JURNAL STUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA HINDU DI DESA...
Transcript of JURNAL STUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA HINDU DI DESA...
JURNAL
STUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA HINDU DI DESA WAJAK
KIDUL, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG
STUDI OF HINDU COMMUNITY IN WAJAK KIDUL VILLAGE,
BOYOLANGU DISTRICT, TULUNGAGUNG REGENCY
Oleh:
SELLA NOVITA PRAVITASARI
13.1.01.02.0009
Dibimbing oleh :
1. Drs. SIGIT WIDIATMOKO, M.Pd
2. Drs. YATMIN, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2017
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 1||
SURAT PERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Lengkap : Sella Novita Pravitasari
NPM : 13.1.01.02.0009
Telepun/HP : 085708086860
Alamat Surel (Email) : [email protected]
Judul Artikel : Studi tentang Komunitas Agama Hindu di Desa Wajak
Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung
Fakultas – Program Studi : Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Pendidikan Sejarah
NamaPerguruan Tinggi : UN PGRI KEDIRI
Alamat PerguruanTinggi : Jl. K.H. Achmad Dahlan No. 76. Mojoroto Kota Kediri
Dengan ini menyatakan bahwa:
a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis ) dan
bebas plagiarisme;
b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
ditemukan ketidak sesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain,
saya bersedia bertanggung jawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 2||
STUDI TENTANG KOMUNITAS AGAMA HINDU DI DESA WAJAK KIDUL, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG
Sella Novita Pravitasari
13.1.01.02.0009
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan– Prodi Pendidikan Sejarah
Drs. Sigit Widiatmoko , M.Pd dan Drs. Yatmin, M.Pd
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh ajaran agama Hindu Jawa yang berada di Desa
Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung yang berhasil
mempertahankan Agama Hindu di tengah-tengah agama lain yang jauh lebih banyak
penganutnya, karena mereka percaya harus mempertahankan Hindu Jawa yang merupakan
warisan dari leluhur mereka. Komunitas Agama Hindu di Desa Wajak Kidul ini memiliki
keunikan tersendiri karena berada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas beragama
Islam. Meskipun begitu aktivitas maupun kegiatan sehari-hari kamunitas ini tidak ubahnya
dengan masyarakat lain, saling menghormati dan menghargai agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana sejarah masuknya Agama Hindu
di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung? 2) Apa saja macam-
macam upacara keagamaan yang dilakukan oleh komunitas Agama Hindu di Desa Wajak
Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung? 3) Bagaimana pelaksanaan upacara
keagamaan yang dilakukan oleh komunitas Agama Hindu di Desa Wajak Kidul, Kecamatan
Boyolangu, Kabupaten Tulungagung? 4) Bagaimana bentuk-bentuk hubungan dan kerjasama
umat Hindu dengan umat lain?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan lokasi
penelitian di Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa
Timur. Sedangkan obyek penelitian ini adalah komunitas Agama Hindu yang berada di Desa
Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa komunitas agama Hindu di Desa
Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung sangat menjaga nilai-nilai
yang diajarkan oleh pedanda agama Hindu. Nilai yang dicerminkan oleh masyarakat yang
beragama Hindu di Desa Wajak Kidul adalah nilai kesederhanaan hidup, menghargai alam,
dan saling toleransi antar sesama umat beragama.
KATA KUNCI: komunitas, agama Hindu
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 3||
I. LATAR BELAKANG
Di dalam sejarah Indonesia
dikatakan bahwa mulai adanya pengaruh
Hindu di Indonesia kira-kira sejak abad ke-
4 Masehi. Hal ini didasarkan atas
penemuan-penemuan dari peninggalan
kerajaan kuno yang sudah menunjukkkan
sifat-sifat kehinduan.
