Jurnal Praktikum: Ketajaman Pengelihatan

download Jurnal Praktikum: Ketajaman Pengelihatan

of 4

description

Jurnal mengenai metode Snellen dalam penentuan ketajaman mata.

Transcript of Jurnal Praktikum: Ketajaman Pengelihatan

JUDUL PERCOBAAN

PERCOBAAN I KETAJAMAN PENGELIHATAN MATAHana Zahra Aisyah (081411733001)Dosen Prihartini Widiyanti, Dr.., drg, M.Kes.Tanggal Percobaan: 11/11/2015FIB103-Praktikum Fisika MedisLaboratorium Teknobiomedik, Fak. Sains dan Teknologi Universitas Airlangga

Laporan Praktikum - Laboratorium Instrumentasi Industri Univ. Airlangga4

AbstrakAbstrak mendapatkan sudut ruang pengelihatan mata secara horizontal dan vertikal serta menmperoleh ketajaman engelihatan mata dengan sudut pengelihatan yang minimum.Kata kunci: Sudut, Pengelihatan, Horizontal, Vertikal, Minimum. Pendahuluan Mata sendiri adalah alat optic alami yang telah dimiliki oleh manusia dimana difungsikan sebagai alat penglihatan yang mekanismenya berlangsung dengan adanya penangkapan berkas cahaya yang masuk mata. Dan menimbulkan bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. Mata memiliki titik dekat dan titik jauh yang berbeda beda pada setiap individu. Mata juga mempunyai daya pandang terhadap sudut secara vertical dan horizontal yang pada setiap individu berbeda pula dikarenakan hal ini dipengaruhi oleh kemampuan otot mata pada setiap individu. Dan percobaan kali ini kita mengukur ketajaman menggunakan metode Snellen terhadap mata sebelah kanan dan sebelah kiri. Sedangkan untuk kekuatan otot mata kita melihat sudut dengan total 180 baik secara vertical maupun horizontal. Akhirnya akan didapat hasil yang tidak terlalu berbeda di tiap individu untuk pengkuruan kekuatan otot karena kerelatifan akan kekuatan otot yang hampir sama pada tiap individu. Sementara untuk ketajaman, terdapat perbedaan yang cukup mencolok karena mata tiap orang berbeda beda dikarenakan beberapa factor seperti gangguan pada mata dan sebagainya.Studi PustakaMata berfungsi sebagai alat optik pada manusia yang berfungsi untuk melihat objek dan membentuk bayangan nyata, terbalik, diperkecil di retina. Perubahan jarak dan objek menyebabkan adanya perubahan terhadap jarak fokus pada lensa mata. Hasil dari perubahan jarak lensa mata maka dihasilkan besar daya akomodasi. Mata akan berakomodasi maksimum, jika objek terletak di titik dekat mata (titik dekat mata normal 25c cm) sedangkan mata tidak berakomodasi bila objek terletak di titik jauh mata (titik jauh mata terletak di tempat tak berhingga).Perubahan akomodasi mata akan menentukan tingkat kenormalan ataukah ketidaknormalan mata terhadap obyek sehingga perlu mengetahui daerah pengelihatan oleh mata. Kemampuan mata untuk dapat melihat, tanpa mengubah posisi kepalanya, ke arah saming kiri (monokuler kiri) dan kanan (monokuler kanan) atau ke atas & ke bawah atau kedua mata mampu melihat obyek (binokuler) dan bahkan tidak dapat melihat daerah pengelihatan mata (blind area) merupakan besar daerah ruang pengelihatan mata seperti ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Sedangkan ketajaman pengelihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kacamata atau tidak, yang dalam bahasa klinik biasa dikenal dengan visus. Sedangkan bagi ahli fisika, ketajaman pengelihatan ini biasa disebut dengan resolusi mata.Visus penderita bukan saja memberikan pengertian pada optiknya (kaca mata) tetapi memberikan pengertian yang lebih luas lagi, yakni memberikan keterangan tentang baik atau buruknya fungsi mata secara keseluruhannya. Oleh sebab itu definisi visus adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih keliatan dan dapat dibedakan.Untuk menentukan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Snellen dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang telah ditentukan dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dimana,V = Visus (tanpa satuan)D = Jarak yang dapat dilihat oleh penderita (m)D = Jarak yang dapat dilihat oleh mata normal (m)MetodologiPada percobaan ketajaman penglihatan mata dilakukan dengan menggunakan busur derajat besar, benang, paku, kartu snellen, dna meteran. Percobaan dilakukan dengan cara : 1. Ruang Pengelihatan Horizontal2. Ruang Pengelihatan Vertikal.3. Tes Schwabach

Hasil dan Analisis

Tabel 1 Data Medan Arah HorizontalPraktikan12Keterangan ()

Fadhilah9085175

Hana7590165

Maulana9090180

Dhani9090180

Jualita9085175

Juliani9085175

Dari studi pustaka yang telah dilakukan, dikatakan bahwa pada bidang horizontal, mata hanya memiiliki ruang yang dapat dilihat dengan sudut total sebesar 200, yaitu 100 ke kanan dan 100 ke kiri. Selepas batas tersebut, manusia sudah tidak dapat melihatnya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan busur dengan batas akhir 180. Sehingga batas ruang penglihatan kanan dan kiri dibatasi sampai 90 dengan total menjadi 180. Praktikan yang ruang penglihatan normal/total adalah Maulana dan Dhani dengan total sebesar 180. Setelah itu Fadhilah, Juliani, dan Jualita menyusul dengan ruang penglihatan horizontal sebesar 175. Dan yang terakhir adalah Hana dengan ruang pengelihatan horizontal yang hanya sebesar 165.Tabel 2 Data Medan Arah VertikalPraktikan12Keterangan ()

