Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ... Jurnal(1).pdf · track record-nya...

123
Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754 [111]

Transcript of Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ... Jurnal(1).pdf · track record-nya...

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [111]

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [112]

    VOLUME 2 NOMOR 2 JULI - DESEMBER 2015

    Pengarah : Walikota Medan

    Penanggung Jawab : Drs. Hasan Basri, MM (Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan

    Kota Medan)

    Koordinator/Pimpinan Redaksi : Dra. Siti Mahrani Hasibuan Ketua : Bahrian Effendi, S.Sos., M.Si

    Mitra Bebestari : Dr. Prawidya Hairani, M.Si Syafrida Hani, SE., M.Si Dr. Muhammad Said Siregar, M.Si

    Sekretaris : Titri Suhandayani, S.Sos

    Dewan Redaksi : Triratih Handayani, SH., MAP Edward Sembiring, S.Sos Toga Aruan, SE

    Staf Redaksi : Ir. Sulfan Nasution Wiwit Suryani, S.IP Budi Hariono, SSTP Yuni Rahma Astuti Ritonga

    Editor & Design : Azuar Juliandi, SE., M.Si Alvin Fahlevi, S.Sos

    Distributor : Juliana Pasaribu, SE Drs. Abdul Haris Baeha Ahmad Helmi Nasution, SE

    Alamat Redaksi : Jalan Kapten Maulana Lubis No. 2 Medan Email: [email protected] Penerbitan Jurnal Pembangunan Perkotaan bertujuan memajukan kegiatan penelitian di bidang

    pembangunan perkotaan. Jurnal Pembangunan Perkotaan ini terbit enam bulan sekali dalam satu tahun yakni bulan Juni dan Desember. Redaksi menerima sumbangan tulisan ilmiah dan artikel dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris minimal 15 halaman maksimal 30 halaman kwarto. Naskah yang dimuat tidak harus sejalan dengan pendapat redaksi. Redaksi berhak menyunting sejauh tidak merubah atau mengganti isi dan makna tulisan ilmiah yang diterima.

    mailto:[email protected]
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [113]

    Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan perkenanNya, Jurnal Pembangunan Perkotaan yang dikelola Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan untuk Volume 2 Nomor 2 Edisi Juli-Desember 2015 dapat diterbitkan. Jurnal Pembangunan Perkotaan ini memuat pemikiran ilmiah, hasil-hasil kelitbangan atau tinjauan kepustakaan bidang Pembangunan Perkotaan.

    Dalam edisi kali ini redaksi menyajikan 10 (sepuluh) karya tulis ilmiah yaitu: Peran Strategis Kepala Lingkungan Sebagai Pelayan Publik dan Pelaksanaan Pembangunan Terdepan di Kota Medan, Pendekatan Metode Action Research Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Kimia Dasar, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pepaya California (caricapapayae) oleh Konsumen di Kota Medan, Analisis Kesiapan Perguruan Tinggi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Sumatera Utara, Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan Korupsi di Kota Medan, Analisis Kinerja Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran dengan Pendekatan Value For Money pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Analisis Permintaan Buah Pepaya di Kota Medan, Model Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat di Kota Medan, Pengembangan Model Pengawasan Keuangan Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kajian Potensi Pelaku UKM yang telah Mendapatkan Bantuan Pemerintah dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Kesejahteraan.

    Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga Jurnal Pembangunan Perkotaan ini dapat diterbitkan. Semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pengambil kebijakan serta tambahan informasi untuk peningkatan ilmu pengetahuan.

    Salam Redaksi

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [114]

    Peran Strategis Kepala Lingkungan Sebagai Pelayan Publik dan Pelaksanaan Pembangunan Terdepan di Kota Medan (Dedi Amrizal, Yusriati) (111-125) Pendekatan Metode Action Research Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Kimia Dasar (Hafni Indriati Nasution, Ida Dumariris) (126-133) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pepaya California (caricapapayae) oleh Konsumen di Kota Medan (Khairunnisa Rangkuti, Desi Ardilla, Syuparjo) (134-146) Analisis Kesiapan Perguruan Tinggi Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Sumatera Utara (Mariati, Isnina) (147-160) Persepsi Mahasiswa Terhadap Tindakan Korupsi di Kota Medan (Nalil Khairiah, NurzannahNurhasanah Nasution) (161-172) Analisis Kinerja Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran dengan Pendekatan Value For Money pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (Heny Triastuti Kurnia Ningsih, Febby Suci Rahmadhani) (173-183) Analisis Permintaan Buah Pepaya di Kota Medan (Mitra Musika Lubis, Rahma Sari Siregar) (184-189) Model Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Pelayanan Kepada Masyarakat di Kota Medan (Sarwo Edi, Muhammad Basri) (190-200)

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [115]

    Pengembangan Model Pengawasan Keuangan Daerah dalam Meningkatkan Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Elizar Sinambela, Fitriani Saragih) (201-212) Kajian Potensi Pelaku UKM yang telah Mendapatkan Bantuan Pemerintah dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat untuk Meningkatkan Kesejahteraan (Dewi Andriany, Lailan Safina Hasibuan, Sri Endang Rahayu) (213-226)

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [111]

    PERAN STRATEGIS KEPALA LINGKUNGAN SEBAGAI PELAYAN PUBLIK DAN PELAKSANAAN

    PEMBANGUNAN TERDEPAN DI KOTA MEDAN

    Dedi Amrizal1) dan Yusriati2) 1)Mahasiswa Manajemen Pendidikan

    Program Doktoral Pascasarjana Unimed 2)Mahasiswi Linguistis Program Doktoral Pascasarjana USU

    Surel: [email protected]

    ABSTRAK Kepala Lingkungan (kepling) saat ini menjelma menjadi unsur penting dalam struktur pemerintahan di kota Medan. Keberadaan kepling sudah selayaknya untuk diakui dan dihargai dengan lebih layak lagi disamping tugas berat yang selama ini mereka emban. Tupoksi mereka harus lebih jelas dan ketenangan mereka dalam bekerja harus segera dijamin dengan aturan baku yang kuat dasarnya. Perlu dirumuskan pola kerja dan hubungan kerja yang baik agar mereka tidak menjadi agen ekonomi, politis dan tindak kejahatan dari pemilik modal di tengah masyarakat kita. Begitu kuat dan hebatnya peran kepling dalam mensukseskan program pembangunan dan pengayoman masyarakat, membuat kita harus sadar akan kehadiran perda terkait kepling ini. Penelitian ini menunjukkan betapa strategisnya peran dan fungsi kepling dalam masyarakat, keberadaannya sebagai mediator dan sumber informasi terpercaya sering dimanfaatkan dan disalahgunakan oleh segelintir oknum yang kurang bertanggungjawab. Kata kunci: strategis, pelayaan publik, partisipasi, pembangunan, kepling. Pendahuluan

    Kepala lingkungan (kepling) adalah unsur pelaksana tugas operasional kepala kelurahan dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan masyarakat dalam wilayah kerja tertentu. Wilayah kerja kepling disebut lingkungan yang berarti bagian dalam kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan kelurahan.

    Kepala lingkungan adalah bagian pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat. Namun selama ini kinerja kepling masih samar sebab belum ada aturan yang mengatur tupoksi mereka. Para kepling yang dekat dengan masyarakatnya sering kali dimanfaatkan dalam pemilihan umum kepala daerah (pilkada). Bukan pemandangan aneh jika kepling justru

    mailto:[email protected]
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [112]

    menjadi tim sukses calon-calon pimpinan daerah ataupun calon legislatif. Padahal seharusnya tupoksi kepling sejatinya netral dalam pilkada. Untuk itu, harus ada aturan tegas yang mengatur kinerja kepling agar independen.

    Selama ini tidak bisa kita pungkiri jika kepling itu kerjanya tidak jelas, ketika camat mengadakan hajatan, kepling harus ikut bantu-bantu. Ketika harus gotong royong, tak peduli ada atau tidak warga yang ikut, kepling tetap harus turun, kepling akhirnya seringkali terjepit ditengah. Dari atas ada kepentingan pimpinan dan pemodal dan dari bawah ada kebutuhan rakyat dan tokoh masyarakat. Dengan aturan yang baik diharapkan kinerja kepling akan lebih terorganisir dan Pemerintahan Kota Medan akan berjalan dengan baik.

    Beberapa hasil penelitian terkait pelayanan, efektivitas kerja dan kinerjanya ditengah masyarakat terbukti sangat baik dan diperlukan warga. Tentunya ini bermanfaat dalam mendukung dan mensukseskan pembangunan kota Medan. Persoalan pilkada, musrenbang, pelaksanaan program kerja pemerintah dan lain lain, sampai pemantauan teroris sekalipun membutuhkan peran serta aktif kepling. Selain peran positif dari kepling ini ternyata kepling dapat juga dimanfaatkan manusia-manusia serakah untuk kepentingan

    kelompoknya dalam segi ekonomi, penguasaan tanah, pendirian rumah ibadah tak berizin, perebutan pengaruh pilkada/pemilu, dan lain lain di lingkungannya. Ini bukan sekedar isapan jempol belaka, namun dapat dilacak dan dibuktikan secara kasat mata ditengah-tengah kehidupan kota Medan. Sejauh ini peran mereka menjadi mediator masyarakat dalam mengurus kepentingan dan kebutuhan administratif warga di tingkat kelurahan dan kecamatan sangat besar. Kita perlu melihat kembali fungsi dan peran strategis dari kepling ini mengingat mereka adalah penyambung lidah lurah dan camat kepada warga kota Medan dan pelaksana setiap program pembangunan yang melibatkan warga secara aktif.

    Usulan Perda Kepling yang sedang berjalan sebaiknya berisi syarat menjadi kepling, masa jabatan, tupoksi, termasuk hak-hak kepling. Sehingga dalam penerapannya nanti, banyak kepling yang tidak memenuhi syarat akan dievaluasi. Namun, jika track record-nya bagus, seorang kepling tetap dapat menjabat di lingkungannya.

    Perda tentang kepling yang nanti diharapkan dapat memberikan payung hukum keberadaan kepling di Medan dengan pemenuhan persyaratan-persyaratan sehingga mampu dan benar-benar dapat berkontribusi

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [113]

    maksimal terhadap pembangunan Kota Medan di masa depan.

    Dengan adanya kepling yang memenuhi persyaratan dan dilindungi dengan Perda yang sah dan jelas serta memberikan fasilitas kerja baik, akan meningkatkan hasil kinerja di lingkungan kelurahan, kecamatan dan akhirnya keberhasilan Pemko Medan akan lebih terukur nantinya.

    Jadi, tugas seorang kepling sebenarnya dapat mempengaruhi keberhasilan seorang Walikota dalam memimpin daerah. Kita bisa bayangkan, luas kota Medan yang mencapai 21.560 Ha, terdiri dari 21 Kecamatan, 151 Kelurahan dan 2.001 lingkungan atau membawahi hampir 13 Ha luas tanah itu harus ditangani sendiri oleh seorang walikota sungguh sangat mustahil. Untuk itu tugas kepling yang ada saat ini sangat membantu tugas lurah, tugas lurah membantu camat, akhirnya berpengaruh terhadap tugas walikota dan jajarannya.

