JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams...

90
VOL. 8 NO. 4 EDISI NOVEMBE JURNAL PENELIT Penerapan Model Pem Untuk Meningkatkan M Mewujudkan Su Pengembangan Pe Berbasis Studi Perbandingan Ha Model Pembela Pengembangan Perangka Pembatasan BADAN PENELITIAN P KABUPAT Jurnal Pinisi Research Vol. 8 ER 2016 TIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampu Di Kabu mbelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Pese MTs Negeri Bontotiro Kabu umberdaya Manusia Yang Kompeten dan Program Pelatihan Be Y erangkat Pembelajaran Biologi Berbasis M s Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struk asil Belajar Model Pembelajaran Koopera ajaran Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Pembelajaran Kimia Di SMA N at Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri T Ko n Kampanye dan Rendahnya Partisipasi Pe A PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN D TEN BULUKUMBA SULAWESI SELATA No. 4 Hal. 199 – 274 Bulukumb November 2 ISSN : 2442-3939 K BULUKUMBA uan Kelompok Tani upaten Bulukumba Abdul Rajab Tournament (TGT) erta Didik Kelas IX upaten Bulukumba Nirwati Masri Kompetitif Melalui erbasis Kompetensi Yulia Asni Kurniawati Model Pembelajaran ktur dan Fungsi Sel Irmawati atif Tipe Jigsaw dan n Metakognisi Pada Negeri 7 Bulukumba Hasnih Terbimbing Setting ooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar emilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad DAN KEARSIPAN AN ba, 2016 ISSN 2442-3939

Transcript of JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams...

Page 1: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

ISSN : 2442-3939VOL. 8 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2016

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok TaniDi Kabupaten Bulukumba

Abdul Rajab

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX

MTs Negeri Bontotiro Kabupaten BulukumbaNirwati Masri

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif MelaluiProgram Pelatihan Berbasis Kompetensi

Yulia Asni Kurniawati

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model PembelajaranBerbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel

Irmawati

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw danModel Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada

Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 7 BulukumbaHasnih

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri Terbimbing SettingKooperatif Tipe Stad

Yusrawita Bahar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2015Andi Ayatullah Ahmad

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research Vol. 8 No. 4 Hal. 199 – 274

Bulukumba,November 2016

ISSN2442-3939

ISSN : 2442-3939VOL. 8 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2016

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok TaniDi Kabupaten Bulukumba

Abdul Rajab

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX

MTs Negeri Bontotiro Kabupaten BulukumbaNirwati Masri

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif MelaluiProgram Pelatihan Berbasis Kompetensi

Yulia Asni Kurniawati

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model PembelajaranBerbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel

Irmawati

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw danModel Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada

Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 7 BulukumbaHasnih

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri Terbimbing SettingKooperatif Tipe Stad

Yusrawita Bahar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2015Andi Ayatullah Ahmad

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research Vol. 8 No. 4 Hal. 199 – 274

Bulukumba,November 2016

ISSN2442-3939

ISSN : 2442-3939VOL. 8 NO. 4 EDISI NOVEMBER 2016

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok TaniDi Kabupaten Bulukumba

Abdul Rajab

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX

MTs Negeri Bontotiro Kabupaten BulukumbaNirwati Masri

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif MelaluiProgram Pelatihan Berbasis Kompetensi

Yulia Asni Kurniawati

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model PembelajaranBerbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel

Irmawati

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw danModel Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada

Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 7 BulukumbaHasnih

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri Terbimbing SettingKooperatif Tipe Stad

Yusrawita Bahar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2015Andi Ayatullah Ahmad

BADAN PENELITIAN PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPANKABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN

JurnalPinisi Research Vol. 8 No. 4 Hal. 199 – 274

Bulukumba,November 2016

ISSN2442-3939

Page 2: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K BULUKUMBA

VOL.8 NO. 4 ISSN: 2442-3939 NOVEMBER 2016

Pelindung : Bupati Kabupaten Bulukumba

Pembina : Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan KearsipanKabupaten Bulukumba

Penanggungjawab : DR. Drs. Baharuddin P., SE, M.Si

Dewan Redaksi : Hj. A. Ruhaya, S. PdA. Rakhmat Syarif, SEAkhmad Syam, S. Pd., MMDra. Hj. Indaryati, MMA. Nurhayati B., SEHj. Husniar, S. Sos

Pemimpin Redaksi : Drs. H. Muhammad Daud Kahal, M.Si

Penyunting/Editor : Drs. Abd. Rajab, M.SiDrs. Rusli Umar, M.PdMuh. Jafar, S. Pd, M.PdH. Arafah, S. Pd, M.PdJihad Talib, S.Pd.,M.Hum.

Design Grafis & Fotografer : Drs. Abdul HalimMoh. RamliMulyadi Sam, S. Kom

Pemimpin Sekretariat : Muhammad Yunus, S. Sos

Urusan Administrasi : Rismayani, S. Sos; Armawati, S. Sos; A. Aswan, S. Sos;A. Syamsinar.

Urusan Keuangan : Hj. Nur Aeni, SE; Nirwana, SE; Hj. Nakira; Irmawati, A. Md.

Urusan Sirkulasi dan Distribusi : A. Sukaena; Mansur; Wati Iswati; Irdana; A. Suruga.

Urusan Artistik dan Multimedia : Abd. Wahid S., SE

Alamat Sekretariat :Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan

Jl. Durian No. 2 Bulukumba Sulawesi SelatanTelp. +62413 81102, Fax. +62413 81102Email : [email protected]

Jurnal Pinisi Research memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kajian penelitian, atau tinjauan kepustakaanbidang penelitian dan pengembangan yang terbit empat kali dalam setahun

(Februari, Mei, Agustus, dan November)

Redaksi menerima karya ilmiah atau artikel kajian, gagasan di bidang penelitian dan pengembangan.Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah makna substansi tulisan.

Page 3: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

ISSN : 2442-3939

Redaksi Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan (BP3K)

Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 Bulukumba 92511

Telepon: +62413 81102, Fax: +62413 81102e-mail: [email protected]

Page 4: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

SAMBUTANKEPALA BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN,

PERPUSTAKAAN, DAN KEARSIPAN KAB. BULUKUMBA

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan

Yang Maha Kuasa yang senantiasa melimpahan taufiq dan hidayah-Nya

kepada kita sehingga tanpa terasa waktu bergulir menemukan bagian

akhir perjalanan waktu tahapan triwulanan ditahun 2016 ini.

Pada tahun 2016 ini Jurnal “PINISI RESEARCH” terlah berhasil diterbitkan 4 kalipenerbitan yakni yang diawali dengan penerbitan volume 5 Nomor 1 edisi Februari 2016

sampai pada penerbitan terakhir ditahun ini yakni Volume 8 Nomor 4 edisi November 2016.

Sukses penerbitan Jurnal “PINISI RESEARCH” yang merampungkan selama duatahun sejak diterbitkan sejak tahun 2015 yang lalu belumlah cukup alasan untuk berpuas diri.

Kami menyadari masih terlalu banyak kekurangan yang harus terus diperbaiki dan dibenahi

terkait kualitasnya, baik dalam hal tampilan, content materi maupun penyajiannya. Oleh

karena itu komitmen terjaga akan terus melanjutkan, menghadirkan sajian bacaan dengan

bobot ilmiah yang semakin baik dan berkualitas demi memenuhi harapan pembaca sekalian.

Namun demikian obsesi kami tersebut tidak akan mungkin terwujud tanpa dukungan kuat

dari semua stake-holder; dicision-maker, para peminat, pemerhati, dan pelaku penelitian dan

pengembangan pada umumnya, yang bermukim didalam dan/atau diluar daerah Kab.

Bulukumba.

Akhirnya terucap kata terima kasih kepada semuanya tanpa kecuali atas dukungan

dan partisipasinya sekaligus juga menyampaikan permohonan maaf sekiranya masih belum

mampu memenuhi harapan pembaca sekalian. Mari kita akhiri tahun 2016 ini sebagai sebuah

kenangan yang berbuah pengalaman dan kita songsong tahun 2017 dengan penuh optimisme.

Bulukumba, November 2016

TAUFIK, SH., MH.

VOL. 8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 5: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

PENGANTARPEMIMPIN REDAKSI JURNAL PINISI RESEARCH

KABUPATEN BULUKUMBA

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Salam jumpa kembali kami sampaikan kepada seluruh pencinta Jurnal

Pinisi Research dimana saja. Jurnal Volume 8 Nomor 4 Edisi November

2016 kami hadirkan sebagai bentuk kontinyuitas dalam publikasi hasil-

hasil riset yang di kelola oleh Badan Penelitian Pengembangan

Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulukumba.

Edisi kali ini tentu memiliki kesan dan momentum tersendiri oleh karena untuk yang terakhirkalinya terbit pada tahun 2016, semoga saja sederet terbitan yang telah terpublishsebelumnya akan menjadi rangkaian harmoni sebagai wujud eksistensi hadirnya jurnal yangmemiliki spesifikasi content tentang riset atau kelitbangan yang kita harapkan memberikanmanfaat yang sebesar-besarnya dalam segala aspek pembangunan.

Tentu kedepan kita akan songsong tahun 2017 dimana akan menjadi awal kehadiranlembaga-lembaga baru di lingkungan Pemerintah Daerah sehubungan dengan ditetapkannyaPeraturan Daerah Tentang Susunan Organisasi dan Perangkat Daerah Kabupaten Bulukumbasebagai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah.

Dalam konteks ini, Badan Penelitian dan Pengembangan akan hadir dengan konfigurasi baru

yang fokus pada kegiatan-kegiatan riset. Hal yang pasti adalah kehadiran berbagai media

informasi kelitbangan menjadi semakin urgen untuk menunjang hadirnya ragam kegiatan

riset atau kelitbangan yang dilakukan tidak hanya oleh institusi pemerintah daerah tapi

dikalangan lembaga pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Harapan kami, atensi kita

semua akan memberi kontribusi yang berarti bagi eksistensi Jurnal ini.

Bulukumba, November 2016

Drs. H. MUHAMMAD DAUD KAHAL, M.Si.

VOL. 8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 6: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

i

Pengantar RedaksiMembangun Kemitraan

Profesionalisme

uji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Penelitian, Pengembangan,Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulukumba telah berhasil menerbitkanJurnal Pinisi Research pada Volume 8 Nomor 4 Edisi November 2016. Sebuah upayayang dilandasi komitmen para Penulis maupun Dewan Redaksi untuk senantiasa

bersama-sama meningkatkan profesionalisme kelitbangan bidang pemerintahan daerah. Dalamupaya membangun kemitraan profesionalisme, redaksi senantiasa melakukan perluasan komunitasprofesionalisme, intelektual, dengan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi mereka untukberpartisipasi dalam Jurnal Pinisi Research.

Pada edisi kali ini redaksi menyajikan 7 (tujuh) artikel yang membahas tentang :Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani Di Kabupaten Bulukumba*),Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) UntukMeningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX MTs NegeriBontotiro Kabupaten Bulukumba*), Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten danKompetitif Melalui Program Pelatihan Berbasis Kompetensi*), Pengembangan PerangkatPembelajaran Biologi Berbasis Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA MateriStruktur dan Fungsi Sel*), Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw dan Model Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi PadaPembelajaran Kimia Di SMA Negeri 7 Bulukumba*), Pengembangan Perangkat PembelajaranBiologi Berbasis Inquiri Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad*), Pembatasan Kampanye danRendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2015*).

Pada bulan November tahun 2016, Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan danKearsipan Kab. Bulukumba berinisiatif menerbitkan Jurnal Pinisi Research Edisi VIII yangmenjadi icon media berkala ilmiah yang mampu mendorong kuriositas para peneliti/perekayasa.

Selain itu demi terwujudnya para calon peneliti/perekayasa di bidang pemerintahan,pendidikan dan kesehatan yang berkiprah secara professional, sehingga mempercepat terwujudnyatata kelola pemerintahan yang lebih baik.

Akhir kata, segenap staf redaksi Jurnal Pinisi Research mengucapkan selamat berkaryadan salam luar biasa sukses bahagia selalu.

Salam Redaksi

VOL. 8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 7: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

ii

Daftar Isi

Pengantar Redaksi iDaftar Isi ii

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani DiKabupaten BulukumbaAbdul Rajab

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams GamesTournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan HasilBelajar Peserta Didik Kelas IX MTs Negeri Bontotiro KabupatenBulukumbaNirwati Masri

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan KompetitifMelalui Program Pelatihan Berbasis KompetensiYulia Asni Kurniawati

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis ModelPembelajaran Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur danFungsi SelIrmawati

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw dan Model Pembelajaran Langsung Ditinjau Dari KesadaranMetakognisi Pada Pembelajaran Kimia Di SMA Negeri 7 BulukumbaHasnih

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis InquiriTerbimbing Setting Kooperatif Tipe StadYusrawita Bahar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi Pemilih Pilkada 2015Andi Ayatullah Ahmad

iii

199 - 206

207- 214

215 - 222

223 - 230

231 - 240

241 - 250

251 - 274

VOL. 8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 8: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani

Di Kabupaten Bulukumba Abdul Rajab 199

PENDAHULUAN

Kelompok tani merupakan organisasikaum tani yang tidak bisa ditinggalkan dalamkegiatan Penyuluhan Pertanian, bahkankeberhasilan Penyuluhan Pertanian disuatuwilayah selalu dikaitkan dengan keragaan dankeberadaan kelompok tani.

Upaya pembinaan kelompok tani melaluipenyuluhan pertanian berkaitan dengan upayapemberdayaan petani. Entang Sastraatmadja,2005 dalam Eko Legowo, 2006mengemukakan bahwa Ke depan PenyuluhanPertanian adalah bagian integral daripemberdayaan (empowering) dan pemartabatan(dignity) kaum tani.

Sementara itu kondisi kelompok tani daritahun ke tahun dapat dikatakan belummengalami perkembangan seperti yangdiharapkan atau dapat dikatakan stasionerbahkan menurun.

1)Penyuluh Pertanian Madya pada BKP3 Kab.Bulukumba.Kelompok tani banyak dibentuk karena adanya proyek-proyek dan bantuan sarana dan alat pertanian, sehinggadengan berakhirnya proyek, kelompok tani tidakberfungsi lagi.

Sementara itu kondisi kelompok tani dari tahunke tahun dapat dikatakan belum mengalamiperkembangan seperti yang diharapkan ataudapat dikatakan stasioner bahkan menurun.Secara empiris gambaran dari kelompok tanitersebut sebagai berikut : (1) sebagian kelaskelompoknya tidak sesuai dengan keadaansebenarnya, status kelasnya lebih tinggi namunkegiatannya bila diukur dengan skor penilaianternyata lebih rendah nilainya dari posisikelasnya atau dinamikanya rendah, dan (2)sebagian kelompok tani sudah “tidak aktif”namun masih terdaftar. (Hermanto dan DewaK.S. Swastika, 2011).

Jumlah kelompoktani yang terbentuk diKabupaten Bulukumba sampai BulanDesember 2014 adalah 1.839 kelompok,sedangkan jumlah gapoktan (gabungankelompok tani) sebanyak 118 gapoktan. Dari1.839 kelompok tani, baru ada 1 (satu)kelompok (0,11%) yang kelasnya utama,terletak di Desa Tibona KecamatanBulukumpa. Kelas madya sebanyak 160kelompok (8,7%) tersebar di seluruhkecamatan, kelas lanjut sebanyak 577kelompok (31,38%), dan kelas pemula

AKSELERASI PENINGKATAN KELAS KEMAMPUAN KELOMPOK TANIDI KABUPATEN BULUKUMBA

Abdul Rajab *)

Penyuluh Pertanian Madya pada Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan HoltikulturaKabupaten Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan Akselerasi dan upaya yang diperlukan dalampeningkatan kelas kemampuan kelompok. Keberadaan kelompok tani saat ini memiliki kecenderunganstatis bahkan kuntitasnya bertambah, tetapi kualitasnya menurun. Kondisi kelompok tani tersebutberkaitan dengan kinerja penyuluh pertanian. Oleh sebab itu akselerasi peningkatan kelas kemampuankelompok dilakukan melalui peningkatan kinerja penyuluhan dan pemberdayaan petani dalamkelompoknya.

Kata Kunci : Akselerasi, kelas kemampuan kelompok, kelompok tani, kinerja penyuluh,pemberdayaan.

Abstract *)

This paper aims to describe the required acceleration and efforts in improving the ability of the groupclass. The existence of farmer group currently has a static tendency kuantity even increased, but thequality is declining. The condition of the farmer groups with regard to the performance of agriculturalextension. Therefore acceleration class increase the ability of the group carried through improvedperformance extension and empowerment of farmers in the group.

Keywords: Acceleration, class ability groups, farmer groups, extension of performance,empowerment.

Page 9: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

200 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

sebanyak 1.099 kelompok (59,76%). (AbdulRajab, 2015).

Kelompoktani tersebut sepenuhnyabelum berfungsi secara optimal sesuai dengankelasnya, karena selama ini penumbuhannyamasih melalui pendekatan program, dan ataumateri pembinaannya belum disesuaikandengan kelasnya. Sesuai Peraturan Menteripertanian Nomor 82/Permentan/OT.140/8/2013, penumbuhan kelompoktanidan gapoktan diarahkan secara partisipatifdengan memperhatikan aspirasi petani sendiri,sehingga terbentuk rasa memiliki, sikapkepemimpinan, kemampuan manajemen dankewirausahaan yang tinggi dikalangananggotanya. Dengan demikian keberadaankelompoktani dapat dipertahankan dandikembangkan ke arah organisasi/lembagaekonomi mandiri yang berorientasi agribisnis,dan materi pembinaannya sesuai dengankelasnya (Abdul Rajab, 2015).

Kondisi tersebut dapat terjadi karenakelompok tani sering dijadikan sebagai alatatau wadah untuk memberikan bantuan/subsidiyang berkaitan dengan program pemerintah.

Syahyuti, 2012 dalam Analisis Kritisterhadap Permentan No. 273 tahun 2007mengemukakan bahwa Satu penelitian yangcukup luas cakupannya yang dilakukan diIndonesia, menemukan bahwa petani yangberada dalam organisasi formal sangat sedikit.Jika pun ada, kapasitas keorganisasian merekalemah. Hal ini bahkan telah menjadi faktorutama yang menyebabkan kegagalanpelaksanaan program secara keseluruhan.Selanjutnya, dikatakan bahwa banyak studimembuktikan bahwa tidak mudah membangunorganisasi petani, karena petani cenderungmerasa lebih baik tidak berorgansiasi.

Disisi lain Peran kelompok tani selaludituntut untuk menjadi motor utama dalammemfasilitasi kaum tani dalam melakukanusahataninya. Bahkan dalam Permentan 273tahun 2007 dikemukakan bahwa pembinaankelompoktani diarahkan pada penerapansystem agribisnis, peningkatan peranan, danperan serta petani beserta anggota masyarakatpedesaan lainnya, dengan menumbuhkembangkan kerjasama antar petani dan pihaklainnya yang terkait untuk mengembangkanusahataninya. Pembinaan kelompok tanidiharapkan dapat membantu menggali potensi,memecahkan masalah usahatani anggotanyasecara lebih efektif, dan memudahkan dalammengakses informasi, pasar, teknologi,permodalan dan sumber daya lainnya.

Tuntutan terhadap Kelompok tanidemikian besarnya, ini berarti kelompok tani

harus dibina dan diberdayakan sehinggamenjadi kelompok yang solid yang memilikikemampuan dalam mengakses fasilitaspembangunan pertanian.

Menjawab permasalahan di atas makaperlu di kaji apa saja kemampuan kelompoktani yang perlu diperbaiki atau ditingkatkanagar kelas kelompok dapat meningkat. Setelahditemukan kemampuan yang harus diperbaikimaka langkah selanjutnya adalah menentukanakselerasi apa yang perlu dilakukan agarkemampuan tersebut dapat dimiliki olehkelompok.

PEMBAHASAN

Pemahaman Tentang Kelompok TaniAda beberapa istilah yang berhubungan

dengan Kelompoktani yaitu pelaku utama(petani), pelaku usaha, Usahatani, GabunganKelompoktani, klasifikasi kemampuan poktan.

Menurut Permentan 82 tahun 2013pelaku utama (Petani), adalah warga negaraIndonesia perseorangan dan/atau besertakeluarganya yang melakukan usahatani dibidang tanaman pangan, hortikultura,perkebunan, dan/atau peternakan. PelakuUsaha adalah setiap orang yang melakukanusaha sarana produksi pertanian, pengolahandan pemasaran hasil pertanian, serta jasapenunjang pertanian yang berkedudukan diwilayah hukum Republik Indonesia. Usahataniadalah kegiatan dalam bidang pertanian, mulaidari produksi/budidaya, penanganan pascapanen, pengolahan, sarana produksi,pemasaran hasil, dan/atau jasa penunjangnya.Klasifikasi Kemampuan Poktan adalahpemeringkatan kemampuan kelompoktani kedalam 4 (empat) kategori yang terdiri dari:kelas pemula, kelas lanjut, kelas madya dankelas utama yang penilaiannya berdasarkankemampuan kelompoktani.

Kontak tani menurut Permentan 273tahun 2007 adalah adalah ketua atau mantanketua kelompok tani yang diakuikepemimpinannya dalam menggerakkananggota/petani untuk mengembangkanusahanya.

Kelompoktani yang selanjutnya disebutpoktan adalah kumpulanpetani/peternak/pekebun yang dibentuk atasdasar kesamaan kepentingan; kesamaankondisi lingkungan sosial, ekonomi,

Page 10: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani

Di Kabupaten Bulukumba Abdul Rajab 201

sumberdaya; kesamaan komoditas; dankeakraban untuk meningkatkan danmengembangkan usaha anggota. Jumlahanggota kelompoktani 20 sampai 25 petaniatau disesuaikan dengan kondisi lingkunganmasyarakat dan usahataninya (Anonim, 2013)

Gabungan kelompoktani (GAPOKTAN)adalah kumpulan beberapa kelompok tani yangbergabung dan bekerja sama untukmeningkatkan skala ekonomi dan efisiensiusaha.

Penumbuhan Kelompoktani dilakukanmelalui langkah-langkah, sebagai berikut:1). Pengumpulan data dan Informasi, yang meliputi : (a) Tingkat pemahaman tentangorganisasi petani; (b)Keadaan petani dan keluarganya; (c)Keadaan usahatani yang ada; (d) Keadaansebaran, domisisli dan jenis usahatani; (e)Keadaan kelembagaan masayarakat yang ada.2). Advokasi (saran dan pendapat) kepadapara petani khususya tokoh-tokoh petanisetempat serta informasi dan penjelasanmengenai :(a) Pengertian tentang kelompoktani, antara lain mengenai apa kelompoktani,tujuan serta manfaat berkelompok untukkepentingan usahatani serta hidupbermasyarakat yang lebih baik; (b) Proses ataulangkah-langkah dalam menumbuhkan/membentuk kelompok tani; (c) Kewajiban danhak setiap petani yang menjadi anggotakelompok serta pengurusnya; (d) Penyusunanrencana kerja serta cara kerja kelompok.

Kelas Kemampuan Kelompok TaniBerdasarkan Peraturan Kepala Badan

Penyuluhan dan pengembangan SDMPertanian No. 168 tahun 2011 dalampenyelenggaraan penilaian dibentuk Tim daritingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten, provinsidan Pusat.

Berdasarkan Permen PAN No. 2 Tahun2008 yang bertugas mengembangkankelompok tani Pemula ke Lanjut adalahPenyuluh Pertanian Pelaksana (IIb – IId),kelompok tani Lanjut ke Madya adalahPenyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan (IIIa –IIIb) dan Kelompok tani Madya ke Utamaadalah Penyuluh Pertanian Pertama (IIIa –IIIb). Penyuluh pertanian PNS di Kabupaten

Bulukumba sebanyak 95 orang, dan penyuluhkontrak yaitu Tenaga Harian Lepas TenagaBantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)sampai dengan Desember 2014, sebanyak 84orang. Dari 95 orang penyuluh pertanian PNS,72 orang diantaranya (75,8%) adalah penyuluhahli, dan 23 orang penyuluh terampil (24,2%).Dan diantara 72 orang penyuluh pertanian ahli,38 orang diantaranya penyuluh pertanianmadya (52,8%), 23 orang penyuluh pertanianmuda (31,9%), dan 11 orang penyuluhpertanian pertama (15,3%). (Anonim, 2015).

Penentuan Kelas Kemampuan Kelompoktani pada awalnya meliputi 10 jurus (Anonim,1980), yaitu : (1). Daya serap informasi,kelincahan kontak tani dan pengurus kelompokdalam mencari, mengolah dan menjelaskaninfo yang bermanfaat bagi seluruh anggota, (2)Perencanaan, kemampuan merencanakankegiatan-kegiatan kelompok untukmeningkatkan produksi dan pendapatan, (3)Kerjasama dalam pelaksanaan pekerjaan,kekompakan para anggota, (4) Pengembanganfasilitas dan sarana, perkembangan fasilitasdan sarana yang mendukung/ menunjangusahatani,(5) Pemupukan modal,perkembangan permodalan – pembinaanberkoperasi, (6) Ketaatan terhadap perjanjian,kemampuan dalam menaati perjanjian (ContohDalam Perkrediatan), (7) Kemampuanmengatasi keadaan darurat, Kecekatan dalampenggerakan daya dan untuk mengatasimasalah mendesak,(8) Pengembangan karder,Pembinaan anggota sehingga meningkatkankeahliannya,(9) Hubungan melembaga dengankoperasi, Contoh Semua anggota kelompokmenjadi anggota koperasi. kontaktani/pengurus kelompok menjadi penguruskoperasi, (10) Produkivitas usaha tani,Produktivitas usaha tani tinggi, menggunakanteknologi baru.

Berdasarkan SK. Mentan No. 93 Tahun1997 (sebelumnya SK Mentan No. 41 tahun1992), jurus kemampuan Kelompoktanidipadatkan menjadi 5 Jurus yang meliputi :1. Kemampuan merencanakan kegiatan untuk

meningkatkan produktivitas usahatani-nelayan (termasuk pasca panen dan analisausahatani nelayan) para anggotanya denganpenerapan rekomendasi yang tepat danmemanfaatkan sumberdaya alam secara

Page 11: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

202 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

optimal, selanjutnya disebut Perencanaan,(Bobot 300), meliputi :(a)Kelompok mengetahui potensi wilayah(infrastruktur, sistem sosial, budaya dll),potensi sumberdaya pertanian (kondisitanah, iklim, sumber air, area penangkapanikan, dll) yang ada di lingkungannya, (b)Kelompok mengetahui permasalahan, baikyang bersifat perilaku maupun non perilaku,misalnya dalam hal adopsi teknologi,ketersediaan sarana produksi, dll, (c)Kelompok mengetahui teknologi yangdibutuhkan dan cara memilihnya, (d)Kelompok mengetahui cara memanfaatkandan menggali sumberdaya pertanian diwilayahnya, (e) Kelompok mengertilangkah-langkah penyusunan rencanakegiatan kelompok, (f) Kelompok mampudalam menyusun rencana kegiatan secaratertulis sesuai dengan kondisi dan atas dasarkesepakatan musyawarah dalam kelompok.

2. Kemampuan melaksanakan dan mentaatiperjanjian dengan pihak lain selanjutnyadisebut Perjanjian (Bobot 100) , meliputi :(a) Merasakan perlunya mengadakanperjanjian dengan pihak lain di luarkelompok, (b) Mengetahui macam-macamperjanjian dalam meningkatkan usahatani-nelayan, (c) Kelompok mengadakanperjanjian dengan pihak lain, (d) Kelompokmelaksanakan kesepakatan yang dibuatdengan kelompok atau pihak lain.

3. Kemampuan pemupukan modal danpemanfaatan pendapatan secara rasional,selanjutnya disebut: Pemupukan Modal,(Bobot 100), meliputi : (a) Merasakanperlunya pemupukan modal, (b)Melaksanakan pemupukan modal, (c) Nilaimodal yang dikumpulkan dikaitkan dengankemampuan para anggotanya, (d) Anggotakelompok secara bersama-sama maupunperorangan mampu memanfaatkan modaldan penghasilan yang didapat sebaik-baiknya.

4. Kemampuan meningkatkan hubungan yangmelembaga antara kelompok tani-nelayandengan KUD, selanjutnya disebutHubungan dengan KUD (Bobot 200),meliputi : (a) Merasakan perlunyamengadakan kerja sama dengan KUD, (b)Kelompok mampu mendorong anggotanyauntuk menjadi anggota KUD, (c) Penguruskelompok mampu dan mau menjadipengurus KUD, (d) Kelompok mampu danmau memanfaatkan pelayanan yangdisediakan oleh KUD, (e) Kelompokmampu dan mau menjadikan kelompoksebagai Tempat Pelayanan KUD (TPK).

5. Kemampuan menerapkan teknologi danpemanfaatan informasi, serta kerjasamakelompok yang dicerminkan oleh tingkatproduktivitas dari usahatani-nelayan paraanggota kelompok tani nelayan, selanjutnyadisebut : Produktivitas (Bobot 300),meliputi : (a) Kelompok berinisiatifmencari informasi yang diperlukan,(b)Kelompok mau dan mampu mempelajariinformasi/teknologi yang diterima, (c)Anggota kelompok yangmendapat/memanfaatkan informasi, (d)Kelompok secara aktif bekerjasama dalampenerapan teknologi, (e) Produktivitas danmutu hasil usaha tani kelompok meningkatdibandingkan dengan waktu sebelumnya.

Berdasarkan Peraturan Kepala BadanPenyuluhan dan Pengembangan Sumber DayaManusia Pertanian Nomor :168/Per/Sm.170/J/11/11 Tanggal 18 Nopember2011, tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaiankemampuan Kelompok Tani, menjelaskanbahwa kemampuan kelompok tani diarahkanuntuk memiliki kemampuan sebagai berikut :1. Kemampuan merencanakan, meliputi

kegiatan: (a). Kelas Belajar , terdiri dari 1)Merencanakan kebutuhan belajar; 2)Merencanakan pertemuan/musyawarah.(b) Wahana Kerjasama, terdiri dari 1)Merencanakan pemanfaatan sumberdaya(pelaksanaan rekomendasi teknologi); 2)Merencanakan kegiatan pelestarianlingkungan. (c) Unit Produksi, terdiri dari 1)Merencanakan definitif kelompok (RDK),Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok(RDKK) dan rencana kegiatan kelompoklainnya; 2) Merencanakan kegiatan usaha(usahatani berdasarkan analisa usaha,peningkatan usaha kelompok, produk sesuaipermintaan pasar, pengolahan danpemasaran hasil, penyediaan jasa).

2. Kemampuan mengorganisasikan, meliputikegiatan: (a) Kelas Belajar, terdiri dari 1)Menumbuh-kembangkan kedisiplinankelompok; 2) Menumbuh- kembangkankemauan/motivasi belajar anggota. (b)Wahana Kerjasama, antara lainMengembangkan aturan organisasikelompok. (c) Unit Produksi, antara lainMengorganisasikan pembagian tugasanggota dan pengurus kelompoktani.

3. Kemampuan melaksanakan, meliputikegiatan: (a). Kelas belajar, terdiri dari 1)Melaksanakan proses pembelajaran secarakondusif; 2) Melaksanakan pertemuandengan tertib. (b) Wahana Kerjasama,terdiri dari : 1) Melaksanakan kerjasama

Page 12: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani

Di Kabupaten Bulukumba Abdul Rajab 203

penyediaan jasa pertanian; 2) Melaksanakankegiatan pelestarian lingkungan; 3)Melaksanakan pembagian tugas; 4)Menerapkan kedisiplinan kelompok secarataat azas; 5) Melaksanakan dan mentaatikesepakatan anggota; 6) Melaksanakan danmentaati peraturan/perundangan yangberlaku; 7) Melaksanakan pengadministrasian/pencatatan kegiatan kelompok.(c) Unit Produksi, terdiri dari 1)Melaksanakan pemanfaatan sumberdayasecara optimal; 2) Melaksanakan RDK danRDKK; 3) Melaksanakan kegiatanusahatani bersama; 4) Melaksanakanpenerapan teknologi; 5) Melaksanakanpemupukan dan penguatan modalusahatani; 6) Melaksanakan pengembanganfasilitas dan sarana kerja; 7) Melaksanakandan mempertahankan kesinambunganproduktivitas.

4. Kemampuan melakukan pengendalian danpelaporan, meliputi kegiatan: (a)Mengevaluasi kegiatan perencanaan; (b)Mengevaluasi kinerja organisasi/kelembagaan; (c)Mengevaluasi pelaksanaankegiatan kelompoktani; (d) Menyusunlaporan pela ksanaan kegiatan.

5. Kemampuan mengembangkankepemimpinan kelompoktani, meliputikegiatan:(a) Kelas Belajar, terdiri dari 1)Mengembangkan keterampilan dan keahliananggota dan pengurus kelompoktani; 2)Mengembangkan kader-kader pemimpin; 3)Meningkatkan kemampuan anggota untukmelaksanakan hak dan kewajiban.(b) Wahana Kerjasama, terdiri dari 1)Meningkatkan hubungan kerjasama dalampengembangan organisasi; 2) Meningkatkanhubungan kerjasama dalam pengembangansahatani. (c) Unit Produksi, terdiri dari 1)Mengembangkan usaha kelompok; 2)Meningkatkan hubungan kerjasama denganmitra usaha.

Total nilai pembobotan adalah 1.000,dari jumlah bobot tersebut berdasarkan tingkatkemampuan, kelompok dibagi dalam 4 kelas :1). Kelas Pemula nilai 0 s.d. 250, 2). KelasLanjut nilai 251 s.d. 500, 3). Kelas Madya nilai501 s.d. 750 dan 4).Kelas Utama nilai 751 s.d.1.000.

Dengan Peraturan Kepala BadanPenyuluhan dan pengembangan SDMPertanian No. 168 tahun 2011 mengemukakan,bahwa penilaian kemampuan kelompokdirumuskan dan disusun dengan pendekatanaspek manajemen dan aspek kepemimpinan

yang meliputi : 1) Perencanaan (bobot 200), 2)Pengorganisasian (bobot 100), 3) Pelaksanaan(bobot 400). 4) Pengendalian dan Pelaporan(bobot 150), 5) Pengembangan kepemimpinankelomok tani (bobot 150) . Disebut denganPanca Kemampuan Kelompoktani (PAKEMPOKTAN) berdasarkan fungsi-fungsiKelompoktani sebagai Kelas belajar, wahanakerjasama dan unit produksi.

Kinerja Penyuluh PertanianPrestasi penyuluhan pernah

mengantarkan Indonesia mencapaiswasembada beras tahun 1984, hal ini selalumenjadi kebanggaan bagi kita para penyuluhpertanian. Namun akhir-akhir ini keberhasilanpelaksanaan penyuluhan kurang terdengar, dansepertinya sangat sulit untuk meraih prestasi,bahkan statemen-statemen yang miring seringditujukan pada kinerja penyuluh.

Berdasarkan penelitian yang telahdilaksanakan oleh IPB menggambarkan bahwaada beberapa hal yang menyebabkan kinerjapenyuluhan rendah yaitu : 1) Kompetensipenyuluh, 2) Umur dan masa kerja, 3) aspekinternal (dukungan, penghargaan, supervisi danmonitoring), 4) luasnya cakupan wilayah kerja,terbatasnya honor dan rendahnya biayaoperasional penyuluh, 5) rendahnya partisipasimasyarakat terhadap kegiatan penyuluhan.Berhubungan dengan hal tersebut makadiperlukan berbagai upaya agar kinerjapenyuluh tersebut dapat meningkat diantaranyamelalui peningkatan peran organisasipenyelenggara penyuluhan, memperhatikanjenjang karir dan kesejahteraan penyuluh, danpeningkatan peran lembaga pendukung. Selainitu hasil penelitian yang dilakukan oleh SyarifImam Hidayat pada bulan juni-September2008, mengungkapkan bahwa variable kinerjapenyuluh (interaksi atau frekuensi pertemuanantara penyuluh dengan petani, kemampuanpenyuluh, dan daya tanggap/responsivenesspenyuluh) secara simultan mempengaruhikinerja kelompok tani agribisnis, tetapi secaraparsial hanya “kemampuan penyuluhpertanian” yang memberikan pengaruh nyataterhadap kinerja kelompok tani, sedangkanyang lainnya tidak memberikan pengaruh nyata(Nazaruddin Margolang, 2014)

Menilik pada system kerja penyuluhan,pada saat pencapaian swasembada, systemkerja yang digunakan adalah system kerjaLAKU (latihan dan kunjungan). Eko Legowo,2006, mengemukakan bahwa system kerjaLAKU dengan pendekatan komoditi pada saatitu sangat cocok, karena masalah utama yangdihadapi adalah kekurangan produksi pangan,

Page 13: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

204 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

saat ini masalah utama yang dihadapi adalahpengentasan kemiskinan petani, sehinggapendekatan komoditi sudah tidak cocok lagi.Untuk itu Eko Legowo pada Tahun 1989mengusulkan system kerja LARI (Latihandengan Rekayasa Inovasi) untuk menunjangsystem kerja LAKU. Hal ini dilakukan agarpenyuluh selalu memiliki dan mampumenjawab permasalahan teknologi spesifiklokasi yang dibutuhkan petani, tanpatergantung pada hasil pengujian-pengujianlocal. Hal ini sangat memungkinkandilaksanakan karena adanya perangkatkomputer dan IT yang mampu menampung,mengolah dan menyajikan data dan informasisecara padat, cepat akurat dan interaktif.

Bukti empiris lainnya, berdasarkan hasilsupervisi, monitoring dan evaluasi pelaksanaanPrograma/Rencana Kerja Tahunan Penyuluh,tiga triwulan berturut-turut Tahun 2015 yangdilakukan oleh Kelompok Jabatan Penyuluh(KJF) kabupaten bulukumba, menunjukkanbahwa kegiatan penyuluh yang sangat lemahadalah pembinaan kelompok tani dalam rangkakenaikan kelas kelompok. Ini berarti bahwakinerja dan kemampuan kelompok tani dalamrangka meningkatkan kelas kemampuankelompoknya, dipengaruhri oleh kinerja dankompetensi penyuluh pertanian dalam memilihdan menentukan materi pembinaan kepadakelompok tani yang dibinanya. Selain itu,berdasarkan hasil Kajian Materi Latihan duamingguan di 10 Balai Penyuluhan PertanianPerikanan dan Kehutanan (BP3K) kabupatenBulukumba, menunjukkan bahwa materilatihan di BP3K yang berkaitan dengan materipembinaan kelas kemampuan kelompok, dariBulan Januari-Desember 2015 rara-rata hanya20,61 % pada tahun 2015, dan pada Tahunsebelumnya, yakni Tahun 2012 dan 2013secara berturut-turut hanya 15,90 % dan18,43%. (Abdul Rajab, 2012, 2013, 2015). Inimenunjukkan betapa kurangnya perhatianterhadap kelembagaan tani kita, sehinggakelas kemampuannya tertinggal jauh dariharapan (sampai sekarang kelas pemula masihada 1.099 kelompok atau 57,76% , sementaraada beberapa kelompok yang sudah terbentukpada 20 tahun yang lalu).

Akselerasi Peningkatan Kelas KemampuanKelompok Tani

Peningkatan kelas Kelompok merupakanindikasi bahwa keberfungsian kelompok telahmampu memfasilitasi anggotanya dalammeningkatkan produktivitas usaha dankesejahteraannya. Kelas kemampuankelompok adalah indikator bukan tujuan, untuk

itu akselerasi peningkatan kelas kelompokharuslah akselerasi yang mampu mengantarkanpetani memiliki keberdayaan untuk mencapaikehidupan yang lebih sejahtera.

Akselerasi yang diperlukan dalam upayameningkatkan kelas kelompok adalah :1. Menjadikan Programa Penyuluhan dan

Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP)sebagai acuan/pedoman, berdasarkan hasilpenilaian kemampuan kelompoktani(pemeringkatan masalah/prioritaspembinaan), dengan mekanisme sebagaiberikut :a) Persiapan : (1) Inventarisasi indikatorpenilaian kemampuan yang masih lemahsetiap kalompok; (2) Menyusun jadwalpembinaan disesuaikan jadwal kunjunganrutin ke kelompoktani; (3) Menetapkan danmenyiapkan materi pembinaan sesuaidengan indikator penilaian kemampuanyang masih lemah setiap kelompoktani.b) Kegiatan : (1) Melakukan bimbingan danpendampingan dengan materi yang sesuaidengan indikator penilaian yang masihlemah (impact point); (2) Melakukanpendampingan pembelajaran dan penerapanmateri penyuluhan di kelompok binaansesuai dengan jadwal kunjungan LAKUSUSI.c) Pelaporan : (1) Menyusun laporan hasilpelaksanaan peningkatan kemampuankelompok; (2) Mengirim laporan hasil keBalai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, danKehutanan (BP3K).

2. Peningkatan Kinerja Penyuluhan Pertanianyang dilakukan melalui : (a) PeningkatanKompetensi Penyuluh melalui pelatihan,Khususnya yang berkaitan denganpeningkatan kemampuan kelompoktani. (b)Perbaikan internal organisasi yangmenyangkut Pemberian motivasi terhadappenyuluh baik menyangkut karier,penghargaan, termasuk melakukansupervisi dan monitoring. (c) Fasilitasipembiayaan yang memadai untukoperasional penyuluhan

KESIMPULAN

Peningkatan kelas kelompok merupakanalat untuk mengukur keberhasilan penyuluhdalam melakukan pemberdayaan petani dalamkelompoknya. Indikatornya adalah aspekfungsi dan manajemen kelompok, baik kualitasmaupun kuantitasnya. Oleh sebab itupeningkatan Kelas Kelompok haruslahdiakselerasi, agar kelompok tani dapatmenjalankan fungsinya dengan baik.

Page 14: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Akselerasi Peningkatan Kelas Kemampuan Kelompok Tani

Di Kabupaten Bulukumba Abdul Rajab 205

Keberhasilan dalam melakukanpemberdayaan petani dalam meningkatkankelas kemampuan kelompok tani, sangatbergantung pada kemampuan Lembagapenyuluhan dalam meningkatkan kompetenipenyuluh, memberikan motivasi danmemfasilitasi biaya operasionalnya.

Ada lima jurus (Panca kemampuankelompok/PAKEM POKTAN) yang perludikuasai oleh kelompok tani dalam upayameningkatkan kelas kemampuan kelompoknyayaitu 1) Kemampuan dalam perencanaan, 2)Kemampuan dalam pengorganisasian, 3)Kemampuan dalam melaksanakan fungsikelompok, 4) Kemampuan dalammelaksanakan pengendalian dan pelaporan,dan 5) Kemampuan dalam mengembangkankepemimpinan kelompok tani.

Akselerasi peningkatan kelaskemampuan kelompok tani dilakukan melalui :1) Menjadikan programa penyuluhan danRKTP sebagai acuan/pedoman, berdasarkanhasil penilaian kemampuan kelompoktani,dengan mekanisme : persiapan, pelaksanaankegiatan, dan pelaporan. 2) PeningkatanKinerja Penyuluhan Pertanian yang dilakukanmelalui : (a) Peningkatan KompetensiPenyuluh melalui pelatihan; (b) Perbaikaninternal organisasi yang menyangkutPemberian motivasi terhadap penyuluh baikmenyangkut karier, penghargaan, termasukmelakukan supervisi dan monitoring; (c)Fasilitasi pembiayaan yang memadai untukoperasional penyuluhan, khususnya dalampeningkatan kelas kemampuan kelompok tani.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1980. Capita Selekta PengembanganDan Pembinaan Kelompok TaniDalam Intensifikasi TanamanPangan. Satuan Pengendali Bimas,Jakarta.

---------, 1992. SK. Mentan NO. 41 tahun 1992tentang Pedoman PembinaanKelompok tani.

---------, 2008, Peraturan Menteri Negara PANNomor: Per/02/Menpan/2/2008Tanggal 18 Februari 2008, TentangJabFungs Penyuluh Pertanian DanAngka Kreditnya.

---------, 2011, Peraturan Kepala BadanPenyuluhan dan PengembanganSDM Pertanian, Nomor168/Per/SM.170/J/11/11 Tanggal 18November 2011 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Penilaian KemampuanKelompok Tani.

---------, 2013, Peraturan Menteri Pertanian,Nomor : 82/Kpts/Ot.160/4/2013Tanggal 13 April 2013 TentangPedoman Pembinaan KelembagaanPetani.

---------, 2014. Pedoman Pelaksanaan SistemKerja LAKU SUSI, PusatPenyuluhan Pertanian, BPPSDMP,Jakarta.

---------, 2015. Programa PenyuluhanKabupaten Bulukumba, BadanKetahanan Pangan dan PelaksanaPenyuluhan Pertanian KabupatenBulukumba.

Hermanto dan Swastika, Dewa K.S, 2011,Penguatan Kelompok Tani :Langkah Awal PeningkatanKesejahteraan Petani, Pusat SosialEkonomi dan Kebijakan Pertanian,Bogor(http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART9-4e.pdf).

Hidayat, Syarif Imam, 2008. Analisis KinerjaPenyuluh Pertanian di Wilayah kerjaUnit Penyuluhan PertanianSukodono, Sidoarjo, dalam HabitatVolume XX No. 1 Bulan Agustus2009.Halaman 45-56.

Legowo, Eko, 2006, Kepedulian DhammaTerhadap Revitalisasi Pertanian,dalam Revitalisasi Pertanian danDialog Peradaban, Penerbit BukuKompas, Jakarta.

Margolang, Nazaruddin, 2014. StrategiPeningkatan kelas KemampuanKelompok Tani.(http://www.google.com/search?q)Diakses tanggal 11 -06- 2014.

Rajab, Abdul, 2012. Evaluasi Materi Latihandan Kunjungan (LAKU SUSI)Berdasarkan Konsep RevitalisasiPenyuluhan Pertanian dan KonsepAgribisnis, Kelompok JabatanFungsional (KJF) PenyuluhPertanian, BKP3 Kab Bulukumba.

----------, 2013. Evaluasi Materi Latihan danKunjungan (LAKU SUSI)Berdasarkan Konsep RevitalisasiPenyuluhan Pertanian dan KonsepAgribisnis, Kelompok Jabatan

Page 15: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

206 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Fungsional (KJF) PenyuluhPertanian, BKP3 Kab Bulukumba.

----------, 2015. Rencana Kerja TahunanPenyuluh Pertanian (RKTPP),Kelompok Jabatan Fungsional (KJF)Penyuluh Pertanian, BadanKetahanan Pangan dan PelaksanaPenyuluhan kabupaten Bulukumba.

