K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

60
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT KERJA KOMISI I DPR RI Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika RI Hari, Tanggal : Selasa, 10 Juli 2012 Pukul : 10.00 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Drs. Ramadhan Pohan, MIS., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Dwiana Haridata, Kasubagset. Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl. Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan terkait Regulasi bidang Digitalisasi Penyiaran Anggota yang Hadir : 1. Pimpinan Komisi I DPR RI 1) Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si./F-PKS 2) Drs. Ramadhan Pohan, MIS./F-PD 3) Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita/F-PG 4) Tubagus Hasanuddin/F-PDI Perjuangan 2. Anggota Komisi I DPR RI F-PD 5) Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si. 6) Drs. Guntur Sasono, M.Si. 7) Dr. Hj. R. Adjeng Ratna Suminar, S.H., M.H. 8) Fardan Fauzan, BA., M.Sc. 9) Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP., MM. 10) Max Sopacua, S.E., M.Sc. 11) Edhie Baskoro Yudhoyono, B.Com., M.Sc. 12) KRMT Roy Suryo Notodiprojo 13) Hj. Nany Sulistyani Herawati F-PG 14) Meutya Viada Hafid 15) Ir. Fayakhun Andriadi, M.Kom. 16) Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen, B.Bus. 17) Drs. H. A. Muchamad Ruslan F-PDI PERJUANGAN 18) H. Tri Tamtomo, S.H. 19) Theodorus J. Koekerits 20) Puan Maharani F-PKS 21) Dr. Muhammad Hidayat Nurwahid, M.A. 22) Drs. M. Idris Luthfi, M.Sc. 23) Drs. Al Muzzammil Yusuf

description

K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

Transcript of K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

Page 1: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT KERJA KOMISI I DPR RI

Tahun Sidang : 2011-2012 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan

Informatika RI Hari, Tanggal : Selasa, 10 Juli 2012 Pukul : 10.00 WIB Sifat Rapat : Terbuka Pimpinan Rapat : Drs. Ramadhan Pohan, MIS., Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sekretaris Rapat : Dwiana Haridata, Kasubagset. Komisi I DPR RI Tempat : Ruang Rapat Komisi I DPR RI, Gedung Nusantara II Lt. 1, Jl.

Jenderal Gatot Soebroto, Jakarta 10270 Acara : Pembahasan terkait Regulasi bidang Digitalisasi Penyiaran Anggota yang Hadir : 1. Pimpinan Komisi I DPR RI

1) Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si./F-PKS 2) Drs. Ramadhan Pohan, MIS./F-PD 3) Drs. Agus Gumiwang Kartasasmita/F-PG 4) Tubagus Hasanuddin/F-PDI Perjuangan

2. Anggota Komisi I DPR RI F-PD

5) Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si. 6) Drs. Guntur Sasono, M.Si. 7) Dr. Hj. R. Adjeng Ratna Suminar, S.H., M.H. 8) Fardan Fauzan, BA., M.Sc. 9) Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S.IP., MM. 10) Max Sopacua, S.E., M.Sc. 11) Edhie Baskoro Yudhoyono, B.Com., M.Sc. 12) KRMT Roy Suryo Notodiprojo 13) Hj. Nany Sulistyani Herawati F-PG 14) Meutya Viada Hafid 15) Ir. Fayakhun Andriadi, M.Kom. 16) Ahmed Zaki Iskandar Zulkarnaen, B.Bus. 17) Drs. H. A. Muchamad Ruslan F-PDI PERJUANGAN 18) H. Tri Tamtomo, S.H. 19) Theodorus J. Koekerits 20) Puan Maharani F-PKS 21) Dr. Muhammad Hidayat Nurwahid, M.A. 22) Drs. M. Idris Luthfi, M.Sc. 23) Drs. Al Muzzammil Yusuf

Page 2: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

2

F-PAN 24) Ir. Muhammad Najib, M.Sc. 25) Sayed Mustafa Usab, S.E., M.Si. 26) Ir. Chandra Tirta Wijaya F-PPP 27) Dr. Maiyasyak Johan, S.H., M.H.

F-PKB - F-GERINDRA 28) H. Ahmad Muzani F-PARTAI HANURA 29) Dr. Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si.

Anggota yang Izin : 1. H. Hayono Isman, S.IP./F-PD 2. Mirwan Amir/F-PD 3. Dra. Lucy Kurniasari/F-PD 4. Ir. Neil Iskandar Daulay/F-PG 5. Tantowi Yahya/F-PG 6. Drs. Enggartiasto Lukita/F-PG 7. Yorrys Raweyai/F-PG

8. Tjahjo Kumolo/F-PDI Perjuangan 9. Heri Akhmadi/F-PDI Perjuangan 10. Sidarto Danusubroto/F-PDI Perjuangan 11. Helmy Fauzy/F-PDI Perjuangan 12. Evita Nursanty/F-PDI Perjuangan 13. Luthfi Hasan Ishaaq, M.A./F-PKS 14. H. A. Daeng Sere, S.Sos./F-PPP 15. Lily Chodidjah Wahid/F-PKB 16. Dr. H. A. Effendy Choirie, M.H./F-PKB 17. Rachel Maryam Sayidina/F-Gerindra

Pemerintah : Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Ir. Tifatul Sembiring, beserta jajaran.

Jalannya Rapat:

KETUA RAPAT (Drs. RAMADHAN POHAN, MIS./F-PD): Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera buat kita semua. Kami ucapkan selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Saudara Menteri

Komunikasi dan Informatika dalam Rapat Kerja kita pada hari ini di Komisi I DPR RI. Sebelum ini kita lanjutkan, saya ingin meminta persetujuan dari Ibu-Ibu dan Bapak-

Bapak dari Komisi I, apakah rapat kita pada pagi ini dinyatakan terbuka atau tertutup? Bagaimana? Terbuka saja ya?

Ya, baik. Sidang ini kita nyatakan terbuka untuk umum.

(RAPAT : DIBUKA)

Seperti yang sudah tercantum juga dalam undangan rapat, agenda kita pada pagi hari ini Pak Menteri, adalah Raker pembahasan terkait regulasi di bidang digitalisasi penyiaran. Dalam Rapat Kerja dengan Menkominfo tanggal 28 Mei 2012, tercapai kesepakatan, salah satunya adalah “Komisi I DPR RI mendukung kebijakan Kemenkominfo untuk melaksanakan program digitalisasi penyiaran, sesuai road map yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi I DPR RI meminta Kemenkominfo untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan Komisi I DPR RI, sehingga proses migrasi dari analog

Page 3: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

3

ke digital berjalan dengan baik, dengan mengutamakan kepentingan publik, serta menjamin prinsip diversity of content and diversity of ownership.” Dalam kaitan ini, Komisi I DPR RI berpendapat bahwa terdapat beberapa prinsip di dalam Peraturan Menteri tersebut yang bertentangan, yang memerlukan klarifikasi terkait dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Yang pertama, dalam Undang-undang Penyiaran, hanya mengenal 4 terminologi lembaga penyiaran. Yang pertama, Lembaga Penyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Publik, Lembaga Penyiaran Berlangganan, dan Lembaga Penyiaran Komunitas. Pada Permen 22 Tahun 2011 tersebut memuat kategori baru, yaitu Lembaga Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing (LPPPM), dalam hal ini tidak ada satupun pasal ataupun ayat dalam undang-undang tersebut mengatur soal digitalisasi. Pengaturan soal digitalisasi baru akan diatur dalam Undang-undang Penyiaran baru yang sedang dalam proses perumusan di DPR RI. Varian baru lembaga penyiaran berimplikasi pada proses pemberian ijin lembaga penyiaran dimaksud yang hanya memerlukan penetapan dari Kemkominfo saja, tidak bersama dengan Komisi Penyiaran Indonesia, seperti lembaga penyiaran lainnya. Dalam Undang-Undang Penyiaran, disebutkan bahwa KPI sebagai lembaga negara independen mengatur hal-hal terkait penyiaran. Namun faktanya, dalam penyusunan Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2011 tidak melibatkan KPI. Nah oleh karena itu, kami melihat Kemkominfo sudah semestinya untuk tidak terlalu memaksakan implementasi pengaturan Menteri tentang Digitalisasi Penyiaran sebelum revisi Undang-Undang Penyiaran selesai dilakukan.

Dalam kesempatan ini kami sampaikan, bahwa Komisi I DPR RI menargetkan untuk dapat menyelesaikan proses perumusan RUU tentang Revisi Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pada Masa Persidangan I Tahun Sidang 2012-2013, yaitu pada bulan Agustus, September 2012 menjadi RUU Usul Inisiatif DPR RI untuk selanjutnya dapat dibahas bersama dengan Pemerintah.

Selanjutnya kami akan mempersilakan Bapak Menteri Kominfo untuk memberikan paparannya terkait isu yang kami angkat tadi. Tapi sebelumnya, saya ingin bertanya kepada Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Rekan Komisi I DPR RI, apakah sepakat, sekarang ini jam 11.00 WIB, masalah ini kita selesaikan saja sampai jam 12.00 WIB. Karena begini, pada jam 13.00 WIB nanti diagendakan ada RDP kita dengan Sekjen Kemkominfo untuk membahas Laporan Realisasi Kemkominfo Tahun Anggaran 2011. Realisasi anggaran Kemkominfo Tahun Anggaran 2011 dan pendalaman RKP-K/L Kemkominfo T.A. 2013.

Jadi sepakatkah Bapak-Bapak/Ibu-Ibu sekalian, apabila Rapat Kerja kita dengan Menteri membahas soal digitalisasi ini kita selesaikan jam 12.00 WIB?

Setuju? Baik. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Interupsi. Pimpinan, Sepakat, asal sudah nanti jam 12.00 WIB tercapai kesepakatan. Kalau tidak, ya harus

kita selesaikan, jangan sampai keputusan ini tertunda dan akhirnya membuat sebuah kesimpulan yang kesimpulan itu di luar kesepakatan kita, seperti tanggal 28 Juni yang lalu. Itu penting sekali.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Roy, untuk mengingatkan, sebenarnya. Sebentar Pak Max, sebentar. Sebenarnya yang kita maksudkan bahwa selesai jam

12.00 WIB itu, kita tidak mengejar target, setoran, jam 12.00 WIB selesai, tidak selesai, tidak begitu juga. Kita harus selesai dengan target kita, bahwa untuk pembahasan soal digitalisasi ini.

Silakan Pak Max. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Terima kasih Pak Ketua. Saya kira rapat ini memang penting, dan rapat ini harus menghasilkan sebuah

kesimpulan. Kesimpulan ini didapat dari opini yang berkembang dari setiap Fraksi, kalaupun ada

Page 4: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

4

semua Fraksi di sini. Dan kalau itu nantinya akan menghasilkan sebuah kesimpulan, sudah tentu persoalan rapat anggaran dengan Kominfo, ya saya pikir mungkin bisa diundur dan lain-lain itu ya? Karena ini juga penting. Seperti yang Pak Roy katakan tadi, kita juga tidak ingin bahwa persoalan mengenai masalah digitalisasi ini mengambang. Akhirnya kita tidak punya sebuah ketetapan, tetapi berkembang di media, berbagai hal yang sebenarnya bukan sebuah kompromi antara Komisi I dengan Kominfo. Jadi boleh ditetapkan jam 12.00 WIB, tetapi jangan lupa, kesimpulan itu harus mengakomodir semua kepentingan yang ada, saya kira begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Max. Tapi intinya sementara, kita sepakati dulu bahwa rapat kita ini berakhir jam 12.00 WIB

ya? Nanti masalah soal kesimpulannya itu kita tentukan nanti didalam perjalanan rapat kita. Setuju ya? Terima kasih.

Baik, Pak Menteri, kami persilakan untuk menyampaikan paparannya. Sebenarnya saya ingin sekali pakai pantun, begitu, cuma keterbatasan saya, saya ingin sekali pakai pantun, tapi tidak bisa Pak Menteri. Awalnya dapat, tetapi sampirannya dapat, isinya tidak dapat. Jadi repot juga kita. Kami persilakan, Pak Menteri.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Pakai “daripada datangnya lintah”. KETUA RAPAT: “dari sawah turun ke hati”. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI (Ir. H. TIFATUL SEMBIRING): Baik, terima kasih. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang kami hormati Pimpinan Komisi I DPR RI dan seluruh Anggota Komisi I DPR RI, Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati; dan Seluruh jajaran Kementerian Komunikasi dan Informatika yang saya cintai dan saya

banggakan. Jadi ini pagi kita masih serius ya Pak Agus, dari tadi ya? Boleh cerita sedikit tidak, ini

singkat saja. Habis ditanya soal pantun ya. Kemarin itu ada peresmian Trans Studio di Bandung oleh Presiden RI. Singkat ceritanya saya diminta baca doa, begitu ya. Kan biasanya baca doa ini jatahnya Menteri Agama. Ketika disebutkan, jadi pertama, Wakil Gubernur, serius, kedua, Pak Chairul, serius, ketiga, Presiden, masih serius juga. Baca doa oleh Menkominfo. Ggrrr kata orang kan? Setelah salam itu saya katakan begini, “biasanya memakai baju piyama, sekarang malah pakai kimono, biasanya doa oleh Menteri Agama, sekarang malah oleh Menkominfo”. Jadi mudah-mudahan tidak mengganggu kekhusyukan. Mas Roy juga sudah saya pantunin kemarin di Jogya, “Kalau melihat mainnya Fabregaz, enak ditonton lawan Ronaldo, kalau nanti tahun 2014, silakan pilih yang namanya Roy Suryo”, begitu kan? Itu bayar lho Mas.

KETUA RAPAT: Tapi untuk yang lainnya juga dong, kalau begitu. Pacitan boleh juga. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Oke, sekedar pembuka ini ya. Baik, terima kasih Pak Ramadhan Pohan, Bapak

Pimpinan Komisi I DPR RI. Jadi ini kalau tidak salah hitung ini kita yang ke-5 ya, RDP yang ke-5 bicara tentang TV

digital ini. Ya, kita berharap ini bisa kita selesaikan dengan baik dan pada hakekatnya kita melakukan program-program di pemerintahan adalah untuk kemajuan bangsa dan negara kita ini.

Mengenai beberapa hal yang disampaikan oleh Bapak Pimpinan Komisi I tadi, tentang dasar hukum dan juga beberapa hal yang terkait dengan TV digital ini. Jadi saya ingin sedikit

Page 5: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

5

mengulang penjelasan saya tentang kemajuan teknologi, Pak Ramadhan Pohan ya. Jadi kemajuan teknologi ini adalah sesuatu yang tidak bisa kita hambat, dia akan berjalan terus sesuai dengan kemajuan teknologi itu sendiri. Jadi kalau dulu kita ada TV tabung lalu pindah ke TV transistor, kemudian TV IC, kemudian TV Chip, sekarang sudah LCD, dan seterusnya. Dari sisi internasional, saya juga pernah menyampaikan, yaitu satu kesepakatan di ITO yang mengatakan bahwa tanggal 17 Juni 2015 nanti maka itu adalah masa switch off dari sistem TV analog ke digital, dan kesepakatan ini tentu akan membuat suatu perubahan besar dalam teknologi penyiaran televisi. Karena negara-negara lain, terutama produsen alat-alat televisi ini pasti akan berorientasi ke sana, dan ternyata sekarang datanya 85% negara sudah migrasi dari analog ke digital. Nah, bagaimana dengan Indonesia? Indonesia juga menetapkan, dalam kampanye Presiden dan Wakil Presiden waktu itu menjadi calon, sebelum Pemilu Pilpres tahun 2009, maka dalam RPJMN itu dicantumkan bahwa 2014 nanti 35% wilayah Indonesia sudah terimplementasi sistem digital pada penyiaran televisi.

Kemudian saya juga menggarisbawahi apa yang sudah kita sepakati dalam RDP dengan Komisi I DPR RI pada tanggal 28 Mei 2012 yang lalu. Bahwa Komisi I DPR RI mendukung kebijakan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang melaksanakan program digitalisasi penyiaran sesuai dengan road map yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi I DPR RI meminta Kemenkominfo untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan Komisi I DPR RI, sehingga proses migrasi dari analog ke digital berjalan dengan baik. Yaitu dengan mengutamakan kepentingan publik serta menjamin prinsip diversity of content dan diversity of ownership. Berdasarkan kesepakatan ini, maka saya menginstruksikan kepada Dirjen PPI (Penyelenggara Pos&Informatika) Kementerian Komunikasi dan Informatika segera menjalankan apa proses dan prosedur sesuai dengan road map yang sudah kita gariskan. Dan tentunya mengkomunikasikannya dengan Komisi I DPR RI tahap demi tahap tersebut.

Nah, tadi ada ditanyakan tentang mengenai dasar hukum bahwa dalam Undang-undang No. 32 itu memang Undang-Undang No. 32 ini Bapak Pimpinan Komisi I DPR RI, namanya Undang-Undang ya, memang tidak detail menyebutkan perkembangan-perkembangan teknologi. Dimana juga dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi tidak menyebutkan di situ adanya WiMax misalnya, karena waktu itu WiMax belum ditemukan. Tidak menyebutkan juga misalnya tentang LTI, 4G, dan seterusnya. Tapi kewajiban kita sebagai Pemerintah adalah mengikutinya dengan peraturan-peraturan, karena itu akan diimplementasikan. Jadi dari IMPS, GSM, 2G, 2,5G, 4G, WiMax, LTI, sebentar lagi 4G, 5G, kita harus mengikutinya. Jangan sampai teknologi ini diperjualbelikan di hadapan mata kita tanpa kita lakukan suatu regulasi. Nah, tentunya regulasi itu harus kita siapkan.

Namun sebetulnya secara muatan umum di Undang-Undang No. 32 itu sangat jelas sekali termuat, apalagi kalau kita membaca turunan dari Undang-Undang No. 32 ini, yaitu Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005. Saya mohon ijin untuk membacakan sedikit, bahwa apakah implementasi TV digital melanggar Undang-Undang No. 32? Ini bisa dijawab dengan implementasi TV digital tidak melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun 2002. Bahkan mempercepat terlaksananya realisasi dari tujuan Undang-Undang Penyiaran tersebut, terutama amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2002. Dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 dinyatakan, “Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkokoh integrasi nasional, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia”. Pasal 5 ayat g, “Mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran”, ini yang kita maksud tadi dengan kesepakatan tanggal 28 Mei itu dengan diversity of ownership. Juga ini terdapat pada Pasal 18. Ayat h-nya, “Mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi”. Mungkin secara umum sudah dijelaskan dalam konsep masterplan percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia. Itu salah satu point yang digarisbawahi oleh Presiden adalah tentang konektivitas, tentang informasi, tentang inovasi. Dan ini juga salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.

Kemudian Pasal 33, 36, tentang isi siaran. Ini juga menyangkut diversity of content, juga dalam PP 50 2005 Pasal 17. Nah, dalam Penjelasan Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 pada ayat (4) atau butir 4 dinyatakan “Mengantisipasi perkembangan teknologi, komunikasi, dan informasi”. Jadi mengantisipasi. Walaupun ini masih umum, tapi ini jelas, khususnya di bidang

Page 6: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

6

penyiaran seperti teknologi digital. Jadi sudah disebutkan dalam Undang-Undang No. 32 itu, walaupun dalam bentuk penjelasan, sudah mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi digital, compressi. Compressi ini penyederhanaan lebar kanal maupun kode-kode di telekomunikasi nanti, komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet, dan bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran. Ini luar biasa ini, tahun 2002 sudah berbicara sejauh ini. Artinya antisipasi itu ada.

Nah, juga undang-undang dan regulasi yang menjadi dasar hukum implementasi TV digital adalah Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 Pasal 3, 5 g, h, dan penjelasannya dan Penjelasannya PP No. 50 Tahun 2005, Peraturan Menteri 22 Tahun 2011, Peraturan Menteri 23 Tahun 2011, Peraturan Menteri 25 Tahun 2012, serta RPJM 2014. Nah dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005 Bapak Pimpinan yang saya hormati, dimuat tentang penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Swasta. Pasal 2, “Lembaga Penyiaran Swasta diselenggarakan melalui sistem terestrial dan/atau melalui sistem satelit dengan klasifikasi sebagai berikut: a. Penyelenggaraan penyiaran melalui sistem terestrial meliputi:

1. penyiaran radio AM/MW secara analog atau digital; sudah disebutkan di situ, AM/MW secara analog atau digital.

2. penyiaran radio FM secara analog atau digital; jadi untuk radio FM pun sudah dimuat analog atau digital.

3. penyiaran televisi secara analog atau digital; 4. penyiaran multipleksing.”

Jadi memang kalau kita akan menyiarkan, memindahkan satu sistem dari analog ke digital, Bapak Pimpinan, tidak mungkin kita tidak menggunakan multipleksing. Multipleksing itu adalah beberapa kanal itu kita satukan di satu frekuensi, itu arti multipleksing. Jadi biasanya satu siaran, satu frekuensi. Nah, sekarang dengan perkembangan teknologi digital, satu kanal itu bisa dibagi 12 channel televisi. Ini kan sangat efisien, Bapak Ketua. Jadi untuk menjadikan 12 ini memasukkan di satu kanal, ya harus pakai namanya teknologi multipleksing. Kalau kita tidak menggunakan multipleksing, mencampur 12 itu di dalam satu kanal, bagaimana caranya? Sama saja sistem analog yang lama. Jadi di sini sudah disebutkan. Nah, ini kita turunkan di dalam Peraturan Menteri No. 22 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial, penerimaan tetap tidak berbayar, Peraturan Menkominfo No. 23 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Spektrum Alokasi Frekuensi, Radio untuk TV digital, dan seterusnya.

Kemudian bagaimana ya sekiranya ya, ini ditunda ya? Implementasi TV digital ini. Mohon maaf, kalau secara pribadi ya, secara pribadi, karena saya tidak ada bisnis, tidak ada kaitan dengan hal ini sih, silakan saja ya mau ditunda. Ini kan negara, kita yang mengelola, kita yang mengatur. Mau diapain, kita sepakati, silakan. Tapi saya ingin mengemukakan beberapa hal, kenapa, sebetulnya tidak juga terburu-buru, karena ini sudah dimulai sejak tahun 2005 prosesnya. Jadi kalau kita lihat sekarang, sudah 7 tahun proses itu berlangsung. Kita siapkan peraturannya dan seterusnya, sudah 7 tahun Bapak Pimpinan. Dan untuk TVRI, di 4 kota sudah dilakukan uji coba siaran sejak tahun 2010 dan itupun diresmikan oleh Presiden. Nah, penundaan implementasi TV digital akan menimbulkan potensi kerugian besar, puluhan, bahkan ratusan triliun rupiah yang ditimbulkan karena: 1. Negara terlambat mendapat keuntungan puluhan triliun rupiah dari digital deviden. Jadi ini

juga mohon maaf, saya mohon ijin, untuk menjelaskan apa yang terjadi mengapa kita segera melelang kanal 3G. Jadi memang agak berbeda Bapak Pimpinan dengan Kementerian lain. Walaupun Kemenkominfo itu meraih PNBP ke-2 terbesar di antara Kementerian yang lain, yang nomor 1 ESDM. Tapi ESDM itu dia ada barangnya, ada minyak, ada gas, ada batubara. Kalau Kemenkominfo, yang kita sewakan adalah udara. Jadi kalau dia tidak kita sewakan, dia kosong saja, begitu, makanya ini kita sewakan. Supaya tidak idle, tidak menganggur, begitu. Satu, negara terlambat mendapatkan keuntungan puluhan triliun rupiah dari digital deviden. Digital deviden adalah sisa frekuensi, karena kita mengimplementasikan digital. Keuntungan ini padahal bisa digunakan untuk program kerakyatan, akibatnya rakyat pun juga mengalami kerugian.

2. Proses pembangunan broadband menjadi terlambat. Frekuensi digital deviden tidak bisa segera digunakan. Akibatnya, percepatan pertumbuhan ekonomi dan dari kontribusi

Page 7: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

7

broadband tidak bisa segera tercapai. Pertumbuhan ekonomi terlambat ini mengakibatkan lapangan kerja sedikit dan rakyat menganggur, berpotensi makin banyak. Broadband ekonomi dalam risetnya World Bank tahun 2009 mengatakan, “10% penetrasi broadband kita itu akan meningkatkan PDB sebesar 1,38%” jadi hal-hal ini, Presiden dalam Indonesia Summit bulan Oktober 2009 juga mengatakan satu point yang penting yang kami catat, yaitu Indonesia connected, Indonesia tersambung, Tahun 2009, dan ini kita targetkan di akhir tahun 2012 ini, Indonesia itu sudah tersambung dari Sabang sampai Merauke melalui jaringan broadband. Jaringan broadband termasuk juga satu hal yang kita kejar, sekarang ujung kabelnya sudah di Manado, Insya Allah sedang menuju perjalanan ke Ternate. Dari Ternate ke Sorong atau Manokwari. Kalau itu tersambung, berarti Indonesia sudah tersambung di seluruh provinsi dengan fiber optic dan jaringan itu. Nah, dana-dana ini yang kita pakai, di USO dan sebagainya, untuk mengembangkan hal ini.

3. Indonesia tidak bisa mencapai target pembangunan ICT dalam RPJM 2014, dimana 35-40% digitalisasi mestinya sudah terimplementasi.

4. Indonesia menjadi tertinggal di negara-negara ASEAN dan Asia dalam implementasi digital. Akibatnya, industri kreatif rakyat juga terlambat maju, karena medannya tidak ada, sehingga industri kreatif dari luar yang lagi-lagi diuntungkan dan bisa menyerbu masuk ke Indonesia. Jadi kita ingin daerah-daerah kita, itu juga berkembang jaringan broadband-nya, sehingga orang tidak harus datang ke kota Jakarta untuk mencari pekerjaan Bapak Pimpinan.

5. Potensi kerugian tidak tercapainya efisiensi penghematan daya listrik sebesar 80%, karena harus menyediakan daya listrik untuk sekitar 718 stasiun transmisi analog yang terus beroperasi. Bapak Pimpinan, bahwa teknologi digital ini sangat green technology. Karena dia menggunakan daya listrik yang sangat irit. Jadi kalau biasanya teknologi analog itu, TV analog itu menggunakan 200-300 watt, mereka cukup hanya 40 atau 25 watt untuk satu peralatan televisi. Tapi kalau untuk stasiun televisi, ini tentu jauh lebih hemat. Karena peralatan digital biasanya menggunakan catu daya atau suplay listrik yang sangat kecil.

6. Indonesia dianggap sebagai negara yang tidak tanggap dengan green ICT, karena menggunakan teknologi usang, boros energi, dan tidak efisien di bidang penyiaran. Bapak Presiden sudah mencanangkan pilar ke-4 daripada pembangunan ini, yaitu pro poor, pro growth, pro job, dan yang keempat yang terbaru adalah pro environment atau pro green.

7. Peluang ikut serta dalam penyelenggaraan bagi komunitas penyiaran Indonesia lagi-lagi tertunda dan tidak bisa segera ada, karena pemenuhan frekuensi analog sudah penuh. Kalau kita membiarkan sistem analog yang sedang berjalan Pak Pimpinan sekarang ini, ini sistem monopoli. Yang lain tidak punya kesempatan untuk berkompetisi. Contohnya untuk zone 4 saja, sekarang beroperasi 24. Zone 4 adalah Jakarta dan Provinsi Banten, beroperasi 24, televisi yang kita sebut dengan nasional dan lokal. Dan kalau kita buka dengan channel digital, maka ini akan menjadi 72 channel televisi, berarti ada peluang 42 channel baru untuk digunakan oleh pihak-pihak lain yang berminat.

8. Kerugian besar lain adalah terlambatnya implementasi lebih riil dari Undang-undang Penyiaran, yaitu diversity of ownership dan diversity of content yang berpotensi mematikan komunitas penyiaran yang akan tumbuh. Oleh sebab itu, sekali lagi, sesuai juga dengan kesepakatan kita pada RDP 28 Mei 2011 yang lalu, kami tentunya memohon dukungan dan support yang penuh dari Komisi I DPR RI sebagai partner kami bekerja di Parlemen ini. Tentunya dengan segala kerendahan hati, untuk mensukseskan pembangunan bangsa dan negara kita.

Pak Haji berpeci putih, cukup segini dan terima kasih. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Baik, terima kasih Pak Menteri sudah menyampaikan penjelasannya. Saya kira dari, nah di dalam daftar penanya Anggota Komisi I dalam Rapat Kerja kita

dengan Menkominfo pada pagi hari ini, sudah tercatat di sini ada 10 nama. Yang bertanya ada 6 ya, 1,2,3,4,5,6, ada 6 dari 12 yang hadir. Dan di sini tercatat Bapak Max Sopacua yang pertama ini, sebelah kanan.

