[Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

7
1 STUDI POTENSI SALURAN IRIGASI CIPAGANTI DAN CIBARANI BANDUNG SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRI TENAGA MICRO-HYDRO Setya Perwira Putra / 13204165 Program Studi Teknik Elektro Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung [email protected] ABSTRAK Tugas akhir ini berfokus pada studi tentang daya yang mampu dihasilkan oleh sebuah area tertentu yaitu saluran irigasi Cipaganti dan Cibarani di jalan cihampelas Bandung apabila disana dibangun sebuah proyek micro-hydro. Area tersebut memiliki ketinggian sekitar 30 m dengan air yang mengalir terus-menerus sepanjang tahun. Survey dilakukan untuk menentukan head yang tersedia, debit aliran air, dan lokasi kemungkinan turbin. Hasil studi menyatakan bahwa dengan pembangunan micro- hydro di area tersebut dapat menghasilkan daya keluaran hingga sebesar 87 kW dengan mempergunakan turbin francis. Ide baru yang diusung pada tugas akhir ini adalah pengaturan aliran air dan penggabungan beberapa saluran air untuk disatukan pada saluran tempat micro- hydro dibangun sehingga dapat menghasilkan daya listrik keluaran lebih besar. Dengan menerapakan metode tersebut maka pembangkit micro-hydro tersebut mampu menghasilkan tambahan daya sebesar 210 kW, sehingga total potensi daya yang dapat dibangkitkan mencapai sekitar 300 kW I. PENDAHULUAN Sampai pada saat ini bahan bakar fosil masih merupakan sumber energi yang utama dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di dalam negeri. Menyadari ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan bakar fosil tersebut, maka sejak beberapa waktu yang lalu telah dilakukan upaya untuk menekan pertumbuhan penggunaanya dengan memanfaatkan energi alternatif lainnya. Berbagai pilihan energi alternatif pengganti telah banyak ditawarkan oleh berbagai pihak yang tentu saja dengan segala keuntungan, hambatan dan konsekuensinya seperti misalnya tenaga surya, tenaga air, tenaga angin sampai tenaga nuklir. Meninjau dari segi 3 aspek tersebut ( keuntungan, hambatan dan konsekuensi ) salah satu alternatif yang sangat menarik adalah pembangkit listrik tenaga air yang mana Indonesia memiliki potensi yang sangat besar diperkirakan mencapai 75.000 MW [4], hambatan teknis cukup minim, serta relatif lebih bersih dan ramah lingkungan. Bandung sebagai sebuah daerah yang memiliki topografi berbukit-bukit sehingga banyak sekali sungai di kota bandung yang berpotensi untuk digunakan sebagai site pembangkit listrik tenaga air khususnya pembangkit micro-hydro, namun hingga saat ini masih belum ada pemanfaatan yang optimal terhadap sumber energi terbarukan tersebut. Oleh karena itu penulis hendak menyusun sebuah penelitian mengenai potensi sumber daya air Bandung sebagai pembangkit listrik tenaga micro-hydro dengan studi kasus di saluran Cipaganti dan Cibarani sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak-pihak terkait untuk memanfaatkan energi terbarukan yang selama ini terbuang secara sia-sia II. TEORI DASAR II.1 Konversi energi Pembangkit listrik tenaga micro-hydro mengkonversi tenaga air menjadi tenaga listrik, mula-mula potensi tenaga air ( direpresentasikan dengan head dan debit ) dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam turbin air yang kemudian turbin air tersebut memutar generator sehingga mampu dihasilkan tenaga elektrik. Gambar 2.1.1 menggambarkan secara skematis bagaimana potensi tenaga air, yaitu sejumlah air yang terletak pada ketinggian tertentu diubah menjadi tenaga mekanik dalam turbin air. Gambar 2.1.1 skema konversi energi

description

Potensi Saluran Irigasi

Transcript of [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

Page 1: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

1

STUDI POTENSI SALURAN IRIGASI

CIPAGANTI DAN CIBARANI BANDUNG

SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRI TENAGA MICRO-HYDRO

Setya Perwira Putra / 13204165 Program Studi Teknik Elektro

Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung [email protected]