Syahyuti, 2012, Kelemahan Konsep danPendekatan dalam PengembanganOrganisasi Petani; Analisis Kritisterhadap Permentan 273 Tahun2007, diterbitkan dalam MajalahAnalisis Kebijakan Pertanian Vo. 10No. 2 Tahun 2012(http://websyahyuti.blogspot.com/2012/07/analisis-kritis-terhadap-permentan-273.html).

Page 16: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX MTs Neg. Bontotiro Nirwati Masri 207

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMESTOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN

HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX MTs NEGERI BONTOTIROKABUPATEN BULUKUMBA

Nirwati Masri *)

Departemen Agama Kabupaten BulukumbaGuru MTs Negeri Bontotiro

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan (i) untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar biologi peserta didik dalampembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs NegeriBontotiro (ii) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar biologi peserta didik dalampembelajaran biologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs NegeriBontotiro (iii) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar biologi peserta didik dalam pembelajaranbiologi melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas IX MTs Negeri Bontotiro. Metodepenelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Pengumpulandata dilakukan melalui angket motivasi, lembar observasi aktivitas siswa dan tes hasil belajar yangdianalisis secara kuantitatif dengan persentase.Hasil penelitian menunjukkan (i) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams GamesTournament (TGT) dapat meningkatkan motivasi belajar biologi siswa, yaitu siklus I 79 % dan padasiklus II mengalami peningkatan menjadi 90 %. (ii) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipeTeams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar biologi siswa, yaitu siklus I76% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86%. (iii) Penerapan model pembelajarankooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa yangdiukur dengan skor hasil belajar yang diperoleh siswa lebih tinggi dari skor hasil belajar sebelumnyadan persentase ketuntasan belajar siswa, yang berdasarkan nilai KKM, yaitu 70. Pada siklus I 75% danpada siklus II mengalami peningkatan menjadi 95% siswa tuntas belajar.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, TGT (Teams Games Tournament)

Abstract *)

This research aims to (i) examine the increasing of the students’ motivation in learning biologytrough cooperative learning of TGT ( Team games Tournament) type in class IX MTs Negeri BontotiroBulukumba (ii) to discover the increasing of the students’ activity in learning biology throughcooperative learning of TGT type in class IX MTs Negeri Bontotiro Bulukumba (iii) to examine theincreasing of the students’ learning outcomes in biology through cooperative learning of TGT type inclass IX MTs Negeri Bontotiro BulukumbaThe method of this research employs classroom action research consists of two cycles. Data werecollected by employing questionnaire of motivation, observation sheet of students’ activity, and test oflearning outcomes. Data were analyzed quantitatively with percentage.

The results of the research revealed that (i) the application of cooperative learning of TGT typecould enhance the students’ motivation in learning biology that 79% in cycle I enhanced to 90 % incycle II, (ii) tht application of cooperative learning of TGT type could enhance the students’ learningactivity in learning biology that 76% in cycle I enhanced to 86% in cycle II (iii) the application ofcooperative learning of TGT could enhance the student’ learning outcomes in Biology which wasmeasured by the score of students’ learning outcomes is higher than the previous learning outcomesand the percentage of students’ learning mastery which is based on the standard of minimumcompleteness score, which is 70. In cycle I, it was 75% and enhanced to 95% in cycle II.

Keywords: Cooperative learning, TGT ( Team Games Tournament)

Page 17: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

208 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

PENDAHULUAN

Masalah pendidikan merupakan masalahyang tidak henti-hentinya untukdiperbincangkan dan selalu menjadi topik yangpaling hangat untuk dikaji lebih dalam.Berbagai masalah timbul dan melibatkanbeberapa pakar pendidikan dalam upayamengembangkan kualitas manusia, dimanapatokan minimal yang harus dicapai adalahtumbuhnya kemampuan berpikir logis dansikap kemandirian dalam diri peserta didik

Rendahnya mutu pembelajaran merupakanmasalah yang dihadapi dalam dunia pendidikankita saat ini. Tenaga pendidik saat ini dalammelakukan proses pembelajaran cenderungpada pencapaian target materi kurikulum, lebihmementingkan pada penghapalan konsepbukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihatdari kegiatan pembelajaran di dalam kelasmasih berpusat pada guru (teacher center).Guru masih banyak menggunakan metodeceramah dalam memberikan materi pelajaran,sedangkan peserta didik hanya mendengarkanapa yang diberikan oleh guru dan sedikitpeluang bagi siswa untuk bertanya. Dengandemikian, suasana pembelajaran menjadi tidakkondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Suatu inovasi yang menarik dalammeningkatkan mutu proses pembelajaranadalah dengan menerapkan metodepembelajaran yang tepat. Pemilihan suatumetode pembelajaran harus disesuaikandengan tujuan pembelajaran dan sifat materiyang akan menjadi obyek pembelajaran.Menurut Trianto (2007) bahwa modelpengajaran adalah suatu perancanaan atausuatu pola yang digunakan sebagai pedomandalam merencanakan pembelajaran di kelas.Model pengajaran mengacu pada pendekatanpembelajaran yang akan digunakan, termasukdi dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,lingkungan pembelajaran, dan pengelolaankelas.

Konsep kelangsungan hidup organismedalam standar isi termasuk sebagai salah satukonten kurikulum IPA di kelas IX.Berdasarkan standar kompetensi dankompetensi dasar, Materi kelangsungan hiduporganisme melalui perkembangbiakan adalahmateri biologi yang mangandung konsep-konsep yang cukup kompleks, sehingga

diperlukan percobaan (eksperimen),pengamatan-pengamatan yang dilakukan untukmemberikan pemahaman yang cukup tentangteori dan konsep yang terkandung dalammateri tersebut dan hubungannya dengankehidupan sehari-hari, maka dibutuhkan suatumetode pembelajaran yang dapat menjadisolusi agar materi-materi pelajaran sepertimateri perkembangbiakan dapat disampaikandengan baik dengan melibatkan siswa secaralangsung. Inovasi pembelajaran yang kreatifdapat memberikan suasana yang berbedadengan suasana pembelajaran yang lebihmenyenangkan, sehingga siswa tidak merasabosan dan dapat menerima materi yangdisampaikan oleh guru.

Hasil observasi awal menunjukkan bahwapeserta didik kelas IX pada MTs NegeriBontotiro nilai biologi pada setiap ulanganharian rata-rata 60 persen, nilai tersebut jauh dibawah KKM sebelum remedial, KKM yaitu70, peserta didik cenderung pasif selamakegiatan pembelajaran berlangsung, pesertadidik kurang tertarik dengan cara gurumenyampaikan materi (metode tidakbervariasi), sebagian besar peserta didikkurang termotivasi untuk belajar, aktivitaspeserta didik saat pembelajaran masih rendahakibatnya hasil belajar biologi rendah.

Kenyataan di atas merupakan tantanganbagi guru untuk mencari solusi dalammengatasi masalah-masalah tersebut. Makasalah satu model pembelajaran yangmelibatkan peran serta seluruh peserta didikyaitu model pembelajaran kooperatif .Pelaksanaan model pembelajaran kooperatifdengan cara menempatkan para peserta didikbekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuksaling membantu satu sama lain dalammempelajari materi pelajaran. Denganpembelajaran kooperatif, para peserta didikdiharapkan dapat saling membantu, salingberdiskusi dan berargumentasi untuk mengasahkhasanah ilmu pengetahuan yang merekakuasai dan menutup kesenjangan dalampemahaman masing-masing. Salah satu modelpembelajaran yang dapat digunakan sebagaialternatif guru di sekolah untuk meningkatkanmotivasi, aktivitas dan hasil belajar pesertadidik adalah pembelajaran kooperatif tipeTeams Games Tournament (TGT).Pembelajaran TGT adanya heterogenitas

Page 18: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX MTs Neg. Bontotiro Nirwati Masri 209

anggota kelompok yang dapat memotivasisiswa untuk saling membantu antar siswaberkemampuan lebih dengan siswa yangberkemampuan kurang dalam menguasaimateri pelajaran. Hal ini akan menyebabkantumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswabahwa belajar secara kooperatif itumenyenangkan. Hasil penelitian olehMuldayanti (2012), yang mengatakan bahwapenerapan model pempelajaran tipe TGT dapatmemberikan peluang dalam meningkatkanmotivasi belajar siswa. Penelitian yangdilakukan oleh Rahayuningsih (2011)menunjukkan hasil yang serupa, yaitupenerapan metode TGT dapat meningkatkanmotivasi belajar siswa. Penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe TGT materiperkembangbiakan dapat meningkatkankemampuan kognitif siswa, terutama padaaspek C1 (ingatan) dan C2

(pemahaman).Penelitian Handayani (2010)aktivitas belajar dengan permainan yangdirancang dalam pembelajaran kooperatif tipeTGT memungkinkan siswa belajar rileks,disamping menumbuhkan tanggung jawab,kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatanbelajar. Sesuai dengan permasalahan di atasmaka tujuan penelitian ini secara umum adalahmemperbaiki pembelajaran biologi di MTs,sedangkan secara khususs tujuan penelitian iniadalah (1) Untuk mengetahui peningkatanmotivasi belajar Biologi peserta didik melaluipenerapan model pembelajaran kooperatif tipeTGT (Team Games Tournament) pada kelasIX MTs Negeri Bontotiro, (2)Untukmengetahui peningkatan aktivitas belajarBiologi peserta didik melalui penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe TGT (TeamsGames Tournament) pada kelas IX MTsNegeri Bontotiro, (3) Untuk mengetahuipeningkatan hasil belajar Biologi peserta didikmelalui penerapan model pembelajarankooperatif tipe TGT (Teams GamesTournament) pada kelas IX MTs NegeriBontotiro.

Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalahsalah satu metode pembelajaran kooperatifyang mudah diterapkan, melibatkan aktivitasseluruh peserta didik tanpa harus adaperbedaan status, melibatkan peran pesertadidik sebagai tutor sebaya dan mengandungunsur permainan dan reinforcement. Aktivitas

belajar dengan permainan yang dirancangdalam pembelajaran kooperatif tipe TGTmemungkinkan peserta didik dapat belajarlebih rileks disamping menumbuhkantanggung jawab, kerja sama, persaingan sehatdan keterlibatan belajar. Slavin (2008),pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5komponen utama, yaitu : presentasi di kelas,tim (kelompok), game (permainan), turnamen(pertandingan), dan rekognisi tim (perhargaankelompok). Prosedur pelaksanaan TGT dimulaidari aktivitas guru dalam menyampaikanpelajaran, kemudian peserta didik bekerjadalam tim mereka untuk memastikan bahwasemua anggota tim telah menguasai pelajaran.Selanjutnya diadakan turnamen, di manapeserta didik memainkan game akademikdengan anggota tim lain untukmenyumbangkan poin bagi skor timnya.

TGT merupakan salah satu metodepembelajaran kooperatif yang sangatbermanfaat bagi peserta didik. Adanyapermainan dalam bentuk turnamen akademikyang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan,memberikan peluang bagi setiap peserta didikuntuk melakukan yang terbaik bagikelompoknya, hal ini juga menuntut keaktifandan partisipasi peserta didik pada prosespembelajaran. Dengan demikian akan terjadisuatu kompetisi atau pertarungan dalam halakademik, setiap peserta didik berlomba-lombauntuk memperoleh hasil belajar yang optimal.Astuti (2012), menyatakan bahwa metode TGTdapat meningkatkan prestasi belajar denganbaik. Penerapan pembelajaran TGT dapatdijadikan alternatif bagi guru dalammenyampaikan materi pelajaran, membantumengaktifkan kemampuan peserta didik untukbersosialisasi dengan peserta didik lain. Pesertadidik terbiasa bekerja sama dan memanfaatkanwaktu sebaik mungkin untuk belajar, sehinggahal ini dapat meningkatkan hasil belajarpeserta didik.

Menurut (Uno, 2008) motivasi merupakandorongan yang terdapat dalam diri seseoranguntuk berusaha mengadakan perubahantingkah laku yang lebih baik dalam memenuhikebutuhannya.

Mulyasa, (2007) mengemukakan beberapaprinsip yang dapat diterapkan untukmeningkatkan motivasi peserta didik,diantaranya: 1) peserta didik akan belajar lebih

Page 19: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

210 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

giat apabila kompetensi dasar yang dipelajarimenarik, dan berguna bagi dirinya; 2)kompetensi dasar harus disusun dengan jelasdan diinformasikan kepada peserta didiksehingga mereka mengetahuinya dengan jelas,peserta didik juga dapat dilibatkan dalampenyusunan indikator kompetensi; 3) pesertadidik harus selalu diberi tahu tentang hasilbelajar dan pembentukan kompetensi padadirinya; 4) pemberian pujian dan hadiah lebihbaik daripada hukuman, namun sewaktu-waktuhukuman juga diperlukan; 5) manfaatkansikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahupeserta didik; 6) usahakan untukmemperhatikan perbedaan individu pesertadidik, misal perbedaan kemampuan, latarbelakang dan sikap terhadap sekolah atausubjek tertentu; 7) usahakan untuk memenuhikebutuhan peserta didik dengan jalanmemperhatikan kondisi fisiknya, memberikanrasa aman, menunjukkan bahwa gurumemperhatikan mereka, mengatur pengalamanbelajar sedemikian rupa sehingga setiap pesertadidik pernah memperoleh kepuasan danpenghargaan, serta mengarahkan pengalamanbelajar ke arah keberhasilan, sehinggamencapai prestasi dan mempunyaikepercayaan diri.

Aktivitas merupakan segala sesuatu yangdilakukan oleh seseorang untuk mencapaitujuan. Tanpa adanya aktivitas maka prosesbelajar tidak akan berlangsung dengan baik.Semakin banyak aktivitas yang dilakukanpeserta didik dalam belajar maka prosespembelajaran yang terjadi akan semakin baik.

Sardiman (2011) mengungkapkan bahwaaktivitas belajar itu meliputi aktivitas yangbersifat fisik dan mental. Dalam kegiatanbelajar mengajar kedua aktivitas ini salingberkaitan.

Hasil belajar merupakan hasil yangdicapai peserta didik setelah mengalami prosesbelajar dalam waktu tertentu untuk mencapaitujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuaidengan pendapat Sudjana, 2006 bahwa hasilbelajar adalah kemampuan yang dimilikipeserta didik setelah ia menerima pengalamanbelajarnya Hasil belajar mencakup kemampuankognitif (intelektual), afektif (sikap) danpsikomotorik (bertindak kemampuan siswadalam mempelajari suatu pelajaran tercermindari hasil belajaranya.

METODE PENELITIAN

Bentuk penelitian adalah PenelitianTindakan Kelas ( Classroom Action Research)Penelitian Tindakan kelas lebih sesuai dengantugas pokok dan fungsi guru, meningkatkankualitas pembelajaran, meningkatkan kualitashasil belajar siswa, serta mencapai tujuanpembelajaran atau pendidikan. Dalampenelitian ini dilakukan: 1) perencanaan 2)pelaksanaan 3) pemantauan (observasi); 4)perenungan (refleksi) kemudian perencanaanulang dan seterusnya.

Subyek dalam penelitian ini adalah pesertadidik kelas IX MTs Negeri Bontotiro yangberjumlah 20 orang. Penelitian inidilaksanakan pada mata pelajaran biologikhususnya untuk kompetensi dasarmengidentifikasi kelangsungan hidup makhlukhidup melalui perkembangbiakan.

Dalam penelitian ini ada beberapa faktoryang ingin diselidiki yaitu motivasi siswa,aktivitas siswa dan hasil belajar.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakanakan dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklusdilaksanakan sesuai dengan perubahan yangingin dicapai seperti apa yang telah didesaindalam faktor yang diselidiki. Setiap sikluspenelitian tindakan kelas ini dilaksanakandengan prosedur: perencanaan, pelaksanaan,observasi dan refleksi.

Alat pengumpul data yang digunakandalam penelitian ini adalah angket motivasisiswa, lembar observasi dan tes hasil belajar.

Adapun angket motivasi belajar siswadalam penelitian ini merupakan skor darijawaban yang diberikan kemudian dihitungpersentasenya. Persentase skor maksimalmotivasi dari angket untuk 25 item dengan 20responden adalah 100 jika semua jawabanyang diberikan bernilai 4adalah 100% dan 20jikasemuajawaban yang diberikanbernilai 1adalah 20%.

Persentase motivasi Siswa =───x100Lembar observasi aktivitas siswa

dilakukan dengan menghitung frekuensi rata-rata dan persentase tiap aspek pada setiappertemuan. Selanjutnya aktivitas siswa selamapembelajaran merupakan rata-rata aktivitassiswa dalam satu siklus.

Hasil belajar Biologi dalam penelitian iniadalah merupakan pemberian skor pada testerhadap siswa setiap akhir siklus. Sedangkan

Page 20: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX MTs Neg. Bontotiro Nirwati Masri 211

nilai hasil belajar diperoleh dengan rumusmenurut (Uno, 2010:133) sebagai berikut:

Nilai = x 100

KeteranganB = banyaknya butir yang dijawabbenarN = banyaknya butir soal

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajarsecara klasikal dihitung dengan menggunakanpersamaan menurut Mulyasa (2008), sebagaiberikut:Ketuntasan klasikal =

x 100

HASIL PENELITIAN

Data Motivasi Belajar

Distiribusifrekuensimotivasibelajarsiswasetelahdikelompokkandalamkategorisangattinggi,tinggi, rendah, dansangatrendah.

.Tabel 1.Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa

Pada tabel di atas terlihat bahwamotivasi belajar pada dasarnya cukup tinggi.Pada siklus I, persentase siswa yangmemperoleh kategori tinggi adalah 65% dankategori sangat tinggi adalah 35%. Sedangkanpada siklus II, persentase siswa yang beradapada kategori tinggi adalah 0%, kategori sangattinggi dari 35% meningkat menjadi 100% atauterjadi peningkatan persentase dari siklus I kesiklus II sebesar 65% berada pada kategoritinggi.

Gambar 1.Diagram rata-rata Persentase Motivasi siswa

siklus I dan siklus II

Data AktivitasSiswaData dari hasil observasi aktivitas siswa

kelas IX MTs Negeri Bontotiro pada siklus Idan siklus II yang diperoleh denganmenggunakan lembar observasi.

Tabel 2.Distribusi frekuensi dan persentase aktivitas belajarbiologi siswa kelas IX MTs Negeri Bontotiro pada

siklus I dan siklus II melalui penerapan modelpembelajaran kooperatif tipe TGT.

Pada Tabel di atas terlihat bahwa aktivitasbelajar siswa kelas IX MTs Negeri Bontotiropada siklus I, persentase siswa yangmemperoleh kategori cukup aktif adalah 15%,kategori aktif adalah 45% dan kategori sangataktif adalah 40%. Sedangkan pada siklus II,persentase siswa yang berada pada kategoriaktif adalah 15% dan kategori sangat aktifadalah 85%.

Data Hasilbelajar Biologi SiswaKategori Ketuntasan Belajar Siklus I

dan Siklus II, Tes hasil belajar siswa yangdinyatakan dalam pengkategorian ketuntasanbelajar siswa

Tabel 3.Kriteria Ketuntasan Belajar Biologi Siswa

Siklus I dan siklus IINilai Kategori Siklus I Siklus II

Jmlsiswa

%Jml

siswa%

70-100 Tuntas 15 75 19 95

0-69Tidaktuntas

5 25 1 5

Jumlah 20 100 20 100

Data dalam Tabel menunjukkanpersentase ketuntasan secara klasikal siklus Isebesar 75% (15) orang siswa yang tuntasbelajar dari 20 orang siswa dan 25% (5) orangyang tidak tuntas karena tidak mencapai batasKKM. Pada siklus II menunjukkan persentaseketuntasan secara klasikal sebesar 95% (19)orang siswa dari 20 orang siswa telahmencapai batas KKM, dan 5% (1) orang siswayang belum tuntas belajar. Terjadi peningkatanhasil belajar siswa dari siklus I ke siklus IIsebesar 20% dan ini berarti persentase tingkatkeberhasilan penelitian ini telah tercapai yaitu

Siklus I Siklus IINilai Kategori f % f %

81-100 Sangat tinggi 7 35 20 10061-80 Tinggi 13 65 0 041-60 Sedang 0 0 0 021-40 Rendah 0 0 0 0

0-20Sangatrendah

0 0 0 0

Jumlah 20 100 20 100

Interval Nilai Kategori Aktivitas Siklus I Siklus II∑ % ∑ %

85% - 100% Sangat aktif 8 40 17 8565% - 84% Aktif 9 45 3 1555% - 64% Cukup aktif 3 15 0 035% - 54% Kurang aktif 0 0 0 00% - 34% Tidak aktif 0 0 0 0

Page 21: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

212 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

≥ 85% secara klasikal siswa tuntas belajar ataumencapai nilai KKM yaitu 70 .

Gambar 2.10Persentase Hasil Belajar Biologi Siswa Siklus

I dan Siklus II

Refleksi: Setelah pelaksanaan siklus I. Darihal-hal yang ditemukan, maka dilakukanrefleksi sebagai berikut: (1) Masih ada anggotakelompok yang bersikap pasif untuk menjawabpertanyaan di LKS, dikarenakan siswaberharap kepada temannya yang pintarmewakili kelompoknya,(2) Masih kurangnyasiswa yang menanggapi atau memberikanpertanyaan terhadap presentasi kelompok lain.Selain itu masih ada siswa yang kurangmembaca dan memahami materi pada bukusiswa, (3) Hampir setiap peserta didik belumbegitu memahami pelaksanaan modelpembelajaran koooperatif tipe Teams GamesTurnament (TGT), sehingga siswa masihterlihat bingung, (4) Pada umumnya motivasibelajar siswa sudah sangat tinggi namunmasih ada siswa masih perlu ditingkatkan agarmotivasi belajar biologinya maksimal, (5)Aktivitas belajar belum mencapai rata-rata85% dari kegiatan, (6) Hasil belajar yangdidapatkan masih belum mencapai ketuntasanyang diharapkan yaitu 85% tuntas secaraklasikal.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus Itersebut untuk memperbaiki kelemahan danmempertahankan keberhasilan yang telahdicapai pada siklus I, maka perlu dilakukansiklus IIyaitu: (1) Meningkatkan keberaniansiswa untuk bertanya, memberikan tanggapandan menekankan pentingnya kerjasama yangbaik dari masing-masing anggota kelompokdengan menghargai setiap perbedaan pada dirianggota kelompoknya dan tanggungjawabsetiap anggota kelompok untuk mencapaitujuan bersama, (2) Menjelaskan kembalitentang langkah-langkah model pembelajaran

tipe TGT lebih membimbing danmengarahkan siswa pada saat pembentukankelompok dengan memanfaatkan waktusebaik-baiknya, (3) Memberikan pengertiankepada siswa pentingnya kerjasama dalamkelompok sebagai bentuk tanggungjawabmereka dalam menjalani proses pembelajarankarena keberhasilan suatu kelompok adalahterletak pada kerjasama anggota-anggotakelompoknya, (4) Memberikan motivasikepada siswa misalnya memberikan pujianketika mereka berani untuk menjawabpertanyaan atau bertanya, meningkatkan rasapercaya diri siswa dalam hal mengeluarkanpendapat,(5) Peneliti membantu siswa lebihaktif dalam proses pembelajaran, denganmemberikan bacaan kepada siswa untuk dibawa pulang guna menambah pemahamansiswa terhadap materi yang akan dipelajari, (6)Menyampaikan nilai tes hasil belajar siklus Ipada kegiatan awal pertemuan pertama siklusII dengan harapan, hasil tersebut menjadimotivasi bagi siswa untuk lebih giat belajardan lebih berperan aktif dalam prosespembelajaran untuk mencapai hasil belajaryang maksimal, (7) Membuat pembelajaranlebih baik dan menarik dari sebelumnyadengan menambahkan perbaikan-perbaikanpada siklus berikut.Hasil RefleksiSiklus II, secara umum seluruhkegiatan pada siklus II dapat dikatakanmeningkat dibanding siklus I, hal ini terlihatpada frekuensi motivasi belajar siswa yangberada pada kategori tinggi dan sangat tinggi.Aktivitas siswa pad siklus II semua kategoripengamatan aktivitas siswa mengalamipeningkatan. Persentase nilai ketuntasan hasilbelajar kognitif siswa juga mengalamipeningkatan dari siklus I ke siklus II.

PEMBAHASANHasil penelitian motivasi belajar siswa

menunjukkan bahwa penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe TGT dapatmeningkatkan motivasi belajar siswa. Dilihatnilai rata-rata motivasi dari siklus I ke siklusII. Adanya peningkatan motivasi belajar siswadisebabkan oleh beberapa faktor yaitu (1) gurumemperlihatkan gambar untuk memotivasisiswa dan memberi pertanyaan-pertanyaanyang memancing rasa keingintahuan merekapada awal pembelajaran, (2) menyampaikantujuan pembelajaran (3) guru lebih seringberjalan kepada masing-masing kelompoksebagai bentuk perhatian kepada siswa agartidak ada lagi yang tidak fokus terhadappelajaran dalam kelas, (4) guru terlebih dahulumenginformasikan kepada siswa tentang hasil

Page 22: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan

Motivasi, Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX MTs Neg. Bontotiro Nirwati Masri 213

ujian yang mereka dapat baik yang mendapatnilai tertinggi maupun yang mendapat nilaiterendah.

Peningkatan motivasi belajar biologi siswatidak lepas dari metode pembelajaran yangditerapkan oleh peneliti, yaitu modelkooperatif tipe TGT. Dimana dalam modelTGT siswa dibagi dalam kelompok yangheterogen sehingga siswa dalam kelompokmemiliki tanggung jawab yang membuatmereka termotivasi untuk menguasai suatupermasalahan.Pembelajaran TGT adanyaheterogenitas anggota kelompok yang dapatmemotivasi siswa untuk saling membantu antarsiswa berkemampuan lebih dengan siswa yangberkemampuan kurang dalam menguasaimateripelajaran. Hal ini akan menyebabkantumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswabahwa belajar secara kooperatif itumenyenangkan. Selanjutnya untuk memastikanbahwa seluruh anggota kelompok telahmenguasai seluruh pelajaran, maka seluruhsiswa akan diberi permainan akademik.Bilamana metode yang digunakan dapatmembangun interaksi dan motivasi bagi siswa,bagi mereka adalah merupakan sesuatu yangsangat berharga yang diperolehnya di sekolah.Penelitian ini didukung oleh Ibrahim, dkkbahawa peserta didik harus melihat semuaanggota di dalam kelompoknya yang memilikitujuan yang sama. Juga hasil penelitian olehMuldayanti (2012), yang mengatakan bahwapenerapan model pempelajaran tipe TGT dapatmemberikan peluang dalam meningkatkanmotivasi belajarsiswa. Penelitian yangdilakukan oleh Rahayuningsih (2011)menunjukkan hasil yang serupa, yaitupenerapan metode TGT dapat meningkatkanmotivasi belajarsiswa. Hal ini sejalan denganyang dijelaskan oleh Winasis (2010), bahwapenerapan pembelajaran kooperatif TGT dapatmeningkatkan dan menumbuhkan minatbelajar (biologi) siswa karena di dalam TGTterkandung proses permainan yang menjadikanproses pembelajaran akan lebihmenyenangkan. Penerapan modelpembelajaran kooperatiftipe TGT materiperkembangbiakan dapat meningkatkankemampuan kognitifsiswa, terutama padaaspek C1 (ingatan) dan C2 (pemahaman).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dataaktivitassiswa yang paling meningkat adalahmembaca buku siswa yaitu 18,45% danmenyelenggarakan permainan (tournament)sebesar 16,25%. Aktivitas yang memilikipersentase paling rendah peningkatannyaadalah perhatian siswa terhadap penjelasanguru sebesar 8,73% karena pada siklus I

perhatian siswa terhadap penjelasan guru sudahsangat tinggi yaitu 89,4% menjadi 98,13%pada siklus II. Ini berarti penerapan modelpembelajaran kooperatiftipe TGT dapatmeningkatkan aktivitas siswa dalampembelajaran biologi.. Hal ini sejalan denganyang dikemukakan oleh Handayani, (2010)bahwa aktivitas belajar dengan permainan yangdirancang dalam pembelajaran kooperatiftipeTGT memungkinkan siswa belajar lebih rileks,disamping menumbuhkan tanggungjawab,kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatanbelajar. Oleh karena itu penggunaan modelpembelajaran tipe TGT secara umum dapatmeningkatkan aktivitas siswa dari siklus I kesiklus II.

Penelitian ini menunjukkan bahwa nilaihasil belajar siswa yang diperoleh adalah71,16. Jika mengacu kepada nilai ketuntasanbelajar maka banyaknya siswa yang masukdalam kategori tuntas adalah 15 orang yang jikadipersentasekan sebesar 75 %, sedangkansisanya yang berjumlah 5 orang berada dalamkategori tidak tuntas yang jika dipersentasekansebesar 25%. Meninjau kembali indikatorkeberhasilan dalam penelitian ini maka dapatdikatakan bahwa penelitian untuk siklus I inibelum berhasil, karena penelitian iniselanjutnya diteruskan ke siklus II denganmeninjau kembali (merefleksi) apa-apa yangharus dibenahi, diperbaiki dan ditingkatkanuntuk masuk ke siklus II agar nantinya hasilbelajar siswa bisa lebih meningkat.

Hasil dari analisis pada siklus II terjadipeningkatan hasil belajar Biologi. Nilai rata-rata kelas yaitu 84,68. Mengacu pada nilaiketuntasan belajar siswa maka dapat dilihatbahwa banyaknya siswa yang mengalamiketuntasan belajar pada siklus II ini adalah 19orang yang jika dipersentasekan sebesar 95%.Sedangkan jumlah siswa yang masih beradadalam kategori tidak tuntas adalah 1 orangyang jika dipersentasekan sebesar 5%.Kembali melihat indikator keberhasilan makadapat dikatakan penelitian ini berhasil terbuktidimana dari jumlah keseluruhan siswa yangada di kelas IXA terdapat lebih dari 85% siswaberada dalam kategori hasil belajarnya tuntas(dikatakan tuntas apabila 85% dari jumlahsiswa memperoleh nilai ≥ 70).

Data hasil penelitian di atas menunjukkanbahwa penggunaan model pembelajarankooperatif tipe TGT dalam pembelajaranbiologi di sekolah dapat memberikankontribusi positif terhadap peningkatanmotivasi, aktivitas, dan hasil belajar kognitifbiologi siswa kelas IX MTs Negeri Bontotiro.

Page 23: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

214 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,maka dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Penerapan model pembelajaran

kooperatiftipe TGT dapat meningkatkanmotivasi belajar biologi, yaitu 79 % danpada siklus II mengalami peningkatanmenjadi 90%.

2. Penerapan model pembelajarankooperatiftipe TGT dapat meningkatkanaktivitas belajar biologi, yaitu 76 % danpada siklus II mengalami peningkatanmenjadi 86%.

3. Penerapan model pembelajarankooperatiftipe TGT dapat meningkatkanhasil belajar biologisiswa yang diukurdengan skorhasil belajar yang diperolehpeserta didik lebih tinggi dari skor hasilbelajar sebelumnya dan persentaseketuntasan belajarsiswa, yang berdasarkannilai KKM, yaitu 70. Pada siklus I 75%siswa tuntas belajar dan pada siklus IImengalami peningkatan menjadi 95%siswa tuntas belajar.

SARANBerdasarkan pembahasan kesimpulanpenelitian yang dikemukakan sebelumnyamaka disarankan.1. Kepada guru mata pelajaran biologi,

diharapkan dapat menerapkan modelpembelajaran kooperatif tipe TGT untukmeningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasilbelajar biologi.

2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkandapat menerapkan model pembelajaran inipada materi perkembangbiakan lebihmengawasi siswa pada saat melakukantournament, guru harus jeli supaya tidakterjadi kesalahpahaman konsep pada materipelajaran.

3. Guru juga mempunyai kemampuanmengatur waktu yang baik supaya alokasiwaktu pembelajaran sesuai denganperencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, 2012, Jurnal Model Pembelajaran TipeTGT (Teams Games Tournament)untukmeningkatkan prestasi belajarsosiologi peserta didik kelas XI SMANegeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran2012-2013, Juornal PendidikanDiunduh hari selasa 27 Agustus 2013ejournal.unesa.ac.id/data/journals

Handayani, F. 2010. Pembelajaran KooperatifTipe Team Game Tournament (TGT)Untuk meningkatkan Hasil BelajarSiswa Kelas VII SMPN I PurwodadiKabupaten Pasuruan pada MateriKeragaman Bentuk Muka Bumi.Jurnal penelitian kependidikan, Vol.20(2): 167-176.

Ibrahim, dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Pusat Sains dan MatematikaUNESA.

Muldayanti, 2013. Pembelajaran BiologiModel STAD dan TGT ditinjau dariK eingintahuan dan minat belajarSiswa, Jurnal Pendidikan IPAIndonesia http://journal.Unnes.ac.id/nju/index.php/jpii.Diakses April 2013

Mulyasa. 2003. Kurikulum BerbasisKompetensi: Konsep, Karakteristik,dan Implementasi. Bandung: RemajaRosdakarya.

Rahayuningsih. 2011. PenerapanPembelajaran Kontekstual denganMetode Belajar Kooperatif TGT untukMeningkatkan Motivasi, Aktivitas, danHasil belajar Biologi Siswa kelas VIIA SMP 3 Jember. Thesis tidakditerbitkan Malang: Universitas NegeriMalang.

Sardiman. 2011. Interaksi dan MotivasiBelajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik. Bandung: NusaMedia.

Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses BelajarMengajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Uno. 2008. Teori Motivasi dan PengukurannyaAnalisis di Bidang Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.

Winasis, (2010). Penerapan Metode StadDisertai Reward Untuk MeningkatkanPartisipasi dan Penguasaan Konsep dalamPembelajaran Biologi Siswa Kelas VIIA SMPNegeri 3 Nguter. Jurnal Pembelajaran Biologi.Vol 1 (1): 1-14

Page 24: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif Melalui

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Yulia Asni Kurniawati 215

PENDAHULUAN

Pelatihan menjadi akan semakin bermaknaapabila alumni pelatihan mampu menerapkanbahkan mengembangkan hasil pelatihan,sehingga kompetensi kerja alumni semakinmeningkat. Namun tingginyahembusan isu-isunegative yang mengatakanbahwa pelatihanbelum memberikan dampak yang signifikanterhadap peningkatan kemampuan seseorang,sehingga pengembangan-pengembangan polapelatihan perlu terus dikembangkan olehlembaga-lembaga penyelenggara pelatihan,guna meningkatkan mutu penyelenggaraandiklat.Pola pelatihan berbasis kompetensi menjadi

pilihan oleh penyelenggara Pendidikan danPelatihan (Diklat) untuk menghasilkan alumniDiklat yang berkualitas sesuai ekspetasi parapengguna jasa alumni pelatihan, gunamenjawab isu-isu negative yang berkembangtentang dampak dari pelatihan menjadi isu-isupositif, bahwa melalui pelatihan maka kinerjaseseorang akan lebih baik dari sebelumnya.

Penyelenggaraan Pendidikan danPelatihan (Diklat) dimaksudkan untukpengembangan dan pembinaan dalam upayameningkatkan kualitas Sumberdaya Manusia(SDM). Peningkatan kualitas tersebut dalambentuk kompetensi kerja yang selanjutnyadiharapkan mampu memberi kontribusi

MEWUJUDKAN SUMBERDAYA MANUSIA YANG KOMPETEN DAN KOMPETITIFMELALUI PROGRAM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

Yulia Asni Kurniawati *)

Widyaiswara Ahli Madya Balai Besar Pelatihan Pertanian BatangkalukuKabupaten Gowa Sulawesi Selatan

Email: [email protected]

Abstrak

Sumberdaya manusia yang kompeten dan mampu berkompetisi menjadi ekspetasi dari perusahaan danatau institusi/lembaga pemerintahan dalam persaingan global.Melalui pelatihan diharapkan terjadinyapeningkatan kompetensi dan kinerja SDM. Program Pelatihan berbasis Kompetensi diyakini mampumengurangi kesenjangan kompetensi antara Standar Kompetensi Kerja dengan Kompetensi KerjaNyata. Namun implementasiModel Pelatihan Berbasis Kompetensi Kerja (Competention BasedTraining) oleh penyelenggara pelatihan milik perusahaan maupun pemerintah seringkali tidakdilakukan secara utuh.Kondisi ini mengakibatkan masih tingginya alumni peserta diklat belum mampumelayani public dengan baik dan atau kinerjanya masih rendah.Karenanya tulisan ini menjawab polapengembangan pelatihan berbasis komptensi yang komprehensif, permasalahan yang sering terjadidalam penerapan pelatihan berbasis kompetensi dan bagaimana pemecahannya agar penerapanmodelprogram pelatihan berbasis kompetensi mampu mengurangi terjadinya diskrepansi kerjaseseorang yang telah dilatih.

Kata Kunci: Kompetensi, program pelatihan

Abstract *)

Human Resources which competency and its abilities to compete become the expectations ofcompanies and institutions of government in global competition. Work competency of Human resourcewould be increase by training program. Training Program Based on Competency its believed inreducing of gap competency between competency standards work with real work. However,implementation of training model based on job competency that organize training public agency orprivate agency often uncomprehensively on implementation. These conditions resulted the lack ofnumber of the training alumnus could not give better serving for public or low performance. Thereforethis article answered the development model of comprehensivly competency-based training, problemsthat often occur in the implementation of competency based training, and how to solve the problem sothat implementation of the model of competency-based training program able to reduce theoccurrence of discrepancy job alumnus.

Keywords: Competency, training program

Page 25: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

216 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

meningkatkan produktivitas kerja yangbersangkutan. Untuk itu penyelenggaraandiklat mesti ditangani oleh suatu lembagapenyelenggara yang terakreditasi yangmemenuhi persyaratan berdasarkan hasilakreditasi oleh Lembaga Adminstrasi Negara(LAN)

Lembaga diklat adalah tempat yangdidalamnya terdapat banyak unsur baik itupenyelenggara, peserta dan widyaiswara.Kesemua itu sangat menentukan keberhasilansuatu proses penyelenggaraan diklat dari awalhingga berakhirnya diklat tersebut.

Kementerian Pertanian melalui BadanPenyuluhan dan Pengembangan SumberdayaManusia Pertanian (BPPSDMP)mengembangkan model pendidikan danpelatihan berbasis kompetensi, guna menjawabisu-isu negative tentang sejauhmana dampakdiklat terhadap peningkatan kompetensipeserta diklat. Namun dalam penerapannyabelum optimal, karena adanya masalah-masalah terutama belum adanya kesamaanpersepsi tentang implementasi model programpelatihan berbasis kompetensi mulai dariinstitusi pusat sampai daerah.

Pelatihan berbasis kompetensidiperlukan, karena secara tradisi ataukonvensional pelatihan yang selama ini terjadihanya menghasilkan peserta pelatihan yanghanya memiliki pengetahuan apa yang harusdilakukannya. Sementara model yang berbasiskompetensi, peserta setelah selesai mengikutipelatihan diharapkan tidak saja sekedar tahutetapi juga dapat melakukan sesuatu yangharus dikerjakan.

Untuk memahami model pelatihanberbasis kompetensi mari kita simakpemaparan berikut ini.

APA DAN MENGAPA PELATIHANBERBASIS KOMPETENSI?

Pendidikan dan Pelatihan adalahkeseluruhan penyelenggaraan proses belajar-mengajar untuk meningkatkan kompetensikerja dan kompetensi teknis bagi aparatur dannon aparatur pertanian (Kementan, 2011).Dijelaskan lebih lanjut oleh Soedijanto (2012)bahwa pelatihan dapat diartikan sebagai prosesbelajar yang dirancang untuk mengubahkompetensi kerja seseorang sehingga mencapaiStandar Kompetensi Kerja (SKK) yangdibutuhkan untuk melaksanakan Uraian Tugasatau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya.

Dari pengertian di atas, pelatihanmemiliki enam ciri sebagai berikut:

(i) Pelatihan adalah suatu proses belajar;(ii) Pokok perhatian Pelatihan adalah SDM

(Sumberdaya Manusia) sebagai pesertaPelatihan;

(iii) Pelatihan bertujuan untuk mengubahperilaku SDM baik pengetahuan, sikap,maupun ketrampilan;

(iv) Pelatihan diperuntukkan bagi SDM yangsedang memangku jabatan (bekerja) atauSDM yang dipersiapkan untuk suatujabatan (pekerjaan);

(v) Pelatihan berisi materi yang dibutuhanoleh SDM peserta pelatihan untukmengubah kompetensi kerjanya sehinggamencapai Standar Kompetensi Kerja(SKK) yang dibutuhkan untukmelaksanakan Uraian Tugas atau SosokPekerjaan yang dituntut oleh jabatannyaatau pekerjaannya;

(vi) Dengan Pelatihan, Standar KompetensiKerja (SKK) yang dibutuhkan untukmelaksanakan Uraian Tugas atau SosokPekerjaan yang dituntut oleh jabatannyaatau pekerjaannya akan tercapai.

Program pelatihan adalah serangkaian tahapanpenyelenggaraan diklat yang mencakupAnalisis Kebutuhan Diklat (AKD), kurikulumdan silabus,pola diklat, metodologi diklat,modul dan atau bahan ajar, serta evaluasipembelajaran untuk menjamin tercapainyahasil belajar (Kementan, 2011).

Program pelatihan berbasis kompetensi,dilaksanakan mulai dari : 1. persiapan yaitumelakukan AKD dan IKD, penyusunankurikulum, penetapan tujuan diklat, penyiapanmodul/bahan ajar, dan pola pembelajaran, 2.Pelaksanaan, yaitu proses pembelajaran,monitoring dan evaluasi pembelajaran, 3.bimbingan lanjutan dan 4. evaluasi lapangan.Berikut ini diuraikan pengertian darikomponen pelatihan berbasis kompetensi :

Analisis Kebutuhan Diklat (AKD)adalah proses yang sistematis untukmenetapkan Standar Kompetensi Kerja (SKK)yang dibutuhkan.

Identifikasi Kebutuhan Diklat (IKD)adalah proses analisis membandingkan antaraSKK dengan Kompetensi Kerja Nyata (KKN)untuk mendapatkan Kekurangan KompetensiKerja (KKK)

Standar Kompetensi Kerja (SKK) adalahrumusan kemampuan kerja yang mencakupaspek pengetahuan, keterampilan dan/ataukeahlian serta sikap kerja yang relevan denganpelaksanaan tugas dan syarat jabatan yangditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturanperundangan.

Page 26: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif Melalui

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Yulia Asni Kurniawati 217

Ensiklopedia elektronik Wikipediamendefinisikan kompetensi sebagaikemampuan dari seorang individu untukmelaksanakan pekerjaannya secara baik. Lebihlanjut dikatakan kompetensi sebagai kumpulan(set/group) perilaku yang ditetapkan, yangakan menjadi pedoman untuk melakukanidentifikasi, evaluasi dan pengembanganperilaku dari seorang pekerja. Sedangkandalam Kementan (2011) disebutkan bahwaKompetensi adalah kemampuan dankarakteristik yang dimiliki seseorang berupapengetahuan, keterampilan, dan sikap perilakuyang diperlukan dalam pelaksanaan tugasjabatan dan pekerjaannya.

Secara umum set perilaku ini merupakantuntutan standar, kualifikasi, atau kondisi dariseseorang individu untuk dapat melaksanakanpekerjaan tertentu secara baik/layak, yangmerupakan kombinasi dari pengetahuan,keterampilan dan perilaku (attitude orbehavior).

Dalam dunia kerja, kompetensidigunakan untuk menjelaskan mengenaituntutan atau persyaratan yang harus dipenuhioleh pekerja dalam sebuah organisasi atauperusahaan untuk menyelesaikan satutugas/jabatan tertentu((Siringoringo, 2011).

Kekurangan Kompetensi Kerja (KKK)adalah selisih antara SKK dengan KKN

Evaluasi adalah suatu proses untukmengukur tingkat keberhasilan proses berlatihmelatih secara objektif, dapat dipercaya(reliable) dan absah (valid)

Bimbingan lanjutan adalah suatukegiatan bimbingan untuk membantupurnawidya dan atau alumni diklat agar dapatmenerapkan pengetahuan,sikap positif danketerampilan yang telah dipelajari dalam diklatdi dalam situasi nyata tempat mereka bekerja.Sehingga kompetensi purnawidya itu berubah,dan selanjutnya akan menghasilkan prestasikerja yang lebih tinggi.

Jadi Program Pelatihan BerbasisKompetensi Kerja adalah usaha untukmembantu atau memfasilitasi proses belajarSDM peserta Pelatihan sehingga memilikiStandar Kompetensi Kerja (SKK) yangdibutuhkan untuk melaksanakan Uraian Tugasatau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya, melalui serangkaiankegiatan dimulai dari proses Analisis Jabatan,Identifikasi Diskrepansi Kompetensi Kerja,Perancangan kurikulum dan penetapankurikulum dan silabus berdasarkan hasil IDK,Penetapan tujuan Diklat, Pola Diklat,Perancangan Kegiatan Diklat, PelaksanaanDiklat, Bimbingan Lanjutan serta diakhiri

dengan Evaluasi Lapangan. Pelatihan yangdirancang demikian inilah yang disebutPelatihan Berbasis Kompetensi Kerja(Competency Based Training).

Dalam sistem berbasis kompetensi,pelatihan untuk staf difokuskan pada kinerjaaktual khususnya kinerja organisasi. Latarbelakangnya adalah karena semakin tingginyatuntutan dalam perbaikan manajemen kinerjadan pengukurannya yang lebih efektif. Sistemini ada yang berorientasi pada standar yangdilakukan industri. Ada juga yang berorientasipada kinerja unggul yang dikaitkan denganketrampilan lunak dan kompetensi lunak.

Dalam sistem pelatihan berbasiskompetensi tahap awal yang harus dirumuskanadalah fungsi-fungsi apa yang harus dilakukanstaf dengan baik. Dari uraian tersebut makasuatu pelatihan dirancang agar peserta dapatmenjalankan fungsinya sesuai standar. Selainagar peserta dapat berfungsi dengan baik makamereka dapat belajar di tempat kerja ataudengan sarana lain. Setelah itu pesertapelatihan akan mendapat pengakuankemampuan mengerjakan fungsi-fungsi standarberupa sertifikasi. Oleh karena pelatihandiikuti dengan sertifikasi kompetensi profesijabatan structural, jabatan fungsional, danpekerjaan-pekerjaan yang ada dalamorganisasi, yang berisikan Uraian Tugas atauSosok Pekerjaan yang dilakukan dan StandarKompetensi Kerja (SKK) yang dibutuhkan.

