K3

36
Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi 25-27 Maret Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi 25-27 Maret 2011 HANYA DI BULAN MARET 2011 LATAR BELAKANG Dalam rangka memasyarakatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), khusus pada bulan K3, tahun 2011. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Dharma Seta Karya Training Center dan Pt. Avia Citra Dirgantara, sebagai Pembina Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sesuai SKP Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan nomor: SKP.080/DJPPK/PJK3-LAT/XII/2009, akan melaksanakan Latihan Bersama, berupa : Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi selama tiga hari satu malam bagi instansi, perusahaan, pabrik, dan bangunan bertingkat, latihan bersama ini akan merujuk kepada Juklak /Prosedur yang berlaku secara Nasional/Internasional, dan diberikan sertifikat kompetensi dalam bidang tersebut. DASAR PELAKSANAAN Dasar Latihan Bersama adalahl sesuai dengan : * Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Transcript of K3

Page 1: K3

Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi 25-27 Maret

Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi

25-27 Maret 2011

HANYA DI BULAN MARET 2011

LATAR BELAKANG

Dalam rangka memasyarakatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), khusus pada bulan K3, tahun 2011. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Dharma Seta Karya Training Center dan Pt. Avia Citra Dirgantara, sebagai Pembina Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), sesuai SKP Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan nomor: SKP.080/DJPPK/PJK3-LAT/XII/2009, akan melaksanakan Latihan Bersama, berupa : Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta Evakuasi secara integrasi selama tiga hari satu malam bagi instansi, perusahaan, pabrik, dan bangunan bertingkat, latihan bersama ini akan merujuk kepada Juklak /Prosedur yang berlaku secara Nasional/Internasional, dan diberikan sertifikat kompetensi dalam bidang tersebut.

DASAR PELAKSANAAN

Dasar Latihan Bersama adalahl sesuai dengan :

* Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

* Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

* Peraturan Pemerintah Daerah No. 6 tahun 2004, tettang Ketenagakerjaan.

* Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04 tahun 1987, tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

* Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Trasmigrasi RI No. 372/Men/XI/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan Kerja (K3) Nasional tahun2011-2014.

Page 2: K3

Tujuan

Pelatihan bersama ini bertujuan membekali dan menyegarkan kemampuan individu/ kelompok dalam bidang Penanggulangan Kebakaran, First Aid dan Tanggap Darurat serta evakuasi bagi instansi, perusahaan, pabrik dan bangunan bertingkat, dalam rangka mewujudkan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3)

Peserta Latihan Bersama

Pelatihan bersama ini dapat diikuti oleh peserta dari instansi, perusahaan, pabrik dan bangunan bertingkat :

* Kepala Unit K3 Perusahaan, Instansi, Hotel, Pabrik dsb.

* Komandan/Kepala Unit Pelaksana K3 Perusahaan, Instansi, Hotel, Pabrik dsb

* Tenaga Ahli dan Konsultan K3

Narasumber dan Instruktur

Pelatihan bersama ini akan dipandu oleh para Narasumber dan Instruktur yang profesional dan memiliki kualifikasi berstandar Nasional/Internasional dari Disnakertrans Propinsi DKI Jakarta, Lembaga Pendidikan K3 yang telah memiliki kompetensi dan sertifikasi dalam bidangnya masing-masing.

Benefits

Setelah selesai mengikuti Latihan Bersama ini, diharapkan para peserta dapat memperoleh pemahaman mengenai :

Page 3: K3

* Mengerti dan memahami penerapan Undang-undang dan peraturan K3 yang berlaku;

* Memahami dan mengerti Prosedur Penanggulangan Kebakaran, First Aid, Tanggap Darurat, dan Evakuasi;

* Memahami Manajemen K3/SMK3;

* Memahami norma dan manajemen penanggulangan kebakaran, First Aid, Tanggap Darurat dan Evakuasi;

* Mengetahui dan Mengerti secara garis besar praktek lapangan penanggulangan kebakaran, First Aid, Tanggap Darurat dan Evakuasi.

Materi Latihan Bersama

* Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang berhubungan dengan K3;

* Latihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ahli Penanggulangan Pemadam Kebakaran Kelas C;

* Manajemen dan Praktek First Aid secara praktis

* Manajemen dan Praktek Tanggap Darurat dan Evakuasi

Lokasi, waktu Pelatihan Bersama

Lokasi pelatihan bersama adalah sbb :

* Hari Pertama Jum%

2at, bertempat di Mabes TNI AU atau Wisma Aldiron Dirgantara (STP AVIASI), Jalan Gatot Subroto No.72, Jakarta Selatan 12780

* Hari Kedua s/d Ketiga Sabtu dan Minggu, Bertempat di areal pelatihan AVIA CITRA DIRGANTARA TRAINING CENTER yaitu di Desa Sadeng, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.

Adapun pelaksanaannya selama tiga hari satu malam, dan direncanakan pada bulan Februari 2011 dalam rangka bulan K3.

Page 4: K3

Biaya Training

Biaya dihitung per peserta sudah termasuk biaya akomodasi & konsumsi + snack, kaos, dan topi selama latihan bersama adalah sebesar

Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah).untuk 1 orang peserta

Rp. 8.000.000,- (Enam Juta Rupiah).untuk 3 orang peserta

Rp. 12.000.000,- (Sembilan Juta Rupiah).untuk 5 orang peserta

Sertifikat Yang Diberikan

Peserta Latihan Bersama yang mengikuti seluruh kegiatan akan mendapatkan Sertifikat Kompetensi dalam bidang K3 sebagai berikut:

* Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ahli Penanggulangan Pemadam kebakaran (Tingkat C)

* Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang First Aid

* Sertifikat Keselamatan dan Kesehatan Kerja ahli Penanggulangan Tanggap Darurat dan Evakuasi

Jadwal training

25-27 Mareti 2011

Note: Tersedia untuk 30 orang peserta

Contac Person :

Page 5: K3

Wirahma Yanti

Coordinator Training

PT Immara Infoglobal

Tendean Plaza

Jl. Kapten Tendean No.45

Mampang Jakarta-Selatan

Telp: (62-21) 52921563

Fax : (62-21) 52921563 / 33030070

Mobile: 02193886932

Email: [email protected]

I. Konsep Sistem Manajemen K3

Clare Gallagher dalam bukunya yang berjudul ‘Health and Safety Management System, An Annalysis of System types and Effectiveness’ telah melakukan pendekatan-pendekatan dan kajian-kajian terhadap manajemen keselamatan dan kesehatan di tempat kerja pada level-perusahaan selama dua tahun yang didanai oleh Worksafe Australia, dan dilaksanakan dari akhir tahun 1994 sampai akhir tahun 1996.

