K3.docx

5
1. a. pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial. b. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh. Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable). 2. a. PP No41/1999 Pasal 4 (1) Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalam Peraturan Pemerintah ini. (2) Baku mutu udara ambien nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali setelah 5 (lima) tahun. BAKU MUTU UDARA AMBIEN No. Parameter Waktu Pemapar an Baku mutu Metode Analisis Peralatan 1. SO 2 (Sulfur 1 Jam 24 900g/Nm 3 365 g/Nm 3 Perarosanili n Spektrofotomet

Transcript of K3.docx

Page 1: K3.docx

1. a.pembangunan berkelanjutan adalah proses pembangunan (lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan”. Salah satu faktor yang harus dihadapi untuk mencapai pembangunan berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.

b. Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga aspek, yaitu pembangunan ekonomi, pembangunan sosial dan perlindungan lingkungan. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan hubungan sebab-akibat. Aspek yang satu akan mengakibatkan aspek yang lainnya terpengaruh.

Hubungan antara ekonomi dan sosial diharapkan dapat menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable). Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan akan menciptakan kondisi berkelanjutan (sustainable).

2. a. PP No41/1999

Pasal 4

(1) Baku mutu udara ambien nasional ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara, sebagaimana terlampir dalam Peraturan Pemerintah ini.

(2) Baku mutu udara ambien nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali setelah 5 (lima) tahun.

BAKU MUTU UDARA AMBIEN

No. Parameter WaktuPemapara

n

Baku mutu Metode Analisis

Peralatan

1. SO2 (Sulfur Dioksida)

1 Jam 24 Jam 1 Thn

900g/Nm3

365 g/Nm3

60 g/Nm3

Perarosanilin Spektrofotometer

2. CO (Karbon Monoksida)

1 Jam 24 Jam

1 Thn

30.000g/Nm3

10.000 g/Nm3NDIR NDIR Analyzer

3. NO2 1 Jam 24 Jam 1 Thn

400 g/Nm3

150 g/Nm3

100 g/Nm3

Saltzman Spektrofotometri

4. O3 (Oksidan) 1 Jam

1 Thn235 g/Nm3

50 (g/Nm3Chemiluminesce

ntSpektrofotometri

5. HC(Hidro Karbon)

3 Jam 160 (g/Nm3 Flame Ionization GasChromatografi

6. PM 10 (Partikel ( 10 (m)

PM 2,5 (Partikel ( 2,5(m)

24 Jam

24 Jam1 Thn

150 (g/Nm3

65 (g/Nm315 (g/Nm3

Gravimetric

GravimetricGravimetric

Hi – Vol

Hi – Vol Hi – Vol

7. TSP(Debu)

24 Jam1 Thn

230 g/Nm3

90 g/Nm3Gravimetric Hi – Vol

8. Pb 24 Jam 2 g/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

Page 2: K3.docx

(Timah Hitam) 1 Thn 1 g/Nm3 EkstraktifPengabuan AAS

9. Dustfall(Debu Jatuh)

30 Hari 10 Ton/Km2/Bulan (Pemukiman)20 Ton/Km2/Bulan (Industri)

Gravimetric Conister

10. Total Fluorides (as F)

24 Jam90 Hari

3 g/Nm3

0,5 g/Nm3Spesific ionEkectrode

Impinger atauContinousAnalyzer

11. Fluor Indeks 30 Hari 40 g/100 cm2

dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper

12. Khlorin &Khlorin Dioksida

24 Jam 150 g/Nm3 Spesific ionElectrode

Impinger atauContinousAnalyzer

13. Sulphat Indeks 30 Hari 1mg SO3/100 cm3

Dari LeadPeroksida

Colourimetric LeadPeroxida Candle

Catatan : - (*) PM 2,5 mulai diberlakukan tahun 2003 - Nomor 10 s/d 13 hanya diberikan untuk daerah/Kawasan Industri Kimia Dasar Contoh : Industri Petro Kimia

Industri Pembuatan Asam Sulfat

b.

4. a. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources atau biasa disingkat sebagai IUCN adalah sebuah organisasi international yang mengatur tentang berbagai topik yang membahas tentang konservasi atau perlindungan sumber daya alam dan hutan. IUCN secara rutin membuat kategori status konservasi yang disebut sebagai IUCN Red List of Threatened Species (IUCN Red List) yang merupakan daftar status kelangkaan untuk spesies yang terancam kepunahan. Kriteria yang dibuat untuk mengevaluasi kelangkaan spesies ini juga sudah diatur secara khusus dan telah dipercaya sebagai panduan yang memiliki pengaruh terbesar dalam bidang konservasi.

b. Kategori status konservasi dalam IUCN Red List atau istilah-istilah kepunahan yang dirilis oleh IUCN tersebut dibagi menjadi sembilan kategori. Berikut merupakan ulasan beberapa kategori istilah status kepunahan suatu spesies.

Istilah kepunahan IUCN #1: Extinct (EX, arti: punah)

Arti: Terbukti bahwa individu terakhir dari spesies itu telah mati atau benar-benar punah. Contoh: harimau Jawa dan harimau Bali.

Istilah kepunahan IUCN #2: Extinct in the Wild (EW, arti: punah di alam liar)

Arti: kategori spesies yang hanya ada di luar habitat mereka dan di penangkaran. Tidak ada yang tersisa di alam liar.

Page 3: K3.docx

Istilah kepunahan IUCN #3: Critically Endangered (CR, arti: kritis)

Arti: beresiko punah dalam waktu dekat. Contoh: badak jawa, harimau sumatera, orang utan sumatera, rusa bawean.

Istilah kepunahan IUCN #4: Endangered (EN, arti: genting atau terancam)

Arti: beresiko punah di alam liar yang diprediksi tinggi pada masa yang akan datang. Contoh: anoa, banteng, tapir, trenggiling.

Istilah kepunahan IUCN #5: Vulnerable (VU, arti: rentan)

Arti: menghadapi resiko punah di alam liar di waktu mendatang. Contoh: merak hijau, kasuari, kakaktua Maluku.

Istilah kepunahan IUCN #6: Near Threatened (NT, arti: hampir terancam)

Arti: berada dalam keterancaman atau mendekati ancaman kepunahan namun tidak masuk ke status terancam. Contoh: Punai Sumba, alap-alap dori.

Istilah kepunahan IUCN #7: Least Concern (LC, arti: berisiko rendah)

Arti: sudah dievaluasi namun tidak dimasukkan ke kategori manapun. Contoh: landak, ayam hutan merah dan hijau

Istilah kepunahan IUCN #8: Data Deficient (DD, arti: kurangnya data)

Arti: informasi yang belum cukup akan resiko kepunahannya. Contoh: punggok papua.

Istilah kepunahan IUCN #9: Not Evaluated (NE, arti: belum dievaluasi)

Arti: belum melalui proses evaluasi untuk kriteria tersebut. Contoh: punggok togian.

Demikian informasi mengenai istilah-istilah status kepunahan IUCN.