JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS …digilib.uin-suka.ac.id/3631/1/BAB I,V.pdf · lingkungan...
Transcript of JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS …digilib.uin-suka.ac.id/3631/1/BAB I,V.pdf · lingkungan...
EKOLOGI DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam
Disusun Oleh:
Zurqoni Anwar 02520850
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2009
ii
iii
iv
MOTTO
Hiduplah sesukamu tapi ingat kamu akan mati dan cintailah apa dan siapa yang
kamu kehendaki tapi ingat kamu akan berpisah dengannya dan buatlah
sekehendaknya tapi ingat kamu akan dibalas.
(Rasulullah SAW)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
(Q.S Al-Insyirah : 6-7)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Ibu dan Bapak tercinta
2. Istri dan anakku tersayang
3. Adik-adikku yang bandel
4. Seluruh saudaraku
5. Almamaterku
vi
ABSTRAK
Hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan. Alam merupakan tempat manusia untuk melangsungkan kehidupan sekaligus teman manusia untuk berbagi. Bahkan lingkungan mempunyai peran yang sangat vital bagi kelangsungan hidup umat manusia. Oleh lingkungan biasanya manusia menjadi terbentuk baik dari segi sifat, karakteristik maupun jiwanya. Oleh karenannya ketika semakin banyak manusia yang melakukan eksploitasi terhadap lingkungan dan alamnya, maka secara tidak langsung manusia sedang menunjukan sifat arogansinya terhadap alam dan lingkungan.
Salah satu agama yang mengajarkan tentang kasih sayang terhadap semua mahluk adalah Buddha. Ajaran Buddha sama seperti halnya ajaran spiritual manapun, mengajarkan tentang kasih sayang terhadap semua mahluk yang ada di alam ini. Dalam skripsi ini penulis merumuskan masalah dalam beberapa pernyataan: Bagaimana pandangan agama Buddha tentang alam dan manusia serta bagaimana pandangan Buddha tentang ekologi.
Berawal dari rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pandangan agama Buddha terhadap manusia dan alam serta pandangan agama Buddha terhadap masalah ekologi. Dalam skripsi ini melakukan pendekatan kualitatif, dengan mengumpulkan data utama melalui riset perpustakaan (library research). Teknik pengumpulan data diperoleh dari dan melalui data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengkajian dari sumber-sunber kepustakaan baik itu buku, ensiklopedi, majalah maupun jurnal.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadinya alam dan manusia merupakan konsep yang unik bagi agama Buddha. Karena menurutnya alam itu ada karena adanya sebab-sebab yang mendahuluinya dan sifatnya tidak kekal (shankata), sedang manusia menurut agama Buddha merupakan mahluk yang tidak memiliki jiwa, jiwa dalam hal ini yaitu sebagai substansi spiritual bukan sebagai diri manusia. Oleh karena sifat dari manusia awalnya telah menunjukan sifat serakah, maka agama Buddha memberikan jalan bagi manusia untuk menghindari sifat buruk tersebut dengan mengisi jiwa manusia melalui spiritualitas. Agama Buddha mengajarkan tentang keseimbangan fisik, mental dan spiritual. Ajarannya tentang keseimbangan sangat penting untuk manusia dalam menumbuhkan kehidupan yang dinamis antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Agama Buddha mendorong agar manusia beralih keorientasi spiritual dalam menjalani kehidupan, yaitu suatu cara hidup yang berpedoman pada kesejahteraan seluruh mahluk yang ada di alam ini.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT
yang telah menganugerahkan rahmat dan hidayahNya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang sangat sederhana ini dengan judul: Ekologi Dalam
Perspektif Agama Buddha.
Dengan selesainya skripsi ini sebagai tugas akhir dalam menempuh
jenjang studi strata satu, walaupun penulis menyadari bahwa skripsi yang di buat
ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangannya, akan tetapi
minimal penulis telah terbebas sari satu tugas dan kewajiban akademik serta dapat
megemban salah satu amanah yang telah di berikan oleh kedua orang tua. Semoga
Allah selalu menjaga dan melindungi mereka berdua. Dengan demikian penulis
telah mencapai salah satu harapan yang telah lama ditunggu-tunggu dan di cita-
citakan, semoga ilmu yang di dapatkan menjadi bekal bagi penulis untuk
menempuh perjalanan hidup yang masih terbentang luas dan dapat
mengamalkannya.
Maka dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah selaku rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
viii
3. Bapak Drs. Rahmat Pajri, M.Ag. Dan Bapak Ustadzi Hamzah, S.Ag,
M.Ag. Selaku ketua dan sekretaris jurusan Perbandingan Agama
Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Drs. H.A. Singgih Basuki, M.A. yang telah membimbing dan
memberikan arahan serta saran yang sangat berharga dalam penulisan
skripsi ini.
5. Semua Dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mendidik dan
memberikan ilmunya kepada penulis.
6. Bapak Pimpinan Tata Usaha Fakultas Ushuluddin beserta staffnya yang
telah memberikan pelayanan kepada semua kebutuhan penulis.
7. Kedua orang tua penulis Bapak Anwar Tholibin dan Ibu Karni yang
telah memelihara sejak kecil dan selalu mengiringi langkah penulis
dengan do'a dan kasih sayang. Ya Allah semoga mereka berdua selalu
berada dalam lindungan dan ridhaMu. Untuk itu penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya kepada beliau berdua, karena selam ini penulis
"kurang berbakti" dan telah membuat lelah keduannya untuk menanti
selesainya studi ini.