Dalam kajian ini, system manejemen keselamatan dan kesehatan didefinisikan sebagai kombinasi dari susunan organisasi manejemen, termasuk elemen-elemen perencanaan dan kaji ulang, susunan konsultatif dan program khusus yang terintegrasi untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan. Program Khusus mencakup identifikasi bahaya, control dan penilaian resiko, keselamatan dan kesehatan terhadap kontraktor, informasi dan penyimpanan data dan pelatihan.

Ada empat pendekatan terhadap manejemen keselamatan dan kesehatan yang diidentifikasikan dari kesimpulan literature-literature tentang sistem manejemen keselamatan dan kesehatan serta tipe-tipe sistem dan bukti kasus yang muncul. Empat pendekatan tersebut adalah :

• Manejemen Tradisional, dimana keselamatan dan kesehatan dipadukan dalam peran pengawasan dan ‘orang penting’ adalah pengawas dan/atau spesialis keselamatan dan kesehatan; karyawan-karyawan turut dilibatkan, tetapi keterlibatan mereka tidak dipandang penting bagi pelaksanaan sistem manejemen keselamatan dan kesehatan, atau komite keselamatan.

Page 6: K3

• Manejemen inovatif, dimana manejemen memiliki peran penting dalam usaha keselamatan dan kesehatan; ada level integrasi yang tinggi dalam penerapan sistem keselamatan dan kesehatan, keterlibatan karyawan dipandang penting dalam pelaksanaan sistem.

• Sebuah strategi ‘tempat aman’ yang dipusatkan pada control bahaya pada sumber dengan memperhatikan prinsip tingkat perencanaan dan penerapan identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kontrol resiko.

• Suatu strategi kontrol ‘orang yang selamat/aman’ yang dipusatkan atas pengawasan tingkah laku karyawan.

Agar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan efektif maka harus :

• Memastikan tanggung jawab keselamatan dan kesehatan yang diidentifikasikan dan diintegrasikan dalam pembuatan undang-undang keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki para manejer senior yang mengambil peran aktif dalam keselamatan dan kesehatan.

• Mendorong keterlibatan para pengawas dalam keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki perwakilan keselamatan dan kesehatan yang terlibat secara aktif dan luas dalam kegiatan sistem manejemen keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki komite keselamatan dan kesehatan yang efektif.

• Memiliki pendekatan terhadap penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang direncanakan.

• Memberikan perhatian yang konsisten terhadap pengawasan bahaya disumbernya.

• Memiliki pendekatan yang menyeluruh terhadap pengawasan dan penyelidikan insiden tempat kerja.

• Telah membangun sistem-sistem pembelian.

Dalam perkembangannya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dipengaruhi oleh :

1. Pengaruh Formative Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada sekitar pertengahan tahun 1980 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dimunculkan sebagai kunci dalam strategi pencegahan. Peristiwa Bhopal yang mengakibatkan 2500 orang meninggal dan terluka akibat kebocoran pabrik methyl isocyanate pada desember 1984 adalah sebagai pendorong untuk lebih memperhatikan sistem manajemen proses di berbagai industri meskipun konsep pendekatan sistem telah ada sekitar tahun 1960. Belajar dari peristiwa Bhopal tersebut maka beberapa perusahaan yang berisiko tinggi mulai memperhatikan masalah keselamatan dan kesehatan dalam proses industrinya baik dalam hal teknologi proses, manajemen keselamatan, prosedur dan metoda.

Page 7: K3

Di Australia sekitar pertengan tahun 1980 juga berkembang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Buku-buku pedoman tentang sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja dipublikasikan oleh kelompok konsultan, organisasi pengusaha dan pemerintah. Terminologi “sistem” merupakan hal yang baru, elemen-lemen sistem focus pada program keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya akan dikembangkan dalam bentuk sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Di Amerika, periode pembentukan program – program manajemen keselamatan dan kesehatan kerja muncul sekitar tahun 1950 – 1960 sehingga pada tahun itu disebut “era menejemen keselamatan”. Pada saat itu konsep keselamatan dan kesehatan dimunculkan sebagai bagian dari ilmu manajemen dan teknik yang merupakan gabungan dari beberapa konsep dan teknik dari berbagai disiplin keilmuan. Teknik-teknik manajemen dan personil meliputi :

- pembuatan kebijakan

- difinisi tanggung jawab

- seleksi pekerja dan penempatan

Ilmu stastistik digunakan dalam bidang quality control, sedangkan ergonomi atau human factor engineering juga dilibatkan dalam pembuatan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, demikian juga tanggung jawab baru yang berhungan dengan keselamatan seperti kontrol potensi bahaya dan keselamatan dalam bekerja. Peran higiene industri adalah dalam pembuatan aturan-aturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berkaitan dengan aturan kompensasi alam hal penyakit akibat kerja. Sejarah dari program keselamatan dan kesehatan kerja ini dimunculkan untuk merespon perlunya dibentuk organisasi keselamatan dan kesehatan sebagai pendukung undang-undang tentang kompensasi pekerja. Tiga prinsip pengelolaan program keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah teknik, pendidikan dan tersedianya aturan-aturan tentang kerangka kerja dan manajemen keselamatan (H.W. Heinrich, 1959, first published in 1931)

2. Pengaruh Heinrich

Pengaruh Heinrich dalam proses terbentuknya smk3 adalah tentang penerapan keselamatan dan kesehatan dan elemen-elemen program keselamatan dimana telah menjadi dasar dari teknik manajemen keselamatan dan kesehatan. Pengaruh Heinrich yang paling kuat dalam dunia kerja adalah pendekatan teori tentang pencegahan “Industrial Accident Prevention”. Teori tersebut mendasari dalam pembuatan program-program keselamatan dan kesehatan dan merupakan kerangka filosofi yang menjelaskan pekerja secara individu dari pada kondisi kerja sebagai penyebab utama kecelakaan.

Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja didukung oleh Heinrich pada tahun 1931 dalam bentuk program dan sistem keselamatan dan kesehatan kerja. Teknik tentang manajemen keselamatan yang diusulkan oleh Heinrich meliputi : pengawasan, aturan keselamatan, pendidikan bagi pekerja melalui training, pemasangan poster-poster, pemutaran film, identifikasi potensi bahaya dan analisisnya, survey dan inspeksi, investigasi kecelakaan, analisis pekerjaan, analisis metoda keselamatan, lembar analysis

Page 8: K3

kecelakaan, ijin konstruksi, instalasi peralatan baru perubahan-perubahan dalam proses atau prosedur kerja, pembentukan safety comitte dan penyusunan tanggap darurat dan P3K.

3. Dukungan Bagi Individu dalam Penelitian Psikologi Industri

Penelitian Heinrich tentang peran individu sebagai penyebab kecelakaan didukung oleh perkembangan ilmu baru dalam bidang psikologi industri. Laju kecelakaan yang tinggi menimbulkan keinginan untuk melakukan penelitian awal dalam bidang psikologi industri. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar individu tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Study tentang “accident proneness” dikembangkan sebagai prioritas sentral dalam penelitian psikologi industri.

Peran psikologi industri di tempat kerja adalah dalam hal tes kecerdasan untuk pekerja yang akan ditempatkan pada pekerjaan-pekerjaan khusus menggunakan teori “accident proneness” seperti tingkat kecerdasan, kecekatan, kesesuaian dengan keinginan dari pihak manajemen.

4. Pengaruh Ilmu Manajemen terhadap Sejarah Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Frederick Taylor, seorang penemu ilmu manajemen menunjukkan sedikit perhatiannya dalam masalah yang berhubungan dengan kesehatan pekerja. Hubungan antara ilmu manajemen dengan keselamatan dan kesehatan merupakan sejarah baru dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja modern. Ada dua aspek dalam yaitu :

• Praktisi ilmu manajemen melakukan identifikasi masalah keselamatan dan kesehatan.

• Pengaruh ilmu manajemen terhadap kelanjutan dan pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja.

5. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan : pendekatan voluntary

Program-program keselamatan dan kesehatan dalam sejarah bersifat sukarela/voluntary (Jones, 1985:223), sebuah fakta yang perlu menjadi pemikiran dalam perkembangan pengetahuan dan dalam aspek penegakan dan pengesahan undang-undang keselamatan dan kesehatan.

II. Implementasi SMK3

Banyak perusahaan yang mengembangkan sistem manajemen K3 sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Berikut adalah jenis-jenis sistem manajemen K3 :

• SMK3 – Permenaker 05 Th 1996

• ILO OSHA

Page 9: K3

• OSHA Guide Line

• Process Safety Management

• NOSA

• Five Star (British Safety Council)

• International Safety Rating System (ILCI-DNV)

• International Safety Management System (ISM)

• OHSAS 18001

• BS 8800 (UK) dll

Dalam makalah ini yang akan kami sajikan adalah implementasi SMK3-Permenaker 05 Th 1996.

Di dalam pasal 87 (1): UU No.13 Th 2003 Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menetapkan sistem manajemen K3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Pada pasal 3 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan sistem manajemen K3. Dengan demikian kewajiban penerapan SMK3 didasarkan pada dua hal yaitu ukuran besarnya perusahaan dan tingkat potensi bahaya yang ditimbulkan. Untuk menerapkan sistem manajemen K3, perusahaan diwajibkan melaksanakan 5 ketentuan pokok yaitu :

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemen K3 :

a. Adanya kebijakan K3

b. Adanya komitmen dari pucuk pimpinan terhadap K3

c. Adanya tinjauan awal kondisi K3

2. Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapansistem manajemen K3 :

a. Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko

b. Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan

c. Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan

d. Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur

e. Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif :

Page 10: K3

a. Adanya jaminan kemampuan

b. Adanya kegiatan pendukung (komunikasi antar manajemen, pelaporan, pendokumentasian, pencatatan)

c. Adanya manajemen resiko dan manajemen tanggap darurat

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan

a. Adanya inspeksi, pengujian dan pemantauan

b. Adanya audit SMK3 secara berkala

c. Tindakan pencegahan dan perbaikan

5. Meninjau ulang secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen K3 secara berkesinambungan :

a. Evaluasi penerapan kebijakan K3

b. Tujuan, sasaran dan kinerja K3

c. Hasil temuan audit SMK3

d. Evaluasi efektif penerapan SMK3

Secara formal ketentuan-ketentuan pokok tentang penerapan SMK3 harus dapat dibuktikan secara nyata melalui pencapaian sertifikasi audit.

Elemen-elemen dan kriteria-kriteria di dalam petunjuk teknis audit SMK3 merupakan sarana atau alat audit yang dirancang untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja manajemen K3. Berikut adalah elemen-elemen yang ada dalam Permenaker No. 05 th 1996 :

Elemen Verifikasi kinerja Catatan Auditor

Elemen 1

Komitmen Pembangunan dan Pemeliharaan

Dokumen kebijakan, penunjukan penanggung jawab K3, kualifikasi staf K3, penugasan pengurus perusahaan kepada regu tanggap darurat, hasil review penerapan SMK3, prosedur penjadwalan konsultasi dll.

