Jurnal Pemasaran Pala

23
Kajian Pemasaran Agroindustri Dodol dan Manisan Pala di Kabupaten Lombok Tengah OLEH YULIA RATNANINGSIH Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kehutanan UNTB Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi dodol dan manisan pala, mengetahui hambatan yang mempengaruhi dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala, dan mengetahui prospek pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala. Penelitian ini dilakukan di Desa Mantang Kecamatan Batu Kliang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling. Penentuan jumlah responden pengrajin dilakukan secara sensus dengan 15 unit usaha, lembaga pemasaran dilakukan secara “Snow Ball sampling” yaitu dengan menelusuri lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran produk dodol dan manisan pala mulai dari tingkat pengrajin (produsen) sampai ke konsumen akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah bahan baku dan tenaga kerja; Saluran pemasaran yang digunakan pengrajin dalam memasarkan produk adalah langsung ke konsumen, sedangkan sisanya memasarkan melalui pengecer dan pedagang pengumpul. Sistem penjualan yang digunakan yaitu sistem eceran (53,33%), menggunakan sistem borongan (26,67%), sedang sisanya menggunakan kombinasi dari kedua sistem (20%). Sistem pembayaran yang digunakan yaitu menerima uang langsung (46,67%), menerima uang kemudian (33,33%) dan kombinasi keduanya (20 %). Hambatan yang dialami pengrajin dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah pemasaran terbatas, modal kurang dan alat produksi masih sederhana. Kata kunci : Pemasaran, agroindustri, dodol pala, manisan pala. 1

description

usaha kreatif

Transcript of Jurnal Pemasaran Pala

BAB I

Kajian Pemasaran Agroindustri Dodol dan Manisan Pala di Kabupaten Lombok Tengah

OLEHYULIA RATNANINGSIH

Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kehutanan UNTBAbstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi dodol dan manisan pala, mengetahui hambatan yang mempengaruhi dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala, dan mengetahui prospek pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala. Penelitian ini dilakukan di Desa Mantang Kecamatan Batu Kliang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pemilihan lokasi dilakukan secara purposive sampling. Penentuan jumlah responden pengrajin dilakukan secara sensus dengan 15 unit usaha, lembaga pemasaran dilakukan secara Snow Ball sampling yaitu dengan menelusuri lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran produk dodol dan manisan pala mulai dari tingkat pengrajin (produsen) sampai ke konsumen akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; faktor yang mempengaruhi pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah bahan baku dan tenaga kerja; Saluran pemasaran yang digunakan pengrajin dalam memasarkan produk adalah langsung ke konsumen, sedangkan sisanya memasarkan melalui pengecer dan pedagang pengumpul. Sistem penjualan yang digunakan yaitu sistem eceran (53,33%), menggunakan sistem borongan (26,67%), sedang sisanya menggunakan kombinasi dari kedua sistem (20%). Sistem pembayaran yang digunakan yaitu menerima uang langsung (46,67%), menerima uang kemudian (33,33%) dan kombinasi keduanya (20 %). Hambatan yang dialami pengrajin dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah pemasaran terbatas, modal kurang dan alat produksi masih sederhana.Kata kunci : Pemasaran, agroindustri, dodol pala, manisan pala.

