KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMURditbenih.hortikultura.pertanian.go.id/sopbenih/sop benih...
Transcript of KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMURditbenih.hortikultura.pertanian.go.id/sopbenih/sop benih...
KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR
BAB I
PENDAHULUAN
Wortel merupakan sayuran umbi semusim, dapat ditanam sepanjang tahun dan
memiliki kandungan gizi yang sangat baik untuk tubuh, terutama vitamin dan
mineral. Dilihat dari segi bisnis, wortel merupakan sayuran komersial yang hingga
saat ini masih tetap menjadi andalan para pedagang dan petani sayuran.
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan wortel di Indonesia maka produksi
wortel dari waktu ke waktu terus diupayakan peningkatannya melalui intensifikasi
dan perluasan areal panen. Dengan demikian, untuk keperluan intensifikasi wortel
diperlukan benih wortel dalam jumlah yang semakin banyak setiap tahun.
Walaupun sebagian benih wortel telah tersedia di pasaran, tidak berarti bahwa
permasalahan kekurangan benih wortel unggul dan bermutu telah terselesaikan.
Penangkar benih diharapkan lebih dapat meningkatkan usahanya, termasuk
menindaklanjuti upaya pemerintah dalam rangka memperoleh dan melestarikan
benih wortel unggul nasional.
Penangkaran benih wortel sering dilakukan oleh petani di daerah sentra
pertanaman wortel. Kegiatan tersebut pada umumnya hanya sebagai sambilan
sehingga banyak prosedur yang dilakukan secara sederhana. Petani hanya ingin
memperoleh benih wortel secukupnya, tanpa menuntut mutu dari hasil
penangkaran benih tersebut. Karena itulah perlu dilakukan penangkaran benih
wortel di daerah sentra dengan mengikuti tata cara untuk memproduksi benih
wortel yang baik sesuai Prosedur Operasional Standar (POS) berbasis norma
budidaya yang baik dan benar (Good Agriculture Practices/GAP).
Gambar 1. Umbi wortel berkualitas baik hanya diperoleh apabila dalam
pertanamannya menggunakan benih berkualitas baik
Target yang akan dicapai melalui penerapan SOP produksi benih wortel adalah
diperolehnya benih bersertifikat dengan standar sebagai berikut:
1. Standar lapang
Kelas Benih
Parameter Satuan BD BP BR Hibrida
a. Isolasi *)
- Jarak (min) m 1600 1000 800 800
- Waktu (min) hari 30 30 30 30
- Barier √ √ √ √
b. Var lain dan tipe simpang (maks) % 4,0 4,0 4,0 4,0
Hawar daun (A.dauci) (Maks) % 0,5 1 1 0,5
b. Pengelolaan lapang lain **)
√ Dengan isolasi barrier
*) Pilih salah satu
**) Pengelolaan lapang
1. Apabila pengelolaan lapang tidak baik, seperti banyak
Volunteer dan gulma yang menjadi sumber penyakit
2. Jika pemeriksaan tidak memungkinkan untuk dilaksanakan
karena kerusakan mekanis pada daun, kerusakan berat oleh
serangga, dan atau pertumbuhan tanaman yang merana,
maka pemeriksaannya tidak dapat dilanjutkan
2). Laboratorium
Kelas Benih
Parameter Satuan BD BP BR Hibrida
a. Kadar air (maks) % 8 8 8 8
b. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 99,0
c. Kotoran Benih (maks) % 1,0 2,0 2,0 1,0
d. Benih Tanaman lain (maks) % 0,0 0,1 0,2 0,1
e. Daya berkecambah (min) % 70 70 70 75
f. Kesehatan benih (A. Dauci) % 2 2 2 2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH WORTEL
Standar Operasional Prosedur “Pemilihan
Lokasi”
Nomor: POS BW.II
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
II. PEMILIHAN LOKASI A. Definisi dan Tujuan:
Pemilihan Lokasi adalah memilih lokasi tanam yang sesuai dengan
persyaratan tumbuh wortel untuk mencegah kegagalan proses produksi
benih dan dapat menghasilkan benih wortel yang sesuai dengan standar
mutu yang ditetapkan serta tidak merusak lingkungan.
Tujuannya agar diperoleh lahan yang dapat mendukung produktivitas
tanaman wortel yang optimal, seperti tanah yang subur dengan lapisan top
soil yang cukup, ketersediaan sumber air yang cukup bukan sumber
penyakit tular tanah, drainase baik dan tidak menyalahkan kaidah
konservasi tanah dan air.
B. Standar Tentang Pemilihan Lokasi Yang Sesuai Dengan Persyaratan
Tumbuh :
1. Lahan dibebaskan dari bebatuan supaya tanaman wortel tidak
membentuk akar bercabang.
2. Lahan memiliki ketinggian tempat tumbuh antara 1.200 – 1.500 m dpl,
kondisi tanah subur; gembur; dan kaya humus dengan pH 5,5 – 6,5.
Suhu udara berkisar antara 15,6 – 21,10C. Jenis tanah yang cocok
adalah jenis andosol yang umumnya terdapat didaerah dataran tinggi.
C. Alat dan Bahan:
1. Data atau informasi mengenai ketinggian lokasi, kemasaman tanah,
suhu udara dan jenis tanah.
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
D. Prosedur Kerja Pemilihan Lokasi:
1. Mencari informasi mengenai tinggi lokasi, pH tanah, suhu udara dan
jenis tanah.
2. Melakukan pemetaan lokasi lahan.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 1)
Tabel 1. Form Catatan Kegiatan Pemilihan Lokasi
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Kondisi lahan Riwayat Penggunaan
Lahan
Petugas
- - - - - -
Tinggi tempat pH tanah Suhu udara Batas lahan Sumber air Jenis tanah
: : : : : :
E. Referensi Pemilihan Lokasi:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 2. Pemilihan lokasi yang tepat akan diperoleh pertumbuhan optimal
Standar Operasional Prosedur
“Penentuan Waktu Tanam”
Nomor: POS BW.II
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
III. PENENTUAN WAKTU TANAM A. Definisi dan Tujuan:
Penentuan waktu tanaman adalah menetapkan waktu tanam yang tepat
untuk penanaman wortel dengan tujuan untuk produksi benih.
