Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

105
Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan (Studi Eksperimen Semu Pada Proses Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMPN 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon) H. Abdul Rozak, H. Jaja dan Rudianto Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi Di Kelas VII SMP Negeri 2 Indramayu Tahun Pelajaran 2013/2014 Dede Endang Mascita,.H.Iyay Robia Khaerudin., dan Johar Maknun Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA Jimat Susilo dan Aan Anisa Politik Bahasa Indonesia Dari Prakemerdekaan Dan Pascakemerdekaan Juanda Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan Kegiatan Pada Siswa Kelas VIII SMP Di Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran 2013 2014 Hj. Vismaia S. Damaianti, Dede Endang Mascita, dan Warsa Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman (Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Siswa Thailand di Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat) H. Rochanda Wiradinata, H. Jaja, dan Apippudin Vol. 4 No. 1 Januari 2015 ISSN : 2089-2616

Transcript of Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Page 1: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan SastraPenerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran MenulisLaporan (Studi Eksperimen Semu Pada Proses Pembelajaran Siswa KelasVIII SMPN 1 Tengah Tani Kabupaten Cirebon)

H. Abdul Rozak, H. Jaja dan Rudianto

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan ApresiasiPuisi Di Kelas VII SMP Negeri 2 Indramayu Tahun Pelajaran 2013/2014

Dede Endang Mascita,.H.Iyay Robia Khaerudin., dan Johar Maknun

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi CerpenDi SMA

Jimat Susilo dan Aan Anisa

Politik Bahasa Indonesia Dari Prakemerdekaan Dan Pascakemerdekaan

Juanda

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam PembelajaranMenulis Laporan Kegiatan Pada Siswa Kelas VIII SMP Di KecamatanLuragung Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran 2013 – 2014

Hj. Vismaia S. Damaianti, Dede Endang Mascita, dan Warsa

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya DalamPembelajaran Membaca Pemahaman(Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Siswa Thailand di Pondok PesantrenHusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat)

H. Rochanda Wiradinata, H. Jaja, dan Apippudin

Vol. 4 No. 1 Januari 2015

ISSN : 2089-2616

Page 2: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

TuturanJurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra

Jurnal berisi aretikel hasil kajian pustaka dan penelitian lapangan seputar pendidikan danpengajaran bahasa dan sastra. Jurnal diterbitkan setahu dua kali bulan Januari dan Juli

Penanggung JawabH. Harwan Sutomo

Ketua PenyuntingSuherli

Penyunting PelaksanaJimat Susilo

Mitra BestariYus Rusyana (UPI)

Abdul Rozak (Unswagati)Maman S. Mahayana (UI)

Dedi Heryadi (UNSIL)Edi Sukardi (UHAMKA)

Tata Usaha/Distrobutor:Aan AnisaKhamidah

Windi Yidisala

Alamat:Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung JatiJalan Terusan Pemuda No.1 A Cirebon

Telp./Fax. (0231) 488924

Redaksi menerima tulisan berupa artikel baik hasil kajian pustaka maupunhasil penelitian lapangan yang sesuai dengan visi dan misi jurnal ini.Ketentuan penulisan dapat disesuaikan dengan ketentuan yang tertulis dihalaman akhir jurnal ini.

Page 3: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Jurnal Pendidikan, Bahasa, dan Sastra

637 – 652Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan(Studi Eksperimen Semu Pada Proses Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMPN 1

Tengah Tani Kabupaten Cirebon)H. Abdul Rozak, H. Jaja, dan Rudianto

653 – 666Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi Di

Kelas VII SMP Negeri 2 Indramayu Tahun Pelajaran 2013/2014Dede Endang Mascita, H.Iyay Robia Khaerudin., dan Johar Maknun

667 – 687Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA

Jimat Susilo dan Aan Anisa

688 – 703Politik Bahasa Indonesia Dari Prakemerdekaan Dan Pascakemerdekaan

Juanda

704 – 721Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis

Laporan Kegiatan Pada Siswa Kelas VIII SMP Di Kecamatan Luragung KabupatenKuningan Tahun Pelajaran 2013 – 2014

Hj. Vismaia S. Damaianti, Dede Endang Mascita, dan Warsa

722 – 737Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya Dalam PembelajaranMembaca Pemahaman (Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Siswa Thailand di

Pondok Pesantren Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat)H.Rochanda Wiradinata., H. Jaja, dan Apippudin

Vol. 4 No. 1 Januari 2015

ISSN : 2089-2616

DAFTAR ISI

Page 4: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Petunjuk PenulisanKetentuan Umum

1. Ruang lingkup permasalahan seputar pendidikan dan pengajaran bahasa dansastra baik secara teoritis maupun praktis.

2. Artikel dapat berupa hasil kajian pustaka atau hasil penelitian lapangan.3. Artikel ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

dengan jarak 1 spasi, jenis huruf Times New Roman, fons 12, ukuran kertaskuarto.

4. Artikel dikirim dalam bentuk print out dan CD ke alamat redaksi.

Sistematika Penulisan

Sistematika Kajian Pustaka Sistematika Hasil Penelitian1. Judul 1. Judul2. Nama Penulis, ditulis tanpa gelar

akademik dan gelar kebangsawanan2. Nama Penulis, ditulis tanpa gelar akademik

dan gelar kebangsawanan3. Abstrak, ditulis dalam satu paragraf

atau lebih tetapi dalam satu halaman(bahasa Inggris atau bahasaIndonesia) berisi latar belakang,tujuan, metode

3. Abstrak, ditulis dalam satu paragraf ataulebih tetapi dalam satu halaman (bahasaInggris atau bahasa Indonesia) berisi latarbelakang, tujuan, metode, dan simpulanpenelitian

4. Kata kunci, menuliskan kata-katapenting yang terdapat pada tulisan

4. Kata kunci, menuliskan kata-kata pentingyang terdapat pada tulisan

5. Pendahuluan, berisi tentang latarbelakang dan tujuan penulisan

5. Pendahuluan, berisi tentang latar belakangdan tujuan penelitian

6. Kajian Pustaka, berisi teori yanglebih relevan dan dijadikan landasanpembahsan

6. Kajian Pustaka, berisi teori yang lebihrelevan dan dijadikan landasan pembahsanpenelitian

7. Pembahasan, berisi pembahsanpermasalahan yang diangkat

7. Hasil penelitian, berisi data, fakta, dan hasilolah datanya secara ringkas

8. Penutup, berisi simpulan dan saran 8. Pembahasan, berisi penjelasan temuan danimplikasi hasil penelitian

9. Daftar pustaka, disusun model APA,tahun terbitan Indonseia maks. 20tahun terakhir

9. Penutup, berisi simpulan dan saran

10. Daftar pustaka, disusun model APA, tahunterbitan Indonseia maks. 20 tahun terakhir

Page 5: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 637-652 ISSN 2089-2616

637

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARANMENULIS LAPORAN

(STUDI EKSPERIMEN SEMU PADA PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VIIISMPN 1 TENGAH TANI KABUPATEN CIREBON)

H. Abdul Rozak, 1) ., H. Jaja, 1) dan Rudianto 2)

ABSTRACT

Learning Bahasa Indonesia is deemed to disregard the students’ characteristics includingthe level of maturity and thinking capability. An appropriate teaching model for grade eightstudents of junior high school is assumed not the one that releases students to be reallyindependent (free inquiry) rather than the one which is guided (guided inquiry). This needsinvestigation and this study tries to do so. The main objective of this study is to investigatewhether there is significant difference in the writing ability between the students who weresubjected to guided inquiry learning model as an experimental group and the students who weregrouped in free inquiry learning model. The procedures of guided inquiry are similar to those offree inquiry: problem identification, data collection, data analysis and conclusions/ making aproduct. The difference is that guided inquiry emphasize more on the guidance. The guidance isin the form of worksheets that facilitate students to learn. The research was conducted on gradeeight of junior high school students in SMP 1 Tengah Tani, Cirebon. To determine the students’ability in writing reports, a pre-and post-tests were conducted to both control and experimentalgroups. In addition, an observation was also carried out when treatments were beingimplemented. Based on t-test statistical analysis on final test scores, there was a significantdifference between students’ writing ability in experimental and control groups. The value of t-observe is less than t-table, in probability level 0.05 (p <0.05). This means that the students wholearned writing report through guided inquiry model out performed those who learned through(free) inquiry model. The procedures of guided inquiry model are basically inquiry model, butin the learning process, the students should be guided by the teacher. The guidance can be inform of students’ worksheet: challenge activity. With this worksheet, students were observed tobe more independence, though not many discoveries were made. Many student compositionswere found to have inappropriate development from writing outline to be a composition andingrammatical sentences. While linguistic errors lied on spelling, word arrangement andcapitalization. Therefore, teaching Bahasa Indonesia should be cautious on the selection ofappropriate models. And, the teachers should keep in mind to teach the language aspects aswell.

Keywords: guided inquiry, inquiry, writing a report

1) Dosen Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon2) Mahasiswa Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon

Page 6: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 638

A. PENDAHULUANBerdasarkan data dalam Education

For All (EFA) Global Monitoring Report2011 yang dikeluarkan UNESCO, indekspembangunan pendidikan Indonesia(education development index/EDI)menurut data tahun 2008 adalah 0,934.Nilai ini menempatkan Indonesia di posisike-69 dari 127 negara di dunia. (Kompas,3 Maret 2011). Sementara pada tahun2003 negara dengan pendidikan terbaik didunia adalah Finlandia. (Sekolahorangtua, 12 Januari 2010). Kuncikeberhasilan Finlandia terletak padakualitas guru. Maka tidak salah kalau gurudianggap sebagai kunci kemajuanpendidikan/ pengajaran.

Hal tersebut menunjukkan bahwaguru di dalam kelas harus benar-benarmemiliki kompetensi yang disaratkan olehPermendiknas No 16 tahun 2007 tentangStandar Kualifikasi Akademik danKompetensi Guru, yaitu kompetensipedagogik, kompetensi professional,kompetensi pribadi, dan kompetensisosial. Dalam kompetensi pedagogikseorang guru dituntut untuk “menerapkanberbagai pendekatan, strategi, metode, danteknik pembelajaran yang mendidik secarakreatif dalam mata pelajaran yangdiampu”. Selain itu guru juga harusmemiliki kompetensi mengembangkankomponen-komponen rancanganpembelajaran. Menyusun rancanganpembelajaran yang lengkap, baik untukkegiatan di dalam kelas, laboratorium,maupun lapangan.

Berdasarkan kompetensi tersebutseseorang dapat dikatakan guru yang

professional apabila mampu membuatperencanan pemebelajaran dengan baikdan melaksanakan perencanaan itu denganbaik. Guru yang professional tentu sajaharus menggunakan berbagai pendekatan,strategi, metode, dan teknik pembelajaranyang tepat.

Namun sekarang banyak pengamatyang menilai pendidikan tidak berhasil.Ketidakberhasilan pendidikan selaludialamatkan kepada pengajaran guru dikelas. Tentu saja hal ini menjadipermasalahan yang besar. Padahal kalaupembelajaran sudah dilaksanakan secarastandar saja, kondisi pemebelajara didalam kelas akan mampu membangunmasyarakat Indonesia (siswa) yang luarbiasa. Pembelajaran yang standar diIndonesia harus sesuai dengan PP No 19tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan pada Bab IV, Pasal 19, Ayat 1.

Pembelajaran bahasa Indonesia padaKTSP banyak menggunakan metodepembelajaran yang menuntut keterlibatansiswa secara aktif dalam pembelajaran.Dalam Kurikulum SMPN 1 Tengah TaniKabupaten Cirebon, Dokumen II, padamata pelajaran Bahasa Indonesia kelasVIII banyak digunakan metodepembelajaran yang melibatkan siswasecara aktif dan mandiri. Salah satumetode tersebut adalah inkuiri. Metodeinkuiri digunakan pada RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) matapelajaran Bahasa Indonesia kelas VIIItersaji dalam tabel berikut.

Page 7: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 639

Tabel 1.1RPP yang Menggunakan Inkuiri

NO SEMESTERJUMLAH

RPP

RPP YGMENGGUNAKAN

INKUIRI1 1 16 12

2 2 19 5

JUMLAH 35 17

Sumber: Dokumen 2 Kurikulum SMPN 1 Tengah Tani

Dari tabel di atas bisa dikatakanbahwa setengah dari RPP yang digunakanpada pembelajaran bahasa Indonesia kelasVIII di SMPN 1 Tengah Tanimenggunakan metode inkuiri. Bahkanpada RPP di semester I sebesar 75% RPPmenggunakan metode inkuiri.

Apakah ini sebuah bukti bahwaguru sudah professional? Bisakah hal inidijadikan jaminan bahwa pembelajaransudah dilakukan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang,me¬motivasi peserta didik untukberpartisipasi aktif, serta memberikanruang yang cukup bagi prakarsa,kreativi¬tas, dan kemandirian sesuaidengan bakat, minat, dan perkembanganfisik serta psikologis peserta didik? Ataujustru hal ini hanya bentuk “latah” gurudalam menuliskan model pembelajaranyang terbaru tanpa memikirkankarakteristik peserta didik.

Kalau kita perhatikan pemakaianmodel inkuiri, kuncinya ada padapenentuan pertanyaan. Pembelajaraninkuiri harus dirancang dengan kegiatanyang merujuk pada kegiatan menemukanyang sesuai dengan materi yang diajarkan(Suherman, 2010:144) . Hal ini terdiridari:1. diawali dengan kegiatan pengamatan

dalam rangka memahami konsep;

2. siklusnya terdiri dari kegiatanmengamati, bertanya, menduga,mengumpulkan data, danmenyimpulkan baik secara individumaupun bersama teman-teman lainnya;

3. mengembangkan sekaligusmenggunakan keterampilan berpikirkritis (penalaran)

Dalam pembelajaran di kelasditerapkan sebagai aktivitas sepertiberikut:1. merumuskan masalah;2. mengamati, mengumpulkan data

tentang suatu objek tertentu;3. menganalisis dan menyajikan hasil

(tulisan, gambar, laporan, table, ataukarya lainnya);

4. mengkomunikasikan hasil kepadaorang lain. (Suherman, 2010:144).

Kalau kita melihat keempat aktivitasinkuiri di atas, sebagai kunci keberhasilanpembelajaran inkuiri terletak padapenentuan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi fokus kegiataninkuiri harus dapat mengarahkan siswapada penentuan cara kerja yang tepat sertaasumsi mengenai kesimpulan yang akandiperoleh. Pertanyaan menjadi pangkalkegiatan inkuiri yang sangat penting.Peran guru dalam melatih siswa untukmenyusun pertanyaan yang dapatmengarahkan pada kegiatan penelitiansangat penting. Dengan menentukankriteria pertanyaan ilmiah dan tidakilmiah, Marbach-Ad & Classen, (2001)dalam Kunandar (2007) hanya berhasilmengantarkan sekitar 41% mahasiswa

Page 8: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 640

tingkat awal untuk mampu merumuskanpertanyaan yang dapat mengarahkan padapenelitian. Fakta ini menunjukkan bahwamelatih siswa untuk merumuskanpertanyaan yang dapat mendorong inkuiritidak mudah. Oleh karena itu, guru harusberusaha mengembangkan inkuiri mulaidari melatih siswa untuk merumuskanpertanyaan.

Bagi siswa sekolah menengahkhususnya di Indonesia kegiatan inkuiriperlu dilatih secara bertahap, mulai dariinkuiri yang sederhana (Inkuiriterbimbing) kemudian dikembangkansecara bertahap ke arah kegiatan inkuiriyang lebih kompleks dan mandiri (Inkuiri(bebas)).

Melihat kenyataan di atas, tepatkahmodel pembelajaran inkuiri digunakanpada pembelajaran dengan peserta didikkelas delapan? Sepertinya untukmelakukan pembelajaran dengan modelini, seorang guru harus bekerja keras.Bahkan setelah bekerja keras,pembelajaran akan dikategorikan gagal,karena kemampuan berpikir analisispeserta didik yang belum matang.

Begitupun kalau model inidigunakan dalam pembelajaran menulislaporan. Dibutuhkan kematangan berpikirsiswa untuk melaksanakan pembelajaranmenulis laporan dengan modelpembelajaran inkuiri. Apalagipembelajaran menulis dipandang belummampu menunjukan hasil yang optimal.Hal ini ditandai masih minimnya siswa-siswa yang mampu menulis dimedia masa.Masih rendahnya kemampuan menulisdisebabkan siswa merasa sulit untuk

menulis. Banyak siswa yang kurangberminat menulis, terutama menulislaporan (Kristiyani; tanpa tahun).

Maka tugas guru bahasa Indonesiamenjadi berat karena harus meningkatkanmotivasi belajar menulis siswanya. Salahsatu caranya adalah memilih modelpembelajaran yang tepat. Untuk itu modelpembelajaran yang dipilih guru sebaiknyaadalah model yang sesuai dengan materiyang akan dipelajari atau yang akandiajarkan sehingga pembelajaran akanmaksimal. Selain itu model pembelajaranyang digunakan harus sesuai dengankarakteristik peserta didik. Hal ini sesuaidengan Permendiknas Nomor 41 tahun2007 tentang Standar Proses pada Bab IIIPelaksanaan Proses Pembelajaran Poin B.Pelaksanaan Pembelajaran dinyatakankegiatan inti (pembelajaran)menggunakan metode yang disesuai¬kandengan karakteristik peserta didik danmata pela¬jaran, yang dapat meliputiproses eksplorasi, elaborasi, dankonfirmasi.

Dari paparan di atas modelpembelajaran yang tepat digunakan bagisiswa kelas delapan adalah modelpembelajaran yang sederhana tetapimelatih kreatifias dan kemandirian.Artinya sebuah model pembelajaran masihmemberikan kesempatan kepada guruuntuk membimbing, memandu, danmengarahkan peserta didik selama prosespembelajaran untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada prosesbelajar tanpa mengabaikan potensi pesertadidik. Salah satu model pembelajaran

Page 9: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 641

yang bisa digunakan adalah modelpembelajaran inkuiri terbimbing.

Model inkuiri terbimbing inisebenarnya sudah sering digunakan dalampembelajaran Matematika dan IPA.Namun, dalam pembelajaran bahasaIndonesia, sepengetahuan penulis belumada yang meneliti. Oleh sebab itu, penulismenganggap hal ini perlu dijadikansebagai bahan penelitian. Penelitiandifokuskan kepada penerapan modelinkuiri terbimbing dalam pembelajaranmenulis laporan hasil pengamatan denganbahasa yang baik dan benar siswa kelasdelapan di SMPN 1 Tengah TaniKabupaten Cirebon tahun pelajaran2011/2012.

Berdasarkan uraian di atas,penelitian ini bertujuan:1. mengukur ada tidaknya perbedaan

kemampuan menulis laporan siswaantara siswa yang diberi perlakuanmodel pembelajaran inkuiri terbimbingdan siswa yang diberi perlakuan modelpembelajaran inkuiri bebas;

2. mengobservasi, menganalisis, danmendeskripsikan kegiatan guru dansiswa dalam pembelajaran menulislaporan dengan model inkuiriterbimbing;

3. menganalisis dan mendeskripsikan polalaporan yang dihasilkan oleh siswadalam pembelajaran menggunakanmodel inkuiri terbimbing.

Hipotesis penelitian ini adalahterdapat perbedaan kemampuan yangsignifikan hasil pembelajaran menulislaporan siswa kelas VIII antarapembelajaran menggunakan model inkuiri

terbimbing dan menggunakan inkuiribebas.B. METODE PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini,metode yang akan digunakan dalampenelitian ini adalah metode eksperimensemu, yaitu percobaan sistematis danberencana untuk membuktikan suatu teori.Penelitian eksperimen dirancang untukmenguji suatu hipotesis. Setelah dilakukanperlakuan, kemudian diukur tingkatperubahannya, hipotesis diterima atauditolaknya suatu hipotesis bergantungpada hasil observasi terhadap hubunganantara variabel yang dieksperimen.

Sesuai dengan rumusan masalah,tujuan penelitian, hipotesis dankarakteristik objek yang diteliti, penelitianini merupakan penelitian kuantitatifdengan pendekatan eksperimen semumelalui teknik dengan menggunakan kelaskontrol dan kelas eksperimen.

Pelaksanaan penelitiannya adalahsampel terbagi menjadi dua kelompok,satu kelompok sebagai kelompokeksperimen dan satu lagi kelompokkontrol. Kelompok eksperimen diberiperlakuan khusus yang berupapembelajaran dengan menggunakanmodel pembelajaran inkuiri terbimbing,sedangkan kelompok kontrol tidak diberiperlakuan khusus, artinya pembelajaranyang digunakan berupa modelpembelajaran inkuiri (bebas) yang selamaini sering dilakukan oleh guru secara“latah”.

Desain eksperimen yang digunakanadalah Quasi Experimental Design denganbentuk Nonequivalent Control Group

Page 10: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 642

Design dimana kelompok eksperimenmaupun kelompok kontrol tidak dipilihsecara random. Hal ini berarti bahwauntuk menentukan pembelajaran yangdieksperimenkan dalam penelitian ini,yaitu pembelajaran inkuiri terbimbingbenar-benar efektif perlu diadakankelompok yang tidak diajar denganmetode pembelajaran inkuiri terbimbing.Desain penelitiannya dapat digambarkansebagai berikut.

Tabel 2.Desain Penelitian

Group Pretest Treatment PosttestA O1 X O3

B O2 O4(Sugiyono, 2009: 116) (Sujana, 2009: 39)Keterangan:A : kelompok eksperimenB : kelompok kontrolO1 : tes awal sebelum perlakuan kepada

kelas eksperimenO2 : tes awalsebelum perlakuan kepada

kelompok kontrolX : perlakuan dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbingO3 : tes akhir setelah perlakuan kepada

kelompok eksperimenO4 : tes akhirsetelah perlakuan kepada

kelompok kontrolPenelitian ini dilaksanakan di kelas

VIII SMP Negeri 1 Tengah TaniKabupaten Cirebon. Penelitian inidilaksanakan selama 2 bulan yaitu padabulan Maret dan April 2012 denganjumlah pertemuan 5 kali untuk kelascontrol dan 5 kali untuk kelas eksperimen.

C. LANDASAN TEORIPembelajaran merupakan suatu

proses yang kompleks dan melibatkanberbagai aspek yang saling berkaitan(Mulyasa: 2007). Dalam kegiatanpembelajaran terjadi proses interaksi(hubungan timbal balik) antara gurudengan siswa. Guru memberikan materisementara siswa tidak hanya sekedarmenerima begitu saja, melainkan adainteraksi diantara keduanya sebagai suatuproses dalam rangka mencapai tujuanpembelajaran. Sebagai bentukpembelajaran yang harus benar-benarmelibatkan siswa munculah model inkuiri.

Menurut Suchman (1978) kaedahinkuiri ialah proses pengajaran danpembelajaran yang berorientasikanmencari maklumat, menyoal, danmengkaji. Perkataan inkuiri berasal dariperkataan inquire atau enquire yangbermaksud mencari, menyelidik,mengkaji, dan menguji sesuatu kaedahuntuk memperoleh suatu keputusan (Idris,2005:35).

Kamus Webster mendefinisikan katainquire sebagai "untuk menanyakan,"untuk mencari ke dalam, "atau" untukmembuat proses investigasi penyelidikanharus melibatkan siswa tidak hanya dalammencari jawaban tetapi juga dalammerumuskan pertanyaan dan menentukanmetode terbaik untuk menggunakan, dankemudian melakukan penelitian.(Lang,2006: 371)

Metode Inkuiri adalah metode yangmampu menggiring peserta didik untukmenyadari apa yang telah didapatkanselama belajar. Inkuiri menempatkan

Page 11: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 643

peserta didik sebagai subyek belajar yangaktif (Mulyasa , 2007:234). MenurutSchmidt (2003) seperti dikutip Hamid(2011), inkuiri berasal dari bahasa inggris.Inquiry yang dapat diartikan sebagaiproses bertanya dan mencari tahu jawabanterhadap pertanyaan ilmiah yangdiajukannya. Pertanyaan ilmiah adalahpertanyaan yang dapat menguraikan padakegiatan penyelidikan terhadap objekpertanyaan.

Gulo (2002) dan Trowbridge &Bybee (1986) mengemukakan inquiriadalah proses mendefinisikan danmenyelidiki masalah-masalah,merumuskan hipotesis, merancangeksperimen, menemukan data, danmenggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut secara sistematis, kritis,logis, analitis, sehingga mereka dapatmerumuskan sendiri penemuannya denganpenuh percaya diri. (Lisnawati: 2007)

Lebih lanjut, dikemukakan bahwaesensi dari pengajaran inkuiri adalahmenata lingkungan atau suasana belajaryang berfokus pada siswa denganmemberikan bimbingan secukupnyadalam menemukan konsep-konsep danprinsip-prinsip ilmiah.

National Science EducationStandards (NSES) mendefinisikan inkuirisebagai beragam aktivitas yang meliputiobservasi, membuat pertanyaan,mengumpulkan sumber informasi yangtelah diketahui; merencanakan investigasi;memeriksa kembali hal yang telahdiketahui; menggunakan alat untukmengumpulkan, menganalisa, danmenginterpretasikan data; mengajukan

jawaban, penjelasan, dan prediksi; sertamengkomunikasikan hasil. (tersedia dalamhttp://www.justsciencenow.com/inquiry).Inkuiri juga diartikan sebagai aktivitassiswa untuk mengembangkanpengetahuan dan pemahaman tentang ilmupengetahuan sebagaimana layaknyailmuwan memahami fenomena alam,memperjelas pemahaman, danmenerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Widowati, 2007)Sanjaya (2008: 196) menyatakan bahwaada beberapa hal yang menjadi ciri utamastrategi pembelajaran inkuiri.1. Strategi inkuiri menekankan kepada

aktifitas siswa secara maksimal untukmencari dan menemukan, artinyapendekatan inkuiri menempatkan siswasebagai subjek belajar. Dalam prosespembelajaran, siswa tidak hanyaberperan sebagai penerima pelajaranmelalui penjelasan guru secara verbal,tetapi mereka berperan untukmenemukan sendiri inti dari materipelajaran itu sendiri.

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswadiarahkan untuk mencari danmenemukan sendiri dari sesuatu yangdipertanyakan, sehingga diharapkandapat menumbuhkan sikap percaya diri(self belief). Artinya dalam pendekataninkuiri menempatkan guru bukansebagai sumber belajar, akan tetapisebagai fasilitator dan motivator belajarsiswa. Aktvitas pembelajaran biasanyadilakukan melalui proses tanya jawabantara guru dan siswa, sehinggakemampuan guru dalam menggunakan

Page 12: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 644

teknik bertanya merupakan syaratutama dalam melakukan inkuiri.

3. Tujuan dari penggunaan strategipembelajaran inkuiri adalahmengembangkan kemampuanintelektual sebagai bagian dari prosesmental, akibatnya dalam pembelajaraninkuiri siswa tidak hanya dituntut agarmenguasai pelajaran, akan tetapibagaimana mereka dapat menggunakanpotensi yang dimilikinya.

Metode inkuiri memiliki pola danstrategi dasar yang dapat diklasifikasikanke dalam empat strategi belajar, yaitu: (1)penentuan problem, (2) perumusanhipotesis, (3) pengumpulan danpengolahan data, (4) merumuskankesimpulan (Alma, 2008: 58). Sementaraitu, menurut Roestiyah (2001: 75)pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakansebagai berikut.1. Guru membagi tugas meneliti sesuatu

masalah ke kelas.2. Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok, dan masing-masingkelompok mendapat tugas tertentuyang harus dikerjakan.

3. Kemudian mereka mempelajari,meneliti atau membahas tugasnyadidalam kelompok.

4. Setelah hasil kerja mereka dalamkelompok didiskusikan, kemudiandibuat laporan yang tersusun denganbaik.

5. Hasil laporan kerja kelompokdilaporkan ke sidang pleno, danterjadilah diskusi secara luas.

6. Dari sidang plenolah kesimpulan akandirumuskan sebagai kelanjutan hasilkerja kelompok.

Pelaksanaan inkuiri dengan langkahkerja seperti di atas menggambarkansiswa dituntut untuk belajar mandiri.Langkah dasar dalam menggunakanpengajaran inkuiri menurut Lang disajikandalam dasar penyelidikan sebagai berikut:1. mengamati;2. klasifikasi;3. menggunakan nomor;4. ukur;5. menggunakan ruang - hubungan

waktu;6. memprediksi;7. menyimpulkan;8. mendefinisikan secara operasional;9. merumuskan hipotesis;10. menginterpretasikan data;11. mengontrol variabel;12. bereksperimen;13. berkomunikasi. (Lang, 2006: 370)

Pembelajaran inkuiri harusdirancang dengan kegiatan yang merujukpada kegiatan menemukan yang sesuaidengan materi yang diajarkan (Suherman,2010:144) . Hal ini terdiri dari:a. diawali dengan kegiatan pengamatan

dalam rangka memahami konsep;b. siklusnya tergiri dari kegiatan

mengamati, bertanya, menduga,mengumpulkan data, danmenyimpulkan baik secara individumaupun bersama teman-teman lainnya;

c. mengembangkan sekaligusmenggunakan keterampilan berpikirkritis (penalaran)

Page 13: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 645

Dalam pembelajaran di kelasditerapkan sebagai aktivitas sebagaiberikut:a. merumuskan masalah;b. mengamati, mengumpulkan data

tentang suatu objek tertentu;c. menganalisis dan menyajikan hasil

(tulisan, gambar, laporan, table, ataukarya lainnya);

d. mengkomunikasikan hasil kepadaorang lain. (Suherman, 2010:144).

Klasifikasi inkuiri menurutBonnstetter (2000) didasarkan padatingkat kesederhanaan kegiatan siswa dandinyatakan sebaiknya penerapan inkuirimerupakan suatu kontinum yaitu dimulaidari yang paling sederhana terlebihdahulu.a. Praktikum (langsung)

Praktikum langsung adalah tipeinkuiri yang paling sederhana. Dalampraktikum guru menyediakan seluruhkeperluan mulai dari topik sampaikesimpulan yang harus ditemukan siswadalam bentuk buku petunjuk yanglengkap. Pada tingkat ini muncul dominasiguru. Oleh karena itu, praktikum tidaktermasuk kegiatan inkuiri.b. Pengalaman Sains yang Terstruktur

Pengalaman sains terstruktur, yaitukegiatan inkuiri yang diawali dengan gurumenentukan topik, pertanyaan, bahan danprosedur. Sedangkan analisis hasil dankesimpulan dilakukan oleh siswa. Jadi,dalam tingkatan inkuiri, pengalaman sainsyang terstruktur meliputi topik masalah,sumber masalah atau pertanyaan, bahan,prosedur atau rancangan kegitan, semuakegiatan tersebut guru yang

melakukannya sedangkan pengumpulandan analisis data serta pengambilankesimpulan dilakukan oleh siswa.c. Inkuiri Terbimbing

Pada kegiatan inkuiri terbimbingsiswa diberikan kesempatan untuk bekerjamerumuskan prosedur, menganalisis hasildan mengambil kesimpulan secaramandiri. Sedangkan dalam halmenentukan topik, pertanyaan dan bahanpenunjang, guru hanya berperan sebagaifasilitator. Dalam kegiatan inkuiriterbimbing kegiatan belajar harusdilakukan dengan baik oleh guru danpembelajaran sudah dapat diprediksikansejak awal. Inkuiri jenis ini cocok untukditerapkan dalam pembelajaran mengenaikonsep-konsep dan prinsip-prinsip yangmendasar dalam bidang ilmu tertentu.d. Inkuiri Siswa Mandiri

Inkuiri siswa mandiri dapatdikatakan sebagai inkuiri penuh karenapada tingkat ini siswa bertanggung jawabsecara penuh terhadap proses belajaranya,dan guru hanya memberikan bimbinganterbatas pada pemilihan topik danpengembangan pertanyaan. Pada tingkatsiswa mandiri ini didasarkan padaintensitas keterlibatan siswa. Adapunbentuk keterlibatan siswa di dalamkegiatan inkuiri siswa mandiri ini adalahmengidentifikasi masalah, pengambilankeputusan tentang teknik pemecahanmasalah dan mengidentifikasi solusitentatif terhadap masalah.e. Penelitian Siswa

Pada tipe ini guru hanya berperansebagai fasilitator dan pembimbingsedangkan penentuan atau pemilihan dan

Page 14: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 646

pelaksanaan proses dari seluruhkomponen inkuiri menjadi tanggungjawab siswa. Guru menetukan topik,pertanyaan, dan menyediakan bahanpenunjang untuk kegiatan prosespembelajaran inkuiri, sedangkan seluruhkomponen inkuiri seperti mengobservasi,merumuskan pertanyaan yang relevan,merencanakan penyelidikan atauinvestigasi, mereview apa yang diketahui,melaksanakan percobaan atau eksperimendengan menggunakan alat untukmemperoleh data,menganalisis danmenginterpretasi data, seta membuatprediksi dan mengkomunikasikan hasilnyadilakukan oleh siswa.

D. PEMBAHASAN1. Peningkatan Kemampuan

Tabel 3Peningkatan Kemampuan

No Kelas TesAwal

TesAkhir

Kenaikan

1 Eksperimen 53,86 81,36 27,52 Kontrol 53,08 66,65 13,573 Selisih 0,78 14,71 14,07

Kemampuan dasar kelas kontrol daneksperimen relatif seimbang. Hal inidibuktikan oleh rata-rata hasil tes awalyang memiliki sedikit perbedaan yaitu0,82.

Kemampuan menulis laporan siswabaik kelas kontrol maupun kelaseksperimen mengalami peningkatan darites awal ke tes akhir. Rata-rata nilai tesakhir kelas eksperimen mengalamikenaikan dari rata-rata nilai tes awal yaitudari 53,86 menjadi 81,36 atau mengalamikenaikan sebesar 27,5. Hal inimengandung arti model pembelajaran

yang diterapkan oleh guru di kelaseksperimen dinilai efektif dalammeningkatkan nilai rata-rata tes.

Sedangkan rata-rata nilai tes akhirkelas ontrol juga mengalami kenaikan darirata-rata nilai tes awal yaitu dari 53,08menjadi 66,65 atau mengalami kenaikansebesar 13,57. Hal ini mengandung artimodel pembelajaran yang diterapkan olehguru di kelas kontrol juga dinilai efektifdalam meningkatkan nilai rata-rata tes.

Meskipun demikian kenaikan nilairata-rata di kelas kontrol ini lebih kecildibandingkan dengan kenaikan nilai rata-rata di kelas eksperimen yaitu 13,57dengan 27,5. Selisihnya adalah 14, 07. Halini mengandung arti model pembelajaranyang diterapkan oleh guru di kelaseksperimen lebih efektif dibandingkaandengan di kelas kontrol.

2. Proses PembelajaranProses pemeblajaran di kelas kontrol

dan eksperimen menggunakan model yangsama yaitu inkuiri. Kelas control inkuiribebas atau inkuiri mandiri yang berartisiswa hanya mendapat topik dan tujuanpembelajaran dari guru, sedangkanpermasalahan, bahan, dan menyelesaikanpermasalahan dilakukan oleh siswa.Sedangkan kelas eksperimenmenggunakan ikuiri terbimbing.

Inkuiri terbimbing pada dasarnyainkuiri juga, namun dalam prosespembelajaran siswa harus dibimbing olehguru. Bimbingan yang dilakukan berupaLembar Kerja Siswa (LKS) challengeactivity. LKS yang digunakan berupapetunjuk kerja, contoh laporan, contoh

Page 15: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 647

kerangka laporan, lembar observasi, danlembar kerangka karangan. Dengan LKSini siswa lebih kelihatan belajar mandiri,meskipun tidak banyak penemuansendirinya.

3. Pola Laporan SiswaPola Pengembangan KerangkaKarangan

Pengembangan kerangka karanganmenjadi karangan pada kelas kontrol tidakmemiliki pola yang tepat. Bahkansebagian laporan tidak memilikipendahuluan dan penutup laporan.Karangan yang dibuat sebagian besartidak sesuai dengan kerangka karangan.Ini berarti mereka masih membutuhkancontoh sebagai pendamping belajar.

