Jurnalhhlllllllllll

13
Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup Pada Wanita Dewasa Awal yang Mengalami Obesitas Vennie Shella Delima 10507248 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstrak Berdasarkan data saat ini yang ditemukan dimedia masa, diketahui semakin banyaknya wanita yang mengalami obesitas dari tahun ke tahun jelas hal tersebut menjadi penghambat bagi wanita obesitas untuk menjalin relasi sosial dengan pria dengan begitu wanita yang mengalami obesitas tidak dapat memenuhi tugas perkembangannya dengan baik seperti menikah dan membentuk sebuah keluarga. Secara teoritik diketahui bahwa wanita yang mengalami obesitas berpengaruh terjadinya kecemasan dalam memperoleh pasangan hidup. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan memperoleh pasangan hidup pada wanita dewasa awal yang mengalami obesitas dan faktor-faktor yang menyebabkanya. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, karakteristik subjek adalah wanita dewasa awal yang berusia 27 tahun dan 29 tahun serta mengalami obesitas tingkat I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek memiliki gambaran kecemasan memperoleh pasangan hidup yaitu akibat tubuhnya yang obesitas menjadi tidak percaya diri dan sulit berbicara dengan pria, tidak mau berkumpul dengan teman sebaya, dan khawatir hingga tua nanti belum memperoleh kekasih dan hasil faktor-faktor penyebab kecemasan memperoleh pasangan hidup kedua subjek yaitu bersumber pada keadaan fisiknya yang obesitas sehinga menjadi penghambat untuk memperoleh kekasih dan sulit beradaptasi karena sering dihina oleh orang-orang dilingkungannya mengenai tubuhnya yang obesitas. Kata kunci : Kecemasan memperoleh pasangan hidup, wanita dewasa awal, obesitas. Pendahuluan Pada zaman sekarang ini memiliki tubuh ideal memang menjadi impian banyak wanita. Wanita yang mempunyai postur tubuh yang indah tentu saja menjadi incaran para pria. Namun banyak juga wanita yang tidak memiliki tubuh ideal. Masih banyak wanita yang mengalami masalah berat badan (obesitas) hal ini mungkin saja akibat dari gaya hidup dan pola makan. Obesitas saat ini merupakan permasalahan mendunia. Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mendeklarasikan obesitas sebagai epidemic global. baru-baru ini The international Obesity Taskforce mengumumkan bahwa pada tahun 2015 diseluruh dunia akan terdapat 2,3 miliar orang dewasa memiliki kelebihan bobot badan atau obesitas. Angka atau presentase besar itulah yang menjadi pemikiran besar masyarakat dunia, dari 2,3 miliar angka

description

hooooooooooooooooooo

Transcript of Jurnalhhlllllllllll

Page 1: Jurnalhhlllllllllll

Kecemasan Memperoleh Pasangan Hidup Pada Wanita Dewasa Awal yang Mengalami

Obesitas

Vennie Shella Delima

10507248

Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Abstrak

Berdasarkan data saat ini yang ditemukan dimedia masa, diketahui semakin banyaknya

wanita yang mengalami obesitas dari tahun ke tahun jelas hal tersebut menjadi penghambat

bagi wanita obesitas untuk menjalin relasi sosial dengan pria dengan begitu wanita yang

mengalami obesitas tidak dapat memenuhi tugas perkembangannya dengan baik seperti

menikah dan membentuk sebuah keluarga. Secara teoritik diketahui bahwa wanita yang

mengalami obesitas berpengaruh terjadinya kecemasan dalam memperoleh pasangan hidup.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran kecemasan memperoleh pasangan hidup

pada wanita dewasa awal yang mengalami obesitas dan faktor-faktor yang menyebabkanya.

Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif, karakteristik subjek adalah wanita dewasa

awal yang berusia 27 tahun dan 29 tahun serta mengalami obesitas tingkat I. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kedua subjek memiliki gambaran kecemasan memperoleh

pasangan hidup yaitu akibat tubuhnya yang obesitas menjadi tidak percaya diri dan sulit

berbicara dengan pria, tidak mau berkumpul dengan teman sebaya, dan khawatir hingga tua

nanti belum memperoleh kekasih dan hasil faktor-faktor penyebab kecemasan memperoleh

pasangan hidup kedua subjek yaitu bersumber pada keadaan fisiknya yang obesitas sehinga

menjadi penghambat untuk memperoleh kekasih dan sulit beradaptasi karena sering dihina

oleh orang-orang dilingkungannya mengenai tubuhnya yang obesitas.

Kata kunci : Kecemasan memperoleh pasangan hidup, wanita dewasa awal, obesitas.

Pendahuluan

Pada zaman sekarang ini memiliki

tubuh ideal memang menjadi impian

banyak wanita. Wanita yang mempunyai

postur tubuh yang indah tentu saja menjadi

incaran para pria. Namun banyak juga

wanita yang tidak memiliki tubuh ideal.

Masih banyak wanita yang mengalami

masalah berat badan (obesitas) hal ini

mungkin saja akibat dari gaya hidup dan

pola makan.

