Jurnal praktikum fitofarmasi 3

8

Click here to load reader

description

Jurnal buat diskusi fitofamasi..

Transcript of Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Page 1: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Jurnal Praktikum Fitofarmasi

Nama : Dewi Gayatri W.

NIM : 102210101057

Kelompok : S4

Hari/ tgl praktikum : Selasa, 2 April 2013

Dosen pembimbing : Nuri, S.Si., M.Si., Apt.

Materi percobaan : Formulasi dan Evaluasi

1. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

a. Agar mahasiswa dapat melakukan formulasi sediaan yang mengandung ekstrak

jambu biji.

b. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan dan formulasi sediaan yang dibuat.

2. Dasar Teori

Tahap pengembangan sediaan ( formulasi ) dimaksudkan agar bentuk sediaan fitofarmaka

yang akan diberikan kepada manusia memenuhi persyaratan – persyaratan kualitas maupun

estetika. Tahapan – tahapan dalam pengembangan sediaan diantaranya adalah praformulasi,

pengembangan formulasi, pengembangan proses dan produksi ( scale up ). Praformulasi adlah

penelitian atau pemeriksaan sifat – sifat fisika dan kimia suatu zat aktif ( ekstrak terstandar )

dan eksipien sehingga dapat diperoleh produk yang stabil, manjur, menarik, mudah dibuat dan

aman.

Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat dimana satu macam bahan obat /

lebih dan bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang / wadah kecil yang

umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai. Tergantung pada formulasinya kapsul dari gelatin

bisa lunak dan bisa juga keras. Persiapan pengisian kapsul dapat dibagi dalam tahapan –

tahapan sebagai berikut :

a. Persiapan dan pengembangan formulasi serta pemilihan ukuran kapsul

b. Pengisian cangkang kapsul

c. Pembersihan dan pemolesan kapsul yang telah terisi

Page 2: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Kapsul biasanya dikemas dalam wadah dari plastik, beberapa berisi kantong bahan

pengering untuk mencegah terjadinya absorpsi kelebihan uap air oleh kapsul. Kapsul lunak

mempunyai kecenderungan yang lebih besar dibanding dengan kapsul keras untuk melunak

dan melekat satu sama lainnya. Kapsul – kapsul ini harus disimpan pada tempat yang dingin

dan kering. Pada kenyataannya semua kapsul tahan lama disimpan dalam wadah yang tertutup

dengan segel ditempat dingin dengan kelembapan rendah.

Eksipien

Untuk mendapatkan suatu produk sediaan farmasi diperlukan bahan tambahan (eksipien).

Tujuan penggunaan eksipien diantaranya adalah :

a. Membawa obat dalam bentuk sediaan yang sesuai

b. Memperbaiki sifat obat yang meliputi : membawa obat dalam bentuk yang tepat ke

tempat absorbsi, pelepasan obat yang terkontrol, memperbaiki stabilitas obat, menutup

rasa pahit dan memperbaiki penerimaan penderita.

Syarat umum bahan obat dan eksipien antara lain :

Tidak toksik (karsinigenik, teratogenik, alergenik, tidak mengiritasi)

Kandungan mikroorganisme (mengandung mikroba serendah mungkin 102 /gram

dan tidak boleh mengandung mikroba patogen)

Tidak OTT antara obat dengan obat dan eksipien

Stabil (terhadap suhu, lembab, cahaya dan O2)

Murni (dari pengotor dan degradan)

Sifat fisika mekanik (ukuran dan bentuk partikel, sifat permukaan, bobot jenis

bulk, sifat aliran, sifat kompresibilitas)

Bentuk sediaan Fitofarmasi

Pemilihan bentuk sediaan fitofarmasi didasarkan atas pertimbangan khasiat, keamanan,

dan mutu yang tinggi serta nilai estetika. Bentuk – bentuk sediaan fitofarmasi diantaranya :

a. Sediaan padat (tablet, tablet salut, tablet hisap, tablet effervescent, kapsul, dan granul)

b. Sediaan cair (sirup, larutan, suspensi, dan kapsul lunak)

c. Sediaan semi solida ( krim, salep, suppositoria, dan pasta)

Evaluasi

Suatu sediaan fitofarmasi harus memenuhi persyaratan sebagai sediaan jadi. Beberapa

jenis pengujian untuk suatu sediaan farmasi adalah :

1. Bentuk pil, kapsul, dan tablet : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas / zat

berkhasiat, zat tambahan yang diizinkan, cemaran mikroba, cemaran logam berat

(Pb/As), kadar air, keseragaman bobot, dan waktu hancur.

Page 3: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

2. Sirup : organoleptik, kebenaran zat identitas/komposisi termasuk mikroskopik,

cemaran mikroba, cemaran logam berat (Pb/As), kadar air (untuk sirup kering), kadar

metanol (untuk sirup yang mengandung alkohol), kadar etanol (untuk sirup yang

mengandung alkohol), kadar gula, keseragaman volume.

