Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

7
Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA KONSEP SISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA TERHADAP KETRAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN SIKAP SISWA DI SMA NEGERI 1 SAKTI KABUPATEN PIDIE Fadliyani1, Zufahmi2 Program Studi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jabal Ghafur [email protected] [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Konsep SistemPencernaan Makanan Manusia Terhadap Ketrampilan Berfikir Kritis dan Sikap Siswa di SMA Negeri 1Sakti Kabupaten Pidie”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketrampilan berfikir kritisdan sikap siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan model pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda. Pengumpulan data dilakukan dengan mencari N-Gain dan membandingkan N-Gain kelas eksperimen dengan N-Gain kelas kontrol. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t independen sample t-test. Hasil analisis dengan menggunakan Uji T (t-test) Independent sample T-test, diperoleh bahwa nilai thit (12,13) sedangkan nilai ttabel (α = 0,05) yaitu (1,645), jadi dapat disimpulkan bahwa thit. ≥ttabel pada (α = 0,05), maka Ha diterima, artinya terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Kata kunci:Jigsaw, Berfikir Kritis, Pencernaan Makanan PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia memiliki mutu dan kualitas yang berbeda jika dibandingkan dengan negara-negara maju. Kondisi ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian nasional (UN) yang masih rendah. Zamroni (2000), mengatakan bahwa selama tiga dasawarsa ini perkembangan dunia pendidikan di Indonesia secara kuantitatif sangat pesat, ditandai dengan peningkatan jumlah siswa yang sekolah. Namun perkembangan tersebut belum diikuti oleh peningkatan kualitas yang diindikasikan dengan belum mampunya dunia pendidikan memenuhi kebutuhan dan tantangan nasional dan global (Sidi, 2001). Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang dapat menghasilkan suatu peserta didik yang berdaya saing tinggi dan peserta didik yang berkualitas dan kreatif. Proses pembelajaran pada saat ini memerlukan sebuah strategi belajar (2000) menyatakan bahwa inti dari proses pembelajaran adalah suatu pengaturan lingkungan, sehingga di dalamnya siswa dapat saling berinteraksi. Suatu model pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu perencanaan pola mengajar, yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Perubahan hasil belajar dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berfikir dan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran. Dalam mengkondisikan lingkungan belajar yang baik dan untuk mempengaruhi siswa sehingga proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan secara maksimal, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat membawa siswa pada suasana belajar yang lebih aktif, karena pembelajaran jigsaw menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Hal ini sangat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengolah informasi dan kemudian mengkomunikasikannya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berfikir kritis pada siswa. Mengajar baru yang lebih menekankan pada partisipasi siswa (student oriented). Amali Telah banyak dilakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, diantaranya penelitian yang dilakukan

Transcript of Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Page 1: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA KONSEPSISTEM PENCERNAAN MAKANAN MANUSIA TERHADAP KETRAMPILAN BERFIKIR

KRITIS DAN SIKAP SISWA DI SMA NEGERI 1 SAKTI KABUPATEN PIDIE

Fadliyani1, Zufahmi2

Program Studi BiologiFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jabal Ghafur

[email protected] [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada KonsepSistemPencernaan Makanan Manusia Terhadap Ketrampilan Berfikir Kritis dan Sikap Siswa di SMANegeri 1Sakti Kabupaten Pidie”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan ketrampilanberfikir kritisdan sikap siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsawdengan model pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode eksperimen dengan desain penelitian pretest-postest control group design. Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa tes pilihan ganda. Pengumpulan data dilakukandengan mencari N-Gain dan membandingkan N-Gain kelas eksperimen dengan N-Gain kelas kontrol.Data dianalisis dengan menggunakan uji-t independen sample t-test. Hasil analisis dengan menggunakanUji T (t-test) Independent sample T-test, diperoleh bahwa nilai thit (12,13) sedangkan nilai ttabel (α =0,05) yaitu (1,645), jadi dapat disimpulkan bahwa thit. ≥ttabel pada (α = 0,05), maka Ha diterima,artinya terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Kata kunci:Jigsaw, Berfikir Kritis, Pencernaan Makanan

PENDAHULUANPendidikan di Indonesia memiliki mutu

dan kualitas yang berbeda jika dibandingkandengan negara-negara maju. Kondisi inidapat dilihat dari rata-rata nilai ujiannasional (UN) yang masih rendah. Zamroni(2000), mengatakan bahwa selama tigadasawarsa ini perkembangan dunia pendidikan diIndonesia secara kuantitatif sangat pesat, ditandaidengan peningkatan jumlah siswa yang sekolah.Namun perkembangan tersebut belum diikutioleh peningkatan kualitas yang diindikasikandengan belum mampunya dunia pendidikanmemenuhi kebutuhan dan tantangan nasionaldan global (Sidi, 2001).