Page 8: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

8

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Saya jangan yang pertama Pak. Saya datang terakhir, nanti orang banyak protes ke

saya nantinya, begitu. Yang pertama orang lain saja. KETUA RAPAT: Baik, dari sayap kanan, siapa yang bisa memulainya? Pak Zaki? Silakan Pak Zaki,

sudah tahulah, tidak usah dari F-PG, atau dari, sama sajalah, dari Komisi I. F-PG (AHMED ZAKI ISKANDAR ZULKARNAEN, B.Bus.): Terima kasih Pimpinan. Pak Menteri, Kami sejak awal memang, beberapa kali pertemuan terakhir, kita selalu

mempertanyakan masalah kebijakan untuk tender digitalisasi ini. Yang terakhir mungkin kesimpulan rapat kita dimana kita meminta Kominfo untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan Komisi I dan para stakeholder-nya juga.

Dalam perjalanan waktu, kita mendapatkan surat masukan dari para stakeholder yang tentunya berkepentingan mengenai tender digitalisasi ini. Ada dari KPI yang baru saja melaksanakan Rakernas pada 5-7 Juli kemarin, Rapimnas, mohon maaf. Kemudian kami juga menerima surat dari ATVSI dan ATVLI. Dimana point-nya mereka adalah meminta Kominfo semua untuk menunda proses tender digitalisasi ini dengan permasalahan yang hampir sama antara KPI, ATVSI, dan ATVLI. Nah, inilah yang menggerakkan kami untuk juga meminta kepada Kominfo, agar bisa, paling tidak, pertanyaan-pertanyaan dari stakeholder ini dijawab dengan baik dan bijak Pak. Perihal Undang-Undang Penyiaran, kami dari Komisi I memang sedang mempercepat proses penyelesaian Undang-Undang Penyiaran ini. Kita sudah masuk ke draft final mengenai Undang-Undang Penyiaran. Terlepas dari Bapak masih mempertanyakan penyelesaian ini dan ketidakyakinan Bapak akan selesai di akhir tahun 2012 ini, kami bersepakat di Komisi I akan menyelesaikan ini sesegera mungkin sebelum 2012 berakhir. Nah, yang kami inginkan, jangan sampai nanti proses tender ini harus mengulang kembali ketika manakala Undang-Undang Penyiaran yang baru sudah kami sahkan. Karena di Undang-Undang Penyiaran yang baru ini, kami akan juga berbicara mengenai digitalisasi dengan sangat detail dan jelas, terutama nanti menyangkut masalah konversi dari analog ke digitalnya, juga proses-proses digitalisasi yang memang kita niscaya memang harus pindah ke digital. Tapi dari tadi pemaparan Bapak mengenai peluang-peluang kehilangan dan segala macam, saya pikir ini bukan bahan yang krusial, yang memaksa Kominfo harus melaksanakan itu. Yang paling krusial adalah bagaimana Kominfo dengan stakeholder ini bisa duduk bersama, menentukan kapan moment tepat tender digital ini dilaksanakan, dan juga disesuaikan dan disinkronisasikan dengan undang-undang baru Pak. Itu saja point-nya. Kalau masalah yang lain-lain, saya pikir itu teknis belakalah, peluang, dan segala macam. Kita tidak terdesak oleh agreement manapun. Kita kan juga punya integrity sendiri, Negara kita, disesuaikan dengan kemampuan kita. Jadi untuk perjanjian internasional, berapa lama sih, berapa bulan yang harus kita inikan. Kan juga ini tidak bertahun-tahun, begitu.

Jadi dari saya itu saja Pak Menteri. Jadi point-nya adalah, stakeholder kita ini semua memberikan surat permohonan untuk penundaan dan masukan ya. Nah, itu yang jadi concern di sini.

Kemudian satu lagi adalah bagaimana undang-undang baru ini nanti tidak menjadi hambatan untuk tender yang Bapak lakukan sekarang. Karena apabila kita keluarkan undang-undang yang baru, tiba-tiba tender yang Bapak lakukan sekarang tidak sesuai dengan undang-undang yang baru ini, otomatis itu akan harus diulang lagi, dan Bapak kerja dua kali.

Jadi sekali lagi Pak, kami dari Komisi I akan menyelesaikan Undang-Undang Penyiaran ini dengan sesegera mungkin, sebelum 2012 ini berakhir. Itu saja.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Zaki.

Page 9: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

9

Selanjutnya, biar seimbang, dari kiri dulu, Ibu Nuning. Kalau tidak ada, kita ke kanan, ya kembali, Bu Nuning, kami persilakan. Setelah itu kita ke kiri lagi, baru ke Bu Meutya.

Terima kasih. F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.): Terima kasih Ketua. Pak Menteri, Saya pakai baju kuning, Bapak pakai dasi, kita bertemu di Bandung, Bapak baca doa,

saya baca menu masakan, tetap digitalisasi membingungkan, maaf, ini tidak nyambung. Pak Menteri, Saya sering berpikir begini, apa yang dijelaskan oleh Pak Zaki, saya rasa ini tidak perlu

lagi kita berpanjang-panjang lebar, sudah lengkap, menu seperti di Bandung kemarin Pak. Jadi Pak Zaki sudah menyatakan, tapi ada yang saya bingung Pak, setiap Bapak datang, kita bingung, setiap Bapak pulang, kita bingung. Karena Bapak memang selalu memberikan jawaban-jawaban yang memang sedikit membingungkan.

Pak, Saya ingin tahu, apa yang tadi disampaikan oleh Pak Zaki itu. Apakah ketika Bapak

memutuskan bahwa digitalisasi itu dipercepat, diperlambat, atau sesuai Renstra atau tidak, itu rencana jangka pendek menengah atau jangka panjang, apakah Bapak juga mengadakan riset untuk itu? Saya ingin tahu, riset itu dilaksanakan oleh siapa dan bagaimana, variabelnya apa, metodenya apa? Karena itu semua penting Pak, saya rasa untuk menentukan ini hasil daripada benchmarking kita kemarin. Saya kebetulan ke Inggris, teman-teman ada yang ke Amerika. Itu kita melihat bahwa keterlibatan masyarakat itu sangat dibutuhkan untuk menentukan satu keputusan yang keluar dari Kementerian. Saya hanya ingin tanya itu, karena tadi sudah diborong oleh Pak Zaki.

Terima kasih. Wassalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa ‘alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Dari kiri, masih belum ada? Ya, kembali ke kanan, Ibu Meutya, nanti pantunnya dijawab

oleh Pak Menteri ya Bu Nuning. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Terima kasih Pimpinan. Mengulang sedikit dari apa yang disampaikan oleh Pak Zaki dan Ibu Nuning bahwa

sebetulnya kita tidak perlu lagi mengulang-ulang apa yang sebetulnya juga sudah kita sampaikan atau ingatkan sebagai mitra kepada Pak Menteri di rapat-rapat sebelumnya. Tapi kalau pengulangan ini bisa menjadikan ini efektif, maka saya juga akan ikut mengulang bahwa sekali lagi tadi Pak Menteri memulai penjelasannya dengan mengatakan bahwa kemajuan teknologi itu tidak bisa dinafikkan dan sebagainya. Kalau ada teman-teman media di sini yang mencatat, maka tolong juga catat bahwa dari awal pembahasan ini, kita tidak pernah mengatakan bahwa kita tidak pernah mendukung kemajuan teknologi ini. Jadi kalau ada rapat yang berlarut-larut mengenai hal ini, bukan sebagai bentuk Komisi I DPR RI mencoba untuk memperlama adanya proses digitalisasi di tanah air ini. Tapi semata-mata kita ingin yang terbaik agar semua stakeholder bisa siap menghadapi teknologi yang bukan teknologi kecil-kecilan, begitu, tetapi sesuatu yang sangat besar yang harus disiapkan dan harus mempunyai payung hukum yang jelas dan betul-betul memayungi dan membuat nyaman bagi semua stakeholder.

Yang kedua, hanya menambahkan sedikiti perspektif, karena tadi juga point kedua setelah Pak Menteri bicara mengenai kemajuan teknologi adalah Pak Menteri mengingatkan mengenai kesepakatan ITU. Dan ini selalu diulang dalam setiap rapat, seolah menjadi pembenaran bahkan menjadi landasan hukum bagi negara ini kemudian untuk “terburu-buru” untuk segera melakukan proses tender. “Terburu-buru” dalam artian kalau kita bicara terburu-buru kan subjektif ya Pak ya, maksud saya terburu-buru dalam artian tidak bisa lagi menunda proses tender sebelum undang-undang yang juga kita sudah janjikan, upayakan selesai tahun

Page 10: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

10

ini. Sedikit kita mengaca kepada ITU yang selalu disampaikan oleh Pak Menteri. ITU ini kesepakatannya terjadi di Geneva, ketika itu, dan sesungguhnya tidak mengikat Indonesia. Rapat di Geneva atau Geneva Agreement waktu itu mengatur tentang transisi dan rencana frekuensi untuk digital bagi negara di region I yang tidak termasuk Indonesia. Eropa, Afrika, Timur Tengah, ditambah Iran. Jadi supaya kita dapat perspektif bersama, kalau ini yang selalu dijadikan sebagai landasan pembenaran, sebetulnya kita tidak punya kewajiban yang mengikat dalam hal itu. Karena yang betul-betul disebutkan di dalam agreement itu adalah Eropa, Afrika, Timur Tengah, ditambah Iran. Hanya saja, sebagai itikad baik Indonesia untuk juga terlibat di dalam semangat digitalisasi dan juga sebagai negara yang juga duduk bersama dalam kehidupan globalisasi, maka Indonesia punya itikad baik untuk ikut tenggat akhirnya, bukan 2015, tapi 2018. Jadi itikad baik itu tentu kita dukung dan mendapat dukungan dari DPR RI, tapi kemudian saya heran, mengapa kita punya waktu sebetulnya sampai 2018. Tapi kenapa memaksakan untuk memasukan sampai 2015. Untuk region-region lain sebetulnya ada waktu sampai 2018 dan Indonesia masuk di region III sesungguhnya, dalam proses digitalisasi dunia ini.

Mungkin itu saja sedikit perspektif, karena ini selalu diulang tentang ITU. Dan sekali lagi saya mengingatkan bahwa negara ini tidak hanya Pemerintah, negara ini tidak hanya Kementerian. Kalau memang negara ini bertekad untuk juga ikut dalam semangat digitalisasi penyiaran global, maka negara ini juga termasuk rakyat Pak. Dan kebetulan kami saat ini mewakili rakyat. Pemerintah tidak bisa jalan sendirian, komunikasi yang baik harus dilakukan, termasuk juga kesepakatan-kesepakatan dan suara-suara rakyat yang kami wakili agar betul-betul didengar, sehingga tidak perlu kami mengulang sampai 4-5 kali rapat.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Meutya. Kembali ke kiri, belum ada? Ya, kapalnya berat ke kanan ini. Ya, kami persilakan Pak

Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Baik, terima kasih Pimpinan. Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak dari Komisi I yang terhormat, Pak Menteri Komunikasi dan Informatika, Pak Tifatul Sembiring dengan jajaran dari

Kementerian Komunikasi dan Informatika yang saya hormati. Sebenarnya sudah jelas apa yang sudah disampaikan oleh beberapa kawan tadi, tapi

saya ingin mengingatkan atau saya ingin menandaskan, sebenarnya apa yang paling krusial yang disampaikan, sampai saya harus menyatakan bahwa proses digitalisasi ini, saya sebut dalam salah satu majalah berita mingguan yang copy-nya ada juga disebarkan hari ini, yaitu Tempo, yaitu cacat dalam peraturan, cacat dalam teknologi, dan cacat dalam prosedur.

Yang pertama Pak Tif, dengan berat saya harus mengatakan bahwa kalau Kementerian Kominfo meragukan proses selesainya Undang-Undang Penyiaran yang baru sebagai pengganti Undang-Undang Penyiaran No. 32, sebenarnya itu seperti menampik muka sendiri. Karena sebenarnya kamipun menyelesaikan ini dengan Kementerian Kominfo, dan kita draft terakhir pada tanggal 2 Juli itu sudah jelas. Dan ini yang saya katakan, proses untuk merubah dari analog digital itu, seperti tadi kata Mba Meutya, itu tidak boleh diatur sendiri oleh Kementerian. Harus melibatkan semua stakeholder, harus melibatkan semua pemikir. Dan proses menjadi digital itu pilihannya sangat banyak, kalau kita bicara soal teknis. Dari analog ke digital itu ada DVB, ada DVB2, bahkan ada selanjutnya lagi. Bahkan Kementerian Kominfopun sudah menyelenggarakan seminar beberapa waktu yang lalu di Hotel Borobudur pun sudah jelas juga di situ, bahwa banyak sekali pilihannya, dan kita belum memilih sebenarnya. Kalaupun harus memilih, harus mengevaluasi juga. Dulu kita punya KTDI (Konsorsium Televisi Digital Indonesia) yang diikuti oleh beberapa TV swasta, itupun tidak ada evaluasinya. Dan sekarang sudah tidak siaran sama sekali. Jadi artiinya, proses untuk merubah ke digital ini, itu ada banyak pilihan. Tidak hanya DVB2 yang tadi disebutkan oleh Pak Menteri, tapi masih ada yang lain. Dan ini kita jangan terburu-buru. Sekali kita terburu salah, nanti akibatnya runyam di belakang. Undang-Undang

Page 11: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

11

Penyiaran ini harus ditunggu, sekali lagi, teman-teman sekalian, saya mengajak teman-teman untuk bersikap sama. Kita harus mendesak Kementerian Kominfo untuk menunggu sampai undang-undang ini selesai. Tidak ada pilihan lain. Karena dalam Undang-Undang Penyiaran ini sudah jelas di situ ada aturan tentang MUX, clear, dalam penjelasannya di nomor 28 ada. Jadi itu sudah diatur tentang multipleksing Pak Menteri. Aturan tentang multipleksing itu aturan yang sangat krusial, tidak bisa hanya dengan Peraturan Menteri tiba-tiba ada multipleksing. Apalagi dalam dokumen tender, bukan Pak Menteri yang mengatur di sini juga. Ini ada Panitia Seleksi lagi. Barang apa lagi ini? Pansel ini, Panitia Seleksi ini. Dan dalam dokumen tender ini, mohon maaf Pak Menteri, saya pun sudah pernah menyampaikan ke Pak Menteri, ada banyak cacatnya di sini. Banyak sekali kalimat yang misalnya menjadi persoalan dan nanti akan digugat. Misalnya soal kalimat, “Selain itu Tim Seleksi berwenang untuk mencairkan jaminan penawaran dari peserta yang digugurkan”. Dicairkannya dimana? Ke rekening Pak Menteri, pasti tidak kan? Tapi tidak ada aturan ini. Jadi ini akan menimbulkan suudzon yang sangat besar, dan kamipun sudah dipertanyakan. Itu yang pertama. Jadi artinya proses analog ke digital itu tidak semudah membalik tangan.

Yang kedua Pak Menteri dan teman-teman dari Kementerian Kominfo, saya pernah juga agak panjang, Pak Menteri, kita di Yogya, saya bicara dengan Pak Hendri, dengan Pak Gatot juga soal ini, adalah ketika dalam aturan dokumen tender ini, ini akan berakibat Indonesia akan totally..

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Maaf Mas, maaf Mas, dari tadi disebut tender, tidak ada tender Mas ya. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Oh ya, dokumen seleksi ya? Dokumen seleksi. Itu adalah ketika di sini disebutkan diatur

tentang ada 4 daerah dan 1 Riau. Yang saya pertanyakan, ini melanggar diversity of ownership and diversity of content. Karena apa? Ini juga menghambat proses yang terjadi dalam persatuan NKRI Pak Menteri. Karena di sini tidak ada aturan setelah selesai di Jakarta, mereka harus punya di Indonesia Timur, akibatnya kan gemuk. Setelah selesai mereka mengikuti seleksi, tidak ada kata “tender” ya, mengikuti seleksi di Jawa dan di Riau, mereka tidak punya kewajiban lagi untuk ikut di Indonesia Timur. Akibatnya nanti ketika Bapak membuka proses seleksi di Indonesia Timur, sudah tidak ada lagi yang ikut. Karena ini sudah banyak sekali yang menyatakan bahwa yang gemuk inilah yang kemudian diikuti. Itu yang kedua. Jadi artinya adalah proses seleksi ini justru menghilangkan keberagaman, menghilangkan proses merah-putih yang ada, karena orang akan mengejar di Jakarta.

Yang ketiga atau yang terakhir Pak Menteri dan jajaran Kominfo, saya mengulang apa yang tadi sudah disampaikan Pak Zaki, mengulang apa yang disampaikan Ibu Nuning, dan juga Mbak Meutya, bahwa sayapun ikut dalam Rapim Komisi Penyiaran Indonesia di Semarang. Dua hari sebelum acara di Jogya, saya ke Semarang, sebelum balik ke Jakarta dan ke Jogya. Ketika di Semarang, semua pihak di sana, ATVSI, ATVLI, dan juga KPI, dan semua KPID di seluruh Indonesia itu menyatakan menunda proses digitalisasi yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo. Artinya Pak Menteri, ini ada satu proses yang kami berat kalau dari DPR sebagai wakil rakyat, yaitu untuk menjalankan sebuah proses Pemerintah dimana rakyatnya, pelaksananya, stakeholder-nya menolak. Kalau dipertanyakan atau kalau dikatakan, toh TV-TV ikut juga. Iya, memang TV-TV harus ikut. Mereka harus dua kaki. Karena kalau mereka gak ikut, mereka akan digugurkan. Otomatis nanti ada aturan, ada klausul dalam dokumen seleksi ini, kalau tidak ikut, maka akan dipilih sendiri atau akan ditentukan sendiri pemenangnya. Ini juga pantas dipertanyakan. Dan akhirnya KPI pun menyatakan, tidak pernah diajak. Ini Pak Menteri saya bacakan saja, karena KPI tidak hadir di sini. Pada Pendahuluan, pada Alinea 2, saya mendapatkan catatan, barusan juga BBM dari Ketua KPI, mohon Mas dibacakan kembali, bahwa meskipun di aturan dokumen seleksi ini ada telah dilakukan serangkaian pembahasan secara intensif dengan melibatkan unsur Kementerian Komunikasi dan Informatika, dengan pemangku kepentingan terkait antara Komisi Penyiaran Indonesia, Pemerintah Daerah, Lembaga Penyiaran Publik, TVRI, Asosiasi TV Swasta Indonesia, TV lokal, TV Jaringan, Pak Menteri, saya ulangi kalimat dari Ketua KPI, “KPI menyatakan tidak pernah diajak berkonsultasi”. Jadi dalam

Page 12: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

12

dokumen ini, tidak ada. Mereka pernah diajak rapat sekali. Pernah diajak rapat, tapi tidak pernah menyepakati dan tidak menyetujui konsultasi itu. Dan teman-teman sekalian, saya selaku Anggota Dewan di sini keberatan, karena DPR tidak disebut di sini. Jadi DPR tidak dianggap Pak Menteri di sini. Bapak tidak menganggap kami-kami ini selaku wakil rakyat, dalam dokumen seleksi ini. Tertulis ini Pak Menteri.

KETUA RAPAT: Bisa dipersingkat lagi Pak Roy? F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Ya. KETUA RAPAT: Point-pointnya sudah? F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Sudah. Jadi artinya, 3 point itu, itu yang paling berat. Jadi selaku Fraksi pendukung

Pemerintah, Pak Menteri, dalam hal proses seleksi ini, mohon maaf, kalau kami harus sepakat dengan kawan-kawan di Komisi I, proses seleksi ini harus ditunda sampai selesainya Undang-Undang Penyiaran yang baru.

Sekian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Roy. Bagaimana? Masih sayap kiri belum juga? Pak Muzammil? Pak Najib? Kami persilakan Pak Max Sopacua. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Terima kasih Pak Ketua. Mohon maaf yang di sebelah sana, saya pikir tidak ada orang Pak itu tadi. Hehehehehe.. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang saya hormati Pimpinan Rapat, Yang saya hormati Pak Menteri dan staffnya, Setelah semua dapat giliran, sekarang saya giliran bicara Pak, itu saja saya, begitu. Pak Menteri dan teman-teman sekalian. Dari hasil yang kita dengar dari tadi teman-teman, baik Pak Zaki kemudian yang terakhir

Pak Roy yang menggebu-gebu tadi, dan setelah didahului dengan apa yang disampaikan oleh Pak Menteri, saya menyimpulkan bahwa ada 2 obsesi kita, yang kita bicarakan. Dua obsesi yang berbeda, tetapi satu destination. Saya ingin sampaikan bahwa obsesi kita ini yang pertama adalah Kominfo ingin menyelesaikan sebuah program Pemerintah lebih cepat. Dan yang obsesi yang kedua yang juga berbeda dari DPR adalah, DPR juga mengakomodir obsesi-obsesi lain dari stakeholder dan berpegang teguh kepada prinsip pengawasan serta legislasi yang tengah dilakukan. Saya sudah tentu semua orang tahu bahwa saya adalah Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Pak, dan saya adalah Anggota DPR pendukung kebijakan Pemerintah. Bagaimanapun juga, saya tidak bisa lari dari komitmen itu. Tetapi bagaimanapun, dengan tata cara yang kita lakukan, bahwa kita ada komitmen politik. Artinya di sini tidak semata-mata hitam di atas putih kita bicarakan, tetapi ada komitmen politik ya. Pak Menteri dengan Kominfo tidak semata-mata mengakomodir sebuah kepentingan yang hitam di atas putih, tetapi ada politik Pemerintah yang ada di sana. DPR dalam hal ini juga tidak mengakomodir sebuah kepentingan yang menyangkut masalah stakeholder saja, tetapi juga masuk juga wilayah politik di sana begitu ya Pak ya. Karena di sini ada 9 partai politik yang bermarkas di Komisi I ini Pak, begitu. Tetapi bagaimanapun juga Pak, saya ingin menyampaikan bahwa yang dibicarakan oleh semua teman-teman adalah sesuatu yang tidak bisa disalahkan. Yang disampaikan oleh Pak Menteri juga tidak bisa disalahkan karena itu adalah sebuah program Pemerintah, apapun yang menjadi obsesi di sana. Yang belum kita lakukan adalah menuju sebuah destinasi, sebuah destination, atau kita

Page 13: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

13

belum sampai pada menciptakan sebuah track, sebuah rules untuk mencapai ke destinasi itu. Nah sekarang saya pikir, kalau kita berlarut-larut dengan cara seperti sekarang, kita jalan di tempat. Artinya, DPR tetap berpegang pada obsesinya dan Kominfo tetap berpegang pada obsesinya juga, sehingga kita tidak mencapai sebuah kesepakatan. Yang saya inginkan, kalau memang dalam kesimpulan awal pada rapat-rapat terdahulu, ada kompromi, ada kerja sama, ada pembicaraan satu meja atau pembicaraan yang terus-menerus antara Kominfo dengan DPR, saya pikir perbedaan yang disampaikan tadi, saya gak tahu Pak Roy bicara tadi itu betul atau salah juga saya belum baca Pak, gitu ya. Atau Pak Menteri bicara itu juga belum tentu saya baca semuanya Pak, sama juga gitu. Kita perlu duduk untuk saling mengatasi berbagai persoalan ini. Saya juga gak mau program Pemerintah itu berlarut-larut tidak terselesaikan. Makanya saya memberanikan diri tadi, saya menyampaikan di depan Bapak-Bapak, bahwa saya adalah Anggota Pendukung Kebijakan Pemerintah, dan saya kira semua orang di sini juga mau mendukung kebijakan Pemerintah. Cuma caranya lain-lain, begitu lho Pak.

Jadi yang saya inginkan sekarang, kalau memang berbagai masalah, berbagai hal yang juga kita dapat, diantaranya Pak Tantowi juga menulis di Media Indonesia, kemudian Pak Roy juga punya di Tempo, dan berbagai masalah ataupun opini yang berkembang yang masuk ke Komisi I, lewat stakeholder-stakeholder yang lain, saya pikir wajar-wajar saja Pak. Perbedaan itu tidak tabu Pak Menteri dan teman-teman sekalian. Tapi perbedaan itu bisa kita satukan dan dia bisa menjadi sebuah kekuatan yang dashyat. Selama kita tidak mau menyatukan perbedaan itu, kita tetap pada jalur yang memang berbeda dan jurang pemisah yang dalam.

Jadi saya cuma mau menghimbau saja, tidak ada hal-hal yang substantif yang saya sampaikan, karena saya bukan orang teknis seperti teman-teman yang lain. Tapi saya inginkan ada sebuah solusi antara kedua belah pihak ini. Karena ya berbeda, satu dari stakeholder, satu dari pemegang regulasi, begitu Pak. Memang kalau kita bicara semua milik, baik frekuensi maupun apapun, adalah milik rakyat, tetapi ya kita butuh pengelolanya, dalam hal ini adalah Pemerintah yang mengelolanya, dan diawasi oleh DPR. Nah, kalau dua-dua ini berjalan, saya kira teman-teman semuanya ini juga mau mengerti dan Kominfo juga mau mengerti, ya everybody happy, begitu Pak. Saya kira itu saja Pak, tidak ada hal-hal teknis yang saya sampaikan, hanya untuk mengambil jalan tengah saja.

Terima kasih. Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa ‘alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Baik, mungkin sudah waktunya dari sayap kiri untuk menyampaikan. Bagaimana Pak Muzani, Bapak Sekjen? Silakan Pak. F-GERINDRA (H. AHMAD MUZANI): Terima kasih Pak. Sebagai sebuah kebijakan, saya menganggap kebijakan ini saya kira tentang digitalisasi,

sudah disampaikan oleh kawan-kawan, namun ketika Pemerintah melakukan uji coba siaran digitalisasi, Pemerintah tidak pernah menyampaikan tentang hasil uji coba ini kepada publik, setidaknya kepada masyarakat. Yang diuji coba apa, terus hasilnya bagaimana, kendala-kendala teknisnya apa, maksimalisasi dari uji coba itu apa, termasuk dari uji coba itu nilai ekonominya bagaimana. Pemerintah menurut hemat kami, uji coba itu kayaknya hanya sebagai sebuah standar rencana besar tentang digitalisasi dan itu tidak mendapatkan evaluasi yang maksimal tentang proses uji coba itu. Sehingga kami sendiri tidak tahu banyak tentang digitalisasi yang sudah diuji coba oleh Pemerintah, dan hasilnya bagaimana, sehingga kemudian Pemerintah meneruskan kebijakan ini sebagai sebuah kebijakan. Sebagai sebuah kebijakan eksekutif, saya kira itu tidak ada masalah, tetapi mestinya itu uji coba itu harusnya dipublikasi menjadi sebuah kajian yang serius, sehingga itu bisa memberikan satu persiapan yang lebih matang.

Yang kedua, kami tidak melihat kebijakan ini melibatkan masyarakat secara luas. Karena kebijakan ini menurut pendapat kami akan berdampak kepada pengguna frekuensi, dalam hal ini masyarakat, yang jumlahnya puluhan bahkan bisa ratusan juta. Karena kalau kebijakan ini

Page 14: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

14

diterapkan, bayangkan kan, akan ada sebuah alat yang harus dibeli oleh masyarakat, meskipun nilainya mungkin tidak terlalu rendah, mungkin 200 atau bahkan mungkin 100 atau 300 ribu, dan ini penjelasannya kepada masyarakat, rendah, atau nyaris tidak ada, kebijakan ini. Bagaimana berdampak, bagaimana, padahal ini mempunyai implikasi yang sangat besar kepada masyarakat. Ada kesan keterpisahan yang jauh antara kebijakan ini diambil dengan masyarakat yang akan menikmati. Padahal ini dampaknya nanti ke masyarakat. Dalam teknologi seperti sekarang ini, dengan 200 ribu misalnya, tanpa digitalisasi juga kita bisa mengakses seluruh siaran televisi hampir diseluruh dunia. Jadi pertanyaannya, jangan-jangan kita salah menangkap, sehingga kebijakan digitalisasi ada kesan terburu-buru. Pertanyaan berikutnya adalah, sebenarnya untuk siapa digitalisasi ini? Apakah untuk masyarakat atau rakyat Indonesia, bahasa kerennya begitu, atau untuk siapa?

