k3

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia kerja dikenal sektor industri formal dan non formal. Sektor informal dan formal dibedakan karena ketidakberadaannya hubungan kerja atau kontrak kerja yang jelas. Pada umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan perintah dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan buruh (tenaga kerja), dengan minimnya perlindungan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja di segala jenis kegiatan usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan penerapan K3 terhadap tenaga kerja di sector formal, pada umumnya sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan penerapan di sector informal belum diketahui dengan baik. Kegiatan pekerjaan dan tempat kerja sector informal sangat banyak dan belum diklasifikasikan atas jenis usaha , jenis pekerjaan, dan tempat kerja jika ditinjau dari ketiganya, tidak jauh berbeda. Dalam makalah ini mencoba mengamati kegiatan K3 di sector informal dengan mengamati kondisi tempat kerja, alat pelindung diri, pengetahuan K3, dan faslitas kesehatan di kegiatan sector informal. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja?

description

k3 keperawatan

Transcript of k3

Page 1: k3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam dunia kerja dikenal sektor industri formal dan non formal. Sektor

informal dan formal dibedakan karena ketidakberadaannya hubungan kerja atau

kontrak kerja yang jelas. Pada umumnya sifat pekerjaan informal hanya berdasarkan

perintah dan perolehan upah. Hubungan yang ada hanya sebatas majikan dan buruh

(tenaga kerja), dengan minimnya  perlindungan K3. Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) merupakan salah satu perlindungan tenaga kerja di segala jenis kegiatan

usaha, baik formal maupun informal. Kegiatan dan penerapan K3 terhadap tenaga

kerja di sector formal, pada umumnya sudah diterapkan dengan baik. Sedangkan

penerapan di sector informal belum diketahui dengan baik. Kegiatan pekerjaan dan

tempat kerja sector informal sangat banyak dan belum diklasifikasikan atas jenis

usaha ,  jenis pekerjaan, dan tempat kerja jika ditinjau dari ketiganya, tidak jauh

berbeda. Dalam makalah ini mencoba mengamati kegiatan K3 di sector informal

dengan mengamati kondisi tempat kerja, alat pelindung diri, pengetahuan K3, dan

faslitas kesehatan di kegiatan sector informal.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja?

2. Bagaiamana kondisi lingkungan kerja khususnya pada usaha pembuat kusen,pintu

dan  jendela?

3. Bagaimana penggunaan APD di tempat kerja khususnya pada usaha pembuat

kusen,pintu dan jendela?

4. Bagaimana pengendalian / pencecegahan kecelakaan kerja khususnya pada

industry pembuat kusen,pintu dan jendela?

5. Bagaiamana fasilitas kesehatan yang ada di tempat kerja khususnya pada industri

pembuat kusen,pintu dan jendela?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengetahuan tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja khususnya usaha pembuatan

kusen,pintu dan  jendela.

Page 2: k3

3. Untuk mengetahui penggunaan APD di tempat kerja khususnya usaha pembuatan

kusen,pintu dan jendela.

4. Untuk mengetahui pengendalian / pencecegahan kecelakaan kerja khususnya pada

industry usaha pembuatan kusen,pintu dan jendela.

5. Untuk mengetahui fasilitas kesehatan yang ada di tempat kerja khususnya pada

industri usaha pembuatan kusen,pintu dan jendela.

 

 

Page 3: k3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

A. Gambaran Lokasi

1. Sejarah Pendirian

Industri sektor informal yang diteliti yaitu pengrajin kayu pembuatan

pintu, jendela dan kusen. Industri ini terletak di Jl. Lintas Palembang Prabumulih

Kelurahan Timbangan Ogan ilir . Pemilik atas nama Bapak Eryandi, didirikan

sejak 5 tahun yang lalu. Usaha ini didirikan karena adanya dorongan dari keluarga

yang sudah lebih dulu menjalankan usaha ini. Pada awalnya hanya pemilik yang

bertindak sebagai pekerja. Setahun kemudian mulailah ada pekerja yang direkrut.

Luas tempat kerja 8x5 meter.