Obesitas saat ini merupakan

permasalahan mendunia. Organisasi

kesehatan dunia (WHO) telah

mendeklarasikan obesitas sebagai

epidemic global. baru-baru ini The

international Obesity Taskforce

mengumumkan bahwa pada tahun 2015

diseluruh dunia akan terdapat 2,3 miliar

orang dewasa memiliki kelebihan bobot

badan atau obesitas. Angka atau presentase

besar itulah yang menjadi pemikiran besar

masyarakat dunia, dari 2,3 miliar angka

Page 2: Jurnalhhlllllllllll

yang disebutkan terdapat 700 juta orang

yang akan diprediksikan mengalami

obesitas. Khusus negara Asia termasuk

Indonesia pada tahun 2006, angka obesitas

di bawah usia 18 tahun tercatat 19,9%, dan

diperkirakan pada tahun 2010 akan

mencapai 28,2% (Soft, 2009).

Obesitas dapat diartikan sebagai orang-

orang yang mengalami kelebihan lemak

(fat) pada tubuhnya, yang dalam hal ini

menyebabkan individu mempunyai berat

badan yang tidak seimbang dengan tinggi

badan (Smith, 2009). Obesitas juga

didefinisikan sebagai berat tubuh yang

30% atau bahkan lebih berat dari tubuh

orang-orang normal (Atkinson, Atkinson,

Smith & Bem, 1993). Sedangkan secara

fisiologi obesitas di definisikan sebagai

suatu kondisi yang disebut dengan

sejumlah lemak yang berlebihan pada

tubuh. Namun, setiap kebudayaan

mempunyai persepsi yang berbeda tentang

apa yang disebut dengan ‘berlebihan’

(Alloy, Jacobson & Acocella, 1999).

Organisasi kesehatan dunia menetapkan

sebuah pengukuran untuk obesitas yang

tidak bergantung pada bias-bias

kebudayaan adalah dengan mengukur BMI

(Body Mass Index) atau IMT (Indeks

Massa Tubuh), yang didapat dengan cara

membagi berat badan (Kg) dengan kuadrat

dari tinggi badan (Meter) (Sumanto, 2009).

Adapun klasifikasi berat badan

berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh)

dikatakan normal adalah 18,5 sampai

dengan 22,9. Overweight dari 23 sampai

dengan 24. Obesitas I adalah 25 sampai

dengan 29,9. Dan obesitas II lebih dari 30

(Sumanto, 2009).

Ada beberapa fenomena obesitas yang

terjadi khususnya dikalangan selebritis

Indonesia contohnya pada artis sinetron

wanita seperti P.A (Inisial) yang memiliki

berat badan 141 Kg dengan tinggi badan

168 cm. P.A (Inisial) diklasifikasikan

sebagai penyandang Obesitas II. P.A

(Inisial) yang terkenal dengan filmnya

saras 008 yang sampai saat ini belum

menikah (Kapanlagi, 2006). Lalu pada

artis wanita suami-suami takut istri yang

berperan sebagai ibu RT yang bernama

A.F (Inisial) mempunyai berat badan 100

Kg dengan tinggi badan 170 cm. A.F

(Inisial) diklasifikasikan sebagai

penyandang Obesitas II. Saat ini A.F

(Inisial) masih sibuk dengan sinetronnya

dan sampai ini belum terdengar ada kabar

untuk melangsungkan pernikahan

(Poskota, 2008). Selanjutnya pada artis

komedian D.Z (Inisial) putrid dari diva

dangdut E.S (Inisial) berat badan 115 Kg

dengan tinggi badan 168 cm. D.Z (Inisial)

diklasifikasikan sebagai penyandang

Obesitas II dan sampai saat ini belum juga

menikah (Johan, 2010). Dan ada juga pada

artis pria yang bernama A.N (Inisial) yang

memiliki berat badan 130 Kg dengan

tinggi badan 170 cm. A.N (Inisial)

Page 3: Jurnalhhlllllllllll

diklasifikasikan sebagai penyandang

Obesitas II dan sampai saat ini belum

menikah walaupun dirinya sangat berharap

untuk segera menikah (Kasak-kusuk,

2010).

Fenomena-fenomena obesitas di atas

dapat dikaitkan bahwa dibanding pria,

wanita memang cenderung memiliki kadar

lemak tubuh yang lebih tinggi. Kadar

lemak tubuh wanita adalah 25% sampai

dengan 30%, sedangkan kadar normal

lemak tubuh pria adalah 18% sampai

dengan 25%. Maka wanita cenderung lebih

banyak memiliki masalah obesitas

dibandingkan pria (Ramadhan, 2008).

Obesitas merupakan sebuah momok

yang menakutkan bagi para wanita, karena

setiap wanita menginginkan bentuk dan

ukuran tubuh yang ideal (Soft, 2009).

Namun bagi para wanita dewasa awal yang

mengalami masalah dengan berat badan

(obesitas) jelas hal tersebut menjadi

penghambat bagi dirinya untuk

membangun relasi sosial dengan orang

lain, khususnya dengan lawan jenis atau

pria. Kebanyakan pria selalu melihat

wanita berdasarkan penampilan fisiknya

terlebih dahulu, baik itu bentuk tubuh,

maupun kecantikan wajahnya (Siti, 2011).

