Jurnal Reading Terbaru
-
Upload
savana-ersa -
Category
Documents
-
view
156 -
download
7
Transcript of Jurnal Reading Terbaru
PERAWATAN DINI PADA KELAS II, DIVISI 2 MALOKLUSI DENGAN TRAINER UNTUK ANAK-ANAK (T4K): LAPORAN KASUS
Ramirez-Yanez, German O, Faria, Paulo.
Abstrak
Artikel ini melaporkan kasus Kelas II, divisi 2 maloklusi sukses dirawat pada usia dini dan dalam jangka waktu pendek menggunakan trainer untuk anak-anak (T4K), suatu alat fungsional buatan pabrik. Perubahan skeletal diamati sebelum dan sesudah perawatan radiograf sefalometrik dibandingkan dengan perubahan yang diharapkan oleh pertumbuhan pasien. Alat fungsional menghasilkan efek yang diamati pada gambaran klinis, sebagaimana pentingnya mengidentifikasi faktor etiologi ketika merawat maloklusi akan didiskusikan.
kata kunci : gigi geligi bercampur, ortopedik, kelas II divisi 2, T4K
Pendahuluan
Kelas II, divisi 2 maloklusi adalah masalah skeletal dan dental yang terdiri
dari deep bite dan insisif sentral maksila retroklinasi. Koreksi tipe ini pada maloklusi
dapat dilakukan dengan ortodonti cekat atau alat fungsional. Karena tidak ada bukti
ilmiah yang mengurangi koreksi dini pada masalah ini,1 beberapa penulis
menyarankan perawatan selama periode gigi bercampur.2-4
Efek skeletal dan dental yang dihasilkan oleh alat fungsional masih
kontroversial. Peralatan ini menghasilkan perubahan neuromuskular5,6 yang
menyebabkan modifikasi morfologi pada kompleks kraniofasial.3,4,7,8 Hal lainnya
pada artikel ini adalah prediksi, kesuksesan dan durasi perawatan kelas II maloklusi.
Kesuksesan perawatan dengan alat fungsional dikaitkan dengan umur pasien dan
keparahan maloklusi.9-11 Aktivitas otot wajah, terutama otot bibir, juga sudah
dilaporkan mempengaruhi respon dan durasi perawatan untuk kelas II maloklusi.
Antara dua tipe kelas II maloklusi, waktu yang diperlukan lebih sedikit untuk
merawat divisi 2 daripada divisi 1 maloklusi.2
Trainer untuk anak-anak (T4KTM, myofunctional Research Co, Australia)
adalah alat fungsional buatan pabrik, tersusun atas beragam elemen12 yang
1
merangsang otot wajah, mastikator dan lidah. Alat ini merubah postur mandibula ke
posisi depan13 dan merangsang perkembangan transversal.14 Walaupun alat fungsional
yang dibuat di pabrik ini telah menunjukkan perbaikan skeletal dan dental pada kelas
II, divisi 1 pasien maloklusi,13,14 tidak ada laporan penggunaan alat fungsional ini
untuk perawatan kelas II, divisi 2 maloklusi. Sehingga, tujuan artikel ini untuk
menyajikan kasus klinis dimana pasien dengan kelas II, divisi 2 maloklusi dirawat
dengan sukses selama periode gigi bercampur dengan T4K pada periode yang relatif
pendek.
Presentasi Kasus
Seorang gadis berumur 10 tahun mencari konsultasi karena gigi geligi berjejal
dan insisif lateral maksila berada di ujung bukal. Secara klinis, ia mengalami kelas II
molar bilateral dan hubungan caninus, 5 mm overjet dan 95 % overbite (Gambar 1).
Selama pemeriksaan klinis, hiperaktivitas otot dagu, pipi dan bibir diamati. Analisis
gigi geligi bercampur melaporkan ruang yang cukup untuk molar dan caninus
permanen (Gambar 2). Secara skeletal, analisis McNamara’s tetap hubungan kelas II
intermaksila dengan sudut SNB berkurang dan sudut SNA meningkat (Gambar 4A
dan Tabel 1). Sudut SNA dianggap normal. Panjang mandibula, jarak Condylion-
Gnation (Co-Gn) berkurang, seperti posisi titik A dengan tanggapan terhadap
Condylion (Co-A). Tinggi fasial anterior dan jarak dari anterior nasal spine ke
menton (ANS-Me) juga berkurang. Kasus ini didiagnosa sebagai disto-oklusi, Kelas
II, divisi 2 maloklusi, deep bite dengan perkembangan transversal yang adekuat.
Rencana perawatan ditujukan untuk reposisi mandibula ke depan dan
memperbaiki posisi gigi. Perbaikan aktivitas muskular pada otot wajah dan postur
yang lebih baik pada bibir. Oleh karena itu, perawatan ditujukan dalam 2 fase. Fase
pertama termasuk penggunaan T4K sebagai rekomendasi oleh pabrikan, 1-2 jam
selama siang hari dan 10-12 jam pada malam hari. Fase kedua diprogram dengan
ortodonti cekat yang dimulai 12-15 bulan kemudian, posisi mandibula diperbaiki
2
dengan menggunakan alat fungsional. Sebagaimana dijelaskan selanjutnya, fase
kedua perawatan diubah setelah pengamatan dan analisa pencapaian hasil diperoleh
selama fase pertama perawatan. Perbedaan pengukuran sefalometrik diambil setelah
satu perawatan dengan T4K dihitung dan dibandingkan dengan perkembangan
alamiah yang diharapkan terjadi pada perempuan Brazil (umur 10-11 tahun).