Tujuannya agar diperoleh waktu tanamn yang tepat sehingga
pertumbuhan tanaman wortel optimal.
B. Standar Tentang Penentuan Waktu Tanam :
Waktu tanam ditentukan berdasarkan perkiraan datangya musim hujan
atau tersedianya air irigasi serta berdasarkan kebutuhan.
C. Alat dan Bahan:
3. Data curah hujan bulanan dan ketersediaan air untuk mengatur waktu
tanam di suatu daerah.
4. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan
D. Prosedur Kerja Penentuan Waktu Tanam:
4. Lakukan pengkajian untuk mengetahui saat – saat air tersedian secara
alam di lahan yaitu mengetahui saat musim hujan tiba dan akhir musim
hujan.
5. lakukan diskusi dengan pengelola lahan sebelumnya atau masyarakat
sekitar lokasi lahan mengenai kebiasaan menanam di lokasi tersebut.
6. Tentukan waktu tanam yang tepat.
7. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 2)
Tabel 2. Form Catatan Kegiatan Penentuan Waktu Tanam
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Perkiraan Bulan Basah
(Bulan hujan)
Rencana Waktu Tanam
Petugas
Minggu ke….. Bulan ke…….
E. Referensi Penentuan Waktu Tanam:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Standar Operasional Prosedur
“Penyiapan Lahan”
Nomor: POS
BW.IV
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
IV.PENYIAPAN LAHAN
Sub Kegiatan: Pembersihan Lahan
A. Definisi dan Tujuan:
Pembersihan lahan adalah membersihkan lahan dari segala sesuatu yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
Tujuannya agar diperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari
gangguan fisik (batu – batuan, sampah, dll) maupun biologis (gulma atau
sisa tanaman).
B. Standar Tentang Pembersihan Lahan :
1. Lahan bersih dari batu-batuan, gulma,semak yang dapat mengganggu
pertumbuhan wortel sehingga lahan siap diolah.
2. Sisa tanaman dibenamkan dan bebatuan dikumpulkan dan dibuang
pada tempat tertentu yang aman diluar areal tanam.
C. Alat dan Bahan:
5. Parang/arit/golok untuk memotong dan membersihkan semak belukar
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman muda.
6. Cangkul/kored untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa – sisa
semak belukar/tanaman yang tertinggal serta untuk mengolah tanah.
7. Herbisida sebagai alternatif untuk membersihkan gulma.
8. Keranjang/pikulan/carangka untuk mengangkut hasil pembersihan
lahan.
9. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Pembersihan Lahan:
8. Bersihkan lahan dari batu-batuan, gulma, semak belukar yang dapat
menghalangi pertumbuhan tanaman muda.
9. Buang kotoran dan sisa – sisa bahan yang telah dibersihkan pada
tempat tertentu yang aman.
10. Bongkar tanaman atau bagian tanaman yang dapat menjadi sumber
penyakit.
11. Kubur/benamkan sisa – sisa gulma dan semak belukar.
12. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 3)
Tabel 3. Form Catatan Kegiatan Pembersihan Lahan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tgl Petak Luas (Ha)
Cara Pembersihan
Lahan
Alat Pembersihan Lahan
Penanganan Sampah, Sisa
Gulma dan Bebatuan
Petugas
E. Referensi Pembersihan Lahan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 3. penyiapan lahan yang baik akan menghasilkan bunga berkualitas baik
Sub Kegiatan: Pengolahan Tanah, Pembuatan Parit dan Bedengan.
A. Definisi dan Tujuan:
Pengolahan tanah, pembuatan parit dan garitan adalah membuat lahan
pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara mengolah tanah sampai
gembur dan diratakan, membuat parit dan garitan dengan bentuk
membujur atau disesuaikan dengan denah/letak lahan (bila tidak persegi)
dan dengan arah datangnya sinar matahari.
Tujuannya agar diperoleh media tanam yang optimal bagi pertumbuhan
tanaman wortel.
B. Standar Tentang Pembersihan Lahan :
1. Pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul atau membajak
tanah sedalam 30 – 40 cm sampai gembur, kemudian dibiarkatn
selama 15 hari untuk memperbaiki keadaan tata udara dan aerasi
tanah serta menghilangkan gas – gas beracun dan panas hasil
dekomposisi sisa-sisa tanaman.
2. Bedengan dibuat dengan menggunakan cangkul. Bedengan
memanjang kearah timur dan barat, lebar 120 – 150 cm dan tinggi
antara 30 – 40 cm. Jarak antar bedengan sekitar 50 cm dan panjang
bedengan menyesuaikan keadaan lahan. Diantara bedengan dibuat
parit – parit dengan lebar antara 25 – 30 cm, sedalam 30 cm.
3. Pada permukaan bedengan ditebarkan pupuk kandang yang telah
matang, dicampur dan diratakan dengan lapisan tanah atas. Dosis
pupuk kandang antara 15 – 20 ton setiap hektar lahan. Setelah ditebari
pupuk, dibuat alur – alar memanjang pada bedengan, sebagai tempat
menebar benih. Masing – masing alur berjarak sekitar 20 cm.
C. Alat dan Bahan:
1. Traktor/cangkul/kored/gacok untuk mengolah tanah.
2. Meteran sebagai alat ukur menentukan ukuran bedengan dan parit.
3. Tali untuk tarikan bedengan dan parit agar diperoleh bedengan dan
parit yang lurus.
4. Bambu untuk pemancang tali pada pembuatan bedengan dan parit.
5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Pengolahan Tanah, Pembuatan Bedengan dan Parit:
1. Mencangkul atau membajak tanah sedalam 30 – 40 cm sampai
gembur, kemudian dibiarkan selama 15 hari untuk memperbaiki
keadaan tata udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas – gas
beracun dan panas hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman.
