KAIDAH AL-SU’A

20
KAIDAH AL-SU’A< L WA AL-JAWA< B DALAM AL-QUR’AN Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah Qawa> id al-Tafsi> r Semester II Konsentrasi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Kelas Reguler Oleh: Muhammad Dirman Rasyid 80600216003 Dosen Pemandu: Prof. Dr. H. M. Galib M., M.A. Dr. Dudung Abdullah, M.Ag. PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2017

Transcript of KAIDAH AL-SU’A

Page 1: KAIDAH AL-SU’A

KAIDAH AL-SU’A <L WA AL-JAWA<B DALAM AL-QUR’AN

Dipresentasekan pada Seminar Mata Kuliah

“Qawa>‘id al-Tafsi >r ”

Semester II

Konsentrasi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Kelas Reguler

Oleh:

Muhammad Dirman Rasyid

80600216003

Dosen Pemandu:

Prof. Dr. H. M. Galib M., M.A.

Dr. Dudung Abdullah, M.Ag.

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: KAIDAH AL-SU’A

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tafsir sebagai suatu ilmu yang digunakan untuk memahami kitab Allah yang

diturunkan kepada nabi Muhammad saw. menjelaskan maknanya dan mengeluarkan

hukum yang terkandung di dalamnya,1 tentu memiliki kedudukan yang sangat penting.

Olehnya itu, diperlukan seperangkat kaidah-kaidah yang dapat dijadikan landasan

berpijak bagi mufasir sehingga tidak keliru dalam upaya memahami al-Qur’an.

Seorang mufasir yang tidak menguasai kaidah-kaidah penafsiran produk tafsirnya bisa

dikategorikan sebagai produk tafsir terendah, bahkan belum layak disebut sebagai

tafsir.2

Dalam ilmu tafsir terdapat banyak kaidah-kaidah, ada yang berkaitan dengan

kaidah logika, teologi, usu>l al-fiqh, kebahasaan dan sebagainya. Dalam aspek

kebahasaan maka hal ini berkaitan dengan kaidah bahasa arab baik dari segi

gramatikalnya maupun dari segi kesusastraannya, meskipun pada dasarnya kaidah

tersebut juga di ambil dari dalam al-Qur’an. Para ulama menyusun kaidah tersebut

dengan ber-istinba >t } pada uslub-uslub yang digunakan al-Qur’an.

Kaidah-kaidah dari aspek kebahasaan meliputi penggunaan kata-kata dan

sistematika bentuk kalimat tertentu yang mempunyai makna-makna yang tertentu pula

sesuai dengan pola yang digunakan. Di antara kaidah-kaidah dalam aspek kebahasaan

adalah al-su’a>l wa al-jawa>b, maksudnya adalah kaidah tentang pola pertanyaan dan

1Kadar M. Yusuf, Studi al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2009), h. 127-128.

2Jabal Nur, “Qawa’id Tafsir Hubungannya dengan Bahasa Arab (Kaidah-Kaidah Dasar yang

Harus Dikuasai Dalam Pembelajaran Tafsir”, Jurnal Al-Ta’dib 6, no. 2 (Juli-Desember 2013): h. 20.

Page 3: KAIDAH AL-SU’A

2

jawaban dalam al-Qur’an. Sebab dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang

berisikan pertanyaan yang kemudian diikuti oleh jawaban atau pertanyaan yang

jawabannya ada dalam al-Qur’an. Bentuk dan materi pertanyaannya pun beragam

demikian pula jawabannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka pokok masalah pada makalah ini

adalah “bagaimana kaidah al-su’a >l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an?”. Dari pokok

masalah tersebut maka sub-masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hakikat al-su’a >l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an?

2. Bagaimana wujud al-su’a>l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an?

3. Bagaima urgensi pemahaman al-su’a >l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an?

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan

a. Untuk menjelaskan hakikat kaidah al-su’a>l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an.

b. Untuk mendeskripsikan kaidah al-su’a >l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an.

c. Untuk memahami ugensi pengetahuan terhadap kaidah al-su’a >l wa al-jawa>b

dalam al-Qur’an.

2. Kegunaaan

a. Makalah ini diharapkan memiliki arti ilmiah yang dapat menambah informasi,

memperkaya dan mengembangkan khasznah keilmuan dan keislaman,

khususnya dalam kajian ilmu hadis dan memberikan gambaran serta penjelasan

mengenai kaidah al-su’a>l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an.

Page 4: KAIDAH AL-SU’A

3

b. Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat menjadi khasanah keilmuan bagi

mahasiswa yang mempelajari ilmu-ilmu al-Qur’an dan tafsir.