2. Tenaga Kerja

Orang yang bekerja sejak didirikannya hingga sekarang telah berganti. Untuk

saat ini, Jumlah tenaga kerja di ditempat tersebut adalah 10 orang. Berdasarkan

hasil wawancara mereka bekerja empat tahun yang lalu.

3. Proses Produksi

Proses diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana

sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada

diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk

menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995). Menurut

Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik

menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor

produksi yang ada. Proses pembuatan pintu, jendela dan kusen adalah sama. Baik

bahan maupun alat yang digunakan. Berikut ini adalah proses pembuatannya:

a. Penyediaan bahan

Bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan mebel tersebut diatas adalah kayu

bayam dan kayu samarindah. Pencarian dan pemilihan bahan dilakukan sendiri

oleh pemilik industri. Ada beberapa tempat penyediaan bahan yang sudah bekerja

sama dengan pemilik industri. Setelah bahan yang dibutuhkan didapatkan,

selanjutnya pengangkutan bahan. Pengangkutan bahan ini dilakukan sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara pada saat  pengangkutan sering dikeluhkan sakit

Page 4: k3

pada bagian tangan dan punggung. Karena kayu tersebut diangkat sendiri ke atas

mobil tanpa menggunakan alat pelindung diri. Setelah  pengangkutan bahan, dan

tiba di lokasi kerja bahan tersebut diturunkan ke tempat  penyimpanan yang tidak

jauh dari lokasi kerja. Dan penurunan bahan tersebut dilakukan kembali oleh

pemiliknya sendiri. Keluhan yang sering dirasakan sama dengan ketika menaikkan

bahan tersebut. Selain itu pemilik mengatakan bahwa bahan yang diturunkan dari

mobil terkadang menyederai tangannya. Hal ini karena tidak menggunakan alat

pelindung diri seperti handskun. Berdasarkan hasil wawancara, APD tidak

digunakan karena menurutnya APD membuat dirinya repot. Selain itu

keselamatan dan kesehatan kerjanya dianggap tidak penting karena selama bekerja

menurutnya tidak terjadi apa-apa.

b. Penggeregajian

Alat yang digunakan untuk menggeregaji yaitu mesin scap. Proses ini bertujuan

memotong bahan untuk menyesuaikan ukuran yang dibutuhkan untuk pembuatan

kusen,  jendela dan pintu. Proses dilakukan oleh tenaga kerja di tempat tersebut

dalam keadaan  berdiri ataupun jongkok. Dari hasil wawancara tidak ada keluhan

apapun yang dirasakan. Meskipun dari proses ini potensi yang dapat terjadi yaitu

debu dari bahan yang digeregaji namun tenaga kerja meminimalasir bahaya

kesehatan yang ada dengan menggunakan masker. suara dari alat tersebut juga

menimbulkan kebisingan. Namun menurutnya suara tersebut tidak mengganggu

dirinya.

c. Pengetaman

Bahan yang sudah digeregaji selanjutnya diketam dengan menggunakan ketam

meja. Alat ini bertujuan untuk menghaluskan bahan. Posisi ketika mengetam yaitu

berdiri atau  jongkok. Potensi yang mungkin terjadi yaitu Cedera di tangan, debu

dari hasil ketaman, dan suara bising dari alat.

d. Pemakuan

Bahan yang telah dihaluskan selanjutnya dipaku. Proses ini untuk menyatukan

bahan agar membentuk jendela, pintu atau kusen yang telah dipesan orang. Posisi

ketika pemakuan yaitu membungkuk atau jonkok. Potensi bahaya yang mungkin

terjadi yaitu cedera pada tangan ketika pemakuan jika tidak dilakukan dengan

hati-hati.

 

Page 5: k3

e. Pemerataan

Setelah pemakuan dilakukan pemerataan dengan menggunakan ketam listrik.

Proses ini bertujuan untuk meratakan setiap sudut yang telah dimodel. Posisi

ketika pemeraataan yaitu membungkuk. Potensi bahaya yang mungkin terjadi

yaitu debu hasil pemerataan dan suara bising yang ditimbulkan oleh mesin

pemerataan.

f. Profil

Proses ini bertujuan untuk memperindah setiap sudut yang telah dibentuk. Posisi

ketika melakukan profil yaitu membungkuk. Alat tersebut juga mengasilkan debu

yang dapat memepengaruhi kesehatan pekerja. 7.

g. Pengantaran

Proses ini dilakukan oleh pemilik usaha untuk mengantarkan pesanan ke tempat

tujuan. Pesanan tersebut diturunkan sendiri oleh pengantar.

B. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

 1. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja

  Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi alam ilmu

kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat

pekerja  beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau

mental, maupun sosial, dengan usaha- usaha preventif dan kuratif, terhadap

penyakit- penyakit/gangguan – gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan

kerja memiliki sifat sebagai berikut :

a. Sasarannya adalah manusia  

b. Bersifat medis.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Keselamatan

kerja memiliki sifat sebagai  berikut :

a. Sasarannya adalah lingkungan kerja  

b. Bersifat teknik.

Page 6: k3

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam

macam ; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes)

dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety

and Health.

2. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja

Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990):

a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat

dan selamat.  

b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

Dalam UU No. 1 tahun 1970 dinyatakan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja untuk:

a. mencegah dan mengurangi kecelakaan  

b. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran

c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan

d. memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran

atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya

e. memberikan pertolongan pada waktu kecelakaan

f. memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, gas, hembusan

h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik

maupun psikis,  peracunan, infeksi dan penularan.

i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai  

j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup

l.memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

m.memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara dan proses

kerjanya

n. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang

o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan  

p. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

Page 7: k3

q. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamatan pada pekerjaan yang bahaya

kecelakaan menjadi bertambah tinggi.

4. Kecelakaan kerja

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata

Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan

kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula

yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Secara umum, ada

dua sebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung (immediate

causes) dan penyebab dasar (basic causes).

a. Penyebab Dasar

1) Faktor manusia/pribadi, antara lain karena : a) kurangnya kemampuan fisik,

mental, dan psikologis  b) kurangnya/lemahnya pengetahuan dan

ketrampilan/keahlian. c) stress d) motivasi yang tidak cukup/salah

2) Faktor kerja/lingkungan, antara lain karena : a) tidak cukup kepemimpinan dan

atau pengawasan  b) tidak cukup rekayasa (engineering) c) tidak cukup

pembelian/pengadaan barang d) tidak cukup perawatan (maintenance) e) tidak

cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang/ f) tidak cukup standard-standard

kerja g) penyalahgunaan

b. Penyebab Langsung

1. Kondisi berbahaya (unsafe conditions/kondisi-kondisi yang tidak standard) yaitu

tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan, misalnya (Budiono, Sugeng,

2003) :a)Peralatan pengaman/pelindung/rintangan yang tidak memadai atau tidak

memenuhi syarat.  b) Bahan, alat-alat/peralatan rusak c) Terlalu sesak/sempit d)

Sistem-sistem tanda peringatan yang kurang mamadai e) Bahaya-bahaya

kebakaran dan ledakan f) Kerapihan/tata-letak (housekeeping) yang buruk g)

Lingkungan berbahaya/beracun : gas, debu, asap, uap, dll h) Bising i) Paparan

radiasi  j) Ventilasi dan penerangan yang kurang

2. Tindakan berbahaya (unsafe act/tindakan-tindakan yang tidak standard) adalah

tingkah laku, tindak-tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan,

misalnya (Budiono, Sugeng, 2003):

a) Mengoperasikan alat/peralatan tanpa wewenang.  b) Gagal untuk memberi

peringatan. c) Gagal untuk mengamankan. d) Bekerja dengan kecepatan yang

salah. e) Menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi. f) Memindahkan

Page 8: k3

alat-alat keselamatan. g) Menggunakan alat yang rusak. h) Menggunakan alat

dengan cara yang salah. i) Kegagalan memakai alat pelindung/keselamatan diri

secara benar.

4. Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha

menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya

dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya

melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di  beberapa negara

Ergonomi diistilahkan Arbeitswissenschaft (Jerman), Biotechnology

(Skandinavia), Human (factor) Engineering atau Personal Research di

Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003).

Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi (Setyaningsih,

Yuliani, 2002) ;

a. Pembebanan kerja fisik

Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40% kemampuan

maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari. Untuk mengukur

kemampuan kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi yang

diusahakan tidak melebihi 30-40 kali per menit di atas denyut nadi sebelum

bekerja. Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang

dilakukan seorang pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali

mengangkat atau mengangkut.  b. Sikap tubuh dalam bekerja Sikap pekerjaan

harus selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik. Sikap yang tidak

alamiah harus dihindari dan jika hal ini tidak mungkin dilaksanakan harus

diusahakan agar beban statis menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu

tercapainya sikap tubuh yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk

dan meja kerja yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri

pekerja. Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah :

1) Berdiri

a) Tinggi badan berdiri  

b) Tinggi bahu

c) Tinggi siku

d) Tinggi pinggul

e) Depa

f) Panjang lengan

Page 9: k3

2) Duduk

a) Tinggi duduk  

b) Panjang lengan atas

c) Panjang lengan bawah dan tangan

d) Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung

e) Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak 3) Keadaan bekerja sambil berdiri

, mempunyai kriteria :

a) Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.  

b) Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang digunakan 10-

20 cm lebih tinggi dari siku.

c) Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi meja 10-20 cm

lebih rendah dari siku.

d) Mengangkat dan mengangkut

Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut

adalah  beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh, lingkungan

kerja, ketrampilan dan  peralatan yang digunakan. Untuk efisiensi dan

kenyamanan kerja perlu dihindari manusia sebagai ―alat utama untuk

mengangkat dan mengangkut. 

c. Pengorganisasian

kerja Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat istirahat,

pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat bekerja yang disesuaikan

dengan irama faal tubuh manusia. Waktu kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam.

Dengan waktu istirahat ½ jam sesudah 4  jam bekerja. Perlu juga diperhatikan

waktu makan dan beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama

antar pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta  pencegahan pekerjaan yang

berulang (repetitive).

d. Lingkungan kerja

Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai faktor lingkungan

kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh misalnya

suhu yang nyaman untuk bekerja adalah 24-26oC

e. Kelelahan Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan. Sebab-sebab

Page 10: k3

kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban kerja yang berlebihan,

lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan dan gizi kurang.

B. Tinjauan Umum Pembuatan Kusen, Pintu dan Jendela

Sektor informal adalah segala jenis pekerjaan yang tidak menghasilkan

pendapatan yang tetap, tempat pekerjaan yang tidak terdapat keamanan kerja (job

security), tempat bekerja yang tidak ada status permanen atas pekerjaan tersebut dan

unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri kegiatan-

kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk

ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik

keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem

formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan

sektor informal antara lain pedagang kaki lima (PKL),  becak, penata parkir,

pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.

( fatmawati,2012).

Kusen adalah bagian yang sama penting dari sebuah rumah tinggal atau

gedung. Kusen pintu merupakan bingkai tempat "bergantung" sang pintu dan juga

berfungsi sebagai "rumah" bagi perangkat kunci si alat pengaman. Begitu juga dengan

kusen jendela. Tidak hanya di kawasan tropis seperti Indonesia, juga di sebagian besar

belahan Bumi ini, umumnya rumah tinggal menggunakan kusen yang seperti halnya

daun pintu itu sendiri-terbuat dari material kayu. Selain dapat beradaptasi terhadap

berbagai macam cuaca, material kayu sangat memenuhi persyaratan artistik karena

mudah dibentuk bermacam model yang variatif.

Proses pembuatannya melalui beberapa tahap yaitu mulai dari pemilihan jenis

kayu yang dibutuhkan, kemudian mengantarkan kayu ke lokasi pembuatan,

penggeregajian,  pengetaman, pemakuan, pemerataan, profil, kemudian sampai pada

tahap akhir yaitu mengantarkannya ketempat pemesanan. Dalam proses tersebut tanpa

pekerja sadari,  berpotensi terhadap kesehatan dan keselamatan kerjanya.

Page 11: k3

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di tempat pengrajin kayu Tuah

Ogan dapat dilihat kondisi para pekerja serta fasilitas kerja masih belum menerapkan

sistem keselamatan kesehatan kerja. Hal tersebut dikarenakan para pekerja tidak

memiliki alat pelindung diri yang seharusnya telah disediakan dari pemilik industri.