Page 11: K3

Elemen 2

Strategi pendokumentasian Prosedur, laporan, informasi yang terdokumentasi

Elemen 3

Peninjauan ulang desain dan kontrak Dokumen desain dan kontrak

Elemen 4

Pengendalian dokumen Tersedianya dokumen yang terkendali

Elemen 5

Pembelian Prosedur pembelian yang terdokumentasi

Elemen 6

Keamanan bekerja berdasarkan SMK3 Check list identifikasi sumber bahaya

Elemen 7

Standar pemantauan Prosedur inspeksi yang terdokumentasi

Elemen 8

Pelaporan dan perbaikan Prosedur yang terdokumentasi untuk pelaporan sumber bahay

Elemen 9

Pengelolaan material dan perpindahannya Prosedur identifikasi dan penilaian resiko dari pengelolaan material

Elemen 10

Pengumpulan dan Penggunaan Data Prosedur pencatatan, formulir pencatatan terdokumentasi dengan baik

Elemen 11

Pemeriksaan sistem manajemen Dokumen audit internal

Elemen 12

Pengembangan ketrampilan dan kemampuan Daftar hadir training K3untuk eksekutif dan senior manajemen

Kesimpulan :

Page 12: K3

1. Sistem manejemen keselamatan dan kesehatan didefinisikan sebagai kombinasi dari susunan organisasi manejemen, termasuk elemen-elemen perencanaan dan kaji ulang, susunan konsultatif dan program khusus yang terintegrasi untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan.

2. Empat pendekatan tersebut adalah Manejemen Tradisional, manejemen inovatif, sebuah strategi ‘tempat aman’ yang dipusatkan pada control bahaya, suatu strategi kontrol ‘orang yang selamat/aman’ yang dipusatkan atas pengawasan tingkah laku karyawan.

3. Agar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan efektif maka harus

• Memastikan tanggung jawab keselamatan dan kesehatan yang diidentifikasikan dan diintegrasikan dalam pembuatan undang-undang keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki para manejer senior yang mengambil peran aktif dalam keselamatan dan kesehatan.

• Mendorong keterlibatan para pengawas dalam keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki perwakilan keselamatan dan kesehatan yang terlibat secara aktif dan luas dalam kegiatan sistem manejemen keselamatan dan kesehatan.

• Memiliki komite keselamatan dan kesehatan yang efektif.

• Memiliki pendekatan terhadap penilaian resiko dan identifikasi bahaya yang direncanakan.

• Memberikan perhatian yang konsisten terhadap pengawasan bahaya disumbernya.

• Memiliki pendekatan yang menyeluruh terhadap pengawasan dan penyelidikan insiden tempat kerja.

• Telah membangun sistem-sistem pembelian.

Referensi

1. Clare Gallagher: Health And Safety Management Systems: An Analysis of System Types And Effectiveness.

2. Bahan Kuliah SMK3

3. Permenaker No. 05 th 1996

Post by: Wahyu Hidayat – Miners073-96

smk3,sistem manajemen k3,sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja,smk3 adalah,keselamatan dan kesehatan kerja

Share tulisan ini:

Page 13: K3

(Visited 376 times, 136 visits today)

Related posts:

Bahan Peledak Pengertian Bahan Peledak Yang dimaksud dengan bahan peledak adalah : Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan......

WORKSHOP K3LH PERHAPI 2010 Workshop Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI)) ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) yang dilaksanakan oleh Working Group K3LH...... http://miningsite.info/konsep-sistem-manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-smk3-serta-implementasinya

INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA

Pendahuluan

Kecelakaan kerja merupakan Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat berakibat cedera, gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia, kerusakan properti, gangguan terhadap pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran.

Investigasi kecelakaan kerja harus dilaksanakan oleh personel atau team investigasi yang kompeten untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, investigator kecelakaan kerja harus mendapatkan pelatihan tentang prosedur investigasi kecelakaan kerja, teknik investigasi kecelakaan dan analisa akar penyebab kecelakaan kerja. Sedangkan Team Investigasi Kecelakaan Kerja (TIK) dapat disusun oleh Investigator, yang dapat terdiri dari ; orang yang menguasai bidang tertentu (ahli) dan pendamping team (satpam, Humas, dsb).

Investigasi kecelakaan kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan dan mencegah kerugian (termasuk proses produksi) yang timbul akibat kecelakaan kerja.

Mengapa kecelakaan perlu diinvetigasi dan dilaporkan ?

Page 14: K3

Tujuan

Memperbaiki kualitas keselamatan kerja

Mengurangi kesempatan terjadinya kecelakan kerja serupa dimasa datang

Menyediakan atau membangun tempat atau lingkungan kerja yang aman

Ø

Ø

Ø

Maksud

Untuk mendapatkan kronologi kecelakaan yang benar dan menetapkan kritikal factor.

Untuk menentukan akar penyebab kejadian kecelakaan kerja (bukan menetapkan siapa yang salah)

Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan

Kecelakaan kerja manakah yang perlu di investigasi ?

Page 15: K3

Semua kecelakaan kerja yang diketahui atau dilaporkan yang mengakibatkan;

Kerugian harta benda mulai dari yang kecil hingga besar

Korban manusia mulai dari cidera ringan hingga fatality (termasuk akibat keracunan pestisida pada manusia)

Korban manusia dari penyakit akibat kerja.

Kerugian harta benda atau cidera / penyakit pada korban manusia,

Siapa yang harus mengivestigasi dan melaporkan kecelakaan kerja?

Karyawan harus melaporkan kejadian kecelakaan kepada supervisornya, dan / atau Petugas Safety perusahaan (dalam waktu 24 jam setelah kejadian kecelakaan)

Supervisor harus memverifikasi kejadian kecelakaan dan mengkoordinir pelaksanaan Pertolongan Pertama (bilamana korban masih berada ditempat kejadian), serta melaporkan secara lisan dan disusul dengan "laporan kejadian kecelakaan" secara tertulis kepada Petugas Safety Perusahaan dan juga Pimpinan Departemen, Personel Administration (PA) untuk proses pelaporannya kepada pihak Pemerintah.

Petugas Safety Perusahaan (yang kompeten melakukan investigasi) akan melaporkan kepada pimpinan Perusahaan dan melakukan investigasi dengan melibatkan beberapa personel ahli dibidang masing-masing.

