Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042)
-
Upload
zulpakor-oktoba-m-bs -
Category
Documents
-
view
1.048 -
download
0
Transcript of Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042)
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 1/12
1
EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIOBESITAS PADA PASIEN
OVERWEIGHT DAN OBESITAS DI KLINIK MEDIKA PLAZA JAKARTA
TAHUN 2009 – 2010
Amaliyah
1)
, Tahoma Siregar
2)
1), 2)Program Studi Farmasi FMIPA ISTN Jakarta
Korespondensi : e-mail : [email protected]
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan obat antiobesitas pada
pasien overweight dan obesitas di Klinik Medika Plaza Jakarta. Obesitas merupakan
suatu keadaan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.
Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang retrospektif terhadap 33 penderita overweight dan obesitas yang berobat pada periode bulan Januari 2009 sampai
dengan Desember 2010. Data yang dikumpulkan berupa jenis kelamin, jenis obat yang
diresepkan, dosis obat, serta frekuensi pemberian obat yang diperoleh dari rekam medik
pasien di Klinik Medika Plaza Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan 18 orang tergolong pasien overweight 15 orang
tergolong pasien obesitas. Pasien berjenis kelamin laki-laki sebesar 2 orang overweight, 5
orang obesitas, dan pasien berjenis kelamin perempuan 16 orang overweight, 10 orang
obesitas. Obat antiobesitas yang diresepkan terdiri dari orlistat dalam bentuk tunggal
digunakan oleh 5 orang, sibutramin HCl oleh 8 orang, kombinasi orlistat dan sibutramin
HCl oleh 17 orang. Tingkat kerasionalan penggunaan obat antiobesitas berdasarkan
ketepatan obat sebesar 42,42% tepat obat orlistat, 39,39% tepat obat sibutramin HCl,24,24% tidak tepat obat orlistat, 39,39% tidak tepat obat sibutramin HCl. Sedangkan
berdasarkan ketepatan dosis dan frekuensi pemberian sebesar 48,48% tepat dosis dan
frekuensi pemberian obat orlistat, 42,42% tepat dosis dan frekuensi pemberian obat
sibutramin HCl, 18,18% tidak tepat dosis dan frekuensi pemberian obat orlistat, dan
36,36% tidak tepat dosis dan frekuensi pemberian obat sibutramin HCl.
Terapi non farmakologi yang dilakukan bersamaan dengan terapi farmakologi
adalah pengaturan pola makan (diet), olahraga seperti treadmill dan renang.
PENDAHULUAN
Kondisi sosial ekonomi yang semakin
meningkat di negara maju dan beberapa negara
berkembang memungkinkan terjadinya
perubahan gaya hidup. Salah satunya adalah
perubahan pola makan. Pola makan tradisional
yang tadinya tinggi karbohidrat, dan rendah
lemak berubah menjadi pola makan yang rendah
karbohidrat, dan tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan perubahan gizi yang tidak
seimbang. Perubahan ini dapat menyebabkanterjadinya obesitas.
Obesitas merupakan suatu keadaan
terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
di dalam tubuh. Wanita dikatakan mengalami
obesitas bila lemak tubuhnya lebih dari 25%
berat badan, sedangkan laki-laki disebut obesitas
bila lemak tubuhnya lebih dari 20% berat
badan.(1)
Kejadian obesitas di seluruh dunia
mencapai tingkatan yang membahayakan.
Menurut data yang tersedia di database website
WHO (2004), disebutkan bahwa penderitaobesitas laki-laki dan perempuan di beberapa
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 2/12
2
negara maju seperti Australia berkisar 16,40%,
Kanada 14,90%, Republik Korea sebesar 2,40%.
Amerika Serikat 32,20% sedangkan di beberapa
negara berkembang seperti Indonesia penderita
obesitas laki-laki dan perempuan sebesar 2,40%,Bahrain 28,86%, dan Brazil sebesar 11,10%.
(2)
Metoda paling praktis dan sederhana
dalam menentukan tingkat obesitas pada
seseorang adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT)/ Body Mass Index. IMT diperoleh dengan
cara membagi berat badan (kg) dengan kuadrat
dari tinggi badan (meter). Nilai IMT yang
didapat tidak dipengaruhi oleh umur dan jenis
kelamin. Klasifikasi IMT menurut World Health
Organization (WHO) tahun 1998
mendefinisikan overweight apabila diperolehIMT ≥ 25 dan obesitas apabila IMT ≥ 30.