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muzani. Baiklah, saya kira sudah hampir semua bertanya, tapi dari bidang hukum ya? Tapi

sebelum dengan beliau bertanya, saya bikin pantun barusan Pak Menteri, cepat-cepat. Jadi begini bunyinya, “Fabregaz baru saja main di Indonesia, biarlah Andik Firmansyah yang menyempurnakan, setelah semua kolega bicara, biarlah ditutup tanya oleh Maiyasyak Johan.” Kami persilakan Bang Maiyasyak.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Saya cuma mau koreksi sedikit Pak Ketua, Pak Max itukan bilang 9 Fraksi, di sini kalau

saya nggak keliru 11 Fraksi, itu saja mengingatkan Pak Max saja Pak Ketua. Fraksi ke 10 Nasdem ada di sini Pak Ketua, cuma kebetulan tidak datang.

Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saudara Ketua dan Rekan-rekan Anggota Komisi I yang saya hormati, Yang saya hormati Saudara Menteri dan seluruh jajarannya yang hadir. Pada pagi ini sebenarnya keinginan saya waktu itu adalah bisa menangkap apa yang

disampaikan Saudara Menteri dan kemudian mendukung. Namun keinginan itu terganggu, terhambat, karena saya terpaksa melihatnya dari segi sistem kenegaraan, bukan dari sistem yang lain, kita sedang bernegara dan kami di sini tidak berada pada posisi setuju dan tidak setuju, hanya melaksanakan fungsi yang diperintahkan undang-undang dan itu Undang-Undang Dasar Pasal 21A, salah satu fungsi kami itu adalah fungsi legislasi. Jadi kami menjalankan Undang-Undang Dasar ini, kita rapat inipun berdasarkan ini, kita sedang bernegara, jadi bukan apakah ini program Pemerintah atau tidak, kita bernegara ini melaksanakan tujuan negara.

Yang kita bicarakan ini sebenarnya, saya agak ragu ini, saya perlu klarifikasi, yang sedang kita bicarakan adalah masalah imigrasi, analog, program analog ke digital, karena ada kemajuan teknologi komunikasi, ada Geneva Plan Tahun 2006, ada peluang ekonomi atau masalah alokasi natural resources atau economic resources, yang mana sebenarnya yang jadi masalah kita ini jadi masalah kita ini. Menurut saya kita sedang berbicara masalah alokasi ya, natural resources yang disebut dengan spektrum atau frekuensi, kenapa kita bicarakan dan kita perlu membuat regulasinya, karena ada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi bukannya, jangan dibalik, karena teknologi ini baru, nggak, karena ini ada pertumbuhan, perkembangan ilmu pengetahuan, maka kita perlu melakukan regulasi.

Pertanyaannya dalam sistem ketatanegaraan kita ini wewenang siapa, wewenang siapa ini regulasi, apakah ini wewenang Menteri atau bukan, apakah karena Menteri dalam tanda petik selama ini pada praktek pemerintahan kita boleh membuat Peraturan Menteri, sehingga itu dianggap bisa dipergunakan, bagi yang memahami hukum saya ingin sampaikan kira-kira begini.

DPR berdasarkan ketentuan Pasal 20A itu pemegang hak genuine, pemegang otoritas genuine dari legislasi itu di Republik ini berdasarkan sistem ketatanegaraan adalah DPR. Itu dia, lalu dalam perkembangannya itu sesuai dengan perkembangan hukum tata negara yang dikembangkan oleh Montesquieu terus sekarang kita anut. Eksekutif memperoleh apa namanya atribusi delegasi, delegasi atribusi, karena itu Pemerintah itu tidak boleh buat undang-undang, dia hanya boleh buat Peraturan Pemerintah pelaksana undang-undang.

Page 15: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

15

Nah, saya minjam langsung ini, to the point pinjam pendapat, karena kalau Professor Atamimi mengingatkan kalau membuat Peraturan Menteri itu, tidak boleh dia menafsirkan, dia harus runut mengikuti peraturan apa yang ada di atasnya, kedudukan Peraturan Menteri untuk masalah ini, menurut hemat saya, menurut hemat saya tidak berada pada posisi DPR setuju, tidak setuju, DPR cuma mengingatkan kepada Menteri, ini sudah saatnya Saudara Menteri kita melaksanakan sistem pemerintahan dengan benar, Peraturan Menteri jika dilihat dari prespektif ilmu pengetahuan dari prespektif ketentuan-ketentuan yang ada, dua-duanya itu kurang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya, sehingga secara demikian apa yang dikatakan oleh Saudara Zaki itu baru satu sisi, bahwa lahirnya undang-undang nanti bisa menyebabkan seleksi yang dikatakan hari ini, beauty contest kah namanya, tender kah namanya whatever, sama maksudnya, bisa dibatalkan.

Jika itu yang terjadi, maka kita membiasakan adanya ketidakpastian hukum dalam praktek pemerintahan. Berdasarkan itu Saudara Menteri dan seluruh jajarannya, saya ingin mengatakan dan menghimbau Saudara Menteri, mari kita mulai untuk membangun adanya kepastian hukum. Kenapa? Karena di situ akan dirugikan para peserta beauty contest, kalau sudah mereka dinyatakan menang kemudian batal, harus diulang kembali, itu mereka dirugikan. Di sisi lain, DPR, saya ingin mengatakan dalam hal ini, dengan sangat menyesal harus melaksanakan fungsinya melakukan pengawasan dan kita sedang bernegara, karena itu tidak patut kita berduduk dalam posisi face to face, kita harus bijak mengatasi masalah ini dan saya kira kalau Saudara Menteri menarik Peraturan Menteri itu tentang hal itu dan kemudian menunda karena Saudara Menteri di sana, kami di sini tujuan kita adalah memberikan yang terbaik buat negeri ini, itu dia tujuan kita, memberikan yang terbaik buat negeri ini.

Berdasarkan itu kami ingin mengatakan tidak ada pilihan Saudara Menteri, inilah saatnya kita melaksanakan dan menjalankan pemerintahan berdasarkan konstitusi dan peraturan perundang-undangan. Atas dasar itu, saya pikir pilihannya adalah menunda, mungkin kita bisa diskusi lebih tajam tentang masalah ini, saya bersedia menyediakan waktu didampingi oleh Pimpinan untuk meletakkan gambar kami secara umum, saya kira itu Pimpinan.

Terima kasih. Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa ’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Saya kira yang sudah disampaikan Rekan-rekan Anggota Komisi I sudah cukup

komprehensif dan apa, melengkapi hal-hal yang memang perlu untuk ditanyakan, karena di Rapat-rapat Internal Pak Menteri, perlu kami sampaikan, hal-hal seperti ini juga muncul sudah begitu dan saya kira sudah cukup, atau Pak Zamil?

Oh iya, kita tutup dari Pak Zammil sebelah kiri, sebelumnya saya minta persetujuan dari Rekan-rekan Komisi I, agar kita tambah waktu rapat kita jadi 12.30 WIB, setuju ya? Setuju Pak, oh iya, terima kasih.

(RAPAT : SETUJU)

Silakan Pak Muzzammil. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Terima kasih. Pimpinan dan para Anggota yang saya hormati; serta Menteri Komunikasi dan Informatika beserta jajarannya yang saya hormati. Pembicaraan kita tentang tema ini memang cukup panjang, kalau pengalaman saya dua

periode di DPR, mungkin ini isu terpanjang yang pernah saya alami dari cara kita menyelesaikan sebuah persoalan.

Merujuk pada fungsi DPR, yaitu fungsi legislasi, budgeting, dan controlling, maka ketiga fungsi ini sedang berjalan dalam konteks kasus ini, kalau kita dekati dari konteks legislasi, ada satu hak DPR dalam konstitusi untuk menuntut bahasa yang sangat keras, yaitu hak angket, ketika Pemerintah dianggap melakukan tindakan yang menentang undang-undang, ketika

Page 16: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

16

menentang undang-undang, tetapi ketika lebih soft dari itu, hak ini hak bertanya, interpelasi bertanya tentang pelaksanaan undang-undang, tetapi hak angket dan hak interpelasi itu tidak pernah bisa digunakan untuk mempertanyakan terhadap undang-undang yang akan terbit. DPR mempertanyakan tindakan Pemerintah terhadap undang-undang yang akan terbit, itu tidak akan pernah ada, yang ada adalah DPR mempertanyakan terhadap tindakan Pemerintah, undang-undang existing itu yang bisa dilakukan oleh DPR, baik dia angket maupun interpelasi.

Oleh karena itu, pertanyaan penting dijawab oleh Pak Menteri adalah dalam konteks undang-undang existing, Keputusan Menkominfo itu punya ruang tidak dalam Undang-Undang Penyiarannya yang lama? Itu pertanyaan yang bisa dilakukan DPR dalam konteks interpelasi. Kalau bisa dijawab, bahwa memang ada loop hole, ada ruang yang bisa memberikan interpretasi terhadap tindakan Menteri, saya rasa interpelasi, tetapi ketika jawaban tidak bisa memuaskan, karena dia menentang undang-undang yang ada, dia masuk ke angket setelah interpelasi dan ini setahu saya sudah pernah kita bicarakan pada rapat yang lalu. Itu perlu di clearkan lagi oleh Pak Menteri, jadi tidak pernah ada hak angket, hak interpelasi yang mempertanyakan tentang Undang-Undang yang akan disahkan, tidak ada, existing.

Sehingga saya ingin kita semua berperilaku sesuai dengan kewenangan kita masing-masing, saya ingin mempertanyakan itu, walaupun belum ada hak interpelasi, tetapi dalam konteks pribadi bertanya, adakah ruang, ketika tidak ada memang harus dihentikan, ketika ada memang selesai pertanyaan saya, saya tidak berlanjut lagi, itu ruang eksekutif, karena ketika ada ruang itu. Itu yang pertama.

Kalau kemudian misalnya, saya tidak puas, saya katakan, saya akan ke angket, tetapi bila saya puas, maka appeal saya pada hari ini adalah appeal politik, saya tidak bisa menginterpelasi dan angket, appeal politik bahwa satu dan lain hal mungkin Pemerintah tidak menunda, ini appeal politik, tidak bisa menghalangi, mungkin tidak ditunda, ketika kita minta ditunda tadi Pak Menteri mengatakan kerugian negara, menurut saya Pak Menteri ekspos saja, ketika DPR Komisi I minta ditunda, sesungguhnya kerugian negara berada di ekspos saja, karena appeal politik itu kalau itu dipenuhi silakan dijelaskan kepada publik, ini loh kekayaan negara, sesungguhnya DPR perlu berpihak kepada pendapatan negara, ketika dia sah, DPR harus berpihak ke situ, kalau tidak berpihak ke situ DPR berpihak kepada siapa? Ketika sekian logika, nah logika ini perlu diperkuat, sekian logika bahwa ini akan ada pendapatan negara, akan ada pertumbuhan negara dan lain-lain, akan ada aspek-aspek pertumbuhan ekonomi dalam berbagai aspek, itu saja diekspos, bahwa setelah appeal politik, apakah Menteri punya job setelah appeal politik, dipenuhi ya sudah, tetapi ini adalah sekian kerugian negara itu, karena appeal politik dari DPR, permintaan politik dari DPR, kalau itu yang ingin dipenuhi, tetapi kalau ingin tetap melawan ya ada wilayahnya, itu wilayah eksekutif, tinggal DPR melihat ruangnya dimana, apakah interpelasi atau hak angket atau apa. Semua punya rujukan yang jelas, ini pilihan-pilihan kita saya kira.

Saya yakin kita semua ingin melakukan peran kita masing-masing dengan cara sebaik-baiknya. Oleh karena itu saya percaya betul, dialog kita dialog cerdas, dialog kita tidak ada dialog kepentingan dan saya alhamdullilah, saya mempertaruhkan diri saya, selama saya menjadi DPR tidak ada dialog kepentingan saya, saya yakin itu kita masih ada di sini. Oleh karena itu, saya percaya Pak Menteri, sejauh Pak Menteri bisa menjawab atas amanah undang-undang yang ada, existing undang-undang tidak pernah amanah dari undang-undang yang akan datang. Existing undang-undang ada, ini kami lakukan, kalau tidak ada harus mundur, karena kami bisa masuk ke berikutnya, angket, kalau itu dilanggar, kami selesai, kami hanya appeal permintaan himbauan saja, kalau himbauan itu dipenuhi, karena himbauan tersebut, maka negara rugi sekian, sebutkan, sekian kerugian negara ekspos, saya kira itu pilihan-pilihan yang adil, sehingga kita tidak saling menyandera, kita dalam posisi kita masing-masing untuk menunjukan marwah kita, saya percaya itu Komisi I bisa melakukan itu dan Pak Menteri bisa melakukan itu.

Demikian, terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muzammil dan saya kira yang dari, disampaikan Pak Muzammil tadi

untuk ingatan-ingatan kita, tetapi juga untuk lumayan jugalah Pak Menteri untuk ada sedikit sandaran untuk argumentasinya.

Page 17: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

17

Sebelumnya saya mau mengatakan bahwa biar agak cair sedikit ya bang ya, Agnes Monica juri Indonesian Idol, seni menyanyi merambah semua lapisan, semua rekan bertanya ke tol, kini giliran Pak Menteri memberikan jawaban.

Terima kasih. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Baik, terima kasih Pak Pimpinan. Ini orang Sumut ini sebagian orang mengatakan musang harum pandan Pak, muka

sangar hati romantis, pandai berdendang, muka Rambo, hati Rinto ini. Baik, terima kasih. Jadi, begini juga, dari tadi saya mengamati, kitakan sudah yang kelima Pak Pimpinan,

pertama minta disempurnakan, setelah disempurnakan, kedua, minta ditunda, ketiga, ditunda yang keempat, keluarlah kesepakatan ini, kemarin tanggal 28 Mei 2012, Komisi I DPR mendukung kebijakan Menkominfo untuk melaksanakan program digitalisasi penyiaran sesuai dengan road map dan bla-bla dan seterusnya dan kami mulai melangkah waktu itu, tidak ada tender Pak Zaki, dari awal saya katakan ada seleksi, semua seleksi tentunya yang dipertanyakan Pak Muzammil tadi itu terus ya harus jelas dengan perundang-undangan kita, Undang-Undang No. 32 yang masih berlaku. Teman-teman juga dari kemarin tanya Ibu, Menteri, itu Undang-Undang No. 32 masih berlaku atau sudah dihapus, oh masih berlaku saya bilang, sebab kalau itu tidak berlaku dan coba katakan proses sama dengan proses-proses yang dilakukan terhadap seleksi apa, izin penyiaran yang sebelumnya, kalau ini tidak sah secara undang-undang, yang kemarin itu tidak sah semuanya, artinya ini memang bisa berdampak serius kita matikan semua televisi yang ada, kita matikan semua radio yang ada, begitu, karena sama-sama tidak sah begitu, karena kita mengikuti alur peraturan yang, tentang Professor Maiyasyak yang mengatakan tadi.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Pak Menteri, Bukan jangan subyek, saya cuma mengingatkan, jadi begini saya tambah penjelasan,

yang mendapat delegasi of legislation itu Pemerintah adalah Presiden, Menteri itu Pasal 17 pembantu Presiden, karena itu dalam sistem kita, demikian itu Peraturan Menteri itu kalau undang-undang dia tidak masuk tata urutan, dibenarkan, tetapi itu wilayahnya kalau itu dibaca ada teorinya yang namanya, teori Stufenbau, karena panjang sekali, makanya saya bilang kita bisa diskusi. Itu yang pertama.

Kedua, saya belum Professor, itu dia. KETUA RAPAT: Paling tidak itu doa yang baik itu, itu didoakan Pak Menteri itu. Silakan Pak Menteri, biar dituntaskan jawaban dari Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Jadi itu yang saya ingin ungkapkan pertama, sudah ada kesepakatan tanggal 28 Mei,

berarti kalau apakah kesepakatan ini kita apa, kita cabut lagi, kita ulangi lagi pembahasan sesuai dengan RDP yang berikutnya, sebentar Pak Zaki, saya mohon menjawab dulu ya, jadi saya minum lagi ini, karena tersedak begitu ya.

Tentang stakeholder yang dipertanyakan Pak Zaki tadi insyaallah alhamdullilah itu sudah dilaksanakan, jadi bohong itu Mas Roy kalau KPI tidak pernah kita ajak bicara, dalam masalah digital ini, tanda tangan kok mereka kehadirannya itu. Jadi KPI sudah duduk bersama dalam penyusunan dan persiapan impelentasi TV Digital sejak pembentukan Timnas Migrasi Sistem Penyiaran pada tahun 2006, memang bukan KPI yang sekarang Mas, KPI yang sebelumnya, dimana anggotanya terdiri dari KPI, Kementerian Perindustrian, BPPT, Menkominfo, dan yang lain-lain. Jadi tinggal mereka membuka risalah pertemuan sebelum-sebelumnya. Kominfo juga sudah duduk bersama stakeholder yang lain, apakah itu ATVRI, ATVJI pada tanggal 4 Mei 2012 dengan TVRI, LPS, dan Asosiasi Televisi, ATVSI, ATVLI, dan ATVJI tanggal 7 Maret 2012.

Page 18: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

18

Dengan KPI pusat pada tanggal 28 Februari 2012, workshop dengan KPI dan KPID pada tanggal 28 Oktober 2012, workshop ya.

Ibu Nuning tadi menanyakan tentang riset, waduh ini panjang sekali risetnya, ada 18-19-29, ada 32 riset Bu dilakukan, kepanjangan kalau saya sebutkan ini, mulai dari presentasi, seminar, digital, dan seterusnya. Dan realitanya Mbak Meutia juga, memang ITO dia tidak, kita tidak harus patuh tidak, tetapi ITO saya katakan, ini bukan dasar utamanya itu bukan, dia menentukan trend, karena ITO itu bagian dari United Nation, kita mau keluar dari ITO juga boleh, bahkan keluar dari PBB juga boleh kita, tetapi dengan keputusan itu Mbak, sekarang ini Tahun 2012, 85% negara sudah migrasi begitu loh. Indonesia ini termasuk salah satu negara besar yang dipandang oleh ITO. Pemilihan Dewan Council ITO terakhir Indonesia terbesar 135 pemilihnya, mengalahkan Amerika Serikat, mengalahkan China, mengalahkan negara-negara lain. Jadi suara kita itu di dengar di ITO, kalau nggak wajib, yang wajib itu puasa, sholat, zakat, haji saja kalau mampu, begitu, ini pilihan-pilihan kita sekali lagi ya.

Oke, kemudian mengenai keikutsertaan, kalau dengan stakeholder yang lain dialog langsung dengan KPI, sosialisasi ke stakeholder, lembaga penyiaran, yang sudah dilakukan tanggal 19 Januari 2012 itu dengan B Channel TV, 16 Februari 2012 dengan Metro TV, ada Metro TV ini Mbak, 22 Februari 2012 dengan KPI, 23 Feburuari dengan SCTV, 24 Februari dengan MNC Group, 7 Maret 2012 dengan Breakfast Meeting dengan...

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Interupsi Pak Menteri, itu bukan diskusi dengan, tetapi Bapak melakukan diskusi

disiarkan di stasiun itukan? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Oh diskusi ini, tertutup ini tidak ada siaran, tertutup ini masyarakat, dan iklannya juga

sudah dibuat ini Mas, cuma Mas Roy waktu itu gak datang ya, 2 Mei 2012 dengan Sifa Newsgroup, breakfast meeting ini menghadirkan seluruhnya, TVRI juga kita undang. 3 Mei 2012 dengan Transcorp, 4 Mei 2012 dengan Asosiasi TV Lokal berjaringan, ATVLI dan ATVJI. Sosialisasi kepada masyarakat melalui penayangan iklan layanan masyarakat di Media Televisi on line, cetak. Proses tender tidak ada, yang ada adalah proses seleksi, sebagaimana proses seleksi yang sudah dilakukan pada lembaga penyiaran sebelumnya dan tahun ini baru tahap seleksi penyelenggara Mux. Nah, apa yang disampaikan ATVLI terakhir juga mereka datang ke apa, ke kantor kami, mereka itu sebetulnya setelah kami jelaskan dan kami tanya, memang mereka tidak akan sanggup sebagai penyelenggara Mux, karena mereka itu jadi tidak akan mampu dalam artian dengan modal-modal sebesar itu ya membangun jaringan. Selama ini memang mereka masih lokal-lokal. Jadi kami memberikan masukkan waktu itu, bagaimana sekiranya dan sebaiknya, hendak yang berusaha ini masuk di lembaga penyiaran saja nanti, artinya dia ngisi channel, karena Mux ini tidak semua orang, tidak semua institusi, semua badan usaha harus membangunnya, nantikan ada penyelenggara multipleksing, ada penyelenggara siaran ya.

Sebentar, kalau diijinkan saya menjawab ya, kemudian Mas Roy tidak benar, bahwa DPR dianggap jangan begitu ya, kemarin ke Yogya Mas Roy saja diundang.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Pak Menteri, Tolong pisahkan acara di Yogya dengan ini. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ini saya sudah lima kali pertemuan loh, jangan seolah-olah... KETUA RAPAT: Pak Roy, Biar Pak Menteri menuntaskan jawabannya dan tadi juga, saya nanti juga, kita bukan

menginginkan ngejar setoran waktu juga, misalnya untuk menjawab pertanyaan soal cantolan

Page 19: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

19

hukumnya tadi dari Pak Maiyasyak juga kan apa, perlu dijelaskan lebih dalam lagi oleh Pak Menteri, ya Pak Roy, biar Pak Menteri menuntaskannya.

Silakan Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Lima kali saya diundang, lima kali saya datang Mas Roy, ini yang kelima, saya tidak,

jangan dianggap itu kita tidak menghargai sama sekali itu ya, itu lebay Mas Roy ya. Kemudian dari Pak Max, saya setuju ini satu jalan tengah yang harus kita, saya itu

berharap dengan ini sampai lima kali saya hadir terus, iya memang kita satu arah, satu tujuan, kan enak kalau satu arah, satu tujuan begitu, supaya ini sukses, destinasi, Pak Max ini berpikirnya sudah negarawan ya, Pak Max itu Ketua Umum, luar biasa, saya setuju ini ya dan ini juga saya konsultasi ke Presiden itu target-target yang kami tandatangani dalam kontrak kinerja dan code of conduct saya betul kata Pak Maiyasyak, saya ini pembantu Presiden, jadi saya bekerja atas instruksi Presiden, begitu, cuma saya punya partner di Komisi I DPR RI yang harus diajak berbicara, berdiskusi dari aspek legislasinya, aspirasinya ini juga terpenuhi semuanya, iyakan, makanya kita datang. Terus terang ini mohon maaf Pak Ketua, tetapi saya akan mengalahkan itu, menjemput tamu Miracle namanya dari Jerman, saya tidak tahu, silakah saja pertimbangkan, kalau saya diijinkan, saya pergi nanti, tetapi kalau tidak diijinkan ya monggo saja, karena kita banyak kerja sama dengan Jerman itu, masuk juga proyek ITTS II untuk TVRI membangun 60 stasiun TVRI baru itu.

KETUA RAPAT: Jam berapa tadi Pak Menteri? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Kami harus ada di sana Jam 14.00 ya. Tetapi itu masih ada waktu ya. KETUA RAPAT: Saya kira kita tuntaskan dululah, nanti, kita lihat nanti, ya kita bawa apa, untuk

pertemuan dengan Miracle kalau seandainya itu kan memang banyak hal yang memang perlu dilakukan, kita lakukan, tetapi ini juga kalau misalnya tidak tuntas juga, juga kita bikin tuntaslah mungkin kita rapat lagi, tetapi intinya adalah sebenarnya Pak Menteri kalau yang saya tangkap tadi, bahwa kawan-kawan di sini juga setuju terhadap kebijakan teknologi itu, tadi Ibu Meutia sudah mengarisbawahi, tinggal persoalannya itu adalah komunikasi intensif yang seperti yang diamanatkan apa, rapat kita terakhir itu, itu yang perlu mungkin juga untuk dilanjutkan, begitu.

Silakan Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Saya ini kalau Pak Maiyasyak ngomong ini lidah saya jadi kelu ini, karena beliau bicara

hukum sampai ke bawah-bawahnya, memang kayaknya musti kuliah khusus ini Pak Maiyasyak. Jadi, saya rasa apa, ya ini beliau bicara tentang sistem kenegaraan yang lebih luas lagi, apa, soal apakah ini pertanyaan tentang migrasi ini wewenang siapa sebetulnya. Secara teknologi di lapangan itu jalan saja, dari 2G, 2,5G ke 3G, dia jalan aja, tinggal kita meregulasi kan, supaya...

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Sedikit Pak Menteri, saya luruskan, kewenangan siapa soal pengaturannya, membuat

peraturannya, gitu ya. Jadi kalau soal migrasinya, itukan niscaya ya, perkembangan ilmu, kita tidak bisa tahan. Untuk Indonesia, regulasinya Pak Menteri.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Iya beliau juga mengarisbawahi soal ketidakpastian hukum, karena memang Tahun 1995

dulu semua harus dipusatkan di apa, di televisi inikan di masa 1995, di masa Pak Harmoko dulu, dipusatkan di Jakarta. ANTV itu kalau nggak salah Andalas TV dari Lampung ya, SCTV itu dari Surabaya Citra, dibawa semua ke sini. Tetapi setelah itu lahir Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 mengharuskan berjaringan ya di daerah. Ini juga di dalam diskusi kami dengan apa, stasiun

Page 20: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

20

televisi, ini Pak Maiyasyak terus terang tidak ada juga kepastian hukum kalau menurut mereka, karena setelah dipusatkan dipisah lagi, nantinya bagaimana. Nah, kami Menkominfo ini menjalankan yang diversity of content dan ownership itu. Ini perlu kayaknya satu apa, satu diskusi yang panjang ya.

Pak Muzani tadi terima kasih atas pertanyaannya, jadi tentang hasil coba, untung, dan sebagainya. Jadi Pak Muzani uji coba di empat TVRI, empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Batam, dan Surabaya, itu selama ini sudah dinikmati oleh masyarakat. Televisi digital ini bagi masyarakat keuntungannya gambarnya lebih bersih, suaranya lebih bening. Keuntungannya bagi negara, spektrum yang digunakan sangat kecil, sehingga yang lain bisa disewakan kepada yang lain. Jadi pemasukan negara di sini sangat besar dengan sistem digital. Bagi lingkungan itu, hemat energi. Kalau televisi analog itu bisa memakan satu pesawatnya itu 200 sampai 300 watt, ini bisa 40 atau sekian, apalagi stasiun yang besar yang makan dayanya dan bagi industri mereka juga sebetulnya tower-tower apa mereka itu masih terpakai, kantor-kantor mereka, cuma peralatan mereka harus ikut apakah multipleksing atau sebagai termasuk ruangan-ruangan studio itu terpakai semua ya, hanya kita lebih, kalau dari sisi keuntungan. Sosialisasi kami kepada stakeholder tadi sudah kami sampaikan dan juga kepada masyarakat kita juga sudah kita buatkan iklan masyarakat tadi ya.

Nah, terakhir saya tuntaskan ini, yaitu pertanyaan Pak Muzammil seperti kami uraikan di muka tadi, apakah secara perundang-undangan legislasi ini ada cantolannya kami sampaikan, tetapi undang-undangnya masih Undang-Undang No. 32 Tahun 2002, bahkan di penjelasan menjelaskan tentang penyesuaian dengan teknologi yang dunia global.

Kami tentu berharap kalaupun ada perubahan-perubahan nanti, tentu kita tidak akan membatalkan teknologi-teknologi yang ada, tetapi kita akan menyesuaikan dengan perkembangan, trend teknologi, sama juga misalnya kita Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 mau kita rubah, tentu kita harus mau mengantisipasi nanti ada teknologi 4G, 5G, dan seterusnya begitu. Nah, kami bersandar pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 dan dari Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 ini ada perintah membuat PP, yaitu PP No. 50 Tahun 2005 itu sudah membicarakan multipleksi digital secara lebih detail dan berdasarkan itulah dibuat peraturan Menteri tadi ya.

Jadi seperti kami katakan tadi, aspek teknologi dia layak, aspek ekonomi dia layak, aspek legalitas kami gunakan tadi, aspek operasional juga apa sesuai dengan tempo saat ini adalah 85% negara sudah migrasi ke digital. Dari segi schedule itu hitungan kami tidak bisa disebut terburu-buru juga ya, kita sudah mulai dari Tahun 2005 sekarang Tahun 2012, untuk mencapai 2 tahun lagi ini 30%, 35% ini sesuai dengan RPJM itu tidak mudah, multipleksing saja kita belum. Inikan pengadaan barang dan sebagainya itu makan waktu tentunya dan seperti saya katakan tadi multiplayer effect daripada digitalisasi ini banyak, yaitu adanya rasa keadilan, karena orang punya kesempatan untuk berusaha, membuka stasiun TV, tidak seperti sekarang, sekarang boleh dikatakan dimonopoli beberapa kelompok saja, dengan dibuka ini, ini tadinya 24 kita buka jadi 72 ada 48 peminat baru yang bisa hadir di situ.