Hasil investigasi dan rekomendasi tindakan perbaikan oleh Investigator atau team Investigator akan dilaporkan kepada Pimpinan unit perusahaan setempat, dan akan direview terlebih dulu sebelum disetujui untuk dikeluarkan.

Page 16: K3

Laporan investigasi kecelakaan kerja akan dilaporkan oleh Pimpinan unit perusahaan kepada Pemerintah dan pihak ketiga yang dipandang sangat membutuhkan laporan untuk keperluan perbaikan / pencegahan kecelakan kerja.

Haruskah Investigasi kecelakaan kerja perlu melibatkan posisi jabatan sebagai Supervisor atau Head Department ? tentu harus......sebab

Supervisor atau Head Departemen mengetahui orangnya dan proses kerjanya

Secara tidak langsung juga terlibat dalam kejadian tersebut atau terlibat pada proses pengambilan tindakan perbaikan

Dapat mengambil nilai positif dari investigasi ini

Tahu dimana mendapatkan informasi yang yang dibutuhkan

Mengapa investigator kecelakaan kerja harus bersyarat ?

Untuk menyajikan critical factor kejadian kecelakaan kerja secara tepat dan cermat, guna proses analisis selanjutnya.

Untuk menetapkan akar penyebab kecelakaan kerja secara tepat dan akurat.

Untuk menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan yang relevan dan efektif, yang dapat mencegah kecelakaan kerja serupa di masa datang.

Apa syarat sebagai investigator kecelakaan kerja ?

Page 17: K3

Berbadan dan kondisi mental sehat

Mempunyai pengalaman atau pengetahuan investigasi kecelakaan kerja dan menganalisa akar penyebab kecelakaan dengan tepat dan akurat.

Dapat mengkoordinir, membangun atau bekerja sama dengan Team Work investigasi yang efektif.

Investigasi Kecelakaan Kerja pada Sistem Manajemen K3

Saturday, 09 October 2010 16:13

Baik undang undang tetnang Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja maupun OHSAS 18001 mensyaratkan agar perusahaan melakukan investigasi dan pelaporan kecelakaan kerja yang terjadi. Apa pentingnya pelaporan dan investigasi dan apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pelaporan dan investigasi?

Tujuan investigasi dan pelaporan kecelakaan daalam sistem manajaman kesehantan dan keselamatan kerja

Investigasi dan pelaporan kecelakaan kerja bertujuan agar pihak-pihak yang berwenang, termasuk manajemen mendapatkan informasi yang layak tentang hal penting yang terjadi terkait penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja umumnya dan khususnya terkait dengan hal penting yang terjadi pada pekerja. Informasi tersebut nantinya akan menjadi salah satu masukan penting untuk pihak-pihak tersebut dalam mengambil keputusan yang diperlukan. Investigasi dan pelaporan juga bertujuan untuk memudahkan pihak-pihak terkait untuk menentukan tindakan koreksi yang akurat, yang dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya kembali kecelakaan yang tidak diinginkan. Tujuan lain dari investigasi dan pelaporan juga memberi informasi yang cukup kepada

Hal Penting yang harus diperhatikan dalam investigasi dan pelaporan kecelakaan

Pentingnya investigasi kecelakaan dalam suatu sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja membuat aktifitas tersebut tidak bisa dilakukan sembanrangan. Kesalahan penulisan fakta, misinterpretasi laporan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahanan kesimpulan tentang penyebab

Page 18: K3

kecelakaan dan akhirnya memabawa pada keputusan tindakan koreksi yang tidak akurat. Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian dalam investigasi dan pelaporan kecelakaan:

Prosedur Investagasi Kecelakaan

Prosedur investigasi kecelakaan dapat mempermudah aktifitas investigasi dan membuat proses investigasi berjalan dengan sendirinya begitu kecelakaan terjadi. Prosedur tentnu saja mengatur siapa yang melakukan investigasi (tentu berbeda antara kecelakaan fatal dengan kecelakaan trivial), siapa saja yang harus dilibatkan dalam investigasi, form dan checklist yang perlu digunakan untuk membantu proses investigasi, format laporan.

Peralatan investigasi kecelakaan kerja

Peralatan berikut dapat membantu terserapnya informasi yang cukup tentang kecelakaan kerja:

Form dan checklist

Kamarea. Beruntung sekalai sekarang kamera digital mudah didapat. Ini bisa menjadi alat yang sangat berguna, kondisi area kecelakaan dapat direkam dengan baik dan dengan teknologi digital, gambar dapat di sisipkan dengan mudah dalam laporan.

Pita Meteran

Perekam suara, membantu dalam proses wawancara dan meningkatkan akurasi pencatatan.

Alat tambahan lain yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan seperti perekam video, alat ukur lain selain meteran.

Proses investigasi

Fokus utama dalam investigasi kecelakaan kerja adalah ‘kapan’, ‘dimana’, ‘siapa’ dan ‘akibat’ dari kecelakaan. Fokus selanjutnya adalah bagaimana kecelakaan bisa terjadi, mengarah pada sebab langsung dan sebab tidak langsung dari kecelakaan. Personil yang menjadi target utama dalam wawancara investigasi harus saksi terjadinya kecelakaan. Penting sekali untuk melakukan wawancara investigasi sesegera mungkin setelah kecelakaan terjadi. Korban kecelakaan juga menjadi target wawancara penting, segera setelah wawancara dapat dilakukan.

Laporan Kecelakaan

Bagaimanapun format pelaporan kecelakaan yang digunakan, laporan sebaiknya mengandung beberapa heading penting sebagai berikut:

Page 19: K3

Ringkasan tentang fakta kecelakaan yang terjadi

Kejadian sebelum terjadinya kecelakaan

Informasi yang dikumpulkan selama proses investigasi

Rincian saksi-saksi

Informasi tentang luka-luka dan kerugian yang timbul

Rekomendasi

Material pendukung (foto, gambar-gambar), baik terlampir ataupun disisipkan.

