JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN...

82
PERANAN LEMBAGA KEAGAMAAN DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN MUALLAF (Studi Kasus Di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Pondok Cabe Ilir poncol) Oleh ABDULLAH WARID WH NIM: 2030322048 JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H./2008 M.

Transcript of JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN...

Page 1: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

PERANAN LEMBAGA KEAGAMAAN

DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN MUALLAF

(Studi Kasus Di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Pondok Cabe Ilir poncol)

Oleh

ABDULLAH WARID WH NIM: 2030322048

JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H./2008 M.

Page 2: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kuasanya telah

memberikan inspirasi dan bimbingan-Nya kepada penulis sehingga bisa

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tak lupa disampaikan kepada

junjungan Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari baik, apalagi

sempurna. Sekalipun penulis mencoba berusaha melakukan yang terbaik, namun

masih ada banyak kekurangan dan kelemahan yang dapat ditemukan. Dengan

demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik yang

konstruktif demi perbaikan skripsi dan diri penulis.

Penulis tidak dapat menghindari keterlibatan banyak pihak dalam

penulisan skripsi ini. Karena kata pepatah al-rajulu ibnu bi'atihi (orang itu anak

dari lingkungannya). Maka, boleh jadi apa yang tertuang dalam skripsi ini ada

pikiran-pikiran mereka yang terkutip yang tidak disadari penulis. Motivasi,

nasehat, teguran dan peringatan dari mereka, hingga penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis merasa sangat perlu untuk menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. M. Amin Nurdin, MA., Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,

yang telah memberikan kebijakan-kebijakan yang cukup berarti bagi penulis.

2. Bapak Drs. Harun Rasyid, MA. selaku Direktur Ekstensi yang telah

membantu penulis selama masa perkuliahan.

3. Joharatul Jamilah, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

mengorbankan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.

Page 3: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

4. Pimpinan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat yang telah memberikan fasilitas pada penulis.

5. Drs. H. Abdul Karim SA. selaku pengasuh Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah yang telah mengorbankan waktu dan menerima penulis untuk

mengadakan penelitian dan wawancara guna untuk mengumpulkan bahan-

bahan dan melengkapi data yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

6. Keluarga di madura, Aba dan Umi yang telah mengajariku "belajar hidup

mandiri" dan yang mengajariku untuk tetap tabah dalam menghadapi segala

cobaan dan rintangan yang datang menghadang. Dan adikku Zahratut

Tamamah WH. yang saat ini dalam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Keislaman An-Nuqayah (STIKA). Kakak-ku tercinta M. Qudsi WH. yang

selama ini telah memberikan saran, semangat belajar kepada penulis sehingga

mampu menyelesaikan skripsi sebagai syarat akhir dari study di UIN Jakarta.

7. Teman-teman di Jurusan sosiologi Agama angkatan 2003 yang telah

memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya atas koreksi dan perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga Yang Maha Kuasa memberikan balasan yang setimpal. Amin yaa

Rabbal al-alamin.

Jakarta, 29 Mei 2008

Penulis

Page 4: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................... 5

D. Metodologi Penelitian ..................................................................... 5

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Agama dan Lembaga Keagamaan ................................................ 10

1. Pengertian Agama dan Keberagamaan .................................... 10

2. Pengertian Lembaga Keagamaan.............................................. 18

3. Fungsi Agama dan Lembaga Keagamaan................................. 20

B. Definisi Peranan ............................................................................ 25

C. Muallaf .......................................................................................... 27

1. Pengertian Muallaf .....................................................................27

2. Konversi Agama dan Prosesnya.................................................28

3. Pengalaman Keberagamaan Pada muallaf .................................30

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Agama................35

Page 5: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SOSIAL PENDIDIKAN AL-

KARIMIYAH

A. Sejarah Berdirinya.......................................................................... 38

B. Visi dan Misi ................................................................................ 39

C. Tujuan dan Struktur Kepengurusan ............................................... 40

D. Sistematika Pengislaman Muallaf di Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah ..................................................................................... 41

E. Profil Muallaf ................................................................................. 42

F. Pola Pembinaan dan Bentuk-bentuk Kegiatan................................ 49

BAB IV PERAN YAYASAN SOSIAL PENDIDIKAN AL-KARIMIYAH

DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN MUALLAF

A. Ilmu Pengetahuan .......................................................................... 52

B. Akidah atau Keyakinan ................................................................. 55

C. Ibadah ............................................................................................ 56

D. Amal Shalih ................................................................................... 59

E. Penghayatan ................................................................................... 60

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 61

B. Saran............................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia semakin kompleks dan

permasalahan yang dihadapi pun beragam pada berbagai bidang kehidupan. Maka

modal pertama yang harus dimiliki setiap orang yang merindukan kebahagiaan

adalah ketenangan jiwa.1 Salah satu cara untuk mendapatkannya adalah melalui

sebuah agama, sehingga manusia disebut makhluk yang beragama. Di dalam buku

pengantar ilmu jiwa dikatakan bahwa tatkala Allah membekali manusia itu

dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan

bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya disamping rasa

ketakutan terhadap kegarangan dan kebengisan alam. Hal inilah yang mendorong

manusia tadi untuk mencari sesuatu kekuatan yang dapat melindungi dan

membimbingnya di saat-saat yang gawat.2

Kebutuhan spiritual ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan,

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama serta kebutuhan

untuk mendapatkan pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa

percaya pada Tuhan.3 Karena manusia itu beragam serta mempunyai keterbatasan

untuk mengatasi masalah tersebut. Apabila seseorang memiliki kepribadian yang

displatis (terpecah), maka orang itu akan mudah terjebak oleh perasaan frustasi

1 Zakiah Darajat, Pembinaan Jiwa Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 12. 2 Djalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 1998),

h. 70. 3 B. S Wibowo dkk, Shoot (Bandung: PT Syamil, 2003), h. 40.

Page 7: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

(kegagalan) yang nantinya akan berkiblat pada sikap pesimis (putus asa) dan tidak

berdaya terhadap problem yang dihadapinya.4

Tak heran lagi, jika sekarang ini banyak manusia yang mengalami

gangguan mental spiritual dalam dirinya. Adalah konflik keagamaan yang

menimbulkan adanya paham yang berkecamuk dalam hati manusia itu sendiri

serta hampir putus asa dalam menjalani hidupnya.

Oleh karenanya kekuatan spiritual seseorang sangatlah ditentukan oleh

kedalaman keyakinan (aqidah), kebenaran nilai-nilai ibadah, dan ketulusan

solidaritas diri. Adapun sumber dari gangguan tersebut terletak pada fungsi-fungsi

yang tidak normal serta tidak harmonis dan tidak stabil ketika mengalami

dilematis atau juga keterbatasan dalam hidup. Penyakit mental dapat merasuki

berbagai kalangan baik dikalangan masyarat kecil maupun menengah sampai elit

pun mengalami yang namanya gangguan mental, akan tetapi tergantung pada

kadar penyakit yang dideritanya. Pengaruh mental tersebut sangatlah besar dalam

menentukan berbagai segi kehidupan, maka ketenangan jiwa adalah modal utama

yang harus dimiliki oleh setiap orang yang merindukan kebahagiaan hidup.5

Ketika seseorang mengalami konversi agama, di mana seseorang masuk

atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan lain yang berlawanan dengan

kepercayaan sebelumnya.6 Maka, ketika itu dia membutuhkan bimbingan yang

dapat mengarahkan kemana dia akan jalani hidup ini. Adapun orang yang

berkompeten dalam menangani hal tersebut adalah tokoh-tokoh agama antara lain;

para kyai, dan ustadz yang tentunya berpengalaman dan profesional.

4 M. Arifin, Teori-Teori Konseling dan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon, 1996)), h. 3. 5 Zakiah Darajat, Pembinaan Jiwa Mental, h. 15. 6 Hendropuspito, Sosiologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1984), h. 78.

Page 8: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Konversi agama terkadang terjadi disebabkan oleh kegelisahan terhadap

agama, jika tidak mendapatkan solusi dari problem yang dihadapinya, karena

segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri

berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama), maka setelah terjadi

konversi agama pada dirinya pandangan hidup tersebut akan ditinggalkannya.

Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama seperti: harapan,

keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan arah. Lalu timbullah

gejala-gejala baru berupa; perasaan serba tak lengkap dan tidak sempurna. Gejala

ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung, timbulnya tekanan

batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan, perasaan susah

yang ditimbulkan oleh kebimbangan. Perasaan yang berlawanan itu timbul dalam

batin sehingga untuk mengatasi masalah tersebut harus dicari jalan penyalurnya.7

Berbicara masalah pembinaan muallaf tidak jauh berbeda ketika berbicara

masalah pembinaan terhadap orang Islam lainnya, hal tersebut dapat dilaksanakan

oleh siapapun. Akan tetapi selama ini yang menjadi masalah adalah banyak

lembaga-lembaga keagamaan seperti masjid dan lain-lain yang menangani

permasalahan muallaf hanya sebatas mengadakan prosesi pengislaman semata

tanpa ada tindak lanjut (follow up). Padahal banyak muallaf-muallaf yang merasa

malu dalam mempelajari agama ketika mereka harus bergabung dengan muslim

lainnya yang sudah lama masuk Islam. Sebagai seorang muallaf yang baru masuk

Islam membutuhkan kasih sayang, bimbingan dari orang-orang yang berkompeten

dalam menangani masalah tersebut.

7 Djalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 59.

Page 9: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah adalah salah satu yayasan yang

bergerak dibidang keagamaan yang mempunyai peran strategis dalam

meningkatkan pemahaman tentang keagamaan muallaf dan membantu para

muallaf dalam memberikan pengertian yang lebih dalam mengenai ajaran-ajaran

yang ada dalam agama Islam serta memantapkan keyakinan mereka melalui

program-program khusus untuk para muallaf tentang Islam secara baik dan benar

untuk lebih berislam secara Kaffah.

Dari latar belakang pemikiran di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti

dan menganalisis peranan pembinaan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah,

karena yayasan tersebut memiliki peranan dalam membimbing dan mengarahkan

muallaf. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis sengaja mengambil

judul: “Peranan Lembaga Keagamaan Dalam Membina Keberagamaan Muallaf:

Studi Kasus Di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Pondok Cabe Ilir

Poncol".

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk menghindari kerancuan dalam penelitian ini, maka peneliti sengaja

membuat suatu batasan. Ruang lingkup masalah yang akan diteliti dibatasi pada

kegiatan keagamaan yang terdapat pada salah satu lembaga sosial di yayasan

sosial pendidikan al-Karimiyah.

Kemudian untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam

penulisan penelitian ini, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

Bagaimanakah peranan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah dalam

Membina keberagamaan muallaf?

Page 10: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengungkap dan memperjelas tentang pembinaan keberagamaan muallaf di

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Pondok Cabe.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Bagi penulis

Melatih berpikir ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah melalui

penelitian langsung pada objek tertentu yang menjadi sasaran, sehingga

ilmu yang selama ini dipelajari dapat diaplikasikan, serta sebagai syarat

untuk memperoleh gelar sarjana S1 Fakultas Ushuluddin dan filsafat

Jurusan sosiologi Agama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Kegunaan Bagi Lembaga

Sebagai salah satu referensi bagi pengelola lembaga sosial pendidikan

keagamaan (yayasan, pesantren, dan sebagainya) untuk mengembangkan

dan meningkatkan bidang pembinaan moral.

D. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah metode kualitatif, yaitu

studi tentang suatu penelitian yang berupaya menghimpun data, mengolah dan

menganalisis secara deskriptif dengan menafsirkan secara kualitatif. Untuk itu

data-data penelitian yang dikumpulkan adalah dalam wujud konsep-konsep.

Page 11: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Menurut Bogdan dan Taylor bahwa metodologi penelitian kualitatif adalah

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Yayasan Sosial Pendidikan Al-Karimiyah,

sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang peduli terhadap keberadaan

para muallaf, dan objek penlitian ini adalah peranan yayasan sosial pendidikan al-

Karimiyah dalam membina keberagamaan para muallaf yang berjumlah 6 orang.

Sedangkan yang diperoleh berupa wawancara dengan pengasuh yayasan, staf-

stafnya untuk mendapatkan gambaran tentang yayasan al-Karimiyah, yang

merupakan data primer. Sedangkan data sekunder berupa literatur yang berkaitan

dengan penelitian ini yang didapat melalui peneliltian kepustakaan. Dari data

yang diperoleh dengan menggunakan metode tersebut, peneliti akan

menyimpulkan sebagai kesimpulan akhir.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Penulis melakukan observasi untuk memperoleh data dalam bentuk

mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasil observasi. Teknik

observasi yang penulis lakukan adalah bersifat langsung mendatangi

Yayasan Sosial Pendidikan Al-Karimiyah, di wilayah tersebut terdapat

informan sebagai nara sumber dari peneliti.

8 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 1999), h. 3.

Page 12: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

b. Wawancara

Untuk mendukung analisa tersebut, penulis melakukan wawancara secara

langsung kepada pihak pengasuh dan muallaf dengan mengajukan

beberapa pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian

setelah itu dijawab oleh pemberi data dengan bebas dan terbuka. Adapun

nara sumber yang diwawancarai adalah Drs. Abdul Karim SA, sebagai

pengasuh sekaligus ketua, Drs. Agus Shirly sebagai sekretaris Yayasan

Sosial Pendidikan Al-Karimiyah, dan sebagian para muallaf.

Dalam pelaksanaan wawancara penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

• Wawancara bebas (inguided interview), dimana penulis bebas

menanyakan apa saja yang berkaitan yang diinginkan, tetapi ia juga harus

mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya

pewawancara tidak membawa pedoman apa yang akan ditanyakan.

• Wawancara terpimpin (guided interview), yaitu wawancara yang

dilakukan dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan

terperinci.9

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini adalah

pedoman wawancara, tape recorder, dan buku catatan. Pedoman wawancara

digunakan agar lebih fokus menggali apa yang menjadi sasaran penelitian.

Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam kata-kata yang dikatakan oleh

9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek (Jakarta: PT.

Renika Cipta, 1998), h. 145-146.

Page 13: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

informan, sedangkan buku catatan digunakan untuk mncatat hal-hal yang tidak

dapat terekam.

c. Proses Penafsiran

Dalam penafsiran ini penulis melakukan analisis selama pengumpulan data

dengan menggunakan beberapa bukti, membangun rangkaian bukti dan

mengklarifikasinya. Setelah data itu direduksi dan dilakukan berbagai

proses pemilihan pemusatan perhatian dan penyederhanaan data dasar.

