Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

9
Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor 24 Okt 2011 20:07:06| Ekonomi | Penulis : Endang Sukarelawati Malang - Bupati Malang Redra Kresna secara tegas menyatakan bahwa daerahnya tidak membutuhkan komoditas atau produk pangan impor. "Tingkat surplus berbagai produk pertanian tanaman pangan di Kabupaten Malang cukup besar, yakni sekitar 400 ribu ton. Sehingga, daerah ini tidak memerlukan komoditas pangan impor termasuk kentang," tegas Rendra di Malang, Senin. Ia mengatakan, komoditas kentang di kawasan Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Batu dan Kota Malang) cukup besar jumlahnya, sehingga tidak membutuhkan kentang impor. Oleh karena itu, katanya, Pemkab Malang tidak mengizinkan kentang impor masuk wilayah itu. "Kami berharap pemerintah pusat di Jakarta maupun provinsi di Surabaya tidak mudah memberikan izin kepada importir komoditas pertanian terutama kentang dan beras yang selanjutnya didistribusikan ke daerah termasuk Kabupaten Malang," tegasnya. Lebih lanjut Rendra mengatakan, tahun 2010, untuk komoditas beras Kabupaten Malang surplus sekitar 60 ribu ton dan berbagai hasil pertanian lainnya sekitar 400 ribu ton, belum termasuk produksi pertanian dari Kota Batu. Menurut Ketua DPD Partai Golkar tersebut, sebagai daerah pertanian, tidak selayaknya Kabupaten Malang, bahkan dua daerah lainnya dibanjiri produk komoditas pertanian impor. Semua jenis tanaman pangan di kabupaten Malang sudah mencukupi, bahkan surplus, sehingga Kabupaten Malang dan dua daerah lainnya di Malang Raya tidak membutuhkan komoditas pangan hasil impor. Mantan Ketua Komisi C DPRD kabupaten Malang itu mengemukakan, sebagai daerah agraris dan lahan pertanian yang cukup subur, membuat produksi pertanian di Kabupaten Malang mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat, sehingga tidak bergantung pada daerah lain. "Justru kami mengirim berbagai hasil komoditas pangan ke daerah lain, bukan menerima, apalagi bahan pangan impor dari negara lain yang di daerah ini sudah tersedia dan mencukupi," tegasnya. Belum lama ini para petani kentang di wilayah Kabupaten Malang, seperti di Poncokusumo dan Pujon mengeluhkan serbuan kentang impor dari China dan Thailand. Akibat membanjirnya kentang impor tersebut, harga kentang lokal turun drastis, dari Rp8.000/kg menjadi Rp3.500-Rp4.000/kg. (*)

description

artikel mengenai kabupaten malang yang di dapatkan dari tulisan artikel yang ada

Transcript of Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Page 1: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor24 Okt 2011 20:07:06| Ekonomi | Penulis : Endang Sukarelawati

Malang - Bupati Malang Redra Kresna secara tegas menyatakan bahwa daerahnya tidak

membutuhkan komoditas atau produk pangan impor.

"Tingkat surplus berbagai produk pertanian tanaman pangan di Kabupaten Malang cukup besar,

yakni sekitar 400 ribu ton. Sehingga, daerah ini tidak memerlukan komoditas pangan impor

termasuk kentang," tegas Rendra di Malang, Senin.

Ia mengatakan, komoditas kentang di kawasan Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Batu dan

Kota Malang) cukup besar jumlahnya, sehingga tidak membutuhkan kentang impor.

Oleh karena itu, katanya, Pemkab Malang tidak mengizinkan kentang impor masuk wilayah itu.

"Kami berharap pemerintah pusat di Jakarta maupun provinsi di Surabaya tidak mudah

memberikan izin kepada importir komoditas pertanian terutama kentang dan beras yang

selanjutnya didistribusikan ke daerah termasuk Kabupaten Malang," tegasnya.

Lebih lanjut Rendra mengatakan, tahun 2010, untuk komoditas beras Kabupaten Malang surplus

sekitar 60 ribu ton dan berbagai hasil pertanian lainnya sekitar 400 ribu ton, belum termasuk

produksi pertanian dari Kota Batu.

Menurut Ketua DPD Partai Golkar tersebut, sebagai daerah pertanian, tidak selayaknya Kabupaten

Malang, bahkan dua daerah lainnya dibanjiri produk komoditas pertanian impor.

