Kagerou Days Vol3 - The Children Reason(5)

download Kagerou Days Vol3 - The Children Reason(5)

of 144

description

ASDFG

Transcript of Kagerou Days Vol3 - The Children Reason(5)

  • Shintaro Kisaragi Mekakushi Dan No. 7

    Tinggi : 172cm

    Berat : 58kg

    Gol. Darah : A

    Umur : 18 tahun

    Lahir : 30 April

    Kemampuan : XXX

    Lagu : Jinzou Enemy

    Toumei Answer

    Tokoh Utama dalam Kagerou Days Project. Setelah ditinggal mati oleh teman satu-satunya, dia mengurung diri dirumah selama 2 tahun dan menjadi perawan elit HikiNEET. Waktu dia pergi ke mall tiba-tiba teroris menyerang dan pada saat itu dia bertemu dengan Mekakushi

    Dan, dengan taktik cekatan dan (tanpa dia ketahui) kerja sama yang baik dia dan lainnya bisa menggagalkan rencana jahat teroris. Dia pun kemudian dimasukkan menjadi anggota Mekakushi Dan nomor 7 tanpa keinginannya. Saat dia pulang dari taman bermain, tiba-tiba Ene menyuruhnya untuk berlari mengejar suatu Ambulan. Apakah alasannya?

    Ene Mekakushi Dan No. 6 Tinggi : 640px

    Berat : 2mb

    Gol. Darah : AB

    Umur : ???

    Lahir : ???

    Kemampuan : Mata Terbuka

    Lagu : Jinzou Enemy

    Ene no Dennou Kikou

    Sebelumnya dia adalah Takane Enomoto, seorang siswi yang mengidap narcophalepsy, membuatnya dimasukkan di dalam kelas khusus bersama Haruka Kokonos suatu kejadian dia berubah menjadi Ene, gadis cyber. Setelah 1 tahun mengarungi Internet tanpa tu bertemu dengan Shintaro dan sejak hari itu dia menjadi teman bicara (kelahi) Shintaro. Dia menyuruh untuk mengejar suatu mobil ambulan. Kira-kira apa alasannya?

  • Momo Kisaragi Mekakushi Dan No. 5

    Tinggi : 162cm

    Berat : 43kg(dituliskan dalam ensiklopedia Idola)

    Gol. Darah : O

    Umur : 16 tahun

    Lahir : 14 Februari

    Kemampuan : Mata Pemikat

    Lagu : Kisaragi Attention

    Otsukimi Recital

    Seorang gadis Idola yang sangat terkenal. Baru saja dia debut satu tahun lalu, dia langsung populer diseluruh Jepang. Dia jenius....dalam hal kebodohan. Memiliki selera yang luar biasa aneh dan juga mempunyai kesulitan dalam percaya diri. Saat dia depresi berat karena pekerjaannya, dia bertemu Kido dan yang lainnya. Dia masuk Mekakushi Dan karena ucapan menjebak Kano, tapi pada akhirnya dia menyukurinya. Dia menjadi teman baik Mary.

    Mary Kozakura Mekakushi Dan No. 4

    Tinggi : 154cm

    Berat : setara dengan 130 buah apel

    Gol. Darah : ???

    Umur : 140 tahun

    Lahir : 21 Juli

    Kemampuan : Mata Pertemuan

    Lagu : Kuusou Forest

    Seorang gadis medusa dan manusia. Dia tinggal sendirian di hutan sampai pada akhirnya dia ditemukan oleh Seto. Seto mengajaknya untuk hidup bersamanya dan Mekakushi Dan, dia

    pun setuju. Orang yang sangat pemalu, ini dikarenakan dia tidak berkomunikasi dengan siapapun selama beratus-ratus tahun. Dia tidak suka jika Seto diejek atau semacamnya, dia menganggap Kido sebagai ibu yang baik, dan dia tidak menyukai Kano yang suka menjahilinya. Momo adalah teman baiknya sekarang.

  • Kousuke Seto Mekakushi Dan No. 2

    Tinggi : 178cm

    Berat : 72kg

    Gol. Darah : O

    Umur : 16 tahun

    Lahir : 28 Maret

    Kemampuan : Mata Pencuri

    Lagu : Shounen Brave

    Seorang pemuda yang sangatlah sibuk. Dia bekerja paruh waktu dimana-mana, tapi sepertinya dia paling suka bekerja menjadi penjual bunga. Saat dia kecil dia tersesat di hutan dan menemukan rumah kayu Mary. Terkejut melihat ada seorang gadis yang ketakutan di dalamnya, dia berusaha menenangkan gadis itu dan lalu berteman dengannya. Beberapa tahun

    kemudian dia mengajak Mary untuk ke markas Mekakushi Dan dan hidup bersamanya.

    Tsubomi Kido Mekakushi Dan No. 1

    Tinggi : 168cm

    Berat : 44kg

    Gol. Darah : B

    Umur : 16 tahun

    Lahir : 12 Januari

    Kemampuan : Mata Penyembunyi

    Lagu : Mekakushi Code

    Ketua dari Mekakushi Dan. Dia adalah Tsundere penakut yang berusaha berpenampilan keren di depan orang lain. Selalu memukuli Kano. Dia memiliki sikap keibuan yang sangat tinggi dan juga pintar memasak. Menemukan Momo di gang dan salah kira kalau dia adalah orang yang disebut Kano ingin bergabung dengan Mekakushi Dan. Dengan kemampuan Mata Penyembunyinya dia meng-OFF-kan kemampuan Mata Pemikat Momo dan bisa membuat Momo berjalan-jalan dengan tenang lagi.

  • Shuuya Kano Mekakushi Dan No. 3

    Tinggi : 165cm

    Berat : 50kg

    Gol. Darah : B

    Umur : 16 tahun

    Lahir : 10 Mei

    Kemampuan : Mata Penipu

    Lagu : Yobanashi Deceive

    Orang yang sangat jahil. Dialah yang menjebak Momo dan Shintaro agar masuk ke dalam Mekakushi Dan. Dia paling suka menggoda Kido. Dia adalah orang yang memilih nama Mekakushi Dan untuk geng mereka. Dia suka main-main dan tampak selalu ceria. Namun sepertinya diantara semuanya dia yang paling tau tentang

    apa yang sebenarnya terjadi pada mereka. Kapankah Kano melepaskan semua topengnya dan memberitaukan kebenaran?

    Konoha Mekakushi Dan No. 9

    Tinggi : 182cm

    Berat : 64kg

    Gol. Darah : O

    Umur : 19 tahun

    Lahir : 24 Desember

    Kemampuan : Mata Terbangun

    Lagu : Konoha no Sekai Jijou

    Pemuda yang dahulunya bernama Haruka Kokonose, namun karena suatu kejadian dia berubah menjadi Konoha. Dia tinggal di rumah gurunya, Kenjiro Tateyama, untuk sekarang. Merupakan pujaan hati Hiyori. Dia menyaksikan kejadian antara Hiyori dan Hibiya dan merasa bersalah tidak bisa menolong mereka.

  • Hiyori Asahina

    Tinggi : 138cm

    Berat : 34kg

    Gol. Darah : O

    Umur : 10 tahun

    Lahir : 03 Maret

    Lagu : Kagerou Days

    Seorang gadis desa yang sangat populer dikalangannya. Dia salah satu anak orang kaya di desa tersebut dan sikapnya sangatlah angkuh. Menyuruh Hibiya untuk ikut dengannya ke kota agar bisa menjadi tukang angkat barangnya. Jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Konoha dan dia memiliki obsesi yang berlebihan kepada kucing.

    Hibiya Amamiya Mekakushi Dan No. 8

    Tinggi : 140cm

    Berat : 36kg

    Gol. Darah : AB

    Umur : 10 tahun

    Lahir : 04 November

    Kemampuan : Mata Pemokus

    Lagu : Kagerou Days

    Seorang bocah yang tinggal di sebuah desa di Jepang. Berkeinginan untuk mempunyai ponsel, dia meminta tolong kepada Hiyori untuk membawanya ke kota. Punya perasaan untuk Hiyori, biarpun itu tidak terbalaskan. Dia menjadi anggota Mekakushi Dan yang ke-8 setelah mengalami suatu kejadian dan ditemukan oleh Shintaro dan yang lainnya.

  • Kata Pengantar Translator

    Translasi Novel Indonesia ini dipersembahkan oleh Kaori Hikari/Light Fragnance/Dina Novaranti

    secara gratis. Jika ada diantara kalian mendapatkan translasi ini dengan membayar berarti anda telah

    DITIPU.

    Versi PDF ini tidak akan terjadi jika tidak ada para editor yang berbaik hati mengeditkan translasi versi

    web abal-abal punya Kaori, mereka adalah :

    1. loliconkawaii (yang paling berjasa ;D)

    2. SamudraKhaira MasSam AliasUdik

    3. Widia Yuli Siebtiani

    4. Michelle Aoki

    Tentu saja kita juga harus berterima kasih kepada para English Translator yaitu Diagonal6010 yang

    kebanyakan Kaori ambil dari dia dan juga KidoTsunbomi untuk seperempat chapter Otsukimi Recital.

    Dan jangan lupa yang paling penting adalah berterima kasih kepada Jin-san yang telah membuat cerita

    ini dan Shidu-san sebagai illustrator bersama Wannyanpuu-san yang menciptakan karakter-karakter

    WOW ini.

    Jika diantara kalian ada yang mempunyai uang, belilah versi novel aslinya untuk mensupport Jin-san

    agar dia bersemangat untuk membuat karya-karya fantastis selanjutnya.

    Oke, selesai basa-basinya, silahkan baca Kagerou Days vol3 The Children Reason translasi Indonesia

    ini~

  • Konoha no Sekai Jijou

    Disebuah kanvas biru bernama langit dimana awan-awan putih saling bergerumul seperti kapas.

    Meskipun semua ini terlihat seperti sebuah kebohonganyang sangat disayangkan adalah sebuah

    faktaaku tetap menolak untuk menerima semua ini sebagai sebuah kenyataan.

    Terik sinar mentari serasa membakar jalanansamar-samar menimbulkan fatamorgana ditengah siang

    bolong.

    Meskipun begitu, aku sudah tidak bisa merasakan lagi semua itu... panasnya cahaya mentari.. maupun

    aroma aspal yang terbakar oleh sang mentari.

    "Sekarang kamu menyadarinya, bukan? Ini bukanlah tempatmu berada. Di dunia tanpa ratu

    ini, kamu bukanlah apa-apa."

    "Ah, kau lagi? Aku tidak mengerti kenapa kau bisa berpikir seperti itu."

    Apakah ini bisa disebut sebagai sebuah pembicaraandimana aku hanya mendengar suara-suara tanpa

    memiliki sosok? Ataukah aku hanya berbicara pada diriku sendiri?

    Paling tidak, setelah sekian lama suara itu menghantuiku kini aku mulai mengerti apa yang dia katakan.

    Namun jika aku kembali sekarang, pasti aku akan melupakannya.

    Aku merasa malu karena kemampuan berbicaraku menjadi lebih lambat dari sebelumnya.

    Pohon yang berjejer disepanjang trotoartepat di depan persimpangan seorang gadis dengan ekspresi

    sayu terlukis diwajahnya sedang berjalan dengan sempoyongan melewati jalur penyebrangan.

    Sudah berapa kali aku melihat semua ini? Tak terhitung lagi.. dan sudah berapa kali pula kubiarkan

    semua itu terjadi?

    Untuk kesekian kalinya kuulurkan tanganku padanya, yang sudah berada pada area jangkauanku.

    "Itu tidak berguna. Ini bukan duniamu. Ini sudah dunia mereka. Tentunya kamu sudah

    mengerti bahwa semua yang kamu lakukan tidak ada gunanya.

    Lampu merah menyala menandakan bahwa para pejalan kaki dilarang menyeberang untuk beberapa

    saat, namun gadis itu tidak memperhatikannya.

    Hingga akhirnya dia berada tepat dihadapanku... sangat dekat seolah aku hanya perlu mengulurkan

    tanganku agar bisa memeluknya.

  • Namun itu hanyalah harapan kosong. Ia terus berjalan melaluiku.. menembus tangan yang kuulurkan

    untuknya, aku bagaikan menggapai udara yang tak terlihat.

    "Kenapa... ?!"

    Dan insiden itu kembali terjadi disertai jeritan yang memekikkan telinga.

    Seperti kaset video yang rusak, pandangan didepanku perlahan ditelan kegelapanhingga akhirnya

    lenyap.

    Saat aku menundukkan kepala, badanku juga perlahan mulai lenyap.

    "Sepertinya itu sudah ditentukan dan ini pun akan berakhir. Kamu tersesat kesini dan

    bertingkah ceroboh, tapi kamu masih bisa berada disinijangan kamu pikir itu karena

    kekuatanmu."

    "Jadi ini kekuatanmu? Memberikan tubuh yang kuat ini padaku, baik sekali."

    "Itu adalah tubuh yang kamu inginkan, itu saja. Jangan salah sangka. Sekarang, kembalilah."

    "Ah, anu, sebelum aku menghilang. Bisakah kamu katakan ini kepadaku diriku yang satu lagi?"

