JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal |...

21
JURNAL SOSIAL DAN POLITIK FENOMENA PENGEMIS ANAK Studi Kualitatif Proses Sosialisasi Serta Eksploitasi Ekonomi pada Pengemis Anak Di Makam Sunan Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik Oleh : Putri Ratna Zunita Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga ABSTRAK Keberadaan pengemis di wisata religi makam Sunan Giri memang sudah tidak asing lagi bagi penduduk sekitar makam. Keberadaan pengemis di tempat tersebut saat mudah dijumpai, mulai dari pengemis tua sampai anak-anak. Kawasan wisata tersebut justru disalahgunakan oleh orang-orang yang ada disekitar tempat wisata dengan memanfaatkan untuk meminta-minta khususnya yang dilakukan oleh anak-anak. Oleh karena itu peneliti ingin mengungkap fenomena pengemis anak yang ada di makam Sunan Giri dengan rumusan masalah yakni bagaimana proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada anaknya sehingga anak mereka menjadi pengemis, Apa bentuk eksploitasi yang dialami pengemis anak dan Bagaimana dampak sosial dan psikologis yang dialami pengemis anak di makam Sunan Giri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik purposive sebagai teknik penentuan subjek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara (indept interview) dan observasi. Sedangkan untuk menganalisis lebih mendalam permasalahan dalam penelitian ini menggunakan teori proses sosialisasi Rogers Herbert Mead dan teori eksploitasi Karl Marx. Paradigma yang digunakan adalah paradigma definisi sosial. Kesimpulan dari penelitian ini yakni diketahui bahwa mengajak anak ikut serta dalam kegiatan mengemis merupakan sosialisasi awal yang merupakan penyebab anak menjadi pengemis di makam Sunan Giri. Bentuk eksploitasi yang terjadi yakni eksploitasi ekonomi yang dilakukan oleh orang tua kandung mereka sendiri yang juga menjadi pengemis di makam Sunan Giri. Sedangkan dampak sosial yang dialami pengemis anak yakni anak mendapat cap negatif dari masyarakat sekitar, sedangkan dampak psikologis yakni anak merasa malu dan tidak percaya diri. Kata Kunci: pengemis anak, proses sosialisasi, eksploitasi

Transcript of JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal |...

Page 1: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

JURNAL SOSIAL DAN POLITIK

FENOMENA PENGEMIS ANAK

Studi Kualitatif Proses Sosialisasi Serta Eksploitasi Ekonomi pada Pengemis Anak DiMakam Sunan Giri Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik

Oleh : Putri Ratna Zunita

Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Airlangga

ABSTRAK

Keberadaan pengemis di wisata religi makam Sunan Giri memang sudah tidak asinglagi bagi penduduk sekitar makam. Keberadaan pengemis di tempat tersebut saat mudahdijumpai, mulai dari pengemis tua sampai anak-anak. Kawasan wisata tersebut justrudisalahgunakan oleh orang-orang yang ada disekitar tempat wisata dengan memanfaatkan untukmeminta-minta khususnya yang dilakukan oleh anak-anak. Oleh karena itu peneliti inginmengungkap fenomena pengemis anak yang ada di makam Sunan Giri dengan rumusan masalahyakni bagaimana proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada anaknya sehinggaanak mereka menjadi pengemis, Apa bentuk eksploitasi yang dialami pengemis anak danBagaimana dampak sosial dan psikologis yang dialami pengemis anak di makam Sunan Giri.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik purposivesebagai teknik penentuan subjek penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan metodewawancara (indept interview) dan observasi. Sedangkan untuk menganalisis lebih mendalampermasalahan dalam penelitian ini menggunakan teori proses sosialisasi Rogers Herbert Meaddan teori eksploitasi Karl Marx. Paradigma yang digunakan adalah paradigma definisi sosial.

Kesimpulan dari penelitian ini yakni diketahui bahwa mengajak anak ikut serta dalamkegiatan mengemis merupakan sosialisasi awal yang merupakan penyebab anak menjadipengemis di makam Sunan Giri. Bentuk eksploitasi yang terjadi yakni eksploitasi ekonomi yangdilakukan oleh orang tua kandung mereka sendiri yang juga menjadi pengemis di makam SunanGiri. Sedangkan dampak sosial yang dialami pengemis anak yakni anak mendapat cap negatifdari masyarakat sekitar, sedangkan dampak psikologis yakni anak merasa malu dan tidakpercaya diri.

Kata Kunci: pengemis anak, proses sosialisasi, eksploitasi

Page 2: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

ABSTRACT

The existence of the beggars in religious tourism object of Sunan Giri’s burial plot is notspotted as the hottest issue anymore for the citizens around. The beggars that easy to find aroundthat site includes children and adult beggars. The site is always crowded and full of tourist, thebeggars take an vantage from the situation that turn the image of the site into negative insociety’s perspective. From that case. The writer want to highlight the phenomena of childrenbeggars with be statement of the problem how is the socialization process that adopted anddeveloped by the children’s beggars parents that turn them and force them to be beggars, whatare the exploitations had been suffered by children beggars and how are the social andpsychological effects for the children beggar in Sunan Giri’s burial plot.

The observation using qualitative method combine by purposive technique as thedetermining technique. The technique of data collection using interview method (indeptinterview) and observation. For analyzing the data further this observation using socializationprocess theory by Rogers Herbert Mead and exploitation theory by Karl Marx and using socialparadigm.