Semua jenis tanaman pangan di kabupaten Malang sudah mencukupi, bahkan surplus, sehingga

Kabupaten Malang dan dua daerah lainnya di Malang Raya tidak membutuhkan komoditas pangan

hasil impor. 

Mantan Ketua Komisi C DPRD kabupaten Malang itu mengemukakan, sebagai daerah agraris dan

lahan pertanian yang cukup subur, membuat produksi pertanian di Kabupaten Malang mampu

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat setempat, sehingga tidak bergantung pada daerah lain.

"Justru kami mengirim berbagai hasil komoditas pangan ke daerah lain, bukan menerima, apalagi

bahan pangan impor dari negara lain yang di daerah ini sudah tersedia dan mencukupi," tegasnya.

Belum lama ini para petani kentang di wilayah Kabupaten Malang, seperti di Poncokusumo dan

Pujon mengeluhkan serbuan kentang impor dari China dan Thailand. Akibat membanjirnya kentang

impor tersebut, harga kentang lokal turun drastis, dari Rp8.000/kg menjadi Rp3.500-Rp4.000/kg.

(*)

Page 2: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Lahan Pertanian Menyusut, Kota Malang Kekurangan Beras

Penulis :

Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Kamis, 11 April 2013 | 14:44 WIB

1

MALANG, KOMPAS.com - Lahan pertanian di Kota Malang, Jawa Timur, telah

menyusut akibat menjamurnya pembangunan fisik seperti perumahan. Kini luas

lahan pertanian di Kota Malang tinggal 1.282 hektare. Kondisi itu menyebabkan

menurunnya hasil produksi beras sehingga Kota Malang kini kekurangan beras.

Menyusutnya lahan pertanian itu harus segera diantisipasi, agar bisa mencukupi

kebutuhan rakyantanya yang berjumlah kurang lebih 890 ribu orang. Hal itu

dikatakan Wali Kota Malang Peni Suparto pada acara Gerakan Diversifikasi

Pangan, di Malang, Kamis (11/4/2013). "Antisipasinya, harus melakukan

diversifikasi pangan untuk mengubah mindset masyarakat," jelas Peni.

Makanan pokok, jelas Peni, tak hanya nasi. Singkong dan jagung juga bisa

menjadi makanan pokok. "Swasembada pangan harus dilakukan agar Kota

Malang tidak bergantung ke beras yang harus dibeli dari daerah luar Kota

Malang," katanya.

Menurut Peni, lahan pertanian di Kota Malang semakin menyusut. Ancaman yang

telah terjadi kekurangan beras. "Saat ini Kota Malang sudah kekurangan beras.

Kebutuhan beras Kota Malang mencapai 167.000 ton per tahun. Sementara,

produksi beras hanya 73.000 ton dengan lahan seluas 1.282 hektar. Jadi, Kota

Malang membutuhkan tambahan 94.000 ton beras, yang harus dibeli dari luar

Kota Malang," katanya.

Diversifikasi pangan di Kota Malang bisa dilakukan dengan cara mengubah

konsep dasar pemikiran masyarakat untuk mengurangi konsumsi beras. Sebab

masih ada bahan makanan pengganti beras yang tidak kalah kandungan gizi dan

karbohidratnya.

"Kita akan menggalakkan dan memperkenalkan konsumsi beras cerdas. Beras

cerdas itu bahan bakunya dari tepung singkong yang gizinya tak kalah dengan

nasi," beber Peni.

Page 3: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Pada 2013, Pemerintah Kota Malang akan mencoba mulai memproduksi dan

memperkenalkan beras cerdas yang diproduksi produsen asal Blitar dan bekerja

sama dengan Universitas Jember.

Dalam kesempatan yang sama, produsen beras cerdas asal Blitar, Hendro

Wahyudi, mengungkapkan, Kota Malang merupakan salah satu target wilayah

pemasaran beras cerdas pada 2013. "Kami harap beras cerdas bisa memantu

program diversifikasi pangan yang digalakkan oleh pemerintah," katanya.

Beras cerdas jelas Hendro, baru diproduksi dan dikembangkan di awal 2013.

