Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

12
Efek Buah Kawista (Limonia Acidissima L.) Terhadap Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 2 Siti Rohmah *, Doti Wahyuningsih, **, Ariani Ratri Dewi ** *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang **Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang ABSTRAK Pendahuluan: Menurut WHO tahun 2004 insiden Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT-2) meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Salah satu komplikasi diabetes melitus adalah Diabetik Nefropati . Kondisi hiperglikemi kronik menyebabkan kerusakan pada glomerulus ginjal sehingga fungsi filtrasi ginjal akan menurun. Ureum dan kreatinin digunakan sebagai parameter fungsi ginjal. Pada penelitian ini buah kawista (Limonia acidissima L.) berfungsi sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki kerusakan glomerulus ginjal akibat kondisi hiperglikemi, karena buah kawista mengandung komponen aktif seperti: flavonoid, glikosida, saponin, tanin, beberapa kumarin , vitamin C, serta derivat tiramin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek buah Kawista terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan post test- control group only design pada 30 tikus wistar jantan (Rattus novergicus) yang dibagi secara random menjadi 5 kelompok. Pada kelompok tikus model DMT-2 (K1), kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 diberi diet tinggi lemak 30 gram/ekor/hari selama 30 hari. Hari ke-16 di injeksi streptozotocin dosis tunggal 50 mg/kgBB. Selama 30 hari kedua, semua kelompok diberi diet standar dan pada kelompok Perlakuan 1, 2 dan 3 juga diberi buah Kawista dengan dosis masing-masing 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 30 hari. Pemberian buah kawista diberikan secara sonde lambung. Parameter yang diukur adalah kadar ureum dan kreatinin serum. Analisa data menggunakan metode ANOVA dilanjutkan uji LSD Post Hoc. Hasil: Kadar ureum pada kelompok diet standar 8.00±1.26 mg/dl, sementara kadar kreatinin 0.93 ± 0,11 mg/dl. Kadar ureum pada kelompok tikus model DMT-2 30.73±1.90 mg/dL dan kreatinin 10.40±0.61 mg/dL. Buah Kawista dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin sampai 23.13±1.98 mg/dL dan 8.60±0.57 mg/dL, 17.24±1.25 mg/dL dan 6.70±0.28 mg/dL, 12.63±1.47 mg/dL dan 5.26±0.56 mg/dL masing-masing pada dosis 150mg/kgBB/hari, 300mg/kgBB/hari, dan 600mg/kgBB/hari. Berdasarkan uji statistik, ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok tikus model DMT- 2 dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3. Dosis 600mg/kgBB/hari menunjukkan kadar terendah ureum dan kreatinin (p<0.05). 1

Transcript of Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

Page 1: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

Efek Buah Kawista (Limonia Acidissima L.) TerhadapKadar Ureum dan Kreatinin Serum Tikus Model Diabetes Melitus Tipe 2

Siti Rohmah *, Doti Wahyuningsih, **, Ariani Ratri Dewi ***Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

**Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang

ABSTRAKPendahuluan: Menurut WHO tahun 2004 insiden Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT-2) meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta orang pada tahun 2030. Salah satu komplikasi diabetes melitus adalah Diabetik Nefropati. Kondisi hiperglikemi kronik menyebabkan kerusakan pada glomerulus ginjal sehingga fungsi filtrasi ginjal akan menurun. Ureum dan kreatinin digunakan sebagai parameter fungsi ginjal. Pada penelitian ini buah kawista (Limonia acidissima L.) berfungsi sebagai antioksidan yang dapat memperbaiki kerusakan glomerulus ginjal akibat kondisi hiperglikemi, karena buah kawista mengandung komponen aktif seperti: flavonoid, glikosida, saponin, tanin, beberapa kumarin, vitamin C, serta derivat tiramin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek buah Kawista terhadap kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan post test- control group only design pada 30 tikus wistar jantan (Rattus novergicus) yang dibagi secara random menjadi 5 kelompok. Pada kelompok tikus model DMT-2 (K1), kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 diberi diet tinggi lemak 30 gram/ekor/hari selama 30 hari. Hari ke-16 di injeksi streptozotocin dosis tunggal 50 mg/kgBB. Selama 30 hari kedua, semua kelompok diberi diet standar dan pada kelompok Perlakuan 1, 2 dan 3 juga diberi buah Kawista dengan dosis masing-masing 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 30 hari. Pemberian buah kawista diberikan secara sonde lambung. Parameter yang diukur adalah kadar ureum dan kreatinin serum. Analisa data menggunakan metode ANOVA dilanjutkan uji LSD Post Hoc.

