jurnal promkes

146
Jurnal Promosi Kesehatan NUSANTARA INDONESIA PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN VIDEO DALAM PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DI SMAN 9 BALIKPAPAN TAHUN 2012 Sulastri 1 , Ridwan M. Thaha 2 , Syamsiar S. Russeng.MS 3 1 SADARI Foundation 2 Jurusan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Abstrak SADARI merupakan langkah awal yang penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut. Rekomendasi dari The American Cancer Sosiety, Menginformasikan bahwa banyak keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun karena hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan pre – post test control group design. Subjek penelitian adalah remaja puteri kelas X – SMAN 9 Balikpapan yang dipilih dengan simple random sampling dengan perolehan sampel sebesar 50 siswi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji paired t-test dengan taraf signifikansi 0.05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan perubahan pengetahuan pada kelompok eksperimen dengan rerata (49.22) lebih besar daripada kelompok kontrol I (17.36), (p = 0.000) dan untuk perubahan sikap pada kelompok eksperimen (33.46) lebih besar daripada pada kelompok kontrol (25.94), (p = 0.000) sehingga ada perbedaan yang signifikasi penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam SADARI terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri Memotivasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI dengan membentuk organisasi PIK KRR untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja, selain itu adanya monitoring, strategi promkes yang lebih kreatif, dukungan dari pihak sekolah, YKI, orang tua remaja putri sehingga terjadinya kesinambungan program. 1 Nomor 10 Edisi 10 Jul- Des 2012

Transcript of jurnal promkes

Jurnal Promosi Kesehatan

NUSANTARA INDONESIA

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN MENGGUNAKAN VIDEO DALAM PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DI SMAN 9 BALIKPAPAN TAHUN 2012

Sulastri1, Ridwan M. Thaha2, Syamsiar S. Russeng.MS 3

1SADARI Foundation2Jurusan Promosi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin3Jurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat,Universitas HasanuddinAbstrakSADARI merupakan langkah awal yang penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut. Rekomendasi dari The American Cancer Sosiety, Menginformasikan bahwa banyak keuntungan untuk melakukan SADARI saat mencapai usia 20 tahun karena hampir 85% gangguan atau benjolan ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap remaja putri di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan pre post test control group design. Subjek penelitian adalah remaja puteri kelas X SMAN 9 Balikpapan yang dipilih dengan simple random sampling dengan perolehan sampel sebesar 50 siswi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji paired t-test dengan taraf signifikansi 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan perubahan pengetahuan pada kelompok eksperimen dengan rerata (49.22) lebih besar daripada kelompok kontrol I (17.36), (p = 0.000) dan untuk perubahan sikap pada kelompok eksperimen (33.46) lebih besar daripada pada kelompok kontrol (25.94), (p = 0.000) sehingga ada perbedaan yang signifikasi penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam SADARI terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap pada remaja putri

Memotivasi pengetahuan dan sikap remaja terhadap SADARI dengan membentuk organisasi PIK KRR untuk memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja, selain itu adanya monitoring, strategi promkes yang lebih kreatif, dukungan dari pihak sekolah, YKI, orang tua remaja putri sehingga terjadinya kesinambungan program. Kata Kunci : remaja putri, SADARI, kanker payudara, media videoAbstractBSE is an important first step to determine the presence of early tumors or lumps in the breast so as to reduce the rate of death from the cancer. Recommendations from the American Cancer Sosiety, informing that a lot of advantages to doing BSE when they reach the age of 20 years because nearly 85% disruption or lumps are found by patients themselves through the examination properly.

This study aimed to determine the effect of health education using video in breast self-examination (BSE) to increase knowledge and attitudes girls in SMAN 9 Balikpapan 2012. This research is a quasi experimental design with pre - posttest control group design. Subjects were girls of class X - SMAN 9 Balikpapan selected by simple random sampling with the acquisition of a sample of 50 students. The analysis is used univariate and bivariate analyzes to test paired t-test with significance level 0.05.

The results showed there were differences in changes in knowledge in the experimental group with a mean (49.22) is greater than the control group I (17:36), (p = 0.000) and for the change in attitude in the experimental group (33.46) is greater than in the control group (25.94), (p = 0.000) so that there is a significance difference in health education using video in BSE to increase knowledge and attitudes in adolescent girlsMotivating adolescent knowledge and attitudes toward breast self-organization by forming PIK KRR to provide information on adolescent reproductive health, in addition to the monitoring, promkes a more creative strategy, support from the school, ICF, parents teenage girls that the sustainability of the program.

Keywords: young women, self-exam, breast cancer, video media

PENDAHULUANK

anker payudara dikenal sebagai salah satu kanker yang paling sering menyerang kaum wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan prevelensinya tidak dapat dihindari. Ditambah lagi kematian karena kanker payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang, karena keterlambatan diagnosis, yang berarti juga keterlambatan pengobatan (Bustan, 2007).

Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim diantara kanker yang menyerang wanita Indonesia. Prevalensi kanker payudara di Indonesia adalah 109 per 100.000 penduduk (WHO, 2008). Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) jenis kanker tertinggi di Rumah Sakit di Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah jenis kanker payudara yaitu sebanyak 18,4% yang kemudian disusul oleh kanker leher rahim (10,3%). Kanker payudara lebih sering menyerang wanita yang sudah berusia diatas 30 tahun, dan sekarang banyak wanita usia remaja menderita kanker payudara. Hal ini didukung berdasarkan laporan WHO pada tahun 2005 jumlah wanita khususnya remaja penderita kanker payudara mencapai 1.150.000 orang, 700.000 diantaranya tinggal di Negara berkembang temasuk Indonesia. Kanker payudara menimbulkan rasa takut yang luar biasa bagi kaum perempuan karena selain menimbulkan kematian juga berpengaruh pada estetika. Deteksi yang terlambat dan kurangnya pengetahuan menyebabkan sebagian besar penderita kanker terlambat diobati. Masalah kanker payudara di Indonesia menjadi lebih besar karena lebih dari 70 % penderita kanker payudara datang ke dokter pada stadium yang sudah lanjut. Hal ini berbeda dengan di Jepang dimana pada masalah kanker payudara lanjut hanya ditemukan sebanyak 13 % (Sutjipto, 2008). Berdasarkan data IARC (International Agency for Research on Cancer), pada tahun 2002 kanker payudara menempati urutan pertama dari seluruh kanker pada perempuan (insidens rate 38 per 100.000 perempuan) dengan kasus baru sebesar 22,7% dan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kanker pada perempuan di dunia (Pusat Komunikasi Publik Setjen Depkes, 2011). Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit A. Wahab Syahranie Samarinda menunjukkan bahwa jumlah penderita tumor dan kanker payudara yang ada di Kalimantan Timur lebih dari 2000 orang. Berdasarkan data pasien rawat inap tahun 2011 dengan diagnosis kanker payudara di Kalimantan Timur paling tinggi terdapat di daerah Balikpapan sebesar 616 pasien, daerah bontang sebesar 185 pasien dan untuk wilayah samarinda sebesar 174 pasien.