Page 5: KAIDAH AL-SU’A

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Su’a >l wa al-Jawa>b dalam al-Qur’an

Secara bahasa al-su’a>l wa al-jawa>b merupakan gabungan dari dua kata yaitu

al-su’a >l dan al-jawa >b. Kata al-su’a >l merupakan bentuk masdar dari asal kata سأل yang

mempunyai makna asal meminta, memohon, bertanya.3 Adapun kata al-jawa>b berasal

dari kata جوب yang bermakna balasan dari perkataan atau jawaban atas perkataan.4

Jadi, secara harfiah al-su’a>l wa al-jawa >b dapat diartikan sebagai pertanyaan dan

jawaban.

Dalam kaitannya dengan al-Qur’an dan kaidah tafsir makan al-su’a>l wa al-

jawa >b merupakan salah satu bentuk uslub dalam al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an

terdapat ayat-ayat yang berisikan pertanyaan beserta jawaban atas pertanyaan tersebut.

Sebagaimana dalam firman Allah QS al-Baqarah/2: 189:

ق يس هلة لونكعنٱل ج قيتللناسوٱل هيمو ...ل

Terjemhanya:

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (petunjuk) waktu bagi manusia dan (Ibadah) haji”…5

Pada ayat di atas memuat pertanyaan dan jawaban, kalimat هلة يس ٱل عن لونك

merupakan pertanyaan dan kalimat setelahnya yaitu ج وٱل للناس قيت مو هي adalah قل

jawabannya.

3Ah}mad Ibn Fa >ris, Mu‘jam Maqa>yi >s al-Lugah, Juz 3 ([t.t.]: Da>r alFikr, 1979 M/1399 H) , h.

124.

4Ah}mad Ibn Fa >ris, Mu‘jam Maqa>yi >s al-Lugah, Juz 1 ([t.t.]: Da>r alFikr, 1979 M/1399 H) , h.

491.

5Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. III; Solo: Tiga Serangkai Pustaka

Mandiri, 2013 M/1434 H), h. 29.

Page 6: KAIDAH AL-SU’A

5

Al-Suyu >t }i > menyatakan bahwa pada dasarnya jawaban harus sesuai dengan yang

ditanyakan, tetapi terkadang jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan pertanyaan,

hal tersebut disebabkan karena pertanyaan yang semestinya di ajukan adalah apa yang

terkandung dalam jawaban, uslub ini dinamakan sebagai uslub al-h}aki >m oleh al-

Sakka >ki>. Sebagaimana pada ayat 186 QS al-Baqarah/2 di atas, jawaban atas pertanyaan

tentang bulan sabit dengan menyebutkan hikmahnya bukan dengan memberikan

jawaban tentang bagaiaman bulan sabit itu dan proses terjadinya. Karena pertanyaan

yang lebih utama untuk ditanyakan adalah hikmahnya atau faedahnya.6

Dari pemaparan di atas maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud al-su’a >l

wa al-jawa>b dalam al-Qur’an adalah pola pertanyaan yang disertai dengan jawaban

yang terdapat dalam ayat-ayat al-Qur’an. Pola tersebut tidak semuanya sama, tapi

beragam, terkadang jawaban yang diberikan dialihkan dalam artian berbeda dari apa

yang ditanyakan sebagaimana telah dikemukakan di atas, terkadang juga jawaban lebih

umum atau lebih khusus, tergantung pada keadaan dan keperluan untuk hal tersebut.7

Pembahasan mengenai al-su’a >l wa al-jawa >b erat kaitannya dengan aspek

kebahasaan khususnya dari aspek bala>gah yang berbicara mengenai keindahan sususan

kalimat serta pemilihan kata yang seseuai dengan konteksnya.

B. Kaidah-Kaidah al-Su’a >l wa al-Jawa>b dalam al-Qur’an

Ayat-ayat yang menggunakan yang mengandung al-su’a>l wa al-jawa >b bisa

dilihat dari kalimatnya, paling umum dan mudah dikenali dengan menggunakan frasa

terulang sebannyak 15 يسألونك Adapun frasa .قل kemudian diikuti dengan fasa يسألونك

6Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a >n, Juz 2 ([t.t]: Al-Hai’ah al-Mas}riyah al-

‘A<mmah li al-Kita>b, 1974 M/1394 H), h. 369.

7Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 369.

