K3 Apotik Proposal
-
Upload
yuritsa-leonard -
Category
Documents
-
view
362 -
download
12
description
Transcript of K3 Apotik Proposal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa Indonesia.Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkane efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya. Diantara sarana kesehatan, farmasi merupakan suatu institusi dengan jumlah petugas kesehatan dan non kesehatan yang cukup besar. Kegiatan farmasi mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan apotek menentukan kesehatan dan keselamatan kerja. Seiring
1
dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi farmasi, maka risiko yang dihadapi apoteker semakin meningkat.
Petugas apotek merupakan orang yang sering terpajan terhadap bahan kimia yang merupakan bahan toksisk, mudah meledak dan terbakar serta bahan biologi. Selain itu dalam pekerjaannya menggunakan alat-alat yang mudah pecah, berionisasi dan radiasi serta alat-alat elektronik dengan voltase yang tinggi. Oleh karena itu penerapan budaya aman dan sehat dalam bekerja? hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor Kesehatan termasuk di apotek.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tingkat kesehatan masyarakat pekerja di apotek?
b. Apakah terdapat gangguan kesehatan pada pekerja di apotek yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerja?
c. Apakah ada perlindungan bagi pekerja di apotek didalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memantau faktor-faktor kesehatan lingkungan kerja di apotek.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap
penerimaan resep
2) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap peracikan
obat
3) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap
pengemasan obat
4) Mengetahui faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap
penyerahan obat
5) Mengetahu faktor-faktor bahaya lingkungan kerja dalam tahap
pembayaran
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995)
Upaya kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya
akibat faktor resiko yang merugikan kesehatan dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologis dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Hal ini sejalan dengan paradigma baru dalam kesehatan yang sedang digalakkan
pemerintah Indonesia, khususnya untuk mencapai Indonesia Sehat 2010, dimana
kesehatan kerja merupakan salah satu program utamanya.
B. Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Lingkungan Kerja
Apotek
Apotek merupakan sarana kesehatan yang melaksanakan peracikan dan
penjualan obat obatan untuk berbagai macam jenis penyakit. Sehingga sangat
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Kegiatan di apotek sepert
halnya bidang kesehatan lain mengandung potensi bahaya seperti kebakaran,
pencemaran, atau gangguan terhadap kesehatan. Karena itu, apotek harus dikelola
dengan mengindahkan syarat-syarat keselamatan, kesehatan kerja, dan lindungan
lingkungan yan berlaku dengan memperhatikan kepentingan masyarakat dan
lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu partisipasi seua pihak
termasuk pengusaha, karyawan, dan masyarakat luas selaku konsumen dengan
menciptakan budaya keselamatan, kesehatan, dan sadar lingkungan dalam setiap
operasi apotek.
Upaya K3 di lingkungan kerja apotek menyangkut tenaga kerja, cara/metode
kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas
3
kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja.
C. Kesehatan Kerja di Apotik
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada pekerja. Bila
ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat kesehatan kerja
yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila terdapat ketidak
serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja.
1. Kapasitas kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan 35%
kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada
sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan yang
mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan tugasnya
mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah PAHK dan
kecelakaan kerja. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi
kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang
pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi beban
fisik, beban mental, maupun beban social. Akibat beban kerja yang terlalu berat
atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kesehatan kerja berusaha
mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau para pekerja denagn
merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat mengurangi beban kerja.
Misalnya alat untuk membajak sawah diciptakan mesin pembajak, untuk
mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan komputer, dsb.
4
2. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan pada
laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam. Pola kerja
yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat
terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang turut
memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja
yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja
tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
3. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational Accident),
Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja (Occupational
Disease & Work Related Diseases).
Tujuan hal-hal tersebut sebagai berikut :
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja di semua lapangan kerja setinggi- tingginya baik fisik, mental
maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/ kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh factor-
factor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
5
D. Identifikasi Masalah kesehatan dan Keselamatan Keselamatan Kerja di
Apotik
A. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material dan penderitaan dari yang
paling ringan sampai kepada yang paling berat.
Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu:
1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban pasien
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban petugas laboratorium itu sendiri.
Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam kelompok :
1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari :
* Mesin, peralatan, bahan dan lain-lain
* Lingkungan kerja
* Proses kerja
* Sifat pekerjaan
* Cara kerja
2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari manusia,
yang dapat terjadi antara lain karena :
* Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
* Cacat tubuh yang tidak kentara (bodily defect)
* Keletihanan dan kelemahan daya tahan tubuh.
* Sikap dan perilaku kerja yang tidak baik.
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :
1. Terpeleset , biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium.
Akibat :
* Ringan: memar
* Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dll.
Pencegahan :
* Pakai sepatu anti slip
* Jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar
* Hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak
6
rata konstruksinya.
* Pemeliharaan lantai dan tangga
2. Mengangkat beban Mengangkat beban merupakan pekerjaan yang cukup berat,
terutama bila mengabaikan kaidah ergonomi.
Akibat : cedera pada punggung.
Pencegahan :
* Beban jangan terlalu berat
* Jangan berdiri terlalu jauh dari beban
* Jangan mengangkat beban dengan posisi membungkuk tapi pergunakanlah
tungkai bawah sambil berjongkok
* Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan terhambat.
3. Mengambil sample darah/cairan tubuh lainnya Hal ini merupakan pekerjaan
sehari-hari di laboratorium
Akibat :
* Tertusuk jarum suntik
* Tertular virus AIDS, Hepatitis B.
Pencegahan :
* Gunakan alat suntik sekali pakai
* Jangan tutup kembali atau menyentuh jarum suntik yang telah dipakai tapi
langsung dibuang ke tempat yang telah disediakan (sebaiknya gunakan destruction
clip).
* Bekerja di bawah pencahayaan yang cukup
4. Risiko terjadi kebakaran (sumber : bahan kimia, kompor) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun.Kebakaran terjadi bila
terdapat 3 unsur bersama-sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan
panas.
Akibat :
* Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat bahkan
kematian.
7
* Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahan :
* Konstruksi bangunan yang tahan api
* Sistem penyimpanan yang baik terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar
* Pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya kebakaran
* Sistem tanda kebakaran
o Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera
o Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara otomatis
* Jalan untuk menyelamatkan diri
* Perlengkapan dan penanggulangan kebakaran.
* Penyimpanan dan penanganan zat kimia yang benar dan aman.
B. Penyakit Akibat Kerja & Penyakit Akibat Hubungan Kerja di Apotik
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang
spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu
agen penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan
hazard di tempat kerja. Faktor Lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan
sebagai penyebab timbulnya Penyakit Akibat Kerja. Sebagai contoh antara lain
debu silika dan Silikosis, uap timah dan keracunan timah. Akan tetapi penyebab
terjadinya akibat kesalahan faktor manusia juga (WHO).
Berbeda dengan Penyakit Akibat Kerja, Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(PAHK) sangat luas ruang lingkupnya. Menurut Komite Ahli WHO (1973),
Penyakit Akibat Hubungan Kerja adalah ?penyakit dengan penyebab
multifaktorial, dengan kemungkinan besar berhubungan dengan pekerjaan dan
kondisi tempat kerja. Pajanan di tempat kerja tersebut memperberat, mempercepat
terjadinya serta menyebabkan kekambuhan penyakit.
Penyakit akibat kerja di laboratorium kesehatan umumnya berkaitan
dengan faktor biologis (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien);
faktor kimia (pemaparan dalam dosis kecil namun terus menerus seperti antiseptik
pada kulit, zat kimia/solvent yang menyebabkan kerusakan hati; faktor ergonomi
(cara duduk salah, cara mengangkat pasien salah); faktor fisik dalam dosis kecil
8
yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi, radiasi dll.); faktor
psikologis (ketegangan di kamar penerimaan pasien, gawat darurat, karantina dll.)