    Bentuk perwujudan peraturan daerah nantinya mengenai tugas pokok dan fungsi dari kepling yang bertugas di wilayah Kota Medan sebagai unit terendah dari jajaran Pemko Medan. Jabatan kepling yang dekat dengan masyarakat dinilai rawan karena kerap dimanfaatkan dalam Pemilihan Umum atau pemilihan kepala daerah (Pilkada). Padahal tupoksi kepling yang seharusnya netral dapat diatur dengan

    tegas dalam sebuah perda. Selain itu keluhan masyarakat terkait pelayanan kepling yang kerap dibarengi dengan uang tips membuat semankin pentingnya perda kepling diadakan.

    Seorang kepling juga perlu ditetapkan tingkat pendidikan minimalnya, dihargai kinerjanya, diatur masa kerjanya, diatur mekanisme pengeluaran sk-nya, serta dibuat mekanisme agar tidak terjadi jual beli jabatan kepling. Pengangkatan kepling dapat dilihat dari hak prerogratif camat. Hal itu tertuang dalam Peraturan Walikota Medan, No 5 Tahun 2011, yang isinya camat dapat memberhentikan kepling sewaktu-waktu apabila yang bersangkutan melakukan tindakan-tindakan yang nyata-nyata merugikan pemerintah, tidak menunjukkan kinerja yang baik dan menyalahi wewenang atas ketentuan yang berlaku, tanpa usulan lurah, karena bagaimanapun keberadaan kepling tidak hanya sekedar simbol tapi ujung tombak Pemko Medan dalam menjalankan visi misi dan pembangunan Kota Medan.

    Selama ini dasar hukum keberadaan kepling ada pada Peraturan Wali Kota No.5 tahun 2011 dan Peraturan Wali Kota Medan No.29 tahun 2012 tentang pelimpahan kewenangan kepada camat untuk penandatanganan pengangkatan dan pemberhentian kepling pada kelurahan se-Kota Medan. Dimana dalam

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [114]

    peraturan itu jelas disebutkan, periode masa jabatan kepling adalah 2 tahun dan setelah itu dilakukan evaluasi.

    Dalam masa dua tahun inilah kinerja dan prestasi seorang kepling dapat kita ukur dari pendapat warga tempatnya bertugas. Ternyata banyak hal penting yang terkait pelaksanaan tugas kepling yang berkaitan dengan pembangunan yang selama ini dijalankan dengan baik oleh seorang kepling dan menjadi sentral keberhasilan sebuah program kerja pemerintah daerah. Kepling butuh perda, karena pengakuan masyarakat terkait kerja kerasnya selama ini memang layak untuk mendapatkan penghargaan dan ketenangan dalam bekerja. Kajian Teoritis

    Pelayanan pada dasarnya adalah usaha untuk membantu mengurus apa yang diperlukan masyarakat atau pelanggan pada umumnya. Pelayanan kepada masyarakat itu pada dasarnya merupakan kegiatan yang sifatnya non profit, yang ditawarkan oleh unit-unit pelayanan pemerintahan kepada masyarakat yang bersifat tidak terwujud tidak dapat dimiliki, hanya dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen/masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para petugas/ penyelenggara dan unit-unit organisasi pelayanan yang dibentuk untuk itu (Tunggal: 2008: 64).

    Pelayanan bisa berbentuk informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (warga). Lebih jauh Tunggal (2008: 1) menjelaskan bahwa pelayanan yakni sejumlah informasi yang diinginkan pelanggan, tindakan yang sukar disentuh dan diukur secara eksak ukuran kepuasannya, sangat sensitif dan sukar diprediksi kedepannya serta sangat tergantung juga pada nilai yang dianggap pantas oleh pelanggan terhadap apa yang diterima dan dibayarnya.

    Pada dasarnya setiap warga kota Medan membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan warga. Pelayanan publik berarti pemberian layanan keperluan warga yang mempunyai kepentingan pada kecamatan, kelurahan sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Berdasarkan UU No 25 tahun 2009 pelayanan berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif serta keterbukaan.

    Jadi sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Sinambela (2014:5), Kurniawan (2005:4) dan Ratminto (2005:5) menjelaskan bahwa pelayanan publik dalam bentuk barang dan jasa diupayakan pemerintah melalui penyelenggara negara dalam rangka pemenuhan keinginan dan

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [115]

    kebutuhan masyarakat sesuai dengan aturan pokok dan tatacara yang telah ditetapkan.

    Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Moenir (1992: 190) mengatakan bahwa bentuk pelayanan itu terdiri dari pelayanan berbentuk lisan, pelayanan berbentuk tulisan, dan pelayanan berbentuk perbuatan. Sedangkan Kumorotomo (2005:93) mengemukakan ada beberapa jenis pelayanan publik yang terdapat di Indonesia antara lain: a. jenis pelayanan publik yang dimiliki aspek pemerataan diolah dengan melihat proses pembuatan persediaan dan kualitas barang-barang dan juga yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, b. jenis pelayanan publik yang diperankan oleh pemerintah dan melingkupi keberadaan lembaga-lembaga pemerintah itu sendiri.

    Menurut Moenir (1992:125-127) terdapat beberapa faktor yang mendukung pelayanan, antara lan: a) faktor kesadaran; b) faktor aturan; c) faktor organisasi; d) faktor keterampilan petugas.

    Sebuah pelayanan pubik yang diselenggarakan dengan baik akan mengurangi permasalahan yang terjadi dilapangan dan menarik simpati serta kedekatan dari warga. Menurut Boediono (2003:68-70) bentuk dan sifat pelayan publik harus mengandung sendi sendi

    kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efesiensi, ekonomis, keadilan dan ketetapan waktu.

    Hakekat pelayanan publik yang paling utama adalah memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, baik secara individu, makhluk hidup, penduduk, warga negara, akan jasa publik (public goods). Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat dan upaya pencapaian kepuasan masyarakat, pemerintah tentunya harus dapat memberikan pelayanan yang prima. Pada dasarnya pelayanan merupakan usaha apa saja yang dapat mempertinggi kepuasan warga. Dukungan kepada warga dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi warga, selalu dekat dengan warganya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa diingat oleh para warganya. Tujuan dari pelayanan publik adalah memuaskan sesuai dengan keinginan warga pada umumnya.

    Tjandra (2005: 10-11) mengungkapkan bahwa hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Lebih jauh lagi Tjandra (2005: 12) mengungkapkan bahwa ketulusan dan integritas dalam memberikan

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [116]

    pelayanan bermuara pada hal-hal yang melekat pada pelayanan prima, antara lain: 1) keramahan, kesopanan, perhatian dan persahabatan dengan orang yang menghubunginya; 2) kredibilitas dalam melayani pelanggan, berpedoman pada prinsip, ketulusan dan kejujuran dalam menyajikan jasa pelayanan yang sesuai dengan kepentingan pelanggan, sesuai dengan harapan pelanggan dan komitmen pelayanan yang menempatkan pelanggan sebagai urutan nomor satu; 3) akses yaitu aparatur yang tugasnya melayani pelanggan sesuai dengan keinginan pelanggan; 4) penampilan fasilitas pelayanan yang dapat mengesankan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan; 5) kemampuan dalam menyajikan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan (waktu, biaya, kualitas dan moral).

    Nilai-nilai pelayanan prima di atas merupakan salah satu pedoman di dalam melayani publik. Keramahan, kesopanan, perhatian dan bersahabat dengan pelanggan akan membuat pelanggan merasa nyaman, dihormati dan dihargai keberadaannya sehingga nantinya dapat menimbulkan image positif pada pegawai dan institusi itu sendiri. Selain itu kredibilitas pegawai serta kemudahan akses juga harus diberikan untuk menjaga kualitas pelayanan. Penampilan dan kemampuan melayani dari pegawai juga

    merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung pelayanan. Jika nilai-nilai pelayanan prima diatas dapat diterapkan dengan baik oleh setiap institusi pelayanan publik, maka diharapkan kinerja pelayan publik akan meningkat.

    Mangkunegara (2005: 67) dan Sastrohadiwiryo (2003: 131) meng-ungkapkan bahwa kinerja sebagai hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas dicapai oleh seorang manejer dalam melaksanakan tugas dengan tepat waktu/ sasaran sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

    Mahsun (2009: 35) menyatakan, kinerja sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam bidang pekerjaanya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan pegawai yang bersangkutan berdasarkan tingkat pencapaian sasaran, tujuan, visi, dan misi yang dimilikii.

    Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja dari aparat pemerintah, ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi prestasi kerja atau kinerja yaitu : a) variabel individu meliputi kemapuan dan keterampilan (metal dan fisik) latar belakang (keluarga, tingkat sosial, dan penggajian) dan demografis (umur, asal-usul, dan jenis kelamin); b) variabel organisasional meliputi

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [117]

    sumber daya, kepemimpinan, imbalan, strukur dan desain pekerjaan; c) variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian belajar dan motivasi (Gibson: 2005: 89). Pegawai pemerintah yang berada di level bawah seperti kepling sebagai individu tentunya akan mendapat pengaruh dari variabel organisasi maupun psikologis tersebut.

    Sejalan dengan hal di atas, Mangkunegara (2005 :85) menyatakan kinerja merupakan suatu kontruksi multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut adalah: a) faktor personal/ individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang di miliki oleh setiap individu tersebut; b) faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan, semangat arahan, dan dukungan kerja pada pegawai; c) faktor team, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang di berikan oleh rekan dalam suatu team, kepercayaan terhadap sesama anggota team kekompakan, dan keeratan anggota team; d) faktor sistem, meliputi sistem kerja, vasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi; e) faktor kontekstual (situsional, meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.) Semua pengaruh ini bagi

    aparat pemerintah tidak akan memberikan dampak yang besar selama tujuan dipahami dengan baik dan dipandui selama menjalani pekerjaan.

    Tercapainya tujuan bagi seorang aparatur negara berarti pekerjaannya telah terlaksanan dengan efektif sebagaimana yang diungkapkan oleh Gie (2000: 23), Kamaruddin (2002: 126), Siagian (2000: 67), dan Handoko (2001: 7).

    Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan mencapai tujuan dalam melakukan program dipenga-ruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dapat menentukan apakah efektivitas keja pegawai berhasil di lakukan dengan baik atau tidak. Menurut Gie (2000: 29), faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja antara lain: 1) waktu, ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas di bebankan dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit; 2) tugas, bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang dilegalasikan kepada mereka; 3) produktivitas, seorang pegawai mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik. Demikian pula sebaliknya; 4) motivasi, pimpinan

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [118]

    dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi pegawai untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan; 5) evaluasi kerja, pimpinan memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaiknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik atau tidak; 6) pengawasan, dengan adanya pengawasan maka kinerja pegawai dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko dan kesalahan dalam pelaksanaan tugas; 7) lingkungan kerja, lingkungan tempat bekerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh luar yang mempengaruhi konsentrasi seseorang pegawai suatu bekerja; 8) perlengkapan dan fasilitas, adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja, semakin baik sarana yang disediakan oleh perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seseorang dalam mencapai tujuan hasil yang diharapkan.

    Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa keberhasilan mencapai tujuan dari seorang aparatur negara tidak bisa terlepas dari kemampuannya berkoordinasi, ke- mampuannya beradaptasi, kemampu-annya dalam mengen-dalikan stress, dan kemampuannya untuk mengembangkan diri.

    Winardi (2000: 75) menyatakan, keefektifan dapat dilakukan dengan menspesifikasikan sarana untuk seluruh organisasi, dan individu serta kelompok-kelompok pada organisasi perlu koordinasi. Untuk itu Gibson dalam Winardi (2000: 28) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas lain: a) kemampuan (kemampuan karyawan atau pegawai dalam diri baik kemampuan teknis maupun kemampuan umum, koordinasi memerlukan kemampuan ini terutama kemampuan atasan dalam mengarahkan anggotanya untuk mencapai hal-hal yang diinginkan); b) keahlian (kemampuan spesifik untuk menangani masalah teknis tertentu dalam pekerjaan, keahlian melakukan koordinasi penting dimiliki oleh seorang kordinator seperti seorang pimpinan); c) pengetahuan (kemam- puan yang diperoleh dan pengembangan diri melalui pene-lusuran keilmuan); d) sikap yakni kepribadian yang tercermin dari wujud perilaku seseorang dengan sikap yang baik maka koordinasi dapat dijalankan dengan baik; e) stress, tekanan yang timbul dari dalam akibat tekanan lingkungan diluar diri seseorang untuk melakukan sesesuatu keinginan). Seorang aparat pemerintah dalam menjalankan aktifitas pelayanan publiknya hendaknya dibarengi dengan kerja yang efektif dan terukur sehingga kinerjanya dapat dirasakan oleh warga kota Medan.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [120]

    Tabel.1. Penyebaran responden pada setiap survei

    Kecamatan SURVEI 1(2012) SURVEI 2(2013) SURVEI 3(2014)

    Frequency % Frequency % Frequency %

    MEDAN AMPLAS 20 5 21 5,3 21 5,1

    MEDAN AREA 27 6,7 22 5,5 22 5,3

    MEDAN BARAT 20 5 15 3,8 15 3,6

    MEDAN BARU 10 2,5 8 2 8 1,9

    MEDAN BELAWAN 19 4,7 19 4,8 20 4,8

    MEDAN DELI 26 6,5 28 7 29 7,0

    MEDAN DENAI 31 7,7 27 6,8 27 6,5

    MEDAN HELVETIA 20 5 27 6,8 27 6,5

    MEDAN JOHOR 18 4,5 22 5,5 22 5,3

    MEDAN KOTA 15 3,7 17 4,3 20 4,8

    MEDAN LABUHAN 22 5,5 20 5 23 5,6

    MEDAN MAIMUN 13 3,2 9 2,3 10 2,4

    MEDAN MARELAN 17 4,2 22 5,5 23 5,6

    MEDAN PERJUANGAN 19 4,7 20 5 20 4,8

    MEDAN PETISAH 15 3,7 13 3,3 13 3,1

    MEDAN POLONIA 9 2,2 10 2,5 12 2,9

    MEDAN SELAYANG 16 4 16 4 16 3,9

    MEDAN SUNGGAL 17 4,2 21 5,3 21 5,1

    MEDAN TEMBUNG 27 6,7 27 6,8 27 6,5

    MEDAN TIMUR 22 5,5 22 5,5 22 5,3

    MEDAN TUNTUNGAN 18 4,5 14 3,5 15 3,6

    Total 401 100 400 100 413 100

    Metode Penelitian ini menggunaan metode deskriptif pendekatan survey. Dilakukan selama tiga tahun berturut-turut untuk melihat tren yang terjadi di lapangan. Populasi Seluruh WNI dewasa yang berdomisili di Kota Medan. Teknik Penentuan sample minimal dilakukan sesuai dengan pendapat slovin dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dari total penduduk dewasa di kota Medan.

    Jumlah sampel 400-413 orang. Margin of error sebesar 4,88 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sampel dipilih secara random dengan teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi Per Kecamatan di Kota Medan. Sampel terpilih melalui 2 teknik penyaringan yang ketat, awalnya responden ditentukan melalui kish grid, kemudian disaring lagi melalui 4 pertanyaan screening (domisili, bukan

    [119]

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [120]

    aparat, dan lain-lain tergantung kebutuhan penelitian). Data dikawal dalam 3 hal kelamin/ gender, agama, dan penghasilan. Data yang terkumpul diolah dengan menggunakan SPSS sebelum dianalisis secara kualitatif. Persepsi Masyarakat (Warga) Kota Medan terkait Pelayanan, Efektifitas Kerja dan Kinerja Kepling

    Pelayanan kepling di tengah warga terlihat telah memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan warga, baik secara individu, makhluk hidup, penduduk, warga negara, akan jasa publik (public goods). Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan warganya dan berupaya untuk pencapaian kepuasan warga, kepling dianggap dapat memberikan pelayanan prima jika dilihat dari hasil survei yang telah dilakukan.

    Pada dasarnya pelayanan merupakan usaha apa saja yang dapat mempertinggi kepuasan warga

    dimana kepling itu tinggal. Dukungan kepada pelanggan dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang memberikan kepuasan bagi warganya, selalu dekat dengan warganya, sehingga kesan yang menyenangkan seperti bantuan dan pertolongan senantiasa diingat warga.

    Bila dilihat dari tujuan pelayanan publik, maka tujuan dari pelayanan kelping selama ini dapat dianggap telah memuaskan sesuai dengan keinginan warga lingkungannya pada umumnya. Untuk mencapai hal ini tentunya diperlukan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang bersifat prima. Hal ini sesuai dengan pernyataan sebelumnya bahwa kualitas/ mutu pelayanan adalah kesesuaian antara harapan dan keinginan dengan kenyataan.

    Tabel.2. Pelayanan Kepling Menurut Warga

    Aparat SURVEI 1(2012) SURVEI 2(2013) SURVEI 3(2014) penilaian

    baik % penilaian

    baik % penilaian

    baik %

    Kepling 321 80 337 84 305 74

    Lurah 301 75 267 67 250 61

    Aparat kelurahan 295 74 246 62 198 48

    Camat 253 63 208 52 157 38

    Aparat Kecamatan 246 61 196 49 157 38

    Petugas Puskesmas 328 82 281 70 302 73

    Polisi 165 41 150 38 152 37

    Bila dibandingkan dengan pelayanan aparat yang lainnya, terlihat

    kepling merupakan pelayan publik yang paling tinggi apresiasi yag

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [122]

    diberikan oleh warga selama tiga tahun terakhir ini. Hal ini membuktikan kerja dan kedekatan mereka dengan rakyat bukan basa basi. Selain itu data ini juga mengungkapkan bahwa peran kepling sangat dominan dalam pelaksanaan program pembangunan, kerjanya efektif dalam tata pemerintahan kota dan mampu mengakomodasi memediasi kebutuhan warga. Hasilnya

    terlihat kepling selama tiga tahun ini terlihat sangat dibutuhkan dan sangat baik dimata warga. Penilaian baik ini tidak mungkin bertahan sebagai tren jika tidak dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Warga merasa puas atas pelayanan yang diberikan merupakan wujud dari kerja yang efektif dan kinerja yang baik selama ini (tabel 3).

    Tabel. 3. Aparat yang paling banyak membantu masyarakat Aparat/ Tokoh

    Survei 2013 Survei 2014

    Freq % Freq %

    Kepling 231 57,75 233 56,4

    Lurah 27 6,75 43 10,4

    Camat 17 4,25 2 0,5

    Walikota 31 7,75 21 5,1

    Tokoh masyarakat 16 4 33 8

    Bupati 4 1 2 0,5

    Tidak menjawab 74 18,5 79 19,1 Total 400 100 413 100

    Tabel.4. Sumber Informasi Utama Warga Untuk Pilkada,

    Pemilu Dan Pilpres Sumber Informasi

    SURVEI 1 (2012) SURVEI 2 (2013) SURVEI 3 (2014)

    Freq % Freq % Freq % Kepling/ petugas kelurahan 233 57,2 108 25,6 169 40,4

    Poster,spanduk,baliho 59 14,5 144 34,1 75 17,9 Teman, keluarga 58 14,3 50 11,8 71 17,0 Surat kabar 35 8,6 93 22 77 18,4 Televisi 8 2 4 0,9 21 5,0 Radio 5 1,2 20 4,7 5 1,2 Semua 2 0,5 Tidak tahu 2 0,5 Tokoh masyarakat 1 0,2 Dari partai 1 0,2 Tidak menjawab 3 0,7 3 0,7

    total 407 100 422 100 418 100

    [121]

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [122]

    Tabel.5. Lembaga/ Aparat yang Paling Buruk Menurut Warga

    Lembaga/Aparat SURVEI 1(2012) SURVEI 2(2013) SURVEI 3(2014)

    Freq % Freq % Freq %

    Kepolisian 101 25 55 14 41 10

    DPRD kota medan 82 20 84 21 85 21

    Kejaksaan 73 18 5 1 18 4

    Pemko medan 64 16 69 17 41 10

    Partai politik 44 11 50 13 52 13 LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) 16 4 4 1 Lembaga pendidikan (dari SD s/d PT) 4 1 1 0 5 1

    Perbankan (bank) 3 1 Depag 1 0

    Kepling 1 0

    Kesehatan 1 0 1 0

    Semuanya 11 3 4 1

    Kelurahan

    1 0 Lembaga pemerintahan

    1 0

    KPK

    1 0

    MK

    1 0

    OKP

    1 0

    Tidak tahu

    109 27 154 37

    Tidak menjawab 16 4 14 3 total 401 100 400 100 413 100

    Kepling menggambarkan

    bahwa dirinya adalah unsur pelaksana tugas operasional lurah dalam bidang pemerintahan, pembangunan dan masyarakat dalam wilayah kerja tertentu. Disini tersirat fungsi penting kepling dalam membantu masyarakat. Fungsi ini terlaksana dengan baik sehingga jika warga mengakui kepling sangat dominan dalam membantu mereka, berarti kerja kepling sangat efektif di tataran grass root. Warga memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kepling dalam urusan pribadi/ kelompok maupun

    administratif di kelurahan dan kecamatannya. Bukti dari data di atas menunjukkan peran kepling dalam membantu dan memperingan masalah warga.

