k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

63
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT HASIL SURVEY DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS JULI 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PETUGAS PENGAMBIL KONTROL DARAH DI LABORATORIUM Di Susun Oleh: Nur Rahmah Rasyid C111 08 134 Irfan Wahyu Jatmiko C111 06 065 Supervisor: dr. Sultan Buraena, MS, SpOK DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013 1

description

tugas IKM

Transcript of k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Page 1: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT HASIL SURVEY

DAN KEDOKTERAN KOMUNITAS JULI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)PETUGAS PENGAMBIL KONTROL DARAH DI LABORATORIUM

Di Susun Oleh:

Nur Rahmah Rasyid C111 08 134

Irfan Wahyu Jatmiko C111 06 065

Supervisor:

dr. Sultan Buraena, MS, SpOK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

1

Page 2: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,

tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak

lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.(1)

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan.Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan

penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. (1)

Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :(1),(2)

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu

sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok (1)

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain

b. Lingkungan kerja

c. Proses kerja

d. Sifat pekerjaan

e. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,

yang dapat terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)

2

Page 3: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

c. Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.

d. Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan

petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam

dengan baik.Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di

beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan

peningkatan prevalensi.Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena

kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang

kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga

tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.(1),(3)

B. Tujuan P enelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mendapatkan informasi tentang aspek Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) pada petugas pengambil  kontrol  darah  di 

laboratorium Rumah Sakit Ibnu Sina.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mendapatakan informasi tentang faktor hazard yang dialami

petugas pengambil kontrol darah di laboratorium RS Ibnu Sina.

b. Untuk mendapatkan informasi tentang alat kerja yang digunakan yang

dapat mengganggu kesehatan petugas pengambil  kontrol  darah 

di laboratorium RS Ibnu Sina.

c. Untuk mendapatkan informasi tentang Alat Pelindung Diri (APD)

yang digunakan petugas pengambil kontrol  darah  di laboratorium RS

Ibnu Sina.

d. Untuk mendapatkan informasi tentang ketersediaan obat Pertolongan

Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat kerja petugas

pengambil kontrol darah di laboratorium RS Ibnu Sina.

3

Page 4: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

e. Untuk mendapatkan informasi tentang pemeriksaan kesehatan yang

pernah dilakukan seseuai peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala

khusus) RS Ibnu Sina.

f. Untuk mendapatkan informasi tentang Peraturan Pimpinan Rumah

Sakit Ibnu Sina tentang K3 di tempat kerja.

g. Untuk mendapatkan informasi tentang keluhan atau penyakit yang

dialami yang berhubungan dengan pekerjaan pada petugas 

pengambil kontrol darah di laboratorium RS Ibnu Sina.

h. Untuk mendapatkan informasi tentang upaya Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) dalam penyuluhan/pelatihan,

penggukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang

berhubungan dengan pekerjaan pada petugas  pengambil  kontrol 

darah  di laboratorium RS Ibnu Sina.

C. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, serta menjadi bahan

masukan bagi instansi terkait dalam menentukan arah kebijakan

kesehatan di masa yang akan dating khususnya yang berkaitan dengan

kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas laboratorium sehingga

dapat meningkatkan upaya pencegahan di kemudian hari.

2. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi

yang berharga utnuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan

sehubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada petugas

laboratorium ke depan.

3. Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang

berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang

Kesehatan dan Keselamatn Kerja pada petugas laboratorium.

4

Page 5: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

.

A. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah

Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi

laboratorium, maka risiko yang dihadapi petugas laboratorium semakin

meningkat. Dalam menjalankan aktivitas kerja, petugas kesehatan tidak bisa

terbebas dari resiko terjadinya kecelakaan kerja. Faktor risiko sehubungan

dengan kondisi patologis yang mungkin dapat terjadi pada petugas di lingkungan

laboratorium, yaitu : (1),(3),(4)

a. Faktor Biologis

Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan adalah favorable bagi

berkembang biaknya strain kuman. Virus yang menyebar melalui kontak dengan

darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi pekerja hanya

akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena tergores atau tertusuk jarum

yang terkontaminasi virus.

b. Faktor Kimia

Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan

kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang

banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat

yang paling karsinogen.Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi

dampak negatif terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling

sering adalah dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan

oleh iritasi dan hanya sedikit saja oleh karena alergi.Bahan toksik jika tertelan,

terhirup atau terserap melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik,

bahkan kematian. Bahan korosif akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang

irreversible pada daerah yang terpapar.

5

Page 6: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

c. Faktor Ergonomi

Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,

cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan

manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,

nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.. Sebagian besar pekerja di

perkantoran atau Pelayanan Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang

kurang ergonomis, misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan

peralatan yang digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak

sesuai dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan

dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan

dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress)

dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain).

d. Faktor Fisik

Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan kerja meliputi:

1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan ketulian

2. Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang

perawatan dan kantor administrasi dapat menyebabkan gangguan penglihatan

dan kecelakaan kerja.

3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

5. Terkena radiasi

Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya teknologi pemeriksaan,

penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika tidak dikontrol dapat

membahayakan petugas yang menangani.

e. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat

menyebabkan stress :

6

Page 7: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut hidup

mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di tuntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan dan

keramahan-tamahan

2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.

3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau

sesama teman kerja.

4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal

ataupun informal.

B. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Petugas laboratorium merupakan orang pertama yang terpajan terhadap

bahan kimia yangmerupakan bahan toksik korosif, mudah meledak dan terbakar

serta melibatkan bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan

alat-alat yang mudah pecah, radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang

mematikan, dan melakukan percobaan dengan penyakit yang dimasukan ke

jaringan hewan percobaan.(1)

Pengambilan darah atau flebotomi merupakan prosedur pengambilan

sampel yang paling umum di laboratorium. Meski sudah dilakukan berabad-

abad, masih banyak orang yang enggan melakukannya dengan berbagai alasan,

seperti: takut jarum suntik terinfeksi penyakit akibat penggunaan jarum bekas,

takut akan rasa sakit, khawatir sampelnya tertukar dengan yang lain. Di sisi lain,

laboratorium harus mengambil sampel darah dengan prosedur yang benar, demi

keamanan dan keselamatan pasien (patient safety), untuk menghasilkan sampel

yang berkualitas dan hasil pemeriksaan yang akurat, dan tentu saja yang

memperhitungkan keamanan & keselamatan petugas flebotomi. (5)

C. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas   Pengambil K ontrol

Darah   Di   Laboratorium

7

Page 8: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Untuk menghindari risiko dari kecelakaan dan terinfeksinya petugas

laboratorium khususnya pada laboratorium kesehatan sebaiknya dilakukan

tindakan pencegahan seperti pemakaian alat pelindung diri, apabila petugas

laboratorium tidak menggunakan alat pengaman, akan semakin besar

kemungkinan petugas laboratorium terinfeksi bahan berbahaya, khususnya

berbagai jenis virus.(6)

APD adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi

sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya atau kecelakaan kerja .