Provinsi Kalimantan Timur data tumor/kanker payudara masih terfokus pada tiga kota besar yaitu Kota Samarinda, Kota Balikpapan dan Kota Bontang. Menurut laporan yayasan kanker Indonesia (YKI) tahun 2011 data penderita tumor/kanker payudara di tiga kota besar ini lebih 2000 orang. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum A. Wahab Sjahranie rumah sakit Provinsi Kalimantan Timur tahun 2011 yang berdasarkan rujukan dengan diagnosis kanker payudara di Kalimantan Timur paling tinggi terdapat di daerah Balikpapan sebesar 616 pasien, daerah bontang sebesar 185 pasien dan untuk wilayah samarinda sebesar 174 pasien.

Melihat tingginya angka penderita kanker/tumor payudara, maka perlu upaya pendeteksian dini tumor/kanker payudara dalam hal ini pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) efektif untuk dilakukan pada tahap remaja, karena pada batasan usia tersebut merupakan saat yang tepat untuk memulai melakukan usaha preventif deteksi dini terjadinya penyakit Fibroadenoma Mammae (FAM) dan Cancer Mammae. Hasil penelitian para ahli yang dikutip oleh Dalimartha (2006) menyebutkan sekitar 75-82% keganasan payudara ditemukan dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Pemeriksaan payudara sendiri adalah upaya deteksi dini kanker payudara. Cara ini perlu dikuasai dan dilakukan oleh remaja putri agar dapat melakukan deteksi dini kanker payudara. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SADARI remaja adalah melalui pelatihan SADARI. Promosi Kesehatan di Sekolah ditambah dengan metode promosi yang tepat dalam pelaksanaan dan penyerapannya merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat hal ini didasari pemikiran bahwa sekolah merupakan lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik fisik mental maupun spiritual.Berdasarkan uraian di atas dan informasi kasus kanker dengan insiden tertinggi pada perempuan dengan kanker payudara, maka perlu adanya upaya pendeteksian dini kanker/tumor payudara pada tingkat sekolah menengah atas, karena pada tingkatan ini siswa merupakan remaja putri yang beresiko terkena kanker payudara serta diberikan wadah untuk mendapatkan informasi dan konseling tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui organisasi PIK-KRR.

Tujuan penelitian ini adalah a). Untuk mengetahui perbedaan perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah pada penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). b). Untuk mengetahui perubahan sikap sebelum dan sesudah pada penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). c) Untuk mengetahui pengaruh perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah pada penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). d). Untuk mengetahui pengaruh perubahan sikap sebelum dan sesudah pada penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

BAHAN DAN METODELokasi dan Rancangan PenelitianPenelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri 9 Balikpapan, dijalan Soekarno Hatta Km 16 Karang Joang Kota Balikpapan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment dengan rancangan pretest-postest control group design.Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi putri SMAN 9 Balikpapan tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara simple random sampling dan memilih kelas XI (sebelas) sebagai sampel penelitian yang telah memenuhi kriteria syarat yang ditetapkan dalam penelitian yaitu siswi kelas X (sebelas) SMA Negeri Balikpapan, siswi yang belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang payudara dan tumor payudara serta keterampilan tentang SADARI, berusia 15 17 tahun dan siswi yang bersedia diteliti. Penelitian ini terdapat tiga kelompok yaitu kelompok eksperimen (penyuluhan mengunakan video), kelompok kontrol I (penyuluhan tanpa menggunakan video) dan kelompok kontrol II (tanpa diberikan penyuluhan kesehatan).Metode Pengumpulan Data

Data Primer diperoleh dengan melakukan pembagian angket pretest pada responden kemudian diberikan perlakuan dengan penyuluhan kesehatan mengunakan video tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) selama 3 kali penyuluhan dalam waktu satu bulan. Setelah 1 bulan diberikan angket posttest kepada responden. Data sekunder diperoleh dari data instansi terkait dengan tujuan penelitian serta dari hasil sumber informasi yang mendukung penelitian. Alat pengumpulan data dengan angket terdiri dari item karakteristik responden, pengetahuan (p1-p48) dan sikap (s1-s23), serta dilakukan uji validitas dalam penelitian dengan mengunakan uji product moment dari pearson dengan ketentuan pengujiannya adalah apabila nilai r hasil > r tabel. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode koefisien Alfa Cronbach, dinyatakan reliable jika nilai r hitung > r tabel, nilai r tabel untuk n = 15 dengan taraf signifikasi 5% yaitu 0.514 (Arikunto, 2006).

Analisis DataData diolah dengan menggunakan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) dan Dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh perubahan pengetahuan dan sikap terhadap penyuluhan kesehatan mengunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).HASIL

Karakteristik RespondenTabel 1. Menunjukkan distribusi karakteristik responden terdiri dari umur, agama dan suku. Umur atau usia yang merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun mati. Berdasarkan kelompok umur responden sebagai sampel terdapat rentang umur antara 15 17 tahun. Berdasarkan distribusi kelompok umur responden eksperimen, dimana terlihat dominan umur responden adalah kelompok umur 16 tahun sebanyak 25 responden sebanyak 50%, sementara jumlah persentase tidak jauh berbeda adalah kelompok umur 15 dan 17 tahun dengan masing masing kelompok umur 15 tahun sebesar 26% dan untuk kelompok umur 17 tahun sebesar 25%.