Semakin tinggi nilai IMT, kemungkinan terjadi
obesitas semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak kemugkinan terjadi resiko sejumlah
penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke,
dislipidemia, dan kardiovaskuler.(3)
Pencegahan tingkat kejadian obesitas
tentunya merupakan prioritas utama bagi
negara-negara di seluruh dunia. Salah satu
pengelolaan obesitas yang paling mendasar yaitu
promosi kesehatan dan perubahan gaya hidup
yang lebih sehat. Meskipun demikian, perubahan
gaya hidup yang diusulkan dalam pengobatan
obesitas sangat penting dan mungkin efektif,
tetapi tingkat keberhasilan jangka panjang
cenderung rendah. Dalam hal ini, farmakoterapi
obesitas sangat penting. Keterbatasan utama dari
farmakoterapi obesitas adalah efikasi sederhana
dilihat dengan obat saat ini tersedia dan
terbatasnya ketersediaan obat untuk pengobatan
jangka panjang.
(4)
Perlunya penggunaan obatobesitas yang rasional sangat penting untuk
mencegah terjadi kegagalan pengobatan.
Beberapa pedoman pengobatan obesitas banyak
dipergunakan untuk mengatur pengobatan
diantaranya menurut Anti-obesity Drugs
Guidance on Appropriate Prescribing and
Management dan Clinical Practice Guideline
for Screening and Management of Overweight
and Obesity.
Penggunaan obat yang rasional tentunya
memerlukan suatu evaluasi untuk menilai dan
menjamin keamanan, ketepatan obat obesitas
yang digunakan. Penggunaan obat obesitas
yang lama dapat meningkatkan efek sampingyang merugikan. Penggunaan sibutramin di
Eropa dapat mengakibatkan peningkatan
kematian pasien yang mengalami
kadiovaskuler.(4)
Oleh karena itu penggunaan
obat pada pasien obesitas perlu dipantau dan
dievaluasi.
Penelitian dilakukan di Klinik Medika
Plaza, karena tingkat pasien obesitas di Klinik
Medika Plaza hampir mendekati 50% dari
pasien dokter gizi. Penelitian tentang obesitas
belum banyak dilakukan di Klinik MedikaPlaza, mengingat banyaknya efek tidak
diinginkan atau efek samping yang terjadi oleh
pemberian obat antiobesitas maka perlu
dilakukan penelitian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan survei deskriptif dengan
metode potong lintang (cross sectional)
menggunakan data retrospektif yaitu melihat data
sekunder rekam medik pasien penderita obesitas
di Klinik Medika Plaza Jakarta periode Januari
2009 sampai dengan Desember 2010.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai Desember tahun 2011 Di Klinik Medika
Plaza Jakarta.
Kriteria Inklusi
a)
Data rekam medik yang terbaca secara jelasdan lengkap
b) Pasien dengan BMI ≥ 25 kg/m2
tanpa
penyakit kronis lain yang berobat dari bulan
Januari 2009 sampai dengan bulan
Desember 2010 di Klinik Medika Plaza
Jakarta.
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 33 rekam medik.
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 3/12
3
HASIL PENELITIAN
Data Pasien Berdasarkan Kelompok Body
Mass Index (BMI)
Berdasarkan rekapitulasi data yang telah
dikumpulkan dari rekam medik di klinik MedikaPlaza periode Januari 2009 sampai dengan
Desember 2010, jumlah pasien overweight dan
obesitas sebanyak 33 orang. Pasien overweight
dengan Body Mass Index pada saat awal
berkunjung lebih dari dan sama dengan 25
kg/m2
dan kurang dari 30 kg/m2
sebanyak 18
orang (54,55%). Sedangkan pasien obesitas
dengan Body Mass Index sama dengan dan atau
lebih dari 30 kg/m2
sebesar 15 orang (45,45%).