Tanggal dan tanda tangan personil yang melakukan investigasi.

Contoh-contoh laporan kecelakaan kerja (for registered users only)

Ir. Iim Ibrohim

Konsultan iso 9001, 14001, TS 16949, OHSAS 18001

Bahwa kecelakaan yang disebabkan faktor alam, teknis atau manusia dapat berakibat fatal dan berubah menjadi bencana yang dapat mengganggu dan menghambat kegiatan pola kehidupan masyarakat atau jalannya operasi perusahaan dan dapat mendatangkan kerugian harta benda atau korban manusia. Bila bencana terjadi dan keadaan menjadi emergency, maka perlu ditanggulangi secara terencana, sistematis, cepat, tepat dan selamat. Untuk telaksananya penanggulangan dimaksud perlu dibentuk Tim Tanggap Darurat yang trampil dan terlatih, dilengkapi sarana dan prasarana yang baik serta sistem dan prosedur yang jelas. Tim tersebut perlu mendapatkan pelatihan baik teori atau praktek paling sedikit enam bulan sekali. Bagusnya kinerja Tim Tanggap Darurat akan sangat menentukan berhasilnya pelaksanaan Penanggulangan Keadaan Emergency. Dan akhirnya tujuan mengurangi kerugian seminimal mungkin baik harta benda atau korban manusia akibat keadaan emergency akan dapat dicapai.

PENGERTIAN

Rencana darurat adalah suatu rencana formal tertulis, yang berdasarkan pada potensi kecelakaan yang dpt terjadi di instalasi & konsekuensi-konsekuensinya yang dpt dirasakan di dalam dan di luar tempat kerja serta bagaimana hrs ditangani Perencanaan darurat harus diperlakukan oleh para pejabat yang berwenang, pengelola pabrik & pejabat setempat sebagai unsur yang penting dari sistem pengendalian bahaya besar. Perencanaan darurat harus mencakup penanganan keadaan darurat di dalam dan di luar pabrik

Page 20: K3

MANAGEMENT TANGGAP DARURAT :

Semua aktivitas, langkah-langkah yang dilakukan oleh Perusahaan adalah untuk : Mengurangi dampak bencana. Kesiapsiagaan menghadapi bencana. Tanggap menghadapi bencana Dan pemulihan setelah terjadi bencana. Agar manusia selamat dan harta benda terlindungi.

TUJUAN MANAGEMENT PERUSAHAAN :

Mengurangi dampak bahaya yang ditimbulkan. Menyiapkan langkah-langkah penyelamatan untuk melindungi manusia ( Karyawan dan Masyarakat sekitar ) dan harta benda. Tanggap saat menghadapi emergency dan menyediakan fasilitas yang di-perlukan. Menerapkan sistem pemulihan agar komunitas menjadi normal setelah terjadi bencana.

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN TANGGAP DARURAT :

Mitigation (Mitigasi ) : Kajian awal yang dilakukan untuk mengeliminasi atau menurunkan Derajat Resiko jangka panjang terhadap Manusia atau harta Benda yang diakibatkan oleh Bencana

Preparedness (Kesiapsiagaan) : Kegiatan yang dilakukan lebih lanjut berdasarkan Hasil Mitigasi, yang mencakup Pengembangan Kemampuan Personil, Penyiapan Prasarana, Fasilitas dan Sistem bila terjadi keadaan Emergency.

Response (Kesigapan) : Kemampuan penanggulangan saat terjadi keadaan krisis/bencana yang terencana, cepat, tepat dan selamat (termasuk tanda bahaya, evakuasi, SAR, pemadaman kebakaran. dll).

Page 21: K3

Recovery (Pemulihan) : Kegiatan jangka pendek untuk meulihkan kebutuhan pokok minimum kehidupan masrarakat yang terkena bencana, dan jangka panjang mengembalikan kehidupan secara normal.

SUMBER-SUMBER BENCANA :

Alam : Gunung api meletus , Angin Taufan , Banjir / Air Bah, Gempa bumi , Tanah longsor dan sejenisnya.

MANUSIA :

Human error, Penebangan Hutan , Sabotage, Pemogokan, Peperangan Membuang sampah di sungai , Membakar sampah/ hutan sembaranga

JENIS-JENIS BAHAYA

Angin topan ▶ Gempa Bumi ▶ Letusan Gunung Berapi ▶ Kebakaran ▶

Ledakan ▶Kecelakaan Kendaraan ▶ Kecelakaan Pesawat Terbang ▶

Kec.Kereta Api ▶Banjir Dan sejenisnya

KERUGIAN AKIBAT TERJADINYA BENCANA PHYSIK

mETRIIL:

Korban jiwa (mati atau menderita) Korban harta benda dan sarana / materiil untuk kehidupan masyarakat atau sarana produksi bagi kegiatan industri

NON MATERIIL :

Terganggunya struktur kegiatan rutin produksi bagi suatu industri atau kegiatan sosial bagi masyarakat. Terganggunya kondisi ekonomi.

INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA

Posted: November 12, 2010 by Bung okleqs in INVESTIGASI KECELAKAAN

0

Page 22: K3

Pendahuluan

Kecelakaan kerja merupakan Suatu kejadian yang tidak diinginkan yang dapat berakibat cedera, gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia, kerusakan properti, gangguan terhadap pekerjaan (kelancaran proses produksi) atau pencemaran.

Investigasi kecelakaan kerja harus dilaksanakan oleh personel atau team investigasi yang kompeten untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, investigator kecelakaan kerja harus mendapatkan pelatihan tentang prosedur investigasi kecelakaan kerja, teknik investigasi kecelakaan dan analisa akar penyebab kecelakaan kerja. Sedangkan Team Investigasi Kecelakaan Kerja (TIK) dapat disusun oleh Investigator, yang dapat terdiri dari ; orang yang menguasai bidang tertentu (ahli) dan pendamping team (satpam, Humas, dsb).

Investigasi kecelakaan kerja merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan dan mencegah kerugian (termasuk proses produksi) yang timbul akibat kecelakaan kerja.