Di samping itu dengan adanya SertifikasiKompetensi Professional ini akanmemudahkan staf yang bersangkutan untukmembuat catatan sendiri tentang kinerjanyadan melakukan self assessment (penilaiansendiri) kinerjanya sebagai bahan check andbalance evaluasi kinerja yang dilakukan olehorganisasi.Dengan dimilikinya SertifikasiKompetensi Professional ini berarti setiappejabat telah memiliki Standar KompetensiKerja (SKK) yang dibutuhkan untukmelaksanakan Uraian Tugas atau SosokPekerjaan yang dituntut oleh jabatan ataupekerjaannya. Dan untuk dapat memilikiStandar Kompetensi Kerja (SKK) yangdibutuhkan untuk melaksanakan Uraian Tugasatau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya ini dapat ditempuhmelalui Pelatihan. Oleh karena itu dapatdikatakan bahwa Pelatihan adalah salah satuupaya yang dilakukan terhadap seseorang agarmemiliki Standar Kompetensi Kerja (SKK)yang dibutuhkan untuk melaksanakan UraianTugas atau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya. Dengan demikiankeberhasilan Pelatihan akan sangat

Page 27: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

218 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja danproduktivitas staf yang berdampak kepadakemajuan suatu perusahaan atau keberhasilandari .

MENGAPA STAF MEMBUTUHKANPELATIHAN?

Adakondisi di mana sumberdaya manusiamungkin membutuhkan Pelatihan, yaitu:1. Perubahan staf. Semakin banyaknya tenaga

baru, semakin besar kebutuhan pelatihandan kehalian pekerjaan dan pelatihan untukpengenalan tugas dan pekerjaan;

2. Perubahan teknologi. System dan prosesbaru akan membutuhkan sumberdayamanusia yang benar-benar terlatihdibidangnya. Di era informasi danteknologi, banyak kegiatan-kegiatan yangmengunakan system computer/elektronikgagal bukan karena alasan teknis tetapikarena staf belum terlatih bagaimana harusmenggunakannya;

3. Perubahan pekerjaan-pekerjaan banyakberubah sesuai dengan berubahnya waktu,terutama pada organisasi itu sendiri, danstaf harus dilatih untuk beradaptasi;

4. Peraturan hukum. Perubahan dibidanghukum atau peraturan pemerintah berartisystem dan pendekatan baru akandiperlukan, dan terutama berpengaruh padahokum ketenagakerjaan;

5. Perkembangan ekonomi, pada masa resesiorganisasi sangat berkepentinganmengurangi pengeluaran danmemaksimalkan produktivitas, yangartinya memiliki staf yang lebih terlatihdan mempunyai sejumlah keahliansehingga dapat digunakan secara fleksibeldalam organisasi;

6. Pola baru pekerjaan. Peningkatanpekerjaan yang berpusat dirumah,contohnya membuat organisasi danpegawai lebih fleksibel, tetapi memerlukanpendekatan yang berbeda denganpekerjaan yang berpusat dikantor, danmungkin saja menyebabkan kebutuhanakan keahlian baru;

7. Tekanan pasar. Kebutuhan untuk tetapkompetitif berarti organisasi harusmemastikan pegawainya mengetahuiperkembangan terakhir dan memilikikeahlian untuk berkreasi.

8. Apabila staf tidak dapat mengerjakan tugasatau pekerjaannya sehari-hari dengan baik,baik sebagian atau seluruhnya;

9. Apabila staf mendapatkan tambahan tugasatau pekerjaan baru yang sebagian atausama sekali asing baginya;

10. Apabila seseorang ditempatkan dalamjabatan baru atau diberikan pekerjaan baruyang membutuhkan pengetahuan, sikapdan ketrampilan yang baru.

11. Aspirasi pegawai. Kebutuhan untukmenarik dan mempertahankan staf dengankompetensi sesuai berarti bahwa pimpinanharus menawarkan kesempatan untukmendapatkan pelatihan danpengembangan, kegagalan dalammelaksanakannya akan memberikan kesanyang buruk terhadap organisasi

12. Variasi kinerja. Jika ada variasi yangpenting dalam kinerja antara satu bagiandengan bagian yang lain dalam organisasi,hal ini akan menggambarkan kebutuhanakan pelatihan (meskipun factor lain akanberpengaruh juga)

13. Kesamaan dalam kesempatan. Organisasidapat melaksanakan pelatihan untukmemastikan grup tertentu, seperti orangyang cacat fisik, anggota minoritas etnis,atau wanita, tidak dirugikan, terutama bilaitu ada hubungannya dengan promosi.

Menurut beberapa kondisi tersebut di atasdikatakan bahwa sumberdaya manusiamungkin membutuhkan Pelatihan. Dikatakanmungkin karena ada kalanya tidakmembutuhkan Pelatihan. Sebenarnyasumberdaya manusia tersebut telah memilikiStandar Kompetensi Kinerja (SKK) yangdibutuhkan untuk dapat melaksanakan UraianTugas atau Sosok Pekerjaan dengan baik,tetapi ada faktor lain yang menghambatnya,yaitu tidak tersedianya Sarana manajemenyang cukup yang meliputi kurang tenaga(man), biaya (money), bahan (material), alat(machine) dan cara (method). Apabilapenyebab tidak dapat bekerjanya dengan baikkarena kurangnya Sarana manajemen, makapemecahannya bukan melalui Pelatihanmelainkan melengkapi sarana manajemen yangmasih kurang.Pelatihan hanya dibutuhkanapabila penyebab kurangnya kompetensi kerjaadalah kurangnya pengetahuan, sikap positifdan ketrampilan kerja.

ASPEK PERILAKU YANG DAPATDIKEMBANGKAN MELALUIPELATIHAN

Pelatihan adalah proses belajar yangdirancang untuk dapat mengubah kompetensikerja sumberdaya manusia. Perubahankompetensi kerja sumberdaya manusia ini

Page 28: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif Melalui

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Yulia Asni Kurniawati 219

hanya dapat terjadi apabila ada perubahanunsur perilaku yang mendukung kompetensikerja tersebut. Unsur perilaku yangmendukung kompetensi kerja dapatdikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) unsurperilaku kognitif; (2) unsur perilaku afektif;dan (3) unsur perilaku psikomotor.

Unsur perilaku kognitif adalah unsurperilaku yang terutama berhubungan dengankemampuan mengingat sesuatu yang telahdipelajari dan kemampuan yang mendukungkompetensi kerja untuk mengembangkanintelegensia.

Unsur perilaku afektif adalahunsur perilaku yang terutamaberhubungan dengan sikap kejiwaanseperti kecenderungan , minat, dannilai.

Unsur perilaku psikomotoradalah unsur perilaku yang terutamaberhubungan dengan ketrampilangerak fisik.

Ketiga unsur perilaku tersebutdapat dikembangkan melalui prosesbelajar, termasuk proses belaljar didalam Pelatihan. Sehingga hasilbelajar Pelatihan pada garis besarnyaadalah: (i) hasil belajar kognitif; (ii)hasil belajar afektif; dan (iii) hasilbelajar psikomotor.

Kompetensi kerja sumberdayamanusia ditentukan oleh interaksidari tiga unsur perilaku tersebut. Adakompetensi kerja yang hanyaditentukan oleh unsur koginitif,afektif atau psikomotor; ada yangkognitif dan afektif, kognitif danpsikomotor, afektif dan psikomotor;dan ada yang ditentukan oleh ketiga-tiganya.

Oleh karena itu agar perubahankompetensi kerja SDM dapat dicapai secaramaksimal, maka pengembangan programPelatihan seyogyanya dapat mencakuppengembangan dari ke tiga unsur perilakutersebut.

PENGEMBANGAN PROGRAMPELATIHAN BERBASIS KOMPETENSIKERJA

Program Pengembangan Pelatihanberbasis Kompetensi Kerja yangdikembangkan oleh Badan PenyuluhanPengembangan Sumberdaya ManusiaPertanian, melalui enam tahap, yaitu:

1. Analisa Jabatan dan IdentifikasiDiskrepansi Kompetensi Kerja (DKK);

2. Penetapan Pelatihan;3. Perumusan Tujuan dan Rencana Evaluasi

Pelatihan;4. Perancangan Kegiatan Belajar;5. Pelaksanaan Pelatihan;6. Pelaksanaan Bimbingan Lanjutan dan

Evaluasi Lapangan.

Ke enam tahap tersebut di atas dapatdigambarkan sebagai berikut:

Tidak

Ya

Gambar: Model Pengembangan ProgramPelatihan Berbasis Kompetensi Kerja

Analisa Jabatan adalah langkah palingawal dari pengembangan program PelatihanBerbasis Kompetensi Kerja. Dalam AnalisaJabatan dituliskan Uraian Tugas atau SosokPekerjaan yang dilakukan oleh SDM yangakan dilatih dan Standar Kompetensi Kerja(SKK) yang dibutuhkan untuk dapatmelakukannya dengan baik. Uraian Tugas atauSosok Pekerjaan dan Standar KompetensiKerja (SKK) ini diambil dari SertifikasiKompetensi Professionaljabatan struktural,jabatan fungsional, jenis pekerjaan yangterdapat dalam organisasi di mana SDM yangakan dilatih bekerja.

TAHAP IIPENETAPAN

LATIHAN

TAHAP IIIPENETAPAN TUJUAN

& RENCANAEVALUASI

PELATIHAN

TAHAP IVPERANCANGAN

KEGIATANPELATIHAN

TAHAP VPELAKSANAAN

PELATIHAN

TAHAP VIBIMBINGAN LANJUTAN

DAN EVALUASILAPANGAN

USAHALAIN

USAHALAIN

IDENTIFIKASIDISKREPANSI

KOMPATENSI KERJA

TAHAP IANALISIS JABATAN

Page 29: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

220 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Identifikasi DKK adalah langkah berikutnyasetelah Analisa Jabatan dalam :

Tahap Pertama DKK adalah selisihantara kompetensi kerja yang dimiliki olehSDM yang akan dilatih dengan SKK yangdibutuhan untuk dapat melaksanakan tugasatau pekerjaannya dengan baik. kompetensikerja yang dimiliki oleh SDM yang akandilatih sering disingkat dengan AKK (AktualKompetensi Kerja). Oleh karena ituDKK=SKK – AKK.

Tahap Kedua adalah PenetapanPelatihan yaitu pengambilan keputusan apakahDKK yang ditemukan akan dihilangkan ataudiobati melalui Pelatihan atau Usaha lain.Apabila penyebab DKK adalah kurangnyaSarana manajemen obatnya adalah Usaha lainyaitu melengkapi Sarana manajemen yangmasih kurang. Dan tidak perlu diteruskan keTahap berikutnya.Namun apabila penyebabDKK adalah kurangnya pengetahuan, sikapatau ketrampilan maka keputusan yang diambiladalah menghilangkan DKK melalui Pelatihan.Dan untuk kompetensi kerja yang dimiliki olehSDM yang akan dilatihitu segera melanjut keTahap tiga.

Tahap Ketiga adalah Perumusan TujuanPelatihan dan Rencana Evaluasi. TujuanPelatihan dirumuskan berdasarkan DKK yangakan dihilangkan yang terdiri dari unsurperilaku yang berkaitan dengan hasil DKKyang akan dihilangkan. Setelah TujuanPelatihan selesai dirumuskan kemudiandirumuskan Rencana Evaluasi Pelatihan.Rencana Evaluasi yang drumuskan adalahEvaluasi Formatif yang mengukur perubahanperilaku yang dicapai sebagai hasil belajarPelatihan atau mengukur sampai berapa jauhPelatihan mencapai Tujuannya.Oleh karena ituisi Evaluasi Pelatihan harus relevan denganTujuan Pelatihan. Hasil Evaluasi Formatif akanmenggambarkan apakah Pelatihan yang sudahdilaksanakan efektif atau tidak. Setelah itumelanjut ke Tahap empat.

Tahap Keempat adalah PerancanganKegiatan Belajar.Pelatihan adalah pendidikanorang dewasa atau andragogi.Oleh karena ituKegiatan Belajar dirancang sesuai denganpembelajaran andragogi. Paling sedikit adalima prinsip belajar yang harus diperhatikan,yaitu: (i) Tujuan belajar yang dihayati; (ii)Urutan bertahap: (iii) Perbedaan individualyang dihormati; (iv) Kesempatan belajar yangmemadai; dan (v) Hasil belajar diketahuidengan segera. Setelah itu melanjut ke Tahaplima.

Tahap Kelima adalah PelaksanaanPelatihan. Pelaksanaan Pelatihan terdiri dari

Persiapan dan Pelaksanaan. Persiapan terdiridari: (i) Pembentukan Panitia Pelatihan; (ii)Rapat Persiapan; dan (iii) Persiapan Sarana danPrasarana Pelatihan. Sedang Pelaksanaanterdiri dari: (i) Pembukaan; (ii) ProsesPembelajaran; (iii) Monitoring Pelatihan; (iv)Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan; (v) EvaluasiHasil Belajar Pelatihan; (vi) Rapat AkhirPelatihan; (vii) Penyiapan Sertifikat; (viii)Penutupan; (ix) Administrasi Lulusan; dan (x)Pembuatan Laporan Pelatihan. PelaksanaanPelatihan akan memberikan umpan balik keTahap tiga (Perumusan Tujuan Pelatihan danRencana Evaluasi Pelatihan) dan Tahap empat(Perancangan Kegiatan Belajar). Setelah itumelanjut ke Tahap enam.

Tahap Keenam terdiri dari BimbinganLanjutan dan Evaluasi Lapangan.BimbiganLanjutan dilaksanakan dengan tujuan untukmembantu alumni Pelatihan dapat menerapkanhasil belajarnya dalam situasi kerja yangnyata.Sedang Evaluasi Lapangan dilaksanakanuntuk mengevaluasi apakah kinerja alumniPelatihan telah sesuai dengan standar yangdituntut oleh jabatannya ataupekerjaannya.Oleh karena itu EvaluasiLapangan adalah Evaluasi Sumatif yangberkaitan dengan DKK yang dimiliki SDMyang dilatih sudah hilang atau belum.Kalausudah hilang berarti dia telah memiliki SKKseperti dituntut oleh jabatan ataupekerjaannya.Evaluasi Sumatif Pelatihanberbeda dengan Evaluasi Formatif Pelatihan.Evaluasi Formatif Pelatihan menjawabpertanyaan: Apakah dengan proses belajaryang dilakukan Tujuan Pelatihan telahtercapai? Sedangkan Evaluasi SumatifPelatihan menjawab pertanyaan: ApakahPalatihan yang telah mencapai Tujuannyasudah dapat menghilangkan DKK SDM yangdilatih, sehingga dia memiliki SKK sepertidituntut oleh jabatan atau pekerjaannya?

Hasil dari Evaluasi Lapangan Pelatihanakan memberikan umpan balik ke Tahap satu(Analisa Jabatan dan Identifikasi DKK) danTahap dua (Penetapan Pelatihan).

PERMASALAHAN DALAM PENERAPANDIKLAT BERBASIS KOMPETENSIKERJA

Penyelenggaraan diklat yang terencanadan difasilitasi oleh pengelola/penyelenggaraserta fasilitator/instruktur/narasumber yanghandal dan kompeten dengan tujuanmneingkatkan kemampuan kerja dari parapeserta untuk memiliki pengetahuan(knowledge).Keterampilan (skill), dan sikap

Page 30: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Mewujudkan Sumberdaya Manusia Yang Kompeten dan Kompetitif Melalui

Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Yulia Asni Kurniawati 221

(attitude) yang dibutuhkan dalam menjalankansejumlah tugas tertentu, diyakini dapat berhasilsesuai tujuan diklat apabila menerapkan polaPelatihan Berbasis Competensi.Dimanapenekanan dari Pelatihan Berbasis Kompetensiadalah berfokus pada penguasaaan Knowledge,Skill.Attitude (KSA) tertentu yang dibutuhkanpeserta untuk mencapai standar kinerja yangditentukan dalam tugas dan pekerjaan.

Namun penerapannya dari PelatihanBerbasis Kompatensi ini tidak dibarengidengan kesiapan para penyelenggara Diklatuntuk melakukan perubahan secarakomprehensif menuju konsep pelatihanberbasis utama kompetensi yangmenyeluruh.Sehingga isu-isu negative yangberkembang tidak adanya perubahan yangsignifikan antara kualitas SDM yang telahmengikuti pelatihan dengan sebelum mengikutipelatihan. Hal ini dikarenakan adanya beberapapermasalahan dalam penerapan modelpengembangan pelatihan berbasis kompetensiini antara lain :1. Sistem penyelenggaraan diklat belum

berorientasi pada out put terlebih out come,namun lebih terealisasinya programpelatihan.

2. Tidak dilakukannya Analisis KebutuhanDiklat (AKD), kalaupun dilaksanakanpelaksanaannya tidak mengacu secara utuhkonsep dari AKD, hanya parsial. Hal inidikarenakan kebutuhan anggaran pelatihanmenjadi lebih besar.

3. Pelaksanaan Analisis Jabatan, seringkaliorganisasi belum mampu menetapkananalisis jabatan yang relevan dengan bebankerja organiasi. Penetapan analisis jabatanadakalanya terjadinya tumpang tindihpekerjaan antara satu bagian denganbagian lainnya, atau adakalanya penetapanjabatan proporsional, ada seseorang yangmemiliki berat beban kerjanya disatu pihakada beban pekerjaan yang terlalu ringanuntuk sesorang dikerjakan dalam waktutertentu. Hal inilah yang menyebabkankekeliruan dalam menetapkan sesorangyang perlu dilatih atau bukan.

4. Tahap pelaksanaan Diskrepasi KompetensiKerja. Dalam melakukan identifikasidiskrepansi Kompetensi kerja, dibutuhkanseseorang enumerator yang memilikikeahlian kompetensi yang sedangdianalisis jabtannya, sehingga mampumenelaah dan menganalisis Standarkompetensi Kerja (SKK), menilai danmenganalisis Aktual Kompetensi Kerja(AKK) dan mengambil keputusan terhadapDiskrepansi Kompetensi Kerja (DKK)

seseorang sehingga akan diputuskanseseorang dalam jabatan tertentumembutuhkan pelatihan atau tidak.Namun adakalanya SDM yangmelaksanakan analisis jabatan bukanlahorang yang memiliki keahlian dalammenilai dan menganalisis DiskrepansiKompetensi Kerja seseorang, sehinggapenetapan diskrepansi kompetensi kerjakurang tepat.

5. Pada tahapan analisis jabatan inisebenanrnya merupakan tahapanpengkajian terhadap kemampuan kinerjaseseorang dalam jabatan tertentu.Kurangnya petugas yang kompeten dalamsuatu organisasi, atau penunjukan petugasenumerator yang tidak tepat tidak sesuaidengan kompetensinya, berakibat fataldalam merumuskan kurikulum diklat.

6. Tahap analisis jabatan dan IDKK, adalahtahapan yang paling krusial terhadappencapaian out put pelatihan yang tepatsesuai kompetensi yang dibutuhkan untukmengurangi dikrepansi kompetensi kerja.Disinilah pengambilan datanya selainmemerlukan seseorang kompeten dalambiadang yang sedang dianalisis jabatannyadan IDKKnya, juga memerlukan waktuyang lama, karena melakukan prosespengamatan terhadap kinerja seseorangdan wawancara, terhadap calon pesertapelatihan, pengguna jasa, maupun atasanlangsung sesorang yang sedang dianalisiskompetensi kerjanya

7. Petugas yang mengolah ada akankebingungan menetapkan kompetensimana yang paling mendesak, paling gawatdan paling banyak ditemukan setelah dataterkumpul. Dilain pihak keterbatasananggara pelatihan sehingga tidak mampumengakomodir kebutuhan-kebutuhankompetensi para calon peserta pelatihan.Sehingga kurikulum yang ditetapkanpadat dengan waktu pelatihan yangterbatas. Hal inilah yang menyebabkanselesai dilatih, tidak terjadi perubahankognitif, afektif, dan psikomotorikseseorang.

8. Adakalanya kurikulum maupun penetapanfasilitator/narasumber/instruktur ditetapkantidak sesuai dengan standar kebutuhankompetensi calon peserta. Kondisi ini jugadikarenakan kekurangan sarana, danprasarana dari penyelengara diklat.

Page 31: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

222 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

PEMECAHAN MASALAH

1. Perlu adanya regulasi yang jelas yangmengatur pelaksanaan pelatihan berbasiskompetensi sebagai persyaratan dalammenyelenggarakan diklat baik dariKementerian Pertanian, maupunKementerian lain maupun dari LembagaAdministrasi Negara sebagai Pembinapenyelenggara Diklat.

2. Pentingnya kesatuan persepsi dankomitmen lembaga/institusi yang bergerakdalam pengembangan SDM dari pusatsampai daerah, dan atau pucuk pimpinantertinggi beserta jajarannya untukmelaksanakan pelatihan berbasiskompetensi yang benar dan komprehensif

3. Dalam menyelenggarakan pelatihan,organisasi penyelenggara pelatihan perlumenetapkan bidang-bidang yangmenangani pada setiap tahapan prosespelaksanaan pelatihan, mulai tahap Isampai Tahap VI, dan menempatkanseseorang sesuai dengan kompetensi yangdimiliki.

4. Lembaga organisasi penyelenggarapelatihan terlebih dulu mempelajarikemampuan anggaran pelatihan yangdimiliki karena dibutuhkan anggaran yangcukup tinggi. Lebih baik dalam satu tahunpelaksanaan pelatihan tidak usah banyak.Sedikit tapi lebih berkualitas.

5. Apabila anggaran terbatas, organisasilembaga penyelenggara diklat dapatmemilih satu atau dua uraian tugas dalamjabatan tertentu yang seringkali munculmenjadi kelemahan/kekurangan seseorangdalam melaksanakan tugasnya, sehinggakurikulum tidak padat tapi focus pada output mengobati kekurangan kompetensikerja.

6. Penetapan seorang petugas yang kompetendalam melaksanakan IDKK menjadi sangatpenting, karena ini berkaitan denganpenetapan kurikulum diklat.

7. Waktu pelaksanaan proses Analisis jabatandan IDKK minimal 4 (empat) hari untukmelaksanakan IDKK terhadap satu orangyang direkomendasikan olehperusahaan/organisasi perlu diikutsertakandalam pelatihan.

8. Penyelenggaraan pelatihan yang berjalansesuai dengan job deskripKemampuanSDM maupun penyediaan anggaranorganisasi penyelenggara pelatihan.

PENUTUP

Dimilikinya SDM yang berkompetendan mampu berkompetisi di era global menjadiidaman dari setiap individu, perusahaanmaupun lembaga pemerintah. Untuk mencapaikompetensi yang sesuai dengan StandarKompetensi Kerja Nasional Indonesia(SKKNI) yang dibutuhkan oleh lembagapemerintah maupun swasta, dapat dipenuhimelalui pelatihan berbasis kompetensi

Setiap SDM pemangku jabatan ataupelaksana pekerjaan harus memiliki SKK yangdibutuhkan untuk melaksanakan Uraian Tugasatau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya dengan baik.

Pelatihan adalah salah satu upaya yangdilakukan terhadap SDM pemangku jabatanatau pelaksana pekerjaan agar memilikiStandar Kompetensi Kerja (SKK) yangdibutuhkan untuk melaksanakan Uraian Tugasatau Sosok Pekerjaan yang dituntut olehjabatan atau pekerjaannya. Pelatihan yangdirancang demikian inilah yang disebutPelatihan Berbasis Kompetensi Kerja(Competency Based Training).

Keberhasilan pelaksanaan PelatihanBerbasis Kompetensi Kerja akan memberikandukungan yang besar terhadap keberhasilanrevolusi kinerja alumni, pemerintah maupunswasta, apabila ada komitmen yang kuat bagipenyelenggara diklat untuk melaksanakanpelatihan berbasis kompetensi secarakomprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Pertanian. 2011. PedomanPendidikan dan Pelatihan PertanianAparatur dan Non Aparatur.Peraturan Menteri Pertanian, Nomor:49/Permentan/OT.140/9/2001. BadanPenyuluhan dan PengembaganSumberdaya Manusia Pertanian.Jakarta.

Segara Yoga. 2008. Urgensi Diklat BerbasisKompetensi. Balai Diklat KementerianAgama Republik Indonesia. Jakarta.

Siringiringo, RH., 2011. Kompetensi VsProfesionalisme. Majalah IlmiahInteraktif-Referensi DuniaWidyaiswara Indonesia. ISBN 1858-2753. Edisi Oktober 2011.

Soedijanto. 2012. Pelatihan BerbasisKompetensi Kerja Dalam RangkaReformasi Birokrasi. Makalah padaWorkshop Penyelenggaraan PelatihanTeknis bagi Pimpinan UPT PelatihanPertanian di Hotel Makassar GoldenHotel, Makassar.

Page 32: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel Irmawati 223

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS MODELPEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA KELAS XI IPA

MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

Irmawati *)

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten BulukumbaGuru SMA Muhammadiyah Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proses pengembangan perangkat pembelajaranberbasis model pembelajaran berbasis masalah pada materi struktur dan fungsi sel, (2) Untukmengetahui kualitas perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran berbasis masalah materistruktur dan fungsi sel yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Penelitian ini merupakanpenelitian pengembangan (research and development) yang dikembangkan adalah perangkatpembelajaran mengacu Model 4-D Thiagarajan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA MuhammadiyahBulukumba pada kelas XI IPA tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dalam penelitian iniadalah menggunakan lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan kemampuan gurudalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa, angket respon siswa, dan hasilbelajar siswa dengan tes. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakananalisis deskriptif dan inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yangdikembangkan setelah dilakukan validasi dan uji coba maka perangkat tersebut dinyatakan valid,praktis, dan efektif. Hasil dari tahap validasi diperoleh nilai rata-rata total kevalidan RPP sebesar 3,4,nilai rata-rata total kevalidan LKS sebesar 3,5, nilai rata-rata kevalidan bacaan siswa sebesar 3,3 dannilai total rata-rata kevalidan tes hasil belajar 3,7. Perangkat memenuhi kriteria praktis karena semuaaspek yang diamati berada dalam kategori terlaksana seluruhnya dengan nilai rata-rata pengamatan

sebesar x =1,9 dan efektif karena terpenuhi syarat-syarat, hasil belajar siwa berada dalam kategoritinggi dengan rata-rata skor hasil belajar 80,94, aktivitas siswa berada dalam interval waktu ideal,kemampuan guru mengelola pembelajaran memadai dengan kategori tinggi rata-rata 3,8 atau senilai91,8% dan respon siswa terhadap perangkat yang digunakan dalam pembelajaran rata-rata berada diatas 80%. Dengan demikian perangkat pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan sebagai salahsatu alternatif model pembelajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah,khususnya di sekolah-sekolah Kabupaten Bulukumba.

Kata Kunci: Pengembangan perangkat, pembelajaran berbasis model pembelajaran berbasis masalah,model pengembangan Thiagarajan (4-D), Struktur dan fungsi sel, valid, praktis dan efektif

Abstract *)

This research aims: (1) to determine the development process of problems based model learning onthe sctructure and cell function material, (2) to determine the quality of a problem-based learning onstructure and cell function material that meet the criteria of valid, practical, and effective. Thisresearch is a research and development which refers to the 4-D model of Thiagarajan. This researchwas condcted at SMA Muhammadiyah Bulukumba in class XI Science of academic year 2013/2014.Data werw collected by using learning tools validation sheet, observation sheets in the teacher’sability to manage learning, observation of stdent activity sheets, student questionnaree responses, andstudent learning outcomes with the test. The technique of data analysis sed in this study wasdescriptive and inferential analysis. The results show that after the validation and testing, thedeveloped learning tools are valid, practical, and effective. From the validation phase, the mean scoreof RPP total validity is 3.4, the total validity LKS at 3,5, the validity of student readings is 3.3, and thevalidity of the learning outcomes test is 3.7. The toools meet the criteria for all practical aspects areobserved in the category of accomplished by an average value of observation is 1.9 and effectivebecause the conditions are met;the stdents learning outcome are in a high category with an averagescore of 80.94: student activities are within the ideal time interval; the teacher’s ability to managelearning is adequate with high category with the mean of 3.8 or 91.8%, and the students’ response tothe tools sed in the study is on average above 80%. Thus the problem-based learning can be sed as analternative model of learning in the teaching-learning process at schools.

Keywords: development of learning tool, problem-based learning models, development models ofthiagarajan (4-D), structure and cell function material, valid, practical and effective.

Keywords: Competency, training program

Page 33: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

224 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

PENDAHULUAN

Manusia sebagai penyelenggarapendidikan pada saat sekarang dihadapkanpada masalah-masalah pendidikan yang sangatkompleks, yang dirasakan sangatmempengaruhi mutu dan kualitas sumber dayamanusia itu sendiri. Masalah-masalah yangdirasakan sangat kompleks adalah kualitaspeserta didik dan kualitas tenaga pendidik.Kedua hal tersebut saling berhubungan satusama lain.

Rendahnya kualitas peserta didik antaralain disebabkan lemahnya dalam prosespembelajaran yang dilaksanakan guru kurangmenyentuh pengembangan kemampuanberpikir dan nilai sehingga output yangdiperoleh dari pengajaran Biologi di sekolahtidak membekali peserta didik untuk memilikikemampuan-kemampuan memadai yang sesuaidengan tuntutan dunia kerja. Untuk itu dalammengembangkan layanan berupa mutupembelajaran dari guru biologi, maka dituntutkemampuan dan keterampilannya secaraprofesional. Terutama mencapai tujuan pokokdari pembelajaran Biologi yaitu meningkatkankemampuan berpikir untuk menyelesaikanmasalah yang berkaitan dengan alam sekitar.

Iskandar (2009), menyatakan bahwasalah satu focus dari pembelajaran yang baikadalah meningkatkan kemampuan berpikir,yaitu menekankan kepada rasa ingin tahu(curiosity), keinginan dan menemukan sesuatuyang baru. Pembelajaran juga merupakan suatukeindahan yang begitu dalam untukmendorong orang untuk menemukan sesuatu(discovery process).

Pergeseran paradigma pendidikan diIndonesia dari pengajaran menjadipembelajaran memberikan pemikiran bahwapeserta didik akan belajar lebih baik jikalingkungan dikondisikan alamiah. Belajar akanlebih bermakna jika peserta didik “mengalami”apa yang dipelajarinya, bukan sekedar“mengetahuinya”.

Kurikulum 2013 sebagai hasilpembaharuan kurikulum tingkat satuanpendidikan juga menghendaki bahwa suatupembelajaran pada dasarnya tidak mempelajarikonsep, teori dan fakta, tetapi juga aplikasidalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar tidakhanya tersusun atas hal-hal sederhana yangbersifat hafalan dan pemahaman, tetapi jugatersusun atas materi yang kompleks yangmemerlukan analisis, aplikasi dan sintesis(Mulyasa, 2012)

Selama ini pembelajaran Biologi masihditekankan pada buku paket sehingga para

subjek belajar dalam memahami sesuatu hanyaberdasar pada konsep jadi yang ada di dalambuku, sehingga biologi hanya dipahami secarahafalan. Akibatnya siswa kurang mampumenghubungkan antara konsep yang merekapelajari dengan bagaimana konsep tersebutdiaplikasikan pada situasi baru.

Untuk membantu siswa memahamikonsep-konsep guru dituntut untuk lebihberinovasi dan menciptakan perubahan yangbaik pada dirinya maupun peserta didik,dengan menggunakan pendekatan dan modelpembelajaran yang sesuai. Sebelum melakukanproses belajar-mengajar, seorang guru harusmemahami karakteristik materi, peserta didikdan metodologi pembelajaran terutamapemilihan pendekatan dan model pembelajaran(Trianto 2009).

Permasalahannya sekarang adalahbagaimana menemukan strategi yang terbaikuntuk menyampaikan berbagai konsep yangdiajarkan sehingga siswa dapat mengingat danmenggunakan konsep tersebut. Bagaimanaguru dapat membuka cakrawala berpikir yangberagam dari siswa, sehingga dapatmempelajari berbagai konsep dan menerapkanserta relevansinya dalam kehidupan nyata.

Salah satu model pembelajaran biologiyang langsung mengaitkan materi kontekspelajaran dengan situasi dunia nyata siswa danmendorong siswa membuat hubungan antarapengetahuan yang dimilikinya denganpenerapannya dalam kehidupan sehari-hariadalah model pembelajaran berbasis masalah.

Pembelajaran berbasis masalahmerupakan model yang dianggap inovatifdalam proses pembelajaran biologi. Melaluipembelajaran berbasis masalah keterlibatandan keaktifan siswa akan meningkat karenakegiatan pembelajaran dirancang sedemikianrupa sehingga peserta didik aktif berpikir,berkomunikasi dan menggunakan potensi yangada pada dirinya dalam belajar sehingga dapatmembangun secara pribadi pengetahuanbermakna.

Untuk menerapkan model pembelajaranberbasis masalah diperlukan suatu perangkatpembelajaran yang tepat. Hal ini dimaksudkanagar proses pencapaian indikator hasil belajaryang telah ditetapkan dalam kurikulum dapattercapai, karena perangkat pembelajaranmemberikan kemudahan dan dapat membantuguru dalam mempersiapkan dan melaksanakankegiatan belajar mengajar di kelas.Pembelajaran berdasarkan masalah merupakanproses pembelajaran yang berorentasi masalahdi mana guru menyediakan masalah-masalahdan situasi-situasi seperti halnya dalam

Page 34: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel Irmawati 225

kehidupan nyata dan bermakna, dan siswaberperan untuk mengorganisir, menganalisisdan berusaha memperoleh solusi pemecahanmasalah tersebut secara mandiri. Pembelajaranberbasis masalah didasarkan pada asumsibahwa situasi masalah hendaknya mengundangteka teki, membangkitkan nuansa ingin tahusiswa dan membangkitkan motivasi, sehinggakemudian peserta didik diharapkan mampuuntuk mencari dan merumuskan sendirijawaban dari masalah tersebut.

Menurut Nur (2011), situasi masalahyang baik memiliki lima kriteria penting, yakni: (1) masalah itu seharusnya otentik, (2)masalah yang dibahas adalah masalah yangbelum terdefinisikan secara jelas, tidakmenghendaki jawaban pasti, tetapimemerlukan jawaban yang kompleks, (3)masalah itu seharusnya berarti bagi siswa dansesuai dengan tingkat perkembangan dankemampuan intelektual siswa, (4) masalahseharusnya mencakup semua tujuan- tujuanpembelajaran yang ingin dicapai, namun cukupterfokus secara ketat, (5) masalah seharusnyamemberi kesempatan kepada siswa dankelompok untuk mengoptimalisasikankemampuan berpikir siswa.

Trianto (2010), menyebutkan bahwamodel pembelajaran berbasis masalah adalahmodel pembelajaran dengan pendekatanpembelajaran di mana siswa mengerjakanpermasalahan yang autentik dengan maksuduntuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,mengembangkan inkuiri dan keterampilanberpikir tingkat tinggi, mengembangkankemandirian dan percaya diri.

Pembelajaran berbasis masalahumumnya terdiri dari lima fase utama yangdimulai dengan memperkenalkan siswa dengansuatu situasi masalah yang membangkitkanrasa ingin tahu sehingga siswa akan melakukanproses pencarian dan penemuan melalui prosesberpikir yang sistematis dan diakhiri denganpenyajian dan analisis hasil kerja siswa. Peranguru dalam pembelajaran adalah penyajimasalah, pembimbing, memfasilitasi dialog,membantu menemukan masalah dan pemberifasilitas penelitian, Trianto (2009)

Pelaksanaan model pembelajaranberbasis masalah meliputi beberapafase yaitufase mengorientasikan siswa pada masalah,fase mengorganisisr siswa untuk belajar, fasemembantu siswa memecahkan masalah, fasemembantu mengembangkan dan menyajikanhasil pemecahan masalah, fase menganalisisdan mengevaluasi poses pemecahan masalahTeori belajar yang melandasi pembelajaranberbasis masalah adalah teori bealajar yang

mengant paham konstruktivisme Teorikonstruktivisme adalah teori yang menyatakanbahwa setiap siswa secara aktif terlibat dalamproses pemerolehan informasi danpengkonstruksian pengetahuan mereka sendiri.Ausubel adalah salah seorang yang menganutpaham konstruktivisme. Ausubel terkenaldengan teori belajar bermakna (meaningfulllearning). Menurut Asubel belajar bermaknamerupakan proses belajar di mana informasibaru dikaitkan dengan struktur pengetahanyang sudah dimiliki oleh seseorang yangsedang belajar.Denbgan demikian agar terjadibelajar bermakna pada siswa maka konsepbaru harus dikaitkan dengan konsep-konseprelevan yang terdapat dalam struktur kognitifanak.

Satu gagasan pokok yang menarik daridari teori vygostki adalah aspek sosial daripembelajarTeori Vygostky lebih menekankanpada aspek sosial dari pembelajaran. MenurutVygostky proses pembelajaran akan terjadiketika anak diberikan pengalaman baru danpenuh rasa ingin tahu dan ketika merekaberupaya keras mengatasi tantangan yangmuncul dari pengalaman-pengalaman itu.Dalam upaya memahami pengalaman baru itu,siswa mengkaitkan pengetahuan baru denganpengetahuan awal dan membangun maknabaru. Vigostky menyakini bahwa interaksisosial dengan orang lain akan memacuperkembangan ide baru dan memperkayaperkembangan intelektual siswa. Teorivygostki tersebut relevan dengan pembelajaranberbasis masalah yang menekankan perlunyainteraksi terus-menerus antar siswa, siswadengan guru.

Dalam penelitian ini yang dimaksudkanperangkat pembelajaran adalah keseluruhanperangkat pembelajaran yang diperlukan dalammengelola proses pembelajaran berbasismasalah yang terdiri dari Rencana PelaksanaanPembelajran 9RPP), Bacaan siswa (BS),Lembar Kerja Siswa (LKS) dan tes hasilbelajar (THB). Kenyataan yang terjadi diSMA Muhammadiyah Kab.Bulukumba, adalahkondisi pembelajaran yang masih bersifatkonvensional, hal ini dapat dilihat daripembelajaran di kelas yang didominasi olehguru. Dalam menyampaikan materi pelajaranguru hanya menjelaskan, memberi contoh,latihan soal-soal dan pekerjaan rumah.Selanjutnya guru dalam memberikanulangan/tes ujian hanya semata-matamengukur aspek kognitif peserta didik danmengabaikan factor psikomotorik, dalam artianguru hanya mengukur hasil belajar pesertadidik tanpa melihat proses yang mendahului

Page 35: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

226 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

hasil belajar tersebut. Peserta didik hanyamampu memindahkan ulang konsep-konsepyang tertera dalam buku teks. Kemampuanpeserta didik hanya mengulang apa yang telahdijelaskan dan dipraktekkan oleh guru, dan halini diperburuk oleh tidak tersedianyaperangkat pembelajaran yang berbasisketerlibatan dan keaktifan siswa. Berdasarkanuraian di atas, maka peneliti an ini difokuskanpada pembelajaran model berbasis masalah dikelas XI. Penelitian ini membutuhkanperangkat pembelajaran yang berorientasi padapembelajaran model berbasis masalah. Untukitu peneliti mengembangkan perangkatpembelajaran pembelajaran yang berorientasipada pembelajaran model berbasis masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah, halutama yang menjadi pokok perhatian dalampenelitian ini adalah bagaimana prosespengembangan dan hasil pengembanganperangkat pembelajaran model berbasismasalah pada materi struktur dan fungsi selpada kelas XI IPA. Rumusan masalahselengkapnya adalah sebagai berikut: (1)bagaimanakah proses pengembanganperangkat pembelajaran model berbasismasalah pada materi struktur dan fungsi sel?(b) Bagaimanakah kualitas perangkatpembelajaran model berbasis masalah padamateri struktur dan fungsi sel yang valid,praktis dan efektif?

METODE

Jenis penelitian ini merupakan penelitianpengembangan. Adapun yang dikembangkanadalah perangkat pembelajaran. Perangkatpembelajaran yang dikembangkan adalahperangkat pembelajaran model berbasismasalah materi struktur dan fungsi sel yangmeliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), Bacaan Siswa (BS), Lembar KerjaSiswa (LKS) dan Tes Hasil Belajar (THB).Pengembangan perangkat pembelajaranmengacu pada Four-D Models yangdikemukakan oleh Thiagarajan, Semmel danSemmel (1974).

Tahap pengembangan (develop) diawalidengan validasi oleh ahli. Validasi/penilaiandilakukan terhadap perangkat dan instrumenyang dikembangkan pada tahap perancangan(Draf 1). Validasi ahli meliputi validasi format,isi dan validasi bahasa, yang mencakup semuaperangkat pembelajaran yang dikembangkanpada tahap perancangan dan ilustrasi sertakesesuaian dengan model berbasis masalah.Saran dari para ahli (validator) digunakanuntuk revisis sehingga menghasilkan prototype

2. Ahli yang dimaksud di sini adalah paravalidator yang berkompeten yaitu dosenpendidikan IPA Biologi dan matematika.Berdasarkan hasil validasi ahli, dilakukanrevisi terhadap perangkat dan instrumen.

Ujicoba lapangan bertujuan untukmendapatkan masukan dari guru, siswa danpara pengamat (observer) dalam rangkamerevisi perangkat pembelajaran prototipe 2.Rangkaian kegiatan ujicoba terdiri atas duatahap yakni proses belajar mengajar dan tessetelah proses belajar mengajar selesai.Berdasarkan data hasil proses belajar mengajardan tes tersebut dilakukan revisi perangkatpembelajaran yang menghasilkan prototype 3.Ujicoba dilaksanakan di kelas XI IPA SMAMuhammadiyah Bulukumba tahun ajaran2013/2014 dengan materi struktur dan fungsisel. Materi struktur dan fungsi sel meliputitranspor aktif dan transpor pasif. Transporpasif meliputi difusi, osmosis, difusi terbantudan plasmolisis sedangkan transpor aktifmeliputi pompa kalium natrium, endositosisdan eksositosis. Adapun metode analisis datapada penelitian ini adalah teknik analisisstatistik deskriptif secara kualitatif dankuantitatif untuk data lembar observasi, angketdan tes hasil belajar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil validasi ahli terhadap RencanaPelaksanaan Pembelajaran dari kedua validatormemberikan penilaian pada setiap itemterendah adalah 3 yang berarti “baik”.Berdasarkan penilaian yang diberikan olehkedua validator, keduanya memberikanpenilaian 3 ke atas, itu berarti komponen-komponen dalam RPP mendapatkan penilaian“baik” dan ” baik sekali”. Kedua orangvalidator menyimpulkan bahwa RPP dapatdigunakan dengan sedikit revisi.

Hasil validasi ahli terhadap Lembarkegiatan siswa, kedua validator memberikanpenilaian terendah pada setiap item adalah 3yang berarti “baik”. Kedua validatormemberikan penilaian 3 ke atas, artinyakomponen-komponen dalam lembar kegiatansiswa memperoleh penilaian “baik” dan‘sangat baik”. Kedua orang validatormenyimpulkan bahwa lembar kegiatan siswadapat digunakan dengan sedikit revisi.

Hasil validasi ahli terhadap bacaan siswapara ahli memberikan penilaian pada setiapitem terendah adalah 3, yang berarti‘baik.”Kedua orang validator memberikan nilai3 ke atas, artinya komponen-komponen dalambacaan siswa memeperoleh penilaian “baik”

3

Page 36: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel Irmawati 227

dan “baik sekali.” Kedua validatormenyimpulkan bahwa bacaan siswa dapatdigunakan dengan sedikit revisi.

Kedua validator memberikan penilaianuntuk setiap aspek pada soal dengan nilaiminimal 3, jadi kedua validator memberikanpenilaian terhadap komponen-komponen teshasil bdelajar dengan penilaian “valid” dan“sangat valid” untuk materi soal, konstruksibahasa dan waktu. Sehingga rekomendasi darites ini adalah dapt digunakan dengan sedikitrevisi.

Aktivitas siswa diamati oleh duapengamat (observer). Setiap pengamatmengamatidua kelompo siswa yang ada dalamkelas jicoba. Pengamatan dilakukan selamaproses belajar mengajar berlangsung. Jikadilihat dari rata-rata aktivitas siswa untuk 9item aktivitas, maka keseluruhan aktivitassiswa yang diamati berada dalam intervalwaktu ideal. Dengan kata lain kriteria bataspencapaian waktu ideal yang digunakanterpenuhi.

Berdasarkan kriteria kemampuan guruMengelola pembelajaran yang diuraikan padaBab III, kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran yakni 3,8 ata senilai 91,8%.Berdasarkan data tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa kemampuan guru dalammengelola pembelajaran model berbasismasalah berada dalam kategori tinggi. Responsiswa terhadap semua aspek berada di atas 80%, artinya setiap aspek direspon positif olehsiswa.

Penilaian terhadap perangkat yangdikembangkan peneliti yang dilakukan olehahli memperoleh nilai valid yaitu (1) untukRencana Pelaksanaan Pembelajaran rata-ratatotal kevalidan sebesar 3,4, (2) LembarKegiatan siswa rata-rata total kevalidan 3,5, (3)bacaan siswa rata-rata total kevalidan 3.3 dan(4) tes hasil belajar rata-rata total kevalidansebesar 3,7.

Dari hasil ujicoba di kelas diperoleh datasebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalammengikuti pembelajaran sesuai yangdiharapkan karena delapan dari sembilankriteria batas toleransi pencapaian waktu idealyang digunakan terpenuhi, (2) kemampuanguru mengelola pembelajaran memadaiderngan nilai KG berada dalam kategori tinggidengan rata-rata 3,8 atau senilai 91,8%, (3)respon siswa secara umum adalah “senang”,‘baru”, “berminat,” “memahami,” dan“tertarik,” rata-rata berada di atas 80% jadirespon siswa positif, (4) tes hasil belajardiperoleh tuntas klasikal, memenuhi syaratKKM.

Berdasarkan hal tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa syarat uji kepraktisan dankeefektivan terpenuhi. Jadi pembelajaranmodel berbasis masalah dengan perangkatyang sudah dikembangkan “praktis” dan“efektif” untuk materi struktur dan fungsi sel.

Kepraktisan ini dapat dibuktikan daripeneliti yang mampu melaksanakan denganbaik setiap fase dari perangkat pembelajaranberbasis masalah yang telah dirancang. Selainitu nampak bahwa perangkat yangdikembangkan mampu mengarahkan siswauntuk berinteraksi dengan siswa serta siswadengan guru, bekerjasama dalam memecahkanmasalah, sehingga menimbulkan motivasiuntuk keterlibatan berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan memperkaya kesempatan-kesempatan berbagi inkuiri dan dialogsehingga memungkinkan timbulnya rasa untuksaling memahami dan menerima perbedaandan mengembangkan keterampilan sosial.Fenomena ini relevan dengan teori Vigotskybahwa pembelajaran terjadi melalui interaksisosial guru dan teman yang lebih mampu.Interaksi sosial akan memicu dengan cepatterbentuknya ide baru dan memperkayaperkembangan intelektual siswa.