I. PENDAHULUANLatar BelakangTanaman pala merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang sangat potensial sebagai komoditas perdagangan di dalam dan di luar negeri (ekspor), yang diolah menjadi bahan makanan, obat-obatan, parfum, kosmetik, dan lain-lain (Rahmat, 2004). Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. Indonesia menduduki posisi pertama penghasil pala dunia, karena sebagian besar kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia. Lebih dari 60 % kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia selebihnya dari negara Grenada, India, dan Madagaskar. Negara pengimpor pala adalah negara-negara Eropa dan Amerika. (Rahmat, 2004).Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2010, Kecamatan Batu Kliang merupakan salah satu sentra agroindustri dodol pala dan manisan pala dengan 15 unit usaha yang mampu memproduksi produk olahan pala sebanyak 8.125 kg/tahun. Luas panen maupun jumlah produksi pala di Kabupaten Lombok Tengah selama lima tahun terakhir berfluktuasi, meskipun demikian tetapi secara kuantitas produksi pala relatif banyak. Produksi pala ini selain produksinya kontinyu juga persediaannya cukup banyak, hal inilah yang merupakan faktor pendorong berkembangnya usaha pengolahan pala di Kabupaten Lombok Tengah Dalam upaya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal pengusaha agroindustri buah pala akan berusaha untuk mencapai tingkat penjualan produk olahan yang maksimal juga. Berdasarkan uraian diatas maka dirasa perlu untuk melakukan sebuah kajian tentang Kajian Pemasaran Agroindustri Dodol dan Manisan Pala di Kabupaten Lombok Tengah.Tujuan Penelitian adalah Untuk mengetahui saluran pemasaran, sistem pemasaran produk agroindustri dodol dan manisan pala di Kabupaten Lombok Tengah dan Hambatan dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala di Kabupaten Lombok Tengah.II. TINJAUAN PUSTAKATanaman pala adalah tanaman asli Indonesia. Dengan pusat sumber genetika (plasma nutpah) tanaman pala terdapat di Kepulauan Malaise, yaitu gugusan Banda dan Maluku. Meskipun demikian, dalam beberapa pustaka disebutkan bahwa daerah asal tanaman pala dikenal dengan dua sebutan, yaitu East Indian Nutmegs yaitu pala yang berasal dari Indonesia, dan West Indian Nutmegs yaitu pala yang berasal dari Amerika dan Afrika. Tanaman pala Indonesia umumnya termasuk East Indian Nutmegs, terdiri atas jenisjenis pala Banda (Myristica fragrans Houtt), pala Papua (Margenta Warb), pala Bacan (M. Speciosa Warb), pala Malabar (M.Malabracia L.), dan pala Maba (M. Sucedanea BI.) (Rahmat, 2004)Pengertian dan Manfaat PengolahanPengertian proses pengolahan menurut (Rifianto,1999) adalah suatu kegiatan yang melakukan pengolahan dari komoditas pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan perkebunan) sebagai bahan baku dimulai dari mensortir sampai dengan pengawetan. Sutalaksana (1993) menyatakan bahwa pengolahan adalah kegiatan yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk baru, baik yang bersifat setengah jadi maupun produk jadi yang dapat segera dikonsumsi. Sementara itu, Sutrisno (1999) menyatakan bahwa proses pengolahan adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil-hasil pertanian untuk menghasilkan barang jadi atau bahan baku bagi industri lainnya.

Kegiatan pengolahan mempunyai peranan penting dalam memberikan sumbangan pada perekonomian nasional yang diwujudkan dalam berbagai bentuk antara lain (Sanyoto, 1993) :

1. Penciptaan lapangan kerja dengan memberikan kehidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang bergerak di sektor kehutanan

2. Peningkatan kualitas pertanian untuk menjamin pengadaan bahan baku

industri pengolahan hasil kehutanan.3. Perwujudan pemerataan pembangunan ke berbagai pelosok di seluruh tanah air yang memiliki potensi kehutanan yang sangat besar terutama di

luar pulau jawa.

4. Peningkatan nilai tambah produk hasil kehutananPemasaran dan Saluran PemasaranPemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud dapat menciptakan permintaan efektif (Nitisemito, 1991). Ada juga yang menyatakan bahwa istilah pemasaran diartikan sama dengan tata niaga yaitu kegiatan ekonomi yang membawa barang dari produsen ke konsumen. Karena niaga berarti dagang, sehingga tata niaga adalah segala sesuatu yanng berhubungan dengan aturan permainan dalam perdagangan barang-barang (Mubyarto,1999)

Proses pemasaran meliputi dua aspek yaitu aspek mental dan aspek fisik. Aspek mental maksudnya bahwa penjual harus mengetahui apa yang diinginkan oleh pembeli dan penjual harus pula mengetahui apa yang dijual, Sedangkan aspek fisik adalah benda-benda yang harus dipindahkan ketempat lain pada waktu tertentu yang dibutuhkan (Winardi, 2000)Panjang pendeknya saluran distribusi tergantung dari jumlah tingkat perantara yang digunakan, sehingga saluran distribusi dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu (kotler, 1987) 1. Saluran nol tingkat atau saluran distribusi langsung. Dalam saluran ini produsen menyalurkan barangnya langsung ke konsumen.2. Saluran satu tingkat, disini produsen hanya mempunyai satu perantara lembaga pemasaran yaitu pengecer.