Selanjutnya dilakukan penyajian data yang merupakan sekumpulan

informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan.

E. Sitematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada pelitian ini, penulis membagi menjadi

lima bagian:

Bab Pertama, yaitu pendahuluan, penulis membahas mengenai latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah. Kemudian, agar tulisan

terfokus, maka tujuan penelitian, metodologi penelitian, tempat penelitian,

sistematika penelitian.

Bab Kedua, bagian ini menguraikan mengenai pengertian agama dan

lembaga keagamaan, fungsi agama, pengertian muallaf dan definisi peranan,

konversi agama serta faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.

Bab Ketiga, membahas tentang gambaran umum subjek penelitian seperti

latar belakang berdirinya Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah, visi dan misi,

tujuan dan struktur kepngurusan, sistematika pengislaman muallaf di Yayasan

Page 14: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Sosial Pendidikan al-Karimiyah, profil muallaf, dan pola pembinaan dan bentuk-

bentuk kegiatan.

Bab keempat, menjelaskan hasil penelitian berupa keberagamaan muallaf

setelah mendapatkan pembinaan dilihat dari beberapa segi antara lain; ilmu

pengetahuan, aqidah, ibadah, amal shalih, penghayatan.

Sebagai bab terakhir, penulis menyimpulkan dan saran dari penelitian

yang telah dilakukan.

Page 15: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Agama dan Lembaga Keagamaan

Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian agama dan

keberagamaan, pengertian lembaga keagamaan, fungsi-fungsi agama dan lembaga

keagamaan, dimensi-dimensi keberagamaan, definisi peranan, pengertian muallaf,

konversi agama, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama.

1. Pengertian agama dan keberagamaan

Secara etimologis kata “agama” berasal dari bahasa sansakerta agama

yang berarti tidak kacau. Untuk menyatakan konsep ini agama berasal dari dua

kata, yaitu “a” yang berarti tidak dan ‘gama” yang berarti kacau. Dari pengertian

ini, dapat dikatakan bahwa agama adalah suatu peraturan yang mengatur

kehidupan manusia agar tidak kacau. Dalam istilah yang sama juga ditemukan

kata religi yang berasal dari bahasa latin yaitu religio dan berakar pada kata kerja

religare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang

mengikat dirinya kepada Tuhan.10

Secara umum, agama dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan

peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, mengatur

hubungan manusia dengan lingkungannya. Aturan-aturan tersebut penuh dengan

muatan sistem-sistem nilai, karena pada dasarnya aturan-aturan tersebut

bersumber pada etos dan pandangan hidup. Karena itu juga, aturan-aturan dan

peraturan-peraturan yang ada dalam agama lebih menekankan pada hal-hal yang

10 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), h. 13.

Page 16: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

normatif atau yang seharusnya dan sebaiknya dilakukan dan bukannya berisikan

petunjuk-petunjuk yang bersifat praktis dan teknis dalam hal manusia menghadapi

lingkungannya dan sesamanya.11

Dalam perspektif sosiologis, agama tidak dipandang sebagai sebuah

keyakinan yang diturunkan Tuhan kepada umatnya tapi agama dipandang sebagai

sistem kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu.12

Agama dalam pengertian sosiologi merupakan gejala sosial yang general

dan dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia. Ia merupakan salah satu

aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu masyarakat.

Agama juga bisa dilihat sebagai unsur kebudayaan suatu masyarakat disamping

unsur-unsur yang lain seperti kesenian, bahasa, sistem mata pencaharian, suku

peralatan, dan sistem organisasi sosial.13 Menurut Emile Durkheim bahwa agama

merupakan sumber semua kebudayaan yang sangat tinggi. Sedangkan menurut

Marx bahwa agama merupakan candu bagi manusia. Maksudnya manusia dibius

dalam suasana ketertindasan, menjanjikan pahala di kehidupan akhirat atau

memberikan jalan ritual mencapai kegembiraan luar biasa sebagai kompensasi

atau status yang rendah atas penindasan yang dialami.14

Menurut J. Milton Yinger bahwa agama merupakan sistem kepercayaan

dan praktek dimana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga

menghadapi masalah terakhir dalam hidup. Dunlop juga menambahkan bahwa

agama sebagai sarana terakhir yang sanggup menolong manusia bilamana instansi

11 Parsudi Suparlan, Kebudayaan dan Pembangnunan, (Jakarta: 1996), h. 2. 12 Thomas F.O’Dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengantar Awal, (Jakarta: CV. Rajawali

Press, 1985), h. 1. 13 Dadang kahmad, Sosiologi Agama, h. 14. 14 Thomas F.O’Dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengantar Awal, h. 3.

Page 17: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

lainnya gagal tak berdaya. Maka ia merumuskan bahwa agama sebagai suatu

instansi atau bentuk kebudayaan yang menjalankan fungsi pengabdian kepada

umat manusia jika suatu institusi atau lembaga lain tidak bisa menanganinya.15

Seorang tokoh sosiologi agama Thomas F.O’Dea dalam teori

fungsionalisnya mengatakan bahwa agama merupakan pendayagunaan sarana-

sarana supra empiris untuk maksud-maksud non empiris atau supra empiris.16

Selain itu juga, agama merupakan tanggapan manusia terhadap titik kritis dimana

dia bersentuhan dengan kekuatan tertinggi dan sakral.

Elizabeth K. Nottingham mengatakan bahwa agama bukan sesuatu yang

dapat dipahami melalui definisi, melainkan melalui deskripsi (penggambaran).17

Tidak ada definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan. Karena satu hal,

agama dalam keanikaragamannya yang hampir tidak dapat dibayangkan itu

memerlukan deskripsi (penggambaran) dan bukan definisi (batasan). Agama

adalah gejala yang begitu sering terdapat di mana-mana sehingga sedikit

membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah. Agama berkaitan

dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari

keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta.

Menurut Dister bahwa agama merupakan hubungan yang dihayati manusia

dengan yang transinden yang melebihi dan mengatasi alam ciptaan ini (Tuhan).

Hubungan tersebut bersifat lahir dan batin. Yang bersifat lahir, agama

menyangkut kelakuan, perilaku, atau tindak tanduk tertentu yang mengungkapkan

15 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983), h. 35. 16 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 34. 17 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1991), h. 225.

Page 18: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

segi batin dalam praktek kehidupan. Sedangkan yang bersifat batin, agama

menyangkut perasaan, keinginan, harapan, dan keyakinan yang dimiliki manusia

terhadap kekuasaan yang transinden.18

Agama merupakan sistem keyakinan, pemujaan yang bertujuan

mengekang berbagai dorongan hasrat problematis manusia; memberikan petunjuk

dan peraturan moral bagi pemeluknya tentang bagaimana menjalani kehidupan

yang dipertahankan dan diperkuat lewat interaksi kelompok; juga memberikan

koherensi serta kontinuitas akan pengalaman-pengalaman manusia ke dalam suatu

kebutuhan. Selain itu juga, agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran

penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan

kemampuannya karena sifatnya supra natural sehingga diharapkan dapat

mengatasi masalah-masalah yang empirik.

Dalam disiplin perbandingan agama, suatu aliran kepercayaan bisa disebut

sebagai agama apabila di dalamnya terdapat lima aspek, kelima aspek tersebut

antara lain; adanya ajaran-ajaran kepercayaan (aqidah), adanya sistem pemujaan

atau penyembahan (ibadah atau ritual), adanya aturan-aturan dalam melaksanakan

hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia (syari’at), adanya Nabi yang

membawa risalah, adanya kitab suci yang dijadikan sumber hukum penghambaan

manusia kepada tuhannya. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung

kelima aspek tersebut dapat disebut agama.19

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama merupakan sarana

kebudayaan bagi manusia dan dengan sarana itu dia mampu menyesuaikan diri

18 Nico Syukur Dister, Psikologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 9. 19 Thomas F.O’Dea, Sosiologi Agama, Suatu Pengantar Awal, h. 30.

Page 19: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

dengan pengalaman-pengalamannya dalam keseluruhan lingkungan hidupnya;

termasuk dirinnya sendiri, anggota-anggota kelompoknya, alam, dan lingkungan

lain yang dia rasakan sebagai sesuatu yang tidak terjangkau. Agama merupakan

institusi yang mengayomi dan mengatur kehidupan manusia yang lebih

menunjukkan kepada Tuhan dalam aspek yang resmi serta jelas peraturan-

peraturan dan hukumnya.

Agama dan keberagamaan adalah dua istilah yang dapat dipahami secara

terpisah, meskipun keduanya mempunyai makna yang sangat erat. Agama adalah

sebuah konsep yang terpisah dari penganutnya, dan setelah mendapat awalan

"ber" kata agama menjadi "keberagamaan" yang mempunyai arti menganut

(memeluk agama) dan beribadah, taat pada agama serta baik hidupnya menurut

agama.20 Keberagamaan berarti pengalaman atau fenomena yang menyangkut

hubungan antara agama dengan penganutnya untuk bertingkah laku yang sesuai

dengan agamanya.21

Agama memiliki fungsi pengawasan sosial terhadap tingkah laku

masyarakat dan merasa ikut bertanggung jawab atas adanya norma-norma yang

baik yang berlaku untuk masyarakat. Menurut Abd. Aziz al-Bone dalam

paloutziah bahwa keberagamaan adalah ketergantungan terhadap Tuhan dan

kehidupan abstrak dan kometmen kepribadian seseorang, cara berpikir, berbuat,

berprilaku moral serta tindakan lainya.22

20 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1998), h. 9. 21 Jamaluddin Ancok, Psikologi Islami, h. 76. 22 Abd. Aziz al-Bone, sinopsis disertasi: hubungan antara komunikasi interpersonal dalam

keluarga, pengendalian diri, dan hasil pelajar pendidikan agama Islam, dengan religiusitas SMU Negeri Jakarta Timur, h. 4.

Page 20: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Muhammad Djamaluddin mendefinisikan bahwa keberagamaan adalah

“manifestasi” seberapa jauh individu penganut agama meyakini, memahami,

menghayati dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-

hari dalam semua aspek kehidupan.23

Hamka memberikan pandangan bahwa keberagamaan bukanlah 'uzlah atau

kecenderungan untuk menarik diri, melainkan dia memberikan dorongan kepada

setiap orang untuk "berani hidup" tapi "tidak takut mati" keberanian untuk hidup

itu hanya akan timbul jika orang bisa menangkap makna hidup.24

Berkaitan dengan keberagamaan islam, kualitas keberagamaan seseorang

ditentukan oleh seberapa jauh individu memahami dan mengamalkan ajaran-

ajaran serta perintah Allah secara menyeluruh dan optimal. Untuk mencapai hal

tersebut maka diperlukan iman dan ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan

sehingga fungsi sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam

dapat dirasakan. Keberagamaan Islam meliputi jasmani dan rohani, pikiran dan

dzikir, aqidah dan ritual, peribadatan, penghayatan dan pengamalan, akhlak,

individu dan sosial masyarakat serta masalah duniawi dan akhirat.25

Dalam dimensi aqidah seseorang harus meyakini dan mengimani aspek

dengan kokoh dan kuat, sehingga keyakinannya tersebut tidak dapat digoyahkan.

Keyakinan seperti itu akan diperoleh oleh seseorang dengan argumentasi (dalil

aqli) yang dapat dipertahankan. Keyakinan tersebut pada intinya berkisar pada

23 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi (Yogyakarta:

UGK Press, 1995), h. 44. 24 M. Dawam Rahardjo, Intelektual, Intelegensia, dan Prilaku Politik Bangsa: Risalah

Cendikiawan Muslim I (Bandung: Mizan, 1996), h. 375. 25 Susi Damayanti, skripsi: “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Prilaku Prososial

Pada Santri Kelas II Aliyah Pondok Pesantren as-Shiddiqiyah Jakarta Barat (Jakarta: UIN, 2001), h. 30.

Page 21: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

keimanan kepada Allah dan hari akhir. Selanjutnya dalam dimensi syariat adalah

konsekuensi logis dan praktis dari keyakinan mengamalkan syariat representasi

dari keyakinan sehingga sulit dipercaya jika seorang mengaku beriman kepada

Allah dan hari akhir tetapi tidak mengindahkan syariatnya, karena syariat

merupakan kewajiban dan larangan yang datang darinya. Maksudnya adalah

keyakinan harus disertai dengan pengamalan kepada Allah.26

Menurut penulis bahwa keberagamaan adalah bagaimana seseorang itu

berprilaku dalam beragama, ia memahami dan mengamalkan ajaran agamanya

sesuai dengan perintah Allah dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam isi atau

dimensi. Seperti yang diungkapkan Glock dan Stark, agama adalah sistem simbol,

keyakinan, dan sistem perilaku yang terlembagakan. Dengan demikian agama

adalah sebuah sistem yang berdimensi banyak. Glock dan Stark menyatakan

bahwa ada lima dimensi keberagamaan, yaitu: keyakinan (ideological),

peribadatan dan praktek agama (ritualistic), pengalaman (experiental),

pengetahuan agama (intellectual), konsekuensi-konsekuensi (consequential).27

Fuad Nashori terinspirasi untuk membagi religiusitas (agama islam)

menjadi lima dimensi, yaitu: dimensi akidah, dimensi ibadah, dimensi amal

shalih, dimensi ihsan, dimensi ilmu.

Pertama, dimensi akidah (Ideologi/keyakinan) dimensi ini menyangkut

keyakinan dan hubungan manusia dengan Tuhan, Malaikat, Kita-kitab yang

diturunkan Allah, para Nabi, hari pembalasan, serta qadha dan qadar, kebenaran

26 http/www.al-Shina.com/html/id/service/maqolat/agama. 27 Rolland Robertson, Agama Dalam Analisa dan Intrpretsi Sosiologi (jakarta: PT.

Rajawali Press, 1993), h. 295.

Page 22: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

agama, dan masalah-masalah gaib yang diajarkan agama. Inti dari dimensi ini

adalah tauhid atas mengesakan Allah.

Kedua, dimensi Ibadah (Ritual), dimensi ini diketahui dari sejauh mana

tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah

sebagaimana yang diperintahkan oleh agamanya. Dimensi ini berkaitan dengan

frekuensi, dan intensitas pelaksanaan ibadah seseorang.

Ketiga, dimensi amal (pengamalan), Dimensi ini berkaitan dengan

kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama yang

dianutnya dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan pada etika dan

spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut hubungan manusia dengan

lingkungan hidupnya.