Menurut Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kabupaten Tulungagung
(2007: 54), diketahui bahwa kerajaan
tertua di Indonesia adalah kerajaan Kutai,
Diketahui bahwa kerajaan tersebut
adalah kerajaan tertua di Indonesia,
yang dilihat dari bukti-bukti
peninggalannya, yang sampai
sekarang memang peninggalan
kerajaan Kutai adalah peninggalan
yang paling tua. Dari hasil
peninggalan tersebut dapat
disimpulkan bahwa faham Hindu
masuk ke Indonesia kurang lebih
abad ke-4 M.
Sejak itu Agama Hindu menyebar
di seluruh nusantara dan mencapai puncak
pengaruhnya di abad ke-14. Kerajaan yang
terakhir dan terbesar di antara kerajaan-
kerajaan Hindu Jawa adalah Kerajaan
Majapahit yang menyebarkan pengaruhnya
di seluruh kepulauan Nusantara.
Penyebar agama Hindu di
Indonesia adalah orang-orang India, baik
dari golongan Brahmana, Ksyatria,
Waisya. Ada beberapa teori tentang
bagaimana Hindu mencapai Nusantara.
Teori Waishya adalah bahwa perkawinan
terjadi antara pedagang Hindustan dan
penduduk asli Nusantara. Teori lain
(Kshatriya) berpendapat bahwa para
prajurit yang kalah perang dari Hindustan
menemukan tempat pelipur lara di
Nusantara. Ketiga, teori para Brahmana
mengambil sudut pandang yang lebih
tradisional, bahwa misionaris menyebarkan
agama Hindu ke pulau-pulau di Nusantara.
Dari abad ke-4 sampai abad ke-15
kerajaan Hindu bangkit dan jatuh di Jawa
yang antara lain adalah Kerajaan
Tarumanagara, Kerajaan Kalingga,
Kerajaan Medang, Kerajaan Kediri,
Kerajaan Sunda, Kerajaan Singhasari dan
Kerajaan Majapahit. Pada era ini dikenal
sebagai Era Klasik Jawa, dimana sastra,
seni dan arsitektur Hindu berkembang dan
menjadi masuk ke dalam budaya lokal
Nusantara di bawah perlindungan keraton
Hindu Jawa. Selama periode ini, banyak
kuil Hindu Jawa dibangun.
Di antara kerajaan-kerajaan Hindu
Jawa, yang paling dianggap penting adalah
Kerajaan Majapahit, yang merupakan
kerajaan terbesar dan kerajaan Hindu
terakhir yang mempengaruhi sejarah
Indonesia. Majapahit berpusat di Jawa
Timur, memerintah sebagian besar dari apa
yang sekarang merupakan Indonesia
modern. Sisa-sisa kerajaan Majapahit
bergeser ke Bali pada abad ke-16 setelah
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 4||
diserang oleh negara-negara Islam di
wilayah pesisir Jawa.
Hindu Jawa telah memiliki dampak
yang signifikan dan meninggalkan jejak
yang jelas dalam seni dan budaya suku
Jawa. Pertunjukan wayang serta tarian
Wayang Wong dan tarian klasik Jawa
lainnya yang berasal dari epos Hindu
Ramayana dan Mahabharata. Meskipun
mayoritas orang Jawa sekarang
mengidentifikasikan diri sebagai Muslim,
bentuk seni Hindu Jawa tersebut masih
bertahan. Hindu Jawa telah bertahan dalam
berbagai tingkat dan bentuk di Jawa, dalam
beberapa tahun terakhir, perpindahan ke
agama Hindu telah meningkat, terutama di
daerah yang mengelilingi sebuah situs
besar agama Hindu Jawa, seperti wilayah
Klaten di dekat Candi Prambanan.
Kelompok etnis suku adat tertentu, seperti
suku Tengger dan suku Osing, juga terkait
dengan tradisi keagamaan Hindu Jawa.
Seputar tahun l967 eksistensi
agama Hindu di Jawa mulai nampak ada.
