Jurnal Praktikum Kelompok 4

download Jurnal Praktikum Kelompok 4

of 6

description

farmakologi hipnotik sedatif

Transcript of Jurnal Praktikum Kelompok 4

UJI FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK OBAT-OBAT HIPNOTIK DAN SEDATIF TERHADAP MENCIT (Mus musculus)Taufik Ashari, Era Wisata, Almaidah Engelen, Agnes Serang, Aslinda Arsyad, Nurul Hikmah AstutiAsisten : Ismail, Ssi.Apt Kelompok IV Golongan Senin SiangLaboratorium Biofarmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar

ABSTRAKTelah dilakukan praktikum tentang pengaruh pemberian obat-obat hipnotik dan sedatif. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek senyawa obat yang diberikan terhadap mencit (Mus musculus) pada berbagai rute pemberian obat. Mencit yang digunakan sebanyak 2 ekor. Mencit pertama dan kedua dengan bobot berat 28 g dan 24g diberi perlakuan intraperintonial masing masing sebanyak 0,56 ml dan 0.48 ml. Dalam praktikum ini dilakukan dua percobaan yaitu sleep latency dan sleep duration. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian Diazepam + Luminal memiliki waktu Sleep latency yang paling tinggi sedangkan pemberian Diazepam + Caffein memunjukkan hasil sleep duration yang paling tinggi.

Kata Kunci : hipnotik, sedatif, mus musculus, luminal, sleep latency, sleep duration

PENDAHULUANHipnotik sedatif merupakan golongan obat pendepresi susunan saraf pusat (SSP). Efeknya bergantung kepada dosis, mulai dari yang ringan atau menyebabkan tenang dan kantuk, menidurkan, hingga yang berat yaitu hilangnya kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati.Pada dosis terapi, obat sedatif menekan aktivitas mental, menurunkan respon terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Obat hipnotik menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai tidur fisiologis.Penggolongan obat hipnotik-sedatif :1. Benzodiazepin2. Antagonis Benzodiazepin3. Barbiturat4. Non-barbiturat1) BenzodiazepinBenzodiazepin merupakan ansiolitik yang paling banyak digunakan, terdapat 20 derivat benzodiazepin. Pada umumnya benzodiazepin menimbulkan hasrat tidur bila diberikan dalam dosis tinggi pada malam hari dan memberikan efek menenangkan (sedasi) dan mengurangi kecemasan pada pemberian dalam dosis rendah pada siang hari.

Mekanisme Kerja :Pengikatan GABA ke reseptornya pada membran sel akan membuka saluran klorida, meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukan kerja potensial. BDZ terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA. Reseptor BDZ terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron GABA. Pengikatan BDZ memacu afinitas reseptor GABA untuk neurotransimitter tersebut sehingga kanal klorida lebih sering terbuka.

Benzodiazepin ini memperlihatkan efek yaitu menurunkan ansietas, bersifat sedatif dan hipnotik, antikonvulsan, pelemas otot. Lama kerja Benzodiazepin terbagi atas tiga yaitu kerja lama ( 1 - 3 hari) contohnya klorazepat, klordiazepoksid, diazepam, flurazepam ; kerja sedang (10 20 jam) contohnya alprazolam, estazolam, lorazepam, temazepam ; dan kerja singkat ( 3 8 jam) contohnya oksazepam dan triazolam.2) Antagonis BenzodiazepinFlumazenil merupakan antagonis reseptor GABA yang dapat mengembalikan efek benzodiazepin secara cepat. Obat ini hanya dapat diberikan secara intravena. Efek terjadi cepat dan singkat dengan waktu paruh kira-kira satu jam. Flumazenil memudahkan kembali terjadiny efek putus obat pada pasien yang mengalami ketergantungan obat atau menyebabkan kejang jika benzodiazepin digunakan. Pusing, mual, muntah, dan agitasi adalah efek samping yang terjadi.

3) Barbiturat Mekanisme KerjaBarbiturat mengganggu transpor natrium dan kalium melewati membran sel. Ini mengakibatkan inhibisi aktivitas sistem retikular mesensafalik. Transmisi polisinaptik SSP dihambat. Barbiturat juga meningkatkan fungsi GABA memasukkan klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak terikat pada reseptor. Efek golongan barbiturat yakni depresi SSP, depresi pernapasan dan induksi enzim. Lama kerja golongan obat barbiturat ini terbagi tiga yaitu kerja panjang (1 2 hari)contohnya fenobarbital ; kerja singkat (3 - 8 jam) contohnya pentobarbital, sekobarbital, amobarbital ; dan kerja sangat singkat (20 menit) contohnya tiopental

4) Non-barbituratAlkohol memberikan efek anti ansietas dan sedatif, tetapi potensi peracunannya lebih banyak dari keuntungannya. Etanol adalah depresan SSP, memberikan sedasi dan akhirnya hipnosis dengan dosis yang ditingkatkan. Etanol menyebabkan kurva dosis respons yang dangkal, karena itu sedasi terjadi dalam dosis yang sangat luas. Alkohol sinergistik dengan obat-obat desatif lain dan dapat menyebabkan depresi SSP hebat dengan anti histamin atau barbiturat.