Pada kelas eksperimen LKS yangdibagikan mampu mengarahkan siswauntuk membuat kerangka karangan danmengembangkannya menjadi karangandengan baik. Namun hampir semuakarangan laporan polanya sama (meniru)kerangka dan laporan yang ada dalamLKS.

Pola Pemakaian KalimatPemakaian kalimat masih banyak

yang tidak gramatikal. Selain itu masihbanyak kalimat yang terlalu panjang(kalimat majemuk). Hal inimengakibatkan laporan agak kurangkomunikatif. Dalam hal ini contoh laporantidak mampu mempengaruhi pembuatankalimat siswa. Ini berarti pemakaiankalimat yang efektif harus selalumendapat penekanan lebih dalampembelajaran.

Bila perlu penggunakan kalimatefektif diajarkan disekolah dan dimasukanke dalam kurikulum.

Pola Kesalahan BahasaKesalahan bahasa pada laporan

siswa yang diteliti adalah kesalahan ejaan,kesalahan penulisan huruf, kesalahanpemakaian bahasa daerah, dan kesalahanpenulisan kata. Dari keempat aspek ituternyata kesalahan pemakaian bahasadaerah tidak ditemukan dalam tulisanlaporan siswa. Hal ini bisa terjadi karenabahan atau tema tulisannya yang tidakterlalu banyak bersinggungan denganunsure kedaerahan.

Namun aspek yang lainnya banyakterjadi kesalahan. Dan tidak ada seorangsiswapun, baik kelas kontrol maupuneksperimen, yang tidak melakukankesalahan. Hal ini terjadi karena unsurkebahasaan tidak diajarkan sebagaikurikulum dalam mata pelajaran bahasaIndonesia.

E. PENUTUPSimpulan

Rentetan penelitian mulai daripengumpulan data, pengolahan data,sampai analisis data sudah dilakukan.Berdasarkan analisis data yang dilakukandiperoleh kesimpulan sebagai berikut.1. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara kemampuan menulis laporansiswa yang menggunakan model inkuiriterbimbing dan inkuiri bebas. Hal inimembuktikan pembelajaran menulislaporan hasil pengamatan denganbahasa yang baik dan benar pada siswa

Page 16: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 648

kelas VIII SMP lebih efektifmenggunakan model inkuiri terbimbingdibandingkan inkuiri bebas. Hal iniditunjukkan dengan nilai rata-rata tesakhir kelas eksperimen lebih besardaripada kelas kontrol. Bukti lainnyayang membenarkan inkuiri terbimbinglebih efektif adalah diterimanyahipotesis kerja (H1) dan ditolaknyaHipotesisi Nol (H0).

2. Proses pembelajaran pada kelas kontroldengan model inkuiri bebas (inkuirimandiri) tidak berjalan maksimalsebagaimanahalnya inkuiri/penemuan.Hal ini disebabkan oleh kemampuansiswa kelas VIII SMP belum memadaiuntuk berpikir dan bertanya tingkattinggi. Sehingga siswa tidak mampumengumpulkan bahan untuk menulislaporan pada kegiatan observasi.

3. Proses pembelajaran inkuiri terbimbingdengan inkuiri bebas pada dasarnyasama yang terdiri dari tahap pertama,menghadapkan pada masalah, tahapkedua, pengumpulan data – verifikasi,tahap ketiga, mengumpulkan data –eksperimentasi, tahap keempat,mengolah/memformulasi suatupenjelasan, tahap kelima, analisisproses penelitian. Perbedaan anatarainkuiri bebas dan inkuiri terbimbingpada penelitian ini adalah pada modelinkuiri terbimbing harus ada alat yangmembimbing siswa, pada penelitian iniyaitu LKS challenge actifity. LKS inisangan membantu siswa dalammelakukan aktifitas pembelajaranterutama saat melakukan observasi danmenyususn kerangka karangan.

Sedaangkan pada inkuiri bebas tidakmenggunakan alat bantu pembelajaranyang bersifat membimbing siswa.

4. Pola tulisan siswa yang diteliti meliputipola pengembangan kerangka karanganmenjadi karangan, pola pemakainkalimat, dan pola kesalahan bahasa.Kerangka karangan yang dibuta olehsiswa belum berfungsi sebagaikerangka dalam membuat karangan.Tingkat kemampuan pemahaman danpengetahuan aturan berbahasatulis/kebahasaan siswa sangat rendah.Hal ini dibuktikan dengan masihbanyaknya kalimat yang tidakgramatikal dan masih banyaknyakesalahan pemakaian ejaan, kesalahanpenulisan huruf, serta kesalahanpenulisan kata.

SaranBerdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan tersebut di atas, penulismenyampaikan saran sebagai berikut.1. Guru di dalam menyusun rencana

pembelajaran bukan hanyamemperhatikan tingkat kesulitan materisaja, tapi juga harus memperhatikanbanyak hal. Selain memperhatikankemampuan guru itu sendiri dankemampuan sekolah, juga harusmemperhatikan kemampuan siswanya.

2. Guru harus mahir memilih modelpembelajaran yang sesuai dengankondisi pada saran nomor 1 di atas.Sehingga bukan hanya guru pengajaryang puas, siswapun harus puas karenamampu melaksanakan kegiatan belajar

Page 17: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 649

dan menguasai kompetensi yangdiharuskan.

3. Model inkuiri bebas dan inkuiriterbimbing yang selama ini lebihbanyak digunakan dalam pembelajaranilmu-ilmu sains juga dapat digunakandengan baik pada mata pelajaran ilmusocial, khususnya bahasa Indonesia.Namun dalam pemakaian model iniharus dimodifikasi dengan kreatif agartepat dengan karakteristik matapelajaran dan karakteristiksiswa/pembelajar

4. Kemampuan kebahasaan siswa sangatlemah. Sehingga guru mata pelajaranbahasa Indonesia perlu mengajarkankembali tentang kebahasaan di sekolah,dalam hal ini SMP, dan dimasukan kedalam kurikulum sekolah masing-masing.

5. Untuk penelitian model inkuiri dalampembelajaran menulis lebih lanjut akanlebih jelas tergambar kemampuansiswa kalau hasil laporan siswadipresentasikan di depan kelassehingga siswa lain akan mendapatkesempatan untuk saling menilai.

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiah, S. 1994. PembinaanKemampuan Menulis BahasaIndonesia. Jakarta: Erlangga.

Alma, Buchari dkk. 2008. GuruProfesional Menguasai Metode danTerampil Mengajar. Bandung:Alfabeta.

Alwasilah, Ch. (2003). PokoknyaMenulis: Cara Baru Menulis denganMetode Kolaborasi. Bandung: PTKiblat Buku Utama.

Ashar, Hasbullahir. 2011. Aplikasi ModelPembelajaran untuk MendukungKegiatan Belajar Mengajar. LenteraPendidikan Vol 14 No. 2 Desember2011: 152 – 171 (http://www.uin-alauddin.ac.id/download-03%20Aplikasi%20Model%20Pembelajaran%20-%20Hasbullahair%20Ashar.pdf) 17Juni 2012

Bonnstetter,Ronaldji. Inquiry: Learningfrom the Past with an Eye on the

Future´(http://unr.edu/homepage/jeannon/ejsebonnstetter/html) diakses 5Oktober 2011

Cahyani, Isah. Tanpa tahun. PembelajaranMenulis.http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/(diunduh 5 Oktober 2011)

Daud, Usman. 2003. “Posisi PelajaranMenulis di Sekolah-Sekolah” dalamhttp://www.kompas.com/kompas-cetak/02/08/26/dikbud/trad 09.htm,diak-ses 24 November 2011.

Depdiknas. 2006. Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan. Jakarta : BSNP

Gipayana. 2002. Pengajaran Literasi danPenilaian Portofolio dalamPembelajaran Menulis di SD. TesisMagister PPS UPI : Tidakditerbitkan

Page 18: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 650

Halim, Amran., dkk. 1974. Ujian Bahasa.Bandung: Ganaco Nv.

Hamalik, Oemar. 2009. Pendekatan BaruStrategi Belajar MengajarBerdasakan CBSA. Sinar BaruAlgensindo: Bandung

Hamid, Ahmad Abu. 2011. PembelajaranFisika di Sekolah “Apa danBagaimana Pendekatan Generik danMetode Iqra’ Dilaksanakan dalamPembelajaran Fisika” ?. Jogjakarta:Jurusan Pendidikan Fisika FakultasMatematika dan Ilmu PengetahuanAlam, Universitas NegeriYogyakartahttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/130814851/Pembelajaran%20Fisika%20di%20Sekolah.pdf 17 Juni2012

Hariningsih, Dwi, Bambang Wisnu, SeptiLestari. 2008. Membuka jendelailmu pengetahuan dengan bahasadan sastraIndonesia 2: SMP/MTsKelas VIII. Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen PendidikanNasional

http://unr.edu/homepage/jeannon/ejsebonnstetter/htm, diakses pada tanggal 30Oktober 2011

http://www.ifla.org/IV.IFLA70/Prog04.htm, diakses pada tanggal 30 Oktober2011

http://www.justsciencenow.com/inquiry,diakses pada tanggal 20 Januari2011

http://www.learningforlife.org/exploring/resources/99-720/x07.pdf, diaksespada tanggal 30 Oktober 2011

http://www.mcps.kl.2.md.us/curriculum/science/instr/inqdescript.htm, diaksespada tanggal 20 Januari 2011

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry, diakses pada tanggal30 Oktober 2011

Idris, Noraini, 2005, Pedagogi dalamPendidikan Matematik, TamanShamelin Perkasa : Kuala Lumpur(http://books.google.co.id/books?id=Wz4w2Cz5ExIC&pg=PA35&dq=inkuiri&hl=id&sa=X&ei=w76VT76ZJseqrAeptuT_BA&ved=0CFoQ6AEwCTgK#v=onepage&q=inkuiri&f=false) (24 April 2012)

Ismail, Zurida, Norhaidah Syed Idros(Sharifah.),Mohd. Ali Samsudin,2005, Kaedah Mengajar Sains, PTSProfessional Publishing Sdn. Bhd. :Pahang Darul Makmur Malayasia.http://books.google.co.id/books?id=5kts79kJeGYC&pg=PA26&dq=inkuiri&hl=id&sa=X&ei=w76VT76ZJseqrAeptuT_BA&ved=0CE8Q6AEwBzgK#v=onepage&q=inkuiri&f=false ( 24 April 2012)

Joyce, Bruce, Marsha weil, dan EmilyCajhoun. 2009. Models of Teaching.(Penerjemah Achmad Fawaid danAteilla Miraz). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores:Nusa Indah.

Kompas, 3 Maret 2011. PeringkatPendidikan Indonesia Turun.http://nasional.kompas.com/read/2011/03/03/04463810/ (Diunduh 4Maret 2011)

Page 19: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 651

Kristiyani, S.. tanpa tahun. Menulis DanPembelajarannya.http://file.upi.edu/browse.php?dir=Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/(diunduh 5 Oktober 2011)

Kunandar. 2007. Guru Profesional(Implementasi Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan dan Suksesdalam Sertifikasi Guru). Jakarta: PTRaja Grafindo Persada.

Laksono, Kisyani, Bambang Yulianto,Titik Harsiyati, Nurhadi. 2008.Contextual Teaching and LearningBahasa Indonesia: SekolahMenengah Pertama/MadrasahTsanawiyah Kelas VIII Edisi 4.Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

Lang, Hellmut R. and David N. Evans.2006. Models, Strategies, andMethods for Effektive Teaching.United States: Pearson.

Lisnawati, Lilis. 2007. Hubungan antaraKeterampilan Proses Sains denganSikap Ilmiah Siswa MelaluiPembelajaran Inkuiri Terstruktur.Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Mulyasa, E. 2007. Menjadi GuruProfesional MenciptakanPembelajaran Kreatif danMenyenangkan. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaiandalam Pengajaran Bahasa danSastra. Yogyakarta: BPFE.

Resmini, Novi. Tanpa tahun. MenilaiHasil Karangan Siswa.http://file.upi.edu/browse.php?dir=D

irektori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/(diunduh 5 Oktober 2011)

Roestiyah. 2001. Strategi BelajarMengajar. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Rustaman, Nuryani Y.. tanpa tahun.Pengembangan ModelPembelajaran MIPA. (Disampaikandalam Seminar NasionalPengembangan Pembelajaran MIPAdan Implementasinya padaPelaksanaan KBK. Semarang:Panitia Seminar NasionalPembelajaran MIPA danImplementasinya pada PelaksanaanKBK, FPMIPA IKIP PGRISemarang.(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/Pengembangan_Pembelaj_aran_MIP_A.pdf)17 Juni 2012.

Sanjaya, Wina. Dr. (2008). StrategiPembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Sekolah Orangtua. 12 Januari 2010.Negara dengan Kualitas PendidikanTerbaik di dunia.http://www.sekolahorangtua.com/2010/01/12/negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/(Diunduh 5 Juni 2011)

Setyorini, Yulianti dan Wahono. 2008.Bahasa Indonesia: SMP/MTs KelasVIII. Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

Page 20: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 637-652 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 652

Subyantoro, dkk. 2004. Materi PelatihanTerintegrasi Bahasa Indonesia INA-18: Metode Pembelajaran BahasaIndonesia. Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional DirjenDikdasmen.

Sudjana, N. dan Ibrahim. 2009. Penelitiandan Penilaian Pendidikan.Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2009. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suhendar, H.M.E.. 2000. EfektivitasPengajaran Keterampilan BerbahasaIndonesia Secara Terintegrasi diSMA. Disertasi Doktor PPS UPI :Tidak diterbitkan

Suherman, Uman dkk (editor). 2010.Bahan Ajar PLPG Bahasa IndonesiaSMP/MTs. Bandung: SertifikasiGuru Rayon 10 UPI.

Sumiati dan Asra. 2007. MetodePembelajaran. Bandung: CVWacana Prima.

Suwandi, Sarwiji dan Sutarmo. 2008.Bahasa Indonesia 2: bahasakebanggaanku untuk SMP/MTskelas VIII Cet.1.Jakarta: PusatPerbukuan, Departemen PendidikanNasional

Widowati, Asri. 2007. PenerapanPendekatan Inquiry dalamPembelajaran Sains Sebagai UpayaPengembangan Cara BerpikirDivergen. Majalah IlmiahPembelajan Vol 3 No. 1 Mei 2007http://www.justsciencenow.com/inquiry, diakses pada tanggal 20Januari 2011

Wirajaya, Asep Yudha dan Sudarmawarti.2008. Berbahasa dan BersastraIndonesia 2 : Untuk SMP/MTsKelas VIII; editor Siti Aminah.Jakarta: PusatPerbukuan,Departemen PendidikanNasional

Page 21: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 653-666 ISSN 2089-2616

653

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS TERHADAP KEMAMPUANAPRESIASI PUISI DI KELAS VII SMP NEGERI 2 INDRAMAYU TAHUN

PELAJARAN 2013/2014

Dede Endang Mascita, 1)H.Iyay Robia Khaerudin., 1) dan Johar Maknun 2)

ABSTRACT

This study focused on teaching model cycle capability poetry appreciation . This studyaimed to describe the process of learning by using learning model cycle . Describe the activityof students in the learning cycle to learning poetry appreciation by applying the 5 stages: (a)generating interest (enggament) , (b) exploration ( Exploration) , (c) an explanation(explanation) , (d) elaboration (elaboration) , and evaluation (evaluation) , and determine theeffect on the ability of learning model cycle appreciation of poetry .

Based on the results of this study concluded 1) The process of learning poetryappreciation by applying the learning model cycle can improve student learning outcomes . 2)Activity of students in learning poetry appreciation by using the model of the cycle of learningcan help students actively learn independently in groups , solve the problem of learning .Applying learning model cycle can assist students in learning menningkatkan understanding . 3)learning model cycle affect the ability of appreciation of poetry and effective against theappreciation of poetry . Applying learning model cycle is expected to help teachers and studentsto improve the quality of teaching so that learning objectives can be achieved the expectedgoals.

The data in this study of student understanding of the appreciation of poetry that includeselements that build the poem with assessment criteria include a general overview of the contentsof understanding aspects of poetry , pemhaman tone , understanding feeling / sense , imageunderstanding , understanding the style of language , understanding the message , understandingthe content of the poem in life .

To test the hypothesis based on the assumption that different test results obtained fromthe initial ability appreciation of poetry and learning achievement as indicated by the value ofpretest and post-test that includes testing the experimental classes and control classes .

Based on the analysis there are differences in pretest and post-test results of theexperimental class , which is the result of the analysis , sig ( 2 - tailed ) < 0.05 , then Ho isrejected and Hi which is the research hypothesis is accepted that effective learning model cycleof the ability of appreciation of poetry .

Applying learning model cycle is expected to help teachers and students to improve thequality of teaching so that learning objectives can be achieved .

Keywords : Models of Learning , Learning Model cycle , appreciation and poetry

1) Dosen Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon2) Mahasiswa Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon

Page 22: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 654

A. PENDAHULUANKetidakefektifan terhadap

pembelajaran sastra di sekolah sudah lamadirasakan. Pembelajaran sastra di sekolahmasih dianggap belum memenuhiharapan. Hal ini banyak dikeluhkan olehguru-guru, sastrawan, para ahlipendidikan, kritikus sastra sertamasyarakat yang peduli sastra.

Kita telah sering mendengar bahwapembelajaran bahasa dan sastra disekolah-sekolah selama ini dinilai masihbelum berhasil atau belum memenuhiharapan banyak pihak, baik yang bernadakritik santun maupun kasar. Kendatipendapat itu tersebut masih bersifatsubjektif, tetapi ada baiknya jika kitamencoba berendah hati untukmenerimanya.

Berdasarkan pengamatan dilingkungan sekolah sendiri bahkansekolah yang penulis mengadakanpenelitian memperoleh informasi seperti.- Guru bahasa Indonesia tidak sering

mengajarkan tentang apresiasi sastra;- Di perpustakaan sedikit buku-buku

yang berisi materi puisi atau sastra;- Seminar pembelajaran puisi di

lingkungan Dewan KesenianIndramayu bahwa, sebagian besar gurubahasa Indonesia mengalami kesulitandalam pembelajaran sastra atau puisi.

- Di lingkungan MGMP jarangmenyinggung materi strategipembelajaran puisi;

- Di lingkungan SMP yang penulismengadakan penelitian terbukti parasiswa

Terlihat kurang semangat mengikutipembelajaran apresiasi puisi sebelummodel pembelajaran siklus dikenalkan,dan saat pretes hasilnhya kurangmenggembirakan.

Metode pembelajaran sastra selamaini kurang efektif dan kurang mendorongsiswa untuk aktif dalam belajar mengajar.Siswa cenderung pasif sehingga prestasidalam pembelajaran sastra kurangmemuaskan. Seharusnya pembelajaransastra menggunakan metode yangmendorong keaktifan siswa meningkatsehingga berpengaruh terhadap prestasibelajar.

Puisi sebagai salah satu bentukkarya sastra tidak terlepas daripembelajaran sastra di sekolah. Padakenyataannya pembelajaran pun seringkali memberi tekanan yang berlebihanpada pengetahuan.Siswa tidakmengapresiasikan puisi. Hal inimenjadikan pembelajaran sastra kurangmenyenangkan bagi siswa.

Dengan demikian, pembelajaransastra belum dikatakan berhasil.Seharusnya pembelajaran sastrakhususnya puisi dapat dinikmati secaraapresiatif, agar siswa memiliki rasa pekasehingga merasa tertarik untukmembacanya. Dengan demikian membacakarya sastra khususnya puisi diharapkanpara siswa memperoleh pengalaman danpengertian yang baik tentang manusia dankemanusiaan, lingkungan, mengenal nilai-nilai, dan mendapat ide baru.

Apresiasi sastra adalah kegiatanmenggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian,

Page 23: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 655

penghargaan, kepekaan, pikiran kritis.Dan kepekaan perasaan yang baikterhadap cipta sastra (Effendi,2002:6)

Pembelajaran apresiasi puisi adalahsuatu kegiatan menggauli dengan sunguh-sungguh sehingga timbul kepekaan,pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yangbaik terhadap cipta sastra, khususnya puisidan sastra pada umumnya. Salah satusyarat yang harus dipenuhi agarpembelajaran sastra khususnya puisisesuai dengan tujuan yaitu untukmencapai kemampuan kreatif makapemilihan bahan pembelajaran harusdiperhatikan. Bahan-bahan itu dipilih baikdari segi bahasa, menarik minat siswa, danmemiliki latar belakang yang erat denganlatar belakang kehidupan siswa. Selain ituyang menjadi masalah penting dalampembelajaran sastra, khususnya puisiadalah bagaimana guru memilih metodepembelajaran yang tepat.

Supaya siswa tertarik dengankegiatan apresiasi puisi maka gurudituntut untuk mampu menggali danmenggunakan metode yang tepat dalampembelajaran apresiasi puisi. Untukpencapaian tujuan pembela- jaranapresiasi puisi tersebut, maka penulismencoba memilih menggunakan ModelPembelajaran siklus, yang akanmempengaruhi seorang guru akan perilakudalam pembelajaran apresiasi puisi.Kesadaran pengajaran merupakan refleksidari kemampuan berpikir kritis dalammemanfaatkan suatu pengalaman untukmengefektifan pengalaman lainnya. Salahsatu upaya yang harus dilakukan yangharus dilakukan oleh guru yaitu

mengarahkan, membimbing sertamemfasilitasi para siswa untuk memaknaipembelajaran sastra yang bermanfaatdalam mengembangkan kemampuan danmeningkatkan mutu dalam hidupnyasebagai manusia Indonesia yangbermartabat melalui pemahaman adanyaketerkaitan antara masalah fiksional yangterdapat dalam karya sastrea denganfenomena sosial dunia realita yang tengahmereka jalani secra factual.

Model pembelajaran siklusmerupakan salah satu model pembelajarandengan pendekatan kontruktivis. Siklusbelajar merupakan salah satu modelpembelajaran dengan pendekatankontruktivis yang pada mulanya terdiriatas tiga tahap, yaitu :a. Eksplorasib. Pengenalan konsepc. Penerapan konsep

Pada proses selanjutnya, tiga tahapsiklus tersebut mengalami perkembangan.Tiga siklus tersebut saat dikembangkanmenjadi lima bab, yaitua) Pembangkitan minat,b) Eksplorasi,c) Penjelasan,d) Elaborasi,e) Evaluasi.

Penggunanaan model pembelajaransiklus dihiarapkan dapat meningkatkanapresiasi puisi pada siswa Suatu penelitianini dapat memberikan kejelasan dankemudahan bagi proses penelitian, makayang akan dibahas dalam penelitian inisebagai berikut:1. Pengertian model Siklus adalah model

pembelajaran yang terdiri dari atas (a)

Page 24: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 656

pembangkit minat, (b) eksplorasi, (c)penjelasan, (d) elaborasi,(e) evaluasi.

2. Pembelajaran pengertian Apresiasipuisi adalah suatu kegiatan menggaulidengan

3. sungguh-sungguh sehingga timbulkepekaan, pikiran kritis, dan kepekaanperasaan

4. yang baik terhadap cipta sastra,khususnya puisi dan sastra umumnya.

5. Puisi-puisi yang diapresiasi yaitu puisi-puisi religius yaitu puisi-puisi yangmemiliki nilai-nilai keagamaan atauislami ditentukan oleh anak-anak yangsebelumnya diberikan beberapa pilihanpuisi yang disediakan oleh guru.

Rumusan masalah dalam penelitianini adalah sebagai berikut.1. Bagaimanakah proses pembelajaran

model siklus dalam pembelajaranapresiasi puisi di kelas VII SMP Negeri2 Indramayu?

2. Apakah terdapat pengaruh modelpembelajaran siklus terhadapkemamapuan mengapresiasi puisi dikelas VII SMP Negeri 2 Indramayu?

3. Bagaimana aktivitas guru dan siswadalam pembelajaran apresiasi siswamenggunakan model siklus pada siswakelas VII SMPN 2 Indramayu.

Tujuan penulis melakukanpenelitian ini sebagai berikut.1. Menjelaskan pengaruh model

pembelajaran siklus terhadapkemampuan apresiasi puisi di kelas VIISMP Negeri 2 Indramayu.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaranmodel siklus dalam pembelajaran

aparesiasi puisi di kelas VII SMPNegeri 2 Indramayu.

3. Mendeskripsikan aktivitas guru dansiswa kelas VII SMP N 2 Indramayudalam pembelajaran apresiasi puisimenggunakan model pembelajaransiklus terhadap kemampuan apresiasipuisi religius di kelas VII SMP Negeri2 Indramayu.

B. METODE PENELITIANMetode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini Quasi Experiment.Quasi Experiment yaitu desain penelitianyang terdapat kelompok lain sebagaipembanding. Tujuan penggunaan metodeini untuk mengetahui pengaruh modelpembelajaran siklus terhadapkemamapuan apresiasi puisi.

Desain penelitian dalam penelitianini adalah Control Group Pretes Post test.Pola I : E O1 X O2

----------------------K O3 X O4

Sumber Arikunto, (2010:125)Keterangan : E adalah kelompok eksperimen(Penerapan model silklus)K adalah kelompok kontrol (Penerapanmetode ceramah)O1 adalah pretes kelompok eksperimenO2 adalah postes kelompok eksperimenO3 adalah pretes kelompokntrolO4 adalah pretes kelompok kontrolPola II :

Kelompok

Pretest

VariabelBelajar

Postest

Peningkatan

E T1 X T2 YK T3 X’ T4 Y’

Sumber sugiono, (2013:189)

Page 25: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 657

Keterangan :E = Kelompok EksperimenK = Kelompok KontrolVariabel Bebas X pembelajaran apresiasipuisi dengan model siklusX” pembelajaran apresiasi puisi denganmetode ceramahTest: T1 dan T3 = Kompetensi siswasebelum ada perlakuan model Pembelajaran siklus.T2 = Kompetensi siswa setelahadaperlakuan model pembelajaran Siklus.T4 = Kompetensi siswa setelah adaperlakuan metode ceramahPeningkatan Y Selisih T2 dan T1

Y” Selisih T4 dan T3Data yang digunakan dalam

penelitian ini bersumber dari :.1. Data Primer

Data Primer adalah data yangdiperoleh melalui penelitian survey secaralangsung di SMP Negeri 2 IndramayuTahun pelajaran 2013/2014.Data primer ini terdiri dari :a. Tes, yaitu memeberikan latihan pada

siswa sehingga dapat diketahuipengaruh model pembelajaran siklusterhadap kemampuan apresiasi puisi.

b. Observasi, yaitu teknik pengumpulandata yang dilakukann melaluipengamatan aktivitas siswa kelas VIIdalamm pembelajaran mengapresiasipuisi.

2. Data SekunderData sekunder adalah data yang

diperoleh secara tidak langsung dari objekyang diteliti. Data sekunder diperolehmelalui studi Pustaka dan sumber bacaan

lainnya yang relevan denganpermasalahan yang diteliti.

C. LANDASAN TEORIDalam konteks pembelajaran, model

merupakan suatu rencana atau pola yangdigunakan dalam menyusun kurikulum,mengatur materi pelajaran, dan memberipetunjuk kepada pengajar di kelas dalamsetting pengajaran dan setting lainnya.Joyce dan Weil (dalam Miftahul Huda,2013:73) berpendapat bahwa: “Modelf ofteaching are really models of learning. Aswe help student acquire information,ideas, skill, values, way of thinking andmean of expressingthemselves we are alsoteaching them how to learn.” Paparantersebut kalau diterjemehkan secara bebasadalah pada dasarnya model mengajarsebenarnya yaitu model belajar. Guruharus benar-benar membantu siswa untukmemperoleh informasi, gagasan atau ide,nilai-nilai, cara berpikir, cara menyatakandiri. Selain itu, guru juga harus mengajarbagaimana cara siswa dalam belajar.Degeng (dalam Made Wena,2008:2)menjelaskan bahwa model berarti upayamembelajarkan siswa”. Dengan demikian,model pembelajaran berarti cara dan seniuntuk menggunakan semua sumber belajardalam upaya membelajarkan siswa.

Gagne & briggs (Mulyana, 2000:28)menjelaskan bahwa “the purpose of amodel of teaching is to provide linkbetween a desired outcme and aappropriate teaching method or set ofmethods”.

Model mengajar bertujuanmeyakinkan hubungan konseptual antara

Page 26: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 658

hasil belajar yang diharapkan denganmetode atau sejumlah metode mengajaryang tepat. Model pembelajaranmempunyai peranan yang penting dalamproses belajar mengajar. Jadi,beradasarkan beberapa pendapat tersebutdapat disimpulkan bahwa modelpembelajaran adalah suatu pola yangditerapkan oleh guru untuk menciptakankegiatan belajar mengajar antara siswadengan siswa dan atara siswa denganguru.

Model siklus adalah suatu modelpembelajaran yang mewadahi siswamembangun konsep-konsepnya sendirisecara menyenangkan dan menarik karenasiswa terlibat aktif dan langsung, sehinggapembelajaran akan lebih bermakna.Dikemukakan oleh penggagas strategiLearning Cycle yaitu David Kolb (dalamMiftahul Huda:mendeskripsikan bahwaproses pembelajaran sebagai siklus empattahap yang di dalamnya peserta didik atausiswa: 1) melakukan sesuatu yang konkretatau memiliki pengalaman tertentu yangbisa menjadi dasar tinggi 2). Observasidan refleksi mereka atas pengalamantersebut dan responnya terhadappengalaman itu sendiri. Obsevasi itukemudian 3) diasimilasikan ke dalamrangka konseptual atau dihubungkandengan kmonsep-konsep lain dalampengalaman atau pengetahuan sebelumnyayang dimiliki siswa yang implikasi-implikasinya tampak dalam tindakankonkret dan kemudian: 4) diuji danditerapkan dalam situasi-situasi yangberbeda.

Model pembelajaran siklusmenempatkan atau memiliki karaktersebagai berikut:1. Siswa sebagai individu yang mandiri,

aktif, dan kreatif sehingga guru hanyasebagai fasilitator dan motivator.

2. Siswa untuk mengkontruksikan maknadengan mengkontruksikan berbagaikegiatan di seputar ide-ide besar danmengeksplorasi.

3. Siswa memiliki cukup waktu untukmengekspresikan berbagai konsepsecara seksama, dan menghubungkanpengetahuan baru dengan apa yangsudah diketahui Model yang dapatmembantu penggunaan konruktivismedi kelas dan salah satu model yangterlahir dari pendekatan kontruktivismeadalah model pembelajaran siklus.

Ditinjau dari dimensi peserta didik,penerapan strategi ini memberikeuntungan sebagai berikut :1. Meningkatkan motivasi belajar karena

peserta didik dilibatkan secara aktifdalam proses pembelajaran.

2. Membantu mengembangkan sikapilmiah peserta didik.

3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.4. Mendapatkan pengalaman baru dalam

memecahkan permasalahan dalampembelajaran.

5. Model siklus dapat memacu kreativitassiswa karena siswa diikutsertakandalam merencanakan prosespembelajaran berikutnya, siswamemiliki kesiapan untuk materiberikutnya.

Adapun kekurangan penerapanstrategi ini yang harus selalu diantisipasi

Page 27: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 659

diperkirakan sebagai berikut (Soebagio,2000).1. Efektifitas pembelajaran rendah jika

guru kurang menguasai materi danlangkah-langkah pembelajaran.

2. Menurut kesungguhan dan kreativitasguru dalam merancang danmelaksanakan proses pembelajaran.

3. Memerlukan pengelolaan kelas yanglebih terencana dan terorganisasi.

4. Memerlukan waktu dan tenaga yanglebih banyak dalam menyusun rencanadan melaksanakan pembelajaran.

Istilah apresiasi berasal dari bahasalatin yaitu apriciantio yang berarti“mengindahkan” atau “menghargai”(Aminuddin, 2013: 34). Mengacu padapendapat Gove, Aminuddin (1995:34)menjelaskan dalam konteks yang lebihluas istilah apresiasi mengandung makna(1) pengenalan melalui perasaan ataukepekaan batin, dan (2) pemahaman danpengakuan terhadap nilai-nilai keindahanyang diungkapkan pengarang. Squire danTaba (dalam Aminudin.2013:34)berkesimpulan bahwa sebagai suatuproses, apresiasi melibatkan tiga unsure,yakni 1) aspek kognitif, 2) aspek emotif,3) aspek evaluatif.

Puisi sebagai salah satu karya senisastra dapat dikaji dari berbagai macamaspek. Puisi dapat di kaji struktur yangtersusun dari bermacam-macam unsur dansarana-sarana kepuisian. Dapat dikaji darijenis-jenis atau ragam-ragamnya. Begitujuga, puisi dapat dikaji dari sudutkesejarahannya, mengingat bahwasepanjang sejarahnya, dari waktu ke

waktu puisi selalu ditulis dan selaludibaca.

Adapun Auden mengemukakanbahwa puisi itu lebih merupakanpemyataan perasaan yang bercampur baur,sedangkan Dunton berpendapat bahwasebenarnya puisi itu merupakan pemikiranmanusia secara konkret dan artistik dalambahasa emosional dan berirama. Jadi, dariberbagai definisi itu dapat disimpulkanbahwa puisi pengekspresian pemikiranyang membangkitkan perasaan,merangsang imajinasi pancaindra yangberirama yang di dalamnya terdapatunsur-unsur ide, bentuk dan kesan.

Berkaitan dengan langkah-langkahapresiasi puisi. Sumardjo dan SainiK.M.(1994:131-133) memberikanpendapat: bahwa kegiatan mengapresiasipuisi dapat berlangsung melalui tigalangkah-langkah apresiasi puisi.Langkah Pertama Apresiasi- Keterlibatan jiwa secara emosional,

intelektual, dan imajinatifLangkah Kedua Apresiasi- Kekaguman dan penguasaan penyair

mengolah pengalaman dalam bentukpuisi.

Langkah Ketiga Apresiasi- Memasalahkan dan menemukan

hubungan antara pengalaman yang adadalam puisi dengan kehidupan sehari-hari.

Page 28: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 660

D. PEMBAHASANUji homogenitas pretes kelas kontroldan eksperimen

Uji ini gunakan untuk mengetahuihomogenitas dua kelompok nilai yaituhasil hasil nilai pretes postes kelaseksperimen dan kelas kontrol. Uji inidilakukan karena sampel berdiskusinormal. Analisis uji homogenitas preteskelas kontrol dan eksperimen dan kontrolterdapat dalam tabel berikut.Test of Homogeneity of VariancesNilai

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

.000 1 50 1.000

Sujianto (2009:122), mengemukakanbahwa :

1. Jika probolitas > 0,05 maka Hoditerima

2. Jika probolitas < 0,05 maka Hoditolak

Uji homogenitas postes kelas kontroldan eksperimen

Analisis uji homogenitas posteskelas kontrol dan eksperimen terdapatdalam tabel berikut.Test of Homogeneity of VariancesNilai Kemampuan mengapresiasi puisi

LeveneStatistic df1 df2 Sig.

.0951 50 .759

Sujianto (2009:122) mengemukakanbahwa :

1. Jika probalitas > 0,05 maka Hoditerima

2. Jika probalitas < 0,05 maka HoditolakNilai Levena Statistik atau LevenaHitung adalah 0,095 dengan nilaiprobalitas sebesar 0,759. Olehkarena itu probalitas > alpha(0,759>0,05) maka Ho diterimayang berarti homogenitas nilaikemampuan mengapresiasi puisipostes diterima.

Uji t Kelas Eksperimen dan KelasKontrol

Uji t ini digunakan untuk menjawabhipotesis yangh ndiajukan dalampenelitian ini yaitu model siklus efektifterhadap kemampuan siswa mengapresiasipuisi.Uji ini dilakukan karena keduasampel berdistribusi normal dan bersifathomogen. Untuk menguji hipotesis yangdiajukan maka pedoman yang digunakanyaitu :1. Jika r-hitung > r-tabel atau nilai p-

value/sig.(2tailed) > level of signifikanmaka Ha diterima.