    Peran kepling yang sangat dekat dengan masyarakat ini tentunya akan mampu mempengaruhi warga dan merubah pola pikir warga jika kecerdasannya mendukung. Oleh karena itu, seorang kepling memiliki daya tarik tersendiri bagi peserta pilkada dan pemilu serta program pemerintah yang lain.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [123]

    Tabel.6. Lembaga yang Paling Banyak Melakukan Korupsi Menurut Warga

    Lembaga/Aparat SURVEI 1 (2012) SURVEI 2 (2013) SURVEI 3 (2014)

    Freq % Freq % Freq %

    DPRD Kota Medan 108 27 91 23 99 24

    Kepolisian 86 21 43 11 26 6

    Kejaksaan 68 17 6 2 19 5

    Pemko Medan 66 16 65 16 39 9

    Partai Politik 40 10 56 14 65 16

    Semua 13 3 0

    LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) 8 2 1 0 0

    Perbankan 5 1 2 0

    Lembaga Pendidikan (dari SD s/d PT) 4 1 1 0 1 0

    Kepling 3 1 1 0

    Kantor pajak 1 0 0

    Pemerintah pusat 1 0

    Pejabat 1 0

    OKP 2 1 0

    Semua 5 1 0

    Bea dan cukai 1 0 0

    Depag 1 0

    Tidak tahu 4 1 114 29 143 35

    Tidak menjawab 10 3 15 4 total 401 100 400 100 413 100

    Jika seorang kepling memiliki pesan untuk dikomunikasikan kepada warga tentunya akan mendapat perhatian lebih dari warga. Informasi yang diterima warga diyakini akan menjadi referensi warga terutama pada saat pilkada dan pemilu atau pilpres. Kepling menjelma menjadi sumber informasi terpercaya bagi warga di kota Medan ini.

    Tabel 4 menunjukkan sumber informasi utama warga dalam

    menjalankan program-program pem-bangunan adalah kepling. Berhasil tidaknya program pembangunan terlaksana, peran kepling sangat menentukan. Begitu juga pada saat menghadapi pemilu, pilkada dan pilpres adalah kepling yang menjadi rujukan utama alias sumber informasi utama. Keberadaan kepling di setiap pesta demokrasi yang dilakukan sangatlah urgen dan menjadi incaran partai politik dan pasangan calon

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [124]

    walikota yang akan bersaing. Fakta ini akan berakibat negatif jika netralitas tidak bisa dijaga oleh kepling, namun hal ini sangat sulit mengingat posisinya yang sangat lemah dalam hierarkhi pemerintahan kota saat ini. Jika kepling tergoda melakukan hal yang kurang baik tentunya akan mengecewakan rakyat secara keseluruhan. Citra baik ini terbangun dalam prilaku kepling (tabel 5)

    Dalam dua tahun ini terakhir ini tanggapan masyarakat terhadap kepling sangat baik dan tidak menganggap buruk keberadaannya di tengah masyarakat. Kepling dianggap masih bersih dan terjauh dari praktek kotor kkn. Agen pembangunan seperti ini sangat diperlukan untuk tujuan-tujuan pembangunan pemerintah kota di tengah-tengah warga.

    Harus menjadi catatan penting kita dalam mengelola pemerintahan kota ke depan bahwa warga sangat percaya dan yakin kepada kepling disaat kepercayaan buruk warga terhadap institusi negara dan pemerintah kota sekalipun. Ini adalah modal utama mengapa kita menjadikan pembahasan ranperda terkait kepling itu sangat penting diselesaikan mengingat peran strategis kepling di kota Medan dalam memberhasilkan program-program pembangunan.

    Simpulan Keberadaan kepling yang

    diterima sangat baik oleh masyarakat membuktikan kinerjanya cukup baik. Pelayanan publik yang dilakukan selama ini juga dipandang baik serta efektif dalam bekerja sehingga tujuan-tujuan pembangunan dapat lebih cepat dirasakan. Hasil penelitian di atas menunjukkan kinerja kepling yang sangat baik di tengah-tengah masyarakat.

    Prestasi yang baik di mata masyarakat ini ternyata belum dibarengi dengan tupoksi dan dasar hukum yang jelas saat menjalankan tugas. Sering terlihat kepling gamang jika diberi tugas yang tidak ada kaitannya dengan tupoksi mereka yang berasal dari piminan mereka. Selain itu kejelasan kerja juga disiapkan agar mereka bekerja lebih tenang.

    Kepling menjadi pusat perhatian saat pilkada dilakukan mengingat perannya yang sangat sentral dan menjadi sumber informasi warga. Kita harus terus mengawal netralitas kerja kepling agar proses pembangunan dapat berjalan dengan baik di masa depan. Kita harus mengakui peran strategis kepling dalam pembangunan kota Medan melalui pelayanan dan intraksinya selama ini dengan warga sangat dibutuhkan dan penting.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [125]

    Daftar Pustaka Boediono. 2003. Pelayanan Prima

    Perpajakan. PT Rineka Cipta Jakarta.

    Effendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT.Rosdakarya Bandung.

    Gibson. 2005. Prinsip Natural Dan Manajemen. Pustaka Malang.

    Gie, The Liang. 2000. Administrasi Perkantoran Modern. Nurcahaya Yogyakarta.

    Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen, Edisi II. BPFE Yogyakarta.

    Komaruddin. 2002. Analisa Organisasi Manajemen Modern. Pustaka jaya Jakarta.

    Kumorotomo, Wahyudi. 2005. Akuntabilitas Birokrasi Publik. Pustaka Pelajar Yogyakarta.

    Kurniawan, Agung. 2005. Tranformasi Pelayanan Publik. Pembaruan Yogyakarta

    Mangkunegara. 2002. Evaluasi kinerja SDM. Refika Aditama Bandung.

    Mahsun. 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi ketiga : BPFE Yogyakarta.

    Moenir, H.A.S. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Akasara Jakarta.

    Ratminto, dan Atik Septiwinarsi. 2005. Manajemen Pelayanan. Pustaka Pelajar Yogyakarta.

    Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja

    Indonesia edisi 2. PT Bumi aksara Jakarta.

    Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara Jakarta.

    Sinambela, Lijan Poltak. 2014. Reformasi Pelayanan Publik cetakan ketujuh. Bumi Aksara Jakarta.

    Tjandra, Riawan W.dkk, 2005. Peningkatan Kapasitas Pemda Dalam Pelayanan Publik. Pembaruan Yogyakarta.

    Tunggal, Amin Widjaja. 2008. Audit Manajemen. Rineka Cipta Jakarta.

    Winardi, 2000. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Rineka Cipta Jakarta.

    UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan

    Peraturan Wali Kota No.5 tahun 2011 tentang Pelimpahan Wewenang Kapada Camat Untuk Penandatanganan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Lingkungan Pada Kelurahan Se-Kota Medan

    Peraturan Wali Kota Medan No.29 tahun 2012 tentang pelimpahan kewenangan kepada camat untuk penandatanganan pengangkatan dan pemberhentian kepling pada kelurahan se-Kota Medan.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [126]

    PENDEKATAN METODE ACTION RESEARCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI KIMIA

    DASAR

    Hafni Indriati Nasution dan Ida Dumariris Departemen Kimia Universitas Negeri Medan, Medan Indonesia

    Surel: [email protected]

    ABSTRACT This paper describes the impact of the learning action research method

    approach used by teachers in teaching chemistry. Improvement of learning through action research conducted to improve students' understanding of the basic concepts of chemistry, materials chemistry abstract, writing reactions and solving the problems. Learning was done by a cooperative approach, using the media handouts, power point, presentation, spreadsheet, and tasks. Questions for the evaluation was essays form, answers assessment carried out as follows: wrong answer (A), partially true (B), correct but incomplete (C), and the students respond perfectly (D). The study was conducted in the classroom with the number of students 30 people with four cycles of S1, S2, S3 and S4. The results obtained show that the learning was very good compared with the pre-test. Study results obtained with the average for the pre-test, S1, S2, S3 and S4 are 46.00; 56.15; 79.94; 85.72 and 92.94, respectively . Keywords: Improvement of learning, action research, pre-test.

    ABSTRAK

    Paper ini menguraikan dampak pendekatan model pembelajaran action research yang digunakan guru pada pengajaran kimia. Perbaikan pembelajaran melalui action research dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep dasar kimia, materi kimia yang abstrak, menuliskan reaksi-reaksi dan menyelesaikan soal-soal hitungan. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan cooperative, menggunakan media hand out, power point, presentasi, lembaran kerja, dan tugas-tugas. Soal untuk evaluasi adalah berupa essay, penilaian jawaban dilakukan sebagai berikut: menjawab salah (A), sebagian benar (B), benar tetapi belum lengkap (C), dan siswa menjawab sempurna (D). Penelitian dilakukan di kelas dengan jumlah siswa 30 orang dengan empat siklus yaitu S1, S2, S3 dan S4. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pembelajaran sangat baik dibandingkan dengan pre-test. Diperoleh hasil belajar dengan rataan

    mailto:[email protected]
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [127]

    untuk pre-test, S1, S2, S3 dan S4 adalah masing-masing 46,00; 56,15; 79,94; 85,72 dan 92,94. Kata kunci: perbaikan pembelajaran, action research, pre-test. Pendahuluan

    Pembelajaran mata kuliah kimia dasar sangat penting karena sebagai mata kuliah penunjang bagi mata kuliah selanjutnya seperti kimia organik, kimia fisik, analitik, biokimia dan lainnya. Kesulitan yang dialami pada pembelajaran kimia sangatlah kompleks (Dorothy, 1999). Pada pembelajaran kimia dasar perlu pemahaman konsep-konsep dasar yang benar menuliskan reaksi-reaksi kimia dengan benar, pemahaman terhadap materi yang bersifat abstrak dan juga perhitungan yang ada pada penyelesaian soal-soal stokiometri. Menurut Larri Kalopajlo, 2014 keberhasilan pembelajaran kimia ditingkat dasar sangat menentukan untuk pembelajaran kimia organik. Deskripsi mata kuliah kimia dasar yang dibahas adalah materi konsep-konsep dasar ilmu kimia, stokiometri, energetika, struktur atom, sistem periodik, ikatan kimia, struktur molekul, wujud zat dan kesetimbangan kimia (Murry and Fay, 2012). Untuk mensiasati keberhasilan pembelajaran kimia umum, telah dilakukan berbagai penelitian pada pembelajaran kimia seperti dilakukan oleh Dorothy, 1999 yang menyatakan dalam pembelajaran kimia sangatlah

    kompleks, dalam pembelajaran adanya materi yang abstrak, pemahaman yang miskonsepsi dan juga sulit dimengerti, dalam penelitiannya untuk problem solving pendekatan kolaboratif untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran. Marcy Hamby Towns Etal, 2000 melalui sebuah action research project dengan kolaboratif dan cooperative learning meningkatkan hasil belajar kimia dengan memfasilitasi setiap pembelajaran lain dengan mengajarkan satu sama lain, berbagi pendekatan untuk pemecahan masalah dan mengajukan pertanyaan. Hana etal., 2004 dengan pembelajaran kooperatif dan prestasi motivasi dan persepsi pengalaman mereka. Mode Senyane, 2004, mengeksplorasi bagaimana penelitian memberikan kontribusi untuk pemahaman mengajar ilmu pengetahuan dan belajar, khususnya di daerah asam dan basa. Mahdu Mahalingan et al., 2008 telah melakukan penelitian untuk perbaikan pembelajaran kimia dengan memecahkan masalah lingkungan dirancang untuk colaboraation lebih cepat, disscusion antara anggota kelompok. Respon siswa untuk pengenalan kelompok kerja kelompok, kami menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk meningkatkan belajar

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [128]

    siswa dengan pelaksanaan kerja kelompok stuctured dalam kimia. Claire J Parker Siburt, 2011 format pembacaan memberikan kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama pada proses ini dan untuk mempresentasikan dan mendiskusikan pekerjaan mereka. Respon siswa dengan gaya baru ini bacaan sangat positif. Selain itu, siswa dengan mudah berasimilasi kosakata metodologi dalam conversation sehari-hari dan di mana lebih mampu ariculate learning needs mereka..