Pendidikan yang berhasil adalahpendidikan yang dapat menghasilkan suatupeserta didik yang berdaya saing tinggi danpeserta didik yang berkualitas dan kreatif.Proses pembelajaran pada saat ini memerlukansebuah strategi belajar (2000) menyatakanbahwa inti dari proses pembelajaran adalah suatupengaturan lingkungan, sehingga di dalamnyasiswa dapat saling berinteraksi. Suatu modelpembelajaran pada hakikatnya adalah suatuperencanaan pola mengajar, yang dapatdigunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

di kelas untuk membantu siswa mencapaitujuan pembelajaran sehingga dapat memperolehhasil belajar yang lebih baik. Perubahan hasilbelajar dapat ditandai dengan perubahankemampuan berfikir dan tingkat penguasaanterhadap materi pelajaran.

Dalam mengkondisikan lingkungan belajaryang baik dan untuk mempengaruhi siswasehingga proses kegiatan belajar mengajar dapatberjalan secara maksimal, maka diperlukan suatumodel pembelajaran yang inovatif. Pembelajarankooperatif tipe jigsaw merupakan salah satumodel pembelajaran inovatif yang dapatmembawa siswa pada suasana belajar yang lebihaktif, karena pembelajaran jigsawmenggabungkan kegiatan membaca, menulis,mendengarkan dan berbicara. Hal ini sangatmemberikan kesempatan bagi peserta didik untukmengolah informasi dan kemudianmengkomunikasikannya sehingga dapatmeningkatkan hasil belajar dan kemampuanberfikir kritis pada siswa.

Mengajar baru yang lebih menekankanpada partisipasi siswa (student oriented).Amali Telah banyak dilakukan penelitian tentangpenerapan model pembelajaran kooperatif tipejigsaw, diantaranya penelitian yang dilakukan

Page 2: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 45

oleh Saputra (2011), tentang studi komparasiantara pembelajaran kooperatif jigsaw denganmetode ceramah bervariasi menunjukkan tingkatketuntasan belajar kelas dengan model jigsawsebesar 87,56% sedangkan pada kelas kontrolsebesar 64,44%.

Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw memberikan hasil yangpositif pada prestasi belajar siswa. Penelitian inidilakukan dengan sintaks atau tahapanpembelajaran yang berbeda dengan penelitianyang telah dilakukan sebelumnya. Dalampenelitian ini dilakukan modifikasi daripenelitian-penelitian sebelumnya pada tahapproses pembelajaran, yaitu tahap pengantar, kuisdan tahap pemantapan untuk meningkatkaninteraksi, pemahaman konsep dan kemampuanberfikir kritis pada siswa. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui kemampuan berfikirkritis dan sikap siswa dengan penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsepsystem pencernaan makanan.

KAJIAN LITERATURDANHIPOTESISKajian Literatur

Susetyo (2011) mengatakan bahwapendidikan formal merupakan suatu sistempendidikan yang kompleks, karena dalampenyelenggaraannya memerlukan banyakkomponen, seperti waktu, tenaga, perangkatpembelajaran, dan kerja sama berbagaipihak. Model pembelajaran merupakan kerangkakonseptual yang melukiskan prosedur sistematikdalam mengorganisasikan proses pendidikanuntuk mencapai tujuan pembelajaran danberfungsi sebagai pedoman bagi perancangpengajaran dan para guru dalam merencanakandan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif adalah salahsatu bentuk pembelajaran yang berdasarkanpaham konstruktivis. Pembelajaran kooperatifmerupakan model belajar dengan sejumlah siswasebagai anggota kelompok kecil yang tingkatkemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikantugas kelompoknya, setiap siswa anggotakelompok harus saling bekerja sama dan salingmembantu untuk memahami materi pelajaran.Dalam pembelajaran kooperatif, belajardikatakan belum selesai jika salah satu temandalam kelompok belum menguasai materipelajaran.