2. Jika r-hitung < r-tabel atau nilai p-value/sig. (2tailed) > level of signifikanmaka Ho diterima (Sujianto, 2009:48)

3. Uji t pretes

Page 29: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 661

Independent Samples TestLevene's Test for

Equality ofVariances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

MeanDifference

Std. ErrorDifference Lower Upper

Nilai

Equalvarian

cesassumed

.000 1.000 .000 50 1.000 .000 3.218 -6.464 6.464

Equalvarian

cesnot

assumed

.000 50.000 1.000 .000 3.218 -6.464 6.464

Uji t pos testIndependent Samples Test

Levene's Test forEquality ofVariances

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the Difference

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

MeanDifferenc

e

Std.Error

Difference

Lower Upper

Nilai

Equalvariancesassumed

.095 .759 -6.110 50 .000 -15.000 2.455 -19.931 -10.069

Equalvariances

notassumed

-6.110

49.708 .000 -15.000 2.455 -19.932 -10.068

Penelitian ini dilakukan untukmengetahui pengaruh model pembelajaransiklus terhadap kemampuan apresiasipuisi. Metode penelitian ini yangdigunakan adalah quasi eksperiment,yaitu adanya kelompok lain sebagaipembanding. Subjek penelitian adalahsiswa kelas VII SMP Negeri 2 Indramayu.

Adapun yang termasuk kelas kontroladalah kelas VII B dan kelas eksperimenadalah kelas VII A.

Data penelitian yang diperolehberupa aktivitas siswa selama prosespembelajaran dengan menerapkan modelpembelajaran siklus dan hasil teskemampuan siswa dalam mengapresiasi

Page 30: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 662

puisi, adapun hipotesis yang penulisajukan dalam penelitian ini adalah modelpembelajaran siklus terhadapkermampuan apresiasi puisi di kelas VIISMP Negeri 1 Indramayu.

Model pembelajaran siklusberpengaruh terhadap kemampuanapresiasi puisi. Berdasarkan hasil analisisdata dengan menggunakan SPSS versi17.0 for window, teruji dengan adanyapeningkatan hasil pembelajaran yangdibandingkan dengan perolehan pretes danpostes kelas eksperimen. Berdasarkanhasil analiisis, Sig (2-tailed)<o,o5 makaHo ditolak dan Hi yang merupakanhiopotesis penelitian diterima yaitu modelpembelajaran siklus efektif terhadapkemampuan mengapresiasi puisi. Dalamhal ini untuk melihat keefektifan modelpembelajaran siklus dalam meningkatkankompetensi pembelajaran apresiasi, makavariable sertaa yang harus dikendalikanadalah motivasi belajar apresiasi puisi,sehingga yang digunakan adalah kuasieksperimen. ( Sugiono:189).

Pembelajaran di kelas kontrolmaupun di kelas eksperimen diawalidengan diberikan tes awal/prates danpostes/pascates yang bertujuan untukmengukur kemampuan awal siswa danakhir terhadap materi pembelajaran. Halini menggunakan pendekatan penelitianyang merupakan eksperimen semu ataukuasi eksperimen (quasy experiment)(Ary, dalam Sugiono:189). Penelitian inimenggunakan dua sampel kelas, satusampel untuk kelompok eksperimen yaitukelas yang diberi perlakuan modelpembelajaran siklus , dan satu kelas

untuk kelompok kontrol yaitu kelas yangdiberi perlakuan metode ceramah. Daripembahasan diperoleh beberapa hasilpenelitian sebagai berikut.

1. Selama pembelajaranmenggunakan model pembelajaran siklusdalam pembelajasaran apresiasi puisi,pada dasarnya siswa mengikuti secaraaktif setiap tahapan dari prosespembelajaran. Temuan yang diperolehselama proses pembelajaranmengapresiasi adalah siswa cenderunghanya mengetahui bahwa apresiai puisiadalah puisi hanya dibaca. Sehinggaketika memahami isi puisi mengalamikesulitan. Sedangkan apresiasi sendiriadalah menghargai atau memberipengharagaan bahkan menggauli karyasastra atau puisi dari memahami puisitentang isi puisi, pesan isi puisi yangmenjelaskan nilai-nilai yang terkandungdalam puisi. Mengacu pada pendapatGove, Aminuddin (1995:34) menjelaskandalam konteks yang lebih luas istilahapresiasi mengandung makna (1)pengenalan melalui perasaan ataukepekaan batin, dan (2) pemahaman danpengakuan terhadap nilai-nilai keindahanyang diungkapkan pengarang. Squire danTaba (dalam Aminudin.2013:34)berkesimpulan bahwa sebagai suatuproses, apresiasi melibatkan tiga unsure,yakni 1) aspek kognitif, 2) aspek emotif,3) aspek evaluatif. Secara etimologisapresiasi puisi perlu diketahui sebelummelanghkah lebih jauh kepada pemaknaanyang lebih luas. Dalam konteks ini, DjagoTarigan (1998:10,21) berpendapat bahwa“apresiasi berasal dari bahasa latin

Page 31: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 663

aprociate yang berarti memindahkan danmenghargai” Memindahkan danmenghargai berarti menginterpretasikancipta rasa sehingga timbul penghargaanterhadapnya.

Rusyana (1984:322) menyatakanbahwa apresiasi merupakan jawabanseseorang yang sudah matang dan sudahberkembang ke arah nilai yang lebihtinggi, sehingga ia siap untuk melihat danmengenal nilai dengan tepat danmenjawab dengan hangat dan simpati.

Tarigan (1986:233) berpendapatbahwa apresiasi adalah penaksirankualitas karya sastra serta pemberian nilaiyang wajar kepadanya berdasarkanpengamatan dan pengalaman yang jelas,sadar serta kritis.

Apresiasi adalah kegiatan menggaulikarya sastra dengan sungguh-sungguhsehingga tumbuh pengertian,penghargaan, kepekaaan, pikiran kritis,dan kepekaan perasaan yang baik terhadapcipta sastra (Efendi, 2002:6)

Bertolak dari beberapa pendapat diatas, kegiatan apresiasi terjadi karenadorongan dan respon terhadap sastra,sehingga tertarik untuk menggaulinya.Pelibatan secara intelektual dan emosionalterhadap cipta sastra pada akhirnya akanmenumbuhkan pengertian, pemahaman,penghayatan, penghargaan, danpengambilan nilai-nilai sastra yangbermanfaat bagi kehidupannya.

Adapun Penulis puisi menggunakandiksi, majas/gaya bahasa, bahasa kiasandan citraan. Adapun kesulitan dalammenerapkan model pembelajaran siklusdalam pembelajaran apresiasi puisi adalah

sulitnya memahami tentang puisi, karenakebanyakan siswa hanya mampumembaca puisi dengan intonasi dan gaya.

Kesulitan yang lain yaitu padaproses pembelajaran dengan kurangnyawaktu dalam melakukan tugas danmelibatkan konsentrasi dalam memahamiisi puisi.1. Hasil penyelidikan bahwa siswa dalam

mengapresiasi puisi, tidak semua puisimengunakan kata/diksi denotatif, tapipuisi sering dan selalu menggunakankata-kata yang bermajas atau katakiasan yang harus dimaknai secaramakna konotasi.

2. Aktivitas siswa dalam pembelajarandengan menggunakan modelpembelajaran siklus. Pada dasranyadari lima tahap langkah-langkahpembelajaran siklus dan aspekpengamatan dapat disimpulkan bahwamodel pembelajaran siklus dapatmembantu siswa aktif belajar mandiri,dapat memecahkan masalah, danmeningkatkan kerjasama antarkelompok dalam memecahkan masalahpembelajaran. Menerapkan modelpembelajaran siklus dapat membantumeningkatkan pemahaman siswa dalampembelajaran.

3. Untuk mengetahui pengaruh modelpembelajaran siklus terhadapkemampuan apresiasi puisi terujidengan adanya peningkatan hasilpembelajaran yang dibandingkan dariperolehan pretes dan postes kelaseksperimen. Berdasarkan hasilanalisis, Sig (2-tailed) < 0,05 maka Hoditolak dan Hi yang merupakan

Page 32: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 664

hipotesis penelitian diterima yaitumodel pembelajaran siklus terhadapkemamapuan apresiasi puisi. Dalam halini untuk melihat keefektifan modelpembelajaran siklus dalammeningkatkan kompetensipembelajaran apresiasi, maka variablesertaa yang harus dikendalikan adalahmotivasi belajar apresiasi puisi,sehingga yang digunakan adalah kuasieksperimen. ( Sugiono:189).

E. PENUTUPSimpulan

Pembelajaran bahasa Indonesia padasetiap jenjang pendidikan diharapkandapat meningkatkan kemampuan pesertadidik untuk berkomunikasi denganmenggunakan bahasa Indonesia yang baikdan benar, baik dalam komunikasi lisanmaupun komunikasi tulis. Komponenkemampuan berbahasa meliputi aspek-aspek, yaitu mendengarkan, berbicara,membaca, dan menulis. Pada penelitianini, peneliti menitikberatkan danmemfokuskan penelitian padakemampuan siswa dalam keterampilanmengapresiasi, dan apresiasi puisiterintegrasi dalam aspek bahasa yangbertujuan untuk meningkatkanpemahaman terhadap karya sastrakhususnya puisi. Mengapresiasi puisidalam pembelajaran siswa berhasil denganbaik, maka peneliti menerapkan modelpembelajaran siklus.

Berdasarkan pada hasil pembahasandata pengujian hipotesis, selanjutnbyapenulis akan mengemukakan hasil

penelitian. Simpulan hasil penelitiantersebut adalah sebagai berikut.1). Siklus merupakan salah satu model

pembelajaran dengan pendekatankontruktivis yang meliputi limatahap,yaitu :1) pembangkit minat, 2)eksplorasi, 3) penjelasan, 4) elaborasi,dan 5) evaluasi. Kelima tahap tersebutditerapkan dalam pembelajaranapresiasi puisi berhasil denganefektif, sehingga siswa dapatmerasakan dan menikmatipembelajaran puisi denganmemahami, menghayati menghargaikarya cipta puisi.

2). Proses pembelajaran mengapresiasipuisi dengan menerapkan modelpebelajaran siklus dapat meningkathasil pembelajaran siswa. Prosespembelajaran apresiasi puisidilaksanakan sesuai dengan rencanapelaksanaan pembelajaran yang telahdisiapkan sebelum memulaipembelajaran.

3). Aktivitas siswa dalam pembelajaranmengapresiasi puisi denganmenerapkan model pembelajaransiklus sangat aktif dan kreatif. Hal inimenunjukkan bahwa modelpembelajaran siklus dapat membantusiswa aktif belajar mandiri, dapatmemecahkan masalah, meningkatkankerjasama antar kelompok dalammemecahkan masalah pembelajaran.

4). Model pembelajaran siklusberpengaruh terhadap kemampuanapresisi puisi. Hal ini tampak darihasil uji hipotesis. Hasil dari ujihomogenitas pretes kelas kontrol dan

Page 33: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 665

kelas eksperimen diperoleh nilaiLevena Statistik atau Levena Hitungsebesar 000 dengan nilai proalitassebesar 1000. Oleh karena ituprobalitas >alpha (1000), maka Hoditerima yang berarti homogenitasnilai kemmampuan dalammengapresiasio puisi pretes diterima.Begitu pula dengan hadil dari ujihomogenitas postes kelas kontrol dandi kelas eksperimen diperoleh nilaiLevena Statistik atau Levena hitungadalah 095 dengan nilai probalitassebesar 759.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, ada

beberapa hal yang harus disampaikandalam pelaksanaan model siklus untukmeningkatkan kemampuan siswamengapresiasi puisi, antara lain.1. Model pembelajaran siklus

merupakan salah satu strategi ataualternative

2. pembelajaran yang dapatdiaplikasikan dalam pembelajaranbahasa Indonesia, dan yangmemiliki lima tahap yang harusdipersiapkan dalam pembelajaran.

3. Model pembelajaran siklushendaknya memperhatikan minatsiswa dalam memilih bahanpembelajaran. Hal ini penting untukmencapai proses pembelajaran yangmenyenangkan.

4. Keterlibatan siswa dalam kegiatanbelajar tinggi yaitu terjadi tanyajawab bukan saja siswa antar guru,tetapi siswa antar siswa, sehinggadalam model pembelajaran siklusguru dituntut untuk dapat mengelolakelas dengan baik sehingga KBMselalu kondusif.

5. Memanfaatkan dan mengaplikasikanmodel mpembelajaran siklus dapatmeningkatkan kualitas dan kuantitasdalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Prasetya, J.T.(1997).Strategi BelajarMengajar.Bandung: CV PustakaSetia

Alwasilah, Ach (2004).PendidikanBerpikir Kritis. UPI : Bandung.

Aminudin (Editor). (1990).Pengembangan Penelitian Kualitatifdalam Bidang Bahasa dan Sastra.Malang: HISKI dan Yayasan Asah,Asih, Asuh.

Aminudin, (2013). Pengantar ApresiasiKarya sastra. Bandung: Sinar baruAlgensindo.

Arikunto.S (1998). Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Nusa Indah.

Atmazaki. (1990). Sastra Teori danTerapan, Padang: Angkasa Raya.

Budimansyah, Dasim (2007). ModelPembelajaran Portofolio. Bandung:PT. GeneSindo.

Efendi, S.(2002). Bimbingan ApresiasiPuisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Page 34: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 653-666 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 666

Gani Rizal.(2014). Kiat Pembascaan Puisi(Teori & Terapan). Bandung;Pustaka Reka Cipta.

Gultom,Syawal (2013). Materi PelatihanGuru Implementasi Kurikulum2013. Jakarta: BadanPengembangan Sumber DayaManusia Pendidikan danKebudayaan.

Heryadi,Dedi.(2007). KemahiranMengarang (Teori danPembelajaran). Tasikmalaya.

Huda, Miftahul (2013). Model-ModelPengajaran danPembelajaran.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Kutha Ratna, Nyoman.(2011).ParadigmaSosiologi Sastra.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Nunan, David. /Hidayat, Kosadi. (2009).Language Teaching/MetodologiPengajaran Bahasa. Bandung: YafPublish

Nurgiyanto, B. (2000). Teori PengkajianFiksi.Yogyakarta: Gajah Mada.

Nursito.(2000). Ikhtisar KesusastraanIndonesia Yogyakarta: AdicitaKarya Nusa

Nursito.(2000). Ikhtisar KesusastraanIndonesia.Yogyakarta :AdicitaKarya Nusa.

Rampan,Korie Layun.(2013).AntologiApresiasi Sastra Indonesia Modern.Jakarta: Narasi (Anggota IKAPI).

Sugiyono (2013). Cara Mudah Menyusun:Skripsi, Tesis, dan Disertasi.Bandung : Alafabeta, CV.

Sugiyono (2013). Metode PenelitianPendidikan (PendekatanKuantitatif, Kualitatif, danR&D).Bandung: Alfabeta CV.

Sukardi, HM.(2011). Evaluasi Pendidikan.Jakarta: PT.Bumi Aksara

Sumardjo ,Jakob & K.M., saini. (1988).Apresiasi Kesusastraan.Jakarta:PT.Gramedia.

Sutopo, Maryati.(2008) Bahasa dan sastraIndonesia Untuk SMP/MTs KelasVII.Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

Suyatno. (2004). Teknik PembelajaranBahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

Suyatno. (2004). Teknik PembelajaranBahasa dan Sastra.Surabaya:Penerbit SIC

Waluyo, J. Herman. (1987). Teori danApresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga

Wardani,I G.A.K (2001). SistemPembelajaran Bahasa Indonesia.Jakarta : Pusat PenerbitanUniversitas Jakarta.

Wena, Made.(2009). StrategiPembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta:Bumi Aksara.

Page 35: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 667-687 ISSN 2089-2616

667

PENERAPAN MODEL RESPON PEMBACA DALAM PEMBELAJARANAPRESIASI CERPEN DI SMA

Jimat Susilo dan Aan Anisa

Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

ABSTRAK

Perlu kiranya diterapkan sebuah model pembelajaran apresiasi sastra untuk membantuguru dalam menumbuhkan minat dan kecintaan siswa terhadap karya sastra. Pada penelitian inidifokuskan pada pembelajaran apresiasi sastra khususnya cerpen melalui model responspembaca (reader’s respons). Penggunaan model respons pembaca diharapkan siswa denganleluasa memberikan tanggapan-tanggapan terhadap karya sastra yang dibacanya. Alasanpemilihan cerpen sebagai bahan ajarnya karena dalam cerpen mengandung pokok permasalahanyang diungkap oleh pengarang dalam jumlah halaman yang tidak begitu banyak. Di sampingitu, dari segi kompleksitas cerita, cerpen tidak terlalu banyak menyajikan cerita-cerita yangkompleks, sekali dibaca cerita itu selesai. Objek penelitian akan dilakukan pada siswa kelas XSMA Islam Al Azhar 5 Cirebon.

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah penggunaan model respons pembaca dalampembelajaran apresiasi cerpen pada siswa kelas X SMA Islam Al Azhar 5 Cirebon. Hal inidapat dirumuskan kalimat pertanyaan: (1) Bagaimanakah struktur cerpen dekade 1980-anditinjau dari segi struktural dan sosiologi sastra? (2) Bagaimanakah peran pengajar dalam modelrespons pembaca? (3) Bagaimanakah keaktifan siswa pada saat bertransaksi dengan cerpendalam model respons pembaca?

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dimunculkan, penelitian ini bertujuan untuk :(1) Mendeskripsikan struktur cerpen-cerpen dekade 1980-an dan ditinjau dari segi sosiologisastra. (2) Mendeskripsikan peran guru dalam pembelajaran apresiasi cerpen melalui modelrespons pembaca. (3) Memperoleh gambaran keaktifan siswa dalam bertransaksi dengan cerpenmelalui model respons pembaca.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif . Metode ini tidakhanya berfokus pada bagaimana mentransfer ilmu pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi,tetapi harus diimbangi dengan peningkatan mutu materi ajar. Pembahasan penilitian ini adalahmengenai penilaian cerpen berdasarkan struktur cerpen dan berdasarkan tinjauan sosiologissastra. Kemudian peran guru dalam pembelajaran apresiasi cerpen melalui model responspembaca adalah sangat penting. Peran guru tersebut antara lain: fasilitator, mediator danmotivator.

Kata Kunci: Respon Pembaca dan Pembelajaran Apresiasi Cerpen

Page 36: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 668

A. PENDAHULUAN

Genre sastra terdiri atas tiga bentuk,yaitu drama, prosa, dan puisi. Teks sastramemiliki sifat yang unik. Makna yangterkandung dalam teks sastra bergantungpada pembaca. Sebelum sampai kepadapembaca, teks sastra hanyalah berupaobjek yang berbentuk kertas dan tinta.Salah satu bentuk sastra yang memilikikeuikan tersebut adalah cerpen ( Rozak,2011: 1).

Dalam teks cerpen, terbangun dariberbagai unsur yang terjalin membentuksebuah kebulatan yang berupa cerita.Unsur-unsur yang membentuk sebuahcerita tersebut merupakan perwujudan dariberbagai pengalaman atau peristiwa yangpernah dialami, dirasakan, dilihat, dandidengar oleh pengarang. Pengarangmengemukakan pengalamannya,pengetahuannya, dan perasaannya yangtersedia dalam dirinya dituangkan kedalam bentuk cerita.

Karya sastra, khususnya cerpen,sarat pengalaman-pengalaman yang dapatdiambil siswa lewat isi yang terkandungdalam cerpen, baik pesan moral, amanat,maupun karakter-karakter yangditampilkan lewat tokoh dalam cerpen.Cerpen-cerpen tersebut dapat dinikmatioleh siswa dari berbagai periode. Cerpenyang muncul diberbagai periode telahmemiliki karakteristik yang berbeda-beda.Misalnya, karya sastra yang munculdekade 1980-an merupakan sastra yangdinamik yang bergerak bersamamasyarakat Indonesia untuk menuju

kehidupannya yang baru denganwawasan. Karakteristik cerpen dekade1980–an ini mengangkat masalah konsepkehidupan sosial masyarakat kelas bawahyang berjuang dengan penuh semangattanpa menyerah (Near, 2011).Karakteristik dalam cerpen-cerpen yangmuncul dekade 1980 –an ini sudahselayaknya disampaikan kepada siswa.Para siswa dapat mengambil makna yangterkandung dalam cerpen-cerpen tersebut.Untuk memahami makna yang terkandungdalam sebuah teks cerpen, dapat diketahuimelalui pengkajian terhadap unsur-unsurintrinsik cerpen tersebut. Pemahamanterhadap unsur-unsur intrinsik cerpenmelalui kegiatan apresiasi dapatmemberikan pengalaman yang berhargapada siswa.

Perlu diketahui bahwa hal terpentingdalam kegiatan pengajaran apresiasisastra diharapkan dapat menyentuh emosikejiwaan siswa. Pengajaran sastra harusmampu menyiapkan siswa sebagaireseptor yang baik. Sebab, dari resepsiyang baik akan melahirkan hasilpembelajaran yang baik pula. LouisM.Rosenblatt dalam Literature asExploration(1983: 16) menegaskan bahwapengajaran sastra semestinya melibatkanpeneguhan kesadaran tentang sikap etik.Makna yang diperoleh dan diberikanpeserta didik dalam proses pengajaransastra haruslah merupakan hasil interaksiantara aktivitas jiwa peserta didik dengankata-kata yang terangkai dalam karyasastra itu. Makna tersebut diciptakan,dibentuk, dan diwujudkan oleh peserta

Page 37: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 669

didik melalui respons yang diberikanterhadap karya sastra yang dibacanya.Peserta didik diberikan kebebasan danberhak memaknai sebuah karya sastraberdasarkan pengalaman dan kemampuanpemahamannya sendiri.

Substansi pengajaran apresiasi sastratidak lain adalah menggali pengalaman-pengalaman kemanusiaan. Endraswara(2002:10) mengatakan bahwamengapresiasi sastra tidak sekadarmencari informasi, pemahaman rasionaltentang fakta dan ide, melainkan menuntutpemahaman mendalam yang melibatkanrasa atau taste. Pengajaran apresiasi sastraakan berhasil dengan baik manakalapeserta didik dapat menangkap ” pengaruhsuci ” dari karya sastra tersebut. Musthafa(2008: 201) mengatakan bahwa sastramampu mengeksplorasi tekstur dan maknadari pengalaman manusia secara komplekssehingga menghasilkan sebuah pandangandan refleksi yang kaya. Dari pengalaman-pengalaman itu, pembaca sastra dapatmengembangkan sifat-sifat bijak yangberkaitan dengan kehidupan dankarakteristik pengalaman hidup manusia.

Oleh karena itu, pengajaranapresiasi sastra kepada siswa hendaknyatidak sekadar memberikan definisi istilah-istilah dalam sastra. Yang terpentingdalam pengajaran apresiasi sastra adalahmemberikan pengalaman bersastra kepadasiswa. Endraswara (2002:11) memberikanlangkah-langkah yang dapat dilakukanoleh guru dalam pengajaran apresiasisastra. Pertama, adanya keterlibatan jiwa.Siswa diajak untuk melibatkan perasaandan membayangkan dunia imajinasi yang

diciptakan pengarang. Melaluiperasaannya terhadap karya sastra itu,siswa mampu menginternalisasi tokoh-tokoh, peristiwa, dan karakter sesuaidengan pengalaman pribadinya. Kedua,memberikan peluang kepada siswa untukmelakukan penghayatan terhadap karyasastra. Ketiga, siswa diberikan kebebasanuntuk mengimplemantasi ataumembayangkan pengalaman yang adadalam karya sastra dengan kehidupannyata.

Berdasarkan uraian di atas, perlukiranya diterapkan sebuah modelpembelajaran apresiasi sastra untukmembantu guru dalam menumbuhkanminat dan kecintaan siswa terhadap karyasastra. Pada penelitian ini difokuskan padapembelajaran apresiasi sastra khususnyacerpen melalui model respons pembaca(reader’s respons). Penggunaan modelrespons pembaca diharapkan siswadengan leluasa memberikan tanggapan-tanggapan terhadap karya sastra yangdibacanya. Alasan pemilihan cerpensebagai bahan ajarnya karena dalamcerpen mengandung pokok permasalahanyang diungkap oleh pengarang dalamjumlah halaman yang tidak begitubanyak. Di samping itu, dari segikompleksitas cerita, cerpen tidak terlalubanyak menyajikan cerita-cerita yangkompleks, sekali dibaca cerita itu selesai.Objek penelitian akan dilakukan padasiswa kelas X SMA Islam Al Azhar 5Cirebon.

Ruang lingkup dalam penelitian iniadalah penggunaan model responspembaca dalam pembelajaran apresiasi

Page 38: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 670

cerpen pada siswa kelas X SMA Islam AlAzhar 5 Cirebon. Hal ini dapatdirumuskan kalimat pertanyaan:(1) Bagaimanakah struktur cerpen

dekade 1980-an ditinjau dari segistruktural dan sosiologi sastra?

(2) Bagaimanakah peran pengajardalam model respons pembaca?

(3) Bagaimanakah keaktifan siswa padasaat bertransaksi dengan cerpendalam model respons pembaca?Sesuai dengan rumusan masalah

yang telah dimunculkan, penelitian inibertujuan untuk :(1) Mendeskripsikan struktur cerpen-

cerpen dekade 1980-an dan ditinjaudari segi sosiologi sastra.

(2) Mendeskripsikan peran guru dalampembelajaran apresiasi cerpenmelalui model respons pembaca.

(3) Memperoleh gambaran keaktifansiswa dalam bertransaksi dengancerpen melalui model responspembaca.Beberapa anggapan dasar yang

melandasai penelitian ini berhubunganlangsung dengan pembelajaran apresiasicerpen pada siswa kelas X di SMA danmodel pembelajaran respons pembacaadalah sebagai berikut:(1) Apresiasi terhadap karya sastra

khususnya cerpen merupakankegiatan memahami, menikmati,menilai dan memberikanpenghargaan pada karya sastra.

(2) Siswa kelas X SMA memilikikemampuan dalam mengapresasisastra.

(3) Guru berperan sebagai fasilitator,mediator, dan motivator dalampembelajaran apresiasi cerpen.

(4) Keberhasilan pembelajaran apresiasicerpen dikaitkan dengan keaktifansiswa dalam memberikanresponsnya terhadap cerpen.

(5) Ketepatan penggunaan model danteknik pembelajaran menentukantingkat keberhasilan dalampembelajaran apresiasi cerpen.

B. METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan jenis

penelitian deskriptif-kualitatif dengantujuan menerapkan model responspembaca pada pembelajaran apresiasicerpen. Kajian penelitian ini ada dua halyang menjadi fokus penelitian. (1)penelitian terhadap teks cerpen yangdijadikan sebagai bahan ajar ditinjau dariunsur-unsur intrinsik dan sosiologi sastra.(2) Penelitian dititikberatkan pada unsuryang berhubungan dengan kegiatanpembelajaran yaitu kegiatan guru di kelasyang dipadukan dengan kegiatan siswapada saat terjadi proses belajar mengajardi kelas. Interaksi antara guru dan siswadijadikan sebagai penekanan utama dalampenelitian.

Penerapan model ini, penelitibertindak sebagai pengamat atau observer.Sementara peran guru sebagai mediatoryang ditandai dengan kegiatan: mengetuk(tapping), mengklarifikasi (seekingclarification), mengundang (inviteparticipation), menajamkan (sharfing),dan memfokuskan (focusing), menyusun(orchestra) (Rozak, 2001: 206). Penelitian

Page 39: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 671

dalam kegiatan pembelajaran di kelasselalu mencatat keaktifan dan responsiswa. Hal ini dilakukan untukmendapatkan data yang akurat. Catatan-catatan tersebut dijadikan sebagai datakegiatan pembelajaran. Data yangdiinginkan adalah data primer dari tanganpertama atau orang yang terlibat langsungdengan permasalahan yang sedang diteliti.

Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode eksploratif .Metode ini tidak hanya berfokus padabagaimana mentransfer ilmu pengetahuan,pemahaman, dan interpretasi, tetapi harusdiimbangi dengan peningkatan mutumateri ajar. Informasi dan pengetahuantidak hanya disusun oleh guru. Perlu adaketerlibatan siswa untuk memperluas,memperdalam, atau menyusun informasiatas inisiatifnya. Dalam hal ini siswamenyusun dan memvalidasi informasisebagai input bagi kegiatan belajar.

Untuk penelitian ini terdapat dua.(1) Untuk penelitian teks cerpen populasiyang digunakan adalah pengarang cerpen-cerpen dekade 1980-an. (2) Penelitianyang berhubungan dengan penerapanmodel respons pembaca, populasinyaadalah seluruh siswa kelas X SMU Al-Azhar 5 di Kota Cirebon yang berjumlah120 siswa. Namun, tidak semua papulasitersebut dilakukan penelitian. Hal ini perludilakukan penyampelan.

Penentuan sampel dilakukan denganmenggunakan purposive sampling dansnowball sampling. Purposive samplingdigunakan karena peneliti memilikikriteria atau tujuan tertentu terhadapsampel yang akan diteliti (Indriantoro,

1999). Sampel yang diambil, (1)pengarang cerpen-cerpen dekade 1980-anadalah pengarang-pengarang yangdianggap sangat produktif, (2) untukpenerapan model respons pembaca sampelyang dimaksud adalah siswa kelas X3yang berjumlah 31 orang dengankemampuan sedang. Jumlah kelas X diSMA Islam Al Azhar 5 Cirebon sebanyakempat kelas paralel dengan kelasunggulan berada di kelas X1. Kelas yanglain memiliki kemampuan sedang,termasuk di dalamnya kelas X3.Sedangkan snowball sampling digunakanbila sumber-sumber data pertama belumdapat memberikan informasi tambahandari sampel berikutnya untuk melengkapidata yang diperlukan.

C. LANDASAN TEORISastra merupakan kegiatan kreatif

pengarang dalam menuangkanpengalaman, perasaan, dan pengetahuandalam bentuk tertulis. Bentuk-bentukkarya yang diciptakan dapat berupa prosa,puisi, dan drama.

Dalam bahasa-bahasa “Barat”,istilah sastra secara etimologis diturunkandari bahasa Latin literature (littera = hurufatau karya tulis). Istilah itu dipakai untukmenyebut tata bahasa dan puisi. IstilahInggris Literature, istilah Jerman Literatur,dan istilah Perancis litterature berartisegala macam pemakaian bahasa dalambentuk tertulis. Dalam bahasa Indonesia,kata 'sastra' diturunkan dari bahasaSansekerta (Sas- artinya mengajar,memberi petunjuk atau instruksi,mengarahkan; akhiran -tra biasanya

Page 40: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 672

menunjukkan alat atau sarana) yangartinya alat untuk mengajar, bukupetunjuk, buku instruksi atau pengajaran.Misalnya: silpasastra (buku petunjukarsitektur), kamasastra (buku petunjukmengenai seni cinta) (Musthafa, 2008:22).

Sumardjo ( 1988: 3) menyatakanbahwa sastra merupakan ungkapan pribadimanusia yang berupa pengalaman,pemikiran, perasaan, ide, semangat,keyakinan dalam suatu bentuk gambarankonkret yang membangkitkan pesonadengan alat bahasa. Luxemburg (1992:5)memberikan pengertian bahwa sastramerupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi,bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sangseniman menciptakan sebuah dunia baru,meneruskan proses penciptaan di dalamsemesta alam. Dengan kata lain, sastramerupakaan suatu luapan emosi yangspontan. Hal senada juga diungkapkanoleh Rozak (2011 : 7) bahwa karya sastraselalu membuka peluang dialog denganpembacanya. Teks pada umumnyamembuka kemungkinan mengajak dialogkepada pembacanya. Dalam dialog ituberbagai tafsiran akan muncul dan tafsiranpembaca dipengaruhi oleh pengetahuansebelumnya (pengetahuan, pengalaman,dan perasaan). Sastra merupakan suatukegiatan kreatif. Teks (karya sastra) dapatmemberikan pengalaman hidup yangberagam bagi pembacanya (livingthrough) bukan pengetahuan sederhana(Rosenblatt, 1983: 38) seperti juga yangdilontarkan oleh Poe (dalam Wellek,1989:25) bahwa sastra memiliki fungsimenghibur dan sekaligus mengajarkan

sesuatu. Fungsi ini mengandung artibahwa menghibur atau kesenangan yangdiperoleh dari sastra bukan sepertikesenangan secara fisik, melainkankesenangan yang lebih tinggi, yaituterjadinya sebuah kontemplasi(perenungan) yang tidak mencarikeuntungan.

Berdasarkan uraian di atas dapatditarik simpulan bahwa karya sastramerupakan hasil karya pemikiran kreatifdari seorang pengarang yang dituangkanke dalam sebuah cerita. Pengarangmenuangkan segala imajinasi yangdimilikinya untuk menghasilkan karyasastra. Karya sastra ini muncul dariperpaduan antara kenyataan sosial yangberada di lingkungan sekitar dengankreatifitas tinggi dari sang pengarang.Melalui media karya sastra ini pengarangjuga ingin mengangkat nilai- nilaikehidupan dengan tegas untuk dapatmengerti makna kehidupan dan hakikathidup.

Karya sastra dalam hal ini cerpensebagai salah satu bentuk karya sastrasarat akan nilai-nilai moral. Sastramerupakan cerminan kehidupanmasyarakat serta sebagai cerminankeadaan sosial budaya bangsa haruslahdiwariskan kepada generasi mudanya.Sebagai ekspresi seni bahasa yang bersifatreflektif sekaligus interaktif, sastra dapatmenjadi spirit bagi munculnya gerakanperubahan masyarakat, bahkankebangkitan suatu bangsa sosial yanglebih baik, penguatan rasa cinta tanah air,serta sumber inspirasi dan motivasikekuatan moral bagi perubahan sosial

Page 41: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 673

budaya dari keadaan yang terpuruk dan’terjajah’ ke keadaan yang mandiri danmerdeka. Artinya, sastra tidak hanyasekadar menjadi sesuatu yang mampumemberikan kemenarikan dan hiburanserta yang mampu menanamkan danmemupuk rasa keindahan, tetapi jugamampu memberikan pencerahan mentaldan intelektual.

Apresiasi sastra dapat diartikansebagai penghargaan, penilaian, danpenggaulan terhadap karya sastra, baikyang berupa prosa fiksi, drama, maupunpuisi. Pada hakikatnya apresiasi sastraadalah memberikan penilaian terhadapkarya sastra. Penilaian tersebut diawalidengan membaca,memahami,kemudianmemberikan penilaian apakah karya sastratersebut menarik,unik, atau tidak.Penilaian ini tentu bersifat personal.

Aminudin (2010:35) dan Sumarjo(1988: 173) menjelaskan bahwa apresiasisastra merupakan kegiatan memahami,menikmati, menilai dan memberikanpenghargaan pada karya sastra dandiharapkan dapat membuahkan hasilapresiasi sastra yang tepat,utuh. Olehkarena itu, pemahaman perlu dilandasiprinsip-prinsip dalam kajian sastramaupun pemahaman hasil- hasil karyasastra.

Dari uraian tersebut jelas dapatdiketahu bahwa apresiasi sastra suatukegiatan untuk dapat memahami,menikmati, dan menghargai atau menilaisuatu karya sastra yang dilakukan olehseorang pembaca karya sastra. Untukdapat mengapresiasi sebuah karya sastra,Sumarjo (1988 : 174 – 175) memberikan

langkah-langkah dalam kegiatan apresiasiyaitu :1) Adanya keterlibatan jiwa. Pembaca

memahami masalah-masalah,merasakan perasaan-perasaan, dandapat membayangkan dunia khayalanyang diciptakan sastrawan.

2) Pembaca memahami dan menghargaipenguasaan sastrawan terhadap cara-cara penyajian pengalaman hinggadicapai tingkat penghayatan pembacaterhadap karya sastra.