Kemudian dari sisi keuntungan negara, karena ini udara kita ini kita biarkan nganggur, potensi kerugian itu triliunan rupiah, kalau itu masuk ke PNBP kita bisa kita gunakan itu ke hal lain dalam bentuk USO ini pengembangan jaringan broadband dimana-mana negara sekarang sudah broadband, Vietnam dan sebagainya, kita dituntut untuk mengembangkan itu, apalagi di masa krisis sekarang, kita harus banyak akal untuk menghasilkan, dan ini bisa kita tarik dari industri.

Lebih kurang Pak Pimpinan, itu yang bisa saya sampaikan, saya mohon maaf kalau kurang memuaskan, tetapi kembali kepada yang pertama saya sampaikan bahwa tanggal 28 Mei 2012 kita sudah mensepakati Komisi I telah mendukung ini, kalau ini dirubah sekali lagi kami persilakan, kewenangan Bapak-bapak sekalian, tetapi ini juga bagi kami agak tersendat-sendat ini, tidak ada terburu-buru, tidak ada kepentingan pribadi di sini, tetapi ketika visibility studi ini oke, aspek teknik, ekonomis, legalitas, operational state terus apalagi, apa alasan kita untuk menunda ya, kalau pun nanti ada Undang-Undang No. 32 itu disesuaikan kita. Mas Roy tadi mengatakan Papua umpamanya, Papua ini juga misalnya nanti dalam Undang-Undang No. 32 itu yang baru Mas Roy ya, ada perubahan itu, disebutkan bahwa setiap stasiun TV wajib membangun di Papua, itu mereka harus loh mematuhinya, peraturan baru itu akan mengatur,

Page 21: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

21

tetapikan tidak mungkin menurut Undang-Undang No. 32 semua stasiun TV yang ada dimatikan, kan tidak mungkin begitu kita membuat aturan, dibatalkan tentu tidak mungkin.

Wallahualam. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Wa ’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Pak Zaki dulu. F-PG (AHMED ZAKI ISKANDAR ZULKARNAIN, B.Bus.): Pak Menteri, Kesimpulan kita tanggal 28 adalah yang nomor itu ada kalimat dengan mengutamakan

kepentingan publik, serta menjamin prinsip diversity of content dan bla-bla-bla yang kita terima kemarin dari KPI, ATVSI, dan ATVLI inikan mereka kepentingan publik juga, kalau Pak Menteri tadi kembali ke kesimpulan kita dalam perjalanan dari tanggal 28 sampai hari ini banyak surat complaint mengenai seleksi yang sedang dilaksanakan. Jadi kalau dibilang kita merubah, saya pikir di sini dengan jelas menyatakan bahwa, men-state bahwa selama itu memperhatikan, mengutamakan kepentingan publik ya kita akan jalankan, sekarang kepentingan publiknya mereka banyak yang menolak, itu satu.

Kemudian yang kedua, di dalam draft final, masukan daripada pakar dan narasumber itu mengenai multipleksing dan segala macam, termasuk pemilihan daripada penyedia layanan televisi ini ada dimasukkan melalui tender yang disesuaikan dengan undang-undang yang ada, karena ini ranah publik. Nah, katakan ketika Bapak sudah menetapkan yang pertama di seleksi ini untuk zona 4 dan zona Jawa Barat, Jawa, dan Keppri. Setelah Bapak menetapkan kita bukan berandai-andai ini, karena saya pikir ini akan terjadi dalam waktu yang dekat, kami menetapkan Undang-Undang Penyiaran, katakan setelah Bapak menetapkan setelah Jawa dan Kepri itu dengan proses seleksi dan kami menetapkan di Undang-Undang Penyiaran bahwa seluruhnya harus kita lakukan melalui proses tender, apa yang terjadi? Artinya ada beberapa zona nanti yang diberlakukan berbeda dengan zona-zona yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Nah, ini jadi hal-hal seperti ini yang tadi menimbulkan ketidakpastian kepada para penyedia layanan.

Terus Bapak bilang secara teknis kita digitalisasi di bawah, masih banyak juga yang pakai televisi analog yang harus diberikan, dibantu dengan set top box yang memang mumpuni untuk mereka menggunakan TV analog mereka menerima channel digital, ini secara teknis juga memang kalau dibilang terburu-buru, walaupun prosesnya dari tahun 2005 saya pikir kita juga harus membicarakan set top box ini secara detail teknisnya bagaimana si pemenang Mux multipleks ini bisa menyediakan set top box kepada masyarakat. Ini proses berikutnya Pak, tetapi yang dua itu tadi, saya pikir kita harus jadikan pertimbangan yang pertama itu yang harus matang-matang sekali, jangan sampai apa yang kita lakukan di sini nanti bisa terjadi.

Itu saja Pak Menteri, saya mohon ijin juga karena sebetulnya jam 13.00 WIB ini jadi narasumber di Tangerang. Jadi, terima kasih.

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Zaki Saya kira sebentar saja Pak Roy ya, biar langsung kita tuntaskan, karena ada beberapa

catatan kesimpulan dari yang sudah disusun oleh Sekretariat yang mana menurut saya akan baik untuk kita tampilkan dan kita bahas bersama. Saya kira point-point itu yang lebih pas, tetapi sebelumnya silakan Pak Roy, kalau bisa singkat Pak.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Terima kasih Pimpinan. Singkat saja juga Pak Menteri. Saya hanya mengulangi apa yang sudah disampaikan Rekan-rekan tadi, bahwa kita

Insya Allah menuju ke suatu kesepakatan, suatu hal titik temu, Insya Allah dan itu nanti akan, semoga bisa tercapai dengan kesimpulan. Cuman memang justru fungsi kami dan kadang-kadang kami keras itu justru, karena kami itu sayang terhadap Kementerian Komunikasi dan

Page 22: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

22

Informatika, bukan berarti kami melawan, kami itu sayang, jangan sampai salah. Kalau salah berabe begitu, tetapi begini Pak Menteri. Intinya, kami mendapatkan seperti tadi yang disampaikan Pak Zaki, masukan, dan kalaupun ATVSI, ATVLI, KPI menyatakan keberatan itu adalah mereka juga sudah mengevaluasi internal mereka dan mereka mencapai suatu kesimpulan kemarin minggu yang lalu. Jadi, karena mereka menyatakan tidak menerima komunikasi dengan baik, ya saya sampaikan. Perkara apakah ada mereka mengevaluasi yang dulu atau tidak, itu adalah internal mereka, tetapi intinya, kami selaku wakil rakyat di sini menyampaikan apa-apa yang menjadi tugas kami untuk menyampaikan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika sesuai dengan pilihan.

Yang terakhir teman-teman sekalian, memang saya sekali lagi juga mengingatkan bahwa kesimpulan kita di tanggal 28 itu, tanggal 28 Mei itu sebenarnya satu kesatuan kalimat yang tidak boleh dipotong. Jadi ada kepentingan publik setelah menjamin prinsip diversity of content dan diversity of ownership. Nah, kenyataannya Pak Menteri, tadi supaya juga hati-hati, tadi Bapak juga menyampaikan ketika di dalam proses pemasukan dokumen, beberapa TV-TV diarahkan untuk menjadi LPS saja, karena mereka tidak akan mampu untuk menjadi LPM. Katakanlah begitu. Nah, ini sudah ada kecenderungan akan dicap mengkotakkan, karena yang mampu untuk memiliki LPPM itu adalah nanti adalah group-group besar, sebut saja Transcorps, MNC, kemudian Surya Citra sama Media Group, begitu loh. Seolah-olah kalimat Bapak itu diterjemahkan, bisa begitu loh. Itu kalimat itu mohon nantinya dipercantik supaya tidak salah.

Dan, at last but not least, yang bener-bener terakhir yang ingin saya sampaikan, semoga apa yang kita simpulkan hari ini menjadi kesepakatan bersama dan tidak ada lagi DPR mengatakan A, Kementerian mengatakan B, dan kemudian dua-duanya berjalan atau tidak berjalan dengan serempak, karena kita mencari suatu titik temu dan semoga ini terbaik bagi merah putih.

Sekian. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Roy. Mungkin ada klarifikasi sedikit dari Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Baik. Terima kasih Pak Pimpinan. Kalau Mas Roy katakan tadi, bukan berarti terjadi seleksi terus kita arahkan ke LPS,

tidak. Ini pertemuan dengan ATVLI terakhir. Jadi, bukan dia mengajukan ini begitu, terus anda jadi LPS-nya tidak, pertemuan. Itu berbeda jauh itu Mas.

Ya, tentu ya Presiden juga menyuruh ini juga, karena untuk kepentingan publik atau Mas begitu ya. Jadi, kita jalan juga untuk kepentingan publik.

Kemudian, dari Pak Zaki tadi mengenai seleksi dan sebaiknya kita punya aturan main dan seterusnya. Ya silakan saja dilakukan gugatan, pasti ada yang keberatan, pasti ada yang tidak puas, tender juga begitu. Ya pasti ada, oh yang ini, ya silakan saja, kan prosedurnya begitu loh, bagi yang tidak terpilih, tetapi kalau kita memuaskan semuanya ya tidak bisa juga, yang mengikuti prosedur, tentu kita inikan.

Nah tentang set top box, set top box ini bukan dibuat oleh LPM ini Pak Zaki. Ini saya sudah mengatakan, memberikan arahan bahwa ini harus local content, dibuat oleh anak-anak kita, karena ini gak rumit. Kalau set top box ini teknis ya. Nah, kalaupun mereka beli di luar, itu harganya sekitar 135 ribu, saya sudah bicara-bicara dengan anak-anak SMK, mereka berani jual Rp. 85 ribu 1, bagi yang menggunakan televisi analog ingin menangkap siaran digital, 1 aja itu. Nah, kalau sekiranya ini ya, Pak Zaki ya, alat elektronik itu maksimum bagus digunakan. Artinya, kalau kita tes dengan osiloskop, titik kerjanya itu hanya setahun sampai 2 tahun, bisa 3 tahun, tetapi sudah mulai miring-miring. Nah, kita mengharapkan dari 2011 ke 2018, itu ada 7 tahun masa, tidak mungkin orang akan hanya punya 1 televisi, mereka akan mengganti di tengah jalan. Nah, selama periode migrasi simulkas mereka itu belum mengganti, kita anjurkan untuk membeli set top box yang harganya 135 ribu. Untuk yang tidak mampu, kita akan campaigne dengan 1 set

Page 23: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

23

top box yang kita tenderkan dari APBN Pemerintah, itu kita anggarkan sekitar 300 Milyar, bahkan kami bincang-bincang nanti, teman-teman dari Komisi I juga bisa dilibatkan untuk mendistribusikan ini, dalam artian, ah saya rasa pendistribusian kepada masyarakat bersama dengan Kementerian nanti.

Nah kemudian untuk industri lokal, ini menghidupkan juga. Nah, televisi sekarang orang kan sudah menggunakan model LCD begitu, televisi digital, itu tidak perlu. Jadi kita juga melihat bahwa ke depan ini orang akan membeli televisi baru, pastinya, seperti Pak Zaki tahu, di desa-desa yang katakan rumahnya reot pun, itu antena parabolanya berdiri, gitu loh.

F-PG (AHMED ZAKI ISKANDAR ZULKARNAIN, B.Bus.): Itu di luar daerah kali Pak. Di Tangerang itu banyak masih yang pakai analog Pak. Maksud saya gini, set op box ini nanti bebannya akan ada di Pemerintah. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Maaf, Setup box. F-PG (AHMED ZAKI ISKANDAR ZULKARNAIN, B.Bus.): Begini Pak Menteri. Inikan bebannya akan ada di Pemerintah juga, dalam rangka pengadaan itu dan tadi Pak

Menteri sudah sebutkan akan diberikan 1 juta. Nah, pointnya adalah ketika tender ini sudah berjalan, sorry, tender lagi jadinya, seleksi ini. Kemudian, ini sudah berjalan semua. Ada zona-zona lain yang nanti akan mengikuti undang-undang baru mengenai proses pemilihan penyelenggara multipleksing-nya, yang mungkin akan berbeda dengan proses zona yang sekarang Pak Menteri lakukan. Di sini ada ketidakpastian bahwa setiap nanti begitu ada dibuka yang baru lagi, ini akan jauh berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Nah, ini yang pertama yang menjadi pertanyaan.

Kemudian yang kedua, kalau menurut Saya, tidak ada salahnya juga Pak Menteri atau Kementerian membuka dialog dengan para stakeholder yang kirim surat keberatan kepada kami, hasil dari Rapimnas KPI beberapa waktu yang lalu, karena ini sudah lewat dari tanggal 28 Juni yang mereka lakukan ini. Saya pikir begini, bukannya berlarut-larut, tetapi meluruskan apa yang mereka pertanyakan ke kami. Tidak ada salahnya kita buka dialog lagi dengan mereka, apabila Pak Menteri sudah punya argumentasi yang kuat, ya kita lakukan itu semua, ya kan? Berapa hari sih gituin mereka ini, itu saja. Karena ini menjadi masukan buat kita gitu, apa yang telah terjadi kita simpulkan di 28 Mei ini, sampai yang terjadi pada tanggal 5 Juli kemarin, itu memang masih ada berita keberatan terhadap proses seleksi ini.

Itu saja. Jadi kalau kembali lagi ke point yang ketiga hasil kesimpulan, itu dengan jelas

mengutamakan kepentingan publik. Nah, ini salah satunya. Jadi saya pikir kalau kita buka dialog saja dalam waktu sebelum kita reses ini tidak ada masalah buat saya.

Itu saja. Terima kasih. KETUA RAPAT: Ya, silakan Pak. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Terima kasih Ketua. Ini kayak mesti dilawan pantun ini Pak Tifatul ini. Jadi ada pantunnya begini, Alu Gurit itu

dekat Langsa, jika Pak Tifatul Arif, negara bangsa akan sejahtera. Jadi, saya pikir ada beberapa kekeliruan penafsiran ya. Jadi, begini Pak Tifatul. Saya mohon maaf sedikit ini menjelaskannya. Hak negara

membuat peraturan atau membuat undang-undang itu namanya for line to general, dalam perkembangannya, ini Rosseau ini yang merumuskan ini dulu. Sebelumnya kan waktu teori ketuhanan itu di tangan raja itu akan diserahkan kepada rakyat. Nah, dalam perkembangannya kemudian lahirlah sistem yang berkembang di dunia sekarang, pemegang kewenangan, saya

Page 24: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

24

bilang original tadi itu Parlemen. Tetapi karena dalam praktek kenegaraan Parlemen inikan belum membuat undang-undang kadang-kadang terlambat. Untuk mengantisipasi jangan sampai terlambat, maka didelegasikan. Sekali lagi, didelegasikan. Pendelegasian ini dalam bentuk yang jelas. Itulah dia dalam bentuk Undang-Undang. Presiden dimana Pak Tifatul adalah Pembantunya berdasarkan Pasal 17 itu memperoleh delegasi juga dan delegasi itu hanya boleh kalau dia tertulis juga dalam bentuk undang-undang, yaitu Peraturan Pemerintah atau Undang-Undang. Ditafsirkan sepanjang yang saya ketahui ini adalah belum pernah ada, karena harus dibedakan antara yang namanya otoritas untuk membuat undang-undang, otoritas membuat kebijakan atau diskresi, itu 2 hal yang berbeda.

Nah, agar tidak ada salah penafsiran, maka persoalan pokoknya bagi saya ini bukan persoalannya digugat Pak Tifatul, bukan digugat atau ditolak, bukan setuju atau tidak setuju. Di sini dibutuhkan benar-benar kearifan dan kematangan kita. Negeri ini Pak Tifatul, banyak Pemerintah yang buat salah. Saya kasih contoh, tadi pagi saya nonton TV itu, yang saya lihat sebuah rumah sakit di bawah kekuasaan kepolisian itu menghadapi premanisme. Istri Saya tanya, kok bisa kayak begitu Pak, saya bilang ini akibat hukum tidak tegak. Ketika hukum tidak tegak, orang berani, di rumah sakit Kramat Jati ada tindakan premanisme, itu judulnya. Lalu di satu sisi BUMN di Depok, Walikotanya Pak PKS, Pak Nur Mahmudin, apa yang terjadi? Ketika tanah yang menjadi milik PJKA selama ini dibiarkan, dibangun oleh orang, sebagian lagi ada yang disewakan, ketika mau digusur, mau dibersihkan, menjadi dilema. Ini juga akan begitu ketika kita melihatnya hanya pada silakan menggugat, maka pertanyaannya kapan kita mempersiapkan diri menjadi pejabat yang melaksanakan tanggung jawab kita menghindarkan gugatan, kan itu dia. Saya yakin kali bahwa Ustadz Tifatul, ini hari saya panggil Ustadz, bukan Menteri lagi, hapal kali bagaimana Umar bin Khattab melakukan Pimpinan. Hari ini, siang ini saya menantang Pak Tifatul menjalankan kepemimpinan ala Umar bin Khattab.

Terima kasih. Assalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT: Terima kasih. Ya. Pak Meteri dan juga Pak TB. Hasanuddin dan Rekan-rekan Komisi I, Kita sudah melakukan pembahasan yang saya kira cukup merepresentasikan apa yang

menjadi pertanyaan dari Rekan-rekan selama ini dan juga jawaban yang sudah disampaikan oleh Pak Menteri dan di samping itu juga memang kita tetap berpikiran Pak Menteri bagaimana pun angka kuantitas 5 kali pertemuan itu juga kalau dikira-kira untuk kepentingan rakyat juga belum terlalu panjang juga, tetapi kalau misalnya intinya kan hal-hal yang menjadi pertanyaan itukan bisa dijelaskan dan juga ujungnya inikan untuk kepentingan republik dan seperti Pak Muzzammil sudah mengingatkan kita tentang hal-hal apabila itu tidak dilaksanakan dan juga dari Rekan-rekan sudah memberikan pertimbangan yang macam-macam. Nah di sini, dari Sekretariat tentu berdasarkan pemikiran dari rekan-rekan semua, sudah menyusun konsep kesimpulan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Komunikasi dan Informatika, yang ditampilkan di sini adalah hal yang bisa kita diskusikan dan sepakati bersama, tetapi kalau misalnya kita tidak memulai, maka susah untuk kita menilai mana yang dilanjut, mana yang tidak dilanjut, mana yang mau diganti, mana yang mau ditajamkan, di sini ada ditampilkan beberapa point yang tentu akan kita bahas bersama, yang di sini kami mempersilakan kepada semua rekan dan juga tentu saja dari Pak Menteri untuk mencocokan untuk titik temu terhadap hasil dari pembicaraan kita, pembahasan kita dalam Raker kita pada siang hari ini.

Sebelumnya dari Pak TB ada sesuatu yang mau disampaikan sebelum kita meloncat untuk membahas kesimpulan.

Langsung? Baik. Terima kasih. Bisa Pak Menteri ya kita bahas dan Rekan-rekan? Silakan Sekretariat. Nah di sini disampaikan:

Page 25: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

25

Komisi I DPR RI pada prinsipnya mendukung Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) untuk melaksanakan program digitalisasi penyiaran dengan catatan bahwa Komisi I DPR RI: 1. Meminta Menkominfo untuk menunda proses seleksi Lembaga Penyelenggara

Penyiaran Multipleksing pada penyelenggaraan penyiaraan televisi terestrial, penerimaan tetap tidak berbayar atau free to air. Mengingat belum adanya pijakan hukum dalam bentuk Undang-Undang yang mengatur digitalisasi penyiaran secara eksplisit dalam batang tubuh Undang-Undang tentang Penyiaran sebagaimana yang akan diatur dalam Revisi Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, sehingga tercipta jaminan kepastian hukum sesuai dengan sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Ini kesimpulan yang pertama dan kami persilakan atau kita lanjutkan terakhir, baru dan yang kedua saya bacakan keseluruhannya.

2. Meminta Menkominfo melakukan komunikasi secara intensif dan berkala dengan Komisi I DPR RI terkait dengan penyelenggaraan proses digitalisasi penyiaran. Berarti ini melanjutkan rapat yang terakhir soal digitalisasi.

3. Meminta Menkominfo untuk melibatkan semua stakeholder di bidang penyiaran terkait dengan pelaksanaan program digitalisasi penyiaran, sehingga program penyiaran didukung oleh kesiapan semua stakeholder termasuk masyarakat.

4. Meminta Menkominfo untuk menyerahkan hasil penelitian terkait dengan program digitalisasi penyiaran kepada Komisi I DPR RI untuk dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut, sehingga pelaksanaan program digitalisasi penyiaran berjalan dengan baik dengan memprioritaskan kepentingan publik serta menjamin prinsip diversity of content dan diversity of ownership.

Nah ini adalah catatan kesimpulan yang sudah kita susun dan mari kita bahas bersama, dari yang pertama “Komisi I DPR RI pada prinsipnya mendukung Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk melaksanakan Program Digitalisasi Penyiaran dengan catatan bahwa Komisi I DPR RI”, seperti yang saya bacakan tadi dengan 4 point.

Kami persilakan dari Bapak-bapak, karena Ibunya sudah tidak ada lagi ini, Bapak-bapak untuk menanggapinya dan juga nanti dari Pak Tifatul bersama dengan jajarannya.

Kami persilakan Pak Guntur. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Terima kasih Pimpinan. Bapak Menteri dan jajarannya yang saya hormati, Membaca daripada kesimpulan yang ada, kemudian dengan apa yang sudah dilakukan

Kominfo: 1. Komisi I DPR RI pada kesimpulan yang lama mendukung kebijakan Kemkominfo untuk

melaksanakan program digitalisasi penyiaran sesuai dengan road map yang telah ditetapkan.

Kalau kita mengacu kepada kesimpulan yang lama, berarti Kominfo telah melaksanakan apa yang disimpulkan oleh kita, sesuai dengan road map yang ada. Kalau toh seperti ini, ini hanya mengulangi daripada kesimpulan lama yang sudah kita lakukan. Pada intinya, sebetulnya pertemuan sekarang ini hanya pada masalah pengertian komunikasi intensif. Ini yang dimaksud yang bagaimana? Karena saya melihat pertama dari kesimpulan yang dilakukan pada RDP tanggal 28 Mei, Kementerian sudah bergerak berdasarkan road map yang ada dan ini dihadapkan kepada waktu yang memang pada akhir 2014 sedapat mungkin digitalisasi ini sudah sampai kepada tahapan 35%. Yang kedua, juga kita terikat kepada perjanjian internasionalnya, makanya seleksi sudah dilakukan, tetapi pada satu sisi memang dari pihak legislatif melihat masih ada waktu. Ini yang menjadi peluang untuk seolah-olah diadakan komunikasi intensif.

Menurut hemat kami, kesimpulan-kesimpulan ini tetap pada arti kesimpulan pertama. Jadi, tidak perlu ada lagi penegasan masalah-masalah secara prinsip dan lain sebagainya. Tinggal sekarang bagaimana menjabarkan komunikasi intensif ini untuk lebih riil. Tadi Bapak Menteri juga menyampaikan pasti ada yang tidak puas dan gugatan dan lain sebagainya. Mari

Page 26: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

26

kita dudukan itu pada proses hukum, kalau memang itu sudah berjalan, karena kalau kita proses, menunda kembali, mengulangi kembali, pertarungan kita juga cukup berat.

Demikian Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT: Jadi, Pak Guntur langsung meminta untuk pelaksanaan dari komunikasi intensif tadi

dengan DPR. Itu saja. Jadi, yang soal, namun supaya pemikirannya Pak Guntur, saya sekedar mengingatkan bahwa supaya ada benang merah kita dengan rapat yang lalu, jadi supaya kita di sini suara dari Teman-teman, bahwa kita mendukung tentang digitalisasi itu. Nah namun, ini ada namunnya, dengan catatan yang seperti ini begitu dan mengenai komunikasi intensif itu di point nomor 2 juga sudah ada. Atau sebenarnya kita hanya perlu suatu point saja kesimpulannya, karena kalau misalnya kita lihat dengan meminta Kominfo melakukan komunikasi secara intens itu sudah ya, yang melibatkan, point nomor 3 melibatkan semua stakeholder. Kita mengatakan bahwa stakeholder tidak dilibatkan, misalnya KPI dan lainnya, tetapi Pak Menteri sudah mengatakan bahwa Anggota KPI yang lama itu juga sudah diajak, berarti secara hukum Bang, itukan bisa kelanjutan kan dari yang sudah. Namun selain KPI kan ada juga Pak Menteri, yaitu ATVSI, ATVLI, apakah mereka sudah dilibatkan di dalam proses ini?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Sudah ada. KETUA RAPAT: Jadi, sebenarnya kalau dalam pandangan saya bahwa yang... MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Mohon maaf Pak. Ini kalaupun kami kemari diinstruksikan untuk bicara lagi mereka, mereka yang

melakukan lagi, tetapi kalau ditanyakan sudah, sudah, tetapi misalnya ada ketidakpuasan, kita bicara lagi sesuai usulan berapa Anggota Dewan tadi.

KETUA RAPAT: Baik Pak Menteri. Terima kasih atas kebijakannya dan wisdom itu perlu sekali, karena inikan politik. Karena

politik kalau wisdom-nya jauh, susah kita. Saya kira itu bagus sekali apabila dilakukan dengan KPI yang sekarang, sehingga ada komunikasi lebih kuat lagi untuk mengokohkan, katakanlah karena KPI inikan untuk yang penyiaran memang ranahnya mereka dan saya kira memang bagus sekali.

Nah, kembali ke point-point kita tadi. Saya meminta tanggapan dari Rekan-rekan. Kami persilakan Pak Maiyasyak, apakah sepakat dengan 4 point ini tadi? F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Saya sepakat, saya melihat siang ini Ustadz Tifatul itu kayak Usman bin Affan, wise kan

begitu. Jadi kalau sudah wise, saya pikir yang empat ini tidak ada masalah saya pikir. Ya, kan tidak ada masalah begitu. Jadi, bagi saya yang prinsip adalah bahwa kita itu bisa melaksanakan tugas kenegaraan kita dalam batas maksimal yang bisa kita lakukan dan saya melihat bahwa peluang itu ada. Nah, kita ambillah peluang itu. Nah, jika memang misalnya ada hal-hal yang belum bisa bertemu, kita bisa melakukan pertemuan-pertemuan terbatas yang difasilitasi oleh Pimpinan dan dari Kementerian, mungkin itu yang saya maksud kalau saya katakan sebagai komunikasi intensif, dengan catatan bahwa pertemuan itu adalah pertemuan-pertemuan yang ada aturannya di dalam Undang-Undang MD3. Jadi, jangan sampai pertemuan itu, pertemuan yang tidak ada dalam aturan MD3, karena legalitas produk pertemuan itu yang nantinya susah dipertanggungjawabkan.

Saya kira itu dari saya. Terima kasih.

Page 27: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

27

KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Maiyasyak. Ya, silakan Pak Max. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Kesimpulan yang dibuat itu sebenarnya kesimpulan lanjutan saja kalau saya baca dan

penguatan dari kesimpulan yang lalu, karena kesimpulan yang lalu itu sudah berisi persetujuan dengan mengikuti road map. Kalau pun ada persoalan-persoalan dalam road map yang belum kita selesaikan, tinggal kita melakukan konsultasi seperti dalam item yang kedua itu Pak tadi. Jadi, yang ada persoalan adalah ada item di dalam road map yang belum mungkin, belum mengerti dilampaui atau yang belum kita selesaikan.

Yang terakhir Pak Menteri. Bertamasya ke Raja Ampat, menikmati tarian gadis pingitan, kalaulah ada beda

pendapat, pastilah bisa kita selesaikan. Ini dibuat 2 hari 2 malam ini, baru dibaca ini. KETUA RAPAT: Luar biasa Pak Max. Nah, sepertinya dari sayap kanan sudah tidak ada masalah dengan point-point tersebut

ya. Kalau dari sayap kiri sebelum kami meminta tanggapan dari Pak Menkominfo dan jajarannya, apakah dari Pak Muzzammil atau, oh Pak Muzani.