E. Faktor – Faktor Kesehatan Lingkungan Kerja di Apotik
Kesehatan lingkungan kerja membicarakan hal-hal yang menyangkut
faktor-faktor yang terdapat atau muncul di lingkungan kerja yang merupakan
hazard kesehatan yaitu: faktor fisik, kimia, biologi, psikososial dan ergonomi.
Faktor Fisik
Faktor fisik yang merupakan hazard kesehatan kerja di apotik dapat berupa
kebisingan, getaran, radiasi, dan temperatir ekstrim. Faktor-faktor ini penting
diperhatikan dalam tempat kerja, karena pengaruhnya terhadap kesehatan pekerja
dapat berlangsung dengan segera maupun secara kumulatif.
Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki
yaitu dalam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat, cair
dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena ada rangsangan pada
telinga oleh getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh 2 faktor yaitu
frekuensi dan intensitas suara.
Identifikasi kebisingan di tempat kerja. Kebisingan dapat muncul di
tempat kerja karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara
(seperti mesin-mesin produksi).
Jenis-jenis kebisingan yang dapat ditemukan di tempat kerja adalah:
1. Kebisingan kontinyu, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh
mesin-mesin yang beroperasi terus menerus misalnya suara
generator.
2. Kebisingan intermitten, yaitu jenis kebisingan yang ditimbulkan
oleh mesin-mesin yang tidak beroperasi secara terus menerus
melainkan terputus-putus, misalnya mesin gerenda.
9
3. Kebisingan impulsif, yaitu kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
atau peralatan yang oleh karena penggunaannya terjadi hentakan-
hentakan, misalnya mesin pres dan mesin tumbuk.
Pengaruh kebisingan
Pengaruh kebisingan terhadap karyawan dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
a. pengaruh terhadap kenyamanan yaitu dapat menimbulkan gangguan
pembicaraan, gangguan konsentrasi berpikir serta dapat menimbulkan
stres.
b. pengaruh terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan tuli pada
telinga.
Fibrasi (Getaran Mekanik)
Identifikasi Fibrasi
Terdapat beberapa peralatan yang waktu digunakan menimbulkan
getaran, dimana getaran tersebut berakibat timbulnya resonansi pada
alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya
disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang
digunakan. Misalnya pada saat mengendarai mobil, traktor dan forklif.
Pengaruh fibrasi
Pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan adalah
1. Menimbulkan gangguan kenyamanan sehingga saat bekerja merasa
tidak nyaman karena penggunaan alat yang menghasilkan getaran
2. Menimbulkan kelelahan
3. Menimbulkan bahaya kesehatan,
10
Temperatur Ekstrim
Suhu ekstrim merupakan hazard kesehatan di tempat kerja yang
disebabkan karena suhu sangat rendah atau suhu sangat tinggi. Keadaan ini biasa
disebabkan karena iklim yang ada, juga dapat ditimbulkan karena dalam proses
produksi memerlukan temperatur ekstrim.
Temperatur rendah
Untuk mengidentifikasi adanya hazard temperatur dingin (rendah) dapat
ditemui pada karyawan yang bekerja pada pabrik freezer, pengepala daging,
fasilitas cold storage, dan pertanian di daerah kutub (northterm areas). Terdapat
kumpulan sinyal dari kulit dan core (kumpulan organ-organ dalam tubuh) yang
terintegrasi dengan porsi otak yaitu hipotalamus. Hipotalamus berfungsi sebagai
pengatur fungsi organ-organ tubuh termasuk temperatur tubuh dan bekerja seperti
termostat yang mengatur dan memelihara temperatur normal. Tetapi karena
terdapat pengaruh temperatur luar tubuh sangat dingin maka kerja hipotalamus
menjadi terganggu dan hal ini akan mempengaruhi tubuh, diantaranya:
- Hipotermia yaitu perasaan yang sangat dingin sampai menggigil dan
menyebabkan denyut jantung pelan dan kadang-kadang tidak teratur,
tekanan darah lemah, kulit dingin, pernapasan tidak teratur, dan bisa
terjadi kolaps. Hal ini terjadi pada temperatur 2-100C, pengruh tersebut
juga tergantung dari keadaan individu yaitu: tergantung dari daya tahan
tubuh, keadaan fitness, umur dan budaya.