ABSTRAK Tugas akhir ini berfokus pada studi tentang daya yang mampu dihasilkan oleh sebuah area tertentu yaitu saluran irigasi Cipaganti dan Cibarani di jalan cihampelas Bandung apabila disana dibangun sebuah proyek micro-hydro. Area tersebut memiliki ketinggian sekitar 30 m dengan air yang mengalir terus-menerus sepanjang tahun. Survey dilakukan untuk menentukan head yang tersedia, debit aliran air, dan lokasi kemungkinan turbin. Hasil studi menyatakan bahwa dengan pembangunan micro-hydro di area tersebut dapat menghasilkan daya keluaran hingga sebesar 87 kW dengan mempergunakan turbin francis. Ide baru yang diusung pada tugas akhir ini adalah pengaturan aliran air dan penggabungan beberapa saluran air untuk disatukan pada saluran tempat micro-hydro dibangun sehingga dapat menghasilkan daya listrik keluaran lebih besar. Dengan menerapakan metode tersebut maka pembangkit micro-hydro tersebut mampu menghasilkan tambahan daya sebesar 210 kW, sehingga total potensi daya yang dapat dibangkitkan mencapai sekitar 300 kW I. PENDAHULUAN

Sampai pada saat ini bahan bakar fosil masih merupakan sumber energi yang utama dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di dalam negeri. Menyadari ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan bakar fosil tersebut, maka sejak beberapa waktu yang lalu telah dilakukan upaya untuk menekan pertumbuhan penggunaanya dengan memanfaatkan energi alternatif lainnya. Berbagai pilihan energi alternatif pengganti telah banyak ditawarkan oleh berbagai pihak yang tentu saja dengan segala keuntungan, hambatan dan konsekuensinya seperti misalnya tenaga surya, tenaga air, tenaga angin sampai tenaga nuklir. Meninjau dari segi 3 aspek tersebut ( keuntungan, hambatan dan konsekuensi ) salah satu alternatif yang sangat menarik adalah pembangkit listrik tenaga air yang mana Indonesia memiliki potensi yang sangat besar diperkirakan mencapai 75.000

MW [4], hambatan teknis cukup minim, serta relatif lebih bersih dan ramah lingkungan. Bandung sebagai sebuah daerah yang memiliki topografi berbukit-bukit sehingga banyak sekali sungai di kota bandung yang berpotensi untuk digunakan sebagai site pembangkit listrik tenaga air khususnya pembangkit micro-hydro, namun hingga saat ini masih belum ada pemanfaatan yang optimal terhadap sumber energi terbarukan tersebut. Oleh karena itu penulis hendak menyusun sebuah penelitian mengenai potensi sumber daya air Bandung sebagai pembangkit listrik tenaga micro-hydro dengan studi kasus di saluran Cipaganti dan Cibarani sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan pihak-pihak terkait untuk memanfaatkan energi terbarukan yang selama ini terbuang secara sia-sia

II. TEORI DASAR II.1 Konversi energi

Pembangkit listrik tenaga micro-hydro mengkonversi tenaga air menjadi tenaga listrik, mula-mula potensi tenaga air ( direpresentasikan dengan head dan debit ) dikonversikan menjadi tenaga mekanik dalam turbin air yang kemudian turbin air tersebut memutar generator sehingga mampu dihasilkan tenaga elektrik. Gambar 2.1.1 menggambarkan secara skematis bagaimana potensi tenaga air, yaitu sejumlah air yang terletak pada ketinggian tertentu diubah menjadi tenaga mekanik dalam turbin air.