APD merupakan suatu alat yang dipakai tenaga kerja dengan maksud

menekan atau mengurangi resiko masalah kecelakaan akibat kerja yang

akibatnya dapat timbul kerugian bahkan korban jiwa atau cedera.(7)

APD yang disediakan harus memenuhi syarat, yaitu:  (8)

1. Harus memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang

dihadapi tenaga kerja/sesuai dengan sumber bahaya yang ada.

2. Tidak mudah rusak.

3. Tidak mengganggu aktifitas pemakai.

4. Mudah diperoleh dipemasaran.

5. Memenuhi syarat spesifik lain.

6. Nyaman dipakai.

APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti

baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker

khusus dan alat bantu pernafasan yang dikenakan dikala menangani tumpahan

bahan kimia yang sangat berbahaya. APD yang sering dipakai antara lain;

proteksi kepala (misalnya helm), proteksi mata dan wajah (misalnya pelin-

dung muka, kacamata pelindung), respirator (misalnya masker dengan filter),

pakaian pelindung (misalnya baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia),

dan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki

hingga mata kaki).(6)

1. Perlindungan Mata dan Wajah. (6)

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus

dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud

8

Page 9: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari

tumpahan bahan kimia, uap kimia, dan radiasi. Secara umum perlindungan

mata terdiri dari :

a. Kacamata pelindung

b. Goggle

c. Pelindung wajah

Pelindung mata special (goggle yang menyatu dengan masker khusus

untuk melindungi mata dan wajah dari radiasi dan bahaya laser).

Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari

cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang

terkontaminasi dengan pelindung mata.

2. Perlindungan Badan (6)

Baju yang dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal

dengan sebutan jas laboratorium ini, merupakan suatu perlengkapan yang

wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas laboratorium yang

kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia ini terbuat

dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

ketika Anda menggunakan jas laboratorium, kancing jas laboratorium

tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang dan ukuran dari jas

laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya.

Jas laboratorium merupakan pelindung badan dari tumpahan bahan

kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas laboratorium

terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut

secepatnya. Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah

Apron dan Jumpsuits. Apron sering kali digunakan untuk memproteksi

diri dari cairan yang bersifat korosif dan mengiritasi. Perlengkapan yang

berbentuk seperti celemek ini biasanya terbuat dari karet atau plastik.

Untuk apron yang terbuat dari plastik, perlu digarisbawahi, bahwa tidak

dikenakan pada area larutan yang mudah terbakar dan bahan-bahan kimia

9

Page 10: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

yang dapat terbakar yang dipicu oleh elektrik statis, karena apron jenis ini

dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.

Jumpsuits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini

direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko tinggi (misalnya

ketika menangani bahan kimia yang bersifat karsinogenik dalam jumlah

yang sangat banyak). Baju parasut ini terbuat dari material yang dapat

didaur ulang. Bahan dari peralatan perlindungan badan ini haruslah

mampu memberi perlindungan kepada pekerja laboratorium dari percikan

bahan kimia, panas, dingin, uap lembab, dan radiasi.

3. Pelindungan Tangan (6)

Kontak pada kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat

penting apabila Anda terpapar bahan kimia yang korosif dan beracun.

Sarung tangan menjadi solusi bagi Anda. Tidak hanya melindungi tangan

terhadap karakteristik bahaya bahan kimia tersebut, sarung tangan juga

dapat memberi perlindungan dari peralatan gelas yang pecan atau rusak,

permukaan benda yang kasar atau tajam, dan material yang panas atau

dingin.

Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang Anda

pakai jika tidak dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia

yang ditangani. Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada

ketebalan dan rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit

tangan. Sarung tangan harus secara periodik diganti berdasarkan

frekuensi pemakaian dan permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis

sarung tangan yang sering dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat

dari bahan karet, kulit dan pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.

Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah

karet butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida).

Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang

akan ditangani. Sebagai contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet

alam baik apabila Anda bekerja dengan Ammonium hidroxida, tetapi

tidak baik bila bekerja dengan Dietil eter.

10

Page 11: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

4. Perlindungan Pernafasan (6),(7)

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh

manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara,

debu, uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium

merupakan salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang

memberikan efek kontaminasi tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya

harus memakai perlindungan pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan

sebutan masker, yang sesuai. Masker dipakai untuk menahan

cipratan yang keluar dari sewaktu petugas kesehatan

atau petugas bedah bicara, batuk, bersin dan juga

mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang

terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut

petugas kesehatan. Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada

jenis kontaminasi, kosentrasi, dan batas paparan. Beberapa jenis

perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter pernafasan yang

berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker tersebut

memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang

terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti.

Dari informasi mengenai beberapa APD diatas, maka setiap

pengguna bahan kimia haruslah mengerti pentingnya memakai APD yang

sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia. Selain itu, setiap APD yang

dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia yang ditangani. Semua hal

tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan dan keselamatan

kerja di laboratorium.

Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih baik mencegah daripada

mengobati". APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar

dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. Jadi,

tunggu apa lagi. Gunakanlah APD sebelum bekerja dengan bahan kimia.

Dalam program pengadaan APD untuk melindungi tenaga kerja

dalam bekerja, maka penyimpanan, pemeliharaan APD sebaiknya dibilik

yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu, waktu kadaluarsanya

11

Page 12: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

dan tidak akan menimbulkan alergi terhadap sipemakai serta tidak

menularkan penyakit.(8)

D. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) bagi Petugas   Laboratorium

Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan laboratorium menentukan

kesehatan dan keselamatan kerja. Penting bagi setiap laboratorium dan

petugasnya untuk menyediakan kit P3K. Pemberian Pertolongan Pertama

Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan langkah pertolongan awal dalam

penanggulangan kecelakaan yang terjadi di laboratorium sebelum mendapat

penanganan lebih lanjut dari pihak medis. (1),(9),(10)

E. Pentingnya P emeriksaan K esehatan (sebelum kerja, berkala, berkala

khusus) bagi Petugas   Laboratorium (1)

Pemeriksaan kesehatan baik sebelum kerja, berkala maupun khusus bagi

petugas laboratorium adalah penting untuk menemukan gangguan sedini

mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit aki-

bat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan ke-

sehatan dan pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap

pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini,

maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan

dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja.