3) Pembaca mulai memasalahkan danmenemukan hubungan (relevansi)pengalaman yang pembaca dapatkandari karya sastra dengan pengalamankehidupan nyata yang dihadapinya.

Pendekatan yang digunakan dalammenganalisis teks cerpen akan dibatasipada pendekatan sosiologi sastra danpedekatan struktural. Sementara itu, dalampembelajaran apresiasi cerpen digunakanmodel respons pembaca.

Sosiologi sastra atau sosiokritikmerupakan disiplin yang baru lahir padaabad ke – 18 yang ditandai dengan tulisanMadame de Steal yang berjudul “ De laliterature cinsideree dans ses rapports avecles institutions socials.” (Ratna, 2011:331). Lebih lanjut dijelaskan bahwa adatiga indikator yang menandai lahirnyasosiologi sastra sebagai disiplin yang barudi antaranya, (a) hadirnya sejumlahmasalah baru yang menarik dan perludipecahkan, (b) adanya metode dan teoriyang relevan untuk memecahkannya, dan(c) adanya pengakuan secara institusional.

Sosiologi sastra sebagai suatu jenispendekatan terhadap sastra memiliki

Page 42: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 674

paradigma dengan asumsi dan implikasiepistemologis yang berbeda daripada yangtelah digariskan oleh teori sastraberdasarkan prinsip otonomi sastra.Penelitian-penelitian sosiologi sastramenghasilkan pandangan bahwa karyasastra adalah ekspresi dan bagian darimasyarakat, dan dengan demikianmemiliki keterkaitan resiprokal denganjaringan-jaringan sistem dan nilai dalammasyarakat tersebut (Soemanto, 1993;Levin, 1973:56). Sebagai suatu bidangteori, maka sosiologi sastra dituntutmemenuhi persyaratan-persyaratankeilmuan dalam menangani objeksasarannya.

Secara etimologis, struktur berasaldari kata structura dalam bahasa Latinberarti bentuk atau bangunan (Ratna,2011: 88). Pendekatan strukturalmerupakan perwujudan dari teoristrukturalisme yang dipelopori oleh kaumFormalis Rusia dan Strukturalisme Praha.Strukturalisme sebagai aliran sastra hadirdengan menunjukkan adanya berbagaikeragaman meskipun prinsip dasarnyasama yakni “sastra” merupakan strukturverbal yang bersifat otonom dan dapatdipisahkan dari unsur-unsur lain yangmenyertainya (Aminudin, 2010: 52).Karya satra menurut kaum strukturalisadalah sebuah totalitas yang dibangunsecara koherensif oleh berbagai unsurpembangunnya (Nurgiyantoro, 2010: 36).Dalam strukturalisme, konsep memegangperanan penting. Unsur-unsur sebagai cirikhas teori tersebut dapat berperan secaramaksimal semata-mata dengan adanyafungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan

hubungan antarunsur yang terlibat (Ratna,2011: 76).

Analisis struktural merupakansebuah kajian apresiasi yang melihatkarya sastra, dalam hal ini cerpen, tidakhanya dari satu sisi saja melainkan secarakeseluruhan. Pendekatan strukturalismeini melihat unsur-unsur karya sastrasebagai satu kesatuan yang membangunsebuah cerita. Pendekatan inimengapresiasi unsur-unsur intrinsik suatukarya sastra meliputi tema, alur, tokoh danpenokohan, watak dan perwatakan, latar,amanat, sudut pandang, gaya bahasa, danteknik bercerita. Jika dianalogikanmengapresiasi sebuah karya sastra sebagairumah maka pendekatan strukturalismeadalah gerbang untuk masuk ke dalamnya.Analisis struktural bertujuan untukmembongkar dan memaparkan dengancermat, teliti, detail, dan mendalamketerkaitan semua unsur yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh(Teeuw, 1988:135; Pradopo, 1993:120).

Luxemburg (1992: 208) mengatakanbahwa pendekatan struktural lebihmenekankan pada analisis objektifmengenai unsur literer, mendeskripsikankarya-karya sastra dengan bertitik pangkalpada evolusi sastra imanen. Pertama-tamayang harus dilakukan adalah menganalisiskarya sastra dan menentukan prosede-prosede artistik serta prinsip penyusunandominan yang diterapkan terhadap bahansehingga timbul efek estetik. Langkahselanjutnya, harus ditelusuri hubunganantara unsur-unsur yang telah berubah,bagaimana prosede-prosede sastra silih

Page 43: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 675

berganti dan bagaimana tematiknyaberubah.

Berdasarkan uraian di atas dapatdisimpulkan bahwa pendekatan strkturaldalam mengapresiasi karya sastra dapatdilakukan dengan mengidentifikasi,mengkaji, dan mendeskripsikan fungsidan hubungan antarunsur intrinsik karyafiksi. Dengan kata lain, tujuan dalamanalisis struktural ini memaparkansecermat mungkin fungsi dan keterkaitanantarberbagai unsur karya sastra yangsecara bersama menghasilkan sebuahtotalitas. Nurgiyantoro (2010:37)menjelaskan bahwa analisis strukturaltidak cukup dilakukan hanya sekadarmendata unsur tertentu sebuah karya fiksi,seperti plot, tokoh, peristiwa, alur, latar,dan lain-lain. Namun, yang lebih pentingadalah menunjukkan bagaimana hubunganantarunsur itu, dan sumbangan apa yangdiberikan terhadap tujuan estetik danmakna keseluruhan yang ingin dicapai.

Cerpen merupakan salah satu ragamdari jenis prosa yang relatif pendek. Kata“pendek” di sini diartikan bahwa cerpen,sesuai dengan namanya adalah cerita yangrelatif pendek yang selesai dibaca sekaliduduk. Atau dapat juga diartikan bahwacerpen hanya mempunyai efek tunggal,karakter, plot, dan latar yang terbatas,tidak beragam atau tidak kompleks.Cerpen diartikan sebagai proses sekaliduduk dapat memahami isinya. Artinya,pada saat itu isi cerpen dapat dipahami.Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepertikisah percintaan (roman), kasih sayang,jenaka dan lain-lain. Cerpen biasanya

mengandung pesan atau amanat yangmudah dipahami oleh pembaca.

Cerpen, seperti halnya bentuk prosalainnya, memiliki unsur-unsur pentingyang membangunnya. Unsur itu terdiridari unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsurintrinsik merupakan unsur pembanguncerpen yang berada di dalam strukturcerpen itu sendiri. Unsur-unsur itu antaralain , tema, alur, setting atau latar,penokohan, watak, dan amanat.Sedangkan unsur ekstrinsik merupakanunsur yang turut membangunterbentuknya sebuah cerpen yang berasaldari luar struktur cerpen. Unsur-unsur ituantara lain latar belakang pengarang,budaya, jenis kelamin, pekerjaan,pendidikan, dan lain-lain.

D. PEMBAHASANDalam bab ini, peneliti akan

menganalisis cerpen berdasarkan tujuanpenelitian yang ingin dicapai, yaitu untukmendeskripsikan cerpen ditinjau daristrukturnya dan sosiologi sastranyasebagai bahan pembelajaran apresiasicerpen.

Cerpen-cerpen yang dianalisisberdasarkan unsur-unsur intrinsik danditinjau dari sosiologi sastra adalahsebagai berikut :1. Cerpen “ Senyum Karyamin” karya

Ahmad Tohari2. Cerpen “ Pelajaran Mengarang” karya

Seno Gumira Ajidarma3. Cerpen “ Sungai” karya Nugroho

Notosusanto4. Cerpen “Jakarta” karya Totilawati

Tjitrawasita

Page 44: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 676

5. Cerpen “ Moyang” karya Rainy M.P.Hutabarat

Pengkajian cerpen-cerpen tersebutsebagai bekal pengetahuan terhadap tekssastra sebelum guru mengajarkan sastrapada siswa. Tanpa pemahaman awal dariseorang guru terhadap teks sastra, hasilpembelajaran apresiasi sastra siswa tidakakan maksimal. Untuk itu, berikut ini akandianalisis cerpen-cerpen ditinjau dari segiunsur-unsur intrinsik dan dikaitkandengan sosiologi sastra yang menekankanpada sisi pengarang cerita tersebut.1) Latar

Penyajian latar baik tempat, waktu,maupun suasana atau sosial dalam cerpen-cerpen oleh pengarang dekade 1980-antersebut berada di sekitar kita, misalnya dirumah, di jalan, di mobil, pada waktupagi, siang atau malam. Latar yangditampilkan oleh pengarang bersifatkonkrit sehingga memudahkan pembacauntuk memahami tempat, waktu, dansuasana terjadinya peristiwa-peristiwadalam sebuah cerita.

Penggunaan latar tempat secaraumum berada di luar rumah. Hal ini dapatdilihat pada kutipan berikut:“Mencapai desa moyangku tidaklah sulit.Dari kotaku ke desa itu memakan waktuempat jam dengan kendaraan umum.Berbeda dengan keterangan Uda Tigor,desa itu sekarang sudah cerah wajahnya;meski rumah-rumah penduduk danbangun-bangunan penting masih memakaiarsitektur tradisional. Rumah-rumah danbangunan-bangunan kebanyakanbertangga, bercat hitam, merah danputih-warna dominan suku Batak. Lampu-

lampu listrik yang berwarna-warni itulahyang menunjukkan bahwa penduduknyasudah cukup maju.”(Moyang, Rainy MP Hutabarat)“Kini kembali ia akan menyebrangisebuah sungai. Sekali ini bukan sungaikecil, melainkan salah satu sungaiterbesar di Jawa Tengah : SungaiSerayu.”( Sungai, Nugroho Notosusanto)2) Alur

Alur tidak hanya sekadar jalancerita. Alur merupakan jalinan peristiwayang memiliki hubungan sebab akibat.Cerpen-cerpen yang dikemukakan di atasberawal dari sebuah peristiwa yangmengakibatkan munculnya peristiwa-peristiwa yang lain. Misalnya, cerpen“Pelajaran Mengarang” karya SenoGumira Ajidarma yang menceritakanbermacam-macam peristiwa baik yang dirumah, di diskotik, maupun di plasasemuanya merupakan akibat dari peristiwaawal yaitu Sandra mendapat tugas dari IbuGuru tati untuk membuat karangan.

Cerpen “ Moyang” karya Rainy MPHutabarat menceritakan beberapaperistiwa yang terjadi di rumah Roito, dirumah Uda Tigor, maupun di pemakamanmerupakan akibat keinginan yang kuatdari Roito untuk mengetahui makammoyangnya.

Cerpen “ Senyum Karyamin” karyaAhmad Tohari juga menceritakanbeberapa peristiwa yang dialami olehKaryamin sebagai akibat dari peristiwaterpelesetnya Karyamin sewaktu memikulkeranjang berisi batu dari sungai.

Page 45: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 677

Dengan demikian dapat disimpulkanbahwa, alur memilki keterkaitanantarperistiwa yang memiliki hubungansebab akibat. Peristiwa yang terjadi tidakhadir secara terpisah tetapi terangkaidenganperistiwa-peristiwa yang lainnya.3) Penokohan

Penokohan yang digunakanpengarang dalam cerpen-cerpen tersebutlebih mengacu pada penggunaan namatokoh secara jelas. Hal ini akanmemudahkan pembaca dalam mengenalitokoh dan karakternya. Nama-nama tokohyang ditampilkan pengarang adalah nama-nama yang masih digunakan olehmasyarakat pada umumnya, sepertiKaryamin, Paijo, Sadiah, Sandra, Marti,dan lain-lain.

Dengan penyajian nama-nama tokohsecara jelas, pembaca akan lebih mudahmemahami karakter yang disampaikan.4) Sudu pandang

Secara umum, sudut pandang atautitik pandang pengarang dalampenceritaan lebih banyak memosisikandirinya sebagai pengamat. Artinya,pengarang memosisikan dirinya di luarteks dan tidak terlibat langsung dalampenceritaan. Bukti bahwa sudut pandangpengarang di luar teks yaitu denganhadirnya nama-nama tokoh atau kata gantiorang ketiga. Pengarang dengan leluasabercerita tentang tokoh-tokoh yang adadalam sebuah cerita. Namun tidak berartibahwa pengarang tidak terlibat dalampenceritaan. Hal ini tampak pada cerpen“Moyang” karya Rainy MP Hutabarat.Dalam cerpen ini, pengarang sebagaipengisah sekaligus yang dikisahkan.

Sebagai bukti bahwa pengarang terlibatdalam cerita yaitu pengggunaan gayaorang pertama dengan kata ganti “aku”.5) Amanat

Amanat merupakan unsur yangmenjadikan media bagi pengarang dalammenyampaikan pesan-pesan tertentu.Secara umum, tema yang diangkat dalamcerpen-menghormati, menghargai, tolongmenolong, dan memahami orang lain. Halini tampak pada cerpen “SenyumKaryamin” karya Ahmad Toharimencerminkan sikap saling membantu danmemahami orang lain sesame masyarakatkecil ini duwujudkan oleh tokohKaryamin dan Sadiah.

Begitu juga pada cerpen “Sungai”karya Nugroho Notosusanto mengajakkepada pembaca untuk mengutamakankepentingan umum daripada kepentinganpribadi. Hal ini diwujudkan oleh perilakuSersan Kasim yang mengorbankan anaktersayangnya demi keselamatan orangbanyak.

Perilaku saling membantu ataumemahami orang lain juga diungkapdalam cerpen “Jakarta” karya TotilawatiTjitrawasita. Pak Pong dan pengawal PakJenderal meski baru mengenal merekaseolah saudara dekat. Demikian juga padacerpen-cerpen lainnya.6) Tema

Berdasarkan analisis unsur tematerhadap cerpen-cerpen pengarang dekade1980-an di atas, dapat diketahui bahwatema yang diangkat berkutat padapermasalahan yang terjadi padamasyarakat di sekitar pengarang ataupengalaman-pengalaman pengarang itu

Page 46: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 678

sendiri. Misalnya, pada cerpen “SenyumKaryamin” dan “Jakarta” mengangkattema yang berkaitan dengan masyarakatyang berasal dari pedesaan yang darikeramaian kota. Tema tersebut sangatberkaitan dengan kehidupan asalpengarang itu sendiri yang berasal daripedesaan.

Begitu juga pada cerpen “Moyang”karya Rainy MP Hutabarat mengangkatpengalaman pribadi pengarang yangdiangkat ke dalam sebuah cerpen. Temayang diangkat masalah keyakinanterhadap sebuah agama yangmengakibatkan hilangnya sebuah silsilahkeluarga karena perbedaan agama. Hal inisesuai dengan pendidikan pengarang yangsedang studi di jurusan Theologi diJakarta.

Berdasarkan hasil pembahasananalisis cerpen di atas, dapat ditariksimpulan bahwa cerpen-cerpen yangmuncul oleh pengarang dekade 1980-anmemiliki struktur yang jelas baik dalampemaparan latar, alur, penokohan, sudutpandang, maupun tema. Kejelasan dalampemaparan atau penyajian cerita akanmemudahkan pembaca untuk memahamiisi yang terkandung dalam cerita.

Pembelajaran apresiasi cerpen disini adalah mengaplikasikan pada cerpen-cerpen yang telah dianalisis tersebut.Namun demikian, tidak semua cerpenyang telah dianalisis tersebut dijadikansebagai bahan ajar dalam pembelajarancerpen di kelas. Hal ini dimaksudkankarena tujuan pembelajaran apresiasiuntuk mengakrabkan siswa pada cerpensehingga siswa diberi kebebasan dalam

memberikan respons pada cerpen tersebut.Untuk tujuan tersebut sudah seharusnyasebelum guru mengajarkan apresiasicerpen kepada siswa guru harusmemahami cerpen yang akan diajarkankepada siswa.

Pembelajaran apresiasi cerpen yangakan dilakukan penulis adalah melaluipenerapan model respons pembaca denganmenggunakan teknik diskusi. Teknik inidiharapkan dapat memberikan peluangyang besar kepada siswa untuk dapatmengemukakan pendapat atau responsnyaterhadap teks yang dibacanya. Selamadiskusi berlangsung, semua dialog berupapertanyaan maupun tanggapan dari gurudan siswa semuanya dicatat oleh peneliti.Catatan-catatan tersebut sebagai datapenelitian kemudian dianalisis sebagailangkah untuk menemukan unsur-unsurpenting yang berhubungan denganpelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran dilaksanakan selamatiga kali tatap muka dengan cerpen yangberbeda-beda. Cerpen yang digunakansebagai bahan ajar adalah “Sungai” karyaNugroho Notosusanto, cerpen “Jakarta”karya Totilawati Tjitrawasita, dan cerpen“Moyang” karya Rainy M.P. Hutabarat.Pemilihan terhadap ketiga cerpen tersebutkarena selama ini soal-soal Ujian Nasionaldan pada buku-buku pelajaran jenjangSMA sering memunculkan kutipan-kutipan ketiga cerpen tersebut. Olehkarena itu, perlu kiranya siswadiperkenalkan cerpen secara utuh danbagaimana cara mengapresianya.

Pembahasan Hasil Penerapan ModelRespons Pembaca, yaitu:

Page 47: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 679

1) Peran GuruGuru mempunyai peranan yang

sangat penting dalam pembelajaranapresiasi cerpen melalui model responspembaca. Suatu peran yang dapatmenentukan keberhasilan pembelajaranapresiasi cerpen. Peran-peran tersebutantara lain, fasilitator, mediator, danmotivator. Berdasarkan penerapan modelrespons pembaca di kelas, peran gurutersebut telah dipenuhi. Hal ini dapatdilihat dalam pembahasan berikut ini:(1) Peran guru sebagai fasilitator

Pada kegiatan ini, guru telahmemfasilitasi siswa berupa penyiapanbahan ajar yang akan digunakan dalampembelajaran apresiasi cerpen. Bahan-bahan ajar tersebut berupa cerpen. Cerpenyang akan digunakan sebagai bahan ajardalam pembelajaran apresiasi cerpenterlebih dahulu dianalisis dan dibahassebagai bahan pertimbangan bagi padasaat cerpen tersebut diapresiasi oleh siswa.Guru telah memiliki pemahaman cerpenditinjau dari struktur dan sosiologisnya.

Di samping menyiapkan bahan ajar,guru juga menyampaikan prosedur selamaproses pembelajaran apresiasi cerpen dikelas. Langkah-langkah ini disampaikankepada siswa agar kegiatan pembelajarandapat berlangsung dengan tenang dansiswa dapat berinteraksi dengan tekscerpen yang dikaji.(2) Peran guru sebagai mediator

Kegiatan yang dilakukan guru padasaat pembelajaran di kelas adalah sebagaimediator. Guru menjembatani siswadalam berinteraksi dengan cerpen. Wujudperan guru dapat dilihat pada saat siswa

setelah mendengarkan rekaman cerpen.Guru perlu mengetahui sejauh mana siswadapat berinteraksi dengak cerpen. Gurumemulai dengan membuka pertanyaankepada siswa yang berhubungan denganperasaan. Keberhasilan guru dalam peranini dapat dilihat bagaimana respons siswadalam mengungkapkan perasaannyasetelah mendengarkan rekaman cerpen.Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut :“Guru : Setelah kalian mendengarkan

rekaman pembacaan cerpen “Sungai” karya NugrohoNotosusanto, bagaimana perasaankalian terhadap isi cerpentersebut? ( KP 1)

Ungkapan guru tersebut dapatmengundang respons siswa dalammengungkapkan perasaannya terhadapcerpen. Ungkapan siswa bervariasitergantung tingkat pemahanan siswaterhadap cerpen. Dalam memediasi ini,guru selalu mengundang respons siswaberupa rangsangan pertanyaan.Keterampilan guru dalam mengundangsiswa akan menghasilkan respons siswadan diskusi akan berjalan lancar. Berikutini dapat dilihat ungkapan caramengundang guru untuk mendapatkanrespons siswa pada:Guru :Jika dihubungkan dengan

pengalaman kalian selama ini,apakah karakter tokoh dalamcerpen tersebut dapat dijumpaidalam kehidupan di sekitar kalian?( KP. 2)

Guru : Di sini ternyata tampak jelasbahwa tema yang diangkat dalamcerpen berhubungan dengaan kasih

Page 48: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 680

sayang dan tanggung jawab.Menurut kalian, apakah tema inipernah anda jumpai dalamkehidupan bermasyarakat disekitar anda? (KP. 1)

Guru : Jadi, intinya dari contoh kaliantadi jika seorang anak tidakmenuruti atau mendengar nasihatorang tua akhirnya akan celaka.Baiklah, sekarang kalaudihubungkan dengan pengalamankehidupan kalian sendiri, apa yangharus kalian lakukan jikakeinginan kalian tidak disetujuiorang tua seperti yang dialamitokoh Rhoito? (KP. 3)

Berdasarkan kutipan tersebut, gurumengundang siswa untuk mengungkapkanpengalaman-pengalamannya yangdihubungkan dengan pengalamananyasetelah berinteraksi dengan cerpen. Siswaakan merespons ungkapan tersebutberdasarkan pengalamannya di dalambermasyarakat. Di sinilih, gurumengundang siswa untuk berpikir kritis,salah satu sasaran dalam kegiatanmengapresiasi cerpen.(3) Peran guru sebagai motivator

Bentuk peran guru sebagaimotivator adalah memberikan motivasikepada siswa untuk selalu merespons tekscerpen yang telah disimaknya darirekaman cerpen. Berkat peran guru ini,suasana diskusi kelas terus berlangsung.Siswa berantusias dalam mengapresiasicerpen. Berikut ini ungkapan guru yangberperan memotivasi siswa untuk salingberinteraksi dalam memberikanresponsnya terhadap cerpen:

Guru :Ini sengaja dilakukan pengarangsupaya pembaca dapatmenyelesaikan akhirnya sesuaiimajinasinya. Jika kamu sebagaipengarang, kira-kira cerita ini akanberakhir seperti apa? ( KP. 3)

Guru :Jadi, pada intinya tokoh SersanKasim selain memiliki sifatpenyayang, Sersan Kasim jugamemiliki jiwa pemimpin yangbertanggung jawab. Selain SersanKasim, apakah ada tokoh lain?Silakan, Hikmah! (KP. 1)

Ungkapan guru tersebutmemberikan motivasi kepada siswa untukmengungkapkan ressponsnya berdasarkanpengetahuan yang mereka miliki. Siswamulai berprediksi tentang sesuatu yangakan terjadi pada akhir cerita. Merekabreprediksi apakah Roito akan mendapatkutukan seperti yang telah diwasiatkanmoyangnya, ataukah Roito tidakmendapat kutukan (KP 3).

Di samping itu, guru memotivasisiswa yang lain untuk memberikanresponsnya sehingga semua siswa akanaktif dalam memberikan respons. Hal initampak pada ungkapan guru yang kedua(KP 1). Guru merangsang siswa lain untukberargumen dan hal ini diberikan kepadaseluruh siswa tanpa pilih.2) Keaktifan siswa

Model pembelajaran apresiasicerpen melalui model respons pembacabertujuan untuk menumbuhkan keaktifansiswa dalam mengapresiasi cerpen.Keberhasilan pembelajaran apresiasicerpen ini, pertama, jika siswa dapatmelibatkan dirinya dengan teks cerpen

Page 49: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 681

yang dibacanya. Setelah dilakukankegiatan pembelajaran apresiasi cerpenmelalui model respons pembaca, dapatdiketahui siswa sangat aktif dalammemberikan responsnya terhadap tekscerpen yang telah dibacanya. Salah satubukti keterlibatan siswa ke dalam tekscerpen yang dibacanya yaitu siswamengungkapkan perasaannya setelahmembaca cerpen. Hal ini dapat dilihatpada kegiatan pembelajaran 1, berikut inikutipannya:Bilal :Setelah membaca cerpen ini, jujur

saya merasa kasihan sekali dengantokoh utamanya yaitu Sersan Kasim.Soalnya tokoh utamanya haruskehilangan anak semata wayangnyayaitu si Acep.

Era :Kalau perasaan saya setelahmembaca cerpen ini adalah merasasedih sekaligus kecewa. Sedihnyakarena setelah Sersan Kasimberjuang merawat anaknya tapiakhirnya si Acep harus meninggaljuga. Sedangkan kecewanya karenatokoh Sersan Kasim telah salahsikap sehingga menyebabkananaknya meninggal.

Laras :Saya justru merasa bangga. Seorangayah penuh kasih sayang sekaliguspejuang yang rela berkorban untukkepentingan orang lain. Dia mampumerelakan harta yang palingdisayangi demi keselamatan orangbanyak.

Denis:Ceritanya cukup mengharukan.Dalam cerpen ini terdapatpengorbanan yang luar biasa olehtokoh Sersan Kasim. Dia harus

menggendong anaknya yang masihbayi sambil memimpin pasukandalam penyeberangan di sungaiSerayu.Berdasarkan ungkapan-ungkapan

siswa tersebut, dapat diketahui bahwasiswa melibatkan dirinya ke dalam tekscerpen. Siswa dapat mengungkapkanperasaan-perasaannya setelah membacateks cerpen. Pengalaman yang merekaungkapkan tidak memiliki kesamaan.Mereka mengungkapkan perasaan tersebutberdasarkan pengalaman yang ia milikisehingga mempunyai perbedaan dalamungkapannya.

Hal ini juga tampak pada kegiatanpembelajaran kedua yaitu mengapresiasicerpen “ Jakarta” karya TotilawatiTjitrawasita. Dalam pembelajaranapresiasi cerpen ini, siswa melibatkandirinya dengan teks cerpen. Siswa mampumengungkapkan perasaannya setelahmembaca cerpen tersebut. Berikut inicontoh ungkapan siswa dalammemberikan respons terhadap cerpen:Erwin :Ya sedihnya, itu karena orang

sebaik Pak Pong harusmendapatkan sikap seperti itubahkan dari orang yang selama inidianggap adiknya. Semuapengorbanan keluarga demikesusksesan Paijo. Marah. SikapPak Jenderal terhadap kakaknyasendiri. Ia tidak menunjukkansikap kangen antara adik dankakak yang sekian lama tidakbertemu. Kesalnya, karena inginbertemu adiknya sendiri harus

Page 50: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 682

melalui tahapan-tahapan yangcukup rumit.

Mia :Setelah membaca cerpen ini,perasaan saya cenderung marahsikap yang ditunjukkan PakJenderal. Pak Pong denganpengorbanannya baik waktu,tenaga, bahkan sampai gajinyahanya untuk menyekolahkanadiknya, Paijo. Akan tetapi, setelahia sukses ia berwatak sombong,tidak mau menyambut kakaknyasecara kekeluargaan.

Berdasarkan kutipan tesebut, siswamemberikan responsnya setelah membacacerpen. Ungkapan tersebut berupaperasaan yang dirasakan setelahberinteraksi dengan cerpen. Ini sebagaibentuk keterlibatan siswa terhadap tekscerpen.

Bentuk keberhasilan kedua dalammengapresiasi cerpen adalah siswamampu menghubungkan pengalamannyadengan pengalaman yang ia dapatnya darimembaca cerpen. Selama kegiatanpembelajaran apresiasi cerpen, siswamampu menghubungkan peristiwa yangterjadi dalam teks cerpen dengan peristiwayang terjadi di sekitar siswa. Berikut inibentuk kemampuan siswa dalammenghubungkan pengalamannya dalambersastra (pada KP 2) :Guru :Jika dihubungkan dengan

pengalaman kalian selama ini,adakah bagian dalam cerita ituyang mirip dengan cerita yangpernah kalian alami.

Fitri :Ada, Bu. Dulu saya sewaktuSMP mempunyai teman yang

sangat akrab. Dia dari keluargayang biasa-biasa saja. Namun,semenjak pindah ke Jakartamengikuti saudaranya kini sudahmulai berubah. Bahkan ketikabertemu seolah-olah tidak kenal.

Ikhsan : Kalau saya sewaktu datang kekantor polisi untuk membuatSIM. Sejak pagi saya mengantriuntuk mendapatkan SIM. Namunyang terjadi sungguh aneh. Orangyang datangnya belakangandipanggil duluan. Ternyatamereka mempunyai hubungandekat dengan para petugas. Halini sama dengan yang dialamiPak Pong yang harus mengantriuntuk bertemu adiknya.

Pada kegiatan pembelajaran keduayang mengkaji cerpen “Jakarta” karyaTotilawati Tjitrawasita ini, siswa mampumenghubungkan peristiwa yang terjadidalam teks dihubungkan dengan peristiwayang pernah dialaminya. Ini sebagaibentuk bahwa terjadi interaksi antarasiswa dengan teks cerpen yang dibacanya.Peristiwa ini juga tampak pada kegiatanpembelajaran ketiga yang membahascerpen “Moyang” karya Rainy MPHutabarat.Guru :Jika dihubungkan dengan

pengalaman membaca kalian,adakah dalam cerpen tersebutterdapat bagian yang mirip dengancerita yang pernah kalian baca?Silakan, Desi!

Desi :Ada, Bu. Kisah Hasan dalamnovel Atheis. Hasan seorang anakmuda yang taat beribadah karena

Page 51: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 683

dididik oleh keluarganya. Namun,semenjak bergaul dengan Ruslidan Rukmini, perangainya mulaiberubah. Bahkan, sudah mulaimeninggalkan ajaran agama Islam.Akhirnya, kedua orang tuanyatidak mengakuinya lagi sebagaianaknya. Hasan hidupnya menjadisengsara.

Maya :Saya membaca legenda GunungTangkuban Perahu. Seorang anakyang akan memperistri ibunyasendiri. Karena tidak maumenerima nasihat dari orangtuanya, akhirnya hidupnyasengsara juga.

Dewi :Kalau saya sering melihattayangan-tayangan di televisi.Sering terjadi tokoh seorang anakyang berani melawan ataumenentang nasihat orang tuaakhirnya seorang anak selalumendapat musibah bahkan adayang mendapatkan sumpah dariorang tuanya hingga akhirnyacelaka.

Ungkapan-ungkapan siswa tersebutdi atas tidak sekadar menghubungkanperistiwa yang terjadi dalam teks cerpendengan pengalaman siswa. Di sini siswamulai penghubungkan peristiwa yangterjadi pada cerpen tersebut denganperistiwa yang terjadi pada karya sastralain. ini sebagai wujud pengetahuan siswaterhadap cerpen tidak sebatas pada saatkegiatan pembelajaran di kelas. Siswasudah memiliki pengetahuannya dalammemahami bentuk karya sastra lain.

Berdasarkan uraian tersebut di atas,bahwa pembelajaran apresiasi cerpendengan menggunakan model responspembaca dapat meningkatkan tingkatapresiasi siswa terhadap cerpen. Siswalebih aktif dalam memberikan responsnyaterhadap teks cerpen. Pada prinsipnyasiswa itu mampu mengapresiasi karyasastra, hanya bagaimana strategi gurudalam menggali kemampuan siswa dalambersastra

E. PENUTUPSimpulan1) Struktur Cerpen dekade 1980-an

Berdasarkan hasil analisis cerpenyang telah dipaparkan, dapat ditariksimpulan bahwa cerpen-cerpen yangmuncul oleh pengarang dekade 1980-anmemiliki struktur yang jelas sehinggamudah dipahami oleh pembaca. Strukturyang dimaksud adalah penyajian unsur-unsur intrinsik, seperti latar, alur,penokohan, sudut pandang, amanat, dantema cerpen oleh pengarang dipaparkandengan jelas. Latar berkutat pada tempat,waktu, dan sosial yang ada di sekitarpengarang dan mudah dikenali olehpembaca. Alur atau rangkaian peristiwatersusun secara jelas sehingga pembacatidak mengalami untuk mengetahui jalancerita yang ada dalam cerpen tersebut.Penokohan yang ditampilkan pengarangdengan menggunakan nama-nama tokohyang jelas tanpa inisial sehingga dapatdengan mudah mengenali tokoh besertakarakternya. Sudut pandang yangdigunakan pengarang dalam cerita secaraumum memosisikan diri sebagai

Page 52: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 684

pengamat. Pengarang berada di luar tekssehingga dengan leluasa dapatmenceritakan para tokoh dalam cerita.Tema yang diangkat oleh pengarangberkaitan dengan kehidupan masyarakat disekitar pengarang. Hal ini terjadi karenasastra merupakan kegiatan kreatifpengarang dalam mengungkapkan realitaskehidupan di sekitar pengarang.2) Tinjauan sosiologis sastra

Sastra lahir selalu berkaitan denganpengarang, teks sastra, dan masyarakatpembaca. dalam tinjauan sosiologis sastraini penelitian dititikberatkan padapangarang sebagai pencipta karya sastra.Ditinjau dari aspek sosiologis sastra,cerpen-cerpen pengarang dekade 1980-ancenderung mengungkapkan pengalamanatau pengamatan pengarang. Tampak padacerpen “ Senyum Karyamin” karyaAhmad Tohari dan cerpen “PelajaranMengarang” karya Seno Gumira Ajidarmaberkaitan erat dengan hasil pengamatanpengarang pada masyarakat tempatpengarang itu tinggal. Sementara itu, padacerpen “Sungai” karya NugrohoNotosusanto, cerpen “Jakarta” karyaTotilawati Tjitrawasita, dan cerpen“Moyang” karya Rainy MP Hutabaratmerupakan pengalaman pribadi yangdialami oleh pengarang.3) Peran guru dalam pembelajaran

apresiasi cerpen melalui modelrespons pembaca

Guru mempunyai peran yang sangatpenting dalam pembelajaran apresiasicerpen melalui model respons pembaca.Peran guru tersebut antara lain:(1) Fasilitator.

Guru memfasilitasi penyediaanbahan ajar berupa cerpen. Pemilihanbahan ajar yang menarik akan dapatmenggairahkan siswa dalammengapresiasi cerpen.(2) Mediator

Guru menjembatani siswa dalammelakukan transaksi dengan cerpen. Halini dilakukan agar keaktivan siswa dalammemberikan respons terhadap cerpendapat dikontrol.(3) Motivator

Guru memberikan motivasi kepadasiswa untuk aktif dalam memberikanrespons terhadap teks cerpen. Bentukmotivasi guru dalam mengaktifkan siswaberupa rangsangan pertanyaan yangberkaitan dengan teks cerpen yangdiapresiasi.

Guru memiliki peran yang sangatpenting dalam model respons pembacamengarah pada usaha mengaktifkan siswa.Tanpa peran guru sebagai mediator,fasilitator, dan motivator dalampembelajaran, maka kegiatan apresiasisastra dengan model respons pembacatidak akan berjaalan dengan baik. Usahaini merupakan proses pembelajaran yangsudah direncanakan oleh guru. Persiapanyang matang yang dimulai dari penetapanmateri hingga penyusunan pertanyaan danpenyajiannya sehingga siswa betul-betulmerasa dimudahkan pada saat berinteraksidan bertransaksi dengan teks cerpen dikelas. Peran guru yang penting adalahpada saat pelaksanaan pembelajaran dikelas. Teknik yang digunakan dalammodel pembelajaran respons pembacaadalah teknik diskusi. Dalam teknik

Page 53: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 685

diskusi peran guru sangat menentukan.Hal ini terbukti dari hasil pelaksanaan danhasil analsis bahwa peran gurumenentukan arah dan arus diskusi danpada akhirnya akan menentukan kualitashasil pembelajaran.

Beberapa peran telah dijalankandalam pelaksanaan pembelajaran denganmenggunakan model respons pembaca.Peran itu diwujudkan dalam bentukkegiatan guru. Pertama, kegiatanmengetuk (guru melontarkan pertanyaanyang merangsang pembelajar untukberinteraksi). Kedua, kegiatanmengundang (kegiatan ini usaha yangterus-menerus dilakukan guru agar siswamengiktui diskusi dan dapat berinteraksidengan teks). Ketiga, kegiatanmengklarifikasi. Kegiatan ini merupakanupaya yang dilakukan oleh guru dalammenajamkan cara berpikir siswa disamping mendidik siswa agar bertanggungjawab terhadap pernyataan yangdikemukakannya. Keempat, kegiatanmenyapa (kegiatan ini untuk mengikathubungan antara siswa dengan guru.Kelima, kegiatan ini menyimpulkansementara (sebagai usaha bantuan guruterhadap siswa agar diskusi terus berjalanterarah). Kelancaran kegiatanpembelajaran sangat ditentukan oleh sikapkeluwesan guru dan sikap tidak memihak.Peran guru hanya sebatas sebagaimediator, fasilitator, dan manajemenpembelajaran.4) Aktivitas siswa dalam model respons

pembacaKegiatan pertama yang dilakukan

siswa adalah kegiatan bertransaksi.