    "Apa?"

    ""

    "..Aku tidak bisa menjanjikan apa-apa."

    "Tidak apa. Terima kasih untuk semuanya."

    Sepertinya ini sudah berakhir, pada akhirnya aku tetap saja tidak bisa melakukan segalanya dengan

    cepat.

    Ah, jika permohonanku bisa dikabulkan sekali lagi...

    Aku ingin mengatakan sesuatu pada dia yang selalu memukul diriku yang lamban ini..

  • Kagerou Daze I

    Lantunan melodi 'Yuuyake Koyake[1]' yang tidak diketahui darimana asalnya dapat terdengar karena

    menggema di udara.

    Langit biru yang seolah terwarnai oleh melodi Yuuyake Koyake perlahan berubah menjadi warna

    oranye.

    Bus yang kutumpangi melalui jalanan yang kasar sehingga menimbulkan bunyi gada! gada!.

    Penumpang perlahan berkurang sampai pada akhirnya tinggal aku sendiri.

    Biarpun teman sekelasku yang baru saja turun dari bus bukan teman baikku, setiap kali aku mendengar

    melodi Yuuyake Koyake sendirian, dari dalam lubuk hatiku aku merasa kesepian.

    Aku mencabik-cabik busa yang keluar dari tempat duduk untuk menghilangkan kebosanan. Saat aku

    kembali menatap keluar jendela, hanya terlihat pemandangan sawah subur siap panen dan tiang-tiang

    tua yang berdiri berjajaran.

    Ini sama sekali bukan sesuatu yang bisa menghilangkan rasa bosanku.

    Aku menghela napas dan memejamkan mataku.

    Seandainya pada waktu seperti ini aku bisa bermain dengan ponsel.

    Aku tiba-tiba teringat dengan iklan yang kemarin kulihat di TV tempat temanku, setting-nya di kota

    besar di dalam sebuah monorail.

    Semua orang melihat ke smartphone masing-masing, seolah-olah telah masuk ke dalam dunia mereka

    masing-masing.

    Untuk anak desa yang mempunyai keinginan besar sepertiku, melihatnya melalui CRT saja sudah

    cukup.

    Bahkan anak-anak yang seumuran denganku itu bisa mempunyai ponsel sendiri sambil berjalan-jalan di

    kota besar, pergi kemana pun yang mereka mau.

    Sepertinya mereka juga bisa berkomunikasi dengan teman mereka, pergi keluar, dan bermain bersama.

    Bahkan pada malam hari mereka bisa saling mengirim SMS atau menelpon, online untuk sekedar bikin

    status atau berdiskusi di forum.

    Atas keinginan itulah aku bahkan pergi ke toko elektronik saat perjalanan pulang.

    [1]Yuuyake Koyake (Cahaya Senja) = Lagu Anak-Anak di Jepang

  • Di desa yang menyedihkan seperti ini dimana kau JARANG sekali menghabiskan uang untuk hal

    berbau hiburan, aku hanya bisa menabung seperti orang bodoh setiap kali tahun baru datang dan saat

    mendapatkan parsel merah.

    Aku yang mengambil uang tabunganku yang terlihat menyedihkan kemudian berkata AKU AKAN

    MEMBELI PONSEL!!!" dengan arogannya, berlari ke toko elektronik dan berusaha dengan keras

    menjelaskan apa itu ponsel kepada pemilik toko yang bahkan tidak tahu apa ponsel itu.

    Tentu saja aku tidak mendapatkan ponsel, tetapi aku malah direkomendasikan sebuah telepon antik

    yang sangat butut. Mungkin saja itu bisa memberiku pengalaman di kehidupan.

    ....tetapi,

    Pada situasi seperti ini, pengalaman kehidupan macam apapun sama sekali tidak penting.

    Untuk benda seperti itu, biarpun aku menginginkannya, kepada siapa aku meminta?

    Jika aku mengatakan itu kepada orang tuaku yang keras kepala, mereka pasti malah menasehatiku Kau

    masih mempunyai 20 tahun lagi untuk itu, nak. dan mengunciku di luar rumah, membiarkanku

    merasakan horornya kegelapan malam serta lolongan anjing liar.

    Uji nyali seperti itu tidak diperlukan. Biarpun aku ingin membeli ponsel tanpa ketahuan orang tuaku,

    aku tidak bisa membelinya disini.

    Seandainya ada kesempatan dimana aku bisa pergi ke kota. Tapi aku tidak mempunyai kesempatan itu

    sama sekali, bahkan pada saat tahun baru ataupun Festival Obon[2].

    Atau mungkin seseorang bisa memberiku kesempatan itu.

    Ah, tapi itu mustahil. Aku bukan orang yang bisa melakukan hal seperti itu.

    Soal ponsel, aku hanya mengerti SMS, telponan, dan online.

    Itu gara-gara orang tuaku.

    Jika anak kecil menonton TV sendirian mereka akan menangis atau berteriak, tapi orang tuaKU secara

    pribadi menolak masyarakat modern, gara-gara mereka aku bahkan tidak mengetahui topik atau trend

    yang lagi booming, aku bahkan juga tidak mengetahui pengetahuan dasar di masyarakat.

    Tetapi kalau ponsel sepertinya mudah disembunyikan di kantong, orang tuaku sepertinya tidak akan

    mengetahuinya.

    [2]Festival Obon = Festival Memperingati Pemboman Hiroshima-Nagasaki

  • Jadiiiii, jika aku bisa membeli ponsel seperti apa yang kuinginkan, semuanya akan baik-baik saja.

    Masalahnya sekarang adalah bagaimana aku bisa mendapatkannya? Situasiku saat ini sangatlah

    kekurangan informasi. Aku harus bertanya pada seseorang.

    Tapi...

    "Jika aku bisa melakukan itu aku akan sangat bahagia"

    Aku menghela napas sambil membisikkan perasaan harapanku.

    Yah, ada satu orang yang bisa kutanya tentang hal ini.

    Sebenarnya, ini mungkin bisa ditanyakan kepadanya, tetapi orang itu tidak terlalu mudah untuk

    ditanyai.

    Dia, Hiyori Asahina, orang yang sangat sulit didekati dan sangat sulit untuk diajak bicara.

    Dia adalah anak dari salah satu 3 keluarga terkaya di desa, dan dia sejak kecil bermain piano, ikut kelas

    ikebana[3], kelas balet, dll. Dia juga terkadang pergi ke kota setiap kali ada seminar di sana.

    Bukan itu saja, biarpun aku jauh darinya, aku bisa melihat dengan jelas dia yang sedang menggunakan

    ponsel imutnya.

    [3]Ikebana = Seni Merangkai Bunga

  • Dia pasti membeli ponsel itu di kota. Jadi, dia adalah orang yang paling pas untuk ditanyai soal ponsel.

    Tetapi, kesimpulan ini sudah berakhir duluuuuuuu sekali.

    Masalahnya adalah, Hiyori Asahina SANGAT tidak bisa didekati, dan rasa sukaku padanya SANGAT

    dalam.

    Biarpun aku hidup di desa kecil yang sangat membosankan, ada satu hal yang membuatnya unik di

    dunia ini, yaitu fakta bahwa Hiyori Asahina dibesarkan di sini

    Beberapa minggu yang lalu, salah satu teman sekelasku menulis sebuah surat cinta dan memberikannya

    kepada Hiyori, dan surat itu sama sekali tidak diterima Hiyori karena dia langsung menolaknya dengan

    kata-kata tajam MENJIJIKKAN!! yang menusuk hati anak itu dan menghancurkannya hingga

    berkeping-keping.

    Haaaaaah, yah tentu saja itu menjijikkan, aku tahu itu.

    Hiyori Asahina sangat imut, aku tidak melebih-lebihkannya. Dia tidak hanya lebih imut dari siswi-siswi

    di kelas, tapi dia bahkan lebih imut dari artis atau model anak-anak dari majalah atau poster.

    Tentu saja, kepopulerannya sangatlah tinggi diantara anak lelaki, bahkan ada rumor yang mengatakan

    satu-satunya cara anak lelaki di desa ini menjadi dewasa adalah dengan 'jatuh cinta dengan Hiyori

    Asahina.' dan juga rumor tentang 'Kau cukup berbicara padanya dan kau akan dengan mudah menyulut

    batas kesabaran fans Asahina.'

    Ditambah lagi, aku juga sebenarnya adalah fans berat Asahina.... bukanbukanbukan, lebih tepatnya bisa

    dibilang sebagai KECANDUAN ASAHINA.

    Dibanding dengan fans penggila Asahina, jika dari segi besarnya rasa cinta atau besar pengikutnya

    atau bahkan besar jumlahnya (tidak resmi), aku pasti tidak akan kalah dari siapapun.

    Fans Asahina yang profesional akan menyibukkan dirinya sejak dini hari.

    Pada jam 6 pagi, hal yang pertama kali kulakukan setelah bangun tidur adalah memberi salam kepada

    boneka Hiyori yang lembut dan halus dari lingkaran 48 boneka Hiyori milikku.

    Sedangkan saat sarapan, aku akan melihat jadwal Hiyori sambil menghitung persentase kemungkinan

    bertemu dengan Hiyori. Aku juga memikirkan tempat terbaik untuk bertemu Hiyori.

  • Sebelum pergi ke sekolah, aku dengan ketat memilih foto Hiyori terbaik yang paling kusuka, dengan

    hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong passholder-ku, dan pergi ke sekolah dengan

    senyuman.

    Setelah mencium bau hormon Hiyori (aromanya berbeda setiap orang, untukku itu adalah wangi) di

    udara sekitar sekolah, dan jika aku bisa melihat Hiyori langsung, aku cuma akan memperhatikannya

    dengan senyuman.

    Pada waktu seperti itu, jika ada kesempatan untuk mendekatinya, sudah jadi hal tabu untuk

    menyalaminya dengan ceroboh. Itulah perbedaan antara fans penggila Asahina dan fans Asahina yang

    sebenarnya.

    Pada situasi seperti itu, fans penggila Asahina akan mencoba membuat sebuah pembicaraan dengannya,

    menempel padanya, dan dengan intonasi yang gembira mencoba menarik perhatiannya. Sikap seperti

    itu hanya akan memberikan efek negatif yang sangat serius pada Hiyori.

    Misalnya, pagi ini. Ada anak laki-laki yang mencoba mendatangi Hiyori, aku menggertakkan gigiku

    saat melihat kejadian itu. Dan tentu saja, sesuai dugaan Hiyori menggunakan pusakanya yang bagaikan

    pisau tajam MENJIJIKKAN! Menjauhlah! dan dalam sekejab meng-KO-kan anak lelaki itu.

    Kemudian, anak laki-laki yang frustasi tadi dibawa dengan kasar oleh grup pelindung Hiyori yang

    sangat banyak ke dalam gudang di gedung olahraga. Apa yang terjadi selanjutnya, untuk kesehatan

    mentalku lebih baik tidak usah dipikirkan.

    Karena itu, fans sejati Asahina tidak akan pernah melakukan hal memalukan seperti tadi. Cukup

    melihat dari kejauhan, merasa sangat berterima kasih atas pesonanya, dan membuatnya menjadi

    kekuatan untuk melewati hari esok. Itulah pekerjaan seorang profesional.

    Dan karena itu juga, sebagai orang yang profesional, aku tidak tau bagaimana aku bisa membicarakan

    topik norak ini dengan Hiyori. Intinya, hanya begitu saja. Memikirkan aku dan dia bisa berbicara

    bersama, hal seperti itu membuatku terlihat bagaikan si pungguk merindukan bulan.

    Tetapi,

    Keinginan jahat yang ada di dalam lubuk hatiku tidak bisa dihentikan.

    Ya, sebenarnya ada penyebab lain kenapa aku menginginkan ponsel.

    Aku pengen SMS-an sama Hiyori....

  • Tidak, bukan hanya SMS-an saja. Aku juga pengen menelponnya. Bukan hanya bertemu di bus saja,

    aku juga pengen setiap malam bisa ngomong rahasia-rahasiaan dengannya.

    "Aku pengen.."

    Saat pikiranku jadi tambah kuat, aku hampir saja mengatakan semua keinginanku. Aku menutup

    mataku dan mengepal tanganku dengan erat. Mimpi yang sangat sangat jauh itu, bukanlah sesuatu yang

    bisa disentuh dengan tangan lemah dan dingin ini, sekali lagi aku serasa ditampar oleh kenyataan.

    Aiyaa, kalau kau pengen melakukannya lakukan saja, tapi kamu sudah sampai tujuanmu, yoo.

    Kata-kata tadi membuatku kesadaranku kembali pada kenyataan.

    Siapa sih yang tiba-tiba ngomong saat aku sedang asyik berkhayal?! Aku mengangkat kepalaku dan

    mencari asal suara itu, dan sesuai dugaan, supir yang tidak sabaran memperlihatkan ekspresi aku

    menemukan sesuatu yang menarik sambil melihatku.

    Tanpa berpikir, wajahku jadi merah karena malu.

    "WAHHH.ma, maaf!!! Aku turun sekarang!!"