Disini diperlukan system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit aki-

bat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).

Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan

pekerja yang meliputi:

a. Pemeriksaan Awal

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang

calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai

melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan

12

Page 13: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi

kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan

kepadanya. Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi: Anamnese

umum, anamnese pekerjaan, penyakit yang pernah diderita, alrergi,

imunisasi yang pernah didapat, pemeriksaan badan, pemeriksaan

laboratorium rutin, pemeriksaan tertentu: misalnya Tuberkulin test,

Psiko test

b. Pemeriksaan Berkala

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala

dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko

kesehatan yang dihadapi.Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak

waktu antar pemeriksaan berkala.Ruang lingkup pemeriksaan disini

meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada

pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan

lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam

pekerjaan.

c. Pemeriksaan Khusus

Merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar

waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau

diduga ada keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja.

F. Peraturan Pemerintah tentang K esehatan dan Keselamatan Kerja (K 3 )

di tempat kerja (1)

Rumahsakit tidak terlepas dari peraturan-peraturan ini karena

teknologi dan sarana kesehatan, kondisi fisik rumah sakit dapat

membahayakan pasien, keluarga, serta pekerja. Jika tidak dikelola,

rumahsakit tidak terhindar dari kebakaran, bencana, atau dampak buruk

pada kesehatan. Pengendalian K3 melalui perundang-undangan (Legislative

Control) antara lain:

1. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Petugas

kesehatan dan non kesehatan

13

Page 14: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

2. UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2)

dan UU No. 14 tahun 1969. Pasal 27 (2) menyatakan bahwa: “Tiap-tiap

warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Ini berarti setiap warga negara berhak hidup layak

dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan

kecelakaan/ penyakit. UU No. 14 tahun 1969 menyebutkan bahwa

tenaga kerja merupakan modal utama serta pelaksana dari

pembangunan.

3. UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Menyebutkan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja

harus diselenggarakan disemua tempat kerja, khususnya di tempat kerja

yang memiliki risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.

4. Peraturan Menteri Kesehatan tentang higene dan sanitasi lingkungan.

5. Peraturan penggunaan bahan-bahan berbahaya

6. Peraturan/persyaratan pembuangan limbah dll.

G. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di

Laboratorium (11)

Keluhan/ penyakit yang paling rentan dialami pada petugas laoratorium

khususnya pada petugas pengamil darah adalah terkena infeksi. Infeksi

yang didapat di laboratorium adalah infeksi nosokomial

akibat kegiatan staf laboratorium tanpa memperkirakan

bagaimana kejadiannya. Infeksi organisme pathogen dapat

terjadi melalui beberapa cara. Yang paling sering adalah:

1. Inhalasi. Pada saat melakukan pencampuran, penggilingan

atau penghalusan bahan-bahan infeksius atau pada saat

membakar kawat loop pemindah dapat membentuk

percikan halus yang dapat terhirup oleh petugas yang

tidak menggunakan pelindung.

14

Page 15: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

2. Tertelan. Para petugas laboratorium dapat terpapar

melalui:

a. Gerakan yang tidak disadari dari tangan ke mulut.

b. Memasukkan bahan-bahan yang telah terkontaminasi

(pensil) atau jari tangan ke mulut.

c. Makan, minum atau merokok di dalam laboratorium

atau tidak melakukan upaya kebersihan tangan yang

betul (tidak mencuci tangan atau tidak menggunakan

penggosok tangan dengan bahan dasar alcohol

sebelum dan sesudah makan)

d. Menggunakan pipet (13% angka kejadian infeksi yang

didapat di laboratorium terjadi karena melakukan pipet

melalui mulut).

3. Luka akibat tusukan. Cedera akibat kecelakaan dengan

benda-benda tajam

(jarum, pisau bedah dan bahan-bahan pecah belah yang

telah terkontaminasi) merupakan penyebab utama infeksi

yang didapat di laboratorium.

4. Kontaminasi pada kulit dan selaput lendir. Cipratan dan

percikan dari cairan yang terkontaminasi pada kulit, selaput

lendir mulut, rongga hidung dan konjungtiva mata dan

gerakan tangan ke muka dapat mengakibatkan terjadinya

transmisi organisme pathogen. Centers for Disease Control

(CDC) menyatakan bahwa flebotomi merupakan prosedur

yang beresiko paling tinggi, karena jarum paling sering

digunakan adalah ukuran besar (8-22 gauge) dan jumlah

darah tertinggal di dalam jarum sesudah pemakaian. Pada

laporan 1999 (EPINet), 21% dari 1.993 perlukaan tajam

yang dilaporkan di Amerika Serikat berhubungan dengan

flebotomi. Lebih dari 80% perlukaan jarum terjadi sewaktu

15

Page 16: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

mengambil darah vena, menggunakan jarum vakum, jarum

sekali pakai dan jarum butterfly. Pada flebotomi yakinkan

bahwa: pakai sarung tangan, cari bantuan bila pasien tidak

bekerjasama dan untuk menangani anak-anak.

H. Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak hanya untuk

intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna

juga harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di

sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk

mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja atau

masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act

dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya,

mengadakan penyuluhan/ pelatihan, pengukuran/ pemantauan lingkungan

tentang hazard yang mungkin terjadi.

16

Page 17: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

BAB III

BAHAN DAN CARA

A. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Kamera untuk mengambil gambar kegiatan

b. Checklist sebagai bahan untuk mengontrol tindakan yang akan dilakukan,

yaitu dengan melihat, mengecek, dan mendata berdasarkan check list.

c. Kuisener yang terlampir dalam proposal ini sebagai alat penelitian,

dengan cara menyebarkan atau mendata sampel yang akan diambil untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan

kerja petugas registrasi pasien.

B. Cara

Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah Walk Thru Survey

C. Lokasi Penelitian

RS Ibnu Sina Jln Perintis Kemerdekaan Km.4, Kota Makassar, Propinsi

Sulawesi Selatan

D. Jadwal Penelitian

Survei ini dilaksanakan mulai hari Senin s/d Sabtu atau Tanggal 1 Juli s/d 6

Juli 2013 dengan agenda sebagai berikut.