Page 7: KAIDAH AL-SU’A

6

kali dalam al-Qur’an, 4 di antaranya bersambung dengan huruf 8.و Selain itu, terdapat

pula bentuk lain, misalnya dalam percakapan sebagaimana percakapan antara Nabi

Musa as. dengan Fir’aun dalam QS al-Syu‘ara>/26: 23-28.

Ada beberapa kaidah yang disusun oleh para ulama terkait al-su’a>l wa al-jawa>b

dalam al-Qur’an. Di antaranya sebagai berikut:

a. Jawaban harus sesuai dengan yang ditanyakan, pengalihan jawaban hanya

bisa dilakukan apabila ada indikator yang kuat untuk pengalihan jawaban

tersebut atau pertanyaan tersebut tidak sesuai untuk ditanyakan.

Sebagaimana dalam firman Allah QS al-Baqarah/2: 189 yang telah dijelaskan

sebelumnya. Adapun indikator dari pengalihan makna dari pertanyaan tentang

bulan sabit lalu dijawab dengan menjelaskan hikmah atau fungsi dari bulan sabit

tersebut adalah riwayat yang berkaitan dengan sebab turunnya ayat tersebut.9

Sebab turunnya ayat tersebut sebagaimana dituliskan al-T {abari>, bahwasanya

Rasulullah saw. ditanyai tentang perubahan bentuk dan keadaan bulan sabit, lalu

turunlah ayat ini. Al-T {abari >, mengeluarkan riwayat tentang sebab turunnya ayat

ini dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini.10

ث نا قلالهلةعنيسألونك:}ق ولهق تادة،عنسعيد،ثنا:قاليزيد،ثنا:قالمعاذ،بنبشرحدل:ذلكعنوسلمعليهللاصلىاللنبسألوا:ق تادةقال[189:البقرة{]للناسمواقيتهي

[189:البقرة{]للناسمواقيتهي:}تسمعونمافيهااللفأن زلالهلة؟هذهجعلت

8Al-Baqarah/2: 189, 215, 217, 219, 220, 222. Al-Ma>’idah/5: 4. Al-A‘ra>f/7: 187. Al-Anfa>l/8: 1.

Al-Isra>’/17: 85. Al-Kahf/18: 83. T{a>ha>/20/: 105 Al-Na>zi‘a>t/79: 42. H{usain Nasa>r, Mu‘ja>m A<ya>t al-Qur‘a >n

(Mis }r: Syirkah Maktabah wa Mat }ba‘ah Mus}t }afa> al-Ba>bi> al-H{ilbi>, 1965 M/1385 H), h. 256, 269.

9Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 369.

10Muh}ammad Ibn Jari>r al-T {abari>, Ja>mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi >l A <y al-Qur‘a >n, Juz 3 (Al-Ji>zah: Da>r

Hijr li al-T {aba>‘ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi>‘ wa al-I‘la>n, 2001 M/1422 H), h. 279-280.

Page 8: KAIDAH AL-SU’A

7

Artinya:

Telah berbicara kepada kami Basyr Ibn Mu‘az\, dia berkata: telah berbicara kepada kami Yazi>d, dia berkata: telah berbicara kepada kami Sa‘i>d, dari Qata>dah, firman Allah: {للناسمواقيتهيقلالهلةعنيسألونك} , Qata>dah berkata: mereka menanyai Rasulullah saw. tentang itu (bulan sabit): “kenapa dijadikan bulan sabit ini?” Maka Allah menurunkan ayat sebagaimana yang kalian dengar {للناسمواقيتهي} .

Pada riwayat tersebut jelas bahwa yang ditanyakan adalah tujuan atau hikmah

kenapa dijadikan bulan sabit. Sehingga pengalihan makna tersebut sudah sesuai

dengan apa yang ditanyakan.

Sementara itu, al-Sakka >ki> menamakan uslub jawaban ini sebagai uslu >b al-h}aki>m

pengalihan jawaban atas pertanyaan, sebab pertanyaan yang lebih tepat adalah

apa yang terkandung dalam jawaban,11 seperti pada ayat QS al-Baqarah/2: 189

tersebut yang lebih tepat untuk ditanyakan adalah tujuan dan faedah dari bulan

sabit untuk kehidupan manusia.

Al-Zuh}aili> dalam al-Tafsi>r al-Muni>r menjelaskan bahwa yang lebih utama untuk

ditanyakan kepada Rasulullah saw. adalah hikmah, tujuan dan faedah dari

dijadikannya bulan sabit, bukan tentang bagaimana proses terjadinya. Sebab

Rasulullah saw. bukan diutus untuk menjelaskan ilmu falak atau perbintangan.