Perangkat yang dikembangkan ini jugadapat memberikan kesempatan pada siswauntuk berani mencoba, mengaplikasikanpengetahuan, mengadopsi pengetahuan baru,dan memberi pengalaman sebagai seorangpenemu, dan mampu mengakomodasisumber daya yang ada disekitar siswa untukdijadikan bahan dalam memudahkan siswamemahami konsep-konsep biologi dan dapatmengembangkan keterampilan berpikir.Sehingga dapat dikatakan bahwa dari segikepraktisannya, perangkat pembelajaran yangtelah dikembangkan yaitu RPP, LKS, bacaansiswa dan THB dapat diterapkan dalampembelajaran materi struktur dan fungsi sel subkonsep transpor pada membran denganmenggunakan pembelajaran model berbasismasalah.

Selanjutnya dari pelaksanaan ujicobamenunjukkan bahwa keseluruhan aktivitassiswa yang diamati berada dalam intervalwaktu ideal. Dengan kata lain aktivitas siswadalam pembelajaran materi struktur dan fungsisel sub materi transpor pada membran ideal.

Keidealan aktivitas yang dilakukan olehsiswa tidak terlepas dari efektifnya perangkatyang telah dirancang sebelumnya untukmengatur waktu yang dipergunakan untukpelaksanaan pembelajaran dengan modelberbasis masalah. Semua fase dalam drafrencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

4

5

Page 37: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

228 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

mampu dilaksanakan dengan baik olehpeneliti, dengan waktu yang sesuai sehinggapelaksanaan pembelajaran melalui modelberbasis masalah bisa terlaksana dengan baik.Demikian halnya dengan LKS, yang berupapraktikum dan soal-soal yang tertuang dalambahan diskusi yang disajikan dalam LKSdianggap bisa diselesaikan dalam waktu yangtelah ditetapkan dengan mempertimbangkanaktivitas interaksi siswa dengan siswa, sertasiswa dengan gurunya, keaktifan siswa dalammenganalisis data, kemandirian siswa dalambelajar, dan keaktifan siswa dalammemecahkan masalah. Hasilnya diperolehbahwa rata-rata persentase waktu yangdipergunakan siswa beraktivitas dalammelaksanakan kegiatan pembelajaran berbasismasalah semuanya memenuhi rentang waktuideal sebagaimana yang diharapkan. MenurutM. Munir dkk (2013), aktivitas yangmemenuhi rentang waktu ideal sebagaimanadiharapkan disebabkan karena lingkunganyang mendukung untuk itu, yaitu dibentuknyakelompok-kelompok dalam diskusi mereka.Juga kesempatan mereka untuk saling bertukarpendapat dengan siswa satu kelompok maupundengan kelompok lain.

Pada pembelajaran model berbasismasalah guru mengawali pembelajaran dengancara menyampaikan KD, indikator dan tujuanpembelajaran. Kemudian guru memotivasisiswa dengan cara mengajukan fenomena ataudemonstrasi dan cerita. Setelah itu barulahguru mengajukan masalah ataumengorientasikan siswa pada masalah yangakan diselesaikan siswa dalam kelompoknya.Sebelum memfasilitasi/membimbing siswamelakukan penyelidikan terlebih dahulu gurumengingatkan tentang pentingnya materi yangakan dipelajari. Selama siswa melakukaneksprimen/percobaan guru memantau tiapkelompok, membantu siswa dalampengumpulan informasi, mendorongpertukaran ide gagasan secara bebas danpenerimaan sepenuhnya gagasan-gagasantersebut dengan teknik scaffolding. MenurutNur (2011), Pembelajaran model berbasismasalah tidak dapat terlaksana kalau guru tidakmenciptakan lingkungan kelas yang didalamnya dapat terjadi suatu pertukaran danberbagi ide secara terbuka, tulus dan jujur.

Di akhir fase 5 siswa diarahkan olehguru untuk menyimpulkan hasil pemecahanmasalah. Aktivitas guru mengakhiripembelajaran pada dasarnya dapatdilaksanakan dengan baik. Guru membimbingsiswa untuk membuat rangkuman dari materiyang dipelajari, kemudian mengajukan kuis.

Di akhir pembelajaran guru memberikantugas/PR dan menginformasikan materi untukpertemuan selanjutnya.

Awal pembelajaran denganmenggunakan model berbasis masalah padaumumnya, respon yang diberikan oleh siswasecara umum adalah senang dan menyukaisuasana kelas saat pembelajaran berbasismasalah. Sedangkan respon siswa terhadapperangkat pembelajaran dalam hal ini adalahbacaan siswa dan LKS adalah baru, berminat,dan memahami, rata-rata berada di atas 90%jadi respon siswa positif. Hal ini sesuai denganpendapat Munir dkk. (2012) bahwa keberadaanbacaan siswa dan LKS yang telah dirancangdapat membantu siswa dalam memahamimateri pelajaran yang disajikan danmeningkatkan minat untuk belajar.

Selain itu, siswa menganggap bahwaterdapat kemudahan dalam pembelajaranberbasis masalah karena dibentuknyakelompok-kelompok dalam diskusi mereka.Dengan demikian mereka mempunyaikesempatan dan peluang untuk saling bertukarpendapat dengan siswa satu kelompok maupundengan kelompok lain untuk memahamikonsep yang diajarkan. Kemudianpembelajaran model berbasis masalah inidirespon oleh siswa dengan baik disebabkankarena dalam pembelajaran ini guru berperansebagai pembimbing dan fasilitator sehinggasiswa belajar dan berpikir untuk menyelesaikanmasalah dengan caranya sendiri. Peluang untukberinteraksi dalam konteks pembelajarandibuka lebar untuk mempermudah prosespemahaman materi yang disampaikan. Hal inisejalan dengan teori Bruner yangmengemukakan bahwa untuk menanamkanpemahaman kepada siswa maka siswasendirilah yang harus secara aktif membangunpengetahuannya sendiri melalui kegiatanpenyelidikan dan diperlukan bantuan dari guruberupa petunjuk, pertanyaan atau dorongan kearah pemecahan masalah.

Hasil final pembelajaran berbasismasalah adalah membantu terserapnya materidengan baik dengan kemampuan untukmenerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari tercapai dengan tingginya hasil prestasibelajar yang diperoleh. Selain itu siswamempunyai peluang dan kesempatan untukmengkonstruksi sendiri pengetahuannyasehingga belajar bukan hanya mengingat akantetapi belajar adalah mengalami, sebagaimanadikemukakan oleh Hamalik ( 1999) bahwabelajar merupakan suatu proses, suatukegiatan dan bukan sekedar untuk mencapaihasil atau tujuan tapi lebih dari itu. Belajar

6

Page 38: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Kelas XI IPA Materi Struktur dan Fungsi Sel Irmawati 229

bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luasdaripada itu yakni mengalami. Dengan katalain pengetahuan yang diberikan pada siswatidak dalam bentuk jadi melainkan siswa harusmembentuknya sendiri melalui prosespengalaman, pengamatan dan eksprimenlangsung.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasanpenelitian yang telah diuraikan pada bab IV,serta dihubungkan dengan rumusan masalahpenelitian, maka dapat disimpulkan hal-halpokok yang berkaitan dengan pengembanganperangkat pembelajaran berbasis masalahsebagai berikut.1. Proses pengembangan perangkat berbasis

masalah untuk materi struktur dan fungsisel dikembangkan dengan modelpengembangan perangkat 4-D Thiagarajan(1974) terdiri dari 4 fase yaitu (1)pendefinisian (define), (2) perancangan(design), (3) pengembangan (develop), dan(4) penyebaran (dessiminate). Prosespengembangan pada dua fase pertamamenghasilkan perangkat pembelajaran(BS, LKS, RPP dan THB), lanjutnya padafase ketiga yaitu tahap pengembangandilakukan proses validasi dan uji coba.Pada proses validasi, validator yang terdiridari 2 orang melakukan validasi terhadapperangkat dan instrumen-instrumennyaselama 3 kali dengan catatan berupa revisi-revisi untuk perbaikan sebelum perangkatdigunakan. Untuk proses ujicoba dilakukanhanya satu kali pada satu kelas yaitu kelasXI IPA dengan tiga kali pertemuan .Sedangkan fase ke empat dilakukansosialisasi terhadap teman guru dibeberapa sekolah guna penyempurnaanperangkat yang dikembangkan. Dari hasilsosialisasi, guru-guru menyarankan untukmenyusun perangkat pembelajaran satuSK, melampirkan format penilaian, dankegiatan percobaan difusi dan osmosistidak dalam satu pertemuan

2. Hasil pengembangan perangkat meliputirencana pelaksanaan pembelajaran, lembarkerja siswa, bacaan siswa dan tes hasilbelajar. Hasil dari tahap validasi diperolehnilai rata-rata total kevalidan RPP sebesar3.4, nilai rata-rata total kevalidan LKSsebesar 3.5, nilai rata-rata total kevalidanbacaan siswa 3.3 dan nilai total rata-ratakevalidan tes hasil belajar 3.7. Berdasarkan

hasil validasi tersebut maka semuaperangkat tersebut memenuhi semuakriteria, sehingga dihasilkan pembelajaranyang baik yaitu perangkat yang validberdasarkan penilaian ahli dan praktisidengan revisi kecil. Berdasarkan hasil dariujicoba perangkat memenuhi kriteriapraktis karena semua aspek yang diamatiberada dalam kategori terlaksanaseluruhnya dengan nilai rata-ratapengamatan sebesar 1.9, dan efektif karenaterpenuhinya syarat-syarat, hasil belajarsiswa berada dalam kategori tinggi denganrata-rata skor hasil belajar siswa adalah80.94, aktivitas siswa dalam mengikutipembelajaran sesuai yang diharapkan,kemampuan guru mengelola pembelajaranmemadai dengan nilai KG berada dalamkategori tinggi dengan rata-rata 3.8 atausenilai 91.8% dan respon siswa terhadapperangkat yang digunakan dalampembelajaran persentasenya tinggi(merespon positif).

Saran

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalampenelitian ini, dapat dikemukakan beberapasaran sebagai berikut.1. Berdasarkan hasil dari tahap validasi dan

uji coba, semua perangkat pembelajaranyang dikembangkan memenuhi semuakriteria, sehingga dihasilkan pembelajaranyang baik yaitu perangkat yang valid,praktis dan efektif. Oleh karena itu,disarankan kepada guru biologi untukdapat menggunakan perangkat ini padamateri struktur dan fungsi pada sel subkonsep transpor pada membran.

2. Untuk keperluan pengembanganselanjutnya, guru diharapkan dapatmengembangkan sendiri perangkatpembelajaran yang disesuaikan denganpembelajaran berbasis masalah.

3. Sebaiknya model pembelajaran berbasismasalah dapat digunakan sebagai suatualternatif model pembelajaran yang dapatdigunakan oleh guru biologi untukmeningkatkan keterlibatan dan keaktifan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, N. C. 2013. Panduan aplikasi teori-teoribelajar mengajar. yogyakarta: DivaPress.

Asniar. 2012. Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbasis MasalahMateri Aliran Energi dan Ekosistem

Page 39: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

230 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

pada Kelas X. Tesis (tidakditerbitkan). Makasar. ProgramPascasarjana UNM.

Gusti, A. N. 2008. Penelitian PenerapanPembelajaran Konstektual Berbasismasalah pada kelas X2 SMA LabSingaraja. Jurnal Penelitian danPengembangan Pendidikan (online),(www.google.com, Diakses tanggal18 november 2012).

Hamalik, Q. 1999. Kurikulum danPembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

I Wayan, R. 2012. Model PembelajaranBerbasis Masalah dan PertanyaanSocratik Untuk Meningkatkanketerampilan Berpikir Kritis. JurnalIlmu Pendidikan (online),(www.google.com, Diakses tanggal26 juni 2014).

Mulyasa. 2008. Implementasi KTSPKemandirian Guru dan KepalaSekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa. 2012. Manajemen PendidikanBerkarakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Munir, Widodo & Wardono. 2012.Pengembangan perangkatpembelajaran berbasis masalah padamateri program linear kelas XII.Jurnal Ilmu pendidikan (online),(journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujrme, Diakses tanggal 7 mei 2014).

Nur, 2011. Model Pembelajaran BerbasisMasalah. Surabaya: Pusat Sains DanMatematika Sekolah Unesa.

Wina, S. 2006. Strategi PembelajaranBerorientasi Standar ProsesPendidikan. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaraninovatif progresif. Jakarta: kencana.

Trianto. 2010. Model pembelajaran terpadu.Jakarta: Bumi Aksara.

Prapti, D. Enni. S. R. & Susanti. 2013.Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbasis MasalahMateri Sistem Pencernaan MakananBervisi Pendidikan Karakter. Jurnalilmu pendidikan. (http://journalunnes.ac.id/sju/index.php/jere,Diakses tanggal 5 april 2013)

Page 40: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran

Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada Pembelajaran Kimia di SMA Neg. 7 Bulukumba Hasnih 231

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DITINJAU

DARI KESADARAN METAKOGNISI PADA PEMBELAJARANKIMIA DI SMA NEGERI 7 BULUKUMBA

Hasnih *)

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahrga Kabupaten BulukumbaGuru SMA Negeri 7 BulukumbaEmail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan (1) mengetahui perbedaan hasilbelajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw dengan siswa yangdiajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (2) mengetahui perbedaan hasil belajarsiswa yang kesadaran metakognisi tinggi yang diajar dengan model pembelajaran Jigsaw denganmodel pembelajaran langsung (3) mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang kesadaranmetakognisi rendah yang diajar model pembelajaran Jigsaw dengan model pembelajaran langsung.Penelitian ini menggunakan desain pretest-posttest control group design, yang melibatakan duakelompok yang dibandingkan yaitu kelompok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dan kelompok menerapkan model pembelajaran Langsung. Populasi penelitian adalah seluruhkelas XI IPA SMA Negeri 7 Bulukumbatahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 4 kelas. Sampelpenelitian sebanyak dua kelas yaitu kelas XI IPA 3 dan kelas XI IPA 4 yang dipilih secara acak.Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kesadaran metakognisi siswa dengan menggunakanangket kesadaran metakognisi yang diserap dari MAI (Metacognitive AwarenessInventory).Pengujianhipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis Independent-Sample T Test dengan bantuanprogram SPSS 17.0for windows.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tidak ada perbedaanhasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung (2)Tidak adaperbedaan hasil belajar siswa yang kesadaran metakognisitinggi yang diajar dengan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran langsung. (3) Tidak ada perbedaanhasil belajar siswa yang kesadaran metakognisi rendah yang diajar dengan model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran langsung.

Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, model pembelajaran langsung, kesadaranmetakognisi, hasil belajar

Abstract *)

The study is a quasi-experiment which aims at (1) discovering the difference of learning resultbetween student who taught by employing Jigsaw learning model and the ones taught by employinglerning model, (2) examining the difference of learning result between students who have high meta-kogminitve and taught by employing Jigsaw learning model and the ones taught by employing Directlearning model and (3) examining the difference of learning result between students who have meta-kogminitve and taught by employing Jigsaw learning model and the ones taught by employing Directlearning model and examining the difference learning model, the student pretest- posttest controlgroup design which involved to groups to be compared, namely a group using. Jigsaw learning modeland a group using Direct learning model. The population of the study was grade XI IPA students atSMAN 7 Bulukumba of academic year 2013/2014 with as many as 4 classes.Thesamples were twoclasses, grade XI IPA 3 and grade IPA 4 which taken randomly. The instrument used to examinemeta-cognitive awareness of students was questionnaire adapted from Meta-cognitive AwarenessInventory (MAI). The hypothesis test was conducted by employing Independent-Sample T-Testanalysis with the support of SPSS 17.0 for windows program. The results of the study revealed that (1)there is no difference of learning result between students who taught by employing Jigsaw learningmodel and the ones who taught by employing Direct learning model, (2) thete is no difference oflearning result between students with high meta-cognitive model and taught by employing Jigsawlearning model and the ones taught by employing Direct learning model, (3) thete is no difference oflearning result between students have low meta-cognitive model and taught by employing Jigsawlearning model and the ones taught by employing Direct learning model.

Keywords: Jigsaw learning model, Direct learning model, meta-cognitive Awareness, learning result,

Page 41: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

232 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia senantiasadiarahkan untuk mencapai tujuan pendidikannasional yaitu untuk mengembangkankemampuan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensipeserta didik agar menjadi manusia yangberiman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikantersebut maka pemerintah senantiasamelakukan usaha peningkatan kualitaspendidikan diantaranya adalah menetapkankurikulum 2013 sesuai PP.No. 32 Tahun 2013.Perubahan kurikulum diperlukan karenaadanya perubahan zaman, sehingga kebutuhandalam bidang pendidikan pun ikut berubah,baik dari sisi pengetahuan, keterampilan,maupun sikap yang harus dimiliki generasimuda bangsa. Pengembangan kurikulum 2013merupakan bagian dari srategi meningkatkanpencapaian pendidikan, satu hal lagi bahwakurikulum 2013 menghendaki, bahwa suatupembelajaran pada dasarnya tidak hanyamempelajari konsep, teori, dan fakta tetapiaplikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Orientasi kurikulum 2013 adalahterjadinya peningkatan dan keseimbanganantara kompetensi sikap (attitude),keterampilan (skill) dan pengetahuan(knowledge). Hal ini sejalan dengan amanatUU No.20 tahun 2003 sebagaimana tersuratdalam penjelasan pasal 35, kompetensi lulusanmerupakan kualifikasi kemampuan lulusanyang mencakup sikap, pengetahuan, danketerampilan sesuai dengan standar nasionalyang telah disepakati. Hal ini sejalan puladengan pengembangan kurikulum berbasiskompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004dengan mencakup kompetensi sikap,pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu(Kemdikbud, 2013).

Model, metode dan strategipembelajaran merupakan salah satu indikatoryang berperan penting dalam keberhasilanproses belajar mengajar. Model pembelajaranselama ini yang masih sering digunakan adalahmodel yang menggunakan metode ceramahyang biasanya bersifat teoritis, berpusat padaguru, dan tidak ada komunikasi interaktifantara guru dan siswa, guru bercerita mengenai

pelajaran sedangkan siswa mendengarkan dandituntut menghafal materi pelajaran.

SMA Negeri 7 Bulukumba adalah salahsatu SMA yang berstatus negeri merupakansekolah yang tidak jauh dari kota Bulukumbajarak kurang lebih 7 km yang terletak dikecamatan Gantarang. Dengan segalaketerbatasannya telah melaksanakan kurikulum2013 pada tahun pelajaran 2013/2014 padakelas X. Proses belajar mengajar di SMANegeri 7 Bulukumba pada umumnya sudahterlaksana dengan baik terbukti dari tingkatkelulusan Ujian Nasional (UN) yang mencapai100%. Namun, siswa yang mencapaiketuntasan pada tahun pelajaran 2012-2013hanya 50% . Begitupun dari hasil pengamatandan dari informasi para guru yang mengampumata pelajaran kimia mengatakan bahwakompetensi mata pelajaran kimia masihdibawah standar ketuntasan. Pencapaianketuntasan dapat dilihat dari pencapaian nilaiKKM mata pelajaran yaitu 70, ketercapaianketuntasan yang diperoleh itupun dari hasilremedial pertama atau kedua.

Dalam hubungannya dengan upayamemberdayakan kesadaran metakognisi sangatdiperlukan siswa untuk memahami bagaimanatugas itu dilaksanakan (Schraw dan Riversdalam Susanna 2010). Siswa yang memilikikesadaran metakognitif yang tinggi akanmempengaruhi hasil belajarnya. Kesadaranmetakognitif siswa akan berfungsi jikadidukung oleh proses pembelajaran yangsesuai dengan strategi dan materipembelajaran.

Kelas yang cenderung berpusat padaguru membuat siswa pasif, dan hanyamenghafal konsep-konsep dan kurang mampumenggunakan konsep tersebut jika menemuimasalah dalam kehidupan nyata yangberhubungan dengan konsep yang dimiliki.Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategibelajar yang dapat memahami bagaimanabelajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiripadahal aspek-aspek tersebut merupakan kuncikeberhasilan dalam pembelajaran.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw

Model pembelajaran kooperatif modelJigsaw adalah sebuah model belajar kooperatifyang menitik beratkan pada kerja kelompoksiswa dalam bentuk kelompok kecil. MenurutLie dalam Rusman (2012:218) bahwapembelajaran kooperatif model Jigsaw inimerupakan model belajar kooperatif dengan

Page 42: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran

Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada Pembelajaran Kimia di SMA Neg. 7 Bulukumba Hasnih 233

cara siswa belajar dalam kelompok kecil yangterdiri dari empat sampai enam orang secaraheterogen dan siswa bekerja sama salingketergantungan positif dan bertanggung jawabsecara mandiri.

Langkah-langkah Jigsaw (Model Tim Ahli) :1. Siswa di kelompokkan ke dalam 4 anggota

tim2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi

yang berbeda.3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi

yang ditugaskan.4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah

mempelajari bagian /sub bab yang samabertemu dalam kelompok baru(kelompok ahli) untuk mendiskusikan subbab mereka.

5. Setelah selesai diskusi sebagian tim ahlitiap anggota kembali ke kelompokasal dan bergantian mengajar temansatu tim mereka tentang sub bab yangmereka kuasai dan tiap anggotalainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasildiskusi.

7. Guru memberi evaluasi.8. Penutup. (Taniredja, 2012).

Berikut ini menunjukkan hubunganantara kelompok asal dan kelompok ahli dalammodel pembelajaran kooperatif tipe Jigsawmenurut (Arends, 2001) diGambar.kansebagaimana pada Gambar. 2.1 berikut ini:

Gambar. 1Ilustrasi yang menunjukkan tim Jigsaw

Model Pembelajaran LangsungIstilah model pembelajaran Langsung

sering disebut juga dengan model pengajaranaktif (active teaching model), training model,mastery teaching, dan explicit instruction(Arend, 2001, Kardi dan Nur, 2000) dalamTrianto (2009:41).

Pembelajaran Langsung adalah suatumodel pembelajaran yang bersifatteachercenter. Menurut Arends dalam Trianto(2009) model pembelajaran Langsung adalahsalah satu pendekatan mengajar yang

dirancang khusus untuk menunjang prosesbelajar siswa yang berkaitan denganpengetahuan deklaratif dan pengetahuanposedural yang terstruktur dengan baik yangdapat diajarkan dengan pola kegiatan yangbertahap, selangkah demi selangkah. Danmenurut Kuhn; Rosenshine dan Steven) dalamEggen, P dan Don Kauchak (2012:363)mengatakan pembelajaran langsung adalahsalah satu model yang menggunakan peragaandan penjelasan guru digabungkan denganlatihan dan umpan balik siswa untukmembantu mereka mendapatkan pengetahuandan keterampilan nyata yang dibutuhkan untukpembelajaran yang lebih jauh.

Kesadaran MetakognisiMetakognisi (metacognition) merupakan

suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavellpada tahun 1976 dan ditafsirkan sebagai“pengetahuan seseorang tentang proseskognitifnya”. Dia membagi metakognitifkepada 3 variabel, yaitu pertama, Variabelindividu, mencakup pengetahuan tentangpersons, yakni manusia (diri sendiri dan jugaorang lain), yang mengandung wawasan bahwamanusia memiliki keterbatasan dalam jumlahinformasi yang dapat diproses. Variabel kedua,yaitu variabel tugas, mencakup pengetahuantentang tugas-tugas yang mengandungwawasan bahwa beberapa kondisi seringmenyebabkan kita lebih sulit atau lebih mudahmemecahkan suatu masalah ataumenyelesaikan tugas-tugas. Variabel ketiga,adalah variabel strategi, mencakuppengetahuan tentang strategi, pengetahuantentang bagaimana melakukan sesuatu ataubagaimana mengatasi kesulitan (Huzamah, &Setyaningrum Y, 2013).

Hasil BelajarMenurut Sudjana (2004), ada dua faktoryang mempengaruhi hasil belajar yaitu:1. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah

(kesehatan), faktor psikologis (intelegensi)dan faktor kelelahan.

2. faktor ekstern, meliputi faktor lingkungankeluarga, faktor sekolah (metode,kurikulum, sarana dan prasarana) danlingkungan masyarakat (teman bergaul).

Uraian Materi Pokok Larutan PenyanggaMateri larutan penyangga adalah salah satumateri pelajaran kimia kelas XI IPA di SMA,mempunyai karakteristik materi yangtergantung dari materi sebelumnya dalam halini materi asam basa beserta perhitunganpHnya dan materi kesetimbangan kimia. Siswa

Page 43: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

234 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

sudah mempunyai pengetahuan awal yangmerupakan prasyarat untuk mempelajari materilarutan penyangga.

a. Menghitung pH dan pOH larutanpenyangga

b. Menghitung pH larutan penyanggadengan penambahan sedikit asam atausedikit basa atau dengan pengenceranpenjelaskan peranan larutan penyanggadalam tubuh makhluk hidup.

Perbedaan hasil belajar antara siswa yangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengansiswa yang diajar dengan menggunakanmodel pembelajaran Langsung.

Keaktifan siswa dalam belajar sebagaisalah satu faktor yang mempengaruhikeberhasilan dalam pembelajaran. Karena itu,diperlukan suatu model pembelajaran yangdapat membuat siswa untuk aktif selamaproses pembelajaran. Model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw sebagai salah satualternatif akan membuat siswa terdorong untukberfikir. Siswa belajar dalam kelompok kecilyang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogendan bekerja sama saling ketergantungan yangpositif dan bertanggung jawab atas ketuntasanbagian materi pelajaran yang harus dipelajaridan menyampaikan materi tersebut kepadaanggota kelompok lain.

Model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dimana para anggota dari tim-tim yangberbeda dengan topik yang sama bertemuuntuk diskusi (tim ahli) saling membantu satusama lain tentang topik pembelajaran yangditugaskan kembali kepada mereka. Kemudiansiswa-siswa itu kembali pada tim / kelompokasal untuk menjelaskan kepada anggotakelompok yang lain tentang apa yang telahmereka pelajari sebelumnya pada pertemuantim ahli.

Perbedaan hasil belajar siswa yangkesadaran metakognisi rendah yang diajardengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dengan model pembelajaranLangsung.

Kesadaran metakognisi adalahkesadaran untuk melakukan strategi-strategibelajar tertentu agar menghasilkan hasil belajaryang lebih maksimal. Kesadaran metakognisiberkaitan dengan proses belajar yang dilakukanoleh siswa dalam mencapai tujuanpembelajaran. Tujuan pembelajaran berkaitandengan hasil belajar yang berarti kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelahmenjalani proses belajar.

Siswa yang mempunyai kesadaranmetakognisi rendah tidak memilikikemampuan untuk mengontrol cara belajarnyasendiri sehingga tidak menjadi seorangpembelajar yang mandiri yang mampu untukmenyelesaikan tugas belajarnya dengan baik,merencanakan pembelajaran, mengatur diri danmengevaluasi pembelajarannya. Dengandemikian memungkinkan hasil belajar siswayang diperoleh juga tidak mengalamipeningkatan, jadi siswa yang memilikikesadaran metakognisi rendah akanmenghasilkan hasil belajar yang rendah pula.

HipotesisBerdasarkan kajian teori dan kerangka

pikir yang dikemukakan di atas, maka dapatdirumuskan hipotesis dalam penelitian iniadalah:1. Ada perbedaan hasil belajar antara siswa

yang diajar dengan menggunakan modelpembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengansiswa yang diajar dengan menggunakanmodel pembelajaran Langsung.

2. Ada perbedaan hasil belajar siswa yangkesadaran metakognisi tinggi yang diajardengan model pembelajaran kooperatif tipeJigsaw dengan model pembelajaranLangsung.

3. Ada perbedaan hasil belajar siswa yangmemiliki kesadaran metakognisi rendahyang diajar dengan model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dengan modelpembelajaran Langsung.

METODE PENELITIAN

Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel PenelitianJenis penelitian ini adalah peneitian

eksperimen semu (Quasi Eksperiment).Variabel yang dikaji dalam penelitian initerdiri atas variabel bebas dan variabelterikat. Variabel bebas ada dua yaitu (1)model pembelajaran yang terdiri darimodel pembelajaran Jigsaw dan modelpembelajaran Langsung dan (2) adalahkesadaran metakognisi yang diujimetakognisi tinggi dan rendah, variabelterikatnya adalah hasil belajar siswa padamateri pokok larutan penyangga.

2. Desain penelitianDesain penelitian yang digunakan dalam

peneitian ini adalah Pretest-posttest controlgroup design, yang melibatkan dua kelompokyang dibandingkan yaitu kelompok

Page 44: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran

Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada Pembelajaran Kimia di SMA Neg. 7 Bulukumba Hasnih 235

menggunakan model pembelajaran Jigsaw,dan kelompok menerapkan modelpembelajaran Langsung.

Tabel.1Desain Penelitian

J S PL

KM T R T RJST JSR LT LR

Keterangan :JS : Model Pembelajaran JigsawPL : Model Pembelajaran LangsungT : Metakognisi TinggiR : Metakognisi RendahKM : Kesadaran MetakognisiJST : Model Pembelajaran Jigsaw Dengan

Metakognisi TinggiJSR : Model Pembelajaran Jigsaw dengan

Metakognisi RendahLT : Model Pembelajaran Langsung

dengan Metakognisi TinggiLR : Model Pembelajaran Langsung

dengan Metakognisi Rendah

Definisi Operasional VariabelDefenisi operasional variabel penelitian

adalah sebagai berikut:1. Model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw2. Model pembelajaran Langsung3. Kesadaran metakognisi4. Hasil belajar siswa

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruhsiswa kelas XI IPA SMA Negeri 7Bulukumba tahun pelajaran 2013/2014yang berjumlah 143 orang, yang terbagidalam empat kelas.

2. Sampel PenelitianPengambilan sampel dalam penelitian inidilakukan secara acak kelas untukpenentuan kelompok model pembelajaranJigsaw dan kelompok model pembelajaranlangsung dari dua kelas yang mempunyaikarakteristik yang sama ( bersifat homogen)yaitu kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4.

Prosedur PenelitianProsedur penelitian dibagi dalam 2

(dua) tahap, yaitu tahap persiapan dan tahappelaksanaan, yaitu:1. Tahap persiapan

a. Membuat RPPb. Menyusun instrumenc. Memvalidasi instrument penelitian

d. Menghitung reliabilitas instrument.e. Mengelompokkan siswaf. Menyusun kelompok belajar siswag. Menyampaikan kepada siswa untuk

mempersiapkan diri mengikuti Pretest.

2. Tahap pelaksanaanPenelitian ini dilaksanakan dengan, 1

kali pertemuan untuk pemberian inventoriangket metakognisi, 1 kali pertemuan untukPretest, 4 kali pertemuan untuk prosesbelajar mengajar, dan 1 kali pertemuanuntuk pemberian tes hasil belajar (posttest).

Instrumen PenelitianInstrumen dalam penelitian ini adalah

angket kesadaran metakognisi dan tes hasilbelajar dalam bentuk tes objektif yangsebelumnya telah divalidasi. Instrumen angketkesadaran metakognisi diberikan 1(satu) kalisebelum pretest, dan instrumen tes hasilbelajar diberikan pada awal(pretest) dan akhirperlakuan(posttest) pada kelompokmenggunakan model pembelajaran Jigsawmaupun kelompok menerapkan modelpembelajaran langsung. Instrumen yangdigunakan mencakup semua indikator yangharus dicapai oleh siswa pada materi larutanpenyangga.

Teknik Pengumpulan Data

1. Kesadaran MetakognisiUntuk mengetahui sejauh manapencapaiankesadaran metakognisi yang dimiliki siswadilakukan dengan menggunakan MAI(Metakognisie Awereness Inventory) yaitukuisioner yang mengGambar.kan kesadaranmetakognisi siswa. Sebanyak 52 itemInventory pembelajaran metakognisi yangdiberikan kepadasiswa sebelumpembelajaran Angket kesadaranmetakognisi ini diadaptasi dari Corebimadalam Susanna(2011). Kuisioner ini terdiridari 52 item pernyataan dengan empat skalayakni Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidaksetuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).Cara pembobotan dilakukan berdasarkanarah pernyataan yang ditentukan padaTabel. 2.

Tabel. 2Pembobotan Skala Likert

Arah pernyataan SS S TS STSPositif 4 3 2 1Negatif 1 2 3 4

Page 45: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

236 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

2. Hasil Belajar siswaUntuk mengetahui hasil belajar siswa,

dalam penelitian ini digunakan tes hasilbelajar siswa yang berupa pilihan gandayang diberikan kepada siswa yang berisikanpertanyaan-pertanyaan yang berhubungandengan larutan penyangga.

Tes hasil belajar kimia disusun dalambentuk pilihan ganda yang terdiri atas 16nomor item soal pilihan ganda yangsebelumnya telah divalidasi isi (validasipakar).

Teknik Analisis DataPengelolaan data hasil penelitian

menggunakan dua teknik statistik, yaitustatistik deskriptif dan inferensial.1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakanuntuk mendeskripsikan skor hasil belajarkimia pada kelas yang diajar dengan modelpembelajaran Jigsaw dan kelas yang diajardengan model pembelajaran langsung.Analisis ini meliputi skor tertinggi, skorterendah, rata-rata dan standar deviasi :a. Kesadaran metakognisi

Untuk mengetahui nilai kesadaranmetakognisi yang diperoleh siswa makadigunakan rumus sebagai berikut

Skor = x 100%

Pedoman pengkategorian kesadaranmetakognisi yang digunakan dalampenilitian menurut Laurens (dalamGhazali: 2011) dinyatakan dalamTabel.3.

Tabel. 3Pedoman Pengkategorian Metakognisi

b. Data Hasil Belajar SiswaUntuk mengetahui nilai yang diperolehsiswa maka skor diubah ke nilai denganmenggunakan rumus:

Skor yang diperoleh siswaNilai = —————————— X 100

Skor maksimum

(Arikunto, 2009: 236)

Tabel. 4Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar

Sumber:SMA Negeri 7 Bulukumba2. Analisis Statistika Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakanuntuk menguji hipotesis penelitian.Sebelum melakukan analisis statistikinferensial, maka sebagai uji prasyaratdilakukan uji normalitas dan ujihomogenitas dengan menggunakan SPSS17.0.a. Uji analisis prasyarat

1) Uji normalitas.2) Uji Homogenetas

b. Uji Hipotesis1) Uji hipotesis 1

H0 : µJS = µLH1:µJS≠µL

2) Uji hipotesis 2H0 : µJST = µLT

H1 : µJST≠ µLT

3) Uji Hipotesis 3H0 : µ JSR = µLR

H1 : µ JSR≠ µ LR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Hasil PenelitianHasil analisis deskriptif untuk nilai pretestdanposttestsiswa kelas XI IPA SMA Negeri 7Bulukumba untuk kedua kelas yang diajardengan model pembelajaran Jigsaw dan modelpembelajaran langsung terlihat pada Tabel.5berikut ini :

Tabel. 5Analisis Deskriptif Pretest dan Posstest

Pada Tabel.5untuk nilai pretestterlihatbahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa yangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw (27,68) lebih besardibandingkan dengan kelas yang diajar dengan

Nilai Skor Kategori

0 – 71 Rendah72 – 100 Tinggi

Tingkat Penguasaan Kriteria

72 – 100Tuntas

0 – 71Tidak Tuntas

Page 46: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran

Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada Pembelajaran Kimia di SMA Neg. 7 Bulukumba Hasnih 237

menggunakan model pembelajaran langsung(25,71). Nilai tertinggi dan terendah pada datapretest untuk kedua kelas sama yaitu 50,00dan 6,25 dengan jangkauan 43,75. Pada kelasyang diajar dengan model pembelajaranJigsaw mempunyai nilai varians yang lebihbesar (106,50) dari kelas yang diajar denganmenggunakan model pembelajaran langsung(105,17) hal ini menunjukkan bahwa datapretest kelas yang diajar dengan modelpembelajaran Jigsaw lebih bervariasidibandingkan dengan kelas yang diajar denganmenggunakan model pembelajaran langsung.

Pada data posttestterlihat bahwa nilairata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPA SMANegeri 7Bulukumba pada materi pokoklarutan penyanggamempunyai hasil belajaryang lebih tinggiyang diajar dengan modelpembelajaran Jigsaw dibandingkan dengankelas yang menggunakan model pembelajaranlangsung. Ini terlihat dari nilai rata-rata untukkelas yang diajar dengan model pembelajaranJigsaw64,46 sedangkan untuk kelas yangdiajar dengan model pembelajaranlangsung58,03.

Nilai tertinggi dan terendah pada dataposttestuntuk kelas yang diajar dengan modelpembelajaran Jigsawdengan modelpembelajaran langsungsama yaitu 93,75 dan31,25 dengan jangkauan 62,50. Nilai variansyang lebih besar adalah pada kelas yangmenggunakan model pembelajaran langsungyaitu 348,28, hal ini menunjukkan data hasilbelajar kelas yang diajar dengan modelpembelajaran langsung lebih bervariasidibandingkan dengan kelas yang menggunakanmodel pembelajaran Jigsaw.

Skor rata-rata dikelompokkan dalam duakategori menurut kriteria ketuntasan yangdigunakan di SMA Negeri 7 Bulukumbasehingga diperoleh distribusi ketuntasan hasilbelajar seperti yang telihat pada Tabel. 6dibawah ini :

Tabel..6Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Si

swa

Untuk lebih jelasnya, data ketuntasan hasilbelajar siswa pada kelas yang menggunakanmodel pembelajaran Jigsaw dan kelas yangmenggunakan model pembelajaran langsungdapat dilihat pada Gambar. 2

Gambar. 2Diagram Batang Distribusi Persentase

Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Skor rata-rata hasil belajar siswa dankesadaran metakognisi dapat dilihat padaTabel.7 sebagai berikut:

Tabel.7Deskripsi Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa

dan Kesadaran Metakognisi

Berdasarkan Tabel.7 rata-rata hasilbelajar dengan kesadaran metakognisi tinggiyang diajar dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajardengan model pembelajaran langsung masing-masing 64,79 dan 60,87. Rata-rata hasil belajardengan kesadaran metakognisi rendahyangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw dan siswa yang diajardengan model pembelajaran langsung masing-masing 62,50 dan 48,43.

Untuk lebih jelasnya, rata-rata hasilbelajar siswa dan kesadaran metakognisi dapatdilihat pada Gambar.3

Gambar. 3Diagram Batang skor rata-rata hasil belajar

siswa dan kesadaran metakognisi

Page 47: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

238 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Dalam hubungannya dengan 3 kategori,yaitu pengetahuan tentang variabel-variabelpersonal, variabel tugas, dan variabel-variabelsrtategi, maka persentase siswa yang mencapaitiap kategori tersebut di atas dituangkan kedalam Tabel. 8

Tabel. 8Kategori Kesadaran Metakognisi pada Pretestkelas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dan kelas Pembelajaran Langsung

Kategori

Pembelajaran

Jigsaw

% pretest

PembelajaranLangsung

% pretest

Pengetahuan Strategi

79,73 78,60

PengetahuanMetakognitif

75,42 75,61

Pengetahuan terhadapDiri Sendiri

80,05 80,16

Untuk lebih jelasnya kategori kesadaranmetakognisi pada pretest kelas yangmenggunakan model pembelajaran kooperatiftipe Jigsaw dan kelas yang menggunakanmodel pembelajaran Langsung dapat dilihatpada Gambar. 4

Gambar..4

Diagram Batang Kategori KesadaranMetakognisi pada Pretest Kelas ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw DanKelas Model Pembelajaran Langsung.

Uji Prasyarat Analisisa) Uji Normalitasb) Uji Homogenitasc) Uji hipotesis

Pembahasan

Perbedaan hasil belajar antara siswa yangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran Jigsaw dengan siswa yangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran Langsung

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdiuraikan sebelumya, maka dapat disimpulkanbahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajarantara siswa yang diajar dengan menggunakanmodel pembelajaran Jigsaw dengan siswa yangdiajar dengan menggunakan modelpembelajaran Langsung. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian Hizbul (2011) yangmenyatakan bahwa prestasi belajar siswa yangmenggunakan model pembelajaranTGT(Teams Games Tournament) lebih tinggidibandingkan dengan siswa yangmenggunakan model pembelajaran Jigsaw.

Perbedaan hasil belajar siswa yang kesadaranmetakognisi tinggi yang diajar dengan modelpembelajaran Jigsaw dengan modelpembelajaran Langsung

Dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas yang menggambarkan bahwa secaraumum tidak terdapat perbedaan hasil belajarsiswa yang kesadaran metakognisi tinggi yangdiajar dengan model pembelajaran Jigsawdengan model pembelajaran Langsung. Hal inididuga karena (a) kesadaran metakognisisiswa tidak berubah secara langsung hanyakarena pemberian model pembelajaran yangberbeda dalam waktu singkat (b) siswaterburu-buru menyelesaikan pengisian angketkarena sesuatu dan lain hal.

Perbedaan hasil belajar siswa yang kesadaranmetakognisi rendah yang diajar dengan modelpembelajaran Jigsaw dengan modelpembelajaran Langsung

Dari hasil penelitian di atas dapatdisimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hasilbelajar siswa yang kesadaran metakognisirendah yang diajar dengan model pembelajaranJigsaw dengan model pembelajaran Langsung.Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian Susanna (2011) yang menyatakanbahwa model pembelajaran metakognitif tidakberpengaruh terhadap kesadaran metakognitif.Siswa yang memiliki metakognisi yang bagusmemperlihatkan keberhasilan akademik yangbagus pula dibandingkan dengan siswa yangmemiliki metakognisi yang kurang bagus..

Page 48: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Studi Perbandingan Hasil Belajar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Model Pembelajaran

Langsung Ditinjau Dari Kesadaran Metakognisi Pada Pembelajaran Kimia di SMA Neg. 7 Bulukumba Hasnih 239

PENUTUP

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :1. Tidak ada perbedaan hasil belajar, antara

siswa yang diajar dengan menggunakanmodel pembelajaran Jigsaw dengan siswayang diajar dengan model pembelajaranLangsung siswa kelasXI IPA SMA Negeri 7Bulukumba pada materi pokok larutanpenyangga.

2. Tidak ada perbedaan hasil belajar siswayang kesadaran metakognisi tinggi yangdiajar dengan model pembelajaran Jigsawdengan model pembelajaran Langsungsiswa kelasXI IPA SMA Negeri 7Bulukumba pada materi pokok larutanpenyangga.

3. Tidak ada perbedaan hasil belajar siswayang kesadaran metakognisi rendah yangdiajar dengan model pembelajaran Jigsawdengan model pembelajaran Langsungsiswa kelasXI IPA SMA Negeri 7Bulukumba pada materi pokok larutanpenyangga.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, maka

saran yang dapat dikemukakan oleh peneltiadalah :1. Diharapkan guru bidang studi lebih keatif

dalam memilih model pembelajaran yangsesuai untuk materi tertentu agar siswa lebihaktif dalam pembelajaran.

2. Dalam proses pembelajaran sebaiknya gurumemperhatikan kesadaran metakognisisiswa sehingga siswa mampu mengontroldan mengatur dirinya dalam belajar yangtentunya akan meningkatkan hasilbelajarnya.

3. Sebaiknya peneliti lain lebih mengkaji lebihdalam lagi tentang model pembelajaranJigsaw.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. 2001. Classroom Instruction andManagement. New York: Mc Graw-Hill companies,Inc

Arpin. 2012. Pengaruh Model PembelajaranPeer Mediated Instruction andIntervention Tipe Class Wide PeerTutoring terhadap keterampilanMetakognisi dan Hasil belajar.Pascasarjana: UNM.

Azizah, Nur. 2013. Pengaruh MetodePembelajaran Jigsaw terhadap Hasil

Belajar Mata Pelajaran DasarKompetensi Kejuruan di SMKWongsorejo Gombong. JurnalPenelitian. Universitas NegeriYogyakarta: Yogyakarta.

Dahar, R. W. 2006. Teori-teori Belajar danPembelajaran. Jakarta: Erlangga

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Eggen, P. 2012. Strategi dan ModelPembelajaran, Mengajarkan Kontendan Keterampilan Berpikir. Jakarta:Indeks

Fitriana Eka, H. 2013. Pengaruh ModelPembelajaran dan KesadaranMetakognitif terhadap Hasil BelajarSiswa. Pascasarjana: UNM

Ghazali, Hasnida. 2011. KesadaranMetakognisi dan PemahamanKonsepdalam PenyelesaianMatematika. Kelantan : UniversityTeknologi Mala Kelantan.

Hamka B, Uno. 2012. Model PembelajaranCiptakan Proses Belajar Mengajaryang Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara.

Husamah, Setyaningrum, Y. 2013. DesainPembelajaran BerbasisPencapaianKompetensi. Jakarta:Prestasi Pustaka Karya.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif.University Press.Pusat Sains danMatematika Sekolah ProgramPascasarjana Unesa.

Iskandar. 2009a. Psikologi Pendidikan.Jakarta: Gaung Persada Press.

______ 2009b. Metodologi PenelitianPendidikan dan Sosial. Jakarta:Gaung Persada Press.

Kemdikbud. 2013. Petunjuk Teknis PenyusunanPerangkat Kelengkapan DokumenKurikulum 2013 di Sekolah MenengahAtas/ Madrasyah Aliyah. KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Komalasari, Kokom. 2013. PembelajaranKontekstual. Bandung: ReplikaAditama

Maryam, R. 2013. Pengaruh ModelPembelajaran dan KesadaranMetakognisi terhadap Hasil belajarKognitif (Studi pada mata pelajaranKimia kelasXI IPA SMA Negeri 1

Page 49: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

240 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Segeri), Tesis: Program PascasarjanaUNM

Ningsih Sri Rahayu, dkk. 2007. Sains Kimia 2.Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurul, M. 2012. Perbandingan KesadaranMetakognisi, KeterampilanMetakognisi dan Penguasaan Konsepyang diajar dengan MenggunakanModel Pembelajaran Kooperatif GIdengan Model Pembelajaran ProblemBased Instruction. Tesis: ProgramPascasarjana UNM.

Permana, I. 2009. Kimia SMA kelas XIProgram IPA. Jakarta: PusatPerbukuan Depdiknas.

Pustekkom. 2003. Komponen LaritanPenyangga12. (https://www.google.co.id.searchFlovekimia.xp3.Fkomponen-lp-12.jpg diakses 30 Juni2014).

Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Rohima, Evi. 2012. Media PembelajaranBerbasis Web Made(https://www.google.co.id.search.Media+Pembelajaran+Kimia+Berbasis+Web+Made+by+Evi+Rohimah+%C2%A9+2012diakses 30 Juni 2014).

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Bandung:Tarsito.

Slavin R E. 2005. Cooperatif Learning Teori,Riset dan Praktek, Bandung: NusaMedia.