Pemeluknya adalah orang-orang Jawa,
yang umumnya berasal dari kalangan
petani di pedesaan. Ada sedikit pegawai
negeri dan swasta, tetapi jumlahnya tidak
banyak. Mereka menghindukan diri lewat
“penyudiwadanian masal” oleh para
pedanda Bali, yang pelaksanaannya diatur
oleh Majelis Tertinggi Agama Hindu,
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Sejak saat itu Parisada menjadi payung
sekaligus pelayan umat Hindu di Jawa.
Wajar bila para pengurus Parisada tingkat
propinsi dan kabupaten umumnya berasal
dari Bali, sebab orang Jawa masih dalam
tingkat belajar dan minim pengetahuan
tentang organisasi keagamaan. Meski para
pengurus terdiri dari berbagai kalangan
profesi dan kebanyakan bukan agamawan,
bahkan “trisandhya” pun masih sama-sama
belajar, namun umumnya mempunyai
dedikasi yang amat tinggi karena merasa
terpanggil untuk mengabdi, sesuai amanat
leluhur. Umumnya semua yakin bahwa
suatu saat Hindu akan kembali.
Ajaran Hindu Wisnu yang berada
di Desa Wajak Kidul, Kecamatan
Boyolangu, Kabupaten Tulungagung telah
berhasil mempertahankan Agama Hindu di
tengah-tengah agama lain yang jauh lebih
banyak penganutnya dan mereka percaya
harus mempertahankan Agama Hindu
Wisnu (Waisnawa) yang merupakan
warisan dari leluhur mereka. Komunitas
agama Hindu di desa Wajak Kidul ini
memiliki keunikan tersendiri karena berada
ditengah-tengah masyarakat yang
mayoritas beragama Islam. Meskipun
begitu aktivitas maupun kegiatan sehari-
hari komunitas ini tidak ubahnya dengan
masyarakat lain, saling menghormati dan
menghargai agama dan kepercayaannya
masing-masing.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 5||
Dari latar belakang tersebut di atas
maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang komunitas agama Hindu
di Desa Wajak Kidul Kecamatan
Boyolangu Kabupaten Tulungagung.
II. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif karena dalam
penelitian ini data yang dihasilkan berupa
data deskriptif yang diperoleh dari data-
data berupa tulisan, dan dokumen yang
berasal dari sumber atau informan yang
diteliti dapat dipercaya.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2007:4) sebagaimana
yang dikutip oleh Lexy J.
Moleongdalam bukunya yang
berjudul Metodologi Penelitian
Kualitatif, mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis
lisan dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat dijelaskan bawah metode kulitatif
digunakan karena beberapa pertimbangan,
pertama menyesuaikan metedo kulitatif
lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda, kedua metode ini
menyajikan secara langsung hakekat
hubungan antara penelitian dan responden,
ketiga metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan
penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi saat ini.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
yang besifat kualitatif. Penelitian yang
digunakan yaitu penelitian kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif
adalah berupa penelitian dengan metode
atau pendekatan studi kasus (case study)
agar dapat menangkap fenomena-
fenomena yang ada di lapangan kemudian
dikaji lebih mendalam lagi. Realitas yang
ada di lapangan (perkembangan agama
Hindu).
Menurut Nawawi (2003: 1)
mengemukakan bahwa,
Penelitian ini memusatkan diri
secara intensif pada satu obyek
tertentu yang mempelajarinya
sebagai suatu kasus. Data studi
kasus dapat diperoleh dari semua
pihak yang bersangkutan, dengan
kata lain dalam studi ini
dikumpulkan dari berbagai sumber.
Penelitian studi kasus akan kurang
kedalamannya bilamana hanya dipusatkan
pada fase tertentu saja atau salah satu
aspek tertentu sebelum memperoleh
gambaran umum tentang kasus tersebut.
Sebaliknya studi kasus akan kehilangan
artinya kalau hanya ditujukan sekedar
untuk memperoleh gambaran umum
namun tanpa menemukan sesuatu atau
beberapa aspek khusus yang perlu
dipelajari secara intensif dan mendalam.