Hal tersebut semakin membuat wanita

dewasa awal yang mengalami obesitas

menjadi semakin tidak percaya diri untuk

membangun relasi sosial dengan lawan

jenis. Dengan begitu, maka wanita dewasa

awal tidak dapat memenuhi tugas

perkembangannya dengan baik Karena

pada dasarnya, menikah dan membentuk

sebuah keluarga adalah salah satu tugas

perkembangan pada masa dewasa yang

harus dipenuhi (Hurlock, 2004). Berbagai

hambatan yang muncul sehingga para

penyandang obesitas akan memiliki

kecemasan dalam mendapatkan pasangan

karena merasa dirinya tidak menarik bagi

lawan jenis (Mu’tadin, 2002).

Kecemasan diartikan sebagai

pengalaman emosional yang berlangsung

singkat dan merupakan respon yang wajar,

pada saat individu menghadapi tekanan

atau peristiwa yang mengecam

kehidupannya (Ibrahim, 2002). Sedangkan

Darajat (dalam Hasibuan dan

Simatupang, 1999), rasa cemas adalah

perasaan tidak menentu, panik, takut tanpa

mengetahui apa yang ditakutkan dan tidak

dapat menghilangkan perasaan gelisah dari

kecemasannya itu.

Individu yang cemas akan terjadi

gangguan antisipasi atau harapan pada

masa yang akan datang. Keadaan ini

ditandai dengan adanya rasa khawatir,

gelisah dan perasaan akan terjadi suatu hal

yang tidak menyenangkan dan individu

menjadi tidak mampu menemukan

penyelesaian terhadap masalahnya (Neale,

1999). Jika benar begitu, maka mungkin

saja wanita dewasa tersebut akan memiliki

rasa cemas yang mendalam, karena dirinya

Page 4: Jurnalhhlllllllllll

merasa tidak akan mendapatkan pasangan

hidup dikarenakan masalah berat badan

(obesitas). Padahal kekhawatiran tersebut

belum tentu terjadi di masa depan dan

diantara banyaknya kecemasan yang

dirasakan oleh wanita yang mengalami

obesitas salah satunya adalah kecemasan

memperoleh pasangan hidup.

Sebagian besar wanita yang berusia 20

tahun ke atas menghabiskan 5% dipagi

hari selama 48 menit mencemaskan suatu

hal, kebanyakan sumber kecemasan salah

satunya adalah kecemasan dalam

mendapatkan kekasih atau pasangan hidup

(Femina, 2001). Kecemasan memperoleh

pasangan hidup didefinisikan sebagai

perasaan yang tidak menyenangkan berupa

ketegangan, rasa tidak aman, dan

kekhawatiran akan dirinya tidak dapat

mengikatkan diri baik dengan pria ataupun

wanita dalam suatu komitmen jangka

panjang dalam suatu ikatan pernikahan

yang resmi dikarenakan adanya masalah

yang berasal dari luar maupun dari dalam

dirinya (Atwater, 2006). Penyebab rasa

cemas akan sulit untuk mendapatkan

pasangan hidup itu muncul dikarenakan

adanya tuntutan baik itu dari segi usia,

keluarga, budaya timur seperti di Indonesia

ini yang mendorong wanita harus menikah

dan menjadi seorang ibu (Yuliana, 2005).

Bagi wanita yang kondisi fisiknya

mengalami obesitas tentu saja tuntutan-

tuntutan tersebut akan menjadi kecemasan

tersendiri bagi dirinya bahwa dirinya akan

sulit memperoleh pasangan hidup.

Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian

oleh Diveraguilar (2005) pada 1000 wanita

penderita obesitas di lima kota berbeda

Spanyol, menemukan bahwa terdapat

kecemasan yang sangat mengganggu pada

para wanita tersebut karena ada ketakutan

bahwa mereka tidak akan bisa

mendapatkan pacar atau pasangan hidup

dikarenakan kondisi fisik mereka yang

mengalami obesitas. Kecemasan yang

lebih tinggi bahkan ditemukan pada wanita

penderita obesitas pada usia yang lebih tua

(30 – 45 tahun).

Dan hasil penelitian lainnya ditemukan

bahwa para penderita obesitas juga

mengalami kecemasan ketika mereka

dikaitkan dengan keinginan-keinginan

untuk mencari pasangan hidup. Hal

tersebut membuat mereka gugup, dan lebih

disebabkan karena adanya perasaan minder

dan tidak percaya diri dengan penampilan

fisiknya, Sehingga para penderita obesitas

mengalami kecemasan bahwa dirinya akan

sulit untuk mendapatkan pasangan hidup.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Karakteristik subyek

dalam penelitian ini adalah seorang wanita

dewasa awal, usia subjek berkisar 27 tahun

dan 29 tahun, yang mengalami kecemasan

memperoleh pasangan hidup pada wanita

Page 5: Jurnalhhlllllllllll

dewasa awal yang mengalami obesitas.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah dua

orang, yaitu seorang yang berjenis kelamin

perempuan.