Suharsimi, A. 2009. Manajemen Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi, A. 2013. Dasar-dasar EvaluasiPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil ProsesBelajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Susanna. 2011 Pengaruh Model PembelajaranMetakognitifTerhadap KesadaranMetakognitif, KeterampilanMetakognitif dan Hasil BelajarKognitif Siswa SMAN I Palopo. Tesis.Makassar: UNM.

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian.Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Tiro, M. A. 2008. Dasar-Dasar Statistika.Makassar: Andira Publisher.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu.Jakarta: Bumi Aksara

Trianto. 2011. Mendesain Model PembelajaranInovati-Progressif. Jakarta: Kencana

Taniredja, dkk. 2012. Model-ModelPembelajaran Inovatif. Bandung:Alfabeta.

Utami, B. 2009. Kimia SMA kelas XI ProgramIPA. Jakarta: Pusat perbukuanDepdiknas.

Wathan, M. H. 2011. PengaruhPenggunaanModel Pembelajaran Tipe Jigsaw danTipe TGT(Teams Games Tournament)terhadap Prestasi Belajar Siswa diMTS NW Suradadi Tahun Ajaran2010/2011. Skripsi. STKIP HamzanWadi: Selon. (http://Powered by WordPress.com Pebruari 15, 2011 diakses30 Juni 2014).

Widoyoko, E. P. 2012. Teknik PenyusunanInstrumen Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Zasliah. 2013. Pengaruh StrategiPembelajaran Ber-LKS InduktifTerhadap Kesadaran Metakognitifdan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPAMANMalakaji Gowa(Studi padaMateri Pokok Sistem Koloid).Pascasarjana: UNM.

Page 50: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri

Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar 241

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS INQUIRITERBIMBING SETTING KOOPERATIF TIPE STAD

Yusrawita Bahar *)

Program Pasca Sarjana UNM Jurusan Pendidikan Biologi, Universitas Negeri MakassarEmail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental research) yang bertujuan untukmengetahui proses dan produk pengembangan perangkat pembelajaran berbasis inquiri terbimingsetting kooperatif tipe STAD.

Proses pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model 4-D yang meliputi 4 tahap,yaitu: (a) tahap pendefinisian (define)., (b) tahap perancangan (design), (c) tahap pengembangan(develop)., dan (d) tahap penyebaran (disseminate). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkandata adalah teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes meliputi: (a) pengamatan dan penilaianlangsung terhadap rancangan perangkat pembelajaran; (b) pengamatan langsung terhadap aktualitaspengelolaan proses pembelajaran, keterlaksanaan perangkat pembelajaran, dan aktivitas siswa; (c)pemberian quesioner kepada responden (siswa ); dan (d) dokumentasi sumber-sumber belajar. Tekniktes yaitu memberikan tes kepada siswa untuk mengukur penguasaan materi sistem saraf manusia.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran berbasis inquiri terbimbingsetting model pembelajaran kooperatif tipe STAD valid, (2) perangkat pembelajaran berbasis inquiriterbimbing setting model pembelajaran kooperatif praktis, tetapi masih terdapat hal yang perludiperhatikan untuk meningkatkan kepraktisan perangkat pembelajaran tersebut, dan (3) perangkatpembelajaran berbasis inquiri terbimbing setting model pembelajaran kooperatif tipe STAD sudahefektif karena telah memenuhi 4 indikator keefektifan, yaitu:Aktivitas siswa dalam pembelajaranberada pada batas interval waktu toleransi, kemampuan guru mengelola pembelajaran berada padakategori sangat baik, respon siswa berada pada kategori positif, ketuntasan klasikal tes hasil belajartelah tercapai dengan nilai rata-rata berada pada kategori tinggi.

Kata Kunci: Inquiri terbimbing, pembelajaran kelompok

Abstract *)

This research is an development (developmental research) which the objective is to find out theproccess and product development of biology learning instrument base guided inquiry of cooverativelearning model setting of STAD type on human nerve system material.

The process of this instrument used the 4-D model wich consisted of four phases : (a) define, (b)design, (c) develop, and (d) disseminate. To collect t he data, the researcher used anon-test and testtechnique. Non test technique incluiding : (a) a direct observation and assessment to the learninginstrument design; (b) direct observation to the actuality of learning process management,inplementation of learning instrument, and student’s activities; (c) questionnarie distribution to thestudents; and (d) documentation of learning resources. Test technique is by giving a test to thestudents to measure their mastery on human nerve system material.

The result shows that: (1) the instrument is already valid; (2) it is already practical, even thoughthere are several things to be noticed to improve the practical of the instrument; and (3) it is alreadyeffective since the instrument had already meet the four indicator of effective, those are, studentsactivities on learning are on the interval of tolerance time, teacher’s ability to manage the teaching ison the very good category, student’s response is on the positive category, the classical completeness oflearning result test had achieved by the mean score on high category.

Keywords: guided inquiry, cooverative learning

Page 51: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

242 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

PENDAHULUAN

Masalah yang dihadapi dalam duniapendidikan kita saat ini adalah rendahnya mutupembelajaran. Proses pembelajaran yangdilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat inicenderung pada pencapaian target materikurikulum, lebih mementingkan padapenghafalan konsep bukan pada pemahaman.Dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran didalam kelas yang selalu didominasi oleh guru.Dalam menyampaikan materi pelajaran, gurumenggunakan metode ceramah. Siswa hanyaduduk, mencatat, dan mendengarkan apa yangdisampaikan guru dan sedikit peluang bagisiswa untuk bertanya. Dengan demikian,suasana pembelajaran menjadi tidak kondusifsehingga siswa menjadi pasif.

Suatu inovasi yang menarik dalammeningkatkan mutu pembelajaran adalahdengan menerapkan metode dan modelpembelajaran yang tepat. Pemilihan suatumetode dan model pembelajaran harusdisesuaikan dengan tujuan pembelajaran dansifat materi yang akan menjadi obyekpembelajaran.

Pembelajaran inkuiri terbimbing settingmodel pembelajaran kooperatif tipe STADmerupakan metode yang dianggap cukupefektif dalam proses pembelajaran biologi.Melalui pembelajaran inkuiri (penemuan)aktivitas dan motivasi siswa untuk belajarbiologi akan meningkat karena siswa dapatmenemukan konsep-konsep dan prinsip-prisipdengan menggunakan proses mentalnyasendiri yang dilakukan secara kooperatifsehingga pengetahuan dibangun dalam pikiransiswa. Menurut Jufri (2012) bahwapembelajaran berbasis inquiry merupakansalah satu metode pembelajaran yang berperanpenting dalam membangun paradigmapembelajaran kontruktivisme yangmenekankan keaktifan belajar peserta didik.

Strategi pembelajaran inkuiri berartisuatu rangkaian kegiatan belajar yangmelibatkan secara maksimal seluruh kemampuansiswa untuk mencari dan menyelidiki secaramatematis, kritis, logis, dan analitis sehinggamereka dapat merumuskan sendiri penemuannyadengan penuh percaya diri. Sasaran utamakegiatan pembelajaran inkuiri ini adalah (1)keterlibatan siswa secara maksimal dalam proseskegiatan belajar; (2) keterarahan siswa secaramaksimal dalam kegiatan belajar; (3)mengembangkan sikap percaya pada diri siswatentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri(Trianto, 2007).

Pelaksanaan proses pembelajaranberbasis inkuiri terbimbing setting kooperatiftipe STAD harus didukung oleh perangkatpembelajaran yang sesuai . Dimaksudkan agarproses pembelajaran berhasil secara maksimal,karena perangkat pembelajaran memberikankemudahan dan dapat membantu guru dalammempersiapkan dan melaksanakan kegiatanbelajar mengajar di kelas. Perangkatpembelajaran tersebut meliputi rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa(BS), lembar kegiatan siswa (LKS), dan teshasil belajar (THB).

Mengembangkan perangkatpembelajaran dibutuhkan suatu modelpengembangan perangkat. Salah satu Modelpengembangan perangkat pembelajaran adalahmodel pengembangan Thiagarajan (4-D) yangdikemukakan oleh S. Thiagarajan, Dorothy S.Semmel dan Melvyn. Model pengembanganThiagarajan (4-D) terdiri dari 4 tahap yaitu :(1) tahap pendefenisian (define), (2) tahapperancangan (design) , (3) tahappengembangan (develop), (4) tahappenyebaran (disseminate).

Berdasarkan uraian diatas, maka perludilakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat PembelajaranBiologi Berbasis Inquiri Terbimbing SettingKooperatif Tipe STAD”.

Tujuan yang ingin dicapai dalampenelitian ini adalah Untuk mengetahui prosesdan produk pengembangan perangkatpembelajaran biologi berbasis inkuiriterbimbing setting model pembelajarankooperatif tipe STAD.

Metode Penelitianpenelitian ini merupakan penelitian

pengembangan perangkat pembelajaran, untukmenghasilkan produk Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP), Buku Siswa (BS),Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes HasilBelajar (THB).

Uji coba hasil pengembanganperangkat pembelajaran dilaksanakan di MTs.Negeri Bontotanga Kabupaten Bulukumbasemester genap tahun pelajaran 2013/2014dengan subjek penelitian adalah siswa kelasIX.

Untuk mendapatkan informasi datapenelitian, teknik yang digunakan untukmengumpulkan data adalah teknik non tes danteknik tes. Teknik non tes meliputi: (a)pengamatan dan penilaian langsung terhadaprancangan perangkat pembelajaran; (b)pengamatan langsung terhadap aktualitaspengelolaan proses pembelajaran,keterlaksanaan perangkat pembelajaran, danaktivitas siswa; (c) pemberian quesioner

Page 52: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri

Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar 243

kepada responden (siswa ); dan (d)dokumentasi sumber-sumber belajar. Tekniktes yaitu memberikan tes kepada siswa untukmengukur penguasaan materi sistem sarafmanusia.

Instrumen penelitian dikembangkanuntuk memperoleh informasi tentang semuakomponen kualitas produk pengembangan.Komponen-komponen itu adalah kevalidan,kepraktisan, dan keefektifan. Untukmendapatkan data penelitian yang valid,praktis, dan efektif maka semua instrumenpenelitian divalidasi oleh validator ahli. Hal inidimaksudkan agar instrumen dapatmemberikan informasi dan mengukur yangsebenarnya harus diukur. Dengan demikianinstrumen yang perlu mendapat validasi ahliadalah: (a) lembar validasi perangkatpembelajaran inquiri terbimbing berbasismodel kooperatif tipe STAD (b) lembarobservasi keterlaksanaan perangkatpembelajaran inquiri terbimbing berbasismodel kooperatif tipe STAD, (c) lembarobservasi pengelolaan pembelajaran inquiriterbimbing berbasis model kooperatif tipeSTAD, (d) lembar observasi aktivitas siswa,(e) lembar respon siswa, (f) Tes hasil belajar.

Prosedur pengembangan perangkatpembelajaran yang digunakan dalam penelitianini adalah pengembangan model 4-D yangdikembangkan oleh Thiagarajan, Semmel, danSemmel Adapun prosedur pelaksanaanpenelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Bagan model pengembangan perangkat

pembelajaran 4-D(Sumber: Trianto, 2009)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil tahap pendefinisian (define)

a. Hasil analisis awal akhirBerdasarkan hasil pantauan dan

pengamatan terhadap kondisi pembelajaranbiologi di MTs Negeri BontotangaKecamatan Bontotiro KabupatenBulukumba, diperoleh informasi : (1)Belum melakukan pengembangan perangkatpembelajaran dengan menggunakan metodedan model pembelajaran tertentu termasukperangkat pembelajaran berbasis inkuiriterbimbing setting model pembelajarankooperatif STAD. (2) Terdapatketidaksinkronan antara buku pegangansiswa dengan LKS yang digunakan karenabuku siswa yang digunakan ditulis danditerbitkan oleh penerbit tertentu, sementaraLKS sebagai perangkat pendukung untukaktivitas belajar siswa ditulis danditerbitkan oleh penertbit yang berbeda. (3)Terdapat ketidaksinkronan antara perangkatpembelajaran dengan metode dan modelpembelajaran yang diterapkan.

Pengemasan

Penyebaran & Pengadopsian

Rancangan Awal

Penyusunan Tes

Pemilihan Media

Pemilihan Format

Validasi Ahli

Uji Pengembangan

Uji Validasi

Spesifikasi Tujuan

Analisis Tugas Akhir Analisis Konsep Akhir

Analisis Awal-Akhir

Analisis Siswa

Pendefinisian

Perancangan

Pengem

banganP

enyebaran

Page 53: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

244 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Perangkat pembelajaran semestinyamenjadi suatu kesatuan yang digunakanuntuk mencapai tujuan pembelajaran. (4)Penyajian materi oleh guru dalam prosespembelajaran terpaku pada struktur isi bukupaket dengan pembelajaran yang lebihdidominasi oleh guru, sehinggapembelajaran biologi di kelas terkesanmonoton dan siswa bersifat kurang aktif. (5)Proses pembelajaran yang dialami olehsiswa kurang bermakna karen siswa kurangdalam menemukan dan mengkonstruksipengetahuannya.

b. Hasil analisis siswaPada analisis siswa ditelaah

perkembangan kognitif siswa, kemampuanakademis, latar belakang pengetahuansiswa, latar belakang sosial budaya danbahasa yang digunakan. Siswa rata-rataberusia antara 13 – 14 tahun. Jika dikaitkandengan perkembangan kognitif Piagetmenurut Jufri (2013), maka siswa beradapada tahap operasi formal yaitu seoranganak sudah dapat mengembangkankemampuan berpikir yang bersifat abstrak.Berdasarkan perkembangan kognitif siswaini dijadikan pertimbangan dalammenyusun materi pembelajaran. Materipembelajaran dimulai dari masalah-masalah yang konkret dan dilanjutkan kearah yang lebih abstrak sehingga membantuproses pemahaman siswa.

c. Hasil analisis materiMateri pelajaran dalam penelitian ini

adalah materi sistem saraf pada manusiaberada pada standar kompotensi memahamiberbagai sistem dalam kehidupan manusiadan kompotensi dasar mendeskrepsikansistem koordinasi dan alat indra padamanusia dan hubungannya dengankesehatan. Garis-garis besar materi adalah :(1) komponen penyusun sistem saraf, (2)bagian-bagian sel saraf, (3) macam-macamsel saraf berdasarkan fungsinya, (4) macam-macam sel saraf berdasarkan strukturnya,(5) bagian-bagian otak dan fungsinya, (6)sistem saraf pusat, (7) sistem saraf tepi, (8)gerak biasa dan gerak refleks.

d. Hasil analisis tugasHasil analisis tugas atau indikator

materi sistem saraf pada manusia adalahsebagai berikut : (1) menyebutkankomponen penyusun sisten saraf, (2)menjelaskan bagian-bagian , macam-macam, fungsi dan mekanisme kerja dari sel

saraf, (3) menentukan bagian-bagian otakdan fungsinya, (4) membedakan sistemsaraf pusat, (5) mengidentifikasi fungsisaraf tepi, (6) memahami mekanisme gerakrepleks, (7) memahami mekanisme gerakbiasa, (8) mengetahui perbedaan gerakrepleks dan gerak biasa.

e. Hasil analisis spesifikasi tujuanpembelajaran

Analisis tujuan pembelajarandimaksudkan untuk merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran berdasarkan analisismateri dan analisis tugas. Tujuanpembelajaran ini dinyatakan dalam bentuktingkah laku, selanjutnya menjadi dasaruntuk penyusunan tes dan merancangperangkat pembelajaran.

Hasil analisis spesifikasi tujuanpembelajaran adalah : (1) Menyebutkaninpuls, reseptor, penghantar inpuls, pusatsaraf, efektor, (2) mengidentifikasikanstruktur dan fungsi dendrit, badan sel,akson, selubung mielin, dan nodus ranvier,(3) membedakan sel saraf unipolar, bipolar,dan multipolar, (4) membedakan antara selsaraf sensorik, sel saraf motorik, dan selsaraf penghubung, (5) menjelaskanmekanisme kerja sel saraf, (6) menentukanletak dan fungsi otak besar, otak kecil,sumsung lanjutan, sumsung tulangbelakang, (7) membedakan sistem sarafkranial dan spinal, (8) mengidentifikasifungsi saraf simpatik dan parasimpatik, (9)memahami mekanisme gerak refleks, (10)memahami mekanisme gerak biasa, (11)mengetahui perbedaan gerak refleks dangerak biasa.

Hasil tahap perancangan (design)Hasil dari masing-masing kegiatan pada tahapperancangan ini sebagai berikut :a. Penyusunan tes

Penyusunan tes didasarkan padaanalisis materi dan analisis tugas yangdijabarkan dalam indikator pencapaian. Tesyang dimaksud adalah tes hasil belajarmateri sistem saraf pada manusia. Untukmerancang tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisi tes hasil belajar yang disusunberdasarkan hasil analisis spesifikasi tujuanpembelajaran. Tes yang dikembangkandalam penelitian ini berupa tes produk. Teshasil belajar yang dikembangkan berbentukpilihan ganda dengan jumlah soal sebanyak25 butir soal.

Page 54: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri

Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar 245

b. Hasil pemilihan mediaPemilihan media dilakukan untuk

menentukan media yang tepat dalampenyajian materi pelajaran. Prosespemilihan media disesuaikan dengananalisis materi, analisis tugas, dankarakteristik siswa. Media yang dipilihuntuk pembelajaran sesuai dengan materisistem saraf pada manusia adalah: (1) spidol, (2) model otak (3) gambar sel saraf, (4)LKS, (5) buku siswa, (6) lap top, (7) esbatu, dan (8) palu karet.

c. Hasil pemilihan formatPemilihan format adalah menentukan

format isi perangkat pembelajaran. Untukitu dipilih format yang sesuai denganprinsip, karakteristik, dan langkah-langkahpembelajaran berbasis inquiri terbimbingsetting model pembelajaran kooperatif tipeSTAD. Format tersebut kemudiandigunakan pada Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP), Lembar KegiatanSiswa (LKS), Buku siswa, dan Tes HasilBelajar.

Hasil tahap pengembangan(develop)

Tahap pengembangan(develop) bertujuan untukmenghasilkan perangkat pembelajaranyang telah direvisi berdasarkanmasukan para ahli dan praktisi sertadata yang diperoleh dari ujicoba.Kegiatan yang dilakukan pada tahapini adalah: validasi ahli dan praktisi,simulasi, dan uji coba dikelas yangmenjadi subyek penelitian. Hasil darisetiap kegiatan pada tahappengembangan ini diuraikan sebagaiberikut :

ValidasieHasil Validasi Ahli Terhadap

Perangkat Pemblajaran dan InstrumenPenelitian

Data hasil penilaian ahli terhadapRPP, LKS, Buku Siswa, Tes HasilBelajar, dan instrumen penelitiandisajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.Deskripsi hasil penilaian ahli terhadap

perangkat pembelajaran daninstrumen penelitian

Perangkat Indikator Penilaian KategoriRPP 1. Format

2. Isi3. Bahasa4. Manfaat5. Waktu

3,93,43,33,53,0

SangatValidValidValid

SangatValidValid

Rata-rata 3,4 ValidPercentage of Agreemant 0,84 ReliabelBukuSiswa

1. Format2. Isi3. Bahasa4. Manfaat

3,23,43,33,0

ValidValidValidValid

Rata-rata 3,2 ValidPercentage of Agreemant 0,77 ReliabelLKS 1. Format

2. Isi3. Bahasa4. Ilustrasi

dan tataletakgambar

5. Waktu6. Manfaa

t/kegunaan

3,53,63,53,7

3,03,7

SangatValid

SangatValid

SangatValid

SangatValid

ValidSangatValid

Rata-rata 3,5 SangatValid

Percentage of Agreemant 0,78 Reliabel

Perangkat Indikator Penilaian

Kategori

THB 1. Materi soal2. Konstruksi/format3. Bahasa4. Waktu

4,03,73,83,0

SVSVSVV

Rata-rata 3,6 SVPercentage Rata-rata penilaian ofAgreemant

0,92 Reliabel

Angket ResponSiswa

1. Aspek Petunjuk2. Aspek Bahasa3. Aspek Isi

4,04,03,4

Sangat ValidSangat ValidValid

Rata-rata 3,8 Sangat ValidPercentage of Agreemant 1,0 Reliabel

ObservasiAktivitas Siswa

DalamPembelajaran

1. Aspek Petunjuk2. Aspek Bahasa3. Aspek Isi

3,54,03,6

Sangat ValidSangat Valid

Sangat Valid

Rata-rata 3,5 Sangat ValidPercentage Rata-rata penilaian ofAgreemant

0,88 Reliabel

ObservasiAktivitas Guru

DalamPengelolaan

Pembelajaran

1. Aspek Petunjuk2. Aspek Bahasa3. Aspek Isi

3,83,63,3

Sangat validSangat Valid

Valid

Rata – rata 3,5 Sangat ValidPercentage Rata-rata penilaian ofAgreemant

0,90 Reliabel

PengamatanKeterlaksanaan

PerangkatPembelajaran

1. Aspek Petunjuk2. Bahasa3. Isi

44

3,4

Sangat ValidSangatValidValid

Rata – rata 3,7Percentage Rata-rata penilaian ofAgreemant

0,88 Reliabel

Page 55: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

246 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Tabel 1 menunjuukkan bahwa hasilvalidasi oleh 2 orang ahli dalam bidangpendidikan, menunjukkan bahwa keseluruhankomponen perangkat pembelajaran daninstrumen penelitian umumnya dinyatakanvalid dan reliabel. Berdasarkan kriteriakevalidan oleh Nurdin (2007) bahwa nilaikategori valid adalah valid,dan kriteria relialibilitas bahwa Instrumendinyatakan reliable jika nilai reliabilitasnya

Uji coba lapanganSetelah draft awal direvisi berdasarkan

hasil validasi maka hasil revisi tersebutkemudian diujicobakan dengan caramenggunakan perangkat pembelajaran tersebutdi sekolah tempat uji coba. Tujuan uji coba iniadalah untuk mendapatkan masukan dari siswadan pengamat. Hasil uji coba tersebutkemudian dianalisis. Hasil analisis tersebutselanjutnya dijadikan pertimbangan untukmelakukan revisi terhadap perangkatpembelajaran.

Analisis Data kepraktisan (keterlaksanaan)perangkat pembelajaran

Secara umum hasil uji coba kriteriakepraktisan telah terpenuhi, rata-rata hasilpengamatan oleh 2 orang pengamat M = 1,75yang berarti bahwa perangkat pembelajaransecara keseluruhan berada pada kategoriterlaksana seluruhnya. Berdasarkan analisiskepraktisan oleh Nurdin (2007) bahwa kriteriayang digunakan untuk memutuskan agarperangkat pembelajaran memiliki derajatketerlaksanaan yang memadai adalah nilaidan minimal berada dalam kategoriterlaksana sebagian (0,5 ≤ M < 1,5). Jika nilaiM berada di dalam kategori lainnya, makaperlu dilakukan revisi dengan melihat kembaliaspek-aspek yang nilainya kurang. Selanjutnyadilakukan kembali pengamatan terhadapketerlaksanaan perangkat hasil revisi, laludianalisis kembali. Demikian seterusnyasampai memenuhi nilai M minimal berada didalam kategori terlaksana sebagian.

Analisis realibilitas hasil pengamatanketerlaksanaan perangkat pembelajaran secarakeseluruhan adalah R = 0,77 yang berartibahwa reliabel (dapat dipercaya), berdasarkanNurdin (2007) bahwa Lembar keterlaksanaanperangkat pembelajaran dikatakan reliabel jikanilai reliabilitasnya

Secara umum perangkat pembelajarantelah memenuhi kriteria kepraktisan, namunjika ditinjau lebih jauh untuk masing-masing

komponen masih terdapat beberapa aspek yangperlu ditingkatkan pelaksanaannya, yakni: (1)Pada komponen sintaks. Pada kegiatan inti,fase 3 inquiri mengumpulkan data dan fase 4inquiri menganalisis data yaitu masih adasiswa yang belum terlibat dalammengumpulkan dan menganalisa data. (2)komponen sistem sosial, sebagian kecil siswakurang aktif terlibat dalam kelompokkooperatif melaksanakan kegiatan-kegiatanLKS dan diskusi kelas. (3) komponen prinsipreaksi, aspek yang belum terlaksana denganbaik adalah alokasi waktu pada pertemuanpertama dalam mengerjakan LKS dan dalampresentase hasil diskusi .

Faktor-faktor yang diindikasikan sebagaipenyebab tidak terlaksana secara menyeluruhaspek-aspek keterlaksanaan perangkatpembelajaran, antara lain: (1) guru masihkesulitan melakukan pengelolaan kelas denganbaik terutama dalam mengarahkan ataumembimbing siswa yang belum terbiasapembelajaran mandiri untuk menemukansendiri konsep dari materi yang dipelajari, (2)Siswa sebagian kurang percaya diri untuk aktifdalam menanggapi permasaalahan ataumemberikan pertanyaan pada diskusi kelas,hanya siswa tertentu saja yang aktif dalamdiskusi kelas, (3) Pelaksanaan presentase hasildiskusi kelompok, siswa terkadangmemberikan pertanyaan yang lebih luas, jauhdari inti permasaalahan sehingga intipembelajaran yang terdapat dalam indikatortidak fokus dibahas . Efek dari pembahasandalam diskusi kelas yang tidak fokus adalahdiskusi menjadi berkembang dan meyebabkanalokasi waktu yang tersedia tidak dapatterpenuhi.

Beberapa hal yang perlu diperbaiki atassaran-saran dari pengamat agar aspek-aspekketerlaksanaan perangkat pembelajaran dapatterlaksana secara kesuluruhan, yakni: (1) Gurusebaiknya memberikan penguatan kepadasiswa,serta mengarahkan dan membimbingsiswa agar mandiri dalam belajar sehinggamampu menemukan sendiri pemahamannyadengan mengerjakan LKS, (2) Guru perlumembatasi pertanyaan-pertanyaan yangmuncul dalam diskusi kelas, agar tidak keluardari indikator pembelajaran sehingga alokasiwaktu untuk presentase dapat terpenuhi, (3)Rasionalitas alokasi waktu dalam mengerjakanLKS maupun buku siswa perlu diperhatikan,agar waktu cukup dalam menerapkan inquiriterbimbing untuk memahami materi.

Guru perlu memberikan penguatan danmotivasi kepada siswa dalam belajarkooperatif, sejalan Isjoni (2012), bahwa

Page 56: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri

Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar 247

cooperatif learning merupakan modelpembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswauntuk melakukan kerjasama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi ataupengajaran oleh teman sebaya. Dalammelakukan proses belajar mengajar guru tidaklagi mendominasi sehingga siswa dituntutuntuk berbagi informasi dengan siswa yanglainnya dan saling belajar mengajar sesamamereka.

Alokasi waktu yang tidak cukup dalammengerjakan LKS dengan pembelajaran inquiriterbimbing setting model pembelajarankooperatif sesuai dengan yang dikemukakanoleh Sutawidjaja dan Afgani (2011) bahwadisamping terdapat beberapa keunggulan, modelinkuiri juga memuat beberapa kelemahan, antaralain sebagai berikut : (a) Memerlukan waktuyang cukup, (b) Tidak semua materi pelajaranmengandung masaalah, (c) Memerlukanperencanaan yang teratur dan matang, (d) Tidakefektif jika terdapat siswa yang pasif.

ANALISIS DATA KEEFEKTIFAN

Aktivitas Siswa dalam PembelajaranHasil analisis data aktivitas siswa

menunjukkan bahwa aspek ke-1, ke-2, ke-3,ke-4, ke-5, dan ke-7 pada setiap pertemuanberada pada rentang batas waktu toleransi,sedangkan aspek ke-6 dan aspek ke-8 padapertemuan ke-1 berada di luar batas toleransi.Hasil ini telah memenuhi syarat efektifitasyaitu 5 dari 8 kriteria batas toleransipencapaian waktu ideal yang digunakandipenuhi.

Secara umum syarat aktivitas siswa dalampembelajaran sudah terpenuhi, disebabkankarena pembelajaran berbasis inquiriterbimbing setting model pembelajarankooperatif tipe STAD memungkinkan siswauntuk melakukan aktivitas yang didominasioleh kerja kelompok dalam menemukan suatukonsep melalui pengamatan, kajian pustaka danmengerjakan LKS. Siswa tidak monoton dalamkegiatan pembelajaran dan berpusat padasiswa. Sejalan dengan Sutawidjaja dan Afgani(2011) bahwa ada beberapa hal yang menjadiciri utama strategi pembelajaran inkuiri.Pertama, strategi inkuiri menekankan kepadaaktivitas siswa secara maksimal untuk mencaridan menemukan, artinya pendekatan inkuirimenempatkan siswa sebagai subyek belajar.Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanyaberperan sebagai penerima pembelajaranmelalui penjelasan guru secara verbal, tetapimereka berperan untuk menemukan sendiri dari

materi pelajaran itu sendiri. Kedua, seluruhaktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untukmencari dan menemukan sendiri dari sesuatuyang dipertanyakan sehingga diharapakan dapatmenumbuhkan sifat percaya diri. Artinya,dalam pendekatan inkuiri menempatkan gurubukan sebagai sumber belajar, akan tetapisebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukanmelalui proses tanya jawab antara guru dansiswa sehingga kemampuan guru dalammenggunakan teknik bertanya merupakansyarat utama dalam melakukan inkuiri. Ketiga,Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaraninkuiri adalah mengembangkan kemampuanintelektual sebagai bagian dari proses mental,akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswatidak hanya dituntut agar menguasaipembelajaran, akan tetapi bagaimana merekadapat menggunakan potensi yang dimilikinya.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaranberbasis inquiri terbimbing setting modelpembelajaran kooperatif sejalan dengan yangdikemukakan Trianto (2007) bahwa strategipembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaiankegiatan belajar yang melibatkan secaramaksimal seluruh kemampuan siswa untukmencari dan menyelidiki secara matematis,kritis, logis, dan analitis sehingga mereka dapatmerumuskan sendiri penemuannya denganpenuh percaya diri. Sasaran utama kegiatanpembelajaran inkuiri ini adalah (1) keterlibatansiswa secara maksimal dalam proses kegiatanbelajar; (2) keterarahan siswa secara maksimaldalam kegiatan belajar; (3) mengembangkansikap percaya pada diri siswa tentang apa yangditemukan dalam proses inkuiri.

Aktivitas siswa pada pertemua pertamayang tidak tercapai yakni aspek ke- 6 (Aktifdalam memperhatikan, menanggapi danmemberikan pertanyaan pada diskusi kelas)dan aspek ke-8 (Kegiatan diluar tugas,misalnya tidak memperhatikan penjelasanguru, mengerjakan tugas mata pelajaran lain,dan aktivitas lain yang tidak berkaitan denganKMB). Faktor yang diindikasikan penyebabketidaktercapaian aktivitas siswa adalah: siswabelum terbiasa dengan pembelajaran aktifmenanggapi dan bertanya dalam diskusi kelas,sehingga untuk merubah kebiasaan siswa daribelajar passif menjadi belajar aktif khususnyadalam diskusi kelompok maka dibutuhkanpembiasaan. Hanya siswa tertentu saja(kemampuan akademik tinggi dan sedang )yang aktif dalam diskusi kelas. Dampak dariketidak aktifan siswa dalam diskusi kelasadalah ada siswa melakukan aktifitas laindiluar kegiatan pembelajaran.

Page 57: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

248 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Berdasarkan ketidaktercapaian aktivitaske-6 dan ke-8 pada pertemuan pertama, makadijadikan acuan dalam meningkatkan aktivitassiswa pada pertemuan selanjutnya sehinggaaktivitas siswa sudah efektif. Hal-hal yangdiupayakan dalam meningkatkan aktivitassiswa adalah : (1) guru memberikan motivasidan memantau perkembangan siswakhususnya siswa yang tidak aktif untukmembiasakan diri aktif dalam diskusi kelas, (2)memotivasi siswa yang berkemampuanakademik tinggi agar membimbing temankelompoknya yang berkemampuan akademikrendah untuk aktif terlibat dalam diskusi kelas.Sebagaimana yang dikemukakan olehRokhmatika, et al (2012) bahwa kooperatifmemfasilitasi terjadinya komunikasi sosialantara siswa yang dengan kemampuanakademik berbeda melalui scaffolding (tutorialteman sebaya). Selanjutnya dikemukakanbahwa interaksi sosial dalam diskusi kelompokmampu mengkonstruksi pengetahuan siswa.Siswa akan lebih memahami suatu konsepmateri ketika berada di lingkungan temansebaya yang lebih pintar. Demikian puladengan pernyataan Riyanto ( 2007) bahwapembelajaran kooperatif merupakan salah satumodel pembelajaran kelompok yang memilikiaturan-aturan tertentu. Prinsip dasarmembelajaran kooperatif adalah siswamembentuk kelompok kecil dan salingmengajar sesamanya untuk mencapai tujuanbersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswapandai mengajar sesama siswa yang kurangpandai tanpa dirugikan. Siswa kurang pandaidapat belajar dalam suasana yangmenyenangkan karena banyak teman yangmembantu dan memotivasinya. Siswa yangsebelumnya terbiasa bersikap pasif setelahmenggunakan pembelajaran kooperatif akanikut berpartisipasi secara aktif agar bisaditerima oleh anggota kelompoknya :

1. Kemampuan Guru Mengelolapembelajaran

Secara umum, hasil analisa datakemampuan guru dalam mengelolapembelajaran berbasis inquiri terbimbingsetting model pembelajaran kooperatifdiperoleh nilai PB (pengelolaanpembeajaran) = 3,77 berada pada kategorisangat baik dengan koefisien realibilitas0,88. Berdasarkan syarat keefektifanperangkat pembelajaran , maka kemampuanguru mengelola pembelajaran dinyatakanefektif. Sebagaimana dinyatakan olehNurdin, (2007 : 156) bahwa Kriteriapembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari

kemampuan guru mengelola pembelajaran,bila setiap aspek berada pada tingkatkemampuan guru mengelola pembelajaranminimal baik (2,5 ≤ PB < 3,5 ).

Kemampuan guru mengelolapembelajaran telah dinyatakan dalamkategori sangat baik, tetapi jika ditinjaulebih jauh maka aspek antusias siswa lebihrendah dibanding dengan aspek yang lainmulai dari pertemuan pertama sampaipertemuan ketiga, berada pada kategoribaik. pembelajaran berbasis inquiriterbimbing setting model pembelajarankooperatif merupakan pembelajaran yangbaru bagi siswa sehingga masih ada siswayang belum antusias aktif melaksanakankegiatan pembelajaran. Demikian pulaaspek kegiatan sesuai dengan alokasi waktupada pertemuan pertama lebih rendah daripertemuan kedua dan ketiga, disebabkankarena penggunaan waktu dalampresentasi kelompok tidak sesuai denganwaktu yang telah direncanakan dalam RPP.

Upaya yang dapat dilakukan untukmeningkatkan pengelolaan pembelajaranyaitu : (1) perlunya pembiasaan bagi guruuntuk menciptakan suasana siswa aktifdalam pembelajaran serta pembiasaan bagisiswa untuk mengkonstruksi sendiripengetahuannya, (2) merevisi tehnikpresentase kelompok dengan memilih satukelompok penyaji dan 4 kelompok lainnyamenjadi kelompok penyangga.

2. Respon SiswaRespon siswa terhadap buku siswa,

LKS, proses pembelajaran, dan tes hasilbelajar berada dalam kategori positif yaituterdapat lebih dari 80 % siswa yangmemberi respon positif. Hasil respon siswaini telah memenuhi kriteria keefektifan,sebagaimana telah dikemukakan olehNurdin (2007) bahwa siswa telah meresponpositif perangkat pembelajaran yangdikembangkan yakni minimal 60% siswamemberi respon positif terhadap minimal80% jumlah aspek yang ditanyakansehingga jika didasarkan pada respon siswamaka efektif untuk digunakan.

Respon siswa yang positif terhadapkegiatan pembelajaran menandakan bahwasecara umum siswa menyukai perangkatpembelajaran yang dikembangkan. Artinyapembelajaran yang digunakan merupakanmodel pembelajaran yang membuat siswatertarik membaca buku siswa, bersemangatdan tertantang dalam menyelesaikan LKSdan tes hasil belajar, serta senang megikuti

Page 58: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis Inquiri

Terbimbing Setting Kooperatif Tipe Stad Yusrawita Bahar 249

pembelajaran karena memadukanpembelajaran inquiri terbimbing denganpembelajaran diskusi kelompok sehinggasiswa lebih bersemangat menyelesaikantugas-tugas kelompok.

3. Tes Hasil BelajarHasil belajar siswa secara

keseluruhan menunjukkan bahwa persentasesiswa yang memperoleh nilai minimaltinggi adalah 91,67 % dengan nilai rata-rata80,33 dan siswa yang telah tuntas belajaradalah 83,33%. Hasil belajar tersebut telahmemenuhi kriteria keefektifan sesuaidengan standar yang ditetapkan olehDepdiknas (2003) yaitu : Kriteriapembelajaran dikatakan efektif apabila : (1)85 % siswa memperoleh nilai tes hasilbelajar dengan kategori minimal tinggi,setelah mengikuti pembelajaran berbasisinkuiri terbimbing setting modelpembelajaran kooperatif, (2) Jika minimal85% siswa mencapai kriteria ketuntasanminimal, maka ketuntasan klasikal telahtercapai.

Pencapaian keefektifan hasil belajarkarena dengan pembelajaran biologiberbasis inquiri terbimbing setting modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dapatmemfasilitasi terjadinya prosespembelajaran yang mengembangkanketerampilan proses sains melalui diskusikelompok . Keterampilan proses yangberkembang dalam proses pembelajaranakan berindikasi pada pemahaman konsepmateri yang bermakna sehingga akanmeningkatkan hasil belajar. Sejalan denganpendapat Rokhmatika et al (2012), modelinquiri terbimbing dipadu dengan kooperatifberpengaruh nyata terhadap keterampilanproses sains biologi, memiliki rata-rataketerampilan proses sains yang lebih tinggijika dibandingkan dengan rata-rataketerampilan proses sains siswa yangbelajar dengan model konvensional.Demikian pula dengan yang dikemukakanoleh Isjoni (2012), dalam belajar kooperatifmeskipun mencakup beragam tujuan sosial,juga memperbaiki prestasi siswa. Beberapaahli berpendapat bahwa model ini ungguldalam membantu siswa memahami konsep-

konsep sulit. Para pengembang model initelah menunjukkan bahwa model strukturpenghargaan kooperatif telah dapatmeningkatkan nilai siswa pada belajarakademik dan perubahan norma yangberhubungan dengan hasil belajar.Disamping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil belajar,cooperatif learning dapat memberikankeuntungan, baik pada siswa kelompokbawah maupun kelompok atas yang bekerjabersama menyelesaikan tugas-tugasakademik.

KESIMPULAN

Berdasarkan pada analisis danpembahasan hasil penelitian yang telahdilakukan dapat disimpulkan bahwa (1)Rancangan Pelaksanaan pembelajaran, bukusiswa, Lembar Kegiatan Siswa, Tes HasilBelajar, dan instrume peelitian berada dalamkategori, (2) Praktis, karena berdasarkan hasilpengamatan keterlaksanaan pembelajaran olehobserver menyatakan bahwa perangkatpembelajaran terlaksana dengan baik pada saatuji coba, dan (3) efektif karena telah memenuhiempat kriteria keefektifan perangkatpembelajaran yang meliputi : aktivitas siswasudah sesuai dengan interval waktu toleransi ,Kemampuan guru mengelola pembelajaranberada pada kategori sangat baik, siswamemberikan respon positif terhadap perangkatpembelajaran dan keterlaksanaan kegiatanpembelajaran, dan tes hasil belajar siswa secaraklasikal telah mencapai kategori tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Isjoni. 2012. Cooverative Learning. Bandung.Alfabeth.

Jufri, A. Wahab. 2013. Belajar danPembelajaran Sains. Bandung :Pustaka Reka Cipta.

Nurdin. 2007. Model PembelajaranMatematika yang MenumbuhkanKemampuan Metakognitif UntukMenguasai Perangkat Pembelajaran.Disertasi. Tidak diterbitkan. Surabaya:PPs Universitas Negeri Surabaya.

Page 59: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

250 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Rokhmatika, S., Harita, dan Prayitno, B.A.2012. Pengaruh Model InquiriTerbimbing Dipadu Kooperatif Jigsawterhadap keterampilan Proses SainsDitinjau dari Kemampuan Akademik.Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 4.No 2.

Sutawidjaja, A. Dan Afgani, J.D,Pembelajaran Matematika. 2011.Jakarta, Universitas Terbuka.

Trianto. 2007. Model-Model PembelajaranInnovatif Berorientasi Kontruktivistik.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Trianto. 2009. Mendesain ModelPembelajaran Inovatif progressif.Jakarta. Prestasi Pustaka.

Page 60: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 251

PENDAHULUAN

Esensi dari demokrasi adalah partisipasipolitik. Partisipasi atau keterlibatan masyarakatdalam berpolitik merupakan ukuran demokrasisuatu negara. Pemilu atau pilkada merupakanperwujudan dari kedaulatan rakyat dalammemilih pemimpinnya. Partisipasi wargamenjadi penting karena demokrasi sejatinyadimaknai sebagai konsep “dari rakyat, olehrakyat dan untuk rakyat”, konsep demokrasidinilai sebagai instrumen bagi rakyat untukmeraih kesejahteraan.

Pasca reformasi 1998, pelaksanaandemokrasi menemukan momentumnya, setiapkontestasi pemilihan atau pergantiankepemimpinan di berbagai tingkatan, mulaidari tingkat pemilihan RT, kepala desa, sampaipada pemilu legislatif, bupati, gubernur danpresiden, semuanya dilakukan dengan carapemilihan langsung. Kandidat yangmendapatkan suara terbanyak sebagai

pemenang dan berhak menduduki jabatantersebut dalam periode tertentu.

Pada Desember 2015 yang lalu, rakyatIndonesia kembali disuguhkan sebuah pestademokrasi. Untuk pertama kalinya pemerintahmelaksanakan pemilihan kepala daerah danwakil kepala daerah (Pilkada) yangberlangsung serentak secara nasional di 8(delapan) provinsi untuk memilih gubernur danwakil gubernur, 36 kota untuk memilihwalikota dan wakil walikota, serta 224kabupaten untuk memilih bupati dan wakilbupati, totalnya ada 268 daerah melakukanpilkada pada hari tersebut. Di provinsiSulawesi Selatan terdapat 11 (sebelas)kabupaten yang menyelenggarakan pilkada,yaitu Selayar, Bulukumba, Gowa, Maros,Pangkep, Barru, Soppeng, Luwu Utara, LuwuTimur, Tana Toraja, dan Toraja Utara.

Untuk meningkatkan partisipasi pemilih,Presiden Joko Widodo pun menetapkan hari

PEMBATASAN KAMPANYE DAN RENDAHNYAPARTISIPASI PEMILIH PILKADA 2015

Andi Ayatullah Ahmad *)

Bagian Humas dan Protokoler Sekretariat DaerahKabupaten Bulukumba

Email: [email protected]

Abstrak

Kampanye dibatasi oleh KPU pada Pilkada serentak 2015. Kandidat tidak bebas memasang AlatPeraga Kampanye (APK) dan kampanye pun tidak semeriah pilkada sebelumnya. Partisipasi pemilihrendah secara nasional, hanya 64,2 persen dari target KPU 77,5 persen. Dengan demikian penelitianini berfokus pada bagaimana pembatasan kampanye memengaruhi rendahnya partisipasi pemilih diKabupaten Bulukumba, Pangkep dan Gowa. Hasil penelitian menunjukkan: APK tidak lagi efektifsebagai saluran kampanye untuk elektabilitas kandidat namun lebih berfungsi meningkatkanpopularitas menjelang pilkada dan APK yang rusak tidak digantikan oleh KPU. Faktor yangmemengaruhi rendahnya partisipasi pemilih selain karena pembatasan kampanye juga karenapenggelembungan Daftar Pemilih Tetap (DPT).

Kata Kunci: Pilkada, Kampanye, Partisipasi Pemilih.

Abstract *)

The campaigns were restricted by KPU in simultaneous elections in 2015. The candidates were notfree to install their Campaign Model Tools (APK) and the campaigns were not as vibrant as before.Voters participation were low nationally, only 64.2 % of 77.5% of KPU’s target. This study thereforefocused on how the campaign restrictions affecting the low voters’ participation in Bulukumba,Pangkep, and Gowa. The results showed that APK were no longer effective as the campaign media forcandidates’ electabilities but they were specifically functions as the media of increasing popularityand maintain candidates’ images toward election instead; and the damaged APK were not replacedby KPU. The low voters participation affected by the campaign restrictions and the number of voterslist (DPT) were intentionally inflated.

Keywords: Election, Campaign, Voters Participation.

Page 61: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

252 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

pencoblosan tanggal 9 Desember 2015 sebagaihari libur nasional di seluruh wilayahIndonesia, termasuk daerah yang tidakmenyelenggarakan Pilkada.

Partisipasi politik dapat diartikansebagai kegiatan- kegiatan sukarela dari wargamasyarakat melalui mana mereka mengambilbagian dalam proses pemilihan penguasa dansecara langsung atau tidak langsung dalamproses pembentukan kebijakan umum.

Secara umum pilkada serentak relatifberlangsung dengan demokratis, aman dandamai, bahkan Pilkada serentak ini jugamenuai apresiasi positif sejumlah kalanganatau pengamat yang menilai penyelenggaraanPilkada serentak di Indonesia sebagai sebuaheksperimen demokrasi yang demikianmengagumkan. Namun dari keberhasilanpelaksanaan itu terbersit hal yang menganggudan merisaukan, yakni: rendahnya partisipasipemilih.

Semakin tinggi partisipasi pemilih makasemakin kuat pula legitimasi dari pemenangpilkada. Menurut Mujani dkk. (2012),dukungan warga diterjemahkan ke dalamkeikutsertaan dalam pemilihan umum, gunamemilih partai atau kandidat. Tanpa adanyapartisipasi warga sama sekali dalam pemilu,maka tidak mungkin ada demokrasi, dan tidakakan ada pemerintahan demokratis.

Berdasarkan data yang disampaikanKomisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU)Pusat, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, tingkatpartisipasi pemilih pada Pilkada serentaksecara umum hanya sekitar 64,2 persen ataulebih rendah daripada target yang dipatok olehKPU sekitar 77,5 persen. Menurutnya, banyakfaktor yang memengaruhi tingkat partisipasimasyarakat. Bukan hanya aspek alat peragakampanye, tapi juga ajakan si pasangan calonkepada masyarakat untuk menggunakan hakpilihnya.