    Kimia dasar merupakan materi yang sebelumnya sudah diajarkan di SMA namun dari pengamatan penulis yang selama ini mengasuh mata kuliah kimia dasar, pembelajaran yang dilakukan di SMA mengacu pada cara-cara mengerjakan soal-soal yang sudah ada dengan cara menghafal-hafal dan siswa tidak mampu untuk mengembangkannya sedangkan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran kimia adalah bagaimana memahami konsep-konsep dasar, menyelesaikan perhitungan-perhitungan, menuliskan reaksi-reaksi dan juga memahami materi yang sifatnya abstrak, untuk itu perlu perbaikan pembelajaran untuk mentutaskan kesulitan-kesulitan ini sehingga tercapai hasil belajar yang diinginkan.

    Action research akhir-akhir ini mendapat prioritas dikalangan dunia pendidikan karena kelas merupakan

    unit terkecil dalam sistem pembelajaran. Guru perlu mengkritisi terhadap apa yang sebenarnya dilakukan siswa maupun guru. Dengan demikian guru akan dapat menentukan sendiri bagaimana strategi mengubah dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dikelasnya secara kontekstual. Penelitian tindakan kelas atau sekolah bisa saja dilaksanakan dan diarahkan pada program yang menyangkut pengem-bangan kurikulum, pembinaan staf, pembinaan siswa, peningkatan efisiensi penggunaan sarana belajar, metode pembelajaran dan lain-lain.

    Action research sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap action research, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

    Dengan melaksanakan action research, guru mempunyai peran ganda sebagai praktisi dan peneliti. Action research adalah penelitian berbasis kelas yang dilaksanakan oleh guru sebagai upaya meningkatkan kinerja guru dan peningkatan kualitas pendidikan. Penelitian tindakan kelas dipandang lebih sesuai untuk bidang pendidikan, karena sifat objek dan sasarannya yang beragam dan

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [129]

    dinamis. Stephen Kemmis, dalam Hopkins (1993), menyatakan bahwa in education, action research has been employed in school based curriculum development, profesional development, school improvement program, and system planning and policy development.

    Pada tulisan ini perbaikan pembelajaran kimia dasar dengan penekanan pada kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran kimia adalah bagaimana memahami konsep-konsep dasar, menyelesaikan perhitungan-perhitungan, menuliskan reaksi-reaksi dan juga memahami materi yang sifatnya abstrak, untuk itu perlu perbaikan pembelajaran untuk mentutaskan kesulitan-kesulitan ini sehingga tercapai hasil belajar yang diinginkan, melalui action research dengan pendekatan pembelajaran cooperatif dengan menggunakan multimedia seperti: handout, power point, presentase, lembaran kerja dan tugas-tugas.

    Metode

    Materi kimia dasar yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah stokiometri, unsur, senyawa dan campuran, hukum dasar unsur kimia, reaksi kimia kemolaran, energetika, hukum termodinamika, energi ikatan, struktur atom. Action research akhir-akhir ini mendapat prioritas dikalangan dunia pendidikan karena

    kelas merupakan unit terkecil dalam sistem pembelajaran.

    Guru perlu mengkritisi terhadap apa yang sebenarnya dilakukan siswa maupun guru. Dengan demikian guru akan dapat menentukan sendiri bagaimana strategi mengubah dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dikelasnya secara kontekstual. Penelitian tindakan kelas atau sekolah bisa saja dilaksanakan dan diarahkan pada program yang menyangkut pengembangan kurikulum, pembinaan staf, pembinaan siswa, peningkatan efisiensi penggunaan sarana belajar, metode pembelajaran dan lain-lain.

    Action research sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

    Dengan melaksanakan action research, guru mempunyai peran ganda: praktisi dan peneliti. Action research adalah penelitian berbasis kelas yang dilaksanakan oleh guru sebagai upaya meningkatkan kinerja guru dan peningkatan kualitas pendidikan. dasar atom, sifat gelombang dan konfigurasi elektron bentuk orbital.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [130]

    Strategi Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan pada kegiatan ini

    dilakukan dengan bahan ajar dan mengkaji kedalamannya sesuai dengan kontrak perkuliahan, mempersiapkan hand out yang berisikan materi ajar, power point dan tugas-tugas. Selanjutnya pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan action research dua siklus dengan harapan sebagai berikut: diskusi antar tim dasar tentang bagamana teknis kegiatan ini, menyusun tes (evaluasi) dan instrument observasi, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan materi agar, media dan metode mmengajar yang digunaka dan sebagai sumber belajar disiapkan bahan ajar media, hand out, dan power point. Sumber pendukung jurnal/ artikel pembelajaran kimia yang relevan.

    Prosedur pelaksanaan kegiatan pada setiap siklus dilakukan dengan 4 fase yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi. Prosedur pelaksanaan kegiatan tahapannya sebagai berikut: 1. Tahap Diagnostik :

    a. Observasi kemampuan awal. b. Identifikasi masalah / rumusan

    masalah dan perencanaan. 2. Action I:

    a. Terapi ulang b. Perencanaan perbaikan c. Pelaksanaan tindakan d. Monitoring

    3. Action II

    a. Tahap terapi b. Observasi/ analisis dan refleksi c. Perencanaan perbaikan d. Pelaksanaan tindakan

    pengayaan e. Monitoring

    4. Action III a. Tahap terapi b. Observasi / analisis dan

    refleksi c. Perencanaan perbaikan d. Pelaksanaan tindakan

    pengayaan e. Monitoring tahap diagnostik

    ulang/ refleksi f. Evaluasi g. Hasil akhir

    Tabel-1 Persentase Rekapitulasi

    Penyelesaian soal oleh mahasiswa % A %B %C %D S1 35 20 25 20 S2 10 14 19 57 S3 1 3 15 81 S4 0 1 10 89

    Hasil dan Pembahasan

    Hasil evaluasi untuk pretest diperoleh 46, pada siklus I (S1) diperoleh hasil belajar dengan rataan 56,15. Dan selanjutnya pada siklus ke II (S2) diperoleh hasil belajar 79,94. Siklus ke III 85.72, siklus ke IV (S3) 92, 94. Pada setiap evaluasi soal dibuat dalam bentuk essay yang menjawab: A berarti mahasiswa menjawab salah; B mahasiswa menjawab sebagian benar; huruf C berarti mahasiswa menjawab benar

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [131]

    tetapi belum lengkap; huruf berarti mahasiswa menjawab dengan sempurna.

    Gambar 1. Grafik penyelesaian soal oleh mahasiswa

    pada siklus 1, 2, dan 3 Pada gambar 1 dapat terlihat

    bahwa: S1 Mahasiswa dalam menyelesaikan soal 35% salah, 20% Sebagai benar, 25% benar tapi belum lengkap dan 20% menjawab sempurna. S2 Mahasiswa dalam menyelesaikan soal 10% salah, 14% sebagian benar, 19% benar tapi belum lengkap, dan 57% menjawab sempurna. S3 Mahasiswa dalam menyelesaikan soal 1% salah, 3% sebagian benar, 15% benar tapi belum lengkap, dan 81% menjawab sempurna. S4 Mahasiswa dalam menyelesaikan soal 0% salah, 1% sebagian benar, 10% benar tapi belum

    lengkap, dan 89% menjawab sempurna.

    Untuk evaluasi dalam mata kuliah kimia dasar adalah berupa essay. Dalam pembelajaran Kimia dasar mahasiswa diharapkan materi pembelajaran, menghitung, menuliskan reaksi dengan benar, dan menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang tepat, serta menghapal. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan soal disebabkan oleh: Dalam menyelesaikan soal mahasiswa: 1. Tidak mampu memahami maksud yang terkandung dalam soal, 2. Tidak mampu berhitung, 3. Tidak mampu menuliskan reaksi dengan benar, dan 4. Tidak mampu membuat tahapan-tahapan urutan reaksi untuk jawaban soal.

    Setelah dilakukan evaluasi pada pembelajaran diperoleh nilai dari siklus 1 sampai siklus berikutnya semakin membaik, hal ini memperlihatkan hasil pembelajaran kimia dasar dengan action research melalui kooperative dengan menggunakan multi media seperti hand out, power point, lembaran kerja, pemberian tugas-tugas, dan internet dapat membantu untuk keberhasilan pembelajaran pada kimia dasar.

    Keberhasilan belajar tersebut sangatlah relevan dengan hasil penelitian Hanna, 2004 pembelajaran dengan pendekatan cooperative meningkatkan motivasi belajar;

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [132]

    Pembelajaran action research pada sebuah kelas kecil dengan pendekatan cooperative dan dengan colaborative memberikan dampak saling percaya diantara siswa sehingga memotivasi siswa dan berdampak positif terhadap hasil belajar (Marcy et al, 2000).

    Simpulan

    Pada pembelajaran kimia dasar sangat diperlukan penekanan pada konsep-konsep dasar, dan latihan mengerjakan tugas-tugas dan latihan. Untuk memperbaiki pembelajaran di kelas melalui action research terlihat peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus berikutnya. Hasil pembelajaran melalui kooperatif dengan menggunakan multi media seperti hand out, power point, lembaran kerja, pemberian tugas-tugas, dan internet dapat membantu untuk keberhasilan pembelajaran pada kimia dasar.

    Daftar Pustaka Claire J Parker Siburt, Ahrash N.

    Bessell and Richard A. Machail, 2011; Developing Metacognitive and Problem Solving Skills Through Problem Manipulation; Dept of Chemistry and Academic Resource Center, Duke University, durham, North California 27708-0346 VS. J Chem Edu 2011 88(11)p 1489-1495 Doi 10 102/ed/008913,2011.

    Dorothy Gabel, 1999; Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research; School of Education, Indiana University, Blomington In 47408 J.Chem Educ,1999,76(4), p 548 Doi: 10.1021/ed 076 p548.

    Hanna Shacrar Sholmit Fisher,2004; Cooperative Learning and the Achievment of student in 11 th Grade Chemistry Classes: Elsevier, Learning and Instruction Vol 14 Issue Feb 2004.

    Hopkins, David. 1993. A Teachers Guide to Classroom Research. Buckingham: Open University Press

    John G.D.Angelo, 2014; Use of Screen Capture to Produce Media for Organic Chemistry; Departemen of Chemistry, Alfred University, New York/4802, United State. J. Chem, Educ 201491 (S) pp 678-683. Doi: 10.1021/ed 300649, 2014.