Dalam penelitian ini, jenis wawancara

yang peneliti gunakan adalah wawancara

terstruktur. Peneliti mengajukan

pertanyaan sesuai dengan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan

sebelumnya. Hal ini dilakukan agar

peneliti dapat menggali informasi secara

mendetail dan lengkap dari subjek. Pada

penelitian ini, jenis observasi yang

dilakukan adalah observasi non partisipan,

pada saat tertentu peneliti melakukan

pengamatan kepada subjek saat melakukan

kegiatan dan mencatat beberapa hal yang

terjadi untuk melengkapi data yang

diperlukan sesuai dengan pedoman

observasi. Dalam kesempatan ini peneliti

mengobservasi perilaku nonverbal,

intonasi atau nada suara partisipan, dan

mimik wajah partisipan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran kecemasan untuk

memperoleh pasangan hidup pada

subjek

Gamabaran kecemasan memperoleh

pasangan hidup pada subjek adalah, subjek

mengalami kecemasan yaitu ketika subjek

membeli baju disemua toko yang disinggahi

subjek mengatakan tidak ada ukuran baju

untuk tubuh subjek hal ini membuat subjek

mengeluarkan banyak keringat, dan jantung

berdetak kencang karena subjek tau bahwa

subjek akan sulit memperoleh kekasih

karena tidak dapat menjadi untuk wanita

yang modis. Sedangkan berdasarkan hasil

observasi subjek 1 terlihat adanya perbedaan

bahwa ketika subjek berbicara dengan

teman laki-laki dari adik subjek dan

pelanggan toko yang laki-laki intonasi

suara subjek kadang tinggi, dan tiba-tiba

pelan, subjek terlihat delapan kali

mengganti posisi duduk, subjek sesekali

terlihat membasuh keringat dimuka dibagian

dahi dan hidung dengan tisu dan sesekali

meremas-remas tisu tersebut, subjek terlihat

delapan kali mengganti posisi duduk. Hal ini

sesuai dengan gambaran kecemasan yang

bersumber pada fisik yang subjek 1 alami

dengan teori Nevid (2003) yang menyatakan

ciri-ciri kecemasan fisik seperti banyak

mengeluarkan keringat, jantung berdetak

kencang, dan dahi berkeringat.

Lalu subjek merasa tidak percaya diri

untuk bepergian keluar rumah karena subjek

merasa banyak laki-laki yang

memperhatikan tubuhnya pada akhirnya

subjek merasa malu dan lebih memilih

berdiam diri dirumah untuk menjaga

tokonya hal ini juga terlihat pada hasil

observasi bahwa subjek tidak keluar rumah

untuk berkumpul teman sebayanya dan

teman karangtarunanya. Akibat kondisi

Page 6: Jurnalhhlllllllllll

tubuh subjek yang obesitas subjek merasa

sulit menjalani aktivitas sehari-hari seperti

subjek suka meminta bantuan adik-adiknya

untuk melakukan aktivitas sehari-hari

melayani pelanggan toko pria untuk

membeli rokok hal ini terlihat pada hasil

observasi subjek meminta bantuan

significant other untuk melayani pelanggan

toko pria untuk membeli rokok. Hal ini

sesuai dengan gambaran kecemasan yang

bersumber pada perilaku subjek 1 dengan

teori Nevid (2003) yang menyatakan ciri-

ciri kecemasan behavioral seperti perilaku

menghindar, dan tergantung pada orang lain.

Subjek merasa takut akibat obesitas

yang subjek alami menghambat subjek

untuk mendapatkan kekasih sampai tua

nanti dan subjek merasa takut jadi bahan

perbincangan ibu-ibu komplek perumahan

karena subjek belum memiliki kekasih

akibat tubuhnya yang obesitas. Menurut

subjek dengan badan subjek yang obesitas

sudah sulit memperoleh kekasih sampai saat

ini terlebih lagi kalau sudah penyakitan

tentu semakin sulit memperoleh kekasih.

sedangkan pada hasil observasi terdapat

perbedaan yaitu sebelum subjek melayani

pelanggan toko yang laki-laki subjek

bercermin dahulu “eh mba udah rapih belom

ven, muka sama rambut mba ga acak-acakan

kan”. Subjek terlihat membeli makanan

yang disukainya secara berlebihan hal ini

subjek terlihat berkali-kali membeli jajanan

yang lewat depan rumahnya seperti somay,

baso, batagor dan setiap subjek membeli

jajanan secara berlebihan ibu subjek berkata

“tadi kan udah beli bakso, masyallah beli

somay lagi gimana tuh badan ga gemuk dek.

Katanya mau kurus, tuh ven liat gimana

mau dapat pacar kan makannya aja banyak

kayak gitu”. Hal ini sesuai dengan gambaran

kecemasan memperoleh pasangan hidup

pada subjek 1 dengan teori Nevid (2003)

yang menyatakan ciri-ciri kecemasan

kognitif seperti sering merasa khawatir,

sering merasa takut, keyakinan bahwa

sesuatu yang mengerikan akan terjadi, selalu

waspada, sulit mengontrol diri, tidak mampu

menghilangkan pikiran-pikiran negatif.