Selanjutnya dari hasil pilkada serentak11 kabupaten di Sulawesi Selatan, hanyaKabupaten Soppeng dan Kabupaten TorajaUtara yang tingkat partisipasi pemilihnyameningkat, sedangkan 9 kabupaten lainnyamemiliki tingkat partisipasi pemilih yangrendah dan menurun dari pilkada 2010.Tingkat partisipasi pemilih pilkada 2015cenderung menurun, padahal sejatinyapenyelenggaraan pilkada menjadi momentumuntuk memperkuat partisipasi politik rakyat,tidak hanya sekedar menjadikan pilkadasebagai euforia politik semata. Dengan adanyapemilihan kepala daerah secara langsung, iniberarti partisipasi rakyat akan lebih efektifdalam memilih pemimpinnya yang terbaik

dalam menjalankan roda pemerintahan danpembangunan di wilayah tersebut.

Pada pelaksanaan pilkada-pilkadasebelumnya, marak dengan berbagai bahankampanye dan Alat Peraga Kampanye (APK)seperti spanduk, baliho, namun pada pilkada2015 metode kampanye tersebut sudah dibatasidan diambil alih oleh KPU. Pemasangan APKhanya dapat dilihat pada lokasi-lokasi tertentudengan jumlah terbatas. Dampaknyapelaksanaan pilkada kurang semarak, hiruk-pikuk pilkada seperti pemasangan APK, danmobil branding tidak semeriah pelaksanaanpilkada sebelumnya. Kebijakan tersebutdisoroti, karena dianggap membatasi kreatifitaspasangan calon atau tim sukses melakukankampanye untuk memengaruhi khalayakmemilih kandidatnya

Dalam Undang-Undang Nomor 8/2015tentang Pilkada, memang sudah diatur bahwapelaksanaan tiga metode kampanye yaknipemasangan APK, penyebaran BahanKampanye dan Iklan Kampanye dibatasi danditangani oleh KPU Kabupaten/kota. Adapunpasangan calon hanya melaksanakan metodekampanye seperti pertemuan terbatas,pertemuan tatap muka dan kegiatan lain yangtidak melanggar larangan kampanye.

Kampanye adalah suatu aktivitaskomunikasi, ditinjau dari aspek kajiankomunikasi, APK, bahan kampanye, maupuniklan kampanye adalah sarana bagi parapasangan calon untuk memperkenalkan diri,serta memersuasi para khalayak untukmemilihnya dalam pilkada. Cangara membuatbatasan dari pengertian kampanye politiksebagai aktivitas komunikasi yang ditujukanuntuk memengaruhi orang lain agar iamemiliki wawasan, sikap dan perilaku sesuaidengan kehendak penyebar atau pemberiinformasi.

Menurut Hasrullah (2014), bagi parakandidat yang ingin mendapatkan publikasiyang luas, maka iklan telah menjadi alatpromosi, baik soal sosok diri maupun programkerja yang akan dikerjakan jika terpilih dalampemilu. Iklan telah menjadi “senjata yangampuh” tidak saja untuk memperkenalkan diritapi pengaruhnya sampai pada perubahanperilaku (behavior) pemilih untuk memutuskanmemilih kandidat.

Apabila iklan itu dilakukan secarakontinu, berkesinambungan, dan konsisten diberbagai saluran komunikasi, maka konsep“the power of news advertising” akanmengubah pengetahuan (kognitif) publikmenjadi pilihan (action). Teori perubahansikap dan perilaku yang coba dimainkan dalam

Page 62: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 253

dunia periklanan menjadi sangat “mujarab”untuk menjual kandidat pada setiap pestademokrasi. Dengan demikian ada benarnyaanggapan bahwa iklan politik merupakanproses ritual yang membujuk khalayak untukpindah pilihan sebagai efek atau rayuankandidat di alam bawah sadar. Iklan politikserba hadir di mana-mana, mulai dari iklantelevisi beraroma politik di ruang keluargahingga ke sudut-sudut jalan terpampang wajahkandidat “pemburu” suara rakyat.

Namun dari konsep kampanye politiktersebut, dikaitkan dengan konteks pilkadaserentak yang lalu, maka apakah pelaksanaankampanye yang ditangani oleh KPU, dapatlebih efektif dalam memengaruhi masyarakatmemilih kandidat?. Pemerintah atau KPUdianggap telah “membonsai” kampanye politikyang selama ini dilakukan oleh para kandidat,sehingga terbangun asumsi bahwa, pembatasankampanye pilkada tersebut berdampakterhadap menurunnya angka partisipasipemilih.

Secara sederhana partisipasi warganegara dapat dilihat melalui perilakupolitiknya. Perilaku politik itu dapat dilihatdari berbagai jenis yaitu melalui partai politik,kampanye, pemberian suara dan lain-lain.Bentuk perilaku politik ini dapat menjadi alatanalisis untuk melihat partisipasi politikmasyarakat itu sendiri, apakah meningkat ataujustru menurun. Olehnya itu penulis tergerakmelakukan penelitian dan pengkajian untukmengetahui dampak pembatasan kampanyeterhadap rendahnya partisipasi pemilih padapilkada 2015 yang lalu.

Rumusan PermasalahanBerdasarkan latar belakang

permasalahan faktual yang diuraikansebelumnya, maka penulis merumuskan fokuspermasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pembatasan kampanyememengaruhi rendahnya partisipasipemilih pada pilkada serentak 2015di tiga kabupaten di SulawesiSelatan.

2. Faktor-faktor apa sajakah yangmemengaruhi rendahnya partisipasipemilih pada pilkada serentak 2015di tiga kabupaten di SulawesiSelatan.

TINJAUAN PUSTAKAKomunikasi Politik

Komunikasi politik adalah suatu proseskomunikasi yang memiliki implikasi atau

konsekuensi terhadap aktivitas politik. Faktorini pula yang membedakan dengan disiplinilmu lainnya, seperti komunikasipembangunan, komunikasi pendidikan,komunikasi bisnis, komunikasi antarbudaya,komunikasi organisasi, komunikasi keluarga,dan lain semacamnya. Perbedaannya terletakpada isi pesan. Artinya komunikasi politikmemiliki pesan yang bermuatan politik,sementara komunikasi pendidikan memilikipesan yang bermuatan masalah-masalahpendidikan. Jadi untuk membedakan antarasatu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnyadalam studi ilmu komunikasi, terletak padasifat dan isi pesannya.

Yang sangat populer dalam memahamikomunikasi politik adalah apa yang dijelaskanHarold D Laswell. Tokoh komunikasi politikini menyatakan bahwa cara terbaikmenerangkan proses komunikasi adalahdengan menjawab pertanyaan: Who Say What,In Which Channel, To Whom, With What Effect(Siapa mengatakan apa, Melalui saluran apa,Kepada siapa, Dengan efek apa). Jawaban daripertanyaan tersebut menunjukkan bahwakomunikasi meliputi lima unsur sebagaijawaban dari pertanyaan yang diajukan, yakni:Komunikator, Pesan, Media, Komunikan, danEfek. Pada konteks politik, rumus Lasswell inimemudahkan dalam mengetahui proseskomunikasi yang terjadi dalam dunia politikdengan cara mengidentifikasi lima unsurkomunikasi tersebut.

Ukuran Partisipasi PolitikKaid dan Haltz (2008) mengartikan

partisipasi politik sebagai aktivitas warga yangbertujuan untuk mempengaruhi kebijakanpolitik. Aktivitas warga negara itu meliputipemberian suara (voting), menandatanganipetisi, atau demonstrasi penutupan jalan.Partisipasi politik meliputi warga negara yangtidak termasuk sebagai politisi atau pejabatpemerintahan termasuk pegawai negeri.

Menurut Mujani dkk., (2012) tidak adakonsensus dari para ahli mengenai ukuranpartisipasi politik, item apa saja yang harusdimasukkan untuk mengukurnya, berapa unsurdalam partisipasi politik yang dapat ditoleransi,dan sebagainya. Verba, Nie dan Kimmengukur partisipasi politik dengan empatunsur, yakni, (1) pemungutan suara, (2)aktivitas kampanye, (3) aktivitaskemasyarakatan, dan (4) menghubungi pejabatpublik.

Terkait dengan pemungutan suara,Verba, Nie dan Kim berpendapat bahwa votingmemberi tingkat tekanan yang tinggi pada

Page 63: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

254 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

kandidat yang ikut dalam pemilu atau pilpres,atau pihak-pihak yang hendak mendudukipolitik strategis, seperti presiden, anggotaDPR, gubernur, bupati dan camat.

Pilkada SerentakGagasan membuat undang-undang

pemilihan umum kepala daerah atau pemilihankepala daerah (pilkada) yang terpisah dariUndang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah muncul setelah evaluasipenyelenggaraan gelombang pertama pilkadasepanjang 2005-2008. Gagasan ini berjalanpada masa pemerintahan SBY-Boediono.Undang-Undang No 32/2004 dalam rencana inikemudian dipecah menjadi tiga undang-undangyaitu: Undang-Undang Pemerintah Daerah,Undang-Undang Pilkada dan Undang-UndangDesa.

Dalam perkembangannya, prosesundang-undang pilkada ini mengalami prosespembahasan yang rumit dan alot. Pelaksanaanpemilihan kepala daerah langsung sempathampir dikembalikan kepada pemilihanmelalui DPRD. Pada Kamis 25 September2014, DPR melaksanakan sidang paripurnapembahasan tentang pengesahan RUU Pilkada.Sidang yang dipimpin Wakil Ketua DPR RIPriyo Budisantoso berlangsung alot sampaidini hari dengan keputusan ditetapkannyaUndang-Undang Nomor 22 Tahun 2014tentang Pemilihan Gubernur, Bupati danWalikota, yang mana point utamanya adalahpemilihan gubernur kembali dipilih olehanggota DPRD Provinsi secara demokratis.Begitu pula pemilihan bupati dan walikota,juga dipilih melalui memilihan di DPRDKabupaten/Kota.

Lalu kemudian, penetapan Undang-Undang 22/2014 ini mendapatkan penentanganyang luar biasa di hampir semua komponenbangsa. Sebut saja kekecewaan dan penolakanPresiden SBY, para politikus, para akademisi,aktivis LSM, mahasiswa dan berbagai lapisanmasyarakat lainnya. Oleh karena itu sebelumundang-undang tersebut dilaksanakan,Presiden SBY mengambil kebijakan denganmengeluarkan Peraturan Pemerintah PenggantiUndang-Undang (PERPPU) Nomor 1 tahun2015, yang semangatnya adalahmengembalikan pemilihan kepala daerahsecara langsung. PERPPU ini disampaikankepada DPR RI untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 22/2014 yang mengaturtentang pemilihan kepala daerah melaluiDPRD. Aneh bin ajaib, PERPPU ini kemudianakhirnya mendapatkan persetujuan dari DPR.Koalisi Merah Putih (KMP) sebelumnya

mengusung pilkada melalui DPRD, tiba-tibaberubah haluan dan menerima gagasanpemerintah untuk melaksanakan pemilihankepala daerah secara langsung.

Akhirnya pada tanggal 20 Januari 2015Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyatresmi menyetujui Peraturan PenggantiUndang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun2014 tentang Perubahan atas Undang-UndangNomor 22 Tahun 2014 tentang PemilihanGubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadiundang-undang. Pengesahan tersebutselanjutnya ditetapkan pemerintah sebagaiUndang-Undang Nomor 1 tahun 2015 atauyang sering disebut dengan Undang-undangPilkada.

Diakui bahwa dalam proses legislasinya,Undang-undang Nomor 1 Tahun 2015 lahirpenuh lika-liku serta sempat jadi bahan tawarmenawar politik secara kasat mata setelahterjadi perubahan peta politik nasional hasilPemilu 2014. Namun, pengesahan Perppu No1/2014 menjadi UU No 1/2015 barumemberikan jaminan hukum dan politik bahwapilkada dilakukan secara langsung oleh rakyat.Undang-undang ini belum menjaminpelaksanaan pilkada yang bebas dan adil,mengingat banyaknya ketentuan-ketentuan didalamnya yang tidak jelas, multi tafsir, dankontradiksi sehingga sulit diimplementasi ataumenimbulkan masalah jika dilaksanakan.Banyak pasal yang membuka perdebatan,bahkan di sana sini berpotensi digugat keMahkamah Konstitusi. Hal ini bisa dipahamikarena PERPPU yang telah berubah menjadiundang-undang ini dibuat dalam waktu singkattanpa melalui telaah banyak pihak.

Pada tanggal 18 Maret 2015 kemudiandisahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun2015 tentang Perubahan atas Undang-undangNomor 1 Tahun 2015 tentang PenetapanPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentangPemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikotamenjadi Undang-Undang. Selainmenyempurnakan undang-undang sebelumnya(UU No 1/2015) Undang-Undang Nomor 8tahun 2015 juga mengatur mengenaipelaksanaan pilkada langsung secara serentaksebagai upaya pemerintah melaksanakanpemilihan kepala daerah secara efektif danefisien. Aturan tersebut terdapat pada Pasal (3)dengan bunyi sebagai berikut: Pemilihandilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekalisecara serentak di seluruh wilayah NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Kemudian di undang-undang pilkadainilah juga mengatur tentang metode kampanye

Page 64: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 255

yang dibatasi dan ditangani oleh KPU yangditerapkan pada pilkada serentak 2015 yanglalu.

Kampanye PolitikKampanye politik sesungguhnya

merupakan salah satu bentuk pengejewantahandari komunikasi politik. Untuk dapatmenyusun sebuah kampanye politik yangefektif, maka terlebih dahulu harus memahamikomunikasi politik, sebagai sesuatu yangpenting dan harus dimiliki oleh para kandidat,elit politik, atau tim sukses. Komunikasi politikmenjadi kunci bagi para kandidat dalammenyampaikan pesan-pesan politiknya kepadamassa atau pendukungnya.

Ada banyak mendefinisikan“kampanye”, namun untuk tujuan praktis,menurut Kotler dan Roberto dalam Cangara(2014) “Campaign is an organized effortconducted by one group (the change agent)which intends to persuade others (the targetadopters), to accept, modify, or abandoncertain ideas, attitudes, practices andbehavior”. Kampanye ialah sebuah upaya yangdiorganisasi oleh satu kelompok (agenperubahan) yang ditujukan untuk memersuasitarget sasaran agar bisa menerima,memodifikasi atau membuang ide, sikap danperilaku tertentu.

Rogers dan Storey (1987) menyatakanbahwa kampanye adalah seperangkat aktivitasyang direncanakan sebelumnya, didesain olehagen-agen perubahan untuk mencapaiperubahan tertentu dalam perilaku penerimadalam suatu periode tertentu. Dari definisikampanye di atas, dapat ditarik kesimpulanbahwa kampanye dalam ilmu komunikasisetidaknya mencakup empat karakteristik,yakni (1) kampanye memiliki tujuan, (2)kampanye ditujukan kepada khalayak luas, (3)kampanye memiliki batasan waktu, dan (4)kampanye mencakup seperangkat aktivitaskomunikasi yang terorganisir.

Selanjutnya pada perkembangan duniapolitik, kampanye politik memiliki pemaknaanyang lebih luas. Dengan adanya kegiatanpelaksanaan pemilihan umum atau pestademokrasi dalam memilih calon pemimpintertentu, maka kampanye yang dilakukan padasaat itu disebut spesifik sebagai kampanyepemilu, bukan lagi kampanye politik. Meskikampanye pemilu adalah salah satu bagian darikampanye politik.

Untuk memahami perbedaan kampanyepolitik dengan kampanye pemilu, secarasederhana, melalui pemahaman konsep,kampanye pemilihan umum lebih kecil

cakupannya dengan kampanye politik. Sebabpemilihan umum merupakan salah satu dariberagam aktivitas politik yang ada.Pemahaman tersebut muncul ketika Indonesiamemasuki era baru dalam pemilihan umumyang lebih bebas, yaitu tepatnya pemilihanumum tahun 1999. Kemudian diperkuat dandipertegas dengan berbagai pemilihan umumyang mana yang dipilih bukan lagi partaipolitik namun figur, terutama pada pemilihanumum dan pemilihan presiden 2004 danberikutnya, serta berbagai pemilihan kepaladaerah di Indonesia. Sebelumnya kampanyepolitik dipahami sebagai aktifitas pengumpulanmassa, parade, orasi politik, pemasanganatribut partai dan pengiklanan partai dalamjangka waktu yang telah ditentukan olehpanitia pemilihan.

Pengertian kampanye politik sebatasperiode atau waktu tertentu memiliki beberapakelemahan. Pertama, interaksi politik antarapartai politik dengan publik seolah-olah hanyadalam periode tertentu saja, yaitu selama waktukampanye pemilu saja. Kedua, komunikasicenderung dilakukan secara monologis,sehingga kesamaan pemahaman danpandangan antara partai dan publik sukardidapatkan. Ketiga, publik dipandang sebagaiobjek, dibutuhkan hanya suaranya saatmencoblos atau mencontreng. Keempat, publikdisodorkan hal-hal yang parsial, oportunis, daninsidensial, sehingga pendidikan politik tidakdilakukan secara komprehensif. Oleh karenaitu perlu redefinisi terhadap kampanye politik.Melalui redefinisi tersebut, kita dapatmembedakan antara kampanye politik dengankampanye pemilihan umum.

Secara garis besar, kampanye pemilihanmerupakan upaya sistematis untukmemengaruhi khalayak, terutama calonpemilih. Tujuannya, agar calon pemilihmemberikan dukungannya atau suaranyakepada partai politik atau kandidat yangsedang berkompetisi dalam suatu pemilihan.Pemilihan yang dimaksud adalah pemilihanparlemen, pemilihan presiden dan wakilpresiden, pemilihan di tingkat daerah baikeksekutif maupun legislatif.

Adapun pengertian kampanye padapemilihan kepala daerah menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2015 tentangPemilihan Gubernur, Bupati dan Walikotaadalah bahwa Kampanye Pemilihan yangselanjutnya disebut Kampanye adalah kegiatanuntuk meyakinkan Pemilih denganmenawarkan visi, misi, dan program CalonGubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon

Page 65: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

256 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta CalonWalikota dan Calon Wakil Walikota.

Jika merujuk pada pengertian kampanyepilkada sesuai undang-undang pilkada dankaitannya dengan pengertian kampanyepemilu, maka dapat simpulkan bahwakampanye pada konteks pilkada ini adalahkampanye yang memiliki jangka waktutertentu, baik yang dilaksanakan oleh KPUKabupaten maupun oleh para pasangan calonsesuai dengan petunjuk peraturan perundang-undangan.

Teori yang RelevanTeori merupakan seperangkat

pernyataan yang sistematis, metodis, logis danfaktual yang dikemukakan untuk menjelaskandan memprediksi sebuah realitas. Realitas yangterdapat pada sebuah teori merupakanpemahaman subjektif manusia yang dibuatberdasarkan fakta objektif yang tersedia. Jaditeori senantiasa didasarkan pada fakta. Tapiteori bukan sekedar kumpulan fakta yang tidaksaling berhubungan melainkan fakta yang telahdiorganisasikan dan diketahui keterkaitannya.Karena teori berpijak pada fakta, maka sebuahteori sangat bermanfaat dalam menjelaskan danmenganalisis gejala tertentu secara faktual.

Olehnya itu beberapa pendekatan teoriatau model dapat digunakan dalam mengkajiatau menganalisis pelaksanaan proseskampanye sebagai sebuah bentuk komunikasipersuasi, baik kampanye komersil, kampanyeperubahan sosial, maupun kampanye politik.Pada kampanye politik secara umum, melaluiteori atau model, para pakar atau peneliti dapatmenganalisis atau mengevaluasi bagaimanaprogram yang dilakukan oleh partai politikatau kandidat tertentu dalam merencanakan,melaksanakan proses kampanye dalam suatuevent pemilihan. Pendekatan teori apa yangdigunakan? Tentu tergantung seperti apakarakteristik dari realitas atau fenomena yangterjadi dalam pelaksanaan kampanye tersebut.

Kalau selama ini penelitian terhadapkampanye hanya diperuntukkan kepada parakandidat atau partai politik yang melakukankampanye dengan berbagai pendekatan teori,lalu bagaimana menjelaskan fenomenakampanye pilkada serentak 2015, yang manakampanye tidak hanya dilakukan oleh pihakkandidat/pasangan calon, akan tetapi pihakpenyelenggara pemilihan yakni KomisiPemilihan Umum (KPU) ikut serta melakukandan menfasilitasi pelaksanaan kampanyedengan berbagai aturan yang telah ditetapkan.Teori atau model apa yang relevan denganfenomena kampanye pilkada serentak 2015

tersebut?, penulis menilai ModelKomponensial Kampanye sebagai model yangmendekati dalam menjelaskan realitaspelaksanaan kampanye yang dilakukan olehpihak KPU.

Komunikasi adalah proses penyampaianpesan dari seseorang kepada orang lain dengantujuan untuk memengaruhi pengetahuan atauperilaku seseorang. Dari pengertiankomunikasi yang sederhana ini, maka kita bisamengatakan bahwa suatu proses komunikasitidak akan bisa berlangsung tanpa didukungoleh unsur-unsur; pengirim (source), pesan(message), saluran/media (channel), penerima(receiver), dan akibat/pengaruh (effect). Unsur-unsur ini juga disebut komponen atau elemenkomunikasi.

Ketika unsur atau komponen ini dibawake ranah kampanye politik, maka komponentersebut merupakan unsur yang sangatberpengaruh dalam keberhasilan suatu kegiatankampanye politik. Dari unsur inilah kemudianyang melahirkan Model KomponensialKampanye, di mana model ini mengambilkomponen-komponen pokok yang terdapatdalam suatu proses pengiriman dan penerimaanpesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yangterdapat di dalamnya meliputi: sumberkampanye, saluran, pesan, penerimakampanye, efek dan umpan balik. Unsur-unsurini harus dipandang sebagai satu kesatuan yangmendeskripsikan dinamika proses kampanye.Model Komponensial Kampanye dalamkomunikasi politik ini merupakanpengembangan dari Teori Lasswell, yaitu WhoSays What In Which Channel To Whom WithWhat Effect.

Model ini dapat dengan mudahdiidentifikasi menggunakan pendekatantransmisi (transmission approach) ketimbangpendekatan interaksi (interaction approach).Alasan yang mendasarinya adalah bahwakampanye merupakan kegiatan komunikasiyang direncanakan, bersifat purposif(bertujuan), dan sedikit membuka peluanguntuk saling bertukar informasi dengankhalayak yang bersifat persuasif dimanasumber (campaigner) secara aktif berupayamempengaruhi penerima (campaignee) yangberada dalam posisi pasif. Karena perbedaanposisi ini maka proses bertukar pesan selamakampanye berlangsung menjadi sangatterbatas.

Model kampanye dengan pendekatantransmisi yang searah ini, tidak memandangpendekatan interaktif sebagai hal yang tidakpenting. Pada beberapa setting kampanye yangmenggunakan saluran personal, pendekatan

Page 66: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 257

interaktif dianggap lebih efektif dan realistis.Pada situasi yang demikian maka perludikonstruksi model kampanye yang sesuai.

Selanjutnya untuk memahami preferensipemilih saat pilkada berlangsung, maka penulismenggunakan pendekatan teori PerilakuPemilih Richard R. Lau dan David P.Redalawsk. Keduanya memperkenalkan teoritersebut dalam bukunya “How Voter Decide”dengan mengenalkan lima faktor penentupilihan politik yaitu faktor Affect Referral,Endorsement, Familiarity, Habit, Viability

METODOLOGIPendekatan penelitian ini menggunakan

metode deskriptif kualitatif yaitu penelitianyang didasari atas asumsi bahwa pengambil-alihan dan pembatasan kampanye pilkadaberdampak terhadap menurunnya angkapartisipasi pemilih, serta faktor lainnya yangmemengaruhi partisipasi. Peneliti hadirterintegrasi dari data, artinya peneliti terjunlangsung dalam melakukan penelitian dilapangan baik pada saat wawancara maupunpada saat melakukan pengamatan langsungatau observasi. Menurut Kriyantono (2014),salah satu ciri penelitian kualitatif adalahperiset memproduksi penjelasan unik tentangsituasi yang terjadi dan individu-individunya

Lokasi dan Rancangan PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di tiga

kabupaten yang melaksanakan pilkada serentak2015 di Sulawesi Selatan, yaitu KabupatenBulukumba, Pangkep dan Gowa. Penetapantiga lokasi ini karena partisipasi pemilihnyarendah dan menurun dari pilkada 2010.Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah dataprimer, yaitu data yang diperoleh secaralangsung. Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan instrumen wawancara kepadainforman. Materi wawancara disusun dari tigaaspek pertanyaan, yaitu aspek regulasi, aspekpelaksanaan dan aspek hasil atau dampak.Selain menggunakan teknik wawancara danobservasi untuk mendapatkan data primer,peneliti juga mengumpulkan data sekunderberupa studi pustaka berupa literatur yangrelevan dan dokumentasi berupa gambar fotodan video.Teknik Pengumpulan Data

Penetapan informan sebagai sumber datamenggunakan teknik purposif yang didasaripemahaman bahwa peneliti cenderung memilihinforman yang dianggap tahu dan dapatpercaya untuk menjadi sumber data yangmantap dan mengetahui masalahnya secara

mendalam. Selanjutnya peneliti menetapkansampel sebagai informan dari KPU Kabupaten,Panwaslu, tim sukses, pengurus partai politik,aktifis LSM dan masyarakat dengan totalinforman 27 orang untuk tiga kabupaten.Selain itu data juga didapatkan daripengumpulan data sekunder yang bersumberdari KPU Kabupaten maupun dari para timsukses pasangan calon.

Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan dari tanggal 11

April 2016 sampai dengan 6 Juni 2016 di tigakabupaten yang melaksanakan pilkada pada 9Desember 2015 yang lalu, yaitu KabupatenBulukumba, Pangkep, dan Gowa

HASIL PENELITIANPelaksanaan pilkada di Kabupaten

Bulukumba, Pangkep dan Gowa adalah pilkadayang ketiga kalinya sejak berlakunya undang-undang pemerintahan daerah yang mulaidilaksanakan pada tahun 2005. Pilkada tigakabupaten ini bersamaan dengan pilkadadelapan kabupaten lainnya di ProvinsiSulawesi Selatan yang pelaksanaannya masukdalam desain pilkada serentak di seluruhIndonesia pada tanggal 9 Desember 2015 yanglalu. Tingkat partisipasi pemilih di KabupatenBulukumba hanya mencapai 58,35 persen,Kabupaten Pangkep sebanyak 71,70 persendan Kabupaten Gowa mencapai 66,23 persen.

Tabel 1. Perbandingan Partisipasi Pemilih

pada Pilkada 2010 dan 2015

No KabupatenPartisipasi PemilihPilkada2010

Pilkada2015

1 Bulukumba 68.42% 58.35%2 Pangkep 78.28% 71.70%3 Gowa 74.71% 66.23%

Sumber Data : KPU Provinsi Sulawesi SelatanTujuan Pembatasan APK, Bahan Kampanyedan Iklan Kampanye

Berdasarkan pengalaman pemilu danpilkada sebelumnya, pada pilkada 2015pemerintah mendesain pelaksanaan kampanyedengan membatasi pemasangan alat peragakampanye (APK), bahan kampanye dan iklankampanye bagi pasangan calon, olehnya itupembiayaan APK, Bahan Kampanye dan IklanKampanye ditanggung oleh AnggaranPendapatan Belanja Daerah (APBD).Pencetakan dan pemasangan APK dilakukanoleh KPU, begitu pula bahan kampanyedicetak oleh KPU, hanya saja distribusinyatetap diberikan kepada pasangan calon. Iklan

Page 67: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

258 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

kampanye di media massa juga dibatasi tapibiayanya ditanggung oleh APBD, pasangancalon hanya memasukkan materi kampanyenyamelalui KPU dengan syarat dan pedomantertentu.

Fakta dalam setiap perhelatan pilkadasebelumnya, para kandidat banyakmenghabiskan anggaran hanya untukmemasang APK atau biasa kita kenal sebagaibaliho dan spanduk. Akibatnya hampir setiapsudut atau sepanjang jalan dipenuhi gambarpara kandidat yang bertujuan agar dirinyadapat dipilih oleh rakyat. Seperti yangdiutarakan Hasanuddin Salasa:“Sebenarnya subtansi atau roh dari aturantersebut adalah untuk meminimalisirpengeluaran dana oleh setiap pasangan calon,pemerataan pengeluaran untuk masing-masingpasangan calon sehingga para paslon setara,tidak ada yang terlalu menonjol. Jadi intinyauntuk menekan biaya kampanye oleh paslon,sehingga nanti ketika terpilih tidak jugaberusaha untuk kembali modal dengan carakorupsi. Kedua juga dari APK, dimana-manaterpasang selalu muncul itu semua calon,karena kami pasang satu paket semua di titikmana saja, baik itu baliho, spanduk danumbul-umbul. Jadi manfaatnya adalah setiaptitik kita melihat semua pasangan calon”

Hal senada disampaikan Burhan,Anggota KPU Kabupaten Pangkep yangmengatakan bahwa perintah melaksanakanaturan kampanye tersebut sudah jelas sekalidisebutkan dalam undang-undang sehinggatidak ada keraguan dalam melaksanakannya.“Kalau kami di KPU kabupaten kota itu jelassekali perintahnya melalui regulasiturunannya yaitu PKPU nomor 7 yang menitikberatkan pada KPU kabupaten kota untukmengkampanyekan para calon, tentu yangsetara, seimbang dan memperlakukan samakepada para pasangan calon tanpa membeda-bedakan. Nah kemudian saya kira KPU itumenjalankan secara normatif berdasarkanregulasi”

Burhan mengelak bahwa kebijakanseperti itu tidak bisa dikatakan sebagaimenghalang-halangi peserta untukmengkampanyekan dirinya, hanya saja adapembatasan-pembatasan, supaya semangatkampanye ini berlaku sama untuk semua calon.Bagaimana supaya tidak didominasi oleh salahsatu calon yang merasa banyak modalnya, jadibukan membatasi dan melarang.

Jumlah APK sudah ditentukan setiapkecamatan dan desa berapa yang harusdisebarkan. Selain itu bahwa tidak ada lagimateri-materi bahan kampanye atau APK yang

berbau menyudutkan pasangan calon lainnya,materi dari semua APK, bahan kampanye daniklan kampanye sudah resmi, karena sudahdiverifikasi KPU dan tidak sembarangdipasang kecuali oleh KPU. Dengan demikianbahasa-bahasa dari materi kampanye itu dapatterkontrol, tidak ada lagi yang menyinggung.

Berkaca pada pemilu dan pilkadasebelumya, model, ukuran, bentuk, dan carapemasangan APK berbeda-beda tergantungselera kandidat atau tim sukses dalammenggunakan APK, karena terlalu bebas makaterkesan APK-APK tersebut terpasangsemrawut. Inilah kemudian juga menjadipertimbangan mengapa APK dibatasi, tiadalain untuk menjaga penataan lingkungan. Halini disampaikan salah satu informan dariKabupaten Gowa Andi Luhur Prianto:“Kalau saya lebih kepada menertibkan saja,karena selama ini juga pemasangan balihoyang terlalu bebas itu terlalu menjajah ruangpublic kita, Yang lainnya adalah untukmenghindari konflik, ada kesetaraan, kalau itudilepas atau dibiarkan kepada masing-masingkandidat maka ada semacam kompetisi yangtidak sehat, karena kita belum menjaminpenyelenggara, pemerintah daerah, birokrasiini bisa netral sehingga kadang-kadangdibanyak hal mereka berpihak saat penertibanAPK itu.”

Dari kalangan partai politik, kebanyakandari mereka sepakat dengan aturan pembatasandan pembiayaan kampanye yang ditanggungAPBD. Faktor banyaknya anggaran untukbiaya APK memang menjadi alasan utama daridibatasinya pemasangan APK tersebut.Hilmiaty Asip misalnya pengurus PartaiHanura lebih sepakat, karena katanya aturan itusebenarnya ingin meminimalisir ataumengurangi biaya-biaya kepada calon ataukandidat bersangkutan. Dengan penguranganbiaya dari calon yang bersangkutan, makasecara tidak langsung juga akan mengurangisikap pragmatisme bagi para kandidat untukmengeluarkan biaya- biaya yang tidak sesuaiaturan.“Anggaran kampanye yang disediakanpemerintah kabupaten itu akan lebihmengefiesienkan kandidat. Kemudianpemerintah tidak akan terbebani lagi untukmelakukan penataan kota. Jadi saya sepakatdilakukan pengaturan seperti itu, agar supayapara kandidat tidak seenaknya melakukanpemasangan atribut yang mengganggukenyamanan kota”

Dengan terbatasnya APK yang terpasangatau iklan kampanye di media massa,diharapkan para kandidat dan tim suksesnya

Page 68: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 259

dapat lebih mengintenskan modelkampanyenya yang bersifat dua arah ataudialogis dengan masyarakat, sehingga parakandidat dan tim sukses dapat lebih seringturun ke lapangan berinteraksi dengan wargadaripada hanya sekedar pasang gambar dibaliho atau spanduk. Politisi Demokrat Gowa,Asriady Arasy menilai bahwa tujuanpembatasan kampanye tersebut supaya tidakada kesan lebih, misalnya ada paslon yangmungkin uangnya banyak sehingga diaberlebihan membuat alat peraga dan lainsebagainya.

“Jadi pesan yang ingin disampaikan di situbahwa APK memang sama rata, tetapi yangmenentukan adalah seberapa banyak andamelakukan sosialisasi langsung ke masyarakat,nah itu yang menjadi pembeda. Jadi interaksidari tim itu yang diperkuat.”

Tidak semua politisi sepakat denganaturan pembatasan kampanye ini, karenadianggap kampanye politik itu menjadi ranahpara politisi dan para kandidat. PolitisiGerindra Bulukumba Syahruni Haris yang jugamenjadi tim sukses Pasangan Calon SukriSappewali dan Tomy Satria menyebut bahwasebenarnya undang- undang tersebut harusdirevisi ulang, karena kampanye itusesungguhnya selalu di dalam ranah partaipolitik atau pasangan calon, sehingga kalaupaslon dibatasi berkampanye dengan cara tidaklagi membuat APK, spanduk dan brandingmobil, maka hal itu semakin membatasi calonuntuk melakukan upaya-upaya mendekatimasyarakat. Syahruni Haris juga menudingdengan tugas tambahan KPU sibuk menguruskampanye tersebut, sosialisasi agar masyarakatdatang menggunakan hak pilihnya tidak terlalumaksimal dilakukan oleh KPU Kabupaten.“Undang-undang itu dimaksudkan supaya adakeadilan sesama pasangan calon, yang banyakduit dengan yang tidak banyak duit. Kedua,mengurangi konflik, jangan sampai terjadiblack campaign. Tapi rupanya begini, variabellain dari diaturnya seperti itu, KPU banyaklalai dalam hal menyampaikan tugasnya,disamping bertugas menyiapkan banner ataufasilitas kampanye itu. Akhirnya KPU hanyafokus pada pengadaan percetakan soal itu, tapiKPU tidak lagi ke bawah menyampaikanbahwa penting bagi anda untuk hadir memilih,karena itu soal kewajiban dan tanggungjawabkita sebagai anggota masyarakat, jadi ituhilang di KPUnya gara-gara sibuk mengurusiAPK, dia tidak sibuk lagi sosialisasi untukmenghadirkan masyarakat atau stakeholderpada hari H. Dia hanya sibuk, pokoknya APK

sudah dipasang, masyarakat sudah tahu. Tapibelum tentu, biar dipasang belum tentumasyarakat pasti datang.”

Pihak yang tidak sepakat lainnya daripenggiat LSM Gowa Kaharuddin Muji, diajustru menengarai bahwa kebijakan itu lahirsangat Jakartanisasi segalanya harus diukurdengan kondisi yang terjadi di Jakarta. Merekapengambil kebijakan menganggap apa punyang terjadi di Jakarta maka itu bisadiberlakukan di seluruh wilayah Indonesia.Asumsinya bahwa kalau di Jakarta dibiarkanberlebihan memasang baliho maka itu akanmenutupi kota Jakarta dan itu pasti jelekkelihatan, karena Jakarta itu padat. Sementaradi Sulawesi Selatan tidak seperti di Jakarta,masih banyak desa-desa yang wilayahnyamasih sangat luas.“Kalau kita pasang atribut di Jakarta disepanjang jalan, maka jelek kelihatannya,sehingga memang pemasangan baliho yangberlebihan di Jakarta itu sudah tidak tepatkarena faktor lokasi, paling yang menang ituyang punya gedung-gedung tinggi. Dan rata-rata yang punya gedung-gedung tinggi adalahpemilik partai. Saya sebenarnya lebih sepakatkalau memberikan kesempatan kepada semuacalon untuk melakukan berbagai macammetode kampanye, silahkan bikin alat peragadengan ketentuan bahwa setiap calon hanyabisa membuat sekian atribut.”Kelebihan dan Kekurangan PembatasanKampanye

Setiap kebijakan pasti ada pro dankontra, ada yang sepakat ada pula yangmenentang, begitu pula sering terjadipenafsiran yang berbeda atas regulasi yangada. Kecenderungannya bagi yang mendukungkarena tentu lebih banyak melihat aspekkelebihan atau manfaat dari aturan tersebut,sedangkan pihak menentang melihat aturantersebut tidak ada gunanya, ada kelemahannya,bahkan bisa jadi merugikan.

Ramli Sirajuddin Tim Sukses PaslonRahman Assagaf-Kamrussamad, sangatsepakat dengan kebijakan itu dan menganggapsangat menguntungkan kandidatnya dalambersaing pada pilkada Pangkep. Menurutnyahal itu menguntungkan kandidatnya yang tidakmemiliki banyak uang:“Salah satu faktor yang membuat seseorangtidak mampu berkompetisi, itu karena budjetpolitik terlalu tinggi termasuk membiayai APK,olehnya sekarang ini pertarungannya menjadilebih fair, ada kesetaraan. Kelebihan lainnya,kampanye menjadi lebih terkendali,maksudnya bahwa materi kampanye

Page 69: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

260 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

diverifikasi dulu oleh KPU sehingga kata-katadari baliho atau spanduk itu tidak melanggaratau terkontrol, dan tidak menjurus ke blackcampaign, baik langsung maupun tidaklangsung. Biasanya ada yang saling sindir dibaliho, hal itu bisa menyebabkan konflikhorizontal”.

Adapun kekurangannya adalah ketikaAPK dan bahan kampanye dibatasi, artinyasumber informasi terkait penyelenggaraanpilkada maupun informasi tentang parapasangan calon pun juga terbatas. APKmisalnya hanya boleh ada dua buah setiappasangan calon per desa/kelurahan, sehinggakalau desa/kelurahannya itu luas maka aksesinformasi tentang para kandidat bagimasyarakat yang jauh dari titik lokasi APK itujuga terbatas.

Aktifis LSM di Bulukumba Andi AbdulKarim yang akrab disapa Andika jugamenuding bahwa APK yang dibuat oleh KPUitu hanya buang-buang anggaran saja. Diamengutarakan :“Yang menjadi persoalan besar adalah karenakampanye khususnya alat peraga kampanyeyang dilakukan KPU itu dipasang sangatsingkat, bahkan ada yang dipasang malamnya,besok siangnya tercabut atau hilang, lalu tidakada penggantian sehingga itu tidak efektif,hanya merugikan negara saja dalam sisikeuangan. Padahal seharusnya adapenggantian kalau ada baliho yang rusak,karena tidak adil lagi namanya kalau adasalah satu dari gambar kandidat itu rusak,karena ada saja pendukung yang sangatfanatik bisa merusak APK kandidat lain”Efektifitas Alat Peraga Kampanye(APK)

Pada pelaksanaan pilkada sebelumnya,para bakal calon bupati dan bakal calon wakilbupati di suatu daerah biasanya sudah gencarmelakukan sosialisasi melalui pemasanganbaliho di mana-mana. ini sebagai upayameningkatkan popularitas dan membanguncitra diri. Pemasangan baliho atau APK itu punberlanjut dan semakin gencar dilakukan olehpasangan calon tersebut ketika sudahmemasuki tahapan kampanye pilkada.

Persoalannya kemudian, pada pilkadaserentak 2015 yang lalu, para bakal calon yangberhasil menjadi pasangan calon resmi di tigakabupaten ini, terpaksa harus menghentikanpemasangan balihonya karena terbentur aturanyang melarang pasangan calon memasangAPK selain yang dicetak oleh KPU.Pembatasan APK tersebut, memunculkanpertanyaan, kalau pemasangan baliho atauiklan kampanye di media massa merupakan

media kampanye yang efektif dalammeningkatan popularitas dan elektabilitasseseorang, lalu mengapa hal tersebut harusdibatasi. Ataukah saat ini alat peragakampanye, baik baliho maupun spanduk,termasuk iklan kampanye di media cetak danelektronik bukan lagi suatu metode yangmumpuni dalam mempengaruhi khalayakuntuk memilih para kandidat bupati dan wakilbupati. Ataukah upaya pembatasan APK,bahan kampanye dan iklan kampanye tersebutmerupakan langkah yang efektif dalampelaksanaan sebuah pesta demokrasi sepertipilkada.

Bagi Alfian Muis yang menjadi timsukses Syamsuddin Hamid-Syahban Sammanamenilai pembatasan tersebut tidak berdampakke kandidatnya, karena menurutnyakandidatnya dan kandidat yang lain sudahmelakukan sosialisasi melalui baliho setahunsebelum pilkada dan pada masa-masa itubelum diatur pembatasan tersebut karenabelum memasuki tahapan kampanye pilkada.

Saifuddin, Tim Sukses dari Bulukumbasepakat kalau alat peraga kampanye itumerupakan upaya masing-masing kandidatuntuk mempromosikan dirinya. Namunmenurutnya hal itu hanya efektif dipakaiseseorang kalau hanya sekedar mau sosialisasidan menyampaikan dirinya akan bertarungdalam pilkada. Namun ketika APK tersebutdiandalkan untuk menjadi alat promosi agarkhalayak memilih, maka itu sudah tidak tepatuntuk konteks pilkada.“Kampanye dengan interaksi dua arah lebihtepat digunakan ketika ingin meraih suarapemilih sebanyak-banyaknya. Jadi sudah tepatKPU yang melakukan pengadaan APKtersebut. Rendah sekali, kecil sekalipengaruhnya itu APK, makanya kita harusmengandalkan door to door. Kalau APK yangdiandalkan susah terpilih. Door to door sajanggak ada jaminan”.

Menurut Alfian Muis, sebenarnya aturanpembatasan kampanye itu bukanlah sesuatuyang baru sekali bahwa itu sangat berbedadengan pelaksanaan pilkada sebelumnya,padahal hanya APK dan bahan kampanye yangdicetak dan biayai oleh APBD, sedangkanmetode-metode kampanyenya lainnya tetapsama, sehingga strategi-strategi dalampemenangkan kandidat yang diusung tetaplahsama. Jadi Alfian Muis bersama timnya tidakmerasa khawatir dengan dengan aturan-aturandari KPU, oleh karena pada dasarnya cara-caraberkompetisi dari pemilihan-pemilihansebelumnya tetap sama.

Page 70: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 261

“Jadi saat ini sudah ada alasan kami kepadatim kalau ada yang mendesak mau pasangbaliho, kami sampaikan bahwa ada aturanKPU seperti ini, kalau kita pasang, maka kitamelanggar, karena ada memang juga anggotatim atau relawan itu mau sekali pasang balihodi rumahnya. Bayangkan saja itu pak bupatipada pilkada tahun 2010, dia punyapercetakan sendiri untuk bikin balihonyasendiri, tapi karena dia tidak mampu penuhipermintaan baliho dari timnya di bawah,sehingga terpaksa dia juga order di Makassar.Itu hampir 500 juta yang di luarpercetakannya hanya untuk memenuhipermintaan tim”.

Anggaran Kampanye yang dilaksanakanKPU

Salah satu aspek yang hendak dicapaidalam pelaksanaan kampanye pilkada serentakyang lalu adalah supaya seluruh metodekampanye yang dilakukan, baik oleh KPUmaupun pasangan calon dapat terukur dari sisipenganggaran, sehingga berkorelasi denganlaporan penggunaan dana kampanye yangditerima oleh pasangan calon, baik bantuanatau sumbangan dari orang per-orang maupundari lembaga.

Pada pilkada 2015, semua pelaksanaanmetode kampanye harus terukurpembiayaannya, makanya kampanye yangdikemas dalam bentuk pertemuan pun jugaharus dibatasi oleh karena berkonsekwensipada anggaran. Misalnya untuk pertemuanterbatas, pasangan calon hanya bisamengundang orang maksimal 1.000 orang,melebihi jumlah tersebut maka dianggapmelakukan pelanggaran kampanye.

Para pasangan calon dituntut untukmerencanakan dan melaporkan penggunaandana kampanye dalam berbagai bentukkegiatan, misalnya pada kampanye pertemuanterbatas berapa anggaran yang dikeluarkandalam membiayai konsumsinya, sewa kursidan tendanya, sewa panggung dansoundsystemnya dan item-item lainnya.Adapun di pihak KPU yang melakukankampanye juga otomatis membuat RencanaKerja Anggaran dalam membiayai metode-metode kampanye yang harus mereka lakukankarena dibiayai oleh APBD.

Dalam undang-undang pilkada, KPUmelaksanakan empat metode kampanye, yaitupertama debat publik atau debat terbuka antarpasangan calon, kedua penyebaran bahankampanye kepada umum, ketiga pemasanganAlat Peraga Kampanye dan yang keempat

adalah iklan di media massa cetak dan/ataumedia massa elektronik. Perencanaan anggarankeempat metode kampanye ini harus disusunoleh KPU bersama dengan item perencanaanlainnya kemudian dinegosiasikan dengan TimAnggaran Pemerintah Daerah (TAPD) masing-masing kabupaten. Oleh karena KPU yangmelaksanakan keempat metode kampanyetersebut maka otomatis pelaksanaan kampanyetersebut sudah terukur berapa nominal biayayang dikeluarkan untuk melaksanakan sesuaidengan petunjuk teknisnya.

Dalam penganggaran kampanye ini,masing-masing kabupaten yang melaksanakanpilkada memiliki jumlah anggaran yangberbeda-beda, tergantung dari kemampuananggaran pemerintah daerah dan juga item-item yang akan dibiayai. Ukuran danspesifikasi dari APK, Bahan Kampanye danIklan Kampanye sudah ditentukan atau diaturoleh PKPU Nomor 7 tentang KampanyePilkada. Namun yang membedakannya adalahdari sisi jumlahnya, tergantung dari jumlahpasangan calon, jumlah penduduk, jumlahkecamatan, desa dan kelurahan, serta standarharga yang berlaku di daerah tersebut.