8. Untuk belahan jiwaku: istriku Cici dan anakku 'Azmi yang menjadi
inspirasi dan harapan bagi penulis untuk melanjutkan perjuangan yang
sesungguhnya.
9. Kepada Adik-adikku tercinta yang telah memberi dorongan dan motifasi
kepada penulis yang terkadang sangat "cerewet" bagi penulis.
ix
10. Kawan-kawan seperjuangan, baik yang telah mendahului ataupun yang
masih bergulat dengan makalah dan kuliah, ayo terus berjuang.
11. Sosok calon politikus dan pemimpin masa depan yang telah
menyediakan buku dan printernya, serta banyak membantu penulis
dalam memberikan dan menyediakan ide.
Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
yang telah memberikan kritik dan saran serta masukan untuk menambah
sempurnannya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang
membaca dan semoga menjadi amal sholeh bagi mereka yang tercantum diatas.
Tentu dengan izin Allah.
Yogyakarta, 1 Juni 2009
Penulis
Zurqoni Anwar
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….. i
HALAMAN NOTA DINAS ………………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………............ iii
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………. v
ABSTRAK ……………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 7
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 7
E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………. 8
F. Kerangka Teoritik ………………………………………………….. 9
G. Metode Penelitian …………………………………………………. 13
H. Sistematika Pembahasan ………………………………………….. 14
BAB II EKOLOGI
A. Sejarah dan Perkembangan Ekologi ……………………………….. 16
B. Ekologi, Ekosistem dan Lingkungan
1. Ekologi ……………………………………………………….. 18
xi
2. Ekosistem ……………………………………………………. 20
3. Lingkungan ………………………………………………....... 23
C. Pelestarian dan Pengelolaan Lingkungan …………………………... 26
BAB III AGAMA BUDDHA
A. Sejarah Munculnya Agama Buddha ……………………………… 30
B. Pandangan Agama Buddha Tentang Alam ………………………... 33
C. Pandangan Agama Buddha Tentang Manusia …………………….. 40
D. Relasi Antara Manusia dan Alam Dalam Pandangan
Agama Buddha .............................................................................. 44
BAB IV PANDANGAN AGAMA BUDDHA TENTANG EKOLOGI
A. Etika Lingkungan dan
Persoalan-persoalan Moral ………………..................................... 46
B. Eko- Theologi Buddha
1. Pandangan Agama Buddha Tentang Ekologi …………………... 54
2. Dhamma Sebagai Pengatur Keselarasan Alam ………………… 60
C. Pandangan Islam Tentang Ekologi ………………………………… 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 68
B. Saran …………………………………………………………….. 70
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 72
DAFTAR ISTILAH
CURICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Menyandingkan wacana lingkungan dengan agama mungkin masih
dipandang sebagai sesuatu yang incompatible. Sebab, selama ini agama dihayati
sebagai instrumen ilahiyah yang diperuntukkan terhadap kemanusiaan. Wacana
agama akan lebih populer ketika disandingkan dengan isu seputar kemanusiaan.
Sehingga tidak mengherankan apabila wacana agama dan lingkungan kalah jauh
dibanding dengan isu agama dan perubahan sosial-budaya, agama dan politik,
agama dan emansipasi wanita dan wacana agama lainnya yang berdimensi
kemanusiaan.
Faktanya, sangat sedikit atau hampir tidak ada, pemuka agama yang
menghimbau umatnya untuk peduli dan meratapi kerusakan lingkungan. Standar
kesalehan yang dipatok dalam agama masih berkisar pada kesalehan ketuhanan
dan kesalehan sosial. Dengan begitu seseorang dipandang sebagai umat yang
shaleh apabila mampu berbuat baik kepada Tuhan dan sesama manusia. Praktis
kepedulian lingkungan tidak ditemukan dalam agenda agama. Menarik untuk
dijadikan sebuah renungan bersama bahwa dalam konteks bernegarapun isu
lingkungan hampir terdepak dalam posisi yang marginal. Isu seputar lingkungan
sangat jauh dibandingkan dengan wacana ekonomi, politik dan sosial yang
berkembang. Dengan dalih perbaikan ekonomi, industri-industri dan penerapaan
2
teknologi yang tidak tepat guna ditanam di Indonesia sehingga menyebabkan
pencemaran sungai, dan udara.
Merebaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia dan dunia pada
umumnya melalui semakin menyadarkan diri bahwa bumi sepertinya sudah mulai
bosan dengan aktivitas manusia yang semakin hari ingin merampas haknya tetapi
tidak melakukan kewajiban untuk merawat bumi. Eksplorasi dan eksploitasi alam
yang semakin meningkat tanpa diimbangi dengan kearifan menjaga kelestarian
lingkungan, saat itu pula alam mulai terusik dan memamerkan kekuatannya
dengan beragam bencana yang sangat merugikan. Ketika bencana terjadi manusia
hanya berucap "apa dosa kita terhadap alam?"
Pada dasawarsa terakhir ini, masalah pencemaran lingkungan banyak
mendapat sorotan dari pelbagai kalangan. Hal ini disebabkan karena pencemaran
lingkungan merupakan isu global yang dampaknya menimpa seluruh penghuni
bumi masa kini dan generasi yang akan datang.1 Tentu saja hal ini bukan tanpa
alasan, adanya permasalahan ekologi merupakan dampak dari pada perkembangan
zaman yang semakin maju dan juga adanya tuntutan ekonomi bagi setiap umat
manusia.