No. Tanggal Kegiatan

17

Page 18: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

1.

2.

3.

4.

5.

1 Juli 2013

2 Juli 2013

3 Juli 2013

4 Juli 2013

5 Juli 2013

- Melapor ke bagian IKM

- Pengarahan kegiatan

- Pembuatan Proposal

- Pelaksanaan kegiatan penelitian

- Pelaksanaan kegiatan penelitian

- Pembuatan laporan hasil penelitian

- Presentasi laporan hasil penelitian

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah hasil identifikasi dari survey yang dilakukan sehubungan

dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Petugas Pengambil Kontrol Darah di

Laboratorium. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan di laboratorium RS Ibnu

Sina Makassar dengan metode walk through survey dengan menggunakan checklist,

kuesioner, dan kamera.

IV.I. Hasil Identifikasi

1. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah

a. Faktor Biologis

Tabel 1.a

Petugas Item Hazard Biologi Ya Tidak

1

a. Pernah terkontaminasi langsung dengan darah dan cairan tubuh pasien melalui tergores atau tertusuk

jarum suntik

2 √

3 √

4 √

Total 3 1

1 b. Pernah terkontaminasi langsung dengan darah dan cairan tubuh pasien melalui cara lain

2 √

18

Page 19: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

3 √

4 √

Total 3 1

1

c. Tersedia wadah pembuangan jarum suntik dan sampah medis

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

d. Membuang jarum suntik di tempat yang telah disediakan

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

e. Membuang darah dan cairan tubuh di tempat yang telah disediakan

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

f. Mencuci tangan mengunakan sabun sebelum dan sesudah bekerja dengan benar

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

g. Tersedianya bahan alternatif cuci tangan di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Sumber:Data primer

Dari daftar checklist faktor biologis pada tabel 1.a memperlihatkan bahwa

sebanyak 3 orang petugasnya pernah terkontaminasi dengan cairan tubuh pasien baik

akibat tergores dan tertusuk jarum suntik maupun dengan cara lain yang

mengakibatkan darah/cairan tubuh tersebut menyentuh langsung bagian tubuh

19

Page 20: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

mereka, sebanyak 4 orang telah melakukan pemilahan dan pembuangan sampah

medis, jarum suntik dan non medis ke wadah yang telah diapkan oleh pihak RS, serta

sebanyak 4 orang pula mengaku telah melakukan cuci tangan menggunakan sabun

sebelum dan setelah bekerja yang didukung oleh tersedianya bahan alternatif lain

cuci tangan berupa hand sanitizer yang tergantung siap pakai di dinding.

b. Faktor Kimia

Tabel 1.b

Petugas Item Hazard Kimia Ya Tidak

1

Pernah terkontaminasi dengan reagen/solvent

2 √

3 √

4 √

Total 3 1

Sumber:Data primer

Dari hasil daftar checklist faktor kimia pada tabel 1.b diatas memperlihatkan

bahwa sebanyak 3 orang petugas mengaku pernah terkontaminasi dengan

reagen/solvent dan hanya 1 orang yang menyatakan tidak pernah sehingga

dengan demikian, hampir semua petugas laboratorium pernah terkontaminasi

dengan reagen/solvent yang kerap digunakan di laboratorium.

c. Faktor Ergonomi

Tabel 1.c

Petugas Item hazard ergonomi Ya Tidak

1

Merasa kurang nyaman saat bekerja (stress atau nyeri pinggang, pegal, mudah lelah dll)

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Sumber:Data primer

20

Page 21: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Dari hasil checklist hazard ergonomi diatas, memperlihatkan bahwa

semua petugas menyatakan kurang nyaman saat bekerja (stress fisik berupa nyeri

pinggang, pegal, mudah lelah, dll).

d. Faktor Fisik

Tabel 1.d

Petugas Item hazard fisik Ya Tidak

1

Kebisingan akibat mesin yang dapat menyebabkan stress dan ketulian

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Pencahayaan yang kurang di ruang kamar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi yang

dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist hazard fisik yang ditampilkan pada tabel 1.d

memperlihatkan bahwa semua petugas tidak merasakan kebisingan akibat mesin

yang digunakan, semua petugas tidak merasa kurangnya pencahayaan di ruang ka-

mar pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi yang da-

21

Page 22: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

pat menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja, semua petugas

tidak pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar, serta

semua petugas tidak merasa adanya temperatur dan kelembaban yang tinggi di

tempat kerja.

e. Faktor Psikososial

Tabel 1. e

Petugas Item Hazard Psikososial Ya Tidak

1

Merasa lingkungan kerja monoton

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah tuntutan semata

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Merasa terbebani secara mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal ataupun

informal

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist hazard psikososial yang ditampilkan pada tabel 1.e

memperlihatkan bahwa semua petugas merasa lingkungan kerja mereka monoton,

semua petugas tidak merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah tuntutan semata,

semua petugas tidak merasa bahwa terdapat hubungan kerja yang kurang serasi

22

Page 23: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja, serta semua petugas tidak

merasa merasa terbebani secara mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di

sektor formal ataupun informal.

2. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Petugas Alat – alat di Laboratorium Ya Tidak

1

Jarum suntik

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Reagen/ Solvent

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Mesin- mesin terkait

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist alat-alat di laboratorium yang ditampilkan pada tabel

diatas memperlihatkan bahwa semua petugas merasa bahwa penggunaan jarum

suntik dan reagen/solvent dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja

mereka, sebaliknya semua petugas berpendapat bahwa mesin yang mereka

gunakan tidak berpotensi mengganggu kesehatan mereka.

3. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas   Pengambil K ontrol

Darah   Di   Laboratorium

23

Page 24: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Petugas Item APD Ya Tidak

1

Tersedianya APD di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Mengetahui fungsi/peranan APD

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kacamata pelindung)

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Menggunakan proteksi kepala dan rambut (misalnya helm dan kap)

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Menggunakan respirator (misalnya masker dengan filter)

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Menggunakan pakaian pelindung (misalnya baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia)

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

24

Page 25: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

1

Menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki hingga mata kaki)

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Menyimpan, memelihara dan merawat APD yang telah di gunakan pada tempat yang seharusnya

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist APD di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa telah disediakannya

APD di RS, semua petugas mengetahui fungsi/peranan APD, semua petugas tidak

menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kacamata

pelindung), semua petugas tidak menggunakan proteksi kepala dan rambut

(misalnya helm dan kap), semua petugas telah menggunakan respirator (misalnya

masker dengan filter), semua petugas telah menggunakan pakaian pelindung

(misalnya baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), semua petugas belum

menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi

kaki hingga mata kaki), semua petugas menyimpan, memelihara dan merawat

APD yang telah di gunakan pada tempat yang seharusny, dan semua petugas

merasa bahwa penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai.

4. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) bagi Petugas   Laboratorium

25

Page 26: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Petugas Ketersedian Kit P3K Ya Tidak

1

Tersedianya Kotak P3K di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Mengetahui peranan, isi dan fungsi kit P3K

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist ketersediaan kit P3K di laboratorium yang ditampilkan pada

tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa tidak

tersedianya kit P3K di RS, semua petugas mengetahui peranan, isi dan fungsi kit

P3K, semua petugas tidak/belum menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar.

5. Pentingnya P emeriksaan K esehatan (sebelum kerja, berkala, berkala

khusus) bagi Petugas   Laboratorium

Petugas Item Kontrol Pemeriksaan Kesehatan Ya Tidak

1

Mengetahui perenan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala khusus bagi petugas laboratorium

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1 Apakah sebelum bekerja telah/pernah melakukan pemeriksaan √

26

Page 27: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

kesehatan dengan lengkap

2 √

3 √

4 √

Total 1 3

1

Menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kacamata pelindung)

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Apakah selama bekerja telah/pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala khusus

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist kontrol pemeriksaan kesehatan di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas mengetahui

peranan pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala khusus ,

khususnya bagi petugas laboratorium, hanya satu orang petugas yang pernah

memeriksakan kesehatannya sebelum bekerja di laboratorium dan sebanyak 3 orang

petugas yang tidak memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu sebelum bekerja di

laboratorium, semua petugas yang selama bekerja di laboratorium menggaku belum

pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala, pun belum pernah menjalani

pemeriksaan kesehatan berkala khusus.

27

Page 28: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

6. Peraturan Pemerintah tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di

tempat kerja

Petugas Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja Ya Tidak

1

Adanya sosialisasi Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Mengetahui Peraturan Pemerintah tentang K3 di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Dukungan RS terhadap peraturan K3 di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist peraturan pemerintah tentangg K3 di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas belum pernah

mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3 ditempat kerja

mereka, semua petugas mengetahui adanya peraturan pemerintah sehubungan dengan

K3 ditempat kerja, semua petugas merasakan dukungan RS terhadap peraturan

pemerintah tentang K3 di tempat kerja.

7. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di

Laboratorium

28

Page 29: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Petugas .

Keluhan YA TIDAK

Inhalasi

1

Infeksi saluran napas (batuk, flu, alergi, sesak napas,dll)

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Digestif

1 Tertelan bahan-bahan yang telah terkontaminasi

akibat gerakan yang tidak disadari dari tangan ke

mulut (Diare, Penyakit infeksi terkait kontaminan,

dll)

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Kulit dan selaput lender

1

Luka akibbat tertusuk/ tergores jarum suntik

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh dan reagen

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Terkena cipratan atau percikan cairan tubuh ke selaput lendir mulut, rongga hidung dan

konjungtiva mata dan gerakan tangan ke muka

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

Sumber:Data primer

29

Page 30: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Dari hasil checklist keluhan/penyakit sehubungan dengan K3 di laboratorium

yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas pernah

mengalami infeksi inhalasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir.

8. Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Petugas Upaya Preventif & Promotif K3 di Laoratorium Ya Tidak

1

Pentingkah upaya preventif dan promosi K3 sebagai petugas laboratorium di tempat kerja

2 √

3 √

4 √

Total 4 0

1

Apakah ada upaya preventif dan promosi K3 dari pihak RS sehubungan dengan kegiatan petugas pengambil kontrol darah

di laboratorium

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Selama bekerja, apakah ada upaya RS untuk melakukan pemantauan lingkngan kerja terkait faktor risiko ancaman

kesehatan yang dapat terjadi

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

1

Selama bekerja, apakah ada upaya RS untuk melakukan pelatihan atau penyuluhan tentang peranan K3 bagi petugas

laboratorium

2 √

3 √

4 √

Total 0 4

Sumber:Data primer

Dari hasil checklist upaya preventif dan promosi K3 sehubungan dengan

kegiatan petugas di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan

bahwa semua petugas berpendapat bahwa upaya preventif dan promosi K3 sebagai

30

Page 31: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

petugas laboratorium penting untuk dilakukan, semua petugas mengaku belum

pernah melihat adanya upaya preventif dan promosi K3 dari pihak RS sehubungan

dengan kegiatan petugas pengambil kontrol darah di laboratorium, semua petugas

mengaku belum pernah melihat adanya upaya RS untuk melakukan pemantauan

lingkngan kerja terkait faktor risiko ancaman kesehatan yang dapat terjadi, semua

petugas mengaku belum pernah melihat adanya ada upaya RS untuk melakukan

pelatihan atau penyuluhan tentang peranan K3 bagi petugas laboratorium.

IV. II. Pembahasan

1. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah

a. Faktor Biologis

Dari daftar checklist faktor biologis pada tabel 1.a memperlihatkan bahwa

sebanyak 3 orang petugasnya pernah terkontaminasi dengan cairan tubuh

pasien baik akibat tergores dan tertusuk jarum suntik maupun dengan cara

lain yang mengakibatkan darah/cairan tubuh tersebut menyentuh langsung

bagian tubuh mereka, sebanyak 4 orang telah melakukan pemilahan dan

pembuangan sampah medis, jarum suntik dan non medis ke wadah yang telah

diapkan oleh pihak RS, serta sebanyak 4 orang pula mengaku telah

melakukan cuci tangan menggunakan sabun sebelum dan setelah bekerja

yang didukung oleh tersedianya bahan alternatif lain cuci tangan berupa hand

sanitizer yang tergantung siap pakai di dinding.