The conclusion of this observation, the early step of socialization by children beggars’parents is asking or challenging their children go to Sunan Giri’s burial plot when their parentsis “at work” or “begging”. The exploitation that happened is economic exploitation by their ownbiological parents that actually works as beggars in Sunan Giri’s site. The social effect thatsuffered by the children beggars is the negative perspective tagged to them by the society, whilethe psychological effect makes the ashamed and have less self confidence.

Keyword: children beggars, process socialization, exploitation

LATAR BELAKANG

Keberadaan pengemis di wisata religi Sunan Giri memang sudah tidak asing lagi bagi

penduduk sekitar makam bahkan pengunjung makam Sunan Giri sendiri. Keberadaan pengemis

di tempat wisata religi tersebut sangat mudah dijumpai, mulai dari pengemis tua, dewasa, muda

bahkan pengemis anak-anak. makan Sunan Giri yang terletak di kecamatan Kebomas,

Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu dari sekian banyak tempat wisata religi

yang banyak dikunjungi oleh para pengunjung atau peziarah. Keberadaan makan Sunan Giri

tersebut memberikan banyak sekali manfaat. Tempat wisata religi tersebut menarik perhatian

banyak pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia, hal tersebut dapat memperluas lapangan

pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran di kabupaten Gresik. Sehingga meningkatkan

Page 3: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Makam sunan Giri sendiri adalah makam

salah satu penyebar ajaran agama Islam di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan “Wali

Songo”. Sunan Giri adalah salah satu “Wali Songo” yang ada di Pulau Jawa. Makan Sunan Giri

banyak dikunjungi oleh para peziarah seperti makam sunan-sunan lainnya, makan Sunan Giri

tidak pernah sepi oleh pengunjung, apalagi disaat libur sekolah atau hari besar Islam. Tempat

yang seperti itu dimanfaatkan oleh para pengemis baik orang tua, orang dewasa bahkan anak-

anak untuk mendapatkan uang dengan cara mengharapkan dan meminta belas kasihan orang

lain.

Anak-anak yang bekerja sebagai pengemis tersebut rawan mendapatkan tekanan dan

eksploitasi dari pihak lain, dan pekerjaan yang dilakukan tersebut dapat merugikan bagi anak itu

sendiri dikarenakan anak dalam posisi yang tidak berdaya juga sangat rentan terhadap

eksploitasi ekonomi. Dalam pasal 32 UUD mewajibkan pemerintah untuk melindungi anak dari

“eksploitasi ekonomi dan dari melakukan pekerjaan apa saja yang berkemungkinan

membahayakan atau menganggu pendidikan anak, atau berbahaya bagi kesehatan fisik, jiwa,

rohani, moral atau perkembangan sosial anak”. Dalam konvensi, wajib belajar dan pendidikan

dasar yang cuma-cuma, pencapaian standar kesehatan tertinggi, jaminan sosial, dan ketentuan

untuk istirahat dan rekreasi. Serta jika anak terpaksa atau tidak harus bekerja, berarti bisa

menempatkan anak-anak tersebut dalam kategori berbahaya dan mempengaruhi proses tumbuh

kembang secara wajar.

Realitas yang ada, dimana anak-anak yang seharusnya mendapat perlindungan dan

pembinaan agar kelak menjadi orang dewasa yang sehat, cerdas terampil dan handal, malah

mereka menggantungkan diri dengan cara mengharap dan meminta belas kasihan orang lain.

Bisa dibilang anak-anak tersebut melakukan pekerjaan diusia mereka yang masih muda.

Page 4: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

Kawasan wisata yang seharusnya mensejahterakan penduduknya justru disalahgunakan

oleh orang-orang yang ada disekitar tempat wisata dengan memanfaatkan anak untuk bekerja.

Anak tersebut bekerja sebagai sebagai pengemis, mereka berada di tempat wisata tersebut mulai

dari pagi hari hingga larut malam. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan mengingat jam kerja

yang lumayan panjang karena mereka juga memerlukan waktu untuk belajar, bermain dan anak

tersebut juga rawan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh beberapa pihak. Penelitian

ini yang berbeda dengan penelitian sebelumya, yaitu peneliti meneliti bagian dari anak jalanan

yakni pengemis anak. Permasalahan pengemis anak belum pernah diteliti secara mendalam,

terutama dengan setting penelitian pada tempat wisata religi.

FOKUS PERMASALAHAN

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, fokus dari penelitian yang diteliti

yakni masalah pengemis anak. Khususnya para pengemis anak yang biasanya menetap atau

mangkal di Makam Sunan Giri. Keberadaan pengemis anak dilatarbelakangi oleh berbagai hal

sehingga mereka masih dan harus melakukan pekerjaan tersebut. Pengemis anak sangat rentan

mengalami tindak kekerasan baik yang dilakukan oleh oknum tertentu maupun orang yang

terdekat, sehingga peneliti ingin mengfokuskan penelitian yakni :

1. Bagaimana proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada anaknya sehingga anak-

anak mereka menjadi pengemis di Makam Sunan Giri?

2. Apa bentuk eksploitasi yang dialami pengemis anak di makam Sunan Giri?

3. Bagaimana dampak sosial dan psikologis yang dialami pengemis anak di makam Sunan

Giri?

