Jurnal TBC Paru Relaps

26
TB Paru Relaps RH Rafsanjany Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta Latar Belakang Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau tidak efektifnya respon imun. WHO juga menyatakan Indonesia termasuk 22 negara yang bermasalah dalam penanggulangan TBC Di Indonesia, WHO memperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian terjadi setiap tahun. Perkiraan jumlah penderita TBC paru dengan Bakteri Tahan Asam ( BTA ) positif adalah sebesar 1,3 per 1000 penduduk. 1

Transcript of Jurnal TBC Paru Relaps

Page 1: Jurnal TBC Paru Relaps

TB Paru Relaps

RH Rafsanjany

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta

Latar Belakang

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan

oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara

yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium

tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ

tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang

paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal,

tulang, nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu

kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau tidak efektifnya respon

imun.

WHO juga menyatakan Indonesia termasuk 22 negara yang bermasalah dalam

penanggulangan TBC Di Indonesia, WHO memperkirakan terdapat 583.000 kasus baru

dengan 140.000 kematian terjadi setiap tahun. Perkiraan jumlah penderita TBC paru dengan

Bakteri Tahan Asam ( BTA ) positif adalah sebesar 1,3 per 1000 penduduk.

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Telepon : 087884377307, Email : [email protected]

NIM : 10.2009.116, Kelompok : B2

1

Page 2: Jurnal TBC Paru Relaps

Anamnesis

Keluhan utama : Batuk yang tak kunjung sembuh selama 4 bulan, ada bercak darah

Keluhan tambahan : Badan terasa hangat, hilang timbul

Pada anamnesis ditanyakan :

a. Identitas

b. Keluhan

c. Riwayat penyakit sekarang

d. Riwayat penyakit dahulu

e. Riwayat penyakit keluarga

f. Kehidupan sosial

g. Apakah pernah merokok

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital didapat suhu badan 37.2 celsius, Tekanan darah : 130/90, Nadi :

78x/menit, Nafas : 20x/menit.

Pada suara nafas didapat suara nafas bronkovesikuler, JVP 5-2cm, Hb : 10g/dL.

Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan dahak mikroskopis

Untuk pemeriksaan TB paru, pasien suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam

waktu 2 hari. Diagnosis paru ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).

Pemeriksaan dahak mikroskopik juga digunakan untuk menilai keberhasilan

pengobatan dan menentukan potensi penularan.

b. Pemeriksaan biakan (kultur TB)

Berfungsi untuk mengidentifikasi M.tbc, dan untuk mengetahui apakah kuman BTA

tersebut masih peka/sensitif terhadap OAT yang digunakan atau sudah resisten.

Indikasi kultur TB dan uji resistensi OAT :

Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis

Pasien TB ekstra paru dan pasien TB anak

Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda

c. Pemeriksaan Radiologis

2

Page 3: Jurnal TBC Paru Relaps

Lokasi lesi TBC biasanya di apex paru (segmen apikal lobus atau segmen

apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau

didaerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada TBC Endobronkial).

Pada awal penyakit, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan

dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka

bayangan terlihat berupa bulatan batas yang tegas. Lesi ini disebut Tuberkuloma.

Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.

Lama-lama dinding menjadi sklerotik dan terlihat menebal, bila terjadi fibrosis

terlihat bayangan yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya terlihat sebagai

bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

Indikasi pemeriksaan foto thorax adalah :

a. Hanya ada satu dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA positif. Pada kasus ini foto

thorax diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif.

b. Ketiga spesimen dahak negatif BTA dan tidak ada perbaikan setelah pemberian

Antibiotik non OAT.

c. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak napas berat yang memerlukan

penanganan khusus seperti pneumothorax, pleuritis eksudativa, efusi perikarditis,

atau efusi pleura dan hemoptisis berat.1

3

Page 4: Jurnal TBC Paru Relaps

4

Page 5: Jurnal TBC Paru Relaps

Diagnosis Kerja : TB Paru Relaps

TB paru relaps di artikan sebagai penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat

pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali

lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA positif.

Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat

ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif.

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto

rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB,

maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif.  Kalau hasil rontgen tidak

mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan. Apabila fasilitas memungkinkan,

maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif,

diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2

minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi

pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA

positif.

Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung

diagnosis TB.

Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif

rontgen positif.

Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.2

Diagnosis Banding

PNEUMONIA

Definisi Etiologi

Peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme selain Mycobakterium tuberculosis,

yaitu bakteri, virus, jamur, parasit. Berdasar sumber kumannya : pneumonia komuniti yang

didapat di masyarakat, pneumonia nosokomial didapat di rumah sakit, pneumonia aspirasi,

dan pneumonia imunocompromised. Berdasar penyebabnya : pneumonia bakterial/ tipikal

(staphylococus, streptococcus, hemofilus influenza, klebsiella, pseudomonas. ), pneumonia

atipikal (mycoplasma, legionella, chlamydia), pneumonia virus, dan pneumonia jamur.

5

Page 6: Jurnal TBC Paru Relaps

Berdasarkan predileksinya : pneumonia lobaris lobularis, bronkopneumonia,

pleuropneumonia, dan pneumonia interstitiil.

Patogenesis dan Patologi

Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme di paru, hal ini akibat

aktivitas mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan

tubuh, mikroorganisme, dan lingkungan, maka mikroorganisme dapat berkembang biak

menimbulkan penyakit.

Cara mikroorganisme masuk saluran napas dengan 4 cara : inokulasi langsung, penyebaran

melalui pembuluh darah, inhalasi bahan aerosol, kolonisasi di permukaan mukosa. Bakteri

yang masuk alveoli menyebabkan reaksi radang, edema seluruh alveoli, dan infiltrasi sel-sel

PMN. Sel-sel PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan lekosit yang

lain melalui pseudopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian di fagosit.

Terdapat 4 zona pada daerah reaksi inflamasi : Zona luar : alveoli yang terisi bakteri dan

cairan edema. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel

darah merah. Zona konsolidasi luar : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan

jumlah PMN yang banyak. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak

bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.

Diagnosis

Anamnesis, didapatkan gejala demam menggigil, suhu tubuh meningkat, batuk berdahak

mukoid atau purulen, sesak napas, kadang nyeri dada, batuk darah bisa sedikit bisa banyak.

Pemeriksaan fisik, tergantung luas lesi. Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal, palpasi :

fremitus dapat mengeras, perkusi redup. Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sanpai

bronkial, suara tambahan ronki basah pada stadium resolusi. Gambaran radiologis : gambaran

infiltrat sampai konsolidasi (berawan) dapat disertai air bronchogram. Pemeriksaan

laboratorium, peningkatan lekosit 10.000/ul-30.000/ul. Untuk dapat mengetahui etiologi

dilakukan pemeriksaan dahak, biakan dan serologi. Analisis gas darah menunjukan

hipoksemia, pada stadium lanjut asidosis respiratorik.

6

Page 7: Jurnal TBC Paru Relaps

Pengobatan

Terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberian antibiotik sebaiknya berdasar data

mikroorganisme dan hasil uji kepekaan.

KANKER PARU

Adalah semua penyakit keganasan di paru mencakup keganasan yang berasal dari paru

maupun dari metastasis. Ada beberapa golongan yang memiliki risiko tinggi terkana kanker

paru : laki-laki lebih tinggi, usia di atas 40 tahun, perokok, paparan industri, perempuan

sebagai perokok pasif.

Gambaran Klinis

Dibagi menjadi dua golongan : gejala khas dan tidak khas. Gejala khas : sesak napas, sulit/

sakit menelan, benjolan di pangkal leher, sembab muka dan leher, batuk dengan atau tanpa

dahak, hemoptisis, sakit dada. Gejala tidak khas : berat badan berkurang, nafsu makan hilang,

demam hilang timbul.

Diagnosis

Anamnesis, berupa gejala, riwayat penyakit, riwayat penyakit keluarga, faktor risiko.