Padahal alam merupakan tempat manusia untuk hidup, dan berkembang
biak. Hubungan manusia dengan alam pun saling terkait (simbiosis mutualisme).
Dari alam manusia mendapat penghidupan, tanpa dukungan dari alam manusia
dan mahluk hidup lainnya akan terancam. Ketidak ramahan manusia terhadap
1 Alwi Shihab, Islam Inklusif Menuju Sikap Dalam Beragama (Bandung, Mizan bekerja
sama dengan ANTEVE, 1997) hal 157.
3
lingkungan harus dibayar mahal, terbukti dengan banyaknya bencana yang
menghampiri, seperti banjir, lumpur Lapindo dan lainya.
Faktor utama terjadinya ekologi adalah akibat pengunaan secara besar-
besaran produk-produk teknologi modern. Kehebatan teknologi memberi
kesempatan baru yang mendorong manusia agar selalu menang, yang merupakan
obsesi dari pikiran manusia dewasa ini. Terutama yang masih egoistik, dalam
mengeksploitasi dan memperbesar kepentingan sendiri. Dibalik dominasi
teknologi mutakhir ini terletak pandangan-pandangan keagamaan serta ideologi
tertentu yang berperan sebagai pendorong dan pemicu kearah sikap yang tidak
bersahabat kepada alam dan lingkungan.
Dalam pandangan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) problem ekologi
tersebut dikarenakan adanya degradasi, penurunan martabat manusia. Dari
makhluk yang seharusnya mampu menangkap hal-hal yang terjadi dalam
kehidupan alam ini secara apa adanya, menjadi mahkluk yang harus menerima
sesuatu yang telah di reduksi.2
Pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan alam dan evolusi alam
semesta, manusia, masyarakat, kebudayaan, dan peradaban telah menggoncang
banyak nilai-nilai kreatifitas manusia. Sedang dalam kehidupan sehari-hari, gaya
konsumsi yang berlebihan akan menggeser tradisi kesederhanaan menjadi
ketamakan.
2 Abdurrahman Wahid, "Krisis Ekologi: Peran Agama dan Cendikiawan", dalam
Octhavianus Harefa Tumpal L. Tobing (ed.), Ekologi: Tantangan Keprihatinan dan Harapan (Yogyakarta, GMKI, 1996). Buku ini merupakan hasil seminar GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) yang telah di bukukan.
4
Kehidupan umat manusia akan kehilangan kesucianya ketika kehidupan
semakin menjadi suatu komoditi atau hanya sebagai tambahan pada sebuah mesin.
Makin bertambah besarnya suasana teknik yang dibuat manusia merusak (suasana
alam), maka makin meningkat pula ketegangan, ketakutan, kebencian, dan
keterpisahan.
Kini ada gerakan-gerakan social diberbagai belahan bumi yang
memperjuangkan untuk pedamaian, keadilan, dan lingkungan. Perjuangan-
perjuangan ini perlu diintegrasikan secara lebih baik lagi, dan agenda-agenda yang
sama perlu dimantapkan dalam cara-cara yang bercorak non-violent dan spiritual.
Inilah salah satu jalan untuk mengatasi kekejaman dan destruktuvitas tata dunia
yang dominan.
Ajaran yang dibutuhkan untuk menempuh jalan ini sudah ada. Tantangan
kepada kemanusiaan bukanlah melakukan pengembangan teknologi dan birokrasi,
tetapi pengembangan kebijaksanaan dan bela rasa, pengembangan kearifan dan
kehangatan, yaitu pengembangan spiritual.
Dalam Drama Gaia yang berjudul: A Harves of Essays in Buddhism and
Ecology, yang diterbitkan pada Hari Bumi 1990 di Amerika Serikat, Dalai Lama
menulis dalam kata pengantarnya sebagai berikut:
“Bumi, Ibu kita, menyuruh kita agar bertingkah laku baik. Disekeliling, ada banyak tanda dari keterbatasan alam. Lagi pula, krisis lingkungan yang sedang terjadi melibatkan seluruh kemanusiaan, sehingga kepentingan batas nasional menjadi sekunder.
Kalau kita mengembangkan mutu yang baik dan penuh perhatian di alam pikiran kita, tindakan-tindakan kita dengan sendirinya akan berhenti mengancam keberlanjutan kehidupan di Bumi. Dengan melindungi lingkungan alam dan berusaha menghentikan untuk selama-lamanya pemerosotan alam planet kita, kita juga menunjukan rasa hormat kepada keturunan manusiawi dari Bumi-generasi masa depan kita, juga
5
kapada hak yang wajar untuk hidup bagi semua benda hidup di Bumi. Kalau kita menunjukan kepedulian kapada alam, ia akan menjadi kaya, makmur, serta berkelanjutan dan tak habis-habisnya.
Adalah penting bahwa kita memaafkan perusakan yang telah terjadi di masa lalu dan mengakui bahwa itu terjadi akibat kebodohan. Pada saat yang sama, kita harus memeriksa kembali, dari suatu persfektif etis, dunia macam apa yang kita warisi, yang kita pertanggungjawabkan, dan yang akan kita alihkan kepada generasi-generasi mendatang.