Keempat, Dimensi ihsan (penghayatan) dimensi ini berkaitan dengan

seberapa jauh seseorang dekat dan dilihat oleh Allah dalalm kehidupan sehari-

hari. Dimensi ihsan mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran Allah,

keyakinan menerima balasan, perasaan dekat dengan Allah, dan dorongan untuk

melaksanakan perintah agama.

Kelima, dimensi ilmu (pengetahuan), dimensi ini berkaitan dengan

pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran-ajaran agamanya. Orang-

orang yang beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal pokok mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Al-qur’an

merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan bagi umat Islam28

28 Fuad Nashori dan Bactiar Diana Mucharam, Membangun Kreatifitas Dalam Perspektif

Psikologo Islam, h. 71.

Page 23: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

2. Pengertian lembaga keagamaan

Secara sosiologis lembaga keagamaan adalah suatu bentuk organisasi yang

tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi-relasi

yang terarah dan mengikat individu, mempunyai otoritas formal dan sanksi

hukum guna untuk mencapai kebutuhan dasar yang berkenaan dengan dunia

supra-empiris.29

Istilah lembaga keagamaan adalah merupakan organisasi yang dibangun

oleh manusia yang bertujuan mengembangkan kehidupan beragama yang

harmonis, semarak, dan mendalam yang ditandai dengan semakin meningkatnya

kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

berkembangnya akhlak mulia bagi masyarakat. Lembaga keagamaan atau

organisasi keagamaan adalah salah satu unsur yang mempunyai tanggung jawab

dalam menunjang keberhasilan dibidang keagamaan.

Keberadaan lembaga keagamaan merupakan lembaga sosial keagamaan

yang memegang peranan penting dalam pembinaan kehidupan keagamaan

masyarakat. Peranan tersebut tampak dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan

baik formal maupun non formal, serta keaktipan lembaga keagamaan dalam

kegiatan amal dan pembinaan kerukunan hidup beragama. Masyarakat masih

merasakan manfaatnya yang besar dari peran lembaga keagamaan dalam

pembinaan kehidupan keagamaan masyarakat.30

Lembaga keagamaan dimaksudkan adalah untuk membentuk prilaku

sesuai dengan pola yang ditentukan oleh doktrin agama. Apabila lembaga

29 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 114. 30 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 116.

Page 24: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

keagamaan tersebut ingin berhasil dalam mempengaruhi masyarakat sesuai

dengan arah dan tujuannya, maka lembaga tersebut harus berhasil dalam dua

sektor: Pertama, lembaga tersebut harus menertibkan peran anggota sesuai

dengan cita-cita yang ingin dicapai. Kedua, apabila lembaga tersebut juga ingin

mempengaruhi masyarakat yang lebih luas, maka harus mengembangkan lembaga

dan memperbesar pengaruhnya yang potensial dengan cara memasukkan orang-

orang yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan di luar lingkungan mereka.

Oleh karena itu lembaga keagamaan dihadapkan kepada dua pilihan: melestarikan

kemurnian etik dan spiritual dengan resiko lingkungan pengaruh sosialnya

terbatas, atau jika lembaga tersebut ingin berpengaruh kuat dalam masyarakat

tertentu, mungkin resikonya adalah mengorbankan semua atau sebagian dari cita-

cita utamanya itu sendiri.31

Oleh karena itu lembaga keagamaan sebenarnya merupakan agen

perubahan sosial yang mampu memberi pengalaman dan pengetahuan bagi

masyarakat akan perlunya perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan

keagamaan maupun dalam kehidupan sosial.

Dengan demikian lembaga keagamaan perlu didorong agar terus

mengembangkan perannya sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Oleh karena

itu keterlibatan lembaga keagamaan sebagai agen perubahan sosial masih sangat

dibutuhkan masyarakat.32

31 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, h. 145. 32 http://www.depag.web.id/research/lektur.

Page 25: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

3. Fungsi agama dan lembaga keagamaan

a. Fungsi agama

Fungsi agama tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi

manusia dan masyarakatnya. Tantangan-tantangan tersebut dikembalikan pada

tiga hal antara lain; ketidak pastian, ketidak mampuan, dan kelangkaan. Untuk

mengatasi semua itu manusia lari kepada agama, karena manusia percaya dengan

keyakinan yang kuat, bahwa agama memiliki kesanggupan yang definitif dalam

menolong manusia. Dengan kata lain, manusia memberikan suatu fungsi tertentu

kepada agama. Di bawah ini akan disebutkan fungsi-fungsi agama antara lain

sebagai berikut:

1. Fungsi sebagai edukatif

Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama yang mencakup

tugas mengajar dan tugas bimbingan. Lain dari instansi (institusi profan) agama

dianggap sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahwa dalam hal-hal

yang “sakral” tidak dapat salah. Agama menyampaikan ajarannya dengan

perantara petugas-petugasnya baik di dalam upacara (perayaan) keagamaan,

khutbah, renungan (meditasi), pendalaman rohani dan lain-lain. Untuk

melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris seperti: dukun, kyai,

pendeta, imam, nabi. Mengenai yang disebut Nabi ini dipercayai bahwa

penunjukannya dilakukan oleh Tuhan sendiri. Kebenaran ajaran agama yang harus

diterima dan yang tak dapat keliru, didasarkan atas kepercayaan penganut-

penganutnya, bahwa dapat berhubungan langsung dengan “yang ghaib” dan yang

“sakral” dan mendapat ilham khusus darinya.

Page 26: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Tugas bimbingan yang diberikan petugas-petugas agama juga dibenarkan

dan diterima berdasarkan pertimbangan yang sama. Masyarakat mempercayakan

anggota-anggotanya kepada instansi agama dengan keyakinan bahwa mereka

sebagai manusia (di bawah bimbingan agama) akan berhasil mencapai

kedewasaan pribadinya yang penuh melalui peroses hidup yang telah ditentukan

oleh hukum pertumbuhan yang penuh ancaman dari situasi yang tidak menentu

dan marabahaya yang dapat menggagalkannya mulai dari masa kelahiran dan

anak-anak menuju kemasa remaja dan masa dewasanya.33

2. Fungsi sebagai penyelamatan

Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat, baik

dalam hidup sekarang maupun sesudah mati. Usaha untuk mencapai cita-cita

tertinggi (yang tumbuh dari naluri manusia sendiri) itu tidak boleh dipandang

ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama. Terutama

karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas

untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yang pencapaiannya

mengatasi kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagiaan itu berada di

luar batas kekuatan manusia (breking point).34 Dalam mencapai keselamatan itu

agama mengajarkan para penganutnya melalui pengenalan kepada masalah sakral,

berupa keimanan kepada Tuhan. Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (dzat

supranatural) itu bertujuan agar dapat berkomunikasi baik secara langsug maupun

dengan perantara langkah menuju kearah itu secara praktisnya dilaksanakan

dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran agama itu sendiri, diantaranya;

33 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 38. 34 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 39.

Page 27: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

mempersatukan diri dengan Tuhan (pantheisme), pembebasan dan pensucian diri

(penebusan dosa) dan kelahiran kembali (reinkarnasi). Untuk itu dipergunakan

berbagai lembaga keagamaan. Kehadiran Tuhan dapat dihayati secara batin

maupun benda-benda lambang. Kehadiran dalam bentuk penghayatan batin yaitu

melalui meditasi, sedangkan kehadiran dalam menggunakan benda-benda

lambang melalui: pertama, theophanea spontanea, kepercayaan bahwa Tuhan

dapat dihadirkan dalam benda-benda tertentu: tempat angker, gunung, area dan

lainnya. Kedua, theophanea invocativa: kepercayaan bahwa Tuhan hadir dalam

lambang karena dimohon, baik melalui invocativa magis (mantra, dukun) maupun

invocativa religius (permohonan, do’a, kebaktian dan sebagainya).35

3. Fungsi sebagai kontrol sosial

Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya norma-norma susila

yang baik yang diberlakukan atas masyarakat manusia umumnya. Maka agama

menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai

kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai

larangan atau tabu. Agama memberi juga sanksi-sanksi yang harus dijatuhkan

kepada orang yang melanggarnya dan mengadakan pengawasan yang ketat atas

pelaksanaannya.

Kaidah-kaidah moral yang asli tercantum dalam hukum adat. Hukum itu

merupakan cetusan hati nurani masyarakat yang hidup dalam kesadaran

masyarakat dan dinilai sebagai pusaka suci yang berasal dari para leluhur yang

menerimanya dari Tuhan. Sebagaimana adanya hukum adat merupakan suatu

35 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 1993),

h. 127.

Page 28: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

kompleks kebiasaan dengan kadar moral yang bervariasi dari yang berbobot moral

(harus) turun ke yang berkadar kepantasan hingga yang berbobot sopan santun

yang mengatur prilaku lahiriah. Dalam masyarakat di mana adat dan agama masih

menjadi satu, maka pengawasan-pengawasan (kontrol) atas hukum yang tidak

tertulis itu dilaksanakan oleh kepala adat (yang sekaligus kapala agama).36

4. Fungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki

kesamaan dalam satu-kesatuan; iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan

membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-

kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa

persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.37

5. Fungsi sebagai transformatif

Mengenai fungsi ini, terlebih dahulu kita harus mengetahui arti dari kata

“transformatif” karena fungsi ini menurut pengertiannya berbeda dengan

pengertian pengawasan dan kenabian. Kata transfomatif berasal dari kata latin

“transformare” artinya mengubah bentuk jadi fungsi transformatif (yang

dilakukan kepada agama) berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama

dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti mengganti nilai-nilai lama dengan

menanamkan nilai-nilai baru. Jadi fungsi transformatif adalah mengubah

kesetiaan manusia adat kepada nilai-nilai adat yang kurang menusiawi dan

membentuk kepribadian manusia yang ideal.38

36 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 44-45. 37 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 128. 38 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 55.

Page 29: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Selain itu juga, agama memiliki peranan penting terhadap pemeliharaan

masyarkat, ialah dalam kehidupan masyarakat mereka pasti akan melaksanakan

tugas-tugas sosial untuk kelangsungan hidupnya dan pemeliharaannya sampai

batas-batas tertentu. Agama merupakan salah satu bagian yang memenuhi

kebutuhan itu. Sebagai contoh adalah kehidupan ekonomi, bahwa roda ekonomi

akan berjalan tergantung pada apakah antara manusia yang satu dengan yang lain

saling menaruh kepercayaan bahwa mereka akan memenuhi kewajiban-kewajiban

bersama dibidang tersebut (keuangan). Hal ini memerlukan kekuatan yang

memaksa dan mengikat pihak-pihak yang bersangkutan dan mau mengorbankan

kepentingan pribadinya demi kepentingan tugas dan kewajiban.39

Sebagai suatu kelengkapan yang penting bagi terlaksananya fungsi agama

sebagai pemersatu adalah sumbangan fungsionalnya terhadap sosialisasi masing-

masing anggota masyarakat. Setiap disaat dia tumbuh menjadi dewasa

memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan

aktivitas manusia dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir

pengembangan kepribadiannya.40

b. Fungsi lembaga keagamaan

1. Memelihara dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama.

2. Merupakan tempat silaturrahmi yang dapat menumbuhkan rasa

persaudaraan.

3. Untuk melayani kebutuhan bagian keagamaan secara mantap dan

mendalam.

39 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994) h. 35.

40 Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, h. 45

Page 30: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

4. Untuk terjaminnya stabilitas dan kontinuitas tercapainnya kepentingan

dasar yang berkenaan dengan keagamaan. Maksudnya untuk mencegah

terjadinya perubahan-perubahan hakiki mengenai isi dan penerapannya

dari waktu ke waktu.41

5. Wahana untuk membahas dan menyelesaikan masalah-masalah yang

menyangkut keagamaan.

6. Mewakili umat dalam berdialog dan mengembangkan sikap saling

menghormati serta kerjasama dengan umat beragama lain.

7. Menyalurkan aspirasi umat kepada pemerintah dan menyebarluaskan

kebijakan pemerintah kapada umat.42

B. Definisi Peranan

Istilah peranan berasal dari kata “peran” yang berarti seperangkat tingkat

yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. Kata

peran mendapat awalan pe dan akhiran an menjadi “peranan” yang mempunyai

arti bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.43

Para sarjana sosiologi berpandangan tentang manusia di dalam masyarakat

diungkapkan dalam konsep peranan. Bagi sarjana sosiologi manusia dilihat

sebagai pelaku dari peranan-peranan sosial. Misalnya peranan seseorang sebagai

suami, ayah, pemimpin masyarakat dan pendeta, atau sebagai tukang, pekerja toko

dan sebagainya.

41 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, h. 116. 42 Http//www.e-dukasi.net/mol/mo. 43 Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 667

Page 31: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang

diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan

peranan yang dipegangnya. Gross, Mason dan Mc. Eechern mengatakan bahwa

peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang

menempati kedudukan sosial tertentu.44 Harapan-harapan tersebut merupakan

imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa

peranan-peranan itu ditentukakn oleh norma-norma di dalam masyarakat.

Maksudnya seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkakan

oleh masyarakat di dalam peranan-peranan lainnya.

Di dalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu; Pertama,

harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-

kewajiban dari pemegang peran. Kedua, harapan yang dimiliki oleh si pemegang

peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan

dengannya dalam menjalankan perannya atau kewajiban-kewajibannya.

Dalam teori peran dikatakan bahwa harapan-harapan peran merupakan

pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berprilaku dalam kehidupan

sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang mempunyai peran tertentu misalnya

sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya, diharapkan

agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. Mengapa seseorang

mengobati orang lain, karena dia adalah seorang dokter. Jadi karena statusnya

adalah dokter maka dia harus mengobati pasien yang datang kepadanya.45

44 Fuad Nashori dan Bactiar Diana Mucharam, Membangun Kreatifitas Dalam Perspektif

Psikologo Islam, h. 71. 45 http://www.google.co.id/search/teori peran

Page 32: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Kemudian tentang peranan sebagai seperangkat harapan yang ditentukan

oleh masyarakat terhadap si pemegang peran, misalnya peranan sebagai kepala

sekolah ditentukan oleh guru-guru, orang tua-orang tua (wali murid), murid-

murid, petugas pemerintah lokal dan perwakilan-perwakilan rakyat setempat,

artinya; harapan-harapan dari semua orang ini harus diperhitungkan oleh para

kepala sekolah dalam menjalankakn tugas-tugasnya.46

C. Muallaf

1. Pengertian muallaf

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa muallaf adalah orang

yang hatinya diteguhkan agar cenderung kepada Islam.47 Dalam fikqih sunnah

juga disebutkan bahwa muallaf adalah orang yang diusahakan dirangkul dan

ditarik serta diteguhkan hatinya dalam keislaman disebabkan belum mantapnya

keimanan mereka.48

Dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa muallaf adalah

orang-orang yang hatinya dibujuk dan dijinakkan hatinya agar cenderung kepada

Islam. Mereka adalah orang-orang yang baru mengetahui dan belum memahami

tentang Islam. Oleh karena itu mereka berada pada posisi yang membutuhkan

pembinaan, dan bimbingan ajaran-ajaran agama Islam.