Gambar 2.1.1 skema konversi energi

Page 2: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

2

Tidak seluruh potensi energi air mampu diubah menjadi energi listrik, namun ada sebagian energi air hilang akibat adanya gesekan, pemanasan, noise dan lain-lain. Perbedaan ketinggian antara dam di bagian atas dengan ketinggian air di bagian bawah tempat perputaran turbin disebut sebagai head atau ketinggian jatuh air. Persamaan umum konversi energi adalah : Daya keluaran = Potensi daya x efisiensi = ( )H Q gρ η W Dengan : ρ = massa jenis air [ kg/m3 ] H = head ( ketinggian jatuh air ) [meter] Q = debit air [ m3/s ] g = percepatan gravitasi bumi [ m/s2 ] η = efisiensi total efisiensi sistem ( turbin, generator, dan pekerjaan sipil ) II.2 Type Sistem Pembangkit Micro-hydro

Run-off river Type pembangkit tenaga air yang pertama kali diperkenalkan adalah run-off river. Pada sistem ini tidak terdapat tempat untuk menampung air terlebih dahulu sebelum melalui turbin artinya air akan langsung melalui saluran atau pipa kemudian digunakan memutar turbin, dengan sistem ini aliran air pada sungai tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pembangkit. Sehingga saat saluran atau sungai tersebut memiliki aliran air yang rendah maka pembangkit dapat memiliki pembangkitan yang rendah bahkan bisa tidak dapat memproduksi listrik.

Keuntungan menggunakan sistem tersebut adalah biaya yang diperlukan untuk pembangunan dan dampak terhadap lingkungan akan lebih minim, namun sistem ini pun memiliki kekurangan yaitu aliran air yang melaui turbin kurang dapat dikontrol karena dipengaruhi langsung oleh aliran sungai tersebut.

Resevoir and Dam Based Pada sistem ini pembangkit memiliki kolam

tando atau reservoir sebagai tempat penampungan dan penimbunan. Selanjutnya air dari kolam tando tersebut dialirkan ke bagian saluran pembangkit untuk kemudian digunakan memutar turbin. Dengan adanya kolam tando maka pada saat musim penghujan dimana debit air melimpah maka air ditampung dalam kolam tando dan pada saat musim kemarau dimana debit air berkurang, maka kekurangan air ini dapat diatasi dengan mengalirkan air dari timbunan di kolam tando

II.3 Bagian Utama Pembangkit Micro-hydro Turbin Turbin mengkonversikan energi dari sejumlah air yang jatuh menjadi energi mekanik pada putaran shaft turbin yang nantinya shaft tersebut akan memutar generator. Pemilihan turbin

pada suatu pembangkit didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain head dari site yang bersangkutan, daya yang hendak dibangkitkan, variasi debit air yang mengalir, serta kecepatan putaran turbin yang diinginkan untuk memutar generator

Turbin air secara umum dapat dibagai menjadi dua kategori yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Turbin impuls mengkonversi energi kinetik dari aliran air menjadi gerakan turbin melalui tumbukan antara air dengan sudu gerak turbin. Pada turbin impuls perbedaan tekanan air hanya terdapat pada sudu tetap turbin. Sedangkan pada turbin reaksi konversi energi tidak hanya dengan energi kinetik dari kecepatan air saat menumbuk sudu turbin namun terjadi pula tambahan energi kinetik akibat adanya perbedaan tekanan pada sudu bergerak turbin sehingga kecepatan turbin akan relatif lebih tinggi dengan menggunakan turbin reaksi pada site dan debit yang sama dibandingkan dengan menggunakan turbin impuls

high head

medium head

low head

impulse turbines

Pelton Turgo

cross-flow multi-jet Pelton Turgo

cross-flow

reaction turbines

Francis propeller Kaplan

Tabel 2.3.1 Pengelompokan Turbin Sumber : Manual book on Micro-hydro Development

Klasifikasi HEAD

Head rendah/ Low Head 3-20 meter

Head sedang / Medium Head 20 – 60 meter

Head tinggi / High Head >60 meter Tabel 2.3.2 Klasifikasi Head [Varshney, 2001].

contoh turbin air kategori impuls :

Crossflow Salah satu jenis turbin impuls ini juga dikenal dengan nama Turbin Michell-Banki yang merupakan penemunya.Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/sec hingga 10 m3/sec.Turbin crossflow menggunakan nozle persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya (lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan turbin. Runner turbin dibuat dari

Page 3: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

3

beberapa sudu yang dipasang pada sepasang piringan paralel.