Saat ini sudah dipromosikan di sejumlah daerah di Jawa Timur. "Beras cerdas ini,

harganya sama dengan beras biasa, namun manfaat gizinya lebih banyak karena

tidak mengandung kolesterol," kata Hendro.

Dari data yang dimiliki Dewan Pimpinan Nasional Relawan Perjuangan Demokrasi

(DPN-Repdem), lahan pertanian di Kota Malang terus menyusut.

Menurut Ketua DPN Repdem Bidang Penggalangan Tani, Sidik Suhada, alih fungsi

lahan pertanian menjadi nonpertanian di Kota Malang sudah sangat

memprihatinkan. Padahal pada 2007 luas lahan pertanian di Kota Malang masih

sebesar 1.550 hektare atau terus menyusut menjadi 1.400 hektare pada 2009,

dan 2012 tinggal 1.300 hektare.

"Penyusutan lahan pertanian ini cukup membahayakan dan harus segera

diantisipasi," harapnya.

Bangunan pertokoan dan perumahan di Kota Malang, Jawa Timur, beberapa

tahun ini terus menjamur. Hal tersebut berakibat pada berkurangnya lahan

pertanian. Otomatis, produksi hasil pertanian juga berkurang.

"Dalam ada beberapa tahun ini, luas lahan pertanian setiap tahunnya terus

mengalami pengurangan. Hal itu jelas mempengaruhi produktivitas hasil

pertanian yang ada," jelas Kepala Dinas Pertanian (Dintan) Kota Malang, Ninik

Suryantini, Sabtu (11/2/2012). Dengan kondisi demikian, pemerintah Kota

Malang tidak berani mencanangkan target produktivitas pertanian pada 2012.

"Kalau produksi perhektare tetap sesuai target. Tapi kalau luas lahan jelas

berkurang," jelasnya.

Ninik membeberkan, dari data Dintan Kota Malang, pada 2007 silam, luas lahan

pertanian masih sekitar 1.550 hektare. Data terakhir pada 2010 terus menyusut

dan tinggal 1.400 hektare saja.

Page 4: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

"Tahun 2012 ini, luas lahan sudah tinggal 1.300 hektare. Itu data sementara

yang kami miliki," akunya.

Ditanya soal produktivitas pertanian yang ada di tahun 2011, sebanyak 6,7 ton

per hektarenya. "Jumlah itu naik 5 persen dibanding tahun sebelumnya. Itu

sesuai target produktivitas per hektare dari pemerintah pusat," ujarnya.

Untuk 2012 ini, Dintan Kota Malang tak berani mencanangkan target akumulatif

pada 2012 ini. Karena masih menunggu validasi data terbaru dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Kota Malang sebelum menentukan target produksi. "Kami masih

menunggu validasi data dari BPS," katanya.

Lebih lanjut Ninik mengatakan, meski produktivitas pertanian di Kota Malang

secara keseluruhan menurun, pihaknya tetap yakin tak akan mempengaruhi

ketahanan pangan. "Karena, Kota Malang mengandalkan daerah lain seperti

Kabupaten Malang atau Blitar untuk memenuhi kebutuhan padi," katanya.

Ditanya, apa penyebab berkurangnya lahan pertanian di Kota Malang, Ninik

menjawab, karena disebabkan peralihfungsian lahan pertanian menjadi kawasan

pertokoan dan menjamurnya perumahan.

"Makanya, Dintan mengusulkan kepada Badan Perencanaan Pembangunan

daerah (Bappeda) Kota Malang, soal penetapan lahan abadi atau biasa disebut

sabuk hijau dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) 2011-2012,"

katanya.

Ninik menambahkan, pihaknya mengusulkan untuk melindungi kawasan

pertanian yang tersisa agar tidak berubah fungsi jadi pertokoan dan perumahan.

Karena dari lima kecamatan yang ada, untuk Kecamatan Klojen sudah tidak ada

lagi lahan pertanian yang tersisa. "Selain Klojen, yang masih tersisa lahan

pertanian di antaranya, di Kecamatan Sukun, Lowokwaru, Kedungkandang dan

Blimbing. Saat ini Dintan Kota Malang sudah menyiapkan anggaran senilai Rp 1,2

miliar untuk program pertanian," katanya.