Pertanyaan yang sesuai adalah apa yang terkandung dalam jawaban yaitu tentang

hikmah, tujuan dan faedah sebab hikmah dari bulan sabit demikian adalah agar

manusia mengetahui pembagian waktu baik dalam urusan penanggalan atau

dalam hal ibadah seperti penentuan waktu puasa, hari lebaran, haji dan

sebagainya. Ini sesuai dengan pengutusan Nabi saw.12

11Muha}ammad Ibn ‘Abd al-Rah}ma>n al-Qazu >waini>, Al-I<d}a>h} fi ‘Ulu>m al-Bala>gah, Juz 2 (Cet.

III; Bairu >t: Da>r al-Jali>l, [t.th.]), 94.

12Wahbah Ibn Mus}t }afa> al-Zuh}aili>, Al-Tafsi>r al-Muni >r fi al-‘Aqi>dah wa al-Syari >‘ah wa al-

Manhaj, Juz 2 (Cet. II; Damasyq: Da >r al-Fikr al-Mu‘a>s}arah, 1418 H), h. 171.

Page 9: KAIDAH AL-SU’A

8

Contoh lain dari pengalihan jawaban, terdapat dalam fiman Allah QS al-

Syu‘ara >/26: 23-28:

23)العالميرب ومافرعونقال ن هماوماوالرضالسماواترب قال( م وقنيكنتمإنب ي رسولكمإنقال(26)الوليآبئكمورب رب كمقال(25)تستمعونألحولهلمنقال(24)

ن هماوماوالمغربالمشرقرب قال(27)لمجنونإليكمأرسلالذي (28)ت عقلونكنتمإنب ي Terjemahnya:

23. Fir’ain bertanya, “Siapa Tuhan seluruh alam itu?”

24. Dia (Musa) menjawab, “Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya (itulah Tuhanmu) jika kamu memercayai-Nya.”

25. Dia (Fir’aun) berkata kepada orang di sekelilingnya, “Apakah kamu tidak mendengar (apa yang dikatakannya)?”

26. Dia (Musa) berkata, “Dia Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu.”

27. Dia (Fir’aun) berkata, “Sungguh, Rasulmu yang diutus kepada kamu benar benar-benar orang gila.”

28. Dia (Musa) berkata, “(Dialah) Tuhan (yang menguasai) timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya; jika kamu mengerti.”13

Pada ayat-ayat di atas terjadi percakapan antara Nabi Musa as. dengan Fir’aun,

Nabi Musa as. menjawab pertanyaan Fir’aun tentang hakikat dan jenis Tuhan

dengan “Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya (itulah

Tuhanmu) jika kamu memercayai-Nya.” yang merupakan sifat Tuhan, karena

pertanyaan tentang hakikat Tuhan adalah pertanyaan yang salah, sebab Tuhan

tidak dapat diketahui hakikatnya. Sebab itu, Fir’aun heran dengan jawaban

tersebut, dan ia pun berkata ke sekelilingnya “Apakah kamu tidak mendengar

(apa yang dikatakannya)?”, lalu Nabi Musa as. menjawab “Dia Tuhanmu dan

juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu.” Jawaban kedua Nabi Musa as. ini

13Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 368.

Page 10: KAIDAH AL-SU’A

9

membatalkan keyakinan mereka (orang-orang di sekeliling Fir’aun) tentang

ketuhanan Fir’aun.14

Pengalihan jawaban juga terkadang dilakukan jika pertanyaan dimaksudkan

untuk mencari-cari kesalahan.15 Sebagaimana dalam firman Allah QS al-Isra >/17:

85:

قليال ويس مإل عل وماأوتيتمم نٱل ررب أم قلٱلر وحمن (85)لونكعنٱلر وحTerjemahnya:

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.”16

Ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan oleh orang yahudi kepada

Rasulullah saw. tentang roh. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk menguji

Rasulullah saw. sebab mereka (yang mempertanyakan) mengetahui dengan jelas

bahwa persoalan roh tidak ada yang mengetahuinya secara pasti. Maka dengan

turunnya ayat tersebut banyak dari ahl al-kita>b yang beriman sebab sesuai

dengan yang dijelaskan di dalam kitab-kitab mereka. Jawaban pada ayat tersebut

memberikan pesan bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat roh karena

keterbatasan pemahaman dan akalnya dan Tuhan pun tidak membebani manusia

untuk mengetahui hal tersebut.17

14Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 370-371.

15Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 372.

16Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 290.