Adalah harapan saya yang terdalam bahwa kita menemukan solusi-solusi yang akan sesuai dengan kebijakan ilmu dan teknologi bagi tragedy masa kini yang serupa kelaparan manusia dan pemusnahan bentuk-bentuk kehidupan.
Kita memiliki tanggung jawab, juga kemampuan untuk melindungi para penghuni Bumi, hewan, tumbuh-tumbuhan, serangga-serangga, dan bahkan berbagai mikroorganismenya. Bila itu semua perlu dikenal oleh generasi-generasi mendatang, seperti kita kenal, kita harus bertindak sekarang juga. Marilah kita bekerja bersama untuk memelihara dan mengamankan dunia.”3
Selain pandangan hidup yang disampaikan, didalamnya tercakup pula
tentang kesadaran interrelasi dari semua mahluk, sebagaimana diungkapkan dalam
ajaran Buddha. Ajaran Buddha, lewat penekananya pada interrelasi dalam
kehidupan, pengajaranya tentang kasih sayang terhadap semua mahluk dan sama
seperti halnya dengan ajaran spiritual asli manapun. Kepedulianya terhadap semua
eksistensi sudah mengantar sejumlah orang kepada interpretasi yang lebih luas
tetang hubungan keadilan social, lingkungan, rasial, serta seksual dengan
perdamaian.
Dalam kodrat aslinya, keadaan alam bersifat individu-individu tidaklah
terikat pada diri sendiri demi diri sendiri. Akan tetapi, dengan kehilangan keadaan
murni itu, individu-individu masuk kedalam perhambatan dari keterikatan
(upadana) dan kehausan yang tak terpedamkan (tanha). Akibatnya, mahluk-
3 J.B Banawiratma, SJ,dkk, Iman, Ekonomi dan Ekologi: Refleksi Lintas Ilmu dan Lintas
Agama, (Yogyakarta; Kanisius, 1996), hlm 87-88
6
mahluk sentien perlu menemukan jalan untuk kembali, atau mengutuhkan
kembali. Pada aras pribadi, pencapaian kebijaksanaan metode-metode kesadaran,
perhatian yang terus menerus (sampajanna), dan konsentrasi yang terpusat
(Samadhi) berfungsi untuk menerobos kondisi-kondisi keserakahan, kebencian
dan khayalan.
Dipilihnya masalah kerusakan alam dan lingkungan yang menjadi objek
studi ini adalah karena dari problem tersebut akan sangat berakibat pada
ekosistem yang lain, baik itu manusia, binatang, tumbuhan dan yang lainnya.
Kerusakan alam merupakan masalah yang sangat serius bukan hanya dampaknya
yang sangat besar, akan tetapi munculnya masalah tersebut juga akibat ulah dari
keserakahan manusia yang terlalu mengeksploitasi alam dan lingkungan tanpa
mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan. Agama Buddha sebagai
salah satu agama besar di dunia, yang salah satu didalam ajaranya yaitu agar
manusia menghormati dan menghargai alam, karena alam dan manusia
merupakan satu keseimbangan yang tidak terpisahkan. Diharapkan bisa
memberikan alternative khususnya bagi pemeluknya dan umumnya bagi seluruh
umat manusia supaya bisa membentuk sikap yang bersahabat dengan alam dan
lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, nampak bahwa penyebab dari masalah
kerusakan lingkungan, karena ideologi dan pandangan keagamaan yang kurang
7
diterapkan oleh penganutnya. Yakni kegagalan Agama dan budaya untuk
membentuk sikap bersahabat pada alam dan lingkungan.
Secara lebih rinci, permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Bagamana pandangan agama Buddha tentang alam dan manusia ?
2. Bagaimana pandangan agama Buddha tentang masalah ekologi ?
Skripsi ini akan memfokuskan kajian pada masalah ekologis dalam
konteks kerusakan alam dan lingkungan. Dalam skripsi ini, term ajaran Buddha
secara khusus tentang ajaran alam, manusia dan hukum universal yang mengatur
tentang keselarasan alam beserta isinya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pemahaman yang lebih jelas dari Agama Buddha tentang masalah
ekologi.
2. Mengetahui konsep dari ajaran Buddha tentang alam dan manusia.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai tambahan bahan referensi dan
dapat menjadi tambahan pengetahuan.
2. Bagi penulis penelitian ini merupakan penerapan dari pengetahuan dan ilmu
yang telah diperoleh di bangku kuliah.
8
E. Tinjauan Pustaka
Sebenarnya tulisan atau penelitian yang berkenan dengan ekologi telah
banyak di lakukan dan referensi tentang ekologi juga tidak sedikit. Akan tetapi
belum penulis temukan yang spesifik membahas persoalan ekologi dalam
perspektif Agama Buddha.
Seperti halnya tulisan A. Basuni, dalam skripsinya “Kosmologi dalam
Agama Buddha: Kajian Terhadap Hukum Sebab Akibat”,4 yang menjadi titik
focus bahasan adalah kosmologi dan konsep hukum sebab akibat dalam Agama
Buddha, seperti konsep Paticcasamuppada ialah hukum sebab akibat yang
bersyarat dimana sebab adanya mensyaratkan adanya akibat dan akibat
mensyaratkan adanya sebab.