    Madhu Mahalingan, Fred Schacefer and Elisabeth Morlino, 2008; Promoting Student Learning Through Group Problem Solving in General Chemistry Recitations; Departement of Chemistry and Biochemistrys University of the Sciences in Philadelphia, PA 19104. J.Chem. Educ, 2008, 85 (II), p 1577. Doi: 10 1021/ed 085 p 1577,2008.

    Marcy Hamby Towns, Kelley, and Amanda Fields, 2000; An Action

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [133]

    Research Project: Student perspectives on small-Groups Learning in Chemistry; Chemistry Departement, Ball State University Munic, IN 47306 J. Chem Educ, 2000, 77(I) p 1111. Doi: 10.102/ed 077 p 111, 2000.

    Mode Senyane, Molketsi, Rallnick, Marissa, Hudlie, and Peny, 2004; An Action Research Approach to teacher change: improving the teachinh of acid and bases. African Journal of Research in Matematics, Science and Technology Education. Vol 8 p141-150.

    Murry J. E and Fay R.C, 2012; Chemistry; Cornell University; Sixt Edition.

    Larry Kolopajlo,2014; What You Need to Staet an Academic Career a Chemical Educator; ACS American Chemistry Society; Chemistry Departement, Easten Michigan University Ypsilanti, Michigan 48197, United States. Doi 10.102/bk-2014-1165 ch 012. ISBN 13:9780841229624 el SBN:9780841229631,2014.

    Virginia J. Flood, Fancois G Amar Ricardo Nemirosky, Benedikt W. Haer, Mitchell R.Mbruce, and Michael Wilfman, 2014; Center of Chemistry, and Dept of Physies and Astronomy, University of Marine, Orono, Maine 04469 United States Graduate School of Education and Cal Teach University of California, Berkeley, california 94720, US Dept of Matematics and Statistics San Diego State University, San Dreeg California 92182 VS J.Chem Educ Article ASAP Doi:10.102/ed 400477 b.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [134]

    ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEPAYA CALIFORNIA (CARICAPAPAYAE) OLEH KONSUMEN

    DI KOTA MEDAN

    Khairunnisa Rangkuti, Desi Ardilla dan Syuparjo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UMSU Medan

    Surel: [email protected]

    ABSTRACT The aim of this study was to determine the effect of the price factor of

    California Papaya, income and number of dependents to California papaya demand and to determine consumer preferences towards California Papaya fruit quality in Medan. The method used was a case study methode. Location research was intentionally (purposive) in Medan. Sampling method used was accidental sampling method with a sample size of 30 people. Analysis method used was multiple linear regression analysis and descriptive through the Likert scale. By t test (partial) for the variable price hypothesis was accepted because the price affects negative to California Papaya demand, while the income effect on California Papaya demand and the number of dependents also affected demand. In F-test, all variables: price, income and number of dependents affect to California Papaya demand. Consumer preferences which have been obtained from this research was that many consumers who answered agree and strongly agree on the indicators of the quality of California Papaya of some statements that have been made. It concluded that papaya California good quality. Keywords: price, income, number of dependents

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor harga pepaya California, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap permintaan pepaya California dan untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap kualitas buah Pepaya California di Kota Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penentuan lokasi penelitian adalah secara sengaja yaitu konsumen di Kota Medan. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Metode analisa yang digunakan adalah analisa regresi linear berganda dan secara deskriptif melalui skala likert. Secara Uji t untuk variabel harga hipotesis diterima karena harga berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan pepaya California, sedangkan pendapatan berpengaruh terhadap permintaan dan jumlah tanggungan

    mailto:[email protected]
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [135]

    juga berpengaruh terhadap permintaan konsumen. Secara uji F, seluruh variabel yaitu harga, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap permintaan pepaya California. Preferensi konsumen dari hasil penelitian ini bahwa konsumen banyak yang menjawab setuju dan sangat setuju terhadap indikator kualitas pepaya California dari beberapa pernyataan yang telah dibuat, sehingga dapat dinyatakan bahwa pepaya California berkualitas. Kata kunci: harga, pendapatan, jumlah tanggungan Pendahuluan

    Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, yang banyak berasal dari beberapa komoditi pertanian. Komoditi pertanian yang paling banyak dibudidayakan adalah pertanian yang berbasis sektor pangan. Sektor pangan itu sendiri contohnya adalah padi, jagung, gandum, tanaman hortikultura dan sektor perikanan yang menunjang gizi bagi masyarakat. Sektor pertanian merupakan sektor yang tidak ada matinya, karena kebutuhan gizi masyarakat berasal dari pertanian.

    Komoditi pertanian pada umumya mudah rusak, namun jika diolah dengan baik maka dapat memperkecil kerusakan yang bakal terjadi. Pada saat ini banyak teknologi canggih yang menawarkan alat maupun benih yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pangan termasuk kebutuhan dasar bagi seluruh rakyat. Sektor pertanian masih tetap merupakan mata pencaharian untuk 40 juta penduduk Indonesia dan menjadi sumber pasokan bahan pangan dan bahan baku untuk sektor-

    sektor perekonomian lainnya serta untuk ekspor, selain itu merupakan pasar untuk produk hasil-hasil industry (Gilarso, T., 2004).

    Pada masa orde baru periode 1970-1995, perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata 7,2% per tahun. Pertumbuhan tersebut cukup baik karena pendapatan perkapita pasti bertambah. Namun, kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, perekono-mian Indonesia dilanda krisis pada pertengahan 1997, diikuti dengan jatuhnya rezim orde baru. Dampaknya perekonomian saat itu mengalami kemunduran, bahkan terdapat sektor yang tumbuh dibawah 0% (negatif). Hanya sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air minum yang masih bertahan diatas 0% (positif). Kondisi ini merupakan bukti bahwa negara kita adalah negara agraris yang dapat bertahan hidup hingga dewasa ini. Dengan mengandalkan sektor agribisnis, kita tetap survive, sebagai bendungan yang masih kokoh untuk menampung lapangan kerja dan sumber devisa negara pada saat itu (PSE, 2002).

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [136]

    Tingkat konsumsi hortikultura khususnya sayur dan buah, penduduk Indonesia masih terbilang rendah. Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Pertanian, tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia pada tahun 2007 masih sebesar 40,9 kg/kapita/tahun. Konsumsi yang rendah tersebut lambat laun akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk tersebut, dibarengi dengan jumlah peningkatan anggota keluarga pada tiap rumah tangga. Semakin meningkatnya tingkat kesadaran penduduk dan ibu rumah tangga terhadap manfaat buah dan sayur bagi kesehatan maka konsumsi buah dan sayur akan semakin meningkat (Anonim, 2010).

    Pepaya California (Carica papayae) Umumnya banyak ditanam di pinggiran kota atau desa. Untuk menyalurkan ke konsumen, perlu pedagang perantara. Jumlah yang secara langsung dipasarkan ke konsumen sangat sedikit dibandingkan dengan yang dijual melalui pedagang perantara, konsumen yang langsung membeli pepaya California, biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari lahan petani. Pepaya California merupakan pepaya dengan bentuk buah lebih kecil dan lebih lonjong daripada pepaya pada umumnya. Sesuai dengan namanya, jenis pepaya California berasal dari Amerika Tengah dan

    daerah Karibia. Dan beruntungnya, jenis pepaya ini dapat tumbuh subur sepanjang tahun di Indonesia. Pepaya California dapat tumbuh pada lahan tanam dengan ketinggian kira-kira 500 meter diatas permukaan laut. Adapun keunggulan pepaya California dibanding dengan pepaya varietas lain adalah pemanenan lebih cepat dan menghasilkan buah pepaya dengan warna yang lebih mengkilap, daging buahnya tebal, biji sedikit serta rasanya yang manis (Anonim, 2012).

    Pada kondisi cateris paribus, konsumen akan lebih banyak membeli jika harga rendah dan akan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi (Sukirno S., 2000). Namun, setiap konsumen pasti akan menginginkan produk yang berkualitas dan baik untuk kesehatan mereka. Berbicara tentang pepaya California ini, harga yang ditawarkan memang lebih tinggi akan tetapi konsumennya masih tetap ada. Itulah yang terjadi pada kasus cateris paribus. Meskipun buah pepaya California harganya lebih mahal dibandingkan dengan pepaya pada umumnya, namun karena trendnya pada masa sekarang ini semakin banyak peminatnya baik konsumen maupun produsen untuk membudi-dayakannya. Permintaan di pasaran kian meningkat, karena sebagian konsumen sadar akan pentingnya mengkonsumsi buah.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [137]

    Apalagi buah pepaya, mengandung serat yang dapat melancarkan pencernaan. Pepaya California ini memang terkenal dengan kualitasnya, Kualitas yang baik itu membuat harganya lebih tinggi dibandingkan dengan buah pepaya pada umumnya. Harga yang lebih mahal tersebut, tidak membuat beberapa konsumen mengeluh karena buah yang memiliki ukuran ideal membuat konsumen lebih merasa puas. Dengan sekali konsumsi pepaya California tersebut langsung habis, tidak seperti dengan pepaya jingga dan bangkok yang ukurannya relatif besar karena jika tidak habis buah tersebut mengalami penyimpanan dan sudah tidak terlihat segar lagi.

    Di Kota Medan, pedagang yang menjual pepaya California sering dijumpai salah satunya adalah di Jalan Perintis Kemerdekaan. Di sepanjang jalan banyak pedagang kaki lima yang menjual pepaya California. Pada mulanya mereka hanya berjualan pepaya dengan jenis yang lama misalnya pepaya bangkok dan pepaya jingga. Namun, semenjak munculnya varietas baru dari buah pepaya ini, pedagang beralih berjualan pepaya California. Peminat pepaya California cukup banyak dibandingkan dengan pepaya varietas lama. Permintaan akan pepaya California semakin meningkat, dengan bertambahnya pedagang di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan merupakan suatu bukti.

    Pada tulisan ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Pepaya California (Carica papaya) Konsumen Di Kota Medan, untuk mengetahui pengaruh dari faktor harga pepaya California, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap jumlah permintaan.

    Metode

    Penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) yaitu studi kasus merupakan metode yang menjelaskan jenis penelitian mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu, atau suatu fenomena yang ditentukan pada suatu tempat yang belum tentu sama dengan daerah lain.

    Penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu di Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Medan. Karena, pada jalan ini terdapat banyak pedagang pepaya California yang dulunya adalah pedagang pepaya Jingga. Pedagang buah pepaya di sepanjang jalan ini cukup banyak.

    Sampel yang dijadikan dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli buah pepaya California pada pedagang yang berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan. Metode penarikan sampel adalah dengan cara accidental sampling. Accidental sampling adalah non-probabilitas

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [138]

    sampling. Aksidental sampel adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Karena dengan jumlah 30 orang sudah dapat mewakili sehingga sampel yang dipilih oleh peneliti sebanyak 30 orang (Dedy, 2011).