Contoh turbin air kategori reaksi : Francis Turbin dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pada turbin Francis dapat merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur merupakan pilihan yang tepat.

Generator Generator merupakan alat untuk mengubah

daya poros turbin menjadi energi listrik. Pada mikrohidro umumnya digunakan generator sinkron dan generator induksi sebagai generator.

Prinsip kerja generator sinkron secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Arus DC (arus searah) yang mengalir pada kumparan rotor (bagian dari generator yang tidak berputar) akan menciptakan medan magnetic homogen, apabila rotor yang dihubungkan dengan as generator tersebut dihubungkan dengan kecepatan konstan, maka pada putaran stator akan membangkitkan tegangan induksi (tegangan bolak-balik). II.4 Survey Lokasi

Survey lokasi pada site area memiliki beberapa tujuan antara lain:

Mengidentifikasi kemungkinan site untuk dibangun menjadi area pembangkit micro-hydro

Menentukan dan mengukur debit aliran air Mengukur head yang tersedia dari site

Lokasi tempat pembangkit dipilih pada area

yang memiliki potensi head tersedia yang paling besar, sehingga potensi daya yang mampu dibangkitkan pun semakin besar. Untuk mengetahui secara umum lokasi yang tepat sebagai tempat pembangkit dapat menggunakan peta topografi. Terdapat beberapa metode yang sederhana untuk memprediksi debit yaitu dengan metode yaitu dengan metode salt-gulp dan float method. Salt gulp method

Metode ini cukup sederhana dan memiliki nilai akurasi yang cukup baik khususnya untuk area sungai yang lebar dan memiliki bentuk tidak beraturan. Secara umum metode ini dilakukan dengan cara melarutkan sejumlah garam ke dalam satu timba air yang kemudian larutan garam ini dibuang ke sungai dan pada jarak tertentu di sungai bagian bawah diukur nilai konduktivitas air sungai dengan konduktivitas meter, pada prinsipnya saat larutan garam dibuang ke sungai ia akan melarut dan menyebar ke air sungai. Saat aliran air deras maka konduktivitas meter akan menunjukkan nilai

rendah dan sebaliknya saat aliran air lambat maka konduktivitas meter akan menunjukkan angka tinggi.

Gambar 2.4.1 Berbagai grafik konduktivitas ( sumbu y ) - waktu

(sumbu x) The Float Method Metode ini dapat digunakan apabila aliran

air cenderung lurus, tidak beriak atau bergelombang dan tidak banyak halangan pada saluran air, dengan menggunakan sebuah benda yang dapat melayang di dalam aliran air dan mengalir bersama aliran air. Biasanya digunakan bola kecil yang mampu melayang di air yang digunakan kemudian bola ini dialirkan pada aliran air sepanjang lintasan tertentu minimal 5 meter [1]dan kemudian dicatat waktu tempuh bola kecil sepanjang lintasan tersebut yang kemudian hal ini dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan nilai kecepatan rata-rata aliran air. Kecepatan rata-rata aliran air tersebut kemudian dikoreksi dengan mengalikannya dengan factor koreksi tertentu sesuai dengan kondisi yang ada pada aliran sungai

Kondisi Sungai / Saluran Faktor Koreksi

Sungai besar, lurus, lambat dan tidak banyak halangan 0,75 Saluran bersemen, lurus, dan bentuknya teratur 0,85 Saluran bersemen, dangkal, lurus dan berbentuk teratur 0,8 Sungai kecil, lurus dan tidak banyak halangan 0,65 Sungai dangkal dan bergelombang 0,45 Sangat dangkal dan bergelombang 0,25

Tabel 2.4.1 faktor koreksi float method Sumber : Manual book on Micro-hydro Development

Luas area yang dilalui oleh aliran air diukur

dengan cara mengukur sisi-sisi aliran air dan kedalaman rata-rata saluran dan kemudian dihitung luasnya. Setelah didapatkan luas area yang dilalui oleh sungai maka debit aliran air dapat dengan mudah dihitung dengan mengalikan kecepatan rata-rata yang telah dikoreksi oleh factor koreksi dengan luas area yang dilalui oleh aliran air secara cross-section.