Hasil: Kadar ureum pada kelompok diet standar 8.00±1.26 mg/dl, sementara kadar kreatinin 0.93 ± 0,11 mg/dl. Kadar ureum pada kelompok tikus model DMT-2 30.73±1.90 mg/dL dan kreatinin 10.40±0.61 mg/dL. Buah Kawista dapat menurunkan kadar ureum dan kreatinin sampai 23.13±1.98 mg/dL dan 8.60±0.57 mg/dL, 17.24±1.25 mg/dL dan 6.70±0.28 mg/dL, 12.63±1.47 mg/dL dan 5.26±0.56 mg/dL masing-masing pada dosis 150mg/kgBB/hari, 300mg/kgBB/hari, dan 600mg/kgBB/hari. Berdasarkan uji statistik, ada perbedaan yang signifikan terhadap kelompok tikus model DMT- 2 dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3. Dosis 600mg/kgBB/hari menunjukkan kadar terendah ureum dan kreatinin (p<0.05).

Kesimpulan: Buah kawista memperbaiki fungsi filtrasi ginjal terhadap ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2.

Kata kunci: DM Tipe 2, buah Kawista, ureum dan kreatinin, diet tinggi lemak, streptozotocin

1

Page 2: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

Kawista Fruit (Limonia Acidissima L.) Effect On Urea and Creatinine Serum Level of Diabetes Mellitus Type 2 model Rats.

Rohmah,Siti *;Wahyuningsih,Doti **; Dewi,Ariani Ratri ***Undergraduate Student, Medical Faculty of Malang Islamic University

** Lecturers, Medical Faculty of Malang Islamic University

ABSTRACTIntroduction: According to WHO (2004), the incident of type 2 diabetes mellitus increased from 171 million people in 2000 to 366 million in 2030. Complications diabetes mellitus is Diabetic Nephropathy. Chronic hyperglycemia induced glomerulus damage and decrease glomerular filtra-tion function. Urea and creatinine can be used as parameters of renal function. Kawista fruit (Limonia acidissima L.) contains of active compounds such as flavonoids, glycosides, saponins, tannins, some coumarins, vitamin C, and tyramine derivates, has antioxidant effects which hypo-thetically could repair glomerular damage from hyperglycemia. The aim of this study is to estab-lish effect of kawista fruit to urea and creatinine serum level in rats model of type 2 diabetes melli-tus.

Methods: This is an experimental study with post test-control group only design, using 30 wistar rats (Rattus novergicus) randomly divided into 5 groups. The rats of model Type 2 diabetes mellitus, treatment group 1, 2, and 3 were given high fat diet 30 g/day for 30 days, while on day-16 were injected by single dose streptozotocin 50 mg/kgBW. After 30 days, all groups were given standart diet and treatment group 1, 2 and 3 are also given of kawista fruit orally for 30 days with the dosage 150 mg/kgBW, 300 mg/kgBW and 600 mg/kgBW for treatment group 1, 2, and 3 respectively. Urea and creatinine serum level were assessed on day 60. Data were analized using ANOVA method and further with LSD Post Hoc test.

Results: Urea level of negative control group was 8.00 ± 1.26 mg/dL, while creatinine level was 0.93 ± 0.11 mg/dL. Urea level of positive control group was 30.73 ± 1.90 mg/dL and creatinine level was 10.40 ± 0.61 mg/dL. Kawista fruit decrease levels of urea and creatinine to 23.13 ± 1.98 mg/dL and 8.60 ± 0.57 mg/dL, 17.24 ± 1.25 mg/dL and 6.70 ± 0.28 mg/dL, and 12.63 ±1.47 mg/dL and 5.26 ± 0.56 mg/dL on 150mg/kgBW/day, 300mg/kgBW/day, and 600mg/kgBW/day dosage, respectively. Statistically significant difference to positive control was reached in all kawista fruit groups, with 600mg/kgBW/day dosage gives the lowest urea and creatinine level.

Conclusion: Kawista fruit can repair renal filtration fungsion on urea and creatinine serum level in rats model of type 2 diabetes mellitus.