3. Saluran dua tingkat, disini produsen dalam memasarkan barangnya menggunakan dua perantara lembaga pemasaran yaitu grosir dan pengecer.

4. Saluran tingkat tiga, produsen menggunakan tiga perantara dalam memasarkan barangnya yaitu grosir, pemborong dan pengecer

Selain mempengaruhi tingkat harga, saluran distibusi juga mempengaruhi tingkat pendapatan.

Terdapat dua sistem pemasaran yang digunakan dalam bisnis yaitu : Menggunakan sistem borongan dan sistem eceran, dengan cara pembayaran yang digunakan yaitu menerima langsung, menerima uang dimuka dan menerima uang kemudian (Supartiningsih et al, 1997).

Definisi OperasionalAgroindustri dodol dan manisan pala adalah suatu kegiatan pengolahan yang memanfaatkan buah pala sebagai bahan bakunya menjadi produk baru seperti dodol dan manisan pala. Agroindustri (pengolahan) buah pala masih sangat jarang dilakukan. Buah pala merupakan produk lahan kering yang tidak tahan lama atau cepat rusak. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka harus segera diolah sehingga menjadi produk olahan yang tahan lama dan dapat meningkatkan selera konsumen untuk mengkonsumsinya.Bentuk olahan buah pala yang dikembangkan di Kabupaten Lombok Tengah salah satunya berupa dodol dan manisan pala. Dodol pala merupakan bentuk olahan buah pala yang dibuat menjadi dodol, sedangkan manisan pala merupakan produk olahan buah pala yang dibuat manisan.

Pengolahan (Agroindustri) dodol dan manisan pala ini pada umumnya dilakukan pada skala industri rumah tangga. Proses produksi yang dilakukan dalam agroindustri dodol dan manisan pala ini juga masih sangat sederhana, belum tersentuh oleh teknologi yang lebih canggih hal ini menjadi salah satu kendala dalam proses produksi.

Produksi dodol dan manisan pala ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku yang berupa buah pala, bahan penolong seperti gula pasir, dan minyak tanah yang ketersediaannya sudah mulai langka, dan faktor tenaga kerja yanng sudah jarang yang mau untuk mengerjakan produksi dodol dan manisan pala karena mereka memilih untuk bekerja sebagai TKI ke Malaysia. Hal ini juga menjadi salah satu hambatan dalam agroindustri dodol dan manisan pala di Kabupaten Lombok Tengah.

Pemasaran hasil produksi dodol dan manisan pala sifatnya masih sangat terbatas, artinya hanya dipasarkan diwilayah tersebut sehingga produk olahan ini belum banyak dikenal oleh masyarakat secara luas. Adapun faktor yang menyebabkan lemahnya pemasaran atau hambatan dalam pemasaran dodol dan manisan pala ini disebabkan antara lain oleh terbatasnya jumlah produksi, bentuk dan kemasan yang kurang menarik.

Pendapatan yang diperoleh dari agroindustri dodol dan manisan buah pala ini masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan pemasaran dodol dan manisan pala yang belum optimal sehingga produk ini belum dapat dijadikan produk unggulan yang dapat meningkatkan kesejahteraan produsen.III. METODE PENELITIANMetode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang mengumpulkan, menyusun dan menganalisa serta menginterpretasikan data kemudian menarik kesimpulan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey, yaitu pengumpulan data dari sejumlah individu (unit sampling) dalam waktu bersamaan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya (Surachmad, 1982).Penentuan Daerah PenelitianPenelitian ini dilaksanakandi Kecamatan Batu Kliang, yang ditentukan secara purposive sampling atas dasar pertimbangan bahwa industri pengrajin dodol dan manisan pala hanya ada di Kecamatan Batukliang yaitu sebanyak 15 unit usaha, hal ini berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah. Atas dasar pertimbangan yang sama ditentukan Desa Mantang sebagai desa tempat penelitian.Penentuan RespondenPenentuan jumlah responden dilakukan dengan cara sensus yaitu sebanyak 15 pengrajin dodol dan manisan pala. Penentuan responden untuk lembaga pemasaran dilakukan secara Snow Ball sampling yaitu dengan menelusuri lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran produk dodol dan manisan pala mulai dari tingkat pengrajin (produsen) sampai ke konsumen akhir.Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan sumbernya, data penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari pengrajin responden dan lembaga