Page 5: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Jumlah hewan ternak di kota malang

No Jenis Ternak Tahun 2008Tahun 2009 Tahun 2010

Tahun 2011 Tahun 2012

1 Sapi Potong 136.385 142.344 147.865 225.895 240.746

2 Sapi Perah 60.589 62.834 71.600 89.431 93.992

3 Kerbau 1.631 1.631 1.629 2.421 2.445

4 Kambing 184.683 187.344 180.178 194.269 203.932

5 Domba 28.215 28.622 26.349 26.237 26.976

6 Babi 3.695 3.694 2.382 6.102 6.318

7 Kuda 644 627 482 692 685

8 Ayam Buras 1.552.370 1.574.700 1.104.171 1.807.318 2.096.489

9 Ayam Petelur 1.339.997 1.371.876 1.112.381 2.666.662 2.733.458

10 Ayam Pedaging 16.206.996 16.551.003 15.694.993 4.486.074 3.648.864

11 Itik 113.011 114.555 100.874 166.171 169.491

12 Entok 38.364 38.911 34.511 65.399 66.707

TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Kota Malang bakal membatasi alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, kawasan bisnis, dan kawasan industri. Pembatasan alih fungsi lahan pertanian bakal ditetapkan dalam sebuah peraturan daerah tentang pertanian. Selama empat tahun, luas lahan pertanian menyusut 250 hektare. 

"Sulit membendung alih fungsi lahan, tak ada aturan hukumnya," kata Kepala Dinas Pertanian, Sapto Prapto Santoso, pada Selasa, 17 September 2013. Rencana ini dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). Tujuannya, agar lahan pertanian tetap terjaga tak menyusut signifikan.

Selain itu, akan ada pemberian insentif bagi petani yang mempertahankan lahan pertanian. Insentif berupa pemberian diskon untuk membayar pajak. Pendataan dari Dinas Pertanian, lahan pertanian di Kota Malang tersisa dua ribu hektare yang tersebar di Lowokwaru, Kendangkandang, Sukun dan Blimbing.

Sedangkan Klojen tak menyisakan lahan pertanian sama sekali. Alasannya, Klojen merupakan pusat kota yang dipenuhi bangunan. Klojen menjadi kawasan perdagangan, industri, permukiman, dan pusat pemerintahan. Termasuk pusat perbelanjaan berdiri di kawasan Klojen.

Lahan pertanian juga menjadi upaya untuk mempertahankan ruang terbuka hijau. Untuk itu, Dinas Pertanian juga mendorong pertanian di kawasan perkotaan. Konsepnya, setiap rumah ditanami aneka jenis tanaman produktif. Selain berfungsi untuk penghijauan, juga untuk menambah lahan pertanian.

Dewan Daerah Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Purnawan Dwikora Negara, mengatakan lahan pertanian merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (RTH). Ia berharap luas lahan pertanian tetap dijaga. Lantaran selama ini luas RTH meliputi lahan pertanian terus menyusut. "Pemerintah bertanggung jawab terhadap berkurangnya RTH," ujarnya.

Penyusutan RTH selain menyebabkan penurunan produksi pertanian, juga menyebabkan ancaman banjir di Kota Malang. Kini, lanjut dia, RTH di Kota Malang diperkirakan tersisa 1,8 persen dari luas Kota Malang

Page 6: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

110,6 kilometer persegi. 

Seharusnya, sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang menyebutkan luas areal RTH setidaknya 30 persen dari total luas wilayah, meliputi 20 persen ruang publik dan 10 persen untuk ruang privat.

Ditambahkan, berdasarkan sensus pertanian, disimpulkan bahwa Kabupaten Malang, Jember dan Bojonegoro merupakan tiga kabupaten yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak

Malang (Greeners) - Lahan pertanian sebagai salah satu kawasan resapan air di Kota Malang saat ini

tersisa 1.300 hektare dari luas Kota Malang 110,6 kilometer persegi. Luas lahan pertanian ini menyusut

250 hektare selama empat tahun terakhir dari luas semula yang mencapai 1.550 hektare.

Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Kota Malang, Ninik Suryantini, mengatakan lahan pertanian semakin

berkurang karena berubah fungsi menjadi kawasan perkantoran, perumahan serta pusat perbelanjaan.

Dinas Pertanian telah mengusulkan ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah menetapkan

lahan pertanian menjadi lahan abadi atau sabuk hijau.