Bagi KPU Kabupaten, anggaran yangberasal dari hibah daerah tidak bersifat statis,dalam arti tetap memungkinkan dilakukanrevisi penganggaran apabila ada kebutuhanmendesak sebagaimana yang disampaikanBurhan anggota KPU Pangkep:“Kalau terjadi pengurangan biaya maka tentuitu akan dikembalikan ke pemerintah daerahyang tidak terpakai. Namun kalau ada yangmau direvisi misalnya kemarin kamianggarkan 5 milyar untuk kampanye sajadengan estimasi 7 paslon. Ternyata akhirnyacuma 4 paslon sehingga estimasinya hanyasampai 3 milyar lebih, makanya kamimengajukan revisi anggaran ke pemda. Revisianggaran untuk dialihkan ke yang lain yangdirasa masih kurang”.

Kualitas dan Penggantian APKPenggantian Alat Peraga Kampanye

(APK) adalah kasus yang paling disoroti padasaat pelaksanaan pilkada, banyak pasangancalon atau tim sukses yang keberatan atasrusaknya atau hilangnya APK yang telahdipasang oleh KPU Kabupaten, namun tidakada perbaikan maupun penggantian APKtersebut karena tidak ada anggaran perbaikanatau penggantian. Peristiwa akan hilang ataurusaknya APK tidak diantisipasi oleh regulasipilkada baik itu undang-undang pilkadamaupun Peraturan Komisi Pemilihan Umum.

Page 71: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

262 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Di kedua peraturan tersebut, tidak ada klausulyang mengatur apabila APK yang telah dicetakdan dipasang oleh KPU hilang atau rusak, baikdisengaja maupun yang tidak disengajamisalnya karena faktor iklim atau cuaca.

Penyelenggara pilkada dalam hal iniKPU Kabupaten sebagai pihak yangbertanggungjawab atas pengadaan APKtersebut mengaku bingung dan kerepotan atassorotan tersebut, pihak KPU Kabupatenmengaku tidak bisa berbuat banyak karenatidak ada aturan jelas yang memerintahkanmelakukan penggantian ketika APK itu rusakatau hilang. Meski terlambat, namun padaakhirnya atas laporan dari seluruh daerah,maka KPU Pusat RI mengeluarkan SuratEdaran Nomor 629/KPU/II/2015 tentangPemasangan dan Penggantian Alat PeragaKampanye Yang Hilang atau Rusak dalamPilkada Serentak, sebagai petunjuk bagi KPUKabupaten melakukan penggantian APKketika ada seperti itu yang terjadi.“Pemasangan APK itu hanya menggugurkankewajiban, pasang satu kali, dan kalau iturusak tidak diperbaiki. Faktanya banyak yangsudah dipasang, tapi tiga hari kemudian,karena kena angin atau hujan jadi hancur.Tidak ada perbaikan, siapa yang ganti,mestinya dong KPU, karena terlanjurkewenangan itu sudah diberikan kepada KPU.Nah itu secara teknis menjadi kelemahan dariaturan itu karena tidak ada penggantian,mestinya di DPA dianggarkan untuk biayapemeliharaan karena namanya barang beginimesti ada pemeliharaan, karena barang bukan2-3 hari bukan satu minggu, tapi 3 bulansampai 3 hari menjelang hari H”.

Anggota KPU Bulukumba HasanuddinSalasa, mengatakan bahwa regulasi tidakantisipatif atas kasus seperti itu, meski belumdiatur, namun pihaknya mengaku pernahmelakukan penggantian dengan bantuan daripercetakan yang memenangkan tender tersebut.“Mungkin percetakan mau berbaik-baik, sayamasih ingat berpolemik dulu di media itu,lokasinya di depan Bank Sulselbar. Itu rusakbukan rusak begitu saja, tapi ada dugaansengaja di rusak karena disitu kan bukandaerah angin kencang, tapi yang pentingsudah ada upaya baik dari KPU”.

Masalah ini dilematis, ketika salah satuAPK pasangan calon hilang maka tidak adalagi kesetaraan antara pasangan calon,menurunkan semua APK pasangan calon lainsupaya adil juga adalah tindakan pelanggaranpilkada karena paslon lainnya masih punyahak. Begitu pula apabila pasangan calon inginmencetak sendiri APK-nya yang hilang itu

juga melanggar karena tidak diatur dalamundang-undang pilkada. Inilah celahnya dariaturan pilkada ini.“Nah ini kadang menjadi kendala karena kitajuga kena sorotan ketika dari empat pasangancalon, ada satu yang rusak, maka dianggapdiskriminatif. Lalu yang mengatakan wah inimerugikan satu calon karena hanya tiga yangterpasang. Ada yang mengusulkan bagaimanakalau diturunkan saja semua. Nah ini lebihmerugikan lagi, karena bukan hanya satu tapikeempatnya, sementara mereka masih punyahak. Nah ini saya kira menjadi evaluasi kitabersama, kita butuh masukan dari public untukkampanye ini karena regulasinya memangseperti itu”

Materi BalihoHal berikutnya yang menjadi

permasalahan yang terjadi selama masakampanye dan diprotes dari para tim suksesadalah isi atau materi yang ditampilkan dalambaliho. Meskipun desain materi baliho ituberasal dari para tim kampanye pasangancalon, namun ternyata ada pihak yang proteskarena tidak ada kesetaraan dalam tampilanmateri baliho dari para pasangan calontersebut. Masalah ini hanya dipersoalkan diKabupaten Pangkep dan Kabupaten Gowa.

Adapun materi yang dipersoalkan olehtim sukses dan pendukung adalah adanyamateri visi misi dan program kerja yang dimuatoleh salah satu pasangan calon, sedangkanbaliho pasangan calon yang lainnya tidakmemuat visi misinya tersebut. Misalnya diKabupaten Gowa, hanya baliho PasanganNomor urut 5 Adnan Purichta IYL-Abdul Raufyang notabene anak dari mantan Bupati IchsanYasin Limpo yang menampilkan visi misinyasedangkan empat pasangan calon lainnnyahanya memasang foto, nomor urut, dan tagline.Begitu pula di Kabupaten Pangkep hanyabaliho pasangan calon nomor urut 3 H. NurAchmad AS - Hafsul W. Hafattah sertapasangan calon nomor urut 4 H. SyamsuddinHamid – H. Syahban Sammana yang memuatvisi misi dan program unggulannya, duapasangan lainnya hanya memuat foto, nomorurut dan tagline.“Ada merasa dibedakan, karena dalam materiAPKnya itu ada yang memuat visi misi, adajuga paslon yang tidak ada visi misinya, meskikatanya itu desain berasal dari masing-masingtim sukses, tapi kan perlu diatur bahwa isi darimateri APK tersebut adalah memuat ini danini, supaya ada keseragaman informasi.Makanya disitu KPU Gowa dituding lagi pilih

Page 72: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 263

kasih, karena baliho Adnan nomor 5 ada visimisinya sedangkan empat lainnya tidak ada.”

Berbeda dengan politisi DemokratPangkep Amir A. Amin yang pengusungSahabat Sejati, merasa beruntung dapatmemanfaatkan baliho yang terbatas itu, yangjumlahnya hanya empat di setiap kabupatendengan menaruh visi misi dan programunggulannya di baliho kandidatnya.“Untung kami dari tim Sahabat memanfaatkanitu. Artinya bagaimana kami punya APKmenaruh visi misi dan program unggulanSahabat yang akan dilaksanakan oleh kandidatkami melalui APK itu. Sementara beberapacalon lain tidak memanfaatkan itu. Merekahanya memasang gambar dan nomor urutsaja”.

Urutan Pemasangan APKSelain persoalan materi visi misi yang

tidak dimuat di baliho, masalah yang kemudiandipersoalkan oleh para tim sukses diKabupaten Pangkep dan Kabupaten Gowaadalah tentang urutan pemasangan APK dilokasi yang telah ditentukan, baik baliho,spanduk maupun umbul-umbul. Misalnyabeberapa urutan dari APK para pasangan calonyang menurut kaidah penulisan BahasaIndonesia dimulai dari kiri untuk nomor yangpertama berubah urutannya menjadi 5, 4, 3 ,2,1 untuk APK yang di Gowa, begitu pula APKdi Pangkep disusun menjadi 4, 3, 2, 1.Sehingga hal inilah menimbulkan kecurigaanlagi kepada penyelenggara KPU bahwa merekaberpihak kepada salah satu pasangan calon.Kebetulan pasangan calon nomor 5 di Gowaadalah anak mantan bupati, sedangkanpasangan nomor 4 yang di Pangkep adalahpetahana Bupati Pangkep. Kedua KPUKabupaten dituding lebih memprioritaskanpasangan 5 dan 4 meski keduanya berada padaurutan nomor buncit.

Ramli Sirajuddin Tim Sukses di PilkadaPangkep untuk Pasangan Calon Nomor Urut 1mengaku melayangkan komplain kepada pihakKPU atas penempatan urutan pemasanganAPK yang tidak berurut tersebut. Mungkinkarena dianggap tidak diatur lebih jelas diaturan perundangan pilkada, sehingga pihakKPU bisa saja mengatur sesuai dengankeinginannya, tanpa memerhatikan kaidah-kaidah lainnya.“Memang saat itu ada beberapa masalah,misalnya itu kami komplain karena masalahpenempatan posisi urutan APK, karenapemasangannya mulai dari nomor 4, jadiposisinya 4,3,2,1, kalau tidak salah lokasinya

itu di sekitar pertigaan, jadi kalau daridepannya orang lebih dulu melihat nomor 4,jadi kita komplain hal itu”.

Hal yang sama dipersoalkan AsriadyArasy yang menjadi Tim Sukses PasanganNomor Urut 1 di Gowa menjelaskan bahwapihaknya sempat protes atas urutanpemasangan baliho dan spanduk tersebut,karena idealnya yang namanya nomor urut itudimulai dari kiri ke kanan tapi yang terjadi dilapangan dari kanan ke kiri, kayak urutan atautulisan bahasa Arab, sehingga urutannyamenjadi 5, 4, 3, 2, 1. Jadi apa pun itualasannya bahwa jalanan poros itu dua arahtetapi tetap tidak sesuai kaidah BahasaIndonesia karena penulisan abjad, angka atauhuruf itu mulai dari kiri ke kanan.

Dampak Pembatasan Kampanye TerhadapRendahnya Partisipasi Pemilih

Metode kampanye pada pilkada 2015yang serba terbatas, diasumsikan sebagai salahsatu faktor yang memengaruhi partisipasipemilih. Jumlah APK atau bahan kampanyeyang terbatas diduga menyebabkan aksesinformasi tentang pilkada kepada masyarakatjuga terbatas, sehingga masyarakat tidakterpengaruh untuk datang memilih.

Kalau melihat ulasan sebelumnyatentang efektifitas alat peraga kampanye, makadapat dipahami adanya pergeseran penilaianmasyarakat terhadap berbagai macam alatperaga kampanye tersebut. APK sekarang inihanya dipandang berfungsi sebagai alatperkenalan awal bagi para calon yang inginberkompetisi dalam suatu pemilihan. APKtersebut dinilai sebagai alat atau wadah untukmeningkatkan citra atau popularitas seseorang,akan tetapi bukan faktor dominan yangmenyebabkan keterpilihan seseorang dalamsuatu ajang pemilihan (electability). Tingginyaangka keterpilihan para calon dengansendirinya mendongkrak angka partisipasipemilih.

Lalu bagaimana dengan pelaksanaanpilkada 2015 yang lalu, apakah APK yangjumlahnya terbatas, hanya dapat dilihat di titik-titik tertentu, menjadi salah satu faktorpenyebab rendahnya partisipasi pemilih diPilkada Kabupaten Bulukumba, Pangkep, danGowa.

Saifuddin tim sukses di pilkadaBulukumba, berpandangan bahwa kaitan antarametode kampanye seperti APK yang terbatasdengan partisipasi pemilih sangat rendahsekali, faktor utama menurut Saifuddin adalahfaktor emosional dengan kandidat. SedangkanAndi Abdul Karim Aktifis Bulukumba, justru

Page 73: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

264 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

menduga itu sudah benar bahwa bisa jadi,karena hanya dititik-titik tertentu saja baliho,partisipasi pemilih menurun.“Ada asumsi masyarakat merasa jenuh denganpemilihan karena ketidakpercayaanmasyarakat pada wacana politik itu sendiri.Sangat mungkin juga masyarakat kemudiantidak tertarik karena tidak maksimal alatperaga yang disampaikan oleh KPU. Tidakmaksimal mengenali calon karena alat peragayang terbatas

Politisi Demokrat Gowa Asriady Arasymengaku bahwa sebenarnya kalau APK itulebih banyak maka tentu lebih bagus juga,cuma Asriady juga meragukan pengaruh dariAPK, menurutnya efek dari APK tidak terlalusignifikan hanya beberapa persen saja, cumayang namanya ajang pemilihan seperti pilkadamaka mestinya juga banyak atribut, supayasuasana pesta demokrasi ini terlihat dandirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Jadianeh kalau masyarakat tidak tahu siapa calonbupatinya, inilah yang akan berdampak padakeikutsertaan pemilih. Asriady mengaku untukpertama kalinya sebagai tim, baru sekarang initingkat partisipasi pemilih Gowa itu berkurang,tidak pernah sejarahnya Gowa mengalamipenurunan angka partisipasi pemilih.

Aktifis LSM Gowa Kaharuddin Mujijustru sepakat kalau pembatasan APKmemengaruhi angka partisipasi pemilih, diamenduga mungkin itu salah satu dari faktorpenyebab menurunnya tingkat partisipasi,karena ketidaktahuan masyarakat, merasa tidakada pilihan karena masyarakat menganggappara pasangan calon ini semua sama, tidak adalagi euphoria pemilihan pesta demokrasi. TapiKaharuddin Muji mengaku, entah benar atautidak, masih butuh penelitian lagi untukmeyakinkan statemennya bahwa carakampanye tersebut adalah salah satu faktoryang mempengaruhi partisipasi pemilih.“…Titik lokasi yang dipasangi juga alatperaga tidak cocok, tidak strategis dalamartian tidak banyak orang bisa melihat, dantidak ada saya lihat alat peraga yang dipasangdi tempat banyak orang, artinya begini kalauorang di gunung orang harus melewati barubisa dia lihat dan semestinya alat peragaharusnya berada di tempat keramaian olehkarena sengaja atau tidak sengaja orang pastimelihatnya. Akhirnya orang akan mengatakanbahwa oh akan ada pilkada pada tanggalsekian, bulan sekian”

Memang angka partisipasi pemilihpilkada di tiga kabupaten tersebut rendah danmenurun dari pilkada 2010. Namun penyebabrendahnya partisipasi pemilih selain

pembatasan kampanye lebih didominasi karenafaktor penggelembungan jumlah DaftarPemilih Tetap (DPT), di mana terdapat namapemilih ganda, fiktif, dan sudah meninggal tapimasih tercatat.

Kenaikan DPT yang terlalu besarmengakibatkan jumlah pembagi saatmenghitung partisipasi pemilih juga menjadibesar, sehingga persentasenya menjadi rendah.Bila mencermati angka DPT, maka jumlahDPT pilkada 2015 meningkat secara drastisdari pelaksanaan pemilu tahun 2014,sebagaimana terlihat dalam tabel berikut ini:Tabel 2. Perbandingan DPTPemilu 2014 dan Pilkada 2015

No Kabupaten

Daftar PemilihTetap (DPT) Jumlah

KenaikanPemilu2014

Pilkada2015

1 Bulukumba 329,939 371,494 41,5552 Pangkep 238,457 253,073 14,6163 Gowa 504,173 553,848 49,675Sumber: KPU Provinsi Sulawesi Selatandiolah Peneliti

Di media tempo.co, Ketua KPUBulukumba Azikin Patedduri membenarkanangka partisipasi pemilih pada pilkadaBulukumba sangat rendah. Namun rendahnyapartisipasi pemilih, tidak sepenuhnya menjaditanggung jawab KPU Bulukumba.“Tingkat partisipasi juga dipengaruhi datajumlah penduduk yang dibuat DinasKependudukan dan Catatan Sipil yang menjadidasar bagi KPU Bulukumba menetapkan DPT.Saya memperkirakan jumlah data penduduktidak sesuai dengan yang sebenarnya".

Penjelasan yang sama didapatkanpeneliti dari informan anggota KPU KabupatenBulukumba Hasanuddin Salasa, tanpa inginmemojokkan siapa-siapa, pihaknya merasabahwa faktor DPT lah yang memang menjadipenyebab rendahnya partisipasi pemilih.Menurutnya hitungan partisipasi pemilih itubermuara ke DPT, lalu Bulukumba memilikijumlah DPT 365 ribu lebih, sementara daridata 365 ribu tersebut, sudah ada di dalamnyayang ganda, ada yang sudah meninggal.Walaupun pihaknya sudah melakukan usahaperbaikan, namun waktu yang kasip,penyortiran data tersebut belum selesai 100persen.“Itulah yang ditemukan oleh Panwas, ada 86ribu model C6 atau undangan yang tidakterdistribusi atau dikembalikan, dari total ini.Nah, inilah yang menyebabkan anjloknyapartisipasi pemilih dari hitungan angka. Tetapisecara realitas sebenarnya tinggi, apa

Page 74: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 265

perbandingannya, dari pemilu ke pemilu itutidak jauh beda pergerakannya, tiga ribuan,sampai empat ribuan selisih partisipasipemilihnya”.

Hal yang sama terjadi di KabupatenPangkep, sejumlah pihak menyebut faktor DPTlah yang menyebabkan partisipasi pemilihmenurun. Aktifis LSM Rudy Rustammenuding, masih bermasalahnya data DPToleh karena KPU yang tidak melakukanpendataan, hanya mengambil data mentah,bukan data riil di lapangan. Kalau melihatKPU sebagai regulator, mestinya pihak KPUyang punya data, bukan data dari Dukcapilatau BPS. Seharusnya KPU yang meng-collectdata, kemudian mengolah data tersebut, lalukemudian mempublish data tersebut menjadisebuah informasi. Tapi KPU tidak melakukanhal itu, hanya mengambil data yang sudah ada,dan tidak melakukan verifikasi faktual.“DPT ini memang dampaknya kemana-mana,meski dilihat sederhana. Dan yang sederhanainilah yang tidak mau dikerja KPU sehinggabeginilah hasilnya. Saya kira yang lainnya ituadalah faktor sosialisasi KPU tidak sampai kesemua masyarakat. Intinya output darikampanye yang dilakukan tidak dapat, jugateknis tanggungjawab utama teknispelaksanaan pilkada juga tidak dapat”.

Bagaimana dengan kondisi KabupatenGowa, ternyata faktor DPT dan undanganpemilih yang tidak tersalurkan juga menjadisalah satu faktor rendahnya partisipasi pemilihdi Gowa. Panwaslu Kabupaten Gowa Samsuarmengajak untuk mencermati pergerakanjumlah DPT bahwa setiap menjelang pilkada,ada kecenderungan DPT itu naik jumlahnya,kalau menjelang pemilu maka biasanya DPTitu akan turun. Jadi sebenarnya angkapartisipasinya sama saja, cuma karena jumlahDPT sebagai bilangan pembaginya yangberubah-ubah makanya pada pilkada 2015hasilnya menurun karena angka pembaginyatinggi sekali. Pihaknya melihat ada memangpihak-pihak yang mencoba memainkan DPT,mungkin KPU juga sudah tahu, tapi tidak bisamembuktikan.

Faktor lainnya yang memengaruhirendahnya partisipasi pemilih adalah adanyakejenuhan dan sikap apatis masyarakat sebagaipemilih. Masyarakat sudah bosan mengikutiajang pemilihan karena menganggap tidak adaperubahan sejak pilkada atau pemilusebelumnya. Ada juga sikap pragmatisme,yaitu mereka hanya datang memilih apabiladiberikan sejumlah imbalan materi (moneypolitic).

PEMBAHASAN

Kampanye adalah bagian penting dalamsuatu pemilihan politik. Bagaimana mungkinseseorang mau dipilih tanpa ada upaya untukmengajak orang lain untuk memilihnya, baikyang dilakukan kandidat sendiri maupundibantu oleh pihak lain atau tim sukses.Olehnya itu tidak sah rasanya apabila dalamsebuah pemilihan umum, baik itu pemilihanlegislatif, presiden, kepala daerah maupunpemilihan kepala desa, dilaksanakan tanpakegiatan kampanye saat proses pemilihanberlangsung.

Kampanye dinilai sebagai upayamemperkenalkan, membujuk/ memersuasikhalayak untuk ikut dan memilih kandidatyang ditawarkan. Itulah sebab dalamkomunikasi politik, kampanye selalu identikproses pemilihan atau pesta demokrasi.

Rogers dan Storey menyatakan bahwakampanye adalah seperangkat aktivitas yangdirencanakan sebelumnya, didesain oleh agen-agen perubahan untuk mencapai perubahantertentu dalam perilaku penerima dalam suatuperiode tertentu. Dari definisi kampanye ini,dapat ditarik kesimpulan bahwa kampanyedalam ilmu komunikasi setidaknya mencakupempat karakteristik, yakni kampanye memilikitujuan, kampanye ditujukan kepada khalayakluas, kampanye memiliki batasan waktu, dankampanye mencakup seperangkat aktivitaskomunikasi yang terorganisir. Bagaimanaempat karakteristik itu menjelaskan metodekampanye yang diambil alih oleh KPUKabupaten, berikut pembahasannya.

Kampanye Memiliki TujuanDari penjelasan sejumlah informan,

secara umum tujuan pembatasan dan diambilalihnya pemasangan Alat Peraga Kampanye,Bahan Kampanye dan Iklan Kampanye olehKPU Kabupaten pada pilkada 2015 yang lalusebagai upaya untuk mengefektikanpelaksanaan kampanye dengan mengurangibiaya kampanye, memberikan perlakuan yangadil dan kesetaraan bagi para pasangan calondalam berkompetisi sehingga tidak adapasangan calon tertentu yang mendominasi.

Selanjutnya proses kampanye sedapatmungkin dapat terukur dari segi input danoutputnya, maksudnya anggaran yangdikeluarkan untuk membiayai metodekampanye tersebut harus jelas peruntukannya,dan yang paling penting bagi penyelenggarapilkada yakni KPU dan Panwaslu dapat lebihmudah melakukan kontrol terhadap pesertapilkada. Selain itu dalam pelaksanaan

Page 75: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

266 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

kampanye tidak mengganggu lingkungan atautata kota, serta mencegah terjadinya negativecampaign dan black campaign melalui ketigametode kampanye tersebut.

Meskipun dengan tujuan seperti itu,namun tetap ada sejumlah pihak yang kontrabahwa upaya tersebut mengebiri hak pasangancalon dalam mengkampanyekan dirinya, dalamhal ini mengurangi kreatifitas pasangan calondan tim suksesnya untuk menarik simpati dansuara dari khalayak.

Kampanye Ditujukan Kepada Khalayak LuasKetiga metode kampanye pada dasarnya

ditujukan kepada khalayak luas. McQuail danWindahl mendefinisikan khalayak sasaransebagai sejumlah besar orang yangpengetahuan, sikap, dan perilakunya akandiubah melalui kegiatan kampanye.

Besarnya jumlah khalayak inimengindikasikan bahwa mereka memilikikarakteristik yang beragam. Akibatnya caramereka merespons pesan-pesan kampanye jugaakan berbeda-beda. Olehnya itu sejumlahinforman menyebutkan bahwa APK yangmerupakan kampanye media luar ruang belumefektif dan lebih terkesan hanya formalitas danprosedural oleh karena jumlahnya sangatterbatas.

Dengan jumlah yang terbatas makakhalayak secara luas pun juga sebenarnyaterbatas dalam mengaksesnya, hanya orang-orang di sekitar tempat APK yaitu baliho,spanduk dan umbul-umbul yang dipasangtersebut yang bisa melihatnya, sedangkanmasyarakat wilayah yang jauh apalagi sepertidaerah pegunungan dan pulau, aksesnyaterhadap APK itu minim sekali.

Beberapa tim sukses yang menjadiinforman kecewa dengan cara pemasanganyang dilakukan KPU dan jajarannya,menurutnya APK itu jumlahnya sudah terbatasditambah lagi lokasi dan cara pemasangannyakurang bagus, banyak yang miring, tidak kuatsehingga terkesan asal-asalan.

Begitu pula bahan kampanye berupapamflet, selebaran atau poster yang dicetakoleh KPU Kabupaten jumlahnya sangatterbatas tidak menjangkau semua lapisanmasyarakat. Meskipun dalam aturan kampanyepilkada, bahan kampanye harus dicetakberdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) dikabupaten, namun faktanya pihak KPU hanyamampu mencetak sebanyak 75 persen darijumlah KK. Hal ini diakui oleh beberapainforman dari KPU kabupaten bahwaketerbatasan jumlah bahan kampanye tersebut

karena keterbatasan anggaran dari pemerintahdaerah.

Namun ada yang menarik dariKabupaten Pangkep, dua informan yakni dariKPU Pangkep dan tim sukses menyampaikanbahwa bahan kampanye yang dicetak olehKPU justru dikeluhkan oleh tim suksespasangan calon tertentu karena sangatberlebihan jumlahnya dan memintaanggarannya dialihkan ke pencetakan APKyang dianggap masih sangat minim. Keluhantersebut ditengarai oleh KPU oleh karena timsukses pasangan calon tersebut tidak mampumembiayai penyebaran bahan kampanyekepada masyarakat luas oleh karenaketerbatasan jumlah timsukses/relawan/petugas kampanye atauketidakmampuan pasangan calon membayarorang untuk menyebarkan bahan kampanyetersebut. Berbeda dengan pasangan calon yangmemiliki tim sukses/relawan yang banyak danmenyebar di seluruh wilayah kabupaten, bahankampanye tersebut malah dianggap tidakcukup.

Adapun penggunaan iklan media massa,baik cetak maupun elektronik yaitu radio dantelevisi pada dasarnya semua kandidat di tigakabupaten itu memanfaatkannya sesuai dengansyarat yang telah diatur oleh KPU.

Kampanye Memiliki Batasan WaktuUntuk memahami perbedaan kampanye

politik dengan kampanye pilkada, secarasederhana, melalui pemahaman konsep,kampanye pemilihan pilkada lebih kecilcakupannya dengan kampanye politik. Sebabpemilihan kepala daerah merupakan salah satudari beragam aktivitas politik yang ada. Seiringdengan waktu, kampanye politik menjadikampanye pilkada dipahami sebagai aktifitaspengumpulan massa, parade, orasi politik,pemasangan atribut partai dan pengiklananpartai dalam jangka waktu yang telahditentukan oleh panitia pemilihan. Jadi secaraumum kampanye politik itu tidak ada bataswaktunya, sedangkan kampanye pilkadasebagai suatu kegiatan pemilihan memilikiwaktu yang terbatas.

Pada konteks pilkada serentak 2015yang lalu, pelaksanaan kampanye merupakansalah satu tahapan dari proses penyelenggaraanpilkada. Masa kampanye dimulai dari tanggal27 Agustus 2015 sampai dengan 5 Desember2015 atau selama 101 hari. Masa kampanyeyang panjang ini menjadi kekhawatirantersendiri bagi penyelenggara pilkada olehkarena akan berpeluang terjadinya banyaksengketa kampanye, baik antar sesama

Page 76: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 267

pasangan calon, atau pasangan calon tersebutmelanggar aturan kampanye.

Hal ini diakui oleh salah seoranganggota KPU Pangkep, bahwa dengan jangkawaktu yang panjang, kemudian beberapakampanye yang metodenya hanya beda tipis,maka memberikan peluang pelanggarankampanye bagi para tim atau pasangan calon.Pihaknya menemukan peluang sengketakampanye yang begitu lebar, karena misalnyaketika calon berkampanye dengan tatap mukadan ketika calon berkampanye dengan modelruang terbuka, kedua metode kampanye ituhanya beda tipis, yang dibatasi hanya jumlahorangnya.

Begitu pula terhadap pengrusakan alatperaga kampanye, tim sukses dan anggotaPanwaslu dari Kabupaten Gowa menyebutkalau alat peraga kampanye berupa baliho,spanduk dan umbul-umbul sudah banyakhilang di lokasi sebelum masa kampanyeselesai. Akibatnya ada tim sukses yangmelakukan pencetakan dan penyebaran bahankampanye illegal karena tidak melalui KPUKabupaten.

Kampanye Mencakup Seperangkat AktivitasKomunikasi Yang Terorganisir

Harus dipahami bahwa kampanye politikmerupakan aktifitas komunikasi untukmempersuasi khalayak, sehingga mampumenarik perhatian untuk pada akhirnyamenentukan sikap memilih kandidat yangdinilai bagus. Kampanye yang baik adalahkampanye yang disusun dan direncanakandengan mengkaji berbagai pertimbangan-pertimbangan.

Dalam menjalankan metode kampanye,baik yang dilakukan oleh pasangan calonmaupun oleh KPU Kabupaten, terlebih dahulumelakukan perencanaan, baik dari sisipenganggaran, materi kampanye maupunsasaran yang akan dituju. Pada pelaksanaanmetode kampanye APK, Bahan Kampanye danIklan Kampanye, KPU Kabupaten sebagaipihak yang menfasilitasi pencetakan danpemasangannya melakukan koordinasi denganpara tim kampanye masing-masing pasangancalon.

Para tim kampanye pasangan calondiminta untuk mendesain materi dari ketigametode kampanye tersebut dengan syaratmengikuti aturan yang telah ditetapkan dalamPKPU Nomor 7/2015 tentang KampanyePilkada. Materi yang telah dibuat oleh timsukses diverifikasi dan difinalisasi oleh KPUuntuk kemudian dicetak bagi APK dan bahankampanye serta memesangkan space dan spot

untuk iklan kampanye di media cetak danelektronik.

Begitu pula para tim sukses dalammelaksanakan metode kampanye lainnyaseperti pertemuan terbatas, dialog tatap mukadan rapat umum, mereka harus lebih awalmembuat perencanaan kegiatan kampanyenya,lokasi dan waktunya termasuk pembiayaannyalalu melaporkannya kepada pihak KPU,Panwaslu dan pihak kepolisian.

Model Komponensial KampanyeModel ini mengambil komponen-

komponen pokok yang terdapat dalam suatuproses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur yang terdapat didalamnya meliputi: sumber kampanye, saluran,pesan, penerima kampanye, efek dan umpanbalik. Unsur-unsur ini harus dipandang sebagaisatu kesatuan yang mendeskripsikan dinamikaproses kampanye.

Komponen Sumber, secara umum siapapun yang terlibat dalam menggagas,merancang, mengorganisasikan danmenyampaikan pesan dalam sebuah kegiatankampanye dapat disebut pelaku kampanye atausumber kampanye. Ini berarti kegiatankampanye tidak dikerjakan oleh pelaku tunggalmelainkan tim kerja (teamwork). Zalmant dkk.(1982) membagi tim kerja kampanye dalamdua kelompok yakni, leaders (pemimpin-pemimpin atau tokoh-tokoh) dan supporters(pendukung di tingkat akar rumput). Dalamkelompok leaders terdapat kordinatorpelaksana, penyandang dana, petugasadministrasi kampanye dan pelaksana teknis.Sementara dalam kelompok supportersterdapat petugas lapangan atau kader,penyumbang dan simpatisan yang meramaikanacara kampanye.

Ketika dibatasi dalam ruang lingkupPilkada 2015 yang lalu, maka fenomenakampanye pilkada ini dapat dikatakan bahwapelaku sumber dari kampanye terdiri dari duapihak, yaitu KPU kabupaten/kota dan parapasangan calon. Pendefinisian pelakukampanye ini termaktub dalam PeraturanKomisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 7Tahun 2015 tentang Kampanye Pilkada.Pelaksanaan kampanye diatur dalam Pasal (5)dengan petikan sebagai berikut:1) Kampanye dilaksanakan oleh:

a. KPU Provinsi/KIP Aceh atauKPU/KIP Kabupaten/Kota; dan

b. Pasangan Calon dan/atau TimKampanye.

2) Kampanye yang dilaksanakan oleh KPUProvinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP

Page 77: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

268 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a, dilaksanakandengan metode:a. Debat publik atau debat terbuka antar

Pasangan Calon;b. Penyebaran Bahan Kampanye kepada

umum;c. Pemasangan Alat Peraga Kampanye;

dan/ataud. Iklan di media massa cetak dan/atau

media massa elektronik.3) Kampanye yang dilaksanakan Pasangan

Calon dan/atauTim Kampanyesebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf b, dilaksanakan dengan metode:a. Pertemuan terbatas;b. Pertemuan tatap muka dan dialog;

dan/atauc. Kegiatan lain yang tidak melanggar

larangan Kampanye dan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Jadi posisi KPU Kabupaten padapelaksanaan pilkada adalah sebagai regulatorsekaligus menjadi promotor dan bagian darileaders, KPU Kabupaten melaksanakan empatmetode kampanye sedangkan pasangan calondapat melaksanakan tiga metode kampanye.Hal ini menurut informan dari aktifis LSMbahwa di sinilah letak kelemahan dari undang-undang pilkada beserta turunannya, bagaimanabisa KPU sebagai penyelenggara pilkada jugabertindak sebagai pelaku kampanye ataupromotor, semestinya kampanye selalu beradapada ranah pasangan calon karena merekayang berkepentingan untuk dipilih olehkhalayak. Adapun KPU hanya berkepentinganbagaimana melaksanakan pilkada danmasyarakat memenuhi haknya untukmemberikan suara.

Meskipun dikatakan sebagai pelaku atausumber kampanye, namun pada dasarnya KPUdalam melaksanakan empat metode kampanyetersebut hanya menfasilitasi pencetakan danpemasangan APK dan Bahan Kampanye, sertapemesanan space dan spot di media massauntuk Iklan Kampanye. Desain dan isi materidari ketiga metode kampanye tersebut tetapberasal atau dibuat oleh para pasangan calondengan berbagai ketentuan terkait isi materi,ukuran dan durasi.

Fenomena ini pun kemudian yangmenjadi diskursus di tengah masyarakatmelihat keberadaan APK yang hanya dapatdilihat di lokasi tertentu dengan jumlahterbatas. Inilah kemudian yang membuatpersepsi masyarakat termasuk sejumlah

informan bahwa pelaksanaan kampanye olehKPU hanya memenuhi aspek prosedural saja.Menurut beberapa informan dari tim sukses,bahwa kebijakan ini juga menjadi alasan atautameng bagi pihaknya dalam memenuhidesakan permintaan dari para relawan-relawanyang menginginkan memasang baliho, spandukdi wilayahnya masing-masing, sebagaimanayang telah dilakukan pada pilkada-pilkadasebelumnya. Para tim sukses dan relawandilarang mencetak dan memasang APK selainyang dilakukan oleh KPU.

Dalam kehidupan nyata, setiap orangjuga berperan sebagai sumber pesan ataukomunikator bagi orang lain. Sebagai sumberinformasi, seseorang harus peduli dengankredibiltas dirinya sendiri, kredibilitas iniberkaitan dengan persepsi khalayak tentangkeefektifan seseorang sebagai pembicara.Demikian halnya dengan pelaku kampanye, Iaharus memperhitungkan kredibilitas dirinya dimata khalayak bila ingin pesan-pesan yangdisampaikannya didengarkan dan diterimakhalayak.

Dengan demikian sangat sulitmengatakan bahwa pada konteks pilkadainstitusi KPU sebagai sumber kampanye dapatmerepresentasikan diri sebagai masyarakat,oleh karena publik sudah memahami KPUadalah pihak penyelenggara yang bersifatindependen dan tidak bisa mewakili aspirasimasyarakat, kredibilitasnya adalah regulator,bukan peserta pilkada, di sinilah terjadiinkonsistensi pengertian dan pendefinisian daripelaku kampanye. Berbeda dengan pasangancalon, bahwa mereka-lah yang harus selalutampil sebagai bagian dari masyarakat yangakan memperjuangkan nasib masyarakat,sehingga mereka layak dipilih olehmasyarakat.

Komponen Pesan, kampanye selaludidahului oleh munculnya gagasan-gagasantertentu yang berkaitan penerimaan khalayakterhadap program atau gagasan yangditawarkan sehingga kandidat mendapatkanjumlah pemilih sebanyak-banyaknya. Sebuahgagasan dapat muncul karena berbagai alasan.Tetapi apa pun latar belakangnya suatugagasan pada akhirnya akan dikonstruksidalam bentuk pesan-pesan yang dapatdisampaikan kepada khalayak. Pesan-pesaninilah yang akan dipersepsi, ditanggapi,diterima atau ditolak oleh khalayak. Jadi intikampanye tidak lain adalah pesan.

Daya tarik pesan adalah salah satu faktorpenting bagaimana komunikasi dikatakanberhasil. Pada pilkada yang lalu, para pasangancalon memiliki gaya khas masing-masing

Page 78: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 269

dalam mengirim pesan kepada khalayakmelalui APK, Bahan Kampanye dan IklanKampanye. Untuk menarik perhatian, parapasangan calon membuat tagline masing-masing sebagai simbol terhadap diri pasangancalon ataukah spirit yang ingin dibangunbersama masyarakat. Contoh misalnya tagline“Sayang Ibu”dari Pasangan Calon Nomor Urut4 Pilkada Gowa Tenri Olleh YL-Hairil Muin,pasangan calon ini berharap, para kaumperempuan dan ibu-ibu bisa bersatumemilihnya karena Tenri Olle YL satu-satunyacalon perempuan dari 5 pasangan calon yangbertarung.

Selain itu para pasangan calon jugamenampilkan visi misi serta program kerja.Komunikator yang baik harus memperhatikanbagaimana mengemas sebuah pesan karena halitu akan menentukan efektifitas komunikasiyang dilakukan. Dengan kata lain, berhasil atautidaknya sebuah kegiatan kampanye tergantungpada sebaik apa ia mengolah, mendesain, danmengorganisasikan pesan kampanyenya. Padakonteks politik, visi misi dan program kerjayang menarik berfungsi sebagai upayamemersuasi khalayak sekaligus sebagai bagiandari kontrak politik yang akan mereka lakukanketika terpilih.

Adapun aspek kuantitatif pesan sepertipanjang/lama pesan, dan repetisi pada materikampanye di pilkada 2015 sudah ditentukanoleh KPU, sehingga para pasangan calon tidakbisa secara bebas membuat materi, durasipesan kampanye yang sesuai selera merekamasing-masing.

Komponen Penerima, Johnstonmenyatakan bahwa ada dua perspektif yangdapat digunakan untuk melihat siapa khalayakatau penerima. Yang pertama disebutperspektif individual dan kedua perspektifsosio cultural. Menurut Perspektif individu,efek dari pesan-pesan persuasif sulitdiperkirakan. Bagaimana pun hebatnya pelakukampanye, khalayak atau penerima tidak akanbegitu saja menuruti apa yang dikatakanmereka. Alasannya karena khalayak memilikikemampuan untuk mengacuhkan, menolakbahkan memberikan intrepretasi apa pun ataspesan yang disampaikan pelaku kampanye.Khalayak adalah individu –individu yangberpikir, memiliki perasaan, mengevaluasi,menentukan, beraksi dan bereaksi atas sesuatu.Karena alasan ini maka pesan-pesan kampanyeakan dipersepsi secara berbeda oleh setiapindividu dan akhirnya menghasilkan efek yangberagam pula.

Sebaliknya perspektif sosio cultural,memandang pesan-pesan kampanye dapat

menimbulkan efek yang relatif seragam padakhalayaknya berdasarkan asumsi bahwakhalayak adalah kumpulan orang yang salingberinteraksi dan saling berbagi keyakinan, nilaidan norma-norma budaya. Khalayak dipandangsebagai produk budaya tertentu, yang didalamnya terdapat berbagai sub-sub budaya.Dengan kata lain, faktor-faktor budayalah yanglebih memengaruhi penerimaan pesan-pesanpersuasif pada diri khalayak ketimbang faktorindividual. Bila suatu gagasan sejalan dengankarakteristik sosial dan kultural masyarakat,maka terbuka peluang gagasan tersebutditerima oleh sebagian besar anggotamasyarakat.

Dengan pembatasan jumlah APK, BahanKampanye dan Iklan Kampanye, maka parapasangan calon juga tidak bisa lagi mendesainmateri kampanye sesuai dengan sejumlahkarakteristik khalayak penerima pesan didaerah, sehingga pasangan calon hanyamendesain materi pesannya lebih umum agarbisa terima oleh semua kalangan.

Padahal seandainya metode kampanyetersebut tidak dibatasi maka tim suksespasangan calon dapat mengkreasikan materipesan sesuai dengan karakteristik targetpenerima atau sub-sub budaya di sejumlahAPK, bahan kampanye maupun iklankampanye. Pesan yang disesuaikan dengantarget penerima pesan dinilai sebagai bentukkomunikasi empati kepada berbagai lapisanmasyarakat tertentu, pasangan calon selalumemposisikan diri sebagai bagian dari targetpenerima pesan tersebut.

Komponen Efek, respons khalayakterhadap pesan kampanye dipengaruhi olehproses penerimaan dan pengolahan pesan atauinformasi yang dilakukan khalayak. Olehnyaitu pesan harus memiliki kemampuan tertentuyang dapat mendorong khalayak memberikanrespons positif sesuai harapan pelakukampanye. Beberapa aspek yang perlumendapat perhatian misalnya penekananterhadap apa yang akan dipersepsi orang,bagaimana pesan tersebut dapat menarikperhatian khalayak, serta bagaimana informasidalam pesan itu disimpan dan diingat olehpenerimanya.

Berdasarkan hasil penelitian, sejumlahinforman menyebut bahwa ketiga metodekampanye yang dibatasi tersebut sudah tidakefektif lagi dalam memengaruhi khalayakuntuk memilih kandidatnya. Pengaruhnyadinilai minim sekali dibanding metodekampanye yang sifatnya interaksi atau dialog.

Seorang informan tim sukses dariBulukumba sepakat kalau alat peraga

Page 79: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

270 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

kampanye itu merupakan upaya masing-masing kandidat untuk mempromosikandirinya. Namun menurutnya hal itu hanyaefektif dipakai kalau hanya sekedar mausosialisasi dan menyampaikan misalnya bahwa“Saya ada di Bulukumba mau jadi bupati”,maka sudah cocok dilakukan denganmenggunakan APK, yang biasanya dilakukanmenjelang pilkada berlangsung, namun ketikaAPK tersebut diandalkan untuk menjadi alatmemersuasi agar khalayak memilih, maka itusudah tidak tepat untuk konteks pilkada.

Informan lain menganggap pesan yangdisampaikan pada APK tersebut sangat tidakrepresentatif untuk mempengaruhi warga, jauhdari harapan, pesannya tidak sampai, kalau punsampai itu hanya nol koma berapa persenhasilnya. Jadi menurutnya yang bikin suksespilkada kemarin itu hanya karena para kandidatyang gencar melakukan kampanye door todoor. Olehnya itu pada pilkada serentak 2015yang lalu, para tim sukses dan orang parpolsudah tidak mengandalkan penggunaan APKsaat masa kampanye. Setiap calon kandidatmemiliki strategi-strategi tertentu. Tim sukseslebih banyak melakukan kampanye dalambentuk sosialisasi

Komponen Umpan Balik, ketiga metodekampanye APK, Bahan Kampanye dan IklanKampanye dipahami sebagai bentukkomunikasi satu arah yang menggunakanpendekatan transmisi (transmission approach)ketimbang pendekatan interaksi (interactionapproach). Alasan yang mendasarinya adalahbahwa kampanye merupakan kegiatankomunikasi yang direncanakan, bersifatpurposive (bertujuan), dan sedikit membukapeluang untuk saling bertukar informasidengan khalayak yang bersifat persuasivedimana sumber (campaigner) secara aktifberupaya mempengaruhi penerima(campaignee) yang berada dalam posisi pasif.

Dengan demikian sangat sulitdiharapkan umpan balik dari penerima pesanlebih cepat dan lebih sering terjadi, oleh karenaadanya keterbatasan dan perbedaan posisidalam proses bertukar pesan selama kampanyeberlangsung. Olehnya itu berdasarkan hasilpenelitian, para tim sukses menilai pendekataninteraktif lebih efektif dan realistis, karenamereka bisa lebih cepat melihat dan merasakanumpan balik atau respon dari khalayakpenerima pesan bahwa apakah merekamendukung atau menolak, siap atau tidak siapmemberikan suaranya pada hari pemungutansuara.

Kalau pun ada gangguan (noise) daripenggunaan metode kampanye APK, biasanya

terjadi karena APK tersebut rusak atau hilang,baik yang disengaja maupun tidak disengajaseperti faktor alam.

Komponen Saluran, secara umumSchramm (1973) mengartikan saluran(kampanye) sebagai perantara apapun yangmemungkinkan pesan-pesan sampai kepadapenerima. Sementara Klingemann danRommele (2002) secara lebih spesifikmengartikan saluran kampanye sebagai segalabentuk media yang digunakan untukmenyampaikan pesan kepada khalayak.Bentuknya dapat berupa kertas yang digunakanuntuk menulis pesan, telepon, internet, radio,atau bahkan televisi.

Ketiga metode kampanye yangdifasilitasi oleh KPU merupakan salurankomunikasi dalam tiga kategori yaitu AlatPeraga Kampanye sebagai Media Luar Ruang,Bahan Kampanye sebagai Media Format Kecildan Iklan Kampanye sebagai media massacetak dan elektronik. Meski jangkauannyatidak sejauh media elektronik dan media cetak,tetapi media luar ruang seperti spanduk, baliho,reklame, iklan bus, bendera, umbul-umbul,balon, dan iklan pohon cukup memberipengaruh pada orang yang lalu lalang atauyang melihat media tersebut.

Adapun media format kecil biasanyadigunakan oleh para petugas kampanye ketikamereka melakukan kampanye door to door,media format kecil seperti selebaran, brosurdan pamflet itu membantu petugas kampanyedalam menyampaikan gagasan-gagasan darikandidatnya. Mereka tidak perlu lagi terkurastenaganya untuk menjelaskan secara lisan apayang mereka tawarkan kepada khalayak.Masalahnya pada pengalaman pilkada diKabupaten Pangkep, ada tim sukses mengeluhdengan jumlah bahan kampanye yang telahdicetak oleh KPU Kabupaten, menurutnyajumlah bahan kampanye tersebut terlaluberlebihan, pihaknya tidak bisa menyalurkansemua bahan kampanye tersebut karenaketerbatasan jumlah tim dan biaya untukmengongkosi penyebaran bahan kampanyetersebut.