17Muh}ammad Mutawalli> al-Sya‘ra>wi>, Tafsi >r al-Sya‘ra >wi >: al-Khawa >t }ir, Juz 14 (Mis}r: Akhba >r

al-Yaum, 1997 M), h. 8719.

Page 11: KAIDAH AL-SU’A

10

b. Jawaban terkadang dilebihkan atau lebih ringkas, tergantung dari konteks

yang dibicarakan.

Terkadang jawaban yang diberikan dilebihkan dari pertanyaan yang ditanyakan,

sebagaimana jawaban Nabi Musa as. ketika ditanyai oleh Allah swt. dalam

firman Allah QS T {a>ha >/20: 17-18:

فيهاولغنميعلىباوأهش علي هاأت وكأعصايهيقال(17)موسىيبيمينكتلكوما(18)أخرىمآرب

Terjemahnya:

17. “Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?”

18. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat lain.”18

Nabi Musa as. dari ayat di atas terlihat melebihkan jawabannya, hal ini karena

Nabi Musa as. merasa nyaman berdialog dengan Allah swt.19

Terkadang pula jawaban yang diberikan lebih ringkas dari pertanyaan yang

dilontarkan. Seperti dalam firman Allah QS Yu >nus/10: 15:

لهأوهذاغيبقرآنائتلقاءني رجونلالذينقالب ي ناتآيت ناعليهمت ت لىوإذا يكونماقلبد لهأنل إليوحىماإلأتبعإنن فسيتلقاءمنأبد عظيمي ومعذابرب عصيتإنأخافإن (15)

Terjemahnya:

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan jelas, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, “Datangkanlah kitab selain al-Qur’an ini atau gantilah.” Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku. Aku benar-benar takut akan azab hari yang besar (Kiamat) jika mendurhakai Tuhanku.”20

18Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 313.

19M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2005), h. 67.

20Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 201.

Page 12: KAIDAH AL-SU’A

11

Soal yang terdapat dalam ayat adalah berupa tantangan untuk mendatangkan atau

menggantikan yang seperti dengan al-Qur’an, tetapi dijawab dengan

ketidakmampuan untuk mengubahnya atau menggantikannya. Jawaban ini lebih

ringkas dibanding pertanyaan yang mempertanyakan mendatangkan dan

menggantikan. Ini merupakan isyarat bahwa jangankan mendatangkan dalam arti

membuat seperti al-Qur’an, merubah atau menggantinya saja manusia tidak

sanggup, maka dengan jawaban itu otomatis menafikan kesanggupan untuk

mendatangkan atau membuat seperti al-Qur’an.21

c. Muatan jawaban harus sesuai dengan pertanyaan. Seperti penggunaan kata

ganti harus sesuai antara pertanyaan dan jawaban.

Jadi, jawaban harus sesuai tempat kembalinya dengan pertanyaan, dalam hal ini

seperti penggunaan kata ganti. Sebagai contoh, dalam firman Allah QS Yu >suf/12:

90:

...أخيوهذايوسفأنقاليوسفلنتأإنكقالواTerjemahnya:

Mereka berkata, “Apakah engkau benar-benar Yusuf?” Dia (Yusuf) menjawab, “Aku Yusuf dan ini saudaraku…22

Pada ayat di atas jawaban dengan menggunakan kata ganti أن, sesuai dengan

pertanyaan yang menggunakan kata ganti 23.أنت

21Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 371.

22Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 246.

23Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 372.

Page 13: KAIDAH AL-SU’A

12

d. Pada dasarnya bentuk kalimat antara jawaban dan pertanyaan harus sesuai.

Jika pertanyaan dalam jumlah ismiyyah maka jawaban pun harus demikian,

dan terkadang dikira-kirakan.

Maksud dari kaidah ini adalah pada dasarnya bentuk kalimat jawaban harus

sesuai dengan pertanyaan, seperti dalam firman Allah saw. QS Ya >si >n/36: 78-

79:24

عليمخلقبكل وهومرةأولأنشأهاالذييحي يهاقل(78)رميموهيالعظاميحي منقال...(79)

Terjemahnya:

78. …Dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-berulang, yang telah hancur luluh?”

79. Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptkannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.25

Tetapi jika terdapat jawaban bentuknya sesuai dengan pertanyaan, misalnya

pertanyaan dengan jumlah fi‘liyyah tetapi jawaban langsung menyebutkan isim,

maka hal tersebut dikira-kirakan dengan membuang fi‘l-nya.26

e. Pertanyaan apabila mempertanyakan pengertian, defenisi atau maksud, maka

menggunakan kata yang dimaksudkan (objek yang ditanyakan) yang didahului

dengan huruf عن, dan apabila pertanyaan bermaksud memohon, meminta, atau

tentang keperluan, khususnya dalam persoalan materi maka menggunakan

objeknya langsung atau dengan menggunakan huruf من.