Silakan. F-GERINDRA (H. AHMAD MUZANI): Memang dalam pikiran KPI, jadi bukan mantan KPI, tetapi KPI. Tadi Pak Menteri

menyebut Mantan KPI atau KPI lama istilahnya tadi, itu secara resmi mengatakan bahwa dia akan meminta ditunda untuk pelaksanaan KPI. Tetapi yang menarik adalah artinya itu pendapat Lembaga Resmi mereka, tetapi yang menarik adalah pendapat dari Asosiasi Televisi Swasta ataupun Lokal. Secara kelembagaan, mereka juga sama pendapatnya minta ditunda dalam hal pikiran dan pandangan pendapat yang disampaikan oleh Komisi I, tetapi pertanyaannya kenapa televisi-televisi mereka kemudian melanjutkan proses pengajuan digitalisasi, ini jawabannya sudah mereka sebagai pelaku usaha. 1. Dia mengatakan kami tidak ingin kehilangan kesempatan. 2. Kami tidak ingin dirugikan dan seterusnya sebagai pelaku usaha tentu saja.

Pertimbangannya lebih kepada pertimbangan personal dan kepentingan bisnis, tetapi kalau mereka komunal, kumpul mereka maunya, karena mereka alasannya banyaklah, pokoknya panjang ceritanya sudah disampaikan oleh kawan-kawan tadi.

Nah, saya kira dalam kasus ini, Komisi I menjadi penyambung lidah ini, sehingga kita semuanya mengikuti cerita seperti ini. Jadi, kesimpulan rapat minggu yang lalu kan di ruangan ini saya kira tidak ada yang tidak setuju digitalisasi, tidak ada, tetapi pertanyaannya kan adalah apakah perlu sekarang? Kan itu pertanyaannya.

Kira-kira seperti itu. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Muzani. Dan saya kira dari sayap kanan dan kiri sudah menyampaikan pikiran, kami ingin

mendengarkan tanggapan dari Pak Menkominfo terhadap catatan kesimpulan yang sudah tersusun tadi dan saya kira sebelum itu juga saya mau tambahkan juga memang stakeholder tadi kan kita bicara soal KPI dan juga di sini kan ada juga dari ATVLI dan ATVSI, itu juga mungkin perlu juga Pak Menteri untuk dibicarakan. Kita ingin memastikan agar supaya ketika ini berjalan, itu semua sudah dalam pemikiran dengan Rekan-rekan stakeholder tadi.

Kami persilakan Pak Menteri.

Page 28: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

28

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Baik. Terima kasih Pak Pimpinan. Tentang ATVLI dan ATVSI itu, memang begini ya. Dalam suatu zona itukan hanya ada

5, sebetulnya ada 6 multiplexing. Yang di kita seleksi untuk LPS itu untuk LPM-nya ya, itu hanya 5, 1 kan TVRI, dan mereka ini sebetulnya tidak bisa, misalnya dalam suatu zona sekarang ini mereka ada 30, 30-30nya dikasih multiplexing. Orang cuman tersedia 5, cuman 1 multiplexing itu bisa 12 kanal stasiun televisi. Nah, kami sudah bicara dengan ATVLI itu supaya mereka ikut diseleksi kanal saja, tidak usah ikut di multiplexing semuanya begitu. Sebab kalau semuanya tidak mungkin juga dapat semuanya, orang tidak ada cuman 5 dan dari segi skala usaha-usaha mereka yang lokal itu memang mereka tidak mungkin, tidak mungkin mereka mengelola 1 multiplexing untuk sekian biaya. Dalam hitungan kami juga sudah kami gambarkan kepada mereka apa yang terjadi di negara-negara lain.

Kemudian, point nomor 1 ini Pak Pimpinan. Ini saya menangkap apa yang disampaikan oleh Pak Guntur dan Pak Max tadi, ya kita akan mundur ke belakang ini. Jadi pertemuan pertama diminta perbaikan, RDP pertama, RDP kedua kita perbaiki diminta juga untuk berbicara dengan stakeholder sama point-point tadi, sebetulnya kalau kita cek lagi, itu sudah masuk semua dalam kesepakatan-kesepakatan sebelumnya. Kemudian pertemuan keempat, baru pertama kali Komisi I menyatakan mendukung Kemkominfo untuk melaksanakan program digitalisasi penyiaran sesuai dengan roadmap yang telah ditetapkan, sehingga proses seleksi kami jalankan. Ya tentunya ya komunikasi intensif. Saya memang setuju kalau kita membicarakan masalah komunikasi intensifnya seperti apa teknisnya, ya karena ya tentu masing-masing sama-sama memiliki schedule, kan tidak harus dalam bentuk RDP saja, bisa saja wujudnya seperti apa, kata Pak Maiyasyak tadi ada semacam pertemuan yang memang diatur dalam peraturan juga. Jadi kalau kita ini lagi, kita balik lagi. Jadi, pertemuan yang kelima ini kembali mementahkan apa yang sudah kita capai pada pertemuan yang keempat itu dan kalau kita lihat kesimpulan tadi mendukung, tetapi meminta menunda begitu.

Jadi, ini 2 pernyataan yang juga bertentangan Pak Ramadhan. Kalau saya cenderung mengusulkan kita kembali ke kesepakatan 28 Mei ini, kemudian kasih catatan, apa catatannya, misalnya ketemu dengan stakeholder oke, misalnya komunikasi intensif seperti apa, karena kami tetap akan berpartner dengan Komisi I seperti apa, itu kita jalankan.

Terima kasih Pak. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Pimpinan yang saya hormati; Rekan-rekan yang saya hormati, saya cintai. Saya jujur dengan kesimpulan nomor 1 ini mungkin harus menjadi bahan pertimbangan

kita semua. Misalnya, mengingat belum adanya pijakan hukum dalam bentuk undang-undang. Ini juga marwah mitra juga harus kita jaga. Karena apa? Apa iya sebuah Kementerian melakukan sebuah kegiatan tanpa pijakan hukum. Saya mohon dibantu Pak Maiyasyak kalau saya salah, karena saya tidak pernah di hukum, tetapi juga saya tidak tahu hukum. Jadi, apa iya Kementerian? Nah, menurut hemat saya, karena sudah berlarut-larut, bagaimana saya menyarankan kita dari Komisi I ini membentuk Tim Kecil saja mencari sebuah solusi. Ya nanti dari Ahli Hukumnya, kepada Ahli IT, dan sebagainya, nanti bicara dengan Tim Kecil dari Kominfo, kemudian seperti apa, dimana gap-nya itu, dan sebagainya. Kami ya, Fraksi kami, kami ikutlah, waljama’ah sajalah begitu ya. Itu supaya baik, supaya program berjalan lancar, tetapi juga tidak kita sepertinya tek tok teruslah. Ya begitu, ya ini saya mohon bantuannyalah dari teman-teman juga makan siang, waktu shalat sudah masuk barangkali. Mungkin saya yang tahu persis Pak Roy Suryo mungkin nanti menjadi Ketua Kelompoknya, kemudian terserah dimana, kemudian dipaparkan ke kami supaya tidak berlarut-larut, karena juga begini, misalnya rekan Zaki. Kan beliau tidak mengikuti terus begitu, sehingga nanti ketika nanti kesimpulan nanti kok begini, kami Pimpinan juga repot juga, tiap hari nanti dikomplain, ya begitu. Saya mungkin ikut sajalah bagaimana baiknya, tetapi kalau kita terus-terusan berlarut dan lain sebagainya, karena menurut jadwal, kita akan juga membahas RKA/KL, kemudian RKP, kemudian jam 4, jam 7, dan lain sebagainya.

Page 29: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

29

Mungkin ini saran saja. Nah, kesimpulan per-point, mungkin ini menjadi bahan saja. Kalau Bapak-bapak setuju,

nantai dibawa oleh ini, didiskusikanlah begitu. Kira-kira seperti itu. Saya sepenuhnya, karena saya jujur, saya juga tidak mengerti itu. Saya takut keliru, ya begitu, saya bukan Ahlinya, saya kebetulan dari jurusan tempur, bukan jurusan perhubungan. Jadi, saya takut itu ya.

Saya mungkin silakan Saudara Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT: Tawaran dari Pak TB, bahwa ini adalah catatan yang dibawakan. Yang lebih utama lagi

perlu Tim Kecil dari Kemkominfo dengan Komisi I, sehingga bisa membahas lebih detail tentang hal-hal yang terkait dengan migrasi analog ke digitalisasi dan sehingga kesimpulannya ya menjadi Komisi I dengan Kemkominfo sepakat untuk membentuk Tim Kecil untuk melakukan pembahasan lebih lanjut dalam rangka bla-bla, seperti itu jadinya kesimpulan kita.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Maaf, dalam rangka menjalankan komunikasi intensif itu tadi. KETUA RAPAT: Ya, dan seperti itu. Saya mau tawarkan kepada Rekan-rekan Komisi. Ya, silakan Pak Max. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Tidak, sudah saya bicara tadi. Saya cuman menyampaikan Pak TB bijaksana sekali tadi itu, itu saya sudah sampaikan

itunya. KETUA RAPAT: Oh, jadi sepakat? Pak Maiyasyak juga sepakat ya? Bahwa dibentuk Tim Kecil, Komisi I dengan

Kemkominfo untuk melaksanakan komunikasi intensif dengan Komisi I, termasuk juga dengan pelibatan dengan KPI tadi ya Pak ya, termasuk itu, kan stakeholder tadi kan?

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Begini-begini, interupsi Pimpinan. Pertanyaannya Mas, ketika terjadi komunikasi intensif sebelum atau sesudah, program

yang sekarang itu jalan atau tidak? Diberhentikan atau tidak? Kalau diberhentikan, clear, tetapi kalau tetap jalan, sama saja. Itu yang menjadi soal nantinya, karena kita juga pasti akan sebagai Lembaga Rakyat, pasti akan menerima pertanyaan dari semua stakeholder.

KETUA RAPAT: Tetapi kalau Saya tidak salah menafsirkan, sepertinya dari Pak Menteri juga akan mau

melaksanakan komunikasi intensif tadi, tentu tidak bisa dilaksanakan yang sudah kita sepakati, tetapi yang jelas ada argumentasi ataupun katakan aba-aba juga dari Menkominfo, sehingga tidak bisa disalahkan ketika misalnya terjadi penundaan seperti itu, bagaimana pun Pak.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Sebentar Ketua, sebelum sampai ke Pak Menteri. Jadi, kelihatan ya dari apa yang disampaikan oleh Saudara Roy, kita semua, saya lihat

pada siang hari ini luar biasa ini Komisi I, kepengen bagaimana secara bijaksana menyelesaikan masalah, tetapi betapa dalam kebijaksanaan itu suatu masalah sudah lahir dan yang dibilang Roy tadi kan begitu. Jadi, saya ingin katakan kalau kita bentuk Tim Kecil efektif, kata efektif itu kita mulai, di sini ada 9 Fraksi, satu.

Page 30: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

30

Yang kedua, schedule/waktu. Kenapa? Karena ada beberapa masalah ya kan begitu, yang katakanlah itu menjadi bagian dari argumentasi yang dipergunakan oleh Departemen Kominfo. Nah, sementara kita bukan bagian dari argumentasi yang baik, tetapi kalau kita mau komunikasi, tentu artinya kita berani menghargai argumentasi mereka. Dengan begitu, kita harus selidiki waktu.

Selanjutnya, agendanya. Nah, saya khawatir kita bijaksana, kemudian hasilnya sebuah persoalan baru. Jadi kalau kita betul-betul mau bijaksana itu agendanya kita tentukan. Dengan begitu, kita bisa clear. Persoalan pokok yang saya lihat belum terjawab dalam upaya membuat kebijaksanaan, tetapi sudah ada itu langkah maju yang luar biasa, komunikasi semakin bagus. Ini adalah point penting.

Karena itu Ketua, jika mau dilakukan itu, tolong beberapa hal yang saya sampaikan tadi dijadikan catatan.

Nah, itu saya kira. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Silakan Pak Menteri. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Izinkan saya menyampaikan barangkali Tim Kecil itu tidak berarti menghilangkan sebuah

aspirasi Komisi dan Fraksi. Saya percaya begitu ya, untuk juga mewadahi Rekan-rekan kami, Rekan-rekan kita yang juga tidak paham masalah digital dan sebagainya begitu. Ini kami serahkan sepenuhnya kepada yang Ahlinya di sini begitu dan mungkin bisa berjalan sesudah makan siang, sesudah shalat dzuhur, kemudian duduk di sebelah sana seperti apa, kemudian dan ini. Saya juga mungkin, karena kita perlu Ahli Hukum, ya saya persilakan, mungkin Pak Maiyasyak dan lain sebagainya. Karena kalau mau jujur, saya mohon maaf kalau berbicara kejujuran. Di ruangan ini juga kita tidak bisa mengambil sebuah keputusan sesuai dengan aturan perundang-undangan Pak. Sekalian kita melanggar dengan bikin Tim Kecil yang diserahkan kepada Ahlinya, tetapi bukan Gubernur DKI ya, mohon maaf.

Begitu. Ya kami juga dari Fraksi kami cuman saya begitu, yang jujur juga tidak paham betul soal

tadi itu. Kemudian, juga dari Fraksi-fraksi lain juga. Kuorum itu juga tidak tercapai. Jadi kalau kita ketok palu pun juga cacat hukum juga.

Begitu. Kan lebih baik hasil itu dibawa seperti apa, kemudian nanti kita sepakati menurut hemat

saya supaya tidak berlarut-larut, kami hanya jalan tengah, tidak memangkas aspirasi Rekan-rekan begitu, mencari sebuah solusi, tetapi kalau toh mau diteruskan, saya juga terbiasa duduk sampai larut malam, saya akan tunggui.

Terima kasih. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Ketua, eh Pak Ketua. KETUA RAPAT: Ya, silakan Pak. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Saya mau komentar saja Pak TB. Kalau ada keragu-raguan dalam perbedaan, serahkan kepada Ahlinya. KETUA RAPAT: Pak Guntur, silakan Pak Guntur.

Page 31: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

31

F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Terima kasih Pimpinan. Saya berpikir kalau toh kesimpulan yang ada sekarang judulnya tetap, Komisi I DPR RI

bla-bla sampai dengan titik dua itu, kemudian langsung kepada nomor 4 itu menjadi nomor 1, kemudian nomor 3 menjadi nomor 2.

Pimpinan, Usul saya, jadi diubah urutan ini, nomor 4 itu menjadi nomor 1, kemudian nomor 3

menjadi nomor 2, nomor 1 dan 2 ditiadakan, karena ini konsep daripada kita mengamankan kesimpulan yang sudah kita lakukan. Jangan terulang kembali, ini juga marwah Komisi I. Menurut saya dengan nomor 4 ini menjadi nomor 1, nanti Kominfo akan melaporkan hasilnya kepada Komisi.

Ini ingat pada waktu jadi Komandan dulu. Jadi, dengan hasil penelitian itu nanti Komisi I bisa menilai bagaimana prosesnya. Kemudian yang kedua, melibatkan stakeholder, ini memberikan peluang untuk

komunikasi intensif. Demikian Ketua. Terima kasih. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Ketua, Ini sekarang sudah setengah 2 Pak Ketua. Ini lama-lama, ini banyak yang berobat jalan sekarang di sini ini. KETUA RAPAT: Itu sebabnya kita tadi sudah tawaran yang baik dari Pak TB, bahwa Tim Kecil ini kita

bentuk dengan membawakan dan hal-hal menjadi pembicaraan kita di sini. Mengenai konsen soal waktu, saya kira itu perlu juga, bahwa ini harus dilaksanakan tidak misalnya, mungkin kalau misalnya tidak bisa hari ini juga besok lusa, minggu depan juga masih bisa. Artinya, biar diputuskan oleh Tim Kecil. Kan intinya kan kita bagaimana menyelesaikan, menemukan titik temu.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Interupsi Pimpinan. Itu yang saya maksudkan. Jadi, artinya sebelum Tim Kecil bekerja dan bekerja, sekarang yang jalan ini jalan atau

tidak? Soalnya kalau sekarang tetap berjalan, sama saja ada Tim Kecil ada atau tidak. Kemudian, yang kedua kalau dipikir soal kuorum, keputusan tanggal 28 Mei itu perlu dilihat lagi rekamannya berapa orang yang tertinggal pada saat itu. Itu hanya sekitar 4 orang saja.

Jadi, menurut saya kalau soal kuorum sama saja. Hasil kesimpulan waktu itu juga bisa dikoreksi lagi dengan kesimpulan sekarang sama saja, lembaga ini juga memiliki yang, sekarang pun saya yakin orangnya lebih banyak daripada 28 Mei yang lalu. Jadi, menurut saya ini perlu ada kesepakatan dulu, clearance kesimpulan. Saya kira kesimpulan ini biarkan saja dulu, 1 sampai 4, karena itu nanti akan jadi bahan, seperti usulan Pak TB tadi, tetapi yang paling penting adalah apa yang dilakukan oleh Kementerian Kominfo sekarang itu bisa disetujui, dijalankan, atau tidak. Kalau tidak, ya kita berikan suatu, menunggu Tim Kecil, tetapi atau Tim Kecil hanya bersifat mengawasi.

Itu yang paling penting. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Roy. Biar Pak Menteri, ah, oke. Silakan, sebentar Pak ya.

Page 32: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

32

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Saya kira dari Saudara Menteri tadi ada usul, dia bilang kembali ke 28 ditambah catatan.

Itu juga suatu alternatif saya kira seandainya ini masih debatable. Yang kedua, saya kira Pimpinan, saya mendukung apa yang disampaikan oleh Saudara

Roy, karena persoalan pokoknya adalah keluar dari ruangan ini habis rapat ini akan ada yang bertanya. Bisa juga misalnya kita pakai ilmu dari Pak TB, tentara kan suka ngajari kita pakai nyaru begitu kan? Bisa juga, tetapi itu kan tidak bisa kita pakai siang-siang ini begitu. Kan begitu? Ini yang paling berat itu, itu. Jadi, pertanyaan itu harus dijawab.

Karena itu, saya pikir begini Pimpinan. Saya kurang sependapat kalau schedule waktunya tidak ditentukan, karena itu akan kontradiksi dengan apa yang menjadi perhatian atau tekanan dari Komisi I selama ini dan yang dikejar-kejar publik, yaitu dilanjut atau tidak. Sebenarnya titik tahun atau titik pertemuan antara berbagai pikiran itu sudah hampir selesai Pimpinan, tinggal bagaimana Pimpinan mengambil keputusan pada siang ini.

Saya kira itu saja Pimpinan. KETUA RAPAT: Ya, terima kasih Pak Maiyasyak. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Sebentar Pimpinan, saya mau kasih kesimpulan terakhir tutupnya. Jadi, barangkali kita minta tunda kalaupun itu supaya dia tidak bersifat re-service tadi.

Mungkin itu ditunda sampai tanggal berapa, tetapi dalam tampil penundaan itu, ini harus ada jalan keluar. Jadi, jangan juga penundaan tanpa batas waktu begitu. Inikan juga tidak benar. Jadi, ada penundaan, tetapi batas waktunya clear, 2 minggu, 3 minggu, 1 bulan dan itu harus ada keputusan. Saya kira begitu Pimpinan.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Maiyasyak. Kami ingin mendengar tanggapan dari Pak Menteri sedikit. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Terima kasih. Jadi kalau saya Pak Pimpinan dan Anggota Dewan sekalian, kita ini sudah bicara. Apa

yang kita diskusikan hari ini sebetulnya dari pertemuan yang pertama sampai keempat itu sudah selesai semua, sampailah di ujung pertemuan yang keempat, RDP 28 Mei ini. Kalau saya lihat point 1 ini, kita mundur lagi ke pertemuan yang kedua atau yang ketiga. Jadi, tidak adanya kemajuan seperti Pak Maiyasyak tadi juga bilang, itu tidak sampai selesainya Undang-Undang, katakan perubahan, katakan beberapa, itu sejak 2010 itu kita bahas perubahan itu. Ya belum memang ada schedule yang katakanlah yang bisa dipastikan, diberikan suatu batasan, saya tidak tahu juga pembahasannya di Komisi I sampai sejauhmana itu, memang waktu itu perlu. Jadi, Pak Maiyasyak bilang tunda, tunda sampai kapan. Ditunda tidak ada ujungnya, juga kita bingung juga Pak Maiyasyak, karena proses selesai ini sudah berjalan sebetulnya.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik. Dari Pak TB ada? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Begini Pak. Keinginan dari teman-teman ini itu adalah ditunda, tetapi memang harus ada, timeline-

nya itu juga jelas. Misalnya, kita membentuk Tim Kecil dari Kominfo dan Komisi I untuk menyelesaikan hal-hal yang menjadi catatan di dalam pertemuan kita hari ini, tetapi jangka waktu yang kita berikan tentu harus ada di situ. Artinya, kita harus realistis juga, karena Anggotanya ya

Page 33: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

33

adalah seperti ini dan untuk Pak Roy juga kalau kita tunggu sampai semuanya datang, itu tidak mungkin orang datang dan pergi dan kita tidak akan pernah mengambil kesimpulan yang kuat di sini.

Nah, artinya nanti kalau misalnya kita buat kesimpulan seperti ini dan kemudian yang mempersoalkan tidak banyak, berarti dia akan persoalkan lagi pertemuan.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Begini-begini Ketua. Supaya jelas, begini. Kami sepakat, bahwa tidak mundur Pak Menteri. Cuman kesimpulan tanggal 28 Mei itu

belum dilaksanakan atau tidak terlaksana sesuai dengan apa yang kita minta. Jadi, waktu itu kesimpulannya adalah suatu kalimat panjang dan utuh. Jadi, artinya kami mendukung sesuai dengan road map yang ditetapkan, tetapi Komisi I DPR RI minta Kementerian Kominfo untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan Komisi I DPR RI, ini kami nilai tidak berjalan, sehingga proses migrasi dari analog ke digital berjalan baik dengan mengutamakan kepentingan publik, ini juga terbuka kepentingan publiknya banyak yang menyatakan belum dikomunikasikan, serta menjalankan prinsip diversity of content dan diversity of ownership. Dalam dokumen seleksi, diversity of content dan diversity of ownership justru tidak nampak.

Pimpinan, Ini yang penting. Jadi, kesimpulan tanggal 28 Mei itu tidak terlaksana pada saat sampai dengan sekarang.

Jadi, artinya ini yang kita minta. Kalau tadi Pak Guntur menginginkan untuk komunikasi intensif ya itu harus dilaksanakan. Jadi, kita hanya ingin menyatakan bahwa jalankan keputusan tanggal 28 Mei itu. Nah, dengan menjalankan itu, apa yang dilakukan harus ada.

Pimpinan, Kita ingatkan begini. Seperti halnya yang mau kita lakukan untuk Dewas TVRI. Ketika terjadi dengan hasil

Dewas TVRI tidak sesuai, kita juga tidak bisa membongkar Direksi TVRI, tetapi harus ada penalti kepada Dewas TVRI, kita jangan bocorkan dulu ke publik apa penalti kita. Itu yang harus kita lakukan juga, karena ini tidak berjalan. Jadi, artinya mitra juga harus. Ini kita lembaga pengawasan. Kalau kita tidak melakukan pengawasan dan ternyata masyarakat atau stakeholder itu menyatakan tidak benar apa yang dilakukan Pemerintah, kita juga yang kemudian bertanggungjawab. Jadi, artinya harus ada imbang. Kalau Dewas TVRI melakukan pemilihan Direksi TVRI dan ternyata melanggar, inipun juga kita lihat dalam perjalanannya proses seleksi ini mis juga, tidak sama dengan apa yang kita minta. Jadi, ini harus ada proses tertentu, tidak bisa kemudian berjalan begitu saja. Kita ingatkan ini Pimpinan.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Ya, silakan Pak Muzzammil. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Ya, saya ingin bacakan letter lack saja. Kesimpulan kita 28 Mei 2012 yang dihadiri 32 Orang Anggota dari jam 14.00 sampai jam

18.00 WIB, Saya kutipkan point 3-nya “Komisi I DPR RI mendukung kebijakan Kemenkominfo untuk melaksanakan program digitalisasi penyiaran sesuai dengan road map yang telah ditetapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Komisi I DPR RI minta Kemenkominfo untuk melakukan komunikasi secara intensif dengan Komisi I DPR RI, sehingga proses migrasi dari analog ke digital berjalan dengan baik, yaitu dengan mengutamakan kepentingan publik serta menjamin prinsip diversity of content dan diversity of ownership.”

Jadi, Pimpinan saran saya, saya setuju menggabungkan apa yang diusulkan oleh Pak Guntur dan Pak TB. Pertemuan kita sekarang adalah mengoperasosialisasikan point 3 ini. Satu, dia sesuai road map. Kedua, akan terjadi komunikasi intensif. Ketiga, ada kepentingan publik yang terjamin. Keempat, diversity of content dan diversity of ownership akan bisa kita lakukan.

Page 34: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

34

Maka saya setuju tadi disarankan oleh Pak Guntur, point 4 tadi dan point berapa, 4, 3, atau 2, point 4, 3 itu juga kesimpulan plus Tim Kecil sebagai operasosialisasi dari point 3 ini.

Saya kira itu. Fungsinya Tim Kecil adalah untuk komunikasi intensif, untuk mendialogkan soal

kepentingan publik dan diversity of content dan diversity of ownership. Apalagi kita ini mau menghadapi reses. Kalau Tim Kecil itu pertemuan bisa, kalau perlu mendesak di masa reses, itu sampai Agustus loh ini. Jadi Pimpinan, kita tetap konsisten dengan kesimpulan kita, karena itu hasil rapat kita dan kita saat ini mengoperasosialisasikan kesimpulan kita pada pertemuan yang lalu itu.

Saya kira itu Pimpinan. KETUA RAPAT: Tetapi sedikit Pak Muzzammil. Bagaimana dengan jadwal seleksi yang sudah disusun oleh Kemkominfo tentang

Pengumuman Hasil Seleksi itu dilakukan 23 Juli? Apakah menurut Pak Muzzammil ini ditunda atau tetap dengan timeline yang 23 Juli yang disampaikan oleh Kemenkominfo, saya ingin mengetahui pikiran dari Pak Zammil.

F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Kalau kita bicara roadmap, sekarang roadmap yang kita setujui itu apa? Kalau Pak

Ketua tanya saya, saya tidak hafal roadmap, tetapi ketika kita mengatakan kita setuju roadmap, kita buka roadmap itu. Kita buka roadmap itu, kita lihat, unsur unjuk saja. Wong kesimpulan kita mengatakan roadmap kok. Jadi, saya tidak bicara time table kapan, tetapi saya bicara roadmap. Itu yang kita pegang dari kesimpulan.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Saya tanya ke Teman-teman Pimpinan, apakah kita Komisi I pernah mendapatkan

roadmap yang berakhir tanggal 23 Juli dari Kemenkominfo? Pernah atau tidak? Kalau ada yang dapat mengatakan iya, kapan? Tidak pernah ada. Jadi, roadmap itu roadmap besar. Kita setuju digitalisasi, tetapi dengan adanya tanggal 23 Juli ini menjadi pertanyaan besar.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: 23 Juli bukan roadmap, itu jadwal Mas. Roadmap itu lihat yang besar. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Betul Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Jadi, saya mohon maaf ya, tolong jangan dibolak-balik kalimat ini. Ini kesimpulan ini mohon maaf ya Pak Ketua, Pak Pimpinan, kalimat utama dalam

kesimpulan tanggal 28 Mei ini adalah Komisi I DPR RI mendukung kebijakan Kemkominfo untuk melaksanakan Program Digitalisasi Penyiaran sesuai dengan roadmap yang telah ditetapkan. Ini kalimat utama Mas Roy. Jadi, kalau kalimat utama kita ambil di situ, kita harus jujur di sini. Kita juga tidak ingin terlalu ini. Nah, baru anak kalimat berikutnya, sehubungan dengan hal tersebut, analog Mas, Komisi I DPR RI minta bla-bla, komunikasi secara intensif. Kita catat saja Mas Roy, saya 3 kali ketemu Mas Roy bicara masalah ini terus terang saja.

Terima kasih. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Ketua, Saya boleh tambah sedikit ya? KETUA RAPAT: Ya, silakan. Kalau Pak Max ini bicara, ada wisdomnya ini.