Page 5: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

TUJUAN PENELITIAN

Dari latar belakang dan fokus penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, tujuan

dari penelitian ini yakni:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada

anaknya sehingga anak-anak mereka menjadi pengemis di Makam Sunan Giri

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk eksploitasi yang dialami pengemis anak di

makam Sunan Giri

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak sosial dan psikologis yang dialami oleh

pengemis anak di makam Sunan Giri

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat akademis

1. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kritikan untuk membangun

pengembangan ilmu, khusunya pada sosiologi keluarga dan masalah sosial anak.

2. Dapat dijadikan referensi untuk menulis ataupun penelitian tentang pengemis anak, proses

sosialisasi dan eksploitasi anak.

Manfaat Praktis

1. Dengan penelitian ini diharapkan bisa menjadi input pemerintahan terkait atau Dinas Sosial

terkait untuk menyelesaikan permasalahan tentang pengemis anak yang ada di makam

Sunan Giri

2. Dengan penelitian tentang pengemis anak diharapkan bisa membantu untuk memencahkan

masalah yang ada.

Page 6: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

3. Dengan penelitian diharapkan bisa memberi atau merencanakan penanganan tentang

pengemis anak.

KAJIAN TEORITIK

Penelitian ini menggunakan Paradigma definisi sosial, Paradigma definisi sosial

menjelaskan makna subyektif yang diberikan individu terhadap tindakan mereka. Paradigma ini

secara pasti memandang manusia sebagai orang yang aktif menciptakan kehidupan sosialnya

sendiri, sehingga paradigma ini lebih mengarahkan perhatian kepada bagaimana cara manusia

mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk kehidupann sosial

yang nyata.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yakni teori permulaan diri atau

perkembangan diri manusia (sosialisasi) George Herbert Mead dan Teori Eksploitasi Karl

Marx. Teori sosialisasi George Herbert Mead yang menjelaskan bahwa Sosialisasi adalah

proses dimana manusia belajar melalui cara, nilai dan menyesuaikan tindakan dengan

masyarakat dan budaya, isinnya melihat bagaimana manusia meningkatkan pertumbuhan pribadi

mereka agar sesuai dengan keadaan , nilai, norma dan budaya sebuah masyarakat.

George Herbert Mead dalam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society

(George Herbert Mead, 1972). Mead menguraikan tahap pengembangan diri manusia. Manusia

yang baru lahir belum mempunyai diri, diri manusia berkembang secara bertahap melalui

interaksi dengan anggota masyarakat lain. Menurut Mead pengembangan diri manusia

berlangsung melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Page 7: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan

diri untuk mengenal dunia sosialnya. Pada tahap ini juga anak mulai melakukan kegiatan

meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap ini, individu sebagai calon anggota

masyarakat dipersiapkan dengan dibekali nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pedoman bergaul dalam masyarakat oleh lingkungan yang terdekat, yaitu keluarga.

2. Tahap Meniru (Play Stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-

peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran

tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai

menyadari tentang apa yang dilakukan oleh seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang

ibu dari dirinya.

3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran yang

secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya

menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya

kemampuan bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini individu mulai berhubungan

dengan teman teman sebaya di luar rumah.

4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan

dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa

tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan

masyarakat secara luas.

Page 8: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

Sedangkan teori eksploitasi Karl Marx yang menjelaskan tentang Hubungan antar

manusia terjadi antara posisi masing-masing terhadap sarana produksi yaitu dilihat dari usaha

yang berbeda dalam mendapatkan sumber-sumber daya yang langka. Eksploitasi lebih

mencerminkan distribusi kekayaan dan kekuasaan yang tidak merata dan tidak sama secara

kebetulan. Penjelasan tentang teori eksploitasi, Marx lebih detail tentang teori kelas yang akan

menyebabkan adanya eksploitasi tersebut, Marx lebih melihat hubungan antar manusia terjadi

antara posisi masing-masing terhadap sarana produksi yaitu dilihat dari usaha yang berbeda

dalam mendapatkan sumber-sumber daya yang langka. Dimana dalam dunia kapitalis yang

mana terjadi pertentangan-pertentangan antara golongan yaitu mereka yang mengeksploitasi dan

mereka yang dieksploitasi. Sejarah kehidupan manusia kata marx, tidak lebih dari pertentangan

antar kelas, atau antar golongan, mulai dari golongan atau kelas yang terdiri dari orang-orang

yang bebas merdeka dengan budak-budak, sampai kepada pertentangan antara kelas penindas

dengan yang tertindas, dimana pertikaian kelas kaya dengan miskin, antara penguasa dan

dikuasai. Dalam penelitian hanya menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Karl Mrx yakni

Kaum Borjuis dan Kaum Proletar, Kaum Superordinat dan Kaum Subordinat serta Kaum yang

mengeksploitasi dan kaum yang Dieksploitasi.

PEMBAHASAN

Proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada anaknya sehingga anak-anakmereka menjadi pengemis di Makam Sunan Giri

George Herbert Mead menjelaskan proses sosialisasi diri atau manusia melalui beberapa

tahap, yakni Tahap persiapan (Preparatory Stage), Tahap Meniru (Play Stage), Tahap Siap

Bertindak (Game Stage) dan Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage). Teori

Page 9: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

perkembangan diri atau manusia yang dikemukakan oleh George Herbert Mead tersebut

digunakan dalam menjelaskan fenomena pengemis anak makam Sunan Giri, keikutsertaan anak

dalam kegiatan mengemis serta proses sosialisasi orang tua kepada anaknya sehingga anak

menjadi pengemis di makam tersebut. Dari data yang diperoleh dilapangan, pengemis anak

makam Sunan Giri adalah anak kandung dari pengemis yang juga mengemis di makam Sunan

Giri.