2. Bedengan dibuat dengan menggunakan cangkul. Bedengan
memanjang kearah timur dan barat, lebar 120 – 150 cm dan tinggi
antara 30 – 40 cm. Jarak antar bedengan sekitar 50 cm dan panjang
bedengan menyesuaikan keadaan lahan. Diantara bedengan dibuat
parit – parit dengan lebar antara 25 – 30 cm, sedalam 30 cm.
4. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 4)
Tabel 4. Form Catatan Kegiatan Pengolahan Tanah, Pembuatan Parit dan
Bedengan.
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Cara Mengolah
Tanah
Cara Membuat Bedengan dan parit
Ukuran Bedengan dan parit
Petugas
E. Referensi Pembersihan Lahan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan: Penetapan Jarak Tanam.
A. Definisi dan Tujuan:
Penetapan jarak tanam adalah membuat tanda jarak tanam yang
memungkinkan untuk pertumbuhan perakaran dan umbi agar berkembang
secara normal dan optimal.
Tujuannya agar diperoleh tempat benih dan pupuk dengan jarak yang
sama pada seluruh bedengan.
B. Standar Tentang Penetapan Jarak Tanam :
1. Jarak tanam yang ditetapkan harus sesuai dengan ukuran benih, tipe
tanah, kemiringan lahan, kemampuan tanah menyimpan ari dan arah
datangnya sinar.
2. Jarak tanam dapat menggunakan belahan bambu yang ditandai atau
menggunakan roda berjari dengan jarak 20 cm.
C. Alat dan Bahan:
1. Roda berjari/belahan bambu/tali/tambang untuk menentukan jarak
tanam.
2. Meteran sebagai alat ukur jarak tanam pada belahan bambu/tali.
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penetapan Jarak Tanam:
1. Ukur belahan bambu/tali, menggunakan meteran dengan jarak 20 cm
untuk menentukan jarak tanam.
2. Bila menggunakan belahan bambu/tali, letakkan belahan bambu/tali
dalam bedengan, tandai bedengan dengan tugal sesuai tanda yang
terdapat pada belahan bambu/tali, juga bisa langsung dengan
meletakkan bibit pada bedengan sesuai dengan tanda pada belahan
bambu/tali.
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 5)
Tabel 5. Form Catatan Kegiatan Penetapan Jarak Tanam
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Alat & Cara Penetapan Jarak Tanam
Ukuran Jarak Tanam
Petugas
E. Referensi Penetapan Jarak Tanam:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Standar Operasional Prosedur “Penyiapan
Benih”
Nomor: POS BW.V
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
V. PENYIAPAN BENIH
A. Definisi dan Tujuan:
Penyiapan benih adalah menyiapkan benih bermutu dari varietas unggul.
Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya,
memiliki tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan
sehat.
B. Standar Tentang Penyiapan Benih :
Benih yang digunakan adalah benih pokok atau benih dasar dalam bentuk
biji yang berasal dari produsen benih atau penangkar yang diawasi dan
dibina oleh BPSB.
C. Alat dan Bahan:
10. Benih wortel dalam bentuk biji yang berasal dari produsen dan
penangkar benih yang diawasi oleh BPSB.
11. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penyiapan Benih:
13. Siapkan benih unggul kelas benih pokok atau benih dasar yang
bermutu, yang berasal dari produsen dan penangkar yang telah
diawasi oleh BPSB dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian.
14. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 6)
Tabel 6. Form Catatan Kegiatan Penyiapan Benih
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Jmh Benih (kg)
Sumber / Asal
Benih
Ukuran Benih
Kelas Benih
Petugas
E. Referensi Penyiapan Benih:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 4. Benih siap ditanam
Standar Operasional Prosedur “Penanaman dan
Pemupukan Dasar”
Nomor: POS
BW.VI
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
VI. PENANAMAN DAN PEMUPUKAN DASAR
A. Definisi dan Tujuan:
Penanaman dan pemupukan dasar adalah memberikan hara dasar di
dalam tanah dan meletakkan benih dengan cara ditabur pada alur
bedengan dan ditutup dengan tanah setebal 0,5 – 1 cm.
Tujuannya agar tersedia unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman
secara optimal dan benih diletakkan dengan benar.
B. Standar Tentang Penanaman dan Pemupukan Dasar:
1. Pemupukan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis, tepat
cara, tepat waktu dan tepat jenis.
2. Pupuk organik yang diberikan harus berupa pupuk yang sudah matang
dan terdekomposisi dengan baik.
3. Penanaman benih harus tidak bersinggunggan dengan pupuk terutama
pupuk anorganik, karena dapat mengakibatkan pembusukan.
C. Alat dan Bahan:
12. Cangkul/sekop digunakan untuk mengambil dan mengangkat pupuk
organik (kandang, bokhasi).
13. Pikulan/rancatan untuk mengangkut pupuk ke lokasi penanaman.
14. Kantong plastik untuk menggangkut benih ke tempat lokasi
penanaman.
15. Pupuk kandang matang sebanyak 15 – 20 ton
16. Pupuk TSP sebanyak 400 kg dan KCl 75 kg.
17. Benih pokok atau benih dasar sebanyak 3,5 kg
18. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penanaman dan Pemupukan Dasar:
15. Pupuk organik ditempatkan dengan cara ditebarkan dipermukaan
bedengan, dicampur dan diratakan dengan lapisan tanah atas.
16. Pada jarak 5 cm dari alur penanaman, dibuat alur dangkal sejajar
dengan alur penanaman. Kemudian alur- alur tersebut ditebari
campuran pupuk anorganik dan kemudian ditutup dengan tanah tipis.
17. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 7)
Tabel 7. Form Catatan Kegiatan Penanaman dan Pemupukan Dasar
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
a. Catatan Kegiatan Pemupukan Dasar
Tanggal Petak Luas (Ha)
Nama Pupuk
Dosis Cara Cuaca Petugas
b. Catatan Kegiatan Penanaman
Tanggal Petak Luas (Ha)
Fase Penanaman
Alat Cara Waktu Penanaman
Petugas
E. Referensi Penyiapan Benih:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 5. : penanaman dan pemberian pupuk dasar yang tepat akan dihasilkan umbi berkualitas baik yang siap ditanam kembali guna diambil bijinya.