Page 4: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

4

VQ xFxA= ( m3/s ) Q : debit aliran air dalam m3/s V : kecepatan aliran sungai rata-rata dalam m/s F : faktor koreksi sesuai kondisi saluran/sungai A : luas rata-rata yang dilalui aliran air secara cross-section dalam m2

Gambaran umum head dapat diperoleh

dengan mengamati peta topografi area yang bersangkutan. Hal ini akan merepresentasikan gambaran secara ringkas mengenai ketinggian dan elevasi area, namun untuk penentuan head secara lebih lanjut perlu dilakukan secara langsung.

Untuk head rendah hingga menengah metode water-filled-tube and rods dapat digunakan sebab cukup handal dan relative mudah serta murah. Pada prinsipnya metode ini mengaplikasikan sifat air yang selalu berada pada posisi mendatar. Diperlukan minimal dua orang untuk melakukan pengukuran dengan metode ini, satu orang untuk berada di sisi atas dan orang yang lain pergi ke sisi bawah untuk mengukur beda ketinggian antara tanah yang dia pijaki dengan tanah yang berada pada posisi atas.

Prosedur yang dilakukan adalah orang pertama turun sambil membawa tongkat pengukur dan selang yang berisi air bersamaan orang kedua meratakan posisi air di selang yang dia bawa pada jarak tertentu dengan tanah yang dia injak. Kemudian orang pertama yang turun tersebut mengamati beda ketinggian antara air di selang dan tanah yang dia injak dan lalu dicatat oleh orang kedua, setelah itu orang pertama tetap berdiri di tempat sedangkan orang kedua berganti turun menuju area dibawah orang kedua sambil membawa tongkat pengukur dan selang. Kemudian orang pertama meratakan air di selang yang dia bawa dengan jarak tertentu dengan tanah yang dia injak bersamaan orang kedua mencatat beda ketinggian antara air selang dengan tanah yang dia injak. Langkah-langkah tersebut diulang hingga tempat terendah.

Gambar 2.4.2 Langkah yang dilakukan pada water-filled

method

III Metodologi Penelitian

Secara umum metodologi dari penelitian ini meliputi : (1) Persiapan , (2) Pengumpulan data, (3) Pengolahan data dan simulasi, (4) Analisis, (5) kesimpulan dan rekomendasi, (6) Penulisan laporan

IV KONDISI DAN DATA LAPANGAN AREA STUDI

IV.1 Letak dan Pencapaian Lokasi Letak geografis Saluran Cipaganti-Cibarani

berada di 6o 53’ LS dan 107o36’ BT dan secara administratif terletak di wilayah kelurahan Cipaganti kecamatan Coblong, Kotamadaya Bandung, Jawa Barat. Saluran irigasi Cipaganti dan Cibarani adalah sebuah saluran pertemuan antara saluran Cipaganti sebagai sumber air utama dan saluran Cibarani sebagai sumber air tambahan yang menggabung. Lokasi penggabungan air ini terletak di ketinggian sekitar tengah-tengah ketinggian terjunan air. Kondisi tempat penggabungan tampak seperti pada gambar 4.1.1

Gambar 4.1.1 Lokasi Gabungan Saluran Cipaganti dan Cibarani

( Cipaganti sisi kiri - Saluran Cibarani sisi kanan )

Page 5: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

5

IV.2 Lokasi Pembangkit Dipilih lokasi yang memiliki head yang

besar sehingga potensi yang dimiliki semakin besar. Dari kriteria tersebut dipilih lokasi

pembangkit di saluran Cipaganti dan Cibarani yang terletak di pinggir jalan cihampelas, kelurahan Cipaganti, kecamatan Coblong, Kotamadya Bandung. Secara teknis area tersebut memiliki perbedaan ketinggian atau head saluran yang relatif tinggi hal ini dapat terlihat pada peta topografi di gambar 4.21 bahwasannya terdapat potensi ketinggian antara 20 sampai 30 meter serta saluran Cipaganti dan Cibarani tersebut memiliki aliran air yang kontinu sepanjang tahun.