Kegiatan bertransaksi adalah kegiatanantara siswa dengan teks cerpen yangdibacanya. Siswa berusahamenyambungkan apa yang ada dalampikiurannya dengan apa yang ada dalamteks cerpen. Makna apapun yangdibentuknya milik siswa secaraperorangan. Kegiatan selanjutnya adalahkegiatan interaksi. Siswa menyampaikanhasil interaksinya kepada siswa yang lain.Kegiatan ini disebut tahapan sosial. Siswamempertanggungjawabkan responnyakepada teman yang lain. Dalam tahapanini pembelajar bertukar pikiran,bersumbang saran respons. Dengan caraini, siswa mendapat kesempatan untukmemperluas responnya. Dalam tahapanini, siswa belajar mengemukakanresponsnya. Kegiatan selanjutnya adalahrefleksi. Kegiatan ini dilaksanakan siswasetelah mengukuti pembelajaran di kelas.Kegiatan ini memebrikan kesempatankepada siswa untuk internalisasi terhadapapa yang telah dimilikinya dan terhadapapa yang akan dituangkannya ke dalamkonstruksi. Jadi, siswa dalam membentukkonstruksi itu memadukan apa yang adadalam skemanya dengan apa yang adadalam diskusi. Oleh karena itu, padaumumnya penggunaan skema padakegiatan pembelajaran dan hasil siswaterhadap perubahan.

SaranPembelajaran apresiasi sastra

khususnya cerpen dengan model responspembaca sangat membantu siswa dalammemahami, menikmati, menghargai, danmenilai sebuah karya sastra. Model

Page 54: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 686

pembelajaran respons pembaca dapatberperan membantu siswa untuk lebihaktif dalam kegiatan pembelajaran ditingkat SMA. Oleh karena itu, perlu

kiranya guru-guru menerapkan modelrespons pembaca dalam mengajarkanapresiasi sastra khususnya cerpen.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer,Teori dan Metode Kajian.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aminudin. 2010. Pengantar ApresiasiKarya Sastra. Bandung: Sinar BaruAglesindo.

Antara, I Gusti Putu. 1993. PenerapanModel Respons dalam PengajaranApresiasi Puisi di FKIP UniversitasUdayana Singaraja. Tesis. Bandung:PPS UPI.

Damono, Sapardi Djoko. 2010.Simbolisme dan Imajisme dalamSastra Indonesia. Jakarta: PusatBahasa Kemendiknas.

____________________. 2011. BeberapaTeori Sastra, Metode, Kritik, danPenerapannya. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Endraswara, Suwardi. 2002. MetodePengajaran Apresiasi Sastra.Yogyakarta: Radhita Buana.

Eneste, Pamusuk. 2001. Bibliografi SastraIndonesia. Magelang: Indonesiatera.

Gani, Rizanur. 1988. Pengajaran SastraIndonesia, Respond an Analisis.Padang: Dinamika Press.

Halstead, J. Mark dan Taylor, Monica J.(2000). “Learning and Teachingabout Values: A Review of RecenResearch.” Cambridge Journal ofEducation. Vol. 30 No. 2, pp. 169 –202

Herfanda, Ahmadun Yosi. 2011.“Membentuk Karakter Siswadengan Pengajaran Sastra”. dalamSeminar Internasional PascasarjnaUnswagati Cirebon.

Joyce, Bruce., Weil, Marsha., andCalhoun, Emily. 2009. Models ofTeaching (terjemahan). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Mulyana, Yoyo. 2000. Keefektifan ModelMengajar Respons Pembaca dalamPengajaran Pengkajian Puisi.Disertasi. Bandung: PPS UPI.

Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori danPraktik Sastra. Dalam Penelitian danPengajaran. Bandung: PPS UPI.

Near. 2011. Menelaah Karya SastraIndonesia Periode 1980 – an. dalamhttp://nearpunyakumpulanbahasadansastra.blogspot.com.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. TeoriPengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode,dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rosenblatt, Louis M. 1978. The ReaderThe Text The Poem. TheTransactional Theory of TheLiterary Work. Southern IllinoisUniversity Press.

Rozak, Abdul. 2001. Tesis. “PenerapanModel Pembelajaran

Page 55: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 667-687 ISSN 2089-2616

Penerapan Model Respon Pembaca dalam Pembelajaran Apresiasi Cerpen Di SMA 687

Konstruktivistik sebagai UpayaMemperluas Pemahaman Pembacaterhadap Teks Narasi – Fiksi (Studipada Mahasiswa Jurusan PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia FKIPUnswagati, Cirebon.

_____________. 2011. “PendidikanBerbasis Sastra (Telaah Ketokohandalam Laskar Pelangi)”. Cirebon:Jurnal FKIP Unswagati.

_____________. 2011. “Model DiskusiSastra di Kelas 5 SD”. (dalamSeminar Internasional PascasarjanaUnswagati.

_____________. 2011. KonstruksiRespons Pembaca terhadap Teksnaratif. Cirebon: Unswagati.

Segers, Rien T. 2000. Evaluasi TeksSastra (Alih bahasa Suminto A.Sayuti). Yogyakarta: Adi Cita KaryaNusa.

Subadiyono. 1993. Perbandingan AntaraKefektifan Model Respons –Analisis dengan Model Moody

dalam Pengajaran Apresiasi CeritaPendek. Tesis. Bandung: PPS UPI

Sugiyono. 2010. Metode PenelitianPendidikan. Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan R&D. Bandung:Alpabeta.

Sumarjo, Yakob dan Saini.K.M. 1988.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia.

Suryaman, Maman. 2011. “MenujuPembelajaran Sastra yangBerkarakter dan Mencerdaskan”.Artikulasi Jurnal Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia.

Teew, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra.Jakarta: Pustaka Jaya.

Tim Penyusun. 1989. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.

Tohari, Ahmad. 1989. Senyum Karyamin.Jakarta: Gramedia.

Wellek, Renne & Warren, Austin. 1989.Teori Kesusastraan. Jakarta:Gramedia.

Page 56: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 688 – 703 ISSN 2089-2616

688

POLITIK BAHASA INDONESIA DARI PRAKEMERDEKAAN DANPASCAKEMERDEKAAN

JuandaUniversitas Samawa, Sumbawa

ABSTRAK

Bahasa Indonesia memunyai nilai-nilai historis kejuangan sehingga perlu direflesikankedudukan dan fungsinya. Prakemerdekaan, bahasa Indonesia dijadikan sebagai alat perjuangandan persatuan bangsa, sedangkan pascakemerdekaan dijadikan sebagai bahasa nasional danresmi Negara, yang diatur melalui berbagai kebijakan bahasa. Merefleksikan kedudukan danfungsinya dari prakemerdekaan dan pascakemerdekaan masih sangat relevan. Persoalan bahasa,apalagi memasuki era globalisasi, tidaklah lebih kompleks daripada persoalan hukum, politik,ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Kebijakanbahasa bisa menjadi salah satu alternatifmelindungi, membina, dan mengembangkan bahasa nasional.

Kata Kunci: Kebijakan Bahasa, prakemerdekaan, dan pascakemerdekaan

A. PENDAHULUANPrakemerdekaan, pembicaran

tentang bahasa nasional sangat jarangterdengar karena dianggap tidaksubstantif. Kebijakan pemerintah kolonialjuga tidak berpihak kepada bahasaMelayu. Penggunaan bahasa Melayusangat dibatasi, hanya dalam pendidikan(sekolah tertentu) dan administrasipemerintahan (Slametmuljana, 1959: 4-5).

Pemerintah kolonial justrumenumbuhkan dan membolehkanpenggunaan bahasa-bahasa daerah.Kebijakan ini jelas sangat politis, di satusisi bahasa Malayu dibolehkanpenggunaan secara terbatas, sedangkansisi yang lain pemerintah justrumembangkitkan semangat primordialisme.Persoalan politik bahasa sudah diterapkansejak prakolonial sampai pascakolonial.Belanda secara sistematis menanamkan

sikap primordialisme, seperti yangdilakukan oleh G. J. Nieuwenhuis. Politikbahasa Belanda bertujuan menghambatdan menghalangi proses kemerdekaanserta mengangkat bahasa Melayu menjadibahasa Indonesia Slametmuljana, 1959:4).

Siapa yang berkuasa sangatmenentukan ragam bahasa (Barry, 2008:214-215; Bloomfield, 1995: 1; Thomas &Waering, 2007: 49). Masa prakolonial(abad 17), bahasa Melayu sudahdigunakan di Zaman Sriwijaya. BahasaMelayu dipakai sebagai bahasapenghubung antarsuku di nusantara dansebagai bahasa yang digunakan dalamperdagangan dari dalam nusantara danluar nusantara. Penggunaan ini ditandai: a)tulisan yang terdapat pada batu nisan diMinye Tujoh, Aceh, pada tahun 1380; b)prasasti Talang Tuo, di Palembang (684);

Page 57: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 689

c) prasasti Kota Kapur (688), di Bangko,Merangi, Jambi.

Bahasa Melayu sudah berfungsisebagai bahasa buku-buku yang berisiaturan-aturan hidup dan sastra; bahasaperhubungan; bahasa perdagangan danbahasa resmi kerajaan. Bahasa Melayumenyebar ke pelosok nusantara bersamaandengan menyebarnya agama Islam diwilayah nusantara. Bahasa Melayu mudahditerima oleh masyarakat nusantarasebagai bahasa perhubungan antarpulau,antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,dan antarkerajaan (Samuel, 2008: 111).

Masa kolonial, bahasa Melayuadalah ragam bahasa yang kurang diakuipenggunaannya. Belanda sangat pahambahwa bahasa Melayu bisamempersatukan dan memperkokohnusantara. Pembatasan dan pelarangan inisebetulnya sangat beralasan, yaitudikhawatirkan bisa menguatkan semangatkemerdekaan. Kebijakan bahasapemerintah kolonial tetap membolehkanpenggunaan bahasa Melayu, meskipundiharuskan menggunakan Ejaan vanOphuysen, yaitu ejaan yang ditulis olehBelanda. Pascakolonial, bahasa Melayubermetamorfosa menjadi bahasa Indonesiayang bersumber dari bahasa daerah danbahasa asing.

Ragam bahasa dapat pula digunakanoleh pembuat kebijakan sebagai alatsimbolik untuk manipulasi politik, sosial,ekonomi, dan pendidikan (Fairclough,2001: 204). Bahasa juga digunakan untukmengatagorikan orang, menciptakankelompok, mengidentifikasikan diri,bahkan variasi lain dianggap sebagai

gangguan (Shohamy, 2006: 1). Dalamkolonial, bahasa Melayu ditempatkanpada posisi marjinal/subordinat,sedangkan bahasa kolonial (bahasaBelanda) adalah superordinat. Selainsebagai alat komunikasi, bahasa jugadigunakan untuk mengendalikan oranglain, termasuk perilaku dan nilai-nilaiyang diyakininya.

Pengangkatan bahasa Melayumenjadi bahasa Indonesia bertujuan untukmemfasilitasi dan memediasi sertamenghubungkan kebudayaan-kebudayaanyang ada di nusantara (Badudu, 1985: 3).Tambahan pula, bahasa menggambarkankondisi sosial-budaya Indonesia (Hasan,2005: 48). Bahasa nasional adalah bahasaIndonesia yang lahir sebagai sistesis daritesis dan antitesis bahasa-bahasa nusantarayang telah digunakan sebagai linguafranca. Semua bahasa nusantara tidakmungkin dihapuskan, apalagi tidak diakuieksistensinya. Bahasa nusantara ataubahasa-bahasa daerah juga berperanpenting dalam proses pengangkatan danpembentukan bahasa Indonesia.

Dalam pasal 32 menyebutkan,“Negara menghormati dan memeliharabahasa daerah sebagai kekayaan budayanasional” (UUD, 1945).Kemudian juntoUndang-Undang Nomor 2 Tahun 1989(UU, 1989) pasal 42 tentang SistemPendidikan Nasional, yang menyebutkanbahwa “Bahasa daerah dapat digunakansebagai bahasa pengantar dalamtahapawal pendidikan dan sejauh diperlukandalampenyampaian pengetahuan dan/atauketerampilan tertentu.”

Page 58: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 690

Bahasa daerah juga dihormati dandiakui oleh perundang-undangan(Septiningsih, 2012; Sugiyono, 2013).Pengangkatan bahasa Melayu menjadibahasa Indonesia tidak lantas mengingkaribahasa-bahasa daerah yang sudah adadengan sosial-budayanya. Pengakuanfungsi dan kedudukan bahasa-bahasadaerah pada intinya digunakan sebagaisumber pengayaan bahasa Indonesia.Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU,1989) menjelaskan bahwa bahasa daerahjuga dapat digunakan sebagai bahasapengantar pendidikan.

Masyarakat Indonesia yangmultilingual atau bahu-bahasa(Slametmuljana, 1959: 2-3) ataukeanekabahasaan (Chaer & Agustina,2004: 85) sering menghadapi persoalankebahasaan, antara bahasa nasional danbahasa daerah. Pengangkatan bahasanasional Indonesia dapat dikatakanberjalan lancar, meskipun belummenyelesaikan persoalan tentang bahasa,penutur/pemakai, dan wilayah pakai.

Perkembangan politik bahasa dariprakemerdekaan dan pascakemerdekaanmerupakan fokus tulisan ini. Pertanyaanyang dapat diajukan: 1) Bagaimanaperkembangan politik bahasa Indonesiapada masa prakemerdekaan?; 2)Bagaimana perkembangan politik bahasaIndonesia pada masa pascakemerdekaan?Tujuan tulisan ini 1) untuk menganalisisperkembangan bahasa Indonesia padamasa prakemerdekaan; 2) untukmenganalisis perkembangan bahasaIndonesia pada masa pascakemerdekaan.

B. POLITIK BAHASABadudu (1985: 1) mengemukakan

bahwa politik bahasa adalah pengolahanbahasa secara menyeluruh dengankebijaksaan nasional mengenaikebahasaan dan kesastraan. Politik bahasatidak diartikan secara sempit, yaitutentang politik sich, tetapi pembicaraantentang kebudayaan dan kebangsaan suatubangsa. Kebijakan nasional dirumuskansebagai politik bahasa nasional yang berisiperencanaan, pengarahan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagaidasar bagi pengolahan keseluruhanmasalah kebahasaan (Alwi & Sugono(Eds.), 2011: 7-8).

Bangsa Indonesia terdiri dari anekabahasa, suku, agama (kepercayaan), adat-istiadat, teknologis, sosial-budaya, dansebagainya. Lebih luas lagi, bahasanasional merupakan jatidiri/identitasbangsa, sehingga untuk menjembatiunsur-unsur kebudayaan dan kebangsaanyang berbeda tadi pemerintah harusmenetapkan kebijakan bahasa nasional.Bahasa Indonesia tidak lagi sekadarbahasa perhubungan, akan tetapi harusmenjadi bahasa resmi negara.

Amran Halim (Badudu, 1985: 4)menyebutkan tujuan politik bahasa adalah:a) perencanaan dan perumusan kerangkadasar kebijaksaan di dalam kebahasaan; b)perumusan dan penyusunan ketentuan-ketentuan serta garis-garis kebijaksaanumum mengenai penelitian,pengembangan, pembakuan, danpengajaran bahasa, termasuk sastra; c)penyusunan rencana pengembangankebijaksaan nasional.

Page 59: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 691

Politik bahasa sesungguhnya sangatdiperlukan, terutama dalam upayapembinaan dan pengembangan bahasaIndonesia. Tanpa politik bahasa akansangat sulit untuk mengembangkan,apalagi mewacanakan bahasa Indonesiamenjadi bahasa internasional. Sebetulnya,niatan tersebut harus ditanggapi secarapositif, namun juga harus didukung olehkebijakan pemerintah yang memihakkepada bahasa Indonesia. Graddol(Maurais & Morris, (Eds.) 2003: 16-17)memperkirakan bahasa Melayu/Indonesiaakan menjadi bahasa regional tahun 2050.

Pemerintah sebagai pembuatkebijakan tentunya harus memikirkanpersoalan kebahasaan. Pemerintah tidakhanya mengurus sosial (kesejahteraa danketenagakerjaan), ketatanegaraan,perpolitakan dan hukum, akan tetapi jugamelihat lebih dekat persoalan kebahasaan.Selama ini, masalah kebahasaan kurangdiminati daripada masalah hukum, politik,ataupun perfilman. Padahalkekurangbanggaan terhadap bahasaIndonesia bisa berdampak langsungterhadap disintegrasibangsa.

Intensitas pembinaan danpengembagan bahasa Indonesia yangdilakukan oleh media hampir tidak ada.Pemberitaan tentang kebahasaan telahmati, termasuk pemberitaan di televisinasional. Ini sungguh menyedihkanmengingat peranan media dalam upayapembinaan dan pengembangan bahasasangat dibutuhkan. Setiap haripemberitaan tentang hukum dan politik,sedangkan acara/berita kebahasaansungguh nihil. Hal ini mengindikasikan

bahwa bangsa ini sedang terjebak olehpenjara hukum dan politik. Seolah-olahpersoalan kebahasaan adalah masalahyang kurang diprioritaskan.

Pembicaraan kebahasaan dianggapsebagai sesuatu yang tidak produktif dantidak menghasilkan serta tidakmendapatkan apa-apa, kecuali menjadilebih bingung. Padahal, bahasa adalahcara yang paling ampuh mempersatukanbangsa ini. Bahasa juga mampumenyelesaikan segala konflik yangcenderung separatis. Barangkali bangsaini telah melupakan sejarah, bagaimanaperan bahasa Indonesia mempersatukanbangsa. Sekarang terlalu menjunjungtinggi hukum positif untuk menyelesaikanpersoalan bangsa. Mengapa bahasa tidakdigunakan sebagai media persatuanbangsa?

Seminar politik bahasa nasionalyang diselenggarakan tahun 1975 diJakarta telah memberikan gambarankomprehensif dan lengkap mengenaibutir-butir pokok yang harus diperhatikandalam menangani masalah kebahasaan diIndonesia. Hasil seminar itu meliputi tigaaspek, yaitu bahasa, pemakai bahasa, danpemakaian bahasa. (Alwi dan Sugono,(Eds.) 2011: 6-7).

Lewat politik kebijakan, bahasadapat ditingkatkan fungsi dankedudukannya sehingga sangat tidakmasuk akal suatu bahasa mampuberkembang dan mengekspansikan diritanpa didukung oleh kebijakan (perundang- undangan, peraturan pemerintah,keputusan presiden, peraturan menteri,keputusan menteri, dan sebagainya).

Page 60: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 692

Penetapan fungsi dan kedudukan bahasamenjadi penting ketika merumuskan petaperencanaan, pembinaan, danperkembangan bahasa. Jadi, perundang-undangan merupakan legitimasi (istilahJurgen Habermas) yang berfungsi sebagaiupaya melindungi, membenarkan, danmenguatkan kedudukan bahasa tersebut.

Alwasilah (1997: 4) menjelaskantiga aspek politik bahasa, yaitu korpusbahasa, status bahasa, dan pemerolehanbahasa. Korpus data atau kode bahasameliputi pelafalan, kosakata, dan tatabahasa, sedangkan status bahasamencakup kedudukan, peran, dan fungsibahasa Indonesia. Terakhir, pemerolehanbahasa berkaitan dengan bagaimanabahasa Indonesia, bahasa daerah, danbahas asing diajarkan di lembagapendidikan.

C. KEBIJAKAN BAHASALanguage policy (LP) is the primary

mechanism for organizing, managing andmanipulating language behaviors as itconsists of decisions made aboutlanguages and their uses in society(Shohamy, 2006: 45). Secara historis,bahasa Indonesia adalah bahasaperjuangan, sehingga sangat wajardilindungi melalui kebijakan. Sebagaiidentitas nasional, bahasa Indonesia harusmendapatkan tempat terhormat.Bentuknya bisa melalui kebijakanpemerintah, yaitu untuk membina danmengembangkan bahasa Indonesia.Kebijakan bahasa diperlukan supayamemastikan fungsi dan kedudukan bahasatersebut. Kebijaksaan bahasa mencakup

perumusan, perencanaan, dan penggunaanbahasa tersebut.

Language policy has always beenabout far more than choosing whichlanguage to use in government, education,or the law…language policy involves theuse of languages for purposes of culturalgovernance, or governmentality(Pennycook dalam Tollefson, 2002: 91).Kebijakan bahasa didefinisikan sebagaipengangkatan suatu bahasa menjadibahasa resmi negara, yang digunakandalam pemerintahan, pendidikan, danhukum. Ini berarti bahwa penggunaanbahasa resmi hanya di ketiga ranahtersebut. Bagaimana dengan penggunaanbahasa resmi sehari-hari/bahasapergaulan?

Bahasa resmi digunakan dalamurusan pemerintahan (pengurusan surat-menyurat, pidato, perundang-undangan,dan sebagainya) dapatdipahami/dimaklumi, karena penetapanpenggunaan satu bahasa dalam urusanadministrasi pemerintahan sangatdibutuhkan. Penggunaan satu bahasa tidaklain bertujuan untuk memudahkan hal-halyang berhubungan dengan urusanadministrasi pemerintahan. Jika tidak adapenggunaan bahasa standar yang jelastentu akan menimbulkan persoalan karenasetiap penutur boleh jadi memiliki bahasaibu yang berbeda.

Pemerintah perlu juga menetapkanbahasa standar dalam pendidikan,misalnya bahasa Indonesia. Penggunaanbahasa Indonesia sebagai bahasapengantar dalam pendidikan bertujuanuntuk menanamkan nilai-nilai dan

Page 61: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 693

identitas kebangsaan supaya peserta didikmempunyai jiwa nasionalisme yangtinggi. Selain itu, bahasa Indonesiaberfungsi sebagai alternatifmempertemukan berbagai ragam bahasayang digunakan peserta didik. Betapasulitnya seorang guru/dosen mengajar danmendidik jika tidak ada bahasa standar.Guru/dosen mengajar dengan bahasa ibu,sedangkan peserta didik juga menyimakdan berbicara dengan bahasa ibunya. Bilaini yang terjadi, maka prosespembelajaran pun akan kacau. Semuaunsur pembelajaran menjadi tidak jelasdan tentu saja menghilankan esensipendidikan itu sendiri. Kehadiran bahasapengantar dalam pendidikan, yaitu bahasaIndonesia bersifat definitif.

Selain ranah pemerintahan danpendidikan, kebijakan bahasa jugadipandang penting untuk menulis danmembukukan perundang-undangan.Penulisan perundang-undangan perluadanya keseragaman, terutamapenggunaan bahasa standar. Apa jadinyabangsa ini bila peraturan ditulis denganbahasa legislator masing-masing. Semuaakan bingung dan mungkin proseskomunikasi akan buntuh.

Apakah kebijakan bahasa hanyamengatur penggunaan bahasa dalampemerintahan, pendidikan, dan hukum?Tidak. Bahasa standar harus jugadigunakan dalam kehidupan sehari-hari.Contohnya: saya (orang Sumbawa) tinggaldi Kalitirto Sleman. Tetangga—sampingkiri dan kanan, depan dan belakang adalahpenutur bahasa Jawa. Oleh karena belumbisa berkomunikasi dengan bahasa Jawa,

sehari-hari saya menggunakan bahasaIndonesia bila berkomunikasi dengantetangga. Jadi, bahasa standar menjadibahasa pergaulan, meskipun bahasa yangdigunakan tidak baku.

Kebijakan bahasa yangdikemukakan oleh Pennycook terkesansangat sederhana dan sempit maknanya.Penggunaan bahasa standar tidak hanya dipemerintahan, pendidikan, dan hukum,tetapi dalam pergaulan sehari-hari jugadipakai. Orman (2008: 39) mengatakan,Language policy usually refers to theformulation of laws, regulations andofficial positions regarding languageusage and the allocation of linguisticresources by some government or otherpolitical organization. Bila diartikan,kebijakan bahasa memuat peraturanperundang-undangan, regulasi, fungsi dankedudukan resmi penggunaan sertasumber bahasa tersebut. Penetapanbahasa standar, yaitu melalui perundang-undangan dipandang sangat urgen fungsidan kedudukannya dalam berbangsa danbernegara.

Penetapan bahasa resmi/bahasastandar sebetulnya tidaklah mudah, karenabanyak negera yang terlibat perangsaudara disebabkan oleh bahasa standar,seperti Filipina, negara-negara pecahanUni Soviet, dan sebagainya. BangsaIndonesia terbilang sangat mulus—tidakada rintangan dan halangan yang berartiketika mengangkat bahasa Melayumenjadi bahasa Indonesia. Apa yangdimaksud bahasa Indonesia?

Badudu (1985: 1) mengemukakanbahwa bahasa Indonesia bersumber dari

Page 62: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 694

bahasa Melayu, bahasa-bahasa daerah,dan bahasa-bahasa asing, yang kemudianpertemuan atau sistesis dari aneka ragambahasa tadi disebut bahasa Indonesia.Berbeda dengan bahasa Melayu kunoyang berdiri sendiri, yang tidak menyerapbahasa-bahasa lain. Bahasa Melayu adalahbahasa Indonesia atau sebaliknyasebetulnya tidak lagi relevan. Umar Junustermasuk salah satu orang yangmenganggap dan mengafirmasipernyataan tadi.

Dari tiga pendapat ahli tadi(Shohamy, Pennycook, dan Orman),penulis dapat menyimpulkan bahwakebijakan bahasa memuat keputusan-keputusan (perundang-undangan) tentangperencanaan, perumusan, pembinaan danpengembangan bahasa serta fungsi dankedudukan penggunaannya dalammasyarakat.

D. PERKEMBANGAN BAHASAINDONESIA

PrakemerdekaanZaman Kerajaan Sriwijaya, bahasa

Melayu dipakai sebagai bahasapenghubung antarsuku di nusantara dansebagai bahasa yang digunakan dalamperdagangan antara pedagang dari dalamnusantara dan dari luar nusantara.Perkembangan dan pertumbuhan bahasaMelayu tampak lebih jelas daripeninggalan-peninggalan: 1) tulisan yangterdapat pada batu nisan di Minye Tujoh,Aceh, pada tahun 1380; 2) prasasti TalangTuo, di Palembang (684); 3) prasasti KotaKapur (688), di Bangko, Merangi, Jambi.

Bahasa Melayu sudah berfungsisebagai bahasa buku-buku yang berisiaturan-aturan hidup dan sastra; bahasaperhubungan; bahasa perdagangan danbahasa resmi kerajaan. Bahasa Melayumenyebar ke pelosok nusantara bersamaandengan menyebarnya agama Islam diwilayah nusantara. Bahasa Melayu mudahditerima oleh masyarakat nusantarasebagai bahasa perhubungan antarpulau,antarsuku, antarpedagang, antarbangsa,dan antarkerajaan (Ratna, 2008: 43).

Masa prakemerdekaan kebijakanpolitik pemerintahan berada di tanganbangsa penjajah, yaitu Belanda. Masa iniBelanda menerapkan politik diskriminatifterhadap rakyat jajahannya. Dalampendidikan, bahasa pengantar yangdigunakan adalah bahasa Belanda(Slametmuljana, 1959), sedangkan bahasaMelayu/Indonesia adalah bahasa kelasdua.

Setelah mendapat tekanan dari duniainternasional, Belanda mulai memberikankesempatan secara terbatas kepada bangsaIndonesia untuk mendapatkan pendidikan,termasuk penggunaan bahasa Indonesia.Tujuan pendidikan adalah untuk menjaditenaga kerja yang akan dipekerjakan dipemerintahan Belanda dan digaji murah.Meskipun demikian, penggunaan bahasaMelayu/Indonesia mulai dipertimbangkandalam proses pembelajaran.

Akhir abad 19 pemerintah kolonialHindia-Belanda melihat bahwa bahasaMelayu dapat dipakai untuk membantuadministrasi bagi kalangan pegawaipribumi. Pada periode ini mulaiterbentuklah bahasa Indonesia yang secara

Page 63: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 695

perlahan-lahan terpisah dari bentuksemula bahasa Melayu Riau-Johor.Bahasa Melayu di Indonesia kemudiandigunakan sebagai lingua franca, namunbelum banyak yang menggunakannyasebagai bahasa ibu. Awal abad 20, bahasaMelayu menjadi dua ragam. Pertama,Indonesia mengadopsi Ejaan Ophuysen,sedangkan Malaysia menggunakan EjaanWilkinson.

Soewardi Soerjaningratatau KiHadjar Dewantara—pendiri sekolahTaman Siswa pada tahun 1922 (O’neil,2008: 697-698), orang pertama yangmemperkenalkan istilah “bahasa Melayu”sebagai bahasa perhubungan di foruminternasional. Tahun 1916, dalam KongresPendidikan Kolonial pertama di DenHaag, K.H. Dewantaramengemukakanbahwa bahasa Melayu akan menjadibahasa perhubungan di seluruh wilayahHindia-Belanda.

Wacana penggunaan bahasaIndonesia di seluruh wilayah Hindia-Belanda bisa bermakna akan lahir sebuahbangsa yang bernama Indonesia. K.H.Dewantara seakan-akan sudah tahu bahwatidak lama lagi Indonesia akan merdekasecara hakiki dan mempunyai bahasapersatuan, yaitu bahasa Melayu/Indonesia.Hoffman (dalam Samuel, 2008: 160)menjelaskan:

Untuk pertama kalinya menetapkanikatan hakiki antara kesatuan bahasadi Nusantara melalui bahasa Melayudan suatu pemerintahan otonomnasional dan pribumi yang memerintahhanya dengan bahasa Melayu.

Para generasi pejuang kemerdekaansudah sering membicarakan tentangbahasa, terutama bahasa Melayu yangkelak akan menjadi bahasa resmi negaradan bahasa nasional. Masa kolonial,pendirian Volksraad/DPR(1918)sebetulnya memberikan peluang untukmembicarakan peran resmi bahasaMelayu. R. A. A. Achmad Djajadiningrat,seorang pejabat tinggi bumiputra,meminta agar bahasa Melayu disamakankedudukan dan fungsinya dengan bahasaBelanda.

Bahasa Melayu, bagi orang Belandatetaplah bahasa bumiputra, yaitu bahasakelas dua, yang kedudukannya lebihrendah dari bahasa Belanda. Hal ini erathubungannya dengan status sosial penuturyang lebih prestisius (Schaefer dan Lamm,1989: 213). Van der Wal mengemukakanbahwa gagasan tentang pengakuanterhadap bahasa Melayu sebagai bahasanegara sebetulnya kurang mendapatperhatian dan dianggap tidak penting,walaupun Bahasa Melayu bolehdigunakan dalam persidangan danadministrasi pemerintahan (dalam Samuel,2008: 160).

Tahun 1926, kaum muda nasionalisyang berpendidikan kolonial, terutamadari HIS (1914) mulai mengintegrasikandiri dengan masyarakat kolonial. Merekabanyak yang putus kerja. Selain itu,mereka membentuk perkumpulan-perkumpulan sosial, kebudayaan, danpolitik. Pertengahan tahun 1920-an,mereka mengabdi di sekolah swasta yangdisebut sekolah liar (Belanda: wildescholen).

Page 64: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 696

Perkumpulan-perkumpulan pelajarmasih berdasarkan pada suku dan agama,seperti: Jong Java (1918),JongSumatranen Bond, Jong Minahasa (1918),Jong Ambon, Jong Celebes (1920),JongIslamieten Bond, Pakempalan PolitikKatolik Jawi (1925), dll. Di Belanda, parapelajar Indonesia membentukperkumpulan serupa, Indische Vereniging(1908), Indonesische Vereniging (1922),Perhimpoenan Indonesia (1924). Parapemuda menyadari bahwa perkumpulan-perkumpulan tersebut harus bersatu untukmelawan Belanda. Tahun 1927, Soekarnomenyatukan berbagai perkumpulan kedalam Partai Nasional Indonesia.Akhirnya, tahun 1928, para pemudaberkumpul dalam Kongres Pemuda, 27-28Oktober 1928 mengikrarkan kesatuantanah air, bangsa, dan bahasa.

Ketakutan bangsa Belanda akanbangkitnya semangat kebangsaanbumiputra, terutama penggunaan bahasaMelayu yang semakin kuat pengaruhnya,maka Belanda pun menugaskanNiewenhuis untuk berusaha menyuburkanpertumbuhan bahasa Belanda di Hindia-Belanda. Perluasan daerah bahasa dankebudayaan Belanda mempermudahperluasan ekonomi dan pengabdianpenjajahan. Bahasa Belanda harusmenyusup sampai ke desa-desa. Itulahsebabnya didirikan Schaelschool di manauntuk anak-anak desa yang telahmenamatkan sekolah desa atau sekolahangka 2, karena mereka tidak dapat masukHIS (Slametmuljana, 1959: 7).

Tujuan pokok politik bahasakolonial seperti yang direncanakan oleh

Nieuwenhuis adalah menolong bangsaHindia membangunkan masa depan danmenolong bangsa Belandamempertahankan masa yang silam. Untukmencapai tujuan ini tidak ada cara lainkecuali: a) menjauhkan para pelajarbumiputra dari bahasa Melayu danmemupuk pertumbuhan bahasa daerah; b)membuka perspektif kehidupan yang luasdan menguntungkan bagi yang pandaiberbahasa Belanda; c) menyebarkanbahasa Belanda seluas-luasnya.Persebaran bahasa Belanda akanmerapatkan hubungan bangsa bumiputradan bangsa Belanda.

Rintangan terbesar untuk tujuan iniadalah pertumbuhan bahasa Melayu. Olehsebab itu, Nieuwenhuis (Slametmuljana,1959: 8) mengatakan bahwa segala usahauntuk mengangkat bahasa Melayumenjadi lingua franca, menghalangipersebaran bahasa Belanda, menghalangipemasukan kebudayaan internasional danpengabadian kepentingan Belanda. Hal initentu sangat merugikan pihak Hindia danBelanda.

Tahun 1908, pemerintah kolonialmendirikan Commisie voor deVolkslectuur, yaitu lembaga bahasa yangbertugas dalam perencanaan bahasa.Tahun 1917 lembaga tersebut berubahmenjadi “Balai Pustaka.”Lembaga inikemudian menjadi semacam lembagasensor penerbitan. Lembaga penerbitan iniikut secara langsung menyebarluaskanbahasa Indonesia, terutama dalamperkamusan. Kamus-kamus yangdimaksud sebagai berikut.

Page 65: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 697

Tahun Pengarang

JenisKamus

danBidang

1911 Mangkoedimedja Metalurgi(Jawa-Belanda)

1923 K.D. Kwik KamusKemajuan

1928 Dj. Adi Negoro KamusKemajuan

1933 Dul Arnowo KamusPolitik

1938 A.Hasjim KamusFarmasi

1939 Sabirin KamusKemajuan

Sumber: dikutip dari Samuel (2008: 156)

Pemerintah kolonial juga menyerapistilah-istilah dalam ilmu pengetahuan danteknologi, seperti: bidang kelautan, sipil,dan militer (8 lema); kedokteran danfarmasi (7 lema); ilmu alam (28 lema),dan sebagainya (Samuel, 2008: 156).Sumbangsih bahasa Belanda terhadapbahasa Indonesia sampai sekarang masihdirasakan.