Selain itu beberapa alasan yang menyebabkan mereka untuk tidak memakai alat

pelindung diri seperti licin jika memakai sarung tangan dan sebagainya.

Dari observasi tersebut dapat diklasifikasikan potensi bahaya dari usaha

pembuatan pintu, kusen dan jendela ini berdasarkan lingkungan kerjanya.

1. Potensial Hazard Lingkungan Fisik 

Lingkungan fisik meliputi keadaan fisik seperti kebisingan, radiasi, getaran,

iklim (cuaca ) kerja, tekanan udara, penerangan, bau-bauan serta hal-hal yang

berhubungan di  tempat kerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan potensial

hazard lingkungan fisik dari usaha pembuatan pintu, jendela dan kusen yaitu

kebisingan, cahaya, dan debu.

a. Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmennaker, 1999).

Suara bising yang terdapat dalam proses pembuatan pintu, jendela dan kusen

berasal dari peralatan yang digunakan, seperti mesin penggeregajian, mesin

pengetaman, ketam tangan listrik dan profil, Namun, dari hasil wawancara yang

telah dilakukan suara bising dari mesin tersebut menurutnya tidak menganggu

pengerjaanya karena telah terbiasa. Dan selama  bekerja menurutnya tidak ada

kelainan pada alat pendengaran. Meskipun, pada saat  pengamatan suara yang

dikeluarkan dari alat tersebut cukup bising yang akan mempengaruhi kesehatan

apabila melewati nilai ambang batas.

b. Pencahayaan

Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan

lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas

Page 12: k3

manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-

objek yang dikerjakannya secara jelas dan cepat.

c. Debu

Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan

hasil dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran

0,1- 25 mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud

dengan partikulat adalah zat  padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara,

misalnya embun, debu, asap, fumes dan fog. (putraprabu.wordpress.com)

 Partikel debu yang dihasilkan dari proses pembuatan pintu, jendela dan kusen

berasal dari proses penggeregajian, pengetaman, dan profil. Namun bahaya dari

partikel tersebut diminimalisir dengan penggunaan masker.

B. Potensial Hazard Lingkungan Fisiologis

Potensial hazard lingkungan fisiologis dari usaha pembuatan kusen,pintu dan

jendela adalah egonomi. Ergonomi disebut sebagai human factor  yang berarti

menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Penerapan ergonomi pada umumnya

merupakan aktivitas rancang  bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal

ini dapat meliputi perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).

Perangkat keras berkaitan dengan mesin (perkakas kerja/ tools , alat peraga/display,

conveyor dan lain-lain) sedangkan perangkatlunak lebih berkaitan dengan sistem

kerjanya seperti penentuan jumlah istirahat, pemilihan jadwal pergantian shift kerja,

rotasi pekerjaan, prosedur kerja dan lain-lain.

Berdasarkan hasil wawancara, pada saat pesanan banyak menuntut pekerja untuk

bekerja lebih dari hari biasanya. Menurutnya keadaan tersebut membuatnya merasa

lelah ketika bekerja karena pada saat bekerja posisi mereka berdiri dalam waktu yang

cukup lama, sehingga mengakibatkan pegal-pegal dari kepala sampai kaki terlebih

pada bagian punggung. Menurut informan dalam  pengerjaannya tidak ada waktu

yang menentu. Tergantung dari banyaknya pesanan. Jika  pesanan banyak maka,

pekerja dapat bekerja hingga larut malam.

Page 13: k3

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri

dan orang di sekelilingnya. Dalam usaha pembuatan pintu, jendela, dan kusen ini,

penggunaan alat pelindung diri masih perlu ditingkatkan. Pekerja hanya kadang-

kadang menggunakan masker karena jumlah masker yang tidak selalu tersedia di

tempat kerja. Sementara kebisingan hanya dianggap hal yang biasa sehingga tidak

digunakan APD seperti ear plug atau ear mup (sumbat telinga). Selain itu pada saat

pangangkatan bahan seharusnya menggunakan sarung tangan untuk mengurangi

bahaya yang dapat menyederai tangan. Karena menurut informan terkadang bahan

atau kayu yang diangkat meyederai tangannya. Namun hal tersebut menurutnya biasa

saja. Bahkan menurutnya jika menggunakan APD membuatnya repot. Penggunaan

alat pelindung diri yang seharusnya dilakukan pekerja tidak diterapkan sehingga

sering terjadi kecelakaan akibat kecerobohan dari pekerja itu sendiri. Kecelakaan

yang sering terjadi seperti tertimpa bahan kayu, luka di tangan karena menggunakan

alat listrik yang tajam, tersengat listrik dan lain-lain.