Keywords:Type 2 diabetes mellitus, Kawista fruit, ureum, creatinine, high fat diet, streptozotocin

2

Page 3: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

PENDAHULUAN

DM merupakan sindroma kronik gangguan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak akibat insufisiensi sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju. DM terdapat dalam dua bentuk utama yaitu Diabetes Melitus Tipe-1(DMT-1) dan Diabetes Melitus Tipe-2 (DMT-2).1 DMT-2 lebih sering dijumpai dan dikaitkan dengan obesitas, aktifitas fisik yang kurang dan diet yang tidak sehat.2 Dan merupakan 90 persen dari seluruh kasus DM.3 Insiden DMT-2 meningkat dari 171 juta orang pada tahun 2000 menjadi 366 juta orang pada tahun 2030.4 Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat 5 dunia dengan jumlah pasien sebanyak 12,4 juta orang pada tahun 2025.5

Hiperglikemia pada penderita DM menyebabkan keadaan stres oksidatif, keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara ROS (reactive oxygen species) terhadap antioksidan. Stres oksidatif menyebabkan peroksidasi lipid di membran sel endotel glomerulus. Hal ini menyebabkan kerusakan membran sel endotel glomerulus, sehingga fungsi filtrasi dari glomerulus menurun. Keadaan ini menyebabkan kadar ureum dan kreatinin serum meningkat.6 Penelitian menunjukkan perubahan morfologi pada ginjal hewan coba diabetes yang diinduksi streptozotocin, berupa kongesti pada glomerulus.7 Oleh karena itu kadar ureum dan kreatinin serum digunakan sebagai parameter untuk gangguan fungsi ginjal.8

Stres oksidatif dapat ditekan dengan menggunakan antioksidan yang terkandung dalam tanaman herbal.9 Salah satu tanaman herbal yang berpotensi sebagai antioksidan adalah kawista.10 Buah kawista mengandung flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin,11 beberapa kumarin,12 serta derifat tiramin, semua zat aktif ini berfungsi sebagai antioksidan.13 Zat aktif yang terkandung dalam buah kawista dapat memperbaiki kondisi hiperglikemi dengan menangkal efek radikal bebas pada DMT-2, sehingga akan memperbaiki kerusakan pada membran sel endotel glomerulus.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan secara eksperimental laboratorium dengan desain control group post- test only design yang

dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Muhammadiyah Malang.

Hewan coba yang digunakan adalah tikus wistar (Rattus novergicus) berjenis kelamin jantan, usia 2,5 bulan, berat badan 150 gram, berjumlah 30 ekor.

Dalam penelitian ini, terdapat 5 kelompok perlakuan tiap kelompok terdiri dari 6 tikus. Pada kelompok K0 diberi diet standar, sedangkan kelompok K1 (Tikus model DMT-2), perlakuan 1, 2, dan 3 diberi diet tinggi lemak 30 gram/ekor /hari dan injeksi Streptozotocin 50 mg/kgBB dosis tunggal selama 30 hari.14 Selama 30 hari kedua semua kelompok diberi diet standar dan kelompok Perlakuan 1, 2, dan 3 juga diberi buah kawista dengan dosis masing - masing 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 30 hari.

Pembuatan Diet Tinggi LemakDiet tinggi lemak diberikan 30

gram/ekor/hari selama 30 hari. Komposisi terdiri dari BR-1 59,45%, tepung terigu 10%, asam kolat 0,05%, kolesterol 0,5%, lemak sapi 10%, minyak kelapa 10%, dan kuning telur 10%.

Tabel 1. Kandungan diet standar

Pembuatan Tikus Model DMT-2Untuk mendapatkan tikus model DMT-

2 yaitu dengan melakukan pemberian diet tinggi lemak 30 gram/ekor/hari dan injeksi Streptozotocin 50 mg/kgBB dosis tunggal selama 30 hari.

Pada kelompok Tikus model DMT-2, kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 tikus dipuasakan selama 16 jam, kemudian diinjeksi Streptozotocin dosis 50 mg/kgBB. Pembuatan Streptozotocin dengan cara melarutkan ke dalam buffer sitrat dan diinjeksikan secara intraperitoneal.

Pembuatan Sediaan Buah KawistaBuah kawista diperoleh dari UPT.

Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI, Pasuruan, Jawa Timur dan telah disertifikasi.

3

Page 4: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

Buah kawista yang digunakan adalah buah yang bagus untuk menjaga kandungan buah. Kemudian Buah kawista dicuci dengan air mengalir sampai bersih. Daging buah kawista diambil dan dipisahkan dari bijinya dengan menggunakan saringan. Setelah itu daging buah kawista ditimbang sebesar 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB, kemudian ditambahkan aquades 1 ml dan dicampur dengan menggunakan pengaduk. Selanjutnya diberikan pada kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 dengan cara personde lambung.