pemasaran secara langsung melalui wawancara berdasarkan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dinas atau instansi yang

berhubungan dengan penelitian ini.Variabel dan Cara Pengukuran Saluran pemasaran adalah mata rantai pemasaran yang ditempuh dalam upaya memindahkan produk dari produsen ke konsumen1. Sistem pemasaran adalah cara penjualan dan cara pembayaran dalam pemasaran produk agroindustri dodol dan manisan pala.2. Masalah dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah kendala-kendala yang dijumpai dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala pada produsen. Prosedur Analisis dataProsedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini semua diarahkan pada penapaian tujuan penelitian.

Adapun analisis yang dipakai sebagai berikut:

Untuk mengetahui saluran pemasaran dan sistem pemasaran yang digunakan dalam pemasaran dodol dan manisan pala berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya mengenai pemasaran dan sistem penjualan dodol dan manisan pala. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Agroindustri Dodol dan Manisan Pala

Pala sebagai tanaman rempah-rempah dan sumber minyak atsiri, merupakan tanaman penting karena dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang berasal dari biji dan fuli. Kedudukan tanaman pala sebagai bahan penting industri dan sebagai komoditas perdagangan menyebabkan bangsa-bangsa Eropa pada abad pertengahan memperebutkan daerah-daerah sumber penghasil pala di Indonesia (Rahmat, 2004)Prospek pengembangan agribisnis pala cukup cerah, karena peluang pasarnya makin terbuka dan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Tujuan budidaya tanaman pala adalah untuk menghasilkan buahnya. Bagian yang memegang peranan penting dalam dunia perdagangan tanaman pala adalah biji dan fulinya (mace) yang disebut bunga pala. Agroindustri dodol dan manisan pala memiliki peluang untuk dikembangkan masih sangat besar mengingat ketersediaan bahan baku buah pala yang cukup besar. Buah pala yang siap dipanen adalah buah yang culup tua, umur buah kurang 6 bulan sejak berbunga atau 9 bulan sejak penyerbukan.Pada tanaman yang sehat dapat dihasilkan buah rata-rata sebanyak 1.500-2.000 butir/pohon/tahun. Dalam setahun tanaman pala dapat dipanen 2 kali. Berdasarkan beratnya, buah pala terdiri atas 80,5 % daging buah, 3,5 % fuli, dan 16 % biji pala. Pada setiap pohon waktu panennya berbeda, hal ini yang menyebabkan ketersediaan daging buah pala sebagai bahan dasar pembuatan dodol dan manisan pala selalu ada sepanjang musim. Sehingga keberadaan buah pala sebagai bahan baku pengrajin dodol dan manisan pala bersifat kontinyu. Buah pala yang telah dipetik harus segera dibelah, kemudian dipisahkan daging buah, biji pala dan fulinya. Biji pala dan fuli harus segera dijemur untuk menghindari serangan hama penyakit yang dapat mengurangi mutunya. Agroindustri dodol dan manisan pala di Kabupaten Lombok Tengah terdapat di Desa Mantang Kecamatan Batukliang merupakan satu-satunya sentra produksi yang tercatat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah. Agroindustri dodol dan manisan pala ini umumnya dilakukan pada skala industri rumah tangga, (pekerjaan sampingan) untuk memanfaatkan limbah daging buah pala yang tidak terpakai. Usaha ini dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga, dengan modal yang terbatas dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Selain itu juga untuk mengisi kios/ toko yang dimiliki, memperluas lapangan kerja, menyerap tenaga kerja dan mengurangi limbah buah pala yang hanya dimanfaatkan biji dan fulinya saja. Sehingga keberadaannya mampu mengoptimalkan produktivitas tenaga kerja dalam keluarga petani pala dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan dari penggunaan daging buah pala yang sebelumnya tidak bernilai ekonomi. Tenaga kerja yang digunakan pada agroindustri dodol dan manisan pala adalah tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Adapun cara yang digunakan dalam pengolahan dodol dan manisan pala ini masih sederhana yang dibuktikan dengan pengunaan alat-alat yang masih sederhana serta belum menggunakan alat-alat yang modern. Demikian pula dengan penjemurannya masih bergantung dengan sinar matahari dan belum menggunakan oven.