Distribusi responden menurut agama pada tabel 1 menunjukkan hasil sebanyak 47 responden (94%) kelompok eksperimen memeluk agama Islam sedangkan responden yang memeluk agama Katolik dan Protestan tidak berbeda jauh hanya 2 responden (4%) pada agama Katolik serta protestas hanya 1 responden (2%) dan pada kelompok kontrol I dan kontrol II adalah mayoritas pemeluk agama Islam yang masing-masing berjumlah 50 responden pada setiap kelompok

Komposisi penduduk Kota Balikpapan sangat heterogen meliputi hampir seluruh suku yang ada di Indonesia, baik dari Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Jawa, Sumatera dan Kalimantan sendiri dan pada tabel menyajikan distribusi responden menurut suku di tiga kelompok dengan mayoritas suku adalah Jawa sebanyak 31 responden (62%), suku lainnya adalah Banjar.

Analisis Univariat

Tabel 2. Menunjukkan hasil penelitian pada pengaruh penggunaan media video dalam penyuluhan kesehatan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) terhadap perubahan pengetahuan remaja putri pada kelompok eksperimen adalah pengetahuan tentang SADARI pada responden dinilai dari 48 pertanyaan yang meliputi pengertian dari kanker payudara, penyebab dan gejala-gejala kanker payudara, pencegahan kanker payudara dengan SADARI, langkah-langkah melakukan SADARI, waktu dalam melakukan SADARI dan posisi melakukan SADARI. Tabel distribusi kategori pengetahuan tentang SADARI pada remaja sebelum dan sesudah dilakukan intervensi berupa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan video pada kelompok eksperimen menunjukkan distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden pada kelompok eksperimen pada saat sebelum penyuluhan ada sebanyak 3 responden (6%) yang mempunyai pengetahuan baik, sebanyak 22 responden (44%) mempunyai pengetahuan sedang, dan sebesar 50% mempunyai pengetahuan yang rendah tentang SADARI.

Tabel 3. Menunjukkan hasil Sikap responden terhadap SADARI dalam deteksi dini kanker payudara dapat dinilai dari 23 pernyataan yang meliputi pemeriksaan payudara sendiri secara berkala setiap bulan, SADARI yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, SADARI merupakan hal yang paling murah untuk mendeteksi adanya kelainan pada payudara serta pergi ke pelayanan kesehatan apabila mendeteksi kelainan pada payudara, butir 23 pertanyaan sikap tersebut terbagi dalam 12 pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif. Kelompok eksperimen menunjukkan hasil perbandingan perubahan sikap sebelum dan sesudah dengan diberikan penyuluhan tentang kesehatan SADARI mengunakan video terdapat 14 orang dengan hasil perubahan sikap sesudah penyuluhan lebih rendah daripada sebelum penyuluhan dan 36 orang mempunyai perubahan yang lebih baik dari sebelum penyuluhan.

Analisis Bivariat

Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan video SADARI adalah 18.44 dengan standar deviasi 7.448 dan setelah kegiatan intervensi berupa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan video SADARI rata-rata pengetahuan responden adalah sebsar 39.14 dengan standar deviasi 3.758. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0.000, maka dapat disimpulkan pada dengan nilai 5% terlihat adanya perbedaan pengetahuan yang signifikan responden sebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan kesehatan dengan mengunakan video SADARI.

Tabel 5. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan tanpa menggunakan video adalah 19.00 dengan standar deviasi 9.470 dan setelah responden mengikuti kegiatan intervensi berupa penyuluhan kesehatan tanpa menggunakan video SADARI maka rata-rata nilai pengetahuan responden adalah 36.34 dengan standar deviasi sebesar 5.483. Berdasarkan hal tersebut maka yang ingin diketahui lebih lanjut perbedaan yang menunjukkan nilai rerata yang memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang dominan dalam perubahan pengetahuan SADARI pada responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rerata pengetahuan responden sebelum dan sesudah kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan tentang SADARI dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan tanpa mengunakan video SADARI hanya penyuluhan biasa tentang pemeriksaan payudara sendiri dalam upaya deteksi kanker payudara adalah sebesar 17.36 berdasarkan hal itu kemudian dibandingkan dengan penyuluhan menggunakan video yang lebih besar nilainya 20.7 dengan nilai p value sebesar 0.000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikansi antara kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan menggunakan video dan tidak menggunakan video dalam pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada remaja

Tabel 7. Berdasarkan hasil analisis rata-rata sikap responden pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah tentang SADARI dapat ditarik suatu kesimpulan rata-rata siswi sebelum intervensi adalah 34.20 dengan standar deviasi 15.752, sedangkan rata-rata sikap sesudah diberikan kegiatan intervensi berupa penyuluhan kesehatan mengunakan video adalah sebesar 67.66 dengan standar deviasi sebesar 9.917. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0.000 ( = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan mengunakan video SADARI terhadap peningkatan sikap siswi di SMA Negeri 9 Balikpapan tahun 2012.

Tabel 8. Berdasarkan hasil analisis rata-rata sikap responden pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah tentang SADARI dapat ditarik suatu kesimpulan rata-rata siswi sebelum intervensi adalah 34.20 dengan standar deviasi 15.752, sedangkan rata-rata sikap sesudah diberikan kegiatan berupa penyuluhan kesehatan mengunakan video adalah sebesar 67.66 dengan standar deviasi sebesar 9.917. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p value sebesar 0.000 ( = 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan mengunakan video SADARI terhadap peningkatan sikap siswi di SMA Negeri 9 Balikpapan tahun 2012.