Secara non-teknis lokasi tersebut memiliki aksesibilitas yang tinggi karena terletak di pinggir jalan raya sehingga proses pembangunan, operasional dan perawatannya pun akan lebih mudah

Gambar 4.2.1 Peta topografi Saluran Cipaganti-Cibarani

Sumber : Bakorsurtanal

IV.3 Aliran-Aliran Percabangan Saluran Cipaganti dan Cibarani

Pengetahuan mengenai percabangan dari sumber aliran saluran Cipaganti dan Cibarani diperlukan untuk proses penelitian ini, sebab ide yang diajukan adalah penggabungan aliran air menuju saluran tempat dibangun pembangkit listrik tenaga micro-hydro sehingga debit air saluran menjadi lebih tinggi dan potensi pembangkitan daya listrik pun juga menjadi lebih tinggi Dengan menggunakan peta rupa bumi tentang aliran air pdapat terlihat bahwa saluran Cipaganti tidak memiliki saluran percabangan sehingga debit yang terukur adalah debit optimal, sedangkan pada saluran cibarani terlihat pada gambar 4.3.1 bahwa saluran ini adalah percabangan dari sungai cikapundung yang kemudian bercabang jadi dua yaitu saluran cibarani dan sungai cikapundung itu sendiri, percabangan ini terletak di daerah cisitu lama kecamatan Coblong. Apabila diinginkan pembangkit micro-hydro memperoleh debit maksimum, maka di aliran pertemuan sebagian aliran sungai dari cikapundung yang

bercabang menuju Cibarani harus ditambah untuk memasok air menuju pembangkit micro-hydro sehingga potensi daya yang dapat dibangkitkan menjadi lebih besar.

Gambar 4.2.3 Peta rupa bumi aliran sungai cikapundung – Cibarani dan Cipaganti

IV.4 Penentuan Debit Air

Pada penentuan debit air terbagi mejadi dua bagaian besar yaitu penentuan debit air saluran utama yaitu saluran Cipaganti dan penentuan debit saluran Cibarani serta sungai cikapundung sebagai sumber alirannya.

Penentuan debit aliran air saluran Cipaganti diperoleh dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan the float method yang dipilih pada area yang sesuai dengan ketentuan metode tersebut yaitu aliran air cenderung lurus, tidak beriak atau bergelombang dan tidak banyak halangan pada saluran air.

Proses pengambilan data penelitian ini diambil data secara berkala mulai dari bulan april, mei dan juni 2008 sebanyak sepuluh kali pengambilan data saat hari tidak hujan. Dengan menggunakan panjang area uji 8 meter, didapatkan rata-rata debit harian dari saluran Cipaganti adalah 344,4 liter/sekon. Dengan debit minimum saat pengukuran adalah 315,7 liter/sekon dan debit maksimum 420,7 liter/sekon.

Penentuan debit sumber air saluran Cibarani yaitu sungai cikapundung tidak perlu dilakukan secara langsung oleh penulis sebab data tersebut telah tersedia di Departemen Pengairan dan Pekerjaan Umum ( PusAir ) kota Bandung. Namun karena penulisan laporan ini dimulai sejak bulan April maka data aktual untuk debit sungai cikapundung untuk tahun 2008 belum tersedia sehingga diambil data pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2007 dan 2006 untuk diambil trennya.

Secara rata-rata pada tahun 2007 sungai cikapundung memiliki debit harian sebesar 3.528 liter/sekon dan pada tahun 2006 sebesar 3.264 liter/sekon. Debit harian minimum selama dua tahun tersebut sebesar 2.240 liter/sekon dengan nilai maksimum sebesar 8.980 liter/sekon.