Pemeriksaan fisik, tergantung besar dan letak tumor. Bila tumor kecil dan letak di perifer,

menunjukan gambaran normal. Tumor ukuran besar, letak di sentral, dan bila disertai

atelektasis akan terjadi penarikan trakea atau oesofagus. Radiologis. Tampak nodul soliter

sirkumskripta atau coin lession pada radigram dada merupakan petunjuk dini untuk

mendeteksi karsinoma bronkogenik, meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan

lainnya. CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-

lesi yang dicurigai. Bronkoskopi, memiliki beberapa fungsi : untuk mengambil bahan atau

jaringan, untuk mengetahui kelainan mukosa bronkus, untuk menilai keadaan percabangan

bronkus. Pemeriksaan khusus meliputi : sitologi sputum, trans torakal biopsi (TTB) untuk lesi

yang letaknya perifer, trans bronkial lung biopsi (TBLB), torakoskopi, mediastinoskopi, dan

torakotomi eksplorasi sebagai pilihan terakhir.

7

Page 8: Jurnal TBC Paru Relaps

Patologi Kanker paru primer biasanya diklasifikasikan menurut jenis histologinya :

Karsinoma sel kecil Karsinoma bukan sel kecil meliputi : karsinoma skuamosa, karsinoma sel

besar, adenokarsinoma.

Staging Penderajatan kanker paru menurut International Staging System for Lung Cancer

dengan sistem TNM (tumor, kelenjar getah bening, metastase). Stadium IA : T1N0M0.

Stadium IB : T2N0M0. Stadium IIA : T1N1M0. Stadium IIB : T2N1M0. Stadium IIIA :

T1N2M0, T2N2M0, T3N1M0, T3N2M0. Stadium IIIB : T berapa pun N3M0, T4 N berapa

pun M0. Stadium IV : TN berapa pun M1 (Price dan Wilson, 2006). Pengobatan Pembedahan

(operasi), diindikasikan pada jenis sel karsinoma bukan sel kecil stadium I dan II. Stadium

IIIA perlu diberi kemoterapi dahulu untuk menurunkan staging. Radioterapi sebagai terapi

kuratif dan paliatif. Kemoterapi (Rima, 2008). Komplikasi Batuk darah 2,3% dan

pneumotorak 15,4%.

Etiologi

Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada

pewarnaan (Basil Tahan Asam). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi

dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan tubuh,

kuman ini dapat dorman selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita TB

BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama yang kontak erat.

TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius. Seorang penderita TBC dapat menularkan

penyakit kepada 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk dunia saat

ini telah terinfeksi M. tuberculosis. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M.

tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat

berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC.

8

Page 9: Jurnal TBC Paru Relaps

Epidemiologi

Di Indonesia, WHO memperkirakan terdapat 583.000 kasus baru dengan 140.000 kematian

terjadi setiap tahun (1,5,8). Perkiraan jumlah penderita TBC paru dengan Bakteri Tahan

Asam ( BTA ) positif adalah sebesar 1,3 per 1000 penduduk. Sekitar 75 % penderita adalah

angkatan kerja yaitu golongan usia produktif (1,5). Dengan jumlah penduduk yang besar,

Indonesia merupakan penyumbang terbesar ke-3 penyakit tuberkulosis di dunia (1,2,3).

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 TBC paru merupakan

penyebab kematian ke 3 setelah penyakit jantung & pembuluh darah dan penyakit saluran

pernafasan.

Secara epidemiologi penyakit TBC paru di Kalimantan Selatan tahun 2002 berada pada posisi

ke 3 dari 10 penyakit terbanyak dengan angka kesakitan TBC BTA positif sebesar 113 per

100.000 penduduk. (9). Di Kabupaten Banjar tahun 2002 ditemukan sebanyak 250 orang

penderita baru TBC Paru BTA positif (59,07 per1000 penduduk) dengan angka konversi 81,1

% dan angka kesembuhan 79,5 % (10).3

Faktor Resiko

a. Umur

 Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di

Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu

15-50 tahun.

b. Jenis kelamin

TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-

laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan

terjangkitnya TB paru.

c. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang

diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan

penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan

mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat

pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.

d. Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.

Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu di daerah

terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan

9

Page 10: Jurnal TBC Paru Relaps

kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya

gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.

e. Kebiasaan merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk

mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan

kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB

paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per

tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra

Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan

(Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih

dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%.

Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya

infeksi TB Paru.

f. Pencahayaan

Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela kaca

minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang leluasa

maka dapat dipasang genteng kaca. Cahaya ini sangat penting karena dapat

membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya basil TB, karena itu

rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup.

g. Ventilasi udara

Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar

aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen

yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan

menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi

akan menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses

penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media

yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit,

misalnya kuman TB.

h. Status gizi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai

resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang status

gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap

kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.

10

Page 11: Jurnal TBC Paru Relaps

i. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi

lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan

dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi

makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk

maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan

terkena infeksi TB Paru.

Patofisiologi

Tuberkulosis Primer

Penularan TBC paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan keluar

menjadi droplet nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam

udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi

yang buruk dan kelembaban. Bila partikel ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel

pada saluran nafas atau jaringan paru. Partikel bisa masuk ke alveolar bila ukuran partikel < 5

mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian oleh makrofag.

Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan

trakeobronkial bersama gerakan silia dan sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.

Dari sini akan terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan

paru akan berbentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer (fokus

ghon). Sarang primer ini dapat dapat terjadi disetiap jaringan paru dan bisa juga menuju

organ lain diluar paru.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus

(limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis regional).

Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis regional membentuk kompleks primer. Semua

proses ini selanjutnya dapat menjadi :

Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di

hilus, dapat terjadi reaktifasi lagi karena kuman yang dorman

Berkomplikasi dan menyebar secara : perkontinuitatum, bronkogen, hematogen,

limfogen.

11

Page 12: Jurnal TBC Paru Relaps

Tuberkulosis Paska Primer

Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian

sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (TB Post primer/TB sekunder). TB

Sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna,

diabetes, AIDS, gagal ginjal. TB paska primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi

di regio atas paru (bagian apical posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke

daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.

Sarang dini ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumoni kecil. Dalam 3-10 minggu

sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel

datia langhans (sel besar dengan banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan

berbagai jaringan ikat.

TB paska primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi TB

usia tua. Tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien, sarang ini dapat

menjadi :

Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

Sarang yang meluas, tapi segera menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis.

Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan

ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis, menjadi lembek dan

membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadi kavitas.

Disini lesi sangat kecil, tetapi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat meluas kembali

dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk kedalam peredaran

darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Lesi ini juga dapat memadat dan membungkus diri

sehingga terjadi tuberkuloma, menjadi cair dan kavitas lagi. Dapat juga menyembuh dengan

membungkus diri menjadi kecil.4

Gejala klinis

12

Page 13: Jurnal TBC Paru Relaps

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbulsesuai

dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus

baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

a. Gejala sistemik

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakanmalam

hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demamseperti

influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

b. Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi

sumbatansebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat

penekanankelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara

"mengi",suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dironggapleur a (pembungkus paru-paru), dapat disertai

dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang

pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,

pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut

sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,

adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang

Terapi

13

Page 14: Jurnal TBC Paru Relaps

Tujuan pengobatan pada TB Paru selain untuk mengobati juga mencegah kematian,

mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai

penularan.

Pengobatan Tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sbb:

OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat.Tidak OAT

tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi DosisTetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukanpengawasan langsung

(DOT = Directly Observed Treatment) olehseorang Pengawas Menelan Obat (PMO).

Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif (2-3 bulan) dan tahap

lanjutan (4-7 bulan).

Tahap intensif: obat diberikan setiap hari, dan diawasi langsung untuk

mencegah resistensi obat. Jika diberikan secara tepat, yang awalnya menular

bisa menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar TB

BTA positif menjadi BTA negatif dalam 2 bulan.

Tahap lanjutan: diberikan obat lebih sedikit dengan jangka waktu yang lama.

Tahap ini penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah

kekambuhan.5

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:

14

Page 15: Jurnal TBC Paru Relaps

Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,

Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih

dapat ditolerir, sebagian besar dapat dipisahkan dengan obat-obatan ini.

Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,

Kapreomisin, Kanamisin.6

Komplikasi

Penyakit TBC bisa menimbulkan komplikasi, yaitu menyerang beberapa organ vital tubuh, di

antaranya:

1. TULANG

TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi

komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat

aliran darah dari paru-paru. Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang

bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC

biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya

selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri

pun leluasa menjalankan aksinya.

Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul dan tulang

belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita.

Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang

rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil,

kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika kelainannya masih

ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa dilakukan. Lain halnya jika berat,

tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa

cacat seumur hidup.

2. USUS

15

Page 16: Jurnal TBC Paru Relaps

Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi

makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa menyebabkan gangguan

seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus

antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna.

Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain.

Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa luas bakteri itu merusak usus. Demikian

juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang

bagian usus itu lalu menyambungnya dengan bagian usus lain.

3. OTAK

Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang yang terkena

radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejang-kejang, juga

penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus

menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak

bisa kembali ke kondisi normal.

4. GINJAL

Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun tubuh

akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang

biasa terjadi antara lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan

sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang

tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat disembuhkan. Beberapa di antaranya

harus menjalani cangkok ginjal.

Pencegahan

Tujuan :

16

Page 17: Jurnal TBC Paru Relaps

a. Mencegah menjadi penderita

b. Mencegah kekambuhan

c. Mencegah kematian

d. Menurunkan tingkat penularan

Cara :

a. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,

merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa ke puskesmas atau ke

rumah sakit.

b. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.

c. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah

segera dibawa ke puskesmas atau ke rumah sakit.

d. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.

e. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi denganvaksin BCG.

Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

Prognosis

Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika disebabkan oleh strain

resisten obat atau terjadi pada pasien berusia lanjut, dengan debilitas, atau mengalami

gangguan kekebalan, yang berisiko tinggi menderita tuberkulosis milier.

Kesimpulan

Penularan tuberkulosis melalui udara dengan inhalasi droplet nucleus yang mengandung basil

tuberkulosis yang infeksius. Bayi dan anak yang kontak serumah dengan penderita

tuberkulosis dewasa terutama dengan sputum BTA positif yang belum pernah didiagnosa dan

diobati merupakan resiko tinggi terinfeksi TB.

WHO menganjurkan imunisasi BCG diberikan pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi

tuberkulosis. Walaupun efikasi BCG dalam mencegah infeksi tuberkulosis masih

diperdebatkan, pada daerah mana angka infeksi tinggi, imunisasi BCG harus dianggap

sebagai dari program kontrol tuberkulosis. Di Indonesia imunisasi BCG masih perlu

dilaksanakan sebagai usaha untuk mencegah tuberkulosis.

Dikatakan, sampai hari ini belum ada satu negara pun di dunia yang telah bebas TB paru.

Bahkan untuk negara maju, di mana tadinya angka TB telah menurun, belakangan angka ini

17

Page 18: Jurnal TBC Paru Relaps

naik lagi sehingga TB disebut sebagai salah satu reemerging disease. Sementara di Indonesia

penyakit ini belum pernah menurun jumlahnya dan bahkan meningkat.

Oleh karena itu penting untuk memeriksakan orang-orang yang kontak erat dengan penderita

TB paru. Dalam program pemberantasan penyakit tuberkulosis paru penemuan penderita

dilakukan dengan cara pencarian penderita yang tersangka TB di tengah-tengah masyarakat

baik secara pasif maupun secara aktif, untuk diperiksa riaknya secara mikroskopis langsung.

Oleh karena sangat penting ditemukan penderita sedini mungkin untuk diberi pengobatan

sampai sembuh sehingga tidak lagi membahayakan lingkungannya.

Daftar Pustaka

1. Trisnohadi, H. 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta : FKUI

2. Sudoyo W Aru., dkk., 2006, Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit

Dalam FKUI, Jakarta.

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005, Indonesia Capai Kemajuan Dalam

Penanggulangan penyakit TBC, Jakarta.

4. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Ika W, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran.

Jakarta: Media Aesculapius, 2008, hal 472-76.

5. Mardjono M. Farmakologi dan terapi.Edisi kelima. Gunawan SG,et all,editor.Jakarta:

Fakultas kedokteran universitas Indonesia; 2008.

6. Armen Muchtar. Farmakologi Obat Anti tuberkulosis (OAT) Sekunder. JTI 2006; Vol.

3 No. 2, Hal. 24

18