Ibrahim, (2000) mengatakan bahwa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalahsebagai berikut:

1. Siswa dalam kelompoknya haruslahberanggapan bahwa mereka sehidupsepenanggungan bersama.

2. Siswa bertanggung jawab atas segalasesuatu di dalam kelompoknya, sepertimilik mereka sendiri.

3. Siswa haruslah melihat bahwa semuaanggota di dalam kelompoknya memilikitujuan yang sama.

4. Siswa harus membagi tugas dan tanggungjawab yang sama diantara anggotakelompoknya.

5. Siswa akan dikenakan evaluasi ataudiberikan hadiah/penghargaan yang jugaakan dikenakan untuk semua anggotakelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan danmereka membutuhkan keterampilan untukbelajar bersama selama proses belajarnya.

7. Siswa akan dimintamempertanggungjawabkan secaraindividual materi yang ditangani dalamkelompok kooperatif.Arends (2001) mengungkapkan bahwa

model pembelajaran kooperatif unggul dalammembantu siswa untuk memahami konsep-konsep, juga membantu siswamenumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikirkritis dan mengembangkan sikap sosial siswa.Salah satu model pembelajaran kooperatif yangdigunakan dalam penelitian ini adalah modelkooperatif tipe jigsaw.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdidesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pelajarannya sendiri danjuga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanyamempelajari materi yang diberikan, tetapi merekajuga harus siap memberikan dan mengajarkanmateri tersebut pada anggota kelompoknya yanglain. Dengan demikian, siswa saling tergantungsatu dengan yang lain dan harus bekerja samasecara kooperatif untuk mempelajari materi yangditugaskan, Lie (2008). Selanjutnya Slavin(2008) juga berpendapat bahwa pembelajarankooperatif menggalakkan siswa berinteraksisecara aktif dan positif dalam diskusi kelompok.

Prianto dalam Wina Sanjaya (2009)mengemukakan langkah-langkah dalampelaksanaan pembelajaran kooperatif jigsawadalah sebagai berikut:

Page 3: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 46

1. Pembentukan kelompok asal. Siswaditempatkan dalam kelompokberanggotakan 4-6 siswa, dan menerimasebagian informasi dari satu paketinformasi yang harus dibahas dalamkelompok. 2. Setiap anggotakelompok asal mempelajari sub materipelajaran yang akan menjadi keahliannya,kemudian masing-masing siswamengerjakan tugas secara individu.

2. Pembentukan kelompok ahli. Ketuakelompok asal membagi tugas kepadamasing-masing anggotanya untuk menjadiahli dalam sub materi pelajaran. Masing-masing ahli yang sama dari kelompok yangberlainan bergabung membentukkelompok baru yang disebut kelompokahli.

3. Diskusi kelompok ahli. Anggotakelompok mengerjakan tugas-tugas dansaling berdiskusi tentang masalah- masalahyang menjadi tanggung jawabnya. Setiapanggota kelompok ahli belajar materipelajaran sampai mencapai taraf merasayakin untuk menyampaikan danmemecahkan persoalan yang menyangkutsubmateri pelajaran yang menjaditanggung jawabnya.

4. Diskusi kelompok asal. Siswa anggotakelompok ahli kembali ke kelompok asalmasing-masing. Setiap anggota kelompokasal menjelaskan dan menjawabpertanyaan submateri yang menjadikeahliannya kepada anggota kelompokasal yang lainnya. Kegiatan iniberlangsung secara bergilir sampai seluruhanggota kelompok asal telah mendapatgiliran.

5. Diskusi kelas. Guru memfasilitasikegiatan diskusi kelas dan menjelaskantentang konsep-konsep penting yangmenjadi bahan perdebatan dalam diskusikelompok ahli, guru berusahamemperbaiki kesalahan konsep padasiswa.

6. Pemberian kuis. Kuis dikerjakan secaraindividu, nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asaldijumlahkan untuk memperoleh nilaikelompok.

7. Pemberian penghargaankelompok.Kelompok yang memperolehnilai tertinggi diberikan penghargaanberupa hadiah atau bonus nilai.

Berkaitan dengan penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe jigsaw, telahdilakukan beberapa penelitian diantaranya,penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah(2011), hasil penelitiannya adalah penerapanpembelajaran problem solving dipadu kooperatifjigsaw pada mata pelajaran biologi ternyatahasil belajar siswa 71,00 lebih tinggidibandingkan dengan kelas kontrol 61,92 diMTsN Model Palu.

Sulastri (2009), mengembangkanperangkat pembelajaran kooperatif jigsawdalam pembelajaran biologi di SMP 2

Cimalaka, menunjukkan sudah memenuhiketuntasan belajar dengan prosentase ketuntasanbelajar sebesar 89,74%.