Saat ini, lahan pertanian di Kota Malang hanya berada di empat kecamatan yakni Kecamatan

Lowokwaru, Blimbing, Kedungkandang dan Sukun.  “Lahan pertanian di Kecamatan Klojen yang menjadi

pusat kota habis tak tersisa,” kata Ninik.

Dinas Pertanian Kota Malang telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,2 miliar untuk program

pertanian seperti sosialisasi, pendampingan dan bantuan teknologi bagi para petani untuk mendongkrak

produktifitas pertanian di Kota Malang.

Ninik mengatakan para petani disiapkan untuk menggunakan peralatan teknologi pertanian

sepertitransplanter yang dapat menanam bibit padi seluas satu hektare hanya dengan waktu dua jam.

Dia berharap Kota Malang memiliki empat transplanter untuk memenuhi swasembada pangan di Kota

Malang.4

Ninik menambahkan, produktifitas pertanian di Kota Malang rata-rata sekitar 6,7 ton per hektar. Ia

menyatakan, meskipun lahan pertanian berkurang namun produktifitas tetap terjaga. Selain itu,

Kebutuhan pangan warga Malang juga dipasokan dari sentra pertanian di Kabupaten Malang dan Blitar.

PERIKANAN MALANG

Sekalipun wilayah perkotaan, potensi perikanan di Kota Malang masih sangat menjanjikan. Saat ini, warga kota

pendidikan ini yang tinggal di sekitar aliran sungai ramai-ramai kembali memelihara ikan di keramba.

Kadis Petanian Ir Niniek Suryantini mengatakan, jumlah panen ikan air tawar yang dipelihara di keramba dan kolam

oleh warga mencapai 60 sampai 70 ton dalam setiap kali panen. “Potensi perikanan masih menjanjikan. Walaupun

warga menjadikan sebagai pekerjaan sambilan, tapi masih menjanjikan untuk menambah pendapatan keluarga,†kata �Niniek di balai kota, kemarin.

Lebih lanjut dia menjelaskan, potensi perikanan air tawar di kota ini tersebar di Kecamatan Lowokwaru, Sukun dan

Kedungkandang. Umumnya, warga memelihara ikan nila, tombro, lele dan lobster air tawar. Warga memelihara ikan di

keramba dialiran sungai dan kolam di areal rumah.

Sekalipun panen ikan air tawar mencapai 70 ton, ternyata masih belum memenuhi kebutuhan konsumsi ikan di kota ini.

“Konsumsi ikan oleh warga Kota Malang tinggi. Per orang konsumsi 19 kg per tahun,†kata Niniek.�

Karena jumlah konsumsi ikan yang tinggi, lanjut mantan Kabid Perikanan ini, pasokan untuk konsumsi ikan ditambah

dari Kabupaten Malang, Pasuruan dan Sidoarjo. “Ini bukan hanya ikan air tawar saja, tapi juga ikan air laut,†jelas �alumnus Fakultas Perikanan UB ini.

Page 7: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

Untuk semakin meningkatkan produktivitas perikanan, kini warga yang memelihara ikan mendapat bantuan. Tahun ini,

20 kelompok tani ikan mendapat bantuan paket berupa pakan, benih, konstruksi kolam dan obat-obatan.

Di Dinoyo, warga masih setia memelihara ikan di aliran sungai. Widodo, warga Jalan MT Haryono mengaku mulai tahun

ini memelihara ikan di keramba. “Dua tahun lalu, saya memelihara ikan di keramba, kemudian berhenti. Tapi mulai

tahun ini, saya memelihara lagi,†kata pedagang bakso ini.�

Dua tahun lalu saat masih memelihara ikan tombro, kata Widodo, sekali panen dia mendapat keuntungan mencapai Rp

1,2 juta. Padahal modal usaha yang dikeluarkan hanya Rp 200 ribu. “Pembelinya dari kolam pemancingan,†�jelasnya.