- Raynound’s phenomenon adalah keadaan pucat pada daerah jari.
Raynound’s phenomenon ini dikaitkan dengan jumlah penyakit
termasuk sistemik skleroderma, pulmonary hipertension, multiple
sklerosis yang juga disebut penyekit Raynound’s.
- Chilblains adalah kelainan pada bagian-bagian tubuh menjadi bengkak,
merah, panas, dan sakit yang diselingi dengan gatal-gatal.
- Trench foot adalah kerusakan anggota tubuh terutama pada kaki oleh
kelembaban yang dingin.
- Frostbite adalah akibat terpaapr temperatur yang sangat dingin dan
dapat menimbulkan gangren.
11
Temperatur tinggi (Heat Stres)
Hazards temperatur tinggi (heat stres) dapat ditemukan pada operasi
perusahaan yang menggunakan peralatan yang memerlukan panas tinggi,
misalnya pengecoran biji besi atau baja, ruang pembakaran, ruang boiler, atau
peralatan-peralatan lainnya yang dalam operasinya memerlukan suhu tinggi.
Pengaruh heat stres terhadap tubuh adalah:
Heat Train adalah serangkaian respon fisiologis terhadap heat stres
yang direfleksikan pada derajat heat stres yang dapat menimbulkan
gangguan perasaan tidak nyaman sampai terjadi heat disorder.
Heat Cramps adalah gangguan yang disebabkan oleh karena terpapar
suhu yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan meningkatnya
temperatur tubuh, kekurangan cairan dalam tubuh yang menyebabkan
kekurangan garam natrium dalam tubuh.
Heat Exhaution adalah terjadi oleh karena pengaruh cuaca yang sangat
panas, terutama bagi mereka yang tidak teraklimatisasi. Penderita
keluar keringat banyak, tetapi suhu badan dalam keadaan normal atau
subnormal, tekanan darak menurun, dan nadi lebih cepat, terasa lemah,
dan bisa terjadi pingsan.
Heat Stroke adalah terjadi karena terpapar panas yang sangat tinggi
dan dengan pekerjaan yang sangat berat dan belum teraklimatisasi.
Gejalanya adalah suhu badan naik, kulit kering dan panas, vertigo,
tremor, dan konvulsi
Faktor Kimia
Petugas di Apotik yang sering kali kontak dengan bahan kimia dan obat-
obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan solvent yang banyak digunakan
dalam komponen antiseptik, desinfektan dikenal sebagai zat yang paling
karsinogen. Semua bahan cepat atau lambat ini dapat memberi dampak negatif
terhadap kesehatan mereka. Gangguan kesehatan yang paling sering adalah
dermatosis kontak akibat kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi
(amoniak, dioksan) dan hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik
12
( trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap melalui
kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan kematian. Bahan
korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan jaringan yang irreversible
pada daerah yang terpapar.Dalam program kesehatan lingkungan kerja, masalah
hazard kimia mempunyai permasalahan yang sangat kompleks dan memerlukan
perhatian khusus. Hal ini karena hazards kimia disamping jumlahnya yang beredar
di sektor industri sangat banyak, maka pengaruhnya terhadap kesehatan pun
sangat bervariasi. Mulai dari yang dapat menimbulkan gangguan, luka, alergi
sampai menimbulkan penyakit, malah dalam konsentrasi tertentu bahan kimia
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung menimbulkan kematian.
- Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat
kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang
digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya
(by-product). Informasi penting lainnya yng diperlukan dapat diperoleh
dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh
pabrik atau importir bahan kimia tersebut.
- Jenis kontaminan udara
Pembagian bahan kimia yang merupakan kontamina (pencemar) udara
dapat digolongkan menjadi:
1. Dust (Debu)
Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh perlakuan,
penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan terhadap
material organik dan anorganik, seperti serbuk obat, batu, biji besi,
metal, batu bara, kayu, dan biji-bijian.