    Aku tahu aku tidak bisa mengenyahkan kejadian yang tadi, tetapi aku tetap berdiri dari kursiku dengan

    malu. Karena aku harus memberikan pass-ku kepada Pak supir, setelah aku berdiri, aku perlahan

    membuka tasku untuk mencari pass-nya.

    "Uhmm, pass, pass. ehhhhh??!! Dimana pass-nya tidak!! Rasanya sudah kubawa?! Kumohon

    tunggu sebentar"

    Tetapi biarpun aku sudah mencari dari ujung ke ujung tasku, aku masih tidak menemukan pass yang

    seingatku sudah kumasukkan ke dalam tas.

    "Sial aku meninggalkannya di rumah?!! Bagaimana bisa."

    Baru saja tadi aku bertingkah konyol, sekarang INI pula. Seketika pikiranku jadi kosong karena

    menahan malu.

    Ahh? Tidak apa-apa. Satu hari saja tidak penting. Aku sudah sering melihatmu setiap hari naik bus ini,

    jadi aku tidak akan mencurigaimu.

    Supir yang sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi menepuk kepalaku dan tersenyum.

  • Ahh, sungguh orang yang sangat baik. Biarpun aku tidak terlalu peduli jika aku dicurigai menaiki bus

    tanpa bukti dan dibawa ke kantor polisi, tapi orang ini sudah menyelamatkan nyawaku.

    "Apa, apakah tidak apa-apa?! Aku benar-benar minta maaf, aku akan membawanya besok"

    "Oh, jangan pikirkan, jangan pikirkan. Tapi, nak"

    Pak supir berhenti menepuk kepalaku dan melihatku dengan serius. Matanya juga menyipit.

    "Ehh? Aahh, a, apaaa?"

    Saat aku mulai merasa tidak nyaman lagi hatiku jadi terasa sesak. Sudah kuduga, lupa membawa pass

    itu bukan hal yang bagus sama sekali....

    Ahh, waktu tadi kamu mengatakan Aku pengen. Aku jadi ingat saat aku seumuranmu aku benar

    benar ingin MELAKUKANNYA setiap hari....

    "OK TERIMA KASIH, DADAH!"

    Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-kata yang bisa membuat orang salah paham, aku langsung

    melompat dari bus secepat kelinci.

    Bersamaan aku mendarat di tanah aku langsung belok ke kanan dari depan stasiun bus tua.

    Aku masih bisa mendengar suaranya dari kejauhan, mengatakan Hati-hati di jalan, tapi dia terlalu

    berbahaya. SANGAAAAT berbahaya. Aku tidak tau mengapa, tapi dia sudah pasti berbahaya. Aku

    benar-benar ingin pergi dan melupakan semua itu.

    Aku memperlambat langkahku, mengangkat badanku. Di ujung jalan penyeberangan yang jauh, gunung

    yang terwarnai oleh hitam mulai menelan matahari.

    Matahari tenggelam, mulai menjadi malam.

    Biarpun dingin pada malam hari, panas yang tersisa pada saat siang masih bergumpal di udara, kulitku

    dapat merasakan hawa musim panas yang akan datang.

    "Apa yang akan kulakukan saat musim panas ini? Tahun lalu aku menghabiskan seluruh musim

    panasku membantu di sawah, mungkin tahun ini akan sama lagi, huh.."

    Sudah sekitar 10 tahun lebih aku berada di desa kecil ini. Pendapatku tentang musim panas paling cuma

    cuacanya yang panas dan kenangan diriku yang bekerja di sawah yang penuh dengan lumpur.

    ......Berpergian.....tidak mungkin sama sekali. Aku kekurangan uang. Tapi pasti....

  • Pasti Hiyori Asahina akan pergi ke suatu tempat untuk menikmati musim panas yang sempurna. Aku

    cuma menebak, tapi menurutku pasti itu yang akan dia lakukan.

    Di dunia atau sudut manapun kami berada, dia dan aku sangatlah berbeda, jadi menurutku

    pemandangan yang dia lihat setiap hari adalah sesuatu yang pastinya anak laki-laki normal tidak bisa

    bayangkan sama sekali.

    Aku mengerti itu, dan itulah mengapa aku memiliki angan-angan, dan itu juga mengapa aku sangat

    menyukainya.

    Aku memikirkan itu sambil dimandikan cahaya matahari senja yang membuat persawahan menjadi

    berwarna oranye, melihat rumahku yang sangat kecil dan sangat dekat dari desa, tepat di tepi lahan

    yang terbuka, asap tipis keluar dari cerobong asapnya yang kecil.

    Kapan terakhir kali aku keluar dari desa ini? Aku sama sekali tidak bisa mengingatnya, mungkin karena

    itu sudah sangat lama sekali.

    Dan kehidupanku selama yang 10 tahun lebih namun terasa singkat karena tidak menarik itu akan

    segera kulupakan juga.

    Kapan aku bisa keluar dari desa ini?

    Aku lalu membayangkan kejadian di masa depan dimana aku dan Hiyori berada di dalam monorail,

    memikirkan tujuan kami, dan tertawa bersama.

    Di suatu tempat di dadaku memberiku kata TIDAK MUNGKIN, aku tanpa sadar mengerti itu.

    Itulah yang kumaksud. Apakah aku langsung menyerah begitu saja....

    Sambil menghela napas, aku mempercepat langkahku untuk menyelesaikan perjalananku pulang ke

    rumah.

    Aku yang suka berlagak ini bisa mendengar suara yang seolah mengolokku.

    "Kau gelisah, nak?"

    "Di, dikit lagiiii"

    Dengan hati-hati, aku melakukannya seperti menuangkan seluruh jiwaku ke dalamnya kemudian

    mencurahkan seluruhnya ke dalam tiap jahitan.

  • "Akan kujahit kau menjadi imut."

    Sekarang sudah hampir jam sepuluh malam.

    Terima kasih untuk ibuku yang membersihkan kamarku setiap hari, kamarku sekarang sudah bersih.

    Sesaat aku pulang ke rumah aku langsung duduk di depan mejaku di samping jendela. Setelah menjahit

    beberapa jahitan sampai cukup bagus untuk dilihat, dan setelah itu menjahit beberapa jahitan lagi

    hingga jadi sangat cantik, hal itu berlanjut selama 4 jam sampai sekarang.

    Yup, aku sedang mengerjakan proyek besar Boneka Suara Hiyori selama 3 bulan, dan sekarang

    akhirnya aku akan menyelesaikannya.

    INI AKAN MERUBAH SELURUH SEJARAH FANS ASAHINA...!!

    Benar-benar pemandangan yang mengagumkan, aku tidak bisa menghentikan bulu kudukku yang

    berdiri.

    Bukan cuma imut saja, tapi ia juga mempunyai penampilan yang unik. Rambut hitamnya imut dan rapi,

    aku lalu memakaikan gaun bertali untuknya. Biarpun aku sudah membuat semua bajunya, kali ini baju

    yang kupilih adalah baju yang paling disukai Hiyori.

    Dengan rasa yakin, aku memasukkan recorder, yang kutemukan di toko elektronik saat mencari ponsel,

    ke dalam resleting di belakang boneka Hiyori. Di dalam rekorder ini aku menyimpan semua suara-suara

    Hiyori saat dia melaluiku selama minggu-minggu ini.

    Sekarang aku mendapatkan efek dimana aku seperti berbicara dengan Hiyori Asahina.

    Saat aku pertama kali melakukan ini, aku mempunyai tujuan untuk Mencoba kemampuanku yang

    terbaik untuk mempercantik dirinya dan membawanya ke desa!!! Kutebak benda sempurna ini akan

    mengubah semua pengetahuan para fans Asahina menjadi sejarah.

    Dan sekarang tinggal satu jahitan lagi untuk proyek besar ini....cukup satu jahitan lagi dan semuanya

    selesai.

    Menghentikan pekerjaanku sebentar, aku menutup mataku.

    Mengingat apa yang terjadi tiga bulan yang lalu, itu bisa menjadi perjalanan yang paling berpetualang

    yang pernah kulakukan.

  • Tidak, tidak, tentu saja itu hanya khayalan di otakku, tapi dengan tujuan yang sangat besar saat

    membuatnya, membayangkan aku dan Hiyori berpergian bersama ke berbagai tempat di negara ini,

    mungkin kami sudah seperti berpergian mengelilingi Jepang selama tiga minggu.

    ......oookeeeeeee.

    Tenggelam pada kenangan tadi, sekarang waktunya untuk jahitan terakhir, pikiranku kembali fokus.

    Sekarang.....AKHIRNYAAAA.....!!!!

    "HIBIYAAAA TELPON UNTUKMUUUU! TURUN DAN ANGKAAAT!!!!!!!"

    Aku sangat terkejut dengan teriakan ibuku tadi yang membuat tanganku bergetar DAN MEMBUAT

    JARUMNYA MENUSUK BADAN BONEKA SUARA HIYORI MILIKKU.

    "GGGGGGYYYYYYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

    Melihat pemandangan ini aku berteriak. Pikiranku menjadi panas, syarafku tegang, otakku hanya bisa

    membayangkan pemandangan dimana Hiyori Asahina tertembus dan tertusuk tiang besar.

    AKU...AKU BENAR-BENAR...MELAKUKAN....MELAKUKAN KESALAHAN SEPERTI INI?!!!

    Tanganku merinding dan aku menutupi wajahku.

    Di dalam otakku, jeritanku terngiang dan perlahan melenyap. Apa yang akan Hiyori Asahina katakan

    sebelum dia mati, sebenarnya aku tidak mempunyai kenangan pernah berbicara dengannya, jadi aku

    tidak bisa memikirkan kalimat apapun untuknya. Aku hanya bisa merasakan suasananya.

    "HIBIYA TURUN SEKARANG JUGA!!!!"

    Aku sadar setelah mendengar teriakan kejam dari ibuku, aku memutuskan untuk menghentikan

    proyekku untuk sementara waktu dan turun ke bawah.

    Ahhh~~ dasar, IYAAAA!! AKU TURUUUN!!

    Dengan hati-hati meletakkan Boneka Suara Hiyori di meja, aku memutar kursiku sampai menghadap

    ke pintu dan melompat dari kursi.

    Aku membuka pintu, berlari ke bawah tangga yang sudah soak, meraih telepon yang terletak di koridor

    lantai pertama, ganggang dari telepon pencet tua telah terlempar di atas meja.

    Ada apa sih, sampai nelpon jam seginian dan juga......SIAPA SIH? Kenapa ibu tidak mengatakannya

    dengan jelas.....

  • Biarpun aku masih penasaran, aku tetap mengangkat ganggangnya dan berbicara. Siapapun yang

    menelpon pada jam seperti ini mungkin bukan orang yang mudah diatasi. Kurasa aku harusnya lebih

    kasar kepada orang ini.

    Ah~ halo, aku Hibiya, siapa ini......

    "Lambat banget."

    Aku baru mau menjawab dengan kasar pada orang ini, tetapi aku jadi ragu untuk menjawab orang yang

    sangat tak diduga ini dengan kasar.

    Pada saat yang sama, suara orang itu yang baru saja mengatakan kalimat yang sangat pendek,

    memberikanku pengaruh yang sangat sangat kuat sampai aku tidak terlalu berpikir kelakuan seperti apa

    yang dia buat.

    Eh? Apa....

    Kubilang kamu lambat banget. Aku berdiri terus sambil manggil kamu. Jadi aku sekarang capek

    banget.

    Sikap ini, suara ini, tidak salah lagi. Aku benar-benar yakin,

    Si satu-satunya Hiyori Asahina, dengan sikap angkuhnya yang tiada tara, di ujung lain telepon.

    Siapapun dengar? Halo~ Apakah ada orang disana.....

    AHHH?? Asahina-san?? A, AKU MENDENGARKAN!! YAAA AKU MENDENGARKAN

    DENGAN SEKSAMA!!

    Menemui situasi seperti ini, otakku berhenti bekerja.

    Ke, kenapa kamu gembira, dasar menjijikkan.... Ah~ terserahlah. Aku mempunyai sesuatu yang ingin

    kubicarakan sama kamu.

    Bi-bicarakan???

    Yup, bicarakan. Atau lebih tepatnya, perjanjian? Apapun itu.

    Siapa yang bisa menebak perkembangan seperti ini? Aku yang dulunya naik bus itu. Aku yang dulunya

    berpikir, Aku pengen....

    SEKARANG JADI KENYATAAN, YES!

  • Tapi, kenapa membicarakan sesuatu pada saat tengah malam.

    Kalau kau pengen menemuiku tidak masalah, aku akan sangat menerimamu.....Ah, tidak apa, tidak

    masalah. Ngomong-ngomong, apa yang ingin dibicarakan?

    Kau menjatuhkan pass-mu kan? Aku menemukannya di koridor sekolah hari ini, ada namamu tertulis

    di situ.

    Ini adalah alasan yang sangat mudah dimengerti. Aku pada saat itu sedang memikirkan pembuatan

    Boneka Suara Hiyori sampai-sampai aku lupa pass-ku sama sekali, dan sekarang itu telah ditemukan

    dengan cara yang tidak diduga.

    Oh, tunggu dulu, ini seharusnya kesalahan Pak Supir.