Standar Operasional Prosedur
“Pengairan/Penyiraman”
Nomor: POS
BW.VII
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
VII.PENGAIRAN/PENYIRAMAN
A. Definisi dan Tujuan:
Pengairan/Penyiraman adalah memberikan air untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
Tujuannya agar terpenuhi kebutuhan air bagi tanaman dan membantu
penyerapan unsur hara oleh tanaman.
B. Standar Tentang Pengairan/Penyiraman:
Penyiraman diberikan pada lahan pertanaman bila pertanaman dilakukan
pada musim kemarau dan pada prinsipnya penyiraman dilakukan hanya
untuk menjaga kelembaban tanah, terutama dalam proses penyerapan
unsur hara.
C. Alat dan Bahan:
19. Bak air/drum untuk menampung air.
20. Selang air/springkler/drip/emrat untuk mengalirkan air ke areal
pertanaman.
21. Pompa air digunakan untuk memompa air dari sumber air (air tanah,
embung sungai).
22. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Pengairan/Penyiraman:
18. Air dari sumber air dipompa dengan menggunakan pompa air dan
dialirkan dengan menggunakan selang ke areal pertanaman (sistem
leb/geledeg ) atau menggunakan springkler.
19. Pada awal pertanaman, penyiraman dilakukan 1 – 2 kali sehari
terutama pada musim kemarau. Sedangkan pada tanaman yang telah
tumbuh besar, frekwensi penyiraman dikurangi dengan tetap
mempertimbangkan tingkat kebasahan tanah. Penyiraman sebaiknya
dilakukan pada pagi dan sore hari.
20. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 8)
Tabel 8. Form Catatan Kegiatan Pengairan/Penyiraman
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Fase Pertumbuhan
Cara Pengairan
Lama Dialiri
Petugas
E. Referensi Pengairan/Penyiraman:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Standar Operasional Prosedur “Pemeliharaan”
Nomor: POS
BW.VIII
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
VIII. PEMELIHARAAN
Sub Kegiatan : Penjarangan
A. Definisi dan Tujuan:
Penjarangan adalah membuang tanaman yang pertumbuhannya kurang
bagus, berdekatan dan kurang sehat.
Tujuannya agar diperoleh pertumbuhan tanaman wortel yang sehat dan
dapat menghasilkan benih yang bermutu.
B. Standar Tentang Penjarangan:
Penjarangan dilakukan pada lahan pertanaman bila pertanaman tidak
tertata dengan jarak yang sama, seperti ada yang renggang dan ada pula
yang sangat berdekatan.
C. Alat dan Bahan:
23. Kored/cangkul digunakan untuk penjarangan
24. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penjarangan:
21. Penjarangan dilakukan dengan mencabut tanaman dilahan
pertanaman yang pertumbuhannya terlalu rapat atau renggang
sehingga tanaman yang tertinggal masing – masing berjarak 30 cm
sehingga pada bedengan terjadi pertanaman yang berjarak 30 cm x 20
cm.
22. Penjarangan dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh kira – kira 10
hari setelah biji wortel disebar.
23. Pada saat penjarangan juga dilakukan roguing yaitu dengan mencabut
dan membuang tanaman yang tidak memenuhi syarat.
24. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 9)
Tabel 9. Form Catatan Kegiatan Penjarangan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Umur Tanaman Cara Penjarangan
Petugas
E. Referensi Penjarangan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 6. Tanaman wortel sebelum dijarangkan
Gambar 7. Tanaman wortel setelah dijarangkan untuk produksi benih
Sub Kegiatan : Penyiangan
A. Definisi dan Tujuan:
Penyiangan adalah melakukan pemeliharaan dan membuang gulma,
tanaman pengganggu, dan tanaman yang sakit yang ada sekitar
pertanaman dan diparit – parit.
Tujuannya agar menjaga kebersihan kebun dan kesehatan tanaman.
B. Standar Tentang Penjarangan:
Penyiangan dilakukan untuk menjaga kebersihan lahan yang dilakukan
secara berkala atau sesuai kebutuhan
C. Alat dan Bahan:
1. Kored/cangkul digunakan untuk penyiangan
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penyiangan:
1. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari
gulma, tanaman pengganggu lainnya dan tanaman yang sakit.
2. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman telah berumur 1 bulan sejak
pertanaman benih.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 10)
Tabel 10. Form Catatan Kegiatan Penyiangan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Umur Tanaman Cara Penyiangan
Petugas
E. Referensi Penyiangan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Penggemburan dan Pengguludan
A. Definisi dan Tujuan:
Penggemburan dan pengguludan adalah melakukan pemeliharaan untuk
menggemburkan tanah yang ada disekitar pertanaman dan menimbun
pangkal batang tanaman wortel sehingga membentuk guludan – guludan
kecil.
Tujuannya agar memudahkan tanaman wortel untuk menyerap unsur hara
dan tanaman wortel dapat tumbuh optimal.
B. Standar Tentang Penggemburan dan Pengguludan:
1. Penggemburan dan pengguludan dilakukan untuk menjaga kondisi
tanah agar tetap gembur dan dilakukan secara berkala atau sesuai
kebutuhan.
2. Pengguludan dilakukan untuk menjaga agar umbi tetap tertutup tanah
sehingga ruang pertumbuhan dan perkembangan umbi tidak terbatas.
C. Alat dan Bahan:
1. Kored/cangkul digunakan untuk penggemburan dan pengguludan
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penggemburan dan Pengguludan:
1. Penggemburan dan pengguludan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan.
2. Penggemburan dan pengguludan dilakukan pada saat tanaman telah
berumur 1 bulan sejak pertanaman benih.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 11)
Tabel 11. Form Catatan Kegiatan Penggemburan dan Pengguludan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Umur Tanaman
Cara Penggemburan dan Pengguludan
Petugas
E. Referensi Penggemburan dan Pengguludan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Pemupukan Susulan
A. Definisi dan Tujuan:
Pemupukan susulan adalah memberikan pupuk pada lahan pertanaman
sebagai tambahan pupuk yang telah diberikan sesaat sebelum tanam.