Debu yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian atas.
Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-
3 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu
13
yang berukuran kurang dari 0.1 mikrometer akan bergerak keluar
masuk alveoli.
2. Fumes (uap cair)
Fumes adalah partikel padat yang terbentuk dari kondensasi tahap gas,
umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur dan
diameter kurang dari 1.0 mikrometer. Pengelasan (welbing),
penyolderan yang tidak cukup panas dan pekerjaan lainnya akan
menghasilkan fumes.
3. Smoke (asap)
Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang ukurannya
kurang dari 0.1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara dan
minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel
kering.
4. Gas
Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri,
melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan
normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan
tekana yang tinggi
5. Vaspors (uap)
Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam
keadaan normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah
proses dari sautu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara
sekitarnya. Dengan mengetahui mengetahui bentuk dan ukuran-
ukuran bahan pencemaran udara adalah penting dalam program
kesehatan lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian
hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri
yang tepat.
14
Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh
Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam tubuh manusia,
yaitu melalui:
Saluran Pernapasan
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung terhirup
melalui alat pernapasan. Bahan kimia yg masuk melalui paru- paru dapat
langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke
seluruh tubuh.
Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui
car absorpsi. Beberapa bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut,
terserap pada lemak dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida
organopirospate. Bahan kimia yg tereabsorpsi melalui kulit tersebut dapat
menimbulkan kercunan secara sistemik.
Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan bahan
kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan makan, minum,
atau merokok ditempat kerja. Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci
tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat
pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran pencernaan
tersebut.
Pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan
Setelah kita mengetahui jalan masuknya bahan kimia beracun dalam tubuh,
penting untuk mengetahui pengaruh yang berbeda- beda antar`jenisnya. Selain
itu, perlu diketahui bahwa masing- masing jenis bahan kimia beracun
mempunyai target organ yang berbeda pula.
Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehtan secara umum,
digolongkan menjadi:
15
Iritan
Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada jaringan
tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan peradangan oleh karena
kontak langsung. Iritan sekunder bisa mengakibatkan reaksi yang merugikan,
tetapi efek ini kecil dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.
Systemic poisons
Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa menyebabkan
reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik adalah
terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan pada
sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/ tak langsung.
Asphyxiants
Bahan kimi ayang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kima yang dapat
menyebabkan kesulitan bernapas, sehinggga menimbulkan mati lemas,
misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam darah,
menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh atau mencegah
oksigenasi jaringan.
Sensitizers
Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap jaringan
tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi laergi. Akibat lain jika
kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan.
Narcotics dan anasthetics
Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anastetik dalam dosis rendah dapar
berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan perasaan
mengantuk. atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis tinggi akan
menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas,koma, bahkan sampai meningggal.
16
Fibrogenic dosis
Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan pengerasaN
pada jaringan tersebut.
Nuisance material
Merupakan bahan- bahan yang dapat menggangu kenyamanan pada tingkat
rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang- kadang tidak
dipedulikan sebagai bahan yang menggangu.
Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur dan virus. Hazards
biologis yang berupa binatang dapat dikenali/ diidentifikasi dengan adanya
kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang
penyebar penyakit ( lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis2 bakteri,
jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifiikasi terutama bagi kesehatan. Hal
ini dapat dilakukan denga melakukan observasi terhadap karyawan2 yang sedang
menderita penyakit. Pengaruhnya terhadap karyawan adalah :
Binatang buas bukan merupakan hazards kesehatan, akan tetapi dapat
mengggangu keselamatan jiwa, misalnya karyawan penebang kayu ditengah hutan
mempunyai resiko terhadap ancaman binatnag buas. Sedangkan binatang seperti
nyamuk, lalat, dantikus dapat menyebabkan penyakit menular.
Bakteri, jamur, dan virus dapat menyebabakan penyakit menular, seperti
influenza, tbc, kolera, disentri,dsb.
Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres :
1. Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut hidup
mati seseorang. Untuk itu pekerja di lab. Kesehatan dituntut untuk
17
memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan kewibawaan
dan keramahtamahan
2. Pekerjaan pada unit2 tertentu yg sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di nsektor formal
ataupun informal.
Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan
manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang sehat, aman,
nyaman, dan tercapai efisiensi yg setinggi- tingginya. Pendekatan ergonomi
bersifat konseptual dan kuratif, secara popular kedua pendekatan tersebut dikenal
sebagai To fit the Job to the Man to the Job. Sebagian besar pekerja diperkantoran
atau pelayanan kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang
ergonomis, misalnya tnaga operator peralatan, hal ini disebakna peralatan yan g
digunakan pada umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan
ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat
menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan dalam
jangka panjang dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan
keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work
station design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempat kerja
menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah
bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan.
Workplace design adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan minimal
ruangan yang diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan pekerjaannya
dengan cukup leluasa.
18
F. Tinjauan Umum Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi diri dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)
untuk meningkatkan produktifitas kerja. Sesuai dengan istilahnya, alat pelindung
diri bukan sebagai alat pencegahan kecelakaan, namun berfungsi untuk
memperkecil tingkat cedera jika terjadi kecelakaan. Alat pelindung diri harus
memiliki kemampuan untuk melindungi pemakaianya dalam melaksanakan
pekerjaannya, yang berfungsi mengisolasi tubuh atau bagian tubuh dari bahaya
serta dapat memperkecil akibat / resiko.
Alat pelindung diri yang disediakan harus memenuhi syarat:
- Memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang dihadapi
tenaga kerja / sesuai sumber yang ada.
- Tidak mudah rusak.
- Tidak mengganggu aktifitas si pemakai.
- Beratnya seringan mungkin, dan perasaan tidak nyaman yang diakibatkan
oleh pemakaian alat tersebut harus minim, sesuai dan efisien dalam
memberi perlindungan.
- Mudah diperoleh dipasaran dan tahan lama.
- Bagian-bagian penting yang harus sering diganti agar ada persediaan
- Tidak memberikan bahaya-bahaya tambahan (efek samping) baik oleh
karena bentuknya, konstruksi, dan bahan atau mungkin
penyalahgunaannya.
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Jenis alat pelindung diri yang diperlukan:
1. Alat Pelindung Kepala
- Tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala / rambut atau mencegah
rambut terlilit bagian mesin
- Tudung / topi, untuk melindungi kepala dari api, uap, korosif, debu,
kondisi iklim yang buruk.
19
Tutup kepala, untuk menjaga kebersihan kepala / rambut. Biasanya terbuat
dari bahan yang mudah dicuci. Tudung / topi, terbuat dari kulit, wool, katun
bercampur alumunium, tidak boleh ada celah atau lubang.
2. Alat Pelindung muka dan hidung
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa sumber penyakit / bahaya
bukan hanya menimpa bagian luar tubuh tetapi dapat juga menimpa bagian
dalam yang datangnya melalui saluran pernapasan atau mulut.
- Respirator pemurni udara
a. Yang mengandung bahan kimia tertentu atau disebut topeng gas
dengan kanister yang sesuai, bahan kimia tertentu pula. Dalam
pemakaiannya kanister harus memperhatikan masa kadaluarsanya,
yaitu isi kanister, konsentrasi zat pencemar, aktifitas pemakaiannya.
b. Respirator dengan partum (cartridge) kimia. Dipakai menutup bagian
muka secara keseluruhan dengan satu atau dua cartridge tertentu.
c. Respirator dengan filter mekanik. banyak digunakan untuk
pencegahan terhadap debu.
d. Respirator yang dilengkapi dengan filter mekanik dan bahan kimia.
- Respirator yang dihubungkan dengan supply udara bersih. Alat ini biasa
digunakan oleh para penyelam yang disebut Breathing apparatus.
- Respirator dilengkapi dengan supply oksigen murni.