Toksikologi KlinisInteraksi obat a. Efek aditif dgn depressan SSP lain (paling sering)b. Efek aditif terprediksi dengan alkohol, anagetik opioid, antikonvulsan, fenotiazin c. Peningkatan depresi SSP dgn antihistamin, antihipertensi, antidepresi trisiklik d. Terjadi perubahan aktivitas enzim hepatik, terutama barbiturat kontinyu. Fenobarbital tingkatkan metabolisme dikumarol, fenitoin, digitalis, griseofulvin, efek turun e. Waktu paruh diazepam berlipat ganda akibat simetidin, metabolisme terhambat akibat inhibisi enzim METODE PENELITIANAlat dan Bahan yang digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah Erlenmeyer, gelas ukur, kanula, spoit 1 cc, timbangan analitik, plat from (kandang khusus).Bahan-bahan yang digunakan adalah Diazepam, Luminal, Rifampisin, Caffein, CCl4, Juz anggur, Pemilihan dan Penyediaan Hewan UjiHewan yang digunakan adalah Mencit ( Mus Musculus ) jantan yang sehat, bobot badan 20 gram 40 gram. Mencit yang digunakan sebanyak 16 ekor dan dibagi kedalam 8 kelompok perlakuan,dengan tiap kelompok terdiri dari 2 ekor mencit. sebelum diberikan perlakuan, lalu ditimbang untuk mengetahui bobot badanya. Perlakuan Terhadap Hewan UjiHewan dikelompokkan secara acak, dan dipuasakan selama 8 jam, kemudian bobot badanya ditimbang. Setelah di timbang masing-masing kelompok memberikan perlakuan yaitu Kelompok 1 diberi perlakuan induksi CCl4 selama 2 hari berturut-turut sebelum praktikum. Kemudian diberikan Diazepam secara i.p seseuai bobot mencit. 30 menit kemudian diberi perlakuan dengan Luminal secara p.o. Kelompok 2 diberikan perlakuan Luminal secara p.o. Kelompok 3 diberi perlakuan Diazepam secara i.p seseuai bobot mencit. 30 menit kemudian diberi perlakuan dengan Luminal secara p.o. kelompok 4 diberikan perlakuan dengan Diazepam secara i.p. Kelompok 5 diberikan perlakuan Diazepam secara i.p dan Caffein secara p.o. 30 menit kemudian diberikan luminal secara p.o. Kelompok 6 diberi Diazepam secara i.p dan Rifampisin secara p.o, 30 menit kemudian diberi Luminal secara p.o. Kelompok 7 diberi Diazepam i.p dan Jus anggur secara p.o. Kelompok 8 diberikan API atau aquadest secara p.o sebagai control.Kemudian diamati Sleep Latency dan Sleep Duration dari mencit.

HASIL DAN PEMBAHASANUji efek farmkokinetik obat-obat hipnotik sedativePada percobaan ini bertujuan untuk melihat serta mengamati efek yang dapat ditimbulkan oleh obat-obat hipnotik sedative terhadap hewan coba mencit. Pada percobaan ini digunakan 2 jenis obat hipnotik sedative yaitu golongan benzodiazepine yaitu Diazepam. Pada percobaan ini diberikan pula induksi CCl4,dan juga beberapa bahan lain seerti jus anggur, rifampisin, cafein dan luminal yang dipadukan bersama Diazepam.Benzodiazepin merupakan ansiolitik yang paling banyak digunakan, terdapat 20 derivat benzodiazepin. Pada umumnya benzodiazepin menimbulkan hasrat tidur bila diberikan dalam dosis tinggi pada malam hari dan memberikan efek menenangkan (sedasi) dan mengurangi kecemasan pada pemberian dalam dosis rendah pada siang hari Diazepam, merupakan golongan Benzodiazepin yang memiliki efek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansioltik, dan antikonvulsi.Penambahan CCl4 disini sebagai penginduksi dimana bertujuan untuk merusak hati mencit, sehingga obat yang diberikan tidak dapat di metabolism oleh mencit tersebut sehingga kita dapat mengamati apakah benzodizepam tersebut memberikan efek atau tidak.Penambahan Rifampisin yang dipadukan dengan Diazepam memiliki tujuan yaitu rifampisin memiliki efek dapat meningkatkan produksi enzin cytokrom P450 dimana enzim ini memiliki peran dalam memetabolisme senyawa obat. Sehingga semakin banyak enzim tersebut maka semakin banyak pula obat yang dapat dimetabolisme.Penambahan Jus Anggur yang dipadukan dengan Diazepam memiliki tujuan yaitu Jus Anggur memiliki efek dapat menghambat pembentukan enzim cytokrom P450. Sehingga ingin diamati bagaimana efek diazepam apabila enzim cytokrom P 450 dihambat.Penambahan Caffein yang dipadukan dengan Diazepam memiliki tujuan yaitu Caffein memiliki efek yang antagonis atau berlawanan dengan Diazepam. Sehingga ingin diamati bagaimana efek diazepam apakah masih memberikan efek atau tidak.Kelompok I