Tujuannya adalah menambah kebutuhan hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
B. Standar Tentang Pemupukan Susulan:
Pemupukan susulan harus mengacu pada empat tepat, yaitu tepat dosis,
tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis dan sesuai kebutuhan hara
tanaman.
C. Alat dan Bahan:
1. Alas plastik/terpal digunakan sebagai alas untuk mencampur pupuk
2. Sekop untuk mencampur dan memindahkan pupuk
3. Ember digunakan untuk mengangkut pupuk selama penaburan
4. Pupuk susulan yang digunakan adalah ureal atau ZA. Dosis anjuran
untuk ZA sekitar 100 kg/ha dan pupuk ZA 200 kg/ha.
5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Pemupukan Susulan:
1. Persiapkan pupuk sesuai jenis, waktu dan dosis.
2. Pupuk disebar secara merata pada alur – alur dangkal disebelah
tanaman wortel atau dimasukkan ke dalam lubang tugal yang berjarak
sekitar 10 cm dari tanaman, kemudian ditutup dengan tanah tipis.
3. Pemupukan susulan dilakukan bersamaan dengan penyiangan
tanaman sekitar 1 bulan dari saat pertanaman.
4. Agar pupuk dapat segera diserap oleh tanaman, maka setelah
pemupukan bedengan atau guludan diair secukupnya.
5. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 12)
Tabel 12. Form Catatan Kegiatan Pemupukan Susulan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Umur Tanaman
Nama Pupuk
Cara Dosis Cuaca Petugas
E. Referensi Pemupukan Susulan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Standar Operasional Prosedur “Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan”
Nomor: POS
BW.IX
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
IX. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT)
A. Definisi dan Tujuan:
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah tindakan untuk
menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan system
Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Tujuannya agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan.
B. Standar Tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan:
1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara
berkala
2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan
3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang
pengendalian, sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase stadia
tanaman sesuai teknik yang dianjurkan.
C. Alat dan Bahan:
25. Power sprayer, Mist Blower, Hand Sprayer, sebagai alat untuk
mengaplikasikan pestisida.
26. Ember, drum, alat pengaduk untuk mencampur pestisida dengan air.
27. Takaran (skala cc, ml, liter dan gram) untuk menakar pestisida dengan
air.
28. Alat/sarana pelindung (sarung tangan, masker, topi, sepatu boot, baju
lengan panjang) untuk melindungi bagian tubuh dari bahan cemaran
bahan kimia.
29. Pestisida (biopestisida, pestisida nabati, pestisida kimiawi0 dan musuh
alami (predator, parasitoid, patogen) untuk mengendalikan OPT.
30. Air bersih digunakan sebagai bahan pelarut dan pembersih.
31. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penjarangan:
25. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di pertanaman
secara berkala.
26. Lakukan pengendalian OPT bilamana serangan mencapai ambang
pengendalian sesuai dengan kondisi serangan OPT dan fase atau
stadia tanaman dan teknik yang dianjurkan.
27. Tentukan tindakan yang perlu segera dilakukan sesuai dengan jenis
OPT.
28. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 13)
Tabel 13. Form Catatan Kegiatan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tgl Pe-tak
Luas (Ha)
Umur Tanaman
Jenis OPT
Tingkat Serangan
Cara Pengen dalian
Nama Bahan
Pengendali OPT
Cara Aplikasi Bahan
Pengendali OPT
Cuaca
Petu-gas
E. Referensi Penjarangan:
1. Undang – Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem
Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang
Perlindungan Tanaman.
3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang
Pedoman Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4. Berdasarkan buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”.
Berikut ini adalah jenis OPT utama yang dapat menyerang pada setiap fase
pertumbuhan tanaman wortel:
Penyakit – Penyakit Penting pada Wortel
1. Busuk Pangkal Batang
Penyebab: Sclerotinia sierotiorum (Lib.) Sacc.
Gejala::
Cendawan Sclerotinia sierotiorum (Lib.) Sacc dapat menyerang
tanaman wortel yang masih muda dan telah tua.
Gejala serangan pada tanaman muda adalah:
1. Semua tangkai daun dan daun muda berubah warna menjadi
kemerah – merahan.
2. Pertumbuhan ke atas dari tanaman dan daun terhambat.
3. Pangkal umbi wortel membusuk dan berbau spesifik.
Gejala serangan pada tanaman tua adalah:
1. Daun dan batang tanaman tampak mengering dan lemas terkulai
ke tanah tidak mampu menopang tanaman yang berada di bagian
atas.
2. Bunga tanaman mengering dan tangkai bunga lemas, tidak mampu
menopang tegaknya bunga wortel.
3. Pangkal batang dan umbi membusuk dan berbau spesifik. Dari luar
kelihatannya umbi yang membusuk hanya dibagian atas, namun
bagian tengah umbi juga membusuk.
Pengendalian:
a. Cara kultur teknis
Membuat drainase agar air tidak menggenangi pangkal tanaman
wortel.
Membuat bedengan cukup tinggi apabila bertanam pada bulan
yang banyak hujan.
b. Cara Fisik/Mekanis
Membuang tanaman yang sakit ke luar lahan
2. Bercak Daun Cercospora
Penyebab: Cercospora carotae (Pass) Solh.
Gejala::
Cendawan Cercospora carotae (Pass) Solh mampu bertahan hidup
pada sisa tanaman sakit serta mempertahankan diri pada biji wortel.
Terjadi bercak – bercak kecil bulat atau memanjang pada pinggir daun
sehingga daun mengeriting. Bagian tanaman yang diserang lebih
dahulu adalah daun muda.
Jika kelembaban tinggi, bercak berwarna keabu – abuan dan jika
kelembaban rendah bercak berwarna coklat muda.
Pengendalian:
a. Cara kultur teknis
Menanam benih yang sehat.