Pengukuran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum

Tikus dibius dengan menggunakan dietil eter dengan dosis 1 ml/ ekor tikus. Dietil eter dimasukkan dalam toples yang telah berisi kapas dan ditutup rapat hingga pingsan. Kemudian tikus dibedah secara vertikal mengikuti linea mediana dari abdomen menuju ke thorak dengan gunting. Kemudian darah diambil dari jantung sebanyak 3 cc. Setelah itu darah disentrifus dengan kecepatan 4000 rpm selama 30 menit sampai terbentuk serum. Serum yang diperoleh kemudian diukur kadar ureum dan kreatinin menggunakan BioSystem reagents dan instrumen, kemudian diperiksa dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 500 nm.

Analisa DataAnalisa data pada penelitian ini

menggunakan ANOVA dengan program SPSS statistics version 16. Untuk uji beda antar variabel menggunakan LSD post hoc test. Hasil dikatakan bermakna bila p<0,05.

HASIL PENELITIAN

Efek Buah Kawista Terhadap Kadar Ureum Serum Tikus Model DMT-2

Tabel 2. Rerata Kadar Ureum Serum

Pada Tabel 2 Kadar Ureum serum pada kelompok tikus model DMT-2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok diet standar.

Hal ini membuktikan bahwa pemberian streptozotocin dan diet tinggi lemak (model DMT-2) mampu meningkatkan kadar ureum serum tikus wistar (p<0,05). Pemberian buah kawista dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB secara signifikan mampu menurunkan kadar ureum serum tikus model DMT-2 dibandingkan dengan kelompok model DMT-2 yang tidak diberi buah kawista (p<0,05).

Efek Buah Kawista Terhadap Kadar Kreatinin Serum Tikus Model DMT-2

Tabel 3. Rerata Kadar Kreatinin Serum

4

Gambar 1. Rerata Kadar Ureum Serum

Page 5: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

Gambar 2. Rerata Kadar Kreatinin Serum

Pada tabel 3 kadar kreatinin serum pada kelompok tikus model DMT-2 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok diet standar. Hal ini membuktikan bahwa pemberian streptozotocin dan diet tinggi lemak (model DMT-2) mampu meningkatkan kadar kreatinin serum tikus wistar (p<0,05). Pemberian buah kawista dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB secara signifikan mampu menurunkan kadar kreatinin serum tikus model DMT-2 dibandingkan dengan kelompok model DMT-2 yang tidak diberi buah kawista (p<0,05).

PEMBAHASAN

Efek Buah Kawista Terhadap Kadar Ureum dan kreatinin Serum Tikus Model DMT-2

Pada Tabel 2 dan 3 didapatkan kadar ureum serum tikus pada kelompok diet standar 8.00±1.26 mg/dl dan kreatinin 0,93±0,11. Sedangkan pada kelompok tikus model DMT-2 kadar ureum serum 30.73± 1.90mg/dl dan kreatinin serum 10,40±0,61 mg/dl. Hal ini membuktikan bahwa

pemberian streptozotocin dan diet tinggi lemak (model DMT-2) mampu meningkatkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus wistar (p<0,05). Mekanisme terjadinya hal ini dikarenakan streptozotocin memiliki senyawa glukosamin-nitrosoureum yang dapat masuk ke dalam sel melalui GLUT-2 yang menyebabkan kerusakan pada sel β pankreas melalui alkilasi DNA.15

Pemberian streptozotocin dosis dibawah 40 mg/kgBB tidak efektif dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Sedangkan pemberian diatas dosis tersebut menyebabkan peningkatan glukosa darah dalam waktu 72 jam dan dapat bertahan sampai 4 atau 5 minggu serta lebih cepat dalam menimbulkan lesi pada membran basalis.15

Selain itu induksi streptozotocin dapat menyebabkan nekrosis pada sel β pankreas sehingga produksi insulin menurun.16

Peningkatan asam lemak pada diet tinggi lemak dapat mengaktifkan kaskade treonin kinase yang menyebabkan fosforilasi treonin pada substrat reseptor insulin (IRS-1 dan IRS-2), yang akan mengurangi kemampuan substrat reseptor insulin untuk mengaktifkan PI 3-kinase. Keadaan ini menyebabkan transportasi glukosa dan aktifitas sinyal reseptor insulin berkurang.17