Perbedaan antara nilai pengukuran sefalometri dibandingkan dengan data normatif
dari Populasi Brazil.
3
Gambar 2. Model studi sebelum (A) dan sesudah perawatan. Ruang yang cukup untuk alignment gigi dari analisis gigi geligi campuran sebelum perawatan dan alignment gigi yang baik dicapai setelah 12 bulan perawatan dengan T4K
Gambar 1. Foto pasien sebelum perawatan. (A) Foto ekstraoral menunjukkan profil; (B) Gambaran oklusi frontal; (C) Oklusi kanan; (D) Oklusi kiri.
Hasil
Setelah 12 bulan perawatan dengan T4K, perbaikan pada hubungan
intermaksila dapat diamati, deep bite diperbaiki dan molar dan hubungan Caninus
Kelas I dicapai (Gambar 3). Penjajaran gigi, terutama insisif maksila, diperbaiki tanpa
penggunaan alat lainnya. Sejauh ini, hiperaktivitas otot fasial diamati selama
pemeriksaan awal berkurang dan aktivitas otot lebih seimbang.
Tujuan perawatan dicapai selama setahun dan perawatan selanjutnya tidak
dibutuhkan. Hasil klinis dihubungkan dengan perbaikan skeletal ketika pengukuran
sefalometri awal dan 12 bulan kemudian dibandingkan (Gambar 4 dan Tabel 1).
Sudut SNA meningkat 0,8 dan sudut SNB meningkat 4,5 selama periode perawatan.
Modifikasi skeletal ini disebabkan pengurangan sudut ANB, perubahan dari 7,5
sampai 3,7 setelah 12 bulan perawatan dengan T4K. Tiga jarak Condylion-Gnation,
Condylion-Titik A dan ANS-Me juga bertambah.
Perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah perawatan lebih tinggi
daripada yang diharapkan dihasilkan oleh pertumbuhan alamiah perempuan Brazil.
Pertumbuhan alamiah untuk Maksila dan Mandibula untuk 10-11 tahun perempuan
Brazil diharapkan meningkat 0,2 untuk sudut SNA dan SNB dan pengurangan 0,1
pada sudut ANB. Pada kasus ini disajikan, titik A bergerak ke depan 0,8 dan titik B
bergerak 4,5 yang mana sudut ANB berkurang 3,8. Ditambah lagi, jarak Co-Gn dan
Co-A masing-masing bertambah 4,3 dan 4,1 mm , sementara pertumbuhan alamiah
untuk jarak ini diharapkan masing-masing meningkat 2,8 dan 1,7 mm. Secara vertikal
jarak ANS-Me meningkat 3,1 mm, ini lebih tinggi daripada perkembangan alamiah
yang diharapkan (1,1 mm). Nilai pengukuran sefalometri dilakukan sebelum dan
sesudah perawatan, koresponden mencocokkan nilai data normatif umur 10 dan 11
4
tahun dan perbedaan antara sebelum dan sesudah perawatan ditunjukkan pada Tabel
1.
Tabel 1. Pengukuran sefalometri sebelum dan sesudah 14 bulan perawatan. Perbaikan skeletal diamati ketika dibandingkan sebelum dan sesudah pengukuran perawatan. Perbedaan pengukuran antara permulaan dan akhir perawatan lebih tinggi
Peng-ukuran
Sebelum perawatan
Sesudah perawatan
Perbedaan Normal untuk umur 10 tahun
Normal untuk umur 11 tahun
Perbedaan Perbedaan antara pasien dan normatif
tahun tahun perempuan perempuan DataSNA 79,5° 80,3° +0,8° 81,5° 81,7° +0,2° +0,6°SNB 72,1° 76,6° +4,5° 78,2° 78,4° +0,2° +4,3°ANB 7,5° 3,7° -3,8° 3,3° 3,2° -0,1° -3,7°Co-Gn 103,2 mm 107,5 mm +4,3 mm 106,4 mm 109,2 mm +2,8 mm +1,5 mmCo-A 83,2 mm 87,3 mm +4,1 mm 83,9 mm 85,6 mm +1,7 mm +2,4 mmANS-Me
61,8 mm 64,9 mm +3,1 mm 61,9 mm 63,0 mm +1,1 mm +2,0 mm
5
Gambar 3. Foto pasien setelah 12 bulan perawatan dengan T4K. (A) Foto ekstraoral menunjukkan profil; (B) oklusi frontal; (C) oklusi bagian kanan; dan (D) oklusi bagian kiri
Setelah 1 tahun perawatan, perbaikan oklusi pasien lebih baik daripada yang
diharapkan. Oleh karena itu, pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan dengan
fase kedua perawatan, rencana perawatan dimodifikasi dan pasien dilanjutkan
menggunakan T4K selama 6 bulan. Setelah 18 bulan perawatan dengan alat
fungsional, perawatan aktif dipertimbangkan berakhir dan pasien menunjukkan hasil
yang stabil dan tidak ada tanda berulang kembali (Gambar 5).