    Aku benar-benar ingin melupakan apapun tentang supir sialan itu sampai-sampai aku jadi menghapus

    ingatanku tentang pass juga.

    Tapi sekarang, aku sudah menemukannya.

    Dan karena itu juga, dia dengan sengaja menelponku karena telah menemukan pass-ku. Benar-benar

    orang yang baik. Sudah kuketahui, Hiyori Asahina adalah MALAIKAT...

    ...Tunggu sebentar.

    Aku merasa seperti melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat.....

    Sebelum pergi ke sekolah, aku akan dengan ketat kembali memilih foto Hiyori terbaik yang paling

    kusuka, dengan hati-hati aku memasukkannya ke dalam kantong passholder-ku, dan pergi ke sekolah

    dengan senyuman.

    "Hei, kamu dengar enggak sih?? Kamu yang gagap-gagap gitu dari tadi bikin aku kesal. Oh lalu, di

    dalam passnya"

    "OH BUKAN, ITU BUKAN MILIKKU."

    "Hah?"

    Keadaanku sudah sampai pada saat dimana keringatku bisa berkumpul menjadi genangan air dan keluar

    seperti ombak besar.

  • Otakku terus berkata Matiakumatiakumatiakumatiakumatiaku sampai festival Matiaku dimulai

    dengan megah, dan di menara yang ada di tengah festival, Hibiya Amamiya berada disitu, di paku ke

    tiang dengan leher diletakkan di alat pemenggal kepala.

    Mati aku.

    BENAR-BENAR MATI.

    Kebetulan sekali, foto yang kuletakkan di passholdernya hari ini adalah roknya yang sedikit terangkat

    angin musim semi, sedikit kotor, BENAR-BENAR BUKAN GAMBAR YANG BAGUS UNTUK

    DILIHAT OLEH ORANG LAIN!

    Aku masih bisa menghidupi hidupku dengan gambar itu di pass-ku, tapi sekarang orangnya sendiri

    menemukannya. Semuanya berakhir. Telah berakhir.

    Boneka Suara Hiyori berkata, dasar bego. Ini benar-benar kekalahan pada diri sendiri.

    Jika aku tidak melakukan sesuatu..... apa yang harus kulakukan......

    Bagaimana bisa? Namamu tertera disitu dengan jelas. Hei, kamu kan gak sadar ngejatuhin pass-mu.....

    Gimana kamu bisa turun dari bus?

    Mu-mungkin ada seseorang yang punya nama yang sama denganku~~ LIHAT! Kau bisa dengan

    mudah mencari siapapun yang mempunyai nama Hibiya Amamiya, kaaaaaaan."

    Kayaknya gak ada orang yang punya nama seaneh itu selain kamu. Kembali ke topik. Benda yang ada

    di dalam passholder....

    Terlambat. Datanglah klimaks festival Matiaku.

    Di menara, laki-laki berotot dengan muka yang ditutupi, memakai fundoshi [4], mengambil pisau besar

    dan mengarah ke tali yang ada di alat pemenggal kepala, tali yang mengerat bersuara gachi! gachi!.

    Dan disitu Hibiya Amamiya memasang muka yang bahagia seperti telah mengetahui itu adalah

    salahnya.

    Tidak berguna, aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Paling tidak aku harus berusaha membela

    diriku.

    "Ahh, AHHHH emang benar!!! Aku tau itu mungkin saja. Paling tidak aku bisa membayangkannya

    kan????"

    [4]Fundoshi = Celana Dalam Tradisional Pria Jepang

  • Aku sebenarnya ingin mengatakan perasaanku yang sejujurnya, tapi aku tidak tau mengapa aku

    mengatakannya dengan sangat aneh.

    Aku tau aku bersalah, tapi paling tidak aku harus membela diriku sedikit, kan?

    Ehh, kenapa gelisah banget?? Menjijikkan banget, deh.

    Daaaaaaaan seperti biasanya pikiranku dengan mudah hancur menjadi debu.

    Air mata terakhirku dari kehidupan fans Asahina, perlahan mengalir di pipiku.

  • Aku menutup mataku memikirkan para laki-laki itu menjadi orang lemah sepertiku sekarang,

    mengapung di udara, telanjang, dan menyambutku.

    Maaf karena telah berpikir kalian adalah orang bodoh, bawa aku juga, kumohon.

    Dan paling tidak biarkanlah aku membawa boneka-boneka dan foto-fotoku.

    Saat aku memikirkan khayalan-khayalan norak itu, mempercantik tampilan kematianku, Hiyori Asahina

    mengatakan sesuatu yang sangat tidak diduga.

    "Apanya yang gak mungkin, kenapa kamu terdengar terpaksa kayak gitu?? Aku sudah sengaja

    menelponmu buat bantuin kamu mendapatkan ini.

    "Eh?"

    Jawabannya ini telah menjadi TOP 3 kejadian paling mengerikan yang kualami pada tahun ini, dan aku

    tidak mengerti sama sekali.

    Tapi aku benar-benar mendengar kata bantuin kamu mendapatkan ini.APA YANG TERJADI?!

    Membantuku mendapatkan.....jangan bilang ini.......

    Eyy, maksudku secara tidak langsung okeee. Aku mengerti semangatmu, karena itulah aku bilang aku

    akan bantuin kamu, oke?

    Pada festival Matiaku di otakku, menara yang ada di tengah langsung meledak menjadi debu.

    Hibiya Amamiya yang terpaku tiba-tiba, seperti telah bangkit dengan kekuatan yang luar biasa,

    mengumpulkan nafasnya, mengambil pedang yang ada di pemenggal kepala, dan dengan mudah

    membengkokkan itu menjadi sepotong besi tak berguna.

    Be-BEBENARKAAAH??!! Eh, EeEhHhH BENERAN??!! BETULAN??!! EEEHHH AKU

    BENERAN BISAAA??!!"

    Suaramu terlalu nyaring, ughh ribut amat dan menjijikkan banget!! Jangan buat aku mengulanginya

    lagi. Okeee?

    Si, siap!!

    Bagus. Ugh, sudahlah. Aku sudah tahu kamu bakal bersikap kayak gitu. Yah, kamu emang pengen itu

    banget ya? Kamu selalu mikirin itu terus, ya?

  • Karena pembicaraan tidak diduga ini, hatiku berdebar-debar dengan keras. Sepertinya hari ini adalah

    hari dimana hatiku jadi sibuk, ya.

    Pengen?! Tidak apakah mengatakan hal seperti itu?! Kupikir moral zaman sekarang tidak

    memperbolehkan hal seperti ini??!!

    Tidaktidaktidak, apa yang kupikirkan. Aku seharusnya tidak melakukan hal yang tidak bijaksana seperti

    itu.

    Kalau aku melakukannya aku akan terlihat seperti monyet dan itu tidak bagus....

    Ahh, aku sangat menginginkannya.

    Daaaaan setelah berpikir keras, Hibiya Amamiya memutuskan untuk menikmatinya seperti monyet.

    Siapa yang ingin menjadi anak baik-baik jika ada kesempatan besar di depanmu.

    Aahh!? Tidak cocok untukku?! SIAPA PEDULI!!

    Yup, sampai-sampai kamu meletakkannya di dalam passholder-mu huh. Aku tahu kamu sangat

    menginginkannya. Yah, aku akan bantu kamu mendapatkannya.

    Bi, bisakah.....?! Benarkah.....?!

    Pada waktu itu keringatku dengan indah tertutupi dengan mimisan.

    Para pria telanjang yang bersiap menyambutku mulai melototiku, tentu saja aku tidak peduli dengan

    mereka. Dasar monster. Pergi sana.

    Dengan satu syarat. Ah, perjanjian yang kukatakan sebelumnya. Aku pengen kamu bantuin aku

    mendapatkan keinginanku.

    Hiyori mengatakan itu dengan santai. Biasanya jika membicarakan hal seperti ini, seharusnya dia

    sedikit malu. Ah tidak, aku saja yang ketinggalan zaman, cinta zaman sekarang telah menjadi lebih

    agresif daripada yang kuketahui.

    Tapi menurut trend saat ini, itu hanyalah penampilan luar. Yup, dia pasti merasa malu sekarang.

    Sebagai laki-laki aku harus memimpinnya.

    Tentu saja tidak apa! Asalkan aku bisa melakukannya, tidak apa! Serahkan semuanya padaku! Jadi,

    apa keinginanmu?

  • Kamu, kamu kedengarannya semangat sekali ya....hei, aku tahu ini perjanjian, tapi intinya ini untuk

    mendapatkan keinginan terdalam-mu. Hei, liburan ini kamu kosong?

    Aku kosong! Yup! Aku hanya membantu di rumah, tidak ada janji sama sekali!

    O, oke, begitu ya. Jadi aku pengen kamu mengosongkan semua waktumu saat liburan musm panas.

    Kita bakal pergi ke kota. Ah, cuma kita berdua.

    Eh?

    Biarpun aku sudah bersiap menghadapi permintaan yang sulit kapanpun, tapi apa yang Hiyori minta

    terlalu extreme.

    Kalau misalnya dia meminta Ayo nge-date disekitar sini, itu masih bisa diterima, atau permintaan

    seperti Hei, aku telah menemukan lembah yang indah, ayo kita kesitu dan makan onigiri [5] saja akan

    membuatku sangat bahagia. Tapi dia mengatakan Pergi ke kotadi desa seperti ini, bahkan anak SMA

    tidak akan pernah meminta hal seperti itu.

    Apalagi dia bilang cuma kita berdua. Wow, dia sangat berani, ya? Tapi permintaan dia ini

    membuatku sulit untuk menjawabnya.....

    Ke, kenapa ke kota? Dan juga, cuma kita berdua....

    Tidak ada apa-apa, aku cuma mau membeli sesuatu disitu juga jadi aku memutuskan melakukannya,

    dan juga, aku kekurangan pesuruh. Jadi aku ngundang kamu. Kenapa? Kamu nggak mau ikut sama

    aku?

    Te, tentu saja aku mau!! Tapi....orang tuaku sangat ketat.....jadi biaya perjalanannya....

    Kamu nggak usah khawatir soal itu. Karena orangtuaku kaya, aku bisa membantumu soal itu. Hei, aku

    juga mau pergi tanpa ketahuan orangtuaku..... Ah! Tentu aja kamu harus merahasiakan hal ini. Jangan

    bilang siapa-siapa. Oke?

    Begitu toh, fakta bahwa Hiyori itu kaya sudah terkenal di sekitar sini, jadi kutebak akan mudah

    membayar ongkos perjalanan untuk dua orang anak.

    Bahkan orang tua?!

    Yup. Dan juga dengan itu akan lebih mudah buat kamu mendapatkan keinginanmu yang terdalam

    kan? Karena orang tuamu ketat banget.

    [5]Onigiri = Nasi Kepal

  • Dia benar. Jika aku mengatakan kalau aku akan pergi didampingi seorang cewek, aku tidak akan pernah

    diperbolehkan dan itu akan menjadi sesuatu yang mustahil. Bersembunyi dari orang tuamu, berkelana

    bersama gadis yang kau suka yah, itu akan benar-benar mengabulkan keinginanku yang terdalam.

    Tapi..

    Jika untuk membeli sesuatu, kenapa dia tidak meminta orang tuanya saja?

    Untuk mendapatkan keinginanku yang terdalam....itu masih tidak masuk akal biarpun itu digunakan

    sebagai alasannya. Bahkan jika date-nya gak di kota tapi di desa, aku sudah merasa puas dengan itu.

    Kenapa sangat berani, sampai dia ingin pergi bersamaku sendirian. Untuk pertanyaan ini, aku hanya

    punya satu jawaban yang muncul di otakku.

    .........Dia sangat terpesona denganku sampai jadi seperti ini.

    Eh? Apa kau bilang?

    Ah, ah~ tidak, aku tidak mengatakan apa-apa! Yup!

    Bersamaan aku tenggelam ke pikiranku yang narsis, aku tiba-tiba terbangun.

    Singkatnya, Hiyori Asahina sangat terpesona denganku sampai-sampai tidak ada lagi yang bisa

    menolongnya.

    Saat dia memikirkanku pagi-siang-malam, dia tanpa sengaja menemukan pass-ku dengan fotonya di

    dalam, jadinya dia menggunakan pembicaraan dan perjanjian ini sebagai alasan untuk mendekatiku.

    Aku merasa diluar dia mengatakan "bantuin kamu mendapatkan itu", tapi dalam hatinya dia ingin

    memelukku sekarang.

    Menginginkan perjalanan yang jauh dengan cuma dengan kita berdua sudah jadi bukti yang paling

    tepat. Mengatakan sesuatu seperti pesuruh, sebenarnya hanya untuk menutupi perasaan malunya ya.

    Aku mengerti sekarang, perasaanmu, aku terima itu.....!

    Se-serasa menjijikkan banget.....dengar yah! Kamu juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk

    mendapatkan keinginanku, oke? Kalau kamu nggak berguna, aku langsung kirim kamu pulang.

    Sikap Hiyori Asahina tetap dingin dan kaku, tapi saat aku memikirkan itu sebagai cara dia

    menunjukkan perasaan cintanya, kurasa itu sangat imut.