Warnoto, warga MT Haryono gang X mengaku memelihara ikan di keramba masih mendatangkan keuntungan. Dalam

sekali panen, kata dia, bisa mendapat keuntungan hingga Rp 2,5 juta. Sedangkan modal yang dikeluarkannya hanya

Rp 100 ribu untuk membeli bibit ikan. “Asalkan tidak ada penyakit jamur, bisa memberi keuntungan yang

lumayan,†kata Warnoto yang mengaku mulai memelihara ikan di Keramba di kawasan Dinoyo sejak 1993 lalu ini�

Kecamatan Karangploso di daerah Kabupaten Malang adalah salah satu daerah yang mayoritas penduduknya

bermata pencaharian sebagai petani, namun juga tidak bisa disangkal bahwa akhir-akhir ini jumlahnya semakin

berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah pabrik-pabrik yang berada di kecamatan tsb. Hal tersebut jelas

memengaruhi terhadap kehidupan bersosial masyarakat di sana terutama generasi mudanya, mereka lebih

cenderung bekerja di pabrik dibandingkan dengan bertani. Namun tidak semua masyarakat di daerah tersebut

hanya menggantungkan hidupnya dari bertani dan buruh pabrik, banyak juga yang berprofesi sebagai peternak

sapi perah.

Peternakan sapi perah yang ada di Karangploso juga sudah menunjukkan perkembangan yang berarti sejak

mereka bergabung dengan Koperasi Unit Desa (KUD) setempat untuk menyalurkan susu yang mereka hasilkan

kepada beberapa perusahan susu yang ada di Jawa Timur. Keberadaan KUD ini ternyata juga sudah populer

bagi masyarakat Karangploso terutama yang berprofesi sebagai peternak sapi perah maupun petani lainnya,

karena dari situlah mereka bisa mendapatkan penghasilan dari usahanya sebagai peternak sapi perah.

Desa Tawangargo dan Desa Bocek merupakan desa yang kultur agrarisnya masih terlihat kental, terbukti bahwa

desa Tawangargo adalah sentra penanaman hortikultura terutama sayur mayur terbesar keempat di Malangraya

setelah Kota Batu, Kecamatan Pujon, Kecamatan Poncokusumo dan desa Bocek merupakan sentra penanaman

cabe besar selain kecamatan Pujon danKecamatan Dau.

Meskipun sebagian besar penduduknya adalah petani dan peternak, ternyata masih banyak juga penduduknya

yang berprofesi sebagai wiraswasta maupun profesi formal lainnya.

 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal  dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumen manusia,  termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. 

 Hal ikhwal pangan telah secara legal tercantum dalam undang-undang tentang pangan, yaitu undang-undang No 7, tahun 1996. penulis sendiri merasa beruntung karena dipercayai oleh Menteri Negara Urusan Pangan, saat itu Prof. Dr. Ibrahim Hasan. untuk mempersiapkan dan merancang undang-undang pangan tersebut, memperjuangkan di DPR, hingga selesai disetujui dan disyahkan serta ditanda tangani oleh presiden RI, tanggal 14 November, 1996. suatu kebahagiaan tersendiri yang sulit terlupakan bagi penulis.

Page 8: Kabupaten Malang Tak Perlukan Produk Pangan Impor

       Tujuan disusunnya undang-undang pangan adalah untuk melindungi konsumen dari resiko kesehatan serta membantu konsumen dalam mengevaluasi, dan memilih bahan dan produk pangan yang akan mereka konsumsi. Undang-undang pangan juga bertujuan untuk membantu dan membina produsen makanan dalam meningkatkan mutu produk yang dihasilkan serta memfasilitasi terjadinya perdagangan yang jujur. Disamping itu undang-undang pangan juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan masyarakat secara luas, serta meningkatkan kegiatan ekonomi negara.

        Dalam menjabarkan petunjuk pelaksanaannya undang-undang pangan tersebut dibentuklah Peraturan Pemerintah. Sejauh ini telah ada dua Peraturan Pemerintah atau PP, yaitu PP No 69, tahun 1999, tentang Iabel dan Iklan. Dan PP No 28, tahun 2004 tentang Mutu Gizi dan Keamanan Pangan.

       Disamping itu masih ada dua lagi undang-undang yang penting yaitu Undang-undang No. 08, 1999 tentang perlindungan konsumen, serta Undang-undang Kesehatan No. 23, Tahun 1992, tentang Kesehatan

Apabila proses ini tidak diimbangi dengan pengelolaan lingkungan hidup perkotaan maka

akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan hidup perkotaan yang akan berdampak

negatif terhadap kehidupan masyarakat kota. Keseimbangan lingkungan perkotaan menjadi

terganggu akibat proses pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan dan pola hidup

masyarakatnya.