Pendi (2002), melakukan penerapkanmodel pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalampembelajaran mata kuliah Fisika Dasar IIpokok bahasan arus listrik dan rangkaian aruslistrik searah menunjukkan bahwa, secara umumkemampuan dosen dalam mengelolapembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah baik.Dosen mampu melatih keterampilankooperatifdan mengoperasikan perangkatpembelajaran yang hampir sesuai dengan alokasiwaktu yang tersedia, serta membuat mahasiswaantusias dalam mengikuti proses pembelajaran.Mahasiswa pada umumnya mengatakan senangdan merupakan hal yang baru terutama tentangketerampilan kooperatif. Mahasiswa berminatuntuk mengikuti pembelajaran selanjutnyadengan model kooperatif tipe jigsaw.

Budiningarti (1998), yangmengembangkan perangkat pembelajarankooperatif tipe jigsaw pada proses pembelajaranFisika di SMU. Hasilnya menunjukkan siswapada kelas guru model dan kelas guru mitra,mengalami peningkatan pengetahuan untuk teshasil belajar kognitif dan psikomotor. Handayanidan Sapir (2009) melakukan penelitian denganmenggunakan model yang sama. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa, hasil belajar yang diamatiterdiri dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif danpsikomotorik. Secara keseluruhan hasil belajarsiswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2

Malang dapat ditingkatkan melaluipembelajaran berbasis masalah (Problem- BasedLearning) dan pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning) tipe Jigsaw. Hal ini dapatdilihat bahwa ketiga aspek dalam hasil belajarmengalami peningkatan.

PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Page 4: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 47

Hipotesis dalam penelitian ini adalahterdapat perbedaan kemampuan berfikir kritisdan sikap pada siswa yang diajarkan denganpenerapan model pembelajaran tipe jigsaw danpembelajaran konvensional. Jika t-hitung ≤ttabel, maka Ha ditolak, dan Ho diterima. Jika t-hitung ≥ t tabel, maka Ha diterima dan Hoditolak.

METODE PENELITIANTempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulanmulai tanggal 4 Januari sampai 2Februari 2016 di SMA Negeri 1SaktiKecamatan Kota Bakti, Kabupaten Pidie.

Instrumen PenelitianDalam penelitian ini digunakan sejumlah

instrumen yang digunakan sebagai alat untukmengumpulkan data yang diperlukan yangsemuanya dikembangkan sendiri oleh peneliti.Jenis-jenis instrumen yang dikembangkanmeliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), perangkattes, dan skala sikap. Instrumen dalam penelitianini digunakan untuk mengetahui:

1. Hasil belajar siswa; denganmenggunakan paper dan pensil test bentukobjektif tes dengan jumlah 60 soal. Soaltersebut dikembangkan sendiri dan telahdiuji validitas oleh para ahli, uji tingkatkesukaran, daya beda dan reabilitassehingga instrumen tes siap digunakan.

2. Tingkat kemampuan berfikir kritis;dengan menggunakan paper dan pensil testbentuk objektif tes dengan jumlah20 soal.Soal tersebut dikembangkan sendiri dantelah diuji validitas oleh para ahli, ujitingkat kesukaran, daya beda danreabilitas sehingga instrumen tes siapdigunakan.

3. Sikap siswa; skala sikap dimaksudkanuntuk mengetahui informasi atau tanggapansiswa terhadap proses pembelajaran biologipada konsep sistem pencernaan manusiadengan strategipembelajaran modeljigsaw. Skala sikap yang dikembangkanmerupakan skala “Likert” dengan empatkategori jawaban yaitu Sangat Setuju (SS),Setuju (S), Ragu-Ragu (R), dan TidakSetuju (TS).

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitianeksperimen (experimental research)dan metodeyang digunakan adalah metode kuantitatif yangakan dilakukan dengan mengadakan pretes danpostes untuk memperoleh data skor tes siswasebelum dan sesudah pembelajaran.

Desain yang digunakan dalam penelitianini adalah pretest-postest control group design(Arikunto, 2010).

Tabel 1. Desain Eksperimen

Sampel Kelompok PretesPerlaku

anPostes

Acak A(Eksperimen) O X1 O

Acak B(Kontrol) O X2 O

(Arikunto, 2010) Ket. :X1 = Pembelajaran Sistem Pencernaan

dengan Model JigsawX2 = Pembelajaran Sistem Pencernaan

dengan Model KonvensionalO = Tes hasil Belajar

Desain strategi pembelajaran tipepembelajaran yang menganut prinsip-prinsippembelajaran kooperatif tipe jigsaw(Aronson, etal., 1997; Gonzalez, et al., 1983; Slavin, 1990).

Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan dari siswa kelas XI yangberjumlah sebanyak 176 siswa, yang terbagidalam 5 (lima) kelas. Sampel dibagi menjadi duakelompok yaitu kelompok eksperimen dankelompok kontrol. Penentuan kelompokeksperimen dan kelompok kontrol diawalidengan melakukan pretest pada semua kelasuntuk mengetahui kemampuan awal siswa.

Analisis DataData yang dikumpulkan berupa hasil

pretest dan postest ditabulasi dalam bentuksistem1,0 kemudian dianalisis, dicari skor rata-rata jigsaw yang diterapkan dalam penelitian inimerupakan suatu desain rancangan dalammenginterpretasikan perolehan gain masing-masing siswa, maka dilakukan normalisasi gaindengan menggunakan rumus dari Hake(Cheng, et al. 2004) sebagai berikut: Gain,

Page 5: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 48

dengan cara skor postest dikurangi skorpretest. Untuk menghindari kesalahan postesttersebut selanjutnya dihitung skor kelaseksperimen. Dari data skor pretest dan pretestdan postest pada kelas kontrol dan− = −− 100Dengan kategori perolehan N-Gain: Tinggi :

N-Gain > 70Sedang : 30 ≤ N-Gain ≤ 70

Rendah : N-Gain < 30Skor rata-rata N-Gain antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen digunakan sebagai datauntuk membandingkan hasil belajar siswa.Pengujian perbedaan rata-rata N-Gain diujidengan menggunakan uji-t, jenis uji-t yangdigunakan adalah Independent Sample Test,dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganmetode kooperatif jigsaw

X2 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganpembelajaran konvensional

n1 = Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan metode kooperatif jigsaw

n2= Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan pembelajaran konvensional

Pada materi sistem pencernaan makananpada manusia adalah dengan menggunakan datapengetahuan awal siswa. Hasil analisiskemampuan dan pengetahuan awal siswamenunjukkan tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kelas eksperimen dan kelaskontrol.

Hasil analisis menunjukkan bahwa siswakelas eksperimen dan siswa kelas kontrolmemiliki kemampuan dan pengetahuan awalyang sama, dalam hasil belajar dan kemampuanberfikir kritis siswa pada materi sistempencernaan makanan pada manusia.Peningkatan hasil belajar antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapatdilihatdari nilai N-Gain antara kedua kelastersebut.

HASIL DAN PEMBAHASANPerbedaan Hasil Belajar

Data yang digunakanuntukmengetahui peningkatan hasil belajar siswaBerdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwahasil belajar siswa pada materi sistem pencernaanmanusia, terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata- rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 65,91 sedangkanrata- rata kelas kontrol adalah 27. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (12,13) sedangkannilai ttabel (α = 0,05) yaitu (1,645), jadidapatberfikir kritis siswa dapat dilihat padagambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar dapat kita lihat bahwakemampuan berfikir kritis siswa pada materisistem pencernaan makanan pada manusia,terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata-rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 67,13 sedangkanrata-rata kelas kontrol adalah 35. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Gambar 2. Grafik Perbandingan PeningkatanKemampuan Berfikir Kritis Pada Materi “SistemPencernaan Pada Manusia” Siswa KelasExperimen dan Kelas Kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (7,733) sedangkan nilai ttabel (α= 0,05) yaitu (1,645), jadi dapat disimpulkan

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 48

dengan cara skor postest dikurangi skorpretest. Untuk menghindari kesalahan postesttersebut selanjutnya dihitung skor kelaseksperimen. Dari data skor pretest dan pretestdan postest pada kelas kontrol dan− = −− 100Dengan kategori perolehan N-Gain: Tinggi :

N-Gain > 70Sedang : 30 ≤ N-Gain ≤ 70

Rendah : N-Gain < 30Skor rata-rata N-Gain antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen digunakan sebagai datauntuk membandingkan hasil belajar siswa.Pengujian perbedaan rata-rata N-Gain diujidengan menggunakan uji-t, jenis uji-t yangdigunakan adalah Independent Sample Test,dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganmetode kooperatif jigsaw

X2 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganpembelajaran konvensional

n1 = Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan metode kooperatif jigsaw

n2= Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan pembelajaran konvensional

Pada materi sistem pencernaan makananpada manusia adalah dengan menggunakan datapengetahuan awal siswa. Hasil analisiskemampuan dan pengetahuan awal siswamenunjukkan tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kelas eksperimen dan kelaskontrol.