Page 35: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

35

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Saya kira agak semakin membingungkan rapat kita ini. Seolah-olah kita sedang

bertarung siapa yang menang dan siapa kalah di sini. Padahal kepentingan kita sama. Tadi kita sudah bicara, hasil kesimpulan tadi dasarnya adalah kesimpulan tanggal 28 Mei bahwa Komisi I menyetujui dan mendukung dengan mengikuti roadmap. Saya setuju dengan Pak Muzzammil tadi, bahwa di dalam roadmap itu ada hal-hal yang belum dilaksanakan. Mari kita konsultasi dengan Tim Kecil itu, bukan soal menang-menang di sini. Kalau kita mau bikin soal menang-menang, semua mari kita datangkan semua ahli di sini sekarang ini. Saya tidak tahu bahwa Komisi I punya ahli Roy Suryo dan siapa-siapa lagi, tetapi Kominfo juga bisa mendatangkan ahlinya. Jadi, kita jalan di tempat. Kenapa kita harus paksakan untuk menang-menangan, carikan solusi. Saya pikir rapat ini tidak bisa bertahan dengan cara yang begini Pak Ramadhan. Kalau kita mau bicara bahwa ada sesuatu yang harus kita lakukan demi mendukung kebijakan Pemerintah. Kalau kebijakan Pemerintah itu salah, mari kita katakan salah hari ini. Jangan kebijakan sudah kita akui, tetapi kita bermain seolah-olah ada hal-hal yang tidak signifikan dalam hal tersebut.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Max. Sebenarnya begini Pak Max, ada catatan dari Teman-teman yang katakanlah merasa

belum sreg untuk dilanjutkan seperti itu. Makanya kan tadi tawaran dari Pak TB ada Tim Kecil yang merumuskan hal tersebut, misalnya apa hal-hal yang belum diselesaikan di sini, yang belum dilaksanakan.

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Itu Pak, kita sudah setuju Tim Kecil, mari kita bikin Tim Kecil itu. Tim Kecil itu kita buat

dulu sesuai anjuran Pak TB. Nah, dalam Tim Kecil itu kita inventarisasi, mana yang belum, mana yang tidak dan mana yang salah. Nah, kita bicarakan di atas meja, bukan di atas tempat tidur seperti yang Pak TB tadi. Kita pisah-pisahkan, sehingga solusi kita dapat, kita tidak akan berbicara mengenai apa yang akan dilakukan oleh Kominfo tanggal 23 dan hal sebagainya, tetapi kita mau menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam roadmap yang mendukung kebijakan kita untuk mendukung apa yang dilakukan oleh Kominfo dengan digitalisasi, tetapi belum terlaksana. Itu yang kita bicarakan Pak.

Jadi, saya setuju mari kita bentuk Tim Kecil dulu. Sebelum kita bentuk Tim Kecil jangan kita berdebat, susah nantinya.

KETUA RAPAT: Silakan Pak Maiyasyak, langsung point-nya saja Pak ya. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Pohon ara itu tumbuhnya di Sumatera, dekat dengan Tanah Karo. Kita ini kok banyak

kali bicara ya kan? Yang Ngono Sing Ojo Ngono. KETUA RAPAT: Eh Pak Maiyasyak, Pohon Ara juga di Ambon juga banyak Pak. Ada di PDI Perjuangan, Ara Sirait. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Saya kira tadi sudah hampir selesai ya, karena semuanya berpijak kepada tanggal 28.

Saya kepengen baca kembali yang tangal 28, ya karena kan berpijak ke tanggal 28. Dalam rangka penguatan legalitas keberadaan Badan Regulasi, kok ini kok RTR, salah baca ini kok. Nah inikan ada 3 point, ada 3 point hasil tanggal 28. Jadi, saya kira kita tidak perdebatkan lagilah itu di sini. Tadi sudah mulai mengerucut, sudah mulai bagus ini. Tiba-tiba tidak mau tahu bagaimana sudah naik tensi lagi, dar-dar begitu, waduh selesai dia. Jadi, saya kepengen beginilah. Kita hargai keputusan atau kita kuatkan keputusan tanggal 28 dengan catatan yang

Page 36: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

36

saya ingin katakan tadi, termasuk usul Saudara Menteri tadi bagaimana misalnya keputusan. Jadi, keputusan ini diletakan 2 naskah keputusan. Ada usul dari Saudara Menteri tadi, ini 1, usul Saudara Menteri itu bersama-sama dengan yang tanggal 28 merupakan suatu bagian dari materi yang harus diselesaikan oleh Tim Kecil. Jadi, beradu argumentasinya di sana saja. Kita ambil keputusan kan? itu dia.

Jadi, 3 hal itu Saudara Menteri tadi mengusulkan, bahwa keputusan tanggal 28 ditambah catatan. Kita mengusulkan ini 4 point, terjadi perdebatan, tidak usah kita berdebatkan. Yang kita diusulkan Menteri juga tidak usah diperdebatkan, itu diperdebatkan di Tim Kecil. Jadi, 3 materi yang dibicarakan di Tim Kecil termasuk keputusan tanggal 28. Nah, waktunya saya ingin katakan, waktunya penting terutama untuk menjawab, karena ini sudah tidak sama masanya kita memperdebatkan lagi, waktunya untuk menjawab kecepatan selain untuk mengantisipasi dari apa yang disampaikan oleh Saudara Roy Suryo.

Itu saya kira. Jadi, tidak usah lagi kita beradu argumentasi kalau ini memang mau selesai jam 2 ini.

Kalau tidak Ketua, ini sedap ini Ketua, panjang juga boleh kita marathon ini. Nah itu dia. Nah kalau memang mau kita memarathon, saya mau bilang “Ayo, Shalat dulu kita. Habis itu, marathon kita”.

Itu Ketua. Terima kasih. KETUA RAPAT: Ya, saya menyerahkan kepada, ya Pak Guntur atau minta diskors untuk kita shalat? F-GERINDRA (H. AHMAD MUZANI): Pimpinan, Ini sebenarnya sudah hampir selesai. Menurut saya diselesaikan saja sedikit saja. Ini

halaz ini semuanya, jangan, sebab nanti kalau sudah makan apa, tidak ada orang lagi. KETUA RAPAT: Terima kasih sudah diingatkan Pak Muzani. Silakan Pak Guntur. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Pertimbangan saya sama dengan Pak Muzani. Nanti lepas kita. Saya berpikir sudah

sangat mengerucut, terutama dengan Pak Muzzammil tadi, nomor 4 menjadi nomor 1, nomor 3 menjadi nomor 2 ditambah 1 nomor di dalam rangka membentuk Panitia Kecil.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Ini Ketua, terjebak kan? Kalau itu dia Pak Guntur, saya bertahan. Itu terjebakkan? Perang argumentasi,

argumentasi Guntur tidak keluar Ketua. Kan itu? Jadi, saya tidak mau kita berdebat. Saya mau kita mencari jalan keluar.

KETUA RAPAT: Ya, dari Pak Guntur tadi itu justru jalan keluar yang ditawarkan oleh Pak Guntur dengan

4 point tadi ditambah 1 point untuk Tim Kecil yang usulan dari Pak Maiyasyak begitu. Jadi, mengakomodir semuanya sebenarnya dari Pak Guntur.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Boleh saya menambahkan? Saya kira ini kita belum masuk bulan puasa, tetapi kita sudah dipaksa puasa duluan. Ini

mubah ini. Saya ingin memulai dengan kata-kata menunda untuk mengkanalisasi dari Pak Roy Suryo, bagaimana kalau sesudah ini langsung saja Tim Kecil itu duduk berbicara. Artinya, tidak ada jedah waktu dan kalau berbicara menunda, biarkanlah keputusan itu ada di Tim Kecil itu, sehingga ini Tim Kecil langsung melakukan diskusi seperti apa kita akan loyal dan kalau

Page 37: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

37

misalnya menunda ditunda. Nah, mulai hari ini jam ini barangkali ketika yang lain makan, shalat sudah mulai. Nah begitu. Itu kata menunda itu kan tidak ada relatif istilahnya supaya enak di sana, enak di sini. Nah, keputusannya, saya sepenuhnya serahkan ke Tim Kecil itu.

Itu. Nah, ini kalau saya melihat dari kata menunda itukan maksudnya menunda proses

seleksi, kan begitu Pak Roy ya? Itu. Nah, ini kita berdebat terus, mungkin akan mencari solusi terus, ya sampai seperti apa

kesimpulan akhir yang kita serahkan kepada Tim Kecil. Kira-kira seperti itu. KETUA RAPAT: Terima kasih atas wisdomnya Pak TB. Saya kira demikian Pak Menteri, bahwa kita membentuk Tim Kecil. Jadi, point yang 4

tadi tetap ditambahkan yang point kelima yang dari Pak Maiyasyak dan Tim Kecil itu untuk bertemu, yang Tim Kecil tentu saja terdiri dari Komisi I, Ahlinya dan mengenai jumlahnya, tadi kita minta kepada Pak Roy untuk bisa di dalam Tim Kecil itu untuk point yang 5, kita membentuk Tim Kecil tadi, sehingga kita bisa mengakomodir. Nanti hal-hal yang belum terselesaikan, di situ bisa diselesaikan. Tadi Pak TB sudah mengatakan, bahwa kita dari Meja Pimpinan kita akan patuh terhadap yang dihasilkan, apapun yang dihasilkan oleh Tim Kecil itu tadi. Ini kita sedang melokalisir isunya begitu Pak. Kalau misalnya itu disepakati, maka 4 point ini itu kita tambahkan dengan membentuk Tim Kecil.

Begitu Pak. Atau Pak Guntur bagaimana? F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Belum bisa sepakat Ketua. Jadi, menurut saya komunikasi intensif itu harus diartikan kalau toh kita ingin menunda

sedikit waktu, kalau toh pengumuman kominfo itu tanggal 23 Juli, kalau toh Tim Kecil ini juga bekerja sebelum tanggal 23 Juli selesai, artinya komunikasi intensif itu terjawab.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Ya, saya kira seperti itu. Jadi, dari Sekretariat ada, ya keputusan yang point nomor 5 bisa kita tambahkan. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Pak Ketua, Sebelah kiri Pak Ketua. Ini saya kira realita rapat kita ini ada 2 kesimpulan yang berbeda yang dikehendaki oleh

Anggota. Ini saya kira realita. Ada versi kesimpulan yang saya katakan tadi, misalnya saya mendukung Pak Guntur dan Pak TB, tetapi kesimpulan itukan tidak sesuai mungkin dengan apa yang diinginkan kesimpulan yang diusulkan oleh Pak Roy dan Pak Maiyasyak. Ini realita.

Menjawab kesimpulan itu, perbedaan itu, lantas Pak Ketua saya melihat memilih ini mengakomodir semua. Kalau semua Pak Ketua, point nomor 1 itu bertentangan dengan point nomor 3 tanggal 28 Mei, tidak bisa semua kita masukan. Begitu kita masukan seluruh konsep ini dan kita masukan juga ini, artinya yang ini bertentangan dengan yang 28 Mei. Itu realita kita sekarang. Kalau kita ingin merubah 2 pendekatan kesimpulan ini, waktu kita panjang ini. Saran saya, kita skors, kita shalat dulu. Ini masih panjang kalau mau, karena belum ketemu.

KETUA RAPAT: Baik. Begini, bagaimana kalau misalnya point ini Komisi I DPR RI sepakat dengan

Menkominfo untuk membentuk Tim Kecil yang beranggotakan unsur Anggota Komisi I DPR RI dan Kemkominfo dalam rangka melakukan komunikasi intensif terkait dengan pelaksanaan program digitalisasi penyiaran. Nah, tidak setelah Tim ini bertemu, kesimpulannya apakah nanti

Page 38: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

38

itu kesimpulannya menunda atau misalnya seperti kata Pak Guntur di dalam Tim Kecil itu bisa menyelesaikan yang menjadi pertanyaan di sana, berarti kan sesuai dengan jadwal juga. Artinya, kita memberikan kesempatan kepada Tim Kecil untuk menyisir masalah-masalah yang supaya ada titik temunya nanti begitu. Apa kesimpulannya nanti dari Tim Kecil, kami dari Pimpinan itu akan ikut kita, apa namanya itu, sami’na wa ato’na lah. Nah, seperti itu begitu loh.

Apa seperti itu, bagaimana Pak Muzzammil? F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Yang saya ingin yang Pak Ketua bacakan ini, hanya 1 kesimpulan itu saja. Yang lain, di

atas dihapus. KETUA RAPAT: Yang lain dihapus yang di atas. 4 point itu dihapus. Nah, tetapi di situ ada Tim Kecil.

Nah, Tim Kecil ini, ini yang akan memagari apakah komunikasi kita dengan Kominfo itu apakah deadlock, tentu kita harapkan tidak, bisa menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi ganjalan begitu. Kalau memang kita sepakati, maka rapat kita bisa kita tutup hanya dengan 1 pernyataan tersebut, dimana kita memberikan kewenangan kepada Tim Kecil untuk menyelesaikan perbedaan-perbedaan yang ada dan untuk merumuskan selanjutnya. Apakah nanti kesimpulannya itu barangkali, entah penundaan atau tetap dengan sesuai jadwal. Ya nanti kan kita mendengarkan laporan dari Tim Kecil tadi begitu.

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Ketua, Tim Kecil yang mau dibentuk inikan bukan Komisi I saja, gabungan dengan Kominfo. Di

Kominfo di depannya lebih banyak dari kita begitu sekarang Pak. Coba kita mintakan dulu Tim yang mereka mengenai Tim Kecil ini dengan item-item yang mau kita bahas di Tim Kecil ini, apakah nanti juga sejalan dengan kita. Kalau sejalan, oke, kita ketok selesai rapat ini.

KETUA RAPAT: Kami persilakan Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ya kalau keputusan jadi 1 kalimat ini, kita setuju, karena konsistensi juga dengan

keputusan atau kesepakatan sebelumnya. Saya akan menunjuk nanti berapa orang yang diminta mengenai Anggota Tim Kecil ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Dan dari Tim Kecil nanti, kita harapkan terjadi komunikasi yang intensif dan produktif di

situ, sehingga ganjalan-ganjalan yang ada ataupun hambatan yang dirasakan ada itu bisa terselesaikan di sana atau kalau misalnya tidak terselesaikan di sana, berarti Tim Kecil akan melaporkan kepada Komisi I, bahwa tidak tercapai misalnya kesepakatan seperti itu.

Begitu Pak ya? Jadi nomor 1 dan 4 kita hilangkan, sehingga hanya menyisakan suatu kalimat

pernyataan seperti yang di bawah. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Sebentar Pimpinan, 1 lagi. KETUA RAPAT: Ya, silakan. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Saya setuju dengan 1 kesimpulan itu, tetapi proses yang sekarang berjalan itu terus

bagaimana? Harus muncul di situ.

Page 39: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

39

KETUA RAPAT: Begini Pak Roy. Itu diserahkan kepada Tim Kecil. Kita misalnya dengan tanggal 23 Juli apapun nanti,

misalnya kalau seandainya ini kita bicara seandainya dengan keindahannya begitu ya, persoalan itu selesai misalnya minggu depan misalnya begitu, berarti kan masih sesuai dengan schedule dari yang Kominfo. Kan kita tidak tahu, makanya nanti di dalam Tim Kecil, ada Pak Roy antara lain bersama Pak Zammil dan Pak Muzani dan dengan Kominfo, itukan bertemu begitu.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Sebentar Pimpinan. Saya hanya ingatkan untuk kita semua, bahwa keputusan yang boleh diambil oleh

Anggota DPR itu adalah tidak dalam masa reses dan kita paripurna akhir kita adalah tanggal 13 Juli. Artinya, 3 hari dari sekarang. Jadi, andaikata ini diserahkan kepada Tim Kecil dan Tim Kecil kemudian tidak bisa menyelesaikan pada tanggal 13 Juli, 3 hari lagi, apakah boleh Tim Kecil mengambil kesimpulan setelah masa reses, setelah paripurna, setelah sidang ditutup, tidak boleh. Ini menjadi melanggar peraturan lagi, tetapi ini memang bisa asal dikasih klausul dalam peraturan itu, hasil keseluruhannya ditunda atau dijalankan.

Itu saja. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Pimpinan, Saya kira ini sudah hampir selesai. Apa yang ditanyakan oleh Pak Roy Suryo, saya kira tadi kan sudah dijelaskan oleh

Pimpinan, bahwa Tim Kecil ini punya kewenangan untuk menterjemahkan semua pembicaraan di sini, apakah mau menunda, termasuk tadi pengumuman yang akan dilakukan Pemerintah, satu.

Yang kedua, saya kira benar juga Saudara saya Roy Suryo, bahwa kita punya batas sampai dengan hari Jumat untuk mengambil keputusan, tetapi jika ada hal-hal yang dianggap perlu atau belum tuntas, nanti Komisi I bisa minta waktu kepada Pimpinan DPR untuk menindaklanjuti pembicaraan ini, sehingga keputusannya sah, karena dalam Undang-Undang MD3 itu dimungkinkan masa reses itu digunakan untuk mengambil keputusan sejauh mendapat persetujuan dari Pimpinan DPR dan itu sering dilakukan oleh Badan Anggaran dan alat-alat kelengkapan lainnya.

Jadi, saya kira dari sisi itu tidak terlalu problem Pak Suryo. Menurut saya, kita terima ini dan kita bisa segera shalat, makan, sambil ngopi-ngopi begitu.

KETUA RAPAT: Saya selalu pakai aturan, tetapi menurut Tatib itu memang sisa waktu hanya tinggal

Rabu, Kamis, oh iya besok libur, tinggal Kamis begitu. Kalau saya setuju dalam 2 hari itu harus diselesaikan dan dilaporkan dan finalnya ya harus berbicara. Nah, soal seperti acaranya yang penting, barangkali saya menyarankan kita setuju bikin Tim Kecil. Tim Kecil kapan mulai bekerja? Mulai kita makan siang, Tim Kecil sudah mulai bekerja dan seperti apa nanti grape-grape-nya, selesai ini kita kumpullah, kita dukung Mas Roy, sudah seperti apa dengan mencari solusi yang sebaik mungkin untuk kita semua, untuk bangsa dan negara saya kira. Ini yang mungkin nanti supaya tidak terlalu berlarut-larut.

Kira-kira Mas Roy bagaimana? F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Setuju Pimpinan. Kalau saya siap saja 24 jam. Siap Ketua, tergantung amanah. KETUA RAPAT: Baik, sepakat ya?

Page 40: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

40

Jadi, Pak Roy kita berikan kepada Tim Kecil dan ada hal yang ingin saya ingatkan kita semua, bahwa Tim Kecil ini akan melaporkan hasil kerjanya dalam Raker Komisi I dengan Menkominfo sebelum tutup masa sidang tanggal 13 Juli nanti.

Sebentar Pak. Dan sebelum itu juga untuk keanggotaan Tim Kecil, di sini juga kita harus ada Rapat

Intern Komisi I, karena siapa nanti yang dari Komisi I yang akan bertemu dengan Tim Kecil dari Kemkominfo. Jadi, ada prosesnya. Kalau misal kita sepakat dan menganggap hal ini penting, dan sudah disampaikan oleh Pak Roy tadi, ya maka kita selesaikan sebelum reses ini dimulai.

Silakan Pak Max. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Jangan salah Pak. Itu Pak Roy tadi setuju itu siap 24 jam, bukan siap mulainya kapan. Jangan bilang Pak

Roy setuju, tidak bisa. Pak Roy tadi siap 24 jam, tetapi setuju mulainya kapan, belum. Jadi, sekarang Pimpinan yang bikin setujunya kapan Pak. Nanti kalau dia minta mau rapatnya di Bali bagaimana caranya nantinya.

KETUA RAPAT: Terima kasih. Ya, Pak Maiyasyak silakan. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Ya, Saya pikir tidak bisa diinikan. Kita kan membicarakan masalah kenegaraan ya, agak

kacau juga kita berpikirnya, tiba-tiba mau simplisistik, ya kan begitu. Jadi, mungkin yang paling baik, usul yang terakhir dari Saudara Muzzammil. Inikan bukan dzuhur, sudah mau ashar ini, ya kan? Dan puasa masih berapa hari lagi. Jadi, kita janganlah puasa. Memang paling baik itu sambil ngobrol-ngobrol makan, mungkin itu lebih bisa dia ini. Ashar tidak pada waktunya, Dzuhur tidak lewat, kan begitu atau memang ya bisa juga Ustad-ustad ini tahu cara menjamaknya ya kan, kan begitu.

Skors sajalah Ketua, karena saya sendiri Ketua bertahan, belum setuju Ketua. KETUA RAPAT: Baik. Kita semua di sini untuk rakyat dan tugas konstitusional kita memang harus siap dengan

24 jam. Namun untuk kita lakukan pembahasan lebih lanjut, barangkali setelah kita terkena air wudhu dan kemudian sudah makan siang, kita mendapatkan pencerahan di sana, sehingga kita skors rapat kita pada siang hari ini sampai pukul berapa Pak?

Sampai 14.30 WIB sore ini, setuju? Bagaimana dari Pak Menteri? Silakan. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ya, saya diberitahu kemarin itu Pak Pimpinan, Insya Allah dari jam 10 sampai jam 12 kita

selesai, makanya jam 10 saya datang, tapi diperpanjang sampai dengan pukul 12.30 WIB. Belum ada perpanjangan lagi, sekarang sudah jam 2, saya menyampaikan bahwa pertemuan dengan Council dari Jerman ini penting dan mestinya saya jam 2 sudah harus ada di situ, ya saya serahkanlah kepada Pimpinan.

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Pimpinan, Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ini kalau Pak Menteri ada acara, saya kira membentuk Tim Kecil inikan tidak perlu

dengan Pak Menteri. Jadi, kita persilakan saja beliau. Yang sisanya, toh kita juga ada agenda untuk Rapat Anggaran dengan Kominfo, dengan Sekjen. Jadi, Tim Kecil ini berjalan saja nantinya. Pak Menteri juga punya acara yang lain, kami persilakan saja Pak, tetapi makan dulu

Page 41: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

41

begitu Pak ya. Jadi, kita jangan tahan-tahan dan Pak Ketua jangan lihat ke belakang, ke depan saja kita ini.

KETUA RAPAT: Baik. Pak Max, Dari belakang ini juga penting, untuk mengingatkan Tatibnya. Saya juga mengikuti

langkah dari Pak TB. Jadi harus Tatibnya. Kalau kita menempur juga harus Tatib-nya bagaimana. Karena yang namanya Raker itu harus dengan Menteri, Tatibnya demikian Pak Max, bukan dari belakang atau dari mana-mana, tetapi memang Tatib-nya demikian yang mensyaratkan kehadiran dari Pak Menteri. Kalau saya menyarankan, ya karena hal ini cukup krusial, mohon izin mungkin kalau misalnya dengan, misalnya, karena ini tidak bisa diwakilkan apabila yang dengan pihak Jerman bisa diwakilkan akan bagus sekali, karena rapat kita kali ini, Rapat Kerja memang mensyaratkan kehadiran dari Pak Menteri begitu dan kami juga menginginkan sebenarnya bahwa bisa selesai jam 12 siang, tetapi ternyata kita bukan molor, tetapi karena memang isu yang kita angkat ini sangat krusial sekali begitu. Jadi kalau misalnya Pak Menteri setuju, kita skors sampai dengan jam setengah 3 dan kita masuk lagi, dan kemudian dari hasil, mungkin setelah kita wudhu dan kita makan sebentar, kita sudah mempunyai pemikiran baru dan kita masuk dengan soal Tim Kecil itu. Nah, kalau sudah Tim Kecil, saya kira Pak Menteri sudah tidak disarankan untuk hadir, tetapi dalam konteks Raker itu memang harus tetap ada Pak Menteri.

Begitu. Bagaimana? Silakan Pak. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ya, terima kasih. Tadinya saya berpikir Pak Pimpinan bilang diwakilkan, saya mewakilkan ke Mas Roy

saja tadi itu ya. Jadi begini, ini jumpanya bukan saya sendiri, dengan Presiden. Jadi, terserah saja.

Kalau saya bisa beralasan ke Presiden, bahwa saya masih dalam RDP dengan Komisi I DPR RI dan ya shalat juga kita sudah telat, telat 2 jam, hampir Ashar kata Pak Maiyasyak tadi dan, ya memang banyak hal yang dibicarakan dan ini tamu negara, saya tidak. Jadi, silakan lagi kalau saya disuruh di sini, saya di sini Bapak Pimpinan.

F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Saya kira Pimpinan membentuk Tim Kecil kan tidak terlalu lama, plak-plak, siapa sudah

selesai, ditutup terakhir. KETUA RAPAT: Ya, tetapi Pak Guntur itu untuk mengakomodir dari keinginan teman-teman. Jadi, karena namanya Raker itu, kita inikan deadlock, jadi kami, bagaimana Pak

Maiyasyak ada kalimat lagi, kalau tidak, saya akan skorslah. F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Saya pikir kalaupun diskors itu jadi begini Ketua, sehubungan dengan apa, jadi ada 2

kewajiban konstitusi yang dihadapi ini oleh Saudara Menteri. Pertama, itu kewajiban konstitusi yang sudah terdahulu sama kita dan itu dia tidak bisa tinggalkan, karena memang itu perintah konstitusi. Yang kedua, kewajiban konstitusi dan kewajiban Undang-Undang, yaitu ada tamu negara, beliau mendampingi Presiden. Inikan kita tidak suruh dia makan buah simalakama ya kan, kita tidak suruhlah Saudara Menteri makan buah simalakama. Yang terbaik, saya kira skors dan kemudian kita ukur waktu. Jadi, kita ukur waktu, mungkin 10 menit kita rapat untuk mengkompromikan. Jadi, dalam shalat dan makan itu di sana bisa dilakukan mungkin dialog-dialog ini yang lebih intensif. Jadi, pas 14.30 WIB saya kira masuk mungkin sudah bisa ada jalan keluar Ketua. Ini dua-dua Ketua tidak bisa, keputusan pun tidak bisa diambil kalau tidak ada Saudara Menteri, kan begitu? Ini Saudara Guntur ini kadang-kadang kan mengentengkan itu dia.

Page 42: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

42

Jadi, saya cuman mau ingatkan, ini dia merah putih, tetapi melanggar Undang-Undang tidak boleh Pak Guntur.

Terima kasih. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Tidak melanggar Undang-Undang Maiyasyak. Saya dengar tadi plak-plak Pak Menteri

masih ada di sini. Harapan saya seperti itu, jangan terlalu. KETUA RAPAT: Baik. Saya kira kita skors sidang dulu dan nanti perwakilan dari Fraksi untuk bisa berbicara

dengan Pak Menteri. Jadi, terbatas di situ dan silakan nanti dirembugkan di sana dan kita skors sampai jam 14.30 WIB. Nanti selesai atau tidak selesai, kita ijinkan untuk Pak Menteri meninggalkan tempat nanti setelah pertemuan kita nanti dan skors dicabut nanti. Bagaimana kalau misalnya demikian, setuju?

Dari Pak Menteri, kita dengar dulu. Ya, 1 saja. Lagi shalat jangan bicara, nanti batal shalatnya. Baik. Pak Muzzammil? Jadi, kita skors Pak Menteri ya. Baik. Bapak Menkominfo dan Rekan-rekan Komisi I, Rapat Kerja kita siang hari ini kita skors sampai jam 14.30 WIB dan dalam masa itu kami

menginginkan Perwakilan dari Fraksi untuk bisa berbicara dengan Pak Menteri dan kita masuk lagi di dalam rapat nanti jam 14.30 WIB.

Demikian. Rapat, kami skors.

(RAPAT : DISKORS) Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Skors, kita buka. Saat ini, menunjukan pukul 15.15 WIB

(SKORS RAPAT DICABUT)

Terima kasih atas kehadiran kembali kepada Saudara Menteri Komunikasi dan Informatika dan jajarannya serta Pimpinan dan Anggota Komisi I DPR RI dalam lanjutan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada hari ini Selasa, 10 Juli 2012. Kami sampaikan kepada Bapak Menteri bahwa pada masa skors, baru saja kami mengadakan rapat internal Komisi I dengan keputusan sebagai berikut: 1. Komisi I DPR RI telah mengambil keputusan atas keanggotaan Tim Kecil untuk dapat

melakukan pembicaraan intensif dengan pihak Kemkominfo terkait masalah digitalisasi penyiaran, dengan keanggotaan sebagai berikut: a. Dari Fraksi Partai Demokrat, Saudara Roy Suryo b. Dari Fraksi Partai Golkar, Saudari Meutya Hafidz c. Dari Fraksi PDIP, Saudara Theodorus Koekerits d. Dari Fraksi PKS, Saudara Al Muzzammil Yusuf e. Dari Fraksi PAN, Saudara M. Najib f. Dari Fraksi PPP, Saudara Maiyasyak Johan g. Fraksi PKB, Saudari Lily Chadijah Wahid h. Fraksi Gerindra, Saudara Ahmad Muzani i. Fraksi Hanura, Saudari Susaningtyas Kertopati Dalam hal ini apabila Anggota yang bersangkutan tidak dapat menghadiri Rapat Tim Kecil, maka dapat diwakilkan oleh Anggota Fraksi yang sama.