Begitu pula tulisan Otto Soemarwoto seorang pakar ekologi dalam
bukunya yang berjudul “Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan”,5
mengenalkan apa yang disebut ekologi, lingkungan hidup dan yang berhubungan
dengan ekologi secara umum. Dia juga memberikan pengetahuan bagaimana cara
pengelolaan terhadap lingkungan hidup. Mulai dari analisis dampak lingkungan,
citra lingkungan sampai pada kelestarian keseimbangan lingkungan.
Permasalahan ekologi yang dialami oleh dunia dewasa ini juga telah
dijelaskan secara gamblang oleh Wisnu Warya Ardhana. Dalam bukunya
4 A. Basuni, Kosmologi dalam Agama Buddha: Kajian Terhadap Hukum Sebab Akibat,
Skripsi, Fakultas Ushuludin, UIN Sunan Kalijaga (Yogyakarta, 2001), hlm. 87 5 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, (Jakarta: Djambatan,
1993), hlm. 14-345
9
“Dampak Pencemaran Lingkungan”,6 dalam buku ini Wisnu menjelaskan
permasalahan-permasalahan ekologi yang terjadi pada alam, lebih disebabkan
oleh penggunaan zat-zat kimia dan teknologi berlebihan. Untuk dapat
menanggulangi dampak pencemaran lingkungan tersebut adalah dengan cara
melakukan analisa dampak lingkungan, yakni mengatur dan mengawasi kegiatan
industri dan teknologi, menanamkan perilaku disiplin mengelola limbah dan
menambah alat bantu, seperti filter udara, pengendap siklon, pengendap system
gravitasi dan pengendap elektronik.
Pengkajian terhadap Agama Buddha juga sudah banyak, diantaranya buku
karangan Venerable S. Dhammika, terjemahan Arya Tjahjadi, “Dasar Pandangan
Agama Buddha“. Di dalam buku ini diuraikan tentang alam yang dikaitkan
dengan penguraian tentang ajaran Agama Buddha, akan tetapi dalam buku ini
belum membahas secara luas penguraian tentang alam secara keseluruhan.
Sedang dalam buku karangan Davin J. Kalupahana, “ Filsafat Buddha :
Sebuah Analisa Historis“, dalam buku ini menjelaskan secara kritis
perkembangan Agama Buddha dan pengaruh dari ajaran-ajarannya terhadap
pemeluknya.
F. Kerangka Teoritik
Menurut para ilmuwan sosial, kehidupan manusia yang terbentang
sepanjang sejarah selalu dibayang-bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan,
dalam kehidupan sekarang pun (dengan kemajuan teknologi supermodern)
6 Wisnu Arya Wardana, Dampak Pencemaran Lingkungan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 161-172
10
manusia tak luput dari agama. Ketika berbicara tentang agama memerlukan suatu
sikap ekstra hati-hati, karena meskipun masalah agama merupakan masalah sosial,
akan tetapi penghayatanya bersifat individual. Hal ini membuat adanya perbedaan
tekanan penghayatan dari satu orang ke orang lain, dan membuat agama menjadi
bagian yang amat mendalam dari kepribadian seseorang.
Oleh karena itu agama senantiasa bersangkutan dengan kepekaan
emosional. Ada berbagai definisi agama yang menunjukan adanya pemahaman
yang berbeda secara individual. Pertama, Wallace yang mengatakan bahwa
agama adalah “suatu kepercayaan tentang makna terakhir alam raya”. Kedua,
E.S.P. Haynes yang berpendapat bahwa agama merupakan “suatu teori tentang
hubungan manusia dengan alam raya”. Ketiga, John Morley yang mengartikan
agama sebagai “perasaan-perasaan kita tentang kekuatan-kekuatan tertinggi yang
menguassai nasib umat manusia”.Keempat, James Martineau yang mendefinisikan
agama sebagai “kepercayaan tentang Tuhan yang abadi, yaitu tentang jiwa dan
kemauan Ilahi yang mengatur alam raya dan berpegang pada hubungan moral
dengan umat manusia”.7
Agama memberi makna pada kehidupan individu dan kelompok, juga
dapat memberi harapan tentang kelanggengan hidup sesudah mati. Agama dapat
menjadi sarana manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi. Agama
juga dapat memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan
perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi
landasan keseimbangan dalam masyarakat.
7 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 161
11
Agama juga dipandang sebagai kepercayaan dan pola prilaku, yang oleh
manusia digunakan untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak dapat
dikendalikanya. Ada keberagaman diantara masyarakat yang digunakan bahwa
agama sebagai pengendali aspek alam. Bagi masyarakat tradisional misalnya,
peran agama sungguh besar hampir dalam setiap aspek pengendalian kehidupan.
Menurut Max Weber yang memusatkan perhatian pada masalah
bagaimana masyarakat itu berubah dan mengalami kemajuan. Ia mengatakan
bahwa agama sebagai factor perubahan sosial. Perhatian utama Weber adalah
sebagai sumber struktur masyarakat. Weber tidak memberikan definisi eksplisit
mengenai agama. Akan tetapi dari tulisanya dapat diketahui bahwa bagi Weber,
agama diberikan kerangka makna pada dunia dan perilaku manusia. Suatu
perspektif bahwa ketika berusaha memahami dunia, ruangan dimana ia ada, waktu
mengatur hidupnya dan masa depanya, termasuk kematianya, manusia menelaah
agama dari segi dampaknya terhadap masyarakat.