Sedangkan hasil gambaran kecemasan

memperoleh pasangan hidup pada subjek 2

yaitu ketika subjek bertemu dengan pria

yang disukainya subjek menjadi keringat

dingin, jantung berdetak kencang, tangan

terasa dingin dan sulit berbicara. Hal ini

terdapat kesesuaian berdasarkan hasil

observasi subjek 2 yang menyatakan subjek

subjek menggoyang-goyangkan kaki saat

berbicara dengan teman kerjas subjek yang

laki-laki, subjek berbicara dengan rekan

kerja subjek yang laki-laki terbata–bata dan

kaku, intonasi suara subjek terdengar

terkadang lantang dan tiba-tiba pelan. Hal

ini sesuai dengan gambaran kecemasan yang

bersumber pada fisik yang subjek alami

dengan teori Nevid (2003) yang menyatakan

ciri-ciri kecemasan fisik seperti kegelisahan,

Page 7: Jurnalhhlllllllllll

kegugupan, banyak berkeringat, sulit

berbicara, jantung berdetak kencang.

Lalu subjek malu dan sering menolak

ajakan pergi bersama teman-temannya yang

berbadan ideal karena subjek merasa ketika

pergi dengan teman-temannya hanya subjek

yang tidak dirayu oleh pria yang lewat

didepan subjek dan teman-temannya. Subjek

merasa sering meminta pertolongan office

boy pada saat dikantor untuk mengantarkan

berkas kepada atasan subjek yang berwajah

tampan, subjek merasa malu untuk

mengantar berkas sendiri keruangan

atasannya, dan subjek pun sering meminta

bantuan teman kantornya maupun

significant other untuk memegang tangan

subjek ketika menaiki anak tangga. Terdapat

kesesuaian dengan hasil observasi subjek 2

yaitu subjek terlihat lebih sering di kunjungi

oleh teman–teman kerja (pria) terutama saat

subjek dikantor dan ketika subjek di rumah,

subjek terlihat jarang keluar rumah

menjumpai teman-temannya (pria) di

komplek rumahnya. Hal ini sesuai dengan

gambaran kecemasan yang bersumber pada

perilaku subjek 2 dengan teori Nevid (2003)

yang menyatakan ciri-ciri kecemasan

behavioral seperti perilaku menghindar, dan

tergantung pada orang lain.

Teman-teman dan ayah subjek 2

memberi tanggapan kepada subjek agar

subjek mengurangi berat badannya agar

terlihat langsing sehingga subjek bisa

memperoleh kekasih. Subjek takut terkena

penyakit diabetes apabila subjek terkena

penyakit hal itu membuat subjek akan sulit

mendapatkan kekasih sampai tua nanti.

Sedangkan terdapat perbedaan hasil

observasi pada subjek 2 Pada saat observasi

dikantor subjek terlihat kesal dengan

bawahannya yang laki-laki karena ada

pekerjaan yang dilakukan bawahannya

(pria) tidak sesuai dengan keinginannya,

ketika dirumah subjek terlihat kesal jika

pembantunya lambat untuk mengambil

keperluannya dan pada saat dikantor subjek

terlihat banyak membeli gorengan yang

berada dikantin subjek. Ketika dirumah

subjek terlihat menyuruh pembantu untuk

membeli banyak makanan ringan di warung.

Hal ini sesuai dengan gambaran kecemasan

memperoleh pasangan hidup pada subjek 1

dengan teori Nevid (2003) yang menyatakan

ciri-ciri kecemasan kognitif seperti sering

merasa khawatir, sering merasa takut,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan

akan terjadi, selalu waspada, sulit

mengontrol diri, tidak dapat mengambil

keputusan, merasa tidak mampu

mengendalikan situasi, tidak mampu

menghilangkan pikiran-pikiran negatif,

Dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek

1 dan subjek 2 memiliki kesaaman

gambaran kecemasan memperoleh pasangan

hidup bahwa apabila kedua subjek berbicara

dengan pria kedua subjek mengeluarakan

banyak keringat, jantung berdetak kencang,

dan menjadi sulit berbicara. Akibat keadaan

Page 8: Jurnalhhlllllllllll

tubuh yang obesitas pada kedua subjek tidak

mau berkumpul dengan teman-teman

sebayanya dan dikarena kedua subjek

mengalami obesitas sering meminta

pertolongan orang lain untuk membantu

subjek dalam aktivitas sehari-hari yang

mengharuskan subjek berhadapan dengan

lawan jenis atau pria. Lalu kedua subjek

takut dan merasa khawatir akibat keadaan

tubuhnya yang obesitas sulit memperoleh

kekasih hingga tua nanti.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan

kecemasan memperoleh pasangan hidup

pada subjek

Faktor-faktor yang menyebabkan

kecemasan memperoleh pasangan hidup

pada subjek 1 adalah faktor obesitas

menjadi penghalang bagi subjek untuk

mendapatkan kekasih. Subjek cemas dengan

keadaan fisiknya yang obesitas tidak seperti

wanita ideal yang memiliki badan yang

langsing, kulit putih, muka yang cantik

sehingga dengan tubuh subjek yang obesitas

menyulitkan subjek untuk memperoleh

kekasih sampai saat ini. Bagian tubuh

subjek yang tidak menarik adalah bagian

perut dan pinggul sehingga subjek

melakukan diet walaupun tidak

membuahkan hasil dan memakai baju yang

longgar, tidak banyak motifnya agar terlihat

kurus dimata pria. Hal ini sesuai dengan

faktor-faktor yang bersumber pada fisik

subjek dengan teori Mulyadi (2003) yang

menyatakan faktor penyebab kecemasan

meliputi bersumber pada keadaan biologis.