    Data yang dikumpulkan berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan kuisioner, sedangkan data sekunder dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik daerah terkait atau literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.

    Metode analisa data yang digunakan adalah dengan analisis Regresi Linear Berganda, dengan rumus:

    Y = a + b1X1+b2X2+b3X3+e Dimana: Y = Permintaan Buah Pepaya (Kg) a = Konstanta X1= Harga Buah Pepaya California (Rp/Kg) X2= Pendapatan (Rp/ Bulan) X3= Jumlah tanggungan (Jiwa)

    Analisa regresi menyangkut tentang semua hubungan antara satu variabel tak bebas dan satu atau lebih variabel bebas (Gujarati, D.N., 2006). Uji-t untuk menguji ada tidaknya pengaruh secara nyata dari masing-masing faktor permintaan pepaya

    California dan juga menggunakan uji F, yang berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh nyata secara keseluruhan dari faktor yang mempengaruhi permintaan pepaya California. Uji t pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan uji 2 arah (Two Way Tailed). Apabila nilai t-hitung negatif akan dimutlakkan menjadi positif.

    Indikator yang digunakan untuk melihat preferensi konsumen terhadap kualitas pepaya California dalam penelitian ini adalah Rasa, Warna, ukuran, Kesegaran papaya dan kandungan gizi

    Rasa pepaya pada umumnya adalah manis, begitu pula rasa pepaya California yang memiliki rasa dasar yang manis. Namun demikian ada juga rasa pepaya California yang kurang manis. Warna daging pepaya California pada umumnya berwarna orange namun ada pula yang berwarna orange kekuningan. Untuk ukuran buahnya bervarian, ada yang berukuran kecil, sedang dan besar. Namun tergantung penglihatan dari konsumennya juga, ukurannya yang bervariasi tersebut juga berbeda-beda harganya. Secara umum ntuk ukuran kecil pada umumnya memiliki harga 5.000 rupiah hingga 20.000 rupiah. Pepaya California yang ditawarkan dalam studi kasus penelitian ini terlihat masih segar, karena tidak ada tampak buah yang kusut kulitnya. pepaya California ini juga memiliki kandungan gizi yang baik untuk

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [139]

    kesehatan. Pepaya memiliki banyak vitamin C dan E.

    Analisa yang digunakan untuk mengetahui preferensi konsumen pepaya California adalah dengan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Menurut Rangkuti, F. ( 1997), kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar setuju dan tidak setuju, melainkan dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban, seperti berikut: Sangat Tidak Setuju (STS) Skor 1, Tidak Setuju (TS) Skor 2, Kurang Setuju (KS) skor 3, Setuju (S) skor 4 dan Sangat Setuju (SS) dengan skor 5. Jawaban tersebut akan terlihat dengan disajikannya beberapa pernyataan yang berkaitan dengan preferensi konsumen mengenai kualitas pepaya California.

    Hasil dan Pembahasan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pepaya California (Carica papayae)

    Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pepaya california dapat di uji dengan Analisis Regresi Linear Berganda. Dengan melihat ada atau tidaknya pengaruh dari harga pepaya California terhadap permintaanya, pendapatan rata-rata dan jumlah tanggungan dari konsumen. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

    Variabel Koefisien Regresi

    t-Hitung

    F-Hitung

    (Constant) 0,800 Harga -2,939 -2,183 Pendapatan 1,930 2,709 27,479 Jumlah Tanggungan

    0,310 3,237

    R-Square 0,760 t-Tabel 2,056 F-Tabel 2,975 Persamaan yang diperoleh: Y = 0,800 - 2,939X1+ 1,930 X2 + 0,310X3 Interpretasi atas persamaan diatas menunjukkan bahwa konstanta (a) mempunyai nilai regresi sebesar 0,800, artinya jika harga, pendapatan dan jumlah tanggungan dianggap nol (0) maka diperoleh nilai permintaan sebesar 0,800 buah. Harga (X1) mempunyai koefisien regresi sebesar -2,939, artinya bahwa setiap perubahan harga sebesar Rp 1 maka akan mengakibatkan penurunan permintaan sebesar 2,939 buah. Pendapatan (X2) mempunyai koefisien regres sebesar 1,930, artinya bahwa setiap perubahan pendapatan sebesar Rp 1 maka akan mengakibatkan kenaikan permintaan sebesar 1,930 buah. Jumlah Tanggungan (X3) mempunyai koefisien regresi sebesar 0,310, artinya bahwa setiap perubahan jumlah tanggungan sebesar 1 orang, maka akan mengakibatkan kenaikan permintaan sebesar 0,310 buah.

    R-Square adalah sebesar 0,760 berarti bahwa variabel Permintaan

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [140]

    pepaya California dapat dijelaskan oleh variabel Harga, Pendapatan dan Jumlah tanggungan 76% atau variabel Harga, Pendapatan dan Jumlah tanggungan mempengaruhi variabel Permintaan pepaya Callifornia sebesar 76%. Dan sisanya sebesar 24% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh peneliti. a. Pengaruh Harga Terhadap Permintaan Pepaya California

    Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat diketahui bahwa harga pepaya California pengaruh negatif terhadap permintaan pepaya California. Artinya jika harga pepaya meningkat maka permintaan akan turun, hal ini sejalan dengan hukum permintaan dan penawaran.

    Disaat harga papaya California mengalami peningktan maka konsumen akan beralih dari mengkonsumsi pepaya California kepada jenis buah-buahan lain atau papaya jenis lain untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak hanya pepaya California yang dikonsumsi, karena pada umumnya konsumen akan mencari barang pengganti jika harga barang itu sendiri mengalami kenaikan harga. Dalam hal ini bisa saja mengkonsumsi pepaya jenis lain seperti pepaya jingga, pepaya taiwan.

    b. Pengaruh Pendapatan Terhadap Permintaan Pepaya California

    Berdasarkan hasil pengujian statistik dapat dilihat pada tabel 1 bahwa diperoleh hasil bahwa pendapatan konsumen memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan pepaya California. Berdasarkan penelitian pendapatan responden dibawah Rp.2.000.000 sebanyak 5 orang, diantara Rp2.000.000-Rp.6.000.000 sebanyak 25 orang pendapatan. Semakin tinggi pendapatan akan mempengaruhi keinginan konsumen dalam membeli pepaya California, sehingga akan meningkatkan permintaan jumlah pepaya California. Walaupun harga yang ditawarkan lebih mahal dibandingkan dengan harga pepaya jenis lainnya, jika pendapatan tinggi maka masyarakat akan mampu membeli suatu barang. c. Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Permintaan Pepaya California

    Pengujian statistik menemukan adanya pengaruh positif dari jumlah tanggungan terhadap permintaan pepaya California. Hal ini berarti bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka konsumsi terhadap pepaya California akan semakin tinggi.

    Jumlah tanggungan dari hasil penelitian rata-rata 3 orang (termasuk istri/ anak). Jumlah yang dapat dikatakan normal, karena dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pepaya

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [141]

    yang dibeli oleh konsumen sesuai dengan kebutuhan keluarga mereka, tidak banyak yang dibeli oleh konsumen. Rata-rata hanya membeli 1 dan 2 buah saja. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa jumlah tanggungan mempengaruhi permintaan pepaya California yang dibelinya.

    d. Pengaruh Harga, Pendapatan, dan Jumlah Tanggungan Terhadap Permintaan Pepaya California

    Penelitian ini menemukan hasil bahwa harga, pendapatan dan jumlah tanggungan dari konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Permintaan pepaya California. Hasil ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa konsumen pada saat ini menyadari buah pepaya California banyak mengandung vitamin yang baik untuk kesehatan, kandungan nutrisi didalamnya buah pepaya menjadi buah yang sangat bermanfaat bagi kesehatan (Rudi, 2014), antara lain mengatasi gangguan pencernaan, mencegah flu, mempertajam pengelihatan, mencegah penuaan dini, kesehatan kulit dan anti radang. Sehingga, meskipun harganya mahal, pendapatan rendah dan Jumlah tanggungan banyak mereka tetap mau mengkonsumsinya. Hal ini sesuai dengan indikator dari kandungan gizi yang terdapat pada kuesioner pada lampiran 4, banyak konsumen yang

    menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap indikator yang telah dibuat oleh peneliti. Preferensi Masyarakat Terhadap Kualitas Buah Pepaya California

    Preferensi mempunyai makna pilihan atau memilih suka tidak sukanya terhadap suatu produk. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, telah diperoleh hasil preferensi konsumen melalui skala likert yang telah dibuat.

    a. Rasa Pepaya

    Pada tabel 2, terlihat bahwa sebanyak 21 konsumen menyatakan setuju terhadap pernyataan 1 dengan persentase sebesar 70%. Total konsumen yang memilih jawaban setuju ini merupakan jumlah terbanyak. Sehingga dapat disimpulkan rasa pepaya California manis. Ada 6 orang konsumen yang menyatakan kurang setuju, artinya rasa pepaya California kurang manis.

    Untuk pernyataan 2, jumlah terbanyak adalah pada jawaban setuju sebesar 14 orang dengan persentase 46,7%. Menurut mereka pepaya California ini memang menyegarkan, meskipun ada 6 orang yang menyatakan kurang setuju. Namun karena ada 10 konsumen yang menyatakan sangat setuju maka indikator pada pernyataan 2 ini memang benar nyatanya.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [142]

    Tabel 2. Indikator Rasa Pepaya

    No. Pernyataan Jawaban

    STS TS KS S SS Jumlah (Total n) N % n % N % n % n %

    1. Manis - - - - 6 20 21 70 3 10 30

    2. Menyegarkan - - - - 6 20 14 46,7 10 33,3 30 3. Legit/pulen 2 6,7 4 13,3 4 13,3 16 53,3 4 13,3 30

    Keterangan: n= Jumlah Sampel (konsumen)

    Pada pernyataan 3, jawaban tersebar semua varians jawaban terisi oleh konsumen. Untuk jumlah jawaban tidak setuju, kurang setuju, dan sangat setuju masing-masing 4 orang. Yang menyatakan sangat tidak setuju ada 2 orang dengan persentase terendah sebesar 6,7%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daging pepaya menurut mereka pulen atau legit.

    a. Warna Pepaya Berdasarkan tabel 3, pada pernyataan 1 pernyataan yang disukai oleh konsumen dan yang paling besar adalah jawaban setuju dengan jumlah sebesar 13 orang. Dengan demikian dapat dikatakan warna daging pepaya California cukup menarik. Pada pernyataan 2, jawaban dari skala likert yang disediakan peneliti terisi semua. Akan tetapi jumlah terbanyak terdapat pada jawaban kurang setuju sebesar 15 orang. Memang benar fakta di lapangan warna daging pepaya California tidak selamanya berwarna

    orange, terkadang banyak juga yang pucat. Untuk pernyataan 3, meskipun banyak konsumen yang kurang setuju terhadap pernyataan 2 tadi, sebagian konsumen menyatakan setuju terhadap warna daging pepaya yang mengundang selera. Karena banyak pedagang yang menampilkan warna daging pepaya yang lebih cerah di gerobak dagangannya, sehingga menurut konsumen warna tersebut mengundang selera.