Dalam kerangka Weber, agama ada sangkut pautnya dengan penciptaan
budaya. Bukunya, The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism, merupakan
rintisan dari penelitian dan pendekatan baru pada abad XX mengenai peran kreatif
agama dalam kehidupan sosial. Ini disebutnya “rasionalisasi”, yang akhirnya
membawa masyarakat pada dominasi teknologi dan birokrasi serta orientasi
pragmatis pada efisiensi. Tendensi kearah rasionalisasi tumbuh dan didorong oleh
agama itu sendiri, dalam hal ini agama Kristen, terutama Protestanisme.8
8 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, hlm. 124
12
Teori Weber tidak jauh berbeda dengan apa yang dilontarkan oleh Graham
Parkes dari Universitas Hawaii, yang menekuni peran agama dalam mengatasi
beberapa krisis budaya masa kini. Parkes mengemukakan teorinya bahwa
pandangan keagamaan suatu kelompok masyarakat sangat berpengaruh dalam
menentukan sikap dan perilaku terhadap alam dan lingkungan.9
Parkes menggarisbawahi bahwa padangan manusia terhadap alam, dan
juga pada lingkungan sangat dipengaruhi oleh pandangan keagamaannya. Faktor
utama terjadinya perusakan lingkungan adalah akibat penggunaan secara besar-
besaran produk-produk teknologi modern. Dibalik dominasi teknologi mutakhir
ini terletak pandangan-pandangan keagamaan serta ideologi tertentu yang
berperan sebagai pendorong dan pemicu kearah sikap yang tidak bersahabat
dengan alam dan lingkungan.
Bagi Parkes, ada dua alur pemikiran mendasar sebagai landasan utama
terbentuknya world view (sikap dan pandangan) di Barat khususnya yang
mengantar kapada perilaku kurang bersahabat dengan alam dan lingkungan.
Pertama adalah latar belakang filsafat Platonik yang menganggap alam nyata
(physical world) tak terwujud dalam kaitanya dengan alam rasional manusia.
Kedua adalah ajaran Yahudi-Kristen yang menempatkan alam dan
lingkungan pada posisi yang lebih rendah dari martabat manusia. Kedua landasan
ideologis ini lalu diperkuat oleh teori-teori modern yang dianut secara luas oleh
manusia-manusia modern masa pencerahan (enlightenment) di Barat. Teori-teori
tersebut antara lain adalah bahwa jangankan pohon dan tumbuh-tumbuhan,
9 Alwi Shihab, Islam Inklusif: Menuju…., hlm. 81
13
bahkan binatang sekalipun tidak bernyawa, sebagaimana dicetuskan oleh filosof
Descartes.
Kombinasi dari pandangan hidup diatas mengantarkan bangsa-bangsa
Barat memperlakukan alam sebagai lahan eksperimen dan objek dari pencapaian
kenikmatan dan kenyamanan dunia. Berangkat dari asumsi diatas, bahwa
kegagalan agama dan budaya Barat untuk membentuk sikap yang bersahabat
dengan alam dan lingkungan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode dalam penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dalam
artian bahwa data-data yang mendukung kajian ini berasal dari sumber-sumber
kepustakaan baik berupa buku-buku, ensiklopedi, kamus, majalah, maupun
jurnal yang dipandang ada relevansinya dengan tema penulisan. Data-data
tersebut disebut literature.10
2. Pendekatan Masalah
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif.
Pendekatan normatif dalam kontek ini adalah berkaitan dengan pokok bahasan
yang lebih menekankan pada bagaimana pandangan agama Buddha tentang
ekologi dan ajaran tentang alam dalam agama Buddha.
10 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM, 1987) hlm. 67
14
3. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah karya J.B.
Banawiratma yaitu Iman, Ekonomi dan Ekologi, dan karya-karya lainnya
sejauh mendukung pokok bahasan. Adapun sumber data sekunder terdiri dari
buku-buku, kamus-kamus, tulisan atau karya tulis yang terdapat dalam jurnal,
majalah, koran atau karya tulis lainnya yang terkait dengan tema dalam tulisan
ini.
4. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian Deskriptif-
analitis, yaitu sebuah metode yang bertujuan untuk memecahkan
permasalahan yang ada, dengan menggunakan teknik deskriptif ,yakni
penelitian, analisis, dan klasifikasi.11
H. Sistematika Pembahasan
Agar pembahasan dalam penulisan ini terarah dengan baik dan benar serta
mudah untuk dipahami, maka akan disusun sitematika pembahasan.
Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
perumusan masalah dan pembatasan, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka,
kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
11 Winarto Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Teknik dan Metode, (Bandung:
Tersito, 1982), hlm. 139
15
Bab II membahas masalah ekologi. Hal ini mencakup masalah sejarah dan
perkembangan ekologi, perbedaaan antara ekologi, ekosistem dan lingkungan
serta pelestarian dan pengelolaan lingkungan.
Bab III akan membahas masalah sejarah munculnya agama Buddha,
pandangan agama Buddha tentang alam dan manusia, serta relasi antara keduanya.
Bab IV merupakan pokok dari penelitian ini yaitu akan membahas
masalah etika lingkungan dan kesejahteraan manusia, pandangan agama Buddha
tentang masalah ekologi, serta pandangan Islam terhadap ekologi.