Studi kasus yang baik harus dilakukan
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 6||
secara langsung dalam kehidupan
sebenarnya dari kasus yang diselidiki.
Studi kasus lebih banyak berkutat
pada atau berupaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan how (bagaimana), why
(mengapa), serta pada tingkatan tertentu
juga menjawab pertanyaan-pertanyaan
what (apa/apakah), dalam kajian
penelitian. Penelitian ini dimaksudkan
menggambarkan tentang perkembangan
agama Hindu di desa Wajak Kidul,
Kecamatan Boyolangu, Kabupaten
Tulungagung.
III. HASIL DAN KESIMPULAN
Hasil
Letak Geografis
Penelitian ini mengambil lokasi di
Desa Wajak Kidul, Kecamatan Boyolangu,
Kabupaten Tulungagung. Desa Wajak
Kidul merupakan salah satu desa di
Kecamatan Boyolangu. Menurut data
monografi desa Wajak Kidul (Mei 2017)
diketahui bahwa, desa ini memiliki 3
dusun yaitu dusun Wajak, Dusun Mojo dan
dusun Tenggong. Desa Wajak Kidul
sendiri terbagi menjadi 6 RW dan 12 RT,
serta disetiap dusun terdiri 2 RW dan 4
RT. Desa Wajak Kidul berbatasan
langsung di sebelah Utara dengan Desa
Wajak Lor, Kecamatan Boyolangu,
sebelah Selatan berbatasan langsung
dengan area hutan perhutani KPH Blitar,
sebelah Timur berbatasan langsung dengan
Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol
dan di sebelah Barat berbatasan langsung
dengan desa Sanggrahan, Kecamatan
Boyolangu (sumber data monografi desa
Mei 2017). Luas wilayah keseluruhan Desa
Wajak Kidul mempunyai luas wilayah
147,6 hektar” ( data monografi desa Wajak
Kidul Mei 2017 ). Pada dasarnya
penduduk desa Wajak Kidul adalah 3088
orang dengan prosentase laki-laki sebesar
1537 orang dan perempuan 1551 orang
dengan jumlah kepala keluarga 995 kepala
keluarga.
1. Masuknya Agama Hindu di Desa
Wajak Kidul
Agama Hindu masuk ke desa
Wajak Kidul secara turun-temurun. Para
pendahulu masyarakat Hindu di Desa
Wajak Kidul berasal dari Bali yang
merupakan pusat agama Hindu yang ada di
Indonesia. Hindu Bali ini berbeda dengan
Hindu yang berasal dari Nepal dan India,
perbedaannya berada pada sistem kalender
atau penanggalan yang memiliki sistem
kalender sendiri.
2. Macam-macam Upacara Keagamaan
yang dilakukan oleh komunitas
Agama Hindu di Desa Wajak Kidul
Pada umat Hindu sembahyang
dilakukan tiga kali dalam sehari sering
disebut dengan Trisandye. Pelaksanaan
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 7||
persembahyangan umat Hindu dilakukan
pada saat matahari terbit, matahari tepat
diatas kepala kita, dan pada saat matahari
tenggelam. Trisandye (persembahyangan
tiga kali sehari) wajib dilakukan oleh
seluruh umat Hindu yang ada di dunia.
Ritual keagamaan umat Hindu di
desa Wajak Kidul hanya berdasarkan hari-
hari penting dalam kalender umat Hindu,
seperti “Upacara keagamaan yang
dilakukan di Pura Jagad Tulung Urip ini
antara lain adalah upacara hari raya Nyepi,
upacara hari raya Galungan, upacara hari
raya Kuningan, upacara saat Dharma Santi
dan juga upacara pada saat terjadinya
Purnama setiap tanggal 14 dan 15 setiap
bulan.” Upacara keagamaan Nyepi sendiri
dilakukan 1 hari mulai jam 3 pagi sampai
kembali jam 3 pagi lagi melakukan Catur
Brata Penyepian).