Pada masa Nabi Saw para muallaf diposisikan sebagai penerima zakat

untuk menjamin kelestarian mereka pada Islam dengan terus memberikan

pembinaan tentang agama Islam. Salah satu alasan Nabi Saw memberikan zakat

46 David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, h. 102. 47 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Pradaya Paramita, 1993),

h. 173. 48 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, Alih Bahasa Oleh Mahyuddin Syaif, (Bandung: al-Maarif,

1996), h. 96.

Page 33: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

kepada mereka adalah menyatukan hati mereka pada Islam. Oleh karenanya

mereka dinamakan al-muallafah Qulubuhum.49

Menurut Buya Hamka muallaf adalah orang yang dijinakkan hatinya dan

diteguhkan hatinya agar mantap dalam keislamannya dan kedudukannya

disamakan tingginya dengan orang Islam lainnya.50

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa muallaf adalah orang yang

baru memeluk Islam yang diteguhkan hatinya dalam keislaman. Karena mereka

baru memeluk agama Islam dan baru mengetahui agama Islam. Maka, mereka

berada pada posisi pihak yang membutuhkan pembinaan dan bimbingan ajaran-

ajaran yang ada dalam agama Islam. Agar mereka mengetahui syariat Islam untuk

kemudian dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Konversi agama dan prosesnya

a. Konversi agama

Secara umum konversi agama dapat diartikan berubah agama atau pindah

agama. Untuk memberikan gambaran yang lebih mengena tentang maksud kata-

kata tersebut perlu dijelaskan melalui uraian yang dilatarbelakangi oleh pengertian

secara etimologis. Dengan pengertian asal kata tersebut tergambar ungkapan kata

itu secara jelas.

Konversi berasal dari kata latin yaitu “conversio” yang berarti tobat,

pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam bahasa inggris

49 Syarif Hade Masyah, Hikmah di Balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002) , h.

3006-3007. 50 Yunus Yahya, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta: Yayasan Abu Karim

Oei Tjeng Hien, 1985), h. 75.

Page 34: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

“ Conversion” yang mempunyai arti berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu

agama ke agama lain.51

Menurut Max Heirick bahwa konversi agama adalah suatu tindakan

dimana seseorang atau kelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem

kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.52

b. Proses konversi agama

Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar.

Proses konversi agama ini merupakan segala bentuk kehidupan batin yang semula

mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya

(agama), maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan akan

ditinggalkan. Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama seperti:

harapan, rasa bahagia, keselamatan, kemantapan berubah menjadi berlawanan

arah. Lalu timbullah gejala-gejala baru berupa: perasaan serba tidak lengkap dan

tidak sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk:

merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap

masa depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.

Menurut M.T.L. Penindo bahwa konversi agama mengandung dua unsur

yaitu:

a. Unsur dari dalam (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi

dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini

membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan

oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang diambil seseorang berdasarkan

51 DJalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 53 52 DJalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 53

Page 35: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang

bereaksi dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring

dengan proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru dan dipilih.

b. Unsur dari luar (exogenos origin), yaitu peroses perubahan yang berasal dari

luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau

kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang datang dari luar ini kemudian

menekan pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin,

sehingga memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.53

Dari kedua unsur tersebut di atas terlihat adanya pengaruh motivasi dari

unsur tersebut terhadap batin. Jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan

kehendak batin maka akan terciptalah suatu ketenangan seiring dengan timbulnya

ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur

psikologis sehingga struktur lama terhapus dan digantikan dengan yang baru

sebagai hasil pilihan yang dianggap baik dan benar.

3. Pengalaman keagamaan pada muallaf

Orang yang telah masuk Islam, maka akan banyak pengalaman yang ia

rasakan antara lain:

a. Pengalaman ritual

Pengalaman ritual yang dibahas pada skripsi ini adalah ibadah

yang sifatnya pribadi, contohnya shalat. Shalat merupakan salah satu

ibadah kepada Allah yang terpenting. Dengannya seorang hamba bisa

berhubungan langsung kepada Allah dengan cara-cara yang telah diajarkan

53 DJalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, h. 61.

Page 36: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

secara benar melalui rasulullah.54 Shalat yang benar akan membawa

dampak positif bagi dirinya dan bagi orang lain.

Allah berfirman:

)45: تالعنكبو(. ركنمال واءشحف الن عىهنت ةال الصن اةال الصمقاو

“Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari

perbuatan keji dan munkar” (Q.S. al-Ankabut: 45).

Selain shalat, do’a dan dzikir merupakan bentuk amalan atau ibadah yang

dapat dilakukan oleh masing-masing orang muslim, yang dapat

mendekatkan dirinya pada Allah.

b. Keterlibatan sosial

Untuk konteks keterlibatan sosial ini penulis mengutip kata yang

dipakai imam al-Ghazali yaitu ulfah (berkasih sayang) dan ukhuwah

(persaudaraan).

1. Ulfah (berkasih sayang)

Berkasih sayang adalah buah kebaikan budi. Buah kebaikan budi itulah

yang dipujikan Allah Swt. Akan Nabi-Nya, firman Allah.55

“Dan sesungguhnya engkau mempunyai budi pekerti yang tinggi” (Q.S. al-

Qalam, 68: 4).

Nabi Saw bersabda:

54 Anwar R. Prawira, et. Al, Tuntunan Shalat, (Jakarta: Pengurus YPI al-Azhar, 2002), h.

1. 55 Ismail Yakub, Terjemah Ihya’ al-Ghazali (Jakarta: CV. Faizan, 1968), h. 7.

Page 37: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

سئل النبي صلى الله عليه وسلم ما أآثر ما عن أبي هريرة قاللتقوى وحسن الخلق وسئل ما أآثر ما يدخل قال ا؟يدخل الجنة

)داودرواه ابو(. قال الأجوفان الفم والفرج؟النار “Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah Saw ditanya:

perbuatan apakah yang sspaling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau menjawab: bertaqwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik. Dan beliua juga ditanya: perbuatan apakah yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka? Beliau menjawab: mulut dan kemaluan. (H.R Tirmidzi).56

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa buah kebaikan budi

adalah berkasih sayang (ulfah) yang bisa terwujud dalam kehidupan sehari-

hari, dan siapa yang melakukannya maka ia akan masuk surga.

2. Persaudaraan (ukhuwah)

Ukhuwah merupakan suatu karunia dari Allah yang hanya bisa didapat

oleh hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam beramal. Sebagaimana firman

Allah:

فلا اهللانكل ومهوبل قني بتفلااا معيم جضرالأ ىاف متقفن أول

)63: نفالاأل( .ميك حزيز عهن امهنيب

“Walaupun kamu membelanjakan semua kekayaan yang berada di

bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi

Allah telah mempersatukan hati mereka” (Q.S. al-Anfal: 63).

Ukhuwah merupakan kekuatan iman dan spiritual yang dapat

menimbulkan kasih sayang yang amat dalam dan cinta kasih, kemuliyaan dapat

saling percaya terhadap sesama. Yakni yang terdapat ikatan akidah, iman dan

56 Imam Nawawi, Terjemah Riyadhus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amani, 1994), Jilid 1, h. 582-583.

Page 38: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

taqwa.57 Dengan ukhuwah akan timbul keutamaan dan keikhlasan dalam berkasih

sayang dan cinta kasih, sehingga terciptalah nilai-nilai positif dalam kehidupan

bermasyarakat. Yakni tolong menolong dan lebih mengutamakan kepentingan

orang lain, bersikap kasih dan pemaaf, pemurah dan setia kawan. Ukhuwah juga

akan memberikan dampak positif bagi pengusiran akhlak tercela.58 Dengan

persaudaraan mereka senantiasa menghindarkan hal-hal yang membahayakan

pihak lain, baik yang menyangkut kehormatan maupun martabat, harta benda

maupun harkat kemanusiaan.

c. Pemikiran atau ide

Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah dengan sama berpikir

yaitu akal. Sebenarnya setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikir yang

seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai menggunakan kemampuan

berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuainya,

lambat laun mulai terbuka dihadapanya. Semakin dalam ia berpikir, 59 semakin

bertambah kemampuan berpikirnya dan hal ini mungkin sekali berlaku bagi setiap

orang. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir

serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin.

Dengan berpikir maka akan timbul ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang

bisa menghasilkan sesuatu. Seperti seorang berpikir mengenai tujuan penciptaan

alam dan arti keberadaan dirinya di dunia, maka akan lahirlah sebuah pemikiran

atau ide bagaimana cara ia bisa mengetahui hal tersebut.

57 Abdullah Nashih Ulwan, Merajut Keping-Keping Ukhuwah (Solo: CV. Ramadhani,

1989), h. 11. 58 Abdullah Nashih Ulwan, Merajut Keping-Keping Ukhuwah, h. 12. 59 Harun Yahya, Dep Thinking, Bagaimana Seorang Muslim Berpikir (Jakarta: Rabbani

Press, 2001), h. 4.

Page 39: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Salah satu jalan yang akan ditempuhnya adalah mentadabburi al-Qur’an

dan membaca buku-buku yang bersangkutan dengan apa yang ia pikirkan bahkan

dengan jalan diskusi ataupun konsultasi.

d. Seni budaya

Kehidupan sederhana dan jihad fi sabilillah mempengaruhi masyarakat

Islam pada zaman rasul dan zaman Khulafaurrasyidin. Masyarakat pada waktu itu,

“bukanlah tanah yang subur bagi segala cabang kesenian” demikian tulis Zaki

Muhammad Hasan dalam bukunya fununul Islam. Pada waktu wilayah Islam telah

berkembang luas dan arab Muslim telah bercampur baur dengan berbagai bangsa

lain, terbukalah mata mereka melihat ke arah seni budaya lama dan kemudian

dikembangkan dengan jiwa agama. Demikian, ufuk seni menjadi meluas dalam

pandangan mereka, dan akhirnya merekapun berhasil menciptakan seni budaya

baru yang tidak menyimpang dari garis Islam.60

Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya membahas

mengenai persoalan-persoalan yang sifatnya jihad. Tapi sesuai dengan

perkembangan zaman umat Islampun bisa mengembangkan diri dalam hal seni

budaya. Hal ini terbukti dengan munculnya syair-syair, kasidah-kasidah61 ataupun

nyanyian yang bernuansa Islami.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi agama

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama,

antara lain sebagai berikut:

60 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam Edisi ke-2 (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h.

143. 61 A. Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam Edisi ke-2, h. 88.

Page 40: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

a. Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan. Orang yang

gelisah, yang di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, kadang-

kadang merasa tidak berdaya menghadapi persoalan itu akan mudah

mengalami konversi agama. Dalam kegoncangan jiwa kadang-kadang

orang dengan tiba-tiba terangsang melihat orang yang sedang beribadah

(shalat), atau dalam keadaan bingung tiba-tiba terdengar suara adzan

subuh mengalun di udara, hatinya merasa tertarik, ingin merasa tentram

dan ingin mendapat ampunan dari Tuhan.

b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama. Pendidikan dan suasana

keluarga, serta aktivitas-aktivitas keagamaan diwaktu kecil ikut

mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang yang kemudian

terjadi konversi agama.

c. Ajakan atau seruan dan sugesti. Banyak pula terbukti, bahwa diantara

peristiwa konversi agama terjadi karena proses sugesti dan bujukan dari

luar. Kendatipun pengaruh sugesti dan bujukan itu pada mulanya dangkal

saja, atau tidak mendalam. Namun jika orang yang mengalami konversi itu

dapat merasakan kelegaan dan ketentraman batin dalam keyakinan yang

baru, maka lama kelamaan akan masuklah keyakinan itu ke dalam

kepribadiannya.

d. Faktor emosi, orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai

oleh emosinya), mudah kena sugesti apabila ia sedang ia mengalami

kegelisahan. Kendatipun faktor emosi, secara lahir tampaknya tidak terlalu

banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa, ia adalah salah satu

Page 41: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya konversi agama, yaitu

penelitian George A. Coe terhadap orang-orang yang mengalami peristiwa

konversi agama, ditemukannyalah bahwa konversi agama lebih banyak

terjadi pada orang-orang yang dikuasai emosinya.

e. Kemauan. Inipun memainkan peranan penting dalam konversi agama.

Biasanya terjadi sebagai hasil dari hasil perjuangan batin yang mengalami

perubahan. Dengan mempelajari bermacam-macam ilmu dari berbagai

buku, mengikuti kajian-kajian keilmuan, membandingkan kitab satu

dengan kitab lainya, maka akan timbul keraguan yang berkecamuk dalam

batinya.62

Dari faktor-faktor tersebut dapat disimpulkan bahwa ada lima faktor yang

mempengaruhi konversi agama yaitu: Pertama; terjadinya konflik di dalam jiwa.

Kedua; pendidikan suasana keluarga serta aktivitas-aktivitas keagamaan diwaktu

kecil. Ketiga; pegaruh sugesti dan bujukan dari lingkungan. Keempat; faktor

emosi. Kelima; faktor kemauan untuk berubah, yaitu dengan belajar tentang

kajian-kajian keilmuan, seperti; membandingkan kitab agama yang ia anut dengan

kitab agama yang lain.

Jadi, dengan demikian menurut analisis penulis bahwa melihat fenomena

yang terjadi di masyarakat saat ini terjadinya konversi agama tidak hanya faktor

pertentangan batin, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, ajakan atau seruan

dan sugesti, faktor emosi, dan kemauan; melainkan juga faktor kebutuhan

62 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996), h. 159-164.

Page 42: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

ekonomi. Hal ini merupakan faktor dominan atas kecenderungan konversi agama

saat ini.

BAB III

GAMBARAN UMUM

YAYASAN SOSIAL PENDIDIKAN AL-KARIMIYAH

A.Sejarah Berdirinya

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah didirikan pada tahun 1998 oleh

Drs. H. Abdul Karim SA. Yayasan Pendidikan Sosial al-Karimiyah merupakan

lembaga yang bergerak dibidang keagamaan.63 Letak geografis Yayasan ini

berlokasi di kawasan lingkungan perkampungan Poncol Kelurahan Pondok Cabe

Kecamatan Pamulang Kabupaten Tangerang, dengan luas tanah + 1000 meter.