Hiperglikemi dapat menyebabkan peningkatan produksi ROS dari berbagai jaringan yang berasal dari proses autooksidasi dan glikosilasi protein. Hiperglikemia kronik menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik asam amino dan protein. Pada awalnya, glukosa akan mengikat residu amino secara nonenzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan ulang untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversibel dan disebut sebagai produk amadori. Jika proses ini terus berlanjut, akan terbentuk AGEs yang irreversibel.18

Stres oksidatif merupakan keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara ROS terhadap antioksidan.19 Stres oksidatif akan menyebabkan peroksidasi lipid di membran sel endotel glomerulus. Oleh karena itu terjadi penurunan fungsi filtrasi glomerulus, maka ureum dan kreatinin yang seharusnya dieksresikan melalu urin jadi terhambat.

Pada tabel 2 dan 3 didapatkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2 yang tidak diberi buah kawista sebesar 30.73±1.90 mg/dl dan 10.40±0.61

5

Page 6: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

mg/dl. Kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2 yang diberi buah kawista pada dosis 150 mg/kgBB/hari, 300 mg/kgBB/hari dan 600 mg/kgBB/hari masing-masing 23.13±1.98 mg/dl dan 8.60±0.57 mg/dl, 17.24±1.25 mg/dl dan 6.70±0.28 mg/dl, 12.63±1.47 mg/dl dan 5.26±0.50 mg/dl. Hal ini menunjukkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2 yang tidak diberi buah kawista berbeda bermakna dengan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2 setelah diberi buah kawista dosis 150 mg/kgBB, 300 mg/kgBB dan 600 mg/kgBB (p<0,05). Hasil ini menunjukkan buah kawista mampu menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2. Mekanisme yang menyebabkan penurunan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2 dikarenakan kandungan buah kawista yang berpotensi sebagai antioksidan.10 Buah kawista mengandung flavonoid, glikosida, saponin, dan tanin,11 beberapa kumarin,12 serta derifat tiramin, semua zat aktif ini berfungsi sebagai antioksidan.13 Senyawa aktif ini berfungsi menangkal radikal bebas dengan cara mendonasikan elektron sehingga reaksi oksidasi berantai pembentukan radikal bebas akan terhambat.20 Selain itu flavonoid dalam buah kawista mampu menghambat terbentuknya ROS pada sel β pankreas serta melindungi sel-sel glomerulus dari kerusakan akibat stres oksidatif.21

Kadar ureum dan kreatinin pada kelompok model DMT-2 yang diberi buah kawista dosis 300 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 150 mg/kgBB (p<0.05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan dosis dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin. Semakin kecil dosis yang diberikan, maka semakin kecil pula zat aktif yang dihasilkan dalam menghambat terbentuknya ROS, sehingga efek antioksidan yang dihasilkan kurang maksimal.22

Sementara kadar ureum dan kreatinin pada kelompok model DMT-2 yang diberi buah kawista dosis 600 mg/kgBB berbeda bermakna dengan dosis 300 mg/kgBB (p<0.05). Mekanisme yang menyebabkan keadaan ini adanya kandungan antioksidan yang cukup sehingga seluruh zat aktif yang terkandung dalam buah kawista akan mengikat radikal bebas pada kondisi DMT-2, sehingga efek yang dihasilkan akan maksimal. Kandungan zat aktif tersebut

dapat menjadi donator elektron sehingga membentuk produk yang stabil.22 Hal tersebut menjelaskan mengapa pemberian buah kawista dosis 600 mg/kgBB lebih optimal dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2.

KESIMPULAN

1. Buah kawista dapat memperbaiki fungsi filtrasi glomerulus terhadap ureum dan kreatinin serum tikus model DMT-2.

2. Buah kawista dosis 600 mg/kgBB merupakan dosis paling efektif diband-ingkan dosis 150 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB dalam menurunkan kadar ureum dan kreatinin serum tikus model DTM-2.

3. Dosis dalam penelitian ini belum dapt mengembalikan fungsi glomerulus mendekati normal.

SARAN

Untuk meningkatkan dan mengem-bangkan penelitian lebih lanjut, peneliti menyarankan:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan meningkatkan dosis buah kawista pada model DMT-2.