3. Sediaan terdisper (suspensi/emulsi), meliputi : pemeriksaan organoleptik, kebenaran

zat identitas, zat tambahan yang diizinkan, cemaran mikroba, cemaran logam berat

(Pb/As), kadar metanol (untuk sirup yang mengandung alkohol), kadar etanol (untuk

sirup yang mengandung alkohol), keseragaman volume.

4. Salep/krim untuk topikal : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas, zat

tambahan yang diizinkan, keseragaman bobot, dan homogenitas.

5. Suppositoria : pemeriksaan organoleptik, kebenaran zat identitas, zat tambahan yang

diizinkan, keseragaman bobot, waktu hancur, temperatur lebur dan uji khusus.

Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, jambu biji ( Psidium guajava )

diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Magnoliophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtates

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium L.

Spesies : Psidium guajava L.

Salah satu kandungan dari daun jambu biji adalah kuersetin. Kuersetin adalah senyawa

kelompok flavonol terbesar, kuersetin dan glikosidanya berada dalam jumlah sekitar 60-70%

dari flavonoid. Kuersetin adalah salah satu zat aktif kelas flavonoid yang secara biologis amat

kuat. Saat ini penggunaan senyawa antioksidan semakin berkembang baik untuk makanan

maupun untuk pengobatan seiring dengan bertambahnya pengetahuan tentang aktivitas radikal

bebas (Boer, 2000). Stres oksidatif merupakan keadaan yang tidak seimbang antara jumlah

molekul radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh (Trilaksani, 2003). Senyawa

antioksidan merupakan suatu inhibitor yang digunakan untuk menghambat autooksidasi. Efek

antioksidan senyawa fenolik dikarenakan sifat oksidasi yang berperan dalam menetralisasi

radikal bebas (Panovska et al, 2005).

Page 4: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Dibuat 25 kapsul dengan kadar kuersetin 5

mg/kapsul

Tambahkan bahan tambahan dengan komposisi :

Cab-O-Sil

Avicel

Cab-O-Sil : Avicel = 4 :6

Avicel : Cab-O-Sil = 4 : 6

3. Alat dan bahan

a. Alat

Labu alas bulat

Labu ukur 10 ml

Lempeng KLT

KLT densitometri

Timbangan

Mortir dan stamper

Gelas ukur

Oven

Ayakan no 40, no 80

Loyang

b. Bahan

Ekstrak jambu biji

Standar kuersetin

Etanol

HCL 57 %

Avicel

Cab-O-Sil

Cangkang kapsul

4. Cara Kerja

1. Formulasi

Page 5: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Timbang 20 kapsul

Timbang lagi satu per satu

Keluarkan isi semua kapsul kemudian timbang

seluruh bagian cangkang kapsul

Masukkan labu ukur 10 ml

Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata – rata tiap

isi kapsul

Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap

bobot rata – rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang

ditetapkan kolom A, dan untuk setiap 2 kapsul tidak boleh

lebih dari yang ditetapkan kolom B

Timbang standar kuersetin dengan seksama

sebanyak 30 mg

2. Evaluasi

a. Keseragaman bobot

Bobot rata – rata isi kapsul Perbedaan bobot isi kapsul dalam %

A B

120 mg atau lebih ± 10% ± 20%

Lebih dari 120 mg ± 7,5 % ± 15 %

b. Penetapan kadar

1. Preparasi standar kuersetin

Page 6: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Tambah etanol ad tanda

Ambil 3 kapsul secara random

Kocok pelan ad larut ( larutan baku induk )

Larrutan baku induk diencerkan dengan konsentrasi 300,

600, 900, 1200, dan 1800 ppm untuk mendapatkan larutan

baku kerja

Masukkan dke dalam labu alas bulat

Hidrolisis pada suhu 70ºC selama 30 menit

Masing – masing ditambah etanol 21 ml dan HCl 57% 0,6 ml

Totolkan larutan standar pada pelat KLT masing – masing

sebanyak 2 µl dan sampel 2 µl dengan replikasi sebanyak 3 kali

Masukkan hasil hidrolisis dalam labu ukur 5 ml dan

tambahkan etanol ad tanda

Eluasi dan analisis dengan KLT densitometri pada panjang

gelombang maksimum

2. Preparasi sampel

3. Penetapan Kadar

Page 7: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Data yang diperoleh dibuat persamaan regresi linear antara

konsentrasi dengan area noda

Hitung harga koefisien regresinya, sehingga kadar kuersetin

dapat diketahui dalam sediaan kapsul

Page 8: Jurnal praktikum fitofarmasi 3

Daftar Pustaka

Ansel, H.C. 1985. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Lea and Febiger.

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat ( Balitro ). 2007. Jambu Biji Berpeluang

sebagai Bahan Baku Industri Fitofarmaka. Bogor : Litbang, Deptan Bogor.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Panovska, T.K., Kulevanova, S., Stefova., 2005. In Vitro Antioxidant Activity of Some

Teucrium Spesies (Lamiaceae). Acta Pharm, 55 hal 207-214.

Trilaksani, W., 2003, Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran

Terhadap Kesehatan, Institute Pertanian Bogor, Bogor, hal 1-12