Menurut salah seorang anggota KPUKabupaten Pangkep, para pasangan calonmemiliki perbedaan dalam melihat efektifitasdari berbagai metode kampanye yangdilakukan, oleh karena masing-masing mediaatau saluran kampanye memiliki kelebihan dankekurangan, sehingga tergantung darikebutuhan tim kampanye seperti apa salurankampanye yang mereka gunakan untukmendapatkan pemilih sebanyak-banyaknya.Anggota KPU itu mengaku, pihaknya sudah

Page 80: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 271

menfasilitasi para pasangan calon untukberiklan kampanye di media televisi Nasional,namun ada beberapa tim kampanye pasangancalon tidak memanfaatkan spot iklan tersebutsampai masa kampanye berakhir. Alasan daripara tim kampanye adalah faktor tidakmemiliki waktu dan tim kreatif untuk membuatiklan kampanye audiovisual tersebut.

Perilaku PemilihBerdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan diperoleh beberapa preferensiperilaku memilih di Kabupaten Bulukumba,Pangkep dan Gowa dengan menggunakanpendekatan teori Richard R. Lau dan David P.Redlawsk (2006) yang dalam bukunya “HowVoter Decide” memperkenalkan teori tentangperilaku memilih. Dalam buku tersebut adalima faktor penentu pilihan politik yaitu faktorAffect Referral, Endorsement, Familiarity,Habit, Viability. Adapun pembahasannyadijelaskan sebagai berikut :

Pertama, Faktor Affect Referral.Pengaruh rujukan di sini yang dimaksud adalahjika pemilihan kepala daerah diikuti olehbeberapa kandidat maka pemilih akancenderung memilih seorang calon yang cukupfamiliar bagi mereka dengan menggunakanrujukan, bahwa kandidat yang sudah pernahmengikuti pemilihan yang sebelumnyawalaupun jenis pemilihannya berbeda, apakahitu pemilihan legislatif atau eksekutif, makakandidat calon itulah yang akan mereka pilih.Jadi, pemilih memiliki memory dan sudahmengenal salah satu kandidat melaluipemilihan-pemilihan umum sebelumnya, halinilah yang menjadi rujukan pemilih untukmemilih salah satu kandidat calon.

Pada pilkada tiga kabupaten yang lalu,pengaruh rujukan terhadap figur kandidatmasih sangat kuat, ini buktikan denganpemenang dari pilkada Bulukumba adalahmantan bupati pada dua periode sebelumnyayakni A.M. Sukri Sappewali. Ketika iamencalonkan kembali di pilkada 2015, iakemudian terpilih, alasannya mudah ditebakbahwa dia sudah sangat familiar denganmasyarakat Bulukumba dan masih dianggaplebih baik dari figur- figur lainnya yang ikutbertarung di pilkada.

Hal yang sama terjadi di pilkadaPangkep, yang memenangkan pilkada adalahpetahana Bupati Pangkep Syamsuddin Hamid,meski dia bertarung dengan petahana wakilbupatinya dalam arti pecah kongsi, dia mampumengalahkan mantan wakil bupatinya Abd.Rahman Assagaf dengan selisih suara yangtidak terlalu besar. Artinya keduanya

merupakan figur yang sangat familiar dimasyarakat Pangkep. Hal ini diakui olehinforman dari Pangkep bahwa yang sebenarnyabertarung adalah kandidat nomor 1 yaknipetahana wakil bupati dan kandidat nomor 4petahana bupati. Dua pasangan calon lainnyahanya pelengkap, dan terbukti perolehansuaranya tertinggal jauh dari kedua petahanaini.

Adapun pemenang pilkada di KabupatenGowa adalah anak dari mantan bupatisebelumnya yang telah menjabat dua periode,meskipun pihak pemenang mengklaim diribahwa berdasarkan hasil survey merekamemang unggul dari segi popularitas danelektabilitas, namun tim sukses dari pasangancalon lainnya menuding bahwa yang bekerjadibalik itu semua adalah bapaknya yangmantan bupati. Artinya faktor rujukan disinitetap ada karena bapaknya sudah sangatfamiliar di masyarakat Gowa, termasuktudingan dari berbagai pihak bahwa birokrasipemerintahan Kabupaten Gowa berpihakkepada pasangan calon anak dari mantanbupati. Hal ini diakui oleh salah satu informandari Gowa bahwa selain karena melihat figur,visi misi dan program kerja, tapi yang terkesandi Gowa adalah sistem pemaksaan memilih.Dirinya melihat pemerintah setempat terlibatdalam hal mengarahkan masyarakat untukmemilih.

Informan dari KPU Pangkep menilaibahwa masyarakat secara mayoritas masihmemilih karena figur. Figur dalam arti terkenalorangnya karena sering muncul di permukaansejak awal. Kalau yang memilih karena uangitu hanya kasus pergeseran konsistensi saja,bukan karena ada uangnya tapi karenadipengaruhi saja. Dia juga melihat tergantungdari kemampuan masing-masing tim untukmemberikan pengaruh, tapi rata-ratamasyarakat sudah bisa merasionalkan siapacalon yang lolos dan menjadi pemenang.

Kedua, Faktor Endorsements.Pendekatan endorsement ini sedikit miripdengan pendekatan sosiologis dari aspekkelompok. Seseorang memilih kandidat calonkarena adanya saran atau masukan dari orang-orang terdekat, baik itu keluarga ataupunteman dekat, kemudian juga bisa dipengaruhioleh kepercayaan seorang pemilih terhadapsalah satu elit politik yang mendukung salahsatu kandidat calon.

Faktor ini berlaku terhadap peranan daripara tim sukses, masyarakat terkadang memilihkandidat bukan karena pasangan calonnya,namun faktor siapa tim suksesnya. Ketika timsukses pasangan calon tertentu adalah

Page 81: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

272 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

kerabatnya atau keluarganya, maka dia lebihcenderung mengikuti saran atau ajakan dari timsukses tersebut. Faktor peran tim sukses inijuga menjadi penting dalam suatu pemilihanseperti pilkada, oleh karena tidak semuamasyarakat mengetahui atau mengenal lebihdekat pasangan calon yang bertarung.

Informan oleh Aktifis LSM dari Gowamenyampaikan bahwa pada konteks Gowasekarang ini, terkadang masyarakat memilihkandidat itu oleh karena faktor kedekatandengan tim suksesnya, misalnya timnyakandidat A adalah keluarga atau teman,sehingga orang tersebut ikut pada apa pilihandari tim sukses yang menjadi teman ataukeluarganya itu. Jadi lebih kepadapersaudaraan bukan melihat siapa calonnya,tapi mereka melihat siapa yang mengajakdalam memilih kandidat tertentu.

Ketiga, Faktor Familiarity. Jika pemilihdihadapkan oleh beberapa kandidat calon makapemilih akan lebih cenderung memilih calonyang sudah tidak asing lagi bagi mereka, jadipemilih akan memilih kandidat calon yangsudah mereka kenal maka ia akan memilihkandidat calon yang ia kenal walaupunkandidat calon tersebut sama atau sedikit lebihunggul dari calon-calon lainnya.

Pada konteks pilkada, faktor familiarityini sangat mirip dengan faktor rujukansebelumnya, bahwa pada dasarnya hampirsemua orang yang terlibat atau menjadikandidat bupati dan wakil bupati adalah orang-orang yang sudah pengalaman di dunia politik,tokoh masyarakat atau mereka adalah pejabatpemerintahan, yang tentunya merupakanpublik figur yang rata-rata masyarakat sudahmengenalnya. Namun penting diketahui bahwapopularitas itu tidak berbanding lurus denganketerpilihan saat pemungutan suara. Daripemenang pilkada di tiga kabupaten ini,semuanya memang merupakan calon yanglebih dikenal. Pemenang pilkada Bulukumbaadalah mantan Bupati Bulukumba A.M. SukriSappewali yang berpasangan dengan WakilKetua DPRD Bulukumba hasil pemilu 2014Tomy Satria Yulianto. Begitu pula pemenangdi Kabupaten Pangkep adalah petahana BupatiPangkep Syamsuddin A Hamid yangberpasangan dengan Syahban Sammana yangmerupakan pejabat birokrat Pemda Pangkep.Adapun pemenang di Kabupaten Gowa adalahanak dari mantan Bupati Gowa Ichsan YasinLimpo, Adnan Purichta IYL yang berpasangandengan pejabat senior Pemda Gowa Abd RaufMalaganni yang akrab disapa Karaeng Kio.

Keempat, Faktor Habit. Pemilihmelakukan pemilihan berdasarkan

kebiasaannya. Kebiasaan di sini adalahkebiasaan memilih partai tertentu jadi pemilihtersebut sudah biasa memilih partai tertentu dipemilihan-pemilihan sebelumnya. Kebiasaanini biasa berasal dari kebiasaan diri sendiri ataukebiasaan yang ditularkan oleh keluarga.

Pada konteks pilkada, faktor ini tidakterlalu penting oleh karena pemilih cenderungmemilih karena faktor figur kandidat bukanfaktor partai politik yang mengusung kandidat.Faktor ini hanya berlaku bagi pengurus partaipolitik yang mengusung kandidat tertentu olehkarena ada hubungan psikologis dengan partaiyang menjadi wadah aspirasi politiknya.Namun menurut informasi dari beberapainforman di tiga kabupaten banyak daripengurus partai politik memilih mendukungkandidat lain yang tidak diusung olehpartainya.

Ini sekali lagi membuktikan bahwapilkada itu adalah pertarungan figur, bukanpertarungan partai politik. Masyarakat masihkurang percaya pada partai politik akibat ulahyang dilakukan oleh oknum partai tertentuselama ini yang menerapkan sistem “maharpolitik” kepada para bakal calon untukmengendarai partai politiknya. Pada pilkadaGowa misalnya pemenangnya adalah kandidatyang maju lewat jalur perseorangan. Malah adapartai politik yang seharusnya dapatmengusung pasangan calon justru memilihtidak mengusung dan mendukung calonperseorangan.

Kelima, Faktor Viability. Walaupunpelaksanaan pemilihan belum dilaksanakanakan tetapi biasanya masyarakat telah memilikipendapat atau pandangan kandidat mana yangmemiliki peluang paling besar untuk menang.Hal inilah yang dimaksud faktor Viability,pemilih bisa menilai calon yang berpeluangmenang bisa dari berbagai sudut pandang,misalkan karena calon memiliki kekayaan yangbanyak, jaringan calon yang luas, serta sudahberkuasa sebelumnya.

Faktor Viability biasanya berlaku bagipasangan calon yang terlihat lebih dominandibandingkan dengan calon lainnya. Ketikapasangan calon tertentu terkesan sulitdikalahkan maka massa mengambang (swingvoters) akan lebih cenderung memilih kandidatyang mendominasi dan berpeluang menang.

Berdasarkan hasil penelitian, faktorViability ini akan lebih kuat ketika sesudahpelaksanaan rapat umum pasangan calon danmendekati hari pencoblosan. Menurutpengakuan tim sukses dari Pangkep bahwapenting bagi pasangan calon melakukan rapatakbar atau rapat umum, oleh karena di

Page 82: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Pembatasan Kampanye dan Rendahnya Partisipasi

Pemilih Pilkada 2015 Andi Ayatullah Ahmad 273

kampanye seperti inilah kandidat melakukanshow force, dengan mendatangkan masyarakatyang lebih banyak guna memperlihatkankekuatan kepada lawan terutama kepadamasyarakat yang belum menentukanpilihannya atau swing voter, karena informantersebut mengakui bahwa masih banyaksebenarnya masyarakat mendekati haripencoblosan yang belum ada pilihannya karenamereka menunggu informasi siapa kandidatyang kuat, biasanya mereka akan ikut padakandidat yang dirasa kuat menjadi pemenang,karena mereka mengingingkan pilihannya yangmenjadi pemenang.

PENUTUPDari hasil penelitian dan pembahasan

dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagaiberikut:

SimpulanPertama, Pembatasan kampanye

bukanlah faktor yang dominan menyebabkanrendahnya partisipasi pemilih, namun lebihdisebabkan oleh faktor jumlah Daftar PemilihTetap (DPT) yang terlalu besar yang tidaksesuai dengan kondisi riil jumlah pemilih dikabupaten sehingga memengaruhi bilanganpembagi saat menghitung angka partisipasipemilih.

Kedua, Faktor lainnya yangmenyebabkan rendahnya partisipasi pemilihadalah adanya kejenuhan masyarakatmengikuti berbagai event pemilihan,masyarakat apatis terhadap pelaksanaan pestademokrasi termasuk dalam memilih kandidatbupati dan wakil bupati, sikap pragmatismasyarakat yang hanya mau memilih ketikaada imbalan materi, serta faktor teknis lainnyayaitu tidak terdaftar dalam DPT, tidakmendapatkan undangan pemilih atau Form C6dan Tempat Pemungutan Suara atau TPSnyaberpindah ke tempat yang lebih jauh.

Ketiga, Alat Peraga Kampanye (APK)yang terdiri dari baliho, spanduk dan umbul-umbul tidak lagi menjadi media kampanyeyang efektif untuk memengaruhi khalayakuntuk memilih kandidat tertentu, tapifungsinya lebih cocok digunakan menjelangpilkada dengan tujuan membangun citra danmeningkatkan popularitas bakal calon dalampilkada. Dan sedikit atau banyaknya jumlahAPK saat kampanye pilkada bukanlah faktorutama yang menyebabkan keterpilihankandidat.

SaranPertama, Dalam pemutakhiran data

pemilih, sebaiknya KPU membangun sistem

pendataan pemilih secara otonom, datakependudukan dari BPS dan Kemendagrihanya sebagai referensi pembanding.

Kedua, Melakukan revisi regulasipilkada dengan catatan perubahan bahwa AlatPeraga Kampanye, Bahan Kampanye dan IklanKampanye dikembalikan ke pasangan calondalam hal pengadaan dan pemasangan, KPUKabupaten/kota hanya menentukan ukuran,durasi, dan rambu-rambu materinya sertamenentukan jumlah dan titik lokasipemasangan untuk APK denganmempertimbangkan letak wilayah dan jumlahpenduduk.

Ketiga, Mengatur dengan jelas dalamperaturan teknis kampanye tentang urutanpemasangan APK pasangan calon pada titikyang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

BukuAnggraini, Titi dkk. (2015). Menuju Pilkada

Serentak Nasional 2021. Jakarta:Yayasan Perludem

Cangara, Hafied (2014a). Pengantar IlmuKomunikasi. Edisi Kedua. Depok:Rajawali Pers

____________________ (2014b). KomunikasiPolitik. Jakarta: Raja GrafindoPersada.

Damsar (2010). Pengantar Sosiologi Politik.Jakarta: PT Kencana Prenada MediaGrup

Firmanzah (2007). Manajemen Kampanye.Bandung: Simbiosa Pratama

Mujani, Saiful, dkk. (2012). Kuasa Rakyat.Jakarta: Mizan Publika

Hasrullah (2014). Opium Politik danDramaturgi. Jakarta: Prenadamedia.

Hollyson, Rahmat (2015). Pilkada PenuhEuforia Miskin Makna. Jakarta: Bestari

Kriyantono, Rahmat (2014). Teknik PraktisRiset Komunikasi. Jakarta: KencanaPrenadamedia.

Lau R.R, & Redlawsk D.P. (2006). HowVoters Decide: Information Processingin Election Campaigns. New York:Cambridge University Press.

Nimmo, Dan (1999). Komunikasi Politik,Komunikator, Pesan dan Media.Bandung: Remaja Karya

Pawito (2009). Media Massa dan KampanyePemilihan. Yogyakarta: Jalasutra

Subiakto, Henry (2014). Komunikasi Politik,Media, dan Demokrasi. Jakarta:Kencana

Page 83: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

274 Jurnal Pinisi Research | Volume 8 Nomor 4 | Edisi November 2016

Venus, Antar (2012). Manajemen Kampanye.Bandung: Simbiosa Pratama.

Sumber Lainnyahttp://www.tribunnews.com/nasional/2015/12/

16/tingkat-partisipasi-pilkada-erentak-hanya-capai-6402-persen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8Tahun 2015 Tentang Perubahan AtasUndang-Undang Nomor 1 Tahun 2015Tentang Penetapan PeraturanPemerintah Pengganti Undang-UndangNomor 1 Tahun 2014 TentangPemilihan Gubernur, Bupati, danWalikota Menjadi Undang-Undang.

Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU)Nomor 7 Tahun 2015 TentangKampanye Pemilihan Gubernur danWakil Gubernur, Bupati dan WakilBupati, dan/atau Walikota dan WakilWalikota

Page 84: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Abdul Rajab, SP., M. SiLahir pada Tanggal 12Maret 1962 di BulukumbaPropinsi Sulawesi Selatan.Anak Pertama dari 6bersaudara, dari pasanganMassaloko Jumar danBongko’ Maemuna.Pendidikan formal ygpernah diikuti, yaitu SDN165 Bira pada Tahun 1974,

SMPN Bonto Tiro pada Tahun 1977, SMAN 198(Sekarang SMAN 1) Bulukumba pada Tahun 1981,D1 Penyuluhan Pertanian UNHAS pada Tahun 1990,Akademi Penyuluhan Pertanian/D3 APP Gowa padaTahun 1995, S1 Komunikasi Penyuluhan PertanianUI-Makassar pada Tahun 2003, S2 Agribisnis UI-Makassar pada Tahun 2015.Karya Ilmiah Akademik yang pernah dibuat: (1)Efisiensi Pemasaran Kakao Berkelompok, 1995 (APPGowa), (2) Perenc. Partisipatif Penyus Programa PPBPP, 2003 (Skripsi S1- UIM), (3) Analisis FinansialPengolahan hasil kakao di Kab . Bulukumba, 2015(Tesis S2- UIM).Sejak Tahun 1988 penulis diangkat menjadi CPNS(II/a) sebagai Penyuluh Pertanian di Kabupaten Bone(PPL Bimas), sampai dengan tahun 1992. KemudianTugas Belajar di APP Gowa sampai dengan 1995.Pada Tahun 1996 di tugaskan di KabupatenBulukumba sampai sekarang (2016) dengan pangkatPembina Utama Muda (IV/c), dan Jabatan PenyuluhPertanian Madya. Menjadi Tim penilai angka kreditPenyuluh pertanian Kabupaten Bulukumba sejakTahun 2012 sampai sekarang (2016).Diklat Fungsional yang pernah diikuti, sebagaiberikut : Orientasi PPL(1986), Dasar I PPL (1990),Programa Penyuluhan Terpadu (1981), Latihan PPLsub sector perkebunan (1996), Metode Partisipatif(1999), Fasilitator Pelks Konstruksi/FMIS (1999),Fasilitator Perencanaan /FMIS (1999), Kelembagaan

Tani dan Koperasi (2000), Peningkatan PenyuluhanPertanian (2000), Pemberdayaan Masyarakat (2000),Perenc Parts. Pemb. Masy (P3MD (2000)),Perencanaan Partisipatif (2000), Total QualityManajemen/TQM 2001), Partisipatory RuralAppraisal/PRA (2005), TOT PUAP bagi Penyuluh(2009), Teknis Penulisan Karya Ilmiah (2009), SL-PPHP Perkebunan (“Kakao”) (2001). SertifikasiKompetensi Penyuluh Pertanian Level Supervisor(2013).Diklat Teknis yang pernah diikutiu sebagai berikut :PLPT KOPI (1983), PLPT Kapas (1983), PHT Kapas(1988), Introduction to COMPUTER (1992),Wordstar Profesional Computer (1992),Kewirausahaan 1998), Pengolahan Kopi (2004),Perkoperasian (2012), Pasca Panen dan PengolahanHasil Pertanian (2013).

Nirwati Masri, S. Ag,M. PdLahir pada tanggal 20Desember 1968 daripasangan H. MasriLambaji dengan Hj. StAisyah,di KalumpangDesa Tritiro kec. BontotiroKabupaten Bulukumba.Penulis adalah anak keduadari dua bersaudara.

Mengawali jenjang pendidikan formal pada tahun1975 di SDNegeri 134Kalumpang dan tamatpadatahun 1981. Melanjutkan studi ke PesantrenIMMIM Putri Minasa Te’ne Pangkep selama 6 tahundan tamat pada tahun 1987.Pada tahun1987melanjutkan studi S1 di IAIN Alauddin UjungPandang dan selesai pada tahun 1992. Tahun2012peneliti berkesempatan melanjutkan studi kejenjang S2 Program Pascasarjana Universitas NegeriMakassar pada program studi Pendidikan Biologi.

Biodata Penulis

VOL. 8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 85: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

Dr. Ir. Yulia AsniKurniawati, M. SiLahir di Surabaya pada 31Juli 1967, dari penikahanayahanda Drs. H.Muhammad SammangSanusi dengan ibunda SriWahyuti. Pendidikansekolah dasar di selesaikandi Surabaya.

Setamat dari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri10 Surabaya, pada tahun 1986 lolos di UniversitasHasanuddin, Makassar melalui jalur PMDK(Penelusuran Minat dan Bakat) pada FakultasPeternakan, Konsentrasi Budidaya Perikanan, danlulus pada awal Tahun 1992. Selanjutnya pada Tahun1992, diterima bekerja di Balai Latihan PegawaiPertanian (BLPP), Batangkaluku sebagai tenagahonorer sampai dengan Tahun 1993, sekaligusmenjadi guru pada SMK Perikanan di KabupatenGowa. Pada Tahun 1995 beralih dari tenaga teknismenjadi tenaga fungsional Widyaiswara sampaisekarang pada Balai Besar Pelatihan PertanianBatangkaluku, Gowa- Sulawesi Selatan.Pernah menjadi staf pengajar pada Sekolah TinggiIlmu Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Dewa padaTahun 2008-2009. Gelar Magister Agribisnis danDoktor Ilmu Pertanian juga diperoleh dari UniversitasHasanuddin, pada Tahun 2000 dan 2009.

Irmawati, S. Pd., M. Pd.Lahir pada tanggal 18November 1975 daripasangan A. Muh. Djabirdengan A. Suharbia, di desaBialo Barabba kec.Gantarang KabupatenBulukumba. Penulis adalahanak ketiga dari limabersaudara.

Mengawali jenjang pendidikan formal pada tahun1982 di SD Negeri 185 Bialo dan tamat pada tahun1988. Melanjutkan studi ke SMP Negeri BialoKabupaten Bulukumba dan tamat pada Tahun 1991.Setelah menyelesaikan Studi di SMP kemudianmelanjutkan pendidikan menengah di SMA Negeri IKabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun 1994.Pada tahun 1996 melanjutkan studi di D2 JurusanPendidikan Guru SD Ikip Makassar. Studi D2diselesaikan penulis pada tahun 1998.Di Tahun 2000 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Biologi di STKIP MuhammadiyahBulukumba dan dapat menyelesaikan kuliah padatahun 2002. Penulis mengawali karir sebagai pegawainegeri sipil di SMA Muhammadiyah Bulukumba padatahun 2006. Tahun 2012 peneliti berkesempatanmelanjutkan studi ke jenjang S2 Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar padaprogram studi Pendidikan Biologi.

Hasnih, S. Pd., M. PdLahir pada tanggal 14 April1968 dari pasanganMuhammad Nasir L. denganHj. St. Hawisah Camar, diKabupaten Bulukumba.Penulis adalah anak keduadari enam bersaudaraMengawali jenjangpendidikan formal pada

tahun 1975 di SD Negeri no. 6 Kasuara kabupatenBulukumba dan tamat pada tahun 1981. Melanjutkanstudi ke SMP Negeri 1 Bulukumba dan tamat padaTahun 1984. Setelah menyelesaikan Studi di SMPkemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMANegeri 198 Bulukumba dan tamat pada tahun 1987.Pada tahun 1987 melanjutkan studi di JurusanPendidikan Kimia D3 F.MIPA IKIP Ujung Pandangmelalui jalur UMPTN. Studi D3 diselesaikan penulispada tahun 1991. Penulis mengawali karir sebagaipegawai negeri sipil di SMA Negeri Bunta KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1994s.d tahun 1995. Kemuadian pada bulam April tahun1995 dimutasi ke SMA Negeri 1 Luwuk KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah dan bertugassampai pada tahun 2002. Dalam kurung waktutersebut peneliti memulai hidup berumah tanggadengan seorang perjaka bernama Ruslidari TNI ADtepatnya pada bulan Desember 1997 sampai sekarangdan telah dikarunia dua orang anak (Zainul Lutfhi ,dan Nurul Fajriah R.).Pada Tahun 1997 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Kimia di Universitas Negeri Makassar dandapat menyelesaikan kuliah pada tahun 1998. Danatas permintaan sendiri pada bulan Maret 2002peneliti dimutasi lagi ke SMA Negeri 7 Bulukumba dikabupaten BulukumbaProvinsi Sulawesi - Selatan danbertugas sampai sekarang. Akhirnya pada Tahun 2012peneliti berkesempatan melanjutkan studi ke jenjangS2 Program Pascasarjana Universitas NegeriMakassar pada program Studi Pendidikan Kimia. Dandapatmenyelesaikanstudi dan yudisiumpadatanggal 14Juli 2014.

Yusrawita Bahar, S. Pd.,M. PdLahir di Bulukumba padatanggal 17 Oktober 1972 daripasangan ayah H.Baharuddindan ibu Hj. ST.Haminang.Penulis merupakan anakKedua dari dua orangbersaudara. Pendidikanformal penulis dimulai

Dr. Ir. Yulia AsniKurniawati, M. SiLahir di Surabaya pada 31Juli 1967, dari penikahanayahanda Drs. H.Muhammad SammangSanusi dengan ibunda SriWahyuti. Pendidikansekolah dasar di selesaikandi Surabaya.

Setamat dari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri10 Surabaya, pada tahun 1986 lolos di UniversitasHasanuddin, Makassar melalui jalur PMDK(Penelusuran Minat dan Bakat) pada FakultasPeternakan, Konsentrasi Budidaya Perikanan, danlulus pada awal Tahun 1992. Selanjutnya pada Tahun1992, diterima bekerja di Balai Latihan PegawaiPertanian (BLPP), Batangkaluku sebagai tenagahonorer sampai dengan Tahun 1993, sekaligusmenjadi guru pada SMK Perikanan di KabupatenGowa. Pada Tahun 1995 beralih dari tenaga teknismenjadi tenaga fungsional Widyaiswara sampaisekarang pada Balai Besar Pelatihan PertanianBatangkaluku, Gowa- Sulawesi Selatan.Pernah menjadi staf pengajar pada Sekolah TinggiIlmu Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Dewa padaTahun 2008-2009. Gelar Magister Agribisnis danDoktor Ilmu Pertanian juga diperoleh dari UniversitasHasanuddin, pada Tahun 2000 dan 2009.

Irmawati, S. Pd., M. Pd.Lahir pada tanggal 18November 1975 daripasangan A. Muh. Djabirdengan A. Suharbia, di desaBialo Barabba kec.Gantarang KabupatenBulukumba. Penulis adalahanak ketiga dari limabersaudara.

Mengawali jenjang pendidikan formal pada tahun1982 di SD Negeri 185 Bialo dan tamat pada tahun1988. Melanjutkan studi ke SMP Negeri BialoKabupaten Bulukumba dan tamat pada Tahun 1991.Setelah menyelesaikan Studi di SMP kemudianmelanjutkan pendidikan menengah di SMA Negeri IKabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun 1994.Pada tahun 1996 melanjutkan studi di D2 JurusanPendidikan Guru SD Ikip Makassar. Studi D2diselesaikan penulis pada tahun 1998.Di Tahun 2000 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Biologi di STKIP MuhammadiyahBulukumba dan dapat menyelesaikan kuliah padatahun 2002. Penulis mengawali karir sebagai pegawainegeri sipil di SMA Muhammadiyah Bulukumba padatahun 2006. Tahun 2012 peneliti berkesempatanmelanjutkan studi ke jenjang S2 Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar padaprogram studi Pendidikan Biologi.

Hasnih, S. Pd., M. PdLahir pada tanggal 14 April1968 dari pasanganMuhammad Nasir L. denganHj. St. Hawisah Camar, diKabupaten Bulukumba.Penulis adalah anak keduadari enam bersaudaraMengawali jenjangpendidikan formal pada

tahun 1975 di SD Negeri no. 6 Kasuara kabupatenBulukumba dan tamat pada tahun 1981. Melanjutkanstudi ke SMP Negeri 1 Bulukumba dan tamat padaTahun 1984. Setelah menyelesaikan Studi di SMPkemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMANegeri 198 Bulukumba dan tamat pada tahun 1987.Pada tahun 1987 melanjutkan studi di JurusanPendidikan Kimia D3 F.MIPA IKIP Ujung Pandangmelalui jalur UMPTN. Studi D3 diselesaikan penulispada tahun 1991. Penulis mengawali karir sebagaipegawai negeri sipil di SMA Negeri Bunta KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1994s.d tahun 1995. Kemuadian pada bulam April tahun1995 dimutasi ke SMA Negeri 1 Luwuk KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah dan bertugassampai pada tahun 2002. Dalam kurung waktutersebut peneliti memulai hidup berumah tanggadengan seorang perjaka bernama Ruslidari TNI ADtepatnya pada bulan Desember 1997 sampai sekarangdan telah dikarunia dua orang anak (Zainul Lutfhi ,dan Nurul Fajriah R.).Pada Tahun 1997 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Kimia di Universitas Negeri Makassar dandapat menyelesaikan kuliah pada tahun 1998. Danatas permintaan sendiri pada bulan Maret 2002peneliti dimutasi lagi ke SMA Negeri 7 Bulukumba dikabupaten BulukumbaProvinsi Sulawesi - Selatan danbertugas sampai sekarang. Akhirnya pada Tahun 2012peneliti berkesempatan melanjutkan studi ke jenjangS2 Program Pascasarjana Universitas NegeriMakassar pada program Studi Pendidikan Kimia. Dandapatmenyelesaikanstudi dan yudisiumpadatanggal 14Juli 2014.

Yusrawita Bahar, S. Pd.,M. PdLahir di Bulukumba padatanggal 17 Oktober 1972 daripasangan ayah H.Baharuddindan ibu Hj. ST.Haminang.Penulis merupakan anakKedua dari dua orangbersaudara. Pendidikanformal penulis dimulai

Dr. Ir. Yulia AsniKurniawati, M. SiLahir di Surabaya pada 31Juli 1967, dari penikahanayahanda Drs. H.Muhammad SammangSanusi dengan ibunda SriWahyuti. Pendidikansekolah dasar di selesaikandi Surabaya.

Setamat dari Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri10 Surabaya, pada tahun 1986 lolos di UniversitasHasanuddin, Makassar melalui jalur PMDK(Penelusuran Minat dan Bakat) pada FakultasPeternakan, Konsentrasi Budidaya Perikanan, danlulus pada awal Tahun 1992. Selanjutnya pada Tahun1992, diterima bekerja di Balai Latihan PegawaiPertanian (BLPP), Batangkaluku sebagai tenagahonorer sampai dengan Tahun 1993, sekaligusmenjadi guru pada SMK Perikanan di KabupatenGowa. Pada Tahun 1995 beralih dari tenaga teknismenjadi tenaga fungsional Widyaiswara sampaisekarang pada Balai Besar Pelatihan PertanianBatangkaluku, Gowa- Sulawesi Selatan.Pernah menjadi staf pengajar pada Sekolah TinggiIlmu Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Dewa padaTahun 2008-2009. Gelar Magister Agribisnis danDoktor Ilmu Pertanian juga diperoleh dari UniversitasHasanuddin, pada Tahun 2000 dan 2009.

Irmawati, S. Pd., M. Pd.Lahir pada tanggal 18November 1975 daripasangan A. Muh. Djabirdengan A. Suharbia, di desaBialo Barabba kec.Gantarang KabupatenBulukumba. Penulis adalahanak ketiga dari limabersaudara.

Mengawali jenjang pendidikan formal pada tahun1982 di SD Negeri 185 Bialo dan tamat pada tahun1988. Melanjutkan studi ke SMP Negeri BialoKabupaten Bulukumba dan tamat pada Tahun 1991.Setelah menyelesaikan Studi di SMP kemudianmelanjutkan pendidikan menengah di SMA Negeri IKabupaten Bulukumba dan tamat pada tahun 1994.Pada tahun 1996 melanjutkan studi di D2 JurusanPendidikan Guru SD Ikip Makassar. Studi D2diselesaikan penulis pada tahun 1998.Di Tahun 2000 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Biologi di STKIP MuhammadiyahBulukumba dan dapat menyelesaikan kuliah padatahun 2002. Penulis mengawali karir sebagai pegawainegeri sipil di SMA Muhammadiyah Bulukumba padatahun 2006. Tahun 2012 peneliti berkesempatanmelanjutkan studi ke jenjang S2 Program

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar padaprogram studi Pendidikan Biologi.

Hasnih, S. Pd., M. PdLahir pada tanggal 14 April1968 dari pasanganMuhammad Nasir L. denganHj. St. Hawisah Camar, diKabupaten Bulukumba.Penulis adalah anak keduadari enam bersaudaraMengawali jenjangpendidikan formal pada

tahun 1975 di SD Negeri no. 6 Kasuara kabupatenBulukumba dan tamat pada tahun 1981. Melanjutkanstudi ke SMP Negeri 1 Bulukumba dan tamat padaTahun 1984. Setelah menyelesaikan Studi di SMPkemudian melanjutkan pendidikan menengah di SMANegeri 198 Bulukumba dan tamat pada tahun 1987.Pada tahun 1987 melanjutkan studi di JurusanPendidikan Kimia D3 F.MIPA IKIP Ujung Pandangmelalui jalur UMPTN. Studi D3 diselesaikan penulispada tahun 1991. Penulis mengawali karir sebagaipegawai negeri sipil di SMA Negeri Bunta KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah pada tahun 1994s.d tahun 1995. Kemuadian pada bulam April tahun1995 dimutasi ke SMA Negeri 1 Luwuk KabupatenBanggaiProvinsi Sulawesi Tengah dan bertugassampai pada tahun 2002. Dalam kurung waktutersebut peneliti memulai hidup berumah tanggadengan seorang perjaka bernama Ruslidari TNI ADtepatnya pada bulan Desember 1997 sampai sekarangdan telah dikarunia dua orang anak (Zainul Lutfhi ,dan Nurul Fajriah R.).Pada Tahun 1997 peneliti melanjutkan pendidikan S1Jurusan Kimia di Universitas Negeri Makassar dandapat menyelesaikan kuliah pada tahun 1998. Danatas permintaan sendiri pada bulan Maret 2002peneliti dimutasi lagi ke SMA Negeri 7 Bulukumba dikabupaten BulukumbaProvinsi Sulawesi - Selatan danbertugas sampai sekarang. Akhirnya pada Tahun 2012peneliti berkesempatan melanjutkan studi ke jenjangS2 Program Pascasarjana Universitas NegeriMakassar pada program Studi Pendidikan Kimia. Dandapatmenyelesaikanstudi dan yudisiumpadatanggal 14Juli 2014.

Yusrawita Bahar, S. Pd.,M. PdLahir di Bulukumba padatanggal 17 Oktober 1972 daripasangan ayah H.Baharuddindan ibu Hj. ST.Haminang.Penulis merupakan anakKedua dari dua orangbersaudara. Pendidikanformal penulis dimulai

Page 86: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

dari sekolah dasar (SD) Neg 151 Timbula dan luluspada tahun 1984.Pada tahun yang sama penulis melanjutkanpendidikan ke Sekolah Pesantren Immim PutriMinasa Te’ne Kabupaten Pangkep dan lulus padatahun 1990. Tahun 1991 penulis melanjutkanpendidikan di Fakultas Peternakan Jurusan Nutrisimakanan Ternak Universitas Hasanuddin Makassardan lulus tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikandengan mengikuti Program AKTA IV Jurusan IPApada Universitas Terbuka Makassar pada Tahun 2004dan selesai Tahun 2005. Pada tahun 2007 penulisdiangkat menjadi guru pada MTs.N BontotangaKabupaten Bulukumba.Pada tahun 2012 penulis melanjutkan studi padaprogram pascasarjana universitas Negeri Makassar(UNM) dengan memilih program studi pendidikanBiologi

Andi Ayatullah Ahmad,S. Sos., M. IKomLahir di Belawa Wajo 20Agustus 1979 menempuhpendidikan S1 jurusan IlmuKomunikasi Fisip Unhas1998 selesai tahun 2004.Sejak Mahasiswa sudah aktifbergabung menjadi penggiatLSM di Komite Pemantau

Legislatif (KOPEL) Sulawesi dan terlibat dalamberbagai programnya dibidang pemberdayaan danpendidikan politik masyarakat sampai pada tahun2008. Pada tahun 2008 – 2009, menjadi asistenfasilitator program pembaruan tata kelolapemerintahan daerah (P2TPD) kerjasama PemerintahKabupaten Bulukumba dengan Kementerian DalamNegeri RI. Tahun 2010 lolos seleksi menjadi CPNSdibagian Humas dan Protokol Setda Bulukumba danmengapdi sampai sekarang. Tahun 2014, melanjutkanstudy S2 diprogram Pasca Sarjana Unhas Prodi IlmuKomunikasi dengan Beasiswa KementerianKomunikasi dan Informatika RI dan menyelesaikanMegisternya tepat 2 (dua) tahun pada 2016.

Page 87: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

PEDOMAN PENULISANJURNAL PINISI RESEARCH

1. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa inggris dalam bidang kajian pemerintahandaerah.

2. Substansi artikel diharapkan sejalan dengan panduan penulisan karya ilmiah yang diterbitkan olehBadan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bulukumba.http://[email protected]

3. Artikel ditulis dengan kaidah tata bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia yang baku, baik, danbenar.

4. Sistematika PenulisanSistematika penjengjangan atau peringkat judul artikel dan bagian-bagiannya dilakukan dengan caraberikut :(1) Judul ditulis dengan huruf besar semua, debagian tengah atas pada halaman pertama(2) Sub Bab Peringkat 1 ditulis dengan huruf pertama besar semua di tengah/center(3) Sub Bab Peringkat 2 ditulis dengan huruf besar-kecil rata tepi kiri@ Sistematika artikel hasil penelitian adalah : judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); nama

dan alamat institusi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata) yang berisi tujuan,metode, dan hasil penelitian; kata kunci (4-5 kata kunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul)yang berisi latar belakang, sedikit tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian; metode; hasilpenelitian dan pembahasan; simpulan; daftar rujukan (hanya memuat sumber-sumber yangdirujuk).

JUDUL (ringkas dan lugas; maksimal 14 kata, hindari kata “analisis”, “studi”, “pengaruh”)Penulis 11 dan Penulis 22

1 Nama instansi/lembaga Penulis 1Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis2 Nama instansi/lembaga Penulis 2Alamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulis(Jika nama instansi penulis 1 dan 2 sama, cukup ditulis satu saja)E-mail penulis 1 dan 2:

Abstract: Abstract in English (125-150 words)Keywords: 4 – 5 words/phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)Kata kunci: 4 – 5 kata/frase

PENDAHULUAN(Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka, dan tujuan penelitian, yang dimasukkan dalamparagraf-paragraf bukan dalam bentk subbab)

VOL.8 NO. 4 ISSN : 2442-3939 NOVEMBER 2016

Page 88: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

METODE PENELITIANSub bab…

HASIL DAN PEMBAHASAN(Hasil adalah gambaranlokus, pembahasan adalah analisisdan interpretasi)Sub bab…

SIMPULAN(Simpulan adalah hasil dari pembahasa yang menjawab permasalahan peneliti)

DAFTAR PUSTAKA@ Sistematika artikel hasil pemikiran adalah: judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); dan

alamat instansi, alamat e-mail penulis, abstrak (maksimun 150 kata); kata-kata kunci (4-5 katakunci); pendahuluan (tanpa ada subjudul) yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruanglingkup tulisan; bahasa utama (dapat dibagi kedalam beberapa sub-judul); simpulan; daftarrujukan (hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk).

JUDUL

Penulis

Nama instansi/lembaga penulisAlamat lengkap instansi penulis, nomor telepon instansi penulisE-mail penulis

Abstract: Abstrack in English (125-150 words)Keywords: 4 – 5 words/ phrase

Abstrak: Abstrak dalam bahasa Indonesia (125-150 kata)

PENDAHULUANPEMBAHASANSIMPULANDAFTAR PUSTAKA

5. Artikel diketik pada kertas ukuran A4 berkualitas baik. Dibuat sesingkat mungkin sesuai dengansubyek dan metode penelitian (bila naskah tersebut ringkasan penelitian), biasanya 20-25 halamandengan spasi satu, untuk kutipan paragraf langsung diindent (tidak termasuk daftar pustaka).

6. Abstrak, ditulis satu paragraf sebelum isi naskah. Abstrak dalam bentuk bahasa yaitu bahasaIndonesia dan bahasa Inggris. Abstrak tidak memuat uraian matematis, dan mencakup esensi utuhpenelitian, metode dan pentingnya temuan dan saran atau kontribusi penelitian.

7. a. Penulisan numbering kalimat pendek diintegrasikan dalam paragraf, contohnya:Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah CSR berpengaruhpositif terhadap nilai perusahaan, (2) Untuk mengetahui apakah persentase kepemilikanmanajemen berperan sebagai variabel moderating dalam hubungan antara CSR dengan nilaiperusahaan, dan (3) Untuk mengetahui apakah tipe industri berperan sebagai variabelmoderating dalam hubungan antara CSR dengan nilai perusahaan?

b. Penulisan bullet juga diintegrasikan dengan dalam paragraf dengan menggunakan tanda komapada antarkata/kalimat tanpa bullet.

8. Tabel dan gambar, untuk tabel dan gambar (grafik) sebagai lampiran dicantumkan pada halamansesudah teks. Sedangkan tabel atau gambar baik di dalam naskah maupun bukan harus diberi nomorurut.a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul table diletakkan di atas tabel sedangkan judul

gambar diletakkan di bawah gambar.b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar.

Page 89: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabelsedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan.

d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang refresentatif.

9. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberinomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar denganbaris tersebut. Contoh:wt = f (yt, kt, wt-1)

10. Keterangan rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan symbol sama dengan (=) masing-masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh:

Dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitasmodal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya

11. Perujukan sumber acuan di dalam teks (body teks) dengan menggunakan nama akhir dan tahun.Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengandipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarangaslinya.Contoh: Buiter (2007:459) berpendapat bahwa….. Nuraeni dan Daryoky (1997) menunjukkan adanya….. Yunus dkk (2007) berkesimpulan bahwa….. Untuk meningkatkan perekonomian daerah….. (Rizky, Mentari, dan Agung Mizard, 2009) Indah (2009) berpendapat bahwa…..

12. Setiap kutipan harus diikuti sumbernya (lihat poin no. 11) dan dicantumkan juga dalam daftarpustaka. Contoh:Di dalam paragraf isi (Body Text) ada kutipan:

Buiter (2007:459) berpendapat bahwa…..Maka sumber kutipan tersebut wajib dicantumkan/disebutkan di dalam daftar pustaka:

Buiter, W. H. 2007. The Fiscal Theory of Price Level: A Critique, Economic Journal,112(127):459

13. Sedapat mungkin pustaka-pustaka yang dijadikan rujukan adalah pustaka yang diterbitkan 10tahun terakhir dan diutamakan lebih banyak dari Jurnal Ilmiah (50 persen). Penulis disarankanuntuk merujuk artikel-artikel pada Jurnal-jurnal yang sudah terakreditasi.

14. Unsur yang ditulis dalam daftar pustak secara berturut-turut meliputi: (1) nama akhir pengarang,nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik. (2) tahun penerbitan. (3) judul buku termasuksubjudul. (4) tempat penerbitan, (5) nama penerbit.Contoh cara penulisan:a. Format rujukan dari buku: Nama pengarang. (tahun). Judul Buku.Edisi Kota penerbit: Nama

Penerbit.Jika penerbit sebagai editor tunggal, ditulis (Ed.) di belakang namanya. Ditulis (Eds.) jikaeditornya lebih dari satu orang. Kemudian bila pengarang lebih dari 3 orang, dituliskan namapengarang pertama dan yang lain disingkat “dkk”(pengarang domestik) atau “et.al” (pengarangasing)

Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. Second edition. New York: John Wiley &Son.Purnomo, Didit (Ed.) 2005. The Role of Macroeconomic Factors in Growth. Surakarta:Penerbit Muhammadiyah University Press

b. Format rujukan dari artikel dalam buku ditulis: Nama Editor (Ed.), (tahun) judultulisan/keterangan, Judul Buku..hlm atau pp. kota penerbit: nama penerbit.

Daryoky (Ed.). 2005. Concept of Fiscal Decentralization and Worldwide Overview (hlm.12-25).Bulukumba: Penerbit Muhammadiyah University Press.

Page 90: JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BP3K … filePenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (T GT) Untuk Meningkatkan Motivasi, Aktivitas, dan Hasil Belajar

c. Format rujukan dari artikel dalam jurnal/majalah/Koran: Nama pengarang (tahun). Judultulisan/karangan. Nama jurnal/majalah/Koran. volume (nomor): halaman. Jika rujukan Korantanpa penulis, nama koran ditulis diawal

Yunus, MC. 2002. The Dilemma of Fiscal Federalism: Grants and Fiscal Performance aroundthe world. Amerirican Economic jurnal. 46(3): 670. Nashville: American EconomicAssociation.

Tridian. 2008. Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah sebagai Pelaksana DesentralisasiFiskal Efek. Warta Ekonomi. Vol. 4,. Agustus: 46-48

Harwanto, S. 2007, 13 November, DEsentralisasi Fiskal dan Pembangunan Ekonomi, HarianRadar Bulukumba, hlm,7.

Harian Makassar. 2009, 1 April, Hubungan Keuangan Pusat-Daerah di Indonesia hlm, 4.

15. Referensi Online yang dianjurkan dalam penggunaan bahasa Indonesia:a. Glosarium kata baku dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia:

http://pusatbahasa.diknas.go.id/glosarium/b. Kamus Besar Bahasa Indonesia dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/c. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD):

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-BID.PENGEMBANGAN.pdf

Pengiriman Artikel1. Atikel dikirim sebanyak 2 eksemplar hardcopy, dan softcopy berupa file. File bisa dikirim melalui e-

mail [email protected] atau dalam media cd.2. Artikel yang dikirim wajib dilampiri biodata ringkas pendidikan termasuk catatan riwayat karya-

karya ilmiah sebelumnya yang pernah dipublikasikan, institusi dan alamatnya, nomor telepon kontakatau e-mail penulis.

3. Penulis yang menyerahkan artikelnya harus menjamin bahwa naskah yang diajukan tidak melanggarhak cipta, belum dipublikasikan atau telah diterima untuk dipublikasikan oleh jurnal lainnya.

4. Kepastian naskah dimuat atau tidak, akan diberitahukan secara tertulis atau melalui telepon. Artikelyang tidak dimuat tidak akan dikembalikan.

Alamat Jurnal Pinisi Research:Badan Penelitian, Pengembangan, Perpustakaan dan KearsipanKabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi SelatanJl. Durian No. 2 BulukumbaTelepon/Fax: +62413 81102 / +62413 81102e-mail: [email protected]