Keberadaan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah ini adalah untuk

mendidik anak-anak yang berlatar belakang yatim piatu, fakir miskin, janda, dan

muallaf. Tetapi secara khusus bergerak dibidang sosial pendidikan keagamaan.

Yang menjadi ciri khas lembaga ini adalah shalat malam (tahajjud), kajian al-

63 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 5 Januari 2008.

Page 43: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Qur'an, penerimaan dan penyaluran zakat, infaq dan shadaqah, pembinaan kaum

muallaf yang dilakukan secara intensive.64

Pada tahun 1999 lembaga ini memiliki 4 orang anak asuh (muallaf).

Dengan keinginan yang kuat untuk menyebarkan syi'ar Islam, Drs. H. Abdul

Karim SA, tetap optimis untuk terus melanjutkan misi keagamaan. Sehingga,

lambat laun yayasan tersebut semakin berkembang dan bertambah anak asuhnya

menjadi 16 orang, 6 orang muallaf dan 10 orang yatim piatu. Pada perkembangan

berikutnya dirasakan sarana dan prasarana kurang memadai dengan bertambahnya

anak asuh, maka dibangunlah gedung (tiga lantai). Adapun gedung yang dibangun

antara lain; lantai pertama sebagai tempat ibadah (musholla), lantai kedua terdiri

dari dua ruangan yang meliputi ruangan tempat kegiatan belajar mengajar dan

ruang kantor. Kemudian lantai ketiga terdiri dari dua ruangan yang berfungsi

sebagai asrama putra dan putri bagi yang tinggal di Yayasan, masing-masing

ruangan terdapat 20 buah tempat tidur bertingkat yang dilengkapi dengan kasur

dan bantal guling.

Seiring dengan perkembangan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah

pada tahun 2001 muncul keinginan untuk membenahi manajemen lembaga,

membentuk struktur kepengurusan, membuat AD/ART, dan mengurus akte

notaris berlabel Yayasan ke Departemen Agama. Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah yang awalnya tidak berlabel yayasan akhirnya menjadi sebuah yayasan

yang memiliki akte notaris yang berkekuatan hukum yaitu tepatnya pada tanggal

21 pebruari 2001. Hal ini dilakukan untuk mengikuti gerak tuntutan zaman yang

64 Wawancara Pribadi dengan Agus Shirly, Jakarta, Tanggal 29 Pebruari 2008.

Page 44: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

meniscayakan adanya perubahan pola pengelolaan tradisional menuju pola

moderen tanpa meninggalkan trade mark paguyuban (Yayasan). Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah menerapkan sistem pola kehidupan bersama, bergotong

royong, dan penyelesaian problem secara musyawarah serta pendayagunaan

potensi dan swadaya keuangan dari kantong sendiri tetap dijadikan sebagai

penopang keberlangsungan yayasan hingga saat ini.65

B. Visi dan Misi

Visi dan misi adalah suatu aspek penting dalam menjalankan suatu

organisasi, setiap langkah yang diterapkan mengacu pada visi dan misi, hal ini

karena perlunya pembinaan yang terarah tidak hanya belajar dan belajar asal jadi.

Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, yayasan sosial pendidikan al-

Karimiyah memiliki visi dan misi yang jelas sebagai penuntun langkah ke depan.

Adapun visi yayasan sosial pendidikan al-Karimiyah adalah menjadikan

yayasan al-Karimiyah menjadi sebuah lembaga keagamaan Islam yang terkemuka

dalam menerapkan ukhuwah islamiyah dan mempersatukan umat yang bercirikan

independen, menjaga silaturrahmi dan bersikap amanah. Sedangkan misi Yayasan

Sosial Pendidikan al-Karimiyah adalah:

1. Menyampaikan ajaran agama Islam kepada muallaf.

2. Membina muallaf serta meningkatkan keimanan dan pengetahuan

keislamannya.

3. Mempersatukan muallaf

4. Menggalang persatuan umat Islam demi terwujudnya ukhuwah Islamiyah.

65 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 17 Maret 2008.

Page 45: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

C. Tujuan dan Struktur Kepengurusan

Maksud dan tujuan didirikannya yayasan ini adalah untuk membantu

pemerintah dalam usaha pemerataan pelayanan, pembinaan, dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan yang berguna. Dilihat dari sudut ini,

tampak jelas peran dan fungsi Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah yang

semula hanya bergerak dibidang dakwah secara kecil-kecilan, kemudian

merambah pada wilayah-wilayah lain yang lebih luas. Wilayah operasional

dakwah Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah yang semakin luas tersebut

sesuai dengan tuntutan zaman yang menghendaki implementasi syi'ar Islam bukan

hanya pada tataran konvevsional, melainkan juga pada tataran teknis kehidupan.66

Struktur Kepengurusan

66 Dokumen Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah

Pengasuh Drs. H. Abdul Karim SA

Bendahara Hj. Azdawati SPG

Tenaga pengajar Mubdi Tazai S.Pd.I

Drs. H. Syrajuddin SA. M. Mashuri S.Sos.I M. Khotibul Umam

M. Junaidi S.Ag

Pembantu Umum Ahmad Busyro

Sekretaris Agus Shirly

Page 46: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

D. Sistematika Pengislaman Muallaf di Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah

Ada beberapa proses pengislaman muallaf yang dilakukan di Yayasan

Sosial Pendidikan al-Karimiyah terhadap para muallaf antara lain; pertama,

dilakukan upacara pemeriksaan kesehatan. Kedua, khitan oleh tim kesehatan,

ketiga, diajarkan mengucapkan 2 (dua) kalimat syahadat yang dipimpin langsung

oleh pengasuh dibaca secara bersama-sama yang disaksikan oleh para hadirin.

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat maka calon yang ingin masuk Islam

tersebut sudah menjadi seorang muslim, kewajiban-kewajiban serta larangan-

larangan dalam Islam berlaku atas dirinya.

Hal ini merupakan upacara pengislaman yang dilakukan di Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah. Kemudian penjelasan singkat dari pengasuh yayasan

tentang dasar-dasar Islam seperti rukun Islam, rukun iman, akhlak dan

sebagainya. Setelah penjelasan selesai, para muallaf diharapkan memahami apa

yang telah disampaikan oleh pengasuh tersebut terutama yang paling penting

adalah menghafal 2 (dua) kalimat syahadat beserta terjemahannya.67

E. Profil Muallaf

67 Wawancara Pribadi dengan Drs. H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 18 Maret 2008.

Peserta didik

Page 47: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah (YASPAK) merupakan salah

satu tempat mendidik para muallaf yang kurang mendapat perhatian dari lembaga-

lembaga keagamaan lain. Muallaf yang ada di Yayasan ini di sebut "pelajar".

Melihat lebih lanjut, pelajar yang ada di yayasan sosial pendidikan al-

Karimiyah mayoritas berasal dari daerah yang ada di Pulau Jawa. Kondisi sosial

pedesaan di Jawa memiliki pekerjaan sebagai petani. Dilihat dari letak

geografisnya, Pulau Jawa adalah daerah yang potensial untuk bidang agraris,

selain sebagai petani mereka bekerja sebagai pedagang, dan juga sebagai

pembantu rumah tangga.

Jika dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar dari pelajar di Yayasan

Sosial Pendidikan al-Karimiyah tidak merasakan pendidikan secara formal seperti

pada umumnya, walaupun ada hanya sebagian saja yang pernah duduk di bangku

sekolah. Faktor utama penyebab kurangnya pendidikan adalah faktor ekonomi

yang kurang menunjang serta sarana yang tersedia kurang memadai, dikarenakan

di tempat tinggal asal mereka untuk mendapatkan pendidikan sangatlah sulit

berhubung situasi yang tidak memungkinkan. Ada juga diantara mereka yang

tidak memperhatikan pentingnya pendidikan. Seperti dikatakan oleh Ibu Sari:

"…Saya dulu ingin sekolah, tetapi orang tua saya tidak mengijinkan untuk

sekolah, karena anak perempuan nanti juga kalau sudah menikah pasti

hanya kerja di dapur…"68

Dalam pendidikan formal, materi keagamaan diberikan hanya sebatas teori

dengan ditambah sedikit prakteknya. Lain halnya dengan pendidikan non formal,

68 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sari, Jakarta, tanggal 17 April 2008.

Page 48: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

dimana pendidik banyak mengajarkan agama serta prakteknya yang diperagakan

oleh pendidik. Bahkan dalam hal biayapun tidak begitu memberatkan, karena

biasanya pendidik tidak menetapkan iuran-iuran wajib. Para muallaf sebelum

masuk Islam mayoritas pemeluk agama Kristen, hal ini dapat dilihat pada riwayat

hidup sebagai berikut:

1. Informan Ibu Sari

Ibu Sari berusia 38 tahun, ia berasal dari Karawang sebelumnya beragama

Kristen dan masuk Islam ketika berusia 34 tahun. Alasan masuk Islam karena

ikut-ikutan dengan teman-temannya yang beragama Islam. Pada tahun 2004 Ibu

Sari mempunyai inisiatif untuk mengikuti kegiatan keagamaan dengan rutin di

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah, sudah terhitung empat tahun.

Pendidikan terakhirnya sebatas sekolah dasar (SD), ia tinggal bersama anaknya di

rumah kontrakan. Saat ini ia bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk

memenuhi biaya hidupnya. Dia menjalankan pekerjaannya dengan tekun, karena

ia seorang janda sekaligus kepala rumah tangga. Ia merasa senang masuk Yayasan

ini , karena bisa belajar dan beribadah dengan tenang bersama para muallaf

lainnya.

2. Informan Sitorus

Sitorus adalah seorang yang beragama kristen berusia 35 tahun berasal

dari Lampung. Mulai masuk Islam pada tahun 2005 setelah diajak temannya

menghadiri suatu tempat pengajian yaitu langgar (mushollah) di Krui-Lampung.

Awalnya Sitorus sudah mengalami kegelisahan dalam batinnya, bahkan lebih

cenderung mengakui tentang kebenaran agama Islam. Setelah beberapa bulan

Page 49: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

kemudian, Sitorus memutuskan untuk masuk Islam dengan membaca sahadat.

Namun sahadat yang ia baca terasa masih kurang sempurna tanpa disaksikan oleh

seorang ustadz, akhirnya ia meminta izin kepada keluarganya untuk pergi ke

Jakarta dan mencari Yayasan yang membina para muallaf, tanpa malu-malu ia

masuk ke Yayasan Sosial al-Karimiyah dengan tekad dan keinginan yang kuat

untuk bisa membaca sahadat dan kenal lebih akrab dengan agama Islam.

Keputusan Sitorus memeluk agama Islam mendapat restu dari keluarganya

sekalipun mereka sendiri sampai saat ini masih sebagai pemeluk agama kristen.

Pendidikan terakhir Sitorus sampai SMP. ia tinggal di rumah pamannya tak jauh

dari yayasan. Ia seorang duda dan tidak mempunyai anak.

Pada tahun 2006 Sitorus mulai aktif mengikuti kegiatan di Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah. Ia merasa senang belajar di yayasan ini karena ia

merasa bisa mengenal Islam lebih jauh dan beribadah berjamaah, sehingga jiwa

merasa tenang dan damai, selain itu ukhuwah Islamiyah lebih terlihat nyata saling

membantu dan saling mengunjungi sesama muallaf.

3. Informan Kliwon

Bapak Kliwon berusia 45 tahun berasal dari Yogyakarta, sebelumnya ia

beragama Kristen, masuk Islam pada usia 39 tahun. Alasan masuk Islam karena ia

terharu mendengar tetangganya sedang mendendangkan ayat-ayat al-Qur'an

bahkan lebih-lebih sampai mengeluarkan air mata. Setelah itu ia mengajak istri

dan anak-anaknya untuk belajar membaca al-Qur'an dengan lagu-lagunya,

walaupun secara resmi ia belum membaca sahadat dan masuk Islam.

Page 50: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Pada tahun 2003 Bapak Kliwon mencoba mengikuti beberapa kegiatan

yang dilaksanakan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah bahkan tergolong

aktif. Dan sekarang ia tinggal di rumah kontrakan tak jauh dari yayasan bersama

istri dan anaknya di Pondok Cabe Ilir Pamulang. Bapak Kliwon pernah merasakan

pendidikan formal sampai SMA.

Bapak Kliwon bekerja sebagai karyawan PLN. Ia dikenal bertetangga

sangat baik, sering memberi makan tetangganya yang tidak mampu.

Berawal Informasi dari temannya bahwa ada yayasan yang melaksanakan

pembinaan kegamaan terhadap para muallaf, maka ia memutuskan untuk belajar

dan mengikuti kegiatan keagamaan secara rutin di Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah. Ia sangat senang karena bisa belajar tentang Islam lebih dalam dan

sekaligus punya banyak teman sesama muallaf.

4. Informan Ibu Juminah

Seperti halnya ibu Sari, Ibu Juminah sebelum masuk Islam termasuk orang

yang beragama kristen yang taat beribadah. Ia berasal dari Solo, masuk Islam

ketika berusia 34 tahun pendidikan terakhir kelas 2 sekolah dasar (SD), sekarang

ia berusia 37 tahun dan tinggal di rumah kontrakan bersama dua anaknya. Ibu

Juminah hidup sebagai seorang janda. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

Ibu Juminah harus berjualan sayur. Ia bekerja keras dengan harapan dapat

membiayai sekolah kedua anaknya setinggi mungkin. Alasan masuk Islam karena

ia merasa jenuh dengan agama yang ia anut sebelumnya dan merasa tidak puas

dengan agamanya yaitu Kristen.

Page 51: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Selain sebagai pedagang sayur, ia juga sebagai muallaf yang kritis tentang

keyakinannya. Sebelum belajar di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah ia

mengalami keragu-raguan tentang keyakinan agamanya, ia merasa bahwa semua

agama tidak ada yang bisa memberikan ketenangan dan kebahagiaan. Seperti yang

diungkapkan oleh ibu Juminah bahwa "Kehidupan saya dari dulu sampai sekarang

tetap saja susah".69 Setelah beberapa lama kemudian saya bertemu dengan seorang

guru agama, saya bertanya, agama yang benar yang mana pak Ustadz?. Soalnya

banyak orang mengatakan bahwa semua agama bagus. Pak Ustadz tersebut

memberikan jawaban kepada saya bahwa semua agama bagus, tetapi tidak semua

agama memberikan keselamatan dan kebahagiaan kecuali agama Islam.

Berangkat dari keragu-raguan tersebut, Ibu Juminah mencoba belajar di

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah + awal tahun 2006 dan sampai sekarang

ia sudah sedikit memahami tentang ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya. Dia

merasa sangat senang bisa belajar bersama-sama dengan para muallaf lainnya

untuk mempelajari agama Islam.