Tingkat pendidikan responden yang diukur adalah pendidikan formal yang dilalui karena berkaitan dengan kemampuan membaca dan menulis. Hal ini penting ditinjau dari segi penerimaan informasi seperti teknologi baru, perubahan harga produksi, dan cara pemasaran yang lebih baik.

Tingkat pendidikan responden bervariasi mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Lebih lengkap mengenai pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 1:Tabel 1 Keadaan Responden Pengrajin dan Pedagang Dodol dan Manisan Pala Berdasarkan Tingkat Pendidikan NoTingkat

PendidikanPengrajinPedagangTotal

Jumlah

PersentaseJumlahPersentaseJumlahPersentase

1

23

4Tidak sekolah

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SLTA-

8

3

4 53.33

20

26.66-

4

3

340

30

30-

12

6

748

24

28

Jumlah1510010 10025 100

Dari tabel 1 diketahui bahwa tingkat pendidikan responden tergolong rendah, hal ini ditunjukkan dengan besar responden yang pendidikannya dari tamat SLTP sampai tamat SLTA yaitu sebanyak 7 orang atau sebanyak 46,66 %

Sedangkan yang tidak tamat SD sebanyak 8 orang atau sebanyak 53.33%. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan pedagang lebih baik dari para pengrajin responden dimana 6 orang responden atau 60 % responden tamat SLTP dan tamat SLTA, sedangkan 4 orang atau 40 % tamat SD.

Tingkat produksi dodol dan manisan pala dapat dipengaruhi pula oleh peristiwa atau pada saat-saat tertentu. Peningkatan produksi terjadi ketika permintaan akan dodol dan manisan pala cukup tinggi yang disebabkan oleh beberapa hal penting antara lain :1. Musim liburan panjang. Liburan yang panjang menyebabkan permintaan produk dodol dan manisan pala sebagai produk khas Lombok Tengah menjadi meningkat, karena permintaan meningkat maka produksi dodol dan manisan pala meningkat pula. 2. Hari besar atau hari raya Idul Fitri.Pada saat hari besar seperti Idul Fitri permintaan akan dodol dan manisan pala meningkat hal ini di karenakan masyarakat desa Mantang ingin menyuguhkan makanan khas di wilayah mereka. Menurut keterangan responden biasanya pada saat idul fitri ini terjadi peningkatan permintaan sampai dua kali lipat dari permintaan biasa.

3. Pameran expo produk khas dari Nusa Tenggara Barat yang dilakukan oleh instansi terkait.Dengan adanya expo atau pameran produk khas Nusa Tenggara Barat maka dodol dan manisan pala menjadi lebih dikenal sehingga penjualan meningkat hal ini dapat merangsanng pengrajin dodol dan manisan pala untuk memproduksi. Pemasaran Dodol dan Manisan Pala Dari hasil penelitian diketahui lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran dodol dan manisan pala yang dijumpai dilokasi penelitian adalah pedagang pengecer dan pedagang pengumpul. Adapun alternatif pemasaran dodol dan manisan pala yang dijumpai adalah :Saluran pemasaran I

-Pengrajin

konsumenSaluran Pemasaran II

-Pengrajin

pedagang pengecer

konsumenSaluran Pemasaran III

-Pengrajin

P. Pengumpul

P. Pengecer

KonsumenKeadaan Saluran Pemasaran Digambarkan : n = 5 orang

-Pengrajin n =2 orangP. Pengumpuln = 2 orang P. Pengecer n = 3 orang Konsumen

n = 3 orang

Gambar 4 : Skema Saluran Pemasaran Dodol dan Manisan Pala

Berdasarkan ketiga saluran pemasaran diatas maka tiap-tiap saluran masing-masing memiliki persentase sesuai jumlah responden pengusaha yang menggunakan saluran yang ada. Seorang pengusaha dapat menggunakan 1 sampai 2 saluran pemasaran yang ada. Lebih lanjut mengenai penggunaan saluran pemasaran oleh pengusaha dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Persentase Penggunaan Saluran Pemasaran