Tahun 1942-1945, Jepang menjajahnusantara di mana masa inipenulis/sastrawan tidak dapat melakukanapa-apa. Seluruh yang berhubungandengan kebahasaan harus disetujui olehpemerintah Jepang. Balai Pustaka,Poedjangga Baroe, dan Pandji Poestakaadalah lembaga-lembaga resmi dandiakui, sementara lembaga-lembaga laindianggap lembaga makar.Pemerintahpendudukan Jepang mendirikan “Kantor

Pengajaran,” yang menangani masalahkebahasaan, termasuk pembakuan bahasa.Kantor bahasa ini didominasi oleh orang-orang Jepang. Di antara mereka ada jugasatu atau dua orang yang bisa berbahasaMelayu. Tugas mereka lebih banyakmenerjemahkan dan mengalihbahasakanbahasa Jepang-Melayu atau sebaliknya.

Jepang sebenarnya turut menetapkanpolitik bahasa, sementara orang-orangMelayu (sekarang disebut Indonesia)hanya ditugasi mengurus “pembinaanbahasa” dan “pengembangan bahasa.”Jepang mengubah kesatuan administrasiHindia-Belanda. Nusantara dibagi tigawilayah pendudukan di bawahpengawasan Komando Daerah 25(Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya),Komando 16 (Jawa dan Madura), danAngkatan Laut (wilayah nusantara yanglain, kecuali Irian Barat). Awalnya Jepangberusaha mengganti peran bahasaBelanda, dalam segala aspekpemerintahan dan masyarakat. Di Jawa,penggunaan bahasa Belanda semakintidak diberi ruang, karena alasan politis.Bahkan April 1942, Jepang mengeluarkanpengumuman bahwa seluruh nama tempatyang menggunakan bahwa Belanda harusdiganti dengan sesuai “kehendak rakyat”(Samuel, 2008: 199).

Perkembangan bahasa Melayu tidakdapat lagi dibendung dan dihentikan baikketika masa penjajahan Belanda maupunmasa penjajahan Jepang. Pihak Jepangmenyadari betul betapa mustahil bahasaJepang dipaksakan digunakan dinusantara. Di satu sisi, jumlah orangIndonesia yang bekerja di pemerintahan

Page 66: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 698

meningkat tajam. Di sisi lain, Jepangmembentuk gerakan-gerakan massa danbanyak menggunakan propaganda untukmendorong penduduk Indonesiamenerima politiknya. Sayangnya, usahaini juga tidak berhasil disebabkan bahasapropaganda yang digunakan adalah bahasaJepang.

Dalam pendidikan, Jepangmengindonesiakan buku-buku pelajaranyang berbahasa Belanda. Sekolah-sekolahyang ada di daerah kurang mendapat“perhatian” pemerintah karena lembaga-lembaga pendidikan tersebut diyakinimasih menggunakan bahasa daerah.Sementara sekolah-sekolah yang khususuntuk orang Belanda, diubah secara totalbaik struktur dan kurikulumnya.Pendidikan tinggi sempat dimoratoriumselama setahun (April 1942-April 1943).Bidang-bidang studi yang diperbolehkan,yaitu: kesehatan, hukum dan administrasi,serta teknik.

Jepang juga membangun lembaga-lembaga bahasa, antara lain di Jakarta danMedan. Lembaga bahasa di Jakarta,seperti: a) Balai Pustaka (menerjemahkanbuku-buku pelajaran ke dalam bahasaIndonesia); b) Pandji Poestaka. Olehkarena dua lembaga ini tugasnya terbatas,Jepang membentuk Komisi BahasaIndonesia (1942-1945), bertugasmenyusun dan menyempurnakan istilahbahasa Indonesia. Di Medan dibentuklahLembaga Bahasa Indonesia (1943-1945),yang didirikan tanggal 15 Januari 1943.Lembaga ini menaruh perhatian pada tatabahasa, kosakata, masalah ejaan, danbahasa buku pelajaran.

Indonesia sudah beberapa kalidijajah oleh bangsa lain, seperti Portugis,Belanda, dan Jepang. Jika dilihat dari sisikebijakan bahasa yang telah dilakukanoleh ketiga bangsa tersebut, Portugis danJepang termasuk bangsa penjajah yangikut mengembangkan dan membinabahasa Indonesia. Kedua bangsa ini sama-sama menaruh perhatian terhadap bahasaIndonesia, termasuk bahasa daerah, akantetapi kebijakan yang dikeluarkan secaratidak langsung tetap merugikan bangsaIndonesia dan secara tidak langsung jugamenguntungkan pihak penjajah.

Seperti yang dilakukan oleh Jepang,yang mengumumkan bahwa seluruh namatempat yang masih menggunakan bahasaBelanda harus digantikan. Jepangmemberi kebebasan kepada rakyatIndonesia untuk mengantinya denganbahasa Indonesia atau bahasa daerahmasing-masing. Sementara masapenjajahan Belanda sangat membatasiruang gerak penggunakan bahasaIndonesia. Bahasa Indonesia sangatdilarang keras digunakan di MULO, MLS,dan HIS. Penggunaan bahasa Indonesiahanya diperbolehkan di sekolah-sekolahrakyat yang terdapat dipelok. Kebijakanini pun karena tekanan dunia internasionalsupaya Belanda menyelenggarakanpendidikan tanpa diskriminatif.

Pascakemerdekaan

Bahasa Indonesia diangkat menjadibahasa negara berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, status sebagai bahasanegara sebetulnya telah diperoleh ketikaJepang menjajah Indonesia. Dalam

Page 67: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 699

Konstitusi RIS (14 Desember 1949) danUndang-Undang Dasar Sementara(Slametmuljana, 1959), bahasa Indonesiatidak lagi menjadi bahasa negara sepertitercantum dalam UUD 1945. KonstitusiRIS dan UUDS merupakan kebijakankompomistis (kompensasi) bangsaBelanda. Dengan kata lain, ini merupakansyarat yang harus dipenuhi pemerintahjika menginginkan Belanda meninggalkannusantara.

Masa pemerintahan Soekarno(1945-1966), jumlah penutur bahasaIndonesia meningkat. Ahli-ahli bahasaOrde Lama juga menghasilkan ratusanribu istilah dan kosakata baru, walaupunbanyak sarjana menilai istilah dankosakata tersebut bermutu rendah.

Lembaga-lembaga bahasa yangdibentuk,yaitu: a) Panitia Pekerdja BahasaIndonesia (1947); b) Balai Bahasa; c)Lembaga Bahasa dan Budaja; d) LembagaBahasa dan Kesusastraan. PPBImenghasilkan Ejaan Soewandi, yangmenggantikan ejaan sebelumnya. Tangal19 Maret 1947 Ejaan Soewandidiresmikan untuk menggantikan ejaan vanOphuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakatdisebut Ejaan Republik. Adapun ciri-ciripenyempurnaan ini yaitu: a) huruf /oe/diganti dengan /u/, seperti guru, itu, umur;b) bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulisdengan /k/, seperti pada kata-kata tak, pak,maklum, rakjat; c) kata ulang boleh ditulisdengan angka -2, seperti anak2, berjalan2,bermain2; awalan di-dan kata depan dikedua-duanya ditulis serangkai dengankata yang mengikutinya, seperti katadepan di pada dirumah, dikebun, imbuhan

di- pada ditulis dan dikarang (Rahim,2009).

Balai Bahasa bertugas melakukanpenelitian-penelitian terapan, terutamamengenai bahasa Indonesia (juga bahasa-bahasa daerah), baik tertulis maupun lisandan bahasa-bahasa yang punah. Tahun1952, Balai Bahasa digantikan perannyaoleh Lembaga Bahasa dan Budaya,kemudian lembaga ini diubah lagi menjadiLembaga Bahasa dan Kesusastraan. LBBmempunyai tujuh bagian, yaitu: a)penyelidikan bahasa dan penyusunan tatabahasa; b) leksikografi; c) penyelidikanantropologi; d) komisi istilah; e)penyelidikan kesusastraan; f)perpustakaan; dan g) terjemahan. Berbedadengan LBB, LBK terdiri dari delapanbagian, yakni: a) tata bahasa; b)peristilahan; c) kesusastraan Indonesiamodern; d) kesusastraan Indonesia lama;e) bahasa daerah; f) perkamusan; g)dokumentasi; h) terjemahan.

Orde Baru memiliki sumbangsihpositif bagi perkembangan bahasaIndonesia. Misalnya pemerintahmembentuk Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa (P3B). Lembagaini didirikan berdasarkan KepmendikbudNo.079/0, 1975. Lembaga ini berada diDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan.P3B bertugas melaksanakan penelitian,pembinaan, dan pengembangan bahasadan kesusastraan. P3B juga ditugasi untukmerumuskan kebijakan di tingkat menteridan kebijakan teknis mengenai penelitiandan pengembangan bahasa.

Era Orde Baru berhasil merumuskanejaan baru, yang mengantikan dan

Page 68: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 700

menyempurnakan Ejaan Soewandi (masaSoekarno), yaitu Ejaan YangDisempurnakan (EYD) yang sampaisekarang masih digunakan, meskipunsudah direvisi tahun 2009.

Akhir 1959 sidang perutusanIndonesia dan Melayu (Slamet Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail, ketua)menghasilkan konsep ejaan bersama yangkemudian dikenal dengan nama EjaanMelindo (Melayu-Indonesia). Mungkinkarena dipengaruhi oleh politik keduanegara, ejaan ini urung digunakan. Ejaanyang belum sempat diresmikan inimerupakan pijakan awal EYD. Tepat 16Agustus 1972 Presiden RepublikIndonesia meresmikan pemakaian “EjaanYang Disempurnakan”. Ejaan iniberdasarkan pada Kepres Nomor 57Tahun 1972. Kemudian, DepartemenPendidikan dan Kebudayaan menerbitkanbuku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesiayang Disempurnakan sebagai bukustandarisasi.

Buku standarisasi dirasakan belumlengkap sehingga Panitia PengembanganBahasa Indonesia, Depdikbud, yangdibentuk oleh Menteri Pendidikan danKebudayaan berdasarkan suratKepmendikbud Nomor 156P/1972.Saudara Amran Halim ditunjuk sebagaiketua untuk menyusun pedoman EYD dankaidah-kaidah ejaannya. Mendikbudmenerbitkan Kepmendikbud Nomor0196/1975 tentang pemberlakuanPedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesiayang Disempurnakan dan PedomanPembentukan Istilah. Tahun 1987, EYDpun direvisi. Edisi revisi mengacu pada

Kepmendikbud Nomor 0543a/U/1987,tanggal 9 September 1987 (Rahim, 2009:39-41).

Revisi pascareformasi mengacuPermendiknas RI Nomor 46 Tahun 2009,tentangPedoman UmumEjaan BahasaIndonesiaYang Disempurnakan,sedangkan Pedoman Pembentukan Istilahdisusun dan digunakan oleh MajelisBahasa Brunei Darussalam, Indonesia,dan Malaysia (Mabbim). Pascareformasi,pemerintah lebih banyak berfokus padapembedayaan balai bahasa yang bertugasmengkaji dan menyebarluaskan bahasaIndonesia dan bahasa daerah.

Politik bahasa antara Indonesia danMalaysia yang sempat memanas ketikaOrde Baru berkuasa, kini sudah mulaimencair. Hal tersebut ditandai dengandibentuknya Mabbim. Forum ini bisadiharapkan menjadi wadah bagaimanabangsa-bangsa serumpun bisa meletakkanbahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasabersama. Jika hal ini terjadi, maka peluangbahasa serumpun menjadi bahasainternasional sangatlah terbuku.

E. PENUTUPPrakemerdekaan, Belanda ikut

menentukan ketentuan-ketentuan dangaris-garis politik bahasa. Belanda jugaberperan penting dalam upaya pembinaandan pengembangan bahasa Indonesia. Inidapat dilihat dari pembentukan BalaiPustaka yang banyak menerbitkanperkamusan. Selain itu, istilah-istilah ilmupengetahuan dan teknologi diserap daribahasa Belanda. Bahkan ejaan yangdigunakan pertama kali oleh bahasa

Page 69: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 701

Indonesia adalah Ejaan van Ophuysen,yang tulis pada masa Belanda.

Jepang (1942-1945) mendirikanlembaga khusus yang untuk membina danmengembangkan bahasa Indonesia.Lembaga tersebut berpusat di Jakarta danMedan, sedangkan Angkatan Lautberbasis di Makassar. Di Jakartadibentuklah Kelompok Balai Pustaka,Komisi Bahasa Indonesia (1942-1945),sedangkan di Medan didirikan LembagaBahasa Indonesia (1943-1945). Semualembaga ini bertugas mengembangkanbahasa Indonesia, termasuk sumbernyadari bahasa daerah.

Bahasa Indonesia sudah melakukanstandarisasi/kodifikasi bahasa Indonesia.Pada era Soekarno (Orde Lama), Ejaanvan Ophuysen digantikan oleh EjaanSuwandi/Ejaan Republik. Era ini banyakmenciptakan peristilahan, meskipunperistilahan tersebut kurang bermutu.Selain itu, pemerintah juga membentukPanitia Pekerdja Bahasa Indonesia(1947); Balai Bahasa; Lembaga Bahasadan Budaja; Lembaga Bahasa danKesusastraan.Orba membentuk PusatPembinaan dan Pengembangan Bahasa.Era Orde Baru berhasil merumuskan ejaanbaru, yang mengantikan danmenyempurnakan Ejaan Soewandi (masa

Soekarno), yaitu Ejaan YangDisempurnakan (EYD).

Tahun 2009 (pascareformasi),pemerintah menyusun PedomanPembentukan Istilah bersama yangdigunakan oleh Majelis Bahasa BruneiDarussalam, Indonesia, dan Malaysia(Mabbim). Pascareformasi, belum adaperubahan standarisasi kecuali melakukanpenyempurnaan terhadap EYD.

Negara berkewajiban melindungi,mengembangkan, dan membina bahasanasional, bahasa resmi negara, dan bahasadaerah. Balai bahasa dan BadanPengembangan dan Pembinaan Bahasaharus lebih produktif mengkaji bahasa-bahasa daerah sesuai dengankewenangannya. Tidak hanya berkantor,tetapi lebih banyak meneliti danmenyosialisasikan tentangpemasyarakatan bahasa Indonesia.Perundang-undangan kebahasaan masihperlu digalakkan supaya seluruh pihakterkait mengetahui kebijakan ini.

Makalah ini terlalu sederhana untukmenjelaskan dan mengkaji perkembanganbahasa Indonesia dan bahasa daerah.Selain itu, pemakalah sungguh-sungguhmerasa kekurangan rujukan yang relevandengan judul makalah. Seperti seoranganak yang baru belajar berbicara danberjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Adelaar, K. Alexander. (1994). BahasaMelayik Purba: RekonstruksiFonologi dan sebagaian dariLeksikon dan Morfologi. Jakarta:Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa danUniversitas Leiden.

Alwasilah, A. C. (1997). Politik Bahasadan Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Page 70: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 702

Alwi,Hasan. Fungsi Politik Bahasa.Dalam Politik Bahasa (HasanAlwi dan Dendy Sugono, 2011: 6-15).

Badudu, J.S. (1985). Cakrawala BahasaIndonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Baker, A.E.,& Hengeveld, K. (2012).Linguistics. Oxpord: Wiley-Blackwell.

Barry, A. K. (2008). LinguisticsPerspectives on Language andEducation. New Jersey: PersonMerrill Prentice Hall.

Chaer, Abdul., & Agustina, Leonie.(2004). Sosiolinguistik:Perkenalan Awal. (Edisi revisi).Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. (2010). PragmatikKlinis: Kajian tentangPenggunaan Gangguan BahasaSecara Klinis. Terjemahan olehAdolina Lefaan, dkk. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Fairclough, Norman. (2001). Languageand Power (2nd edition). NewYork: Pearson Education Limited.

Hasan, Ruqaiya. (2005). Language,Society, and Consciousness.London: Equinox.

Junus, Umar. (1969). Sedjarah danPerkembangan Kearah BahasaIndonesia dan Bahasa Indonesia.Jakarta: Bhratara.

Mahsun. (1995). Dialektologi Diakronis:Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

----------. (2010). Genolinguistik:Kolaborasi Lingusitik denganGenetika dalam Pengelompokan

Bahasa dan Populari Penutunya.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maurais, Jacques & Morris, M.A. (Eds.).(2003). Languages in aGlobalising World. Cambridge:Cambridge University Press.

O’neil, William F. 2008. Ideologi-Ideologi Pendidikan. Terjemahanoleh Naomi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Ophuijsen, Cv.van. (1983). Tata BahasaMelayu. Jakarta: Djambatan.

Orman, Jon. (2008). Language Policy andNation-Building in Post-ApartheidSouth Africa. Vienna: Spinger.

Ratna, Y. K. (2008). PostkolonialismeIndonesia: Relevansi Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricento, Thomas. (2006). An Introductionto Language Policy: Theory andMethod. Oxford: BlackwellPublishing.

Samuel, JérỐme. (2008). Kasus AjaibBahasa Indonesia? PemodernanKosakata dan Politik Peristilahan.(Terjemahan oleh DhanySaraswati Wardhany). Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia.

Septiningsih, Lustantini. (2012).Pemertahanan Bahasa DaerahMelalui Penggunaan BahasaDaerah dalam Karya Sastra.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/content/pemertahanan bahasa-daerah-melalui-penggunaan-bahasa-daerah-dalam-karya-sastra. Diakses 4 Nopember2014.

Page 71: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 688 – 703 ISSN 2089-2616

Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Terhadap Kemampuan Apresiasi Puisi 703

Shohamy, Elana. (2006). LanguagePolicy: Hidden Agendas and NewApproaches. London: RoutledgeTaylor and Friends Group.

Slametmuldjana. (1959). Politik BahasaNasional. Jakarta: Djambatan.

Sugiyono. (2013) Pelindungan BahasaDaerah dalam Kerangka KebijakanNasional Kebahasaan.http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa. Diakses 4Nopember 2014.

Thomas, Linda & Waering, Shan. (2007).Bahasa, Masyarakat danKekuasaan. (Terjemahan Sunoto,dkk.). Yogyakarta: PustakaPelajar.

Tollefson, J. W. (Ed.). (2002). LanguagePolicies in Education: CriticalIssues. London: LawrenceErlbaum Associates Publishers.

Young, Lynn.,& Fitzgerald, Brigid.(2006). The Power of Language:How Discourse Influences Society.London: Equinox Publishing.

Page 72: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 704 – 721 ISSN 2089-2616

704

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAMPEMBELAJARAN MENULIS LAPORAN KEGIATAN PADA SISWA KELAS

VIII SMP DI KECAMATAN LURAGUNG KABUPATEN KUNINGAN TAHUNPELAJARAN 2013 – 2014

Hj. Vismaia S. Damaianti, 1) Dede Endang Mascita, 1) dan Warsa2)

ABSTRAK

Pembelajaran menulis laporan dapat dilaksanakan di kelas dengan model pembelajaranberbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki proses pembelajaranyang berorientasi pada aktivitas siswa sehingga potensi yang ada dalam diri siswa dapatberkembang. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah alternatif yang dapatdipilih dan dilaksanakan untuk keberhasilan proses pembelajaran menulis laporan pada siswakelas VIII SMP di Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perencanaan prosespembelajaran menulis laporan kegiatan dengan model pembelajaran berbasis masalah,mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis laporan kegiatan denganmenggunakan pembelajaran berbasis masalah, serta mengetahui peningkatan hasil belajarkemampuan menulis laporan siswa melalui penggunaan model pembelajaran berbasis masalah.

Obyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP di Kecamatan Luragung KabupatenKuningan yang berjumlah 96 siswa, terdiri dari kelas kontrol sebanyak 48 siswa dan kelaseksperimen sebanyak 48 siswa.

Data penelitian berupa rencana pembelajaran menulis laporan kegiatan, aktivitas guru dansiswa dalam pembelajaran menulis laporan, dan hasil kemampuan menulis laporan siswa.Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan angket. Instrumenyang digunakan berupa pedoman observasi, angket, dan tes.

Dengan penelitian ini diperoleh hasil bahwa prosedur pembuatan perencanaanpembelajaran dalam mengaktifkan siswa harus jelas dan memberikan pengembanganketerampilan kognitif, afektif, dan psikomotor. Terdapat aktivitas guru dan siswa padapembelajaran menulis laporan kegiatan setelah penggunaan model pembelajaran berbasismasalah. Kemampuan siswa kelas eksperimen mengalami kenaikan dari skor pretes 60,33 kenilai nilai rata-rata postes sebesar 70,21 (kelas VIII C SMP Negeri 2 Luragung) . Rata-ratapretes kelas eksperimen diperoleh sebesar 61,96 dan postes diperoleh rata-rata sebesar 76,29(kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Luragung). Adapun KKM yang ditentukan adalah sebesar 65.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasismasalah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis laporan kegiatan siswa kelas VIIISMP di Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan. Oleh karena itu, setiap guru disarankanmenggunakan model pembelajaran berbasis masalah supaya pembelajaran tidak membosankandan dapat memotivasi siswa untuk belajar.Kata kunci : Pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran menulis laporan1) Dosen Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon2) Mahasiswa Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon

Page 73: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 705

A. PENDAHULUAN1. Latar belakang penelitian

Kemampuan siswa dalam berbahasaIndonesia merupakan tuntutan kurikulumyang berlaku, seperti KTSP ataukurikulum yang baru digulirkanKurikulum 2013 (5 M), yang meliputikemampuan menyimak, membaca,berbicara, dan menulis. Keempatkemampuan berbahasa tersebut memilikikarakteristik masing-masing sehinggadiajarkan dengan proses pembelajaranyang sesuai dengan standar kompetensidan kompetensi dasar yang sudahditentukan. Kemampuan menyimak danmembaca adalah keterampilan yangbersifat reseptif sedangkan berbicara danmenulis merupakan keterampilan yangbersifat produktif. Oleh karena itu, prosespembelajarannya dapat secara parsialmaupun terintegrasi (dua atau lebihkemampuan berbahasa) dalam satukegiatan pembelajaran sesuai dengantujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Kemampuan berbahasa Indonesiayang menjadi perhatian khusus bagipenulis adalah menulis. Menulis adalahketerampilan berbahasa yang disampaikansejak usia anak sekolah dasar sehinggakemampuan menulis seharusnya memilikitingkat keberhasilan dengan keterampilanberbahasa lainnya seperti membaca ataumenyimak. Akan tetapi, padakenyataannya kemampuan menulis siswamerupakan salah satu kelemahan ataukekurangan dalam mencapai kemampuanberbahasa secara keseluruhan. Hal initidak terlepas dari berbagai faktor yangmenyebabkannya seperti kompetensi guru,

sarana dan prasarana, kemampuan pesertadidik, situasi dan proses pembelajaran,media pembelajaran, dan sebagainya.

Pengajaran menulis sangat pentingdiajarkan kepada siswa karena dapatmemberikan sumbangan terhadapkeberhasilan pendidikan. Pengajaranmenulis dapat memberikan sumbanganyang maksimal terhadap pendidikanantara lain membantu meningkatkanpengetahuan kebahasaan, kreativitas dayanalar, serta menunjang kemampuanberbahasa lainnya, yaitu keterampilanmendengarkan, membaca, dan berbicara.Oleh karena itu, pembelajaran menulismenduduki peranan yang sangat pentingdalam mewujudkan tujuan pendidikan.

Proses pembelajaran menulismerupakan suatu rangkaian kegiatan yangbertujuan untuk memperoleh hasil belajarberbentuk karya tulis. Hasil tersebutberupa perubahan tingkah laku, yaitukecakapan berpikir dalam menemukan ideuntuk bahan tulisan, sikap kreatif untukmerangkaikan berbagai ide, sertaketerampilan dalam menuangkanrangkaian ide menjadi sebuah tulisan yangbermakna. Tujuan tersebut dapat tercapaimelalui kegiatan menulis.

Menulis merupakan suatu kegiatanyang produktif dan ekspresif. Menulismerupakan aktivitas mental berupapenyampaian gagasan yang ditransferkanke dalam bahasa tulis. Seorang penulis,dituntut mampu mengintegrasikan secaraoptimal berbagai kemampuan yangmeliputi kemampuan mengorganisasikangagasan melalui bernalar baik, dankemampuan menggunakan bahasa tulis

Page 74: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 706

dengan tepat. Seorang penulis harusterampil grafologi, struktur bahasa, dankosa kata. Keterampilan menulis ini tidakakan datang secara otomatis, tetapi harusmelalui latihan dan praktik yang banyakdan teratur.

Membuat sebuah tulisan yang baikternyata memiliki kesulitan kompleks,apalagi bagi peserta didik yang tidakterbiasa dengan kegiatan menulis.Kesulitan yang dialami biasanya berupakesulitan yang mendasar sepertibagaimana menemukan dan menentukanide yang sesuai dengan jenis tulisan yangdiinginkan, menuangkan ide yang sudahada ke dalam bentuk tulisan, merangkaikata dan kalimat menjadi sebuahwacana/karangan sehingga menjadi karyatulis yang utuh dan lengkap, sertamengintegrasikan antara kaidahkebahasaan dengan tulisan yang dibuat.Beberapa kesulitan tersebut menjadikendala dalam memulai membuat sebuahkarya tulis.2. Identifikasi masalah penelitian

Permasalahan yang berkaitandengan pembelajaran menulis,menulislaporan kegiatan, sangat banyakdiantaranya dapat diidentifikasikansebagai berikut:1) Kenyataan di lapangan, keterampilan

menulis kurang mendapat perhatianyang lebih, misalnya pada pelaksanaanulangan umum jarang sekali soal-soalyang menggali dan mengevaluasikemampuan siswa dalam menulis/mengarang;

2) Siswa memiliki sikap yang kurangpeduli atau tidak memperhatikan aspek

keterampilan menulis dalam pelajaranBahasa Indonesia;

3) Poin pertama dan kedua di atas yangmengakibatkan kemampuan siswadalam menulis atau membuat karangankurang atau jauh dari standarkemampuan menulis yang diharapkan;

4) Kemampuan menulis yang kurangtersebut meliputi mencari danmenentukan ide untuk menulis,menguraikan ide/topik menjadi tulisanyang lengkap, menentukan judul yangsesuai dengan isi tulisan, menggunakankata dan kalimat yang sesuai denganejaan/kaidah kebahasaan, danmenggunakan tanda baca yang tepatdalam tulisan;

5) Ketidakmampuan mengefektifkanwaktu untuk menulis/membuatkarangan;

6) Sarana/media pembelajaran menulisyang terbatas, selalu dalam lingkungansekolah atau kelas; dan

7) Strategi pembelajaran yangterbatas/satu macam, tidak mencobamodel pembelajaran yang bervariasi;

3. Rumusan masalah penelitian1) Bagaimana profil kemampuan menulis

laporan kegiatan pada siswa kelas VIIISMP di Kecamatan Luragung?

2) Bagaimana profil Model PembelajaranBerbasis Masalah dalam MenulisLaporan Kegiatan pada siswa kelasVIII SMP di Kecamatan Luragung?

3) Bagaimana proses Model PembelajaranBerbasis Masalah dalam MenulisLaporan Kegiatan pada siswa kelasVIII SMP di Kecamatan Luragung?

Page 75: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 707

4) Apakah Model Pembelajaran BerbasisMasalah efektif dalam MenulisLaporan Kegiatan pada siswa kelasVIII SMP di Kecamatan Luragung?

5) Bagaimana respon siswa terhadapmodel pembelajaran berbasis masalahdalam pembelajaran menulis laporankegiatan?

6) Pengertian model pembelajaranberbasis masalah

Pelaksanaan pembelajaran dapatberlangsung dengan baik dan sesuaidengan tujuan yang diharapkan jikamodel, metode, teknik, atau taktik dapatditerapkan sesuai dengan tuntutankebutuhan pada proses pembelajaran.Proses pembelajaran yang baik jikasubyek belajar adalah siswa dan model /metode pembelajaran yang digunakandapat membuat siswa belajar, aktifmengembangkan segala potensi dirinyadengan bantuan seorang guru. Guruberperan sebagai fasilitator dan pengelolapembelajaran, sehingga siswamemperoleh kemudahan dalam prosespembelajaran serta mencapai tujuan yangdiharapkan.

Salah satu kunci keberhasilanpembelajaran adalah model pembelajaranyang digunakan. Model pembelajaransebelumnya seperti ceramah atau yanglainnya memiliki perbedaan dengan modelpembelajaran yang akan penulis ujicobakan dalam penelitian ini, yaitu modelpembelajaran berbasis masalah.

Menurut Howard Barrows danKelson (dalam Amir, 2009: 21),pembelajaran berbasis masalah adalahkurikulum dan proses pembelajaran.

dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut pembelajarmendapatkan pengetahuan yang penting,membuat mereka mahir dalammemecahkan masalah, dan memilikistrategi belajar sendiri serta memilikikecakapan berpartisipasi dalam tim.Proses pembelajarannya menggunakanpendekatan yang sistemik untukmemecahkan masalah atau menghadapitantangan yang nanti diperlukan dalamkarir dan kehidupan sehari-hari.

Dutch (1984) mengemukakanpendapatnya bahwa pembelajaran berbasismasalah adalah metode instruksional yangmenantang pembelajar agar “belajar untukbelajar”, bekerja sama dalam kelompokuntuk mencari solusi bagi masalah yangnyata. Masalah ini digunakan untukmengaitkan rasa keingintahuan sertakemampuan analisis pembelajar daninisiatif atas materi pelajaran. Modelpembelajaran ini mempersiapkanpembelajar untuk berpikir kritis dananalitis, dan untuk mencari sertamenggunakan sumber pembelajaran yangsesuai.

Strategi pembelajaran berbasismasalah dapat diartikan sebagai rangkaianaktivitas pembelajaran yang menekankankepada proses penyelesaian masalah yangdihadapi secara ilmiah (Sanjaya,2006:214). Menurut Tan (dalam Rusman,2010) pembelajaran berbasis masalahmerupakan inovasi dalam pembelajarankarena dalam PBM kemampuan berpikirsiswa betul-betul dioptimalisasikanmelalui proses kerja kelompok atau timyang sistematis, sehingga siswa dapat

Page 76: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 708

memberdayakan, mengasah, menguji, danmengembangkan kemampuan berpikirnyasecara berkesinambungan.

Pendapat lain dikemukakan olehBoud & Feletti (dalam Teori Belajar danPembelajaran, Eveline Siregar dan HartiniNara, 2010:120), pendekatan berbasismasalah adalah suatu pendekatan untukmembentuk struktur kurikulum yangmelibatkan pelajar menghadapi masalahdengan latihan yang memberikan stimulusuntuk belajar. Pendekatan ini merupakansuatu pengajaran yang menantang pelajaruntuk “learn to learn”, bekerja samadalam sebuah grup untuk mencari solusidari masalah-masalah yang nyata di duniaini. Pendekatan ini mempersiapkan pelajaruntuk berpikir kritis dan analitis, sertauntuk menemukan dan menggunakansumber-sumber belajar.

Kesimpulan yang dapatdikemukakan adalah pembelajaranberbasis masalah merupakan modelpembelajaran berdasarkan masalah yangada dan dicari upaya pemecahannya yangdilakukan oleh siswa sehingga menuntutproses berpikir siswa secara ilmiah.Pembelajaran ini lebih menitikberatkanketerlibatan siswa dalam berpikir;menentukan masalah, mencari alternatifpemecahannya dengan data dan faktayang obyektif, serta menyimpulkan hasilpemecahannya itu. Pembelajaran berbasismasalah dapat diimplementasikan denganberbagai teknik pembelajaran, sesuaidengan kebutuhan dan tujuanpembelajaran yang ingin dicapai, salahsatunya adalah teknik pembelajaranpemecahan masalah terstruktur.

4. Langkah-langkah pembelajaranberbasis masalahPembelajaran berbasis masalah

harus dipersiapkan secara matang,misalnya dengan langkah-langkah berikut:1) Buat sebuah masalah yang cukup

kompleks sehingga mengharuskansiswa menggunakan keterampilanpenyelesaian masalah yang canggih;

2) Gunakan riset dan persoalan-persoalanterkini dalam bidang terkait sebagaisumber;

3) Tentukan prosedur penyelesaian danpengidentifikasian masalah yang sesuaiuntuk jenis masalah yang dipilih; dan

4) Coba selesaikan masalah itu sendiriterlebih dahulu dengan menggunakanprosedur penyelesaian masalah gunamengetahui kesulitan-kesulitan ataukesalahan;

5) Siswa dibuat menjadi beberapakelompok kecil dan tentukan masalahuntuk masing-masing kelompok;

6) Minta setiap kelompok untukmenyelesaikan masalah denganmenggunakan langkah-langkah khususyang telah disepakati / dibuat guru;

7) Kelompok harus melaporkan solusi,menjelaskan langkah-langkah , dansolusi yang dikembangkan (Barkleydkk, 2012:285).

David Johnson & Johnson (dalamSanjaya, 2006: 217-218) mengemukakanlima langkah pembelajaran berbasismasalah:1) Mendefinisikan masalah, yaitu

merumuskan masalah dari peristiwatertentu yang mengandung isu konflik,hingga siswa menjadi jelas masalah apa

Page 77: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 709

yang akan dikaji. Dalam kegiatan iniguru bisa meminta pendapat danpenjelasan siswa tentang isu-isu hangatyang menarik untuk dipecahkan.

2) Mendiagnosis masalah, yaitumenentukan sebab-sebab terjadinyamasalah, serta menganalisis berbagaifaktor baik faktor yang bisamenghambat maupun faktor yangmendukung dalam penyelesaianmasalah. Kegiatan ini bisa dilakukandalam diskusi kelompok kecil, hinggapada akhirnya siswa dapatmengurutkan tindakan-tindakanprioritas yang dapat dilakukan sesuaidengan jenis penghambat yangdiperkirakan.

3) Merumuskan alternatif strategi, yaitumenguji setiap tindakan yang telahdirumuskan melalui diskusi kelas. Padatahapan ini setiap siswa didorong untukberpikir mengemukakan pendapat danargumentasi tentang kemungkinansetiap tindakan yang dapat dilakukan.

4) Menentukan dan menerapkan strategipilihan, yaitu pengambilan keputusantentang strategi mana yang dapatdilakukan.

5) Melakukan evaluasi, baik evaluasiterhadap seluruh proses maupunevaluasi hasil. Evaluasi proses adalahevaluasi terhadap seluruh pelaksanaankegiatan; sedangkan evaluasi hasiladalah evaluasi terhadap akibat daripenerapan strategi yang diterapkan.

Perilaku yang diinginkan dari gurudan siswa, yang berhubungan denganmasing-masing fase, dideskripsikan

dengan lebih terperinci dalam tabelberikut (Arends, 2008: 57):Fase Kegiatan Perilaku

Guru

1

Memberikanorientasi tentangpermasalahannya kepada siswa.

Gurumembahastujuanpelajaran,mendeskripsikan berbagaikebutuhanlogistikpenting, danmemotivasisiswa untukterlibat dalamkegiatanmengatasimasalah.

2

Mengorganisasikan siswa untukmeneliti.

Gurumembantusiswa untukmendefinisikandanmengorganisasikan tugas-tugas belajaryang terkaitdenganpermasalahannya.

3

Membantuinvestigasimandiri dankelompok.

Gurumendorongsiswa untukmendapatkaninformasi yangtepat,melaksanakaneksperimen,

Page 78: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 710

dan mencaripenjelasan dansolusi.

4

Mengembangkan danmerepresentasikan artefak danexhibit.

Gurumembantusiswa dalammerencanakandanmenyiapkanartefak-artefakyang tepat,seperti laporan,rekaman video,dan model-model, danmembantumereka untukmenyampaikannya kepadaorang lain.

5

Menganalisisdanmengevaluasiprosesmengatasimasalah.

Gurumembantusiswa untukmelakukanrefleksiterhadapinvestigasinyadan proses-proses yangmerekagunakan.

1. Pengertian MenulisMenulis adalah keterampilan

produktif dengan menggunakan tulisan.Menulis merupakan keterampilanberbahasa yang paling rumit diantara jenisketerampilan berbahasa lainnya. Hal inimenunjukkan menulis bukanlah sekedar

menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat,melainkan juga mengembangkan danmenuangkan pikiran-pikiran dalam suatustruktur tulisan yang teratur.