3. Pelaksanaan Upacara Keagamaan
yang dilakukan oleh komunitas
Agama Hindu di Desa Wajak Kidul
a. Pelaksanaan Upacara Keagamaan
Nyepi
Setelah melakukan catur brata
penyepian kemudian melakukan Perayaan
Nyepi terdiri dari beberapa rangkaian
upacara diantaranya melasti dan tawur
kesanga.
1) Melasti
Melasti berasal dari kata Mala
artinya kotoran atau leteh, dan Asti artinya
membuang atau memusnahkan. “Melasti
merupakan rangkaian upacara Nyepi yang
bertujuan untuk membersihkan segala
kotoran badan dan pikiran (buana alit), dan
juga alat upacara (buana agung) serta
memohon air suci kehidupan (tirta
amertha) bagi kesejahteraan manusia.
2) Tawur Agung atau Tawur Kesanga
Tawur Agung atau Tawur Kesanga
atau Pengerupukan dilaksanakan sehari
menjelang Nyepi yang jatuh tepat pada
Tilem Sasih Sesanga. Pecaruan atau Tawur
dilaksanakan di catuspata pada waktu tepat
tengah hari. Filosofi Tawur adalah sebagai
berikut tawur artinya membayar atau
mengembalikan.
b. Pelaksanaan Upacara Keagamaan
Galungan dan Kuningan
Dalam upacara Galungan sendiri
terdapat rangkaian acara yang biasanya
dilakukan sebelum dan sesudah upacara
Galungan. Upacara Galungan sendiri
biasanya dicampur dengan upacara hari
raya Kuningan.
Rangkaian acara tersebut antara
lain Tumpek Wariga, Sugihan Jawa,
Sugihan Bali, Hari Penyekeban, Hari
Penyajan, Hari Penampahan, Hari Raya
Galungan, Hari Umanis Galungan, Hari
Pemaridan Guru, Ulihan, Hari Pemacekan
Agung, Hari Kuningan, dan Hari Pegat
Wakan.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 8||
Rangkaian upacara Galungan
sendiri cukup banyak karena upacara
Galungan sendiri merupakan upacara yang
sakral setelah hari raya Nyepi.
c. Pelaksanaan upacara Dharma
Santi
Dharma santi dijelaskan sebagai
salah satu bagian dari ajaran agama Hindu
sebagai bagian dari aktualisasi ajaran
Weda. Kegiatan ini diwujudkan dengan
menjalin kebersamaan antar umat Hindu
dalam bentuk dharma wecana, diskusi
maupun saling mengunjungi.
d. Pelaksanaan Upacara Keagamaan
Purnama dan Tilem
Bila pada hari Purnama atau Tilem
umat manusia menyucikan dirinya lahir
dan batin, serta menghaturkan upakara
yadnya dan persembahyangan kehadapan
Hyang Widhi, nilai satu aturan (bhakti)
yang dipersembahkan itu akan mendapat
imbalan anugrah sempurna dari Hyang
Widhi.
4. Bentuk-bentuk Hubungan dan
Kerjasama antar Umat Beragama
Pola interaksi sosial sebagian besar
terjadi pada beberapa aspek, seperti gotong
royong, bersih desa, menjaga keamanan
desa, suka-duka kematian, dan
perkawinan. Hal ini sebagai pola umum
yang biasa dilakukan pada komunitas
majemuk.
Agama Hindu di desa ini sudah
melakukan pola interaksi sosial, kalau
umat Hindu sembahyang ke pura, umat
Islam sembahyang ke Langgar atau
Masjid. Kalau ada gotong royong bersih
desa, umat Hindu ikut juga dengan umat
Islam. Dalam keamanan desa, sama-sama
menjaga agar tetap aman.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian,
analisa dan interpretasi data yang
penulis paparkan dalam kajian “
Komunitas agama Hindu di Desa Wajak
Kidul Kecamatan Boyolangu Kabupaten
Tulungagung” dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Agama Hindu masuk ke desa Wajak
Kidul secara turun-temurun. Para
pendahulu masyarakat Hindu di Desa
Wajak Kidul berasal dari Bali yang
merupakan pusat agama Hindu yang
ada di Indonesia.