Hasil analisis menunjukkan bahwa siswakelas eksperimen dan siswa kelas kontrolmemiliki kemampuan dan pengetahuan awalyang sama, dalam hasil belajar dan kemampuanberfikir kritis siswa pada materi sistempencernaan makanan pada manusia.Peningkatan hasil belajar antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapatdilihatdari nilai N-Gain antara kedua kelastersebut.

HASIL DAN PEMBAHASANPerbedaan Hasil Belajar

Data yang digunakanuntukmengetahui peningkatan hasil belajar siswaBerdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwahasil belajar siswa pada materi sistem pencernaanmanusia, terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata- rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 65,91 sedangkanrata- rata kelas kontrol adalah 27. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (12,13) sedangkannilai ttabel (α = 0,05) yaitu (1,645), jadidapatberfikir kritis siswa dapat dilihat padagambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar dapat kita lihat bahwakemampuan berfikir kritis siswa pada materisistem pencernaan makanan pada manusia,terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata-rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 67,13 sedangkanrata-rata kelas kontrol adalah 35. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Gambar 2. Grafik Perbandingan PeningkatanKemampuan Berfikir Kritis Pada Materi “SistemPencernaan Pada Manusia” Siswa KelasExperimen dan Kelas Kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (7,733) sedangkan nilai ttabel (α= 0,05) yaitu (1,645), jadi dapat disimpulkan

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 48

dengan cara skor postest dikurangi skorpretest. Untuk menghindari kesalahan postesttersebut selanjutnya dihitung skor kelaseksperimen. Dari data skor pretest dan pretestdan postest pada kelas kontrol dan− = −− 100Dengan kategori perolehan N-Gain: Tinggi :

N-Gain > 70Sedang : 30 ≤ N-Gain ≤ 70

Rendah : N-Gain < 30Skor rata-rata N-Gain antara kelas kontrol

dan kelas eksperimen digunakan sebagai datauntuk membandingkan hasil belajar siswa.Pengujian perbedaan rata-rata N-Gain diujidengan menggunakan uji-t, jenis uji-t yangdigunakan adalah Independent Sample Test,dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

X1 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganmetode kooperatif jigsaw

X2 = rata-rata beda antara pretes dan postessiswa yang dibelajarkan denganpembelajaran konvensional

n1 = Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan metode kooperatif jigsaw

n2= Banyaknya siswa yang dibelajarkandengan pembelajaran konvensional

Pada materi sistem pencernaan makananpada manusia adalah dengan menggunakan datapengetahuan awal siswa. Hasil analisiskemampuan dan pengetahuan awal siswamenunjukkan tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kelas eksperimen dan kelaskontrol.

Hasil analisis menunjukkan bahwa siswakelas eksperimen dan siswa kelas kontrolmemiliki kemampuan dan pengetahuan awalyang sama, dalam hasil belajar dan kemampuanberfikir kritis siswa pada materi sistempencernaan makanan pada manusia.Peningkatan hasil belajar antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol dapatdilihatdari nilai N-Gain antara kedua kelastersebut.

HASIL DAN PEMBAHASANPerbedaan Hasil Belajar

Data yang digunakanuntukmengetahui peningkatan hasil belajar siswaBerdasarkan gambar diatas dapat kita lihat bahwahasil belajar siswa pada materi sistem pencernaanmanusia, terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata- rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 65,91 sedangkanrata- rata kelas kontrol adalah 27. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (12,13) sedangkannilai ttabel (α = 0,05) yaitu (1,645), jadidapatberfikir kritis siswa dapat dilihat padagambar dibawah ini.

Berdasarkan gambar dapat kita lihat bahwakemampuan berfikir kritis siswa pada materisistem pencernaan makanan pada manusia,terjadi peningkatan antara siswa kelaseksperimen dan siswa kelas kontrol, denganselisih rata-rata skor postes-pretes (N-Gain)kelas eksperimen mencapai 67,13 sedangkanrata-rata kelas kontrol adalah 35. Dari hasil datatersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatanjumlah rata-rata antara N-Gain kelas experimendan N-Gain kelas kontrol.