Lakukan sanitasi kebun dengan memberantas gulma dan
pengganggu lainnya.
Lakukan rotasi tanam dengan tanaman yang bukan inang patogen.
a. Cara Fisik/Mekanis
Mencabut tanaman yang terserang sampai ke akar – akarnya
kemudian dibuang ke luar lahan pertanaman.
c. Cara kimiawi
Aplikasi dengan fungisida yang mengandung zineb dan maneb,
dengan dosis sesuai anjuran.
3. Hawar Daun (Busuk Hitam)
Penyebab: Alternaria dauci (Kuhn) Groves et Skolko.
Gejala::
Cendawan Alternaria dauci (Kuhn) Groves et Skolko mampu bertahan
hidup pada biji dan sisa tanaman yang sakit.
Terjadi bercak – bercak kecil pada daun berwarna coklat tua sampai
hitam dengan tepi kuning. Bercak dapat membesar, bersatu dan
mengakibatkan kematian daun.
Bercak – bercak tidak beraturan pada umbi, agak mengendap dengan
kedalaman sekitar 3 mm.
Jaringan umbi membusuk, berwarna hitam kehijauan sampai hitam
kelam. Terkadang timbul pula kapang kehitaman pada permukaan
bagian yang busuk.
Pengendalian:
a. Cara kultur teknis
Menanam benih yang sehat.
Lakukan sanitasi kebun dengan memberantas gulma dan
pengganggu lainnya.
Lakukan rotasi tanam dengan tanaman yang bukan inang patogen.
b. Cara Fisik/Mekanis
Mencabut tanaman yang terserang sampai ke akar – akarnya
kemudian dibuang ke luar lahan pertanaman.
c. Cara kimiawi
Aplikasi dengan fungisida yang mengandung zineb dan maneb,
dengan dosis sesuai anjuran.
4. Root Knot Wortel (Bengkak Akar Wortel)
Penyebab: Meloidogyne incognita (Kof & Wh).
Gejala::
Nematoda Meloidogyne incognita (Kof & Wh) mampu bertahan hidup
pada sisa tanaman yang diserang dan tanaman inang lainnya.
Terjadi pembengkakan yang berwujud benjelon pada akar.
Pengendalian:
a. Cara kultur teknis
Menanam benih yang sehat.
Lakukan sanitasi kebun dengan memberantas gulma dan
pengganggu lainnya.
Memberokan lahan dan melakukan rotasi tanam dengan tanaman
yang bukan inang patogen.
b. Cara Fisik/Mekanis
Membongkar dan memusnahkan tanaman yang terserang.
c. Cara kimiawi
Aplikasi dengan nematisida antara lain Rugby 10 G dan Rhocap 10 G,
dengan dosis sesuai anjuran dan fumigasi dimasukkan ke dalam tanah
olah.
Hama - Hama Penting pada Wortel
1. Heliothis assultra Gn.
Penyebab: Heliothis assultra Gn.
Gejala::
Pertumbuhan daun salah bentuk karena ulat memakan pucuk daun
Daun muda berlubang dan lubang semakin besar karena daun
bertambah besar.
Pengendalian:
a. Cara kultur teknis
Membuat drainase agar air tidak menggenangi pangkal tanaman
wortel.
Membuat bedengan cukup tinggi apabila bertanam pada bulan
yang banyak hujan.
c. Cara Fisik/Mekanis
Membuang tanaman yang sakit ke luar lahan
2. Lalat Wortel (Manggot – Manggot).
Penyebab: Psila rosae
Gejala::
Larva lalat memakan umbi selama 5 – 7 minggu sehingga umbi wortel
membusuk dan berlubang.
Pengendalian
a. Cara Fisik/Mekanis
Membuang tanaman yang sakit ke luar lahan
b. Cara Kimiawi
Menyemprot tanaman yang masih muda dengan campuran larutan
polydo 120 g dengan air sebanyak 100 liter. Penyemprotan diulang
lagi 10 hari kemudian.
3. Semiaphis dauci.
Penyebab: Semiaphis dauci
Gejala::
Menyerang tanaman yang masih muda. Gejalanya dimulai dengan
terhentinya pertumbuhan, tanaman menjadi kerdil dan daun menjadi
keriting.
Pengendalian
a. Cara Fisik/Mekanis
Membuang tanaman yang sakit ke luar lahan
b. Cara Kimiawi
Menyemprot tanaman yang masih muda dengan campuran larutan
polydo 120 g dengan air sebanyak 100 liter atau dengan
menggunakan Metasyttox 50 g dicampur dengan air 100 liter.
Penyemprotan diulang lagi 10 hari kemudian.
Standar Operasional Prosedur “Penentuan
Waktu Panen”
Nomor: POS BW.X
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
X. PENENTUAN WAKTU PANEN (BIJI)
A. Definisi dan Tujuan:
Penentuan waktu panen adalah memantau/melihat keadaan fisik tanaman
untuk menentukan saat panen yang tepat untuk dijadikan benih.
Tujuannya agar diperoleh mutu benih yang unggul.
B. Standar Tentang Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan:
1. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan fisik
tanaman maupun dokumentasi/catatan kebun lainnya.
2. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan dari pertanaman
wortel dari biji dengan ciri – ciri terbentuknya 10 daun dari ruas batang
yang berdekatan dengan bagian atas umbi, terbentuk batang diatas
tanah, pada batang terbentuk daun; cabang; ranting; bunga. Pada
bunga dihasilkan buah dan buah dapat dipanen dengan ciri – ciri
perubahan warna pada kuntum buah.
3. Selang waktu selanjutnya warna daun menjadi kuning kecoklatan,
sebagian daun, ranting akan mengering. Seluruh buah pada satu
tanaman wortel menjadi tua dengan selang waktu sekitar 4 minggu.
Buah tua berwarna hijau pudar, bernas dan rambut pada buah menjadi
kelabu.
C. Alat dan Bahan:
32. Catatan waktu tanam wortel di areal pertanaman untuk mengetahui
umur tanaman dan menentukan saat panen.
33. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penjarangan:
29. Lakukan pengamatan secara periodik terhadap perkembangan fisik
tanaman. Saat panen yang tepat untuk menghasilkan benih wortel
adalah terjadi perubahan warna pada buah, daun dan ranting wortel
yang bukan disebabkan oleh penyakit.
30. Untuk menghasilkan benih wortel dalam bentuk biji biasanya dipanen
saat berumur 6 bulan dari saat penanaman biji.
31. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 14)
Tabel 14. Form Catatan Kegiatan Penentuan Saat Panen
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Umur Tanaman Rencana
panen
Petugas
E. Referensi Penjarangan:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Standar Operasional Prosedur “Panen”
Nomor: POS
BW.XI
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
XI.PANEN
A. Definisi dan Tujuan:
Panen adalah proses pengambilan karangan buah wortel yang telah
menunjukkan ciri (sifat khusus) dengan memotong tangkai karangan.
Tujuannya untuk memperoleh biji wortel
B. Standar Tentang Panen:
1. Panen buah wortel dilakukan secara bertahap karena buah wortel
menjadi tua tidak serentak.
2. Pemotongan tangkai buah dari karangan wortel menggunakan pisau
yang tajam.
3. Panen dilakukan pada cuaca yang cerah dan tidak pada saat turun
atau menjelang hujan.
C. Alat dan Bahan:
34. Pisau tajam.
35. Plastik untuk menampung buah wortel.
36. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Panen:
32. Sebelum panen dilihat dulu sifat fisik dari tanaman yang siap panen.
33. Buah yang telah lepas dari karangan dimasukkan ke dalam kantong
plastik atau karung bagor.
34. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 15)
Tabel 15. Form Catatan Kegiatan Panen
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas (Ha)
Cara Panen Jumlah hasil Panen Petugas
E. Referensi Panen:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Gambar 8. Bunga wortel siap diambil bijinya
Standar Operasional Prosedur “Pasca Panen”
Nomor: POS
BW.XII
Tanggal Dibuat .................................
Revisi........ Tanggal........
Disahkan .......................
XII. PASCA PANEN
Sub Kegiatan : Penjemuran Karangan (Brangkasan)
A. Definisi dan Tujuan:
Penjemuran brangkasan adalah proses pengeringan brangkasan dengan
memanfaatkan sinar matahari.
Tujuannya untuk memperoleh buah wortel yang ada dalam bentuk
brangkas menjadi kering.
B. Standar Tentang Penjemuran:
1. Buah wortel dalam bentuk brangkas menjadi kering setelah dijemur
sekitar 4 hari, dan buah ini bertautan antara yang satu dengan yang
lain melalui perantara bulu – bulu pada kulit biji yang berbentuk
melengkung.
2. Buah wortel yang telah kering memiliki tanda – tanda yaitu : a) buah
dalam bentuk brangkas berwarna kusam kecoklatan, 2) tangkai buah
mudah patah, 3) buah mudah dilepas dari tangkai buah, 4) bulu pada
buah mudah patah, 5) buah menjadi keras.
C. Alat dan Bahan:
37. Nyiru atau plastik sebagai alas untuk mengeringkan brangkasan.
38. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Panen:
35. Persiapkan alat yang akan digunakan sebagai wadah untuk menjemur.
Jika volume brangkas kecil dapat menggunakan nyiru dan jika volume
besar dapat menggunakan plastik.
36. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 16)
Tabel 16. Form Catatan Kegiatan Pengeringan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara
Pengeringan
Lokasi pengeringan Petugas
E. Referensi Panen:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Perontokan Biji dari Brangkasan
A. Definisi dan Tujuan:
Perontokan biji dari brangkasan adalah proses memisahkan buah dari
tangkai yang menghubungkan buah dengan karangan buah dan melepas
bulu – bulu yang melekat pada buah wortel yang telah kering.
Tujuannya untuk memperoleh buah wortel yang kering dan tidak berbulu.
B. Standar Tentang Perontokan Biji dari Brangkasan:
1. Terlepasnya buah wortel dari tangkai yang menghubungkan buah
dengan karangan buah dan melepas bulu – bulu yang melekat pada
buah wortel yang telah kering .
2. Perontokan dapat dilakukan diruang tertutup atau diruang terbuka.
C. Alat dan Bahan:
1. Kantong plastik sebagai wadah untuk buah wortel yang telah
dirontokkan.
2. Karung goni atau karung bagor untuk merontokkan biji dari
brangkasan.
3. Alat pemukul untuk memukul brangkasan agar diperoleh buah.
4. Masker yang digunakan untuk menutup hidung para pekerja.
5. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Perontokan Biji dari Brangkasan:
1. Perontokan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a. biji wortel dari masing – masing brangkas dilepas satu persatu dari
brangkas yang dapat dilakukan segera setelah panen asalkan telah
kering. Caranya dengan menggosokkan brangkas yang satu
dengan brangkas yang lain. Cara ini dilakukan diruang tertutup dan
jika jumlah brangkas tidak terlalu banyak.
b. Brangkas dimasukkan ke dalam karung bagor atau karung goni,
kemudian dipukul – pukul atau diinjak – injak. Cara ini dilakukan jika
jumlah brangkas terbatas atau panen dilakukan secara bertahap.
c. Brangkas diletakkan diatas plastik penjemur kemudian dipukul –
pukul. Cara ini harus dilakukan dengan hati – hati agar jangan
sampai ada bagian brangkas yang berhamburan keluar dari plastik
penjemur.
2. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 17)
Tabel 17. Form Catatan Kegiatan Perontokan Biji dari Brangkasan
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara
Perontokan
Lokasi Perontokan Petugas
E. Referensi Panen:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Penjemuran dan Penampian
A. Definisi dan Tujuan:
Penjemuran dan penampian adalah proses mengeringkan hasil pembijian
dan melepaskan serasah berupa sisa – sisa brangkas dan bulu biji.
Tujuannya untuk memperoleh hasil pembijian yang kering dan untuk
memisahkan biji dengan sisa pembijian.