24Badr al-Di>n al-Zarkasyi>, Al-Burha >n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 4 (Bairu >t: Da>r al-Ma‘rifah, 1957

M/1376 H), h. 47.

25Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 445.

26Badr al-Di>n al-Zarkasyi>, Al-Burha >n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 4, h. 47.

Page 14: KAIDAH AL-SU’A

13

Maksudnya dari kaidah ini adalah jika yang pertanyaan bermaksud untuk

mengetahui tentang hakikat, pengertian, maksud, maka redaksi pertanyaan

menggunakan huruf عن lalu diikuti kata yang menunjukkan objek ditanyakan,

dan ini yang banyak ditemui dalam al-Qur’an.27 Adapun contohnya sebagaimana

firman Allah QS al-Baqarah/2: 219:

ر المر عن يسألونك (219...)والميس Terjemahnya:

Mereka menayakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi…28

Sedangkan, apabila yang pertanyaan bermaksud untuk memohon, meminta apa

yang semestinya dilakukan atau tentang keperluan, khususnya dalam persoalan

materi, maka redaksi pertanyaan menggunakan kata yang menunjukkan objek

yang ditanyakan atau dengan huruf 29.من Adapun contoh yang langsung

menggunakan kata yang menunjukkan objeknya, sebagaimana dalam firman

Allah QS QS al-Baqarah/2: 219:

(10...)ي حنف قحونماذاويسألونك...

Terjemahnya:

…Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus) mereka

infakkan…30

Adapun aplikasi yang didahului dengan huruf من, kemudian diikuti kata yang

menunjukkan objeknya,31 dalam firman Allah QS al-Ah}za >b/33: 53:

27Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 376.

28Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 34.

29Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 376.

30Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 34.

31Jala>l al-Di>n al-Suyu >t }i>, Al-‘Itqa>n fi ‘Ulu>m al-Qur‘a>n, Juz 2, h. 376.

Page 15: KAIDAH AL-SU’A

14

(53...)حجابوراءم نفاسألحوهحن متاعاسألتموهنوإذا...

Terjemahnya:

…Apabila kamu meminta/menanyakan seseatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi) maka bertanyalah/mintalah dari belakang tabir…32

C. Urgensi Pemahaman Terhadap Kaidah al-Su’a >l wa al-Jawa>b dalam al-Qur’an

Dari uraian pada bagian kaidah-kaidah al-su’a >l wa al-jawa >b dalam al-Qur’an,

dapat dipahami betapa pentingnya pengetahuan akan kaidah ini. Sebab ini berkaitan

dengan aspek kebahasaan dan menjadi suatu keharusan untuk menguasainya sehingga

memberikan pemahaman yang benar.

Pentingnya menggunakan kaidah kebahasaan dalam memahami al-Qur’an

karena suati ayat al-Qur’an begitu kompleks sehingga tidak cukup melihatnya dalam

satu sisi saja.33 Seperti dalam kasus pertanyaan mengenai bulan sabit, yang secara

z}a>hir tidak sesuai antara jawaban dan soal, tapi dengan mengetahui masalah kaidah ini

maka dapat dipahami mengapa al-Qur’an memberikan jawaban yang demikian.

Selain itu, pengetahuan tentang al-su’a>l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an

memberikan pelajaran kepada umat Islam tentang adab-adab bertanya dan materi yang

dipertanyakan. Sebagaimana pada beberapa ayat yang memberikan jawaban berbeda

dari apa yang ditanyakan memberikan pengertian bahwa hal tersebut kurang tepat

untuk ditanyakan karena di luar kemampuan manusia atau karena persoalan tersebut

tidak cukup bermanfaat untuk manusia ketahui, misalnya pertanyaan orang-orang

32Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 425.

33Ismail Pangeran, “Beberapa Kaidah Penafsiran al-Qur’an”, Jurnal Hunafa 4, no. 2 (Juni

2007): h. 283.