    Tapi, apa yang sangat dia inginkan?

  • Biarpun itu mungkin saja hanya alasan......

    Ah, ya! Tentu...... tapi apa yang sebenarnya kau inginkan?

    Eh? Tanda tangan dari artis baru yang populer. Kamu pernah liat dia kan?! Si manis 16 tahun yang

    bisa mencuri hatimu! yang ada di CM. Aku sukaaaaa banget sama dia~ BENAR-BENAR SANGAT

    IMUUUUT KAAN?!

    Ah, enggak, aku enggak nonton TV jadi aku nggak ta.......Oooh~ Begitu yah....."

    Tiba-tiba perasaanku jatuh.

    Saat Hiyori membicarakan tentang artis itu, intonasinya langsung jadi semangat sekali, sedangkan

    untukku yang dengan bahagia berpikir kami akan nge-date ke tempat yang sangat jauh dan lalu

    dipampangkan dengan kebenaran yang menyakitkan, itu sudah cukup.

    Kalau dipikirkan lagi, tentu saja. Tujuan pertamanya tidak mungkin menghabiskan waktu denganku.

    Tetaplah bermimpi, nak.

    Dan juga, aku tidak tau siapa artis itu, tapi karena dia bisa mencuri hati Hiyori sampai segitunya, serasa

    agak seram.

    Ta, tapi, mendapatkan tanda tangan selebriti seperti itu tidak mudah, kan.....

    "Heheheh. Biasanya gitu. Tapi kalau sekarang ada kesempatan."

    Kesempatan? Maksudmu seperti tiket untuk sesi tanda tangan?

    Oh tidak bukan. Dan juga, artis itu tidak pernah melakukan sesi tanda tangan sebelumnya. Kupikir itu

    karena popularitasnya terlalu tinggi, sampai-sampai setiap kali dia pergi kemana-mana dia selalu

    dikerumuni oleh fansnya. Dia benar-benar hebat.

    Artis baru yang kepopulerannya sangat tinggi sampai-sampai dia tidak bisa mengatur sesi tanda tangan,

    kecantikan seperti apa itu.

    Tidak, aku tidak berpikir dia seseorang yang sehebat itu.

    Tidak ada gadis di dunia ini yang bisa secantik Hiyori.

    Tapi, jika tidak ada sesi tanda tangan, bukannya lebih sulit untuk mendapatkan tanda tangannya?

    Kuharap dia tidak mengatakan sesuatu seperti, Kamu harus mendapatkan itu untukku apapun yang

    terjadi.

  • Heh, sebenarnya kakak iparku adalah guru sekolahnya. Artis sebagai murid, bayangkan! Tadi dia

    menelponku dan berkata 'Aku akan membantumu mendapatkan tanda tangannya, kenapa kau tidak

    main kesini pas obon.' Jadiiii, aku berharap pergi kesitu sekaligus bermain dan menjadikannya piknik,

    tapi orangtuaku marah dan berkata 'Kamu bahkan tidak peduli dengan pelajaran, tapi kamu mau main

    terus!' kayak gitu."

    Karena itulah kau menyembunyikan perjalanan ini dari orang tuamu....

    Yup, dan cuma itu aja. Itu akan menjadi pengalaman pertamaku pergi sendirian ke kota, jadi kupikir

    kalau kamu bisa bantuin aku ngangkat barang-barangku, kenapa enggak. Ngerti?

    Jika seperti itu, biarpun dia mengatakan hal aneh seperti Cuma kita berdua pergian jalan-jalan itu

    dimengerti.

    Karena dia mempunyai kenalan yang dekat dengan artis itu, mungkin tanda tangannya akan mudah

    didapatkan, akomodasinya juga tidak ada masalah.

    Jika begitu.....

    Ar, artinya keperluanku untuk pergi bersamamu......apakah ada?

    Uh, nggak, tapi, jika ada mungkin itu karena kamu sepertinya yang paling mau dengerin perintahku.

    Dan aku bisa merasakan sesuatu yang tajam menusuk hatiku. Di depan sikap santai Hiyori Asahina,

    Hibiya Amamiya yang berpikir dia sangat terpesona denganku.... senyumannya langsung

    menghilang.

    Dengan kata lain, dari dalam Hiyori sama sekali tidak mempunyai perasaan kepadaku.

    Di festival Matiaku di otakku, Hibiya yang hebat terus menerus menyobek topeng dari pria-pria

    bertopeng, sekali lagi menyobek tontonan yang bisa membunuh itu menjadi berkeping-keping, dia lalu

    tiba-tiba membungkuk dan berlutut di tanah.

    Tapi...kupikir kau mau mengabulkan permohonanku...bukannya itu yang kau mau??!! Bagaimana bisa

    hal seperti itu jadi...

    Seperti yang kubilang, apa yang kamu bicarakan sejak tadi? Aku cuman nemanin kamu beli

    handphone, sama sekali gak ada hubungannya sama keinginanku. Okeeeee?

    HANDPHONE?

  • Kenapa tiba-tiba membicarakan Handphone. Rasanya aku gak ada mengatakan apa-apa tentang

    handphone pas pembicaraan kami.

    Tunggu.

    Biarkan aku menganalisa semua pembicaraan kami sedikit demi sedikit.

    Hiyori Asahina menemukan passholder-ku dengan fotonya di dalamn. Lalu dia mengatakan Aku tau

    kamu sangat menginginkannya. Yah, aku akan bantu kamu mendapatkan itu

    Lalu dia mengatakan kata-kata yang tidak terlupakan Kamu emang pengen itu banget, huh? Kamu

    selalu mikirin itu terus ya? Tidak, aku tidakkan pernah melupakannya.

    Jadi kenapa membicarakan soal HP.....

    "Ah."

    Otakku mengeluarkan yang hipotesis yang sangat buruk, seperti yang kupikirkan.

    Dan hipotesis ini seperti bagian yang hilang dari teka-teki silang, dan itu sudah cukup untuk

    menghapuskan semua kegemparan pada situasi ini.

    Aku tanpa sadar melihat ke cermin besar yang ada di koridor, dan tentu saja disitu terlihat aku yang

    tetap sama setelah aku pulang sekolah.

    Aku cepat-cepat memasukkan tanganku ke kantong dadaku dimana aku biasanya meletakkan pass-ku

    dan sadar, benda itu yang biasanya kuletakkan di dalam kantongku, telah hilang.

    Kamu pengen banget HP sampar-sampai kamu memotong iklannya dan menyimpannya di passholder-

    mu ya. Aku sudah bilang aku sengaja bawa kamu buat dapetin keinginanmu, kenapa kamu malah

    berdebat sama aku?

    Pada saat itu, kesalahpahaman yang sangat bodoh itu akhirnya selesai, perasaanku yang sudah bahagia

    tiba-tiba turun drastis jatuh ke tanah.

    Apa yang dilihat Hiyori Asahina bukan fotonya.

    Berharap aku suatu hari nanti bisa berbicara dengannya, aku tanpa sadar memasukkannya di dalam

    kantongku, iklan itu yang dari departemen store, tercetak di sana diskon buat HP.

    Kenapa aku tidak menyadarinya sampai sekarang.

    Memang aku jadi tidak yakin saat dia menelponku.

  • Tapi kesalahpahaman seperti ini sangatlah kejam.

    Emangnya apa Dia pasti CEWE PEMALU. Apa Aku sangat menginginkannya." Mati saja sana

    hidung belang tidak tahu malu.

    Saat aku mengingat semuanya tadi, aku tidak bisa menghentikan diriku berteriak.

    UwaaaAAAAAAHHHHHHHH!!!!!!"

    Aku merasa ingin menghantam kepalaku ke tiang sekarang, tapi kalau dipikir lagi, ada satu pertanyaan

    penting yang belum dijelaskan.

    ....................Apakah ada sesuatu disitu selain iklan itu?

    Kutanya, gemetaran, tapi Hiyori menghela napas seperti dia tidak bisa mengatakan apa-apa, dan dengan

    dingin menjawab.

    Apakah itu penting? Gak ada apa-apa selain iklan itu.....Kenapa? Apakah seharusnya ada sesuatu yang

    penting disitu?

    Ya, iya. Erm......

    SUDAH KUDUGA. Foto itu tidak ada di tangan Hiyori sama sekali.

    Pantas saja. Kalau dia menemukan foto itu, dia tidak akan menelponku, malahan dia akan menelpon

    cabang kejahatan remaja di kantor polisi.

    Tapi, kalau dipikir-pikir. Di sekolah, semakin dekat dengan Hiyori, semakin banyak fans Asahina yang

    akan memusuhi.

    Cukup lempar batu dan kau bisa mengenai fans Asahina

    Dan karena itulah.

    Jika misalnya, salah satu dari serigala lapar sebelum Hiyori datang menemukan passholder-ku dengan

    foto yang kupilih dengan teliti, si fans Asahina yang profesional, apa yang akan dia lakukan?

    Jawabannya sudah jelas.

    Dia pasti mengambil fotonya dan membuang passholder-ku ke tempatnya yang semula. Pass yang

    hanya bisa digunakan di desa kecil seperti ini, sama sekali tidak berguna.

    Ditambah lagi, ada namaku tertera di sana. Jika dia mengambil itu yang bisa meninggalkan petunjuk,

    akan buruk untuknya.

  • Jika cuma foto, tidak peduli jika dicuri.

    Benda yang bisa mengakibatkan perselisihan seperti itu, jika aku melaporkannya ke polisi dan

    mengatakan. Aku kehilangan sesuatu yang sangat sulit kutemukan

    Aku malah akan dibawa ke departemen kejahatan remaja.

    Tentu saja aku tidak akan bertanya ke siapa-siapa tentang itu.

    Biarpun itu dicuri itu tidak apa, masih biasa. Mungkin karena passholder-ku mempunyai dua lipatan,

    aku tanpa sengaja meletakkan iklanku di situ.

    Atau mungkin, Si Serigala fans Asahina itu melihatnya duluan, dan menempatkan iklan itu dengan hati-

    hati ke dalam passholder-ku.

    Aku benar-benar marah karena dia mungkin mengambil photo itu dan memperlihatkannya kemana-

    mana, tapi diwaktu yang sama aku berterima kasih juga.

    Hanya memikirkan kemungkinan aku bisa didakwa kalau kecanduan seksualku ketahuan oleh Hiyori,

    aku merasa telah terselamatkan karena itu.

    Memikirkan apa yang akan terjadi jika ini terjadi, perutku serasa dikocok-kocok.

    Yah, sepertinya aku akan memakan makanan dipenjara selama beberapa tahun, ya.

    Begitu toh.......jadinya itu yang terjadi.......

    Aku bersandar di meja dimana telepon itu diletakkan, masih memegang penerimanya, dan perlahan

    duduk di lantai.

    A, aku merasa kamu sangatlah aneh.....

    "Ah~ ya. Aku tau ini sangatlah aneh. Maaf."

    Kesimpulan, semua ini adalah kesalahpahaman, dan semuanya hanyalah khayalan norakku belaka.

    Biarpun aku terlempar oleh perpisahanku dengan kebahagiaanku tadi sampai-sampai aku tidak bisa

    berdiri kembali, anehnya aku merasa lega.

    Pada akhirnya semua cuma kastil di atas udara. Sudah kuduga, Hiyori Asahina adalah bunga cantik

    yang langka yang tidak bisa disentuh oleh orang sepertiku.

    Dan karena aku sudah tau tentang itu, aku terus-menerus menghayal, tapi melihat kemungkinan besar

    ini, dan tiba-tiba dihancurkan. Aku kembali lagi melihat kebenarannya.

  • Jadi? Kamu mau pergi ato enggak?

    "AH!"

    Kata Hiyori, seperti ingin berkelahi, tetapi masih tetap menunggu jawabanku. Hatiku yang dingin

    kembali berdetak dengan kencang.

    Benar juga. Ini masih belum berakhir.

    Sekarang, kesempatannya ada tepat di depanku, seperti keajaiban.

    Biarpun itu cuma kesalahpahaman, biarpun aku telah terlalu tergesa-gesa dengan Hiyori. Sekarang, dia

    seperti tidak terlalu jauh dariku.

    Dengan tanganku yang tidak memegang telponnya, aku mengangkat badanku dan berdiri.

    Tentu saja aku ikut. Ayo berlibur musim panas yang menyenangkan bersama.

    Biarpun ini cuma kebetulan ataupun keberuntungan, tidak masalah. Apapun yang terjadi, asalkan aku

    tidak menyerah, aku pasti bisa menyampaikan perasaanku kepadanya.

    "Mhmm. Oke deh, aku akan membawamu, jadi selalu siap ya. Kita akan mulai merencanakannya

    besok. Ngerti?"

    "Siap! Mohon bantuannya!"

    "Ya. Mohon bantuannya juga. Dah."

    Tut tut. Suara Hiyori terputus.

    Untuk mengistirahatkan badanku yang tegang karena suasana, aku mengeluarkan napas lega.

    Saat aku melihat ke pintu masuk, aku merasakan dorongan aneh untuk menghirup udara luar.

    Aku berjalan melewati koridor, memakai sepatu usangku dan berjalan ke pintu masuk. Udara dingin

    yang bercampur dengan aroma rumput musim panas berhembus.