Data dalam bentuk tabel dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Jumlah Pasien Overweight
dan Obesitas Berdasarkan Body Mass Index
Data Pasien Berdasarkan Kelompok Jenis
Kelamin
Bila dilihat dari jenis kelamin, pasien
overweight dan obesitas selama periode
penelitian terdapat 7 orang (21,21%) berjenis
kelamin laki-laki dan 26 orang (78,79%)
berjenis kelamin perempuan. Pasien berjenis
kelamin laki-laki memiliki berat badan lebih
besar yang tergolong obesitas daripada
overweight yaitu 5 orang (15,15%) dengan
obesitas. Sedangkan pada perempuan berat
badan yang tergolong overweight lebih besar
daripada obesitas yaitu 16 orang (48,49%)
dengan overweight . Data selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel. 2
Tabel. 2 Distribusi Jumlah Pasien Overweight
dan Obesitas Berdasarkan Jenis Kelamin
Penggunaan Obat Antiobesitas Berdasarkan
Terapi Antiobesitas
Hasil penelitian menunjukkan pasien
overweight dan obesitas diterapi dengan
menggunakan obat-obat antiobesitas seperti
orlistat sebesar 5 orang (15,15%), sibutramin
HCl sebesar 8 orang (24,24%), dan kombinasi
orlistat dan sibutramin HCl sebesar 17 orang
(51,52%). Sedangkan 3 orang (9,09%)
menggunakan obat non antiobesitas seperti
vitamin dan suplemen. Data dalam bentuk tabeldapat dilihat pada Tabel. 3
Tabel. 3 Distribusi Jumlah Pasien
Berdasarkan Terapi Antiobesitas
Penggunaan Obat Antiobesitas Berdasarkan
Body Mass Index (BMI) Hasil penelitian berdasarkan Body Mass
Index (BMI) menunjukkan pasien diterapi
dengan menggunakan obat-obat antiobesitas
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 4/12
4
seperti orlistat dengan BMI ≥ 30 kg/m2
sebesar 3
orang (9,09%), lebih besar daripada pada pasien
dengan BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30 kg/m2.
Penggunaan sibutramin HCl pada pasien dengan
BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30 kg/m2
sebesar 5 orang(15,15%), lebih besar daripada pasien dengan
BMI ≥ 30 kg/m2. Sedangkan kombinasi orlistat
dan sibutramin HCl digunakan pada pasien
dengan BMI ≥ 30 kg/m2
sebesar 9 orang
(27,28%), lebih besar daripada pasien dengan
BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30 kg/m2
sebesar 8 orang
(24,24%). Sedangkan 3 orang (9,09%) dengan
BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30 kg/m2
menggunakan
obat non antiobesitas seperti vitamin dan
suplemen. Data dalam bentuk tabel dapat dilihat
pada Tabel .4
Tabel . 4 Distribusi Jenis Obat
Antiobesitas Berdasarkan Body Mass Index
(BMI)
Penggunaan Obat Antiobesitas BerdasarkanTerapi dan Pengaruh Terhadap Efek
Perubahan Body Mass Index
Berdasarkan data sampel, efek
penggunaan obat antiobesitas yang dapat
memberikan perubahan Body Mass Index (BMI)
dialami oleh 21 orang dan sebanyak 12 orang
tidak diketahui perubahan Body Mass Index.
Pasien overweight dan obesitas paling banyak
mengalami perubahan BMI dengan
menggunakan kombinasi obat antiobesitas
sebesar 11 orang (33%). Penggunaan
antiobesitas dalam bentuk tunggal orlistat
berpengaruh pada perubahan BMI hanya pada 4
orang (12,12%). Sedangkan penggunaan obat
antiobesitas dengan menggunakan kombinasi
obat yang tidak diketahui BMI dialami oleh 6orang (18,19%). Data dalam bentuk tabel dapat
dilihat pada Tabel .5
Tabel IV.5. Distribusi Jumlah Pasien
Berdasarkan Terapi Antiobesitas Menurut
Perubahan Body Mass Index (BMI)
Penggunaan Obat Antiobesitas Berdasarkan
Lama Terapi dan Pengaruh Terhadap Efek
Perubahan Body Mass Index Dari 33 sampel yang ada, berdasarkan
penelitian lama terapi penggunaan obat
antiobesitas selama 3 bulan terdapat 21 orang
(60,60%) yang mengalami selisih Body Mass
Index (BMI) dari BMI awal, 18 orang (54,55%)
mengalami penurunan berat badan (selisih
minus BMI) dengan obat antiobesitas orlistat,
sibutramin HCl, ataupun kombinasi keduanya.
