Jurnalistik 7 Menit

download Jurnalistik 7 Menit

of 1

Transcript of Jurnalistik 7 Menit

  • 8/9/2019 Jurnalistik 7 Menit

    1/1

    11

    I n f o B u k u

    Judul buku : Jurnalistik Tujuh Menit, Jalan

    Pintas Menjadi Wartawan dan

    Penulis Lepas

    Penulis : Martin Moentadhim S.M

    P enerbit : Andi Offset

    Tebal : xiv +404 halaman

    Terbit : 2006

    A n d a ingin jadi wartawan? Penulis

    buku ini menebar iming-iming bagi

    pembaca yang menginginkan cara

    gampang untuk menjadi wartawan.

    Tak hanya wartawan, tapi juga penulis

    lepas. Tak tanggung-tanggung, penulis

    bahkan menawarkan cara gampang

    menjadi wartawan ini dengan metode

    yang disebutnya jurnalistik tujuh

    menit.

    Anda barangkali pernah

    mengikuti kultum (kuliah tujuh menit)

    yang sering diadakan beberapa majelis

    pengajian. Begitu pula kurang lebih

    yang ingin ditawarkan penulis. Tapi,

    membaca dan memahami bukusetebal 404 halaman dalam

    waktu 7 menit? kiranya

    butuh waktu yang lebih

    panjang lagi.

    Judul buku ini

    sepertinya dimaksudkan

    sebagai daya tarik saja.

    Karena jelas tidak mungkin

    jika kita ingin menjadi

    wartawan dan cukup belajar

    selama 7 menit.Namun barangkali memang begitulah gaya penulis buku

    ini. Berbeda dengan buku-buku jurnalistik yang selama ini

    beredar, buku yang ditulis oleh Martin Moentadhim SM ini

    juga banyak berisi puisi dan falsafah hidup sang penulis.

    Penulis membagi kajian buku ini menjadi enam buku,

    atau pokok bahasan. Teori jurnalistik yang disebut Jurnalistik

    Tujuh Menit dibahas 8 halaman di buku pertama. Distulah

    landasan teori untuk pembaca yang ingin tahu tentang

    jurnalistik.

    Pengalaman penulis sebagai wartawan dan redaktur

    LKBN Antara juga dihadirkan dalam buku ini. Kita bisamendapatkan ilmu dari penulis mulai dari bahasa jurnalistik,

    penulisan berita, kritik hingga jurnalisme sastra.

    Sebenarnya buku ini sangat kaya. Tengoklah, tak hanya

    tentang jurnalistik yang dilengkapi

    dengan berbagai kode etik jurnalistik

    yang dibahas, tapi juga kode etik

    perusahaan pers hingga kode etik

    periklanan. Tak jelas apakah penulis

    berharap pembaca yang ingin lihai

    menulis pun harus mempelajari tentang

    perusahaan dan periklanan. Toh segala

    sesuatu jika memang ingin dicari

    benang merahnya, bisa saja dihubung-

    hubungkan.

    Penulis juga mengajak pembaca

    membahas penerbitan media, mulai

    dari proposal penerbitan media cetak

    hingga pendirian radio siaran.

    Tampaknya penulis memang inginmembuat warna warni

    buku ini semakin semarak.

    Kalau pembaca ingin

    mendapatkan contoh-

    contoh tulisan penulis,

    maka buku ketiga yakni

    bab tentang penerapan

    jurnalistik, khususnya

    tentang feature dibahas

    tuntas. Mulai dari penulisan

    tentang lingkungan,pertanian, koperasi dan sebagainya.

    Bahkan penulis pun merumuskan pedoman penulisan

    tiap-tiap bidang, bahkan agama hingga penulisan tentang

    Dewan Perwakilan Rakyat. Kenapa DPR, bukan Istana

    Negara? Barangkali itu adalah contoh penerapan jurnalistik

    yang dipilih sang penulis.

    Sama tak mudah untuk menebak alasan penulis

    membeber tentang landasan nalar yang tak mudah dinalar

    pembaca biasa (hal. 83- 158) atau memoar penulis.

    Meski begitu, toh membaca buku ini tetap ada

    gunanya. Paling tidak, membaca buku ini membuat kitasemakin kaya, kaya akan pemahaman bahwa penulis selalu

    mempunyai gaya tersendiri dalam menuangkan ide dan

    gagasannya.(runi)

    J a lan Pinta s YangTak S ep inta s