B. Standar Tentang Penjemuran dan Penampian:
1. Buah wortel dalam bentuk brangkas menjadi kering setelah dijemur
sekitar 4 hari, dan buah ini bertautan antara yang satu dengan yang
lain melalui perantara bulu – bulu pada kulit biji yang berbentuk
melengkung.
2. Buah wortel yang telah kering memiliki tanda – tanda yaitu : a) buah
dalam bentuk brangkas berwarna kusam kecoklatan, 2) tangkai buah
mudah patah, 3) buah mudah dilepas dari tangkai buah, 4) bulu pada
buah mudah patah, 5) buah menjadi keras.
C. Alat dan Bahan:
1. Nyiru untuk penampian skala kecil dan plastik sebagai alas untuk
mengeringkan brangkasan.
2. Blower untuk penampian skala besar.
39. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penjemuran dan Penampian:
1. Persiapkan alat yang akan digunakan sebagai wadah untuk menjemur
dan menampi. Jika volume hasil pembijian kecil dapat menggunakan
nyiru dan jika volume besar dapat menggunakan plastik. Untuk
penampian dapat menggunakan nyiru jika volume kecil atau blower jika
volume besar.
2. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 18)
Tabel 18. Form Catatan Kegiatan Penjemuran dan Penampian
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara
Penjemuran
Cara penampian Petugas
E. Referensi Panen:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Perontokan Bulu Biji dan Penampian
A. Definisi dan Tujuan:
Perontokan bulu biji dan penampian adalah proses melepaskan seluruh
biji yang melekat pada biji wortel dan memisahkan biji wortel dengan sisa
rerontokan bulu hasil proses sebelumnya.
Tujuannya untuk memperoleh biji wortel yang tidak berbulu dan untuk
memisahkan biji wortel dengan sisa rerontokan bulu hasil proses
sebelumnya.
B. Standar Tentang Perontokan Bulu Biji dan Penampian:
1. Bulu yang melekat pada biji wortel tidak ada lagi dan biji yang
diperoleh telah bersih dari sisa rerontokan bulu hasil proses
sebelumnya.
2. Biji wortel yang tidak berbulu lagi memiliki ciri – ciri kulit tampak halus
dan mirip gabah berukuran kecil.
C. Alat dan Bahan:
1. Nyiru atau plastik sebagai alas untuk perontokan bulu biji.
2. Nyiru atau blower untuk penampian.
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Perontokan Bulu Biji dan Penampian:
1. Persiapkan alat yang akan digunakan sebagai wadah untuk
perontokan bulu biji dan penampian. Untuk perontokan bulu biji dapat
dilakukan dengan menggosok – gosokkan biji diantara kedua telapak
tangan. Kegiatan ini dilakukan berulang sehingga seluruh bagian
mendapat perlakuan yang sama dan bulu pada biji wortel terlepas
semua.
2. Penampian dilakukan dengan sangat hati – hati karena dapat
menyebabkan biji ikut terbawa sewaktu dilakukan penampian.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 19)
Tabel 19. Form Catatan Kegiatan Perontokan Bulu Biji dan Penampian
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara
Perontokan
Bulu Biji
Cara Penampian Petugas
E. Referensi Perontokan Bulu Biji dan Penampian:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Penjemuran Ulang Biji Wortel
A. Definisi dan Tujuan:
Penjemuran Ulang adalah proses pengeringan kembali biji wortel yang
telah bersih dari sisa – sisa perontokan
Tujuannya untuk memperoleh biji wortel yang kering dengan kadar air
10% sehingga dapat disimpan lama.
B. Standar Tentang Penjemuran Ulang:
Biji wortel dijemur ulang sehingga kadar airnya menjadi 10%. Dengan
kadar air sebanyak 10% diharapkan biji sebagai calon benih dapat
disimpan lama.
C. Alat dan Bahan:
1. Nyiru atau plastik sebagai alas untuk mengeringkan biji.
2. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Penjemuran Ulang:
1. Persiapkan alat yang akan digunakan sebagai wadah untuk menjemur.
2. Lakukan penjemuran sehingga kadar air mencapai 10%.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 20)
Tabel 20. Form Catatan Kegiatan Penjemuran Ulang
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara
Penjemuran
Ulang
Lokasi penjemuran
ulang
Petugas
E. Referensi Penjemuran Ulang:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”
Sub Kegiatan : Sortasi dan Grading
A. Definisi dan Tujuan:
Sortasi dan grading adalah proses pemilihan dan pemisahan umbi
berdasarkan kualitas dan ukuran.
Tujuannya untuk memisahkan umbi yang baik dengan yang tidak baik,
untuk memperoleh umbi yang seragam dalam ukuran dan kualitas.
B. Standar Tentang Sortasi dan Grading:
Hasil sortasi dan grading akan memperoleh biji yang besar dan yang kecil.
Biji yang besar lebih berkualitas dibandingkan dengan yang kecil. Biji yang
kecil dimungkinkan merupakan biji yang hampa dan kurang bernas. Biji ini
tidak digunakan sebagai benih.
C. Alat dan Bahan:
1. Nyiru atau plastik sebagai alas untuk hasil sortasi dan grading.
2. Alat pengayak dan grading
3. Alat tulis dan blangko isian untuk mencatat kegiatan.
D. Prosedur Kerja Sortasi dan Grading:
1. Persiapkan alat yang akan digunakan sebagai alat untuk sortasi dan
grading serta alat sebagai tempat hasil sortasi dan grading.
2. Lakukan sortasi dan grading berulang – ulang sehingga diperoleh
ukuran benih yang seragam.
3. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 21)
Tabel 20. Form Catatan Kegiatan Sortasi dan Grading
Nama Petani : ......................
Alamat Lahan : ......................
Tanggal Petak Luas
(Ha)
Cara Sortasi Cara Grading Petugas
E. Referensi Sortasi dan Grading:
Pengalaman penangkar benih wortel di Desa Sumber brantas, kecamatan
Bumiaji, Malang.
Buku “Seri Penangkaran Benih Wortel”