Page 43: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

43

2. Tim Kecil Komisi I DPR RI melakukan Rapat dengan Tim Kecil Pemerintah terkait proses digitalisasi penyiaran dan hasilnya untuk dapat disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Kominfo. Nah, di dalam hal ini, karena waktu yang begitu pendek, kami di sini menyampaikan pilihan tanggal yang pas, yaitu Kamis 12 Juli Pukul 10.

Untuk selanjutnya, kami mempersilakan kepada Anggota Komisi I dan Pemerintah untuk menyampaikan pandangannya terkait hal-hal yang kami sampaikan di atas.

Yang pertama, kami awali dari pandangan Saudara Menteri Kominfo. Kami persilakan Pak Tifatul. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Tanggal 12 tadi apa itu Pak Roy? KETUA RAPAT: Kamis, 12 Juli jam 10 Pak. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Apa maksudnya? KETUA RAPAT: Tim Kecil menyampaikan laporannya dalam Raker Komisi I dengan Menkominfo. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Kalau Kamis, itu kami sudah punya agenda ya dan selalu Presiden mengingatkan hari

Kamis itu tidak boleh diisi dengan yang lain. Kemarin, yang tidak hadir juga dimarahi. Tetapi besok ini Presiden ke Magelang, kami sudah konfirmasi berapa kali, kami ada kunjungan ke daerah yang sudah lama yang Pemda setempat sudah persiapkan. Jadi, mohon dipertimbangkan itu Pak.

KETUA RAPAT: Karena Raker itu dilaksanakan menurut Tatibnya tidak bisa pada saat reses, sedangkan

reses itu jatuh pada hari Jumat tanggal 13, tetapi sampai jam malam itu juga, jam 12 itu masih dalam kerangka Tatib. Kalau seandainya bisa dilaksanakan atau saya ada pandangan, karena Pak Menteri ada alternatif hari tanggal kapan ya?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ya bebas saja, tetapi jangan sesuatu yang sudah kita sepakati juga dengan yang lain.

Kami berangkat tanggal 11 sore Pak dan baru pulang Jumat sore Insya Allah. F-PD (MAX SOPACUA, S.E, M.Sc.): Ketua, Saya berikan sedikit jalan keluar begitu. Yang pertama, Tim Kecil ini bekerja hanya dalam waktu yang singkat. Tentu yang dikejar

adalah bukan bulan puasa atau reses, tetapi mengejar apa yang akan menjadi keputusan tanggal 23. Benar atau tidak itu, sehingga Tim Kecil bekerja cepat kayak begitu. Kalau itu yang dikejar, ya kita tanyakan ke Kominfo apakah tanggal 23 bisa diperpanjang, sehingga tidak mengganggu kerja Pak Menteri yang ke luar kota yang sudah dijadwalkan, sementara Tim Kecil bisa melanjutkan pekerjaannya atau mungkin sampai selesai masa reses, baru kita laporkan.

KETUA RAPAT: Pak Max, bahwa yang isu yang tanggal 23 itu, itu bisa menjadi soal dan bisa menjadi

tidak soal kalau seandainya kan bukan hanya hal itu saja yang menjadi pembahasan di Tim Kecil, bukan hanya itu, tetapi juga yang lain-lain. Nah, yang kalau kita harapkan, apapun nanti hasil dari Tim Kecil Komisi I dengan Pemerintah, itu nanti yang akan menjadi patokan kita untuk melihat, termasuk yang soal tanggal 23 itu begitu. Mungkin salah persepsi. Yang saya maksudkan, kenapa kita harus mengejar? Karena tanggal 12 itu yang harus kita rapat itu

Page 44: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

44

jadwalnya sudah penuh oleh Pak Menteri, sehingga beliau tidak bisa ikut Rapat Kerja kita. Nah, kalau yang kita tidak ada yang kejar, tidak ada yang deadline, saya pikir kita bisa memberikan laporan kapan saja setelah reses juga boleh, kecuali ada yang kita kejar, bahwa tidak boleh lebih dari tanggal sekian, tidak boleh lebih dari tanggal 23, karena dalam 23 itu ada keputusan untuk hasil seleksi, sekarang yang kita kejar yang mana ini Pak? Kalau itu yang kita kejar, ya terpaksa harus dilakukan, tetapi kalau itu bisa diperpanjang dan diminta kebijakan untuk diperpanjang, saya kira kita tidak perlu menguber waktu beliau yang sudah harus dijadwalkan ke luar kota begitu. Nah, ini sekarang kita bicarakan dulu, yang kita kejar apa dalam Tim Kecil ini, sehingga hanya membutuhkan waktu sampai dengan tanggal 12. Itu dulu kita bicarakan, kita setujui. Kalau itu tidak bisa dipending ya apa boleh buat, sementara Pak Menteri tidak punya waktu.

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Mungkin supaya jelas saja Pimpinan. Jadi, artinya sebenarnya kita siap Pak Max sampai tanggal 12. Cuman kan karena

memang 12 itu sangat mepet waktunya dan sementara kita tidak boleh melampaui tanggal 12, maka ada kemungkinan pilihannya hanya tanggal 23 itu, kemudian dimundur sampai akhir masa reses atau kita selesaikan sebelum tanggal 13.

Itu Pimpinan. Pendapat dari Pak Max kira-kira begitu Pak. KETUA RAPAT: Baik. Kami ingin bertanya kepada Pak Menteri. Di sini dari ruang yang tersedia, alternatif kita

itu adalah Raker pada hari Kamis, 12 Juli atau yang kedua jadwal seleksi yang ditunda sampai masuk masa sidang, yang tersedia pilihannya di situ, ada pendapat dari Pak Menteri?

Masa Sidang masuk 16 Agustus. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak, Yang kita tanyakan sekarang ke Pak Menteri dan Kominfo adalah apa tanggal 23 itu bisa

diperpanjang atau tidak sampai selesai masa sidang. Itu saja. KETUA RAPAT: Silakan Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Tadinya kami diskusi juga, Pak Maiyasyak juga bilang ada waktu ditunda, tetapi ini

sebetulnya hanya definisi kan, tetapi tidak sejauh sampai 16 Agustus. Kan Lebaran itu Pak Ketua, itu, berarti tanggal 19 itukan lebaran, ada yang sudah mudik, kita juga pikirannya tidak konsenlah kawan-kawan hari itu, hari ini. Ya Pak, jangan sampai juga mau lebaran.

KETUA RAPAT: Tetapi pertanyaan Pak Max tadi bagaimana Pak Menteri? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Tadinya Pak Pimpinan, saya berpikir dari sekarang kita kasih waktu 2 pekan. Itu juga kan

penundaan, tetapi definitif 2 pekan itu, tetapi ternyata melewati masa resesnya. Ya, kalau menurut saya ini ya, 2 pekan itukan bekerja Tim ini, Tim Kecil tadi kesimpulannya. Inikan tidak serta merta membatalkan semua hal yang sudah kita sepakati. Kan kemudian nanti dilaporkannya, silakan ketika masa sidang sudah mulai lagi begitu, dilaporkannya. Itu kita kan, kemesraan ini janganlah cepat berlalu. Kok buru-buru saja mau. Artinya, kalau pertemuan sudah 5 kali pertemuan. Inikan masalah komunikasi intensifnya, kan point-nya di situ tadi itu.

Jadi, saya setuju misalnya dari sekarang ditunda sampai 2 pekan atau 3 pekanlah katakan, tetapi kan juga sebulan nanti ditunda lagi, apa lagi. Inikan sudah sering kita lalui begini.

Page 45: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

45

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Pimpinan, interupsi. Ini barusan Pak Menkominfo sangat bijak. Kalau 3 pekan, sebenarnya sudah clear. Hasil

pengumuman LPPM itu dagelannya 31 Juli ditunda 3 pekan, lewatlah 19 Agustus. 21 Agustus clear, kita salaman Pak Menteri.

KETUA RAPAT: Tetapi masalahnya Pak Roy, bukan di situ. Masalahnya, kita tidak bisa melakukan rapat

itu pada saat reses. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Betul-betul, deadline-nya kalau 3 pekan itukan 21 Agustus dari 31 Juli. KETUA RAPAT: Oh tidak begitu Mas, dari sekarang. Ya kan mau diputuskannya sekarang kan? Ya kan sambil mengumbari ruang waktu kepada Tim. Ini kira-kira ya tambah 21 hari saja

dari sekarang. Jangan terlalu lama, kita juga sudah berjanji, sudah umumkan di publik, sudah. Saya mau melemparkan kembali kepada kawan-kawan dan juga kepada Pak Menteri.

Alternatif kita itu memang Raker pada 12 Juli hari Kamis dan jadwal seleksi atau jadwal seleksi yang ditunda sampai kalau masa sidang itu terlalu panjang, tetapi masalahnya tidak bisa pada saat reses kita membahasnya Pak Menteri. Jadi, ada kendala kita, konstrain waktu dan masa sidang di situ.

Barangkali dari Pak Menteri mungkin bisa dipertimbangkan untuk pada hari Kamis kita Raker lagi mendengarkan Laporan dari Tim Kecil, sedikit menawar Pak Menteri. Berarti ditunda sampai 16 Agustus Pak.

Bagaimana? Pak Guntur coba yang, Pak Zammil. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si): Atau tadi Pimpinan ada alternatif pada saat reses dengan seizin Pimpinan Dewan, Tim

Kecil itu bisa melaksanakan rapat. Jadi, saya ulangi pada saat reses Tim Kecil dengan seizin Pimpinan Dewan bisa hadir untuk rapat dan itu transisi sambil menunggu waktu tanggal 23 dari kepentingan kominfo yang harus kita amankan kalau toh harus seperti itu.

KETUA RAPAT: Sebentar. Dari kita supaya yang kita lakukan tidak melanggar Tatib, tidak melanggar konstitusi, jadi

sebentar mohon ijin untuk kita bertanya kepada Pimpinan mengenai apakah bisa kalau Tim Kecil melakukan pekerjaannya pada saat reses.

Ya sambil kita menunggu, silakan Pak Max. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Tidak, ke Pak Guntur biar tahu, bahwa kalau reses itu semuanya pulang ke Jawa begitu. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Pengalaman kami Pimpinan, pada waktu kami di Banggar pada saat-saat reses kami

juga bekerja dengan seizin Pimpinan Dewan dan otomatis dari Pak Max yang pulang ke Jawa. KETUA RAPAT: Itu yang sedang kita tanyakan sebentar, mohon kesabarannya Pak Guntur. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Kalau Menteri itu tidak ada resesnya, tidak ada cutinya Pak.

Page 46: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

46

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Kalau saya secara pribadi siap, kasihan juga kalau terlalu lama. Jadi kalau memang kita

bisa diskresi di tengah-tengah itu monggo, tetapi kalau aturan bagaimana? Kalau saya siap Pak Menteri. Saya Jogjakarta-Jakarta cuman 50 menit Pak, kita kejar kan bisa. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Itu demi untuk penyelesaian ini ya. KETUA RAPAT: Baik. Dari Sekretariat menyampaikan, bahwa untuk rapat pada saat reses itu dimungkinkan

dengan persetujuan Pimpinan DPR. Namun di sini memperhatikan juga usulan dan pertimbangan rekan-rekan dan juga tentu mempertimbangkan waktu dari Pak Menteri Komunikasi dan Informatika, Teman-teman yang untuk bertemu dengan konstituen itu tidak semudah dengan Pak Roy yang ke Jogja misalnya, karena ada yang ditempuh lama lagi, sehingga kami menawarkan dari meja Pimpinan, menawarkan alternatif untuk Raker dengan Menkominfo itu pada hari Jumat Sore. Nah, kalau misalnya sore sudah kembali ke Jakarta.

Kira-kira kalau Jumat Pak Menteri bisanya jam berapa kira-kira? Masalahnya, kita harus, keputusan harus kita ambil, dan karena kalau kita memandang

bahwa isu ini adalah penting, ya saya sepakat dengan Pak Roy yang anytime untuk mendedikasikan waktunya dan juga Teman-teman yang lain dan kami memaklumi juga jadwal Pak Menteri yang begitu ketat.

F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Inikan persoalannya yang mau pulang ke Dapil, reses ke Dapil kan Pak Ketua. Reses ke

Dapil sekaligus nyambut Bulan Puasa di Dapil. KETUA RAPAT: Jadi kalau begitu yang menjadi Tim Kecil yang Dapilnya di DKI saja begitu, kan

gampang. Silakan Pak Guntur. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si): Pak Menteri mungkin Jumat malam, saya ingin mengulangi lagi apa masih bisa diajukan

lagi begitu untuk 18. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Maaf Pak Guntur, pesawat dari Padang itu tidak terlalu banyak. Garuda itu yang ada ya

sore itu dan inikan musim liburan, sangat sulit. Kemarin sama Mas Roy juga mungkin tahu Jogja kayak apa padatnya. Pak Andi Malarangeng itu sampai di Buncit di belakang nomor, dapat goso begitu sama istri Beliau, Menteri-menteri tidak dapat itu. Artinya, memang ini musim libur juga ya. Kita juga mengubah-ubah itu tidak mudah ya.

Saya rasa kalau bisa di masa reses, itukan lebih leluasa. Toh Menteri tidak ada liburnya, tidak ada cutinya. Jadi, kita selalu always saja begitu.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Pimpinan, Perlu juga dicek ke Sekretariat, Rapat Tim Kecil Insya Allah bisa di masa reses, tetapi

kemudian harus mengadakan Raker dengan Menteri, Raker Komisi, apakah boleh juga di masa reses?

KETUA RAPAT: Jadi, menurut ketentuan katanya, untuk Raker juga boleh pada masa reses dengan

catatan nanti Pimpinan akan mengirim surat kepada Pimpinan DPR. Itu tidak ada masalahnya.

Page 47: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

47

Persoalannya Bapak-bapak, apakah Bapak-bapak bisa hadir pada saat reses itu ketika kami sudah menghadirkan Beliau-beliau. Kalau itu terpenuhi, tidak ada masalah, tetapi kalau nanti cuman 1 orang di sini atau berdua Pimpinannya, itu nanti kan menjadi masalah juga. Nah, sekarang mohon minta jaminan, apakah nanti pada reses itu kami sudah mengundang jajaran Pemerintah kemudian tidak hadir. Nah, itu mohon kesepakatan kita kira-kira tanggal berapa dan ketika reses kira-kira sudah bulan puasa barangkali. Tidak apa-apa mungkin jam 4 sore, nanti ditutup dengan buka puasa bersama, saya kira itu lanjutkan dengan tarawehlah.

Kira-kira bagaimana? Bu Meutya, Mungkin bisa kasih pandangan. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Pimpinan, Saya mau tanya dulu. Sebelum ini tadi dibacakan nama-nama Tim Kecil mewakili Komisi I. Ini artinya kita

bentuk hari ini sudah resmi atau bagaimana, karena tadi ada belum ada. Mohon maaf, kalau saya tidak dengar dari Pak Menteri apakah ini sudah disepakati, jadi artinya resmi kita bentuk hari ini. Kalau begitu penjelasan Pimpinan, bahwa ini resmi dibentuk hari ini, maka ya kita kembalikan lagi kepada kewenangan atau fungsi-fungsi yang tadi semangat kita membuat Tim Kecil ini. Tim Kecil ini bekerja sekarang membuat laporan nanti yang dilaporkan kepada Raker sesuai kesepakatan, Raker Komisi I sesuai kesepakatan kita internal. Selama itu tidak ada, tidak boleh dulu ada progress apapun yang dilakukan, karena kan sudah setuju dengan adanya Tim Kecil ini. Artinya, mengenai tadi seleksi dan lain-lain, hasilnya tidak boleh diumumkan sebelum ada laporan resmi Tim Kecil kepada Raker Komisi I yang kemudian akan memutuskan.

Begitu kira-kira Pimpinan. KETUA RAPAT: Dan itu baru bisa diselenggarakan sebelum tanggal 23 Juli. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Saya sangat menyayangkan, karena kita inginnya segera, tetapi kalau memang Pak

Menteri jadwalnya sudah penuh, maka mau tidak mau setelah masa sidang berikutnya, ketika masa sidang berikutnya dibuka begitu. 16 Agustus Pimpinan, karena kalau tengah-tengah saya juga tidak jamin tadi seperti kata Kawan-kawan, saya tidak bisa jamin apakah perwakilan dari Fraksi-fraksi dapat hadir.

KETUA RAPAT: Rekan-rekan, Ini ada tawaran apakah kita inikan akan kunker ke daerah, kemudian tanggal kembalinya

seluruhnya diperkirakan tanggal 19. Nah, tanggal 19 antara itu, 19 atau 20. Nah, konon tanggal 20 Muhammadiyah sudah ini, kita kok banyak sekali kendala, ada Muhammadiyah, ada NU, ada, saya kebetulan PUI Saya.

Saya kira tidak usah dihitung sampai ke sana. Jadi, antara tanggal 19 tanggal 20, apakah itu masuk bulan puasa atau tidak, nanti akan diumumkan dimohon Rekan-rekan hadir itu untuk Raker dengan Pemerintah, ya Juli. Kira-kira bagaimana, 19 atau 20 Juli?

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Ketua, Sedikit Ketua. Saya cuman, ini kita coba sharing berdasarkan pengalaman. Jika untuk Tim Kecil, saya

mungkin berani mengatakan sekitar 75% bisa hadir, karena Anggota Tim Kecil ada di sini, tetapi pada masa reses dengan alasan bahwa reses itu adalah kerja di luar gedung parlemen, mereka memiliki hak untuk tidak hadir dan kalau tidak memaksakan, mereka bisa komplain. Itu yang pertama.

Page 48: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

48

Yang kedua, memberikan jaminan bahwa mereka hadir. Nah, kalau tadi urusannya ada Muhammadiyah, NU, ada PUI, ini saja tanggal puasanya juga berbeda, maka hari memegangnya pun berbeda, karena itu hari kumpul keluarganya berbeda. Jadi, agak sulit itu untuk bisa dipenuhi kuorum pada tanggal 19, 20 itu Ketua, terlalu beresiko. Artinya, Rapat Kerjanya itu tidak akan terselenggara. Itu yang saya khawatir. Nah, sementara mungkin mitra kerja kita sudah undang, lalu Anggota tidak ada, kuorum tidak terpenuhi, itu sudah di luar masa sidang. Jadi, terlalu banyak Ketua ambil resiko kali ini.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Baik. Saya kira ini mohon izin ini, ini Rapat Intern dulu Pak. Fraksi saya siap. Nah, sekarang saya tanya mungkin Fraksi Demokrat bagaimana? Pak Guntur tanggal 19, 20-an itu? F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Tanggal 18, 19 kami masih di Gorontalo. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Sama juga dengan saya, tanggal 20. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, Msi.): Ya kalau Wakentum sudah oke, okelah. Apa kata Wakentum-lah. KETUA RAPAT: Demokrat sudah, PDIP oke tanggal 20, Demokrat oke tanggal 20. Bu Meutya, Pak Ahmed Zaki. F-PG (AHMED ZAKI ISKANDAR ZULKARNAIN, B.Bus.): Maaf, tanggal 20 itu Hari Jumat Pak Ramadhan, hanya mengingatkan ya, hari Jumat. KETUA RAPAT: Nanti jamnya kita sesuaikan nanti Pak. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Pimpinan, Prinsipnya sih kami tetap lebih nyaman dengan mengikuti apa aturan yang berlaku, yaitu

menunggu masa sidang berikutnya, karena memang dibolehkan selama masa reses kalau ada urgensi yang luar biasa begitu ya. Mungkin kalau kita bicara mengenai BBM dan lain-lain, mungkin tidak apa-apa di tengah masa reses dan inikan urgensinya sebetulnya apa. Artinya, yang membuat ini menjadi urgent, karena ada tanggal 23 yang ditetapkan oleh Pemerintah, bukan topik ini menjadi sesuatu yang sangat urgent, tetapi karena kita menjaga supaya tanggal 23 hasil pengumuman seleksi itu tidak dulu disampaikan sebelum Tim Kecil ini bekerja begitu.

Itu yang menjadi urgent, karena ada tanggal 23 itu. Jadi, kami tetap merasa sebaiknya ya sudah hargai Tim Kecil yang dibentuk hari ini, Tim

Kecil yang memutuskan nanti, mau rapatnya kapan. Kalau dari kami Golkar, tetap melihat tunggu saja masa sidang berikutnya begitu. Terlalu riskan menjalankan di tengah-tengah masa reses, selain kita juga punya kewajiban lain sebagai Anggota DPR di masa reses tersebut.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Dari PPP, bagaimana?

Page 49: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

49

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Ya Ketua, saya itu sebenarnya kepengen kali ikut PDIP sama Demokrat, tetapi memang

lebih ambil jalan luruslah yang mana kan, ngambil jalan berdasarkan ketentuan Undang-Undang saja Ketua, MD3, ya kan? Jadi, saya ambil jalan sesuai dengan MD3 saja Ketua, karena saya tidak berani ambil resiko untuk rapatnya nanti tidak memenuhi kuorum Ketua.

Saya kira itu Ketua. KETUA RAPAT: Jadi dari Golkar dan PPP cenderung untuk 16 Agustus begitu. Ya, saya hanya ingin mendapat konfirmasi. Kalau dari PKS, bagaimana Lutfi, Pak Zammil? F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Kami siap kalau tanggal 20, siap. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Demokrasi ini susah ya. Saya bekas Panglima, bekas Sekretaris Militer itu, tep-tep 1 menit selesai begitu ya,

tetapi ini oke. Tadi itu sebagai alternatif kalau kita tidak bisa selesai, lalu cari kita melakukan rapat pada saat reses, begitu. Kalau juga pada saat reses tidak bisa, harus ada solusi. Nah, begitu. Solusinya barangkali adalah mundurnya pengumuman, kan kira-kira seperti itu, tetapi kan dari sisi Pemerintah, jangan sampai mulur terlalu jauh. Nah, begitu.

Kalau begini terus, ya tidak akan selesai, begitu. Apakah kita shoot Pimpinan, nah begitu. Inikan juga harus ada, saya kira tidak ada

sesuatu yang harus harga mati. Jadi, mari kita selesaikan sama-sama berkorban untuk mencapai tujuan menurut hemat saya. Saya kembalikanlah sama Pimpinannya.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Pak Ketua, Sedikit Ketua. Setelah ini makin menarik ini Ketua. Ini penentuan tanggal rapat ini menjadi agenda atau

wewenang Tim Kecil atau Komisi Ketua, inikan harus jelas Ketua. Kalau agenda Tim Kecil diatur sama Komisi, ya Komisi coba dibentuk kan begitu.

Terima kasih. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Begini, saya jelaskan, jadi begini Pak, supaya tahu risalahnya, Tim Kecil itu akan bekerja

dengan sungguh-sungguh, selesai itu mereka harus melaporkannya pada kita semua di dalam Rapat Kerja. Nah, kita harus menentukan dulu Rapat Kerjanya hari apa begitu. Selesai itu, kami serahkan bahwa kami akan Rapat Kerja, misalnya tanggal 20, silakan Tim Kecil bekerja sampai tanggal 20 sebelum Rapat Kerja dimulai. Itu, supaya tidak bolak-balik terus ini Pak.

F-PPP (Dr. H. MAIYASYAK JOHAN, S.H., M.H.): Itu yang saya katakan dari awal Ketua, 4 yang saya sampaikan. Agenda, waktu, kan itu

saya sampaikan. Nah, ini akan terbentur Ketua. KETUA RAPAT: Baik, saya kira bahwa dari suara yang sudah ada, sudah sebegitu banyak dan kita harus

mengambil keputusan dan saya kira dari yang sudah disampaikan oleh Rekan-rekan sekalian dan kita menyadari betapa pentingnya isu soal migrasi dari TV Analog ke TV Digital dan kita sudah sepakat itu sebagai sebuah hal yang penting dan kita sudah berkompromi juga tadi, dan Pak Menteri juga sudah berkompromi, dan Kawan-kawan juga sudah berkompromi, saya kira kita harus mengambil keputusan dan saya memohon dukungan dari Rekan-rekan sekalian agar Tim Kecil yang sudah terbentuk bekerja dan kemudian melaporkannya pada saat Raker kita nanti dengan Menkominfo, itu dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sore. Saya memohon dukungan dan

Page 50: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

50

kerelaan atau keikhlasan dari Kawan-kawan untuk kembali yang dari Gorontalo tanggal 19 itu dan tanggal 20 kita rapat.

Bagaimana Ibu Meutya? Tanggal 20 sore kita Raker untuk mendengarkan hasil Tim Kecil Pemerintah dengan

Komisi I. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Ketua, Sebentar, mohon pertimbangan. Itu Raker dengan Menkominfo tanggal 20 Juli sore? KETUA RAPAT: Betul. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Oke. Berarti itu sudah harus ada final kerja Tim Kecil sebelumnya. Mungkin bisa rapat 2 kali

atau 3 kali. KETUA RAPAT: Nah, itu tergantung dari Tim Kecil untuk membicarakannya dan Mas Roy dengan

Pemerintah. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Begini Ketua, masalahnya adalah pada tanggal besok Paripurna Jumat, itukan, berarti

waktunya hanya tinggal Sabtu Minggu, karena Senin berangkat ke Gorontalo sampai dengan Rabu. Jadi, Tim Kecil hanya punya waktu Sabtu Minggu, kemudian Kamis minggu depan sebelum rapat.

KETUA RAPAT: Kalau soal teknisnya Pak Roy, biar nanti Tim Kecil yang merumuskan dan saya kira kita

tidak tahu, bisa jadi dan saya doakan dalam suatu pertemuan misalnya begitu, suatu pertemuan Tim Kecil sudah melahirkan keputusan dan itu tinggal dilaporkan tanggal 20 Juli dan saya kira demikian Pak Roy.

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Pak Ketua, Semakin jauh ini dari harapan kalau begini. Ini yang dibicara Tim Kecil inikan Tim Kecil ini harus bareng dengan Kominfo Pak. Ini

yang dibicarain kok Tim Kecil Tim Kecil kita saja, sementara waktu Raker itu belum ditetapkan secara resmi. Saya takut kalau Rakernya tidak ditetapkan dan masih ngambang antara tanggal 20 jadi atau tidak, Tim Kecil ini bisa bekerja sampai akhir 2014 nantinya belum-belum selesai nantinya.

KETUA RAPAT: Terima kasih ingatannya Pak Max. Pak Max, Itulah sebabnya tadi kita tawarkan supaya Raker Komisi I dengan Menkominfo, itu

dilangsungkan tanggal 20 Juli sore. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Itu perlu persetujuan. KETUA RAPAT: Itu yang saya tanyakan.

Page 51: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

51

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Kalau ada, Bapak ketok tak begitu ya, biar kita tahu jadi begitu. KETUA RAPAT: Itu yang kita tanyakan untuk kerelaan dan komitmen dari rekan Meutya dari Golkar. F-PKB (Dr. H.A. EFFENDY CHOIRIE, M.H.): Nanti dulu Ketua. Saya berpikir realistis. Kalau Tim Kecil boleh rapat mulai tanggal 20 Juli, saya kira itu realistis, tetapi kalau Tim

Kecil harus melaporkan pada tanggal 20 Juli, itu saya kira tidak realistis. Tidak realistis, apalagi Pak Menteri sudah menyampaikan bisa kerelaan hati untuk 3 minggu dari sekarang. 3 minggu dari tanggal 10 ini, berarti tanggal 31 Juli Ketua, berarti laporan itu maksimal 30 Juli, Raker dengan Kominfo 30 Juli, clear Tim Kecil sebelumnya.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Ya, baik. Kalau begitu, saya kira jangan sampai kita membentuk Tim Kecil lagi untuk menentukan

tanggalnya. Jadi, jangan sampai membentuk Tim Kecil lagi ini. Tidak apa-apalah, demokrasi harus, kita sedang proses belajar-lah.

Baik. Tadi Pak Roy, saya mohon dibantu tanggal 31 Juli itu batas waktu. Jadi, kapan kira-kira

bisa Rapat Kerja dengan Pemerintah. Kira-kira tanggal berapa? Coba sharing sekarang, di tanggal itu sebelum itu. Saya kira beliau sudah siap mengundurkan yang dari tanggal 23 kalau tidak salah sampai dengan tanggal 31. Jadi, di sini tanggal 31 Juli itu hari Rabu, ya hari Selasa, tanggal 31 Juli itu ya hari Selasa. Kira-kira kapan? Berarti kita Rapat Kerjanya bisa tanggal itu, sebelum itu?