Bab V yaitu penutup yang berisikan kesimpulan atas analisa dari seluruh
penjelasan dan saran-saran.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis lakukan terhadap agama Buddha tentang
ekologi, maka penulis menyimpulkan pertama, alam merupakan tempat dimana
manusia melangsungkan kehidupan, selain itu alam juga tempat manusia untuk
mengembangankan pemikiran dan imajinasinya. Alam juga yang akan
membentuk sifat dan karekreristik manusia. Apabila manusia selalu berbuat baik
(menjaga) terhadap alam, maka ia akan memiliki sifat baik dan karakter baik,
karena ia dapat mengendalikan diri dari sifat serakah. Bagi agama Buddha
terjadinya alam dan manusia merupakan konsep yang unik. Karena menurut
agama Buddha alam itu muncul karena adanya sebab-sebab yang mendahuluinya
dan sifatnya tidak kekal (shankata). Dikatakan shankata karena adannya alam
tidak mutlak. Alam akan selalu berubah, timbul, dan lenyap sehingga alam ini
merupakan suatu proses kenyataan yang (lahir) dan berubah dari suatu keadaan
menjadi keadaan yang berurutan. Menurut agama Buddha alam memiliki tiga
sifat, yang mana setiap sifat itu saling berhubungan. Pertama, anicca (tidak kekal)
adalah ajaran yang mengatakan bahwa dalam alam ini tidak ada yang kekal, dan
tetap berada. Kedua, dukkha (penderitaan) adalah bahwa alam yang tidak kekal,
maka akan selalu dalam keadaan berubah. Ketiga, anatta (tidah ada yang abadi)
menurut agama Buddha dalam ajaran ini tidak ada roh atau atma yang abadi. Bagi
agama Buddha jelas bahwa alam merupakan sesuatu yang mempunyai sifat, oleh
69
karenannya apabila manusia terhadap alam terlalu bersifat gegabah, maka alam
akan cepat hancur. Ketika memandang manusia juga agama Buddha hampir sama
dengan pandangannya terhadapa alam, sebagai mana duingkapkan di awal tadi.
Bagi agama Buddha awalnya manusia merupakan mahluk yang terdiri dari batin
saja. Akan tetapi mahluk tersebut mulai menampakan sifatnya yang serakah, maka
terbentuklah menjadi manusia. Ada satu hal yang mungkin mengagetkan dari
ajaran Buddha tentang manusia, bahwa bagi agama Buddha manusia merupakan
mahluk yang tidak memilki jiwa, konsep ini hampir sama dengan konsep alam
dalam pandangan Buddha. Menurut agama Buddha konsep tanpa jiwa yaitu
sebagai substansi spiritual bukan sebagai diri manusia. Oleh karena sifat dari
manusia pada awalnya telah menunjukan sifat yang serakah, oleh karenannya
agama Buddha memberikan suatu jalan bagi manusia untuk menghindari sifat
buruk tersebut, apabila sifat-sifat buruk tersebut tidak dapat dihindari dalam diri
manusia, khususnya sifat serakah terhadap alam, missalnya dengan semakin
banyaknya mengeksploitasi, maka tinggal tunggu saja kehancuran bumi yang
dicintai ini.
Kedua, permasalahan ekologi bukan lagi merupakan permasalahan
pemerintah atau organisasi lingkungan hidup, akan tetapi sudah menjadi
permasalahan bersama. Oleh karenanya dalam hal mencegah masalah tersebut
pun, harus dilakukan bersama baik peran pemerintah, organisasi-organisasi
linkungan hidup, bahkan yang tidak kalah penting adalah peran agama. Budddha
sebagai salah satu agama besar di dunia mempunyai peran yang sangat vital dalam
mencegah masalah ekologi, oleh karenannya agama mampu mengatur dan
70
membawa pemeluknya kejalan yang lebih baik. Menurut agama Buddha, alam
semesta beserta isinya diatur selaras oleh Hukum Universal, demikian juga semua
alam kehidupan, termasuk manusia. Manusia tidak semestinya tamak, mau
menguasai dan mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingannya sendiri.
Kehidupan lain dalam semesta harus diperhatikan, bila terjadi hal yang tidak
selaras, tentu akan menimbulkan suatu kajadian lain sebagai akibatnya. Salah satu
dari ajaran Buddha adalah mengajarkan tentang keseimbangan, keseimbangan ini
sangat penting bagi manusia dalam menumbuhkan kehidupan yang dinamis antara
manusia dengan alam dan lingkungan. Selain itu dalam salah satu ajaran Buddha
yaitu karma, yang apabila manusia melakukan perusakan lingkungan, maka akan
menimbulkan permasalahan ekologi dan akibat dai ekologi tersebut akan
menimbulkan kehancuran alam dan linkungan. Oleh karenannya agama Buddha
sangat melarang keras adanya perusakan linkungan, karena akan merusak
ekosistem dan alam.
B. Saran – saran
Pandangan agama Buddha tentang ekologi sesungguhnya telah memberi
pencerahan bagi umat manusia, bahwa sanya kerusakan lingkungan yang semakin
parah akibat dari maraknya eksploitasi akan membuat manusia berada dalam
kehancuran. Buddha memberikan arahan bagaimana cara manusia untuk
menghindarkan dari kerusakan ekologi. Penulis sendiri menyadari bahwa
penelitian yang dilakukan ini masih banyak kekurangannya.