Mengapa kecelakaan perlu diinvetigasi dan dilaporkan ?

Tujuan

Memperbaiki kualitas keselamatan kerja

Mengurangi kesempatan terjadinya kecelakan kerja serupa dimasa datang

Menyediakan atau membangun tempat atau lingkungan kerja yang aman

Maksud

Untuk mendapatkan kronologi kecelakaan yang benar dan menetapkan kritikal factor.

Untuk menentukan akar penyebab kejadian kecelakaan kerja (bukan menetapkan siapa yang salah)

Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan

Kecelakaan kerja manakah yang perlu di investigasi ?

Page 23: K3

Semua kecelakaan kerja yang diketahui atau dilaporkan yang mengakibatkan;

Kerugian harta benda mulai dari yang kecil hingga besar

Korban manusia mulai dari cidera ringan hingga fatality (termasuk akibat keracunan pestisida pada manusia)

Korban manusia dari penyakit akibat kerja.

Kerugian harta benda atau cidera / penyakit pada korban manusia,

Siapa yang harus mengivestigasi dan melaporkan kecelakaan kerja?

Karyawan harus melaporkan kejadian kecelakaan kepada supervisornya, dan / atau Petugas Safety perusahaan (dalam waktu 24 jam setelah kejadian kecelakaan)

Supervisor harus memverifikasi kejadian kecelakaan dan mengkoordinir pelaksanaan Pertolongan Pertama (bilamana korban masih berada ditempat kejadian), serta melaporkan secara lisan dan disusul dengan “laporan kejadian kecelakaan” secara tertulis kepada Petugas Safety Perusahaan dan juga Pimpinan Departemen, Personel Administration (PA) untuk proses pelaporannya kepada pihak Pemerintah.

Petugas Safety Perusahaan (yang kompeten melakukan investigasi) akan melaporkan kepada pimpinan Perusahaan dan melakukan investigasi dengan melibatkan beberapa personel ahli dibidang masing-masing.

Hasil investigasi dan rekomendasi tindakan perbaikan oleh Investigator atau team Investigator akan dilaporkan kepada Pimpinan unit perusahaan setempat, dan akan direview terlebih dulu sebelum disetujui untuk dikeluarkan.

Laporan investigasi kecelakaan kerja akan dilaporkan oleh Pimpinan unit perusahaan kepada Pemerintah dan pihak ketiga yang dipandang sangat membutuhkan laporan untuk keperluan perbaikan / pencegahan kecelakan kerja.

Haruskah Investigasi kecelakaan kerja perlu melibatkan posisi jabatan sebagai Supervisor atau Head Department ? tentu harus……sebab

Supervisor atau Head Departemen mengetahui orangnya dan proses kerjanya

Secara tidak langsung juga terlibat dalam kejadian tersebut atau terlibat pada proses pengambilan tindakan perbaikan

Page 24: K3

Dapat mengambil nilai positif dari investigasi ini

Tahu dimana mendapatkan informasi yang yang dibutuhkan

Mengapa investigator kecelakaan kerja harus bersyarat ?

Untuk menyajikan critical factor kejadian kecelakaan kerja secara tepat dan cermat, guna proses analisis selanjutnya.

Untuk menetapkan akar penyebab kecelakaan kerja secara tepat dan akurat.

Untuk menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan yang relevan dan efektif, yang dapat mencegah kecelakaan kerja serupa di masa datang.

Apa syarat sebagai investigator kecelakaan kerja ?

Berbadan dan kondisi mental sehat

Mempunyai pengalaman atau pengetahuan investigasi kecelakaan kerja dan menganalisa akar penyebab kecelakaan dengan tepat dan akurat.

Dapat mengkoordinir, membangun atau bekerja sama dengan Team Work investigasi yang efektif.

PROSEDUR & FORM INVESTIGASI KECELAKAAN KERJA

Lembar fakta ini secara singkat menguraikan langkah-langkah yang terlibat dalam penyelidikan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan diskusi antara pekerja dan supervisor, dan untuk membimbing siapa pun yang terlibat dengan menyelidiki insiden.

Untuk secara efektif mencegah kerugian tempat kerja, terutama cedera pekerja, supervisor harus menyelidiki semua insiden. (Untuk tujuan Cepat Fakta ini, “insiden” didefinisikan sebagai: suatu kejadian yang tidak diinginkan yang tidak menimbulkan kerugian bagi pekerja, kerusakan properti atau hilangnya proses.) Semua karyawan harus menyadari proses penyelidikan sehingga mereka akan mampu memberikan kontribusi informasi tentang insiden di tempat kerja mereka.

Langkah 1: Ambil Tindakan Segera tindakan segera mungkin termasuk:

Page 25: K3

Mengambil tindakan segera untuk mencegah cedera atau kerusakan.

Menginformasikan pekerja dari bahaya diidentifikasi dan bagaimana dikendalikan.

Mengamankan tempat kejadian sampai penyelidikan di TKP selesai.

Mengidentifikasi sumber informasi potensial (orang yang dapat diajak bicara, bukti Anda dapat melihat atau mengumpulkan).

Langkah 2: Kumpulkan Bukti

bukti Gathering membantu Anda untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang telah terjadi sehingga tindakan dapat diambil untuk mencegah insiden serupa di masa mendatang. Saat mengumpulkan bukti-bukti:

Mengidentifikasi peristiwa akhir insiden (bahaya).

Mengumpulkan data yang mengisi gambaran lengkap tentang apa yang terjadi dari awal kejadian dan apa berkontribusi pada acara final. Pertanyaan pekerja secara koperasi. Ini harus latihan pencarian fakta, jangan menyalahkan.

Pastikan bahwa bukti yang faktual tentang tindakan yang dilihat, didengar atau dilakukan.

Ada dua cara untuk mengumpulkan bukti-bukti:

1. Carilah petunjuk dari lokasi kejadian. Sebagai contoh:

Mengambil gambar.

Membuat sketsa.

Ambil pengukuran.

Ambil contoh zat / cairan.