    Pernyataan 4, jawaban dari skala likert juga terisi semua. Dan yang mendominasi adalah jawaban setuju dengan jumlah 12 orang persentase sebesar 40%. Cita rasa dari tiap pepaya California berbeda dari segi warna. Kebanyakan warna yang pucat kurang manis dibandingkan warna yang cerah.

    Pada pernyataan 5, jawaban setuju juga mendominasi sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 50%. Artinya setiap orang pasti lebih tertarik jika pepaya California itu berwarna orange dibandingkan berwarna pucat.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [143]

    Tabel 3. Indikator Warna Pepaya

    No. Pernyataan Jawaban

    STS TS KS S SS Jumlah (Total n) N % n % N % n % N %

    1 Cukup menarik - - - - 11 36,7 13 40 6 20 30 2 Berwarna orange 3 10 5 16,7 15 50 12 40 8 26,7 30

    3 mengundang selera - - 2 6,7 8 26,7 12 40 6 20 30

    4 Membentuk cita rasa berbeda 1 3,3 2 6,7 9 30 12 40 6 20 30

    5

    berwarna orange Lebih banyak disukai konsumen

    6 20 2 6,7 5 16,7 15 50 2 6,7 30

    Tabel 4. Indikator Ukuran Pepaya

    No Pernyataan Jawaban

    STS TS KS S SS Jumlah (Total n) n % n % n % n % n %

    1. Bervariasi - - - - 1 3,3 17 56,7 12 40 30 2.

    Bervariasi membuat bebas memilih - - - - 3 10 15 50 12 40 30

    3.

    Ukuran kecil memudahkan dikonsumsi

    - - - - 3 10 12 40 15 50 30

    b. Ukuran Pepaya

    Berdasarkan tabel 4, untuk 3 pernyataan yang telah tersedia tidak ada konsumen yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Pada pernyataan 1 jawaban yang didominasi adalah jawaban setuju dengan persentase sebesar 56,7% sebesar 17 orang. Berarti pepaya yang dijual oleh pedagang di sepanjang jalan Perintis Kemerdakaan memang bervariasi ukurannya.

    Pada pernyataan 2, sebagian konsumen yang menyatakan setuju

    sebesar 50%. Artinya konsumen sepakat dengan pernyataan 2, karena ukurannya yang bervariasi maka mereka bebas memilih. Pada pernyataan 3, konsumen yang menyatakan sangat setuju sebanyak 50 orang. Benar apa yang menjadi alasan konsumen bahwasannya ukuran pepaya California yang kecil dibandingkan dengan jenis pepaya lainnya memudahkan konsumen dalam mengkonsumsinya.

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [144]

    Tabel 5. Indikator Kesegaran Pepaya

    No Pernyataan Jawaban

    STS TS KS S SS Jumlah (Total n) n % n % n % N % N %

    1. Segar - - - - 4 13,3 13 43,3 13 43,3 30

    2.

    Bertahan lama dibandingkan dengan

    jenis lainnya. - - - - 1 3,3 13 43,3 16 53,3 30

    Tabel 6. Indikator Kandungan Gizi

    No Pernyataan Jawaban

    STS TS KS S SS Jumlah (Total n) N % n % n % N % n %

    1. Vitamin A, C dan vitamin E - - - - 1 3,3 16 53,3 13 43,3 30

    2. Baik untuk kesehatan - - - - 1 3,3 11 36,7 18 60 30

    c. Kesegaran Pepaya Pada tabel 5, untuk pernyataan 1,

    masing-masing jumlah dari jawaban setuju dan sangat setuju adalah 13 dengan persentase masing-masing 43,3%. Berarti pernyataan tersebut layak artinya konsumen memang setuju terhadap pernyataan 1. Sesuai dengan keadaan di lapangan pepaya yang dijual oleh pedagang di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan memang terlihat lebih segar dibandingkan dengan pepaya yang dijual di pasar tradisional di Kota Medan. Sedangkan pernyataan 2, 16 orang dengan persentase 53,3% menyatakan sangat setuju berarti memang layak pernyataan 2 tersebut. Karena pepaya California ini memang memiliki kualitas yang tahan lama jika disimpan, dibandingkan dengan jenis pepaya lainnya.

    d. Kandungan Gizi Pepaya Berdasarkan data pada tabel 6 diatas, pada pernyataan 1sebanyak 16 orang yang menyatakan setuju dengan persentase sebesar 53,3%. Sedangkan hanya 1 orang yang menyatakan kurang setuju. Dengan demikian, sesuai dengan teori yang didapat pepaya pada umumnya mengandung vitamin A, C dan E, pernyataan ini disetujui oleh konsumen. Sedangkan untuk pernyataan 2 yang menjadi jawaban paling banyak adalah sangat setuju karena pepaya banyak mengandung vitamin dan kandungan zat lainnya yang baik untuk kesehatan. Dengan demikian berdasarkan beberapa tabel yang disajikan mengenai indikator kualitas pepaya hampir seluruhnya jawaban yang bernilai baik dipilih oleh konsumen. Sebenarnya berbagai macam jawaban yang dipilih oleh konsumen, karena

  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [145]

    referensi dari masing-masing konsumen itu berbeda-beda. Jawaban yang sering muncul terbanyak adalah jawaban setuju dan sangat setuju yaitu indikator rasa pepaya Calfornia, ukuran, kesegaran dan kandungan gizi dari pepaya California. Akan tetapi untuk indikator warna pepaya California ada dari beberapa pernyataan yang disajikan konsumen menyatakan sangat tidak setuju, tidak setuju dan kurang setuju. Jawaban kurang setuju untuk pernyataan 2 pada indikator warna mereka kurang setuju dengan pepaya California yang dinyatakan oleh peneliti berwarna orange. Karena banyak juga pepaya yang dijual tersebut berwarna orange pucat. Akan tetapi secara keseluruhan pepaya California memang terbukti berkualitas atas preferensi konsumen dari beberapa pernyataan yang diberikan. Simpulan

    Variabel harga, pendapatan dan jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah permintaan pepaya California. Untuk masing-masing variabel bebas memiliki pengaruh dan hipotesis diterima. Pada variabel pendapatan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Pada variabel jumlah tanggungan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Preferensi konsumen tentang kualitas pepaya California cukup variatif. Jawaban sangat tidak setuju

    didominasi oleh warna pepaya yaitu pada pernyataan warna daging pepaya yang orange lebih banyak disukai oleh konsumen, namun pada penelitian ini 20% konsumen sangat tidak setuju. Inilah sisi buruk dari pepaya California. Akan tetapi preferensi konsumen banyak yang memilih jawaban setuju dan sangat setuju seperti indikator rasa pada pernyataan rasa pepaya California adalah manis, indikator ukuran pada pernyataan ukuran pepaya California yang ditawarkan bervariasi, indikator kesegaran pada pernyataan pepaya California lebih tahan lama dibandingkan dengan jenis pepaya lainnya, dan indikator kandungan gizi pada pernyataan pepaya California baik untuk kesehatan. Dengan demikian pepaya California benar-benar memiliki kualitas yang baik. Daftar Pustaka Anonim, 2010. Meningkatkan Daya

    Saing Produk Hortikultura. http://www.tanindo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=347:meningkatkan-daya-saing-produk-hortikultura&catid=365:perlunya-meningkatkan-daya-saing-dan-pencitraan-pr&Itemid=95. PT Tanindo Intertraco. Surabaya. Di akses pada tanggal 12 Desember 2014.

    -----------, 2012. Produk Pepaya California.

    http://www.tanindo.com/index.p
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [146]

    http://www.sunpride.co.id/produk/pepaya-california/. Di akses pada tanggal 13 Desember 2014.

    Dedy, 2011. Dasar Penentuan Jumlah Sample. http://dedylondong.blogspot.com/2011/10/dasar-penentuan-jumlah-sample.html. Diakses pada tanggal 13 Desember 2014.

    Gilarso, T., 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius. Yogyakarta.

    Gujarati, D.N., 2006. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    PSE, 2002. Analisis Kebjikan Pembangunan Pertanian Andalan Berwawasan Agribisnis. Monograph Seri 23. Bogor.

    Rangkuti, F., 1997. Riset Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Sukirno S., 2000.Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta.

    http://www.sunpride.co.id/produhttp://dedylondong.blogspot.co
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [147]

    ANALISIS KESIAPAN PERGURUAN TINGGI MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DI SUMATERA UTARA

    Mariati dan Isnina

    Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Surel: [email protected]

    ABSTRAK

    Isu Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kini menjadi perhatian dan kajian para pelaku pendidikan, terutama Perguruan tinggi. Di tengah masalah kesenjangan mutu pendidikan yang tajam di Indonesia, tentu muncul keraguan mengenai kesiapan lulusan Perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk sukses ambil bagian dari terpuruknya pasar tenaga kerja terampil diantara Negara-negara ASEAN. Pada tahun 2015 ini sudah bisa dipastikan akan terbuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi warga negara ASEAN. Wajar saja jika ada yang mempertanyakan daya saing lulusan Perguruan tinggi yang ada di Indonesia khususnya Perguruan tinggi yang ada di kota Medan. Mahasiswa adalah salah satu calon tenaga kerja terdidik yang harus memiliki kemampuan dan bersiap menghadapi persaingan di MEA 2015. Pihak perguruan tinggi khususnya pihak jurusan/ program studi sudah seharusnya mempersiapkan para lulusan yang mampu bersaing di dalam tingkat nasional ataupun ASEAN. penelitian ini merupakan hasil kajian literatur yang menunjukan kesiapan pihak perguruan tinggi di provinsi Sumatera Utara dalam menghadapi MEA 2015 dalam hal kurikulum dan mata kuliah. Kata kunci: kesiapan perguruan tinggi, kurikulum. Pendahuluan

    Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015, dimana kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka dan kesatuan yang berbasis produksi; serta mobilitas arus barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja akan bergerak bebas. terdapat empat pilar masyarakat ekonomi ASEAN yaitu kawasan ekonomi berdaya saing tinggi, pertumbuhan ekonomi yang merata, integrasi ke perekonomian global dan pilar terakhir adalah menjadikan ASEAN

    sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi melalui barang dan jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil (Bappenas 2009).

    Disusunnya Mutual Recognition Arrangement (MRA) sebagai upaya untuk mendukung arus bebas tenaga kerja, memfasilitasi pergerakan tenaga kerja yang didasarkan pada suatu kontrak perjanjian untuk mendukung kegiatan perdagangan dan investasi di sektor jasa. MRA sendiri dapat diartikan sebagai kesepakatan yang diakui oleh seluruh negara ASEAN yang saling mengakui dan menerima

    mailto:[email protected]
  • Jurnal Pembangunan Perkotaan Volume 2 No. 2 Desember 2015 ISSN 2338-6754

    [148]

    beberapa atau semua aspek has