    Musim panas akan datang. Petualangan yang hanya kami saja yang tahu akan datang sebentar lagi.

    Perasaan bahagiaku masih belum tenang, bersamaan aku diam-diam menuangkan harapanku ke bulan

    purnama yang jauh, berharap musim panas yang akan datang nanti akan menjadi kenangan yang tak

    terlupakan.

  • Children Record I

    Sebuah kasur dorong berjalan melaluiku hingga menimbulkan bunyi nyaring roda yang beradu dengan

    lantai serba putih.

    Aku sedikit terkejut karena sesaat kemudian aku baru menyadari jarakku yang terlampau dekat dengan

    kasur dorong itu. Tapi situasi yang sedang kuhadapi saat ini tidak mengizinkanku untuk mempedulikan

    hal seperti itu.

    Yang diangkut oleh kasur dorong itu mungkin adalah sesuatu yang paling berat dan sulit untuk kulihat

    jika aku diberi kesempatan untuk melakukannya.

    Rumah sakit adalah tempat yang menyusahkan. Karena mereka harus menghadapi hal-hal semacam ini.

    Karena mereka harus terbiasa dengan kehidupan yang disiplin dan harus tersiksa bayang-bayang

    kematian yang menurutku mengerikan. Inilah yang mau tidak mau harus selalu mereka hadapi setiap

    hari.

    Sudah berapa lama waktu berlalu sejak saat itu?

    Mungkin karena tiba-tiba disuruh berlari, kakiku yang sedikit lebih keras dari brokoli ini mulai lemas

    dan gemetaran. Kurasa kakiku tidak akan berguna untuk sementara waktu.

    Ya, tentu saja. Jika aku menggunakan kakiku di kehidupan sehari-hari, mereka hanya kugunakan untuk

    ke dapur atau ke kamar mandi.

    Menggunakan kaki seperti ini untuk pergi ke departemen store lalu ke taman bermain dan akhirnya

    tiba-tiba berlari sekuat tenaga. Seandainya pun orang lain yang melakukannya, hasilnya pasti akan

    sama saja.

    Ngomong-ngomong, apa sih yang ada dipikiran Ene? Tidak, tunggu dulu. Aku tidak akan PERNAH

    mengerti apa yang dipikirkan Ene. Dan aku tidak akan pernah mau tahu apa yang ada dipikiran jahil

    nan jahat miliknya itu.

    Tapi Ene sedikit membuatku khawatir hari ini. Waktu kami pulang dari taman bermain, dia tiba-tiba

    berkata, Bisakah Master mengejar orang itu?! dan membuatku mengejar ambulan. Dan akhirnya saat

    tiba di Rumah Sakit dia juga bilang, Bisakah Master membiarkanku sendiri dengan orang ini

    sebentar? dan meminta untuk memberikan HP-ku kepada orang yang SAMA SEKALI TIDAK

    KUKENAL. Lalu aku dibawa ke tempat yang tidak kuketahui. Ini benar-benar aneh.

  • Dan situasi saat ini adalah aku sedang berdiri di depan ruang pemeriksaan dengan bocah yang tidak

    kukenal berada di dalam sana.

    Yang bisa kulakukan hanyalah memikirkan berbagai macam hipotesis dan tidak bisa pergi kemana-

    mana. Hanya menunggu pengasuh bocah ini, yang sedang membawa Ene, untuk kembali.

    Aku duduk dengan santai seolah semuanya akan baik-baik saja. Tapi semakin kupikirkan, aku semakin

    merasa keberadaanku disini sama sekali tidak dibutuhkan. Aku bahkan tidak tahu siapa bocah yang ada

    di dalam. Dan aku juga tidak mengharapkan sesuatu darinya. Aku hanya duduk menunggu.

    Jika orang tua bocah itu bersamaku sekarang, pasti mereka bertanya, Ada apa denganmu? dan aku

    hanya akan memberikan senyum masam sambil berkata, Tidak, tidak ada apa-apa....

    Aku merasa sudah cukup bersabar dengan semua ini. Aku sudah terbiasa dengan perilaku Ene yang

    selalu membuat kepalaku pusing. Tapi dia sudah sangat keterlaluan beberapa hari ini. Aku akan

    langsung pulang saja saat dia kembali dan menjalani kehidupan yang normal seperti biasa.

    Tapi, apakah Mekakushi Dan akan membiarkanku begitu saja?

    Berbagai macam masalah terus saja berdatangan secara bersamaan. Hanya dengan memikirkanya saja

    sudah membuat kepalaku berdenyut-denyut.

    Ini benar-benar tidak masuk akal...

    "HAAA...." Aku menghela napas.

    Hal yang benar-benar tidak masuk akal terjadi di dekatku...sungguh....

    Tiba-tiba seseorang berkata tepat disampingku, seperti hendak mengikutiku yang menghela napas

    Haa kemudian dia melanjutkan dengan berbisik di dekatku. Aku terkejut sampai melompat dari kursi.

    "Woahh! Wahhh!!! Kau! Sejak kapan kau ada disini?!"

    Saat aku menoleh, pemuda berambut putih yang kupinjami Ene, duduk tepat disampingku. Dia

    mengangkat kepalanya dan memberiku ekspresi wajah yang sulit ditebak.

    Maaf.... Aku....

    Pemuda ini sepertinya berpikir aku sedang marah padanya dan menggunakan intonasi yang sangat

    lambat untuk minta maaf.

  • Tapi ekspresi wajahnya tidak berubah, membuatnya terlihat seperti orang bodoh namun sepertinya dia

    sudah tidak terlalu khawatir dibandingkan beberapa saat yang lalu.

    Sedangkan aku yang masih dalam proses menerka-nerka "apa yang ingin dia sampaikan" hanya bisa

    diam, membuat suasana diantara kami menjadi sunyi untuk beberapa saat.

    Eh? Ah, tidak apa...Ini bukan salahmu. Ini salahnya.

    Pemuda itu melihat ke layar HP-ku yang dia pegang sejak tadi. Sosok bersurai biru yang familiar di

    mataku itu sepertinya sedang dalam mode cemberut dan merajuk, dia terus terbang kesana kemari di

    dalam layar.

    Ya? Ada sesuatu yang kamu inginkan, Master?

    Dia masih cemberut sambil terus mengapung di dalam layar. Dia bahkan tidak mau melihatku sama

    sekali.

    Ah, tidak. Aku hanya berpikir kapan kau mau kembali. Ngomong-ngomong, siapa orang ini? Apakah

    dia seseorang yang kau kenal?

    Aku telah dipermainkan kesana kemari sedangkan aku tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Jadi

    aku merasa tidak salah kalau menanyakan inti masalah dari semua ini.

    Makanya aku bertanya kepada Ene. Tapi entah kenapa saat aku menanyainya, dia mengubah HP-ku

    menjadi mode getar dan menatapku dengan tajam.

    Tatapan itu adalah sesuatu yang tidak pernah kulihat dari dirinya selain sikap jahilnya. Tapi entah

    kenapa aku merasa ekspresi itu pernah kulihat di suatu tempat.

    Menanggapiku yang jadi agak takut dengan tatapannya, Ene cemberut lagi dan berkata, "Aku salah, aku

    tidak kenal orang ini. Maaf sudah membuat Master lari kesana kemari, ayo pulang."

    Ene terdengar seperti marah-marah saat dia mengatakannya. Wajah pemuda berambut putih itu kembali

    menjadi suram, seperti dia berpikir kalau ini adalah salahnya untuk yang kesekian kali.

    Hei, kau...Tidak masalah kalau kau bilang salah mengenali orang, tapi kau menghentikan seseorang

    saat kerabatnya dalam keadaan darurat. Kau tidak merasa bersalah untuk itu?"

    Itu karena...itu karena...aaaAAAHHH~~ MASTER MENYEBALKAN!!! Aku sudah bilang kalau aku

    salah, kan?! Pantas saja Master tidak populer, hah!!"

  • Ene berteriak, pemuda berambut putih itu jadi agak takut tapi dia hanya terlonjak sedikit tanpa ada

    perubahan ekspresi yang berarti.

    Dia itu terkejut atau apa? Sikapnya yang kaku itu seperti robot saja.

    Itu...maaf. Aku sepertinya membuatnya marah. Kupikir.

    Pemuda berambut putih itu melihat ke arah kami dengan wajah tanpa ekspresi. Sambil berkata dengan

    intonasi yang kurasa seperti minta maaf.

    Dia menangis...sambil berkata...Aku merindukanmu...dan...Kupikir kamu telah mati, ...tapi aku

    tidak...mengerti...sama sekali.... Kurasa...dia salah...orang...

    Tidak terasa sudah 20 detik berlalu sejak dia berbicara sampai akhirnya berhenti. Entah karena aku

    terbiasa dengan Ene yang bicara dengan cepat ataukah karena intonasi orang ini yang sangat lambat

    sampai-sampai aku merasa waktu ikut melambat.

    Begitu toh. Mungkin karena pemuda ini mirip dengan temannya Ene.

    Memang sih orang ini memiliki aura yang aneh. Jika dia benar-benar temannya Ene, aku bisa

    menoleransinya.

    Tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah HP-ku yang tidak berhenti bergetar sejak pemuda ini berhenti

    berbicara.

    Dengan agak takut aku melihat ke layar. Di sana ada Ene yang tidak berwarna biru murni seperi

    biasanya, tapi bertelinga sangat merah dan tidak berhenti bergetar.

    Kau, kau kena-

    "UWAHHH!!! UWAHHH!! BERISIK!!! TIDAK ADA APA-APA!!! JANGAN BICARA LAGI!!!!!!"

    Suasana hening untuk sesaat. Aku bisa melihat bahu pemuda itu bergetar lagi saat Ene berteriak, tapi

    ekspresinya tetap tidak menunjukkan tanda perubahan

    Bahkan aku yang sudah biasa dengan gaya bicara Ene ikut terdiam. Ini pertama kalinya aku melihat

    Ene besikap sampai seperti ini.

    Di layar, Ene terlihat sedang duduk seraya menendang-nendang kakinya ke segala arah. Namun tiba-

    tiba dia berdiri seakan menyadari sesuatu lalu tiba-tiba tersenyum padakumembuatku mengeluarkan

    keringat dingin.

  • ...Kumohon, Master?

    Aku tidak tahu apakah dia hanya ingin mengalihkan perhatianku dari perilaku salah tingkahnya

    beberapa saat yang lalu atau dia hanya mencoba bersikap seperti biasanya. Angin kesunyian kembali

    menimbulkan suasana hening.

    Tidak senang dengan responku, wajah Ene kembali memerah.

    "Kau eror?" tanyaku sambil mengetok layar HP. Dia bergetar seolah ingin menunjukkan seberapa

    bencinya dia dengan apa yang kulakukan barusan.

    Memangnya Master pikir aku ini apa?? Ini bukan seperti apa yang Master pikirkan!!!

    Ene berteriak dengan nyaring seperti orang gila. Sepertinya dia sehat-sehat saja. Tidak ada virus,

    mungkin karena demam dia jadi bersikap aneh. Tunggu, Ene kan tidak bisa demam.

    Meskipun dia biasanya aneh, kali ini dia sudah kelewat aneh dari biasanya.

    Ti-tidak salah kan kalau sesekali kita salah mengenali orang!!! Itu karena dia mirip dengan teman

    lamaku dulu. Jadi...itu, apa karena aku mengatakan sesuatu yang aneh, atau aku teringat sesuatu?

    Tunggu... apakah karena aku tidak sengaja menunggu-nunggunya?

    Tidak, aku tidak mengerti sedikit pun apa yang kau katakan. Jadi singkatnya adalah karena dia seperti

    teman lamamu, kau jadi emosional kan?

    Saat aku menyelesesaikannya, Ene yang tadinya mengatakan hal-hal tidak jelas dengan gugup tiba-tiba

    terdiam, ekspresinya bercampur antara tercengang dan terkejut. Membuatku menjadi semakin

    kebingungan.

    Ah~ Aku mengerti sekarang kenapa Master tidak populer. Kalau begini terus Master akan jadi

    perawan selamanya. Sayang sekali. kata Ene dengan nada monoton yang seperti menyindir.

    "Ehhh?!! Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?!! Dan juga kenapa aku jadi tidak populer!!

    BERITAU AKU!!"

    Ah, tolong jangan berbicara denganku untuk sementara waktu, Master yang menyedihkan.

    HEI, AKU DENGAR KAU MENGATAKAN MENYEDIHKAN, KAN?!! Biarpun kau

    mengatakannya dengan pelan tapi aku masih bisa mendengarnya, lho!!

  • Master berisik sekali!! Singkatnya, bahkan aku pun mempunyai sesuatu yang tidak bisa kuberitahukan

    kepada Master.

    Saat Ene mencibir dan ingin mengatakan sesuatu lagi, suara nyaring terdengar sampai ke ruang

    pemeriksaan, dimana bocah yang tadinya dipeluk dengan erat oleh pemuda berambut putih itu berada.

    Tidak lama kemudian, terdengar suara besi berjatuhan.

    "?! Master! Ini gawat!"