Secara rinci dari 21 orang tersebut terdiri dari 3
orang (9,09%) mengalami selisih minus (beratbadan turun) Body Mass Index dengan obat
antiobesitas orlistat, 1 orang (3,03%) mengalami
selisih plus (berat badan naik) BMI dengan
orlistat, 5 orang (15,15%) mengalami selisih
minus (berat badan turun) BMI dengan
sibutramin HCl, 10 orang (30,30%) mengalami
selisih minus (berat badan turun) BMI dengan
orlistat dan sibutramin HCl, 1 orang (3,03%)
mengalami selisih plus (berat badan naik) BMI
dengan orlistat dan sibutramin HCl, dan 1 orang
(3,03%) mengalami selisih minus (berat badan
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 5/12
5
Tabel IV.6. Distribusi Penggunaan Obat Antiobesitas Menurut Lama Terapi
turun) BMI tanpa menggunakan obat antiobesitas. Sedangkan penggunaan obat antiobesitas tidak
diketahui data perubahan Body Mass Index sebesar 12 orang (36,36%), terdiri dari 1 orang
Perubahan Body Mass Index berdasarkan lama waktu terapi pada tabel.6 telah dianalisis
menggunakan uji statistik yaitu uji t berpasangan dengan membandingkan BMI awal sebelum diberi
obat dengan sesudah diberi obat selama 3 bulan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai kemaknaan
sebesar 0,001 (p < 0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna Body Mass Index sebelum dan
sesudah diberi obat selama 3 bulan. (3,03%) dengan menggunakan orlistat, 3 orang (9,09%) dengansibutramin HCl, 6 orang (18,19%) dengan kombinasi orlistat dan sibutramin HCl, dan 2 orang
(6,06%) dengan menggunakan obat non antiobesitas seperti vitamin dan suplemen. Data secara rinci
dapat dilihat pada Tabel .6
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 6/12
6
Penggunaan Obat Antiobesitas Berdasarkan Tingkat Ketepatan Obat, Dosis, dan Frekuensi
Pemberian
Hasil penelitian penggunaan obat antiobesitas berdasarkan tingkat ketepatan obat, frekuensi
pemberian. Data dosis dapat dilihat pada Tabel .7 berikut:
Tabel .7 Distribusi Penggunaan Obat Antiobesitas Orlistat Berdasarkan Tingkat Ketepatan Obat,Dosis, dan Frekuensi Pemberian
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 7/12
7
Tabel .8 Distribusi Penggunaan Obat Antiobesitas Sibutramin HCl
Berdasarkan Tingkat Ketepatan Obat, Dosis, dan Frekuensi Pemberian
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 8/12
8
Dari data pada tabel .7 diatas, menunjukkan bahwa ketepatan dosis dan frekuensi untuk obat orlistat
masing – masing dialami oleh 16 orang (48,48%) tepat dosis penggunaan orlistat, 6 orang (18,18%)
tidak tepat dosis penggunaan orlistat, 8 orang (24,24%) pasien lainnya tidak menggunakan obat
orlistat. Sedangkan pada penggunaan obat sibutramin HCl dengan variasi dosis menunjukkan bahwa
sebanyak 14 orang (42,42%) menggunakan obat dengan dosis dan frekuensi yang tepat, 12 orang
(36,36%) tidak tepat dosis dan frekuensi obat, dan 4 orang (12,12%) tidak menggunakan obat
sibutramin HCl.
Pengobatan Non Farmakologi
Berdasarkan hasil penelitian dari 33 sampel, menunjukkan bahwa terapi non farmakologi
banyak dilakukan oleh pasien yang secara bersamaan menggunakan terapi farmakologi yaitu dengan
obat antiobesitas. Sebanyak 21 orang (63,64%) menggunakan terapi non farmakologi dan
menggunakan obat antiobesitas, 9 orang (27,27%) menggunakan obat antiobesitas saja, 2 orang
(6,06%) menggunakan obat non antiobesitas, dan 1 orang (3,03%) menggunakan obat non antiobesitas
dan terapi non farmakologi. Jenis terapi non farmakologi yang dilakukan oleh pasien overweight dan
obesitas antara lain: pengaturan pola makan (diet), olahraga seperti treadmill, dan renang. Data
selengkapnya dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Tabel.8
Tabel .8 Jenis Terapi Berdasarkan Body Mass Index
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 9/12
9
PEMBAHASAN
Hasil penelitian penggunaan obat
berdasarkan indikasi Body Mass Index (BMI)
dari 33 sampel menunjukkan bahwa obat
sibutramin HCl lebih banyak digunakan olehpasien dengan BMI ≥ 25 kg/m
2dan < 30 kg/m
2
daripada obat tunggal orlistat pada BMI yang
sama. Sebanyak 5 orang (15,15%) yang
menggunakan obat tunggal sibutramin HCl
sedangkan orlistat dalam bentuk tunggal
digunakan oleh 3 orang (6,06%). Demikian pula
penggunaan kombinasi orlistat dan sibutramin
HCl yang lebih banyak digunakan oleh pasien
dengan BMI ≥ 30 kg/m2
sebesar 9 orang
(27,28%). Sebaliknya pada ukuran BMI ≥ 25
kg/m2 dan < 30 kg/m2, kombinasi obat orlistatdan sibutramin HCl digunakan oleh pasien
sebesar 8 orang (24,24%).