2. Upacara keagamaan yang dilakukan
di Pura Jagad Tulung Urip ini antara
lain adalah upacara hari raya Nyepi,
upacara hari raya Galungan, upacara
hari raya Kuningan, upacara saat
Dharma Santi dan juga upacara pada
saat terjadinya Purnama setiap
tanggal 14 dan 15 setiap bulan.
3. Upacara keagamaan Nyepi sendiri
dilakukan 1 hari mulai jam 3 pagi
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 9||
sampai kembali jam 3 pagi lagi
melakukan Catur Brata Penyepian).
Dimana pada saat hari raya Nyepi
masyarakat Hindu di Desa Wajak
Kidul melaksanakan Catur Brata
Penyepian yaitu empat pantangan
yang harus dijalankan saat
melaksanakan hari raya Nyepi.
Selain upacara hari raya Nyepi
terdapat juga Upacara Galungan,
Hari Raya Galungan adalah hari
kemenangan dharma melawan
adharma. Di setiap agama ada hari-
hari kemenangan seperti ini. Dan
khusus di Hindu, hari kemenangan
bisa ditentukan sendiri oleh budaya
lokal di mana Hindu itu masuk. Hari
Suci Kuningan dirayakan umat
dengan cara memasang tamiang,
kolem, dan endong. Tamiang adalah
simbol senjata Dewa Wisnu karena
menyerupai Cakra, Kolem adalah
simbol senjata Dewa Mahadewa,
sedangkan Endong tersebut adalah
simbol kantong perbekalan yang
dipakai oleh Para Dewata dan
Leluhur kita saat berperang melawan
adharma. Tamiang kolem dipasang
pada semua palinggih, bale, dan
pelangkiran, sedangkan endong
dipasang hanya pada palinggih dan
pelangkiran.Setelah upacara
Galungan dan Kuningan biasanya
umat Hindu melakukan Dharma
Santi jika menurut agama Islam di
sebut dengan Halal Bi Halal.
Seluruh umat Hindu berkumpul dan
saling berjabat tangan untuk
memaafkan atau kembali kosong
(nol). Satu lagi upacara yang selalu
dilakukan berdasarkan wuku atau 15
hari sekali adalah upacara Purnama
dan Tilem. Purnama dan Tilem ini
biasanya hanya dihadiri oleh
sebagian kecil umat Hindu yang ada
di desa tersebut. Kata Purnama
berasal dari kata “purna” yang
artinya sempurna. Purnama dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia
berarti bulan yang bundar atau
sempurna (tanggal 14 dan 15
Kamariah), sedangkan Tilem artinya
bulan mati atau gelap. Purnama dan
Tilem adalah hari suci bagi umat
Hindu, dirayakan untuk memohon
berkah dan karunia dari Hyang
Widhi.
4. Pola interaksi sosial sebagian besar
terjadi pada beberapa aspek, seperti
gotong royong, bersih desa, menjaga
keamanan desa, suka-duka kematian,
dan perkawinan.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 10||
IV. DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soedjipto. 2014. Babad Tanah
Jawi ( Rusdianto, Ed.). Yogyakarta:
Laksana.
Al Anshori, M. Junaedi. 2010. Sejarah
Nasional Indonesia Masa
Prasejarah sampai Masa
Proklamasi Kemerdekaan (Leni A.,
Ed.). Jakarta:PT. Mitra Aksara
Panaitan.
Alfian, Magdalia, dkk,. 2006. Sejarah
untuk SMA dan MA Kelas XI IPS.
Jakarta: Erlangga.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Awanita, I Made. 1992. Materi Pokok,
Sila, dan Etika Hindu. Jakarta:
Dirjen Bimas Hindu dan Buddha
dan Universitas Terbuka.