    "Aku tahu!"

    Melewati koridor, aku bergegas membuka pintu ruang pemeriksaan. Bocah yang di dalamnya terjatuh

    di lantai.

    Rambut coklatnya berantakan dan dia memakai rompi putih. Kulihat dari belakang dia sepertinya

    sekitar 10 tahunan. Anak lelaki itu berusaha merangkak dan melakukan apapun untuk membuat kakinya

    berdiri dengan thermometer dan peralatan medis berhamburan di sekelilingnya, namun usahanya gagal.

    Hei, hei! Apa yang kau lakukan!? Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kau harus berbaring dulu!

    Aku berlutut disamping bocah itu dan mengulurkan tangan. Tapi dia menepis tanganku dengan refleks

    karena rasa takut.

    Saat pertama kali aku bertemu dengannya, butiran air mata membasahi wajahnya. Namun dibalik

    semua itu, aku bisa merasakan sebuah kebencian terhadap apapun itu yang telah membuatnya

    menderitadirinya seakan dipenuhi oleh atmosfer yang berat dan gelap.

    Siapa kau...? Jangan...hentikan aku!

    Anak lelaki itu berdiri dan badannya terhuyung-huyung, tapi dengan cepat dia menstabilkan

    gerakannya dan berjalan ke pintu keluar sendirian.

    Hiyori.... Aku harus ke tempat Hiyori....

    Anak lelaki itu berbisik seperti sedang menghayal dan berjalan keluar dari ruangan tanpa

    mendengarkan satu pun nasehatku.

    Aku mengejarnya dengan cepat. Sesaat setelah anak lelaki itu keluar dari ruangan, dia berhadapan

    dengan pemuda berambut putih itu.

    Ini semua salahmu... Semua ini tidak akan terjadi kalau kau tidak ada.

  • Anak lelaki itu menatap si pemuda berambut putih dengan sangat tajam dan air matanya kembali

    berhamburan keluar.

    Sampai akhir pemuda berambut putih itu tetap tidak berkata apa-apa. Raut wajahnya seperti

    menggambarkan kebingungan yang amat sangat, tapi dia hanya berdiri saja dan tidak mengatakan apa-

    apa.

    Cukup.... Aku harus pergi...harus pergi....

    Sesaat setelah dia menyelesaikan perkataannya, anak lelaki itu dengan cepat mengubah arah badannya

    dan berlari. Sudah terlambat, dia telah berlari melewati koridor rumah sakit yang gelap kemudian

    menghilang dalam kegelapan.

    Apa yang kamu lakukan Master?! Jika kamu tidak mengejarnya, dia bakal kena masalah!

    "Oh oh. Aku tahu. Ah, tapi kakiku tidak bisa bergerak lagi."

    Benar juga. Pada saat genting tadi, kakiku 'yang sedikit lebih kuat dari brokoli tidak memerlukan

    waktu yang lama untuk gemetaran karena lelah. Sangat menyedihkan.

    "BAAAAHHH!!! DASAR! MEMANGNYA MASTER ANAK RUSA APA?!! Kenapa Master sangat

    tidak berguna disaat-saat genting seperti ini?!"

    "Be-berisik!! Jujur ini semua juga salahmu!! JANGAN MENCELA TUBUH KURUSKU!!!"

    Disaat kami berdua sedang memperdebatkan hal yang tidak penting, anak lelaki itu sudah pergi jauh.

    Dihitung dari kecepatannya berlari, kurasa dia bisa meninggalkan area rumah sakit hanya dalam

    beberapa menit. Jika benar begitu, kami akan benar-benar kehilangan jejaknya.

    Panggil suster...tapi sepertinya sudah terlambat. Hei, bisakah kau lakukan sesuatu?! Biarpun dia

    sepertinya membencimu tapi dia masih kenalanmu, kan?!! Jika ini terus dibiarkan, kita tidak akan tahu

    dimana dia berada!!

    Mendengar pertanyaanku, pemuda berambut putih itu mengangguk dengan raut wajah yang sepertinya

    masih kebingungan dengan apa yang terjadi. Dia berbicara sedikit lebih cepat tapi masih dengan

    intonasi yang lambat dan stabil.

    Hibiya...sepertinya...marah...karena...aku.... Aku...harus...melakukan...sesuatu...bi...bisakah kau...ikut

    denganku...?

  • Ritme bicaranya agak berantakan, tapi sepertinya Hibiya adalah nama dari anak lelaki yang baru saja

    kabur.

    Orang ini sepertinya merasa kalau dirinya memiliki salah meski dia sendiri tidak tahu apa itu. Setelah

    berkata ikut denganku, wajah datar orang ini agak berubah. Meski hanya sedikit, tersirat semangat di

    dalam manik merahnya.

    Ah.. maaf, maaf. Bukannya aku tidak ingin ikut denganmu. Hanya saja sekarang kakiku tidak bisa

    digerakkan....

    "Kenapa Master langsung mudah menyerah seperti itu? Master hanya malas karena tidak pernah

    olahraga kan?"

    "Terserah kau mau bilang apa, yang jelas sekarang aku benar-benar tidak bisa lari...eh?"

    Seperti hendak memotong pembicaraanku, tahu-tahu pemuda berambut putih itu muncul di depanku.

    Dalam sekejab tubuhku langsung merasakan bagaimana rasanya melawan tekanan gravitasi yang tidak

    pernah kualami sebelumnya.

    "Woah! WOOAAAHHH?!!"

    Seolah aku ini seorang bayi, pemuda itu dengan santai mengangkat dan menyampirkanku dipundaknya

    layaknya mengangkut sebuah barang.

    Maaf, ini akan sedikit sakit....

    Setelah dia mengatakannya dengan pelan, bersamaan dengan suara yang mirip seperti ledakan,

    pemandangan koridor bergerak menjauh ke belakang dengan kecepatan tinggi.

    Saat kami sampai di tangga yang menghubungkan lantai ini dengan lantai berikutnya, dia setengah

    berjongkok dan mengambil posisi kuda-kuda sebelum kemudian melompat setinggi beberapa meter.

    Butuh waktu sekitar 1,5 detik bagiku untuk bisa mencerna apa yang sedang terjadi.

    "GYAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!"

    Aku sebenarnya tidak ingin mengeluarkan suara untuk sementara waktu. Tapi setelah mengetahui apa

    yang barusan terjadi, aku secara refleks meneriakkan seluruh suaraku yang masih tersisa.

    Tu-tu-tu-tu-turunkan aku....OHOK!!

  • Aku berusaha keras mengatakan sesuatu, tapi terpotong oleh suara benturan yang ditimbulkan saat dia

    mendarat. Sepoi-sepoi angin yang bertiup seolah mewakili suaraku yang saat ini tercekat

    ditenggorokan.

    Ma-maaf. Kumohon tunggu sebentar lagi.

    Selanjutnya, bukan gerakan lari super cepat seperti saat melewati koridor. Tanah tiba-tiba saja terasa

    jauh dan begitu aku sadar ternyata dia melakukan sebuah lompatan yang sangat tinggi, sungguh aku

    merasa hampir diambang batas kesadaran.

    Namun aku berusaha menahan hasrat ingin pingsan itu dengan melihat ke HP yang kugenggam dengan

    erat. Kulihat Ene memakai sesuatu yang mirip dengan bantal untuk menutupi kepala serta memejamkan

    matanya, seolah sedang berusaha menetralisir efek benturan yang akan terjadi selanjutnya.

    "SIAPAPUN TOLONG AKUUUUUUUUUUU!!!!!"

    Bersamaan dengan keluarnya suaraku, kamiatau lebih tepatnya dia, melompat ke angkasa bagaikan

    membelah udara yang dingin. Atap rumah sakit serta jendela yang kami gunakan untuk melompat

    mulai terlihat seperti miniatur di mataku.

  • Inikah rasanya skydiving? Tidak, lebih tepatnya ini mirip dengan rasa takutku terhadap rollercoaster

    yang kunaiki tadi.

    Aku mendapat firasat bahwa pada saat mendarat di tanah nanti, kondisiku tidak akan jauh beda seperti

    setelah menaiki rollercoaster.

    Ketemu... bisik pemuda itu. Mungkin untuk mengurangi benturan saat mendarat, dia melepaskanku

    dari pundaknya dan membawaku pada celah diantara lengannya.

    Belum sempat aku mengumpulkan kesadaran yang sempat berkelana entah kemana, sekarang tanah

    seolah mendekat dengan kecepatan tinggi.

    Otakku terus mengumandangkan 'Demi Momo yang langsing mendadak, demi Kido yang memakai rok.

    Aku tidak mau mati muda!' dan tidak lupa berdoa pada Tuhan. Lalu seperti Ene tadi, aku memejamkan

    mata dengan erat.

    DUAK!! suara nyaring kembali terdengar untuk yang kesekian kali sebagai akibat dari kembali

    bekerjanya gravitasi pada kami. Benturannya lebih ringan daripada yang kuperkirakan tapi cukup untuk

    membuat isi perutku serasa dicampur-aduk. Setelah efek dari benturan dasyat yang menyerangku tadi

    hilang, pemuda itu dengan penuh kekhawatiran bertanya, "Kau tidak apa-apa?"

    "UhhaaaAAA!!!"

    Nafas lega yang kukeluarkan saat masih berada dipelukannya seolah menjawab pertanyaannya tadi.

    "U. uuuooo"

    Dan seperti biasa aku muntah. Sial.

    "Kyaaaa!!! Menjijikkan! Jangan dekati aku!!!"

    "Haaa. Haaa. Dasar. Harusnya kau lebih memikirkan kondisiku, Ene."

    Maaf, tapi aku harus bergegas. Maaf membuatmu terkejut....

    Menggendong seorang lelaki dewasa dan melompat dengan ketinggian serta kecepatan yang luar biasa,

    kira-kira seberapa banyak orang seperti itu yang bisa kita temukan di dunia ini.

    Aku melepaskan diri dari pegangan pemuda itu dan berdiri, terhuyung-huyung sambil mencoba melihat

    wajahnya. Aku menyadari mata dari pemuda tanpa ekspresi ini bercahaya warna merah terang.

    Matamu....kau memiliki kemampuan juga, kah? Apa sih yang terjadi sebenarnya?

  • Aku sudah menduga kemungkinan ini. Dari warna mata dan tingkahnya yang aneh, sepertinya dia juga

    orang yang memiliki kemampuan sama seperti Momo dan para Mekakushi Dan.

    Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini karena Momo dan Ene. Tapi bertemu dengan banyak orang

    aneh seperti ini dalam sehari adalah sesuatu yang tidak biasa.

    Omong-omong, ada apa sih dengan mata itu? Kurasa lebih baik aku tidak menyelidikinya lebih jauh

    hanya karena rasa penasaran....

    Kau itu sebenarnya apa?

    Master!! Anak itu sudah keluar dari Rumah Sakit!!

    Aku berhenti berpikir dan melihat ke arah yang ditunjukkan Ene. Di sepanjang jalan depan pintu rumah

    sakit, terlihat seorang anak lelaki sedang berlari.

    Dan anak itu sangat dekat dengan pintu keluar area rumah sakit.

    Hibiya! Kita akan kehilangannya jika terus begini!! Pemuda itu berkata dan memegang tanganku

    seperti ingin membawaku lagi.

    GAHH! TIDAK, TIDAK!! AKU TIDAK BISA LAGI!! Kumohon LEPASKAN AKU!!!

    Ma-maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi.

    Saat aku menolaknya, pemuda itu bergetar dan melepaskan tanganku. Biarpun aku bisa menghindari

    kemungkinan terjadinya pertunjukan 'paduan suara' untuk yang kesekian kali, anak itu terus berlari ke

    jalan besar. Akan menyusahkan kalau dia berhasil kabur.

    Tidak...aku tidak...bisa. Aku takut...melakukannya...sendirian...jadi aku...tidak bisa....

    Pemuda yang melakukan hal yang tidak bisa dibayangkan selain sikapnya yang pendiam itu

    menundukkan kepalanya dengan lemah.

    Dan sekali lagi aku melihat ke arah anak lelaki yang berlari ke arah pintu keluar. Biarpun aku ingin

    mengejarnya, kakiku sama sekali tidak bisa bergerak.

    Saat ingin menyerah, aku tiba-tiba mendapatkan sebuah ide. Aku bergegas berbicara kepada Ene.

    Hei Ene! Telpon Momo!!

    Eh? Telpon imouto-san[1]?....Ah! Begitu yah!! Siap!!

    [1]Imouto-san = Adik Perempuan

  • Seperti mengerti apa yang sedang kupikirkan, Ene menepukkan kedua tangannya dan dengan tangan

    kanannya yang menggambarkan silang, layarnya langsung berubah menjadi mode telpon untuk

    menelpon Momo.

    Setelah sekitar 2,5 detik kemudian, layarnya menunjukkan tanda hijau besar yang tertulis

    MEMANGGIL.

    Ah~ Heiii, onii-chan[2]? Apakah onii-chan sudah selesai dengan urusan Ene-chan~?"

    Sudah selesai, tapi ada hal yang lain yang harus dilakukan. Momo, kau dimana sekarang?"