Page 6: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

6

Penambahan debit aliran sungai yang menuju saluran Cibarani dapat dilakukan dengan melakukan pembendungan dan pengaturan aliran air pada pintu air percabangan kedua aliran sungai tersebut yang teretak di daerah cisitu lama kecamatan coblong. Hal ini sangat mungkin untuk dilakukan sebab sudah terdapat pintu air dan tinggal memodifikasi pintu air ini sehingga setengah dari debit sungai cikapundung dapat disalurkan ke saluran Cibarani.

Gambar 4.4.1 Pintu Air Cikapundung-Cibarani

IV.3 Penentuan Head Tersedia

Dengan mengamati peta topografi dapat terlihat gambaran umum bahwasannya di saluran Cipaganti dan Cibarani tersedia head sekitar 20 sampai 30 meter. Dengan rentang head tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pengukuran langsung dengan wáter-filled-tubemethod dapat dilakukan, karena metode ini sesuai untuk mengukur head rendah sampai sedang serta memiliki biaya yang murah namun akurasinya cukup tinggi ( sekitar 5% apabila dilakukan dengan benar ) [ ].

Hasil dari pengukuran head tersebut menunjukkan bahwa head yang tersedia di area tersebut adalah 28 meter untuk saluran Cipaganti dan sebesar 14 meter untuk saluran Cibarani. Gambar 4.3.1 diambil diatas lokasi gabungan saluran cipaganti dan cibarani. (a) diambil mengarah keatas menuju jalan cihampelas dan (b) diambil mengarah ke bawah menuju sungai cikapundung.

(a) (b)

Gambar 4.3.1

V SIMULASI DAN ANALISIS V.1 Data Input Simulasi Saluran Cipaganti : elevation : 750 meter Debit rata-rata harian : 344,4 liter/sekon Head tersedia : 28 meter Perkiraan head efektif : 25 meter Suhu air : 22o-27o C Saluran Cibarani Apabila aliran air sungai cikapundung yang mengalir menuju saluran ciberani dapat ditingkatkan sehingga setengah dari aliran sungai cikapundung, maka Debit rata-rata harian : 1600 liter/sekon Head tersedia : 14 meter Perkiraan head efektif : 13 meter Suhu air : 22o-27o C V.2 Simulasi dan Analisis dengan Turbin-Pro Potensi daya yang dapat dibangkitkan oleh saluran cipaganti dan cibarani disimulasikan dalam program turbin-pro. Turbin yang dipilih dalam desain simulasi adalah turbin francis sebab pada kondisi tersebut turbin francis sangat sesuai sebab memiliki kecepatan operasional yang tidak terlalu tinggi serta ruuner diameter yang tidak terlalu besar. Saluran Cipaganti : Hasil simulasi perhitungan daya yang mampu dibangkitkan desain yang dipilih ditunjukkan dalam gambar 5.2.1 dibawah ini. Bahwa pada kondisi optimal daya yang dapat dibangkitkan dapat mencapai hingga 87 kW saat debit air mencapai nilai 400 liter/sekon. Sedangkan potensi energy yang mampu dihasilkan sebesar 694 Mwh/tahun. Apabila diasumsikan tiap kwh yang dihasilkan oleh pembangkit tersebut dijual ke PLN dengan tarif sebesar Rp 510/ kwh maka dalam setahun dapat menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 353.940.000,00 per tahun dan apabila diasumsikan biaya investasi pembangkit adalah sebesar Rp 15 juta/kw maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 1,2 miliar.

Gambar 5.2.1 Simulasi Potensi Daya

Page 7: [Jurnal] Studi Potensi Saluran Irigasi

7

Gambar 5.2.2 Simulasi Energi per Tahun

Saluran Cibarani : Dengan mengasumsikan bahwa ide penggabungan dan pengaturan aliran air menuju saluran pembangkit dapat diaplikasikan, maka daya tambahan yang mampu dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga micro-hydro di saluran Cibarani dapat disimulasikan seperti gambar 5.2.3 Bahwa pada kondisi optimal daya yang dapat dibangkitkan dapat mencapai hingga 210 kW saat debit air mencapai nilai 1.850 liter/sekon.