Penanganan pasien overweight dan
obesitas dengan menggunakan obat antiobesitas
hanya diperbolehkan apabila pasien memiliki
BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30 kg/m2
dengan faktor
komorbid seperti diabetes atau kolesterol dan
pasien dengan BMI ≥ 30 kg/m2.(1)
Beberapa
literatur juga merekomendasikan penggunaan
obat antiobesitas sibutramin HCl menurut Body
Mass Index hanya boleh digunakan untuk pasien
dengan BMI ≥ 30 kg/m2
dan BMI ≥ 27 kg/m2
jika terdapat penyakit seperti kolesterol dan
diabetes.(11,18)
Menurut Clinical Practice
Guideline for Screening and Management of
Overweight and Obesity, pasien dengan BMI ≥
25 kg/m2
direkomendasikan untuk melakukan
terapi non farmakologi seperti pengaturan pola
makan (diet) dan olahraga. Pasien yang gagal
dengan terapi non farmakologi dimana berat
badan meningkat sehingga mencapai BMI ≥ 27kg/m2
baru dapat diberikan orlistat ataupun
sibutramin HCl. Pertimbangan pemberian
orlistat terlebih dahulu dilakukan sebelum
sibutramin HCl mengingat efek sibutramin HCl
dapat meningkatkan tekanan darah.(12)
Namun
menurut penelitian, sibutramin HCl dapat
mempercepat penurunan BMI yang ditandai
dengan penurunan berat badan sebesar 4 kg
dalam waktu 3 bulan bila dibandingkan dengan
orlistat yang hanya menurunkan berat badan 2,5
kg dalam waktu yang sama tanpa komorbid
seperti diabetes sehingga sibutramin HCl lebih
banyak digunakan terlebih dahulu dalam
penanganan pasien obesitas.(19,20)
Sama halnya dengan penggunaan obat
antiobesitas dalam bentuk tunggal, penggunaankombinasi obat sibutramin HCl dengan orlistat
menurut literatur juga hanya boleh digunakan
pada pasien obesitas dengan indikasi BMI ≥ 30
kg/m2.(18)
Menurut penelitian yang dilakukan
Bruno Halpern dkk, sebanyak 89 wanita obesitas
yang menggunakan kombinasi obat sibutramin
HCl dengan orlistat dapat menurunkan sekitar
10,6% dari berat badan awal. Bila dilihat
perbandingan dengan penggunaan orlistat dan
sibutramin HCl masing-masing dalam bentuk
tunggal, penurunan berat badan denganmenggunakan kombinasi obat tersebut masih
lebih besar penurunannya. Penggunaan orlistat
dan sibutramin HCl masing – masing dalam
bentuk tunggal tersebut hanya dapat
menurunkan berat badan sebesar 5,5% dan
10,2% dalam jangka waktu 3 bulan.(4)
Penggunaan obat antiobesitas sibutramin
HCl pada pasien dengan indikasi BMI ≥ 25
kg/m2
dan < 30 kg/m2
dalam penelitian ini
kemungkinan disebabkan obat sibutramin HCl
dapat mempercepat penurunan BMI bila
dibandingkan dengan orlistat. Demikian pula
penggunaan kombinasi obat sibutramin HCl
dengan orlistat pada pasien dengan BMI ≥ 25
kg/m2
dan < 30 kg/m2
maupun ≥ 30 kg/m2
diduga kombinasi obat tersebut diberikan untuk
mempercepat penurunan berat badan yang
sangat besar bila dibandingkan dengan
penggunaan obat antiobesitas dalam bentuk
tunggal. Meskipun dapat mempercepat
penurunan berat badan, pemberian sibutraminHCl maupun orlistat dalam bentuk tunggal
ataupun kombinasi keduanya berdasarkan BMI
dibawah 30 kg/m2
cenderung tidak tepat
indikasi. Sebaliknya penggunaan kombinasi obat
orlistat dengan sibutramin HCl pada pasien
dengan BMI ≥ 30 kg/m2
sudah tepat indikasi.