31

CBA

Page 32: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Gambar (A). Wadah cuci tangan beserta sabun. (B) Tempat sampah medis, non medis dan alternatif

pencuci tangan. (C) Tempat sampah non medis

Kondisi laboratorium yang kerap berhubungan dengan cairan tubuh pasien

disertai dengan kurangnya jumlah petugas yang berbanding terbalik dengan semakin

banyaknya pasien membuat para petugas terkadang ceroboh dalam mengamankan

pemakaian jarum suntik sehingga angka kejadian ancaman dan kecelakaan hal

tersebut masih menjadi perhatian khusus di RS Ibnu Sina. Sehingga hal tersebut

menunjukkan bahwa masih terdapatnya ancaman/hazard biologi di RS Ibnu Sina

Makassar.

b. Faktor Kimia

Dari hasil daftar checklist faktor kimia pada tabel 1.b diatas memperlihatkan

bahwa sebanyak 3 orang petugas mengaku pernah terkontaminasi dengan

reagen/solvent dan hanya 1 orang yang menyatakan tidak pernah sehingga

dengan demikian, hampir semua petugas laboratorium pernah terkontaminasi

dengan reagen/solvent yang kerap digunakan di laboratorium

Gambar (D) menunjukkan aktivitas petugas laboratorium

yang kerap bersentuhan dengan bahan bahan kimia.

Hal ini menunjukkan bahwa hazard kimia pun dapat menjadi faktor

yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas

laboratorium di RS Ibnu Sina. Semua bahan yang ada dilaboratorium cepat atau

32

D

Page 33: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan petugas yang

derajat efek nya tergantung dari jenis dan potensial bahan tersebut.

c. Faktor Ergonomi

Dari hasil checklist hazard ergonomi diatas, memperlihatkan bahwa

semua petugas menyatakan kurang nyaman saat bekerja (stress fisik berupa

nyeri pinggang, pegal, mudah lelah, dll).

Gambar (E) Petugas pengambil darah yang berdiri sejak pasien pertama datang

hingga jam kerja selesai

Dalam melakukan pekerjaannya, tampak bahwa para petugas saat

beinteraksi dengan pasien dalam keadaan berdiri, tidak ada kursi dibelakang

pemeriksa/laboran, sementara satu per satu pasien masuk secara bergantian

untuk diambil darahnya membuat petugas akan tetap berdiri hingga pasien

terakhir masuk. Jika hal ini terus berlanjut, secara progresif petugas tentu akan

merasa kurang nyaman dan dapat menggangggu kesehatan baik berupa stress

fisik dan keluhan lain. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menye-

babkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam jangka

panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis (stress) dengan

keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Hal ini

menunjukkan bahwa masih terdapatnya faktor hazard ergonomis yang dinilai

dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas laboratorium di

RS Ibnu Sina..

33

E

Page 34: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

d. Faktor Fisik

Dari hasil checklist hazard fisik yang ditampilkan pada tabel 1.d

memperlihatkan bahwa semua petugas tidak merasakan kebisingan akibat mesin

yang digunakan, semua petugas tidak merasa kurangnya pencahayaan di ruang kamar

pemeriksaan, laboratorium, ruang perawatan dan kantor administrasi yang dapat

menyebabkan gangguan penglihatan dan kecelakaan kerja, semua petugas tidak

pernah terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar, serta semua

petugas tidak merasa adanya temperatur dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.

Gambar (F) menunjukkan salah satu beberapa alat yang berada dilaboratorium, tidak menyebabkan

kebisingan. (G) situasi dan kondisi petugas di laboratorium diantara berbagai alat disekitanya.

Gambar (H) dan (I) menunjukkan adanya alat penyejuk ruangan sehingga suhu dan kelmbaban di

laboratorium dapat dikontrol oleh petugas disertai dengan adekuatnya pencahayaan di dalam

ruangan laboratorium.

34

GF

IH

Page 35: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Sehingga hasil survey memperlihatkan bahwa secara fisik, meski kondisi

ruangan yang sarat dengan alat-alat yang canggih dan kecil, namun semua petugas

yang bertugas di dalam laboratorium tidak memiliki hazard fisik yang berarti

terhadap kesehatan dan keselamatan kerja mereka.

e. Faktor Psikososial

Dari hasil checklist hazard psikososial yang ditampilkan pada tabel 1.e

memperlihatkan bahwa semua petugas merasa lingkungan kerja mereka monoton,

semua petugas tidak merasa bahwa pelayanan yang ramah adalah tuntutan semata,

semua petugas tidak merasa bahwa terdapat hubungan kerja yang kurang serasi

antara pimpinan dan bawahan atau sesama teman kerja, serta semua petugas tidak

merasa merasa terbebani secara mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di

sektor formal ataupun informal.

Gambar (J), (K), (L). Memperlihatkan kerja petugas yang monoton diruangan (M), (N) yang tidak

begitu luas

Lingkungan kerja yang monoton dapat mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan kerja oleh karena lingkungan kerja yang monoton dapat mengakibatkan

stress fisik dan stress psikis, stress yang berkepanjangan dapat menurunkan semangat

35

LJ K

M N

Page 36: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

bekerja dan dapat menurunkan imunitas, sehingga tentu berpengaruh bagi kesehatan

dan kinerja petugas tersebut.

2. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Dari hasil checklist alat-alat di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas merasa bahwa penggunaan jarum suntik dan

reagen/solvent dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja mereka,

sebaliknya semua petugas berpendapat bahwa mesin yang mereka gunakan tidak

berpotensi mengganggu kesehatan mereka. Jarum suntik dan reagen/solvent dinilai

memang membahayakan oleh karena itu butuh ketelitian dalam mengamankannya.

Adapun mesin yang digunakan di RS Ibnu Sina adalah mesin-mesin kedap suara dan

tidak beradiasi, sehingga ancaman alat yang membahayakan masih terbatas pada

jarum suntik dan reagen/solvent di laboratorium saja.

3. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas   Pengambil K ontrol

Darah   Di   Laboratorium

Dari hasil checklist APD di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas

memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa telah disediakannya APD

di RS, semua petugas mengetahui fungsi/peranan APD, semua petugas tidak

menggunakan proteksi mata dan wajah (misalnya pelindung muka, kacamata

pelindung), semua petugas tidak menggunakan proteksi kepala dan rambut

(misalnya helm dan kap), semua petugas telah menggunakan respirator (misalnya

masker dengan filter), semua petugas telah menggunakan pakaian pelindung

(misalnya baju atau jas yang tahan terhadap bahan kimia), semua petugas belum

menggunakan proteksi kaki (misalnya sepatu tahan bahan kimia yang menutupi kaki

hingga mata kaki), semua petugas menyimpan, memelihara dan merawat APD yang

telah di gunakan pada tempat yang seharusny, dan semua petugas merasa bahwa

penggunaan APD tidak mengganggu aktifitas /nyaman dipakai.