Page 16: KAIDAH AL-SU’A

15

yahudi yang bermaksud menguji Rasulullah saw. tentang roh atau pertanyaan orang-

orang musyrik tentang hari kiamat.34

Pembahasan mengenai al-su’a>l wa al-jawa >b dalam al-Qur’an sangat berkaitan

dengan aspek bala >gah. Dengan berbagai pola yang digunakannya juga merupakan

bagian dari keindahan sistematika susunan al-Qur’an yang memiliki unsur kesusastraan

yang sangat tinggi. Pola yang beragam tersebut juga menunjukkan sisi keistimewaan

al-Qur’an dari segi sesuainya dengan konteks dan tema yang sedang dibicarakan.35

Sehingga, dengan memahami persoalan al-su’a >l wa al-jawa>b dalam al-Qur’an semakin

jelas dan tampak sisi-sisi ke-i‘ja>z-an al-Qur’an dan semakin memperkuat bukti bahwa

ia turun dari sisi-Nya.

34Ah}mad Ibn ‘Abd al-Fatta>h} D {ulaimi>, Al-Su’a>l fi al-Qur‘a>n al-Kari >m wa As\aruhu fi al-

Tarbiyah wa al-Ta‘li >m (Al-Madi>nah al-Munawwarah: Ja >mi‘ah al-Isla>miyyah, 2001 M/1421 H), h. 274.

35Mahdi> Ra>d }i> ‘Abd al-Sa>dah al-Sa>‘idi>, “Asa>li>b fi al-Jawa>b fi al-Qur‘a>n al-Kari>m.” Risa >lah al-

Ma >jisti >r (Baqda>d: Kulliyah al-A<da>b, Ja>mi‘ah Bagda>d, 2002 M/1423 H), h. 113.

Page 17: KAIDAH AL-SU’A

16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab sebelumnya mengenai al-su’a>l wa al-jawa >b dalam al-

Qur’an, maka dapat ditarik kesimpulan sebagaimana berikut:

1. Al-su’a >l wa al-jawa>b merupakan salah satu uslub yang digunakan al-Qur’an,

dan adapun maksud dari hal tersebut adalah penggunaan pola pertanyyan dan

jawaban sekaligus di dalam al-Qur’an. Kemudian, kaidah yang dimaksud

bertujuan untuk mengetahui mengenai makna dibalik pola tersebut. Pola atau

bentuk yang digunakan al-Qur’an dalam hal ini cukup beragam, demikian pula

dengan materi yang ditanyakan.

2. Terdapat beberapa kaidah mengenai hal ini dan sebagaimana telah dijelaskan

bahwa tujuan dari kaidah ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung.

Kaidah al-su’a >l wa al-jawa >b sangat erat kaitannya dengan aspek kebahasaan

khususnya dalam bidang bala>gah. Jadi, dapat pula dikatakan bahwa persoalan

ini adalah mengandalkan nalar disamping juga memerluka riwayat untuk

mengetahuinya.

Dalam persoalan al-su’a>l wa al-jawa>b dinyatakan bahwa pada dasarnya

jawaban harus sesuai dengan materi yang ditanyakan, namun pada

penerapannya dalam al-Qur’an seringkali ditemukan jawaban agak berbeda dari

materi yang ditanyakan, pengalihan jawaban ini disebabkan beberapa faktor

bisa jadi karena pertanyaan yang dilontarkan tidak cukup bermanfaat, atau

pertanyaaan yang dimaksud kurang tepat, seperti pertanyaan tentang bulan sabit

Page 18: KAIDAH AL-SU’A

17

yang dijawab dengan fungsi, hikmah dan tujuannya, demikian pula pertanyaan

yang menguji tentang roh dan hari kiamat lalu dijawab dengan menyatakan

bahwa pengetahuan akan hal tersebut hanya milik Allah swt.

3. Pengetahuan tentang kaidah al-su’a >l wa al-jawa>b merupakan salah satu hal

yang harus dipenuhi dalam konteks kaidah-kaidah penafsiran, agar dapat

memahami dan menafsirkan al-Qur’an dengan benar dan terhindar dari

kesalahpahaman memahami redaksi atau teks al-Qur’an. Sebagamana telag

dijelaskan bahwa kaidah ini berkaitan dengan aspek kebahasaan khususnya dari

segi bala >gah, yang berbicara persoalan keindahan dan kesusastraan, maka

dengan kaidah ini semakin memberikan bukti dan menampakkan sisi keindahan

dan keistimewaan redaksi, pola kalimat, pemilihan kata serta sistematika

susunannya dalam al-Qur’an. Dengan demikian, semakin mempertegas bahwa

al-Qur’an bukanlah perkataan Muhammad saw. melainkan wahyu yang

diturunkan dari langit.