Evaluasi ketepatan pemilihan obat
berdasarkan indikasi sangat perlu dilakukan.
Pentingnya melihat Body Mass Index (BMI)
dan komorbiditas yang dialami pasien seperti
hipertensi, kolesterol, dan diabetes merupakan
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 10/12
10
salah satu faktor dalam penentuan dan pemilihan
obat antiobesitas.
Ketepatan obat sibutramin HCl dan
orlistat yang dilihat dari efikasi atau kegunaan
dalam menurunkan BMI serta lamanya terapiyang dijalani oleh pasien overweight dan
obesitas menunjukkan sebanyak 20 orang
(60,61%) yang mengalami perubahan selisih
BMI, dan sebanyak 10 orang (30,30%) pasien
tidak diketahui perubahan BMI. Sedangkan
penggunaan obat non antiobesitas dapat
menunjukkan perubahan selisih BMI dialami
oleh 1 orang (3,03%) dan 2 orang (6,06%) tidak
diketahui perubahan BMI.
Menurut The Treatment of Obesity, obat
antiobesitas orlistat dan sibutramin HClmerupakan dua obat yang disetujui oleh Food
Drug and Administration (FDA) USA untuk
pemakaian jangka panjang yang dapat
mengurangi berat badan 7% – 10% dari berat
badan awal dalam jangka waktu 6 bulan pada
pasien dengan BMI ≥ 30 kg/m2. Sedangkan
untuk pasien dengan BMI ≥ 25 kg/m2
dan < 30
kg/m2, orlistat dan sibutramin HCl dapat
mengurangi berat badan sekitar 8% – 10%
dalam jangka waktu 4 – 6 bulan .(21)
Pemilihan dan penggunaan orlistat dan
sibutramin HCl sebagai obat antiobesitas dalam
penelitian ini kemungkinan sudah tepat obat.
Hal ini bila dilihat dari lama terapi selama 3
bulan telah menunjukkan perubahan BMI secara
signifikan. Perubahan BMI tersebut telah di uji
statistik dengan uji t berpasangan yaitu
membandingkan BMI awal sebelum diberi obat
dengan sesudah diberi obat selama 3 bulan. Dari
hasil uji statistik diperoleh nilai kemaknaan
sebesar 0,001 (p < 0,05) yang berarti terdapatperbedaan bermakna Body Mass Index sebelum
dan sesudah diberi obat selama 3 bulan.
Penggunaan orlistat dan sibutramin HCl
setelah jangka waktu 3 bulan tentunya harus
dilakukan pemantauan dengan melihat
perubahan BMI. Dengan demikian dapat
diketahui kapan terapi orlistat dan sibutramin
HCl tersebut diteruskan atau dihentikan.
Penelitian tingkat ketepatan dosis dan
frekuensi pemakaian orlistat dan sibutramin HCl
menunjukkan sebanyak 16 orang (48,48%) tepat
dosis dengan menggunakan orlistat, 6 orang
(18,18%) tidak tepat dosis dengan orlistat, 8
orang (24,24%) pasien lainnya tidak
menggunakan obat orlistat. Sedangkan pada
penggunaan obat sibutramin HCl menunjukkanbahwa sebanyak 14 orang (42,42%)
menggunakan obat dengan dosis dan frekuensi
yang tepat, 12 orang (36,36%) tidak tepat dosis
dan frekuensi obat, dan 4 orang (12,12%) tidak
menggunakan obat sibutramin HCl.
Orlistat sebagai obat antiobesitas
digunakan pada pasien obesitas tanpa
komorbiditas seperti diabetes dengan dosis 120
mg dengan frekuensi pemakaian 3 kali sehari
dan menunjukkan pengurangan berat badan
sebesar 2,7 kg atau 2,9% dari berat badan awalselama 3 bulan.