Pengemis anak yang mengaku melakukan kegiatan meminta-minta di makam Sunan Giri

dilakukanya sejak dia masih kecil, mereka tidak mengetahui kapan tepatnya mereka mulai

melakukanya, mereka hanya mengetahui kegiatan mengemis di makam Sunan Giri tersebut

sudah lama mereka lakukan. Pada hari libur sekolah dan selesai pulang sekolah adalah jadwal

mereka untuk mengemis, namun kegiatan mengemis tidak hanya dilakukan di makam Sunan

Giri. Para pengemis anak tersebut mengaku mengemis di makam Sunan Giri mereka lakukan

pada hari libur sekolah yakni pada hari minggu, hal tersebut mereka lakukan tidak tanpa alasan,

karena mereka sudah mengetahui kondisi dan situasi di makam Sunan Giri saat hari minggu

yang dipadati para pengujung atau peziarah. Banyaknya para pengunjung yang datang ke

makam Sunan Giri berarti semakin banyak peluang para pengemis anak untuk mendapatkan

uang. Sehingga pada hari minggu atau hari libur sekolah para pengemis anak memutuskan untuk

mengemis di makam Sunan Giri.

Pengemis anak makam Sunan Giri mereka memiliki hubungan erat dan intensif dengan

orang tua mereka, karena mereka mengemis di makam Sunan Giri bersama dengan orang

tuanya. Orang tua dalam kasus maraknya pengemis anak di makam Sunan Giri menjadi pihak

yang melatarbelakangi keikutsertaan anak dalam kegiatanya. dimana orang tua adalah agen

pertama dalam proses sosialisasi yang akan membentuk diri seorang anak kedepanya. George

Page 10: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

Herbert Mead dengan teori empat tahap pengembangan diri manusia yang dijelaskan

sebelumnya akan dikaitkan dengan fenomena pengemis anak di makam Sunan Giri.

1. Tahap persiapan (Preparatory Stage)

Fenomena pengemis anak yang terjadi di makam Sunan Giri, yakni banyaknya anak-

anak yang ikut serta dalam kegiatan mengemis, mulai dari anak yang belum genap

berumur satu tahun sampai anak-anak yang menjelang masuk dalam Kategori remaja

bisa ditemui di makam Sunan Giri. Bahkan salah satu informan mengaku anaknya saat

berumur 3 bulan sudah diajak mengemis di makam Sunan Giri. Disini orang tua secara

tidak disadari telah mempersiapkan anaknya untuk menjadi sepertinya yakni pengemis.

Karena dalam tahap ini anak sudah bisa meniru apa yang dilihat meski tidak sempurna.

Seperti memperhatikan cara orang tuanya mengemis, sikap orang tuanya saat ada

pengunjung datang, dan sebagainya. Ini merupakan tahap pengenalan awal anak pada

dunia sekitar, para pengemis anak makam Sunan Giri sejak kecil sudah diperkenalkan

dengan dunia mengemis, dunia dimana ibunya bekerja. Dari sinilah para pengemis anak

mulai memahami peran-peran yang dilakukan orang dewasa yang berada di sekitarnya

terutama ibunya.

2. Tahap Meniru (Play Stage)

Tapahan dimana seorang menirukan peran-peran yang dilakukan orang dewasa yang

berada di sekitarnya. Pada tahap ini kemampuan anak untuk menempatkan diri pada

posisi orang lain mulai terbentuk serta juga menyadari tentang apa yang dilakukan oleh

seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari dirirnya. Keikutsertaan anak

dalam kegiatan mengemis khususnya yang dilakukan oleh pengemis anak makam Sunan

Giri sejak iya masih kecil, sehingga anak menyadari apa yang dilakukan ibunya,

Page 11: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

meminta-minta adalah pekerjaan yang ibunya lakukan sehingga anak menyadari bahwa

yang dilakukan oleh ibunya adalah suatu hal yang juga harus dia lakukan, oleh karena itu

dalam tahap ini anak sudah mulai meniru apa yang dilakukan oleh ibunya, yakni

mengemis. meskipun seorang ibu tidak pernah menyadari mengajarkan cara mengemis

kepada anak, tapi dengan membawanya ke tempat dia mengemis merupakan sebuah

pembelajaran, dimana pembelajaran itu mungkin tidak disadari oleh orang tuanya.

3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)

Pengemis anak makam Sunan Giri dalam tahap ini sudah tak lagi untuk memahami peran

dan meniru peran orang yang ada disekitarnya, namun dalam dalam tahap ini anak sudah

mulai action, yakni melakukan kegiatan yang mengemis seperti yang dilakukan ibunya,

karena dalam tahap ini kemapuan anak menempatkan diri pada posisi orang lain pun

meningkat, sehinga memungkinkan anak untuk melakukan kegiatan yang selama dari

tahap prepatory stage dan tahap play stage sudah mereka dapatkan. Selain itu, tidak

adanya larangan dari orang tua saat anak memulai melakukan kegiatan mengemis sendiri

juga merupakan penyebab keikutsertaan anak dalam kegiatan mengemis.