Dari profil di atas dapat dikatakan bahwa meskipun sebagian mereka

sudah beberapa tahun memeluk agama Islam, namun mereka baru mempelajari

ajaran Islam secara intensif dan memahami ajaran Islam sejak mereka mengikuti

pembinaan yang diadakan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Oleh

karena itu, sebelumnya keimanan mereka belum mantap dan memerlukan

bimbingan dalam mempelajari ajaran Islam.

5. Informan Prisilia

69 Wawancara Pribadi dengan Ibu Juminah, Jakarta, tanggal 22 Januari 2008.

Page 52: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Prisilia seorang gadis warga keturunan Cina berusia 25 tahun, beragama

kristen berasal dari Surabaya, pendidikan terakhir SMA. Mulai masuk Islam pada

tahun 2006. Awalnya ketika bertemu dan kenal dengan pengasuh Yayasan al-

Karimiyah di sebuah tempat pengajian di jawa Timur. Prisilia masuk Islam karena

terpengaruh oleh saudara kandungnya sendiri yang lebih dulu memeluk agama

Islam begitu rajin dalam bribadah dan taat kepada agamanya. Walaupun kedua

orang tuanya beragama Kristen, namun Prisilia merasakan ada kebahagiaan

tersendiri di dalam agama Islam.

Pada awal tahun 2007, Prisilia memutuskan merantau ke Jakarta untuk

belajar tentang agama Islam di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimyah. Setelah

mendapat bimbingan dari pembimbing, maka hatinya semakin yakin dan tergugah

bahwa dirinya benar-benar mendapat hidayah dari Tuhan. Kemudian di Yayasan

ini ia dibimbing secara terus menerus untuk mengenal lebih jauh tentang ajaran

Islam. Ia sekarang merasa bahagia dengan agama Islam dan senang tinggal di

Yayasan ini.

6. Informan Agustina

Agustina berusia 28 tahun adalah seorang yang beragama kristen juga

termasuk gadis warga keturunan Cina yang tinggal di Yayasan Sosial Pendidikan

al-Karimiyah. Ia berasal dari Bekasi Jati Bening 1 Jakarta Timur. Pendidikan

terakhir S1 di Universitas Kristen Indonsia (UKI) Jakarta Timur.

Sifat dasar Agustina yang pembelajar dan gemar membaca membuat

Agustina penasaran dengan sebuah VCD yang diterbitkan oleh Forum Peduli

Pemurtadan yang memuat sebuah kesaksian seorang mantan biarawati Hj. Irene

Page 53: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Handono. Hal ini kemudian menimbulkan gejolak pertentangan batin dan

keinginan untuk mempelajari dan mendalami lebih jauh agama Kristen dan

agama Islam. Secara diam-diam Agustina mempelajari agama Islam dan mulai

membanding-bandingkan dengan agama yang ia anut. Pada bulan Pebruari tahun

2008, sekalipun tanpa restu keluarganya, Agustina memutuskan masuk Islam di

bawah bimbingan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah dan ia merasakan

ketenangan dengan agama barunya yaitu agama Islam.

F. Pola Pembinaan dan Bentuk-bentuk Kegiatan

Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan di Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah berupa pembinaan keagamaan, karena pembinaan keagamaan

merupakan suatu upaya atau proses yang terus menerus dilakukan untuk

memperkuat keyakinan atau ketaatan terhadap suatu ajaran agama, serta

menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa bentuk program kegiatan yang dilakukan dalam membina

para muallaf, antara lain sebagai berikut:

1. Bimbingan mengenal huruf-huruf hijaiyah dan membaca al-Qur'an (iqra').

Kegiatan ini dilakukan setiap malam setelah shalat maghrib berjamaah,

dengan durasi 1 jam. Materi al-Qur'an diberikan bertujuan agar mereka

mampu membaca al-Qur'an yaitu tata cara dasar membaca Al-Qur'an dengan

menggunakan iqra jilid 1 sampai 6.

Page 54: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

2. Bimbingan wudhu' dilanjutkan dengan praktek shalat, menghafal surat-surat

pendek serta menghafal Do'a sehari-hari. Kegiatan ini dilakukan setiap malam

setelah shalat isya', dengan durasi 1 jam.

3. Mengkaji kandungan ayat-ayat suci al-Qur'an. Diadakan setiap hari setelah

shalat subuh berjamaah, dengan durasi 1 jam.

4. Bimbimgan ketauhidan (mengenal sifat-sifat Allah dan para rasul-Nya).

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari minggu setelah shalat ashar berjamaah.

Tujuan bimbingan ketauhidan ini adalah agar mereka paham tentang masalah

ketauhidan dalam Islam sehingga mereka benar-benar meyakini dengan

mantap kebenaran agama Islam. Adapun materi yang diberikan meliputi; ilmu

tauhid, kaidah ilmu tauhid, hukum mempelajari ilmu tauhid atas umat Islam,

rukun Islam, rukun iman, iman dan Islam, Sahadat, beriman kepada rasul, dan

beriman kepada hal-hal yang ghaib.

Page 55: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

BAB IV

PEMBINAAN KEBERAGAMAAN MUALLAF

DI YAYASAN SOSIAL PENDIDIKAN AL-KARIMIYAH

Pokok pembahasan pada bab ini adalah peran pembinaan keagamaan dan

dampak yang terjadi pada muallaf setelah mengikuti program kegiatan di Yayasan

Sosial Pendidikan al-Karimiyah. Adapun yang dimaksud dengan peran pembinaan

keagamaan adalah upaya pembimbing dalam memberikan pencerahan-pencerahan

tentang ketauhidan, keimanan, keyakinan, ilmu pengetahuan tentang akidah-

akidah Islam. Sedangkan yang dimaksud dengan "dampak" merupakakn efek

yang dilakukan Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah terhadap keberagamaan

muallaf.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu

dengan cara mengolah dan menganalisis data secara deskriptif dengan

menafsirkannya secara kualitatif. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana tingkat pemahaman dan ketaatan muallaf terhadap agama yang dianutnya.

Karena muallaf yang telah memiliki pemahaman tersebut selalu teringat untuk

mengerjakan hal-hal yang telah diperintahkan oleh agamanya. Kemudian penulis

akan memaparkan lebih rinci dengan pendekatan ilmu pengetahuan, keyakinan,

ibadah, amal shalih, dan penghayatan yang diuraikan sebagai berikut.

A. Ilmu Pengetahuan

Dimensi ini berkaitan dengan pemahaman seseorang terhadap ajaran-

ajaran agamanya. Seseorang yang beragama paling tidak harus mengetahui hal-hal

yang pokok mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-

Page 56: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

tradisi. al-Qur'an merupakan pedoman hidup sekaligus sumber ilmu pengetahuan

bagi umat Islam.

Pengetahuan keagamaan yang dimiliki muallaf sesudah mengikuti

pembinaan agama Islam di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah sangat

bertambah. Peningkatan pengetahuan agama Islam tersebut seperti;

memperaktekkan ibadah shalat dengan bacaan-bacaan dan gerakan dalam shalat,

ada juga yang sudah dapat membaca al-Qur'an. Dengan adanya pembinaan

mereka semakin memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnuya. Seperti yang

dikatan oleh bapak Sitorus:

"…Saya telah mendapatkan bimbingan di yayasan ini, saya bisa

memahami gerakan-gerakan yang ada dalam shalat dan merasa lebih baik

dan disiplin dari bulan-bulan sebelumnya"70

Hasil wawancara berikutnya juga dapat dilihat pada ungkapan Bapak

Kliwon:

"...Agama memerintahkan kita untuk melaksanakan semua perintah-Nya dan menjahui apa yang dilarang-Nya. Contoh; shalat, puasa, zakat, infaq dan shadaqah. Karena kalau tidak dilaksanakan, Allah Swt akan membalasnya dengan setimpal yaitu api neraka. Tetapi bukan berarti kita melaksanakan perintah Allah karena takut terhadap siksa-Nya melainkan karena Allah semata…"71

Dari ungkapan di atas menggambarkan bahwa pemahaman muallaf setelah

mendapatkan pembinaan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah ilmu

pengetahuan mereka tentang ibadah sehari-hari semakin bertambah dan konsisten.

Seperti contoh shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Selain itu juga adanya rasa

70 Wawancara Pribadi dengan Sitorus, Jakarta, tanggal 22 Januari 2008. 71 Wawancara Pribadi dengan Kliwon, Jakarta, tanggal 3 Maret 2008.

Page 57: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

tanggung jawab dan kewajiban untuk bersyukur kepada Allah yang Maha

Pencipta. Karena dari awalnya tidak tahu menjadi tahu terhadap ajaran-ajaran

agama Islam. Dalam hal keyakinan adanya Tuhan semakin kuat, karena setelah

mendapatkan bimbingan para muallaf dapat merasakan bagaimana melaksanakan

perintah-perintah-Nya dengan baik dan benar serta ikhlas dalam

melaksanakannya.

Demikian juga dengan pembinaan mengenal huruf-huruf hijaiyah atau al-

Qur'an, mayoritas para muallaf setelah mendapatkan bimbingan bisa membaca al-

Qur'an, hanya saja tidak selancar orang-orang islam pada umumnya. Seperti yang

dikatakan oleh H. Abdul Karim SA. selaku pembina sekaligus pengasuh yayasan

bahwa "saya sangat bangga dengan mereka karena sekarang bisa tahu huruf-huruf

al-Qur'an, dan sebagian dari mereka sudah ada yang belajar iqra'."72

Hal ini juga terbukti dengan ungkapan Ibu Sari:

"…Setelah mendapatkan bimbingan di yayasan ini, alhamdulillah

saya tahu dengan yang dimaksud huruf hijaiyah dan sampai sekarang saya

masih terus belajar iqra' pada pak ustadz…"73

Lain halnya dengan Ibu Sari, bapak Kliwon cukup merasakan setelah

mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di yayasan ini. Seperti yang

diungkapkan di bawah ini:

"…Dengan istiqamah saya belajar terus menerus mengikuti kegiatan-kegiatan di yayasan, dan hasilnya sangat dirasakan. Sejak awal saya langsung belajar iqra', karena target pertama saya harus bisa membaca al-Qur'an dan sekarang saya sudah lancar iqra'. Insya Allah sebentar lagi saya akan belajar membaca al-Qur'an…"74.

72 Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 4 April 2008. 73 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sari, Jakarta, 4 April 2008. 74 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kliwon, Jakart, tanggal 4 April 2008.

Page 58: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Selain belajar mengenal huruf-huruf hijaiyah ada juga bentuk-bentuk

kegiatan pembinaan keagamaan lainnya seperti materi wudhu', penghafalan surat-

surat pendek serta do'a-do'a sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar para muallaf

bisa mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini dapat dibuktikan

dengan ungkapan bapak Sitorus sebagai berikut:

"…Sekarang saya sudah bisa mempraktekkan tatacara berwudhu'

dan sebagian sudah hafal surat-surat pendek sebagai modal saya untuk

dibaca dalam shalat, karena sampai saat ini masih sedikit surat-surat yang

saya hafal…"75

Dari penuturan di atas menggambarkan bahwa setelah mendapatkan

bimbingan mereka semakin paham dan bertambah semangat, karena sebelumnya

belum pernah mengetahui sama sekali tentang cara-cara berwudhu' dan membaca

do'a serta surat-surat pendek. Hal ini terlihat dari hasil kegiatan pembinaan di

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah sangat baik. Kegiatan keagamaan pada

muallaf membuktikan bahwa semakin meningkatnya minat terhadap agama

sejalan dengan kadar keyakinannya.

B. Akidah atau keyakinan

Dimensi ini mengungkapkan masalah keyakinan manusia terhadap rukun

iman (iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan, serta

qadha dan qadar), kebenaran agama dan masalah-masalah yang diajarkan oleh

agama.

Para muallaf setelah mendapatkan bimbingan memiliki keyakinan yang

kuat dalam menjalani hidup, seperti ungkapan bapak Kliwon:

75 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sitorus, Jakarta, tanggal 4 April 2008.

Page 59: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

"…Kita hidup hanya sementara karena masih ada kehidupan yang lebih kekal yaitu kehidupan akhirat, dan yang dihisab hanya amal kita selama masih hidup di dunia yaitu amal shalih. Maka saya harus banyak beribadah dan beramal shalih (shalat, puasa, infaq, shadhaqah, dan sebagainya), karena amal shalih merupakan perintah pokok yang diajarkan oleh Allah terhadap hamba-hamba-Nya…"76.

Lain halnya yang diungkapkan oleh Ibu Jum sebagai berikut:

"…Setelah mendapatkan bimbingan saya lebih yakin dengan agama Islam dari pada agama yang saya anut sebelumnya, karena bagi saya agama yang saya yakini sekarang benar-benar memberikan jalan keluar terhadap masalah saya, dan saya merasa santai disaat saya mendapatkakn berbagai macam masalah mulai dari masalah keluarga, ekonomi dan sebagainya…"77. Wawancara tersbut di atas menggambarkan bahwa keimanan dan

keyakinan para muallaf kepada Allah Swt. dan kepada hari pembalasan

(kehidupan akhirat) semakin bertambah setelah mendapatkan bimbingan

keagamaan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah sehingga keislaman

mereka semakin mantap dan teguh. Selain itu juga keyakinan para muallaf

terhadap agama yang dianutnya benar-benar memberikan jalan keluar terhadap

masalah yang dihadapinya.

C. Ibadah

Bentuk-bentuk kegiatan pembinaan lainnya adalah pembinaan shalat. Para

pembina menitik beratkan pada praktek shalat, dalam melaksanakannya para

muallaf belum sempurna. Setelah diberikan pembinaan praktek shalat, para

muallaf lebih baik dari sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh pengasuh

yayasan, H. Abdul Karim SA. Bahwa "Para muallaf setelah diberikan pembinaan

tentang shalat dan gerakan-gerakan yang ada dalam shalat mereka menjadi lebih

76 Wawancara Pribadi dengan Bapapk Kliwon, Jakarta, tanggal 4 Februari 2008. 77 Wawancara Pribadi dengan Ibu Jum, Jakarta, tanggal 4 Februari 2008.