Diskusi
Kasus klinis yang disajikan, menunjukkan bahwa T4K dengan sukses
digunakan untuk merawat Kelas II, divisi 2 maloklusi dan deep bite pada pasien ini
pada periode singkat. Sefalometri menunjukkan sudut SNA, SNB dan ANB, seperti
jarak Co-Gn, Co-A dan ANS-Me secara positif dimodifikasi selama 12 bulan
perawatan menghasilkan jumlah lebih besar daripada yang diharapkan dari
perkembangan alamiah. Ini berarti bahwa maksila berkembang ke depan, mandibula
direposisi ke depan, perkembangan mandibula dan tinggi fasial inferior anterior
meningkat. Perubahan postur mandibula dan bertambahnya sudut mandibula ketika
perawatan Kelas II divisi 1 maloklusi dengan T4K sudah ditunjukkan.13 Namun, tidak
ada studi melaporkan kemungkinan perkembangan mandibula stimulasi pada pasien
muda ketika penggunaan T4K. Pada kasus ini, perkembangan mandibula secara
sefalometri ditentukan sebagai efek langsung perawatan dengan alat fungsional. Studi
klinis yang lebih jauh dibutuhkan untuk menentukan alat fungsional ini dapat secara
konsisten merangsang pertumbuhan mandibula ketika perawatan kelas II maloklusi.
6
Pengamatan menarik lainnya pada kasus ini adalah perbaikan dental dan
skeletal pada dimensi vertikal. Deep bite didiagnosa sebelum perawatan dan secara
klinis dimensi vertikal timbul bersamaan dengan perawatan menjadi overbite normal.
Hasil klinis ini terkait dengan perubahan skeletal. Jarak ANS-Me meningkat lebih
daripada yang diharapkan dihasilkan oleh perkembangan alamiah selama periode
perawatan. Oleh karena itu, hasil klinis pada kasus ini terutama karena perubahan
postur berhubungan dengan perkembangan mandibula dan peningkatan dimensi
vertikal secara langsung disebabkan oleh penggunaan alat fungsional.
Kasus klinis ini didiagnosa sebagai Kelas II, divisi 2 maloklusi dengan deep
bite. Diagnosis termasuk tipe maloklusi, tapi kasus tersebut juga perlu untuk
menentukan faktor primer dan yang mempengaruhi menyebabkan maloklusi.16-18
Pengaruh ketidakseimbangan pada otot mastikasi dan fasial sudah disebutkan pada
literatur. Pada kasus klinis ini T4K membantu terhadap keseimbangan keduanya,
tekanan otot mastikasi dan fasial. Sejak equilibrium tekanan otot dihantarkan ke
sistem cranio-cervico-mandibular diperoleh melalui aksi gambaran termasuk dalam
T4K, gigi harus sejajar dan bergerak ke posisi yang lebih baik.20-22
Tujuan perawatan pasien ini diperoleh dalam jangka waktu yang relatif
pendek. Namun, tidak berarti perawatan dengan T4K akan menghasilkan hasil yang
7
Foto sefalogram (A) sebelum perawatan, (B) sesudah perawatan
sama pada semua pasien tipe maloklusi ini. Pasien dengan Kelas II divisi 2 maloklusi
dihubungkan dengan hipertonisitas otot bibir dan respon perawatan terlihat lebih baik
pada pasien ini.2 Sulit untuk menentukan alasan suksesnya perawatan ini dengan
cepat. Ini dapat terjadi karena tujuan perawatan terfokus pada keduanya, koreksi
maloklusi dan keseimbangan aktivitas otot,19 karena pasien Kelas II, divisi 2
maloklusi menanggapi perawatan lebih baik dan lebih cepat,2,23 atau karena perawatan
dilakukan selama periode pertumbuhan cepat.24,25 Artikel ini hanya melaporkan satu
pasien dan respon biologis terhadap perawatan dari 1 pasien bervariasi terhadap yang
lain. Studi kontrol dengan sampel yang sesuai harus dilakukan untuk menentukan
T4K pada tipe maloklusi ini.
Kesimpulan
Artikel ini menunjukkan melalui kasus klinis bahwa T4K merupakan metode
yang sangat berguna untuk merawat Kelas II, divisi 2 maloklusi pada usia dini seperti
yang sudah didemonstrasikan pada Kelas II, divisi 2 maloklusi. Hasil pada pasien
menunjukkan bahwa T4K merangsang perkembangan mandibula dan meningkatkan
dimensi vertikal. Penting untuk klinisi mengidentifikasi faktor primer dan faktor yang
mempengaruhi penyebab maloklusi dan merawat dengan teratur oleh keseimbangan
tekanan yang dihantarkan pada berbagai komponen sistem cranio-cervico-
mandibular. Ini mungkin hasil dari perawatan yang lebih cepat dan stabil.
8