4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalizing Stage)

Dalam tahap ini anak sudah dianggap dewasa, individu dinilai sudah mencapai tahap

kematangan untuk siap terjun ke masyarakat. Untuk pengemis anak makam Sunan Giri

tahap ini merupakan tahap dimana mereka menyadari kegiatan yang mereka lakukan

merupakan kegiatan yang melanggar norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat.

Dalam tahap ini seorang anak yang menuju usia dewasa, sudah mengetahui larangan dari

kegiatan mengemis serta sanksi sosial yang akan didapatkanya, maka ditangan individu

tersebutlah keputusan untuk tetap mengemis atau berhenti mengemis berada. Karena

Page 12: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

pada tahap ini individu sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat yang

luas.

Tahap perkembangan diri manusia tersebut, menjelaskan bahwa dalam proses sosialisasi

awal seorang sangat penting bagi perkembangan anak kelak, dimana dalam tahap tersebut tahap

pertama dan tahap kedua yang disebut preparatory stage and play Stage menjadi tahap penting

bagi perkembangan diri manusia terutama anak, dimana dalam tahap tersebut anak mulai

dikenalkan pada dunianya, dunia orang orang terdekatnya dan orang yang sering dia temui.

Usia anak yang masih sangat muda dimana anak belum mengetahui tentang norma serta nilai

yang baik dan buruk bagi dirinya. Anak hanya akan memperhatikan serta meniru apa yang

mereka lihat saat itu, terutama memperhatikan dan meniru apa yang dilakukan orang tuanya.

dalam kedua tahap tersebut anak belum mengetahui tentang diri mereka. meraka masih dalam

tahap untuk menemukan dirinya, dengan memperhatikan serta mengambil peran-peran dari

orang terdekatnya.

Eksploitasi pengemis anak di makam Sunan Giri

Anak adalah individu yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang

masih dalam kandungan. Dimana anak memiliki hak-hak yang harus dipenuhi, diantaranya

yakni Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara

wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan

sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial. Setiap anak berhak untuk

beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain,

berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi

Page 13: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

pengembangan diri, sesuai UU Republik Indonesia nomer 23 tahun 2002 dan Konvensi Hak

Anka (KHA).

Namun dalam kenyataanya masih banyak orang-orang dewasa yang melanggar hak-hak

anak tersebut, Dalam pandangan masyarakat keseluruhan (dari semua etnis) anak adalah milik

keluarga atau orang dewasa. Patron hubungan fungsional yang selalu berlangsung adalah anak

yang harus menghormati, berbakti, dan membalas budi orang tua atau keluarga. Salah satu

manifesnya adalah kepatuhan seorang anak terhadap orang tua (orang dewasa) yang memiliki

macam-macam kehendak. Pola hubungan cultural anak dengan orang tua atau orang dewasa

seperti itu, untuk kalangan masyarakat miskin memposisikan anak menjadi rentan terhadap

sejumlah eksploitasi. Dengan alasan melatih anak belajar bekerja dan bertanggung jawab lalu

anak diminta membantu bekerja dengan pola penggunaan waktu tak tertentu.

Samahalnya yang dialami oleh para pengemis anak khusunya pengemis anak makam

Sunan Giri kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Para pengemis anak makam Sunan Giri

mengalami tindakan eksploitasi. Tindakan eksploitasi tersebut dilakukan oleh orang terdekatnya

yakni oleh orang tua khususnya oleh ibu kandungnya sendiri. menurut data penelitian yang telah

didapatkan kegiatan meminta-minta yang dilakukan para pengemis anak tersebut sudah mereka

lakukan sejak dia kecil, bahkan ada informan yang mengaku mengajak anaknya untuk

mengemis sejak anak masih berumur tiga bulan. Hal tersebut jelas sebuah pelanggaran yang

dilakukan oleh orang tua terhadap anak karena orang tua tidak memberikan pendidikan awal

kepada anak dengan baik, malah mengajak anak untuk melakukan pekerjaan yang sudah

dianggap rendah, sepele dan atau sebelah mata oleh masyarakat yakni menjadi pengemis. namun

kebanyakan orang tidak memperdulikan hal tersebut karena masyarakat telah beranggapan

Page 14: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

bahwa anak adalah urusan orang tua anak tersebut. bisa dibilang permasalahan orang tua dan

anak umunya menjadi masalah internal keluarga sendiri atau menjadi urusan keluarga.

Hak anak untuk beristirahat bersenang-senang untuk bermain dengan teman sebaya, hak

anak atas perlindungan dari tindakan eksploitasi serta hak anak memperoleh taraf hidup layak

bagi perkembangan fisik, mental dan sosial, hak-hak tersebut tidak didapatkan oleh anak yang

menjadi seorang pengemis. waktu bersenang-senang dan bermain seorang anak yang menjadi

pengemis menjadi berkurang bahkan tidak ada, karena anak selesai sekolah harus mencari uang

untuk kebutuhanya sendiri atau menjadi pengemis. selain itu Kebutuhan ekonomi anak menjadi

tanggung jawab orang tua sampai anak mencapai usia kerja dan atau mempunyai keterampilan

untuk bekerja, menyuruh anak bekerja maupun mengajak anak bekerja di usia yang masih kecil

atau belum cukup umur merupakan sebuah pelanggaran hak anak. Sama halnya yang dilakukan

oleh orang tua pengemis anak terhadap anaknya yang terjadi di makam Sunan Giri, mereka

mengajak anak untuk melakukan pekerjaan, meskipun pekerjaanya dilakukan diluar jam