3. Pakaian pelindung
Yang dimaksud pakaian pelindung ini adalah pakaian kerja yang
fungsinya melindungi badan. Pakaian kerja ini disesuaikan dengan situasi
serta jenis bahaya yang mengganggu di lingkungan kerja tersebut. Untuk
tenaga pekerja wanita disarankan memakai celana panjang, baju bagian
bawah dimasukkan ke celana, rambut tidak terurai dan jangan memakai
aksesoris.
Bahan pakaian kerja yang dapat berfungsi sebagai isolator terhadap panas
adalah dari wool atau bahan sintetik lainnya.sedangkan untuk bahan tahan
panas konveksi, terbuat dari bahan katun karena katun bersifat menyerap
keringat. 5
20
Pada umumnya untuk tahan bahaya radiasi, pakaian kerja dilapisi dengan
timbal. pakaian ini biasanya berbentuk apron. terkadang ada pekerjaan
tertentu dalam waktu singkat, yang harus memakai pakaian pelindung agar
tenaga kerja terpapar sinar panas dapat seminimal mungkin
4 Alat pelindung tangan dan kaki.
Alat pelindung tangan dapat berupa handscoen, dimana alat ini akan
melindungi dari paparan bahan kimia (obat-obat). Hal ini dapat mencegah
efek toksik dan iritatif dari bahan bahan tersebut, baik ketika meracik obat
maupun pada saat pengepakan. Demikian pula pada kaki perlu di lindungi
dengan sendal ataupu sepatu. Hal ini juga akan melindungi apoteker dari
pajanan ataupun kecelakaan pada saat bekerja.
G. Proses Alur Kerja di Lingkungan Kerja Apotek
Apotek adalah suatu sistem pelayanan Farmasi dalam yang berada
dibawah pimpinan seorang apoteker yang kompeten dalam hal:
a. Penerimaan resep
b. Peracikan obat
c. Pengemasan obat
d. Menyalurkan, membagikan obat-obatan narkotika dan obat yang
diresepkan.
e. Pembayaran
21
BAB III
METODOLOGI PEMANTAUAN
3.1 CARA PEMANTAUAN
Pemantauan faktor-faktor kesehatan lingkungan kerja ini dilakukan dengan
metode walk through survey dengan menggunakan check list dan kuisioner.
3.2 LOKASI
Lokasi survey pengaruh faktor kesehatan lingkungan kerja (hazard)
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja adalah Apotek Ibnu Sina jalan Urip
Sumohardjo Kota Makassar.
3.3 WAKTU
Waktu pelaksanaan yaitu 03 - 08 Februari 2014 dengan agenda sebagai
berikut :
No. Tanggal Kegiatan
1. 3 Februari 2014 - Melapor ke bagian K3 RSWS
- Pengarahan kegiatan
22
Apoteker
Penerimaan resep
Peracikan obat
Pengemasan obat
Penyerahan obat
Pembayaran
2.
3.
4.
5.
6.
4 Februari 2014
5 Februari 2014
6 Februari 2014
7 Februari 2014
8 Februari 2014
- Pembuatan Proposal
- Presentasi Proposal
- Walk Thru Survey
- Walk Thru Survey
- Pembuatan laporan Walk Thru Survey
- Presentasi laporan Walk Thru Survey
3.4 BIAYA
Biaya yang digunakan pada pemantauan ini adalah swadaya.
3.5 PERALATAN YANG DIPERLUKAN
Adapun peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survei
(survei jalan sepintas) dalam rangka untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor
kesehatan lingkungan kerja ini dilakukan dengan metode walk through survey di
Apotek RS Ibnu Sina jalan Urip Sumohardjo Kota Makassar antara lain :
1. Alat tulis menulis
Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survei jalan sepintas
2. Kamera
Berfungsi sebagai alat untuk memotret keadaan yang terjadi dan untuk
mengidentifikasi sumber bahaya selama survei jalan sepintas
3. Check List
Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survei
jalan sepintas yang dilakukan.
23