Fadhilah6582147

Hana7090160

Maulana8790177

Dhani6590155

Jualita9090180

Juliani8390173

Pada bidang vertikal, mata hanya memiliki ruang yang dapat dilihat dengan sudut total sebesar 130 derajat, yaitu 60 derajat ke atas dan 70 derajat ke bawah. Selepas batas tersebut, sudah tidak dapat melihatnya. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan busur dengan batas akhir 180. Sehingga batas ruang penglihatan kanan dan kiri dibatasi sampai 90 dengan total menjadi 180. Pada percobaan ini, diperoleh hasil bahwa semua praktikan memiliki ruang penglihatan yang luas dan tidak kurang dari hasil yang telah diperoleh dari literatur (normal).Maka dari kedua percobaan medan penglihatan dapat dilihat bahwa sebagian besar praktikan memiliki monokuler kanan, kiri, atas & bawah yang cukup jauh/luas. Maka praktikan tidak ada yang memiliki ketidaknnormalan pada ruang penglihatannya, hanya saja beberapa praktikan memiliki ruang penglihatan yang lebih luas/dominan.Tabel 3 Data Percobaan Visual AcuityPraktikanKiri (m)Kanan (m)Kiri-Kanan (m)

Fadhilah6/125/306/9

Hana6/125/66/9

Maulana6/205/206/20

Dhani6/65/66/6

Jualita6/65/56/5

Juliani6/55/36/5

Ketajaman penglihatan normal adalah 20/20 atau 6/6 pada jarak sekitar 6 m. Pada mata normal, bayangan benda yang berjarak lebih dari 6 m akan jatuh tepat pada retina dan mata dalam keadaan relaks atau tanpa akomodasi. Sehingga bila mata berada dalam keadaan seperti ini dikatakan mata tersebut dalam keadaan normal. Berdasarkan hasil praktikum ini, terdapat tiga OP yang memiliki nilai visus normal 6/6 atau lebih yaitu Dhani dengan nilai visus 6/6 pada mata kiri dan kanan-kiri. Sedangkan Jualita dan Juliani memiliki visus kanan-kiri 6/5 dan visus kiri masing-masing 6/6 dan 6/5 lebih baik dari normal dan bukan rabun dekat.OP Fadhilah, Maulana, dan Hana memiliki visus (ketajaman penglihatan) yang kurang karena nilai visus nya masing-masing sebesar 6/12, 6/20, 6/12 pada mata kiri dan 6/9, 6/20, 6/9 pada mata kanan-kiri. Atau dengan kata lain pembentukan bayangan pada retina OP dalam pemfokusan cahaya sedikit mengalami gangguan. Gangguan yang dialami OP terjadi pada proses konvergensi bola mata. Jika pada mata normal, kemampuan memfokuskan kedua bola mata pada dua objek yang berbeda dapat dilakukan secara bersamaan pada satu benda, maka pada OP Riski dan Anis kemampuan memfokuskan kedua bola mata tidak dapat dilakukan dengan baik, karena tidak mampu mngearahkan cahaya dari suatu benda agar jatuh pada titik sesuai pada retina kedua mata.Sedangkan pada perlakuan terakhir yaitu dengan jarak 5 meter dan melihat dengan mata kanan, OP Dhani kemunduran visus yaitu menjadi 5/6 sedangkan OP Jualita dan Juliani masih bagus yaitu masing-masing 5/5 dan 5/3. Hal tersebut sama halnya dengan yang terjadi pada perlakuan dengan jarak 6 meter dan melihat dengan satu mata yaitu disebabkan karena bayangan tidak jatuh di titik identik akibat bola mata di ganggu. Sedangkan Fadhilah dan Maulana mengalami penurunan nilai visus masing-masing menjadi 5/30 dan 5/20. OP Hana mengalami perubahan nilai visus menjadi 5/6. Hal ini dikarenakan OP mampu beradaptasi dengan gangguan yang diberikan dan memiliki ketajaman penglihatan yang cukup baik.KesimpulanDari percobaan data medan vertikal dan horizontal yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa batas ruang penglihatan normal vertikal adalah 130 dan 200 untuk batas ruang penglihatan horizontal.. Ketajaman visus normal berada pada 20/20 atau 6/6. Dari keenam OP diperoleh nilai visus yaitu Fadhilah 6/9, Hana 6/9, Maulana 6/20, Dhani 6/6, Jualita 6/5, Juliani 6/5.

Daftar PustakaAma, Fadli, Pedoman Praktikum Fisika Medis, Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga : Surabaya, 2015.http://nurhayatihamzahbiologi.blogspot.co.id/2012/05/praktikum-visus.html, 18 November 2015, 06:20.http://selamatberkendara.com/batas-melihat-mata-normal.html, 18 November 2015, 05:01