapat memperlihatkan watak seseorang dan dapat membedakan antara legalitas dan moralitas.
2. Etika norma-norma• Dasarnya ialah peraturan
hukum sehingga tidak dapat membedakan legalitas-moralitas.
Teori hidup baik (bermakna)
• Teori ini mendasari kenapa manusia berbuat sesuatu yang dipandang etis
• Hidup baik dapat menurut pasien (masuk dalam patien preferences dan quality of life) namun dalam hal ini ditunjukan pada diri dokter sebagai makluk otentik yang eksis dalam dirinya ditengah perubahan cepat masyarakat dan ilmu pengetahuan teknologi dunia kedokteran (relevan mendasari contextual features)
Hidup baik dan bermakna terdapat:
• Mencapai rasa nikmat (hedonisme egois-bagian dari egoisme etis)• Cinta menyatu ke ilahi (Plato, sufisme islam, kejawen) atau cinta
kepada Tuhan (Agustinus)• Kebahagiaan (eudemonia bagian dari egoisme etis)• Kebajikan/keutamaan(virtue) Aristoteles• Hindari perasaan sakit (epikurus)• Rela menyatukan diri dengan (hukum) alam sebagai sunnatullah
(Stoa)• Mengikuti hukum kodrat (cinta kepada Tuhan plus keutamaan –
Aquinas)• Not having but being (Erich Fromm)• Kebebasan/ otonom subjek sebagai moralitas (Kant)• Pandangan Dunia/Labenswelt (Habermas)
Kaidah dasar Moral:
• Beneficence• Non Maleficence• Justice• Autonomy
Beneficence (tindakan berbuat baik)
• General beneficence– Melindung & mempertahankan hak yang lain– Mencegah terjadi kerugian pada yang lain– Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain
• Spesific beneficence– Menolong orang cacat– Menyelamatkan orang dari bahaya
• Mengutamakan kepentingan pasien• Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh
menguntungkan dokter/rumah sakit/pihak lain• Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya>akibat buruk)
prinsip utilitarian• Menjamin nilai pokok: “apa saja yang ada, pantas (elok) kita
bersikap baik terhadapnya” (apalagi ada yang hidup)
Contoh beneficence lainnya
• Bermurah hati, kewajiban atau tugas untuk menyebarkan kebaikan
• Meningkatkan minat yang benar dari seseorang, dan mencegah atau mengatasi keburukan.
• Dokter berlaku profesional, bersikap jujur dan luhur pribadi (integrity), menghormati pasien, peduli pada kesejahteraan pasien, kasih sayang, dedikatif mempertahankan kompetensi pengetahuan dan keterampilan teknisnya
Non maleficence= primum non nocere
• Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti:– Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm)
pasien– Minimalisasi akibat buruk
• Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:– Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya
sesuatu yang penting– Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut– Tindakan dokter tadi terbukti efektif– Manfaat bagi pasien>kerugian dokter
• Norma tunggal, isinya larangan
Keadilan= Justice
• Memberi perlakuan sama untuk setiap orang– Memberi sumbangan relatif sama terhadap
kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang membahagiakannya)
– Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien)
• Tujuan: menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai makhluk berakal budi (bermartabat) khususnya: yang hak dan yang baik
Jenis keadilanA. Tukar menukar: kebajikan memberikan/mengembalikan
hak-hak kepada yang berhakB. Distributif (membagi): kebajikan membahagiakan
kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada: – Setiap orang andil yang sama– Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya– Setiap orang sesuai upayanya– Setiap orang sesuai kontribusinya– Setiap orang sesuai jasanya– Setiap orang sesuai bursa pasar bebas
C. Sosial: kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama:– Utilitarian: memaksimalkan kemanfaatan publik dengan
strategi menekan efisiensi sosial dan memaksimalkan nikmat / keuntungan bagi pasien.
– Libertarian: menekankan hak kemerdekaan sosial ekonomi (mementingkan prosedur adil > hasil substansif / meteriil).