Tabel 9. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata sikap responden sebelum adanya kegiatan intervensi berupa penyuluhan kesehatan tanpa menggunakan video SADARI adalah sebesar 36.66 dan rata-rata nilai sikap responden setelah diberi kegiatan penyuluhan maka nilainya menjadi 62.60, pada taraf kepercayaan 95% didapatkan nilai p sebesar 0.000, maka dapat disimpulkan pada (0.05) terlihat ada perbedaan yang signifikan nilai sikap pada siswi SMA Negeri 5 Balikpapan sebelum dan sesudah kegiatan intervensi, dengan demikian kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan tanpa menggunakan video berpengaruh terhadap peningkatan sikap pada siswi SMA Negeri 5 Balikpapan tahun 2012, dengan diperoleh nilai p value 0.000 < 0.05.

Tabel 10. Berdasarkan hasil penelitian bahwa rata-rata sikap responden sebelumnya adalah sebesar 40.26 dengan standar deviasi sebesar 13.167 dan hasil sesudah memperlihatkan nilai rata-ratanya adalah sebesar 41.64 dengan standar deviasi sebesar 12.893. Pada taraf kepercayaan 95% hasil uji statistik didapatkan nilai 0.425, maka dapat disimpulkan pada = 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan nilai sikap pada siswi SMA Negeri 6 Balikpapan sebelum dan sesudah tanpa diberi kegiatan penyuluhan kesehatan tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara, dengan demikian tidak ada pengaruh terhadap peningkatan sikap siswi SMA Negeri 6 Balikpapan tahun 2012 sebelum dan sesudah tanpa diberi kegiatan intervensi dengan perolehan nilai p value 0.425 < 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rerata sikap siswi pada 2 SMA Negeri di Balikpapan yang diberikan kegiatan intervensi berupa penyuluhan kesehatan menggunakan video SADARI dan tanpa menggunakan video SADARI memperlihatkan ada perbedaan nilai sikap sebelum dan sesudah diberi kegiatan intervensi. Pada SMA Negeri 6 Balikpapan dimana tidak diberikan kegiatan interensi berupa penyuluhan kesehatan SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara memperlihatkan tidak ada perbedaan nilai sikap responden sebelum dan sesudahnya.

Tabel 11. Hasil pada tabel menunjukkan bahwa perbedaan rerata sikap siswi sebelum dan sesudah pemberian kegiatan intervensi penyuluhan menggunakan video SADARI adalah sebesar 33.46 dibandingkan dengan yang penyuluhan tanpa menggunakan video hanya sebesar 25.94 dimana nilai tersebut lebih kecil dari kegiatan intervensi penyuluhan menggunakan video. Berdasarkan uji statistik paired t test kedua kegiatan intervensi tersebut memperoleh nilai p value = 0.000 artinya secara statistik ada perbedaan yang signifikan antara pemberian kegiatan intervensi penyuluhan dengan menggunakan video SADARI dan tanpa menggunakan video terhadap peningkatan sikap responden tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara

PEMBAHASANPengetahuan

Penggunaan media video pemeriksaan payudara sendiri dalam penyuluhan kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan siswi yang dapat dilakukan dengan faktor-faktor pemungkin (enabling factors) sehingga dapat memungkinkan atau memfasilitasi perubahan perilaku dan tindakan dimana setelah dilakukan kegiatan intervensi menjadi 48 responden (96%) yang berpengetahuan baik. Hal ini didukung oleh Notoatmodjo (2005) bahwa faktor predisposisi berupa pemberian informasi melalui media mendukung perubahan pengetahuan kesehatan, sehingga penyuluhan kesehatan dengan mengunakan video tentang SADARI dianggap dapat meningkatkan pengetahuan siswi dalam mencegah kanker payudara.

Media promosi kesehatan merupakan salah satu sarana atau upaya yang dapat digunakan untuk menampilkan pesan atau informasi kesehatan yang ingin disampaikan kepada remaja sehingga dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya kearah positif atau mendukung terhadap kesehatan. Menurut Mubarak, Chayatin dan Rozikin (2007) mengungkapkan perubahan pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu beberapa diantaranya adalah pendidikan, media massa, sosial budaya, dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Hal lain yang dapat dilihat adalah aspek positif terhadap pengaruh penggunaan media video dalam penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan responden yang terlihat pada hasil pretest dan posttest. Sebelum dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen responden yang berpengetahuan baik tentang SADARI hanya 3 responden (6%), pengetahuan sedang sebanyak 22 responden (44%) dan yang berpengetahuan rendah adalah sebanyak 25 responden (50%), tetapi setelah dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan mengunakan video terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu berpengetahuan baik menjadi 48 responden (96%), selain itu pada saat prettest terdapat pula responden yang berpengetahuan sedang yaitu sebanyak 2 responden (4%), hal ini menunjukkan bahwa responden telah menyimak informasi dan menganalisa isi materi yang disampaikan pada penyuluhan menggunakan video SADARI.

Hasil pengukuran selisih nilai pengetahuan responden sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen dengan penyuluhan kesehatan mengunakan video diperoleh nilai 20.700 sedangkan pada kelompok kontrol I yang diberikan penyuluhan kesehatan tanpa mengunakan video diperoleh nilai 17.340 hal ini menunjukkan bahwa rerata nilai pengetahuan responden setelah 3 kali penyuluhan dalam waktu 3 minggu terjadi peningkatan rerata pengetahuan pada kelompok responden kelompok eksperimen sehingga dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan mengunakan video nilai selisih lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok penyuluhan kesehatan tanpa mengunakan video.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan dengan menggunakan video lebih meningkatkan pengetahuan responden tentang SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara dibandingkan dengan kelompok yang hanya mendapatkan penyuluhan kesehatan biasa tanpa menggunakan video. Penggunaan media video mempunyai suatu dampak yang lebih pada penyuluhan kesehatan yaitu menarik pada orang-orang (sasaran) sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi pendapat umum, memperkenalkan jalan hidup baru dalam bidang kesehatan serta mencakup wilayah perkotaan dan masyarakat pedesaan.

Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang), (setuju,tidak setuju, baik, tidak baik). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, tetapi merupakan presdiposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan intervensi (posttest) dengan melakukan kegiatan penyuluhan tentang pemeriksaan payudara sediri (SADARI) dalam upaya deteksi dini kanker payudara pada remaja mengalami peningkatan. Pada saat sebelum intervensi kelompok eksperimen hasil pretest menunjukkan terdapat 36 responden (72%) yang memiliki sikap tidak mendukung tentang SADARI, sedangkan yang responden dengan sikap sangat mendukung hanya sebanyak 3 responden (6%). Setelah dilakukan intervensi responden yang memiliki sikap tidak mendukung menurun menjadi 6 orang (12%), sikap sangat mendukung terhadap SADARI meningkat menjadi sebanyak 22 responden (44%) dan 16 responden (32%) yang memiliki sikap cukup mendukung terhadap SADARI dalam upaya deteksi dini kanker payudara.

Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2002) yang mengungkapkan, bahwa sikap seseorang tidak selamanya tetap, karena sikap dapat berkembang manakala mendapat pengaruh baik dari dalam maupun luar yang bersifat positif dan mengesankan. Antara perbuatan dan sikap ada hubungan timbal balik, tetapi sikap tidak selalu menjelma dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku.

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji paired t-tes pada kegiatan intervensi penyuluhan kesehatan yang mengunakan video pada kelompok eksperimen memperoleh nilai p adalah 0.000 yang berarti pada (0.05) terlihat ada perbedaan yang signifikan sikap pada responden setelah adanya kegiatan penyuluhan mengunakan video dan tanpa mengunakan video SADARI.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan ditemukan adanya perbedaan dan pengaruh dalam perubahan pengetahuan sikap sebelum dan sesudah pada penyuluhan kesehatan menggunakan video tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

Upaya perubahan pengetahuan pada remaja pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam upaya deteksi dini kanker payudara, adalah sebagai berikut : a). Pihak sekolah dapat melakukan bentuk penyuluhan sebagai media promosi kesehatan yang tidak membosankan dan kreatif serta mudah dipahami oleh remaja contohnya penyuluhan kesehatan menggunakan video. b). Pihak sekolah dapat mencantumkan materi pemeriksaan payudara sendiri pada mata pelajaran pengampu maupun melalui pendidikan tambahan dari petugas kesehatan secara berkala dalam upaya deteksi dini kanker payudara. c) Pihak sekolah dapat mengadakan kegiatan seperti event remaja yang positif dan mencantumkan aspek deteksi dini kanker payudara dengan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) seperti kompetisi cerdas cermat tentang kanker payudara, pertandingan majalah dinding (Mading) dengan tema kanker payudara antar kelas serta pada grup kegiatan teater dapat mengambarkan drama pencegahan kanker payudara.

Upaya peningkatan perubahan sikap siswa SMA Negeri 9 Balikpapan tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dalam upaya deteksi dini kanker payudara, adalah sebagai berikut : a). Penyuluhan kesehatan mengunakan video dapat dibuat dengan versi yang beragam dan memasukkan pesan dengan mengunakan daya penarik emosi remaja seperti cinta, kebencian, ketakutan dan kebutuhan dalam aktualisasi diri dilingkungan sekolah, b). Kerjasama antar guru bidang studi dan wali kelas dalam memberikan himbauan kepada siswa dan siswinya dalam meningkatkan prestasi belajar dan menghindari kegiatan kegiatan yang negatif serta menutup diri dari informasi kesehatan dikalangan remaja saat ini, c). Meminimalisir persepsi hambatan remaja butuh adanya program lanjutan dari pelatihan SADARI dengan materi yang menarik dan gaul, sehingga remaja tidak menganggap SADARI sebagai tindakan yang menakutkan.

Tabel .1Distribusi Karakteristik Responden Remaja Putri Berdasarkan Umur, Agama dan Suku di Balikpapan Tahun 2012KarakteristikKelompok EksperimenKelompok Kontrol IKelompok Kontrol II

n%n%n%

Umur Responden

1513265102142

16255039782652

17122461236

Jumlah501005010050100

Agama

Islam47945010050100

Katolik24----

Protestan12----

Jumlah501005010050100

Suku

Banjar91811221734

Jawa316224481734

Kutai24----

Buton2461248

Bugis6129181224

Jumlah501005010050100

Tabel 2Distribusi responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang SADARI pada Remaja Putri di Balikpapan Tahun 2012KelompokPengetahuanSebelum PenyuluhanSesudah Penyuluhan

n%n%

Eksperimenbaik364896

Sedang224424

Kurang2550--

jumlah505010050

Kontrol Ibaik7143672

Sedang15301428

Kurang2856--

jumlah505010050

Kontrol IIbaik3612

Sedang22442742

Kurang25582256

jumlah505010050

Tabel. 3Distribusi responden Berdasarkan Sikap Tentang SADARI pada Remaja Putri di Balikpapan Tahun 2012

KelompokSikapSebelum PenyuluhanSesudah Penyuluhan

n%n%

EksperimenSangat Mendukung362856

Cukup Mendukung11221632

Tidak Mendukung3672612

jumlah5010050100

Kontrol ISangat Mendukung5102244

Cukup Mendukung10201836

Tidak Mendukung35701020

jumlah5010050100

Kontrol IISangat Mendukung--36

Cukup Mendukung14281632

Tidak Mendukung36723162

jumlah5010050100

Tabel. 4Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Kelompok Eksperimen Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan Kesehatan mengunakan Video di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012

Pengetahuan EksperimenP valuen

PrePost

Mean18.4439.140.00050

SD7.4483.758

SE1.0530.531

Tabel .5Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Responden Kelompok Kontrol I Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah diberikan Penyuluhan Kesehatan tanpa mengunakan Video di SMAN 5 Balikpapan Tahun 2012

PengetahuanKontrol IP valuen

PrePost

Mean18.9836.340.00050

SD9.4795.483

SE1.3390.775

Tabel 6.