sekolah, meskipun dimana sebagian besar anak dan orang tua mengaku bahwa hasil yang

didapat anak akan kembali kepada anak tersebut atau dengan kata lain untuk memenuhi

kebutuhan anak sendiri, meskipun begitu hal tersebut sudah melanggar hak anak, tidak

selayaknya anak yang masih dibawah umur bekerja dan memnuhi kebutuhanya sendiri, karena

mereka masih menjadi tanggungan orang tua mereka masing-masing. apalagi pekerjaan yang

mereka lakukan mendapat cap negative dari masyarakat yakni menjadi seorang pengemis, hal

tersebut akan berdampak pada kondisi sosial dan psiokologis seorang anak, sehingga fenomena

pengemis anak yang terjadi di makam Sunan Giri adalah sebuah eksploitasi anak.

Dalam posisi tersebut pengemis anak makam Sunan Giri menjadi kaum subordinat,

mereka tidak memiliki kekuatan dan kewenangan untuk menolak ajakan dan suruhan ibunya.

Page 15: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

mereka telah dikenalkan pada dunia mengemis sejak kecil dengan kata lain anak telah

mendapatkan sosialisasi awal yang kurang baik dari orang tua. Usia anak yang masih sangat

kecil menyebabkan anak tidak menyadari bahwa ajakan orang tuanya untuk mengemis akan

berdampak kurang baik bagi dirinya. Anak hanya menuruti apa yang dikatakan dan

diperintahkan oleh orang tuanya, karena ketidakberdayaan, ketidakmampuan serta

ketidakberanian anak untuk menolak ajakan dan suruhan orang tua mereka. sedangkan orang tua

atau atau ibu kandung para pengemis anak tersebut menjadi kaum superordinat dimana anak

menjadi pengemis karena suruhan dan ajakan ibu kandungnya, dimana ibu kandungnya

mempunyai kekuatan atau power untuk menyuruh anak mengemis, orang tua beranggapan

mengajak anak demi anak tersebut. mereka beranggapan melakukakan kegiatan mengemis dan

mengajak anak untuk mengemis demi anak itu sendiri, dalam hal ini orang tua salah dalam

mengartikan bahwa yang dilakukannya adalah demi anak, tapi karena hal yang dilakukanya

tersebut akan berdampak negative pada anak tersebut.

Dampak sosial dan psikologis yang dialami pengemis anak di makam Sunan Giri

Pengemis merupakan salah satu satu gejala sosial yang sampai saat ini belum tuntas

diselesaikan dan diperlukan penanganan secara khusus. Kebaikan hati dan rasa simpati

seseorang dimanfaatkan oleh para pengemis untuk mendapatkan uang. Dengan menyodorkan

tangan atau dengan bantuan benda seperti; gelas, mangkok maupun plastik bekas makanan, para

pengemis mengharapkan belas kasihan orang lain. Keberadaan para pengemis baik yang di

perempatan jalan, fasilitas umum, tempat wisata dan sebagainya dapat menganggu ketertiban

dan kenyamanan umum. Pengertian pengemis sendiri menurut Peraturan Pemerintah No.31

Tahun 1980 adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dengan meminta-minta di muka

umum dengan berbagai cara dan alasan dengan mengharapkan belas kasihan dari orang lain.

Page 16: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

Undang-undang tersebut juga membahas tentang larangan untuk mengemis di tempat umum

yang dibahas pada peraturan Penanggulangan Gelandangan dan pengemis. larangan meminta-

minta kepada orang lain atau mengemis tersebut juga dilakukan di makam Sunan Giri

Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. hal tersebut ditunjukkan dengan adanya papan

peringatan yang berdiri tepat di depan pintu masuk menuju makam utama Sunan Giri.

Oleh karena itu, sering terjadi razia atau pengerebekam yang dilakukan oleh polisi

petugas pamong praja atau Satpoll PP untuk menertipkan para gelandangan dan pengemis

tersebut, sama halnya yang etrajdi di makam Sunan Giri, din makam Sunan Giri sering terjadi

pengerebakan oleh petugas Satpol PP kabupaten Gresik untuk menertibkan makam Sunan Giri

dai para pengemis yang sering mangkal disana. hasil wawancara menujukkan bahwa pengemis

makam Sunan Giri termasuk didalamnya pengemis anak Makam Sunan Giri sering terkena razia

oleh petugas Satpoll PP, sehingga diusia anak yang sangat muda tersebut harus dihadapkan

dengan hukum (ringan) serta ketakutan terjaring razia petugas Satpoll PP selalu terbayang-

bayang saat anak melakukan kegiatan mengemis.

kegiatan mengemis adalah kegiatan yang dipandang sebelah mata oleh masyarakat,

kegiatan tersebut tidak layak untuk dilakukan, terutama anak-anak. Anak mendapat pandangan

negatif atau cap negatif dari masyarakat karena kegiatan yang dilakukanya seperti dari

lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. anak sering mendapat perlakuan yang kurang baik

dari lingkunganya yang akan menganggu psikologis anak mendapat cemooh, cibiran dan

gunjingan dari teman sebaya baik di rumah maupun di sekolah. Anak merasa malu dan merasa

tidak percaya diri jika bertemu dengan anak yang seusianya karena kegiatan yang dilakukanya.