– Komunitarian: mementingkan tradisi komunitas tertentu.– Egalitarian: kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup
yang dianggap bernilai oleh setiap individu rasional ( sering menerapkan kriteria material kebutuhan dan kesamaan )
D. Hukum (umum): Pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.
OTONOMI (SELF DETERMINATION)
• Pandangan KANT: otonomi kehendak = otonomi moral yakni: kebebasan bertindak , memutuskan (memilih), dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan, atau campur tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self legislation dari manusia.
• Pandangan J STUART MILL:otonomi tindakan / pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak menentukan diri dari sisi pandang pribadi.
• Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai makhluk bermartabat)
• Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.
• Kaidah ikutannya ialah : tell the truth, hormatilah privacy yang lain, lindungi informasi confidential, mintalah consent untuk intervensi diri pasien, bila ditanya bantulah membuat keputusan penting.
• Erat terkait dengan doktrin inform consent, kompetensi ( termasuk untuk kepentingan peradilan) penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen
Prinsip turunan KDM• Berani berkata benar/kejujuran (veracity): truth
telling• Kesetiaan (fidelity): keep promise• Privacy (dari otonom dan beneficence)• Konfisensialitas• Menghormati kontrak (perjanjian)• Ketulusan (honesty): tidak menyesatkan
informasi kepada pasien atau pihak ketiha seperti perusahaan asuransi , pemerintah
• Menghindari membunuh
Keberlakuan etik kedokteran sebagai norma• Bersyarat (hipotesis)= Teleologis – Betul tidaknya tindakkan bergantung pada akibat-
akibatnya, bila akibat baik wajib, bila buruk maka haram
– Hendak dicapai tujuan kedokteran tertentu namun tetap dalam bingkai “mempertahankan martabat kemanusiaan” (bukan tujuan asal-asalan)
– Dasar: pengalaman (efektif-efisien)– Kelemahan: menghilangkan dasar bahwa pembawa
kepastian etis, tidak berketegasan, pemicu “tujuan menghalalkan segala cara”
• Tidak bersyarat (kategoris) = deontologis– Tidak tergantung pada tujuan tertentu– Betul tidaknya tindakan tergantung pada
perbuatan/cara bertindak itu sendiri, bukan pada akibat tindakan itu
– Dasar: kewajiban/keharusan mutlak/absolut atau”kewajiban demi kewajiban”
– Kelemahan: pemicu fanatisme buta, tidak luwes dalam perkembangan jaman, tidak mampu memecahkan dilema etis
Doktrin efek ganda
• Efek buruk terkadang secara moral dapat diterima ketika akan memunculkan efek baik. Namun memerlukan sederet alasan tertentu. Hal ini berguna untuk efek teleologis
• Contoh: anak perlu sekolah, istri perlu ke salon dan shopping, suami perlu berkarir. Semua perlu uang. Sementara mencapai fotrah tadi bolehkan pasien di obyekin?
• Jawaban:”azas akibat rangkap/prinsip ganda” sebagai patokan yang tidak boleh dilanggar yakni:– Akibat buruk tersebut tidak diinginkan (bukan maksud/tujuan pokok)– Perbuatan itu sendiri secara intrinsik tidak boleh bersifat buruk/jahat
(karena berbuat buruk manapun tak pernah ditolelir)– Akibat baik tidak boleh diperoleh dari sebab yang buruk/jahat (akibat
buruk tidak boleh menjadi sarana mencapai efek baik) karena dengan sendirinya yang buruk dikehendaki secara langsung demi ke yang baik. Tujuan baik tidak membenarkan cara-cara jahat.
– Alasan kuat (proporsional)bahwa akibat baiknya lebih kuat/penting, daripada akibat buruk (harus melewati perenungan lebih dahulu) bila tidak ada cara lain yang lebih tepat. Manfaat > mudharatnya.
KEPUSTAKAAN
• SANBAR• WWW.JME.BMJ.COM• BEUCHAMP DAN CHILDRESS• ETIK BERTENS UNIV.ATMADJAYA