Distribusi perbandingan pengetahuan responden tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebelum dan sesudah pada remaja di Balikpapan

Pengetahuan

Kelompok EksperimenRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah18.44

67.6649.220.00050

Pengetahuan

Kelompok Kontrol IRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah18.98

36.3417.360.00050

Pengetahuan

Kelompok Kontrol IIRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah18.60

17.960.640.36750

Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Kelompok Eksperimen Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah di SMAN 9 Balikpapan Tahun 2012

SikapEksperimenP valuen

PrePost

Mean34.2067.660.00050

SD15.7529.917

SE2.2281.403

Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Kelompok Kontrol I Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah di SMAN 5 Balikpapan Tahun 2012

SikapKontrol IP valuen

PrePost

Mean36.6662.600.00050

SD16.03020.113

SE2.2672.844

Tabel 9. Distribusi Rata-Rata Sikap Responden Kelompok Kontrol II Tentang SADARI Sebelum dan Sesudah di SMAN 5 Balikpapan Tahun 2012

SikapKontrol IIP valuen

PrePost

Mean40.2641.640.42550

SD13.16712.893

SE1.8621.823

Tabel 10. Distribusi perbandingan Perubahan sikap responden tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebelum dan sesudah pada remaja di Balikpapan

Sikap

Kelompok EksperimenRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah34.20

67.6633.460.00050

Sikap

Kelompok Kontrol IRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah36.66

62.6025.940.00050

Sikap

Kelompok Kontrol IIRerataPerbedaan rerataP valuen

Sebelum

Sesudah40.26

41.641.380.42550

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A, 2002. Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta. JakartaAnonim. 2005. Cancer Risk factors. Mayo Fundation For Medical Educattion and Research.(Online). (www.mayoclinic.com diakses 12 juni 2012)

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Burroughs, A. 1997. Maternity Nursing An Introductory Text. Philadelphia : W. B. Sauders Company

Dalimartha., Setiawan. 2004. Kanker Payudara. Dalam : Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Penebar Swadaya, Jakarta.

Depkes RI. 2007. Petunjuk Teknis Pencegahan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Direktorat Pengendalian penyakit Tidak Menular direktorat Jenderal PP dan PL, Depkes RI. Jakarta

Kearney,A,J and Murray, M. 2006. Evidence Against breasrt Self Examination is Not Conclusive: What Polymakers and Health Profesionals Need too Know. Journal of Public Health Policy; 2006. Dalam proquest Medical Library. (Online). (http://www.proquest .co.id diakses 13 juni 2012)

Kodim, Nasrin. 2004. Eppidemiologi Kanker Payudara, Himpunan Badan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. FKM UI. Jakarta

Lusa, 2009. Tentang Anatomi dan Fisiologi Payudara. (Online), (http://www.lusa.web.id/anatomi-dan-fisiologi-payudara , diakses 15 Mei 2012)

Ngatimin, Rusli. 2005. Sari dan Aplikasi Ilmu Perilaku Kesehatan. Yayasan PK-3. Makassar

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta

Soelaryo, TS. 2002. Epidemiologi Masalah Remaja. Dalam: Narendra, M.B., Sularyo, T.S., Soetjiningsih, Suyitno, H., Ranuh, I.N.G., eds. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Jilid 1 Ed 1. Sagung Seto. Jakarta

Sutjipto. 2008. Permasalah Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Payudara. (online). (http://www.dharmais.co.id/new/content.php?page=article&lang=en&id=17 diakses tanggal 23 maret 2011)

WHO (World Health Organization). 2008. Breast Cancer : Prevention and Control. (Online). (http://www.who.int/cancer/detection/breastcancer/en/index1.html diakses 12 maret 2010).

WHO (World Health Organization). 2005. Data Penderita Kanker Payudara di Dunia. (Online). (http://www.who.int/cancer/detection/braestcancer/en/index1.html diakses 12 februari 2012)

International Agency for research on cancer (IARC). 2003. Breast Cancer Incidence and Mortality Worldwide in 2002 Summary. (Online). (http://globocan.iarc.fr/factsheets/cancers/breast.asp diakses 12 februari 2010)

PENGARUH KADER KESEHATAN SEBAGAI KOMUNIKATOR TERHADAP PERILAKU IBU NEONATUS DALAM PERAWATAN NEONATUS DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

*Suriah

Jurusan Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Hasanuddin, Kampus FKM Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan KM10 Makassar, Sulawesi Selatan

(email : [email protected])

ABSTRAK

Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai pengaruh kader kesehatan sebagai komunikator terhadap perilaku ibu dalam perawatan neonatus. Penelitian dilakukan di Kabupaten Garut, menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pre-test pengetahuan dan sikap dilakukan terhadap 147 ibu pada kelompok intervensi dan 149 ibu pada kelompok kontrol, dengan usia kehamilan 5-9 bulan. Kemudian 16 orang kader terlatih sebagai komunikator memberikan informasi dan edukasi mengenai perawatan neonatus sebanyak 2 kali. Post-test pengetahuan, sikap dan praktik dilakukan terhadap ibu yang sama pada kedua kelompok. Observasi praktik dalam perawatan neonatus dilakukan terhadap 32 ibu di wilayah intervensi dan wawancara mendalam kepada bidan, dukun bayi dan keluarga ibu neonatus. Intervensi dari kader kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu neonatus 3,7 kali, sikap positif 6 kali dan praktik yang baik 12,4 kali dalam perawatan neonatus dibandingkan kelompok tanpa intervensi. Pemanfaatan kader kesehatan sebagai komunikator dalam perawatan neonatus disarankan direplikasi di kabupaten lain dengan mempertimbangkan kondisi setempat.