    Eh? Uhmmm~ Sebentar...Dimana kita sekarang danchou-san[3]? Ah, terima kasih. Ah, onii-chan?

    Kami sekarang ada di depan rumah sakit. Di bawah pohon di samp- Areee! Ada apa dengan anak itu?

    Larinya cepat banget.

    Hei! Hentikan anak yang lari itu sekarang juga! Kumohon!

    "EHHH? KENAPAA??!!"

    "INI PENTING!! KUMOHOOON!!!"

    "PENTING?! Uhm~ OKE! Aku ngerti! Akan kucoba!!"

    Ketika Momo memutus telponnya, muncul tanda AKHIR DARI PANGGILAN di layar HP-ku.

    "Apakah imouto-san akan baik-baik saja?"

    "Dia mungkin sedikit bodoh tapi disaat seperti ini bisa diandalkan."

    "Yah...agak bodoh sih."

    Ketika kuperhatikan lagi, anak lelaki itu hampir mendekati pintu keluar.

    Saat dia hampir melewati pintu keluar, anak lelaki itu terpental seperti tertabrak sesuatu.

    Tiba-tiba Momo muncul entah dari mana, anak lelaki itu terkejut dan tetap bertahan pada keinginannya,

    tapi dia didorong keras oleh Momo sampai-sampai dia tidak bisa bergerak sama sekali.

    "Woahhhh!!! Kerja bagus imouto-san!! Ah~ ah~ tapi dia memeluknya erat sekali."

    "Dia sepertinya sudah jadi bantal yang bagus. Oke, baguslah sekarang kita tidak perlu mengejarnya."

    "Yang lamban satu-satunya hanya kamu saja, Master."

    [2]Onii-chan = Kakak laki-laki [3]Danchou-chan = Ketua

  • Menghiraukan Ene, aku mempercepat langkah kakiku. Saat aku hampir mencapai pintu keluar, Momo

    disitu memeluk erat anak lelaki yang meronta-ronta, yang hampir mati lemas.

    "Ah, onii-chan! Apa sih yang terjadi? Ow, sakit! Kamu jangan bergerak dulu."

    "Maaf, Momo. Hei, kau yang disitu! Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi paling tidak bisakah kau

    tenang dulu? Kalau kau tiba-tiba menghilang dari rumah sakit akan membuat semua orang khawatir

    tahu!!"

    "Eeehhh!? Anak ini pasien!?"

    Momo mengurangi tenaga di tangannya karena terkejut, anak lelaki itu lalu lepas dari tangan Momo.

    Wajah anak lelaki itu menjadi merah. Dia menarik napas panjang, menghembuskannya lagi bersamaan

    dia melototi Momo.

    Apa yang kau lakukan bibi gendut! Jangan tiba-tiba melompat dari suatu tempat dan

    menghalangiku!!

    "H- HUHHH??!! Bi-bi-bibi gendut? SIAPA YANG KAMU BILANG TADIII??!!!!"

    "Yang kubilang itu kau, bibi gendut raksasa!! Aku sedang buru-buru."

    Anak lelaki itu kembali ingin berlari, tetapi Momo yang lebih cepat darinya memegang tudung anak

    lelaki itu dan menarik balik badannya.

    Hei, hei kamu...kamu itu pasien, kan?!! Tentu saja kabur bukan hal yang benar!! A-apa-apaan d-

    dengan gen-gendut itu....

    Mungkin perkataan anak itu tadi terlalu keras untuk Momo, badannya mulai bergetar dan napasnya

    tidak beraturan.

    Anak lelaki itu kembali melotot pada Momo dan mengambil kembali tudungnya yang dipegang dan

    berteriak kepada Momo lagi.

    Sudah kubilang!! Jangan hentikan aku!!! Dan aku sudah pasti bukan pasien disini karena tidak ada

    masalah denganku!! Tapi untukmu bibi, mungkin kau harus mengecek badanmu yang seperti sapi itu ke

    dokter!! Itu pasti penyakit.

    Anak lelaki itu sepertinya mengarahkan tangannya ke dada Momo. Ene yang ada di HP-ku tertawa

    Puuupuu. Ah, maaf" kemudian suara yang agak serak terdengar dari Momo.

  • "Seseorang sedang mengkhawatirkanmu. Tapi kamu!!! KAMU.!"

    Dia hampir menangis saat diejek oleh anak lelaki itu. Saat Momo yang berwajah merah ingin

    menyerang dan menangkap anak lelaki itu, tudung Momo ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat,

    menghentikannya menyerang.

    Le, lepaskan aku danchou-san! ANAK INI MUSUH KITA! YA, MUSUH KITA!!! PANGGILAN

    DARURAT UNTUK MEKAKUSHI DAN!! Le~ pas~ kan~ a~ ku~ ARGHH~~ !!!!!!!!"

    Dikarenakan Momo yang meronta-ronta seperti sapi gila, ditambah dengan apa yang anak lelaki itu tadi

    katakan, aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak tertawa. Dan sepertinya Momo mendengar itu dan

    melototiku dengan tajam.

    Apa yang kamu tertawakan baka-ani[4]!? Ada apa sih dengan anak itu?! Kenapa aku tiba-tiba dikatai

    seperti tadi?!

    Ah~ Aku tahu Aku tahu. Maaf. Oke, tenanglah dulu. Hei, namamu Hibiya, kan? Kenapa kau tergesa-

    gesa? Bisakah kau pergi nanti?

    Mendengar apa yang kukatakan, Hibiya tidak mencoba untuk lari tapi tanpa menutupi kekesalannya

    padaku dia melihat ke arahku.

    ...Ada perempuan yang sangat penting bagiku. Mungkin dia sudah mati. Hanya aku saja yang selamat.

    Jadi aku harus menyelamatkan dia juga.

    Bahkan Momo yang berisik dari tadi langsung menghentikan gerakannya dan membuka mulutnya

    karena terkejut.

    Tu, tunggu dulu. Mati maksudmu? Kalian terlibat pada suatu inisiden? Kalau begitu akan lebih baik

    jika kamu membicarakannya dulu ke dokter atau polisi dulu. Kenapa kamu malah mau pergi

    sendirian?"

    Sebelum aku berlari ke rumah sakit, tempat dimana Hibiya pingsan tidak ada tanda kecelakaan mobil

    sama sekali. Badannya juga tidak terlihat terluka. Dari sudut pandang orang yang melihat, dia hanya

    pingsan karena kepanasan.

    Itulah yang kupikirkan.

    Tapi dari apa yang dikatakan Hibiya, itu bukanlah kejadian biasa dimana dia bisa terlibat begitu saja.

    Jika begitu, dia seharusnya melaporkannya dulu pada polisi.

    [4]Baka-ani = Kakak bodoh

  • Biarpun aku mengatakannya, tidak akan ada yang percaya. Oh ya. Kalau kalian tidak percaya, tanya

    saja pada orang itu. Selama itu dia hanya berdiri dan melihat saja.

    Hibiya mengarahkan tangannya ke arah pemuda berambut putih. Pemuda itu langsung terlihat gelisah

    dan memegang bajunya dengan erat.

    Hei, kau selalu melihatnya bukan? Kalau kau tidak melakukan apa-apa, paling tidak bisakah kau

    menjelaskannya pada mereka?

    Tidak...itu...tidak...benar....Aku...juga...ingin...menyelamatkannya...tapi..tapi...Aku tidak bisa.....!

    Bersamaan pemuda itu berbicara, Hibiya menggertakkan giginya dan menatap tajam pemuda itu.

    Hibiya menghela napas dan sekali lagi dia terlihat seperti ingin pergi ke pintu keluar.

    "..Baiklah. Kalau kau tidak bisa melakukan apa-apa, biarkan aku pergi sendiri. Jangan

    hentikanaku.."

    Saat Hibiya ingin melangkah maju, badannya tiba-tiba terhuyung dan miring. Diapun langsung terjatuh

    ke lantai dengan lemas.

    "O, oi!"

    Aku bergegas ingin menangkap anak lelaki itu tapi jaraknya terlalu jauh. Bahkan pemuda yang sedari

    tadi melakukan hal yang mengejutkan itu, yang terlihat sedih dengan kata-kata Hibiya tadi, reaksinya

    lebih lambat dariku.

    Anak lelaki itu sama sekali tidak menunjukkan tanda akan melakukan sesuatu untuk menahan tubuhnya

    yang akan jatuh, sepertinya dia akan jatuh begitu saja.

    Sial....!

    Saat kupikir ini sudah terlambat, badan Hibiya tiba-tiba seperti ditahan oleh sesuatu yang tak terlihat

    dan berhenti di tengah-tengah udara.

    Aku masih tidak mengerti apa yang terjadi, tapi setelah melihat Momo yang kehilangan

    keseimbangannya dan jatuh ke tanah, aku mulai mengerti.

    "Shintaro, anak ini. Lebih baik jika tidak kita bawa kembali ke rumah sakit."

    Udara di sekitar Hibiya bergetar dan tergoyang. Pada waktu yang sama Kido yang memakai parka

    ungunya dengan tudung menutupi kepalanya muncul.

  • Di balik tudungnya yang menutupi rambut panjangnya, wajah Kido menunjukkan ekspresi campur

    aduk antara terkejut dan gelisah.

    Tangkapan yang bagus.... Heiii, apa yang kau maksud tadi? Sudah jelas kondisi anak ini memburuk,

    kan? Yah, memang sepertinya situasi sekarang agak buruk, tetapi bukankah memang lebih baik jika

    menyerahkannya pada dokter atau polisi, kan?

    ...tidak. Kurasa dokter ataupun polisi tidak akan banyak berguna. Sedangkan melihat anak ini

    sekarang, kurasa hanya kita yang bisa menolongnya.

    Melihat Hibiya yang ada ditangannya, Kido berkata dengan ekspresi seperti telah menelan sesuatu yang

    pahit.

    'Apalagi sekarang?' pikirku seraya berjalan ke samping Kido dan melihat ke wajah anak itu. Di matanya

    yang agak terbuka, terlihat warna merah yang sedikit demi sedikit muncul, bercampur dengan warna

    asli matanya.

    "Oi, ini."

    "Ah, aku sudah dengar hampir semuanya. Hanya saja situasi sekarang jadi sedikit merepotkan."

    Kido berkata seolah dia teringat akan sesuatu yang buruk.

    Perubahan warna mata anak ini sudah pasti adalah karakteristrik suatu kemampuan yang dimiliki

    Kido dan yang lain.

    Mungkin apa yang Kido katakan tentang dokter atau polisi tidak akan berguna adalah karena hal ini.

    Memang kalau menghadapi situasi yang tidak biasa seperti ini, kedua pihak hanya bisa angkat tangan

    saja.

    Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Apakah anak ini tidak apa-apa?

    Saat ini kita masih belum mengetahui kekuatan anak ini. Jika kita membawanya kembali, mungkin

    sesuatu yang buruk akan terjadi. Lebih baik kita bawa ke markas untuk sementara.

    Tangan Kido menahan pinggang Hibiya dengan erat, dan memeluknya dengan kepala Hibiya di

    pundaknya.

  • Baiklah, Kisaragi. Beritahu Kano untuk mengosongkan ranjangnya. Ah, dan jika Mary takut akan

    menjadi repot. Tolong beritahu Mary untuk tinggal di dalam kamarnya bersama Seto, kata Kido pada

    Momo.

    Momo yang terduduk di tanah langsung berdiri dan hormat, O, oke! Siap!

    "Hahaha. Kau terlalu kaku."

    Kido memperlihatkan ekspresi bingung dan senyuman langka. Matanya memang selalu melotot dengan

    tajam. Tapi saat dia tersenyum, senyumannya sangat hangat. Dan sikap keibuannya juga terlihat.

    "Oh, iya. Siapa namamu?"

    Sambil memeluk Hibiya, Kido terlihat sedang memikirkan sesuatu dan melihat ke arah pemuda

    berambut putih itu.

    "A-aku? . Konoha.... Namaku..... Kurasa."

    Mungkin dia tidak bermaksud seperti itu, tapi seperti biasanya orang ini menggunakan intonasi yang

    sangat lambat dan berantakan untuk memperkenalkan dirinya.

    Saat orang ini mengatakan namanya, HP-ku yang kupegang bergetar lagi. Dan saat aku melihatnya Ene

    kembali memperlihatkan wajah marah dan menghentak-hentakkan kakinya.

    Begitu ya, Konoha. Menurut apa yang kudengar dari anak ini tentang insiden yang terjadi diantara

    kalian berdua... Mungkin aku bisa membantu. Ngomong-ngomong, kami akan mengurus anak ini

    sampai dia kembali stabil. Jadi, apakah kau akan kembali atau kau akan ikut dengan kami?

    Bersamaan Kido mengatakan itu, Konoha memperlihatkan wajah paling serius yang pernah kulihat dari

    dirinya dan mengganggukkan kepalanya.

    Iya, huh. Baiklah, ayo.... Tapi aku agak lapar sekarang. Apakah aku biarkan Kano saja yang memasak

    makan malam....Hei, Kisaragi. Apakah kau sudah menelpon Kano?

    Tidak, aku tidak bisa menghubungi Kano-san. Jadi sekarang ak