Page 60: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

baik dan sempurna dalam melaksanakan shalat"78. Hal ini juga terlihat dari hasil

wawancara dengan Ibu Jum sebagai berikut:

"Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa mempraktekkan shalat

dengan baik dan hafal bacaan-bacaan yang ada dalam shalat"79

Dimensi ibadah yang diberikan kepada para muallaf bertujuan agar mereka

dapat melakukan ibadah-ibadah yang disyari'atkan dalam Islam. Berdasarkan hasil

penelitian dengan mengamati proses pembinaan yang digunakan dalam pemberian

materi ibadah yaitu pembiasaan, yang diharapkan para muallaf dapat

membiasakan dan mempraktekkan serta mengamalkan shalat dan ibadah-ibadah

lainnya. Hal ini dapat diketahui sejauh mana tingkat kepatuhan seseorang dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ibadah sebagaimana yang diperintahkan oleh

agama. Dimensi ini berkaitan dengan frekuensi dan intensitas pelaksanaan ibadah

seseorang.

Adapun materi ibadah yang diberikan antara lain; praktek shalat, hal-hal

yang dilakukan sebelum mengerjakan shalat (bersuci dari hadas besar dan hadas

kecil), hal-hal yang disunnahkan sebelum melaksanakan shalat (adzan, iqamah

dan do'a sesudah adzan), syarat-syarat shalat, rukun-rukun shalat dan hal-hal yang

membatalkan shalat, bacaan-bacaan dan gerakan-gerakan dalam shalat, shalat

berjamaah, dan puasa.

Dilihat dari dimensi ibadah atau ritual ini, para muallaf setelah

mendapatkan bimbingan semakin rajin, tepat waktu dalam melaksanakan ibadah

dan rajin shalat sunah, seperti yang diungkapkan Ibu Sari:

78 Wawancara Pribadi dengan H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 4 April 2008. 79 Wawancara Pribadi dengan Ibu Jum, Jakarta, tanggal 4 April 2008.

Page 61: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

"…Kalau lagi dirumah, sebelum waktu shalat tiba saya sudah bersiap-siap (dalam keadaan suci) berangkat ke yayasan untuk shalat berjamaah, setelah melaksanakan shalat dilanjutkan dengan belajar membaca al-Qur'an. Tetapi kalau lagi keluar rumah shalat berjamaah jadi bolos…"80.

Demikian juga dengan Ibu Jum:

"…Walaupun saya lagi jualan sayur kalau sudah masuk waktu shalat, saya selalu berusaha untuk pulang dan ikut berjamaah di yayasan, karena berjamaah itu sudah menjadi kebiasaan saya sehari-hari. Kalau ketinggalan berjamaah diri saya merasa ada yang kurang. Demikian juga shalat sunah, saya selalu berusaha untuk melaksanakannya baik shalat sunah qabliyah maupun yang ba'diyah, karena kata guru saya kalau melakukan shalat sunah bisa menutupi kekurangan-kekurangan shalat fardhu, selain itu juga akan bertambah pahalanya…"81.

Begitupun penuturan Prisilia:

"…Selain melaksanakan shalat wajib, saya juga sering melaksanakan shalat sunah seperti shalat tahajjud dan shalat duha. Tapi terkadang ketika saya melaksanakan ibadah seperti shalat dan semacamnya masih ada orang-orang yang mengejek saya, malah terkadang saya dibilang sok rajin, ingin disanjung dan sebagainya. Tapi Alhamdulillah sampai sekarang saya masih tetap melaksanakannya dan tidak pernah terpengaruh terhadap ejekan-ejekan orang…"82.

Berdasarkan wawancara tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa

para muallaf dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan ibadah terutama

shalat yang dilakukan sehari-hari merupakan kesadaran sendiri hidayah dari Allah

Swt. Hal ini terlihat dari peningkatan dalam beribadah kepada Allah seperti

melakukan shalat tepat waktu, baik shalat fardu maupun shalat sunnah yang

dilaksanakan dengan ikhlas serta tulus ditujukan hanya kepada Allah semata.

80 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sari, Jakarta, tanggal 10 Februari 2008. 81 Wawancara Pribadi dengan Ibu Jum, Jakarta, tanggal 10 Februari 2008. 82 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sari, Jakarta, tanggal 10 Februari 2008.

Page 62: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

D. Amal Shalih

Dimensi amal shalih ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk

merealisasikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari

yang berlandaskan pada etika dan spiritualitas agama. Dimensi ini menyangkut

hubungan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Hal ini menunjukkan pada

seberapa jauh seseorang dalam berprilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran

agamanya.

Melihat pada pernyataan di atas, para muallaf yang sudah mendapatkan

pembinaan keagamaan, maka perilaku sosialnya semakin baik.

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Sitorus:

"…Pergaulan saya dengan teman-teman yang lainnya di yayasan cukup baik, karena jika ada masalah langsung dibicarakan dengan baik. Selain itu juga hubungan saya dengan semua orang cukup baik, tidak pernah ada perselisihan, walaupun ada hanya sebatas salah paham saja dan itupun tidak berlangsung lama…"83.

Demikian juga dengan bapak Kliwon, dia menuturkan:

"Selama di yayasan saya tidak ada masalah baik dengan teman-teman maupun dengan para pengurus yayasan, karena di yayasan sendiri diajarkan cara bergaul dengan baik dan terbuka satu sama lainnya. Apalagi bergaul dengan orang-orang di luar yayasan (non yayasan) seringkali diwanti-wanti oleh pengasuh untuk saling menghormati dan menghargai orang lain.."84. Dari wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa sikap toleransi yang

diajarkan di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah sangat baik. Hal ini terlihat

dari pola pergaulan para muallaf dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari cara

memecahkan masalah, menghormati satu dengan yang lainnya. Hal ini

83 Wawancara Pribadi dengan Bapak Sitorus, Jakarta, tanggal 3 Maret 2008. 84 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kliwon, Jakarta, tanggal 5 Maret 2008.

Page 63: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

dimaksudkan para muallaf untuk senantiasa menciptakan hubungan yang baik dan

harmonis terhadap sesama.

E. Penghayatan (Ihsan)

Dimensi ihsan mencakup pengalaman dan perasaan tentang kehadiran

Tuhan dalam kehidupan, ketenangan hidup, takut melanggar larangan Tuhan,

keyakinan menerima balasan, perasaan dekat dengan Tuhan, dan dorongan untuk

melaksanakan perintah agama.

Dengan mendapat pembinaan keagamaan, penghayatan tentang agama

mereka semakin dalam. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Sari:

"…Saya sekarang selalu menjalankan perintah agama Islam

dengan benar-benar, karena kalau tidak melaksanakan saya merasa

berdosa karena nanti di akhirat akan ada balasannya, dan saya sekarang

merasa dekat dengan Allah…"85.

Selain yang dikatakan Ibu Sari, Ibu Jum menuturkan hal yang senada:

"…Saya sekarang merasa dekat dengan Allah setelah menjalankan

segala perintah-Nya, dan bila tidak menjalankannya saya merasa berdosa,

dan saya yakin nanti di akhirat pasti ada balasannya…"86.

Dari ungkapan para muallaf di atas, jika dilihat dari dimensi ini mereka

sangat takut apabila tidak menjalankan perintah agama, dan mereka merasa sangat

dekat dengan Allah ketika mereka melaksanakannya, merasa bersalah apabila

meninggalkan perintahnya. Hal ini merupakan ekspresi dari penghayatan yang

dimiliki para muallaf. Agama berfungsi sebagai penyelamatan bagi mereka.

85 Wawancara Pribadi dengan Ibu Sari, Jakarta, tanggal 10 Maret 2008. 86 Wawancara Pribadi dengan Ibu Jum, Jakarta, tanggal 10 Maret 2008.

Page 64: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Analisa penulis, dengan adanya pembinaan yang dilaksanakan oleh

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah khususnya pada dimensi pengetahuan,

akidah atau keyakinan, ibadah, amal shalih, dan penghayatan, Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah mempunyai peran atau fungsi strategis yaitu;

memelihara dan meningkatkan kualitas kehidupan beragama.

Page 65: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis permasalahan-

permasalahan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat

menyimpulkan sebagai berikut:

1. Peranan pembinaan keagamaan yang dilakukan di Yayasan Sosial

pendidikan al-Karimiyah terhadap muallaf sudah berjalan dengan baik.

Hal ini dapat dilihat dari keseriusan para pembimbing agama yang telah

melakukan bimbingan terhadap para muallaf. Disamping itu juga

keseriusan para muallaf dalam mendalami agama baru mereka (Islam)

sehingga menjadi mantap dalam beragama. Adapun materi yang diberikan

adalah bimbingan mengenal huruf hijaiyah dan membaca al-Qur'an,

bimbingan wudhu', dilanjutkan dengan praktek shalat, menghafal surat-

surat pendek serta menghafal do'a sehari-hari yang diadakan setiap malam

setelah shalat isya' dengan durasi 1 jam, mengkaji kandungan ayat-ayat

suci al-qur'an diadakan setiap hari setelah shalat subuh berjamaah dengan

durasi 1 jam, bimbingan ketauhidan, mengenal sifat-sifat Allah dan para

Rasul-Nya dilaksanakan setiap hari minggu setelah shalat ashar

berjamaah. Hasil dari kegiatan tersebut dapat terlihat pada wawasan dan

pengamalan para muallaf terutama tentang ketauhidan.

2. Sekain itu juga di Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah lebih

mempreoritaskan segi peningkatan dalam melaksanakan ibadah. Baik

Page 66: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

ibadah yang sifatnya vertikal (kepada Allah) maupun ibadah horizontal

(hubungan terhadap sesama).

B. Saran-Saran

1. Untuk para pembina lebih mendorong para muallaf untuk lebih aktif dalam

mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan dengan cara memantau setiap

diadakannya kegiatan-kegiatan keagamaan, serta mengarahkan para

muallaf ke jalan yang diridhoi oleh Allah.

2. Untuk para muallaf agar terus menjalin tali silaturrahmi kepada pihak

yayasan agar tidak putus komunikasi dan pihak yayasan dapat mengetahui

perkembangan para muallaf.

3. Untuk yayasan agar senantiasa memperhatikan atau memberikan pelatihan

dan pembinaan untuk para muallaf.

Page 67: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ancok, Jamaluddin, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2001). Arifin M. Teori-Teori Konseling dan Agama (Jakarta: PT Golden Terayon, 1996). Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan dan Praktek

(Jakarta: PT. Renika Cipta, 1998). B. S Wibowo dkk, Shoot (Bandung: PT Syamil, 2003). al-Bone, Abd. Aziz, sinopsis disertasi: hubungan antara komunikasi interpersonal

dalam keluarga, pengendalian diri, dan hasil pelajar pendidikan agama Islam, dengan religiusitas SMU Negeri Jakarta Timur.

Bactiar Diana, Fuad Nashori dan, Membangun Kreatifitas Dalam Perspektif

Psikologo Islam. Berry, David, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam (Jakarta: PT. Pradaya Paramita,

1993). Damayanti, Susi, skripsi: “Hubungan Antara Religiusitas Dengan Prilaku

Prososial Pada Santri Kelas II Aliyah Pondok Pesantren as-Shiddiqiyah Jakarta Barat (Jakarta: UIN, 2001).

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1996).

..........................., Pembinaan Jiwa Mental (Jakarta: Bulan Bintang, 1985). Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 1998). Dister, Nico Syukur, Psikologi Agama (Yogyakarta: Kanisius, 1989). Djamaluddin, Muhammad, Religiusitas dan Stress Kerja Pada Polisi

(Yogyakarta: UGK Press, 1995).

Page 68: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

F.O’Dea, Thomas, Sosiologi Agama, Suatu Pengantar Awal, (Jakarta: CV. Rajawali Press, 1985).

Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam Edisi ke-2 (Jakarta: Bulan Bintang,

1975). K. Nottingham, Elizabeth, Agama dan Masyarakat (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1994). Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000).

Karim Oei Tjeng Hien, 1985).

Masyah, Syarif Hade, Hikmah di Balik Hukum Islam (Jakarta: Mustaqim, 2002). Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 1999), h. 3. Nawawi, Imam, Terjemah Riyadhus Shalihin (Jakarta: Pustaka Amani, 1994),

Jilid 1. Prawira, Anwar R., et. Al, Tuntunan Shalat, (Jakarta: Pengurus YPI al-Azhar,

2002). Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: PT. Kanisius, 1983). Rahardjo, M. Dawam, Intelektual, Intelegensia, dan Prilaku Politik Bangsa:

Risalah Cendikiawan Muslim I (Bandung: Mizan, 1996). Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 1991). Ramayulis, Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia,

1993). Robertson, Rolland, Agama Dalam Analisa dan Intrpretsi Sosiologi (jakarta: PT.

Rajawali Press, 1993). Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunah, Alih Bahasa Oleh Mahyuddin Syaif, (Bandung: al-

Maarif, 1996). Suparlan, Parsudi, Kebudayaan dan Pembangnunan, (Jakarta: 1996). Ulwan, Abdullah Nashih, Merajut Keping-Keping Ukhuwah (Solo: CV.

Ramadhani, 1989).

Page 69: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Yahya, Harun, Dep Thinking, Bagaimana Seorang Muslim Berpikir (Jakarta: Rabbani Press, 2001).

Yahya, Yunus, Muslim Thionghoa Kumpulan Karangan (Jakarta: Yayasan Abu

Yakub, Ismail, Terjemah Ihya’ al-Ghazali (Jakarta: CV. Faizan, 1968). Internet

Http//www.e-dukasi.net/mol/mo.

http/www.al-Shina.com/html/id/service/maqolat/agama.s

http://www.depag.web.id/research/lektur.

http://www.google.co.id/search/teori peran.

Wawancara

Wawancara Pribadi Dengan Agus Shirly. Jakarta, tanggal 29 Pebruari 2008.

Wawancara Pribadi Dengan Drs. H. Abdul Karim SA, Jakarta, tanggal 5 Januari 2008.

Wawancara Pribadi Dengan Ibu Juminah. Jakarta, tanggal 22 Januari 2008.

Wawancara Pribadi Dengan Informan Sari. Jakarta, tanggal 19 Mei 2008.

Wawancara Pribadi Dengan Kliwon. Jakarta, tanggal 3 Maret 2008.

Wawancara Pribadi Dengan Sitorus. Jakarta, tanggal 22 Januari 2008.

Page 70: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 71: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Nama : H. Abdul Karim SA. Jabatan : Pengasuh Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Hari/Tanggal : Selasa, 18 Maret 2008 Tempat : Sekretariat Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah Pondok

Cabe Ilir Poncol Pamulang

T. Bagaimana latar belakang berdirinya Yayasan Sosial Pendidikan al-

Karimiyah?.

J. Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah didirikan pada tahun 1998. Yayasan

ini merupakan lembaga yang bergerak dibidang keagamaan.