Seorang anak mendapat cap dari lingkunganya menjadi sosok yang kurang baik dimata

masyarakat menyebabkan anak tumbuh dengan cap tersebut, malah bisa jadi individu tersebut

Page 17: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

akan mempertahankannya. Dampak tersebutlah yang dialami oleh para pengemis anak makam

Sunan Giri, mereka sudah mendapat cap sebagai pengemis baik di lingkungan tempat tinggalnya

maupun lingkungan sekolahnya.

KESIMPULAN

Pengemis merupakan suatu gejala sosial yang sampai saat ini belum menemukan solusi

yang nyata untuk menyelesaikannya. Sama halnya yang terjadi di makam Sunan Giri,

keberadaan pengemis dari segala umur terutama anak-anak sulit untuk dipisahkan. Para

pengemis tersebut termasuk pengemis anak memanfaatkan makam Sunan Giri yang tiap hari

tidak pernah sepi oleh para peziarah makam. Dari paparan data yang telah didapat peneliti serta

dikaitkan dengan teori sosiologi atau analisis teoritik pada bab sebelumya, maka disini peneliti

menjawab rumusan penelitian dan mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. proses sosialisasi yang dikembangkan orang tua kepada anaknya sehingga anak menjadi

pengemis yakni dengan mengajak anak ikut serta dalam kegiatanya, yakni meminta-minta

kepada orang atau pengujung di makam Sunan Giri. Hal tersebut dilakukan orang tua saat

anak masih sangat kecil bahkan masih dalam usia balita. Dimana hal tersebut secara

langsung atau tidak langsung telah mengajarkan anaknya untuk menjadi pengemis. Praktik

ini yang diwariskan secara turun temurun, disosialisasikan melalui kehidupan keluarga dan

kehidupan masyarakat, Sehingga muncullah fenomena pengemis makam Sunan Giri.

2. Bentuk eksploitasi yang didapat para pengemis anak makam Sunan Giri adalah ekpsloitasi

ekonomi. Tindakan eksploitasi ekonomi yang didapat anak atau pengemis anak makam

Sunan Giri tersebut dilakukan oleh orang tua kandung pengemis anak sendiri. Dimana sejak

kecil anak sudah harus mencari uang dengan cara meminta-minta kepada orang lain untuk

Page 18: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, selain itu terdapat anak yang juga harus memenuhi

kebutuhan primer bahkan kebutuhan sekunder keluarganya.

3. Dampak Sosial yang dialami anak baik dari proses sosialisasi dan eksploitasi ekonomi yang

didapat anak yakni anak mendapat cap negative dari masyarakat sekitar sebagai seorang

pengemis dan anak dari seorang pengemis, yang merupakan kegiatan atau perbuatan yang

dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Sedangkan dampak psikologis yang dialami anak

yakni merasa malu dan merasa tidak percaya diri jika bertemu dengan anak yang seusianya

yang bersekolah, mereka akan merasa malu karena tidak mampu dalam segi ekonomi.

SARAN

Peneliti mengaku penelitian ini masih banyak kekurangan, baik dari penulisan laporan

maupun dari isi. Oleh karena itu peneliti ingin memberikan saran kepada peneliti selanjutnya

yang mengambil topik penelitian yang sama dengan penelitian ini yakni pengemis anak agar

lebih menguak dan memperdalam fenomena pengemis anak baik yang terjadi di makam Sunan

Giri maupun tempat lainnya.

Saran untuk pemerintah dan pihak terkait dimana larangan pengemis yang mengajak anak

yang masih dibawah umur perlu ditegakkan kembali dengan memberikan tindakan tegas. Hal

tersebut sangat dibutuhkan untuk penyelesaian fenomena yang tidak kunjung usai ini. Selain itu

Sosialisasi kepada orang tua tentang pentingnya tahap sosialisasi awal atau perkembangan awal

anak sangat dibutuhkan, karena ketidaktahuan orang tua terhadap dampak yang akan terjadi jika

terjadi kesalahan dalam tahap sosialisasi awal orang tua kepada anak. Hal tersebut diharapkan

menjadi salah satu materi atau program kerja dinas terkait, seperti Dinas Sosial maupun

Lembaga Swadaya Mayarakat (LSM).

Page 19: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Alam. 1984. Pelacuran dan pemerasan : studi sosiologis tentang eksploitasi manusia olehmanusia. Bandung : Penerbit Alumni

Iskandar, Maskun. 2000. Anak Jalanan Dilecehkan Anak Gedongan Dimensinkan.Lembaga Pers Dr. Soetomo

Keraf, Goyrs. 2004. Komposisi; sebuah pengantar kemahiran bahasa. Semarang :Penerbit Nusa Indah

Krisnawati, Emiliana. 2005. Aspek hukum perlindungan anak. CV utomo : Bandung

Raho, Bernald. 2007. Teori Sosiologi Modern. Jakata : Prestasi Pustaka

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2001. Teori Marxis dan berbagai ragam teorineo Marxian. Kreasi Wacana : Bantul Yogyakarta

Ritzer, George dan Goodman, Douglas J. 2011, Teori Sosiologi Modern, Kencana, Jakarta.