Gambar 2. Grafik Perbandingan PeningkatanKemampuan Berfikir Kritis Pada Materi “SistemPencernaan Pada Manusia” Siswa KelasExperimen dan Kelas Kontrol.

Hasil analisis dengan menggunakan Uji T(t-test) Independent sample T-test, diperolehbahwa nilai thit (7,733) sedangkan nilai ttabel (α= 0,05) yaitu (1,645), jadi dapat disimpulkan

Page 6: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 49

bahwa thit ≥ttabel pada (α = 0,05),perbedaanhasil belajar pada siswa antara kelaseksperimen dengan kelas kontrol.

Perbedaan Kemampuan Berfikir KritisUntuk mengukur keterampilan berfikir

kritis juga dilakukan hal yang sama pada saatmengukur tingkat hasil belajar siswa yaitudengan cara menghitung selisih antara skorpostes dan skor pretes (gain). Peningkatanketerampilan berfikir kritis antara kelasexperimen dan kelas kontrol dapat dilihat darinilai N-Gain antara kedua kelas tersebut. Nilaidari keterampilan maka Ha diterima,artinya terdapat perbedaan kemampuanberfikir kritis pada siswa antara kelas eksperimendengan kelas kontrol.

Dalam pelaksanaan penerapan modelpembelajaran kooperatif jigsaw pada materisistem pencernaan makanan pada manusia,peneliti menemukan hasil yang sangat signifikan,artinya model pembelajaran jigsaw ini mampumeningkatkan hasil belajar dan keterampilanberfikir kritis siswa dibandingkan dengan siswayang diajarkan dengan model pembelajarankonvensional. Selain itu peneliti jugamenemukan siswa yang diajarkan dengan modelpembelajaran koopertif jigsaw lebih aktif,mampu bekerjasama dengan baik dalamkelompok, serta memiliki semangat dalambelajar. Hasil temuan ini didukung oleh beberapapeneliti yang telah melakukan penelitianmengenai model pembelajaran kooperatif jigsawseperti penelitian yang dilakukan oleh Jannah(2009) melalui penerapan pembelajarankooperatif Jigsaw dapat meningkatkan motivasibelajar, hasil penelitian menunjukkan rata-rataindikator motivasi belajar siswa dalampembelajaran biologi pada siklus I adalah70,42% dan pada siklus II adalah 82,92%. Darisiklus I ke siklus II meningkat 12,5%.

Handayani dan Sapir (2009) jugamelakukan penelitian dengan menggunakanmodel yang sama. Hasil penelitian menunjukkanbahwa, hasil belajar yang diamati terdiri dari tigaaspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.Secara keseluruhan hasil belajar siswa kelas XIIPS1 SMA Negeri 2 Malang dapat ditingkatkanmelalui pembelajaran berbasis masalah danpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Hal inidapat dilihat bahwa ketiga aspek dalam hasilbelajar mengalami peningkatan.

Nur (2005) menjelaskan tentang kelebihanmodel pembelajaran koopertif tipe jigsaw

adalah: (1) Siswa lebih berkonsentrasi padaproses pembelajaran karena materi yangditugaskan terfokus, (2) Siswa tidak terlalumenggantungkan diri pada guru, tetapi dapatmenambah kepercayaan kemampuan berfikirsendiri, menemukan informasi dari berbagaisumber, dan belajar dari siswa yang lain, (3)Siswa dapat mengembangkan kemampuanmengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannyadengan ide-ide siswa lain, (4) Dapat membantusiswa untuk lebih peduli dengan siswa lain danmenyadari akan segala keterbatasannya sertadapat menerima segala perbedaan, dan (5) Dapatmembantu memberdayakan setiap siswa untuklebih bertanggung jawab dalam belajar.

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan:1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa

yang diajarkan dengan model pembelajarankooperatif jigsaw dengan siswa yangdiajarkan dengan model pembelajarankonvensional.

2. Terdapat perbedaan keterampilan berfikirkritis pada siswa yang diajarkan denganmodel pembelajaran kooperatif jigsawdengan siswa yang diajarkan dengan modelpembelajaran konvensional.

3. Penerapan model pembelajarankooperatif jigsaw dapat meningkatkan hasilbelajar dan keterampilan berfikir kritissiswa pada materi sistem pencernaanmakanan.

DAFTAR PUSTAKAAchmad, A. 2007. Memahami Berpikir

Kritis. Tersedia pada:http://www.muhfahroyin.blogger.comDiakses tanggal:15 Agustus 2010.