Bondan, Agus. 20 Maret 2015. Jelang
Nyepi, Umat Hindu Tulungagung
Bersihkan Pura. Pojok Pitu.
Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian
Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial.
Jakarta: Kencana Prenama Media
Group.
Disbudpar. 2007. Tulungagung dalam
Rangkaian Sejarah Indonesia dan
Babad. Tulungagung: Disbudpar.
Hasan, Misbahudin Iqbal. 2013. Analisis
Data Penelitian Dengan Statistik.
Jakarta:Bumi Aksara.
Jannah, Siti Raudhatul. 2012. Kegalauan
Identitas: Dilema Hubungan
Muslimin dan Hindu di Bali. Jurnal
Penelitian, 16 (2): 4
Kertajaya, Hermawan.2008. Arti
Komunitas. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kusuma, S.T. 1987. Psiko Diagnostik.
Yogyakarta : SGPLB Negeri
Yogyakarta
Lestawi, I Nengah. 2012. Pola Interaksi
Komunitas Hindu-Islam: Studi
Kasus Kerukunan Antar Umat
Beragama di Dusun Batu Gambir,
Desa Pakraman Julah, Kecamatan
Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Denpasar: Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar.
Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Moloeng, Lexy J. 2001. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moloeng, Lexy J. 2006. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Moloeng, Lexy J. 2007. Metodologi
Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Munandar, Agus Aris.2009. Sejarah
Kebudayaan Indonesia Religi dan
Falsafah. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Nasrudin, Muh, dkk. 2008. Mari Belajar
IPS VII. Jakarta:Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Nawawi. 2003. Metode Penelitian Bidang
Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada.
Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang
Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sella Novita Pravitasari | 13.1.01.02.0009 FKIP – Sejarah
simki.unpkediri.ac.id || 11||
Nazir, Mohammad. 1988. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Pusponegoro, Marwati Djoened dan
Nugroho Notosusanto. 2010.
Sejarah Nasional Indonesia III.
Jakarta: Balai pustaka.
Raras, Niken Tambang. 2004. Purnama
Tilem Rahasia Kasih Rwa Bhineda.
Surabaya: Paramita.
Sjamsuddin, Helius. 1996. Metodologi
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu
Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soenarno. 2002. Kekuatan Komunitas
sebagai Pilar Pembangunan
Nasional. Jakarta.
Su’ud, Abu. 2006. Asia Selatan.
Semarang: UNNES Press.
Sudirman, Adi. 2014. Sejarah Lengkap
Indonesia (Rusdianto, Ed.).
Yogyakarta: Diva Press.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D
(edisi Revisi). Bandung: Alfabeta.
Suhartono, Pranoto W. 2009. Teori &
Metodologi Sejarah. Jakarta: Graha
Ilmu.
Sutopo, H.B.. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Swarbodhi, Harsa. 1980. Upamana-
praman Buddha Dharma dan
Hindu Dharma Analogi falsafat-
Etika-Puja Buddha Dharma dan
Hindu Dharma. Medan: Yayasan
Perguruan”Budaya” & L.B.C.
Syaodih, Sukmadinata Nana. 2007. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Wiana, Ketut. 1990. Yadnya dan Bhakti.
Denpasar :Pustaka Manikgeni.
Widia, I Gusti Made. 1993. Dewa-dewa
Hindu dan Awatara-awataranya.
Denpasar:Upada Sastra.
Windya, Ida Made. Bukti Hindu
Berkembang di Jawa Timur. Bimas
Hindu Jawa Timur.
www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.g
o.id . 2016. Potensi desa dan
kelurahan Wajak Kidul.
www.prodeskel.binapemdes.kemendagri.g
o.id. 2016. Tingkat perkembangan
desa dan Kelurahan Wajak Kidul.
Simki-Pedagogia Vol. 01 No. 06 Tahun 2017 ISSN : AAAA-AAAA