Ritzer, George. 2003. Sosiologi ilmu pengetahuan berparadigma ganda. Jakarta :Rajawali pers

Ritzer, George. 2012. teori sosiologi : Dari sosiologi klasik sampai perkembanganterakhir postmodern. Yogyakarta : Pustaka P elajar

Shalahuddin, Odi. 2004. Dibawah bayang – bayang ancaman. Semarang : Yayasan setara

Siahaan, Hotman. 1986. Pengantar kearah sejarah dan teori sosiologi. Erlangga: Surabaya

Sugiyono. 2012. Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta

Suseno, Franz Magnis.1999. pemikiran Karl marx: Dari sosialisme utopis ke perselisihanrevisionalisme. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Suyanto, Bagong. 1999. Pelanggaran hak dan perlindungan sosial bagi anak rawan.Surabaya : Airlangga University Press

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah sosial anak. Jakarta : kencana Prenada media group

Usman dan Jalal, Nachrowi. 2004. Pekerja anak di Indonesia ; kondisi, determinan daneksploitasi (kajian kuantitatif). Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Wetini, Wanda. 2004. Kompleks Makam Sunan Giri: Tinjauan Historis Arkeologisdalam buku Grissee Tempo Doeloe.. Pemerintah Kabupaten Gresik

Widodo, Dukut Imam et,al. 2004. Grissie Tempo Doeloe. Gresik: Pemerintah KabupatenGresik.

Page 20: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

B. Jurnal penelitian

Prandnyapasa, Dhita Ayu. 2013. sosialisasi pengemis : studi deskriptif tentang sosialisasimengemis di dusun duluran, desa gedangsewu, pare Kediri. Departemen Sosiologi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga

Hendrawati, Lucy Dyah.2005. Identifikasi masalah dan kendala penanganan pengemisdan gelandangan di Surabaya. lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakatUniversitas Airlangga

Bahari, Yohanes. Karl Marx: Sekelumit Tentang hidup dan pemikiranya. Pendidikansosiologi FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.

Nurwijayanti, Andriyani Mustika. 2011. Eksploitasi Anak: Perlindungan HukumJalanan Dalam Perspektif Hukum Pidana Di Daerah Yogyakarta. Jurisprudence

Yuniarti, Ninik. 2012. Eksploitasi Anak Jalanan Sebagai Pengamen Dan Pengemis DiTerminal Tidar Oleh Keluarga. Komunitas : Universitas Negeri Semarang

Setyaningrum, Nurrohmah. 2014. Fenomena Pengemis Anak Di Pasar Klewer Surakarta :Studi Tentang Fenomena Akses Layanan Pendidikan Pengemis Anak. Fakultas KeguruanDan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret :Surakarta

Rahman,Astriani. Eksploitasi Orang Tua Terhadap Anak Dengan Mempekerjakan SebagaiBuruh. Universitas Gunadarma

C. Internet

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,18911-lang,id-c,warta-t,Fatwa+Haram+Mengemis+Belum+Diperlukan-.phpx diakses pada hari minggu tanggal 20april 2014 pukul 19.42 WIB

http://regional.kompas.com/read/2013/01/11/16514615/19.Gelandangan.dan.Pengemis.Terjaring.Razia.di.Gresik. Diakses pada hari sabtu tgl 8 maret 2014. Pkl 15.30

http://faisalchoir.blogspot.com/2011/09/sedekah-keutamaan-dan-macam-macamnya.htmldiakses pada tanggal 14 April 2014 pukul 08.14 WIB

http://id.scribd.com/doc/40631645/Pemikiran-George-Herbert-Mead diakses pada tanggal 10Desember 2014 pukul 13.13 WIB

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/546/jbptunikompp-gdl-adekagustu-27293-3-5.babii.pdfdiakses pada tanggal 21 November 2014 pukul 17.22 WIB

Page 21: JURNAL SOSIAL DAN POLITIK - Journal | Unairjournal.unair.ac.id/download-fullpapers-kmnts9e67dcb45ffull.pdf · mengartikan kehidupan sosialnya atau bagaimana cara mereka membentuk

http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=599 diakses pada tanggal11 Desember 2014 pukul 08.29 WIB

http://sejarahsemarang.wordpress.com/kemiskinan/kota-pengemis/ diakses pada tanggal 11Desember 2014 pukul 08.35 WIB

http://pekanbaru.tribunnews.com/2014/05/07/orangtua-eksploitasi-anak-harus-dijerat-uu-perlindungan-anak diakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 08.40 WIB

www.lensaindonesia.com/2012/10/21/dki-jakarta-dipenuhi-pengemis-anak-di-bawah-umur.htmldiakses pada tanggal 11 Desember 2014 pukul 11.54 WIB

http://www.indosiar.com/fokus/sengaja-bawa-anak-demi-belas-kasihan_91661.html diaksespada tanggal 7 Desember 2014 pukul 15.54 WIB

www.tribunnews.com/regional/2013/04/09/aniaya-dan-paksa-anak-jadi-pengemis-mami-dipolisikan diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 15.34 WIB

http://www.balikpapanpos.co.id/berita/detail/137532-anjal-kakak-beradik-dipaksa-mengemis.html diakses pada tanggal 4 Desember 2014 pukul 08.54 WIB

http://detakjateng.com/berita/anak-jalanan-dan-pengemis-terjaring-razia.html diakses padatanggal 7 Desember 2014 pukul 15.44 WIB

http://www.jawapos.com/baca/artikel/4909/Banyak-Anak-Dipaksa-Mengemis diakses padatanggal 6 Desember 2014 pukul 14.22 WIB

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/21/214515473/Bocah-Ini-Mengemis-dengan-Seragam-Sekolah diakses pada tanggal 7 Desember 2014 pukul 20.22 WIB