Saluran pemasaranJumlah (orang)Persentase (%)

I

I,II

I,III

II

III5

3

2

3

233.33

20.00

13.33

20.00

13.33

Jumlah15100,00

Sumber : Data primer diolah

Diantara ketiga saluran pemasaran yang ada, saluran pemasaran I merupakan saluran utama yang paling banyak digunakan pada saluran pemasaran ini, para responden pengrajin sebanyak 5 orang (33.33%) menjual produk olahan hasil produksinya di sekitar Desa Mantang selain itu ada sebagian pengrajin yang menjual produk hasil olahan produksinya keluar dari Desa Mantang yaitu para pengusaha yang memiliki langganan diluar Desa Mantang seperti di beberapa toko swalayan maupun pusat-pusat perbelanjaan di kota Praya dan Mataram. Saluran pemasaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Umumnya semakin panjang saluran pemasaran maka peluang untuk memperoleh keuntungan bagi produsen menjadi lebih rendah. Tetapi hal ini tidak selalu benar, karena saluran yang panjang mungkin dapat menyalurkan produk dodol dan manisan pala kepada lebih banyak konsumen sehingga memungkinkan harga produk lebih meningkat. Karena meningkat pula jumlah permintaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah keuntungan.Sistem penjualan yang digunakan pada agroindustri dodol dan manisan pala di Desa Mantang adalah sistem eceran dan sistem borongan, dengan sistem pembayaran menerima uang langsung dan menerima uang kemudian.

Pada tingkat pengrajin sebanyak 8 orang responden (53,33%) memasarkan hasil olahan pala dengan sistem eceran, 4 orang menggunakan sistem borongan (26,67 %) Sedangkan sisanya 3 orang (20 %) menggunakan kombinasi dari kedua sistem yaitu borongan dan eceran. Adapun sistem pembayaran yang digunakan yaitu menerima uang langsung sebanyak 7 orang (46.66 %), menerima uang kemudian sebanyak 5 orang (33.33 %), dan kombinasi cara menerima uang langsung dan menerima uang kemudian sebanyak 4 orang (20 %). Sistem pembayaran dengan menerima uang langsung biasanya dilakukan oleh saluran pemasaran I. Pada tingkat lembaga pemasaran terkait semua responden pedagang memasarkan dodol dan manisan pala dengan sistem eceran dan dengan sistem pembayaran langsung.Hambatan Dalam Pengembangan Agroindustri Dodol dan Manisan Pala