Lalu faktor lainnya subjek 1 malas

keluar rumah sehingga subjek sulit

beradaptasi dengan orang-orang sekitarnya

karena orang-orang disekeliling subjek

sering memperhatikan tubuh subjek dengan

tidak biasa. Hal ini sesuai dengan teori

Mulyadi (2003) yang menyatakan faktor

penyebab kecemasan meliputi kemampuan

beradaptasi mempertahankan diri terhadap

lingkungan yang diperoleh dari

perkembangan dan pengalamannya dan teori

Nevid (2003) yang menyatakan ciri-ciri

kecemasan behavioral seperti perilaku

menghindar.

Subjek 1 dinasehati oleh tetangganya

mengenai kondisi tubuhnya yang obesitas

subjek merasa kesal karena menurut subjek

cara penyampaiannya tidak baik dan nada

bicaranya keras hingga ibu-ibu komplek

yang lain mendengarkannya tetapi subjek

tidak diambil sampai kehati. Sedangkan

significant other 1 menyatakan apabila

subjek dihina oleh ibu-ibu komplek sesudah

itu apabila ada yang banyak omong dengan

subjek, subjek menjadi cepat marah. Subjek

meredam emosi dengan cara memakan

cemilan tokonya dikamar. Dalam ciri-ciri

kognitif seperti adaptasi rangsangan dan

situasi yang dihadapi tidak ada masalah

pada subjek 1

Sedangkan faktor-faktor yang

menyebabkan kecemasan memperoleh

Page 9: Jurnalhhlllllllllll

pasangan hidup pada subjek 2 (ciri-ciri

kecemasan) yaitu akibat faktor obesitas

membuat subjek sulit memperoleh kekasih

yang serius sampai ke jenjang pernikahan.

Faktor lainnya Subjek merasa pria lebih

senang melihat wanita yang bertubuh sexy,

muka yang cantik, dan tinggi. Subjek sudah

berusaha untuk diet namun pada akhirnya

gagal dan subjek tetap belum memperoleh

kekasih hingga saat ini. Apabila subjek

pergi keluar rumah subjek selalu memakai

pakaian yang longgar, tidak banyak motif,

dan berwarna hitam agar terlihat kurus

dimata pria. Agar terlihat menarik dimata

pria subjek sering pergi ke salon dan ke

dokter kecantikan. Berbagai usaha subjek

untuk terlihat menarik dimata pria tidak

membuahkan hasil hingga saat ini subjek

masih belum memperoleh kekasih Hal ini

sesuai dengan faktor-faktor yang bersumber

pada fisik subjek dengan teori Mulyadi

(2003) yang menyatakan faktor penyebab

kecemasan meliputi bersumber pada

keadaan biologis.

Subjek orang yang humoris sehingga

teman-teman dikantornya senang berteman

dengan subjek. Subjek tidak

mempermasalahkan apabila obesitas yang

subjek alami membuat teman-teman subjek

tidak mau berteman lagi dengan subjek.

Subjek tidak memiliki masalah pada

kemampuan beradaptasi mempertahankan

diri terhadap lingkungan yang diperoleh dari

perkembangan dan pengalamannya.

Orangtua subjek tidak memarahi subjek

karena tubuh subjek yang obesitas.

Orangtua subjek selalu memotivasi subjek

untuk menurunkan berat badannya dalam

hal ini subjek tidak ada masalah dalam

adaptasi rangsangan dan situasi yang

dihadapi.

Pada subjek 1 dan subjek 2 memiliki

kesamaan bahwa faktor keadaan fisik kedua

subjek yang obesitas menjadi penghalang

untuk mendapatkan kekasih. kedua subjek

berusaha agar terlihat menarik dengan cara

diet ataupun mempercantik diri dengan

berpakaian yang longgar, tidak banyak

motif, dan berwarna hitam tetapi tidak

membuahkan hasil hingga saat ini kedua

subjek tetap belum memperoleh kekasih.

terdapat perbedaan dalam beradaptasi

dengan lingkungan sekitar antara subjek 1

dan subjek 2. Lalu faktor lainnya Subjek 1

sulit beradaptasi karena banyak orang-orang

di lingkungan subjek sering memperhatikan

tubuh subjek dengan tidak biasa dan subjek

1 sering diberi sindiran oleh orang-orang di

lingkingan mengenai obesitas yang subjek

alami sulit memperoleh kekasih. Sedangkan

pada subjek 2 tidak ada masalah dalam hal

beradaptasi dengan lingkungan sekitar

subjek karena subjek orang yang humoris

sehingga teman-teman subjek senang

berteman dengan subjek.