Keberadaan Yayasan ini adalah untuk mendidik anak-anak yang berlatar

belakang yatim piatu, fakir miskin, janda, dan muallaf. Tetapi secara khusus

bergerak dibidang sosial pendidikan keagamaan. Yang menjadi ciri khas

lembaga ini adalah shalat malam (tahajjud), kajian al-Qur'an, penerimaan dan

penyaluran zakat, infaq dan shadaqah, pembinaan kaum muallaf yang

dilakukan secara intensive.

Pada tahun 1999 yayasan ini memiliki 4 orang anak asuh (muallaf). Kemudian

dengan lambat laun yayasan ini semakin berkembang dan bertambah anak

asuhnya menjadi 16 orang, 6 orang muallaf dan 10 orang yatim piatu. Pada

perkembangan berikutnya dirasakan sarana dan prasarana kurang memadai

dengan bertambahnya anak asuh, maka dibangunlah gedung (tiga lantai). Di

antaranya tempat ibadah (musholla), tempat kegiatan belajar mengajar dan

ruang kantor, asrama putra dan putri bagi yang tinggal di Yayasan.

Pada tahun 2001 muncul keinginan untuk membenahi manajemen lembaga,

yaitu membentuk struktur kepengurusan, membuat AD/ART, dan mengurus

akte notaris berlabel Yayasan ke Departemen Agama. Yayasan ini yang

Page 72: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

awalnya tidak berlabel yayasan akhirnya menjadi sebuah yayasan yang

memiliki akte notaris yang berkekuatan hukum yaitu tepatnya pada tanggal 21

pebruari 2001. Hal ini dilakukan untuk mengikuti gerak tuntutan zaman yang

meniscayakan adanya perubahan pola pengelolaan tradisional menuju pola

moderen. Kemudian yayasan ini menerapkan sistem pola kehidupan bersama,

bergotong royong, dan penyelesaian problem secara musyawarah serta

pendayagunaan potensi dan swadaya keuangan dari kantong sendiri tetap

dijadikan sebagai penopang keberlangsungan yayasan hingga saat ini.

T. Apa tujuan berdiriya yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah?.

J. Tujuan didirikannya yayasan ini adalah untuk membantu pemerintah dalam

usaha pemerataan pelayanan, pembinaan keagamaan melalui pendidikan yang

berguna.

T. Bagaimana visi dan misi Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah?.

J. Adapun visi Yayasan al-Karimiyah adalah menjadikan yayasan al-Karimiyah

menjadi sebuah lembaga keagamaan Islam yang terkemuka dalam

menerapkan ukhuwah islamiyah dan mempersatukan umat yang bercirikan

independen, menjaga silaturrahmi dan bersikap amanah. Sedangkan misi

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah adalah:

5. Menyampaikan ajaran agama Islam kepada muallaf.

6. Membina muallaf serta meningkatkan keimanan dan pengetahuan

keislamannya.

7. Mempersatukan muallaf.

8. Menggalang persatuan umat Islam demi terwujudnya ukhuwah Islamiyah.

Page 73: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

T. Mulai dari usia berapakah murid yang belajar di yayasan ini?.

J. Murid-murid yang belajar di yayasan ini terdiri dari usia sekolah dan dewasa.

Seluruhnya di bagi menjadi dua bagian, yaitu kelompok orang-orang muallaf

dan anak sekolah. Untuk kelompok orang-orang muallaf rata-rata 25-38 tahun.

Sedangkan kelompok anak sekolah 9-20 tahun.

T. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada mereka?.

J. Fasilitas yang diberikan kepada mereka meliputi:

Untuk para muallaf disediakan tempat tidur dan makan oleh yayasan.

Sedangkan yang sekolah diberikan uang saku setelah mengikuti shalat subuh

berjemaah Rp. 5000,-/hari, uang bulanan/SPP diberikan setiap bulan sesuai

dengan jenjang pendidikan yang dijalani. Untuk tingkat sekolah dasar, SPP

yang diberikan RP. 30000,-/anak, untuk tingkat SLTP Rp. 45.000,-/anak,

sedangkan untuk tingkat SLTA Rp. 65.000,-/anak plus praktek, dan

perlengkapan sekolah.

T. Berapa jumlah anak yang tinggal di asrama?.

J. Jumlah yang tinggal di asrama semuanya 7 orang, 4 muallaf dan 3 anak

sekolah. Sementara yang tinggal di rumahnya masing-masing berjumlah 9

orang yang terdiri dari 2 muallaf dan 7 anak sekolah. Mereka lebih menyukai

tinggal di rumah sendiri daripada di yayasan, karena tinggal di yayasan terikat

dengan peraturan, sementara di rumah tidak demikian. Peraturan yang

diberlakukan di asrama antara lain; shalat malam, shalat subuh berjamaah,

membaca wirid, setelah itu harus mengikuti pengajian bersama.

Page 74: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Dengan demikian, jumlah murid yang tinggal di rumah lebih banyak

dibanding murid yang tinggal di asrama. Sehingga, untuk memonitor

perkembangan mereka khususnya yang tinggal di rumah diadakan kegiatan

mingguan setiap hari minggu berupa shalat subuh berjamaah bersama-sama di

Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah dan dilanjutkan dengan pengajian.

Pondok Cabe, 18 Maret 2008 Pengasuh Yayasan Sosial Pendidikan

al-Karimiyah

Drs. H. klAbdul Karim SA.

Page 75: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Nama : Sitorus Usia : 35 tahun Jabatan : Muallaf Tempat Tinggal : Lampung Tingkat Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hari/Tanggal : Selasa,22 Januari 2008. Tempat : Mushalla Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah T. Siapa nama lengkap Bapak?

J. Sitorus, dianggil Torus/Rus.

T. Berapa usia Bapak sekarang?.

J. 35 tahun, saya lahir tanggal 5 April 1973.

T. Apa latar belakang pendidikan Bapak?.

J. Saya sekolah hanya sampai SMP.

T. Bisakah bapak menceritakan kegiatan Bapak yang dilakukan di tempat tinggal?

J. Saya belum mempunyai pekerjaan.

T. Bagaimana kegiatan keagamaan Bapak sebelum masuk Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah?

J. Sebelum masuk yayasan ini saya beragama kristen.

T. Bagaimana Bapak menjalankan kegiatan keagamaan di lingkungan keluarga?

J. Saya dan keluarga taat menjalankan perintah agama.

T. Apa alasan Bapak belajar di Yayasan ini?.

J. Saya ingin belajar tentang agama Islam.

T. Sudah berapa lama Bapak mengikuti kegiatan keagamaan di yayasan ini?.

J. Saya mengikuti kegiatan keagamaan di yayasan ini sudah 3 tahun.

Page 76: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

T. Apakah bapak merasa senang belajar di yayasan ini?.

J. Awalnya saya merasa malu karena beragama kristen, namun setelah saya masuk

islam lama kelamaan saya sudah mulai kenal dengan beberapa penghuni yang

lain dan saya merasa sangat senang belajar di sini.

T. Sebelum masuk yayasan ini, apakah bapak sering melaksanakan ibadah?

(seperti shalat lima waktu dan membaca al-Qur'an)

J. Saya jarang melaksanakan ibadah, karena sebelumnya saya masih belum paham

betul bagaimana caranya ibadah yang sebenarnya.

T. Apakah bapak sering mengikuti kegiatan keagamaan (seperti pengajian yang

dilakukan dimasjid-masjid) di lingkungan sekitar tempat bapak tinggal?.

J. Tidak pernah.

T. Apa saja kegiatan pembinaan kegamaan di Yayasan Sosial Pendidikan al

Karimiyah?

J. Membaca al-Qur'an, praktek shalat, praktek wudhu', hafalan surat-surat pendek

dan hafalan do'a sehari-hari.

T. Apakah kegiatan pembinaan keagamaan dilakukan setiap hari?.

J. Ya.

T. Siapa saja yang membimbing kegiatan keagamaan bapak di yayasan ini?

J. Yang membimbing kegiatan keagamaan di yayasan ini antara lain; bapak H.

Abdul Karim SA, dan K.H. Syirajuddin SA.

T. Apakah bapak melakukan kegiatan pembinaan keagamaan di yayasan ini

dengan kesadaran sendiri atau karena terpaksa?

Page 77: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

J. Saya mengikuti kegiatan disini hasil inisiatif saya sendiri dan keinginan untuk

mengetahui ajaran Islam.

T. Hamabatan apa saja yang bapak temui selama melaksanakan kegiatan

keagamaan di yayasan ini?.

J. Tidak ada hambatan.

T. Bagaimana perasaan bapak setelah mendapatkan bimbingan keagamaan?

J. Saya merasa tenang, karena saya sekarang bisa mengetahui tentang beribadah

yang sebenarnya yang ada dalam agama Islam.

T. Apakah ada perubahan pada diri bapak setelah mendapatkan bimbingan

keagamaan di yayasan ini?

J. Ya ada perubahan, mulai dari ibadah shalat, puasa, zakat, dan ibadah sosial

lainnya.

T. Dari pembinaan keagamaan yang bapak lakukan, apakah ada pengaruh

terhadap pergaulan sehari-hari?

J. Ya ada, sangat banyak pengaruhnya.

T. Bagaimana perilaku bapak sehari-hari setelah mendapatkan pembinaan di

yayasan ini?.

J. Perilaku saya sekarang menjadi berhati-hati dalam bertindak.

T. Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan disini berhasil?

J. Ya sangat berhasil, karena semua yang belajar disini jadi tahu yang

diperintahkan agama.

T. Apakah kegiatan ibadah bapak meningkat setelah mendapatkan pembinaan

keagamaan di yayasan ini?.

Page 78: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

J. Ya, setelah mendapatkan pembinaan keagamaan di yayasan sini, ibadah saya

semakin baik.

Page 79: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

Nama : Bapak Kliwon Usia : 45 tahun Jabatan : Muallaf Tempat Tinggal : Yogyakarta Tingkat Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) Hari/Tanggal : Senin, 3 Maret 2008. Tempat : Mushalla Yayasan Sosial Pendidikan al-Karimiyah T. Siapa nama lengkap Bapak?

J. Kliwon, dipanggil Masliwon.

T. Berapa usia Bapak sekarang?.

J. 45 tahun, saya lahir tanggal 23 Oktober 1963.

T. Apa latar belakang pendidikan Bapak?.

J. Saya sekolah hanya sampai SMA.

T. Bisakah menceritakan kegiatan Bapak yang dilakukan di tempat tinggal?

J. Saya bekerja sebagai karyawan PLN di Gaplek Pondok Cabe.

T. Bagaimana kegiatan keagamaan Bapak sebelum masuk Yayasan Sosial

Pendidikan al-Karimiyah?

J. Sebelum masuk yayasan ini saya beragama kristen, setiap hari minggu saya

selalu ke gereja.

T. Sudah berapa lama bapak masuk Islam?.

J. Dari tahun 2003.

T. Bagaimana Bapak menjalankan kegiatan keagamaan di lingkungan keluarga?

J. Saya dan keluarga taat menjalankan perintah agama.

T. Apa alasan bapak masuk Islam?.

Page 80: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

J. Awal mulanya karena ingin belajar membaca al-Qur'an dan ajaran-ajaran yang

dibawa oleh Muhammad yaitu Islam.

T. Apa alasan Bapak belajar di Yayasan ini?.

J. Saya ingin belajar tentang agama Islam yang benar (tidak sekedar nguping).

T. Sudah berapa lama Bapak mengikuti kegiatan keagamaan di yayasan ini?.

J. Saya mengikuti kegiatan keagamaan di yayasan ini sudah 3 tahun.

T. Apakah bapak merasa senang belajar di yayasan ini?.

J. Awalnya saya merasa malu karena beragama kristen, namun setelah saya masuk

Islam lama kelamaan saya mulai kenal dengan beberapa penghuni yang lain

dan saya merasa sangat senang belajar di sini.

T. Sebelum masuk yayasan ini, apakah bapak sering melaksanakan ibadah?

(seperti shalat lima waktu dan membaca al-Qur'an)

J. Saya jarang melaksanakan ibadah, karena sebelum masuk yayasan saya masih

belum paham bagaimana caranya beribadah dengan benar.

T. Apakah bapak sering mengikuti kegiatan keagamaan (seperti pengajian yang

dilakukan dimasjid-masjid) di lingkungan sekitar tempat tinggal Bapak?.

J. Pernah, tapi karena diajak teman.

T. Apa saja kegiatan pembinaan kegamaan di Yayasan Sosial Pendidikan al

Karimiyah?

J. Membaca al-Qur'an, praktek shalat, praktek wudhu', hafalan surat-surat pendek

dan hafalan do'a sehari-hari.

T. Apakah kegiatan pembinaan keagamaan dilakukan setiap hari?.

J. Ya.

Page 81: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

T. Siapa saja yang membimbing kegiatan keagamaan bapak di yayasan ini?

J. Yang membimbing kegiatan keagamaan di yayasan ini diantaranya; bapak H.

Abdul Karim SA, K.H. Syirajuddin SA, dan Drs. Jumaidi.

T. Apakah bapak melakukan kegiatan pembinaan keagamaan di yayasan ini

dengan kesadaran sendiri atau karena terpaksa?

J. Saya mengikuti kegiatan disini hasil dari inisiatif saya sendiri dan keinginan

untuk mengetahui ajaran Islam.

T. Hambatan apa saja yang bapak temui selama melaksanakan kegiatan

keagamaan di yayasan ini?.

J. Tidak ada hambatan.

T. Bagaimana perasaan bapak setelah mendapatkan bimbingan keagamaan?

J. Saya merasa tenang, karena saya sekarang bisa mengetahui tentang beribadah

yang sebenarnya yang ada dalam agama Islam.

T. Apakah ada perubahan pada diri bapak setelah mendapatkan bimbingan

keagamaan di yayasan ini?

J. Ya ada perubahan, mulai dari ibadah shalat, puasa, zakat, dan ibadah sosial

lainnya.

T. Dari pembinaan keagamaan yang bapak lakukan, apakah ada pengaruh

terhadap pergaulan sehari-hari?

J. Ya ada, sangat banyak pengaruhnya.

T. Bagaimana perilaku bapak sehari-hari setelah mendapatkan pembinaan di

yayasan ini?.

J. Perilaku saya sekarang menjadi berhati-hati dalam bertindak.

Page 82: JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/7236/1/ABDULLAH ARID... · bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam

T. Menurut bapak apakah kegiatan pembinaan keagamaan disini berhasil?

J. Ya sangat berhasil, karena semua yang belajar disini jadi tahu yang

diperintahkan agama.

T. Apakah kegiatan ibadah bapak meningkat setelah mendapatkan pembinaan

keagamaan di yayasan ini?.

J. Ya, setelah mendapatkan pembinaan keagamaan di yayasan sini, ibadah saya

semakin baik.