B. Implikasi

Implikasi dari makalah ini secara teoritis diharapkan memiliki konstribusi

dalam pengembangan kajian keislaman terkhusus dalam bidang ilmu-ilmu al-Qur’an

dan tafsir. Pada makalah ini menyajikan pendapat-pendapat ulama mengenai kaidah-

kaidah tafsir yang berkaitan dengan tema al-su’a >l wa al-jawa >b dalam al-Qur’an, dan

diharapkan adanya penelitian lanjutan yang kiranya bisa mengupas lebih dalam dan

detail tentang permasalahan ini, sehingga semakin memapankan teori-teori yang telah

ada atau menemukan teori baru yang lebih relevan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dewasa ini.

Page 19: KAIDAH AL-SU’A

18

Adapun secara praktis, diharapkan makalah ini dapat berkonstribusi pada

mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar, khususnya konsentrasi ilmu al-

Qur’an dan tafsir dan pemerhati kajian ilmu al-Qur’an dan tafsir.

Page 20: KAIDAH AL-SU’A

19

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

D{ulaimi>, Ah}mad Ibn ‘Abd al-Fatta >h}. Al-Su’a >l fi al-Qur‘a >n al-Kari >m wa As\aruhu fi al-Tarbiyah wa al-Ta‘li >m. Al-Madi >nah al-Munawwarah: Ja >mi‘ah al-Isla >miyyah, 2001 M/1421 H.

Ibn Fa >ris, Ah}mad. Mu‘jam Maqa >yi>s al-Lugah, Juz 1. [t.t.]: Da >r alFikr, 1979 M/1399 H.

-------. Mu‘jam Maqa >yi >s al-Lugah, Juz 3. [t.t.]: Da >r alFikr, 1979 M/1399 H.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Cet. III; Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2013 M/1434 H), h. 29.

Nasa >r, H{usain. Mu‘ja>m A <ya>t al-Qur‘a>n. Mis}r: Syirkah Maktabah wa Mat }ba‘ah Mus}t }afa > al-Ba >bi > al-H{ilbi >, 1965 M/1385 H.

Nur, Jabal. “Qawa’id Tafsir Hubungannya dengan Bahasa Arab (Kaidah-Kaidah Dasar yang Harus Dikuasai Dalam Pembelajaran Tafsir”. Jurnal Al-Ta’dib 6, no. 2 (Juli-Desember 2013): h. 19-29.

Pangeran, Ismail. “Beberapa Kaidah Penafsiran al-Qur’an”. Jurnal Hunafa 4, no. 2 (Juni 2007): h. 281-290.

al-Qazu >waini >, Muha }ammad Ibn ‘Abd al-Rah }ma>n. Al-I<d}a >h} fi ‘Ulu >m al-Bala >gah, Juz 2. Cet. III; Bairu >t: Da >r al-Jali>l, [t.th.].

al-Sa >‘idi >, Mahdi> Ra>d}i > ‘Abd al-Sa >dah. “Asa >li >b fi al-Jawa>b fi al-Qur‘a >n al-Kari >m.” Risa >lah al-Ma>jisti >r. Baqda >d: Kulliyah al-A<da >b, Ja >mi‘ah Bagda >d, 2002 M/1423 H.

Suryadilaga, M. Alfatih, dkk. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2005.

al-Suyu >t }i >, Jala>l al-Di >n. Al-‘Itqa >n fi ‘Ulu >m al-Qur‘a>n, Juz 2. [t.t]: Al-Hai’ah al-Mas }riyah al-‘A<mmah li al-Kita >b, 1974 M/1394 H.

al-Sya‘ra >wi >, Muh }ammad Mutawalli >. Tafsi >r al-Sya‘ra>wi >: al-Khawa>t }ir, Juz 14. Mis}r: Akhba >r al-Yaum, 1997 M.

al-T {abari>, Muh }ammad Ibn Jari >r. Ja >mi‘ al-Baya>n ‘an Ta’wi >l A <y al-Qur‘a>n, Juz 3. Al-Ji>zah: Da >r Hijr li al-T {aba >‘ah wa al-Nasyr wa al-Tauzi >‘ wa al-I‘la >n, 2001 M/1422 H.

Yusuf, Kadar M. Studi al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2009.

al-Zarkasyi >, Badr al-Di >n. Al-Burha >n fi ‘Ulu >m al-Qur‘a>n, Juz 4. Bairu >t: Da >r al-Ma‘rifah, 1957 M/1376 H.

al-Zuh}aili >, Wahbah Ibn Mus }t }afa >. Al-Tafsi>r al-Muni >r fi al-‘Aqi >dah wa al-Syari >‘ah wa al-Manhaj, Juz 2. Cet. II; Damasyq: Da >r al-Fikr al-Mu‘a >s}arah, 1418 H.