Dalam upaya pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala menjadi bahan makanan banyak hambatan yang dirasakan oleh pengusaha. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi oleh para pengrajin buah pala tersebut dilakukan dengan cara mendeskripsikan data yang diperoleh wawancara langsung dengan pengrajin, sebagai berikut:1. Kurang ModalModal merupakan salah satu diantara empat faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi yang dianggap perlu bagi sebuah kesatuan produksi atau usaha. Dalam agroindustri dodol dan manisan pala di Desa Mantang, modal usaha digunakan untuk pembelian bahan-bahan baku produksi seperti buah pala dan untuk membayar upah tenaga kerja. Selain itu juga digunakan untuk pengadan peralatan yang digunakan memproduksi yaitu alat penggoreng, sudu pengaduk, kelabang, parut, bak perendam, baki dan alat pengaduk. Dalam perkembangan usaha pengolahan buah pala di Desa Mantang dari 15 responden ada empat orang dari responden yang merasakan adanya kendala dalam pemodalan yaitu kurangnya modal usaha, sehingga upaya untuk mengembangkan usaha ke skala yang lebih besar menjadi terhambat. Untuk mengatasi kendala keempat responden tersebut pernah mengambil pinjaman dari koperasi simpan pinjam tetapi hal ini dirasakan tidak cukup membantu karena bunga pinjaman yang ditanggung cukup memberatkan sehingga mereka berhenti menjadi nasabah pada koperasi tersebut.2. Pemasaran Dalam agroindustri dodol dan manisan pala di Desa Mantang masih mengalami hambatan dalam hal pemasaran. Hal ini dapat kita lihat dari belum adanya pangsa pasar yang baik sehingga ada sebagian pengrajin yang mengeluh tentang ketidakteraturan pemasaran. Selama ini para pengrajin hanya memasarkan hasil olahan mereka disekitar lokasi penelitian3. Jenis-Jenis Buah Pala Yang DigunakanHasil pengolahan buah pala di Desa Mantang yaitu manisan pala dan dodol pala serta pemanfaatan biji pala sebagai bahan bumbu dan bahan-bahan obat tradisional khususnya penyakit kulit. Dari hasil analisa dapat di ketahui bahwa jenis buah pala yang di gunakan pengusaha pengolahan buah pala yaitu Pala Banda (Myristica fragrans houtt) dan pala Malabar (Myristica malabarica). V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terbatas pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Saluran pemasaran yang digunakan pengrajin dalam memasarkan produk adalah langsung ke konsumen, sedangkan sisanya memasarkan melalui pengecer dan pedagang pengumpul. Sistem penjualan yang digunakan yaitu sistem eceran (53,33%), menggunakan sistem borongan (26,67%), sedang sisanya menggunakan kombinasi dari kedua sistem (20%). Sistem pembayaran yang digunakan yaitu menerima uang langsung (46,67%), menerima uang kemudian (33,33%) dan kombinasi keduanya (20 %). 2. Hambatan yang dialami pengrajin dalam pengembangan agroindustri dodol dan manisan pala adalah pemasaran terbatas, modal kurang dan alat produksi masih sederhana.

Saran

Saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan masalah di daerah penelitian adalah pemasaran terbatas, modal kurang dan alat produksi masih sederhana. Oleh karena itu saran yang diajukan adalah :1. Pembinaan secara intensif tentang teknik berproduksi untuk menghasilkan

produk yang berkualitas dengan kemasan yang menarik sehingga mampu

bersaing dengan produk sejenis yang berasal dari luar pulau

2. Perlu pemberian modal atau pendampingan untuk mendapatkan modal usahaDAFTAR PUSTAKAHandayani, S., Kinarti, R., 1991. Jalur Tata Niaga Pala dalam Trubus 45 Th IV. OktoberKotler, P., 1987. Manajemen Pemasaran. Analisa Perencanaan dan Pengendalian Jilid II. Erlangga. Jakarta.

Mubyarto, 1999. Pambangunan Ekonomi di Dunia Ke Tiga, Airlangga. Surabaya.

Nitisemito, A., 1991. Perkembangan Industri di Indonesia, Gramedia. Jakarta.

Rahmat, R., 2004. Usaha Tani Pala. Aneka Ilmu. Semarang. 58 h.Rifianto. 1999. Pengantar Ilmu Pertanian. Ghalia. Jakarta.

Rismunandar, 1990.. Budidaya dan Tataniaga Pala. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Cetakan kedua.Sanyoto, 1993. Prioritas Penanaman Modal Agroindustri. Makalah pada seminar

Permodalan Agroindustri Prospek Pengembangan Pada PJPT II PPA, CIDES

dan UQ. Jakarta.

Sutrisno, 1999, Pengolahan Sumber Daya Alam, Bagian Satu IPB. Bandung.Supartiningsih, S., Hidayati, A., Nufus, N., 1997. Kajian Sistem Pemasaran pada Agribisnis Ubi Kayu Di Kabupaten Lombok Barat. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram, 93 h.

Surachmad, W., 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar Dan Metode Teknik Research. Tarsito. Bandung. 329 h.Sutalaksana, 1993. Sistem Permodalan Pengembangan Agroindustri Besar, Menengah, Kecil. Makalah Pada Seminar Permodalan Agroindustri Prospek Pengembangan pada PJPT II PPA, CIDES dan UQ. Jakarta.Winardi, 2000. Strategi Pembangunan dan Rencana Kesempatan kerja, Aditya Utama Jakarta.

PAGE 15