2. Buah kawista memiliki rasa yang asam sehingga perlu diteliti pen-garuhnya terhadap mukosa lam-bung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland W.A. Kamus Kedokteran Dor-land. Edisi 31. Jakarta: EGC; 2010. P: 593-594.

2. Mohana P, Gothandam, Karthikeyan. Antidiabetic Activity Of Feronia Limo-nia And Artocarpous Heterophyllus In Streptozotocin Induced Diabetic Rats. American Journal Of Food Technology 2012; 7 (1): 43-49.

3. Guyton A.C And Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007. P: 1010-1028.

4. Sarah W, Gojka R, Anders G, Richard S, Hilary K. Global Prevalence Of Di-abetes. 2004; 27 (5): 1047-1053.

5. WHO. Definition, Diagnosis And Clas-sification Of Diabetes Mellitus And Its Complication: Report Of A WHO Con-sultation. Part 1: Diagnosis And Classi-fication Of Diabetes Mellitus. World Health Org. Geneva. 1999.

6

Page 7: Jurnal Siti Rohmah (2091210048)

6. Robbins, Cotran, Kumar. Basic Pathol-ogy. 7th ed. 2003.

7. Sajad H, Abdul B, Bhagat, Darzi, Ab-dul W. Biochemical And Histomorpho-logical Study Of Streptozotocin-In-duced Diabetes Mellitus In Rabbits. Pakistan Journal Of Nutrition 2008; 7 (2): 359-364.

8. Anupriya S, Hirulkar, Priyanka W, Prakash D. Influence Of Hyper-glycemia On Renal Function Parame-ters In Patiens With Diabetes Mellitus. International Journal Of Pharmaceuti-cal & Biological Archives 2011; 2 (2):734-739.

9. Kumalaningsih. Antioksidan Alami. Trubus Agrisana. Surabaya. 2006.

10.Ramdas Phapale And Seema Misra Thakur. Antioxidant Activity And An-timutagenic Effect Of Phenolic Com-pounds In Feronia Limonia (L) Swingle Fruit. International Journal Of Pharmacy And Pharmaceutical Sci-ences 2010; 2 (4): 68-73.

11. Saima Y, Das AK, Sarkar KK, Sen AK, Sur P. Antitumor Pectic Polysac-charide From Feronia Limonia. Boil Macromol 2000; 27: 333-335.

12. Ghosh P, Sil P, Majumdar SG, Thakur S. Coumarin From Limonia Acidis-sima. Phytochemistry 1982; 21: 240-241

13. Parthasarathi G, Prabal S, Srabani D, Swapnadip T, Kokke, Akihisa T, et al. Tyramine Derivates From The Fruit Of Limonia Acidissima. Nat prod 1991; 54: 1389-1393.

14. Hui JW, Yuan Xiang, Wan Shen, Jing Neng, Tao Wu. Low Dose Streptozo-tocin (STZ) Combined With High En-ergy Intake Can Effectively Induced Type 2 Diabetes Through Altering The Related Gene Expression. Clin Nutr 2007; 16 (1): 412-417.

15. Lenzen S. The Mechanism Of Alloxan And Streptozotocin Induce Diabetes. Diabetolgia Clinical And Experimental Diabetes And Metabolism 2007.

16. Adowele SO, Ojewole JA. Protective Effect Of Annona Muricata Linn (An-nonaceae) Leaf Aqueous Extraction Serum Lipid Profiles And Axidative Stress In Hepatocytes Of STZ In Treated Diabetic Rats. Afr J Tradit Complement Altern Med 2008; 6(25): 30-41

17. Prabawati, R.K. Mekanisme Seluler Dan Molekular Resistensi Insulin. 2012.

18. Arsono S. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Jurnal Epidemiologi. 2005.

19. Jena, NR. DNA Damage By Reactive Species: Mechanism, Mutation And Repair. Department Of Physics, Indian Institute Of Information Technology, Design Andmanufacturing. India 2012; 37 503–517.

20. Lucyani S. Pengaruh Licopen Pasta Tomat ( Lycopersion Esculentum Mill) Terhadap Struktur Aorta Tikus Wistar Yang Dipapar Asap Rokok Subkronis. Skripsi PPD UNISMA 2010; 55

21. Stefan S, Agamemnon D. color atlas of physiology. 5th ed. 2003.

22.Moskuag JO, Carlson H, Myhrstad M. Molucular imaging of the biological ef-fects of quercetin and quercetin-rich foods. Mechanism of ageing and devel-opment 2004; 125: 315-324

7