Gambar 5.2.3 Simulasi Potensi Daya

Gambar 5.2.4 Simulasi Energi per Tahun

Dengan memanfaatkan saluran Cibarani dan membangun pembangkit pararel bersama dengan pembangkit saluran Cipaganti maka potensi daya tambahan yang mampu dihasilkan oleh saluran Cibarani adalah sebesar 187 kw pada debit air 1600 liter/sekon dan mampu mencapai 210 kw saatdebit air mencapai 1.850 liter/sekon. Berdasarkan hasil simulasi, pembangkit listrik mampu menghasilkan energi pertahun hingga 1.475,37 Mwh/tahun. Dengan asumsi yang sama setahun dapat menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 752.438.000,00 per tahun dan apabila diasumsikan biaya investasi pembangkit adalah sebesar Rp 15 juta/kw maka biaya yang harus dikeluarkan Rp 2,08 miliar.

VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1 Kesimpulan 1. Persyaratan teknis yang dibutuhkan bagi suatu

area untuk dapat dijadikan pembangkit listrik tenaga micro-hydro adalah lokasi tersebut memiliki aliran air dan head. Sehingga saluran Cipaganti dan Cibarani Bandung layak secara teknis dibangun pembangkit listrik tenaga micro-hydro

2. Saluran Cipaganti Bandung memiliki potensi daya keluaran hingga 87 kW sebagai pembangkit listrik tenaga air dengan menggunakan turbin francis dan system run-off river

3. Dengan alternatif yang ditawarkan oleh penulis, area pembangkit dapat menghasilkan daya tambahan hingga mencapai 210 kW dengan memasang unit tambahan untuk saluran cibarani. Sehingga potensi daya total yang dapat dibangkitkan sekitar 300 kW.

4. Potensi pendapatan kotor apabila pembangkit listrik tenaga micro-hydro dibangun pada saluran Cipaganti adalah sebesar Rp 350 juta/tahun dengan biaya investasi sebesar Rp 1,2 miliar, sedangkan untuk saluran Cibarani pendapatan kotor dapat mencapai Rp 750 juta/tahun dengan investasi sebesar Rp 2,08 miliar.

VI.2 Saran 1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan detail

mengenai potensi Saluran irigasi Cipaganti dan Cibarani sebagai pembangkit listrik tenaga micro-hydro oleh pihak-pihak yang terkait baik itu pemerintah daerah maupun PLN.

2. Perlu adanya saling kerjasama antar instansi terkait baik itu dinas pengairan, PLN, pemerintah daerah dan universitas sehingga mampu memanfaatkan sumber daya energi terbarukan yang dalam hal ini air dengan optimal.

VI. DAFTAR PUSTAKA [1] A.Harvey,A.Brown, P.Hettiararchi, A.Inversin.

Micro Hydro Design Manual: A Guide to Small Scale WaterPower Schemes, Intermediate Tech.Publications,London.1993.

[2] Celso Penche dan Dr Ingeniero de Minas. Layman’s Guidebook On How To Develop A Small Hydro Site. European Small Hydropower Association, Belgia. Juni 1998.

[3] Centre for Rural Technology. Manual On Micro-Hydro development. ,Tripureshower, Kathmandu Nepal.2005

[4] DESDM. Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2002. Pusat Informasi Energi, DESDM.2002

[5] John.S, Gulliver. HydroPower Engineering Handbook. Mc Graw Hill, USA. 1991.

[6] Marsudi, Djiteng. Pembangkitan Energi Listrik. Erlangga.Jakarta.Indoneisa.2005.

[7] Mukmin W. Atmopawiro. PLTM Curug Malela, Studi Kelayakan. Pusat Studi Mikrohidro ITB, Bandung. 2007.