Dalam hal faktor adaptasi

rangsangan dan situasi yang dihadapi

kedua subjek memiliki kesamaan

Page 10: Jurnalhhlllllllllll

bahwa kedua orangtua subjek tidak

memarahi subjek kerena subjek

mengalami obesitas dan sulit

memperoleh kekasih hingga saat ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis observasi

dan wawancara kedua subjek dan

significant other dapat disimpulkan

bahwa:

1. Gambaran kecemasan untuk

memperoleh pasangan hidup pada

subjek

Dari penelitian ini dapat diketahui

gambarann kecemasan memperoleh

pasangan hidup yang dialami kedua

subjek yaitu apabila kedua subjek

berbicara dengan pria kedua subjek

mengeluarakan banyak keringat,

jantung berdetak kencang, dan

menjadi sulit berbicara. Obesitas yang

dialami pada kedua subjek membuat

subjek tidak mau berkumpul dengan

teman-teman sebayanya karena subjek

merasa teman-teman pria

memperhatikan tubuhnya yang

obesitas dengan tidak biasa, akibat

obesitas yang dialami kedua subjek

sering meminta pertolongan orang lain

untuk membantu subjek dalam

aktivitas sehari-hari yang

mengharuskan subjek berhadapan

dengan lawan jenis atau pria. Lalu

kedua subjek takut dan merasa

khawatir akibat keadaan tubuhnya

yang obesitas sulit memperoleh

kekasih hingga tua nanti. Kedua

subjek sering membeli makanan yang

disukainya secara berlebihan hal itu

bisa membuat berat badan subjek

menjadi terus meningkat dan kedua

subjek semakin sulit untuk

memperoleh kekasih.

2. Faktor yang menyebabkan

kecemasan memperoleh pasangan

hidup pada pada subjek

Faktor yang menyebabkan

kecemasan memperoleh pasangan

hidup pada subjek pertama dan subjek

kedua memiliki kesamaan bahwa

keadaan faktor fisik kedua subjek

yang obesitas menjadi penghalang

untuk mendapatkan kekasih. Kedua

subjek berusaha agar terlihat menarik

dengan cara diet ataupun

mempercantik diri dengan berpakaian

yang longgar, tidak banyak motif, dan

berwarna hitam tetapi tidak

membuahkan hasil hingga saat ini

kedua subjek tetap belum memperoleh

kekasih. Faktor lainnya terdapat

perbedaan dalam beradaptasi dengan

lingkungan sekitar antara subjek 1 dan

subjek 2. Subjek 1 sulit beradaptasi

karena banyak orang-orang di

lingkungan subjek sering

memperhatikan tubuh subjek dengan

tidak biasa dan subjek 1 sering diberi

Page 11: Jurnalhhlllllllllll

sindiran oleh orang-orang di

lingkungan yang mengatakan bahwa

obesitas yang subjek alami dapat

menyulitkan subjek dalam

memperoleh kekasih. Sedangkan pada

subjek 2 tidak ada masalah dalam hal

beradaptasi dengan lingkungan sekitar

subjek karena subjek orang yang

humoris sehingga teman-teman subjek

senang berteman dengan subjek.

Dalam hal adaptasi rangsangan

dan situasi yang dihadapi kedua

subjek memiliki kesamaan bahwa

kedua orangtua subjek tidak memarahi

subjek kerena subjek mengalami

obesitas dan sulit memperoleh kekasih

hingga saat ini.

SARAN

Dari hasil penelitian tentang

kecemasan memperoleh pasangan hidup

pada wanita dewasa awal yang mengalami

obesitas, maka saran yang diajukan

peneliti terhadap penelitian ini adalah :

1. Bagi subjek

Peneliti menyarankan agar subjek

percaya diri ketika berhadapan

ataupun berbicara dengan pria

walaupun mengalami kondisi fisik

yang obesitas agar terrhindar dari

kecemasan dalam memperoleh

pasangan hidup.

2. Bagi orangtua subjek

Peneliti menyarankan untuk

memberikan motivasi kepada subjek

agar subjek percaya diri dalam hal

memperoleh pasangan hidup.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Peneliti menyarankan untuk

menggali lebih dalam lagi mengenai

variabel psikologi lainnya seperti

kepercayaan diri, harga diri,

konsepdiri pada wanita yang

mengalami obesitas. Penelitian ini

juga akan lebih menarik jika

penelitian selanjutnya menggunakan

subjek pria dewasa awal.

DAFTAR PUSTAKA

Alloy, J. (1999). Psychopatology and

abnormality. New Jersey: Prentice

Hall

Alloy, M., Jacobson, A., & Acocella, N.

(1999). Exploring abnormal

psychology, 4th edition. New York:

McGraw Hill Inc.

Atkinson, R., Atkinson, M., Smith, N., &

Bem, L. (1993). Individual versus

group therapy for obesity: Effects of

matching participants to their

treatment preferences. Journal of

Consulting and Clinical

Psychological.

Atkinson, R., Smith, M., & Bem, J.

(1993). Self atitude among adults.

Journal Social Psychology.

Atwater, E. (1983). Beliefs and data on the

relationship between consistency and

accuracy of eyewitness testimony:

Applied cognitive psychology. New

York: McGraw Hill Inc.

Page 12: Jurnalhhlllllllllll

Atwater, E. (2006). Effect of testimonial

incosistencies and eyewitness

confidence on mock-juror judgment:

Law and human behavior. New York:

McGraw Hill Inc.