Bagaimana kalau rapatnya tanggal 30 Juli, hari Senin? Nah, saya mohon persetujuan ini. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Ya bentuk Tim Kecil saja Pak kalau begitu. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Kami menawarkan tanggal 30 Juli hari Senin kita Rapat Kerja dengan Pemerintah,

bagaimana? F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Pimpinan, Tadi saya menyepakati Pimpinan tanggal 20 itu Raker, karena saya itu sudah membuat

agenda ke Dapil dari tanggal 22. Ya, benar ini dari tanggal 22 sampai dengan tanggal 3 atau tanggal 5 saya. Jadi, sudah buat, maka saya setuju tadi Pimpinan tawarkan 20 itu, sehingga 22 saya jalan. Jadi, ini saya ditarik lagi sama Mas Roy. Itulah sebabnya kenapa saya setuju di 20 itu,

Terima kasih. KETUA RAPAT: Pak Zammil, Jadi, dari Tim Kecil itu merasa 2 kali pertemuan itu tidak memadai untuk memberikan

laporan kepada Raker dan saya kira sudah sangat moderat sekali ya dari tawaran dari Pak TB tadi dan sekali lagi saya meng-appeal ya, untuk kerelaan dari Kawan-kawan dan kita memandang bahwa isu penting dan Pak Menteri juga sudah melakukan kompromi, Kawan-kawan juga sudah melakukan kompromi, dan mohon juga dari Pak Zammil juga untuk melakukan kompromi juga Pak Zammil dan kita tawarkan di sini, karena pilihan kita memang tidak banyak dan di sini kita menawarkan tanggal 30 Juli hari Senin untuk Raker Menkominfo dengan Komisi I terkait dengan Laporan dari Tim Kecil Komisi I dan Pemerintah.

Page 52: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

52

Saya kira Rekan-rekan semua setuju? F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.): Saya setuju saja Pak, saya hanya mau tanya Tim Kecil itu langsung lapor ke Raker

begitu. Ini sudah Tim Kecil itu adalah Keputusan Komisi, hasil keputusan dari Tim Kecil itu untuk Keputusan Komisi.

KETUA RAPAT: Tidak-tidak, ini hanya kebiasaannya tidak begitu. Oke. Silakan dari Golkar. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Pimpinan, Saya mau bertanya, karena tadi ada suara dari Kawan-kawan yang juga menyaksikan,

bahwa dirinya bisa hadir sesuai dengan tanggal yang Pimpinan putuskan antara 20 atau 30. Kalau misalnya nanti Tim Kecil tidak memenuhi, inikan Perwakilan dari 9 Fraksi, kemudian misalnya katakanlah 5 Fraksi tidak hadir, bagaimana dengan itu?

KETUA RAPAT: Itulah sebabnya, kita sejak awal meminta komitmen dari kita semua untuk mematuhi

atau memenuhi jadwal tersebut begitu dan karena pilihan kita memang sangat pendek sekali dan terbatas sekali dan kalau misalnya dari Golkar bilang tanggal 30 oke, maka ini bisa kita langsung putuskan, karena PDIP dan juga Demokrat dan PKS oke tanggal 30. Sudah oke sajalah, ya? Jangan terlalu panjang.

F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Intinya, dari Golkar oke, kami bisa menerima itu dalam kerangka kebersamaan, tetapi

jika nanti ternyata tidak memenuhi, kita misalnya H-1 begitu ada masukan-masukan, bahwa Timcil yang bisa hadir kurang dari 5 Fraksi, maka harus ada penundaan, kan begitu Pimpinan. Maksudnya itu juga harus jadi pertimbangan, karena itu memang kami nyamannya sekali lagi setelah masa sidang berikutnya. Tetapi kalau mau diputuskan begitu silakan, tetapi saya hanya menyatakan bahwa nanti tidak bisa nanti kalau tidak ada perwakilan 9 Fraksi, hanya ada 4 Fraksi kemudian yang confirm H-1 di hari Raker tersebut, maka ini akan menjadi masalah lagi begitu.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Ya, saya izin menjawab ya. Kita sudah komitmen 9 orang untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, menghasilkan

sesuatu yang kemudian dilaporkan di dalam Rapat Kerja, itu dulu. Makanya saya mohon dengan hormat, dengan segala kerendahan hati kesembilan orang itu, konsekuen dan sungguh-sungguh komitmen kepada komitmen kita agar itu tidak berlarut-larut. Itu yang pertama.

Kemudian, bahwa kemudian ada yang sakit sampai dengan almarhum misalnya atau almarhumah, ya dari yang 9 orang itu tadi di ruangan sudah diputuskan boleh diganti yang penting dari Fraksinya. Kalau dari Nasdem belum masuk. Jadi, dari Fraksi 9 saja dulu, sehingga itu harusnya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Justru sesungguhnya yang menjadi kekhawatirkan kita semua, apabila terjadi Tim Kecil itu deadlock. Nah, itu yang paling khawatir itu. Nanti kalau terjadi deadlock, kita akan bicarakan saja tanggal 30, apakah kita undur lagi atau bagaimana.

Saya kira itu barangkali ya, tetapi mudah-mudahan tidak deadlock. Saya kira Pak Roy Suryo sudah membuat alternatif-alternatif begitu. Untuk itu, mohon bantuan dari seluruhnya.

Saya kira itu Ibu. F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Baik Pimpinan.

Page 53: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

53

Kalau begitu, kami ikut untuk kebersamaan. Lalu, apakah kita, ini pertanyaan saja, apakah kita akan memutuskan dalam Tim Kecil itu ada Ketua dan lain-lain atau ini sudah dibentuk begitu saja?

Terima kasih. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Saya kira begini. Dari 9 itu nanti, silakan diskusi, tetapi tadi sudah mengarahkan. Inikan demokrasi lagi.

Untuk misalnya Pak Roy Suryo, kemudian mungkin nanti dari anu menjadi wakilnya, siapa dari Golkar atau mungkin nanti ada Dewan Pembinanya mungkin, dari Pak Maiyasyak, silakanlah itu dari 9 orang. Saya kira bisa diselesaikan secara adatlah, tidak terlalu teknis, yang penting keputusan itu menjadi keputusan kita bersama.

Saya kira begitu ya? Mungkin ada yang lain? Kami mohon ini sudah ditunggu oleh Sekjen Deplu Kemenlu untuk kita lanjutkan.

Kebetulan bagian saya nanti giliran saya memimpinnya. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Oh, sekarang belum bagian Bapak toh yang memimpin. F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Kita kan pakai shift-shiftan Pak. Inilah kalau dari komitmen dari meja Pimpinan, kita terus untuk siap menyesuaikan,

tetapi Anggotanya pergi ke sini, ke sini semuanya. Jadi, kita harus menyelesaikan. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.): Itulah Pak. Tolong sekaligus usul Ibu Meutya itu biar Tim Kecil itu sudah ada, siapa Ketuanya, Wakil

Ketuanya. Ya kalau belum bisa, ya bentuk Tim Kecil lagi untuk cari Ketuanya begitu. KETUA RAPAT: Sebelum, ya silakan. F-PKS (Drs. MUHAMMAD IDRIS LUTFI, M.Sc.): Berdasarkan Tatib itu, Pimpinan Tim Kecil itu adalah salah satu dari Pimpinan kita, salah

satu dari Pimpinan kita Komisi I ini, itu yang memimpin Tim itu. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Setahu begitu, Tim Kecil tidak boleh. Saya kan bukan Wakil Pimpinan, harus salah satu

dari Wakil Pimpinan. F-PKS (Drs. MUHAMMAD IDRIS LUTFI, M.Sc.): Yang kedua, Tim Kecil itu melaporkan kepada Rapat Internal dulu hasilnya. Tidak bisa

langsung jadi putusan Komisi, diubah jadi keputusan Komisi ke Internal, baru bawa ke Rapat Kerja ini. Itu Tatib yang ada begitu, MD3, tentatif.

KETUA RAPAT: Baik. Ini ada tawaran yang bisa kita simpulkan. Mudah-mudahan bisa disepakati. Kalau point pertama tadi itu sudah dan tadi sudah kita sepakati. Ada yang point kedua,

yaitu guna memberikan waktu yang cukup bagi bekerjanya Tim Kecil, Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk menunda jadwal pengumuman hasil seleksi LP3M pada tanggal 23 Juli 2012 hingga Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012.

Page 54: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

54

Saya minta tanggapan dari Pak Menteri. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Setuju, 1, 2 setuju. KETUA RAPAT: Luar biasa, kita berikan applause kalau ini. Saya lihat sangat bijak Pak Menteri. Baik. Saya kira. Baik. Kalau begitu, saya akan bacakan secara keseluruhan biar kita segerakan saja.

Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo Jakarta, 10 Juli 2012

1. Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk membentuk Tim Kecil yang terdiri

dari unsur Anggota Komisi I DPR RI dan Kemkominfo dalam rangka melakukan komunikasi intensif terkait dengan pelaksanaan program digitalisasi penyiaran.

2. Guna memberikan waktu yang cukup bagi bekerjanya Tim Kecil tersebut, Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk menunda jadwal pengumuman hasil seleksi LP3M pada tanggal 23 Juli 2012 hingga Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2012.

Saya meminta persetujuan Kawan-kawan Komisi I terhadap kesimpulan rapat kita pada hari ini.

Bagaimana? Setuju? Silakan. F-PKS (Drs. MUHAMMAD IDRIS LUTFI, M.Sc.): Ini point kedua, mohon diundur sampai kita Raker dengan Menteri sampai tanggal 30, itu

maksudnya tanggal 30 sudah bisa diumumkan atau tanggal 30 itu pengumumannya tergantung pada hasil rapat kita dengan Kominfo tanggal 30 itu. Ada 2 pengertian di sini. Itu diperjelas dulu Pimpinan.

F-PDI PERJUANGAN (TUBAGUS HASANUDDIN): Baik. Saya mencoba ya, nanti mungkin mohon ini. Nomor 2 “Guna memberikan waktu yang cukup bagi bekerjanya Tim Kecil tersebut,

Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk menunda jadwal pengumuman hasil seleksi LP3M pada tanggal 23 Juli 2012”. Dengan demikian, seleksi itu diundur sampai dengan adanya Keputusan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada tanggal 30 Juli 2012. Artinya, kalau nanti di dalam rapat tanggal 30 Juli itu ada keputusan lain, itu bisa lagi lain.

Kira-kira seperti itu atau mungkin ada masukan lain kira-kira? Bagaimana? Kurang? MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Pak Ketua, Tifatul di sini. KETUA RAPAT: Silakan Pak Menteri, maaf Pak Menteri. Kita kiri-kanan lihatnya ini.

Page 55: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

55

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Ini menurut saya jangan ditulis dulu Mbak ya, kan belum ada permintaan menulis begini

kan? Kan tadi kan baru pertanyaan. Jadi, jangan tulis begini, mentah lagi ini. Tadi saya sudah ditanyakan 1, 2 sudah tulis apakah saya sepakat begitu. Kan begitu tadi. Jadi kalau begitu ya, kalau belum sepakat kita dibicarakan saja Teman-teman dulu, baru, jadi kalau ini mentah lagi. Tadi itu pertimbangannya tidak tanggal 23, ya oke, kita undur, 3 pekan dari sekarang, ya kan begitu, tetapi kalau ini sampai waktu tak terbatas, tak ditentukan kalau begini ini.

Ya, terima kasih. Maaf, saya tambahan sedikit lagi. Kita ada prosedur Perpres, Perpres 54 dan seterusnya, ada tahapan-tahapan batasan-

batasan kita menseleksi, memilih, dan sebagainya, dan juga peraturan yang harus kita penuhi jangka waktunya. Mundur oke, tetapi jangan terlalu lama juga begitu ya.

Terima kasih. Pak Pimpinan, Ini sebentar, ini agak mendesak saya. Saya izin toilet ya, sebentar saja ya. KETUA RAPAT: Silakan Pak Menteri. Baik. Kita skors Rapat Kerja kita ini selama 10 menit.

(RAPAT : DISKORS) Skors rapat kami buka kembali. Terima kasih atas kehadiran Pak Menkominfo dan Rekan-rekan Anggota Komisi I yang

kami hormati. Kita sudah menyusun kesimpulan dari rapat kita. Namun sebelumnya saya ingin me-refresh dari Kawan-kawan sekalian tentang keputusan Rapat Internal Komisi I tadi, Pak Agus Gumiwang yang ikut rapat di Kamnas ya. Jadi, Komisi I DPR RI mengambil keputusan atas keanggotaan Tim Kecil untuk dapat melakukan pembicaraan intensif dengan pihak Kominfo terkait dengan masalah digitalisasi penyiaran dengan keanggotaan sebagai berikut: 1. Dari Demokrat, Roy Suryo 2. Dari Golkar, Meutya Hafidz 3. FPDIP, Pak Ondos Theodorus 4. Dari PKS, Pak Muzzamil 5. Dari PAN, Pak Najib 6. PPP, Maiyasyak 7. PKB, Ibu Lily 8. Dari Gerindra, Ahmad Muzani 9. Hanura, Ibu Susaningtyas.

Dalam hal ini apabila Anggota yang bersangkutan tidak dapat menghadiri Rapat Tim Kecil, maka dapat diwakilkan oleh Anggota Fraksi lain. Tim Kecil Komisi I DPR RI melakukan rapat dengan Tim Kecil Pemerintah, nanti yang menentukan Pemerintah sendiri ya siapa yang akan menjadi wakil dari Pemerintah terkait dengan proses digitalisasi penyiaran dan hasilnya untuk dapat disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada tanggal 30 Juli 2012.

Nah untuk melengkapi, saya membacakan hasil kesimpulan kita. Mohon untuk tanggapan dari Pemerintah dan dari Rekan-rekan Komisi I. 1. Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk membentuk Tim Kecil yang terdiri

dari unsur Anggota Komisi I DPR RI dan Kemkominfo dalam rangka melakukan komunikasi intensif terkait dengan pelaksanaan program digitalisasi penyiaran.

2. Guna memberikan waktu yang cukup bagi bekerjanya Tim Kecil tersebut, Komisi I DPR RI sepakat dengan Menkominfo untuk menunda jadwal pengumuman hasil seleksi LP3M sampai dengan adanya keputusan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada tanggal 30 Juli 2012.

Page 56: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

56

Yang pertama, kami ingin meminta persetujuan dari Pemerintah dalam hal ini Pak Menteri Komunikasi Informatika, apakah setuju terhadap 2 point yang kita sampaikan?

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Jadi, pertanyaan kedua ya? Tadi sebelum diubah, saya sudah setuju, sudah

menyampaikan persetujuan dari yang pertama, tetapi kan dibicarakan lagi. Apa tidak sebaiknya dibicarakan di Teman-teman Komisi I dulu, baru ditawarkan kepada kami apakah setuju. Karena nanti saya setuju, kemudian diubah lagi, atau ada pendapat lain.

Monggo disilakan yang lain dulu begitu. KETUA RAPAT: Kalau dari Rekan-rekan Komisi I, saya meminta persetujuannya, apakah setuju terhadap

kedua point yang kita bacakan sebagai kesimpulan Rapat Kerja kita pada sore hari ini? F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Dari Fraksi Demokrat setuju dengan kesimpulan yang ada. Terima kasih. KETUA RAPAT: Golkar? F-PG (MEUTYA VIADA HAFID): Setuju. KETUA RAPAT: PPP, ya PDI Perjuangan. Bapak Muzzamil untuk PKS. F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Ya, setuju dengan kami memintakan penambahan deadline. Kalau bisa sesudah ada, kita tahu sampai kapan. Pembahasan kita kan 30 Juli Pak,

apakah itu deadline-nya ataukah kita date-nya tanggal lain? Dan lain, proses seleksi itu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Kita memasukan untuk justru dari Tim Kecil itu yang memutuskan. Kita dari Komisi I

memberikan kesempatan kepada Tim Kecil untuk merumuskan hasil kerjanya begitu dan itu nanti yang akan dilaporkan pada saat Raker kita menurut tanggal ini adalah 30 Juli dan Pak Muzzamil sendiri juga nanti ada di dalamnya.

F-PKS (Drs. AL MUZZAMMIL YUSUF): Pertanyaan saya sedikit, apa itu berarti kita mencabut kesimpulan 28 Mei Nomor 3 itu,

karena kalau 28 Mei Nomor 3 itukan kita bicara tentang adanya roadmap. Kalau kita bicara roadmap kan ada kejelasan tanggal.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Kalau mengenai kesimpulan yang rapat yang lalu, saya kira ini tidak menyimpang dari

kesimpulan rapat kita yang lalu, tetapi saya memberikan kesempatan kepada Rekan-rekan Komisi untuk menanggapinya.

Kami persilakan. Pak Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Ketua Poksi kami sudah setuju.

Page 57: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

57

Jadi, tidak ada perubahan. KETUA RAPAT: Sepertinya sudah cukup bulat dari Anggota dari Komisi I, itu sepakat nanti pada tanggal

30 Juli itu Tim Kecil menyampaikan hasil dari Tim Kecil kepada Raker kita, Raker Komisi I DPR RI dengan Pak Menteri pada tanggal 30 Juli.

Kami persilakan Pak. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Terima kasih Pak Pimpinan. Jadi saya agak keberatan dengan point kedua itu. Tadi kan dibicarakan apakah

Pemerintah setuju menunda pengumuman 3 pekan. Kita setuju ya, tetapi kalau kemudian, makanya kalimat yang awal sebelum ini diubah, saya tidak tahu yang mengusulkan mengubah tadi setelah Pimpinan menanyakan ke saya apakah saya setuju atau tidak, saya bilang setuju tadi, tetapi belum perubahan seperti ini. Tahu-tahu saya masuk, berubah begini.

Jadi kalau tadi kalimatnya sampai dengan Rapat Kerja, bukan adanya keputusan. Nah, kalau ini kita mentah kembali, artinya pertanyaan Pak Muzzamil tadi apakah kita akan mencabut kesepakatan kita tanggal 28 Mei. Jadi, tadi kan Pak Pimpinan menanyakan ke saya, bisa atau tidak kalau diundur, berapa waktu, 3 pekan, karena kita juga mengikuti peraturan-peraturan dalam proses seleksi, Perpres, dan sebagainya. Nanti kalau kita menyetujui ini kemudian dikatakanlah keputusan itu, wah ditunda dalam waktu ini, inikan kita mundur dari yang, memang itu tadi titik pangkal yang kita perbedaan dengan itu.

Jadi, kalau saya usulkan seperti kalimat yang tadi, sampai dengan Rapat Kerja. Itu saja penundaan begitu. Itu sejalan dengan apa yang kita putusan tanggal 28 Mei, sejalan dengan tawaran tadi 3 pekan mundur begitu.

Terima kasih. KETUA RAPAT: Ya, terima kasih Pak Menteri. Dan sebenarnya tadi 2 point ini juga sudah tinggal kita sepakati, tinggal kita ketok, tetapi

tadi dari Pak Luthfi dan kemudian menanyakan tentang point nomor 2, ya akhirnya kita kembali lagi menjadi kita membahaskan, kalau bahasa Pak Max, sudah tidak ada Pak Max, akhirnya kita membicarakan hal-hal yang tadi mestinya itu diselesaikan Tim Kecil begitu Pak Menteri, karena dengan Tim Kecil ini yang akan merumuskan dan merekalah yang bertemu dan melaporkannya kepada Raker kita dan kita berharap, karena Tim Kecil ini adalah Tim Ahlinya, yaitu dari Komisi I dan nanti juga dari Pemerintah, maka akan ada titik temu di sana begitu dan kita memberikan kepercayaan kepada Tim Kecil tersebut untuk merumuskan hasil yang mau disampaikan.

Mengenai hasilnya bagaimana, itu kita serahkan Pak kepada Tim Kecil. Kan Tim Kecil kita inikan bukan dari Komisi I saja atau dari Kominfo saja, tetapi kita kedua-duanya di situ Pak.

Silakan Pak Guntur. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Sedikit Pimpinan. Mungkin ada sedikit miss Bapak Menteri. Tadi kami merasa mendengar bahwa yang pertama tadi ada kekurangpersetujuan dari

Bapak Menteri, makanya ada kalimat yang berubah seperti itu. Rasanya seperti itu tadi, tetapi kalau toh..

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Pertama tadi saya sudah, kan waktu selesai kalimat Pak Pimpinan menanyakan saya

baca, setuju saya bilang, tahu-tahu diubah ini, saya baru masuk habis istirahat tadi. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Memang ada perubahan ini yang dirasakan tadi oleh Staf mungkin ada pendapat dari

Pak Menteri yang kurang bisa diterima, tetapi kami mencoba kalau tawaran yang nomor 2 ini kita

Page 58: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

58

hilangkan sampai dengan adanya keputusan, itu dihapus. Saya pikir itu artinya juga sama dengan yang pertama tadi, adanya keputusan. Jadi, sampai dengan Rapat Kerja Komisi I.

Itu saja. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Adanya keputusan itu dihapuskan, tadi tidak ada kata-kata adanya keputusan itu waktu

saya menyatakan persetujuan awal tadi. F-PD (Drs. H. GUNTUR SASONO, M.Si.): Jadi, sampai dengan Rapat Kerja Komisi I DPR RI. Jadi, keputusannya yang mungkin

perlu dihapuskan. KETUA RAPAT: Bapak Menkominfo dan Rekan-rekan Komisi I, Tampaknya kita deadlock lagi terhadap yang kita bicarakan dan sekali lagi, saya

memohon kepada kita semua untuk dengan legowo dan karena kita berpikir sama-sama untuk Indonesia untuk melakukan yang terbaik.

Nah sekarang, kita sudah mentok di point yang kedua ini. Karena itu, dengan berat hati saya harus menskors ini untuk 10 menit lagi, karena untuk supaya kita bisa berbicara lagi.

Skors, selama 10 menit.

(RAPAT : DISKORS) Skors, kami buka kembali.

(SKORS RAPAT DICABUT) Terima kasih kepada Pak Menkominfo. Sejak pagi kita berada di sini membahas begitu panjang dan cukup alot dan kita sudah

sampai kepada 2 kesimpulan ini. Namun juga ternyata juga kita tidak berhasil menemukan titik temu juga di dalam 2 point ini. Oleh karena itu, saya kira bahwa di dalam Rapat Kerja kita pada sore hari ini kita tidak membuat kesimpulan apapun dan kita hanya menyampaikan catatan dari Komisi I. Saya meminta persetujuan dari Komisi I, apakah Komisi I setuju untuk tidak adanya kesimpulan terhadap Rapat Kerja kita dengan Menkominfo pada sore hari ini, sehingga kita hanya menyampaikan catatan saja dari Komisi I.

Setuju?

(RAPAT : SETUJU)

Baik. Terima kasih. Kalau begini cepat jadinya. Catatan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo Jakarta, 10 Juli 2012

1. Komisi I DPR RI meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) untuk menunda jadwal pengumuman hasil seleksi lembaga penyiaran penyelenggara penyiaran multipleksing pada penyelenggaraan penyiaran televisi digital terrestrial, penerima tetap tidak berbayar, free to air hingga adanya keputusan Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada tanggal 30 Juli 2012.

Ya, dari itu sepakat, dari Komisi I saya meminta persetujuannya. Setuju semua? Setuju? Yakin setuju ya? Ya, sebelah kiri.

Page 59: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

59

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Pimpinan, Ini beda catatan dengan kesimpulan apa? Satu ya kan? Catatan, itu biasanya berisi keterangan-keterangan masing-masing pendapat dan tidak

mengikat kepada Pemerintah. Itu catatan. Kalau begini, namanya sama dengan kesimpulan ini. Cuman berubah judul atasnya saja.

KETUA RAPAT: Ini hanya catatan Komisi I saja jadinya. MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI: Internal komisi berarti? Ini internal Komisi? Tidak perlu persetujuan Menteri dan tidak

perlu. KETUA RAPAT: Ya, tidak perlu persetujuan, tidak mengikat dan tidak memerlukan persetujuan. Hanya

catatan dari kita, meminta. F-PG (Drs. AGUS GUMIWANG KARTASASMITA): Saya tambahkan sedikit ya. Walaupun tadi ini sudah disetujui sebagai catatan, catatan internal Komisi I, menanggapi

jalannya Raker kita pada hari ini. Namun demikian, tentunya kami persilakan apabila ada Fraksi lain yang memberikan catatan terhadap catatan.

Silakan. Ini catatan umum dari Komisi I menanggapi jalannya Rapat Kerja kita pada hari ini

dengan Kominfo mengenai Digitalisasi. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Interupsi Pimpinan Kalau hanya bersifat catatan, kenapa kita harus mengikat, repot-repot mengikat,

terutama Pak Menteri lagi tanggal 30 Juli. Kita tidak perlu lagi ketemu lagi tanggal 30 Juli, selesai.

KETUA RAPAT: Coba Pak Roy, langsung disampaikan di situ Pak Roy untuk redaksionalnya langsung

Pak Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Ya sudah, berarti kita tidak perlu lagi ada Tim Kecil, tidak perlu lagi ada 30 Juli. KETUA RAPAT: Tim Kecil itu tadi itu adalah kesimpulan rapat, tetapi karena kita tidak punya kesimpulan,

ya berarti tidak ada Tim Kecilnya Pak Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPROJO): Lah, makanya tidak perlu ada rapat 30 Juli. F-PG (Drs. AGUS GUMIWANG KARTASASMITA): Saya usulkan ya? Ini mungkin tadi salah ketik, tolong ditulis ya. Ini kira-kira rumusannya seperti ini. Pak Menteri, Ini catatan Komisi I loh Pak, internal kami. Catatan saya adalah Komisi I meminta, tolong Mas Roy diperhatikan ya mas, meminta

Menkominfo untuk menunda proses seleksi digitalisasi sampai RUU Penyiaran selesai dibahas.

Page 60: K1 risalah mp_iv_ts_2011-2012_risalah_raker_komisi_i_dg_menkominfo

60

Ada yang berkeberatan? Jadi, kira-kira itu. Jadi, tidak usah ada tanggal lagi. Jadi, kita tidak membentuk Tim Kecil. Tim Kecil tidak

pernah terjadi, karena memang itu tidak ada kesepakatan. Jadi, catatan internal Komisi I seperti itu. Komisi I DPR RI meminta Menteri Komunikasi dan Informatika untuk menunda proses seleksi digitalisasi sampai Rancangan Undang-Undang Revisi terhadap Undang-Undang nomor sekian-sekian selesai dibahas. Ini tidak perlu ditanggapi Pak, karena Rapat Internal karena ini adalah keputusan internal Komisi I menanggapi rapat kita hari ini. Kalau ada Fraksi atau Poksi yang kemudian memberikan catatan terhadap catatan, sangat dimungkinkan, sangat dimungkinkan.

Silakan. F-PKS (Drs. M. IDRIS LUTHFI, M.Sc.): Pimpinan, Kalau untuk PKS catatan. Fraksi PKS. F-PG (Drs. AGUS GUMIWANG KARTASASMITA): Saya usul ya Pak Pimpinan. Saya usul begini. Karena ini sudah domainnya internal kita dan tadi Pak Menteri sudah minta izin ini ada

acara yang sangat penting, acara kenegaraan, ada dinner dengan Council Markel dari Jerman dimana Markel akan, Pemerintah Jerman akan memberi bantuan kepada TVRI, saya kira penting sekali keberadaan Pak Menteri untuk ada di sana dan karena toh tidak ada kesimpulan, hanya catatan dari Komisi I internal, maka saya kira kita bisa mempersilakan Pak Menteri untuk meninggalkan tempat tanpa perlu ikut mendengar atau menyimak apa yang menjadi catatan Komisi I, karena internal kita, karena ini internal kita, bahwa nanti di dalam internal kita terjadi pembahasan lagi, itu hal lain. Jadi, saya usul kita ucapkan terima kasih kepada Pak Menteri yang sejak pagi tadi dengan sabar yang telah mengikuti rapat kita untuk bisa meninggalkan tempat Pimpinan.

KETUA RAPAT: Baik. Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menkominfo pada sore hari ini kita tutup dengan

tidak ada kesimpulan rapat dan dengan demikian, rapat berakhir. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar kepada Pak Menteri dan jajarannya. Inilah namanya politik dan kita sudah melakukan pembahasan yang cukup panjang dan selanjutnya, kami dari Komisi I akan melakukan rapat internal menyikapi hasil dari rapat kita yang tidak menghasilkan keputusan rapat apapun.

Dengan demikian, Rapat Kerja kita pada sore hari ini kita tutup dan sebelumnya untuk Rapat RDP dengan Sekjen, kita akan tunda sampai nanti ada keputusan ataupun informasi dari sekretariat.

Dengan demikian, kami ucapkan terima kasih. Assalamu ‘alaikum warahmatullahi Wabarakatuh.

(RAPAT : DITUTUP)

Jakarta, 10 Juli 2012 a.n Ketua Rapat

SEKRETARIS RAPAT,

SUPRIHARTINI, S.IP. NIP. 19710106 199003 2 001