Amali. 2000. Pendekatan Dalam Proses BelajarMengajar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Anderson, L.W& Krathwohl, D.R., 2001. ATaxonomy for Learning Teaching andAssessing. A Revision of Bloom’sTaxonomy of EducationalObjectives.New York: Addison WesleyLongman, Inc.

Arend,R.I. 2001. Classroom Instruction andManagement. New York USA:McGraw Hill. Arikunto, S. 2010.ProsedurPenelitian Suatu Pendekatan Praktek.Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 7: Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 44

Jurnal Sains Riset | Volume VIII Nomor I 50

Aronson, E., & Patnoe, S. 1997. The jigsawclassroom: Building cooperation in theclassroom. New York: Longman.

Bani. 2004. Berbagai PendekatanDalamPembelajaran. Jakarta:BinaAksara.

Budiningarti. 1998. BelajardanPembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.Cheng, K. K., Thacker, B. A., &Cardenas,

Enchances Students Learning of PhysicsConcepts in An IntroductoryPhysics Course. American Journalof Physics, 72 (11):1447-1453.

Ennis, R.H. 2000. Goals for A CriticalThinking Curriculum. In A L. Costa(ed). Developing Minds: A ResourceBook for TeacherThinking.Alexandria:Assosiat

ion for Supervisor and CurriculumDevelopment(ASCD).

Evelyn, C. Pearce. 2009. Anatomi dan FisiologiUntuk Para Medis. Jakarta:PT. GramediaPustaka Utama.

Gonzalez, A., & Guerrero, M.(1983).Jigsaw teacher’s handbook.Hollister, CA: Hollister UnifiedSchool District.

Gonzales, P. 2009. Highlights FromTIMSS 2007:Mathematics andScience Achievement of U.S.Fourthand Eighth-Grade Student in anInternationalContext.Washington:National Center forEducation Statistics. Tersediapada:http://nces.ed.gov/pubs2009/2009001.pdf. Diakses pada tanggal 5 Juni2012.

Handayani, S. dan Sapir. 2009. EfektifitasPenerapan Model Pembelajaran BerbasisMasalah (Problem Based Learning) danPembelajaran Kooperatif (CooperativeLearning) Tipe Jigsaw untukMeningkatkan Aktivitas Belajar, HasilBelajar dan Respon Belajar Siswa padaMata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri2

Malang. JPE Volume-2. Tersedia pada:http://carapedia.com/model_pembelajaran_jigsaw_info587.html,diakses padatanggal:14 September2012.

Ibrahim, M. 2000.PembelajaranKooperatif.Surabaya:Unesa Press.

Lie, Anita. 2008.CooperatifLearning.Jakarta:PT Grasindo

Liliasari. 2009. Berfikir Kritis dalamPembelajaran Sains Kimia MenujuProfesionalitas Guru. Bandung:ProgramStudi Pendidikan IPA SekolahPascasarjana UPI.

Martin, M.O. & Mullis, I.V.S.,1999.International Report: Finding from IEA’s

Repeat of the Third InternationalMathematics and Science Study at theEight Grade (TIMSS).Boston: ISC.Diakses pada tanggal 2 mei 2012.

Martin, M.O., Beaton, A.E., Mullis, I.V.S.,Gonzalez, E.J., Smith, T.A., & Kelly,D.L. 2003. Science Achievement inthe Middle School Years: IEA’s ThirdInternational Mathematics and ScienceStudy (TIMSS). Chestnut Hill, MA:Boston College.Diakses pada tanggal 2Agustus 2012.

Muhfahroyin. 2009. MemberdayakanKeterampilan Berpikir Kritis.Tersedia pada:http://www.muhfahroyin.blogger.comDiakses pada tanggal:30September2012.

Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual danPenerapannya dalam KBK. Malang:Universitas Negeri Malang

Nur, M. 2005. PembelajaranKooperatif.Surabaya:Pusat Sains danMatematikaSekolah UNESA.

Pendi, S. 2002. Pembelajaran Fisika Dasar IIPokok Bahasan Arus Listrik danRangkaian Listrik Arus Searah DenganMenggunakan Model PembelajaranKooperatif Tipe Jigsaw. Surabaya:TesisMagister Pendidikan, UNESA.

Pratiwi, D.A.(2005).Biologi Untuk SMAKelas XI. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Santoso, S. 2007. Menguasai Statistik di EraInformasi dengan SPSS 15. Jakarta:PT.Elek Media Komputindo.