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

30 g1020

30 g1015

20 g1614

20 g149

Rata-Rata12,514,5

Kelompok II

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

30 g15,3810

Rata-Rata15,3810

Kelompok III

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

20 g17,289

20 g17,244

25 g17,423

Rata-Rata17,313333335,333333333

Kelompok IV

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

24 g810

28 g1314

Rata-Rata10,512

Kelompok V

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

18 g1,333

20 g236

18 g1,226

Rata-Rata1,531,66666667

Kelompok VI

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

18 g1,1532

20 g523

Rata-Rata3,07527,5

Kelompok VII

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

23 g3,0922

25 g228

30 g5,129

Rata-Rata3,40333333319,66666667

Kelompok VIII

Berat MencitSleep Latency (menit)Sleep Duration (menit)

25 g - -

26 g - -

Tabel Rata-RataKelompokSleep LatencySleep Duration

I12,514,5

II15,3810

III17,315,3

IV10,512

V1,531,6

VI3,07527,5

VII3,419,66

VIII - -

Grafik Sleep Latency

Keterangan : diatas merupakan grafik yang menunjukkan sleep latency mencit tiap perlakuan. Diazepam + luminal, induksi CCl4 (I) , Luminal (II). Diazepam + Luminal (III). Diazepam (IV). Diazepam + Caffein, 30 menit kemudian diberikan lumina (V). Diazepam + Rifampisin, 30 menit kemudian diberi Luminal (VI). Diazepam + Jus anggur (VII). API atau aquadest sebagai control (VIII).

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa waktu sleep latency yang paling tinggi ke yang paling rendah yaitu : Perlakuan III, II, I, IV, VII, VI, V. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Sleep Latency yang paling tinggi yaitu perlakuan no. III dimana diberikan perlakuan Diazepam dan Luminal. Grafik Sleep Duration

Keterangan : diatas merupakan grafik yang menunjukkan sleep latency mencit tiap perlakuan. Diazepam + luminal, induksi CCl4 (I) , Luminal (II). Diazepam + Luminal (III). Diazepam (IV). Diazepam + Caffein, 30 menit kemudian diberikan luminal(V). Diazepam + Rifampisin, 30 menit kemudian diberi Luminal (VI). Diazepam + Jus anggur (VII). API atau aquadest sebagai control (VIII).

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Sleep duration yang paling tinggi kurva grafiknya ke yang paling rendah adalah : V, VI, VII, I, IV, II, III.Dari kedua grafik diatas dapat dilihat pada grafik no III dimana diberi pemerian Diazepam + Luminal menunjukkan waktu Sleep latency yang tinggi akan tetapi Sleep durationnya hanya sebentar. Padahal apabila dilihat dari golongan kedua obat ini seharusnya dapat memberikan waktu Sleep duration yang lebih lama. Hal ini mungkin terjadi akibat belum terjadinya Absorbsi Luminal sehingga belum dapat memberikan efek.Begitu juga grafik no.V dimana diberi perlakuan Diazepam + Caffein. Seperti kita ketahui kedua bahan ini memiliki kerja yang berlawanan. Dari data diatas terlihat bahwa waktu Sleep latency cepat dan Sleep durationnya paling lama. Hal ini mungkin saja terjadi karena Caffein belum terabsorbsi sehinnga belum memberikan efek.Grafik no.VI menunjukkan nilai Sleep duration dan Sleep latency yang hampir sama dimana, diberikan perlakuan Diazepam + Rifampisin, 30 menit kemudian diberi Luminal hal ini sudah sesuai karena rifampisin, diazepam, dan luminal saling sinergis satu sama lain.DAFTAR PUSTAKA1.Champe, Pamela C, 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta. hal.35, 41, 45, 46, 47, 612. Brunton, Laurence L. et. al., 2006, Goodman & Gilman's The Pharmacological Basis Of Therapeutics. The McGraw-Hill Companies. New York. Available as ebook