D. Intervensi yang dilakukan kelompok pengkaji

Kelompok memberikan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan alat

pelindung diri serta penerapan sistem keselamatan kesehatan kerja yang baik dan

benar, sehingga dalam melakukan pekerjaan akan meminimalisir terjadinya

kecelakaan kerja yang cukup berbahaya.

Kelompok memberi saran mengenai pengendalian lingkungan kerja yaitu untuk

mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat/bahan yang berbahaya

dilingkungan kerja.

a. Pengendalian lingkungan (environmental control measures)

·         Disain tata letak yang adekuat

·         Pengurangan atau penghilangan bahan berbahaya pada sumbernya

b. Pengendalian perorangan (personal control measures)

·         Penggunaan alat pelindung perorangan

·         Pembatasan waktu bekerja dilingkungan terpajan

·         Menjaga kebersihan pakaian dan perorangan

Page 14: k3

BAB IV

PENUTUP

A. KesimpulanBerdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di industri nonformal

khususnya di industri pembuatan kusen,pintu, dan jendela dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pengetahuan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dimiliki pemilik dan

tenaga kerja masih minim. Hal ini karena mereka tidak pernah mendengar tentang

kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi terhadap beberapa potensial

bahaya bagi keselamatan kerja. Seperti ; potensial hazard lingkungan fisik

( kebisingan, pencahayaan, dan debu ), potensial hazard lingkungan fisiologis

( ergonomi ). Tidak ada potensial hazard lingkungan kimi,biologi dan psikologi

( stress kerja )

3. Pada penggunaan Alat Pelindung Diri, pekerja belum terlalu menggunakan

masker untuk mencegah debu memasuki saluran pernapasan. Penggunaan alat

pelindung diri masih perlu ditingkatkan karena pada lingkungan kerja itu, tidak

hanya debu yang berbahaya bagi kesehatan namun, kebisingan dan saat

pengangkatan kayupun berpotensi membahyakan keselamatan kerja. Walaupun

tidak semua sumber bahaya diproteksi tapi setidaknya sudah ada upaya preventif

yang dilakukan.

4. Pencegahan / pengendaliaan kecelakaan kerja di tempat ini yaitu beristirahat jika

merasakan kelelahan.

B. SaranBerdasarkan hasil observasi, perlindungan K3 di sektor informal masih lemah.

Sektor informal memiliki beberapa kelemahan dalam perlindungan K3 karena

keterbatasan faktor ekonomi dan social budaya. Seharusnya, perlindungan K3 tidak

membedakan antara sektor formal dan informal. Upaya yang dapat dilakukan antara

lain pendataan dan monitoring, sosialisasi K3 melalui pelatihan, dan bantuan jaminan

kesehatan yang memadai.

Page 15: k3

Daftar Pustaka

Yani, Mohamad .2006. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sektor Informal. Di akses dari: http//repository.ipb.ac.pdf. Pada tanggal 14 Maret 2015.

Setiyabudi, Ragil SKM.2010.Kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan industri. Di akses dari: http// thebachtiar.wordpress.com Pada tanggal 14 maret 2015.

Page 16: k3

DOKUMENTASI

Gambar 1. Lokasi tempat kerja

Gambar 2.

Gambar 3.

Page 17: k3

Gambar 4 Gambar 5

Page 18: k3

MAKALAH PENGKAJIAN HOME INDUSTRI

PENGRAJIN KAYU

Ditujukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan Kerja

Dosen Pengasuh : Ns. Putri Widita M, S.Kep.,M.Kep

Oleh : Kelompok 8

1. Alfi Munandar ( 04111003008)

2. Ni Made Desy A. (04111003018)

3. Chintya Astri F. (04111003027)

4. Mersi Oktaviani (04111003037)

5. Lindi Wulansari (04111003047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA 2015