Menulis merupakan aspek berbahasayang memiliki peranan dalam pendidikandan pengetahuan, hal ini karena ilmupengetahuan, informasi dan teknologiterdapat di dalam tulisan. Menulismerupakan suatu keterampilan berbahasayang dipergunakan untuk berkomunikasisecara tidak langsung. Semi (2007: 14)mengatakan, bahwa menulis merupakansuatu proses kreatif memindahkangagasan ke dalam lambang-lambangtulisan.

Thahar (2008:12) berpendapat bahwakegiatan menulis untuk khalayakmerupakan salah satu jalan untukmengaktualisasikan diri, sekaligus untukpeningkatan status. Selanjutnya Semi(2009:2) mengatakan menulis ataumengarang pada hakikatnya merupakanpemindahan pikiran atau perasaan kedalam bentuk lambang-lambang bahasa.

Menulis merupakan kegiatanmelahirkan pikiran dan perasaan dengantulisan. Dapat dikatakan juga bahwamenulis berarti berkomunikasimengungkapkan pikiran, perasaan, dankehendak kepada orang lain secara tertulis(Suriamiharja, 1985:2). Dengan demikian,keterampilan menulis menjadi salah satucara berkomunikasi secara tertulis disamping secara lisan karena tidak semuaorang dapat berkomunikasi secara lisandengan lancar. Pernyataan tersebutdiperkuat oleh pendapat David Webb

Page 79: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 711

yang mengatakan bahwa “Seorang anakyang pendiam dan pemalu lebih senangmengungkapkan pendapatnya secaratertulis karena dia merasa takut dan sulitmengungkapkan secara lisan”.

Kemampuan menulis menghendakipenguasaan berbagai unsur kebahasaandan unsur di luar bahasa yang menjaditulisan (Nurgiyantoro, 1988:270). Menulismelibatkan aspek logika yang tercermindari penggunaan kata, kalimat, danmekanika penulisan.

Menulis laporan adalah kegiatanmenyusun segala sesuatu yang dilaporkanoleh pihak tertentu kepada pihak lainmengenai suatu masalah secara tertulisserta merangkaikan kalimat sedemikianrupa agar pesan, informasi, serta maksudyang terkandung dalam pikiran, gagasan,dan pendapat penulis dapat disampaikandengan baik.

Menulis laporan kegiatan dapatdikategorikan kepada jenis menuliskarangan eksposisi dan ekspositori,bergantung kepada tujuan yang ingindicapai oleh si penulis. Eksposisi adalahtulisan yang bertujuan memberikaninformasi, menjelaskan, dan menjawabpertanyaan apa, mengapa, kapan, danbagaimana. Sedangkan ekspositori adalahtulisan yang memberikan informasimengenai mengapa dan bagaimana,menjelaskan sebuah proses, ataumenjelaskan sebuah konsep. Denganekspositori, penulis memberitahukankepada kita bagaimana dan mengapasehingga sesuatu terjadi. (Zaimurrahman,2011: 67).

Sejalan dengan pendapat di atas, ChaedarAlwasilah mengemukakan pendapatnyabahwa eksposisi adalah tulisan yangbertujuan mengklarifikasi, menjelaskan,mendidik, atau mengevakuasi sebuahpersoalan. Penulis berniat untuk memberiinformasi atau memberi petunjuk kepadapembaca. Eksposisi mengandalkanstrategi pengembangan alinea sepertilewat pemberian contoh, proses, sebab-akibat, klasifikasi, definisi, analisis,komparasi dan kontras.

Laporan merupakan jenis tulisanberdasarkan fakta dan data, disampaikandalam bahasa lugas, tidak menggunakangaya bahasa sastra (Kuncoro, 2009: 25).Laporan merupakan hasil reportase berupapemberitaan penyelidikan (investigatifreporting) sebagai hasil dari pengkajianfakta-fakta lengkap dengan latar belakangdan kecenderungan yang mungkin terjadidi masa mendatang.

Di bawah ini contoh laporan yangpeneliti sajikan, yaitu:Laporan kunjungan ke daerah korbangempa di Bengkulu tahun 2007

A. Nama KegiatanPengiriman bantuan ke daerahkorban gempa

B. Dasar Pemikiran1. Menumbuhkan rasa

solidaritas2. Mengisi kegiatan liburan3. Memberi bantuan korban

gempaC. Tujuan

1. Menumbuhkan jiwa sosial

Page 80: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 712

2. Mengisi waktu liburan3. Memberi bantuan pada

korban gempaD. Waktu Kegiatan

Kegiatan dilaksanakan tanggal 20September 2007

E. Tempat Kegiatan1. Di sekolah tempat

berkumpul2. Daerah pengungsian

korban gempaF. Peserta

1. Kepala Sekolah2. Pembina OSIS3. Pengurus OSIS4. Siswa kelas VIII dan IX

G. Biaya KegiatanKegiatan memerlukan dana RP.8.570.000,00

H. Sumber Biaya1. Guru-guru SMP2. Donator3. Seluruh siswa SMP

I. Panitia1. Pelindung : Kepala SMP2. Penanggung jawab : Pembina

OSIS3. Ketuan Penyelenggara: Airin

Fajriani4. Wakil ketua : Dominggus

Tahitu5. Sekretaris : Herlambang

Wahyudi6. Bendahara : Oscania

Karim7. Seksi-seksia. Perlengkapan : Daniar Surya

Nugrahani, Arneta Vivianti,Prabu Wijaya

b. Transportasi: Anindito: TogarSianipar

c. Publikasi : Raminah: EndangSuprapman

I. Jadwal KegiatanBerangkat: Pukul 07.00Kegiatan berlangsung sampai pukul 16.00

B. METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode eksperimensemu (quasi experiment) dan deskriptifanalitis. Metode ini digunakan karenapeneliti akan mengadakan percobaanuntuk mendapatkan suatu hasil danmenganalisis serta menjelaskannyaberdasarkan data-data yang diperolehselama penelitian dilaksanakan. Selain itu,metode ini relevan dengan masalah-masalah aktual yang mungkin munculdalam proses pembelajaran menulis.

Penelitian ini memerlukan duakelompok subjek, yaitu kelompok coba(kelompok eksperimen) dan kelompokpengendali (kelompok kontrol). Tiap-tiapkelompok diberi perlakuan yang berbeda.Kelompok yang diberi perlakuan denganmodel pembelajaran berbasis masalahdisebut kelompok eksperimen. Kelompoksiswa yang belajar dengan metode tanpamenggunakan model pembelajaranberbasis masalah sebagai kelompokkontrol.

Desain penelitian dapatdigambarkan sebagai berikut:

Page 81: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 713

Kelas

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Penelitian

Keterangan :X1 : perlakuan/pembelajaran

berbasis masalahX2 : pembelajaran sebelumnyaO1 : hasil pretes kelompok

eksperimenO2 : hasil perlakuan di kelompok

eksperimen/postesO3 : hasil pretes kelompok kontrolO4 : hasil perlakuan di kelompok

kontrol/postesPenelitian ini akan menggunakan

teknik pengambilan data dan instrumenyang digunakan adalah:a. Observasi

Observasi atau pengamatanmerupakan suatu teknik atau caramengumpulkan data dengan jalanmengadakan pengamatan terhadapkegiatan yang sedang berlangsung. Jenisobservasi dalam penelitian ini adalahobservasi partisipatif, penulis sebagai gurumodel sekaligus pengamat aktivitas siswadalam kegiatan proses pembelajaran(Nana Syaodih, 2005: 220).

Penulis berpendapat, observasipartisipatif digunakan agar semuakejadian dan kegiatan yang ada dalamproses pembelajaran dapat diamati dengancermat dan lengkap. Kegiatan yangmelibatkan peneliti sebagai pengajar dansiswa sebagai pembelajar dapat terekamdengan baik sejak kegiatan awal, kegiatan

inti, sampai kegiatan akhir pembelajaran.Untuk melengkapi data hasil observasipeneliti melibatkan guru lain sebagaiobserver yang melakukan pengamatanterhadap proses pembelajaran danaktivitas guru dan siswa dalampembelajaran.

Kegiatan observasi ini dilakukanuntuk mengetahui kegiatan guru dan siswadalam proses pembelajaran BahasaIndonesia pada pokok bahasan menulislaporan. Aspek yang diamati dari siswaadalah perhatian, partisipasi, dankerjasama selama proses pembelajaransedangkan aspek yang diamati dari pihakguru adalah sejak kegiatan membukapelajaran sampai dengan kegiatanmenutup pelajaran.

Lembar observasi yang digunakanberupa format yang telah disusun danberisi item-item tentang kejadian yangmenggambarkan aktivitas guru dan siswakelas VIII SMP di Kecamatan LuragungKabupaten Kuningan saat berlangsungnyaproses pembelajaran.b. Angket

Angket atau kuasioner merupakanalat penilaian berupa daftar pertanyaanuntuk memperoleh keterangan darisejumlah responden. Keterangan yangdiinginkan terkandung dalam pikiran,perasaan, atau sikap responden yangdidapat dari angket.

Angket yang dipergunakan dalampenelitian ini merupakan respon secaratertutup karena alternatif jawabanpertanyaan sudah ditentukan oleh penulis.Angket diberikan sesudah perlakuanmodel pembelajaran berbasis masalah

Page 82: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 714

dilaksanakan dan bertujuan untukmengetahui respon guru dan atau siswaterhadap model pembelajaran yangdieksperimenkan.c. Tes

Tes pada umumnya digunakanuntuk mengukur hasil belajar siswa. Tesini dilakukan peneliti untuk memperolehdata dan informasi tentang prestasi belajarsiswa sebelum dan sesudah perlakuanpada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tes yang dilaksanakan adalahbentuk tes unjuk kerja yaitu menulislaporan kegiatan dengan obyek yangmudah diperoleh dan diamati oleh siswa,misalnya tentang kegiatan yangdilaksanakan secara rutin atau peristiwamonumental dan jarang dilaksanakan.

Populasi adalah wilayah generalisasiyang terdiri atas obyek / subyek yangmempunyai kualitas dan karakteristiktertentu yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya (Sugiyono, 2008: 61).Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPNegeri 1 Luragung dan SMP Negeri 2Luragung Kecamatan LuragungKabupaten Kuningan. Populasi penelitianadalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 dan2 Luragung sebanyak 283 orang.

Sampel adalah bagian dari jumlahdan karakteristik yang dimiliki olehpopulasi. Cara mengambil sampeldisesuaikan dengan kemampuan, waktu,biaya, dan sebagainya. Penelitian ini akanmengambil teknik simple randomsampling (sampel acak sederhana) denganalasan anggota populasi dianggaphomogen dantanpa melihat strata yang ada

dalam populasi sehingga diperolehmasing-masing dua kelas dari kelas VIII,baik SMP Negeri 1 Luragung maupunSMP Negeri 2 Luragung. Kemudian daridua kelas tersebut diundi untuk kelaseksperimen dan kelas kontrol. Hasilundian diperoleh kelas eksperimen VIII.524 orang (SMP Negeri 1 Luragung)/VIIIA 24 orang (SMP Negeri 2 Luragung) dankelas kontrol VIII.7 24 orang (SMPNegeri1 Luragung)/VIII C 24 orang (SMPNegeri 2 Luragung.

Teknik pengolahan data yangdilaksanakan yaitu analisis data dengan ujit, uji normalitas, uji homogenitas, dan ujigain. Uji normalitas data penulis gunakanuntuk mengetahui apakah sampelpenelitian diambil dari populasi yangberdistribusi normal atau tidak. Ujinormalitas data penulis menggunakanmetode Kolmogorov-Smirov.

Uji homogenitas dimaksudkan untukmemperlihatkan bahwa dua atau lebihkelompok data sampel berasal daripopulasi yang memiliki variansi yangsama. Pada analisis regresi untuk setiappengelompokkan berdasarkan variabelterikatnya memiliki variansi yang sama.Sedangkan untuk melihat peningkatanhasil belajar siswa sebelum dan sesudahpembelajaran dilakukan uji gain denganmenggunakan rumus: NGain = Spost –Spre / Smaks – Spre..

Penelitian ini dilaksanakan di SMPNegeri 1 dan 2 Luragung KecamatanLuragung Kabupaten Kuningan. SMPNegeri 1 Luragung beralamat di DesaSindangsuka, Jalan Raya Nomor 03Luragung – Kuningan. Sedangkan SMP

Page 83: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 715

Negeri 2 Luragung beralamat di DesaWilanagara Kecamatan Luragung dalamwaktu enam/tujuh bulan (Mei 2014 –Oktober / November 2014).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi proses pembelajaranPembelajaran yang dilaksanakan

pada kelas kontrol peneliti menggunakanmetode dan strategi yang biasa digunakanyaitu dengan metode ceramah denganvariasi pertanyaan terbatas pada topikpembelajaran yang dibicarakan. Adapunlangkah-langkah pembelajaran yangdilaksanakan sebagai berikut:a. Kegiatan PembelajaranPertemuan Pertama1) Eksplorasi, (apersepsi, mengabsen

siswa, bertanya tentang laporan,dansebagainya)

2) Elaborasi (siswa memperhatikanpenjelasan guru tentang laporan,definisi, jenis, contoh laporan, dansiswa mengerjakan latihan untukmembuat kerangka laporanberdasarkan pengalaman masing-masing).

3) Konfirmasi (siswa dan gurumembahas hasil pekerjaan masing-masing siswa tentang laporan yangtelah dibuat)

Pertemuan Kedua1) Eksplorasi (apersepsi, mengabsen

siswa, bertanya tentang materipelajaran pada pertemuan sebelumnya,dan sebagainya).

2) Elaborasi (siswa memperhatikanpenjelasan guru tentang kerangka

laporan kegiatan, siswa dan gurubertanya jawab tentang pengembangankerangka laporan kegiatan, dansebagainya).

3) Konfirmasi (siswa mengembangkankerangka laporan menjadi laporanutuh, siswa dan guru membahas hasilpekerjaan siswa).

Pertemuan Ketiga1) Eksplorasi (apersepsi, mengabsen

siswa, bertanya jawab tentang materipelajaran pertemuan sebelumnya).

2) Elaborasi (siswa bertanya jawabtentang laporan kegiatan, siswamengerjakan latihan tentang laporankegiatan bertemakan kegiatan disekolah).

3) Konfirmasi (siswa dan gurumembahas hasil pekerjaan siswa, gurumemberikan tugas tentang laporankegiatan di luar lingkungan sekolah).

Pembelajaran yang dilaksanakanpada kelas eksperimen penelitimenggunakan strategi dan modelpembelajaran berbasis masalah, yaitudengan menggunakan berbagai metodedan teknik diantaranya tanya jawab,diskusi, tugas, inkuiri, problem solving,dan presentasi. Hal ini dilakukan sesuaidengan karakteristik model pembelajaranberbasis masalah yang berawal darimasalah, mencari alternatifpemecahannya, dan menentukan solusimelalui diskusi kelompok.a. Kegiatan PembelajaranPertemuan Pertama1) Eksplorasi (apersepsi, mengabsen

siswa, tanya jawab tentang materipelajaran pertemuan sebelumnya).

Page 84: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 716

2) Eksplorasi (siswa membuat laporanberdasarkan pengalaman di sekolah,siswa dan guru bertanya jawab tentangteori laporan yang telah diketahuisiswa).

3) Konfirmasi (siswa dan guru bertanyajawab tentang hasil pekerjaanmembuat laporan).

Pertemuan Kedua1) Eksplorasi (apersepsi, mengabsen

siswa, tanya jawab tentang materipelajaran pertemuan sebelumnya).

2) Eksplorasi (siswa berdiskusi mencarimasalah yang dapat dibuat menjadisebuah laporan tertulis, siswa dan gurubertanya jawab dan menentukanberbagai masalah hasil temuan siswayang dapat dibuat sebuah laporantertulis, serta siswa membuat kerangkalaporan).

3) Konfirmasi (siswa menentukan danmenyampaikan hasil diskusinyatentang masalah untuk dibuat laporanserta kerangka laporan sesuai topikyang telah disepakati).

Pertemuan Ketiga1) Eksplorasi (apersepsi, mengabsen

siswa, tanya jawab tentang materipelajaran sebelumnya).

2) Elaborasi (siswa berdiskusi mencarialternatif pemecahan masalah, siswamembuat laporan tertulis tentangmasalah yang sedang didiskusikan,siswa mengembangkan kerangkalaporan, siswa membuat laporansecara lengkap sesuai dengan topikyang telah ditentukan misalnyalaporan tentang kegiatan di sekolah

atau kegiatan di luar lingkungansekolah).

3) Konfirmasi (siswa menyampaikanhasil diskusi, siswa menyampaikanlaporan yang telah dibuat, siswa danguru bertanya jawab tentangpembelajaran yang telahdilaksanakan).

2. Deskripsi hasil tesDeskripsi Data Postes Kelas Eksperimen

VIII CNO

SUBYEKNAMA

SUBYEKHASIL

POSTESKET.

123456789

101112131415161718192021222324

E 1E 2E 3E 4E 5E 6E 7E 8E 9E 10E 11E 12E 13E 14E 15E 16E 17E 18E 19E 20E 21E 22E 23E 24

746565717065757876727471707568696765707065687270

Rata-rata 70,21

Page 85: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 717

Berdasarkan hasil postes,kemampuan menulis laporan pada siswakelas eksperimen VIII C menunjukkankemampuan dengan rata-rata nilai 70,21dari 24 siswa.Deskripsi Data Postes Kelas Eksperimen

VIII.5NO

SUBYEKNAMA

SUBYEKHASIL

POSTESKET.

123456789

101112131415161718192021222324

E 1E 2E 3E 4E 5E 6E 7E 8E 9E 10E 11E 12E 13E 14E 15E 16E 17E 18E 19E 20E 21E 22E 23E 24

787680758475776875807867797781788371758277747269

Rata-rata 76,29

Berdasarkan hasil postes,kemampuan menulis laporan pada siswakelas eksperimen VIII.5 menunjukkan

kemampuan dengan rata-rata nilai 76,29dari 24 siswa.

1. Deskripsi hasil observasi

Hasil Observasi Aktivitas GuruKelas Eksperimen

Berdasarkan hasil observasiaktivitas guru di kelas eksperimenmenunjukkan bahwa dari 7 aspek(termasuk di dalamnya subaspek ketujuhaspek) yang diamati menggambarkanbahwa 71,43 % aspek guru yang dinilaidinyatakan baik bahkan untuk aspek ke-4dinyatakan sangat baik (14,29 %).Sedangkan sisanya 14,28 % dinyatakancukup karena ada bagian subaspek aspekke-2 masih dianggap kurang yaitu sikapguru terhadap siswa yang sangat pasif danmobilitas guru dianggap berlebihan.

Hasil observasi aktivitas siswa kelaseksperimen

NoPerilakuSiswa

Frekuensi

Prosentasi

1 Mengajukanpendapat

16 30

2 Mengerjakan tugas

21 40

3 Menghargaipendapatorang lain

37 70

4 Berdiskusi /bekerjasama

19 35

Page 86: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 718

NoPerilakuSiswa

Frekuensi

Prosentasi

denganorang lain

5 Mencatatmateri yangdianggappenting

24 50

6 Mengambilbagian aktifdalamdiskusi

40 75

Berdasarkan tabel 4.12menunjukkan bahwa aktivitas siswa yangdiamati dalam pembelajaran menulislaporan dengan model pembelajaranberbasis masalah pada kelas eksperimenmenggambarkan bahwa ada 16 orangyang bertanya/mengajukan pendapat dari48 siswa, 21 orang yang mengerjakantugas, 37 orang yangmenghargai/menerima pendapat oranglain. Siswa yang mengikuti diskusi danbekerja sama dalam diskusi ada 19 orang,mencatat materi pembelajaran 24 orang,dan siswa yang betul-betul aktif dalampembelajaran dan diskusi ada 40 orang.

Deskripsi hasil angket pembelajaranberbasis masalah

Berdasarkan hasil angket yangdiperoleh menunjukkan bahwa siswapada kelas eksperimen menyukaipembelajaran menulis (36 orang)sedangkan yang tidak menyukai (12orang), artinya ada 75 % menyukai dan 25

% tidak menyukai. Untuk modelpembelajaran berbasis masalah siswa yangmengetahui sebanyak 29 orang (60,42 %)dan yang tidak mengetahui ada 19 orang(39,58 %). Setelah model pembelajaranberbasis masalah diterapkan, siswa yangmenyenangi sebanyak 38 orang (79,17 %)dan yang tidak menyenangi ada 10 orang(20,83 %) kemudian diterapkan padapembelajaran menulis laporan ada 37orang yang menyenangi (77,08 %) dansebanyak 11 orang tidak senang (22,92%).

Model pembelajaran berbasismasalah dengan teknik diskusi dalammenulis laporan menunjukkan siswamerasa mudah dan terbantu sebanyak 47orang (97,92 %) sedangkan yang masihsulit dan tidak terbantu ada seorang (2,08%). Peran media audio visual yangpeneliti gunakan memberikan pengaruhyang signifikan karena hasil angketmenunjukkan 48 orang (100 %) siswasangat tertarik dan lebih mudah menulislaporan dalam pembelajaran berbasismasalah. Manfaat yang dirasakan olehsiswa dari pembelajaran menulismenunjukkan hasil yang memuaskan 100% (48 orang).

D. SIMPULANBerdasarkan hasil analisis pada

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:1. Profil kemampuan menulis laporan

kegiatan pada siswa kelas VIII SMPdi Kecamatan Luragung KabupatenKuningan tahun pelajaran 2013 –2014 sebelum dilaksanakanpembelajaran berbasis masalah

Page 87: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 719

menunjukkan bahwa baik kelaskontrol maupun kelas eksperimen dibawah rata-rata KKM (65).Kemampuan menulis laporan di SMPNegeri 2 Luragung siswa kelas VIII A(kelas kontrol) rata-rata hasil pretes58,79 dan kelas VIII C (kelaseksperimen) rata-rata hasil pretes60,33. Sedangkan untuk SMP Negeri1 Luragung siswa kelas VIII.7 (kelaskontrol) rata-rata hasil pretes 62,42dan kelas VIII.5 (kelas eksperimen)rata-rata hasil pretes 61,96.

2. Profil model pembelajaran berbasismasalah dalam menulis laporankegiatan pada siswa kelas VIII SMPdi Kecamatan Luragung KabupatenKuningan adalah pembelajaranmenulis laporan berdasarkan masalahyang disajikan guru untukdiselesaikan oleh siswa secaraberkelompok. Masalah yangdidiskusikan siswa adalah masalahyang ada di lingkungan sekolah ataudi luar lingkungan sekolah. Masalahtersebut mengacu pada ketentuandalam menulis laporan yaitu 5 W dan1 H sehingga laporan yang ditulissiswa sekaligus menjawab yangmenjadi pertanyaan dalampembelajaran (berbasis masalah).

3. Proses model pembelajaran berbasismasalah dalam menulis laporankegiatan pada siswa kelas VIII SMPdi Kecamatan Luragung KabupatenKuningan tahun pelajaran 2013 –2014 sebagai berikut:Pada pertemuan pertama siswa masihpasif dengan pembelajaran berbasis

masalah, mereka masih kelihatankaku, bingung dalam melaksanakanperintah guru. Guru masihmendominasi kegiatan pembelajaran,khususnya pada saat kegiatan intidilaksanakan. Siswa masih bingunguntuk mempelajari masalah yangdisajikan apalagi untuk mencarialternatif pemecahannya danmemecahkan masalah itu.Untuk membantu siswa dalam prosespembelajaran, guru menggunakanmetode diskusi agar prosespembelajaran berjalan lancar dansiswa aktif. Selain itu, digunakanmedia pembelajaran audio visualuntuk membantu siswa menulislaporan berdasarkan masalah yangdidiskusikan dan sesuai dengantayangan dari media audio visual.Langkah-langkah kegiatanpembelajaran dapat berjalan denganbaik dengan ditunjukkannya aktivitassiswa dalam proses pembelajaran danhasil diskusi kelompok dalam menulislaporan. Pada akhir kegiatanpembelajaran pertemuan ke-1, gurumemberikan tugas untuk membuatlaporan berdasarkan masalah yangada di luar lingkungan sekolah.Pada pertemuan ke-2, siswa sudahmemahami proses pembelajaranberbasis masalah dalam menulislaporan (laporan kegiatan). Siswamenulis laporan yang sudahditugaskan pada pertemuansebelumnya dengan memperhatikanaspek-aspek kebahasaan yang sudahditentukan seperti memenuhi kriteria

Page 88: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 720

5 W dan 1 H, isi laporan, sistematikalaporan, data tulisan, pilihan kata,kalimat, dan ejaan.Proses pembelajaran pada pertemuanke-2 menyajikan hasil laporan dalambentuk presentasi setiap kelompokuntuk ditanggapi oleh siswa lain.Tanggapan dan respon siswamerupakan bentuk evaluasi terhadaphasil kerja kelompok dalam menulislaporan. Hal ini dilaksanakan sesuaidengan tahapan dalam prosespembelajaran berbasis masalah.

4. Model pembelajaran berbasis masalahefektif dalam meningkatkankemampuan menulis laporan padasiswa kelas VIII SMP di KecamatanLuragung Kabupaten Kuningan.Terdapat peningkatan hasil belajarkemampuan menulis laporan padakelompok yang menggunakan modelpembelajaran berbasis masalahdengan kelompok yang tidakmenggunakan pembelajaran berbasismasalah. Hal ini terbukti di kelaseksperimen kemampuan siswa secaraumum mengalami kenaikan dari rata-rata nilai pretes 60,33 ke rata-ratanilai postes sebesar 70,21 (SMPNegeri 2 Luragung) dan nilai rata-rata

pretes 61,96 ke rata-rata nilai postessebesar 76,29 (SMP Negeri 1Luragung). Adapun KKM yangditentukan penulis adalah 65. Kualitaspembelajaran menulis laporan denganmenggunakan model pembelajaranberbasis masalah lebih tinggi jikadibandingkan dengan menggunakanmodel pembelajaran biasanya di kelaskontrol. Penggunaan modelpembelajaran berbasis masalah dapatmeningkatkan kemampuan menulislaporan (laporan kegiatan) denganhasil pengujian hipotesis diperolehsiginifikansi sebesar 0,000 < α(0,05), maka hipotesis diterima.

Respon siswa terhadap modelpembelajaran berbasis masalah dalampembelajaran menulis laporan adalahsecara umum berdasarkan hasil angketmenunjukkan bahwa adanya sikap positifdan respon yang baik dari siswa terhadappembelajaran menulis laporan denganmenggunakan model pembelajaranberbasis masalah yang dikuatkan denganbutir 1 dan 3 bahwa siswa mengetahuipembelajaran menulis sebanyak 48 orang(100 %) serta menyukai pelajaran Bahasadan Sastra Indonesia sebanyak 47 orang(97,92 %).

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, C & Senny S. (2005).Pokoknya menulis. Bandung: KiblatBuku Utama.

Amir, Taufik. (2009). Inovasi pendidikanmelalui problem based learning.Jakarta: Kencana Prenada Media.

Arends, Richard I. (2008). Learning toteach (terjemahan). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. (1991). Prosedurpenelitian suatu pendekatan praktis.Jakarta: Rineka Cipta.

Page 89: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 704 – 721 ISSN 2089-2616

Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Menulis Laporan 721

E. Barkley, Elizabert, dkk. (2012).Collaborative learning techniques(terjemahan). Bandung: NusaMedia.

E. Slavin, Robert. (2005). CooperativeLearning (terjemahan). Bandung:Nusa Media.

Hasanah, Aan. (2012). Pengembanganprofesi guru. Bandung: PustakaSetia.

Ibrahim, Abdul Syukur & Sri Wahyuni.(2012). Asesmen pembelajaranbahasa. Bandung: Refika Aditama.

Kasmadi & Nia Siti Sunariah. (2013).Panduan modern penelitiankuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Keraf, Gorys. (1993). Komposisi. Ende:Nusa Indah.

Kuncoro, Mudrajad. (2009). Mahirmenulis (kiat jitu menulis artikelopini, kolom & resensi buku).Jakarta: Erlangga.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaianpembelajaran bahasa.Yogyakarta:BPFE-Yogyakarta.

Riduwan, (2013). Dasar-dasar statistika.Bandung: Alfabeta.

Robandi, Imam. (2008). Becoming thewinner (riset, menulis ilmiah,publikasi ilmiah, dan presentasi).Yogyakarta: CV Andi Offset.

Rusman. (2010). Model-modelpembelajaran. Jakarta: RajaGrafindoPersada.

Sanjaya, Wina. (2006). Strategipembelajaran berorientasi standar

proses pendidikan. Jakarta: PrenadaMedia.

Sugiyono. (2008). Statistika untukpenelitian. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. Wiratna. (2014). SPSSuntuk penelitian. Yogyakarta:Pustaka Baru.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005).Metode penelitian pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutopo, Maryati. (2009). Bahasa dansastra Indonesia 2 untuk SMP/MTskelas VIII. Jakarta: Pusat PerbukuanDepdiknas.

Syamsudin A.R. & Vismaia S. Damaianti.(2006). Metode penelitianpendidikan bahasa. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Tarigan, HG. (2008). Menulis suatuketerampilan berbahasa. Bandung:Angkasa.

Trihendradi, C. (2013). Langkah mudahmenguasai SPSS 21. Yogyakarta:Andi Offset.

Uno, Hamzah B & Nurdin Mohamad.(2011). Belajar dengan pendekatanPAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Wirajaya, Asep Yudha. (2008). Berbahasadan bersastra Indonesia untukSMP/MTs kelas VIII. Jakarta: PusatPerbukuan Depdiknas.

Zainurrahman. (2011). Menulis: Dari teorihingga praktik (penawar racunplagiarisme). Bandung: Alfabeta.

Page 90: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2015: 722 – 737 ISSN 2089-2616

722

KEEFEKTIFAN METODE SQ3R BERBASIS TEKS BERNILAI BUDAYADALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

(Penelitian Subjek Tunggal Terhadap Siswa Thailand di Pondok PesantrenHusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat)

H.Rochanda Wiradinata, 1)H. Jaja,.1) dan Apippudin2)

ABSTRAK

Pembelajaran membaca pemahaman merupakan proses pembelajaran membaca yangmenitikberatkan pada penguasaan teks atau pemahaman teks yang dibaca serta kemampuansiswa dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh guru ataupun pertanyaan yangmuncul pada diri peserta didik setelah membaca wacana teks. Meski demikian, untukmenumbuhkan pertanyaan ataupun menjawab pertanyaan, diperlukan usaha optimal didalammemahami wacana teks yang telah diberikan, oleh karena itu menentukan satu strategibagaimana memahami wacana teks dengan menggunakan metode membaca adalah satukeniscayaan.

Beragam metode membaca yang dirumuskan untuk memahami wacana teks dengan hasilpemahaman optimal, salah satunya adalah metode membaca SQ3R. Metode membaca inimenawarkan cara membaca dengan cara meneliti seluruh isi teks (survey), menyusunpertanyaan yang bersumber dari teks ( question), membaca teks secara aktif (read), memahamijawaban yang telah ditemukan (recite), dan meninjau ulang seluruh jawaban (revieuw).

Metode membaca SQ3R yang digunakan dalam roses pembelajaran membacapemahaman dalam penelitian ini, diharapkan bisa membantu meningkatkan hasil pemahamanbagi siswa asal Thailand yang sedang menempuh pendidikan di pondok pesantren HusnulKhotimah Kuningan Jawa Barat.

Disamping itu, untuk lebih mengenalkan budaya warisan leluhur bangsa Indonesia, dalampenerapan metode membaca SQ3R, wacana teks yang digunakan adalah wacana teks yangbernilai atau berisikan budaya bangsa Indonesia. dengan demikian siswa asal Thailand tersebutdisamping meningkat kemampuan memahami bacaan , juga tumbuh rasa solidaritas negeriserumpun dan meminimalisir kesalahfahaman dalam hal budaya.

Dengan demikian wacana teks yang bernilai budaya yang digunakan sebagai media untukmeningkatkan kemampuan membaca pemahaman bagi siswa asal Thailand di pondok pesantrenHusnul Khotimah Kuningan Jawa Barat, juga bisa digunakan dalam proses pembelajaran dilembaga tersebut bagi seluruh siswanya.

Kata Kunci: SQ3R, Warisan Budaya Bangsa, Membaca Pemahaman.

1) Dosen Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon2) Mahasiswa Program Studi Pendidikan B. Indonesia Pascasarjana Unswagati Cirebon

Page 91: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 723

A. PENDAHULUANJordan E Ayan dalam Hernowo

(2003:34) mengungkapkan, bahwadisepanjang hampir seluruh jenjangpendidikan, kita diajari membaca terutamauntuk mencari informasi, bukan untukmemahami bahwa membaca berpengaruhpositif terhadap kreativitas. Kita banyakdiajari cara ampuh untuk membaca, bukankeampuhan membaca.

Salah satu kegiatan penting dalamrangka memperoleh ilmu pengetahuan daninformasi adalah melalui Membacapemahaman. Banyak informasidipublikasikan dan dikomunikasikanmelalui media tulis. Salah satu caramemahami beragam sajian informasi tulis,tentunya dengan cara membaca danberusaha memahaminya sebaik mungkin.Karenanya, membaca pemahamanmembutuhkan keahlian dan ketelitiandalam rangka mendapatkan informasi danmeluaskan wawasan.

Membaca merupakan kuncipembuka cakrawala ilmu pengetahuan daninformasi lainnya. Bahkan dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang SumberPendidikan Nasional khususnya dalamBab V bahwa kompetensi lulusan pasal 25ayat (3) disebutkan bahwa kompetensilulusan untuk mata pelajaran bahasamenekankan pada kemampuan membacadan menulis yang sesuai dengan jenjangpendidikan.

Dengan membaca seseorang akanmenjadi bagian dari masyarakat yanglebih baik dalam ruang lingkupnyamasing-masing, dan akan berfungsi lebihefisien dalam aktivitasnya sehari-hari,

terpenuhi kebutuhan intelektual dan batin,serta terpelihara dirinya dalampenyesuaian sosial yang lebih baik danlebih menghargai beragam budaya yangdiketahuinya.

SQ3R merupakan metode membacayang sangat baik untuk kepentinganmembaca pemahaman. Metode membacaini cukup baik untuk keperluan belajar.Metode membaca untuk belajar inidianjurkan oleh seorang guru besarpsikologi dari Ohio State University, yaituProf. Francis P. Robinson, tahun 1941.

Pembelajaran membaca pemahamanmerupakan proses pembelajaran membacayang menitikberatkan pada penguasaanteks atau pemahaman teks yang dibacaserta kemampuan siswa dalam menjawabbeberapa pertanyaan yang diberikan olehguru. Dewasa ini banyak teknik yangdilakukan untuk dapat membaca denganbaik yakni membaca dengan benar-benarmemahami isi bacaan. Dari sejumlahteknik membaca yang ada, SQ3Rmerupakan teknik membaca pemahamanyang banyak dikenal dan lazim digunakandalam membaca studi.

Meskipun teknik SQ3R merupakansuatu teknik atau strategi membaca bukuyang terutama ditujukan untukkepentingan studi, namun juga dapatditerapkan untuk kepentingan strategi atauteknik pengajaran pembaca di sekolah,terutama siswa-siswa yang sudahtergolong pembaca tingkat lanjut. Hal inipenting dilakukan mengingat kegiatanakademik siswa dalam kaitannyapencapaian prestasi belajar akan sangatdidukung oleh keterampilannya dalam

Page 92: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 724

membaca, khususnya membaca buku-buku acuan yang merupakan teks untukmasing-masing bidang studi(Harjasujana,1997 : 210).