(22).Menurut penelitian, orlistat
dengan dosis 120 mg sehari juga dapat
menurunkan 2,9 kg dalam jangka waktu selama
1 tahun.(23)
Sedangkan obat antiobesitas
sibutramin HCl yang digunakan pada 235 pasien
obesitas dengan dosis awal 10 mg sehari sekali
mempunyai efektifitas sama dengan dosis 15 mg
sehari satu kali. Kedua dosis tersebut lebih
efektif daripada dosis 5 mg sehari sekali.(20)
Pada
penelitian dengan menggunakan 485 pasien
obesitas, sibutramin HCl dengan dosis 10 mg
atau 15 mg sehari sekali disertai dengan terapi
non farmakologi seperti diet dapat mengurangi
berat badan, BMI dan lingkar panggul secara
signifikan.(20)
Demikian halnya untuk kombinasi
obat sibutramin HCl dengan dosis 10 mg atau 15
mg dengan frekuensi sehari sekali dan orlistat
120 mg sehari tiga kali pada pasien obesitas
ternyata dapat menurunkan berat 27,2 kg selama
10 bulan.(24)
Pemberian dosis dan frekuensi orlistatdan sibutramin HCl dalam bentuk tunggal
maupun kombinasi dalam penelitian ini ada
yang sudah tepat dosis dan ada yang tidak tepat
dosis. Ketidaktepatan dosis tersebut terdiri dari
dosis kurang, dan dosis obat diberikan tidak
sesuai dengan indikasi BMI. Pemberian obat
antiobesitas dengan dosis yang tidak tepat dalam
penelitian ini diduga karena untuk mempercepat
penurunan berat badan tanpa melihat ukuran
BMI. Tanpa melihat penurunan BMI secara
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 11/12
11
pasti, dosis yang sama akan tetap diberikan
sehingga efektifitasnya tidak terlihat.
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan
1. Jenis obat antiobesitas yang digunakan oleh
pasien overweight dan obesitas yaitu orlistat
dalam bentuk tunggal digunakan oleh 5
orang (15,15%), sibutramin HCl dalam
bentuk tunggal digunakan oleh 8 orang
(24,24%), dan kombinasi orlistat dengan
sibutramin HCl yang digunakan oleh 17
orang (51,52%)
2. Tingkat kerasionalan penggunaan obat
antiobesitas sebagai berikut:a. Tingkat kerasionalan berdasarkan
ketepatan obat dan indikasi: sebanyak 14
orang (42,42%) tepat obat orlistat, 13
orang (39,39%) tepat obat sibutramin HCl,
8 orang (24,24%) tidak tepat diberikan
obat orlistat, 13 orang (39,39%) tidak tepat
diberikan obat sibutramin HCl
b. Tingkat kerasionalan berdasarkan
ketepatan dosis dan frekuensi pemberian:
sebanyak 16 orang (48,48%) tepat dosis
dan frekuensi pemberian orlistat, 14 orang
(42,42%) tepat dosis dan frekuensi
pemberian obat sibutramin HCl, 6 orang
(18,18%) tidak tepat dosis dan frekuensi
pemberian obat orlistat, dan 12 orang
(36,36%) tidak tepat dosis dan frekuensi
pemberian obat sibutramin HCl.
3. Terapi non farmakologi yang dilakukan
bersamaan dengan terapi farmakologi adalah
pengaturan pola makan (diet), olahraga
seperti treadmill dan renang.4. Terdapat perbedaan Body Mass Index (BMI)
awal sebelum dengan setelah terapi obat
antiobesitas. Terjadi penurunan rata-rata
BMI sebesar 0,9306. Secara uji statistik
diperoleh nilai kemaknaan sebesar 0,001 (p
< 0,05) yang berarti terdapat perbedaan
bermakna Body Mass Index sebelum dan
sesudah diberi obat selama 3 bulan.