Catatan kondisi lingkungan (misalnya, rumah tangga, pencahayaan, kebisingan, tanda-tanda dan / atau ruang kerja).

Kumpulkan benda asing atau pecahan-pecahan peralatan.

Periksa proses kerja tertulis dan prosedur.

Page 26: K3

2. Mengumpulkan informasi dari orang-orang (misalnya, pekerja terluka, saksi dan / atau supervisor).

Tanyakan pertanyaan yang efektif yang merangsang lebih dari “ya” atau “tidak” jawaban.

Obyektif, jangan mengajukan pertanyaan yang hanya mendukung kesimpulan yang telah ditentukan.

Pastikan bahwa para pekerja akan ditanya apakah mereka punya ide tentang bagaimana mengontrol atau menghilangkan bahaya tersebut.

Langkah 3: Masukkan dalam Orde Bukti

Letakkan semua fakta bersama di urutan yang terjadi. Ini akan membantu Anda mengembangkan sebuah gambaran mental dari apa yang terjadi.

Pastikan bahwa Anda memiliki cukup bukti (menghindari kesenjangan informasi) dan bahwa bukti yang masuk akal – setiap peristiwa berinteraksi dengan setidaknya satu peristiwa insiden lainnya.

Langkah 4: Analisis Informasi Anda

• Menganalisis temuan Anda dan mengidentifikasi mengapa insiden itu terjadi. The “mengapa” masalah keselamatan yang harus sudah ada insiden terjadi. Insiden umumnya terjadi karena kombinasi dari “gejala” dan “root” masalah keamanan. > Gejala masalah keselamatan jelas. Mereka termasuk masalah segera dikenali seperti tidak recapping jarum atau lantai basah dan licin. Gejala masalah keamanan perlu dianalisis untuk mengetahui mengapa mereka ada.

> Root masalah keamanan seringkali masalah manajemen. Hal ini dapat membuat sangat sulit untuk menjadi objektif. Manajemen tanggung jawabnya meliputi: kurangnya / miskin kebijakan, prosedur, pelatihan dan pengawasan, pertanggungjawaban, dan kurangnya sumber daya yang memadai.

Langkah 5: Kenalkan Tindakan Korektif

Page 27: K3

Melihat ke depan untuk melihat bagaimana risiko kejadian serupa dapat dikurangi. Gunakan pengetahuan dan pengetahuan dan keahlian pekerja ketika mengidentifikasi kemungkinan solusi. Berdasarkan informasi ini, merekomendasikan perubahan yang sangat praktis, akan meningkatkan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja, dan di mana setiap orang dapat setuju.

rekomendasi Anda mungkin mengenai:

* Kebijakan / prosedur revisi atau pengembangan

* Pelatihan

* peralatan perbaikan, pemeliharaan atau penggantian

* pengawasan

Pastikan rekomendasi Anda adalah:

Khusus untuk masalah keselamatan diidentifikasi – memperbaiki apa yang tidak bekerja.

Efektif dan sehat – memperbaiki masalah yang ada tanpa membuat masalah keselamatan baru.

Praktis – mereka akan bekerja dan tidak “pie di langit.”

Terjangkau – berada dalam sumber daya yang tersedia.

Kredibel – bisa dipercaya untuk bekerja.

Peringkat menurut prioritas. Jika tidak semua rekomendasi dapat dilakukan sekaligus, mengidentifikasi mana yang paling penting.

Berdasarkan konsultasi. Pekerja keahlian dapat sangat membantu dalam mencapai tujuan ini.

Langkah 6: Tindak Lanjut atas Tindakan Korektif

Page 28: K3

• Menindaklanjuti tindakan korektif Anda untuk menentukan apakah mereka telah diimplementasikan dan, jika demikian, apakah mereka efektif. Informasi ini akan membantu Anda saat melakukan tindakan korektif pada kejadian investigasi berikutnya. Tanpa tindak lanjut, upaya penyelidikan mungkin sia-sia.

Langkah 7: Dokumentasikan Investigasi sebuah Laporan

Menulis laporan untuk menjelaskan apa yang terjadi, mengapa hal itu terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah insiden serupa. Laporan anda seharusnya:

Jadilah objektif.

Jadilah deskriptif (jelas negara urutan kejadian peristiwa – siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana, sehingga pembaca yang tidak memiliki pengetahuan tentang insiden itu akan dapat memahami apa yang terjadi).

Mengidentifikasi bahaya tersebut – mengapa peristiwa itu terjadi.

Sarankan tindakan korektif.

Jadwal menindaklanjuti tanggal.

Tinggalkan ruang untuk tindak lanjut komentar.

Tiga Pertanyaan

Segala usaha untuk mencari batasan atau klasifikasi human

error atau kesalahan manusia dalam setiap kecelakaan atau peristiwa selalu harus melihat berbagai jenis tindakan kesengajaan itu sendiri. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan tersebut sengaja atau hanya suatu kesalahan adalah dengan mencoba menjawab tiga pertanyaan mendasar.

Apakah berbagai tindakan yang dilakukan merupakan cetusan dari tindakan yang di-sengaja?

Apakah tindakan-tindakan tersebut berjalan sesuai yang direncanakan?

Apakah mereka mencapai hasil yang diinginkan?

Page 29: K3

Jawaban atas pertanyaan di atas, memperlihatkan apakah ada motivasi dasar dalam melakukan suatu tindakan dan bagaimana tindakan tersebut dila- kukan (dapat diketahui secara terperinci). Juga memperlihatkan apa yang mendasari tindakan kesengajaan yang dilakukan orang tersebut (apakah ber- dasarkan SOP atau tindakan spontan).

Terakhir, memperlihatkan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang atas sebab- akibat atau akibat setiap tindakan yang dilakukan terhadap situasi tersebut.

Ringkasnya, dapat diungkapkan tiga hal, yaitu :

Intensi

Tindakan-tindakan yang dilakukan, dan

Akibat-akibatnya.

Jawaban yang disampaikan tentu bervariasi bergantung pada tingkat pengetahuan, pemahaman, peran dan tugas seseorang di dalam suatu sistem yang ada.