Kata Kunci: Kader Kesehatan, Perilaku Ibu Neonatus, Perawatan Neonatus

ABSTRACT

This research aims to assess the role of voluntary health worker as communicators in influencing behavior of mothers of neonates in newborn care. The research was conducted in Garut district employing qualitative and quantitative method. Pre-test on knowledge and attitude was implemented on 147 mothers in the intervention group and on 149 mothers in the control group with 5-9 month pregnancy. Sixteen cadres as communicator conducted two information and education sessions on newborn care. Post-test on knowledge, attitude and practice was given on mothers of the same groups. Skills one observation in newborn care was applied on 32 mothers in the intervention group and in-depth interview was conducted to midwives, traditional birth attendants and the family of mothers of neonates. Intervention from voluntary health workers resulted in the following improvement: knowledge 3.7 times, positive attitude 6 times, and good practical skills 12.4 times indicating positive improvement on mother of neonate after intervention. It can be concluded that the empowerment of voluntary health worker as communicators in newborn care is suggested to be replicated in different districts where the local condition should be taken into account.

Key words: Voluntary health worker, behavior of mother of neonates, newborn carePENDAHULUAND

i Indonesia diperkirakan sekitar 4,5 juta bayi lahir setiap tahun (Statistik Indonesia, 2010), namun berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, angka kematian neonatal (AKN) atau bayi baru lahir (Usia 0-28 hari) masih cukup tinggi yaitu 19/1000 kelahiran hidup (KH). Dalam kurun waktu 5 tahun, angka kematian neonatal di Indonesia hanya bergeser 1 poin yaitu 20/1000 KH tahun 2002 dan 19/1000 KH tahun 2007 (Biro Pusat Statistik, 2008).

Berdasarkan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa di Indonesia masih terdapat 234 bayi baru lahir (BBL) atau neonatus meninggal setiap hari atau sekitar 10 neonatus meninggal setiap jam. Angka kematian neonatal di Indonesia masih merupakan yang tertinggi jika dibandingkan beberapa negara di wilayah Asia Tenggara, seperti Filipina (17/1.000 KH), Vietnam (12/1.000 KH), Srilanka (11/1.000 KH) dan Singapura yang hanya 1/1.000 KH (Save the Children, 2008).

Jawa Barat merupakan provinsi di Indonesia dengan angka kematian neonatal sama dengan angka nasional yaitu 19/1000 kelahiran hidup (Biro Pusat Statistik, 2008). Di provinsi ini terdapat 3 kabupaten dengan jumlah kematian neonatal tertinggi selama tahun 2009 berdasarkan data laporan rutin jumlah kematian neonatus dari Kementerian Kesehatan, yaitu: Sukabumi 381 neonatus, Bogor 339 neonatus dan Garut 321 neonatus (Kemenkes RI, 2010).

Tiga penyebab utama kematian neonatus di Indonesia adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebesar 29%, asfiksia sebanyak 27% dan terdapat 10% neonatus meninggal akibat tetanus (Kemenkes RI, 2007). Penyebab kematian neonatus di Jawa Barat antara lain: asfiksia sebanyak 20,1%, infeksi sejumlah 19,5% dan 11,3% meninggal akibat komplikasi prematur dan BBLR (Dinkes, 2007). Pola penyebab kematian neonatus di kabupaten Garut hampir serupa dengan pola di tingkat nasional yaitu: BBLR (31%), asfiksia (28%), infeksi (3%), dan 38% karena penyebab lain (Dinkes, 2009).

Kementerian Kesehatan RI dalam memberikan pelayanan kesehatan dan pencegahan kematian neonatus di Indonesia, melalui Direktorat Bina Kesehatan Anak telah mengupayakan beberapa program mulai dari saat bayi lahir hingga berusia 28 hari. Upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi masalah kesehatan neonatus di Indonesia, pendekatannya masih cenderung pada tingkat petugas kesehatan dan hanya sebagian kecil upaya di tingkat keluarga. Padahal teridentifikasi sekitar 98% kematian neonatus terjadi di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) yang mana 60% diantaranya lahir di rumah tanpa bantuan perawatan tenaga kesehatan terampil (Yinger, 2003). Perawatan neonatus yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian Air Susu Ibu (ASI), menjaga bayi tetap hangat serta tunda mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, perawatan tali pusat dan pencegahan infeksi, serta pengenalan tanda bahaya pada neonatus. Perawatan neonatus lebih banyak dilakukan di rumah oleh ibu dan keluarga, dengan konteks perawatan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan tokoh-tokoh kunci di sekitar mereka. Hasil riset formatif di Kabupaten Garut yang dilakukan oleh Yayasan Melati (2008), mengungkapkan bahwa perilaku ibu dan keluarga dalam perawatan neonatus dipengaruhi antara lain oleh dukun bayi, kader kesehatan, dan tetangga. Hasil riset ini juga mengemukakan bahwa kader kesehatan merupakan salah satu tokoh kunci yang mendampingi ibu hamil saat memeriksakan kehamilan ke bidan atau petugas kesehatan, mendampingi ibu bersalin saat persalinan, melakukan kunjungan pasca persalinan, memberi informasi seputar kesehatan ibu neonatus dan bayinya, serta mendampingi keluarga saat melakukan rujukan dalam kondisi kegawatdaruratan ibu neonatus dan bayinya (Yayasan Melati, 2008). Di India dan Bangladesh, telah dilakukan pemanfaatan kader untuk memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu neonatus dalam upaya perubahan perilaku ibu terkait perawatan neonatus di tingkat rumah tangga (Baqui, et al 2008 dan Bang, Rany, Reddy, 2005). Di Indonesia kader kesehatan seringkali berperan dalam memotivasi dan memberikan informasi terkait perawatan kehamilan, persalinan dan kesehatan anak, namun belum pada tahap upaya yang sistematis mempengaruhi perilaku dan membuat individu melakukan serta mempertahankan perilaku positifnya dalam perawatan neonatus. Hasil survei data dasar kesehatan neonatus di 10 kecamatan Kabupaten Garut menemukan rendahnya pengetahuan dan praktik ibu, suami, dan pendamping, dalam perawatan neonatus (FKM-UI, 2007). Hasil riset formatif oleh Yayasan Melati (2008) di dua kecamatan di Kabupaten Garut, juga menunjukkan adanya perilaku tidak mendukung dalam perawatan neonatus yang dilakukan oleh ibu, keluarga, dan penolong persalinan. Pendekatan yang ada di Indonesia saat ini dapat dikatakan belum memberdayakan tokoh kunci seperti kader kesehatan untuk menjangkau sasaran yaitu ibu dan keluarga dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan neonatus, padahal kader kesehatan merupakan salah satu tokoh kunci yang berada di sekitar ibu neonatus dan keluarga. Kader dapat diberdayakan untuk memberikan informasi dan pembelajaran perilaku yang mendukung kesehatan dan keselamatan bagi neonatus, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh kader kesehatan sebagai komunikator terhadap perilaku ibu neonatus dalam perawatan neonatus di Kabupaten Garut.BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pada metode kuantitatif digunakan disain kuasi eksperimen dengan rancangan The Nonequivalent Control Group Design (Campbell dan Stanley, 1966), sedangkan pada metode kualitatif digunakan pendekatan rapid assessment procedure (Kemenkes RI, 2000). Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di 3 kecamatan Kabupaten Garut, yaitu Kecamatan Selaawi, Cisompet dan Karangpawitan. Kecamatan Selaawi dan Cisompet merupakan lokasi intervensi sedangkan Kecamatan Karangpawitan merupakan wilayah kontrol. 1. Kuantitatif

Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan usia kehamilan antara 5-9 bulan yang berada di 10 kecamatan wilayah Proyek SNL-2 di Kabupaten Garut. Untuk kebutuhan studi dilakukan pemilihan kecamatan sebagai lokasi intervensi, yaitu Kecamatan Cisompet dan Selaawi, kemudian kelompok kontrol terpilih Kecamatan Karangpawitan dari 32 kecamatan diluar wilayah proyek SNL-2. Data jumlah ibu hamil dari bulan Oktober hingga Desember 2008 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dan puskesmas untuk masing-masing kecamatan, yaitu 124 orang di Kecamatan Cisompet, 210 di Kecamatan Selaawi dan 525 orang di Kecamatan Karangpawitan.Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus sampel uji hipotesis beda proporsi (Ariawan, 1998). Jumlah ibu hamil sifatnya dinamis setiap bulan, penentuan usia kehamilan ibu 5-9 bulan untuk memenuhi jumlah sampel pada tiap kecamatan lokasi penelitian. Untuk menentukan besar sampel pada masing-masing kecamatan intervensi, berdasarkan jumlah sampel minimal kelompok yang diperoleh yaitu 141 orang maka dihitung secara proporsional untuk masing-masing kecamatan, sehingga didapatkan jumlah sampel yaitu; 84 orang di Kecamatan Selaawi dan 57 orang di Kecamatan Cisompet. Pengumpulan DataPengumpulan data berlangsung selama 10 bulan (Mei 2009 hingga Maret 2010). Pengumpulan data awal (pre-test) dilakukan dengan meminta responden memilih jawaban pada kuisioner untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan dan sikap ibu terkait perawatan neonatus. Kemudian dilakukan intervensi pertama yaitu pemberian informasi dan pembelajaran mengenai perawatan neonatus kepada ibu hamil dengan usia kehamilan 5-9 bulan. Intervensi kedua dilakukan setelah bayi lahir saat usia bayi 0-7 hari, kader mengunjungi kembali ibu yang sama yang telah dikunjungi pada intervensi awal. Kemudian dilakukan pengumpulan data akhir (post-test) setelah intervensi kedua untuk mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, sikap dan praktik ibu terkait perawatan neonatus. Pengumpulan data akhir atau post-test dilakukan 1-2 bulan setelah intervensi kedua. Pengumpulan data awal dan akhir dilakukan baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.

Analisis Data

Uji Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menilai perbedaan skor rata-rata pengetahuan dan sikap ibu sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok, sedangkan untuk menilai perbandingan selisih rata-rata skor pengetahuan, sikap dan praktik antar kelompok digunakan uji Mann Whitney. Analisis multivariat berupa analisis Regresi Logistik Ganda untuk melihat pengaruh intervensi terhadap pengetahuan, sikap dan praktik ibu neonatus setelah dikontrol oleh karakteristik ibu (umur, tingkat pendidikan, paritas dan sumber informasi) serta pengetahuan dan sikap ibu sebelum intervensi.

2. Kualitatif Dalam penelitian ini yang menjadi sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan data kualitatif yakni: ibu neonatus, kader kesehatan, bidan koordinator, bidan di desa, dukun bayi dan keluarga ibu neonatus. Proses pengumpulan data kualitatif dilaksanakan pada awal, tengah dan akhir proses pengumpulan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi praktik terhadap ibu hamil yang melakukan simulasi perawatan neonatus dan juga terhadap kader kesehatan yang diamati pada saat memberikan informasi dan pembelajaran praktik perawatan neonatus kepada ibu dengan usia kehamilan antara 5-9 bulan. Selanjutnya pengamatan dilakukan lagi setelah ibu melahirkan, terhadap informan yang sama yaitu ibu neonatus dan kader yang berkunjung melakukan pembelajaran pada saat bayi berusia antara 0-7 hari. Dalam penelitian kualitatif, jumlah sumber informasi biasanya sedikit. Oleh karena itu, agar keabsahan data tetap terjaga, dilakukan strategi yang disebut triangulasi (Faisal, 1990, Morse dan Field, 1995 serta Kemenkes RI, 2000). Dalam penelitian ini, upaya triangulasi yang dilakukan adalah triangulasi sumber informasi dan triangulasi metode. Analisis yang dilakukan untuk data kualitatif yaitu analisis isi (Faisal 1990, Nasution, 1992, serta Morse dan Field, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengetahuan dan sikap ibu neonatus mengenai perawatan neonatus setelah intervensi lebih baik dibandingkan pengetahuan dan sikap ibu sebelum intervensi pada kelompok intervensi. Hal tersebut dapat diketahui dari uraian pada tabel berikut:

Tabel 1 Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Ibu Neonatus terhadap Perawatan Neonatus Sebelum dan Setelah Intervensi

pada Kelompok Intervensi

VariabelMeanSDBeda Meanp

Pengetahuan (skala 0-20)Sebelum intervensi14,33,31,4 (9,4%)