Beck, D. (2001). Socio economic status

and child development annual review

of psychology. London: Northern

Library.

Bruck, G. (1997). The academic

acceleration of gifted children. New

York: Teachers College Press.

Burns, R. (2001). Effects of inconsistent

eyewitness statements on mock-jurors'

evaluations of the eyewitness,

perceptions of defendant culpability

and verdicts. Law and Human

Behavior. Diakses 9 November 2010.

Dari

http://www.springerlink.com/content.

Cameo, A. (1997). Children and adulthood

hardiness acquasition. Journal of

social psychology & personality.

Dariyo, K. (2005). Peran adversity

quotient terhadap kecemasan remaja

yang mengikuti program akselerasi.

Sebuah penelitian pada siswa siswi

SMU negeri 70 Jakarta.

Departemen Kesehatan. (2010).

Kecemasan pada wanita karir ketika

menghadapi pernikahan. Artikel.

Jakarta: LIPI.

Diveraguilar. (2005). Emotion, adjustment

and obesity. Journal of Social

Psychology and Personality.

Diveraguilar, A. (2005). Development of a

programme for enhancing the

adversity quotient of junior college

students. Disertation (tidak

diterbitkan). Mumbai: S.N.D.T.

University.

DSM IV. (1994). Diagnostic and

statistical manual of mental disorder.

Washington DC: American

Psychiatric Association.

Duvall, K., & Miller, P. (1995). Marriage

and self esteem acquasition among

divorce woman. Journal of Social

Psychology & Personality.

Duvall, K., & Miller. (1998). Interactive

effects of characteristics of defendant

and mock juror on U.S. participants’

judgment and sentencing

recommendations. The Journal of

Social Psychology.

Fromm, E. (2002). The art of loving. New

Jersey: Prentice Hall.

Galih, M. (2008). Wanita karir dan

pernikahan. Jogja: Jalasutra.

Gelfand, W., Jenson, E., & Drew, B.

(1982). Hardiness and the effects of

inconsistent eyewitness statements on

mock-jurors' evaluations of the

eyewitness, perceptions of defendant

culpability and verdicts. Law and

Human Behavior. Diakses pada

tanggal 9 November 2010. Dari

http://www.springerlink.com/content.

Gunarsa, S., & Gunarsa, S. (1983).

Psikologi perkembangan: Sebuah

pengantar. Jakarta: Aneka ilmu.

Hasibuan, & Simatupang. (1999).

Psikologi abnormal. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Heru Basuki, A.M. (2006). Penelitian

kualitatif. Jakarta: Penerbit

Gunadarma.

Page 13: Jurnalhhlllllllllll

Hurlock, E. (1996). Relationship between

pretrial publicity and trial outcomes.

Journal of Communication.

Ibrahim, P. (2002). Kecemasan dan

Solusinya. Yogyakarta: Jalasutra.

Ibrahim, A R. (2002). Perempuan yang

teraniaya akibat perceraian. Disertasi

(tidak diterbitkan). Pekanbaru:

Universitas negeri riau.

Koran Tempo. (2004). Kebudayaan Jawa.

Diakses 9 November 2010. Dari

www.tempointeraktif.com.

Lazarus, D. (1995). Attitude, personality,

stress and anxiety in young adulthood.

Singapore : Prentice Hall

Mappiare, A. (2002). Psikologi orang

dewasa. Surabaya: Usaha Nasional

Moleong, L. J. (2001). Metodelogi

penelitian kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, S. (2003). Pendidikan agama

dalam membangun etika sosial dalam

kehidupan keluarga. Semarang:

Aneka ilmu.

Neale, M. (1999). Obesity: Why The

Lossing Batle IJBD. New Jersey:

Psychology Press.

Papalia, & Olds, S W. (1992). Individual

versus group therapy for obesity:

Effects of matching participants to

their treatment preferences. Journal of

Consulting and Clinical

Psychological. 6, 417 – 520.

Papalia, & Olds, S W. (1994). Human

development. New York: McGraw

Hill, Inc.

Rice, M. (1996). Cognitive-behavioral

therapy to reduce anxiety among

divorce woman. Journal of Consulting

and clinical psychology.

Santrock, J. W. (2002). Life-span

development: Perkembangan masa

hidup. Jilid kedua. Jakarta: Erlangga

Smith. J. (1999). Current status of the

internal hypotesis of obesity. Journal

of American Psychologis.

Stacy, K. (2008). Love Language

Acquastion. Journal of Social

Psychology and Personality.

Straus, L., & Knight, R. (2005). Adulthood

hardiness acquasition. Journal of

social psychology & personality.

Sumanto, A. (2009). Tetap langsing dan

sehat dengan terapi diet. Jakarta: PT

Agromedia Pustaka.

Suriawinata, H. (1997). Ikhtiar dalam

mengatasi kekerasan dalam rumah

tangga. Jakarta : LKAJ.

Tjakrawerdaja, R. (2001).

Mengembangkan AQ untuk character

building. Yogyakarta: Jalasutra.

Turner, J. S., & Helms, D. B (1995). Life-

span development. 5th

ed. Forth wort :

Harcout Brace Collage Publisher.