.

36

Page 37: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Gambar (O) dan (P). Pemakaian APD pada petugas pengambil darah di laboratorium RS Ibnu Sina

Dari hasil survey, pengunaan APD pada petugas laboratorium di RS Ibnu Sina

ternyata belum sempurna, dikarenakan masih belum terpakainya beberapa APD yang

lain seperti penutup kepala, kacamata pelindung dan alas kaki yang menutupi kaki

hingga mata kaki. Sehingga penggunaan APD di RS Ibnu Sina masih perlu mendapat

perhatian khusus.

4. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) bagi Petugas   Laboratorium

Dari hasil checklist ketersediaan kit P3K di laboratorium yang ditampilkan pada

tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas berpendapat bahwa tidak

tersedianya kit P3K di RS, semua petugas mengetahui peranan, isi dan fungsi kit

P3K, semua petugas tidak/belum menyimpan dan merawat kotak P3K dengan benar.

Hal ini menunjukkan bahwa belum terdapatnya kit P3K di laboratorium RS Ibnu

Sina. Sebagaimana kita ketahui bahwa ketersediaan alat P3K di laboratorium sangat

diutuhkan sebagai penanganan awal saat terjadi kecelakaan di tempat kerja sebelum

kemudian ditangani lebih lanjut oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.

5. Pentingnya P emeriksaan K esehatan (sebelum kerja, berkala, berkala

khusus) bagi Petugas   Laboratorium

Dari hasil checklist kontrol pemeriksaan kesehatan di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas mengetahui

peranan dan pentingya pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan berkala

37

PO

Page 38: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

khusus, khususnya bagi petugas laboratorium, hanya satu orang petugas yang pernah

memeriksakan kesehatannya sebelum bekerja di laboratorium dan sebanyak 3 orang

petugas yang tidak memeriksakan kesehatannya terlebih dahulu sebelum bekerja di

laboratorium, semua petugas yang selama bekerja di laboratorium mengaku belum

pernah menjalani pemeriksaan kesehatan berkala, pun belum pernah menjalani

pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Hal ini menunjukkan bahwa masih minimnya

kewaspadaan para petugas, RS terhadap kesehatan mereka masing-masing.

6. Peraturan Pemerintah tentang K esehatan dan Keselamatan Kerja (K 3 ) di

tempat kerja

Dari hasil checklist peraturan pemerintah tentangg K3 di laboratorium yang

ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas belum pernah

mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3 ditempat kerja

mereka, semua petugas mengetahui adanya peraturan pemerintah sehubungan dengan

K3 ditempat kerja, semua petugas merasakan dukungan RS terhadap peraturan

pemerintah tentang K3 di tempat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa masih

kurangnya upaya dari pihak RS Ibnu Sina terhadap sosialisasi, promosi dan preventif

K3 bagi petugas laboratorium.

7. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di

Laboratorium

Dari hasil checklist keluhan/penyakit sehubungan dengan K3 di laboratorium

yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan bahwa semua petugas pernah

mengalami infeksi inhalasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir. Hal ini

menunjukkan bahwa petugas laboratorium rentan terhadap ancaman penyakit akibat

kerja dilingkungan laboratorium itu sendiri.

8. Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Dari hasil checklist upaya preventif dan promosi K3 sehubungan dengan

kegiatan petugas di laboratorium yang ditampilkan pada tabel diatas memperlihatkan

38

Page 39: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

bahwa semua petugas berpendapat bahwa upaya preventif dan promosi K3 sebagai

petugas laboratorium penting untuk dilakukan, semua petugas mengaku belum

pernah melihat adanya upaya preventif dan promosi K3 dari pihak RS sehubungan

dengan kegiatan petugas pengambil kontrol darah di laboratorium, semua petugas

mengaku belum pernah melihat adanya upaya RS untuk melakukan pemantauan

lingkngan kerja terkait faktor risiko ancaman kesehatan yang dapat terjadi, semua

petugas mengaku belum pernah melihat adanya ada upaya RS untuk melakukan

pelatihan atau penyuluhan tentang peranan K3 bagi petugas laboratorium. Hal ini

kembali menunjukkan bahwa peran RS terhadap upaya preventif dan promosi K3

sehubungan dengan kegiatan petugas di laboratorium masih kurang.

BAB V

PENUTUP

V.I. Kesimpulan

A. Faktor Risiko Hazard Petugas Laboratorium Pengambil Darah

a. Faktor Biologis

Masih terdapatnya ancaman hazard biologi bagi petugas laboratorium RS

Ibnu Sina. Ancaman hazard biologi tersebut adalah terjadinya kecelakaan

kerja berupa terkontaminasinya petugas dengan cairan tubuh pasien akibat

tergores dan tertusuk jarum suntik dengan distribusi 3 orang petugas yang

mengaku pernah mengalami dan hanya satu orang yang mengaku belum

pernah tertusuk/tergores jarum suntik.

b. Faktor Kimia

Masih terdapatnya ancaman hazard kimia bagi petugas laboratorium RS

Ibnu Sina. Ancaman hazard kimia tersebut adalah terjadinya kecelakaan kerja

berupa terkontaminasinya petugas dengan reagen/solvent akibat kecerobohan

petugas itu sendiri dengan distribusi 3 orang petugas yang pernah

terkontaminasi dan hanya satu orang yang mengaku belum pernah

terkontaminasi dengan reagen/solvent.

c. Faktor Ergonomi

39

Page 40: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Masih terdapatnya ancaman hazard ergonomi bagi petugas laboratorium

RS Ibnu Sina. Ancaman hazard ergonomi tersebut adalah posisi kerja yang

salah (berdiri) dengan distribusi 4 orang petugas yang mana dalam waktu

lama dapat menyebabkan mudah lelah dan stress fisik bagi petugas

laboratorim.

d. Faktor Fisik

Tidak terdapat ancaman yang berarti pada hazard fisik dikarenakan alat

beserta situasi dan kondisi di laboratorium RS Ibnu Sina cukup kondusif.

e. Faktor Psikososial

Masih terdapatnya ancaman hazard psikososial bagi petugas laboratorium

RS Ibnu Sina. Ancaman hazard psiokososial tersebut adalah situasi

lingkungan kerja yang monoton bagi para petugas dengan distribusi petugas

yang mengalaminya sebanyak 4 orang petugas

B. Alat - Alat Kerja yang Berpotensi Mengganggu Kesehatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Terdapat dua jenis alat-alat kerja yang dinilai berpotensi dapat mencelakakan/

mengganggu petugas laboratorium, yaitu jarum suntik dan reagen/solvent.