Saran
1. Perlunya dilakukan evaluasi terhadap
penggunaan obat antiobesitas dengan
melihat Body Mass Index (BMI) dan
komorbiditas yang dialami pasien sepertihipertensi, kolesterol, dan diabetes sehingga
penentuan dan pemilihan obat antiobesitas
bisa tepat obat, tepat dosis, dan tepat
frekuensi pemberian
2. Perlunya dilakukan evaluasi terhadap
penggunaan obat selain antiobesitas
sehingga tidak terjadi pengobatan yang tidak
rasional
DAFTAR PUSTAKA
1. Surasno, “Penanganan Obesitas Dahulu,Sekarang, dan Masa Depan”, National
Obesity Symposium, Perkeni, 2002, hal
53,58
2. Low, Chin.M, Yap. B, “Review On
Epidemic Of Obesity”, Vol. 38. No.1,
Januari, 2009, hal 58-59
3. Pamela.D.R,“Overweight dan Obesitas
Sebagai Suatu Resiko Penyakit
Degeneratif”, April, 2011, hal 1-6
4. Halpern.B, dkk, “Combination Of Drugs in
The Treatment Of Obesity”, Sao Paulo,
Brazil, 2010, hal 2399-2403
5. Anonim, “Drug Use Evaluation Concept in
Managed Care Pharmacy”, AMCP, hal 1-
7
6.
Anonim, “Promoting Rational Use of Medicine: Core Components”, World
Health Organization, September, Geneva,
2002, hal 1.
7. Anonim, “Problem of Irrational Drug Use
Session Guide”, hal 3-4, diakses
di:http://archives.who.int/prduc2004/rducd/s
ession_guides/problems_of_irrational_drug_
use.htm, World Health Organization,
diakses tanggal 5 Oktober 2011
5/17/2018 Jurnal Penelitian_amaliyah (06334042) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-penelitianamaliyah-06334042 12/12
12
8. Agbonlahor. E, Ikhloya.O, Okaka R,
”Strategies for Preventing and ManagingOverweight And Obesity”, Nigeria, 2009,
hal 1689
9. Anonim, “Obesitas”, diakses dari:
http://medicastore.com/penyakit/42/Obesitas
.html, Medicastore, tanggal 10 Oktober
2011
10. Anonim, “BMI classification”, diakses dari:
http://apps.who.int/bmi/index.jsp?introPage=
intro_3.html, World Health Organization
(WHO) , tanggal 5 Desember 2011
11. Royal College, “Anti-Obesity Drugs,Guidance On Appropriate Prescribing
And Management”, April, London, 2003,
hal 3-4,8-19
12. Department of Veterans Affairs, “Clinical
Practice Guideline for Screening and
Management of Overweight and Obesity”,
USA, 2006, hal: 31
13. Yulinah. E,dkk, “ISO Farmakoterapi 2”,
IAI, Jakarta,2011, hal 110-114
14. Anonim, “Lembar Informasi Orlistat”,
Roche, hal 1-6
15. Isidro. L, Cordido. F, “Approved And Off
Label Use Of Obesity Medication And
Potential New Pharmacologic Treatment
Options”, Spanyol, 2010, hal: 125-145
16. Purwono. A, “Penatalaksanaan Obesitas”,diakses dari:
http://www.medicinesia.com/kedokteran-
klinis/obat/penatalaksanaan-obesitas/,
Artikel Medicinesia, tanggal 15 Nopember
2011
17. Royal Pharmaceutical Society of Great
Britain, “Practice Guidance: OTC
Orlistat”, London, April, 2009 , hal: 2
18. National Institute for Health and Clinical
Excellence, “Obesity Guidance on The
Prevention, Identification, Assessment
and Management of Overweight and
Obesity in Adults and Children”, London,Desember 2006, hal:53
19. Beermann, dkk, “Incorrect Use and
Limited Weight Reduction of Orlistat in
Clinical Practice”, Swedia, 2002, hal: 31
20. Tziomalos K, Krassas G, Tzotzas T, “The
Use of Sibutramine in The Management
of Obesity and Related Disorders: An
Update”, Yunani, 2009, hal: 442
21. Wadden A.T, Osei. S, “The Treatment Of
Obesity: An Overwiew”, USA, 2001, hal:
233,239
22. Drew B, Dixon A.J, “Obesity
Management: Update On Orlistat”, centre
for Obesity Research, Australia, 2007,
hal:818
23. Smart. P, “Evidence Based Rapid Review
of Weight Loss Medicines: A Report
Commissimed by The New Zealand”, vol
7 No.6, New Zealand, 2004, hal: 26
24. Chaput J, St-Pierre, Trimblay, “Currently
Available Drugs for The Treatment of
Obesity: Sibutramine and Orlistat”, Mini
Review in Medicinal Chemistry, Kanada,
2007, hal:2009