71
Oleh karena itu penulis menyarankan kepada masyarakat atau lebih khusus
lagi para cendikiawan agama bukan hanya cendikiawan Buddhis harus lebih keras
lagi dalam berjuang, khususnya memberantas masalah keserakahan,
kesederhanaan dan tanpa kekerasan yang perlu dikembangkan. Para agamawan
juga perlu menganjurkan dan memberi contoh agar manusia membatasi kebutuhan
“semu” yang selalu dikejar dan dijadikan “kiblat” abad ini.
72
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, "Agama Buddha" dalam Romdhon (dkk), Agama-agama di Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1998.
----------------, Beberapa pokok Ajaran Buddha, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga
Fakultas Ushuluddin, 1994. A.G Honig Jr, Ilmu Agama, terj. Koesoemosoesastro dan Soegiarto, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1994. Al Gore, Bumi Dalam Keseimbangan: Ekologi dan Semangat Manusia, terj. Hira
Jhamtani, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995. Arya Wardhana, Wisnu. Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Andi
Offset, 1995. Bagir, Zaenal Abidin, Ilmu Etika dan Agama: Menyikapi Tabir Alam dan
Manusia, Yogyakarta: CRCS, 2006 Bakker, Anton. Kosmologi dan Ekologi, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Dhammika, Venerable S, Dasar Pandangan Buddha, terj. Arya Tjahyadi, Surabaya: Yayasan Dhammadipa Arama, 1990.
Fauzi, Moh. Ali, Etika Lingkungan: Sebuah Kritik Terhadap Etika
Anthroposentrisme, Yogyakarta: Geger, 2006. Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pedoman Penulisan
Proposal dan Skripsi, Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Hadiwiyono, Harun. Agama Hindu dan Buddha, Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1989. Hadikusumo, Hilman, Antropologi Agama I, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993. Hadi, Sutrisno. Metode Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1987.
Husain, Harun M, Lingkungan Hidup: Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
------------, Analisis Mengendalikan Dampak Lingkungan, Jakarta: Bumi Aksara,
1992.
73
Indonesia, Shangha Theravada, Pokok-pokok Dasar Agama Buddha,
Bandung:Vipassana Graha, 1996. Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosda, 2002.
Koesbianto, J.A. Dhanu dan Firman Adi Yuwono, Pencerahan: Suatu Pencerahan Makna Hidup Dalam Zen Buddhisme, Yogyakarta: Kanisius, 1997.
Kementrian Negara Lingkungan Hidup, Kearifan Lingkungan Untuk Indonesiaku,
Yogyakarta: Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2006. Okawa, Ryuho. Hakikat Ajaran Buddha: Jalan Menuju Pencerahan, Yogyakarta:
Saujuna, 2004. Purwadianto, Agus, Jalan Paradoks: Visi Baru Fritjof Capra Tentang Kearifan
dan Kehidupan Modern, Bandung: Teraju, 2004. Resosoedarmo, R. soedjiran, Pengantar Ekologi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
1993. Suseno, Franz Magnis, Etika Lingkungan Hidup, Sketsa Nomor 8, Tahun V 1989. Soejani, Moch, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kehidupan, Jakarta:
Universitas Indonesia Press, 1987. Soemarwoto, Otto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta:
Djambatan, 1993. ------------, Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1992. Seng Hansen, Upa Sasanasena, Ikhtisar Ajaran Buddha, Yogyakarta: Vidyasena
Production, 2008. Soou’yb, Joesoep, Agama-agama Besar di Dunia, Jakarta: Al Husna Zikra, 1996. SJ, J.B. Banawiratma dkk. Iman, ekonomi dan ekologi: Refleksi Lintas Ilmu dan
Lintas Agama, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Shihab, Alwi. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, Bandung:
Mizan, 1998. Smith, Huston. Agama-agama Manusia, terj. Saafroedin Bahar. Jakarta: Yayasan
Obor, 2001.
74
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Widyadharma, Maha Pandita Sumedha, Dhamma Sari, Jakarta: Kanthaka
Kencana, 1989. Weber, Max. Sosiologi, terj. Noorkholish dan Tim Penerjemah Promothea.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
75
DAFTAR ISTILAH
Fotooksida : Oksidasi yang menggunakan sinar matahari
Hg : Merkuri atau raksa
Metilmerkuri : Zat logam yang dapat di manfaatkan
Merkuri : Unsur logam
Nitrogenoksida : Hasil dari reaksi nitrogen dengan oksigen
Nitrogen : Gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak
beracun dan merupakan gas diatomic bukan logam yang
stabil, sangat sulit bereaksi dengan unsure atau senyawa
lain.
Ozon : Lapisan udara yang terdapat di atmosfer, berasal dari
oksigen yang mengalami perubahan akibat adanya aliran
listrik setelah petir dan guruh silih berganti atau karena
pengaruh sinar ultraviolet matahari
Oksidasi : Reaksi dengan oksigen
PAN : Okigen
76
CURRILUM VITAE
Nama : Zurqoni Anwar
Tempat Tgl Lahir : Subang, 14 Mei 1984
Agama : Islam
Alamat Asal : Pasirbungur Purwadadi Subang Jawa Barat
Telepon : 085228379757
Nama Ayah : Anwar Tholibin
Nama Ibu : Karni
Pekerjaan : Buruh
Riwayat Pendidikan
TK Tunas Karya : 1988
SDN Ratna Budaya : 1989-1995
SLTPN Purwadadi : 1995-1998
MA Darussalam : 1998-2001
UIN Sunan Kalijaga : 2002