Adapun mesin yang digunakan di RS Ibnu Sina adalah mesin - mesin kedap

suara dan tidak beradiasi, sehingga dinilai tidak membahayakan bagi petugas.

C. Alat Pelindung Diri (APD) yang Digunakan Petugas   Pengambil K ontrol

Darah   Di   Laboratorium

Telah terdapat APD di RS Ibnu sina. Namun pengggunaannya masih belum

sempurna dengan ditribusi sebanyak 4 orang petugas yang belum memakai

beberapa komponen APD lain seperti penutup kepala, kacamata pelindung

dan alas kaki yang menutupi kaki hingga mata kaki.

D. Pentingnya Ketersediaan Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

(P3K) bagi Petugas   Laboratorium

Belum terdapatnya kit P3K di laboratorium RS Ibnu Sina. Dengan distribusi 4

orang petugas yang mengaku bahwa tidak terdapatnya kit P3K di ruang kerja

mereka.

40

Page 41: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

E. Pentingnya P emeriksaan K esehatan (sebelum kerja, berkala, berkala

khusus) bagi Petugas   Laboratorium

Masih minimnya kewaspadaan para petugas dan RS terhadap kesehatan

karyawan selaku petugas laboratorium yang terbukti dengan masih kurangnya

kesadaran untuk memeriksakan kesehatan saat sebelum bekerja dan saat

dimana mereka telah bekerja. Hanya seorang yang pernah memeriksakan

kesehatannya sebelum bekerja, 3 orang petugas lainnya tidak pernah

memeriksakan kesehatannya sebelumnya, serta keempat orang petugas terseut

selama telah mendapatkan pekerjaan di laboraratorium belum pernah

memeriksakan kesehatannya secara berkala pun berkala khusus.

F. Peraturan Pemerintah tentang K esehatan dan Keselamatan Kerja (K 3 )

di tempat kerja

Kurangnya upaya dari pihak RS Ibnu Sina terhadap sosialisasi peraturan

pemerintah tentang K3 di tempat kerja bagi petugas laboratorium RS Ibnu

Sina yang dapat dinilai dari keempat petugas menyatakan belum pernah

mendapatkan sosialisasi tentang peraturan pemerintah mengenai K3 ditempat

kerja mereka.

G. Keluhan/ Penyakit sehubungan dengan K3 Petugas Pengambil Darah di

Laboratorium

Keempat petugas laboratorium RS Ibnu Sina pernah mengalami infeksi in-

halasi, digestif dan gangguan kulit dan selaput lendir.

H. Upaya Preventif dan Promosi K3 sehubungan dengan Kegiatan Petugas

Pengambil Darah di Laboratorium

Masih kurangnya peran RS terhadap upaya preventif dan promosi K3

sehubungan dengan kegiatan petugas di laboratorium, yang dapat dinilai dari

keempat petugas menyatakan belum pernah mendapatkan pelatihan dan

penyuluhan serta tinjauan langsung dari pihak RS Ibnu sina.

V. II. Saran

41

Page 42: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

Kondisi laboratorium yang kerap berhubungan dengan cairan tubuh pasien

disertai dengan kurangnya jumlah petugas yang berbanding terbalik dengan semakin

banyaknya pasien di harapkan para petugas dan pihak RS untuk semakin

memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja masing – masing baik melalui

kesadaran langsung dari para petugas dalam menilai dan mewaspadai hazard

dilingkungan kerja, menggunakan APD yang sempurna, pengadaan kit P3K sebagai

tanggap awal terhadap kecelakaan, kesadaran untuk memeriksakan kesehatan berkala

dan berkala khusus, serta adanya dukungan dari pihak RS dalam hal upaya preventif,

promosi kesehatan dan keselamatan kerja seperti mengadakan pelatihan dan

penyuluhan mengenai K3, pemantauan langsung lingkungan kerja terkait faktor

resiko ancaman kesehatan di laboratorium serta mengadakan pemeriksaan kesehatan

bagi para petugasnya, khususnya para petugas laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Tresnaningsih E, dr Sp.Ok MOH. 2013. Pengembangan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Laboratorium Aanalais Kesehatan. Dalam : Pusat

Kesehatan Kerja. Setjen Depkes R.I.

2. Ibrahim B. 2009. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Alat pelindung Diri (APD).

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

3. Penanganan Tertusuk Jarum di Kamar Operasi. [1 screen, cited 2 Juli 2013].

Diunduh dari: http://cintabedah.blogspot.com/2011/10/penanganan-tertusuk-

jarum-di-kamar.html

4. Teron SE, dr Sp.PK. 2010. Protokol Keamanan Laboratorium Dalam Kaitan HIV

dan Penyakit yang Ditularkan Lewat Darah. UTD PMI NTT: Laboratorium

Patologi Klinik RSU Prof WZ. Johanes Kupang

5. rodia Laboratorium. Pengambilan Darah. [1 screen, cited 2 Juli 2013]. Diunduh

dari: http://prodia.co.id/tips-kesehatan/pengambilan-darah

6. Kusnadi. Alat Pelindung Diri di Laboratorium. [1 screen, cited 3 Juli 2013].

Diunduh dari: http://kusnadish.blogspot.com/2010/11/alat-pelindung-diri-apd-di-

laboratorium.html

42

Page 43: k3 Petugas Lab_ Nur Rahmah Rasyid & Irfan Jatmiko

7. Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Alat Pelindung Diri. [1 screen, cited 3

Juli 2013]. Diunduh dari: http://jurnalk3.com/alat-pelindung-diri-apd.html

8. Jurnal Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Syarat- Syarat Alat Pelindung Diri. [1

screen, cited 3 Juli 2013]. Diunduh dari: http://jurnalk3.com/syarat-syarat-

apd.html

9. Gunawan P. Pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P3K). [1 screen, cited

3 Juli 2013]. Diunduh dari:

http://teknikketenagalistrikan.blogspot.com/2013/05/pentingnya-keselamatan-

dan-kesehatan.html

10. Anonim. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). [1 screen, cited 3 Juli

2013]. Diunduh dari: http://www.badungkab.go.id/index2.php?

option=com_content&do_pdf=1&id=527

11. Panggabean R. 2008. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Petugas Laboratorium

Terhadap Kepatuhan Menerapkan Standar Operasional Prosedur (Sop) Di

Puskesmas Kota Pekanbaru Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Medan:

USU

43