Manfaat secara umum metode iniadalah membantu siswa untuk mengambilsikap bahwa buku yang akan siswa bacatersebut sesuai keperluan atau kebutuhanatau tidak. Metode ini bertujuan untukmembekali siswa dengan suatupendekatan sistematis terhadap jenis-jenismembaca. Tujuan tersebut mencerminkanbekal untuk keperluan peningkatan carabelajar sistematis, efektif dan efisien.Metode membaca SQ3R diawali denganmembangun gambaran umum tentangbahan yang dipelajari, menumbuhkanpertanyaan dari judul/sub judul dandilanjutkan dengan membaca untukmencari jawaban dari pertanyaan.

Namun demikian, aktivitasmembaca yang diharapkan dalam kegatanbelajar, membutuhkan keseriusan danketelitan yang melibatkan panca indra.Sehingga, kegiatan membaca itu sendiritidak hanya sekedar membaca tanpamakna. Sehingga hal yang lazimdibutuhkan pembelajaran bagi pesertadidik adalah adanya upaya untukmemahami pelajaran dengan baik danmemuaskan.

Prastiti (2006:20) menyebutkanbahwa diantara jenis membaca adalahmembaca intensif, membaca jenis inisering juga disebut membaca pemahamanyang sangat memerlukan kecermatan danketajaman berfikir. Karenanya, bagi siswaThailand, penguasaan kosakata yang lebihbanyak dan beragam akan membantu

mereka dalam memahami materipelajaran. Tanpa kosakata yang luas,seseorang tidak dapat menggunakanstruktur dan fungsi bahasa dalamkomunikasi secara komprehensif ( Nunan,D : 1991: 89 ).

Keefektifan metode SQ3R dalamPembelajaran membaca memerlukanberagam sarana, agar peserta didik tidakmerasa bosan. Salah satu sarana tersebutadalah teks. Teks sebagai bagian darimedia cetak akan sangat membantu dalammemengaruhi peningkatan pemahamandalam membaca, terlebih jika pesertadidik kurang memiliki perbendaharaankata yang akan menunjang pemahamanmembaca.

Kemampuan membaca pemahamanmerupakan bekal dan kunci keberhasilansiswa dalam menjalani proses pendidikan.Sebagian besar pemerolehan ilmudilakukan siswa melalui aktivitasmembaca. Ilmu yang diperoleh siswatidak hanya didapat dari proses belajarmengajar di sekolah, tetapi juga melaluikegiatan membaca dalam kehidupansehari-hari. Oleh karena itu, kemampuanmembaca dan kemampuan memahamibacaan menjadi bagian penting dalampenguasaan dan peningkatan ilmupengetahuan siswa.

Membaca pemahaman disini dapatdiibaratkan sebagai kunci pembukagudang ilmu pengetahuan karena melaluipemahaman seseorang terhadap suatubacaan maka ia akan mendapatkaninformasi dan pengetahuan yang lebih.Pentingnya membaca, utamanya membacapemahaman bagi seseoarang patut kita

Page 93: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 725

sadari. Membaca pemahaman masih terusakan dibutuhkan sebagai alat untukmempelajari berbagai bidang ilmu. Hal initerutama sangat dirasakan oleh parapelajar. Melalui membaca pemahaman,seseoarang akan terbantu dalam rangkapengembangan kemampuan akademik,keahlian, dan kecerdasan.

Dalam kehidupan masyarakatmodern yang kompleks, kemampuanseseorang dalam membaca pemahamansangat diperlukan dalam bidangpendidikan, ekonomi, dan sosial. Selainitu, membaca pemahaman akanmemberikan nilai plus terhadappembacanya. Dalam hal ini, pembacaakan memperoleh informasi-informasiyang lebih dan beragam.

Demikianlah betapa pentingnyamembaca pemahaman dalam kehidupankita sehari-hari. Penguasaan informasimelalui membaca pemahaman akanmemberikan jalan terang bagi seseoranguntuk memperoleh hasil yang lebihmaksimal. Dapat dipertegas bahwa,kemampuan yang dikaitkan denganmembaca adalah kemampuan untukmerespon secara sadar susunan tertulisyang dihadapinya atau yangdisimulasikan. Respon yang ditampilkanadalah respon aktif. Respon aktif iniberkaitan dengan pengelolaan terhadaptuturan tertulis.

Zuchdi (2007: 19) mendefinisikanmembaca sebagai penafsiran yangbermakna terhadap bahasa tulis. Hal iniberarti membaca bukan hanyamenyuarakan simbol-simbol tetapi jugamengambil makna atau berusaha

memahami simbol tersebut. Nurhadi(2008: 29), membaca adalah proses yangmelibatkan aktivitas fisik dan mental.Salah satu aktivitas fisik dalam membacaadalah saat pembaca menggerakkan matasepanjang baris-baris tulisan dalam sebuahteks bacaan. Membaca melibatkanaktivitas mental yang dapat menjaminpemerolehan pemahaman menjadimaksimal. Membaca bukan hanya sekadarmenggerakkan bola mata dari margin kirike kanan tetapi jauh dari itu, yakniaktivitas berpikir untuk memahami tulisandemi tulisan.

Menurut Harjasujana (1996: 5),membaca adalah kemampuan yangkompleks. Pembaca tidak hanyamemandangi lambang-lambang tertulissemata, melainkan berupaya memahamimakna lambang-lambang tertulis tersebut.Rahim (2008: 2), membaca adalahaktivitas rumit yang melibatkan aktivitasvisual, berpikir, psikolinguistik, danmetakognitif. Subyantoro (2011: 9),membaca merupakan keterampilan yanglambat laun akan menjadi perilakukeseharian seseorang.

Emerald V Dechant dalam Zuchdi(2007:21) menyebutkan bahwa membacaadalah proses pemberian makna terhadaptulisan. Hal senada juga diungkapkan olehRahim (2008: 2), dia berpendapat bahwamembaca merupakan sesuatu yang rumityang melibatkan banyak hal, tidak hanyasekedar melafalkan tulisan, tetapi jugamelibatkan aktivitas visual, berpikir,psikolingualistik, dan metakognitif.

Secara linguistik, membacamerupakan proses pembacaan sandi

Page 94: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 726

(decoding process). Artinya dalamkegiatan membaca ada upaya untukmenghubungkan kata-kata tulis denganmakna bahasa lisan (oral languagemeaning). Dengan kata lain Andersondalam Tarigan (2008:7) mengatakanbahwa kegiatan membaca merupakankegiatan mengubah tulisan/ cetakanmenjadi bunyi-bunyi yang bermakna.

Dalam kegiatan pembelajaranmembaca, para guru perlu menyusuntujuan membaca. Di samping itu,diperlukan metode membaca yangmenggambarkan bagaimana pembacamemproses bacaan sehingga memperolehpemahaman terhadap bacaan tersebut.Salah satu metode pembelajaranmembaca yang dapat diterapkan yaknipenerapan metode pembelajaranmembaca SQ3R (Survey, Question, Read,Recite, Review).1.1 Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah dalam penelitian“Keefektifan Metode SQ3R Berabsis TeksBernilai Budaya dalam PembelajaranMembaca Pemahaman siswa asalThailand di Pondok Pesantren HusnulKhotimah Kuningan Jawa Barat “ iniadalah :1) Bagaimana profil kemampuan

membaca pemahaman siswa asalThailand di pondok pesantren HusnulKhotimah?

2) Bagaimana proses metode SQ3Rberbasis teks bernilai budaya dalammeningkatkan kemampuan membacapemahaman siswa asal Thailand?

3) Apakah metode SQ3R berbasis teksbernilai budaya efektif dalam

meningkatkan kemampuan membacapemahaman siswa asal Thailand?

4) Bagaimana respon siswa asal Thailandterhadap metode SQ3R berbasis teksbernilai budaya dalam meningkatkankemampuan membaca pemahaman ?

1.2. Metode SQ3RMetode SQ3R adalah suatu metode

membaca untuk menemukan ide-idepokok dan pendukungnya serta membantumengingat agar lebih tahan lama melaluilima langkah kegiatan, yaitu survei,question, read, recite, dan review.

Menurut Muhibbin (2004:130)metode SQ3R bersifat praktis dan dapatdiaplikasikan dalam berbagai pendekatanbelajar. Metode ini dikembangkan olehFrancis P. Robinson di Universitas NegeriOhio Amerika Serikat. Prinsip pembelaranSQ3R meliputi ( Muhibbin, 2004:130) :1) Survey, yaitu memeriksa atau meneliti

seluruh teks.2) Question, yaitu menyusun daftar

pertanyaan-pertanyaan dari teks.3) Read, maksudnya membaca teks secara

aktif untuk mencari jawaban ataspertanyaan-pertanyaan yang telahtersusun.

4) Recite, maksudnya menghapal ataumemahami setiap jawaban yang telahditemukan.

5) Review, maksudnya menunjau ulangseluruh jawaban atas pertanyaan yangsudah tersusun.

1.3. Karakteristik Metode SQ3RDalam e-jurnal pendidikan UPI

(upi.edu/jurnal/Metode SQ3R) Lilis SitiSulistyaningsih menegaskan bahwa,membaca dengan menggunakan metode

Page 95: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 727

SQ3R memiliki beberapa karakteristikyaitu,1. Melakukan survey. Sebelum membaca,

terlebih dahulu melakukan survei.Kegiatan survey ini untuk memperolehgambaran umum dari suatu bacaan.

2. Merumuskan beberapa pertanyaantentang isi bacaan. Kegiatan inidiharapkan dapat menumbuhkan rasaingin tahu yang jawabannya terdapatdalam isi bacaan tersebut.

3. Membaca. Kegiatan ini untukmendapatkan informasi daripertanyaan-pertanyaan yang munculpada kegitan sebelumnya.

4. Menceritakan/mengutarakan kembaliisi bacaan. Hal ini dimaksudkan ntukmemudahkan ingatan. Dalam kegiatanini dan hendaknya dibuat catatan-catatan kecil.

5. Meninjau kembali/mengulang kembaliapa yang dianggap penting. Aktivitasini bertujuan untuk memberikangambaran keseluruhan dari isi bacaan.

1.4. Tujuan Metode SQ3RDalam kegiatan membaca buku,

paling tidak ada dua hal yag mendasarikegiatan tersebut, yaitu mencari informasitertentu dan yang kedua untukkepentingan belajar. Dalam kasus belajar,setiap pembaca buku dihadapkan padasatu kenyataan yang tidak bisa dihindari.Suka atau tidak suka, perlu atau tidakperlu, buku itu harus dibaca dandipahaminya (Bahan ajar bahasaIndonesia SMA/SMK : 2011: 43).

Setiap metode pembelajaran,memiliki tujuan. Hal tersebutdimaksudkan untuk memberikan solusi

terbaik dalam prosespembelajarannya.Demikian halnyadengankegiatan membaca yang menggunakanmetode SQ3R. Pembelajaran membacadengan metode SQ3R bertujuan untuk(Muhibbin, 2004:130) :1. Membekali siswa dengan suatu

pendekatan yang sistematis terhadapjenis-jenis kenyataan membaca, danmeningkatkan cara belajar yang efektifdan efisien.

2. Meningkatkan proses belajar mengajarsecara lebih mantap dan efisien untukberbagai materi bacaan dan diarahkankepada suatu metode pengajaranmembaca untuk kepentingan oranglain.

1.5. Langkah-langkah Metode SQ3RMuhibbin (2004:130), menjelaskan

bahwa SQ3R pada prinsipnya merupakansingkatan langkah-langkah mempelajariteks yang meliputi:1. Survey, maksudnya memeriksa atau

meneliti atau mengidentifikasi seluruhteks. Sebelum membaca kitamelakukan survei terhadap bacaan ataubuku untuk memperoleh gambaranumum dari suatu bacaan dengan caramelihat bagian permulaan dan akhir.

2. Question, maksudnya menyusun daftarpertanyaan yang relevan dengan teks.Setelah menyurvei buku, langkahberikutnnya merumuskan beberapapertanyaan untuk diri sendiri tentangbacaan tersebut yang diharapkanjawabannya ada dalam buku itu. Hal ituakan membantu dan menuntun kitamemahami bacaan.

Page 96: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 728

3. Read, maksudnya membaca tekssecara aktif untuk mencari jawabanatas pertanyaan-pertanyaan yang telahtersusun. Dengan bekal rumusanpertanyaan-pertanyaan tadi, barulahkita membaca. Pertanyaan itumerupakan penentuan yang dapatmembantu pembaca menemukaninformasi yang diinginkannya dengancepat.

4. Recite, maksudnya menghafal setiapjawaban yang telah ditemukan. Untukmengetahui penguasaan terhadapbacaan, setelah membaca, kita lakukankegiatan menceritakan/mengutarakankembali dengan kata-kata sendiri.Untuk membantu daya ingat, kitamembuat catatan-catatan kecil.

5. Review, maksudnya meninjau ulangseluruh jawaban atas pertanyaan yangtersususn pada langkah kedua danketiga. Kita tidak perlu membaca ulangbacaan itu secara keseluruhan, tetapihanya memeriksa bagian-bagian yangdianggap penting yang memberikangambaran keseluruhan dari bacaan,juga untuk menemukan hal-hal pentingyang mungkin terlewat pada saat kitamembaca sebelumnya.

Langkah terbaik dalam menempuhkeberhasilan adalah dengan cara membuatbeberapa rencana yang akan diterapkan.Dalam kegiatan pembelajaran, setiaprencana yang akan digunakan, harusmemenuhi kriteria keberhasilan. Gagaldalam merencanakan tujuan berarti gagaldalam meraih tujuan itu sendiri. Demikianhalnya dengan pembelajaran membaca,jika dilakukan dengan cara tradisional,

yaitu membaca apa adanya, maka hasilyang akan diraih tidak akan maksimal.karenanya, perlu merencanakan langkahstrategis dalam pembelajaran membacaagar pemahaman yang diperolehmemuaskan, salah satunya adalah metodeSQ3R.

Sebagai pendorong dalam prosespembelajaran membaca denganmenggunakan metode SQ3R, setidaknyatema bacaan yang diberikan kepada siswaharus memenuhi keinginan dan kebutuhansiswa itu sendiri. Jika siswa sudahmemiliki ketertarikan terhadap bacaan,biasanya proses memahami isi bacaanakan berjalan. Selanjutnya akanbertumbuh dalam fikiran dan jiwanyakeingintahuan yang lebih luas lagi.Disinilah metode SQ3R akan menjadisalah satu metode yang akanmenghantarkan siswa memahami isibacaan lebih baik.

B. METODOLOGI PENELITIANMetode penelitian dalam penulisan

tesis ini menggunakan metode penelitiansubjek tunggal. Hal ini diupayakan untukmengetahui keefektifan metode membacaSQ3R terhadap pemahaman membacasiswa asal Thailand, dengan mengambilmodus disetiap sesinya. Sehingga hasilyang diperoleh adalah hasil tes sebelumdilakukan intervensi, pada saat intervensidan setelah intervensi dilakukan denganmelihat modus dari perolehan olehmasing-masing siswa asal Thailandtersebut.

Sumanto (1995:76) mengemukakanbahwa, pada dasarnya subjek

Page 97: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 729

diberlakukan pada keadaan tanpa treatmendan dengan treatmen secara bergantian,dan penampilan atau prestasi diukurberulang-ulang pada masing-masing fase.Keadaan nontreatmen diberi simbol A dankeadaan dengan treatmen diberi simbol B.Setelah sesi A dan B diberikan maka padaakhirnya untuk menngetahui apakahmetode membaca SQ3R cukup efektifdalam meningkatkan kemampuanmembaca dilakukan dengan tes setelahtreatmen atau intervensi diberikan.

Menurut Syamsuddin dan Vismaia(2011:24), metode penelitian subjektunggal atau single subject memberikanalternatif dengan menspesifikasi metodeyang bisa digunakan dengan hanyaseorang atau hanya sebagaian kecil subjekyang memungkinkan dilakukannyasimpulan.2.1. Desain Penelitian

Rosnow dan Rosenthal dalam Juang(2005:65) menyebutkan bahwa, desainpenelitian eksprimen secara garis besardapat dibedakan menjadi dua kelompokyaitu (1) desain kelompok (group design)dan (2) desain subyek tunggal (singlesubject design). Disain kelompokmemfokuskan pada data yang berasal darikelompok individu, sedangkan desainsubyek tunggal memfokuskan pada dataindividu sebagai sampel penelitian.

Menurut Juang (2005:70), DesainA-B-A merupakan salah satupengembangan dari disain dasar A-B,disain A-B-A ini telah menunjukkanadanya hubungan sebab akibat antaravariabel terikat dan variabel bebas.Padadisain A-B-A setelah pengukuran pada

kondisi intervensi (B) pengukuran padakondisi baseline kedua (A2) diberikan.Penambahan kondisi baseline yang kedua(A2) ini dimaksudkan sebagai kontroluntuk fase intervensi sehinggamemungkinkan untuk menarikkesimpulan adanya hubungan fungsionalantara variabel bebas dan variabel terikat.Oleh karenanya pada pola A-B tdakterjadi refleksi pengulangan setelahdiberlakukan intervensi sedangkan padapola A-B-A refleksi pengulangandiberikan setelah intervensi untukmengukur keberhasilan dan berfungsisebgai kontrol atas upaya intervensi.

Desain penelitian A-B-A memilikikesamaan dengan peneltian eksperimenlainnya. Yang membedakannya adalahpada jumlah obyek penelitian, dalam halini yang diteliti jumlahnya hanya satuorang atau kelompok saja.

Tabel 2.1Struktur dasar penelitian disain A-B-

A

---------- ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ ꞌ

( Juang, 2005:59).

Page 98: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 730

Untuk mendapatkan validitaspenelitian yang baik, pada saat melakukaneksperimen dengan disain A-B-A, penelitiperlu memperhatikan beberapa hal berikutini ( Juang, 2005:71) :a. Mendefinisikan target behavior sebagai

perilaku yang dapat diukur secaraakurat.

b. Mengukur dan mengumpulkan datapada kondisi baseline (A1) secarakontinyu sekurang-kurangnya 3 atau 5atau sampai trend dan level datamenjadi stabil.

c. Memberikan intervensi setelah trenddata baseline stabil.

d. Mengukur dan mengumpulkan datapada fase intervensi (B) dengan periodewaktu tertentu sampai data menjadistabil.

e. Setelah kecenderungan dan level datapada fase intervensi (B) stabilmengulang fase baseline (A2).

Sedangkan untuk mengetahui hasilyang diperoleh dari penelitian ini, yaitudengan cara mengelompokkan nilai yangbanyak diperoleh oleh siswa.Pengelompokkan tersebut terlhat dalamtabel berikut.

Tabel 2.2Pola Pengelompokan

Hasil Tes pada Disain A-B-A

Baseline (A1) Sesi Modus

1, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 5

123

1, 2, 3, 4, 5 4Intervensi (B) Sesi Modus

1, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 5

1234

Baseline (A2) Sesi Modus1, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 51, 2, 3, 4, 5

1234

Keterangan :

A1 : Kondisi Baseline dimanaintervensi belum diberikan

B : Intervensi yang diberikansetelah baseline

A2 : Kondisi baseline setelahintervensi dilakukan

Sesi : Frekuensi tindakan

Baseline A1 merupakan objekpenelitian sebelum dilakukan intervensidengan metode SQ3R dalam hal ini adalahsiswa Madrasah Aliyah asal Thailandyang sedang belajar di Pondok PesantrenHusnul Khotimah yang jumlahnya ada 5orang. Pola intervensi (B) merupakantahaf dimana siswa asal Thailand tersebutdiberikan metode SQ3R dalam upayamemahamai teks. Sedangkan baseline A2merupakan kondisi siswa asal Thailandyang telah diberikan perlakuan denganmetode SQ3R kemudian diberikan tesobjekif yang berkaiatan dengan budayaIndonesia.Pola grafiknya adalah sebagaiberikut.

Page 99: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 731

Tabel 2.3Grafik Penelitian Pola A-B-A

Jumlah 10 Baseline ( A1 ) Intervensi ( B ) Baseline ( A2 )

jawaban -

benar 8

-

6

-

4

-

2

-

0

Sesi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

12

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Tes pada Baseline A-1

Melihat hasil dari tes kemampuanmembaca siswa Thailand tersebut diatas,maka diketahui bahwa pada baseline A-1ini masing-masing siswa memperolehnilai yang berbeda-beda. Namundemikian, dari uji objektif sesi 1 padabaseline A-1 ini, modus nya adalah nilai6. Artinya pada sesi 1 baseline A-1 ini,jumlah siswa yang mendapatkan nilai 6sebanyak 3 orang, yaitu, Fais Darakai,Muhammad Aiman Chemi dan Nurfanniebilhayi Abubaka.

Pada sesi 2 baseline A-1, siswa yangmendapatkan skor 6 sebanyak 3 siswa.Sehingga modus pada sesi ke 2 baselineA-1 ini adalah masih pada angka 6,meskipun muncul nilai 7 yang diraih olehAbdul Yabban Hasnee dan MuhammadAiman Chemi, akan tetapi nilai yangsering muncul pada sesi ini adalah nilai 6,hal itu didapat oleh Fais Darakai, NinurEen Wae Ali dan Nurfannie bilhayyiAbubaka. Dengan demikian nilai yangdidapat oleh mayoritas siswa Thailand (3dari 5 siswa) adalah nilai 6. Sehinggamodusnya adalah nilai 6.

Pada sesi ke 3 di baseline A-1, adapeningkatan nilai. Sehingga modus padasesi ini adalah angka 7. Gambaran dariperolehan nilai ini adalah Abdul YabbanHasnee, Fais Darakai, dan MuhammadAiman Chemi masing-masing mendapatskor 7. Sedangkan Ninur Een Wae Ali danNurfannie Bilahayyi Abubakar masing-msing mendapat skor 6 dan 5.

Pada sesi ke 4, dari perolehan skormasing-masing siswa, menunjukkanbahwa modus pada sesi ini adalah angka6, masing-masing diperoleh oleh Abdul

Page 100: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 732

Yabban Hasnee, Muhammad AimanChemi dan Nurfannie Bilhayyi Abubaka.Meskipun ada 2 siswa yang mendapatkanangka 7 yaitu Faris dan Ninur Een WaeAli akan tetapi dominasi perolehan angka6 masih mendominasi dari 5 siswa yangdiberikan uji objektif.3.2 Hasil Tes pada saat Intervensi B.

Melihat hasil dari tes kemampuanmembaca siswa Thailand pada saatintervensi dilaksanakan maka dapat dilihathasilnya seperti pada tabel diatas, makadiketahui bahwa sesi intervensi ke 1,modus yang diketahui adalah skor 7.Artinya pada sesi intervensi ke 1, angka

yang sering muncul adalah angka 7sebanyak 4 kali. Angka 7 tersebut masing-masing diperoleh Abdul Yabban, Faisdarakai, Muhammad Aiman, dan NinurEen.

Pada sesi intervensi ke 2, modus nyaadalah skor 8. Setidaknya dari hasil inimulai nampak pengaruh metode SQ3Ryang dilakukan dalam prosespembelajaran. Angka 8 tersebut diperoleh3 siswa, yaitu Abdul Yabban, FaisDarakai dan Muhammad Aiman.

Pada sesi intervensi ke 3, dapatdilihat hasilnya yaitu siswa yangmendapat angka 7 berjumlah 4 siswa dari5 siswa yang diuji. Dengan demikianmodus pada sesi ini adalah skor 7. Angkatersebut masing-masing didapat olehAbdul yabban, Fais darakai, MuhammadAiman, dan Nurfannie.

Sedangkan pada sesi ke 4, modusjumlah siswa yang mendapatkan skor 7sebanyak 4 siswa. Masing-masing FaisDarakai, Muhammad Aiman, Ninur Een,dan Nurfannie. Sehingga modus pada sesike 4 ini adalah 7. Meskipun ada yangmendapat nilai 8 yaitu Abdul Yabban,akan tetapi karena hanya dirinya seorangsehingga tetap yang mendominasi adalah4 siswa selain dirinya.

Dari paparan pengaruh atauintervensi dari sesi ke 1 samapi dengansesi ke 4, dengan menggunakan modeldiscovery learning dipadukan denganmetode membaca SQ3R, makadisimpulkan pemahaman membaca siswaThailand mengalami peningkatan, dariBaeline A-1 mulai sesi ke 1 yang modusnya pada angka 6 pada sesi intervensi ini

Page 101: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 733

naik menjadi 7. Oleh karena itu, nilai yangdidapat dari proses tersebut mulaimembaik sehingga masuk dalam kategoribaik.3.3 Hasil Tes pada Baseline A-2.

Pada tahap ini, proses pembelajaranmengalami perubahan signifikan. Siswaasal Thailand mulai nampak sumringahketiak guru model msuk kelas danmenyapa mereka dengan sapaan akrabguru kepada murid. Lebih dari itu,disamping menyampaikan tujuan belajarpada hari itu, guru jug mengingatkanbahwa upaya yang telah dilakukan dalammemahami bacaan dengan menggunakanmetode SQ3R diingatkan kembali kepadasiswa asal Thaiand untuk diterapkandalam membaca wacana teks bernilai

budaya yang akan dibagikan kepadamereka.

Setelah semua siswa asal Thailanddiberi kesempatan untuk membacawacana teks bernilai budaya denganmenggunakan metode membaca SQ3Rseperti yang telah diberikan, makalangkah berikutnya adalah mencobamenguji pemahaman mereka dengan tesobjektif. Dan bukti dari efektivitas metodeSQ3R dalam meingkatkan pemahamanmembaca dilihat dari hasil yang diraiholeh masing-masing siswa asal Thailandtersebut.

Pada sesi ke 1 baseline A-2 ini,masing-masing siswa mengalamipeningkatan secara skor dari uji obyektif.Siswa yang mendapat nilai 8 terdapat 3orang. Masing-masing Abdul Yabban,Fais Darakai dan Muhammad Aiman.Sedangkan Ninur Een dan Nurfanniemasing-masing mendapat nilai 7. Dengandemikian modus pada sesi ini adalah nilai8 yang diperoleh oleh 3 siswa.

Pada sesi ke 2, modus yangdihasilkan adalah angka 9. Gambaran darinilai 9 tersebut masing-masing diperoleholeh Abdul Yabban, Fais Darakai danNurfannie. Sedangan Muhammad Aimandan Ninur een masing-masing meraihangka 7 dan 8. Oleh karena itu moduspada sesi ke 2 ini adalah 9.

Pada sesi ke 3, diketahui bahwaAbdul Yabban memperoleh nilai 8, FaisDarakai, Muhammad Aiman, dan NinurEen masing-masing memperoleh nilai 9.Sedangkan Nurfannie mendapat nilai 7.Karena itu, maka modus pada sesi iniadalah angka 9.

Page 102: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 734

Demikian halnya pada sesi ke 3,pada sesi ke 4, siswa Thailand yangmeraih nilai 9 juga ada 3 orang masing-masing Abdul Yabban, Fais Darakai, danNurfannie. Sedangkkan MuhammadAiman mendapat skor7 dan skor 8diperoleh oleh Ninur Een. Oleh karennya,modus pada sesi ini adalah 9. Karenaangka ini diperoleh oleh 3 siswa.

Dengan perolehan nilai padabaseline A-2 disetiap sesinya, makakesimpulan pada penelitian ini adalahadanya kecenderungan kenaikanperolehan nilai uji tes obyektif. Dengandemikian bisa dikatakan bahwa hasil ujites obyektif siswa Thiland pada baselineA-2 ini cukup membanggakan yaitudengan predikat sangat baik, dimanamodusnya adalah pada angka 9.3.4 Modus Perolehan Nilai

Pemahaman Membaca padaBaseline A-1, Intervensi danBaseline A-2.Gambar diagram pada tabel diatas,

menjelaskan tentang modus pada baselineA-1 menunjukkan pada angka 6. Sehinggaperolehan optimal dari uji objektif padatahap tersebut baru mencapai predikatcukup.

Demikian halnya pada sesiintervensi, meskipun perolehan nilaidilihat dari modusnya mencapai angkatujuh, akan tetapi masih dalam kriteriacukup, meskipun ada kenaikan angkaperolehan nlai yaitu dengan modus angka7.

Dan hasil signifikan, terlihat padabaseline A-2 setelah dilakukan intervensidengan menggunakan metode SQ3R

dalam proses pembelajaran dengan modeldiscovery learning. Hal itu terlihat dariperolehan nilai uji obyektif denagn nilaimodusnya 9. Sehingga ada peningkatanyang signifikan.

012345678910

Modus JumlahModus

Baseline A-1

Intervensi

Baseline A-2

D. Simpulan.Berdasarkan analisis dalam

penelitian ini, disimpulkan bahwa,1) Profil kemampuan membaca

pemahaman siswa asal Thailand adalahsebagai berikut.

Pada saat tes objektif diberikan,hasil yang didapat belum menunjukkankepada kriteria yang diharapkan. Hal iniberkaitan dengan materi yang diujikanbelum pernah mereka dapatkkansebelumnya dan metode mmemahamibacaan belum disampaikan yaitu metodeSQ3R. Sehingga nilai dengan kriteriacukup dianggap masih menguntungkan.

Pada tes objektif berikutnya mulaiada peningkatan hasil dari nilai yang

Page 103: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 735

mereka dapatkan. Hal ini setelahdilakukan intervensi dalam prosespembelajaran yang berkaitan denganmetode SQ3R sebagai salah satu caraefektif meningkatkan pemahaman dalammembaca.2) Proses metode SQ3R berbasis teks

bernilai budaya dalam meningkatkankemampuan membaca pemahaman..

Seperti paparan diatas, bahwakenaikan perolehan nilai siswa dalam ujites obyektif seteleh mereka mengikutikegiatan pembelajaran dalam upayameningkatkan kemampuan membacapemahaman, terlihat ada kenaikan yangdidapatkkan mereka. Hal ini didapatkanatas partisipasi aktif antara siswa denganguru pada saat metode membaca SQ3R diterapkan. Dengan demikian metode inibisa dikatakan efektif jika diukur dariraihan perolehan nilai tes objektif sepertiyang telah dilaksanakan dalam penelitianini.3) Keefektivan metode SQ3R berbasis

teks bernilai budaya dalammeningkatkan kemampuan membacapemahaman.

Efektivitas metode SQ3R dalammeningkatkan kemampuan membacapemahaman, terukur dalam tes objektifdalam bentuk pilihan ganda yangdilaksanakan masing-masing sebanyak 4

pada baseline A-1, Pola B, dan baselineA-2. Dalam tes objektif tersebut,kenaikan nilai yang diperoleh siswasetelah mengikuti pembelajaran denganmetode SQ3R ternyata mampumengangkat raihan nilai dibanding denganpada saat sebelum dilakukuna intervensi.4) Sedangkan respon siswa terhadap

metode SQ3R terbaca dalam angketyang diberikan kepada mereka setelahdilaksanakan intervensi tentang metodemembaca SQ3R. Persentase yangmenyatakan bahwa mereka senangmengikuti pembelajaran membacasetelah mengetahui metode SQ3Rmencapai angka 100 %. Artinya semuasiswa merasakan ada gairah baru dalammemahami bacaan dari wacana teksbernilai budaya.

Dari penjelasan tersebut, semogapeningkatan pemahaman siswa asalThailand dalam memabaca pemahamanmelalui wacana teks bernilai budaya,semoga semakin meningkatkankemampuan pemahaman siswa asalThailand dalam proses pembelajaran yngakan mereka hadapi pada hari-hariberikutnya dalam pembelajaran yangberagam, serta menumbuh kembangkanrasa solidaritas dan menjaga atas warisanbudaya masing-asing negeri dari kawasanegara serumpun.

DAFTAR PUSTAKA

Adryansyah. (2012, juni Monday).lamanbahasa/info_bipa. Dipetik JuniFriday,2014,daribadanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/info_bipa:http

://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/info_bipa

Ahuja, P. (2010). Membaca secara efektifdan efisien. Jakarta: Kiblat.

Page 104: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 736

Akhmad. (1996). Membaca 2. Jakarta:Cipta Karya.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bahan Ajar bahasa Indonesia SMA/SMKPLPG Rayon 110. (2011). Bandung:UPI.

Budaya. (2014, April rabu). Dipetik Aprilsenin, 2014, dari wikipedia BahasaIndonesia:http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

Darmiyati, Z. (2007). Strategimeningktkan kemampuan membacakomprehensif. Yogyakarta: UNY Press.

Dewantara, Ki Hajar. 1994.”Kebudayaan”. Penerbit Majelis LuhurPersatuan Tamansiswa; Yogyakarta.

Goldberg, M. (2000). Art and learning:An integrated approach to teachingand learning in multicultural andmultilingual settings. 2 nd Ed. NewYork: Addison Wesley Longman.

Harjasujana. (1997). Membaca 2. Jakarta:Depdikbud.

Hernowo. (2003). Quantum Reading,Cara cepat dan bermanfaat untukmerangsang munculnya potensimembaca. Bandung: MLC.

Iskandar. (2013). Metodologi penelitianpendidikan dan sosial. Jakarta:Referensi.

Juang Sunanto, Koji Takeuchi, HideoNakata. (2005). Pengantar Penelitiandengan Subyek Tunggal. CRICEDUniversity of Tsukuba.

Keraf, G. (2003). Komposisi. Flores: NusaIndah.

Kholid A.H dan Lilis S. (1997).Pembelajaran bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Koentjaraningrat. (1987). Sejarah TeoriAntropologi I. Jakarta: UI Press.

Kumaravadivelu, B. (2006).Understanding Language. London:Lawrence erlbaum associates.

Kurniawan, K. (2008, mei sabtu).daudp65/ebook/. Dipetik Juni Kamis,2014, dari geocities.com:http://www.geocities.com/daudp65/ebook/

Muhaji, N. Suandi, I. B. Putrayasa.(2013). PENGARUH PENERAPANMETODE SQ3R DAN TEKNIKKLOSE. e-Journal ProgramPascasarjana Universitas PendidikanGanesha , 4.

Notoatmodjo, S. (2004). MetodologiPenelitian kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

Nunun, D. (1991). Language teachingmetodology : a tex book for teachers.Sydney: Prentice hall international.

Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalamPengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Nurhadi. (2010). Membaca cepat danefektif. Bandung: CV Sinar Baru.

Prastiti, S. (2006). paparan kuliahmembaca 1. Semarang: PBSJ.

Rahim, F. (2007). Pengajaran membacadi Sekolah dasar. Jakarta: BumiAksara.

Riduwan. (2009). Metode & TekhnikMenyusun Proposal Penelitian.Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2009). Konsep dan MaknaPembelajaran untuk Membantu

Page 105: Jurnal Pendidikan, Bahasa, Dan Sastra

Tuturan, Vol. 4, No. 1, Januari 2014: 722 – 737 ISSN 2089-2616

Keefektifan Metode SQ3R Berbasis Teks Bernilai Budaya 737

Memecahkan Problematika Belajarmengajar. Bandung: Alfabeta.

Somadaya, S. (2011). Strategi dan teknikPembelajaran membaca. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Stephen N. Elliot, d. (2000). EducationalPsychology: EffectiveTeaching,Effective Learning. US: McGraw Hill.

Stephen N. Elliot, dkk. (2000).Educational Psychology: EffectiveTeaching,Effective Learningl. US: McGraw Hill.

Sugiyono. (2005). Metode PenelitianAdministrasi. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (1995). Metodologi penelitianSosial dan pendidikan. Yogyakarta:Andi Offset.

Suyatmi. (2000). Membaca 1. Surakarta:UNS Press.

Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikandengan pendekatan Baru. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Syamsuddin AR dan Vismaia SDamaianti. (2011). Metode PenelitianPendidikan Bahasa. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. (2008). Membaca sebagaisuatu keterampilan berbahasa.Bandung: Angkasa.

Trianto. (2007). Model-modelpembelajaran Inovatif berorientasiKonstruktivistik. Jakarta: PrestasiPustaka.

Undang-undang Republik Indonesiatentang bendera, bahasa, dan lambangnegara serta lagu kebangsaan. (2011).Jakarta: Badan Pengembangan danpembinaan Bahasa Kemedikbud.

Widyamartaya, A. (1992). Senimenerjemahkan. Yogyakarta:Kanisius.